Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

22
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----- PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN BAGIAN I PENDAHULUAN A. PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Preambule-nya menegaskan bahwa tujuan bernegara adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

Transcript of Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

Page 1: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

-----

PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

ATAS PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009

TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004

TENTANG PERIKANAN

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

Preambule-nya menegaskan bahwa tujuan bernegara adalah “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial”. Oleh karena itu, perlindungan segenap bangsa dan

Page 2: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

peningkatan kesejahteraan umum adalah tanggung jawab negara, baik untuk

pemerintah, pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten.

Sebagai negara maritim, sektor perikanan merupakan salah satu potensi

yang dapat dikembangkan demi meningkatkan perekonomian Indonesia.

Sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari

laut, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam.

Potensi perikanan yang dimiliki merupakan potensi ekonomi yang dapat

dimanfaatkan untuk masa depan bangsa yakni sebagai tulang punggung

pembangunan nasional.

Pendayagunaan sumber daya ikan haruslah memperhatikan daya

dukung yang ada dan kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,

meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil,

meningkatkan penerimaan dari devisa negara, menyediakan perluasan dan

kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing

hasil perikanan serta menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan

pembudidayaan ikan serta tata ruang.

Pemanfaatan sumber daya perikanan juga harus seimbang dengan daya

dukungnya, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus

menerus. Salah satunya dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan

melalui pengaturan pengelolaan perikanan.

2

Page 3: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

B. TUJUAN

Sebagaiaman diketahui, keberadaan laut beserta sumber daya yang ada

di dalamnya merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi Indonesia.

Total jurisdiksi nasional Indonesia, diperkirakan seluas hampir 7,8 juta km2

yang terdiri dari 1,9 juta km2 luas daratan, 2,8 juta km2 luas perairan nusantara

(archipelagic waters), 0,3 juta km2 luas perairan territorial laut dan 2,7 juta km2

luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telah

mengalami perubahan setelah diundangkannnya Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 merupakan dasar hukum pengelolaan sumber daya ikan yang

diharapkan mampu menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan

dan mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum dan teknologi. Selain itu,

kehadiran Undang-Undang tentang Perikanan tersebut diharapkan dapat

mengantisipasi sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan yang sangat besar

di bidang perikanan, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya

ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun perkembangan metode

pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

Pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan UU Nomor 45 Tahun 2009

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan adalah dalam rangka menjaga agar norma, tujuan dan visi-misi yang

hendak dicapai dapat terwujud secara terencana dan terukur. Tujuannya tak

3

Page 4: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

lain tak bukan adalah agar masyarakat dan bangsa Indonesia merasakan

dampak positif lahir dan ditegakkannnya peraturan perundang-undangan

dalam hal ini Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Adanya penegakan

dan pengawasan terhadap sebuah produk hukum disuatu negara berarti

terdapat upaya untuk memberikan jaminan hak-hak setiap warga negara.

C. OBJEK

Objek pengawasan pelaksanaan UU yang dilakukan Komite II DPD RI

adalah Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

D. LANDASAN HUKUM PENGAWASAN

Fungsi pengawasan DPD RI dilaksanakan berdasarkan pada aturan-

aturan yuridis, sebagai berikut;

A. Pasal 22D UUD 1945

B. Pasal 224 huruf e UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

C. Pasal 112 Keputusan DPD RI Nomor 1/DPD RI/I/2009-2010 tentang

Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

E. MEKANISME

4

Page 5: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

A. Pasal 224 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009

menegaskan bahwa salah satu tugas dan wewenang DPD RI adalah dapat

melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai

otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,

hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

negara, pajak, pendidikan, dan agama. Oleh karena itu, DPD RI memiliki

kewenangan untuk menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan

pengaduan masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang

tertentu dalam rangka melakukan monitoring/pemantauan atas pelaksanaan

undang-undang tertentu;

B. Ada pun mekanisme pengawasan tersebut dilaksanakan melalui penyerapan

aspirasi dan menampung pengaduan masyarakat dan daerah serta

kunjungan kerja ke beberapa daerah termasuk melakukan dialog langsung

dengan konstituen dan masyarakat umum di daerah. Secara teknis

prosedural hal tersebut dilakukan lewat wawancara atau dialog, Rapat

Dengar Pendapat, Diskusi kelompok terfokus baik dengan instansi

pemerintah daerah, organisasi di daerah, dan elemen masyarakat yang

menjadi subjek pengawasan serta melakukan kunjungan langsung ke lokasi

terkait;

5

Page 6: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

F. ANGGARAN

Seluruh biaya atas kegiatan dan upaya pengawasan pelaksanaan UU ini

dibebankan kepada Anggaran Rutin DPD RI yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN).

6

Page 7: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

BAGIAN II

KESIMPULAN PENGAWASAN

A. HASIL PENGAWASAN

Berdasarkan temuan-temuan dan hasil kunjungan kerja ke beberapa

daerah atas pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Perikanan, dapat

dirumuskan hasil pengawasan sebagai berikut;

1. Undang-Undang Nomor 31/2004 tentang Perikanan yang telah mengalami

perubahan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2009 mengamanahkan kepada pemerintah untuk menindaklanjutinya

dengan pembuatan lebih kurang enambelas Peraturan Pemerintah (PP)

turunan, termasuk dua PP dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009

yang berfungsi sebagai teknis pelaksana penyelenggaraan dan pengaturan

perikanan. Sampai saat ini Peraturan Pemerintah tersebut tidak kunjung

diterbitkan sehingga dalam pelaksaannya, Undang-Undang tentang

Perikanan mengalami kendala yuridis di tingkat implementasinya di

lapangan. Padahal Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

telah mengamanahkan kepada Pemerintah untuk menerbitkan PP

selambat-lambatnya satu tahun setelah pemberlakuan UU tersebut

sebagaimana diamanahkan Pasal 110 A yang berbunyi: “Semua Peraturan

7

Page 8: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

Pemerintah yang diamanatkan untuk melaksanakan ketentuan Undang-

Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-

Undang ini diundangkan.”

2. Hingga saat ini Pemerintah masih belum maksimal melaksanakan tugas

dan fungsinya dalam membangun jaringan informasi perikanan dan

koordinasi yang belum efektif dengan lembaga lain sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Perikanan, hal itu

diindikasikan dari banyaknya daerah yang memiliki potensi berlimpah di

bidang kelautan dan perikanan, tetapi tidak dapat berkembang secara

maksimal karena minimnya sarana dan prasarana sistem informasi dan

data statistik perikanan.

3. Pemerintah dan Pemerintah daerah belum menunjukkan keberhasilan

program dan implementasi kebijakan dalam meningkatkan sumber daya

nelayan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan, padahal sesuai

dengan amanat Bab IX Pasal 57 s.d Pasal 59 Undang-Undang Perikanan

pemerintah dan pemerintah darah berkewajiban melakukan upaya

peningkatan sumber daya nelayan melalui pendidikan, pelatihan, dan

penyuluhan bagi nelayan.

4. Keberadaan Unit Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT) belum mendapat

dukungan pemerintah, maupun sokongan serta peran serta aktif pihak

swasta. Makin banyaknya investasi swasta di bidang pelabuhan perikanan

8

Page 9: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

belum memberi dampak positif yang menguntungkan nelayan, melainkan

hanya membawa manfaat bagi sektor swasta itu sendiri.

5. Di beberapa daerah masyarakat nelayan kecil mengeluhkan keterbatasan

kapasitas penangkapan, permodalan, serta kebutuhan peralatan yang

lebih canggih. Hal ini karena selama ini masyarakat nelayan kecil masih

menggunakan alat-alat penangkapan tradisional. Pemberdayaaan nelayan

kecil dan pembudi daya-ikan melalui penyediaan skim kredit bagi nelayan

kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik untuk modal usaha maupun biaya

operasional dengan cara yang mudah, bunga pinjaman yang rendah dan

sesuai dengan kemampuan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil

belum juga tersosialisasikan dan terimplementasikan secara tepat guna

dan tepat sasaran.

6. Praktik illegal fishing hingga saat ini masih terus berlanjut di beberapa

daerah akibat belum maksimal tindakan pencegahan dan penindakan

illegal fishing. Hal ini antara lain disebabkan terlalu kompleks dan

banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat antara lain TNI, POLRI

dan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam penanganan illegal

fishing. Padahal Undang-Undang tentang Perikanan telah memberikan

ancaman sanksi pidana bagi para pelakunya sebagaimana diatur dalam

Pasal 94 ayat (2), Pasal 94, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), (2), dan (3), dan

Pasal 98. Peradilan Perikanan mencatat sepanjang tahun 2010 dan 2011,

jumlah kasus tindak pidana yang sedang ditangani dalam dua tahun

9

Page 10: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

terakhir mencapai angka 204 kasus. Sebanyak 196 perkara di antaranya

telah ditangani di pengadilan perikanan yang baru di mana kerugiannya

sendiri ditaksir mencapai Rp 80 triliun.

7. Di Beberapa daerah seperti di Kalimantan Selatan dan Sumatera Utara,

nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap perahu, pancing dan

jaring ’rengge’ sering merasa dirugikan oleh nelayan semi modern yang

menggunakan alat tangkap lampara dasar. Alat tangkap nelayan

tradisional yang berupa pancing kepiting sering rusak dan hilang akibat

ditabrak oleh kapal nelayan semi modern yang menggunakan alat tangkap

lampara dasar. Hal ini kemudian berbuntut pada konflik antar nelayan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, sesuai dengan Undang-Undang tentang

Perikanan, persoalan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan

dapat melibatkan masyarakat dengan membentuk kelompok masyarakat

pengawas (POKWAMAS) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sejauh

ini masih banyak daerah yang belum membentuk kelompok masyarakat

pengawas (POKWAMAS).

8. Kerja sama dan koordinasi terpadu antarinstansi terkait dalam melakukan

pengawasan perikanan telah dilakukan oleh pemerintah daerah menemui

kendala berupa minimnya sarana dan prasarana dalam menjalankan

fungsi pengawasan. Di Provinsi Bangka Belitung hingga saat ini kapal yang

dimiliki oleh Polda Bangka Belitung masih terbatas yaitu tipe C3 yang

seharusnya adalah tipe C1. Sesuai dengan Pasal 68 Undang-Undang

10

Page 11: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

tentang Perikanan, kewajiban untuk mengadakan sarana dan prasarana

perikanan merupakan tugas Pemerintah.

9. Pembangun pos-pos pengawasan yang tersebar di kabupaten-kabupaten

di Indonesia masih belum maksimal disebabkan peralatan pendukung

yang paling vital yaitu kapal pengawas yang belum memadai sehingga

mengganggu kinerja dan menyulitkan pengawasan pengelolaan bidang

perikanan.

10. Selain melakukan penangkapan ikan tanpa izin, para pelaku illegal fishing

juga menggunakan alat-alat penangkap ikan yang dilarang oleh undang-

undang antara lain alat tangkap purse seine di rumpon masyarakat

nelayan. Pemasangan rumpon yang dilakukan oleh nelayan asing tersebut

juga telah merusak pola migrasi ikan yang berakibat kerugian bagi

nelayan lokal. Selain itu, di beberapa daerah masih ditemukan banyaknya

penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan bahan peledak

serta masih banyaknya terjadi pelanggaran terhadap jalur penangkapan

ikan.

11. Ditribusi kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah sesuai

dengan Undang-Undang tentang Perikanan masih terbatas, khususnya

dalam bidang perizinan sehingga perlu adanya pelimpahan kewenangan

yang lebih luas kepada pemerintah daerah, terlebih lagi dalam Pasal 65

Undang-Undang tentang Perikanan disebutkan bahwa Pemerintah dapat

11

Page 12: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

menugaskan urusan tugas perbantuan di bidang perikanan kepada

pemerintah daerah.

12. Akibat kenaikan harga BBM, kondisi masyarakat nelayan di beberapa

daerah saat ini semakin sulit dan kemampuan ekonomi nelayan kecil terus

tertekan. Hasil identifikasi di berbagai sentra kegiatan nelayan

menunjukkan bahwa kontribusi komponen biaya BBM terhadap

keseluruhan biaya operasi penangkapan ikan per-trip berkisar antara 30 -

50% untuk kelompok nelayan skala menengah ke atas dan 40 - 60% untuk

kelompok nelayan skala kecil. Kendati Pemerintah memberikan subsidi

BBM untuk nelayan, pada kenyataannya harga eceran BBM di atas harga

yang ditetapkan oleh pemerintah karena besarnya peran penyalur dalam

memainkan harga di tingkat nelayan.

13. Dari berbagai kunjungan di lapangan ditemukan fakta bahwa fungsi-

fungsi pelabuhan perikanan saat ini belum secara optimal termanfaatkan.

Untuk itu, perlu dilakukan program revitalisasi pelabuhan perikanan,

pangkalan pendaratan ikan, dan tempat pelelangan ikan.

14. Manajemen pengelolaan perikanan masih sangat lemah yang antara lain

diindikasikan dengan belum terdapatnya mekanisme koordinasi

antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan. Selain itu,

kondisi ini diperparah dengan terjadinya benturan kepentingan dalam

12

Page 13: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

pengelolaan perikanan serta masalah pengelolaan perikanan antara lain

kepelabuhanan perikanan, konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan fakta-fakta temuan diatas DPD RI merekomendasikan

beberapa hal dibawah ini yaitu:

1. Pemerintah harus segera menerbitkan Peraturan Pemerintah untuk

menjadi aturan pelaksana Undang-Undang tentang Perikanan sehingga

tidak muncul persoalan penegakan norma-norma dalam Undang-Undang

Perikanan termasuk munculnya berbagai tafsir yang bersifat sektoral dari

pemerintah daerah dalam rancangan peraturan daerah (ranperda)

maupun peraturan daerah bidang perikanan yang terlanjur diterbitkan.

2. DPD RI merekomendasikan Pemerintah bersama pemerintah daerah

untuk memantapkan kinerja dalam menjamin dan meningkatkan sumber

daya nelayan dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan,

sesuai dengan amanat Bab IX Pasal 57 s.d Pasal 59 Undang-Undang

Perikanan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian

nelayan.

3. DPD RI merekomendasikan bahwa sebagai pemegang kebijakan

pengelolaan sumber daya ikan, pemerintah perlu memperbaiki beberapa

kebijakan yang dirasa mempersulit usaha dunia perikanan, antara lain

13

Page 14: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

perlunya pemerintah memfasilitasi ekspor hasil ikan dari daerah langsung

ke luar negeri tidak melalui Jakarta sehingga akan mengurangi ekonomi

biaya tinggi.

4. DPD RI merekomendasikan perlunya kesiapan dan sikap tegas pemerintah

untuk menyusun petunjuk pelaksana dan mekanisme koordinasi

antarinstansi yang terkait dengan pengelolaan perikanan, penegakan

hukum perikanan,

5. DPD RI merekomendasikan kepada Pemerintah untuk segera

memperbaiki mekanisme koordinasi antarinstansi penyidik dalam

penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan

sanksi (pidana atau denda), hukum acara, terutama mengenai penentuan

batas waktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum

di bidang perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum

berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

6. Perlunya sikap tegas pemerintah dalam merumuskan kebijakan perikanan

yang mengarah pada keberpihakan kepada nelayan kecil dan pembudi

daya-ikan kecil antara lain dalam aspek perizinan, kewajiban penerapan

ketentuan mengenai sistem pemantauan kapal perikanan, pungutan

perikanan, dan pengenaan sanksi pidana.

14

Page 15: Draft Final Pengawasan Uu Perikanan (2)

BAGIAN III

PENUTUP

Demikian Hasil Pengawasan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia terhadap

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telah dilakukan oleh

DPD RI.

Jakarta, 10 Juni 2012

PIMPINAN

KOMITE II DPD RI

K e t u a,

Ir. H. BAMBANG SUSILO, MM

Wakil Ketua,

INTSIAWATI AYUS, SH, MH

Wakil Ketua,

MATHEUS S. PASIMANJEKU, SH

15