EdukasiDakwah Melalui Media Televisi dan Radio Oleh ...
Transcript of EdukasiDakwah Melalui Media Televisi dan Radio Oleh ...
Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio
OlehFatmawati Sofyan*
Abstrak
Dakwah melalui media televisi di era globalisasi memiliki peran pentingdalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan akhlaq, moral dankarakter. Saat ini Media televisi harus mengemas program dakwah denganparadigma baru yang mengadopsi lima elemen dasar. Pertama, sebagai pusatinformasi untuk semua lapisan masyarakat. Kedua sebagai media pendidikandan pengajaran yang berperan serta mensosialisasikan nilai-nilai agama,sehingga mendorong lahirnya ummat Islam yang berilmu dan beragama ataukhairu ummah. Ketiga, kemasan dakwah dengan metode-metode interkatif(dialog) langsung atau tidak langsung dengan da'i dan da'iah dapat memberisolusi eepat dan tepat pada masyarakat. Keempat, kehadiran programdakwah di televisi yang aktual dan kreatif sebagai penyeimbang aeara-acarayang kurang mendidik terutama program budaya asing yang masuk lewatmedia televisi akibat globalisasi teknologi media elektronik tanpa mengenalbatas teritorial dan batas-batas budaya dan agama suatu bangsa. Kelima,televisi bisa menjadi pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat Islamdengan membuat program aeara dakwah yang marketable seperti talk show,sinetron relegius, film-film yang bernafaskan Islam dan ini bisamendatangkan dana yang besar untuk perjuangan dakwah dengan sisi wajahdakwah yang berbeda di media televisi, radio, dan internet. Dengandernikian program aeara dakwah bisa mengglobal/mendunia dan dapat diakses atau ditonton masyarakat dunia dalam rangka syiar Islam.
Kata Kunci: Oa'i, Paradigma, Televisi, Radio, Globalisasi.
PendahuluanPada zaman dahulu kala, komunikasi manusia didominasi oleh bahasa
isyarat dan tradisi lisan. Kemudian sekitar 5000 atau 6000 tahun yang laluhuruf-huruf sebagai media komunikasi tereipta dalam bentuknya yang paling
dini dan sederhana. Itulah lompatan baru dalam sejarah peradaban manusia.
Format bahasa tulis ini memanfaatkan media semisal tanah, kayu, batu dan
*Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Umu Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatuUah Jakarta.
47
Falmawali Sofjl{/n (-17-58)
lain sebagainya, lompatan peradaban manusia selanjutnya terjadi ketika
ditemukan kertas di negeri tirai bambu, yaitu di China sekitar abad ke.-II
Masehi. Dalam format kertas informasi disebarluaskan menjadi sangatmudah, apalagi setelah ditemukannya mesin cetak oleh lohan Gutenberg
(1400-1468). Tidak bisa dipungkiri ilmu pengetahuan mendapat keuntungan
dari peristiwa ini.
Perkembangan besar selanjutnya terjadi saat ditemukannya alat-alat
digital. Proses cetak-mencetak dan kirim mengirim informasi kembali
mengalami kemajuan super pesat, mesin-mesin yang dulunya sebagian besar
oleh manusia diganti oleh mesin-mesin yang bisa "bekerja sendiri," hasil
yang dicapai pun lebih banyak, efektif dan efisien, ribuan lembar dapat
dicetak dalam hitungan menit, bahkan detik. Seiring dengan itu terjadi pula
kemajuan di bidang penyebaran informasi. Saat ini tidak asing lagi kalau ada
mesin yang bisa mencetak jarak jauh seperti mesin fax, disusul oleh
pengiriman informasi lewat mayantara (dunia maya), jutaan informasi bisa
ditransfer hanya dalam hitungan detik melalui media televisi dan internet.
langkauannya pun semakin luas seluruh dunia dengan cepat, informasi yang
dikirim bisa diakses dan disaksikan dalam waktu sekejap mata di seluruh
penjuru bumi oleh siapa pun.
Di satu sisi fenomena di atas, mencuatkan harapan besar bagi Islam
sebagai agama yang menjunjung tinggi penghayatan nilai-nilai kebenaran
universal, ledakan informasi bisa dijadikan medium penyampaian dan
penyebar nilai-nilai Islam kekhalayak luas. Masyarakat pun sudah bergerak
dari sekedar masyarakat mendengar menjadi masyarakat membaca dan
bahkan menjadi sangat kritis, masyarakat tidak lagi mengenal dan menganut
satu nilai, mereka bisa memilih dan menilai dan pada akhirnya menentukan
sikap untuk menerima dan meninggalkan apa yang menurut mereka sesuai
keinginannya atau tidak sesuai keinginan. Adapun yang menjadi pertanyaan
adalah apakah masyarakat yang menentukan posisi nilai tawar dakwah atau
dakwah yang menggiring masyarakat pada pilihan yang seharusnya mereka
terima, tentu saja semuanya tidak berlangsung sederhana, ledakan mediayang tidak terbendung menjadi kiblat pembentukan nilai dan itu harus
direspon secara arif dan bijaksana terlebih bagi praktisi dakwah.
PembahasanTelevisi Sebagai Media Massa Elektronik
Televisi di sini adalah televisi siaran (television broadcast) yang
merupakan media dari jaringan komunikasi yang berlangsung sahl arah,
48 Jumal Pendidikal1 Kontemporer
Edukasi LJakwah Melalui Media Televisi dan Radio
kominikatomya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
menjmbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen. Hal tersebut
perlu dijelaskan karena di samping televisi siaran terdapat juga televisi jemslain di antaranya Closed Circuit Television (CCTV) atau Jaringan Televisi
Sekitar yang sering dioperasikan di kampus-kampus atau tempat lain.
Berbeda dengan televisi siaran yang sistem hubungannya antara pemancar
dengan pesawat penerima tanpa kawat, maka pada CCTV kedua komponen
jarjngan tersebut dihubungkan dengan kabel koleksial, yakill untuk
menyalurkan pesan-pesan dari studio CCTV di samping itu pesan-pesannya
khllsus misalnya bahan kuliah yang komunikannya homogen umpamanyamahasiswa.
Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast)dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsamenangkap siaran televisi karena ada prinsip-prinsip radio yang
mentransmisikannya dan melihat gambar-gambar yang bergerak dan hidup
karena ada unsur-unsur film yang memvisualisasikannya jadi televisi adalah
paduan audio dan video. Istilah televisi terdiri dari kata "tele" yang berarti
jauh dan "visi" (vision) yang berarti penglihatan dengan asumsi televisi
jauhnya ditransmisikan dengan penglihatannya diwujudkan dengan prinsip
prinsip kamera sehingga menjadi gambar baik dalam bentuk gambar hidup
atau bergerak maupun gambar diam (stilljicture).l
Fungsi TelevisiTelevisi pada pokoknya mempunyai tiga fullgsi, yaklli penerallgan,
pendidikan, dan hiburan, sebagai subsistem dari sistem negara dan
pemerintah, di mana suatu stasiun televisi beroperasi, maka sifat penerangan,
pendidikan dan hiburan yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung
pada sistem negara dan pemerintah bersangkutan. Sifat penerangan,pendidikan dan hiburan yang disiarkan televiai di negara liberal seperti
Amerika serikat berbeda dengan di negara komllnis seperti Uni Sovyet,
berbeda pula dengan negara yang berdasarkan Pancasila seperti Indonesia.
Oleh karena itu, fungsi televisi secara umum adalah sebagai berikut:2
a. Fungsi Penerangan (The Information Function)
Siaran televisi sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat,yakni tahun 1946 di New York Amerika Serikat ketika dimulainya
IOnong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandung: MandarMajll, 1993), eel. ke-2, h. 21.
2/ bid., h. 24.
Volume I. Nomor 1,201220/3 49
Fatmawati SoJYan (+7-58)
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa sudah melakukan fungsi
penerangan dalam bentuk pemberitaan mengenai sidang amat penting
seusainya Perang Dunia ke-II. Sejak itu masyarakat Amerika dan
kemudian masyarakat negara-negara lainnya menaruh perhatian besar
kepada televisi siaran ini karena dianggap sebagai media yang mampu
menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal iill karena disebakan
dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual itu, pertama
adalah faktor immediacy yaitu langsung dan dekat dan kedua faktorrealism yaitu kenyataan.3
b. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)Sebagai komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh
untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya
begitu banyak secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yaknimeningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, sistem televisi
menyiarkan acara-acara tertentu sccara teratur, misalnya, acara agama
Islam, cerdas cermat dan lain-lain. Selain acara pendidikan yangdilakukan secara berkesinambungan seperti di atas, stasiun tclevisi juga
menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandungpendidikan, seperti sandiwara, fragmen, ceramah dan lain sebagainya.
c. Fungsi Hiburan (The Entertainmenl FZlI1clion)Dikebanyakan negara terutama yang masyarakatnya bersifat agraris,
fungsi hiburan yang melekat pada siaran televisi siaran tampaknya
dominan, sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran di isi oleh acaraacara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat
ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan
(realism), dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga, juga
dapat dinikmati khalayak yang tidak mengerti bahasa asing termasuk
tuna aksara.
Urgensi Pengembangan Dakwah Melalui Media TelevisiDakwah menurut bahasa berarti ajakan, seruan, undangan, dan
panggilan. Sedangkan menurut lstilah dakwah berarti menyeru untuk
mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu, sementara itu pengertian
dakwah Islam adalah menyeru ke jalan Allah yang melibatkan unsur-unsur
penyeru, pesan, media, metode yang diseru, dan Tuhan. Sedangkan menurut
31bid., h. 25.
50 .furnal Pendidikan Kuntemporer
Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio
al-Bahiy, dakwah Islam berarti merubah suatu situasi ke situasi yang lebih
baik sesuai ajaran Islam.4
Dalam dakwah terdapat dua dimensi besar: pertama, mencakup
penyampaian pesan kebenaran, yaitu dimensi "kerisalahan" (bi ahsan alqawl), merupakan tuntunan dari Q.S. al-Maidah: 67 dan Q.S al-Imran:l04.
Dimensi kerisalahan dakwah mencoba menumbuhkan kesadaran diri
(individu/masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara
Islam, sehingga terjadi proses internalisasi nilai-nilai Islam sebagai nilai
hidupnya. Dengan kata lain dakwah kerisalahan dalam prakteknya
merupakan proses mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai
Islam, dalam hal ini (a). Islam merupakan sumber nilai. dan (b). DalCIVah
sebagai proses alih nilai. Kedua, mencakup pengaplikasian nilai kebenaran
yang merupakan "kerahmatan" (bi ahsan al- 'amal), mengacu pada flrman
Allah Q.S. al- Anbiya':107, dakwah kerahmatan ini merupakan upaya
mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat Galan hidup yang
mensejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat
manusia, dengan begitu kalau dalam dimensi kerisalahan dakwah lebih
cocok sebagai 'mengenalkan Islam," maka dalam dimensi kerahmatan,
dakwah merupakan upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan. 5
Selanjutnya dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar, yaitu:
(I). Tabligh6 dan (2). Ir:,yad. 7 Sedangkan dalam dimensi kerahmatan
terdapat dua bidang besar juga, yaitu: (I). Tadbir8 dan (2). Tathwir.9
Salah satu di antara bidang dakwah kerisalahan adalah tabligh secara
bahasa berarti menyampaikan informasi atau berita (khabar), dalam
kelembagaan pendidikan tinggi dakwah Islam. Kajian tentang ilmu dakwah
adalah upaya mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam
kepada umat yang sifatnya massa, serta pendekatan keilmuannya pun
komunikasi massa alau dakwah ummah. Karena sifat massa demikian,
Tabligh tidak luput dari media massa, sepelti mimbar, cetak, radio, televisi,
film maupun digital. Hal ini sesuai dengan perkembangan teknologi
komunikasi sebagaimana diungkapkan oleh Everet M. Rogers dalam
bukunya Communication Technology yang ditandai dengan empat era
4Aep Kusnawan et.al, KOfllunikasi Penyiaran islam, (Bandung: Benang Merah Press,2004), eet. ke-l, h. vii.
'ibid., h. viii.6Tabilgh merupakan sualu penyebarluasan ajaran Islam.7/rsyad ialah penyebarluasan ajaran Islam.8Tadbir ialah sosialisasi ajaran Islam."Talhwir ialah sosialisasi ajaran Islam.
Volume I, Nomor 1,20122013 51
Fatmawali Sojj/(/n (./7-58)
teknologi di dunia sebagai pengaruh dari revolusi fisika yang melahirkan
revolusi komunikasi tahapan itu ditandai dengan: 1O
I. Era Komurukasi Tulisan (The Writing Era ofCommunication). Era ini di
mulai tahun 4000 SM pada waktu bangsa Sumeria menggunakan tablet
dari tanah liat dan bangsa Cina ketika itu menemukan tulisan untuk
mencetak buku.
2. Era Percetakan (The Printing Era of Communication). Era ini dimlilai
dengan ditemukannya alat percetakan oleh Guttenberg pada tahun 1456(cetakan pertama Kitab Injil), kemlldian pada tahun 1833, dimulainya
sirkulasi media massa The New York Syn sebagai Penny PressNewspaper, dan tahun 1839 dimulai adanya jhotograji dellgan metode
praktis dalam surat kabar.
3. Era Telekomunikasi (Telecommunication Era). Dalam era iill antara laintercatat SamuJ Morse pada tahun 1844 untuk pertama kalinya mengirim
pesan secara telegraf. Pada tahun 1976 Allexander Graham Bell lIntlik
pertama kalinya mengirim pesan secara teJeponis. Kemudian
telekomunikasi ini berkembang pesat dengan dilaklikalUlya pengiriman
pesan Jewat radio dan pada tahlln 1920 dimuJainya radio siaran yang
dilanjutkan dengan penemuan televisi yang didemonstrasikan pada tahun
1933.
4. Era Komllnikasi Interaktif (Interactive Communication Era). Era
komunikasi ini dimulai dari ditemukannya komputer yang diberi nama
Main Frame Computer, ENIAC pada tahun 1946 di Universitas
Pennsyvania. Dalam era ini ditemukan pula transitor dan video vita pada
tahun 1947 dan 1956 ditemukannya microprocessor dan sistem teleks
pada tahun 1976 dan sejak tahlln 1979 video teks menyempllrnakan
radio dan televisi sebagai produk teknologi eJektronik canggih.
Di masa mendatang, akan Icbih banyak lagi produk-produk rekayasa
teknologi media sebagai bagian dari konvergensi media menjadi bagian dari
rekayasa sosioteknologi atau konstruksi sosial teknologi. Sosioteknologiadalah upaya menggabungkan dua pendekatan yang berbeda tentang
teknologi, yaitu: pendekatan sosiologikal dan pendekatan teknologikal
menjadi sebuah pendekatan yang sama-sama mengkaji tentang kemanfaatan
teknologi di masyarakat. Dengan demikian, aplication of technology dantransfer of technology tidak lagi menjadi kepentingan para ahli teknologi,
namun juga menjadi kepentingan para ahli ilmu-ilmu sosial. Dengan kata
IOEverett M Rogers, Communication Technology, The N(!lV Media in Society,(London: The Free Press Collier Macmillan Publisher, 1986), h. 25.
52 Juma/ Pend,dikan Kvntemporer
Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio
lain kedua persoalan ini menjadi persoalan sosial (ummat) dan tidak saja
persoalan teknologi. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana masyarakat
luas mendapat kesempatan memanfaatkan teknologi terutama dalam
berdakwah bagi para da'i maupun da'iah karena dengan teknologi, seperti
internet, televisi, radio dan film. Oakwah jauh bisa lebih berkembang dan
merambah kepemirsa dalam tempo yang singkat. 11
Ketika dunia ini telah dikuasai oleh manusia dengan menggllnakan
kemampuan teknologi telematika, maka sesunggllhnya tidak ada yang tidak
mungkin terjadi. Manusia sepertinya menjadi setengah dari Tuhan mereka
semua berubah menurut kehendak manllsia. Sedangkan Tlihan hanya
mengabulkan saja keinginan manllsia. Manusia telah membuktikan
kebenaranfJrman Allah. Oi mana manusia adalah khalifah di bumi dan hal
ini telah dibuktikan dengan kemapuan manusia menguasai teknologitelematika.
Membaca Program TelevisiSepertinya televisi menjadi media massa yang paling kontroversi
dalam masyarakat, di negara maju mana kala semakin langka orang pergi ke
rumah ibadah, "gereja" dibangun melailli televisi, sejllmlah pendeta
menggunakan sarana televisi sebagai "gereja '-nya dan memperoleh jamaat
ratusan ribu bahkan jutaan orang. Hal yang mustahil diproleh melalui paroki
paroki tradisional. Sementara itu, wajib belajar yang menjadi konsekllensi
dari undang-undang di berbagai negara menyebabkan pemerintahnya harusmeyediakan program pendidikan melalui televisi untuk warganya yang
bermukim di wilayah udara bersaljll dan terasing, jauh dari sarana
persekoJahan konvensional. Siaran via satelit dan Television Receive Only(TYRO) bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan primer bagi
pemerintah atau masyarakat yang harus menjalankan lIndang-lindang
pendidikannya dengan mengantar program pendidikan kesetiap rumah di
pelosok mana pun karena televisi sepenllhnya menjadi sekolah. 12
Begitulah televisi publik dan pendidikan menjalankan fungsinya
menggantikan lembaga sosial tradisional, seperti gereja dan sekolah, buah
teknologi ini masuk ke dalam kehidupan rumah tangga masyarakat
menggantikan berbagai lembaga yang makin pudar peranannya atau
IIBlIrhan BlIngin, Pornomedia (Konstruksi Sosial Teknologi Telel11alika danPerayaan Seks di Media Massa), (Jakarta: Keneana, 2003), eel. ke-I, h.18.
12Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran. Men/boca Televisi Melihm Radio.(Yogyakarta: LP3Y, 2001), eel. ke-I, h. 76.
Volume I. Nomor 1,20122013 53
Falmawali Sofyan (-17-58)
memang tidak terjangkau akibat kendala fisik karena televisi bersifat
komplementer. Karena itu, sebagai pelaku dakwah perlu ekstra kreatif
mengembangkan metode dan cara berdakwah dengan media televisi yang
menjadi tontonan pokok setiap individu dan keJuarga di Indonesia karena
media televisi bisa menjangkau sampai pelosok manapun dan dakwah yang
dikemas menarik lewat televisi akan mengefektifkan dakwah lebih luas
karena dakwah dan pendidikan lewat televisi lagi trend dan digandrungi
masyarakat saat ini. Kalau pastur di gereja sudah memanfaatkan televisi
sebagai media rnissionarisnya, maka mengapa para da'i hanya tenang-tenaog
saja menjadi penonton bukan aktor. Padahal umat Islam sangat menanti dan
haus akan dakwah, serta pendidikan agama lewat televisi. Dan para da'i
harus peka dan tanggap dalam melihat fenomena yang ada agar tidak
menjadi bulan-bulanan media televisi.Suka tidak suka media televisi sudah menjadi bagian kehidupan dalam
keluarga karena tinggal sikap kita dalam menghadapinya, apakah akan
menjadikan sebagai komplemen atau alternatit~ kedua pilihan ini membawakonsekuensi yang berbeda. Yang pertama akan menempatkannya sebagai
bagian pelengkap saja dalam peranan sumber nilai social. Sedang kedua jikakita sudah kehilangan peranan sumber nilai konvensional dan televisi tclah
masuk menggantikannya. 13
Mengemas Dakwah Televisi"Ideologi" industri media massa adalah profit yang tinggi yang
diperoleh Illelalui produk atau acara yang memiliki nilai jual tinggi bahasa
teknisnya adalah menyesuaikan dengan motivasi khalayak, dengan begitu
kecendrungan industrial ini sebenarnya bersifat demokratis karena tidak
pernah ada program yang dapat disiarkan tanpa beliotak dari motivasi
khalayak, seluruh lIpaya kreatif bcrarti Illelllbaca moti vasi massa untllk
kemlldian Illengemas dalam prodllk.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang
tepat dan pas, dakwah harus tampil secara aktllal, faktual dan kontekstllal.
Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah
masyarakat, faktua1 dalam alii konkrik dan nyata, serta kontekstual datam
arti relevan dan menyangkllt problema yang sedang dihadapi oleh
masyarakat. Oleh sebab itu memilih cara dan metode serta media yang tepat
dakwah aktual, faktual dan konstektual menjadi bagian strategis dari
13Jbid., h. 78.
54 .furna! Pendidikan Konlempo)·er
Edukasi Dakwah Me/alui Media Televisi dan Radio
kegiatan dakwah itu sendiri, untuk menyajikan kemasan dakwah yang
menarik dan menggugah melaui media televisi metode dakwah al-Qur'an
surah an-Nahl: 125 perlu diaktualisasikan dalam kemasan televisi. "Serulahmanusia kejalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik danberdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pIlla, seslmgguhnyaTuhanmua Dialah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya danDialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapal petunjuk."
Ayat ini menjelaskan sekurang-kurangnya ada tiga cara alau metode
dalam dakwah yakni, metode hikmah, metode mau'izah dan metode
mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesllai obyek yang dihadapi
oleh seorang da'i atau da'iyah di medan dakwahnya. Suatu kenyataan yang
perlu diperhatikan oleh para aktivis dakwah terutama para crew produksiagama Islam di stasiun televisi dalam mengemas acara dakwah Islam yaitu:I. Corak kemajemukan (pluralilas) masyarakat Indonesia sebagai suatu
bangsa adalah kebhinekaan dalam beberapa aspek kehidupan yang
meliputi pandangan hidup (jilsafat), sosio kllltliral, agama, suku, bahasa,
dan politik dan sebagainya.
2. Tendensi (kecenderungan) perkembangan masyarakat yang banyak
dipengaruhi oleh kemajllan teknologi modern serta ide modernitas yang
telah mulai menjiwai trans pembangunan nasional ke arah apa yang
disebut perllbahan sosial (social change). Nilai-nilai kcbudayaan dan
agama kian cepat atall lambat harus dapat secara normatif kultural
mengontrol serta menjiwainya.
3. Corak kehidupan pesikologis masyarakat modern dan tradisional
mengandung ciri-ciri yang menurut sistem pendekatan yang berbeda satu
sama lain, semakin modern suatll kehidupan masyarakat, maka semakin
kompleks pula kehidupan psikologisnya dan semakin banyak menuntllt
sistem pendekatan yang bersifat antar ilmu dengan dilalar belakangi
prinsip-prinsip pandangan psikologis yang dalam dan luas. 14
Kemasan dakwah televisi saat ini hampir semlla memakai metode
dialog di antaranya seperti: Lintas Agama di TVRI Pusat Jakarta yangdisiarkan setiap hari Jumat sore yang menyajikan dialog berbagai masalah
yang terjadi di masyarakat dan dilihat dari sudut pandang agama-agama
yang ada di Indonesia, demikian juga acara "lndahnya Islam di TRANS TV,
lalu acara "Mama da AA'" di Indosiar, acara "Taman Hati" di MNC TV dan
Belajar Islam di MNC TV Muslim Chanel yang diinisiasi oleh Fakultas
J4H.M .Arifin, Psikologi Dakwah. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), eel. ke-I, h. 2
Volume I, NOn/or 1,20122013 55
Fatmawati Sofyan (-17-58)
Dakwah UlN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Pararnadina, PP
Muhammadiyah, dan PBNU. "Hilanah Pagi" di TVRI, dan seterusnya.
Kemasan dakwah di televisi didominasi dialog walaupun ada perbedaan
kemasan, tapi hanya pada tataran kreatif misalnya dialog berbentuk drama
keluarga dan lain-lain.
KesimpulanFenomena di atas merupakan perkembangan yang menggembirakan
sekaligus tantangan bagi praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis selalu
meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman dan bertindak lebih
profesional. Godaan dllnia seperti konsumtif dan materialistis begitu ccpat
bagaikan deret ukur lIntuk tidak mungkin ditanggapi dengan metode dakwah
yang konservatif yang bergerak bagaikan deret hitung yang merayap dan
lamban. Permasalahan global seperti pemanasan global (global warming),klaim sesat-menyesatkan, radikalisme agama, konflik antar umat beragama,
isu gender, resolusi konflik, dan civil values (scperti demokrasi, pluralisme,
keadilan dan hak asasi manusia), menantang para praktisi dakwah untllk
memberikan jaJan alternatif pemecahan sebagai masalah hidup ummat yangsemaikn kompleks.
Menllrut hemat penulis, sesungguhnya dai di Indonesia masih jauh
tertinggal metode dan kemasan dakwah pada tataran media elektronik, masih
dibutuhkan banyak kreativitas dari umat Jslam yang mayoritas ini, apalagi
jama'ah pengajian dan ta'lim ada di mana-mana, dan ini adalah potensi besar
untuk berperan aktif dakwah di media televisi mallplln radio, sehingga
jamaah majelis ta'lim punya kontribusi dalam mewarnai dan membentuk
lImat yang berakhlak mulia.
Melalui dakwah dengan media televisi dan radio ini mudah-mudahan
mampu menggllgah hati dan kreatifitas para praktisi dan akademisi dakwah
dan komllnikasi di selllrllh Jndonesia, agar menjelma suatu potcnsi besar
yang sinergi dan melahirkan karya-karya besar melalui media televisi
sehingga dakwah dan penyiaran mampu merubah dan mencerdaskan umat
Islam di Jndonesia. Sehingga Islam benar-benar dirasakan sebagai rahmat
bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia lImumnya.
56 }lIrnaJ Pendidikan Kvnlemparer
Edllkasi Dakwah Me/ailli Media Te/ellisi dan Radio
Daftar Pustaka
Onong Uchjana Effendy, TeZevisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandllng:Mandar Maju, 1993), cet. ke-2.
Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandllng: Benang MerahPress, 2004), eeL ke-l.
Everett M Rogers, Communication Technology, The New Media in Society,
London: The Free Press Collier Macmillan Publisher, 1986.BlIrhan BlIngin, Pornomedia (Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan
Perayaan Seks di Media Massa), (Jakarta: Kencana, 2003), cet. ke1.
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran, Membaca Televisi MelihatRadio, (Yogyakarta: LP3Y, 2001), cet. ke-l.
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Burni Aksara, 1991), eeL ke-1.
Volume I, Nomor /,20/220/3 57