DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB...

54
DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA Aquilaria malaccensis Lamk. (Skripsi) Oleh GIGA PIANCITA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU

PADA Aquilaria malaccensis Lamk.

(Skripsi)

Oleh

GIGA PIANCITA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Giga Piancita

ABSTRAK

DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU

PADA Aquilaria malaccensis Lamk.

Oleh

GIGA PIANCITA

Gaharu secara alami terbentuk pada waktu yang cukup lama, oleh karena itu

dibutuhkan upaya untuk meningkatkan produtivitasnya, salah satu caranya yaitu

dengan menginjeksikan Bioserum. Bioserum merupakan cairan bernutrisi yang

dibutuhkan fungi untuk hidup, berkembang, dan membentuk gaharu. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis dosis Bioserum yang paling baik, waktu

terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis yang paling baik, serta

interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan

2 faktor, yaitu pemberian dosis Bioserum dan waktu terbentuknya gaharu di dalam

Aquilaria malaccensis. Pemberian dosis Bioserum terdiri dari, 0 ml, 2 ml, 3 ml,

dan 4 ml dengan 3 kali ulangan. Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria

malaccensis terdiri dari 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 4 ml merupakan dosis Bioserum yang paling baik dalam

membentuk gaharu, karena mampu meningkatkan luas terbentuknya gaharu dan

tingkat aroma gaharu. Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria

Page 3: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Giga Piancita

malaccensis yang paling baik yaitu 3 bulan, karena mampu menghasilkan luas

terbentuknya gaharu dan tingkat aroma gaharu yang paling tinggi. Interaksi

antara kedua faktor paling baik dalam membentuk gaharu adalah dosis 4 ml di

waktu 3 bulan, karena mampu meningkatkan luas terbentuknya gaharu dan tingkat

aroma gaharu.

Kata kunci : bioserum; dosis bioserum; gaharu

Page 4: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Giga Piancita

ABSTRACK

DOSAGES OF BIOSERUM FOR AGARWOOD FORMATION

IN Aquilaria malaccensis Lamk.

By

GIGA PIANCITA

Agarwood is naturally formed for a long time, therefore efforts are necessary to

increase the productivity of it, one of the ways is to inject Bioserum. Bioserum is

a liquid that contains nutrients for fungi to live, develop, and form the agarwood.

The research aims to analyze the best dosage of Bioserum, the best time for the

formation of the agarwood in Aquilaria malaccensis, and the best interaction

between of the two factors to form the agarwood. Factorial Completely

Randomized Design (FCRD) with two factors, namely dosage of Bioserum and

time for the formation of the agarwood in Aquilaria malaccensis was employed as

the research design. The dosage of Bioserum consists of 0 ml, 2 ml, 3 ml, and

4 ml with 3 replications. The time for the formation of the agarwood in Aquilaria

malaccensis consisted of 1 month, 2 months, and 3 months. The results showed

that 4 ml was the best dosage of Bioserum to form the agarwood, because was

able to increase the formation area of the agarwood and the level aroma of the

agarwood. The best time for the formation of the agarwood in Aquilaria

malaccensis was 3 months, because was able produced the highest value of the

Page 5: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Giga Piancita

formation area of the agarwood and the level aroma of the agarwood. The best

the interaction between of the two factors to form the agarwood at a dosage of

4 ml at 3 months, because was able to increase the formation area of the agarwood

and the level aroma of the agarwood.

Key words : agarwood, bioserum, bioserum dose

Page 6: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU

PADA Aquilaria malaccensis Lamk.

Oleh

GIGA PIANCITA

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.
Page 8: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.
Page 9: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 16 Maret 1997.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,

pasangan Bapak Sarino dan Ibu Turi’ah. Penulis telah

menyelesaikan pendidikan di TK Fitrah Insani pada tahun

2001, SD Negeri 2 Beringin Raya pada tahun 2008, SMP Negeri 26 Bandar

Lampung pada tahun 2011, dan SMA Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun

2014.

Pada tahun 2014 penulis telah diterima melalui jalur SBMPTN sebagai mahasiswa

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun kedua

menjadi mahasiswa kehutanan, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Lapang

Kehutanan (KLK). Kegiatan tersebut merupakan salah satu mata kuliah

kehutanan yang bertujan untuk memberikan ilmu dan wawasan serta menambah

pengalaman mahasiswa kehutanan terhadap lembaga-lembaga yang di bawah

sektor kehutanan. Salah satu lembaga yang dikunjungi, yaitu Lembaga Induk

Penelitian Indonesia (LIPI). Dari kunjungan tersebut penulis tertarik dengan hasil

hutan bukan kayu yang berupa Gaharu. Penulis akhirnya memutuskan untuk

mendalami ilmu kehutanan di Konsentrasi Budidaya Hutan dan meneliti tentang

gaharu.

Page 10: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Pada tahun ketiga menjadi mahasiswa, penulis diberi tanggungjawab menjadi

asdos praktikum dalam mata kuliah ekologi hutan dengan Bapak Indriyanto

sebagai dosen penanggungjawab dan mata kuliah silvikultur dengan Bapak Afif

Bintoro sebagai dosen penanggungjawabnya serta asdos praktikum Ilmu Ukur

Wilayah dan Pemetaan Hutan dengan Bapak Arif Dermawan sebagai dosen

penanggungjawabnya. Selain itu, ketika memasuki tahun keempat penulis juga

diberi tanggungjawab menjadi asdos praktikum Biotekhnologi Kehutanan dengan

dosen penanggungjawabnya yaitu Ibu Melya Riniarti dan asdos praktikum Silvika

dengan dosen penanggungjawabnya yaitu Bapak Afif Bintoro.

Selain di bidang akademik penulis juga aktif di bidang organisasi. Pada tahun

2015, tepatnya setelah satu tahun menjadi mahasiswa penulis ditetapkan sebagai

Anggota Utama Himasylva. Pada Kepengurusan Himasylva Tahun 2014/2015

penulis diberi tanggugjawab sebagai Anggota Bidang 4, yaitu Komunikasi,

Informasi dan Pengabdian Masyarakat. Pada kepengurusan Himasylva Tahun

2015/2016 penulis diangkat menjadi Sekretaris Bidang 4. Selama berada di dalam

kepengurusan penulis banyak berperan penting di berbagai program Himasylva.

Program-program tersebut seperti penyusunan hingga tercetaknya beberapa

Majalah BENIH, mengikuti kegiatan DESDAM (Desa Dampingan) bersama

Himasylva, dan berbagai kegiatan penanaman serta kegiatan kunjungan-

kunjungan ke instansi-instansi kehutanan.

Page 11: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan Karya ini untuk Ayahanda, Ibunda dan kedua Adikku tersayang

Page 12: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hingga ke akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Dosis Bioserum untuk Pembentukan Gaharu pada Aquilaria

malaccensis Lamk.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kehutanan di Universitas Lampung. Pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih

saya ucapkan kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Unila;

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Unila serta

sebagai penguji utama yang telah memberikan semangat, ilmu pengetahuan dan

wawasan, serta motivasi dari selama penyusunan skripsi ini;

3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku pembimbing utama atas ketersediannya untuk

memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta banyak motivasi dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

Page 13: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

iii

4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua serta sebagai Sekretaris

Jurusan Kehutanan Unila atas ketersediannya untuk memberikan bimbingan,

saran dan kritik, serta banyak motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Darsono sebagai pemilik lahan yang telah mengizinkan saya melakukan

penelitian dan menggunakan objek penelitian dilahannya;

6. Bapak Kusnadi sebagai pencipta Bioserum yang telah memberikan ilmu, arahan,

dan dukungan selama kegiatan penelitian;

7. Mba Mina yang telah memberikan ilmu dan saran serta solusi dari setiap masalah

selama saya penelitian;

8. Ibu Rusita, S.Hut., M.P., selaku pembimbing akademik, terimakasih atas

segalanya yang telah diberikan selama proses perkuliahan;

9. Bapak dan Ibu Dosen Kehutanan, atas ilmu pengetahuan dan wawasan serta

pengalaman yang telah diberikan;

10. Bapak dan Ibu Staf administrasi Fakultas Pertanian Unila;

11. Kedua orangtua (Sarino dan Turi’ah) dan kedua adik ku (Cica dan Artha), yang

selalu memberikan dukungan, kasih sayang, do’a, serta motivasi yang tidak

pernah putus;

12. Teman-teman seperjuangan Anis, Khairunnisa, Shinta, Jeng Nia, Cecilinia,

Nathasya, Ika, Lely, Tyas Nidya, Murti yang selalu memberikan semangat

selama kegiatan penelitian;

13. Tim gaharu, Fikri, Hafid, Elham, Desrian, Gusti, Intan, Anis yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan fikiran selama proses penelitian;

Page 14: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

iv

14. Teman-teman Lugosyl’14 yang telah membantu dalam proses penelitian, dari

persiapan hingga proses pengambilan data;

15. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan yang diberikan mereka mendapat imbalan dari Allah SWT

dan penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan namun

semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Bandar Lampung, Desember 2018

Giga Piancita

Page 15: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

1.4 Kerangka Penelitian ........................................................................... 4

1.5 Hipotesis ............................................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8

2.1 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu ....................................................... 8

2.2 Tumbuhan Anggota Genus Aquilaria ................................................ 9

2.3 Deskripsi Tumbuhan Aquilaria malaccensis ..................................... 9

2.4 Penyebaran Gaharu ............................................................................ 10

2.5 Manfaat Gaharu .................................................................................. 11

2.6 Proses pembentukan Gaharu .............................................................. 12

2.6.1 Proses pembentukan gaharu secara alami ................................. 12

2.6.2 Proses pembentukan gaharu secara buatan ............................... 14

2.6.2.1 Mekanik-Fisik ............................................................. 14

2.6.2.2 Kimia .......................................................................... 14

2.6.2.3 Biologis ....................................................................... 15

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Gaharu .................. 15

2.7.1 Faktor inang .............................................................................. 16

2.7.2 Faktor jamur patogen ................................................................ 16

2.7.3 Faktor lingkungan ..................................................................... 17

2.8 Bioserum ............................................................................................. 17

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 18

3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 18

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 18

3.3 Metode Penelitian ........................................................................... 18

3.3.1 Pemilihan pohon .................................................................... 18

3.3.2 Penginjeksian Bioserum ........................................................ 19

3.3.3 Pengamatan ............................................................................ 20

3.3.3.1 Luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial .... 20

Page 16: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

vi

Halaman

3.3.3.2 Persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

Melintang ............................................................... 20

3.3.3.3 Perubahan warna ................................................... 21

3.3.3.4 Tingkat aroma ....................................................... 21

3.4 Rancangan Percobaan ..................................................................... 22

3.5 Analisis Data ................................................................................... 24

3.5.1 Uji Homogenitas Varians ....................................................... 24

3.5.2 Analisis Keragaman (ANARA) .............................................. 26

3.5.3 Uji Lanjut................................................................................ 27

3.5.4 Uji Kruskal-Wallis.................................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30

4.1 Hasil ................................................................................................ 30

4.1.1 Luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial ..................... 30

4.1.2 Luas terbentuknya gaharu pada arah melintang ..................... 34

4.1.3 Perubahan warna gaharu......................................................... 39

4.1.4 Tingkat aroma gaharu ............................................................. 40

4.2 Pembahasan ..................................................................................... 41

4.2.1 Luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial ..................... 42

4.2.2 Persentase luas terbentuknya gaharu pada arah melintang..... 44

4.2.3 Perubahan warna gaharu......................................................... 45

4.2.4 Tingkat aroma gaharu ............................................................. 47

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 50

5.1 Simpulan ......................................................................................... 50

5.2 Saran ............................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................................. 54

Tabel 17—19 .................................................................................................. 54—58

Gambar 8—17 ................................................................................................ 59—63

Page 17: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi data penelitian ................................................................ 23

2. Uji homogenitas varians ..................................................................... 25

3. Hasil Analisis Ragam (Anara) ............................................................ 27

4. Hasil Uji Bartlett luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial ...... 31

5. Hasil Analisis Ragam luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial 32

6. Hasil Uji BNJ dosis Bioserum terhadap luas terbentuknya gaharu

pada arah tangensial ............................................................................ 32

7. Hasil Uji BNJ waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis

terhadap luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial .................... 33

8. Hasil Uji BNJ interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya

gaharu di dalam Aquilaria malaccensis terhadap luas terbentuknya

gaharu pada arah tangensial ................................................................ 33

9. Hasil Uji Bartlett persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

melintang ............................................................................................. 36

10. Hasil Analisis Ragam persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

melintang ............................................................................................. 36

11. Hasil Uji BNJ dosis Bioserum terhadap persentase luas terbentuknya

gaharu pada arah melintang ................................................................ 37

12. Hasil Uji BNJ waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis

terhadap persentase luas terbentuknya gaharu pada arah melintang ... 38

13. Hasil Uji BNJ interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya

gaharu di dalam Aquilaria malaccensis terhadap persentase luas

terbentuknya gaharu pada arah melintang .......................................... 38

14. Data perubahan warna gaharu berdasarkan persepsi 3 responden ...... 39

Page 18: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

viii

Tabel Halaman

15. Tingkat aroma gaharu berdasarkan persepsi 3 responden .................. 40

16. Hasil Uji Kruskal-Wallis skor tingkat aroma gaharu .......................... 41

17. Hasil pengamatan luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial

dalam satuan cm2 ................................................................................ 54

18. Hasil pengamatan persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

melintang dalam satuan % .................................................................. 56

19. Hasil pengamatan perubahan warna dan tingkat aroma berdasarkan

persepsi responden .............................................................................. 58

Page 19: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alir Kerangka Penelitian ....................................................... 6

2. Proses penginjeksian Bioserum pada cabang-cabang pohon

Aquilaria malaccensis ...................................................................... 20

3. Tata letak percobaan dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial .... 23

4. Contoh luas terbentukya gaharu pada arah tangensial ...................... 31

5. Contoh luas terbentuknya gaharu pada arah melintang .................... 36

6. Grafik perkembangan persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

melintang ........................................................................................... 36

7. Diagram skor aroma gaharu berdasarkan persepsi responden selama

3 bulan penelitian ............................................................................... 42

8. Respon pohon Aquilaria malaccensis setelah diinjeksikan

Bioserum ........................................................................................... 61

9. Bioserum sebagai bahan injeksi untuk membentuk gaharu .............. 61

10. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 62

11. Pemberian tanda pada pohon Aquilaria malaccensis yang akan

diinjeksikan Bioserum ...................................................................... 62

12. Pemberian tanda lubang bor pada batang dan cabang pohon Aquilaria

malaccensis dengan menggunakan kapur tulis ................................. 63

13. Pengeboran pada batang dan cabang pohon Aquilaria malaccensis

yang telah ditandai dengan kapur tulis ............................................. 63

14. Penginjeksian Bioserum pada cabang Aquilaria malaccensis

yang tiap pohonnya mendapatkan dosis Bioserum sesuai dengan

perlakuannya ..................................................................................... 64

Page 20: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

x

Gambar Halaman

15. Proses pembakaran sampel gaharu ................................................... 64

16. Berbagai warna jamur atau fungi yang menginfeksi tanaman gaharu 65

17. Klorosis yang terjadi minggu ke-2 setelah pohon Aquilaria malaccensis

diinjeksi Bioserum ............................................................................ 65

Page 21: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman jenis tanaman

penghasil gaharu (Setyaningrum dan Saparinto, 2014). Gaharu merupakan hasil

hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi (Sitepu dkk., 2011). Hal tersebut

dikarenakan gaharu memiliki kandungan senyawa yang harum pada resinnya,

sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi semua kalangan (Susmianto dkk.,

2014). Hampir semua bagian tanaman gaharu dapat dimanfaatkan dan sedikit

sekali yang terbuang (Ismanto dkk., 2016). Gaharu dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai pengharum tubuh dan ruangan, bahan pembuatan dupa, tasbih dan

kosmetik serta dapat digunakan sebagai obat-obatan (Susmianto dkk., 2014).

Selama ini, masyarakat hanya memanen gaharu yang berasal dari hutan alam

(Siran dan Turjaman, 2010). Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka

permintaan gaharu semakin meningkat (Setyaningrum dan Saparinto, 2014).

Meningkatnya permintaan gaharu baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

mengakibatkan eksploitasi gaharu alam dilakukan secara besar-besaran dan

semakin tidak terkendali. Kondisi inilah menyebabkan gaharu ditetapkan CITES

sebagai Apendix II yang dilindungi dari kepunahan dan perdagangannya (Sitepu

dkk., 2011).

Page 22: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

2

Kekurangan pasokan gaharu alami mendorong masyarakat mengembangkan

gaharu secara budidaya. Gaharu pada umumnya terbentuk pada bagian kayu atau

akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu. Gaharu dimungkinkan terbentuk

karena faktor inang, jamur atau fungi pembentuknya, dan lingkungan. Ketiga

faktor tersebut yang mengakibatkan keberhasilan dalam pembentukan gaharu.

Inang menjadi faktor utama pada proses pembentukan gaharu. Inang yang dapat

menghasilkan gaharu adalah tanaman yang berasal dari jenis-jenis penghasil

gaharu. Gaharu akan terbentuk karena adanya pelukaan pada jaringan kayu inang

penghasil gaharu. Bagian kayu yang terluka akan mengakibatkan jamur atau

fungi masuk ke dalam jaringan kayu. Pada saat fungi menginfeksi jaringan yang

terluka maka inang akan merespon dengan mengeluarkan zat metabolit sekunder

yang disebut sebagai phytoalexin. Bentuk phytoalexin berupa resin dengan aroma

wangi dan berwarna cokelat yang diproduksi oleh alkaloid sel sehingga akan

mengubah warna jaringan kayu (Susmianto dkk., 2014).

Produksi gaharu secara budidaya dapat dilakukan dengan memasukkan bahan

injeksi ke dalam jaringan kayu. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan

merekayasa melalui teknik pengeboran batang dan menginjeksikan bahan injeksi

melalui lubang-lubang bor (injeksi) (Sumarna, 2013). Teknik ini juga telah

banyak diterapkan oleh para petani gaharu dan peneliti gaharu.

Fungi merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam pembentukan gaharu

(Susmianto dkk., 2014). Namun pada penelitian ini bahan injeksi yang digunakan

bukanlah fungi, melainkan nutrisi yang dibutuhkan bagi fungi untuk dapat hidup

dan berkembang di dalam batang gaharu. Menurut (Kusnadi, 2018), Bioserum

merupakan salah satu produk berupa cairan mengandung nutrisi yang dibutuhkan

Page 23: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

3

bagi fungi untuk dapat membentuk gaharu. Bioserum diinjeksikan ke dalam

bagian batang gaharu yang telah dilukai, dan selanjutnya fungi pembentuk gaharu

akan menginfeksi bagian yang terdapat nutrisi tersebut. Belum banyak penelitian

yang meneliti tentang Bioserum ini, namun para petani gaharu sudah banyak yang

berhasil menerapkannya. Langkah pertama dalam pengaplikasian Bioserum

adalah penetapan dosis yang tepat, sehingga penelitian ini penting untuk

dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berapa dosis Bioserum yang paling baik dalam membentuk gaharu?

2. Berapa waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis yang

paling baik?

3. Berapa interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya gaharu di

dalam Aquilaria malaccensis yang paling baik dalam membentuk gaharu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah.

1. Menganalisis dosis Bioserum yang paling baik terhadap pembentukan gaharu

pada Aquilaria malaccensis.

2. Menganalisis waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis

yang paling baik.

3. Menganalisis interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya

gaharu di dalam Aquilaria malaccensis yang paling baik terhadap

pembentukan gaharu.

Page 24: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

4

1.4 Kerangka Penelitian

Proses pembentukan gaharu dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan,

faktor inang, dan faktor jamur/ fungi. Intensitas cahaya matahari, kelembaban dan

suhu udara, serta kesuburan tanah merupakan faktor lingkungan yang

memengaruhi dalam pembentukan gaharu (Susmianto dkk., 2014).

Tanaman penghasil gaharu tidak semuanya dapat menghasilkan gaharu

(Susmianto dkk., 2014). Menurut Setyaningrum dan Saparinto (2014)

diperkirakan pada saat ini terdapat lebih kurang 27 jenis tumbuhan penghasil

gaharu. Tumbuhan yang dimaksud pada umumnya merupakan anggota famili

Thymelaeaceae dalam genus Aquilaria, Aetoxylon, Gonystylus, Gyrinops,

Wikstroemia, Enkleia, Dalbergia, dan Exoccaria. Namun, hanya tiga jenis yang

menghasilkan gaharu dengan kualitas tinggi, yaitu Aquilaria malaccensis,

Aquilaria microcarpa, dan Gyrinops versteegii. Pada penelitian ini inang gaharu

yang diinjeksikan adalah Aquilaria malaccensis karena jenis ini banyak terdapat

di daerah Sumatera (Roemantyo dan Partomihardjo, 2010).

Keberhasilan pembentukan gaharu terletak pada fungi yang menginfeksi bagian

kayu yang terluka. Penelitian yang dilakukan oleh Azwin (2016); Iskandar dan

Suhendra (2013); serta Vantompan dkk. (2015) menginjeksi Fusarium sp. sebagai

fungi dalam pembentukan gaharu. Penelitian-penelitian tersebut menyatakan

bahwa Fusarium sp. telah berhasil dalam membentuk gaharu. Kelompok

Fusarium merupakan jenis yang relatif sering ditemukan pada batang Aquilaria

spp. (Budi dkk., 2010).

Page 25: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

5

Pada penelitian ini bukan fungi yang diinjeksikan pada batang Aquilaria

malaccensis melainkan nutrisi yang dibutuhkan oleh fungi dan sering disebut

sebagai Bioserum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mirani dkk.

(2016) Fusarium sp. dapat berkembang pada media ekstrak kayu Aquilaria

malaccensis. Berdasarkan pernyataan tersebut bila Bioserum sebagai nutrisi

diinjeksikan pada batang Aquilaria malaccensis, fungi pembentuk gaharu akan

mendapatkan media dan dapat hidup serta berkembang dengan lebih baik.

Bioserum merupakan cairan yang mengandung nutrisi bagi fungi untuk tumbuh

dan berkembang di dalam tanaman gaharu (Kusnadi, 2018). Belum banyak

penelitian yang mengungkapkan keberhasilan Bioserum, namun para petani telah

banyak membuktikan bahwa keberhasilan penggunaan bioserum sama dengan

penggunaan Fusarium. Hal tersebut dikarenakan warna dan aroma hasil gaharu

dari kedua bahan injeksi tersebut adalah sama. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Mirani dkk. (2016), mengungkapkan larutan hasil ekstraksi serbuk

kayu Aquilaria malaccensis mudah mengalami kontaminasi, terutama oleh invasi

dan aktivitas jamur. Sehingga, penginjeksian Bioserum sebagai nutrisi pada

batang gaharu akan dapat menyebabkan fungi tumbuh dan berkembang dengan

lebih baik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penginjeksian Bioserum

dengan dosis yang berbeda-beda. Bagan kerangka penelitian dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 26: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

6

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Penelitian.

Gaharu

Lingkungan:

- Kesuburan Tempat

Tumbuh

- Suhu dan

Kelembaban

- Intensitas Cahaya

Matahari

- Serangan Hama dan

Penyakit

Inang:

- Aquilaria

- Aetoxylon

- Gonystylus

- Gyrinops

- Wikstroemia

- Enkleia

- Dalbergia

- Exoccaria

Jamur/Fungi:

- Fusarium Sp.

Gaharu

Manipulasi Fungi Alami

Injeksi

Fungi Injeksi

Bioserum/Nutrisi

Fungi Alami Gaharu

Gaharu

1. Dosis Bioserum yang terbaik dalam membentuk gaharu

2. Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria

malaccensis yang paling baik

3. Interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam

membentuk gaharu

Page 27: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

7

1.5 Hipotesis

Pendugaan sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dosis Bioserum yang paling baik dalam membentuk gaharu adalah

4ml/lubang injeksi.

2. Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis yang paling baik

adalah 3 bulan.

3. Interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya gaharu di dalam

Aquilaria malaccensis yang paling baik adalah dosis 4 ml pada waktu

terbentuknya gaharu yaitu 3 bulan.

Page 28: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu

Gaharu berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu aguru yang berarti kayu sebagai

produk resin atau damar wangi dengan aroma khas. Gaharu merupakan hasil

hutan bukan kayu yang berasal dari proses metabolisme dan memiliki aroma yang

harum. Terbentuknya Gaharu diakibatkan karena terluka dan terinfeksinya suatu

jaringan di dalam kayu jenis penghasil gaharu. Oleh karena itu, tidak semua

tanaman penghasil gaharu menghasilkan aroma khas gaharu (Setyaningrum dan

Saparinto, 2014).

Tumbuhan penghasil gaharu saat ini diperkirakan terdapat lebih kurang 27 jenis.

Tumbuhan penghasil gaharu pada umumnya merupakan anggota dari family

Thymelaeaceae dengan genus Aquilaria, Aetoxylon, Gonystylus, Gyrinops,

Wikstroemia, Enkleia, Dalbergia, dan Exoccaria. Beberapa jenis tumbuhan

penghasil gaharu yang dapat dipilih untuk dibudidayakan antara lain Aquilaria

malaccensis, Aquilaria microcarpa, Aquilaria filaria, Aquilaria beccariana,

Gyrinops versteegii, Gyrinops rosbergii, dan Gyrinops moluccana. Namun,

hanya tiga jenis yang dapat menghasilkan gaharu dengan kualitas tinggi, yaitu

Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa, dan Gyrinops versteegii

(Setyaningrum dan Saparinto, 2014).

Page 29: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

9

2.2 Tumbuhan Anggota Genus Aquilaria

Tumbuhan anggota genus Aquilaria merupakan tumbuhan berkayu berhabitus

pohon. Ciri-ciri tumbuhan Aquilaria, yaitu memiliki batang pohon yang keras

dengan kulit batang berwarna putih dan licin. Genus ini memiliki 21 spesies,

yaitu Aquilaria agallocha, Aquilaria baillonii, Aquilaria banaensis, Aquilaria

beccariana, Aquilaria brachyantha, Aquilaria citrinicarpa, Aquilaria crassna,

Aquilaria cumningiana, Aquilaria filaria, Aquilaria grandiflora, Aquilaria hirta,

Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa, Aquilaria ophispermum, Aquilaria

parvifolia, Aquilaria pentandra, Aquilaria rostrata, Aquilaria sinensis, Aquilaria

subintegra, Aquilaria urdanetensis, dan Aquilaria yunnanensis. Adapun spesies

yang paling berpotensi sebagai penghasil gaharu adalah Aquilaria malaccensis

dan Aquilaria agallocha (Setyaningrum dan Saparinto, 2014).

2.3 Deskripsi Tumbuhan Aquilaria malaccensis

Aquilaria malaccensis memiliki morfologi atau ciri-ciri fisiologi yang sangat

unik, dengan tinggi pohon mencapai 40 m diameter 60 cm. Pohon ini memiliki

permukaan batang licin, berwarna keputihan, kadang beralur dan kayunya agak

keras. Tumbuhan ini memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang, dengan

panjang 6—8 cm, dan lebar 3—4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang kering

berwarna abu-abu kehijauan, agak bergelombang, melengkung, permukaan daun

atas–bawah licin dan mengkilap, tulang daun sekunder 12—16 pasang.

Tumbuhan jenis ini memiliki bunga yang terdapat di ujung ranting, ketiak daun,

kadang-kadang di bawah ketiak daun. Berbentuk lancip, panjang sekitar 5 mm.

Buahnya berbentuk bulat telor, dan di dalammnya terdapat 1—2 biji dengan

Page 30: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

10

ukuran kecil atau sedang. Biasanya memiliki panjang hingga 4 cm dan lebar

2,5 cm (Tarigan, 2004).

Taksonomi tumbuhan gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Dialyptealae

Ordo : Myrtales

Famili : Thymelaeaceae

Genus : Aquilaria

Species : Aquilaria malaccensis Lamk. (Tarigan, 2004).

2.4 Penyebaran Gaharu

Tumbuhan penghasil gaharu tumbuh di hutan tropis, pada hutan alam atau kebun

masyarakat di berbagai daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Papua. Berdasarkan sebaran tempat tumbuh tumbuhan penghasil gaharu

umumnya tumbuh di pulau Kalimantan (12 jenis) dan pulau Sumatera (10 jenis).

Selain itu, tumbuhan penghasil gaharu dalam jumlah terbatas tumbuh di

Kepulauan Nusa Tenggara (3 jenis), Pulau Papua (2 jenis), Pulau Sulawesi (2

jenis), Pulau Jawa (2 jenis), dan Kepualauan Maluku (1 jenis) (Setyaningrum dan

Saparinto, 2014).

Genus Aquilaria terdiri dari 15 spesies yang tersebar di daerah tropis Asia. Enam

diantaranya ditemukan dan telah banyak dikenal masyarakat Indonesia, yaitu

Page 31: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

11

Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, Aquilaria cumingiana, Aquilaria

beccariana, Aquilaria filaria, dan Aquilaria hirta. Aquilaria malaccensis

dijumpai di Indonesia, terutama di Bangka, Jambi, Riau, Sumatera Selatan,

Kaliamantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Setyaningrum dan Saparinto, 2014).

2.5 Manfaat Gaharu

Seluruh bagian tumbuhan penghasil gaharu dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Aroma wangi gaharu diperoleh dari ekstraksi resin dan kayunya. Kandungan

kimia gaharu merupakan komponen yang terdiri dari sesquiterpena, sesquiter-

pena alkohol, kompoun oxygenated, dan kromon. Terdapat 17 macam senyawa

yang terkandung dalam gaharu, yaitu noroxoagarofuran, agarospiral, 3,4-

dihidroksi-dihidro-agarufuran, p-metoksi-benzilaseton, dan aquillochin. Adapun

31 unsur kimia lainnya adalah 2-(2-(4 metoksifenil) etil kromon 27%, dan 2-(2-

feniletil) kromon 15%. Di dalam gubal gaharu terdapat beberapa zat penting,

yaitu agarofuran, norketoaaga,-rofuran, epiy-eudesmol, agarospirol, jinkohol,

jinkoho-neremol, kusunol, dihydrokaranone, jinkohol II, serta oxo-aga-rospirol

(Setyaningrum dan Saparinto, 2014).

Aroma harum gaharu dihasilkan dari kandungan-kandungan yang ada di dalam

gaharu. Gaharu dengan aromanya tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk

berbagai hal. Masyarakat Timur Tengah menggunakan gaharu sebagai bahan

wewangian, masyarakat Cina memanfaatkannya sebagai obat sakit perut,

gangguan ginjal, hepatitis, asma, kanker, tumor, dan stres. Selain itu, gaharu telah

dipergunakan sebagai bahan baku industri parfum, kosmetika, dan pengawet dari

berbagai jenis asesoris. Karena aromanya yang harum, gaharu diperdagangkan

Page 32: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

12

sebagai komoditi elit untuk keperluan industri parfum, tasbih, membakar jenazah

bagi umat Hindu, kosmetik, hio, setanggi (dupa), dan obat-obatan (Siran dan

Turjaman, 2010).

Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, saat ini berbagai negara

memanfaatkan gaharu sebagai bahan baku industri obat herbal alami, untuk

pengobatan stres, asma, reumatik, radang lambung, dan ginjal, malaria, bahan

antibiotik, TBC, liver, kanker, dan tumor yang masih dalam proses uji klinis.

Limbah bekas gaharu yang telah disuling digunakan untuk dupa dan bahan untuk

upacara agama, sedangkan air suling gaharu dimanfaatkan untuk kesehatan,

kecantikan, kebugaran, serta bahan minuman (kopi) oleh masyarakat di

Kabupaten Berau (Siran dan Turjaman, 2010).

2.6 Proses Pembentukan Gaharu

Pada umumnya proses pembentukan gaharu terjadi melalui dua cara, yaitu secara

alami dan buatan. Kedua cara tersebut berkaitan dengan proses metabolisme kayu

yang merespon akibat adanya luka. Pembentukan gaharu secara alami terjadi

tanpa adanya bantuan tangan manusia, sedangkan pembentukan gaharu secara

buatan terjadi dengan banyak melibatkan bantuan tangan manusia.

2.6.1 Proses pembentukan gaharu secara alami

Proses awal pembentukan gaharu dimulai dari adanya pelukaan pada jaringan

kayu jenis tumbuhan penghasil gaharu. Banyak faktor yang menjadi penyebab

pelukaan bagian tersebut, seperti patah akibat gesekan, satwa liar yang tidak

sengaja mengenai batang, cabang atau ranting, serangga penggerek yang dapat

Page 33: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

13

membuat lubang pada batang pohon, serta tajuk pohon yang terkena sambaran

petir dapat membuat luka jaringan kayu suatu jenis tanaman (Susmianto dkk.,

2014).

Semua pelukaan yang terjadi pada jaringan kayu mengakibatkan terbentuknya

pintu/jalan masuk bagi patogen (bakteri, virus, dan jamur). Patogen tersebut

merupakan makhluk hidup yang menginfeksi bagian yang terluka. Kondisi

pelukaan yang cocok dan tersedia cairan makanan dari batang pohon

menyebabkan patogen berkembang dengan sangat cepat. Serangan tersebut

merupakan awal dari pembentukan gaharu. Patogen yang menginfeksi bagian

yang terluka dapat mengeluarkan enzim, racun/toxic dalam batang yang masuk ke

dalam sel-sel kayu. Sebaliknya batang pohon yang terinfeksi tersebut

mengeluarkan phytoalexin yang berkumpul di sel-sel kayu. Akumulasi

phytoalexin atau metabolik sekunder sebagai reaksi bertahan tanaman

menyebabkan adanya kumpulan resin yang bertumpuk di sekitar lubang perlukaan

akibat adanya hifa-hifa jamur patogen. Kemudian penutupan sel-sel kayu oleh

resin terjadi dan hifa-hifa jamur sudah tidak dapat terdeteksi lagi. Walaupun

kegiatan tersebut dapat mengganggu proses metabolisme dan fisiologis pohon

penghasil gaharu, namun terganggunya proses tersebut merupakan tahap

pembentukan gaharu (Susmianto dkk., 2014).

Pembentukan gaharu alam memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak memerlukan

biaya untuk menginjeksi patogen. Namun, pembentukan gaharu alam ini

memiliki banyak kekurangan. Jika pelukaan hanya terjadi pada beberapa lubang

saja, maka proses pembentukan gaharu menjadi sangat lama. Selain itu, apabila

Page 34: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

14

tidak adanya pelukaan maka tanaman penghasil gaharu tidak akan memproduksi

gaharu (Susmianto dkk., 2014).

2.6.2 Proses pembentukan gaharu secara buatan

Kebutuhan gaharu semakin meningkat, namun jika mengandalkan produksi

gaharu alam maka kelangkaan akan terjadi. Sehingga harus diciptakan alternatif

untuk menjadi solusi dalam pemecahan masalah tersebut. Seiring berkembangnya

ilmu dan pengetahuan, muncul banyak metode yang dapat digunakan untuk

mempercepat pembentukan gaharu. Metode tersebut dilakukan dengan

menginjeksi jamur patogen ke dalam jaringan tanaman. Metode-metode yang

dapat dilakukan untuk menghasilkan gaharu secara buatan, meliputi metode

mekanik-fisik, kimia, dan biologis (Susmianto dkk., 2014).

2.6.2.1 Mekanik-Fisik

Metode Mekanik-Fisik telah lama dikenal oleh masyarakat. Proses pelukaan kayu

pohon diawali dengan pemakuan batang, cabang atau ranting pohon. Beberapa

praktisi gaharu mencoba metode pencacahan dengan alat taja, seperti golok.

Metode lainnya adalah dengan cara pengulitan, dilakukan dengan cara membuka

kulit batang pohon penghasil gaharu dan diharapkan terjadi pelukaan. Selain itu,

penggergajian juga pernah dilakukan pada beberapa tempat terhadap batang

pohon sebagai cara untuk melukai batang pohon (Susmianto dkk., 2014).

2.6.2.2 Kimia

Metode kimia adalah teknik injeksi dengan menggunakan bahan-bahan kimia

pada setiap lubang pohon penghasil gaharu. Penggunaan asam jasmonik dan

minyak kedelai pernah dilakukan di beberapa tempat. Namun gaharu yang

Page 35: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

15

terbentuk sangat terbatas dan kurang memuaskan. Aplikasi asam sulfat dan asam

cuka juga telah dilakukan, namun hasilnya gaharu berkualitas rendah dan ada

bagian batang yang hangus dan mati, serta dikhawatirkan terdapat residu bahan

kimia berbahaya. Sebagai bahan pertimbangan, injeksi dengan bahan kimia

berbahaya (seperti asam sulfat) dapat mematikan jaringan sel-sel kayu dan kayu

menjadi hitam terbakar. Reaksi dari inang berupa phytoalexin dapat muncul tapi

juga dapat bercampur dengan asam sulfat. Aroma gaharu yang bercampur dengan

asam sulfat akan mengganggu kesehatan manusia yang menghirupnya, bahkan

pengaruh terburuk adalah menyebabkan kanker paru-paru (Susmianto dkk., 2014).

2.6.2.3 Biologis

Metode biologis merupakan teknik injeksi dengan mikroba atau jasad renik.

Banyak sekali jenis jamur (fungi) yang telah diujicobakan sejak tahun 1930-an.

Penggunaan jamur-jamur memberikan variasi dalam pembentukan gaharu

menurut jenis jamur, jenis pohon penghasil gaharu yang digunakan, dan lokasi

riset yang berbeda. Namun, ada juga yang gagal dalam pembentukan gaharu

dengan menginjeksi suatu jenis jamur tertentu (Susmianto dkk., 2014).

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Gaharu

Gaharu secara alami terbentuk karena adanya serangan jamur patogen pada sel-sel

hidup kayu pohon penghasil gaharu. Gaharu dimungkinkan terbentuk karena

faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik berupa faktor lingkungan,

sedangkan faktor biotik berupa faktor inang gaharu dan faktor jamur patogen.

Ketiga faktor ini saling terkait erat (Susmianto dkk., 2014).

Page 36: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

16

2.7.1 Faktor inang

Inang merupakan pohon penghasil gaharu dari jenis tertentu. Di Asia, termasuk

negara-negara lautan Pasifik, diketahui terdapat lebih dari 26 jenis Aquilaria dan 7

jenis Gyrinops. Secara alami jenis-jenis pohon penghasil gaharu telah

dieksploitasi sejak lama dan menghasilkan gaharu yang berkualitas baik, serta

berniai ekonomi tinggi. Namun, tidak semua inang penghasil gaharu dapat

membentuk gaharu yang beraroma wangi dan berwarna hitam kecokelatan. Dua

genus utama yang disebutkan di atas sudah terkenal sebagai penghasil gaharu

(Susmianto dkk., 2014).

2.7.2 Faktor jamur patogen

Berbagai literatur menyebutkan beberapa jenis mikroba yang dapat digunakan

untuk menstimulasi pembentukan gaharu. Salah satu penelitian yang dilakukan

oleh Badan Litbang Kehutanan menunjukkan bahwa penggunaan jamur patogen

Fusarium solani memberikan respon pembentukan gaharu yang signifikan. Jamur

patogen merupakan salah satu faktor kunci dalam pembentukan gaharu. Oleh

sebab itu, teknologi bioinduksi memfokuskan pada aplikasi jamur patogen. Jamur

patogen menggunakan gula sederhana sebagai sumber energinya karena tidak

dapat berfotosintesis. Beberapa jenis jamur patogen menunjukkan pertumbuhan

yang lambat dan pembentukan gejala gaharu juga sangat lambat. Sebaliknnya,

beberapa jenis jamur patogen lainnya menunjukkan pertumbuhan yang sangat

cepat dan gejala yang sangat cepat bahkan sampai mematikan pohon. Sehingga,

seleksi jamur patogen yang khusus dalam pembentukan gaharu harus dilakukan

Page 37: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

17

melalui serangkaian screening, uji coba, dan evaluasi dari berbagai lokasi dan

jenis pohon penghasil gaharu yang berbeda (Susmianto dkk., 2014).

2.7.3 Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mungkin dapat memengaruhi pembentukan gaharu adalah

kesuburan tempat tumbuh, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, serangan hama

dan penyakit. Pada kondisi tempat tumbuh yang tidak subur banyak ditemukan

pohon penghasil gaharu berkualitas baik, dibandingkan pada kondisi tempat

tumbuh yang subur (Susmianto dkk., 2014). Jamur akan dapat tumbuh dengan

baik pada kondisi suhu lingkungan yang tinggi (Mirani dkk., 2016).

2.8 Bioserum

Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan mengakibatkan terciptanya

Bioserum. Bioserum merupakan cairan yang berisi nutrisi bagi fungi atau jamur

untuk dapat hidup dan berkembang. Bioserum menjadi salah satu alternatif dalam

membentuk gaharu. Kelebihan dari Bioserum ini adalah kandungan yang terdapat

di dalamnya berasal dari bahan-bahan organik. Kandungan dari Bioserum ini

merupakan gabungan dari berbagai makanan yang dibutuhkan oleh fungi. Jadi,

fungi yang diperkirakan dapat membentuk gaharu, yaitu fungi alam. Sehingga

gaharu yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar inang gaharu.

Kelemahan dalam penggunaan Bioserum adalah kurangnya informasi mengenai

jamur apa yang menginfeksi tanaman gaharu (Kusnadi, 2018).

Page 38: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April—Juli 2018 berlokasi di lahan salah

satu masyarakat Dusun VIII, Desa Poncowarno, Kecamatan Kalirejo, Lampung

Tengah.

3.2 Alat dan Bahan

Objek penelitian yang digunakan adalah beberapa pohon jenis Aquilaria

malaccensis berumur 9 tahun, bahan injeksi Bioserum, dan alkohol 70 %.

Sedangkan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah thermohigrometer,

luxmeter, label penanda, alat bor dengan mata bor berukuran 4,5 cm, terminal

kabel sepanjang 50 m, genset, pita meter, spuit 4 cc, sarung tangan, tally sheet,

kertas kalkir, millimeter block, spidol permanen, pinset, alat tulis, kamera,

golok/gergaji, pisau cutter, dan korek api.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pemilihan pohon

Pohon jenis Aquilaria malaccensis yang akan diinjeksi yaitu pohon yang memiliki

kriteria batangnya melingkar dengan diameter 10—20 cm, pertumbuhannya

Page 39: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

20

normal, serta tidak terserang hama dan penyakit. Penginjeksian dilakukan pada

ranting-ranting, dan setiap ranting memiliki satu lubang injeksi.

3.3.2 Penginjeksian Bioserum

Bahan injeksi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Bioserum. Bioserum ini

merupakan nutrisi dalam bentuk zat cair yang dibutuhkan bagi fungi untuk dapat

hidup dan berkembang di dalam batang gaharu. Jamur atau fungi yang tersedia

secara alami diharapkan dapat tumbuh dan berkembang di bagian yang telah

diinjeksikan Bioserum.

Desain titik pengeboran dibuat pada ranting pohon yang akan diinjeksi dengan

menggunakan kapur tulis. Sebelum melakukan pengeboran alat-alat yang akan

digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol. Pengeboran

dilakukan minimal 1/3 dari diameter batang dengan arah bor 10—15 derajat ke

bawah. Lubang injeksi dibuat dengan menggunakan mata bor 4,5 cm. Proses

pengiinjeksian pada cabang-cabang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Penginjeksian Bioserum pada cabang-cabang pohon

Aquilaria malaccensis.

Page 40: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

21

3.3.3 Pengamatan

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa luas terbentuknya

gaharu pada arah tangensial, persentase luas terbentuknya gaharu pada arah

melintang, perubahan warna, dan tingkat aroma. Setiap variabel diamati setiap

bulan selama penelitian.

3.3.3.1 Luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial

Pengukuran luas terbentuknya gaharu dilakukan setiap bulan sekali di sekitar titik

penginjeksian. Luas terbentuknya gaharu pada arah tangensial diperoleh dari

pengupasan kulit kayu gaharu lalu diukur luasnya menggunakan kertas kalkir.

Data pengukuran luasan dengan kertas kalkir tersebut akan dikonversi ke dalam

millimeter block untuk mengetahui luasnya dengan nilai satuan centimeter persegi

(cm2).

3.3.3.2 Persentase luas terbentuknya gaharu pada arah melintang

Pengukuran luas terbentuknya gaharu dilakukan setiap bulan sekali di sekitar titik

penginjeksian. Persentase luas terbentuknya gaharu pada arah melintang

diperoleh dengan menggambar bagian melintang cabang gaharu pada kertas kalkir

yang kemudian dikonversikan ke dalam millimeter block. Data pengukuran

luasan pada arah melintang dengan cara menghitung luas terbentuknya gaharu

dibagi dengan luas lingkaran kemudian dikali seratus persen. Data luas

terbentuknya gaharu pada arah melintang dalam bentuk persentase.

Page 41: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

22

3.3.3.3 Perubahan warna

Perubahan warna kayu meliputi tingkat perubahan warna. Tingkat perubahan

warna kayu ditetapkan berdasarkan Standar Nasional: Gaharu SNI 7631-2011

dengan tingkat skor 0=putih, 1=putih kecokelatan, 2=cokelat, 3=cokelat

kehitaman, dan 4=hitam. Pengamatan dilakukan dengan cara kulit batang di

sekitar lubang injeksi dikupas kemudian dikeruk dengan menggunakan pisau

(cutter) untuk mengetahui warna batang di sekitar lubang bor. Pengamatan warna

dilakukan setiap bulan setelah dilakukan penginjeksian, selama 3 bulan berturut-

turut pada setiap lubang injeksi. Pengamatan dilakukan melalui uji organoleptik,

pengujian organoleptik merupakan pengujian yang didasarkan pada proses

penginderaan. Pengujian ini melibatkan 3 responden ahli gaharu.

3.3.3.4 Tingkat aroma

Pengamatan wangi kayu meliputi tingkat wangi dari senyawa gaharu yang

dihasilkan di sekitar lubang injeksi. Pengamatan dilakukan setiap bulan selama

penelitian, sampel diambil dengan cara digerus pada bagian gaharu yang

terbentuk. Kemudian jaringan kayu yang telah digerus dibakar. Pengamatan

wangi kayu yang dilakukan pada setiap lubang bor dan ditetapkan melalui uji

organoleptik yang dinyatakan dengan rataan skor. Pengujian organoleptik

merupakan pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Berdasarkan

Standar Nasional: Gaharu SNI 7631-2011 skala skor untuk aroma adalah 0=tidak

wangi, 1=kurang wangi, 2=wangi, dan 3=wangi sekali. Penentuan tingkat wangi

kayu melibatkan 3 responden ahli gaharu.

Page 42: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

23

3.4 Rancangan Percobaan

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial

(RALF) dengan Faktor A yaitu pemberian dosis Bioserum terdiri dari kontrol,

2 ml, 3 ml, dan 4 ml yang diulang 3 kali. Sedangkan Faktor B yaitu waktu

terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis, terdiri dari 1 bulan, 2 bulan,

dan 3 bulan setelah penginjeksian Bioserum. Satu pohon Aquilaria malaccensis

memiliki 3 cabang yang mendapatkan satu perlakuan yang sama. Sehingga total

pohon Aquilaria malaccensis yang diinjeksikan Bioserum sebanyak 12 pohon.

Tata letak rancangan acak lengkap faktorial yang digunakan pada penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tata letak percobaan dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial.

Keterangan :

P1 = Perlakuan dibor tanpa diinjeksi Bioserum

P2 = Perlakuan dibor dan diinjeksi Bioserum 2 ml/lubang injeksi

P3 = Perlakuan dibor dan diinjeksi Bioserum 3 ml/ lubang injeksi

P1W1U3

P1W2U3

P1W3U3

P1W1U1

P1W2U1

P1W3U1

P1W1U2

P1W2U2

P1W3U2

P4W1U2

P4W2U2

P4W3U2

P4W1U3

P4W2U3

P4W3U3

P2W1U1

P2W2U1

P2W3U1

P2W1U3

P2W2U3

P2W3U3

P3W1U3

P3W2U3

P3W3U3

P4W1U1

P4W2U1

P4W3U1

P3W1U1

P3W2U1

P3W3U1

P3W1U2

P3W2U2

P3W3U2

P2W1U2

P2W2U2

P2W3U2

Page 43: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

24

P4 = Perlakuan dibor dan diinjeksi Bioserum 4 ml/ lubang injeksi

W1 = Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis 1 bulan

setelah diinjeksi

W2 = Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis 2 bulan

setelah diinjeksi

W3 = Waktu terbentuknya gaharu di dalam Aquilaria malaccensis 3 bulan

setelah diinjeksi

U1 = Ulangan 1

U2 = Ulangan 2

U3 = Ulangan 3

Model linear aditif pada RALF adalah sebagai berikut.

Keterangan:

= hasil pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B ke-j, pada ulangan

ke-k

= rerata umum

= pengaruh faktor A pada level ke-i

= pengaruh faktor B pada level ke-j

= interaksi antara A dan B pada faktor A level ke-I, faktor B level ke-j

= galat percobaan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j pada ulanga

ke-k

Data variabel penelitian yang telah terkumpul selanjutnya dimasukkan ke dalam

tabel rekapitulasi data seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi data penelitian

Faktor A

(Pemberian

Dosis Bioserum)

R

Faktor B

(Waktu Terbentuknya Gaharu di Dalam

Aquilaria malaccensis) Total

1 bulan 2 bulan 3 bulan

Dosis Bioserum

0 ml

1 Y111 Y112 Y113 ΣYi1

2 Y121 Y122 Y123 ΣYi2

3 Y131 Y132 Y133 ΣYi3

Dosis Bioserum

2 ml

1 Y211 Y212 Y213 ΣYi4

2 Y221 Y222 Y223 ΣYi5

3 Y231 Y232 Y233 ΣYi6

Dosis Bioserum

3 ml

1 Y311 Y312 Y313 ΣYi7

2 Y321 Y322 Y323 ΣYi8

3 Y331 Y332 Y333 ΣYi9

Page 44: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

25

Tabel 1. (lanjutan)

Faktor A

(Pemberian

Dosis Bioserum)

R

Faktor B

(Waktu Terbentuknya Gaharu di Dalam

Aquilaria malaccensis) Total

1 bulan 2 bulan 3 bulan

Dosis Bioserum

4 ml

1 Y411 Y412 Y413 ΣYi10

2 Y421 Y422 Y423 ΣYi11

3 Y431 Y432 Y433 ΣYi12

Total ΣYj1 ΣYj2 ΣYj3 Y..

3.5 Analisis Data

Data yang dianalisis berupa, luas terbentuknya gaharu, perubahan warna, dan

tingkat aroma. Data luas terbentuknya gaharu dianalisis dengan menggunakan uji

homogenitas ragam, uji Anara (Analisis Ragam), dan uji lanjut BNJ. Data

perubahan warna dan tingkat aroma dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-

Wallis menggunakan software SPSS.

3.5.1 Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah

beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji homogenitas merupakan

syarat sebelum melakukan Uji Anara. Hal tersebut dikarenakan uji homogenitas

diperlukan untuk menguji perbedaan antara kedua atau beberapa kelompok yang

berbeda subjek atau sumber datanya. Uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan Uji Bartlett. Uji Bartlett merupakan uji homogenitas varians

terhadap 3 kelompok sampel atau lebih. Uji bartlet menggunakan taraf sebesar

5 %. Namun, sebelum melakukan uji ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

data untuk mengetahui distribusi data tersebar secara normal atau tidak. Dalam

uji homogenitas bartlett, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Page 45: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

26

a. Membuat tabel uji homogenitas varians yang ditunjukkan seperti Tabel 2.

Tabel 2. Uji homogenitas varians.

Sampel

ke- db (n-1) Varian (S

2) db S

2 log S

2 db log S

2

1 n1-1 S12 db S1

2 log S1

2 db log S1

2

2 n2-1 S22 db S2

2 log S2

2 db log S2

2

... ... ... ... ... ...

K nk-1 Sk2 db Sk

2 log Sk

2 db log Sk

2

b. Mencari varians pada masing-masing kelompok, dengan rumus dibawah ini.

c. Menghitung varian gabungan, dengan menggunakan rumus di bawah ini.

d. Menghitung nilai satuan bartlett, menggunakan rumus dibawah ini.

e. Menghitung nilai chi kuadrat hitung, dengan menggunakan rumus sebagai

berikut.

2=(ln10){B-(db log S

2)}

f. Menghitung nilai chi tabel.

g. Membuat kesimpulan, apabila chi kuadrat hitung lebih kecil daripada chi

kuadrat tabel berarti dapat disimpulkan bahwa h0 diterima. Dengan

diterimanya h0 menunjukkan bahwa varian-varian yang telah diuji memiliki

data yang homogen.

Page 46: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

27

3.5.2 Analisis Keragaman (ANARA)

ANARA (Analisi Ragam) atau ANOVA (Analysis of Variance) merupakan uji

yang termasuk ke dalam statistika inferensia. Anara dapat dilakukan untuk

menguji perbedaan lebih dari dua kelompok. Langkah-langkah dalam analisis

ragam pada RALF selanjutnya adalah sebagai berikut.

a. Menghitung faktor koreksi dengan rumus sebagai berikut.

b. Menghitung jumlah kuadrat dengan rumus seperti di bawah ini.

c. Menghitung kuadrat tengah dengan rumus sebagai berikut.

d. Menghitung Fhitung dengan rumus sebagai berikut.

Page 47: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

28

e. Membuat tabel analisis ragam, seperti Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Ragam (Anara)

Sumber

Keragaman Db JK KT Fhit Ftab

- A i–1 JKA KTA KTA/KTG dba,dbg

- B j–1 JKB KTB KTB/KTG dbb,dbg

- AB (i-1)(j-1) JKAB KTAB KTAB/KTG dbab,dbg

Galat Ij(r-1) JKG KTG

Total ijk-1 JKT

f. Membuat kesimpulan, apabila nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak pada tingkat kepercayaan 95 %. Hal

tersebut berarti pada taraf kepercayaan 95 % terdapat perbedaan pengaruh

terhadap respon yang diamati.

3.5.3 Uji Lanjut

Uji lanjut yang digunakan pada penelitian ini adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur)

atau dapat juga disebut uji HSD (Honestly Significant Difference). Alasan

menggunakan uji BNJ adalah uji ini dapat digunakan untuk membandingkan

semua perlakuan yang ada, selain itu juga dapat menguji lebih dari 3 perlakuan.

Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut.

a. BNJ pada faktor A

Keterangan :

A = jumlah perlakuan pada faktor A

dbG = derajat bebas galat

Page 48: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

29

qα(v,k) = nilai tabel studentized range statistic

KTG = kuadrat tengah galat

r = banyaknya ulangan

j = banyaknya jumlah perlakuan pada faktor B

b. BNJ pada faktor B

Keterangan :

B = jumlah perlakuan pada faktor B

dbG = derajat bebas galat

qα(v,k) = nilai tabel studentized range statistic

KTG = kuadrat tengah galat

r = banyaknya ulangan

j = banyaknya jumlah perlakuan pada faktor A

c. BNJ interaksi antara faktor A dengan faktor B

Keterangan :

AB = jumlah perlakuan pada faktor A x faktor B

dbG = derajat bebas galat

qα(v,k) = nilai tabel studentized range statistic

KTG = kuadrat tengah galat

r = banyaknya ulangan

Bandingkan kedua nilai rata-rata yang ingin kita bandingkan dengan nilai HSD.

Apabila nilai rata-rata lebih besar dari nilai HSD berarti terdapat perbedaan yang

nyata pada kedua nilai rata-rata. Sedangkan apabila nilai rata-rata lebih kecil dari

nilai HSD berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua nilai rata-rata.

3.5.4 Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskal-Wallis merupakan uji non parametrik yang digunakan untuk

mempelajari perbedaan rata-rata lebih dari dua kelompok atau lebih. Statistik uji

ini dapat digunakan sebagai pengganti uji Anova. Uji ini dapat digunakan untuk

data ordinal dan data rangking. Uji Kruskal-Wallis tidak membutuhkan asumsi

Page 49: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

30

normal dan homogen pada distribusi induknya. Rumus Uji Kruskal-Wallis adalah

sebagai berikut.

Keterangan :

H = nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan

Rj = jumlah rank dari kelompok/kategori ke-j

nj = banyaknya kasus dalam sampel pada kelompok/kategori ke-j

k = banyaknya kelompok/kategori

N = jumlah seluruh observasi (N=n1+n2+n3+…+nk)

Jika, ditemukan angka yang sama, maka rumus dengan faktor koreksinya, yaitu:

Keterangan :

T = banyaknya nilai observasi tertentu yang sama pada serangkaian nilai

observasi

N = jumlah seluruh observasi (N=n1+n2+n3+…+nk)

Sehingga rumus uji Kruskal-Wallis dengan angka sama berjumlah banyak yaitu:

Page 50: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dosis Bioserum yang paling baik untuk membentuk gaharu adalah 4

ml/lubang injeksi.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaharu yang paling baik terbentuk pada

faktor waktu terbentuknya gaharu yang paling lama, yaitu 3 bulan.

3. Interaksi antara dosis Bioserum dengan waktu terbentuknya gaharu di dalam

Aquilaria malaccensis yang paling baik adalah dosis 4 ml pada waktu

terbentuknya gaharu yaitu 3 bulan.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian mengenai pemberian

Bioserum dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu terbentuknya gaharu yang

lebih lama, untuk mendapatkan dosis dan waktu yang optimal dalam membentuk

gaharu.

Page 51: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

DAFTAR PUSTAKA

Page 52: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

51

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology Fifth Edition. Buku. Elsevier Academic

Press. University of Florida. 290 p.

Akhsan, N., Sutisna, M. dan Mardji, D. 2012. Pengujian model inokulasi fusarium

sp. pada pohon gaharu (aquilaria microcarpa). J. Kehutanan Tropika

Humida. 5(1) : 48-55 p.

Azwin. 2016. Inokulasi fusarium sp. pada pohon karas (aquilaria malaccensis

lamk.) terhadap pembentukan gaharu. J. Kehutanan. 11(2) : 60-75 p.

Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 7631:2011 Gaharu. Jakarta. 5 p.

Budi, R, S. W., Santoso, E. dan Wahyudi, A. 2010. Identifikasi jenis-jenis fungi

yang potensial terhadap pembentukan gaharu dari batang aquilaria spp. J.

Silvikultur Tropika. 01(01) : 1-5 p.

Herawati, C., Batubara, R. dan Siregar, E. B. M. 2013. Perubahan kimia kayu

pada gubal gaharu (aquilaria malaccensis lamk.) hasil rekayasa. J.

Peronema Forestry Science. 2(1) : 117-125 p.

Iskandar, D. dan Suhendra, A. 2013. Uji inokulasi fusarium sp untuk produksi

gaharu pada budidaya a. Beccariana. J. Sains dan Teknologi. 14(3)

: 182-188 p.

Ismanto, S. H., Neswati. dan Amanda, S. 2016. Pembuatan sabun padat

aromaterapi dari minyak kelapa murni (virgin coconut oil) dengan

penambahan minyak gubal gaharu (aquilaria malaccensis). J. Teknologi

Pertanian Andalas. 20(2) : 9-19 p.

Kusnadi. 2018. Bioserum. Diskusi secara Pribadi. Metro, Provinsi Lampung.

April 2018.

Lindow, S. E. dan Brandl, M. T. 2003. Microbiology of the phyllosphere. Applied

and Environmental Microbioogy. 69(4): 1875-1883 p.

Mega, I. M., Suanda, D. K., Kasniari, D. N. dan Parwata, M. A. O. 2012.

Formulasi inokulan jamur pembentuk gubal gaharu pada tanaman

ketimunan (gyrinops versteegii). Agriotrop. 2(2) : 139-144.

Page 53: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

52

Mirani, E. D., Burhanuddin. dan Suryantini, R. 2016. Uji pertumbuhan fusarium

sp pembentuk gubal gaharu (aquilaria malaccensis) pada variasi media

tumbuh dan suhu. J. Hutan Lestari. 4(4) : 446-452 p.

Purnama, M. S. 2014. Perbedaan Kandungan Senyawa Resin Gaharu (Aquilaria

malaccensis) Hasil Inokulasi pada Tingkat Semai dan Pohon. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 25 p.

Roemantyo. dan Partomihardjo, T. 2010. Analisis prediksi sebaran alami gaharu

marga aquilaria dan gyrinops di indonesia. J. Berita Biologi. 10(2) :

189-198 p.

Rosmarkam, A. dan Yuwono, N, W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Buku.

Kanisius. Yogyakarta. 224 p.

Santoso, E., Agustini, L., Irnayuli, R. dan Turjaman, M. 2007. Efektifitas

pembentukan gaharu dan komposisi senyawa resin gaharu pada aquilaria

spp. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. IV(6) : 543-551 p.

Setyaningrum, H. D. dan Saparinto, C. 2014. Panduan Lengkap Gaharu. Buku.

Penebar Swadaya. Semarang. 172 p.

Siran, S. A. dan Turjaman, M. 2010. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu

Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Buku. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 236 p.

Sitepu, I. R., Santoso, E. and Turjaman, M. 2011. Identification of Eaglewood

(Gaharu) Tree Species Susceptibility. Book. Technical Report No.1.

Forestry Research and Development Agency, Ministry of Forestry, Bogor.

42 p.

Sjostrom, E. 1955. Kimia Kayu: Dasar-dasar dan Penggunaan. Buku. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta. 390 p.

Subowo, Y. B. 2010. Jamur pembentuk gaharu sebagai penjaga kelangsungan

hidup tanaman gaharu (aquilaria sp). J. Teknologi Lingkungan. 11(2) : 167-

173 p.

Suharti, S. 2009. Prospek Pengusahaan Gaharu melalui Pola Pengelolaan Hutan

Berbasis Masyarakat (PHBM). Workshop Pengembangan Teknologi

Produksi Gaharu Berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 29 April 2009.

Sumarna, Y. 2013. Budidaya dan Bisnis Gaharu. Buku. Penebar Swadaya.

Depok. 93 p.

Susmianto, A., Turjaman, M. dan Setio, P. 2014. Rekam Jejak:Gaharu Inokulasi,

Teknologi Badan Litbang Kehutanan. Buku. Forda Press. Jawa

Barat. 296 p.

Page 54: DOSIS BIOSERUM UNTUK PEMBENTUKAN GAHARU PADA …digilib.unila.ac.id/54929/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · interaksi antara kedua faktor yang paling baik dalam membentuk gaharu.

53

Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan (Budidaya) Gaharu. Pusat Bina

Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan dalam Pengembangan

HHBK Jenis Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Dinas Kehutanan Bangka Belitung.

http://www.workshopHHBK09-Babe.Pdf.com. Diakses pada 10 Januari

2018.

Vantompan, W. D. P., Arreneuz, S. dan Wibowo, M. A. 2015. Perbandingan

inokulan fusarium sp menggunakan metode infus dan injeksi untuk

mendapatkan gaharu pada pohon aquilaria malaccensis. J. Kimia

Khatulistiwa. 4(1) : 34-37 p.

Widyastuti, F. R. 2009. Pengaruh Etilen dalam Menginduksi Pembentukan

Senyawa Terpenoid pada Pohon Gaharu (Aquilaria microcarpa). Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 13 p.

Widyati, E. 2013. Memahami interaksi tanaman-mikroba. Tekno Hutan

Tanaman. 6(1) : 13-20 p.