BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

31
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan di alami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-sehari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005). Seluruh ingatan yang ditekan selama masa balita dan masa kanak-kanak dapat berdampak pada kehidupan dimasa dewasa, dan akhirnya menjadi kecemasan. Biasanya merupakan hasil yang berlebihan terhadap tekanan emosi. Turun-naiknya emosi memang merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Akan tetapi, ada orang yang merasa lebih tertekan oleh tekanan emosi daripada orang lain. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan di alami oleh semua makhluk hidup

dalam kehidupan sehari-sehari. Kecemasan merupakan pengalaman

subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta

merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan

pada individu dapat memberikan sumber penting dalam usaha

memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005).

Seluruh ingatan yang ditekan selama masa balita dan masa

kanak-kanak dapat berdampak pada kehidupan dimasa dewasa, dan

akhirnya menjadi kecemasan. Biasanya merupakan hasil yang

berlebihan terhadap tekanan emosi. Turun-naiknya emosi memang

merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Akan tetapi, ada orang

yang merasa lebih tertekan oleh tekanan emosi daripada orang lain.

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu

panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup

seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi khusus dapat

mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

7

terbentuk pola dasar yang menunjukan reaksi rasa cemas pada

pengalaman hidup seseorang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Ramaiah (2005) ada empat faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukan reaksi rasa

cemas :

a. Lingkungan : Lingkungan atau sekitar tempat tinggal seseorang

mempengaruhi cara berpikir seseorang tentang diri orang itu sendiri

dan orang lain. Hal ini bisa disebabkan pengalaman seseorang itu

dengan keluarga, dengan sahabat, dengan rekan sekerja, dan lain-

lain. Kecemasan wajar timbul jika orang tersebut merasa tidak

aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan :kecemasan bisa terjadi pada seseorangjika

tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya dalam

hubungan personal. Ini benar terutama jika orang tersebut menekan

rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali.

c. Sebab-sebab fisik : Pikiran dan tubuh senantiasa saling

berinteraksidan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ini

biasanya terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa

remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa

kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,

dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

8

d. Keturunan : sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam

keluarga-keluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting

dari kecemasan.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam (Suliswati Dkk, 2005) ada empat tingkat

kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan

panik seperti pada gambar 1.1.

a. Kecemasan Ringan : Dihubungkan dengan ketegangaan yang

dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang

persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu

untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan

sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya :

Pasangan suami istri yang menghaadapi kelahiran bayi pertama

dengan resiko tinggi.

Keluarga yang mengalami perpecehan (berantakan).

Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.

c. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada

detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

9

lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan

dan perlu banyak perintah/arahan unntuk terfokus pada area lain.

Contohnya :

Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang

dicintai karena bencana alam.

Individu dalam penyanderaan.

d. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena

kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun

meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,

penyimpangan perseepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak

mampu berfungsi secara efektif.Biasanya disertai dengan

disorganisasi kepribadian.Contohnya : inndividu dengan

kepribadian pecah/depersonalisasi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

10

Respons Adaptif Respons Maladaftif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1.1 Rentang respons kecemasan.

a. Seseorang yang menghadapi ujian akhir.

b. Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.

c. Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

d. Individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.

4. Alat ukur tingkat kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan isntrumen

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan Zung Self-Rating Anxiety Scale

(ZSAS).

Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) pertama kali

digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan

sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan. Skala

HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya symptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

11

item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor anatara 0 sampai dengan 4.

Penilaian kecemasan terdiri dari 14 pertanyaan (Nursalam, 2003).

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian

kecemasan yang dirancang oleh William W.K.Zung. terdapat 20

petanyaan, dimana setiap [ertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2:

kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15

pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah

penurunan kecemasan. Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan

antara lain : skor 20-44 kecemasan ringan, skor 45-59 kecemasan sedang,

skor 60-74 kecemasanberat, skor 75-80 kecemasan panik.

5. Tanda dan gejala

Menurut Ramaiah (2005) ada berbagai gejala kecemasan yang menahun.

Gejala-gejala ini yang paling lazim ialah :

a. Kejengkelan umum : Rasa gugup, jengkel, tegang dan rasa panik.

Rasa cemas berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas

segera menyerang menyebabkan seseorang tidak dapat tidur dan

selama siang hari menyebabkan seseorang itu mudah merasa lelah.

b. Sakit kepala : ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tenguk

dan di tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa

tidak enak atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnya mungkin

terdapat di belakang kepala, di atasnya, atau di sebelah depan.

c. Gemetaran : Sekujur tubuh gemetaran, khususnya di lengan dan

tangan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

12

d. Aktivitas system otonomik yang meningkat : Fungsi-fungsi tubuh

seperti pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, daan

sebagianya dinamakan “fungsi otonomik” Karena berfungsi secara

mandiri, tanpa pengaruh dari luar. Kecemasan dapat meningkatkan

aktivitas system otonomik ini dan karena itu menyebabkan keringat

bercucuran (khususnya di telapak tangan), serta memanas dan

memerahnya wajah.

Meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan

dalam sistem pencernaan makanan. “rasa mual di dalam perut” sangat

lazim timbul. Gejala-gejala lain mencakup rasa terbakar di dalam dada

atau perut, rasa penuh di dalam perut, sering diiringi sendawa,

gangguan di perut, (khususnnya mencret) dan makin sering buang air

kecil.

Diantara pusat otak dan korteks terletak sistem limbik. Sistem

limbik memungkinkan mengontrol insting dan naluri kita, misalnya

kita dipukul seseorang dan secara reflek kita akan berteriak.

Konsultasi antara pusat otak bagian atas dengan sistem limbik sangat

penting dalam formulasi emosi. Sistem limbik dihubungkan dengan

daerah korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran kompleks,

bernalar, dan personalitas. Limbik perempuan lebih besar dari pada

laki-laki karena perempuan lebih sensitif dalam hal berperasaan

dibanding laki-laki karena semakinj besar limbik seseorang maka

semakin besar pula tingkat hubungan emosionalnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

13

Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam

gangguan kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang.

Ada penderita yang sembuh setelah mendapat pengobatan jangka-

pendek, sementara yang lain tetap menunjukan gejala-gejala dan

ketidakmampuan menjalani kehidupan normal pada tingkat kegawatan

yang berbeda-beda. Kecemasan yang menahun dalam diri orang muda

dewasa sering cenderung menjadi kurang berat dengan bertambahnya

usia, khususnya jika mencapai sukses dan kestabilan dalam kehidupan

profesi dan juga kehidupan pribadi.

6. Kriteria diagnostik kecemasan

Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah :

a. Kecemasan hebat berkepanjangan yang paling tidak mempunyai tiga

dari keempat kategori gejala berikut :

Urat saraf semakin tegang : Gemetaran, menjadi tegang, rasa

sakit dalam otot-otot, kelelahan, tidak mampu bersikap santai

alias berkedut, selalu mengernyitkan kening, wajah tegang,

gelisah, dan resah.

Gejala-gejala umum : Keringat bercucuran, denyut jantung yang

bertambah dan berdegup keras. Tangan yang dingin dan

berkeringat, mulut kering, merasa pusing, kesemutan pada

tangan dan kaki, makin sering buang air kecil, sakit perut, diare,

rasa sakit ditengah perut, tenggorokan tersumbat, dan bernafas

cepat.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

14

Dugaan-dugaan kekhawaatiran : Rasa cemas, rasa gelisah,

ketakutan, mudah lupa dan mengetahui lebih dahulu bencana.

Perhatian : Perhatian yang meningkat yang mengakibatkan

pelengahan pikiran, susah berkonsentrasi, kurang tidur, mudah

marah, tidak sabar dan merasa resah.

b. Merasa cemas berkepanjangan selama setidak-tidaknya satu bulan.

c. Tidak ada kaitanya dengan gangguan jiwa seperti depresi, dan lain-

lain.

d. Berusia 18 tahun atau lebih.

B. Terapi spiritual

1. Pengertian

Terapi spiritual adalah terapi

dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien

dengan cara memberikan pencerahan (Setyoadi, 2011).

Spiritualitas merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam

hubunganya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang

menimbulkan suatu kebutuhan dan kecintaan terhadap Tuhan, dan

permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Hidayat,

2013).

2. Hubungan spiritual, sehat, dan sakit

Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat

ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan

kesehatan sesorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

15

agama dan akan berdampak pada kesehatan bila di konsumsi oleh

manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang

mengalami kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan

semangat untuk sehat, atau juga dapat mempertahankan kesehatan untuk

mencapai kesejahteraan.Sebagai contoh, orang sakit dapat memperoleh

kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari

Tuhannya.

3. Hubungan keyakinan dengan pelayanan kesehatan

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh

setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubuganya

dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi

sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu

membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta. Dalam

pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki

peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut

mampu memberikan pelayanan yang lebih pada saat pasien kritis atau

menjelang ajal.

Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dan pelayanan

kesehatan, dimana kebutuhan manusia yang diberikan melalui pelayanan

kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek

spiritual.Aspek spiritual dapat membangkitkan semangat pasien dalam

prroses penyembuhan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

16

4. Teori terapi spiritual

Terapi di dunia kesehatan berkembang ke arah pendekatan ke agamaan

(psikoreligius). Dari berbagai penelitian menunjukan bahwa tingkat ke

imanan seseorang erat hubunganya dengan kekebalan dan daya tubuh

dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang merupakan stressor

psikososial.

WHO menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari ke

empat unsur kesehatan.Keempat unsur kesehatan tersebut addalah sehat

fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan sehat spiritual.Pendekatan ini di adopsi

oleh psikiater Amerika Serikat (The American Psychiatric Association,

1992) yang dikenal denganpendekatan bio-psiko-sosio-spiritual.

5. Perkembangan spiritual

Perkembangan spiritual seseorang dibagi ke dalam empat tingkatan

berdasarkan kategori umur, yaitu :

1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan

berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain : adanya

pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan kepercayaan atau

keyakinan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai

pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada

pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain,

seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa

prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

17

pada dirinya, pekembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas

keagamaan orang disekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada masa

ini nak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa,

serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.

2. Usia remaja akhir, merupakan perkumpulan kepercayaan yang

ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan.

Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa

memiliki dan berarti akan keyakinan. Perkembangan spiritual pada

masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan

spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada

penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan

melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan

spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.

3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini,

diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan

yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk

mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional

dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional.

Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus bisa dijawab dengan

rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap

kepercayaan.

4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri

sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

18

kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi

perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan

dirinya.

6. Doa dan zikir menurut agama islam

Doa adalah permohonan penyembuhan kepada Tuhan yang Maha Esa,

sedangkan zikir adalah mengingat Tuhan dengan seegala kekuasaan-Nya.

Dari sudut ilmu kedokteran jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan zikir

(psikoreligius terapi) merupakan terapi psikiatri setingkat lebih tinggi

daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan zikir mengandung

unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya

diripada diri seseorang yang sedang sakit sehingga kekebalan tubuh serta

proses penyembuhan ddapat meningkat. Penelitian Young (1993)

menujukan bahwa praktik spiritual klien lansia dapat meningkatkan

perasaan produktivitas dan kemampuan beradaptasi yang membantu dalam

menghadapi individu yang sakit kronis. Berdasarkan penelitian Nurhadi

dan Nursalam (2003), bimbingan spiritual berdampak positif terhadap

pengurangan stress klien yang dirawat di rumah sakit dan klien dengan

penyakit terminal. Jika stress dapat dikurangi, maka respon imun klien

akan meningkat sehingga infeksi-infeksi sekunder dapat diminimalkan.

Kesehatan merupakan barang yang berharga sehinggaa dalam Islam

sangat dianjurkan bagi hamba-Nya untuk selalu menjaga kesehatan dengan

cara makan dan minum yang baik dan halal. Makanan dan minuman yang

baik akan membantu menjaga kesehatan badan, sedangkan makanan yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

19

halal akan membantu menjaga kesehatan mental atau jiwa. Di dalam Al-

Quran dikatakan bahwa di antara rahmat Allah yang diberikan kepaada

para hamba-Nya adlah menjadikan Al-Quran sebagai penyembuh daan

menjadi rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidak ada sesuatu yang harus

mereka lakukan kecuali kembali kepada Allah dan Sunnah, supaya mereka

brhasil memperoleh kebahagiaan dunia dan akhir (Setyoadi, 2011).

Sama halnya dengan hipnoterapi, terapi spiritual juga termasuk kedalam

kategori psikoterapi. Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh

satu sisi spiritual manusia, mengaktifkan titik godspot dan mengembalikan

klien ke dalam kesadaran dari mana individu tersebut berasal , alasan

mengapa manusia diciptakan, tugas-tugas yang harus dilakukan manusia di

dunia, beberapa hal-hal yang pantas dan tak pantas dilakukan di dunia,

mengembalikan manusia ke dalam kesucian, mengembalikan sebuah

kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih

7. Tujuan terapi spiritual

a. Mereduksi waktu lamanya perawatan klien gangguan psikis.

b. Memperkuat mentalitas dan konsep diri klien

c. Klien dengan gangguan psikis berasal dari perssepsi yang salah terkait

dengan dirinya, orang lain dan lingkungan, dengan terapi spiritual

maka klien akan dikembalikan persepsinya terkait dengan dirinya,

orang lain dan lingkungan.

d. Mempunyai efek positif dalam menurunkan stress.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

20

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual

a. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan

memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap tuhan.

b. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam

memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan

emosional yang kuat dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda,

sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai

dengan keyakinan yang dimiliki.

d. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki

oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.

e. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu

mengingatkan keberadaanya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan

diri kepada Penciptanya.

9. Teknik terapi spiritual

a. Persiapan :

1. Persiapan perlengkapan ibadah (seperti kitab suci)

2. Lingkungan yang hening sehingga klien dapat berkonsentrasi

secara penuh.

b. Prosedur

Berikut adalah dua jenis prosedur pelaksanaan terapi spiritual yang

diterapkan :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

21

1. Terapi spiritual daalam bentuk masal yang dilakukan di sebuah

ruangan tertentu. Pembicara yang sudah menguasai komunikasi

terapeutik memberikan pencerahahn tentang hakikat mengapa

manusia diciptakan dan mengenalkan tujuan manusia

diciptakan. Pencerahan bertujuan untuk mengurangi manusia

terhadap keinginan dan memprioritaskan kebutuhan. Meskipun

kebutuhan setiap orang berbeda, terapi ini akanmembantu

manusia kembali ke dalam kesadaran awal dengan dengan

mengetahui kebutuhan dassar manusia.

2. Terapi spiritual yang dilakukan dalam bentuk bimbingan

individu. Terapi dilakukan oleh satu petugas dengan satu klien,

petugas membacakan sesuatu yang harus ditirukan oleh klien

kemudian petugas meminta klien membacakan bacaan tertentu

sebanyak beberapa kali. Selain tu petugas juga membimbing

klien dalam proses ibadah. Meski mengalami gangguan jiwa,

beberapa klien.

Karena sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam

hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang

menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya

tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah

dibuat (Hidayat, 2006)

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang

dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

22

keaadan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun semakin

dekat, mengingat seseorang dalam segala hal, tidak ada yang

mampu membangkitkannya dari kesembuhan kecuali sang

pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas

kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi

kebutuhan spiritual pasien. Perawat dituntut mampu

memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau

menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara

keyakinan dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar

manusia yng diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya

berupa aspek biologis tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual

dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses

penyembuhan. Adapun doa untuk meminta kesembuhan :

“Allahuma rabbannas, adz-hibil ba’sa isyfi, antasy-syafi la

syifa’a illa syifa’uka, syifa’an la yughadiru saqaman”

Artinya:

Wahai Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah rasa sakit

ini, sembuhkanlah, Engkaulah yang dapat menyembuhkan.

Tidak ada obat selain obat-Mu, yaitu obat yang tidak

meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

23

C. Pra operasi

1. Pengertian.

Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukanya tindakan

pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan

berakhir sampai pasien berada di meja bedah (Hidayat, 2013).

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah

pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,

kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat anestesi,

seperti anti biotika yang berpotensi dalam dalam istirahat, antikoagulan

yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi, diuretika yang

berpengaruh pada ketidakseimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu

terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status

nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.

Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah

adalah radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas

darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian pada pemeriksaan

elektrokardiagram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,

pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin,

dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan

kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

24

2. Jenis pembedahan

a. Jenis pembedahan berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah

thorak kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah

urologi, bedah kepala leher, bedah digesif dan lain-lain.

b. Jenis pembedahan berdasarkan tujuan

1. Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab

terjadinya gejala dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan

laparatomi.

2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari

penyakit, misalnya pembedahan apendiktomi.

3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki

deformitas atau menyambung daerah yang terpisah.

4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa

menyembuhkan penyakit.

5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bagian

tubuh seperti rhinoplasti.

c. Kategori tingkat berat pembedahan

1. Kedaruratan

Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang

diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian

atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

25

Contoh:

a) Perdarahan hebat

b) Luka tembak atau tusuk

c) Luka bakar luas

d) Obstruksi kandung kemih atau usus

e) Fraktur tulang tengkorak

2. Urgen

Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksankan dalam 24-

jam.

Contoh:

a) Infeksi kandung kemih akut

b) Batu ginjal atau batu pada uretra

3. Diperlukan

Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam

beberapa minggu atau bulan.

Contoh:

a) Katarak

b) Gangguan tiroid

c) Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih

4. Elektif

Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu

membahayakan jika tidak dilakukan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

26

Contoh:

a) Hernia simpel

b) Perbaikan vagina

c) Perbaikan skar/cikatrik/jaringan parut

5. Pilihan

Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien

(pilihan pribadi klien).

Contoh: bedah kosmetik.

d. Jenis anestessi

Menurut Hidayat (2013) anstesi dibagi anestesi umum, anestesi

regional, anestesi lokal, hipoanestesi, dan akupuntur.

1. Anestesi umum

Anestesi umum adalah anestesi yang dilakukan untuk

memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan

kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta hilangnya

sensasi rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah

dengan inhalasi dan intravena.

2. Anestesi regional

Anestesi regional adalah anstesi yang dilakukan untuk

meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut saraf,

serta hilangnya rasa pada daerah tubuh tertentu, dan pasien

masih berada dalam keadaan sadar. Metode umum yang

dugunakan adalah melakukan blok sraf, blok regional

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

27

intravena dengan tourniquet, blok daerah spinal, dan

melalui epidural.

3. Anestesi local

Anestesi local adalah anestesi yang dilakukan untuk

memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan

dilakukan anestesi dan pasien dalam keadaan sadar. Metode

yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.

4. Hipoanestesi

Hipoanestesi adalah anestesi yang dilakukan untuk

membuat status kesadran pasif secara artifisial sehingga

terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta

mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas.

Metode yang digunakan adalah hypnosis.

5. Akupuntur

Akupuntur adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok

rasa nyeri dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa

menghilangkan kesadaran.

Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau

electrode pada permukaan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

28

D. Hemoroid

a. Pengertian

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuyluh darah

vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Hemoroid adalah bagian dari vena yang berdilatasi di dalam

kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, sekitar

50 % indiividu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan

luasnya vena yang terkena.

Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid

interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal

yang terjadi diluar sfingter anal.

b. Patogenesis

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi

vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor

risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain mengejan saat

buang air besar yang sulit, pola buangh air besar yang salah (lebih

banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban

sambil membaca), peningkatan tekanan intra abdomen yang

disebabkan oleh tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan

(disebabkan karena tekanan janin pada abdomen dan perubahan

hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare yang

berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang minum air, kurang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

29

makan-makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah

raga/imobilisasi.

c. Patofisiologi

Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel

saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk:

1. Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis

superior dengan vena rektalis superior, media, dan inferiror.

2. Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang

membentuk masa bantalan.

3. Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan

benda padat, cair , ataua gas.

4. Secara teoritis, manusia manusia memiliki tiga buah

bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral

kiri.

Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran,

penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan perdarahan yang

kemudian disebut/menjadi ciri dari hemoroid.

d. Klasifikasi

Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna.

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:

1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak

prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan

anorektoskop.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

30

2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan

menghilang atau masuk sendiri kedalam anus secara

spontan.

3. Derajat III: pembesaran hemoroid ang prolaps dapat dapat

masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari.

4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan

cenderung untuk mengalami trombosis atau infark.

Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat di deteksi

oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang

masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid.

e. Manifestasi klinis

Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:

1. Rasa gatal dan nyeri.

2. Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB.

3. Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat

inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis

(pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat

menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.

f. Etiologi

Penyebab terjadinya hemoroid antara lain:

1. Terlalu banyak duduk

2. Diare menahun/kronis

3. Kehamilan: disebabkan oleh karena perubahan hormon

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

31

4. Keturunan penderita wasir

5. Hubungan seks tidak lazim (perianal)

6. Penyakit yang membuat penderita mengejan

7. Sembelit/ konstipasi/ obstipasi menahun

8. Penekanan kembali aliran darah vena

9. Melahirkan

10. Obesitas

11. Usia lanjut

12. Batuk berat

13. Mengangkat beban berat

14. Tumor di abdomen/ usus proksimal

E. Pengkajian

A. pengkajian umum (Mutaqqin & Sari, 2009)

1. Pengkajian awal

Identitas pasien

Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien.

Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi

pada berbagai jenis pembedahan.

2. Pengkajian riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan pasien dilakukan perawat melalui

teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan

sesuai dengan klasifikasi pembedahan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

32

Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan

pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan

yang menyeluruh. Pengalaman bedah sebelumnya dapat

mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap

prosedur pembedahan. Jenis pembedahan sebelumnya, tingkat rasa

ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan,

dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor-

faktor yang mungkin akan diingat kembali oleh pasien. Peawat

mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien. Informasi

ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan

pasien selama pra dan pascaoperatif.

3. Pengkajian psikososiospiritual

Kecemasan preoperatif

Cemas disebabkan oleh hal - hal yang tidak jelas termasuk

didalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena mereka

tidak tahu konsekuensi pembedaha dan takut terhadap prosedur

pembedahan itu sendiri. Berbagai dampak psikologis yang dapat

muncul adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman

pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang terekpresi

dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak, atau apatis terhadap

kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas sering mengalami

ketakutan atau perasaan tidak tenang.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

33

4. Perasaan

Perawat dapat mendeteksi perasaan pasien tentang pembedahan

dari perilaku dan perbuatanya. Pasien yang merasa takut biasanya

akan sering bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asinng

memasuki ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman

dan keluarga.

5. Konsep diri

Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi

yang dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri

pasien dengan cara meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan dirinya. Konsep diri yang buruk mengganggu

kemampuan beradaptasi dengan stres pembedahan dan

memperburuk rasa bersalah atau ketidakmampuannya.

6. Sumber koping

Pengkajian terhadapperasan dan konsep diri akan membantu

perawat menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stres

akibat pembedahan. Perawat juga bertanya tentang manajemen

stres yang bisa dilakukan pasien sebelumnya. Perawat perioperarif

menkaji adanya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga

atau teman klien.

7. Kepercayaan spritual

Kepercayaan spritual memainkan peranan penting dalam

menghadapi ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

34

yang dianut pasien, kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi

terapeutik. Segala upaya harus dilakukan untuk membantu pasien

bantuan spiritual yang diinginkan.

B. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan keadaan umum pasien preoperatif meliputi penampilan

umum dan perilaku, pengkajian tingkat kesadaran, dan pengkajian status

nutrisi.

1. Penampilan umum

Pada pengkajian umum, secara ringkas perawat melakukan survei

keadaan umum untuk mengobservasi penampilan umum pasien.

Bentuk dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan

yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan adanya

intervensi pembedahan. Pengkajian yang berhubungan dengan

praoperatif meliputi usia, tanda distres, jenis tubuh, postur, gerakan

tubuh, kebersihan diri dan bau badan, afek dan alam perasaan, dan

bicara pasien.

2. Pengkajian tingkat kesadaran

Penilaian tingkat kesadaran secara umum dapat mempersingkat

pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat

kesadran akan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

35

3. Pengkajian status nutrisi

Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi

badan merupakan indikator status nutisi yang penting.

4. Pemeriksaa tanda – tanda vital

Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi pengukuran suhu, nadi,

tekanan darah, frekuensi pernapasan.

5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakuka meliputi kepala dan leher, mata,

hidung, mulut, abdomen, integumen dan muskuloskeletal.

C. Diagnosa keperawatan

1. Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan. (Wilkinson,

2006)

D. Rencana keperawatan

1. Cemas berhubugan dengan prosedur pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang. Dengan

kriteria hasil: pasien menyatakan kecemasan berkurang, pasien

mampu mengenali perasaan ansietasnya, pasien dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhi

ansietasnya, paien kooperatif terhadap tindakan, wajah pasien tampak

rileks.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Unimus

36

1) I: bantu pasien mengekpresikan perasaan marah, kehilangan, dan

takut.

R: ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.

2) I: Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal.

R: reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan

gelisah.

3) I: jelaskan prosedur pembedahan sesua jenis operasi.

R: pasien yang teradaptasi dengan prosedur pembedahan yang akan

dilaluinya akan merasa lebih nyaman.

4) I: Beri dukungan prabedah.

R: hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan

mempengaruhi penerimaan pasien terhadap pembedahan.

5) I: beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

R: mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan.

6) I: Tingkatkan kontrol sensasi pasien.

R: kontrol sensasi pasien dalam menurunkan ketakutan dengan cara

memberikan informasi tentang keadaan pasien.

7) I: beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.

R: dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang

tidak diekpresikan.

8) I: Anjurkan pasien untuk berdoa.

R: berdoa dapat meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.