e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

11
E Certificate First Aid And Cardiopulmonary Resuscitation, Upaya Meningkatkan Survival Cardiac Arrest Tony Suharsono* 0906594816 Abstract Insiden henti jantung yang tinggi melandasi pentingnya pemberian edukasi tentang penatalaksanaan awal pasien henti jantung, tidak hanya oleh tenaga medis dan perawat tetapi juga masyarakat awam secara luas. Tantangan ini dijawab dengan munculnya e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation yang memberikan informasi, training, dan certificate secara online. Informasi tentang penatalaksanaan kegawatan henti jantung dapat menyebar luas dengan cepat dan dapat diakses oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat awam. Bagi tenaga kesehatan e certificate saja tidak cukup untuk mempertahankan skill dan pengetahuannya dalam melakukan cardiopulmonary resuscitation. Bagi masyarakat awam e certificate ini dapat memperbaiki survival korban cardiac arrest di luar rumah sakit dengan cara meningkatkan jumlah lay rescue yang mampu menolong korban cardiac arrest sebelum tenaga kesehatan datang ke lokasi kejadian. Kata kunci: e certification. cardiopulmonary resuscitation.cardiac arrest. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler dan sekitar 32 juta mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya. Masalah kardiovaskuler tidak hanya menjadi masalah di negara maju, karena sekitar 80% kematian akibat penyakit ini terjadi di

Transcript of e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

Page 1: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

E Certificate First Aid And Cardiopulmonary Resuscitation, Upaya Meningkatkan

Survival Cardiac Arrest

Tony Suharsono*0906594816

Abstract

Insiden henti jantung yang tinggi melandasi pentingnya pemberian edukasi tentang

penatalaksanaan awal pasien henti jantung, tidak hanya oleh tenaga medis dan perawat tetapi

juga masyarakat awam secara luas. Tantangan ini dijawab dengan munculnya e certificate

first aid and cardiopulmonary resuscitation yang memberikan informasi, training, dan

certificate secara online. Informasi tentang penatalaksanaan kegawatan henti jantung dapat

menyebar luas dengan cepat dan dapat diakses oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat

awam. Bagi tenaga kesehatan e certificate saja tidak cukup untuk mempertahankan skill dan

pengetahuannya dalam melakukan cardiopulmonary resuscitation. Bagi masyarakat awam e

certificate ini dapat memperbaiki survival korban cardiac arrest di luar rumah sakit dengan

cara meningkatkan jumlah lay rescue yang mampu menolong korban cardiac arrest sebelum

tenaga kesehatan datang ke lokasi kejadian.

Kata kunci: e certification. cardiopulmonary resuscitation.cardiac arrest.

Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 17 juta orang meninggal karena

penyakit kardiovaskuler dan sekitar 32 juta mengalami serangan jantung dan stroke setiap

tahunnya. Masalah kardiovaskuler tidak hanya menjadi masalah di negara maju, karena

sekitar 80% kematian akibat penyakit ini terjadi di negara dengan pendapatan menengah

kebawah. Menurut MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinant In

Cardiovascular Disease) dari research yang dilakukan The World Health Organization yang

mengevaluasi kematian karena penyakit jantung koroner terbanyak berada pada kelompok

usia 35-64 tahun1. Menurut penelitian ini, sepertiga dari penderita yang mengalami infark

miocard acut meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Ventrikuler vibrilasi dan pulseles

ventricular tachicardi (VF/Pulseles VT) terjadi pada 40-50% kematian di luar rumah sakit

karena henti jantung.

Sejak tahun 1992 penyakit jantung dan pembuluh darah secara konsisten menduduki

peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia. Angka kematian yang disebabkan

Page 2: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

penyakit jantung bisa mencapai 4-6 kali lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh

kanker payudara yang mencapai 89 persen pada usia menapouse. Secara statistik didapatkan

data bahwa resiko terjadinya penyakit jantung pada perempuan dan laki-laki ialah 1:7, dan

dalam kurun waktu 20 tahun insiden penyakit jantung meningkat 3 kali lipat. Insiden henti

jantung yang tinggi inilah yang mendasari pentingnya pengetahuan tentang penatalaksanaan

awal pasien henti jantung, tidak hanya oleh tenaga medis dan perawat tetapi juga masyarakat

awam secara luas.

Pendidikan dan pelatihan tentang cardiopulmonary resuscitation pada masyarakat awam

menjadi hal yang krusial untuk menurunkan angka kematian pasien dengan henti jantung di

luar rumah sakit. Tindakan yang paling baik untuk mengobati pasien henti jantung adalah

dengan cara mengembalikan fungsinya dengan cara melakukan cardiopulmonary

resuscitation. Bantuan hidup dasar yang diberikan dalam hitungan menit pertama setelah

pasien collap untuk meningkatkan kelangsungan hidup korban henti jantung. Tenaga

kesehatan profesional di Indonesia jelas tidak mungkin dapat mencakup semua kondisi ini.

Sentra-sentra pembelajaran cardiopulmonary resuscitation yang ada di kita sampai saat ini

hanya melatih tenaga kesehatan, sehingga diperlukan terobosan baru untuk memperkenalkan

cardiopulmonary resuscitation pada orang awam yang mudah diakses.

Tantangan ini dijawab dengan adanya e certification first aid and cardiopulmonary

resuscitation, yang bisa diakses secara mudah oleh orang awam maupun oleh tenaga

kesehatan profesional. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan angka

kelangsungan hidup korban henti jantung dengan meminimalkan keterlambatan antara onset

serangan henti jantung dengan pemberian CPR pertama. Keterlambatan akan menyebabkan

kerusakan fungsi otak yang permanen dan irreversibel.

Kajian literatur

E certification first aid and cardiopulmonary resuscitation merupakan suatu training yang

dilakukan secara online, dengan media internet dimana peserta training dapat memperoleh

materi tutorial, video pembelajaran, dan diuji dengan soal yang terstandar yang dibuat dan

difasilitasi oleh instruktur yang qualified. Setelah peserta training mengikuti ujian online dan

dinyatakan lulus, peserta mempunyai hak untuk memperoleh sertifikat yang akan dikirim via

email atau dapat di print secara online dengan membayar sejumlah uang.

Page 3: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

E certification CPR memberikan tutorial secara online pada kita untuk dapat meningkatkan

pengetahuan dalam menyelamatkan nyawa sesorang. Program ini didesain untuk dapat

memenuhi kebutuhan semua kalangan, tenaga kesehatan profesional, komunitas, maupun

penolong awam atau hanya ingin tahu bagaimana cara menolong orang dalam kondisi gawat

darurat. Direktur of The Emergency Resuscitation Center University of Chicago mengatakan

“saya pikir dengan menggunakan online training kemampuan kita untuk melatih orang lebih

banyak dan lebih mudah”. Penggunaan komputer dalam pembelajaran cardiopulmonary

resuscitation ini sangat membantu menurunkan stress yang ditimbulkan akibat dari situasi

emergency, sehingga dapat meningkatkan kemampuan penolong awam untuk melakukan

bantuan bantuan hidup dasar pada korban (Christ and Lorenz, 2007).

Program ini memberikan waktu tutorial yang fleksibel karena mereka memberikan kelas 7

hari dalam seminggu selama 24 jam penuh dan mereka datang ke kita selama koneksi internet

ada di tangan kita. Hal ini dapat menjadi solusi yang baik dari penelitian yang dilakukan oleh

Robecca (1996) yang menyatakan bahwa skill dan pengetahuan perawat tentang

cardiopulmonary resuscitation mengalami penurunan secara signifikan 10 minggu setelah

training. Dengan adanya media pembelajaran online perawat diharapkan dapat mengupdate

skill dan pengetahuannya secara reguler agar dapat terus memberikan pertolongan secara

profesional pada pasien yang membutuhkan. Smith et al (2008) menyatakan diperlukan

refresing yang reguler untuk dapat mempertahankan skill dan pengetahuan tentang basic life

support.

Program training yang ditawarkan dalam online training juga lebih menghemat waktu sesuai

dengan kesibukan kita. Training standart cardiopulmonary resuscitation yang dilakukan

dalam 2 hari dengan 4 jam tutorial perhari dianggap sebagian orang membuang banyak

waktu. Training ini membutuhkan waktu 30-45 menit setiap sesinya dan dapat waktunya

secara fleksibel dapat menyesuaikan kebutuhan kita. Training secara online ini menurut

Coleman et al training secara online dan standart memberikan hasil yang setara dan tidak ada

beda yang signifikan. Training secara online lebih unggul dalam hal efektifitas waktu

instruktur. Hasil senada juga diungkapkan oleh Pam Moule (2008), peserta didik yang belajar

menggunakan e learning sedikit lebih baik dari yang menggunakan kelas standart, tetapi

secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara computer based learning dan kelas

standart.

Page 4: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

Program sertifikasi online ini diterima dan dikenal oleh sebagian besar pengguna jasa dan

organiasi pemerintah. Program ini juga menerapkan algorithma standar yang dipakai oleh

Red Cross, AHA, ECC, ILCOR, dan OSHA. Kurikulum yang digunakan dalam training

online ini selalu di update melalui penelitian yang berkelanjutan oleh profesional instruktur

yang mendapatkan lisensi dari organisasi internasional. Dengan program yang terstandarkan

seperti ini diharapkan benar-benar tercapai standar minimal lulusan yang diinginkan. Dengan

metode ini tidak ada lagi aspek subyektifitas dalam penilaian dari instruktur.

Peserta didik yang sedang melakukan test akan mendapatkan feed back dari komputer yang

berisi tentang apa yang sudah dilakukannya. Feedback menjadi hal yang sangat penting

dalam training secara online ini. Komputer akan memberikan feedback secara langsung dan

obyektif kepada peserta didik yang sedang melakukan dengan benar dan juga melakukan

kesalahan. Feedback yang dimaksudkan disini adalah informasi khusus tentang perbedaan

antara hasil yang ditampilkan peserta didik dengan standart yang telah ditetapkan untuk

meningkatkan penampilan peserta didik (Ridder et al. 2008). Peserta didik yang mendapatkan

obyektif feedback akan mendapatkan hasil ujian yang lebih baik. Feedback akan memberikan

retensi yang lebih lama daripada yang tidak mendapatkan feedback (Perkins, et al 2007).

Feedback yang konstruktif akan merangsang peserta didik untuk terus mencari apa

kekurangannya dalam proses belajar. Dari feedback ini peserta didik belajar secara fair untuk

menerima kekurangannya dan terpicu untuk memperbaikinya.

Setelah mengikuti kegiatan tutorial secara online peserta didik akan dievaluasi dengan

sejumlah pertanyaan yang sudah terstandart yang dibuat oleh ahli yang kompeten. Soal yang

diberikan berupa soal perpaduan antara skill, attitude dan pengetahuan ketika peserta didik

menghadapi kondisi gawat darurat atau henti jantung. Skenario soal dibuat mendekati kondisi

asli sehingga dapat menjadi representasi setting klinik yang sebenarnya. Hasil evaluasi ini

yang akan menentukan apakah peserta didik layak untuk mendapatkan certificate atau tidak.

Apabila peserta didik tidak lulus boleh mengikuti tutorial ulang dan melakukan test ulang

dengan soal yang berbeda.

Evaluasi yang dilakukan secara langsung ini oleh komputer ini dapat meminimalkan

subyektifitas instruktur selama ujian. Adanya ujian akhir ini juga dapat memicu peserta didik

dalam proses belajar. Studi yang dilakukan oleh Kromman et al (2009) mengatakan tes

diakhir training resusitasi terbukti secara signifikan dapat meningkatkan hasil pembelajaran

dari peserta didik bila dibandingkan dengan hanya diberi waktu untuk belajar tanpa evaluasi.

Page 5: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

Proses evaluasi ini yang akan menjadi dasar dari sistem memberikan certification secara

online pada peserta didik.

Model sertifikasi secara online ini bukan tanpa kelemahan, harus terdapat infrastruktur yang

memadai agar dapat menerapkan sistem ini. Sertifikasi ini juga lebih menekankan pada segi

kognitif dan pengambilan keputusan dalam evaluasi akhirnya. Padahal cardiopulmonary

resuscitation merupakan sebuah kompetensi dimana terdapat intergrasi antara pengetahuan,

kemampuan pengambil keputusan, dan skill yang memadai. Intergrasi dari ketiga hal tersebut

yang dapat menghasilkan suatu resusitasi yang baik sehingga dapat meningkatkan angka

kelangsungan hidup pasien henti jantung. Skill ini juga harus menjadi fokus perhatian karena

kemampuan kompresi dada dan memberikan bantuan nafas dari penolong ini yang akan

menggantikan sementara fungsi pernafasan dan jantung korban selama petugas yang terlatih

belum datang. Skill yang baik juga harus selalu dimiliki dan dijaga oleh tenaga kesehatan

karena keberlangsungan hidup korban henti jantung ada di tangan kita. Di negara maju

kelemahan dari sistem ini tertutupi dengan adanya sistem penanganan prehospital yang baik.

Respon time ambulans yang cepat, tenaga dan alat yang memadai untuk melakukan

pertolongan.

Untuk itu perlu sentra-sentra tempat pelatihan yang dapat menjadi tempat bagi tenaga

kesehatan profesional, komunitas, dan orang awam untuk melatih kemampuan skillnya. Hal

ini harus menjadi bagian yang saling terintegrasi. Di luar negeri semua rumah sakit dan

institusi pendidikan kesehatan mempunyai skill lab yang memadai untuk berlatih staffnya,

sehingga kemampuan skill CPR stafnya selalu terjaga. Pelatihan resusitasi yang diberikan

pada tenaga kesehatan profesional harus berdasar pada skenario nyata yang terjadi di dalam

rumah sakit dan menggunakan guidelines evidence based terbaru (Hamilton, 2005). Evaluasi

akhir dalam training CPR bagi tenaga kesehatan harusnya tidak hanya menggunakan

judgment dari instruktur, tetapi juga menggunakan teknologi sehingga dapat memberikan

feedback yang akurat dan meminimalkan bias dari instruktur.

Di Indonesia dimana belum semua tenaga kesehatan profesionalnya mampu dan sadar akan

pentingnya terus mengupdate pengetahuan dan skill CPRnya, metode ini dapat digunakan

sebagai media untuk menambah dan update pengetahuan tentang CPR. E certificate first aid

and cardiopulmonary resuscitation belum populer di Indonesia karena CPR baru dikenal

oleh sebagian kecil masyarakat khususnya yang ada di bidang kesehatan. Upaya untuk

memperkenalkan CPR pada masyarakat hanya dilakukan oleh kelompok tertentu yang

Page 6: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

concern dengan masalah henti jantung dan tidak didukung dengan kebijakan yang bersifat

nasional. Karena hal inilah sebagian besar korban henti jantung di luar rumah sakit di

Indonesia tidak mendapatkan penatalaksanaan yang memadai. Masyarakat awam tidak

mengetahui tanda gejala dan bagaimana menanganinya, sedangkan tenaga kesehatan

cakupannya tidak memadai. Didukung oleh sitem yang dikembangkan oleh pemerintah yang

berbasis hospital, dimana sumber daya dan alat untuk menangani henti jantung terpusat di

rumah sakit besar. Ini adalah potret masalah kesehatan kita bersama, yang harus kita perbaiki

untuk mendapatkan suatu kondisi yang ideal.

Kesimpulan dan Rekomendasi

E certication first aid and cardiopulmonary resuscitation adalah suatu upaya untuk menyebar

luaskan informasi dan kemampuan untuk melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat.

Pada kondisi gawat darurat “time” memegang tempat utama, keterlambatan berarti

menurunkan angka survival. Karena itu e certification ini dikembangkan untuk memberikan

informasi, training dan lisensi pada masyarakat sehingga dapat memberikan pertolongan

sambil menunggu tenaga kesehatan yang terlatih datang. Program ini bisa diakses oleh

siapapun dan kapanpun, dan diharapkan dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup

korban henti jantung.

E certification ini lebih menekankan pada pengetahuan dan pengambilan keputusan kritis,

tanpa didukung dengan sesi skill station. Ini menjadi kelemahan menonjol dari sistem ini,

karena itu bagi tenaga kesehatan profesional mendapatkan e certification saja tidak cukup,

harus dibarengi dengan upaya untuk meningkatkan dan refresing skill dan pengetahuan

secara kontinyu sebagai upaya untuk menjaga kemampuan profesionalnya. Karena itu

penerapan e certificate di Indonesia masih memerlukan telaah yang mendalam dengan

mengesampingkan kepentingan tetapi lebih berfokus pada kemampuan dan kesiapan sistem

yang ada. Semua sistem ini harus dibangan dan diperbaiki sehingga dapat bersinergi untuk

meningkatkan survival korban henti jantung.

Kepustakaan :

Christ and Lorenz.2007. Significant Improvement of The Quality of Bystander Firts Aid

Using An Expert Sistem With A Mobile Multimedia Device. Journal of resuscitation. 74,

286-295.

Page 7: e certificate first aid and cardiopulmonary resuscitation (1).doc

Coleman et al. (1991). Comparing Methods of Cardiopulmonary Resuscitation Instruction on

Learning And Retention. Journal of nursing staff development. 7 (2), 82-87.

ECC Committee, subcommittee and task forces of the American heart association. 2005

American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation And

Emergency

Hamilton R. 2005. Nurses’ Knowledge and Skill Retention Following Cardiopulmonary

Resuscitation Training: A Review Of The Literature. Journal of advance Nursing. 51(3),

288-297.

Kommann et al. 2009. The Effect of Testing on Skills Learning. Medical education. 43:21-27

Pam Moule et al. (2008). A Non Randomized of E Learning And Clasroom Delivery of Basic

Life Support With Automated External Defibrilasi Use : A Pilot Study. International

Journal of Nursing practice. 14: 427-434.

Perkins et al. 2007. An Evaluation of Objective Feedback in Basic Life Support Training.

Journal of resuscitation. 73, 417-424.

Rebecca Broomfield. A Quasi Experimental Research to Investigate The Retention of Basic

Cardiopulmonary Resuscitation Skill and Knowledge By Qualified Nurses Following A

Course in Profesional Development. Journal of Advance Nursing. 1996.23.1016-1023.

Ridder et al.2008. What is Feedback in Clinical Education?. Medical education: 42:187-197.

Smith et al. 2008. Evaluation Of Staff’s Retention of ACLS and BLS Skill.Resuscitation

journal.78,59-65.

http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3040526

http://www.pjnhk.go.id/kontent/view/371/31/

http://ecprcertification.com/

http://www.usatoday.com/news/health/2005-11-14-cpr-fast-class_x.htm

*penulis adalah mahasiswa Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia