Dpa Akan Sarankan

download Dpa Akan Sarankan

If you can't read please download the document

description

rusuh 98

Transcript of Dpa Akan Sarankan

P U S A T I N F O R M A S I K O M P A SPalmerah Selatan 26 - 28 Jakarta, 10270Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200Fax. 5347743=============================================KOMPAS Kamis, 09-07-1998. Halaman: 6 DPA AKAN SARANKAN PRESIDEN BENTUK KOMISI INDEPENDENJakarta, Kompas Dewan Pertimbangan Agung (DPA) akan menyarankan kepada Presiden BJ Habibie untuk membentuk Komisi Independen untuk menuntaskan kasus penembakan mahasiswa Universitas Trisakti, kasus penculikan aktivis mahasiswa, dan kasus kerusuhan 13-14 Mei 1998. Pembentukan Komisi Independen itu demi tegaknya hukum dan terwujudnya rasa aman masyarakat. Demikian Ketua DPA, AA Baramuli, dalam rapat dengan sejumlah praktisi hukum, Rabu (8/7) di Gedung DPA Jakarta. Rapat terbuka DPA dengan praktisi hukum itu diadakan dalam rangka meminta masukan soal reformasi hukum dewasa ini. Baramuli didampingi tiga Wakil Ketua DPA yaitu Yusuf Syakir, Suparman Achmad, dan Agus Sudono. Sementara praktisi hukum yang hadir yaitu, Adnan Buyung Nasution, OC Kaligis, Mohammad Assegaf, Rudhy Lontoh, Hotman Paris Hutapea, Purwaningrum, dan Surya Wijaya. Di awal rapat, Nasution menjelaskan, sesungguhnya cukup banyak praktisi hukum yang bisa hadir ke acara itu seandainya undangan dari DPA tidak mendadak. "Karena keterbatasan waktu, kami tidak bisa menghadirkan perwakilan dari Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), dan Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI)," tuturnya. Aib bangsa Nasution mengemukakan, tiga kasus besar yang dihadapi saat ini merupakan aib bangsa. Kejadian tersebut sudah mencoreng muka bangsa Indonesia di dunia internasional. "Banyak pihak asing, apakah itu lawyer, investor, maupun kalangan diplomatik, mempertanyakan masalah hukum di Indonesia, khususnya soal tiga masalah besar itu. Saya khawatir kalau ini tidak segera diatasi dengan serius, bangsa kita akan dicap sebagai teroris, seperti juga yang terjadi pada Libya," kata mantan pendiri Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) itu. Penanganan kasus tersebut, menurut Nasution, tidak bisa hanya diserahkan kepada aparat pemerintah. Meski pada prinsipnya mereka bisa dipercaya memiliki semangat reformasi, namun dengan kondisi seperti sekarang ini kerja aparat akan dirasakan lamban sekali oleh masyarakat. Sebab itu, mau tidak mau harus segera dibentuk Komisi Independen yang benar-benar mandiri dari segala pengaruh kekuasaan pemerintah atau pihak lainnya. Komisi Independen itu bisa terdiri dari aparat pemerintah sipil maupun militer. Misalnya, dari kepolisian bisa diwakili Koesparmono Irsan, dari Kejaksaan diwakili Baharuddin Lopa, dari relawan diwakili Romo Sandyawan, dan banyak orang lagi bisa diperbantukan ke sana. "Yang penting, mereka terdiri dari orang-orang yang integritasnya tinggi," saran Nasution yang disetujui DPA. Perlunya pembentukan komisi tersebut, lanjut Nasution, juga akibat di masyarakat masih ada pendapat, belum ditindaklanjutinya pernyataan Menhankam/Pangab soal keterlibatan oknum ABRI di kasus penculikan sejumlah aktivis, karena ABRI tidak mau mencoreng mukanya sendiri. Namun yang pasti masalah ini demikian kompleks, sehingga tidak mungkin hanya ditangani oleh aparat pemerintah tertentu saja. "Kalau penanganannya tetap dilakukan tim khusus yang dibentuk sekarang ini, seperti Tim Pencari Fakta ABRI, maka hasilnya pun selain lama baru didapatkan, juga belum tentu memuaskan masyarakat. Belajar dari persidangan kasus penembakan di Trisakti, jelas terlihat bahwa yang ditunggu masyarakat siapa pelaku penembakan, tapi hasil yang muncul adalah siapa yang bertanggung jawab atas pasukan yang bertugas saat itu," demikian pendapat Buyung Nasution yang juga disetujui DPA. (fan)