DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA …repository.unimus.ac.id/1773/1/20. Manuscript.pdf3...

14
i Manuscript Oleh: Nuzulia Asmi Damayanti NIM : G2A216045 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018 DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA PASIEN KANKER KOLON YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG CENDRAWASIH RSUP DR KARIADI SEMARANG repository.unimus.ac.id

Transcript of DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA …repository.unimus.ac.id/1773/1/20. Manuscript.pdf3...

i

i

Manuscript

Oleh:

Nuzulia Asmi Damayanti

NIM : G2A216045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018

DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA PASIEN

KANKER KOLON YANG MENJALANI KEMOTERAPI

DI RUANG CENDRAWASIH RSUP DR KARIADI

SEMARANG

repository.unimus.ac.id

ii

ii

repository.unimus.ac.id

1

Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Stres pada Pasien Kanker Kolon yang

Menjalani Kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi

Semarang

Nuzulia Asmi Damayanti1, YunieArmiyati

2, Sri Widodo

3

1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS

[email protected] 2 Dosen Keperawatan Medikal Bedah FIKKES UNIMUS

3 Dosen Keperawatan Medikal Bedah FIKKES UNIMUS

Latar Belakang: Efek samping dari kemoterapi serta ancaman kematian pada pasien kanker

yang menjalani kemoterapi menyebabkan pasien menjadi stres. Salah satu upaya untuk

mengatasi stres tersebut adalah dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang

mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan klien. Tujuan: untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada pasien kanker kolon yang

menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode:

discriptive correlation, dengan menggunakan pendekatan cross sectional, mengkorelasikan

antara variabel dukungan keluarga dengan variabel tingkat stres. Tehnik pengambilan sampel

purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, pada 73 responden. Proses

penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang tanggal

1-28 Januari 2018. Hasil: dukungan keluarga buruk sebanyak 56,2%, tingkat stres pasien

dalam kategori normal sebanyak 35,6%. Kesimpulan: ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat stres pada pasien kanker kolon yang menjalani kemoterapi dengan

nilai r = -0,27, r2 = 0,09, dan p-value = 0,021. Saran: bagi keluarga pasien harus lebih

perhatian dalam mencarikan informasi tentang penyakit kanker colon dan cara mengatasi

efek samping kemoterapi serta memberi dukungan dalam hal spiritual.

Kata Kunci: Dukungan keluarga, tingkat stres, kanker kolon, kemoterapi

ABSTRACT

Background: The side effects of chemotherapy and the threat of death in cancer patients

undergoing chemotherapy cause the patient to become stresed. One effort to cope with stres

is family support. This form of family support has a major impact on client health. Purpose:

To determine whether there is a relationship between family support with stres levels in

colon cancer patients who underwent chemotherapy in Cendrawasih Room General Hospital

Dr. Kariadi of Semarang. Research method: The research design used discriptive

correlation, using cross sectional approach, correlate between family support variable with

stres level variable. The sampling technique was purposive sampling based on the inclusion

and exclusion criteria, in 73 respondents. The process of this research has been conducted in

Cendrawasih Room Dr. Kariadi Semarang from 1-28 January 2018. Results: The results

showed that poor family support was 56.2%, the patient's stres level in the normal category

was 35.6%. Conclusion: There was a relationship between family support and stres level in

colon cancer patients who underwent chemotherapy with r = -0.27, r2 = 0,09, and p-value =

0,021. Suggestion: Advice for patient families should be more attention in finding

information about colon cancer and how to overcome the side effects of chemotherapy and

provide support in spiritual terms.

Keywords: Family support, stres level, colon cancer, chemotherapy

repository.unimus.ac.id

2

PENDAHULUAN

Kanker kolon merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab

kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat (WHO, 2014).

Menurut data Globocan (2012), insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8

per 100.000 penduduk umur dewasa dengan mortalitas sebesar 9,5% dari seluruh

kasus kanker. Kanker kolorektal di Indonesia, sekarang menempati urutan nomer 3

(Kemenkes RI, 2014).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang Cendrawasih RSUP Dr.

Kariadi Semarang pada tanggal 3 Januari 2017, kasus pasien kanker kolon selama

tiga bulan terakhir dari bulan Oktober – Desember 2017 mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Bulan Oktober 2017 jumlah pasien kanker kolon yang

menjalani kemoterapi sebanyak 72 pasien, bulan Juni 81 pasien, dan bulan Juli

sebanyak 85 pasien, rata-rata dalam satu bulan sebanyak 79 pasien kanker kolon

yang menjalani program kemoterapi.

Kemoterapi adalah suatu pengobatan dengan cara menyuntikkan obat anti-kanker

kedalam pembuluh darah atau mengonsumsi obat anti-kanker. Melalui pembuluh

darah, obat akan disebarkan ke seluruh tubuh, sehingga dapat membunuh sel kanker

yang telah menyebar ke organ yang lain. Obat anti-kanker, selain dapat membunuh

sel kanker juga memiliki efek samping merusak sel tubuh normal, mual muntah,

hilangnya nafsu makan, rambut rontok, serta berpengaruh pada sumsum tulang

belakang yang berfungsi memproduksi sel-sel darah. Hal ini menyebabkan tubuh

rentan terkena infeksi, mudah terjadi perdarahan, serta sesak nafas akibat kekurangan

sel darah merah (anemia) (Handayani, 2012).

Pasien dengan kanker kolon yang menjalani kemoterapi lebih merasakan stres dari

pada cemas, karena pasien tersebut selain mengalami keluhan psikologis juga

keluhan fisik akibat peningkatan hormon-hormon didalam tubuh, misalkan hormon

adrenalin, kortisol, dan norepinefrin yang memicu reaksi “fight or flight”. Sedangkan

cemas merupakan salah satu bentuk manifestasi dari stres.

repository.unimus.ac.id

3

Akibat dari stres dan konflik psikologis tersebut akan mengakibatkan perubahan

sistem kekebalan tubuh pasien, yang akan mengganggu proses penyembuhan pasien

itu sendiri (Lubis, 2009). Pernyataan tersebut didukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sakiyan dan Rosa (2016), yang menunjukkan bahwa pasien yang

mengalami kanker memperlihatkan adanya stres dan depresi yang ditunjukkan

dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup,

merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap

tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. Selain disebabkan oleh efek samping obat

kemoterapi, stres juga disebabkan oleh lamanya siklus kemoterapi.

Keluarga adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam perawatan pasien paliatif

seperti kanker kolon stadium lanjut (Kemenkes RI, 2015). Dukungan keluarga akan

sangat berarti bagi peningkatan kualitas hidup pasien kanker kolon. Semiun (2010),

mengatakan dukungan keluarga merupakan faktor kedua yang dapat mengatasi

pengaruh-pengaruh dari stres setelah faktor penyesuaian diri. Individu yang memiliki

dukungan sosial lebih banyak tidak akan jatuh sakit dan akan sembuh dengan cepat

seandainya dia jatuh sakit (Semiun, 2010). Harmanto (2007) mengatakan untuk

mengatasi penyakit kanker diperlukan semangat tinggi dan keyakinan untuk sembuh,

berdoa, mengatur pola makan, serta yang tidak kalah penting adalah adanya

dukungan keluarga.

Menurut Friedman dalam Harnilawati (2013), efek dari dukungan keluarga baik

dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional terhadap kesehatan

dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan

sosial yang adekuat terbukti menekan kejadian mortalitas, lebih mudah sembuh dari

sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Pengaruh positif dari dukungan

keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh

dengan stres (Harnilawati, 2013). Asmadi (2008) menjelaskan bahwa, dukungan

yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga.

Bentuk dukungan keluargalah yang berpengaruh besar terhadap kesehatan klien.

repository.unimus.ac.id

4

Hasil observasi menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stres Scales (DASS)

kepada 10 pasien kanker kolon yang menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih

RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan 5 orang (50%) stres sedang, 3 orang

(30%) stres berat, dan 2 orang (20%) stres ringan. Data diperkuat dengan hasil

wawancara yang menunjukkan bahwa stres disebabkan oleh kondisi kesehatannya

karena didiagnosa kanker kolon, mereka merasa karena penyakitnya harapan

hidupnya menjadi lebih kecil, dan perasaan stres mereka semakin bertambah berat

saat menjalani program kemoterapi dan efek samping dari pengobatan tersebut

seperti mual muntah, hilangnya nafsu makan, dan rambut rontok. Temuan ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriana & Ambarini (2012), hasil

penelitian menunjukkan pasien dengan diagnosa kanker mengalami putus asa karena

rasa nyeri yang tak kunjung reda. Selain itu hasil penelitian Janet M. de Groot dalam

Buletin Kesehatan Kemenkes RI (2015), bahwa kanker berpengaruh terhadap kondisi

psikologis pasien yang mengalami kondisi tertekan atau distres. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan kondisi psikologis pasien-pasien kanker dengan kondisi

distres yang senantiasa memperoleh dukungan sosial berhubungan positif terhadap

berkurangnya depresi (de Groot dalam Buletin Kesehatan Kemenkes RI, 2015).

Hasil observasi yang lain juga menunjukkan pasien-pasien kanker kolon yang

menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang, sebagian

besar adalah pasien kelas II dan III dengan karakteristik pendidikan dan

perekonomian yang masih rendah. Secara materiil dan imateriil mereka kurang

mendapatkan dukungan dari pihak keluarga pasien dibandingkan dengan pasien

kanker servik kelas I keatas. Salah satu penyebabnya adalah keluarga pasien

waktunya lebih banyak digunakan mencari uang untuk mencukupi kebutuhan

keluarga sehari-hari serta biaya pengobatan pasien. Sehingga tidak jarang pasien

sering ditunggu oleh sanak saudara, orang lain, dan bahkan ada yang ditinggal

sendiri, dan juga ditemukan pasien ditunggu oleh pihak lembaga bantuan sosial

seperti Sedekah Rombongan yang tidak memiliki ikatan keluarga sama sekali.

Berdasarkan fenomena serta literatur dan evidence based diatas, maka peneliti

merasa tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat stres pada pasien kanker kolon yang menjalani kemoterapi

repository.unimus.ac.id

5

di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian untuk menganalisis

keterkaitan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien kanker.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan desain deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel

ditentukan dengan tehnik purposive sampling sejumlah 73 responden yang sesuai

kriteria inklusi yaitu: bersedia menjadi responden, laki-laki umur 31 tahun sampai 71

tahun, Stadium kanker III dan IV tidak memiliki gangguan komunikasi, kooperatif

dalam penelitian, tinggal bersama keluarga inti, mendapatkan obat kemoterapi yang

sama yaitu kombinasi Oxaliplatin, Leucofurin, dan 5 FU serta pasien yang menjalani

kemoterapi yang pertama. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-28 Januari 2018 di

Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang setelah mendapat surat persetujuan

etik dari komite etik Fakultas Kedokteran Undip Semarang. Data dianalisis secara

univariat dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho,

karena salah satu variabel ada distribusi data yang tidak normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan membahas berdasarkan tujuan penelitian yang meliputi dukungan

keluarga, tingkat stres, dan hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres

pada pasien kanker kolon yang menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP

Dr. Kariadi Semarang

1. Karakteristik pasien

Sebagian besar responden masuk dalam kategori umur lansia awal sebanyak

41,10%, dengan pendidikan paling banyak yaitu SD yaitu sebanyak 49,30%.

Status pekerjaan responden sebagian besar adalah karyawan dan buruh masing-

masing sebanyak 26,00%. Sebagian besar pendapatan responden dalam satu

bulan adalah kurang dari Rp.1.000.000,- sebanyak 72,60%. Sebagian besar sudah

menikah sebanyak 91,80%. Sebagian besar responden menderita kanker kolon

pada stadium III sebanyak 56,20%. Sebagian besar responden dalam pembiayaan

perawatannya menggunakan asuransi BPJS sebanyak 97,30%.

repository.unimus.ac.id

6

2. Dukungan keluarga

Tabel 1

Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga

Di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang

Desember 2017 (n=73)

Dukungan keluarga Frekuensi (%)

Baik 32 43,80

Buruk 41 56,20

Jumlah 73 100,00

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan dukungan keluarga buruk sebanyak 41 orang (56,20%) dan yang

mendapat dukungan keluarga baik sebanyak 32 orang (43,80%). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap pasien kanker kolon dalam

menjalani kemoterapi adalah buruk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Rasaningtyas (2012) yang dapat diketahui bahwa dukungan keluarga yang masih

kurang pada dimensi dukungan informatif adalah sebanyak 25 orang (34,25%)

masih kurang mencarikan informasi tentang penyakit dan kesehatan pasien.

Dukungan sosial pada dimensi dukungan emosional sebanyak 27 orang

(36,99%) kurang memberikan bimbingan spiritual kepada pasien, dimensi

dukungan penghargaan sebanyak 28 orang (38,36%) keluarga masih kurang

untuk berdiskusi dengan pasien tentang alternatif cara mengatasi efek samping

kemoterapi. Dukungan sosial pada dimensi instrumental sebanyak 30 orang

(41,1%) masih kurang daalam membantu menyiapkan obat-obatan yang harus

klien minum setiap hari.

Dukungan keluarga yang buruk dapat diatasi bantuan perawat dalam melibatkan

anggota keluarga selama pasien menjalani kemoterapi dan memberikan

informasi bahwa pasien membutuhkan dukungan keluarga agar termotivasi

untuk menjalani kemoterapi sesuai jadwal dan tetap mempunyai semangat

walaupun efek samping yang ditimbulkan menyakitkan bagi pasien. Informasi

tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya

kemoterapi, sehingga keluarga bersedia memotivasi pasien kanker kolon untuk

melakukan kemoterapi.

repository.unimus.ac.id

7

Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan ole keluarga yang terdiri

dari atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran

mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak

penerima (Nursalam & Kurniawati, 2007). Dukungan keluarga sangat

dibutuhkan oleh pasien kanker kolon saat menjalani kemoterapi dengan

menenangkan hati pasien bahwa keluarga akan bersama-sama dan membantu

pasien dalam menghadapi kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Ratna (2010) yang

menyatakan bahwa dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan

seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan).

3. Tingkat stress

Tabel 2

Distribusi responden berdasarkan tingkat stres

Di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang

Desember 2017 (n=73)

Tingkat stres Frekuensi (%)

Normal (0–14) 26 35,60

Ringan (15–18) 22 30,10

Sedang (19–25) 15 20,50

Berat (26–33) 8 11,00

Sangat berat (>= 34) 2 2,70

Jumlah 73 100,00

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat stres

responden dalam kategori normal sebanyak 26 orang (35,6%) dan responden

dengan tingkat stres sangat berat hanya 2 orang (2,7%). Berdasarkan hasil

penelitian, diketahui bahwa sebagian besar tingkat stres responden dalam

kategori normal sebanyak 26 orang (35,60%), lainnya ada yang stres ringan 22

orang (30,10%), sedang 15 orang (20,50%), berat 8 orang (11,00%), dan sangat

berat 2 orang (2,70%). Temuan penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian

sebelumnya pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi yang

menunjukkan bahwa 10 % mengalami stress sedang dan 2,86% mengalami stres

berat (Bintang, 2012). Perlu diperhatikan dalam hasil penelitian ini bahwa masih

ada pasien yang mengalami stress berat bahkan sangat berat. Tentunya ini perlu

mendapatkan perhatian serius dari perawat.

repository.unimus.ac.id

8

Menurut Mangan (2010), seorang pasien dengan diagnosa kanker pasti akan

merasa sangat tegang dan stres apabila membayangkan penyakit mematikan

sedang dia derita. Keadaan stres yang terlalu sering dialami oleh pasien kanker

berakibat tidak baik bagi pasien itu sendiri, terutama saat menjalani proses

penyembuhan. Keadaan stres akan sangat berpengaruh terhadap sistem

kekebalan tubuh. Supaya hal tersebut tidak terjadi, pasien yang menderita kanker

harus memerangi dan mengurangi stres. Namun hal ini tentunya akan sangat

sulit dilakukan oleh pasien tersebut (Sudewo, 2012).

Berdasarkan analisis data lebih dalam menunjukkan bahwa 3 (75,00%) dari 4

responden dengan status duda masuk dalam kategori tingkat stres berat dan

sangat berat. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pasien dengan status duda

merasa sudah tidak memiliki pasangan untuk berkeluh kesah seperti saat masih

memiliki sang istri. Menurut McKhann & Albert (2010) beberapa situasi yang

dapat meningkatkan stres seseorang yang merupakan pengalaman hidup dengan

tingkat stres yang tinggi dan dalam periode yang lama meliputi: perubahan

dalam status pernikahan, perubahan dalam status pekerjaan, penyakit serius pada

anggota keluarga atau dirinya sendiri, atau kematian dalam keluarga terutama

pasangan hidup. Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Holmes dan Richard dalam Rakhmat (2007) menyimpulkan skor tentang

besarnya penderitaan orang berdasarkan musibah yang dialaminya. Skor stres

tertinggi disebabkan oleh kematian pasangan hidupnya.

4. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien kanker

kolon yang menjalani kemoterapi

Tabel 3

Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien kanker kolon

yang menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi

Semarang Desember 2017 (n=73)

Variabel r r

2 p value

Dukungan keluarga - tingkat stres -0,27 0,09 0,02

Berdasarkan uji korelasi non parametrik Spearman (menujukkan nilai r -0,27

dan p-value = 0,02 (< 0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

repository.unimus.ac.id

9

hubungan lemah antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada pasien

kanker kolon yang menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr.

Kariadi Semarang.

Gambar 1

Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pasien kanker

kolon yang menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr.

Kariadi Semarang Desember 2017 (n=73)

Gambar 1 menujukkan hubungan berpola linier negatif, antara variabel

dukungan keluarga dengan variabel tingkat stres pasien artinya semakin baik

dukungan keluarga, semakin ringan tingkat stres pasien. Koefisien determinasi

0,09 artinya dukungan keluarga mempengaruhi stres pasien sebesar 9,00%,

sisanya sebesar 91,00% di jelaskan faktor lain.

Beberapa penelitian serupa juga pernah dilakukan, dan hasilnya sejalan dengan

penelitian diatas. Diantaranya dilakukan oleh Baider, Lea et al. (2011), dalam

penelitiannya dengan judul apakah dukungan keluarga merupakan variabel yang

relevan terhadap kejadian distres psikologis pada pasien kanker prostat dan

payudara. Penelitian ini menggunakan instrumen Brief Symptom Inventory

(BSI) dan Perceived Family Support (PFS). Hasil penelitian ini menunjukkan

pasien yang mengalami tekanan psikologis yang tinggi kembali ke tingkat yang

lebih rendah karena mendapatkan dukungan dari keluarga terutama dari

pasangan hidupnya (suami atau istri).

repository.unimus.ac.id

10

Penelitian lain yang dilakukan oleh Subiatmi (2012) dengan judul Hubungan

dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pada

pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr Kariadi Semarang,

dengan menggunakan cross-sectional, analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji statistik Rank Spearman, dengan hasil bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pada

pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Surgery RSUP Dr.

Kariadi Semarang dengan nilai p untuk dukungan keluarga (p value=0,000, r = -

0,82) dan untuk dukungan perawat (p value=0,00, r = -0,60).

Menurut Stanley & Patrecia dalam Suparni & Yuli (2016), dukungan sosial

terutama dalam kontak hubungan yang akrab/ kualitas hubungan perkawinan dan

keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Dukungan

keluarga sangat penting karena biasanya salah satu pencetus stres adalah

perasaan “ditelantarkan”, atau tidak mendapat perhatian yang memadai dari

keluarga, akan tetapi banyak keluarga pasien yang tidak memahami dan hanya

memberikan uang untuk perawatan dan menyerahkan penanganannya kepada

tenaga medis dan pengasuhnya. Padahal dalam proses penyembuhan, dukungan

keluarga sangatlah penting (Santoso & Ismail, 2009).

Menurut Friedman dalam Harnilawati (2013), efek dari dukungan keluarga baik

dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional terhadap

kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik,

keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti menekan kejadian mortalitas,

lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.

Pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap

kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stres (Harnilawati, 2013). Asmadi

(2008) menjelaskan bahwa, dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari

perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang

mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan klien.

repository.unimus.ac.id

11

PENUTUP

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagian besar dukungan keluarga pada pasien kanker kolon yang

menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah

buruk sebanyak 56,20%. Sebagian besar tingkat stres pada pasien kanker kolon yang

menjalani kemoterapi di Ruang Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang dalam

kategori normal sebanyak 35,60%. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

tingkat stres pada pasien kanker kolon yang menjalani kemoterapi di Ruang

Cendrawasih RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan nilai r = -0,27, r2 = 0,09, dan p-

value = 0,02 (<0,05).

Saran bagi keluarga pasien harus lebih perhatian dalam mencarikan informasi

tentang penyakit kanker colon dan cara mengatasi efek samping kemoterapi serta

memberi dukungan dalam hal spiritual. Rekomendasi lain bagi RS perlu

mengupayakan prosedur pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan secara

tepat, mengoptimalkan lingkungan yang nyaman dan terapetik bagi pasien kanker

kolon, melakukan screening tingkat stres penderita kanker kolon dan memberikan

pengarahan kepada keluarga tetang pentingnya dukungan pada pasien tersebut.

KEPUSTAKAAN

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Bintang, YA. Gambaran Tingkat Kecemasan, Stres, dan Depresi pada Pasien

Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Salah Satu RS di Kota Bandung.

Students e-Journals. 2013;1(1).

Fitriana, N.A., & Ambarini, T.K. (2012). Kualitas hidup pada penderita kanker

serviks yang menjalani pengobatan radioterapi. Surabaya: Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga.

Globocan. (2012). Estimated Cancer Incidence, Mortality, Prevalence, and

Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008. IARC Cancer

Base No. 11.

Handayani. (2012). Menaklukkan Kanker dengan 3 Terapi Alami. Jakarta: Agro:

Media Pustaka.

Harmanto, N. (2007). Menu Aman dan Sehat Bagi Penderita Kanker. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

repository.unimus.ac.id

12

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:

Pustaka As-Salam.

Kemenkes RI. (2014). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Kolorektal

Kementerian Kesehatan. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional.

Kemenkes RI. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta:

Kemenkes RI (Pusat Data dan Informasi).

Lubis, NL. (2009). Dukungan Pada Pasien Kanker Perlukah. Medan: USU Press.

Nursalam & Kurniawati, ND. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

WHO. (2014). The Global Burden of Cancer. Geneva: World Health Organization.

repository.unimus.ac.id