Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS...

8
Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Transcript of Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS...

Page 1: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

�Edisi September 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 2: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

� Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 3: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

�Edisi September 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Hama dan penyakit penganggu tanaman, sampai saat ini masih menjadi salah satu musuh utama pada

usaha menggenjot produksi tanaman karena mengancam penurunan produktivitas. Pada tanaman jagung, beberapa penyakit utama sering ditemui dan menjadi momok bagi petani.

Cendawan patogen tular tanah yang dibawa oleh Rhizoctonia solani dan Fusarium spp. misalnya, tingkat intensitas serangannya di Provinsi Sulawesi Selatan pernah mencapai 20% dan 65%. Bahkan tak jarang merusak seluruh pertanaman karena patogen tersebut menyebabkan kebusukan pada pelepah tanaman jagung.

Kondisi tersebut tentu saja kontraproduktif dengan upaya peningkatan hasil, karena kegagalan panen nampak jelas menyambangi petani. Petani umumnya menggunakan pestisida sintesis dalam menanggulangi permasalahan serangan patogen tersebut.

Tanpa disadari, penggunaan pestisida sintesis, tidak hanya berdampak pada

matinya patogen tetapi membawa akibat ikutan negatif lainnya. Pestisida sintesis, diyakini menimbulkan kerusakan lingkungan, mengancam kesehatan petani, dan dapat menyebabkan resistensi dari penyakit itu sendiri.

Perlu TerobosanTerobosan untuk menjawab persoalan

penyakit tanaman mutlak diperlukan. Hanya saja, tuntutan perbaikan kinerja usahatani atau keberlanjutan ekonomi, seyogyanya diselaraskan dengan keberlanjutan lingkungan dan usahatani. Isu lingkungan memang terus mengemuka karena degradasi lingkungan terus berlanjut yang pada akhirnya justru bermuara pada penurunan hasil.

Menjawab hal itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian pun berpacu dalam invensi penanggulangan cendawan patogen tular tanah, utamanya pada jagung. Produk Inovasi yang diusung bernama biopestisida Bacillus subtilis isolat TM4 dan BNt8. Biopestisida ini mengandung bakteri aktif B. subtilis yang dapat menghambat tumbuhkembangnya patogen lewat persaingan, antibiosis, dan pemacuan pertumbuhan.

Melalui aktivitas B. subtilis, jumlah koloni patogen di perakaran jagung menurun

dan memacu pertumbuhan tanaman. Sedangkan aplikasi pada benih/biji sangat mungkin meningkatkan hasil panen.

Isolat TM4 dan BNt8 masing-masing diisolasi dari tanah pertanaman

Saatnya MenggunakanBiopestisida

Pengujian Isolat B. subtilis TM4 (No. 87) di Laboratorium

Page 4: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

� Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

jagung di Malino, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Produk akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

dasarnya bersifat antagonis yang cukup ampuh mengendalikan patogen tular tanah seperti hawar pelepah dan upih daun jagung (R. solani) dan busuk tongkol jagung (F. moniliforme).

Invensi hasil penelitian Amran Muis dari Balai Penelitiaan Tanaman Serealia, Maros, ini memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis sebelumnya. Diantaranya bahan pembawa talc yang digunakan lebih mudah terhidrasi dan berikatan dengan bakteri tanpa risiko penggumpalan dan mudah diaplikasikan di lahan petani.

Tiga Unsur KeberlanjutanDengan penambahan 0,25 % yeast extract,

kualitas formulanya membaik, sehingga aktivitas bakterinya dapat dipertahankan. Bahan perekat 0,5 % gum Arabic di dalamnya juga mampu berfungsi sebagai bahan pelarut dalam air dan sumber nutrisi bagi bakteri. Produk ini juga berspektrum luas

karena diambil dari alam dan pada akhirnya diharapkan sejalan dengan tiga unsur kebelanjutan, yaitu mampu mengendalikan patogen tular tanah jagung dan meningkatkan produksi (keberlanjutan ekonomi), ramah lingkungan (keberlanjutan lingkungan), dan aman bagi pengguna/petani (keberlanjutan people).

Upaya penyebarluasan dan diseminasi biopestisida untuk menggantikan pestisida sintesis atau kimiawi masih menghadapi banyak tantangan. Produksi masal dan pemasaran produk berbahan agen hayati seperti biopestisida cenderung terkendala pasar. Perusahaan yang bermain di produk ini biasanya berskala kecil atau menengah, sehingga masih sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar produsen pestisida sintesis.

Dari sisi pengguna, khususnya petani juga masih enggan beranjak dari pestisida sintesis ketika tanamannya terserang patogen, karena menganggap efektivitasnya masih kurang. Peningkatan pemahaman petani akan risiko pestisida sintetis masih menjadi catatan panjang, namun harus tetap dilakukan, sehingga ketergantungan petani terhadap pestisida sintesis juga dapat diselesaikan.

Kondisi tongkol jagung yang diberi formulasi BNt8 dan yang tidak diberi perlakuan formulasi.

Page 5: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

�Edisi September 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Sosialisasi pengendalian hama kedelai menggunakan Be-Bas di berbagai daerah.

Suplemen Agrotek

Be-Bas, Basmi SeranggaHingga 100 %

Penggunaan lahan usahatani secara inten-sif menjadi salah satu penyebab ledakan hama penyakit. Kondisi klimat yang ber-

sahabat bagi berkembangnya hama penyakit, menyebabkan ditemukannya beragam jenis hama penyakit di Indonesia.

Hampir seluruh petani menggunakan pes-tisida kimia sebagai pilihan utama mencegah gagal panen akibat serangan hama penyakit. Di beberapa wilayah bahkan bukan hanya ditemu-kan penggunaan pestisida berlebihan, namun juga penggunaan bahan bakar seperti solar untuk membasmi hama. Dapat dibayangkan bagaimana penurunan kualitas tanah terjadi se-cara masif.

Sistem usahatani yang bersifat monokultur juga turut menyumbang punahnya beragam musuh alami, yang berakibat pada meledaknya populasi hama penyakit. Jauh sebelum era re-volusi hijau, petani sudah mengenal penanggu-langan hama penyakit secara alami, baik dengan perlakuan ”panen hama” secara gotong royong ataupun memelihara musuh alami. Namun, saat ini cara seperti ini semakin sulit untuk dilaku-kan.

Berkembangnya kemajuan riset bidang bio-teknologi, memberikan secercah harapan agar pertanian hari ini dapat memulai babak baru. Kembali pada pertanian ramah lingkungan akan dapat mengembalikan daya dukung lingkungan terhadap keberlangsungan keseimbangan eko-sistem yang ada.

Ramah Lingkungan Beragam pestisida ramah lingkungan telah

lama dikembangkan, baik berasal dari tumbuh-an yang disebut pestisida nabati, maupun dari hasil pembiakan mikroorganisme yang dike-nal dengan biopestisida. Sayangnya, Indonesia sedikit terlambat dalam aplikasinya, sehingga belum banyak produsen yang memproduksinya dalam jumlah besar.

Page 6: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

� Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Jepang dapat dijadikan contoh penerapan biopestisida yang sudah berhasil, baik dari segi riset maupun aplikasinya. Puluhan biopestisida telah sukses di pasaran pertanian dalam dan luar negeri. Tidak hanya jenis yang beragam, kehandalan produk-produk biopestisida buatan Jepang dalam membasmi hama penyakit telah diakui negara lain.

Penelitian biopestisida di Indonesia diarah-kan pada isolasi mikroorganisme penghambat hama penyakit dari bahan-bahan lokal. Hal itu bertujuan mempermudah dan menekan biaya produksi pada saat scalling up hasil-hasil riset tersebut.

Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian mengembangkan sebuah invensi pem-buatan biopestisida berbahan aktif konidia cen-dawan entomopatogen Beauveria bassiana dan komposisinya. Beauveria bassiana merupakan salah satu jenis musuh alami yang termasuk da-lam kelompok cendawan entomopatogen yang toksik terhadap berbagai jenis hama.

Biopestisida ini diberi nama Be-Bas BbTP1. Peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Ka-

cang dan Umbi (Balitkabi), Yusmani Pra-yogo, menginformasikan bahwa Biopes-tisida ini mampu mengendalikan hama penggerek ubi jalar (C. formicarius), pengisap polong (N. viridula, R. linearis, dan P. hybneri), kutu kebul (B. tabaci), ulat grayak (S. litura), serta menjadi agens pengendalian hayati untuk penyakit kedelai seperti karat daun (Phakopsora pachyrhizi), downy mildew (Peronospora manshurica), dan powdery mildew (Mi-crosphaera diffusa). Ketiganya merupa-kan penyakit penting pada kedelai yang biasanya menyerang pada musim kema-rau dengan kelembaban tinggi.

Isolasi bahan aktif biopestisida ini ditemukan pertama kali pada tubuh se-rangga C. formicarius yang menyerang ubi jalar di Kecamatan Tumpang, Kabu-paten Malang, pada tahun 2010. Media yang digunakan untuk memproduksi biopestisida ini menggunakan media tumbuh berbahan baku lokal yaitu beras atau jagung manis dengan penambahan tepung dari limbah kulit kerang.

Setelah diaplikasikan, serangga sasaran akan menunjukkan bentuk seperti mumi karena diselimuti oleh miselium (benang-benang) ber-warna putih. Biopestisida menyerang pada ba-gian organ tungkai, antena, ruas abdomen atau torak dari serangga yang terinfeksi.

Lebih UnggulBiopestisida Be-Bas lebih unggul dari insek-

tisida kimia, karena bersifat ovisidal (membunuh stadia telur serangga), selain toksik pada stadia larva/nimfa maupun stadia imago. Hasil peng-ujian tingkat ovisidal terhadap pengisap polong kedelai yaitu kepik cokelat (Riptortus linearis) menunjukkan hasil sebesar 82%, kepik hijau (Nezara viridula) mencapai 96%, dan telur peng-gerek ubi jalar (C. formicarius) mencapai 100%.

Dengan kemampuan membunuh stadia telur, diharapkan Be-Bas dapat menekan pelu-ang terjadinya ledakan hama, karena populasi telur sudah dikendalikan sejak awal. Be-Bas juga aman terhadap musuh alami (predator dan pa-rasitoid pada stadia tertentu), ternak, serta ma-nusia dan tidak mencemari lingkungan.

Page 7: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

�Edisi September 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Page 8: Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesiabpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/upload/download/file/Dokumen_472.pdf · akhir B. subtilis isolat TM4 dan BNt8 pada

� Edisi September 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia