dqa.txt

download dqa.txt

of 3

Transcript of dqa.txt

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit diare pada anak tampaknya makin sering dijumpai di berbagai negara, kh ususnya di daerah pedesaan yang kotor. Penyakit diare meskipun dianggap sebagai penyakit biasa, diare harus tetap diwaspadai, terutama pada anak dan bayi di baw ah di bawah lima tahun atau balita, di beberapa wilayah yang mengalami epidermi diare lebih banyak menyerang anak dan balita di bawah lima tahun dan menyebabkan kematian, karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit diare. Pada diare akut atau diare yang secara tiba tiba pada anak balita dapat disembuhkan hanya dengan pemberian cairan elektrolit (Jellief T, 2004), penyebab utama diare adalah kura ngnya hidup bersih masyarakat dan lingkungan rumah yang buruk. Masyarakat berang gapan, bahwa penyebab diare terkait dengan hal itu. Masyarakat yakin diare diaki batkan oleh faktor lingkungan, keracunan makanan, musim, tanda tanda pertumbuhan balita dan anak (Suharjono, 2002). Masalah utama yang perlu diatasi pada penyakit diare adalah kurangnya cairan dal am tubuh, selain dari masalah utama masalah sekunder perlu diperhatikan guna men cegah terjadinya diare seperti kondisi lingkungan yang mempengaruhi timbulnya pe nyakit diare misalnya, ketersediaan air bersih dan sarana kondisi lingkungan yan g kurang sehat terutama di pedesaan yang paling banyak timbul penyakit diare aki bat perilaku yang kurang bersih (kompas 2013). Tanda gejala yang terjadi pada seorang anak yang mengalami diare yaitu mula mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkur ang atau tidak ada. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau hijauan karena tercampur empedu. Karena seri ngnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah di are. Selain diare mempunyai gejala umum seperti yang telah di sampaikan di atas diare juga mempunyai tanda bahaya. Tanda bahaya diare tersebut antara lain : tid ak seimbangnya jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh sehingga menyebabkan deh idrasi dari ringan sampai ke berat, syok hipovolemik, bakterimia (terdapat bakte ri di dalam darah dan dapat menyebabkan sepsis pada pembuluh darah maupun organ pencernaan), hipoglikemia, kejang demam tinggi, penurunan kesadaran ( I Made Eka Darmawan, 2008 ). Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala deh idrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun ubun besar cekung, tonus dan turgor ku lit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering. ( Sagung S. 2005 ). Bila anak mulai mengalami diare yang berkelanjutan akan tampak tanda tanda ke hilangan cairan tubuh yang berlebih atau sering disebut dehidrasi, yang derajat dehidrasinya dapat ditentukan berdasarkan kehilangan berat badannya: bila anak p enderita diare tersebut mengalami penurunan berat badan 2,5 5 % berat badannya d isebut dengan istilah dehidrasi ringan, dan bila anak penderita diare tersebut m engalami penurunan berat badan 5 10 % berat badannya disebut dengan istilah dehi drasi sedang, sedangkan pada anak penderita diare yang mengalami penurunan berat badan > 10 % berat badannya disebut dengan istilah dehidrasi berat ( Sagung S. 2005 ). Di seluruh dunia terdapat 1,9 juta balita meninggal setiap tahunnya akibat berba gai macam gangguan diare. Menurut WHO, sekitar 2/3 di antaranya (1.3 juta) terja di di 15 negara di Asia dan Afrika. Diare merupakan pembunuh berbahaya di negara berkembang, lebih dari 5.000 anak meninggal akibat diare setiap harinya. Angka tersebut seharusnya bisa dicegah. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Balitbang Depkes RI, diare menempati posisi teratas sebagai penyebab kemat ian bayi (usia 29 hari 11 bulan) dan balita (usia 12 59 bulan). Sedangkan penyeb ab kematian kedua adalah penyakit pneumonia (http://www.anakku.net, 2013).Sampai awal tahun pada tahun 2013 penyakit diare atau juga sering disebut gastro enteritis, masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan p enyebab kunjungan Puskesmas / Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kel ompok tiga penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 40 0 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indo nesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tah unnya, sebagian besar ( 70 80 % ) dari penderita ini adalah anak di bawah umur 5 tahun ( 40 juta kejadian ). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari s atu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1 2 %) akan jatuh ke dalam deh idrasi dan kalau tidak segera di tolong 50 60 % ( 30 juta kejadian) diantaranya d apat meninggal (Sagung S. 2005). Berdasarkan laporan data dari dinas kesehatan provinsi lampung dalam data profil kesehatan provinsi lampung pada tahun 2011 tercatat penderita diare yang di aki batkan lingkungan buruk sebanyak 263.651 jiwa, meliputi 14 wilayah, dengan jumla h penduduk 7.691.007 jiwa yang diantaranya anak anak berjumlah 352.021 jiwa, den gan presentasi angka kesakitan penderita diare pada anak sekitar 74,9 %. Berdasa rkan laporan data dari dinas kesehatan kota Bandar lampung dalam profil kesehata n kota Bandar lampung pada tahun 2011 tercatat penderita diare sebanyak 22.498 j iwa anak dan balita, meliputi 28 puskesmas dari 13 wilayah dengan jumlah pendudu k 1.164.759 jiwa yang diantaranya anak anak berjumlah 28.781 jiwa dengan present asi angka kesakitan penderita diare pada anak yaitu 78,2 %, yang di dalamnya terdapat data di puskesmas rajabasa indah pada tahun 2011 terca tat penderita diare sebanyak 7.467 anak dan balita dengan jumlah penduduk 55.997 jiwa yang diantaranya anak anak berjumlah 11.113 jiwa dengan presentasi angka k esakitan pada penderita diare pada anak yaitu 67,2%. Penyakit diare terbanyak pe ringkat ke 3 dalam provinsi lampung. Dari hasil pre servey lebih lanjut di dapatkan angka mortalitas (angka kematian) di puskesmas raja basa indah Bandar lampung yaitu sebanyak nol atau tidak adany a angka mortalitas, tercatat angka untuk rujukan dari puskesmas Rajabasa Indah k e rumah sakit sebanyak 483 kejadian pada akhir tahun 2012. Dari data di atas te ntang rujukan penyakit diare di puskesmas di dapat masih banyak keluarga yang te rlambat dalam menanggulangi masalah penyakit diare, dan datang terlambat ke pusk esmas untuk mencegah dan menanggulangi masalah penyakit diare pada anak. Oleh ka rena itu keluarga diharapkan lebih mengerti tentang tanda bahaya diare, Supaya d alam pencegahan dan penatalaksanaan yang diberikan keluarga di rumah sesuai deng an prosedur dan peralatan yang ada, dan bila timbul tanda bahaya diare diharapka n keluarga segera membawa anaknya ke puskesmas terdekat atau rumah sakit guna pe rawatan lebih lanjut. Dari data data di atas dan melihat permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tanda bahaya diare pada balita yang terjadi di perumahan raja basa indah. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka perumusan masala h penelitian adalah bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang tanda bahaya diare pada anak di Perumahan Raja Basa Indah ? C. Tujuan Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang tanda bahaya diare pada anak, d i Perumahan Raja Basa Indah. D. Manfaat penelitian 1. Bagi keluarga Menambah rasa ingin tahu keluarga tentang tanda bahaya diare pada balita 2. a. b. . Bagi pelayanan kesehatan Untuk meningkatkan pengawasan terhadap bahaya diare Mengurangi angka kesakitan atau angka kematian yang terjadi akibat diare3. Bagi institusi pendidikan Menambah refrensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang, da n menambah data data tentang penelitian diare yang suduh ada 4. Bagi peneliti Menambah pengetahuan / wawasan tentang penyebaran kejadian diare yang terjadi di puskesmas rajabasa indah.