EdukasiDakwah Melalui Media Televisi dan Radio Oleh ...

11
Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio Oleh Fatmawati Sofyan* Abstrak Dakwah melalui media televisi di era globalisasi memiliki peran penting dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan akhlaq, moral dan karakter. Saat ini Media televisi harus mengemas program dakwah dengan paradigma baru yang mengadopsi lima elemen dasar. Pertama, sebagai pusat informasi untuk semua lapisan masyarakat. Kedua sebagai media pendidikan dan pengajaran yang berperan serta mensosialisasikan nilai-nilai agama, sehingga mendorong lahirnya ummat Islam yang berilmu dan beragama atau khairu ummah. Ketiga, kemasan dakwah dengan metode-metode interkatif (dialog) langsung atau tidak langsung dengan da'i dan da'iah dapat memberi solusi eepat dan tepat pada masyarakat. Keempat, kehadiran program dakwah di televisi yang aktual dan kreatif sebagai penyeimbang aeara-acara yang kurang mendidik terutama program budaya asing yang masuk lewat media televisi akibat globalisasi teknologi media elektronik tanpa mengenal batas teritorial dan batas-batas budaya dan agama suatu bangsa. Kelima, televisi bisa menjadi pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat Islam dengan membuat program aeara dakwah yang marketable seperti talk show, sinetron relegius, film-film yang bernafaskan Islam dan ini bisa mendatangkan dana yang besar untuk perjuangan dakwah dengan sisi wajah dakwah yang berbeda di media televisi, radio, dan internet. Dengan dernikian program aeara dakwah bisa mengglobal/mendunia dan dapat di akses atau ditonton masyarakat dunia dalam rangka syiar Islam. Kata Kunci: Oa'i, Paradigma, Televisi, Radio, Globalisasi. Pendahuluan Pada zaman dahulu kala, komunikasi manusia didominasi oleh bahasa isyarat dan tradisi lisan. Kemudian sekitar 5000 atau 6000 tahun yang lalu huruf-huruf sebagai media komunikasi tereipta dalam bentuknya yang paling dini dan sederhana. Itulah lompatan baru dalam sejarah peradaban manusia. Format bahasa tulis ini memanfaatkan media semisal tanah, kayu, batu dan *Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Umu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif HidayatuUah Jakarta. 47

Transcript of EdukasiDakwah Melalui Media Televisi dan Radio Oleh ...

Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio

OlehFatmawati Sofyan*

Abstrak

Dakwah melalui media televisi di era globalisasi memiliki peran pentingdalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan akhlaq, moral dankarakter. Saat ini Media televisi harus mengemas program dakwah denganparadigma baru yang mengadopsi lima elemen dasar. Pertama, sebagai pusatinformasi untuk semua lapisan masyarakat. Kedua sebagai media pendidikandan pengajaran yang berperan serta mensosialisasikan nilai-nilai agama,sehingga mendorong lahirnya ummat Islam yang berilmu dan beragama ataukhairu ummah. Ketiga, kemasan dakwah dengan metode-metode interkatif(dialog) langsung atau tidak langsung dengan da'i dan da'iah dapat memberisolusi eepat dan tepat pada masyarakat. Keempat, kehadiran programdakwah di televisi yang aktual dan kreatif sebagai penyeimbang aeara-acarayang kurang mendidik terutama program budaya asing yang masuk lewatmedia televisi akibat globalisasi teknologi media elektronik tanpa mengenalbatas teritorial dan batas-batas budaya dan agama suatu bangsa. Kelima,televisi bisa menjadi pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat Islamdengan membuat program aeara dakwah yang marketable seperti talk show,sinetron relegius, film-film yang bernafaskan Islam dan ini bisamendatangkan dana yang besar untuk perjuangan dakwah dengan sisi wajahdakwah yang berbeda di media televisi, radio, dan internet. Dengandernikian program aeara dakwah bisa mengglobal/mendunia dan dapat diakses atau ditonton masyarakat dunia dalam rangka syiar Islam.

Kata Kunci: Oa'i, Paradigma, Televisi, Radio, Globalisasi.

PendahuluanPada zaman dahulu kala, komunikasi manusia didominasi oleh bahasa

isyarat dan tradisi lisan. Kemudian sekitar 5000 atau 6000 tahun yang laluhuruf-huruf sebagai media komunikasi tereipta dalam bentuknya yang paling

dini dan sederhana. Itulah lompatan baru dalam sejarah peradaban manusia.

Format bahasa tulis ini memanfaatkan media semisal tanah, kayu, batu dan

*Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Umu Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatuUah Jakarta.

47

Falmawali Sofjl{/n (-17-58)

lain sebagainya, lompatan peradaban manusia selanjutnya terjadi ketika

ditemukan kertas di negeri tirai bambu, yaitu di China sekitar abad ke.-II

Masehi. Dalam format kertas informasi disebarluaskan menjadi sangatmudah, apalagi setelah ditemukannya mesin cetak oleh lohan Gutenberg

(1400-1468). Tidak bisa dipungkiri ilmu pengetahuan mendapat keuntungan

dari peristiwa ini.

Perkembangan besar selanjutnya terjadi saat ditemukannya alat-alat

digital. Proses cetak-mencetak dan kirim mengirim informasi kembali

mengalami kemajuan super pesat, mesin-mesin yang dulunya sebagian besar

oleh manusia diganti oleh mesin-mesin yang bisa "bekerja sendiri," hasil

yang dicapai pun lebih banyak, efektif dan efisien, ribuan lembar dapat

dicetak dalam hitungan menit, bahkan detik. Seiring dengan itu terjadi pula

kemajuan di bidang penyebaran informasi. Saat ini tidak asing lagi kalau ada

mesin yang bisa mencetak jarak jauh seperti mesin fax, disusul oleh

pengiriman informasi lewat mayantara (dunia maya), jutaan informasi bisa

ditransfer hanya dalam hitungan detik melalui media televisi dan internet.

langkauannya pun semakin luas seluruh dunia dengan cepat, informasi yang

dikirim bisa diakses dan disaksikan dalam waktu sekejap mata di seluruh

penjuru bumi oleh siapa pun.

Di satu sisi fenomena di atas, mencuatkan harapan besar bagi Islam

sebagai agama yang menjunjung tinggi penghayatan nilai-nilai kebenaran

universal, ledakan informasi bisa dijadikan medium penyampaian dan

penyebar nilai-nilai Islam kekhalayak luas. Masyarakat pun sudah bergerak

dari sekedar masyarakat mendengar menjadi masyarakat membaca dan

bahkan menjadi sangat kritis, masyarakat tidak lagi mengenal dan menganut

satu nilai, mereka bisa memilih dan menilai dan pada akhirnya menentukan

sikap untuk menerima dan meninggalkan apa yang menurut mereka sesuai

keinginannya atau tidak sesuai keinginan. Adapun yang menjadi pertanyaan

adalah apakah masyarakat yang menentukan posisi nilai tawar dakwah atau

dakwah yang menggiring masyarakat pada pilihan yang seharusnya mereka

terima, tentu saja semuanya tidak berlangsung sederhana, ledakan mediayang tidak terbendung menjadi kiblat pembentukan nilai dan itu harus

direspon secara arif dan bijaksana terlebih bagi praktisi dakwah.

PembahasanTelevisi Sebagai Media Massa Elektronik

Televisi di sini adalah televisi siaran (television broadcast) yang

merupakan media dari jaringan komunikasi yang berlangsung sahl arah,

48 Jumal Pendidikal1 Kontemporer

Edukasi LJakwah Melalui Media Televisi dan Radio

kominikatomya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya

menjmbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen. Hal tersebut

perlu dijelaskan karena di samping televisi siaran terdapat juga televisi jemslain di antaranya Closed Circuit Television (CCTV) atau Jaringan Televisi

Sekitar yang sering dioperasikan di kampus-kampus atau tempat lain.

Berbeda dengan televisi siaran yang sistem hubungannya antara pemancar

dengan pesawat penerima tanpa kawat, maka pada CCTV kedua komponen

jarjngan tersebut dihubungkan dengan kabel koleksial, yakill untuk

menyalurkan pesan-pesan dari studio CCTV di samping itu pesan-pesannya

khllsus misalnya bahan kuliah yang komunikannya homogen umpamanyamahasiswa.

Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast)dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsamenangkap siaran televisi karena ada prinsip-prinsip radio yang

mentransmisikannya dan melihat gambar-gambar yang bergerak dan hidup

karena ada unsur-unsur film yang memvisualisasikannya jadi televisi adalah

paduan audio dan video. Istilah televisi terdiri dari kata "tele" yang berarti

jauh dan "visi" (vision) yang berarti penglihatan dengan asumsi televisi

jauhnya ditransmisikan dengan penglihatannya diwujudkan dengan prinsip­

prinsip kamera sehingga menjadi gambar baik dalam bentuk gambar hidup

atau bergerak maupun gambar diam (stilljicture).l

Fungsi TelevisiTelevisi pada pokoknya mempunyai tiga fullgsi, yaklli penerallgan,

pendidikan, dan hiburan, sebagai subsistem dari sistem negara dan

pemerintah, di mana suatu stasiun televisi beroperasi, maka sifat penerangan,

pendidikan dan hiburan yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung

pada sistem negara dan pemerintah bersangkutan. Sifat penerangan,pendidikan dan hiburan yang disiarkan televiai di negara liberal seperti

Amerika serikat berbeda dengan di negara komllnis seperti Uni Sovyet,

berbeda pula dengan negara yang berdasarkan Pancasila seperti Indonesia.

Oleh karena itu, fungsi televisi secara umum adalah sebagai berikut:2

a. Fungsi Penerangan (The Information Function)

Siaran televisi sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat,yakni tahun 1946 di New York Amerika Serikat ketika dimulainya

IOnong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandung: MandarMajll, 1993), eel. ke-2, h. 21.

2/ bid., h. 24.

Volume I. Nomor 1,201220/3 49

Fatmawati SoJYan (+7-58)

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa sudah melakukan fungsi

penerangan dalam bentuk pemberitaan mengenai sidang amat penting

seusainya Perang Dunia ke-II. Sejak itu masyarakat Amerika dan

kemudian masyarakat negara-negara lainnya menaruh perhatian besar

kepada televisi siaran ini karena dianggap sebagai media yang mampu

menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal iill karena disebakan

dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual itu, pertama

adalah faktor immediacy yaitu langsung dan dekat dan kedua faktorrealism yaitu kenyataan.3

b. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)Sebagai komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh

untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya

begitu banyak secara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yaknimeningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, sistem televisi

menyiarkan acara-acara tertentu sccara teratur, misalnya, acara agama

Islam, cerdas cermat dan lain-lain. Selain acara pendidikan yangdilakukan secara berkesinambungan seperti di atas, stasiun tclevisi juga

menyiarkan berbagai acara yang secara implisit mengandungpendidikan, seperti sandiwara, fragmen, ceramah dan lain sebagainya.

c. Fungsi Hiburan (The Entertainmenl FZlI1clion)Dikebanyakan negara terutama yang masyarakatnya bersifat agraris,

fungsi hiburan yang melekat pada siaran televisi siaran tampaknya

dominan, sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran di isi oleh acara­acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat

ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan

(realism), dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga, juga

dapat dinikmati khalayak yang tidak mengerti bahasa asing termasuk

tuna aksara.

Urgensi Pengembangan Dakwah Melalui Media TelevisiDakwah menurut bahasa berarti ajakan, seruan, undangan, dan

panggilan. Sedangkan menurut lstilah dakwah berarti menyeru untuk

mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu, sementara itu pengertian

dakwah Islam adalah menyeru ke jalan Allah yang melibatkan unsur-unsur

penyeru, pesan, media, metode yang diseru, dan Tuhan. Sedangkan menurut

31bid., h. 25.

50 .furnal Pendidikan Kuntemporer

Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio

al-Bahiy, dakwah Islam berarti merubah suatu situasi ke situasi yang lebih

baik sesuai ajaran Islam.4

Dalam dakwah terdapat dua dimensi besar: pertama, mencakup

penyampaian pesan kebenaran, yaitu dimensi "kerisalahan" (bi ahsan al­qawl), merupakan tuntunan dari Q.S. al-Maidah: 67 dan Q.S al-Imran:l04.

Dimensi kerisalahan dakwah mencoba menumbuhkan kesadaran diri

(individu/masyarakat) tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup secara

Islam, sehingga terjadi proses internalisasi nilai-nilai Islam sebagai nilai

hidupnya. Dengan kata lain dakwah kerisalahan dalam prakteknya

merupakan proses mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai

Islam, dalam hal ini (a). Islam merupakan sumber nilai. dan (b). DalCIVah

sebagai proses alih nilai. Kedua, mencakup pengaplikasian nilai kebenaran

yang merupakan "kerahmatan" (bi ahsan al- 'amal), mengacu pada flrman

Allah Q.S. al- Anbiya':107, dakwah kerahmatan ini merupakan upaya

mengaktualisasikan Islam sebagai rahmat Galan hidup yang

mensejahterakan, membahagiakan, dan sebagainya) dalam kehidupan umat

manusia, dengan begitu kalau dalam dimensi kerisalahan dakwah lebih

cocok sebagai 'mengenalkan Islam," maka dalam dimensi kerahmatan,

dakwah merupakan upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan. 5

Selanjutnya dari dimensi kerisalahan terdapat dua bidang besar, yaitu:

(I). Tabligh6 dan (2). Ir:,yad. 7 Sedangkan dalam dimensi kerahmatan

terdapat dua bidang besar juga, yaitu: (I). Tadbir8 dan (2). Tathwir.9

Salah satu di antara bidang dakwah kerisalahan adalah tabligh secara

bahasa berarti menyampaikan informasi atau berita (khabar), dalam

kelembagaan pendidikan tinggi dakwah Islam. Kajian tentang ilmu dakwah

adalah upaya mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam

kepada umat yang sifatnya massa, serta pendekatan keilmuannya pun

komunikasi massa alau dakwah ummah. Karena sifat massa demikian,

Tabligh tidak luput dari media massa, sepelti mimbar, cetak, radio, televisi,

film maupun digital. Hal ini sesuai dengan perkembangan teknologi

komunikasi sebagaimana diungkapkan oleh Everet M. Rogers dalam

bukunya Communication Technology yang ditandai dengan empat era

4Aep Kusnawan et.al, KOfllunikasi Penyiaran islam, (Bandung: Benang Merah Press,2004), eet. ke-l, h. vii.

'ibid., h. viii.6Tabilgh merupakan sualu penyebarluasan ajaran Islam.7/rsyad ialah penyebarluasan ajaran Islam.8Tadbir ialah sosialisasi ajaran Islam."Talhwir ialah sosialisasi ajaran Islam.

Volume I, Nomor 1,20122013 51

Fatmawali Sojj/(/n (./7-58)

teknologi di dunia sebagai pengaruh dari revolusi fisika yang melahirkan

revolusi komunikasi tahapan itu ditandai dengan: 1O

I. Era Komurukasi Tulisan (The Writing Era ofCommunication). Era ini di

mulai tahun 4000 SM pada waktu bangsa Sumeria menggunakan tablet

dari tanah liat dan bangsa Cina ketika itu menemukan tulisan untuk

mencetak buku.

2. Era Percetakan (The Printing Era of Communication). Era ini dimlilai

dengan ditemukannya alat percetakan oleh Guttenberg pada tahun 1456(cetakan pertama Kitab Injil), kemlldian pada tahun 1833, dimulainya

sirkulasi media massa The New York Syn sebagai Penny PressNewspaper, dan tahun 1839 dimulai adanya jhotograji dellgan metode

praktis dalam surat kabar.

3. Era Telekomunikasi (Telecommunication Era). Dalam era iill antara laintercatat SamuJ Morse pada tahun 1844 untuk pertama kalinya mengirim

pesan secara telegraf. Pada tahun 1976 Allexander Graham Bell lIntlik

pertama kalinya mengirim pesan secara teJeponis. Kemudian

telekomunikasi ini berkembang pesat dengan dilaklikalUlya pengiriman

pesan Jewat radio dan pada tahlln 1920 dimuJainya radio siaran yang

dilanjutkan dengan penemuan televisi yang didemonstrasikan pada tahun

1933.

4. Era Komllnikasi Interaktif (Interactive Communication Era). Era

komunikasi ini dimulai dari ditemukannya komputer yang diberi nama

Main Frame Computer, ENIAC pada tahun 1946 di Universitas

Pennsyvania. Dalam era ini ditemukan pula transitor dan video vita pada

tahun 1947 dan 1956 ditemukannya microprocessor dan sistem teleks

pada tahun 1976 dan sejak tahlln 1979 video teks menyempllrnakan

radio dan televisi sebagai produk teknologi eJektronik canggih.

Di masa mendatang, akan Icbih banyak lagi produk-produk rekayasa

teknologi media sebagai bagian dari konvergensi media menjadi bagian dari

rekayasa sosioteknologi atau konstruksi sosial teknologi. Sosioteknologiadalah upaya menggabungkan dua pendekatan yang berbeda tentang

teknologi, yaitu: pendekatan sosiologikal dan pendekatan teknologikal

menjadi sebuah pendekatan yang sama-sama mengkaji tentang kemanfaatan

teknologi di masyarakat. Dengan demikian, aplication of technology dantransfer of technology tidak lagi menjadi kepentingan para ahli teknologi,

namun juga menjadi kepentingan para ahli ilmu-ilmu sosial. Dengan kata

IOEverett M Rogers, Communication Technology, The N(!lV Media in Society,(London: The Free Press Collier Macmillan Publisher, 1986), h. 25.

52 Juma/ Pend,dikan Kvntemporer

Edukasi Dakwah Melalui Media Televisi dan Radio

lain kedua persoalan ini menjadi persoalan sosial (ummat) dan tidak saja

persoalan teknologi. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana masyarakat

luas mendapat kesempatan memanfaatkan teknologi terutama dalam

berdakwah bagi para da'i maupun da'iah karena dengan teknologi, seperti

internet, televisi, radio dan film. Oakwah jauh bisa lebih berkembang dan

merambah kepemirsa dalam tempo yang singkat. 11

Ketika dunia ini telah dikuasai oleh manusia dengan menggllnakan

kemampuan teknologi telematika, maka sesunggllhnya tidak ada yang tidak

mungkin terjadi. Manusia sepertinya menjadi setengah dari Tuhan mereka

semua berubah menurut kehendak manllsia. Sedangkan Tlihan hanya

mengabulkan saja keinginan manllsia. Manusia telah membuktikan

kebenaranfJrman Allah. Oi mana manusia adalah khalifah di bumi dan hal

ini telah dibuktikan dengan kemapuan manusia menguasai teknologitelematika.

Membaca Program TelevisiSepertinya televisi menjadi media massa yang paling kontroversi

dalam masyarakat, di negara maju mana kala semakin langka orang pergi ke

rumah ibadah, "gereja" dibangun melailli televisi, sejllmlah pendeta

menggunakan sarana televisi sebagai "gereja '-nya dan memperoleh jamaat

ratusan ribu bahkan jutaan orang. Hal yang mustahil diproleh melalui paroki­

paroki tradisional. Sementara itu, wajib belajar yang menjadi konsekllensi

dari undang-undang di berbagai negara menyebabkan pemerintahnya harusmeyediakan program pendidikan melalui televisi untuk warganya yang

bermukim di wilayah udara bersaljll dan terasing, jauh dari sarana

persekoJahan konvensional. Siaran via satelit dan Television Receive Only(TYRO) bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan primer bagi

pemerintah atau masyarakat yang harus menjalankan lIndang-lindang

pendidikannya dengan mengantar program pendidikan kesetiap rumah di

pelosok mana pun karena televisi sepenllhnya menjadi sekolah. 12

Begitulah televisi publik dan pendidikan menjalankan fungsinya

menggantikan lembaga sosial tradisional, seperti gereja dan sekolah, buah

teknologi ini masuk ke dalam kehidupan rumah tangga masyarakat

menggantikan berbagai lembaga yang makin pudar peranannya atau

IIBlIrhan BlIngin, Pornomedia (Konstruksi Sosial Teknologi Telel11alika danPerayaan Seks di Media Massa), (Jakarta: Keneana, 2003), eel. ke-I, h.18.

12Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran. Men/boca Televisi Melihm Radio.(Yogyakarta: LP3Y, 2001), eel. ke-I, h. 76.

Volume I. Nomor 1,20122013 53

Falmawali Sofyan (-17-58)

memang tidak terjangkau akibat kendala fisik karena televisi bersifat

komplementer. Karena itu, sebagai pelaku dakwah perlu ekstra kreatif

mengembangkan metode dan cara berdakwah dengan media televisi yang

menjadi tontonan pokok setiap individu dan keJuarga di Indonesia karena

media televisi bisa menjangkau sampai pelosok manapun dan dakwah yang

dikemas menarik lewat televisi akan mengefektifkan dakwah lebih luas

karena dakwah dan pendidikan lewat televisi lagi trend dan digandrungi

masyarakat saat ini. Kalau pastur di gereja sudah memanfaatkan televisi

sebagai media rnissionarisnya, maka mengapa para da'i hanya tenang-tenaog

saja menjadi penonton bukan aktor. Padahal umat Islam sangat menanti dan

haus akan dakwah, serta pendidikan agama lewat televisi. Dan para da'i

harus peka dan tanggap dalam melihat fenomena yang ada agar tidak

menjadi bulan-bulanan media televisi.Suka tidak suka media televisi sudah menjadi bagian kehidupan dalam

keluarga karena tinggal sikap kita dalam menghadapinya, apakah akan

menjadikan sebagai komplemen atau alternatit~ kedua pilihan ini membawakonsekuensi yang berbeda. Yang pertama akan menempatkannya sebagai

bagian pelengkap saja dalam peranan sumber nilai social. Sedang kedua jikakita sudah kehilangan peranan sumber nilai konvensional dan televisi tclah

masuk menggantikannya. 13

Mengemas Dakwah Televisi"Ideologi" industri media massa adalah profit yang tinggi yang

diperoleh Illelalui produk atau acara yang memiliki nilai jual tinggi bahasa

teknisnya adalah menyesuaikan dengan motivasi khalayak, dengan begitu

kecendrungan industrial ini sebenarnya bersifat demokratis karena tidak

pernah ada program yang dapat disiarkan tanpa beliotak dari motivasi

khalayak, seluruh lIpaya kreatif bcrarti Illelllbaca moti vasi massa untllk

kemlldian Illengemas dalam prodllk.

Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang

tepat dan pas, dakwah harus tampil secara aktllal, faktual dan kontekstllal.

Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah

masyarakat, faktua1 dalam alii konkrik dan nyata, serta kontekstual datam

arti relevan dan menyangkllt problema yang sedang dihadapi oleh

masyarakat. Oleh sebab itu memilih cara dan metode serta media yang tepat

dakwah aktual, faktual dan konstektual menjadi bagian strategis dari

13Jbid., h. 78.

54 .furna! Pendidikan Konlempo)·er

Edukasi Dakwah Me/alui Media Televisi dan Radio

kegiatan dakwah itu sendiri, untuk menyajikan kemasan dakwah yang

menarik dan menggugah melaui media televisi metode dakwah al-Qur'an

surah an-Nahl: 125 perlu diaktualisasikan dalam kemasan televisi. "Serulahmanusia kejalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik danberdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pIlla, seslmgguhnyaTuhanmua Dialah yang mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya danDialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapal petunjuk."

Ayat ini menjelaskan sekurang-kurangnya ada tiga cara alau metode

dalam dakwah yakni, metode hikmah, metode mau'izah dan metode

mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesllai obyek yang dihadapi

oleh seorang da'i atau da'iyah di medan dakwahnya. Suatu kenyataan yang

perlu diperhatikan oleh para aktivis dakwah terutama para crew produksiagama Islam di stasiun televisi dalam mengemas acara dakwah Islam yaitu:I. Corak kemajemukan (pluralilas) masyarakat Indonesia sebagai suatu

bangsa adalah kebhinekaan dalam beberapa aspek kehidupan yang

meliputi pandangan hidup (jilsafat), sosio kllltliral, agama, suku, bahasa,

dan politik dan sebagainya.

2. Tendensi (kecenderungan) perkembangan masyarakat yang banyak

dipengaruhi oleh kemajllan teknologi modern serta ide modernitas yang

telah mulai menjiwai trans pembangunan nasional ke arah apa yang

disebut perllbahan sosial (social change). Nilai-nilai kcbudayaan dan

agama kian cepat atall lambat harus dapat secara normatif kultural

mengontrol serta menjiwainya.

3. Corak kehidupan pesikologis masyarakat modern dan tradisional

mengandung ciri-ciri yang menurut sistem pendekatan yang berbeda satu

sama lain, semakin modern suatll kehidupan masyarakat, maka semakin

kompleks pula kehidupan psikologisnya dan semakin banyak menuntllt

sistem pendekatan yang bersifat antar ilmu dengan dilalar belakangi

prinsip-prinsip pandangan psikologis yang dalam dan luas. 14

Kemasan dakwah televisi saat ini hampir semlla memakai metode

dialog di antaranya seperti: Lintas Agama di TVRI Pusat Jakarta yangdisiarkan setiap hari Jumat sore yang menyajikan dialog berbagai masalah

yang terjadi di masyarakat dan dilihat dari sudut pandang agama-agama

yang ada di Indonesia, demikian juga acara "lndahnya Islam di TRANS TV,

lalu acara "Mama da AA'" di Indosiar, acara "Taman Hati" di MNC TV dan

Belajar Islam di MNC TV Muslim Chanel yang diinisiasi oleh Fakultas

J4H.M .Arifin, Psikologi Dakwah. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), eel. ke-I, h. 2

Volume I, NOn/or 1,20122013 55

Fatmawati Sofyan (-17-58)

Dakwah UlN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Pararnadina, PP

Muhammadiyah, dan PBNU. "Hilanah Pagi" di TVRI, dan seterusnya.

Kemasan dakwah di televisi didominasi dialog walaupun ada perbedaan

kemasan, tapi hanya pada tataran kreatif misalnya dialog berbentuk drama

keluarga dan lain-lain.

KesimpulanFenomena di atas merupakan perkembangan yang menggembirakan

sekaligus tantangan bagi praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis selalu

meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman dan bertindak lebih

profesional. Godaan dllnia seperti konsumtif dan materialistis begitu ccpat

bagaikan deret ukur lIntuk tidak mungkin ditanggapi dengan metode dakwah

yang konservatif yang bergerak bagaikan deret hitung yang merayap dan

lamban. Permasalahan global seperti pemanasan global (global warming),klaim sesat-menyesatkan, radikalisme agama, konflik antar umat beragama,

isu gender, resolusi konflik, dan civil values (scperti demokrasi, pluralisme,

keadilan dan hak asasi manusia), menantang para praktisi dakwah untllk

memberikan jaJan alternatif pemecahan sebagai masalah hidup ummat yangsemaikn kompleks.

Menllrut hemat penulis, sesungguhnya dai di Indonesia masih jauh

tertinggal metode dan kemasan dakwah pada tataran media elektronik, masih

dibutuhkan banyak kreativitas dari umat Jslam yang mayoritas ini, apalagi

jama'ah pengajian dan ta'lim ada di mana-mana, dan ini adalah potensi besar

untuk berperan aktif dakwah di media televisi mallplln radio, sehingga

jamaah majelis ta'lim punya kontribusi dalam mewarnai dan membentuk

lImat yang berakhlak mulia.

Melalui dakwah dengan media televisi dan radio ini mudah-mudahan

mampu menggllgah hati dan kreatifitas para praktisi dan akademisi dakwah

dan komllnikasi di selllrllh Jndonesia, agar menjelma suatu potcnsi besar

yang sinergi dan melahirkan karya-karya besar melalui media televisi

sehingga dakwah dan penyiaran mampu merubah dan mencerdaskan umat

Islam di Jndonesia. Sehingga Islam benar-benar dirasakan sebagai rahmat

bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia lImumnya.

56 }lIrnaJ Pendidikan Kvnlemparer

Edllkasi Dakwah Me/ailli Media Te/ellisi dan Radio

Daftar Pustaka

Onong Uchjana Effendy, TeZevisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandllng:Mandar Maju, 1993), cet. ke-2.

Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandllng: Benang MerahPress, 2004), eeL ke-l.

Everett M Rogers, Communication Technology, The New Media in Society,

London: The Free Press Collier Macmillan Publisher, 1986.BlIrhan BlIngin, Pornomedia (Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan

Perayaan Seks di Media Massa), (Jakarta: Kencana, 2003), cet. ke­1.

Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran, Membaca Televisi MelihatRadio, (Yogyakarta: LP3Y, 2001), cet. ke-l.

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Burni Aksara, 1991), eeL ke-1.

Volume I, Nomor /,20/220/3 57