Download [3.72 MB]
Transcript of Download [3.72 MB]
i
KATA PENGANTAR
MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA
UNSUR MAHASISWA
Untuk UI, Kini
Masih begitu lekat di ingatan bahwa pada akhir tahun lalu, saya menjadi
moderator sebuah diskusi antara Rektor dengan mahasiswa di Balai Sidang
Universitas Indonesia (UI). Pada umumnya, diskusi tersebut berisi tentang
kebijakan UI di tahun 2015 dan apa kebijakan yang akan dikeluarkan pada tahun
2016. Namun sebagaimana kita ketahui, akhir tahun 2015 adalah penentuan
apakah akan ada penyesuaian tentang biaya pendidikan di UI atau tidak. Di akhir
diskusi, Rektor dengan lantang menyatakan: we agree to differ. Demikian, UI
menyesuaikan nominal biaya pendidikannya sejak penerimaan mahasiswa baru
2016. Sejak itu pula, mulai ada pembukaan opsi rentang biaya pendidikan dengan
harapan terjadinya subsidi silang yang lebih signifikan. Ide tentang subsidi silang
tersebut patut diapresiasi, namun kekhawatiran kami sebagai mahasiswa tidaklah
terletak di sisi itu. Hal utama yang mengganjal di benak kami ialah apakah dengan
kebijakan ini, UI berpotensi menjadi tebang pilih? Tebang pilih dalam hal
menerima mahasiswa yang secara kekuatan ekonomi lebih mapan, dan
meminggirkan mahasiswa dengan ekonomi lemah. Tentu dengan dalih untuk
memaksimalkan subsidi silang. Saya kira, subsidi silang hanya akan tercipta
apabila memang ada yang harus disubsidi. Kalau tidak ada yang disubsidi—
mahasiswa dengan ekonomi lemah—buat apa ada konsep subsidi silang?
Sejak awal tahun ini, saya mencoba mengamati berbagai kebijakan Pusat
Administrasi Universitas (PAU) sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di UI.
Utamanya, saya begitu mengamati tiap kebijakan yang bersinggungan dengan
peningkatan pemasukan UI dari pos non biaya pendidikan dan penerapan prinsip
good university governance di UI. Dalam tulisan pengantar ini, saya mencoba
mengemukakan beberapa pandangan saya mengenai beberapa kebijakan UI yang
berkaitan dengan poin yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
ii
Pertama, kebijakan pengelolaan dana abadi. Kebijakan ini menjadi hal
yang saya fokuskan karena saya memiliki keyakinan apabila UI telah memiliki
sistem pengelolaan dana abadi yang baik, maka peran mahasiswa sebagai
pemasok dana terbesar untuk UI perlahan-lahan dapat dikurangi. Selayaknya,
suatu institusi memiliki saldo dana abadi lebih besar dari dana operasional per
tahun institusi tersebut, sehingga, keuntungan dari investasi dana abadi tersebut
akan dirasakan dampaknya secara signifikan. Kini, UI memiliki dana abadi sekitar
45 miliar rupiah, dan ditargetkan memiliki 100 miliar rupiah di akhir tahun ini.
Beberapa saat yang lalu, UI bekerjasama dengan BNI Management Asset untuk
memulai menginvestasikan dana abadinya. Tentu saya memiliki harapan, agar
suatu saat keuntungan dari investasi dana abadi UI bisa menjadi salah satu
penguat pondasi pengembangan pendidikan di Indonesia. Namun, komitmen UI
tentang pengelolaan dana abadi bukannya tanpa evaluasi. Saya melihat
dibutuhkan adanya keseriusan lebih dalam penanganan dana abadi. Saya tidak
mengatakan UI tidak serius, namun saya kira belum optimal. Utamanya dalam
penambahan saldo dana abadi dari naming right. Metode ini menjanjikan, namun
dibutuhkan orang-orang berkomitmen tinggi agar cita-cita besar dari program
naming right ini tercapai. Semoga kedepannya, program pengelolaan dana abadi
ini akan dan terus menjadi salah satu inisiatif strategis yang terpampang di
Rencana Strategis UI, serta lebih banyak mahasiswa yang terbantu sebagai
dampak pengelolaan dana abadi yang efisien dan professional.
Kedua, program transformasi budaya UI. Dewasa ini diketahui bahwa
konsep business as usual perlahan-lahan digantikan dengan metode kerja strive to
excel atau service excellence. Secara umum, metode kerja suatu institusi haruslah
mengedepankan pelayanan yang baik bagi seluruh stakeholder. Tidak ketinggalan
dari beberapa institusi pemerintah yang telah melakukan transformasi budaya (cth:
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia), UI pun mulai menginisiasi program
besar-besaran ini. Program transformasi budaya tak pelak akan merombak sistem
kerja UI secara signifikan. Penilaian pegawai seluruhnya akan berbasis kinerja.
Perombakan ini diharapkan akan mengubah persepsi masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan UI. Seperti program sebelumnya, pelaksanaan program
transformasi budaya tentu menemui hambatan. Sepanjang pengamatan saya,
iii
hambatan utama terdapat pada UI sendiri, yakni kesiapan dan kemauan
dirombaknya sistem business as usual demi peningkatan pelayanan dan
profesionalitas. Dibantu oleh konsultan dari PricewaterhouseCoopers, program ini
saya rasa akan melawan UI itu sendiri, sebab niatnya yang sangat baik. Saya
pribadi sangat mengapresiasi keberanian pimpinan UI untuk tidak menunda-nunda
berjalannya program ini. Saya sangat menginginkan semua proses bisnis di UI
berjalan dengan profesional, utamanya dalam pelayanan mahasiswa sebagai
stakeholder terbesar.
Ketiga, implementasi Pedoman Keuangan Majelis Wali Amanat.
Sejujurnya, saya merasa produk hukum ini adalah salah satu prestasi terbesar yang
ditorehkan oleh MWA, dengan dukungan seluruh organ UI. Salah satu materi
utama dari Pedoman Keuangan ini ialah tentang pembebanan tanggung jawab dari
fakultas ke PAU mengenai peningkatan fasilitas pendidikan dari yang di bawah
standar menjadi memenuhi standar. Menurut saya, klausa tersebut menjadi salah
satu usaha terbesar UI untuk melakukan pemerataan antar fakultas. Selain itu,
klausa tersebut serta merta ingin mendukung preseden bahwa UI adalah suatu
universitas, bukan multi-fakultas. Diharapkan, tidak ada lagi anggapan bahwa
fakultas A merupakan fakultas kaya, dan fakultas B merupakan fakultas yang
minim sumberdaya. Tentu, mahasiswa perlu tahu mengenai kebijakan ini. Hal
tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan stakeholder yang merasakan
langsung mengenai fasilitas pendidikan yang tersedia di fakultasnya masing-
masing. Namun pada faktanya, implementasi Pedoman Keuangan MWA ini
mendapat tentangan dari beberapa pimpinan fakultas. Hal ini karena terdapat
kesalahpahaman mengenai subsidi silang yang dilakukan demi pemenuhan biaya
berjalannya peningkatan fasilitas pendidikan. Saya kira, pertentangan cukuplah
terjadi di pimpinan fakultas saja. Sebagai mahasiswa, tentu kita harus mendukung
setiap kebijakan yang memiliki porsi keberpihakan besar kepada mahasiswa.
Sejak menjadi salah satu perumus Pedoman Keuangan ini, saya sudah memupuk
harapan yang sedemikian besar bahwa produk hukum ini yang akan mengawali
terciptanya kesamarataan di seluruh fakultas yang ada di UI.
iv
Tiga poin besar yang telah saya kemukakan hanyalah sekilas dari banyak
kebijakan yang dikeluarkan UI pada tahun 2016. Terlepas dari itu, banyak sekali
permasalahan kebijakan yang saya rasa tidak berpihak kepada mahasiswa dan
kurang matang dalam perencanaan dan antisipasi, contohnya ialah penegakan
aturan pemberlakuan jam malam di UI. Sungguh sebagai pribadi, saya sangat
merasa dirugikan dengan pembatasan masuk kampus saya sendiri. Dan selain itu,
untuk menjawab pertanyaan teman-teman mahasiswa mengenai kemungkinan
penyesuaian kembali biaya pendidikan di tahun 2017, saya bisa pastikan tidak ada
kenaikan. Hal ini sejalan dengan diskusi saya dengan Pak Rektor yang
menyatakan dengan kondisi arus keuangan UI kini, setidaknya UI “bisa bernafas”
hingga tahun 2019 nanti. Pak Rektor juga menyatakan, setidaknya hingga masa
jabatan beliau berakhir, tidak ada kenaikan biaya pendidikan lagi.
Tulisan singkat ini saya kemukakan sebagai pengantar akan berbagai
kajian dan kumpulan aspirasi dari berbagai organ kemahasiswaan UI di tahun
2016. Saya memiliki harapan, kumpulan tulisan ini dapat menjadi catatan penting
di tahun 2016 bagi PAU dan mahasiswa. Selain itu, khusus untuk Pak Rektor,
saya berikan tulisan ini sebagai bagian dari suara hati mahasiswanya di tahun
2016. Semoga tulisan kami, anak-anak dan mitra kritis Bapak, bisa menjadi
pengingat Bapak mengenai hal-hal apa saja yang kiranya telah Bapak capai dan
yang belum Bapak lakukan. Tentu, semua kebaikan dan keinginan hanya dapat
tercapai dengan sinergisasi yang optimal dan melibatkan seluruh stakeholder yang
ada di UI.
Bravo, UI!
Depok, 16 Desember 2016
Fadel Muhammad
v
DAFTAR ISI
Kata Sambutan MWA UI Unsur Mahasiswa 2016............................... i
Daftar Isi................................................................................................... ii
BAB I Kajian dan Olahan Data Survei BK MWA UI UM.......... 1
Bidang Biaya Pendidikan...................................................... 2
Bidang Fasilitas..................................................................... 23
Bidang Sumber Daya Manusia............................................. 44
Bidang Keamanan dan Ketertiban........................................ 51
Bidang Kemahasiswaan........................................................ 61
BAB II Kajian dan Aspirasi BEM UI/BEM Fakultas/Vokasi...... 68
BEM UI............................................................................... 69
BEM Fakultas Kedokteran.................................................. 85
BEM Fakultas Kedokteran Gigi.......................................... 87
BEM Fakultas Matematika dan IPA.................................. 90
BEM Fakultas Hukum....................................................... 93
BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis.................................. 99
BEM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya........................ 104
BEM Fakultas Psikologi.................................................... 108
BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat............................. 120
BEM Fakultas Ilmu Komputer........................................ 133
BEM Fakultas Ilmu Keperawatan................................... 137
vi
BEM Fakultas Farmasi......................................................... 143
BEM Fakultas Ilmu Administrasi....................................... 149
BEM Program Vokasi
BAB III Kompilasi Kajian BK MWA UI UM 2016...................... 159
Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti........... 160
Biaya Kuliah Tunggal......................................................... 174
Ada Apa Dengan BOPTN?.................................. .............. 189
Menelaah Kembali Kondisi Ventura UI............................ 197
1
BAB I
Kajian dan Olahan Data Survei
BK MWA UI UM
2
BAGIAN BIAYA PENDIDIKAN
Implementasi Tata Kelola Keuangan Universitas Indonesia
berdasarkan Prinsip Good University Governance
I. Pendahuluan
A. Good Governance dan Good University Governance
Dewasa ini, konsep good governance semakin banyak diterapkan
di berbagai organisasi baik di dalam sektor publik maupun sektor privat.
Governance sendiri merupakan kata sifat dari govern yang memiliki arti
sebagai proses pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan
tersebut diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan)1. Pada
prinsipnya good governance berorientasi pada penyelenggaraan tata kelola
yang akuntabel dan bebas dari penyalahgunaan wewenang antara sektor
publik, privat dan masyarakat2.Di era demokratisasi yang menuntut
transparansi dan akuntabilitas, penerapan Good Governance menjadi salah
satu syarat mutlak pengelolaan suatu organisasi tanpa terkecuali3.
Pada organisasi sektor pendidikan tinggi,Good University
Governance (GUG) merupakan salah satu konsep turunan dari Good
Corporate Governance (GCG) yang merupakan kunci sukses tumbuh dan
berkembangnya sebuah perusahaan dalam jangka panjang sekaligus
mampu bersaing dalam dunia bisnis global. Penerapan prinsip GUG
merupakan hal penting, bahkan seharusnya dibandingkan GCG sebagai
pendahulunya organisasi kampus memiliki peluang sebagai pelopor
praktik good governance karena unsur kampus yang terdiri dari beragam
elemen yang vokal menyuarakan aspirasinya4. Akan tetapi yang
1United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific
(UNESCAP). What is Good Governance, hlm.1 2Ibid, hlm.1 3 Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good
University Governance), 2005, hlm.22 4Ibid, hlm.23
3
membedakan penerapan good governance di lingkungan pendidikan tinggi
dengan di sebuah negara maupun korporasi adalah berkaitan dengan nilai-
nilai pendidikan tinggi yang harus tetap dijunjung tinggi5.
Good University Governance diterapkan dengan tujuan untuk
mewujudkan tata kelola yang transparan dan akuntabel di dalam
lingkungan kampus. Seiring dengan semakin tingginya kompetisi di ranah
perguruan tinggi itu sendiri, setiap perguruan tinggi mulai berlomba-lomba
untuk maju dan berusaha meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Semangat perguruan tinggi untuk terus berkembang juga sejalan dengan
tuntutan atas transparansi administrasi yang mampu mendudukung
kelancaran tugas penyelenggaraan perguruan tinggi dengan
mempraktikkan prinsip-prinsip good governenance6. Hal tersebut
membuktikan, di era modern saat ini prinsip Good University Governance
merupakan prinsip yang harus diterapkan untuk mendorong kemajuan
sebuah institusi pendidikan tinggi7. Dalam penerapannya diperkenalkan
bentuk baru pengelolaan perguruan tinggi yang lebih otonom, atau biasa
disebut dengan PTN badan hukum (PTN-BH).
Sistem PTN-BH yang otonom melibatkan pihak luar untuk ikut
“memiliki” perguruan tinggi sekaligus menjadikan civitas academica
sebagai unsur penting dalam tata kelola kampus, yang merupakan salah
satu implementasi konsep GUG8. Berdasarkan konsep GUG, terdapat tiga
elemen yang memiliki peran strategis satu sama lain yakni negara dan
perangkatnya sebagai regulator, perguruan tinggi sebagai pelaku
organisasi dan masyarakat sebagai pengguna produk atau jasa pendidikan
di perguruan tinggi9. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH
yang memiliki visi besar sebagai world class university juga menyadari
5 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm. 33. 6 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia,( Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.36. 7 Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good
University Governance), hlm.25. 8Ibid 9 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya
dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.42.
4
pentingnya penyelenggaraan pendidikan tinggi yang lebih transparan dan
akuntabel berdasarkan prinsip GUG. Hal tersebut diejawantahkan dengan
dimasukkannya aspek GUG ke dalam perencanaan institusi seperti
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Strategis
(RENSTRA), Sasaran Strategis (SASTRA), Indikator Kinerja Utama
(IKU) dan Program Strategis (PROSTRA).
B. Implementasi Konsep Good University Governance di Universitas
Indonesia
Secara konseptual, terdapat 8 karakteristik yang berperan sebagai
parameter untuk mengukur performa penerapan good governance di
berbagai sektor termasuk ranah pendidikan tinggi yaitu10 :
Gambar 1: Karakteristik Good Governance
Sumber: United Nations Economic and Social Commision for Asia and
the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance.
Delapan karakteristik tersebut yakni 1) partisipasi publik, 2) rule of
law, 3) transparansi, 4) responsiveness, 5) berorientasi kepada konsensus,
6) ekuitas dan inklusivitas, 7) efektivitas dan efisiensi serta 8)
akuntabilitas. Dari delapan karakteristik tersebut terdapat tiga komponen
utama good governance yang biasanya menjadi acuan penilaian pengelola
10 United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific
(UNESCAP). What is Good Governance.
5
organisasi yaitu transparansi,akuntabilitas dan partisipasi publik11. Dua
komponen utama sering menjadi acuan utama dalam pengelolaan
organisasi publik maupun privat12. Unsur terakhir menjadi acuan dalam
suatu proses yang melibatkan adanya proses politik dimana masyarakat
dianggap sebagai stakeholders utama yang harus didengar opininya dan
didorong partisipasinya dalam proses pembuatan kebijakan publik13.
Adapun pendalaman konsep mengenai tiga komponen tersebut adalah:
1. Transparansi: Keputusan yang diambil dan implementasinya
dilakukan berlandaskan aturan, informasi mengenai tata kelola
organisasi di bidang apapun disediakan secara bebas dan mudah
diakses oleh elemen-elemen yang akan merasakan dampak
langsung dari penerapan suatu kebijakan. Selain harus memiliki
aksesibilitas yang tinggi informasi yang disediakan juga harus
disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas : Akuntabilitas merupakan persyaratan utama dari
good governance. Semua stakeholders harus bertanggung jawab
kepada masyarakat, setiap stakeholders yang ada, dan kepada
semua elemen yang akan mendapatkan pengaruh dari kebijakan
dan keputusan yang diambil. Akuntabilitas tidak dapat ditegakkan
tanpa transparansi dan rule of law yang baik pula.
3. Partisipasi publik : Partisipasi dari setiap elemen yang ada di
suatu scoop organisasi sektor publik, privat maupun masyarakat
mampu diakomodasi melalui banyak ruang baik secara langsung
atau melalui lembaga perantara dan perwakilan yang memiliki
legitimasi.
I. Implementasi Prinsip Good University Governance dari Sisi Tata
Kelola Keuangan
Implementasi delapan karakteristik tersebut dapat dilihat dari berbagai
sisi dan bidang. Seperti diantaranya melalui performa pelayanan publik yang
11 Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus
(Good University Governance) hlm.23. 12Ibid 13Ibid
6
diberikan, tata kelola keuangan maupun fisik sarana dan prasarana yang
diakomodasikan serta masih banyak lagi sisi yang dapat disoroti. Setiap
bidang tentu memiliki tupoksi dan perannya masing-masing dalam
penyelenggaraan organisasi secara holistik. Dalam hal ini, tata kelola
keuangan memiliki peran sentral dan sangat strategis bagi penyelenggaraan
organisasi karena keuangan merupakan pondasi dasar dari semua
penyelenggaraan program. Keuangan lah yang menjadi sumber pendanaan
utama sehingga tahap perencanaan,pengorganisasian, dan pelaksanaan
program dapat berjalan14. Jika sumber pendanaan tidak optimal maka pada
tahapan-tahapan berikutnya tentu tidak akan optimal pula sehingga tujuan
organisasi dan pemenuhunan kebutuhan masyarakat pun akan sulit
direalisasikan.
Menilik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2015
tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH pada pasal 2 dan
11 memiliki sumber pendanaan keuangan yang berasal dari APBN dan NON-
APBN. Adapun sumber NON-APBN bersumber dari a. masyarakat; b. biaya
pendidikan; c. pengelolaan dana abadi; d. usaha PTN Badan Hukum; e. kerja
sama tridharma Perguruan Tinggi; f. pengelolaan kekayaan PTN Badan
Hukum; g. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau h. pinjaman.
Transparansi dan akuntabilitasyang menjadi karakteristik utama yang menjadi
indikator pada prinsip GUG dianggap penting penerapannya dalam
mempertanggungjawabkan dana yang berasal dari NON APBN dan
melibatkan dana dari stakeholders terkait seperti masyarakat maupun civitas
academica yang salah satunya adalah mahasiswa sebagai unsur terbesar
pendidikan tinggi dan sekaligus sebagai subjek utama pelayanan publik yang
diberikan oleh universitas.
Mengacu kepada tiga karakter dalam prinsip GUG, setidaknya dalam
tata kelola suatu organisasi harus mencerminkan transparansi, akuntabilitas
dan partisipasi publik. Tiga karakter tersebut dapat diukur melalui performa
14 Yuliani,Sri, “Corporate Social Responsibility (CSR) : Pertanggungjawaban
Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi Administrasi Publik”, Jurnal Spirit
Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.
7
pelayanan publik yang diberikan kepada pengguna pelayanan publik. Bidang
Penelitian dan Pengembangan Badan Kelengkapan Majelis Wali Amanat
Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa (BK MWA UI UM) melakukan
survei salah satunyadi bidang tata kelola keuangan. Tujuan survei tersebut
adalah untuk mengetahui seberapa besar karakter GUG yang
diimplementasikan melalui kebijakan tata kelola keuangan yang terutama
berhubungan dengan mahasiswa secara langsung.
Pada survei yang dilakukan, terdapat enam indikator yang digunakan
untuk mengukur performa pelayanan publik tersebut yakni; 1) ketersediaan
informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah, 2) sosialisasi mengenai
proses pembayaran uang kuliah, 3) sumber informasi yang disediakan
mengenai biaya kuliah, 4) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem
pembayaran, 5) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk
sistem BOPB serta 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem
BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan
kemampuan pembayar atau tidak. Jika dikaitkan ke dalam sebuah matriks,
keterkaitan antara tiga karakter GUG dengan indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
1.1 Tabel Relevansi Karakter GUG dan Indikator Survei BK MWA UI UM
NO KARAKTER GUG INDIKATOR SURVEI
1 TRANSPARANSI ; 1.
Keputusan yang diambil dan
implementasinya dilakukan
berlandaskan aturan
2. Aksesibilitas informasi tinggi
3. Informasi yang
disosialisasikan disajikan dalam
bentuk yang mudah dimengerti.
1) ketersediaan informasi
mengenai sistem pembayaran
uang kuliah,
3) sumber informasi yang
disediakan mengenai biaya
kuliah,
2 AKUNTABILITAS ; 2) sosialisasi mengenai proses
8
1. Mempublikasikandan
mensosialisasikan laporan
pertanggungjawaban triwulan,
tahunan serta laporan keuangan
dan prosedur kebijakan.
pembayaran uang kuliah sebagai
salah satu prosedur kebijakan,
3 PARTISIPASI PUBLIK ;
1. Tersedianya public spare
dalam berbagai bentuk (sosial
media, lembaga, kelompok
diskusi, dll) sebagai media
untuk mengakomodasi
partisipasi publik.
2. Pelayanan yang diberikan
melibatkan partisipasi publik
dan memberikan kepuasan
kepada publik.
4) kemudahan yang ditawarkan
dalam sistem pembayaran, 5)
kemudahan proses pengurusan
berkas biaya kuliah untuk sistem
BOPB
6) kemudahan proses pembaruan
biaya kuliah untuk sistem BOPB
dan
7) hasil yang diberikan dari
proses tersebut apakah sesuai
dengan kemampuan pembayar
atau tidak
Sumber: Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen
Kampus (Good University Governance) p.23 yang oleh penulis telah
diolah dan dikaitkan dengan indikator survei BK MWA UI UM.
II. Analisis Hasil Survei berdasarkan Konsep Good University
Governance
1. Transparansi : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter
tesebut adalah adanya aksesibilitas informasi tinggi dan informasi
yang disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah
dimengerti. Sedangkan indikator survei yang digunakan adalah :
9
1) ketersediaan informasi mengenai sistem pembayaran
uang kuliah, hal tersebut dapat diketahui dengan
melakukan survei apakah mahasiswa di UI mengetahui
jenis dan sistem pembayaran di UI.
Gambar 1.2 DiagramTingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai
Jenis Pembayaran UKT di UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Hasil survei ternyata menunjukkan bahwa 97,5% mahasiswa sudah
mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada di UI. Hal ini
menunjukkan bahwa UI telah memenuhi salah satu sindikator yang
digunakan untuk mengukur indikator karakter transparansi sebagai
universitas yang menerapkan Good University Governance.
Gambar 1.3 Diagram Tingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai
Sistem Pembayaran UKT di UI
10
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Hasil survei mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai
sistem pembayaran ternyata menunjukkan bahwa dari 97,5%
mahasiswa sudah mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada
di UI. Berdasarkan urutannya sebanyak 24,3% mahasiswa yang
mengetahui sistem BOPB, 23,2% mengethaui sistem Bayar Penuh,
21% mengetahui sistem Bayar Penuh dengan Cicil, 18,2% mengetahui
sistem BOPB dengan Cicil dan sebesar 13,3% mengetahui sistem
BOPP. Hal ini menunjukkan bahwa BOPB merupakan sistem
pembayaran yang paling banyak diketahui sedangkan BOPP
merupakan sistem pembayaran yang paling tidak diketahui oleh
mahasiswa. Hal ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni informasi
yang disediakan dan disosialisasikan mengenai sistem BOPP kurang
optimal atau mahasiswa yang menggunakan sistem tersebut memang
sedikit.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
implementasi prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI telah
memenuhi indikator survei pertama yakni tersedianya informasi
mengenai sistem pembayaran uang kuliah, hal tersebut dapat
diketahui dengan melihat hasil survei yang menggambarkan bahwa
97,5% mahasiswa di UI mengetahui jenis dan sistem pembayaran di
UI.
2. Akuntabilitas : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter
tesebut adalah mempublikasikan dan mensosialisasikan laporan
pertanggungjawaban triwulan, tahunan serta laporan keuangan dan
prosedur kebijakan.. Sedangkan indikator survei yang digunakan
adalah :
1) adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses
pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan
11
Akuntabilitas memiliki relevansi yang sangat erat dengan
transparansi dan rule of law15. Sehingga, terdapat indikator yang
saling terkait yakni antara publikasi dan sosialisasi kebijakan dengan
sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliahyang
disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah
dimengerti.Berikut merupakan diagram hasil survei mengenai dua
indikator tersebut :
Gambar 1.4 Diagram Tingkat Maksimalisasimengenai Sosialisasi
Sistem Pembayaran UKT di UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Gambar 1.5 Diagram Sumber Informasi terkait Biaya Kuliah di UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
15 Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus
(Good University Governance) hlm.23.
12
1) Berdasarkan gambar 1.4 sebesar 71,3% dari Mahasiswa UI
merasa bahwa sosialisasi mengenai sistem pembayaran
UKT sudah maksimal.
2) Sosialisasi yang didapatkan tersebut ternyata 62,75%
diperoleh dari lembaga kemahasiswaan baik di tingkat UI
maupun Fakultas. Kemudian 22,80% berasal dari pihak
rektorat dan sisanya sebesar 14,45% berasal dari sumber
informasi lain yang bersifat informal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa belum adanya sosialisasi yang
terintegrasi antara lembaga mahasiswa dan pihak rektorat.
Padahal, lembaga mahasiswa dan pihak rektorat memiliki
porsi peran masing-masing untuk menyosialisasikan biaya
kuliah. Jika sosialisasi tersebut dilakukan sesuai porsi
perannya masing-masing dan dikoordinasikan secara baik,
maka sosialisasi mengenai biaya kuliah dan isu lainnya
akan lebih optimal.
Berdasarkan dua indikator survei tersebut, pada indikator pertama
mengenai adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses
pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan
sudah terpenuhi karena sebesar 71,3% mahasiswa telah merasakan
sosialisasi tersebut. Untuk indikator kedua mengenai sumber
informasi yang diperoleh mahasiswa masih cukup timpang antara
sumber informasi yang diperoleh dari lembaga kemahasiswaan dan
pihak rektorat. Range diantara keduanya bahkan mencapai 39,95%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa UI belum memenuhi pencapaian
indikator kedua tersebut. Karena pihak rektorat sebagai inisiator
dalam program keuangan seharusnya dapat memberikan sosialisasi
yang lebih optimal untuk menghindari informasi asimetri.
3. Partisipasi Publik : Indikator yang digunakan untuk melihat
karakter tesebut adalah: 1) tersedianya public spare dalam berbagai
bentuk (sosial media, lembaga, kelompok diskusi, dll) sebagai
media untuk mengakomodasi partisipasi publik dan 2) pelayanan
13
yang diberikan melibatkan partisipasi publik dan memberikan
kepuasan kepada publik. Sedangkan indikator survei yang
digunakan adalah :
1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran,
2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk
sistem BOPB
3) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem
BOPB dan
4) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai
dengan kemampuan pembayar atau tidak.
Indikator survei : 1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem
pembayaran, 2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah
untuk sistem BOPB
Gambar 1.6 Diagram Kemudahan dalam Sistem Pembayaran,
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Berdasarkan survei yang dilakukan, 75,3%
Mahasiswa UI merasa sistem pembayaran biaya kuliah
yang tersedia di UI telah memberikan kemudahan.
Kemudahan tersebut dapat kita lihat dalam proses
pengurusan berkas biaya kuliah. Salah satu jenis
pembayaran biaya kuliah yang mayoritas diketahui
Mahasiswa UI adalah sistem BOPB. Sehingga, melalui
14
indikator survei berikutnya kita dapat mengetahui seberapa
besar kemudahan yang diperoleh mahasiswa melalui sistem
BOPB.Selanjutnya dapat disimpulkan UI memenuhi
indikator survei pertama yakni dalam tata kelola keuangan
berdasarkan prinisp GUG telah memberikan kemudahan
yang ditawarkan melalui sistem pembayaran.
Gambar 1.7 Diagram Kemudahan dalam Sistem BOPB
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Data pada survei menunjukkan bahwa terdapat
61,8% Mahasiswa UI yang pernah mengurus berkas
pembayaran untuk sistem BOPB. Kemudian, 55,7%
diantaranya menyatakan bahwa terdapat kemudahan di
dalam proses pengurusan berkas BOPB, sedangkan 48,3%
lainnya merasa proses pengurusan berkas BOPB tidak
bersifat memudahkan.Ternyata di dalam implementasi
prinsip GUG untuk indikator mengenai kemudahan dalam
sistem pembayaran, UI harus meningkatkan kemudahan
dalam pelayanannya. Meskipun jumlah mahasiswa yang
merasa mendapatkan kemudahan sudah lebih tinggi, namun
jumlah mahasiswa yang merasa tidak mendapat kemudahan
tidak terpaut jauh yakni hanya berjarak denganrange
7,4%.Sedangkan pada indikator survei yang kedua, UI
15
masih sudah cukup mencapai indikator ini karena besar
presentase mahasiswa yang merasa mendapat kemudahan
dalam proses mengurus BOPB masih cukup tinggi yakni
sebesar 55,7%.
Indikator survei :
1) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem
BOPB dan
2) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai
dengan kemampuan pembayar atau tidak.
Dua indikator tersebut dapat dilihat melalui proses
pembaruan BOPB yang diawali dengan meneliti tingkat
kesesuaian nominal yang dibayarkan dengan kemampuan
ekonomi keluarga yang sesungguhnya. Dengan melihat
perbandingan tersebut, kita dapat mengetahui seberapa
besar mahasiswa yang akan melakukan pengajuan untuk
menentukan besaran BOPB yang akan dibayarkan. Berikut
adalah diagramnya :
Gambar 1.7 Diagram Tingkat Kesesuaian antara Nominal Uang Kuliah yang
Dibayarkan dengan Kemampuan Ekonomi Keluarga
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
16
Ternyata data perolehan hasil survei menunjukkan bahwa
50,2% mahasiswa merasa bahwa besaran biaya telah sesuai dengan
kemampuan ekonomi keluarga, sedangkan 49,8% masih merasa
bahwa besaran biaya yang dibayarkan belum sesuai dengan
kemampuan ekonomi keluarganya. Terdapat range yang sangat
tipis diantara mahasiswa yang merasa sudah sesuai dan belum
yakni sebesar 0,4% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebenarnya masih banyak mahasiswa yang merasa besaran biaya
belum sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Hal
tersebut menyebabkan mahasiswa akan melakukan pengajuan
BOPB kembali hingga besaran biaya yang diterima sesuai dengan
kemampuan keluarganya. Diagram berikutnya akan
menggambarkan seberapa besar tingkat kemudahan yang diperoleh
mahasiswa dalam proses pembaruan besaran BOPB :
Gambar 1.8 Diagram Tingkat Kemudahan dalam Proses Pembaruan Besaran
BOPB
17
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Data hasil survei menggambarkan bahwa terdapat 7,3%
mahasiswa yang pernah melakukan pembaruan (update) besaran
BOPB. Meskipun jumlah mahasiswa yang melakukan pembaruan
tidak terlalu besar, namun ternyata dari 7,3% tersebut 58,8%
diantaranya merasa pembaruan besaran BOPB belum memberikan
kemudahan dalam prosesnya. Dan setelah melalui proses tersebut
64,7% mahasiswa merasa hasil pembaruan besaran BOPB masih
tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Dalam hal
mewujudkan prinsip GUG melalui partisipasi publik yang baik,
Universitas Indonesia harus meningkatkan kemudahan dalam
proses pembaruan besaran BOPB tersebut. Karena dengan
meningkatnya tingkat kemudahan, tingkat kepuasan mahasiswa
juga akan meningkat. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingginya
tingkat partisipasi publiki. Mahasiswa yang sudah pernah
melakukan pembaruan besaran BOPB dan merasa tidak
memperoleh kemudahan akan enggan untuk berpartisipasi kembali
dalam pengajuan besaran BOPB. Hal tersebut menunjukkan
partisipasi publik dapat ditingkatkan dengan meningkatan performa
pelayanan pula.Sehingga dapat disimpulkan dalam implementasi
prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI belum mencapai
indikator 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk
sistem BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut
apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak.
Kesimpulan
Implementasi prinsip Good University Governance merupakan sebuah
kewajiban bagi Universitas Indonesia sebagai kampus yang memiliki visi sebagai
World Class University. Implementasi dari prinsip tersebut merupakan salah satu
jaminan dalam upaya peningkatan Service Excellence. Menurut Bambang
Brodjonegoro, dari delapan karakteristik Good University Governance terdapat
18
tiga karakteristik utama yakni transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik.
Berdasarkan tiga karakter utama tersebut diturunkan kembali kedalam tujuh
indikator utama yang digunakan oleh BK MWA UI UM untuk mengukur
implementasi prinsip tersebut melalui pelayanan publik dari sisi tata kelola
keuangan yang berhubungan dengan mahasiswa yakni biaya kuliah.
Hasil survei tersebut membuktikan bahwa UI telah memenuhi empat
indikator dari tujuh indikator utama dengan rincian sebagai berikut :
1.2 Tabel Hasil Survei BK MWA UI UM
NO
KARAKTER
GUG INDIKATOR SURVEI HASIL SURVEI
1 TRANSPARANSI
; 1. Keputusan
yang diambil dan
implementasinya
dilakukan
berlandaskan
aturan
2. Aksesibilitas
informasi tinggi
3. Informasi yang
disosialisasikan
disajikan dalam
bentuk yang mudah
dimengerti.
1) ketersediaan informasi
mengenai sistem
pembayaran uang kuliah,
3) sumber informasi yang
disediakan mengenai
biaya kuliah,
1. Indikator
tercapai karena
97,5%
mahasiswa
sudah
mengetahui
jenis
pembayaran
uang kuliah
yang ada di UI.
3. Indikator
belum tercapai
karena sumber
informasi yang
diperoleh
mahasiswa
masih cukup
timpang antara
sumber
informasi yang
19
diperoleh dari
lembaga
kemahasiswaan
dan pihak
rektorat. Range
diantara
keduanya
bahkan
mencapai
39,95%.
2 AKUNTABILITA
S ;
1.
Mempublikasikan
dan
mensosialisasikan
laporan
pertanggungjawaba
n triwulan, tahunan
serta laporan
keuangan dan
prosedur kebijakan.
2) sosialisasi mengenai
proses pembayaran uang
kuliah sebagai salah satu
prosedur kebijakan,
2. Indikator
tercapai karena
71,3%
mahasiswa telah
merasakan
sosialisasi
tersebut.
3 PARTISIPASI
PUBLIK ;
3. Tersedianya
public spare
dalam berbagai
bentuk (sosial
media, lembaga,
kelompok
diskusi, dll)
4) kemudahan yang
ditawarkan dalam sistem
pembayaran,
5) kemudahan proses
pengurusan berkas biaya
kuliah untuk sistem
BOPB
6) kemudahan proses
4. Indikator
tercapai karena
75,3%
Mahasiswa UI
merasa sistem
pembayaran
biaya kuliah
yang tersedia di
UI telah
20
sebagai media
untuk
mengakomodasi
partisipasi
publik.
4. Pelayanan yang
diberikan
melibatkan
partisipasi
publik dan
memberikan
kepuasan
kepada publik.
pembaruan biaya kuliah
untuk sistem BOPB dan
7) hasil yang diberikan
dari proses tersebut
apakah sesuai dengan
kemampuan pembayar
atau tidak
memberikan
kemudahan.
5. Indikator
tercapai karena
55,7%
diantaranya
menyatakan
bahwa terdapat
kemudahan di
dalam proses
pengurusan.
6. Indikator
belum tercapai
karena 58,8%
diantaranya
merasa
pembaruan
besaran BOPB
belum
memberikan
kemudahan
dalam
prosesnya.
7. Indikator
belum tercapai
karena 64,7%
mahasiswa
merasa hasil
pembaruan
besaran BOPB
masih tidak
sesuai dengan
21
kemampuan
ekonomi
keluarganya.
Sumber : Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good
University Governance) p.23 yang oleh penulis telah diolah dan dikaitkan dengan hasil survei BK
MWA UI UM.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dalam implementasi prinsip GUG
Universitas Indonesia sudah mulai mencerminkan karakter transparansi,
akuntabilitas dan partisipasi publik dalam pelayanan publiknya. Namun, kualitas
pelayanan publik tersebut harus kembali ditingkatkan karena dalam
implementasinya mahasiswa merasa belum mendapatkan kemudahan saat
mengurus berbagai proses pembayaran biaya kuliah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sutedi,Adrian. (2011). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Daniri, Mas Achmad. (2005). Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Ray Indonesia. Jakarta.
Artikel Jurnal
United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific
(UNESCAP). What is Good Governance.
Bambang Brodjonegoro. (2005). Good Governance dalam Manajemen Kampus
(Good University Governance).
Yuliani,Sri.(2010). Corporate Social Responsibility (CSR) :
“Pertanggungjawaban Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi
Administrasi Publik”, Jurnal Spirit Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.
Publikasi lembaga
Universitas Indonesia. Rencana Strategis UI periode 2015-2019
Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah
Tangga.
Peraturan perundang-undangan
Indonesia.Undang-undang 1945.
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP
No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, PP No.26 tahun 2015, LN
No.110 tahun 2015, TLN No.5699.
Indonesia. Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158
tahun 2012, TLN No.5336.
23
BAGIAN FASILITAS DI UI
Menilik Kembali Sarana & Prasarana di Universitas Indonesia
Berdasarkan PP No 44 Tahun 2015
Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
I. Pendahuluan
A. Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang
meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional
Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat. Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada
jenjang pendidikan tinggi di seluruh wilayah hukun NKRI. Pendidikan
Tinggi berfungsi untuk16 a) mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa; b) mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif,
responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui
pelaksanaan Tridharma; dan c) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
Tentu dalam hal ini terdapat satuan pendidikan yang menjalankan fungsi
Pendidikan Tinggi tersebut, yaitu Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi
disini memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi
sebagai mana yang dimaksud disini adalah PTN, PTN-BH, dan PTS.
Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan
16 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN
No.158 tahun 2012, TLN No.5336. Ps. 4
24
Mahasiswa17. Maka dari itu, Universitas Indonesia selaku institusi
penyelenggara Perguruan Tinggi sudah sepatutnya memperhatikan sarana
& prasarana bagi mahasiswa. Pada bagian Ketujuh Peraturan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 44
Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi telah diatur
bagaimana standar Sarana & Prasarana Pembelajaran di lingkungan
Pendidikan Tinggi. Standar sarana & prasarana pembelajaran merupakan
kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi
dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran
lulusan18.
1.1 Tabel Standar Minimal Sarana & Prasarana menurut
PermenRistekDikti No. 44 Tahun 2015
Standar Sarana Pembelajaran Standar Prasarana Pembelajaran
1. Perabot;
2. Peralatan pendidikan;
3. Media pendidikan;
4. Buku, buku elektronik,
dan repositori;
5. Sarana teknologi
informasi dan
komunikasi;
6. Instrumen eksperimen;
7. Sarana olahraga;
8. Sarana berkesenian;
9. Sarana fasilitas umum;
10. Bahan habis pakai; dan
11. Sarana pemeliharaan,
keselamatan, dan
1. Lahan;
2. Ruang kelas;
3. Perpustakaan;
4. Laboratorium/studio/bengkel
kerja/unit produksi;
5. Tempat berolahraga;
6. Ruang untuk berkesenian;
7. Ruang unit kegiatan mahasiswa;
8. Ruang pimpinan perguruan tinggi;
9. Ruang dosen;
10. Ruang tata usaha; dan
11. Fasilitas umum.
17Ibid, Ps. 41 ayat (3) 18 Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Permenristekdikti No.44 tahun 2015, BNRI No.
1952 tahun 2015, Ps. 31.
25
keamanan.
B. Bagaimana Sarana dan Prasarana di Universitas Indonesia
Universitas Indonesia sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi
dan penelitian tentu saja tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam
bentuk sarana & prasarana, khususnya fasilitas yang ada di lingkungan
kampus. Untuk menjalankan fungsinya tersebut, tentu saja UI dipimpin
oleh Rektor selaku organ UI yang memimpin penyelenggaraan dan
pengelolaan UI secara langsung. Rektor memastikan bahwa mahasiswa
mendapatkan hak nya selama menempuh pendidikan di UI. Apa saja yang
telah menjadi hak mahasiswa sebagai salah satu stakeholder telah dimuat
dalam Statuta UI itu sendiri, yaitu a) memperoleh pendidikan yang
berkualitas; b) memperoleh sarana dan prasarana pendidikan untuk
kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; c) membentuk
organisasi kemahasiswaan dan mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi kemahasiswaan
tersebut; dan d) mendapatkan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan UI.
Dari hak-hak yang telah dituliskan di atas, dapat dilihat bahwa
sarana & prasarana memang sudah menjadi hak dari setiap mahasiswa di
UI demi mendukung kegiatan akademik maupun non-akademik. UI sendiri
telah memprioritaskan pengembangan UI dalam hal optimalisasi sarana &
prasarana19. Rektor yang bertindak sebagai pimpinan tentu harus dengan
aktif mengawasi kinerja para jajarannya terhadap optimalisasi sarana &
prasarana ini. Mahasiswa tentu saja adalah orang-orang yang merasakan
dampak langsung dari sarana & prasarana dalam bentuk fasilitas yang
telah disediakan oleh UI seperti perpusat, bikun, spekun, pusgiwa,
bagaimana birokrasi peminjaman fasilitas, dan lain-lain. Dalam hal ini
mahasiswa dapat merasakan apakah peningkatan kuantitas dan kualitas
19 RENSTRA UI 2015-2019
26
sarana & prasarana telah optimal di lingkungan UI. Yang menjadi
pertanyaan dibenak kita adalah, apakah sarana dan prasarana tersebut
sudah optimal atau belum. Yang mana sesuai dengan sasaran UI sendiri
untuk meningkatkan kualitas dan kualitas sarana dan prasarana secara
optimal.
II. Analisa Hasil Survei Fasilitas di UI
Beberapa waktu belakangan ini, Badan Kelengkapan Majelis Wali
Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa 2016 (BK MWA UI UM
2016) bekerja sama dengan BEM se-UI untuk mengajak seluruh mahasiswa
turut berpartisipasi dalam menilik kembali bagaimana kinerja Rektor dan
Jajarannya dalam satu tahun belakangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan dan pendapat mahasiswa Universitas Indonesia mengenai Rektor
dan Jajarannya sehingga dapat menjadi bahan evaluasi. Salah satu bagian yang
menjadi concern survei ini adalah Fasilitas di UI. Apakah mahasiswa sudah
puas dengan segala macam bentuk fasilitas yang telah disediakan oleh UI, atau
sebaliknya. Ada beberapa indikator survei di bawah ini yang akan dilengkapi
dengan hasil survei yang telah diolah.
A. Peminjaman Fasilitas
Gambar 1.1 Kemudahan dalam Birokrasi Peminjaman Fasilitas
27
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari hasil survei di atas diketahui bahwa 61,1% mahasiswa di UI
pernah mengurus peminjaman Fasilitas di UI, dan 38,9% tidak pernah. Di
dalam 61,1% mahasiswa yang pernah berhadapan dengan birokrasi
peminjaman fasilitas di UI ini bahwa terdapat 72,3% mahasiswa berkata
bahwa birokrasi dalam peminjaman ini tidaklah mudah, sedangkan 27,7%
mengatakan mudah. Pada tahun 2016 UI memiliki target capaian yaitu
60% (mudah) terkait persentase tingkat kemudahan peminjaman dan
pemanfaatan sarana dan prasarana universitas sesuai besarnya kegiatan20.
Namun hampir tiga perempat dari mahasiswa UI mengatakan bahwa
birokrasi dalam melakukan peminjaman tidaklah mudah. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai Standar Operasional
Prosedur (SOP) bagaimana birokrasi peminjaman yang seharusnya,
sehingga banyak mahasiswa yang tidak mempersiapkan apa saja yang
dibutuhkan ketika ingin melakukan peminjaman fasilitas di UI.
B. Bikun
Gambar 1.2 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Keramahan Supir
Bikun UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
20 RENSTRA UI 2015-2019, IKK.9.b.8
28
Hasil survei terkait penggunaan Bikun oleh mahasiswa UI
menunjukan bahwa 98,2% mahasiswa pernah menggunakan Bikun, dan
1,8% tidak pernah menggunakan Bikun. Bikun yang merupakan alat
transportasi demi mendukung mobilitas ke tempat-tempat yang ada di UI.
Merupakan fasilitas yang harus dijamin kenyamanannya, salah satunya
yaitu sang Supir. Dari 98,2% mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun
ini 10,4% mengatakan bahwa mereka sangat puas dan 71,6% terhadap
keramahan dari Supir Bikun itu sendiri. Berarti sebanyak 82% dari
mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun sudah puas akan keramahan
Supir Bikun. Hal ini membuktikan bahwa UI cukup ketat dalam proses
seleksi para Supir Bikun yang mana nanti setiap harinya akan
berhubungan langsung dengan mahasiswa yang menggunakan fasilitas
Bikun. Namun juga terdapat bahwa 15,3% yang pernah menggunakan
Bikun tidak puas dengan keramahan Supir Bikun tersebut, bahkan 2,7%
mengatakan sangat tidak puas. Ini artinya masih ada beberapa Supir Bikun
yang arogan dan bertindak seakan tidak peduli dengan mahasiswa sebagai
penikmat fasilitas Bikun ini. Pihak UI tentu harus lebih masif dalam
memberikan informasi bahwa UI memiliki Kotak Saran Bikun UI supaya
kedepannya jika terjadi hal semacam ini lagi, mahasiswa bisa langsung
melaporkan hal ini kepada pihak yang bersangkutan agar Supir Bikun
tersebut dapat diberikan tindakan berupa teguran ataupun sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Gambar 1.3 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap
Ketepatan Waktu dan Kenyamanan Bikun
29
Sumber : LITBANG MWA UI UM 2016
Dari data di atas dapat dilihat bahwa 48,9% tidak puas dengan
ketepatan waktu Bikun, bahkan 12,2% mengatakan sangat tidak puas.
Memang dilapangan telah tersedia jadwal Bikun yang dapat dilihat oleh
mahasiswa pengguna fasilitas ini, namun seringkali kedatangan Bikun di
halte yang disediakan tidaklah tepat pada waktunya. Hal ini membuat
pihak terkait harus selalu mengevaluasi operasional Bikun itu sendiri.
Terdapat 3 masalah yang menyebabkan hal ini, yaitu kurangnya jumlah
Bikun yang beroperasi, ketidakdisiplinannya para supir Bikun itu sendiri,
dan banyaknya jalanan UI yang masih rusak. Namun lagi-lagi, supaya UI
dapat dengan cepat menanggapi hal-hal seperti ini agar informasi
mengenai Kotak Saran Bikun UI agar lebih disosialisasikan kepada para
pengguna Bikun, khususnya mahasiswa. Disamping itu, tidak sedikit juga
mahasiswa yang telah merasa puas dengan ketepatan waktu Bikun, yaitu
37,7% puas dan 1,2% sangat puas. Mengingat prioritas dari UI salah
satunya adalah optimalisasi sarana dan prasarana21, tentu hal-hal kecil
seperti ini tidak bisa diabaikan.
Dilihat juga dari tingkat kepuasan mahasiswa terhadap
kenyamanan Bikun. Bahwa 61,5% dari pengguna Bikun puas dan 11%
pengguna merasa sangat puas dengan kenyamanan Bikun tersebut.
Sebanyak 72,5% mahasiswa pengguna Bikun telah puas terhadap
kenyamanan yang tela disediakan. Namun disamping itu, terdapat juga
mahasiswa yang masih belum merasa nyaman saat menggunakan sarana
transportasi kita ini. Sebanyak 24,2% tidak puas dan 3,3% sangat tidak
puas dengan kenyamanan Bikun yang dirasakan oleh sebagian dari
mahasiswa pengguna Bikun. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
jumlah Bikun beroperasi yang disediakan oleh UI. Dengan jumlah
mahasiswa sekitar 40.000 orang, tentu saja jumlah Bikun yang beroperasi
harus ditingkatkan. Apalagi jika sedang dalam rush hour, maka jumlah
mahasiswa yang menggunakan transportasi ini berdesak-desakan agar
21 Renstra UI 2015-2019
30
mendapatkan tempat. Tidak sedikit pula mahasiswa yang beraktifitas pada
malam hari dan masih menggunakan transportasi ini, penerangan di Halte
Bikun pun dirasa kurang baik. Dalam hal ini, penerangan dirasa penting
agar dapat memberikan rasa aman bagi setiap orang yang menggunakan
jasa transportasi ini.
C. Klinik Satelit
Gambar 1.4 Diagram Kepuasan dalam Pelayanan Klinik Satelit
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Data yang didapat dari survei diatas menunjukan bahwa terdapat
54,2% mahasiswa pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit. Lalu,
56,7% diantaranya menyatakan bahwa puas dan 10,2% menyatakan sangat
puas terhadap administrasi ketika ingin menggunakan fasilitas ini.
Sedangkan 24,7% mahasiswa merasa tidak puas dengan administrasi
klinik ini, bahkan 8,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan klinik
ini merasa sangat tidak puas terhadap administrasinya. Ternyata masih
terdapat kekurangan dalam hal administrasi di klinik ini. Kedepannya agar
UI mampu meningkatkan kemudahan terhadap administrasi yang ada, juga
memberikan informasi yang jelas terhadap pengurusan administrasi di
klinik.
31
Bicara soal fasilitas kesehatan, tentu tidak lepas dari bagaimana
pelayanannya. Di bawah ini telah didapatkan hasil dari indokator survei
mengenai kepuasan terhadap tenaga medis dan kepuasan terhadap
penanganan medis darurat.
Gambar 1.5 Diagram Kepuasan terhadap Tenaga Medis dan Penanganan Medis
Darurat
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Ternyata data hasil survei menunjukan bahwa 65,1% mahasiswa
puas dan 14,5% mahasiswa sangat puas terhadap tenaga medis yang ada di
Klinik Satelit. Namun terdapat 17,2% mahasiswa tidak puas dan 3,2%
mahasiswa sangat tidak puas terhadap tenaga medis yang ada. Sekitar
20,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit
merasa belum puas terhadap pelayanan dari tenaga medis yang ada. Bicara
tenaga medis, tentu tidak lepas dari peran mereka terhadap penanganan
darurat. Tenaga medis dituntut untuk selalu siap dalam segala situasi,
bahkan unpredictable sekaliun. Misalnya terjadi kecelakaan di lingkungan
kampus, keracunan, dan lain-lain. Sebanyak 77,6% (69,1% puas, 8,5%
sangat puas) mahasiswa sudah merasa puas terhadap penanganan medis
darurat yang dilakukan di Klinik Satelit. Sedangkan, 22,4% (19,2% tidak
puas, 3,2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa belum puas terhadap hal
ini. Dapat dilihat bahwa Klinik Satelit sudah baik dalam segi pelayanan
tenaga medisnya, namun kekurangan-kekurangan yang ada pun harus tetap
32
diperhatikan demi meningkatkan kualitas dari sarana dan prasarana itu
sendiri.
D. Sepeda Kuning
Gambar 1.6 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Sepeda dan Keramahan Petugas
Penjaga
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Program Sepeda Kuning digagas dan direalisasikan mantan Rektor
UI, Prof. Dr. der Soz Gumilar Sumantri pada Juli 2008. Sepeda kuning
merupakan komitmen nyata dari UI dalam mewujudkan progam Kampus
Hijau. Dari hasil survei ternyata 66,2% mahasiswa pernah menggunakan
fasilitas Sepeda Kuning atau yang biasa dikenal sebagai Spekun. Ditinjau
33
dari kepuasan terhadap kondisi sepeda, ternyata 57,4% (43,5% tidak puas,
13,9% sangat tidak puas) mahasiswa UI belum puas terhadap kondisi
sepeda yang telah disediakan. Mengingat bahwa sepeda yang disediakan
pada shelter-shelter yang ada sudah cukup tua. UI harus melakukan seleksi
terhadap sepeda-sepada yang sudah tidak layak pakai dan selalu
melakukan repair & maintenance rutin terhadap sepeda-sepeda tersebut.
Kualitas pelayanan tentu dapat dilihat dari keramahan petugas yang
berjaga melayani setiap mahasiswa yang ingin menggunakan fasiltias
tersebut. Ternyata sebanyak 85% (74,4% puas, 10,6% sangat puas)
mahasiswa sudah puas dengan keramahan dari petugas penjaga tiap-tiap
shelter sepeda ini. Yang berarti UI sudah cukup ketat mempekerjakan
petugas-petugas yang telah berjaga pada setiap shelter sepeda. Kemudian,
sebanyak 15% (13% tidak puas, 2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa
belum puas dengan keramahan pelayanan dari petugas-petugas yang ada.
Hal ini tentu menjadi PR bagi UI untuk selalu meningkatkan kualitas
pelayanannya terkait sarana dan prasarana.
E. Perpustakaan Pusat UI
Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia adalah sebuah sistem
terintegrasi yang menawarkan akses komprehensif kepada induk yang
mencakup batasan antar fakultas dan disiplin ilmu. Perpustakaan pusat adalah
departemen penting dalam sentra administrasi universitas dimana
perpustakaan-perpustakaan berkolaborasi pada ranah akuisisi maupun koleksi
digital, teknologi informasi, preservasi dan high-density storage. Perpustakaan
Pusat UI adalah salah satu yang terbesar di Asia koleksinya. Namun
bagaimana mahasiswa menilai fasilitas Perpustakaan Pusat UI ini? Di bawah
sudah disediakan diagram perolehan data surveinya :
Gambar 1.7 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Fisik Perpustakaan dan
Administrasi
34
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari data perolehan survei di atas didapat bahwa 96,3% mahasiswa
pernah menggunakan layanan Perpustakaan Pusat UI (Perpusat UI).
Mayoritas mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas ini. Selain karena
arsitektur nya yang indah, juga karena merupakan sebuah kewajiban bagi
setiap mahasiswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan seperti ini.
Ternyata 60,4% (42% puas, 18,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas
terhadap kondisi perpustakaan ini. Namun, terdapat 39,6% (30,5% tidak
puas, 9,1% sangat tidak puas) terhadap kondisi fisik perpustakaan saat ini.
Hal ini dikarenakan terkadang disaat hujan deras, perpustakaan ini sering
kali bocor. Sehingga menimbulkan genangan air di lantai, serta
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi para mahasiswa pengunjung
perpustakaan. Dilain hal, dari sisi administrasi ternyata 89,7% (78,3%
35
puas dan 11,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas dengan sistem
administrasi yang telah diterapkan oleh Pengelola Perpustakaan Pusat UI
sendiri.
Berbicara tentang perpustakaan, tentu tidak lepas dari image buku.
Perpustakaan Pusat UI yang merupakan salah satu perpustakaan terbesar
koleksinya di Asia, tentu saja seharusnya memiliki kondisi dan tata letak
buku yang baik demi memudahkan para penggunanya. Dibawah ini adalah
data perolehan survei terkait kondisi dan tata letak buku.
Gambar 1.8 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi dan Tata Letak Buku
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 73% (63,4% puas,
9,6% sangat puas) mahasiswa sudah puas terhadap kondisi buku yang ada
di Perpustakaan Pusat UI. Sedangkan sebanyak 27% (25% tidak puas, 2%
sangat tidak puas) mahasiswa UI masih belum puas terhadap kondisi buku
tersebut. Dari sisi tata letak buku, data diperoleh bahwa 73,3% (62,2%
puas, 11,3% sangat puas) sudah puas terhadap tata letak buku. Namun
tidak sedikit juga mahasiswa yang merasa belum puas terhadap tata letak
buku di Perpustakaan Pusat UI ini, yaitu 26,7% (20,8% tidak puas, 5,7%
sangat tidak puas). Hal ini tentu harus selalu diperhatikan demi
meningkatkan kualitas prasarana UI itu sendiri. Jangan sampai bahwa
image Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu perpustakaan terbesar se-
36
Asia sedikit ternodai akibat ketidakseriusan menangani hal kecil seperti
ini.
Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu prasarana yang
disediakan oleh UI demi mendukung pengembangan diri dan ilmu bagi
mahasiswa UI tentu tidak lepas dari fasilitas pendukung seperti Internet
dan Tempat Parkir. Apakah sarana pendukung di Perpusat UI sudah cukup
atau belum. Berikut adalah diagramnya :
Gambar 1.9 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir
Perpusat UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dilihat dari data perolehan survei, sebanyak 71,5% (48,4% puas,
23,1% sangat puas) mahasiswa puas terhadap internet yang telah
disediakan oleh Perpusat UI sendiri. Internet memang sudah sepatutnya
memberikan pelayanan yang memuaskan demi mendukung proses
pengembangan diri dan ilmu mahasiswa. Namun cukup banyak juga
mahasiswa yang belum puas terhadap internet yang disediakan, yaitu
28,5% (23,2% tidak puas, 5,3% sangat tidak puas). Mengingat internet
memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu teknologi
dan informasi sekarang, tentu UI harus terus meningkatkan fasilitas
pendukung ini agar mampu mengoptimalkan prasarana yang ada.
Disamping itu, terdapat pula tempat parkir sebagai fasilitas pendukung
mahasiswa. Sebanyak 64,2% (59,6% puas, 4,6% sangat pas) mahasiswa
37
sudah puas terhadap tempat parkir yang telah disediakan. Namun tidak
sedikit yang merasa bahwa tempat parkir yang mereka gunakan belum
sesuai dengan apa yang mereka inginkan, yaitu sebanyak 35,8% (29,2%
tidak puas, 6,6% sangat tidak puas). Mengingat bahwa tempat parkir di
Perpusat UI ini, sepertinya perlu ditinjau kembali. Melihat bahwa cukup
banyak yang merasa kurang puas terhadap tempat parkir yang telah
disediakan. Khususnya tempat parkir sepeda motor yang memang memili
lahan yang cukup sedikit, sehingga pada rush hour Perpusat UI
mengharuskan sebagian orang untuk parkir di area Masjid UI.
F. Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa)
Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) merupakan tempat berbagai
kegiatan mahasiswa UI. Disini juga terdapat sekretariat berbagai
organisasi kemahasiswaan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh para
mahasiswa UI. Dibawah ini terdapat data terkait kepuasan mahasiswa
terhadap kebersihan dan fasilitas pendukung lainnya. Berikut adalah
diagramnya :
Gambar 1.10 Diagram Kepuasan terhadap Kebersihan Pusgiwa UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Ternyata hampir setengah, yaitu 43,7% dari mahasiswa UI belum
pernah menggunakan prasarana yang telah disediakan ini. Hal ini
disebabkan karena tidak sedikit dari mahasiswa yang hanya mengikuti
38
kegiatan kemahasiswaan di fakultas/program masing-masing saja. Lebih
dari setengah diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa ini,
yaitu 55,1% (46,5% tidak puas, 8,6% sangat tidak puas) belum puas
terhadap kebersihan dari Pusgiwa itu sendiri. UI tentu ikut andil dalam
menangani masalah ini, misalnya dengan menambah para petugas
kebersihan atau menambah jumlah tempat sampah yang ada.
Pusgiwa sebagai prasarana yang memfasilitasi pengembangan diri
mahasiswa tentu saja perlu fasilitas pendukung demi kelancaran aktivitas
mahasiswa itu sendiri. Dibawah ini bagaimana mahasiswa menilai fasilitas
pendukung yang ada di Pusgiwa UI, berikut diagram nya :
Gambar 1.11 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Pusgiwa
UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa, dilihat
dari perolehan data survei di atas ternyata 54% (42,3% tidak puas, 11,7%
sangat tidak puas) mahasiswa yang belum puas dengan internet yang
disediakan di Pusgiwa. Ada 2 penyebab terjadinya hal ini, yaitu koneksi
internet yang kurang begitu cepat dan tidak seluruh bagian Pusgiwa
mendapatkan akses ke internet yang telah disediakan. Yang kedua adalah
tempat parkir, untuk fasilitas pendukung ini masih banyak yang merasa
puas dengan luas lahan parkir maupun akses masuk ke tempat parkir yaitu
56,3% (47,5% puas, 8,8% sangat puas). Namun dilihat secara keseluruhan
39
(kebersihan, internet, dan tempat parkir) Pusgiwa yaitu 50,9% mahasiswa
masih belum puas dengan prasarana Pusgiwa itu sendiri. Hal ini perlu
diperhatikan oleh pihak UI, mengingat bahwa Pusgiwa merupakan
prasarana yang setiap saat digunakan oleh mahasiswa.
G. Asrama UI
Asrama mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang disediakan
oleh Universitas Indonesia bagi para mahasiswanya, khususnya yang
berasal dari luar Jabodetabek. Universitas Indonesia sebagai universitas
terbesar di Indonesia, setiap tahunnya menerima mahasiswa baru yang
berasal dari berbagai daerah, bahkan dari mancanegara. Pada masa-masa
awal perkuliahan, mahasiswa baru seyogyanya mulai mencoba beradaptasi
terhadap lingkungan baru di kampus dan berkenalan dengan kehidupan
yang mungkin baru di universitas bagi mahasiswa yang bersangkutan.
Berikut adalah data survei kepuasan mahasiswa terhadap asrama UI.
Gambar 1.12 Diagram Kepuasan terhadap Kamar dan Kantin Asrama UI
40
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari data survei di atas diperoleh bahwa lebih dari setengah
mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas Asrama UI, yaitu sebanyak
55,7%. Mereka tentu sudah merasakan bagaimana kondisi kamar yang
mana sebagai salah satu fasilitas utama yang disediakan. Diantara
mahasiswa yang pernah menggunakan atau menikmati fasilitas yang
disediakan di asrama, sebanyak 58,7% (52,7% puas, 6% sangat puas)
mengatakan bahwa mereka puas dengan kamar yang ada di asrama.
Sedangkan tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa 42,4% (35,7% tidak
puas, 5,7% sangat tidak puas) dari mereka tidak puas terhadap fasilitas
kamar yang disediakan. Melihat fasilitas lain yang disediakan di asrama,
yaitu kantin. Ternyata 70,7% (61,2% puas, 9,5% sangat puas) dengan
fasilitas kantin yang telah disediakan pihak asrama. Tentu saja hal ini
dikarenakan banyaknya variasi makanan dan harga yang relatif murah
menjadikan kantin sebagai fasilitas yang telah tersedia menjadikannya
sebagai tempat yang cukup ‘mahasiswa banget’.
Seperti halnya prasarana yang telah disediakan UI sebelumnya,
tentu tidak lepas dari peran fasilitas pendukung demi mengoptimalkan
prasarana tersebut. Seperti di Asrama UI sendiri, terdapat fasilitas wi-fi
gratis untuk akses internet dengan area akses pada lokasi-lokadi tertentu
dan juga tempat parkir yang digunakan untuk mahasiswa yang memang
membawa kendaraan pribadi. Dibawah ini dapat dilihat bagaimana
kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas pendukung yang ada di Asrama UI.
41
Gambar 1.13 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Asrama UI
Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari seluruh mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas
asrama, diantaranya mengatakan puas dengan parkir yang disediakan yaitu
77% (67,9% puas, 9,1% sangat puas). Hal ini tentu saja dikarenakan lahan
parkir yang mencukupi dan penjagaan dari satpam yang 24 jam membuat
para penghuni asrama merasa puas dengan fasilitas pendukung ini. Namun
terdapat juga mahasiswa yang tidak merasa puas dengan fasilitas
pendukung ini, yaitu 23% (28,6% tidak puas, 4,4% sangat tidak puas).
Penyebab dari hal ini adalah kurang ramahnya satpam terhadap mahasiswa
yang menggunakan fasilitas pendukung ini. Di era sekarang, tidak lepas
dengan adanya fasilitas internet di sekitar kita. Pada asrama UI sendiri
telah disediakan fasilitas wi-fi yang dapat digunakan mahasiswa UI secara
gratis. Berdasarkan pada data di atas, bahwa 64,5% (47,1% puas, 17,4%
sangat puas) mahasiswa puas dengan akses internet yang telah disediakan.
Namun tidak sedikit pula yang kurang puas terhadap fasilitas pendukung
ini, yaitu 35,5% (25,9% tidak puas, 9,6% sangat tidak puas). Dalam visi
Asrama UI sendiri yaitu sebagai tempat yang nyaman dalam membentuk
insan akademis yang cerdas. Tentu tidak lepas dari bagaimana Asrama UI
memberikan pelayanan kepada para mahasiswa dalam rangka menunjang
studinya.
42
III. Kesimpulan
Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi dan penelitian tentu
saja Universitas Indonesia tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam
bentuk sarana & prasarana yang ada dilingkungan kampus. Pada ART UI
Pasal 84 (1.b) dan Pasal 85 (1.b) masing-masing menyebutkan bahwa
mahasiswa berhak untuk memperoleh sarana dan prasarana yang memadai
untuk kegiatan akademik dan non-akademik; dan organisasi
kemahasiswaan berhak untuk mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan. Pada
Renstra UI tahun 2015-2019 pun UI memprioritaskan kepada peningkatan
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana dan pemanfaatannya secara
optimal. Tentu saja dalam hal ini UI tidak bisa menutup mata terhadap
sarana dan prasarana yang disediakannya untuk mahasiswa UI, baik itu
dalam hal pelayanan maupun kenyamanan yang ada.
Berdasarkan hasil perolehan data survei di atas dapat dilihat
bagaimana mahasiswa menilai sarana dan prasarana yang dirasakannya
selama ini. Kuantitas serta kualitas sarana dan prasarana UI harus terus
ditingkatkan karena dalam kenyataannya yang mahasiswa rasakan, masih
banyak kekurangan-kekurangan yang bersama-sama harus dibenahi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Publikasi Lembaga
Peraturan MWA UI No. 004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah
Tangga Universitas Indonesia.
Rencana Strategis Universitas Indonesia 2015-2019.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggitentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi,BNRI No.1952 tahun 2015
Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi
dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, LN No.16 tahun 2014, TLN No.5500,
PP No. 4 Tahun 2014
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP
No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.
Internet
Universitas Indonesia, “Layanan Sepeda Kuning”,
http://www.ui.ac.id/layanan/sepeda-kuning.html, diakses : Selasa, 13
Desember 2016
Universitas Indonesia “Layanan Perpustakaan”,
http://www.ui.ac.id/layanan/perpustakaan.html, diakses : Selasa, 13
Desember 2016
Universitas Indonesia, “Asrama UI”, http://asrama.ui.ac.id/site/visi-misi, diakses
: Selasa 13 Desember 2016
44
BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA UI SEBAGAI
PENUNJANG TATA KELOLA, PEMBINAAN, PENGURUSAN,
DAN PERANCANGAN INSTITUSI
I. Pendahuluan
Untuk menjalankan marwah utamanya untuk menjalankan pendidikan,
Perguruan Tinggi membutuhkan dukungan aspek tata kelola, pembinaan,
pengurusan, maupun perencanaan yang dikendalikan oleh Sumber Daya Manusia
yang tergabung dalam insitusi tersebut. Maka dari itu, patutlah dikatakan bahwa
Sumber Daya Manusia memegang peran penting dalam laju berlanannya suatu
institusi.
Mengingat pentingnya aspek Sumber Daya Manusia tersebut, maka
Universitas Indonesia menetapkan indikator Sumber Daya Manusia sebagai salah
satu Sasaran Strategis. Hal ini bertujuan untuk memperkokoh landasan sumber
daya manusia pada etika dan berorientasi pada kinerja, integritas dan integrasi
sivitas akademika untuk menghasilkan kinerja yang unggul sebagai faktor kualitas
pendidikan dan riset yang paling penting.22 Lebih lanjut, Sumber Daya Manusia
sebagai suatu Sasaran Strategis kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam poin-poin
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang meliputi:
a) Cetak biru sistem kepegawaian UI yang terdiri dari: status kepegawaian,
disiplin pegawai, pengadaan dan penempatan pegawain, pemberhentian
pegawai, reward system, karir, dan pengembangan pegawai, dan
penyelesaian masalah kepegawaian;
b) Rasio dosen/mahasiswa;
c) Kecukupan jumlah Guru Besar sehingga setiap 5 mahasiswa S3 dibimbing
Guru Besar;
22 Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan 1 2016 Rektor Universitas Indonesia
45
d) Rasio karyawan/jumlah mahasiswa (belum termasuk outsourcing); dan
e) Presentase dosen bergelar S3/total jumlah dosen.
Indikator-indikator tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai
apakah kondisi ideal Sumber Daya Manusia di Universitas Indonesia telah
tercapai ataupun belum yang secara berkala presentasenya dilaporkan melalui
Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan.
Di sisi lain, aspek Sumber Daya Manusia baik tenaga pendidik maupun non-
pendidik di Universitas Indonesia memiliki hubungan keterkaitan dan interaksi
nyata dengan mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia. Oleh karena itu,
melalui survei ini, MWA UI UM 2016 mencoba menilisik bagaimana hubungan
tersebut dengan fokus interaksi mahasiswa dan tenaga non pendidik serta
implementasi Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) yang merupakan kanal
evaluatif antara mahasiswa dan tenaga pengajar (Dosen).
II. Analisis Survei Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
MWA UI UM 2016 Aspek Sumber Daya Manusia
Gambar 1.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016
46
Universitas Indonesia didukung oleh tenaga pendidik maupun non
pendidik. Tenaga non pendidik khususnya bertugas menjalankan fungsi
administrasi dan kepengurusan. Maka dari itu, mahasiswa dalam
melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi kependidikan akan
bersinggungan langsung dengan tenaga non pendidik di Universitas
Indonesia. Berdasarkan hasil survei, 70,6% menyatakan bahwa tenaga non
pendidik di Universitas Indonesia bersifat ramah dan sopan sedangkan
29,4% lainnya menyakan sebaliknya.
Interaksi utama antara mahasiswa dan tenaga pengajar atau Dosen
terjadi ketika perkuliahan di dalam kelas. Saat itulah terjadi proses belajar
yang menggunakan kurikulum yang ditetapkan universitas sebagai acuan.
Berdasarkan survei, sebanyak 80,45 mahasiswa Universitas Indonesia
berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar yang diterapkan oleh tenaga
pengajar telah sesuai dengan kurikulum. Sedangkan sisanya sebanyak
19,6% berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar belum sesuai pada
kurikulum. Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Gambar 2.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016
47
Peserta Didik, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian
dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar dan mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum memuat
tentang pembelajaran yang harus diketahui oleh mahasiswa serta
bagaimana cara mahasiswa mencapai tujuan pendidikan dan kompetensi
lulusan. Kurikulum dikemas dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam
institusi pendidikan, akuntabel, dan mudah diaplikasikan dalam praktek.
Kurikulum harus responsif terhadap perubahan kebutuhan stakeholders
akan lulusan program studi tersebut.23 Dalam survei ini, mahasiswa
kemungkinan belum memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan
kurikulum yang dimaksud.
23 Badan Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, “Pedoman
Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia: Kurikulum dan Mahasiswa”, http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/11343d4073c32ea81cdebdcebec5c393b1c9dd
3b.pdf diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB
Gambar 3.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016
48
Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) adalah instrumen untuk
menilai kinerja dosen dalam proses pembelajaran di akhir semester.
Dengan mengisi EDOM berarti mahasiswa telah berpartisipasi untuk
membantu meningkatkan mutu pembelajaran. EDOM bermanfaat bagi
dosen untuk memperbaiki diri bila memang masih terdapat kekurangan
serta mengembangkan potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Bagi
manajemen Universitas, fakultas, dan departemen (program studi), hasil
EDOM dapat dijadikan acuan dalam menyusun program peningkatan mutu
proses pembelajaran dan kinerja dosen. Selain itu, hal yang terpenting bagi
mahasiswa, adalah dapat merasakan peningkatan mutu proses
pembelajaran yang terus menerus. Berdasarkan survei, 39% mahasiswa
menganggap EDOM sangat penting, 47,4% menganggap penting, 10,5%
menganggap tidak penting, dan 3,1 % menganggap bahwa EDOM sangat
tidak penting. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang
belum menyadari signifikansi dan pengaruh EDOM. Padahal EDOM
diformulasikan untuk menjadi sarana evaluasi konstruktif dari mahasiswa
ke Dosen demi menciptakan peningkatan mutu pembelajaran.
Gambar 4.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016
49
Berdasarkan survei, sebanyak 34,6% beranggapan bahwa EDOM
berpengaruh terhadap pengajar, 23,65 beranggapan bahwa EDOM tidak
berpengaruh terhadap pengajar, dan 41,8% menyatakan tidak tahu
mengenai ada tidaknya pengaruh EDOM bagi pengajar. Hasil ini
kemungkinan terjadi karena mahasiswa tidak mengetahui bagaimana
pengolahan dan tindak lanjut dari EDOM yang telah mereka isi secara
online. Maka dari itu, supaya manfaat dan fungsi EDOM lebih dirasakan
langsung oleh mahasiswa, maka dapat diadakan transparansi ataupun
reward system bagi pengajar yang mendapat evaluasi sangat baik melalui
EDOM.
III. Kesimpulan
Dalam kaitannya dengan aspek Sumber Daya Manusia, Survei Bidang
Penelitian dan Pengembangan BK MWA UI UM 2016 memfokuskan pada
hubungan antara mahasiswa dengan tenaga pendidik maupun tenaga non pendidik
yang bersinggungan erat, khususnya perihal Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa
(EDOM). Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan, fungsi EDOM belum
diketahui secara menyeluruh oleh mahasiswa. Sedangkan EDOM diformulasikan
sebagai sarana evaluasi berkala bagi Dosen dalam rangka peningkatan mutu
pengajaran di semester-semester. Selanjutnya hampir separuh dari total responden
(41,8%) juga tidak mengetahui apakah pengisian EDOM tersebut akan
berpengaruh terhadap pengajar bersangkutan ataupun tidak.
Oleh karena itu, di kemudian dapat dilaksanakan suatu bentuk tindak
lanjut dari pengisian EDOM tersebut, misalnya, dengan pemberian reward system
kepada Dosen yang memiliki performa pengajaran yang dinilai sangat baik oleh
mahasiswa-mahasiswanya mealui EDOM, contoh reward tersebut dapat berupa
pengumuman pada SIAK, dengan begitu, mahasiswa dapat mengetahui bahwa
EDOM yang telah ia isi telah diolah dan ditindaklanjuti.
50
DAFTAR PUSTAKA
Publikasi Lembaga
Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan 1 2016 Rektor Universitas Indonesia
Internet
Badan Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, “Pedoman Penjaminan
Mutu Akademik Universitas Indonesia: Kurikulum dan Mahasiswa”,
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/11343d4073c32ea81cdebdcebe
c5c393b1c9dd3b.pdf, pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB
51
BAGIAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
Keamanan dan Ketertiban Universitas Indonesia dari Pandangan
Mahasiswa
I. Pendahuluan
Ruang publik dalam lingkup negara diartikan sebagai ruang yang dihidupi
oleh masyarakat sipil dan berfungsi sebagai mediasi antara negara dengan
masyarakat secara individu dan atau sebaliknya. Dalam konteks urgensi fungsi
ruang publik, setiap elemen masyarakat dapat menyuarakan wacana mengenai
perkembangan suatu relasi sosial, aktualisasi diri, dan kontak sosial yang
berkaitan dengan berbagai hal.
Kebutuhan akan adanya ruang publik dalam kampus menjadi penting
apabila dimaknai sebagai ruang yang berfungsi sebagai tempat interaksi sosial,
menumbuhkan budaya demokrasi, aktualisasi diri, dan pengembangan akademik
lainya. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
menyatakan bahwa mahasiswa berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, potensi, dan kemampuannya. Sehingga, mahasiswa berhak
untuk bebas berekspresi dalam ruang publik yang telah ditentukan serta dijamin
keamanan dan ketertibannya.24
Lingkungan kampus Universitas Indonesia yang memiliki luas sebesar 320
hektar adalah area yang cukup besar untuk diamankan. Mengutip istilah Dr.
Mohammad Kemal Dermawan, M.Si, dosen Kriminologi UI, kampus merupakan
suatu ruang yang sifat publiknya sangat besar. Tidak hanya luas area, karakteristik
lingkungan kampus pun memungkinkan begitu banyak interaksi terjadi. Baik
24Indonesia, Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN
No.158 tahun 2012, TLN No.5336, ps. 13 ayat (4).
52
dalam pengawasan ataupun tidak, sehingga karakter itulah yang membuat
lingkungan kampus menjadi peluang untuk terjadinya kejahatan, atau
penyimpangan seminimal-minimalnya. Sehingga, UI memiliki UPT PLK UI
sebagai komitmen Pimpinan Universitas Indonesia terhadap masalah keamanan,
ketertiban, dan kenyamanan lingkungan kampus.
II. Analisis Hasil Survei bersama BK MWA UI UM dan BEM se-UI
A. UPT PLK UI
Unit Pelaksana Teknis Pengamanan Lingkungan Kampus
Universitas Indonesia (UPT PLK UI), merupakan Satuan Unit Penunjang
Akademik dan Administrasi di UI. UPT PLK UI memiliki tujuan untuk
menciptakan suasana tertib, aman, selamat, nyaman, bersih, dan tenteram
dengan mengintegrasikan seluruh sumber daya di lingkungan UI dan
meletakkan dasar bagi pelaksanaan upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan
stabilitas keamanan dan ketertiban kehidupan kampus UI.
UPT PLK UI memiliki fungsi antara lain yaitu menjaga dan
mengamankan seluruh aset UI, menciptakan suasana yang kondusif dalam
iklim kehidupan kampus UI, melakukan tindakan preventif, persuasif dan
represif dalam rangka penanganan berbagai kasus kriminal, pelanggaran
ketertiban dan gangguan keamanan lainnya di lingkungan kampus UI, baik
yang dilakukan oleh umum, maupun yang dilakukan oleh unsur sivitas
akademika, serta melakukan fungsi perlindungan masyarakat & pelayanan
masyarakat serta melakukan penanganan keadaan darurat di dalam kampus
UI. Selain itu, peran dan tugas UPT PLK UI dapat dijabarkan sebagai
berikut:25
25UPT PLK UI, “Profil PLK UI ”http://plk.ui.ac.id/profil_plkui diakses pada
tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB
53
Pencegahan dan penanganan terhadap tantangan, ancaman, gangguan dan
hambatan ketahanan lingkungan kampus UI,
Pelaksanaan ketentuan yang diatur dalam Tata Tertib Kehidupan Kampus
UI,
Pemantauan dan penyampaian informasi kepada pihak yang terkait apabila
terjadi kerusakan atau gangguan pada sarana dan prasarana kampus UI,
Penanggulangan keadaan darurat pada musibah yang terjadi di lingkungan
kampus UI,
Penataan dan pengelolaan media informasi luar ruang di kampus UI,
Pengelolaan gerbang atau pintu keluar masuk kampus UI.
UPT PLK UI merupakan hasil komitmen Pimpinan Universitas
Indonesia terhadap masalah keamanan, ketertiban, dan kenyamanan
lingkungan kampus. Perkembangan kampus Universitas Indonesia yang
dinamis baik dari jumlah sivitas akademika, prasarana/sarana lingkungan
kampus, serta situasi dan kondisi sosial ekonomi, politik dan budaya
masyarakat yang berada di luar kampus, merupakan faktor-faktor dominan
yang mempengaruhi dinamika pembinaan lingkungan kampus, sehingga
menjadi suatu tantangan tersendiri bagi UPT PLK UI dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi melindungi, mengamankan, dan
menertibkan lingkungan kampus Universitas Indonesia dari ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan yang datang baik dari dalam maupun
dari luar kampus.
Atas dasar itulah, pelaksanaan pengamanan lingkungan kampus
Universitas Indonesia yang memadai, baik proporsional serta profesional,
mutlak diperlukan untuk mewujudkan suasana lingkungan kampus
Universitas Indonesia yang stabil, dinamis, aman, tertib, dan nyaman, serta
dapat memberikan iklim yang kondusif guna menunjang kelancaran proses
belajar mengajar khususnya dan Tri Darma Perguruan Tinggi pada
umumnya di kampus Universitas Indonesia.
Gambar 1.1 Diagram Efektivitas UPT PLK UI
54
Sumber: Litbang BK MWA UI UM
Berdasarkan Gambar 1.1, sebesar 56.9% dari Mahasiswa
Universitas Indonesia merasa bahwa UPT PLK UI telah melaksanakan
tugasnya dengan efektif. Terdapat kemungkinan untuk terjadinya bias
terkait informasi dalam hal ini, dimana responden tidak memiliki
pengetahuan tentang peran dan tugas dari UPT PLK UI yang tidak
dijelaskan lebih jauh hingga ranah teknis dalam poin (a) bagian Peran dan
Tugas UPT PLK UI. Selain itu, penulis tidak mendapatkan SOP dari UPT
PLK UI terkait operasional dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
penulis tidak dapat meninjau lebih jauh prosedural pelaksanaan UPT PLK
UI.
Berdasarkan indikator yang digunakan, dengan penulis
mengasumsikan responden telah mengetahui peran dan tugas dari UPT
PLK UI, UPT PLK UI telah melaksanakan fungsinya dengan efisien,
terkhusus pada poin (a) yaitu “Menjaga dan mengamankan seluruh aset
Universitas Indonesia dan civitas akademika Universitas Indonesia dari
risiko terjadinya gangguan-gangguan keamanan, ketertiban, keselamatan,
kesehatan, dan kerusakan lingkungan" serta poin (c) yaitu “Menciptakan
suasana yang kondusif dalam iklim kehidupan kampus Universitas
Indonesia” yang bersinggungan langsung dengan responden, yaitu
Mahasiswa Universitas Indonesia.
Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa poin yang perlu
untuk dikaji lebih jauh, seperti spot penjagaan dan penerangan dalam
55
lingkungan Universitas Indonesia, pemberlakuan jam malam, serta
pengadaan dan peletakkan CCTV yang merupakan salah satu tujuan
didirikannya UPT PLK UI.
B. Pemberlakuan Jam Malam
Salah satu peran dan tugas UPT PLK UI adalah “Pengelolaan
gerbang atau pintu keluar masuk kampus UI”, dimana terdapat peraturan
mengenai jam malam dalam Pengelolaan Pintu Kampus, yang berbunyi
“Seluruh Pintu Kampus UI dibuka pada pukul 05.00 WIB dan ditutup
kembali pada pukul 23.00 WIB, termasuk pintu Gerbang Utama” dan
“Kendaraan yang ingin masuk kampus karena keadaan force majeure
hanya dapat melalui gerbang utama dan wajib meninggalkan identitas
pengendaranya”. Namun, pada saat pemberlakuannya, tidak ada himbauan
terlebih dahulu kepada masyarakat Universitas Indonesia, maupun
melibatkan unsur Mahasiswa dalam pengambilan keputusannya, dimana
merupakan inisiatif dari UPT PLK UI sendiri sebagai respon dari berbagai
kejadian yang terjadi dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia.
Terdapat hal yang menarik dalam poin ini, dimana respon oleh Universitas
Indonesia terhadap penolakan pemberlakuan jam malam yang
mengizinkan untuk masuk ke dalam lingkungan kampus Universitas
Indonesia dengan syarat menitipkan kartu identitas.
Gambar 1.2 Diagram Pemberlakuan Jam Malam
56
Sumber: Litbang BK MWA UI UM
Bila kita mengacu pada respon mahasiswa dari hasil survei yang
telah dihimpun, maka perbandingan antara responden yang menolak
pemberlakuan jam malam dengan responden yang setuju akan
pemberlakuan jam malam seimbang, sehingga sejatinya yang diperlukan
mahasiswa terhadap jam malam saat ini adalah kejelasan dari teknis
peraturan tersebut, sosialisasi terhadap peraturan tersebut, serta bagaimana
cara bila mahasiswa ingin memasuki wilayah Universitas Indonesia atau
beraktivitas di lingkungan kampus melewati jam malam tersebut. Dalam
hal ini pihak rektorat tentu perlu untuk mensosialisasikan baik teknis dari
peraturan tersebut maupun cara-cara yang harus dilakukan mahasiswa bila
ingin beraktivitas serta melakukan kegiatan di atas jam malam di area
kampus.
C. Pengadaan CCTV dan Penerangan
Untuk faktor pengadaan CCTV serta penerangan dalam lingkungan
kampus Universitas Indonesia akan mencakup banyak hal dari peran dan
tugas UPT PLK UI, terutama dalam hal pencegahan terhadap tantangan,
ancaman, serta gangguan, pemantauan, serta penanggulangan keadaan
darurat. Melalui kedua faktor tersebut, UPT PLK UI memiliki kesempatan
57
dalam mengontrol keamanan serta ketertiban lingkungan tanpa harus
selalu hadir langsung setiap waktu.
Gambar 1.3 Diagram Pengadaan CCTV
Sumber: Litbang BK MWA UI UM
Gambar 1.4 Diagram Kemudahan Akses CCTV
Sumber: Litbang BK MWA UI UM
Berdasarkan hasil survey, penulis dapat menarik garis besar
dimana kebutuhan CCTV belum dapat memenuhi keinginan responden.
Pada dasarnya, pengadaan CCTV memberikan dampak positif bagi setiap
unsur masyarakat di dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia.
Sebagai contoh, salah satu dampak positif ini dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia ketika
58
membutuhkan rekaman dari CCTV tersebut. Rekaman itu akan membantu
memperlihatkan secara rinci atas sebuah kejadian yang dirasa perlu untuk
ditinjau kembali maupun menjadi database bagi kampus atas setiap
kejadian yang terjadi di dalam area kampus.
Gambar 1.5 Diagram Penerangan dalam Lingkungan
Kampus Universitas Indonesia
Sumber: Litbang BK MWA UI UM
Selanjutnya untuk faktor penerangan lingkungan sendiri, termasuk
dalam peran dan tugas UPT PLK UI sebagai pencegahan terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan, serta memberikan rasa aman bagi masyarakat yang
sedang beraktivitas di dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia
pada malam hari. Sebanyak 87% dari responden yang merupakan
Mahasiswa Universitas Indonesia merasa penerangan dalam lingkungan
kampus Universitas Indonesia cukup. Terdapat beberapa titik, dimana
menurut pendapat responden, yang membutuhkan penerangan namun
fasilitas tidak berfungsi, seperti outer ring road menuju Asrama UI, inner
ring road menuju Menara Air, dan jalan menuju Pusgiwa serta Stasiun
Pondok Cina dari arah Balairung. Selain itu, terdapat ketidakjelasan dalam
maintenance fasilitas penerangan tersebut, apakah dipegang oleh DPPF
atau UPT PLK UI, mengingat secara tidak langsung merupakan salah satu
peran dan tugasnya.
59
III. Kesimpulan
Bahwa dari survei yang telah dihimpun oleh BK MWA UI UM serta BEM
se-UI, maka sejatinya dalam hal keamanan dan ketertiban, pihak rektorat perlu
untuk membenahi beberapa hal yaitu mengenai UPT PLK UI yang perlu untuk
ditingkatkan kinerja dalam hal penjagaan lingkungan kampus untuk mendukung
kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain itu dalam hal pemberlakuan jam
malam, pihak rektorat perlu untuk mensosialisasikan peraturan tersebut secara
terperinci baik dalam hal teknis maupun dalam hal mahasiswa yang ingin
memasuki atau melakukan kegiatan diatas jam malam di area kampus Universitas
Indonesia, dan terkait Pengadaan CCTV dan penerangan saat ini perlu
ditambahkan pada lingkungan Universitas Indonesia, yang mana pada contoh
yang diberikan di atas masih terdapat jalan-jalan di area kampus yang gelap atau
tidak mendapatkan penerangan yang cukup, sehingga rawan untuk terjadi tindak
kejahatan, dan selain itu untuk mencegah dan mengantisipasi tindak kejahatan di
area jalan-jalan kampus Universitas Indonesia perlu untuk dipasang CCTV,
sehingga dapat mendukung penjagaan terhadap kampus Universitas Indonesia.
60
DAFTAR PUSTAKA
Internet
UPT PLK UI. “Profil PLK UI ” http://plk.ui.ac.id/profil_plkui.Diakses pada
tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158
tahun 2012, TLN No.5336.
61
BAGIAN KEMAHASISWAAN
Dukungan UI Terhadap kegiatan Kemahasiswaan dan
Diskusi Ilmiah di UI Sudah Sesuaikah?
I. Pendahuluan
Organisasi kemahasiswaan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari mahasiswa Universitas Indonesia (UI), dimana organisasi
kemahasiswaan adalah wadah untuk bagi mahasiswa membangun kemampuan
manajemen organisasi, keprofesian, karakter pemimpin, minat dan bakat,
kerohanian, serta sifat inklusif,26 sehingga dalam melaksanakan kegiatannya tentu
membutuhkan bantuan baik dalam hal dana maupun sarana dan prasana, sehingga
untuk mendukung hal tersebut.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan dari organisasi kemahasiswaan tersebut
sejatinya merupakan salah satu hak yang dimiliki mahasiswa UI sebagaimana
tercantum dalam statuta UI yaitu untuk membentuk organisasi dan mendapatkan
dukungan sarana prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi
kemahasiswaan tersebut.27 yang mana ini selanjutnya diperkuat dengan peraturan
pelaksana dari statuta UI yaitu peraturan Majelis Wali Amanat Universitas
Indonesia Nomor 004/peraturan/MWA-UI/2015, sehingga jelas bahwa UI sebagai
sebuah universitas siap untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan di lingkungan
UI.
Kesiapan serta keseriusan UI sebagai sebuah universitas dalam menaungi
kegiatan kemahasiswaannya dibuktikan dengan pembentukan suatu direktorat
kemahasiswaan UI yang berada di bawah wakil rektor bidang akademik dan
kemahasiswaan UI.28 Ini bertujuan agar terwujudnya hubungan yang harmonis,
dinamis, dan berkeadilan antara pimpinan UI, pimpinan fakultas, program pasca
26 Pasal 1 angka 24 Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia
No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 27Indonesia,Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP
No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.Pasal 48 ayat 1 huruf c. 28 Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.2784/SK/R/UI/2014
62
62,70%
32…
0% 0%
Rektorat telah mendukung
kegiatan kemahasiswaan
ya
tidak
4,4%
59,5%
31,1%
5,0%
Kepuasan Terhadap
Proporsinalitas
Dukungan Rektorat
sangat puas puas
tidak puas sangat tidak puas
sarjana, dan vokasi di UI dan pihak manajemen yang mengelola pembinaan,
pendampingan, dan pelayanan kemahasiswaan dengan organisasi-organisasi
kemahasiswaan yang sah baik di tingkat universitas, maupun di tingkat fakultas,
program pasca sarjana dan program vokasi.29
II. Analisa Hasil Survei
Dalam hal pemenuhan hak mahasiswa terkait kemahasiswaan di tingkat
universitas kami dari BK MWA UI-UM serta BEM se-UI melaksanakan sebuah
survei kepada para mahasiswa di seluruh fakultas di UI untuk menjaring pendapat
serta pandangan mahasiswa UI bagaimanakah selama ini para pemimpin
universitas beserta jajarannya dalam memenuhi hak dari mahasiswa sebagaimana
yang telah diatur dalam statuta dan anggaran rumah tangga UI serta peraturan
lainnya terkait kemahasiswaan.
Ada beberapa indikator yang kami masukkan di dalam survei kami,
berikut akan kami sertakan hasil survei yang telah kami olah dan analisa terkait
hasil survei yang telah kami lakukan terhadap 684 mahasiswa di UI.
A. Dukungan rektorat terhadap kegiatan kemahasiswan di bawah
naungan rektorat
Gambar 1.1 kepuasan dukungan terhadap kegiatan kemahasiswaan oleh rektorat
29Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.1952/SK/R/UI/2014, Pasal 2 huruf
a
63
Sumber: LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari survei yang telah kami himpun dan olah di atas menunjukkan
bahwa dari total responden kami sebanyak 684 mahasiswa di seluruh
fakultas di UI, 62,70% menyatakan bahwa rektorat telah mendukung
kegiatan kemahasiswaan di tingkat UI dan 32,30% sisanya menyatakan
bahwa rektorat masih belum mendukung kegiatan kemahasiswaan di
tingkat UI, ini menunjukkan bahwa sejatinya kinerja rektorat dalam
mendukung kegiatan kemahasiswaan di tingkat UI sudah cukup baik
namun, mahasiswa masih merasa terdapat beberapa kegiatan mahasiswa
yang rektorat masih belum ikut campur tangan dalam dukungan maupun
pelaksanaannya.
Selain itu pada data kedua terkait tingkat kepuasan proporsionalitas
terhadap dukungan rektorat pada kegiatan kemahasiswaan yang didukung
rektorat, proporsionalitas di dalam survei ini ditunjukkan melalui
dukungan dana yang diberikan oleh rektorat dibandingkan dengan dana
yang dimintakan oleh mahasiswa kepada rektorat. Diagram ini
menunjukkan bahwa 4,4% dari total responden menyatakan bahwa sangat
puas terhadap dukungan rektorat terhadap proporsionalitas dukungan yang
diberikan rektorat, lalu 59,5% responden menyatakan bahwa puas terhadap
proporsionalitas dukungan yang diberikan rektorat, sedangkan 31,1%
responden tidak puas terhadap proporsionalitas dukungan yang diberikan
rektorat, dan 5% sisanya sangat tidak puas terhadap proporsionalitas
dukungan dana yang diberikan rektorat.
Ini menunjukkan bahwa rektorat sudah cukup baik terkait
proporsionalitas dukungan yang dalam hal ini dilihat dari dana yang
diberikan rektorat terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut, namun perlu
diketahui bersama masih terdapat responden yang menyatakan tidak puas
dan sangat tidak puas dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebesar
35,5%, sebagai contoh adalah kegiatan tahunan mahasiswa UI yaitu
Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Universitas Indonesia (OIM UI) dan
Olimpiade Mahasiswa Universitas Indonesia (OLIM UI), yang mana pada
64
8,3%
73,0%
18,1%
0,6%
Tingkat kebaikan dukungan rektorat
Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
tahun ini mendapat pemotongan dana dari total dana yang dijanjijkan
pihak rektorat pada awal tahun sebanyak 30 juta menjadi 19,5 juta pada
perealisasiannya, yang mana tentu ini sangat berpengaruh dalam
pelaksanaan kegiatan OIM UI, pun dalam kegiatan OLIM UI tahun ini
rektorat sudah cukup baik dengan memenuhi dana yang dijanjikan awal
tahun, namun pemenuhan dana tersebut masih belum cukup dikarenakan
terdapat beberapa komponen yang cukup mahal namun tidak mau untuk
ditanggung oleh pihak rektorat seperti wasit, dll.
Saran dari kami adalah agar pihak rektorat dalam hal ini
kemahasiswaan agar lebih baik menetapkan pagu yang ajeg di awal tahun
kepada setiap kegiatan mahasiswa yang ada di bawah naungan rektorat,
sehingga dalam pelaksanaan kegiatan nantinya, penyelenggara kegiatan
sudah mengetahui sejak awal tahun berapa total dana yang akan diberikan
rektorat terhadap kegiatan tersebut, selain itu kami juga menyarankan agar
lebih mencakup seluruh komponen pendanaan yang dibutuhkan oleh
kegiatan mahasiswa tersebut, agar kegiatan mahasiswa tersebut dapat
terselenggara dengan baik.
B. Dukungan rektorat terkait forum dan diskusi ilmiah di UI
Gambar 1.2 Diagram dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau lembaga
diskusi ilmiah
65
Sumber: LITBANG BK MWA UI UM 2016
Dari survei yang telah kami himpun dan olah di atas, maka dapat
dilihat bahwa mayoritas dari total responden sebanyak 73% menyatakan
rektorat telah baik dalam mendukung kebebasan forum atau lembaga
diskusi ilmiah yang ada di UI, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 8,3%
dari total responden menyatakan bahwa rektorat sudah sangat baik dalam
mendukung kebebasan forum atau diskusi ilmiah yang ada di UI, lalu
18,1% menyatakan rektorat tidak baik dalam mendukung kebebasan forum
atau diskusi ilmiah di UI, dan 0,6% menyatakan rektorat tidak baik dalam
mendukung kebebasan forum atau diskusi ilmiah di UI.
Dari survei ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rektorat
sudah baik dalam mendukung kebebasan forum atau lembaga diskusi
ilmiah yang ada di UI, ini dibuktikan dengan 81,3% responden
menyatakan rektorat telah baik dan sangat baik mendukung kebebasan
forum atau lembaga diskusi ilmiah yang ada di UI. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa masih terdapat beberapa responden yang
menayatakan bahwa rektorat belum mendukung kebebasan forum atau
lembaga diskusi ilmiah dengan baik yaitu sebesar 18,7% responden, yang
terdiri dari yang menyatakan tidak baik dan sangat tidak baik. Sehingga
pihak pimpinan UI khususnya bagian kemahsiswaan perlu untuk terus
membenahi dukungan terhadap kebebasan forum atau diskusi ilmiah yang
ada di UI baik itu sarana dan prasana maupun dalam bentuk dana, agar
nantinya pengembangan ilmu pengetahuan dan kultur dialektika dan
diskusi di UI dapat terus meningkat.
III. KESIMPULAN
Dari analisa di atas maka dapat disimpulkan rektorat perlu membenahi
dalam dukungan yang diberikan ke dalam kegiatan mahasiswa dalam hal ini
cakupan kegiatan yang di dukung oleh rektorat agar lebih menyeluruh kepada
66
seluruh kegiatan mahasiswa, serta proporsionalitas yang diberikan rektorat agar
sesuai dengan yang dibutuhkan dan/atau sesusai yang dijanjikan rektorat pada
awal tahun, sehingga nantinya setiap acara kemahasiswaan di bawah naungan
rektorat dapat terselenggara dengan baik dan lancar.
Selain itu terhadap kebebasan forum atau diskusi ilmiah, rektorat agar
lebih banyak lagi memberikan dukungan kepada seluruh diskusi ilmiah yang ada
di UI, sehingga nantinya mahasiswa UI dapat lebih mengembangkan potensinya
serta dapat membangun kultur dialektika dan diskusi yang baik.
67
DAFTAR PUSTAKA
Publikasi Lembaga
Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia No.004/Peraturan/MWA-
UI/2015
Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.2784/SK/R/UI/2014
Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.1952/SK/R/UI/2014
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP
No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.
68
Bab ii
Kajian dan aspirasi bem ui/bem
fakultas/vokasi
69
Evaluasi Rektor dalam Perspektif BEM UI
Tulisan ini dibuat sebagai sebuah ulasan akan beberapa persoalan yang
menjadi kekhawatiran dan aspirasi mahasiswa UI dalam perspektif BEM UI 2016.
Tentunya diperlukan kajian dan diskusi lanjutan yang lebih kompeherensif untuk
mendapatkan solusi atas permasalahan yang kami angkat dalam tulisan ini.
Berikut dipaparkan beberapa ulasan permasalahan yang ditemui oleh mahasiswa
UI.
UI, PTN BH, dan BOP-P
Setelah UU Dikti disahkan pada 2012, status UI telah berubah menjadi
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Seperti yang diketahui
bersama, bahwa dampak pemberian status PTN BH adalah otonomi lebih bagi
universitas untuk mengembangkan dirinya sendiri lebih jauh dibandingkan status-
status lainnya seperti Satker, BLU, atau bahkan PT BHMN yang merupakan
status badan hukum bagi universitas yang lebih konvensional. Pemberian status
PTN BH kepada UI juga memberikan anggapan UI telah mampu untuk lebih
mandiri dalam peningkatan kualitas dan pengembangan dirinya. Pemberian status
PTN BH, ditambah dengan banyaknya perguruan tinggi baru yang harus diberikan
perhatian lebih oleh negara berdampak Pemerintah secara bertahap mengurangi
bantuan langsung, tidak terkecuali dalam urusan pendanaan kepada UI.
Hal ini akhirnya memberikan dampak pada tahun 2016 ini, di mana
BPPTN UI turun sekitar 30 miliar rupiah30 dari tahun 2015, di lain sisi, anggaran
untuk pembangunan juga naik dari tahun ke tahun. Ini membuat UI harus berputar
otak mencari pendanaan lebih untuk menutupi penurunan pendanaan yang
diberikan Pemerintah. Berkaitan dengan otonomi yang juga tadi diberikan, UI
awalnya ingin menaikkan biaya pendidikan dari salah satu konstituen utama yang
dimilikinya, mahasiswa S1 reguler, atas pewacanaan ini, pertentangan antara
mahasiswa dan pihak Rektorat pun tidak terelakkan, skema biaya pendidikan baru
Biaya Operasional Pendidikan-Pilihan (BOP-P) yang juga ditujukan pada
mahasiswa S1 reguler untuk membantu menutupi kekurangan dana yang UI
30 Pemaparan Prof. Muhammad Anis dalam audiensi yang dilakukan oleh BEM UI
dengan Rektor UI
70
butuhkan dinilai sebagai jalan tengah antara keinginan Rektorat dan mahasiswa
yang tidak ingin adanya kenaikan biaya pendidikan.
Berikut adalah tren kenaikan pendapatan universitas secara komparatif
dari mahasiswa.
Sumb
er
Pener
imaan
UI % ITB % UGM % UNPAD %
Maha
siswa
1.160.79
1.580.07
2
57,7
5%
*852.317
.000.000
*58,
56%
774.363.
724.577
41,0
1%
464.352.
000.000
45,9
8%
Total
Pener
imaan
2.009.97
8.010.13
2
100,
00%
1.455.46
9.000.00
0
100
%
1.888.23
9.046.87
3
100,
00%
1.010.00
6.000.00
0
100,
00%
Tabel 1. Perbandingan Pendapatan Universitas PTN BH
Tabel di atas telah dengan jelas memaparkan sumber penerimaan beberapa
PTN BH di Indonesia. Jelas tampak pada tabel bahwa PTN BH justru lebih
menitikberatkan penerimaannya pada mahasiswa.
Dalam beberapa tahun terakhir, penerimaan dari mahasiswa atau BOP
konsisten menjadi sumber pendanaan UI terbesar (2011: 41.67%; 2012: 48.97%;
2013: 42.05%) dari segala jenis pendanaan UI. Total penerimaan UI dari uang
kuliah program sarjana naik 13.56% pada tahun 201531, setelah sebelumnya, rata-
ratanya naik 30.83% pada 2014 ke 2015. Keberadaan BOP-P ini juga secara
normatif akan meningkatkan dominasi pendapatan UI melalui BOP.
Dalam audiensi yang dilakukan BEM UI kepada Kemristekdikti, Prof.
Intan Ahmad berkata senada bahwa kebijakan BOP-P adalah otoritas UI.
31 Kajian Kebijakan Badan Kelengkapan MWA UI UM tahun 2016
71
Kebijakan ini masih menimbulkan pro-kontra hingga di tataran pemerintahan,
salah seorang anggota Komisi X DPR dalam diskusi yang diselenggarakan BEM
FISIP UI bahkan berpendapat kebijakan BOP-P tidak memiliki acuan hukum yang
jelas.
Berikut adalah tabel skema pembayaran BOP-P dalam rupiah:
Kelas IPA IPS
1 10.000.000 7.500.000
2 12.500.000 10.000.000
3 15.000.000 12.500.000
1. Tabel 2. Skema Pembayaran BOP-P
Dari total kuota mahasiswa reguler UI sebanyak 4758 mahasiswa32,
kurang lebih sekitar 23% mahasiswa UI atau 1094 mahasiswa reguler yang
mengambil skema pembayaran BOP-P33. Batas atas BOP-B di UI adalah
7.500.000 rupiah untuk Prodi IPA (Sains, Kesehatan, dan Teknik) dan 5.000.000
rupiah untuk Prodi IPS (Sosial dan Humaniora). Secara kasar, kebijakan BOP-P
pada 2016 diperkirakan menambah pemasukan UI (jika dikurangi BOP-B)
sebanyak 5.490.000.000 (5.49 miliar) rupiah dengan detail perhitungan sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ 𝐵𝑂𝑃𝑃 ∗ ((𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃𝑃𝐼𝑃𝐴 − 𝑀𝑎𝑥 𝐵𝑂𝑃𝐵𝐼𝑃𝐴)
+ (𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃𝑃𝐼𝑃𝑆 − 𝑀𝑎𝑥 𝐵𝑂𝑃𝐵𝐼𝑃𝑆))
= 1094 ∗ (5.000.000)
= 5.490.000.000
Idealnya, pada 2019 dan seterusnya, saat seluruh angkatan (per tahun)
yang ada di UI telah diterapkan sistem BOP-P, diperkirakan pemasukan dari
kebijakan BOP-P mencapai 21.960.000.000 (21.96 miliar) rupiah.
32 Diakses dari http://simak.ui.ac.id/reguler.html 33 Pemaparan Rektorat UI
72
Kebijakan BOP-P tentu perlu dievaluasi baik secara teknis maupun hasil.
Meninjau ulang filosofi pembuatannya, tentu hal ini dibuat untuk membantu
menutupi kekurangan dana. Apakah pada akhirnya, BOP-P meningkatkan
pemasukan UI secara signifikan atau tidak—atau malah sebaliknya: kembali
makin menguatkan pemasukan terbesarnya yang berasal dari mahasiswa.
Permasalahan Keamanan di Universitas Indonesia
Keamanan merupakan suatu keadaan dimana ada suatu rasa terlindungi
atau merasa aman dari suatu ancaman; merupakan suatu area atau tempat dimana
seseorang akan melalui suatu pengecekan untuk memastikan bahwa seseorang
tersebut tidak membawa senjata atau substansi yang bersifat ilegal34. Tidak dapat
dipungkiri bahwa rasa aman diperlukan oleh manusia agar dapat beraktivitas
dengan baik. Keamanan merupakan salah satu perasaan yang fundamental yang
diperlukan agar manusia bisa terus berkembang tanpa merasa adanya ancaman
yang akan menggangu aktivitasnya.
Salah satu yang jelas mengancam keamanan manusia adalah fenomena
kriminalitas di Indonesia. Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan
dan perbuatan yang merugikan secara ekonomi dan psikologis yang melanggar
hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan
agama. Dapat diartikan bahwa tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan
yang melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. Saat ini
kriminalitas bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia karena
setiap harinya tindakan kriminal tersebut telah disampaikan melalui berbagai
media. Fenomena kriminalitas tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kejahatan diantaranya kesenjangan sosial, kekerasan
dan kurangnya rasa toleran terhadap sesama yang menyebabkan timbulnya
perpecahan antar individu maupun kelompok35.
34 Merriam-Webster. http://www.merriam-webster.com/dictionary/security diakses pada tanggal 27 September 2016
73
Bermacam-macam tindakan kriminalitas yang terjadi di Indonesia yaitu
diantaranya pencurian, tindak asusila, pencopetan, penodongan dengan senjata api
dan bahkan pembunuhan. Tindakan kriminalitas ini juga selain merugikan bangsa
untuk saat ini juga menghasilkan bangsa yang bersifat immoril. Berbagai tempat
tindakan kriminalitas ini dapat ditemukan, diantaranya terminal atau stasiun, pusat
perbelanjaan dan kampus. Dalam materi ini kami akan memfokuskan diri terhadap
tindakan kriminal yang berada di wilayah kampus.
Tingkat kriminalitas di Kota Depok masih tinggi. Tindakan kejahatan,
seperti pencurian barang, masih membayangi warga masyarakat. Banyak kasus
yang belum tertangani dengan baik oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan
pemberitaan yang dilakukan oleh media massa Tempo Interaktif, tertanggal 3
Januari 2010, sepanjang tahun 2009 terdapat 603 kasus pencurian kendaraan
bermotor, namun hanya sekitar 75 kasus yang berhasil diselesaikan oleh polisi,
sekitar 12 % dari jumlah total kasus pencurian. Angka kejadian kasus perbulannya
mencapai 10 hingga 15 kasus. Dan angka ini terus meningkat di bulan Januari,
Februari, Mei, dan November mencapai 45 hinga 50 kasus perbulannya. Di tahun
2010, kasus pencurian kendaraan bermotor masih menjadi perhatian Kepolisian
Resor Depok36.
Terkait dengan isu yang berkembang tentang pencurian pada khususnya di
kalangan mahasiswa UI juga heboh dengan tidak sedikitnya laporan kehilangan
barang berharga, sehingga kasus pencurian ini bukan hanya mengancam
mahasiswa, tetapi warga masyarakat setempat secara keseluruhan. Isu tentang
kasus pencurian ini terus menyebar seiring dengan meningkatnya kasus-kasus
pencurian tersebut. UI merupakan universitas di Depok dengan jumlah mahasiswa
yang terbanyak yang memiliki cakupan wilayah yang luas. Beberapa daerah yang
berada di sekitar UI seperti Kober, Belakang Rel (Barel), Pondok Cina, Kukusan
Kelurahan (Kukel) dan Kukusan Teknik (Kutek) adalah kawasan yang sering
35 Nurul Amanah. Fenomena Kriminalitas di Indonesia. https://www.academia.edu/7245746/Fenomena_Kriminalitas_di_Indonesia diakses pada
tanggal 27 September 2016 36https://manshurzikri.wordpress.com/2010/11/07/tugas-dari-dosen-hubungan-kondisi-lingkungan-dan-reaksi-sosial-masyarakat-dengan-kasus-pencurian-di-kawasan-kukusan-
teknik-lingkungan-universitas-indonesia/ diakses pada tanggal 27 September 2016
74
menjadi daerah tempat tinggal dari mahasiswa. Berdasarkan pertimbangan itu, ada
asumsi bahwa kasus pencurian yang menimpa wilayah UI memiliki tingkat
kerugian yang besar dan membuka peluang yang cukup besar bagi pelaku
pencurian.
Keamanan dan ketertiban yang dirasakan di UI semakin menurun,
mengingat banyak sekali permasalahan kriminal yang tindak kunjung selesai.
Permasalahan tersebut terus menambah dan bervarietas dimana memiliki modus
operandi yang bermacam-macam. Meskipun sampai saat ini ada Pengamanan
Lingkungan Kampus UI sebagai Unit Pelaksana Teknis yang bertugas untuk
menjaga keamanan dan ketertiban kampus UI, namun dirasakan oleh civitas
academica masih belum maksimal dalam menjalankan perannya sebagai protector
of the campus.
Selama kurun waktu 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 - 2015, UI telah
mengalami banyak gangguan keamanan dan ketertiban. Gangguan tersebut
bermacam – macam seperti hilangnya barang milik mahasiswa (laptop, dompet,
tas, motor). Sebagai contoh, kasus yang terjadi di Fakultas Hukum. Pada saat
kegiatan mahasiswa berlangsung, beberapa orang yang mengaku sebagai senior
dari organisasi tersebut berpura-pura masuk ruangan untuk menghadiri rapat yang
sedang berlangsung. Ketika sedang istirahat orang-orang tersebut mengambil 3
buah laptop dan kabur dari ruangan. Meskipun tertangkap CCTV, pelaku tidak
dapat ditangkap karena keterlambatan pelaporan kejadian. Kasus lainnya terjadi
juga di Fakultas Hukum. Saat itu, ruang student centre menjadi tempat penitipan
barang-barang untuk kegiatan mahasiswa seperti televisi dan kamera. Barang-
barang tersebut hilang dicuri oleh orang tak dikenal. Aksi pelau sempat tertangkap
CCTV namun pelaporan kejadian lagi-lagi terlambat.
Kecelakaan lalu lintas menjadi contoh lain yang tidak bisa dibiarkan
begitu saja. Pada tahun 2015 terdapat beberapa orang di wilayah kampus UI
mengendarai mobil berlaju kencang. Mobil tersebut menabrak beberapa orang,
diantaranya satpam yang mencoba memberhentikan kendaraan tersebut.
Kecelakaan ini menyebabkan luka-luka. Masih abnyak contoh lain kecelakaan
yang terjadi di UI dengan pengendara orang diluar UI. Hal ini menunjukkan
75
bahwa kecelakaan lalu lintas di dalam UI menjadi permasalahan yang patut dicari
solusinya.
Berdasarkan data PLK pada tahun 2013, gangguan keamanan ketertiban di
UI ditemukan sebanyak 141 kasus. Kasus tersebut didominasi oleh kasus
kecelakaan lalu lintas sebanyak 60 kasus dan pencurian sebanyak 42 kasus.
Selanjutnya pada tahun 2014 sebanyak 183 kasus yang terdiri atas kecelakaan lalu
lintas dan pencurian masing – masing sebanyak 65 kasus. Pada tahun 2015 sampai
bulan Maret, telah terjadi gangguan keamanan dan ketertiban sebanyak 25 kasus
yang di dominasi oleh kasus kecelakan lalu lintas sebanyak 16 kasus dan
pencurian sebanyak 7 kasus.
Berdasarkan data PLK selama tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2013
sampai dengan awal 2015 sebaiknya UI mengkaji kembali aksesibilitas
masyarakat umum di ke wilayah UI dan pengaruhnya pada keamanan.
Berdasarkan data, mahasiswa UI yang mengalami kasus pelecehan seksual
sebanyak 29 kasus, penipuan sebanyak 21 kasus, serta gangguan secara umum
dari orang asing sebanyak 6 kasus. Sebagai contoh, kasus penipuan di dekat
menara air UI dengan modus pelaku mengaku sebagai warga Barel yang merasa
dirugikan dan meminta ganti rugi kepada mahasiswa UI yang kebetulan melintas
di daerah tersebut.
Kriminalitas yang terjadi di UI salah satunya disebabkan kurangnya
penerangan di beberapa titik di dalam kampus UI seperti Pusat Kegiatan
Mahasiswa (Pusgiwa), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam(FMIPA),Vokasi, Jembatan Teknik - Sastra (Teksas), jalanan antara Fakultas
Teknik dan Pusgiwa, menara air dan di Fakultas Farmasi. Setidaknya ada 4 lampu
rusak di Jembatan Teknik - Sastra yang tidak dengan segera diperbaiki sehingga
menyulitkan pejalan kaki di malam hari ketika melewati jembatan tersebut. Pos
satpam yang ada saat ini berjumlah 25 pos. Jumlahnya ini masih kurang untuk
area seluas UI. Pos satpam yang ada terkadang tidak ada penjagaan. Meskipun
begitu kami mengapresiasi adanya tambahan pos satpam di bawah gedung annex
di dekat balairung yang memang sangat krusial karena sering kali terjadi tindakan
kriminal.
76
Selanjutnya, alasan mengapa banyaknya kejadian kriminalitas di kampus
UI menurut kami adalah dengan belum cukupnya CCTV yang dipasang pada spot
yang tepat sehingga blind spot di beberapa tempat masih ada dan diketahui oleh
para pelaku kriminal yang akan beraksi. Ttempat parkir yang luas dan satpam
yang jumlahnya kurang banyak dalam menjaga kendaraan bisa menjadi latar
belakang diperlukannya CCTV di tempat parkir. Tidak sedikit barang-barang
dalam kendaraan yang diparkir di Mesjid UI diambil oleh pencuri dan sama sekali
tidak dapat dibuktikan karena tidak ada CCTV yang memantau parkiran Mesjid
UI.
Permasalahan keamanan merupakan dapat ditangani dengan koordinasi
banyak pihak. Koordinasi antara PLK dengan petugas keamanan masing-masing
fakultas perlu diperkuat. Mahasiswa sendiri kurang peduli dengan isu keamanan
di Kampus UI sebagai akibat kurangnya sosialisasi mengenai keamanan di
Kampus UI dan cara penangulangannya. Nomor-nomor darurat seharusnya
disosialisasikan kepada mahasiswa dengan cara memberikan pamflet, stiker atau
memasang baliho di titik-titik pertemuan banyak orang seperti stasiun UI dan
stasiun Pondok Cina.
Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat di
implementasikan di UI untuk mengurangi angka kriminalitas. Pertama,
mekanisme buka tutup portal yang teratur, jelas, dan tidak menyulitkan
mahasiswa untuk melakukan mobilitasnya. Kedua, penambahan personil satpam
yang berjaga di setiap fakultas diharapkan dapat meminimalisasi tindakan
kriminal. Ketiga, pemberlakuan patroli keliling secara konsisten yang dilakukan
oleh PLK agar dapat mengurangi kegiatan kriminal yang terjadi di tempat sepi
seperti jalan yang berada antara Fakultas Teknik dan Asrama yang biasa dikenal
dengan “Jalan Cinta”. Patroli keliling yang dilakukan secara konsisten oleh PLK
dan bekerja sama dengan penjaga keamanan setiap fakultas diharapkan dapat
meminimalisasi kegiatan kriminal yang tidak diinginkan. Penambahan penerangan
di tempat – tempat yang kurang mendapatkan penerangan secara efisien, seperti di
dekat daerah Vokasi untuk penerangan masih sangat kurang dan memperbaiki
lampu-lampu yang rusak seperti yang ada di Jembatan Teknik-Sastra. Selanjutnya
adalah penambahan pengawasan elektronik oleh perangkat CCTV. Masih banyak
77
gedung – gedung dan daerah di UI yang tidak terliput oleh CCTV sehingga
kegiatan kriminal bisa dilakukan dengan mudah. Terakhir adalah mengadakan
sosialisasi terhadap seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan kampus untuk
lebih berhati-hati terhadap kriminal dan perlu koordinasi dari seluruh stakeholder
untuk menjaga keamanan UI.
Kebijakan Penutupan Gerbatama di atas Pukul 23.00
Salah satu kebijakan UI dalam menangani masalah keamanan di UI adalah
penutupan gerbang masuk utama UI di atas pukul 23.00. Terkait dengan kebijakan
ini, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI 2016
melakukan survei terhadap mahasiswa UI. Survei dilakukan dengan metode non
probability sampling dan meilbatkan sebanyak 1144 responden. Hasilnya, 86,2%
responden mengetahui atau memahami tentang kebijakan penetupan Gerbatama
UI sedangkan sisanya sebesar 13,8% tidak memahami.
Terkait dengan latar belakang diberlakukannya kebijakan tersebut, yaitu
adanya tindakan kriminal pada malam hari, sebanyak 63,9% mahasiswa
mengetahui adanya kejadian tersebut dengankan sisanya sebanyak 36,1%
mahasiswa tidak mengetahuinya.
78
Hal yang sudah kita ketahui bersama adalah mahasiswa UI masih banyak
yang beraktivitas di kampus hingga di atas pukul 23.00 dengan berbagai macam
aktivitas. Berdasarkan dari hasil survei, Enam dari sepuluh mahasiswa UI (55,6%)
beraktifitas di kampus hingga diatas pukul 23.00 dalam hal organisasi dan
kepanitiaan, tiga orang lainnya mengerjakan tugas (28, 5%) dan sisanya menjalani
latihan lomba maupun aktifitas lainnya dalam menunjang performa akademis dan
sosialnya.
Seberapa sering mahasiswa melakukan aktivitas di atas pukul 23.00 di
kampus? Hasil survei memperlihatkan 9,3 % mahasiswa UI juga memiliki
frekuensi yang tinggi yaitu 5 kali dalam satu minggu untuk beraktifitas lebih dari
pukul 23.00 di kampus, 33,3% mahasiswa UI menghabiskan waktu sebanyak 3-5
hari perminggu, dan 34,1% menghabiskan waktu sebanyak 1-2 hari perminggu.
Lalu, bagaimana sikap mahasiswa terhadap kebijakan ini? Sebanyak 79,5%
mahasiswa Universitas Indonesia tidak setuju atas kebijakan penutupan
gerbatama pada pukul 23.00 WIB.
79
Di sisi lain, mahasiswa memberikan pendapat tentang upaya peningkatan
keamanan di UI. Menurut sebagian mahasiswa Universitas Indonesia (53,8%)
setuju apabila dilakukan penambahan penjaga keamanan, dan (25,7%) setuju
dilakukan penambahan CCTV dikawasan kampus UI. Mahaiswa setuju jika
diwajibkan meninggalkan kartu identitas seperti KTP/SIM/KTM (82%) di Pos
penjagaan sekitar pintu gebatama Universitas Indonesia untuk mengakses UI
diatas pukul 23.00WIB.
Menurut mahasiswa UI, akses gerbatama dapat dibuka untuk pihak-pihak
tertentu saja seperti mahasiswa (82,7%), orang tua (60,3%) serta pihak luar yang
memiliki urusan jelas seperti ambulance, pemadam kebaran, jemputan seperti
ojek/taksi (7,7%).
80
Pemamaparan di atas menunjukkan bagaimana pandangan mahasiswa UI
terhadap keamanan di UI dan kebijakan penutupan Gerbatama di atas pukul 23.00.
Hal lain yang kami soroti dari kebijakan ini adalah proses pengambilan kebijakan
yang sepihak tanpa adanya diskusi dengan mahasiswa. Inilah yang menjadi
keributan di awal oenerapan kebijakan. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahui
kebijakan ini dan merasa kaget. Mungkin hal inilah pula yang menyebabkan
mayoritas mahasiswa tidak setuju dengan kebijakan ini berdasarkan survei.
Kebijakan Gerbatama ini merupakan contoh kecil dimana pembuatan kebijakan di
UI belum sepenuhnya melibatkan mahasiswa sebagai stakeholder terbesar di
kampus, padahal kebijakan yang dikeluarkan UI tak jarang objek terbesarnya
adalah mahasiswa. Kami berharap lebih banyak pelibatan secara luas bagi
mahasiswa dalam kebijakan yang dibuat UI terutama yang memiliki dampak
lagsung ke mahasiswa.
Pelayanan Bis Kuning
Mahasiswa UI berjumlah lebih dari 8000 mahasiswa telah menggunakan
atau setidaknya mengenal transportasi publik di kampus yaitu Bis Kuning UI.
81
Sehari – hari Bis Kuning atau Bikun telah mengitari kampus UI untuk mengantar
mahasiswa ke fakultas masing – masing. Bisa dikatakan bahwa Bikun ini
merupakan nyawa dari sekian banyak mahasiswa karena banyak mahasiswa
bergantung terhadap Bikun sebagai transportasi gratis.
Di sisi lain, besarnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan bikun
menyimpan dilema. Kebijakan baru dari rektorat yang membuat jeda antar satu
bikun dengan bikun lain selama 6 menit memberikan dampak. Sopir Bikun yang
sangat loyal dalam melakukan pekerjaan hak – hak nya pun kurang terpenuhi. Hak
– hak sopir yang kurang terpenuhi adalah waktu makan dan beribadah di jam
12.00 dan di jam 18.00. Hal ini dapat berpotensi pada kurang optimalnya kerja
sopir, mogoknya para supir, atau pengunduran diri. Terkait hal ini, Departemen
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016 telah melakukan
survey kepada mahasiswa untuk mencari solusi nya sekaligus pula mencari tahu
pandanga mahasiswa terkait fasilitas dan kepuasan mereka terhadap pelayanan
Bikun.
Sebanyak 354 responden berpartisipasi dalam survei ini. Persebaran
angkatan responden pun beragam yaitu sebanyak 41,5% angkatan 2015, 38,4%
angkatan 2014, 16,4% angkatan 2013 dan sisanya merupakan angkatan 2012 dan
ke atas. Sebanyak 68,6% responden tidak mengetahui adanya kebijakan baru
tersebut. Selanjutnya terkait dengan skala kepuasan dalam pelayanan Bikun, dari
skala 1 – 5, sebesar 40,7% memiliki kepuasan pada skala 4 dan 37,5% menilai
kepuasan mereka terhadap pelayanan Bikun di angka 3. Hanya sedikit yaitu
sebesar 2,8% yang menilai pelayanan Bikun di skala 1.
Selanjutnya, di dalam survey tersebut kami menanyakan kepada
mahasiswa apa saja kendala yang sering dihadapi oleh mereka selama naik Bikun.
Sebesar 79,4% responden menganggao ketepatan waktu Bikun dalam hadir di
halte – halte sebagai kendala. Fasilitas seperti halte yang kurang penerangan
merupakan kendala yang dirasakan oleh 45,5% responden. Kenyamanan
merupakan kendala yang dialami selanjutnya oleh 30,5% responden dan
Keamanan sebanyak 27,7%. Dengan adanya data ini, diharapkan adanya suatu
perbaikan terkait dengan fasilitas – fasilitas agar mahasiswa semakin gemar
82
menggunakan Bikun dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. CCTV di dalam
Bikun merupakan hal yang di inginkan oleh 79,4% responden. Perbaikan terhadap
Air Conditioner (AC) di dalam Bikun disarankan oleh 47,5% responden karena
tidak semua Bikun memiliki AC yang sejuk. Terakhir adalah terkait dengan
kebersihan Bikun yang menurut 36,7% responden perlu ditingkatkan lagi.
Terkait dengan hak – hak sopir Bikun yang sebelumnya telah disinggung,
beberapa solusi diajukan oleh mahasiswa. Sebanyak 60,7% responden
menyatakan bahwa sebaiknya agar hak – hak tersebut terpenuhi, rektorat
sebaiknya menambah jumlah supir Bikun dan memberikan waktu jeda antar jam
12.00 – 12.30 dan 18.00 – 18.30 untuk beribadah dan makan. Ini merupakan ide
yang sangat baik dalam memenuhi hak – hak supir Bikun yang selama ini telah
dengan sabar melayani para mahasiswa dalam mengantar mereka dari satu halte
ke halte lainnya.
Oleh sebab itu, terkait dengan kajian mengenai Bis Kuning ini,
Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016
mengharapkan adanya suatu perubahan menuju kebaikan, agar lebih nyaman bagi
para pihak, yaitu pihak supir Bis Kuning, Rektorat dan Mahasiswa. Ini merupakan
hal yang baik untuk dilakukan untuk meningkatkan integrasi yang baik antara para
pihak dan agar tidak ada saling yang dirugikan dan menjadi suatu kemungkinan
untuk terjadi konflik. Kami mengharapkan pihak Rektorat bersedia untuk
mendengar atas saran yang diberikan oleh mahasiswa UI terkait dengan fasilitas
Bis Kuning dan sopir Bis Kuning.
Permasalahan Dana Kemahasiswaan
BEM UI sebagai organisasi yang berada dalam naungan direktorat
kemahasiswaan tentunya memiliki hak untuk mendapatkan pendanaan dalam
penyelenggaraan program kerja BEM UI. Terdapat beberapa macam dana yang
diberikan Rektorat melalui Direktorat kemahasiswaan, yaitu dana operasional
yang diberikan setiap bulan dan bantuan dana kegiatan. Penentuan besaran dana
bantuan kegiatan dapat dibedakan menjadi dua cara. Jenis pertama, beberapa
83
program kerja BEM UI besaran dana bantuan kegiatan sudah ditentukan di awal
tahun. Biasanya ini dilakukan untuk program kerja yang sudah cukup besar dan
rutin setiap tahunnya diselenggarakan oleh BEM UI. Jenis kedua adalah besaran
dana bantuan kegiatan ditentukan setelah BEM UI mengajukan permohonan
bantuan dana.
Permasalahan yang ingin kami angkat terkait bantuan dana adalah besaran
dana yang kami dapatkan pada tahun 2016 relatif lebih kecil dibandingkan dengan
tahun lalu. Hal ini kami ketahui sebagai dampak atau akibat pemotongan yang
dilakukan oleh keuangan UI pada pos anggaran Direktorat Kemahasiswaan.
Sebagai contoh kegiatan Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI (OIM UI) pada tahun
2016 hanya mendapatkan dana bantuan sebesar 19,5 juta. Padahal, pada beberapa
tahun sebelumnya program ini mendapatkan dana sebesar 70 juta. Bantuan dana
untuk program kerja untuk BEM UI 2016 relatif lebih kecil dibandingkan tahun
sebelumnya. Kami belum bisa memaparkan data perbandingan karena belum
selesainya rekap LPJ kegiatan BEM UI 2016. Apabila proses ini telah selesai,
kami dapat menunjukkan tren perbedaannya.
Kami berharap bahwa pada tahun depan kegiatan BEM UI menjadi
prioritas dalam hal pendanaan atau seminimlanya kegiatan BEM UI tidak
dijadikan prioritas utama jika ada pemotongan dana terutama kegiatan yang
terkait dengan pelayanan terhadaop warga fakultas atau kegiatan yang selalu
diikuti oleh warga UI secara luas. Hal ini untuk menghindari dampak negatif yang
begitu luas juga karena program kerja yang kekurangan dana.
Permasalahan Renovasi Beberapa Fasilitas di UI
Pada tahun 2016 ini UI merencanakan renovasi untuk beberapa fasilitas di
kampus. Pada dasarnya mahasiswa sangat mendukung renovasi yang dilakukan
oleh pihak UI apalagi kalau memang ditujukan untuk optimalisasi kegiatan
kemahasiswaan. Namun, kami menyoroti informasi proses renovasi yang tidak
begitu jelas. Sebagaimana yang kami ketahui bahwa proses renovasi harus melalui
tender yang dilakukan oleh pihak Direktorat Logistik sedangkan DPPF berwenang
84
dalam memutuskan izin penggunaan fasilitas termasuk kapan penutupan gedung
untuk renovasi.
Pada tahun 2016, UI merencanakan renovasi pada gymnasium dan balai
sidang. Evaluasi dari kami adalah penutupan gedung yang terlalu cepat dengan
alasan renovasi padahal renovasi belum dumulai karena tender yang dilakukan
oleh Direktorat Logistik belum selesai. Hal ini menyulitkan mahasiswa yang ingin
menggunakan fasilitas tersebut mengingat kebutuhan akan ruangan begitu tinggi.
Mahasiswa sempat mengalami keningungan dan kekhawatiran karena gymnasium
sebagai tempat olahraga untuk Ukor dan kompetisi olahraga yang dimiliki BEM
UI maupun Fakultas tidak bisa digunakan berdasarkan keterangan DPPF. Waktu
oengerjaan renovasi sangat disayangkan direncanakan pada buan yang padat akan
acara olahraga. Kasus yang sama terjadi pada balai sidang.
Beruntungnya permasalahan ini dapat diatasi dengan aktifnya BEM UI
dalam menanyakan perkembangan proses tender pengerjaan renovasi. Selain itu
BEM UI aktif melakukan negosiasi penggunaan fasilitas untuk kegiatan
kemahasiswaan. Meskipun dapat diatasi, kami menyarankan bahwa kedepan
rencana renovasi yang akan dilakukan oleh pihak UI terutama pada fasilitas
dengan kebutuhan pemakaian yang tinggi di kalangan mahasiswa dapat
diinformasikan sejak awal tahun beserta timeline rinci yang dimiliki UI. Selain itu
ada baiknya mahasiswa dilibatkan dalam rencana renovasi tersebut terutama
dalam hal menentukan renovasi semacam apa yang dibutuhkan dan waktu
pengerjaan renovasi yang tepat.
85
ASPIRASI BEM FAKULTAS KEDOKTERAN
1. Lapangan
Keberadaan lapangan di RIK menjadi salah satu kebutuhan bagi
mahasiswa FKUI yang berkuliah di Depok. Hal ini dikarenakan
banyaknya seminat-seminat olahraga yang ada di FKUI, diantaranya
futsal, basket,voli, dan bulu tangkis. Seminat-seminat tersebut
membutuhkan lapangan untuk latihan rutin maupun persiapan dalam
perlombaan. Selama ini, apabila ingin menggunakan lapangan, mahasiswa
FK terpaksa menyewa lapangan yang ada di sekitar UI. Tentunya, hal ini
membutuhkan banyak dana karena latihan yang dilakukan bersifat rutin
tiap minggu dan intensif tiap hari apabila dalam persiapan lomba.
Ditambah lagi, seminat yang membutuhkan lapangan tidak hanya satu dan
biaya sewa lapangan tidaklah murah. Jika diakumulasikan, dana yang
digunakan hanya untuk lapangan saja sangatlah banyak.
Menghadapi kondisi ini, BEM IKM FKUI telah mengajukan surat
permohonan penyediaan lapangan bagi mahasiswa FK ke Direktur
Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas UI. Namun, sampai sekarang,
belum ada kejelasan mengenai hal ini. Permasalahan lapangan ini juga
telah dibawa ke Sosialisasi Fasilitas UI yang diadakan oleh bagian
Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas UI. Solusi yang diberikan pada
saat itu adalah pembangunan sports centre. Namun, solusi yang diberikan
ini hanyalah solusi jangka panjang mengingat bahwa pembangunan sports
centretentunya menghabiskan waktu yang lama. Apalagi,sampai sekarang,
target waktu pembangunan sportc centre belum ada dikarenakan alasan
dana. Oleh sebab itu, kami mengharapkan solusi jangka pendek untuk
permasalahan yang terjadi di fakultas kami. Tentunya, kami sangat
mengharapkan pembangunan lapangan di lingkungan RIK apabila ini
memungkinkan bagi pihak UI. Jika tidak, kami berharap pihak UI
menyediakan alternatif lain, seperti pengalihfungsian lapangan yang
kurang terpakai di UI khusus untuk FK.
86
2. Biaya Pendidikan Klinik
Masalah lain yang dihadapi oleh mahasiswa FK adalah
ketidakjelasan mengenai sistem biaya pendidikan klinik. Hal ini dialami
oleh mahasiswa tingkat 4, peralihan dari mahasiswa preklinik menjadi
klinik. Pada masa peralihan tersebut, sistem SIAKNG mahasiswa tingkat 4
akan berubah sehingga mahasiswa yang sebelumnya BOPB harus
mengajukan perpanjangan ke fakultas. Namun, sampai sekarang, belum
ada kejelasan ataupun sosialisasi dari pihak UI mengenai sistem biaya
pendidikan manakah yang berlaku bagi mahasiswa FKUI yang akan
memasuki klinik, apakah mengikuti sistem biaya pendidikan yang baru
(BOPB dan BOPP) atau tetap dengan sistem yang lama (BOPB). Oleh
karena itu, kami mengharapkan sosialisasi secepatnya mengenai sistem
biaya pendidikan untuk mahasiswa klinik FKUI.
87
Aspirasi Fakultas Kedokteran Gigi
Permasalahan yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi masih cukup banyak,
berikut ini adalah beberapa permasalahan yang kami rasa merupakan sebuah
permasalahan yang dapat dipecahkan dengan adanya campur tangan pihak
rektorat. Permasalahannya antara lain:
1. Permasalahan Parkir
Permasalahan parkir cukup meresahkan terutama kegiatan parkir yang ada
di kampus Salemba. Permasalahan yang kami rasa adalah masalah tarif
parkir yang menurut hasil diskusi serta kajian kami masih tergolong
mahal. Dalam perspektif kami seharusnya peningkatan atau kenaikan
biaya parkir harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan parkir itu
sendiri. Dalam beberapa investigasi yang kami lakukan terdapat beberapa
kekurangan :
Terbatasnya jumlah lahan parkir, selain terbatasnya jumlah lahan
parkir akibat banyak sekali lahan parkir yang hanya dikhususkan
untuk orang-orang tertentu. Apabila hendak menggunakan lahan
parkir tersebut kita harus meminta izin serta memberikan sejumlah
uang kepada satpan atau petugas yang sedang bertugas.
Ketidakteraturan lahan parkir yang ada di Salemba, merupakan
satu dari banyak hal yang menjadi sorotan.
Pada awal tahun 2016 ini kami melakukan advokasi untuk
menanyakan masalah parkir di Salemba kepada Bagian DPPF UI,
bertemu langsung dengan Pak Ganjar. Beliau menuturkan bahwa
akan dibangunnya lahan parkir baru bertingkat di dekat area
kampus pascasarjana FE UI. Namun hingga kini belum diketahui
lagi progress dari hal tersebut.
Lahan parkir motor yang sangat terbatas di area kampus Fakultas
Kedokteran Gigi kembali menjadi sorotan, selain itu keamanan
mengenai fasilitas penitipan helm belum ada. Padahal diharapkan
dengan adanya kenaikan biaya parkir, seharusnya terjadi
88
peningkatan dan perbaikan fasilitas yang ada. Dari survei yang
kami lakukan masih banyak sekali sivitas yang mengeluh dengan
keadaan yang seperti itu.
2. Pengadaan Lapangan
Masalah lapangan yang sampai saat ini belum ada kejelasan dari
pihak fakultas serta universitas. Topik mengenai lapangan ini sebenarnya
sudah muncul sekitar 2 tahun lalu, semenjak adanya kepindahan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi ke kampus Depok (Gedung
Rumpun Ilmu Kesehatan). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa selain kegiatan akademik adalah kegiatan non-akademik
berupa olahraga. Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi pada
khususnya merasa memiliki keterbatasan akses dalam menggunakan
lapangan yang ada di UI. Sehingga FK dan FKG sudah mencoba
melakukan advokasi untuk membangun lapangan di RIK, namun hasilnya
nihil.
Pihak universitas sudah mengeluarkan statement sebenarnya untuk
menyelesaikan masalah ini, yaitu dengan adanya pengaturan jadwal
mengenai penggunaan stadion dan gymnasium serta penggunaan faculty
club untuk kegiatan olahraga yang dibutuhkan oleh fakultas-fakultas
terutama fakultas yang tidak memiliki sarana olahraga sendiri. Selain itu
universitas juga menjanjikan untuk membuatkan sebuah sarana olahraga
baru yang teritegrasi dan bisa digunakan oleh semua fakultas. Namun hal
tersebut sampai saat ini belum ada keberlanjutannya karena sebenarnya
cukup mengganggu kegiatan akademik berupa kegiatan olahraga yang
harus dilakukan di luar universitas dan membutuhkan dana yang tidak
sedikit hanya untuk sekadar melakukan kegiatan olahraga.
3. Kegiatan Klinik (Koass Fakultas Kedokteran Gigi)
Tidak dipungkiri bahwa beberapa fakultas, salah satu di antaranya
adalah FKG memiliki jenjang pendidikan lanjutan (pendidikan profesi)
sebagai lanjutan dari program Strata 1. Masalah yang ada di pendidikan
profesi sangat banyak, namun salah satu diantaranya adalah mengenai
89
biaya profesi yang cukup mahal sehingga memberatkan beberapa
mahasiswa di FKG. Salah satu akibat yang ada dari hal tersebut adalah
masih adanya mahasiswa yang tidak mampu melanjutkan kegiatan
profesinya karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan baik dari
kegiatan profesi maupun pembayaran akademik tiap semesternya.
Laporan terakhir menyebutkan bahwa masih ada mahasiswa yang
memiliki tunggakan cukup besar sehingga tidak mampu melanjutkan
kegiatan profesinya. Tunggakan yang cukup tinggi juga tidak diketahui
oleh banyak pihak. Harapan terbesar dalam masalah ini adalah adanya
keterlibatan fakultas serta universitas dalam membantu masalah yang
terjadi pada mahasiswa profesi. Salah satu hal yang diharapkan adalah
memberikan bantuan berupa materi kepada mahasiswa tersebut serta
memberikan toleransi dalam hal tunggakan dan dibantu penyelesaiannya.
Agar hal ini tidak lagi terulang dan semua harapan para mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi dapat tercapai.
90
Aspirasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Rekor Atau Rektor?
Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas yang ada di
Indonesia. Ia juga merupakan salah satu universitas yang katanya memiliki
peringkat tertinggi di Indonesia. Tak terasa waktu demi waktu telah terlewati
dalam masa kepemimpinan ayah tercinta Bapak Rektor Universitas Indonesia.
Dalam pelayanannya pada masa kepemimpinannya saat ini, apakah sudah sesuai
dengan peringkat tersebut, UI ini sudah cukup dikatakan layak atau bahkan itu
hayalah rekor belaka agar tercatat sebagai sejarah dalam masa kepemimpinannya?
Banyak evaluasi yang telah disampaikan dengan keluarnya survey yang
dilakukan oleh BK MWA UI UM. Hal tersebut sangatlah kami dukung dan
disambut dengan baik sebagai salah satu cara untuk menyampaikan keluh kesah
dari mahasiswa FMIPA untuk Bapak. Ada beberapa poin yang dirasa kami
fokuskan, diantaranya terkait biaya pendidikan, fasilitas di UI, dan fasilitas di
fakultas.
Biaya pendidikan merupakan salah satu topik bahasan yang mungkin
sudah banyak pembicaraannya. Kami tidak bosan untuk mengingatkan kembali
bahwa UI merupakan kampus rakyat bukan kampus elitis walau memang elitis
pun merupakan bagian dari rakyat. Biaya pendidikan saat ini, dirasa masih cukup
mahal bagi beberapa mahasiswa, terlebih dengan publikasi pemilihannya, tata cara
membayarnya, dan mekanisme updatenya yang masih jauh dari masif. Hasil
survey pun menunjukkan bahwa memang informasi tersebut kebanyakan didapat
dari lembaga kemahasiswaan, bukan dari pihak rektorat ataupun dekanat. Sebuah
kualitas yang baik atau rekor yang tinggi, tidak harus dibayar dengan biaya yang
tinggi pula. Kami rasa, UI masih bisa mengencangkan pendanaan jalur ventura
agar biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa bisa lebih rakyat
kembali. Bukankah itu juga merupakan sebuah rekor bila UI merupakan
universitas dengan biaya pendidikan sangat murah dengan peringkat universitas
91
tertinggi dan terbaik di Indonesia? Kami rasa jawabannya iya.
Fasilitas di UI dirasa masih cukup baik, namun memang masih adanya
beberapa hal yang terpikirkan oleh kami. Fasilitas di UI perlu adanya penjagaan
dan perawatan yang baik dan sesuai dengan tujuan diadakannya fasilitas tersebut.
Sebutlah lampu jalan, tujuannya agar di jalan UI tidaklah gelap, di samping itu
agar tindak yang senonoh tidak terjadi di kawasan UI, namun pada eksekusinya,
masih banyak lampu jalan yang tidak menyala atau bahkan tidak ada lampu jalan
pada luas kawasan tertentu dan masih banyak lagi terkait fasilitas di UI yang perlu
diadakan, dijaga, dan dirawat dengan baik.
Lain halnya dengan fasilitas di UI, fasilitas di fakultas dirasa masih
banyak yang perlu diadakan dan dimanfaatkan dengan optimal. Layaknya sebuah
alat pembantu, fasilitas yang ada bukanlah suatu barang yang hanya didiamkan
tidak dipakai atau bahkan hanya sebagai pajangan agar terlihat elegan. Mungkin
memang masih sulit untuk pengadaan secara cepat, tapi kami ingin agar
pengadaan fasilitas ataupun renovasi fasilitas yang ada tetap berjalan walaupun
secara berkala, bukan hanya janji manis belaka. Setelah ada ataupun telah
direnovasi, jangan sampai dipersulit pemakaiannya dengan alasan mengotori atau
merusak fasilitas tersebut setelah digunakan. Apa gunanya ada fasilitas tersebut
jika hanya sebagai pajangan dan tidak bermanfaat bagi elemen fakultas yang ada?
Kami pun sadar bahwa fasilitas tersebut merupakan milik bersama, bukan hanya
milik jajaran pimpinan dekanat atau rektorat. Fasilitas tersebut pula harus dijaga
dan dirawat bila telah dipakai. Kami ingin agar pemakaian fasilitas yang ada
dipermudah dan kita bekerja sama untuk menjaga serta merawatnya dengan baik.
Tulisan ini kami buat bermaksud untuk evaluasi Bapak Rektor tercinta,
tentunya dalam eksekusinya, kami pun tidak akan lepas tangan. Kami sadar bahwa
membangun UI ini bukan hanya soal rektor saja, namun elemen lain juga ikut
berperan aktif di dalamnya. Bila kami diminta untuk memilih rekor UI tinggi,
baik, dan bermanfaat atau rektor yang mencintai mahasiswanya, kami akan
memilih rekor UI tinggi, baik, dan bermanfaat dengan dipimpin oleh rektor yang
92
mencintai mahasiswanya. Semoga dengan tulisan ini, aspirasi kami sebagai
mahasiswa khususnya mahasiswa FMIPA dapat tersampaikan dan menjadi
semangat lebih dalam membangun Kampus UI tercinta ini sehingga kita tidak
hanya mengejar sebuah rekor saja, namun rekor yang memiliki manfaat yang
lebih banyak untuk UI sendiri dan Indonesia.
93
Aspirasi Fakultas Hukum
Evaluasi Rektor
1. Biaya Pendidikan
Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan
sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari
angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk
Rektor terkait biaya pendidikan di Universitas Indonesia.
Pertama, dari hasil survey mengenai pengetahuan mahasiswa terhadap
sistem pembayaran di Universitas Indonesia, mekanisme pembayaran Biaya
Operasional Pendidikan (BOP) baik yang Berkeadilan (BOPB) maupun
Pilihan (BOPP) dengan metode Cicil tidak banyak diketahui oleh mahasiswa.
Padahal, metode Cicilan ini sangat membantu mahasiswa yang kesulitan
secara finansial dan faktanya banyak mahasiswa di FHUI yang mengajukan
permohonan pembayaran BOP dengan metode Cicil.Hal ini menunjukkan
bahwa pihak Rektorat kurang memberikan sosialiasi terhadap metode Cicil
(terlebih setelah metode cicil dihapuskan dari salah satu metode pembayaran
mahasiswa baru) dan ketidakseragaman informasi serta metode pembayaran
metode cicil antar fakultas di UI yang menimbulkan kebingungan dan
kerancuan. Seperti contoh, informasi mengenai pengajuan metode cicilan di
FH mengalami salah tanggal, yaitu sempat dilakukan pada pertengahan bulan
Juni 2016, padahal pengajuan metode cicilan baru dilaksanakan pada bulan
November 2016. Hal ini dikarenakan kurangnya briefing dari pihak
kemahasiswaan UI dengan pihak kemahasiswaan fakultas. Lalu, di FH
terdapat perubahan sistem cicilan, di mana pada awalnya cicilan dilaksanakan
3 kali dalam jangka waktu 3 bulan (Januari, Februari, dan Maret 2017),
sekarang cicilan dilaksanakan 3 kali dalan kurun waktu 23 Januari hingga 20
Februari 2017. Perubahan ini tidak didasarkan atas alasan yang jelas dan
kurang efektif karena jangka waktu antar cicilan yang masih
94
berdekatan.Seharusnya pihak Rektorat membuat mekanisme cicil yang saklek
bagi seluruh fakultas di UI sehingga tidak terdapat perbedaan seperti ini yang
memunculkan kerancuan.
Kedua, mengenai Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan
(BOPB).Dari hasil survey, 71.1% mahasiswa FHUI mengaku tidak mengurus
berkas BOPB yang seharusnya merupakan HAK dasar bagi mahasiswa
UI.Setelah kami teliti lebih lanjut terdapat beberapa alasan mendasar yang
menyebabkan banyak mahasiswa FHUI tidak mengurus berkas BOPB.Alasan
pertama ialah mereka kurang mengenal dan mengerti sistem pembayaran
BOPB.Hal ini menunjukkan ketidakberhasilan sosialisasi pihak Rektorat
terkait sistem pembayaran ini.Alasan kedua, mereka menganggap bahwa
berkas-berkas yang perlu disiapkan cukup menyulitkan mahasiswa, khususnya
mahasiswa yang berasal dari luar daerah di mana cukup sulit mengirim berkas
yang dibutuhkan ke UI. Alasan ketiga, muncul stigma yang seolah-olah dibuat
oleh pihak Rektorat bahwa BOPB merupakan suatu "sistem bantuan bagi yang
tidak mampu", padahal BOPB merupakan mekanisme yang menyesuaikan
besaran BOPB dengan kemampuan penanggung BOP yang akan sangat
membantu mereka, dan hal itu tidak serta merta membuat mereka terlabel
"tidak mampu". Alasan terakhir ialah kadang penetapan BOPB tidak sesuai
dengan pengajuan dan kemampuan dari si penanggung, sehingga percuma
mengajukan berkas BOPB toh mereka masih membayar BOP melebihi
kemampuan penanggung.Saran yang ingin kami sampaikan kepada pihak
Rektorat mengenai biaya pendidikan ini ialah memasifkan informasi mengenai
semua mekanisme pembayaran di UI sebagai bentuk transparasi dari pihak
Rektorat.Dari hasil survey ditemukan bahwa mahasiswa lebih banyak
mendapat informasi mengenai sistem pembayaran dari lembaga mahasiswa
dan sedikit sekali mahasiswa yang mendapat informasi langsung dari pihak
Rektorat. Akan sangat lebih baik jika Rektorat yang langsung memasifkan
informasi sehingga terkesan transparan, resmi, dan akanmengurangi kesalahan
informasi.
95
2. Fasilitas di UI
Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan
sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari
angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk
Rektor terkait fasilitas di UI.
Pertama, masih banyak mahasiswa FHUI yang kurang memaksimalkan
pemakaian fasilitas yang telah disediakan oleh Universitas karena
ketidaktahuan mereka mengenai fasilitas tersebut. Lagi-lagi, pihak Rektorat
kurang masif dalam memberikan informasi mengenai fasilitas, cara
peminjaman, dan lain-lain.
Kedua, mahasiswa menganggap birokrasi peminjaman fasilitas cukup
sulit.Hal tersebut membuat mereka cukup enggan meminjam fasilitas UI dan
lebih memilih menyewa fasilitas dari luar UI yang jelas-jelas lebih merugikan
UI.
Ketiga, terdapat beberapa fasilitas dalam kondisi tidak bagus.Contoh :
Sepeda Kuning, jaringan internet Perpustakaan Pusat, Musholla Gymnasium,
dan lain-lain. Padahal, mendapatkan fasilitas yang memadai guna mendukung
kegiatan perkuliahan merupakan salah satu hak sebagai kontraprestasi atas
kewajiban mahasiswa membayar BOP, namun Rektorat tidak memenuhi
kewajibannya dengan baik.
Alasan terakhir ialah, mahalnya biaya sewa fasilitas di UI.Seperti
contoh adalah Faculty Club.
Saran yang ingin kami berikan terhadap Rektor mengenai fasilitas di
UI ialah lebih memasifkan lagi informasi seputar fasilitas UI, bekerja sama
dengan pihak fasilitas Fakultas, dan melakukan perawatan yang lebih intensif
terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di UI.
3. Fasilitas di Fakultas (FH)
96
Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan
sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar
dari angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa
evaluasi untuk Rektor terkait fasilitas di fakultas, dalam hal ini Fakultas
Hukum.
Pertama, yang paling mencolok terhadap fasilitas di kampus FH UI
adalah lahan parkir, berdasarkan jawaban responden terkait tingkat
kepuasan terhadap lapangan parkir masih bisa diperdebatkan, karena
hampir setengah dari total responden menunjukkan ketidakpuasan
terhadap lahan parkir.Hal tersebut memang bisa dilihat bahwa kondisi
lahan parkir di kampus FH UI memang kurang luas dan tidak bisa
mengakomodasi kebutuhan parkir bagi para pembawa kendaraan di FH
UI, khususnya kendaraan roda empat (mobil) dan jalannya yang tidak rata.
Kedua, yang menjadi perhatian bagi mahasiswa FH UI adalah
kantin, berdasarkan statistik tingkat kepuasan responden terhadap kantin
memang cukup bagus, yakni bisa dibilang bahwa hampir 2/3 (dua pertiga)
dari total responden puas terhadap fasilitas kantin. Namun perlu menjadi
perhatian bahwasanya kantin di FH UI tidak hanya merupakan tempat bagi
mahasiswa maupun civitas academica lainnya bahkan tenaga non pendidik
untuk mengisi perut saja, kantin di FH UI lebih dari sekedar itu,
beradasarkan hasil survey menunjukkan bahwa responden menginginkan
agar kantin bisa lebih diperluas karena pada dasarnya kantin merupakan
rumah kedua untuk istirahat dan bersenda gurau satu sama lain di saat
istirahat maupun sesudah kuliah. Kantin merupakan faktor yang paling
vital untuk memahasiswakan mahasiswa.
Ketiga, adalah mushola yang sebagian besar dari responden
mengeluhkan bahwasanya mushola yang terdapat di kampus FH UI
kurang luas dan kurang bisa menampung civitas academica yg ingin
beribadah karena hanya berukuran kecil.
Keempat terkait toilet, sebagian besar dari toilet di FH terkesan tidak
pernah terurus dan di-maintenance nyatanya karena banyak toilet yang tidak
97
layak dipakai, seperti tempat duduk toiletnya yang rusak, cerminnya rusak,
bahkan pintu yang rusak.Selain itu, alat-alat kebersihan seperti sabun cuci
tangan juga masih tidak terdapat di beberapa toilet dan hal-hal kecil yang
berpengaruh besar ini seharusnya lebih diperhatikan.
4. Sumber Daya Manusia
Tidak banyak yang menjadi perhatian dalam aspek ini, dikarenakan
memang responden menganggap bahwa kualitas sumber daya manusia di
kampus FH UI baik tenaga pendidik maupun non pendidik sudah dianggap
mampu mengerjakan tugas nya dengan baik dan ramah.Namun satu hal yang
menjadi perhatian adalah terkait Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM).
Hampir setengah dari total responden menganggap bahwa efektivitas dari
EDOM sendiri masih dipertanyakan karena pada dasarnya mahasiswa belum
tau seberapa penting EDOM yang diisi di saat akhir semester oleh mahasiswa
untuk menilai dosen dalam menjalankan tugasnya berpengaruh secara efektif
sebagai evaluasi bagi diri dosen masing-masing.
5. Keamanan dan Ketertiban
Jam Malam menjadi isu yang hangat yang harus diperhatikan dalam
aspek ini. Hampir 80% dari total responden tidak setuju dengan adanya jam
malam. Hal ini menjadi evaluasi juga terhadap kebijakan yang dikeluarkan
oleh Rektorat, karena dianggap dengan adanya kebijakan jam malam ini
bukannya menyelesaikan solusi kemanan, namun malah melahirkan masalah
lainnya, yang mana mungkin menjadi dasar dan alasan bagi responden
terhadap kecewaan kebijakan ini.
Selanjutnya adalah penerangan UI, 92% dari total responden menganggap
bahwa penerangan di UI BELUM memadai, hal ini sangat menjadi
evaluasi juga bagi DPPF UI untuk lebih memperhatikan tentang penerangan.
6. Kemahasiswaan
98
Dalam aspek ini, kita bisa melihat bahwasanya pada intinya mahasiswa
masih membutuhkan transparansi dan bentuk konkrit dari rektorat dalam hal
dukungan terhadap kegiatan kemahasiswaan yang berada di naungannya,
dikarenakan jawaban responden yang bisa dibilang split decision, yaitu 50:50.
Namun dalam hal dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau forum
diskusi ilmiah, 47,4% dari total responden menganggap baik dan 15,8%
menganggap sangat baik dan sisanya menganggap tidak baik. Dari angka ini
menunjukkan bahwa hampir 2/3 (dua pertiga) dari total responden
berpendapat bahwasanya dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau
forum diskusi ilmiah bisa dibilang cukup baik.
99
Aspirasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Igauan Untuk Rektorat
Setahun perjalanan saya sebagai Ketua Umum BEM FEB UI 2016
menyisakan berbagai cerita dan pengalaman yang tidak pernah saya alami
sebelumnya, khususnya komunikasi dengan pihak rektorat yang menjadi lebih
intens. Tulisan ini mungkin lebih bersifat igauan saya kepada pihak rektorat
sebagai bahan evaluasi. Ada beberapa poin utama yang saya jabarkan sebagai
berikut yang menjadi evaluasi saya kepada pihak rektorat:
1. Persoaalan Biaya Kuliah
Diawal 2016 ketika liburan semester, mahasiswa UI dikejutkan
dengan rencana rektorat dalam menaikan batas atas biaya kuliah.
Sebelumnya, pada akir bulan Desember 2015, Rektor UI, Prof.
Muhammad Anis, telah melakukan diskusi terbuka dengan mahasiswa UI
terkait biaya kuliah ini. Dalam diskusi tersebut, Rektor tegas mengatakan
bahwa ia akan tetap menaikan batas atas biaya kuliah dan akhirnya
mengularkan kata-kata pamungkasnya, “We agree to Differ”, kita sepakat
untuk berbeda antara mahasiswa dengan rektor mengenai pandangannya
mengenai biaya kuliah ini.
Menanggapi pernyataan rektor tersebut, mahasiswa UI pun
melebur membentuk gerakan bernama UI Bersatu untuk menolak kenaikan
batas atas biaya kuliah. BEM FEB UI pun mengambil sikap yang sama
untuk menolak kenaikan batas atas biaya kuliah. Ada tiga alasan yang
melandasi kami mengambil sikap tersebut adalah belum optimalnya
pendapatan Non-Biaya Pendikan, tidak ada alasan dan acuan yang
kongkrit untuk menaikan biaya kuliah dari pihak rektorat UI, dan belum
terpusatnya pengelolaan keuangan di UI.
Permasalahan biaya kuliah bukan hanya dilihat dari sekedar
permasalah kenaikan batas atas semata. Ada masalah-masalah di tingkat
100
UI lain yang melatarbelakangi kenaikan batas atas biaya kuliah tersebut,
salah satunya adalah biaya pendidikan masih menjadi sumber pendapatan
UI yang terbesar. Padaha, dengan statusnya sebagai Perguruan Tinggi
Negeri Berbadan Hukum UI memiliki otonomi keuangan, termasuk dalam
hal mencari sumber pendapatan.
UI dapat pula mencari sumber pendapatan dengan mennglola dana
abadi, juga mencari donasi dari alumni-alumninya dan juga meningkatkan
kemitraan dengan masyarakat dan industri.Dengan hal-hal tersebut, alasan
UI menaikan batas atas biaya kuliah, yaitu kebutuhan UI akan pendaan
pengeluaran yang semakin meningkat dapat teratasi. Jangan sampai biaya
pendidikan dijadikan sebagai cara yang short term dalam menganggulangi
kebutuhan UI akan uang. Harapan kedepannya mahasiswa UI dapat
berpartisipasi dan konsisten dalam isu ini karena permasalahan biaya
kuliah merupakan masalah yang terlihat, namun banyak masalah-masalah
yang kasat mata yang melatarbelakangi kenaikan batas atas biaya kuliah
tersebut.
2. Persoaalan Izin Kegiatan Kampus
Selama saya terlibat mengurus izin kegiatan kampus saat saya
menjadi panitia Kompetisi Ekonomi 17 (Program Kerja BEM FEB UI
dibawah Departemen Keilmuan), saya tidak mendapatkan hambatan dari
pihak rektorat. Namun, ketika saya menjabat sebagai Ketua BEM FEB UI,
salah satu Program Kerja saya, yang juga merupakan kebanggaan FEB UI
dan sebuah warisan dari pendahulu-pendahulu kami, yaitu The 39th Jazz
Goes To Campus (Program Kerja dibawah Departemen Apresiasi Seni dan
Budaya) mendapatkan hambatan yang cukup berarti dari pihak Rektorat,
khususnya dari Direktorat Pengelolaan dan Fasilitas (DPPF) untuk
masalah perizinan. Sedianya kami akan meggunakan jalan UI di depan
area FEB sebagai area pintu masuk, penukaran tiket, bazaar, serta
beberapa parkiran UI sehingga membutuhkan izin dari Rektorat
Panitia bagian perizinan JGTC sedianya sudah memasukan izin
dari pertengahan tahun 2016. Namun, pihak DPPF ingin terlebih dahulu
101
mengetahui dan memeriksa laporan keuangan JGTC tiga tahun
sebelumnya. Kami dari BEM FEB UI selaku pihak yang tiap tahun
mengaudit program kerja kami, termasuk JGTC, menyiapkan hal tersebut.
Saya juga mencari tahu apakah hal ini juga diberlakukan kepada program-
program kerja lain yang memanfaatkan fasilitas UI, namun ketika saya
bertanya kepada BEM UI dengan program kerja yang cukup besar pula
seperti BK UI atau beberapa program kerja unggulan lain di BEM Fakultas
lain, hal ini tidak diberlakukan. Alasan utama pihak DPPF ingin
mengetahui laporan keuangan JGTC adalah ingin mengenakan sumbangan
kontribusi Universitas di luar biaya perizinan dan kebersihan lainnya. Saya
berusaha memeriksa apakah sumbangan ini memang diatur oleh rektorat
UI dalam bentuk Surat Keputusan Rektor atau aturan lainnya, namun
MWA UI UM dan Ketua BEM UI tidak mengetahui adanya sumbangan
tersebut. Hal yang lebih mengagetkan lainnya sumbangan ini dapat
dinegosiasikan seolah-olah tidak ada perhitungan dan besaran yang
memang diatur dalam sebuah peraturan. Akhirnya kamipun membayar
uang yang disebut sumbangan kontribusi Universitas tersebut. Saya tidak
curiga apakah uang ini dipergunakan untuk kepentingan pribadi karena
rekening yang kami tujukan untuk membayar adalah rekening UI. Namun,
sebagai evaluasi, ada baiknya biaya atau sumbangan di luar biaya
perizinan dan kebersihan juga diatur dengan aturan yang jelas sehingga
pihak panitia bisa mengestimasi tiap tahunnya biaya atau sumbangan yang
entah namanya tersebut.
3. Masalah Fasilitas Kampus dan Dana Kegiatan Mahasiswa
Selama paruh pertama saya menjabat, masalah fasilitas tidak terlalu
memberatkan kegiatan mahasiswa. Saya justru lebih mengkritik pihak
BEM UI yang dalam hal ini tidak dapat menjaga hubungan baik dengan
Rektorat sehingga menghambat Namun, ketika mulai liburan di
pertengahan tahun, masalah-masalah fasilitas mulai bermunculan, dimulai
dengan Gerbang UI yangs secara tiba-tiba ditutup aksesnya ketika jam 11
Malam. Walaupun hal ini ternyata sudah menjadi kebijakan UI yang cukup
102
lama dan lalai untuk diterapkan, namun ada baiknya pihak rektorat
melakukan sosialisasi ulang sebelum diterapkan kembali karena sejak saya
menjadi mahasiswa baru di tahun 2013 aturan ini tidak pernah berlaku.
Saya mencoba mengerti maksud dan tujuan kebijakan ini karena memang
lingkungan UI yang rawan kriminalitas, namun jangan sampai kebijakan
ini menghambat kegiatan mahasiswa, bukan hanya kegiatan dalam non
akademik, tetapi kegiatan akademik yang biasa dilakukan lewat jam 11
praktis akan terganggu. BEM Se-UI sudah pernah membicarakan hal ini
dengan pihak PLK dan menyepakati akan ada prosedur-prosedur khusus
untuk izin kegiatan mahasiswa yang melebihi jam 11, namun sampai saat
ini prosedur yang telah disepakati.
Masalah lain yang muncul adalah mengenai renovasi beberapa
fasilitas di UI yang merupakan jantung kegiatan mahasiswa seperti Gym
dan Balai Sidang yang terkesan mendadak. Saya tidak tahu apakah ini
merupakan kesalahan lembaga kemahasiswaan tingkat UI (BEM UI dan
MWA UI UM) yang tidak mengetahui dan mencari tahu lebih dahulu atau
memang pihak rektorat yang tidak melakukan sosialisasi. Saya tidak
mempersoalkan renovasi tersebut karena tujuan renovasi adalah perbaikan
fasilitas, namun yang saya permasalahkan adalah sosialisasinya. Saya
mencontohkan di FEB, dimana renovasi auditorium FEB sudah diberi tahu
sejak awal 2016 sehingga lembaga kemahasiswaan dapat mencari
alternatif kegiatan mahasiswa. Renovasi Gym tentu akan menghambat
kegiatan-kegiatan besar di UI maupun fakultas karena Gym merupakan
fasilitas yang digunakan lintas fakultas, mulai dari latihan unit kegiatan
mahasiswa bidang olah raga, pelaksanaan olimpiade UI, sampai ada
fakultas yang menggunakan Gym sebagai tempat Orientasi Mahasiswa
Baru. Untuk ketersediaannya saat Olimpiade, pihak rektorat awalnya
menjanjikan akan membuat Balairung UI sebagai gelanggang olah raga,
namun sampai Olimpiade UI sudah selesai, janji tersebut hanyalah sebuah
janji. Alasan utamanya adalah anggaran yang cukup besar dan sulitnya
mencari vendor. Seharusnya hal tersebut sudah diperhitungkan dan sudah
menjadi resiko mengingat Olimpiade UI merupakan hajat olah raga
103
terbesar di UI yang harusnya mendapatkan dukungan yang maksimal dari
pihak rektorat.
Terakhir, saya ingin memberikan evaluasi kepada Sub Direktorat
Penalaran Direktorat Kemahasiswaan UI yang sempat berencana untuk
menghilangkan dana untuk Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) UI.
Sebagai fakultas yang menargetkan OIM UI sebagai juara umum dan
menjadi salah satu penggerak budaya ilmiah di fakultas, FEB sayang
menyayangkan sikap rektorat ini. Alasan utamanya adalah karena prestasi
UI pada ajang PKM yang beberapa tahun ini tidak memuaskan, sehingga
OIM dilihat sebagai ajang yang tidak menopang target UI dalam
meningkatkan prestasinya di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(PINMAS). Walaupun anggaran tetap turun dengan penurunan yang cukup
drastis, namun hal ini sangat saya sayangkan. Saya tentu mengapresiasi
semangat dan militansi pihak rektorat yang ingin menaikan prestasi UI
pada ajang tersebut karena hal tersebut juga merupakan kebanggaan saya
sebagai mahasiswa UI. Namun, hal yang saya ingin tegaskan adalah OIM
UI dan prestasi di PINMAS atau PKM bukanlah suatu hal yang trade off,
bukan pula hal yang subtitusi karena keduanya harus berjalan secara
paralel sebagai penggerak budaya ilmiah untuk mahasiswa UI. Demikian
hal-hal yang menjadi igauan dan cerita saya dengan pihak Rektorat UI
sebagai bentuk evaluasi. Semoga tahun 2017 menjadi tahun perbaikan
untuk UI.
104
Aspirasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Selayang Pandang Dinamika Dunia Kemahasiswaan FIB UI
Oleh Moh. Agus Fuat (Ketua BEM FIB UI 2016)
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) semula
bernama Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Fakultas Sastra dibuka pada
tanggal 1 Oktober 1940 berdasarkan SK pendirian dengan nama Faculteit der
Letteren end Wijsbegeerte. Sering dengan berkembangnya dunia pendidikan di
Indonesia pada tahun 1947 nama Fakultas Sastra telah diubah menjadi Fakulteit
Sastra dan Filsafat. Perkembangan Fakultas ini tidak berhenti sampai di sini,
untuk mengikuti perkembangan jaman kebutuhan akan perbaikan keilmuan juga
turut dibenahi. Nama Fakultas Sastra dan Filsafat dikritisi ulang. Apalagi
mengingat tengah terjadi penyempitan makna tentang sastra. Sastra hanya
dimaknai sebagai karya seperti novel, puisi atupun naskah drama. Oleh karena itu,
untuk membuat wacana baru Fakultas Sastra dan Filsafat berganti nama menjadi
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Beranjak dari dinamika nama fakultas yang silih berganti menunjukkan
bahwa fakultas ini cukup luwes dalam memahami perkembangan jaman.
Dinamika ini pula yang terjadi di kehidupan kemahasiswaan. Dinamika
pergolakan kemahasiswaan di FIB UI sudah mewarnai setiap perjalanan
mahasiswa dalam setiap dekade. Mungkin tantangan setiap jaman akan berbeda.
Oleh karena itu tulisan ini akan sedikit mengulas tentang dinamika
kemahasiswaan FIB UI selama dua tahun terakhir ini.
Kurang dilibatkannya Mahasiswa dalam Mengambil Kebijakan Fakultas
Unsur mahasiswa dalam perkembangan kampus tidak bisa dielakkan
keberadaannya. Apalagi mahasiswa menjadi salah satu penopang pendapatan
kampus. Lebih-lebih apabila di dalam kampus ini diibaratkan sebuah rumah
keluarga, sudah selayaknya mahasiswa adalah bagian dari keluarga besar tersebut.
105
Oleh sebab itu sudah sepatutnya mahasiswa FIB UI merupakan bagian dari subjek
yang harus berperan aktif dalam perkembangan fakultas. Namun pada
kenyataannya di kurun waktu dua tahun terakhir ini suasana yang sangat terasa
adalah mahasiswa hanya sebagai objek.
Minimnya keterlibatan mahasiswa terjadi dibeberapa kasus kebijakan
fakultas, padahal kebijakan ini ditujukan untuk kegiatan kemahasiswaan. Di tahun
2015 isu terkait aturan penggunaan fasilitas sangat dirasakan oleh mahasiswa.
Adanya pembatasan penggunaan listrik 5000 watt dan diberlakukannya waktu
istirahat untuk auditorium gedung 9 di hari rabu menimbulkan banyak kesulitan
bagi kegiatan kemahasiswaan. Mahasiswa harus mengeluarkan ongkos lebih
apabila menggunakan listrik di atas 5000 watt. Padahal sudah selayaknya
mahasiswa mendapatkan fasilitas tersebut. Hal yang patut disayangkan lagi adalah
waktu istirahat audit gedung 9 yang harus mengambil hari Rabu dimana itu adalah
hari aktif perkuliahan. Sedangkan di hari libur sabtu dan minggu auditorium
gedung 9 bisa disewakan untuk pihak luar.
Kasus minimnya keterlibatan mahasiswa dalam menentukan kebijakan
fakultas terjadi pula di tahun 2016. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Nomor
1565/UN2.F7.D/HKP.02.04/2016 mengenai inisiasi atau ospek jurusan yang
dikeluarkan secara mendadak sehingga membuat 15 jurusan kelimpungan untuk
membuat konsep baru dalam waktu yang sangat singkat. Sosialisasi dilaksanakan
kurang dari seminggu kegiatan harus dilakukan. Cara seperti ini yang menjadikan
lembaga kemahaiswaan semakin merasa hanya menjalankan sebuah produk
kebijakan. Padahal jelas-jelas ini produk kebijakan ditujukan kepada mahasiswa
namun sangat disayangkan dalam proses pembentukan SK ini tidak ada unsur
mahasiswa yang dilibatkan dalam tim perumus SK Inisiasi.
Tahun ini banyak yang menyayangkan karena salah satu kegiatan khas
FIB yakni Petang Kreatif (PK), sebuah ajang pertunjukan teater yang melibatkan
mahasiswa baru dari 15 program studi tidak bisa dilaksanakan di semester ini. Hal
ini disebabkan karena kegiatan Petang Kreatif dianggap mengganggu akademik.
Alasan ini masih sangat sulit untuk diterima mengingat belum ada data yang
106
membuktikan akan hal itu. Apakah benar variabel kegiatan Petang Kreatif
menganggu akademik mahasiswa baru. Di awal kepengurusan pihak fakultas
memberikan peringatan kepada Ketua BEM FIB UI dan Ketua DPM FIB UI
terpilih bahwa kegiatan Petang Kreatif perlu dievaluasi. Untuk merespon itu,
lembaga Formal kemahasiswaan (LFK FIB UI) yang terdiri dari BEM, DPM,
HIMA, BO dan BSO membentuk tim add hoc yang disebut Tim Perumus PK.
Tim ini bekerja untuk menulis sejarah PK, menginventarisasi permasalahan yang
terjadi di PK, dan memberikan solusi. Dalam proses melaksanakan tugasnya, tim
ini juga berkonsultasi kepada pihak fakultas melalui manajer kemahasiswaan.
Namun setelah tim ini selesai menuntaskan tugasnya dan dibahas dalam audiensi
dengan pimpinan fakultas, hasil rumusan ini kurang diindahkan. Pimpinan
fakultas justru memberikan opsi lain supaya Petang Kreatif dilaksanakan semester
depan atau ditiadakan sama sekali.
Kasus-kasus di atas merupakan contoh bagaimana minimnya ruang
komunikasi yang dibangun oleh pimpinan fakultas dengan pihak mahasiswa.
Mungkin pelibatan mahasiswa bukanlah sebuah hal yang wajib namun kalau kita
kembali pada ibarat kampus ini adalah keluarga besar selayaknya anggota
keluarga diajak aktif untuk berembuk. Bagaimana mungkin keluarga bisa
harmonis apabila tidak ada sebuah komunikasi yang berjalan bagus. Kami semua
pasti menginginkan keluarga FIB UI ini menjadi keluarga yang harmonis dengan
adanya komunikasi mesra antar anggota.
Transparansi Dana Kemahasiswaan
FIB UI mempunyai lembaga kemahasiswaan yang cukup banyak. Tercatat
ada 32 lembaga kemahasiswaan yang dinaungi oleh FIB UI. Lembaga-lembaga
tersebut terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM), 15 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), 7 Badan Otonom
(BO) dan 6 Badan Semi Otonom (BSO). Untuk menjalankan kegiatan
kemahaiswaan lembaga-lembaga kemahasiswaan ini masing-masing mendapatkan
anggaran setiap tahun dengan rincian BEM Rp. 66.000.000, DPM Rp. 45.000.000,
BO Rp. 2.000.000, dan BSO Rp. 1.500.000. Dana ini diberikan kepada lembaga
kemahasiswaan tiap tahun dengan mengajukan RKAT. Apabila ditotal dana
107
kemahasiswaan ini sejumlah Rp. 209.000.000. Namun pada dasarnya kita tidak
mengetahui proporsi nominal itu dari mana asalnya. Berapa sebenarnya anggaran
untuk lemabaga kemahasiswaan secara keseluruhan.
Menilik data yang diperoleh dari MWA UI UM, berdasarkan RKAT FIB
UI 2016 pendapatan FIB UI Rp 49.154.907.349 dengan rincian penerimaan dari
biaya pendidikan (BP) Rp 38.425.798. 617 dan pendapatan dari non BP sejumlah
Rp 10.729.108.732. sedangkan pengeluaran yang ditargetkan sejumlah Rp
41.577.504.255 dengan rincian Rp 33.274.712.384 untuk pengeluaran
operasional, pengeluaran pengembangan sebesar Rp 8.215.841.871, dan Rp
86.950.000 untuk pengeluaran investasi. Besaran nominal ini tidak menjelaskan
secara rinci apa saja yang menjadi prioritas. Apalagi untuk dana kemahasiswaan
sama sekali tidak bisa diakses secara terbuka. Akan sangat baik apabila dalam
proses perancangan dana kemahasiswaan tidak hanya transparan, namun juga bisa
dilakukan penetapan anggaran bersama mahasiswa.
108
Aspirasi Fakultas Psikologi
Permasalahan Mau Sampai Kapan ?
Deksripsi dan Analisis Permasalahan
Dalam menyusun analisis terkait berbagai permasalahan yang ada di
Fakultas Psikologi UI, kami menggunakan beberapa sumber. Beberapa sumber di
antaranya ialah survei yang direkam dalam video, notula hasil diskusi KOMEDI,
dan data fasilitas umum yang diperoleh Departemen Kesejahteraan Mahasiswa
BEM Fakultas Psikologi UI dari tahun ke tahun. Dari ketiga sumber yang telah
kami cantumkan, terdapat tiga tema yang kami angkat untuk membahas
permasalahan yang ada di Fakultas Psikologi UI. Ketiga tema tersebut diantaranya
adalah; fasilitas fisik, transparansi/birokrasi, dan partisipasi mahasiswa.
Meskipun ketiga tema tersebut seluruhnya penting, kajian ini akan
difokuskan pada pembahasan mengenai permasalahan fasilitas fisik serta
transparansi kebijakan oleh pihak fakultas. Alasan di balik pembahasan masalah
yang dikerucutkan ke dalam tema ini adalah bahwa tema tersebut bersifat konkret
dan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat apabila direncanakan sejak
awal. Membahas tentang fasilitas fisik, berbagai fasilitas yang disediakan oleh
fakultas dianggap perlu dikembangkan maupun direnovasi baik oleh mahasiswa
maupun fakultas. Fasilitas-fasilitas tersebut di antaranya adalah Student Center
(SC), lapangan, kantin lama, ruang baca, dan kancil. Berikut akan dibahas satu per
satu permasalahan yang berkaitan dengan fasilitas-fasilitas tersebut.
2.1 Permasalahan Fasilitas
2.1.1 Student Center (SC)
SC adalah sebuah ruangan di sebuah kampus yang dapat
digunakan mahasiswa untuk melakukan segala kegiatan
109
kemahasiswaan. Karenanya, SC merupakan tempat utama bagi
para mahasiswa untuk berkumpul dengan komunitas, organisasi,
atau perkumpulan aktivitas kemahasiswaan lainnya. Hakikat
fungsional SC secara alami pun berkembang menjadi sarana dan
wadah untuk melakukan latihan persiapan perlombaan, diskusi,
rapat kepanitiaan, dan sebagainya. SC diharapkan menjadi tempat
yang paling nyaman untuk digunakan mahasiswa dalam melakukan
aktivitas kemahasiswaan yang digelutinya. Setelah menelaah lebih
jauh fungsi SC yang begitu penting, kami ingin melihat dan
menganalisis kondisi SC di Fakultas Psikologi UI saat ini. Namun,
dari apa yang kami temukan, kami menarik kesimpulan bahwa SC
Fakultas Psikologi UI belum menjadi tempat yang nyaman dan
memiliki fasilitas yang memadai untuk para mahasiswa Psikologi
UI beraktivitas.
2.1.2 Lapangan
Lapangan Fakultas Psikologi UI merupakan tempat berlatih
yang digunakan oleh berbagai kelompok peminatan, terutama KP
bidang olahraga. Berbagai kelompok peminatan menggunakan
lapangan sebagai fasilitas untuk berlatih rutin maupun bertanding
dalam perlombaan yang diselenggarakan, misalkan program kerja
Psygames dari BEM, Tropi, Cholleague dari KP FC08, selain itu
lapangan juga digunakan dalam kegiatan lain seperti KAMABA,
Tenda Purnama, dan lainnya. Hampir seluruh kelompok peminatan
yang menggunakan lapangan seperti FC08, KP Basket, KP Voli,
KP Taekwondo, dan sebagainya, merasa bahwa lapangan
seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai tempat
mengasah potensi kontingen mahasiswa fakultas psikologi yang
memiliki minat dan bakat dalam bidang olahraga.
Akan tetapi, semenjak diperbaiki pada awal tahun ajaran
2015/2016 (sekitar bulan Agustus 2015), kualitas lapangan yang
110
sudah baik hanya bertahan sebentar dan kembali dalam kondisi
yang kurang layak digunakan untuk berlatih. Kondisi lapangan
yang memiliki banyak lubang di berbagai bagian lapangan sangat
dikeluhkan oleh pemain karena dianggap membahayakan, terutama
apabila ada air yang menggenang. Hal ini sangat disayangkan
karena salah satu alasannya adalah selain kualitas semen yang
kurang baik, ketika cuaca ekstrim, lapangan yang tidak terlindungi
oleh atap juga menjadi lebih mudah rusak. Kondisi lantai lapangan
pun menurut banyak pengguna lapangan dirasakan tidak ‘rata’,
sebab setelah hujan air selalu menumpuk di tengah lapangan.
Selain itu, lampu yang dipasang pada lapangan dianggap pemain
kurang seimbang sehingga cukup mengganggu jarak pandang
pemain yang memengaruhi jalannya pertandingan. Khusus untuk
KP Basket, ring yang ada juga sudah tidak layak pakai karena
hanya terdiri atas ring tanpa jaring-jaring basket. Juga khusus
untuk KP FC08 (Futsal), gawang yang ada pun sudah dalam
kondisi yang kurang baik dan perlu beberapa kali diperbaiki
dengan cara dilas, yang perlu merogoh kocek lumayan dalam dari
anggota. Permasalahan fisik lain dari lapangan juga adalah tribun
penonton yang masih kurang cukup untuk menampung penonton
yang banyak (misal dalam program kerja Tropi yang mengundang
supporter dari berbagai fakultas) dan tempatnya yang berada di
dalam lapangan sehingga bola berisiko mengenai penonton, juga
perihal garis batas out/kick in yang seharusnya ada minimal 50cm
dari pinggir lapangan belum ada.
2.1.3 Kantin Lama
Kantin Lama merupakan salah satu dari dua kantin yang
tersedia di Fakultas Psikologi UI pada periode 2016 selain dari
Kancil. Kantin Lama ini sendiri menjadi salah satu pojok favorit
mahasiswa untuk berbagai macam aktivitas seperti makan, diskusi,
111
mengerjakan tugas, ataupun sesederhana menggunakan koneksi
internet karena sinyal yang cukup kencang di kantin ini. Selain
menjadi tempat untuk makan dan berkumpul, Kantin Lama pun
menjadi tempat yang istimewa karena berbagai macam acara
Psikologi yang diadakan oleh sivitas akademika psikologi maupun
dari luar sering diadakan di tempat ini.
Hal ini dapat dimaklumi karena tanah Fakultas Psikologi
yang cukup sempit dan terbatas sehingga sivitas didorong untuk
memanfaatkan setiap ruang yang disediakan. Mulai dari acara
besar Mahasiswa Baru, acara Tenda Purnama, eksplorasi calon
ketua BEM, jamming musik, latihan tari, kunjungan BEM, dan
sederet kegiatan pernah diadakan di Kantin Lama. Meskipun
memang harus mengerahkan tenaga untuk mendorong meja dan
menyusun kursi. Kegiatan mahasiswa yang baru-baru ini
membutuhkan ruang Kantin Lama adalah salah satu acara seni
terbesar yang diselenggarakan oleh mahasiswa Psikologi UI yaitu
Tin Republic, serta persiapan tari untuk lomba oleh klub tari
Psikologi yaitu Kencana Pradipa.
Ditengah-tengah sederet kegiatan mahasiswa tersebut, tiba-
tiba saja Kantin Lama ditutup dari akses untuk aktivitas apapun
karena akan didirikan Kantin Tertutup. Pemberitahuan yang
didapatkan oleh sivitas hanyalah jarkoman informal yang
disebarkan oleh sesama mahasiswa tanpa ada pemberitahuan resmi.
Padahal menurut kami, seharusnya kanal informasi seperti SIAK-
NG (Sistem Informasi Akademik-Next Generation) dimanfaatkan
untuk memberitahukan informasi seperti renovasi. Alangkah lebih
baik lagi juga bila informasi seperti renovasi diberitahukan dari
jauh-jauh hari.Renovasi Kantin Lama menunjukkan betapa
sedikitnya informasi yang dimiliki mahasiswa terkait hal-hal yang
berlangsung di fakultasnya sendiri. Kurangnya informasi,
sosialisasi, serta transparansi mengakibatkan beberapa pihak
merasa dirugikan terutama pihak-pihak yang sangat bergantung
112
pada ruang luas untuk melaksanakan kegiatannya. Fenomena ini
menyadarkan kami bahwa mahasiswa yang merupakan bagian dari
Fakultas Psikologi UI memiliki hak untuk mengetahui apa saja
yang telah, sedang, dan akan berlangsung.
Dalam konsepnya, transparansi itu sendiri merupakan salah
satu aspek penting dalam membangun good governance atau
pemerintahan yang baik. Menurut Kim et al. (2005, dalam
Gberevbie, 2014) transparansi memiliki makna bahwa informasi
disusun dan dapat diakses secara bebas serta langsung oleh pihak
yang dipengaruhi (oleh kebijakan yang dibuat goverment) sehingga
informasi tersebut dapat dipahami dan masyarakat bisa menjadi
bagian dari keputusan yang telah dibuat. Pembuat kebijakan yang
transparan lebih cenderung dipercaya oleh orang-orang sehingga
mereka lebih mudah dalam memberikan bantuan dalam
mengimplementasikan kebijakan dibandingkan dengan pembuat
kebijakan yang tidak transparan. Penelitian yang dibuat oleh
Gberevbie (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif
antara good governance yang transparan dengan penggunaan ICT.
Penemuan dari penelitian tersebut menekankan bahwa penggunaan
ICT akan menyediakan lebih banyak informasi, memajukan
keterbukaan dan transparansi dana pengeluaran untuk kepentingan
publik sehingga memiliki potensial untuk meningkatkan good
governance.
2.1.4 Ruang Baca Psikologi
Fakultas Psikologi UI dapat dikatakan termasuk fakultas
yang beruntung dapat mempertahankan perpustakaan atau yang
sekarang disebut ruang baca nya di bawah peraturan rektorat untuk
memindahkan buku-buku dan karyawan serta kegiatan studi
literatur mahasiswa ke perpustakaan pusat. Beberapa fakultas lain
di UI memiliki nasib yang sama dengan Fakultas Psikologi,
perpustakaan berubah menjadi ruang baca. Namun ada pula yang
113
perpustakaannya kini benar-benar ditiadakan seperti FISIP dan
FIB.
Kebutuhan mahasiswa Psikologi untuk menyelesaikan
tugas, skripsi, atau mencari referensi mengharuskan mahasiswa
untuk meminjam buku-buku penunjang dari perpustakaan.
Sayangnya, hal tersebut tidak dapat lagi dilakukan. Peraturan yang
baru menetapkan bahwa mahasiswa tidak dapat meminjam dan
membawa buku keluar dari ruang baca, hanya diperbolehkan
membaca di dalam ruang baca.
2.1.5 Kancil
Kancil merupakan salah satu kantin Fakultas Psikologi UI
yang diminati banyak mahasiswa, tidak hanya dari Psikologi, tetapi
juga mahasiswa Fakultas Hukum, FISIP, Fakultas Teknik, dan lain
sebagainya. Banyaknya pengunjung Kancil, membuat peggunaan
fasilitas seperti meja dan kursinya sangat tinggi, dan tentu saja,
memiliki peluang untuk rusak ataupun rapuh yang tinggi pula.
Faktanya, memang hal itulah yang terjadi. Jika berkunjung ke
kancil, dapat dilihat banyaknya meja dan kursi yang telah rusak,
terkelupas catnya, ataupun anjlok. Meski begitu, mahasiswa tetap
menggunakannya karena kebutuhan.
Kenyamanan kantin sebaiknya tidak disepelekan. Selain
karena penggunaan fasilitas yang nyaman dan memadai adalah hak
bagi sivitas, kenyamanan kantin juga memberikan dampak bagi
pedagang. Di samping pertimbangan harga makanan yang dijual,
ternyata referensi dari orang lain terhadap suatu proeduk memiliki
efek yang cukup signifikan pada konsumen terhadap produk
tersebut (Schiffman & Wisenblit, 2015). Jika keresahan mahasiswa
mengenai Kancil semakin kuat, maka keresahan mengenai fasilitas
di sana dapat semakin dirasakan oleh segelintir mahasiswa lain
114
yang belum merasakan efek tersebut. Pengunjung dari fakultas lain
pun akan semakin berkurang jika komentar dari mahasiswa dari
fakultas yang memiliki Kancil saja tidak merekomendasi kelayakan
dari Kancil. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai kekurangan
jumlah, atau rusaknya fasilitas sehingga mengurangi daya
fungsinya. Dengan memugar dan mnyediakan tempat duduk yang
nyaman bagi sivitas yang ingin makan di kancil, sama saja dengan
membantu para pedagang dalam memudahkan penarikan
pelanggan.
Selain dari fasilitas meja dan kursi yang tersedia, dalam
kajian yang kami lakukan dengan menanyakan langsung kepada
sivitas secara verbal dan melihat hasil survey fasilitas umum yang
dilakukan oleh Kesma BEM Fakultas Psikologi menunjukkan
bahwa sivitas psikologi merasa resah dengan atap Kancil. Jika
dilihat memang atap Kancil sudah tidak memadai lagi untuk
menjadi pelindung hujan. Saat hujan turun, terdapat titik-titik
tertentu dimana air hujan dapat menembus karena atapnya yang
bocor. Dalam keadaan seperti ini, berkurang lagi tingkat
kenyamanan dari kancil itu sendiri. Satu hal lagi yang menarik
perhatian adalah para perokok di Kancil yang biasanya duduk di
bawah banner “Dilarang Merokok” yang dapat mengganggu
sivitas lain saat sedang makan di sana. Udara bersih dan nyaman
ternyata tidak dapat diberikan oleh kantin yang paling sering
menjadi tempat sivitas psikologi untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
2.1.6 Kawasan Bebas Rokok
Seperti namanya, kawasan bebas rokok adalah wilayah
yang sengaja dibuat agar para perokok di Fakultas Psikologi
mendapat tempat dimana mereka bebas merokok dan tidak
115
mengganggu penghuni-penghuni psikologi lainnya yang tidak suka
atau merasa terganggu apabila menghisap asap rokok
Di Fakultas Psikologi sendiri, selain gedung-gedung
perkuliahan, Kancil (Kantin Psikologi) dan Kanlam (Kantin Lama)
seharusnya menjadi kawasan yang bebas dari rokok. Sayangnya,
tidak sedikit, tamu-tamu maupun tuan rumah dari Fakultas
Psikologi yang masih merokok. Banner yang telah di pasang besar-
besar yang jelas-jelas mengeja dilarang merokok tampak
dihiraukan oleh sivitas akademika. Hal yang menarik dapat kita
lihat adalah saat para mahasiswa duduk tepat didepan banner
“Dilarang Merokok” masih saja mereka merokok dengan santainya
Namun, hal ini bisa tergolong wajar. Wajar karena satu-
satunya tempat khusus untuk merokok yang ada di psikologi hanya
satu, yaitu kawasan merokok yang terletak dekat Kantin Lama
Psikologi dan hanya mampu menampung kurang lebih 10-15 orang
sehingga kurang efektif untuk menampung orang-orang yang ingin
merokok. Terlebih lagi kawasan khusus merokok tersebut jauh dari
tempat anak-anak Psiko mau pun dari fakultas-fakultas lain biasa
berkumpul sehingga jarang untuk digunakan.
Kami juga berpendapat bahwa banner tidaklah cukup untuk
mencegah mahasiswa untuk merokok di kawasan bebas rokok.
Banyak mahasiswa yang mengaku bahwa mereka tidak menyadari
adanya banner “Dilarang Merokok” tersebut sehingga banyak yang
mengatakan mungkin itu alasan mengapa masih banyak orang yang
masih merokok di kawasan bebas rokok. Menurut saya, perlu
dilakukan oleh fakultas untuk menerapkan sebuah kebijakan yang
di sosialisasikan dengan baik (Seperti melalui SIAK-NG) agar para
mahasiswa dapat memahami pentingnya untuk menghargai orang
lain yang tidak ingin terganggu oleh asap rokok.
Selain itu, patut diperhatikan wilayah khusus merokok oleh
Fakultas bahwa wilayah smoking yang baik adalah kawasan yang
116
dekat dengan wilayah-wilayah perkumpulan dan merupakan
ruangan yang tidak terbuka agar asap rokok tetap berada di wilayah
tersebut, sehingga jalur udara masuk adalah melalui exhaust agar
asap rokok dapat dibuang secara sistematis.
2.2 Masalah lain yang cukup berkaitan dengan masalah fasilitas
2.2.1 Peminjaman ruangan
Peminjaman ruangan menjadi permasalahan tersendiri bagi
mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Selain karena birokrasi yang
cukup panjang, namun juga karena sering ada miskomunikasi baik
antar pihak fakultas sendiri maupun antara pihak fakultas serta
mahasiswa yang ingin meminjam ruangan. Sangat sering sekali
terjadi pencabutan atau pemindahan ruangan secara tiba-tiba.
Seharusnya, birokrasi peminjaman ruangan yang terkesan
berkelit-kelit dapat diubah dan dikembangkan menjadi sistem baru
yang transparan dan akuntabel, layaknya revolusi birokrasi yang
dicita-citakan oleh Jokowi untuk menciptakan ‘pemerintahan’
world-class. Menurut Roskin et al. (2012), terdapat 5 hal yang
mencerminkan pemerintahan yang ideal, yaitu:
1. Mengutamakan tugas pada pengayoman dan pelayanan
masyarakat dan menghindarkan kesan pendekatan
kekuasaan dan kewenangan..
2. Modern, ramping, efektif, dan efisien. Seharusnya
peminjaman dapat dilakukan secara online. Sehingga
mahasiswa dan pihak Dekanat akan lebih mudah menyortir
atau mengorganisir semua jadwal kegiatan. Jika solusi ini
dijalankan, Menurut kami akan:
1) Meminimalisir miskomunikasi antar pihak
2) Meminimalisir pencabutan atau pemindahan ruangan
secara tiba-tiba
117
3) Meningkatkan efisiensi waktu, sebab sistemnya
sudah otomatis oleh komputer.
3. Pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka, dengan tetap
mempertahankan kualitas, efisiensi biaya, dan
ketepatan waktu.
4. Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan
responsif.
5. Sebagai fasilitator pelayanan publik
UI sebagai universitas yang menyandang nama world-class
university seharusnya melaksanakan birokrasi yang juga ‘world-class’.
Oleh karena itu, kami merekomendasikan Fakultas Psikologi UI
melakukan revolusi birokrasi secara radikal, yaitu digitalisasi
(komputerisasi) layanan serta meningkatkan efisiensi secara optimal
(Adiperdana, 2016).
Rekomendasi
● Mewujudkan komunikasi dan transparansi yang baik antara mahasiswa
dan pihak Dekanat melalui dialog rutin tahunan, dan perlunya keterlibatan
mahasiswa pada kebijakan yang menyangkut kegiatan mahasiswa.
Khusus:
● Bentuk komunikasi dan transparansi yang diharapkan yaitu dalam bentuk:
- Gerakan sinergis seluruh elemen di fakultas untuk renovasi dan
pengembangan fasilitas
- Keterbukaan sosialisasi linimasa renovasi kepada seluruh sivitas
- Diperlukan adanya peraturan, penjelasan, dan penegakan yang jelas
mengenai Kawasan Bebas Rokok yang diterapkan dalam fakultas
- Renovasi Birokrasi yang mengutamakan kepentingan dan
kemudahan bersama
Alternatif
118
● Selain dengan dialog rutinan, pihak fakultas dapat membuat satu wadah
khusus untuk menyampaikan informasi kepada mahasiswa apabila terdapat
perubahan yang menyangkut kegiatan mahasiswa.
119
Daftar Pustaka
Adiperdana, A. (2016). Implementasi reformasi birokrasi melalui revolusi mental
birokrasi sebagai upaya membentuk pemerintahan berkelas dunia. Dikutip
pada tanggal 15 November 2016 dari http://www.menpan.go.id/cerita-sukses-
rb/5416-implementasi-reformasi-birokrasi-melalui-revolusi-mental-birokrasi-
sebagai-upaya-membentuk-pemerintahan-berkelas-dunia
Chinn, D., Dimson, J., Goodman, A., dan Gleeson, I. (2015). World-class
Government: Transforming the UK Public Sector in an Era of Austerity: Five
Lessons from Around the World. Discussion Paper. McKinsey&Company.
The Football Association. (n.d). The FA Futsal Facilities Guide (Data file).
Diakses dari http://www.thefa.com/-/media/files/pdf/get-into-football/small-
sided-football/fa-futsal-facilities-guidance-resource.ashx.
Gberevbie, D., Ayo, C., Oni, A., & Folarin, S. (2014). The role of information and
communication technology on transparency, trust and good governance in
nigeria. Paperp presented at the 109-117. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1545344480?accountid=17242
Psikologi.ui.ac.id. (2016). Sejarah. Dikutip pada tanggal November 19, 2016, dari
http://psikologi.ui.ac.id/sejarah-2.html
Roskin, M. G., Cord, R. L., Medeiros, J. A., dan Jones, W. S., (2012), Political
Science: An Introduction, 12 ed.. Pearson.
Schiffman, L. & Wisenblit, J. (2015). Consumer behavior. (Edisi Kesebelas).
Harlow: Pearson Education.
Aspirasi Fakultas Kesehatan Masyarakat
120
Suara Mahasiswa untuk Sistem Akademik FKM Lebih Baik
Berbicara mengenai Universitas Indonesia (UI) berarti kita berani untuk
melihat sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kemandirian
moral dan keteguhan pergerakan. Kebijakan Umum Universitas Indonesia
mensyaratkan UI untuk menyusun langkah-langkah strategis untuk menjadikan UI
sebagai pelopor dalam mengembangkan intelektual bangsa, berkontribusi dalam
menjadikan kehidupan Indonesia yang lebih baik dan turut menyelesaikan
tantangan global pada kemanusiaan (Global Challenges for Humanity) di abad
ke-21. UI harus menjadi tempat yang kondusif untuk belajar dan bekerja, dan
dikelola dengan manajemen organisasi yang menerapkan secara tepat prinsip-
prinsip tata kelola yang baik.
FKM UI sendiri memiliki panduan pengembangan FKM UI sebagai suatu
acuan untuk perencanaan pengembangan pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat dan publikasi ilmiah bagi FKM UI dalam kurun waktu tahun
2013-2017, yang mana panduan ini disusun oleh Senat Akademik Fakultas (SAF)
yang terdiri atas anggota Senat Akdemik Universitas (SAU) dari fakultas,
perwakilan departemen, dan pimpinan fakultas yang dikembangkan dengan
semangat kebersamaan, dalam konteks kolektif kolegial, untuk membangun FKM
UI yang lebih baik. Panduan pengembangan FKM UI disusun dengan
memperhatikan tantangan global yang mengacu pada pembangunan
berkelanjutan, kemanusian dan penghapusan kemiskinan (Sustainable
Development, Poverty Eradication, and humanity) dan tantangan nasional dalam
pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, kesehatan dan sosial ekonomi yang
berkelanjutan. Arah ini sesuai dengan sasaran jangka panjang Universitas
Indonesia untuk menjadiuniversitas riset berkelas dunia (world class research
university.
Suara Mahasiswa untuk Sistem Akademik FKM Lebih Baik
121
Berbicara mengenai Universitas Indonesia (UI) berarti kita berani untuk
melihat sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kemandirian
moral dan keteguhan pergerakan. Kebijakan Umum Universitas Indonesia
mensyaratkan UI untuk menyusun langkah-langkah strategis untuk menjadikan UI
sebagai pelopor dalam mengembangkan intelektual bangsa, berkontribusi dalam
menjadikan kehidupan Indonesia yang lebih baik dan turut menyelesaikan
tantangan global pada kemanusiaan (Global Challenges for Humanity) di abad
ke-21. UI harus menjadi tempat yang kondusif untuk belajar dan bekerja, dan
dikelola dengan manajemen organisasi yang menerapkan secara tepat prinsip-
prinsip tata kelola yang baik.
FKM UI sendiri memiliki panduan pengembangan FKM UI sebagai suatu
acuan untuk perencanaan pengembangan pendidikan, penelitian, pengabdian
kepada masyarakat dan publikasi ilmiah bagi FKM UI dalam kurun waktu tahun
2013-2017, yang mana panduan ini disusun oleh Senat Akademik Fakultas (SAF)
yang terdiri atas anggota Senat Akdemik Universitas (SAU) dari fakultas,
perwakilan departemen, dan pimpinan fakultas yang dikembangkan dengan
semangat kebersamaan, dalam konteks kolektif kolegial, untuk membangun FKM
UI yang lebih baik. Panduan pengembangan FKM UI disusun dengan
memperhatikan tantangan global yang mengacu pada pembangunan
berkelanjutan, kemanusian dan penghapusan kemiskinan (Sustainable
Development, Poverty Eradication, and humanity) dan tantangan nasional dalam
pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, kesehatan dan sosial ekonomi yang
berkelanjutan. Arah ini sesuai dengan sasaran jangka panjang Universitas
Indonesia untuk menjadi universitas riset berkelas dunia (world class research
university).
Kajian Masalah Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat 2016
A. Jadwal registrasi akademik, Periode perkuliahan, dan Ujian yang tidak
sesuai Kalender Akademik
Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor:
2198/SK/R/UI/2013 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas
122
Indonesia dalam Pasal 23 dan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor:
012A/SK/R/UI/2007 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran
Mahasiswa Universitas Indonesia dalam Pasal 8 tentang Jadwal Kuliah.
Dasar
Hukum
Peraturan SK
Rektor
Masalah Ideal
Pasal 23
(Ayat 1
dan 2)
dan
Pasal 8
(Ayat
1dan 2)
Kalender
akademik
merupakan
pedoman yang
berlaku umum
bagi fakultas
atau program
dan sivitas
akademika di
lingkungan UI
dalam
melaksanakan
Tri Dharma
Perguruan
Tinggi.
Kalender
akademik
sebagai mana
ayat (1)
diterbitkan
satu kali
dalam satu
tahun dengan
Surat
Keputusan
Rektor dan
memuat
beberapa poin,
diantaranya
1. Ketidaksesuaian
antara jadwal
dimulainya
registrasi
akademik,
khususnya
pengisian IRS
internal, dengan
jadwal yang
sudah tercantum
di kalender
akademik.
2. Ketidaksesuaian
antara jadwal
selesainya
periode
perkuliahan dan
jadwal
dimulainya dan
selesainya ujian
dengan jadwal
yang sudah
tercantum di
kalender
akademik.
Jadwal dimulainya
pengisian IRS
internal, jadwal
selesainya periode
perkuliahan, dan
jadwal dimulainya
dan selesainya ujian
dapat sesuai dengan
yang sudah
tercantum di
kalender akademik.
123
poin (c)
Jadwal
registrasi
administrasi
dan akademik
mahasiswa
lama; (d)
Periode
perkuliahan;
poin (e)
Pengumuman
ujian dan hasil
ujian.
B. Perubahan jadwal kuliah yang tiba-tiba
Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor:
2198/SK/R/UI/2013 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas
Indonesia dalam Pasal 24 dan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor:
012A/SK/R/UI/2007 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran
Mahasiswa Universitas Indonesia dalam Pasal 10 tentang Jadwal Kuliah.
Dasar
Hukum
Peraturan SK
Rektor
Masalah Ideal
Pasal 24
(Ayat 1
dan 2)
dan
Pasal 10
(Ayat 1
dan 2)
Setiap
menjelang
awal semester,
fakultas/progr
am
menetapkan
jadwal kuliah
untuk
menjalankan
suatu
kurikulum;
Dosen yang tidak
mengabarkan
sebelumnya bahwa
beliau tidak dapat
mengajar sehingga
merugikan mahasiwa
yang sudah terlebih
dahulu sampai di
kelas.
Sebelumnya dosen
dapat mengkonfirmasi
kehadirannya ke PJ
kelas dan Departemen.
Setidaknya, minimal
dosen dapat
mengkonfirmasi
kehadirannya di malam
hari sebelum kuliah
tersebut berlangsung.
124
Jadwal kuliah
sebagaimana
ayat (1)
mencakup
beberapa poin,
diantaranya
poin
(d) Hari dan
jam kuliah
C. Keterlambatan pemasukan nilai di SIAK-NG oleh dosen
Berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor: 012A/SK/R/UI/2007
dalam pasal 15 tentang Evaluasi Mata Kuliah.
Dasar
Hukum
Peraturan SK
Rektor
Realita Ideal
Pasal 15
(Ayat 2,
5,
dan 6)
Dosen atau
tim dosen
memasukkan
nilai akhir
mahasiswa
kedalam
sistem
administrasi
akademik
yang berlaku
di Universitas
Indonesia
sesuai dengan
jadwal
kalender
akademik
yang berlaku
Apabila dosen
Dosen telat
memasukkan nilai ke
SIAK-NG sehingga
nilai mahasiswa
menjadi E / I. Nilai
yang berubah
menjadi I/E
menyebabkan IP dan
IPK mahasiswa
menjadi kurang baik
sehingga merugikan
mahasiswa saat
pengambilan sks
penuh di semester
berikutnya dan juga
menyulitkan
mahasiswa saat ingin
apply beasiswa.
Dosen tepat waktu
memasukkan nilai ke
SIAK-NG sesuai
jadwal yang ada
tercantum di
kalender akademik
125
atau tim dosen
tidak
memasukkan
nilai akhir
sesuai jadwal,
maka seluruh
peserta mata
kuliah akan
diadministrasi
kan dengan
nilai B
D. Kuota kelas di SIAK-NG
Masalah Idealnya
Mahasiswa yang sebelumnya IRSnya tidak
bermasalah menjadi bermasalah karena
kuota kelas yang tiba-tiba dikurangi
Akademik yang telah
menetapkan kuota untuk tiap
kelas di awal tidak mengurangi
kuota kelas secara tiba-tiba
karena membuat IRS
mahasiswa menjadi
bermasalah sehingga PA tidak
dapat menyetujui IRS
mahasiswa.
E. Kelas Reguler digabung dengan kelas Ekstensi
Masalah Idealnya
1. Kelas Reguler yang digabung dengan
kelas Ekstensi sehingga mahasiswa
Reguler harus rela untuk kuliah malam
hari ataupun di hari Sabtu.
2. Pada kasus yang terjadi di Departemen
AKK, hal ini terjadi karena dosen di
1. Mahasiswa Reguler tidak
mengadakan perkuliahan di
malam hari dan hanya di
hari Senin-Jumat.
2. Pada kasus yang terjadi di
126
AKK yang juga seorang praktisi
sehingga baru bisa mengajar setelah ia
selesai kerja. Pemakaian jasa dosen
yang juga seorang praktisi ini
dikarenakan jumlah tenaga dosen di
AKK yang tidak mencukupi.
3. Sedangkan pada kasus yang terjadi di
Departemen Biostatistika dan
Kependudukan, hal ini terjadi karena
dosen yang enggan mengajar dua kali
mata kuliah yang sama di dua waktu
yang berbeda dan karena jumlah
mahasiswa di kelas yang sedikit
sehingga dosen menganggap lebih baik
kelasnya digabung saja.
Departemen AKK,
diharapkan jumlah dosen
dapat dimaksimalisasi
dengan penambahan
jumlah tenaga dosen.
3. Pada kasus yang terjadi di
Departemen Biostatistika
dan Kependudukan, dosen
tidak lagi menggabungkan
kelas bila alasannya tidak
urgent.
F. Masalah di Departemen Gizi
Masalah Idealnya
1. Mahasiswa Program Studi Gizi yang
melaksanakan perkuliahan berdasarkan
sistem jarkom via sms yang terkadang
dalam pemberitahuannya dilakukan secara
mendadak.
2. Tidak adanya dana magang bagi
mahasiswa Gizi padahal dana magang gizi,
baik di RS maupun di masyarakat
membutuhkan banyak biaya padahal pada
Semester 7, tidak ada perkuliahan
mahasiswa Gizi yang dilaksanakan di
Kampus secara intens
1. Tidak ada lagi jadwal
kuliah yang diberitahu
atau dibatalkan dengan
sistem jarkom via sms
dan dilakukan
mendadak. Jadwal
kuliah sesuai dengan
jadwal pelangi yang
diberikan di awal
semester kepada
mahasiswa.
2. Pihak fakultas
memberikan dana
magang untuk
mahasiswa gizi
sehingga mahasiswa
127
tidak perlu membayar
biaya magang, baik
magang di RS maupun
di masyarakat.
Masalah yang melingkup Departemen Gizi, khususnya berkenaan dengan
pembiayaan magang adalah pada realitas bahwa tidak adanya perkuliahan yang
dilaksanakan di dalam kampus namun, mahasiswa Departemen Gizi tetap
dibebankan untuk membayar Biaya Operasional Pendidikan (BOP) sesuai dengan
jumlah tertagih di halaman SIAK-NG dan juga tetap dalam kondisi tidak
mendapatkan keringanan biaya oleh pihak FKM UI dalam hal pendanaan magang
Rumah Sakit maupun magang masyarakat. Hal ini kami anggap sebagai suatu
pertentangan dengan konsep Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang diterapkan UI
semenjak UKT merupakan salah satu implementasi dari Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, serta Surat Edaran Dirjen Dikti No.
488 E/T/2012 dan Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97 E/KU/2013, yang
mengamanatkan bahwa setiap perguruan tinggi negeri di Indonesia diwajibkan
untuk menggunakan sistem UKT. Sistem yang dianut dalam UKT adalah
pembayaran biaya pendidikan dengan besaran yang sama atau tetap setiap
semesternya yang bertumpu pada kemampuan ekonomi mahasiswa. Dengan kata
lain, adanya sistem UKT ini mahasiswa seharusnya tidak dibebankan biaya lain
selain biaya pendidikan per semester.
Pada beberapa waktu lalu di awal Oktober, mahasiswa berkesempatan
untuk mengadakan forum tatap muka yang dibuka untuk publik antara mahasiswa
dekan jajaran dekanat, di mana saat itu dihadiri oleh Wakil Dekan 1, Wakil Dekan
2, Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan, beserta Kepala Unit Administrasi
Pendidikan sebagai narasumber dan turut dihadiri pula Kepala Departemen
beserta perwakilan dari masing-masing Departemen yang ada di FKM UI yakni,
Epidemiologi, Biostatistika, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, Kesehatan Lingkungan, Gizi, dan Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku, yang hadir sebagai tamu undangan. Hal ini sempat menjadi
perdebatan panjang karena, saat itu dari pihak Dekanat tidak menjawab
pertanyaan yang terlontar dari mahasiswa Departemen Gizi terkait, pengalokasian
128
BOP Semester 7, di mana seperti sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa
mahasiswa Departemen Gizi masih harus mendanai magangnya secara pribadi
namun, di saat yang lain masih harus membayar BOP. Hal ini tentunya menyalahi
semangat yang dibangun melalui sistem UKT, yang berintensi untuk menyatukan
seluruh komponen biaya perkuliahan dalam satu payung yang jelas.
Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan
dalam melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membantu para
pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi
sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang
tinggi. Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang
perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost)
dan biaya satuan per murid (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan
aggregat biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah,
orang tua, dan masyarakat yang dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan
dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif
untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan
ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing
sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap tepat bila dapat dibandingkan antara
sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai
unit analisis. Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk
mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan
dari investasi pendidikan, dan pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah
untuk pendidikan. Disamping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana
alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan.
Anatomi biaya pendidikan bila dilihat dari konsep dasar pembiayaan
pendidikan mencakup beberapa hal, seperti:
129
1. Biaya sarana dan prasarana: mencakup ruang belajar, laboratorium,
perpustakaan, multimedia, dan berbagai macam sarana lainnya serta
pengembangan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana.
2. Biaya gaji dan tunjangan: mencakup pembiayaan staf akademik
3. Biaya operasional: mencakup kegiatan harian dari institusi pendidikan
4. Biaya pengembangan mutu: mencakup usaha yang dilakukan untuk dapat
meningkatkan kinerja institusi pendidikan.
Merujuk pada hal itu kami mengajukan beberapa tahapan yang harus
dilakukan yakni, mentransparansikan pengalokasian BOP Semester 7 mahasiswa
Departemen Gizi melalui pendekatan analisis biaya manfaat dan juga melakukan
pendanaan magang yang adekuat, baik itu magang Rumah Sakit maupun magang
masyarakat, sebagai salah satu komponen biaya dalam unit costing mahasiswa
Departemen Gizi, di mana pihak Fakultas harus mendanai kedua fase magang
tersebut, sebagai bentuk pertanggung jawaban alokasi BOP.
G. Masalah terkait mata kuliah Pengalaman Belajar Lapangan
Masalah Idealnya
1. Dana PBL 2 yang masih sangat
kurang untuk melakukan intervensi
2. Letak tempat PBL yang jauh dari
tempat domisili
3. Kurangnya sosialisasi terkait
timeline magang dan aturan
reimburse kepada mahasiswa peserta
PBL. Hal ini membuat tidak adanya
1. Adanya peningkatan jumlah
dana PBL 2.
2. Penempatan lokasi PBL
disesuaikan dengan domisili
mahasiswa. Sebelumnya dapat
dilakukan pendataan domisili
mahasiswa sehingga
penempatan dapat disesuaikan
dengan domisili mahasiswa.
Atau antar mahasiswa diijinkan
untuk bertukar tempat PBL.
3. Pihak koordinator PBL terlebih
dahulu dapat mensosialisasikan
timeline PBL dengan rinci, baik
terkait dengan masa
130
acuan yang jelas kapan laporan PBL
harus diselesaikan dan ketidaktahuan
mahasiswa Kesmas 2013 bahwa
dana PBL harus di reimburse tepat
setelah PBL selesai.
4. Tidak adanya standar yang
ditetapkan dalam pembuatan laporan
PBL sehingga membuat tidak adanya
acuan yang bisa digunakan
mahasiswa dalam mengerjakan
laporan. Pembimbing PBL dari
Fakultas yang memiliki kemauan
berbeda-beda membuat masih
adanya beberapa kelompok PBL
yang laporannya belum selesai
hingga sekarang.
penyelesaian laporan PBL
maupun terkait dengan waktu
reimburse dana PBL
4. Pihak koordinator PBL
membuat standar laporan PBL
yang dapat dijadikan acuan,
baik bagi mahasiswa dalam
mengerjakan laporan dan bagi
dosen yang akan memeriksa dan
menilai laporannya.
H. Sosialisasi Peminatan dan Semester Pendek
Masalah Idealnya
1. Sosialisasi terkait peminatan oleh
pihak akademik yang masih sangat
minim sehingga banyak mahasiswa
yang menjadi kekurangan informasi
2. Sosialisasi terkait semester pendek
yang masih sangat minim sehingga
1. Pihak akademik dapat
melakukan sosialisasi
peminatan sejak masa
mahasiswa baru sehingga
mahasiswa dapat
mempersiapkan dirinya agar
dapat diterima di peminatan
yang ia inginkan. Sosialisasi
yang dilakukan terkait dengan
peminatan apa saja yang dibuka,
kuota peminatan, mata kuliah
yang menjadi pertimbangan,
mekanisme diterima/tidaknya
ke suatu peminatan, dan
prasyarat lain (bila ada) yang
131
banyak mahasiswa yang menjadi
kekurangan informasi
harus dipenuhi untuk dapat
diterima di suatu peminatan
2. Pihak akademik dapat
melakukan sosialisasi semester
pendek sejak masa mahasiswa
baru sehingga setiap mahasiswa
dapat mengetahui secara detail
terkait semester pendek.
Sosialisasi yang dilakukan
terkait mekanisme pengajuan
semester pendek, prasyarat
suatu kelas dapat dibuka di
semester pendek, dan harga dari
semester pendek.
Penutup
Dalam poin Pemantapan Tata Kelola yang termaktub dalam Panduan
Pengembangan FKM UI 2013-2017, disebutkan bahwa untuk mengajegkan sistem
tata kelola yang baik maka FKM UI harus berpegang teguh pada prinsip inlusif, di
mana setiap elemen civitas akademika merawa terwakili secara ekual dalam
pengelolaan FKM UI, dan tidak ada pengabaian terhadap posisi yang terlemah.
Dan juga transparan, di mana pengambilan keputusan dan tindakan berdasarkan
autran yang berlaku. Pihak FKM UI harus memastikan ketersediaan informasi
yang adekuat yang bisa diakses oleh setiap pemangku kepentingan yang terkena
dampak keputusan. Civitas akademika perlu mengetahui seberapa jauh organisasi
FKM UI berfungsi dan dapat meminta jawaban dari FKM UI atas pertanyaan-
pertanyaan mereka.
132
Daftar Pustaka
Hallak, J, Analisis Biaya dan Pengeluaran Untuk Pendidikan (Paris:
International Institute For Planning, UNESCO, 1985)
Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung:2002), h.23
Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 012A/SK/R/UI/2007
tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran Mahasiswa Universitas
Indonesia
Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor 2198/SK/R/UI/2013
tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas Indonesia
Surat Edaran Dirjen Dikti No. 488 E/T/2012
Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97 E/KU/2013
UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
133
Aspirasi Fakultas Ilmu Komputer
Cerita Legenda Tak Berujung di Fasilkom UI
Oleh Muhammad Gibran (Ketua BEM Fasilkom UI 2016) dan
Oddi Muhammad Ikbar (Kepala Departemen Kajian dan Aksi
Strategis BEM Fasilkom UI 2016)
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) diresmikan
pada tahun 1993. Salah satu fakultas yang sekarang menjadi garda terdepan dalam
mencetak ahli di bidang informatika ini genap berusia 23 tahun. Indonesia saat ini
tentu sudah merasakan manfaat yang telah alumni Fasilkom UI berikan.
Kebutuhan akan praktisi di bidang Information Technology (IT) yang melambung
tinggi menjadikan alumni Fasilkom UI sangat dibutuhkan di dunia industri.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Career Development Center UI, Lulusan
mahasiswa S1 Fasilkom UI hanya membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan setelah
lulus untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuktikan bahwa Fasilkom UI
sudah memiliki reputasi yang baik dalam mencetak lulusan mahasiswa yang dapat
bersaing dengan pasar global, sesuai dengan misi yang dimiliki oleh Fasilkom UI.
Kesuksesan Fasilkom UI dalam mencetak lulusan yang berkualitas ini
tentunya berkat bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh pihak
Universitas Indonesia agar Fasilkom UI dapat lebih meningkatkan kualitas dari
setiap lulusannya. Sayangnya, hal ini terasa ironi jika dikaitkan dengan kondisi
Fakultas Ilmu Komputer UI saat ini. Fakultas yang digadang sebagai pencetak
praktisi TI terbaik di Indonesia ini ternyata memiliki legenda fasilitas gedung baru
yang tak kunjung berakhir semenjak 2012 lalu.
Fasilitas Gedung Baru yang Melegenda di Telinga Mahasiswa Fasilkom UI
Saat ini, Fasilkom UI mempunyai 3 gedung dalam menunjang kegiatan
keseharian dari civitas academica Fasilkom UI :
● Gedung A, yang dipusatkan untuk Laboratorium, ruangan dosen dan
dekan, serta ruangan seminar.
134
● Gedung B, yang dipusatkan untuk kegiatan akademik, auditorium, dan
● Gedung C, yang dikhususkan untuk ruang kelas tambahan dan ruang
dosen.
Dengan mahasiswa aktif mencapai lebih dari angka 1000 mahasiswa,
Fasilkom UI hanya memiliki 23 ruang kelas yang digunakan secara aktif untuk
kegiatan akademik sehari-hari. Hal ini sangat dirasa kurang memadai, mengingat
ruang kelas juga sering digunakan oleh mahasiswa untuk kegiatan tambahan
akademik (asistensi, kelas tambahan, dll) maupun kegiatan non-akademik
(seminar, komunitas, kepanitiaan, dll). Selain itu, Fasilkom UI hanya memiliki 2
(DUA) ruangan yang dapat digunakan oleh Badan Otonom yang berada di
Fasilkom UI. Padahal, Badan Otonom yang tersedia di Fasilkom UI saat ini
berjumlah 8 badan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan non-akademik
mahasiswa Fasilkom UI belum maksimal dikarenakan terkendala oleh fasilitas.
Bicara hal lain, ternyata keresahan mengenai fasilitas ini tak hanya
dirasakan oleh mahasiswa saja. Terkait dengan fasilitas yang menunjang
kebutuhan umum, seperti mushola juga seringkali dikeluhkan. Tak sering
mahasiswa dan elemen fasilkom (dosen, pegawai kantin, janitor, staf) harus
mengantri untuk dapat menunaikan ibadah shalat maghrib. Ditambah, lahan parkir
yang sangat terbatas menjadikan Fasilkom selalu dilanda masalah fasilitas. Lahan
Parkir Mobil yang TIDAK ADA penerangan dan lahan parkir motor yang selalu
tidak mencukupi kebutuhan selalu menjadi masalah tersendiri tak hanya bagi
mahasiswa, tapi juga dosen.
Legenda dimulai sejak tahun 2012, dimana pada masa itu mantan Dekan
Fakultas Ilmu Komputer, Bapak T. Basaruddin, Ph.D, menjanjikan kepada
mahasiswa angkatan 2012 akan fasilitas gedung baru Fasilkom UI. Bahkan,
sewaktu itu Bapak Dekan sudah menunjukkan kepada mahasiswa Grand Design
dari gedung baru Fasilkom UI dan memamerkan rancangan tersebut di Gedung A
Lt. 2 Fasilkom UI. Hingga kini, rancangan gedung baru tersebut masih
terpampang dengan jelas. Sayangnya, 4 tahun berlalu, rancangan tersebut masih
juga berbentuk rancangan.
Berbicara mengenai terhentinya pembangunan Gedung Baru ini, ada satu
fenomena menarik yang bisa dikupas lebih dalam berkaitan dengan jumlah tenaga
135
kerja TI di Indonesia. Terhentinya pembangunan Gedung Baru ini menyebabkan
jumlah lulusan TI yang stagnan. Untuk menciptakan negara yang maju dari sisi
teknologi, tentu dibutuhkan lulusan perkuliahan TI (baik itu dari jurusan Ilmu
Komputer dan Sistem Informasi) yang berkualitas dan jumlahnya tidak sedikit.
Akan tetapi, sejak tahun 2012, tahun di mana pembangunan Gedung Baru
berhenti, Fasilkom UI terus mengalami penurunan kuota jumlah mahasiswa baru,
kecuali pada tahun 2016 ini. Padahal, jumlah mahasiswa yang tinggi akan
memperbesar peluang untuk menghasilkan lulusan TI yang lebih banyak. Andai
Gedung Baru Fasilkom UI tercipta, maka tentu saja kuota penerimaan Fasilkom
UI akan meningkat sehingga terciptalah peluang penambahan jumlah lulusan TI.
Kami mahasiswa Fasilkom pun sudah melakukan berbagai upaya follow-
up mengenai nasib Gedung Baru ini, mulai dari diskusi dengan Bu Dra. Mirna
Adriani Ph.D., selaku Dekan Fasilkom UI. Bapak Erry Riyana Hardjapamekas,
S.E. selaku Ketua MWA UI, hingga melakukan audiensi dengan Bapak Prof. Dr.
Ir. Muhammad Anis, M.Met., selaku Rektor UI pada Januari 2015. Hingga
akhirnya pada tahun 2016 ini, statement yang keluar dari Bu Mirna dan Pak Erry
kepada kami mahasiswa Fasilkom bahwa Gedung Baru akan diproses kembali
proses anggarannya pada tahun 2017.
Adapun poin-poin rangkuman dari penjelasan kami di atas berkaitan
dengan urgensi kebutuhan Gedung Baru:
1. Fasilitas yang dimiliki Fasilkom UI saat ini belum mencukupi
kebutuhan primer elemen Fasilkom UI (mahasiswa dan non-mahasiswa)
secara akademik maupun non-akademik.
2. Begitu banyak sudah masalah terkait fasilitas di Fakultas kami tercinta ini,
sehingga satu-satunya solusi adalah Gedung Baru untuk Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia.
Melalui surat ini, kami mahasiswa Fasilkom menuntut agar Bapak Anis
selaku Rektor Universitas Indonesia bisa memastikan proses pembangunan
Gedung Baru Fasilkom ini berjalan dan selesai dengan baik. Terlebih, Bapak
Anis pada saat audiensi dengan beberapa mahasiswa Fasilkom UI pada Januari
2015 mengatakan bahwa Gedung Baru Fasilkom adalah prioritas pertama
136
pembangunan pada periode kepemimpinan Pak Anis. Semoga adanya surat ini
dapat menjadi pengingat Pak Anis atas janjinya kepada mahasiswa Fasilkom UI.
137
Aspirasi Fakultas Ilmu Keperawatan
Analisa Kebutuhan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Rektor sebagai pemimpin di sebuah universtias harus mampu memenuhi
kebutuhan mahasiswa. Kebutuhan mahasiswa dalam lingkup universitas tidak
hanya berupa pendidikan saja, akan tetapi meliputi bidang minat dan bakat. Dalam
hal ini, Rektor Universitas Indonesia berusaha memberikan yang terbaik untuk
mahasiswanya. Perbaikan sistem akademik selalu dilakukan dari tahun ke tahun
guna meningkatkan mutu pendidikan di Universitas Indonesia. Akan tetapi,
perbaikan dalam bidang minat dan bakat masih dirasakan masih kurang,
khususnya dalam bidang olahraga. Hal tersebut dapat terlihat di beberapa fakultas
yang tidak memiliki sebuah lapangan. Terhitung terdapat 6 fakultas yang tidak
memiliki lapangan, yaitu Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, dan 4 fakultas yang berasal dari Rumpun Ilmu Kesehatan (Kecuali
Fakultas Kesehatan Masyarakat).
Universitas Indonesia sendiri memang memiliki sebuah Gymnasium dan
beberapa lapangan futsal dan basket yang berada di dekat area PNJ. Akan tetapi
letaknya yang tidak dekat dengan fakultas ditambah banyaknya fakultas yang
ingin memakai sarana tersebut, membuat fakultas yang tidak memiliki lapangan
sendiri harus bersaing dengan fakultas-fakultas yang sudah memiliki lapangan
sendiri untuk menggunakan sarana tersebut. Rasanya cukup aneh ketika 4 fakultas
Rumpun Ilmu Kesehatan tidak memiliki lapangan olahraga untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Fakultas yang seharusnya bisa mempelopori hidup sehat
tidak didukung dengan sarana yang disediakan.
Fakultas Ilmu Keperawatan yang notabene memiliki gedung sendiri selain
di RIK tentu memiliki peluang lebih besar untuk membangun sebuah lapangan
sendiri. Ketika diadakan sebuah audiensi kepada pihak FIK mengenai lapangan,
pada dasarnya FIK tidak masalah untuk membangun lapangan dengan keuangan
sendiri alias tidak dibantu oleh UI. Akan tetapi pada faktanya pihak UI selalu
berdalih bahwa UI sudah memiliki rancangan sendiri sehingga tidak
138
diperbolehkan adanya sebuah bangunan tambahan. Padahal lapangan yang
dibangun oleh dana sendiri sangat dibutuhkan sekali oleh para mahasiswa. Survey
yang sudah dilakukan oleh Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa
BEM Fakultas Ilmu Keperawatan mendapatkan hasil sebanyak 85% mahasiswa
FIK (yang terdiri dari S1 sampai S3) sangat menganggap penting dan memerlukan
adanya sebuah lapangan. Hasil survey tersebut juga menyebutkan bahwa adanya
sebuah lapangan akan mampu membuat kegiatan kemahasiswaan lebih mudah
terselenggara dan mampu membuat hubungan antar mahasiswa lebih erat.
LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN BEASISWA
FIK UI
“PENDIDIKAN PROFESI NERS”
Berdasarkan kuisioner
1. Mahasiswa FIK angkatan 2013
Mahasiswa FIK 2013 reguler berjumlah 110 mahasiswa. Adkesma
melakukan survei profesi pada angkatan 2013. Gambaran yang tertera di
bawah ini adalah berdasarkan survei yang telah dilakukan pada 110
mahasiswa FIK angkatan 2013.
2. Cara pembayaran biaya pendidikan
- Bidikmisi: 26 orang
- BOPB: 84 orang
3. Mahasiswa Bidikmisi
Mahasiswa bidikmisi akan dibiayai oleh pemerintah sampai dengan
profesi. Semua biaya pendidikan dan biaya klinik ditanggung oleh
bidikmisi. Namun, yang menjadi masalah pada mahasiswa bidikmisi
adalah biaya pelatihan BLS (Basic life support) sebanyak Rp 1.000.000/
orang.
4. Keinginan lanjut profesi
- Bidikmisi: 100% lanjut profesi (26 orang)
- Mahasiswa BOPB (84 siswa)
Jika biaya klinik tidak ditanggung BOPTN: ya: 23 orang (27%),
ragu-ragu: 49 orang (59%), tidak: 12 orang (14%)
139
5. Masalah mahasiswa FIK dalam melanjutkan profesi
- Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, beasiswa untuk
mahasiswa profesi sangat jarang.
- Sebagian besar mahasiswa FIK angkatan 2013 ragu-ragu
mmelanjutkan profesi jika harus membayar biaya klinik (Rp
2.500.000/orang)
- Setiap mahasiswa yang akan melanjutkan profesi harus mengikuti
pelatiihan basic life support (BLS) dan harus membayar sebanyak Rp
1.000.000/orang pada awal semester saat profesi. Bidikmisi tidak
meng-cover biaya BLS.
- Besaran BOP-B di FIK tergolong tinggi, rata-rata mahasiswa FIK
mengalami kesulitan bayar. Survei yang dilakukan menunjukkan
bahwa rata-rata mahasiswa FIK 2013 memiliki selisih bayar 2-3 juta
(kurang) dari besaran BOP-B mereka saat ini.
- Berdasarkan pengalaman profesi tahun 2016, cicilan untuk
pembayaran BOP-B profesi sangat sulit disetujui oleh Kemahasiswaan
FIK. Sedangkan 60% mahasiswa FIK 2013 mengharapkan adanya
cicilan karena merasa berat membayar BOP-B dengan sistem bayar
penuh di muka
- Selama menjalani profesi, biaya operasional yang dikeluarkan setiap
mahasiswa sangat besar. Hal ini mencakup biaya kos (lahan praktik
yang jauh dari depok, sehingga beberapa mahasiswa harus membayar
Ya27%
Ragu-ragu59%
Tidak14%
0%
Keinginan lanjut profesi jika biaya klinik TIDAK DITANGGUNG
oleh BOPTN
140
dua lokasi kos sekaligus), transportasi ke lahan praktik, APD (alat
pelindung diri, misalnya: sarung tangan, masker, alcohol swab, dll),
alkes (misalnya: strip kolesterol, asam urat, dan gula darah, Doppler),
fotokopi dan cetak laporan, serta biaya proyek pada saat praktik
lapangan.
URGENSI MAHASISWA FIK UI MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI
Setelah pengesahan UU No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,
pelayanan keperawatan yang berkualitas di Indonesia telah menjadi suatu
keharusan. Pendidikan keperawatan juga didorong agar terus meningkatkan mutu
lulusannya supaya mampu menjawab tantangan dan permasalahan kesehatan
masyarakat Indonesia saat ini. Salah satu amanat yang terdapat di dalam undang-
undang tersebut, yaitu kompetensi perawat yang diakui merupakan mereka yang
berasal dari pendidikan profesi Ners. Sehingga, segala tindakan yang dilakukan
oleh perawat kepada pasiennya bersifat tanggung gugat dan dapat dipertanggung
jawabkan kepada insititusi profesi (baca : PPNI) maupun masyarakat penerima
asuhan. FIK UI sebagai pelopor pendidikan keperawatan sarjana terbaik di
Indonesia dibuktikan dengan akreditasi A oleh BAN-PT (sumber :
nursing.ui.ac.id) tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam melahirkan
generasi Ners dengan kapasitas diri yang mumpuni dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang optimal kepada masyarakat. Pendidikan profesi Ners di
FIK UI ditempuh dalam waktu 2 semester. Namun demikian, berbagai kendala
yang dialami oleh mahasiswa termasuk soal biaya pendidikan nyatanya dapat
melunturkan niat mulia tersebut. Sedangkan, kondisi Indonesia saat ini juga tidak
dapat dipungkiri sangat memerlukan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya,
tidak terkecuali perawat profesional. Perhatian sekecil apapun kepada kami para
calon perawat profesional masa depan akan sangat berarti. Hal ini termasuk
dengan bantuan beasiswa. Beasiswa dapat diberikan kepada mereka yang
kekurangan secara finansial namun memang berhasil membuktikan diri bahwa ia
sangat mencintai dunia keperawatan dan memiliki tekad untuk memajukan
141
keperawatan Indonesia serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Mahasiswa FIK UI telah dibekali dengan konsep pembelajaran critical
thinking dan evidence-based practice yang terbaik di antara pendidikan
keperawatan lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila
mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan profesi Ners hanya karena kendala
finansial. Besar harapan kami bahwa ILUNI UI dapat memberikan beasiswa bagi
mahasiswa kami dalam bentuk student loan. Sehingga, lulusan FIK UI yang telah
menyelesaikan pendidikan profesi Ners dapat mengembalikan beasiswa yang
telah diberikan secara bertahap saat mereka memasuki dunia kerja di klinik/rumah
sakit ternama di Indonesia. Tidak hanya itu, harapannya, lulusan FIK UI memiliki
tekad untuk bersedia ditempatkan di wilayah-wilayah terpencil Indonesia melalui
program pemerintah, seperti Nusantara Sehat agar dapat menyebarluaskan ilmu
keperawatan terkini kepada tenaga kesehatan yang berada di daerah pelosok
Indonesia demi kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan.
PREDIKSI RINCIAN BIAYA YANG TIDAK TERCOVER OLEH
BEASISWA
Sumber : Ns. Adiansyah, S.Kep* (Kepala Departemen Adkesma BEM FIK
UI 2014)
*Lulusan Ners FIK UI 2016
No Rincian Satuan Biaya
1 Kos (Depok dan Sekitar
Area Lahan Praktik)*
2 kamar Rp
1.000.000,00
2 Transportasi (PP RS-
Kos)*
26 hari x @Rp
20.000,00
Rp
520.000,00
3 Alat Pelindung Diri
(Masker, Hand Scoon)*
2-3 packs Rp
100.000,00
4 Alat Kesehatan (Strip :
kolesterol, asam urat, gula
darah, Doppler, dll)**
Tentatif (tergantung
pada stase, pada stase
KGD biaya
bertambah)
Rp
200.000,00
5 Fotocopy dan print Tentatif Rp
142
laporan tindakan* 300.000,00
6 Biaya proyek (untuk tugas
akhir Karya Ilmiah Ners)
Tentatif, tergantung
agregat dan setting
Rp
500.000,00
Keterangan :
* : biaya dikeluarkan per bulan
** : biaya dikeluarkan tidak selalu per bulan, tergantung pemakaian pada stase
tertentu
Biaya proyek dikeluarkan satu kali saat menjelang tugas akhir
PREDIKSI TOTAL BIAYA selama PENDIDIKAN PROFESI NERS FIK UI
(2 semester) per mahasiswa :
Non-penglaju (asal daerah luar Jabodetabek) : Rp 22.440.000,00
Penglaju (domisili Jabodetabek/tempat tinggal dekat dengan lahan
praktik) :
Rp 10.440.000,00
143
ASPIRASI FAKULTAS FARMASI
Fakultas Farmasi UI merupakan fakultas yang baru terbentuk pada 2011.
Dari 5 tahun berdiri sebagai fakultas, masih terdapat tidak baiknya sistem yang
berjalan seperti sumber daya manusia, kegiatan belajar mengajar, dan fasilitas.
Berikut permasalahan-permasalahan yang terdapat pada Fakultas Farmasi yang
dirasakan oleh mahasiswanya.
Fasilitas
Farmasi UI saat ini menempati gedung yang berada di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK).
Gedung di FMIPA dipakai untuk kegiatan belajar mengajar dari program
Apoteker, Magister, dan Doktoral, juga laboratorium untuk kegiatan praktikum.
Sedangkan gedung RIK untuk kegiatan belajar mengajar program Sarjana.
Pada gedung di FMIPA banyak dikeluhkan terkait lapangan parkir untuk motor.
Dahulu parkiran motor terdapat di bagian utara gedung Farmasi, namun
belakangan ini hanya untuk dosen dan karyawan sedangkan parkiran motor
mahasiswa dipindahkan ke parkiran Geografi dan parkiran utama MIPA yang
dipungut biaya. hal ini disayangkan karena kegiatan laboratorium atau
perkuliahan yang terkadang hingga malam hari membuat mahasiswa ingin cepat
pulang dengan langsung ke parkiran yang dekat dengan gedung aktivitasnya,
apalagi parkiran MIPA yang dibatasi waktu untuk keluarnya kendaraan.
Masalah selanjutnya adalah kondisi toilet fakultas yang tidak baik. Dari hasil
survey dengan responden Mahasiswa Farmasi UI dari berbagai program
pendidikan, terdapat 50% dari responden yang menyatakan kondisi toilet yang
tidak baik bahkan sangat tidak baik. Toilet yang bisa digunakan untuk mahasiswa
laki-laki adalah toilet di lantai basement, 1, dan 3 dan toilet untuk wanita hanya di
lantai 2 dan 3. Toilet pada lantai 1 terdapat urinoir yang bocor dan pada lantai 3
(laki-laki) di dalam toilet menjadi tempat untuk menaruh barang-barang
kebersihan toilet sehingga mengganggu dalam pemakaian wastafel.
144
Kondisi Toilet Fakultas
Grafik 1: Presentase Kondisi Toilet Fakultas
Masalah selanjutnya ialah terkait peminjaman ruangan untuk kelas. Kelas
pengganti yang diadakan terhambat dengan birokrasi yang ada. Misalnya untuk
peminjaman kelas baik di RIK maupun di Farmasi harus mengisi form yang salah
satunya berisi persetujuan dosen mata kuliah dan kaprodi S1, hal ini terkadang
sulit dilaksanakan terkait sulitnya untuk mendapatkan TTD dosen mata kuliah
atau kaprodi. Lalu tidak adanya speaker yang mumpuni untuk kegiatan belajar
mengajar di gedung Farmasi, hanya beberapa yang berfungsi. Ruangan kelas di
RIK pada beberapa kasus dibuka dalam hitungan beberapa menit sebelum kelas di
mulai, padahal mahasiswa banyak yang ingin menyiapkan untuk kegiatan
perkuliahan.
Fasilitas diluar kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh mahasiswa
Farmasi adalah Lapangan olahraga. Karena sulitnya untuk meminjam fasilitas di
UI seperti lapangan juga disebabkan oleh banyak fakultas lain maupun UKM yang
membutuhkan tempat untuk latihan. Padahal beberapa fakultas lain telah memiliki
lapangannya sendiri. Berbagai BEM dari RIK sudah mencoba untuk
mencanangkan diadakannya lapangan di lingkungan RIK namun sampai saat ini
hal ini mustahil disetujui oleh pihak rektorat terkait lahan dan juga pendanaan.
43,70%
6,40%
50%
Kondisi Toilet Fakultas
Tidak baik
Sangat tidak baik
Baik
145
Grafik 2: Presentase Peminjaman Fasilitas di UI
Grafik 3: Kemudahan Birokrasi dalam Peminjaman Fasilitas di UI
56,20%
43,80%
Peminjaman Fasilitas di UI
Tidak PernahMeminjam
Pernah Meminjam
28,60%
71,40%
Kemudahan Birokrasi dalam Meminjam
Mudah
Tidak Mudah
146
SUMBER DAYA MANUSIA
Keramahan dari tenaga non-pendidik di Farmasi UI saat ini belum dapat
diidentifikasi secara detail, namun banyak yang mengeluhkan terkait keramahan
pada Satpam di beberapa gedung RIK yang tidak ramah seperti saat kegiatan
perkuliahan sudah selesai, hanya selang waktu beberapa menit mahasiswa diusir
dengan tidak ramah.
Sementara itu, menurut ad-for yang diberikan pada mahasiswa Farmasi
UI, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tenaga akademis Farmasi UI seperti
kehadiran dosen yang kurang. Hal ini membuat mahasiswa yang mempunyai
kegiatan lain untuk menjalankan kegiatannya, dan terkadang karena banyaknya
kelas pengganti dan banyaknya kelas dengan mata kuliah yang sama sehingga
menyulitkan penentuan kelas pengganti, bahkan dibeberapa kasus ada mahasiswa
yang harus memilih salah 1 di antara 2 mata kuliah yang diambilnya yang
disebabkan oleh kelas pengganti di hari yang sama dan di jam yang sama pula.
Sedikitnya tenaga pendidik di Farmasi UI dan juga waktu kegiatan dosen di luar
yang juga padat membuat kegiatan belajar mengajar sulit untuk berjalan dengan
baik.
Grafik 4: Presentase Urgensi EDOM
46,80%
43,80%
9,40%
1,2
Presentase Urgensi EDOM
Sangat Penting
Penting
Tidak Penting
Sangat Tidak Penting
147
Pengaruh EDOM terhadap Pengajar
Grafik 5: Presentase Pengaruh EDOM terhadap Pengajar
Sudah banyak keluhan yang rinci yang telah disampaikan oleh
mahasiswa melalui EDOM. Dapat dilihat dari grafik 3 bahwa 46,8%
menganggap EDOM sangat penting, ditambah 43,8% menganggap EDOM
penting. Namun, pengaruh EDOM terhadap perbaikan dari kegiatan
belajar mengajar dosen hanya dirasakan oleh sedikit orang 31,3% tidak
merasakan pengaruh dari edom, dan 31,3% tidak mengetahui pengaruhnya
terhadap pengajar. Alangkah lebih baiknya jika evaluasi yang
diaspirasikan oleh mahasiswa bisa terlihat dengan adanya perubahan, jika
memang tidak bisa diterima ataupun beberapa evaluasi dari mahasiswa
dirasa tidak baik, maka alangkah lebih baiknya diadakan diskusi terkait hal
tersebut.
KEGIATAN KAMPUS (KBM DAN KEMAHASISWAAN)
37,84%
31,30%
31,30%
1,2
Pengaruh EDOM terhadap Pengajar
Ya
Tidak
Tidak Tahu
148
Sistem kegiatan belajar mengajar di Farmasi UI masih terdapat
beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Ada beberapa permasalahan
yang dirasakan oleh mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar:
1. Terdapat beberapa pengajar yang terkadang tidak dapat menghadiri KBM
sehingga harus mencari jadwal pengganti.
2. Hanya sedikit tenaga pendidik. karena apabila kelas tidak bisa diadakan
oleh dosen yang mengajar mata kuliah tertentu, ada dosen dengan keahlian
yang sama yang bisa menggantikannya agar kegiatan belajar mengajar bisa
berjalan dengan lancar tanpa adanya pengadaan kelas pengganti.
Untuk kegiatan kemahasiswaan di Fakultas Farmasi sudah sangat didukung oleh
pihak Kemahasiswaan dari Fakultas.
149
Aspirasi Fakultas Ilmu Administrasi
FIA UI adalah fakultas yang baru terbentuk pada 2015 silam. Sebagai fakultas
yang baru terbentuk, seharusnya FIA UI dapat menyempurnakan sistem yang akan
dijalankan mulai dari fasilitas, sumberdaya manusia, kegiatan belajar mengajar,
dan kegiatan kemahasiswaannya. Namun di sisi lain, timbul permasalahan-
permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembentukan sistem secara
utuh. Berikut permasalahan-permasalahan yang dirasakan oleh mahasiswa FIA UI
tahun 2015 dan 2016.
FASILITAS
FIA UI adalah sebuah fakultas baru sehingga belum memiliki gedung sendiri yang
terpisah dari FISIP UI. Sampai saat ini, FIA mendapatkan dua gedung yang
berada di FISIP UI, yaitu gedung G dan gedung M. Karena hanya memiliki dua
gedung, seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seluruh civitas FIA UI berkutat
pada kedua gedung tersebut. Namun, kedua gedung tersebut memiliki kondisi
yang buruk sehingga menganggu jalannya kegiatan yang dilakukan oleh civitas
FIA UI.
Pada data ad-for yang dilaksanakan oleh BEM FIA UI 2016 kepada mahasiswa
FIA UI 2015 dan 2016, terdapat beberapa permasalahan yang cukup besar
mengenai sarana dan prasarana yang berada di FIA UI. Dari 202 responden,
permasalahan akan fasilitas terletak pada ruangan auditorium gedung M FIA UI,
ruang kelas gedung G dan M FIA UI beserta sarana pendukungnya, dan ruang
sekretariat lembaga. Nilai terhadap fasilitas di FIA menurut mahasiswa FIA
adalah 2,79 dari skala 5. Berikut rincian kondisi sarana dan prasarana di FIA UI
berdasar keluhan mahasiswa pada ad-for:
Sarana dan Prasarana Kondisi
Auditorium gedung M -Bocor yang cukup parah pada atap auditorium
-Pendingin ruangan tidak berfungsi
sehingga
harus menggunakan pendingin
tambahan
Ruang kelas (Gedung G) -kursi lama yang sudah tidak nyaman untuk
150
digunakan, selain itu juga terdapat
beberapa
kursi yang rusak
-Lampu tidak menyala dengan terang
sehingga
membuat kegiatan belajar mengajar
kurang
nyaman
-Ruang kelas yang termasuk kecil
untuk jumlah mahasiswa yang banyak
-Jaringan WiFi yang kurang baik pada
lantai 3
dan 4
Grafik 1 : Total Pendapatan FIA UI 2016
Grafik 2 : Presentase Pengeluaran Kegiatan FIA Terhadap Total Pengeluaran
FIA 2016
99,30%
0,70%
Total Pendapatan FIA UI 2-16
BOP
Non-BOP
77%
17%6%
Presentase Pengeluaran Kegiatan FIA Terhadap Total
Pengeluaran
Biaya Operasional
BiayaPengembangan
Biaya Investasi
151
Kondisi fasilitas di FIA UI 2016 dapat menimbulkan pertanyaan jika
membandingkan kondisi sarana dan prasarana pada FIA UI 2016 dengan
presentasi pengeluaran FIA UI 2016. Pada grafik 2 dinyatakan bahwa biaya
tersbesar yang dilakukan oleh mahasiswa FIA adalah biaya operasional. Total
pengeluaran FIA UI 2016 adalah Rp. 20.369.381.728,00 sehingga biaya
operasional sebesar Rp 15.671.911.072,00. Biaya operasional terdiri dari belanja
pegawai, belanja operasional, dan belanja pemeliharan. Dengan rincian anggaran
seperti itu, sudah seharusnya kondisi sarana dan prasarana yang ada di FIA UI
diperbaiki sehingga memadai.
Hampir seluruh penerimaan FIA UI tahun 2016 berasal dari Biaya
Operasional Pendidikan (BOP), yang dapat diartikan bahwa hamper seluruh
pengeluaran FIA UI tahun 2016 dibiayai oleh mahasiswa FIA UI. Dengan begitu,
sudah sepatutnya mahasiswa FIA mendapatkan hak yang telah dibayarkannya,
termasuk melalui perbaikan kondisi sarana dan prasarana di FIA UI (Gedung G
dan Gedung M).
Sebagai fakultas yang baru terbentuk pula, salah satu hal utama adalah
pembangungan gedung baru FIA. Proyeksi pembangungan gedung baru FIA oleh
dekan FIA, Prof. Eko Prasojo, Peletakan batu pertama dan proses pembangungan
dimulai pada tahun 2018 sehingga gedung FIA dapat digunakan pada tahun 2020.
Hal tersebut cukup disayangkan, karena mahasiswa FIA angkatan 2015 dan 2016
harus menjalani perkuliahan sampai lulus di gedung G dan gedung M FISIP UI
tanpa memiliki gedung sendiri. Padahal, sebagian dari BOP yang dibayarkan oleh
mahasiswa FIA 2015 dan 2016 diperuntukkan untuk investasi gedung baru, maka
seharusnya mahasiswa FIA 2015 dan 2016 juga memiliki hak dalam penggunaan
gedung baru. Namun, belum dapat dipastikan apakah biaya investasi 6% untuk
pembuatan gedung baru dapat mencapai target tersebut. Biaya investasi sebesar
Rp 1.229.640.656,00 tentunya memang tidak cukup jika mengejar pembangunan
untuk dapat digunakan oleh mahasiswa FIA angkatan 2015 dan 2016. Maka, jika
mahasiswa FIA 2015 dan 2016 tidak dapat menggunakan gedung baru, akan lebih
baik jika kondisi pada gedung yang saat ini digunakan diperbaiki dan dipelihara,
sehingga tidak dirasa merugikan.
152
SUMBER DAYA MANUSIA
Keramahan non-pendidik di FIA UI belum dapat diidentifikasi secara rinci
karena tidak ada data mengenai keramahan non-pendidik di FIA UI. Namun
beberapa mahasiswa menganggap caraka dan satpam di FIA UI tidak ramah,
terutama jika sudah mendekati jam malam.
Sementara itu, menurut ad-for yang diberikan pada mahasiswa FIA UI,
tenaga akademis FIA UI masih memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan,
seperti kehadiran dosen yang kurang, dan penerapan kelas gabungan oleh
beberapa dosen yang dianggap membuat suasana belajar mengajar menjadi tidak
kondusif.
Grafik 4 : Presentasi Urgensi Edom
38,30%
48,90%
10,60%
2,20%
Presentase Urgensi EDOM
Sangat Penting
Penting
Tidak Penting
Sangat Tidak Penting
153
Grafik 5: Pengaruh Edom Terhadap Pengajar
Keluhan-keluhan lebih rinci disampaikan oleh mahasiswa melalui edom. Dapat
dilihat dari grafik 4 bahwa 38,3% menganggap edom sangat penting, ditambah
48,9% menganggap edom penting. Namun, hasil dari edom itu sendiri perlu
dipertanyakan. 21,3% tidak merasakan pengaruh dari edom, dan 40,4% tidak
mengetahui pengaruhnya terhadap pengajar. Maka disarankan untuk dapat
memastikan bahwa kritik dan saran mahasiswa terhadap tenaga pengajar telah
dilaksanakan. Jika masih banyak mahasiswa yang tidak perubahan dari tenaga
pengajar, dapat diartikan bahwa sejauh ini, penggunaan edom belum dirasakan
manfaatnya secara langsung. Atau jika kritik dan saran memang tidak dapat
diterima oleh pihak pengajar, maka dibutuhkan transparansi sehingga mahasiswa
dapat mengetahui sejauh apa kritik dan saran yang dapat diberikan oleh
mahasiswa.
KEGIATAN KAMPUS (KBM DAN KEMAHASISWAAN)
38,30%
21,30%
40,40%
Pengaruh EDOM Terhadap Pengajar
Ya
Tidak
Tidak Tahu
4th Qtr
154
Sistem kegiatan belajar mengajar di FIA UI dapat dikatakan masih dalam tahap
transisi. Masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada data ad-for,
beberapa permasalah yang dirasakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
3. Jumlah mahasiswa dalam satu kelas terlalu banyak sehingga membuat
KBM menjadi tidak kondusif. Jumlah seluruh mahasiswa FIA angkatan
2016 sejumlah 324 orang, terbagi pada 6 kelas (fiscal regular, fiscal
parallel, niaga regular, niaga parallel, negara regular, negara parallel),
maka dalam satu kelas terdapat kurang lebih 54 mahasiswa dalam satu
ruang kecil.
4. Terkadang KBM dilaksanakan secara gabungan (dua kelas dijadikan satu)
dengan hanya satu pengajar. Hal ini membuat KBM menjadi tidak efektif.
3. Terdapat beberapa pengajar yang terkadang tidak dapat menghadiri KBM
sehingga harus mencari jadwal pengganti.
Selain ketiga poin permasalah dari data ad-for, terdapat permasalahan pada SAP
mata kuliah yang overlap. Contohnya terdapat pada mata kuliah Teori Organisasi
(TO) di semester tiga dan mata kuliah Perilaku Organisasi (PO) di semester
empat. Kedua mata kuliah tersebut memiliki kurang lebih beberapa SAP yang
sama, contohnya yaitu pada materi budaya organisasi dan konflik organisasi,
dimana pada kedua mata kuliah tersebut, bahasan yang dilakukan juga sama
sehingga tidak menambah ilmu. Hal ini dianggap merugikan mahasiswa karena
harus mengulang materi yang sama. Tambahan permasalah dalam hal KBM
terletak pada kondisi fasilitas yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tabel 1: Besaran Pengeluaran dan Penerimaan FIA UI.
155
Grafik 6: Persentase Pengeluaran FIA Berdasarkan Jenis Kegiatan
Sangat disayangkan karena 92% dari pengeluaran FIA adalah untuk pendidikan,
namun hal tersebut belum maksimal, terbukti dari kondisi yang dialami
mahasiswa FIA di atas.
Sementara itu, untuk kegiatan kemahasiswaan masih sangat minim bantuan yang
diberikan oleh fakultas sehingga menyulitkan jalannya kegiatan kemahasiswaan.
Data dari adkesma BEM FIA UI 2016 menyatakan bahwa rata-rata kepuasan
mahasiswa terhadap bantuan fakultas pada lembaga-lembaga kepuasan hanya
mencapai 2.1 dari skala 5. Dari total 46 mahasiswa, 36 mahasiswa merasa
dihambat oleh kebijakan fakultas. Berikut keterangan hambatan yang
dikemukakan oleh mahasiswa FIA:
1. Tidak adanya secretariat untuk BEM, BPM, dan UKF sehingga masih
harus meminjam ruangan.
2. Birokrasi peminjaman ruangan yang menyuliltkan.
3. Kebijakan jam malam ruangan (jam 8 malam) sangat menyulitkan.
Kegiatan belajar baru selesai pukul 5 tapi pukul 8 seluruh kegiatan
kemahasiswaan tidak dapat dilanjutkan sehingga waktu yang tersedia
Persentase Pengeluaran FIA Berdasarkan Jenis Kegiatan
Pendidikan
Penelitian
Pengabdian Masyarakat
156
sangat kecil.
4. Belum ada dana operasional untuk tiap lembaga
5. Dana untuk UKF belum ada yang turun
6. Birokrasi dan aturan dalam permohonan dana menyulitkan dan tidak jelas
7. Tidak ada sosialisasi terhadap birokrasi dan aturan yang ada di FIA
sehingga menyulitkan
8. Kejelasan status lembaga
Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan Oleh Rektorat Secara Proporsional
Grafik 7: Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan oleh Rektorat Secara
Proporsional
Jika melihat kondisi FIA dan hasil survei di atas, 72,3% setuju bahwa UI
mendukung kegiatan kemahasiswaan di bawah rektorat secara proporsional.
Namun kurang dapat dipahami segini “proporsional” yang dimaksud. Apakah
permasalahan-permasalahan pada kegiatan kemahasiswaan di FIA yang telah
disebutkan di atas menjadi tanggung jawab rektorat pula, atau hanya tanggung
jawab kemahasiswaan FIA? Jika permasalahan tersebut merupakan tanggung
jawab dari rektorat pula, maka sudah sepatutnya permasalahan-permasalahan
tersebut diperbaiki dan diselesaikan agar tidak mengakar dalam budaya kegiatan
kemahasiswaan FIA UI.
Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan oleh Rektorat
Secara Proporsional
Ya
Tidak
157
Aspirasi Program Vokasi
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menjelaskan permasalahan-permasalahan
apa saja yang terjadi di Program Vokasi Universitas indonesia sesuai permintaan
MWA kepada saya. Setahun sudah saya menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif
Mahasiswa Program Pendidikan Vokasi UI 2016. Banyak perubahan dan polemik
yang terjadi selama saya menjabat selama setahun belakangan ini.
Permasalahan biaya kuliah masih menjadi perhatian khusus bagi saya untuk
tahun ini, terutama di tahun ini biaya kuliah Program Vokasi UI naik dari 7 juta
rupiah menjadi 8 juta rupiah. Kenaikan tersebut tidak sebanding dengan beasiswa
yang didapat bagi mahasiswa Vokasi UI. Tahun ini tercatat mahasiswa yang
menunggak berada di kisaran 1,2 M dengan 800 ratus juta berasal dari mahasiswa
Vokasi UI yang aktif. Hal itu menunjukkan bahwa kebijakan menaikan biaya
kuliah tidak membantu persoalan untuk mahasiswa yang menunggak apalagi tidak
dijalankan dengan penambahan beasiswa yang ada di Vokasi UI.
Selain biaya kuliah, Permendikti No.50 tahun 2015 memicu polemik Vokasi
se-indonesia terutama dalam pasal 4 ayat 1 dan 2. Dikatakan bahwa “Program
diploma yang diselenggarakan universitas, institut, dan sekolah tinggi:
a. Paling banyak 10 persen dari jumlah program sarjana; dan
b. Tidak menyelenggarakan Program Studi yang sama dengan Program Studi
pada program diploma di politeknik dan/atau akademik di dalam kota atau
kabupaten tempat Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi tersebut
berada”
Hal itu membuat program studi yang sama dengan Politeknik Negeri jakarta
menjadi terancam keberadaannya. Tidak hanya itu, pembatasan jumlah mahasiswa
10% dari program sarjana dinilai tidak jelas alasannya.
Sistem cicilan yang dipakai sekarang juga menjadi permasalahan yang cukup
pelik, sebab apabila mahasiswa yang mengajukan cicilan dan telat dalam
memenuhi kewajibannya membayar cicilan akan diberikan denda 25% dari total
cicilan yang belum dibayar.
158
Fasilitas yang ada di Vokasi UI dalam mewadahi minat dan bakat mahasiswa
Vokasi UI masih menjadi fokus dalam hal:
1. Lap futsal (kualitas lapangan yang tidak standar)
2. Lap Voli ( kualitas lapangan voli yang tidak standar)
3. Wifi yang kurang memadai (sangat parah)
4. Kondisi jalan di pintu masuk Vokasi UI (sangat parah)
5. CCTV yang kurang memadai
6. Sepeda kuning yang hanya terus dijanjikan akan segera terealisasi namun
nyatanya belum.
Demikian tulisan singkat saya dalam rangka Evaluasi akhir tahun rektor UI.
Semoga apa yang tertulis disini benar-benar diperhatikan secara serius. Atas
perhatiannya saya ucapakan terima kasih.
Silvester Yoviano Wolffiant
Ketua BEM Vokasi UI 2016
159
Bab iii
KOMPILASI KAJIAN
BADAN KELENGKAPAN MWA UI
UNSUR MAHASISWA 2016
160
Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti
Oleh Syifa Amania Afra
1. Latar Belakang
Endowment Fund (Dana Abadi) merupakan sebuah konsep pendanaan
yang bersumber dari kumpulan dana alumni maupun donatur yang dihimpun
untuk diakumulasikan dan dikelola dalam berbagai jenis instrumen investasi di
pasar modal seperti reksadana, saham, obligasi dan time deposit. Return dari
investasi endowment fund digunakan untuk mendanai tujuan nirlaba tertentu dari
suatu lembaga sedangkan dana pokoknya akan terus ditumbuhkembangkan.
Lembaga-lembaga besar di dunia terutama perguruan tinggitelah menggunakan
konsep endowment fund sebagai salah satu kekuatan vital untuk mendanai
keuangannya. National Association of College and University Business Officers
(NACUBO) pada tahun 2008 merilis hasil investasi dari dana abadi Harvard
bahkan mencapai US$36,4 miliar atau setara Rp 474 triliun. Stanford University
menghasilkan return US$17 miliar dan MIT US$10 miliar. Bahkan NUS
memiliki capaian hasil investasi tertinggi di Asia yaitu sebesar US$774 juta.
Sejarah telah membuktikan bahwa konsep dana abadi memiliki kekuatan besar
dibalik pendanaan suatu lembaga.
Sejak tahun 2010, Indonesia baru menerapkan konsep dana abadi untuk
mengoptimalkan penyerapan dana pendidikan, salah satunya melalui universitas
yang merupakan salah satu Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai Perguruan
Tinggi Negeri badan hukum (PTNbh) memiliki kemandirian untuk mengelola
segala urusan akademik dan non akademik kampusnya. Terutama dari segi
pendanaan, UI tidak lagi bisa bergantung hanya kepada dana yang bersumber dari
APBN (BPPTN). UI memiliki 6 sumber pendanaan lain yaitu: dana yang
bersumber dari uang kuliah, dana hibah penelitian, dana hasil ventura, dana dari
masyarakat, dana yang dikembangkan dari hasil kerjasama tridharma perguruan
tinggi dan dana hasil pengelolaan dana abadi.
Selama ini, UI hanya mengoptimalkan kanal pendanaan NON APBN yang
bersumber dari uang kuliah mahasiswa. Padahal dengan sistem keuangan
desentralisasi, tiap fakultasmemiliki kebebasan untuk mengeksplorasi segala
161
sumber keuangannya secara mandiri. Maka sejatinya UI dan setiap fakultasnya
memiliki potensi besar untuk memanfaatkan dana hasil pengelolaan dana abadi
sebagai salah satu sumber pendanaannya kelak.
2. Dasar Hukum
Tujuan negara yang termaktub pada pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NKRI 1945) salah
satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen untuk mewujudkan
tujuan tersebut diejawantahkan melalui penjaminan hak pada Pasal 28 C ayat (1)
yang menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.
Penjaminan hak tersebut dikukuhkan kembali pada Pasal 31 ayat (1) yang
menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pada Pasal 31
ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sejalan dengan itu UUD 1945 kembali menegaskan komitmen
Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Pasal 31 ayat (4)
bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional”.
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang
disebutkan pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) memiliki peran strategis dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka untuk menjamin penyelenggaraan
pendidikan tinggi ditetapkanlah Undang-Undang NO.12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan TInggi sebagai dasar dan kepastian hukum dalam
penyelenggaraannya. Menilik pada Pasal 62 ayat (1) yang menyebutkan bahwa
Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
162
pusat penyelenggaraan tridharma yang meliputi pengelolaan di bidang akademik
dan non akademik. Pada Pasal 65 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan
otonomi itu diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri
Pendidikan Nasioanl kepada PTNbh. Pada Pasal 84 ayat (2) disebutkan bahwa
Perguruan Tinggi dapat memperoleh pendanaan melalui masyarakat salah satunya
melalui dana abadi pendidikan.
Kemudian,untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 ayat (3) bahwa perlu
ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan
PTNbh maka ditetapkanlah PP No.26 Tahun 2015. Pada Pasal 11 ayat (1)
menjelaskan bahwa pendanaan PTNbh yang bersumber dari selain APBN salah
satunya dapat bersumber dari dana abadi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK)No.238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan,
Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana
Cadangan Pendidikan. Melalui PMK tersebut diamanatkan bahwa dalam APBN
dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional berupa Endowment Fund
dan dana cadangan pendidikan yang pengelolaannya dilakukan oleh BLU secara
transparan dan akuntabel sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam
Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah
Tangga. Pada BAB VII tentang Pengelolaan Keuangaan Pasal 130 ayat (1)
menyebutkan bahwa Universitas dapat membentuk dana-dana khusus yang
mempunyai maksud dan tujuan strategis tertentu dan tersendiri, yang dapat
berbentuk namun tidak terbatas pada: a. Dana abadi, b. Dana Cadangan, c. Dana
Cadangan Aset Tetap, dan d. Dana Beasiswa.Ayat tersebut mengimplikasikan
bahwa universitas dapat membentuk kanal pendanaan yang bersumber dari 4
sumber tersebut namun tidak terbatas hanya kepada sumber-sumber tersebut,
universitas sebagai PTN bh dapat terus bereksplorasi mengembangkan pendanaan
keuangannya secara mandiri selama sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Menurut ayat (2) pada Pasal yang sama disebutkan bahwa Dana Abadi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah dana yang dibentuk oleh
Universitas dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah dana yang akan dikelola
secara khusus sehingga hasil dari pengelolaan dana tersebut dapat digunakan
163
untuk mendukung kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tanpa mengurangi nilai
pokok dana tersebut. Secara holistik dan sistematisinstrumen perundang-undangan
telah mengamanatkan pengelolaan dana abadi sedemikian rupa agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya.
3. Permasalahan
Urgensi Pendanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Setiap lembaga pasti memiliki visi yang berfungsi sebagai arah
pembangunan dan pengembangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar memiliki arah pembangunan dan pengembangan yang jelas,makadisusunlah
berbagai perencanaan baik melalui perencanaan jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang.Pendanaan tentu menjadi unsur terpenting untuk
merealisasikan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang telah
disusun.Pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang mandiri memiliki
tupoksi yang sama pentingnya untuk universitas maupun fakultas. Relevansi
antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sendiri memiliki keterkaitan
yang saling terinterpendensi. Pendanaan jangka pendek merupakan langkah-
langkah yang disusun untuk mencapai pendanaan jangka panjang. Namun, bukan
berarti pendanaan jangka panjang itu sendiri dibiarkan tersusun oleh pendanaan
jangka pendek begitu saja. Dalam menjalankan pendanaan jangka pendek pun
harus berdasarkan dan mengarah kepada gambaran holistik dari pendanaan jangka
panjangnya. Sehingga muncul sinkronisasi antara pendanaan jangka pendek dan
jangka panjang. Terlebih, UI sebagai PTNbh memiliki wewenang mandiri untuk
mengelola keuangannya tentu harus mampu mengoptimalkan statusnya dalam
upaya pemenuhan pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dapat
mencapai tujuannya. Status PTN bh yang dimiliki UI jika dimanfaatkan dengan
baik sejatinya dapat memberikan keuntungan terutama dalam pengelolaan
keuangannya. UI dan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya dapat
mengoptimalkan pendanaan bukan hanya dari penerimaan BPPTN bh namun
ditunjang dengan perolehan pendapatan dari berbagai sumber.
Teknis Pengumpulan Dana (komparasi dengan universitas lain).
Untuk menjamin tercapainya pendanaan jangka pendek maupun jangka
panjang sebuah lembaga juga harus memiliki teknik pengumpulan dana yang
164
optimal. Salah satunya adalah teknik pengumpulan dana abadi. UI bersama PTN
bh lainnya dapat menjalin kerja sama dan melakukan sharing knowledge dalam
pengelolaan dana abadi. Di dalam negeri sendiri terdapat Perguruan Tinggi yang
dikenal dengan prestasinya sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun
2007 yaitu ITB. Menurut Pasal 60 Statuta ITB, Endowment fund ITB atau yang
disebut Dana Lestari ini dikelola oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari
(BPUDL).BPUDL merupakan hasil penggabungan dari Satuan Usaha Komersial
(SUK) dan Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) ITB dan pada dasarnya
melanjutkan fungsi penggalangan dana yang bukan berasal dari pemerintah
(APBN) untuk menunjang operasional ITB.
Kompas melaporkan bahwa disaat dana lestari baru memasuki usia ke-
3nya ITB sudah mampu menghimpun dana lestari sebesar US$20 juta atau setara
dengan Rp 200 miliar rupiah. Sedangkan menurut laporan MWA ITB yang
disampaikan oleh Rektor ITB dalam rangka Dies Natalis ITB ke-56 pada Maret
2015 lalu, total Dana Lestari yang dikelola BPUDL per 31 Desember 2014
sebesar Rp. 113 milyar dan hasil investasi tahun 2014 sebesar Rp. 13,573 milyar.
Hal ini menunjukkan presentase jumlah endowment fund mencapai 8,75% dari
total realisasi penerimaan dan pendapatan anggaran tahun 2014 yang berjumlahRp
1,294,994 trilliun dan menghasilkan return sebesar 11,98% dari pengelolaan
endowment fund tahun 2014.
Lalu bagaimana dengan UI? Menurut sebuah laporan, kinerja pengelolaan
hasil investasi Dana Abadi UI pada tahun 2012 bahkan hanya mencapai 4% dari
seluruh anggaran. Sedangkan pada tahun 2015 lalu baru mencapai sebesar Rp 49
miliar dari total pendapatan sebesar Rp 2.041.120.399.485 triliun yang berarti
hanya memiliki presentase 2,4% dari total pendapatan tersebut.Di tahun 2016 ini,
MWA UI memiliki kesadaran yang besar akan pentingnya optimalisasi dana
abadi. Kesadaran tersebut diejawantahkan dengan menetapkan target kepada
Rektor UI untuk menghimpun dana abadi tahun 2016 sebesar Rp 100
miliar.Namun kemudian menjadi pertanyaan besar bagaimana UI akan
menghimpun dana tersebut.
Adanya trade off antara pendanaan jangka pendek dan jangka
panjang.
165
Jika ditilik lebih dalam, pendanaan jangka pendek dan jangka panjang
melalui pengelolaan Endowment Fund memiliki konsekuensi dan risiko lain yang
harus dipertimbangkan,diprediksikan dan dipersiapkan solusinya secara
matang.Pengoptimalisasian dana abadi akan menimbulkan trade off antara
pendanaan jangka pendek dengan pendanaan jangka panjang. Karena keterbatasan
sumber dana membuat suatu lembaga harus mampu memprioritaskan pendanaan
yang akan dijadikan fokus pengelolaan keuangan. Ketika suatu lembaga
memutuskan untuk concern terhadap pendanaan jangka panjangnya maka secara
tidak langsung ia akan mengorbankan fokusnya terhadap pendanaan jangka
pendek. Begitu pula sebaliknya disaat suatu lembaga memprioritaskan pendanaan
jangka pendeknya maka ia akan mengorbankan peluang investasi jangka
panjangnya . Contoh konkret adalah ketikasuatu lembaga membuka kanal dana
abadi dalam pendanaannya, maka setiap tahunnya lembaga tersebut
akanmemperhitungkan return yang dihasilkan oleh dana abadi ke dalam pos
pendapatan untuk membiayai pengeluaran jangka pendek di periode
tersebut.Sedangkan di sisi lain setiap investasi pasti memiliki risiko, salah satu
risiko dari investasi dana abadi adalah jika return di tahun tersebut ternyata
dibawah target yang sudah ditetapkan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pos
pendanaan yang sudah ditentukan sebelumnya dan akan mengganggu kegiatan
operasional jangka pendek.
Trade off menimbulkan urgensi likuiditas.
Adanya trade off menunjukkan bahwa terdapat urgensi pada tingkat
kepastian kemampuan dana abadi dalam menghasilkan return untuk digunakan
sebagai pos pembiayaan tertentu dalam jangka pendek yang disebut likuiditas.
Semakin likuid, maka kepastian kemampuan dana abadi untuk menghasilkan
return semakin baik sehingga pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang berasal
dari return tersebut juga akan terpenuhi dengan pasti. Keadaan pasar yang
fluktuatif sangat memperngaruhi tingkat likuiditas dari sebuah instrumen
investasi. Namun, dalam pengelolaan investasi di pasar modal terdapat cara untuk
mengelola ketidak-pastian yang timbul akibat keadaan yang sangat fluktuatif itu.
Manajemen investasi akan mencari jalan untuk mengoptimalkan return yang bisa
diperoleh dan mengelola risiko Endowment Fund seminim mungkin.
166
Diversifikasi sebagai salah satu solusi trade off dan tingkat likuiditas
dana abadi.
Salah satunya melalui pengelolaan diversifikasi dana abadi yang memiliki
relevansi dengan probabilitas risk & return dari suatu investasi. Diversifikasi
adalah sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana
melalui berbagai instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi
keuntungan yang berbeda, atau sering disebut dengan alokasi aset (asset
allocation). Warren Buffet, seorang investor ulung yang sudah berinvestasi
hampir selama 75 tahun ini menekankan pentingnya diversifikasi. Ia memiliki
prinsip “don’t put your all eggs in one basket” karena jika keranjang yang
menyimpan telur itu jatuh maka semua telur akan pecah dan menyebabkan
kerugian absolut. Dengan menempatkan telur di keranjang yang berbeda akan
meminimalisir risiko kerugian tersebut dan meningkatkan peluang keuntungan.
Diversifikasi dalam dana abadi memiliki logika dasar yang sama dengan analogi
tersebut. Terlebih dana abadi harus memiliki likuiditas yang baik untuk pendanaan
jangka pendek dan jangka panjang sehingga dalam diversifikasinya dapat
diinvestasikan kepada instrumen investasi yang cenderung mampu memberikan
return tetap seperti obligasi atau time deposit. Sehingga,antara pengelolaan
diversifikasi dana abadi dan probabilitas risk & return memiliki relevansi yang
sangat kuat. Semakin baik pengelolaan diversifikasi dana abadi dalam
menempatkan investasinya maka akan menekan resiko kerugian sehingga peluang
untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi akan semakin tinggi.
4. Saran dan Rekomendasi
Urgensi Dana Cadangan
Lembaga yang ingin mengoptimalkan kanal dana abadi sebagai salah satu
sumber penerimaannya tentu harus siap untuk menghadapi resiko investasi yang
dapat terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa akan terjadi trade
off antara fokus pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang. Padahal dua hal
tersebut memiliki urgensi yang sama bagi sebuah lembaga terlebih untuk
universitas dan fakultas-fakultas yang ada didalamnya. Disini lah muncul
pentingnya peran dana cadangan untuk mengatasi keadaan jika return dana abadi
167
di suatu periode dibawah target.Sehingga suatu lembaga dapat tetap
menginvestasikan dananya untuk pendanaan jangka panjang dan tetap bisa
memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendeknya meskipun return yang
diprediksikan ternyata turun karena dapat ditutupi oleh dana cadangan tersebut.
Universitas harus mampu memperhitungkan pendanaan di masa depan agar dapat
mempertimbangkan jumlah dana yang akan digunakan di masa depan.
Komparasi Pengelolaan Dana Abadi dengan PTN lain
Sebagai kampus yang memiliki visi besar untuk menjadi World Class
Universityyang seyogyanya dikelola dengan World Class management System,
tentu UI harus berkaca dan banyak belajar dari kampus-kampus unggulan di
dalam maupun luar negeri. Dengan mimpi yang visioner dan futuristik, kampus-
kampus tersebut melangkah dengan langkah yang visioner dan futuristik pula.
Mereka tidak lagi terbuai oleh kemudahan memperoleh dana dari APBN, maupun
dari uang kuliah yang dibayarkan mahasiswa. Menilik keberhasilan ITB dalam
mengelola dana abadinya, berikut terdapat beberapa analisis dari kasus tersebut:
ITB memiliki komitmen yang besar untuk mengelola dana abadi.Hal ini
ditunjukkan dengan ditetapkannya Peraturan MWA ITB No.002/P/I1-
MWA/2015 tentang Pengelolaan Kekayaan ITB yang menjadi dasar
sekaligus payung hukum dalam menentukan arah penyelenggaraan
pengelolaan kekayaan ITB.
Dibentuknya sebuah Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL)
yang merupakan gabungan (Satuan Usaha Komersial) SUK dan Satuan
Kekayaan dan Dana (SKD) sebagai badan khusus yang fokus kepada
optimalisasi pengelolaan berbagai kegiatan usaha dan dana abadi.
Pengelolaan Dana Lestari ITB dikelola oleh manajer investasi yang
memiliki kualitas terbaik di pasar modal yaitu PT Bahana TCW
Investment Management yang meraih penghargaan sebagai The Best
Asset and Fund Manager 2015 versi Majalah Alpha South East Asia.
Selain itu, manajemen investasi ini dipimpin oleh Presiden Direktur yang
merupakan seorang alumni ITB yang berhasil memasarkan Dana Lestari
ITB hingga diminati sebagai salah satu pilihan investasi populer di pasar
168
modal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya rasa bakti dan menghargai jasa
Perguruan Tinggi yang dimiliki alumni ITB kepada almamaternya.
Target MWA UI untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100 miliar pada
tahun 2016 ini harus dioptimalkan melalui berbagai kebijakan. Kebijakan yang
dibuat untuk mendukung optimalisasi dana abadi tersebut salah satunya adalah
Naming Rights Policy. Naming rights policy sendiri adalah salah satu bentuk dari
Public Private Partnership. Secara konseptual, Naming Rights Policy adalah
kebijakan untuk melakukan kerjasama antara sektor publik (PTN bh) dan privat
dalam bentuk penjualan hak penamaan atas aset tetap (gedung, taman,
laboratorium, dll) dengan mempertimbangkan nilai konstruksi dan historis di
suatu institusi dalam periode tertentu (3-10 tahun).
Belajar dari keberhasilan ITB membuktikan jika sebuah investasi memiliki
payung hukum sebagai arah pengelolaan yang jelas, dikelola oleh suatu badan
khusus sentral yang dibentuk untuk fokus dalam pengelolaan kekayaan Perguruan
Tinggi dan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kualitas dan kapabilitas
terbaik di bidangnya serta memiliki rasa bakti terhadap almamaternya maka
kesuksesan dalam pengelolaan kekayaan khususnya pengelolaan dana abadi
adalah sebuah kepastian. UI tentu memiliki potensi yang tidak kalah besar
dibandingkan ITB baik dari segi potensi dana dan sumber daya ahlinya. Banyak
ahli ekonomi, pengusaha sukses maupun manajer investasi ternama di pasar
modal yang dilahirkan oleh UI. UI membutuhkan teknokrat terbaiknya untuk
membangun sistem pengelolaan kekayaan yang terintegrasi namun dapat
terdesentralisasi dengan baik di setiap fakultasnya.
5. Kesimpulan
Endowment Fund (dana abadi)merupakan salah satu konsep pendanaan
yang dihimpun dari alumni dan donatur untuk diinvestasikan di pasar keuangan
sehingga menghasilkan return yang dapat dimanfaatkan untuk pendanaan jangka
pendek dan jangka panjang. Lembaga-lembaga besar di dunia terutama beberapa
perguruan tinggi terbaik ternyata telah membuktikan keberhasilan optimalisasi
endowment fund. Di Indonesia sendiri, konsep dana abadi ini baru diterapkan pada
tahun 2010 yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai salah
169
satu BLU yang berstatus PTN bh kini memiliki otonomi untuk mengelola
keuangannya secara mandiri salah satunya dengan mengoptimalkan pendapatan
yang bersumber dari hasil pengelolaan dana abadi. Karena faktanya, UI belum
mengoptimalkan sumber pendapatan lain kecuali yang berasal dari uang kuliah
mahasiswa.
Untuk mencapai salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Negara melalui UUD 1945
mengamanatkan bahwa adanya penjaminan hak untuk memperoleh pendidikan
yang diatur dalam Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1). Pada Pasal 31 ayat
(2) diamanatkan bahwa pemerintah harus menyenggalarakan satu sistem
pendidikan nasional yang mampu meningkatkan kualitas pribadi bangsa. Sejalan
dengan hal tersebut melalui Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 mengamanatkan
Pemerintah untuk kembali berkomitmen dalam mewujudkan tujuan negara dengan
memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD.
Perguruan tinggi dinilai memilki peran strategis dalam sistem pendidikan nasional
sehingga untuk menjamin penyelenggaraannya ditetapkanlan UU No.12 Tahun
2012. Perguruan Tinggi yang dinilai memiliki kapabilitas diberikan otonomi
untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridharma
yang meliputi pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Perguruan
Tinggi itu selanjutnya disebut dengan nama PTN bh. Otonomi yang dimiliki PTN
bh memiliki kewenangan untung mengelola keuangannya sendiri yaitu dengan
optimalisasi sumber pendanaan yang berasal dari dana non apbn salah satunya
adalah hasil pengelolaan endowment fund yang diatur lebih lanjut dalam PP No.26
Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan No.238/PM.05/2010. Pengelolaan
tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan MWA UI
No.004/Peraturan/MWA-UI/2015. Payung hukum dari pengelolaan dana abadi
tersebut sudah dirancang dan ditetapkan sebaik mungkin demi manjamin
pelaksanaan pengelolaan dana abadi yang sesuai dengan amanat perundang-
undangan itu sendiri.
Setiap lembaga pasti melakukan pembangunan dan pengembangan untuk
mencapai tujuannya. Setiap pembangunan dan pengembangan yang dilakukan
pasti membutuhkan pendanaan baik itu pendanaan jangka pendek maupun jangka
170
panjang. Sebagai sebuah PTN bh universitas dan fakultas di dalamnya harus
memiliki pendanaan mandiri untuk kedua periode waktu tersebut. Pendanaan
mandiri jangka pendek dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan kegiatan
operasional. Sedangkan pendanaan mandiri jangka panjang di masa depan
dibutuhkan agar dapat mempertimbangkan jumlah dana yang digunakan kelak.
ITB sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun 2007 dapat
menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang dapat dijadikan mitra untuk berbagi
pengalaman dan ilmu di bidang pengelolaan endowment fund. Ironisnya, UI
belum mampu mengoptimalkan kanal pendanaan lain seperti endowment fund.
Dengan status PTN bh yang memiliki otonomi seluas-luasnya, UI cenderung
masih terjaga dalam kemudahan memperoleh dana dari pemerintah dan
mahasiswa. Faktanya kinerja pengelolaan endowment fund pada tahun 2012
bahkan hanya mencapai 4% dari seluruh anggaran sedangkan tahun lalu justru
merosot menjadi 2,4% dari total pendapatan tahunan.
Mengingat urgensi pendanaan mandiri jangka pendek dan jangka panjang
bagi suatu lembaga, idealnya sebuah universitas beserta fakultas yang ada
didalamnya memberikan perhatian terhadap setiap pendanaan tersebut. Namun,
dalam proses perwujudan pendanaan yang mandiri justru akan terjadi trade off
antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang. Suatu lembaga
dihadapkan dengan pilihan untuk memilih memprioritaskan dana jangka pendek
kah atau sebaliknya. Karena ketika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan
jangka panjangnya dengan mengelola dana abadi, terdapat peluang ketidakpastian
return yang akan diterima. Padahal, return tersebut lah yang akan digunakan
sebagai sumber pembiayaan pos operasional jangka pendek. Jika tidak ada
antisipasi untuk menyediakan dana cadangan mandiri maka disaat pendanaan
jangka panjang berjalan justru pendanaan jangka pendeknya dapat terganggu.
Begitu pula sebaliknya, jika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka
pendek saja maka lembaga tersebut akan kehilangan peluang untuk membangun
pendanaan jangka panjangnya. Maka menjadi penting bahwa hasil dana abadi
harus memiliki tingkat kepastian kemampuan dalam menghasilkan return untuk
digunakan sebagai pos pembiayaan jangka pendek. Kepastian kemampuan
tersebut dikenal dengan likuiditas investasi di pasar keuangan. Meskipun
171
likuiditas terikat dengan keadaan keuangan yang tidak pasti namun peluang-
peluang tersebut dapat dikelola sehingga meminimalkan resiko dan meningkatkan
peluang keuntungan yang akan diperoleh. Implikasinya, likuiditas return dana
abadi untuk membiayai pendanaan jangka pendek juga akan tinggi.
Pengelolaan peluang tersebut salah satunya melalui diversifikasi yaitu
sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana melalui
berbagai instrumen investasi dengan tingkat resiko dan potensi keuangan yang
berbeda. Strategi ini ditujukan untuk meminimalisir resiko kerugian yang
diperoleh jika hanya menempatkan investasi di satu tempat sehingga
meningkatkan peluang keuntungan melalui penempatan investasi di beberapa
instrumen investasi lainnya.
Langkah untuk mulai mengoptimalkan dana abadi diwujudkan pada tahun
ini yaitu UI memiliki target untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100
miliar. Sejalan dengan optimalisasi dana abadi tersebut sudah seharusnya UI
mulai membangun sistem pengelolaan kekayaannya, dimulai dengan
pembentukan payung hukum yang jelas tentang arah pengelolaan kekayaan UI,
merekrut alumni sekaligus ahli terbaik yang mampu berperan menjadi pembangun
sistem pengelolaan kekayaan UI , dan melakukan pembenahan fungsi serta
program kerja yang jelas untuk manajemen satuan unit kerja yang mengelola
kekayaan UI. Dengan langkah tersebut maka reformasi pengelolaan kekayaan UI
adalah suatu kepastian yang dapat memperkuat kanal utama pendanaan UI.
Sehingga, masyarakat terutama mahasiswa tidak lagi ditekan dengan biaya kuliah
yang mahal karena kebutuhan pendanaan dapat diperoleh dari hasil alokasi
sumber pendanaan lain.
172
DAFTAR PUSTAKA
Andhika PP. 2014. Kolaborasi Pemerintah dan Mahasiswa dalam
Meningkatkan Efektivitas Pemanfaatan Dana Cadangan Pendidikan di Indonesia.
Esai OIM UI 2014
Bahana TCW Investment Management. 2016. http://www.bahana.co.id
(Akses : Jumat, 25 Maret 2016)
Bank Indonesia. 2016. http://www.bi.go.id (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)
Data dan Informasi Institut Teknologi Bandung. 2014.
http://www.dcpusat.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)
Drezner, N.D., Gupta, A. 2012. Busting the myth : Understanding
endowment management at public historically black colleges and universities. The
Journal of Negro Education.
Dunia Ekonomi. Diversifikasi Internasional. 2016.
http://www.ekonomi.kabo.biz (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)
Ikatan Alumni ITB. 2016. http://www.iaitb.org (Akses : Jumat, 25 Maret
2016)
Institut Teknologi Bandung. 2016. http://www.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24
Maret 2016)
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016.
http://www.setneg.go.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. 2016. http://www.lpdp.depkeu.go.id
(Akses : Kamis, 24 Maret 2016)
University of Canterbury. 2015. Naming Rights Policy. University of
Canterbury Policy Library.
Peraturan Menteri Keuangan No.238/Pmk.05/2010 tentang Tata Cara
Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Endowment Fund
Dan Dana Cadangan Pendidikan
Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme
Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri badan hukum.
Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran
Rumah Tangga.
173
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-Undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
174
Biaya Kuliah Tunggal
Oleh : Ali Zainal Abidin
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bunyi Pasal 31 ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini merupakan
fondasi kuat yang memberikan arahan tegas kepada pemerintah bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pendidikan. Pemerintah benar-benar dituntut perannya
dalam pemenuhan haknya dalam tercapainya cita-cita besar negara ini dalam
meningkatkan kualitas hidup tiap-tiap warga negaranya.
Pendidikan tinggi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi negara
dalam pelaksanaan perannya. Dari sisi calon mahasiswa perguruan tinggi,
mahalnya biaya kuliah yang harus dibayarkan menjadi alasan dominan untuk
dapat berpartisipasi dalam pendidikan tinggi. Dari sisi pemerintah, minimnya dana
dalam membiayai operasional perguruan tinggi menjadi salah satu penyebab sulit
terealisasinya amanat UUD 1945. Namun, Pemerintah selalu memiliki gagasan-
gagasan yang dianggap mampu menjadi solusi, yaitu memaksimalkan peran
perguruan tinggi dan calon mahasiswa dalam pembiayaan yang besar ini.
Kementerian Riset dan Teknologi menerapkanmetode perhitungan biaya
kuliah yang disebut dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Metode ini merupakan
sebuah konsep perhitungan berdasarkanStudent Unit Cost (SUC), indeks
kemahalan wilayah, jenis program studi, dan capaian Standar NasionalPerguruan
Tinggi. SUC merupakan biaya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mahasiswa dalam
menjalani masa perkuliahan di kampus dalam jangka waktu 8 semester.
SUC yang berlaku saat ini didasarkan pada Standar Satuan Biaya
Operasional Pendidikan Tinggi(SSBOPT) yang diatur dalam Peraturan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan
Hukum (SSBOPTN-BH). Permen tersebut merupakan turunan dari UU No. 12
Tahun 2012dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
175
Biaya Kuliah Universitas Indonesia
Sebelum tahun 2008, Universitas Indonesia menerapkan mekanisme biaya
pendidikan flat yang dikenal dengan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Pada
tahun 2008, UI mulai membuat perombakan dalam sistem pembayaran dengan
mengubah sistem BOP menjadi Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan
(BOPB). Sistem BOPB inibertujuan agar setiap mahasiswa dapat membayar biaya
pendidikan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua, wali, atau penanggung
biaya mahasiswa tersebut.
Untuk saat ini, UI masih menerapkan sistem BOPB dalam sistem
pembayarannya. Sedangkan, untuk nominal yang dibayarkan oleh satu orang
mahasiswa ditentukan oleh perhitungan BKT yang telah diterapkan oleh
Pemerintah. Maka, peran UI dan Negara dalam tercapainya Hak pendidikan tinggi
Warga Negara sangat ditentukan oleh kebijakan perhitungan yang efektif dan
efisien agar mahasiswa membayar biaya kuliah dengan fasilitas yang sesuai dan
disubsidi oleh pemerintah serta sistem pembayaran yang mudah.
Dasar Hukum
Dalam melihat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan BKT
sebagai sebuah kebijakan, tentunya kita tidak akan terlepas dari payung kebijakan
yang menjadi dasar diberlakukannya kebijakan tersebut.Ada beberapa payung
kebijakan baik berupa undang-undang maupun yang berbentuk Peraturan yang
dikeluarkan oleh kementrian. Dasar hukum tersebut dibentuk berproses sejak
tahun 2012 hingga saat ini.
Pada tahun 2012, dikeluarkanlah Undang-undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi. Melalui undang-undang ini, beberapa perguruan tinggi
negeri yang tadinya berstatus BHMN(Badan Hukum Miliki Negara) maupun PTN
kemudian berubah menjadi PTN-BH(Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum).
Dalam kaitannya dengan Biaya Kuliah Tunggal(BKT), kita perlu menyoroti Pasal
88 UU No. 12 Tahun 2012. Pasal ini sesungguhnya mengamanatkan agar
pemerintah menetapkan suatu standar tertentu untuk biaya operasional peniddikan
176
tinggi dan sistem pembayaran biaya pendidikan bagi mahasiswa. Amanat ini
kemudian kita kenal dengan UKT yang menghapuskan adanya pembayaran uang
pangkal dan mengintegrasikan komponen-komponen biaya pendidikan menjadi
satu, yaitu Uang Kuliah Tunggal.
Konsep UKT yang berlaku secara nasional sesungguhnya merupakan
sistem yang sejalan dengan sistem pembiayaan yang diberlakukan di UI, yakni
BOPB. Perbedaannya terletak pada istilah dan rumus perhitungan SUC. Secara
lebih jelas, kita dapat meninjau kembali Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 :
(1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan
Tinggi
secara periodik dengan mempertimbangkan:
a. Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi
b. Jenis program studi
c. Indeks kemahalan wilayah
(2) Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud padaayat 1 menjadi dasar untuk mengalokasikan anggaran
dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.
(3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 2
digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang
ditanggung oleh mahasiswa.
(4) Biaya yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana maksud pada
ayat 3 harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mahasiswa,
orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.
Pada titik ini kita dapat melihat bahwasanya BKT sebagai keseluruhan
biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan
tinggi negeri secara substansi merupakan konsep yang sama dengan SUC apabila
177
kita mengasumsikan ketiga indeks yang terdapat dalam Pasal 88 ayat 1 sama
dengan 1.
Dengan menganalisis Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan perbedaannya terletak pada komponen-komponen
perhitungannya. Rumus perhitungan BKT mempertimbangkan komponen-
komponen yang tertulis dalam Pasal 88 ayat 1UU No. 12 Tahun 2012, sementara
SUC sebagai basis perhitungan dapat kita samakan dengan SSBOPTbasis.
Selain mengenai UKT dan BKT, UU No. 12 Tahun 2012 juga menetapkan
adanya Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri(BOPTN). Secara
sederhana, BOPTN merupakan bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah
untuk menutupi kekurangan pembiayaan operasional PTN. Dari penjelasan
tersebut kita dapat memahami adanya kaitan antara ketiga konsep tersebut(UKT,
BKT, dan BOPTN) melalui sebuah rumus sederhana.
Selanjutnya, beranjak dari UU No. 12 Tahun 2012 dasar hukum lainnya
yang perlu kita cermati ialah Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang
Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
Dalam PP tersebut dibahas bagaimana sumber pendanaan dan mekanisme lain
seperti peruntukan dana tersebut. Sumber pendanaan PTN BH berdasarkan Pasal
2PP No. 26 Tahun 2015 ialah berasal dari APBN dan non APBN. Selanjutnya
bentuk pendanaan tersebut berdasarkan pasal berikutnya dinyatakan bahwa bentuk
pendanaan tersebut ialah bantuan pendanaan PTN BH dan atau bentuk lain yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sebagai salah satu payung kebijakan yang berkaitan erat dengan BKT
sebagai pembiayaan yang berbasis aktivitas atau operasional, kita dapat
mencermati biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam pendanaan yang dibiayai
oleh negara dalam BKT melalui Pasal 5 PP No. 26 Tahun 2015 sebagai berikut :
Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum digunakan untuk mendanai:
a. biaya operasional;
b. biaya dosen;
c. biaya tenaga kependidikan;
BKT=UKT+ BOPTN
178
d. biaya investasi; dan
e. biaya pengembangan.
Dasar hukum yang berkaitan dengan BKT lainnya yang perlu diperhatikan
ialah Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi No. 22 Tahun 2015 tentang
Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada PTN di Lingkungan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dasar hukum tersebut
merupakan turunan aturan yang menjabarkan bagaimana diberlakukannya UKT
dan BKT pada Perguruan Tinggi Negeri. Di dalam lampiran-lampiran yang
terdapat dalam Permen tersebut juga dijelaskan secara rinci bagaimana
pemberlakuan UKT dan BKT yang berlaku secara nasional untuk masing-masing
PTN dan jurusannya.
Selanjutnya dasar hukum yang perlu kita cermati juga ialah
Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan
Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen
tersebut dijelaskan adanya Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi
Negeri Badan Hukum(SSBOPTNBH) yang merupakan besaran biaya operasional
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan standar
pelayanan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen ini kita juga
menemukan dalam lampiran-lampiran yang termuat di dalamnya penjelasan
mengenai biaya operasional pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, secara sederhana SSBOPTN ini dapat kita temukan
dalam rumus :
BKT = Biaya Kuliah Tunggal
SSBOPTN = Standar Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum
K1 = Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi
K2 = Jenis program studi
K3 = Indeks kemahalan wilayah
BKT= SSBOPTN x K1 x K2 x K3
179
Permasalahan
Dalam bahasan Biaya Kuliah Tunggal, kita tentunya akan menemukan
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dan terjadi di dalamnya.
Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi pemangku kepentingan
(pemerintah, rektorat, dan mahasiswa) yang terdapat di dalamnya, relevansi SUC,
matriks perhitungan dan penentu besaran, serta pos-pos aliran dana. Masing-
masing bagian memiliki masalah yang berkaitan satu sama lain yang tentunya
memengaruhi bagaimana besaran BKT tersebut ditentukan.
Efisiensi Kebutuhan dan Harga dalam Perhitungan SUC
SUC sebagai sebuah metode perhitungan berbasis kegiatan tentunya
memasukkan komponen-komponen yang bersifat operasional di dalam
penghitungannya. Sebagai komponen-komponen yang menentukan besaran
tersebut tentunya perlu kita cermati kembali bagaimana besaran-besaran tersebut
ditentukan, atau dalam hal ini harga-harga atau unit cost/semester. Selain itu,
masalah yang berkaitan dengan SUC sendiri ialah penentuan besaran harga-harga,
pos-pos pembiayaan, atau unit cost harus efektif dan efisien.
Update SUC sesuai Kebutuhan dan Harga
Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi
dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang
lain mengalami tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014,
Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode
yang sama.37
37 http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254
180
Dari data tersebut, mengingat angka inflasi rata-rata pertahun Indonesia
yang cukup tinggi, kiranya SUC ini sangat perlu untuk ditinjau ulang secara
berkala. Hal ini tentunya juga mempertimbangkan pihak yang paling
mendapatkan dampak langsung dari inflasi tersebut, yaitu dosen yang
pendapatannya termasuk dalam komponen SUC tersebut. Dampak tersebut sangat
jelas akan menurunkan kemampuan konsumsi dosen apabila terjadi kenaikan
harga tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan mereka.
Pantaskah SUC dari Tiap Rumpun atau Fakultas dianggap sama?
181
Permasalahan lainnya yang berkaitan juga dengan BKT ialah peninjauan
kembali penentu besaran. Dalam melihat permasalahan ini kita perlu membedah
Permenristekdikti No 5 Tahun 2016 tentang tatacara penetapan SSBOPTNBH.
Penentu besaran tersebut tentunya tidak terlepas dari metode yang digunakan
dalam menentukan SSBOPTNBH yang menggunakan metode pembiayaan
berbasis kegiatan. Di dalam lampiran Permen tersebut dijelaskan kelompok-
kelompok berdasarkan kebutuhan pengoperasian dan pengoperasian
penyelenggaraan program studi yang memengaruhi bagaimana SSBOPTNBH
tersebut dirumuskan.
182
Melalui tabel tersebut kita dapat mengetahui bagaimana pengelompokan
program sarjana ditentukan. Pengelompokan ini tentunya sangat penting untuk
kita ketahui sebagai bagian dari perhitungan BKT yang sejatinya merupakan
metode pembiayaan yang berbasis kegiatan. Sehingga kita dapat mengetahui
SSBOPTNBH bersumber darimana dan mengapa ditentukan besaran biaya
demikian yang tentunya tidak terlepas dari penggunaan operasional berdasarkan
pengelompokan tersebut. Jika kita menghitung dari aspek kegiatan, maka biaya di
tiap rumpun bisa berbeda, tiap fakultas bisa berbeda, dan bahkan tiap jurusan bisa
berbeda besarannya.
Perhitungan BKT yang diharapkan
183
Dalam lampiran PermenristekdiktiNo. 5 tahun 2016 terdapat faktor
koreksi indeks kemahalan berdasarkan kemahalan wilayah. Besarnya SSBOPT
yang tidak sama di semua tempat dikarenakan kondisi geografis Indonesia
mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan di
berbagai wilayah Indonesia. Untuk mengakomodasi keragaman biaya satuan
disebabkan tingkat kemahalan wilayah, kedua belas SSBOPT di atas dilakukan
penyekalan dengan menggunakan indeks kemahalan wilayah. Indeks kemahalan
wilayah tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut :
Sebagaimana yang kita ketahui melalui rumusan
BKT= SSBOPTNBH x K1 x K2 x K3
Indeks (K3) kemahalan wilayah menjadi salah satu faktor penentu besaran
BKT. Sebagai salah satu faktor yang turut memengaruhi tentunya indeks
kemahalan wilayah ini perlu untuk ditinjau dan dipertimbangkan kembali
relevansinya. Apakah klasifikasi kemahalan menjadi empat kelompok tersebut
sudah tepat dan paling menggambarkan realita yang sebenarnya ataukah masih
belum dan perlu disesuaikanSelain mempertimbangkan faktor indeks wilayah,
tentunya kita juga tidak bisa melupakan adanya satu faktor lain yang turut
berpengaruh pada besarnya BKT yang harus dibayarkan.
Faktor berikutnya ialah capaian standar nasional pendidikan tinggi. Faktor
ini merupakan salah satu koefisien yang memengaruhi besarnya SSBOPTN
sebagai angka pengali yang secara sederhana dapat kita jumpai dalam rumusan:
SSBOPT = SSBOPTN x Indeks Kualitas PTN.
184
Kemudian, untuk menentukan besarnya indeks kualitas PTN, kita akan
menemukan rumusan
Besaran koefisien tersebut dapat kita temui pada tabel-tabel berikut :
Adanya besaran-besaran tersebut sebagai faktor pengali yang
memengaruhi besaran SSBOPT dan tentunya juga BKT sepatutnya membuat kita
menijau kembali apakah koefisien pengali tersebut sudah benar-benar sesuai dan
relevan dengan kondisi yang ada saat ini sehingga menggambarkan biaya kuliah
yang benar-benar sesuai.
Selain berkaitan dengan pertimbangan kembali koefisien-koefisien yang
memengaruhi besaran SSBOPTN maupun BKT, salah satu masalah yang perlu
kita cermati ialah komponen lain di luar rumus perhitungan BKT. Saat ini kita
mengetahui bahwa
UKT merupakan biaya kuliah yang dibayar oleh mahasiswa ataupun
penanggung biaya pendidikan mahasiswa. Sementara BOPTN merupakan biaya
yang dikeluarkan oleh negara yang bersumber dari APBN. Ketika hanya kedua
komponen tersebut yang menopang kebutuhan BKT, maka akan sangat jelas
dampaknya jika terjadi penurunan jumlah BOPTN maka dampaknya akan
Indeks kualitas PTN = 1+APS+AIPT+AI
BKT= UKT + BOPTN
185
menaikkan besaran UKT untuk menutupi kebutuhan BKT. Oleh karena itu selain
kedua komponen yang menjadi rumusan BKT tersebut perlu ditambahkan adanya
satu komponen lagi yang dapat kita masukkan yaitu Penerimaan Non-BOP.
Penerimaan Non-BOP merupakan penerimaan yang diperoleh universitas
diluar dari Bantuan Operasional Pendidikan(BOP). Penerimaan tersebut dapat
bersumber dari APBN dan APBD, hibah, ventura, maupun endowement fund, dan
sebagainya. Penerimaan Non BOP ini dapat dimasukkan sebagai komponen
perhitungan BKT, maka tentunya akan sangat meringankan pembenanan terhadap
mahasiswa yang harus membayar UKT berlebih karena harus menutupi
kekurangan akibat menurunnya jumlah BOPTN. Oleh karena itu, kiranya
Penerimaan Non-BOP ini dapat ditinjau kembali agar dijadikan sebagai salah satu
komponen yang turut menanggung beban BKT agar pembebanan BKT tidak
bertumpu di pihak mahasiswa atau dalam konteks ini komponen UKT.
Maka, seharusnya rumusan baru untuk PTN-BH dalam penghitungan UKT
adalah
Artinya
Stakeholders penentu kebijakan : Apa yang seharusnya dilakukan?
Permasalahan-permasalahan yang telah digambarkan di atas tentunya
berkaitan dengan pemangku kebijakan yang terlibat dalam penentuan kebijakan
BKT ini, yaitu pemerintah, rektorat, dan mahasiswa.
Peran Negara
Secara ideal, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah.
Tanggung jawab tersebut dalam konteks ini khususnya berupa pendanaan
pendidikan. Negara tidak bisa melepaskan begitu saja tanggung jawabnya tersebut
BKT = UKT + BOPTN + NON BP
UKT = BKT – BOPTN – NON BP
186
dan oleh karenanya pemerintah wajib menyediakan adanya pendanaan dari negara
dalam pembiayaan PTN. Peran pendanaan negara tersebut dalam UU No 12
Tahun 2012 kita temui dalam bentuk Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Negeri(BOPTN).
Pimpinan Universitas
Rektorat sebagai jajaran eksekutif yang berwenang dalam tataran
universitas tentunya memiliki andil besar dalam menentukan bagaimana kebijakan
BKT ini. Dalam konteks UI, rektorat memiliki andil dalam membentuk format
SUC yang kita ketahui saat ini. Selain membentuk format tersebut pihak rektorat
juga membentuk asumsi-asumsi yang berkaitan dengan SUC seperti harga-harga,
pos-pos perhitungan, hingga asumsi-asumsi lainnya seperti jumlah mahasiswa,
penggunaan barang-barang operasional, dan sebagainya. Kemudian, sebagai
bentuk legalisasi bentuk dan mekanisme SUC menjadi suatu kebijakan, rektorat
adalah pihak yang mengesahkan bentuk dan mekanisme tersebut ke dalam bentuk
Surat Keputusan Rektor.
Peran Mahasiswa
Selain rektorat, pihak yang juga berperan sebagai pemangku kepentingan
ialah mahasiswa itu sendiri. Dalam penentuan kebijakan ini, masih berdasarkan
paparan singkat historis SUC pada bagian latar belakang, pihak rektorat sendiri
melemparkan wacana pelibatan mahasiswa dalam perhitungan SUC pada tahun
2008. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun ini wacana perumusan kembali
SUC telah digulirkan. Dalam hal ini, mahasiswa melalui lembaga-lembaga yang
terlegitimasi berhak turut andil dalam menentukan bagaimana konsep SUC ke
depannya.
Kesimpulan
Dari permasalahan-permasalahan yang dibahas di atas, dapat dilhat bahwa
penentuan besaran BKT dan UKT tidak sederhana. Dibutuhkan proses yang
panjang untuk dapat menemukan nominal yang sesuai untuk UKT yang
dibayarkan oleh mahasiswa. Konsep perhitungan yang telah dibuat oleh
pemerintah seharusnya dapat dijalankan oleh Universitas. Sehingga, universitas
187
tidak sesat pikir dalam penentuan besaran UKT untuk mahasiswanya,terutama
Universitas Indonesia.
Ada beberapa saran dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dalam
pembentukan kebijakan ke depannya bagi universitas, yaitu :
1. Perlunya peninjauan kembali SUC untuk agar tercapainya perhitungan
yang efektif dan efisien sehingga biaya yang dikeluarkan benar-benar
sesuai kebutuhan dan dapat dimanfaatkan fasilitasnya.
2. Perlunya peninjauan kembali besaran-besaran serperti koefisien Indeks
kemahalan wilayah dan Indeks capaian perguruan tinggi atau komponen-
komponen yang berkaitan dengan SUC lainnya, hal ini dapat dilihat dari
tingkat harga yang berubah dari waktu ke waktu dan capaian perguruan
tinggi yang meningkat dan menurun pula.
3. Penambahan komponen Penerimaan non-BOP dalam rumus perhitungan
BKT terutama untuk PTN BH.
4. Optimalisasi peran pemangku-pemangku kepentingan yang berpengaruh
dalam perumusan Biaya Kuliah Tunggal(BKT) dalam konteks ini
pemerintah, rektorat, dan mahasiswa.
188
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme
Pendanaan
“Inflasi di Indonesia (Indeks Harga Konsumen)” http://www.indonesia-
investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254(diakses pada tanggal 28 Maret 2016)
www.tradingeconomics.com (diakses 28 Maret 2016)
Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Satuan
Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Rekomendasi Kebijakan BK MWA UI UM 2014
189
Ada Apa Dengan BOPTN?
Oleh: Rizki Arif
“Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, begitulah
bunyi dari pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD) tahun 1945, yang mana ini diejewantahkan lebih lanjut pada pasal 31
UUD’1945 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”
Amanat dari Pasal 31 UUD’1945 diatur lebih lanjut dalam Undang –
Undang tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang mana untuk
tahun anggaran 2016 diatur dalam Undang-Undang no.14 tahun 2015 tentang
Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun anggaran 2016.
Di dalam Undang-Undang No.14 tahun 2015, dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementrian Negara/Lembaga, alokasi
anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi
anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik,
tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai
penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.38
38Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14
tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun anggaran 2016. Pasal 1 angka 40.Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015, No. 278. Sekretariat Negara,
Jakarta.
190
Pada APBN tahun anggaran 2016, anggaran pendidikan sendiri sebesar
Rp.419.176.412.756.000,00 (empat ratus sembilan belas triliun seratus tujuh
puluh enam miliar empat ratus dua belas juta tujuh ratus lima puluh enam ribu
rupiah), dengan pembagian sebagai berikut :39
Dari tabel di atas maka kita dapat melihat bahwa pagut anggaran yang
ditetapkan pemerintah khususnya bagi Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengalami penurunan sebesar 3,2 Triliun
rupiah, yang mana pada tahun 2015 pagu anggaran bagi Kemenristekdikti sebesar
42,7 Triliun rupiah menjadi 39,5 Triliun rupiah yang mana alokasinya sebagi
berikut:
39Nota keuangan beserta anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran
2016
191
Sumber: http://www.dikti.go.id/
Pada pagu anggaran diatas, BOPTN sebagai anggaran yang cukup penting untuk
perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan dari tahun 2015 yakni 4,5 Triliun,
namun sebelum saya akan membahas lebih jauh, mari kita perjelas terlebih dahulu
apa itu BOPTN? Bantuan Operasional Pendidikan Tinggi atau kita kenal dengan
BOPTN adalah bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan kepada
perguruan tinggi negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai
akibat adanya kenaikan sumbangan pendidikan di perguruan tinggi negeri.40Yang
mana BOPTN disediakan Pemerintah dengan mengalokasikannya dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara41. BOPTN sendiri saat ini telah
berganti nama menjadi Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri (BPPTN)
sebagaimanatercantum di dalampasal 1 angka 5 PeraturanPemerintah No.22 tahun
2015, namun agar dapat mudah untuk dikenali, maka terminolgi yang dipakai saat
ini tetap Bantuan Opersional Perguruan Tinggi Negeri/BOPTN.
40Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
TInggi Republik Indonesia nomor 6 tahun 2016 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi.Pasal 1.Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016, No. 226. Sekretariat
Negara, Jakarta. 41Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 83.Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2012, No. 158. Sekretariat Negara, Jakarta
192
Dari penjelasan di atasdapat disimpulkanbahwatujuan dari pemberian
BOPTN adalah agar sebagian besar biaya operasional perguruan tinggi tidak
menjadi beban mahasiswa yang daya belinya tidak cukup untuk membayar
standar biaya operasional, namun seberapa besarkah pengaruh BOPTN dalam
memenuhi total anggaran yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi?
Mari kita ambil contoh Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu PTN-
BH terbaik di Indonesia. Besaran pendapatan UI sendiri pada tahun 2015 sebagai
berikut:42
Yang mana, bila kita mengkomparasi dalam bentuk persentase, maka BOPTN
hanya meng-cover sebesar 24% bagian dari seluruh total pemasukan UI.
42Rencana Kerja dan Anggaran Universitas Indonesia tahun anggaran 2015
234,365
900,618
352,034
BOPTN BP Non BP
Dal
am M
iliar
R
up
iah
Besaran Pendapatan UI 2015
Besaran Pendapatan UI 2015
193
16%
60%
24%
0%
Diagram Penerimaan UI 2015
BOPTN
BP
Selain itu dari kedua diagram diatas, kita dapat mengetahui bahwa selama
ini, pendapatan UI mendapatkan sumbangsih paling besar dari Biaya Pendidikan
(BP) yang ditanggung oleh mahasiswa, yakni sebesar 60%. Sehingga muncul
suatu pertanyaan besar kepada pemerintah saat ini adalah apakah pemerintah
serius untuk mengembangkan pendidikan tinggi yang ada di Indonesia?
Pemberian BOPTN sendiri selama ini mengacu pada kriteria:43
1. Biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk mahasiswa program diploma
dan program sarjana
2. jumlah penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari mahasiswa
program diploma dan program sarjana
3. Kinerja perguruan tinggi
4. jumlah mahasiswa program diploma dan program sarjana
Pun penghitungan pemberian BOPTN kepada masing-masing universitas melalui
rumus :
43Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
TInggi Republik Indonesia nomor 6 tahun 2016 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi.Pasal 4.Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016, No. 226. Sekretariat
Negara, Jakarta.
194
BOPTN = BKT-UKT
Biaya Kuliah Tunggal (BKT) adalah keseluruhan biaya operasional mahasiswa
per semester pada program studi di PTN44, sedangkan Uang Kuliah Tunggal
adalah sebagian BKT yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan
ekonominya.45 Yang mana bila kita simpulkan, maka selama ini UKT mempunyai
besaran yang lebih tinggi dari BOPTN dalam memenuhi BKT, yang berarti peran
setiap mahasiswa dalam membiayai pendidikan tinggi lebih tinggi dari peran
negara.
Mari kita bandingkan dengan Malaysia yang merupakan negara tetangga
republik Indonesia. Anggaran perguruan tinggi di Malaysia dari tahun ketahuan
mengalami peningkatan dan tidak pernah turun, yang mana pada tahun 2015,
Malaysia menganggarkan untuk departemen perguruan tinggi sebersar RM.
15.784.848.700, yang mana bila kita konversikan menjadi Indonesia Rupiah(IDR)
menjadi 51 Triliun Rupiah, dengan diagram dari tahun ke tahun sebagai berikut:
44Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia nomor 22 tahun 2015 tentangbiaya kuliah tunggal dan uang
kuliah tunggal pada perguruan tinggi negeri di lingkungan kementerian riset, teknologi,
dan pendidikan tinggi. Pasal 1 angka 5. Berita Negara Republik Indonesia tahun 2015, No. 1199. Sekretariat Negara, Jakarta.
45Ibid,Pasal 1 angka 6
195
Yang mana bila kita melihat kepada salah satu universitas di Malaysia yaitu
University of Malaya, maka peran pemerintah Malaysia pada pendapatan
University of
Malaya sebesar
87,90%.
Pun bila kita
membandingkan salah satu fakultas di University of Malaya, yaitu fakultas
hukum, biaya yang harus dibayar oleh mahasiswa Malaysia hanya sebesar RM
7056 sampai lulus, atau setara dengan Rp.23 Juta rupiah sampai lulus/8 semester
atau sekitar Rp. 2,8 Juta per semester.46
Dengan perbandingan tersebut maka kita mengetahui bahwa peran
pemerintah sangatlah sentral pada pembiayaan perguruan tinggi, bila kita
menginginkan pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah tidak bisa berpangku tangan dan menyerahkan pendanaan perguruan
tinggi kepada perguruan tinggi masing-masing, dikarenakan perguruan tinggi
bukanlah perusahaan yang bertugas untuk mencari laba tetapi perguruan tinggi
sesuai dengan Tridharma perguruan tinggi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.47
46Bachelor of Laws, University of Malaya, diakses dari
https://www.um.edu.my/academics/bachelor/law/bachelor-of-laws, pada tanggal 12 Mei
2016pukul 16.00 WIB 47Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 1 angka 9.Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2012, No. 158. Sekretariat Negara, Jakarta
196
Begitu pula dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu
perguruan tinggi negeri dengan status badan hukum (PTN-BH), tidak membuat UI
menjadi sebuah perusahaan yang bertugas untuk mencari uang tetapi, UI tetaplah
sebuah perguruan tinggi yang mempunyai tugas utama menyelenggarakan
tridharma perguruan tinggi, dan merupakan kewajiban negara untuk memenuhi
kebutuhan UI sebagai perguruan tinggi negeri.
197
Menelaah Kembali Kondisi Ventura UI
Oleh: Ilma Sulistyani
dan
Muhammad Arizal
A. PENGANTAR SINGKAT: VENTURA
Penyelenggaraan sebuah institusi perguruan tinggi, khususnya
perguruan tinggi berstatus PTN-BH perlu dikaji secara mendalam.
Perguruan tinggi yang dalam tataran konvensional mengemban tugas
utama untuk meningkatkan intelektualitas bangsa, kini juga dituntut untuk
mengelola sumber-sumber pendanaan baru secara produktif. Salah satu
sumber dana yang dimaksud ialah melalui ventura baik di tingkat fakultas
maupun universitas. Secara sederhana, ventura merupakan sumber
pemasukan yang berasal dari dana usaha bisnis dan kerjasama.48
Pasal 84 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (UU Dikti) menyatakan bahwa salah satu sumber pendanaan bagi
perguruan tinggi adalah melalui bentuk lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini sebenarnya memberikan
ruang bagi perguruan tinggi untuk mendapatkan sumber pendanaan secara
otonomi. Sebagai peraturan pelaksana dari UU Dikti tersebut, dibentuklah
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas
Indonesia (Statuta UI). Pasal 74 ayat (2) Statuta UI tersebut juga mengatur
bahwa selain dari APBN, pendapatan UI dapat juga berasal dari:
a. Masyarakat
b. Biaya pendidikan
c. Pengelolaan dana abadi
d. Pendapatan dari badan/satuan usaha UI
e. Kerjasama tridharma
48 Badan Kajian MWA UI UM 2015, Optimalisasi Ventura Universitas
Indonesia, http://mwaum.ui.ac.id/bk/wp-content/uploads/2015/12/Rencana-Strategis-
Optimalisasi-Ventura-Universitas-Indonesia1.pdf (diakses pada 25 Mei 2016).
198
f. Pengelolaan kekayaan negara yang diberikan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan
pendidikan tinggi
g. Sumber lain yang sah.
Usaha PTN-BH sebagaimana dalam poin (d) tersebut haruslah
merupakan layanan penunjang tridharma perguruan tinggi. Layanan
penunjang tridharma perguruan tinggi merupakan implementasi kegiatan
dari produk pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
untuk tujuan peningkatan mutu dan pelayanan PTN-BH yang juga
sekaligus untuk memperoleh tambahan pendapatan PTN-BH.49Usaha
PTN-BH dan kerja sama tridharma perguruan tinggi inilah yang menjadi
bagian dari ventura.
Ventura di UI terdiri dari berbagai macam bentuk, yakni bisa
berbentuk badan usaha, kerja sama, maupun unit kerja khusus. Masing-
masing bentuk tersebut memiliki akar berbagai permasalahan yang
menjadi kendala dalam upaya optimalisasi pendapatan UI dari ventura.
B. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN TERKAIT VENTURA
1. Ketiadaan Regulasi yang Komprehensif
Faktor yang menjadikan pengelolaan ventura di Universitas
Indonesia tidak optimal salah satunya adalah regulasi dan sanksi yang
tidak jelas. Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN), regulasi diartikan
sebagai sumber hukum formil yang berupa peraturan perundang-undangan
yang memiliki beberapa unsur, yaitu:
1. Merupakan suatu keputusan yang tertulis
2. Dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
3. Mengikat umum.
49Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Noomr 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi,” LN Tahun 2012 Nomor 158, TLN. No. 5336, penjelasan Pasal 11
ayat (2).
199
Lantas, bagaimana dengan regulasi di Universitas Indonesia (UI)
terkait dengan sistem tata kelola ventura? Di UI, hingga sekarang belum
ada regulasi yang jelas dalam mengatur ventura maupun sebagai pedoman
terhadap tata kelola serta sistem pendanaannya.50
Ketiadaan regulasi yang jelas ini berdampak pada tidak jelasnya
pedoman dalam sistem terkait dengan tata kelola ventura. Sejatinya,
keberadaan suatu instrumen hukum yang jelas dan lengkap dalam
pelaksanaan suatu kebijakan merupakan sebuah keniscayaan sebagai dasar
legalitasnya.51 Idealnya, harus ada regulasi yang berisikan aturan
mengenai tata kelola ventura, termasuk di dalamnya pengaturan mengenai
pembagian laba antara pihak ventura dibawah naungan Universitas
Indonesia maupun Fakultas. Sebenarnya hal ini justru merugikan pihak
universitas karena dengan tidak adanya kejelasan regulasi terhadap sistem
tata kelola membuat universitas tidak dapat berbuat banyak terhadap aliran
dana yang didapat dari ventura.
Baik UU Dikti, PP No. 26/2015, maupun Statuta UI hanya
berisikan norma-norma yang mengatur mengenai keberadaan sumber-
sumber pendanaan tanpa mengatur ketentuan lebih lanjut yang bersifat
operatif. Idealnya, pengaturan yang berisikan norma-norma yang
operasional tersebut dapat diatur pada oleh rektor selakupemangku
kepentingan tertinggi yang bertugas untuk mengatur tata cara pengelolaan
pendapatan di Universitas Indonesia52dan penanggung jawab pengelolaan
keuangan UI.53 Namun nyatanya pengaturan mengenai ventura, baik yang
berupa usaha ataupun kerja sama (sampai saat ini) tidak lengkap
50 Hasil wawancara Bidang Kajian Badan Kelengkapan MWA UI UM 2016
dengan Dr. Ir. Dodi Sudiana M.Eng selaku Direktur Kerjasama Universitas Indonesia.
51 Eddi Wibowo, Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Yayasan
Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2004), hlm. 30-31.
52MWA UI, Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tentang
Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia,Peraturan MWA UI Nomor
004/Peraturan/MWA-UI/2015 Tentang ART Universitas Indonesia,Pasal 115 ayat (5).
53Ibid., Pasal 92 ayat (1).
200
sehinggabersifat kurang komprehensif hingga tataran teknis. Hal ini tentu
berdampak pada kurang jelasnya arah serta pedoman dalam operasional
ventura yang menimbulkan konsekuensi; lemahnya optimalisasi
penerimaan UI dari ventura tersebut.
Dari bentuk-bentuk ventura yang bisa berupa badan usaha, kerja
sama, maupun UKK, hanya pengaturan mengenai UKK yang cukup
holistik. Itu pun hanya pada jenis-jenis UKK tertentu saja sebagaimana
yang akan dipaparkan di bawah ini.
Pengaturan Mengenai UKK
Pengaturan yang cukup lengkap mengenai ventura UI hanyalah
mengenai unit kerja khusus (UKK) yang merupakan salah satu bentuk
ventura UI. Unit kerja khusus (UKK) merupakan lembaga penunjang
kegiatan tridharma yang dapat berbentuk:
a. Unit kerja khusus penelitian dan inovasi, yakni unit kerja
berupa pusat/lembaga yang melaksanakan penelitian dengan
maksud untuk menghasilkan temuan inovasi dalam kerangka
pengembangan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan bidang
ilmu atua disiplin ilmu yang diselenggarakan oleh universitas
dan/atau fakultas. Dapat dibentuk di tingkat UI (PAU) dan
fakultas.
b. Unit kerja khussus pelayanan dan pengabdian masyarakat,
yakni unit kerja berupa pusat/lembaga yang melaksanakan
pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat dengan maksud
melayani permintaan dan kebutuhan masyarakat serta warga UI
dalam kerangka penerapan ilmu, pengetahuan dan keahlian
sesuai dengan bidang ilmu atau disiplin ilmu yang
diselenggarakan oleh universitas dan/atau fakultas. Dapat
dibentuk di tingkat UI (PAU) dan fakultas.
c. Unit kerja khusus pengelola dana khusus, yakni unit kerja yang
dibentuk dengan tujuan untuk mengelola dana-dana khusus
201
baik secara sendiri-sendiri ataupun secara berkelompok. Hanya
dapat dibentuk di tingkat UI (PAU).
d. Unit kerja khusus rumah sakit pendidikan. Dibentuk hanya di
tingkat UI (PAU).
e. Unit kerja khusus usaha komersial, yakni badan usaha
komersial UI yang pembentukannya dimaksudkan untuk
mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh UI
sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang dapat
dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
akademik. Hanya dibentuk di tingkat UI (PAU).
Dari berbagai bentuk UKK tersebut, hanya unit usaha bidang
akademik yang saat ini terdata dengan cukup baik. Berikut data mengenai
kemajuan laporan tahunan unit usaha bidang akademik:
TAHU
N
JUMLAH
KEGIATA
N
JUMLAH
PENERIMAA
N
JUMLAH
KONTRIBUS
I
KONTRIBUSI
SUDAH
DIBAYARKA
N KE UI
KONTRIBUSI
BELUM
DIBAYARKA
N KE UI
2011 872 138,089,270,37
6 6,419,254,442 6,187,840,944 231,413,498
2012 940 137,289,203,83
5 6,492,760,174 6,281,451,586 211,308,588
2013 702 160,550,054,91
5 7,591,249,539 4,794,941,796 2,796,307,743
2014 720 161,264,460,89
7 7,068,520,436 3,623,632,598 3,444,887,839
2015 596 109,244,767,89
6 4,513,897,051 403,213,640 4,110,683,411
202
TOTA
L 2,514
435,928,529,12
6
20,503,264,15
5 17,264,234,326 3,239,029,829
Ket: Laporan Rekapitulasi Jumlah Kegiatan, Penerimaan dan Kontribusi
Unit Usaha Bidang Akademik Tahun 2011 s/d 2015 (per Maret 2016)54
2. Buruknya Inventarisasi Ventura di Tingkat UI maupun Fakultas
Faktor lain yang menjadi penghambat pengoptimalan ventura di
Universitas Indonesia juga disebabkan oleh jumlah pasti ventura (saat ini)
yang tidak jelas. Data yang dimiliki lagi-lagi hanyalah untuk unit usaha
bidang akademik, yakni:55
54 Disampaikan oleh Bidang IV pada Rapat Pansus pada Rapat Koordinasi
Bidang IV dengan Pansus KSPD MWA, 9 Mei 2016. 55Ibid.
203
Sedangkan untuk jenis ventura lainnya belum terinventarisasi
dengan baik, sehingga menjadi kendala dalam upaya optimalisasi
pendapatan UI dari kanal bernama ventura. Tidak adanya pendataan dan
inventarisasi yang terpusat memberikan dampak tidak adanya data yang
dapat dijadikan acuan terkait penentuan upaya pengoptimalan sektor
ventura. Hal ini menjadi ironi mengingat bahwasanya untuk menciptakan
tata kelola ventura yang baik, hal pertama yang harus dilakukan memiliki
data dan inventarisasi ventura yang ada. Namun, hingga saat ini, belum
ada data terpusat dan terpercaya terkait ventura keseluruhan yang dimiliki
Universitas Indonesia maupun Fakultas. Selain itu, adanya keinginan serta
pandangan masing-masing fakultas juga menghalangi upaya inventarisasi
yang menyeluruh ini, seperti tidak berkenannya fakultas memberikan data-
data terkait ventura di tiap fakultas. Sebenarnya hal ini bisa diimbangi
dengan mekanisme sanksi yang tegas oleh Rektor dengan didasarkan pada
peraturan yang jelas. Sayangnya, regulasi tersebutlah yang saat ini masih
belum lengkap.
3. Lemahnya Transparansi, Resultan Ketiadaan Regulasi Serta Buruknya
Inventarisasi
Selain regulasi dan inventarisasi, transparansi kondisi keuangan
ventura juga menjadi salah satu faktor yang pendukung terkait optimalisasi
tata kelola di Universitas Indonesia. Salah satu bentuk transparansi kondisi
keuangan ventura yaitu dengan adanya lampiran laporan posisi keuangan
ventura yang konkrit. Rektor, dengan melalui Wakil Rektor terkait juga
dapat melakukan pengawasan dengan meminta laporan kinerja maupun
laporan keuangan atas kerjasama yang dilakukan ditingkat
fakultas/sekolah/program pendidikan, dan lain-lain untuk menjamin
akuntabilitas.56 Mengingat bahwa Universitas Indonesia adalah PTN-BH
yang mana memiliki otonomi untuk mendapatkan sumber pendanaan
selain yang berasal dari APBN.
56Op.Cit., MWA UI, Pasal 193 (8)
204
C. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN VENTURA
1. Pelaksanaan Mapping yang Holistik dan Terintegrasi
Faktor pertama yang penghambat dalam upaya optimalisasi ventura
di UI ialah tidak adanya mapping dan inventarisasi yang jelas terkait
jumlah ventura saat ini. Hingga saat ini, belum ada data terpusat dan
kredibel untuk menjadi rujukan apabila ingin mengetahui perihal
keseluruhan ventura yang dimiliki Fakultas maupun Universitas Indonesia.
Suatu tata kelola yang baik, membutuhkan serangkaian proses
pengaturan, mulai dari pendataan hingga pemeliharaan. Rangkaian proses
tersebut menjadi suatu sistem yang holistik dan saling berhubungan satu
dan lainnya. Oleh karena itu, sedari proses paling awal –yakni
pendataan—harus dilakukan dengan baik dan terorganisir. Ventura yang
dimiliki Fakultas maupun Universitas Indonesia harus di data lengkap
dengan segala kualifikasinya. Misalnya bidang usaha atau kerjasama,
jangka waktu, omset, maupun kontribusi maupun harga sewa yang harus
dibayarkan ke pihak Fakultas atau Universitas. Kemudian dari data-data
tersebut, dilakukan inventarisasi dan pengklasifikasian berdasarkan
kualifikasi tertentu untuk memudahkan pendataan. Inventarisasi dan
pengklasifikasian tersebut dilakukan oleh Fakultas maupun Universitas
Indonesia. Kemudian untuk ventura yang dimiliki Fakultas, selanjutnya
harus pula menyerahkan data inventarisasi yang telah dilakukan kepada
pihak Universitas Indonesia. Pihak Universitas Indonesia kemudian
mengolah dan menghimpun data-data ventura tersebut ke dalam sistem
data yang terintegrasi dan dapat diakses secara transparan oleh semua
pihak.
Inventarisasi tersebut selanjutnya harus dilakukan secara berkala,
misalnya 3-6 bulan sekali agar data-data yang ada dapat selalu ter-update.
Dengan mengetahui jumlah pasti ventura yang dimiliki, UI dapat
melakukan penghitungan dengan jelas terkait kontribusi yang harus
dibayarkan kepada pihak Universitas Indonesia. Hal ini mengingat ventura
205
memiliki kewajiban untuk menyetorkan 5% atas profit yang diperolehnya
kepada pihak UI.
2. Perbaikan dalam Transparansi Pelaporan Keuangan Ventura
Seiring dengan lahirnya konsep PTN-BH, maka berkembang pula
sebuah konsep dalam penyelenggaraan tata kelola universitas yakni Good
University Governance. Secara sederhana, good university governance
dapat kita pandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good
governance” dalam sistem dan proses governance pada institusi perguruan
tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-
nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
secara khusus dan pendidikan secara umum.
Salah satu prinsip yang dianut dalam penerapan Good University
Governance ialah transparansi atau keterbukaan.57 Hal ini merupakan
sebuah prasyarat dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga
akuntabilitas institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan
informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam
mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi memungkinkan
seluruh stakeholders untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi kinerja
institusi. Dalam hal ini, transparansi keuangan ventura menjadi suatu hal
yang krusial dan harus dilakukan perbaikan.
Faktanya, kurangnya transparansi kondisi keuangan ventura juga
menjadi salah satu faktor yang menghambat optimalisasi dan tata kelola
ventura di Universitas Indonesia. Dalam Peraturan MWA UI tentang
Anggaran Rumah Tangga (ART) UI Tahun 2015, Pasal 193 ayat 8 terkait
Pelaksanaan Kerja Sama diatur bahwa mekanisme kontrol yang dilakukan
oleh pihak Universitas ialah melalui pengecekan terhadap laporan
keuangan ventura. Selain mengetahui kondisi keuangan ventura,
57Serian Wijatno, Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, dan
Ekonomis Untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dan Mutu Lulusan,
(Jakarta: Salemba EMpat, 2009), hlm. 53.
206
mekanisme pelaporan keuangan ini juga digunakan sebagai acuan dalam
penghitungan besaran profit yang harus disetorkan ventura kepada pihak
universitas. Dengan kedua belah pihak (Universitas dan Ventura terkait)
mengetahui kondisi keuangan ventura, maka perbedaan akan perselisihan
hasil penghitungan kontribusi profit yang harus disetorkan dapat
terhindarkan. Pengecekan ini sekaligus menjadi bahan evaluasi untuk
memperbaiki kondisi ventura maupun hubungan kerjasama antara kedua
belah pihak.
3. Optimalisasi Peningkatan Ventura
Inti permasalahan yang dihadapi oleh ventura Universitas
Indonesia ialah tidak optimalnya tata kelola maupun pemanfaatan ventura
terkait. Maka dari itu, upaya konkrit untuk melakukan optimalisasi ventura
UI dapat ditempuh dengan dua cara, yakni:
a. Perbaikan Sistem Stakeholders
Upaya optimalisasi ventura haruslah memperhatikan pelibatan
dan pemenuhan kebutuhan dari seluruh stakeholders (pihak yang
berkepentingan) yang terkait dengan pengelolaan ventura. Inti dari
proses tata kelola yang baik adalah bagaimana hubungan antar
stakeholders didalamnya. Untuk itu, maka kita terlebih dahulu perlu
mendefinisikan siapa para stakeholders yang terlibat dalam
pengelolaan ventura. Stakeholder terkait antara laian ialah Pihak
pembuat kebijakan yakni pihak universitas maupun MWA selaku
penentu kebijakan dan pengelola ventura selaku pelaksana kebijakan
terkait. Peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders
harus benar-benar diatur secara tegas tanpa menegasikan pembangunan
kesadaran dalam diri seluruh stakeholders bahwa mereka memiliki
kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam
pengelolaan ventura.
b. Perbaikan Sistem Regulasi
207
Penguatan sistem regulasi ialah hal wajib yang harus ditempuh.
Instrumen regulasi internal Universitas maupun Fakultas harus mampu
mengakomodir dan mengarahkan pengelolaan ventura ke dalam
kondisi yang mapan. Sebab, penyelenggaraan fungsi perguruan tinggi
tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada
sebuah regulasi yang dipatuhi oleh seluruh stakeholders. Namun, harus
diingat bahwasanya aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk
mengekang kebebasan stakeholders terkait, melainkan untuk menjaga
keberlangsungan pengelolaan keuangan ventura secara
berkesinambungan.
Nyatanya, regulasi yang telah ada belum mampu menciptakan
suatu kerjasama yang sinergis antara pihak Universitas, Fakultas, dan
Ventura. Sebagai contoh ialah aturan yang terdapat dalam Peraturan
MWA UI tentang Anggaran Rumah Tangga (ART) UI Tahun 2015,
Pasal 193 ayat 8 terkait Pelaksanaan Kerja Sama, menyebutkan bahwa:
Rektor, melalui Wakil Rektor terkait, dapat melakukan
pengawasan dan meminta laporan kinerja serta keuangan
kerjasama yang dilakukan di tingkat
Fakultas/Sekolah/Program Pendidikan Vokasi dan Unit
Kerja Khusus, kepada Pimpinan Fakultas dan Kepala Unit
kerja Khusus, untuk menjamin akuntabilitas.
Pada Pasal tersebut, pengecekan laporan bukan merupakan
kewajiban dari pihak Fakultas atau Ventura, melainkan bentuk
tindakan aktif pihak universitas melalui Rektor untuk meminta laporan
keuangan kerjasama tersebut. Oleh karena itu, aturan ini hendaknya
diperbaiki dan diubah menjadi sebuah bentuk obligasi bagi pihak
Fakultas dan ventura terkait untuk secara berkala melaporkan laporan
keuangannya.
Secara lebih luas, stakeholders penentu kebijakan nantinya
harus dapat merumuskan sebuah regulasi yang tepat dan dalam tataran
implementatif dapat dilaksanakan.
208
D. KESIMPULAN
Tahun 2014 pendapatan non-BP Universitas Indonesia yang
berasal dari kerjasama (termasuk akademik dan non akademik menjadi
bagian dari non-BP) hanya 153 M dari 670 kegiatan unit usaha
(laporan tahunan 2013).Jumlah ini hanya dapat menutup ±7,6% dari
anggaran pengeluaran (2014) Universitas Indonesia. Per-tahun 2015
Universitas Indonesia masih mendapatkan BOPTN dari pemerintah
sebesar 277,5 M. Sedangkan Per-tahun 2016 BOPTN Universitas
Indonesia dikurangi menjadi sebesar 270 M. Melihat anggaran
pengeluaran Universitas Indonesia sebesar 2,4 T58 tentu angka 270 M
sangat kecil untuk mendukung pendanaan pengeluaran tersebut. Hal ini
mengharuskan pihak UI untuk memaksimalkan pendapatan non-BP
melalui sector lain, salah satunya ventura.
Kurangnya optimalisasi ventura ini merupakan tanggungjawab
pihak UI untuk segera mengatasinya. Jika tidak, setiap tahun
mahasiswa akan selalu menjadi korban akibat ketidakseriusan UI
dalam menangani ventura ini. Terkait apakah itu ada oknum yang
belum bisa bekerja sama dengan atau tidak adanya oknum tersebut.
Pihak UI tetaplah harus tegas terhadap sistem pengelolaan ventura.
Seharusnya pihak fakultas juga dapat bekerjasama dengan universitas
terkait hal ini.
58Op. Cit., BK MWA UI UM 2015.
209
Daftar Pustaka
Buku
Wibowo, Eddi.Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia, 2004.
Sumarto, Hetifah Sj. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2003.
Wijatno,Serian. Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, dan
Ekonomis untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dan
Mutu Lulusan. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012. LN RI Tahun 2012No. 158 TLN RI Nomor. 5336.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan PTN BH. LN RI Tahun 2015 Nomor 110 TLN RI
Nomor 5699.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta
Universitas Indonesia. LN RI Tahun 2013 Nomor 166 TLN Nomor 5455.
MWA UI. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tentang
Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia.Peraturan MWA UI
Nomor 004/Peraturan/MWA-UI/2015 Tentang ART Universitas
Indonesia.
Internet
______.http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wpcontent/uploads/2011/04/MEMB.GOOD
_.GOV_.PADA_.PT_.pdf (diakses pada 5 April 2016).
BK MWA UI UM 2015. Optimalisasi Ventura Universitas Indonesia, diakses dari
http://mwaum.ui.ac.id/bk/wp-content/uploads/2015/12/Rencana-Strategis-
Optimalisasi-Ventura-Universitas-Indonesia1.pdf(diakses pada 25 Mei
2016).
Lain-lain
210
Hasil wawancara Bidang Kajian Badan Kelengkapan MWA UI Unsur Mahasiswa
2016 dengan Dr. Ir. Dodi Sudiana M.Eng selaku Direktur Kerjasama
Universitas Indonesia.
Disampaikan oleh Bidang IV pada Rapat Pansus pada Rapat Koordinasi BidangIV
dengan Pansus KSPD MWA, 9 Mei 2016.