Efek Sinar Ultraviolet Terhadap Kandungan Total Mikroba Dan Vitamin c Sari Buah Jeruk Nipis

12
Efek Sinar Ultraviolet terhadap Kandungan Total Mikroba dan Vitamin C Sari Buah Jeruk Nipis The Effect of Ultraviolet toward Microbes Total Number and Vitamin C Lime Juice Suharyono A.S. 1) 1) Jurusan Teknologi Pasca Panen, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro no 1, Bandar Lampung 35145 Abstract Lime (Citrus aurantifolia swingle) is one of citrus family that has strong taste of sour, but the aroma is very specific. Lime juice is usually pasteurized for preservation, but in this research irradiation of ultraviolet (UV) was used to preserve the lime fruit juice. UV is effectively strong to reduce microbes, with wave length ranged at about 260 nm. The aim of this research was to find out the effect of UV irradiation length to the reduction of microbes total number and the retention of vitamin C of lime that is preferable to the consumers, and also to compare it with the effect of pasteurization. The treatment in this research was one factor which was done with two replications. A factor used was the length of UV irradiation that contained six different time lengths of irradiation, e.g. A1 (0 second), A2 (15 seconds), A3 (30 seconds), A4 (45 seconds), A5 (60 seconds), and A6 (75 seconds); and those products were compared with products which were pasteurized at 72 o C for 15 seconds (time of the irradiation is added 5 second because it was assumed that the UV light was at the sixth second). Data acquired is shown in form of graphic and discussed descriptively. Result of this research showed that the longer the irradiation took place the fewer microbes were found. The total of microbes in lime that had close value to SNI standard was the one that was irradiated for 75 seconds with total of microbes number 190 x 10 3 CFU/ml, as for the pasteurized lime juice the total of microbes was 210 x 10 3 CFU/ml. The content of vitamin C was not significantly affected by UV irradiation, the value was 10.12 mg/100g, but because of the pasteurization the content of vitamin C was reduced to 5.72 mg/100g. The lime juice pH value was not different between UV irradiation and pasteurized, the pH value ranged from 2.74 to 2.49. Affectivity on microbes’ reduction using the tool Ultraviolet model STS-1968C was 17.02%. Key Words: lime, UV, microbes, vitamin C

description

ilmiah sinar uv

Transcript of Efek Sinar Ultraviolet Terhadap Kandungan Total Mikroba Dan Vitamin c Sari Buah Jeruk Nipis

PENGARUH LAMA PENYINARAN DENGAN SINAR ULTRAVIOLET TERHADAP KANDUNGAN TOTAL MIKROBA DAN VITAMIN C SARI BUAH JERUK NIPIS

PAGE 8

Efek Sinar Ultraviolet terhadap Kandungan Total Mikroba dan Vitamin C Sari Buah Jeruk NipisThe Effect of Ultraviolet toward Microbes Total Number and Vitamin C Lime JuiceSuharyono A.S.1)1) Jurusan Teknologi Pasca Panen, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Jln. Soemantri Brojonegoro no 1, Bandar Lampung 35145AbstractLime (Citrus aurantifolia swingle) is one of citrus family that has strong taste of sour, but the aroma is very specific. Lime juice is usually pasteurized for preservation, but in this research irradiation of ultraviolet (UV) was used to preserve the lime fruit juice. UV is effectively strong to reduce microbes, with wave length ranged at about 260 nm. The aim of this research was to find out the effect of UV irradiation length to the reduction of microbes total number and the retention of vitamin C of lime that is preferable to the consumers, and also to compare it with the effect of pasteurization. The treatment in this research was one factor which was done with two replications. A factor used was the length of UV irradiation that contained six different time lengths of irradiation, e.g. A1 (0 second), A2 (15 seconds), A3 (30 seconds), A4 (45 seconds), A5 (60 seconds), and A6 (75 seconds); and those products were compared with products which were pasteurized at 72oC for 15 seconds (time of the irradiation is added 5 second because it was assumed that the UV light was at the sixth second). Data acquired is shown in form of graphic and discussed descriptively. Result of this research showed that the longer the irradiation took place the fewer microbes were found. The total of microbes in lime that had close value to SNI standard was the one that was irradiated for 75 seconds with total of microbes number 190 x 103 CFU/ml, as for the pasteurized lime juice the total of microbes was 210 x 103 CFU/ml. The content of vitamin C was not significantly affected by UV irradiation, the value was 10.12 mg/100g, but because of the pasteurization the content of vitamin C was reduced to 5.72 mg/100g. The lime juice pH value was not different between UV irradiation and pasteurized, the pH value ranged from 2.74 to 2.49. Affectivity on microbes reduction using the tool Ultraviolet model STS-1968C was 17.02%.

Key Words: lime, UV, microbes, vitamin C

PendahuluanJeruk nipis (Citrus aurantifolia swingle) adalah sejenis buah jeruk yang rasanya sangat asam namun aromanya sangat khas. Keutamaan jeruk nipis adalah sebagai sumber vitamin C (Sarwono, 2001). Menurut Rukmana (1996), jeruk nipis merupakan buah yang bergizi tinggi sebagai minuman. Menurut Dionex (2005), jeruk nipis mengandung asam-asam organik seperti asam sitrat, asam malat, dan asam tartarat. Diversifikasi produk olahan jeruk nipis adalah selai, jelly, marmalade, sirup, dan sari buah. Pada penelitian ini jeruk nipis dijadikan produk olahan sari buah.

Menurut Makfoeld (1982), sari buah merupakan hasil ekstraksi dari buah yang tidak mengalami fermentasi dan diperoleh dari hasil pengepresan buah. Salah satu penyinaran yaitu dengan sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet merupakan pembunuh mikroba yang sangat kuat, dengan panjang gelombang efektif berkisar antara 260 nm (Jay, 1996). Escherchia coli dalam udara dapat mati dalam waktu 10 detik, tetapi dibutuhkan waktu 20 detik untuk membunuh bakteri yang terdapat pada permukaan agar cawan (Frazier, 1978). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran terhadap total mikroba dan vitamin C sari buah jeruk nipis yang disukai oleh konsumen dan membandingkannya dengan teknik pasteurisasi.

Metode PenelitianBahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jeruk nipis yang mempunyai tingkat ketuaan yang sama (berwarna hijau kekuningan), yang memiliki umur 5-6 bulan sejak muncul bunga sampai siap panen. Bahan-bahan lain seperti air, gula, dan bahan-bahan lain untuk analisis. Peralatan yang digunakan adalah pisau stainless steel, pemeras jeruk manual, timbangan, kain saring, alat-alat gelas, refraktometer, radiasi sinar UV menggunakan alat model STS-1968C (Dosis 0,1 KGray), dan peralatan lain untuk analisis.

Perlakuan penelitiaan ini adalah perlakuan tunggal dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan adalah lama penyinaran dengan sinar UV yang terdiri dari 6 taraf, yaitu selama 0 detik (A1), 15 detik (A2), 30 detik (A3), 45 detik (A4), 60 detik (A5), dan 75 detik (A6) serta membandingkannya dengan pasteurisai 72oC selama 15 detik. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik dan dibahas secara deskriptif. Pembuatan sari buah jeruk nipis dilakukan dengan memodifikasi metode Sarwono (Sarwono, 2001), tanpa kaporit. Setiap unit percobaan, yaitu jeruk nipis yang telah disortir ditimbang sebanyak 200 gram. Selanjutnya, buah jeruk nipis tersebut dicuci dan ditiriskan. Buah yang telah bersih dibelah menjadi dua lalu diperas dengan alat pemeras jeruk manual sambil ditambahkan air masak dengan perbandingan yang telah ditentukan yaitu 1 : 2 (bobot awal jeruk nipis : volume air). Setelah itu dilakukan pencampuran. Sari buah jeruk nipis kemudian disaring dengan menggunakan kain saring yang bersih. Selanjutnya dilakukan penambahan gula sebanyak 15% sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan dari volume sari buah yang dihasilkan.

Penelitian pendahuluan dilakukan bertujuan untuk memperoleh jumlah pengenceran air dan konsentrasi gula, yang terbaik dari sari buah jeruk nipis. Hal-hal yang dilakukan dalam penelitian pendahuluan tersebut melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menentukan sari buah jeruk nipis yang masuk dalam standar, yaitu yang memiliki total padatan terlarut minimal 11oBrix (Nelson, 1980). Penelitian pendahuluan ini, terdiri dari 2 perlakuan yaitu konsentrasi gula dan air. Konsentrasi gula yang digunakan yaitu 5%, 10%, 15% dan jumlah penambahan air yang digunakan yaitu 1:0,5; 1:1; 1:1,5; 1:2 (bobot awal jeruk nipis : volume air). Penentuan total padatan terlarut sari buah jeruk nipis dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Satu tetes sari buah jeruk nipis diteteskan ditengah kaca contoh pada refraktometer. Selanjutnya dilakukan pembacaan skala total padatan terlarut. Pengukuran dilakukan sebnayk tiga kali kemudian hasilnya dirata-ratakan.

2. Setelah didapatkan sari buah jeruk nipis dengan konsentrasi gula dan air yang masuk dalam standar total padatan terlarut, maka dilakukan uji organoleptik. Kriteria pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji hedonik dengan skor 5 (sangat suka), 3 (suka), 1 (tidak suka). Pengujian organoleptik tersebut dilakukan terhadap 20 orang panelis dan pengujian meliputi rasa, aroma, dan penerimaan keseluruhan. Hasil terbaik dari penelitian pendahuluan tersebut digunakan untuk penelitian utama.

Tahap pertama yaitu untuk mengetahui efek pasteurisasi sari buah jeruk nipis terhadap penurunan total mikroba dan vitamin C pada suhu 72oC selama 15 detik. Penelitian utama adalah mengetahui efek penyinaran dengan sinar ultraviolet terhadap penurunan total mikroba dan vitamin C, yang selanjutnya dilakukan uji organoleptik. Sebelum dilakukan pengamatan, sari buah jeruk nipis dimasukkan dalam freezer dengan wadah botol dan ditutup aluminium foil (Khusus pengamatan vitamin C ).

Pengamatan dilakukan terhadap total mikroba (Fardiaz,1989), uji vitamin C (AOAC, 1990), pH (AOAC, 1990), uji organoleptik (Hanum, 1997).

Hasil dan Pembahasan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh jumlah penambahan air dan konsentrasi gula yang terbaik dari sari buah jeruk nipis. Uji yang dilakukan yaitu uji total padatan terlarut minimal 11oBrix dan uji organoleptik meliputi aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan. Menurut Chruess (1958), total padatan terlarut adalah total padatan yang terlarutdari seluruh komponen yang ada yaitu asam sitrat, asam malat, asam tartarat), asam, dan gula. Total padatan terlarut sari buah jeruk nipis murni tanpa adanya penambahan air dan gula adalah 7oBrix. Grafik nilai total padatan terlarut sari buah jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai total padatan terlarut sari buah jeruk nipisKeterangan:A : Perbandingan sari buah dan air

G : Persen gula

A1 = 1 : 0,5

A2 = 1 : 1

A3 = 1 : 1,5

A4 = 1 : 2

G1 = gula 5%

G2 = gula 10%

G3 = gula 15%

Keputusan yang diambil untuk penelitian utama sari buah jeruk nipis adalah dengan jumlah perbandingan air 1:2 dan konsentrasi gula 15%, ini terlihat dari respon panelis terhadap aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan sari buah jeruk nipis dengan skor diatas 3 (sangat suka dan suka) dengan jumlah panelis 20 orang. Pada parameter aroma, panelis yang menyukai 15 orang (75%), parameter rasa, panelis yang menyukai 17 orang (85%), dan parameter penerimaan keseluruhan 18 orang (90%). Pengambilan keputusan terhadap jumlah penambahan air dan konsentrasi gula tersebut berdasarkan atas kesukaan panelis terhadap sari buah jeruk nipis yang disajikan.

Total mikroba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyinaran dan pasteurisasi mempengaruhi total mikroba pada sari buah jeruk nipis. Total mikroba tanpa penyinaran (P0) adalah 230 x 104 CFU/ml. Semakin lama penyinaran total mikroba yang terdapat pada sari buah jeruk nipis semakin berkurang. Total mikroba tertinggi setelah penyinaran adalah 180 x 104 CFU/ml dengan lama penyinaran 15 detik sedangkan total mikroba terendah setelah penyinaran adalah 190 x 103 CFU/ml dengan lama penyinaran 75 detik. Total mikroba hasil pasteurisasi adalah 210 x 103 CFU/ml. Nilai log total mikroba sari buah jeruk nipis dengan perlakuan pasteurisasi dan penyinaran dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh lama penyinaran dan pasteurisasi terhadap total mikroba sari buah

jeruk nipisKeterangan:P : Pasteurisasi

P0 : Penyinaran 0 dtk

P15 : Penyinaran 15 dtk

P30 : Penyinaran 30 dtk

P45 : Penyinaran 45 dtk

P60 : Penyinaran 60 dtk

P75 : Penyinaran 75 dtkHasil pengukuran sinar ultraviolet memiliki kemampuan untuk mempengaruhi fungsi sel makhluk hidup dengan mengubah material inti sel atau DNA, sehingga makhluk tersebut mati (Purwakusuma, 2007). Sinar ultraviolet diserap oleh protein dan asam nukleat (Jay, 1996). Reaksi kimia yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan proses metabolisme pada mikroorganisme yang mengarah pada kematian.

Bila mikroorganisme disinari oleh sinar ultraviolet, maka ADN (Asam Deoksiribonukleat) dari mikroorganisme tersebut akan menyerap energi sinar ultraviolet. Energi itu menyebabkan terputusnya ikatan hidrogen pada basa nitrogen, sehingga terjadi modifikasi-modifikasi kimia dari nukleoprotein serta menimbulkan hubungan silang antara molekul-molekul timin yang berdekatan dengan berikatan secara kovalen . Hal ini merusak atau memperlemah fungsi-fungsi vital organisme dan kemudian akan membunuhnya (Akbar, 2006).

Pada penyinaran 75 detik total mikroba masih 190 x103 CFU/ml, hal ini disebabkan oleh waktu penyinaran yang singkat, kemasan yang digunakan terbuat dari gelas dan tebal, serta dosis penyinaran yang rendah yaitu 0,1 KGray. Menurut Fisher (1994) dosis radiasi untuk bahan cair adalah 1-4 KGray, sedangkan untuk bahan padat 2-6 KGray. Hal ini yang menyebabkan kematian mikroba sangat rendah. Menurut Priyanto (2001), waktu penyinaran dengan UV yang paling efektif untuk sterilisasi ruangan rumah sakit adalah 45 menit dan mikroba yang terbunuh dengan sterilisasi dengan UV adalah adalah selama 15 menit adalah Bacillus cereus, Rhyzopus digesporus sedangkan selama 30 menit adalah Acinotabacter caicoacetius.Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet dan sinar-sinar ionisasi. Sinar ultraviolet menyebabkan bakteri yang berada di udara atau yang berada dilapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar ultraviolet akan mati.Menentukan efektifitas penurunan mikroba (Fardiaz, 1989)

Efektifitas penurunan total mikroba setelah 75 detik penyinaran menggunakan alat ultraviolet model STS-1968C (dosis 0,1 KGray) dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :

Logmikroba sebelum penyinaran -Log mikroba setelah penyinaran x 100%

mikroba sebelum penyinaran = Log 2,3 x 106 Log 1,9x 105 x 100%

Log 2,3x 106 = 1,083 x 100%

6,362= 17,02%

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa efektifitas penurunan total mikroba menggunakan alat penyinaran ultraviolet model STS-1968C adalah 17,02%.

Proyeksi kematian mikroba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyinaran mempengaruhi total mikroba pada sari buah jeruk nipis. Nilai log total mikroba sari buah jeruk nipis dengan perlakuan penyinaran dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Nilai log total mikroba sari buah jeruk nipis dengan perlakuan penyinaran.

Penyinaran 0 detik hingga 75 detik log total mikroba mengalami penurunan. Setiap peningkatan penyinaran 15 detik log total mikroba menurun 0,0164. Agar mendapatkan total mikroba sesuai SNI yaitu 2x102 CFU/ml dibutuhkan waktu penyinaran ultaviolet 354 detik atau 5,9 menit.

Uji vitamin C

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyinaran tidak berpenganruh terhadap kandungan vitamin C yaitu sebesar 10,12 mg/100 g. Hal ini diduga karena perbedaan lama penyinaran antar perlakuan kecil, sedangkan kandungan vitamin C sari buah jeruk nipis yang dipasteurisasi sebesar 5,72 mg/100 g. Bila dibandingkan dengan penyinaran dan pasteurisasi vitamin C pada sari buah jeruk nipis lebih banyak hilang saat pasteurisasi. Hal ini diduga karena vitamin C merupakan vitamin yang sangat sensitif terhadap oksidasi dan proses oksidasi ini dapat dipercepat oleh adanya panas dan cahaya.

Menurut Winarno (1997), oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah sehingga apabila vitamin C pada sari buah jeruk nipis teroksidasi maka vitamin C akan menjadi rusak dan berdampak pada turunnya kandungan vitamin C pada sari buah jeruk nipis. Hasil uji vitamin C yang diberi perlakuan pasteurisasi dan penyinaran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh lama penyinaran dan pasteurisasi terhadap kadar vitamin C sari buah jeruk nipis.Keterangan

P : Pasteurisasi

P0 : Penyinaran 0 dtk

P15 : Penyinaran 15 dtk

P30 : Penyinaran 30 dtk

P45 : Penyinaran 45 dtk

P60 : Penyinaran 60 dtk

P75 :Penyinaran 75 dtk

Kandungan vitamin C sari buah jeruk nipis yang di sinari ultraviolet tidak berpengaruh, hal ini karena dosis penyinaran yang rendah yaitu sebesar 0,1 KGray. Sinar Ultraviolet ini hanya membunuh mikroba yang berada diudara atau yang berada dilapisan permukaan sari buah jeruk nipis. Vitamin C cukup stabil pada larutan asam, tapi rusak oleh cahaya dan kerusakan ini terjadi pada kondisi alkali (basa), adanya oksigen, tembaga, dan besi (Apriyanto, 2002).

Kemasaman (pH)

Hasil pengukuran nilai pH sari buah jeruk nipis berbagai perlakuan penyinaran dan pasteurisasi yaitu antara 2,47-2,49. Hal ini sesuai dengan sifat yang sangat asam dari sari buah jeruk nipis. Nilai pH sari buah jeruk nipis dengan perlakuan pasteurisasi dan penyinaran dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh lama penyinaran dan pasteurisasi terhadap pH sari buah jeruk nipis. KeteranganP : Pasteurisasi

P0 : Penyinaran 0 dtk

P15 : Penyinaran 15 dtk

P30 : Penyinaran 30 dtk

P45 : Penyinaran 45 dtk

P60 : Penyinaran 60 dtk

P75 : Penyinaran 75 dtk

Menurut Vieira (1996), nilai pH mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Setiap mikroba memiliki rentangan nilai pH dimana mereka dapat hidup dengan baik dan dimana mereka tidak dapat hidup sama sekali. Mikroba banyak tumbuh dengan baik pada pH yang mendekati netral yaitu 5-8. Pada produk sari buah yang memiliki nilai pH yang rendah dapat memberikan suatu kondisi dimana hanya beberapa mikroba (misalnya Saccharomyces sp., Hansenula sp., Aspergillus sp., Lactobacillus sp.) yang dapat bertahan dibawah pH tersebut. Walaupun kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH rendah, akan tetapi ada beberapa bakteri toleran pada pH rendah. Bakteri acidophillus yang tumbuh terbatas pada pH rendah. Beberapa dari mereka adalah dari genus Thiobacillus yang bersifat acidophillus serta tumbuh pada pH berkisar 2 (Atlas, 1994).

Uji organoleptik

Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata aroma sari buah jeruk nipis berada pada rentang 2,45-3,10 sedangkan nilai yang tertinggi adalah sari buah jeruk nipis yang tidak disinari (P0) yaitu 3,10 (khas jeruk nipis). Aroma sari buah jeruk nipis yang tidak disinaari (P0) memiliki respon panelis paling tinggi daripada P15, P30, P45, P60, P75, dan respon panelis paling rendah terhadap aroma sari buah jeruk nipis hasil pasteurisasi (P). Hal ini disebabkan karena aroma sari buah jeruk nipis semakin berkurang jika disinari dengan ultraviolet maupun dipasteurisasi. Hal ini kemungkinan adanya kerusakan pada komponen flavor jeruk nipis yang terdiri dari terpen dan hidrokarbon dimana pada umumnya komponen-komponen penyusun aroma tersebut mempunyai sifat mudah menguap (volatil) ataupun mudah rusak oleh cahaya dan panas, sehingga pada proses pengolahan apalagi yang menggunakan panas akan menghilangkan sebagian komponen tersebut sehingga aroma sari buah jeruk nipis dapat menyimpang dari yang diharapkan.

Rasa adalah parameter terakhir selain aroma yang menentukan penerimaan produk pada konsumen. Meskipun suatu produk memiliki aroma yang menarik tetapi apabila rasanya tidak disukai maka akan membuat produk tersebut sulit diterima. Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai rata-rata sari buah jeruk nipis pada rentang 2,90-3,50. Nilai tertinggi tarhadap parameter rasa adalah sari buah jeruk nipis yang disinari ultaviolet 30 detik (P30) yaitu 3,50 (masam) dibandingkan pasteurisasi, P0, P15, P45, P60, dan yang terendah adalah sari buah jeruk nipis yang disinari pada waktu 75 detik (P75) yaitu 2,90.

Hasil uji organoleptik penerimaan keseluruhan terhadap sari buah jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 6. Respon panelis tertinggi adalah sari buah jeruk nipis yang tidak disinari (2, 90) dan yang terendah yaitu sari buah jeruk nipis hasil pasteurisasi (2,35). Pengaruh lama penyinaran dan pasteurisasi terhadap penerimaan keseluruhan panelis terhadap sari buah jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh lama penyinaran dan pasteurisasi terhadap organoleptik sari buah

jeruk nipis.

Keterangan

P : Pasteurisasi

P0 : Penyinaran 0 dtk

P15 : Penyinaran 15 dtk

P30 : Penyinaran 30 dtk

P45 : Penyinaran 45 dtk

P60 : Penyinaran 60 dtk

P75 : Penyinaran 75 dtk

Penerimaan keseluruhan sari buah jeruk nipis yang tidak disinari (P0) memiliki respon panelis tertinggi dibandingkan P15, P30, P45, P60, P75, namun pasteurisasi memiliki respon panelis paling rendah terhadap penerimaan keseluruhan.

Untuk menentukan perlakuan yang terbaik digunakan tabel pengamatan dari setiap perlakuan yang diuji terhadap parameter yang diamati seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Evaluasi perlakuan terbaik berdasarkan pengamatan total mikroba, vitamin C, pH, dan organoleptik.

Parameter

PengamatanPerlakuan

PasteurisasiP0P15P30P45P60P75SNI

Total Mikroba (CFU/ml)210x103230x104180x104110x104290x103240x103190x1032x102

Vitamin C (mg/100 g)5,7210,1210,1210,1210,1210,1210,12

pH2,482,472,472,472,492,482,49

Aroma2,453,103,002,502,652,602,70normal

Rasa3,303,202,953,503,203,202,90normal

PK2,352,902,652,702,652,502,45

Keterangan :

Pasteurisasi 72oC, 15 detik.

P45 = Penyinaran 45 detik

P0 = Penyinaran 0 detik.

P60 = Penyinaran 60 detik

P15 = Penyinaran 15 detik.

P75 = Penyinaran 75 detik

P30 = Penyinaran 30 detik.

Berdasarkan Tabel 1 maka dapat diketahui bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah sari buah jeruk nipis yang disinari ultraviolet selama 75 detik. Pemilihan perlakuan terbaik berdasarkan total mikroba yang paling rendah yaitu 190x103 CFU/ml dan kadar vitamin C 10,12 mg/100 g.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) total mikroba pada sari buah maksimal 2x102 CFU/ml. Total mikroba pada sari buah jeruk nipis berada diatas batas maksimal, hal ini diduga karena terhambatnya penetrasi sinar ultaviolet kedalam sari buah jeruk nipis dan waktu penyinaran yang singkat.

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Total mikroba sari buah jeruk nipis setelah penyinaran dengan ultraviolet 0,1 k.Gray selama 75 detik adalah 190 x 103 CFU/ml, sedangkan total mikroba sari buah jeruk nipis akibat pasteurisasi adalah 210x 103 CFU/ml.

2. Kadar vitamin C sari buah jeruk nipis tidak dipengaruhi oleh penyinaran dengan ultaviolet, kadar vitamin C tetap = 10,12 mg/100 g, sedangkan dengan proses pasteurisasi kadar vitamin C = 5,72 mg/100 g.

3. pH sari buah jeruk nipis baik yang dipasteurisasi maupun yang disinari ultraviolet tidak berbeda yaitu pH 2,47 - 2,49. 4. Efektifitas penurunan total mikroba menggunakan alat ultraviolet model STS-1968C sama dengan penurunan total mikroba karena pasteurisasi, sebesar 17,02%.

Disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sari buah jeruk nipis yang disinari ultraviolet hingga memenuhi syarat mutu sari buah menurut SNI menggunakan dosis di atas 0,1 k.Gray.

Daftar PustakaAkbar M.A. 2006. Sterilisasi Air Minum dengan Sinar Ultraviolet. http://fi.lib.itb.ac.id/.

Apriyanto A. 2002. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan Keamanan Pangan. Makalah Seminar Online Kharisma ke-2. Tgl berapa dimana Association of Official Analitycal Chemist (AOAC). 1990. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analitycal Chemists. AOAC, Washington, D.C.

Atlas R.M. 1994. Microorganism in Our World. University of Louisville. Louisville. Kentucky.

Cruess W. V. 1958. Comercial Fruit and Vegetable Product. Mc Graw Hill Book Co Inc. New York. Dionex. 2005. Organic Acid and Other Ingredients Using HPLC. www.dionex.com.Fardiaz S. 1986. Penuntun Praktek Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fisher. 1994. Radiation For Food. Mc Publishing Co.Inc. London.

Frazier W.C and D.C. Westhoff. 1978. Food Microbiology. Mc Graw Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Hanum, T. 1997. Uji Indrawi. UNILA Press. Bandar Lampung. Jay J. M. 1996. Modern Food Microbiology. Fifth edition. International Thomson Publishing. Florance.

Makfoeld D. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati Agritech. Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.

Nelson P.E. and D.K. Tressler 1980. Fruit and Vegetable Juice Processing Technology. Third Edition. AVI Publishing Company. Westport Connecticut. Amerika.

Purwakusuma W. 2007. Filter Ultraviolet. http://www.ofish.com. Rukmana R. 1996. Jeruk Nipis. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Vieira E.R. 1996. Elementary Food Science. Fourth edition. Chapman and Hall. New York. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. 6

Min 11o Brix

5.309

2.465

2.475

5

4

3

2

1

0

13.60

9.20

5.20

13.27

10.00

5.70

14.00

10.07

5.73

15.40

11.53

7.67

Total padatan terlarut sari buah jeruk nipis

Log total mikroba

Jenis perlakuan

P 75

P 60

P 45

P 30

P 15

P 0

P

8

7

6

5

4

3

2

1

0

5.276

5.370

5.455

6.040

6.241

6.361

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

A1G1

A1G2

A1G3

A2G1

A2G2

A2G3

A3G1

A3G2

A3G3

A4G1

A4G2

A4G3

Perlakuan

Total padatan (brix)

Total Padatan (brix)

y = -0.0164x + 6.4066

R

2

= 0.9278

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

0

15

30

45

60

75

Lama penyinaran (detik)

Log total mikroba

5.72

10.12

10.12

10.12

10.12

10.12

10.12

0

2

4

6

8

10

12

P

P 0

P 15

P 30

P 45

P 60

P 75

Perlakuan

Kadar Vitamin C (mg/100 g)

2.47

2.465

2.485

2.475

2.485

0.0

0.0

0.2

0.2

0.4

0.4

0.6

0.6

0.8

0.8

1.0

1.0

1.2

1.2

1.4

1.4

1.6

1.6

1.8

1.8

2.0

2.0

2.2

2.2

2.4

2.4

2.6

2.6

P

P 0

P 15

P 30

P 45

P 60

P 75

Perlakuan

Nilai pH

keseluruhan

Penerimaan

Rasa

Aroma

Skor

Perlakuan

P75

P60

P45

P30

P15

P0

P

4

3.5

3

2.5

2

1.5

1

0.5

0

PAGE