EFEK PENGGUNAAN SILINDER BERKAKI TERHADAP EFISIENSI...
Transcript of EFEK PENGGUNAAN SILINDER BERKAKI TERHADAP EFISIENSI...
EFEK PENGGUNAAN SILINDER BERKAKI TERHADAP EFISIENSI
DISTILASI AIR ENERGI SURYA JENIS BAK
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Disusun oleh :
FIDELIS ANANTA HARI WICAKSONO
NIM : 165214027
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE EFFECTS OF USING WIRE ELEVATED CYLINDER
ON THE EFFICIENCY OF BASIN TYPE SOLAR STILL
FINAL PROJECT
TITLE PAGE
Presented As Partial Fulfillment of the Requirement
To Obtain the Engineering Degree
In Mechanical Engineering
Arranged by :
FIDELIS ANANTA HARI WICAKSONO
Student Number : 165214027
DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
UNIVERSITY OF SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
INTISARI
Air minum merupakan kebutuhan utama semua makluk hidup. Namun disetiap
daerah tidak semuanya memiliki akses air minum, salah satu yang paling sulit ialah
di daerah pesisir pantai di pulau terpencil. Di daerah tersebut, air memiliki tingkat
kandungan garam yang cukup tinggi dan tidak layak dikonsumsi. Distilasi energi
surya merupakan salah satu solusi mengatasi kekurangan air minum. Distilasi
energi surya adalah suatu metode yang mempergunakan proses pengembunan dan
penguapan dari air yang terkontaminasi dan menghasilkan air minum.
Permasalahan yang ada pada alat distilasi air energi surya saat ini adalah masih
rendahnya efisiensi yang dihasilkan. Banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi
alat distilasi air energi surya diantaranya keefektifan absorber dalam menyerap
energi surya dan jumlah massa air di alat distilasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh penggunaan silinder berkaki yang diselubungkan bahan
kapilaritas pada alat distilasi energi surya terhadap efisiensi yang dihasilkan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan membuat model distilasi
air energi surya jenis absorber bak. Penelitian dilakukan didalam ruangan dengan
menggunakan lampu pemanas sebagai pengganti energi surya dengan radiasi
sebesar 712 W/m2. Luas absorber yaitu 0,11 m2 dengan kemiringan kaca 15o.
Variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah (1) Jenis absorber (2)
jumlah massa air yang berada didalam bak, dan (3) massa air yang dipanasi satu
saat. Pada variasi penggunaan jenis absorber dalam hal ini menerapkan sifat
absorbtivitas dan kapilaritas. Variasi absorber yang digunakan yaitu tisu, kain, dan
alumunium foil. Untuk mengetahui efek jumlah massa air total terhadap efisiensi
alat distilasi, diberikan variasi massa air total didalam bak sebesar 0,6 liter dan 1,5
liter. Sementara untuk mengetahui efek massa air yang dipanasi dalam suatu saat
dilakukan dengan memvariasikan jumlah silinder berkaki yaitu 3, 6, dan 12 silinder.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil terbaik diperoleh pada variasi
penggunaan jenis absorber tisu dengan massa air didalam bak 0,6 liter. Variasi
tersebut menghasilkan air distilasi sebesar 0,71 liter/(jam.m2) dengan efisiensi
63,71 %. Sedangkan variasi jumlah massa air yang terpanasi suatu saat diperoleh
air distilasi terbaik pada variasi 12 silinder, yaitu sebesar 0,59 liter/(jam.m2) dengan
efisiensi 52,67%
Kata Kunci : distilasi, efisiensi, silinder berkaki, jenis absorber, jumlah massa air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Drinking water is the main requirement of all living things. However, not all areas
have access to drink water, one of the most difficult is in the coastal areas on remote
islands. In these areas, water has a high level of salt content and not suitable for
consumption. Solar still is one solution to overcome the shortage of drinking water.
Solar still is a method that uses the process of condensation and evaporation of
contaminated water to produce drinking water. The problem that exists in solar still
equipment today is the low efficiency produced. Many factors affect the efficiency
of solar still equipment including the effectiveness of the absorber in absorbing
solar energy and the amount of water mass in the basin. This study aims to analyze
the effect of the use of wire elevated cylinders which is capillary material on solar
still devices on the resulting efficiency. This study uses an experimental method by
creating a solar still model of basin type. The study was conducted indoors by using
heating lamps as a substitute for solar energy with radiation of 712 W / m2. The
area of the absorber is 0.11 m2 with a glass slope of 15o. Variables that were varied
in this study were (1) absorber type (2) the amount of mass of water in the basin,
and (3) the mass of water that was heated one time. In the variation types of
absorber, it implements of absorbency and capillarity. The variations that are used
such as tissue, fabric, and aluminum foil. To find out the effect of the total amount
of water mass on the efficiency of the solar still, given a variation of the total water
mass in the basin of 0.6 liters and 1.5 liters. Meanwhile, to find out the effect of the
mass of water that is heated in a moment by varying the number of cylindrical that
are 3, 6, and 12 cylinders. Based on research conducted, the best results are obtained
on variations in the use of tissue absorber types with a mass of water in the basin
0.6 liters. This variation produces distilled water of 0.71 liters/(hour.m2) with an
efficiency of 63.71%. While variations in the amount of mass of water heated one
day obtained the best distillation water in a variation of 12 cylinders, amounting to
0.59 liters/(hour.m2) with an efficiency of 52.67%
Keywords: distillation, efficiency, wire elevated cylinder, absorber type, amount
of water mass
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Skripsi yang
berjudul “Efek Penggunaan Silinder Berkaki Terhadap Efisiensi Distilasi
Air Energi Surya Jenis Bak“ dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat bagi
mahasiswa Program Studi Teknik Mesin di Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk mendapat gelar Sarjana
Teknik. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak, baik material maupun spiritual. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc., Ph.D. selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Budi Setyahandana, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma.
3. Bapak Wibowo Kusbandono, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, dan dukungan
kepada penulis.
4. Bapak Ir. F. A. Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk
membantu, memberikan bimbingan, dukungan, dan masukan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini.
5. Ayah (Carolus Borromeus Ashari), dan Ibu (Theresia Sukarni) yang
telah mendukung penulis dengan memberikan perhatian, semangat,
dan doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Adik (Gregorius Primanda) dan seluruh sanak saudara penulis yang
dengan penuh perhatian memberikan perhatian, semangat, dan
dukungan kepada penulis.
7. Seluruh teman kosan HB 21 Racing yang selalu memberi semangat
dan penghiburan kepada penulis.
8. Segenap teman-teman seperjuangan surya, angkatan, dan keluarga
besar Teknik Mesin yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
9. Segenap dosen, dan laboran Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
membagikan pengalaman, dan ilmu yang berharga selama
perkuliahan.
10. Staff karyawan Sekertariat Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu memudahkan proses administrasi,
dan kesuksesan penulis.
11. Serta semua pihak dengan tidak mengurangi rasa terima kasih yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata penulis memohon maaf jika masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Semoga naskah ini dapat
menambah informasi pembaca dan membawa kemajuan di bidang
teknologi.
Yogyakarta, 24 Maret 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
TITLE PAGE ........................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIRError! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark
not defined.
INTISARI............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
1.3. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1. Penelitian Relevan .................................................................................... 6
2.2. Landasan Teori.......................................................................................... 7
2.3. Kerangka Penelitian ................................................................................ 13
2.4. Hipotesis ................................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 16
3.1. Alat Penelitian ......................................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3.2. Peralatan Pendukung Pengambilan Data ................................................ 20
3.3. Parameter yang Divariasikan .................................................................. 20
3.4. Langkah Analisis .................................................................................... 20
3.5. Variabel yang Diukur .............................................................................. 21
3.6. Langkah Penelitian.................................................................................. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 23
4.1. Data Penelitian ........................................................................................ 23
4.2. Hasil Pengolahan Penelitian ................................................................... 27
4.3. Pembahasan............................................................................................. 31
4.3.1. Efek Variasi Jenis Absorber Terhadap Efisiensi Alat Distilasi.......... 31
4.3.2. Efek Jumlah Massa Air Didalam Bak Terhadap Efisiensi
Alat Distilasi ....................................................................................... 38
4.3.3. Efek Massa Air Yang Terpanasi Dalam Suatu Saat Terhadap
Efisiensi Alat Distilasi ........................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 53
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 53
5.2. Saran ....................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN ......................................................................................................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hubungan massa air yang terpanasi dalam suatu saat dengan
jumlah silinder .................................................................................... 18
Tabel 2 Data penelitian variasi konvensional dengan massa air didalam
bak 1,5 liter ......................................................................................... 23
Tabel 3 Data penelitian variasi konvensional dengan massa air didalam
bak 0,6 liter ......................................................................................... 24
Tabel 4 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki dengan alumunium
foil pada massa air didalam bak 1,5 liter ............................................ 24
Tabel 5 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan dengan
kain pada massa air didalam bak 1,5 liter .......................................... 25
Tabel 6 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan dengan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter ........................................... 25
Tabel 7 Data penelitian variasi 6 silinder berkaki diselubungkan dengan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter ........................................... 26
Tabel 8 Data penelitian variasi 3 silinder berkaki diselubungkan dengan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter ........................................... 26
Tabel 9 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan dengan
tisu pada massa air didalam bak 0,6 liter ........................................... 27
Tabel 10 Hasil perhitungan konvensional dengan massa air didalam bak
1,5 liter ............................................................................................... 27
Tabel 11 Hasil perhitungan konvensional dengan massa air didalam bak
0,6 liter ............................................................................................... 28
Tabel 12 Hasil perhitungan 12 silinder dengan alumunium foil pada
massa air didalam bak 1,5 liter ........................................................... 28
Tabel 13 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki diselubungkan dengan
kain pada massa air didalam bak 1,5 liter .......................................... 29
Tabel 14 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki diselubungkan dengan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter ........................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel 15 Hasil perhitungan 6 silinder berkaki dengan diselubungkan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter .......................................... 30
Tabel 16 Hasil perhitungan 3 silinder berkaki dengan diselubungkan
tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter ........................................... 30
Tabel 17 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki dengan diselubungkan
tisu pada massa air didalam bak 0,6 liter ........................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alat distilasi air energi surya jenis absorber bak ............................ 8
Gambar 2 Proses-proses pada alat distilasi energi surya .................................. 9
Gambar 3 Tegangan permukaan yang bekerja pada dinding pipa
kapiler ............................................................................................ 11
Gambar 4 Aksi kapilaritas pada alat distilasi jenis absorber bak .................. 12
Gambar 5 Beda jumlah massa air didalam bak absorber ............................... 14
Gambar 6 Massa air yang terpanasi dalam satu saat pada silinder
berkaki ........................................................................................... 15
Gambar 7 Skema alat distilasi air energi surya jenis bak yang
digunakan dalam penelitian ........................................................... 16
Gambar 8 Skema dan dimensi silinder yang digunakan dalam
penelitian ....................................................................................... 17
Gambar 9 Skema silinder yang digunakan pada variasi jenis absorber
(a. absorber alumunium ; b. absorber tisu atau kain) …. ............... 17
Gambar 10 Skema tata letak pada penggunaan variasi massa air yang
terpanasi dalam satu saat ............................................................... 19
Gambar 11 Skema keseluruhan alat distilasi energi surya jenis bak
beserta lampu pemanas dan kipas angin ........................................ 19
Gambar 12 Hasil air distilasi pada variasi jenis absorber ................................ 31
Gambar 13 Efisiensi alat distilasi pada variasi jenis absorber ......................... 32
Gambar 14 Skema celah udara pada jenis absorber alumunium foil ............... 33
Gambar 15 Perubahan beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit
pada variasi jenis absorber ............................................................ 34
Gambar 16 Qkonveksi rata-rata pada variasi jenis absorber ................................. 35
Gambar 17 Quap rata-rata pada variasi jenis absorber....................................... 36
Gambar 18 Temperatur Absorber, Temperatur Kaca, dan Beda
Temperatur rata-rata pada variasi jenis absorber .......................... 37
Gambar 19 Hasil air distilasi pada variasi massa air didalam bak ................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 20 Massa air yang terpanasi dalam satu waktu pada variasi
massa air didalam bak ................................................................... 39
Gambar 21 Skema celah air yang terpanasi dalam suatu saat pada
penggunaan silinder bertisu ........................................................... 39
Gambar 22 Efisiensi alat distilasi pada variasi massa air didalam bak ............ 40
Gambar 23 Temperatur absorber rata-rata pada variasi massa air
didalam bak ................................................................................... 41
Gambar 24 Temperatur kaca rata-rata pada variasi massa air didalam
bak ................................................................................................. 42
Gambar 25 Perbuahan beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit
pada variasi massa air didalam bak ............................................... 43
Gambar 26 Qkonveksi rata-rata pada variasi massa air didalam bak ................... 44
Gambar 27 Quap rata-rata pada variasi massa air didalam bak ......................... 45
Gambar 28 Perbandingan variasi jumlah silinder terhadap massa air
yang terpanasi dalam suatu saat .................................................... 46
Gambar 29 Skema celah air pada variasi penggunaan 12 silinder
didalam bak absorber .................................................................... 46
Gambar 30 Hasil air distilasi pada variasi jumlah silinder ............................... 47
Gambar 31 Efisiensi alat distilasi pada variasi jumlah silinder ........................ 48
Gambar 32 Perubahan Beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit
pada variasi jumlah silinder ........................................................... 49
Gambar 33 Qkonveksi rata-rata pada variasi jumlah silinder ............................... 50
Gambar 34 Quap rata-rata pada variasi jumlah silinder ..................................... 51
Gambar 35 Temperatur absorber, temperatur kaca, dan beda
temperatur rata-rata pada variasi jumlah silinder .......................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu elemen terpenting bagi kelangsungan
makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Semua kegiatan manusia hampir
seluruhnya sangat bergantung pada kebutuhan air khususnya untuk air
minum. Air yang baik untuk dikonsumsi harus memenuhi standar kualitas air
minum yang baik yang diatur dalam Peraturan Kementrian Kesehatan nomor
492 tahun 2010. Kualitas air konsumsi makin hari kian sulit didapatkan
khususnya daerah pesisir pantai di pulau terpencil. Indonesia memiliki garis
pantai yang panjang namun sangat sulit mendapatkan sumber air tanah
dengan tingkat kadar garam yang rendah, ditambah akses yang sulit untuk
dijangkau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), membuat masyarakat
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan air (La Aba, 2008). Air dengan kadar
garam yang tinggi tidak layak dikonsumsi dan dapat mengganggu kesehatan
jika dikonsumsi secara terus menerus, sehingga air perlu dimurnikan terlebih
dahulu. Ada beberapa cara untuk memurnikan air, salah satu cara yang dapat
digunakan adalah distilasi air energi surya. Energi surya merupakan salah satu
energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia.
Indonesia mempunyai potensi energi surya tiap tahun yang cukup besar
karena secara geografis Indonesia terletak di garis khatulistiwa, dengan besar
radiasi penyinaran 4,80 kWh/(m2.hari) (Menteri ESDM, 2016). Salah satu
studi potensi energi surya di Kabupaten Sumbawa Barat oleh Heri Suyanto
dari Bulan September – Desember 2015 didapat rata-rata radiasi surya sebesar
762,331 watt/m2 (Suyanto, 2016). Energi surya memiliki keuntungan yang
luar biasa karena tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dan bebas di alam
(Sugianto, 2014).
Prinsip kerja distilasi air energi surya menggunakan dua proses utama
yaitu penguapan dan pengembunan. Air yang terkontaminasi akan diuapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan memanfaatkan panas energi surya dan selanjutnya dikondensasi
kembali untuk mendapatkan air murni. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya proses penguapan di antaranya adalah luas permukaan zat cair,
kecepatan udara di atas permukaan distilator, dan temperatur zat cair,
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembunan antara lain
adalah temperatur dinding pengembun dan tekanan parsial uap (Setyaji &
Sambada, 2018). Alat distilasi umumnya memiliki bak absorber dan juga
kaca penutup. Bak absorber berfungsi sebagai tempat menyerap panas serta
wadah air kotor atau air laut, sedangkan kaca berfungsi sebagai tempat jalur
masuknya cahaya matahari dan tempat pengembunan. Proses penguapan dan
pengembunan pada alat distilasi akan memisahkan antara air dengan benda
padat seperti zat pengotor maupun garam.
Efisiensi alat distilasi energi surya ditentukan oleh banyaknya jumlah
air distilat yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air
yang dihasilkan ialah keefektifan absorber dalam menyerap panas,
keefektifan kaca penutup dalam meneruskan energi surya dan sebagai tempat
pengembunan, massa dan volume air yang akan didistilasi, temperatur air
yang akan didistilasi, lamanya waktu pemanasan, dan luas permukaan air
yang akan didistilasi (Ketut Puja & Rusdi Sambada, 2012). Agar dapat
menyerap panas dengan baik, absorber harus memiliki nilai absorbtivitas
yang tinggi. Kaca penutup yang dipakai diusahakan tidak terlalu panas, ini
dikarenakan jika terlalu panas akan menyebabkan uap air sulit untuk
mengembun. Jumlah massa air tidak boleh terlalu banyak karena
memperlama proses penguapan air, namun juga tidak boleh terlalu sedikit
karena dapat menyebabkan pecahnya kaca penutup karena temperatur dalam
distilasi yang tinggi.
Permasalahan yang ada pada alat distilasi energi surya adalah masih
rendahnya efisiensi. Efisiensi yang rendah salah satunya diakibatkan oleh
proses penguapan yang merupakan salah satu proses inti dari distilasi kurang
efektif (Pamungkas, Christian, & Setyaji, 2018). Kurang efektifnya
penguapan yang terjadi pada bak distilasi disebabkan oleh massa air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
terpanasi dalam satu saat dan massa air disekitar bak terlalu banyak. Jenis
absorber juga akan berpengaruh dalam keefektifan proses penguapan. Oleh
Sebab itu, penelitiaan ini akan meneliti pengaruh variasi massa air dengan
penambahan absorber silinder berkaki yang telah diselubungkan dengan
bahan yang memiliki sifat kapilaritas. Penggunaan silinder dimaksudkan agar
penyerapan panasnya berbeda. Penambahan bahan kapilaritas membuat
massa air yang dipanasi dalam satu saat akan lebih sedikit sehingga proses
penguapan yang terjadi lebih efektif. Penguapan yang efektif akan
meningkatkan efisiensi alat distilasi energi surya jenis absorber bak.
1.2. Identifikasi Masalah
Pada latar belakang dijelaskan bahwa terdapat dua proses utama alat
distilasi energi surya, yaitu penguapan dan pengembunan. Proses penguapan
diantaranya dipengaruhi oleh jumlah massa air yang terpanasi dan keefektifan
absorber dalam menyerap panas. Agar proses penguapan menjadi efektif,
maka digunakan absorber berbentuk silinder berkaki yang diselubungkan
dengan bahan yang memiliki sifat kapilaritas, supaya massa air yang akan
dipanasi dalam satu saat lebih sedikit. Tidak hanya itu, bahan kapilaritas yang
diselubungkan pada silinder berkaki memiliki karakteristik sifat kapilaritas
dan absorbtivitas yang berbeda, ini akan berpengaruh pada hasil distilasi.
Penelitian ini akan divariasikan karakteristik jenis absorber dalam hal ini sifat
absorbtivitas dan kapilaritas pada bahan tersebut, jumlah massa air didalam
bak, dan jumlah massa air yang terpanasi dalam satu saat. Ketiga variasi akan
diteliti dan diketahui pengaruhnya terhadap efisiensi pada alat distilasi energi
surya jenis absorber bak.
1.3. Rumusan Masalah
Dari penelitian ini, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
a) Bagaimana pengaruh jenis absorber terhadap efisiensi alat distilasi air
energi surya jenis absorber bak dengan silinder berkaki?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b) Bagaimana pengaruh jumlah massa air didalam bak terhadap efisiensi
alat distilasi air energi surya jenis absorber bak dengan silinder berkaki?
c) Bagaimana pengaruh jumlah massa air yang terpanasi dalam satu saat
terhadap efisiensi alat distilasi air energi surya jenis absorber bak dengan
silinder berkaki?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Menganalisis pengaruh jenis absorber terhadap efisiensi alat distilasi air
energi surya jenis absorber bak dengan silinder berkaki.
b) Menganalisis pengaruh jumlah massa air didalam bak terhadap efisiensi
alat distilasi air energi surya jenis absorber bak dengan silinder berkaki.
c) Menganalisis pengaruh jumlah massa air yang terpanasi dalam satu saat
terhadap efisiensi alat distilasi air energi surya jenis absorber bak dengan
silinder berkaki.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
a) Temperatur absorber dan kaca diasumsikan merata.
b) Temperatur absorber dianggap sebagai temperatur air yang akan
didistilasi.
c) Penelitian menggunakan distilasi yang terbuat dari multiplek dengan
ketebalan 12 mm dan luas absorber 0,11 m2 .
d) Lampu pemanas digunakan sebagai pengganti energi surya, diasumsikan
radiasi yang diterima alat distilasi didapat kondisi yang sama sebesar 712
W/m2.
e) Pengambilan data dilakukan didalam ruangan selama 2 jam di
Laboratorium Konversi Energi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
a) Menambah kepustakaan tentang distilasi energi surya jenis absorber bak.
b) Dapat dikembangkan sebagai penelitian rujukan untuk pengembangan
produk teknologi massal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Relevan
Pankaj Dumka dkk melakukan penelitian terhadap kinerja alat
distilasi konvensional dengan variasi penambahan pada bak air dengan 100
silinder katun yang sudah diisi penuh oleh pasir. Penelitian dilakukan untuk
memaksimalkan kapasitas penyimpanan panas dan luas permukaan
penguapan. Percobaan dilakukan dengan massa air bak yaitu 30 kg dan 40 kg.
Hasil air distilat kumulatif untuk massa air 30 kg dan 40 kg memiliki efisiensi
masing-masing 28,56% dan 30,99% lebih tinggi dibandingkan konvensional
(Dumka, Sharma, Kushwah, Raghav, & Mishra, 2019).
A.E. Kabeela dkk melakukan penelitian pada penyimpanan energi
panas pada distilasi air energi surya jenis bak dengan penambahan balok pasir
yang permukaannya dilapisi oleh kain goni. Balok tersebut ditempatkan
secara vertikal dan penelitian dilakukan selama seharian penuh. Percobaan
dilakukan pada variasi kain goni dan tanpa kain goni, serta kedalaman air
pada bak. Hasil akhir air tawar pada massa air 20 kg dengan bahan
penyimpanan panas dengan dan tanpa kain goni diperoleh hasil masing-
masing 5 kg/(m2.hari) dan 5,9 kg/(m2.hari) (Kabeel, El-Agouz,
Sathyamurthy, & Arunkumar, 2018) .
R. Samuel Hansen dkk meneliti distilasi menggunakan bahan yang
memiliki sifat kapilaritas yang berbeda pada penggunaan plat absorber yang
berbeda-beda. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis penyerapan,
kenaikan kapiler, porositas, ketinggian air, dan perpindahan panas pada bahan
dan absorber yang berbeda-beda. Bahan yang digunakan yaitu wood pulp
paper, water coral fleece fabric, dan polystyrene sponge, sedangkan absorber
yang digunakan yaitu flat absorber, stepped absorber ,dan stepped absorber
with wire mesh). Hasil air distilasi terbaik yang dicapai sebesar 4,28 liter/hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dengan menggunakan bahan water coral fleece pada jenis absorber stepped
absorber with wire mesh (Hansen, Narayanan, & Murugavel, 2015).
W.M. Alaian dkk melakukan penelitian pada unjuk kerja distilasi
yang dimodifikasi dengan pin/paku sebagai tempat penguapan yang lebih
cepat. Paku tersebut divariasikan dengan pembungkus kain katun dan tanpa
kain katun. Hasil menunjukkan peningkatan produktivitas distilasi terbukti
ketika paku dibungkus oleh kain katun, sekitar 23% dicatat pada peningkatan
efisiensi jika dibandingkan tanpa kain katun. Hasil air distilat sebesar 4,695
liter/(m2.hari) (Alaian, Elnegiry, & Hamed, 2016).
K. Kalidasa Murugavel dkk meneliti pada variasi berbagai macam
sumbu yaitu kain katun muda, lembaran spon, sabut kelapa, dan potongan
kapas. Alat distilasi berjenis double slope basin dengan menggunakan
absorber persegi panjang berbahan aluminium dan ditutupi dengan sumbu
yang berbeda. Diketahui variasi dengan penambahan alumunium yang
ditutup dengan kain katun dan disusun arah horisontal memiliki produksi
paling tinggi tinggi yaitu 3,58 kg/hari (Kalidasa Murugavel & Srithar, 2011).
Z.M. Omara dkk melakukan penelitian pada distilasi air energi surya
jenis bak diberi variasi kain bergelombang tanpa reflektor dan dengan
reflektor. Selain itu, pengaruh kedalaman air garam (1, 2, dan 3 cm) terhadap
unjuk kerja alat distilasi juga dianalisis. Dihasilkan Produktivitas air pada
variasi absorber bergelombang dengan kain dan reflektor meningkat sekitar
145,5% dari konvensional dan efisiensi rata-rata harian untuk absorber
bergelombang dengan kain dan reflektor sekitar 59% dengan hasil 4,1
liter/(m2.hari) (Omara, Kabeel, Abdullah, & Essa, 2016).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Distilasi air energi surya
Alat distilasi air energi surya memiliki keuntungan dalam hal biaya yang
murah, pemakaian, dan perawatan yang mudah. Prinsip kerja alat distilasi air
energi surya adalah penguapan air yang terkontaminasi dan pengembunan uap
air. Alat distilasi air energi surya umumnya terdiri dari 2 (dua) komponen penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
yakni bak air dan kaca penutup. Bak air juga berfungsi sebagai absorber yang
menyerap energi surya untuk menguapkan air sehingga air terpisah dari zat
kontaminasi. Kaca penutup juga berfungsi sebagai tempat mengembunnya uap
air (Pal, Dev, Singh, & Ahsan, 2018) sehingga dihasilkan air bersih yang dapat
langsung dikonsumsi. Gambar 1 merupakan komponen secara umum distilasi air
energi surya.
Gambar 1 Alat distilasi air energi surya jenis absorber bak
Radiasi (qrad) adalah energi yang dipancarkan oleh materi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik (atau foton) sebagai akibat dari
perubahan konfigurasi elektronik atom atau molekul. Tidak seperti konduksi
dan konveksi, transfer energi oleh radiasi tidak memerlukan media
penghantar. Transfer energi oleh radiasi adalah yang tercepat (dengan
kecepatan cahaya) dan tidak ada redaman dalam ruang hampa, sehingga
energi matahari dapat mencapai bumi (Cengel, 2004). Pada distilasi air energi
surya, radiasi surya berfungsi sebagai energi panas untuk memanasi absorber.
Radiasi surya yang dipancarkan dan diterima pada atmosfir bumi bagian luar
adalah 1353 W/m2. Energi panas tersebut tidak semuanya dapat masuk
sampai ke permukaan bumi. Radiasi khususnya ultraviolet akan diserap ozon
dan radiasi inframerah akan diserap karbon dioksida dan uap air. Terdapat
dua macam radiasi surya yang sampai kepermukaan bumi, yaitu radiasi
sorotan dan sebaran (Arismunandar, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 2 Proses-proses pada alat distilasi energi surya
Konveksi (qkonv) merupakan perpindahan panas yang disertai dengan
berpindahnya zat penghantar. Perpindahan panas dapat terjadi karena
perbedaan temperatur antara dua medium. Perpindahan panas secara
konveksi terjadi antara absorber dengan air, sehingga menaikkan temperatur
air. Kenaikan temperatur ini akan meningkatkan proses penguapan air
(Agung, 2018).
Penguapan (quap) adalah perubahan suatu zat cair menjadi uap pada
beberapa suhu dibawah titik didihnya. Sebagai contoh, air ketika ditempatkan
pada wadah dangkal yang terbuka ke udara, kemudian menghilang.
Penguapan (evaporasi) terjadi dikarenakan diantara molekul - molekul
permukaan zat cair terdapat cukup energi panas untuk mengatasi gaya kohesi
sesama molekul kemudian molekul - molekul saling melepas. Kecepatan
penguapan bergantung pada suhu zat cair tersebut, seberapa kuat ikatan antar
molekul dalam zat cair tersebut, luas permukaan zat cair, suhu, tekanan, dan
pergerakan udara di sekitar hingga penguapan tersebut dapat terjadi
(Assomadi & Lathif, 2010).
Pengembunan atau kondensasi merupakan perubahan fase dari uap air
menjadi embun (kondensat). Pengembunan dapat terjadi ketika uap air
didinginkan dan atau ketika tekanan parsial uap membesar. Pengembunan
dapat ditingkatkan dengan menurunkan temperatur kaca. Untuk menurunkan
temperatur kaca, dapat digunakan air atau udara. Kondensasi memiliki 2 tipe
yaitu kondensasi film dan kondensasi tetesan (droplet). Pada kondensasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
film, uap yang mengembun sangat tipis dan merata membentuk lapisan
seperti film pada permukaan kaca bagian dalam, serta akan turun karena
pengaruh gravitasi. Pada kondensasi droplet uap yang terkondensasi
membentuk butiran tetesan pada lapisan permukaan dan permukaan ditutupi
oleh tetesan yang tak terhitung jumlahnya dengan diameter yang bervariasi
(Cengel, 2004) .
Komponen utama alat distilasi adalah bahan kapilaritas, absorber dan
kaca penutup. Bahan kapilaritas menggunakan bahan yang mudah menyerap
air, karena memiliki fungsi sebagai media air yang akan didistilasi. Untuk
memperbesar absorbtivitas, absorber diwarnai hitam, karena warna hitam
memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap energi surya (Cengel,
2004 : 589). Alat distilasi menggunakan kaca penutup agar energi surya dapat
masuk dengan mudah ke absorber, juga sebagai tempat pengembunan
(kondensasi). Proses pengembunan dipengaruhi oleh temperatur kaca,
temperatur kaca yang rendah membuat proses pengembunan lebih baik,
sebaliknya kaca penutup tidak boleh terlalu panas, jika kaca terlalu panas
maka uap sukar mengembun. (Doddy Purwadianto, FA. Rusdi Sambada,
2015) .
2.2.2. Kapilaritas
Kapilaritas atau gejala kapiler adalah peristiwa naik atau turunnya zat
cair melalui celah sempit atau pipa rambut yang dimasukkan sebagian ke
dalam zat cair. Celah sempit atau pipa rambut ini disebut sebagai pipa kapiler.
Kapilaritas ini terjadi karena pengaruh gaya adhesi dan kohesi. Pada Gambar
3 dapat diamati bahwa zat cair akan naik melalui pipa kapiler apabila zat cair
membasahi tabung yaitu ketika gaya adhesi zat cair lebih besar dibandingkan
gaya kohesi. Hal ini disebabkan gaya tegangan permukaan sepanjang dinding
tabung bekerja ke arah atas. Ketinggian maksimum terjadi pada saat gaya
tegangan permukaan setara atau sama dengan berat zat cair yang berada
dalam pipa kapiler. Permukaan zat cair akan turun apabila zat cair tidak
membasahi tabung yaitu pada saat gaya kohesi lebih besar daripada gaya
adhesi. Kohesi merupakan gaya tarik menarik antara molekul-molekul dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
zat sejenis, sedangkan adhesi merupakan gaya tarik menarik antara molekul-
molekul zat yang tidak sejenis (Bahri, 2016)
Gambar 3 Tegangan permukaan yang bekerja pada dinding
pipa kapiler
Kapilaritas merupakan fungsi tegangan permukaan, jika tegangan
permukaan semakin besar maka kapilaritas semakin baik. Tegangan
permukaan rendah disebabkan temperatur air yang rendah. Air dapat
membasahi seluruh bagian kain dan tisu karena adanya tegangan permukaan
pada aksi kapilaritas pada bahan yang berpori. Kecepatan mengalirnya air
dari bak ke kain absorber sangat tergantung dari bahan, jumlah serat bahan,
dan ketinggian permukaan air dalam bak ke bagian tertinggi (Doddy
Purwadianto, FA. Rusdi Sambada, 2015). Selain itu ketebalan bahan juga
berpengaruh pada massa air yang dapat tertampung pada bahan. Ketebalan
bahan ini mirip dengan ketahanan basahnya. Secara umum, semakin tipis
bahan kapilaritas (3), semakin kecil ketahanan basahnya. Ini karena semakin
tipis bahan, maka massa air yang berada di bahan kapilaritas lebih sedikit,
maka air lebih mudah untuk diuapkan (1) dibandingkan dengan massa air
yang berada didalam bak distilasi. Gambar 4 skema benda di dalam bak
distilasi yang sudah diselubungi bahan kapilaritas, sehingga air akan naik ke
permukaan benda tersebut melalui aksi kapilaritas (4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 4 Aksi kapilaritas pada alat distilasi jenis absorber bak
2.2.3. Persamaan yang digunakan
Efisiensi distilasi energi surya adalah perbandingan antara jumlah
energi yang digunakan selama proses penguapan dengan jumlah total radiasi
surya yang datang selama interval waktu tertentu. Efisiensi distilator dapat
dihitung dengan persamaan :
η = 𝑚 ∙ ℎ𝑓𝑔
𝐴𝑑 ∙ Ġ ∙ 𝑡 x 100 % (1)
dengan η adalah efisiensi distilasi, m adalah hasil air distilasi (kg), hfg =
panas laten penguapan air (kJ/kg), Ad adalah luasan alat distilasi (m2), dan G
adalah radiasi surya yang datang (W/m2), t adalah lama waktu pemanasan
(detik). Adanya energi panas yang hilang melalui sisi absorber. Maka,
keseimbangan energi pada air menghasilkan (Arismunandar, 1995):
(τα)GT = 𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 + 𝑞𝑟𝑎𝑑 + 𝑞𝑢𝑎𝑝 𝑊 𝑚2⁄ (2)
Sebagian energi panas dari absorber akan dikonveksikan ke kaca.
Energi yang dikonveksikan ke kaca dihitung menggunakan persamaan:
𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 = 88.84𝑥10−3 ∙ (𝑇𝑤 − 𝑇𝑔 +𝑃𝑤 − 𝑃𝑔
268.9 𝑥 10−3 − 𝑃𝑤𝑥 𝑇𝑤)
1
3 𝑥 (𝑇𝑤 − 𝑇𝑔) 𝑊 𝑚2⁄ (3)
dengan qkonv adalah bagian energi surya yang terjadi karena konveksi
(W/m2), Tw adalah temperatur air (oK) , Tg adalah temperatur kaca penutup
(oK), dengan kata lain selisih Tw dan Tg disebut ∆T (oC). Pw adalah tekanan
parsial uap pada temperatur air , Pg adalah tekanan parsial uap pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
temperatur kaca (N/m2). Energi penguapan (𝑞𝑢𝑎𝑝 ) dapat dihitung dengan
persamaan :
𝑞𝑢𝑎𝑝 = 16,27 𝑥 10−3 𝑥 𝑞𝑘𝑜𝑛𝑣 ∙(𝑃𝑤− 𝑃𝑔)
(𝑇𝑤− 𝑇𝑔) 𝑊 𝑚2⁄ (4)
dengan quap adalah konveksi ke lingkungan, (W/m2). Energi radiasi
kaca ke lingkungan dihitung menggunakan
𝑞𝑟𝑎𝑑 = 𝜎[(𝑇1+273)4−(𝑇2+273)4]
( 1
∈1+
1
∈2−1 )
𝑊 𝑚2⁄ (5)
dengan qra adalah radiasi ke lingkungan, (W/m2), σ adalah konstanta
Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/(m2.K4)), T1 adalah temperatur kaca, Tg
(oC), T2 adalah temperatur langit, Tsky (oC), ε1 adalah emisivitas air , ε2 adalah
emisivitas langit, εsky (εsky = 1). Hasil air distilasi dapat dihitung berdasarkan
nilai yang diperoleh dari energi penguapan (quap). Laju distilasi (muap) dapat
dicari dengan hubungan :
𝑚𝑢𝑎𝑝 =𝑞𝑢𝑎𝑝
ℎ𝑓𝑔 liter/(jam.m2) (6)
dengan hfg adalah panas laten penguapan (J/kg). Energi yang
digunakan selama proses pemanasan (qc) dapat dihitung menggunakan
persamaan:
𝑞𝑐 = ( 𝑚𝑐 ∙ 𝐶𝑃 ∙ ∆𝑇
∆𝑡 ) 𝐽 𝑠⁄ (7)
dengan qc adalah energi berguna (J/s), mc adalah massa air (kg), CP
adalah kalor spesifik pada tekanan konstan (kJ/(kg.oC)), dan ΔT adalah selisih
temperatur absorber dengan kaca (oC).
2.3. Kerangka Penelitian
Alat distilasi yang digunakan pada penelitian ini adalah distilasi surya
jenis absorber bak. Secara rinci, untuk meningkatkan efisiensi akan
dilakukan tiga variasi sebagai upaya mengefektifkan proses penguapan
sehingga didapat hasil air distilasi yang maksimal. Penggunaan silinder ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dimaksudkan untuk pengganti absorber bak, silinder akan diselubungkan
oleh bahan kapilaritas. Bahan tersebut dimaksudkan untuk menampung air
yang memiliki massa yang lebih sedikit dengan mempergunakan aksi
kapilaritas. Melalui sifat kapilaritas, maka air yang tertampung pada bak
absorber akan didistribusikan ke bagian yang lebih tinggi. Air yang diserap
bahan kapilaritas menyebabkan jumlah massa air per satuan luas absorber
menjadi kecil. Kecilnya jumlah massa air per satuan luas absorber
menyebabkan lebih cepat menaikan temperatur air sehingga proses
penguapan air berlangsung lebih cepat. Hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi alat distilasi. Penggunaan kaki pada silinder dimaksudkan agar
silinder tidak bersentuhan dengan air sekitar bak sehingga tidak ada rugi-rugi
panas yang terjadi dari silinder absorber ke air sekitar bak.
Pada efek variasi jenis absorber akan dilakukan perbandingan antara
tiga jenis absorber yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada
variasi jenis absorber mengimplementasikan absorbtivitas dan kapilaritas
dari bahan kapilaritas, dengan tingkat absorbtivitas yang berbeda akan
mempengaruhi kecepatan penguapan. Begitu juga pada sifat kapilaritas yang
berbeda akan berpengaruh pada naiknya massa air hingga dibagian atas
silinder untuk diuapkan. Pada penelitian ini juga akan mempergunakan
variasi massa air di dalam bak distilasi (Gambar 5), perbedaan massa air pada
variasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan pengaruh penggunaan
silinder berkaki dengan bahan kapilaritas pada efisiensi yang dihasilkan
berupa peningkatan maupun penurunannya.
Gambar 5 Beda jumlah massa air didalam bak absorber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Panas yang datang (lihat Gambar 6) akan memanasi air yang ada pada
bak absorber (m4, m5) dan yang tertampung diatas silinder berkaki (m1 , m2,
m3). Adanya sifat kapilaritas pada bahan menyebabkan air naik kebagian atas
permukaan silinder. Massa air (m1 , m2, m3 ) akan lebih cepat menguap
dikarenakan massa air yang berada diatas silinder memiliki kandungan air
yang sedikit sehingga yang dipanasi pada satu saat lebih kecil dibanding
dengan massa air (m4, m5) pada bak.
Gambar 6 Massa air yang terpanasi dalam satu saat pada silinder
berkaki
2.4. Hipotesis
a) Semakin baik nilai absorbtivitas dan kapilaritas jenis absorber, semakin
tinggi efisiensi yang dihasilkan alat distilasi energi surya jenis absorber
bak.
b) Jumlah massa air sekitar bak yang semakin rendah akan mempercepat
waktu pemanasan air, sehingga meningkatkan efisiensi alat distilasi air
energi surya jenis absorber bak.
c) Semakin sedikit massa air yang terpanasi dalam satu saat, semakin efektif
penguapan sehingga meningkatkan efisiensi alat distilasi energi surya
jenis absorber bak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Alat Penelitian
Alat distilasi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 7 terbuat dari multipleks bertebal 1,2 cm dengan ukuran 32 cm x 32
cm. Bak distilasi (2) yang juga berfungsi sebagai absorber terbuat dari
alumunium dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Seluruh sisi-sisi
dinding (1) pada distilasi dilapisi dengan silikon hitam yang berfungsi sebagai
isolator. Kemiringan kaca (3) distilasi 15o dengan ketebalan 3 mm. Alat
distilasi ini memiliki alas (base) dasar (4) berukuran 40 cm x 40 cm.
Gambar 7 Skema alat distilasi air energi surya jenis bak yang
digunakan dalam penelitian
Penelitian ini menggunakan silinder alumunium berkaki yang
diselubungkan dengan bahan kapilaritas. Ukuran silinder yang digunakan
memiliki diameter 5,5 cm dan panjang 10,5 cm (lihat Gambar 8). Ukuran
kaki silinder yang digunakan memiliki ketinggian rata-rata 2 cm, sehingga
silinder tetap berada diatas dan tidak bersentuhan dengan permukaan air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 8 Skema dan dimensi silinder yang digunakan
dalam penelitian
Pada variasi jenis absorber, bahan kapilaritas yang diselubungkan
pada silinder berkaki merupakan tisu dan kain (lihat Gambar 9b). Bagian sisi
lebih dari tisu dan kain menyentuh pada air sehingga air didalam bak akan
terserap ke bagian tisu dan kain, serta akan naik ke atas sesuai dengan aksi
kapilaritas. Sedangkan jenis absorber alumunium foil, silinder tidak
menggunakan kaki. Silinder yang digunakaan secara langsung bersentuh
dengan air. Silinder telah ditutupi oleh kain lalu dilapisi kembali dengan
alumunium foil yang sudah diberi lubang sebagai tempat penguapan (lihat
Gambar 9a). Alumunium foil yang digunakan telah diwarnai hitam, supaya
dapat menyerap panas dengan baik.
Gambar 9 Skema silinder yang digunakan pada variasi jenis absorber
(a. absorber alumunium foil ; b. absorber tisu atau kain)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada variasi jumlah massa air di dalam bak, penelitian akan
membandingkan efek perbedaan massa air terhadap penggunaan variasi
silinder berkaki yang diselubungkan tisu dengan konvensional. Pada variasi
ini mempergunakan massa air didalam bak sebesar 0,6 liter dan 1,5 liter.
Tabel 1 Hubungan massa air yang terpanasi dalam suatu
saat dengan jumlah silinder
No Jumlah Silinder Berkaki
(buah)
Massa Air Yang Terpanasi Satu Saat
(kg)
1 3 1,21
2 6 0,93
3 12 0,36
Pada variasi jumlah massa air yang dipanasi pada satu saat diwakilkan
dengan jumlah silinder berkaki yang diselubungkan oleh tisu yaitu 3 ,6 ,dan
12 silinder. Tabel 1 merupakan hubungan jumlah silinder yang digunakan
dengan massa air yang terpanasi dalam satu saat. Pada variasi ini, massa air
yang terpanasi dalam satu saat merupakan massa air yang berada pada luasan
½ selimut silinder(permukaan atas silinder) ditambah dengan massa air di
celah-celah. Luasan ini diperhitungkan karena secara langsung terkena radiasi
panas. Setiap satu silinder tertampung massa air 1,1 gr sedangkan pada
jumlah silinder 3, 6, dan 12 silinder tertampung massa air masing-masing 3,3
gr, 6,6 gr, dan 13,2 gr. Pada bak absorber terdapat celah air yang berada
antara silinder satu dengan yang lainnya yang secara langsung terpanasi (lihat
Gambar 29). Celah air yang diperhitungkan merupakan hasil perkalian antara
luasan celah dengan kedalaman air. Semakin banyak silinder yang digunakan,
semakin sedikit celah yang tersedia, sehingga massa air yang terpanasi satu
saat akan semakin sedikit. Gambar 10 merupakan tata letak penggunaan
silinder didalam bak pada variasi massa air yang terpanasi dalam satu saat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 10 Skema tata letak pada penggunaan variasi massa air yang
terpanasi dalam satu saat
Pengambilan data dilakukan di dalam ruangan menggunakan lampu
pemanas. Terdiri dari 3 buah lampu pemanas dengan masing-masing lampu
memiliki daya secara total setara dengan 375 W. Lampu dipasang dalam
rangka besi yang diposisikan sejajar dengan kemiringan kaca penutup.
Radiasi lampu pemanas yang diperoleh rata-rata sebesar 712 W/m2 diukur
menggunakan solarmeter. Penggunaan kipas angin untuk menciptakan aliran
angin diatas permukaan kaca, sehingga suhu kaca tidak terlalu panas.
Gambar 11 Skema keseluruhan alat distilasi energi surya jenis
bak beserta lampu pemanas dan kipas angin
Secara rinci, skema alat distilasi pada Gambar 11 terdiri dari: (1)
rangka alat distilasi, (2) kipas angin, (3) rangka kipas angin dan lampu, (4)
lampu pemanas, (5) alat distilasi, (6) base alat distilasi, (7) wadah penampung
air bersih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3.2. Peralatan Pendukung Pengambilan Data
Pada penelitian ini, digunakan beberapa peralatan untuk mendukung
proses pengambilan data diantaranya :
1. Dallas Semiconductor Temperatur Sensors (TDS), untuk memonitor
dan merekam temperatur di beberapa titik alat penelitian.
2. Sensor Level, untuk mengukur ketinggian air hasil distilasi dalam
wadah penampung.
3. Solarmeter, untuk mengukur intensitas energi yang dipancarkan oleh
lampu pemanas.
4. Mikrokontroler Arduino, aplikasi yang digunakan untuk melihat hasil
pembacaan sensor-sensor yang digunakan pada penelitian.
3.3. Parameter yang Divariasikan
Terdapat beberapa jenis parameter yang akan divariasikan pada
penelitian ini, antara lain :
1. Variasi dengan jenis absorber silinder di dalam bak distilasi, yaitu
absorber alumunium foil, kain, tisu, dan konvensional.
2. Variasi jumlah massa air yang berada didalam bak distilasi yaitu 0,6
liter dan 1,5 liter.
3. Variasi massa air yang terpanasi dalam suatu saat yang diwakilkan
pada jumlah silinder, (seperti pada Tabel 1).
3.4. Langkah Analisis
Penelitian ini akan menganalisis efek jenis absorber yang di dalam
bak distilasi, efek massa air yang berada didalam bak, dan efek massa air
yang terpanasi pada satu saat. Secara rinci, analisis yang dilakukan dibagi
dalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Menganalisis efek variasi jenis absorber di dalam bak distilasi, akan
dilakukan perbandingan antara 3 jenis absorber yang diselubungkan
pada silinder yaitu alumunium foil, kain, dan tisu. Pada variasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
absorber tisu dan kain, penelitian dilakukan dengan menyelubungkan
tisu maupun kain pada silinder berkaki. Pada jenis absorber
alumunium foil, silinder yang digunakaan secara langsung bersentuh
dengan air dalam hal ini tidak berkaki.
2. Menganalisis efek massa air yang berada didalam bak dilakukan
perbandingan dengan massa air 0,6 liter dan 1,5 liter. Penelitian akan
membandingkan pada alat distilasi dengan menggunakan silinder tisu
berkaki dibandingkan konvensi onal.
3. Menganalisis efek variasi massa air yang dipanasi pada satu saat
diwakilkan pada penggunaan jumlah silinder tisu berkaki yaitu 3, 6,
dan 12 silinder, dengan massa air yang sama yaitu 1,5 liter.
3.5. Variabel yang Diukur
Pada penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang diukur, diantaranya
1. Temperatur absorber, Tw (°C)
2. Temperatur kaca penutup, Tg (°C)
3. Volume air yang dihasilkan, m (liter)
4. Jumlah energi surya yang datang, G (W/m2)
5. Lama waktu pengambilan data, t (detik)
3.6. Langkah Penelitian
Penelitian diawali dengan pembuatan alat, dan berakhir pada
analisis data. Secara rinci, langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat distilasi jenis absorber bak beserta dengan
peralatan pendukung pengambilan data.
2. Melakukan pengambilan data untuk setiap variasi yang dilakukan yaitu:
a. Variasi dengan jenis absorber yaitu alumunium foil, tisu, kain, dan
konvensional.
b. Variasi dengan massa air yang berada didalam bak absorber dengan
massa air 0,6 liter dan 1,5 liter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Variasi pada massa air yang terpanasi dalam satu saat yang
diwakilkan pada jumlah silinder tisu berkaki yaitu 3, 6 ,dan 12
silinder serta konvensional dengan massa air 1,5 liter
3. Pencatatan dan perekaman data dilakukan tiap 10 detik selama 2 jam
dalam temperatur ruangan. Data yang dicatat antara lain : temperatur air
(Tw), temperatur kaca (Tg), energi surya (lampu pemanas) yang diterima
alat (G), dan jumlah air yang dihasilkan (m).
4. Sebelum melakukan pengambilan data untuk setiap variasi, kondisi alat
distilasi harus diperiksa dan dilakukan pembersihan pada kaca penutup
dan absorber untuk memastikan tidak adanya kebocoran maupun
kerusakan pada sensor
5. Melakukan pengolahan dan analisis data menggunakan Persamaan (1)
sampai (7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Pada subbab ini, dipaparkan hasil pengambilan data yang dilakukan
selama 2 jam di dalam ruangan. Data yang disajikan merupakan hasil rata -
rata tiap 10 menit menggunakan peralatan pendukung pengambilan data.
Intensitas energi surya yang masuk alat (G), berasal dari radiasi 3 buah
lampu pemanas yang digunakan, dan dianggap konstan untuk setiap
pengambilan data.
Tabel 2 Data penelitian variasi konvensional dengan massa air
didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 30,66 37,06 0,00 712,55
20 39,27 41,15 0,00 712,55
30 47,30 43,30 0,00 712,55
40 53,97 45,24 0,00 712,55
50 59,18 46,99 0,00 712,55
60 63,24 48,26 0,00 712,55
70 66,32 49,40 0,00 712,55
80 68,60 50,13 9,66 712,55
90 70,27 50,86 22,75 712,55
100 71,44 51,39 36,98 712,55
110 72,37 51,89 59,66 712,55
120 73,00 52,05 76,00 712,55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel 3 Data penelitian variasi konvensional dengan massa air
didalam bak 0,6 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 37,27 36,32 0,00 712,55
20 52,96 41,69 0,00 712,55
30 62,11 45,56 0,00 712,55
40 66,75 47,74 0,00 712,55
50 69,49 49,15 0,00 712,55
60 71,06 49,50 0,00 712,55
70 72,13 49,99 11,00 712,55
80 72,73 50,31 27,99 712,55
90 73,27 50,86 40,76 712,55
100 73,92 51,24 58,04 712,55
110 74,22 51,44 69,37 712,55
120 74,42 51,76 99,00 712,55
Tabel 4 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki dengan
alumunium foil pada massa air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 46,74 39,03 0,00 712,55
20 57,60 46,38 0,00 712,55
30 61,71 48,55 0,00 712,55
40 65,01 49,74 0,00 712,55
50 67,58 50,48 0,00 712,55
60 69,43 51,31 0,00 712,55
70 71,33 51,95 6,13 712,55
80 72,65 52,18 16,74 712,55
90 73,75 52,67 27,26 712,55
100 74,72 53,01 33,98 712,55
110 75,35 53,36 49,34 712,55
120 75,13 53,73 67,00 712,55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel 5 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan
dengan kain pada massa air didalam bak 1,5 liter
Tabel 6 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan
dengan tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 54,71 42,74 0,00 712,55
20 65,92 51,58 0,00 712,55
30 69,54 52,42 0,00 712,55
40 70,83 52,82 6,49 712,55
50 71,48 53,23 14,47 712,55
60 72,35 53,70 23,81 712,55
70 72,97 54,18 30,70 712,55
80 73,62 54,45 44,32 712,55
90 74,04 54,74 58,96 712,55
100 74,63 55,14 72,78 712,55
110 74,99 55,24 84,73 712,55
120 75,44 55,52 102,00 712,55
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 51,82 41,19 0,00 712,55
20 63,27 51,09 0,00 712,55
30 66,16 53,19 0,11 712,55
40 67,74 53,48 5,15 712,55
50 68,83 53,44 14,30 712,55
60 69,64 53,57 26,02 712,55
70 70,70 53,83 36,45 712,55
80 71,18 54,61 52,36 712,55
90 71,85 54,90 68,02 712,55
100 72,50 55,29 85,43 712,55
110 72,99 55,31 103,78 712,55
120 73,31 55,52 124,00 712,55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 7 Data penelitian variasi 6 silinder berkaki diselubungkan
dengan tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 45,88 40,12 0,00 712,55
20 55,56 47,20 0,00 712,55
30 58,86 48,84 0,00 712,55
40 61,02 50,04 0,00 712,55
50 62,84 50,91 0,00 712,55
60 64,62 51,45 4,18 712,55
70 66,23 51,95 14,35 712,55
80 67,64 52,68 26,46 712,55
90 69,00 53,49 39,39 712,55
100 70,05 53,80 57,11 712,55
110 71,01 54,42 74,52 712,55
120 71,84 54,84 98,00 712,55
Tabel 8 Data penelitian variasi 3 silinder berkaki diselubungkan
dengan tisu pada massa air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 43,27 37,99 0,00 712,55
20 53,01 44,42 0,00 712,55
30 56,29 46,07 0,00 712,55
40 58,78 47,45 0,00 712,55
50 61,25 48,69 0,00 712,55
60 63,55 49,98 0,00 712,55
70 65,48 51,14 0,10 712,55
80 67,14 51,91 11,54 712,55
90 68,30 52,75 25,78 712,55
100 69,40 53,42 38,38 712,55
110 70,27 54,17 57,43 712,55
120 70,95 54,56 73,00 712,55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel 9 Data penelitian variasi 12 silinder berkaki diselubungkan
dengan tisu pada massa air didalam bak 0,6 liter
Menit
ke
Temperatur
Absorber
(°C)
Temperatur
Kaca
(°C)
Hasil
(ml)
G
(W/m2)
10 55,43 41,72 0,00 712,55
20 66,25 50,61 0,00 712,55
30 68,91 52,61 0,01 712,55
40 70,43 52,74 7,41 712,55
50 71,52 53,50 21,37 712,55
60 72,70 54,26 35,57 712,55
70 73,58 54,98 56,23 712,55
80 74,23 55,16 76,34 712,55
90 74,77 55,52 101,06 712,55
100 75,01 55,75 127,43 712,55
110 75,28 55,96 138,71 712,55
120 75,56 56,37 150,00 712,55
4.2. Hasil Pengolahan Penelitian
Tabel 10 Hasil perhitungan konvensional dengan massa air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) (Pa) (kJ/kg) W/m2 kg/m2
10 -6,40 4321 5934 2428,5 0,00 0,00 -37,78 712,55 0,00 0,00
20 -1,87 6657 7347 2407,9 0,00 0,00 -11,76 712,55 0,00 0,01
30 4,00 10199 8236 2388,7 0,00 0,00 26,40 712,55 0,00 0,01
40 8,73 14489 9135 2372,5 0,00 0,00 59,93 712,55 0,00 0,00
50 12,19 18880 10030 2359,8 0,00 0,00 86,43 712,55 0,00 0,00
60 14,97 23025 10736 2349,8 0,00 0,00 108,79 712,55 0,00 0,00
70 16,92 26641 11406 2342,2 0,00 0,00 125,33 712,55 0,00 0,00
80 18,46 29579 11853 2336,6 22,81 356,22 138,66 712,55 0,09 6,15
90 19,40 31897 12320 2332,4 29,37 482,07 147,33 712,55 0,12 12,88
100 20,05 33597 12663 2329,5 30,82 523,58 153,40 712,55 0,35 18,85
110 20,48 35002 13003 2327,2 47,69 833,54 157,68 712,55 0,57 27,65
120 20,95 35979 13114 2325,6 33,79 600,17 161,88 712,55 0,72 32,28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel 11 Hasil perhitungan konvensional dengan massa air didalam bak 0,6 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) Pa kJ/kg W/m2 kg/m2
10 0,95 5998 5714 2412,74 0,00 0,00 5,75 712,55 0,00 0,00
20 11,28 13754 7562 2374,96 0,00 0,00 75,78 712,55 0,00 0,00
30 16,55 21802 9293 2352,63 0,00 0,00 118,16 712,55 0,00 0,00
40 19,01 27181 10441 2341,15 0,00 0,00 140,09 712,55 0,00 0,00
50 20,34 30804 11255 2334,36 0,00 0,00 152,71 712,55 0,00 0,00
60 21,55 33038 11466 2330,46 0,00 0,00 163,25 712,55 0,00 0,00
70 22,14 34634 11763 2327,79 24,05 404,16 168,89 712,55 0,10 8,01
80 22,42 35556 11966 2326,28 36,47 624,40 171,71 712,55 0,27 17,84
90 22,41 36399 12314 2324,93 26,80 468,64 172,51 712,55 0,39 23,08
100 22,68 37441 12567 2323,29 35,53 633,95 175,39 712,55 0,55 29,58
110 22,78 37924 12701 2322,55 23,08 415,80 176,53 712,55 0,66 32,15
120 22,66 38250 12912 2322,05 59,72 1086,34 176,04 712,55 0,94 42,05
Tabel 12 Hasil perhitungan 12 silinder dengan alumunium foil pada massa air didalam
bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) Pa kJ/kg W/m2 kg/m2
10 7,71 9899 6574 2390,0 0,00 0,00 49,67 712,55 0,00 0,00
20 11,22 17447 9713 2363,7 0,00 0,00 78,73 712,55 0,00 0,00
30 13,16 21386 10898 2353,6 0,00 0,00 95,08 712,55 0,00 0,00
40 15,28 25056 11608 2345,5 0,00 0,00 112,67 712,55 0,00 0,00
50 17,11 28241 12071 2339,1 0,00 0,00 128,07 712,55 0,00 0,00
60 18,12 30720 12616 2334,5 0,00 0,00 137,29 712,55 0,00 0,00
70 19,38 33437 13046 2329,8 13,17 225,58 148,53 712,55 0,06 4,46
80 20,47 35439 13202 2326,5 22,05 389,66 158,05 712,55 0,16 10,66
90 21,07 37159 13545 2323,7 21,19 386,26 163,86 712,55 0,26 15,44
100 21,70 38741 13789 2321,3 13,16 246,14 169,75 712,55 0,32 17,32
110 21,99 39792 14037 2319,7 29,53 562,73 172,75 712,55 0,47 22,86
120 21,40 39426 14314 2320,3 33,88 647,01 168,19 712,55 0,63 28,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 13 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki diselubungkan dengan kain pada massa
air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) Pa kJ/kg W/m2 kg/m2
10 11,97 15053 7996 2370,7 0,00 0,00 81,49 712,55 0,00 0,00
20 14,33 26141 12795 2343,2 0,00 0,00 107,02 712,55 0,00 0,00
30 17,13 30874 13366 2334,2 0,00 0,00 130,48 712,55 0,00 0,00
40 18,00 32704 13653 2331,0 13,88 239,03 138,24 712,55 0,06 8,27
50 18,25 33664 13946 2329,4 16,69 293,43 140,79 712,55 0,14 14,75
60 18,64 34970 14292 2327,2 19,03 343,33 144,69 712,55 0,23 20,23
70 18,79 35928 14649 2325,7 13,73 253,10 146,52 712,55 0,29 22,36
80 19,16 36952 14858 2324,1 26,63 499,53 150,07 712,55 0,42 28,24
90 19,31 37636 15075 2323,0 28,24 537,00 151,67 712,55 0,56 33,39
100 19,49 38588 15391 2321,5 26,17 506,89 153,76 712,55 0,69 37,10
110 19,75 39194 15468 2320,6 22,40 437,69 156,20 712,55 0,80 39,26
120 19,91 39941 15696 2319,5 31,95 632,95 157,97 712,55 0,97 43,33
Tabel 14 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki diselubungkan dengan tisu pada massa
air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) Pa kJ/kg W/m2 kg/m2
10 10,63 12955 7366 2377,7 0,01 0,11 70,87 712,55 0,00 0,01
20 12,19 23065 12466 2349,8 0,00 0,00 89,68 712,55 0,00 0,01
30 12,97 26443 13919 2342,6 0,24 3,78 97,63 712,55 0,00 0,18
40 14,26 28446 14128 2338,7 11,40 186,21 108,26 712,55 0,05 6,56
50 15,40 29901 14094 2336,0 20,21 337,46 117,47 712,55 0,14 14,57
60 16,07 31016 14196 2334,0 25,38 432,25 123,12 712,55 0,25 22,11
70 16,87 32516 14388 2331,4 21,96 383,99 129,99 712,55 0,35 26,54
80 16,57 33219 14979 2330,1 32,68 585,23 128,43 712,55 0,50 33,36
90 16,94 34211 15205 2328,5 31,56 575,85 131,90 712,55 0,64 38,52
100 17,21 35204 15512 2326,9 34,35 639,61 134,58 712,55 0,81 43,54
110 17,68 35957 15523 2325,6 35,84 673,94 138,58 712,55 0,98 48,09
120 17,80 36474 15693 2324,8 39,08 742,51 139,84 712,55 1.17 52,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tabel 15 Hasil perhitungan 6 silinder berkaki dengan diselubungkan tisu pada massa
air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) Pa kJ/kg W/m2 kg/m2
10 5,75 9453 6961 2392,10 0,00 0,00 37,12 712,55 0,00 0,00
20 8,37 15731 10144 2368,64 0,00 0,00 58,38 712,55 0,00 0,00
30 10,01 18581 11071 2360,60 0,00 0,00 71,49 712,55 0,00 0,00
40 10,99 20682 11794 2355,29 0,00 0,00 79,65 712,55 0,00 0,00
50 11,93 22588 12351 2350,83 0,00 0,00 87,53 712,55 0,00 0,00
60 13,17 24595 12708 2346,43 12,57 184,68 97,67 712,55 0,05 4,23
70 14,28 26528 13043 2342,45 24,29 373,10 106,97 712,55 0,14 10,97
80 14,96 28313 13548 2338,96 27,61 443,25 113,15 712,55 0,26 17,25
90 15,51 30134 14135 2335,57 28,19 472,92 118,48 712,55 0,38 22,59
100 16,25 31582 14364 2332,98 37,53 647,18 124,82 712,55 0,64 29,29
110 16,60 32974 14829 2330,56 35,71 635,17 128,43 712,55 0,71 34,62
120 17,00 34194 15157 2328,51 46,96 855,92 132,25 712,55 0,93 41,63
Tabel 16 Hasil perhitungan 3 silinder berkaki dengan diselubungkan tisu pada massa
air didalam bak 1,5 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) (Pa) (kJ/kg) W/m2 kg/m2
10 5,28 8225 6227 2398,37 0,00 0,00 33,29 712,55 0,00 0,00
20 8,59 13789 8746 2374,84 0,00 0,00 58,50 712,55 0,00 0,00
30 10,22 16326 9553 2366,87 0,00 0,00 71,17 712,55 0,00 0,00
40 11,33 18512 10280 2360,78 0,00 0,00 80,37 712,55 0,00 0,00
50 12,56 20913 10981 2354,73 0,00 0,00 90,60 712,55 0,00 0,00
60 13,57 23369 11757 2349,08 0,00 0,00 99,50 712,55 0,00 0,00
70 14,33 25608 12503 2344,31 0,26 3,88 106,59 712,55 0,00 0,08
80 15,23 27669 13014 2340,20 26,99 422,45 114,53 712,55 0,11 7,35
90 15,56 29185 13597 2337,32 32,24 525,58 118,02 712,55 0,24 14,60
100 15,98 30675 14084 2334,59 27,51 464,70 122,19 712,55 0,36 19,56
110 16,10 31898 14642 2332,42 40,23 701,62 124,01 712,55 0,54 26,61
120 16,38 32879 14943 2330,73 32,17 573,05 126,83 712,55 0,69 31,01
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel 17 Hasil perhitungan 12 silinder berkaki dengan diselubungkan tisu pada massa
air didalam bak 0,6 liter
Menit
ke
ΔT
(°C)
Pw Pg hfg qkonv quap qrad G md η
(%) (Pa) (KJ/kg) W/m2 kg/m2
10 13,71 15626 7575 2368,96 0,00 0,00 93,25 712,55 0,00 0,00
20 15,64 26546 12154 2342,41 0,00 0,00 116,43 712,55 0,00 0,00
30 16,30 30001 13502 2335,81 0,02 0,27 123,91 712,55 0,00 0,01
40 17,69 32123 13594 2332,03 15,99 272,59 135,49 712,55 0,07 9,44
50 18,02 33719 14138 2329,31 29,05 513,40 139,22 712,55 0,20 21,78
60 18,44 35511 14713 2326,36 28,42 521,73 143,66 712,55 0,34 30,22
70 18,61 36900 15263 2324,14 40,08 758,31 146,03 712,55 0,53 40,95
80 19,06 37936 15409 2322,53 38,37 737,61 150,18 712,55 0,72 48,64
90 19,25 38833 15697 2321,16 46,34 906,11 152,25 712,55 0,96 57,24
100 19,26 39233 15885 2320,55 48,98 966,01 152,65 712,55 1.21 64,95
110 19,31 39675 16055 2319,89 20,78 413,49 153,41 712,55 1.31 64,28
120 19,19 40151 16394 2319,18 20,52 413,37 152,85 712,55 1.42 63,71
4.3. Pembahasan
4.3.1. Efek Variasi Jenis Absorber Terhadap Efisiensi Alat Distilasi
Gambar 12 Hasil air distilasi pada variasi jenis absorber
Gambar 12 adalah hasil distilasi energi surya dengan variasi jenis
absorber yaitu alumunium foil, kain, tisu, dan konvensional. Diketahui jenis
absorber tisu memiliki hasil distilasi terbaik dibandingkan dengan jenis
67,00
102,00
124,00
76,00
0
20
40
60
80
100
120
140
Alumunium
foil
Kain Tisu Konvensional
Ha
sil
Air
Dis
tila
si (
ml)
Jenis Absorber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
absorber lain. Ini dikarenakan nilai absorbtivitas pada jenis absorber yang
berbeda. Pada absorber tisu, ketika air naik ke permukaan karena aksi
kapilaritas, tisu yang terkena air akan tembus pandang(transparan) sehingga
silinder yang diselubungi tisu akan terlihat. Silinder dibuat dari bahan
alumunium yang memiliki nilai absortivitas lebih tinggi dibandingkan
dengan kain, sehingga panas yang diserap lebih baik. Panas yang diserap
oleh silinder akan memanaskan air yang berada di dalam tisu juga lebih
cepat, sehingga air lebih cepat menguap. Alasan lainnya adalah tipisnya
lapisan tisu dibandingkan dengan yang lain. Ini dibuktikan dengan tebal tisu
yang memiliki tebal yaitu 0,14 mm, sedangkan kain memiliki ketebalan 0,7
mm. Jika dilihat dari ketebalannya maka air yang terkandung pada ketebalan
tisu yang memiliki massa air yang lebih sedikit. Ini dibuktikan dengan
mengukur massa air yang berada pada kain dan tisu, didapatkan tisu dapat
menampung massa air sekitar 1,1 gr tiap silinder. Sedangkan pada kain,
dapat menampung sekitar 2,77 gr tiap silinder. Massa air lebih sedikit
menyebabkan lebih cepatnya waktu untuk memanaskan massa air yang ada,
pemanasan yang lebih cepat akan mengoptimalkan penguapan sehingga
hasil distilasi lebih banyak (Setyaji & Sambada, 2018).
Gambar 13 Efisiensi alat distilasi pada variasi jenis absorber
Gambar 13 merupakan efisiensi dari variasi jenis absorber,
didapatkan bahwa nilai efisiensi tertinggi terjadi pada jenis absorber yaitu
28,46%
43,33%
52,67%
32,28%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Alumunium
foil
Kain Tisu Konvensional
Efi
sien
si (
%)
Jenis Absorber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tisu dan terendah adalah jenis absorber alumunium foil. Pada absorber jenis
alumunium foil, penggunaan alumunium foil bertujuan untuk menyerap
lebih banyak panas karena nilai absorbtivitas alumunium foil berwarna
hitam yang tinggi. Pemberian warna hitam berguna untuk meningkatkan
daya serap energi panas (Velmurugan & Srithar, 2007). Alumunium foil
akan memanasi kain dibawahnya, kain yang menerima panas dari
alumunium foil diharapkan lebih cepat menguapkan air yang berada dipori-
pori kain. Namun pada penelitian ini memiliki hasil dan efisiensi yang
terendah. Ini kemungkinan dikarenakan kontak antara alumunium foil dan
kain tidak baik, artinya antara alumunium foil dengan kain tidak seluruhnya
bersentuhan (memiliki celah udara) seperti pada Gambar 14. Celah udara
ini menghambat proses perpindahan panas dari alumunium foil ke kain,
yang menyebabkan kain lebih lama terpanasi. Disamping itu terdapat rugi-
rugi energi yang berpindah dari alumunium foil kedalam air bak. Rugi-rugi
panas yang berpindah dari alumunium foil ke air sekitar bak membuat
semakin lama proses pemanasan air yang berada di kain, sehingga
penguapan semakin tidak efektif. Efek lanjutan dari penguapan yang kurang
efektif akan berpengaruh pada temperatur kaca yang rendah.
Gambar 14 Skema celah udara pada jenis absorber alumunium foil
Efisiensi alat distilasi air energi surya sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain beda temperatur antara temperatur kaca dan
temperatur absorber (ΔT), quap, dan qkonveksi . Gambar 15 menunjukkan nilai
beda temperatur rata-rata dari waktu ke waktu selama 2 jam pengambilan
data. Nilai ΔT ini berpengaruh terhadap proses penguapan dan
pengembunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Gambar 15 Perubahan beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit
pada variasi jenis absorber
Nilai ΔT menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat untuk
seluruh variasi. Terlihat bahwa ΔT pada jenis konvensional pada menit awal
memiliki nilai negatif. Ini dikarenakan temperatur kaca yang lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur absorber. Beda temperatur (ΔT)
merupakan hasil dari pengurangan temperatur absorber dengan temperatur
kaca (Hayuningtyas & Sambada, 2018). Temperatur absorber pada jenis
konvensional adalah temperatur air yang ada disekitar bak, untuk mengukur
temperatur air digunakan sensor. Sensor temperatur diletakkan didalam air
sehingga untuk memanaskan air membutuhkan waktu yang cukup lama agar
temperatur seluruh air memiliki panas yang merata. Inilah yang
menyebabkan pada menit awal penelitian temperatur absorber lebih rendah
dibandingkan temperatur kaca sehingga menghasilkan nilai negatif hingga
menit ke-30, ΔT mulai bernilai positif dapat dilihat pada Tabel 2 yang mana
temperatur absorber memiliki temperatur yang lebih panas dibandingkan
dengan temperatur kaca. Didapat pula ΔT pada tisu dan kain memiliki
kecenderungan peningkatan yang hampir sama, sedangkan pada alumunium
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80 100 120
ΔT
(o
C)
Waktu (menit)
Al Foil Kain Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
foil memiliki kecenderungan yang lebih tinggi daripada tisu dibandingkan
kain. Nilai ΔT yang besar pada absorber alumunium foil seharusnya
memiliki penguapan dan pengembunan yang efektif yang akan memiliki
hasil distilasi yang lebih baik, namun kenyataannya tidak demikian. Nilai
ΔT yang besar pada absorber ini dikarenakan temperatur kaca terlalu
rendah. Temperatur kaca yang terlalu rendah mengindikasikan sedikitnya
pengembunan yang terjadi pada kaca, pengembunan yang sedikit ini
disebabkan oleh penguapan yang terjadi kurang efektif (Antanasius Tri
Sulistiyo, 2019). Ini akibat dari celah udara yang terjadi pada absorber
alumunium foil, seperti dijelaskan sebelumnya pada Gambar 14.
Gambar 16 Qkonveksi rata-rata pada variasi jenis absorber
Faktor kedua yang mempengaruhi hasil akhir distilasi yaitu nilai
qkonveksi. Nilai qkonveksi menggambarkan energi yang dipindahkan dari air
panas yang tertampung dalam absorber ke permukaan kaca bagian dalam.
Terlihat pada Gambar 16 nilai qkonveksi rata-rata terendah terjadi pada variasi
jenis absorber alumunium foil dan yang terbesar terjadi pada absorber tisu.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa alumunium foil memiliki hasil yang
rendah disebabkan karena penguapan yang terjadi rendah. Membutuhkan
waktu yang lebih lama agar uap yang berada dipermukaan silinder
berkumpul dan makin lama akan naik ke kaca.
11,08
16,56
21,06
13,71
0
5
10
15
20
25
Alumunium
foil
Kain Tisu Konvensional
Q K
on
vek
si (
W/m
2)
Jenis Absorber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Faktor lainnya yang mempengaruhi hasil distilasi adalah quap. Nilai
quap menunjukkan besarnya energi yang digunakan untuk proses penguapan
air (quap) yang merupakan fungsi hasil air distilasi per satuan luas. Oleh
karena itu, nilai quap dapat menjadi indikator seberapa besar air yang dapat
diuapkan tiap satu m2. Nilai quap merupakan fungsi dari qkonveksi, sehingga
semakin kecil qkonveksi maka quap juga akan semakin kecil.
Gambar 17 Quap rata-rata pada variasi jenis absorber
Proses penguapan akan berlangsung baik jika quap yang ada memiliki
nilai yang baik, sedangkan nilai quap pada variasi absorber tisu memiliki
nilai tertinggi, ini sejalan dengan nilai qkonveksi. Pada Gambar 17, nilai quap
pada variasi absorber tisu memiliki nilai tertinggi. Hasil ini menunjukkan
bahwa proses penguapan air pada variasi absorber tisu merupakan yang
terbaik, sehingga menghasilkan hasil distilasi yang lebih banyak. Dalam
pengamatan pada saat eksperimen, jenis absorber tisu menghasilkan embun
droplet lebih cepat. Embun jenis droplet dapat memberikan hasil yang lebih
optimal karena setelah embun droplet mengalir ke saluran penampung,
permukaan kaca akan menjadi bersih sehingga panas matahari dapat masuk,
dan embun baru akan terbentuk kembali. Akan tetapi, jenis embun ini
sekaligus menjadi isolator panas karena menghalangi panas matahari yang
masuk (Pamungkas, 2019) .
204,78
311,91
380,08
232,97
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Alumunium
foil
Kain Tisu Konvensional
Qu
ap
(W
/m2)
Jenis Absorber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gambar 18 Temperatur absorber, temperatur kaca, dan beda temperatur
rata-rata pada variasi jenis absorber
Gambar 18 merupakan nilai rata-rata dari temperatur kaca dan
temperatur absorber pada variasi jenis absorber. Terlihat bahwa nilai
temperatur absorber rata-rata tertinggi terjadi pada kain. Ini dikarenakan
penggunaan silinder dan kain yang dipakai berwarna hitam. Warna hitam
memiliki sifat absortivitas yang besar, ini memungkinkan lebih efektif
panas yang terserap pada kain dari awal penelitian hingga akhir penelitian.
Namun pada absorber kain, hasil dan efisiensi bukan merupakan yang
terbaik, ini disebabkan kain memiliki ketebalan yang lebih besar
dibandingkan dengan tisu sehingga massa air yang terkandung didalam kain
lebih banyak. Air yang terpanasi dalam satu saat lebih banyak membuat
waktu untuk memanaskan lebih lama, sehingga penguapan menjadi kurang
efektif (Tiwari & Tiwari, 2006). Pada jenis absorber konvensional memiliki
temperatur rata-rata absorber dan kaca yang terkecil dibandingkan dengan
absorber lain. Temperatur absorber yang rendah dikarenakan massa air
yang banyak pada bak absorber, sehingga membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk memanaskan air, lamanya pemanasan akan menyebabkan lebih
lamanya terjadi penguapan sehingga hasil distilasi yang rendah.
67,5870,87
68,33
59,63
50,2052,98 52,95
47,31
17,38 17,89 15,3812,32
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Alumunium
foil
Kain Tisu Konvensional
Tem
per
atu
r (°C
)
Jenis Absorber
Temperatur Absorber Temperatur Kaca Beda Temperatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4.3.2. Efek Jumlah Massa Air Didalam Bak Terhadap Efisiensi Alat
Distilasi
Gambar 19 Hasil air distilasi pada variasi massa air didalam bak
Pada Gambar 19 menunjukan perbandingan hasil akhir variasi tisu
dengan konvensional pada jumlah massa air yaitu 0,6 liter dan 1,5 liter.
Terlihat bahwa hasil air distilasi maksimum diperoleh pada jumlah massa
air 0,6 liter, baik pada hasil distilasi tisu maupun konvensional. Pada massa
air 0,6 liter terjadi peningkatan hasil distilat sebesar 52% saat penggunaan
silinder berkaki diselubungkan tisu, sedangkan untuk massa air 1,5 liter
memiliki peningkatan hasil yang lebih tinggi yaitu sebesar 63%. Hal
tersebut menunjukan bahwa penggunaan tisu lebih efektif pada massa air
yang lebih banyak. Pada massa air yang sedikit, aksi kapilaritas air untuk
mencapai permukaan puncak silinder akan semakin sulit. Sulitnya air untuk
naik hingga kepermukaan disebabkan karena jarak permukaan air dengan
permukaan silinder yang cukup tinggi, sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mencapai puncak silinder. Ini juga menyebabkan
permukaan silinder pada massa air yang lebih sedikit terjadi sedikit
kekeringan diakhir eksperimen.
150,00
124,00
99,00
76,00
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0,6 liter 1,5 liter
Ha
sil
Air
Dis
tila
si (
ml)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 20 Massa air yang terpanasi dalam satu waktu pada
variasi massa air didalam bak
Gambar 20 menunjukan silinder tisu pada penambahan massa air
dari 0,6 liter menjadi 1,5 liter terjadi peningkatan massa air yang terpanasi
dalam satu saat sebesar 137 %. Pada variasi silinder tisu dengan massa air
0,6 liter dibandingkan 1,5 liter memiliki selisih hasil yang berbeda yaitu 36
ml. Terjadi penurunan hasil sekitar 17,3% pada penambahan massa air
sekitar dari 0,6 liter menjadi 1,5 liter. Hal ini bisa dikarenakan penggunaan
silinder tisu pada bak absorber tidak seluruhnya tertutup oleh silinder,
masih terdapat celah. Celah tersebut merupakan massa air yang berada
disekitar silinder yang terkena panas secara langsung. Ketika celah air
terkena panas maka untuk massa air yang semakin banyak memiliki
ketinggian air lebih tinggi, sehingga massa air yang terpanasi dalam satu
saat juga lebih banyak. (lihat Gambar 21).
Gambar 21 Skema celah air yang terpanasi dalam suatu saat pada
penggunaan silinder bertisu
0,15
0,36
0,6
1,5
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
0,6 liter 1,5 literMa
ssa
Air
Ter
pa
na
si S
atu
Sa
at
(kg
)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvesional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
.
Gambar 22 Efisiensi alat distilasi pada variasi massa air didalam bak
Gambar 22 menunjukan perbandingan efisiensi alat distilasi pada
jenis variasi massa air didalam bak 0,6 liter dan 1,5 liter. Efisiensi
maksimum diperoleh pada variasi tisu dengan massa air total sebesar 0,6
liter yaitu 63,71 % pada penggunaan silinder berkaki dan 42,05 % pada
konvensional. Dapat disimpulkan bahwa efisiensi tertinggi terjadi pada
massa air didalam bak yang lebih sedikit. Ini disebabkan penguapan yang
terjadi tidak hanya dari silinder saja namun juga terjadi penguapan pada
massa air yang berada dicelah. Pengaruh massa air yang lebih sedikit akan
memanaskan air yang berada dicelah silinder lebih cepat karena kalor yang
dibutuhkan untuk memanaskan lebih sedikit, sehingga penguapan yang
terjadi akan lebih efektif. Penguapan yang semakin efektif akan
menghasilkan air distilat yang lebih banyak sehingga efisiensi yang didapat
semakin tinggi.
Pada Gambar 23, temperatur rata rata absorber pada variasi tisu
selalu lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional pada perbedaan
massa air didalam bak. Diperoleh kesimpulan bahwa massa air total
memiliki pengaruh terhadap temperatur absorber. temperatur absorber
pada variasi tisu dengan penambahan massa air dalam bak terjadi penurunan
63,71%
52,67%
42,05%
32,28%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0,6 liter 1,5 liter
Efi
sien
si (
%)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
temperatur hingga 4%. Selisih yang besar terjadi bila dibandingkan antara
variasi tisu dengan konvensional, terjadi penurunan temperatur absorber
sebesar 15% pada massa air 1,5 liter
Gambar 23 Temperatur absorber rata-rata pada variasi massa air
didalam bak
Pada variasi konvensional pengukuran sensor berada dibawah dasar
air bukan dipermukaan air. Air yang berada dipermukaan lebih panas karena
air yang dipanaskan oleh absorber akan naik kepermukaan dan yang dingin
akan turun. Temperatur terpanas berada dibagian atas sedangkan bagian
bawah merupakan temperatur terendah. Massa air didalam bak yang
semakin besar membuat waktu memanaskan air menjadi lebih lama,
sehingga temperatur absorber yang merupakan temperatur dasar air
memiliki rata-rata yang lebih rendah karena pengaruh banyaknya massa air
didalam bak.
Pada Gambar 24 terlihat temperatur rata-rata kaca variasi tisu
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional pada
massa air yang berbeda didalam bak. Pada variasi tisu dengan semakin
tinggi massa air didalam bak tidak terlalu berpengaruh terhadap temperatur
rata-rata kaca, terjadi penurunan temperatur kaca 0,6 %.
71,14
68,3366,69
59,63
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
74
0,6 liter 1,5 liter
Tem
per
atu
r A
bso
rber
(°C
)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 24 Temperatur kaca rata-rata pada variasi massa air
didalam bak
Pada penggunaan tisu dibandingkan dengan konvensional,
temperatur kaca terjadi peningkatan yang signifikan hingga 11%.
Temperatur kaca dipengaruhi oleh radiasi, konveksi, dan penguapan
(Abdenacer & Nafila, 2007). Disimpulkan bahwa temperatur kaca yang
rendah salah satunya mengindikasikan kurang efektifnya pengembunan.
Ketika proses pengembunan, uap akan melepas panas ke kaca yang
mengakibatkan temperatur kaca naik. Jika penguapan tidak terjadi maka
tidak ada panas yang berpindah dari uap ke kaca, sehingga temperatur kaca
akan rendah karena hanya dipengaruhi oleh radiasi dan konveksi.
Nilai ΔT yang semakin besar menunjukan bahwa temperatur
absorber lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur kaca, dengan
temperatur absorber yang semakin tinggi akan mengoptimalkan pada
penguapan air sedangkan temperatur kaca yang rendah memudahkan uap
untuk mengembun di bagian dalam kaca. Dengan penguapan dan
pengembunan yang optimal akan meningkatkan hasil distilasi (Tiwari &
Tiwari, 2006)
53,27 52,95
47,9647,31
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
0,6 liter 1,5 liter
Tem
per
atu
r K
aca
(°C
)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 25 Perbuahan beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit pada
variasi massa air didalam bak
Gambar 25 Beda temperatur (ΔT) rata-rata pada variasi massa air
didalam bak. Diketahui bahwa Beda temperatur rata-rata pada variasi
konvensional pada massa air 0,6 liter dan 1,5 liter masing-masing 18,73oC
dan 12,73oC, sedangkan pada silinder tisu masing masing 17,87oC dan
15,38oC. Jumlah massa air didalam bak berpengaruh pada beda temperatur
rata-rata. Penggunaan silinder tisu akan berpengaruh pada temperatur ΔT
rata-rata dibandingkan dengan konvensional, terbukti diperoleh kenaikan
temperatur ΔT rata-rata 15% pada massa air didalam bak 1,5 liter. Hal
tersebut dikarenakan faktor penggunaan tisu yang mempergunakan efek
kapilaritas. Efek kapilaritas akan membuat massa air yang terpanasi lebih
sedikit sehingga air yang diserap akan lebih mudah diuapkan daripada air
yang terdapat pada konvensional. Pada konvensioanl diawal penelitian
terjadi nilai ΔT negatif karena temperatur kaca lebih panas dibandingkan
absorber. Sehingga menyebabkan rata-rata ΔT rendah. Pada massa air 0,6
liter diperoleh pada kedua variasi memiliki ΔT yang cukup besar. Besarnya
ΔT membuat uap yang ada akan langsung naik ke permukaan kaca lalu
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80 100 120
ΔT
(oC
)
Waktu (menit)
Tisu(1,5l) Konvensional (1,5l)
Tisu (0,6l) Konvensional (0,6l)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mengembun. Penguapan yang efektif membuat hasil air distilasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan massa air 1,5 liter.
Gambar 26 menunjukkan nilai qkonveksi pada penggunaan silinder selalu
lebih tinggi daripada variasi dengan konvensional. Rendahnya nilai qkonveksi
pada variasi konvensional, akibat dari banyaknya massa air dalam bak. Massa
air yang terlalu banyak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memanaskan air, selain itu jarak antara absorber dengan kaca terlalu jauh. Hal
ini menyebabkan proses perpindahan panas dari absorber ke kaca tidak
optimal. Pada penggunaan silinder tisu, kecilnya massa air dan jarak antara
permukaan atas silinder dengan kaca sangat dekat, memungkinkan perpindahan
panas yang terjadi lebih efektif.
Gambar 26 Qkonveksi rata-rata pada variasi massa air didalam bak
Gambar 26 menunjukan penggunaan silinder tisu memiliki nilai
qkonveksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional. Penggunaan
silinder bertisu akan menaikan nilai qkonveksi sebesar 40% pada massa air 0,6
liter. Pada massa air yang semakin tinggi yaitu 1,5 liter kenaikan nilai
qkonveksi sebesar 54 %. Disimpulkan bahwa pada penggunaan silinder akan
lebih efektif pada massa air yang lebih besar. Nilai qkonveksi yang semakin
besar akan meningkatkan nilai quap, tetapi nilai qkonveksi itu sendiri
24,04
21,06
17,14
13,71
0
5
10
15
20
25
30
0,6 liter 1,5 liter
Q K
on
vek
si (
W/m
2)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
merupakan rugi-rugi. Semakin tinggi qkonveksi makin tinggi rugi-rugi yang
terjadi, namun hasil juga semakin tinggi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil distilasi adalah quap. Nilai quap menunjukkan besarnya
energi yang digunakan untuk proses penguapan. Oleh karena itu, nilai quap
dapat menjadi indikator seberapa besar air yang dapat diuapkan.
Gambar 27 Quap rata-rata pada variasi massa air didalam bak
Gambar 27 menunjukan quap terbesar terjadi pada variasi tisu dengan
massa air 0,6 liter. Variasi konvensional dengan massa air 1,5 liter memiliki
nilai quap terendah. Sementara itu, nilai quap terbaik terdapat pada variasi
dengan jumlah massa air terkecil. Kemudian nilai quap akan semakin menurun
dengan penambahan jumlah massa air sebesar 1,5 liter. Rendahnya nilai quap
akibat dari volume air yang tertampung cukup besar, ini membuat
pemanasan membutuhkan waktu yang lebih lama. Waktu pemanasan yang
lebih lama akan membuat penguapan yang terjadi kurang efektif.
458,57
380,08
302,77
232,97
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
0,6 liter 1,5 liter
Q U
ap
(W
/m2)
Jumlah Massa Air
Tisu Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4.3.3. Efek Massa Air Yang Terpanasi Dalam Suatu Saat Terhadap
Efisiensi Alat Distilasi
Gambar 28 Perbandingan variasi jumlah silinder terhadap massa
air yang terpanasi dalam suatu saat
Gambar 28 merupakan perhitungan jumlah massa air yang terpanasi
dalam satu saat. Perhitungan ini merupakan penjumlahan massa air yang
terpanasi dalam satu saat pada permukaan silinder dan sela/celah antar
silinder, seperti Gambar 21. Pada variasi penggunaan silinder, massa air
yang berada dipermukaan satu silinder tertampung sebesar 1,1 gr. Air yang
berada dipermukaan silinder berasal dari naiknya air karena aksi kapilaritas.
Gambar 29 Skema celah air pada variasi penggunaan 12
silinder didalam bak absorber
Pada bak absorber terdapat celah air yang berada antara silinder satu
dengan yang lainnya (lihat Gambar 29) yang secara langsung terpanasi.
Jumlah 12 silinder berkaki hampir seluruhnya menutupi bak absorber,
0,36
0,93
1,21
1,50
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
12 SILINDER 6 SILINDER 3 SILINDER KONVENSIONAL
Ma
ssa
Air
Ter
pa
na
si S
atu
Sa
at
(kg
)
Jumlah Silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
namun tetap memiliki sedikit celah air. Celah air yang diperhitungkan
merupakan hasil perkalian antara luasan celah dengan kedalaman air.
Semakin banyak silinder yang digunakan, semakin sedikit celah yang
tersedia, sehingga massa air yang terpanasi satu saat akan semakin sedikit.
Gambar 30 Hasil air distilasi pada variasi jumlah silinder
Pada Gambar 30 didapatkan bahwa jumlah 12 silinder memiliki
hasil distilasi total yang paling baik yaitu sebesar 124 ml. Penggunaan
jumlah 12 silinder akan memperkecil massa air yang terpanasi pada satu
saat. Massa air yang terpanasi satu saat yang sangat kecil merupakan efek
dari massa air yang tertampung diatas silinder yang sangat kecil. Massa air
yang berada diatas silinder memiliki massa air yang sangat kecil dan lapisan
yang tipis. Sehingga panas yang diterima absorber akan lebih cepat
menguapkan massa air yang berada diatas silinder tersebut. Ketika massa
air pada silinder menguap akan digantikan oleh massa air baru yang naik ke
permukaan karena aksi kapilaritas. Disimpulkan bahwa massa air yang
terpanasi dalam satu saat yang lebih kecil akan memiliki hasil distilasi yang
lebih baik. Namun hal tersebut tidak terjadi pada 3 silinder, secara
kuantitatif jumlah 3 silinder memiliki massa air yang terpanasi lebih sedikit
124,00
98,00
73,00 76,00
0
20
40
60
80
100
120
140
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
Ha
sil
Air
Dis
tila
si (
ml)
Jumlah Silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dibandingkan dengan konvensional. Selisih hasil distilasi pada kedua variasi
sebesar 3 ml atau 4,1%. Ini kemungkinan besar terjadi karena hasil air
distilat dari proses pengembunan yang terjadi pada variasi 3 silinder masih
banyak yang tertampung pada saluran penampung dan belum sempat jatuh
kebagian bak penampungan hasil air distilasi, sehingga disimpulkan bahwa
penggunaan jumlah 3 silinder tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap
hasil air distilasi.
Gambar 31 Efisiensi alat distilasi pada variasi jumlah silinder
Nilai efisiensi merupakan fungsi dari hasil distilasi. Pada Gambar 31
efisiensi terbaik terjadi pada jumlah silinder 12 buah yaitu 52,57%
sedangkan terendah terjadi pada variasi jumlah silinder 3 buah yang
mewakili 1,22 kg massa air yang terpanasi dalam suatu saat, memiliki
efisiensi 31,01 % dengan efisiensi yang hampir sama dengan konvensional
sebesar 32,28%. Sesuai dengan persamaan 7, jika air menerima panas
dengan energi berguna (Q) yang tetap. Kenaikan temperaturnya tergantung
dari massa air (m), sedangkan kapasitas panas (Cp) merupakan ketetapan
yaitu 4200 J/kgoC. Massa air yang semakin besar maka beda temperatur
(ΔT) akan lebih kecil untuk harga energi berguna (Q) yang sama. ΔT yang
bernilai kecil membuat air akan sulit menguap. Salah satu faktor penguapan
52,67%
41,63%
31,01% 32,28%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
Efi
sien
si (
%)
Jumlah Silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
adalah temperatur air, temperatur air tinggi akan semakin mudah menguap.
Sehingga pada jumlah silinder 12 memiliki grafik ΔT diawal penelitian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan variasi lainnya seperti pada Gambar 32.
Gambar 32 Perubahan Beda temperatur (ΔT) rata-rata tiap 10 menit pada
variasi jumlah silinder
Pada Gambar 32 merupakan beda temperatur rata-rata tiap 10 menit
selama 2 jam penelitian. Grafik ΔT pada penggunaan variasi silinder
diketahui memiliki kecenderungan kenaikan yang hampir sama, sedangkan
konvensional memiliki kecenderungan ΔT yang lebih terlihat peningkatan
yang signifikan dibandingkan penggunaan silinder yang relatif lurus. Hal
tersebut dikarenakan temperatur ΔT konvensional dimulai dari nilai negatif
dibandingkan dengan lainnya. Ini disebabkan karena massa air yang besar,
semakin besar massa air, semakin sulit temperatur air untuk naik dan
membutuhkan waktu yang yang lebih lama untuk memanaskan. Hal ini
menyebabkan penguapan yang terjadi rendah. Pada penggunaan 12 silinder,
pada menit awal penelitian memiliki ΔT yang lebih tinggi. nilai ΔT yang
tinggi mengindikasikan penyerapan panas yang baik pada penggunaan 12
silinder sebagai pengganti absorber. ΔT yang tinggi diawal penelitian akan
-10
-5
0
5
10
15
20
25
0 20 40 60 80 100 120
ΔT
(°
C)
Waktu (menit)
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
lebih mudah untuk menaikan uap sampai ke bagian permukaan dalam kaca.
Ketika uap sudah berkumpul lebih cepat, maka tekanan parsial pada uap
lebih cepat tinggi. Ini membuat uap dapat mengembun lebih cepat sehingga
hasil air yang didapat lebih banyak dibandingkan konvensional yang
memerlukan waktu lebih lama untuk menguapkan air.
Gambar 33 Qkonveksi rata-rata pada variasi jumlah silinder
Gambar 33 merupakan besar nilai qkonveksi terhadap variasi jumlah
silinder. Terlihat bahwa 12 silinder memiliki qkonveksi sebesar 21,06 W/m2,
Sedangkan terendah pada 3 silinder dengan qkonveksi 13,28 W/m2. Rendahnya
nilai qkonveksi akibat dari banyaknya massa air yang akan dipanaskan pada satu
saat, hal ini menyebabkan proses perpindahan panas dari absorber ke kaca tidak
optimal. Secara umum dapat disimpulkan semakin banyak jumlah silinder
semakin tinggi nilai qkonveksi. Nilai qkonveksi pada persamaan 2 merupakan
rugi-rugi bersamaan dengan qrad , namun qkonveksi akan berpengaruh pada
nilai quap . Quap merupakan fungsi dari qkonveksi, qkonveksi yang semakin besar
maka quap juga akan semakin besar. Nilai quap semakin tinggi maka hasil air
dan efisiensi yang diperoleh juga semakin tinggi (Hayuningtyas &
Sambada, 2018). Gambar 34 menunjukkan kecenderungan quap rata–rata
yang hampir sama dengan qkonveksi rata-rata pada Gambar 33.
21,06
17,74
13,28 13,71
0
5
10
15
20
25
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
Q k
on
vek
si (
W/m
2)
Jumlah Silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Gambar 34 Quap rata-rata pada variasi jumlah silinder
Gambar 34 merupakan hasil rata-rata dari quap untuk variasi jumlah
silinder. Quap terbaik terjadi pada jumlah silinder 12 yaitu sebesar 380,08
W/m2. Semakin banyak jumlah silinder maka semakin besar rata-rata quap,
dikarenakan semakin banyak sillinder akan semakin menambah bagian
yang lebih cepat menguapkan air yaitu pada air yang berada diatas silinder
dan mengecilkan massa air yang dipanasi pada suatu saat. Nilai quap dan
qkonveksi akan mempengaruhi proses pembentukan embun pada kaca
penutup. Dari pengamatan selama 2 jam penelitian, semakin banyak jumlah
silinder menunjukan embun yang terbentuk semakin cepat, ini
mengindikasikan pada jumlah silinder yang semakin banyak terjadi laju
penguapan yang semakin efektif. Laju penguapan tersebut dapat dilihat dari
nilai quap yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
distilasi. Nilai quap menunjukkan besarnya energi rata-rata yang digunakan
untuk proses penguapan air.
Gambar 35 merupakan nilai rata-rata temperatur absorber, kaca dan
beda temperatur (ΔT). Diketahui pada variasi 12 silinder memiliki
temperatur absorber yang tinggi dibandingkan variasi lain. Terlihat bahwa
semakin sedikit massa air yang dipanaskan pada suatu saat yang diwakilkan
oleh jumlah silinder yang semakin banyak, maka semakin besar nilai
380,08
301,02
224,27 232,97
0
50
100
150
200
250
300
350
400
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
Q U
ap
(W
/m2)
Jumlah Silinder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
temperatur rata-rata absorber dan kaca. Semakin besar temperatur
absorbernya maka semakin besar hasil distilasi yang diperoleh(La Aba,
2008). Sehingga menyebabkan penguapan yang terjadi lebih cepat.
Gambar 35 Temperatur absorber, temperatur kaca, dan beda temperatur
rata-rata pada variasi jumlah silinder
Temperatur kaca yang tinggi dapat mengindikasikan pengembunan
yang terjadi pada bagian dalam kaca lebih efektif. Uap yang mengembun di
permukaan kaca membawa panas sehingga ketika terjadi pengembunan,
panas dari uap akan berpindah ke kaca sehingga kaca memiliki temperatur
yang tinggi. ΔT yang tinggi akan berpengaruh pada hasil distilasi, semakin
tinggi ΔT membuat uap yang dihasilkan akan langsung naik ke permukaan
bagian dalam kaca. Pada variasi silinder dibandingkan dengan konvensional
pada semua rata rata temperatur memiliki nilai yang lebih tinggi. Ini
disebabkan jumlah massa air yang besar pada konvesional membuat
perambatan panas membutuhkan waktu lama untuk memanaskan air dalam
bak, sedangkan dengan kapilaritas tisu membuat air yang dipanasi pada
suatu saat lebih kecil.
68,3363,71 62,31
59,63
52,95 50,81 49,38 47,31
15,3812,90 12,93 12,32
0
10
20
30
40
50
60
70
80
12 Silinder 6 Silinder 3 Silinder Konvensional
Tem
per
atu
r (°C
)
Jumlah Silinder
Temperatur Absorber Temperatur Kaca Beda Temperatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap variasi jenis
absorber, massa air didalam bak, dan massa air yang terpanasi dalam satu saat,
dapat disimpulkan bahwa:
a) Jenis absorber telah dianalisis pada karakteristik absorbtivitas dan
kapilaritas. Diperoleh jenis absorber tisu memiliki hasil distilasi
tertinggi dibandingkan kain, alumunium foil, maupun konvensional
pada massa air 1,5 liter sebesar 0,59 liter/(jam.m2) dengan efisiensi
52.67 %.
b) Massa air didalam bak yang semakin sedikit akan menghasilkan air
distilasi lebih banyak, disimpulkan bahwa variasi silinder berkaki
dengan tisu memiliki hasil distilasi terbaik pada massa air 0,6 liter
dibandingkan dengan 1,5 liter yaitu memperoleh 0,71 liter/(jam.m2)
dengan efisiensi 64,95 %.
c) Massa air yang terpanasi dalam satu saat diwakilkan dengan jumlah
silinder, disimpulkan semakin banyak jumlah silinder maka semakin
tinggi efisiensi yang dihasilkan. Pada jumlah 12 silinder berkaki
dibandingkan dengan 3 silinder dan 6 silinder diperoleh hasil distilasi
terbaik yaitu 124 ml (0,59 liter/(jam.m2) dengan efisiensi sebesar
52,67 %.
5.2. Saran
Saran dari penulis untuk memperbaiki penelitian-penelitian yang
akan datang, antara lain:
a) Selalu memastikan kondisi peralatan pembantu pengambilan data
dalam keadaan baik dan pastikan saat pengambilan data semua
sensor tetap terbaca dengan baik pada aplikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
b) Saat pembuatan alat dan pengambilan data khususnya saat
pelaksaanan variasi penelitian, agar penelitian dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis bisa dilakukan dengan perekaman video
selama pengambilan data (metode Timelapse).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdenacer, P. K., & Nafila, S. (2007). Impact of temperature difference (water-
solar collector) on solar-still global efficiency. Desalination, 209(1-3 SPEC.
ISS.), 298–305. https://doi.org/10.1016/j.desal.2007.04.043
Agung, S. (2018). Efek Pendinginan Kaca Menggunakan Sekat- the Effect of Glass
Cooling Using Partitions on.
Alaian, W. M., Elnegiry, E. A., & Hamed, A. M. (2016). Experimental investigation
on the performance of solar still augmented with pin-finned wick.
Desalination, 379, 10–15. https://doi.org/10.1016/j.desal.2015.10.010
Antanasius Tri Sulistiyo. (2019). Efek pengapung kain pada efisiensi distilasi air
energi surya jenis bersekat.
Arismunandar, W. (1995). Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta : Pradnya.
Paramita.
Assomadi, A. F., & Lathif, F. N. (2010). Modeling Desalination With Evaporation
And Condensation Be One Room System.
Bahri, S. (2016). Kapilaritas. Retrieved from dosenmuda.com
Cengel, Y. A. (2004). Heat Transference a Practical Approach. 4, 874.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-20279-7_5
Doddy Purwadianto, FA. Rusdi Sambada, I. G. K. P. (2015). Efek Kapilaritas
Absorber Pada Unjuk Kerja Destilasi Air Energi Surya Jenis Vertikal. Ilmiah
Widya Teknik, 14(1), 26–31.
Dumka, P., Sharma, A., Kushwah, Y., Raghav, A. S., & Mishra, D. R. (2019).
Performance evaluation of single slope solar still augmented with sand-filled
cotton bags. Journal of Energy Storage, 25(July), 100888.
https://doi.org/10.1016/j.est.2019.100888
Hansen, R. S., Narayanan, C. S., & Murugavel, K. K. (2015). Performance analysis
on inclined solar still with different new wick materials and wire mesh.
Desalination, 358, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.desal.2014.12.006
Hayuningtyas, S. W., & Sambada, F. A. R. (2018). Efisiensi Destilasi Jenis
Absorber Kain Menggunakan Kolektor Air Energi Surya. 2018(November),
331–336.
Kabeel, A. E., El-Agouz, S. A., Sathyamurthy, R., & Arunkumar, T. (2018).
Augmenting the productivity of solar still using jute cloth knitted with sand
heat energy storage. Desalination, 443(May), 122–129.
https://doi.org/10.1016/j.desal.2018.05.026
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kalidasa Murugavel, K., & Srithar, K. (2011). Performance study on basin type
double slope solar still with different wick materials and minimum mass of
water. Renewable Energy, 36(2), 612–620.
https://doi.org/10.1016/j.renene.2010.08.009
Ketut Puja, I., & Rusdi Sambada, F. (2012). Unjuk Kerja Destilasi Air Energi
Surya. Jurna Energi Dan Manufaktur, 5(1), 82–88.
La Aba. (2008). Karakteristik Permukaan Absorber Radiasi Matahari Pada Solar
Still Dan Aplikasinya Sebagai Alat Destilasi Air Laut Menjadi Air Tawar.
13(3), 201–205.
Menteri ESDM. (2016). Energi Baru,Terbarukan,Dan Konservasi Energi. Jurnal
Media Komunikasi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Omara, Z. M., Kabeel, A. E., Abdullah, A. S., & Essa, F. A. (2016). Experimental
investigation of corrugated absorber solar still with wick and reflectors.
Desalination, 381, 111–116. https://doi.org/10.1016/j.desal.2015.12.001
Pal, P., Dev, R., Singh, D., & Ahsan, A. (2018). Energy matrices, exergoeconomic
and enviroeconomic analysis of modified multi–wick basin type double slope
solar still. Desalination, 447(September), 55–73.
https://doi.org/10.1016/j.desal.2018.09.006
Pamungkas, D. H. (2019). Efek Jumlah Massa Dan Laju Aliran Air
TERHADAPerhadap Unjuk Kerja Distilasi Air Energi Surya (pp. 1–9). pp. 1–
9. https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Pamungkas, D. H., Christian, W. A., & Setyaji, W. (2018). Efek Penampung Air
Pada Absorber Terhadap Efisiensi Distilasi Air B-423 B-424. (September).
Setyaji, W., & Sambada, F. A. R. (2018). Destilasi Air Energi Surya Kain Bersekat
Dengan Kolektor Pipa Paralel. 2018(November), 368–376.
Sugianto, N. D. (2014). Unjuk Kerja Destilasi Air Energi Surya Jenis Vertikal
Menggunakan Efek Kapilaritas Absorber Kain Lapis Ganda. Universitas
Sanata Dharma.
Suyanto, H. (2016). Kajian Potensi Energi Surya DiProvinsi Nusa Tenggara Barat.
ISSN 1979-0783, 8, 2.
Tiwari, A. K., & Tiwari, G. N. (2006). Effect of water depths on heat and mass
transfer in a passive solar still: in summer climatic condition. Desalination,
195(1–3), 78–94. https://doi.org/10.1016/j.desal.2005.11.014
Velmurugan, V., & Srithar, K. (2007). Solar stills integrated with a mini solar pond
- analytical simulation and experimental validation. Desalination, 216(1–3),
232–241. https://doi.org/10.1016/j.desal.2006.12.012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 2. Tabel Sifat Air dan Uap Jenuh
Sumber : (Arismunandar, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 3. Tabel Sifat Air (Cair Jenuh)
Sumber : (Arismunandar, 1995)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI