Analisis brand equity radio megaswara dalam persaingan ... · DAFTAR ISI Halaman ... jenis dan juga...

97
ANALISIS BRAND EQUITY RADIO MEGASWARA DALAM PERSAINGAN INDUSTRI PENYIARAN RADIO Oleh RAKEYAN KALANG SUNDA H24076104 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Analisis brand equity radio megaswara dalam persaingan ... · DAFTAR ISI Halaman ... jenis dan juga...

ANALISIS BRAND EQUITY RADIO MEGASWARA DALAM

PERSAINGAN INDUSTRI PENYIARAN RADIO

Oleh

RAKEYAN KALANG SUNDA

H24076104

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

RINGKASAN

RAKEYAN KALANG SUNDA. H24076104. “Analisis Brand Equity Radio

Megaswara Dalam Persaingan Industri Penyiaran Radio”. Di bawah Bimbingan

MA’MUN SARMA dan R.DIKKY INDRAWAN

Sebuah merek yang mapan akan memberikan kredibilitas untuk sebuah produk,

merek yang kuat akan membantu perusahaan dalam melakukan perluasan pangsa

pasar dalam menghadapi persaingan yang kompetitif, equitas merek menjadi ujung

tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu bagi strategi pemasaran.

Radio Megaswara pada awalnya memilih segmen musik dangdut, namun kini

melakukan perubahan format musik secara besar-besaran dengan melakukan

penambahan format musik POP untuk meraih penambahan segmentasi pasar ke arah

anak muda dan menengah ke atas. Dalam menghadapi persaingan dengan merek-

merek yang lain, maka perusahaan perlu memiliki informasi yang sangat akurat

bagaimana penerimaan merek yang di pasarkan di masyarakat, dan bagaimana tingkat

kesadaran masyarakat mengenai merek yang diluncurkan, bagaimana asosiasi merek

yang tertanam di benak masyarakat, bagaimana persepsi terhadap kualitas dari merek

tersebut, dan bagaimana loyalitas yang terjalin antara masyarakat dengan merek yang

diluncurkan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) Mengetahui posisi brand awareness

di benak masyarakat kota Bogor tentang radio Megaswara; (2) Menganalisis brand

association di benak masyarakat kota Bogor tentang radio Megaswara; (3)

Menganalisis perceived quality di benak masyarakat kota Bogor tentang radio

Megaswara; (4) Menganalisis brand loyalty di benak masyarakat kota Bogor terhadap

radio Megaswara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari

penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dengan pihak perusahaan,

serta data sekunder yang diperoleh dari profil perusahaan, studi pustaka, dan internet.

Metode pengolahan dan analisis data yaitu dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas,

Skala Likert, Rataan dan Simpangan Baku, Skala Likert, Semantic Differential, dan

uji Cochran. Hasil penelitian menunjukkan dari hasil brand awareness bahwa merek

Megaswara mendapatkan posisi top of mind, dari hasil brand association maka

terbentuk brand image yaitu radio anak muda, radio yang membantu band-band indie,

lagu-lagu yang di sajikan selalu up to date, acara on air dikemas secara menarik,

radio multi segmen, dan radio yang memberikan informasi yang up date ( lokal dan

nasional), dari analisis perceived quality di dapat bahwa atribut-atribut yang ada pada

Megaswara berada pada rentang baik dan sangat baik, dan dari analisis brand loyalty

diketahui bahwa menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang buruk, tapi,

hanya sampai dengan kelompok switcher yang menunjukan rentang skala buruk.

Sedangkan pada kelompok liking the brand, satisfied buyer dan habitual buyer

memiliki rentang skala cukup hingga baik.

ANALISIS BRAND EQUITY RADIO MEGASWARA DALAM

PERSAINGAN INDUSTRI PENYIARAN RADIO

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RAKEYAN KALANG SUNDA

H 24076104

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Judul Skripsi : Analisis Brand Equity Radio Megaswara Dalam Persaingan

Industri Penyiaran Radio

Nama : Rakeyan Kalang Sunda

NIM : H24076104

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec) ( R.Dikky Indrawan, SP, MM)

NIP : 1958112 198503 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )

NIP : 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 8 September 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Supriatman dan

Neneng Djuarsih.

Penulis memulai pendidikan di SDN Sempur Kaler pada tahun 1992 dan

lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

SLTP Bina Insani dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan menengah di SMU Bina Insani dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima pada Program DIII Studi Komunikasi Pembangunan

Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2004 dan lulus

pada tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan ke program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2007.

Selama kuliah, penulis aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan di

kampus, seperti Kepanitiaan Pertandingan Futsal exom, family day, serta aktif dalam

pengurusan EXOM, kemudian. Kemudian pada sela-sela waktu liburan

penulis mengisi kegiatan dengan melatih baseball SMU Bina Insani dan IPB.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis Brand Equity

Radio Megaswara Dalam Persaingan Industri Penyiaran Radio”, sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand awareness, brand

association, perceived quality, dan brand loyalty Radio Megaswara di benak

masyarakat Kota Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

terutama PT. Radio Citra Megaswara .

Bogor, Februari 2011

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak

baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi

serta perhatian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak R.Dikky Indrawan, SP, MM selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta

perhatian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

3. Pihak manajemen pemasaran PT. Radio Citra Megaswara, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT.

Radio Citra Megaswara Bogor.

4. Kedua orang tua dan keluarga, terutama ayah dan ibu tercinta yang telah

memberikan motivasi, semangat dan doa serta dukungan baik secara moril

dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Arti Septianti yang telah memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Fani E.P dan Bang Dani yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB,

terimakasih atas segala bantuannya.

8. Teman-teman satu bimbingan (Binsar, Bella, Gauz, Hijrah, Nova dan Mba

Ida) atas sharing dan semangat selama penelitian hingga penulisan skripsi.

9. Teman-teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu atas keceriaan,

kekompakan dan kebersamaan selama ini.

10. Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

2.1 Tinjauan Teoritis ........................................................................ 6

2.1.1 Pengertian Brand Equity ...................................................... 6

2.1.2 Kesadaran Merek (Brand Awareness) ................................. 9

2.1.3 Asosiasi Merek (Brand Association) ................................... 12

2.1.4 Kesan Kualitas (Perceived Quality) .................................... 13

2.1.5 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty) ....................................... 15

2.2 Pengertian Merek ....................................................................... 18

2.3 Pengertian Penyiaran .................................................................. 20

2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................. 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 27

3.2 Lokasi danWaktu Penelitian ...................................................... 28

3.3 Metode Penelitian....................................................................... 29

3.3.1 Pengumpulan Data ............................................................... 29

3.3.2 Penentuan Sampel ................................................................ 29

3.4 Pengolahan dan Analisa Data..................................................... 30

3.4.1 Uji Validitas ......................................................................... 30

3.4.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 31

3.4.3 Hasil Uji Awal ..................................................................... 32

3.4.4 Uji Awal Reliabilitas Brand Association ............................. 32

3.4.5 Uji Awal Perceived Quality................................................. 33

3.4.6 Skala Likert dan Simpangan Baku ....................................... 35

3.4.7 Analisis Deskriptif ............................................................... 36

3.4.8 Uji Cochran ......................................................................... 36

3.4.9 Skala Semantic Differential ................................................. 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 39

4.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 39

4.1.1 Sejarah PT. Radio Citra Megaswara ................................... 39

4.1.2 Visi dan Misi PT. Radio Citra Megaswara ......................... 42

4.1.3 Struktur Organisasi PT. Radio Citra Megaswara ................ 42

4.2 Profil Responden ........................................................................ 42

4.2.1 Jenis Kelamin ...................................................................... 42

4.2.2 Usia ..................................................................................... 43

4.2.3 Pendidikan ........................................................................... 44

4.2.4 Status Pernikahan ................................................................ 45

4.2.5 Pengeluaran ......................................................................... 45

4.2.6 Media Informasi .................................................................. 46

4.3 Analisis Brand Awareness.......................................................... 46

4.3.1 Analisis Top Of Mind ........................................................... 46

4.3.2 Analisis Brand Recall .......................................................... 47

4.3.3 Analisis Brand Recognition ................................................. 48

4.4 Analisis Brand association ....................................................... 49

4.5 Analisis Perceived Quality ........................................................ 53

4.6 Analisis Brand Loyalty ............................................................... 57

4.6.1 Analisis Switcher .................................................................. 57

4.6.2 Analisis habitual buyer ........................................................ 58

4.6.3 Analisis Satisfied Buyer ....................................................... 59

4.6.4 Liking The Brand ................................................................. 60

4.6.5 Committed Buyer .................................................................. 61

4.7 Piramida Brand Loyalty .............................................................. 62

4.8 Implikasi Manajerial ................................................................... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69 1. Kesimpulan ........................................................................................ 69

2. Saran ................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 71

LAMPIRAN ........................................................................................ 72

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pendidikan .............................. 44

2. Top of Mind Merek Stasiun Radio .................................................... 47

3. Brand Recall Merek Stasiun Radio ................................................... 48

4. Atribut Brand Image ......................................................................... 50

5. Penggolongan Atribut Brand Image ................................................. 51

6. Atribut Perceived Quality ................................................................. 54

7. Hasil Perhitungan Switcher Megaswara............................................ 57

8. Hasil Perhitungan Habitual Buyer Megaswara ................................. 59

9. Hasil Perhitungan Satisfied Buyer Megaswara ................................. 60

10. Hasil Perhitungan Liking The Brand ............................................... 61

11. Hasil Perhitungan Committed Buyer ............................................... 62

12. Brand Image PT. Radio Megaswara Bogor .................................... 62

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Konsep Brand Equity ........................................................................ 7

2. Piramida Brand Awareness ............................................................... 10

3. Nilai dari Perceived Quality.............................................................. 15

4. Piramida Brand Loyalty .................................................................... 18

5. Konsep Brand Equity ........................................................................

6. Kerangka Pemikiran Operasional Konsep ........................................ 28

7. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 43

8. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Usia ......................................... 44

9. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pendidikan .............................. 44

10. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Status Pernikahan ................... 45

11. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pengeluaran ............................ 45

12. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Media Informasi ..................... 46

13. Grafik Semantic Differential ............................................................. 56

14. Piramida Brand Loyalty Hasil Penelitian .......................................... 63

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner ........................................................................................

2. Struktur Organisasi .........................................................................

3. Uji Validitas Asosiasi ......................................................................

4. Uji Validitas Perceived Quality ......................................................

5. Uji Cochran .....................................................................................

6. Analisis Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking the

Brand dan Analisis Committed Buyer ..............................................

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, yaitu untuk mengirimkan

pesan telegraf dengan menggunakan kode morse antara kapal dan darat.

Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah pengembangan

pendeteksian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar. Sekarang ini radio

banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di segala

jenis dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial

termasuk drama, komedi, beragam show dan banyak hiburan lainnya, tidak hanya

berita dan musik saja. Radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif

terhadap suatu segmen pasar dan dapat menjawab kebutuhan untuk meyakinkan

komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat. Sebagai media

komunikasi, radio memiliki beberapa kekuatan karena dapat menjangkau jumlah

khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan, cepat menyampaikan

pesan sehingga dapat memberikan informasi yang paling mutakhir dan mudah

dimengerti, juga memberikan bentuk hiburan yang murah dan mudah diperoleh1.

Persaingan radio saat ini semakin ketat, sehingga pengelola media siaran

itu harus benar-benar memahami dan mengenali ekspektasi atau apa yang

diinginkan para pendengar. Para pengelola radio harus berusaha melakukan

berbagai perbaikan yang terus berkembang baik dari segi teknologi audio

ataupun dari intonasi penyiar, persaingan yang semakin ketat akan menimbulkan

suatu kompetisi untuk meraih simpati dari para pendengar. Oleh karena itu para

pengelola radio mulai melancarkan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian

dari para pendengarnya terlebih dari sisi pemasaran yang akan memberikan

dampak bagi kelancaran merebut perhatian pendengar.

1 Sejarah Radio. http//id.wikipedia.org/wiki/radio. 15/7/2010.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan oprasional yang penting dalam

suatu perusahaan. Pemasaran diartikan sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan

usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada

pelanggan atau pembeli (Kasali, 2005). Kegiatan pemasaran mencakup suatu

proses dari pencarian informasi kebutuhan konsumen sampai pada jalinan

hubungan pertukaran barang atau jasa yang pada akhirnya diharapkan

pencapaian kepuasan baik dipihak konsumen maupun di pihak produsen. Seiring

persaingan yang ketat menuntut organisasi atau perusahaan untuk menciptakan

keunggulan yang kompetitif, disinilah peran sebuah brand atau merek karena

dalam kondisi yang sangat kompetitif merek akan membantu pihak eksternal

perusahaan dalam membedakan antara produk dan jasa antara satu dan lainnya.

Terdapat beberapa manfaat dari merek yang kuat yaitu dapat membangun

loyalitas yang akan mendorong bisnis berulang kembali, merek yang kuat akan

memungkinkan tercapainya harga premium dan akhirnya memberikan laba yang

tinggi. Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran

konsumen yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya

mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Kesadaran merek merupakan key

of brand asset atau pembuka untuk masuk kedalam elemen lainnya, jadi jika

kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa equitas mereknya

juga rendah.

Sebuah merek yang mapan akan memberikan kredibilitas untuk sebuah

produk baru. Merek yang kuat akan membantu perusahaan dalam melakukan

perluasan pangsa pasar dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Merek

yang berksinambungan menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan

sangat membantu bagi strategi pemasaran. Secara internal, merek yang kuat akan

memberikan kejernihan fokus internal dan eksekusi merek. Merek yang kuat

umumnya memberikan pemahaman pada karyawan tentang posisi merek tersebut

dan apa yang dibutuhkan untuk menopang reputasi atau janji yang diberikan

merek tersebut. Merek yang kuat juga memberikan kejelasan arah strategi karena

setiap anggota organisasi mengtahui posisinya dan bagaimana cara

menghidupkanya dimata pelanggan. Manfaat lain yang diperoleh dari merek

yang kuat yaitu memungkinkan perusahaan untuk menarik calon karyawan yang

terbaik dan memberikan kepuasan bagi para karyawannya (Kasali 2005).

PT. Radio Citra Megaswara yang pada awalnya bernama Radio Miraka

Junior atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama radio Megaswara, pada

awalnya bergerak di bidang musik dangdut, dengan segmentasi pasar menengah

kebawah. Dengan mengarahkan radio Megaswara pada segmentasi pasar

menengah kebawah stasiun radio Megaswara mendapatkan respon dari

pendengar dengan sangat baik. Namun karena tingkat persaingan yang semakin

tinggi dan mendorong setiap stasiun radio untuk mengembangkan sayap pada

setiap segmen yang ada maka, PT. Radio Citra Megaswara melakukan perubahan

format musik secara besar-besaran dengan melakukan penambahan format musik

Pop untuk meraih penambahan segmentasi pasar kearah anak muda dan

menengah ke atas, hal ini dilakukan PT. Radio Citra Megaswara dengan tujuan

agar stasiun Megaswara dapat bersaing dengan radio-radio yang memiliki

segmentasi ke arah anak muda dan kalangan menengah ke atas.

Selain itu juga pengembangan yang dilakukan Megaswara dalam lima

tahun terakhir adalah dengan memperluas jaringanya (radio network) dengan

membuka beberapa stasiun di wilayah yang menjadi target pasar Megaswara,

seperti di wilayah Sukabumi pada tahun 2000 PT. Radio Citra Megaswara

memperluas jaringannya dengan membuka stasiun Radio Megaswara Sukabumi

96.0 FM, kemudian pada tahun 2005 PT. Radio Citra Megaswara meresmikan

stasiun radio di wilayah Serang dengan membuka radio Megaswara Serang 91.4

FM, kemudian pada tahun yang sama yaitu tahun 2005, PT. Radio Citra

Megaswara meresmikan pembukaan perluasan jaringannya di wilayah Kuningan,

dengan membuka radio Megaswara Kuningan 89.8 FM. Selain itu Megaswara

telah melakukan riset pendengar pada tahun 2006 dari hasil riset yang dilakukan

oleh AC Nielsen sebagai perusahaan peneliti media dan pemasaran terkemuka di

dunia. Dari hasil riset tersebut, radio Megaswara menempati posisi ke empat dari

lima besar stasiun radio yang berada di area JABODETABEK (Greater Jakarta),

dengan jumlah pendengar sebanyak 1.969.000. Sedangkan untuk posisi pertama

hingga ke tiga di tempati oleh stasiun radio BENS, lalu stasiun radio DANGDUT

TPI, dan stasiun radio GEN FM, dan untuk posisi ke lima adalah stasiun radio

POP FM. Sedangkan untuk di Kota Bogor sendiri stasiun radio Megaswara

menempati posisi pertama di antara radio-radio siaran lainnya dan yang menjadi

kompetitor terkuat radio Megaswara adalah radio Kancah Irama Suara Indonesia

atau yang lebih dikenal dengan nama Kisi 93,4 FM dan stasiun radio Ika

Lesmana 100.1 FM.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam menghadapi persaingan dengan merek-merek yang lain maka

perusahaan perlu memiliki informasi yang sangat akurat bagaimana penerimaan

merek yang di pasarkan di masyarakat dan bagaimana tingkat kesadaran

masyarakat mengenai merek yang diluncurkan, bagaimana asosiasi merek yang

tertanam di benak masyarakat, bagaimana persepsi terhadap kualitas dari merek

tersebut dan bagaimana loyalitas yang terjalin antara masyarakat dengan merek

yang diluncurkan.

Merek yang kuat dapat tercermin melalui brand equity yang kuat pula,

brand equity yang kuat akan memberikan efek terhadap konsumen yang akan

selalu menanamkan merek tersebut sebagai hal yang utama, apabila akan

membeli ataupun memberikan informasi pada konsumen lainya sebagai cara

promosi yang tidak secara langsung. PT. Radio Citra Megaswara yang bergerak

di bidang penyiaran merupakan salah satu radio yang berdiri di kota Bogor yang

memiliki banyak pendengar dari berbagai kalangan ini, dikarenakan adanya

perubahan format musik yang tidak lagi bergerak di format musik dangdut saja

akan tetapi adanya penambahan di format musik Pop, kekuatan radio Megaswara

akan terlihat dari brand equity Megaswara, maka dari itu sangat penting

menganalisis brand equity terhadap merek Megaswara. Permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana brand awareness radio Megaswara di benak masyarakat kota

Bogor?

2. Bagaimana brand association radio Megaswara di benak masyarakat kota

Bogor?

3. Bagaimana perceived quality radio Megaswara di benak masyarakat kota

Bogor?

4. Bagaimana brand loyalty radio Megaswara di benak masyarakat kota Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui posisi brand awareness di benak masyarakat kota Bogor tentang

radio Megaswara.

2. Menganalisis brand association di benak masyarakat kota Bogor tentang

radio Megaswara.

3. Menganalisis perceived quality di benak masyarakat kota Bogor tentang

radio Megaswara.

4. Menganalisis brand loyalty di benak masyarakat kota Bogor terhadap radio

Megaswara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi PT. Radio Citra Megaswara untuk

menginformasikan brand equity Megaswara.

2. Sebagai sumber referensi dan pengembangan lebih lanjut bagi penelitian

mengenai merek.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Brand Equity

Menurut Durianto, dkk (2001), brand equity adalah seperangkat

aset dan liabilitas merek yang terkait dengan satu merek nama dan symbol

yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk atau jasa, baik pada perusahaan ataupun pada pelanggan. Agar aset

dan liabilitas mendasari equitas merek, maka aset dan liabilitas merek

harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol, sehingga bila

dilakukan perubahan pada nama dan simbol atau semua aset dan liabilitas

yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.

Menurut Aaker (1997), brand equity (Gambar 1) dapat

dikelompokan dalam lima kategori, yaitu:

a. Brand awareness

Brand awareness menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai suatu bagian

dari suatu kategori produk tertentu.

b. Brand association

Brand association adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang

yang terkait dengan ingatanya tentang suatu merek.

c. Perceived quality

Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

mutu atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan

dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.

d. Brand loyalty

Brand loyalty adalah merupakan satu ukuran keterkaitan pelanggan

terhadap sebuah merek.

e. Other proprietary brand asset (aset-aset merek lainnya).

Gambar 1. Konsep Brand Equity (Aaker dalam Durianto, dkk, 2001)

Menurut Durianto, dkk (2001), disamping memberi nilai bagi

konsumen, brand equity juga memberikan nilai bagi prusahaan dalam

bentuk:

1. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program

dalam mengikat konsumen baru dan merangkul kembali konsumen

lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif apabila merk dikenal.

Brand equity yang kuat tidak dapat menghilangkan keraguan

konsumen terhadap kualitas merek.

Brand equity

Brand Awareness Brand Association

Otherproprietary

brand assets

Brand Loyalty

Memberikan nilai

kepada pelanggan

dengan memperkuat:

1. Interpretasi atau

proses informasi.

2. Rasa percaya diri

dalam pembelian.

3. Pencapaian kepuasan

dari pelanggan.

Memberikan nilai

kepada perusahaan

dengan memperkuat:

1. Efisiensi dan

efektifitas program

pemasaaran.

2. Brand loyalty.

3. Harga atau laba.

4. Perluasan merek.

5. Peningkatan

perdagangan.

6. Keuntungan

kompetitif

Perceived Quality

2. Empat dimensi brand equity yaitu: brand awareness, perceived quality

dan asosiasi-asosiasi, dapat mempengaruhi alasan pembelian

konsumen. Bahkan seandainya brand awarness, perceived quality dan

asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses pemilihan merek,

ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan atau rangsangan

konsumen untuk mencoba merek-merek lain.

3. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam

merespon inovasi yang dilakukan para pesaing. Brand loyalty adalah

salah satu kategori brand equity yang dipengaruhi oleh kategori brand

equity lainya. Kategori-kategori brand equity lainya juga berhubungan

satu sama lain. perceived quality dapat dipengaruhi oleh brand

awarness. Nama merek dapat memberikan kesan bahwa produk dapat

dibuat dengan baik, diyakinkan oleh asosiasi dan loyalitas (seorang

konsumen yang loyal tidak akan menyukai produk yang kualitasnya

rendah).

4. Brand association juga sangat penting sebagai dasar strategi

positioning maupun strategi perluasan produk. Suatu analisa terhadap

portofolio merek sangat diperlukan untuk mengetahui efektifitas dari

perluasan merek yang telah dilakukan.

5. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan melakukan

promosi secara besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. Brand

equity yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang

lebih tinggi dengan menetapkan premium price (harga premium) dan

mengurangi ketergantungan terhadap promosi sehinggan memperoleh

laba yang lebih tinggi.

6. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk

pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainya atau

menciptakan peluang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan

lebih mahal dimasuki tanpa memiliki brand equity tersebut.

7. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu

menciptakan loyalitas saluran distribusi. Toko, supermarket dan

tempat-tempat penjualan lainya tidak akan ragu-ragu untuk menerima

suatu produk dengan brand equity yang kuat dan sudah terkenal untuk

dijual kepada konsumen. Produk dengan Brand equity yang kuat akan

dicari oleh pedagang karena mereka yakin bahwa produk dengan

merek tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka. Brand

equity yang kuat, saluran distribusi dapat berkembang sehingga

semakin banyak tempat penjual yang akan pada akhirnya akan

memperbesar volume penjualan prodak tersebut.

8. Aset-aset brand equity lainya dapat memberikan keuntungan

kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang

tidak dimiliki oleh pesaing. Biasanya, bila dimensi utama dari brand

equity yaitu brand awarness, brand association, perceived quality dan

brand loyalty sudah sangat kuat. Kesetiaan perantara maupun pemasar

sangat tergantung pada kekuatan empat kekuatan dari brand equity.

Pada umumnya, mereka tidak ragu lagi terhadap perusahaan yang

memiliki brand equity yang kuat, sehingga kepercayaan untuk

memasarkan produknya semakin meningkat. Oleh karenanya

penekanan riset brand equity diberikan kepada empat elemen utama

dari brand equity sedangkan aset brand equity lainya akan secara

otomatis terimbas oleh kekuatan dari elemen utama tersebut.

2.1.2 Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Brand awareness menunjukkan kesanggupan seorang calon

pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Piramida brand awareness

disajikan dalam Gambar 2.

Top of Mind

(Puncak Pikiran)

Brand recall

(Pengingatan Kembali Merek)

Brand Recognition

(Pengenalan Merek)

Brand Unware

(Tidak Menyadari Merek)

Gambar 2. Piramida Brand Awareness (Aaker dalam Durianto, dkk. 2001)

Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001), pengukuran brand

awareness berdasarkan tingkat kesadaran merek yang mencakup top of

mind (puncak pikiran), brand recall (pengingatan kembali), brand

recognition (pengenalan merek) dan brand unaware (tidak menyadari

merek).

1. Brand unware adalah tingkatan yang paling rendah dalam pengukuran

kesadaran merek, responden sama sekali tidak menyadari atau

mngenal suatu merek setelah diberikan bantuan.

2. Brand recognition atau pengenalan kesadaran merek responden

dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan (an aided call).

Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri

produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan tersebut bertujuan

untuk mngetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan

akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand

awareness selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan

menunjukkan photo yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut.

3. Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-

merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang

pertama kali. Tingkatan ini sering disebut dengan unaided recall

(pengingatan kembali tanpa bantuan).

4. Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat

responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya

tentang suatu kategori produk. Merek yang berada pada tingkat ini

merupakan merek yang utama dalam benak konsumen, sehingga dalam

situasi pembelian, merek lain tidak diperhitungkan.

Peran brand awareness terhadap brand equity yang dapat

dipahami dengan membahas bagaimana brand awareness menciptakan

suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4

cara yaitu:

1. Anchor to which other association can be attached

Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa

rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

2. Familiarity-linking

Dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama

untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan

rendah) seperti pasta gigi, tissue dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat

menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat

menjadi suatu pendorong dalam mambuat keputusan.

3. Substance/commitment

Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan

inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika suatu

nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan

perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensif

yang sudah lama dalam industri dan lain-lain. Jika kualitas dua merek

sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam

keputusan pembelian konsumen.

4. Brand to consider

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk

dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek

yang memiliki top of mind yang tinggi yang mempunyai nilai yang

tinggi. Jika suaatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek

tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-

merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang

disukai atau merek yang dibenci.

2.1.3 Asosiasi Merek (Brand Association)

Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-

kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin

banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau

dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi

komunikasinya.

Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang

menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat.

Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu

rangkaian yang disebut brand image. Pada umumnya asosiasi merek

(terutama yang membentuk brand image) menjadi pijakan konsumen

dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut.

Menurut Rangkuti (2004) berbagai fungsi asosiasi tersebut adalah:

1. Membantu proses penyusunan informasi

Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu

mengikhtisarkan sekumpulan kata dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal pelanggan.

2. Perbedaan

Suatu asosisasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi

usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran

yang sangat penting dalam membedakan suatu merek dari merek yang

lainya.

3. Alasan untuk membeli

Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk

mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.

4. Penciptaan sikat atau perasaan positif

Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada giliranya

akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

5. Landasan untuk perluasan

Asosiasi merek dadpat menghasilkan landasan bagi suatu perusahaan

merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek

dan sebuah produk baru.

2.1.4 Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Aaker dalam Rangkuti (2004), perceived quality adalah persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau

jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Garvin dalam

Durianto, dkk (2001) mengemukakan bahwa dimensi perceived quality

dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Kinerja yaitu melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.

2. Pelayanan yaitu Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan

pada produk tersebut.

3. Ketahanan yaitu mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan yaitu konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk

dari satu pembelian ke pembelian lainnya.

5. Karakteristik produk yaitu bagian-bagian tambahan dari produk

(feature), seperti remote control sebuah tv dan sistem WAP untuk

telepon genggam.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi merupakan pandangan mengenai

kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.

7. Hasil yaitu mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan

enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan

hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak

akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

Durianto, dkk (2001) mengemukakan selain konteks produk ada

juga konteks jasa yang serupa tapi tidak sama, berikut diberikan beberapa

contoh pernyataan dalam mengukur dimensi-dimensi konteks jasa:

1. Bentuk fisik: Apakah fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan

pegawai mengesankan kualitasnya?

2. Kompetensi: Apakah karyawan divisi pelayanan memiliki pengetahuan

yang memadai dalam melakukan tugasnya?

3. Kendala: Dapatkan tugas tersebut dikerjakan dengan akurat dan

meyakinkan?

4. Tanggung jawab: Apakah petugas penjualan berkemauan untuk

membantu para pelanggan dengan memberikan layanan sebaik -

baiknya?

5. Empati: Apakah sebuah supermarket menunjukan kepedulian dan

perhatian kepada setiap pelanggan yang mempunyai kartu keangotaan

(member card)?

Menurut Aaker (1997), perceived quality memberikan nilai dalam

beberapa bentuk, diantaranya yaitu:

1. Alasan untuk membeli artinya suatu merek yang berhasil menanamkan

suatu kesan kualitas yang positif dalam benak konsumen akan

memenagkan persaingan.

2. Diferensiasi artinya suatu produk yang mempunyai kesan kualitas

tertentu akan menempati posisi yang tertentu pula dalam benak

konsumen.

3. Harga optimum artinya selama merek tersebut memang dipersepsikan

mempunyai kualitas yang tinggi dalam bentuk konsumen maka

perusahaan dapat menetapkan suatu harga optimum bagi produknya.

4. Perluasan saluran distribusi artinya suatu merek yang dipersepsikan

mempunyai kualitas tinggi akan mudah dalam pendistribusiannya,

sebab distributor ingin menuai laba dari larisnya produk.

5. Perluasan merek artinya produk yang kualitasnya berkesan tinggi akan

mempunyai kemungkinan lebih sukses dalam memperkenalkan

kategori produk baru dengan nama merek yang sama dibandingkan

dengan merek yang kesan kualitasnya rendah.

Gambar 3. Nilai dari Perceived Quality (Durianto, dkk. 2001)

2.1.5 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

Brand loyalty merupakan suatu ukuran keterikatan pelanggan

kepada sebuah merek. Loyalitas merek akan memberikan gambaran

mengenai mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain,

terutama jika merek tersebut didapati adanya perubahan baik menyangkut

harga maupun atribut lain.

Brand loyalty merupakan salah satu indikator inti dari brand

equity yang jelas terkait dengan peluang penjualan yang berarti pula

jaminan perolelan laba perusahaan dimasa mendatang. Pelanggan yang

loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut walau

dihadapkan pada banyak alternatif merek produk pesaing yang

menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari

berbagai atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merek yang masuk

dalam kategori ini berarti merek mereka memiliki brand equity yang kuat.

Perluasan merek

Harga optimum

Diferensiasi/posisi

Alasan untuk membeli

Perluasan saluran distribusi

Perceived Quality

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty

dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan. Durianto dkk, (2001),

mengemukakan beberapa manfaat uang dapat diberikan oleh brand loyalty

kepada perusahaan, diantaranya:

1. Mengurangi biaya pemasaran

Biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat.

Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah

mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk

mendapatkan pelanggan baru.

2. Meningkatkan perdagangan

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan

peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan

perantara/distributor.

3. Menarik minat pelanggan baru

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka

pada merek tersebut akan menimbulkan perasaan yang yakin bagi

calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika

pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko tinggi. Pembeli

yang puas umumnya akan merekomendasikan merek tersebut kepada

orang terdekat, sehingga akan menarik pelanggan baru.

4. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan

untuk merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing

mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan

memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbaharui

produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisirkannya.

Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001), ada tingkatan

loyalitas merek, yaitu:

1. Switcher (Pembeli yang berpindah-pindah )

Merupakan tingkatan loyalitas merek yang paling rendah. Pembeli sama

sekali tidak loyal/tidak tertarik terhadap merek apapun yang ditawarkan.

Ciri dari pembeli jenis ini adalah mereka membeli suatu produk karena

harganya murah.

2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)

Merupakan pembeli yang puas dengan merek produk yang

dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan

dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada dasarnya mereka

tidak mendapati alasan yang cukup untuk beralih ke produk lain,

terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun

berbagai pengorbanan lain. Pembeli ini membeli suatu merek

didasarkan atas kebiasaan mereka.

3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek termasuk ke dalam kategori puas bila

mereka mengkonsumsi merek tersebut. Meskipun demikian mungkin

saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan

menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan

waktu, uang atau risiko kinerja yeng melekat dengan tindakan mereka

beralih ke merek lain.

4. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek)

Pembeli pada tingkatan ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh

menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan

emosional yang terkait pada merek. Meskipun demikian seringkali rasa

suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan

ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang

spesifik.

5. Committed Buyer (Pembeli yang setia)

Pada tingkatan ini, pembeli merupakan pelanggan setia. Mereka

memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna merek dan bahkan merek

tersebut menjadi sangat penting bagi mereka. Pada tingkatan ini, salah

satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan

merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut ke pihak lain.

Committed Buyer

Liking The Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

Switcher

Gambar 4. Piramida Brand Loyalty (Aaker dalam Durianto, dkk, 2001)

Pada piramida brand loyalty terlihat bahwa merek yang belum

memiliki brand equity yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada

pada tingkat switcher. Kemudian, porsi terbesar kedua ditempati oleh

konsumen yang berada pada tingkat habitual buyer dan seterusnya hingga

porsi terkecil ditempati oleh commited buyer.

2.2. Pengertian Merek

Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001) merek adalah nama dan atau

simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual

tertentu serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para

pesaing. Menurut Cannon dan Wichert dalam Buchari Alma (1992) menyatakan

ciri-ciri merek yang baik yaitu:

1. Pendek.

2. Sederhana.

3. Mudah dieja.

4. Mudah diingat.

5. Enak dibaca.

6. Tidak ada nada sumbang.

7. Tidak ketinggalan zaman.

8. Ada hubungan dengan barang dagangan.

9. Bila di eksport mudah dibaca oleh orang luar negeri.

10. Tidak menyinggung perasaan kelompok/orang lain atau tidak negatif.

11. Membayangkan apa produk itu atau memberi dugesti penggunaan produk

tersebut.

Rangkuti (2004), mengatakan bahwa ada lima pilihan dalam penentuan

strategi merek, yaitu:

1. Perluasan Lini (Lini Extention)

Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk

tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama,

biasanya dengan tampilan baru, seperti bentuk, rasa, warna, kandungan,

ukuran, kemasan dan sebagainya. Pada umumnya perkenalan produk baru

merupakan lini. Strategi ini dapat dilakukan apabila perusahaan mengalami

kelebihan kapasitas produksi atau perusahaan ingin memenuhi meningkatnya

selera konsumen terhadap tampilan baru. Perluasan lini dapat juga dilakukan

bila perusahaan ingin mengalahkan pesaing.

2. Perluasan Merek (Brand Extention)

Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk

menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori

baru. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan karena

merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai, sehingga kehadirannya

dapat dengan cepat diterima konsumen. Hal ini dapat memudahkan

perusahaan untuk memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan

merek dapat menghemat biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk

membiasakan konsumen dengan suatu merek baru.

3. Multi Brand

Multi brand dapat terjadi apabila suatu perusahaan memperkenalkan

berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Hal ini

bertujuan untuk mencoba membentuk suatu kesan, kenampakan dan daya

tarik kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan. Strategi multi brand

memungkinkan perusahaan merebut lebih banyak tempat (rak) distributor

dan melindungi merek utama dengan cara menciptakan merek sampingan

(flanker brand). Multi brand dapat juga terjadi akibat warisan beberapa

merek dari perusahaan lain yang telah di akusisi oleh perusahaan tersebut.

4. Merek Baru

Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun

merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau apabila citra

merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut. Kondisi ini

menyebabkan perusahaan lebih baik menciptakan merek yang sama sekali

baru daripada menggunakan merek lama. Namun dalam hal ini biasanya

memerlukan biaya yang cukup besar apalagi untuk sampai ke tahap yang

lebih besar.

5. Merek Bersama (co-brand)

Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih digabung dalam

satu penawaran. Tujuan dari co-branding adalah agar merek yang satu dapat

memperkuat merek yang lainnya, sehingga dapat menarik minat konsumen.

Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap

merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau konsumen baru dengan

mengaitkannya dengan merek lain.

2.3. Pengertian Penyiaran

Siaran berasal dari kata siar, siar berarti menyebarluaskan informasi

melalui pemancar. Kata siar ditambah akhiran-an, membentuk kata benda, yang

memiliki makna apa yang disiarkan (Wahyudi, dalam Farra 2007). Penyiar atau

announcing adalah tak lain suatu usaha untuk mengkomunikasikan informasi

untuk memberitahukan sesuatu. Meskipun informasi dapat mencapai jutaan

pendengar secara perorangan dan komunikasi itu akan sempurna apabila si

pendengar mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia

dengarkan itu (Effendy, 1991).

Stasiun radio yang berhasil, tidak diukur hanya menurut jumlah

programnya, statsiun yang berhasil adalah yang memahami persahabatan dan

peranya. (Stokkink, dalam Effendy,1991). Menurut Effendy (1991), ciri-ciri

komunikasi yang baik adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komuikator.

Dengan kata lain, wartawan atau penyiar sebagai komunikator tidak

mengetahui tanggapan para pembaca atau pendengarnya terhadap pesan atau

berita yang disiarkanya itu.

2. Komunikator pada komunikasi pada lembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni

satu institusi atau organisasi.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena

ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak

ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi massa bersifat heterogen

Dalam keberadaanya yang terpencar-pencar, dimana satu sama lainya tidak

saling kenal mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing

berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan,

pendidikan, pandangan hidup, cita-cita dan sebagainya. Heterogenitas

khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator daam

menyebarkan pesanya melalui media massa karena setiap individu dari

khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi.

Menurut Ishadi dalam Farra (2007), meyebutkan empat keunggulan dari

media radio, yaitu:

1. Kemampuanya mengembangkan imajinasi dengan bantuan audio.

2. Kemampuanya selektivitas dalam memilih program maupun segmen

khalayak.

3. Fleksibilitas, artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan menjadi teman di

berbagai kesempatan dan suasana.

4. Sifatnya amat personal, sehingga menjadi media yang amat efektif dalam

memberi kontak-kontak antar pribadi yang diliputi oleh sifat kehangatan,

keakraban dan kejujuran.

Menurut Effendy (1991), ada dua point mengenai karakteristik media

radio, yaitu:

1. Auditori, artinya bahwa sifat radio hanyalah untuk didengar, untuk konsumsi

telinga. Dengan demikian informasi yang disiarkan melalui media radio

bersifat sepintas lalu. Berbeda dengan surat kabar dan majalah informasi

yang disampaikan melalui media cetak memberi kemungkinan pembaca

yang belum bisa mengerti hanya dengan sekali membaca, dapat mengulang

berkali-kali.

2. Mengandung gangguan, sebagai media yang mengandalkan pada kekuatan

pancaran gelombang elaktromagnetik komunikasi melalui radio sering

mengalami berbagai gangguan, terutama yang disebabkan oleh faktor

geografis maupun faktor teknis teknologis. Gangguan yang dihadapi dapat

berupa suara kemresek (noise), suara terputus-putus dan sebagainya.

Dalam dunia penyiaran tentu penyiar merupakan salah satu faktor penting

untuk menjadikan penyiaran menjadi hal yang menarik dan memberikan hiburan

bagi para pendengarnya, maka dari itu untuk manjadi seorang penyiar yang baik,

seorang penyiar harus memiiki kualifikasi yang tepat dan keinginan dirinya

dalam lapangan penyiaran radio. Sehubungan dengan itu menurut Henneke

dalam Effendy, (1991) telah menghimpun beberapa hal penting dalam

“announcer’s skills” yang meliput:

1. Komunikasi gagasan (communication of ideas).

2. Komunikasi kepribadian (communication of personality).

3. Proyeksi kepribadian (projection of personality), ini mencakup:

a. Keaslian (naturalnes.)

b. Kelincahan (vitality).

c. Keramah tamahan (friendlines).

d. Kesanggupan penyesuaian diri (adapability).

4. Pengucapan ( pronounciation).

5. Kontrol suara ( voice controle), ini mencakup :

a. Pola titi nada (pitch)

b. Kerasnya suara (loudnes)

c. Tempo (time)

d. Kadar suara (quality)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian Hermawan (2002) bertujuan untuk menganalisis perbandingan

kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek dari

merek-merek teh celup. Hasil penelitian mengenai kesadaran merek

menunjukkan bahwa teh celup merek Sariwangi merupakan merek teh celup

yang paling diingat responden, kemudian diikuti teh celup merek Sosro, Kepala

Jenggot, 2Tang dan Lipton. Pada teh celup merek Sariwangi dan Sosro, semua

responden mengenal kedua merek tersebut, sedangkan pada merek 2Tang ada 10

responden yang tidak mengenal merek ini sama sekali.

Hasil pengujian terhadap semua asosiasi merek yang dilakukan terhadap

merek teh celup Sariwangi, Sosro dan 2tang dengan uji cochran, didapatkan

bahwa hasil nilai cochran hitung yang diperoleh pada pengujian tahap pertama

terhadap tujuh asosiasi merek ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai x2

tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk ketiga merek tersebut

memiliki brand image yang di dalamnya terkandung asosiasi-asosiasi merek,

yaitu harga terjangkau, rasa yang enak, aroma teh yang harum, kemasan menarik,

mudah didapat, merek terkenal dan higienis.

Pengukuran perceived quality menunjukkan bahwa persepsi kualitas

ketiga merek yakni Sariwangi, Sosro dan 2tang secara umum berada pada posisi

baik dan sangat baik. Berdasarkan tingkatan loyalitas merek teh celup merek

Sariwangi mempunyai responden yang paling banyak pada tingkat satiffied buyer

yaitu sebesar 51 persen atau 35 orang dari 68 pemakai. Pada merek Sosro,

responden yang paling banyak pada tinkat liking the brand yaitu sebanyak 62

persen dan teh celup merek 2Tang, tingkatan loyalitas merek yang paling tinggi

yaitu sebesar 80 persen.

Selanjutnya, Gumilar (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis

Brand Equity Supermarket Matahari Market Place Bogor. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui posisi brand awareness di benak konsumen terhadap

merek super market “Matahari Market place” diantara merek-merek supermarket

lain yang dikenal oleh konsumen, menganalisis brand association dibenak

konsumen terhadap merek supermarket “Matahari Market place”, menganalisis

perceived quality dibenak konsumen terhadap merek supermarket “Matahari

Market place” dan menganalisis brand loyalty pada konsumen terhadap merek

supermarket “Matahari Market place”.

Dalam analisis brand awareness hasil analisis top of mind menunjukan

bahwa 67 persen responden menyebutkan supermarket “Matahari Market

Place”. Sebagai merek yang paling di ingat dan Hero berada di urutan ke-2

(23persen). Hasil analisis brand recall menunjukan bahwa responden paling

banyak 43 persen mengingat kembali “Hero” sebagai merek supermarket.

Sedangkan supermarket “Matahari Market Place”, berada di urutan ke-2 (33

persen). Hasil analisis brand recognition menunjukan bahwa seluruh responden

(100 persen) telah mengenal merek supermarket “Matahari Market Place” tanpa

perlu diberi bantuan. Hasil analisis brand unaware menunjukan bahwa tak

seorangpun responden yang tidak mengenal supermarket “Matahari Market

Place”.

Hasil analisis perceived quality yang terlihat pada grafik semantic

diffensial menunjukan bahwa atribut-atribut merek supermarket “Matahari

Market Place” berada pada posisi sisi kanan atau kutub positif. Perceived quality

supermarket “Matahari Market Place”, berada pada posisi cukut baik.

Dalam anilisis brand loyalty, seluruh responden (100%) tidak berencana

pindah supermarket lain tetapi hasil switcher. Hasil analisis habitual buyer

menunjukan 81% responden termasuk dalam jenis pembeli habitual buyer. Hasil

snslisis satisfied buyer menunjukan 81% responden termasuk dalam jenis

pembeli satisfied buyer. Hasil dari analisis liking the brand menunjukan 74%

responden termasuk dalam jenis pembeli liking the brand. Hasil analisis

commited buyer menunjukan 23% responden termasuk dalam jenis pembeli

commited buyer. Pada piramida brand loyalty merek supermarket “Matahari

Market Place”, tidak menggambarkan bentuk segitiga terbalik.

Selanjutnya Pratama (2006) melakukan analisis brand equity Pocari

Sweat dalam persaingan industri minuman. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis brand equity Pocari Sweat pada elemen brand awareness, brand

association, perceived quality dan brand loyalty. Untuk melihat adanya tingkat

persaingan dalam industri minuman secara keseluruhan, dalam penelitian ini

melibatkan beberapa merek minuman lainya diantaranya adalah ProSweat,

Mizion, Aqua dan Coca-Cola. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis yang

berupa metode spearman-brown, product moment, alfa cronbach, skala likert,

skala sematic differential, uji cochran, analisis biplot dan analisis deskriptif.

Hasil pennelitian menunjukan bahwa pada elemen brand awarness merek Pocari

Sweat merupakan merek yang paling diingat oleh konsumen. Asosiasi

pembentukan brand image pada brand association menunjukan bahwa merek

Pocari Sweat mendapat dua brand image, yaitu aman bagi kesehatan dan rasa

yang segar pelepas dahaga. Penilaian konsumen pada perceived quality

menunjukan bahwa merek Pocari Sweat lebih unggul dibandingkan merek lainya

dalam atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan

memulihkan stamina.

Analisis pada brand loyalty menunjukan bahwa merek Pocari Sweat

belum memiliki brand loyalty yang kuat. Hal ini tercermin dari bentuk piramida

brand loyalty yang mengecil pada tingkatan liking the brand dan committed

buyer.

Kekhasan dari penelitian yang penulis angkat adalah adanya perbedaan

dalam hal pengambilan brand atau merek yang di teliti yaitu dalam dunia

penyiaran serta ketertarikan penulis dikarenakan adanya perubahan image yang

terjadi pada brand yang diteliti. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian-

penelitian terdahulu yang lebih banyak mengarah pada makanan atau minuman

dan tidak adanya perubahan brand image.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama brand equity

(ekuitas merek), yaitu yang pertama brand awareness atau pengenalan merek dari

elemen pertama ini dapat diketahui lebih lanjut bagaimana mengasosiasikan merek

Megaswara apakah menjadi top of mind atau tidak, elemen selanjutnya adalah brand

association atau kesan merek akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dan

akan berhubungan dengan elemen selanjutnya yaitu perceived quality atau kualitas

merek dalam pengukuranya dan elemen terakhir adalah brand loyalty atau kesetiaan

merek merupakan tingkat dimana kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek tertentu.

Ekuitas merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen

terhadap perusahaan akan semakin kuat. Suatu produk yang memiliki ekuitas merek

yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan

keberadaan suatu merek. Konsumen menjadikan merek sebagai salah satu

pertimbangan penting ketika hendak membeli suatu produk atau jasa. Dengan

mengetahui kekuatan merek, Megaswara akan memperoleh informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar memonitor kinerja pemasaran Megaswara. Dari keempat

elemen tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan dan

dapat dilihat bagaimana brand equity merek Megaswara dalam persaingan di dunia

penyiaran. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka pemikiran operasional.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Radio Megaswara (Megaswara FM) FM 100,8

yang terletak di Jalan Surya Kencana No. 228-230 Bogor dan ditujukan terhadap

masyarakat kota Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan

Juli 2010 sampai dengan bulan September 2010.

Analisis

Brand

Association

Analisis

Perceived

Quality

Analisis

Brand

Awareness

Analisis

Brand

Loyalty

Analisis

Deskriptif

Analisis

Deskriptif

Skala Likert

Semantic

Differential

Uji

Cochran

Brand Equity PT. Radio

Megaswara Bogor

PT. Radio Megaswara Bogor

Persaingan

Brand

3.3. Metode Penelitian

3.3.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan

pihak PT. Radio Megaswara Bogor. Selain dengan wawancara, data juga

diperoleh melalui kuesioner yang disusun untuk mengidentifikasi dan

mengalisis aspek-aspek elemen utama brand equity, bentuk pertanyaan

terdiri atas pertanyaan tertutup (close-ended question) dan pertanyaan

terbuka (open ended question). Sedangkan untuk data sekunder diperoleh

melalui studi literatur terhadap berbagai sumber yang relevan dengan topik

yang akan diteliti, termasuk data-data yang diperoleh dari perusahaan dan

media internet. Untuk melengkapi data penelitian melalui kuesioner dapat

dilihat pada Lampiran 1.

3.3.2 Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

judgement sampling. Berdasarkan teknik judgement sampling, responden

yang dipilih adalah pendengar Megaswara. Responden yang akan diambil

adalah masyarakat kota Bogor, pemilihan responden di kalangan

masyarakat kota Bogor adalah dengan alasan perubahan image yang

dilakukan Megaswara yang dulu merupakan stasiun radio yang berbasis

Dangdut menjadi radio yang memiliki segmen Pop. Perubahan yang

dilakukan untuk memperluas segmen pendengar dan pemilihan responden

yang meliputi masyarakat kota Bogor terkait dengan terget pasar

Megaswara terhadap perubahan image yang dilakukan, yaitu usia 18-35

tahun. Responden yang akan dilibatkan dalam pengambilan sampel adalah

100 orang responden. Pengambilan jumlah sampel yang mencapai 100

responden ini dikarenakan untuk mewakili data yang menunjang untuk

penelitian, sampel responden yang akan menjadi perwakilan akan

mencakup daerah kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor tengah, perwakilan

Kecamatan Bogor Tengah yang dijadikan tujuan sampel dikarenakan dapat

mewakili target segmentasi pendengar Megaswara yaitu usia 18-35 tahun.

Selain itu juga pengambilan sampel dari Kecamatan Bogor tengah

dikarenakan lokasi PT. Radio Megaswara Bogor yang berlokasi di wilayah

Bogor tengah, sehingga penelitian ini ingin melihat persaingan brand

stasiun radio Megaswara terhadap persaingan dengan stasiun radio lainnya.

Jumlah responden dalam penelitian ini ditentukan dengan Slovin

dalam Umar (2005), yaitu:

.................................................................... (1)

Dimana:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = persentase kelongaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel

yang masih bisa di tolelir 10 persen

Diketahui jumlah pendengar Radio Megaswara adalah sebesar

1.416.100 pendengar, sehingga diperoleh sampel sejumlah:

n = 1416100 = 99,99 = 100

1+1416100(0,1)²

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1 Uji Validitas

Data dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Butir-butir

pertanyaan yang ada dalam kuesioner diuji terhadap faktor terkait. Jika

ternyata tidak valid maka butir pertanyaan yang tidak valid tersebut

disingkirkan dari kuesioner atau diperbaiki. Hasil dan uji validitas adalah

untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari sejumlah pertanyaan kepada

responden.

Menurut Sugiyono dalam Pratama (2006), instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik

korelasi product moment digunakan pada pengujian elemen perceived

quality. Rumus dari teknik ini adalah sebagai berikut:

rxy = )( 22 yx

xy

.....................................................................(2)

Keterangan:

rxy = Korelasi antara variabel x dengan y

x = ( ix - x )

y = ( iy - y )

Kemudian rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan

tertentu. Jika rhitung > rtabel, maka H0 ditolak dan diterima H1. Uji validitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi

16.0. Pengolahan data yang dilakukan dapat di anggap valid apabila nilai r

> 0,36. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapat bahwa kuesioner

bersifat valid. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS 13.0 apabila nilai r > 0,361. Berdasarkan

hasil pengolahan data, didapat bahwa kuesioner bersifat valid. Untuk data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji keterdalaman instrumen yang digunakan

dalam riset. Instrumen riset yang terandal akan mampu mengungkapkan

informasi yang sebenarnya di lapangan. Tersedia berbagai jenis metode uji

reliabilitas yang secara umum dibedakan untuk jumlah butir ganjil atau

genap. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan

kenyataannya, dalam arti berapa kali pun penelitian diulang dengan

instrumen tersebut akan tetap diperoleh kesimpulan yang sama (Durianto,

dkk, 2001).

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan

nilai r product moment. Jika r11 > r product moment, maka instrumen yang

digunakan tidak terandalkan. Sebaliknya jika r11 . r product moment, maka

instrumen yang digunakan dapat terandalkan dan penelitian dengan

menggunakan instrumen yang sama dapat dilanjutkan. Hasil uji yang

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for

Windows menunjukkan bahwa peubah tersebut bersifat sangat reliabel.

Berdasarkan teknik alpha cronbach dihasilkan nilai untuk brand

association 0.832 dan untuk perceived quality adalah 0.930 yang berarti

nilai tersebut berada di atas nilai alpha cronbach dengan nilai minimum

(0,700). Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3.4.3 Hasil Uji Awal

Hasil uji awal pada penelitian ini dimulai dengan 30 responden

yang merupakan masyarakat kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor

Tengah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kendala instrument

yang akan digunakan dalam penelitian, berdasarkan hasil uji validitas dan

reliabilitas setelah dilakukan pengujian terbukti valid dan reliable, maka

kuesioner ini layak untuk disebar pada pendengar PT. Radio Citra

Megaswara yang menjadi sample atau responden penelitian.

3.4.4 Uji Awal Reliabilitas Brand Association

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatanya mengenai suatu merek. Kesan-

kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin

banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau

dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi

komunikasinya. Dengan demikian, terhadap suatu merek yang sama

seorang konsumen mungkin akan mempunyai asosiasi yang berbeda

dengan konsumen lainya. Bahkan terhadap suatu merek, seorang konsumen

akan mempunyai kesan yang bermacam-macam, tergantung banyaknya

pengalaman dalam mengkonsumsi merek itu atau dengan demikian

seringnya penampakan merek tersebut dan berbagai asosiasi merek yang

saling berhubungan akan menimbulkan citra merek (brand image).

Semakin banyaknya asosiasi yang berhubungan maka semakin kuat pula

citra merek yang dimiliki oleh merek tersebut. Adapun asosiasi yang di uji

adalah:

1. Radio anak muda.

2. Radio dangdut.

3. Radio yang membantu band-band indie.

4. Lagu-lagu yang di sajikan selalu up date.

5. Radio terbesar di wilayah Bogor.

6. Acara off air selalu menarik.

7. Acara on air dikemas selalu menarik.

8. Radio yang mengangkat potensi wilayah local.

9. Radio multi segment.

10. Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).

Berdasarkan hasil perhitungan uji awal reliabilitas dengan Hasil

uji yang dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi

16.0 for Windows menunjukkan bahwa peubah tersebut bersifat sangat

reliabel. Berdasarkan teknik alpha cronbach dihasilkan nilai untuk brand

association 0.832 yang berarti nilai tersebut berada di atas nilai alpha

cronbach dengan nilai minimum (0,700). Untuk data selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.

3.4.5 Uji Awal Perceived Quality

Kesan kualitas memiliki peranan penting dalam membangun suatu

merek dan kesan kualitas dapat menjadi alasan kuat dalam membangun

suatu keputusan pembelian. Seorang pendengar mungkin tidak memiliki

informasi yang cukup kuat untuk mengarahkanya pada penentuan kualitas

suatu merek secara objektif. Ataupun tidak mempunyai kesanggupan dan

sumber daya untuk mendapatkan informasi. Terdapat dua macam

pengujian awal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas, adapun atribut-atribut

yang di uji adalah:

1. Acara yang di sajikan.

2. Kualitas suara/audio saat siaran.

3. Kualitas penyiar saat membawakan acara.

4. Kualitas siaran pada saat perubahan cuaca.

5. Pencarian frekuensi Megaswara.

6. Kreativitas penyiar saat membawakan acara.

7. Mendukung band-band indie untuk maju.

8. Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar.

9. Ketepatan waktu penyajian acara.

10. Pelayanan Penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air.

11. Penggunaan tata bahasa pada saat acara on air.

12. Jangkauan pemancar.

Agar instrumen penelitian dapat di uji kebenaranya dan

keabsahanya maka, kuesioner di uji validitasnya. Hasil dari uji validitas

adalah untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari sejumlah pertanyaan

yang di ajukan kepada pendengar. Uji reliabilitas adalah indeks yang

menunjukan sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengukur ketepatan atau kejituan suatu instrumen jika

dipergunakan untuk mengukur himpunan objek yang sama berkali-kali

akan mendapatkan hasil yang serupa.

Hasil pengujian validitas untuk analisisi perceived quality yang

menggunakan selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361 Uji validitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0

apabila nilai r > 0,361. Berdasarkan hasil pengolahan data didapat bahwa

kuesioner bersifat valid.

Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 responden pendengar radio

Megaswara, berdasarkan teknik alpha cronbach, dihasilkan nilai untuk

perceived quality adalah 0.930. Yang berarti nilai tersebut berada di atas

nilai alpha cronbach dengan nilai minimum (0,700). Untuk data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

3.4.6 Skala Likert dan Simpangan Baku

Skala likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk

menunjukkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk.

Skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya

hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu

tanggapan dengan tanggapan lain, misalnya:

Skala 5 = sangat baik, diberi bobot 5

Skala 4 = baik, diberi bobot 4

Skala 3 = cukup, diberi bobot 3

Skala 2 = jelek, diberi bobot 2

Skala 1 = sangat jelek, diberi bobot 1

Setelah data diperoleh, data digolongkan ke dalam kategori

berdasarkan nilai yang diperoleh dengan cara mengalikan besarnya bobot

pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah responden yang

masuk ke dalam kategori yang sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai

rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan

ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus

(Durianto, dkk, 2001) berikut:

Rataan )(X :n

Fixi. ...........................................................................(7)

Simpangan baku (S):

1

).(.

2

n

n

xifixifi

.................................................................(8)

Keterangan:

xi = nilai pengukuran ke-i

fi = frekuensi kelas ke-i

n = banyaknya pengamatan

Hasil dari rataan dan simpangan baku tersebut dipetakan ke

rentang skala dengan mempertimbangkan informasi interval berikut:

Interval = elasbanyaknyak

terendahnilaitertingginilai.................................................(9)

= 5

15 = 0,8

Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala

agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap

setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala

tersebut adalah:

1,00-1,80 = sangat buruk

1,80-2,60 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

Skala likert, rataan dan simpangan baku digunakan untuk

menganalisis elemen perceived quality dan brand loyalty.

3.4.7 Analisis Deskriptif

Analisis data mengenai profil responden, brand awareness, dan

brand association dilakukan dengan cara menabulasikan data yang

diperoleh. Terhadap data profil responden dan brand awareness dilakukan

dengan perhitungan presentase, sedangkan terhadap data perceived quality

dan brand loyalty dilakukan perhitungan rata-rata.

3.4.8 Uji Cochran

Uji cochran dilakukan untuk menguji nyata hubungan setiap

asosiasi yang ada dalam suatu merek. Uji ini dilakukan untuk menganalisis

hubungan asosiasi antar atribut dalam elemen brand association. Assosiasi

yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek

tersebut. Uji cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran

nominal dikotomi, yaitu ”ya” atau ”tidak”. Hipotesis pengujian:

H0 = Kemungkinan jawaban ”ya” adalah sama untuk semua asosiasi.

H1 = Kemungkinan jawaban ”ya” adalah beda untuk semua asosiasi.

Langkah-langkah pengujiannya adalah:

a. Hitung nilai Q (cochran) dengan rumus:

2

22 )1()1(

i

j

RCN

NCCCCQ ...........................................................(10)

Keterangan:

C = banyaknya asosiasi (atribut)

Ri = jumlah baris jawaban ”ya”

Cj = jumlah kolom jawaban ”ya”

N = total besar

b. Tolak H0 bila Q > ),(2 dbaX db = C – 1

Uji cochran digunakan untuk mengetahui nyatanya setiap

asosiasi (atribut) yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian

semua asosiasi. Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara

nilai Q dengan ),(2 db

. Jika diperoleh nilai Q < ),(2 db

, maka H0

diterima, yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan dan

membentuk brand image dari suatu merek.

Jika diperoleh nilai Q > ),(2 db

, dapat disimpulkan bahwa belum

cukup bukti untuk menerima H0. Dengan demikian tidak semua asosiasi

adalah sana dan pengujian dilanjutkan ke tahap ke dua untuk

mengetahui asosiasi mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari

asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek.

Jika nilai Q > ),(2 db

, maka pengujian dilanjutkan ke tahap tiga

dengan menggunakan teknik yang sama sebagaimana telah dipaparkan

sebelumnya. Jika nilai Q < ),(2 db

, maka pengujian dihentikan, yang

berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya

yang belum diuji dan asosiasi terakhir di uji.

3.4.9 Skala Semantic Differential

Skala semantic differential ini digunakan untuk menganalisis

salah satu elemen dari brand equity yaitu perceived quality. Skala ini

merupakan salah satu faktor yang dikembangkan untuk menganalisis dua

masalah (Durianto, dkk, 2001), yaitu:

1. Pengukuran populasi yang multidimensi.

2. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui.

Metode skala semantic differential dikembangkan khususnya

untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode

ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi

pengertian kontatif yang berada dalam ruang ciri multidimensi yang

disebut ruang semantik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah PT. Radio Citra Megaswara

PT. Radio Citra Megaswara yang lebih dikenal dengan nama

Radio Megaswara pada awalnya bernama radio Miraka Junior. Radio

Miraka Junior berdiri atas dasar penyaluran hobi direktur utama PT. Citra

megaswara dan mendirikan stasiun radio amatir di asrama Mahasiswa

Ekalokasari Sukasari Bogor. Radio amatir Miraka Junior yang beroprasi

pada gelombang Short Wave (SW) dengan jangkauan siar hanya ratusan

meter saja, jam siarnya pun belum menentu dan siaran radionya diberi

nama Ekalos 57.

Sekitar bulan November 1972, radio percobaan tersebut

dipindahkan ke daerah Cipayung Puncak dan menempati sebuah ruangan di

Balai Desa Cipayung, kemudian diberi nama radio Miraka Junior.

Pemilihan lokasi studio di kawasan Puncak bukan tanpa alasan, pasalnya

kawasan puncak dikenal sebagai daerah pariwisata yang cukup ramai di

kunjungi masrakat luas. Hal itu diasumsikan bahwa masyarakat yang

tinggal di daerah puncak pendapatannya lebih besar jika dibandingkan

dengan masyarakat yang tinggal di daerah Bogor dan hal ini dilirik sebagai

pasar yang potensial bagi kelangsungan radio Miraka Junior nantinya. Tapi

ada satu kendala yang cukup menghambat yaitu belum adanya izin resmi

siaran. Sehingga pendapatan dari kegiatan periklanan belum maksimal,

untuk menutupi hal itu radio menjual kupon pilihan pendengar dengan

harga Rp 5 rupiah setiap lembarnya, penjualan kupon ini cukup

membantu untuk kelangsungan hidup radio Miraka Junior.

Pada tahun 1975 radio Miraka Junior dengan proses yang cukup

sulit akhirnya mendapat izin siaran dari mentri penerangan dengan no.

PM3. PSA. 1973. Dalam usaha yang menarik perhatian pendengarnya,

radio Miraka Junior melakukan kegiatn siaran yang bersifat religius. Untuk

meraih perhatian pendengar dan meraih iklan lebih banyak, pihak radio

melakukan kegiatan-kegiatan off air (kegiatan diluar studio), kegiatannya

berupa pertunjukan dangdut, acara amal dan acara-acara kunjungan ke

kantong-kantong khalayak pendengarnya, dengan maksud untuk

menciptakan hubungan emosional dengan para pendengar. Acara off air

tersebut adalah ajangsana Megaswara.

Pada tahun 1990 radio Miraka Junior mulai bebenah untuk

memajukan system yang ada pada radio Miraka Junior yaitu dengan

melakukan promosi dan mengusahakan para pemasang iklan agar langsung

berhubungan dengan radio tanpa menggunakan agency atau biro iklan, hal

itu dianggap lebih efektif dan efisien dalam meraih pendapatan. Selain itu

radio Miraka Junior pada tahun itu juga semakin menegaskan format radio

menjadi statsiun radio dangdut. Stasiun radio kemudian menggunakan

sistem komputerisasi mulai dari siaran, pemutaran lagu-lagu, iklan dan

administrasi semuanya menggunakan sistem komputerisasi yang

terprogram.

Pada tahun 1992 Departemen Penerangan Republik Indonesia

melarang penggunaan istilah asing, maka radio Miraka Junior berganti

nama menjadi PT. Radio Citra Megaswara dengan frekuensi 97,7 FM.

Dengan perubahan nama yang memiliki arti Mega artinya besar dan swara

adalah suara, hal ini berdasarkan tujuan radio ingin menjadi stasiun

terbesar. Pada tahun 2000 PT. Radio Megaswara mulai memperluas

jaringannya (radio network) dengan membuka stasiun radio Megaswara

Sukabumi untuk daerah Sukabumi dengan frekuensi 97.4 FM, kemudian

kembali memperluas jaringan kembali dengan meresmikan Radio

Megaswara untuk wilayang Serang dengan frekuensi 91.4 FM, dan juga

meresmikan Radio Megaswara di daerah Kuningan dengan frekuensi 89.8

FM dan ada beberapa rencana lagi untuk memperluas jadingan di masa

mendatang. Pada tahun 2004 frekuensi radio Megaswara pindah menjadi

100.8 FM, hal ini terjadi karena adanya perubahan kanal frekuensi oleh

PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) dalam rangka

pembenahan dan penertiban radio-radio gelap (amatir) yang sering

mengganggu frekuensi acara on air radio swasta nasional.

Radio Megaswara yang telah menjadi radio swasta nasional

melakukan riset pemasaran pada tahun 2005 dengan menggunakan riset

AC Nielsen sebagai salah satu perusahaan peneliti media dan pemasaran

terkemuka di dunia, dari riset yang dilakukan pada tahun 2005 radio

Megaswara menempati posisi keempat dari seluruh stasiun radio yang ada

di area Jabodetabek (Greater Jakarta). Untuk posisi di daerah Bogor sendiri

radio Megaswara menempati posisi pertama di antara radio-radio siaran

lainnya. Megaswara juga semakin memantapkan posisinya sebagai salah

satu media terbesar dengan mendirikan Megaswara TV yang telah

melakukan siaran percobaan pada bulan juli 2005 dan launching pada

bulan agustus 2005, dan pada tahun 2005 juga terjadi restrukturisasi

menejemen dan perubahan frekuensi radio Megaswara Sukabumi dari

frekuensi 97.4 menjadi 96.0 FM.

Pada tahun 2006 PT. Radio Citra Megaswara melakukan revolusi

besar-besaran dengan melakukan penambahan format musik POP dan

pemambahan segmentasi pasar untuk meraih jumlah pendengar kea rah

anak muda dan kalangan menengah ke atas, kemudian pada tahun yang

sama Megaswara masih melakukan perkembangan dengan diresmikanya

radio Megaswara Cianjur dengan frekuensi 100.3 FM

Untuk meningkatkan eksistensi dan positioning maka pada tahun

2007 PT. Radio Citra Megaswara pindah gedung yang pada awalnya

beralamat di Jl. Raya Tajur no118 Bogor Timur ke Jl Surya Kencana No

228-230 Bogor Tengah yang diresmikan pada tanggal 12 Mei 2007.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Radio Citra Megaswara

Visi PT. Radio Citra Megaswara adalah menjadi industri media

yang terkemuka dan professional yang memiliki hubungan emosional

dengan pendengar, perusahaan, pemerintah dan masyarakat secara umum.

Adapun misi PT. Radio Citra Megaswara adalah memberikan kontribusi

bagi perbaikan lingkungan di Kota Bogor dan Negara Indonesia yang

disesuaikan dengan potensi dan daya dukung perusahaan,

mempertahankan, memperluas dan memelihara networking dengan

berbagai pihak termasuk media kompetitor yang berada di dalam maupun

luar Kota Bogor, mengantisipasi dan menyesuaikan perkembangan

teknologi untuk memenuhi kualitas siaran, mengoptimalkan seluruh

sumber daya yang dimiliki perusahaan baik sumber daya manusia maupun

fasilitas perusahaan, memberikan pelayannan hiburan dan informasi kepada

pendengar, perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

4.1.3 Struktur Organisasi PT. Radio Citra Megaswara

Struktur Organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas

dan efisiensi dari tiap karyawan serta unit kerja, melalui program kerja dan

kegiatan oprasional yang terperinci serta jelas. Agar tercapainya tujuan

organsasi dan perusahaan. Struktur organisasi PT. Radio Citra Megaswara

dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2. Profil Responden

Pendengar radio adalah sasaran utama bagi kemajuan sebuah stasiun

radio karena dari pendengarlah sebuah stasiun radio akan maju. Untuk

mendapatkan gambaran umum mengenai pndengar dalam penelitian ini, berikut

akan di uraikan pengelompokan pendengar Radio Megaswara yang melibatkan

responden sebanyak 100 orang berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan,

usia, pendidikan terakhir, pengeluaran dan media informasi yang digunakan.

4.2.1 Jenis Kelamin

Dilihat dari hasil penyebaran kuesioner, penyebaran pendengar

berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 78 persen dan perempuan 22

persen.ini sangat di dominasi oleh laki-laki dan tidak menjadi target PT.

Radio Megaswara Bogor karena pada dasarnya pendengar baik laki-laki

ataupun perempuan sama saja, akan tetapi karena penyebaran kuesioner

menggunakan teknik judgement sampling dan rata-rata responden yang

memenuhi syarat adalah laki-laki maka, penilaian terhadap responden

didominasi oleh laki-laki. Namun pada dasarnya segmentasi dan target

pasar Megaswara tidak terlalu mengarah pada pendengar laki–laki saja,

akan tetapi perempuan juga menjadi segmen dari Megaswara. Hal ini

dikarenakan pendengar adalah aset yang berharga bagi sebuah stasiun

radio. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

22%

78%

Laki-laki

Perempuan

Gambar 7. Penyebaran pendengar berdasarkan jenis kelamin

4.2.2 Usia

Dilihat dari segi usia persentase tertinggi diperoleh pendengar

berusia 17-29 tahun sebesar 95 persen, sedangkan urutan ke dua adalah

usia 30-39 tahun dalam perolehan segmentasi berdasarkan umur radio

Megaswara sebetulnya tidak terlalu mendominasi target pada kalangan usia

muda saja namun segmen Megaswara mengarah pada hampir semua usia,

karena acara yang di sajikanpun tergolong multi segment. Akan tetapi dari

data yang di peroleh menunjukan bahwa pendengar Radio Megaswara

setelah mengalami perubahan image didominasi oleh usia yang tegolong

muda, hal ini menunjukan bahwa radio Megaswara mayoritas digemari

oleh anak muda. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

5.0%

95.0%

17 - 29 tahun

30 - 39 tahun

Gambar 8. Penyebaran pendengar berdasarkan usia

4.2.3 Pendidikan

Pendidikan terakhir adalah salah satu dasar pengelompokan

pendengar. Pendidikan terakhir adalah pendidikan terakhir bagi yang telah

lulus dan pendidikan yang sedang di tempuh oleh responden yang masih

dalam masa belajar. Berikut adalah gambaran penyebaran berdasarkan

tingkat pendidikan dari hasil yang dapat di lihat dari tingkat pendidikan

ternyata radio Megaswara ternyata digemari oleh responden pelajar.

Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran pendengar berdasarkan pendidikan

Pendidikan Usia 17-29 tahun Usia 30-39 tahun

SLTA 43 persen

Diploma 23 persen

S1 19 persen 3persen

S2 10 persen 2persen

22.0%

12.0%

23.0%

43.0%SLTA

Diploma

S1

S2

Gambar 9. Penyebaran pendengar berdasarkan pendidikan

4.2.4 Status Pernikahan

Dilihat dari segi status pernikahan, para pendengar radio

Megaswara hampir keseluruhan di dominasi oleh pendengar yang belum

menikah, yaitu sebesar 91 persen dan sisanya belum menikah sebesar 5

persen. Bila dilihat dari hasil responden dalam status pernikahan pun belum

memenuhi target yang diinginkan Megaswara, karena target Megaswara

sendiri adalah seluruh responden baik dari yang sudah menikah maupun

yang belum menikah. Karena Megaswara merupakan salah satu radio multi

segmen yang mengarah pada sluruh kalangan. Adapun hasil tersebut dapat

dilihat pada Gambar 10. Hal ini menunjukan bahwa penggemar radio

megaswara didominasi dengan status belum menikah.

91.0%

9.0%

Menikah

Belum Menikah

Gambar 10. Penyebaran pendengar berdasarkan status pernikahan

4.2.5 Pengeluaran

Pengeluaran merupakan biaya untuk mencukupi kebutuhan

konsumen seperti kebutuhan sehari-hari, misalnya makan, pakaian dan

lainya. Dan untuk melihat rata-rata pengeluaran pendengar radio

Megaswara dapat dilihat melalui gambar persebaran berdasarkan tingkat

pengeluaran. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 11, hal ini

menunjukan hasil yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang rata-rata

menunjukan masih pelajar dan status pernikahan yang didominasi dengan

status belum menikah.

32.0%

9.0%

43.0%

16.0%< = Rp 500.000

Rp 500.000 - Rp

1.000.000

Rp 1.000.000 - Rp

3.000.000

> Rp 3.000.000

Gambar 11. Penyebaran pendengar berdasarkan pengeluaran

4.2.6 Media Informasi

Media informasi yang digunakan atau dipilih oleh para pendengar

radio Megaswara dalam hal mengetahui informasi tentang radio

Megaswara menurut hasil yang diperoleh sumber informasi terbesar berasal

dari pencarian melalui chanel radio yaitu sebesar 32 persen, kemudian

melalui spanduk yaitu sebesar 31 persen, kemudian melalui acara off air

sebesar 18 persen, kemudian melaui teman sebesar 4 persen, dan terakhir

yaitu melalui televise sebesar 1 persen. Adapun hasil tersebut dapat dilihat

pada Gambar 12.

4.0%

32.0%

1.0%18.0%

31.0%

14.0%Bilboard (papan

reklame)Spanduk

Televisi

Acara off air

Teman

Pencarian melalui

Chanel Radio

Gambar 12. Penyebaran pendengar berdasarkan media informasi

4.3. Analisis Brand Awareness

Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu

ketegori produk tertentu. Dalam analisis brand awareness terbagi menjadi

berdasarkan tingkatan yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan

unware brand. Dalam penelitian ini merek atau brand Megaswara mendapat

penilaian yang baik dari para pendengar radio megaswara.

4.3.1 Analisis Top Of Mind

Top of mind merupakan merek yang pertama kali diingat

konsumen atau yang pertama kali ketika responden ditanya tentang suatu

kategori produk. Top of mind juga merupakan tingkat tertinggi dalam

brand awareness dan juga merupakan pemimpin dari berbagai merek yang

terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak konsumen.

Berdasarkan survey terhadap 100 orang responden, (43 persen)

responden menyebutkan merek stasiun radio Megaswara Bogor sebagai

merek stasiun radio yang paling diingat. Gambaran selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Top of Mind merek stasiun radio

Merek (Responden) Usia (Responden)

Megaswara 43 persen 17-29 tahun dan 30-39

tahun

Kisi 32 persen 17 – 29 tahun

Lesmana 25 persen 17 – 29 tahun

Total 100 persen 100persen

Berdasarkan Tabel 2, ternyata merek Megaswara menempati

posisi puncak dalam top of mind merek stasiun radio yang berarti bahwa

merek tersebut merupakan merek yang paling banyak diingat oleh

konsumen. Merek Kisi dan Lesmana juga ikut dalam penyebutan top of

mind stasiun radio dengan perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh

dengan merek stasiun radio Megaswara Bogor. Dilihat dari sisi usia maka

top of mind berada pada usia 17-29 tahun, hal ini menunjukan bahwa radio

Megaswara yang melakukan penambahan pada segmentasi anak muda

dapat dikatakan berhasil ini ditunjukan dari banyaknya responden yang

tergolong usia muda memilih radio Megaswara sebagi radio yang pertama

kali mereka sebutkan.

4.3.2 Analisis Brand Recall

Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek-merek

apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek pertama kali

disebut, brand recall merupakan multi response question yang

menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question).

Hasil penelitian menununjukan dari 100 responden sebanyak 49

responden (49 persen) menyebutkan merek stasiun radio Kisi sebagai

merek stasiun radio yang mereka ingat setelah menyebutkan merek

pertama, setelah itu diikuti oleh merek stasiun radio Lesmana sebanyak 31

responden (31 persen), Megaswra 25 (25 persen) dan RRI (13 persen), hal

yang serupa juga dapat dilihat pada brand recall bahwa radio Megaswara

termasuk radio yang digemari oleh anak muda. Gambaran selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Brand Recall merek stasiun radio

Merek Jumlah (responden) Usia Responden Responden

Kisi 49 persen 17 – 29 tahun 49persen

Lesmana 31 persen 17 – 29 tahun 31persen

Megaswara 25 persen 17 – 29 tahun 25persen

RRI 12 persen 17 – 29 tahun dan

30 -39 tahun

7persen

5persen

4.3.3 Analisis Brand Recognition

Brand recognition adalah tingkatan pengingatan kembali dengan

bantuan (aided recall). Analisis Brand recognition dilakukan untuk

mengetahui apakah responden perlu diberikan bantuan dalam mengingat

merek Megaswara. Dari 100 responden pendengar Megaswara tidak

seorangpun yang perlu diberikan bantuan dalam mengenal merek stasiun

radio Megaswara Bogor.

Analisis brand unaware dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidaknya responden yang tidak mengenal Megaswara. Dari 100 responden

Pendengar Megaswara Bogor, diketahui bahwa tidak ada seorangpun yang

tidak mengenal merek stasiun radio Megaswara Bogor, hal ini dikarenakan

kuesioner ini ditujukan kepada pendengar radio.

4.4. Analisis Brand association

Brand association adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan

mengenai sebuah merek. Setelah ke 10 asosiasi tersebut terbukti keandalanya,

asosiasi tersebut kemudian di uji dengan menggunakan uji cochran. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan asosiasi-asosiasi tersebut yang terdapat

pada merek Megaswara. Hasil perhitungan brand asosiasi dapat dilihat pada

Lampiran 5. Asosiasi-asosiasi yang dilakukan pengujian adalah sebagai berikut:

1. Radio anak muda.

2. Radio dangdut.

3. Radio yang membantu band-band indie.

4. Lagu-lagu yang di sajikan selalu up date.

5. Radio terbesar di wilayah Bogor.

6. Acara off air selalu menarik.

7. Acara on air dikemas selalu menarik.

8. Radio yang mengangkat potensi wilayah local.

9. Radio multi segment.

10. Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).

Brand image radio Megaswara terbentuk dari asosiasi-asosiasi yang

belum diuji, dari perhitungan brand association dapat diperoleh brand image

dari radio Megaswara dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 ini menunjukan

bahwa dari 10 asosiasi yang ada pada kuesioner terbentuk menjadi 6 asosiasi ini

terjadi karena kesan yang pertama kali atau melekat pada benak konsumen

tentang gambaran Megaswara dan menjadikan brand image pada radio

Megaswara. Pada Tabel 5 dapat dilihat dari asosiasi yang tersisa berdasarkan

umur dan pengeluaran.

Tabel 4. Atribut Brand Image

No Brand association No Brand Image

1 Radio Anak Muda 1 Radio Anak Muda

2 Radio Dangdut 2 Radio yang membantu band-band

indie

3 Radio yang membantu band-band

indie

3 Lagu-lagu yang disajikan selalu

up date

4 Lagu-lagu yang disajikan selalu

up date

4 Acara on air dikemas secara

menarik

5 Radio terbesar di wilayah Bogor 5 Radio multi segment

6 Acara off air selalu menarik 6 Radio yang memberikan

informasi yang up date (lokal dan

nasional)

7 Acara on air dikemas secara

menarik

8 Radio yang mengangkat potensi

wilayah local

9 Radio multi segment

10 Radio yang memberikan informasi

yang up date (lokal dan

nasional)

Tabel 5. Penggolongan Atribut Brand Image

Atribut Usia Responden Pengeluaran

1. Radio anak muda 17-29 tahun 95persen Rata-rata

Rp 500.000 -

Rp 1.000000

2. Radio yang membantu

band-band indie

17-29 tahun 92persen Rata-rata

Rp 500.000 -

Rp 1.000000

3. Lagu-lagu yang

disajikan selalu up date

17-29 tahun

92persen Rata-rata

Rp 500.000 -

Rp 1.000000

4. Acara on air dikemas

secara menarik

17-29 tahun

86persen Rata-rata

Rp 500.000 –

Rp 1.000000

5. Radio multi segment 17-29 tahun

dan 30-39

tahun

87persen Rata-rata

Rp 500.000 –

Rp 1.000000

6. Radio yang

memberikan informasi

yang up date (lokal dan

nasional)

17-29 tahun

dan

30-39 tahun

92persen Rata-rata

Rp 500.000 -

Rp 1.000000

Penjelasan di atas dapat menunjukan bahwa, perubahan yang terjadi

pada atribut-atribut brand association dapat menyimpulkan brand image dari

radio Megaswara, ini dikarenakan adanya acara-acara yang dapat

menggambarkan sebuah image radio tersebut dan acara-acara tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bogor up date: Program news (sesuatu yg ter up date) yang di kemas dalam

bentuk interaktif show dengan menyajikan informasi lokal dan nasional serta

talk show dengan nara sumber dan sajian musik Pop Indonesia. Mulai dari hari

senin-jum’at, pukul 06.00-09.00 WIB.

2. Indigital: Program spesial untuk menjaring komunitas band

lokal dan penyanyi solo yang selama ini belum mendapat tempat secara

khusus. Dalam acara ini group band/penyanyi solo yang sudah memiliki demo

lagu di berikan kesempatan untuk mempopulerkan hasil karyanya dengan

request by phone. Dan dukungan untuk band terfavorit melalui sms. Dimana

setiap minggu akan ada band yang keluar dari indie chart. Mulai dari hari

senin-jumat dan pukul 18.00-20.00 WIB.

3. Indo fresh music: Request lagu spesial New Entry Pop Indonesia yang di kemas

secara khusus dengan muatan effect yang dapat menghidupkan acara tersebut,

pesan lagu melalui telepondan lagu langsung di putar. Mulai dari hari senin-

kamis, pukul 20.00-23.00 WIB Mulai Pukul 20.00-23.00 WIB.

4. Bogor to day: Sajian program yang mengetengahkan tentang bragam tips

mengenai kesehatan, kecantikan, fashion serta gaya hidup dengan sajian music

Pop hits Indonesia. Mulai dari hari senin-jum’at, pukul 09.00-12.00 WIB.

5. Goyang tengah malam: Program ini disajikan buat pendengar setia yang suka

dinas malam (Satpam, Polisi, Tukang Ronda ataupun pekerja shift malam)

dengan diirigi lagu-lagu dangdut. Mulai dari hari senin-kamis, pukul 23.00-

02.00 WIB.

6. Cool day in weekend : Spesial program weekend dengan menyuguhkan info-

info ringan seputar dunia hiburan, film, tempat wisata, kuliner serta info trafict

news sebagai gaeding para wisatawan domestik yang dari arah Jakarta menuju

Bogor disertai sajian musik mancanegara dan hits Indonesia. Mulai dari hari

sabtu dan minggu, pukul 06.00-10.00 WIB.

Dari gambaran sebagian acara yang di sajikan radio Megaswara maka

dapat diambil gambaran tentang sebuah image tentang merek Megaswara di mata

para pendengarnya dan dari beberapa atribut yang disebutkan di awal maka akan

dapat menyusut sesuai dengan gambaran dari para pendengar mengenai radio

Megaswara.

Asosiasi Radio anak muda dan radio yang membantu band indie untuk

maju termasuk dalam brand image, hal ini dikarenakan adanya penambahan

format yang tidak hanya mengandalkan musik dangdut yang menjadi andalan,

tapi juga menambah kearah musik Pop yang banyak diminati oleh anak muda.

Serta memberikan kesempatan pada musisi-musisi lokal yang ingin berkembang

ke arah yang lebih baik dengan menyediakan wadah dalam acara indigital.

Asosiasi lagu-lagu yang disajikan selalu up to date, termasuk dalam

brand image. Penambahan format yang dilakukan memberikan banyak lagu-lagu

yang masuk, dan memberikan kenyamanan bagi pendengar dalam menikmati dan

me request lagu-lagu terbaru melalui acara-acara yang di sajikan Megaswara.

Asosiasi acara on air dikemas secara menarik termasuk dalam brand image, hal

ini biasa dilihat dengan adanya banyaknya request lagu-lagu dalam program

acara on air megaswara yang dilakukan lewat telepon, dan dukungan sms yang

dilakukan para pendukung band indie yang sedang bersaing untuk menunjukan

kualitas band mereka.

Asosiasi radio multi segment termasuk dalam asosiasi, hal ini bisa

dilihat bahwa stasiun Megaswara tidak hanya merambah area musik dangdut

yang identik dari menengah ke bawah, tetapi merambah area musik Pop yang

disukai kalangan anak muda, dan identik dengan kalngan menengah dan

kalangan menengah atas. Asosiasi radio yang memberikan informasi yang up

date (lokal dan nasional) termasuk dalam asosiasi, hal ini bisa dilihat dengan

adanya acara bogor up date, yaitu program berita (sesuatu yang ter update) yang

dikemas dalam bentuk interaktif. Dan dengan menyajikan informasi lokal dan

nasional serta talk show dengan para narasumber.

4.5. Analisis Perceived Quality

Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu

atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang

diharapkan. Analisis atribut pengujian ini menggunakan skala evaluasi lima

angka yang berjajar dari 1 sampai 5, mengenai tingkat kepentingan atribut dapat

dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Atribut Perceived Quality

NO Atribut-atribut Nilai

rata- rata

1. Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar 4,42

2. Ketepatan waktu penyajian acara 4,29

3. Pencarian frekuensi Megaswara 4,29

4. mendukung band-band indie untuk maju 4,23

5. Kualitas penyiar pada saat membawakan acara 4,13

6. Jangkauan pemancar 4,11

7. Pengunaan tata bahasa pada saat acara on air 4,09

8. Kreativitas penyiar saat membawakan acara 4,00

9. Kualitas siaran pada saat perubahan cuaca 3,92

10. Pelayanan Penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air 3,89

11. Kualitas suara pada saat siaran 3,88

12. Acara yang disajikan 3,85

Rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality adalah

sebagai berikut:

1,00-1,80 = sangat buruk

1,80-260 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

Menurut Tabel 6 dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat empat

atribut yang memiliki rentang skala sangat baik (4,20-5,00) yaitu atribut

pencarian frekuensi Megaswara, atribut mendukung band-band indie untuk maju,

atribut Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dan atribut

ketepatan waktu penyajian acara. Selain memiliki empat atribut sangat baik dapat

disimpulkan radio Megaswara juga memiliki delapan atribut yang tergolong baik,

delapan atribut tersebut yaitu atribut acara yang disajikan, atribut kualitas suara

saat siaran, atribut kualitas penyiar saat membawakan acara, atribut kualitas

siaran pada saat perubahan cuaca, atribut kreativitas yang saat membawakan

acara, atribut pelayanan penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air,

atribut pengunaan tata bahasa pada saat acara on air dan atribut jangkauan

pemancar. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rataan tertinggi berada

pada atribut memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dengan rataan

(4,42) sedangkan nilai rataan terendah berada pada atribut acara yang di sajikan

dengan rataan (3,85).

Berdasarkan grafik semantic differential pada Gambar 13, dapat dilihat

bahwa seluruh atribut radio Megaswara berada pada sisi kanan atau sisi positif

ini dikarenakan adanya penambahan format musik dan mengarahkan Megaswara

pada penambahan segmen kearah anak muda dan menengah keatas, seperti

penyiar dapat memberikan sugesti yang positif berada pada rentang skala sangat

baik dengan nilai (4,29) dan yang termasuk dalam rentang skala cukup yaitu dari

segi acara yang disajikan dengan rentang skala (3,85). Hal itu berarti perceived

quality Megaswara berada pada posisi antara cukup dan sangat baik, yang perlu

mendapat perhatian dan lebih dikembangkan adalah atribut-atribut yang berada

pada rentang skala cukup, seperti acara yang disajikan dengan nilai 3,85, kualitas

audio pada saat melakukan siaran dengan nilai 3,88, dan pelayanan kepada

pendengar pada saat acara on air dengan nilai 3,89, gambar selengkapnya dapat

di lihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Grafik Semantic Differential

No Atribut

Tidak

Baik

Kurang

Baik

Cukup Baik Sangat

Baik Atribut

1,00-

1,80

1,80-

260

2,60-

3,40

3,40-

4,20

4,20-

5,00

1 Acara yang di sajikan

tidak menarik

3.85

Acara yang disajikan

menarik

2

Kualitas suara saat

siaran tidak terdengar

jelas

3.88

Kualitas suara saat

siaran terdengar jelas

3

Kualitas penyiar saat

membawakan acara

tidak bagus/baik

4.13

Kualitas penyiar saat

membawakan acara

bagus/baik

4

Selalu terjadi

gangguan siaran pada

saat perubahan cuaca

3.92

Perubahan cuaca tidak

mempengaruhi siaran

5 Tidak mudah mencari

frekuensi Megaswara

4.29 mudah mencari

frekuensi Megaswara

6

Penyiar tidak

memiliki kreativitas

yang baik saat

membawakan acara

4.00

Penyiar memiliki

kreativitas yang baik

saat membawakan

acara

7

Tidak mendukung

band-band indie untuk

maju

4.23

Mendukung band-band

indie untuk maju

8

Penyiar tidak dapat

memberikan sugesti

yang positif terhadap

pendengar

4.42

Penyiar dapat

memberikan sugesti

yang positif terhadap

pendengar

9 Acara yang disiarkan

tidak tepat waktu

4.29

Acara yang disiarkan

tepat waktu

10

Penyiar memberikan

pelayanan yang

kurang ramah

terhadap pendengar

pada saat acara on air

3.89

Penyiar memberikan

pelayanan yang ramah

terhadap pendengar

pada saat acara on air

11

Penyiar menggunakan

tata bahasa yang tidak

mudah dimengerti

oleh pendengar

4.09

Penyiar menggunakan

tata bahasa yang mudah

dimengerti oleh

pendengar

12

Tidak memiliki

jangkauan pemancar

radio yang luas

(JABODETABEK)

4.11

Memiliki jangkauan

pemancar radio yang

luas

(JABODETABEK

4.6. Analisis Brand Loyalty

Analisis brand loyalty dilakukan berdasarkan tingkat brand loyalty,

yaitu switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand dan committed

buyer. Analisis brand loyalty dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

loyalitas merek radio Megaswara. Analisis brand loyalty ini untuk mengukur

para pendengar yaitu swither, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand

dan committed buyer.

4.6.1 Analisis Switcher

Pendengar yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan

sebagai pendengar yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi

frekuensi pembelian dari satu merek ke merek lainya mengidentifikasikan

bahwa mereka merupakan pembeli yang tidak loyal pada satu merek.

Analisis Switcher dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pendengar

Megaswara yang sering berpindah-pindah merek stasiun radio lainnya

karena faktor acara pada dasarnya mendengarkan radio membuat orang

terhibur akan tetapi terkadang ada hal-hal lainya yang membuat pendengar

memindahkan chanel radio karena faktor-faktor acara atau lainnya. Hasil

perhitungan switcher dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Switcher Megaswara

Jawaban

F x fx

Tidak pernah 3 1 3

Jarang 6 2 12

Kadang - kadang 35 3 105

Sering 41 4 164

Selalu 15 5 75

Total 100 359

Rata-rata 3.59

Switcher 32 persen

Rentang skala yang digunakan dalam analisis Switcher adalah

sebagai berikut:

1,00-1,80 = Sangat baik

1,80-260 = baik

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = buruk

4,20-5,00 = sangat buruk

Berdasarkan tabel perhitungan switcher, nilai rata-rata 3,35

termasuk dalam rentang skala buruk (3,40-4,20). Hal ini menunjukan

bahwa dari 100 responden hampir pernah melakukan swither atau

berpindah pada saat mendengarkan radio karena faktor acara atau lainnya,

dari hasil analisis swither, terdapat 41 persen yang sering berpindah-pindah

merek, 15 persen yang selalu berpindah-pindah dan lainnya sebanyak 35

persen memilih kadang-kadang, 6 persen memilih jarang dan 3 persen tidak

pernah.

4.6.2 Habitual Buyer

Analisis habitual buyer, dilakukan untuk mengetahui berapa

banyak pendengar yang mendengarkan radio Megaswara karena alasan

kebiasaan. Sehingga dapat diartikan pendengar tidak memiliki keinginan

khusus untuk melakukan perubahan mencoba merek lainnya.

Habitual buyer adalah pendengar yang menjawab “sangat setuju”

dan “setuju” pada pertanyaan kuesioner “apakah anda setuju bahwa alasan

anda mendengarkan siaran radio Megaswara karena kebiasaan?”. Hasil

perhitungan habitual buyer dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan tabel

perhitungan analisis habitual buyer, nilai rata- rata 2,82 termasuk dalam

rentang skala cukup (2,60-3,40) hal ini menunjukan bahwa dari 100

responden terdapat 21 persen yang menjawab setuju dan lainya sebanyak

46 persen memilih menjawab ragu-ragu, 27 persen memilih tidak setuju

dan 6 persen sangat tidak setuju.

Tabel 8. Hasil perhitungan Habitual Buyer Megaswara

Jawaban F x fx

Sangat tidak setuju 6 1 6

Tidak setuju 27 2 54

Ragu - ragu 46 3 138

Setuju 21 4 84

Sangat setuju 0 5 0

Total 100 282

Rata – rata 2,82

Habitual buyer 21 persen

Rentang skala yang digunakan dalam analisis habitual buyer

adalah sebagai berikut:

1,00-1,80 = Sangat buruk

1,80-2,60 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

4.6.3 Satisfied Buyer

Analisis satisfied Buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui berapa banyak pendengar Megaswara yang termasuk dalam

satisfied buyer . Satisfied buyer adalah jenis pembeli yang mendapatkan

kepuasan dalam melakukan pembelian suatu merek produk tertentu dalam

konteks penelitian ini satisfied buyer adalah pendengar radio Megaswara

yang mendapatkan kepuasan dalam mendengarkan siaran radio

Megaswara. Satisfied buyer adalah reponden yang menjawab “puas” dan

“sangat puas” pada pertanyaaan kuesioner dengan pertanyaan “pakah anda

menemukan kepuasan terhadap kualitas radio Megaswara?”. Hasil

perhitungan satisfied buyer dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil perhitungan Satisfied Buyer Megaswara

Jawaban F x fx

Sangat tidak Puas 8 1 8

Tidak puas 12 2 24

Cukup puas 24 3 72

Puas 42 4 168

Sangat puas 14 5 70

Total 100 342

Rata-rata 3.42 persen

Satisfied buyer 56 persen

Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied buyer

adalah sebagai berikut:

1,00-1,80 = sangat buruk

1,80-260 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

Berdasarkan tabel perhitungan satisfied buyer, nilai 3,42 termasuk

dalam rentang skala baik (3,40-4,20) hal ini menunjukan bahwa dari 100

responden terdapat 42 persen yang menjawab puas dan 14 persen yang

menjawab sangat puas. Namun lainya 24 persen cukup puas, 12 persen

tidak puas dan 8 persen sangat tidak puas.

4.6.4 Liking The Brand

Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui berapa banyak pendengar Megaswara yang termasuk ke dalam

liking the brand. Dalam penelitian ini adalah pendengar Megaswara yang

menyukai brand tersebut, dalam liking the brand adalah para responden

yang memilih “suka” dan “sangat suka” dalam menjawab pertanyaan

“apakah anda benar-benar menyukai radio Megaswara?”. Hasil

perhitungan liking the brand terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil perhitungan Liking The Brand

Jawaban F x fx

Sangat tidak Suka 0 1 0

Tidak suka 3 2 6

Bisa saja 51 3 153

Suka 41 4 164

Sangat suka 5 5 25

Total 100 348

Rata-rata 3.48 persen

Liking the brand 46 persen

Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied Buyer

adalah sebagai berikut:

1,00-1,80 = Sangat buruk

1,80-260 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

Berdasarkan tabel perhitungan liking the brand, nilai 3,48

termasuk dalam rentang skala baik (3,40-4,20) hal ini menunjukan bahwa

dari 100 responden terdapat 5 persen yang menjawab sangat menyukai, 41

persen menjawab suka, dan lainnya 51 persen menjawab biasa saja, 3

persen menjawab tidak suka dan tidak terdapat responden yang menjawab

sangat tidak suka.

4.6.5 Committed Buyer

Tahapan terakhir dalam tingkatan loyalitas adalah committed

buyer. Merek yang memeliki ekuitas merek yang tinggi akan memiliki

sejumlah besar pelanggan yang setia dengan segala bentuk komitmenya,

perhitungan committed buyer terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil perhitungan Committed Buyer

Jawaban f x fx

Tidak pernah 44 1 44

Jarang 15 2 30

Kadang-kadang 24 3 72

Sering 17 4 68

Selalu 0 5 0

Total 100 214

Rata-rata 2,14 persen

Commited buyer 17 persen

Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied buyer

adalah sebagai berikut:

1,00-1,80 = sangat buruk

1,80-2,60 = buruk

2,60-3,40 = cukup

3,40-4,20 = baik

4,20-5,00 = sangat baik

Berdasarkan tabel perhitungan committed buyer, nilai 2,14

termasuk dalam rentang skala buruk (1,80-2,60). Hal ini menunjukan

bahwa dari 100 responden terdapat 17 persen yang menjawab sering dan

sisanya 24 persen menjawab kadang-kadang, 15 persen jarang dan 44

persen tidak pernah.

4.7. Piramida Brand Loyalty

Piramida brand loyalty merupakan piramida yang disusun berdasarkan

hasil perhitungan analisis switcher, analisis habitual buyer, analisis satisfied

buyer, analisis liking the brand dan analisis commitedd buyer dan piramida brand

loyalty dapat dilihat pada Gambar 14.

17 % Committed Buyer

46 % Liking The Brand

56 % Satisfied Buyer

21 % Habitual Buyer

32 % Switcher

Gambar 14. Piramida Brand Loyalty hasil penelitian

Menurut Durianto, dkk (2001), gambar piramida brand loyalty yang

baik memperlihatkan bentuk piramida terbalik yang semakin ke atas akan

semakin melebar. Berdasarkan Gambar 14 terlihat bentuk dengan piramida yang

terbalik, hal ini memang yang menjadi terget oleh banyak perusahaan. Karena

penempatan switcher berada pada tingkat terkecil dan mengerucut dan

menempatkan committed buyer pada penempatan yang paling besar piramida, hal

ini bertujuan agar banyak konsumen yang menjadi setia pada merek yang

dipasarkan oleh perusahaan termasuk yang diinginkan oleh PT. Radio Citra

Megaswara , akan tetapi dapat dilihat bahwa piramida brand loyalty Megaswara

Bogor pada Gambar 14 menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang

buruk yaitu sebesar 17 persen tapi hanya sampai dengan kelompok switcher yang

menunjukan rentang skala buruk yaitu sebesar 32 persen, hal ini dikarenakan

para pendengar biasanya memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang

sedang didengarkan telah selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainnya

yang menurut mereka lebih menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand

sebesar 46 persen, satisfied buyer 56 persen dan habitual buyer 21 persen

memiliki rentang skala cukup hingga baik, pada satisfied buyer termasuk dalam

skala baik ini dikarenakan tidak adanya keluhan pada acara dan kualitas yang

diberikan stasiun radio megaswara pada pendengarnya sehingga rasa kepuasan

yang di dapatkan para pendengar terpenuhi. Liking the brand juga masuk dalam

skala baik yang harus menjadi perhatian adalah pada habitual buyer yang

memasuki skala cukup ini perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya

habitual buyer maka akan meningkatkan secara otomatis commited buyer hal ini

menunjukan bahwa strategi yang di terapkan oleh PT. Radio Megaswara sudah

memiliki strategi yang cukup baik untuk meningkatkan jumlah kelompok

tersebut. Untuk menghindari meningkatnya jumlah konsumen yang sering

berpindah-pindah, PT. Radio Megaswara harus menunjukan keunggulan

kompetitif baik diantaranya dengan memberikan acara-acara yang lebih menarik

baik on air maupun off air agar terjalinnya ikatan secara lebih emosional dengan

pendengarnya.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan liking the brand maka tingkat

perceived quality harus ditingkatkan pula, sehingga pendengar tidak memiliki

pengalaman yang mengecewakan dalam memilih, pengalaman yang memuaskan

dalam memilih akan mempengaruhi tingkat satisfied buyer. Dengan

meningkatnya liking the brand dan satisfied buyer maka akan meningkatkan

committed buyer. Apabila pendengar menyukai dan merasakan kepuasan

terhadap suatu merek maka mereka akan menceritakan mengenai alasan mereka

memilih dan pada akhirnya merekomendasikan merek tersebut kepada orang

lain.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh PT. Radio Megaswara Bogor untuk

meningkatkan jumlah pendengar yang termasuk pada committed buyer, adalah

dengan mempromosikan merek. Dengan kegiatan promosi merek untuk lebih

meningkatkan popularitas merek Megaswara, sehingga brand awareness merek

tersebut akan ikut meningkat.

Ciri dari jenis pembeli committed buyer adalah dengan tindakan pembeli

yang merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Hal ini disebabkan

kesukaan pelanggan terhadap suatu merek yang akan mendorong untuk

membicarakan merek tersebut kepada orang lain, baik dalam taraf sekedar

menceritakan mengenai alasan pembelian mereka terhadap merek tersebut atau

bahkan tiba pada taraf merekomendasikanya kepada orang lain untuk

mengkonsumsi merek tersebut. Jadi tindakan meningkatkan perceived quality

yang dilakukan PT. Radio Megaswara Bogor untuk meningkatkan satisfied buyer

dan liking the brand akan sekaligus meningkatkan jumlah committed buyer.

Data yang diperoleh melalui kuesioner dan ditampilkan pada piramida

brand loyalty masih memiliki kelemahan, karena rata-rata pengambilan sampel

responden dilakukan pada saat Megaswara melakukan acara off air. Dalam artian

seharusnya golongan switcher akan menjadi lebih sedikit, dan akan menunjukan

golongan committed buyer yang tinggi.

4.8. Implikasi Manajerial

Dari pembahasan yang telah dikemukakan maka diperoleh beberapa

informasi yang berguna bagi PT. Radio Megaswara Bogor dalam memperbaiki

elemen-elemen brand equity PT. Radio Megaswara Bogor yang terdiri dari

analisis brand awareness, analisis brand association, analisis perceived quality

dan analisis brand loyalty. Dan setelah adanya analisis tersebut maka diharapkan

agar PT. Radio Megaswara Bogor dapat mempertahankan ataupun memberikan

yang lebih agar brand image PT. Radio Megaswara Bogor dapat selalu terjaga

dengan baik di benak pendengarnya. Berikut adalah brand image yang terbentuk

pada PT. Radio Megaswara Bogor (Tabel 12).

Tabel 12. Brand Image PT. Radio Megaswara Bogor

Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian

1. Radio anak muda. Mempertahankan dan mengembangkan segmentasi dari musik Pop.

Memperluas asosiasi

segment anak muda.

Manager Program &

News. Melakukan acara off air dengan segmentasi anak muda.

Penjadwalan acara off air yang memilih tempat yang banyak dikunjungi anak muda dalam 1 bulan minimal 1x agar terbentuk brand image yang memiliki kesan anak muda.

Menjadi sponsor-sponsor pada acara-acara anak muda.

Evaluasi kerja internal

secara rutin setelah

acara dilaksanakan

dan penjadwalan

untuk acara

selanjutnya.

2. Radio yang membantu

band-band indie. Tindak lanjut dari pemenang acara agar terjalin hubungan atau ikatan secara emosional.

Manager Program & News

dan Manager Promotion. Memberikan rekomendasi pada produser rekaman.

Memberikan kesempatan mengisi

acara pada acara-acara

off air Megaswara.

Monitoring secara

internal dan eksternal

dan evaluasi acara

setelah acara selesai.

Lanjutan Tabel 12.

Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian

3. Lagu-lagu selalu up date.

Memperhatikan perkembangan musik-musik yang sedang berkembang dan bannyak disukai oleh para pendengar.

Manager Program &

News.

Selalu up date lagu-lagu yang sedang disukai pendengar dengan mengambil informasi melalui berbagai media dan juga memperhatikan permintaan pendengar.

Monitoring internal secara rutin.

4. Acara on air dikemas secara menarik.

Mempertahankan dan mengembangkan konsep acara agar pendengar tidak merasa jenuh.

Manager Program & News dan Manager Promotion.

Pengembangan kreativitas acara agar tidak memberikan kesan acara yang sama dengan acara dari radio lainnya.

Mengangkat tema-tema yang menarik saat membawakan acara.

Penyiar memberikan penyajian yang menarik pada saat membawakan acara agar pendengar.

Evaluasi internal rutin (setiap hari).

Lanjutan Tabel 12.

Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian

5. Audio multi segment.

Memberikan kepuasan pada setiap segmen yang menjadi target Megaswara dalam artian mulai dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas.

Manager Program & News

dan Manager Promotion.

Selalu antusias saat mendengarkan acara.

Variasi acara di tingkatkan pada setiap segmen agar memberikan kepuasan dan menjauhkan dari rasa bosan saat mendengarkan acara yang diberikan.

Audit internal dan wawancara dengan pendengar pada saat adanya acara off air

Evaluasi secara rutin dari hasil acara.

6. Radio yang memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).

Mempertahankan dan mengembangkan strategi untuk memberikan informasi pada pendengar.

Menyesuaikan waktu pemberian informasi sesuai dengan acara ataupun hari dan waktu.

Manager Program & News. Melakukan acara off air untuk setiap segmen yang menjadi target megaswar agar terjalin hubungan yang baik dan ikatan secara lebih emosional.

Observasi lapang.

Penyaringan berita

Penyesuaian informasi dengan tema dan waktu acara.

Audit internal secara rutin

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap PT. Radio Megaswara Bogor dan hasil analisis

kuesioner terhadap 100 responden pendengar radio Megaswara Bogor, mengenai brand

equity PT. Radio Megaswara dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Pada analisis brand awareness PT. Radio Megaswara Bogor yang mencakup top of

mind, brand recall, brand recognition dan brand unaware. Untuk analisis top of

mind dapat diketahui merek PT. Radio Megaswara Bogor menempati urutan

tertinggi dengan presentase 43%, untuk analisis brand recall diperoleh merek kisi

yang paling banyak disebut dengan presentase 49% setelah merek pertama kali

disebut, sedangkan merek Megaswara hanya memperoleh sebesar 25%, untuk

analisis brand recognition diketahui tidak ada yang perlu diberi bantuan dalam

mengenal merek Megaswara, dan untuk analisis brand unaware, diketahui bahwa

tidak ada seorangpn yang tidak mengenal merek PT. Radio Megaswara atau lebih

sering di sebut Megaswara.

b) Pada analisis brand association diketahui brand imege PT. Radio Megaswara Bogor

yang terbentuk yaitu radio anak muda, radio yang membantu band-band indie, lagu-

lagu yang disajikan selalu up date, acara on air dikemas secara menarik, radio multi

segment dan radio yang memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).

c) Pada analisis perceived quality dapat diketahui atribut-atribut PT. Radio Megaswara

Bogor berada pada rentan baik dan sangat baik. Nilai rataan tertinggi berada pada

atribut Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dengan nilai 4,42

dengan rentang skala (4,20-5,00). Sedangkan rataan terendah berada pada atribut

acara yang disajikan dengan nilai 3,85 dengan rentang skala (3,40-4,20).

d) Pada analisis brand loyalty yang mencakup switcher, habitual buyer, satisfied buyer,

liking the brand dan committedbuyer, PT. Radio Megaswara Bogor menunjukan

brand loyalty pada piramida brand loyalty Megaswara Bogor menunjukan tingkat

loyalitas committed buyer yang buruk tapi hanya sampai dengan kelompok swither

yang menunjukan rentang skala buruk, ini dikarenakan para pendengar biasanya

memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang sedang di dengarkan telah

selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainya yang menurut mereka lebih

menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand, satisfied buyer dan habitual

buyer memiliki rentang skala cukup hingga baik, pada satisfied buyer termasuk

dalam skala baik ini dikarenakan tidak adanya keluhan pada acara dan kualitas yang

diberikan stasiun radio megaswara pada pendengarnya sehingga rasa kepuasan yang

didapatkan para pendengar terpenuhi. Liking the brand juga masuk dalam skala baik,

yang harus menjadi perhatian adalah pada habitual buyer yang memasuki skala

cukup ini perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya habitual buyer maka akan

meningkatkan secara otomatis commited buyer.

2. Saran

a) Pihak PT. Radio Megaswara Bogor sebaiknya mempertahankan dan

mengembangkan brand image yang telah dimiliki, karena hal tersebut merupakan

pembeda atau ciri yang dapat menjadi keunggulan PT. Radio Megaswara Bogor

dibandingkan dengan stasiun radio lainnya.

b) Atribut-atribut yang pada rentang skala baik hendaknya dipertahankan atau bahkan

ditingkatkan sehingga para pendengar merasa puas atas acara yang di sajikan PT.

Radio Megaswara Bogor.

c) Untuk penelitian selanjutnya di harapkan dapat menyempurnakan apa yang telah

diteliti pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D.A. 1997. Manajemen Brand Equity. Mitra Utama, Jakarta.

Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas

dan Prilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Effendi, O.U. 1991. Radio Siaran Teori dan Praktek. Mandar Maju, Bandung.

Effendi, O.U. 2000 Dinamika Komunikasi, Mandar Maju, Bandung.

Fanny, E. P. 2005. Peranan Marketing Dalam Kegiatan “OFF AIR” di PT. Radio Citra

Megaswara. Tugas Akhir pada Program Diploma-III Komunikasi Pembangunan,

Departemen Sosial Ekonomi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Farra, P. 2007. Peran Penyiar Dalam Membangun Image Pada Program Acara “COOL DAY

ON WEEK END” di PT. Radio Citra Megaswara. Tugas Akhir pada Program

Diploma-III Komunikasi Pembangunan, Departemen Sosial Ekonomi, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Gumilar, Y. 2005. Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Supermarket Matahatri Market

Place Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Hermawan, Y. 2002. Ekuitas Merek The Celup dan Implikasinya Terhadap Strategi Bauran

Pemasaran. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Kasali, R. 2005. Membidik Pasar Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi 2. PT. Prenhallindo, Jakarta.

Pratama, F. 2006. Analisis Brand Equity Pocary Sweet dalam persaingan Industri Minuman

(Studi Kasus Mahasiswa di Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rangkuti, F. 2004. The Power Of Brands Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi

Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus demgan SPSS. PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Sugiyono, 1999. Metode Pemnelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung

Sejarah Radio. 2010, http//id.wikipedia.org/wiki/radio. (15/7/2010, 20.30 WIB).

Wiryanto 2000. Teori Komunikasi Masa, Grasindo, Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Kuisioner ini dibuat untuk mendapatkan data bagi pembuatan tugas akhir, karenanya

mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk mengisi kuisioner ini

Kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan studi dan tidak akan dipublikasikan

secara luas

Sebelum menyimak pertanyaan, disarankan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri membaca petunjuk dalam

kuisioner ini. Apabila ada pertanyaan yang tidak dijawab akan menyebabkan jawaban

tidak dapat diolah

Penelitian ini berjudul “Analisis Brand Equity Radio Megaswara Dalam Persaingan

Industri Penyiaran Radio”

Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela

mengisi kuesioner ini

Rakeyan Kalang Sunda

Departemen Manajemen, FEM, IPB

Screening

1. Apakah anda pernah mendengarkan siaran radio Megaswara dalam satu minggu

terakhir?

a. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak (Stop)

2. Sebutkan merek radio di wilayah Bogor yang paling anda ingat? (Sebutkan satu saja)

..........................................................................................................

3. Sebutkan nama statsiun radio lainya selain nama statsiun radio yang telah anda

sebutkan di atas?

a.................................... c.....................................

b................................... d.....................................

IDENTITAS RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Usia : 17-29 tahun 40-49 tahun

30-39 tahun > 49 tahun

3. Pendidikan terakhir : SLTA S1

Diploma S2

4. Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah

5. Berapakah kira – kira pengeluaran anda dalam sebulan: (pengeluaran rumah tangga bagi

yang sudah berkeluarga)

< Rp 500.000 Rp 500.000 – Rp 1.000.000

No :

Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000

DAFTAR PERTANYAAN

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

1. Apa anda mengenal radio Megaswara?

1) Ya, saya telah mencantumkan dalam jawaban sebelumnya.

2) Ya, tetapi saya lupa mencantumkan dalam jalaban sebelumnya.

3) Tidak mengenal sama sekali (STOP).

2. Di mana Anda mengenal radio Megaswara? (jawaban boleh lebih dari satu).

1) Bilboard (papan reklame).

2) Spanduk.

3) Televisi.

4) Acara off air.

5) Teman.

6) Pencarian melalui Chanel Radio.

3. Apakah anda pernah mendengarkan siaran radio Megaswara?

1) Ya (Lanjutkan ke pertanyaan No.4).

2) Tidak (STOP).

4. Apakah asosiasi / kesan anda terhadap merek radio Megaswara?

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang sesuai dari masing – masing asosiasi / kesan

No Asosiasi Jawaban

Ya Tidak 1 Radio anak muda

2 Radio dangdut

3 Radio yang membantu band – band indie

4 Lagu – lagu yang di sajikan selalu Up date

5 Radio terbesar di wilayah Bogor

6 Acara off air selalu menarik

7 Acara on air dikemas selalu menarik

8 Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal

9 Radio Multi segment

10 Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)

No Atribut Tidak

Baik Kurang

Baik Cukup Baik Sangat

Baik Atribut

1 2 3 4 5

1 Acara yang di sajikan

tidak menarik

Acara yang disajikan

menarik

2 Kualitas suara saat

siaran tidak terdengar

jelas

Kualitas suara saat siaran

terdengar jelas

3 Kualitas penyiar saat

membawakan acara

tidak bagus / baik

Kualitas penyiar saat

membawakan acara bagus

/ baik

4 Selalu terjadi

gangguan siaran pada

saat perubahan cuaca

Perubahan cuaca tidak

mempengaruhi siaran

5 Tidak mudah mencari

frekuensi Megaswara

mudah mencari frekuensi

Megaswara

6 Penyiar tidak memiliki

kreativitas yang baik

saat membawakan

acara

Penyiar memiliki

kreativitas yang baik saat

membawakan acara

7 Tidak mendukung

band –band indie untuk

maju

Mendukung band – band

indie untuk maju

8 Penyiar tidak dapat

memberikan sugesti

yang positif terhadap

pendengar

Penyiar dapat

memberikan sugesti yang

positif terhadap pendengar

9 Acara yang disiarkan

tidak tepat waktu

Acara yang disiarkan tepat

waktu

10 Penyiar memberikan

pelayanan yang kurang

ramah terhadap

pendengar pada saat

acara on air

Penyiar memberikan

pelayanan yang ramah

terhadap pendengar pada

saat acara on air

11 Penyiar menggunakan

tata bahasa yang tidak

mudah dimengerti oleh

pendengar

Penyiar menggunakan tata

bahasa yang mudah

dimengerti oleh

pendengar

12 Tidak memiliki

jangkauan pemancar

radio yang luas

(JABODETABEK)

Memiliki jangkauan

pemancar radio yang luas

(JABODETABEK

Brand Loyalty merek radio Megaswara

16. Apakah anda saat ini merupakan pendengar radio Megaswara?

1) Ya (Lanjutkan ke pertanyaan No.17)

2) Tidak (Stop)

17. Seberapa sering anda berpindah frekuensi radio karena faktor acara?

1) Tidak pernah 4) Sering

2 Jarang 5) Selalu

3) Kadang – kadang

18. Apakah anda setuju bahwa alasan anda mendengarkan siaran radio Megaswara karena

kebiasaan?

1) Sangat tidak setuju 4) Setuju

2) Tidak setuju 5) Sangat setuju

3) Ragu –ragu

19. Apakah anda menemukan kepuasan terhadap kualitas radio Megaswara?

1) Sangat tidak puas 4) Puas

2) Tidak puas 5) Sangat puas

3) Cukup puas

20. Apakah anda benar – benar menyukai radio Megaswara?

1) Sangat tidak suka 4) Suka

2) Tidak suka 5) Sangat suka

3) Biasa saja

21. Apakah anda menyarankan dan mempromosikan ke orang lain untuk menjadi pendengar

radio Megaswara?

1) Tidak pernah 4) Sering

2) Jarang 5) Selalu

3) Kadang – kadang

Lampiran 3. Uji Validitas Asosiasi

Correlations

Correlations

1 .356 .535** .239 .356 .464** .356 .464** .598** .356 .725**

.053 .002 .203 .053 .010 .053 .010 .000 .053 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.356 1 .111 .447* .259 .356 .259 .356 .149 .259 .539**

.053 .559 .013 .167 .053 .167 .053 .432 .167 .002

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.535** .111 1 .224 .667** .535** .111 .200 .447* .111 .640**

.002 .559 .235 .000 .002 .559 .288 .013 .559 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.239 .447* .224 1 .149 .239 .447* .239 .280 .447* .603**

.203 .013 .235 .432 .203 .013 .203 .134 .013 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.356 .259 .667** .149 1 .802** .259 .356 .447* .259 .708**

.053 .167 .000 .432 .000 .167 .053 .013 .167 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.464** .356 .535** .239 .802** 1 .356 .464** .239 .356 .725**

.010 .053 .002 .203 .000 .053 .010 .203 .053 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.356 .259 .111 .447* .259 .356 1 .802** .149 .259 .595**

.053 .167 .559 .013 .167 .053 .000 .432 .167 .001

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.464** .356 .200 .239 .356 .464** .802** 1 .239 .356 .657**

.010 .053 .288 .203 .053 .010 .000 .203 .053 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.598** .149 .447* .280 .447* .239 .149 .239 1 .447* .648**

.000 .432 .013 .134 .013 .203 .432 .203 .013 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.356 .259 .111 .447* .259 .356 .259 .356 .447* 1 .595**

.053 .167 .559 .013 .167 .053 .167 .053 .013 .001

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.725** .539** .640** .603** .708** .725** .595** .657** .648** .595** 1

.000 .002 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .001

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Aso1

Aso2

Aso3

Aso4

Aso5

Aso6

Aso7

Aso8

Aso9

Aso10

TSAso

Aso

1

Aso

2

Aso

3

Aso

4

Aso

5

Aso

6

Aso

7

Aso

8

Aso

9

Aso

10

TS

Aso

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Sca le Statistics

8.87 4.051 2.013 10

Mean Variance Std. Deviat ion N of Items

Reliability Statistics

.832 10

Cronbach's

Alpha N of Items

Lanjutan lampiran 3.

Item-Total Statistics

7.93 3.375 .656 .807

7.97 3.482 .418 .826

8.07 3.168 .495 .822

8.03 3.275 .461 .824

7.97 3.275 .618 .807

7.93 3.375 .656 .807

7.97 3.413 .483 .820

7.93 3.444 .576 .813

8.03 3.206 .517 .818

7.97 3.413 .483 .820

Aso1

Aso2

Aso3

Aso4

Aso5

Aso6

Aso7

Aso8

Aso9

Aso10

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Case Processing Summary

30 100.0

0 .0

30 100.0

Valid

Exc ludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Lampiran 4. Uji Validitas Perceived Quality

Correlations

1 .671** .621** .549** .643** .380* .432* .454* .538** .403* .569** .658** .755**

.000 .000 .002 .000 .038 .017 .012 .002 .027 .001 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.671** 1 .677** .603** .689** .421* .741** .441* .607** .444* .649** .603** .830**

.000 .000 .000 .000 .020 .000 .015 .000 .014 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.621** .677** 1 .680** .689** .592** .486** .464** .543** .379* .650** .655** .814**

.000 .000 .000 .000 .001 .006 .010 .002 .039 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.549** .603** .680** 1 .750** .410* .594** .423* .373* .224 .704** .529** .752**

.002 .000 .000 .000 .024 .001 .020 .042 .234 .000 .003 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.643** .689** .689** .750** 1 .404* .673** .361* .630** .510** .653** .625** .845**

.000 .000 .000 .000 .027 .000 .050 .000 .004 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.380* .421* .592** .410* .404* 1 .372* .681** .547** .412* .471** .545** .684**

.038 .020 .001 .024 .027 .043 .000 .002 .024 .009 .002 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.432* .741** .486** .594** .673** .372* 1 .378* .580** .470** .601** .575** .773**

.017 .000 .006 .001 .000 .043 .039 .001 .009 .000 .001 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.454* .441* .464** .423* .361* .681** .378* 1 .450* .329 .437* .547** .656**

.012 .015 .010 .020 .050 .000 .039 .013 .076 .016 .002 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.538** .607** .543** .373* .630** .547** .580** .450* 1 .599** .498** .469** .759**

.002 .000 .002 .042 .000 .002 .001 .013 .000 .005 .009 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.403* .444* .379* .224 .510** .412* .470** .329 .599** 1 .553** .426* .634**

.027 .014 .039 .234 .004 .024 .009 .076 .000 .002 .019 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.569** .649** .650** .704** .653** .471** .601** .437* .498** .553** 1 .387* .784**

.001 .000 .000 .000 .000 .009 .000 .016 .005 .002 .035 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.658** .603** .655** .529** .625** .545** .575** .547** .469** .426* .387* 1 .779**

.000 .000 .000 .003 .000 .002 .001 .002 .009 .019 .035 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.755** .830** .814** .752** .845** .684** .773** .656** .759** .634** .784** .779** 1

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

PQ1

PQ2

PQ3

PQ4

PQ5

PQ6

PQ7

PQ8

PQ9

PQ10

PQ11

PQ12

TSPQ

PQ

1

PQ

2

PQ

3

PQ

4

PQ

5

PQ

6

PQ

7

PQ

8

PQ

9

PQ

10

PQ

11

PQ

12

TS

PQ

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.

Sca le Statistics

50.93 51.720 7.192 12

Mean Variance Std. Deviat ion N of Items

Reliability Statistics

.930 12

Cronbach's

Alpha N of Items

Lanjutan lampiran 4.

Item-Total Statistics

46.50 44.810 .709 .924

46.70 44.079 .796 .921

46.47 43.706 .775 .922

46.63 44.171 .701 .924

46.63 41.826 .804 .920

46.67 44.989 .623 .927

46.63 42.033 .711 .924

46.63 44.861 .585 .929

46.73 42.823 .699 .924

47.00 45.517 .567 .929

46.90 43.679 .737 .923

46.77 42.323 .721 .924

PQ1

PQ2

PQ3

PQ4

PQ5

PQ6

PQ7

PQ8

PQ9

PQ10

PQ11

PQ12

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Case Processing Summary

30 100.0

0 .0

30 100.0

Valid

Exc ludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Lampiran 5. Uji Cochran

NPar Tests Tahap I

Cochran Test

Frequencies

5 95

18 82

8 92

8 92

20 80

20 80

14 86

18 82

13 87

8 92

Radio anak muda

Radio dangdut

Radio yang membantu band - band indie

Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date

Radio terbesar di wilayah Bogor

Acara off air selalu menarik

Acara on air dikemas selalu menarik

Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal

Radio Multi segment

Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)

0 1

Value

Test Statistics

100

26.093a

9

.002

N

Cochran's Q

df

Asymp. Sig.

1 is treated as a success.a.

NPar Tests Tahap II

Cochran Test

Frequencies

5 95

18 82

8 92

8 92

14 86

18 82

13 87

8 92

Radio anak muda

Radio dangdut

Radio yang membantu band - band indie

Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date

Acara on air dikemas selalu menarik

Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal

Radio Multi segment

Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)

0 1

Value

Lanjutan lampiran 5.

Test Statistics

100

17.139a

7

.017

N

Cochran's Q

df

Asymp. Sig.

1 is treated as a success.a.

NPar Tests Tahap III

Cochran Test

Frequencies

5 95

8 92

8 92

14 86

13 87

8 92

Radio anak muda

Radio yang membantu band - band indie

Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date

Acara on air dikemas selalu menarik

Radio Multi segment

Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)

0 1

Value

Test Statistics

100

7.177a

5

.208

N

Cochran's Q

df

Asymp. Sig.

1 is treated as a success.a.

Lampiran 6. Analisis Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking the Brand dan

Analisis Committed Buyer

1. Analisis Switcher

Tabel hasil perhitungan switcher Megaswara

Jawaban f x fx

Tidak pernah 3 1 3

Jarang 6 2 12

Kadang - kadang 35 3 105

Sering 41 4 164

Selalu 15 5 75

Total 100 359

Rata – rata 3.59

Switcher 32%

Rata-rata = = = 3.59

Swither = x 100% = 41%

2. Analisis Habitual Buyer

Tabel hasil perhitungan Habitual Buyer Megaswara

Jawaban f x fx

Sangat tidak setuju 6 1 6

Tidak setuju 27 2 54

Ragu - ragu 46 3 138

Setuju 21 4 84

Sangat Setuju 0 5 0

Total 100 282

Rata – rata 2,82

Habitual Buyer 21%

Lanjutan Lampiran 6.

Rata-rata = = = 2,82

Habitual Buyer = x100% = 21%

3. Satisfied Buyer

Tabel hasil perhitungan satisfied Buyer Megaswara

Jawaban f x fx

Sangat tidak Puas 8 1 8

Tidak Puas 12 2 24

Cukup Puas 24 3 72

Puas 42 4 168

Sangat Puas 14 5 70

Total 100 342

Rata – rata 3.42%

Satisfied Buyer 56%

Rata-rata = = = 3,42%

Satisfied Buyer = x100% = 56%

Lanjutan Lampiran 6.

4. Liking the Brand

Tabel hasil perhitungan liking the brand

Jawaban f x fx

Sangat tidak Suka 0 1 0

Tidak Suka 3 2 6

Bisa Saja 51 3 153

Suka 41 4 164

Sangat Suka 5 5 25

Total 100 348

Rata – rata 3.48%

Liking The Brand 46%

Rata-rata = = = 3,48%

Liking the brand = x100% = 45%

Lanjutan lampiran 6.

5. Analisis Committed Buyer

Tabel hasil perhitungan Committed Buyer

Jawaban f x fx

Tidak Pernah 44 1 44

Jarang 15 2 30

Kadang - kadang 24 3 72

Sering 17 4 68

Selalu 0 5 0

Total 100 214

Rata – rata 2,14%

Commited Buyer 17%

Rata-rata = = = 2,14

Committed Buyer = x100% = 17%