Edited Referat Psikiatri

17
ASPEK PSIKIATRI DARI PENYAKIT GINJAL I. PENDAHULUAN Penyakit ginjal yang diderita pasien dapat berdampak ke sisi psikis pasien tersebut, terutama bila itu tergolong dalam penyakit ginjal kronik yang bersifat progresif (3) . Beberapa gangguan yang dapat timbul antara lain seperti depresi (3) , gangguan cemas (5) , maupun gangguan kognitif seperti delirium (4). Banyak faktor yang dapat memicu adanya gangguan psikiatrik pada pasien namun sebagian orang berpendapat bahwa pasien dengan ESRD (End Stage Renal Disease) atau biasa juga disebut sebagai gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan dialisis ataupun transplantasi ginjal, memiliki tingkat prevalensi gangguan psikiatrik yang lebih besar (1) . Diduga hal itu disebabkan oleh karena selain berhubungan dengan penyakit ginjal itu sendiri, hal lain yang juga dapat menimbulkan gangguan psikiatrik pada pasien adalah pada tahap dialisis (1) maupun transplantasi ginjal (3) . Perubahan-perubahan biologis pada tubuh pasien penderita gagal ginjal kronik seperti uremia, anemia, terganggunya metabolisme glukosa, endokrin dan perubahan system imun, maupun inflamasi kronis diduga juga berperan dalam patomekanisme dari gangguan mood (3) maupun gangguan kognitif pasien (4) . II. EPIDEMIOLOGI Gangguan depresi memiliki prevalensi sekitar 20 - 40 % dari populasi yang melakukan transplantasi ginjal dimana presentase tersebut dapat lebih besar bila pasien dapat terdiagnosis lebih awal mengenai

Transcript of Edited Referat Psikiatri

Page 1: Edited Referat Psikiatri

ASPEK PSIKIATRI DARI PENYAKIT GINJAL

I. PENDAHULUAN

Penyakit ginjal yang diderita pasien dapat berdampak ke sisi psikis pasien tersebut, terutama bila itu

tergolong dalam penyakit ginjal kronik yang bersifat progresif (3). Beberapa gangguan yang dapat

timbul antara lain seperti depresi (3), gangguan cemas (5), maupun gangguan kognitif seperti delirium (4).

Banyak faktor yang dapat memicu adanya gangguan psikiatrik pada pasien namun sebagian orang

berpendapat bahwa pasien dengan ESRD (End Stage Renal Disease) atau biasa juga disebut sebagai

gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan dialisis ataupun transplantasi ginjal, memiliki tingkat

prevalensi gangguan psikiatrik yang lebih besar (1). Diduga hal itu disebabkan oleh karena selain

berhubungan dengan penyakit ginjal itu sendiri, hal lain yang juga dapat menimbulkan gangguan

psikiatrik pada pasien adalah pada tahap dialisis (1) maupun transplantasi ginjal (3). Perubahan-

perubahan biologis pada tubuh pasien penderita gagal ginjal kronik seperti uremia, anemia,

terganggunya metabolisme glukosa, endokrin dan perubahan system imun, maupun inflamasi kronis

diduga juga berperan dalam patomekanisme dari gangguan mood (3) maupun gangguan kognitif

pasien (4).

II. EPIDEMIOLOGI

Gangguan depresi memiliki prevalensi sekitar 20 - 40 % dari populasi yang melakukan transplantasi

ginjal dimana presentase tersebut dapat lebih besar bila pasien dapat terdiagnosis lebih awal mengenai

penyakit ginjal kronik yang ia derita (3).

Dari sebuah penelitian di Amerika (oleh Kutnor dan Cukor), diperoleh data bahwa prevalensi depresi

pada pasien dengan ESRD adalah sekitar 26.6% dan 29%. Juga diperoleh bahwa setiap 1000 dialisis

per tahun, sekitar 0,2% pasien meninggal akibat tindakan bunuh diri akibat depresi (suicide). Terdapat

pula gangguan cemas pada pasien dengan ESRD (berdasarkan penelitian Kutner, Taskapan, Cukor)

yang diperoleh sekitar 45%, 30%, dan 45,7% (1).

Penelitian terbesar juga pernah dilakukan, dengan jumlah partisipan >9,000 orang dari 12 negara

dengan menggunakan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale. Diperoleh hasil sekitar

43% pasien menunjukkan tanda2 depresi. Hasil terendah adalah Jepang dengan prevalensi sekitar 2%

dan hasil terbanyak adalah Amerika dengan prevalensi 21,7%. Dari penelitian tersebut, 26,7% pasien

terdiagnosis mengalami depresi (65% mengalami depresi berat, 27% mengalami distimia, dan 8%

mengalami depresi ringan). (3)

Page 2: Edited Referat Psikiatri

Beberapa peneliti berpendapat bahwa tingkat mortalitas pada pasien dengan ESRD lebih tinggi pada

pasien yang juga mengalami gangguan depresif (penelitian oleh Lopes dan rekannya). Bahkan dari

penelitian lain (oleh Drayer) ditemukan bahwa pasien dengan ESRD dan juga memiliki gangguan

depresif memiliki tingkat mortalitas 4,1 kali lebih besar dibandingkan pasien dengan ESRD tetapi

tidak mengalami gangguan depresif. (1)

Gangguan kognitif tidak hanya terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik tingkat lanjut tetapi

pada seluruh spektrum dari penyakit ginjal kronik. Penelitian pada tahun 2006 di rumah sakit umum

Toronto menunjukkan bahwa hampir semua pasien yang menjalani hemodialisis dengan umur ≥55

tahun memiliki gangguan kognitif dan hanya 13% dari pasien tersebut yang tergolong normal

(memiliki tingkat kognitif yang normal). Namun pada penelitian yang sama, secara umum ditemukan

bahwa hampir 40% pasien yang menjalani hemodialisis mengalami gangguan kognitif berat. (4)

III. GANGGUAN PSIKIATRI PADA PENYAKIT GINJAL

a. Kecemasan (anxietas)

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. Rasa cemas ini biasanya terjadi pada saat adanya

kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal (Argitya 2010). Menurut

Alkinson ( I 999) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang

di tandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut yang kadang-

kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Tekanan mental atau kecemasan yang

diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun

yang dibayangkan mungkin terjadi. (7)

Waktu yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia untuk

melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustrasi, rasa bersalah serta depresi

didalam keluarga. Keluarga pasien dan sahabat-sahabat mungkin memandang pasien sebagai

"orang yang terpinggirkan" dengan harapan hidup yang terbatas. Pasien merasa cemas akan

perubahan yang dialami setelah menjalani terapi Hemodialisa seperti perubahan gaya hidup.

Pasien juga masih cemas dan takut untuk datang menjalani tindakan hemodialisa karena

banyaknya tusukan jarum pada daerah kaki dan tangan terkadang pasien cemas dengan biaya

yang harus dikeluarkan untuk dilakukanHemodialisa cukup mahal untuk satu kali tindakan

Hemodialisa dan dalam I minggu harus rutin sebanyak 2 kali dilakukan terapi Hemodialisa. (7)

Page 3: Edited Referat Psikiatri

b. Depresi

Institut Kesehatan Nasional Amerika pada Consensus Development Panel yang dilakukan pada

tahun 1992, mendefinisikan depresi sebagai sekumpulan sindrom yang dimanifestasikan pada

perubahan afektif, kognitif dan somatic (Zauszniewski & Wickle 2006). Depresi merupakan

gangguan suasa hati atau mood (Miller, 2004).

Sejauh ini, perhatian lebih dituju pada potensi hubungan fisiologis antara stres immunologis dan

depresi. Teori sitokin dari depresi menjelaskan bahwa sitokin inflamasi dapat memicu depresi dari

sistem saraf pusat. Inflamasi kronik merupakan hal umum pada pasien yang menjalani terapi

dialisis walaupun belum ada bukti pasti bahwa gangguan depresif yang dialami berhubungan

langsung dengan inflamasi tersebut. Inflamasi, malnutrisi, dan depresi mungkin memiliki

hubungan yang lebih kompleks pada penyakit ginjal kronik, dimana inflamasi berhubungan

dengan perubahan mood, dan malnutrisi dapat memicu inflamasi yang menyebabkan perubahan

mood dan kemudian menyebabkan malnutrisi. Trias inflamasi-malnutrisi-depresi ini diduga

merupakan faktor determinan dari kondisi kesehatan pasien dan mortalitas. (3)

Salah satu gejala dari depresi yaitu mudah lelah, yang merupakan gejala terbanyak pada penyakit

ginjal kronik stadium 5 (sekitar 70%), diduga berhubungan dengan anemia, hipotensi, perubahan

elektrolit, gangguan tidur, efek samping pengobatan, dan malnutrisi. (3)

Bila dilihat dari sisi psikologis, terapi dialisis tentu memerlukan adaptasi emosional serta perilaku

kognitif pasien yang kompleks. Orang dengan penyakit ginjal biasanya kurang sadar akan

penyakitnya hingga tiba-tiba memasuki tahap akhir dan tergolong dalam penyakit mematikan.

Pasien yang kemudian akan menjalani terapi dialisis akan beresiko kehilangan pekerjaan.

Hubungan pasangan yang aktif juga kemudian dapat rusak. Kehilangan hal-hal tersebut dapat

menimbulkan perasaan sedih dan berkabung. Dan bila perasaan tersebut dialami secara

berkelanjutan, dapat memicu terjadinya gangguan depresif atau bahkan depresi berulang yang

membutuhkan pengobatan tambahan. (3)

Depresi memiliki gejala seperti kehilangan minat, perubahan nafsu makan, adanya gangguan

tidur, mudah lelah, perubahan psikomotor, perasaan bersalah, menurunnya tingkat konsentrasi,

dan perilaku suicidal. Distimia adalah variasi dari depresi dengan gejala depresi yang dialami

sekurang-kurangnya selama dua tahun dan biasanya tanpa disertai perilaku suicidal, perubahan

nafsu makan, perubahan tingkat libido, maupun disfungsi kognitif. Gejala klinis adanya gangguan

depresif pada pasien dengan ESRD dapat dilihat bila terjadi perubahan perilaku dan fungsi pasien

seperti menolak pengobatan, tidak berinteraksi, dan mulai merasa tidak mau melanjutkan terapi

dialisis. (5)

Page 4: Edited Referat Psikiatri

c. Delirium

Pasien dengan penyakit ginjal kronik juga memiliki resiko dalam penurunan fungsi kognitif

diakibatkan beberapa faktor berikut antara lain seperti anemia, hipertiroidisme, uremia, dan

disequilibrum dialisis. Pasien dengan penyakit ginjal kronik tingkat tiga atau lebih memiliki hasil

tes kognitif yang rendah, diduga hal ini terjadi karena selain faktor gagal ginjal kronik dari pasien,

ada hal lain yang mempengaruhi hal tersebut. Proses dialisis diduga sebagai salah satu hal yang

berkontribusi dalam gangguan kognitif sebab dalam prosesnya dapat menyebabkan hiperfusi

intradialitik serebral dan hipoksia karena berhubungan dengan perubahan volume sirkulasi. (4)

Delirium merupakan gangguan kognitif yang ditandai dengan adanya perubahan mental yang

fluktuatif, gangguan memori, gangguan fokus, maupun gangguan fungsi pikir yang berhubungan

dengan gangguan neurologis (seperti stroke, hematom subdural, hypertensive encephalopathy),

infeksi, gangguan elektrolit (hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, hiperkalsemia),

intoksikasi (alkohol, obat-obatan), ataupun gangguan tidur. (6)

Pasien yang sudah berumur tua dengan gangguan sensoris dan menjalani banyak terapi dan

pengobatan merupakan yang paling rentan terhadap delirium. Terutama bila pasien tersebut juga

mengalami penyakit kronik seperti ESRD. Beberapa sindroma spesifik dari delirium yang

berhubungan dengan ESRD antara lain ialah Uremic Encephalopathy dan Dialisis

Dysequilibrium. Uremic encephalopathy merupakan sindrom dari delirium pada pasien dengan

ESRD yang tidak ditangani dengan baik, sedangkan Dialisis Dysequilibrium ialah sindrom dari

delirium pada pasien yang sedang atau telah menjalani terapi dialisis. Dialisis Dysequilibrium

biasanya terjadi pada pasien dengan azotemia yang menjalani terapi high efficiency hemodialisis

(hemodialisis dengan waktu yang lebih singkat dan dengan tingkat aliran darah per-menit yang

dua kali lebih tinggi dari hemodialisis standar) maupun pada pasien yang menjalani terapi

peritoneal dialisis dan hemodialisis jangka panjang. (6)

Pasien dengan delirium biasanya memiliki gejala seperti adanya perubahan mental yang

fluktuatif, gangguan memori, gangguan fokus, maupun gangguan fungsi pikir, serta gangguan

tidur (6). Gangguan fokus terjadi dalam waktu singkat dan juga berfluktuatif. Delirium juga

biasanya disertai oleh gangguan psikomotor seperti hipoaktifitas, hiperaktifitas dengan

peningkatan aktifitas simpatis, dan gangguan pada waktu tidur. Gangguan lainnya seperti

perasaan takut, bingung, depresi, atau bahkan euphoria juga terkadang menyertai. (4)

Sindroma spesifik dari delirium yang berhubungan dengan ESRD seperti sindrom Uremic

Encephalopathy dan sindrom Dialisis Dysequilibrium memiliki gejala seperti: Uremic

Page 5: Edited Referat Psikiatri

Encephalopathy: Ditandai dengan adanya perasaan bingung dan letargi pada tahap awal dan

kemudian dapat bermanifestasi menjadi kejang atau koma. Dapat pula disertai tanda neurologis

lainya seperti tremor, myoclonus, ataupun asterixis. Dialisis Dysequilibrium: adanya sakit kepala,

gangguan penglihatan, mual, dan agitasi. Pada kasus yang lebih berat dapat bermanifestasi

menjadi letargi, kejang, dan bahkan koma. (6)

IV. DIAGNOSIS GANGGUAN PSIKIATRI PADA PENYAKIT GINJAL

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan pendiagnosisan pasien menjadi lebih sulit, pertama faktor dari

pasien itu sendiri, faktor yang berhubungan dengan ahli medis yang menangani, dan pemahaman

umum yang berkembang yang menyangkut gangguan mental yang berhubungan dengan penyakit

ginjal yang pasien alami. Pasien dengan ESRD tidak sadar, tidak menerima, bahkan menolak

pengobatan terhadap gangguan psikiatrik yang sedang ia alami, dan mungkin saja hal itu ada

hubungannya dengan stigma yang ada di masyarakat menyangkut orang yang didiagnosis mengalami

gangguan mental (5). Ahli medis yang menangani pasien dengan ESRD juga seringkali gagal untuk

melihat gejala dari gangguan psikiatrik yang pasien alami, hal ini dikarenakan ahli medis yang

menangani pasien tersebut bukanlah ahli psikiatrik, sehingga diagnosis dini-pun tidak dapat dilakukan (1). Selain melihat perilaku dari pasien, informasi dari keluarga pasien juga tentu sangat dibutuhkan

untuk mengetahui lebih detail mengenai kondisi pasien yang berhubungan dengan gangguan mental

yang dialaminya, walaupun pada kenyataannya sebagian besar keluarga pasien berpendapat bahwa

perubahan perilaku pada pasien adalah normal mengingat penyakit kronik yang sedang pasien derita (5).

Beberapa dekade terakhir ini, skreening dengan menggunakan kuisioneir telah digunakan terhadap

pasien ESRD dengan gangguan cemas dan depresi untuk mengamati, mengidentifikasi, serta melihat

efek dari gangguan mental tersebut terhadap kondisi pasien (1). Namun perlu diketahui bahwa

skreening tidak dapat mendiagnosis gangguan yang dialami pasien tetapi hanya sebagai alat untuk

membantu dalam pengidentifikasian dan penentuan derajat depresi pasien (3). Meskipun demikian,

hingga saat ini metode skreening masih memiliki banyak sisi kontroversial, oleh sebab itu

penerapannya pada pasien dengan penyakit ginjal kronik perlu dipertimbangkan mengingat semakin

meningkatnya prevalensi morbiditas dan mortalitas dari gangguan depresif pada jenis populasi

tersebut (5).

Berdasarkan PPGDJ III (PPDGJ III) (1993) diagnosis episode depresi dibuat apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):

Page 6: Edited Referat Psikiatri

- Afek depresi (sedih, murung, lesu, menangis)

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Energy berkurang sehingga mudah lelah dan aktivitas berkurang

b. Gejala lainnya :

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepecayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur terganggu

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-

kurangnya dua minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Berdasarkan DSM IV ,major depressive disorder-MDD, tidak didapatkan riwayat episoda mania,

campuran atau hipomania; episoda depresi berlangsung paling sedikit dua minggu dan sedikitnya ada

empat dari gejala-gejala berikut : perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan

kegiatan; rasa bersalah, gangguan kemampuan berfikir dan sulit membuat keputusan, serta berulang

ulang memikirkan kematian dan bunuh diri. (8)

Untuk mendiagnosis delirium, algoritma pendiagnosisan dilakukan berdasarkan DSM-IV (Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-IV), dengan menggunakan Confusion Assessment

Method (Tabel 1), yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar >90% dalam pendeteksian

delirium (6).

Tabel 1. Confusion Assessment Method

No Kriteria Evaluasi

1 Onset akut dan perubahan fluktuatif

Apakah ada perubahan akut pada mental dasar

pasien

Apakah status mental berfluktuatif dalam sehari

2 Gangguan fokus Apakah ada kesulitan untuk fokus

3 Gangguan berpikirApakah cara berpikir tidak teratur atau

inkoheren

4 Perbedaan tingkat kesadaran Apakah ada letargi, stupor, atau koma

Page 7: Edited Referat Psikiatri

Menurut PPGDJ, pedoman diagnostic delirium adalah :

Gangguan kesadaran dan perhatian :

- Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma

- Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan

mengalihkan perhatian

Gangguan kognitif secara umum :

- Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi seringkali visual

- Hendaya daya piker dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat

sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan

- Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang masih

relative utuh

- Disorientasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang

Gangguan psikomotor :

- Hipo- atau hiperaktivitas dan pengalihan akyivitas yang tidak terduga dari satu ke yang lain

- Waktu bereaksi yang lebih panjang

- Arus pembicaraan yang bertambah dan berkurang

- Reaksi terperanjat meningkat

Gangguan siklus tidur-bangun :

- Insomnia atau, pada kasus yang berat, tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya siklus

tidur-bangun;mengantuk pada siang hari;

- Gejala yang memburuk pada malam hari

- Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah

bangun tidur

Gangguan emosional :

- Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euphoria, apatis atau rasa kehilangan akal

Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-itmbul sepanjang hari, dan keadaan itu

berlangsung kurang dari 6 bulan. (8)

V. PENATALAKSANAAN GANGGUAN PSIKIATRI PADA PENYAKIT GINJAL

A. PSIKOFARMAKOTERAPI(2)

Page 8: Edited Referat Psikiatri

Obat yang berhubungan dengan tingkat morbiditas neuropsikiatrik dan implikasinya terhadap pasien

dengan gagal ginjal

Obat antidepressan pada pasien gagal ginjal

Obat Dosis normal (Dewasa) Dosis pada gagal ginjal Keterangan

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)

1. Citaloparm 20-60 mg 10-60 mg Sangat aman

2. Fluoxetine 10-20 mg 5-20 mg

Dapat menyebabkan

insomnia dan kurang

nafsu makan

3. Fluvoxamine 50-300 mg 50-300 mg

4. Sertraline 50-150 mg 50-150 mg

5. Paroxetine 20-60 mg 10-30 mg

Pada dosis tinggi dapat

menyebabkan kejang

pada penderita gagal

ginjal

Tricyclic Antidepressan

1. Amitryptiline 25-75 mg 25-75 mg Aman, walaupun

dengan beberapa efek

samping seperti

konstipasi, mulut

kering, dan pandangan

kabur.

Pada dosis tinggi,

trazadone dapat

2. Imipramine 25-75 mg 25-75 mg

3. Doxepin 25-75 mg 25-75 mg

4. Amoxapine 75-200 mg 75-200 mg

5. Nortryptiline 25-75 mg 25-75 mg

Page 9: Edited Referat Psikiatri

menyebabkan

priapism

6. Trazadone 150-400 mg 150-300 mg

Antidepressan terbaru

1. Venlafaxine 37,5-225 mg 37,5-225 mg

Pada dosis tinggi dapat

meningkatkan tekanan

darah

2. Mirtazapine 15-45 mg 7,5-30 mg Bersifat sedatif

3. Duloxetine 10-80 mg 10-80 mg Aman

Obat anti cemas pada pasien gagal ginjal

Obat Dosis normal (Dewasa) Dosis pada gagal ginjal Keterangan

Alprazolam 0,25-4 mg 0,25-2 mg

Ampuh untuk

mengontrol cemas

dan insomnia.

Dapat

menyebabkan

kantuk pada dosis

tinggi

Clonazepam 0,5-1,5 mg 0,5-1,5 mg

Lorazepam 1-4 mg 1-4 mg

Diazepam 5-40 mg 5-25 mg

Page 10: Edited Referat Psikiatri

Buspirone 5-20 mg 5-20 mg

Obat anti cemas

yang aman. Tidak

bersifat sedatif

Zolpidem 5-20 mg HS 5-20 mg HS

Kerja obat cepat

dan tidak bersifat

kantuk

Zaleplon 5-10 mg HS 5-10 mg HS

Obat Delirium pada pasien gagal ginjal

Obat Dosis normal (Dewasa) Dosis pada gagal ginjal Keterangan

Haloperidol 5-15 mg 5-15 mg

Dapat meningkatkan

interval QT (pada

EKG)

Clozapine 25-400 mg Dosis Titrate seperlunya

Dapat menyebabkan

Agranulositosis. Dosis

diatas 400 mg dapat

menyebabkan kejang.

Olanzapine 5-20 mg 5-20 mg Aman

Quetiapine 150-600 mg 150-600 mg -

Risperidone 1-4 mg 0,5-2 mg Sedatif

Ziprasidone 20-80 mg 20-80 mg

Dapat meningkatkan

interval QT (pada

EKG)

Page 11: Edited Referat Psikiatri

Piracetam 800-4800 mg 800-4800 mg Aman

B. TERAPI ECT (ELECTROCONVULSIVE THERAPY)

Hingga saat ini masih sedikit data mengenai pengaruh penggunaan ECT untuk pengobatan depresi

terhadap pasien dengan ESRD yang melakukan hemodialisis. Walaupun pernah diketahui bahwa

seorang pasien bipolar laki-laki berumur 60 tahun dengan ESRD berhasil disembuhkan dengan ECT,

namun dikhawatirkan ECT dapat berdampak lain, mengingat hal-hal seperti hiperalkemia, perubahan

tingkat keasaman, penggunaan anastesi lokal, serta peningkatan resiko penyakit kardiovaskular

merupakan hal-hal yang berhubungan dengan pasien ESRD. (5)

C. PSIKOTERAPI

Psikoterapi kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengubah sudut pandang pasien yang

sudah tidak mampu beradaptasi dalam hal menilai diri sendiri dan kenyataan yang sebenarnya.

Psikoterapi interpersonal lebih terfokus untuk mengetahui hal yang lebih dalam (atau lebih pribadi),

mengenai masalah atau hal yang diduga berhubungan dengan gejala dari gangguan mental yang

sedang ia alami. Terapi supportif umum digunakan pada penderita penyakit kronik (dalam hal ini

penyakit ginjal kronik) yang diharapkan dapat memfasilitasi dan mengontrol situasi pasien dengan

lebih baik. Hal-hal seperti menjadi pendengar yang baik (yang bersifat empati), memberi dukungan

kognitif dan emosional, persiapan strategi-strategi adaptif, serta intervensi langsung ke pasien tetap

merupakan hal yang penting. Namun perlu diketahui bahwa ahli medis juga mesti melihat apakah

pasien tersebut lebih cocok dengan terapi grup atau dengan terapi individual. (3)

VI. PROGNOSIS GANGGUAN PSIKIATRI PADA PENYAKIT GINJAL

Dilihat dari aspek psikiatrik, prognosis dari gangguan yang disebabkan oleh penyakit ginjal adalah

dubia. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat memiliki peranan penting mengingat penyakit

ginjal, terutama yang bersifat kronik dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara drastis,

juga ditambah dengan fakta bahwa jumlah pasien yang bertahan hidup dari penyakit ginjal tersebut

tidaklah banyak. (3)

KESIMPULAN

Page 12: Edited Referat Psikiatri

1. Penyakit ginjal yang diderita pasien dapat berdampak ke sisi psikis pasien tersebut, terutama

bila itu tergolong dalam penyakit ginjal kronik yang bersifat progresif, beberapa gangguan

yang dapat timbul antara lain seperti depresi, gangguan cemas, maupun gangguan kognitif

seperti delirium.

2. Beberapa penatalaksanaan penyakit ginjal (ESRD) seperti dialisis dan transplantasi ginjal

juga dapat memicu timbulnya gangguan mood maupun gangguan kognitif.

3. Penatalaksanaan gangguan psikiatrik pada penyakit ginjal berupa psikofarmaka yaitu

antidepresan,anti cemas dan obat untuk delirium,psikoterapi dan ECT