DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

28
Draft 23 Juni 2014 1 DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN 2010 2014 SAMPAI DENGAN TAHUN KEEMPAT (2010 2013) I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan kelembagaan demokrasi yang kuat, DPR RI dituntut memiliki visi dan misi yang terangkum dalam suatu dokumen perencanaan. Karena itu DPR RI Periode 2009-2014 menyadari arti penting dokumen perencanaan sebagai akuntabilitas publik sehingga disusunlah suatu Rencana Strategis (Renstra) DPR RI 2010-2014. Renstra DPR RI 2010 2014 merupakan wujud penyempurnaan terhadap berbagai upaya perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Jika sebelumnya gagasan penguatan kelembagaan DPR RI tersebut dituangkan dalam berbagai rekomendasi yang dihasilkan oleh DPR RI, yaitu: 1) Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI Tahun 2006; 2) Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI Tahun 2009; 3) BURT DPR RI Periode 2004-2009; 4) Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan 5) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib; Selanjutnya dalam proses menyusun Renstra DPR RI 2010-2014 tersebut, sampai dengan tahun 2009 telah tersusun beberapa naskah awal untuk rancangan Renstra tersebut. Dalam naskah-naskah tersebut terkandung berbagai gagasan untuk penguatan kelembagaan DPR RI, peningkatan kinerja dan tugas representasinya. Dokumen tersebut memadukan berbagai gagasan yang dihasilkan pada periode sebelumnya yang dinilai sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat dan visi Anggota DPR RI periode 2009-2014. Renstra DPR RI 2010-2014 yang diberlakukan pada DPR RI periode 2009-2014 merupakan suatu hal yang baru, karena di era DPR RI sebelumnya tidak pernah memiliki dokumen Renstra. Keberadaan Renstra DPR RI 2010-2014 mencerminkan bahwa DPR RI merupakan lembaga negara yang menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam prakteknya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam dokumen Renstra ini tidak mudah, karena setiap kegiatan yang direncanakan memiliki target penyelesaian yang harus dicapai dan terukur, sementara lembaga DPR RI merupakan lembaga politik yang sangat dinamis.

Transcript of DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Page 1: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

1

DRAFT

EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN 2010 – 2014

SAMPAI DENGAN TAHUN KEEMPAT (2010 – 2013)

I. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kelembagaan demokrasi yang kuat, DPR

RI dituntut memiliki visi dan misi yang terangkum dalam suatu dokumen

perencanaan. Karena itu DPR RI Periode 2009-2014 menyadari arti penting

dokumen perencanaan sebagai akuntabilitas publik sehingga disusunlah

suatu Rencana Strategis (Renstra) DPR RI 2010-2014.

Renstra DPR RI 2010 – 2014 merupakan wujud penyempurnaan

terhadap berbagai upaya perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.

Jika sebelumnya gagasan penguatan kelembagaan DPR RI tersebut

dituangkan dalam berbagai rekomendasi yang dihasilkan oleh DPR RI, yaitu:

1) Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI Tahun 2006;

2) Tim Kajian Peningkatan Kinerja DPR RI Tahun 2009;

3) BURT DPR RI Periode 2004-2009;

4) Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

5) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 2009 tentang Tata Tertib;

Selanjutnya dalam proses menyusun Renstra DPR RI 2010-2014

tersebut, sampai dengan tahun 2009 telah tersusun beberapa naskah awal

untuk rancangan Renstra tersebut. Dalam naskah-naskah tersebut

terkandung berbagai gagasan untuk penguatan kelembagaan DPR RI,

peningkatan kinerja dan tugas representasinya. Dokumen tersebut

memadukan berbagai gagasan yang dihasilkan pada periode sebelumnya

yang dinilai sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat dan visi

Anggota DPR RI periode 2009-2014.

Renstra DPR RI 2010-2014 yang diberlakukan pada DPR RI periode

2009-2014 merupakan suatu hal yang baru, karena di era DPR RI

sebelumnya tidak pernah memiliki dokumen Renstra. Keberadaan Renstra

DPR RI 2010-2014 mencerminkan bahwa DPR RI merupakan lembaga

negara yang menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dalam prakteknya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

terdapat dalam dokumen Renstra ini tidak mudah, karena setiap kegiatan

yang direncanakan memiliki target penyelesaian yang harus dicapai dan

terukur, sementara lembaga DPR RI merupakan lembaga politik yang

sangat dinamis.

Page 2: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

2

Fokus kegiatan yang dilakukan oleh DPR RI dalam Renstra ini tidak

terlepas dari tugas konstitusional yang diamanatkan dalam UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi

anggaran dan fungsi pengawasan.

Renstra DPR RI 2010-2014 merupakan dokumen yang memuat visi,

misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan DPR RI untuk

periode 5 (lima) tahun dari 2010 sampai dengan 2014. Renstra ini ditetapkan

dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi

segenap unsur yang ada dalam lingkungan DPR RI untuk menyusun

rencana kerja dan rencana anggaran tahunan.

Setelah memasuki tahun kelima, masih dijumpai berbagai persoalan

terhadap pelaksanaan Renstra DPR RI 2010-2014, terutama yang terkait

dengan pencapaian target yang telah direncanakan. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dilakukan evaluasi terhadap Renstra DPR RI 2010-2014

dan sebagai landasan untuk menyusun Renstra DPR RI 2015-2020.

2. Tujuan

Evaluasi terhadap Renstra DPR RI 2010-2014 bertujuan untuk:

1) Melakukan review atas program pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi

anggaran, dan fungsi pengawasan serta pelaksanaan program

penguatan kelembagaan yang ditetapkan dalam Renstra DPR RI 2010-

2014;

2) Melakukan review atas pelaksanaan program dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas teknis lainnya dan Program sarana dan prasarana

yang ditetapkan dalam Renstra DPR RI 2010-2014;

3) Mengetahui perkembangan target prioritas pencapaian Grand Design

Kelembagaan yang ditetapkan dalam Renstra DPR RI 2010-2014;

4) Memahami hambatan dan tantangan yang muncul dalam pelaksanaan

program dan fungsi maupun prioritas pencapaian Renstra DPR RI 2010-

2014; dan,

5) Memberikan rekomendasi yang diperlukan agar sasaran program

Renstra DPR RI 2010-2014 dalam masa sisa periode perencanaan

dapat tercapai secara lebih optimal.

II. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Program Dewan dalam Renstra DPR RI

2010-2014

1. Program Pelaksanaan Fungsi Legislasi

Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI selama kurun waktu

perencanaan 2010-2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan

Fungsi Legislasi DPR RI. Keberhasilan pelaksanaan program ini tidak hanya

akan memperkuat peran DPR RI dalam menjalankan fungsi

konstitusionalnya tetapi juga momentum peralihan kekuasaan membentuk

undang-undang dari presiden ke DPR RI. Dengan demikian, penguatan

pelaksanaan fungsi ini akan ditentukan oleh sejauh mana DPR RI dapat

Page 3: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

3

mengelola Program Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI secara optimal.

Dalam rangka penguatan pelaksanaan program tersebut hal yang perlu

dievaluasi yaitu pencapaian penyelesaian pembentukan RUU.

Realisasi Produk Legislasi DPR RI dari tahun sidang 2010-2011

sampai dengan 2012-2013 disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan data pada

Tabel 1 di atas, sampai dengan akhir tahun 2013, jumlah RUU yang telah

ditetapkan menjadi undang-undang sebanyak 91 undang-undang atau 35,1

persen dari 259 undang-undang yang menjadi target prolegnas 2010-2014

(Dalam perjalanannya, terdapat penambahan 11 RUU Baru dari Daftar

Prolegnas 2010-2014 yang berjumlah 248 menjadi 259 RUU).

Tabel 1. Jumlah Prioritas RUU dan RUU yang disahkan

Tahun 2010 s.d. 2013

Tahun Prioritas RUU RUU yang disahkan

% Inisiatif

DPR

Pemerintah Inisiatif

DPR

Pemerintah Kumulatif

Terbuka

2010 38 34 6 2 7 20,8

2011 37 33 13 6 5 34,2

2012 46 23 6 4 20 43,4

2013 48 27 6 5 11 29,3

Jumlah 169 117 31 17 43 35,1

Data sampai Desember 2013

Tidak tercapainya target yang direncanakan secara tidak langsung

menunjukkan:

1) Penyelesaian satu RUU membutuhkan waktu yang lama sehingga target

RUU yang direncanakan tidak tercapai; dan,

2) Keterbatasan sumberdaya dalam menyelesaikan RUU.

Dari segi kualitas, dapat dilihat dari data UU yang diuji di Mahkamah

Konstitusi maka menunjukkan bahwa untuk UU yang diundangkan pada

tahun 2010 yang mendapatkan judicial review adalah dua undang-undang

yaitu UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan UU No.47 Tahun 2009

tentang APBN 2010 dan UU No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Selanjutnya jumlah UU yang mendapatkan judicial review untuk kurun waktu

UU yang diundangkan dari tahun 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari total undang-undang yang diundangkan pada kurun waktu 2010-

2013 sebanyak 91 undang-undang dan yang mendapatkan judicial review

sebanyak 24 undang-undang atau mencapai 38,46 persennya.

Page 4: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

4

Tabel 2. UU Yang di Judicial Review di Mahkamah Konstitusi

Tahun

Pengundangan Undang-Undang

2010 1. UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010.

2. UU No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

2011 1. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

2. UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas. Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

3. UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

4. UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

5. UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi.

6. UU No. 11 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011.

7. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

8. UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum.

9. UU Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

10. UU Nomor 17 Tahun 2011 tentang intelejen Negara.

11. UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.

12. UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN Tahun 2012.

13. UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

14. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

2012 1. UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

2. UU Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan UU Nomor 22

Tahun 2011 Tentang APBN TA 2012.

3. UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

DPR, DPD, dan DPRD.

4. UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

5. UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

6. UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

7. UU Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi

Kalimantan Utara.

2013 UU Nomor 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 56 Tahun 2008 Pembentukan Kabupaten

Tambraw Di Provinsi Papua Barat.

Dalam mendukung Program Pelaksanaan Fungsi Legislasi tersebut,

setiap tahunnya dialokasikan anggaran yang cukup besar. Namun dalam

realisasinya anggaran yang terpakai setiap tahunnya rata-rata 32,55 persen.

Adapun perkembangan anggaran dan realisasinya disajikan dalam Tabel 3.

Page 5: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

5

Tabel 3. Realisasi Anggaran DPR RI Terhadap Pelaksanaan Fungsi Legislasi

Per Tahun dari Tahun 2011 Sampai 2013

Tahun Pagu Anggaran Realisasi Anggaran %

2011 Rp.394.557.441.000 Rp. 95.114.571.022 24,11

2012 Rp.375.318.412.000 Rp.150.042.745.855 39,98

2013 Rp.337.925.741.000 Rp.187.631.347.770 53,55

Rendahnya realisasinya anggaran ini sejalan dengan masih kurang

maksimalnya penyelesaian produk legislasinya. Adapun rendahnya realisasi

anggaran dan pencapaian target RUU yang disahkan disebabkan karena

beberapa faktor antara lain sebagai berikut:

1) Keterbatasan waktu pembahasan, yaitu di satu sisi pembahasan

rancangan undang-undang dengan asumsi rata-rata 30 hari kerja per

masa sidang sehingga tersedia 120 hari per tahun untuk menyelesaikan

target prioritas tahunan prolegnas, sementara di sisi lain DPR RI juga

harus melaksanakan fungsi anggaran dan pengawasan;

2) Mekanisme pembahasan yang cukup panjang dan memakan waktu

lama menyebabkan pencapaian target penyelesaian rancangan undang-

undang menjadi mundur dari target waktu penyelesaian; dan,

3) Proses pembahasan yang melibatkan pemerintah turut mempengaruhi

terhadap lamanya proses pembahasan dikarenakan adanya kesiapan

waktu dan kemauan politik pemerintah untuk membahas.

2. Program Pelaksanaan Fungsi Anggaran

Pelaksanaan Fungsi Anggaran DPR RI selama kurun waktu

perencanaan 2010-2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan

Fungsi Anggaran DPR RI. Dalam pelaksanaan program tersebut target

penyelesaian penyusunan UU APBN relatif sudah baik karena pembahasan

APBN umumnya tepat waktu sesuai dengan siklus penyusunan dan

pembahasan APBN sebagaimana tercantum dalam UU No.17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara bahwa 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran

berakhir, UU APBN tahun berikutnya sudah harus disahkan DPR RI.

Tabel 4. Persandingan Belanja Negara dengan Angka Kemiskinan, Pertumbuhan dan

Tingkat Pengangguran Tahun 2010 s.d. 2014*

Tahun APBN

Angka

Kemiskinan

(%)

Pertumbuhan

(%)

Tingkat

Pengangguran

(%)

2010 1.047.666 13,33 6,2 7,14

2011 1.229.600 12,36 6,5 6,56

2012 1.491.400 11,66 6,4 6,32

2013 1.683.011 11,47 5,81 6,25

2014 1.842.495 - - -

* Data diolah dari BPS

Page 6: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

6

Selain itu, dalam setiap proses pembahasan rencana kerja dan

anggaran Kementerian/Lembaga, DPR telah memperhatikan tujuan

bernegara dan aspirasi publik. Tujuan utama dari pelaksanaan fungsi

anggaran ini adalah upaya DPR RI untuk memastikan bahwa pengalokasian

anggaran setiap tahun sesuai dengan rencana pembangunan jangka

panjang dan jangka menengah yang pro poor, pro growth, pro job dan pro

environment. Untuk melihat bagaimana pengalokasian APBN yang pro poor,

pro growth dan pro job dapat dilakukan dengan melihat pencapaian

Indonesia dalam berupaya menurunkan angka kemiskinan, meningkatkan

pertumbuhan dan menurunkan tingkat pengangguran seperti Tabel 4.

Meskipun ini dapat dilihat sebagai peran langsung dari pemerintah, tetapi

DPR RI juga berperan secara tidak langsung atas persetujuan alokasi

anggaran lewat politik anggarannya untuk mendukung pro poor, pro growth,

pro job dan pro environment.

Tabel 5. Besaran Alokasi Belanja Negara APBN

Tahun 2010 s.d. 2014 (dalam miliar rupiah)

Tahun RAPBN APBN APBN-P Pertanggungjawaban

APBN

2010 1.009.485 1.047.666 1.126.146 1.042.117

2011 1.202.000 1.229.600 1.320.751 1.294.999

2012 1.418.497 1.491.400 1.548.310 1.491.410

2013 1.657.900 1.683.011 1.726.191 -

2014 1.816.734 1.842.495 - -

Peran DPR dalam menjalankan fungsi anggaran juga dapat dilihat

dari besaran anggaran yang ditetapkan dalam UU baik RAPBN, APBN,

APBN-P maupun realisasi pelaksanaannya sebagaimana dijelaskan dalam

Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut dari pagu yang disusun dalam RAPBN

yang diajukan oleh pemerintah mengalami perubahan ketika pembahasan

dan penetapan di DPR, dimana perubahan harus dilakukan dalam kerangka

menjalankan politik anggaran DPR RI. Namun ke depan dalam kerangka

politik anggaran ini termasuk sikronisasi antara besaran anggaran dengan

program pembangunan.

Dalam mendukung Progam Pelaksanaan Fungsi Anggaran tersebut,

setiap tahunnya dialokasikan anggaran yang cukup besar. Namun dalam

realisasinya anggaran yang terpakai setiap tahunnya rata-rata 49,2 persen.

Adapun perkembangan anggaran dan realisasinya disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Realisasi Anggaran DPR RI Terhadap Pelaksanaan Fungsi Anggaran

Per Tahun Dari Tahun 2011 Sampai 2013

Tahun Pagu Anggaran Realisasi

Rupiah %

2011 33.941.660.000 14.572.440.890 42,93

2012 20.201.300.000 11.809.542.152 58,46

2013 38.365.370.000 18.432.055.850 46,22

Page 7: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

7

Adapun rendahnya realisasi anggaran dalam menjalankan Program

Pelaksanaan Fungsi Anggaran ini ini disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1) Ada beberapa rencana kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena

adanya kebijakan internal DPR RI seperti moratorium studi banding;

dan,

2) Efektivitas pembahasan anggaran sehingga mampu mendorong efisensi

anggaran.

3. Program Pelaksanaan Fungsi Pengawasan

Rencana kegiatan Fungsi Pengawasan DPR RI selama kurun waktu

perencanaan 2010-2014 telah dituangkan dalam Program Pelaksanaan

Fungsi Pengawasan DPR RI. Program tersebut telah dilaksanakan oleh

Pimpinan DPR, Komisi, BAKN dan Pansus. Penguatan pelaksanaan fungsi

ini juga dapat dilihat dari dinamika pelembagaan panitia kerja dan tim

terhadap sejumlah kebijakan nasional yang menjadi perhatian politik DPR

RI. Sebagai contoh selama masa sidang tahun 2012-2013 telah terbentuk

Panitia Kerja (Panja) sebanyak 52 Panja, di mana 46 Panja dibentuk oleh

Komisi dan 4 Panja oleh Pimpinan. Adapun data perkembangan

pembentukan Panja selama kurun waktu 2009-2013 dapat dilihat pada

Tabel 7. Tabel 7. Pembentukan Panitia Kerja

Dalam Rangka Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPR RI*

Tahun Sidang Pembentukan Panitia Kerja/Tim

Pimpinan Komisi Pansus

2009-2010* 1 3 1

2010-2011* 3 8 1

2011-2012 4 34 0

2012-2013 4 46 0

*Data sementara

Namun demikian, beberapa pencapaian yang masih dirasakan

belum optimal adalah pengaduan masyarakat baik secara langsung maupun

tidak langsung yang belum direspon dan ditindaklanjuti oleh AKD secara

maksimal. Pengelolaan pengaduan masyarakat secara baik dan responsif

masih dirasakan belum optimal. Selama ini pengaduan masyarakat yang

sampai ke DPR RI sudah diadministrasikan secara baik, dan sudah

diteruskan ke AKD. Namun pengaduan masyarakat tersebut belum

semuanya dibahas dan ditindaklanjuti di AKD. Adapun data mengenai

pengaduan masyarakat yang sampai ke DPR RI dapat dilihat pada Tabel 8.

Hambatan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPR RI antara

lain belum adanya mekanisme pelaksanaan fungsi pengawasan oleh AKD

dan tindaklanjut hasil pengawasan tersebut. Sementara ini, obyek

pengawasan pada umumnya masih terfokus pada kebijakan pemerintah.

Page 8: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

8

Namun yang terkait dengan peraturan pelaksanaan undang–undang dan

APBN belum menjadi fokus pengawasan.

Tabel 8. Jumlah Pengaduan Masyarakat Yang Ditindaklanjuti AKD

Tahun Sidang Pengaduan Masyarakat Yang Masuk

Surat Website* SMS*

2009 94 - -

2010 87 - -

2011 3.101 582 21.347

2012 4.993 688 37.509

2013 4.160 906 24.477

*Layanan ini mulai diselenggarakan pada tahun 2011

Dalam mendukung Progam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan

tersebut, setiap tahunnya dialokasikan anggaran yang cukup besar. Namun

dalam realisasinya anggaran yang terpakai setiap tahunnya rata-rata 60,4

persen. Adapun perkembangan anggaran dan realisasinya disajikan dalam

Tabel 9.

Tabel 9. Realisasi Anggaran DPR RI Terhadap Pelaksanaan Fungsi Pengawasan

Per Tahun Dari Tahun 2011 Sampai 2013

Tahun Pagu Anggaran Realisasi

Rupiah %

2011 184.549.827.000 95.101.727.117 51,53

2012 213.906.103.000 121.550.584.731 56,82

2013 166.874.926.000 123.839.208.861 72,97

*Data sampai dengan Triwulan III Tahun 2013

Rendahnya realisasi anggaran dalam menjalankan Program

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan ini disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1) Adanya beberapa rencana kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan

karena alokasi waktu berhimpitan dengan target penyelesaian undang-

undang;

2) Kegiatan pengawasan sangat dipengaruhi oleh seberapa penting objek

yang menjadi pengawasan (perhatian) DPR sehingga akan berpengaruh

kepada model pengawasan apa yang akan dilakukan oleh DPR

sehingga akan berpengaruh terhadap efektivitas pembahasannya dan

pada akhirnya akan mendorong efisensi anggaran; dan,

3) Adanya kebijakan internal DPR RI seperti moratorium studi banding.

4. Program Penguatan Kelembagaan

Pelaksanaan Fungsi Penguatan Kelembagaan selama kurun waktu

perencanaan 2010 - 2014 dituangkan dalam Program Penguatan

Kelembagaan melalui berbagai kegiatan pokok seperti pembenahan internal

kelembagaan DPR RI, penegakan kode etik, dan peningkatan kinerja Setjen.

Page 9: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

9

Pembenahan internal lembaga DPR RI dilaksanakan melalui

berbagai kegiatan yang ditujukan untuk ke arah yang lebih baik sesuai

dengan harapan masyarakat. Sasaran dari pembenahan internal lembaga

DPR RI adalah terwujudnya pelaksanaan tugas konstitusional DPR RI yang

lebih efektif dan efisien dengan didukung oleh sistem pendukung DPR RI

yang lebih profesional dan sesuai dengan kebutuhan guna mendorong

kinerja DPR RI yang lebih baik.

Selanjutnya kegiatan yang dilakukan antara lain pengalokasian

anggaran berbasis kinerja dengan memperhatikan program dan kegiatan

prioritas DPR RI, kegiatan penyusunan beberapa pedoman pelaksanaan

tugas dan fungsi DPR RI, dan upaya pemutakhiran sistem informasi DPR RI.

Khusus dalam pembenahan tatakelola anggaran, pengalokasian anggaran

diawali dengan penyusunan Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran

(AKUPA) DPR RI yang telah dimulai sejak tahun 2011. Adapun

pembenahan internal lembaga melalui penyusunan berbagai Peraturan DPR

dan Keputusan mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI seperti:

1) Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib DPR RI;

2) Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2010 tentang Keterbukaan Informasi

Publik DPR;

3) Peraturan DPR RI No.2 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sidang

Bersama antara DPR dan DPD;

4) Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2011 tentang Kode Etik;

5) Peraturan DPR RI No.2 Tahun 2011 tentang Tata Beracara Badan

Kehormatan DPR;

6) Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyusunan

Prolegnas;

7) Peraturan DPR RI No.2 Tahun 2012 tentang Tata Cara Menyusun RUU;

8) Peraturan DPR RI No.3 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembahasan

RUU;

9) Peraturan DPR RI No. 1 Tahun 2013 tentang Peliputan Pers pada

Kegiatan DPR RI;

10) Keputusan BURT No:02/BURT/ DPR RI/I/2010-2011 tentang Pedoman

Umum Pengelolaan Anggaran DPR RI;

11) Keputusan BURT No:03/BURT/ DPR RI/I/2010-2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat DPR RI;

12) Keputusan BURT No:04/BURT/ DPR RI/I/2010-2011 tentang Pedoman

Pengawasan Terhadap Pelaksanaan dan Pengelolaan Anggaran.

13) Keputusan BURT No:05/BURT/DPR RI/II/2010-2011 tentang Tata Tertib

Penghunian dan Pengelolaan Rumah Jabatan Anggota DPR RI.

14) Keputusan BURT No:06/BURT/ DPR RI/I/2010-2011 Pengawasan

Pelaksanaan Kebijakan Kerumahtanggaan DPR RI;

15) Keputusan BURT No:07/BURT/ DPR RI/I/2010-2011 tentang Pedoman

Umum Pengelolaan Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat DPR RI;

Page 10: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

10

16) Keputusan BURT No:09/BURT/ DPR RI/IV/2010-2011 tentang Pedoman

Pengamanan Rumah Jabatan Anggota DPR RI;

17) Keputusan BURT No:10/BURT/ DPR RI/IV/2010-2011 tentang Pedoman

Pengelolaan dan Penggunaan Gedung Serbaguna RJA DPR RI;

18) Keputusan BURT No:11/BURT/ DPR RI/I/2011-2012 tentang Pedoman

Pengelolaan Tenaga Ahli dan Asisten Anggota DPR RI;

19) Keputusan BURT No:14/BURT/DPR RI/I/2011-2012 tentang Pedoman

Pengelolaan Perpustakaan DPR RI;

20) Keputusan BURT No:15/BURT/DPR RI/I/2011-2012 tentang Pedoman

Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi DPR RI;

21) Keputusan BURT No:12/BURT/DPR RI/II/2011-2012 tentang Pedoman

Penyusunan Naskah Dinas DPR RI;

22) Keputusan BURT No:17/BURT/DPR RI/III/2012-2013 tentang Pedoman

Pengelolaan Anggaran Fraksi;

23) Keputusan BURT tentang Pedoman Pelaksanaan Fungsi Pengawasan

DPR RI:

24) Keputusan BURT tentang Tata Kerja Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang BURT;

25) Keputusan BKSAP tentang Pedoman Penerimaan Delegasi Luar Negeri;

26) Keputusan BAKN tentang Tata Kerja Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang BAKN; dan,

27) Keputusan BALEG tentang Tata Cara Penarikan Rancangan Undang-

Undang.

Penguatan kelembagaan DPR RI juga dilakukan melalui peran Badan

Kehormatan DPR RI sebagai alat kelengkapan DPR yang ditugaskan dalam

undang-undang sebagai Garda Terdepan penjaga citra dan wibawa DPR RI.

Untuk itu berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Badan Kehormatan DPR RI telah

menyusun kode etik yang berisi norma dan wajib dipatuhi oleh setiap

anggota selama menjalankan tugasnya. Penyusunan kode etik tersebut

dimaksudkan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas

DPR RI. DPR RI juga telah menetapkan Peraturan DPR RI tentang Tata

Beracara Badan Kehormatan DPR RI.

Saat ini, Badan Kehormatan sedang melakukan evaluasi dan

penyempurnaan terhadap Kode Etik dan Tata Beracara Badan Kehormatan

DPR RI. Badan Kehormatan menyadari dan memahami bahwa eksistensi

dan peningkatan kualitas kinerja Badan Kehormatan adalah suatu hal yang

pasti untuk memperbaiki citra dan martabat DPR RI baik kelembagaan

maupun individu Anggota DPR RI. Begitu juga untuk menrapkan i Peraturan

DPR RI tentang Tata Tertib Pasal 243 Ayat (1) dan (2) dan dalam rangka

pencitraan DPR RI, maka DPR RI telah mengimplementasikan amanat tata

tertib tersebut melalui penerapan absen elektronik dalam Rapat Paripurna.

Page 11: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

11

Dalam Program Penguatan Kelembagaan ini, DPR RI juga

berkomitmen untuk mengalang kerjasama antar parlemen di forum

internasional. Berbagai forum kerjasama antar parlemen selama kurun

waktu 2010-2013 telah banyak dilakukan baik forum bilateral, regional

maupun internasional. Beberapa forum yang telah diselenggarakan DPR

(termasuk keikutsertaan DPR RI) dalam forum bilateral, regional maupun

internasional misalnya:

1) Dalam Sidang Umum ke-122 IPU di Bangkok, Thailand, pada akhir

Maret 2010, DPR RI juga telah berperan aktif, antara lain dengan

menyampaikan pernyataan tentang reformasi dan demokratisasi PBB,

dan menyarankan agar IPU lebih serius lagi menyelesaikan masalah

Palestina dan pelanggaran Israel terhadap tanah Palestina dan Masjid

Al Aqsa. Dalam Sidang IPU itu juga, Delegasi DPR RI aktif duduk di

drafting committee untuk pembahasan resolusi di Emergency Item

Committee, dan juga berhasil menempatkan 2 (dua) Anggota DPR RI

dalam jabatan-jabatan strategis di IPU, yakni Dr. Nurhayati Ali Assegaf

sebagai First Vice President of Coordinating Committee of Women

Parliamentarians dan Andi Anzhar Cakra Wijaya, SH sebagai anggota

tetap Committee on Promoting the International Humanitarians Law;

2) Pada September 2011, Delegasi DPR RI aktif dalam sidang Women of

the ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (WAIPA);

3) Pada 24-31 Januari 2012, Ketua DPR RI sebagai Presiden PUIC telah

melaksanakan Sidang The Seventh of Parliamentary Union of the OIC

Member States (PUIC) Conference and Related Meetings pada di

Palembang, Sumatera Selatan;

4) Pengiriman Delegasi DPR RI ke Kanada pada 28 Mei 3 Juni 2012, untuk

bertemu dengan Standing Commitee on Foreign Affairs and

International Development, House Of Commons;

5) Pada 8-12 Juli 2012 dalam kerangka AIPA, DPR RI telah menjadi tuan

rumah pelaksanaan Sidang Executive Committee AIPA dan The Ninth

Meeting of AIPA Fact Finding Committee to Combat the Drug Menace

(AIFOCOM) pada 8-12 Juli 2012 di Yogyakarta; dan,

6) Pada Maret 2013, di sidang IPU di Quito Ekuador, Delegasi DPR RI

bersama dengan delegasi anggota IPU lainnya turut aktif membahas

sejumlah agenda sidang, antara lain, mengenai peran parlemen dalam

melindungi dan menjaga kelangsungan hidup masyarakat sipil, dan

peran parlemen dalam menata perdagangan global yang adil dan

perumusan mekanisme pembiayaan yang inovatif untuk pembangunan

berkelanjutan.

Aktivitas DPR RI dalam kerangka pelaksanaan diplomasi parlemen

tidak saja dilakukan melalui pertemuan-pertemuan antaranggota parlemen

dalam rangka kegiatan GKSB DPR RI-Parlemen Negara-negara Sahabat

dan keikutsertaan Anggota DPR RI dalam sidang-sidang forum

Page 12: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

12

antarparlemen dan pertemuan internasional lainnya, tetapi juga dilakukan

melalui berbagai aktifitas Anggota DPR RI lainnya, seperti melalui

pelaksanaan kunjungan kerja Anggota Komisi DPR RI ke luar negeri, dan

juga melalui aktivitas individu Anggota DPR RI melalui kaukus yang dibentuk

dan diikutinya, seperti Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina dan

Kaukus Parlemen Indonesia-Amerika. Aktivitas diplomasi parlemen DPR RI

kiranya telah turut mewarnai dan memperkuat politik luar negeri Indonesia.

Tabel 10. Realisasi Anggaran DPR RI Terhadap Pelaksanaan Program

Penguatan Kelembagaan Per Tahun Dari Tahun 2011 Sampai 2013

Tahun Pagu Anggaran Realisasi

Rupiah %

2011 142.457.298.000 74.063.081.325 51,99

2012 184.398.410.000 132.908.732.533 72,08

2013 163.786.351.000 118.230.098.306 72,11

*Data sampai dengan Triwulan III Tahun 2013

Dalam mendukung pelaksanaan Program Penguatan Kelembagaan

tersebut, setiap tahunnya dialokasikan anggaran yang cukup besar. Namun

dalam realisasinya anggaran yang terpakai setiap tahunnya rata-rata 65,4

persen. Adapun perkembangan anggaran dan realisasinya disajikan dalam

Tabel 10.

Realisasi anggaran sebesar 57,4 persen merupakan realisasi

terbesar dibandingkan tiga program lainnya. Adapun rendahnya realisasi

anggaran dalam menjalankan Program Penguatan Kelembagaan ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Beberapa rencana kegiatan yang ada tidak dapat dilaksanakan karena

adanya kebijakan internal DPR RI seperti moratorium studi banding

sehingga mendorong efisiensi anggaran; dan,

2) Adanya efektivitas pembahasan/pelaksanaan suatu kegiatan sehingga

juga mendorong terjadinya efisiensi.

III. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Program Setjen dalam Renstra DPR RI

2010-2014

Selama periode 2010-2013 Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI telah

menetapkan dua program yaitu Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana. Kedua Progam tersebut merupakan penjabaran dari tugas dan

fungsi Setjen DPR yaitu memberikan dukungan administrasi, teknis dan

keahlian. Dalam periode 2010-2013, Setjen DPR RI mengarahkan kedua

program tersebut untuk mencapai sasaran melakukan pembenahan baik dari

segi kelembagaan, ketatalaksanaan maupun sumber daya manusia, dalam

rangka meningkatkan dukungan kepada DPR RI baik administratif, teknis

maupun keahlian.

Page 13: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

13

Berbagai inovasi untuk peningkatan kualitas dukungan tersebut, Setjen

DPR RI diperoleh dari berbagai sumber best practises, salah satunya dari

Sekretariat Parlemen di luar negeri antara lain melalui partisipasi Sekjen DPR RI

dalam Sidang-sidang Association of Secretaries General of Parliaments (ASGP)

yang merupakan rangkaian kegiatan dari Sidang Inter-Parliamentary Union

(IPU).

Dalam memperbaiki dukungan manajemen, Setjen DPR RI telah

melakukan penataan organisasinya (tugas pokok dan fungsi unit kerjanya).

Salah satu output yang telah dihasilkan adalah adanya penambahan unit kerja

baru untuk melakukan pengelolaan administraif bagi Tenaga Ahli DPR dan

Asisten Anggota melalui ditetapkannya Peraturan Sekjen DPR RI No.01/Per-

Sekjen/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Sekjen DPR RI No.

400/Sekjen/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Sebagaimana Telah Diubah dengan

Peraturan Sekjen DPR RI No.03/Per-Sekjen/2010. Selanjutnya penataan

organisasi ini terintegrasi kedalam perubahan tata kelola kesekretariatan yang

dikemas dalam Reformasi Birokrasi Sekjen DPR RI:.

Secara khusus perbaikan dalam tata kelola kesekretariatan misalnya

perbaikan tata kelola kehumasan melalui berbagai upaya strategis telah

dilakukan untuk menciptakan citra positif DPR RI, diantaranya dengan

menyelenggarakan press gathering dengan para wartawan media cetak dan

elektronik. Kemudian bekerja sama dengan Universitas Indonesia untuk

penyusunan dokumen strategi kehumasan DPR RI, dan kerjasama dengan TV

Swasta dalam hal pemberitaan tentang kegiatan-kegiatan DPR RI.

Hasil dari perbaikan tata kelola kesekretariatan tersebut telah memberikan

hasil positif. Misalnya dalam perbaikan tatakelola keuangan, maka pada kurun

waktu Tahun Sidang 2012-2013 Setjen DPR RI telah meraih tiga penghargaan,

yaitu: Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI empat tahun

berturut-turut; Peringkat kedua BMN Awards dari Kementerian Keuangan RI,

yaitu penghargaan untuk pengelolaan dan kepatuhan dalam melaporkan barang

milik Negara; dan peringkat pertama UMKM Awards Tahun 2012, karena

pengelolaan Koperasi Pegawai Setjen DPR RI yang sangat baik.

Selain itu, Setjen DPR RI sudah berhasil membangun tata kelola

informasi berbasis information technology (IT) seperti menerapkan Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), menyelenggarakan pengaduan

masyarakat berbasis online; dan telah menyelenggarakan pelayanan informasi

publik berbasis online. Dalam pengembangan IT ini, Setjen DPR RI selama

kurun waktu 2010-2013 telah menyelesaikan 46 sistem aplikasi, melebihi

program rencana kegiatan reformasi birokrasi yang berjumlah 35 dan kegiatan

pemeliharaan dan pengembangan aplikasi yang berjumlah 5. Seluruh kegiatan

terkait pengembangan teknologi informasi yang telah dilaksanakan maupun

yang sedang dalam proses dan perencanaan merupakan kegiatan untuk

mendukung pengembangan e-parliament seperti yang dimaksudkan dalam

Rencana Strategi DPR RI 2010-2014, yang meliputi sistem komunikasi yang

Page 14: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

14

aksesibel melalui teknologi informasi yang menjangkau masyarakat secara luas.

Namun sebenarnya masih ada kendala utama dalam pengembangan teknologi

Informasi di lingkungan Sekjen DPR RI, yaitu terkait jumlah SDM yang belum

setara dengan beban kerja dan infrastruktur TI yang butuh penyesuaian.

Dalam bidang pengembangan SDM, Setjen DPR RI telah memberikan

berbagai bea siswa baik, S1, S2 maupun S3. Namun untuk mewujudkan SDM

Setjen DPR RI yang kompeten dan handal, masih terdapat beberapa area yang

perlu mendapat perhatian serta membutuhkan penanganan segera, seperti:

penyempurnaan analisis jabatan yang akan disusun berdasarkan fungsi dan

kompetensi sesungguhnya yang dipersyaratkan, pengunaan analisis jabatan

dan evaluasi jabatan sebagai dasar untuk menentukan formasi kebutuhan

pegawai dan pembinaan karir, peningkatan pemahaman pegawai terhadap

tupoksinya secara utuh melalui penyempurnaan job description, penyusunan

profil kompetensi jabatan, dan menyusun sistem penilaian kinerja pegawai,

penyempurnaan sistem database, serta penyusunan kebutuhan diklat yang

diperlukan bagi pegawai berbasis kompetensi.

Dalam memberikan dukungan keahlian, khusus untuk mengoptimalkan

dukungan fungsi anggaran, Setjen DPR RI telah melakukan kajian-kajian analisa

APBN yang dapat diakses anggota DPR RI melalui website DPR RI. Sementara

itu, untuk dukungan terhadap fungsi legislasi Setjen DPR RI terus berupaya

meningkatan kualitas penyusunan naskah akademik dan draft awal RUU.

Dukungan terhadap fungsi pengawasan dilakukan diantaranya dengan

melakukan kajian terhadap hasil pengawasan BPK.

Dalam mengoptimalkan dukungan substansi Setjen DPR RI memberikan

materi kajian dan analisis yang dapat dengan mudah diakses melalui situs

www.dpr.go.id. Kajian-kajian yang tersedia diantaranya analisa APBN dan info

singkat yang membahas isu-isu terbaru seputar politik dalam negeri, hubungan

internasional, kesejahteraan sosial, hukum, serta ekonomi dan kebijakan publik.

Terkait dengan pelaksanaan Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana, menghadapi permasalahan karena kebutuhan sarana dan

prasarana secara fisik yang terus meningkat tapi tidak didukung dengan

pembangunan yang signifikan. Hal ini menjadi penting karena pembangunan

fisik mendapatkan respon negatif dari pubik. Untuk itu selama periode 2010-

2013 kebutuhan sarana dan prasarana lebih banyak ditujukan kepada

pemeliharaan. Tabel 11. Realisasi Anggaran Setjen DPR RI Per Tahun

Dari Tahun 2011 Sampai 2013

Tahun Pagu Anggaran Realisasi

Rupiah %

2011 696.385.549.000 573.616.317.984 82,37

2012 722.039.991.000 503.666.094.147 69,76

2013 730.211.213.000 542.852.978.181 74,34

Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Setjen DPR RI

tersebut, setiap tahunnya dialokasikan anggaran yang cukup besar. Namun

Page 15: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

15

dalam realisasinya anggaran yang terpakai setiap tahunnya rata-rata 75,4

persen. Selanjutnya perkembangan anggaran dan realisasinya disajikan dalam

tabel 10. Adapun rendahnya realisasi anggaran salah satunya disebabkan

karena:

1) Beberapa rencana kegiatan yang ada tidak dapat dilaksanakan karena

adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan penghematan; dan,

2) Adanya ketidaktepatan perencanaan kegiatan sehingga adanya

pengurangan alokasi anggaran dan pada akhirnya mendorong efisiensi

anggaran.

IV. Evaluasi Terhadap Grand Design Kelembagaan DPR RI (Target Prioritas

Pencapaian dalam Renstra DPR RI 2010-2014)

1. Penguatan Kelembagaan

a. Pembentukan Badan Fungsional Keahlian (BFK)

Pembentukan BFK merupakan amanat Undang-Undang Nomor

27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu Pembentukan

BFK melalui peraturan DPR setelah dikonsultasikan dengan pemerintah.

Berdasarkan hal tersebut, Setjen DPR RI diminta untuk menyusun

konsep pembentukan Badan Fungsional Keahlian. Selanjutnya untuk

menyusun konsep tersebut, BURT meminta Setjen DPR RI untuk

bekerjasama dengan konsorsium (Akademisi dari UI, UGM dan ITB).

Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penyusunan konsep

pembentukan BFK adalah melakukan Focus Group Discussion (FGD)

dengan Pimpinan AKD, Pimpinan Fraksi-Fraksi, beberapa Anggota,

Pejabat Struktural dan Fungsional Sekretariat Jenderal serta Tenaga

Ahli AKD dalam rangka meminta masukan dan pandangan terkait

rancangan pembentukan BFK.

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan tersebut, maka

diperlukan tambahan waktu untuk pembentukan BFK. Tahapan-tahapan

yang diperlukan sampai dengan terbentuknya BFK adalah:

1) Penyusunan naskah akademis;

2) Penyusunan rancangan peraturan DPR RI tentang BFK;

3) Konsultasi dengan pemerintah tentang BFK;

4) Pembahasan Peraturan DPR RI tentang BFK;

5) Penetapan Peraturan DPR RI tentang BFK;

6) Persiapan pembentukan BFK; dan,

7) Pembentukan BFK.

Dengan memperhatikan rangkaian kegiatan yang harus dilalui

dalam pembentukan BFK, maka target waktu penyelesaian

pembentukan BFK mengalami penyesuaian dari semula tahun 2011

menjadi tahun 2014.

Sampai dengan awal Tahun 2014, tahapan pembentukan BFK

baru memasuki tahap konsultasi dengan Pemerintah, yaitu expose

Page 16: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

16

dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi (Kemenpan RB) yang kemudian dilanjutkan dengan konsultasi

antara Menpan RB dengan Pimpinan DPR RI. Dalam konsultasi juga

muncul agenda bahwa pembentukan BFK dengan Peraturan DPR RI

menimbulkan persoalan. Untuk itu pembahasan berikutnya adalah

menunggu diamandemennya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, yang akan mengatur bahwa

pembentukan BFK dilakukan melalui Peraturan Presiden.

b. Pembentukan Unit Pengawasan Internal

Sesuai dengan Renstra DPR RI 2010-2014, Unit Pengawasan

Internal ditargetkan selesai tahun 2011. Namun, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bahwa penambahan atau pengurangan

unit kerja dalam struktur organisasi K/L harus dikonsultasikan dengan

Pemerintah.

Tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka

pembentukan Unit Pengawasan Internal adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan naskah akademis;

2) Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang unit

pengawasan internal;

3) Pembahasan Peraturan Presiden tentang unit pengawasan internal;

4) Penetapan peraturan presiden tentang unit pengawasan internal;

5) Persiapan pembentukan unit pengawasan internal; dan,

6) Pembentukan unit pengawasan internal.

Dengan memperhatikan rangkaian kegiatan yang harus dilalui

dalam pembentukan unit pengawasan internal, maka target waktu

penyelesaian pembentukan unit pengawasan internal perlu disesuaikan

dari semula tahun 2011 menjadi tahun 2014.

Bersamaan dengan pembahasan mengenai pembentukan BFK

yang baru memasuki tahap konsultasi dengan Pemerintah, juga

dilakukan pembahasan mengenai Unit Pengawasan Internal dalam

bentuk expose dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) yang kemudian dilanjutkan

dengan konsultasi antara Menpan RB dengan Pimpinan DPR RI.

c. Reformasi Kesetjenan

Reformasi kesetjenan dalam Renstra DPR RI 2010-2014

ditargetkan selesai pada tahun 2011. Proses reformasi kesetjenan ini

sudah dimulai sejak adanya rekomendasi Tim Peningkatan Kinerja DPR

RI pada tahun 2006 dan 2009 yang kemudian diperkuat melalui agenda

prioritas pencapaian Renstra DPR RI 2010-2014. Reformasi kesetjenan

secara keseluruhan ditargetkan selesai tahun 2025.

Page 17: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

17

Reformasi kesetjenan merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi

secara nasional yang harus sesuai dengan Perpres No. 81 tahun 2010

tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, dan Peraturan

Menpan No. 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi

2010-2014. Oleh karena petunjuk teknis pelaksanaan Reformasi

Birokrasi baru ditetapkan pada tanggal 25 Februari 2011 melalui

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi No. 9 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan

Road Map Reformasi Birokrasi K/L dan Pemerintah Daerah, maka

dokumen reformasi kesetjenan baru tersusun pada tahun 2011.

Dokumen reformasi kesetjenan tersebut mencakup sembilan area

perubahan, yaitu:

1) Manajemen perubahan;

2) Penataan peraturan perundang-undangan;

3) Penataan dan penguatan organisasi

4) Penataan tata laksana;

5) Penataan sistem manajemen SDM aparatur;

6) Penguatan pengawasan;

7) Penguatan akuntabilitas kinerja;

8) Peningkatan kualitas pelayanan publik; dan

9) Monitoring dan evaluasi.

Hasil atau capaian dari proses reformasi birokasi (pelaksanaan

Road Map Reformasi Birokrasi) secara umum tersebut pada tahun 2012

mendapatkan nilai 47. Sedangkan secara khusus capaian diperlihatkan,

dengan:

1) Dalam area Manajemen Perubahan, Setjen DPR RI telah merumuskan nilai-nilai budaya organisasi yang disebut dengan RAPI (Religius, Akuntabel, Profesional dan Integritas);

2) Dalam area Penataan Peraturan Perundang-Undangan telah

menyusun peta permasalahan peraturan perundangan-undangan

yang sedang diselesaikan oleh Setjen DPR RI;

3) Dalam area Penataan Dan Penguatan Organisasi, salah satunya

telah melakukan perubahan pada Struktur Organisasi Setjen DPR RI.

4) Dalam area penataan tata laksana sampai dengan tahun 2013,

Setjen DPR RI telah menetapkan 544 SOP;

5) Dalam area Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur;

diantaranya telah mulai dilakukan penataan sistem rekrutmen

pegawai, dan menyusun uraian jabatan yang digunakan untuk

analisis jabatan;

6) Dalam area Penguatan Pengawasan salah satunya memperkluat

SDM pengawasan melalui pembentukan jabatan fungsional auditor;

7) Dalam area Penguatan Akuntabilitas Kinerja, capaiannya adalah

penilaian terhadap LAKIP Setjen yang terus mengalami peningkatan

Page 18: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

18

dari tahun 2009 dengan nilai D, kemudian tahun 2010 menjadi nilai

C. Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 mendapat nilai CC, dan

akhirnya nilai CCC pada tahun 2013;

8) Dalam area Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik sedang dimulai

terutama dalam memperbaiki komunikasi antara DPR dengan

masyarakat dengan memberikan layanan pengaduan masayarakat

baik dengan media online maupun dengan SMS. Selain itu, untuk

meningkatkan efisiensi pengundangan anggota dalam mengikuti

rapat, Setjen DPR telah menggunakan teknologi SMS Gateway; dan,

9) Untuk memantau proses reformasi birokras tersebut, monitoring dan

evaluasi selalu dilakukan secara kesinambungan.

Salah satu kegiatan Reformasi Birokrasi adalah adanya program

percepatan (Quick Wins). Di tahun pertama Reformasi Birokrasi, Setjen

DPR RI telah menetapkan tiga program percepatan (Quick Wins) untuk

peningkatan dukungan terhadap fungsi Dewan yaitu peningkatan

penyelesaian risalah rapat, skenario rapat, dan laporan singkat rapat.

Untuk mendukung keberhasilan quick wins Setjen DPR RI

mengembangkan program i-perisalah yaitu voice to text.

2. Penguatan Kehumasan DPR RI

Penguatan kehumasan DPR RI dapat dimaknai sebagai penilaian

aktivitas kehumasan DPR RI yang telah dilaksanakan dan masih terus

dilakukan hingga tahun 2013 serta optimalisasinya di masa yang akan

datang, dalam rangka menyosialisasikan kinerja Dewan dan meningkatkan

kepercayaan serta citra DPR RI di masyarakat. Penguatan kehumasan DPR

RI yang dimaksudkan dalam Renstra DPR RI 2010-2014 meliputi:

a. Membangun arus informasi internal DPR RI yang sistematis;

b. Terintegrasinya penggunaan akses media informasi;

c. Strategi pengelolaan kehumasan yang sistematis, terintegrasi dan

terkoordinasi; dan

d. Optimalisasi dukungan kehumasan yang dilakukan supporting system

DPR RI.

Implementasi dari penguatan kehumasan DPR RI sebagaimana dimaksud

dalam Renstra DPR RI, sesungguhnya dapat diidentifikasikan pada aktivitas

kehumasan, pemberitaan dan keprotokolan yang dilakukan secara

sistematis dan terintegrasi yang diwujudkan melalui:

a. Kehumasan

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam konteks

kehumasan antara lain:

1) Penerimaan Tamu Kunjungan studi ke DPR RI;

2) Penyaluran Delegasi Apirasi Masyarakat;

3) Kegiatan Sosialisasi kedewanan melalui Parlemen Remaja;

Page 19: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

19

4) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Parlemen Kampus;

5) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Pagelaran Budaya;

6) Kegiatan Sosialisasi Kedewanan melalui Seminar Kehumasan;

7) Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik; dan,

8) Kerjasama dengan CEPP Universitas Indonesia.

b. Pemberitaan

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam konteks

pemberitaan antara lain:

1) Informasi aktivitas DPR RI secara tercetak melalui Buletin dan

Majalah Parlementaria;

2) Penyebarluasan Buletin dan Majalah Parlementaria kepada seluruh

pemangku kepentingan di seluruh wilayah Indonesia;

3) Peliputan melalui TV Parlemen dan streaming TV Parlemen pada

website DPR RI;

4) Penyelenggaraan media gathering dengan wartawan koordinatoriat

DPR RI;

5) Publikasi DPR RI melalui iklan layanan masyarakat di media massa;

6) Sosialisasi kegiatan DPR RI melalui release media dan konferensi

pers;

7) Sosialisasi kegiatan DPR RI melalui blocking waktu dan/atau

halaman media massa;

8) Membangun hubungan interdependensi dengan wartawan

koordinatoriat DPR RI;

9) Diskusi mingguan wartawan koordinatoriat DPR RI;

10) Menyusun Peraturan DPR RI tentang Peliputan Pers pada Kegiatan

DPR; dan,

11) Kerjasama pemberitaan dengan Berita Satu.

c. Keprotokolan

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam konteks

keprotokolan antara lain.

1) Pengaturan penerimaan kunjungan delegasi Negara lain ke DPR RI;

2) Pengaturan acara atau konfrensi yang diselenggarakan DPR RI;

dan,

3) Penyelenggaraan acara kenegaraan di DPR RI.

Implementasi dari wujud kegiatan kehumasan DPR RI

sebagaimana telah disebutkan diatas, memang tidak selamanya dapat

dilakukan dengan tepat sesuai perencanaan kehumasan. Beberapa

kendala penguatan kehumasan DPR RI diantaranya:

1) Jumlah sumber informasi internal dan potensi beragamnya motif

komunikasi atas materi informasi internal DPR RI;

2) Opini publik yang cenderung dibentuk media massa;

Page 20: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

20

3) Dinamika aktivitas jurnalistik media massa dalam melakukan

interaksi dengan DPR RI;

4) Tuntutan keterbukaan informasi publik dan pelayanan informasi

publik yang sangat beragam;

5) Penyesuaian terhadap penggunaan media informasi; dan

6) Dukungan kehumasan yang dilakukan supporting system DPR RI.

Namun demikian dalam rangka penguatan kehumasan DPR RI

guna terbangunnya strategi pengelolaan kehumasan yang sistematis,

terintegrasi dan terkoordinasi sudah dihasilkan:

1) Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Keterbukaan

Informasi Publik di DPR RI yang memberikan pengaturan tentang

jenis-jenis informasi publik di DPR RI, mekanisme informasi publik,

pejabat pengelola informasi dokumentasi (PPID);

2) Pedoman Pengelolaan Kehumasan DPR RI yang mengatur tentang

tugas dan fungsi Pimpinan Alat Kelengkapan DPR RI, Pimpinan

DPR RI sebagai juru bicara DPR RI, dibentuknya Tim Kehumasan

DPR RI dengan didukung oleh konsultan kehumasan dan konsultan

media massa;

3) Peningkatan kualitas maupun kuantitas sosialisasi kegiatan Dewan

melalui penerangan kepada pengunjung, parlemen remaja, dan

mitra kerja DPR RI;

4) Peningkatan kerjasama dengan media massa dalam rangka

menyosialisasikan kegiatan Dewan;

5) Penyelenggaraan konferensi antar parlemen baik ditingkat regional

maupun internasional;

6) Peningkatan kualitas pengelolaan keterbukaan informasi di DPR RI

sehingga bisa dijadikan model pengelolaan keterbukaan informasi

publik bagi instansi lain;

7) Pelayanan informasi publik melalui sistem online pada laman DPR

RI; dan,

8) Peningkatan kewenangan PPID untuk melakukan uji konsekuensi

atas informasi yang dikecualikan di DPR RI, sebagaimana diatur di

dalam peraturan perundang-undangan.

3. Kemandirian Pengelolaan Anggaran DPR RI

Kemandirian pengelolaan anggaran DPR RI yang ditargetkan selesai

pada Tahun 2011 belum dapat direalisasikan karena terbentur dengan

peraturan perundang-undangan yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan, dan UU

No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara.

Saat ini sudah terbentuk Rencana Kegiatan Tahunan DPR; Pedoman

Umum Pengelolaan Anggaran DPR dan Arah Kebijakan Anggaran DPR.

Page 21: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

21

Ketiga dokumen ini merupakan langkah awal dari proses kemandirian

pengelolaan anggaran DPR.

4. Pengembangan Prasarana Utama

DPR RI telah menyusun dan melakukan sosialisasi Grand Design

Penataan Kawasan DPR RI kepada internal dan eksternal DPR RI. Namun,

pengembangan prasarana utama yang ditargetkan selesai tahun 2012

belum dapat direalisasikan, dikarenakan adanya tekanan publik dan

keputusan politik untuk menunda pelaksanaannya. Untuk itu, selama

periode 2010-2013 kebutuhan prasarana lebih banyak ditujukan kepada

pemeliharaan prasarana yang sudah ada.

5. Perpustakaan Parlemen

Renstra 2010-2014 memprioritaskan pembangunan dan

pengembangan perpustakaan parlemen pada tahun 2011 sebagai bagian

terpadu prasarana parlemen. Namun dengan adanya keputusan Rapat

Konsultasi antara Pimpinan DPR RI dengan Pimpinan Fraksi-Fraksi dan

Pimpinan BURT DPR RI sehingga DPR RI menunda pengembangan

prasarana utama DPR RI dan menyerahkan pembangunan gedung DPR

kepada Kementerian Pekerjaan Umum sehingga pembangunan

perpustakaan parlemen yang merupakan bagian terpadu dari

pengembangan prasarana utama DPR RI tidak dapat dilaksanakan.

Namun demikian, upaya pengembangan perpustakaan parlemen

tetap dilakukan dalam bentuk:

1) Penetapan Pedoman Umum Pengelolaan Perpustakaan DPR RI;

2) Pembuatan laman (website) perpustakan online

http://perpustakaan.dpr.go.id;

3) Katalog koleksi buku perpustakaan DPR sudah terhubung dengan

website http://www.dpr.go.id dapat diakses dari seluruh unit kerja;

4) koleksi kliping yang dapat diakses oleh pengguna unit kerja di seluruh

DPR RI melalui kliping.dpr.go.id.;

5) Koleksi peraturan perundang-undangan berlangganan dari

pik.kompas.co.id dan hukumonline.com hanya dapat diakses di

Perpustakaan DPR RI;

6) Koleksi semua terbitan DPR RI (antara lain: buku pedoman, hasil kajian,

jurnal, dan sebagainya) yang menjadi ciri khas dari Perpustakaan DPR

RI;

7) Penambahan koleksi Perpustakaan DPR RI;

8) Standard Operation Procedure (SOP) tentang kegiatan layanan

Perpustakaan DPR RI; dan,

9) Penyusunan abstraksi koleksi Perpustakaan DPR RI.

Page 22: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

22

6. Penguatan Sarana Representasi

Penguatan sarana representasi yang seharusnya diwujudkan dalam

pembentukan rumah aspirasi sesuai Tata Tertib DPR RI dan ditargetkan

selesai pada Tahun 2012, belum dapat direalisasikan karena:

1) Belum adanya kesatuan pandangan diantara Anggota dan Fraksi

mengenai konsep rumah aspirasi tersebut;

2) Resistensi publik terhadap rencana pembentukan rumah aspirasi; dan,

3) Hasil sosialisasi merekomendasikan ke arah program aspirasi.

Namun untuk memperkuat sarana representasi Anggota tersebut

sudah dilakukan melalui peningkatan jumlah kegiatan penyerapan aspirasi

masyarakat dalam kunjungan kerja Anggota di daerah pemilihan

sebagaimana yang disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Peningkatan Jumlah Kegiatan Penyerapan Aspirasi Masyarakat Dalam

Kunjungan Kerja Perorangan Anggota ke Daerah Pemilihan*

Jenis Kunjungan Kerja

2011

2012

2013

Perubahan 2013

2014

Masa Reses 7 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

14 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

7 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

10 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

15 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

Sesuai Tata Tertib

2 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

2 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

3 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

5 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

7 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

1 kali setahun

3 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

3 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

2 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

5 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

10 kegiatan penyerapan aspirasi / kunjungan

* Data diperoleh dari Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran DPR RI Tahunan

7. Pengembangan e-Parliament

Pengembangan e-parliament yang dimaksudkan dalam Renstra DPR

RI meliputi sistem komunikasi yang aksesibel melalui teknologi informasi

yang menjangkau masyarakat secara luas yang ditargetkan selesai Tahun

2011. Pengembangan e-parliament tersebut telah dilaksanakan melalui:

1) Sistem pengelolaan aspirasi dan pengaduan masyarakat dengan

mengacu pada Pedoman Pengelolaan Aspirasi dan Pengaduan

Masyarakat;

2) Penyusunan dan penetapan Pedoman Umum Pengelolaan Teknologi

Informasi DPR RI;

3) Sistem sosialisasi kegiatan DPR RI melalui LCD TV dan Big Screen LED

di lingkungan Gedung DPR RI; dan,

4) Pembangunan 40 (empat puluh) sistem aplikasi.

Page 23: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

23

Perencanaan sistem aplikasi dalam kurun waktu 2010-2013 adalah

terciptanya penggunaan 46 sistem aplikasi dan pengembangan/

pemeliharaan sistem jaringan komputer yang dikelompokan dalam internet

dan intranet:

a. Internet:

Pencapaian modrenisasi tatakelola kesekretariatan melalui

pengembangan jaringan internet dapat dilihat dari beberapa produk

seperti:

1) website http://www.dpr.go.id;

2) E-mail http://mail.dpr.go.id;

3) Pengaduan http://pengaduan.dpr.go.id;

4) PPID http://ppid.dpr.go.id;

5) LPSE http://lpse.dpr.go.id;

6) Perpustakaan http://perpustakaan.dpr.go.id;

7) SMS Aspirasi http://pengaduan.dpr.go.id/kirim/sms;

8) TV Streaming http://www.dpr.go.id/id/serba-serbi/tv-parlemen;

9) Mobile Website http://m.dpr.go.id; dan,

10) Kiosk Informasi sebanyak 10 kiosk informasi di Gedung DPR RI.

Hal menarik dari pencapaian IT internet ini adalah website

www.dpr.go.id menempati ranking 2 per 17 Mei 2011. Rangkin ini

disusun berdasarkan Kategori Regional Asia di Indonesia dengan jumlah

website 1.483.

b. Intranet:

Pencapaian modernisasi tatakelola kesekretariatan melalui

pengembangan jaringan intranet dapat dilihat dari beberapa produk

seperti:

1) Sistem Informasi Tenaga Ahli dan Asisten Anggota (Sitanang);

2) Sistem Penilaian Prestasi Kerja (PPKP);

3) Sistem Tata Persuratan;

4) Koleksi Perundang-undangan;

5) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara

(Simak BMN);

6) Analisa BPK/DPD;

7) Sistem Informasi Keuangan Akuntansi (Siska);

8) SMS Gateway DPR RI;

9) SMS Gateway Setjen RI;

10) Piket Monitoring Server;

11) Administrasi Keanggotaan Dewan (Minangwan);

12) Ticketing helpdesk Local Area Network (LAN);

13) Sistem Informasi Pegawai (Simpeg);

14) Publikasi hasil kajian; dan,

Page 24: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

24

15) Pusat data share.

V. Hambatan dan Tantangan

Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra DPR RI Tahun 2010-2014 sampai dengan tahun Keempat (2010-2013) menunjukkan bahwa pencapaian dibandingkan dengan perencanaan, maka secara umum pelaksanaan Renstra 2010-2013 belum optimal. Namun demikian capaian yang dihasilkan bukan berarti menujukan kinerja yang buruk. Hal ini dikarenakan beberapa hal: 1) Indikator dibuat kurang memperhitungkan kondisi objektif atau penetapan

target dilakukan secara optimistik; dan, 2) Hal di atas dipengaruhi secara tidak langsung oleh adanya permasalahan

secara internal kelembagaan, seperti pembagian peran anggota dalam AKD sehingga beban alokasi waktu untuk menjalankan tigas dan fungsinya menjadi begitu padat.

Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh DPR RI kedepannya adalah:

1) Di sisa waktu perencanaan, maka DPR RI harus lebih menonjolkan skala

prioritas pada kegiatan-kegiatan yang tingkat kepastian tercapainya tinggi;

dan,

2) Hal yang perlu juga diperhatikan adakah memperkuat DPR RI sebagai

lembaga perwakilan sehingga program dan kegiatan DPR RI secara filosofis

harus bisa dilihat dan dipercaya oleh publik. Karena itu pula sebagai akhir

dari peran, tugas dan fungsi yaitu produk yang dihasilkan oleh DPR RI,

misalnya undang-undang harus sesuai dengan common sense (keinginan

masyarakat). Untuk itu sebagai langkah penguatan atas substansi atas

produk yang dihasilkan DPR RI perlu meningkatkan kerjasama denga

perguruan tinggi.

VI. Rekomendasi Untuk Penyusunan Renstra DPR Berikutnya

Setelah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra DPR RI 2010-

2014, maka secara umum perlu ada perbaikan dalam menyusun Renstra ke

depan sehingga perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Penetapan visi perlu memperhatikan: 1) Penetapan visi sebaiknya harus dapat diwujudkan oleh DPR melalui

peran langsungnya bukan dengan peran tidak langsungnya; 2) Karena itu rumusan visi yang tepat untuk DPR adalah, “Terwujudnya

DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang Kredibel”; dan, 3) Visi yang akan ditetapkan oleh DPR RI dapat memilih di antara visi

jangka panjang (25 tahun) atau visi 5 tahun. 2. Perumusan misi maka terminologi yang seharusnya adalah “melaksanakan”

bukan “mewujudkan”; 3. Penetapan tujuan setidaknya memenuhi prinsip SMART yaitu specific (harus

jelas), measurable (dapat terukur), accurate (tepat sesuai pengukurannya), realistic (dapat dicapai), time-bound (akan dicapai dalam kurun waktu tertentu);

4. Perumusan nilai-nilai dasar harus memperhatikan:

Page 25: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

25

1) Disamping mengunakan nilai-nilai ideal yang diinginkan juga harus memperhatikan nilai-nilai positif yang selama ini ada, misalnya nilai-nilai permusyawaratan (lobying positif); dan,

2) Kerangka nilai dasar seharusnya terhubungkan dengan cara kerja (proses kegiatan) yang dilaksanakan di DPR RI.

5. Dalam hal Program, Arah Kebijakan dan Strategi beberapa masukan penting adalah: 1) Untuk memudahkan menarik benang merah dari analisis SWOT

terhadap Program (Arah Kebijakan dan Strategi), maka sebaiknya harus dapat dihubungkan dari setiap SWOT ke Program, terutama kebijakan dan strateginya, misalnya dari kekuatan akan melahirkan kebijakan dan strategi apa, atau dari kelemahan yang adalah mengharuskan kebijakan dan strategi apa;

2) Program dan kegiatan yang ada dalam Renstra 2010-2014 dapat menjadi milestone untuk menyusun Renstra berikutnya;

3) Untuk program legislasi perlu dipertimbangkan adanya evaluasi legislasi. 4) Untuk program anggaran perlu ditonjolkan proses legislasi APBN-nya; 5) Untuk program pengawasan yang perlu diperhatikan adalah

pengawasan anggaran; 6) Persoalan kepercayaan publik terhadap DPR harus tetap dijaga. Karena

itu dalam Renstra periode berikutnya (Renstra 2015-2020) kegiatan kehumasan masih dibutuhkan dan perlu ditingkatkan;

7) Penguatan kelembagaan DPR harus tetap dilaksanakan dan dikuatkan; 8) Beberapa prioritas yang ada dalam Renstra 2010-2014 harus diperkuat

dalam tetap Renstra 2015-2020. Misalnya pembentukan Badan Fungsional Keahlian (BFK) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) harus menjadi prioritas; dan,

9) Pengembangan sistem tatakelola DPR RI harus terus ditingkatkan, termasuk kesekretariatan. Secara khusus kesekretariatan harus tetap disejalankan dengan kerangka Reformasi Birokrasi.

6. Dalam hal penetapan indikator, maka: 1) Dapat mengunakan ukuran output (keluaran), outcame (hasil), benefit

(manfaat), impact (dampak) atau process (proses); dan, 2) Penetapan target dari kegiatan tidak harus bersifat pengukuran

kuantitatif tetapi juga dapat mengunakan pengukuran kualitatif.

Di samping hal di atas, perlu ada sinerji antara DPR dengan masa kritis (jejaring sosial yang kuat) dalam rangka mendukung kinerja DPR. Hal ini juga secara tidak langsung akan mendukung bagi pencapaian-pencapaian yang dirumuskan dalam Renstra DPR RI. Pengunaan jejaring sosial secara tidak langsung juga memperlihatkan bahwa publik dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan. Dalam mengunakan jejaring sosial tersebut, selah satunya pelibatan akademisi atau kampus sebagai mitra DPR RI.

Kemudian secara khusus perlu dipertimbangkan hal-hal yang terkait

Pelaksanaan Progam Dewan, Program Setjen dan Grand Design Kelembagaan

DPR RI.

Page 26: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

26

1. Pelaksanaan Program Dewan

a. Melakukan internalisasi mekanisme pelaksanaan fungsi legislasi dan

pengawasan yang telah ditetapkan, serta perlu dirumuskan mekanisme

pelaksanaan fungsi anggaran yang lebih efektif dan efisien;

b. Dalam penyusunan prolegnas ke depan harus disesuaikan dengan

sasaran-sasaran pembangunan dalam RPJM sehingga UU yang

dibentuk dapat menopang pencapaian target pembangunan. Hal ini

diperlukan agar prolegnas yang disusun berdasarkan kebutuhan bukan

berdasarkan keinginan;

c. Untuk dapat mencapai target prolegnas sesuai dengan yang

direncanakan maka ke depan diperlukan perubahan kelembagaan DPR,

di mana salah satu alternatifnya adalah penambahan jumlah komisi bisa

lebih dari 11 komisi;

d. Secara khusus pelaksanaan fungsi anggaran ke depan harus diarahkan

kepada:

1) Pencapaian anggaran sesuai dengan RPJMN dan secara kualitas

memberikan dampak pada pro growth, pro poor, pro job and pro

environment; dan,

2) Mengendalikan anggaran yang bersifat mandatoris, sehingga

tercipta ruang fiskal yang cukup untuk dapat meningkatkan

anggaran pembangunan.

e. Pelaksanaan fungsi pengawasan perlu ditingkatkan melalui optimalisasi

pemanfaatan laporan hasil pemeriksaan BPK, tindaklanjut pengaduan

masyarakat, dan tindaklanjut dari hasil keputusan Komisi/Pansus/Tim

pengawasan.

2. Pelaksanaan Program Setjen

a. Mewujudkan pengembangan sarana dan prasarana yang representatif

dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dewan;

b. Memastikan terwujudnya unsur pendukung yang profesional dalam

melaksanakan tugas-tugasnya;

c. Meningkatkan pengamanan di Kawasan Gedung MPR/DPR/DPD RI,

karena dengan semakin kompleksnya persoalan keamanan, dan

semakin terbukanya masyarakat dalam menyampaikan pendapat serta

persepsi publik terhadap DPR RI yang masih kurang begitu baik, maka

potensi yang dapat menganggu proses Pengamanan Dalam di Komplek

Perkantoran DPR RI penting untuk terus diperhatikan. Kerjasama

dengan Kepolisian Republik Indonesia menjadi sangat penting dan

harus berkelanjutan. Beberapa kegiatan mendesak yang dapat

dilakukan adalah:

1) Pengembangan Sistem Pengamanan Dalam, berupa pembinaan

sistem dan metode dalam rangka mendukung tugas pokok

organisasi/Satuan Pengamanan Dalam Setjen DPR RI serta

pengembangan sistem informasi pengelolaan keamanan;

Page 27: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

27

2) Meningkatan profesionalitas sumber daya manusia (tenaga satuan

pengamanan dalam); dan,

3) Pengkajian potensi konflik dan kerawanan yang dapat muncul di

Kawasan Perkantoran DPR RI termasuk melakukan deteksi dini dan

antisipasi maksimal agar hal-hal negatif tidak terjadi.

3. Prioritas Pencapaian Grand Design Kelembagaan DPR RI

a. Penguatan Kelembagaan

1) Perlu mengintensifkan pembahasan rancangan Pembentukan BFK

dengan target waktu pencapaian Pembentukkan BFK pada akhir

periode perencanaan (Tahun 2014);

2) Pembentukan Unit Pengawasan Internal didorong melalui kerangka

Reformasi Kesetjenan (Reformasi Birokrasi) dengan target waktu

penyelesaian pada akhir periode perencanaan (Tahun 2014);

3) Reformasi Kesetjenan harus terus didorong dengan percepatan

perubahan struktur organisasi agar sejalan dengan Pembentukan

BFK dan Unit Pengawasan Internal, yang target waktu penyelesaian

pada akhir periode perencanaan (Tahun 2014); dan,

4) Optimalisasi dukungan keahlian terhadap DPR juga dilakukan

dengan penambahan Tenaga Ahli minimal 3 sesuai dengan fungsi

yang dimiliki DPR.

b. Penguatan Kehumasan

Penguatan kehumasan perlu dilakukan dengan memberikan

penekanan pada:

1) Optimalisasi peran tim kehumasan dalam membangun opini publik,

analisis isi media dan menyusun media treatment;

2) Pemaksimalan peran Pimpinan AKD untuk mengkomunikasikan

hasil kegiatan AKD yang perlu disampaikan kepada publik,

sebagaimana diamanatkan di dalam Tatib DPR RI;

3) Optimalisasi dukungan kehumasan kepada Pimpinan DPR RI

sebagai juru bicara DPR RI;

4) Peningkatan kerjasama dengan media massa dalam rangka

menyosialisasikan kinerja dan peningkatan citra DPR RI di

masyarakat; dan,

5) Untuk penguatan kehumasan DPR RI, maka implementasi

Peraturan DPR mengenai keterbukaan informasi publik di DPR RI

dan peliputan media massa di DPR RI, serta Pedoman Pengelolaan

Kehumasan DPR RI perlu dimaksimalkan dengan didukung oleh

ketersediaan anggaran, sarana, dan prasarana kehumasan yang

memadai.

c. Kemandirian Pengelolaan Anggaran DPR RI difokuskan pada konsep

pengelolaan anggaran yang memuat:

1) Kemandirian anggaran dimulai dengan proses penetapan alokasi

anggaran yang mandiri. Dalam hal ini, rancangan anggaran DPR RI

Page 28: DRAFT EVALUASI PELAKSANAAN RENSTRA DPR RI TAHUN …

Draft 23 Juni 2014

28

yang sudah disetujui dalam Rapat Paripurna DPR RI tidak lagi

dibahas oleh Pemerintah;

2) Dalam penyusunan anggaran, DPR sebagai Lembaga Negara harus

memiliki Standar Biaya Khusus (SBK); dan,

3) Kemandirian anggaran DPR RI harus dibarengi dengan akuntabilitas

melalui pertanggungjawaban anggaran.

d. Pengembangan prasarana utama diarahkan kepada optimalisasi

pemanfaatan prasarana utama dan menegaskan kembali perlunya

pembangunan Gedung Baru. Begitu juga dalam pembangunan Gedung

Baru harus mampu mendesain tata ruang yang mengakomodasi ruang

untuk penyampaian aspirasi publik. Namun Pembangunan Gedung

tersebut diarahkan kepada Pemerintah (Kementerian Pekerjaan Umum);

e. Perpustakaan Parlemen tetap harus menjadi prioritas. Ke depannya

pengembangan ini harus diiringi dengan peningkatan kunjungan ke

perpustakaan. Di samping itu juga perlu adanya pengembangan musium

DPR;

f. Penguatan Sarana Representasi diarahkan pada penyusunan konsep

tentang Program Aspirasi; dan,

g. Pengembangan e-Parliament tetap harus menjadi prioritas.

----ooo----