E Books Kepemimpinan
-
Upload
supranata-tedhak -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of E Books Kepemimpinan
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
1/35
Kepemimpinan
di
lndonesia dalam
Perspektif
Sejarah dan Budaya
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab ll
Coenraad
Laurens
Coolen sebagai Pemimpin
"Kristen
fawa"
di Ngoro
Kabupaten
[ombang
fawa
Timur
Tahun L827-\f354
Dewi Salindri
.....,..
L07
Kepemimpinan
Islam
Tradisional
dan
Kepemimpinan
Islam Masa Pergerakan
Nasional
di
Indonesia
Siti Sumardiati
..............
.............121
Dukun
dalam
Masyarakat
Tengger:
Refleksi dan
Revitalisasi
Kepemimpinan Tradisonal
Edy Burhan
Arifin
.........,...........141
Peran
Pemimpin
dalam Dinamika Masyarakat
Paternalistik
(SUdi
Komparasi
Antara
Ebnik
|awa
dan
Madura)
Bambang
Samsu
Badriyanto
.....................
165
Dinamika
Kepemimpinan
"Urang
Sunda:
Perspektif
Kepemimpinan
Formal
dan Kulhrral-
Informal
Dadang
Supardan.. lĮ
Kepemimpinan
di
Indonesia
dalam
Perspektif
Historis
Sri Ana
Handayani..............,.....
......................209
•Œ
-•\
BAB l
NILAI•]
NILAI KEPEMIMPINAN
MENURUT KEBUDA_YAAN JAWA
Wasinol
A.
Pendahuluan
Dalam
setiap
setiap
masyarakat
diperlukan
kehadiran
seorang
pemimpin.
Hal itu
terjadi pada
masyarakat paling
kecil,
yaitu
ke-
luarga
hingga
masyarakat
yang
sangat
besar
kompleksitasnya
seperti negara
dan
bangsa.
Tidak
ada
satupun
masyarakat
yang
tanpa
kehadiran
pemipimpin.
Dalam
teori
sosial, pemimpin
merupakan
orangyang
memiliki
kekuasaan
dalam
mengontrol
anggotanya.
Kekuasaan
itu
ter-
cermin
dari
kemampuannya
dalam
mengajak
anggota
mengikuti
perintah
atau ajakannya.
Aiakan
atau
perintah
tersebuttercermin
dalam
aturan
tertulis, perkataan,
maupun
perilaku.
Melalui
ke-
mampuan
tersebut
seorang
pemimpin
mampu
mengorganisasi
anggotanya.
Pemimpin
merupakan
kelompok
elite.
Secara
struk-
tural
mereka
berada
di
atas
ralqyat
kebanyakan.
posisi
demikian
dikaitkan
dengan
wewenang
dan
wibawa
yang
mereka
miliki
1
Prof.
Dr.
wasino,
M.Hum.
Guru
besar
Sejarah
Sosial,
Dosen
pada
|urusan
Sejarah,
Fakultas
Ilmu
Sosial
Universitas
Negeri
Semarang.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
2/35
Kepemimpinan di
lndonesia
dalam
Perspektif Sejarah
dan
Budaya
untuk
rnengorganisasi
anggotanya.z
Bagaimana
seorang
pemimpin nlengelola
organisasi
sosial
tempat
ia
memimpin
dan mempengaruhi
anggota untuk
meng-
ikuti
perintahnya
disebut kepemimpinan.3
Dalam
kaitan
dengan
kepernimpinan,
orang
akan
melihat
gaya
dan
kecakapan seorang
pemimpin
dalam
mengelola organisasi
yang
dipimpinnya,
ter-
masuk
dalam
memimpin
negara.
Gaya
kepemimpinan
dan ke-
cakapan
memimpin
banyak
dipengaruhi
faktor internal,
berupa
bakat
maupun eksternal
yakni
pengaruh
lingkungan
pendidikan,
komunitas,
nilai
budaya dan sistem
politik
yang dianut. Dengan
demikian
perilaku
seorang
pemimpin
merupakan
dialog antara
faktor internal
dan eksternal, Ada
pemimpin yangsejakkecil
telah
kelihatan kemampuannya dalam
memimpin
lingkungan
masya-
rakatnya.
Ada
pula yang
dalam menumbuhkan
kemampuan
memimpin
orang harus melalui
tahapan-tahapan
sekolah
formal
seperti
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
(IPDN),
Lemhanas,
dan sebagainya.
Kebudayaan
fawa
memiliki konsep kepemimpinan
dan tata
nilai
yang
telah
mengilhami
para pemimpin,
terutama
yang
ber-
asal
dari
Jawa.
Konsep
itu
berkembang
dalam arus
sejarah
dan ber-
langsung
secara
dialogis
antar
generasi penganut
budaya
f
awa.
B.
TipologiKepemimpinan
Bagaimanan
cara seseorang
memimpin
dalam organisasi
sosial
ada beberapa tipologi.
Cara memimpin
juga
dikenal
sebagai
gaya
2
Pemimpin
merupakan salah satu Kelompok
Elite
yang
memiliki
kemampuan menentukan
kehidupan masyarakatyang
dipimpinnya. Mereka
bisa berasal dari kelompok
penguasa
atau
"
the
ruling class" maupun bukan.
Kajian
tentang
peranan
elite
penentu
lihat Suzanne
Keller, Penguasa dart
Kelompok
El t: Peranan
E lit-penentu
dalam
M a
syarakat Modern
(jakarta:
Yayasan Ilmu-ilmu
Sosial,
1984).
3
h
ttp://www.ramergroup.com/pdfs/Concepts-of- Leadership.pdf
Nilai-nilai Kepemimpinan Menurut
Kebudayaan Jawa
I
Wasino
kepernimpinan,Secara tradisional dikenal dua strategi atau cara
memimpin,ya itu :—‚ engaraha—¢
“ñ–Lv
rƒÆÐ
S bƒÆ—Í¿ƒ\IƒÍr3 dan bantuan
• k
uƒÏ
ƒ Ï
Í
ƒS
ƒ Š
bƒÆÊ ¿
\ƒÍr).Dari dua aspek tersebut gaya lnelahirkan
•c
elteOr3tisgayakepemimpinan,yaitu otokrasi(‚²
j•
Cƒg
jPƒAl,pembinaan(CƒÍ aching•l •ŒemOkrasi•k SŒûσσÍrting),dan kendali
— as(•
‹ å
ƒ ¿
ā
ƒ Æl
E
Pada
kepemimpinan otokratis,
pemimpin
mengendalikan
semua aspek
kegiatan.
Pemimpin
memberitahukan
sasaran
apa
saja
yang
ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut,
baik itu
sasaran
utama maupun
sasaran
minornya. Pemimpin
iuga
berperan sebagai
pengawas
terhadap semua aktivitas anggotanya
dan
pemberi
jalan
keluar bila anggota mengalami
masalah.
Dengan kata lain, anggota
tidak
perlu pusing
memikirkan
apa-
pun, Anggota
cukup
melaksanakan
apa
yang
diputuskan
pemimpin.
Posisi
anggota dalam kepemimpinan
otokratis
bersifat
pasif
dan kurang
inisiatif.
Mereka
hanya bersifat
":en/jbdhryuth"
apa
yang
diperintahkan
oleh
atasannya
atau
pemimpinnya,
Sikap
demikian
memang sengaja
diciptakan agar anggota
organisasi
sosial
mengikuti apa
adanya
kehendak sang
pemimpin
tersebut
Akibatnya
jika
tidak
ada
instruksi dari
atasan,
bawahan
tidak
dapat
menjalankan roda organisasi.
/_-_\
Gaya
kepemimpinan
kedua,
yaitu
gaya
kepemimpinan
(
t
,)
pembinaan
mirip dengan otokrasi.
Sikap dan
perilaku pemimpin
v
dalam
organisasi masih
dominan dalam mengarahkan
anak
buahnya.
Seorang
pemimpin
masih
menunjukkan sasaran
yang
ingin dicapai dan cara
untuk mencapai
sasaran_,1leqebut
Namun,
//
pada
kepemimpinan ini
anggota
diajak r"*@
l/
hadaH
a=ά
memŽRM‚µ
masalah yang sedang d
Pada Gaya kepeƒ®impinan demokrasi•Œ
a
peranan
yang
lebih
besar.
Pada
kepemimpinan
ini
seorang
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
3/35
Kepemimpinan
di
lndonesia
dalam
Perspektif Sejarah
dan
Budaya
pemimpin hanya
menuniuku"(*Tilg
ingin
dicapai
saja,
\__
tentang
cara untuk
mencapai
sa-asaran
tersebut,
anggota
yang
menentukan. Selain
itu, anggota
iuga
diberi
keleluasaan
untuk
menyelesaikan
masalah
yang
dihadapinya.
Pada
masyarakat
maju,
kepemimpinan
demokratis menjadi
demokratis
adalah
sebagai
berikuu
(1)
dalam
proses
menggerak-
kan
bawahan selalu
bertitik
tolak
dari
pendapat bahwa manusia
itu adalah
makhluk
yang
termulia
di
dunia,
(2) selalu
berusaha
menyelaraskan
kepentingan
dan tujuan
pribadi dengan
kepen-
tingan
organisasi,
(3)
senang
menerima
saran,
pendapat
dan
bahkan dari
kritik
bawahan,
(4)
mengakomodasi bawahan yang
membuat
kesalahan
dan
memberikan
pendidikan kepada bawah-
an
agar
jangan
berbuat
kesalahan
dengan
tidak mengurangi
daya
kreativitas,
inisiatif
dan
prakarsa
dari
ba'arahan,
(5)
lebih
menitik
beratkan
kerjasama
dalam
mencapai
tujuan,
(5)
selalu
berusaha
untuk
menjadikan
bawahanny
(7)
berusaha
mengembangkan
ka
gai
pemimpin.
Gaya kepemimpinan
kendali
bebas
merupakan model
ke-
pemimpinan
yang
paling dinamis.
Pada gaya
kepemimpinan
ini
seorang
pemimpin
hanya
menunjukkan
sasarall
utama
yang
ingin
dicapai
saja, Tiap
divisi atau
seksi
diberi
kepercayaan
penuh
untuk
menentukan
sasaran
minor,
cara
unfuk
mencapai
sasaran,
dan untuk menyelesaikan
masalah
yang dihadapinya sendiri-
sendiri.
Dengan
demikian,
pemimpin hanya
berperan
sebagai
pemantau
saja.
Gaya kepemimpinan
seseorang
dipengaruhi
oleh
banyak
faktor. Paling tidak
ada
tiga
faktor
yang mempengaruhi,
yaitu
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Menurut
Kebudayaan
Jawa
I
Wasino
faktor
kepribadian
dan
li
kepribadian
@ipenga
aripemimPin
tersebut.
Dalam
seiarah
hidupn
in
dididikdan
dipengaruhi
oleh
lingkungan
keluarga,
lingkungan
budaya'
dan
pendidikannya. Hal-hal
tersebut
yang membentuk
karakter
kepemimpinannya'
Seseorang
yang
dibentuk
dalam
lingkungan
keluargayangdemokratisakancenderungmemilikigaya
kepemimpinan
demokratis
dalam
mengendalikan
organisasi
sosialnya.
Sementara
itu,
seorang
pemimpin
yang
dibesarkan
dalam
sebuah
tekanan
kekuasaan
otokratis
juga
bisa
melahirkan
kepemimpinan
otokratis'
Meskipunlingkunganmenentukanlahirnyapemimpindengan
gaya tertentu,
namun
masih
terbuka
ruang
bagi
kreativitas
me-
lalui
belajar
sosial.
Seorang
pemimpin
dapat
ke luar
dari
kung-
kungan
budaya
yang membentuknya,
dan menentukan
caranya
sendiri
dalam
bersikap
dan berperilaku
memimpin.
Gaya
kepe-
mimpinan
juga
ditentukan
oleh
lingkungan
kerja.
Mereka
yang
bekerja
di
lingkungan
militer,
misalnya
kepemipinan
"perintah
langsung,,
lebih
dominan
dibandingkan
dalam
kepemimpinan
masyarakat,
seperti
ketua
RT
atau
RW.
Dalam
situasi
sosial
berbeda
bisa
melahirkan
gaya
kepemimpinan
berbeda
pula.a
C.
Budaya
fawa
Istilah
]awa
dapat
mencakup
banyak
makna.
Pertama,mencakup
g+]3gggrafi
pula
|awa
yang mencakup
sejumlah
propinsi'
frit*
Orc
fakarta,
Banten,
fawa
Bara
)awa
Tengah,
DIY,
dan
|awa
Timur.
Kedua,
|awa
mengacu
pada suatu
komunitas
pendukung
budaya
fawa
yang
sebagian
besar
menggunakan
bahasa
fawa,
awasino,
"sikap
dan
Perilaku
Pemimpin
dalam
organisasi
Penghayatdan
Kepercayaan
terhadap
Tuhatr
yang
Maha
Esa",
Makalah
dalam
Sarasehan
Organisasi
Penghayat,
Kabupaten
Grobogan,
2010'
kekuasaan
berasal
dari
'atplnata perekadapatmengendJi•\
organisasi sosial.Beberapa ciri dari tipe kepernimpinan
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
4/35
Kepemimpinan
di lndonesia
dalam Perspektif
Sejarah
dan Budaya
mencakup:
fawa
Tengah,
DIY,
dan
|awa
Timur, serta
komunitas
lain
seperti
di
Suriname,
Lampung,
dan
sebagainya.
Ketiga,ke-
budayaan
dengan
ciri khusus
yang
tercermin
dalam
bahasa,
pandangan
hidup,
nilai-nilai,
tradisi,
dan semacamnya yang
menunjukkan
diri
sebagai
Kejawen.
Kejawen
atau
kejawaan
merupakan pandangan
hidup
orang
fawa
yang
telah lama
usianya.
Pandangan
hidup
tersebut
ter-
bentuk
melalui
proses
akulturasi
antara
kebudayaan
setempat
dengan
budaya-budaya
luar
melalui
proses
panjang
dalam
sejarah
|awa.
Budaya-budaya
luar
yang
turut membentuk
dan
mewarnai
mozaik
budaya
Jawa
adalah
budaya
India
(Hindu-
Budha),
Cina,
Islam,
dan
Barat. Kini persilangan
budaya
itu
membentuk
sebuah
kebudayaan
etnik
yang
tercermin
dalam
pandangan
hidup
orang
Jawa.
Sumber pandangan
hidup atau
filsafat
fawa
adalah
keraton
Mataram
Islam
(Surakarta
dan
fogjakartaJ.
Sejalan
dengan
pe-'
rubahan politik
yang
menyebabkan
lunturnya
kekuasaan
istana,
maka
pengaruh
pandangan
hidup
Jawa
itu
semakin
merosot.
Bahkan
banyak yang
menghujat
karena
filsafat
f
awa
diidentikkan
dengan
feodalisme
ala
keraton
jawa
yang
dipandangtidak
relevan
dengan
alam
demokrasi
dan
modernisasi.s
Berdasarkan
uraian
itu,
dapat dikatakan
bahwa
Kebudayaan
f
awa
Tengah
terdiri
dari
li_ngkaran pusat
dan
pinggiran.
Lingkaran
itu
secara
konseptual terbagi menjadi
b"b.rrliGpEan
berdasar-
kan
jauh
dekatnya
lokasi
dengan
pusat
budaya
fawa,
istana
Mataram
Islam.
Adapun
lingkungan
budaya
itu adalah
(I)
Kutha
Gara (Negara),
(2)
Negara
Agung,
(3)
Mancanegqro,
dan
(4)
Pasisiran.
Di
luar
itu
disebutnya
Tanah
sabrang atau
tanah
cli
s
Wasino,
Wong
Jawa
dan
Wong
Cina: Liku-liku
Hubungan
Sosiql
antara
Etnis
Tiongha
dengan
Jawa
di
Solo
tqhun
1911-199g (Semarang:
Unnes
press,
2007),
hlm.9-1.2.
Nilai-nilai Kepemimpinan
Menurut Kebudayaan Jawa
I
Wasino
sebarang
laut.6
Semakin
jauh
dengan
pusat
budaya, maka
per-
wujudan kebudayaannya,
termasuk kepemimpinannya berbeda.
Kuthagara dan negara merupakan
wilayah
pusat
kerajaan.
Di
sana
terdapat
istana dan tempat
tinggal
raja
dan keluarganya.
Selain
itu
juga
sebagai
tempat
para pejabat
tinggi
kerajaan
yang
berada di
luar istana
(jaban
beteng).fadi
negara
merupakan tem-
pat ibu kota
kerajaan. Daerah
Negara Agung merupakan daerah
luar betengyang berada di tengah-tengah antara
Kuthagara
dan
Mancanegara. Dapat
diidentifikasi
sebagai negara agung
antara
Iain
Klaten, Boyolali,
Wonogiri,
Grobogan, Magelang, dan
se-
macamnya.
Daerah Mancanegaro
merupakan wilayah di luar
Negara
Agung.Wilayah
ini
merupakan
lapis
ketiga
dari
kebudayaan
fawa,
sehingga
pengejawantahannya semakin berbeda
dengan lapis
sebelumnya Daerah
ini
terbagi menjadi
dua,
yakni
Mancanegara
barat
dan
timur.
Daerah
yang
termasuk dalam
Mancanegara
barat
adalah: Banyumas,
Banjar
Negara, Purbalingga, dan sekitarnya.
Sementara itu
yang
dapat diidentifikasi
sebagai Mancanegara
J1nSI
meliputi daerah-daerah
yang
sekarang
masuk-Propmi
fawa
Timur, seperti
Panaraga,
Kediri, Madiun,
Pacitan,
dan
sebagainya
Daerah
Pesisir mencakup
wilayah-wilayah
di
pesisir
pulau
fawa.
terdiri
dari
Pesisir
barat
dan
timur.
Daerah
pesisir
barat
meliputi:
daerah Demak hingga Brebes. Sementra
itu
pesisir
timur
terdiri
membentang dari
f
epara hingga Banyuwangi.i
6
Soemarsaid
Moertono. Negara dan
Usaha
Bina Negara
di
Jawo
Masa
Lompou: Studi tentang
Mataram ll, Abad Wl sampai
X/X
(fakarta:
Yayasan
Obor,
1985), hlm.
130-131.
'
A,K..
Pringgodigdo,
Dhumados soha
Ngrembokanioen
Pradja
Mangkoenagaran (Sala:
Reksa Pustaka,
Mangkunagaran, 1939);
Anonim,
Serot
Perdjandjian
Dalem
Nafa
(Solo:
Radya Pustaka,
1.940); Selo
Soemardjan.
Perubahan
Sosial di Yogyokarta
(Yogyakarta:
Gadjah Mada
University Press,
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
5/35
Kepeminrpinan
di lndonesia
dalam Perspektif
Sejarah dan Budaya
Pada
masa kini lingkungan
budaya
lawa
itu masih
terlihat
bekas-bekasnya
yang
terlihat
paling
tidak
dalam
beberapa
hal,
misalnya
bahasa,
seni,
dan tradisi, dan
nilai-nilai
kepemimpinan.
Bahasa
fawa
di
Surakarta
dan
sekitarnya memiliki ciri
khas
yang
berbeda
dengan
bahasa
|awa
Timuran,
dan Bahasa Sernarangan,
dan sebagainya.
Sebaran
budaya
fawa
digambarkan
dengan
konsep
"Blencong"
dalam
pertunjukan
wayang,
semakin
jauh
dari
pusat
penerangan
tersebut
akan
semakin
redub.
D.
Kepemimpinan
fawa-Kepemimpinan
Otokratis-Teokratis
Dalam
kebudayaan
|awa,
pimpinan
itu
berbeda
dengan
rakyat.
Pada masa
perkembangan
Kerajaan Mataram Islam, pemimpin
disebut
sebagai
"Gusti"
dan rakyat
disebut
"kawula",
Sebutan
"gusti"
mengungatkan kita
pada
sebutan "Tuhan", karena
ada
istilah
"Gusti
Allah"
dan
"Gusti
Yesus". Konsep
tersebut
mengacu
pada
kelompok
sosial
yang
paling
ditinggikan
karena
kata
"Tuhan"
berasal dari
kata
"Tuan"
dalam
bahasa Melayu. Dengan
demikian
sebutan
"Gusti"
adalah
transliterasi
dari
kata
"Tuan".
Iika
dilingku-
ngan
pesantren
|awa
ada
sebutan
"Gus",
saya
kira
ini
juga
singkatan
dari
"Gusti"
yangartinya
"Tuan"
[orang
yang
ditinggikan kedudu-
kannya).
Sementara
itu
"kawula"
memiliki
makna
"hamba".
Yang
secara kasar
disamakan
dengan
"budak"
atau
kemudian
muncul
istilah
Belanda
"Kuli".
Pemilihan secara
konseptual
ini
membuat
jarak
sosial antara yang pemimpin
dengan rakyat
cukup
jauh.
Berdasarkan
hierarkhi
itu, maka konsep
"kepemimpinan"
dalam
budaya
Jawa
adalah
"otokratis",
Pemimpin
menjadisentral
dalam
pengendalian
kekuasaan
dan
rakyat adalah
objek
atau
pelaksanaan
dari kekuasaan.
Dalam
konsepsi
demikian,
maka
sebagian besar
orang
)awa
menggambarkan
bahwa
seorang
"pe-
mimpin" haruslah
"orang
kuat"
yang
dapat
membuat
kebijakan-
kebijakan
besar
untuk negara dan
rakyatnya.
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Menurut Kebudayaan
Jawa.[
Wasino
Meskipun
secara
teoretik ada
jarak
yang
jauh
antara
pemim-
pin
dan
rakyat,
budaya
|awa
mengajarkan
agar
keduanya me-
miliki
hubungan yang
baik. Hubungan
itu dikenal
dengan
nama
hubungan
"kawula-gusti",
hubungan
"hamba-tuan"
yang
berlaku
secara
hierarkhis dari
rakyat ke pimpinan
terendah
hingga
pimpinan
tertinggi.
Dalam
konsep
ini diajarkan
bahwa
antara
rakyat
dengan
pimpinan
harus
menjalin
hubungan
yang
harmonis
sebagaimana
hubungan
antara
manusia
dengan
"Sang
Khalik".
Begitu
mesranya yang
harus
dilakukan
dalam
komunikasi
dua
kelompok
sosial ini,
dalam
bdaya
|awa
diibaratkan
sebagai
hubu-
ngan
antara
"sesupe
lan
embanan"
(antara
bingkai
dengan
biji
cincin).
Keduanya
harus
membina
hubungan
erat
untuk
mencapai
kesejahteraan
ralqyat
Can negaranyas.
Hubungan
rakyat
dan pemimpin didasarkan
pada
konsep
keagamaan
baikyangberasal
dari
agama
Islam
maupun
sebelum
Islam
(Hindu-Budha).
Dalam
agama
Islam,
pemimpin
itu
disebut
"Kalifah-khalifatullah",
atau
wakil Allah
di
muka
bumi.
Istilah
ini
jelas
melekat
pada
nama-nama
raja
Mataram
"Kalifatullah
Sayiddin
Panata
C,ema",
wakil
Allah seorang
Sayid
pembina
ke-
agamaan.
Dalam
tradisi
Hindu-Budha,
seorang pemimpin
adalah
pengejawantahan
dari
dewa
pujaannya,
seperti
halnya
Airlangga
digambarkan
sebagai Wisnu,
Kertanegara
sebagai Bhairawa,
dan
sebagainya.
Pengetahuan
asosiatif
antara
masa
Hindhu
dan
Budha dan
Islam telah membentuk
konsep besar
tentang posisi
pemimpin
yang
pada
masa
kerajaan
dulu
diduduki
tertinggi
oleh
raja
dan ditiru
oleh pemimpin-pemimpin
yang
Iebih
endah,
seperti
adipati
atau
bupati.
Kepemimpinan
negara
tradisional
mengacu pada
kepemim-
pinan
alam
semesta.
Negara
diibaratkan
sebagai
,,jagad
cilik-
mikrokosmos"
(bumi
kecil)
yangharus
mengikuti
pola
kepemim-
pinan
"jagad
gedhe-makro-kosmos"
(alam
semesta)
yang
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
6/35
Kepemimpinan
di lndonesia dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Budaya
dipimpin
oleh
Tuhan.e Nama-nama
penguasa
Mataram
Islam
menunjukkan
adanya
replika
penguasa
bumi terhadap
penguasa
jagad
raya,
seperti
"Hamengku
Buwana"
(pemangku
jagad), "Paku
Buwana"
[pengikat
bumi),
"Hamangku
nagara"
[memangku
negara), dan
Paku
Alam [pengikat
alam).
Begitu
besarnya
gambaran
pemimpin
dalam
budaya
Jawa,
maka tugas
pemimpin
utama adalah
"memeyu
hayuning
bowona"
(menjaga
kesejaheteraan
bumi),
fika
gagal
dalam menjaga
"hayuning
bawana", maka raja itu telah
kehilangan
"wahyu"
atau
"pulung".
Ciri-ciri
penguasa
yang
kehilangan
"wahyu"
apabila
terjadi
"bencana
besar",
"pemberintakan
tak terkendalikan".,
"perangsaudara"
dan sebagainya. Dalam
situasi seperti itu,
orang
fawa
percaya
bahlva wahyunya
telah hilanglo.
"Wahyu"
sebagai
asal
legitimasi
seorang
pemimpin untuk
me-
mimpin
Babad
Tanah
Jawi.
Historiografi
ini merupakan
semacam
"Sejarah
Nasionalnya"
orang
Iawa
banyak mengungkap
episode-
episode
tentang
peralihan
kekuasaan karena
persoalan
wahyu
tersebut.
Cerita
tentang runtuhnya
Kerajaan
Majapahit dan
berdirinya Kerajaan
Demak
digambarkan
bahwa
ada bola
cahaya
berwarna
kebiru-biruan
pindah
dari Majapahit
ke
Glagah Wangi
yang
merupakan
cikal
bakal
Kesultanan
Demak.
Cerita tentang
hilangya
wahyu
dari istana Kraton
Kartasura
akibat serangan
1980);
Radjiman,
Sistem
Apanage dan Lungguh
dolam
Pola
Penguasaan,
Pemilikon,
dan Penggunaan
Tanah
Secora Tradisional
di Praja Kejawen
serto
Pengaruhnya
bagi Kehidupan Ekonomi
Masyarakot
di Masa Kolonial,
(Solo:
UNS,
Laporan
Penelitian
tidak diterbitkan, 1.995)
,hlm.32-67
.
8
Moertono,
op.ciL, hlm. 17.
e
Hubungan
makrokosmos
dan mikrokosmos
dalam kepemimpinan
Jawa
lihatSumarsaid
Moertono,
1983,
hlm. 17;
FacryAli,
Refleksi Paham
Kekuosaon
jawa
dalom
Indonesia
Modern
(f
akarta:
Gramedia, 1986),
hlm.
20-21.
t0
Lihat
Benedict
R.O.G. Anderson,
"Gagasan
tentang
Kekuasaan dalam
Kebudayaan
lawa",
dalam Miriam
Budiardjo
(ed),
Aneka
Pemikiran
tentang
Kuasa dan
Wibawa
(f
akarta:
Sinar Harapan, L984),
hlm. 44-126.
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Menurut
Kebudayaan
Jawa
I
Wasino
Pasukan
Madura
membuat
Raja Amangkurat
II
kehilangan
tahta-
nya.t'
Runtuhnya
Suharto
juga
dikatakan
sebagian
masyarakat
karena
kehilangan
"wahyu"
yang
telah
berpindah
ke
arah
timur.
Benar
tidaknya
kausalitas antara
wahyu
dengan
kekuasaan
memang masih
menjadi
pertanyaan
besar.
Akan
tetapi jika
yang
menjadi
rasionalitas
hilangnya wahyu
karena
pemberontakan,
kerusuhan,
dan
semacamnya
yang
berakibat
pemimpin
lama
tidak
bisa
mengendalikan
situasi, maka
masuk
akal
muncul
tokoh
baru
yang
dipandang
mendapatkan
wahyu.
Identifikasi
diri
seorang
pemimpin
baru
bahwa ia
mendapat-
kan
wahyu
sangat
diperlukan
karena
berfungsi
sebagai
alat
legiti-
masi.
Pemimpin
baru
akan
menulis
sejarah
baru
yang
menggam-
barkan
bahwa
dirinya
syah
mendapat
dukungan
Tuhan
karena
memperoleh
wahyu tersebut.
Selain
wahyu,
legitimasi
juga
dibangun
berdasarkan
aspek-
aspek
lain,
seperti
keturunan,
pusaka,
dan
hubungan
supra
natural.
Para
pemimpin
umumnya
beasal dari
"darah
biru",
bukan
dari
ralqyat
kebanyakan.
fika
terpaksa
mereka
berasal dari
rakyat
bia
sa
yang
memberontak,
maka
puj
angga
kerajaan akan
memb
uat
cerita
susur
galurnya
yangberwibawa
bahwa
ia keturunan
"darah
biru"
atau
bahkan
ralryatnya
percaya
bahwa
sang
pemimpin
itu
keturunan
darah
biru.
cerita
tentang
Ken Arok
sebagai
keturunan
Dewa
Brahma, Panembahan
Sena
Pati anak
Hadiwijaya, Sukarno
sebagai
anak
dari
Paku
Buwana
X,
dan
Suharto
dari
keturunan
Kesultanan
Jogjakarta
menuniukkan
bahwa
wibawa
pemimpin
dibangun
dari
keturunan.
Legitimasi
keturnan
ini kadang-kadang
dengan
membuat
cerita
bahwa
mereka
lahir
dari
"lembu
peteng,,,
sebuah
konsep
|awa
yang
membenarkan
adanya
perselingkuhan
11
Lihat
w.L.
olthol
Poenika
serat Babad
ronah
Djawi
wiwit
saking
Nabi
Adam
Doemoegi
in
Tahoen
1647
('s-Gravenhage:
M. Nijhoff,
tg47),lihat
juga
Soewito
Santoso,
Babad
Tonoh
jowi
(hluh
Matorom) (Surakarta:
srsl,
2003).
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
7/35
untuk kelahiran
seorang
pemimpin.
Pusaka
merupakan
alat legitimasi
magis
berikutnya.
Cerita
tentang kotang Anta
Kusuma
yang
dimiliki
oleh
Sunan
Kalijaga,
Keris
Nagasasra dan Sabuk
Inten, Tombak
Kyai Pleret dan
se-
macamnya dipercaya
sebagai
alat legitimasi
raja.
Sehubungan
dengan ha
itu
pemimpin
yang
memiliki
pusaka
tersebut
harus
menjaganya dengan
baik
agar
kekuasaanya
tetap terpelihara.
Untuk
kepentingan
ini
mereka membuat
tempat
penyimpanan
pusaka
yang
disebut
dengan
"godong
pusaka"
yang
dijaga
sangat,
ketat
oleh
pasukan
kerajaan.
Tradisi
membuat
legitimasi
dengan
pusaka
ini
juga
bellangsung
pasca
Indonesia merdeka. Banyak
pejabat
Indonsia menyimpan
pusaka
sebagai
"jimat"
untuk
memertahankan
kursi kekuasaannya seperti keris
Kyai
Semar
r.ntuk
pimpinan
agar
disayangi rakyatnya,"
kol
buntet" agar
tidak
mempan ditembak, dan
seterusrrya.
Sukarno merupakan
salah
satu
presiden yang
mempercayai itu, dan
membawa
tongkat
sebagai tongkat
perintah
yang berwibawa. Sementara
itu,
Suharto
banyak
menyimpan
pusaka
untuk
mendukung
Iegitimasinya.
Dukungan supranatural merupakan aspek
penting
bagi lang-
gengnya
kekuasaan. Berkaitan dengan
ini, maka
raja-raja
fawa
membina
hubunga;r
harmoni
dengan
penguasa
supranatural.
Cerita
percintaan
aniara Panembah.an
Senapati
dengan
ratu
Kidr-rl
merupakan
bentyuk
legitimasi
dukungan
kekuatan supra natural,
Demikian
pula
raja-raja Mataram
generasi
berikutnya
juga
melanjutkan
hubungan
itu, seperti di Solo
dengan
mengadakan
pertunjukan
"Bedaya
Ketawang" dan
di
Jogja
dengan
"labuhan
sesaji
di Parang Tritis".
Sementra
itu
keluarga Mangkunagaran
memiliki
hubungan
dengan
sejumlah
patilasan
di
Gunung
Lawu12.
12
Uraian tentang hubungan
dengan
Supranatural dan
tempat-tempat
keramat
yang
terkait
dengan
kekuasaan
lihat
John
Pamberton,/awa,
on the
Subject
ofJava
(Yogyakarta:
Mata bangsa,
2003), hlm. 367-379.
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Menurut Kebudayaan
Jawa
I
Wasino
Suharto
yang
cukup
kuat
budaya
fawanya
juga
membuat
ritual
dengan kekuatan
alam.
Ceita tentang"tapa
kungkum"
di
sungai
Kaligarang
merupakan
sebuah
cara untuk memperoleh
dukungan
dari
alam
semeseta.
Jejak
tempat"kungkum"
itu
kini ditandai
dengan
sebuah
monumen" Tugu
Suharto", yang setiap malam
L
Muharam
banyak
orang
ikut
"kungkum"
dengan
berbagai
macam
tujuan.
E.
Pemimpin
Ideal
Pada
era demokrasi
ini sirkulasi
elite kepemimpinan
cukup
cepat
dan
rumit.
Dalam
kebudayaan
fawa
banyak
diajarkan tentang
pimpinan
yang
baik
itu
dengan
berbagai
cara. Partama-tama,
perilaku
pemimpin
yang
baik. Perilaku
pemimpin
yang
baik
pemimpinantaralainharus memnikisifattmbekadilparamarta
atau watak
adil
merata
tanpa
pilih
kasih.13
Pemimpin
baik
digam-
barkan
memiliki
sifat
delapan
laku baik
yang
dikenal
sebagai
Hastabrata yang
berarti
delapan
(dalam
angka
lawahasta
berarti
delapan)
watak. Delapan
watak itu menggambarkan
perilaku
alam
semesta,
yaitu:
bumi,
api,
air, angin,
angkasa,
matahari,
bulan,
dan
bintang
atau dalam
bahasa
)awa
disebut
bumi,
geni,
banyu,
angin,
langit,
surya,
candra, dan
kartika. Hasta
Brata
merupakan
pesan
dari Prabu
Rama
terhadap adiknya
Baharata
yang akan memangku
kekuasaan
di
Negeri Ayogya. Adapun
delapan prinsip
itu adalah:
1..
Indro
[hujan)
yaitu
mengusahakan
kemakmuran
rakyat
dan
setiap tindakan
membawa
kesejukan.
Seorang
pemim-
13
Wasino,
"Kearifan
Lokal
dalam
Kebudayaan
lawa",
Makalah
disampai-
kan
dalam
Sarasehan
Kearifan
Lokal
Provinsi
lawa
Tengah
yang
disereng-
garakan
oleh
Badan
Kesatuan
Bangsa, Politik dan
perlindungan
Masyarakat
Pemerintah
Propinsi
Jawa
Tengah
bekerjasama
dengan
Kantor
Kesbangpol
dan Linmas
Kabupaten
Pati,
Kamis tanggal
7
Aparit
2011
di
Ruang
Rapat
Pragola,
Setda Kabupaten
Pati.
|
|
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
8/35
Kepemimpinan di lndonesia dalam Perspektif Sejarah
dan Budaya
pin
harus
memiliki
jiwa
kedermawanan
kepada semua
rakyatnya.
2.
Yomo
[Dewa
Yamal
yaitu
berani menegakkan keadilan me-
nurut
hukum
yang
berlaku,
memberantas semua
kejaha-
tan.
3.
Suryo
(Matahari) yaitu
memberikan
semangat dan
menjadi
sumber energi,
sabar,
tajam, dan
terarah dalam
bekerja.
Keramah tamahan
harus
ditunjukkan oleh seorang
pemim-
pin
sebgaaimana
perilaku
dewa surya,
4. Chondro
(Bulan)
yaitu
mampu
menerangi rakyat
yang
bodoh
dan miskin
dengan
menampilkan
wajah
yang
sejuk.
Kasih
sayang
merupakan sifat
dari
dewa ini
yang
harus
menjadi tauladan
bagi
para
pemimpin.
5.
Maruto
atau Bathara Bayu
[dewa angin) yaitu
selalu
berada
di tengah-tengah
rakyat
dan
memberikan kesegaran.
6. Kuwera atau Dewa
Bumi
yaitu
mampu menjadi
teladan
dan
landasan
berpijak
untuk
kesejahteraan rakyat.
Bumi me-
nyediakan hara kekayaan dan
kemakmuran untuk
peng-
huninya.
7.
Baruno
(Air,
Samudral
yaitu
berwawasan luas, arii dan
mengatasi
masalah dengan bijaksana dan
pemaailaksana
air,
serta
B.
Agni (Api) yaitu memiliki
jiwa
yang
berkobar-kobar
dan
tekad
yang
bukat
dalam
melawan
setiap
musuh,la
Dalam
tataran
yang
lebih riil
yang
baik
dalam
kearifan lokal
fawa
adalah
pemimpin
yang demokratis dan
berjuang untuk
kepentingan
rakyat.
Semboyan
perjuangan
Pangeran Samber
Nyowo
[Raden
Mas
Said)
dalam
mengumpulkan
kekuatan
rakyat
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Menurut
rebudayaan lawa
I
Wasino
untuk
melawan Belanda
patut
dicontoh
yang
dikenal sebagai ajar-
an
T
ri
D
h a rm
a
(m
elu h
an
da rb
e
n
i, m
e
I u ha ng ru ng keb i, m
u
Ia t s a r
i
r a
hangrasa
wan[).
Prinsip
demokratis
seorang
pemimpin
itu
juga
digambarkan
oleh Ki
Hajar
Dewantoro:
ing ngarso sung tuladha,
ing madya
mangun
karso, dan
tutwuri
Handayani.
Selain
berupa
ajaran,
keraifan lokal
|awa
juga
berisi larangan
yang
harus
dihindari
para pemimpin.
Hal-hal
yang
harus
dihin-
dari,
antara
lain
adalah:
1.
Aja dumeh,yangartinya
jangan
sombong
karena
memiliki
kedudukan atau
kekayaan. Ajaran
ini
menganjurkan
agar
seorang pemimpin
tidak
sombong
dan menindas kepada
ralryatnya
(wong
cilik).
AiaranAja
dumeh
mengajarkan ke-
pada
orang agar meniru
ilmu
padi,
semakin berisi semakin
merunduk
semakin tinggr
kedudukannya
banyak
ilmunya,
atau
kekayaannya
semakin
baik
perangainya.
2.
Aja lali,
kudu eling
lan
waspada, seorang
pemimpin
harus
selalu ingat tentang
hakekat
kepemimpinannya.
Ia dapat
menjadi
pimpinan
karena mendapat
amanat rakyat.
3. Aja
adigang,
adigung, adiguna
artinya
adalah
iangan
mem-
banggakan
diri sendiri
akan
kemampuannya
atau hal
yang
dimilikinya.
Alam
cerita
silat
selalu dikatakan bahwa
di
aias
langit masih
ada
langit,
rnaksudnya adalah
agar
kita
selalu
bercermin diri,
bahwa selalu
saja ada
yang
melebihi
kita karena
manusia itu
pada
dasarnya memiliki
keter-
batasan
4.
Aja aji mumpung,Aji
mumpungada
duayaitu aji mumpung
dalam-arti
positif
dan aji mumpung
dalam
arti
negatif.
Aji
mumpung
negatif
adalah
memanfaatkan
kedudukan
atau
peran
untuk
kepentingan
negatif,
atau kepentingan
individu.
Aji
mumpung positif,
adalah
pola
sikap
yang
bagus,
adil
bijaksana,
dan
dilakukan dalam
dirinya ketika
a
Moertono,
op.ciL, hlm.
52.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
9/35
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
10/35
Kepemimpinan
di
lndonesia
dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Budaya
Soemarsaid
Moerton
o.
Negara
dan
Usaha
Bina
Negara
di
Jawa
Masa
Lampau:
Studi
tentang
Mataram
Il,
Abad XVI
sampai
XIX.lakarua:
YaYasan
Obor,
1985.
Soewito Santoso,
Babad Tanah
iawi
(cnluh Mataram).
Surakarta:
STSI,2OO3.
Wasino,
Wong
Jawa
dan
Wong
Cina:
Liku-liku
Hubungan
Sosial
antdra
Ea::rs
Tiongha
dengan
Jawa
di Solo
tahun
1911-1998.
Semarang:
Unnes
Press,
2007.
Wasino.
"Kearifan
Lokal
dalam
Kebudayaan
fawa",
Makalah
disampaikan
dalam
sarasehan
Kearifan
Lokal
Provinsifawa
Tengah
yang diselenggarakan
oleh
Badan
Kesatuan
Bangsa,
Politik
dan Perlindungan
Masyarakat
Pemerintah
Propinsi
fawa
Tengah
bekerjasama
dengan
Kantor
Kesbangpol
dan
Linmas Kabupaten
Pati, Kamis
tanggal 7
Aparil
20L1
di
Ruang
Rapat
Pragola,
Setda
Kabupaten
Pati'
Wasino.
"Sikap
dan
Perilaku
Pemimpin
dalam
Organisasi
Penghayat
dan
Kepercayaan
terhadap
Tuhan
yang
Maha
Esa",
Makalah
dalam
Sarasehan
Organisasi
Penghal'at,
Kabupaten
Grobogan,
2010'
BAB2
WESTERNISASI DAN PARADOKS
KEBUDAYAAN:
Elite lstana Jawa pada Masa Paku Alanl V
(1878•]
190o)
Sri
Marganal
A. Pendahuluan
Tulisanini merupakan kalianaWaltentangrespOnslokalterhadap
perubahan•\
perubahan penting yang teriadi Selama masa avval
pertulnbuhan ide•\
de liberalisme dan westemisasi diJawa pada
paruh ke dua abad ke•]
9.Permasalahan pokoknya adalah tentang
kompleksitas•Œ
mbiguitas dan paradOks kebudayaanyang muncul
setelah tumbuhnya gagasan dan praktekliberalisme dan wester•\
nisasidi kalangan elite feodallawa dengan lnengambilstudi kasus
pada elite bangsawan Pakualaman Yogyakarta pada rnasa Paku
Alam V•k
1878-19oo•l
.Pembahasan difokuskan pada tumbuhnya
gagasan pernikiran Barat dan prakteknya pada bidang adrninis_
trasi dan pemerintahan•Œ
ukurn•Œ
konolni•Œ
endidikan•Œ
an sOsial_
budaya.Ada dua pertanyaan pOkOk yang hendak dijawab dalam
-
-1Dr'
Sri
Margana,
M.phir.
Dosen
dan
Ketuafurusan
Sejarah
Fakurtas
IImu
Budaya
Universitas
Gadjah
lr{ada,
yoryakarta.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
11/35
di
lndonesia
dalam
Taine,
H.A. The
Ancient
Regime
volume
I of
Les
origines
de France
Contemporaire.
London:
Daldy
Isbritter
and
C0,1976'
Verslag
van
het
beheer
en
den
staaL Utrecht:
Kemink
En
Zoom,
1858.
VanVollenhoven,
Cornellius.
Adatrechtbundel,
Bezorgd
door
de
commissie
voor
het
AdatrechtGravenhage:
Martinus
Nijhofl
1910.
Van
Niel,
Robert.
Munculnya
Elite
Modern
Indonesia.fakarta:
Pustaka
1aya,7958.
BAB 4
REVITALISASI NILAI•] NILAttSATRŽ¢
•M
JAWA DALAM MEMBANi
MARTABAT BANGSA
IC Krisnadil
A.
Pendahuluan
Pekerjaan
berat
sedang
diemban
pemerintah
dan
segenap
rarcyat
Indonesia
sekarang
iri
adarah
mengakhiri
masa
krisis
dan
membangun
martabat
bangsa.
Untuk
mewujudkannya,
jajaran
pemerintah,
para
penegak
hukum,
para
wakil
rakyat,
para
ulama
maupun
segenap
rakyat
Indonesia
dituntut
saling
bekerja
keras,
bahu-membahu
berlandaskan
niat
suci
dan
turus.
Namun para
pemimpin
di
negri
ini
berum
menunjukkan
keseriusan
dalam
mewujudkannya.z
Dijaj
untuk
meningkatkan
ke
t
Drs'
IG'
Krisnadi,
M'Hum.
Tenaga
pengajar
pada
Jurusan
Sejarah,
Fakurtas
Sastra
Universitas
Jember.
i
dan
Gayus
Tambunan
dijebloskan
ke
membongkar
korupsi
di
jajaran
polri
or kelas
kakap
Artalita
(Ayin),
kasus
kasus
pelanggaran
kode
etik
hakim
tua
KpK,
Antasari
Azhar.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
12/35
Kepemimpinan
di lndonesia
cialam
Perspektif
Sejarah
dan Budaya
selingkuhan kekuasaan dengan
para penegak
hukum,
legislator,
atau
para
pengusaha
demi kepentingan
pribadi,
kelompok mau-
pun
partainya.
Korupsi
merebak
di
segala
sektor
kehidupan,
hukum diperjual-belikan.
Walaupun
upaya
pemberantasan
ko-
rupsi
telah diupayakan, namun
hasil
yang
dicapai
belum optimal,3
karena pelaksanaannya masih
tebang-pilih
dan KPK-pun
dibikin
tidak berdaya.a
Atas dasar
keprihatinan
melitrat keadaan bangsa
pada
saat
ini
yang
sedang
dilanda
masa
krisis
khususnya
krisis
moral,
dengan
ditandai runtuhnya
moralitas
para
birokrat sehingga korupsi telah
membudaya di
setiap
sektor kehidupan,
sikap
pengecutyang
tidak
bertanggungjawab
yang
diperLontonkan
para
terdaloara
maupun
saksi
di Pengadilan, budaya kekerasan dan
gaya
hidup
premanisme
menjadi
pilihan
hidupnya. Hal
ini
terjadi karena bangsa
ini
telah
tercabut dari
akar budayanya
yang
semestiny,a
dapat dijadikan
sebagai
pedoman
hidup bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara.
Berkenaan
dengan
itu
perlu
dicari
akar
budaya bangsa
yang telah
"dilupakan"
tersebut
dengan menemu-kenali
kearifan lokal
fawa
khususnya
yang
menyangkut nilai-nilai
kesatria
fawa
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
m
emban
gun
martabat bangsa.
Tulisan
yang
membatasi
diri
kajian budaya
fawa
(nilai-nilai
ksatria
)awa)
didasarkan atas
pertimbangan
etnik
fawa
sebagai
3Berdasarkan survey yang
dilakukan
badan
independen
(April
201
1),
dari
146
negara, menempatkan
Indonesia sebagai
peringkatke-5
negara terkorup
di dunia.
Untuk kawasan Asia Pasifik, menempatkan Indonesia
sebagai negara
terkorup
(peringkat
satu). http:serba-sepuluh.blogspot.com/
20...#ixzzllb3NOYET
+Mantan
Kctua
KPK, Antasari
Azhar
diiebloskan
penjara LB
tahun melalui
rekayasa
sidang
pengadilan
kasus
pembunuhan
Direktur PT Putra Rajawali
Banjaran,
Nasrudin Zulkarnaen.
dalam Kompos, Kamis 2l April 2011,. Sampai
sekat'ang
ini
KPK
juga
belum mampu menyelesaikan kasus korupsi seputar
BLBI,
Bank Century, Hambalang
yang
dimungkinkan akan melibat
para
petinggi
yang
sedang
berkuasa di negeri ini.
Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
Jawa...
I
lG.
Krisnadi
etnik
mayoritas
yang
menguasai
di
setiap
sektor
kehidupan
khususnya
di sektor pemerintahan,
sehingga
tidakberlebihan
jika
etnik
ini
dituduh
sebagai
etnik
paling
bertanggungjawab
atas
krisis
moralyang
melanda
negeri
ini.
oleh
karena
itu
revitalisasi
nilai-nilai
kesatria
fawa
untuk
membangun
martabat
bangsa
menjadi pilihan tepat
untuk
dipresentasikan
di
dalam
Seminar
Nasional
Revitalisasi
Nilai-nilai
Kepemimpinan
Tradisional
dalam
Membangun
Martaabat
Bangsa.
rsulan
Ksarna
pertama
kali
terdapat
di
dalam
system
kasta
masyarakatkuna
(Hindu)
di India.
Ksatria
sebagai
salah
satu
dari
Istilah ksatria
pertama
kali
terdapat
dalam
empat
kasta
yang
ada
di
India,s
merupakan
kasta
bangsawan
sebagai
golongan
pernerintah.
Kasta
ini
dianggap
sebagai
tangan
Brahma
yang
berarti
golongan
pemerintahan,
karena
tangan
diperlukan
untuk
memanggul
senjata peperangan.
Kasta
ini
terdiri
atas raja, bangsawan
dan
prajurit
yang
bertugas
sebagai
penyelenggara
pemerintahan,
penjaga
keamanan,
penegak
keadilan,
pemberantas
l
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
13/35
di
lndonesia
dalam
Perspektif Sejarah
dan Budaya
Kaum
ksatria
|awa
bertugas
menialankan
pemerintahan,
menjaga
keamanan,
membratrtas
kejahatan,
membela
kaum
tertindas,
me-
ngayomi
ralcyat, mernbela
kebenaran
dan
keadilan
melalui
pe-
negakan
hukum.T
Sebagai
sarana
penuniang
keberhasilan
dalam
mengemban tugasnya,
seorang
ksatria
fawa
harus
memiliki
wisma,
wanodya,
turangga,
kukila,
curiga'g
fiwa
ksatria
fawa
sebagai
nilai-nilai
luhur
diyakini
dapat
digunakan
untuk membangun
martabat
bangsa
di
tengah-tengah
keterpurukan
bangsa
Indonesia
yang
dilanda
krisis
moral.
Oleh
karena
itu
upaya
merevitalisasi
nilai-nilai
ksatria
fawa
yang
kini
telah
ditinggalkan
para
pemimpin di
negeri
ini,
menjadi
urgent
Berkenaan
dengan
itu, tulisan
ini bertujuan
mencari
akar
per-
masalahan
krisis
moral
yang
sedang
melanda
bangsa
lndonesia
saat
ini, merevitalisasi
nilai-nilai
luhur kesairia
f
awa, dan
refleksi
atas
kepemimpinan
saat
ini.
Kerangka
teoretis
yang
mengilhami
penulisan makalah
ini
berasal
dari
konsep
kekuasaan
Iawa
yang
dikembangkan
BenedictAnderson,
Sutran
Paku
Buwana IX,
mau-
pun konsep
keteladanan
hidup
moralitas
|awa
yang
dikembang-
kan
R. Ng.
Ronggowarsito,
Mangku
Negara
I,
Ki Hajar
Dewantara'
Sesuai
dimensi
ilmu
sejarah
yang melihat
masa
lampau
sebagai
pengalaman
hidup,
masa
kini
untuk
berkaca
diri, dan
masaa
depan
untukberbenah
diri,
metode sejarah
akan
menjadi
pilihan
tepat
dan
menjadi
andalan
dalam
penyusunan makalah
ini'
B. Mencari
Akar
Permasalahan
Falsafah
hidup
Timur
[]awa)
adalah
perjuangan untuk
mencari
pelepasan dari
segala
napsu
duniawi
yang membelenggu
iiwa
7
Iwan
Mulyana:
Perilaku
dan
Pitutur ala
Jawa:
Kelengkapan
Ksatria
jawa
Paripurna:
Wisma,
Wattodya,
Turangga,
Kukila,
Curiga'
I w
a
n m
u
m
u I
i
o n o.bto
g
sp
o
t.
c
o m
/
2 0
1
1
/
k e le n
g
ka
p
a
n-ksa tr
i
a-j a w
a
-p
a
r
p
u r
n
a-htm L
srAlarrranrara
denoan
I
C. Srrdiaruradi.
Iember
1 September
2013.
Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
Jawa...
I
lG.
Krisnadi
sumber
eksploitasi,
sumber
kesejahteraan
hidup,
melainkan
sebagai sesuatu yang
membelenggu
jiwa
dalam
ziarah
kehidupan
menuju
sangkan
paraning
urip,'o
sehingga
mereka
tidaksilau
ter-
hadap
cumloroting
kencana (harta
duniawi),g
emerincinge
ringgit
(uang)
maupun
sumilaking
jarit
(nafsu
birahi).11
Mereka
me_
maknai
hidup
di
dunia
ini
hanya
sebentar
(mampir
ngombe),
untuk
mencari
bekar
hidup
dengan
berbuat
kebaikan.
Farsafah
ini
memandang
kesejahteraan
hidup
bukan
terretak
tingkat
pe-
nguasaan
materi
[harta
duniawiJ,
melainkan
ditentukan
kemam-
puan
seseorang
dalam
membebaskan
diri
dari
ikatan
duniawi
yang
dianggap membelenggu
jiwa,
dan
diyakini
dapat
mengham_
bat
ziarah
kehidupan
menuju
terminal
akhir
kehidupan
yaitu
surga,
alam
adalah
sumber
kehidupan, maka perru
dilestarikan
dengan
menjaga
keberlangsungan
hidup
ekosistem
dan
keanekaragaman
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
14/35
sumber
hayati.
|ika
manusia
merusak
Iingkungan
alam,
irama
kosmos
terganggu,
sehingga
tidak
tercipta
keharmonisan
hubu-
nganjagadgedhe-jagadcilik,sehinggamenimbulkanbencana
alam.
Falsafah
Barat
menganggap
dunia
sebagai
obyek
penelitian,
obyek
eksploitasi,
sumber
keseiahteraan
hidup'
Falsafah
ini
memindahkan
standar
kesejahteraan
hiciup
dari
kesejahteraan
rohani
(falsafah
Timur)
ke
dalam
keseiahteraan
iasmani
melalui
penguasaan
harta
duniawi.
Hal
ini
membuka
peluang
bagi
ma-
nusia
untuk
merusak
Iingkungan,
serakah
terhadap
Iingkungan,
serakah
terhadap
harta
duniawi,
sehingga
irama
kosmos
ter-
ganggu,
maka
akan
menimbulkan
bencana
alam'
Demipenguasa-
an harta
duniawi,
membuka
ruang
tergerusnya
moralitas
bangsa,
membuka
kesempatan
bagi
"jabang
bayi"
korupsi
tumbuh
dan
berkembang
dalam
stadium
membudaya di setiap
aspek
kehidu-
pan.
Demi
memperkaya
diri,
demi
memuaskan
napsu
duniawi'
manusia
menghalalkan
segala
cala
untuk
mencapai
tuiuan.
Hal
demikian
terjadi
karena
terpengaruh
pandangan
falsafah
hidup
(ala
Barat)
yang
dianggap
modern.
Menurut
Beerling,
pandangan
semacam
ini
mulai
dimiliki
oleh
orang-orang
Barat
sejak
masa
pencerahan
(abad xvlll),13
bahkan
pada saat
ini
pandangan
se-
macam
ini
telah
menjadi
milik
masyarakat
dunia
termasuk
orang-
orang
fawa.
Falsafah
hidup
yang
demikian
membawa konsekuensi
logis
bagi
manusia
untuk
saling
berebut
sumber
aset-aset
ekonomi,
sehingga
manusia
saling
menjadi
"harimau" atas
manusia
lain,
tatanan
masyarakat
berupa
norma-rlorma
sosial
maupun
norma-
norma
agama
dan
pendidikan
budi
pekerti mulai
ditinggalkan.
"
RPJ*rli.g,
Mrrl,
gkap
Dunia
Modern:
Perotmbuhan
Dunia
Modern,
Jilid
II. Terjemahan
S;aukat
Djajadiningrat.
Djakarta:
Pustaka.Rakjat
N.V.,
tanpa
tahun
terbit.,
hlm.l7
-27
.
Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
Jawa...
I
lG.
Krisnadi
Tatanan
masyarakat
lama yang
memegang
teguh
tradisi
jebol
oleh
penetrasi
budaya
Barat,
sehingga
terjadi
martabat
bangsa
turun
ke
tingkat
terendah.
Hal
ini
terjadi
sejak
orang-orang
Eropa
melakukan penj
elajahan
dunia, masa
kolonialisme-imperiarisme
orang-orang
Eropa
ke
dunia
Timur.
Mereka
saling
berebut
pe_
nguasaan
sumber
aset-aset
ekonomiyang tidak
akan pernah
ter-
puaskan,
mereka
saling
berperang
[perang
Dunia
I,
perang
Dunia
II).
Bahkan
perebutan
penguasaan
atas
sumber
aset-aset
ekonomi
berlangsung
terus
hingga
saat
ini
dalam
sistem
neo-liberalisme
di era
globalisasi.
Pada
era
ini
kapitalisme
semakin
menunjukkan
keserakahannya
dalam
penguasaan
atas
sumber
aset-aset
ekonomi,
dan
telah
mencabik-cabik
martabat
bangsa
Indonesia
hingga
rnelahirkan
tnasa
krisis.
Keunggulan
falsafah
hidup
Barat
versus
falsafah
hidup
Timur
telah terekam
di
dalam
dialog
budaya Barat versus
budaya
nusantara.
Di
dalam
dialogbudaya,
terjadi
perjumpaan
kebudaya-
an
satu
dengan
kebudayaan
lain
menghasilkan
perkembangan
kebudayaan
yang
gemilang.
perkembangan
kebudayaan
di
Eropa
Barat
misalnya,
merupakan
hasil
pertemuan
dengan
kebudayaan
Islam
di dalam
rangka
perang
Salib.
Timbulnya
Renaissance
di
Italia
Utara
lantaran
penemuan
kembali (revitalisasi)
kebudayaan
Yunani
klasik.
Di Indonesia
perjumpaan
kebudayaan
asli
Indo-
nesia
dengan
kebudayaan
Hindu,
Budha
dari
India
menghasilkan
bangunan monumental seperti candi Borobudur, candi
pramban-
an'
Bahkan
keunggulan
kebudayaan
India
di
bidang
organisasi,
di
dalam
dialog
kebudayaan
tersebut
melahirkan
kerajaan-
kerajaan
Hindu
di
nusantara
seperti
Kerajaan
Kutai,
Kerajaan
Tarumanegara,
Mataram
Hindu
dan
sebagainya.la
Ivlenurut
Soedjatmoko,
vitalitas
kebudayaan
suatu
bangsa
dalam
menjalin
laMarwadi
Djoened
poesponegoro,
Nugroho
Notosusanto
,
op.
cit,hrm.29-
52.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
15/35
Kepemimpinan di
lndonesia dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Budaya
dialog
dengan
kebudayaan
lain
dibuktikan
oleh
kemampuan
untuk
dirangsang
oleh
pengaruh-pengaruh
luar,
ke
arah kreati-
vitas
yang
lebih
besar. Vitalitas
suatu
bangsa
juga
dicerminkan
dari keberaniannya
untuk
menjalankan
eksperimen-eksperimen
dan
mencoba
jalan
baru
yang belum
terdapat
dalam
kebudayaan
asli.ls Lantas bagaimana budaya
nusantara berdialog
dengan
budaya
Barat?
Penguasaan
Portugis
atas
Malaka
(1511)
membuka
kesempa-
tan bangsa
ini untuk
menguasai
jalur
pelayaran nusantara
dengan
menguasai
pelabuhan
Sunda
Kelapa
tahun
1527.t6
Namun
Keraja-
an Demak
yang
diharapkan
mampu membendung
kolonialisme
Barat
di
nusaniara
malah
semakin
lemah,
lalu
pudar
akibat
suk-
sesi
diantara
raja-rajanya.
Kekuatan
Eropa
yang
datang
berikut-
nya
yaitu
Belanda
iauh
lebih
kuat
daripada
Portugis dan
Spanyol.
VOC
(Belanda) datang pertama
kali
di
nusantara (Ujung
Kulon,
Banten)
pada
22
funi
1596
dengan
tuiuan
berdagang,
namun
selanjutnya
menguasai
kota-kota
pelabuhan
penting
di
jalur
perdagangan
di
nusantara
seperti:
Malaka
(1,64L),
Batavia
(L642)'
Maluku
[1655),
Minahasa
(1658), Gorontalo
(L677), Mataram
(1667), Makasar
(1669),
Palembang
(1662).17
Selanjutnya
Belanda tidak
puas
hanya berdagang
di
nusantara
akhirnya
nll-
santara
dijadikan
daerah
iaiahannya
hingga
kedatangan
bala-
tentara
|epang
pada
tahun 1942.
Masa
kolonial
Belanda
di
nusantara merupakan
masa pene-
trasi
budaya
Barat
terhadap
budaya
nusantara.
Di dalam
per-
jumpaan
dengan
budaya
Barat, budaya
nusantara
yang
bersifat
lssoedjatmoko,
Ehko Pembebason:
Pilihan
Karangan
tentang:
Agama'
Kebudayaan,
Sejarah
dan IImu
Pengetahuan
(Jakarta: LP3ES,
Cetakan
Ketiga,
1988),
hlm. 46-47).
r6Parakitri
T.
Simbolon
,
Akar-akar
Kebangsaan
lndonesio
(f
akarta:
Grasindo, 1995),
hlm. 3L.
17
lbid,
hlm.47-48.
Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
Jawa...
I
tG.
Krisnadi
profan
kehilangan
vitalitas
adaptif dan
kreatif
dalam
berdialog
dengan
budaya
Barat
yang
sekuleristik.
Sistem
nilai
budaya
nusantara
maupun
pranata
sosial
yang
telah
ada
jebol
meng-
hadapi gelombang
budaya
Barat.18
Bersamaan
dengan
kehadiran
Belanda
di nusantara,
terjadi
kesibukan
internal raja-raja
lokal
dalam perang
suksesi,
menunjukkan legitimasi
kekuasaan
tradi-
sional
sedang
dipertanyakan.le
Para
pesaing
tahta
keraiaan
(usurpator)
mengklaim
bahwa
dirinya
sebagai
Ratu
Adil
yang
telah
memperoleh
restu
lllahi
yang
akan
menyelamatkan
rakyat
dari
ketidakadilan
dan
kejahatan
duni4
dan
akan
mendirikan
pemerintahan
yang
damai,
adil
dan
makmur.
Sejarah
pembe-
rontakan-pemberontakan
setempat
di
fawa
tidak
hanya
zaman
kolonial
tetapi
juga
pasca-kemerdekaan,
menampilkan
pemim-
pin-pemimpin
yang
dilambangkan
oleh
rasa kekecewaan
dan
keputusasaan
elite
politik
lalu
menghasut para
pengikutnya
untuk
berontak
atas
nama Ratu
Adil.,' Tampaknya
para
erite
poritik
tidak
menghimpun
kekuasaan
Illahi
dengan
cara
bermatiraga
atau
mensucikan
diri,
namun
mereka
saling
mengklaim
bahwa
wahyu
keprabon
atau restu
Illahi
sudah "dikantonginya.,,
Hal
semacam
ini
terjadi
karena
mereka
telah
terpengaruh
falsafah
hidup
Barat yang
lebih mengutamakan
pencarian
kebahagiaan
hidup
bercorak
duniawi
melalui penguasaan
atas
sumber
aset-
aset
ekonomi
maupun
terdorong
oleh
napsu
atau libido
kekuasaan.
Kondisi
semacam
ini
diperparah
dengan
penetrasi
budaya
Barat yang
sekuleristik
menawarkan
"kenikmatan
duniawi,,
dan
18
Sartono
Kartodirdjo.
"Lemboran
Sedjarah
Indonesia
No.7;
Messianisme
dan
Millenarisme
dalam
Sejarah
lndonesia."
f
ogjakarta,
Seksi
penelitian
Djurusan
Sedjarah
Fakultas
Sastra
dan
Kebudajaan
UGM.
1971.,
hlm.
66-67.
le
Fachry
Alt,
Refleksi
Paham
"Kekuasaan
Jawa,'dalam
Indonesio
Modern
fl
akarta:
Gramedia,
7986),
hlm.
44-45.
2oSoedjatmoko,
op.
cit, hlm.B1.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
16/35
Kepemimpinan
di
lndonesia
dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Budaya
keserakahan
kaum
kapitalis
dalam
mengeksploitasi
dunia,
meluluh-lantakkan
tatanan
masyarakat
yang
telah
ada, sehingga
menyebabkan
krisis
moral
melanda
bangsa
ini
dan
masya-
rakatnya
memasuki
zaman
kegelapan
(kalatidha).
Hal
initerjadi
ketika
kekuasaan
kolonial
Hindia
Belanda
semakin
kuat
tertanam
di bumi
nusantara
khususnya
di
f
awa
pada
tahun
1B7O-an'
Ber-
kenaan
dengan
itu,
Raden
Ngabehi
Ronggowarsito
bernada
sangat
putusasa menggambarkan
kalatidha
yang terjadi
pada
zamannya
dengan
rangkaian
syair dalam
SeratKalatidha
berikut
ini:
"Mangkya
darajating
praja/
Kawuryan
wus sunya
ruri/
Rurah
pangrehing ngukara/
Karana tonpa
palupi/
Ponang
porqmeng
kawi/
Kowelwiting
tyas
maladhung/
Kungas
kassudronira/
Tidem
tandaning
dumadi/
Ardayeng rotdening
karoban rubeda'/
/Ratune-ratu
utama/
Patihe
patih
linuwih/
Pranayako
tyas
roharja/
Panekare becik-becik/
Paranfune
tan dadi/ Paliasing
kala
bendu.//Amenangi
zaman
edan/ E'wuh
ayahing
pambudi/
Melu edan
nora tahan/
Yen tan
melu
anglokoni/
Boya
kaduman
mel ik/ Kal
i
ren
w ekqsanlpu
n....2
1
Syair
tersebut
jika
diterjemaahkan
secara
bebas
sebagai
berikut:
"Adopun
derajat
negara/
tampak sudah
sunyi
senyap/
penguasaon
kalimat
(sudah)
mundur/
karena
tiadanya
teladan/
odapun sang
pujangga
utama/
terbelit
oleh hati
yang
penuh
cinta
(duniawi)/ tersiar kerendahan
deraiaorya/
padam
segalo
tanda
kehidupaan/
terasokan
dunio
baniir
kemolangan.//
Raianya
roia
utama/
patihnya patih
yang cakap/
paro
pengawal berhati
tenteram
/p
e nj ag a keam
ana nny
a b
aik-b a
ik/ m
eskipun
dem
iki aan
(mereka)
tidak
menjadi/penolak
akan
kemurkaan sang
Kala...'/
/
Mengalami
zaman
gila/
sulit
berusaha
untuk
menggunakan
"R.
Rg.
Sastrasadarga,
Jangka
Ronggowarsito;
Sabda
Pranawa,
Jaka-
lodhang,
Kala Tidhq.
Solo,
Penerbit
Sadoe-Boedi,
tanpa
tahun terbitJ,
hlm.
24-
25.
Revitalisasi Nilai-nilai
Katria
Jawa...
I
lG.
Krisnadi
akal
budi/ mau
ikut gilo
tak tahan/
(tctapi)
jika
tidak
ikut
menjalani/
apakah
akan
mendapat
bagian
pemilikan/
akhirnya
j
ad
i ke
lapa ran...//'22
Menurut
Anderson,
syair
tersebut
menggambarkan
keruntu-
han
raja-raja
lawa.la
berpendapat,
menurut
"jalan
pemikiran,'
fawa
tradisional, apabila rajanya raja
utama
(Ratune-ratu
utama),
patihnya
mencintai
kebenaran
(Patihe
patih
linuwrh),
maka
kos-
mos
dan
nrasyarakat
semestinya
dalam
keadaan
damai/tentram.
Tetapi
sebagaimana
yang
diperlihatkan
dalam
syair
itu
justru
menggambarkan
hal
yang
sebaliknya.
Satu
kata dahsyat paran-
dene
[meskipun
demikian)
mengekspresikan
keputusasaan
men-
dalam
Ronggowarsito
terhadap
tradisi, kesadaran
bahwa
alam
pemikiran
yang
lama
tentang
dunia
tidak
lagi
dianggap
sah,
irama
kosmos
telah
menjadi
tidak
karuan,
dan
"kuasa"
orang
fawa
me-
lemah.
23
MenurutAnderson, penyairtua yangtahun
1873
tinggal
menanti
kematiannya
berbicara
tentang
kengeriannya
bahwa
masa
ini
adalah
masa kegelapan
yang
mungkin
tiada
berakhir.za
Kekhawatiran
atau
keputusasaan
Ronggowarsito
tentang
melemahnya
"kuasa"
orang
fawa
dan
semakin
menguatnya
penetrasi
budaya
Barat yang
menjebabkan
terjadinya
kalatidho
(masa
krisis
moral) yang
tiada
berakhir
bukan
sekedar
isapan
jempol
melainkan
menjadi
kenyataan.
Krisis
moral yang
dialami
bangsa
Indonesia
pada
saat ini
sebagai
manifestasi
meremahnya
"kuasa" orang
Jawa
terhadap penetrasi Barat dalam rupa
kese-
rakahan
kapitalisme
(neo-liberalisme)
di
era globalisasi
ini.
Sekalipun
demikian,
jika
kita
bersikap
putusasa
seperti yang
telah
ditunjukkan
Ronggowarsito
di
dalam
serat
Kalatidha
bukanlah
sikap
bijak,
namun
perlu
diupayakan
agar
bangsa
inikeluar
dari
22B.R.o.G
Benedict
Anderson,
kgason
Tentang
Kekuasoan
dalqm
Kebu-
dayoan
Jawa
(Tanpa
kota
dan
badan
penerbil
l97Z)h\m.42.
23Anderson,
ibrd.
hlm.
43.
24lbid
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
17/35
Kepemimpinan
di lndonesia
dalam
Perspektif Sejarah
dan
Budaya
masa krisis
(kalatidha). Langkah
yang
dicoba
untuk
keluar
dari
masa
krisis
adalah
dengan merevitalisasi
nilai-nilai
ksatria
fawa'
C. Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
fawa
Para
pemimpin
bangsa
di
negeri
pada saai
ini
telah
kehilangan
jiwa
ksatria
di
dalam
mendharmabaktikan
tugas-tugasnya
seba-
gai
abdi
negara.
Para eksekutor,
legislator,
yudikator telah menya-
lahgunakan kekuasaan
untuk
rnemperkaya
diri
dengan mencuri
(korupsi)
uang
rakyat. Para
pemimpin
yang
demikian
tidak
mem-
beri keteladanan
baik, malah
mempertontonkan
tindak
tidak
ter-
puji
[pengecut)
kepada rakyat.
Menurut
Anderson,
para
pemim-
pin
yang
demikian
jika
dilihat
dari sudut
pandang
kepemimpinan
tradisional
]awa,
mereka
telah
kehilangan
"wahyu
Illahi" dan
sifat-
sifat ke-lllahian
di dalam
kepemimpinan,
karena
wadhahnya
telah
rusak.2s
Di dalam konteks
kepemimpinan
f
a,*'a,
pemimpin
yang
kehila-
ngan
sifat-sifat
ke-lllahian hanya
akan
mendatangkan
prahara
atau musibah
karena
kutukan
Tuhan
rnelalui
Bethara
Kala.
Masa
yang
demikian
dikenal
sebagai
kalabendu.
Kalabendu memiliki
tanda-tanda
seperti: terjadikemerosotan
moral
di
kalangan
para
pejabat
dan masyarakat.
Hal
ini
tarrrpak
semakin
merebak
ko-
rupsi, menjamur
praktik pelacuran, dan
tindak
kriminalitas
lainnya
serta
semakin banyak
musibah
bencana
alam.
Menurut
2l
Menurut Benedict Anderson,
kekuasaan
fawa
memiliki
karakteristik
sebagai berikut:
(1) Kekuasaan
itu bukan
suatu
gambaran
teoritik,
melainkan
ada dan
nyata.
Kekuasaan itu energi
Illahi.
(2)
Kekuasaan
bersifat
homogen
yang
memiliki
jenis
dan
sumber
yang
sama;
(3)
Besarnya kekuasaan
di
alam
semesta bersifat konstan,
dan secara
substansial
bersifat
tetap,
artinya
tidak
pernah
bertambah
dan tidak
pernah
berkurang.
Namun
demikian,
bagi
setiap
orang
yang
berupaya menghimpun
(mewadahi)
kekuasaan,
maka
kekuasaan
itu
bisa
bertambah atau
berkurang atau
aka,r hilang
bagi
yang
"wadahnya"
telah rusak. lbid hlm. 3-4.
Revitalisasi
Nilai-nilai
Ksatria
Jawa...
I
lG. Krisnadi
Soemarsaid Moertono, kalabendu terjadi
karena
raja
atau
para
birokrat
yang
semestinya memberi
keteladanan,
perlindungan,
ketentraman, kesejahteraan
kepada rakyat,
justru
menyeng-
sarakan rakyat.26
Istilah kalabendu
muncul
berkenaan dengan
pihak penguasa
tidak
dapat
menyelenggarakan
pemerintahan
secara
baik.
Raja sebagai
penguasa
tidak
melaksanakan
kewaji-
ban
sebagai
mediator
antara
rakyat
dan Tuhan,
karena wahyu-
keprabon
sebagailegitimasi kekuasaan
telah ke
luar
dari wadah-
nya
yaitu
di dalam
diri
raja mencari
wadah baru ke dalam Ratu
Adil
yang
akan memberantas kejahatan,
mendatangkan kemak-
muran dan kedamaian bagi rakyat.z7
Menurut Anderson, vitalitas kepemimpinan
|awa
terletak
pada
kemampuan
seseorang di
dalam menghimpun kekuasaan
dengan menyediakan
"wadah"
yang
baik dengan menyucikan
diri
agar
dapat mewadahi "Wahyu
Illahi."
Hal
ini
dilakukan
dengan
cara bermatiraga.
Misal melalui
bertapa di dalam
gua
atau
di
dalam
hutan, berpuasa
(suda
dhahar
klawan
guling),
meditasi
di
dalam kamar tanpa
penerangan
Qtatigenr],
hanya makan sayur
(ngrowot),
berendam
di
dalam
air
sungai
(kungkum),
bertapa
mengubur
diri
fpasa
mendhem),
puasa
bicara
(tapa
ngrame),
pantang
seks.z8 Menurut
tradisi
f
awa,
mereka
yang
berhasil
meng-
himpun
kekuasaan
(energi
Illahi) akan menerima
wahyu
keprabon sebagai legitimasi
kepemimpinan
berupa
cahaya terang
berwarna
biru,
atau hijau, atau
putih
yang
bernamawahyu, pulung
25Soemarsaid
Moertono.
Negoro dan Usoha Bino-Negara di
lawa
Masa
Lampau; Shtdi Tentong
Masa Mataram
Il,
Abad
XVI-XlX
(lakarta:Yayasan
Obor
Indonesia,
1985), hlm. 56.
2TSartono
Kartodirdjo, U
ngkapan-Ung kapan Filsafat Sej aro
h Barat
dan
Timur
(Jakarta:
Penerbit
PT Gramedia, 1986J, hlm.88-89.
281G.
Krisnadi.,
"Wahyu
Kraton Miturut Kabudayan
f
awa,"
dalam/aya Baya
No. 32,
12
April
1998.,
hlm.
7-9. Indrajati, Kitab Wedha Mantra.
Solo:
Sadu
-
Budi, 1979.,
hlm.4.
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
18/35
Kepemimpinan
di
lndonesia
dalam
Perspektif
Sejarah
dan
Budaya
atau
ndaru.ze Mereka
yang
telah menerima wahyu-keprabon
menganggap
bahwa kekuasaan
[jabatan)
itu amanah
dari Tuhan,
dan merupakan
tugas suci
yang
dipercayakan Tuhan
untuk
mensejahterakan
rakyat.3o
Berkenaan dengan
itu, Ki
Hajar Dewantara
memberikan
petuah
kepada para
pemimpin/ksatria
f awa dalam
melaksanakan
tugas dengan
semboyan ing ngarsa sun tuladha,
ing madyo
mbangun karsa,
tutwuri
handayani,
artinya seorang
pemimpin
(guru)
jika
di depan memberikan keteladanan
yang
baik
kepada
bawahannya,
jika
di
tengah
memberi motivasi atau membangkit-
kan
kinerja
kepada bawahannya
agar memiliki kreativitas
kerja,
dan
jika
berada
di
belakang
harus memberikan
dukungan dan
kesempatan
kepada
bawahannya untuk mandiri,3l
Pangeran
Samber
Nyawa
(Mangkunegara
I)
memberikan
petuah
tentang
Tri
Dharma
yang harus diemban
seorang
pemimpin
maupun
bawahannya
dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai
berikut:
(1)
rumongso
melu handarbeni
(merasa
ikut memiliki),
rumongso
melu
hangrungkebi
(merasa
ikut
bertanggungjawab)
dan mulat
sariro
hangaroso wani (mawas diri
dan berani).32
Menurut
konsep Dewa-Raja,
para
raja
f
awa memiliki
kesakti-
an
yang
identik
dengan
kesaktian
para
dewa,
sehingga mereka
mendapat
sebutan
Gusti
kang mangejawantah,
artinya
Tuhan
2eSoemarsaid
Moertono,
op.
cit,
hlm.
59. Benedic
Anderson,
op.
cit,hlm.
5. Lihat
IG.
Krisnadi,
Pujongga
Kraton: Mbangun
Sasta, Mqrsudi
Basa
(Makalah
Proceeding),
Kongres Bahasa
fawa
IV di
Semarang,
Jawa
Tengah.
10-14
September
2006.
301.C.
Sudjarwadi,
Seimbang
Unsur
Yin
dan Yang, dalam
Jawa
Pos,
Radar
Jember,
Minggu
21 November'2010.
3lMarwati
Djoened
Poesponegoro,
Nugroho
Notosusanto,
Sejarah
Nasional
Indonesia
7
fJal
-
8/20/2019 E Books Kepemimpinan
19/35
Kepemimpinan
di lndonesia
dalam
Perspektif Sejarah
dan
Budaya
dilihat di
dalam
piwulang Resi
Bisma
kepada
Raja
Indraprasetya,
/udistira
tentang
Dharma
Raja.
Menurut
Resi
Bisma,
seorang
raia
tidak
boleh
memperkaya
diri
(korupsi)
yang
dapat
menyengsara-
kan rakyat,
sehingga
rakyat
akan
marah,
dan Tuhan
akan meng-
hukum
raja.37 Resi
Bisma
juga
memberikan
piwulang
nilai-nilai
ksatria
kepada
Werkudara, Arjuna, Nakula
dan
Sadewa
tentang
Dharmaning
Prajurit
sebagai
berikut,
|ika
berperang
jangan
dilandasi
rasa
amarah
yang
berlebihan
dengan
melakukan
pem-
bunuhan.
)angan
menghalalkan
segala
cara
untuk
memperoleh
kemenangan
dengan
melakukan
sikap
yang
tidak
terpuji,
atau
jangan
bersikap
pengecut
dengan
menyerang
musuh
secara
sembunyi
pada
saat
peperangan sedang istirahat.
Mereka
yang
luka segera
ditolong
untuk disembuhkan
sekalipun
itu
musuh.
Musuh
yang
telah
mel