Analisis brand equity radio megaswara dalam persaingan ... · DAFTAR ISI Halaman ... jenis dan juga...
Transcript of Analisis brand equity radio megaswara dalam persaingan ... · DAFTAR ISI Halaman ... jenis dan juga...
ANALISIS BRAND EQUITY RADIO MEGASWARA DALAM
PERSAINGAN INDUSTRI PENYIARAN RADIO
Oleh
RAKEYAN KALANG SUNDA
H24076104
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
RAKEYAN KALANG SUNDA. H24076104. “Analisis Brand Equity Radio
Megaswara Dalam Persaingan Industri Penyiaran Radio”. Di bawah Bimbingan
MA’MUN SARMA dan R.DIKKY INDRAWAN
Sebuah merek yang mapan akan memberikan kredibilitas untuk sebuah produk,
merek yang kuat akan membantu perusahaan dalam melakukan perluasan pangsa
pasar dalam menghadapi persaingan yang kompetitif, equitas merek menjadi ujung
tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu bagi strategi pemasaran.
Radio Megaswara pada awalnya memilih segmen musik dangdut, namun kini
melakukan perubahan format musik secara besar-besaran dengan melakukan
penambahan format musik POP untuk meraih penambahan segmentasi pasar ke arah
anak muda dan menengah ke atas. Dalam menghadapi persaingan dengan merek-
merek yang lain, maka perusahaan perlu memiliki informasi yang sangat akurat
bagaimana penerimaan merek yang di pasarkan di masyarakat, dan bagaimana tingkat
kesadaran masyarakat mengenai merek yang diluncurkan, bagaimana asosiasi merek
yang tertanam di benak masyarakat, bagaimana persepsi terhadap kualitas dari merek
tersebut, dan bagaimana loyalitas yang terjalin antara masyarakat dengan merek yang
diluncurkan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) Mengetahui posisi brand awareness
di benak masyarakat kota Bogor tentang radio Megaswara; (2) Menganalisis brand
association di benak masyarakat kota Bogor tentang radio Megaswara; (3)
Menganalisis perceived quality di benak masyarakat kota Bogor tentang radio
Megaswara; (4) Menganalisis brand loyalty di benak masyarakat kota Bogor terhadap
radio Megaswara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dengan pihak perusahaan,
serta data sekunder yang diperoleh dari profil perusahaan, studi pustaka, dan internet.
Metode pengolahan dan analisis data yaitu dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas,
Skala Likert, Rataan dan Simpangan Baku, Skala Likert, Semantic Differential, dan
uji Cochran. Hasil penelitian menunjukkan dari hasil brand awareness bahwa merek
Megaswara mendapatkan posisi top of mind, dari hasil brand association maka
terbentuk brand image yaitu radio anak muda, radio yang membantu band-band indie,
lagu-lagu yang di sajikan selalu up to date, acara on air dikemas secara menarik,
radio multi segmen, dan radio yang memberikan informasi yang up date ( lokal dan
nasional), dari analisis perceived quality di dapat bahwa atribut-atribut yang ada pada
Megaswara berada pada rentang baik dan sangat baik, dan dari analisis brand loyalty
diketahui bahwa menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang buruk, tapi,
hanya sampai dengan kelompok switcher yang menunjukan rentang skala buruk.
Sedangkan pada kelompok liking the brand, satisfied buyer dan habitual buyer
memiliki rentang skala cukup hingga baik.
ANALISIS BRAND EQUITY RADIO MEGASWARA DALAM
PERSAINGAN INDUSTRI PENYIARAN RADIO
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RAKEYAN KALANG SUNDA
H 24076104
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Brand Equity Radio Megaswara Dalam Persaingan
Industri Penyiaran Radio
Nama : Rakeyan Kalang Sunda
NIM : H24076104
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec) ( R.Dikky Indrawan, SP, MM)
NIP : 1958112 198503 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )
NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 8 September 1985. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Supriatman dan
Neneng Djuarsih.
Penulis memulai pendidikan di SDN Sempur Kaler pada tahun 1992 dan
lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
SLTP Bina Insani dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan menengah di SMU Bina Insani dan lulus pada tahun 2004.
Penulis diterima pada Program DIII Studi Komunikasi Pembangunan
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2004 dan lulus
pada tahun 2007. Penulis kemudian melanjutkan ke program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selama kuliah, penulis aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan di
kampus, seperti Kepanitiaan Pertandingan Futsal exom, family day, serta aktif dalam
pengurusan EXOM, kemudian. Kemudian pada sela-sela waktu liburan
penulis mengisi kegiatan dengan melatih baseball SMU Bina Insani dan IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis Brand Equity
Radio Megaswara Dalam Persaingan Industri Penyiaran Radio”, sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand awareness, brand
association, perceived quality, dan brand loyalty Radio Megaswara di benak
masyarakat Kota Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
terutama PT. Radio Citra Megaswara .
Bogor, Februari 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak
baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
serta perhatian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak R.Dikky Indrawan, SP, MM selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta
perhatian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
3. Pihak manajemen pemasaran PT. Radio Citra Megaswara, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT.
Radio Citra Megaswara Bogor.
4. Kedua orang tua dan keluarga, terutama ayah dan ibu tercinta yang telah
memberikan motivasi, semangat dan doa serta dukungan baik secara moril
dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Arti Septianti yang telah memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Fani E.P dan Bang Dani yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB,
terimakasih atas segala bantuannya.
8. Teman-teman satu bimbingan (Binsar, Bella, Gauz, Hijrah, Nova dan Mba
Ida) atas sharing dan semangat selama penelitian hingga penulisan skripsi.
9. Teman-teman yang tidak dapat di sebutkan satu persatu atas keceriaan,
kekompakan dan kebersamaan selama ini.
10. Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
2.1 Tinjauan Teoritis ........................................................................ 6
2.1.1 Pengertian Brand Equity ...................................................... 6
2.1.2 Kesadaran Merek (Brand Awareness) ................................. 9
2.1.3 Asosiasi Merek (Brand Association) ................................... 12
2.1.4 Kesan Kualitas (Perceived Quality) .................................... 13
2.1.5 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty) ....................................... 15
2.2 Pengertian Merek ....................................................................... 18
2.3 Pengertian Penyiaran .................................................................. 20
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................. 23
III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 27
3.2 Lokasi danWaktu Penelitian ...................................................... 28
3.3 Metode Penelitian....................................................................... 29
3.3.1 Pengumpulan Data ............................................................... 29
3.3.2 Penentuan Sampel ................................................................ 29
3.4 Pengolahan dan Analisa Data..................................................... 30
3.4.1 Uji Validitas ......................................................................... 30
3.4.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 31
3.4.3 Hasil Uji Awal ..................................................................... 32
3.4.4 Uji Awal Reliabilitas Brand Association ............................. 32
3.4.5 Uji Awal Perceived Quality................................................. 33
3.4.6 Skala Likert dan Simpangan Baku ....................................... 35
3.4.7 Analisis Deskriptif ............................................................... 36
3.4.8 Uji Cochran ......................................................................... 36
3.4.9 Skala Semantic Differential ................................................. 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 39
4.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 39
4.1.1 Sejarah PT. Radio Citra Megaswara ................................... 39
4.1.2 Visi dan Misi PT. Radio Citra Megaswara ......................... 42
4.1.3 Struktur Organisasi PT. Radio Citra Megaswara ................ 42
4.2 Profil Responden ........................................................................ 42
4.2.1 Jenis Kelamin ...................................................................... 42
4.2.2 Usia ..................................................................................... 43
4.2.3 Pendidikan ........................................................................... 44
4.2.4 Status Pernikahan ................................................................ 45
4.2.5 Pengeluaran ......................................................................... 45
4.2.6 Media Informasi .................................................................. 46
4.3 Analisis Brand Awareness.......................................................... 46
4.3.1 Analisis Top Of Mind ........................................................... 46
4.3.2 Analisis Brand Recall .......................................................... 47
4.3.3 Analisis Brand Recognition ................................................. 48
4.4 Analisis Brand association ....................................................... 49
4.5 Analisis Perceived Quality ........................................................ 53
4.6 Analisis Brand Loyalty ............................................................... 57
4.6.1 Analisis Switcher .................................................................. 57
4.6.2 Analisis habitual buyer ........................................................ 58
4.6.3 Analisis Satisfied Buyer ....................................................... 59
4.6.4 Liking The Brand ................................................................. 60
4.6.5 Committed Buyer .................................................................. 61
4.7 Piramida Brand Loyalty .............................................................. 62
4.8 Implikasi Manajerial ................................................................... 65
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69 1. Kesimpulan ........................................................................................ 69
2. Saran ................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 71
LAMPIRAN ........................................................................................ 72
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pendidikan .............................. 44
2. Top of Mind Merek Stasiun Radio .................................................... 47
3. Brand Recall Merek Stasiun Radio ................................................... 48
4. Atribut Brand Image ......................................................................... 50
5. Penggolongan Atribut Brand Image ................................................. 51
6. Atribut Perceived Quality ................................................................. 54
7. Hasil Perhitungan Switcher Megaswara............................................ 57
8. Hasil Perhitungan Habitual Buyer Megaswara ................................. 59
9. Hasil Perhitungan Satisfied Buyer Megaswara ................................. 60
10. Hasil Perhitungan Liking The Brand ............................................... 61
11. Hasil Perhitungan Committed Buyer ............................................... 62
12. Brand Image PT. Radio Megaswara Bogor .................................... 62
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Konsep Brand Equity ........................................................................ 7
2. Piramida Brand Awareness ............................................................... 10
3. Nilai dari Perceived Quality.............................................................. 15
4. Piramida Brand Loyalty .................................................................... 18
5. Konsep Brand Equity ........................................................................
6. Kerangka Pemikiran Operasional Konsep ........................................ 28
7. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 43
8. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Usia ......................................... 44
9. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pendidikan .............................. 44
10. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Status Pernikahan ................... 45
11. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Pengeluaran ............................ 45
12. Penyebaran Pendengar Berdasarkan Media Informasi ..................... 46
13. Grafik Semantic Differential ............................................................. 56
14. Piramida Brand Loyalty Hasil Penelitian .......................................... 63
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner ........................................................................................
2. Struktur Organisasi .........................................................................
3. Uji Validitas Asosiasi ......................................................................
4. Uji Validitas Perceived Quality ......................................................
5. Uji Cochran .....................................................................................
6. Analisis Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking the
Brand dan Analisis Committed Buyer ..............................................
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, yaitu untuk mengirimkan
pesan telegraf dengan menggunakan kode morse antara kapal dan darat.
Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah pengembangan
pendeteksian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar. Sekarang ini radio
banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di segala
jenis dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial
termasuk drama, komedi, beragam show dan banyak hiburan lainnya, tidak hanya
berita dan musik saja. Radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif
terhadap suatu segmen pasar dan dapat menjawab kebutuhan untuk meyakinkan
komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat. Sebagai media
komunikasi, radio memiliki beberapa kekuatan karena dapat menjangkau jumlah
khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan, cepat menyampaikan
pesan sehingga dapat memberikan informasi yang paling mutakhir dan mudah
dimengerti, juga memberikan bentuk hiburan yang murah dan mudah diperoleh1.
Persaingan radio saat ini semakin ketat, sehingga pengelola media siaran
itu harus benar-benar memahami dan mengenali ekspektasi atau apa yang
diinginkan para pendengar. Para pengelola radio harus berusaha melakukan
berbagai perbaikan yang terus berkembang baik dari segi teknologi audio
ataupun dari intonasi penyiar, persaingan yang semakin ketat akan menimbulkan
suatu kompetisi untuk meraih simpati dari para pendengar. Oleh karena itu para
pengelola radio mulai melancarkan berbagai cara untuk mendapatkan perhatian
dari para pendengarnya terlebih dari sisi pemasaran yang akan memberikan
dampak bagi kelancaran merebut perhatian pendengar.
1 Sejarah Radio. http//id.wikipedia.org/wiki/radio. 15/7/2010.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan oprasional yang penting dalam
suatu perusahaan. Pemasaran diartikan sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada
pelanggan atau pembeli (Kasali, 2005). Kegiatan pemasaran mencakup suatu
proses dari pencarian informasi kebutuhan konsumen sampai pada jalinan
hubungan pertukaran barang atau jasa yang pada akhirnya diharapkan
pencapaian kepuasan baik dipihak konsumen maupun di pihak produsen. Seiring
persaingan yang ketat menuntut organisasi atau perusahaan untuk menciptakan
keunggulan yang kompetitif, disinilah peran sebuah brand atau merek karena
dalam kondisi yang sangat kompetitif merek akan membantu pihak eksternal
perusahaan dalam membedakan antara produk dan jasa antara satu dan lainnya.
Terdapat beberapa manfaat dari merek yang kuat yaitu dapat membangun
loyalitas yang akan mendorong bisnis berulang kembali, merek yang kuat akan
memungkinkan tercapainya harga premium dan akhirnya memberikan laba yang
tinggi. Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran
konsumen yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya
mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Kesadaran merek merupakan key
of brand asset atau pembuka untuk masuk kedalam elemen lainnya, jadi jika
kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa equitas mereknya
juga rendah.
Sebuah merek yang mapan akan memberikan kredibilitas untuk sebuah
produk baru. Merek yang kuat akan membantu perusahaan dalam melakukan
perluasan pangsa pasar dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Merek
yang berksinambungan menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan
sangat membantu bagi strategi pemasaran. Secara internal, merek yang kuat akan
memberikan kejernihan fokus internal dan eksekusi merek. Merek yang kuat
umumnya memberikan pemahaman pada karyawan tentang posisi merek tersebut
dan apa yang dibutuhkan untuk menopang reputasi atau janji yang diberikan
merek tersebut. Merek yang kuat juga memberikan kejelasan arah strategi karena
setiap anggota organisasi mengtahui posisinya dan bagaimana cara
menghidupkanya dimata pelanggan. Manfaat lain yang diperoleh dari merek
yang kuat yaitu memungkinkan perusahaan untuk menarik calon karyawan yang
terbaik dan memberikan kepuasan bagi para karyawannya (Kasali 2005).
PT. Radio Citra Megaswara yang pada awalnya bernama Radio Miraka
Junior atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama radio Megaswara, pada
awalnya bergerak di bidang musik dangdut, dengan segmentasi pasar menengah
kebawah. Dengan mengarahkan radio Megaswara pada segmentasi pasar
menengah kebawah stasiun radio Megaswara mendapatkan respon dari
pendengar dengan sangat baik. Namun karena tingkat persaingan yang semakin
tinggi dan mendorong setiap stasiun radio untuk mengembangkan sayap pada
setiap segmen yang ada maka, PT. Radio Citra Megaswara melakukan perubahan
format musik secara besar-besaran dengan melakukan penambahan format musik
Pop untuk meraih penambahan segmentasi pasar kearah anak muda dan
menengah ke atas, hal ini dilakukan PT. Radio Citra Megaswara dengan tujuan
agar stasiun Megaswara dapat bersaing dengan radio-radio yang memiliki
segmentasi ke arah anak muda dan kalangan menengah ke atas.
Selain itu juga pengembangan yang dilakukan Megaswara dalam lima
tahun terakhir adalah dengan memperluas jaringanya (radio network) dengan
membuka beberapa stasiun di wilayah yang menjadi target pasar Megaswara,
seperti di wilayah Sukabumi pada tahun 2000 PT. Radio Citra Megaswara
memperluas jaringannya dengan membuka stasiun Radio Megaswara Sukabumi
96.0 FM, kemudian pada tahun 2005 PT. Radio Citra Megaswara meresmikan
stasiun radio di wilayah Serang dengan membuka radio Megaswara Serang 91.4
FM, kemudian pada tahun yang sama yaitu tahun 2005, PT. Radio Citra
Megaswara meresmikan pembukaan perluasan jaringannya di wilayah Kuningan,
dengan membuka radio Megaswara Kuningan 89.8 FM. Selain itu Megaswara
telah melakukan riset pendengar pada tahun 2006 dari hasil riset yang dilakukan
oleh AC Nielsen sebagai perusahaan peneliti media dan pemasaran terkemuka di
dunia. Dari hasil riset tersebut, radio Megaswara menempati posisi ke empat dari
lima besar stasiun radio yang berada di area JABODETABEK (Greater Jakarta),
dengan jumlah pendengar sebanyak 1.969.000. Sedangkan untuk posisi pertama
hingga ke tiga di tempati oleh stasiun radio BENS, lalu stasiun radio DANGDUT
TPI, dan stasiun radio GEN FM, dan untuk posisi ke lima adalah stasiun radio
POP FM. Sedangkan untuk di Kota Bogor sendiri stasiun radio Megaswara
menempati posisi pertama di antara radio-radio siaran lainnya dan yang menjadi
kompetitor terkuat radio Megaswara adalah radio Kancah Irama Suara Indonesia
atau yang lebih dikenal dengan nama Kisi 93,4 FM dan stasiun radio Ika
Lesmana 100.1 FM.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam menghadapi persaingan dengan merek-merek yang lain maka
perusahaan perlu memiliki informasi yang sangat akurat bagaimana penerimaan
merek yang di pasarkan di masyarakat dan bagaimana tingkat kesadaran
masyarakat mengenai merek yang diluncurkan, bagaimana asosiasi merek yang
tertanam di benak masyarakat, bagaimana persepsi terhadap kualitas dari merek
tersebut dan bagaimana loyalitas yang terjalin antara masyarakat dengan merek
yang diluncurkan.
Merek yang kuat dapat tercermin melalui brand equity yang kuat pula,
brand equity yang kuat akan memberikan efek terhadap konsumen yang akan
selalu menanamkan merek tersebut sebagai hal yang utama, apabila akan
membeli ataupun memberikan informasi pada konsumen lainya sebagai cara
promosi yang tidak secara langsung. PT. Radio Citra Megaswara yang bergerak
di bidang penyiaran merupakan salah satu radio yang berdiri di kota Bogor yang
memiliki banyak pendengar dari berbagai kalangan ini, dikarenakan adanya
perubahan format musik yang tidak lagi bergerak di format musik dangdut saja
akan tetapi adanya penambahan di format musik Pop, kekuatan radio Megaswara
akan terlihat dari brand equity Megaswara, maka dari itu sangat penting
menganalisis brand equity terhadap merek Megaswara. Permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana brand awareness radio Megaswara di benak masyarakat kota
Bogor?
2. Bagaimana brand association radio Megaswara di benak masyarakat kota
Bogor?
3. Bagaimana perceived quality radio Megaswara di benak masyarakat kota
Bogor?
4. Bagaimana brand loyalty radio Megaswara di benak masyarakat kota Bogor?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui posisi brand awareness di benak masyarakat kota Bogor tentang
radio Megaswara.
2. Menganalisis brand association di benak masyarakat kota Bogor tentang
radio Megaswara.
3. Menganalisis perceived quality di benak masyarakat kota Bogor tentang
radio Megaswara.
4. Menganalisis brand loyalty di benak masyarakat kota Bogor terhadap radio
Megaswara.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi PT. Radio Citra Megaswara untuk
menginformasikan brand equity Megaswara.
2. Sebagai sumber referensi dan pengembangan lebih lanjut bagi penelitian
mengenai merek.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Brand Equity
Menurut Durianto, dkk (2001), brand equity adalah seperangkat
aset dan liabilitas merek yang terkait dengan satu merek nama dan symbol
yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
produk atau jasa, baik pada perusahaan ataupun pada pelanggan. Agar aset
dan liabilitas mendasari equitas merek, maka aset dan liabilitas merek
harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol, sehingga bila
dilakukan perubahan pada nama dan simbol atau semua aset dan liabilitas
yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula.
Menurut Aaker (1997), brand equity (Gambar 1) dapat
dikelompokan dalam lima kategori, yaitu:
a. Brand awareness
Brand awareness menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai suatu bagian
dari suatu kategori produk tertentu.
b. Brand association
Brand association adalah segala kesan yang muncul dibenak seseorang
yang terkait dengan ingatanya tentang suatu merek.
c. Perceived quality
Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
mutu atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan
dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.
d. Brand loyalty
Brand loyalty adalah merupakan satu ukuran keterkaitan pelanggan
terhadap sebuah merek.
e. Other proprietary brand asset (aset-aset merek lainnya).
Gambar 1. Konsep Brand Equity (Aaker dalam Durianto, dkk, 2001)
Menurut Durianto, dkk (2001), disamping memberi nilai bagi
konsumen, brand equity juga memberikan nilai bagi prusahaan dalam
bentuk:
1. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program
dalam mengikat konsumen baru dan merangkul kembali konsumen
lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif apabila merk dikenal.
Brand equity yang kuat tidak dapat menghilangkan keraguan
konsumen terhadap kualitas merek.
Brand equity
Brand Awareness Brand Association
Otherproprietary
brand assets
Brand Loyalty
Memberikan nilai
kepada pelanggan
dengan memperkuat:
1. Interpretasi atau
proses informasi.
2. Rasa percaya diri
dalam pembelian.
3. Pencapaian kepuasan
dari pelanggan.
Memberikan nilai
kepada perusahaan
dengan memperkuat:
1. Efisiensi dan
efektifitas program
pemasaaran.
2. Brand loyalty.
3. Harga atau laba.
4. Perluasan merek.
5. Peningkatan
perdagangan.
6. Keuntungan
kompetitif
Perceived Quality
2. Empat dimensi brand equity yaitu: brand awareness, perceived quality
dan asosiasi-asosiasi, dapat mempengaruhi alasan pembelian
konsumen. Bahkan seandainya brand awarness, perceived quality dan
asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses pemilihan merek,
ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan atau rangsangan
konsumen untuk mencoba merek-merek lain.
3. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam
merespon inovasi yang dilakukan para pesaing. Brand loyalty adalah
salah satu kategori brand equity yang dipengaruhi oleh kategori brand
equity lainya. Kategori-kategori brand equity lainya juga berhubungan
satu sama lain. perceived quality dapat dipengaruhi oleh brand
awarness. Nama merek dapat memberikan kesan bahwa produk dapat
dibuat dengan baik, diyakinkan oleh asosiasi dan loyalitas (seorang
konsumen yang loyal tidak akan menyukai produk yang kualitasnya
rendah).
4. Brand association juga sangat penting sebagai dasar strategi
positioning maupun strategi perluasan produk. Suatu analisa terhadap
portofolio merek sangat diperlukan untuk mengetahui efektifitas dari
perluasan merek yang telah dilakukan.
5. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan melakukan
promosi secara besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. Brand
equity yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang
lebih tinggi dengan menetapkan premium price (harga premium) dan
mengurangi ketergantungan terhadap promosi sehinggan memperoleh
laba yang lebih tinggi.
6. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk
pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainya atau
menciptakan peluang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan
lebih mahal dimasuki tanpa memiliki brand equity tersebut.
7. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu
menciptakan loyalitas saluran distribusi. Toko, supermarket dan
tempat-tempat penjualan lainya tidak akan ragu-ragu untuk menerima
suatu produk dengan brand equity yang kuat dan sudah terkenal untuk
dijual kepada konsumen. Produk dengan Brand equity yang kuat akan
dicari oleh pedagang karena mereka yakin bahwa produk dengan
merek tersebut akan memberikan keuntungan bagi mereka. Brand
equity yang kuat, saluran distribusi dapat berkembang sehingga
semakin banyak tempat penjual yang akan pada akhirnya akan
memperbesar volume penjualan prodak tersebut.
8. Aset-aset brand equity lainya dapat memberikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang
tidak dimiliki oleh pesaing. Biasanya, bila dimensi utama dari brand
equity yaitu brand awarness, brand association, perceived quality dan
brand loyalty sudah sangat kuat. Kesetiaan perantara maupun pemasar
sangat tergantung pada kekuatan empat kekuatan dari brand equity.
Pada umumnya, mereka tidak ragu lagi terhadap perusahaan yang
memiliki brand equity yang kuat, sehingga kepercayaan untuk
memasarkan produknya semakin meningkat. Oleh karenanya
penekanan riset brand equity diberikan kepada empat elemen utama
dari brand equity sedangkan aset brand equity lainya akan secara
otomatis terimbas oleh kekuatan dari elemen utama tersebut.
2.1.2 Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Brand awareness menunjukkan kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Piramida brand awareness
disajikan dalam Gambar 2.
Top of Mind
(Puncak Pikiran)
Brand recall
(Pengingatan Kembali Merek)
Brand Recognition
(Pengenalan Merek)
Brand Unware
(Tidak Menyadari Merek)
Gambar 2. Piramida Brand Awareness (Aaker dalam Durianto, dkk. 2001)
Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001), pengukuran brand
awareness berdasarkan tingkat kesadaran merek yang mencakup top of
mind (puncak pikiran), brand recall (pengingatan kembali), brand
recognition (pengenalan merek) dan brand unaware (tidak menyadari
merek).
1. Brand unware adalah tingkatan yang paling rendah dalam pengukuran
kesadaran merek, responden sama sekali tidak menyadari atau
mngenal suatu merek setelah diberikan bantuan.
2. Brand recognition atau pengenalan kesadaran merek responden
dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan (an aided call).
Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri
produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan tersebut bertujuan
untuk mngetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan
akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand
awareness selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan
menunjukkan photo yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut.
3. Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-
merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang
pertama kali. Tingkatan ini sering disebut dengan unaided recall
(pengingatan kembali tanpa bantuan).
4. Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat
responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya
tentang suatu kategori produk. Merek yang berada pada tingkat ini
merupakan merek yang utama dalam benak konsumen, sehingga dalam
situasi pembelian, merek lain tidak diperhitungkan.
Peran brand awareness terhadap brand equity yang dapat
dipahami dengan membahas bagaimana brand awareness menciptakan
suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4
cara yaitu:
1. Anchor to which other association can be attached
Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa
rantai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.
2. Familiarity-linking
Dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama
untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan
rendah) seperti pasta gigi, tissue dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat
menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat
menjadi suatu pendorong dalam mambuat keputusan.
3. Substance/commitment
Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan
inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika suatu
nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan
perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensif
yang sudah lama dalam industri dan lain-lain. Jika kualitas dua merek
sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam
keputusan pembelian konsumen.
4. Brand to consider
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi
dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk
dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek
yang memiliki top of mind yang tinggi yang mempunyai nilai yang
tinggi. Jika suaatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek
tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-
merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang
disukai atau merek yang dibenci.
2.1.3 Asosiasi Merek (Brand Association)
Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-
kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin
banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau
dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi
komunikasinya.
Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang
menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat.
Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu
rangkaian yang disebut brand image. Pada umumnya asosiasi merek
(terutama yang membentuk brand image) menjadi pijakan konsumen
dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut.
Menurut Rangkuti (2004) berbagai fungsi asosiasi tersebut adalah:
1. Membantu proses penyusunan informasi
Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu
mengikhtisarkan sekumpulan kata dan spesifikasi yang dapat dengan
mudah dikenal pelanggan.
2. Perbedaan
Suatu asosisasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi
usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran
yang sangat penting dalam membedakan suatu merek dari merek yang
lainya.
3. Alasan untuk membeli
Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk
mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.
4. Penciptaan sikat atau perasaan positif
Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada giliranya
akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.
5. Landasan untuk perluasan
Asosiasi merek dadpat menghasilkan landasan bagi suatu perusahaan
merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek
dan sebuah produk baru.
2.1.4 Kesan Kualitas (Perceived Quality)
Aaker dalam Rangkuti (2004), perceived quality adalah persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau
jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Garvin dalam
Durianto, dkk (2001) mengemukakan bahwa dimensi perceived quality
dibagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Kinerja yaitu melibatkan berbagai karakteristik operasional utama.
2. Pelayanan yaitu Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan
pada produk tersebut.
3. Ketahanan yaitu mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
4. Keandalan yaitu konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk
dari satu pembelian ke pembelian lainnya.
5. Karakteristik produk yaitu bagian-bagian tambahan dari produk
(feature), seperti remote control sebuah tv dan sistem WAP untuk
telepon genggam.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi merupakan pandangan mengenai
kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.
7. Hasil yaitu mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan
enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan
hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak
akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.
Durianto, dkk (2001) mengemukakan selain konteks produk ada
juga konteks jasa yang serupa tapi tidak sama, berikut diberikan beberapa
contoh pernyataan dalam mengukur dimensi-dimensi konteks jasa:
1. Bentuk fisik: Apakah fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan
pegawai mengesankan kualitasnya?
2. Kompetensi: Apakah karyawan divisi pelayanan memiliki pengetahuan
yang memadai dalam melakukan tugasnya?
3. Kendala: Dapatkan tugas tersebut dikerjakan dengan akurat dan
meyakinkan?
4. Tanggung jawab: Apakah petugas penjualan berkemauan untuk
membantu para pelanggan dengan memberikan layanan sebaik -
baiknya?
5. Empati: Apakah sebuah supermarket menunjukan kepedulian dan
perhatian kepada setiap pelanggan yang mempunyai kartu keangotaan
(member card)?
Menurut Aaker (1997), perceived quality memberikan nilai dalam
beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
1. Alasan untuk membeli artinya suatu merek yang berhasil menanamkan
suatu kesan kualitas yang positif dalam benak konsumen akan
memenagkan persaingan.
2. Diferensiasi artinya suatu produk yang mempunyai kesan kualitas
tertentu akan menempati posisi yang tertentu pula dalam benak
konsumen.
3. Harga optimum artinya selama merek tersebut memang dipersepsikan
mempunyai kualitas yang tinggi dalam bentuk konsumen maka
perusahaan dapat menetapkan suatu harga optimum bagi produknya.
4. Perluasan saluran distribusi artinya suatu merek yang dipersepsikan
mempunyai kualitas tinggi akan mudah dalam pendistribusiannya,
sebab distributor ingin menuai laba dari larisnya produk.
5. Perluasan merek artinya produk yang kualitasnya berkesan tinggi akan
mempunyai kemungkinan lebih sukses dalam memperkenalkan
kategori produk baru dengan nama merek yang sama dibandingkan
dengan merek yang kesan kualitasnya rendah.
Gambar 3. Nilai dari Perceived Quality (Durianto, dkk. 2001)
2.1.5 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)
Brand loyalty merupakan suatu ukuran keterikatan pelanggan
kepada sebuah merek. Loyalitas merek akan memberikan gambaran
mengenai mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain,
terutama jika merek tersebut didapati adanya perubahan baik menyangkut
harga maupun atribut lain.
Brand loyalty merupakan salah satu indikator inti dari brand
equity yang jelas terkait dengan peluang penjualan yang berarti pula
jaminan perolelan laba perusahaan dimasa mendatang. Pelanggan yang
loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut walau
dihadapkan pada banyak alternatif merek produk pesaing yang
menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari
berbagai atributnya. Bila banyak pelanggan dari suatu merek yang masuk
dalam kategori ini berarti merek mereka memiliki brand equity yang kuat.
Perluasan merek
Harga optimum
Diferensiasi/posisi
Alasan untuk membeli
Perluasan saluran distribusi
Perceived Quality
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, brand loyalty
dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan. Durianto dkk, (2001),
mengemukakan beberapa manfaat uang dapat diberikan oleh brand loyalty
kepada perusahaan, diantaranya:
1. Mengurangi biaya pemasaran
Biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat.
Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah
mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk
mendapatkan pelanggan baru.
2. Meningkatkan perdagangan
Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan
peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan
perantara/distributor.
3. Menarik minat pelanggan baru
Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka
pada merek tersebut akan menimbulkan perasaan yang yakin bagi
calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika
pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko tinggi. Pembeli
yang puas umumnya akan merekomendasikan merek tersebut kepada
orang terdekat, sehingga akan menarik pelanggan baru.
4. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan
Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan
untuk merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing
mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan
memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbaharui
produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisirkannya.
Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001), ada tingkatan
loyalitas merek, yaitu:
1. Switcher (Pembeli yang berpindah-pindah )
Merupakan tingkatan loyalitas merek yang paling rendah. Pembeli sama
sekali tidak loyal/tidak tertarik terhadap merek apapun yang ditawarkan.
Ciri dari pembeli jenis ini adalah mereka membeli suatu produk karena
harganya murah.
2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)
Merupakan pembeli yang puas dengan merek produk yang
dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan
dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada dasarnya mereka
tidak mendapati alasan yang cukup untuk beralih ke produk lain,
terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun
berbagai pengorbanan lain. Pembeli ini membeli suatu merek
didasarkan atas kebiasaan mereka.
3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pada tingkatan ini, pembeli merek termasuk ke dalam kategori puas bila
mereka mengkonsumsi merek tersebut. Meskipun demikian mungkin
saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan
menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan
waktu, uang atau risiko kinerja yeng melekat dengan tindakan mereka
beralih ke merek lain.
4. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek)
Pembeli pada tingkatan ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh
menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan
emosional yang terkait pada merek. Meskipun demikian seringkali rasa
suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan
ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang
spesifik.
5. Committed Buyer (Pembeli yang setia)
Pada tingkatan ini, pembeli merupakan pelanggan setia. Mereka
memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna merek dan bahkan merek
tersebut menjadi sangat penting bagi mereka. Pada tingkatan ini, salah
satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan
merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut ke pihak lain.
Committed Buyer
Liking The Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher
Gambar 4. Piramida Brand Loyalty (Aaker dalam Durianto, dkk, 2001)
Pada piramida brand loyalty terlihat bahwa merek yang belum
memiliki brand equity yang kuat, porsi terbesar dari konsumennya berada
pada tingkat switcher. Kemudian, porsi terbesar kedua ditempati oleh
konsumen yang berada pada tingkat habitual buyer dan seterusnya hingga
porsi terkecil ditempati oleh commited buyer.
2.2. Pengertian Merek
Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001) merek adalah nama dan atau
simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual
tertentu serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para
pesaing. Menurut Cannon dan Wichert dalam Buchari Alma (1992) menyatakan
ciri-ciri merek yang baik yaitu:
1. Pendek.
2. Sederhana.
3. Mudah dieja.
4. Mudah diingat.
5. Enak dibaca.
6. Tidak ada nada sumbang.
7. Tidak ketinggalan zaman.
8. Ada hubungan dengan barang dagangan.
9. Bila di eksport mudah dibaca oleh orang luar negeri.
10. Tidak menyinggung perasaan kelompok/orang lain atau tidak negatif.
11. Membayangkan apa produk itu atau memberi dugesti penggunaan produk
tersebut.
Rangkuti (2004), mengatakan bahwa ada lima pilihan dalam penentuan
strategi merek, yaitu:
1. Perluasan Lini (Lini Extention)
Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk
tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama,
biasanya dengan tampilan baru, seperti bentuk, rasa, warna, kandungan,
ukuran, kemasan dan sebagainya. Pada umumnya perkenalan produk baru
merupakan lini. Strategi ini dapat dilakukan apabila perusahaan mengalami
kelebihan kapasitas produksi atau perusahaan ingin memenuhi meningkatnya
selera konsumen terhadap tampilan baru. Perluasan lini dapat juga dilakukan
bila perusahaan ingin mengalahkan pesaing.
2. Perluasan Merek (Brand Extention)
Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk
menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori
baru. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan karena
merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai, sehingga kehadirannya
dapat dengan cepat diterima konsumen. Hal ini dapat memudahkan
perusahaan untuk memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan
merek dapat menghemat biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk
membiasakan konsumen dengan suatu merek baru.
3. Multi Brand
Multi brand dapat terjadi apabila suatu perusahaan memperkenalkan
berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Hal ini
bertujuan untuk mencoba membentuk suatu kesan, kenampakan dan daya
tarik kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan. Strategi multi brand
memungkinkan perusahaan merebut lebih banyak tempat (rak) distributor
dan melindungi merek utama dengan cara menciptakan merek sampingan
(flanker brand). Multi brand dapat juga terjadi akibat warisan beberapa
merek dari perusahaan lain yang telah di akusisi oleh perusahaan tersebut.
4. Merek Baru
Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun
merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau apabila citra
merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut. Kondisi ini
menyebabkan perusahaan lebih baik menciptakan merek yang sama sekali
baru daripada menggunakan merek lama. Namun dalam hal ini biasanya
memerlukan biaya yang cukup besar apalagi untuk sampai ke tahap yang
lebih besar.
5. Merek Bersama (co-brand)
Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih digabung dalam
satu penawaran. Tujuan dari co-branding adalah agar merek yang satu dapat
memperkuat merek yang lainnya, sehingga dapat menarik minat konsumen.
Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap
merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau konsumen baru dengan
mengaitkannya dengan merek lain.
2.3. Pengertian Penyiaran
Siaran berasal dari kata siar, siar berarti menyebarluaskan informasi
melalui pemancar. Kata siar ditambah akhiran-an, membentuk kata benda, yang
memiliki makna apa yang disiarkan (Wahyudi, dalam Farra 2007). Penyiar atau
announcing adalah tak lain suatu usaha untuk mengkomunikasikan informasi
untuk memberitahukan sesuatu. Meskipun informasi dapat mencapai jutaan
pendengar secara perorangan dan komunikasi itu akan sempurna apabila si
pendengar mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia
dengarkan itu (Effendy, 1991).
Stasiun radio yang berhasil, tidak diukur hanya menurut jumlah
programnya, statsiun yang berhasil adalah yang memahami persahabatan dan
peranya. (Stokkink, dalam Effendy,1991). Menurut Effendy (1991), ciri-ciri
komunikasi yang baik adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komuikator.
Dengan kata lain, wartawan atau penyiar sebagai komunikator tidak
mengetahui tanggapan para pembaca atau pendengarnya terhadap pesan atau
berita yang disiarkanya itu.
2. Komunikator pada komunikasi pada lembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni
satu institusi atau organisasi.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak
ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikasi massa bersifat heterogen
Dalam keberadaanya yang terpencar-pencar, dimana satu sama lainya tidak
saling kenal mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing
berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan,
pendidikan, pandangan hidup, cita-cita dan sebagainya. Heterogenitas
khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator daam
menyebarkan pesanya melalui media massa karena setiap individu dari
khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi.
Menurut Ishadi dalam Farra (2007), meyebutkan empat keunggulan dari
media radio, yaitu:
1. Kemampuanya mengembangkan imajinasi dengan bantuan audio.
2. Kemampuanya selektivitas dalam memilih program maupun segmen
khalayak.
3. Fleksibilitas, artinya sangat mudah untuk dibawa pergi dan menjadi teman di
berbagai kesempatan dan suasana.
4. Sifatnya amat personal, sehingga menjadi media yang amat efektif dalam
memberi kontak-kontak antar pribadi yang diliputi oleh sifat kehangatan,
keakraban dan kejujuran.
Menurut Effendy (1991), ada dua point mengenai karakteristik media
radio, yaitu:
1. Auditori, artinya bahwa sifat radio hanyalah untuk didengar, untuk konsumsi
telinga. Dengan demikian informasi yang disiarkan melalui media radio
bersifat sepintas lalu. Berbeda dengan surat kabar dan majalah informasi
yang disampaikan melalui media cetak memberi kemungkinan pembaca
yang belum bisa mengerti hanya dengan sekali membaca, dapat mengulang
berkali-kali.
2. Mengandung gangguan, sebagai media yang mengandalkan pada kekuatan
pancaran gelombang elaktromagnetik komunikasi melalui radio sering
mengalami berbagai gangguan, terutama yang disebabkan oleh faktor
geografis maupun faktor teknis teknologis. Gangguan yang dihadapi dapat
berupa suara kemresek (noise), suara terputus-putus dan sebagainya.
Dalam dunia penyiaran tentu penyiar merupakan salah satu faktor penting
untuk menjadikan penyiaran menjadi hal yang menarik dan memberikan hiburan
bagi para pendengarnya, maka dari itu untuk manjadi seorang penyiar yang baik,
seorang penyiar harus memiiki kualifikasi yang tepat dan keinginan dirinya
dalam lapangan penyiaran radio. Sehubungan dengan itu menurut Henneke
dalam Effendy, (1991) telah menghimpun beberapa hal penting dalam
“announcer’s skills” yang meliput:
1. Komunikasi gagasan (communication of ideas).
2. Komunikasi kepribadian (communication of personality).
3. Proyeksi kepribadian (projection of personality), ini mencakup:
a. Keaslian (naturalnes.)
b. Kelincahan (vitality).
c. Keramah tamahan (friendlines).
d. Kesanggupan penyesuaian diri (adapability).
4. Pengucapan ( pronounciation).
5. Kontrol suara ( voice controle), ini mencakup :
a. Pola titi nada (pitch)
b. Kerasnya suara (loudnes)
c. Tempo (time)
d. Kadar suara (quality)
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian Hermawan (2002) bertujuan untuk menganalisis perbandingan
kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek dari
merek-merek teh celup. Hasil penelitian mengenai kesadaran merek
menunjukkan bahwa teh celup merek Sariwangi merupakan merek teh celup
yang paling diingat responden, kemudian diikuti teh celup merek Sosro, Kepala
Jenggot, 2Tang dan Lipton. Pada teh celup merek Sariwangi dan Sosro, semua
responden mengenal kedua merek tersebut, sedangkan pada merek 2Tang ada 10
responden yang tidak mengenal merek ini sama sekali.
Hasil pengujian terhadap semua asosiasi merek yang dilakukan terhadap
merek teh celup Sariwangi, Sosro dan 2tang dengan uji cochran, didapatkan
bahwa hasil nilai cochran hitung yang diperoleh pada pengujian tahap pertama
terhadap tujuh asosiasi merek ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai x2
tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk ketiga merek tersebut
memiliki brand image yang di dalamnya terkandung asosiasi-asosiasi merek,
yaitu harga terjangkau, rasa yang enak, aroma teh yang harum, kemasan menarik,
mudah didapat, merek terkenal dan higienis.
Pengukuran perceived quality menunjukkan bahwa persepsi kualitas
ketiga merek yakni Sariwangi, Sosro dan 2tang secara umum berada pada posisi
baik dan sangat baik. Berdasarkan tingkatan loyalitas merek teh celup merek
Sariwangi mempunyai responden yang paling banyak pada tingkat satiffied buyer
yaitu sebesar 51 persen atau 35 orang dari 68 pemakai. Pada merek Sosro,
responden yang paling banyak pada tinkat liking the brand yaitu sebanyak 62
persen dan teh celup merek 2Tang, tingkatan loyalitas merek yang paling tinggi
yaitu sebesar 80 persen.
Selanjutnya, Gumilar (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis
Brand Equity Supermarket Matahari Market Place Bogor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui posisi brand awareness di benak konsumen terhadap
merek super market “Matahari Market place” diantara merek-merek supermarket
lain yang dikenal oleh konsumen, menganalisis brand association dibenak
konsumen terhadap merek supermarket “Matahari Market place”, menganalisis
perceived quality dibenak konsumen terhadap merek supermarket “Matahari
Market place” dan menganalisis brand loyalty pada konsumen terhadap merek
supermarket “Matahari Market place”.
Dalam analisis brand awareness hasil analisis top of mind menunjukan
bahwa 67 persen responden menyebutkan supermarket “Matahari Market
Place”. Sebagai merek yang paling di ingat dan Hero berada di urutan ke-2
(23persen). Hasil analisis brand recall menunjukan bahwa responden paling
banyak 43 persen mengingat kembali “Hero” sebagai merek supermarket.
Sedangkan supermarket “Matahari Market Place”, berada di urutan ke-2 (33
persen). Hasil analisis brand recognition menunjukan bahwa seluruh responden
(100 persen) telah mengenal merek supermarket “Matahari Market Place” tanpa
perlu diberi bantuan. Hasil analisis brand unaware menunjukan bahwa tak
seorangpun responden yang tidak mengenal supermarket “Matahari Market
Place”.
Hasil analisis perceived quality yang terlihat pada grafik semantic
diffensial menunjukan bahwa atribut-atribut merek supermarket “Matahari
Market Place” berada pada posisi sisi kanan atau kutub positif. Perceived quality
supermarket “Matahari Market Place”, berada pada posisi cukut baik.
Dalam anilisis brand loyalty, seluruh responden (100%) tidak berencana
pindah supermarket lain tetapi hasil switcher. Hasil analisis habitual buyer
menunjukan 81% responden termasuk dalam jenis pembeli habitual buyer. Hasil
snslisis satisfied buyer menunjukan 81% responden termasuk dalam jenis
pembeli satisfied buyer. Hasil dari analisis liking the brand menunjukan 74%
responden termasuk dalam jenis pembeli liking the brand. Hasil analisis
commited buyer menunjukan 23% responden termasuk dalam jenis pembeli
commited buyer. Pada piramida brand loyalty merek supermarket “Matahari
Market Place”, tidak menggambarkan bentuk segitiga terbalik.
Selanjutnya Pratama (2006) melakukan analisis brand equity Pocari
Sweat dalam persaingan industri minuman. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis brand equity Pocari Sweat pada elemen brand awareness, brand
association, perceived quality dan brand loyalty. Untuk melihat adanya tingkat
persaingan dalam industri minuman secara keseluruhan, dalam penelitian ini
melibatkan beberapa merek minuman lainya diantaranya adalah ProSweat,
Mizion, Aqua dan Coca-Cola. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis yang
berupa metode spearman-brown, product moment, alfa cronbach, skala likert,
skala sematic differential, uji cochran, analisis biplot dan analisis deskriptif.
Hasil pennelitian menunjukan bahwa pada elemen brand awarness merek Pocari
Sweat merupakan merek yang paling diingat oleh konsumen. Asosiasi
pembentukan brand image pada brand association menunjukan bahwa merek
Pocari Sweat mendapat dua brand image, yaitu aman bagi kesehatan dan rasa
yang segar pelepas dahaga. Penilaian konsumen pada perceived quality
menunjukan bahwa merek Pocari Sweat lebih unggul dibandingkan merek lainya
dalam atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan
memulihkan stamina.
Analisis pada brand loyalty menunjukan bahwa merek Pocari Sweat
belum memiliki brand loyalty yang kuat. Hal ini tercermin dari bentuk piramida
brand loyalty yang mengecil pada tingkatan liking the brand dan committed
buyer.
Kekhasan dari penelitian yang penulis angkat adalah adanya perbedaan
dalam hal pengambilan brand atau merek yang di teliti yaitu dalam dunia
penyiaran serta ketertarikan penulis dikarenakan adanya perubahan image yang
terjadi pada brand yang diteliti. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian-
penelitian terdahulu yang lebih banyak mengarah pada makanan atau minuman
dan tidak adanya perubahan brand image.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama brand equity
(ekuitas merek), yaitu yang pertama brand awareness atau pengenalan merek dari
elemen pertama ini dapat diketahui lebih lanjut bagaimana mengasosiasikan merek
Megaswara apakah menjadi top of mind atau tidak, elemen selanjutnya adalah brand
association atau kesan merek akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dan
akan berhubungan dengan elemen selanjutnya yaitu perceived quality atau kualitas
merek dalam pengukuranya dan elemen terakhir adalah brand loyalty atau kesetiaan
merek merupakan tingkat dimana kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek tertentu.
Ekuitas merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen
terhadap perusahaan akan semakin kuat. Suatu produk yang memiliki ekuitas merek
yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan
keberadaan suatu merek. Konsumen menjadikan merek sebagai salah satu
pertimbangan penting ketika hendak membeli suatu produk atau jasa. Dengan
mengetahui kekuatan merek, Megaswara akan memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar memonitor kinerja pemasaran Megaswara. Dari keempat
elemen tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan dan
dapat dilihat bagaimana brand equity merek Megaswara dalam persaingan di dunia
penyiaran. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kerangka pemikiran operasional.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Radio Megaswara (Megaswara FM) FM 100,8
yang terletak di Jalan Surya Kencana No. 228-230 Bogor dan ditujukan terhadap
masyarakat kota Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan
Juli 2010 sampai dengan bulan September 2010.
Analisis
Brand
Association
Analisis
Perceived
Quality
Analisis
Brand
Awareness
Analisis
Brand
Loyalty
Analisis
Deskriptif
Analisis
Deskriptif
Skala Likert
Semantic
Differential
Uji
Cochran
Brand Equity PT. Radio
Megaswara Bogor
PT. Radio Megaswara Bogor
Persaingan
Brand
3.3. Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
pihak PT. Radio Megaswara Bogor. Selain dengan wawancara, data juga
diperoleh melalui kuesioner yang disusun untuk mengidentifikasi dan
mengalisis aspek-aspek elemen utama brand equity, bentuk pertanyaan
terdiri atas pertanyaan tertutup (close-ended question) dan pertanyaan
terbuka (open ended question). Sedangkan untuk data sekunder diperoleh
melalui studi literatur terhadap berbagai sumber yang relevan dengan topik
yang akan diteliti, termasuk data-data yang diperoleh dari perusahaan dan
media internet. Untuk melengkapi data penelitian melalui kuesioner dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3.3.2 Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
judgement sampling. Berdasarkan teknik judgement sampling, responden
yang dipilih adalah pendengar Megaswara. Responden yang akan diambil
adalah masyarakat kota Bogor, pemilihan responden di kalangan
masyarakat kota Bogor adalah dengan alasan perubahan image yang
dilakukan Megaswara yang dulu merupakan stasiun radio yang berbasis
Dangdut menjadi radio yang memiliki segmen Pop. Perubahan yang
dilakukan untuk memperluas segmen pendengar dan pemilihan responden
yang meliputi masyarakat kota Bogor terkait dengan terget pasar
Megaswara terhadap perubahan image yang dilakukan, yaitu usia 18-35
tahun. Responden yang akan dilibatkan dalam pengambilan sampel adalah
100 orang responden. Pengambilan jumlah sampel yang mencapai 100
responden ini dikarenakan untuk mewakili data yang menunjang untuk
penelitian, sampel responden yang akan menjadi perwakilan akan
mencakup daerah kota Bogor yaitu Kecamatan Bogor tengah, perwakilan
Kecamatan Bogor Tengah yang dijadikan tujuan sampel dikarenakan dapat
mewakili target segmentasi pendengar Megaswara yaitu usia 18-35 tahun.
Selain itu juga pengambilan sampel dari Kecamatan Bogor tengah
dikarenakan lokasi PT. Radio Megaswara Bogor yang berlokasi di wilayah
Bogor tengah, sehingga penelitian ini ingin melihat persaingan brand
stasiun radio Megaswara terhadap persaingan dengan stasiun radio lainnya.
Jumlah responden dalam penelitian ini ditentukan dengan Slovin
dalam Umar (2005), yaitu:
.................................................................... (1)
Dimana:
n = jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = persentase kelongaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel
yang masih bisa di tolelir 10 persen
Diketahui jumlah pendengar Radio Megaswara adalah sebesar
1.416.100 pendengar, sehingga diperoleh sampel sejumlah:
n = 1416100 = 99,99 = 100
1+1416100(0,1)²
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1 Uji Validitas
Data dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Butir-butir
pertanyaan yang ada dalam kuesioner diuji terhadap faktor terkait. Jika
ternyata tidak valid maka butir pertanyaan yang tidak valid tersebut
disingkirkan dari kuesioner atau diperbaiki. Hasil dan uji validitas adalah
untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari sejumlah pertanyaan kepada
responden.
Menurut Sugiyono dalam Pratama (2006), instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik
korelasi product moment digunakan pada pengujian elemen perceived
quality. Rumus dari teknik ini adalah sebagai berikut:
rxy = )( 22 yx
xy
.....................................................................(2)
Keterangan:
rxy = Korelasi antara variabel x dengan y
x = ( ix - x )
y = ( iy - y )
Kemudian rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan
tertentu. Jika rhitung > rtabel, maka H0 ditolak dan diterima H1. Uji validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi
16.0. Pengolahan data yang dilakukan dapat di anggap valid apabila nilai r
> 0,36. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapat bahwa kuesioner
bersifat valid. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS 13.0 apabila nilai r > 0,361. Berdasarkan
hasil pengolahan data, didapat bahwa kuesioner bersifat valid. Untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji keterdalaman instrumen yang digunakan
dalam riset. Instrumen riset yang terandal akan mampu mengungkapkan
informasi yang sebenarnya di lapangan. Tersedia berbagai jenis metode uji
reliabilitas yang secara umum dibedakan untuk jumlah butir ganjil atau
genap. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan
kenyataannya, dalam arti berapa kali pun penelitian diulang dengan
instrumen tersebut akan tetap diperoleh kesimpulan yang sama (Durianto,
dkk, 2001).
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
nilai r product moment. Jika r11 > r product moment, maka instrumen yang
digunakan tidak terandalkan. Sebaliknya jika r11 . r product moment, maka
instrumen yang digunakan dapat terandalkan dan penelitian dengan
menggunakan instrumen yang sama dapat dilanjutkan. Hasil uji yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for
Windows menunjukkan bahwa peubah tersebut bersifat sangat reliabel.
Berdasarkan teknik alpha cronbach dihasilkan nilai untuk brand
association 0.832 dan untuk perceived quality adalah 0.930 yang berarti
nilai tersebut berada di atas nilai alpha cronbach dengan nilai minimum
(0,700). Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
3.4.3 Hasil Uji Awal
Hasil uji awal pada penelitian ini dimulai dengan 30 responden
yang merupakan masyarakat kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor
Tengah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kendala instrument
yang akan digunakan dalam penelitian, berdasarkan hasil uji validitas dan
reliabilitas setelah dilakukan pengujian terbukti valid dan reliable, maka
kuesioner ini layak untuk disebar pada pendengar PT. Radio Citra
Megaswara yang menjadi sample atau responden penelitian.
3.4.4 Uji Awal Reliabilitas Brand Association
Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak
seseorang yang terkait dengan ingatanya mengenai suatu merek. Kesan-
kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin
banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau
dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi
komunikasinya. Dengan demikian, terhadap suatu merek yang sama
seorang konsumen mungkin akan mempunyai asosiasi yang berbeda
dengan konsumen lainya. Bahkan terhadap suatu merek, seorang konsumen
akan mempunyai kesan yang bermacam-macam, tergantung banyaknya
pengalaman dalam mengkonsumsi merek itu atau dengan demikian
seringnya penampakan merek tersebut dan berbagai asosiasi merek yang
saling berhubungan akan menimbulkan citra merek (brand image).
Semakin banyaknya asosiasi yang berhubungan maka semakin kuat pula
citra merek yang dimiliki oleh merek tersebut. Adapun asosiasi yang di uji
adalah:
1. Radio anak muda.
2. Radio dangdut.
3. Radio yang membantu band-band indie.
4. Lagu-lagu yang di sajikan selalu up date.
5. Radio terbesar di wilayah Bogor.
6. Acara off air selalu menarik.
7. Acara on air dikemas selalu menarik.
8. Radio yang mengangkat potensi wilayah local.
9. Radio multi segment.
10. Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).
Berdasarkan hasil perhitungan uji awal reliabilitas dengan Hasil
uji yang dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi
16.0 for Windows menunjukkan bahwa peubah tersebut bersifat sangat
reliabel. Berdasarkan teknik alpha cronbach dihasilkan nilai untuk brand
association 0.832 yang berarti nilai tersebut berada di atas nilai alpha
cronbach dengan nilai minimum (0,700). Untuk data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 4.
3.4.5 Uji Awal Perceived Quality
Kesan kualitas memiliki peranan penting dalam membangun suatu
merek dan kesan kualitas dapat menjadi alasan kuat dalam membangun
suatu keputusan pembelian. Seorang pendengar mungkin tidak memiliki
informasi yang cukup kuat untuk mengarahkanya pada penentuan kualitas
suatu merek secara objektif. Ataupun tidak mempunyai kesanggupan dan
sumber daya untuk mendapatkan informasi. Terdapat dua macam
pengujian awal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas, adapun atribut-atribut
yang di uji adalah:
1. Acara yang di sajikan.
2. Kualitas suara/audio saat siaran.
3. Kualitas penyiar saat membawakan acara.
4. Kualitas siaran pada saat perubahan cuaca.
5. Pencarian frekuensi Megaswara.
6. Kreativitas penyiar saat membawakan acara.
7. Mendukung band-band indie untuk maju.
8. Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar.
9. Ketepatan waktu penyajian acara.
10. Pelayanan Penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air.
11. Penggunaan tata bahasa pada saat acara on air.
12. Jangkauan pemancar.
Agar instrumen penelitian dapat di uji kebenaranya dan
keabsahanya maka, kuesioner di uji validitasnya. Hasil dari uji validitas
adalah untuk mendapatkan pertanyaan yang valid dari sejumlah pertanyaan
yang di ajukan kepada pendengar. Uji reliabilitas adalah indeks yang
menunjukan sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengukur ketepatan atau kejituan suatu instrumen jika
dipergunakan untuk mengukur himpunan objek yang sama berkali-kali
akan mendapatkan hasil yang serupa.
Hasil pengujian validitas untuk analisisi perceived quality yang
menggunakan selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361 Uji validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0
apabila nilai r > 0,361. Berdasarkan hasil pengolahan data didapat bahwa
kuesioner bersifat valid.
Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 responden pendengar radio
Megaswara, berdasarkan teknik alpha cronbach, dihasilkan nilai untuk
perceived quality adalah 0.930. Yang berarti nilai tersebut berada di atas
nilai alpha cronbach dengan nilai minimum (0,700). Untuk data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
3.4.6 Skala Likert dan Simpangan Baku
Skala likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk
menunjukkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk.
Skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya
hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu
tanggapan dengan tanggapan lain, misalnya:
Skala 5 = sangat baik, diberi bobot 5
Skala 4 = baik, diberi bobot 4
Skala 3 = cukup, diberi bobot 3
Skala 2 = jelek, diberi bobot 2
Skala 1 = sangat jelek, diberi bobot 1
Setelah data diperoleh, data digolongkan ke dalam kategori
berdasarkan nilai yang diperoleh dengan cara mengalikan besarnya bobot
pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah responden yang
masuk ke dalam kategori yang sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai
rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan
ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus
(Durianto, dkk, 2001) berikut:
Rataan )(X :n
Fixi. ...........................................................................(7)
Simpangan baku (S):
1
).(.
2
n
n
xifixifi
.................................................................(8)
Keterangan:
xi = nilai pengukuran ke-i
fi = frekuensi kelas ke-i
n = banyaknya pengamatan
Hasil dari rataan dan simpangan baku tersebut dipetakan ke
rentang skala dengan mempertimbangkan informasi interval berikut:
Interval = elasbanyaknyak
terendahnilaitertingginilai.................................................(9)
= 5
15 = 0,8
Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala
agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap
setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala
tersebut adalah:
1,00-1,80 = sangat buruk
1,80-2,60 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
Skala likert, rataan dan simpangan baku digunakan untuk
menganalisis elemen perceived quality dan brand loyalty.
3.4.7 Analisis Deskriptif
Analisis data mengenai profil responden, brand awareness, dan
brand association dilakukan dengan cara menabulasikan data yang
diperoleh. Terhadap data profil responden dan brand awareness dilakukan
dengan perhitungan presentase, sedangkan terhadap data perceived quality
dan brand loyalty dilakukan perhitungan rata-rata.
3.4.8 Uji Cochran
Uji cochran dilakukan untuk menguji nyata hubungan setiap
asosiasi yang ada dalam suatu merek. Uji ini dilakukan untuk menganalisis
hubungan asosiasi antar atribut dalam elemen brand association. Assosiasi
yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek
tersebut. Uji cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran
nominal dikotomi, yaitu ”ya” atau ”tidak”. Hipotesis pengujian:
H0 = Kemungkinan jawaban ”ya” adalah sama untuk semua asosiasi.
H1 = Kemungkinan jawaban ”ya” adalah beda untuk semua asosiasi.
Langkah-langkah pengujiannya adalah:
a. Hitung nilai Q (cochran) dengan rumus:
2
22 )1()1(
i
j
RCN
NCCCCQ ...........................................................(10)
Keterangan:
C = banyaknya asosiasi (atribut)
Ri = jumlah baris jawaban ”ya”
Cj = jumlah kolom jawaban ”ya”
N = total besar
b. Tolak H0 bila Q > ),(2 dbaX db = C – 1
Uji cochran digunakan untuk mengetahui nyatanya setiap
asosiasi (atribut) yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian
semua asosiasi. Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara
nilai Q dengan ),(2 db
. Jika diperoleh nilai Q < ),(2 db
, maka H0
diterima, yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan dan
membentuk brand image dari suatu merek.
Jika diperoleh nilai Q > ),(2 db
, dapat disimpulkan bahwa belum
cukup bukti untuk menerima H0. Dengan demikian tidak semua asosiasi
adalah sana dan pengujian dilanjutkan ke tahap ke dua untuk
mengetahui asosiasi mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari
asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek.
Jika nilai Q > ),(2 db
, maka pengujian dilanjutkan ke tahap tiga
dengan menggunakan teknik yang sama sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya. Jika nilai Q < ),(2 db
, maka pengujian dihentikan, yang
berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya
yang belum diuji dan asosiasi terakhir di uji.
3.4.9 Skala Semantic Differential
Skala semantic differential ini digunakan untuk menganalisis
salah satu elemen dari brand equity yaitu perceived quality. Skala ini
merupakan salah satu faktor yang dikembangkan untuk menganalisis dua
masalah (Durianto, dkk, 2001), yaitu:
1. Pengukuran populasi yang multidimensi.
2. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui.
Metode skala semantic differential dikembangkan khususnya
untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode
ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi
pengertian kontatif yang berada dalam ruang ciri multidimensi yang
disebut ruang semantik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT. Radio Citra Megaswara
PT. Radio Citra Megaswara yang lebih dikenal dengan nama
Radio Megaswara pada awalnya bernama radio Miraka Junior. Radio
Miraka Junior berdiri atas dasar penyaluran hobi direktur utama PT. Citra
megaswara dan mendirikan stasiun radio amatir di asrama Mahasiswa
Ekalokasari Sukasari Bogor. Radio amatir Miraka Junior yang beroprasi
pada gelombang Short Wave (SW) dengan jangkauan siar hanya ratusan
meter saja, jam siarnya pun belum menentu dan siaran radionya diberi
nama Ekalos 57.
Sekitar bulan November 1972, radio percobaan tersebut
dipindahkan ke daerah Cipayung Puncak dan menempati sebuah ruangan di
Balai Desa Cipayung, kemudian diberi nama radio Miraka Junior.
Pemilihan lokasi studio di kawasan Puncak bukan tanpa alasan, pasalnya
kawasan puncak dikenal sebagai daerah pariwisata yang cukup ramai di
kunjungi masrakat luas. Hal itu diasumsikan bahwa masyarakat yang
tinggal di daerah puncak pendapatannya lebih besar jika dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di daerah Bogor dan hal ini dilirik sebagai
pasar yang potensial bagi kelangsungan radio Miraka Junior nantinya. Tapi
ada satu kendala yang cukup menghambat yaitu belum adanya izin resmi
siaran. Sehingga pendapatan dari kegiatan periklanan belum maksimal,
untuk menutupi hal itu radio menjual kupon pilihan pendengar dengan
harga Rp 5 rupiah setiap lembarnya, penjualan kupon ini cukup
membantu untuk kelangsungan hidup radio Miraka Junior.
Pada tahun 1975 radio Miraka Junior dengan proses yang cukup
sulit akhirnya mendapat izin siaran dari mentri penerangan dengan no.
PM3. PSA. 1973. Dalam usaha yang menarik perhatian pendengarnya,
radio Miraka Junior melakukan kegiatn siaran yang bersifat religius. Untuk
meraih perhatian pendengar dan meraih iklan lebih banyak, pihak radio
melakukan kegiatan-kegiatan off air (kegiatan diluar studio), kegiatannya
berupa pertunjukan dangdut, acara amal dan acara-acara kunjungan ke
kantong-kantong khalayak pendengarnya, dengan maksud untuk
menciptakan hubungan emosional dengan para pendengar. Acara off air
tersebut adalah ajangsana Megaswara.
Pada tahun 1990 radio Miraka Junior mulai bebenah untuk
memajukan system yang ada pada radio Miraka Junior yaitu dengan
melakukan promosi dan mengusahakan para pemasang iklan agar langsung
berhubungan dengan radio tanpa menggunakan agency atau biro iklan, hal
itu dianggap lebih efektif dan efisien dalam meraih pendapatan. Selain itu
radio Miraka Junior pada tahun itu juga semakin menegaskan format radio
menjadi statsiun radio dangdut. Stasiun radio kemudian menggunakan
sistem komputerisasi mulai dari siaran, pemutaran lagu-lagu, iklan dan
administrasi semuanya menggunakan sistem komputerisasi yang
terprogram.
Pada tahun 1992 Departemen Penerangan Republik Indonesia
melarang penggunaan istilah asing, maka radio Miraka Junior berganti
nama menjadi PT. Radio Citra Megaswara dengan frekuensi 97,7 FM.
Dengan perubahan nama yang memiliki arti Mega artinya besar dan swara
adalah suara, hal ini berdasarkan tujuan radio ingin menjadi stasiun
terbesar. Pada tahun 2000 PT. Radio Megaswara mulai memperluas
jaringannya (radio network) dengan membuka stasiun radio Megaswara
Sukabumi untuk daerah Sukabumi dengan frekuensi 97.4 FM, kemudian
kembali memperluas jaringan kembali dengan meresmikan Radio
Megaswara untuk wilayang Serang dengan frekuensi 91.4 FM, dan juga
meresmikan Radio Megaswara di daerah Kuningan dengan frekuensi 89.8
FM dan ada beberapa rencana lagi untuk memperluas jadingan di masa
mendatang. Pada tahun 2004 frekuensi radio Megaswara pindah menjadi
100.8 FM, hal ini terjadi karena adanya perubahan kanal frekuensi oleh
PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) dalam rangka
pembenahan dan penertiban radio-radio gelap (amatir) yang sering
mengganggu frekuensi acara on air radio swasta nasional.
Radio Megaswara yang telah menjadi radio swasta nasional
melakukan riset pemasaran pada tahun 2005 dengan menggunakan riset
AC Nielsen sebagai salah satu perusahaan peneliti media dan pemasaran
terkemuka di dunia, dari riset yang dilakukan pada tahun 2005 radio
Megaswara menempati posisi keempat dari seluruh stasiun radio yang ada
di area Jabodetabek (Greater Jakarta). Untuk posisi di daerah Bogor sendiri
radio Megaswara menempati posisi pertama di antara radio-radio siaran
lainnya. Megaswara juga semakin memantapkan posisinya sebagai salah
satu media terbesar dengan mendirikan Megaswara TV yang telah
melakukan siaran percobaan pada bulan juli 2005 dan launching pada
bulan agustus 2005, dan pada tahun 2005 juga terjadi restrukturisasi
menejemen dan perubahan frekuensi radio Megaswara Sukabumi dari
frekuensi 97.4 menjadi 96.0 FM.
Pada tahun 2006 PT. Radio Citra Megaswara melakukan revolusi
besar-besaran dengan melakukan penambahan format musik POP dan
pemambahan segmentasi pasar untuk meraih jumlah pendengar kea rah
anak muda dan kalangan menengah ke atas, kemudian pada tahun yang
sama Megaswara masih melakukan perkembangan dengan diresmikanya
radio Megaswara Cianjur dengan frekuensi 100.3 FM
Untuk meningkatkan eksistensi dan positioning maka pada tahun
2007 PT. Radio Citra Megaswara pindah gedung yang pada awalnya
beralamat di Jl. Raya Tajur no118 Bogor Timur ke Jl Surya Kencana No
228-230 Bogor Tengah yang diresmikan pada tanggal 12 Mei 2007.
4.1.2 Visi dan Misi PT. Radio Citra Megaswara
Visi PT. Radio Citra Megaswara adalah menjadi industri media
yang terkemuka dan professional yang memiliki hubungan emosional
dengan pendengar, perusahaan, pemerintah dan masyarakat secara umum.
Adapun misi PT. Radio Citra Megaswara adalah memberikan kontribusi
bagi perbaikan lingkungan di Kota Bogor dan Negara Indonesia yang
disesuaikan dengan potensi dan daya dukung perusahaan,
mempertahankan, memperluas dan memelihara networking dengan
berbagai pihak termasuk media kompetitor yang berada di dalam maupun
luar Kota Bogor, mengantisipasi dan menyesuaikan perkembangan
teknologi untuk memenuhi kualitas siaran, mengoptimalkan seluruh
sumber daya yang dimiliki perusahaan baik sumber daya manusia maupun
fasilitas perusahaan, memberikan pelayannan hiburan dan informasi kepada
pendengar, perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
4.1.3 Struktur Organisasi PT. Radio Citra Megaswara
Struktur Organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi dari tiap karyawan serta unit kerja, melalui program kerja dan
kegiatan oprasional yang terperinci serta jelas. Agar tercapainya tujuan
organsasi dan perusahaan. Struktur organisasi PT. Radio Citra Megaswara
dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2. Profil Responden
Pendengar radio adalah sasaran utama bagi kemajuan sebuah stasiun
radio karena dari pendengarlah sebuah stasiun radio akan maju. Untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai pndengar dalam penelitian ini, berikut
akan di uraikan pengelompokan pendengar Radio Megaswara yang melibatkan
responden sebanyak 100 orang berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan,
usia, pendidikan terakhir, pengeluaran dan media informasi yang digunakan.
4.2.1 Jenis Kelamin
Dilihat dari hasil penyebaran kuesioner, penyebaran pendengar
berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 78 persen dan perempuan 22
persen.ini sangat di dominasi oleh laki-laki dan tidak menjadi target PT.
Radio Megaswara Bogor karena pada dasarnya pendengar baik laki-laki
ataupun perempuan sama saja, akan tetapi karena penyebaran kuesioner
menggunakan teknik judgement sampling dan rata-rata responden yang
memenuhi syarat adalah laki-laki maka, penilaian terhadap responden
didominasi oleh laki-laki. Namun pada dasarnya segmentasi dan target
pasar Megaswara tidak terlalu mengarah pada pendengar laki–laki saja,
akan tetapi perempuan juga menjadi segmen dari Megaswara. Hal ini
dikarenakan pendengar adalah aset yang berharga bagi sebuah stasiun
radio. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
22%
78%
Laki-laki
Perempuan
Gambar 7. Penyebaran pendengar berdasarkan jenis kelamin
4.2.2 Usia
Dilihat dari segi usia persentase tertinggi diperoleh pendengar
berusia 17-29 tahun sebesar 95 persen, sedangkan urutan ke dua adalah
usia 30-39 tahun dalam perolehan segmentasi berdasarkan umur radio
Megaswara sebetulnya tidak terlalu mendominasi target pada kalangan usia
muda saja namun segmen Megaswara mengarah pada hampir semua usia,
karena acara yang di sajikanpun tergolong multi segment. Akan tetapi dari
data yang di peroleh menunjukan bahwa pendengar Radio Megaswara
setelah mengalami perubahan image didominasi oleh usia yang tegolong
muda, hal ini menunjukan bahwa radio Megaswara mayoritas digemari
oleh anak muda. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
5.0%
95.0%
17 - 29 tahun
30 - 39 tahun
Gambar 8. Penyebaran pendengar berdasarkan usia
4.2.3 Pendidikan
Pendidikan terakhir adalah salah satu dasar pengelompokan
pendengar. Pendidikan terakhir adalah pendidikan terakhir bagi yang telah
lulus dan pendidikan yang sedang di tempuh oleh responden yang masih
dalam masa belajar. Berikut adalah gambaran penyebaran berdasarkan
tingkat pendidikan dari hasil yang dapat di lihat dari tingkat pendidikan
ternyata radio Megaswara ternyata digemari oleh responden pelajar.
Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 1.
Tabel 1. Penyebaran pendengar berdasarkan pendidikan
Pendidikan Usia 17-29 tahun Usia 30-39 tahun
SLTA 43 persen
Diploma 23 persen
S1 19 persen 3persen
S2 10 persen 2persen
22.0%
12.0%
23.0%
43.0%SLTA
Diploma
S1
S2
Gambar 9. Penyebaran pendengar berdasarkan pendidikan
4.2.4 Status Pernikahan
Dilihat dari segi status pernikahan, para pendengar radio
Megaswara hampir keseluruhan di dominasi oleh pendengar yang belum
menikah, yaitu sebesar 91 persen dan sisanya belum menikah sebesar 5
persen. Bila dilihat dari hasil responden dalam status pernikahan pun belum
memenuhi target yang diinginkan Megaswara, karena target Megaswara
sendiri adalah seluruh responden baik dari yang sudah menikah maupun
yang belum menikah. Karena Megaswara merupakan salah satu radio multi
segmen yang mengarah pada sluruh kalangan. Adapun hasil tersebut dapat
dilihat pada Gambar 10. Hal ini menunjukan bahwa penggemar radio
megaswara didominasi dengan status belum menikah.
91.0%
9.0%
Menikah
Belum Menikah
Gambar 10. Penyebaran pendengar berdasarkan status pernikahan
4.2.5 Pengeluaran
Pengeluaran merupakan biaya untuk mencukupi kebutuhan
konsumen seperti kebutuhan sehari-hari, misalnya makan, pakaian dan
lainya. Dan untuk melihat rata-rata pengeluaran pendengar radio
Megaswara dapat dilihat melalui gambar persebaran berdasarkan tingkat
pengeluaran. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 11, hal ini
menunjukan hasil yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang rata-rata
menunjukan masih pelajar dan status pernikahan yang didominasi dengan
status belum menikah.
32.0%
9.0%
43.0%
16.0%< = Rp 500.000
Rp 500.000 - Rp
1.000.000
Rp 1.000.000 - Rp
3.000.000
> Rp 3.000.000
Gambar 11. Penyebaran pendengar berdasarkan pengeluaran
4.2.6 Media Informasi
Media informasi yang digunakan atau dipilih oleh para pendengar
radio Megaswara dalam hal mengetahui informasi tentang radio
Megaswara menurut hasil yang diperoleh sumber informasi terbesar berasal
dari pencarian melalui chanel radio yaitu sebesar 32 persen, kemudian
melalui spanduk yaitu sebesar 31 persen, kemudian melalui acara off air
sebesar 18 persen, kemudian melaui teman sebesar 4 persen, dan terakhir
yaitu melalui televise sebesar 1 persen. Adapun hasil tersebut dapat dilihat
pada Gambar 12.
4.0%
32.0%
1.0%18.0%
31.0%
14.0%Bilboard (papan
reklame)Spanduk
Televisi
Acara off air
Teman
Pencarian melalui
Chanel Radio
Gambar 12. Penyebaran pendengar berdasarkan media informasi
4.3. Analisis Brand Awareness
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu
ketegori produk tertentu. Dalam analisis brand awareness terbagi menjadi
berdasarkan tingkatan yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan
unware brand. Dalam penelitian ini merek atau brand Megaswara mendapat
penilaian yang baik dari para pendengar radio megaswara.
4.3.1 Analisis Top Of Mind
Top of mind merupakan merek yang pertama kali diingat
konsumen atau yang pertama kali ketika responden ditanya tentang suatu
kategori produk. Top of mind juga merupakan tingkat tertinggi dalam
brand awareness dan juga merupakan pemimpin dari berbagai merek yang
terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak konsumen.
Berdasarkan survey terhadap 100 orang responden, (43 persen)
responden menyebutkan merek stasiun radio Megaswara Bogor sebagai
merek stasiun radio yang paling diingat. Gambaran selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Top of Mind merek stasiun radio
Merek (Responden) Usia (Responden)
Megaswara 43 persen 17-29 tahun dan 30-39
tahun
Kisi 32 persen 17 – 29 tahun
Lesmana 25 persen 17 – 29 tahun
Total 100 persen 100persen
Berdasarkan Tabel 2, ternyata merek Megaswara menempati
posisi puncak dalam top of mind merek stasiun radio yang berarti bahwa
merek tersebut merupakan merek yang paling banyak diingat oleh
konsumen. Merek Kisi dan Lesmana juga ikut dalam penyebutan top of
mind stasiun radio dengan perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh
dengan merek stasiun radio Megaswara Bogor. Dilihat dari sisi usia maka
top of mind berada pada usia 17-29 tahun, hal ini menunjukan bahwa radio
Megaswara yang melakukan penambahan pada segmentasi anak muda
dapat dikatakan berhasil ini ditunjukan dari banyaknya responden yang
tergolong usia muda memilih radio Megaswara sebagi radio yang pertama
kali mereka sebutkan.
4.3.2 Analisis Brand Recall
Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek-merek
apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek pertama kali
disebut, brand recall merupakan multi response question yang
menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question).
Hasil penelitian menununjukan dari 100 responden sebanyak 49
responden (49 persen) menyebutkan merek stasiun radio Kisi sebagai
merek stasiun radio yang mereka ingat setelah menyebutkan merek
pertama, setelah itu diikuti oleh merek stasiun radio Lesmana sebanyak 31
responden (31 persen), Megaswra 25 (25 persen) dan RRI (13 persen), hal
yang serupa juga dapat dilihat pada brand recall bahwa radio Megaswara
termasuk radio yang digemari oleh anak muda. Gambaran selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Brand Recall merek stasiun radio
Merek Jumlah (responden) Usia Responden Responden
Kisi 49 persen 17 – 29 tahun 49persen
Lesmana 31 persen 17 – 29 tahun 31persen
Megaswara 25 persen 17 – 29 tahun 25persen
RRI 12 persen 17 – 29 tahun dan
30 -39 tahun
7persen
5persen
4.3.3 Analisis Brand Recognition
Brand recognition adalah tingkatan pengingatan kembali dengan
bantuan (aided recall). Analisis Brand recognition dilakukan untuk
mengetahui apakah responden perlu diberikan bantuan dalam mengingat
merek Megaswara. Dari 100 responden pendengar Megaswara tidak
seorangpun yang perlu diberikan bantuan dalam mengenal merek stasiun
radio Megaswara Bogor.
Analisis brand unaware dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya responden yang tidak mengenal Megaswara. Dari 100 responden
Pendengar Megaswara Bogor, diketahui bahwa tidak ada seorangpun yang
tidak mengenal merek stasiun radio Megaswara Bogor, hal ini dikarenakan
kuesioner ini ditujukan kepada pendengar radio.
4.4. Analisis Brand association
Brand association adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan
mengenai sebuah merek. Setelah ke 10 asosiasi tersebut terbukti keandalanya,
asosiasi tersebut kemudian di uji dengan menggunakan uji cochran. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan asosiasi-asosiasi tersebut yang terdapat
pada merek Megaswara. Hasil perhitungan brand asosiasi dapat dilihat pada
Lampiran 5. Asosiasi-asosiasi yang dilakukan pengujian adalah sebagai berikut:
1. Radio anak muda.
2. Radio dangdut.
3. Radio yang membantu band-band indie.
4. Lagu-lagu yang di sajikan selalu up date.
5. Radio terbesar di wilayah Bogor.
6. Acara off air selalu menarik.
7. Acara on air dikemas selalu menarik.
8. Radio yang mengangkat potensi wilayah local.
9. Radio multi segment.
10. Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).
Brand image radio Megaswara terbentuk dari asosiasi-asosiasi yang
belum diuji, dari perhitungan brand association dapat diperoleh brand image
dari radio Megaswara dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 ini menunjukan
bahwa dari 10 asosiasi yang ada pada kuesioner terbentuk menjadi 6 asosiasi ini
terjadi karena kesan yang pertama kali atau melekat pada benak konsumen
tentang gambaran Megaswara dan menjadikan brand image pada radio
Megaswara. Pada Tabel 5 dapat dilihat dari asosiasi yang tersisa berdasarkan
umur dan pengeluaran.
Tabel 4. Atribut Brand Image
No Brand association No Brand Image
1 Radio Anak Muda 1 Radio Anak Muda
2 Radio Dangdut 2 Radio yang membantu band-band
indie
3 Radio yang membantu band-band
indie
3 Lagu-lagu yang disajikan selalu
up date
4 Lagu-lagu yang disajikan selalu
up date
4 Acara on air dikemas secara
menarik
5 Radio terbesar di wilayah Bogor 5 Radio multi segment
6 Acara off air selalu menarik 6 Radio yang memberikan
informasi yang up date (lokal dan
nasional)
7 Acara on air dikemas secara
menarik
8 Radio yang mengangkat potensi
wilayah local
9 Radio multi segment
10 Radio yang memberikan informasi
yang up date (lokal dan
nasional)
Tabel 5. Penggolongan Atribut Brand Image
Atribut Usia Responden Pengeluaran
1. Radio anak muda 17-29 tahun 95persen Rata-rata
Rp 500.000 -
Rp 1.000000
2. Radio yang membantu
band-band indie
17-29 tahun 92persen Rata-rata
Rp 500.000 -
Rp 1.000000
3. Lagu-lagu yang
disajikan selalu up date
17-29 tahun
92persen Rata-rata
Rp 500.000 -
Rp 1.000000
4. Acara on air dikemas
secara menarik
17-29 tahun
86persen Rata-rata
Rp 500.000 –
Rp 1.000000
5. Radio multi segment 17-29 tahun
dan 30-39
tahun
87persen Rata-rata
Rp 500.000 –
Rp 1.000000
6. Radio yang
memberikan informasi
yang up date (lokal dan
nasional)
17-29 tahun
dan
30-39 tahun
92persen Rata-rata
Rp 500.000 -
Rp 1.000000
Penjelasan di atas dapat menunjukan bahwa, perubahan yang terjadi
pada atribut-atribut brand association dapat menyimpulkan brand image dari
radio Megaswara, ini dikarenakan adanya acara-acara yang dapat
menggambarkan sebuah image radio tersebut dan acara-acara tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bogor up date: Program news (sesuatu yg ter up date) yang di kemas dalam
bentuk interaktif show dengan menyajikan informasi lokal dan nasional serta
talk show dengan nara sumber dan sajian musik Pop Indonesia. Mulai dari hari
senin-jum’at, pukul 06.00-09.00 WIB.
2. Indigital: Program spesial untuk menjaring komunitas band
lokal dan penyanyi solo yang selama ini belum mendapat tempat secara
khusus. Dalam acara ini group band/penyanyi solo yang sudah memiliki demo
lagu di berikan kesempatan untuk mempopulerkan hasil karyanya dengan
request by phone. Dan dukungan untuk band terfavorit melalui sms. Dimana
setiap minggu akan ada band yang keluar dari indie chart. Mulai dari hari
senin-jumat dan pukul 18.00-20.00 WIB.
3. Indo fresh music: Request lagu spesial New Entry Pop Indonesia yang di kemas
secara khusus dengan muatan effect yang dapat menghidupkan acara tersebut,
pesan lagu melalui telepondan lagu langsung di putar. Mulai dari hari senin-
kamis, pukul 20.00-23.00 WIB Mulai Pukul 20.00-23.00 WIB.
4. Bogor to day: Sajian program yang mengetengahkan tentang bragam tips
mengenai kesehatan, kecantikan, fashion serta gaya hidup dengan sajian music
Pop hits Indonesia. Mulai dari hari senin-jum’at, pukul 09.00-12.00 WIB.
5. Goyang tengah malam: Program ini disajikan buat pendengar setia yang suka
dinas malam (Satpam, Polisi, Tukang Ronda ataupun pekerja shift malam)
dengan diirigi lagu-lagu dangdut. Mulai dari hari senin-kamis, pukul 23.00-
02.00 WIB.
6. Cool day in weekend : Spesial program weekend dengan menyuguhkan info-
info ringan seputar dunia hiburan, film, tempat wisata, kuliner serta info trafict
news sebagai gaeding para wisatawan domestik yang dari arah Jakarta menuju
Bogor disertai sajian musik mancanegara dan hits Indonesia. Mulai dari hari
sabtu dan minggu, pukul 06.00-10.00 WIB.
Dari gambaran sebagian acara yang di sajikan radio Megaswara maka
dapat diambil gambaran tentang sebuah image tentang merek Megaswara di mata
para pendengarnya dan dari beberapa atribut yang disebutkan di awal maka akan
dapat menyusut sesuai dengan gambaran dari para pendengar mengenai radio
Megaswara.
Asosiasi Radio anak muda dan radio yang membantu band indie untuk
maju termasuk dalam brand image, hal ini dikarenakan adanya penambahan
format yang tidak hanya mengandalkan musik dangdut yang menjadi andalan,
tapi juga menambah kearah musik Pop yang banyak diminati oleh anak muda.
Serta memberikan kesempatan pada musisi-musisi lokal yang ingin berkembang
ke arah yang lebih baik dengan menyediakan wadah dalam acara indigital.
Asosiasi lagu-lagu yang disajikan selalu up to date, termasuk dalam
brand image. Penambahan format yang dilakukan memberikan banyak lagu-lagu
yang masuk, dan memberikan kenyamanan bagi pendengar dalam menikmati dan
me request lagu-lagu terbaru melalui acara-acara yang di sajikan Megaswara.
Asosiasi acara on air dikemas secara menarik termasuk dalam brand image, hal
ini biasa dilihat dengan adanya banyaknya request lagu-lagu dalam program
acara on air megaswara yang dilakukan lewat telepon, dan dukungan sms yang
dilakukan para pendukung band indie yang sedang bersaing untuk menunjukan
kualitas band mereka.
Asosiasi radio multi segment termasuk dalam asosiasi, hal ini bisa
dilihat bahwa stasiun Megaswara tidak hanya merambah area musik dangdut
yang identik dari menengah ke bawah, tetapi merambah area musik Pop yang
disukai kalangan anak muda, dan identik dengan kalngan menengah dan
kalangan menengah atas. Asosiasi radio yang memberikan informasi yang up
date (lokal dan nasional) termasuk dalam asosiasi, hal ini bisa dilihat dengan
adanya acara bogor up date, yaitu program berita (sesuatu yang ter update) yang
dikemas dalam bentuk interaktif. Dan dengan menyajikan informasi lokal dan
nasional serta talk show dengan para narasumber.
4.5. Analisis Perceived Quality
Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu
atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang
diharapkan. Analisis atribut pengujian ini menggunakan skala evaluasi lima
angka yang berjajar dari 1 sampai 5, mengenai tingkat kepentingan atribut dapat
dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Atribut Perceived Quality
NO Atribut-atribut Nilai
rata- rata
1. Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar 4,42
2. Ketepatan waktu penyajian acara 4,29
3. Pencarian frekuensi Megaswara 4,29
4. mendukung band-band indie untuk maju 4,23
5. Kualitas penyiar pada saat membawakan acara 4,13
6. Jangkauan pemancar 4,11
7. Pengunaan tata bahasa pada saat acara on air 4,09
8. Kreativitas penyiar saat membawakan acara 4,00
9. Kualitas siaran pada saat perubahan cuaca 3,92
10. Pelayanan Penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air 3,89
11. Kualitas suara pada saat siaran 3,88
12. Acara yang disajikan 3,85
Rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality adalah
sebagai berikut:
1,00-1,80 = sangat buruk
1,80-260 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
Menurut Tabel 6 dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat empat
atribut yang memiliki rentang skala sangat baik (4,20-5,00) yaitu atribut
pencarian frekuensi Megaswara, atribut mendukung band-band indie untuk maju,
atribut Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dan atribut
ketepatan waktu penyajian acara. Selain memiliki empat atribut sangat baik dapat
disimpulkan radio Megaswara juga memiliki delapan atribut yang tergolong baik,
delapan atribut tersebut yaitu atribut acara yang disajikan, atribut kualitas suara
saat siaran, atribut kualitas penyiar saat membawakan acara, atribut kualitas
siaran pada saat perubahan cuaca, atribut kreativitas yang saat membawakan
acara, atribut pelayanan penyiar terhadap pendengar pada saat acara on air,
atribut pengunaan tata bahasa pada saat acara on air dan atribut jangkauan
pemancar. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rataan tertinggi berada
pada atribut memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dengan rataan
(4,42) sedangkan nilai rataan terendah berada pada atribut acara yang di sajikan
dengan rataan (3,85).
Berdasarkan grafik semantic differential pada Gambar 13, dapat dilihat
bahwa seluruh atribut radio Megaswara berada pada sisi kanan atau sisi positif
ini dikarenakan adanya penambahan format musik dan mengarahkan Megaswara
pada penambahan segmen kearah anak muda dan menengah keatas, seperti
penyiar dapat memberikan sugesti yang positif berada pada rentang skala sangat
baik dengan nilai (4,29) dan yang termasuk dalam rentang skala cukup yaitu dari
segi acara yang disajikan dengan rentang skala (3,85). Hal itu berarti perceived
quality Megaswara berada pada posisi antara cukup dan sangat baik, yang perlu
mendapat perhatian dan lebih dikembangkan adalah atribut-atribut yang berada
pada rentang skala cukup, seperti acara yang disajikan dengan nilai 3,85, kualitas
audio pada saat melakukan siaran dengan nilai 3,88, dan pelayanan kepada
pendengar pada saat acara on air dengan nilai 3,89, gambar selengkapnya dapat
di lihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Semantic Differential
No Atribut
Tidak
Baik
Kurang
Baik
Cukup Baik Sangat
Baik Atribut
1,00-
1,80
1,80-
260
2,60-
3,40
3,40-
4,20
4,20-
5,00
1 Acara yang di sajikan
tidak menarik
3.85
Acara yang disajikan
menarik
2
Kualitas suara saat
siaran tidak terdengar
jelas
3.88
Kualitas suara saat
siaran terdengar jelas
3
Kualitas penyiar saat
membawakan acara
tidak bagus/baik
4.13
Kualitas penyiar saat
membawakan acara
bagus/baik
4
Selalu terjadi
gangguan siaran pada
saat perubahan cuaca
3.92
Perubahan cuaca tidak
mempengaruhi siaran
5 Tidak mudah mencari
frekuensi Megaswara
4.29 mudah mencari
frekuensi Megaswara
6
Penyiar tidak
memiliki kreativitas
yang baik saat
membawakan acara
4.00
Penyiar memiliki
kreativitas yang baik
saat membawakan
acara
7
Tidak mendukung
band-band indie untuk
maju
4.23
Mendukung band-band
indie untuk maju
8
Penyiar tidak dapat
memberikan sugesti
yang positif terhadap
pendengar
4.42
Penyiar dapat
memberikan sugesti
yang positif terhadap
pendengar
9 Acara yang disiarkan
tidak tepat waktu
4.29
Acara yang disiarkan
tepat waktu
10
Penyiar memberikan
pelayanan yang
kurang ramah
terhadap pendengar
pada saat acara on air
3.89
Penyiar memberikan
pelayanan yang ramah
terhadap pendengar
pada saat acara on air
11
Penyiar menggunakan
tata bahasa yang tidak
mudah dimengerti
oleh pendengar
4.09
Penyiar menggunakan
tata bahasa yang mudah
dimengerti oleh
pendengar
12
Tidak memiliki
jangkauan pemancar
radio yang luas
(JABODETABEK)
4.11
Memiliki jangkauan
pemancar radio yang
luas
(JABODETABEK
4.6. Analisis Brand Loyalty
Analisis brand loyalty dilakukan berdasarkan tingkat brand loyalty,
yaitu switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand dan committed
buyer. Analisis brand loyalty dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
loyalitas merek radio Megaswara. Analisis brand loyalty ini untuk mengukur
para pendengar yaitu swither, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand
dan committed buyer.
4.6.1 Analisis Switcher
Pendengar yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan
sebagai pendengar yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi
frekuensi pembelian dari satu merek ke merek lainya mengidentifikasikan
bahwa mereka merupakan pembeli yang tidak loyal pada satu merek.
Analisis Switcher dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pendengar
Megaswara yang sering berpindah-pindah merek stasiun radio lainnya
karena faktor acara pada dasarnya mendengarkan radio membuat orang
terhibur akan tetapi terkadang ada hal-hal lainya yang membuat pendengar
memindahkan chanel radio karena faktor-faktor acara atau lainnya. Hasil
perhitungan switcher dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Switcher Megaswara
Jawaban
F x fx
Tidak pernah 3 1 3
Jarang 6 2 12
Kadang - kadang 35 3 105
Sering 41 4 164
Selalu 15 5 75
Total 100 359
Rata-rata 3.59
Switcher 32 persen
Rentang skala yang digunakan dalam analisis Switcher adalah
sebagai berikut:
1,00-1,80 = Sangat baik
1,80-260 = baik
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = buruk
4,20-5,00 = sangat buruk
Berdasarkan tabel perhitungan switcher, nilai rata-rata 3,35
termasuk dalam rentang skala buruk (3,40-4,20). Hal ini menunjukan
bahwa dari 100 responden hampir pernah melakukan swither atau
berpindah pada saat mendengarkan radio karena faktor acara atau lainnya,
dari hasil analisis swither, terdapat 41 persen yang sering berpindah-pindah
merek, 15 persen yang selalu berpindah-pindah dan lainnya sebanyak 35
persen memilih kadang-kadang, 6 persen memilih jarang dan 3 persen tidak
pernah.
4.6.2 Habitual Buyer
Analisis habitual buyer, dilakukan untuk mengetahui berapa
banyak pendengar yang mendengarkan radio Megaswara karena alasan
kebiasaan. Sehingga dapat diartikan pendengar tidak memiliki keinginan
khusus untuk melakukan perubahan mencoba merek lainnya.
Habitual buyer adalah pendengar yang menjawab “sangat setuju”
dan “setuju” pada pertanyaan kuesioner “apakah anda setuju bahwa alasan
anda mendengarkan siaran radio Megaswara karena kebiasaan?”. Hasil
perhitungan habitual buyer dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan tabel
perhitungan analisis habitual buyer, nilai rata- rata 2,82 termasuk dalam
rentang skala cukup (2,60-3,40) hal ini menunjukan bahwa dari 100
responden terdapat 21 persen yang menjawab setuju dan lainya sebanyak
46 persen memilih menjawab ragu-ragu, 27 persen memilih tidak setuju
dan 6 persen sangat tidak setuju.
Tabel 8. Hasil perhitungan Habitual Buyer Megaswara
Jawaban F x fx
Sangat tidak setuju 6 1 6
Tidak setuju 27 2 54
Ragu - ragu 46 3 138
Setuju 21 4 84
Sangat setuju 0 5 0
Total 100 282
Rata – rata 2,82
Habitual buyer 21 persen
Rentang skala yang digunakan dalam analisis habitual buyer
adalah sebagai berikut:
1,00-1,80 = Sangat buruk
1,80-2,60 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
4.6.3 Satisfied Buyer
Analisis satisfied Buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui berapa banyak pendengar Megaswara yang termasuk dalam
satisfied buyer . Satisfied buyer adalah jenis pembeli yang mendapatkan
kepuasan dalam melakukan pembelian suatu merek produk tertentu dalam
konteks penelitian ini satisfied buyer adalah pendengar radio Megaswara
yang mendapatkan kepuasan dalam mendengarkan siaran radio
Megaswara. Satisfied buyer adalah reponden yang menjawab “puas” dan
“sangat puas” pada pertanyaaan kuesioner dengan pertanyaan “pakah anda
menemukan kepuasan terhadap kualitas radio Megaswara?”. Hasil
perhitungan satisfied buyer dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil perhitungan Satisfied Buyer Megaswara
Jawaban F x fx
Sangat tidak Puas 8 1 8
Tidak puas 12 2 24
Cukup puas 24 3 72
Puas 42 4 168
Sangat puas 14 5 70
Total 100 342
Rata-rata 3.42 persen
Satisfied buyer 56 persen
Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied buyer
adalah sebagai berikut:
1,00-1,80 = sangat buruk
1,80-260 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
Berdasarkan tabel perhitungan satisfied buyer, nilai 3,42 termasuk
dalam rentang skala baik (3,40-4,20) hal ini menunjukan bahwa dari 100
responden terdapat 42 persen yang menjawab puas dan 14 persen yang
menjawab sangat puas. Namun lainya 24 persen cukup puas, 12 persen
tidak puas dan 8 persen sangat tidak puas.
4.6.4 Liking The Brand
Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui berapa banyak pendengar Megaswara yang termasuk ke dalam
liking the brand. Dalam penelitian ini adalah pendengar Megaswara yang
menyukai brand tersebut, dalam liking the brand adalah para responden
yang memilih “suka” dan “sangat suka” dalam menjawab pertanyaan
“apakah anda benar-benar menyukai radio Megaswara?”. Hasil
perhitungan liking the brand terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil perhitungan Liking The Brand
Jawaban F x fx
Sangat tidak Suka 0 1 0
Tidak suka 3 2 6
Bisa saja 51 3 153
Suka 41 4 164
Sangat suka 5 5 25
Total 100 348
Rata-rata 3.48 persen
Liking the brand 46 persen
Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied Buyer
adalah sebagai berikut:
1,00-1,80 = Sangat buruk
1,80-260 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
Berdasarkan tabel perhitungan liking the brand, nilai 3,48
termasuk dalam rentang skala baik (3,40-4,20) hal ini menunjukan bahwa
dari 100 responden terdapat 5 persen yang menjawab sangat menyukai, 41
persen menjawab suka, dan lainnya 51 persen menjawab biasa saja, 3
persen menjawab tidak suka dan tidak terdapat responden yang menjawab
sangat tidak suka.
4.6.5 Committed Buyer
Tahapan terakhir dalam tingkatan loyalitas adalah committed
buyer. Merek yang memeliki ekuitas merek yang tinggi akan memiliki
sejumlah besar pelanggan yang setia dengan segala bentuk komitmenya,
perhitungan committed buyer terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil perhitungan Committed Buyer
Jawaban f x fx
Tidak pernah 44 1 44
Jarang 15 2 30
Kadang-kadang 24 3 72
Sering 17 4 68
Selalu 0 5 0
Total 100 214
Rata-rata 2,14 persen
Commited buyer 17 persen
Rentang skala yang digunakan dalam analisis satisfied buyer
adalah sebagai berikut:
1,00-1,80 = sangat buruk
1,80-2,60 = buruk
2,60-3,40 = cukup
3,40-4,20 = baik
4,20-5,00 = sangat baik
Berdasarkan tabel perhitungan committed buyer, nilai 2,14
termasuk dalam rentang skala buruk (1,80-2,60). Hal ini menunjukan
bahwa dari 100 responden terdapat 17 persen yang menjawab sering dan
sisanya 24 persen menjawab kadang-kadang, 15 persen jarang dan 44
persen tidak pernah.
4.7. Piramida Brand Loyalty
Piramida brand loyalty merupakan piramida yang disusun berdasarkan
hasil perhitungan analisis switcher, analisis habitual buyer, analisis satisfied
buyer, analisis liking the brand dan analisis commitedd buyer dan piramida brand
loyalty dapat dilihat pada Gambar 14.
17 % Committed Buyer
46 % Liking The Brand
56 % Satisfied Buyer
21 % Habitual Buyer
32 % Switcher
Gambar 14. Piramida Brand Loyalty hasil penelitian
Menurut Durianto, dkk (2001), gambar piramida brand loyalty yang
baik memperlihatkan bentuk piramida terbalik yang semakin ke atas akan
semakin melebar. Berdasarkan Gambar 14 terlihat bentuk dengan piramida yang
terbalik, hal ini memang yang menjadi terget oleh banyak perusahaan. Karena
penempatan switcher berada pada tingkat terkecil dan mengerucut dan
menempatkan committed buyer pada penempatan yang paling besar piramida, hal
ini bertujuan agar banyak konsumen yang menjadi setia pada merek yang
dipasarkan oleh perusahaan termasuk yang diinginkan oleh PT. Radio Citra
Megaswara , akan tetapi dapat dilihat bahwa piramida brand loyalty Megaswara
Bogor pada Gambar 14 menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang
buruk yaitu sebesar 17 persen tapi hanya sampai dengan kelompok switcher yang
menunjukan rentang skala buruk yaitu sebesar 32 persen, hal ini dikarenakan
para pendengar biasanya memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang
sedang didengarkan telah selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainnya
yang menurut mereka lebih menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand
sebesar 46 persen, satisfied buyer 56 persen dan habitual buyer 21 persen
memiliki rentang skala cukup hingga baik, pada satisfied buyer termasuk dalam
skala baik ini dikarenakan tidak adanya keluhan pada acara dan kualitas yang
diberikan stasiun radio megaswara pada pendengarnya sehingga rasa kepuasan
yang di dapatkan para pendengar terpenuhi. Liking the brand juga masuk dalam
skala baik yang harus menjadi perhatian adalah pada habitual buyer yang
memasuki skala cukup ini perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya
habitual buyer maka akan meningkatkan secara otomatis commited buyer hal ini
menunjukan bahwa strategi yang di terapkan oleh PT. Radio Megaswara sudah
memiliki strategi yang cukup baik untuk meningkatkan jumlah kelompok
tersebut. Untuk menghindari meningkatnya jumlah konsumen yang sering
berpindah-pindah, PT. Radio Megaswara harus menunjukan keunggulan
kompetitif baik diantaranya dengan memberikan acara-acara yang lebih menarik
baik on air maupun off air agar terjalinnya ikatan secara lebih emosional dengan
pendengarnya.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan liking the brand maka tingkat
perceived quality harus ditingkatkan pula, sehingga pendengar tidak memiliki
pengalaman yang mengecewakan dalam memilih, pengalaman yang memuaskan
dalam memilih akan mempengaruhi tingkat satisfied buyer. Dengan
meningkatnya liking the brand dan satisfied buyer maka akan meningkatkan
committed buyer. Apabila pendengar menyukai dan merasakan kepuasan
terhadap suatu merek maka mereka akan menceritakan mengenai alasan mereka
memilih dan pada akhirnya merekomendasikan merek tersebut kepada orang
lain.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh PT. Radio Megaswara Bogor untuk
meningkatkan jumlah pendengar yang termasuk pada committed buyer, adalah
dengan mempromosikan merek. Dengan kegiatan promosi merek untuk lebih
meningkatkan popularitas merek Megaswara, sehingga brand awareness merek
tersebut akan ikut meningkat.
Ciri dari jenis pembeli committed buyer adalah dengan tindakan pembeli
yang merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Hal ini disebabkan
kesukaan pelanggan terhadap suatu merek yang akan mendorong untuk
membicarakan merek tersebut kepada orang lain, baik dalam taraf sekedar
menceritakan mengenai alasan pembelian mereka terhadap merek tersebut atau
bahkan tiba pada taraf merekomendasikanya kepada orang lain untuk
mengkonsumsi merek tersebut. Jadi tindakan meningkatkan perceived quality
yang dilakukan PT. Radio Megaswara Bogor untuk meningkatkan satisfied buyer
dan liking the brand akan sekaligus meningkatkan jumlah committed buyer.
Data yang diperoleh melalui kuesioner dan ditampilkan pada piramida
brand loyalty masih memiliki kelemahan, karena rata-rata pengambilan sampel
responden dilakukan pada saat Megaswara melakukan acara off air. Dalam artian
seharusnya golongan switcher akan menjadi lebih sedikit, dan akan menunjukan
golongan committed buyer yang tinggi.
4.8. Implikasi Manajerial
Dari pembahasan yang telah dikemukakan maka diperoleh beberapa
informasi yang berguna bagi PT. Radio Megaswara Bogor dalam memperbaiki
elemen-elemen brand equity PT. Radio Megaswara Bogor yang terdiri dari
analisis brand awareness, analisis brand association, analisis perceived quality
dan analisis brand loyalty. Dan setelah adanya analisis tersebut maka diharapkan
agar PT. Radio Megaswara Bogor dapat mempertahankan ataupun memberikan
yang lebih agar brand image PT. Radio Megaswara Bogor dapat selalu terjaga
dengan baik di benak pendengarnya. Berikut adalah brand image yang terbentuk
pada PT. Radio Megaswara Bogor (Tabel 12).
Tabel 12. Brand Image PT. Radio Megaswara Bogor
Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian
1. Radio anak muda. Mempertahankan dan mengembangkan segmentasi dari musik Pop.
Memperluas asosiasi
segment anak muda.
Manager Program &
News. Melakukan acara off air dengan segmentasi anak muda.
Penjadwalan acara off air yang memilih tempat yang banyak dikunjungi anak muda dalam 1 bulan minimal 1x agar terbentuk brand image yang memiliki kesan anak muda.
Menjadi sponsor-sponsor pada acara-acara anak muda.
Evaluasi kerja internal
secara rutin setelah
acara dilaksanakan
dan penjadwalan
untuk acara
selanjutnya.
2. Radio yang membantu
band-band indie. Tindak lanjut dari pemenang acara agar terjalin hubungan atau ikatan secara emosional.
Manager Program & News
dan Manager Promotion. Memberikan rekomendasi pada produser rekaman.
Memberikan kesempatan mengisi
acara pada acara-acara
off air Megaswara.
Monitoring secara
internal dan eksternal
dan evaluasi acara
setelah acara selesai.
Lanjutan Tabel 12.
Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian
3. Lagu-lagu selalu up date.
Memperhatikan perkembangan musik-musik yang sedang berkembang dan bannyak disukai oleh para pendengar.
Manager Program &
News.
Selalu up date lagu-lagu yang sedang disukai pendengar dengan mengambil informasi melalui berbagai media dan juga memperhatikan permintaan pendengar.
Monitoring internal secara rutin.
4. Acara on air dikemas secara menarik.
Mempertahankan dan mengembangkan konsep acara agar pendengar tidak merasa jenuh.
Manager Program & News dan Manager Promotion.
Pengembangan kreativitas acara agar tidak memberikan kesan acara yang sama dengan acara dari radio lainnya.
Mengangkat tema-tema yang menarik saat membawakan acara.
Penyiar memberikan penyajian yang menarik pada saat membawakan acara agar pendengar.
Evaluasi internal rutin (setiap hari).
Lanjutan Tabel 12.
Atribut Brand Image Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian
5. Audio multi segment.
Memberikan kepuasan pada setiap segmen yang menjadi target Megaswara dalam artian mulai dari menengah ke bawah hingga menengah ke atas.
Manager Program & News
dan Manager Promotion.
Selalu antusias saat mendengarkan acara.
Variasi acara di tingkatkan pada setiap segmen agar memberikan kepuasan dan menjauhkan dari rasa bosan saat mendengarkan acara yang diberikan.
Audit internal dan wawancara dengan pendengar pada saat adanya acara off air
Evaluasi secara rutin dari hasil acara.
6. Radio yang memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).
Mempertahankan dan mengembangkan strategi untuk memberikan informasi pada pendengar.
Menyesuaikan waktu pemberian informasi sesuai dengan acara ataupun hari dan waktu.
Manager Program & News. Melakukan acara off air untuk setiap segmen yang menjadi target megaswar agar terjalin hubungan yang baik dan ikatan secara lebih emosional.
Observasi lapang.
Penyaringan berita
Penyesuaian informasi dengan tema dan waktu acara.
Audit internal secara rutin
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap PT. Radio Megaswara Bogor dan hasil analisis
kuesioner terhadap 100 responden pendengar radio Megaswara Bogor, mengenai brand
equity PT. Radio Megaswara dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Pada analisis brand awareness PT. Radio Megaswara Bogor yang mencakup top of
mind, brand recall, brand recognition dan brand unaware. Untuk analisis top of
mind dapat diketahui merek PT. Radio Megaswara Bogor menempati urutan
tertinggi dengan presentase 43%, untuk analisis brand recall diperoleh merek kisi
yang paling banyak disebut dengan presentase 49% setelah merek pertama kali
disebut, sedangkan merek Megaswara hanya memperoleh sebesar 25%, untuk
analisis brand recognition diketahui tidak ada yang perlu diberi bantuan dalam
mengenal merek Megaswara, dan untuk analisis brand unaware, diketahui bahwa
tidak ada seorangpn yang tidak mengenal merek PT. Radio Megaswara atau lebih
sering di sebut Megaswara.
b) Pada analisis brand association diketahui brand imege PT. Radio Megaswara Bogor
yang terbentuk yaitu radio anak muda, radio yang membantu band-band indie, lagu-
lagu yang disajikan selalu up date, acara on air dikemas secara menarik, radio multi
segment dan radio yang memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional).
c) Pada analisis perceived quality dapat diketahui atribut-atribut PT. Radio Megaswara
Bogor berada pada rentan baik dan sangat baik. Nilai rataan tertinggi berada pada
atribut Memberikan sugesti yang positif terhadap pendengar dengan nilai 4,42
dengan rentang skala (4,20-5,00). Sedangkan rataan terendah berada pada atribut
acara yang disajikan dengan nilai 3,85 dengan rentang skala (3,40-4,20).
d) Pada analisis brand loyalty yang mencakup switcher, habitual buyer, satisfied buyer,
liking the brand dan committedbuyer, PT. Radio Megaswara Bogor menunjukan
brand loyalty pada piramida brand loyalty Megaswara Bogor menunjukan tingkat
loyalitas committed buyer yang buruk tapi hanya sampai dengan kelompok swither
yang menunjukan rentang skala buruk, ini dikarenakan para pendengar biasanya
memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang sedang di dengarkan telah
selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainya yang menurut mereka lebih
menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand, satisfied buyer dan habitual
buyer memiliki rentang skala cukup hingga baik, pada satisfied buyer termasuk
dalam skala baik ini dikarenakan tidak adanya keluhan pada acara dan kualitas yang
diberikan stasiun radio megaswara pada pendengarnya sehingga rasa kepuasan yang
didapatkan para pendengar terpenuhi. Liking the brand juga masuk dalam skala baik,
yang harus menjadi perhatian adalah pada habitual buyer yang memasuki skala
cukup ini perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya habitual buyer maka akan
meningkatkan secara otomatis commited buyer.
2. Saran
a) Pihak PT. Radio Megaswara Bogor sebaiknya mempertahankan dan
mengembangkan brand image yang telah dimiliki, karena hal tersebut merupakan
pembeda atau ciri yang dapat menjadi keunggulan PT. Radio Megaswara Bogor
dibandingkan dengan stasiun radio lainnya.
b) Atribut-atribut yang pada rentang skala baik hendaknya dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan sehingga para pendengar merasa puas atas acara yang di sajikan PT.
Radio Megaswara Bogor.
c) Untuk penelitian selanjutnya di harapkan dapat menyempurnakan apa yang telah
diteliti pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. 1997. Manajemen Brand Equity. Mitra Utama, Jakarta.
Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas
dan Prilaku Merek. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Effendi, O.U. 1991. Radio Siaran Teori dan Praktek. Mandar Maju, Bandung.
Effendi, O.U. 2000 Dinamika Komunikasi, Mandar Maju, Bandung.
Fanny, E. P. 2005. Peranan Marketing Dalam Kegiatan “OFF AIR” di PT. Radio Citra
Megaswara. Tugas Akhir pada Program Diploma-III Komunikasi Pembangunan,
Departemen Sosial Ekonomi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Farra, P. 2007. Peran Penyiar Dalam Membangun Image Pada Program Acara “COOL DAY
ON WEEK END” di PT. Radio Citra Megaswara. Tugas Akhir pada Program
Diploma-III Komunikasi Pembangunan, Departemen Sosial Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Gumilar, Y. 2005. Analisis Elemen-Elemen Brand Equity Supermarket Matahatri Market
Place Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Hermawan, Y. 2002. Ekuitas Merek The Celup dan Implikasinya Terhadap Strategi Bauran
Pemasaran. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kasali, R. 2005. Membidik Pasar Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi 2. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Pratama, F. 2006. Analisis Brand Equity Pocary Sweet dalam persaingan Industri Minuman
(Studi Kasus Mahasiswa di Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rangkuti, F. 2004. The Power Of Brands Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus demgan SPSS. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sugiyono, 1999. Metode Pemnelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung
Sejarah Radio. 2010, http//id.wikipedia.org/wiki/radio. (15/7/2010, 20.30 WIB).
Wiryanto 2000. Teori Komunikasi Masa, Grasindo, Jakarta
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Kuisioner ini dibuat untuk mendapatkan data bagi pembuatan tugas akhir, karenanya
mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk mengisi kuisioner ini
Kuisioner ini hanya digunakan untuk kepentingan studi dan tidak akan dipublikasikan
secara luas
Sebelum menyimak pertanyaan, disarankan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri membaca petunjuk dalam
kuisioner ini. Apabila ada pertanyaan yang tidak dijawab akan menyebabkan jawaban
tidak dapat diolah
Penelitian ini berjudul “Analisis Brand Equity Radio Megaswara Dalam Persaingan
Industri Penyiaran Radio”
Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela
mengisi kuesioner ini
Rakeyan Kalang Sunda
Departemen Manajemen, FEM, IPB
Screening
1. Apakah anda pernah mendengarkan siaran radio Megaswara dalam satu minggu
terakhir?
a. Ya (Lanjutkan ke pertanyaan berikutnya) b. Tidak (Stop)
2. Sebutkan merek radio di wilayah Bogor yang paling anda ingat? (Sebutkan satu saja)
..........................................................................................................
3. Sebutkan nama statsiun radio lainya selain nama statsiun radio yang telah anda
sebutkan di atas?
a.................................... c.....................................
b................................... d.....................................
IDENTITAS RESPONDEN
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Usia : 17-29 tahun 40-49 tahun
30-39 tahun > 49 tahun
3. Pendidikan terakhir : SLTA S1
Diploma S2
4. Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah
5. Berapakah kira – kira pengeluaran anda dalam sebulan: (pengeluaran rumah tangga bagi
yang sudah berkeluarga)
< Rp 500.000 Rp 500.000 – Rp 1.000.000
No :
Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 > Rp 3.000.000
DAFTAR PERTANYAAN
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
1. Apa anda mengenal radio Megaswara?
1) Ya, saya telah mencantumkan dalam jawaban sebelumnya.
2) Ya, tetapi saya lupa mencantumkan dalam jalaban sebelumnya.
3) Tidak mengenal sama sekali (STOP).
2. Di mana Anda mengenal radio Megaswara? (jawaban boleh lebih dari satu).
1) Bilboard (papan reklame).
2) Spanduk.
3) Televisi.
4) Acara off air.
5) Teman.
6) Pencarian melalui Chanel Radio.
3. Apakah anda pernah mendengarkan siaran radio Megaswara?
1) Ya (Lanjutkan ke pertanyaan No.4).
2) Tidak (STOP).
4. Apakah asosiasi / kesan anda terhadap merek radio Megaswara?
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang sesuai dari masing – masing asosiasi / kesan
No Asosiasi Jawaban
Ya Tidak 1 Radio anak muda
2 Radio dangdut
3 Radio yang membantu band – band indie
4 Lagu – lagu yang di sajikan selalu Up date
5 Radio terbesar di wilayah Bogor
6 Acara off air selalu menarik
7 Acara on air dikemas selalu menarik
8 Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal
9 Radio Multi segment
10 Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)
No Atribut Tidak
Baik Kurang
Baik Cukup Baik Sangat
Baik Atribut
1 2 3 4 5
1 Acara yang di sajikan
tidak menarik
Acara yang disajikan
menarik
2 Kualitas suara saat
siaran tidak terdengar
jelas
Kualitas suara saat siaran
terdengar jelas
3 Kualitas penyiar saat
membawakan acara
tidak bagus / baik
Kualitas penyiar saat
membawakan acara bagus
/ baik
4 Selalu terjadi
gangguan siaran pada
saat perubahan cuaca
Perubahan cuaca tidak
mempengaruhi siaran
5 Tidak mudah mencari
frekuensi Megaswara
mudah mencari frekuensi
Megaswara
6 Penyiar tidak memiliki
kreativitas yang baik
saat membawakan
acara
Penyiar memiliki
kreativitas yang baik saat
membawakan acara
7 Tidak mendukung
band –band indie untuk
maju
Mendukung band – band
indie untuk maju
8 Penyiar tidak dapat
memberikan sugesti
yang positif terhadap
pendengar
Penyiar dapat
memberikan sugesti yang
positif terhadap pendengar
9 Acara yang disiarkan
tidak tepat waktu
Acara yang disiarkan tepat
waktu
10 Penyiar memberikan
pelayanan yang kurang
ramah terhadap
pendengar pada saat
acara on air
Penyiar memberikan
pelayanan yang ramah
terhadap pendengar pada
saat acara on air
11 Penyiar menggunakan
tata bahasa yang tidak
mudah dimengerti oleh
pendengar
Penyiar menggunakan tata
bahasa yang mudah
dimengerti oleh
pendengar
12 Tidak memiliki
jangkauan pemancar
radio yang luas
(JABODETABEK)
Memiliki jangkauan
pemancar radio yang luas
(JABODETABEK
Brand Loyalty merek radio Megaswara
16. Apakah anda saat ini merupakan pendengar radio Megaswara?
1) Ya (Lanjutkan ke pertanyaan No.17)
2) Tidak (Stop)
17. Seberapa sering anda berpindah frekuensi radio karena faktor acara?
1) Tidak pernah 4) Sering
2 Jarang 5) Selalu
3) Kadang – kadang
18. Apakah anda setuju bahwa alasan anda mendengarkan siaran radio Megaswara karena
kebiasaan?
1) Sangat tidak setuju 4) Setuju
2) Tidak setuju 5) Sangat setuju
3) Ragu –ragu
19. Apakah anda menemukan kepuasan terhadap kualitas radio Megaswara?
1) Sangat tidak puas 4) Puas
2) Tidak puas 5) Sangat puas
3) Cukup puas
20. Apakah anda benar – benar menyukai radio Megaswara?
1) Sangat tidak suka 4) Suka
2) Tidak suka 5) Sangat suka
3) Biasa saja
21. Apakah anda menyarankan dan mempromosikan ke orang lain untuk menjadi pendengar
radio Megaswara?
1) Tidak pernah 4) Sering
2) Jarang 5) Selalu
3) Kadang – kadang
Lampiran 3. Uji Validitas Asosiasi
Correlations
Correlations
1 .356 .535** .239 .356 .464** .356 .464** .598** .356 .725**
.053 .002 .203 .053 .010 .053 .010 .000 .053 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.356 1 .111 .447* .259 .356 .259 .356 .149 .259 .539**
.053 .559 .013 .167 .053 .167 .053 .432 .167 .002
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.535** .111 1 .224 .667** .535** .111 .200 .447* .111 .640**
.002 .559 .235 .000 .002 .559 .288 .013 .559 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.239 .447* .224 1 .149 .239 .447* .239 .280 .447* .603**
.203 .013 .235 .432 .203 .013 .203 .134 .013 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.356 .259 .667** .149 1 .802** .259 .356 .447* .259 .708**
.053 .167 .000 .432 .000 .167 .053 .013 .167 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.464** .356 .535** .239 .802** 1 .356 .464** .239 .356 .725**
.010 .053 .002 .203 .000 .053 .010 .203 .053 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.356 .259 .111 .447* .259 .356 1 .802** .149 .259 .595**
.053 .167 .559 .013 .167 .053 .000 .432 .167 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.464** .356 .200 .239 .356 .464** .802** 1 .239 .356 .657**
.010 .053 .288 .203 .053 .010 .000 .203 .053 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.598** .149 .447* .280 .447* .239 .149 .239 1 .447* .648**
.000 .432 .013 .134 .013 .203 .432 .203 .013 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.356 .259 .111 .447* .259 .356 .259 .356 .447* 1 .595**
.053 .167 .559 .013 .167 .053 .167 .053 .013 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.725** .539** .640** .603** .708** .725** .595** .657** .648** .595** 1
.000 .002 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Aso1
Aso2
Aso3
Aso4
Aso5
Aso6
Aso7
Aso8
Aso9
Aso10
TSAso
Aso
1
Aso
2
Aso
3
Aso
4
Aso
5
Aso
6
Aso
7
Aso
8
Aso
9
Aso
10
TS
Aso
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Sca le Statistics
8.87 4.051 2.013 10
Mean Variance Std. Deviat ion N of Items
Reliability Statistics
.832 10
Cronbach's
Alpha N of Items
Lanjutan lampiran 3.
Item-Total Statistics
7.93 3.375 .656 .807
7.97 3.482 .418 .826
8.07 3.168 .495 .822
8.03 3.275 .461 .824
7.97 3.275 .618 .807
7.93 3.375 .656 .807
7.97 3.413 .483 .820
7.93 3.444 .576 .813
8.03 3.206 .517 .818
7.97 3.413 .483 .820
Aso1
Aso2
Aso3
Aso4
Aso5
Aso6
Aso7
Aso8
Aso9
Aso10
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Exc ludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Lampiran 4. Uji Validitas Perceived Quality
Correlations
1 .671** .621** .549** .643** .380* .432* .454* .538** .403* .569** .658** .755**
.000 .000 .002 .000 .038 .017 .012 .002 .027 .001 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.671** 1 .677** .603** .689** .421* .741** .441* .607** .444* .649** .603** .830**
.000 .000 .000 .000 .020 .000 .015 .000 .014 .000 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.621** .677** 1 .680** .689** .592** .486** .464** .543** .379* .650** .655** .814**
.000 .000 .000 .000 .001 .006 .010 .002 .039 .000 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.549** .603** .680** 1 .750** .410* .594** .423* .373* .224 .704** .529** .752**
.002 .000 .000 .000 .024 .001 .020 .042 .234 .000 .003 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.643** .689** .689** .750** 1 .404* .673** .361* .630** .510** .653** .625** .845**
.000 .000 .000 .000 .027 .000 .050 .000 .004 .000 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.380* .421* .592** .410* .404* 1 .372* .681** .547** .412* .471** .545** .684**
.038 .020 .001 .024 .027 .043 .000 .002 .024 .009 .002 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.432* .741** .486** .594** .673** .372* 1 .378* .580** .470** .601** .575** .773**
.017 .000 .006 .001 .000 .043 .039 .001 .009 .000 .001 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.454* .441* .464** .423* .361* .681** .378* 1 .450* .329 .437* .547** .656**
.012 .015 .010 .020 .050 .000 .039 .013 .076 .016 .002 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.538** .607** .543** .373* .630** .547** .580** .450* 1 .599** .498** .469** .759**
.002 .000 .002 .042 .000 .002 .001 .013 .000 .005 .009 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.403* .444* .379* .224 .510** .412* .470** .329 .599** 1 .553** .426* .634**
.027 .014 .039 .234 .004 .024 .009 .076 .000 .002 .019 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.569** .649** .650** .704** .653** .471** .601** .437* .498** .553** 1 .387* .784**
.001 .000 .000 .000 .000 .009 .000 .016 .005 .002 .035 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.658** .603** .655** .529** .625** .545** .575** .547** .469** .426* .387* 1 .779**
.000 .000 .000 .003 .000 .002 .001 .002 .009 .019 .035 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
.755** .830** .814** .752** .845** .684** .773** .656** .759** .634** .784** .779** 1
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
PQ1
PQ2
PQ3
PQ4
PQ5
PQ6
PQ7
PQ8
PQ9
PQ10
PQ11
PQ12
TSPQ
PQ
1
PQ
2
PQ
3
PQ
4
PQ
5
PQ
6
PQ
7
PQ
8
PQ
9
PQ
10
PQ
11
PQ
12
TS
PQ
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Sca le Statistics
50.93 51.720 7.192 12
Mean Variance Std. Deviat ion N of Items
Reliability Statistics
.930 12
Cronbach's
Alpha N of Items
Lanjutan lampiran 4.
Item-Total Statistics
46.50 44.810 .709 .924
46.70 44.079 .796 .921
46.47 43.706 .775 .922
46.63 44.171 .701 .924
46.63 41.826 .804 .920
46.67 44.989 .623 .927
46.63 42.033 .711 .924
46.63 44.861 .585 .929
46.73 42.823 .699 .924
47.00 45.517 .567 .929
46.90 43.679 .737 .923
46.77 42.323 .721 .924
PQ1
PQ2
PQ3
PQ4
PQ5
PQ6
PQ7
PQ8
PQ9
PQ10
PQ11
PQ12
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Exc ludeda
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Lampiran 5. Uji Cochran
NPar Tests Tahap I
Cochran Test
Frequencies
5 95
18 82
8 92
8 92
20 80
20 80
14 86
18 82
13 87
8 92
Radio anak muda
Radio dangdut
Radio yang membantu band - band indie
Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date
Radio terbesar di wilayah Bogor
Acara off air selalu menarik
Acara on air dikemas selalu menarik
Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal
Radio Multi segment
Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)
0 1
Value
Test Statistics
100
26.093a
9
.002
N
Cochran's Q
df
Asymp. Sig.
1 is treated as a success.a.
NPar Tests Tahap II
Cochran Test
Frequencies
5 95
18 82
8 92
8 92
14 86
18 82
13 87
8 92
Radio anak muda
Radio dangdut
Radio yang membantu band - band indie
Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date
Acara on air dikemas selalu menarik
Radio yang mengangkat potensi wilayah lokal
Radio Multi segment
Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)
0 1
Value
Lanjutan lampiran 5.
Test Statistics
100
17.139a
7
.017
N
Cochran's Q
df
Asymp. Sig.
1 is treated as a success.a.
NPar Tests Tahap III
Cochran Test
Frequencies
5 95
8 92
8 92
14 86
13 87
8 92
Radio anak muda
Radio yang membantu band - band indie
Lagu - lagu yang di sajikan selalu Up date
Acara on air dikemas selalu menarik
Radio Multi segment
Memberikan informasi yang up date (lokal dan nasional)
0 1
Value
Test Statistics
100
7.177a
5
.208
N
Cochran's Q
df
Asymp. Sig.
1 is treated as a success.a.
Lampiran 6. Analisis Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking the Brand dan
Analisis Committed Buyer
1. Analisis Switcher
Tabel hasil perhitungan switcher Megaswara
Jawaban f x fx
Tidak pernah 3 1 3
Jarang 6 2 12
Kadang - kadang 35 3 105
Sering 41 4 164
Selalu 15 5 75
Total 100 359
Rata – rata 3.59
Switcher 32%
Rata-rata = = = 3.59
Swither = x 100% = 41%
2. Analisis Habitual Buyer
Tabel hasil perhitungan Habitual Buyer Megaswara
Jawaban f x fx
Sangat tidak setuju 6 1 6
Tidak setuju 27 2 54
Ragu - ragu 46 3 138
Setuju 21 4 84
Sangat Setuju 0 5 0
Total 100 282
Rata – rata 2,82
Habitual Buyer 21%
Lanjutan Lampiran 6.
Rata-rata = = = 2,82
Habitual Buyer = x100% = 21%
3. Satisfied Buyer
Tabel hasil perhitungan satisfied Buyer Megaswara
Jawaban f x fx
Sangat tidak Puas 8 1 8
Tidak Puas 12 2 24
Cukup Puas 24 3 72
Puas 42 4 168
Sangat Puas 14 5 70
Total 100 342
Rata – rata 3.42%
Satisfied Buyer 56%
Rata-rata = = = 3,42%
Satisfied Buyer = x100% = 56%
Lanjutan Lampiran 6.
4. Liking the Brand
Tabel hasil perhitungan liking the brand
Jawaban f x fx
Sangat tidak Suka 0 1 0
Tidak Suka 3 2 6
Bisa Saja 51 3 153
Suka 41 4 164
Sangat Suka 5 5 25
Total 100 348
Rata – rata 3.48%
Liking The Brand 46%
Rata-rata = = = 3,48%
Liking the brand = x100% = 45%
Lanjutan lampiran 6.
5. Analisis Committed Buyer
Tabel hasil perhitungan Committed Buyer
Jawaban f x fx
Tidak Pernah 44 1 44
Jarang 15 2 30
Kadang - kadang 24 3 72
Sering 17 4 68
Selalu 0 5 0
Total 100 214
Rata – rata 2,14%
Commited Buyer 17%
Rata-rata = = = 2,14
Committed Buyer = x100% = 17%