Efek Samping OAT-tugas Dr.luthfi
-
Upload
gebrina-amanda -
Category
Documents
-
view
13 -
download
3
description
Transcript of Efek Samping OAT-tugas Dr.luthfi
Efek Samping OAT (Obat Anti TBC)
1. Lima agen lini pertama untuk terapi tuberkulosis.
Pada praktiknya terapi dibuat dengan menggunakan regimen empat obat
yaitu, isoniazid, rifampin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin, sampai
kerentanan isolat mikrobakterium klinis telah ditentukan.
a. Isoniazid (INH)
Isoniazid merupakan obat yang paling aktif dalam terapi tuberkulosis
yang disebabkan oleh galur yang rentan. Izoniasid menghambat
kebanyakan basil tuberkel pada konsentrasi sebesar 0,2 mcg/mL tau
kurang dan bersifat bakterisidal untuk basil tuberkel yang aktif
bertumbuh.
Efek samping dari isoniazid, yaitu :
Reaksi imunologis
- Demam dan ruam pada kulit sesekali dijumpai.
- Telah dilaporkan adanya lupus eritematosus sistemis (SLE)
yang dipicu oleh obat.
Toksisitas langsung
- Hepapatitis yang terinduksi isoniazid merupakan efek
toksik utama yang paling sering terjadi. Hepatitis klinis
yang disertai hilangnya nafsu makan, mual, muntah,
ikterus, dan nyeri kuadran kanan atas terjadi pada 1%
resipien isoniazid dan dapat memetikan, terutama jika obat
tersebut tidak segera dihentikan. Terdapat bukti histologis
adanya kerusakan hepatoselular. Hepatitis tergantung pada
usia dan jarang terjadi pada pasien yang berusia dibawah 20
tahun. Risisko hepatitis lebih besar pada pecandu alkohol
dan kemungkinan selama kehamilan serta pada masa pasca-
persalinanan.
- Neuropati perifer, keadaan ini lebih sering dijumpai pada
asetilator lambat, dan pasien dengan kondisi predisposisi;
seperti malnutrisi, alkoholisme, diabetes, AIDS, dan
uremia.
- Kelainan hematologi, seperti tercetusnya anemia defisiesnsi
piridoksin, tinitus, dan gangguan saluran cerna.
b. Rifampin
Rifampin merupakan turunan semisintetik rifamsin, suatu antibiotik
yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei.
Efek samping dari rifampin yaitu :
- Memunculkan warna jingga yang tidak berbahaya pada urine,
keringat, air ,mata, dan lensa kontak (lensa yang lunak dapat
terwarnai secara permanen).
- Efek sampingnya meliputi ruam, trombositopenia, nefritis, ikterus,
dan hepatitis (sesekali), proteinuria rantai ringan.
- Jika diberikan kurang dari dua kali seminggu, rifampin
menyebabkan sindrom seperti flu yang ditandai demam, menggigil,
mialgia, anemia, dan trombositopenia, dan terkadang tekait dengan
nekrotis tubular akut.
- Sangat menginduksi kebanyakan isoform sitokrom P450 (CYP
1A2, 2C9, 2C19, 2D6, dan 3A4) yang meningkatkan eliminasi
berbagai obet seperti metadon, antikoagulan, siklosporin, beberapa
antikonvulsan, penghambat protease, penghambat reverse
trancripe nonnukleosida, kontrasepsi dan obat lain.
c. Pirazinamid
Pirazinamid merupakan kerabat nikotinamid, stabil dan sedikit larut
dalam air. Obat ini menghambat basil tuberkel dan beberapa
mikrobakterium lain pada kadar sekitar 20 mcg/mL.
Efek samping pirazinamid, yaitu:
- meliputi hepatotoksisitas (pada 1-5% penderita) mual, muntah,
demam karena obat dan hiperurisemia. Dan hipeurisemia dialami
oleh semua penggunanya dan tidak menjadi alasan penghentian
terapi.
- Dapat mencetuskan atritis pirai akut.
d. Etambutol
Merupakan suatu senyawa sitetik, larut dalam air, stabil terhadap
panas.
Efek samping terhadap etambutol, yaitu:
- Hipersensitivitas (jarang terjadi)
- Neuritis retrobular
- Menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan dan buta warna
merah-hijau.
e. Streptomisin
Aktif terutama pada basil tuberkel ekstrasel. Strepstomisin bersifat
ototoksik dan nefrotik.
Efek samping streptomsin, yaitu:
- Vertigo dan tuli (paling sering terjadi dan bersifat permanen).
Toksisitas bergantung pada dosis, dan risikonya meningkat pada
usia lanjut.
2. Agen lini kedua untuk terapi tuberkulosis.
a. Etionamid
Etionamid secara kimiawi terkait dengan isoniazid dan juga menyekat
sintesis asam mikolat. Efek samping dari etionamid, yaitu:
- dapat menimbulkan iritasi lambung yang hebat dan gejala
neurologis (sehingga kita harus menetapkan dosis harian total
sebesar 500-750 mg).
- Bersifat hepatotoksik
b. Kapreomisin
Merupakan antibiotika yang penghambat sintesis protein peptida yang
didapat dari Sterptomyces capreolus. Efek samping dari kapreomisin,
yaitu:
- Bersifat nefrotoksik dan ototoksik
- Tinitus
- Tuli dan gangguan vestibular dapat terjadi.
- Injeksi dapat menimbukan rasa sakit setempat dan dapat timbul
abses.
c. Sikloserin
Merupakan penghambat sintesis dinding sel, dosis sikloserin
menghambat banyak galur M. tuberculosis. Efek dari sikloserin, yaitu:
- Neuropati perifer dan disfungsi sistem saraf pusat. Termasuk
depresi dan reaksi psikotik (efek samping sikloserin paling sering
terjadi pada 2 minggu pertama terapi).
d. Asam aminosalisilat (PAS)
Adalah antagonis sintesis folat yang hampir hanya aktif terhadap M.
tuberculosis, basil tuberkel biasanya dihambat in vitro oleh asam
aminosalisilat pada kadar 1-5 mcg/mL. Efek samping asam
aminosalisilat, yaitu:
- Ulkus peptikum dan pendarahan
- Hipersensitivitas, yang dapat menimbulkan gejala demam, nyeri
sendi, ruam kulit, hepatosplenomegali, hepatitis, adenopati, dan
granulositopenia. Sehingga harus dihentikan sementara waktu atau
permanen.
e. Kanamisin dan Amikasin
Kanamisin telah dih-gunakan dalam terapi tuberkulosis yang
disebabkan oleh galur resisten-streptomisin, sedangkan amikasin
dalam terapi tuberkulosis telah meningkat seiring meningkatnya
insidensi dan prevalensi tuberkulosis yang resisten terhadap berbagai
obat. Efek samping dari kanamisin dan amikasin, belum diketahui
dengan pasti.
f. Linezolid
Mengha,bat galur M. tuberculosis in vitro pada kadar 4-8 mcg/mL.
Efek samping pada linezolid, yaitu:
- Supresi sumsum tulang
- Neuropati optik dan perifer irreversibel.
g. Fluorokuinolon
Menghambat galur M. tuberculosis pada kadar kurang dari 2 mcg/mL.
Efek samping fluorokuinolon, yaitu:
- Mual, muntah, diare
- Nyeri kepala, pusing, insomnia, ruam kulit, dan uji fungsi hati yang
abnormal.
- Melukai kartilago yang sedang tumbuh dan menyebakan artropati
(reversibel)
- Tendinitis
h. Rifabutin (Ansamisin)Turunan dari rifamisin dan berkaitan dengan rifampin. Mempunyai aktivitas terhadap M. tuberculosis, M. avium intracelullare, dan M. fortuitum. Memiliki efek samping yang sama dengan rifampin.
i. Rifapentin Merupakan suatu analog rifampin. Aktif terhadap M. tuberculosis dan M. avium. Efek samping rifapentin, yaitu sama denga efek samping rifampin.
Daftar Pustaka:
Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC. Jakarta