DRAFT EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN … · anggaran dan fungsi pengawasan. ... tujuan,...
Transcript of DRAFT EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN … · anggaran dan fungsi pengawasan. ... tujuan,...
1
DRAFT
EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN
RENSTRA DPR RI TAHUN 2010 – 2014
SAMPAI DENGAN TAHUN KEDUA (2010 – 2011)
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan kelembagaan demokrasi yang kuat, DPR
RI dituntut memiliki visi dan misi yang terangkum dalam suatu dokumen
perencanaan. Karena itu DPR RI Periode 2009 – 2014 menyadari arti penting
dokumen perencanaan sebagai akuntabilitas publik sehingga disusunlah
suatu Rencana Strategis (Renstra) DPR RI 2010 – 2014.
Renstra DPR RI 2010 – 2014 merupakan wujud penyempurnaan
terhadap berbagai upaya perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Beberapa naskah rancangan Rencana Strategis DPR RI telah disusun
sampai dengan tahun 2009. Dalam naskah-naskah tersebut telah terkandung
berbagai gagasan untuk penguatan kelembagaan DPR RI, peningkatan
kinerja dan tugas representasinya. Dokumen tersebut memadukan beberapa
gagasan yang dihasilkan pada periode sebelumnya yang dinilai sesuai
dengan perkembangan tuntutan masyarakat dan visi Anggota DPR RI periode
2009 – 2014.
Renstra DPR RI 2010 – 2014 yang diberlakukan pada DPR RI periode
2009 – 2014 merupakan suatu hal yang baru, karena di era DPR RI
sebelumnya tidak memiliki dokumen Renstra. Keberadaan Renstra DPR RI
2010 – 2014 mencerminkan bahwa DPR RI merupakan lembaga negara yang
menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang terdapat dalam dokumen Renstra ini tidak mudah, karena
setiap kegiatan yang direncanakan memiliki target penyelesaian yang harus
dicapai dan terukur, sementara lembaga DPR RI merupakan lembaga politik
yang sangat dinamis.
Fokus kegiatan yang dilakukan oleh DPR RI dalam Renstra ini tidak
terlepas dari tugas konstitusional yang diamanatkan dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan.
Renstra DPR RI 2010 – 2014 merupakan dokumen yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan DPR RI untuk periode
5 (lima) tahun dari 2010 sampai dengan 2014. Renstra ini ditetapkan dengan
maksud memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi segenap unsur
yang ada dalam lingkungan DPR RI untuk menyusun rencana kerja dan
rencana anggaran selama tiga tahun 2010 – 2012.
2
Selama dua tahun pelaksanaan Renstra DPR RI 2010 – 2014 masih
dijumpai berbagai persoalan terhadap implementasinya, terutama pencapaian
terhadap target yang telah disusun. Berdasarkan hal di atas maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap Renstra DPR RI 2010 – 2014.
2. Tujuan
Evaluasi terhadap Renstra DPR RI 2010 – 2014 secara umum
bertujuan untuk menelaah realisasi atas perencanaan. Secara khusus
evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui atau menyusun:
1. pelaksanaan kegiatan DPR RI yang ditetapkan dalam Renstra DPR RI
2010 – 2014;
2. target pencapaian program prioritas yang ditetapkan dalam Renstra DPR
RI 2010 – 2014;
3. target pencapaian dari setiap program dan fungsi DPR RI;
4. hambatan dan tantangan dalam melaksanakan prioritas pencapaian
Renstra DPR RI 2010 – 2014;
5. rekomendasi bagi revisi atau perbaikan terhadap Renstra DPR RI 2010 –
2014.
II. Evaluasi Terhadap Target Pelaksanaan Program dan Fungsi Renstra DPR RI
2010 – 2014
1. Fungsi Legislasi
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI selama kurun waktu
perencanaan 2010 – 2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan
Fungsi Legislasi DPR RI. Keberhasilan pelaksanaan program ini tidak hanya
akan memperkuat peran DPR RI dalam menjalankan fungsi konstitusionalnya
tetapi juga momentum peralihan kekuasaan membentuk undang-undang dari
presiden ke DPR RI. Dengan demikian, penguatan pelaksanaan fungsi ini
akan ditentukan oleh sejauh mana DPR RI dapat mengelola Program
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI secara optimal. Dalam rangka
penguatan pelaksanaan program tersebut beberapa hal yang perlu dievaluasi
adalah:
a. Pencapaian penetapan RUU yang tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan.
b. Masih banyaknya undang-undang yang digugat oleh masyarakat ke
Mahkamah Konstitusi (judicial review).
Sampai dengan akhir tahun 2011, jumlah RUU yang telah ditetapkan
menjadi undang-undang (undang-undang yang terbentuk) sebanyak 55
undang-undang atau 22 persen dari 248 undang-undang yang menjadi target
prolegnas 2010 – 2014.
3
Melihat capaian pembentukan undang-undang yang masih jauh dari
target prolegnas 2010 – 2014, maka perlu adanya langkah-langkah strategis
untuk mendorong upaya pencapaian target prolegnas tersebut.
2. Fungsi Anggaran
Pelaksanaan Fungsi Anggaran DPR RI selama kurun waktu
perencanaan 2010 – 2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan
Fungsi Anggaran DPR RI. Dalam pelaksanaan program tersebut target
pencapaian relatif sudah baik karena pembahasan APBN umumnya tepat
waktu sesuai dengan siklus anggaran. Namun hal yang perlu dievaluasi
adalah terkait dengan penyerapan aspirasi publik dalam proses pembahasan
rencana kerja dan anggaran setiap Kementerian/Lembaga. Hal lain yang
perlu mendapatkan perhatian politik DPR RI dalam pelaksanaan fungsi
anggaran ini adalah upaya DPR RI dalam memastikan bahwa pengalokasian
anggaran setiap tahun sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang
dan menengah yang pro poor, pro growth, pro job dan pro environment.
Evaluasi ini akan semakin memperkuat peran DPR RI dalam
pengalokasian anggaran negara yang berbasis kinerja dan berdasarkan
prinsip bahwa setiap rupiah uang negara harus benar-benar dibelanjakan
dalam ruang lingkup anggaran (money follows function).
3. Fungsi Pengawasan
Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPR RI selama kurun waktu
perencanaan 2010 – 2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan
Fungsi Pengawasan DPR RI. Dalam pelaksanaan program tersebut relatif
sudah berjalan. Penguatan pelaksanaan fungsi ini juga dapat dilihat dari
dinamika pelembagaan panitia kerja dan tim terhadap sejumlah kebijakan
nasional yang menjadi perhatian politik DPR RI. Namun demikian, beberapa
pencapaian yang masih dirasakan kurang optimal adalah pengaduan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung yang direspon dan
ditindaklanjuti oleh AKD. Pengelolaan pengaduan masyarakat secara baik
dan responsif masih dirasakan belum memenuhi keinginan masyarakat
sebagaimana ditunjukkan dengan tingginya ketimpangan antara jumlah
pengaduan masyarakat yang masuk dengan yang telah ditindaklanjuti oleh
DPR RI.
4. Fungsi Penguatan Kelembagaan
1) Pimpinan DPR RI
2) Badan Musyawarah
3) Badan Kerja Sama Antar Parlemen
4) Badan Kehormatan
5) Badan Urusan Rumah Tangga
4
III. Evaluasi Terhadap Grand Design Kelembagaan DPR RI (Target Prioritas
Pencapaian dalam Renstra DPR RI 2010 – 2014)
1. Penguatan Kelembagaan
1) Pembentukan Badan Fungsional Keahlian
Pembentukan BFK merupakan amanat Undang-Undang Nomor 27 tahun
2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu Pembentukan BFK
melalui peraturan DPR setelah dikonsultasikan dengan pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut, SETJEN diminta untuk menyusun konsep
pembentukan Badan Fungsional Keahlian. Selanjutnya untuk menyusun
konsep tersebut, BURT meminta SETJEN untuk bekerjasama dengan
konsorsium (Akademisi dari UI, UGM dan ITB).
Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penyusunan konsep
pembentukan BFK adalah melakukan FGD dengan Pimpinan AKD,
Pimpinan Fraksi-Fraksi, beberapa Anggota, Pejabat Struktural dan
Fungsional Sekretariat Jenderal serta Tenaga Ahli AKD dalam rangka
meminta masukan dan pandangan terkait rancangan pembentukan BFK.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan tersebut, maka diperlukan
tambahan waktu untuk pembentukan BFK. Tahapan-tahapan yang
diperlukan sampai dengan terbentuknya BFK adalah:
1) Penyusunan naskah akademis;
2) Penyusunan rancangan peraturan DPR RI tentang BFK;
3) Konsultasi dengan pemerintah tentang BFK;
4) Pembahasan Peraturan DPR RI tentang BFK;
5) Penetapan Peraturan DPR RI tentang BFK;
6) Persiapan pembentukan BFK;
7) Pembentukan BFK.
Dengan memperhatikan rangkaian kegiatan yang harus dilalui dalam
pembentukan BFK, maka target waktu penyelesaian pembentukan BFK
perlu disesuaikan dari semula tahun 2011 menjadi tahun 2014.
2) Pembentukan Unit Pengawasan Internal
Sesuai dengan Renstra DPR RI 2010 – 2014, Unit Pengawasan Internal
ditargetkan selesai tahun 2011. Namun, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bahwa penambahan atau pengurangan unit kerja
dalam struktur organisasi K/L harus dikonsultasikan dengan Pemerintah
maka saat ini konsep pembentukan Unit Pengawasan Internal yang telah
disusun oleh Sekretariat Jenderal dan merupakan satu kesatuan dengan
Reformasi Kesetjenan masih menunggu penilaian oleh Pemerintah
(Kemenpan dan Reformasi Birokrasi).
5
Tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka pembentukan Unit
Pengawasan Internal adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan naskah akademis;
2) Penyusunan rancangan peraturan presiden tentang unit pengawasan
internal;
3) Pembahasan peraturan presiden tentang unit pengawasan internal;
4) Penetapan peraturan presiden tentang unit pengawasan internal;
5) Persiapan pembentukan unit pengawasan internal;
6) Pembentukan unit pengawasan internal.
Dengan memperhatikan rangkaian kegiatan yang harus dilalui dalam
pembentukan unit pengawasan internal, maka target waktu penyelesaian
pembentukan unit pengawasan internal perlu disesuaikan dari semula
tahun 2011 menjadi tahun 2014.
3) Reformasi Kesetjenan
Reformasi kesetjenan dalam Renstra DPR RI 2010 – 2014 ditargetkan
selesai pada tahun 2011. Proses reformasi kesetjenan ini sudah dimulai
sejak adanya rekomendasi Tim Peningkatan Kinerja DPR RI pada tahun
2007 yang kemudian diperkuat melalui agenda prioritas pencapaian
Renstra DPR RI 2010 – 2014.
Reformasi kesetjenan merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi secara
nasional yang harus sesuai dengan Peraturan Menpan No. 20 tahun 2010
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014. Oleh karena
petunjuk teknis pelaksanaan Reformasi Birokrasi baru ditetapkan pada
tanggal 25 Februari 2011 melalui Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 9 tahun
2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi K/L
dan Pemerintah Daerah, maka dokumen reformasi kesetjenan baru
tersusun pada tahun 2011 dan saat ini dalam proses tahap penilaian dari
Kemenpan dan Reformasi Birokrasi.
Dokumen reformasi kesetjenan tersebut mencakup delapan area
perubahan, yaitu:
1) manajemen perubahan;
2) penataan peraturan perundang-undangan;
3) penataan dan penguatan organisasi
4) penataan tata laksana;
5) penataan sistem manajemen SDM aparatur;
6) penguatan pengawasan;
7) penguatan akuntabilitas kinerja;
8) peningkatan kualitas pelayanan publik.
6
Reformasi kesetjenan tidak terlepas dari rencana pembentukan Badan
Fungsional Keahlian. Sesuai dengan Perpres No. 81 tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 bahwa reformasi
kesetjenan secara keseluruhan ditargetkan selesai tahun 2025, maka
target waktu penyelesaian reformasi kesetjenan perlu dilakukan
penyesuaian.
2. Penguatan Kehumasan DPR RI
Penguatan kehumasan DPR RI dapat dimaknai sebagai penilaian aktivitas
kehumasan DPR RI yang telah dilaksanakan dan masih terus dilakukan
hingga tahun 2012 serta optimalisasinya di masa yang akan datang, dalam
rangka menyosialisasikan kinerja Dewan dan meningkatkan kepercayaan
serta citra DPR RI di masyarakat. Penguatan kehumasan DPR RI yang
dimaksudkan dalam Renstra DPR RI 2010 – 2014 meliputi:
a. membangun arus informasi internal DPR RI yang sistematis;
b. terintegrasinya penggunaan akses media informasi;
c. strategi pengelolaan kehumasan yang sistematis, terintegrasi dan
terkoordinasi; dan
d. optimalisasi dukungan kehumasan yang dilakukan supporting system
DPR RI.
Implementasi dari penguatan kehumasan DPR RI sebagaimana dimaksud
dalam Renstra DPR RI, sesungguhnya dapat diidentifikasikan pada aktivitas
kehumasan, pemberitaan dan keprotokolan yang dilakukan secara sistematis
dan terintegrasi yang diwujudkan melalui:
a. Kehumasan
1) Penerimaan Tamu Kunjungan study ke DPR RI
2) Penyaluran Delegasi Apirasi Masyarakat
3) Kegiatan Sosialisasi kedewanan melalui Parlemen Remaja
4) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Parlemen Kampus
5) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Pagelaran Budaya
6) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Seminar Kehumasan
7) Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik
b. Pemberitaan
1) Informasi aktivitas DPR RI secara tercetak melalui Buletin dan Majalah
Parlementaria
2) Penyebarluasan Buletin dan Majalah Parlementaria kepada seluruh
pemangku kepentingan di seluruh wilayah Indonesia
3) Peliputan melalui TV Parlemen dan streaming TV Parlemen pada
website DPR RI
4) Penyelenggaraan media gathering
5) Publikasi DPR RI melalui iklan layanan masyarakat di media massa
6) Sosialisasi kegiatan DPR RI melalui relase media dan konfrensi pers
7
7) Sosialisasi kegiatan DPR RI melalui blocking waktu dan/atau halaman
media massa.
8) Membangun hubungan interdependensi dengan wartawan
koordinatoriat DPR RI
9) Diskusi mingguan wartawan koordinatoriat DPR RI
c. Keprotokolan
1) Pengaturan penerimaan kunjungan delegasi Negara lain ke DPR RI
2) Pengaturan acara atau konfrensi yang diselenggarakan DPR RI
3) Penyelenggaraan acara kenegaraan di DPR RI
Implementasi dari wujud kegiatan kehumasan DPR RI sebagaimana telah
disebutkan diatas, memang tidak selamanya dapat dilakukan dengan tepat
sesuai perencanaan kehumasan. Beberapa kendala penguatan kehumasan
DPR RI diantaranya:
a. jumlah sumber informasi internal dan potensi beragamnya motif
komunikasi atas materi informasi internal DPR RI;
b. opini publik yang cenderung dibentuk media massa;
c. dinamika aktivitas jurnalistik media massa dalam melakukan interaksi
dengan DPR RI;
d. tuntutan keterbukaan informasi publik dan pelayanan informasi publik
yang sangat beragam;
e. penyesuaian terhadap penggunaan media informasi; dan
f. dukungan kehumasan yang dilakukan supporting system DPR RI.
Namun demikian dalam rangka penguatan kehumasan DPR RI guna
terbangunnya strategi pengelolaan kehumasan yang sistematis, terintegrasi
dan terkoordinasi sudah dihasilkan:
a. Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi
Publik di DPR RI yang memberikan pengaturan tentang jenis-jenis
informasi publik di DPR RI, mekanisme informasi publik, pejabat
pengelola informasi dokumentasi (PPID).
b. Pedoman Pengelolaan Kehumasan DPR RI yang mengatur tentang tugas
dan fungsi Pimpinan Alat Kelengkapan DPR RI, Pimpinan DPR RI
sebagai juru bicara DPR RI, dibentuknya Tim Kehumasan DPR RI
dengan didukung oleh konsultan kehumasan dan konsultan media massa.
c. Peningkatan kualitas maupun kuantitas sosialisasi kegiatan Dewan
melalui penerangan kepada pengunjung, parlemen remaja, dan mitra
kerja DPR RI.
d. Peningkatan kerjasama dengan media massa dalam rangka
menyosialisasikan kegiatan Dewan.
e. Penyelenggaraan konferensi antar parlemen baik ditingkat regional
maupun internasional.
8
f. Peningkatan kualitas pengelolaan keterbukaan informasi di DPR RI
sehingga bisa dijadikan model pengelolaan keterbukaan informasi publik
bagi instansi lain.
g. Pelayanan informasi publik melalui sistem online pada laman DPR RI
h. Peningkatan kewenangan PPID untuk melakukan uji konsekuensi atas
informasi yang dikecualikan di DPR RI, sebagaimana diatur di dalam
peraturan perundang-undangan.
3. Kemandirian Pengelolaan Anggaran DPR RI
Kemandirian pengelolaan anggaran DPR RI yang ditargetkan selesai pada
Tahun 2011 belum dapat direalisasikan karena terbentur dengan peraturan
perundang-undangan yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan, UU No. 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Negara.
Saat ini sudah terbentuk Rencana Kegiatan Tahunan DPR; Pedoman Umum
Pengelolaan Anggaran DPR dan Arah Kebijakan Anggaran DPR. Ketiga
dokumen ini diharapkan dapat sebagai bagian tidak terlepas dari kemandirian
pengelolaan anggaran DPR
4. Pengembangan Prasarana Utama
Pengembangan prasarana utama yang ditargetkan selesai Tahun 2012,
belum dapat direalisasikan dikarenakan adanya sensitivitas publik. Namun
DPR telah menyusun dan melakukan sosialisasi Grand Desain Penataan
Kawasan DPR RI kepada internal dan eksternal DPR RI.
5. Perpustakaan Parlemen
Renstra 2010 – 2014 memprioritaskan pembangunan dan pengembangan
perputakaan parlemen pada tahun 2011 sebagai bagian terpadu prasarana
parlemen. Namun dengan adanya keputusan Rapat Konsultasi antara
Pimpinan DPR RI dengan Pimpinan Fraksi-Fraksi dan Pimpinan BURT DPR
RI tanggal..... DPR RI tidak melaksanakan pengembangan prasarana utama
DPR RI dan menyerahkannya kepada Kementerian Pekerjaan Umum
sehingga pembangunan perpustakaan parlemen yang merupakan bagian
terpadu dari pengembangan prasarana utama DPR RI tidak dapat
dilaksanakan.
Namun demikian, upaya pengembangan perpustakaan parlemen tetap
dilakukan dalam bentuk:
a. Penetapan Pedoman Umum Pengelolaan Perpustakaan DPR RI;
9
b. Pembuatan laman (website) perpustakan online
http://perpustakaan.dpr.go.id;
c. Katalog koleksi buku perpustakaan DPR sudah terhubung dengan website
http://www.dpr.go.id dapat diakses dari seluruh unit kerja di DPR RI;
d. koleksi kliping yang dapat diakses oleh pengguna unit kerja di seluruh
DPR RI melalui kliping.dpr.go.id.
e. Koleksi peraturan perundang-undangan berlangganan dari
pik.kompas.co.id dan hukumonline.com hanya dapat diakses di
Perpustakaan DPR RI.
f. Koleksi semua terbitan DPR RI (antara lain: buku pedoman, hasil kajian,
jurnal, dan sebagainya) yang menjadi ciri khas dari Perpustakaan DPR RI.
g. Penambahan koleksi Perpustakaan DPR RI.
h. Standard Operation Procedure (SOP) tentang kegiatan layanan
Perpustakaan DPR RI.
i. Penyusunan abstraksi koleksi Perpustakaan DPR RI.
6. Penguatan Sarana Representasi
Penguatan sarana representasi yang seharusnya diwujudkan dalam
pembentukan rumah aspirasi sesuai Tata Tertib DPR RI dan ditargetkan
selesai pada Tahun 2012, belum dapat direalisasikan karena:
a. Belum adanya kesatuan pandangan diantara Anggota dan Fraksi
mengenai konsep rumah aspirasi tersebut;
b. Resistensi publik terhadap rencana pembentukan rumah aspirasi;
c. Hasil sosialisasi merekomendasikan untuk membentuk program aspirasi.
Namun untuk memperkuat sarana representasi Anggota tersebut sudah
dilakukan melalui peningkatan jumlah kunjungan kerja Anggota dan kegiatan
penyerapan aspirasi masyarakat di daerah pemilihan.
7. Pengembangan e-Parliament
Pengembangan e-parliament yang dimaksudkan dalam Renstra DPR RI
meliputi sistem komunikasi yang aksesibel melalui teknologi informasi yang
menjangkau masyarakat secara luas yang ditargetkan selesai Tahun 2011.
Pengembangan e-parliament tersebut telah dilaksanakan melalui:
a. Sistem pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat dengan mengacu
pada Pedoman Pengelolaan Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat.
b. Penyusunan dan penetapan Pedoman Umum Pengelolaan Teknologi
Informasi DPR RI.
c. Sistem sosialisasi kegiatan DPR RI melalui LCD TV dan Big Screen LED di
lingkungan Gedung DPR RI.
d. Pembangunan 24 (dua puluh empat) sistem aplikasi
10
Perencanaan sistem aplikasi dalam kurun waktu 2010 – 2011 adalah
terciptanya penggunaan 24 sistem aplikasi dan pengembangan/
pemeliharaan sistem jaringan komputer yang dikelompokan dalam:
i. Internet :
1) website http://www.dpr.go.id
2) E-mail http://mail.dpr.go.id
3) Pengaduan http://pengaduan.dpr.go.id
4) PPID http://ppid.dpr.go.id
5) LPSE http://lpse.dpr.go.id
6) Perpustakaan http://perpustakaan.dpr.go.id
7) SMS Aspirasi http://pengaduan.dpr.go.id/kirim/sms
8) TV Streaming http://www.dpr.go.id/id/serba-serbi/tv-parlemen
9) Mobile Website http://m.dpr.go.id
10) Kiosk Informasi 10 kiosk informasi di Gedung DPR RI
ii. Intranet :
1) Sistem Informasi Tenaga Ahli dan Asisten Anggota (Sitanang)
2) Sistem Tata Persuratan
3) Koleksi Perundang-undangan
4) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(Simak BMN)
5) Analisa BPK/DPD
6) Sistem Informasi Keuangan Akuntansi (Siska)
7) SMS Gateway DPR RI
8) SMS Gateway Setjen RI
9) Piket Monitoring Server
10) Administrasi Keanggotaan Dewan (Minangwan)
11) Ticketing helpdesk Local Area Network (LAN)
12) Sistem Informasi Pegawai (Simpeg)
13) Publikasi hasil kajian
14) Pusat data share
IV. Rekomendasi
a. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pencapaian target prioritas Renstra DPR
RI 2010 – 2014 maka perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Penguatan Kelembagaan:
1) Perlu mengintensifkan pembahasan rancangan Pembentukan BFK.
Kemudian dengan memperhatikan kondisi pembahasan selama ini,
maka target waktu pencapaian Pembentukkan BFK direvisi target
penyelesaiannya pada akhir periode perencanaan (Tahun 2014)
dengan indikator terbentuknya Peraturan DPR tentang Pembentukan
BFK.
11
2) Pembentukan Unit Pengawasan Internal didorong melalui kerangka
Reformasi Kesetjenan (Reformasi Birokrasi) dengan revisi target
penyelesaian menjadi pada akhir periode perencanaan (2014).
3) Reformasi Kesetjenan harus terus didorong dengan percepatan area
perubahan organisasi dengan tujuan agar sejalan dengan
Pembentukan BFK dan Unit Pengawasan Internal. Untuk tahun 2014,
sistem, aturan dan mekanisme kerja untuk reformasi kesetjenan sudah
terbangun.
b. Penguatan kehumasan DPR RI pada masa yang akan datang perlu
dilakukan dengan memberikan penekanan pada:
1) direalisasikannya dukungan dari konsultan kehumasan dan konsultan
media untuk membantu kerja tim kehumasan dalam membangun opini
publik, analisis isi media dan menyusun media treatment.
2) diselesaikannya pembahasan dan pengesahan pedoman peliputan
media massa di DPR RI.
3) dimaksimalkannya peran Pimpinan AKD untuk mengkomunikasikan
hasil kegiatan AKD yang perlu disampaikan kepada publik,
sebagaimana diamanatkan di dalam Tatib DPR RI.
4) optimalisasi dukungan kehumasan kepada Pimpinan DPR RI sebagai
juru bicara DPR RI
5) peningkatan kerjasama dengan media massa dalam rangka
menyosialisasikan kinerja dan peningkatan citra DPR RI di masyarakat.
Untuk penguatan kehumasan DPR RI, maka implementasi peraturan atau
pedoman mengenai keterbukaan informasi publik di DPR RI, Pengelolaan
kehumasan DPR RI, dan peliputan media massa di DPR RI perlu
dimaksimalkan dengan didukung oleh ketersediaan anggaran, sarana, dan
prasaran kehumasan yang memadai.
c. Kemandirian Pengelolaan Anggaran DPR RI difokuskan pada penyusunan
kajian yang komprehensif.
d. Pengembangan prasarana utama diarahkan kepada optimalisasi
pemanfaatan prasarana utama dan pencapaiannya diarahkan kepada
program dan kegiatan rutin.
e. Perpustakaan Parlemen tetap harus menjadi prioritas dengan penajaman
pada program dan kegiatan rutin.
f. Penguatan Sarana Representasi diarahkan pada penyusunan konsep
tentang Program Aspirasi.
12
g. Pengembangan e-Parliament tetap harus menjadi prioritas dengan
penajaman pada program dan kegiatan rutin.
h. Perlu dilakukan penyesuaian kegiatan, indikator, dan target pencapaian
dalam setiap program dan kegiatan.
i. Dalam rangka optimalisasi penyerapan anggaran pelaksanaan fungsi-
fungsi Dewan, perlu dilakukan pengkajian tentang penggabungan alokasi
anggaran untuk Program Pelaksanaan Fungsi Legislasi, Pelaksanaan
Fungsi Anggaran dan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan dalam satu
nomenklatur anggaran, sehingga pengelolaannya dapat lebih fleksibel.
j. Secara keseluruhan Renstra DPR RI 2010 – 2014 perlu dilakukan
penyempurnaan baik secara substansi maupun redaksional.
13
LAMPIRAN
Indikator Pelaksanaan Renstra E-Parlemen
Prosentase unit kerja yang terintegrasi dalam jaringan komunikasi data dan
informasi online dengan kelengkapan data yang terkini (up to date), akurat
dan aman.
1) Integrasi Unit Kerja dalam jaringan komunikasi data dan informasi,
berdasarkan :
a) unit kerja :
- Seluruh unit kerja yaitu 64 Bagian/Bidang 100 % sudah
terintegrasi dalam jaringan komunikasi data dan informasi dan
system /aplikasi.
- Tiap unit kerja sudah terintegrasi dalam jaringan komunikasi
data dan informasi, satu unit kerja sudah terintegrasi minimal
dalam 14 system / aplikasi dari 24 sistem yang
- Jumlah integrasi data dan informasi menunjukkan banyaknya
system/aplikasi yang terkait sesuai kewenangan unit kerja
sebagai administrator /pengelola, user /pemakai maupun
sebagai penyedia sarana dan prasarana
b) system / aplikasi :
- Seluruh system /aplikasi sudah dimanfaatkan oleh unit kerja
sesuai kewenangan sebagai administrator /pengelola maupun
user /pemakai system/aplikasi
- Jumlah unit kerja terkait menunjukkan banyaknya unit kerja
yang terkoneksi dalam system/aplikasi sesuai kewenangan
sebagai administrator /pengelola maupun user /pemakai
2) Kelengkapan data yang uptodate dan akurat :
a) uptodate data ke dalam system /aplikasi dilaksanakan oleh unit
kerja sesuai kewenangan unit kerja sebagai administrator
/pengelola
b) akurasi data dilakukan oleh unit kerja terkait sebagai administrator
/pengelola , sebagai contah :
- Adinistrator website (system /aplikasi/statik /LPSE/Email)
adalah Bidang Data dan Informasi dengan unit kerja terkait;
- Adinistrator berita /TV streaming/foto adalah Bag. Pemberitaan;
- Adinistrator Jadwal /agenda/laporan singkat adalah Set AKD;
- Adinistrator RUU adalah Unit kerja terkait RUU.
- Administrator Sitanang Data Anggota DPR R adalah Bagian
Minangwan;
- Administrator data Tenaga Ahli & Asisten adalah Bagian TA &
Asisten Anggota; dan user terkait yaitu Bag.Adms Keuangan
dan Bag. Yankes
14
3) Keamanan Data dan Informasi
- Keamanan data server dilakukan dan dikelola oleh Bidang Data
dan Sarana Informasi
- Keamanan data entry dilakukan oleh unit kerja sebagai
administrator/pengelola