Download [3.72 MB]

218

Transcript of Download [3.72 MB]

Page 1: Download [3.72 MB]
Page 2: Download [3.72 MB]

i

KATA PENGANTAR

MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA

UNSUR MAHASISWA

Untuk UI, Kini

Masih begitu lekat di ingatan bahwa pada akhir tahun lalu, saya menjadi

moderator sebuah diskusi antara Rektor dengan mahasiswa di Balai Sidang

Universitas Indonesia (UI). Pada umumnya, diskusi tersebut berisi tentang

kebijakan UI di tahun 2015 dan apa kebijakan yang akan dikeluarkan pada tahun

2016. Namun sebagaimana kita ketahui, akhir tahun 2015 adalah penentuan

apakah akan ada penyesuaian tentang biaya pendidikan di UI atau tidak. Di akhir

diskusi, Rektor dengan lantang menyatakan: we agree to differ. Demikian, UI

menyesuaikan nominal biaya pendidikannya sejak penerimaan mahasiswa baru

2016. Sejak itu pula, mulai ada pembukaan opsi rentang biaya pendidikan dengan

harapan terjadinya subsidi silang yang lebih signifikan. Ide tentang subsidi silang

tersebut patut diapresiasi, namun kekhawatiran kami sebagai mahasiswa tidaklah

terletak di sisi itu. Hal utama yang mengganjal di benak kami ialah apakah dengan

kebijakan ini, UI berpotensi menjadi tebang pilih? Tebang pilih dalam hal

menerima mahasiswa yang secara kekuatan ekonomi lebih mapan, dan

meminggirkan mahasiswa dengan ekonomi lemah. Tentu dengan dalih untuk

memaksimalkan subsidi silang. Saya kira, subsidi silang hanya akan tercipta

apabila memang ada yang harus disubsidi. Kalau tidak ada yang disubsidi—

mahasiswa dengan ekonomi lemah—buat apa ada konsep subsidi silang?

Sejak awal tahun ini, saya mencoba mengamati berbagai kebijakan Pusat

Administrasi Universitas (PAU) sebagai pemegang kekuasaan eksekutif di UI.

Utamanya, saya begitu mengamati tiap kebijakan yang bersinggungan dengan

peningkatan pemasukan UI dari pos non biaya pendidikan dan penerapan prinsip

good university governance di UI. Dalam tulisan pengantar ini, saya mencoba

mengemukakan beberapa pandangan saya mengenai beberapa kebijakan UI yang

berkaitan dengan poin yang sudah saya sebutkan sebelumnya.

Page 3: Download [3.72 MB]

ii

Pertama, kebijakan pengelolaan dana abadi. Kebijakan ini menjadi hal

yang saya fokuskan karena saya memiliki keyakinan apabila UI telah memiliki

sistem pengelolaan dana abadi yang baik, maka peran mahasiswa sebagai

pemasok dana terbesar untuk UI perlahan-lahan dapat dikurangi. Selayaknya,

suatu institusi memiliki saldo dana abadi lebih besar dari dana operasional per

tahun institusi tersebut, sehingga, keuntungan dari investasi dana abadi tersebut

akan dirasakan dampaknya secara signifikan. Kini, UI memiliki dana abadi sekitar

45 miliar rupiah, dan ditargetkan memiliki 100 miliar rupiah di akhir tahun ini.

Beberapa saat yang lalu, UI bekerjasama dengan BNI Management Asset untuk

memulai menginvestasikan dana abadinya. Tentu saya memiliki harapan, agar

suatu saat keuntungan dari investasi dana abadi UI bisa menjadi salah satu

penguat pondasi pengembangan pendidikan di Indonesia. Namun, komitmen UI

tentang pengelolaan dana abadi bukannya tanpa evaluasi. Saya melihat

dibutuhkan adanya keseriusan lebih dalam penanganan dana abadi. Saya tidak

mengatakan UI tidak serius, namun saya kira belum optimal. Utamanya dalam

penambahan saldo dana abadi dari naming right. Metode ini menjanjikan, namun

dibutuhkan orang-orang berkomitmen tinggi agar cita-cita besar dari program

naming right ini tercapai. Semoga kedepannya, program pengelolaan dana abadi

ini akan dan terus menjadi salah satu inisiatif strategis yang terpampang di

Rencana Strategis UI, serta lebih banyak mahasiswa yang terbantu sebagai

dampak pengelolaan dana abadi yang efisien dan professional.

Kedua, program transformasi budaya UI. Dewasa ini diketahui bahwa

konsep business as usual perlahan-lahan digantikan dengan metode kerja strive to

excel atau service excellence. Secara umum, metode kerja suatu institusi haruslah

mengedepankan pelayanan yang baik bagi seluruh stakeholder. Tidak ketinggalan

dari beberapa institusi pemerintah yang telah melakukan transformasi budaya (cth:

Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia), UI pun mulai menginisiasi program

besar-besaran ini. Program transformasi budaya tak pelak akan merombak sistem

kerja UI secara signifikan. Penilaian pegawai seluruhnya akan berbasis kinerja.

Perombakan ini diharapkan akan mengubah persepsi masyarakat terhadap

pelayanan yang diberikan UI. Seperti program sebelumnya, pelaksanaan program

transformasi budaya tentu menemui hambatan. Sepanjang pengamatan saya,

Page 4: Download [3.72 MB]

iii

hambatan utama terdapat pada UI sendiri, yakni kesiapan dan kemauan

dirombaknya sistem business as usual demi peningkatan pelayanan dan

profesionalitas. Dibantu oleh konsultan dari PricewaterhouseCoopers, program ini

saya rasa akan melawan UI itu sendiri, sebab niatnya yang sangat baik. Saya

pribadi sangat mengapresiasi keberanian pimpinan UI untuk tidak menunda-nunda

berjalannya program ini. Saya sangat menginginkan semua proses bisnis di UI

berjalan dengan profesional, utamanya dalam pelayanan mahasiswa sebagai

stakeholder terbesar.

Ketiga, implementasi Pedoman Keuangan Majelis Wali Amanat.

Sejujurnya, saya merasa produk hukum ini adalah salah satu prestasi terbesar yang

ditorehkan oleh MWA, dengan dukungan seluruh organ UI. Salah satu materi

utama dari Pedoman Keuangan ini ialah tentang pembebanan tanggung jawab dari

fakultas ke PAU mengenai peningkatan fasilitas pendidikan dari yang di bawah

standar menjadi memenuhi standar. Menurut saya, klausa tersebut menjadi salah

satu usaha terbesar UI untuk melakukan pemerataan antar fakultas. Selain itu,

klausa tersebut serta merta ingin mendukung preseden bahwa UI adalah suatu

universitas, bukan multi-fakultas. Diharapkan, tidak ada lagi anggapan bahwa

fakultas A merupakan fakultas kaya, dan fakultas B merupakan fakultas yang

minim sumberdaya. Tentu, mahasiswa perlu tahu mengenai kebijakan ini. Hal

tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan stakeholder yang merasakan

langsung mengenai fasilitas pendidikan yang tersedia di fakultasnya masing-

masing. Namun pada faktanya, implementasi Pedoman Keuangan MWA ini

mendapat tentangan dari beberapa pimpinan fakultas. Hal ini karena terdapat

kesalahpahaman mengenai subsidi silang yang dilakukan demi pemenuhan biaya

berjalannya peningkatan fasilitas pendidikan. Saya kira, pertentangan cukuplah

terjadi di pimpinan fakultas saja. Sebagai mahasiswa, tentu kita harus mendukung

setiap kebijakan yang memiliki porsi keberpihakan besar kepada mahasiswa.

Sejak menjadi salah satu perumus Pedoman Keuangan ini, saya sudah memupuk

harapan yang sedemikian besar bahwa produk hukum ini yang akan mengawali

terciptanya kesamarataan di seluruh fakultas yang ada di UI.

Page 5: Download [3.72 MB]

iv

Tiga poin besar yang telah saya kemukakan hanyalah sekilas dari banyak

kebijakan yang dikeluarkan UI pada tahun 2016. Terlepas dari itu, banyak sekali

permasalahan kebijakan yang saya rasa tidak berpihak kepada mahasiswa dan

kurang matang dalam perencanaan dan antisipasi, contohnya ialah penegakan

aturan pemberlakuan jam malam di UI. Sungguh sebagai pribadi, saya sangat

merasa dirugikan dengan pembatasan masuk kampus saya sendiri. Dan selain itu,

untuk menjawab pertanyaan teman-teman mahasiswa mengenai kemungkinan

penyesuaian kembali biaya pendidikan di tahun 2017, saya bisa pastikan tidak ada

kenaikan. Hal ini sejalan dengan diskusi saya dengan Pak Rektor yang

menyatakan dengan kondisi arus keuangan UI kini, setidaknya UI “bisa bernafas”

hingga tahun 2019 nanti. Pak Rektor juga menyatakan, setidaknya hingga masa

jabatan beliau berakhir, tidak ada kenaikan biaya pendidikan lagi.

Tulisan singkat ini saya kemukakan sebagai pengantar akan berbagai

kajian dan kumpulan aspirasi dari berbagai organ kemahasiswaan UI di tahun

2016. Saya memiliki harapan, kumpulan tulisan ini dapat menjadi catatan penting

di tahun 2016 bagi PAU dan mahasiswa. Selain itu, khusus untuk Pak Rektor,

saya berikan tulisan ini sebagai bagian dari suara hati mahasiswanya di tahun

2016. Semoga tulisan kami, anak-anak dan mitra kritis Bapak, bisa menjadi

pengingat Bapak mengenai hal-hal apa saja yang kiranya telah Bapak capai dan

yang belum Bapak lakukan. Tentu, semua kebaikan dan keinginan hanya dapat

tercapai dengan sinergisasi yang optimal dan melibatkan seluruh stakeholder yang

ada di UI.

Bravo, UI!

Depok, 16 Desember 2016

Fadel Muhammad

Page 6: Download [3.72 MB]

v

DAFTAR ISI

Kata Sambutan MWA UI Unsur Mahasiswa 2016............................... i

Daftar Isi................................................................................................... ii

BAB I Kajian dan Olahan Data Survei BK MWA UI UM.......... 1

Bidang Biaya Pendidikan...................................................... 2

Bidang Fasilitas..................................................................... 23

Bidang Sumber Daya Manusia............................................. 44

Bidang Keamanan dan Ketertiban........................................ 51

Bidang Kemahasiswaan........................................................ 61

BAB II Kajian dan Aspirasi BEM UI/BEM Fakultas/Vokasi...... 68

BEM UI............................................................................... 69

BEM Fakultas Kedokteran.................................................. 85

BEM Fakultas Kedokteran Gigi.......................................... 87

BEM Fakultas Matematika dan IPA.................................. 90

BEM Fakultas Hukum....................................................... 93

BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis.................................. 99

BEM Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya........................ 104

BEM Fakultas Psikologi.................................................... 108

BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat............................. 120

BEM Fakultas Ilmu Komputer........................................ 133

BEM Fakultas Ilmu Keperawatan................................... 137

Page 7: Download [3.72 MB]

vi

BEM Fakultas Farmasi......................................................... 143

BEM Fakultas Ilmu Administrasi....................................... 149

BEM Program Vokasi

BAB III Kompilasi Kajian BK MWA UI UM 2016...................... 159

Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti........... 160

Biaya Kuliah Tunggal......................................................... 174

Ada Apa Dengan BOPTN?.................................. .............. 189

Menelaah Kembali Kondisi Ventura UI............................ 197

Page 8: Download [3.72 MB]

1

BAB I

Kajian dan Olahan Data Survei

BK MWA UI UM

Page 9: Download [3.72 MB]

2

BAGIAN BIAYA PENDIDIKAN

Implementasi Tata Kelola Keuangan Universitas Indonesia

berdasarkan Prinsip Good University Governance

I. Pendahuluan

A. Good Governance dan Good University Governance

Dewasa ini, konsep good governance semakin banyak diterapkan

di berbagai organisasi baik di dalam sektor publik maupun sektor privat.

Governance sendiri merupakan kata sifat dari govern yang memiliki arti

sebagai proses pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan

tersebut diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan)1. Pada

prinsipnya good governance berorientasi pada penyelenggaraan tata kelola

yang akuntabel dan bebas dari penyalahgunaan wewenang antara sektor

publik, privat dan masyarakat2.Di era demokratisasi yang menuntut

transparansi dan akuntabilitas, penerapan Good Governance menjadi salah

satu syarat mutlak pengelolaan suatu organisasi tanpa terkecuali3.

Pada organisasi sektor pendidikan tinggi,Good University

Governance (GUG) merupakan salah satu konsep turunan dari Good

Corporate Governance (GCG) yang merupakan kunci sukses tumbuh dan

berkembangnya sebuah perusahaan dalam jangka panjang sekaligus

mampu bersaing dalam dunia bisnis global. Penerapan prinsip GUG

merupakan hal penting, bahkan seharusnya dibandingkan GCG sebagai

pendahulunya organisasi kampus memiliki peluang sebagai pelopor

praktik good governance karena unsur kampus yang terdiri dari beragam

elemen yang vokal menyuarakan aspirasinya4. Akan tetapi yang

1United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific

(UNESCAP). What is Good Governance, hlm.1 2Ibid, hlm.1 3 Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good

University Governance), 2005, hlm.22 4Ibid, hlm.23

Page 10: Download [3.72 MB]

3

membedakan penerapan good governance di lingkungan pendidikan tinggi

dengan di sebuah negara maupun korporasi adalah berkaitan dengan nilai-

nilai pendidikan tinggi yang harus tetap dijunjung tinggi5.

Good University Governance diterapkan dengan tujuan untuk

mewujudkan tata kelola yang transparan dan akuntabel di dalam

lingkungan kampus. Seiring dengan semakin tingginya kompetisi di ranah

perguruan tinggi itu sendiri, setiap perguruan tinggi mulai berlomba-lomba

untuk maju dan berusaha meningkatkan keunggulan kompetitifnya.

Semangat perguruan tinggi untuk terus berkembang juga sejalan dengan

tuntutan atas transparansi administrasi yang mampu mendudukung

kelancaran tugas penyelenggaraan perguruan tinggi dengan

mempraktikkan prinsip-prinsip good governenance6. Hal tersebut

membuktikan, di era modern saat ini prinsip Good University Governance

merupakan prinsip yang harus diterapkan untuk mendorong kemajuan

sebuah institusi pendidikan tinggi7. Dalam penerapannya diperkenalkan

bentuk baru pengelolaan perguruan tinggi yang lebih otonom, atau biasa

disebut dengan PTN badan hukum (PTN-BH).

Sistem PTN-BH yang otonom melibatkan pihak luar untuk ikut

“memiliki” perguruan tinggi sekaligus menjadikan civitas academica

sebagai unsur penting dalam tata kelola kampus, yang merupakan salah

satu implementasi konsep GUG8. Berdasarkan konsep GUG, terdapat tiga

elemen yang memiliki peran strategis satu sama lain yakni negara dan

perangkatnya sebagai regulator, perguruan tinggi sebagai pelaku

organisasi dan masyarakat sebagai pengguna produk atau jasa pendidikan

di perguruan tinggi9. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH

yang memiliki visi besar sebagai world class university juga menyadari

5 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya

dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm. 33. 6 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya

dalam Konteks Indonesia,( Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.36. 7 Bambang Brodjonegoro, Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good

University Governance), hlm.25. 8Ibid 9 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya

dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hlm.42.

Page 11: Download [3.72 MB]

4

pentingnya penyelenggaraan pendidikan tinggi yang lebih transparan dan

akuntabel berdasarkan prinsip GUG. Hal tersebut diejawantahkan dengan

dimasukkannya aspek GUG ke dalam perencanaan institusi seperti

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Strategis

(RENSTRA), Sasaran Strategis (SASTRA), Indikator Kinerja Utama

(IKU) dan Program Strategis (PROSTRA).

B. Implementasi Konsep Good University Governance di Universitas

Indonesia

Secara konseptual, terdapat 8 karakteristik yang berperan sebagai

parameter untuk mengukur performa penerapan good governance di

berbagai sektor termasuk ranah pendidikan tinggi yaitu10 :

Gambar 1: Karakteristik Good Governance

Sumber: United Nations Economic and Social Commision for Asia and

the Pacific (UNESCAP). What is Good Governance.

Delapan karakteristik tersebut yakni 1) partisipasi publik, 2) rule of

law, 3) transparansi, 4) responsiveness, 5) berorientasi kepada konsensus,

6) ekuitas dan inklusivitas, 7) efektivitas dan efisiensi serta 8)

akuntabilitas. Dari delapan karakteristik tersebut terdapat tiga komponen

utama good governance yang biasanya menjadi acuan penilaian pengelola

10 United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific

(UNESCAP). What is Good Governance.

Page 12: Download [3.72 MB]

5

organisasi yaitu transparansi,akuntabilitas dan partisipasi publik11. Dua

komponen utama sering menjadi acuan utama dalam pengelolaan

organisasi publik maupun privat12. Unsur terakhir menjadi acuan dalam

suatu proses yang melibatkan adanya proses politik dimana masyarakat

dianggap sebagai stakeholders utama yang harus didengar opininya dan

didorong partisipasinya dalam proses pembuatan kebijakan publik13.

Adapun pendalaman konsep mengenai tiga komponen tersebut adalah:

1. Transparansi: Keputusan yang diambil dan implementasinya

dilakukan berlandaskan aturan, informasi mengenai tata kelola

organisasi di bidang apapun disediakan secara bebas dan mudah

diakses oleh elemen-elemen yang akan merasakan dampak

langsung dari penerapan suatu kebijakan. Selain harus memiliki

aksesibilitas yang tinggi informasi yang disediakan juga harus

disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas : Akuntabilitas merupakan persyaratan utama dari

good governance. Semua stakeholders harus bertanggung jawab

kepada masyarakat, setiap stakeholders yang ada, dan kepada

semua elemen yang akan mendapatkan pengaruh dari kebijakan

dan keputusan yang diambil. Akuntabilitas tidak dapat ditegakkan

tanpa transparansi dan rule of law yang baik pula.

3. Partisipasi publik : Partisipasi dari setiap elemen yang ada di

suatu scoop organisasi sektor publik, privat maupun masyarakat

mampu diakomodasi melalui banyak ruang baik secara langsung

atau melalui lembaga perantara dan perwakilan yang memiliki

legitimasi.

I. Implementasi Prinsip Good University Governance dari Sisi Tata

Kelola Keuangan

Implementasi delapan karakteristik tersebut dapat dilihat dari berbagai

sisi dan bidang. Seperti diantaranya melalui performa pelayanan publik yang

11 Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus

(Good University Governance) hlm.23. 12Ibid 13Ibid

Page 13: Download [3.72 MB]

6

diberikan, tata kelola keuangan maupun fisik sarana dan prasarana yang

diakomodasikan serta masih banyak lagi sisi yang dapat disoroti. Setiap

bidang tentu memiliki tupoksi dan perannya masing-masing dalam

penyelenggaraan organisasi secara holistik. Dalam hal ini, tata kelola

keuangan memiliki peran sentral dan sangat strategis bagi penyelenggaraan

organisasi karena keuangan merupakan pondasi dasar dari semua

penyelenggaraan program. Keuangan lah yang menjadi sumber pendanaan

utama sehingga tahap perencanaan,pengorganisasian, dan pelaksanaan

program dapat berjalan14. Jika sumber pendanaan tidak optimal maka pada

tahapan-tahapan berikutnya tentu tidak akan optimal pula sehingga tujuan

organisasi dan pemenuhunan kebutuhan masyarakat pun akan sulit

direalisasikan.

Menilik Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2015

tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan

Hukum. Universitas Indonesia sebagai salah satu PTN-BH pada pasal 2 dan

11 memiliki sumber pendanaan keuangan yang berasal dari APBN dan NON-

APBN. Adapun sumber NON-APBN bersumber dari a. masyarakat; b. biaya

pendidikan; c. pengelolaan dana abadi; d. usaha PTN Badan Hukum; e. kerja

sama tridharma Perguruan Tinggi; f. pengelolaan kekayaan PTN Badan

Hukum; g. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau h. pinjaman.

Transparansi dan akuntabilitasyang menjadi karakteristik utama yang menjadi

indikator pada prinsip GUG dianggap penting penerapannya dalam

mempertanggungjawabkan dana yang berasal dari NON APBN dan

melibatkan dana dari stakeholders terkait seperti masyarakat maupun civitas

academica yang salah satunya adalah mahasiswa sebagai unsur terbesar

pendidikan tinggi dan sekaligus sebagai subjek utama pelayanan publik yang

diberikan oleh universitas.

Mengacu kepada tiga karakter dalam prinsip GUG, setidaknya dalam

tata kelola suatu organisasi harus mencerminkan transparansi, akuntabilitas

dan partisipasi publik. Tiga karakter tersebut dapat diukur melalui performa

14 Yuliani,Sri, “Corporate Social Responsibility (CSR) : Pertanggungjawaban

Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi Administrasi Publik”, Jurnal Spirit

Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.

Page 14: Download [3.72 MB]

7

pelayanan publik yang diberikan kepada pengguna pelayanan publik. Bidang

Penelitian dan Pengembangan Badan Kelengkapan Majelis Wali Amanat

Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa (BK MWA UI UM) melakukan

survei salah satunyadi bidang tata kelola keuangan. Tujuan survei tersebut

adalah untuk mengetahui seberapa besar karakter GUG yang

diimplementasikan melalui kebijakan tata kelola keuangan yang terutama

berhubungan dengan mahasiswa secara langsung.

Pada survei yang dilakukan, terdapat enam indikator yang digunakan

untuk mengukur performa pelayanan publik tersebut yakni; 1) ketersediaan

informasi mengenai sistem pembayaran uang kuliah, 2) sosialisasi mengenai

proses pembayaran uang kuliah, 3) sumber informasi yang disediakan

mengenai biaya kuliah, 4) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem

pembayaran, 5) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk

sistem BOPB serta 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem

BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai dengan

kemampuan pembayar atau tidak. Jika dikaitkan ke dalam sebuah matriks,

keterkaitan antara tiga karakter GUG dengan indikator tersebut adalah sebagai

berikut :

1.1 Tabel Relevansi Karakter GUG dan Indikator Survei BK MWA UI UM

NO KARAKTER GUG INDIKATOR SURVEI

1 TRANSPARANSI ; 1.

Keputusan yang diambil dan

implementasinya dilakukan

berlandaskan aturan

2. Aksesibilitas informasi tinggi

3. Informasi yang

disosialisasikan disajikan dalam

bentuk yang mudah dimengerti.

1) ketersediaan informasi

mengenai sistem pembayaran

uang kuliah,

3) sumber informasi yang

disediakan mengenai biaya

kuliah,

2 AKUNTABILITAS ; 2) sosialisasi mengenai proses

Page 15: Download [3.72 MB]

8

1. Mempublikasikandan

mensosialisasikan laporan

pertanggungjawaban triwulan,

tahunan serta laporan keuangan

dan prosedur kebijakan.

pembayaran uang kuliah sebagai

salah satu prosedur kebijakan,

3 PARTISIPASI PUBLIK ;

1. Tersedianya public spare

dalam berbagai bentuk (sosial

media, lembaga, kelompok

diskusi, dll) sebagai media

untuk mengakomodasi

partisipasi publik.

2. Pelayanan yang diberikan

melibatkan partisipasi publik

dan memberikan kepuasan

kepada publik.

4) kemudahan yang ditawarkan

dalam sistem pembayaran, 5)

kemudahan proses pengurusan

berkas biaya kuliah untuk sistem

BOPB

6) kemudahan proses pembaruan

biaya kuliah untuk sistem BOPB

dan

7) hasil yang diberikan dari

proses tersebut apakah sesuai

dengan kemampuan pembayar

atau tidak

Sumber: Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen

Kampus (Good University Governance) p.23 yang oleh penulis telah

diolah dan dikaitkan dengan indikator survei BK MWA UI UM.

II. Analisis Hasil Survei berdasarkan Konsep Good University

Governance

1. Transparansi : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter

tesebut adalah adanya aksesibilitas informasi tinggi dan informasi

yang disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah

dimengerti. Sedangkan indikator survei yang digunakan adalah :

Page 16: Download [3.72 MB]

9

1) ketersediaan informasi mengenai sistem pembayaran

uang kuliah, hal tersebut dapat diketahui dengan

melakukan survei apakah mahasiswa di UI mengetahui

jenis dan sistem pembayaran di UI.

Gambar 1.2 DiagramTingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai

Jenis Pembayaran UKT di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Hasil survei ternyata menunjukkan bahwa 97,5% mahasiswa sudah

mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada di UI. Hal ini

menunjukkan bahwa UI telah memenuhi salah satu sindikator yang

digunakan untuk mengukur indikator karakter transparansi sebagai

universitas yang menerapkan Good University Governance.

Gambar 1.3 Diagram Tingkat Pengetahuan Mahasiswa mengenai

Sistem Pembayaran UKT di UI

Page 17: Download [3.72 MB]

10

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Hasil survei mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai

sistem pembayaran ternyata menunjukkan bahwa dari 97,5%

mahasiswa sudah mengetahui jenis pembayaran uang kuliah yang ada

di UI. Berdasarkan urutannya sebanyak 24,3% mahasiswa yang

mengetahui sistem BOPB, 23,2% mengethaui sistem Bayar Penuh,

21% mengetahui sistem Bayar Penuh dengan Cicil, 18,2% mengetahui

sistem BOPB dengan Cicil dan sebesar 13,3% mengetahui sistem

BOPP. Hal ini menunjukkan bahwa BOPB merupakan sistem

pembayaran yang paling banyak diketahui sedangkan BOPP

merupakan sistem pembayaran yang paling tidak diketahui oleh

mahasiswa. Hal ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni informasi

yang disediakan dan disosialisasikan mengenai sistem BOPP kurang

optimal atau mahasiswa yang menggunakan sistem tersebut memang

sedikit.

Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam

implementasi prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI telah

memenuhi indikator survei pertama yakni tersedianya informasi

mengenai sistem pembayaran uang kuliah, hal tersebut dapat

diketahui dengan melihat hasil survei yang menggambarkan bahwa

97,5% mahasiswa di UI mengetahui jenis dan sistem pembayaran di

UI.

2. Akuntabilitas : Indikator yang digunakan untuk melihat karakter

tesebut adalah mempublikasikan dan mensosialisasikan laporan

pertanggungjawaban triwulan, tahunan serta laporan keuangan dan

prosedur kebijakan.. Sedangkan indikator survei yang digunakan

adalah :

1) adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses

pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan

Page 18: Download [3.72 MB]

11

Akuntabilitas memiliki relevansi yang sangat erat dengan

transparansi dan rule of law15. Sehingga, terdapat indikator yang

saling terkait yakni antara publikasi dan sosialisasi kebijakan dengan

sumber informasi yang disediakan mengenai biaya kuliahyang

disosialisasikan disajikan dalam bentuk yang mudah

dimengerti.Berikut merupakan diagram hasil survei mengenai dua

indikator tersebut :

Gambar 1.4 Diagram Tingkat Maksimalisasimengenai Sosialisasi

Sistem Pembayaran UKT di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Gambar 1.5 Diagram Sumber Informasi terkait Biaya Kuliah di UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

15 Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus

(Good University Governance) hlm.23.

Page 19: Download [3.72 MB]

12

1) Berdasarkan gambar 1.4 sebesar 71,3% dari Mahasiswa UI

merasa bahwa sosialisasi mengenai sistem pembayaran

UKT sudah maksimal.

2) Sosialisasi yang didapatkan tersebut ternyata 62,75%

diperoleh dari lembaga kemahasiswaan baik di tingkat UI

maupun Fakultas. Kemudian 22,80% berasal dari pihak

rektorat dan sisanya sebesar 14,45% berasal dari sumber

informasi lain yang bersifat informal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa belum adanya sosialisasi yang

terintegrasi antara lembaga mahasiswa dan pihak rektorat.

Padahal, lembaga mahasiswa dan pihak rektorat memiliki

porsi peran masing-masing untuk menyosialisasikan biaya

kuliah. Jika sosialisasi tersebut dilakukan sesuai porsi

perannya masing-masing dan dikoordinasikan secara baik,

maka sosialisasi mengenai biaya kuliah dan isu lainnya

akan lebih optimal.

Berdasarkan dua indikator survei tersebut, pada indikator pertama

mengenai adanya publikasi dan sosialisasi mengenai proses

pembayaran uang kuliah sebagai salah satu prosedur kebijakan

sudah terpenuhi karena sebesar 71,3% mahasiswa telah merasakan

sosialisasi tersebut. Untuk indikator kedua mengenai sumber

informasi yang diperoleh mahasiswa masih cukup timpang antara

sumber informasi yang diperoleh dari lembaga kemahasiswaan dan

pihak rektorat. Range diantara keduanya bahkan mencapai 39,95%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa UI belum memenuhi pencapaian

indikator kedua tersebut. Karena pihak rektorat sebagai inisiator

dalam program keuangan seharusnya dapat memberikan sosialisasi

yang lebih optimal untuk menghindari informasi asimetri.

3. Partisipasi Publik : Indikator yang digunakan untuk melihat

karakter tesebut adalah: 1) tersedianya public spare dalam berbagai

bentuk (sosial media, lembaga, kelompok diskusi, dll) sebagai

media untuk mengakomodasi partisipasi publik dan 2) pelayanan

Page 20: Download [3.72 MB]

13

yang diberikan melibatkan partisipasi publik dan memberikan

kepuasan kepada publik. Sedangkan indikator survei yang

digunakan adalah :

1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem pembayaran,

2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah untuk

sistem BOPB

3) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem

BOPB dan

4) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai

dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Indikator survei : 1) kemudahan yang ditawarkan dalam sistem

pembayaran, 2) kemudahan proses pengurusan berkas biaya kuliah

untuk sistem BOPB

Gambar 1.6 Diagram Kemudahan dalam Sistem Pembayaran,

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Berdasarkan survei yang dilakukan, 75,3%

Mahasiswa UI merasa sistem pembayaran biaya kuliah

yang tersedia di UI telah memberikan kemudahan.

Kemudahan tersebut dapat kita lihat dalam proses

pengurusan berkas biaya kuliah. Salah satu jenis

pembayaran biaya kuliah yang mayoritas diketahui

Mahasiswa UI adalah sistem BOPB. Sehingga, melalui

Page 21: Download [3.72 MB]

14

indikator survei berikutnya kita dapat mengetahui seberapa

besar kemudahan yang diperoleh mahasiswa melalui sistem

BOPB.Selanjutnya dapat disimpulkan UI memenuhi

indikator survei pertama yakni dalam tata kelola keuangan

berdasarkan prinisp GUG telah memberikan kemudahan

yang ditawarkan melalui sistem pembayaran.

Gambar 1.7 Diagram Kemudahan dalam Sistem BOPB

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data pada survei menunjukkan bahwa terdapat

61,8% Mahasiswa UI yang pernah mengurus berkas

pembayaran untuk sistem BOPB. Kemudian, 55,7%

diantaranya menyatakan bahwa terdapat kemudahan di

dalam proses pengurusan berkas BOPB, sedangkan 48,3%

lainnya merasa proses pengurusan berkas BOPB tidak

bersifat memudahkan.Ternyata di dalam implementasi

prinsip GUG untuk indikator mengenai kemudahan dalam

sistem pembayaran, UI harus meningkatkan kemudahan

dalam pelayanannya. Meskipun jumlah mahasiswa yang

merasa mendapatkan kemudahan sudah lebih tinggi, namun

jumlah mahasiswa yang merasa tidak mendapat kemudahan

tidak terpaut jauh yakni hanya berjarak denganrange

7,4%.Sedangkan pada indikator survei yang kedua, UI

Page 22: Download [3.72 MB]

15

masih sudah cukup mencapai indikator ini karena besar

presentase mahasiswa yang merasa mendapat kemudahan

dalam proses mengurus BOPB masih cukup tinggi yakni

sebesar 55,7%.

Indikator survei :

1) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk sistem

BOPB dan

2) hasil yang diberikan dari proses tersebut apakah sesuai

dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Dua indikator tersebut dapat dilihat melalui proses

pembaruan BOPB yang diawali dengan meneliti tingkat

kesesuaian nominal yang dibayarkan dengan kemampuan

ekonomi keluarga yang sesungguhnya. Dengan melihat

perbandingan tersebut, kita dapat mengetahui seberapa

besar mahasiswa yang akan melakukan pengajuan untuk

menentukan besaran BOPB yang akan dibayarkan. Berikut

adalah diagramnya :

Gambar 1.7 Diagram Tingkat Kesesuaian antara Nominal Uang Kuliah yang

Dibayarkan dengan Kemampuan Ekonomi Keluarga

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Page 23: Download [3.72 MB]

16

Ternyata data perolehan hasil survei menunjukkan bahwa

50,2% mahasiswa merasa bahwa besaran biaya telah sesuai dengan

kemampuan ekonomi keluarga, sedangkan 49,8% masih merasa

bahwa besaran biaya yang dibayarkan belum sesuai dengan

kemampuan ekonomi keluarganya. Terdapat range yang sangat

tipis diantara mahasiswa yang merasa sudah sesuai dan belum

yakni sebesar 0,4% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebenarnya masih banyak mahasiswa yang merasa besaran biaya

belum sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Hal

tersebut menyebabkan mahasiswa akan melakukan pengajuan

BOPB kembali hingga besaran biaya yang diterima sesuai dengan

kemampuan keluarganya. Diagram berikutnya akan

menggambarkan seberapa besar tingkat kemudahan yang diperoleh

mahasiswa dalam proses pembaruan besaran BOPB :

Gambar 1.8 Diagram Tingkat Kemudahan dalam Proses Pembaruan Besaran

BOPB

Page 24: Download [3.72 MB]

17

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data hasil survei menggambarkan bahwa terdapat 7,3%

mahasiswa yang pernah melakukan pembaruan (update) besaran

BOPB. Meskipun jumlah mahasiswa yang melakukan pembaruan

tidak terlalu besar, namun ternyata dari 7,3% tersebut 58,8%

diantaranya merasa pembaruan besaran BOPB belum memberikan

kemudahan dalam prosesnya. Dan setelah melalui proses tersebut

64,7% mahasiswa merasa hasil pembaruan besaran BOPB masih

tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Dalam hal

mewujudkan prinsip GUG melalui partisipasi publik yang baik,

Universitas Indonesia harus meningkatkan kemudahan dalam

proses pembaruan besaran BOPB tersebut. Karena dengan

meningkatnya tingkat kemudahan, tingkat kepuasan mahasiswa

juga akan meningkat. Hal tersebut sangat mempengaruhi tingginya

tingkat partisipasi publiki. Mahasiswa yang sudah pernah

melakukan pembaruan besaran BOPB dan merasa tidak

memperoleh kemudahan akan enggan untuk berpartisipasi kembali

dalam pengajuan besaran BOPB. Hal tersebut menunjukkan

partisipasi publik dapat ditingkatkan dengan meningkatan performa

pelayanan pula.Sehingga dapat disimpulkan dalam implementasi

prinsip GUG pada tata kelola keuangan, UI belum mencapai

indikator 6) kemudahan proses pembaruan biaya kuliah untuk

sistem BOPB dan 7) hasil yang diberikan dari proses tersebut

apakah sesuai dengan kemampuan pembayar atau tidak.

Kesimpulan

Implementasi prinsip Good University Governance merupakan sebuah

kewajiban bagi Universitas Indonesia sebagai kampus yang memiliki visi sebagai

World Class University. Implementasi dari prinsip tersebut merupakan salah satu

jaminan dalam upaya peningkatan Service Excellence. Menurut Bambang

Brodjonegoro, dari delapan karakteristik Good University Governance terdapat

Page 25: Download [3.72 MB]

18

tiga karakteristik utama yakni transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik.

Berdasarkan tiga karakter utama tersebut diturunkan kembali kedalam tujuh

indikator utama yang digunakan oleh BK MWA UI UM untuk mengukur

implementasi prinsip tersebut melalui pelayanan publik dari sisi tata kelola

keuangan yang berhubungan dengan mahasiswa yakni biaya kuliah.

Hasil survei tersebut membuktikan bahwa UI telah memenuhi empat

indikator dari tujuh indikator utama dengan rincian sebagai berikut :

1.2 Tabel Hasil Survei BK MWA UI UM

NO

KARAKTER

GUG INDIKATOR SURVEI HASIL SURVEI

1 TRANSPARANSI

; 1. Keputusan

yang diambil dan

implementasinya

dilakukan

berlandaskan

aturan

2. Aksesibilitas

informasi tinggi

3. Informasi yang

disosialisasikan

disajikan dalam

bentuk yang mudah

dimengerti.

1) ketersediaan informasi

mengenai sistem

pembayaran uang kuliah,

3) sumber informasi yang

disediakan mengenai

biaya kuliah,

1. Indikator

tercapai karena

97,5%

mahasiswa

sudah

mengetahui

jenis

pembayaran

uang kuliah

yang ada di UI.

3. Indikator

belum tercapai

karena sumber

informasi yang

diperoleh

mahasiswa

masih cukup

timpang antara

sumber

informasi yang

Page 26: Download [3.72 MB]

19

diperoleh dari

lembaga

kemahasiswaan

dan pihak

rektorat. Range

diantara

keduanya

bahkan

mencapai

39,95%.

2 AKUNTABILITA

S ;

1.

Mempublikasikan

dan

mensosialisasikan

laporan

pertanggungjawaba

n triwulan, tahunan

serta laporan

keuangan dan

prosedur kebijakan.

2) sosialisasi mengenai

proses pembayaran uang

kuliah sebagai salah satu

prosedur kebijakan,

2. Indikator

tercapai karena

71,3%

mahasiswa telah

merasakan

sosialisasi

tersebut.

3 PARTISIPASI

PUBLIK ;

3. Tersedianya

public spare

dalam berbagai

bentuk (sosial

media, lembaga,

kelompok

diskusi, dll)

4) kemudahan yang

ditawarkan dalam sistem

pembayaran,

5) kemudahan proses

pengurusan berkas biaya

kuliah untuk sistem

BOPB

6) kemudahan proses

4. Indikator

tercapai karena

75,3%

Mahasiswa UI

merasa sistem

pembayaran

biaya kuliah

yang tersedia di

UI telah

Page 27: Download [3.72 MB]

20

sebagai media

untuk

mengakomodasi

partisipasi

publik.

4. Pelayanan yang

diberikan

melibatkan

partisipasi

publik dan

memberikan

kepuasan

kepada publik.

pembaruan biaya kuliah

untuk sistem BOPB dan

7) hasil yang diberikan

dari proses tersebut

apakah sesuai dengan

kemampuan pembayar

atau tidak

memberikan

kemudahan.

5. Indikator

tercapai karena

55,7%

diantaranya

menyatakan

bahwa terdapat

kemudahan di

dalam proses

pengurusan.

6. Indikator

belum tercapai

karena 58,8%

diantaranya

merasa

pembaruan

besaran BOPB

belum

memberikan

kemudahan

dalam

prosesnya.

7. Indikator

belum tercapai

karena 64,7%

mahasiswa

merasa hasil

pembaruan

besaran BOPB

masih tidak

sesuai dengan

Page 28: Download [3.72 MB]

21

kemampuan

ekonomi

keluarganya.

Sumber : Bambang Brodjonegoro.2005. Good Governance dalam Manajemen Kampus (Good

University Governance) p.23 yang oleh penulis telah diolah dan dikaitkan dengan hasil survei BK

MWA UI UM.

Berdasarkan hasil survei tersebut, dalam implementasi prinsip GUG

Universitas Indonesia sudah mulai mencerminkan karakter transparansi,

akuntabilitas dan partisipasi publik dalam pelayanan publiknya. Namun, kualitas

pelayanan publik tersebut harus kembali ditingkatkan karena dalam

implementasinya mahasiswa merasa belum mendapatkan kemudahan saat

mengurus berbagai proses pembayaran biaya kuliah.

Page 29: Download [3.72 MB]

22

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Sutedi,Adrian. (2011). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Daniri, Mas Achmad. (2005). Good Corporate Governance: Konsep dan

Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Ray Indonesia. Jakarta.

Artikel Jurnal

United Nations Economic and Social Commision for Asia and the Pacific

(UNESCAP). What is Good Governance.

Bambang Brodjonegoro. (2005). Good Governance dalam Manajemen Kampus

(Good University Governance).

Yuliani,Sri.(2010). Corporate Social Responsibility (CSR) :

“Pertanggungjawaban Publik Sektor Bisnis dan Implikasinya bagi Studi

Administrasi Publik”, Jurnal Spirit Publik, Vol.6 No.1 Tahun 2010.

Publikasi lembaga

Universitas Indonesia. Rencana Strategis UI periode 2015-2019

Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah

Tangga.

Peraturan perundang-undangan

Indonesia.Undang-undang 1945.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP

No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, PP No.26 tahun 2015, LN

No.110 tahun 2015, TLN No.5699.

Indonesia. Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158

tahun 2012, TLN No.5336.

Page 30: Download [3.72 MB]

23

BAGIAN FASILITAS DI UI

Menilik Kembali Sarana & Prasarana di Universitas Indonesia

Berdasarkan PP No 44 Tahun 2015

Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

I. Pendahuluan

A. Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang

meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional

Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat. Standar

Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada

jenjang pendidikan tinggi di seluruh wilayah hukun NKRI. Pendidikan

Tinggi berfungsi untuk16 a) mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa; b) mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif,

responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui

pelaksanaan Tridharma; dan c) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

Tentu dalam hal ini terdapat satuan pendidikan yang menjalankan fungsi

Pendidikan Tinggi tersebut, yaitu Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi

disini memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi

sebagai mana yang dimaksud disini adalah PTN, PTN-BH, dan PTS.

Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi

keperluan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kecerdasan

16 Indonesia, Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN

No.158 tahun 2012, TLN No.5336. Ps. 4

Page 31: Download [3.72 MB]

24

Mahasiswa17. Maka dari itu, Universitas Indonesia selaku institusi

penyelenggara Perguruan Tinggi sudah sepatutnya memperhatikan sarana

& prasarana bagi mahasiswa. Pada bagian Ketujuh Peraturan Menteri

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 44

Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi telah diatur

bagaimana standar Sarana & Prasarana Pembelajaran di lingkungan

Pendidikan Tinggi. Standar sarana & prasarana pembelajaran merupakan

kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi

dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran

lulusan18.

1.1 Tabel Standar Minimal Sarana & Prasarana menurut

PermenRistekDikti No. 44 Tahun 2015

Standar Sarana Pembelajaran Standar Prasarana Pembelajaran

1. Perabot;

2. Peralatan pendidikan;

3. Media pendidikan;

4. Buku, buku elektronik,

dan repositori;

5. Sarana teknologi

informasi dan

komunikasi;

6. Instrumen eksperimen;

7. Sarana olahraga;

8. Sarana berkesenian;

9. Sarana fasilitas umum;

10. Bahan habis pakai; dan

11. Sarana pemeliharaan,

keselamatan, dan

1. Lahan;

2. Ruang kelas;

3. Perpustakaan;

4. Laboratorium/studio/bengkel

kerja/unit produksi;

5. Tempat berolahraga;

6. Ruang untuk berkesenian;

7. Ruang unit kegiatan mahasiswa;

8. Ruang pimpinan perguruan tinggi;

9. Ruang dosen;

10. Ruang tata usaha; dan

11. Fasilitas umum.

17Ibid, Ps. 41 ayat (3) 18 Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Permenristekdikti No.44 tahun 2015, BNRI No.

1952 tahun 2015, Ps. 31.

Page 32: Download [3.72 MB]

25

keamanan.

B. Bagaimana Sarana dan Prasarana di Universitas Indonesia

Universitas Indonesia sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi

dan penelitian tentu saja tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk

memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam

bentuk sarana & prasarana, khususnya fasilitas yang ada di lingkungan

kampus. Untuk menjalankan fungsinya tersebut, tentu saja UI dipimpin

oleh Rektor selaku organ UI yang memimpin penyelenggaraan dan

pengelolaan UI secara langsung. Rektor memastikan bahwa mahasiswa

mendapatkan hak nya selama menempuh pendidikan di UI. Apa saja yang

telah menjadi hak mahasiswa sebagai salah satu stakeholder telah dimuat

dalam Statuta UI itu sendiri, yaitu a) memperoleh pendidikan yang

berkualitas; b) memperoleh sarana dan prasarana pendidikan untuk

kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; c) membentuk

organisasi kemahasiswaan dan mendapatkan dukungan sarana dan

prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi kemahasiswaan

tersebut; dan d) mendapatkan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan

sesuai dengan persyaratan yang ditentukan UI.

Dari hak-hak yang telah dituliskan di atas, dapat dilihat bahwa

sarana & prasarana memang sudah menjadi hak dari setiap mahasiswa di

UI demi mendukung kegiatan akademik maupun non-akademik. UI sendiri

telah memprioritaskan pengembangan UI dalam hal optimalisasi sarana &

prasarana19. Rektor yang bertindak sebagai pimpinan tentu harus dengan

aktif mengawasi kinerja para jajarannya terhadap optimalisasi sarana &

prasarana ini. Mahasiswa tentu saja adalah orang-orang yang merasakan

dampak langsung dari sarana & prasarana dalam bentuk fasilitas yang

telah disediakan oleh UI seperti perpusat, bikun, spekun, pusgiwa,

bagaimana birokrasi peminjaman fasilitas, dan lain-lain. Dalam hal ini

mahasiswa dapat merasakan apakah peningkatan kuantitas dan kualitas

19 RENSTRA UI 2015-2019

Page 33: Download [3.72 MB]

26

sarana & prasarana telah optimal di lingkungan UI. Yang menjadi

pertanyaan dibenak kita adalah, apakah sarana dan prasarana tersebut

sudah optimal atau belum. Yang mana sesuai dengan sasaran UI sendiri

untuk meningkatkan kualitas dan kualitas sarana dan prasarana secara

optimal.

II. Analisa Hasil Survei Fasilitas di UI

Beberapa waktu belakangan ini, Badan Kelengkapan Majelis Wali

Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa 2016 (BK MWA UI UM

2016) bekerja sama dengan BEM se-UI untuk mengajak seluruh mahasiswa

turut berpartisipasi dalam menilik kembali bagaimana kinerja Rektor dan

Jajarannya dalam satu tahun belakangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

pandangan dan pendapat mahasiswa Universitas Indonesia mengenai Rektor

dan Jajarannya sehingga dapat menjadi bahan evaluasi. Salah satu bagian yang

menjadi concern survei ini adalah Fasilitas di UI. Apakah mahasiswa sudah

puas dengan segala macam bentuk fasilitas yang telah disediakan oleh UI, atau

sebaliknya. Ada beberapa indikator survei di bawah ini yang akan dilengkapi

dengan hasil survei yang telah diolah.

A. Peminjaman Fasilitas

Gambar 1.1 Kemudahan dalam Birokrasi Peminjaman Fasilitas

Page 34: Download [3.72 MB]

27

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari hasil survei di atas diketahui bahwa 61,1% mahasiswa di UI

pernah mengurus peminjaman Fasilitas di UI, dan 38,9% tidak pernah. Di

dalam 61,1% mahasiswa yang pernah berhadapan dengan birokrasi

peminjaman fasilitas di UI ini bahwa terdapat 72,3% mahasiswa berkata

bahwa birokrasi dalam peminjaman ini tidaklah mudah, sedangkan 27,7%

mengatakan mudah. Pada tahun 2016 UI memiliki target capaian yaitu

60% (mudah) terkait persentase tingkat kemudahan peminjaman dan

pemanfaatan sarana dan prasarana universitas sesuai besarnya kegiatan20.

Namun hampir tiga perempat dari mahasiswa UI mengatakan bahwa

birokrasi dalam melakukan peminjaman tidaklah mudah. Hal ini dapat

disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai Standar Operasional

Prosedur (SOP) bagaimana birokrasi peminjaman yang seharusnya,

sehingga banyak mahasiswa yang tidak mempersiapkan apa saja yang

dibutuhkan ketika ingin melakukan peminjaman fasilitas di UI.

B. Bikun

Gambar 1.2 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Keramahan Supir

Bikun UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

20 RENSTRA UI 2015-2019, IKK.9.b.8

Page 35: Download [3.72 MB]

28

Hasil survei terkait penggunaan Bikun oleh mahasiswa UI

menunjukan bahwa 98,2% mahasiswa pernah menggunakan Bikun, dan

1,8% tidak pernah menggunakan Bikun. Bikun yang merupakan alat

transportasi demi mendukung mobilitas ke tempat-tempat yang ada di UI.

Merupakan fasilitas yang harus dijamin kenyamanannya, salah satunya

yaitu sang Supir. Dari 98,2% mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun

ini 10,4% mengatakan bahwa mereka sangat puas dan 71,6% terhadap

keramahan dari Supir Bikun itu sendiri. Berarti sebanyak 82% dari

mahasiswa yang pernah menggunakan Bikun sudah puas akan keramahan

Supir Bikun. Hal ini membuktikan bahwa UI cukup ketat dalam proses

seleksi para Supir Bikun yang mana nanti setiap harinya akan

berhubungan langsung dengan mahasiswa yang menggunakan fasilitas

Bikun. Namun juga terdapat bahwa 15,3% yang pernah menggunakan

Bikun tidak puas dengan keramahan Supir Bikun tersebut, bahkan 2,7%

mengatakan sangat tidak puas. Ini artinya masih ada beberapa Supir Bikun

yang arogan dan bertindak seakan tidak peduli dengan mahasiswa sebagai

penikmat fasilitas Bikun ini. Pihak UI tentu harus lebih masif dalam

memberikan informasi bahwa UI memiliki Kotak Saran Bikun UI supaya

kedepannya jika terjadi hal semacam ini lagi, mahasiswa bisa langsung

melaporkan hal ini kepada pihak yang bersangkutan agar Supir Bikun

tersebut dapat diberikan tindakan berupa teguran ataupun sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Gambar 1.3 Diagram Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap

Ketepatan Waktu dan Kenyamanan Bikun

Page 36: Download [3.72 MB]

29

Sumber : LITBANG MWA UI UM 2016

Dari data di atas dapat dilihat bahwa 48,9% tidak puas dengan

ketepatan waktu Bikun, bahkan 12,2% mengatakan sangat tidak puas.

Memang dilapangan telah tersedia jadwal Bikun yang dapat dilihat oleh

mahasiswa pengguna fasilitas ini, namun seringkali kedatangan Bikun di

halte yang disediakan tidaklah tepat pada waktunya. Hal ini membuat

pihak terkait harus selalu mengevaluasi operasional Bikun itu sendiri.

Terdapat 3 masalah yang menyebabkan hal ini, yaitu kurangnya jumlah

Bikun yang beroperasi, ketidakdisiplinannya para supir Bikun itu sendiri,

dan banyaknya jalanan UI yang masih rusak. Namun lagi-lagi, supaya UI

dapat dengan cepat menanggapi hal-hal seperti ini agar informasi

mengenai Kotak Saran Bikun UI agar lebih disosialisasikan kepada para

pengguna Bikun, khususnya mahasiswa. Disamping itu, tidak sedikit juga

mahasiswa yang telah merasa puas dengan ketepatan waktu Bikun, yaitu

37,7% puas dan 1,2% sangat puas. Mengingat prioritas dari UI salah

satunya adalah optimalisasi sarana dan prasarana21, tentu hal-hal kecil

seperti ini tidak bisa diabaikan.

Dilihat juga dari tingkat kepuasan mahasiswa terhadap

kenyamanan Bikun. Bahwa 61,5% dari pengguna Bikun puas dan 11%

pengguna merasa sangat puas dengan kenyamanan Bikun tersebut.

Sebanyak 72,5% mahasiswa pengguna Bikun telah puas terhadap

kenyamanan yang tela disediakan. Namun disamping itu, terdapat juga

mahasiswa yang masih belum merasa nyaman saat menggunakan sarana

transportasi kita ini. Sebanyak 24,2% tidak puas dan 3,3% sangat tidak

puas dengan kenyamanan Bikun yang dirasakan oleh sebagian dari

mahasiswa pengguna Bikun. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya

jumlah Bikun beroperasi yang disediakan oleh UI. Dengan jumlah

mahasiswa sekitar 40.000 orang, tentu saja jumlah Bikun yang beroperasi

harus ditingkatkan. Apalagi jika sedang dalam rush hour, maka jumlah

mahasiswa yang menggunakan transportasi ini berdesak-desakan agar

21 Renstra UI 2015-2019

Page 37: Download [3.72 MB]

30

mendapatkan tempat. Tidak sedikit pula mahasiswa yang beraktifitas pada

malam hari dan masih menggunakan transportasi ini, penerangan di Halte

Bikun pun dirasa kurang baik. Dalam hal ini, penerangan dirasa penting

agar dapat memberikan rasa aman bagi setiap orang yang menggunakan

jasa transportasi ini.

C. Klinik Satelit

Gambar 1.4 Diagram Kepuasan dalam Pelayanan Klinik Satelit

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Data yang didapat dari survei diatas menunjukan bahwa terdapat

54,2% mahasiswa pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit. Lalu,

56,7% diantaranya menyatakan bahwa puas dan 10,2% menyatakan sangat

puas terhadap administrasi ketika ingin menggunakan fasilitas ini.

Sedangkan 24,7% mahasiswa merasa tidak puas dengan administrasi

klinik ini, bahkan 8,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan klinik

ini merasa sangat tidak puas terhadap administrasinya. Ternyata masih

terdapat kekurangan dalam hal administrasi di klinik ini. Kedepannya agar

UI mampu meningkatkan kemudahan terhadap administrasi yang ada, juga

memberikan informasi yang jelas terhadap pengurusan administrasi di

klinik.

Page 38: Download [3.72 MB]

31

Bicara soal fasilitas kesehatan, tentu tidak lepas dari bagaimana

pelayanannya. Di bawah ini telah didapatkan hasil dari indokator survei

mengenai kepuasan terhadap tenaga medis dan kepuasan terhadap

penanganan medis darurat.

Gambar 1.5 Diagram Kepuasan terhadap Tenaga Medis dan Penanganan Medis

Darurat

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Ternyata data hasil survei menunjukan bahwa 65,1% mahasiswa

puas dan 14,5% mahasiswa sangat puas terhadap tenaga medis yang ada di

Klinik Satelit. Namun terdapat 17,2% mahasiswa tidak puas dan 3,2%

mahasiswa sangat tidak puas terhadap tenaga medis yang ada. Sekitar

20,4% dari mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas Klinik Satelit

merasa belum puas terhadap pelayanan dari tenaga medis yang ada. Bicara

tenaga medis, tentu tidak lepas dari peran mereka terhadap penanganan

darurat. Tenaga medis dituntut untuk selalu siap dalam segala situasi,

bahkan unpredictable sekaliun. Misalnya terjadi kecelakaan di lingkungan

kampus, keracunan, dan lain-lain. Sebanyak 77,6% (69,1% puas, 8,5%

sangat puas) mahasiswa sudah merasa puas terhadap penanganan medis

darurat yang dilakukan di Klinik Satelit. Sedangkan, 22,4% (19,2% tidak

puas, 3,2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa belum puas terhadap hal

ini. Dapat dilihat bahwa Klinik Satelit sudah baik dalam segi pelayanan

tenaga medisnya, namun kekurangan-kekurangan yang ada pun harus tetap

Page 39: Download [3.72 MB]

32

diperhatikan demi meningkatkan kualitas dari sarana dan prasarana itu

sendiri.

D. Sepeda Kuning

Gambar 1.6 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Sepeda dan Keramahan Petugas

Penjaga

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Program Sepeda Kuning digagas dan direalisasikan mantan Rektor

UI, Prof. Dr. der Soz Gumilar Sumantri pada Juli 2008. Sepeda kuning

merupakan komitmen nyata dari UI dalam mewujudkan progam Kampus

Hijau. Dari hasil survei ternyata 66,2% mahasiswa pernah menggunakan

fasilitas Sepeda Kuning atau yang biasa dikenal sebagai Spekun. Ditinjau

Page 40: Download [3.72 MB]

33

dari kepuasan terhadap kondisi sepeda, ternyata 57,4% (43,5% tidak puas,

13,9% sangat tidak puas) mahasiswa UI belum puas terhadap kondisi

sepeda yang telah disediakan. Mengingat bahwa sepeda yang disediakan

pada shelter-shelter yang ada sudah cukup tua. UI harus melakukan seleksi

terhadap sepeda-sepada yang sudah tidak layak pakai dan selalu

melakukan repair & maintenance rutin terhadap sepeda-sepeda tersebut.

Kualitas pelayanan tentu dapat dilihat dari keramahan petugas yang

berjaga melayani setiap mahasiswa yang ingin menggunakan fasiltias

tersebut. Ternyata sebanyak 85% (74,4% puas, 10,6% sangat puas)

mahasiswa sudah puas dengan keramahan dari petugas penjaga tiap-tiap

shelter sepeda ini. Yang berarti UI sudah cukup ketat mempekerjakan

petugas-petugas yang telah berjaga pada setiap shelter sepeda. Kemudian,

sebanyak 15% (13% tidak puas, 2% sangat tidak puas) mahasiswa merasa

belum puas dengan keramahan pelayanan dari petugas-petugas yang ada.

Hal ini tentu menjadi PR bagi UI untuk selalu meningkatkan kualitas

pelayanannya terkait sarana dan prasarana.

E. Perpustakaan Pusat UI

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia adalah sebuah sistem

terintegrasi yang menawarkan akses komprehensif kepada induk yang

mencakup batasan antar fakultas dan disiplin ilmu. Perpustakaan pusat adalah

departemen penting dalam sentra administrasi universitas dimana

perpustakaan-perpustakaan berkolaborasi pada ranah akuisisi maupun koleksi

digital, teknologi informasi, preservasi dan high-density storage. Perpustakaan

Pusat UI adalah salah satu yang terbesar di Asia koleksinya. Namun

bagaimana mahasiswa menilai fasilitas Perpustakaan Pusat UI ini? Di bawah

sudah disediakan diagram perolehan data surveinya :

Gambar 1.7 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi Fisik Perpustakaan dan

Administrasi

Page 41: Download [3.72 MB]

34

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari data perolehan survei di atas didapat bahwa 96,3% mahasiswa

pernah menggunakan layanan Perpustakaan Pusat UI (Perpusat UI).

Mayoritas mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas ini. Selain karena

arsitektur nya yang indah, juga karena merupakan sebuah kewajiban bagi

setiap mahasiswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan seperti ini.

Ternyata 60,4% (42% puas, 18,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas

terhadap kondisi perpustakaan ini. Namun, terdapat 39,6% (30,5% tidak

puas, 9,1% sangat tidak puas) terhadap kondisi fisik perpustakaan saat ini.

Hal ini dikarenakan terkadang disaat hujan deras, perpustakaan ini sering

kali bocor. Sehingga menimbulkan genangan air di lantai, serta

menimbulkan rasa tidak nyaman bagi para mahasiswa pengunjung

perpustakaan. Dilain hal, dari sisi administrasi ternyata 89,7% (78,3%

Page 42: Download [3.72 MB]

35

puas dan 11,4% sangat puas) mahasiswa sudah puas dengan sistem

administrasi yang telah diterapkan oleh Pengelola Perpustakaan Pusat UI

sendiri.

Berbicara tentang perpustakaan, tentu tidak lepas dari image buku.

Perpustakaan Pusat UI yang merupakan salah satu perpustakaan terbesar

koleksinya di Asia, tentu saja seharusnya memiliki kondisi dan tata letak

buku yang baik demi memudahkan para penggunanya. Dibawah ini adalah

data perolehan survei terkait kondisi dan tata letak buku.

Gambar 1.8 Diagram Kepuasan terhadap Kondisi dan Tata Letak Buku

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 73% (63,4% puas,

9,6% sangat puas) mahasiswa sudah puas terhadap kondisi buku yang ada

di Perpustakaan Pusat UI. Sedangkan sebanyak 27% (25% tidak puas, 2%

sangat tidak puas) mahasiswa UI masih belum puas terhadap kondisi buku

tersebut. Dari sisi tata letak buku, data diperoleh bahwa 73,3% (62,2%

puas, 11,3% sangat puas) sudah puas terhadap tata letak buku. Namun

tidak sedikit juga mahasiswa yang merasa belum puas terhadap tata letak

buku di Perpustakaan Pusat UI ini, yaitu 26,7% (20,8% tidak puas, 5,7%

sangat tidak puas). Hal ini tentu harus selalu diperhatikan demi

meningkatkan kualitas prasarana UI itu sendiri. Jangan sampai bahwa

image Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu perpustakaan terbesar se-

Page 43: Download [3.72 MB]

36

Asia sedikit ternodai akibat ketidakseriusan menangani hal kecil seperti

ini.

Perpustakaan Pusat UI sebagai salah satu prasarana yang

disediakan oleh UI demi mendukung pengembangan diri dan ilmu bagi

mahasiswa UI tentu tidak lepas dari fasilitas pendukung seperti Internet

dan Tempat Parkir. Apakah sarana pendukung di Perpusat UI sudah cukup

atau belum. Berikut adalah diagramnya :

Gambar 1.9 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir

Perpusat UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dilihat dari data perolehan survei, sebanyak 71,5% (48,4% puas,

23,1% sangat puas) mahasiswa puas terhadap internet yang telah

disediakan oleh Perpusat UI sendiri. Internet memang sudah sepatutnya

memberikan pelayanan yang memuaskan demi mendukung proses

pengembangan diri dan ilmu mahasiswa. Namun cukup banyak juga

mahasiswa yang belum puas terhadap internet yang disediakan, yaitu

28,5% (23,2% tidak puas, 5,3% sangat tidak puas). Mengingat internet

memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu teknologi

dan informasi sekarang, tentu UI harus terus meningkatkan fasilitas

pendukung ini agar mampu mengoptimalkan prasarana yang ada.

Disamping itu, terdapat pula tempat parkir sebagai fasilitas pendukung

mahasiswa. Sebanyak 64,2% (59,6% puas, 4,6% sangat pas) mahasiswa

Page 44: Download [3.72 MB]

37

sudah puas terhadap tempat parkir yang telah disediakan. Namun tidak

sedikit yang merasa bahwa tempat parkir yang mereka gunakan belum

sesuai dengan apa yang mereka inginkan, yaitu sebanyak 35,8% (29,2%

tidak puas, 6,6% sangat tidak puas). Mengingat bahwa tempat parkir di

Perpusat UI ini, sepertinya perlu ditinjau kembali. Melihat bahwa cukup

banyak yang merasa kurang puas terhadap tempat parkir yang telah

disediakan. Khususnya tempat parkir sepeda motor yang memang memili

lahan yang cukup sedikit, sehingga pada rush hour Perpusat UI

mengharuskan sebagian orang untuk parkir di area Masjid UI.

F. Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa)

Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) merupakan tempat berbagai

kegiatan mahasiswa UI. Disini juga terdapat sekretariat berbagai

organisasi kemahasiswaan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh para

mahasiswa UI. Dibawah ini terdapat data terkait kepuasan mahasiswa

terhadap kebersihan dan fasilitas pendukung lainnya. Berikut adalah

diagramnya :

Gambar 1.10 Diagram Kepuasan terhadap Kebersihan Pusgiwa UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Ternyata hampir setengah, yaitu 43,7% dari mahasiswa UI belum

pernah menggunakan prasarana yang telah disediakan ini. Hal ini

disebabkan karena tidak sedikit dari mahasiswa yang hanya mengikuti

Page 45: Download [3.72 MB]

38

kegiatan kemahasiswaan di fakultas/program masing-masing saja. Lebih

dari setengah diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa ini,

yaitu 55,1% (46,5% tidak puas, 8,6% sangat tidak puas) belum puas

terhadap kebersihan dari Pusgiwa itu sendiri. UI tentu ikut andil dalam

menangani masalah ini, misalnya dengan menambah para petugas

kebersihan atau menambah jumlah tempat sampah yang ada.

Pusgiwa sebagai prasarana yang memfasilitasi pengembangan diri

mahasiswa tentu saja perlu fasilitas pendukung demi kelancaran aktivitas

mahasiswa itu sendiri. Dibawah ini bagaimana mahasiswa menilai fasilitas

pendukung yang ada di Pusgiwa UI, berikut diagram nya :

Gambar 1.11 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Pusgiwa

UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Diantara mahasiswa yang pernah menggunakan Pusgiwa, dilihat

dari perolehan data survei di atas ternyata 54% (42,3% tidak puas, 11,7%

sangat tidak puas) mahasiswa yang belum puas dengan internet yang

disediakan di Pusgiwa. Ada 2 penyebab terjadinya hal ini, yaitu koneksi

internet yang kurang begitu cepat dan tidak seluruh bagian Pusgiwa

mendapatkan akses ke internet yang telah disediakan. Yang kedua adalah

tempat parkir, untuk fasilitas pendukung ini masih banyak yang merasa

puas dengan luas lahan parkir maupun akses masuk ke tempat parkir yaitu

56,3% (47,5% puas, 8,8% sangat puas). Namun dilihat secara keseluruhan

Page 46: Download [3.72 MB]

39

(kebersihan, internet, dan tempat parkir) Pusgiwa yaitu 50,9% mahasiswa

masih belum puas dengan prasarana Pusgiwa itu sendiri. Hal ini perlu

diperhatikan oleh pihak UI, mengingat bahwa Pusgiwa merupakan

prasarana yang setiap saat digunakan oleh mahasiswa.

G. Asrama UI

Asrama mahasiswa merupakan salah satu fasilitas yang disediakan

oleh Universitas Indonesia bagi para mahasiswanya, khususnya yang

berasal dari luar Jabodetabek. Universitas Indonesia sebagai universitas

terbesar di Indonesia, setiap tahunnya menerima mahasiswa baru yang

berasal dari berbagai daerah, bahkan dari mancanegara. Pada masa-masa

awal perkuliahan, mahasiswa baru seyogyanya mulai mencoba beradaptasi

terhadap lingkungan baru di kampus dan berkenalan dengan kehidupan

yang mungkin baru di universitas bagi mahasiswa yang bersangkutan.

Berikut adalah data survei kepuasan mahasiswa terhadap asrama UI.

Gambar 1.12 Diagram Kepuasan terhadap Kamar dan Kantin Asrama UI

Page 47: Download [3.72 MB]

40

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari data survei di atas diperoleh bahwa lebih dari setengah

mahasiswa UI pernah menggunakan fasilitas Asrama UI, yaitu sebanyak

55,7%. Mereka tentu sudah merasakan bagaimana kondisi kamar yang

mana sebagai salah satu fasilitas utama yang disediakan. Diantara

mahasiswa yang pernah menggunakan atau menikmati fasilitas yang

disediakan di asrama, sebanyak 58,7% (52,7% puas, 6% sangat puas)

mengatakan bahwa mereka puas dengan kamar yang ada di asrama.

Sedangkan tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa 42,4% (35,7% tidak

puas, 5,7% sangat tidak puas) dari mereka tidak puas terhadap fasilitas

kamar yang disediakan. Melihat fasilitas lain yang disediakan di asrama,

yaitu kantin. Ternyata 70,7% (61,2% puas, 9,5% sangat puas) dengan

fasilitas kantin yang telah disediakan pihak asrama. Tentu saja hal ini

dikarenakan banyaknya variasi makanan dan harga yang relatif murah

menjadikan kantin sebagai fasilitas yang telah tersedia menjadikannya

sebagai tempat yang cukup ‘mahasiswa banget’.

Seperti halnya prasarana yang telah disediakan UI sebelumnya,

tentu tidak lepas dari peran fasilitas pendukung demi mengoptimalkan

prasarana tersebut. Seperti di Asrama UI sendiri, terdapat fasilitas wi-fi

gratis untuk akses internet dengan area akses pada lokasi-lokadi tertentu

dan juga tempat parkir yang digunakan untuk mahasiswa yang memang

membawa kendaraan pribadi. Dibawah ini dapat dilihat bagaimana

kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas pendukung yang ada di Asrama UI.

Page 48: Download [3.72 MB]

41

Gambar 1.13 Diagram Kepuasan terhadap Internet dan Tempat Parkir Asrama UI

Sumber : LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari seluruh mahasiswa yang pernah menggunakan fasilitas

asrama, diantaranya mengatakan puas dengan parkir yang disediakan yaitu

77% (67,9% puas, 9,1% sangat puas). Hal ini tentu saja dikarenakan lahan

parkir yang mencukupi dan penjagaan dari satpam yang 24 jam membuat

para penghuni asrama merasa puas dengan fasilitas pendukung ini. Namun

terdapat juga mahasiswa yang tidak merasa puas dengan fasilitas

pendukung ini, yaitu 23% (28,6% tidak puas, 4,4% sangat tidak puas).

Penyebab dari hal ini adalah kurang ramahnya satpam terhadap mahasiswa

yang menggunakan fasilitas pendukung ini. Di era sekarang, tidak lepas

dengan adanya fasilitas internet di sekitar kita. Pada asrama UI sendiri

telah disediakan fasilitas wi-fi yang dapat digunakan mahasiswa UI secara

gratis. Berdasarkan pada data di atas, bahwa 64,5% (47,1% puas, 17,4%

sangat puas) mahasiswa puas dengan akses internet yang telah disediakan.

Namun tidak sedikit pula yang kurang puas terhadap fasilitas pendukung

ini, yaitu 35,5% (25,9% tidak puas, 9,6% sangat tidak puas). Dalam visi

Asrama UI sendiri yaitu sebagai tempat yang nyaman dalam membentuk

insan akademis yang cerdas. Tentu tidak lepas dari bagaimana Asrama UI

memberikan pelayanan kepada para mahasiswa dalam rangka menunjang

studinya.

Page 49: Download [3.72 MB]

42

III. Kesimpulan

Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi dan penelitian tentu

saja Universitas Indonesia tidak lepas dari tanggung jawabnya untuk

memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai salah satu stakeholder dalam

bentuk sarana & prasarana yang ada dilingkungan kampus. Pada ART UI

Pasal 84 (1.b) dan Pasal 85 (1.b) masing-masing menyebutkan bahwa

mahasiswa berhak untuk memperoleh sarana dan prasarana yang memadai

untuk kegiatan akademik dan non-akademik; dan organisasi

kemahasiswaan berhak untuk mendapatkan dukungan sarana dan

prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan. Pada

Renstra UI tahun 2015-2019 pun UI memprioritaskan kepada peningkatan

kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana dan pemanfaatannya secara

optimal. Tentu saja dalam hal ini UI tidak bisa menutup mata terhadap

sarana dan prasarana yang disediakannya untuk mahasiswa UI, baik itu

dalam hal pelayanan maupun kenyamanan yang ada.

Berdasarkan hasil perolehan data survei di atas dapat dilihat

bagaimana mahasiswa menilai sarana dan prasarana yang dirasakannya

selama ini. Kuantitas serta kualitas sarana dan prasarana UI harus terus

ditingkatkan karena dalam kenyataannya yang mahasiswa rasakan, masih

banyak kekurangan-kekurangan yang bersama-sama harus dibenahi.

Page 50: Download [3.72 MB]

43

DAFTAR PUSTAKA

Publikasi Lembaga

Peraturan MWA UI No. 004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah

Tangga Universitas Indonesia.

Rencana Strategis Universitas Indonesia 2015-2019.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggitentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi,BNRI No.1952 tahun 2015

Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, LN No.16 tahun 2014, TLN No.5500,

PP No. 4 Tahun 2014

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP

No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.

Internet

Universitas Indonesia, “Layanan Sepeda Kuning”,

http://www.ui.ac.id/layanan/sepeda-kuning.html, diakses : Selasa, 13

Desember 2016

Universitas Indonesia “Layanan Perpustakaan”,

http://www.ui.ac.id/layanan/perpustakaan.html, diakses : Selasa, 13

Desember 2016

Universitas Indonesia, “Asrama UI”, http://asrama.ui.ac.id/site/visi-misi, diakses

: Selasa 13 Desember 2016

Page 51: Download [3.72 MB]

44

BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA

KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA UI SEBAGAI

PENUNJANG TATA KELOLA, PEMBINAAN, PENGURUSAN,

DAN PERANCANGAN INSTITUSI

I. Pendahuluan

Untuk menjalankan marwah utamanya untuk menjalankan pendidikan,

Perguruan Tinggi membutuhkan dukungan aspek tata kelola, pembinaan,

pengurusan, maupun perencanaan yang dikendalikan oleh Sumber Daya Manusia

yang tergabung dalam insitusi tersebut. Maka dari itu, patutlah dikatakan bahwa

Sumber Daya Manusia memegang peran penting dalam laju berlanannya suatu

institusi.

Mengingat pentingnya aspek Sumber Daya Manusia tersebut, maka

Universitas Indonesia menetapkan indikator Sumber Daya Manusia sebagai salah

satu Sasaran Strategis. Hal ini bertujuan untuk memperkokoh landasan sumber

daya manusia pada etika dan berorientasi pada kinerja, integritas dan integrasi

sivitas akademika untuk menghasilkan kinerja yang unggul sebagai faktor kualitas

pendidikan dan riset yang paling penting.22 Lebih lanjut, Sumber Daya Manusia

sebagai suatu Sasaran Strategis kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam poin-poin

Indikator Kinerja Utama (IKU) yang meliputi:

a) Cetak biru sistem kepegawaian UI yang terdiri dari: status kepegawaian,

disiplin pegawai, pengadaan dan penempatan pegawain, pemberhentian

pegawai, reward system, karir, dan pengembangan pegawai, dan

penyelesaian masalah kepegawaian;

b) Rasio dosen/mahasiswa;

c) Kecukupan jumlah Guru Besar sehingga setiap 5 mahasiswa S3 dibimbing

Guru Besar;

22 Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan 1 2016 Rektor Universitas Indonesia

Page 52: Download [3.72 MB]

45

d) Rasio karyawan/jumlah mahasiswa (belum termasuk outsourcing); dan

e) Presentase dosen bergelar S3/total jumlah dosen.

Indikator-indikator tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai

apakah kondisi ideal Sumber Daya Manusia di Universitas Indonesia telah

tercapai ataupun belum yang secara berkala presentasenya dilaporkan melalui

Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan.

Di sisi lain, aspek Sumber Daya Manusia baik tenaga pendidik maupun non-

pendidik di Universitas Indonesia memiliki hubungan keterkaitan dan interaksi

nyata dengan mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia. Oleh karena itu,

melalui survei ini, MWA UI UM 2016 mencoba menilisik bagaimana hubungan

tersebut dengan fokus interaksi mahasiswa dan tenaga non pendidik serta

implementasi Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) yang merupakan kanal

evaluatif antara mahasiswa dan tenaga pengajar (Dosen).

II. Analisis Survei Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

MWA UI UM 2016 Aspek Sumber Daya Manusia

Gambar 1.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016

Page 53: Download [3.72 MB]

46

Universitas Indonesia didukung oleh tenaga pendidik maupun non

pendidik. Tenaga non pendidik khususnya bertugas menjalankan fungsi

administrasi dan kepengurusan. Maka dari itu, mahasiswa dalam

melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi kependidikan akan

bersinggungan langsung dengan tenaga non pendidik di Universitas

Indonesia. Berdasarkan hasil survei, 70,6% menyatakan bahwa tenaga non

pendidik di Universitas Indonesia bersifat ramah dan sopan sedangkan

29,4% lainnya menyakan sebaliknya.

Interaksi utama antara mahasiswa dan tenaga pengajar atau Dosen

terjadi ketika perkuliahan di dalam kelas. Saat itulah terjadi proses belajar

yang menggunakan kurikulum yang ditetapkan universitas sebagai acuan.

Berdasarkan survei, sebanyak 80,45 mahasiswa Universitas Indonesia

berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar yang diterapkan oleh tenaga

pengajar telah sesuai dengan kurikulum. Sedangkan sisanya sebanyak

19,6% berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar belum sesuai pada

kurikulum. Menurut SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman

Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar

Gambar 2.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016

Page 54: Download [3.72 MB]

47

Peserta Didik, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan belajar dan mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum memuat

tentang pembelajaran yang harus diketahui oleh mahasiswa serta

bagaimana cara mahasiswa mencapai tujuan pendidikan dan kompetensi

lulusan. Kurikulum dikemas dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan

kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam

institusi pendidikan, akuntabel, dan mudah diaplikasikan dalam praktek.

Kurikulum harus responsif terhadap perubahan kebutuhan stakeholders

akan lulusan program studi tersebut.23 Dalam survei ini, mahasiswa

kemungkinan belum memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan

kurikulum yang dimaksud.

23 Badan Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, “Pedoman

Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia: Kurikulum dan Mahasiswa”, http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/11343d4073c32ea81cdebdcebec5c393b1c9dd

3b.pdf diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB

Gambar 3.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016

Page 55: Download [3.72 MB]

48

Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) adalah instrumen untuk

menilai kinerja dosen dalam proses pembelajaran di akhir semester.

Dengan mengisi EDOM berarti mahasiswa telah berpartisipasi untuk

membantu meningkatkan mutu pembelajaran. EDOM bermanfaat bagi

dosen untuk memperbaiki diri bila memang masih terdapat kekurangan

serta mengembangkan potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Bagi

manajemen Universitas, fakultas, dan departemen (program studi), hasil

EDOM dapat dijadikan acuan dalam menyusun program peningkatan mutu

proses pembelajaran dan kinerja dosen. Selain itu, hal yang terpenting bagi

mahasiswa, adalah dapat merasakan peningkatan mutu proses

pembelajaran yang terus menerus. Berdasarkan survei, 39% mahasiswa

menganggap EDOM sangat penting, 47,4% menganggap penting, 10,5%

menganggap tidak penting, dan 3,1 % menganggap bahwa EDOM sangat

tidak penting. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang

belum menyadari signifikansi dan pengaruh EDOM. Padahal EDOM

diformulasikan untuk menjadi sarana evaluasi konstruktif dari mahasiswa

ke Dosen demi menciptakan peningkatan mutu pembelajaran.

Gambar 4.Sumber Survei Litbang MWA UI UM 2016

Page 56: Download [3.72 MB]

49

Berdasarkan survei, sebanyak 34,6% beranggapan bahwa EDOM

berpengaruh terhadap pengajar, 23,65 beranggapan bahwa EDOM tidak

berpengaruh terhadap pengajar, dan 41,8% menyatakan tidak tahu

mengenai ada tidaknya pengaruh EDOM bagi pengajar. Hasil ini

kemungkinan terjadi karena mahasiswa tidak mengetahui bagaimana

pengolahan dan tindak lanjut dari EDOM yang telah mereka isi secara

online. Maka dari itu, supaya manfaat dan fungsi EDOM lebih dirasakan

langsung oleh mahasiswa, maka dapat diadakan transparansi ataupun

reward system bagi pengajar yang mendapat evaluasi sangat baik melalui

EDOM.

III. Kesimpulan

Dalam kaitannya dengan aspek Sumber Daya Manusia, Survei Bidang

Penelitian dan Pengembangan BK MWA UI UM 2016 memfokuskan pada

hubungan antara mahasiswa dengan tenaga pendidik maupun tenaga non pendidik

yang bersinggungan erat, khususnya perihal Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa

(EDOM). Berdasarkan survei yang telah dilaksanakan, fungsi EDOM belum

diketahui secara menyeluruh oleh mahasiswa. Sedangkan EDOM diformulasikan

sebagai sarana evaluasi berkala bagi Dosen dalam rangka peningkatan mutu

pengajaran di semester-semester. Selanjutnya hampir separuh dari total responden

(41,8%) juga tidak mengetahui apakah pengisian EDOM tersebut akan

berpengaruh terhadap pengajar bersangkutan ataupun tidak.

Oleh karena itu, di kemudian dapat dilaksanakan suatu bentuk tindak

lanjut dari pengisian EDOM tersebut, misalnya, dengan pemberian reward system

kepada Dosen yang memiliki performa pengajaran yang dinilai sangat baik oleh

mahasiswa-mahasiswanya mealui EDOM, contoh reward tersebut dapat berupa

pengumuman pada SIAK, dengan begitu, mahasiswa dapat mengetahui bahwa

EDOM yang telah ia isi telah diolah dan ditindaklanjuti.

Page 57: Download [3.72 MB]

50

DAFTAR PUSTAKA

Publikasi Lembaga

Laporan Kinerja dan Anggaran Triwulan 1 2016 Rektor Universitas Indonesia

Internet

Badan Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, “Pedoman Penjaminan

Mutu Akademik Universitas Indonesia: Kurikulum dan Mahasiswa”,

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/11343d4073c32ea81cdebdcebe

c5c393b1c9dd3b.pdf, pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB

Page 58: Download [3.72 MB]

51

BAGIAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Keamanan dan Ketertiban Universitas Indonesia dari Pandangan

Mahasiswa

I. Pendahuluan

Ruang publik dalam lingkup negara diartikan sebagai ruang yang dihidupi

oleh masyarakat sipil dan berfungsi sebagai mediasi antara negara dengan

masyarakat secara individu dan atau sebaliknya. Dalam konteks urgensi fungsi

ruang publik, setiap elemen masyarakat dapat menyuarakan wacana mengenai

perkembangan suatu relasi sosial, aktualisasi diri, dan kontak sosial yang

berkaitan dengan berbagai hal.

Kebutuhan akan adanya ruang publik dalam kampus menjadi penting

apabila dimaknai sebagai ruang yang berfungsi sebagai tempat interaksi sosial,

menumbuhkan budaya demokrasi, aktualisasi diri, dan pengembangan akademik

lainya. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,

menyatakan bahwa mahasiswa berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai

dengan bakat, minat, potensi, dan kemampuannya. Sehingga, mahasiswa berhak

untuk bebas berekspresi dalam ruang publik yang telah ditentukan serta dijamin

keamanan dan ketertibannya.24

Lingkungan kampus Universitas Indonesia yang memiliki luas sebesar 320

hektar adalah area yang cukup besar untuk diamankan. Mengutip istilah Dr.

Mohammad Kemal Dermawan, M.Si, dosen Kriminologi UI, kampus merupakan

suatu ruang yang sifat publiknya sangat besar. Tidak hanya luas area, karakteristik

lingkungan kampus pun memungkinkan begitu banyak interaksi terjadi. Baik

24Indonesia, Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN

No.158 tahun 2012, TLN No.5336, ps. 13 ayat (4).

Page 59: Download [3.72 MB]

52

dalam pengawasan ataupun tidak, sehingga karakter itulah yang membuat

lingkungan kampus menjadi peluang untuk terjadinya kejahatan, atau

penyimpangan seminimal-minimalnya. Sehingga, UI memiliki UPT PLK UI

sebagai komitmen Pimpinan Universitas Indonesia terhadap masalah keamanan,

ketertiban, dan kenyamanan lingkungan kampus.

II. Analisis Hasil Survei bersama BK MWA UI UM dan BEM se-UI

A. UPT PLK UI

Unit Pelaksana Teknis Pengamanan Lingkungan Kampus

Universitas Indonesia (UPT PLK UI), merupakan Satuan Unit Penunjang

Akademik dan Administrasi di UI. UPT PLK UI memiliki tujuan untuk

menciptakan suasana tertib, aman, selamat, nyaman, bersih, dan tenteram

dengan mengintegrasikan seluruh sumber daya di lingkungan UI dan

meletakkan dasar bagi pelaksanaan upaya pencegahan dan

penanggulangan terhadap tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan

stabilitas keamanan dan ketertiban kehidupan kampus UI.

UPT PLK UI memiliki fungsi antara lain yaitu menjaga dan

mengamankan seluruh aset UI, menciptakan suasana yang kondusif dalam

iklim kehidupan kampus UI, melakukan tindakan preventif, persuasif dan

represif dalam rangka penanganan berbagai kasus kriminal, pelanggaran

ketertiban dan gangguan keamanan lainnya di lingkungan kampus UI, baik

yang dilakukan oleh umum, maupun yang dilakukan oleh unsur sivitas

akademika, serta melakukan fungsi perlindungan masyarakat & pelayanan

masyarakat serta melakukan penanganan keadaan darurat di dalam kampus

UI. Selain itu, peran dan tugas UPT PLK UI dapat dijabarkan sebagai

berikut:25

25UPT PLK UI, “Profil PLK UI ”http://plk.ui.ac.id/profil_plkui diakses pada

tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB

Page 60: Download [3.72 MB]

53

Pencegahan dan penanganan terhadap tantangan, ancaman, gangguan dan

hambatan ketahanan lingkungan kampus UI,

Pelaksanaan ketentuan yang diatur dalam Tata Tertib Kehidupan Kampus

UI,

Pemantauan dan penyampaian informasi kepada pihak yang terkait apabila

terjadi kerusakan atau gangguan pada sarana dan prasarana kampus UI,

Penanggulangan keadaan darurat pada musibah yang terjadi di lingkungan

kampus UI,

Penataan dan pengelolaan media informasi luar ruang di kampus UI,

Pengelolaan gerbang atau pintu keluar masuk kampus UI.

UPT PLK UI merupakan hasil komitmen Pimpinan Universitas

Indonesia terhadap masalah keamanan, ketertiban, dan kenyamanan

lingkungan kampus. Perkembangan kampus Universitas Indonesia yang

dinamis baik dari jumlah sivitas akademika, prasarana/sarana lingkungan

kampus, serta situasi dan kondisi sosial ekonomi, politik dan budaya

masyarakat yang berada di luar kampus, merupakan faktor-faktor dominan

yang mempengaruhi dinamika pembinaan lingkungan kampus, sehingga

menjadi suatu tantangan tersendiri bagi UPT PLK UI dalam

menyelenggarakan tugas dan fungsi melindungi, mengamankan, dan

menertibkan lingkungan kampus Universitas Indonesia dari ancaman,

tantangan, hambatan, dan gangguan yang datang baik dari dalam maupun

dari luar kampus.

Atas dasar itulah, pelaksanaan pengamanan lingkungan kampus

Universitas Indonesia yang memadai, baik proporsional serta profesional,

mutlak diperlukan untuk mewujudkan suasana lingkungan kampus

Universitas Indonesia yang stabil, dinamis, aman, tertib, dan nyaman, serta

dapat memberikan iklim yang kondusif guna menunjang kelancaran proses

belajar mengajar khususnya dan Tri Darma Perguruan Tinggi pada

umumnya di kampus Universitas Indonesia.

Gambar 1.1 Diagram Efektivitas UPT PLK UI

Page 61: Download [3.72 MB]

54

Sumber: Litbang BK MWA UI UM

Berdasarkan Gambar 1.1, sebesar 56.9% dari Mahasiswa

Universitas Indonesia merasa bahwa UPT PLK UI telah melaksanakan

tugasnya dengan efektif. Terdapat kemungkinan untuk terjadinya bias

terkait informasi dalam hal ini, dimana responden tidak memiliki

pengetahuan tentang peran dan tugas dari UPT PLK UI yang tidak

dijelaskan lebih jauh hingga ranah teknis dalam poin (a) bagian Peran dan

Tugas UPT PLK UI. Selain itu, penulis tidak mendapatkan SOP dari UPT

PLK UI terkait operasional dalam melaksanakan tugasnya, sehingga

penulis tidak dapat meninjau lebih jauh prosedural pelaksanaan UPT PLK

UI.

Berdasarkan indikator yang digunakan, dengan penulis

mengasumsikan responden telah mengetahui peran dan tugas dari UPT

PLK UI, UPT PLK UI telah melaksanakan fungsinya dengan efisien,

terkhusus pada poin (a) yaitu “Menjaga dan mengamankan seluruh aset

Universitas Indonesia dan civitas akademika Universitas Indonesia dari

risiko terjadinya gangguan-gangguan keamanan, ketertiban, keselamatan,

kesehatan, dan kerusakan lingkungan" serta poin (c) yaitu “Menciptakan

suasana yang kondusif dalam iklim kehidupan kampus Universitas

Indonesia” yang bersinggungan langsung dengan responden, yaitu

Mahasiswa Universitas Indonesia.

Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa poin yang perlu

untuk dikaji lebih jauh, seperti spot penjagaan dan penerangan dalam

Page 62: Download [3.72 MB]

55

lingkungan Universitas Indonesia, pemberlakuan jam malam, serta

pengadaan dan peletakkan CCTV yang merupakan salah satu tujuan

didirikannya UPT PLK UI.

B. Pemberlakuan Jam Malam

Salah satu peran dan tugas UPT PLK UI adalah “Pengelolaan

gerbang atau pintu keluar masuk kampus UI”, dimana terdapat peraturan

mengenai jam malam dalam Pengelolaan Pintu Kampus, yang berbunyi

“Seluruh Pintu Kampus UI dibuka pada pukul 05.00 WIB dan ditutup

kembali pada pukul 23.00 WIB, termasuk pintu Gerbang Utama” dan

“Kendaraan yang ingin masuk kampus karena keadaan force majeure

hanya dapat melalui gerbang utama dan wajib meninggalkan identitas

pengendaranya”. Namun, pada saat pemberlakuannya, tidak ada himbauan

terlebih dahulu kepada masyarakat Universitas Indonesia, maupun

melibatkan unsur Mahasiswa dalam pengambilan keputusannya, dimana

merupakan inisiatif dari UPT PLK UI sendiri sebagai respon dari berbagai

kejadian yang terjadi dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia.

Terdapat hal yang menarik dalam poin ini, dimana respon oleh Universitas

Indonesia terhadap penolakan pemberlakuan jam malam yang

mengizinkan untuk masuk ke dalam lingkungan kampus Universitas

Indonesia dengan syarat menitipkan kartu identitas.

Gambar 1.2 Diagram Pemberlakuan Jam Malam

Page 63: Download [3.72 MB]

56

Sumber: Litbang BK MWA UI UM

Bila kita mengacu pada respon mahasiswa dari hasil survei yang

telah dihimpun, maka perbandingan antara responden yang menolak

pemberlakuan jam malam dengan responden yang setuju akan

pemberlakuan jam malam seimbang, sehingga sejatinya yang diperlukan

mahasiswa terhadap jam malam saat ini adalah kejelasan dari teknis

peraturan tersebut, sosialisasi terhadap peraturan tersebut, serta bagaimana

cara bila mahasiswa ingin memasuki wilayah Universitas Indonesia atau

beraktivitas di lingkungan kampus melewati jam malam tersebut. Dalam

hal ini pihak rektorat tentu perlu untuk mensosialisasikan baik teknis dari

peraturan tersebut maupun cara-cara yang harus dilakukan mahasiswa bila

ingin beraktivitas serta melakukan kegiatan di atas jam malam di area

kampus.

C. Pengadaan CCTV dan Penerangan

Untuk faktor pengadaan CCTV serta penerangan dalam lingkungan

kampus Universitas Indonesia akan mencakup banyak hal dari peran dan

tugas UPT PLK UI, terutama dalam hal pencegahan terhadap tantangan,

ancaman, serta gangguan, pemantauan, serta penanggulangan keadaan

darurat. Melalui kedua faktor tersebut, UPT PLK UI memiliki kesempatan

Page 64: Download [3.72 MB]

57

dalam mengontrol keamanan serta ketertiban lingkungan tanpa harus

selalu hadir langsung setiap waktu.

Gambar 1.3 Diagram Pengadaan CCTV

Sumber: Litbang BK MWA UI UM

Gambar 1.4 Diagram Kemudahan Akses CCTV

Sumber: Litbang BK MWA UI UM

Berdasarkan hasil survey, penulis dapat menarik garis besar

dimana kebutuhan CCTV belum dapat memenuhi keinginan responden.

Pada dasarnya, pengadaan CCTV memberikan dampak positif bagi setiap

unsur masyarakat di dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia.

Sebagai contoh, salah satu dampak positif ini dapat dirasakan oleh

masyarakat dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia ketika

Page 65: Download [3.72 MB]

58

membutuhkan rekaman dari CCTV tersebut. Rekaman itu akan membantu

memperlihatkan secara rinci atas sebuah kejadian yang dirasa perlu untuk

ditinjau kembali maupun menjadi database bagi kampus atas setiap

kejadian yang terjadi di dalam area kampus.

Gambar 1.5 Diagram Penerangan dalam Lingkungan

Kampus Universitas Indonesia

Sumber: Litbang BK MWA UI UM

Selanjutnya untuk faktor penerangan lingkungan sendiri, termasuk

dalam peran dan tugas UPT PLK UI sebagai pencegahan terhadap hal-hal

yang tidak diinginkan, serta memberikan rasa aman bagi masyarakat yang

sedang beraktivitas di dalam lingkungan kampus Universitas Indonesia

pada malam hari. Sebanyak 87% dari responden yang merupakan

Mahasiswa Universitas Indonesia merasa penerangan dalam lingkungan

kampus Universitas Indonesia cukup. Terdapat beberapa titik, dimana

menurut pendapat responden, yang membutuhkan penerangan namun

fasilitas tidak berfungsi, seperti outer ring road menuju Asrama UI, inner

ring road menuju Menara Air, dan jalan menuju Pusgiwa serta Stasiun

Pondok Cina dari arah Balairung. Selain itu, terdapat ketidakjelasan dalam

maintenance fasilitas penerangan tersebut, apakah dipegang oleh DPPF

atau UPT PLK UI, mengingat secara tidak langsung merupakan salah satu

peran dan tugasnya.

Page 66: Download [3.72 MB]

59

III. Kesimpulan

Bahwa dari survei yang telah dihimpun oleh BK MWA UI UM serta BEM

se-UI, maka sejatinya dalam hal keamanan dan ketertiban, pihak rektorat perlu

untuk membenahi beberapa hal yaitu mengenai UPT PLK UI yang perlu untuk

ditingkatkan kinerja dalam hal penjagaan lingkungan kampus untuk mendukung

kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain itu dalam hal pemberlakuan jam

malam, pihak rektorat perlu untuk mensosialisasikan peraturan tersebut secara

terperinci baik dalam hal teknis maupun dalam hal mahasiswa yang ingin

memasuki atau melakukan kegiatan diatas jam malam di area kampus Universitas

Indonesia, dan terkait Pengadaan CCTV dan penerangan saat ini perlu

ditambahkan pada lingkungan Universitas Indonesia, yang mana pada contoh

yang diberikan di atas masih terdapat jalan-jalan di area kampus yang gelap atau

tidak mendapatkan penerangan yang cukup, sehingga rawan untuk terjadi tindak

kejahatan, dan selain itu untuk mencegah dan mengantisipasi tindak kejahatan di

area jalan-jalan kampus Universitas Indonesia perlu untuk dipasang CCTV,

sehingga dapat mendukung penjagaan terhadap kampus Universitas Indonesia.

Page 67: Download [3.72 MB]

60

DAFTAR PUSTAKA

Internet

UPT PLK UI. “Profil PLK UI ” http://plk.ui.ac.id/profil_plkui.Diakses pada

tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00 WIB

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-undang Pendidikan Tinggi, UU No.12 tahun 2012, LN No.158

tahun 2012, TLN No.5336.

Page 68: Download [3.72 MB]

61

BAGIAN KEMAHASISWAAN

Dukungan UI Terhadap kegiatan Kemahasiswaan dan

Diskusi Ilmiah di UI Sudah Sesuaikah?

I. Pendahuluan

Organisasi kemahasiswaan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam

kehidupan sehari-hari mahasiswa Universitas Indonesia (UI), dimana organisasi

kemahasiswaan adalah wadah untuk bagi mahasiswa membangun kemampuan

manajemen organisasi, keprofesian, karakter pemimpin, minat dan bakat,

kerohanian, serta sifat inklusif,26 sehingga dalam melaksanakan kegiatannya tentu

membutuhkan bantuan baik dalam hal dana maupun sarana dan prasana, sehingga

untuk mendukung hal tersebut.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan dari organisasi kemahasiswaan tersebut

sejatinya merupakan salah satu hak yang dimiliki mahasiswa UI sebagaimana

tercantum dalam statuta UI yaitu untuk membentuk organisasi dan mendapatkan

dukungan sarana prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi

kemahasiswaan tersebut.27 yang mana ini selanjutnya diperkuat dengan peraturan

pelaksana dari statuta UI yaitu peraturan Majelis Wali Amanat Universitas

Indonesia Nomor 004/peraturan/MWA-UI/2015, sehingga jelas bahwa UI sebagai

sebuah universitas siap untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan di lingkungan

UI.

Kesiapan serta keseriusan UI sebagai sebuah universitas dalam menaungi

kegiatan kemahasiswaannya dibuktikan dengan pembentukan suatu direktorat

kemahasiswaan UI yang berada di bawah wakil rektor bidang akademik dan

kemahasiswaan UI.28 Ini bertujuan agar terwujudnya hubungan yang harmonis,

dinamis, dan berkeadilan antara pimpinan UI, pimpinan fakultas, program pasca

26 Pasal 1 angka 24 Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia

No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 27Indonesia,Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP

No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.Pasal 48 ayat 1 huruf c. 28 Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.2784/SK/R/UI/2014

Page 69: Download [3.72 MB]

62

62,70%

32…

0% 0%

Rektorat telah mendukung

kegiatan kemahasiswaan

ya

tidak

4,4%

59,5%

31,1%

5,0%

Kepuasan Terhadap

Proporsinalitas

Dukungan Rektorat

sangat puas puas

tidak puas sangat tidak puas

sarjana, dan vokasi di UI dan pihak manajemen yang mengelola pembinaan,

pendampingan, dan pelayanan kemahasiswaan dengan organisasi-organisasi

kemahasiswaan yang sah baik di tingkat universitas, maupun di tingkat fakultas,

program pasca sarjana dan program vokasi.29

II. Analisa Hasil Survei

Dalam hal pemenuhan hak mahasiswa terkait kemahasiswaan di tingkat

universitas kami dari BK MWA UI-UM serta BEM se-UI melaksanakan sebuah

survei kepada para mahasiswa di seluruh fakultas di UI untuk menjaring pendapat

serta pandangan mahasiswa UI bagaimanakah selama ini para pemimpin

universitas beserta jajarannya dalam memenuhi hak dari mahasiswa sebagaimana

yang telah diatur dalam statuta dan anggaran rumah tangga UI serta peraturan

lainnya terkait kemahasiswaan.

Ada beberapa indikator yang kami masukkan di dalam survei kami,

berikut akan kami sertakan hasil survei yang telah kami olah dan analisa terkait

hasil survei yang telah kami lakukan terhadap 684 mahasiswa di UI.

A. Dukungan rektorat terhadap kegiatan kemahasiswan di bawah

naungan rektorat

Gambar 1.1 kepuasan dukungan terhadap kegiatan kemahasiswaan oleh rektorat

29Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.1952/SK/R/UI/2014, Pasal 2 huruf

a

Page 70: Download [3.72 MB]

63

Sumber: LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari survei yang telah kami himpun dan olah di atas menunjukkan

bahwa dari total responden kami sebanyak 684 mahasiswa di seluruh

fakultas di UI, 62,70% menyatakan bahwa rektorat telah mendukung

kegiatan kemahasiswaan di tingkat UI dan 32,30% sisanya menyatakan

bahwa rektorat masih belum mendukung kegiatan kemahasiswaan di

tingkat UI, ini menunjukkan bahwa sejatinya kinerja rektorat dalam

mendukung kegiatan kemahasiswaan di tingkat UI sudah cukup baik

namun, mahasiswa masih merasa terdapat beberapa kegiatan mahasiswa

yang rektorat masih belum ikut campur tangan dalam dukungan maupun

pelaksanaannya.

Selain itu pada data kedua terkait tingkat kepuasan proporsionalitas

terhadap dukungan rektorat pada kegiatan kemahasiswaan yang didukung

rektorat, proporsionalitas di dalam survei ini ditunjukkan melalui

dukungan dana yang diberikan oleh rektorat dibandingkan dengan dana

yang dimintakan oleh mahasiswa kepada rektorat. Diagram ini

menunjukkan bahwa 4,4% dari total responden menyatakan bahwa sangat

puas terhadap dukungan rektorat terhadap proporsionalitas dukungan yang

diberikan rektorat, lalu 59,5% responden menyatakan bahwa puas terhadap

proporsionalitas dukungan yang diberikan rektorat, sedangkan 31,1%

responden tidak puas terhadap proporsionalitas dukungan yang diberikan

rektorat, dan 5% sisanya sangat tidak puas terhadap proporsionalitas

dukungan dana yang diberikan rektorat.

Ini menunjukkan bahwa rektorat sudah cukup baik terkait

proporsionalitas dukungan yang dalam hal ini dilihat dari dana yang

diberikan rektorat terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut, namun perlu

diketahui bersama masih terdapat responden yang menyatakan tidak puas

dan sangat tidak puas dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebesar

35,5%, sebagai contoh adalah kegiatan tahunan mahasiswa UI yaitu

Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Universitas Indonesia (OIM UI) dan

Olimpiade Mahasiswa Universitas Indonesia (OLIM UI), yang mana pada

Page 71: Download [3.72 MB]

64

8,3%

73,0%

18,1%

0,6%

Tingkat kebaikan dukungan rektorat

Sangat Baik Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

tahun ini mendapat pemotongan dana dari total dana yang dijanjijkan

pihak rektorat pada awal tahun sebanyak 30 juta menjadi 19,5 juta pada

perealisasiannya, yang mana tentu ini sangat berpengaruh dalam

pelaksanaan kegiatan OIM UI, pun dalam kegiatan OLIM UI tahun ini

rektorat sudah cukup baik dengan memenuhi dana yang dijanjikan awal

tahun, namun pemenuhan dana tersebut masih belum cukup dikarenakan

terdapat beberapa komponen yang cukup mahal namun tidak mau untuk

ditanggung oleh pihak rektorat seperti wasit, dll.

Saran dari kami adalah agar pihak rektorat dalam hal ini

kemahasiswaan agar lebih baik menetapkan pagu yang ajeg di awal tahun

kepada setiap kegiatan mahasiswa yang ada di bawah naungan rektorat,

sehingga dalam pelaksanaan kegiatan nantinya, penyelenggara kegiatan

sudah mengetahui sejak awal tahun berapa total dana yang akan diberikan

rektorat terhadap kegiatan tersebut, selain itu kami juga menyarankan agar

lebih mencakup seluruh komponen pendanaan yang dibutuhkan oleh

kegiatan mahasiswa tersebut, agar kegiatan mahasiswa tersebut dapat

terselenggara dengan baik.

B. Dukungan rektorat terkait forum dan diskusi ilmiah di UI

Gambar 1.2 Diagram dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau lembaga

diskusi ilmiah

Page 72: Download [3.72 MB]

65

Sumber: LITBANG BK MWA UI UM 2016

Dari survei yang telah kami himpun dan olah di atas, maka dapat

dilihat bahwa mayoritas dari total responden sebanyak 73% menyatakan

rektorat telah baik dalam mendukung kebebasan forum atau lembaga

diskusi ilmiah yang ada di UI, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 8,3%

dari total responden menyatakan bahwa rektorat sudah sangat baik dalam

mendukung kebebasan forum atau diskusi ilmiah yang ada di UI, lalu

18,1% menyatakan rektorat tidak baik dalam mendukung kebebasan forum

atau diskusi ilmiah di UI, dan 0,6% menyatakan rektorat tidak baik dalam

mendukung kebebasan forum atau diskusi ilmiah di UI.

Dari survei ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rektorat

sudah baik dalam mendukung kebebasan forum atau lembaga diskusi

ilmiah yang ada di UI, ini dibuktikan dengan 81,3% responden

menyatakan rektorat telah baik dan sangat baik mendukung kebebasan

forum atau lembaga diskusi ilmiah yang ada di UI. Namun perlu

diperhatikan juga bahwa masih terdapat beberapa responden yang

menayatakan bahwa rektorat belum mendukung kebebasan forum atau

lembaga diskusi ilmiah dengan baik yaitu sebesar 18,7% responden, yang

terdiri dari yang menyatakan tidak baik dan sangat tidak baik. Sehingga

pihak pimpinan UI khususnya bagian kemahsiswaan perlu untuk terus

membenahi dukungan terhadap kebebasan forum atau diskusi ilmiah yang

ada di UI baik itu sarana dan prasana maupun dalam bentuk dana, agar

nantinya pengembangan ilmu pengetahuan dan kultur dialektika dan

diskusi di UI dapat terus meningkat.

III. KESIMPULAN

Dari analisa di atas maka dapat disimpulkan rektorat perlu membenahi

dalam dukungan yang diberikan ke dalam kegiatan mahasiswa dalam hal ini

cakupan kegiatan yang di dukung oleh rektorat agar lebih menyeluruh kepada

Page 73: Download [3.72 MB]

66

seluruh kegiatan mahasiswa, serta proporsionalitas yang diberikan rektorat agar

sesuai dengan yang dibutuhkan dan/atau sesusai yang dijanjikan rektorat pada

awal tahun, sehingga nantinya setiap acara kemahasiswaan di bawah naungan

rektorat dapat terselenggara dengan baik dan lancar.

Selain itu terhadap kebebasan forum atau diskusi ilmiah, rektorat agar

lebih banyak lagi memberikan dukungan kepada seluruh diskusi ilmiah yang ada

di UI, sehingga nantinya mahasiswa UI dapat lebih mengembangkan potensinya

serta dapat membangun kultur dialektika dan diskusi yang baik.

Page 74: Download [3.72 MB]

67

DAFTAR PUSTAKA

Publikasi Lembaga

Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia No.004/Peraturan/MWA-

UI/2015

Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.2784/SK/R/UI/2014

Keputusan Rektor Universitas Indonesia No.1952/SK/R/UI/2014

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Statuta Universitas Indonesia, PP

No.68 tahun 2013, LN No.166 tahun 2013, TLN No.5455.

Page 75: Download [3.72 MB]

68

Bab ii

Kajian dan aspirasi bem ui/bem

fakultas/vokasi

Page 76: Download [3.72 MB]

69

Evaluasi Rektor dalam Perspektif BEM UI

Tulisan ini dibuat sebagai sebuah ulasan akan beberapa persoalan yang

menjadi kekhawatiran dan aspirasi mahasiswa UI dalam perspektif BEM UI 2016.

Tentunya diperlukan kajian dan diskusi lanjutan yang lebih kompeherensif untuk

mendapatkan solusi atas permasalahan yang kami angkat dalam tulisan ini.

Berikut dipaparkan beberapa ulasan permasalahan yang ditemui oleh mahasiswa

UI.

UI, PTN BH, dan BOP-P

Setelah UU Dikti disahkan pada 2012, status UI telah berubah menjadi

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). Seperti yang diketahui

bersama, bahwa dampak pemberian status PTN BH adalah otonomi lebih bagi

universitas untuk mengembangkan dirinya sendiri lebih jauh dibandingkan status-

status lainnya seperti Satker, BLU, atau bahkan PT BHMN yang merupakan

status badan hukum bagi universitas yang lebih konvensional. Pemberian status

PTN BH kepada UI juga memberikan anggapan UI telah mampu untuk lebih

mandiri dalam peningkatan kualitas dan pengembangan dirinya. Pemberian status

PTN BH, ditambah dengan banyaknya perguruan tinggi baru yang harus diberikan

perhatian lebih oleh negara berdampak Pemerintah secara bertahap mengurangi

bantuan langsung, tidak terkecuali dalam urusan pendanaan kepada UI.

Hal ini akhirnya memberikan dampak pada tahun 2016 ini, di mana

BPPTN UI turun sekitar 30 miliar rupiah30 dari tahun 2015, di lain sisi, anggaran

untuk pembangunan juga naik dari tahun ke tahun. Ini membuat UI harus berputar

otak mencari pendanaan lebih untuk menutupi penurunan pendanaan yang

diberikan Pemerintah. Berkaitan dengan otonomi yang juga tadi diberikan, UI

awalnya ingin menaikkan biaya pendidikan dari salah satu konstituen utama yang

dimilikinya, mahasiswa S1 reguler, atas pewacanaan ini, pertentangan antara

mahasiswa dan pihak Rektorat pun tidak terelakkan, skema biaya pendidikan baru

Biaya Operasional Pendidikan-Pilihan (BOP-P) yang juga ditujukan pada

mahasiswa S1 reguler untuk membantu menutupi kekurangan dana yang UI

30 Pemaparan Prof. Muhammad Anis dalam audiensi yang dilakukan oleh BEM UI

dengan Rektor UI

Page 77: Download [3.72 MB]

70

butuhkan dinilai sebagai jalan tengah antara keinginan Rektorat dan mahasiswa

yang tidak ingin adanya kenaikan biaya pendidikan.

Berikut adalah tren kenaikan pendapatan universitas secara komparatif

dari mahasiswa.

Sumb

er

Pener

imaan

UI % ITB % UGM % UNPAD %

Maha

siswa

1.160.79

1.580.07

2

57,7

5%

*852.317

.000.000

*58,

56%

774.363.

724.577

41,0

1%

464.352.

000.000

45,9

8%

Total

Pener

imaan

2.009.97

8.010.13

2

100,

00%

1.455.46

9.000.00

0

100

%

1.888.23

9.046.87

3

100,

00%

1.010.00

6.000.00

0

100,

00%

Tabel 1. Perbandingan Pendapatan Universitas PTN BH

Tabel di atas telah dengan jelas memaparkan sumber penerimaan beberapa

PTN BH di Indonesia. Jelas tampak pada tabel bahwa PTN BH justru lebih

menitikberatkan penerimaannya pada mahasiswa.

Dalam beberapa tahun terakhir, penerimaan dari mahasiswa atau BOP

konsisten menjadi sumber pendanaan UI terbesar (2011: 41.67%; 2012: 48.97%;

2013: 42.05%) dari segala jenis pendanaan UI. Total penerimaan UI dari uang

kuliah program sarjana naik 13.56% pada tahun 201531, setelah sebelumnya, rata-

ratanya naik 30.83% pada 2014 ke 2015. Keberadaan BOP-P ini juga secara

normatif akan meningkatkan dominasi pendapatan UI melalui BOP.

Dalam audiensi yang dilakukan BEM UI kepada Kemristekdikti, Prof.

Intan Ahmad berkata senada bahwa kebijakan BOP-P adalah otoritas UI.

31 Kajian Kebijakan Badan Kelengkapan MWA UI UM tahun 2016

Page 78: Download [3.72 MB]

71

Kebijakan ini masih menimbulkan pro-kontra hingga di tataran pemerintahan,

salah seorang anggota Komisi X DPR dalam diskusi yang diselenggarakan BEM

FISIP UI bahkan berpendapat kebijakan BOP-P tidak memiliki acuan hukum yang

jelas.

Berikut adalah tabel skema pembayaran BOP-P dalam rupiah:

Kelas IPA IPS

1 10.000.000 7.500.000

2 12.500.000 10.000.000

3 15.000.000 12.500.000

1. Tabel 2. Skema Pembayaran BOP-P

Dari total kuota mahasiswa reguler UI sebanyak 4758 mahasiswa32,

kurang lebih sekitar 23% mahasiswa UI atau 1094 mahasiswa reguler yang

mengambil skema pembayaran BOP-P33. Batas atas BOP-B di UI adalah

7.500.000 rupiah untuk Prodi IPA (Sains, Kesehatan, dan Teknik) dan 5.000.000

rupiah untuk Prodi IPS (Sosial dan Humaniora). Secara kasar, kebijakan BOP-P

pada 2016 diperkirakan menambah pemasukan UI (jika dikurangi BOP-B)

sebanyak 5.490.000.000 (5.49 miliar) rupiah dengan detail perhitungan sebagai

berikut:

𝑃𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖ℎ 𝐵𝑂𝑃𝑃 ∗ ((𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃𝑃𝐼𝑃𝐴 − 𝑀𝑎𝑥 𝐵𝑂𝑃𝐵𝐼𝑃𝐴)

+ (𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑂𝑃𝑃𝐼𝑃𝑆 − 𝑀𝑎𝑥 𝐵𝑂𝑃𝐵𝐼𝑃𝑆))

= 1094 ∗ (5.000.000)

= 5.490.000.000

Idealnya, pada 2019 dan seterusnya, saat seluruh angkatan (per tahun)

yang ada di UI telah diterapkan sistem BOP-P, diperkirakan pemasukan dari

kebijakan BOP-P mencapai 21.960.000.000 (21.96 miliar) rupiah.

32 Diakses dari http://simak.ui.ac.id/reguler.html 33 Pemaparan Rektorat UI

Page 79: Download [3.72 MB]

72

Kebijakan BOP-P tentu perlu dievaluasi baik secara teknis maupun hasil.

Meninjau ulang filosofi pembuatannya, tentu hal ini dibuat untuk membantu

menutupi kekurangan dana. Apakah pada akhirnya, BOP-P meningkatkan

pemasukan UI secara signifikan atau tidak—atau malah sebaliknya: kembali

makin menguatkan pemasukan terbesarnya yang berasal dari mahasiswa.

Permasalahan Keamanan di Universitas Indonesia

Keamanan merupakan suatu keadaan dimana ada suatu rasa terlindungi

atau merasa aman dari suatu ancaman; merupakan suatu area atau tempat dimana

seseorang akan melalui suatu pengecekan untuk memastikan bahwa seseorang

tersebut tidak membawa senjata atau substansi yang bersifat ilegal34. Tidak dapat

dipungkiri bahwa rasa aman diperlukan oleh manusia agar dapat beraktivitas

dengan baik. Keamanan merupakan salah satu perasaan yang fundamental yang

diperlukan agar manusia bisa terus berkembang tanpa merasa adanya ancaman

yang akan menggangu aktivitasnya.

Salah satu yang jelas mengancam keamanan manusia adalah fenomena

kriminalitas di Indonesia. Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan

dan perbuatan yang merugikan secara ekonomi dan psikologis yang melanggar

hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan

agama. Dapat diartikan bahwa tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan

yang melanggar norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. Saat ini

kriminalitas bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi masyarakat Indonesia karena

setiap harinya tindakan kriminal tersebut telah disampaikan melalui berbagai

media. Fenomena kriminalitas tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya kejahatan diantaranya kesenjangan sosial, kekerasan

dan kurangnya rasa toleran terhadap sesama yang menyebabkan timbulnya

perpecahan antar individu maupun kelompok35.

34 Merriam-Webster. http://www.merriam-webster.com/dictionary/security diakses pada tanggal 27 September 2016

Page 80: Download [3.72 MB]

73

Bermacam-macam tindakan kriminalitas yang terjadi di Indonesia yaitu

diantaranya pencurian, tindak asusila, pencopetan, penodongan dengan senjata api

dan bahkan pembunuhan. Tindakan kriminalitas ini juga selain merugikan bangsa

untuk saat ini juga menghasilkan bangsa yang bersifat immoril. Berbagai tempat

tindakan kriminalitas ini dapat ditemukan, diantaranya terminal atau stasiun, pusat

perbelanjaan dan kampus. Dalam materi ini kami akan memfokuskan diri terhadap

tindakan kriminal yang berada di wilayah kampus.

Tingkat kriminalitas di Kota Depok masih tinggi. Tindakan kejahatan,

seperti pencurian barang, masih membayangi warga masyarakat. Banyak kasus

yang belum tertangani dengan baik oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan

pemberitaan yang dilakukan oleh media massa Tempo Interaktif, tertanggal 3

Januari 2010, sepanjang tahun 2009 terdapat 603 kasus pencurian kendaraan

bermotor, namun hanya sekitar 75 kasus yang berhasil diselesaikan oleh polisi,

sekitar 12 % dari jumlah total kasus pencurian. Angka kejadian kasus perbulannya

mencapai 10 hingga 15 kasus. Dan angka ini terus meningkat di bulan Januari,

Februari, Mei, dan November mencapai 45 hinga 50 kasus perbulannya. Di tahun

2010, kasus pencurian kendaraan bermotor masih menjadi perhatian Kepolisian

Resor Depok36.

Terkait dengan isu yang berkembang tentang pencurian pada khususnya di

kalangan mahasiswa UI juga heboh dengan tidak sedikitnya laporan kehilangan

barang berharga, sehingga kasus pencurian ini bukan hanya mengancam

mahasiswa, tetapi warga masyarakat setempat secara keseluruhan. Isu tentang

kasus pencurian ini terus menyebar seiring dengan meningkatnya kasus-kasus

pencurian tersebut. UI merupakan universitas di Depok dengan jumlah mahasiswa

yang terbanyak yang memiliki cakupan wilayah yang luas. Beberapa daerah yang

berada di sekitar UI seperti Kober, Belakang Rel (Barel), Pondok Cina, Kukusan

Kelurahan (Kukel) dan Kukusan Teknik (Kutek) adalah kawasan yang sering

35 Nurul Amanah. Fenomena Kriminalitas di Indonesia. https://www.academia.edu/7245746/Fenomena_Kriminalitas_di_Indonesia diakses pada

tanggal 27 September 2016 36https://manshurzikri.wordpress.com/2010/11/07/tugas-dari-dosen-hubungan-kondisi-lingkungan-dan-reaksi-sosial-masyarakat-dengan-kasus-pencurian-di-kawasan-kukusan-

teknik-lingkungan-universitas-indonesia/ diakses pada tanggal 27 September 2016

Page 81: Download [3.72 MB]

74

menjadi daerah tempat tinggal dari mahasiswa. Berdasarkan pertimbangan itu, ada

asumsi bahwa kasus pencurian yang menimpa wilayah UI memiliki tingkat

kerugian yang besar dan membuka peluang yang cukup besar bagi pelaku

pencurian.

Keamanan dan ketertiban yang dirasakan di UI semakin menurun,

mengingat banyak sekali permasalahan kriminal yang tindak kunjung selesai.

Permasalahan tersebut terus menambah dan bervarietas dimana memiliki modus

operandi yang bermacam-macam. Meskipun sampai saat ini ada Pengamanan

Lingkungan Kampus UI sebagai Unit Pelaksana Teknis yang bertugas untuk

menjaga keamanan dan ketertiban kampus UI, namun dirasakan oleh civitas

academica masih belum maksimal dalam menjalankan perannya sebagai protector

of the campus.

Selama kurun waktu 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 - 2015, UI telah

mengalami banyak gangguan keamanan dan ketertiban. Gangguan tersebut

bermacam – macam seperti hilangnya barang milik mahasiswa (laptop, dompet,

tas, motor). Sebagai contoh, kasus yang terjadi di Fakultas Hukum. Pada saat

kegiatan mahasiswa berlangsung, beberapa orang yang mengaku sebagai senior

dari organisasi tersebut berpura-pura masuk ruangan untuk menghadiri rapat yang

sedang berlangsung. Ketika sedang istirahat orang-orang tersebut mengambil 3

buah laptop dan kabur dari ruangan. Meskipun tertangkap CCTV, pelaku tidak

dapat ditangkap karena keterlambatan pelaporan kejadian. Kasus lainnya terjadi

juga di Fakultas Hukum. Saat itu, ruang student centre menjadi tempat penitipan

barang-barang untuk kegiatan mahasiswa seperti televisi dan kamera. Barang-

barang tersebut hilang dicuri oleh orang tak dikenal. Aksi pelau sempat tertangkap

CCTV namun pelaporan kejadian lagi-lagi terlambat.

Kecelakaan lalu lintas menjadi contoh lain yang tidak bisa dibiarkan

begitu saja. Pada tahun 2015 terdapat beberapa orang di wilayah kampus UI

mengendarai mobil berlaju kencang. Mobil tersebut menabrak beberapa orang,

diantaranya satpam yang mencoba memberhentikan kendaraan tersebut.

Kecelakaan ini menyebabkan luka-luka. Masih abnyak contoh lain kecelakaan

yang terjadi di UI dengan pengendara orang diluar UI. Hal ini menunjukkan

Page 82: Download [3.72 MB]

75

bahwa kecelakaan lalu lintas di dalam UI menjadi permasalahan yang patut dicari

solusinya.

Berdasarkan data PLK pada tahun 2013, gangguan keamanan ketertiban di

UI ditemukan sebanyak 141 kasus. Kasus tersebut didominasi oleh kasus

kecelakaan lalu lintas sebanyak 60 kasus dan pencurian sebanyak 42 kasus.

Selanjutnya pada tahun 2014 sebanyak 183 kasus yang terdiri atas kecelakaan lalu

lintas dan pencurian masing – masing sebanyak 65 kasus. Pada tahun 2015 sampai

bulan Maret, telah terjadi gangguan keamanan dan ketertiban sebanyak 25 kasus

yang di dominasi oleh kasus kecelakan lalu lintas sebanyak 16 kasus dan

pencurian sebanyak 7 kasus.

Berdasarkan data PLK selama tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2013

sampai dengan awal 2015 sebaiknya UI mengkaji kembali aksesibilitas

masyarakat umum di ke wilayah UI dan pengaruhnya pada keamanan.

Berdasarkan data, mahasiswa UI yang mengalami kasus pelecehan seksual

sebanyak 29 kasus, penipuan sebanyak 21 kasus, serta gangguan secara umum

dari orang asing sebanyak 6 kasus. Sebagai contoh, kasus penipuan di dekat

menara air UI dengan modus pelaku mengaku sebagai warga Barel yang merasa

dirugikan dan meminta ganti rugi kepada mahasiswa UI yang kebetulan melintas

di daerah tersebut.

Kriminalitas yang terjadi di UI salah satunya disebabkan kurangnya

penerangan di beberapa titik di dalam kampus UI seperti Pusat Kegiatan

Mahasiswa (Pusgiwa), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam(FMIPA),Vokasi, Jembatan Teknik - Sastra (Teksas), jalanan antara Fakultas

Teknik dan Pusgiwa, menara air dan di Fakultas Farmasi. Setidaknya ada 4 lampu

rusak di Jembatan Teknik - Sastra yang tidak dengan segera diperbaiki sehingga

menyulitkan pejalan kaki di malam hari ketika melewati jembatan tersebut. Pos

satpam yang ada saat ini berjumlah 25 pos. Jumlahnya ini masih kurang untuk

area seluas UI. Pos satpam yang ada terkadang tidak ada penjagaan. Meskipun

begitu kami mengapresiasi adanya tambahan pos satpam di bawah gedung annex

di dekat balairung yang memang sangat krusial karena sering kali terjadi tindakan

kriminal.

Page 83: Download [3.72 MB]

76

Selanjutnya, alasan mengapa banyaknya kejadian kriminalitas di kampus

UI menurut kami adalah dengan belum cukupnya CCTV yang dipasang pada spot

yang tepat sehingga blind spot di beberapa tempat masih ada dan diketahui oleh

para pelaku kriminal yang akan beraksi. Ttempat parkir yang luas dan satpam

yang jumlahnya kurang banyak dalam menjaga kendaraan bisa menjadi latar

belakang diperlukannya CCTV di tempat parkir. Tidak sedikit barang-barang

dalam kendaraan yang diparkir di Mesjid UI diambil oleh pencuri dan sama sekali

tidak dapat dibuktikan karena tidak ada CCTV yang memantau parkiran Mesjid

UI.

Permasalahan keamanan merupakan dapat ditangani dengan koordinasi

banyak pihak. Koordinasi antara PLK dengan petugas keamanan masing-masing

fakultas perlu diperkuat. Mahasiswa sendiri kurang peduli dengan isu keamanan

di Kampus UI sebagai akibat kurangnya sosialisasi mengenai keamanan di

Kampus UI dan cara penangulangannya. Nomor-nomor darurat seharusnya

disosialisasikan kepada mahasiswa dengan cara memberikan pamflet, stiker atau

memasang baliho di titik-titik pertemuan banyak orang seperti stasiun UI dan

stasiun Pondok Cina.

Berdasarkan pemaparan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat di

implementasikan di UI untuk mengurangi angka kriminalitas. Pertama,

mekanisme buka tutup portal yang teratur, jelas, dan tidak menyulitkan

mahasiswa untuk melakukan mobilitasnya. Kedua, penambahan personil satpam

yang berjaga di setiap fakultas diharapkan dapat meminimalisasi tindakan

kriminal. Ketiga, pemberlakuan patroli keliling secara konsisten yang dilakukan

oleh PLK agar dapat mengurangi kegiatan kriminal yang terjadi di tempat sepi

seperti jalan yang berada antara Fakultas Teknik dan Asrama yang biasa dikenal

dengan “Jalan Cinta”. Patroli keliling yang dilakukan secara konsisten oleh PLK

dan bekerja sama dengan penjaga keamanan setiap fakultas diharapkan dapat

meminimalisasi kegiatan kriminal yang tidak diinginkan. Penambahan penerangan

di tempat – tempat yang kurang mendapatkan penerangan secara efisien, seperti di

dekat daerah Vokasi untuk penerangan masih sangat kurang dan memperbaiki

lampu-lampu yang rusak seperti yang ada di Jembatan Teknik-Sastra. Selanjutnya

adalah penambahan pengawasan elektronik oleh perangkat CCTV. Masih banyak

Page 84: Download [3.72 MB]

77

gedung – gedung dan daerah di UI yang tidak terliput oleh CCTV sehingga

kegiatan kriminal bisa dilakukan dengan mudah. Terakhir adalah mengadakan

sosialisasi terhadap seluruh elemen yang terlibat dalam kegiatan kampus untuk

lebih berhati-hati terhadap kriminal dan perlu koordinasi dari seluruh stakeholder

untuk menjaga keamanan UI.

Kebijakan Penutupan Gerbatama di atas Pukul 23.00

Salah satu kebijakan UI dalam menangani masalah keamanan di UI adalah

penutupan gerbang masuk utama UI di atas pukul 23.00. Terkait dengan kebijakan

ini, Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI 2016

melakukan survei terhadap mahasiswa UI. Survei dilakukan dengan metode non

probability sampling dan meilbatkan sebanyak 1144 responden. Hasilnya, 86,2%

responden mengetahui atau memahami tentang kebijakan penetupan Gerbatama

UI sedangkan sisanya sebesar 13,8% tidak memahami.

Terkait dengan latar belakang diberlakukannya kebijakan tersebut, yaitu

adanya tindakan kriminal pada malam hari, sebanyak 63,9% mahasiswa

mengetahui adanya kejadian tersebut dengankan sisanya sebanyak 36,1%

mahasiswa tidak mengetahuinya.

Page 85: Download [3.72 MB]

78

Hal yang sudah kita ketahui bersama adalah mahasiswa UI masih banyak

yang beraktivitas di kampus hingga di atas pukul 23.00 dengan berbagai macam

aktivitas. Berdasarkan dari hasil survei, Enam dari sepuluh mahasiswa UI (55,6%)

beraktifitas di kampus hingga diatas pukul 23.00 dalam hal organisasi dan

kepanitiaan, tiga orang lainnya mengerjakan tugas (28, 5%) dan sisanya menjalani

latihan lomba maupun aktifitas lainnya dalam menunjang performa akademis dan

sosialnya.

Seberapa sering mahasiswa melakukan aktivitas di atas pukul 23.00 di

kampus? Hasil survei memperlihatkan 9,3 % mahasiswa UI juga memiliki

frekuensi yang tinggi yaitu 5 kali dalam satu minggu untuk beraktifitas lebih dari

pukul 23.00 di kampus, 33,3% mahasiswa UI menghabiskan waktu sebanyak 3-5

hari perminggu, dan 34,1% menghabiskan waktu sebanyak 1-2 hari perminggu.

Lalu, bagaimana sikap mahasiswa terhadap kebijakan ini? Sebanyak 79,5%

mahasiswa Universitas Indonesia tidak setuju atas kebijakan penutupan

gerbatama pada pukul 23.00 WIB.

Page 86: Download [3.72 MB]

79

Di sisi lain, mahasiswa memberikan pendapat tentang upaya peningkatan

keamanan di UI. Menurut sebagian mahasiswa Universitas Indonesia (53,8%)

setuju apabila dilakukan penambahan penjaga keamanan, dan (25,7%) setuju

dilakukan penambahan CCTV dikawasan kampus UI. Mahaiswa setuju jika

diwajibkan meninggalkan kartu identitas seperti KTP/SIM/KTM (82%) di Pos

penjagaan sekitar pintu gebatama Universitas Indonesia untuk mengakses UI

diatas pukul 23.00WIB.

Menurut mahasiswa UI, akses gerbatama dapat dibuka untuk pihak-pihak

tertentu saja seperti mahasiswa (82,7%), orang tua (60,3%) serta pihak luar yang

memiliki urusan jelas seperti ambulance, pemadam kebaran, jemputan seperti

ojek/taksi (7,7%).

Page 87: Download [3.72 MB]

80

Pemamaparan di atas menunjukkan bagaimana pandangan mahasiswa UI

terhadap keamanan di UI dan kebijakan penutupan Gerbatama di atas pukul 23.00.

Hal lain yang kami soroti dari kebijakan ini adalah proses pengambilan kebijakan

yang sepihak tanpa adanya diskusi dengan mahasiswa. Inilah yang menjadi

keributan di awal oenerapan kebijakan. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahui

kebijakan ini dan merasa kaget. Mungkin hal inilah pula yang menyebabkan

mayoritas mahasiswa tidak setuju dengan kebijakan ini berdasarkan survei.

Kebijakan Gerbatama ini merupakan contoh kecil dimana pembuatan kebijakan di

UI belum sepenuhnya melibatkan mahasiswa sebagai stakeholder terbesar di

kampus, padahal kebijakan yang dikeluarkan UI tak jarang objek terbesarnya

adalah mahasiswa. Kami berharap lebih banyak pelibatan secara luas bagi

mahasiswa dalam kebijakan yang dibuat UI terutama yang memiliki dampak

lagsung ke mahasiswa.

Pelayanan Bis Kuning

Mahasiswa UI berjumlah lebih dari 8000 mahasiswa telah menggunakan

atau setidaknya mengenal transportasi publik di kampus yaitu Bis Kuning UI.

Page 88: Download [3.72 MB]

81

Sehari – hari Bis Kuning atau Bikun telah mengitari kampus UI untuk mengantar

mahasiswa ke fakultas masing – masing. Bisa dikatakan bahwa Bikun ini

merupakan nyawa dari sekian banyak mahasiswa karena banyak mahasiswa

bergantung terhadap Bikun sebagai transportasi gratis.

Di sisi lain, besarnya tuntutan akan pemenuhan kebutuhan bikun

menyimpan dilema. Kebijakan baru dari rektorat yang membuat jeda antar satu

bikun dengan bikun lain selama 6 menit memberikan dampak. Sopir Bikun yang

sangat loyal dalam melakukan pekerjaan hak – hak nya pun kurang terpenuhi. Hak

– hak sopir yang kurang terpenuhi adalah waktu makan dan beribadah di jam

12.00 dan di jam 18.00. Hal ini dapat berpotensi pada kurang optimalnya kerja

sopir, mogoknya para supir, atau pengunduran diri. Terkait hal ini, Departemen

Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016 telah melakukan

survey kepada mahasiswa untuk mencari solusi nya sekaligus pula mencari tahu

pandanga mahasiswa terkait fasilitas dan kepuasan mereka terhadap pelayanan

Bikun.

Sebanyak 354 responden berpartisipasi dalam survei ini. Persebaran

angkatan responden pun beragam yaitu sebanyak 41,5% angkatan 2015, 38,4%

angkatan 2014, 16,4% angkatan 2013 dan sisanya merupakan angkatan 2012 dan

ke atas. Sebanyak 68,6% responden tidak mengetahui adanya kebijakan baru

tersebut. Selanjutnya terkait dengan skala kepuasan dalam pelayanan Bikun, dari

skala 1 – 5, sebesar 40,7% memiliki kepuasan pada skala 4 dan 37,5% menilai

kepuasan mereka terhadap pelayanan Bikun di angka 3. Hanya sedikit yaitu

sebesar 2,8% yang menilai pelayanan Bikun di skala 1.

Selanjutnya, di dalam survey tersebut kami menanyakan kepada

mahasiswa apa saja kendala yang sering dihadapi oleh mereka selama naik Bikun.

Sebesar 79,4% responden menganggao ketepatan waktu Bikun dalam hadir di

halte – halte sebagai kendala. Fasilitas seperti halte yang kurang penerangan

merupakan kendala yang dirasakan oleh 45,5% responden. Kenyamanan

merupakan kendala yang dialami selanjutnya oleh 30,5% responden dan

Keamanan sebanyak 27,7%. Dengan adanya data ini, diharapkan adanya suatu

perbaikan terkait dengan fasilitas – fasilitas agar mahasiswa semakin gemar

Page 89: Download [3.72 MB]

82

menggunakan Bikun dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. CCTV di dalam

Bikun merupakan hal yang di inginkan oleh 79,4% responden. Perbaikan terhadap

Air Conditioner (AC) di dalam Bikun disarankan oleh 47,5% responden karena

tidak semua Bikun memiliki AC yang sejuk. Terakhir adalah terkait dengan

kebersihan Bikun yang menurut 36,7% responden perlu ditingkatkan lagi.

Terkait dengan hak – hak sopir Bikun yang sebelumnya telah disinggung,

beberapa solusi diajukan oleh mahasiswa. Sebanyak 60,7% responden

menyatakan bahwa sebaiknya agar hak – hak tersebut terpenuhi, rektorat

sebaiknya menambah jumlah supir Bikun dan memberikan waktu jeda antar jam

12.00 – 12.30 dan 18.00 – 18.30 untuk beribadah dan makan. Ini merupakan ide

yang sangat baik dalam memenuhi hak – hak supir Bikun yang selama ini telah

dengan sabar melayani para mahasiswa dalam mengantar mereka dari satu halte

ke halte lainnya.

Oleh sebab itu, terkait dengan kajian mengenai Bis Kuning ini,

Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UI periode 2016

mengharapkan adanya suatu perubahan menuju kebaikan, agar lebih nyaman bagi

para pihak, yaitu pihak supir Bis Kuning, Rektorat dan Mahasiswa. Ini merupakan

hal yang baik untuk dilakukan untuk meningkatkan integrasi yang baik antara para

pihak dan agar tidak ada saling yang dirugikan dan menjadi suatu kemungkinan

untuk terjadi konflik. Kami mengharapkan pihak Rektorat bersedia untuk

mendengar atas saran yang diberikan oleh mahasiswa UI terkait dengan fasilitas

Bis Kuning dan sopir Bis Kuning.

Permasalahan Dana Kemahasiswaan

BEM UI sebagai organisasi yang berada dalam naungan direktorat

kemahasiswaan tentunya memiliki hak untuk mendapatkan pendanaan dalam

penyelenggaraan program kerja BEM UI. Terdapat beberapa macam dana yang

diberikan Rektorat melalui Direktorat kemahasiswaan, yaitu dana operasional

yang diberikan setiap bulan dan bantuan dana kegiatan. Penentuan besaran dana

bantuan kegiatan dapat dibedakan menjadi dua cara. Jenis pertama, beberapa

Page 90: Download [3.72 MB]

83

program kerja BEM UI besaran dana bantuan kegiatan sudah ditentukan di awal

tahun. Biasanya ini dilakukan untuk program kerja yang sudah cukup besar dan

rutin setiap tahunnya diselenggarakan oleh BEM UI. Jenis kedua adalah besaran

dana bantuan kegiatan ditentukan setelah BEM UI mengajukan permohonan

bantuan dana.

Permasalahan yang ingin kami angkat terkait bantuan dana adalah besaran

dana yang kami dapatkan pada tahun 2016 relatif lebih kecil dibandingkan dengan

tahun lalu. Hal ini kami ketahui sebagai dampak atau akibat pemotongan yang

dilakukan oleh keuangan UI pada pos anggaran Direktorat Kemahasiswaan.

Sebagai contoh kegiatan Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI (OIM UI) pada tahun

2016 hanya mendapatkan dana bantuan sebesar 19,5 juta. Padahal, pada beberapa

tahun sebelumnya program ini mendapatkan dana sebesar 70 juta. Bantuan dana

untuk program kerja untuk BEM UI 2016 relatif lebih kecil dibandingkan tahun

sebelumnya. Kami belum bisa memaparkan data perbandingan karena belum

selesainya rekap LPJ kegiatan BEM UI 2016. Apabila proses ini telah selesai,

kami dapat menunjukkan tren perbedaannya.

Kami berharap bahwa pada tahun depan kegiatan BEM UI menjadi

prioritas dalam hal pendanaan atau seminimlanya kegiatan BEM UI tidak

dijadikan prioritas utama jika ada pemotongan dana terutama kegiatan yang

terkait dengan pelayanan terhadaop warga fakultas atau kegiatan yang selalu

diikuti oleh warga UI secara luas. Hal ini untuk menghindari dampak negatif yang

begitu luas juga karena program kerja yang kekurangan dana.

Permasalahan Renovasi Beberapa Fasilitas di UI

Pada tahun 2016 ini UI merencanakan renovasi untuk beberapa fasilitas di

kampus. Pada dasarnya mahasiswa sangat mendukung renovasi yang dilakukan

oleh pihak UI apalagi kalau memang ditujukan untuk optimalisasi kegiatan

kemahasiswaan. Namun, kami menyoroti informasi proses renovasi yang tidak

begitu jelas. Sebagaimana yang kami ketahui bahwa proses renovasi harus melalui

tender yang dilakukan oleh pihak Direktorat Logistik sedangkan DPPF berwenang

Page 91: Download [3.72 MB]

84

dalam memutuskan izin penggunaan fasilitas termasuk kapan penutupan gedung

untuk renovasi.

Pada tahun 2016, UI merencanakan renovasi pada gymnasium dan balai

sidang. Evaluasi dari kami adalah penutupan gedung yang terlalu cepat dengan

alasan renovasi padahal renovasi belum dumulai karena tender yang dilakukan

oleh Direktorat Logistik belum selesai. Hal ini menyulitkan mahasiswa yang ingin

menggunakan fasilitas tersebut mengingat kebutuhan akan ruangan begitu tinggi.

Mahasiswa sempat mengalami keningungan dan kekhawatiran karena gymnasium

sebagai tempat olahraga untuk Ukor dan kompetisi olahraga yang dimiliki BEM

UI maupun Fakultas tidak bisa digunakan berdasarkan keterangan DPPF. Waktu

oengerjaan renovasi sangat disayangkan direncanakan pada buan yang padat akan

acara olahraga. Kasus yang sama terjadi pada balai sidang.

Beruntungnya permasalahan ini dapat diatasi dengan aktifnya BEM UI

dalam menanyakan perkembangan proses tender pengerjaan renovasi. Selain itu

BEM UI aktif melakukan negosiasi penggunaan fasilitas untuk kegiatan

kemahasiswaan. Meskipun dapat diatasi, kami menyarankan bahwa kedepan

rencana renovasi yang akan dilakukan oleh pihak UI terutama pada fasilitas

dengan kebutuhan pemakaian yang tinggi di kalangan mahasiswa dapat

diinformasikan sejak awal tahun beserta timeline rinci yang dimiliki UI. Selain itu

ada baiknya mahasiswa dilibatkan dalam rencana renovasi tersebut terutama

dalam hal menentukan renovasi semacam apa yang dibutuhkan dan waktu

pengerjaan renovasi yang tepat.

Page 92: Download [3.72 MB]

85

ASPIRASI BEM FAKULTAS KEDOKTERAN

1. Lapangan

Keberadaan lapangan di RIK menjadi salah satu kebutuhan bagi

mahasiswa FKUI yang berkuliah di Depok. Hal ini dikarenakan

banyaknya seminat-seminat olahraga yang ada di FKUI, diantaranya

futsal, basket,voli, dan bulu tangkis. Seminat-seminat tersebut

membutuhkan lapangan untuk latihan rutin maupun persiapan dalam

perlombaan. Selama ini, apabila ingin menggunakan lapangan, mahasiswa

FK terpaksa menyewa lapangan yang ada di sekitar UI. Tentunya, hal ini

membutuhkan banyak dana karena latihan yang dilakukan bersifat rutin

tiap minggu dan intensif tiap hari apabila dalam persiapan lomba.

Ditambah lagi, seminat yang membutuhkan lapangan tidak hanya satu dan

biaya sewa lapangan tidaklah murah. Jika diakumulasikan, dana yang

digunakan hanya untuk lapangan saja sangatlah banyak.

Menghadapi kondisi ini, BEM IKM FKUI telah mengajukan surat

permohonan penyediaan lapangan bagi mahasiswa FK ke Direktur

Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas UI. Namun, sampai sekarang,

belum ada kejelasan mengenai hal ini. Permasalahan lapangan ini juga

telah dibawa ke Sosialisasi Fasilitas UI yang diadakan oleh bagian

Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas UI. Solusi yang diberikan pada

saat itu adalah pembangunan sports centre. Namun, solusi yang diberikan

ini hanyalah solusi jangka panjang mengingat bahwa pembangunan sports

centretentunya menghabiskan waktu yang lama. Apalagi,sampai sekarang,

target waktu pembangunan sportc centre belum ada dikarenakan alasan

dana. Oleh sebab itu, kami mengharapkan solusi jangka pendek untuk

permasalahan yang terjadi di fakultas kami. Tentunya, kami sangat

mengharapkan pembangunan lapangan di lingkungan RIK apabila ini

memungkinkan bagi pihak UI. Jika tidak, kami berharap pihak UI

menyediakan alternatif lain, seperti pengalihfungsian lapangan yang

kurang terpakai di UI khusus untuk FK.

Page 93: Download [3.72 MB]

86

2. Biaya Pendidikan Klinik

Masalah lain yang dihadapi oleh mahasiswa FK adalah

ketidakjelasan mengenai sistem biaya pendidikan klinik. Hal ini dialami

oleh mahasiswa tingkat 4, peralihan dari mahasiswa preklinik menjadi

klinik. Pada masa peralihan tersebut, sistem SIAKNG mahasiswa tingkat 4

akan berubah sehingga mahasiswa yang sebelumnya BOPB harus

mengajukan perpanjangan ke fakultas. Namun, sampai sekarang, belum

ada kejelasan ataupun sosialisasi dari pihak UI mengenai sistem biaya

pendidikan manakah yang berlaku bagi mahasiswa FKUI yang akan

memasuki klinik, apakah mengikuti sistem biaya pendidikan yang baru

(BOPB dan BOPP) atau tetap dengan sistem yang lama (BOPB). Oleh

karena itu, kami mengharapkan sosialisasi secepatnya mengenai sistem

biaya pendidikan untuk mahasiswa klinik FKUI.

Page 94: Download [3.72 MB]

87

Aspirasi Fakultas Kedokteran Gigi

Permasalahan yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi masih cukup banyak,

berikut ini adalah beberapa permasalahan yang kami rasa merupakan sebuah

permasalahan yang dapat dipecahkan dengan adanya campur tangan pihak

rektorat. Permasalahannya antara lain:

1. Permasalahan Parkir

Permasalahan parkir cukup meresahkan terutama kegiatan parkir yang ada

di kampus Salemba. Permasalahan yang kami rasa adalah masalah tarif

parkir yang menurut hasil diskusi serta kajian kami masih tergolong

mahal. Dalam perspektif kami seharusnya peningkatan atau kenaikan

biaya parkir harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan parkir itu

sendiri. Dalam beberapa investigasi yang kami lakukan terdapat beberapa

kekurangan :

Terbatasnya jumlah lahan parkir, selain terbatasnya jumlah lahan

parkir akibat banyak sekali lahan parkir yang hanya dikhususkan

untuk orang-orang tertentu. Apabila hendak menggunakan lahan

parkir tersebut kita harus meminta izin serta memberikan sejumlah

uang kepada satpan atau petugas yang sedang bertugas.

Ketidakteraturan lahan parkir yang ada di Salemba, merupakan

satu dari banyak hal yang menjadi sorotan.

Pada awal tahun 2016 ini kami melakukan advokasi untuk

menanyakan masalah parkir di Salemba kepada Bagian DPPF UI,

bertemu langsung dengan Pak Ganjar. Beliau menuturkan bahwa

akan dibangunnya lahan parkir baru bertingkat di dekat area

kampus pascasarjana FE UI. Namun hingga kini belum diketahui

lagi progress dari hal tersebut.

Lahan parkir motor yang sangat terbatas di area kampus Fakultas

Kedokteran Gigi kembali menjadi sorotan, selain itu keamanan

mengenai fasilitas penitipan helm belum ada. Padahal diharapkan

dengan adanya kenaikan biaya parkir, seharusnya terjadi

Page 95: Download [3.72 MB]

88

peningkatan dan perbaikan fasilitas yang ada. Dari survei yang

kami lakukan masih banyak sekali sivitas yang mengeluh dengan

keadaan yang seperti itu.

2. Pengadaan Lapangan

Masalah lapangan yang sampai saat ini belum ada kejelasan dari

pihak fakultas serta universitas. Topik mengenai lapangan ini sebenarnya

sudah muncul sekitar 2 tahun lalu, semenjak adanya kepindahan Fakultas

Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi ke kampus Depok (Gedung

Rumpun Ilmu Kesehatan). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

mahasiswa selain kegiatan akademik adalah kegiatan non-akademik

berupa olahraga. Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi pada

khususnya merasa memiliki keterbatasan akses dalam menggunakan

lapangan yang ada di UI. Sehingga FK dan FKG sudah mencoba

melakukan advokasi untuk membangun lapangan di RIK, namun hasilnya

nihil.

Pihak universitas sudah mengeluarkan statement sebenarnya untuk

menyelesaikan masalah ini, yaitu dengan adanya pengaturan jadwal

mengenai penggunaan stadion dan gymnasium serta penggunaan faculty

club untuk kegiatan olahraga yang dibutuhkan oleh fakultas-fakultas

terutama fakultas yang tidak memiliki sarana olahraga sendiri. Selain itu

universitas juga menjanjikan untuk membuatkan sebuah sarana olahraga

baru yang teritegrasi dan bisa digunakan oleh semua fakultas. Namun hal

tersebut sampai saat ini belum ada keberlanjutannya karena sebenarnya

cukup mengganggu kegiatan akademik berupa kegiatan olahraga yang

harus dilakukan di luar universitas dan membutuhkan dana yang tidak

sedikit hanya untuk sekadar melakukan kegiatan olahraga.

3. Kegiatan Klinik (Koass Fakultas Kedokteran Gigi)

Tidak dipungkiri bahwa beberapa fakultas, salah satu di antaranya

adalah FKG memiliki jenjang pendidikan lanjutan (pendidikan profesi)

sebagai lanjutan dari program Strata 1. Masalah yang ada di pendidikan

profesi sangat banyak, namun salah satu diantaranya adalah mengenai

Page 96: Download [3.72 MB]

89

biaya profesi yang cukup mahal sehingga memberatkan beberapa

mahasiswa di FKG. Salah satu akibat yang ada dari hal tersebut adalah

masih adanya mahasiswa yang tidak mampu melanjutkan kegiatan

profesinya karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan baik dari

kegiatan profesi maupun pembayaran akademik tiap semesternya.

Laporan terakhir menyebutkan bahwa masih ada mahasiswa yang

memiliki tunggakan cukup besar sehingga tidak mampu melanjutkan

kegiatan profesinya. Tunggakan yang cukup tinggi juga tidak diketahui

oleh banyak pihak. Harapan terbesar dalam masalah ini adalah adanya

keterlibatan fakultas serta universitas dalam membantu masalah yang

terjadi pada mahasiswa profesi. Salah satu hal yang diharapkan adalah

memberikan bantuan berupa materi kepada mahasiswa tersebut serta

memberikan toleransi dalam hal tunggakan dan dibantu penyelesaiannya.

Agar hal ini tidak lagi terulang dan semua harapan para mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi dapat tercapai.

Page 97: Download [3.72 MB]

90

Aspirasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Rekor Atau Rektor?

Universitas Indonesia merupakan salah satu universitas yang ada di

Indonesia. Ia juga merupakan salah satu universitas yang katanya memiliki

peringkat tertinggi di Indonesia. Tak terasa waktu demi waktu telah terlewati

dalam masa kepemimpinan ayah tercinta Bapak Rektor Universitas Indonesia.

Dalam pelayanannya pada masa kepemimpinannya saat ini, apakah sudah sesuai

dengan peringkat tersebut, UI ini sudah cukup dikatakan layak atau bahkan itu

hayalah rekor belaka agar tercatat sebagai sejarah dalam masa kepemimpinannya?

Banyak evaluasi yang telah disampaikan dengan keluarnya survey yang

dilakukan oleh BK MWA UI UM. Hal tersebut sangatlah kami dukung dan

disambut dengan baik sebagai salah satu cara untuk menyampaikan keluh kesah

dari mahasiswa FMIPA untuk Bapak. Ada beberapa poin yang dirasa kami

fokuskan, diantaranya terkait biaya pendidikan, fasilitas di UI, dan fasilitas di

fakultas.

Biaya pendidikan merupakan salah satu topik bahasan yang mungkin

sudah banyak pembicaraannya. Kami tidak bosan untuk mengingatkan kembali

bahwa UI merupakan kampus rakyat bukan kampus elitis walau memang elitis

pun merupakan bagian dari rakyat. Biaya pendidikan saat ini, dirasa masih cukup

mahal bagi beberapa mahasiswa, terlebih dengan publikasi pemilihannya, tata cara

membayarnya, dan mekanisme updatenya yang masih jauh dari masif. Hasil

survey pun menunjukkan bahwa memang informasi tersebut kebanyakan didapat

dari lembaga kemahasiswaan, bukan dari pihak rektorat ataupun dekanat. Sebuah

kualitas yang baik atau rekor yang tinggi, tidak harus dibayar dengan biaya yang

tinggi pula. Kami rasa, UI masih bisa mengencangkan pendanaan jalur ventura

agar biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa bisa lebih rakyat

kembali. Bukankah itu juga merupakan sebuah rekor bila UI merupakan

universitas dengan biaya pendidikan sangat murah dengan peringkat universitas

Page 98: Download [3.72 MB]

91

tertinggi dan terbaik di Indonesia? Kami rasa jawabannya iya.

Fasilitas di UI dirasa masih cukup baik, namun memang masih adanya

beberapa hal yang terpikirkan oleh kami. Fasilitas di UI perlu adanya penjagaan

dan perawatan yang baik dan sesuai dengan tujuan diadakannya fasilitas tersebut.

Sebutlah lampu jalan, tujuannya agar di jalan UI tidaklah gelap, di samping itu

agar tindak yang senonoh tidak terjadi di kawasan UI, namun pada eksekusinya,

masih banyak lampu jalan yang tidak menyala atau bahkan tidak ada lampu jalan

pada luas kawasan tertentu dan masih banyak lagi terkait fasilitas di UI yang perlu

diadakan, dijaga, dan dirawat dengan baik.

Lain halnya dengan fasilitas di UI, fasilitas di fakultas dirasa masih

banyak yang perlu diadakan dan dimanfaatkan dengan optimal. Layaknya sebuah

alat pembantu, fasilitas yang ada bukanlah suatu barang yang hanya didiamkan

tidak dipakai atau bahkan hanya sebagai pajangan agar terlihat elegan. Mungkin

memang masih sulit untuk pengadaan secara cepat, tapi kami ingin agar

pengadaan fasilitas ataupun renovasi fasilitas yang ada tetap berjalan walaupun

secara berkala, bukan hanya janji manis belaka. Setelah ada ataupun telah

direnovasi, jangan sampai dipersulit pemakaiannya dengan alasan mengotori atau

merusak fasilitas tersebut setelah digunakan. Apa gunanya ada fasilitas tersebut

jika hanya sebagai pajangan dan tidak bermanfaat bagi elemen fakultas yang ada?

Kami pun sadar bahwa fasilitas tersebut merupakan milik bersama, bukan hanya

milik jajaran pimpinan dekanat atau rektorat. Fasilitas tersebut pula harus dijaga

dan dirawat bila telah dipakai. Kami ingin agar pemakaian fasilitas yang ada

dipermudah dan kita bekerja sama untuk menjaga serta merawatnya dengan baik.

Tulisan ini kami buat bermaksud untuk evaluasi Bapak Rektor tercinta,

tentunya dalam eksekusinya, kami pun tidak akan lepas tangan. Kami sadar bahwa

membangun UI ini bukan hanya soal rektor saja, namun elemen lain juga ikut

berperan aktif di dalamnya. Bila kami diminta untuk memilih rekor UI tinggi,

baik, dan bermanfaat atau rektor yang mencintai mahasiswanya, kami akan

memilih rekor UI tinggi, baik, dan bermanfaat dengan dipimpin oleh rektor yang

Page 99: Download [3.72 MB]

92

mencintai mahasiswanya. Semoga dengan tulisan ini, aspirasi kami sebagai

mahasiswa khususnya mahasiswa FMIPA dapat tersampaikan dan menjadi

semangat lebih dalam membangun Kampus UI tercinta ini sehingga kita tidak

hanya mengejar sebuah rekor saja, namun rekor yang memiliki manfaat yang

lebih banyak untuk UI sendiri dan Indonesia.

Page 100: Download [3.72 MB]

93

Aspirasi Fakultas Hukum

Evaluasi Rektor

1. Biaya Pendidikan

Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan

sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari

angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk

Rektor terkait biaya pendidikan di Universitas Indonesia.

Pertama, dari hasil survey mengenai pengetahuan mahasiswa terhadap

sistem pembayaran di Universitas Indonesia, mekanisme pembayaran Biaya

Operasional Pendidikan (BOP) baik yang Berkeadilan (BOPB) maupun

Pilihan (BOPP) dengan metode Cicil tidak banyak diketahui oleh mahasiswa.

Padahal, metode Cicilan ini sangat membantu mahasiswa yang kesulitan

secara finansial dan faktanya banyak mahasiswa di FHUI yang mengajukan

permohonan pembayaran BOP dengan metode Cicil.Hal ini menunjukkan

bahwa pihak Rektorat kurang memberikan sosialiasi terhadap metode Cicil

(terlebih setelah metode cicil dihapuskan dari salah satu metode pembayaran

mahasiswa baru) dan ketidakseragaman informasi serta metode pembayaran

metode cicil antar fakultas di UI yang menimbulkan kebingungan dan

kerancuan. Seperti contoh, informasi mengenai pengajuan metode cicilan di

FH mengalami salah tanggal, yaitu sempat dilakukan pada pertengahan bulan

Juni 2016, padahal pengajuan metode cicilan baru dilaksanakan pada bulan

November 2016. Hal ini dikarenakan kurangnya briefing dari pihak

kemahasiswaan UI dengan pihak kemahasiswaan fakultas. Lalu, di FH

terdapat perubahan sistem cicilan, di mana pada awalnya cicilan dilaksanakan

3 kali dalam jangka waktu 3 bulan (Januari, Februari, dan Maret 2017),

sekarang cicilan dilaksanakan 3 kali dalan kurun waktu 23 Januari hingga 20

Februari 2017. Perubahan ini tidak didasarkan atas alasan yang jelas dan

kurang efektif karena jangka waktu antar cicilan yang masih

Page 101: Download [3.72 MB]

94

berdekatan.Seharusnya pihak Rektorat membuat mekanisme cicil yang saklek

bagi seluruh fakultas di UI sehingga tidak terdapat perbedaan seperti ini yang

memunculkan kerancuan.

Kedua, mengenai Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan

(BOPB).Dari hasil survey, 71.1% mahasiswa FHUI mengaku tidak mengurus

berkas BOPB yang seharusnya merupakan HAK dasar bagi mahasiswa

UI.Setelah kami teliti lebih lanjut terdapat beberapa alasan mendasar yang

menyebabkan banyak mahasiswa FHUI tidak mengurus berkas BOPB.Alasan

pertama ialah mereka kurang mengenal dan mengerti sistem pembayaran

BOPB.Hal ini menunjukkan ketidakberhasilan sosialisasi pihak Rektorat

terkait sistem pembayaran ini.Alasan kedua, mereka menganggap bahwa

berkas-berkas yang perlu disiapkan cukup menyulitkan mahasiswa, khususnya

mahasiswa yang berasal dari luar daerah di mana cukup sulit mengirim berkas

yang dibutuhkan ke UI. Alasan ketiga, muncul stigma yang seolah-olah dibuat

oleh pihak Rektorat bahwa BOPB merupakan suatu "sistem bantuan bagi yang

tidak mampu", padahal BOPB merupakan mekanisme yang menyesuaikan

besaran BOPB dengan kemampuan penanggung BOP yang akan sangat

membantu mereka, dan hal itu tidak serta merta membuat mereka terlabel

"tidak mampu". Alasan terakhir ialah kadang penetapan BOPB tidak sesuai

dengan pengajuan dan kemampuan dari si penanggung, sehingga percuma

mengajukan berkas BOPB toh mereka masih membayar BOP melebihi

kemampuan penanggung.Saran yang ingin kami sampaikan kepada pihak

Rektorat mengenai biaya pendidikan ini ialah memasifkan informasi mengenai

semua mekanisme pembayaran di UI sebagai bentuk transparasi dari pihak

Rektorat.Dari hasil survey ditemukan bahwa mahasiswa lebih banyak

mendapat informasi mengenai sistem pembayaran dari lembaga mahasiswa

dan sedikit sekali mahasiswa yang mendapat informasi langsung dari pihak

Rektorat. Akan sangat lebih baik jika Rektorat yang langsung memasifkan

informasi sehingga terkesan transparan, resmi, dan akanmengurangi kesalahan

informasi.

Page 102: Download [3.72 MB]

95

2. Fasilitas di UI

Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan

sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar dari

angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa evaluasi untuk

Rektor terkait fasilitas di UI.

Pertama, masih banyak mahasiswa FHUI yang kurang memaksimalkan

pemakaian fasilitas yang telah disediakan oleh Universitas karena

ketidaktahuan mereka mengenai fasilitas tersebut. Lagi-lagi, pihak Rektorat

kurang masif dalam memberikan informasi mengenai fasilitas, cara

peminjaman, dan lain-lain.

Kedua, mahasiswa menganggap birokrasi peminjaman fasilitas cukup

sulit.Hal tersebut membuat mereka cukup enggan meminjam fasilitas UI dan

lebih memilih menyewa fasilitas dari luar UI yang jelas-jelas lebih merugikan

UI.

Ketiga, terdapat beberapa fasilitas dalam kondisi tidak bagus.Contoh :

Sepeda Kuning, jaringan internet Perpustakaan Pusat, Musholla Gymnasium,

dan lain-lain. Padahal, mendapatkan fasilitas yang memadai guna mendukung

kegiatan perkuliahan merupakan salah satu hak sebagai kontraprestasi atas

kewajiban mahasiswa membayar BOP, namun Rektorat tidak memenuhi

kewajibannya dengan baik.

Alasan terakhir ialah, mahalnya biaya sewa fasilitas di UI.Seperti

contoh adalah Faculty Club.

Saran yang ingin kami berikan terhadap Rektor mengenai fasilitas di

UI ialah lebih memasifkan lagi informasi seputar fasilitas UI, bekerja sama

dengan pihak fasilitas Fakultas, dan melakukan perawatan yang lebih intensif

terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di UI.

3. Fasilitas di Fakultas (FH)

Page 103: Download [3.72 MB]

96

Berdasarkan hasil survey evaluasi rektor yang dilakukan dengan

sampel mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang tersebar

dari angkatan 2013, 2014, 2015 dan 2016, kami memiliki beberapa

evaluasi untuk Rektor terkait fasilitas di fakultas, dalam hal ini Fakultas

Hukum.

Pertama, yang paling mencolok terhadap fasilitas di kampus FH UI

adalah lahan parkir, berdasarkan jawaban responden terkait tingkat

kepuasan terhadap lapangan parkir masih bisa diperdebatkan, karena

hampir setengah dari total responden menunjukkan ketidakpuasan

terhadap lahan parkir.Hal tersebut memang bisa dilihat bahwa kondisi

lahan parkir di kampus FH UI memang kurang luas dan tidak bisa

mengakomodasi kebutuhan parkir bagi para pembawa kendaraan di FH

UI, khususnya kendaraan roda empat (mobil) dan jalannya yang tidak rata.

Kedua, yang menjadi perhatian bagi mahasiswa FH UI adalah

kantin, berdasarkan statistik tingkat kepuasan responden terhadap kantin

memang cukup bagus, yakni bisa dibilang bahwa hampir 2/3 (dua pertiga)

dari total responden puas terhadap fasilitas kantin. Namun perlu menjadi

perhatian bahwasanya kantin di FH UI tidak hanya merupakan tempat bagi

mahasiswa maupun civitas academica lainnya bahkan tenaga non pendidik

untuk mengisi perut saja, kantin di FH UI lebih dari sekedar itu,

beradasarkan hasil survey menunjukkan bahwa responden menginginkan

agar kantin bisa lebih diperluas karena pada dasarnya kantin merupakan

rumah kedua untuk istirahat dan bersenda gurau satu sama lain di saat

istirahat maupun sesudah kuliah. Kantin merupakan faktor yang paling

vital untuk memahasiswakan mahasiswa.

Ketiga, adalah mushola yang sebagian besar dari responden

mengeluhkan bahwasanya mushola yang terdapat di kampus FH UI

kurang luas dan kurang bisa menampung civitas academica yg ingin

beribadah karena hanya berukuran kecil.

Keempat terkait toilet, sebagian besar dari toilet di FH terkesan tidak

pernah terurus dan di-maintenance nyatanya karena banyak toilet yang tidak

Page 104: Download [3.72 MB]

97

layak dipakai, seperti tempat duduk toiletnya yang rusak, cerminnya rusak,

bahkan pintu yang rusak.Selain itu, alat-alat kebersihan seperti sabun cuci

tangan juga masih tidak terdapat di beberapa toilet dan hal-hal kecil yang

berpengaruh besar ini seharusnya lebih diperhatikan.

4. Sumber Daya Manusia

Tidak banyak yang menjadi perhatian dalam aspek ini, dikarenakan

memang responden menganggap bahwa kualitas sumber daya manusia di

kampus FH UI baik tenaga pendidik maupun non pendidik sudah dianggap

mampu mengerjakan tugas nya dengan baik dan ramah.Namun satu hal yang

menjadi perhatian adalah terkait Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM).

Hampir setengah dari total responden menganggap bahwa efektivitas dari

EDOM sendiri masih dipertanyakan karena pada dasarnya mahasiswa belum

tau seberapa penting EDOM yang diisi di saat akhir semester oleh mahasiswa

untuk menilai dosen dalam menjalankan tugasnya berpengaruh secara efektif

sebagai evaluasi bagi diri dosen masing-masing.

5. Keamanan dan Ketertiban

Jam Malam menjadi isu yang hangat yang harus diperhatikan dalam

aspek ini. Hampir 80% dari total responden tidak setuju dengan adanya jam

malam. Hal ini menjadi evaluasi juga terhadap kebijakan yang dikeluarkan

oleh Rektorat, karena dianggap dengan adanya kebijakan jam malam ini

bukannya menyelesaikan solusi kemanan, namun malah melahirkan masalah

lainnya, yang mana mungkin menjadi dasar dan alasan bagi responden

terhadap kecewaan kebijakan ini.

Selanjutnya adalah penerangan UI, 92% dari total responden menganggap

bahwa penerangan di UI BELUM memadai, hal ini sangat menjadi

evaluasi juga bagi DPPF UI untuk lebih memperhatikan tentang penerangan.

6. Kemahasiswaan

Page 105: Download [3.72 MB]

98

Dalam aspek ini, kita bisa melihat bahwasanya pada intinya mahasiswa

masih membutuhkan transparansi dan bentuk konkrit dari rektorat dalam hal

dukungan terhadap kegiatan kemahasiswaan yang berada di naungannya,

dikarenakan jawaban responden yang bisa dibilang split decision, yaitu 50:50.

Namun dalam hal dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau forum

diskusi ilmiah, 47,4% dari total responden menganggap baik dan 15,8%

menganggap sangat baik dan sisanya menganggap tidak baik. Dari angka ini

menunjukkan bahwa hampir 2/3 (dua pertiga) dari total responden

berpendapat bahwasanya dukungan rektorat terhadap kebebasan forum atau

forum diskusi ilmiah bisa dibilang cukup baik.

Page 106: Download [3.72 MB]

99

Aspirasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Igauan Untuk Rektorat

Setahun perjalanan saya sebagai Ketua Umum BEM FEB UI 2016

menyisakan berbagai cerita dan pengalaman yang tidak pernah saya alami

sebelumnya, khususnya komunikasi dengan pihak rektorat yang menjadi lebih

intens. Tulisan ini mungkin lebih bersifat igauan saya kepada pihak rektorat

sebagai bahan evaluasi. Ada beberapa poin utama yang saya jabarkan sebagai

berikut yang menjadi evaluasi saya kepada pihak rektorat:

1. Persoaalan Biaya Kuliah

Diawal 2016 ketika liburan semester, mahasiswa UI dikejutkan

dengan rencana rektorat dalam menaikan batas atas biaya kuliah.

Sebelumnya, pada akir bulan Desember 2015, Rektor UI, Prof.

Muhammad Anis, telah melakukan diskusi terbuka dengan mahasiswa UI

terkait biaya kuliah ini. Dalam diskusi tersebut, Rektor tegas mengatakan

bahwa ia akan tetap menaikan batas atas biaya kuliah dan akhirnya

mengularkan kata-kata pamungkasnya, “We agree to Differ”, kita sepakat

untuk berbeda antara mahasiswa dengan rektor mengenai pandangannya

mengenai biaya kuliah ini.

Menanggapi pernyataan rektor tersebut, mahasiswa UI pun

melebur membentuk gerakan bernama UI Bersatu untuk menolak kenaikan

batas atas biaya kuliah. BEM FEB UI pun mengambil sikap yang sama

untuk menolak kenaikan batas atas biaya kuliah. Ada tiga alasan yang

melandasi kami mengambil sikap tersebut adalah belum optimalnya

pendapatan Non-Biaya Pendikan, tidak ada alasan dan acuan yang

kongkrit untuk menaikan biaya kuliah dari pihak rektorat UI, dan belum

terpusatnya pengelolaan keuangan di UI.

Permasalahan biaya kuliah bukan hanya dilihat dari sekedar

permasalah kenaikan batas atas semata. Ada masalah-masalah di tingkat

Page 107: Download [3.72 MB]

100

UI lain yang melatarbelakangi kenaikan batas atas biaya kuliah tersebut,

salah satunya adalah biaya pendidikan masih menjadi sumber pendapatan

UI yang terbesar. Padaha, dengan statusnya sebagai Perguruan Tinggi

Negeri Berbadan Hukum UI memiliki otonomi keuangan, termasuk dalam

hal mencari sumber pendapatan.

UI dapat pula mencari sumber pendapatan dengan mennglola dana

abadi, juga mencari donasi dari alumni-alumninya dan juga meningkatkan

kemitraan dengan masyarakat dan industri.Dengan hal-hal tersebut, alasan

UI menaikan batas atas biaya kuliah, yaitu kebutuhan UI akan pendaan

pengeluaran yang semakin meningkat dapat teratasi. Jangan sampai biaya

pendidikan dijadikan sebagai cara yang short term dalam menganggulangi

kebutuhan UI akan uang. Harapan kedepannya mahasiswa UI dapat

berpartisipasi dan konsisten dalam isu ini karena permasalahan biaya

kuliah merupakan masalah yang terlihat, namun banyak masalah-masalah

yang kasat mata yang melatarbelakangi kenaikan batas atas biaya kuliah

tersebut.

2. Persoaalan Izin Kegiatan Kampus

Selama saya terlibat mengurus izin kegiatan kampus saat saya

menjadi panitia Kompetisi Ekonomi 17 (Program Kerja BEM FEB UI

dibawah Departemen Keilmuan), saya tidak mendapatkan hambatan dari

pihak rektorat. Namun, ketika saya menjabat sebagai Ketua BEM FEB UI,

salah satu Program Kerja saya, yang juga merupakan kebanggaan FEB UI

dan sebuah warisan dari pendahulu-pendahulu kami, yaitu The 39th Jazz

Goes To Campus (Program Kerja dibawah Departemen Apresiasi Seni dan

Budaya) mendapatkan hambatan yang cukup berarti dari pihak Rektorat,

khususnya dari Direktorat Pengelolaan dan Fasilitas (DPPF) untuk

masalah perizinan. Sedianya kami akan meggunakan jalan UI di depan

area FEB sebagai area pintu masuk, penukaran tiket, bazaar, serta

beberapa parkiran UI sehingga membutuhkan izin dari Rektorat

Panitia bagian perizinan JGTC sedianya sudah memasukan izin

dari pertengahan tahun 2016. Namun, pihak DPPF ingin terlebih dahulu

Page 108: Download [3.72 MB]

101

mengetahui dan memeriksa laporan keuangan JGTC tiga tahun

sebelumnya. Kami dari BEM FEB UI selaku pihak yang tiap tahun

mengaudit program kerja kami, termasuk JGTC, menyiapkan hal tersebut.

Saya juga mencari tahu apakah hal ini juga diberlakukan kepada program-

program kerja lain yang memanfaatkan fasilitas UI, namun ketika saya

bertanya kepada BEM UI dengan program kerja yang cukup besar pula

seperti BK UI atau beberapa program kerja unggulan lain di BEM Fakultas

lain, hal ini tidak diberlakukan. Alasan utama pihak DPPF ingin

mengetahui laporan keuangan JGTC adalah ingin mengenakan sumbangan

kontribusi Universitas di luar biaya perizinan dan kebersihan lainnya. Saya

berusaha memeriksa apakah sumbangan ini memang diatur oleh rektorat

UI dalam bentuk Surat Keputusan Rektor atau aturan lainnya, namun

MWA UI UM dan Ketua BEM UI tidak mengetahui adanya sumbangan

tersebut. Hal yang lebih mengagetkan lainnya sumbangan ini dapat

dinegosiasikan seolah-olah tidak ada perhitungan dan besaran yang

memang diatur dalam sebuah peraturan. Akhirnya kamipun membayar

uang yang disebut sumbangan kontribusi Universitas tersebut. Saya tidak

curiga apakah uang ini dipergunakan untuk kepentingan pribadi karena

rekening yang kami tujukan untuk membayar adalah rekening UI. Namun,

sebagai evaluasi, ada baiknya biaya atau sumbangan di luar biaya

perizinan dan kebersihan juga diatur dengan aturan yang jelas sehingga

pihak panitia bisa mengestimasi tiap tahunnya biaya atau sumbangan yang

entah namanya tersebut.

3. Masalah Fasilitas Kampus dan Dana Kegiatan Mahasiswa

Selama paruh pertama saya menjabat, masalah fasilitas tidak terlalu

memberatkan kegiatan mahasiswa. Saya justru lebih mengkritik pihak

BEM UI yang dalam hal ini tidak dapat menjaga hubungan baik dengan

Rektorat sehingga menghambat Namun, ketika mulai liburan di

pertengahan tahun, masalah-masalah fasilitas mulai bermunculan, dimulai

dengan Gerbang UI yangs secara tiba-tiba ditutup aksesnya ketika jam 11

Malam. Walaupun hal ini ternyata sudah menjadi kebijakan UI yang cukup

Page 109: Download [3.72 MB]

102

lama dan lalai untuk diterapkan, namun ada baiknya pihak rektorat

melakukan sosialisasi ulang sebelum diterapkan kembali karena sejak saya

menjadi mahasiswa baru di tahun 2013 aturan ini tidak pernah berlaku.

Saya mencoba mengerti maksud dan tujuan kebijakan ini karena memang

lingkungan UI yang rawan kriminalitas, namun jangan sampai kebijakan

ini menghambat kegiatan mahasiswa, bukan hanya kegiatan dalam non

akademik, tetapi kegiatan akademik yang biasa dilakukan lewat jam 11

praktis akan terganggu. BEM Se-UI sudah pernah membicarakan hal ini

dengan pihak PLK dan menyepakati akan ada prosedur-prosedur khusus

untuk izin kegiatan mahasiswa yang melebihi jam 11, namun sampai saat

ini prosedur yang telah disepakati.

Masalah lain yang muncul adalah mengenai renovasi beberapa

fasilitas di UI yang merupakan jantung kegiatan mahasiswa seperti Gym

dan Balai Sidang yang terkesan mendadak. Saya tidak tahu apakah ini

merupakan kesalahan lembaga kemahasiswaan tingkat UI (BEM UI dan

MWA UI UM) yang tidak mengetahui dan mencari tahu lebih dahulu atau

memang pihak rektorat yang tidak melakukan sosialisasi. Saya tidak

mempersoalkan renovasi tersebut karena tujuan renovasi adalah perbaikan

fasilitas, namun yang saya permasalahkan adalah sosialisasinya. Saya

mencontohkan di FEB, dimana renovasi auditorium FEB sudah diberi tahu

sejak awal 2016 sehingga lembaga kemahasiswaan dapat mencari

alternatif kegiatan mahasiswa. Renovasi Gym tentu akan menghambat

kegiatan-kegiatan besar di UI maupun fakultas karena Gym merupakan

fasilitas yang digunakan lintas fakultas, mulai dari latihan unit kegiatan

mahasiswa bidang olah raga, pelaksanaan olimpiade UI, sampai ada

fakultas yang menggunakan Gym sebagai tempat Orientasi Mahasiswa

Baru. Untuk ketersediaannya saat Olimpiade, pihak rektorat awalnya

menjanjikan akan membuat Balairung UI sebagai gelanggang olah raga,

namun sampai Olimpiade UI sudah selesai, janji tersebut hanyalah sebuah

janji. Alasan utamanya adalah anggaran yang cukup besar dan sulitnya

mencari vendor. Seharusnya hal tersebut sudah diperhitungkan dan sudah

menjadi resiko mengingat Olimpiade UI merupakan hajat olah raga

Page 110: Download [3.72 MB]

103

terbesar di UI yang harusnya mendapatkan dukungan yang maksimal dari

pihak rektorat.

Terakhir, saya ingin memberikan evaluasi kepada Sub Direktorat

Penalaran Direktorat Kemahasiswaan UI yang sempat berencana untuk

menghilangkan dana untuk Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) UI.

Sebagai fakultas yang menargetkan OIM UI sebagai juara umum dan

menjadi salah satu penggerak budaya ilmiah di fakultas, FEB sayang

menyayangkan sikap rektorat ini. Alasan utamanya adalah karena prestasi

UI pada ajang PKM yang beberapa tahun ini tidak memuaskan, sehingga

OIM dilihat sebagai ajang yang tidak menopang target UI dalam

meningkatkan prestasinya di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional

(PINMAS). Walaupun anggaran tetap turun dengan penurunan yang cukup

drastis, namun hal ini sangat saya sayangkan. Saya tentu mengapresiasi

semangat dan militansi pihak rektorat yang ingin menaikan prestasi UI

pada ajang tersebut karena hal tersebut juga merupakan kebanggaan saya

sebagai mahasiswa UI. Namun, hal yang saya ingin tegaskan adalah OIM

UI dan prestasi di PINMAS atau PKM bukanlah suatu hal yang trade off,

bukan pula hal yang subtitusi karena keduanya harus berjalan secara

paralel sebagai penggerak budaya ilmiah untuk mahasiswa UI. Demikian

hal-hal yang menjadi igauan dan cerita saya dengan pihak Rektorat UI

sebagai bentuk evaluasi. Semoga tahun 2017 menjadi tahun perbaikan

untuk UI.

Page 111: Download [3.72 MB]

104

Aspirasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Selayang Pandang Dinamika Dunia Kemahasiswaan FIB UI

Oleh Moh. Agus Fuat (Ketua BEM FIB UI 2016)

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) semula

bernama Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Fakultas Sastra dibuka pada

tanggal 1 Oktober 1940 berdasarkan SK pendirian dengan nama Faculteit der

Letteren end Wijsbegeerte. Sering dengan berkembangnya dunia pendidikan di

Indonesia pada tahun 1947 nama Fakultas Sastra telah diubah menjadi Fakulteit

Sastra dan Filsafat. Perkembangan Fakultas ini tidak berhenti sampai di sini,

untuk mengikuti perkembangan jaman kebutuhan akan perbaikan keilmuan juga

turut dibenahi. Nama Fakultas Sastra dan Filsafat dikritisi ulang. Apalagi

mengingat tengah terjadi penyempitan makna tentang sastra. Sastra hanya

dimaknai sebagai karya seperti novel, puisi atupun naskah drama. Oleh karena itu,

untuk membuat wacana baru Fakultas Sastra dan Filsafat berganti nama menjadi

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.

Beranjak dari dinamika nama fakultas yang silih berganti menunjukkan

bahwa fakultas ini cukup luwes dalam memahami perkembangan jaman.

Dinamika ini pula yang terjadi di kehidupan kemahasiswaan. Dinamika

pergolakan kemahasiswaan di FIB UI sudah mewarnai setiap perjalanan

mahasiswa dalam setiap dekade. Mungkin tantangan setiap jaman akan berbeda.

Oleh karena itu tulisan ini akan sedikit mengulas tentang dinamika

kemahasiswaan FIB UI selama dua tahun terakhir ini.

Kurang dilibatkannya Mahasiswa dalam Mengambil Kebijakan Fakultas

Unsur mahasiswa dalam perkembangan kampus tidak bisa dielakkan

keberadaannya. Apalagi mahasiswa menjadi salah satu penopang pendapatan

kampus. Lebih-lebih apabila di dalam kampus ini diibaratkan sebuah rumah

keluarga, sudah selayaknya mahasiswa adalah bagian dari keluarga besar tersebut.

Page 112: Download [3.72 MB]

105

Oleh sebab itu sudah sepatutnya mahasiswa FIB UI merupakan bagian dari subjek

yang harus berperan aktif dalam perkembangan fakultas. Namun pada

kenyataannya di kurun waktu dua tahun terakhir ini suasana yang sangat terasa

adalah mahasiswa hanya sebagai objek.

Minimnya keterlibatan mahasiswa terjadi dibeberapa kasus kebijakan

fakultas, padahal kebijakan ini ditujukan untuk kegiatan kemahasiswaan. Di tahun

2015 isu terkait aturan penggunaan fasilitas sangat dirasakan oleh mahasiswa.

Adanya pembatasan penggunaan listrik 5000 watt dan diberlakukannya waktu

istirahat untuk auditorium gedung 9 di hari rabu menimbulkan banyak kesulitan

bagi kegiatan kemahasiswaan. Mahasiswa harus mengeluarkan ongkos lebih

apabila menggunakan listrik di atas 5000 watt. Padahal sudah selayaknya

mahasiswa mendapatkan fasilitas tersebut. Hal yang patut disayangkan lagi adalah

waktu istirahat audit gedung 9 yang harus mengambil hari Rabu dimana itu adalah

hari aktif perkuliahan. Sedangkan di hari libur sabtu dan minggu auditorium

gedung 9 bisa disewakan untuk pihak luar.

Kasus minimnya keterlibatan mahasiswa dalam menentukan kebijakan

fakultas terjadi pula di tahun 2016. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Nomor

1565/UN2.F7.D/HKP.02.04/2016 mengenai inisiasi atau ospek jurusan yang

dikeluarkan secara mendadak sehingga membuat 15 jurusan kelimpungan untuk

membuat konsep baru dalam waktu yang sangat singkat. Sosialisasi dilaksanakan

kurang dari seminggu kegiatan harus dilakukan. Cara seperti ini yang menjadikan

lembaga kemahaiswaan semakin merasa hanya menjalankan sebuah produk

kebijakan. Padahal jelas-jelas ini produk kebijakan ditujukan kepada mahasiswa

namun sangat disayangkan dalam proses pembentukan SK ini tidak ada unsur

mahasiswa yang dilibatkan dalam tim perumus SK Inisiasi.

Tahun ini banyak yang menyayangkan karena salah satu kegiatan khas

FIB yakni Petang Kreatif (PK), sebuah ajang pertunjukan teater yang melibatkan

mahasiswa baru dari 15 program studi tidak bisa dilaksanakan di semester ini. Hal

ini disebabkan karena kegiatan Petang Kreatif dianggap mengganggu akademik.

Alasan ini masih sangat sulit untuk diterima mengingat belum ada data yang

Page 113: Download [3.72 MB]

106

membuktikan akan hal itu. Apakah benar variabel kegiatan Petang Kreatif

menganggu akademik mahasiswa baru. Di awal kepengurusan pihak fakultas

memberikan peringatan kepada Ketua BEM FIB UI dan Ketua DPM FIB UI

terpilih bahwa kegiatan Petang Kreatif perlu dievaluasi. Untuk merespon itu,

lembaga Formal kemahasiswaan (LFK FIB UI) yang terdiri dari BEM, DPM,

HIMA, BO dan BSO membentuk tim add hoc yang disebut Tim Perumus PK.

Tim ini bekerja untuk menulis sejarah PK, menginventarisasi permasalahan yang

terjadi di PK, dan memberikan solusi. Dalam proses melaksanakan tugasnya, tim

ini juga berkonsultasi kepada pihak fakultas melalui manajer kemahasiswaan.

Namun setelah tim ini selesai menuntaskan tugasnya dan dibahas dalam audiensi

dengan pimpinan fakultas, hasil rumusan ini kurang diindahkan. Pimpinan

fakultas justru memberikan opsi lain supaya Petang Kreatif dilaksanakan semester

depan atau ditiadakan sama sekali.

Kasus-kasus di atas merupakan contoh bagaimana minimnya ruang

komunikasi yang dibangun oleh pimpinan fakultas dengan pihak mahasiswa.

Mungkin pelibatan mahasiswa bukanlah sebuah hal yang wajib namun kalau kita

kembali pada ibarat kampus ini adalah keluarga besar selayaknya anggota

keluarga diajak aktif untuk berembuk. Bagaimana mungkin keluarga bisa

harmonis apabila tidak ada sebuah komunikasi yang berjalan bagus. Kami semua

pasti menginginkan keluarga FIB UI ini menjadi keluarga yang harmonis dengan

adanya komunikasi mesra antar anggota.

Transparansi Dana Kemahasiswaan

FIB UI mempunyai lembaga kemahasiswaan yang cukup banyak. Tercatat

ada 32 lembaga kemahasiswaan yang dinaungi oleh FIB UI. Lembaga-lembaga

tersebut terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM), 15 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), 7 Badan Otonom

(BO) dan 6 Badan Semi Otonom (BSO). Untuk menjalankan kegiatan

kemahaiswaan lembaga-lembaga kemahasiswaan ini masing-masing mendapatkan

anggaran setiap tahun dengan rincian BEM Rp. 66.000.000, DPM Rp. 45.000.000,

BO Rp. 2.000.000, dan BSO Rp. 1.500.000. Dana ini diberikan kepada lembaga

kemahasiswaan tiap tahun dengan mengajukan RKAT. Apabila ditotal dana

Page 114: Download [3.72 MB]

107

kemahasiswaan ini sejumlah Rp. 209.000.000. Namun pada dasarnya kita tidak

mengetahui proporsi nominal itu dari mana asalnya. Berapa sebenarnya anggaran

untuk lemabaga kemahasiswaan secara keseluruhan.

Menilik data yang diperoleh dari MWA UI UM, berdasarkan RKAT FIB

UI 2016 pendapatan FIB UI Rp 49.154.907.349 dengan rincian penerimaan dari

biaya pendidikan (BP) Rp 38.425.798. 617 dan pendapatan dari non BP sejumlah

Rp 10.729.108.732. sedangkan pengeluaran yang ditargetkan sejumlah Rp

41.577.504.255 dengan rincian Rp 33.274.712.384 untuk pengeluaran

operasional, pengeluaran pengembangan sebesar Rp 8.215.841.871, dan Rp

86.950.000 untuk pengeluaran investasi. Besaran nominal ini tidak menjelaskan

secara rinci apa saja yang menjadi prioritas. Apalagi untuk dana kemahasiswaan

sama sekali tidak bisa diakses secara terbuka. Akan sangat baik apabila dalam

proses perancangan dana kemahasiswaan tidak hanya transparan, namun juga bisa

dilakukan penetapan anggaran bersama mahasiswa.

Page 115: Download [3.72 MB]

108

Aspirasi Fakultas Psikologi

Permasalahan Mau Sampai Kapan ?

Deksripsi dan Analisis Permasalahan

Dalam menyusun analisis terkait berbagai permasalahan yang ada di

Fakultas Psikologi UI, kami menggunakan beberapa sumber. Beberapa sumber di

antaranya ialah survei yang direkam dalam video, notula hasil diskusi KOMEDI,

dan data fasilitas umum yang diperoleh Departemen Kesejahteraan Mahasiswa

BEM Fakultas Psikologi UI dari tahun ke tahun. Dari ketiga sumber yang telah

kami cantumkan, terdapat tiga tema yang kami angkat untuk membahas

permasalahan yang ada di Fakultas Psikologi UI. Ketiga tema tersebut diantaranya

adalah; fasilitas fisik, transparansi/birokrasi, dan partisipasi mahasiswa.

Meskipun ketiga tema tersebut seluruhnya penting, kajian ini akan

difokuskan pada pembahasan mengenai permasalahan fasilitas fisik serta

transparansi kebijakan oleh pihak fakultas. Alasan di balik pembahasan masalah

yang dikerucutkan ke dalam tema ini adalah bahwa tema tersebut bersifat konkret

dan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat apabila direncanakan sejak

awal. Membahas tentang fasilitas fisik, berbagai fasilitas yang disediakan oleh

fakultas dianggap perlu dikembangkan maupun direnovasi baik oleh mahasiswa

maupun fakultas. Fasilitas-fasilitas tersebut di antaranya adalah Student Center

(SC), lapangan, kantin lama, ruang baca, dan kancil. Berikut akan dibahas satu per

satu permasalahan yang berkaitan dengan fasilitas-fasilitas tersebut.

2.1 Permasalahan Fasilitas

2.1.1 Student Center (SC)

SC adalah sebuah ruangan di sebuah kampus yang dapat

digunakan mahasiswa untuk melakukan segala kegiatan

Page 116: Download [3.72 MB]

109

kemahasiswaan. Karenanya, SC merupakan tempat utama bagi

para mahasiswa untuk berkumpul dengan komunitas, organisasi,

atau perkumpulan aktivitas kemahasiswaan lainnya. Hakikat

fungsional SC secara alami pun berkembang menjadi sarana dan

wadah untuk melakukan latihan persiapan perlombaan, diskusi,

rapat kepanitiaan, dan sebagainya. SC diharapkan menjadi tempat

yang paling nyaman untuk digunakan mahasiswa dalam melakukan

aktivitas kemahasiswaan yang digelutinya. Setelah menelaah lebih

jauh fungsi SC yang begitu penting, kami ingin melihat dan

menganalisis kondisi SC di Fakultas Psikologi UI saat ini. Namun,

dari apa yang kami temukan, kami menarik kesimpulan bahwa SC

Fakultas Psikologi UI belum menjadi tempat yang nyaman dan

memiliki fasilitas yang memadai untuk para mahasiswa Psikologi

UI beraktivitas.

2.1.2 Lapangan

Lapangan Fakultas Psikologi UI merupakan tempat berlatih

yang digunakan oleh berbagai kelompok peminatan, terutama KP

bidang olahraga. Berbagai kelompok peminatan menggunakan

lapangan sebagai fasilitas untuk berlatih rutin maupun bertanding

dalam perlombaan yang diselenggarakan, misalkan program kerja

Psygames dari BEM, Tropi, Cholleague dari KP FC08, selain itu

lapangan juga digunakan dalam kegiatan lain seperti KAMABA,

Tenda Purnama, dan lainnya. Hampir seluruh kelompok peminatan

yang menggunakan lapangan seperti FC08, KP Basket, KP Voli,

KP Taekwondo, dan sebagainya, merasa bahwa lapangan

seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai tempat

mengasah potensi kontingen mahasiswa fakultas psikologi yang

memiliki minat dan bakat dalam bidang olahraga.

Akan tetapi, semenjak diperbaiki pada awal tahun ajaran

2015/2016 (sekitar bulan Agustus 2015), kualitas lapangan yang

Page 117: Download [3.72 MB]

110

sudah baik hanya bertahan sebentar dan kembali dalam kondisi

yang kurang layak digunakan untuk berlatih. Kondisi lapangan

yang memiliki banyak lubang di berbagai bagian lapangan sangat

dikeluhkan oleh pemain karena dianggap membahayakan, terutama

apabila ada air yang menggenang. Hal ini sangat disayangkan

karena salah satu alasannya adalah selain kualitas semen yang

kurang baik, ketika cuaca ekstrim, lapangan yang tidak terlindungi

oleh atap juga menjadi lebih mudah rusak. Kondisi lantai lapangan

pun menurut banyak pengguna lapangan dirasakan tidak ‘rata’,

sebab setelah hujan air selalu menumpuk di tengah lapangan.

Selain itu, lampu yang dipasang pada lapangan dianggap pemain

kurang seimbang sehingga cukup mengganggu jarak pandang

pemain yang memengaruhi jalannya pertandingan. Khusus untuk

KP Basket, ring yang ada juga sudah tidak layak pakai karena

hanya terdiri atas ring tanpa jaring-jaring basket. Juga khusus

untuk KP FC08 (Futsal), gawang yang ada pun sudah dalam

kondisi yang kurang baik dan perlu beberapa kali diperbaiki

dengan cara dilas, yang perlu merogoh kocek lumayan dalam dari

anggota. Permasalahan fisik lain dari lapangan juga adalah tribun

penonton yang masih kurang cukup untuk menampung penonton

yang banyak (misal dalam program kerja Tropi yang mengundang

supporter dari berbagai fakultas) dan tempatnya yang berada di

dalam lapangan sehingga bola berisiko mengenai penonton, juga

perihal garis batas out/kick in yang seharusnya ada minimal 50cm

dari pinggir lapangan belum ada.

2.1.3 Kantin Lama

Kantin Lama merupakan salah satu dari dua kantin yang

tersedia di Fakultas Psikologi UI pada periode 2016 selain dari

Kancil. Kantin Lama ini sendiri menjadi salah satu pojok favorit

mahasiswa untuk berbagai macam aktivitas seperti makan, diskusi,

Page 118: Download [3.72 MB]

111

mengerjakan tugas, ataupun sesederhana menggunakan koneksi

internet karena sinyal yang cukup kencang di kantin ini. Selain

menjadi tempat untuk makan dan berkumpul, Kantin Lama pun

menjadi tempat yang istimewa karena berbagai macam acara

Psikologi yang diadakan oleh sivitas akademika psikologi maupun

dari luar sering diadakan di tempat ini.

Hal ini dapat dimaklumi karena tanah Fakultas Psikologi

yang cukup sempit dan terbatas sehingga sivitas didorong untuk

memanfaatkan setiap ruang yang disediakan. Mulai dari acara

besar Mahasiswa Baru, acara Tenda Purnama, eksplorasi calon

ketua BEM, jamming musik, latihan tari, kunjungan BEM, dan

sederet kegiatan pernah diadakan di Kantin Lama. Meskipun

memang harus mengerahkan tenaga untuk mendorong meja dan

menyusun kursi. Kegiatan mahasiswa yang baru-baru ini

membutuhkan ruang Kantin Lama adalah salah satu acara seni

terbesar yang diselenggarakan oleh mahasiswa Psikologi UI yaitu

Tin Republic, serta persiapan tari untuk lomba oleh klub tari

Psikologi yaitu Kencana Pradipa.

Ditengah-tengah sederet kegiatan mahasiswa tersebut, tiba-

tiba saja Kantin Lama ditutup dari akses untuk aktivitas apapun

karena akan didirikan Kantin Tertutup. Pemberitahuan yang

didapatkan oleh sivitas hanyalah jarkoman informal yang

disebarkan oleh sesama mahasiswa tanpa ada pemberitahuan resmi.

Padahal menurut kami, seharusnya kanal informasi seperti SIAK-

NG (Sistem Informasi Akademik-Next Generation) dimanfaatkan

untuk memberitahukan informasi seperti renovasi. Alangkah lebih

baik lagi juga bila informasi seperti renovasi diberitahukan dari

jauh-jauh hari.Renovasi Kantin Lama menunjukkan betapa

sedikitnya informasi yang dimiliki mahasiswa terkait hal-hal yang

berlangsung di fakultasnya sendiri. Kurangnya informasi,

sosialisasi, serta transparansi mengakibatkan beberapa pihak

merasa dirugikan terutama pihak-pihak yang sangat bergantung

Page 119: Download [3.72 MB]

112

pada ruang luas untuk melaksanakan kegiatannya. Fenomena ini

menyadarkan kami bahwa mahasiswa yang merupakan bagian dari

Fakultas Psikologi UI memiliki hak untuk mengetahui apa saja

yang telah, sedang, dan akan berlangsung.

Dalam konsepnya, transparansi itu sendiri merupakan salah

satu aspek penting dalam membangun good governance atau

pemerintahan yang baik. Menurut Kim et al. (2005, dalam

Gberevbie, 2014) transparansi memiliki makna bahwa informasi

disusun dan dapat diakses secara bebas serta langsung oleh pihak

yang dipengaruhi (oleh kebijakan yang dibuat goverment) sehingga

informasi tersebut dapat dipahami dan masyarakat bisa menjadi

bagian dari keputusan yang telah dibuat. Pembuat kebijakan yang

transparan lebih cenderung dipercaya oleh orang-orang sehingga

mereka lebih mudah dalam memberikan bantuan dalam

mengimplementasikan kebijakan dibandingkan dengan pembuat

kebijakan yang tidak transparan. Penelitian yang dibuat oleh

Gberevbie (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif

antara good governance yang transparan dengan penggunaan ICT.

Penemuan dari penelitian tersebut menekankan bahwa penggunaan

ICT akan menyediakan lebih banyak informasi, memajukan

keterbukaan dan transparansi dana pengeluaran untuk kepentingan

publik sehingga memiliki potensial untuk meningkatkan good

governance.

2.1.4 Ruang Baca Psikologi

Fakultas Psikologi UI dapat dikatakan termasuk fakultas

yang beruntung dapat mempertahankan perpustakaan atau yang

sekarang disebut ruang baca nya di bawah peraturan rektorat untuk

memindahkan buku-buku dan karyawan serta kegiatan studi

literatur mahasiswa ke perpustakaan pusat. Beberapa fakultas lain

di UI memiliki nasib yang sama dengan Fakultas Psikologi,

perpustakaan berubah menjadi ruang baca. Namun ada pula yang

Page 120: Download [3.72 MB]

113

perpustakaannya kini benar-benar ditiadakan seperti FISIP dan

FIB.

Kebutuhan mahasiswa Psikologi untuk menyelesaikan

tugas, skripsi, atau mencari referensi mengharuskan mahasiswa

untuk meminjam buku-buku penunjang dari perpustakaan.

Sayangnya, hal tersebut tidak dapat lagi dilakukan. Peraturan yang

baru menetapkan bahwa mahasiswa tidak dapat meminjam dan

membawa buku keluar dari ruang baca, hanya diperbolehkan

membaca di dalam ruang baca.

2.1.5 Kancil

Kancil merupakan salah satu kantin Fakultas Psikologi UI

yang diminati banyak mahasiswa, tidak hanya dari Psikologi, tetapi

juga mahasiswa Fakultas Hukum, FISIP, Fakultas Teknik, dan lain

sebagainya. Banyaknya pengunjung Kancil, membuat peggunaan

fasilitas seperti meja dan kursinya sangat tinggi, dan tentu saja,

memiliki peluang untuk rusak ataupun rapuh yang tinggi pula.

Faktanya, memang hal itulah yang terjadi. Jika berkunjung ke

kancil, dapat dilihat banyaknya meja dan kursi yang telah rusak,

terkelupas catnya, ataupun anjlok. Meski begitu, mahasiswa tetap

menggunakannya karena kebutuhan.

Kenyamanan kantin sebaiknya tidak disepelekan. Selain

karena penggunaan fasilitas yang nyaman dan memadai adalah hak

bagi sivitas, kenyamanan kantin juga memberikan dampak bagi

pedagang. Di samping pertimbangan harga makanan yang dijual,

ternyata referensi dari orang lain terhadap suatu proeduk memiliki

efek yang cukup signifikan pada konsumen terhadap produk

tersebut (Schiffman & Wisenblit, 2015). Jika keresahan mahasiswa

mengenai Kancil semakin kuat, maka keresahan mengenai fasilitas

di sana dapat semakin dirasakan oleh segelintir mahasiswa lain

Page 121: Download [3.72 MB]

114

yang belum merasakan efek tersebut. Pengunjung dari fakultas lain

pun akan semakin berkurang jika komentar dari mahasiswa dari

fakultas yang memiliki Kancil saja tidak merekomendasi kelayakan

dari Kancil. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai kekurangan

jumlah, atau rusaknya fasilitas sehingga mengurangi daya

fungsinya. Dengan memugar dan mnyediakan tempat duduk yang

nyaman bagi sivitas yang ingin makan di kancil, sama saja dengan

membantu para pedagang dalam memudahkan penarikan

pelanggan.

Selain dari fasilitas meja dan kursi yang tersedia, dalam

kajian yang kami lakukan dengan menanyakan langsung kepada

sivitas secara verbal dan melihat hasil survey fasilitas umum yang

dilakukan oleh Kesma BEM Fakultas Psikologi menunjukkan

bahwa sivitas psikologi merasa resah dengan atap Kancil. Jika

dilihat memang atap Kancil sudah tidak memadai lagi untuk

menjadi pelindung hujan. Saat hujan turun, terdapat titik-titik

tertentu dimana air hujan dapat menembus karena atapnya yang

bocor. Dalam keadaan seperti ini, berkurang lagi tingkat

kenyamanan dari kancil itu sendiri. Satu hal lagi yang menarik

perhatian adalah para perokok di Kancil yang biasanya duduk di

bawah banner “Dilarang Merokok” yang dapat mengganggu

sivitas lain saat sedang makan di sana. Udara bersih dan nyaman

ternyata tidak dapat diberikan oleh kantin yang paling sering

menjadi tempat sivitas psikologi untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya.

2.1.6 Kawasan Bebas Rokok

Seperti namanya, kawasan bebas rokok adalah wilayah

yang sengaja dibuat agar para perokok di Fakultas Psikologi

mendapat tempat dimana mereka bebas merokok dan tidak

Page 122: Download [3.72 MB]

115

mengganggu penghuni-penghuni psikologi lainnya yang tidak suka

atau merasa terganggu apabila menghisap asap rokok

Di Fakultas Psikologi sendiri, selain gedung-gedung

perkuliahan, Kancil (Kantin Psikologi) dan Kanlam (Kantin Lama)

seharusnya menjadi kawasan yang bebas dari rokok. Sayangnya,

tidak sedikit, tamu-tamu maupun tuan rumah dari Fakultas

Psikologi yang masih merokok. Banner yang telah di pasang besar-

besar yang jelas-jelas mengeja dilarang merokok tampak

dihiraukan oleh sivitas akademika. Hal yang menarik dapat kita

lihat adalah saat para mahasiswa duduk tepat didepan banner

“Dilarang Merokok” masih saja mereka merokok dengan santainya

Namun, hal ini bisa tergolong wajar. Wajar karena satu-

satunya tempat khusus untuk merokok yang ada di psikologi hanya

satu, yaitu kawasan merokok yang terletak dekat Kantin Lama

Psikologi dan hanya mampu menampung kurang lebih 10-15 orang

sehingga kurang efektif untuk menampung orang-orang yang ingin

merokok. Terlebih lagi kawasan khusus merokok tersebut jauh dari

tempat anak-anak Psiko mau pun dari fakultas-fakultas lain biasa

berkumpul sehingga jarang untuk digunakan.

Kami juga berpendapat bahwa banner tidaklah cukup untuk

mencegah mahasiswa untuk merokok di kawasan bebas rokok.

Banyak mahasiswa yang mengaku bahwa mereka tidak menyadari

adanya banner “Dilarang Merokok” tersebut sehingga banyak yang

mengatakan mungkin itu alasan mengapa masih banyak orang yang

masih merokok di kawasan bebas rokok. Menurut saya, perlu

dilakukan oleh fakultas untuk menerapkan sebuah kebijakan yang

di sosialisasikan dengan baik (Seperti melalui SIAK-NG) agar para

mahasiswa dapat memahami pentingnya untuk menghargai orang

lain yang tidak ingin terganggu oleh asap rokok.

Selain itu, patut diperhatikan wilayah khusus merokok oleh

Fakultas bahwa wilayah smoking yang baik adalah kawasan yang

Page 123: Download [3.72 MB]

116

dekat dengan wilayah-wilayah perkumpulan dan merupakan

ruangan yang tidak terbuka agar asap rokok tetap berada di wilayah

tersebut, sehingga jalur udara masuk adalah melalui exhaust agar

asap rokok dapat dibuang secara sistematis.

2.2 Masalah lain yang cukup berkaitan dengan masalah fasilitas

2.2.1 Peminjaman ruangan

Peminjaman ruangan menjadi permasalahan tersendiri bagi

mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Selain karena birokrasi yang

cukup panjang, namun juga karena sering ada miskomunikasi baik

antar pihak fakultas sendiri maupun antara pihak fakultas serta

mahasiswa yang ingin meminjam ruangan. Sangat sering sekali

terjadi pencabutan atau pemindahan ruangan secara tiba-tiba.

Seharusnya, birokrasi peminjaman ruangan yang terkesan

berkelit-kelit dapat diubah dan dikembangkan menjadi sistem baru

yang transparan dan akuntabel, layaknya revolusi birokrasi yang

dicita-citakan oleh Jokowi untuk menciptakan ‘pemerintahan’

world-class. Menurut Roskin et al. (2012), terdapat 5 hal yang

mencerminkan pemerintahan yang ideal, yaitu:

1. Mengutamakan tugas pada pengayoman dan pelayanan

masyarakat dan menghindarkan kesan pendekatan

kekuasaan dan kewenangan..

2. Modern, ramping, efektif, dan efisien. Seharusnya

peminjaman dapat dilakukan secara online. Sehingga

mahasiswa dan pihak Dekanat akan lebih mudah menyortir

atau mengorganisir semua jadwal kegiatan. Jika solusi ini

dijalankan, Menurut kami akan:

1) Meminimalisir miskomunikasi antar pihak

2) Meminimalisir pencabutan atau pemindahan ruangan

secara tiba-tiba

Page 124: Download [3.72 MB]

117

3) Meningkatkan efisiensi waktu, sebab sistemnya

sudah otomatis oleh komputer.

3. Pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka, dengan tetap

mempertahankan kualitas, efisiensi biaya, dan

ketepatan waktu.

4. Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan

responsif.

5. Sebagai fasilitator pelayanan publik

UI sebagai universitas yang menyandang nama world-class

university seharusnya melaksanakan birokrasi yang juga ‘world-class’.

Oleh karena itu, kami merekomendasikan Fakultas Psikologi UI

melakukan revolusi birokrasi secara radikal, yaitu digitalisasi

(komputerisasi) layanan serta meningkatkan efisiensi secara optimal

(Adiperdana, 2016).

Rekomendasi

● Mewujudkan komunikasi dan transparansi yang baik antara mahasiswa

dan pihak Dekanat melalui dialog rutin tahunan, dan perlunya keterlibatan

mahasiswa pada kebijakan yang menyangkut kegiatan mahasiswa.

Khusus:

● Bentuk komunikasi dan transparansi yang diharapkan yaitu dalam bentuk:

- Gerakan sinergis seluruh elemen di fakultas untuk renovasi dan

pengembangan fasilitas

- Keterbukaan sosialisasi linimasa renovasi kepada seluruh sivitas

- Diperlukan adanya peraturan, penjelasan, dan penegakan yang jelas

mengenai Kawasan Bebas Rokok yang diterapkan dalam fakultas

- Renovasi Birokrasi yang mengutamakan kepentingan dan

kemudahan bersama

Alternatif

Page 125: Download [3.72 MB]

118

● Selain dengan dialog rutinan, pihak fakultas dapat membuat satu wadah

khusus untuk menyampaikan informasi kepada mahasiswa apabila terdapat

perubahan yang menyangkut kegiatan mahasiswa.

Page 126: Download [3.72 MB]

119

Daftar Pustaka

Adiperdana, A. (2016). Implementasi reformasi birokrasi melalui revolusi mental

birokrasi sebagai upaya membentuk pemerintahan berkelas dunia. Dikutip

pada tanggal 15 November 2016 dari http://www.menpan.go.id/cerita-sukses-

rb/5416-implementasi-reformasi-birokrasi-melalui-revolusi-mental-birokrasi-

sebagai-upaya-membentuk-pemerintahan-berkelas-dunia

Chinn, D., Dimson, J., Goodman, A., dan Gleeson, I. (2015). World-class

Government: Transforming the UK Public Sector in an Era of Austerity: Five

Lessons from Around the World. Discussion Paper. McKinsey&Company.

The Football Association. (n.d). The FA Futsal Facilities Guide (Data file).

Diakses dari http://www.thefa.com/-/media/files/pdf/get-into-football/small-

sided-football/fa-futsal-facilities-guidance-resource.ashx.

Gberevbie, D., Ayo, C., Oni, A., & Folarin, S. (2014). The role of information and

communication technology on transparency, trust and good governance in

nigeria. Paperp presented at the 109-117. Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/1545344480?accountid=17242

Psikologi.ui.ac.id. (2016). Sejarah. Dikutip pada tanggal November 19, 2016, dari

http://psikologi.ui.ac.id/sejarah-2.html

Roskin, M. G., Cord, R. L., Medeiros, J. A., dan Jones, W. S., (2012), Political

Science: An Introduction, 12 ed.. Pearson.

Schiffman, L. & Wisenblit, J. (2015). Consumer behavior. (Edisi Kesebelas).

Harlow: Pearson Education.

Aspirasi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Page 127: Download [3.72 MB]

120

Suara Mahasiswa untuk Sistem Akademik FKM Lebih Baik

Berbicara mengenai Universitas Indonesia (UI) berarti kita berani untuk

melihat sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kemandirian

moral dan keteguhan pergerakan. Kebijakan Umum Universitas Indonesia

mensyaratkan UI untuk menyusun langkah-langkah strategis untuk menjadikan UI

sebagai pelopor dalam mengembangkan intelektual bangsa, berkontribusi dalam

menjadikan kehidupan Indonesia yang lebih baik dan turut menyelesaikan

tantangan global pada kemanusiaan (Global Challenges for Humanity) di abad

ke-21. UI harus menjadi tempat yang kondusif untuk belajar dan bekerja, dan

dikelola dengan manajemen organisasi yang menerapkan secara tepat prinsip-

prinsip tata kelola yang baik.

FKM UI sendiri memiliki panduan pengembangan FKM UI sebagai suatu

acuan untuk perencanaan pengembangan pendidikan, penelitian, pengabdian

kepada masyarakat dan publikasi ilmiah bagi FKM UI dalam kurun waktu tahun

2013-2017, yang mana panduan ini disusun oleh Senat Akademik Fakultas (SAF)

yang terdiri atas anggota Senat Akdemik Universitas (SAU) dari fakultas,

perwakilan departemen, dan pimpinan fakultas yang dikembangkan dengan

semangat kebersamaan, dalam konteks kolektif kolegial, untuk membangun FKM

UI yang lebih baik. Panduan pengembangan FKM UI disusun dengan

memperhatikan tantangan global yang mengacu pada pembangunan

berkelanjutan, kemanusian dan penghapusan kemiskinan (Sustainable

Development, Poverty Eradication, and humanity) dan tantangan nasional dalam

pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, kesehatan dan sosial ekonomi yang

berkelanjutan. Arah ini sesuai dengan sasaran jangka panjang Universitas

Indonesia untuk menjadiuniversitas riset berkelas dunia (world class research

university.

Suara Mahasiswa untuk Sistem Akademik FKM Lebih Baik

Page 128: Download [3.72 MB]

121

Berbicara mengenai Universitas Indonesia (UI) berarti kita berani untuk

melihat sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kemandirian

moral dan keteguhan pergerakan. Kebijakan Umum Universitas Indonesia

mensyaratkan UI untuk menyusun langkah-langkah strategis untuk menjadikan UI

sebagai pelopor dalam mengembangkan intelektual bangsa, berkontribusi dalam

menjadikan kehidupan Indonesia yang lebih baik dan turut menyelesaikan

tantangan global pada kemanusiaan (Global Challenges for Humanity) di abad

ke-21. UI harus menjadi tempat yang kondusif untuk belajar dan bekerja, dan

dikelola dengan manajemen organisasi yang menerapkan secara tepat prinsip-

prinsip tata kelola yang baik.

FKM UI sendiri memiliki panduan pengembangan FKM UI sebagai suatu

acuan untuk perencanaan pengembangan pendidikan, penelitian, pengabdian

kepada masyarakat dan publikasi ilmiah bagi FKM UI dalam kurun waktu tahun

2013-2017, yang mana panduan ini disusun oleh Senat Akademik Fakultas (SAF)

yang terdiri atas anggota Senat Akdemik Universitas (SAU) dari fakultas,

perwakilan departemen, dan pimpinan fakultas yang dikembangkan dengan

semangat kebersamaan, dalam konteks kolektif kolegial, untuk membangun FKM

UI yang lebih baik. Panduan pengembangan FKM UI disusun dengan

memperhatikan tantangan global yang mengacu pada pembangunan

berkelanjutan, kemanusian dan penghapusan kemiskinan (Sustainable

Development, Poverty Eradication, and humanity) dan tantangan nasional dalam

pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, kesehatan dan sosial ekonomi yang

berkelanjutan. Arah ini sesuai dengan sasaran jangka panjang Universitas

Indonesia untuk menjadi universitas riset berkelas dunia (world class research

university).

Kajian Masalah Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat 2016

A. Jadwal registrasi akademik, Periode perkuliahan, dan Ujian yang tidak

sesuai Kalender Akademik

Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor:

2198/SK/R/UI/2013 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas

Page 129: Download [3.72 MB]

122

Indonesia dalam Pasal 23 dan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor:

012A/SK/R/UI/2007 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran

Mahasiswa Universitas Indonesia dalam Pasal 8 tentang Jadwal Kuliah.

Dasar

Hukum

Peraturan SK

Rektor

Masalah Ideal

Pasal 23

(Ayat 1

dan 2)

dan

Pasal 8

(Ayat

1dan 2)

Kalender

akademik

merupakan

pedoman yang

berlaku umum

bagi fakultas

atau program

dan sivitas

akademika di

lingkungan UI

dalam

melaksanakan

Tri Dharma

Perguruan

Tinggi.

Kalender

akademik

sebagai mana

ayat (1)

diterbitkan

satu kali

dalam satu

tahun dengan

Surat

Keputusan

Rektor dan

memuat

beberapa poin,

diantaranya

1. Ketidaksesuaian

antara jadwal

dimulainya

registrasi

akademik,

khususnya

pengisian IRS

internal, dengan

jadwal yang

sudah tercantum

di kalender

akademik.

2. Ketidaksesuaian

antara jadwal

selesainya

periode

perkuliahan dan

jadwal

dimulainya dan

selesainya ujian

dengan jadwal

yang sudah

tercantum di

kalender

akademik.

Jadwal dimulainya

pengisian IRS

internal, jadwal

selesainya periode

perkuliahan, dan

jadwal dimulainya

dan selesainya ujian

dapat sesuai dengan

yang sudah

tercantum di

kalender akademik.

Page 130: Download [3.72 MB]

123

poin (c)

Jadwal

registrasi

administrasi

dan akademik

mahasiswa

lama; (d)

Periode

perkuliahan;

poin (e)

Pengumuman

ujian dan hasil

ujian.

B. Perubahan jadwal kuliah yang tiba-tiba

Berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor:

2198/SK/R/UI/2013 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas

Indonesia dalam Pasal 24 dan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor:

012A/SK/R/UI/2007 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran

Mahasiswa Universitas Indonesia dalam Pasal 10 tentang Jadwal Kuliah.

Dasar

Hukum

Peraturan SK

Rektor

Masalah Ideal

Pasal 24

(Ayat 1

dan 2)

dan

Pasal 10

(Ayat 1

dan 2)

Setiap

menjelang

awal semester,

fakultas/progr

am

menetapkan

jadwal kuliah

untuk

menjalankan

suatu

kurikulum;

Dosen yang tidak

mengabarkan

sebelumnya bahwa

beliau tidak dapat

mengajar sehingga

merugikan mahasiwa

yang sudah terlebih

dahulu sampai di

kelas.

Sebelumnya dosen

dapat mengkonfirmasi

kehadirannya ke PJ

kelas dan Departemen.

Setidaknya, minimal

dosen dapat

mengkonfirmasi

kehadirannya di malam

hari sebelum kuliah

tersebut berlangsung.

Page 131: Download [3.72 MB]

124

Jadwal kuliah

sebagaimana

ayat (1)

mencakup

beberapa poin,

diantaranya

poin

(d) Hari dan

jam kuliah

C. Keterlambatan pemasukan nilai di SIAK-NG oleh dosen

Berdasarkan SK Rektor Universitas Indonesia Nomor: 012A/SK/R/UI/2007

dalam pasal 15 tentang Evaluasi Mata Kuliah.

Dasar

Hukum

Peraturan SK

Rektor

Realita Ideal

Pasal 15

(Ayat 2,

5,

dan 6)

Dosen atau

tim dosen

memasukkan

nilai akhir

mahasiswa

kedalam

sistem

administrasi

akademik

yang berlaku

di Universitas

Indonesia

sesuai dengan

jadwal

kalender

akademik

yang berlaku

Apabila dosen

Dosen telat

memasukkan nilai ke

SIAK-NG sehingga

nilai mahasiswa

menjadi E / I. Nilai

yang berubah

menjadi I/E

menyebabkan IP dan

IPK mahasiswa

menjadi kurang baik

sehingga merugikan

mahasiswa saat

pengambilan sks

penuh di semester

berikutnya dan juga

menyulitkan

mahasiswa saat ingin

apply beasiswa.

Dosen tepat waktu

memasukkan nilai ke

SIAK-NG sesuai

jadwal yang ada

tercantum di

kalender akademik

Page 132: Download [3.72 MB]

125

atau tim dosen

tidak

memasukkan

nilai akhir

sesuai jadwal,

maka seluruh

peserta mata

kuliah akan

diadministrasi

kan dengan

nilai B

D. Kuota kelas di SIAK-NG

Masalah Idealnya

Mahasiswa yang sebelumnya IRSnya tidak

bermasalah menjadi bermasalah karena

kuota kelas yang tiba-tiba dikurangi

Akademik yang telah

menetapkan kuota untuk tiap

kelas di awal tidak mengurangi

kuota kelas secara tiba-tiba

karena membuat IRS

mahasiswa menjadi

bermasalah sehingga PA tidak

dapat menyetujui IRS

mahasiswa.

E. Kelas Reguler digabung dengan kelas Ekstensi

Masalah Idealnya

1. Kelas Reguler yang digabung dengan

kelas Ekstensi sehingga mahasiswa

Reguler harus rela untuk kuliah malam

hari ataupun di hari Sabtu.

2. Pada kasus yang terjadi di Departemen

AKK, hal ini terjadi karena dosen di

1. Mahasiswa Reguler tidak

mengadakan perkuliahan di

malam hari dan hanya di

hari Senin-Jumat.

2. Pada kasus yang terjadi di

Page 133: Download [3.72 MB]

126

AKK yang juga seorang praktisi

sehingga baru bisa mengajar setelah ia

selesai kerja. Pemakaian jasa dosen

yang juga seorang praktisi ini

dikarenakan jumlah tenaga dosen di

AKK yang tidak mencukupi.

3. Sedangkan pada kasus yang terjadi di

Departemen Biostatistika dan

Kependudukan, hal ini terjadi karena

dosen yang enggan mengajar dua kali

mata kuliah yang sama di dua waktu

yang berbeda dan karena jumlah

mahasiswa di kelas yang sedikit

sehingga dosen menganggap lebih baik

kelasnya digabung saja.

Departemen AKK,

diharapkan jumlah dosen

dapat dimaksimalisasi

dengan penambahan

jumlah tenaga dosen.

3. Pada kasus yang terjadi di

Departemen Biostatistika

dan Kependudukan, dosen

tidak lagi menggabungkan

kelas bila alasannya tidak

urgent.

F. Masalah di Departemen Gizi

Masalah Idealnya

1. Mahasiswa Program Studi Gizi yang

melaksanakan perkuliahan berdasarkan

sistem jarkom via sms yang terkadang

dalam pemberitahuannya dilakukan secara

mendadak.

2. Tidak adanya dana magang bagi

mahasiswa Gizi padahal dana magang gizi,

baik di RS maupun di masyarakat

membutuhkan banyak biaya padahal pada

Semester 7, tidak ada perkuliahan

mahasiswa Gizi yang dilaksanakan di

Kampus secara intens

1. Tidak ada lagi jadwal

kuliah yang diberitahu

atau dibatalkan dengan

sistem jarkom via sms

dan dilakukan

mendadak. Jadwal

kuliah sesuai dengan

jadwal pelangi yang

diberikan di awal

semester kepada

mahasiswa.

2. Pihak fakultas

memberikan dana

magang untuk

mahasiswa gizi

sehingga mahasiswa

Page 134: Download [3.72 MB]

127

tidak perlu membayar

biaya magang, baik

magang di RS maupun

di masyarakat.

Masalah yang melingkup Departemen Gizi, khususnya berkenaan dengan

pembiayaan magang adalah pada realitas bahwa tidak adanya perkuliahan yang

dilaksanakan di dalam kampus namun, mahasiswa Departemen Gizi tetap

dibebankan untuk membayar Biaya Operasional Pendidikan (BOP) sesuai dengan

jumlah tertagih di halaman SIAK-NG dan juga tetap dalam kondisi tidak

mendapatkan keringanan biaya oleh pihak FKM UI dalam hal pendanaan magang

Rumah Sakit maupun magang masyarakat. Hal ini kami anggap sebagai suatu

pertentangan dengan konsep Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang diterapkan UI

semenjak UKT merupakan salah satu implementasi dari Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, serta Surat Edaran Dirjen Dikti No.

488 E/T/2012 dan Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97 E/KU/2013, yang

mengamanatkan bahwa setiap perguruan tinggi negeri di Indonesia diwajibkan

untuk menggunakan sistem UKT. Sistem yang dianut dalam UKT adalah

pembayaran biaya pendidikan dengan besaran yang sama atau tetap setiap

semesternya yang bertumpu pada kemampuan ekonomi mahasiswa. Dengan kata

lain, adanya sistem UKT ini mahasiswa seharusnya tidak dibebankan biaya lain

selain biaya pendidikan per semester.

Pada beberapa waktu lalu di awal Oktober, mahasiswa berkesempatan

untuk mengadakan forum tatap muka yang dibuka untuk publik antara mahasiswa

dekan jajaran dekanat, di mana saat itu dihadiri oleh Wakil Dekan 1, Wakil Dekan

2, Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan, beserta Kepala Unit Administrasi

Pendidikan sebagai narasumber dan turut dihadiri pula Kepala Departemen

beserta perwakilan dari masing-masing Departemen yang ada di FKM UI yakni,

Epidemiologi, Biostatistika, Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Kesehatan

dan Keselamatan Kerja, Kesehatan Lingkungan, Gizi, dan Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku, yang hadir sebagai tamu undangan. Hal ini sempat menjadi

perdebatan panjang karena, saat itu dari pihak Dekanat tidak menjawab

pertanyaan yang terlontar dari mahasiswa Departemen Gizi terkait, pengalokasian

Page 135: Download [3.72 MB]

128

BOP Semester 7, di mana seperti sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa

mahasiswa Departemen Gizi masih harus mendanai magangnya secara pribadi

namun, di saat yang lain masih harus membayar BOP. Hal ini tentunya menyalahi

semangat yang dibangun melalui sistem UKT, yang berintensi untuk menyatukan

seluruh komponen biaya perkuliahan dalam satu payung yang jelas.

Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan

dalam melakukan analisis investasi pendidikan. Metode ini dapat membantu para

pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi

sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang

tinggi. Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang

perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost)

dan biaya satuan per murid (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan

aggregat biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah,

orang tua, dan masyarakat yang dikerluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan

dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang

menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif

untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan

ini diperoleh dengan memperhitungkan jumlah murid pada masing-masing

sekolah, maka ukuran biaya satuan dianggap tepat bila dapat dibandingkan antara

sekolah yang satu dengan yang lainnya.

Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai

unit analisis. Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk

mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber di sekolah, keuntungan

dari investasi pendidikan, dan pemerataan pengeluaran masyarakat, pemerintah

untuk pendidikan. Disamping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana

alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan.

Anatomi biaya pendidikan bila dilihat dari konsep dasar pembiayaan

pendidikan mencakup beberapa hal, seperti:

Page 136: Download [3.72 MB]

129

1. Biaya sarana dan prasarana: mencakup ruang belajar, laboratorium,

perpustakaan, multimedia, dan berbagai macam sarana lainnya serta

pengembangan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

2. Biaya gaji dan tunjangan: mencakup pembiayaan staf akademik

3. Biaya operasional: mencakup kegiatan harian dari institusi pendidikan

4. Biaya pengembangan mutu: mencakup usaha yang dilakukan untuk dapat

meningkatkan kinerja institusi pendidikan.

Merujuk pada hal itu kami mengajukan beberapa tahapan yang harus

dilakukan yakni, mentransparansikan pengalokasian BOP Semester 7 mahasiswa

Departemen Gizi melalui pendekatan analisis biaya manfaat dan juga melakukan

pendanaan magang yang adekuat, baik itu magang Rumah Sakit maupun magang

masyarakat, sebagai salah satu komponen biaya dalam unit costing mahasiswa

Departemen Gizi, di mana pihak Fakultas harus mendanai kedua fase magang

tersebut, sebagai bentuk pertanggung jawaban alokasi BOP.

G. Masalah terkait mata kuliah Pengalaman Belajar Lapangan

Masalah Idealnya

1. Dana PBL 2 yang masih sangat

kurang untuk melakukan intervensi

2. Letak tempat PBL yang jauh dari

tempat domisili

3. Kurangnya sosialisasi terkait

timeline magang dan aturan

reimburse kepada mahasiswa peserta

PBL. Hal ini membuat tidak adanya

1. Adanya peningkatan jumlah

dana PBL 2.

2. Penempatan lokasi PBL

disesuaikan dengan domisili

mahasiswa. Sebelumnya dapat

dilakukan pendataan domisili

mahasiswa sehingga

penempatan dapat disesuaikan

dengan domisili mahasiswa.

Atau antar mahasiswa diijinkan

untuk bertukar tempat PBL.

3. Pihak koordinator PBL terlebih

dahulu dapat mensosialisasikan

timeline PBL dengan rinci, baik

terkait dengan masa

Page 137: Download [3.72 MB]

130

acuan yang jelas kapan laporan PBL

harus diselesaikan dan ketidaktahuan

mahasiswa Kesmas 2013 bahwa

dana PBL harus di reimburse tepat

setelah PBL selesai.

4. Tidak adanya standar yang

ditetapkan dalam pembuatan laporan

PBL sehingga membuat tidak adanya

acuan yang bisa digunakan

mahasiswa dalam mengerjakan

laporan. Pembimbing PBL dari

Fakultas yang memiliki kemauan

berbeda-beda membuat masih

adanya beberapa kelompok PBL

yang laporannya belum selesai

hingga sekarang.

penyelesaian laporan PBL

maupun terkait dengan waktu

reimburse dana PBL

4. Pihak koordinator PBL

membuat standar laporan PBL

yang dapat dijadikan acuan,

baik bagi mahasiswa dalam

mengerjakan laporan dan bagi

dosen yang akan memeriksa dan

menilai laporannya.

H. Sosialisasi Peminatan dan Semester Pendek

Masalah Idealnya

1. Sosialisasi terkait peminatan oleh

pihak akademik yang masih sangat

minim sehingga banyak mahasiswa

yang menjadi kekurangan informasi

2. Sosialisasi terkait semester pendek

yang masih sangat minim sehingga

1. Pihak akademik dapat

melakukan sosialisasi

peminatan sejak masa

mahasiswa baru sehingga

mahasiswa dapat

mempersiapkan dirinya agar

dapat diterima di peminatan

yang ia inginkan. Sosialisasi

yang dilakukan terkait dengan

peminatan apa saja yang dibuka,

kuota peminatan, mata kuliah

yang menjadi pertimbangan,

mekanisme diterima/tidaknya

ke suatu peminatan, dan

prasyarat lain (bila ada) yang

Page 138: Download [3.72 MB]

131

banyak mahasiswa yang menjadi

kekurangan informasi

harus dipenuhi untuk dapat

diterima di suatu peminatan

2. Pihak akademik dapat

melakukan sosialisasi semester

pendek sejak masa mahasiswa

baru sehingga setiap mahasiswa

dapat mengetahui secara detail

terkait semester pendek.

Sosialisasi yang dilakukan

terkait mekanisme pengajuan

semester pendek, prasyarat

suatu kelas dapat dibuka di

semester pendek, dan harga dari

semester pendek.

Penutup

Dalam poin Pemantapan Tata Kelola yang termaktub dalam Panduan

Pengembangan FKM UI 2013-2017, disebutkan bahwa untuk mengajegkan sistem

tata kelola yang baik maka FKM UI harus berpegang teguh pada prinsip inlusif, di

mana setiap elemen civitas akademika merawa terwakili secara ekual dalam

pengelolaan FKM UI, dan tidak ada pengabaian terhadap posisi yang terlemah.

Dan juga transparan, di mana pengambilan keputusan dan tindakan berdasarkan

autran yang berlaku. Pihak FKM UI harus memastikan ketersediaan informasi

yang adekuat yang bisa diakses oleh setiap pemangku kepentingan yang terkena

dampak keputusan. Civitas akademika perlu mengetahui seberapa jauh organisasi

FKM UI berfungsi dan dapat meminta jawaban dari FKM UI atas pertanyaan-

pertanyaan mereka.

Page 139: Download [3.72 MB]

132

Daftar Pustaka

Hallak, J, Analisis Biaya dan Pengeluaran Untuk Pendidikan (Paris:

International Institute For Planning, UNESCO, 1985)

Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, (PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung:2002), h.23

Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 012A/SK/R/UI/2007

tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pembelajaran Mahasiswa Universitas

Indonesia

Peraturan Rektor Universitas Indonesia Nomor 2198/SK/R/UI/2013

tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Di Universitas Indonesia

Surat Edaran Dirjen Dikti No. 488 E/T/2012

Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97 E/KU/2013

UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Page 140: Download [3.72 MB]

133

Aspirasi Fakultas Ilmu Komputer

Cerita Legenda Tak Berujung di Fasilkom UI

Oleh Muhammad Gibran (Ketua BEM Fasilkom UI 2016) dan

Oddi Muhammad Ikbar (Kepala Departemen Kajian dan Aksi

Strategis BEM Fasilkom UI 2016)

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) diresmikan

pada tahun 1993. Salah satu fakultas yang sekarang menjadi garda terdepan dalam

mencetak ahli di bidang informatika ini genap berusia 23 tahun. Indonesia saat ini

tentu sudah merasakan manfaat yang telah alumni Fasilkom UI berikan.

Kebutuhan akan praktisi di bidang Information Technology (IT) yang melambung

tinggi menjadikan alumni Fasilkom UI sangat dibutuhkan di dunia industri.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Career Development Center UI, Lulusan

mahasiswa S1 Fasilkom UI hanya membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan setelah

lulus untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuktikan bahwa Fasilkom UI

sudah memiliki reputasi yang baik dalam mencetak lulusan mahasiswa yang dapat

bersaing dengan pasar global, sesuai dengan misi yang dimiliki oleh Fasilkom UI.

Kesuksesan Fasilkom UI dalam mencetak lulusan yang berkualitas ini

tentunya berkat bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh pihak

Universitas Indonesia agar Fasilkom UI dapat lebih meningkatkan kualitas dari

setiap lulusannya. Sayangnya, hal ini terasa ironi jika dikaitkan dengan kondisi

Fakultas Ilmu Komputer UI saat ini. Fakultas yang digadang sebagai pencetak

praktisi TI terbaik di Indonesia ini ternyata memiliki legenda fasilitas gedung baru

yang tak kunjung berakhir semenjak 2012 lalu.

Fasilitas Gedung Baru yang Melegenda di Telinga Mahasiswa Fasilkom UI

Saat ini, Fasilkom UI mempunyai 3 gedung dalam menunjang kegiatan

keseharian dari civitas academica Fasilkom UI :

● Gedung A, yang dipusatkan untuk Laboratorium, ruangan dosen dan

dekan, serta ruangan seminar.

Page 141: Download [3.72 MB]

134

● Gedung B, yang dipusatkan untuk kegiatan akademik, auditorium, dan

● Gedung C, yang dikhususkan untuk ruang kelas tambahan dan ruang

dosen.

Dengan mahasiswa aktif mencapai lebih dari angka 1000 mahasiswa,

Fasilkom UI hanya memiliki 23 ruang kelas yang digunakan secara aktif untuk

kegiatan akademik sehari-hari. Hal ini sangat dirasa kurang memadai, mengingat

ruang kelas juga sering digunakan oleh mahasiswa untuk kegiatan tambahan

akademik (asistensi, kelas tambahan, dll) maupun kegiatan non-akademik

(seminar, komunitas, kepanitiaan, dll). Selain itu, Fasilkom UI hanya memiliki 2

(DUA) ruangan yang dapat digunakan oleh Badan Otonom yang berada di

Fasilkom UI. Padahal, Badan Otonom yang tersedia di Fasilkom UI saat ini

berjumlah 8 badan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan non-akademik

mahasiswa Fasilkom UI belum maksimal dikarenakan terkendala oleh fasilitas.

Bicara hal lain, ternyata keresahan mengenai fasilitas ini tak hanya

dirasakan oleh mahasiswa saja. Terkait dengan fasilitas yang menunjang

kebutuhan umum, seperti mushola juga seringkali dikeluhkan. Tak sering

mahasiswa dan elemen fasilkom (dosen, pegawai kantin, janitor, staf) harus

mengantri untuk dapat menunaikan ibadah shalat maghrib. Ditambah, lahan parkir

yang sangat terbatas menjadikan Fasilkom selalu dilanda masalah fasilitas. Lahan

Parkir Mobil yang TIDAK ADA penerangan dan lahan parkir motor yang selalu

tidak mencukupi kebutuhan selalu menjadi masalah tersendiri tak hanya bagi

mahasiswa, tapi juga dosen.

Legenda dimulai sejak tahun 2012, dimana pada masa itu mantan Dekan

Fakultas Ilmu Komputer, Bapak T. Basaruddin, Ph.D, menjanjikan kepada

mahasiswa angkatan 2012 akan fasilitas gedung baru Fasilkom UI. Bahkan,

sewaktu itu Bapak Dekan sudah menunjukkan kepada mahasiswa Grand Design

dari gedung baru Fasilkom UI dan memamerkan rancangan tersebut di Gedung A

Lt. 2 Fasilkom UI. Hingga kini, rancangan gedung baru tersebut masih

terpampang dengan jelas. Sayangnya, 4 tahun berlalu, rancangan tersebut masih

juga berbentuk rancangan.

Berbicara mengenai terhentinya pembangunan Gedung Baru ini, ada satu

fenomena menarik yang bisa dikupas lebih dalam berkaitan dengan jumlah tenaga

Page 142: Download [3.72 MB]

135

kerja TI di Indonesia. Terhentinya pembangunan Gedung Baru ini menyebabkan

jumlah lulusan TI yang stagnan. Untuk menciptakan negara yang maju dari sisi

teknologi, tentu dibutuhkan lulusan perkuliahan TI (baik itu dari jurusan Ilmu

Komputer dan Sistem Informasi) yang berkualitas dan jumlahnya tidak sedikit.

Akan tetapi, sejak tahun 2012, tahun di mana pembangunan Gedung Baru

berhenti, Fasilkom UI terus mengalami penurunan kuota jumlah mahasiswa baru,

kecuali pada tahun 2016 ini. Padahal, jumlah mahasiswa yang tinggi akan

memperbesar peluang untuk menghasilkan lulusan TI yang lebih banyak. Andai

Gedung Baru Fasilkom UI tercipta, maka tentu saja kuota penerimaan Fasilkom

UI akan meningkat sehingga terciptalah peluang penambahan jumlah lulusan TI.

Kami mahasiswa Fasilkom pun sudah melakukan berbagai upaya follow-

up mengenai nasib Gedung Baru ini, mulai dari diskusi dengan Bu Dra. Mirna

Adriani Ph.D., selaku Dekan Fasilkom UI. Bapak Erry Riyana Hardjapamekas,

S.E. selaku Ketua MWA UI, hingga melakukan audiensi dengan Bapak Prof. Dr.

Ir. Muhammad Anis, M.Met., selaku Rektor UI pada Januari 2015. Hingga

akhirnya pada tahun 2016 ini, statement yang keluar dari Bu Mirna dan Pak Erry

kepada kami mahasiswa Fasilkom bahwa Gedung Baru akan diproses kembali

proses anggarannya pada tahun 2017.

Adapun poin-poin rangkuman dari penjelasan kami di atas berkaitan

dengan urgensi kebutuhan Gedung Baru:

1. Fasilitas yang dimiliki Fasilkom UI saat ini belum mencukupi

kebutuhan primer elemen Fasilkom UI (mahasiswa dan non-mahasiswa)

secara akademik maupun non-akademik.

2. Begitu banyak sudah masalah terkait fasilitas di Fakultas kami tercinta ini,

sehingga satu-satunya solusi adalah Gedung Baru untuk Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Indonesia.

Melalui surat ini, kami mahasiswa Fasilkom menuntut agar Bapak Anis

selaku Rektor Universitas Indonesia bisa memastikan proses pembangunan

Gedung Baru Fasilkom ini berjalan dan selesai dengan baik. Terlebih, Bapak

Anis pada saat audiensi dengan beberapa mahasiswa Fasilkom UI pada Januari

2015 mengatakan bahwa Gedung Baru Fasilkom adalah prioritas pertama

Page 143: Download [3.72 MB]

136

pembangunan pada periode kepemimpinan Pak Anis. Semoga adanya surat ini

dapat menjadi pengingat Pak Anis atas janjinya kepada mahasiswa Fasilkom UI.

Page 144: Download [3.72 MB]

137

Aspirasi Fakultas Ilmu Keperawatan

Analisa Kebutuhan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Rektor sebagai pemimpin di sebuah universtias harus mampu memenuhi

kebutuhan mahasiswa. Kebutuhan mahasiswa dalam lingkup universitas tidak

hanya berupa pendidikan saja, akan tetapi meliputi bidang minat dan bakat. Dalam

hal ini, Rektor Universitas Indonesia berusaha memberikan yang terbaik untuk

mahasiswanya. Perbaikan sistem akademik selalu dilakukan dari tahun ke tahun

guna meningkatkan mutu pendidikan di Universitas Indonesia. Akan tetapi,

perbaikan dalam bidang minat dan bakat masih dirasakan masih kurang,

khususnya dalam bidang olahraga. Hal tersebut dapat terlihat di beberapa fakultas

yang tidak memiliki sebuah lapangan. Terhitung terdapat 6 fakultas yang tidak

memiliki lapangan, yaitu Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik, dan 4 fakultas yang berasal dari Rumpun Ilmu Kesehatan (Kecuali

Fakultas Kesehatan Masyarakat).

Universitas Indonesia sendiri memang memiliki sebuah Gymnasium dan

beberapa lapangan futsal dan basket yang berada di dekat area PNJ. Akan tetapi

letaknya yang tidak dekat dengan fakultas ditambah banyaknya fakultas yang

ingin memakai sarana tersebut, membuat fakultas yang tidak memiliki lapangan

sendiri harus bersaing dengan fakultas-fakultas yang sudah memiliki lapangan

sendiri untuk menggunakan sarana tersebut. Rasanya cukup aneh ketika 4 fakultas

Rumpun Ilmu Kesehatan tidak memiliki lapangan olahraga untuk meningkatkan

derajat kesehatannya. Fakultas yang seharusnya bisa mempelopori hidup sehat

tidak didukung dengan sarana yang disediakan.

Fakultas Ilmu Keperawatan yang notabene memiliki gedung sendiri selain

di RIK tentu memiliki peluang lebih besar untuk membangun sebuah lapangan

sendiri. Ketika diadakan sebuah audiensi kepada pihak FIK mengenai lapangan,

pada dasarnya FIK tidak masalah untuk membangun lapangan dengan keuangan

sendiri alias tidak dibantu oleh UI. Akan tetapi pada faktanya pihak UI selalu

berdalih bahwa UI sudah memiliki rancangan sendiri sehingga tidak

Page 145: Download [3.72 MB]

138

diperbolehkan adanya sebuah bangunan tambahan. Padahal lapangan yang

dibangun oleh dana sendiri sangat dibutuhkan sekali oleh para mahasiswa. Survey

yang sudah dilakukan oleh Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa

BEM Fakultas Ilmu Keperawatan mendapatkan hasil sebanyak 85% mahasiswa

FIK (yang terdiri dari S1 sampai S3) sangat menganggap penting dan memerlukan

adanya sebuah lapangan. Hasil survey tersebut juga menyebutkan bahwa adanya

sebuah lapangan akan mampu membuat kegiatan kemahasiswaan lebih mudah

terselenggara dan mampu membuat hubungan antar mahasiswa lebih erat.

LAPORAN SURVEI KEBUTUHAN BEASISWA

FIK UI

“PENDIDIKAN PROFESI NERS”

Berdasarkan kuisioner

1. Mahasiswa FIK angkatan 2013

Mahasiswa FIK 2013 reguler berjumlah 110 mahasiswa. Adkesma

melakukan survei profesi pada angkatan 2013. Gambaran yang tertera di

bawah ini adalah berdasarkan survei yang telah dilakukan pada 110

mahasiswa FIK angkatan 2013.

2. Cara pembayaran biaya pendidikan

- Bidikmisi: 26 orang

- BOPB: 84 orang

3. Mahasiswa Bidikmisi

Mahasiswa bidikmisi akan dibiayai oleh pemerintah sampai dengan

profesi. Semua biaya pendidikan dan biaya klinik ditanggung oleh

bidikmisi. Namun, yang menjadi masalah pada mahasiswa bidikmisi

adalah biaya pelatihan BLS (Basic life support) sebanyak Rp 1.000.000/

orang.

4. Keinginan lanjut profesi

- Bidikmisi: 100% lanjut profesi (26 orang)

- Mahasiswa BOPB (84 siswa)

Jika biaya klinik tidak ditanggung BOPTN: ya: 23 orang (27%),

ragu-ragu: 49 orang (59%), tidak: 12 orang (14%)

Page 146: Download [3.72 MB]

139

5. Masalah mahasiswa FIK dalam melanjutkan profesi

- Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, beasiswa untuk

mahasiswa profesi sangat jarang.

- Sebagian besar mahasiswa FIK angkatan 2013 ragu-ragu

mmelanjutkan profesi jika harus membayar biaya klinik (Rp

2.500.000/orang)

- Setiap mahasiswa yang akan melanjutkan profesi harus mengikuti

pelatiihan basic life support (BLS) dan harus membayar sebanyak Rp

1.000.000/orang pada awal semester saat profesi. Bidikmisi tidak

meng-cover biaya BLS.

- Besaran BOP-B di FIK tergolong tinggi, rata-rata mahasiswa FIK

mengalami kesulitan bayar. Survei yang dilakukan menunjukkan

bahwa rata-rata mahasiswa FIK 2013 memiliki selisih bayar 2-3 juta

(kurang) dari besaran BOP-B mereka saat ini.

- Berdasarkan pengalaman profesi tahun 2016, cicilan untuk

pembayaran BOP-B profesi sangat sulit disetujui oleh Kemahasiswaan

FIK. Sedangkan 60% mahasiswa FIK 2013 mengharapkan adanya

cicilan karena merasa berat membayar BOP-B dengan sistem bayar

penuh di muka

- Selama menjalani profesi, biaya operasional yang dikeluarkan setiap

mahasiswa sangat besar. Hal ini mencakup biaya kos (lahan praktik

yang jauh dari depok, sehingga beberapa mahasiswa harus membayar

Ya27%

Ragu-ragu59%

Tidak14%

0%

Keinginan lanjut profesi jika biaya klinik TIDAK DITANGGUNG

oleh BOPTN

Page 147: Download [3.72 MB]

140

dua lokasi kos sekaligus), transportasi ke lahan praktik, APD (alat

pelindung diri, misalnya: sarung tangan, masker, alcohol swab, dll),

alkes (misalnya: strip kolesterol, asam urat, dan gula darah, Doppler),

fotokopi dan cetak laporan, serta biaya proyek pada saat praktik

lapangan.

URGENSI MAHASISWA FIK UI MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI

Setelah pengesahan UU No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan,

pelayanan keperawatan yang berkualitas di Indonesia telah menjadi suatu

keharusan. Pendidikan keperawatan juga didorong agar terus meningkatkan mutu

lulusannya supaya mampu menjawab tantangan dan permasalahan kesehatan

masyarakat Indonesia saat ini. Salah satu amanat yang terdapat di dalam undang-

undang tersebut, yaitu kompetensi perawat yang diakui merupakan mereka yang

berasal dari pendidikan profesi Ners. Sehingga, segala tindakan yang dilakukan

oleh perawat kepada pasiennya bersifat tanggung gugat dan dapat dipertanggung

jawabkan kepada insititusi profesi (baca : PPNI) maupun masyarakat penerima

asuhan. FIK UI sebagai pelopor pendidikan keperawatan sarjana terbaik di

Indonesia dibuktikan dengan akreditasi A oleh BAN-PT (sumber :

nursing.ui.ac.id) tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam melahirkan

generasi Ners dengan kapasitas diri yang mumpuni dan mampu memberikan

asuhan keperawatan yang optimal kepada masyarakat. Pendidikan profesi Ners di

FIK UI ditempuh dalam waktu 2 semester. Namun demikian, berbagai kendala

yang dialami oleh mahasiswa termasuk soal biaya pendidikan nyatanya dapat

melunturkan niat mulia tersebut. Sedangkan, kondisi Indonesia saat ini juga tidak

dapat dipungkiri sangat memerlukan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya,

tidak terkecuali perawat profesional. Perhatian sekecil apapun kepada kami para

calon perawat profesional masa depan akan sangat berarti. Hal ini termasuk

dengan bantuan beasiswa. Beasiswa dapat diberikan kepada mereka yang

kekurangan secara finansial namun memang berhasil membuktikan diri bahwa ia

sangat mencintai dunia keperawatan dan memiliki tekad untuk memajukan

Page 148: Download [3.72 MB]

141

keperawatan Indonesia serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia. Mahasiswa FIK UI telah dibekali dengan konsep pembelajaran critical

thinking dan evidence-based practice yang terbaik di antara pendidikan

keperawatan lainnya di Indonesia. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila

mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan profesi Ners hanya karena kendala

finansial. Besar harapan kami bahwa ILUNI UI dapat memberikan beasiswa bagi

mahasiswa kami dalam bentuk student loan. Sehingga, lulusan FIK UI yang telah

menyelesaikan pendidikan profesi Ners dapat mengembalikan beasiswa yang

telah diberikan secara bertahap saat mereka memasuki dunia kerja di klinik/rumah

sakit ternama di Indonesia. Tidak hanya itu, harapannya, lulusan FIK UI memiliki

tekad untuk bersedia ditempatkan di wilayah-wilayah terpencil Indonesia melalui

program pemerintah, seperti Nusantara Sehat agar dapat menyebarluaskan ilmu

keperawatan terkini kepada tenaga kesehatan yang berada di daerah pelosok

Indonesia demi kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan.

PREDIKSI RINCIAN BIAYA YANG TIDAK TERCOVER OLEH

BEASISWA

Sumber : Ns. Adiansyah, S.Kep* (Kepala Departemen Adkesma BEM FIK

UI 2014)

*Lulusan Ners FIK UI 2016

No Rincian Satuan Biaya

1 Kos (Depok dan Sekitar

Area Lahan Praktik)*

2 kamar Rp

1.000.000,00

2 Transportasi (PP RS-

Kos)*

26 hari x @Rp

20.000,00

Rp

520.000,00

3 Alat Pelindung Diri

(Masker, Hand Scoon)*

2-3 packs Rp

100.000,00

4 Alat Kesehatan (Strip :

kolesterol, asam urat, gula

darah, Doppler, dll)**

Tentatif (tergantung

pada stase, pada stase

KGD biaya

bertambah)

Rp

200.000,00

5 Fotocopy dan print Tentatif Rp

Page 149: Download [3.72 MB]

142

laporan tindakan* 300.000,00

6 Biaya proyek (untuk tugas

akhir Karya Ilmiah Ners)

Tentatif, tergantung

agregat dan setting

Rp

500.000,00

Keterangan :

* : biaya dikeluarkan per bulan

** : biaya dikeluarkan tidak selalu per bulan, tergantung pemakaian pada stase

tertentu

Biaya proyek dikeluarkan satu kali saat menjelang tugas akhir

PREDIKSI TOTAL BIAYA selama PENDIDIKAN PROFESI NERS FIK UI

(2 semester) per mahasiswa :

Non-penglaju (asal daerah luar Jabodetabek) : Rp 22.440.000,00

Penglaju (domisili Jabodetabek/tempat tinggal dekat dengan lahan

praktik) :

Rp 10.440.000,00

Page 150: Download [3.72 MB]

143

ASPIRASI FAKULTAS FARMASI

Fakultas Farmasi UI merupakan fakultas yang baru terbentuk pada 2011.

Dari 5 tahun berdiri sebagai fakultas, masih terdapat tidak baiknya sistem yang

berjalan seperti sumber daya manusia, kegiatan belajar mengajar, dan fasilitas.

Berikut permasalahan-permasalahan yang terdapat pada Fakultas Farmasi yang

dirasakan oleh mahasiswanya.

Fasilitas

Farmasi UI saat ini menempati gedung yang berada di Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK).

Gedung di FMIPA dipakai untuk kegiatan belajar mengajar dari program

Apoteker, Magister, dan Doktoral, juga laboratorium untuk kegiatan praktikum.

Sedangkan gedung RIK untuk kegiatan belajar mengajar program Sarjana.

Pada gedung di FMIPA banyak dikeluhkan terkait lapangan parkir untuk motor.

Dahulu parkiran motor terdapat di bagian utara gedung Farmasi, namun

belakangan ini hanya untuk dosen dan karyawan sedangkan parkiran motor

mahasiswa dipindahkan ke parkiran Geografi dan parkiran utama MIPA yang

dipungut biaya. hal ini disayangkan karena kegiatan laboratorium atau

perkuliahan yang terkadang hingga malam hari membuat mahasiswa ingin cepat

pulang dengan langsung ke parkiran yang dekat dengan gedung aktivitasnya,

apalagi parkiran MIPA yang dibatasi waktu untuk keluarnya kendaraan.

Masalah selanjutnya adalah kondisi toilet fakultas yang tidak baik. Dari hasil

survey dengan responden Mahasiswa Farmasi UI dari berbagai program

pendidikan, terdapat 50% dari responden yang menyatakan kondisi toilet yang

tidak baik bahkan sangat tidak baik. Toilet yang bisa digunakan untuk mahasiswa

laki-laki adalah toilet di lantai basement, 1, dan 3 dan toilet untuk wanita hanya di

lantai 2 dan 3. Toilet pada lantai 1 terdapat urinoir yang bocor dan pada lantai 3

(laki-laki) di dalam toilet menjadi tempat untuk menaruh barang-barang

kebersihan toilet sehingga mengganggu dalam pemakaian wastafel.

Page 151: Download [3.72 MB]

144

Kondisi Toilet Fakultas

Grafik 1: Presentase Kondisi Toilet Fakultas

Masalah selanjutnya ialah terkait peminjaman ruangan untuk kelas. Kelas

pengganti yang diadakan terhambat dengan birokrasi yang ada. Misalnya untuk

peminjaman kelas baik di RIK maupun di Farmasi harus mengisi form yang salah

satunya berisi persetujuan dosen mata kuliah dan kaprodi S1, hal ini terkadang

sulit dilaksanakan terkait sulitnya untuk mendapatkan TTD dosen mata kuliah

atau kaprodi. Lalu tidak adanya speaker yang mumpuni untuk kegiatan belajar

mengajar di gedung Farmasi, hanya beberapa yang berfungsi. Ruangan kelas di

RIK pada beberapa kasus dibuka dalam hitungan beberapa menit sebelum kelas di

mulai, padahal mahasiswa banyak yang ingin menyiapkan untuk kegiatan

perkuliahan.

Fasilitas diluar kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh mahasiswa

Farmasi adalah Lapangan olahraga. Karena sulitnya untuk meminjam fasilitas di

UI seperti lapangan juga disebabkan oleh banyak fakultas lain maupun UKM yang

membutuhkan tempat untuk latihan. Padahal beberapa fakultas lain telah memiliki

lapangannya sendiri. Berbagai BEM dari RIK sudah mencoba untuk

mencanangkan diadakannya lapangan di lingkungan RIK namun sampai saat ini

hal ini mustahil disetujui oleh pihak rektorat terkait lahan dan juga pendanaan.

43,70%

6,40%

50%

Kondisi Toilet Fakultas

Tidak baik

Sangat tidak baik

Baik

Page 152: Download [3.72 MB]

145

Grafik 2: Presentase Peminjaman Fasilitas di UI

Grafik 3: Kemudahan Birokrasi dalam Peminjaman Fasilitas di UI

56,20%

43,80%

Peminjaman Fasilitas di UI

Tidak PernahMeminjam

Pernah Meminjam

28,60%

71,40%

Kemudahan Birokrasi dalam Meminjam

Mudah

Tidak Mudah

Page 153: Download [3.72 MB]

146

SUMBER DAYA MANUSIA

Keramahan dari tenaga non-pendidik di Farmasi UI saat ini belum dapat

diidentifikasi secara detail, namun banyak yang mengeluhkan terkait keramahan

pada Satpam di beberapa gedung RIK yang tidak ramah seperti saat kegiatan

perkuliahan sudah selesai, hanya selang waktu beberapa menit mahasiswa diusir

dengan tidak ramah.

Sementara itu, menurut ad-for yang diberikan pada mahasiswa Farmasi

UI, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tenaga akademis Farmasi UI seperti

kehadiran dosen yang kurang. Hal ini membuat mahasiswa yang mempunyai

kegiatan lain untuk menjalankan kegiatannya, dan terkadang karena banyaknya

kelas pengganti dan banyaknya kelas dengan mata kuliah yang sama sehingga

menyulitkan penentuan kelas pengganti, bahkan dibeberapa kasus ada mahasiswa

yang harus memilih salah 1 di antara 2 mata kuliah yang diambilnya yang

disebabkan oleh kelas pengganti di hari yang sama dan di jam yang sama pula.

Sedikitnya tenaga pendidik di Farmasi UI dan juga waktu kegiatan dosen di luar

yang juga padat membuat kegiatan belajar mengajar sulit untuk berjalan dengan

baik.

Grafik 4: Presentase Urgensi EDOM

46,80%

43,80%

9,40%

1,2

Presentase Urgensi EDOM

Sangat Penting

Penting

Tidak Penting

Sangat Tidak Penting

Page 154: Download [3.72 MB]

147

Pengaruh EDOM terhadap Pengajar

Grafik 5: Presentase Pengaruh EDOM terhadap Pengajar

Sudah banyak keluhan yang rinci yang telah disampaikan oleh

mahasiswa melalui EDOM. Dapat dilihat dari grafik 3 bahwa 46,8%

menganggap EDOM sangat penting, ditambah 43,8% menganggap EDOM

penting. Namun, pengaruh EDOM terhadap perbaikan dari kegiatan

belajar mengajar dosen hanya dirasakan oleh sedikit orang 31,3% tidak

merasakan pengaruh dari edom, dan 31,3% tidak mengetahui pengaruhnya

terhadap pengajar. Alangkah lebih baiknya jika evaluasi yang

diaspirasikan oleh mahasiswa bisa terlihat dengan adanya perubahan, jika

memang tidak bisa diterima ataupun beberapa evaluasi dari mahasiswa

dirasa tidak baik, maka alangkah lebih baiknya diadakan diskusi terkait hal

tersebut.

KEGIATAN KAMPUS (KBM DAN KEMAHASISWAAN)

37,84%

31,30%

31,30%

1,2

Pengaruh EDOM terhadap Pengajar

Ya

Tidak

Tidak Tahu

Page 155: Download [3.72 MB]

148

Sistem kegiatan belajar mengajar di Farmasi UI masih terdapat

beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Ada beberapa permasalahan

yang dirasakan oleh mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar:

1. Terdapat beberapa pengajar yang terkadang tidak dapat menghadiri KBM

sehingga harus mencari jadwal pengganti.

2. Hanya sedikit tenaga pendidik. karena apabila kelas tidak bisa diadakan

oleh dosen yang mengajar mata kuliah tertentu, ada dosen dengan keahlian

yang sama yang bisa menggantikannya agar kegiatan belajar mengajar bisa

berjalan dengan lancar tanpa adanya pengadaan kelas pengganti.

Untuk kegiatan kemahasiswaan di Fakultas Farmasi sudah sangat didukung oleh

pihak Kemahasiswaan dari Fakultas.

Page 156: Download [3.72 MB]

149

Aspirasi Fakultas Ilmu Administrasi

FIA UI adalah fakultas yang baru terbentuk pada 2015 silam. Sebagai fakultas

yang baru terbentuk, seharusnya FIA UI dapat menyempurnakan sistem yang akan

dijalankan mulai dari fasilitas, sumberdaya manusia, kegiatan belajar mengajar,

dan kegiatan kemahasiswaannya. Namun di sisi lain, timbul permasalahan-

permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembentukan sistem secara

utuh. Berikut permasalahan-permasalahan yang dirasakan oleh mahasiswa FIA UI

tahun 2015 dan 2016.

FASILITAS

FIA UI adalah sebuah fakultas baru sehingga belum memiliki gedung sendiri yang

terpisah dari FISIP UI. Sampai saat ini, FIA mendapatkan dua gedung yang

berada di FISIP UI, yaitu gedung G dan gedung M. Karena hanya memiliki dua

gedung, seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seluruh civitas FIA UI berkutat

pada kedua gedung tersebut. Namun, kedua gedung tersebut memiliki kondisi

yang buruk sehingga menganggu jalannya kegiatan yang dilakukan oleh civitas

FIA UI.

Pada data ad-for yang dilaksanakan oleh BEM FIA UI 2016 kepada mahasiswa

FIA UI 2015 dan 2016, terdapat beberapa permasalahan yang cukup besar

mengenai sarana dan prasarana yang berada di FIA UI. Dari 202 responden,

permasalahan akan fasilitas terletak pada ruangan auditorium gedung M FIA UI,

ruang kelas gedung G dan M FIA UI beserta sarana pendukungnya, dan ruang

sekretariat lembaga. Nilai terhadap fasilitas di FIA menurut mahasiswa FIA

adalah 2,79 dari skala 5. Berikut rincian kondisi sarana dan prasarana di FIA UI

berdasar keluhan mahasiswa pada ad-for:

Sarana dan Prasarana Kondisi

Auditorium gedung M -Bocor yang cukup parah pada atap auditorium

-Pendingin ruangan tidak berfungsi

sehingga

harus menggunakan pendingin

tambahan

Ruang kelas (Gedung G) -kursi lama yang sudah tidak nyaman untuk

Page 157: Download [3.72 MB]

150

digunakan, selain itu juga terdapat

beberapa

kursi yang rusak

-Lampu tidak menyala dengan terang

sehingga

membuat kegiatan belajar mengajar

kurang

nyaman

-Ruang kelas yang termasuk kecil

untuk jumlah mahasiswa yang banyak

-Jaringan WiFi yang kurang baik pada

lantai 3

dan 4

Grafik 1 : Total Pendapatan FIA UI 2016

Grafik 2 : Presentase Pengeluaran Kegiatan FIA Terhadap Total Pengeluaran

FIA 2016

99,30%

0,70%

Total Pendapatan FIA UI 2-16

BOP

Non-BOP

77%

17%6%

Presentase Pengeluaran Kegiatan FIA Terhadap Total

Pengeluaran

Biaya Operasional

BiayaPengembangan

Biaya Investasi

Page 158: Download [3.72 MB]

151

Kondisi fasilitas di FIA UI 2016 dapat menimbulkan pertanyaan jika

membandingkan kondisi sarana dan prasarana pada FIA UI 2016 dengan

presentasi pengeluaran FIA UI 2016. Pada grafik 2 dinyatakan bahwa biaya

tersbesar yang dilakukan oleh mahasiswa FIA adalah biaya operasional. Total

pengeluaran FIA UI 2016 adalah Rp. 20.369.381.728,00 sehingga biaya

operasional sebesar Rp 15.671.911.072,00. Biaya operasional terdiri dari belanja

pegawai, belanja operasional, dan belanja pemeliharan. Dengan rincian anggaran

seperti itu, sudah seharusnya kondisi sarana dan prasarana yang ada di FIA UI

diperbaiki sehingga memadai.

Hampir seluruh penerimaan FIA UI tahun 2016 berasal dari Biaya

Operasional Pendidikan (BOP), yang dapat diartikan bahwa hamper seluruh

pengeluaran FIA UI tahun 2016 dibiayai oleh mahasiswa FIA UI. Dengan begitu,

sudah sepatutnya mahasiswa FIA mendapatkan hak yang telah dibayarkannya,

termasuk melalui perbaikan kondisi sarana dan prasarana di FIA UI (Gedung G

dan Gedung M).

Sebagai fakultas yang baru terbentuk pula, salah satu hal utama adalah

pembangungan gedung baru FIA. Proyeksi pembangungan gedung baru FIA oleh

dekan FIA, Prof. Eko Prasojo, Peletakan batu pertama dan proses pembangungan

dimulai pada tahun 2018 sehingga gedung FIA dapat digunakan pada tahun 2020.

Hal tersebut cukup disayangkan, karena mahasiswa FIA angkatan 2015 dan 2016

harus menjalani perkuliahan sampai lulus di gedung G dan gedung M FISIP UI

tanpa memiliki gedung sendiri. Padahal, sebagian dari BOP yang dibayarkan oleh

mahasiswa FIA 2015 dan 2016 diperuntukkan untuk investasi gedung baru, maka

seharusnya mahasiswa FIA 2015 dan 2016 juga memiliki hak dalam penggunaan

gedung baru. Namun, belum dapat dipastikan apakah biaya investasi 6% untuk

pembuatan gedung baru dapat mencapai target tersebut. Biaya investasi sebesar

Rp 1.229.640.656,00 tentunya memang tidak cukup jika mengejar pembangunan

untuk dapat digunakan oleh mahasiswa FIA angkatan 2015 dan 2016. Maka, jika

mahasiswa FIA 2015 dan 2016 tidak dapat menggunakan gedung baru, akan lebih

baik jika kondisi pada gedung yang saat ini digunakan diperbaiki dan dipelihara,

sehingga tidak dirasa merugikan.

Page 159: Download [3.72 MB]

152

SUMBER DAYA MANUSIA

Keramahan non-pendidik di FIA UI belum dapat diidentifikasi secara rinci

karena tidak ada data mengenai keramahan non-pendidik di FIA UI. Namun

beberapa mahasiswa menganggap caraka dan satpam di FIA UI tidak ramah,

terutama jika sudah mendekati jam malam.

Sementara itu, menurut ad-for yang diberikan pada mahasiswa FIA UI,

tenaga akademis FIA UI masih memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan,

seperti kehadiran dosen yang kurang, dan penerapan kelas gabungan oleh

beberapa dosen yang dianggap membuat suasana belajar mengajar menjadi tidak

kondusif.

Grafik 4 : Presentasi Urgensi Edom

38,30%

48,90%

10,60%

2,20%

Presentase Urgensi EDOM

Sangat Penting

Penting

Tidak Penting

Sangat Tidak Penting

Page 160: Download [3.72 MB]

153

Grafik 5: Pengaruh Edom Terhadap Pengajar

Keluhan-keluhan lebih rinci disampaikan oleh mahasiswa melalui edom. Dapat

dilihat dari grafik 4 bahwa 38,3% menganggap edom sangat penting, ditambah

48,9% menganggap edom penting. Namun, hasil dari edom itu sendiri perlu

dipertanyakan. 21,3% tidak merasakan pengaruh dari edom, dan 40,4% tidak

mengetahui pengaruhnya terhadap pengajar. Maka disarankan untuk dapat

memastikan bahwa kritik dan saran mahasiswa terhadap tenaga pengajar telah

dilaksanakan. Jika masih banyak mahasiswa yang tidak perubahan dari tenaga

pengajar, dapat diartikan bahwa sejauh ini, penggunaan edom belum dirasakan

manfaatnya secara langsung. Atau jika kritik dan saran memang tidak dapat

diterima oleh pihak pengajar, maka dibutuhkan transparansi sehingga mahasiswa

dapat mengetahui sejauh apa kritik dan saran yang dapat diberikan oleh

mahasiswa.

KEGIATAN KAMPUS (KBM DAN KEMAHASISWAAN)

38,30%

21,30%

40,40%

Pengaruh EDOM Terhadap Pengajar

Ya

Tidak

Tidak Tahu

4th Qtr

Page 161: Download [3.72 MB]

154

Sistem kegiatan belajar mengajar di FIA UI dapat dikatakan masih dalam tahap

transisi. Masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada data ad-for,

beberapa permasalah yang dirasakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah

sebagai berikut:

3. Jumlah mahasiswa dalam satu kelas terlalu banyak sehingga membuat

KBM menjadi tidak kondusif. Jumlah seluruh mahasiswa FIA angkatan

2016 sejumlah 324 orang, terbagi pada 6 kelas (fiscal regular, fiscal

parallel, niaga regular, niaga parallel, negara regular, negara parallel),

maka dalam satu kelas terdapat kurang lebih 54 mahasiswa dalam satu

ruang kecil.

4. Terkadang KBM dilaksanakan secara gabungan (dua kelas dijadikan satu)

dengan hanya satu pengajar. Hal ini membuat KBM menjadi tidak efektif.

3. Terdapat beberapa pengajar yang terkadang tidak dapat menghadiri KBM

sehingga harus mencari jadwal pengganti.

Selain ketiga poin permasalah dari data ad-for, terdapat permasalahan pada SAP

mata kuliah yang overlap. Contohnya terdapat pada mata kuliah Teori Organisasi

(TO) di semester tiga dan mata kuliah Perilaku Organisasi (PO) di semester

empat. Kedua mata kuliah tersebut memiliki kurang lebih beberapa SAP yang

sama, contohnya yaitu pada materi budaya organisasi dan konflik organisasi,

dimana pada kedua mata kuliah tersebut, bahasan yang dilakukan juga sama

sehingga tidak menambah ilmu. Hal ini dianggap merugikan mahasiswa karena

harus mengulang materi yang sama. Tambahan permasalah dalam hal KBM

terletak pada kondisi fasilitas yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 1: Besaran Pengeluaran dan Penerimaan FIA UI.

Page 162: Download [3.72 MB]

155

Grafik 6: Persentase Pengeluaran FIA Berdasarkan Jenis Kegiatan

Sangat disayangkan karena 92% dari pengeluaran FIA adalah untuk pendidikan,

namun hal tersebut belum maksimal, terbukti dari kondisi yang dialami

mahasiswa FIA di atas.

Sementara itu, untuk kegiatan kemahasiswaan masih sangat minim bantuan yang

diberikan oleh fakultas sehingga menyulitkan jalannya kegiatan kemahasiswaan.

Data dari adkesma BEM FIA UI 2016 menyatakan bahwa rata-rata kepuasan

mahasiswa terhadap bantuan fakultas pada lembaga-lembaga kepuasan hanya

mencapai 2.1 dari skala 5. Dari total 46 mahasiswa, 36 mahasiswa merasa

dihambat oleh kebijakan fakultas. Berikut keterangan hambatan yang

dikemukakan oleh mahasiswa FIA:

1. Tidak adanya secretariat untuk BEM, BPM, dan UKF sehingga masih

harus meminjam ruangan.

2. Birokrasi peminjaman ruangan yang menyuliltkan.

3. Kebijakan jam malam ruangan (jam 8 malam) sangat menyulitkan.

Kegiatan belajar baru selesai pukul 5 tapi pukul 8 seluruh kegiatan

kemahasiswaan tidak dapat dilanjutkan sehingga waktu yang tersedia

Persentase Pengeluaran FIA Berdasarkan Jenis Kegiatan

Pendidikan

Penelitian

Pengabdian Masyarakat

Page 163: Download [3.72 MB]

156

sangat kecil.

4. Belum ada dana operasional untuk tiap lembaga

5. Dana untuk UKF belum ada yang turun

6. Birokrasi dan aturan dalam permohonan dana menyulitkan dan tidak jelas

7. Tidak ada sosialisasi terhadap birokrasi dan aturan yang ada di FIA

sehingga menyulitkan

8. Kejelasan status lembaga

Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan Oleh Rektorat Secara Proporsional

Grafik 7: Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan oleh Rektorat Secara

Proporsional

Jika melihat kondisi FIA dan hasil survei di atas, 72,3% setuju bahwa UI

mendukung kegiatan kemahasiswaan di bawah rektorat secara proporsional.

Namun kurang dapat dipahami segini “proporsional” yang dimaksud. Apakah

permasalahan-permasalahan pada kegiatan kemahasiswaan di FIA yang telah

disebutkan di atas menjadi tanggung jawab rektorat pula, atau hanya tanggung

jawab kemahasiswaan FIA? Jika permasalahan tersebut merupakan tanggung

jawab dari rektorat pula, maka sudah sepatutnya permasalahan-permasalahan

tersebut diperbaiki dan diselesaikan agar tidak mengakar dalam budaya kegiatan

kemahasiswaan FIA UI.

Dukungan Terhadap Kegiatan Kemahasiswaan oleh Rektorat

Secara Proporsional

Ya

Tidak

Page 164: Download [3.72 MB]

157

Aspirasi Program Vokasi

Pada kesempatan kali ini, saya ingin menjelaskan permasalahan-permasalahan

apa saja yang terjadi di Program Vokasi Universitas indonesia sesuai permintaan

MWA kepada saya. Setahun sudah saya menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif

Mahasiswa Program Pendidikan Vokasi UI 2016. Banyak perubahan dan polemik

yang terjadi selama saya menjabat selama setahun belakangan ini.

Permasalahan biaya kuliah masih menjadi perhatian khusus bagi saya untuk

tahun ini, terutama di tahun ini biaya kuliah Program Vokasi UI naik dari 7 juta

rupiah menjadi 8 juta rupiah. Kenaikan tersebut tidak sebanding dengan beasiswa

yang didapat bagi mahasiswa Vokasi UI. Tahun ini tercatat mahasiswa yang

menunggak berada di kisaran 1,2 M dengan 800 ratus juta berasal dari mahasiswa

Vokasi UI yang aktif. Hal itu menunjukkan bahwa kebijakan menaikan biaya

kuliah tidak membantu persoalan untuk mahasiswa yang menunggak apalagi tidak

dijalankan dengan penambahan beasiswa yang ada di Vokasi UI.

Selain biaya kuliah, Permendikti No.50 tahun 2015 memicu polemik Vokasi

se-indonesia terutama dalam pasal 4 ayat 1 dan 2. Dikatakan bahwa “Program

diploma yang diselenggarakan universitas, institut, dan sekolah tinggi:

a. Paling banyak 10 persen dari jumlah program sarjana; dan

b. Tidak menyelenggarakan Program Studi yang sama dengan Program Studi

pada program diploma di politeknik dan/atau akademik di dalam kota atau

kabupaten tempat Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi tersebut

berada”

Hal itu membuat program studi yang sama dengan Politeknik Negeri jakarta

menjadi terancam keberadaannya. Tidak hanya itu, pembatasan jumlah mahasiswa

10% dari program sarjana dinilai tidak jelas alasannya.

Sistem cicilan yang dipakai sekarang juga menjadi permasalahan yang cukup

pelik, sebab apabila mahasiswa yang mengajukan cicilan dan telat dalam

memenuhi kewajibannya membayar cicilan akan diberikan denda 25% dari total

cicilan yang belum dibayar.

Page 165: Download [3.72 MB]

158

Fasilitas yang ada di Vokasi UI dalam mewadahi minat dan bakat mahasiswa

Vokasi UI masih menjadi fokus dalam hal:

1. Lap futsal (kualitas lapangan yang tidak standar)

2. Lap Voli ( kualitas lapangan voli yang tidak standar)

3. Wifi yang kurang memadai (sangat parah)

4. Kondisi jalan di pintu masuk Vokasi UI (sangat parah)

5. CCTV yang kurang memadai

6. Sepeda kuning yang hanya terus dijanjikan akan segera terealisasi namun

nyatanya belum.

Demikian tulisan singkat saya dalam rangka Evaluasi akhir tahun rektor UI.

Semoga apa yang tertulis disini benar-benar diperhatikan secara serius. Atas

perhatiannya saya ucapakan terima kasih.

Silvester Yoviano Wolffiant

Ketua BEM Vokasi UI 2016

Page 166: Download [3.72 MB]

159

Bab iii

KOMPILASI KAJIAN

BADAN KELENGKAPAN MWA UI

UNSUR MAHASISWA 2016

Page 167: Download [3.72 MB]

160

Endowment Fund: Potensi UI yang Masih Dinanti

Oleh Syifa Amania Afra

1. Latar Belakang

Endowment Fund (Dana Abadi) merupakan sebuah konsep pendanaan

yang bersumber dari kumpulan dana alumni maupun donatur yang dihimpun

untuk diakumulasikan dan dikelola dalam berbagai jenis instrumen investasi di

pasar modal seperti reksadana, saham, obligasi dan time deposit. Return dari

investasi endowment fund digunakan untuk mendanai tujuan nirlaba tertentu dari

suatu lembaga sedangkan dana pokoknya akan terus ditumbuhkembangkan.

Lembaga-lembaga besar di dunia terutama perguruan tinggitelah menggunakan

konsep endowment fund sebagai salah satu kekuatan vital untuk mendanai

keuangannya. National Association of College and University Business Officers

(NACUBO) pada tahun 2008 merilis hasil investasi dari dana abadi Harvard

bahkan mencapai US$36,4 miliar atau setara Rp 474 triliun. Stanford University

menghasilkan return US$17 miliar dan MIT US$10 miliar. Bahkan NUS

memiliki capaian hasil investasi tertinggi di Asia yaitu sebesar US$774 juta.

Sejarah telah membuktikan bahwa konsep dana abadi memiliki kekuatan besar

dibalik pendanaan suatu lembaga.

Sejak tahun 2010, Indonesia baru menerapkan konsep dana abadi untuk

mengoptimalkan penyerapan dana pendidikan, salah satunya melalui universitas

yang merupakan salah satu Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai Perguruan

Tinggi Negeri badan hukum (PTNbh) memiliki kemandirian untuk mengelola

segala urusan akademik dan non akademik kampusnya. Terutama dari segi

pendanaan, UI tidak lagi bisa bergantung hanya kepada dana yang bersumber dari

APBN (BPPTN). UI memiliki 6 sumber pendanaan lain yaitu: dana yang

bersumber dari uang kuliah, dana hibah penelitian, dana hasil ventura, dana dari

masyarakat, dana yang dikembangkan dari hasil kerjasama tridharma perguruan

tinggi dan dana hasil pengelolaan dana abadi.

Selama ini, UI hanya mengoptimalkan kanal pendanaan NON APBN yang

bersumber dari uang kuliah mahasiswa. Padahal dengan sistem keuangan

desentralisasi, tiap fakultasmemiliki kebebasan untuk mengeksplorasi segala

Page 168: Download [3.72 MB]

161

sumber keuangannya secara mandiri. Maka sejatinya UI dan setiap fakultasnya

memiliki potensi besar untuk memanfaatkan dana hasil pengelolaan dana abadi

sebagai salah satu sumber pendanaannya kelak.

2. Dasar Hukum

Tujuan negara yang termaktub pada pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NKRI 1945) salah

satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen untuk mewujudkan

tujuan tersebut diejawantahkan melalui penjaminan hak pada Pasal 28 C ayat (1)

yang menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan

kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Penjaminan hak tersebut dikukuhkan kembali pada Pasal 31 ayat (1) yang

menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pada Pasal 31

ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Sejalan dengan itu UUD 1945 kembali menegaskan komitmen

Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Pasal 31 ayat (4)

bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua

puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional”.

Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang

disebutkan pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) memiliki peran strategis dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka untuk menjamin penyelenggaraan

pendidikan tinggi ditetapkanlah Undang-Undang NO.12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan TInggi sebagai dasar dan kepastian hukum dalam

penyelenggaraannya. Menilik pada Pasal 62 ayat (1) yang menyebutkan bahwa

Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai

Page 169: Download [3.72 MB]

162

pusat penyelenggaraan tridharma yang meliputi pengelolaan di bidang akademik

dan non akademik. Pada Pasal 65 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan

otonomi itu diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri

Pendidikan Nasioanl kepada PTNbh. Pada Pasal 84 ayat (2) disebutkan bahwa

Perguruan Tinggi dapat memperoleh pendanaan melalui masyarakat salah satunya

melalui dana abadi pendidikan.

Kemudian,untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 ayat (3) bahwa perlu

ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan

PTNbh maka ditetapkanlah PP No.26 Tahun 2015. Pada Pasal 11 ayat (1)

menjelaskan bahwa pendanaan PTNbh yang bersumber dari selain APBN salah

satunya dapat bersumber dari dana abadi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Menteri Keuangan (PMK)No.238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan,

Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana

Cadangan Pendidikan. Melalui PMK tersebut diamanatkan bahwa dalam APBN

dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional berupa Endowment Fund

dan dana cadangan pendidikan yang pengelolaannya dilakukan oleh BLU secara

transparan dan akuntabel sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara.

Pengelolaan tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam

Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah

Tangga. Pada BAB VII tentang Pengelolaan Keuangaan Pasal 130 ayat (1)

menyebutkan bahwa Universitas dapat membentuk dana-dana khusus yang

mempunyai maksud dan tujuan strategis tertentu dan tersendiri, yang dapat

berbentuk namun tidak terbatas pada: a. Dana abadi, b. Dana Cadangan, c. Dana

Cadangan Aset Tetap, dan d. Dana Beasiswa.Ayat tersebut mengimplikasikan

bahwa universitas dapat membentuk kanal pendanaan yang bersumber dari 4

sumber tersebut namun tidak terbatas hanya kepada sumber-sumber tersebut,

universitas sebagai PTN bh dapat terus bereksplorasi mengembangkan pendanaan

keuangannya secara mandiri selama sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut ayat (2) pada Pasal yang sama disebutkan bahwa Dana Abadi

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah dana yang dibentuk oleh

Universitas dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah dana yang akan dikelola

secara khusus sehingga hasil dari pengelolaan dana tersebut dapat digunakan

Page 170: Download [3.72 MB]

163

untuk mendukung kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tanpa mengurangi nilai

pokok dana tersebut. Secara holistik dan sistematisinstrumen perundang-undangan

telah mengamanatkan pengelolaan dana abadi sedemikian rupa agar dapat

dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya.

3. Permasalahan

Urgensi Pendanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Setiap lembaga pasti memiliki visi yang berfungsi sebagai arah

pembangunan dan pengembangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Agar memiliki arah pembangunan dan pengembangan yang jelas,makadisusunlah

berbagai perencanaan baik melalui perencanaan jangka pendek, menengah

maupun jangka panjang.Pendanaan tentu menjadi unsur terpenting untuk

merealisasikan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang telah

disusun.Pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang mandiri memiliki

tupoksi yang sama pentingnya untuk universitas maupun fakultas. Relevansi

antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sendiri memiliki keterkaitan

yang saling terinterpendensi. Pendanaan jangka pendek merupakan langkah-

langkah yang disusun untuk mencapai pendanaan jangka panjang. Namun, bukan

berarti pendanaan jangka panjang itu sendiri dibiarkan tersusun oleh pendanaan

jangka pendek begitu saja. Dalam menjalankan pendanaan jangka pendek pun

harus berdasarkan dan mengarah kepada gambaran holistik dari pendanaan jangka

panjangnya. Sehingga muncul sinkronisasi antara pendanaan jangka pendek dan

jangka panjang. Terlebih, UI sebagai PTNbh memiliki wewenang mandiri untuk

mengelola keuangannya tentu harus mampu mengoptimalkan statusnya dalam

upaya pemenuhan pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dapat

mencapai tujuannya. Status PTN bh yang dimiliki UI jika dimanfaatkan dengan

baik sejatinya dapat memberikan keuntungan terutama dalam pengelolaan

keuangannya. UI dan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya dapat

mengoptimalkan pendanaan bukan hanya dari penerimaan BPPTN bh namun

ditunjang dengan perolehan pendapatan dari berbagai sumber.

Teknis Pengumpulan Dana (komparasi dengan universitas lain).

Untuk menjamin tercapainya pendanaan jangka pendek maupun jangka

panjang sebuah lembaga juga harus memiliki teknik pengumpulan dana yang

Page 171: Download [3.72 MB]

164

optimal. Salah satunya adalah teknik pengumpulan dana abadi. UI bersama PTN

bh lainnya dapat menjalin kerja sama dan melakukan sharing knowledge dalam

pengelolaan dana abadi. Di dalam negeri sendiri terdapat Perguruan Tinggi yang

dikenal dengan prestasinya sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun

2007 yaitu ITB. Menurut Pasal 60 Statuta ITB, Endowment fund ITB atau yang

disebut Dana Lestari ini dikelola oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari

(BPUDL).BPUDL merupakan hasil penggabungan dari Satuan Usaha Komersial

(SUK) dan Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) ITB dan pada dasarnya

melanjutkan fungsi penggalangan dana yang bukan berasal dari pemerintah

(APBN) untuk menunjang operasional ITB.

Kompas melaporkan bahwa disaat dana lestari baru memasuki usia ke-

3nya ITB sudah mampu menghimpun dana lestari sebesar US$20 juta atau setara

dengan Rp 200 miliar rupiah. Sedangkan menurut laporan MWA ITB yang

disampaikan oleh Rektor ITB dalam rangka Dies Natalis ITB ke-56 pada Maret

2015 lalu, total Dana Lestari yang dikelola BPUDL per 31 Desember 2014

sebesar Rp. 113 milyar dan hasil investasi tahun 2014 sebesar Rp. 13,573 milyar.

Hal ini menunjukkan presentase jumlah endowment fund mencapai 8,75% dari

total realisasi penerimaan dan pendapatan anggaran tahun 2014 yang berjumlahRp

1,294,994 trilliun dan menghasilkan return sebesar 11,98% dari pengelolaan

endowment fund tahun 2014.

Lalu bagaimana dengan UI? Menurut sebuah laporan, kinerja pengelolaan

hasil investasi Dana Abadi UI pada tahun 2012 bahkan hanya mencapai 4% dari

seluruh anggaran. Sedangkan pada tahun 2015 lalu baru mencapai sebesar Rp 49

miliar dari total pendapatan sebesar Rp 2.041.120.399.485 triliun yang berarti

hanya memiliki presentase 2,4% dari total pendapatan tersebut.Di tahun 2016 ini,

MWA UI memiliki kesadaran yang besar akan pentingnya optimalisasi dana

abadi. Kesadaran tersebut diejawantahkan dengan menetapkan target kepada

Rektor UI untuk menghimpun dana abadi tahun 2016 sebesar Rp 100

miliar.Namun kemudian menjadi pertanyaan besar bagaimana UI akan

menghimpun dana tersebut.

Adanya trade off antara pendanaan jangka pendek dan jangka

panjang.

Page 172: Download [3.72 MB]

165

Jika ditilik lebih dalam, pendanaan jangka pendek dan jangka panjang

melalui pengelolaan Endowment Fund memiliki konsekuensi dan risiko lain yang

harus dipertimbangkan,diprediksikan dan dipersiapkan solusinya secara

matang.Pengoptimalisasian dana abadi akan menimbulkan trade off antara

pendanaan jangka pendek dengan pendanaan jangka panjang. Karena keterbatasan

sumber dana membuat suatu lembaga harus mampu memprioritaskan pendanaan

yang akan dijadikan fokus pengelolaan keuangan. Ketika suatu lembaga

memutuskan untuk concern terhadap pendanaan jangka panjangnya maka secara

tidak langsung ia akan mengorbankan fokusnya terhadap pendanaan jangka

pendek. Begitu pula sebaliknya disaat suatu lembaga memprioritaskan pendanaan

jangka pendeknya maka ia akan mengorbankan peluang investasi jangka

panjangnya . Contoh konkret adalah ketikasuatu lembaga membuka kanal dana

abadi dalam pendanaannya, maka setiap tahunnya lembaga tersebut

akanmemperhitungkan return yang dihasilkan oleh dana abadi ke dalam pos

pendapatan untuk membiayai pengeluaran jangka pendek di periode

tersebut.Sedangkan di sisi lain setiap investasi pasti memiliki risiko, salah satu

risiko dari investasi dana abadi adalah jika return di tahun tersebut ternyata

dibawah target yang sudah ditetapkan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pos

pendanaan yang sudah ditentukan sebelumnya dan akan mengganggu kegiatan

operasional jangka pendek.

Trade off menimbulkan urgensi likuiditas.

Adanya trade off menunjukkan bahwa terdapat urgensi pada tingkat

kepastian kemampuan dana abadi dalam menghasilkan return untuk digunakan

sebagai pos pembiayaan tertentu dalam jangka pendek yang disebut likuiditas.

Semakin likuid, maka kepastian kemampuan dana abadi untuk menghasilkan

return semakin baik sehingga pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang berasal

dari return tersebut juga akan terpenuhi dengan pasti. Keadaan pasar yang

fluktuatif sangat memperngaruhi tingkat likuiditas dari sebuah instrumen

investasi. Namun, dalam pengelolaan investasi di pasar modal terdapat cara untuk

mengelola ketidak-pastian yang timbul akibat keadaan yang sangat fluktuatif itu.

Manajemen investasi akan mencari jalan untuk mengoptimalkan return yang bisa

diperoleh dan mengelola risiko Endowment Fund seminim mungkin.

Page 173: Download [3.72 MB]

166

Diversifikasi sebagai salah satu solusi trade off dan tingkat likuiditas

dana abadi.

Salah satunya melalui pengelolaan diversifikasi dana abadi yang memiliki

relevansi dengan probabilitas risk & return dari suatu investasi. Diversifikasi

adalah sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana

melalui berbagai instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi

keuntungan yang berbeda, atau sering disebut dengan alokasi aset (asset

allocation). Warren Buffet, seorang investor ulung yang sudah berinvestasi

hampir selama 75 tahun ini menekankan pentingnya diversifikasi. Ia memiliki

prinsip “don’t put your all eggs in one basket” karena jika keranjang yang

menyimpan telur itu jatuh maka semua telur akan pecah dan menyebabkan

kerugian absolut. Dengan menempatkan telur di keranjang yang berbeda akan

meminimalisir risiko kerugian tersebut dan meningkatkan peluang keuntungan.

Diversifikasi dalam dana abadi memiliki logika dasar yang sama dengan analogi

tersebut. Terlebih dana abadi harus memiliki likuiditas yang baik untuk pendanaan

jangka pendek dan jangka panjang sehingga dalam diversifikasinya dapat

diinvestasikan kepada instrumen investasi yang cenderung mampu memberikan

return tetap seperti obligasi atau time deposit. Sehingga,antara pengelolaan

diversifikasi dana abadi dan probabilitas risk & return memiliki relevansi yang

sangat kuat. Semakin baik pengelolaan diversifikasi dana abadi dalam

menempatkan investasinya maka akan menekan resiko kerugian sehingga peluang

untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi akan semakin tinggi.

4. Saran dan Rekomendasi

Urgensi Dana Cadangan

Lembaga yang ingin mengoptimalkan kanal dana abadi sebagai salah satu

sumber penerimaannya tentu harus siap untuk menghadapi resiko investasi yang

dapat terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa akan terjadi trade

off antara fokus pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang. Padahal dua hal

tersebut memiliki urgensi yang sama bagi sebuah lembaga terlebih untuk

universitas dan fakultas-fakultas yang ada didalamnya. Disini lah muncul

pentingnya peran dana cadangan untuk mengatasi keadaan jika return dana abadi

Page 174: Download [3.72 MB]

167

di suatu periode dibawah target.Sehingga suatu lembaga dapat tetap

menginvestasikan dananya untuk pendanaan jangka panjang dan tetap bisa

memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendeknya meskipun return yang

diprediksikan ternyata turun karena dapat ditutupi oleh dana cadangan tersebut.

Universitas harus mampu memperhitungkan pendanaan di masa depan agar dapat

mempertimbangkan jumlah dana yang akan digunakan di masa depan.

Komparasi Pengelolaan Dana Abadi dengan PTN lain

Sebagai kampus yang memiliki visi besar untuk menjadi World Class

Universityyang seyogyanya dikelola dengan World Class management System,

tentu UI harus berkaca dan banyak belajar dari kampus-kampus unggulan di

dalam maupun luar negeri. Dengan mimpi yang visioner dan futuristik, kampus-

kampus tersebut melangkah dengan langkah yang visioner dan futuristik pula.

Mereka tidak lagi terbuai oleh kemudahan memperoleh dana dari APBN, maupun

dari uang kuliah yang dibayarkan mahasiswa. Menilik keberhasilan ITB dalam

mengelola dana abadinya, berikut terdapat beberapa analisis dari kasus tersebut:

ITB memiliki komitmen yang besar untuk mengelola dana abadi.Hal ini

ditunjukkan dengan ditetapkannya Peraturan MWA ITB No.002/P/I1-

MWA/2015 tentang Pengelolaan Kekayaan ITB yang menjadi dasar

sekaligus payung hukum dalam menentukan arah penyelenggaraan

pengelolaan kekayaan ITB.

Dibentuknya sebuah Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL)

yang merupakan gabungan (Satuan Usaha Komersial) SUK dan Satuan

Kekayaan dan Dana (SKD) sebagai badan khusus yang fokus kepada

optimalisasi pengelolaan berbagai kegiatan usaha dan dana abadi.

Pengelolaan Dana Lestari ITB dikelola oleh manajer investasi yang

memiliki kualitas terbaik di pasar modal yaitu PT Bahana TCW

Investment Management yang meraih penghargaan sebagai The Best

Asset and Fund Manager 2015 versi Majalah Alpha South East Asia.

Selain itu, manajemen investasi ini dipimpin oleh Presiden Direktur yang

merupakan seorang alumni ITB yang berhasil memasarkan Dana Lestari

ITB hingga diminati sebagai salah satu pilihan investasi populer di pasar

Page 175: Download [3.72 MB]

168

modal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya rasa bakti dan menghargai jasa

Perguruan Tinggi yang dimiliki alumni ITB kepada almamaternya.

Target MWA UI untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100 miliar pada

tahun 2016 ini harus dioptimalkan melalui berbagai kebijakan. Kebijakan yang

dibuat untuk mendukung optimalisasi dana abadi tersebut salah satunya adalah

Naming Rights Policy. Naming rights policy sendiri adalah salah satu bentuk dari

Public Private Partnership. Secara konseptual, Naming Rights Policy adalah

kebijakan untuk melakukan kerjasama antara sektor publik (PTN bh) dan privat

dalam bentuk penjualan hak penamaan atas aset tetap (gedung, taman,

laboratorium, dll) dengan mempertimbangkan nilai konstruksi dan historis di

suatu institusi dalam periode tertentu (3-10 tahun).

Belajar dari keberhasilan ITB membuktikan jika sebuah investasi memiliki

payung hukum sebagai arah pengelolaan yang jelas, dikelola oleh suatu badan

khusus sentral yang dibentuk untuk fokus dalam pengelolaan kekayaan Perguruan

Tinggi dan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kualitas dan kapabilitas

terbaik di bidangnya serta memiliki rasa bakti terhadap almamaternya maka

kesuksesan dalam pengelolaan kekayaan khususnya pengelolaan dana abadi

adalah sebuah kepastian. UI tentu memiliki potensi yang tidak kalah besar

dibandingkan ITB baik dari segi potensi dana dan sumber daya ahlinya. Banyak

ahli ekonomi, pengusaha sukses maupun manajer investasi ternama di pasar

modal yang dilahirkan oleh UI. UI membutuhkan teknokrat terbaiknya untuk

membangun sistem pengelolaan kekayaan yang terintegrasi namun dapat

terdesentralisasi dengan baik di setiap fakultasnya.

5. Kesimpulan

Endowment Fund (dana abadi)merupakan salah satu konsep pendanaan

yang dihimpun dari alumni dan donatur untuk diinvestasikan di pasar keuangan

sehingga menghasilkan return yang dapat dimanfaatkan untuk pendanaan jangka

pendek dan jangka panjang. Lembaga-lembaga besar di dunia terutama beberapa

perguruan tinggi terbaik ternyata telah membuktikan keberhasilan optimalisasi

endowment fund. Di Indonesia sendiri, konsep dana abadi ini baru diterapkan pada

tahun 2010 yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai salah

Page 176: Download [3.72 MB]

169

satu BLU yang berstatus PTN bh kini memiliki otonomi untuk mengelola

keuangannya secara mandiri salah satunya dengan mengoptimalkan pendapatan

yang bersumber dari hasil pengelolaan dana abadi. Karena faktanya, UI belum

mengoptimalkan sumber pendapatan lain kecuali yang berasal dari uang kuliah

mahasiswa.

Untuk mencapai salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Negara melalui UUD 1945

mengamanatkan bahwa adanya penjaminan hak untuk memperoleh pendidikan

yang diatur dalam Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1). Pada Pasal 31 ayat

(2) diamanatkan bahwa pemerintah harus menyenggalarakan satu sistem

pendidikan nasional yang mampu meningkatkan kualitas pribadi bangsa. Sejalan

dengan hal tersebut melalui Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 mengamanatkan

Pemerintah untuk kembali berkomitmen dalam mewujudkan tujuan negara dengan

memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD.

Perguruan tinggi dinilai memilki peran strategis dalam sistem pendidikan nasional

sehingga untuk menjamin penyelenggaraannya ditetapkanlan UU No.12 Tahun

2012. Perguruan Tinggi yang dinilai memiliki kapabilitas diberikan otonomi

untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridharma

yang meliputi pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Perguruan

Tinggi itu selanjutnya disebut dengan nama PTN bh. Otonomi yang dimiliki PTN

bh memiliki kewenangan untung mengelola keuangannya sendiri yaitu dengan

optimalisasi sumber pendanaan yang berasal dari dana non apbn salah satunya

adalah hasil pengelolaan endowment fund yang diatur lebih lanjut dalam PP No.26

Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan No.238/PM.05/2010. Pengelolaan

tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan MWA UI

No.004/Peraturan/MWA-UI/2015. Payung hukum dari pengelolaan dana abadi

tersebut sudah dirancang dan ditetapkan sebaik mungkin demi manjamin

pelaksanaan pengelolaan dana abadi yang sesuai dengan amanat perundang-

undangan itu sendiri.

Setiap lembaga pasti melakukan pembangunan dan pengembangan untuk

mencapai tujuannya. Setiap pembangunan dan pengembangan yang dilakukan

pasti membutuhkan pendanaan baik itu pendanaan jangka pendek maupun jangka

Page 177: Download [3.72 MB]

170

panjang. Sebagai sebuah PTN bh universitas dan fakultas di dalamnya harus

memiliki pendanaan mandiri untuk kedua periode waktu tersebut. Pendanaan

mandiri jangka pendek dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan kegiatan

operasional. Sedangkan pendanaan mandiri jangka panjang di masa depan

dibutuhkan agar dapat mempertimbangkan jumlah dana yang digunakan kelak.

ITB sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun 2007 dapat

menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang dapat dijadikan mitra untuk berbagi

pengalaman dan ilmu di bidang pengelolaan endowment fund. Ironisnya, UI

belum mampu mengoptimalkan kanal pendanaan lain seperti endowment fund.

Dengan status PTN bh yang memiliki otonomi seluas-luasnya, UI cenderung

masih terjaga dalam kemudahan memperoleh dana dari pemerintah dan

mahasiswa. Faktanya kinerja pengelolaan endowment fund pada tahun 2012

bahkan hanya mencapai 4% dari seluruh anggaran sedangkan tahun lalu justru

merosot menjadi 2,4% dari total pendapatan tahunan.

Mengingat urgensi pendanaan mandiri jangka pendek dan jangka panjang

bagi suatu lembaga, idealnya sebuah universitas beserta fakultas yang ada

didalamnya memberikan perhatian terhadap setiap pendanaan tersebut. Namun,

dalam proses perwujudan pendanaan yang mandiri justru akan terjadi trade off

antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang. Suatu lembaga

dihadapkan dengan pilihan untuk memilih memprioritaskan dana jangka pendek

kah atau sebaliknya. Karena ketika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan

jangka panjangnya dengan mengelola dana abadi, terdapat peluang ketidakpastian

return yang akan diterima. Padahal, return tersebut lah yang akan digunakan

sebagai sumber pembiayaan pos operasional jangka pendek. Jika tidak ada

antisipasi untuk menyediakan dana cadangan mandiri maka disaat pendanaan

jangka panjang berjalan justru pendanaan jangka pendeknya dapat terganggu.

Begitu pula sebaliknya, jika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka

pendek saja maka lembaga tersebut akan kehilangan peluang untuk membangun

pendanaan jangka panjangnya. Maka menjadi penting bahwa hasil dana abadi

harus memiliki tingkat kepastian kemampuan dalam menghasilkan return untuk

digunakan sebagai pos pembiayaan jangka pendek. Kepastian kemampuan

tersebut dikenal dengan likuiditas investasi di pasar keuangan. Meskipun

Page 178: Download [3.72 MB]

171

likuiditas terikat dengan keadaan keuangan yang tidak pasti namun peluang-

peluang tersebut dapat dikelola sehingga meminimalkan resiko dan meningkatkan

peluang keuntungan yang akan diperoleh. Implikasinya, likuiditas return dana

abadi untuk membiayai pendanaan jangka pendek juga akan tinggi.

Pengelolaan peluang tersebut salah satunya melalui diversifikasi yaitu

sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana melalui

berbagai instrumen investasi dengan tingkat resiko dan potensi keuangan yang

berbeda. Strategi ini ditujukan untuk meminimalisir resiko kerugian yang

diperoleh jika hanya menempatkan investasi di satu tempat sehingga

meningkatkan peluang keuntungan melalui penempatan investasi di beberapa

instrumen investasi lainnya.

Langkah untuk mulai mengoptimalkan dana abadi diwujudkan pada tahun

ini yaitu UI memiliki target untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100

miliar. Sejalan dengan optimalisasi dana abadi tersebut sudah seharusnya UI

mulai membangun sistem pengelolaan kekayaannya, dimulai dengan

pembentukan payung hukum yang jelas tentang arah pengelolaan kekayaan UI,

merekrut alumni sekaligus ahli terbaik yang mampu berperan menjadi pembangun

sistem pengelolaan kekayaan UI , dan melakukan pembenahan fungsi serta

program kerja yang jelas untuk manajemen satuan unit kerja yang mengelola

kekayaan UI. Dengan langkah tersebut maka reformasi pengelolaan kekayaan UI

adalah suatu kepastian yang dapat memperkuat kanal utama pendanaan UI.

Sehingga, masyarakat terutama mahasiswa tidak lagi ditekan dengan biaya kuliah

yang mahal karena kebutuhan pendanaan dapat diperoleh dari hasil alokasi

sumber pendanaan lain.

Page 179: Download [3.72 MB]

172

DAFTAR PUSTAKA

Andhika PP. 2014. Kolaborasi Pemerintah dan Mahasiswa dalam

Meningkatkan Efektivitas Pemanfaatan Dana Cadangan Pendidikan di Indonesia.

Esai OIM UI 2014

Bahana TCW Investment Management. 2016. http://www.bahana.co.id

(Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Bank Indonesia. 2016. http://www.bi.go.id (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Data dan Informasi Institut Teknologi Bandung. 2014.

http://www.dcpusat.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)

Drezner, N.D., Gupta, A. 2012. Busting the myth : Understanding

endowment management at public historically black colleges and universities. The

Journal of Negro Education.

Dunia Ekonomi. Diversifikasi Internasional. 2016.

http://www.ekonomi.kabo.biz (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Ikatan Alumni ITB. 2016. http://www.iaitb.org (Akses : Jumat, 25 Maret

2016)

Institut Teknologi Bandung. 2016. http://www.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24

Maret 2016)

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016.

http://www.setneg.go.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. 2016. http://www.lpdp.depkeu.go.id

(Akses : Kamis, 24 Maret 2016)

University of Canterbury. 2015. Naming Rights Policy. University of

Canterbury Policy Library.

Peraturan Menteri Keuangan No.238/Pmk.05/2010 tentang Tata Cara

Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Endowment Fund

Dan Dana Cadangan Pendidikan

Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme

Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri badan hukum.

Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran

Rumah Tangga.

Page 180: Download [3.72 MB]

173

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Page 181: Download [3.72 MB]

174

Biaya Kuliah Tunggal

Oleh : Ali Zainal Abidin

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bunyi Pasal 31 ayat

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini merupakan

fondasi kuat yang memberikan arahan tegas kepada pemerintah bahwa tiap-tiap

warga negara berhak atas pendidikan. Pemerintah benar-benar dituntut perannya

dalam pemenuhan haknya dalam tercapainya cita-cita besar negara ini dalam

meningkatkan kualitas hidup tiap-tiap warga negaranya.

Pendidikan tinggi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi negara

dalam pelaksanaan perannya. Dari sisi calon mahasiswa perguruan tinggi,

mahalnya biaya kuliah yang harus dibayarkan menjadi alasan dominan untuk

dapat berpartisipasi dalam pendidikan tinggi. Dari sisi pemerintah, minimnya dana

dalam membiayai operasional perguruan tinggi menjadi salah satu penyebab sulit

terealisasinya amanat UUD 1945. Namun, Pemerintah selalu memiliki gagasan-

gagasan yang dianggap mampu menjadi solusi, yaitu memaksimalkan peran

perguruan tinggi dan calon mahasiswa dalam pembiayaan yang besar ini.

Kementerian Riset dan Teknologi menerapkanmetode perhitungan biaya

kuliah yang disebut dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT). Metode ini merupakan

sebuah konsep perhitungan berdasarkanStudent Unit Cost (SUC), indeks

kemahalan wilayah, jenis program studi, dan capaian Standar NasionalPerguruan

Tinggi. SUC merupakan biaya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap mahasiswa dalam

menjalani masa perkuliahan di kampus dalam jangka waktu 8 semester.

SUC yang berlaku saat ini didasarkan pada Standar Satuan Biaya

Operasional Pendidikan Tinggi(SSBOPT) yang diatur dalam Peraturan Menteri

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara

Penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan

Hukum (SSBOPTN-BH). Permen tersebut merupakan turunan dari UU No. 12

Tahun 2012dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan

Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

Page 182: Download [3.72 MB]

175

Biaya Kuliah Universitas Indonesia

Sebelum tahun 2008, Universitas Indonesia menerapkan mekanisme biaya

pendidikan flat yang dikenal dengan Biaya Operasional Pendidikan (BOP). Pada

tahun 2008, UI mulai membuat perombakan dalam sistem pembayaran dengan

mengubah sistem BOP menjadi Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan

(BOPB). Sistem BOPB inibertujuan agar setiap mahasiswa dapat membayar biaya

pendidikan sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua, wali, atau penanggung

biaya mahasiswa tersebut.

Untuk saat ini, UI masih menerapkan sistem BOPB dalam sistem

pembayarannya. Sedangkan, untuk nominal yang dibayarkan oleh satu orang

mahasiswa ditentukan oleh perhitungan BKT yang telah diterapkan oleh

Pemerintah. Maka, peran UI dan Negara dalam tercapainya Hak pendidikan tinggi

Warga Negara sangat ditentukan oleh kebijakan perhitungan yang efektif dan

efisien agar mahasiswa membayar biaya kuliah dengan fasilitas yang sesuai dan

disubsidi oleh pemerintah serta sistem pembayaran yang mudah.

Dasar Hukum

Dalam melihat permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan BKT

sebagai sebuah kebijakan, tentunya kita tidak akan terlepas dari payung kebijakan

yang menjadi dasar diberlakukannya kebijakan tersebut.Ada beberapa payung

kebijakan baik berupa undang-undang maupun yang berbentuk Peraturan yang

dikeluarkan oleh kementrian. Dasar hukum tersebut dibentuk berproses sejak

tahun 2012 hingga saat ini.

Pada tahun 2012, dikeluarkanlah Undang-undang No. 12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi. Melalui undang-undang ini, beberapa perguruan tinggi

negeri yang tadinya berstatus BHMN(Badan Hukum Miliki Negara) maupun PTN

kemudian berubah menjadi PTN-BH(Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum).

Dalam kaitannya dengan Biaya Kuliah Tunggal(BKT), kita perlu menyoroti Pasal

88 UU No. 12 Tahun 2012. Pasal ini sesungguhnya mengamanatkan agar

pemerintah menetapkan suatu standar tertentu untuk biaya operasional peniddikan

Page 183: Download [3.72 MB]

176

tinggi dan sistem pembayaran biaya pendidikan bagi mahasiswa. Amanat ini

kemudian kita kenal dengan UKT yang menghapuskan adanya pembayaran uang

pangkal dan mengintegrasikan komponen-komponen biaya pendidikan menjadi

satu, yaitu Uang Kuliah Tunggal.

Konsep UKT yang berlaku secara nasional sesungguhnya merupakan

sistem yang sejalan dengan sistem pembiayaan yang diberlakukan di UI, yakni

BOPB. Perbedaannya terletak pada istilah dan rumus perhitungan SUC. Secara

lebih jelas, kita dapat meninjau kembali Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 :

(1) Pemerintah menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan

Tinggi

secara periodik dengan mempertimbangkan:

a. Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi

b. Jenis program studi

c. Indeks kemahalan wilayah

(2) Standar satuan biaya operasional Pendidikan Tinggi sebagaimana

dimaksud padaayat 1 menjadi dasar untuk mengalokasikan anggaran

dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara untuk PTN.

(3) Standar satuan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 2

digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang

ditanggung oleh mahasiswa.

(4) Biaya yang ditanggung oleh mahasiswa sebagaimana maksud pada

ayat 3 harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi mahasiswa,

orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.

Pada titik ini kita dapat melihat bahwasanya BKT sebagai keseluruhan

biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di perguruan

tinggi negeri secara substansi merupakan konsep yang sama dengan SUC apabila

Page 184: Download [3.72 MB]

177

kita mengasumsikan ketiga indeks yang terdapat dalam Pasal 88 ayat 1 sama

dengan 1.

Dengan menganalisis Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 tersebut, kita dapat

mengambil kesimpulan perbedaannya terletak pada komponen-komponen

perhitungannya. Rumus perhitungan BKT mempertimbangkan komponen-

komponen yang tertulis dalam Pasal 88 ayat 1UU No. 12 Tahun 2012, sementara

SUC sebagai basis perhitungan dapat kita samakan dengan SSBOPTbasis.

Selain mengenai UKT dan BKT, UU No. 12 Tahun 2012 juga menetapkan

adanya Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri(BOPTN). Secara

sederhana, BOPTN merupakan bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah

untuk menutupi kekurangan pembiayaan operasional PTN. Dari penjelasan

tersebut kita dapat memahami adanya kaitan antara ketiga konsep tersebut(UKT,

BKT, dan BOPTN) melalui sebuah rumus sederhana.

Selanjutnya, beranjak dari UU No. 12 Tahun 2012 dasar hukum lainnya

yang perlu kita cermati ialah Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang

Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

Dalam PP tersebut dibahas bagaimana sumber pendanaan dan mekanisme lain

seperti peruntukan dana tersebut. Sumber pendanaan PTN BH berdasarkan Pasal

2PP No. 26 Tahun 2015 ialah berasal dari APBN dan non APBN. Selanjutnya

bentuk pendanaan tersebut berdasarkan pasal berikutnya dinyatakan bahwa bentuk

pendanaan tersebut ialah bantuan pendanaan PTN BH dan atau bentuk lain yang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sebagai salah satu payung kebijakan yang berkaitan erat dengan BKT

sebagai pembiayaan yang berbasis aktivitas atau operasional, kita dapat

mencermati biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam pendanaan yang dibiayai

oleh negara dalam BKT melalui Pasal 5 PP No. 26 Tahun 2015 sebagai berikut :

Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum digunakan untuk mendanai:

a. biaya operasional;

b. biaya dosen;

c. biaya tenaga kependidikan;

BKT=UKT+ BOPTN

Page 185: Download [3.72 MB]

178

d. biaya investasi; dan

e. biaya pengembangan.

Dasar hukum yang berkaitan dengan BKT lainnya yang perlu diperhatikan

ialah Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi No. 22 Tahun 2015 tentang

Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada PTN di Lingkungan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Dasar hukum tersebut

merupakan turunan aturan yang menjabarkan bagaimana diberlakukannya UKT

dan BKT pada Perguruan Tinggi Negeri. Di dalam lampiran-lampiran yang

terdapat dalam Permen tersebut juga dijelaskan secara rinci bagaimana

pemberlakuan UKT dan BKT yang berlaku secara nasional untuk masing-masing

PTN dan jurusannya.

Selanjutnya dasar hukum yang perlu kita cermati juga ialah

Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan

Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen

tersebut dijelaskan adanya Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi

Negeri Badan Hukum(SSBOPTNBH) yang merupakan besaran biaya operasional

penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan standar

pelayanan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pada Permen ini kita juga

menemukan dalam lampiran-lampiran yang termuat di dalamnya penjelasan

mengenai biaya operasional pendidikan.

Untuk lebih jelasnya, secara sederhana SSBOPTN ini dapat kita temukan

dalam rumus :

BKT = Biaya Kuliah Tunggal

SSBOPTN = Standar Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan

Hukum

K1 = Capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi

K2 = Jenis program studi

K3 = Indeks kemahalan wilayah

BKT= SSBOPTN x K1 x K2 x K3

Page 186: Download [3.72 MB]

179

Permasalahan

Dalam bahasan Biaya Kuliah Tunggal, kita tentunya akan menemukan

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dan terjadi di dalamnya.

Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi pemangku kepentingan

(pemerintah, rektorat, dan mahasiswa) yang terdapat di dalamnya, relevansi SUC,

matriks perhitungan dan penentu besaran, serta pos-pos aliran dana. Masing-

masing bagian memiliki masalah yang berkaitan satu sama lain yang tentunya

memengaruhi bagaimana besaran BKT tersebut ditentukan.

Efisiensi Kebutuhan dan Harga dalam Perhitungan SUC

SUC sebagai sebuah metode perhitungan berbasis kegiatan tentunya

memasukkan komponen-komponen yang bersifat operasional di dalam

penghitungannya. Sebagai komponen-komponen yang menentukan besaran

tersebut tentunya perlu kita cermati kembali bagaimana besaran-besaran tersebut

ditentukan, atau dalam hal ini harga-harga atau unit cost/semester. Selain itu,

masalah yang berkaitan dengan SUC sendiri ialah penentuan besaran harga-harga,

pos-pos pembiayaan, atau unit cost harus efektif dan efisien.

Update SUC sesuai Kebutuhan dan Harga

Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi

dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang

lain mengalami tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014,

Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode

yang sama.37

37 http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-

indonesia/item254

Page 187: Download [3.72 MB]

180

Dari data tersebut, mengingat angka inflasi rata-rata pertahun Indonesia

yang cukup tinggi, kiranya SUC ini sangat perlu untuk ditinjau ulang secara

berkala. Hal ini tentunya juga mempertimbangkan pihak yang paling

mendapatkan dampak langsung dari inflasi tersebut, yaitu dosen yang

pendapatannya termasuk dalam komponen SUC tersebut. Dampak tersebut sangat

jelas akan menurunkan kemampuan konsumsi dosen apabila terjadi kenaikan

harga tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan mereka.

Pantaskah SUC dari Tiap Rumpun atau Fakultas dianggap sama?

Page 188: Download [3.72 MB]

181

Permasalahan lainnya yang berkaitan juga dengan BKT ialah peninjauan

kembali penentu besaran. Dalam melihat permasalahan ini kita perlu membedah

Permenristekdikti No 5 Tahun 2016 tentang tatacara penetapan SSBOPTNBH.

Penentu besaran tersebut tentunya tidak terlepas dari metode yang digunakan

dalam menentukan SSBOPTNBH yang menggunakan metode pembiayaan

berbasis kegiatan. Di dalam lampiran Permen tersebut dijelaskan kelompok-

kelompok berdasarkan kebutuhan pengoperasian dan pengoperasian

penyelenggaraan program studi yang memengaruhi bagaimana SSBOPTNBH

tersebut dirumuskan.

Page 189: Download [3.72 MB]

182

Melalui tabel tersebut kita dapat mengetahui bagaimana pengelompokan

program sarjana ditentukan. Pengelompokan ini tentunya sangat penting untuk

kita ketahui sebagai bagian dari perhitungan BKT yang sejatinya merupakan

metode pembiayaan yang berbasis kegiatan. Sehingga kita dapat mengetahui

SSBOPTNBH bersumber darimana dan mengapa ditentukan besaran biaya

demikian yang tentunya tidak terlepas dari penggunaan operasional berdasarkan

pengelompokan tersebut. Jika kita menghitung dari aspek kegiatan, maka biaya di

tiap rumpun bisa berbeda, tiap fakultas bisa berbeda, dan bahkan tiap jurusan bisa

berbeda besarannya.

Perhitungan BKT yang diharapkan

Page 190: Download [3.72 MB]

183

Dalam lampiran PermenristekdiktiNo. 5 tahun 2016 terdapat faktor

koreksi indeks kemahalan berdasarkan kemahalan wilayah. Besarnya SSBOPT

yang tidak sama di semua tempat dikarenakan kondisi geografis Indonesia

mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan di

berbagai wilayah Indonesia. Untuk mengakomodasi keragaman biaya satuan

disebabkan tingkat kemahalan wilayah, kedua belas SSBOPT di atas dilakukan

penyekalan dengan menggunakan indeks kemahalan wilayah. Indeks kemahalan

wilayah tersebut dapat kita lihat melalui tabel berikut :

Sebagaimana yang kita ketahui melalui rumusan

BKT= SSBOPTNBH x K1 x K2 x K3

Indeks (K3) kemahalan wilayah menjadi salah satu faktor penentu besaran

BKT. Sebagai salah satu faktor yang turut memengaruhi tentunya indeks

kemahalan wilayah ini perlu untuk ditinjau dan dipertimbangkan kembali

relevansinya. Apakah klasifikasi kemahalan menjadi empat kelompok tersebut

sudah tepat dan paling menggambarkan realita yang sebenarnya ataukah masih

belum dan perlu disesuaikanSelain mempertimbangkan faktor indeks wilayah,

tentunya kita juga tidak bisa melupakan adanya satu faktor lain yang turut

berpengaruh pada besarnya BKT yang harus dibayarkan.

Faktor berikutnya ialah capaian standar nasional pendidikan tinggi. Faktor

ini merupakan salah satu koefisien yang memengaruhi besarnya SSBOPTN

sebagai angka pengali yang secara sederhana dapat kita jumpai dalam rumusan:

SSBOPT = SSBOPTN x Indeks Kualitas PTN.

Page 191: Download [3.72 MB]

184

Kemudian, untuk menentukan besarnya indeks kualitas PTN, kita akan

menemukan rumusan

Besaran koefisien tersebut dapat kita temui pada tabel-tabel berikut :

Adanya besaran-besaran tersebut sebagai faktor pengali yang

memengaruhi besaran SSBOPT dan tentunya juga BKT sepatutnya membuat kita

menijau kembali apakah koefisien pengali tersebut sudah benar-benar sesuai dan

relevan dengan kondisi yang ada saat ini sehingga menggambarkan biaya kuliah

yang benar-benar sesuai.

Selain berkaitan dengan pertimbangan kembali koefisien-koefisien yang

memengaruhi besaran SSBOPTN maupun BKT, salah satu masalah yang perlu

kita cermati ialah komponen lain di luar rumus perhitungan BKT. Saat ini kita

mengetahui bahwa

UKT merupakan biaya kuliah yang dibayar oleh mahasiswa ataupun

penanggung biaya pendidikan mahasiswa. Sementara BOPTN merupakan biaya

yang dikeluarkan oleh negara yang bersumber dari APBN. Ketika hanya kedua

komponen tersebut yang menopang kebutuhan BKT, maka akan sangat jelas

dampaknya jika terjadi penurunan jumlah BOPTN maka dampaknya akan

Indeks kualitas PTN = 1+APS+AIPT+AI

BKT= UKT + BOPTN

Page 192: Download [3.72 MB]

185

menaikkan besaran UKT untuk menutupi kebutuhan BKT. Oleh karena itu selain

kedua komponen yang menjadi rumusan BKT tersebut perlu ditambahkan adanya

satu komponen lagi yang dapat kita masukkan yaitu Penerimaan Non-BOP.

Penerimaan Non-BOP merupakan penerimaan yang diperoleh universitas

diluar dari Bantuan Operasional Pendidikan(BOP). Penerimaan tersebut dapat

bersumber dari APBN dan APBD, hibah, ventura, maupun endowement fund, dan

sebagainya. Penerimaan Non BOP ini dapat dimasukkan sebagai komponen

perhitungan BKT, maka tentunya akan sangat meringankan pembenanan terhadap

mahasiswa yang harus membayar UKT berlebih karena harus menutupi

kekurangan akibat menurunnya jumlah BOPTN. Oleh karena itu, kiranya

Penerimaan Non-BOP ini dapat ditinjau kembali agar dijadikan sebagai salah satu

komponen yang turut menanggung beban BKT agar pembebanan BKT tidak

bertumpu di pihak mahasiswa atau dalam konteks ini komponen UKT.

Maka, seharusnya rumusan baru untuk PTN-BH dalam penghitungan UKT

adalah

Artinya

Stakeholders penentu kebijakan : Apa yang seharusnya dilakukan?

Permasalahan-permasalahan yang telah digambarkan di atas tentunya

berkaitan dengan pemangku kebijakan yang terlibat dalam penentuan kebijakan

BKT ini, yaitu pemerintah, rektorat, dan mahasiswa.

Peran Negara

Secara ideal, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah.

Tanggung jawab tersebut dalam konteks ini khususnya berupa pendanaan

pendidikan. Negara tidak bisa melepaskan begitu saja tanggung jawabnya tersebut

BKT = UKT + BOPTN + NON BP

UKT = BKT – BOPTN – NON BP

Page 193: Download [3.72 MB]

186

dan oleh karenanya pemerintah wajib menyediakan adanya pendanaan dari negara

dalam pembiayaan PTN. Peran pendanaan negara tersebut dalam UU No 12

Tahun 2012 kita temui dalam bentuk Bantuan Operasional Perguruan Tinggi

Negeri(BOPTN).

Pimpinan Universitas

Rektorat sebagai jajaran eksekutif yang berwenang dalam tataran

universitas tentunya memiliki andil besar dalam menentukan bagaimana kebijakan

BKT ini. Dalam konteks UI, rektorat memiliki andil dalam membentuk format

SUC yang kita ketahui saat ini. Selain membentuk format tersebut pihak rektorat

juga membentuk asumsi-asumsi yang berkaitan dengan SUC seperti harga-harga,

pos-pos perhitungan, hingga asumsi-asumsi lainnya seperti jumlah mahasiswa,

penggunaan barang-barang operasional, dan sebagainya. Kemudian, sebagai

bentuk legalisasi bentuk dan mekanisme SUC menjadi suatu kebijakan, rektorat

adalah pihak yang mengesahkan bentuk dan mekanisme tersebut ke dalam bentuk

Surat Keputusan Rektor.

Peran Mahasiswa

Selain rektorat, pihak yang juga berperan sebagai pemangku kepentingan

ialah mahasiswa itu sendiri. Dalam penentuan kebijakan ini, masih berdasarkan

paparan singkat historis SUC pada bagian latar belakang, pihak rektorat sendiri

melemparkan wacana pelibatan mahasiswa dalam perhitungan SUC pada tahun

2008. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun ini wacana perumusan kembali

SUC telah digulirkan. Dalam hal ini, mahasiswa melalui lembaga-lembaga yang

terlegitimasi berhak turut andil dalam menentukan bagaimana konsep SUC ke

depannya.

Kesimpulan

Dari permasalahan-permasalahan yang dibahas di atas, dapat dilhat bahwa

penentuan besaran BKT dan UKT tidak sederhana. Dibutuhkan proses yang

panjang untuk dapat menemukan nominal yang sesuai untuk UKT yang

dibayarkan oleh mahasiswa. Konsep perhitungan yang telah dibuat oleh

pemerintah seharusnya dapat dijalankan oleh Universitas. Sehingga, universitas

Page 194: Download [3.72 MB]

187

tidak sesat pikir dalam penentuan besaran UKT untuk mahasiswanya,terutama

Universitas Indonesia.

Ada beberapa saran dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dalam

pembentukan kebijakan ke depannya bagi universitas, yaitu :

1. Perlunya peninjauan kembali SUC untuk agar tercapainya perhitungan

yang efektif dan efisien sehingga biaya yang dikeluarkan benar-benar

sesuai kebutuhan dan dapat dimanfaatkan fasilitasnya.

2. Perlunya peninjauan kembali besaran-besaran serperti koefisien Indeks

kemahalan wilayah dan Indeks capaian perguruan tinggi atau komponen-

komponen yang berkaitan dengan SUC lainnya, hal ini dapat dilihat dari

tingkat harga yang berubah dari waktu ke waktu dan capaian perguruan

tinggi yang meningkat dan menurun pula.

3. Penambahan komponen Penerimaan non-BOP dalam rumus perhitungan

BKT terutama untuk PTN BH.

4. Optimalisasi peran pemangku-pemangku kepentingan yang berpengaruh

dalam perumusan Biaya Kuliah Tunggal(BKT) dalam konteks ini

pemerintah, rektorat, dan mahasiswa.

Page 195: Download [3.72 MB]

188

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme

Pendanaan

“Inflasi di Indonesia (Indeks Harga Konsumen)” http://www.indonesia-

investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-

indonesia/item254(diakses pada tanggal 28 Maret 2016)

www.tradingeconomics.com (diakses 28 Maret 2016)

Permenristekdikti No. 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar

Satuan

Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Rekomendasi Kebijakan BK MWA UI UM 2014

Page 196: Download [3.72 MB]

189

Ada Apa Dengan BOPTN?

Oleh: Rizki Arif

“Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, begitulah

bunyi dari pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(UUD) tahun 1945, yang mana ini diejewantahkan lebih lanjut pada pasal 31

UUD’1945 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja

negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”

Amanat dari Pasal 31 UUD’1945 diatur lebih lanjut dalam Undang –

Undang tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang mana untuk

tahun anggaran 2016 diatur dalam Undang-Undang no.14 tahun 2015 tentang

Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun anggaran 2016.

Di dalam Undang-Undang No.14 tahun 2015, dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi

pendidikan yang dianggarkan melalui kementrian Negara/Lembaga, alokasi

anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi

anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk gaji pendidik,

tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membiayai

penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.38

38Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun anggaran 2016. Pasal 1 angka 40.Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015, No. 278. Sekretariat Negara,

Jakarta.

Page 197: Download [3.72 MB]

190

Pada APBN tahun anggaran 2016, anggaran pendidikan sendiri sebesar

Rp.419.176.412.756.000,00 (empat ratus sembilan belas triliun seratus tujuh

puluh enam miliar empat ratus dua belas juta tujuh ratus lima puluh enam ribu

rupiah), dengan pembagian sebagai berikut :39

Dari tabel di atas maka kita dapat melihat bahwa pagut anggaran yang

ditetapkan pemerintah khususnya bagi Kementrian Riset, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengalami penurunan sebesar 3,2 Triliun

rupiah, yang mana pada tahun 2015 pagu anggaran bagi Kemenristekdikti sebesar

42,7 Triliun rupiah menjadi 39,5 Triliun rupiah yang mana alokasinya sebagi

berikut:

39Nota keuangan beserta anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran

2016

Page 198: Download [3.72 MB]

191

Sumber: http://www.dikti.go.id/

Pada pagu anggaran diatas, BOPTN sebagai anggaran yang cukup penting untuk

perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan dari tahun 2015 yakni 4,5 Triliun,

namun sebelum saya akan membahas lebih jauh, mari kita perjelas terlebih dahulu

apa itu BOPTN? Bantuan Operasional Pendidikan Tinggi atau kita kenal dengan

BOPTN adalah bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan kepada

perguruan tinggi negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai

akibat adanya kenaikan sumbangan pendidikan di perguruan tinggi negeri.40Yang

mana BOPTN disediakan Pemerintah dengan mengalokasikannya dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara41. BOPTN sendiri saat ini telah

berganti nama menjadi Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri (BPPTN)

sebagaimanatercantum di dalampasal 1 angka 5 PeraturanPemerintah No.22 tahun

2015, namun agar dapat mudah untuk dikenali, maka terminolgi yang dipakai saat

ini tetap Bantuan Opersional Perguruan Tinggi Negeri/BOPTN.

40Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

TInggi Republik Indonesia nomor 6 tahun 2016 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi.Pasal 1.Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016, No. 226. Sekretariat

Negara, Jakarta. 41Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12

tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 83.Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2012, No. 158. Sekretariat Negara, Jakarta

Page 199: Download [3.72 MB]

192

Dari penjelasan di atasdapat disimpulkanbahwatujuan dari pemberian

BOPTN adalah agar sebagian besar biaya operasional perguruan tinggi tidak

menjadi beban mahasiswa yang daya belinya tidak cukup untuk membayar

standar biaya operasional, namun seberapa besarkah pengaruh BOPTN dalam

memenuhi total anggaran yang dibutuhkan oleh perguruan tinggi?

Mari kita ambil contoh Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu PTN-

BH terbaik di Indonesia. Besaran pendapatan UI sendiri pada tahun 2015 sebagai

berikut:42

Yang mana, bila kita mengkomparasi dalam bentuk persentase, maka BOPTN

hanya meng-cover sebesar 24% bagian dari seluruh total pemasukan UI.

42Rencana Kerja dan Anggaran Universitas Indonesia tahun anggaran 2015

234,365

900,618

352,034

BOPTN BP Non BP

Dal

am M

iliar

R

up

iah

Besaran Pendapatan UI 2015

Besaran Pendapatan UI 2015

Page 200: Download [3.72 MB]

193

16%

60%

24%

0%

Diagram Penerimaan UI 2015

BOPTN

BP

Selain itu dari kedua diagram diatas, kita dapat mengetahui bahwa selama

ini, pendapatan UI mendapatkan sumbangsih paling besar dari Biaya Pendidikan

(BP) yang ditanggung oleh mahasiswa, yakni sebesar 60%. Sehingga muncul

suatu pertanyaan besar kepada pemerintah saat ini adalah apakah pemerintah

serius untuk mengembangkan pendidikan tinggi yang ada di Indonesia?

Pemberian BOPTN sendiri selama ini mengacu pada kriteria:43

1. Biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk mahasiswa program diploma

dan program sarjana

2. jumlah penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari mahasiswa

program diploma dan program sarjana

3. Kinerja perguruan tinggi

4. jumlah mahasiswa program diploma dan program sarjana

Pun penghitungan pemberian BOPTN kepada masing-masing universitas melalui

rumus :

43Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

TInggi Republik Indonesia nomor 6 tahun 2016 tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi.Pasal 4.Berita Negara Republik Indonesia tahun 2016, No. 226. Sekretariat

Negara, Jakarta.

Page 201: Download [3.72 MB]

194

BOPTN = BKT-UKT

Biaya Kuliah Tunggal (BKT) adalah keseluruhan biaya operasional mahasiswa

per semester pada program studi di PTN44, sedangkan Uang Kuliah Tunggal

adalah sebagian BKT yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan

ekonominya.45 Yang mana bila kita simpulkan, maka selama ini UKT mempunyai

besaran yang lebih tinggi dari BOPTN dalam memenuhi BKT, yang berarti peran

setiap mahasiswa dalam membiayai pendidikan tinggi lebih tinggi dari peran

negara.

Mari kita bandingkan dengan Malaysia yang merupakan negara tetangga

republik Indonesia. Anggaran perguruan tinggi di Malaysia dari tahun ketahuan

mengalami peningkatan dan tidak pernah turun, yang mana pada tahun 2015,

Malaysia menganggarkan untuk departemen perguruan tinggi sebersar RM.

15.784.848.700, yang mana bila kita konversikan menjadi Indonesia Rupiah(IDR)

menjadi 51 Triliun Rupiah, dengan diagram dari tahun ke tahun sebagai berikut:

44Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Republik Indonesia nomor 22 tahun 2015 tentangbiaya kuliah tunggal dan uang

kuliah tunggal pada perguruan tinggi negeri di lingkungan kementerian riset, teknologi,

dan pendidikan tinggi. Pasal 1 angka 5. Berita Negara Republik Indonesia tahun 2015, No. 1199. Sekretariat Negara, Jakarta.

45Ibid,Pasal 1 angka 6

Page 202: Download [3.72 MB]

195

Yang mana bila kita melihat kepada salah satu universitas di Malaysia yaitu

University of Malaya, maka peran pemerintah Malaysia pada pendapatan

University of

Malaya sebesar

87,90%.

Pun bila kita

membandingkan salah satu fakultas di University of Malaya, yaitu fakultas

hukum, biaya yang harus dibayar oleh mahasiswa Malaysia hanya sebesar RM

7056 sampai lulus, atau setara dengan Rp.23 Juta rupiah sampai lulus/8 semester

atau sekitar Rp. 2,8 Juta per semester.46

Dengan perbandingan tersebut maka kita mengetahui bahwa peran

pemerintah sangatlah sentral pada pembiayaan perguruan tinggi, bila kita

menginginkan pendidikan yang dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintah tidak bisa berpangku tangan dan menyerahkan pendanaan perguruan

tinggi kepada perguruan tinggi masing-masing, dikarenakan perguruan tinggi

bukanlah perusahaan yang bertugas untuk mencari laba tetapi perguruan tinggi

sesuai dengan Tridharma perguruan tinggi berkewajiban untuk menyelenggarakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.47

46Bachelor of Laws, University of Malaya, diakses dari

https://www.um.edu.my/academics/bachelor/law/bachelor-of-laws, pada tanggal 12 Mei

2016pukul 16.00 WIB 47Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12

tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 1 angka 9.Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2012, No. 158. Sekretariat Negara, Jakarta

Page 203: Download [3.72 MB]

196

Begitu pula dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu

perguruan tinggi negeri dengan status badan hukum (PTN-BH), tidak membuat UI

menjadi sebuah perusahaan yang bertugas untuk mencari uang tetapi, UI tetaplah

sebuah perguruan tinggi yang mempunyai tugas utama menyelenggarakan

tridharma perguruan tinggi, dan merupakan kewajiban negara untuk memenuhi

kebutuhan UI sebagai perguruan tinggi negeri.

Page 204: Download [3.72 MB]

197

Menelaah Kembali Kondisi Ventura UI

Oleh: Ilma Sulistyani

dan

Muhammad Arizal

A. PENGANTAR SINGKAT: VENTURA

Penyelenggaraan sebuah institusi perguruan tinggi, khususnya

perguruan tinggi berstatus PTN-BH perlu dikaji secara mendalam.

Perguruan tinggi yang dalam tataran konvensional mengemban tugas

utama untuk meningkatkan intelektualitas bangsa, kini juga dituntut untuk

mengelola sumber-sumber pendanaan baru secara produktif. Salah satu

sumber dana yang dimaksud ialah melalui ventura baik di tingkat fakultas

maupun universitas. Secara sederhana, ventura merupakan sumber

pemasukan yang berasal dari dana usaha bisnis dan kerjasama.48

Pasal 84 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi (UU Dikti) menyatakan bahwa salah satu sumber pendanaan bagi

perguruan tinggi adalah melalui bentuk lain yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini sebenarnya memberikan

ruang bagi perguruan tinggi untuk mendapatkan sumber pendanaan secara

otonomi. Sebagai peraturan pelaksana dari UU Dikti tersebut, dibentuklah

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas

Indonesia (Statuta UI). Pasal 74 ayat (2) Statuta UI tersebut juga mengatur

bahwa selain dari APBN, pendapatan UI dapat juga berasal dari:

a. Masyarakat

b. Biaya pendidikan

c. Pengelolaan dana abadi

d. Pendapatan dari badan/satuan usaha UI

e. Kerjasama tridharma

48 Badan Kajian MWA UI UM 2015, Optimalisasi Ventura Universitas

Indonesia, http://mwaum.ui.ac.id/bk/wp-content/uploads/2015/12/Rencana-Strategis-

Optimalisasi-Ventura-Universitas-Indonesia1.pdf (diakses pada 25 Mei 2016).

Page 205: Download [3.72 MB]

198

f. Pengelolaan kekayaan negara yang diberikan oleh pemerintah

dan pemerintah daerah untuk kepentingan pengembangan

pendidikan tinggi

g. Sumber lain yang sah.

Usaha PTN-BH sebagaimana dalam poin (d) tersebut haruslah

merupakan layanan penunjang tridharma perguruan tinggi. Layanan

penunjang tridharma perguruan tinggi merupakan implementasi kegiatan

dari produk pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

untuk tujuan peningkatan mutu dan pelayanan PTN-BH yang juga

sekaligus untuk memperoleh tambahan pendapatan PTN-BH.49Usaha

PTN-BH dan kerja sama tridharma perguruan tinggi inilah yang menjadi

bagian dari ventura.

Ventura di UI terdiri dari berbagai macam bentuk, yakni bisa

berbentuk badan usaha, kerja sama, maupun unit kerja khusus. Masing-

masing bentuk tersebut memiliki akar berbagai permasalahan yang

menjadi kendala dalam upaya optimalisasi pendapatan UI dari ventura.

B. PERMASALAHAN-PERMASALAHAN TERKAIT VENTURA

1. Ketiadaan Regulasi yang Komprehensif

Faktor yang menjadikan pengelolaan ventura di Universitas

Indonesia tidak optimal salah satunya adalah regulasi dan sanksi yang

tidak jelas. Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN), regulasi diartikan

sebagai sumber hukum formil yang berupa peraturan perundang-undangan

yang memiliki beberapa unsur, yaitu:

1. Merupakan suatu keputusan yang tertulis

2. Dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang

3. Mengikat umum.

49Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Noomr 12 Tahun 2012 Tentang

Pendidikan Tinggi,” LN Tahun 2012 Nomor 158, TLN. No. 5336, penjelasan Pasal 11

ayat (2).

Page 206: Download [3.72 MB]

199

Lantas, bagaimana dengan regulasi di Universitas Indonesia (UI)

terkait dengan sistem tata kelola ventura? Di UI, hingga sekarang belum

ada regulasi yang jelas dalam mengatur ventura maupun sebagai pedoman

terhadap tata kelola serta sistem pendanaannya.50

Ketiadaan regulasi yang jelas ini berdampak pada tidak jelasnya

pedoman dalam sistem terkait dengan tata kelola ventura. Sejatinya,

keberadaan suatu instrumen hukum yang jelas dan lengkap dalam

pelaksanaan suatu kebijakan merupakan sebuah keniscayaan sebagai dasar

legalitasnya.51 Idealnya, harus ada regulasi yang berisikan aturan

mengenai tata kelola ventura, termasuk di dalamnya pengaturan mengenai

pembagian laba antara pihak ventura dibawah naungan Universitas

Indonesia maupun Fakultas. Sebenarnya hal ini justru merugikan pihak

universitas karena dengan tidak adanya kejelasan regulasi terhadap sistem

tata kelola membuat universitas tidak dapat berbuat banyak terhadap aliran

dana yang didapat dari ventura.

Baik UU Dikti, PP No. 26/2015, maupun Statuta UI hanya

berisikan norma-norma yang mengatur mengenai keberadaan sumber-

sumber pendanaan tanpa mengatur ketentuan lebih lanjut yang bersifat

operatif. Idealnya, pengaturan yang berisikan norma-norma yang

operasional tersebut dapat diatur pada oleh rektor selakupemangku

kepentingan tertinggi yang bertugas untuk mengatur tata cara pengelolaan

pendapatan di Universitas Indonesia52dan penanggung jawab pengelolaan

keuangan UI.53 Namun nyatanya pengaturan mengenai ventura, baik yang

berupa usaha ataupun kerja sama (sampai saat ini) tidak lengkap

50 Hasil wawancara Bidang Kajian Badan Kelengkapan MWA UI UM 2016

dengan Dr. Ir. Dodi Sudiana M.Eng selaku Direktur Kerjasama Universitas Indonesia.

51 Eddi Wibowo, Hukum dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Yayasan

Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2004), hlm. 30-31.

52MWA UI, Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tentang

Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia,Peraturan MWA UI Nomor

004/Peraturan/MWA-UI/2015 Tentang ART Universitas Indonesia,Pasal 115 ayat (5).

53Ibid., Pasal 92 ayat (1).

Page 207: Download [3.72 MB]

200

sehinggabersifat kurang komprehensif hingga tataran teknis. Hal ini tentu

berdampak pada kurang jelasnya arah serta pedoman dalam operasional

ventura yang menimbulkan konsekuensi; lemahnya optimalisasi

penerimaan UI dari ventura tersebut.

Dari bentuk-bentuk ventura yang bisa berupa badan usaha, kerja

sama, maupun UKK, hanya pengaturan mengenai UKK yang cukup

holistik. Itu pun hanya pada jenis-jenis UKK tertentu saja sebagaimana

yang akan dipaparkan di bawah ini.

Pengaturan Mengenai UKK

Pengaturan yang cukup lengkap mengenai ventura UI hanyalah

mengenai unit kerja khusus (UKK) yang merupakan salah satu bentuk

ventura UI. Unit kerja khusus (UKK) merupakan lembaga penunjang

kegiatan tridharma yang dapat berbentuk:

a. Unit kerja khusus penelitian dan inovasi, yakni unit kerja

berupa pusat/lembaga yang melaksanakan penelitian dengan

maksud untuk menghasilkan temuan inovasi dalam kerangka

pengembangan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan bidang

ilmu atua disiplin ilmu yang diselenggarakan oleh universitas

dan/atau fakultas. Dapat dibentuk di tingkat UI (PAU) dan

fakultas.

b. Unit kerja khussus pelayanan dan pengabdian masyarakat,

yakni unit kerja berupa pusat/lembaga yang melaksanakan

pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat dengan maksud

melayani permintaan dan kebutuhan masyarakat serta warga UI

dalam kerangka penerapan ilmu, pengetahuan dan keahlian

sesuai dengan bidang ilmu atau disiplin ilmu yang

diselenggarakan oleh universitas dan/atau fakultas. Dapat

dibentuk di tingkat UI (PAU) dan fakultas.

c. Unit kerja khusus pengelola dana khusus, yakni unit kerja yang

dibentuk dengan tujuan untuk mengelola dana-dana khusus

Page 208: Download [3.72 MB]

201

baik secara sendiri-sendiri ataupun secara berkelompok. Hanya

dapat dibentuk di tingkat UI (PAU).

d. Unit kerja khusus rumah sakit pendidikan. Dibentuk hanya di

tingkat UI (PAU).

e. Unit kerja khusus usaha komersial, yakni badan usaha

komersial UI yang pembentukannya dimaksudkan untuk

mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh UI

sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang dapat

dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

akademik. Hanya dibentuk di tingkat UI (PAU).

Dari berbagai bentuk UKK tersebut, hanya unit usaha bidang

akademik yang saat ini terdata dengan cukup baik. Berikut data mengenai

kemajuan laporan tahunan unit usaha bidang akademik:

TAHU

N

JUMLAH

KEGIATA

N

JUMLAH

PENERIMAA

N

JUMLAH

KONTRIBUS

I

KONTRIBUSI

SUDAH

DIBAYARKA

N KE UI

KONTRIBUSI

BELUM

DIBAYARKA

N KE UI

2011 872 138,089,270,37

6 6,419,254,442 6,187,840,944 231,413,498

2012 940 137,289,203,83

5 6,492,760,174 6,281,451,586 211,308,588

2013 702 160,550,054,91

5 7,591,249,539 4,794,941,796 2,796,307,743

2014 720 161,264,460,89

7 7,068,520,436 3,623,632,598 3,444,887,839

2015 596 109,244,767,89

6 4,513,897,051 403,213,640 4,110,683,411

Page 209: Download [3.72 MB]

202

TOTA

L 2,514

435,928,529,12

6

20,503,264,15

5 17,264,234,326 3,239,029,829

Ket: Laporan Rekapitulasi Jumlah Kegiatan, Penerimaan dan Kontribusi

Unit Usaha Bidang Akademik Tahun 2011 s/d 2015 (per Maret 2016)54

2. Buruknya Inventarisasi Ventura di Tingkat UI maupun Fakultas

Faktor lain yang menjadi penghambat pengoptimalan ventura di

Universitas Indonesia juga disebabkan oleh jumlah pasti ventura (saat ini)

yang tidak jelas. Data yang dimiliki lagi-lagi hanyalah untuk unit usaha

bidang akademik, yakni:55

54 Disampaikan oleh Bidang IV pada Rapat Pansus pada Rapat Koordinasi

Bidang IV dengan Pansus KSPD MWA, 9 Mei 2016. 55Ibid.

Page 210: Download [3.72 MB]

203

Sedangkan untuk jenis ventura lainnya belum terinventarisasi

dengan baik, sehingga menjadi kendala dalam upaya optimalisasi

pendapatan UI dari kanal bernama ventura. Tidak adanya pendataan dan

inventarisasi yang terpusat memberikan dampak tidak adanya data yang

dapat dijadikan acuan terkait penentuan upaya pengoptimalan sektor

ventura. Hal ini menjadi ironi mengingat bahwasanya untuk menciptakan

tata kelola ventura yang baik, hal pertama yang harus dilakukan memiliki

data dan inventarisasi ventura yang ada. Namun, hingga saat ini, belum

ada data terpusat dan terpercaya terkait ventura keseluruhan yang dimiliki

Universitas Indonesia maupun Fakultas. Selain itu, adanya keinginan serta

pandangan masing-masing fakultas juga menghalangi upaya inventarisasi

yang menyeluruh ini, seperti tidak berkenannya fakultas memberikan data-

data terkait ventura di tiap fakultas. Sebenarnya hal ini bisa diimbangi

dengan mekanisme sanksi yang tegas oleh Rektor dengan didasarkan pada

peraturan yang jelas. Sayangnya, regulasi tersebutlah yang saat ini masih

belum lengkap.

3. Lemahnya Transparansi, Resultan Ketiadaan Regulasi Serta Buruknya

Inventarisasi

Selain regulasi dan inventarisasi, transparansi kondisi keuangan

ventura juga menjadi salah satu faktor yang pendukung terkait optimalisasi

tata kelola di Universitas Indonesia. Salah satu bentuk transparansi kondisi

keuangan ventura yaitu dengan adanya lampiran laporan posisi keuangan

ventura yang konkrit. Rektor, dengan melalui Wakil Rektor terkait juga

dapat melakukan pengawasan dengan meminta laporan kinerja maupun

laporan keuangan atas kerjasama yang dilakukan ditingkat

fakultas/sekolah/program pendidikan, dan lain-lain untuk menjamin

akuntabilitas.56 Mengingat bahwa Universitas Indonesia adalah PTN-BH

yang mana memiliki otonomi untuk mendapatkan sumber pendanaan

selain yang berasal dari APBN.

56Op.Cit., MWA UI, Pasal 193 (8)

Page 211: Download [3.72 MB]

204

C. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN VENTURA

1. Pelaksanaan Mapping yang Holistik dan Terintegrasi

Faktor pertama yang penghambat dalam upaya optimalisasi ventura

di UI ialah tidak adanya mapping dan inventarisasi yang jelas terkait

jumlah ventura saat ini. Hingga saat ini, belum ada data terpusat dan

kredibel untuk menjadi rujukan apabila ingin mengetahui perihal

keseluruhan ventura yang dimiliki Fakultas maupun Universitas Indonesia.

Suatu tata kelola yang baik, membutuhkan serangkaian proses

pengaturan, mulai dari pendataan hingga pemeliharaan. Rangkaian proses

tersebut menjadi suatu sistem yang holistik dan saling berhubungan satu

dan lainnya. Oleh karena itu, sedari proses paling awal –yakni

pendataan—harus dilakukan dengan baik dan terorganisir. Ventura yang

dimiliki Fakultas maupun Universitas Indonesia harus di data lengkap

dengan segala kualifikasinya. Misalnya bidang usaha atau kerjasama,

jangka waktu, omset, maupun kontribusi maupun harga sewa yang harus

dibayarkan ke pihak Fakultas atau Universitas. Kemudian dari data-data

tersebut, dilakukan inventarisasi dan pengklasifikasian berdasarkan

kualifikasi tertentu untuk memudahkan pendataan. Inventarisasi dan

pengklasifikasian tersebut dilakukan oleh Fakultas maupun Universitas

Indonesia. Kemudian untuk ventura yang dimiliki Fakultas, selanjutnya

harus pula menyerahkan data inventarisasi yang telah dilakukan kepada

pihak Universitas Indonesia. Pihak Universitas Indonesia kemudian

mengolah dan menghimpun data-data ventura tersebut ke dalam sistem

data yang terintegrasi dan dapat diakses secara transparan oleh semua

pihak.

Inventarisasi tersebut selanjutnya harus dilakukan secara berkala,

misalnya 3-6 bulan sekali agar data-data yang ada dapat selalu ter-update.

Dengan mengetahui jumlah pasti ventura yang dimiliki, UI dapat

melakukan penghitungan dengan jelas terkait kontribusi yang harus

dibayarkan kepada pihak Universitas Indonesia. Hal ini mengingat ventura

Page 212: Download [3.72 MB]

205

memiliki kewajiban untuk menyetorkan 5% atas profit yang diperolehnya

kepada pihak UI.

2. Perbaikan dalam Transparansi Pelaporan Keuangan Ventura

Seiring dengan lahirnya konsep PTN-BH, maka berkembang pula

sebuah konsep dalam penyelenggaraan tata kelola universitas yakni Good

University Governance. Secara sederhana, good university governance

dapat kita pandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good

governance” dalam sistem dan proses governance pada institusi perguruan

tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-

nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi

secara khusus dan pendidikan secara umum.

Salah satu prinsip yang dianut dalam penerapan Good University

Governance ialah transparansi atau keterbukaan.57 Hal ini merupakan

sebuah prasyarat dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga

akuntabilitas institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan

informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam

mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi memungkinkan

seluruh stakeholders untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi kinerja

institusi. Dalam hal ini, transparansi keuangan ventura menjadi suatu hal

yang krusial dan harus dilakukan perbaikan.

Faktanya, kurangnya transparansi kondisi keuangan ventura juga

menjadi salah satu faktor yang menghambat optimalisasi dan tata kelola

ventura di Universitas Indonesia. Dalam Peraturan MWA UI tentang

Anggaran Rumah Tangga (ART) UI Tahun 2015, Pasal 193 ayat 8 terkait

Pelaksanaan Kerja Sama diatur bahwa mekanisme kontrol yang dilakukan

oleh pihak Universitas ialah melalui pengecekan terhadap laporan

keuangan ventura. Selain mengetahui kondisi keuangan ventura,

57Serian Wijatno, Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, dan

Ekonomis Untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dan Mutu Lulusan,

(Jakarta: Salemba EMpat, 2009), hlm. 53.

Page 213: Download [3.72 MB]

206

mekanisme pelaporan keuangan ini juga digunakan sebagai acuan dalam

penghitungan besaran profit yang harus disetorkan ventura kepada pihak

universitas. Dengan kedua belah pihak (Universitas dan Ventura terkait)

mengetahui kondisi keuangan ventura, maka perbedaan akan perselisihan

hasil penghitungan kontribusi profit yang harus disetorkan dapat

terhindarkan. Pengecekan ini sekaligus menjadi bahan evaluasi untuk

memperbaiki kondisi ventura maupun hubungan kerjasama antara kedua

belah pihak.

3. Optimalisasi Peningkatan Ventura

Inti permasalahan yang dihadapi oleh ventura Universitas

Indonesia ialah tidak optimalnya tata kelola maupun pemanfaatan ventura

terkait. Maka dari itu, upaya konkrit untuk melakukan optimalisasi ventura

UI dapat ditempuh dengan dua cara, yakni:

a. Perbaikan Sistem Stakeholders

Upaya optimalisasi ventura haruslah memperhatikan pelibatan

dan pemenuhan kebutuhan dari seluruh stakeholders (pihak yang

berkepentingan) yang terkait dengan pengelolaan ventura. Inti dari

proses tata kelola yang baik adalah bagaimana hubungan antar

stakeholders didalamnya. Untuk itu, maka kita terlebih dahulu perlu

mendefinisikan siapa para stakeholders yang terlibat dalam

pengelolaan ventura. Stakeholder terkait antara laian ialah Pihak

pembuat kebijakan yakni pihak universitas maupun MWA selaku

penentu kebijakan dan pengelola ventura selaku pelaksana kebijakan

terkait. Peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders

harus benar-benar diatur secara tegas tanpa menegasikan pembangunan

kesadaran dalam diri seluruh stakeholders bahwa mereka memiliki

kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam

pengelolaan ventura.

b. Perbaikan Sistem Regulasi

Page 214: Download [3.72 MB]

207

Penguatan sistem regulasi ialah hal wajib yang harus ditempuh.

Instrumen regulasi internal Universitas maupun Fakultas harus mampu

mengakomodir dan mengarahkan pengelolaan ventura ke dalam

kondisi yang mapan. Sebab, penyelenggaraan fungsi perguruan tinggi

tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada

sebuah regulasi yang dipatuhi oleh seluruh stakeholders. Namun, harus

diingat bahwasanya aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk

mengekang kebebasan stakeholders terkait, melainkan untuk menjaga

keberlangsungan pengelolaan keuangan ventura secara

berkesinambungan.

Nyatanya, regulasi yang telah ada belum mampu menciptakan

suatu kerjasama yang sinergis antara pihak Universitas, Fakultas, dan

Ventura. Sebagai contoh ialah aturan yang terdapat dalam Peraturan

MWA UI tentang Anggaran Rumah Tangga (ART) UI Tahun 2015,

Pasal 193 ayat 8 terkait Pelaksanaan Kerja Sama, menyebutkan bahwa:

Rektor, melalui Wakil Rektor terkait, dapat melakukan

pengawasan dan meminta laporan kinerja serta keuangan

kerjasama yang dilakukan di tingkat

Fakultas/Sekolah/Program Pendidikan Vokasi dan Unit

Kerja Khusus, kepada Pimpinan Fakultas dan Kepala Unit

kerja Khusus, untuk menjamin akuntabilitas.

Pada Pasal tersebut, pengecekan laporan bukan merupakan

kewajiban dari pihak Fakultas atau Ventura, melainkan bentuk

tindakan aktif pihak universitas melalui Rektor untuk meminta laporan

keuangan kerjasama tersebut. Oleh karena itu, aturan ini hendaknya

diperbaiki dan diubah menjadi sebuah bentuk obligasi bagi pihak

Fakultas dan ventura terkait untuk secara berkala melaporkan laporan

keuangannya.

Secara lebih luas, stakeholders penentu kebijakan nantinya

harus dapat merumuskan sebuah regulasi yang tepat dan dalam tataran

implementatif dapat dilaksanakan.

Page 215: Download [3.72 MB]

208

D. KESIMPULAN

Tahun 2014 pendapatan non-BP Universitas Indonesia yang

berasal dari kerjasama (termasuk akademik dan non akademik menjadi

bagian dari non-BP) hanya 153 M dari 670 kegiatan unit usaha

(laporan tahunan 2013).Jumlah ini hanya dapat menutup ±7,6% dari

anggaran pengeluaran (2014) Universitas Indonesia. Per-tahun 2015

Universitas Indonesia masih mendapatkan BOPTN dari pemerintah

sebesar 277,5 M. Sedangkan Per-tahun 2016 BOPTN Universitas

Indonesia dikurangi menjadi sebesar 270 M. Melihat anggaran

pengeluaran Universitas Indonesia sebesar 2,4 T58 tentu angka 270 M

sangat kecil untuk mendukung pendanaan pengeluaran tersebut. Hal ini

mengharuskan pihak UI untuk memaksimalkan pendapatan non-BP

melalui sector lain, salah satunya ventura.

Kurangnya optimalisasi ventura ini merupakan tanggungjawab

pihak UI untuk segera mengatasinya. Jika tidak, setiap tahun

mahasiswa akan selalu menjadi korban akibat ketidakseriusan UI

dalam menangani ventura ini. Terkait apakah itu ada oknum yang

belum bisa bekerja sama dengan atau tidak adanya oknum tersebut.

Pihak UI tetaplah harus tegas terhadap sistem pengelolaan ventura.

Seharusnya pihak fakultas juga dapat bekerjasama dengan universitas

terkait hal ini.

58Op. Cit., BK MWA UI UM 2015.

Page 216: Download [3.72 MB]

209

Daftar Pustaka

Buku

Wibowo, Eddi.Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Yayasan Pembaruan

Administrasi Publik Indonesia, 2004.

Sumarto, Hetifah Sj. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa

Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2003.

Wijatno,Serian. Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif, dan

Ekonomis untuk Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dan

Mutu Lulusan. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2012. LN RI Tahun 2012No. 158 TLN RI Nomor. 5336.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan

Mekanisme Pendanaan PTN BH. LN RI Tahun 2015 Nomor 110 TLN RI

Nomor 5699.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2013 tentang Statuta

Universitas Indonesia. LN RI Tahun 2013 Nomor 166 TLN Nomor 5455.

MWA UI. Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tentang

Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia.Peraturan MWA UI

Nomor 004/Peraturan/MWA-UI/2015 Tentang ART Universitas

Indonesia.

Internet

______.http://alimuhi.staff.ipdn.ac.id/wpcontent/uploads/2011/04/MEMB.GOOD

_.GOV_.PADA_.PT_.pdf (diakses pada 5 April 2016).

BK MWA UI UM 2015. Optimalisasi Ventura Universitas Indonesia, diakses dari

http://mwaum.ui.ac.id/bk/wp-content/uploads/2015/12/Rencana-Strategis-

Optimalisasi-Ventura-Universitas-Indonesia1.pdf(diakses pada 25 Mei

2016).

Lain-lain

Page 217: Download [3.72 MB]

210

Hasil wawancara Bidang Kajian Badan Kelengkapan MWA UI Unsur Mahasiswa

2016 dengan Dr. Ir. Dodi Sudiana M.Eng selaku Direktur Kerjasama

Universitas Indonesia.

Disampaikan oleh Bidang IV pada Rapat Pansus pada Rapat Koordinasi BidangIV

dengan Pansus KSPD MWA, 9 Mei 2016.

Page 218: Download [3.72 MB]