Dry Socket
-
Upload
aulina-refri-rahmi -
Category
Documents
-
view
253 -
download
30
Embed Size (px)
description
Transcript of Dry Socket

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dry socket merupakan salah satu komplikasi yang sering ditemukan pasca
pencabutan gigi permanen. Tingkat insidensi dry socket dilaporkan mencapai 0,5%
hingga 5% pada pencabutan gigi dan dapat bervariasi dari 1% hingga 37,5% pada
pencabutan gigi molar ketiga mandibula. Pencabutan gigi secara bedah juga
dilaporkan dapat meningkatkan insidensi dry socket 10 kali lebih tinggi.1
Patogenesis yang tepat dari dry socket belum diketahui secara pasti.1 Namun,
banyak faktor yang memiliki kontribusi pada terjadinya dry socket, seperti tingkat
pengalaman operator, infeksi perioperatif, jenis kelamin, daerah pencabutan gigi,
penggunaan oral kontrasepsi, merokok serta penggunaan anastesi lokal dengan
vasokonstriktor.
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ALVEOLAR OSTEITIS (DRY SOCKET)
2.1.1 Definisi Dry socket
Dry socket dikenal sebagai osteitis lokal atau vokal dan secara klinis
bermanifestasi berupa inflamasi yang meliputi salah satu atau seluruh bagian
dari lapisan tulang padat pada soket gigi (lamina dura).6
Dry socket digambarkan sebagai komplikasi pada disintegrasi bekuan
darah intra alveolar yang dimulai sejak hari kedua hingga keempat pasca
pencabutan gigi.7
Dry socket adalah gangguan dalam penyembuhan yang terjadi setelah
pembentukan bekuan darah yang matang, tapi sebelum bekuan darah tersebut
digantikan oleh jaringan granulasi.8
Alveolar osteitis adalah sakit pasca operasi pada atau di sekitar soket
gigi yang dapat meningkat tiap waktu antara hari pertama dan hari ketiga
setelah pencabutan yang ditandai dengan hilangnya bekuan darah pada soket
alveolar serta dengan atau tanpa halitosis.1
Terdapat banyak istilah yang sering digunakan untuk komplikasi ini di
antaranya, seperti “alveolar osteitis”, “alveolitis”, “alveolitis sicca
2

dolorosa”,“localized alveolar osteitis”, “fibrinolytic alveolitis”, “septic
socket”, “necrotic socket”, dan “alveolalgia”.1
2.1.2 Tanda dan gejala klinis
Tanda dan gejala klinis dry socket antara lain :
a) Dry socket muncul pada hari 1-3 setelah pencabutan gigi dengan
durasi biasanya hingga 5-10 hari.1
b) Hilangnya bekuan darah pada soket bekas pencabutan dan
biasanya dipenuhi oleh debris.7
c) Rasa sakit yang hebat dan ‘berdenyut’ dimulai sejak 24-72 jam
setelah pencabutan gigi dan dapat menjalar hingga ke arah telinga
dan tulang temporal.8
d) Pada soket bekas pencabutan, tulang alveolar sekitar diselimuti
oleh lapisan jaringan nekrotik berwarna kuning keabu-abuan.1
e) Inflamasi margin gingiva di sekitar soket bekas pencabutan.1
f) Mukosa sekitar biasanya berubah warna menjadi kemerahan.1
g) Ipsilateral regional lymphadenopathy1
h) Halitosis1
49

Gambar 2.1. Gambaran klinis dry socket pada gigi molar kedua maksila. Sumber : Fragiskos D. Oral Surgery. Berlin : Springer ; 2007. p.199.
2.1.3 Klasifikasi
Hermesch et al dalam jurnal “Clinical Concepts of Dry socket”
mengklasifikasikan komplikasi ini ke dalam tiga tipe, yaitu : 7
a) Superficial alveolitis marginal
Pada marginal alveolitis, mukosa perialveolar menjadi terinflamasi dan
sebagiannya tertutupi oleh jaringan granulomatosa serta terasa sakit
selama mastikasi.
b) Suppurative alveolitis
Pada alveolitis supuratif, bekuan darah terinfeksi dan tertutupi oleh
membran berwarna hijau keabu-abuan serta dapat mengandung fragmen
dental atau tulang yang sequester. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang
cukup hebat dan kadang-kadang disertai demam.
c) Dry socket
4

Pada dry socket, dinding tulang alveolar terbuka, hilangnya bekuan darah
secara total atau parsial, berwarna agak gelap dan bau yang busuk. Rasa
sakit yang hebat dan terus-menerus yang tidak dapat reda dengan
pemberian analgesik. Hyperthermia lokal dan lymphadenopathy juga
dapat mumcul pada tipe alveolitis ini.
Selain itu, Oikarinen dalam jurnal “Clinical Concepts of Dry socket”
mengklasifikasikan komplikasi ini menjadi dua, yaitu :7
a) Real alveolitis
Real alveolitis menghasilkan gejala yang khas dari dry socket dan
memerlukan follow up secara profesional.
b) Nonspecific alveolitis
Nonspecific alveolitis terjadi pada hari ketiga hingga keempat pasca
pencabutan gigi. Tipe ini lebih sering ditemukan dan tidak memerlukan
perawatan profesional meskipun terdapat gejala rasa sakit.
2.1.4 Etiologi
Beberapa teori telah menyampaikan mengenai etiologi dry socket. Hal
tersebut mencakup infeksi, trauma dan agen biokimia.10 Etiologi yang tepat
mengenai dry socket belum dapat terdefinisikan. Namun, beberapa faktor lokal
dan sistemik diketahui memiliki kontribusi pada terjadinya dry socket, antara
lain : 1
a) Trauma Bedah dan Kesulitan dalam Bedah
49

Hal ini karena lebih banyak pembebasan second direct tissue activator
pada inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika pencabutan gigi lebih
sulit dan traumatik. Pencabutan gigi secara bedah 10 kali lipat dapat
meningkatkan insidensi dry socket dibandingkan dengan pencabutan gigi
secara non bedah.1
b) Kurangnya Pengalaman Operator
Larsen mengemukakan bahwa operator yang kurang berpengalaman
dapat menyebabkan trauma yang lebih besar selama pencabutan gigi,
khususnya pencabutan gigi molar ketiga mandibula secara bedah. 1
c) Molar Ketiga Mandibula
Dry socket lebih banyak ditemukan pada pencabutan gigi molar ketiga
mandibula. Hal ini berkaitan dengan kepadatan tulang yang meningkat,
vaskularisasi menurun dan berkurangnya kapasitas produksi jaringan
granulasi yang bertanggung jawab khusus pada daerah tersebut. 1
d) Penyakit Sistemik
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa terdapat asosiasi antara
penyakit sistemik dengan dry socket. Pasien dengan immunocompromised
atau diabetes cenderung untuk mengalami dry socket karena dapat
mengubah proses penyembuhan luka. 1
e) Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral merupakan satu-satunya medikasi yang memiliki
asosiasi dengan insidensi dry socket. Selain itu, ditemukan bahwa
peningkatan insidensi dry socket memiliki korelasi dengan penggunaan
6

kontrasepsi oral. Estrogen dikatakan memiliki peran yang signifikan dalam
proses fibrinolisis. Estrogen dipercaya mengaktifkan sistem fibrinolitik
(meningkatkan faktor II, VII, VIII, X dan plasminogen) secara tidak
langsung dan kemudian menyebabkan peningkatan lisis bekuan darah. 1
f) Jenis Kelamin
Banyak penulis mengklaim bahwa jenis kelamin perempuan tanpa
memperhatikan penggunaan kontrasepsi oral merupakan predisposisi
terjadinya dry socket. Namun, dikemukakan juga bahwa tidak ada
perbedaan dalam insidensi dry socket yang berasosiasi dengan jenis
kelamin. 1
g) Merokok
Beberapa studi mengemukakan terdapat hubungan antara merokok
dengan dry socket. Mekanisme sistemik atau pengaruh lokal secara
langsung (panas atau isapan rokok) pada daerah pencabutan gigi yang
menyebabkan peningkatan insidensi dry socket juga belum diketahui
secara pasti. Dipertimbangkan bahwa fenomena ini berkaitan dengan
paparan substansi asing yang dapat bertindak sebagai kontaminan pada
daerah pencabutan gigi. 1
h) Physical Dislodgement of the Clot (Tercabutnya Bekuan Darah)
Dari berbagai teori, tidak ada fakta yang ditemukan pada literatur
mengenai hal ini, yang disebabkan oleh manipulasi atau tekanan negatif
jika mengisap melalui sedotan dapat memiliki kontribusi terjadinya dry
socket. 1
49

i) Infeksi bakteri
Banyak studi yang mendukung bahwa infeksi bakteri merupakan
faktor utama terjadinya dry socket. Penelitian mengenai asosiasi antara
Actinomyces viscosus dan Streptococcus mutans pada dry socket
menunjukkan penyembuhan luka yang lambat dari daerah bekas
pencabutan gigi setelah inokulasi mikroorganisme ini pada model hewan.
1
Nitzan et al dalam jurnal “Review Article Alveolar Osteitis : a
Comprehensive Review of Concepts and Controversies” juga melakukan
observasi plasmin, berupa aktivitas fibrinolitik pada kultur Treponema
denticola, yaitu mikroorganisme yang terdapat pada penyakit periodontal.
1
j) Irigasi yang Berlebihan atau Kuretase Alveolus
Irigasi yang berlebihan secara berulang-ulang pada alveolus dapat
mengganggu pembentukan bekuan darah, sedangkan kuretase secara keras
dapat melukai tulang alveolar. 1
k) Umur
Semakin tua umur pasien, resiko untuk mengalami dry socket juga
semakin tinggi. Dikemukakan juga bahwa pengangkatan gigi molar ketiga
mandibula sebaiknya dilakukan sebelum umur 24 tahun.1
l) Anestesi Lokal dengan Vasokonstriktor
Penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor dapat
meningkatkan insidensi dry socket. Dikemukakan bahwa frekuensi dry
8

socket meningkat dengan anestesi infiltrasi. Karena, ischemia temporer
dapat menyebabkan suplai darah berkurang. 1
m) Saliva
Beberapa penulis berpendapat bahwa saliva memiliki kontribusi
terhadap terjadinya dry socket. Namun, belum ditemukan bukti secara
ilmiah yang mendukung hal tersebut. 1
n) Terdapat Sisa Fragmen Tulang/Akar pada Luka
Fragmen sisa tulang atau akar dan debris dapat menyebabkan
terganggunya penyembuhan dan memiliki kontribusi dalam insidensi dry
socket. 1
o) Desain Flap/Penggunaan Jahitan pada Luka
Bukti mengenai hubungan antara hal ini dengan insidensi dry socket
masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah. 1
2.1.5 Patogenesis
Patogenesis yang tepat mengenai dry socket belum sepenuhnya
diketahui. Artikel Birn di antara tahun 1963 dan 1973 mengemukakan
mengenai patofisologi dry socket yang lebih mudah dimengerti.1
Studi klinis dan eksperimental oleh Birn dalam jurnal “Review
Article Alveolar Osteitis : a Comprehensive Review of Concepts and
Controversies” telah menjelaskan mengenai peningkatan aktivitas lokal
fibrinolitik sebagai faktor prinsipil etiologi terjadinya dry socket. Birn
mengamati terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolitik pada alveolus dengan
dry socket dibandingkan dengan aveolus normal. Birn memperkuat
49

pernyataannya bahwa lisis total atau partial dan hancurnya bekuan darah
disebabkan oleh pelepasan mediator selama inflamasi oleh aktivasi
plasminogen direct atau indirect ke dalam darah.7
Ketika mediator dilepaskan oleh sel-sel pada tulang alveolar pasca
trauma, plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang menyebabkan
pecahnya bekuan darah oleh disintegrasi fibrin. Perubahan ini terjadi oleh
adanya proaktivator selular atau plasmatik dan aktivator lainnya. Aktivator-
aktivator tersebut diklasifikasikan menjadi direct (fisiologik) dan indirect
(nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam subklasifikasi
berdasarkan sumbernya, yaitu aktivator intrinsik dan ekstrinsik. 7
Aktivator intrinsik berasal dari komponen plasma, seperti aktivator
factor XII-dependent atau factor-Hageman-dependent dan urokinase. Direct
aktivator intrinsik berasal dari luar plasma dan termasuk aktivator jaringan dan
plasminogen endothelial. Aktivator jaringan plasminogen paling banyak
ditemukan pada mamalia, termasuk pada tulang alveolar. Indirect aktivator
termasuk streptokinase dan stafilokinase. Substansi-substansinya dihasilkan
dari interaksi antara bakteri dengan plasminogen dan bentuk aktivator
kompleks tersebut yang mengubah plasminogen menjadi plasmin. 7
Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan
pembentukan senyawa kinin di dalam alveolus. Kinin mengaktifkan terminal
nervus primer afferen yang peka terhadap mediator inflamasi dan susbtansi
allogenik lainnya yang pada konsentrasi 1ng/ml dapat menyebabkan rasa sakit
yang hebat. Plasmin juga menyebabkan perubahan kallikrein menjadi kinin di
10

dalam sumsum tulang alveolar. Sehingga, adanya plasmin dapat menjelaskan
kemungkinan terjadinya dry socket dari berbagai aspek (seperti neuralgia dan
disintegrasi bekuan darah). 7
Sedangkan, studi oleh Nitzan dalam jurnal “Modern Concepts in
Understanding and Management of the Dry socket Syndrome : Comprehensive
Review of the Literature” mengemukakan bahwa plasmin tidak diaktifkan oleh
aktivator jaringan, melainkan merupakan produk independen. Menurutnya,
penggunaan antibiotik lokal dapat mengurangi dry socket, sehingga tidak
konsisten dengan konsep mengenai aktivator jaringan. Hal tersebut telah
diketahui bahwa produk bakterial digunakan untuk mengobati penyakit
thromboembolik dengan meningkatkan fibrinolisis. Oleh sebab itu, implikasi
bahwa bakteri sebagai penghasil plasmin telah dibuat. 10
Treponema denticola diketahui berkembang biak dan menghancurkan
bekuan darah tanpa menghasilkan gejala klinis yang khas pada infeksi, seperti
kemerahan, bengkak atau terbentuknya pus dan sebelumnya telah diisolasi dari
dry socket. Treponema denticola adalah bakteri anaerob yang berimplikasi
pada penyakit periodontal dan dapat menghasilkan bau busuk yang khas dari
dry socket. 10
Treponema denticola menunjukkan aktivitas fibrinolitik seperti
plasmin, sedangkan bakteri rongga mulut lainnya pada umumnya hanya
memiliki aktivitas yang minim. T. denticola merupakan koloni yang
belakangan ditemukan pada rongga mulut dan berimplikasi lebih lanjut karena
dry socket jarang ditemukan pada anak-anak.10
49

2.1.6 Perawatan
Tujuan perawatan dry socket adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien selama proses penyembuhan yang tertunda. Hal ini
biasanya diselesaikan dengan irigasi pada soket, debridemen secara mekanik
dan penempatan dressing yang mengandung eugenol. Dressing perlu untuk
diganti setiap hari selama beberapa hari dan kemudian berkurang frekuensinya.
Rasa sakit biasanya hilang dalam 3 sampai 5 hari, meskipun dapat mencapai 10
sampai 14 hari pada beberapa pasien.8
Beberapa studi menunjukkan teknik Matthew's pada tahun 1982 dan
Mitchell's tahun 1986 sangat efektif. Mereka menggunakan granula
dextranomer (Debrisan) dan pasta kolagen (Formula K) tanpa mengamati
terjadinya reaksi tubuh yang asing seperti pada penggunaan zinc
oksida/campuran eugenol. Dengan perawatan ini, rasa sakit berangsur-angsur
reda dan pasien diinstruksikan untuk menghindari mengunyah pada sisi yang
tersebut. Selain itu, menjaga oral hygiene tetap ditekankan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dry socket kurang kontroversial dibandingkan dengan etiologi dan
pencegahannya. Dalam metode perawatan tradisional, tujuan utama dari perawatan dry
socket seperti yang diindikasikan oleh Fazakerley, merupakan kontrol nyeri sampai
permulaan penyembuhan normal, dan dalam kebanyakan kasus merupakan tindakan
yang memuaskan.3
12

Penatalaksanaan terbaru dry socket meliputi irigasi dengan salin normal, penggunaan
pasta intra-alveolar (terdiri dari benzocain, balsum of Peru dan eugenol), dan intervensi
bedah.2 Nyeri dikontrol dengan pemberian analgesik yang potensial.
Metode perkembangan penatalaksanaan dry socket dapat dibedakan menjadi menjadi
tiga, yaitu:
1. Irigasi soket dengan normal salin dan pemberian anlgesik yang potensial
telah digunakan dalam penatalaksanaan dry socket. Pemeliharaan kebersihan rongga
mulut yang baik dan berkumur dengan salin hangat membantu dalam penyembuhan
soket. Irigasi soket dengan normal salin, membuang fragment gigi dan tulang,
membuang jaringan nekrotik dan debris makanan. Nyeri dapat dikontrol dengan
pemberian anlgesik yang potensial.
Selama beberapa tahun, irigasi soket ekstraksi dengan normal salin atau larutan
hidrogen peroksida dan dressing dengan obat-obatan telah menjadi perkembangan
metode perawatan soket setelah ekstraksi gigi yang didiagnosa sebagi dry socket.
Metode pengobatan ini telah terbukti efektif dalam merawat dry socket dengan kondisi
nyeri. Hidrogen peroksida menjadi agen pengoksidasi yang menyediakan kondisi
aerobik dalam soket ekstraksi. Pembentukan kembali bekuan darah dan perlindungan
bekuan darah ini dengan menggunakan amoksisilin, metronidazol, dan ibuprofen
meningkatkan proses penyembuhan. Hal ini mengakibatkan pengurangan lamanya
perawatan, ketidaknyamanan pasien dan morbiditas.
49

2. Penempatan obat-obatan yang meliputi dressing antibakteri, dressing
obtudent, dressing anestesi topikal, dan kombinasinya. Penempatan obat dalam
literatur merupakan suatu kontroversial, disebabkan dapat menimbulkan komplikasi
lokal di soket ekstraksi.
Beberapa penulis juga mendorong penggunaan dressing yang mengandung eugenol
untuk perawatan dan pencegahan dry socket. Namun, eugenol memiliki efek iritan
lokal dan perlambatan penyembuhan luka pada soket.
Produk topikal lain yang telah dilaporkan dan memiliki efek yang menguntungkan
dalam perawatan dan pencegahan dry socket, meliputi 0,12% klorheksidin glukonat,
obat kumur betadin, benzokain, antimikroba topikal (iodoform), plasma kaya
trombosit, antibiotik topikal seperti tetrasiklin, klindamisin atau kombinasi bacitracin,
neomycin dan tetrasiklin.
3. Intervensi bedah dalam bentuk pemberian anestesi, kuretase dan irigasi soket untuk
membersihkan dari tulang nekrotik, fragmen gigi, penyebab pendarahan, dan penutup
primer dengan advancement flap, untuk melindungi bekuan darah dan meningkatkan
penyembuhan merupkan tujuan utamanya. Prosedur ini dapat memberikan peredaan
nyeri dengan cepat dan mendorong proses penyembuhan.
Terapi
Secara keseluruhan perawatan Dry Socket adalah secara paliatif yaitu : Terapi lokal dan Terapi sistemik. (Dhusia 2000;Malaki 2004)
Terapi lokal
Perawatan sebelum 48 jam setelah operasi :
14

Pembuangan sisa-sisa jaringan nekrotik dari bekuan darah dengan pengirigasian larutan garam hangat secara pelan-pelan.
Membuat perdarahan baru dibawah lokal anastesi dan antibiotika.
Perawatan sesudah 48 jam setelah operasi:
Pembuangan sisa-sisa jaringan nekrotik dan socket diirigasi dengan larutan garam hangat.
Perawatan Dry Socket
Perawatan Dry Socket yang biasa dilakukan adalah dengan campuran Zn oxide dan eugenol.
Zn oxide / eugenol, campuran ini diulas pada kassa lalu dimasukkan ke dalam socket. Selain dapat meredakan rasa sakit, dapat juga merupakan antimikroba yang luas, pada beberapa penelitian tindakan ini sangat efektif.
Campuran Zn oxide eugenol ini diganti tiap hari atau diganti 2 hari sekali sampai dengan 3 – 6 hari atau sampai rasa sakitnya berkurang.
Setiap penggantian kassa socket selalu diirigasi dengan larutan garam.
Keuntungan Zn eugenol :
Sebagai antiseptik.
Memproteksi bare bone dari iritasi seperti sisa makanan, saliva dan mencegah sisa makanan berkumpul di dalam socket.
Eugenol dapat mengurangi rasa sakit.
Terapi Sistemik
Pemberian analgesik dan anti inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan meminimalkan pembengkakan.
Penggunaan antibiotik spektrum luas dan untuk kuman anaerob seperti metronidazole.
Langkah Preventif
Setiap dokter gigi diharapkan mengetahui langkah-langkah ini untuk mencegah terjadinya Dry Socket.
49

Langkah sebelum operasi:
Gunakan obat kumur antiseptik sebelum melakukan pencabutan.
Gunakan antibiotik profilaksis.Langkah sewaktu operasi:
Perhatikan tindakan asepsis.Trauma jaringan lunak dan keras yang seminimal mungkin.Perhatikan kondisi tulang yang ada setelah dilakukan pencabutan, apakah ada serpihan tulang, bagian tulang yang ekspose atau bagian tulang yang tajam.Irigasi dengan laurtan garam dan kuretase setelah dilakukan pencabutan.Apabila mungkin dilakukan penjahitan mukosa.Langkah setelah tindakan:
Instruksikan pasien untuk mengigit tampon dengan betadine kurang lebih 1 jam, jangan berkumur-kumur, atau menghisap-hisap darah operasi , hindari merokok.Menjaga kebersihan mulut dan menjaga luka dari iritasi mekanik seperti mengunyah pada daerah sisi yang lain.Intake yang cukup, cairan, kalori dan protein.
16