Dukungan Inovasi Pertanian Untuk Peningkatan IP Padi Di...
Transcript of Dukungan Inovasi Pertanian Untuk Peningkatan IP Padi Di...
Dr. Ir. Yanto Surdianto, dkk
Dukungan Inovasi Pertanian Untuk Peningkatan IP
Padi Di Lahan Sawah Tadah Hujan Dan Lahan Kering
Di Jawa Barat
BPTP- JABAR
I. PENDAHULUAN
Ketersediaan lahan pertanian terutama lahan yang mempunyai persyaratan yang
ideal untuk usaha pertanian tanaman pangan.
Usaha pertanian di lahan kering dan sawah tadah hujan:
- keterbatasan air terutama pada musim kemarau yang mengakibatkan
seringnya mengalami gagal panen,
- faktor pembatas biofisik lahan
- masalah sosial ekonomi dan kelembagaan pendukung usahatani
Lahan kering rata-rata pertanaman padi hanya satu kali setahun atau indeks
pertanaman (IP) padi 100.
Sawah tadah hujan biasa ditanami padi maksimal dua kali dalam setahun (IP 200)
Permasalahan utama usahatani di Lahan Kering dan Sawah tadah
hujan adalah terbatasnya persediaan air, karena hanya
mengandalkan datangnya air hujan
Inovasi teknologi pertanian pangan untuk pengembangan lahan kering
maupun sawah tadah hujan sudah banyak dihasilkan:
masih bersifat parsial
varietas toleran kekeringan dan
tahan hama/penyakit
pengelolaan hara dan tanah,
bahan organik,
pengaturan pola tanam padi
berdasarkan neraca air lahan,
teknologi panen air perlu dikaji dan dintegrasikan di lapangan
sehingga sesuai dengan karakteristik wilayah serta sosial ekonomi dan budaya
setempat.
Tujuan
a) Merancang dan mengimplementasikan inovasi pertanian untuk peningkatan
indeks pertanaman padi (Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Jawa Barat.
b) Mengetahui kinerja inovasi teknologi terhadap peningkatan indeks pertanaman
padi (Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan) di Jawa Barat.
c) Meningkatkan kinerja kelompoktani pada lahan kering dan sawah tadah di Jawa
Barat
Keluaran
a) Rancangan inovasi pertanian untuk peningkatan indeks pertanaman padi
(lahan kering dan sawah tadah hujan) di Jawa Barat.
b) Kinerja inovasi pertanian (inovasi teknologi dan kelembagaan) terhadap
indeks pertanaman padi (lahan kering dan sawah tadah hujan) di Jawa Barat.
c) Kinerja kelompoktai pada lahan kering dan sawah tadah hujan di Jawa Barat
meningkat.
II. METODOLOGI/PROSEDUR
Pendekatan
Pengkajian dilaksanakan dengan pendekatan:
(1) Pendekatan jaringan penelitian dan pengkajian;
(2) Partisipatif (participatory on-farm reserach);
(3) Agroekosistem;
(4) Kelembagaan; dan
(5) Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Ruang lingkup
Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan lebih terarahnya pengkajian ini,
maka ruang lingkup pengkajian fokus pada:
(1) tanaman padi di dua agroekosistem lahan kering dan sawah tadah hujan; (2)
inovasi pertanian yang dirancang diimplentasikan dalam unit percontohan berskala
pengembangan di luar musim tanam padi yang biasa dilaksanakan oleh petani di
lokasi pengkajian; (3) dilaksanakan pada lahan petani yang tergabung dalam
kelompoktani.
Bahan dan Metode Pelaksanaan
• Lokasi Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada lahan kering dan sawah tadah hujan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dari Bulan Januari sampai dengan Desember 2018
• Tahapan Kegiatan
(1) Persiapan;
(2) Koordinasi dan sosialisasi kegiatan dengan instansi terkait
(3) Perancangan inovasi pertanian (system irigasi, budidaya padi, dan inovasi
kelembagaan)
(4) Pengkajian lapangan
(5) Pemberdayaan Kelompoktani
(6) Pengumpulan dan Analisis Data
(7) Evaluasi dan Pelaporan.
Mulai
Desk Study Data Sekunder dan
Penelusuran Pustaka karakteristik
biofisik, iklim
Survei
Identifikasi Sosial Ekonomi
Identifikasi usahatani eksisting
Identifikasi Bio Fisik lahan
Identifikasi Kelembagaan
Identifikasi CPCL
Pengamatan, pengukuran & pengambilan data biofisik
Pengambilan data sosial ekonomi dan kelembagaan
Merancang Inovasi Pertanian Pada Lahan Kering dan sawah tada hujan
• Dam Parit • Pemanfaatan Air Permukaan • Embung • Long Storage • Sumur Dangkal
Sistem irigasi Sistem usahatani Sistem pemberdayaan petani Sistem kelembagaan
Rancangan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan IP Padi Pada Lahan Kering dan Sawah Tada Hujan
Verifikasi di Lapangan
Analisis kelayakan teknis
dan finansial
Analisis kelembagaan
pendukung
Karakteristik usahatani lahan kering di wilayah pengkajian Karakteristik biofisik lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan
pendukung usatani pada lahan kering di wilayah pengkajian Potensi air irigasi Karakteristik petani
Inovasi Pertanian untuk Peningkatan IP Padi Pada Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan
Selesai
Verifikasi Lapangan
Analisis kelembagaan
pendukung
Analisis kelayakan teknis
dan finansial
Sesuai
Gambar 1. Diagram alir prosedur pengkajian
1. Karakteristik Wilayah Pengkajian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lahan Kering
1. Desa Cigendel, Kecamatan Pemulihan,
Kabupaten Sumedang, pada lahan kering milik
petani seluas lk 5 hektar, dengan jumah petani
8 orang
(1) Potensi lahan kering di Desa Cigendel relatif luas mecapai 289,5 hektar dan
belum diusahakan secara optimal.
(2) Sumber pengairan hanya mengandalkan air hujan dengan komoditas tanaman
yang diusahakan yaitu, ketela pohon/singkong, padi gogo dan jagung.
(3) Teknologi budidaya/usahatani yang dilakukan masih sederhana dan
merupakan usaha sampingan.
(4) Pola tanam eksisting: Padi – Ketela pohon/singkong, (Padi umur 6 bulan)
(5) Potensi air irigasi: Air tanah
(6) pH tanah bersifat masam, N-Total rendah
(7) Tofografi berbukit dan berlereng
(8) Tenaga kerja relative kurang
(9) Tingkat pengatahuan petani tentang pengelolaan lahan kering dan teknologi
budidaya tanaman masih rendah
(10) Kinerja kelompok tani belum berjalan dengan baik masih perlu bimbingan dan
pembinaan
B. Lahan Sawah Tadah Hujan
1. Lokasi pengkajian difokuskan di kelompoktani KT. Sri Mekar Jaya, Desa Kebon Cau,
Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang
2. Peluang peluang untuk meningkatkan IP padi dari 200 menjadi 300
(1) Lokasi pengkajian difokuskan di kelompoktani KT. Sri Mekar Jaya, Desa Kebon
Cau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang
(2) Potensi lahan sawah tadah hujan mencapai 963 ha
(3) Pola Tanam Eksisting: Padi – Padi – Bera.
(4) Sumber air irigasi: Air Hujan
(5) Terdapat potensi air irigasi berupa air permukaan yaitu, air sungai (permukaan
air sungai di bawah permukaan tanah sawah lk 5 m)
(6) Jarak lahan sawah tadah hujan ke sumber air berjarak 385 m
(7) pH tanah sawah tadah hujan termasuk agak masam
(8) Nilai N Total tanahnya tersedia Rendah
(9) Kandungan P Sangat Tinggi dan K Tinggi
(10) Hama tikus sering menjadi kendala dalam usahatani padi
(11) Ada peluang peluang untuk meningkatkan IP padi dari 200 menjadi 300
(12) Petani/kelompok tani sangat responsive
(13) Dinamika dan kinerja kelompok tani masih perlu ditingkatkan
2. Inovasi Pertanian
Berdasarkan hasil identifikasi dan karakterisasi tersebut dirancang
inovasi pertanian untuk masing-masing lokasi sebagai berikut:
Inovasi Pertanian Lahan Kering
(1) Inovasi Teknologi:
(a) Sistem irigasi dengan memanfaatkan air tanah menggunakan pompa dan
pipaninsasi
(b) Teknologi Budidaya Padi Gogo “Largo Super” (Padi Larikan Gogo Super).
Komponen teknologi Largo Super ada 5 terdiri atas: (1) penggunaan
vairetas unggul; (2) Sistem tanam larikan Jarwo 2:1; (3) pemupukan
dengan bahan organik dan pengapuran; (4) pemupukan berimbang
menggunakan perangkat Uji Tanah Kering (PUTK); (5) dan (6) mekanisasi
pertanian.
(2) Inovasi Kelembagan: pemberdayaan tani (peningkatan PSK) terhadap
teknologi yang dikembangkan melaui bimbingan dan pelatihan, dan
penigkatan kinerja Kelompoktani.
Inovasi Pertanian Sawah Tadah Hujan
(1) Inovasi Teknologi:
a) Sistem irigasi permukaan dengan menaikan air dari sungai menggunakan
pompa dan pipanisasi.
b) Teknologi budidaya padi sawah tadah hujan hemat air berbasis organik
(PATBO SUPER/Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik). Komponen
teknologi PATBO SUPER ada 5 terdiri atas: (1) Penggunaan VUB kelompok
ampibi, (2) Manajemen air, (3) Penggunaan bahan organik, (4)
Penggunaan alsintan, dan (5) Pengendalian gulma.
c) Pengendalian tikus dengan memasang Rumah Burung Hantu (RUBUHA).
(2) Inovasi Kelembagaan: Pemberdayaan tani (peningkatan PSK) terhadap
teknologi yang dikembangkan melaui bimbingan dan pelatihan, dan
penigkatan kinerja Kelompoktani.
3. Pengkajian lapangan
Inovasi pertanian yang sudah dirancang selanjutnya dikaji dan
diverifikasi dalam di tingkat lapangan bentuk Dem Farm dengan
melibatkan petani/kelompoktani di lokasi masing-masing secara
partisipatif. Pengkajian lapangan ini ditujukan untuk memferivikasi
rancangan inovasi pertanian dengan melihat tingkat kelayakan inovasi
pertanian yang dikembangkan baik secara teknis, sosial ekonomi
maupun kelembagaan.
A . Lahan Kering
• Pengkajian lapangan dukungan inovasi pertanian untuk meningkatkan IP
padi pada lahan kering dilaksanakan pada lahan kering di Dusun Cilengsar,
Desa Cigendel, Kecamatan Pemulihan, Kabupaten Sumedang, pada lahan
kering milik petani seluas lk 4 hektar, dengan jumah petani koperator 8
orang.
• Sistem irigasi yang kembangkan dalam pengkajian ini adalah sistem irigasi
dengan memanfaatkan air tanah. Air irigasi yang bersumber dari sumur air
tanah dialirkan ke permukaan lahan paling tinggi menggunakan pompa, yang
selanjutnya dialirkan ke patakan lahan secara gravitasi. Pemberian air
tanaman dilakukan seefisien mungkin, hanya untuk menjaga kelembaban
tanah.
a. Sistem Irigasi Dengan Memanfaatkan Air Tanah Menggunakan Pompa.
Gambar 1. Pengolahan tanah dengan cultivator dan cangkul;pengapuran serta terasering
Kegiatan tanam padi gogo di lokasi pengkajian biasanya dilakukan sekitar akhir
bulan Oktober sampai akhir Nopember, tetapi ada pengkajian ini tanam padi
gogo dilakukan pada musim kemarau (Agustus) dengan varietas padi gogo yang
ditanam adalah varietas unggul baru Inpago-9
Gambar 2. Kegiatan tanam padi gogo Gambar 3. Bak penampung air
Gambar 4. Tanaman padi gogo umur 1 bulan setelah tanam
Gambar 5. Tanaman padi gogo umur 2 bulan setelah tanam
Gambar 6. Tanaman padi gogo umur 3 bulan setelah tanam
Pertumbuhan Agronomis Tanam
Tabel 6. Data Jumlah anakan dan Tinggi Tanaman Padi Gogo MK I 2018 di Kecamatan Pamulihan
Varietas
Jumlah anakan Tinggi Tanaman
Umur 1
bulan
Umur 2
bulan
Umur 3
bulan
Umur 1
bulan
Umur 2
bulan
Umur 3
bulan
Situ Bagendit 6,7 9,73 15,5 29,2 79,6 88,6
Situ Patenggang 3,23 6,13 15,6 26,6 77,5 86,5
Inpago 9 2,3 4,00 14,5 27,8 76 86
Tabel 7. Data Produktivitas padi gogo pada MK I, Th. 2018.
No Varietas Produktivitas (t/ha)
1. Situ Bagendit 4,5
2. Situ Patenggang 4,4
3. Inpago 9 4,3
Kinerja Teknologi
Tabel 8. Analisis Usahatani Padi Gogo Per Hektar Kegiatan Pengkajian Peningkatan IP Padi pada MK I, Tahun. 2018
Varietas Situ Bagendit Situ Patenggang Inpago 9
Biaya produksi (Rp.) 6.482.000 6.482.000 6.482.000
Produksi (t/ha) 4.500 4.400 4.300
Harga gabah (Rp). 5.500 5.500 5.500
Penerimaan (Rp.) 8.250.000 7.700.000 7.150.000
Pendapatan (Rp.) 1.768.000 1.218.000 668.000
R/C 1,27 1,19 1,10
Tabel 4. Data Jumlah Anakan dan Tinggi Tanaman Padi Gogo pada MH
2018/2019
Varietas Jumlah anakan Tinggi Tanaman (cm)
Umur 55 HST Umur 85 HST Umur 55 HST Umur 85 HST
Inpago 8 27,35 47,2 89,65 142,6
Inpago 9 25,00 26,2 98,33 158,6
Inpago 10 28,42 26,2 92,00 119,8
Inpago 12 29,67 25,2 84,83 125,00
Nengsih (lokal) 29,67 21,3 37,30 48,00
B. Lahan Sawah Tadah Hujan
Pengkajian dukungan inovasi pertanian untuk meningkatkan inovasi pertanian
pada lahan sawah tadah hujan dilaksanakan di Desa Keboncau, Kecamatan
Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, pada lahan sawah tadah hujan milik petani seluas
lk. 13 hektar.
Untuk mencukupi kebutuhan air irigasi lahan sawah tadah hujan di lokasi
pengkajian mendukung peningkatan IP padi maka digunakan teknologi pompanisi
untuk menaikan air dari sungai Cimanuk yang selanjutnya dialirkan melalui pipa
dan saluran terbuka yang terbuat dari gravel sampai ke petakan sawah yang
berjarak sekitar 385 m. Pompa yang digunakan berukuran 30 pK (8 inchi) dengan
debit keluaran 35 lt per detik. Pada stadia vegetatif sampai dengan menjelang
primordia dibutuhkan waktu pengarian sekitar 4-5 jam/ha, dengan interval 4 hari
sekali. Sedangkan pada fase primordia dan generatif (umur tanaman 40 s/d 80
hst) pengairan dilakukan dengan interval 7 s/d 10 hari sekali. Kebutuhan solar
sebanyak 2 lt/jam.
a. Penataan Pola dan Waktu Tanam
Petani di lokasi pengkajian seringkali terlambat melaksanakan pengolahan tanah dan tanam
padi. Terdapat jeda waktu yang cukup lama dari waktu panen ke pelaksanaan pengolahan
tanah dan tanam berikutnya. Di sisi lain lahan sawah tadah hujan sumber air irigasinya
terbatas. Untuk memperbaiki pola dan waktu tanam maka dilakukan percepatan tanam
dengan membuat pesemaian segera setelah panen. Pertemuan perencanaan dilaksanakan
menjelang panen MT II (MKII) dengan melibatkan kelompoktani, penyuluh, dan UPTD
Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang.
Tabel 1. Jadwal kegiatan musim tanam III tahun 2018 di Kelompok Tani Sri Mekar Jaya, Desa Keboncau, Kec. Ujung Jaya, Kab. Sumedang
No. Uraian Kegiatan Tanggal Keterangan
1 Panen Padi MT II 12-25 Juli 2 Penjemuran padi 15-28 Juli
3 Aplikaside composer 16-29 Juli 10-14 hari
4 Persemaian untuk MT III 25-30 Juli 14 hari
5 Persiapan lahan/olah tanah 26 Juli -12 Agustus
6 Penanaman 15 Agustus
B. Lahan Sawah Tadah Hujan
Pengkajian dukungan inovasi pertanian untuk meningkatkan inovasi pertanian
pada lahan sawah tadah hujan dilaksanakan di Desa Keboncau, Kecamatan
Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, pada lahan sawah tadah hujan milik petani seluas
lk. 13 hektar.
Untuk mencukupi kebutuhan air irigasi lahan sawah tadah hujan di lokasi
pengkajian mendukung peningkatan IP padi maka digunakan teknologi pompanisi
untuk menaikan air dari sungai Cimanuk yang selanjutnya dialirkan melalui pipa
dan saluran terbuka yang terbuat dari gravel sampai ke petakan sawah yang
berjarak sekitar 385 m. Pompa yang digunakan berukuran 30 pK (8 inchi) dengan
debit keluaran 35 lt per detik. Pada stadia vegetatif sampai dengan menjelang
primordia dibutuhkan waktu pengarian sekitar 4-5 jam/ha, dengan interval 4 hari
sekali. Sedangkan pada fase primordia dan generatif (umur tanaman 40 s/d 80
hst) pengairan dilakukan dengan interval 7 s/d 10 hari sekali. Kebutuhan solar
sebanyak 2 lt/jam.
b. Perbaikan Sistem Irigasi
Pengukuran debir air pada saluran tersier
Sebelum dilakukan perbaikan air yang
dihasilkan sebesar 35 lt/detik.
Setelah perbaikan penambahan
saluran terbuka debit air yang
dihasilkan meningkat menjadi 40,8
lt/detik.
Perbaikan dan Penambahan Saluran
c. Sistem Distribusi Air Dari Saluran Sekunder Ke Petakan
Sawah
Selama ini penyaluran air dari sumber irigasi (saluran sekunder) ke petakan
sawah tanpa melalui saluran tersier, tetapi dilakukan melalui petakan ke petakan
sawah. Kondisi ini mengakibatkan distribusi air ke masing-masing petakan
sawah menjadi tidak merata. Untuk mengairi petakan sawah yang posisinya
jauh dari sumber air memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga terjadi
perbedaan waktu tanam mencapai 7-14 hari. Untuk menanggulangi masalah
tidak meratanya distribusi air tersebut, dilakukan dengan memasang pipa
paralon yang mengalirkan air dari sumber air secara lansung ke masing-masing
petakan, sehingga waktu tanam dapat dilakukan secara serempak.
Pemasangan Saluran Air Dari Pralaon Ke Masing-masing Petakan Sawah
d. Pengaturan Pemberian Air di Tingkat Mikro
Padi bukan merupakan tanaman air tetapi tanaman yang membutuhkan banyak air.
Oleh karena itu, perlu pengaturan pemberian air baik di tingkat mikro sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Teknologi dalam pengelolaan air (water management) di tingkat
mikro yang digunakan dalam pengkajian ini adalah alternate wetting and drying
(AWD) atau pengairan basah kering (PBK). Secara umum, penggunaan teknologi ini
tidak menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan
produktivitas air (bbpadi.litbang.pertanian, 2015). Meskipun penggunakan AWD sudah
dilakukan dan memberikan dampak terhadap peningkatan produktivitas air tetapi
dalam aplikasinya di tingkat petani masih perlu diperbaiki dengan cara memperbanyak
penempatan alat AWD di petakan sawah.
Pembuatan Alat AWD dari Paralon Penempatan Alat AWD di Petakan
Kinerja Teknologi
Tabel 5. Jumlah Anakan dan Tinggi Tanaman Padi Sawah Tadah Hujan, MK II, tahun
2018/2019 Varietas Jumlah anakan Tinggi Tanaman
Umur 1 bulan Umur 2
bulan
Umur 3
bulan
Umur 1
bulan
Umur 2
bulan
Umur 3
bulan
Inpago 9 19,84 16,76 14,02 52,64 100,96 116,26
Inpari 30 17,22 29,78 22,94 40,62 60,74 96,64
Inpari 32 20,86 36,08 24,26 41,72 65,78 90,02
Inpari 33 21,02 32,32 22,68 48,58 67,12 89,68
Inpari 39 22,22 30,98 22,46 40,36 69,56 90,08
Inpari 42 26,74 32,22 23,24 48,56 85,86 97,14
Inpari 43 20,82 35,24 23,52 45,86 84,74 90,9
Tabel 6. Komponen Hasil Padi Sawah Tadah Hujan, MK II, tahun 2018/2019
Varietas Panjang
Malai
Jumlah Gabah
Isi
Jumlah Gabah
Hampa
Bobot 1000
butir (gram)
Produktivitas
(GKP)
Inpago 9 28,88 223,2 86,4 23,81 5,9
Inpari 30 23,94 98,2 20,8 26,63 6,75
Inpari 32 21,56 100,2 27,2 26,91 7,05
Inpari 33 25,62 100 30 27,86 7,62
Inpari 39 24,76 100 32 25,62 7,2
Inpari 42 24,3 111 61,4 24,53 9,0
Inpari 43 21,4 113,2 51,8 20,59 7,56
Tabel 7. Analisis usahatani padi varietas Inpari 33 pada lahan sawah tadah hujan MK II Tahun 2018.
No Uraian Volume Harga satuan (Rp.) Jumlah
1 Sarana produksi 2.787.000
2 Tenaga Kerja (HOK) 12.839.556
3 Lain-lain 3.570.000
4 Produksi (ton)/penerimaan 7620 5.000 38.100.000
5 Keuntungan 18.903.444
6 RC rasio 1,98
5. Peningkatan Kinerja Kelembagaan Kelompoktani Melalui Pemberdayaan
A. Lahan Kering
Kelompok tani yang menjadi kooperator pada lahan kering adalah kelompok tani Cilengsar,
yang berada di Desa Cigendel,Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Rekapitulasi
kinerja kelompok tani Sri Mekar Jaya sebelum dilakukan Pemberdayaan, dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Kinerja kelompok tani Cilengsar sebelum dilakukan Pemberdayaan
No Kinerja Gapoktan (Sudah/belum)
1 Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala √
2 Adanya rencana kerja Kelompok tani -
3 Adanya evaluasi rencana kerja kelompok tani -
4 Adanya aturan/norma tertulis -
5 Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi -
6 Memfasilitasi kegiatan usaha bersama -
7 Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar -
8 Memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani -
9 Adanya kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain -
10 Adanya iuran anggota -
11 Adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Kelompok tani -
Total kinerja yang sudah dilakukan (persentase) 1 (9,09%)
Total kinerja yang belum dilakukan (persentase) 10 (90,91%)
Tabel 7. Kinerja Kelompok Tani Cilengsar Sesudah Pemberdayaan
No Kinerja Gapoktan
(Sudah/belu
m)
1 Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala √
2 Adanya rencana kerja Kelompok tani √
3 Adanya evaluasi rencana kerja kelompok tani -
4 Adanya aturan/norma tertulis -
5 Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi √
6 Memfasilitasi kegiatan usaha bersama -
7 Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar -
8 Memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani -
9 Adanya kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain -
10 Adanya iuran anggota √
11 Adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Kelompok tani -
Total kinerja yang sudah dilakukan (persentase) 4 (36,36%)
Total kinerja yang belum dilakukan (persentase) 7 (63,64%)
B. Lahan Sawah Tadah Hujan
Kelompok tani yang menjadi kooperator pada lahan tadah hujan adalah adalah kelompok tani Sri Mekar Jaya, Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang.
Tabel 8. Kinerja kelompok tani Sri Jaya Mekar sebelum Pemberdayaan kelompok tani
No Kinerja Gapoktan (Sudah/belum) 1 Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala √
2 Adanya rencana kerja Kelompok tani √
3 Adanya evaluasi rencana kerja kelompok tani -
4 Adanya aturan/norma tertulis -
5 Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi √
6 Memfasilitasi kegiatan usaha bersama -
7 Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar -
8 Memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani -
9 Adanya kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain -
10 Adanya iuran anggota -
11 Adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Kelompok tani -
Total kinerja yang sudah dilakukan (persentase) 2 (18,18%)
Total kinerja yang belum dilakukan (persentase) 9 (81,81%)
Tabel 9. Kinerja kelompok tani Sri Jaya Mekar sesudah dilakukan Pemberdayaan
kelompok tani
No Kinerja Gapoktan (Sudah/belum)
1 Adanya pertemuan/rapat pengurus yang berkala √
2 Adanya rencana kerja Kelompok tani √
3 Adanya evaluasi rencana kerja kelompok tani √
4 Adanya aturan/norma tertulis √
5 Adanya pencatatan/pengadminstrasian setiap anggota organisasi √
6 Memfasilitasi kegiatan usaha bersama √
7 Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar -
8 Memberikan pelayanan informasi dan teknologi kepada para petani -
9 Adanya kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain -
10 Adanya iuran anggota √
11 Adanya penyisihan hasil usaha/kegiatan Kelompok tani √
Total kinerja yang sudah dilakukan (persentase) 8 (72,73%)
Total kinerja yang belum dilakukan (persentase) 3 (27,27%)
6. Lokasi Dampak
Teknologi budidaya padi sawah tadah hujan PATBO SUPER pada MK II selain
dilaksanakan di Desa Keboncau, juga dilaksanakan oleh Kelompok Tani dan Sugih Mukti,
Desa Cipelang, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Lahan sawah tadah hujan
di Desa Cipelang dilintasi oleh sumber air yaitu Sungai Cipelang. Pemanfaatan air sungai
Cipelang untuk pengairan dilakukan dengan menggunakan pompa air, sebagaimana yang
dilakukan oleh petani di Keboncau.
Teknologi budidaya padi sawah tadah hujan PATBO yang dilaksanakan di Desa
Cipelang Kecamatan Ujung Jaya seluas + 20 hektar. Semua kegiatan budidaya padi sawah
yang dilaksanakan merupakan swadaya masyarakat. Kelompok Tani yang melaksanakan
penanaman padi sawah tadah hujan pada MK II di Desa Cipelang yaitu S,awah Lega dan
Sugih Mukti.
Gambar. Penyerahan burung hantu kekelompok tani dari Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kinerja teknologi dalam mendukung peningkatan IP padi lahan sawah tadah
hujan dan lahan kering layak dikembangkan ke lokasi lain dengan
agroekositem yang sama.
2. Kinerja kelembagaan kelompoktani di lahan sawah tadah hujan relative lebih
dibanding kelompoktani di lahan kering.
3. Perlu pembinaan yang lebih intensif terhadap kelompoktani di lahan kering.
4. Paket teknologi budidaya padi sawah tadah hujan Patbo Super berkembang ke
lokasi