DAFTAR ISI - · Web view... orang lain. meng kuti aturan secara oportunistik dan ... dari...
Transcript of DAFTAR ISI - · Web view... orang lain. meng kuti aturan secara oportunistik dan ... dari...
JENIS-JENIS METODE ALAT TES, INSTRUMEN NON TES
SERTA PENGGUNAANNYA
OLEH :
KELOMPOK 6
NAMA : DESI SUCI FITRIANI (114010012)
HASRAWATI (114010040)
MARFINA (114010001)
SUDARNO (114010013)
SEMESTER : II
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “TES DAN NON TES INVENTORI BIMBINGAN DAN
KONSELING”.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Baubau, Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Konsep Dasar.................................................................................................3
2.1.1 Pengertian ITP.....................................................................................3
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan ITP...........................................................7
2.2 Peran dan Fungsi Konselor.............................................................................7
2.3 Langkah Pengadministrasian..........................................................................8
2.4.1 Perencanaan..........................................................................................8
2.5.2 Pelaksanaan..........................................................................................8
2.4 Langkah-langkah pengolahan dan analisis.....................................................9
2.4.1 Penskroran dan Pengolahan..................................................................9
2.4.2 Perangkat Untuk Proses Pengolahan Hasil ITP..................................11
2.5 Jenis Data ITP.............................................................................................12
2.5.2 Beberapa instrumen inventori...................................................................12
TES (Inventory) MINAT...................................................................................13
A. PENGERTIAN MINAT DAN TES...........................................................13
B. PENTINGYA PENGETESAN MINAT....................................................14
C. RUANGLINGUP TES MINAT.................................................................15
D. SEJARAH INVENTORI TES MINAT......................................................18
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT......................22
F. RAGAM TES.............................................................................................23
G. ROTHWELL MILLER INTEREST BLANK(RMIB)...............................31
H. SAFRAN STUDENT’S INTEREST INVENTORY..................................34
iii
I. THE STRONG VOCATIONAL INTEREST BLANK..............................37
J. KUDER PREFERENCE RECORD............................................................39
BAB III PENUTUP...............................................................................................42
3.1 Kesimpulan..................................................................................................42
3.2 Saran.............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) merupakan istrumen yang di gunakan
untuk memahami tingkat perkembangan individu. Instrumen ini di kembangkan
oleh tim pengembang dari universitas pendidikan indonesia Sunaryo
Kartadinata,dkk (dalam Komalasari, Gantiana dkk : 2011).
Penyusunannya di maksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah. ITP disusun dalam bentuk empat buku inventori, masing –
masing untuk memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SLTP,
SLTA, dan perguruan tinggi.
Dengan mengetahui tingkat pencapaian perkembang siswa, diharapkan
konselor memiliki kesadaran bahwa program dan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah harus berdasar pada kebutuhan dan perkembangan siswa.
Pengembangan instrumen mengacu pada teori perkembangan diri dari Leovinger
yang terdiri dari tujuh tingkatan (Lee Knefelkamp, et.al., 1978 dan Blocher, 1987
dalam Sunaryo Kartadinata, dkk., 2003).
Tingkatan tersebut di mulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu
belum mampu membedakan diri dengan lingkungan . tingkatan terakhir,
integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh kebanyakan orang.
Tingkatan perkembangan merupakan struktur kontinum perkembangan diri
dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Digunakan untuk
mendeskripsikan keberadaan individu dalam kontinum perkembangan. Setiap
tingkatan di bangun atas dasar tingkatan sebelumnya dan menjadi dasar tingkatan
berikutnya. Peningkatan perkembangan sepanjang kontinum perkembangan
menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara – cara individu berinteraksi
dengan lingkungannya.
Inventori Tugas Perkembangan telah di uji cobakan kepada 336 siswa SD.
323 siswa SLTP, 313 siswa SLTA, dan 219 Mahasiswa. Hasil sementara
1
menunjukan tingkat reliabilitas dan validitas pada tingkat sedang. Hasil uji coba
menunjukan bahwa makin tinggio tingkat konsistensi peserta didik dalam
menjawab, makin tinggi tingkat reliabilitasnya. Apabila di lihat dari homogenitas
peserta didik yang mengerjakan ITP, maka makin tinggi homogen,reliabilitasnya
semakin rendah. Artinya bila ITP di administrasikan pada kelompok heterogen
dan peserta mengerjakan dengan sungguh – sungguh, tingkat reliabilitas ITP akan
tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
Apa konsep dasar ITP?
Seperti apa peran dan fungsi konselor dalam ITP?
Bagaimana bentuk instrumen, pengadministrasian, dan pengolaha ITP?
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui konsep dasar, peran dan fungsi konselor, bentuk, pengadministrasian,
dan pengolahan ITP.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian ITP
Inventori Tugas Perkembanga adalah suatu metode untuk mengumpulkan data
yang berupa suatu perntataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu
dan sejenisnya. Dari dafar pernyataan tersebut subyek/induvudu yang hendak kita
kumpulkan datanya diminta untuk memilih mana-mana pernyataan yang cocok
dgn dirinya diisi tanda chek atau tanda-tanda lain yang di tetapkan. Sedangkan
pernyataan-pernyataan yang tidak cocok dengan dirinya tidak diisi apa-apa.
Nurkancana (1993:71)
Metode inventori mempunyai persamaan dengan metode kuisioner, yaitu
keduaduanya menggunakan instrumen yang berupa suatu daftar. Perbedaannya
adalah kalau dalam kuisioner instrumennya berupa daftar pernyataan yang harus
di jawab oleh subjek/responden, sedangkan pada inventori intrumennya berupa
daftar pernyataan yang harus dipilih oleh subyek/responden sesuai dengan
keadaan dirinya.
Inventori merupakan salah satu metode yang tergolong metode laporan diri
(personal report) atau deskripsi diri (self descriptive). Dalam metode laporan ini
atau deskripsi diri ini individu melaporkan tentanga dirinya berdasarkan
pernyataan atau perintah yang diberikan kepadanya.
Tingkatan perkembangan merupakan struktur kontinum perkembangan diri dari
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Dengan mengetahui tingkat
pencapaian perkembang siswa, diharapkan konselor memiliki kesadaran bahwa
program dan layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus berdasar pada
kebutuhan dan perkembangan siswa.
Tingkatan di mulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana individu belum mampu
membedakan diri dengan lingkungan . tingkatan terakhir, integrated, merupakan
3
tingkat yang jarang dicapai oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu, bangun
tingkatan perkembangan dalam ITP terdiri atas tujuh tingkatan yaitu :
a. Tingkat Impulsif
Memiliki ciri – ciri menempatkan identitas diri sebagai bagian yang terpisah dari
orang lain. Pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungan sebagai
sumber ganjaran dan hukuman, serta berorientasi sekarang (tidak beroriantasi
pada masa lalu atau masa depan). Individu tidak menempatkan diri sebagai faktor
penyebab perilaku.
b. Tingkat perlindungan diri
Memiliki ciri – ciri peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat di peroleh
dari berhubungan dengan orang lain. meng kuti aturan secara oportunistik dan
hedonistik (prinsip menyenangkan diri). Berfikir tidak logis dan stereotip.
Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”. Cenderung menyalakan
dan mencela orang lain dengan lingkungan.
c. Tingkat komformistik
Memiliki ciri-ciri meliputi :
1. peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial
2. cenderung berfikir stereotif dan klise
3. peduli akan aturan eksternal
4. bertindak dengan motif dangkal untuk memperoleh pujian
5. menyamakan diri dalam ekspresi emosi
6. kurang introspeksi
7. perbedaan kelompok didasarkan atas ciri – ciri eksternal
8. takut tidak diterima kelompok
9. tidak sensitif terhadap keindividualan dan
10. merasa berdosa jika melanngar aturan.
d. Tingkat sadar diri
Memiliki ciri – ciri meliputi :
4
1. mampu berfikir alternatif
2. melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
3. peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada
4. orientasi pemecahan masalah
5. memikrkan cara hidup
6. penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
e. Tahap Saksama
Memiliki ciri-ciri meliputi :
1. bertindak atas dasar nilai internal
2. mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan
3. mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri
4. peduli akan hubungan mutualisitik
5. memiliki tujuan jangka panjang
6. cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial
7. berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.
f. Tingkat individualistik
Memiliki ciri-ciri meliputi
1. peningkatan kesadaran individualitas
2. kesadaran akan komflik emosional antara kemandirian dan ketergantungan
3. memjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain
4. mengenal eksistensi perbedaan individual
5. mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan
6. membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya
7. mengenal kompleksitas diri, dan
8. peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
g. Tahap otonomi
Memiliki ciri-ciri meliputi :
1. memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
2. cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang
lain
3. peduli akan paham abstrak seperti keadilan sosial
5
4. mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan
5. peduli akan self-fulfillment (pemuasan kebutuhan diri)
6. ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
7. respek terhadap kemandirian orang lain
8. sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain, dan
9. mampu mngekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
ITP, ada 10 aspek yang di ukur untuk siswa SD dan SLTP, sementara untuk
siswa SLTA dan Perguruan tinggi ada 11 aspek, yaitu :
1. Landasan hidup religius
2. Landasan perilaku etis
3. Kematangan emosional
4. Kematangan intelektual
5. Kesadaran tanggung jawab
6. Peran sosial sebagai pria atau wanita
7. Penerimaan diri dan pengembangannya
8. Kemandirian perilaku ekonemi
9. Wawasan persiapan karir
10. Pematangan hubungan dengan teman sebaya
11. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
Angket Inventori Tugas Perkembangan memiliki beberapa karakteristik yang
khas, yaitu:
1. ITP berbentuk angket terdiri dari kumpulan pernyataan, dimana setiap nomor
terdiri dari empat butir pernyataan yang mengukur satu subaspek.
2. Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang di peroleh pada
setiap aspek.
3. Besar skor yang diperoleh menunjukan tingkat perkembangan siswa.
4. Angkat ITP untuk setiap tingkat pendidikan memiliki jumlah soal yang
berbeda ITP SD dan ITP SLTP memiliki jumlah soal 50,dimana setiap soal
memilki empat butir pilihan. Pada proses pengolahan yang diskort 40 soal,
sedangkan yang 10 butir soal untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta
didik dalam menjawab atau mengerjakan ITP. Sedangkan pada ITP tingkat
6
SLTA dan ITP memiliki jumlah butir soal 77, dimana setiap butir soal
memiliki 4 butir pernyataan pilihan. Pada proses pengolahan yang diskors
hanya 66 butir soal, sedangkan yang 11 butir soal lainnnya digunakan untuk
mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau
mengerjakan ITP.
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan ITP
1. Kebaikan dan kelemahan inventori
Ada beberapa keuntungan dari inventori :
a. Metode ini mudah dilaksanakan dan mudah pula cara pemberian
markahnya dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang di tetapkan.
b. Penyelenggaraan metode ini dapat di ulangi untuk mengukur
perkembangan seseorang maupun sekelompok siswa.
c. Pelaksanaan inventori lebih lanjut dapat menimbulkan self kritik pada para
siswa yang mengisi inventori tersebut.
d. Metode inventori merupakan metode pengumpulan data yang cukup
efektif, sebab dapat menjaring data yang cukup banyak dalam waktu yang
relatif singkat.
2. Metode inventori ini juga mempunyai beberapa kelemahan:
a. Para siswa hanya memberikan respon dalam bentuk verbal saja.
b. Pengumpulan data terpaksa hanya bergantung kepada kejujuran dan
keikhlasan para subjek. Seringkali subjek tidak memberikan jawaban yang
benar karena adanya beberapa alasan, ia mungkin menyembunyikan
aspek-aspek tertentu tentang dirinya. Banyak pula individu-individu yang
mempunyai konflik yang ia sendiri tidak menyadarinya dan oleh
karenanya tidak dapat melukiiskannya dalam inventori.
2.2 Peran dan Fungsi Konselor
Pada proses asesmen menggunakan inventori tugas perkembangan (ITP),
konselor memliki peran dan fungsi sebagai :
7
1. Perencana, yaitu mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen,
menetapkan peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku
dan lembar jawaban ITP sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan
membuat satlan asesmen ITP.
2. Pelaksanaan, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan,
manfaat, dan kerahasian data), memandu peserta didik dalam cara
mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didk mengisinya
dengan benar.
3. Melakukan pemngolahan data kuantitatif mulai dari menghitung hasil
dengan menggunakan format yang spesifik, berdasarkan skor yang di
peroleh menetapkan tingkat pencapaian tugas perkembangan, memnbuat
grafik 11 aspek perkembangan, serta membuat deskripsi analisis,
kualitatif, pencapaian tahap, perkembangan dan aspek perkembangan
dengan merujuk pada pedoman yang ada.
4. Melakukan tidak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program
layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi peserta didiki.
2.3 Langkah Pengadministrasian
2.4.1 Perencanaan
Sebelum pelaksanaa asesmen, konselor melakukan perencanaan dengan
menetapkan tujuan layanan asesmen, menetapkan sasaran dan jumlah sasaran
layanan, menetapkan waktu dan tempat pelaksanan asesmen yang memliki
pencahayaan dan serkulasi udara yang baik, penyediaan meja dan kursi yang
nyaman untuk mengerjakan asesman. Selain itu pempersiapkan buku ITP dan
lembar jawaban sesuai dengan jumlah sasaran yang akan mengikuti asesmen.
2.5.2 Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan asesmen dengan menggunakan ITP konselor perlu
melakukan beberapa hal berikut ini.
8
1) Pada pertemuan awal konselor memberi verbal setting (menjelaskan tujuan,
mamfaat dan kerahasiaan).
2) Kepada siswa di bagikan buku inventori beserta lembar jawaban.
3) Siswa diminta mengisi identitasnya pada lembar jawaban.
4) Konselor membacakan petunjuk pengerjaan, sementara siswa mwmbaca
petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
5) Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada siswa yang masi belum
memahami cara mengerjakan.
6) Siswa dipersilakan mengerjakan ITP pada lembar jawaban.
7) Waktu pengerjaan secukupnya, diperkirakan paling cepat 20 menit dan paling
lambat 40 menit. Tidak boleh ada yang mengosongkan jawaban.
8) Selesai mengerjakan, lembar jawaban dan buku inventori dikumpulkan.
2.4 Langkah-langkah pengolahan dan analisis
2.4.1 Penskroran dan Pengolahan
1. Setelah pelaksanaan asesmen selesai, konselor mengelompokkan lembar
jawaban sesuai tingkat sekolah, sebab masing-masing tingkat memiliki kunci
jawaban yang berbeda
2. Menghitung konsistensi jawaban
a) Lihat KESAMAAN jawaban terhadap dua nomor yang isi pertanyaannya
sama persis. Pasangan nomor yang sama persis dapat dilihat tabel
konsistensi.
b) Bila kedua jawaban sama, diberi skor 1, bila tidak sama diberi skor 0.
Tulis angka tersebut pada kolom konsistensi dilembar jawaban.
c) Menghitung skor, jumlah skor maksimal 11. Skor konsistensi yang 5
kebawah, menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang serius dalam
mengerjakan ITP.
3. Menghitung skor setiap aspek perkembangan
a) Pada lembar jawaban, tulis skor setiap nomor sesuai dengan kunci.
9
b) Jumlahkan 6 skor yang satu baris, tulis jumlah itu pada kolom paling
kanan dilembar jawaban.
c) Lakukan sampai baris bawah.
d) Masing-masing jumlah skor dibagi 6, diperoleh rata-rata skor tiap aspek.
Skor tiap aspek itulah yang menunjukkan tingkat perkembangan siswa
dalam aspek bersangkutan.tulis dalam kolom ST).
4. Menghitung rata-rata skor aspek tiap siswa dan rata-rata seluruh
siswa/kelompok. Rata-rata skor ini digunakan sebagai bahan perbandingan
dalam menganalisis ITP.
a) Untuk skor setiap siswa, jumlah skor semua aspek, kemudiaan dibagi 11
(banyaknya aspek). Angka itu adalah rata-rata skor semua aspek (ST) per
siswa.
b) Untuk skor kelompok, jumlah rata-rata skor semua aspek (ST) dari semua
siswa, kemudian bagi jumlah siswa dalam kelompok itu. Itulah rata-rata
skor semua siswa dalam satu kelompok.
5. Membuat grafik individual dan grafik kelompok
a) grafik individual dibuat berdasarkan skor tiap aspek dari seorang siswa,
sehingga dihasilkan grafik profil individu dalam 10 atau 11 aspek
perkembangan.
b) Grafik kelompok dibuat berdasarkan rata-rata skor tiap aspek dari seluruh
siswa, sehingga dihasilkan grafik profil individu dalam kelompoknya,
dalam 10 atau 11 aspek perkembangan.
6. Interpretasi Hasil skor dan Grafik
a) Rata-rata skor aspek setiap siswa atau rata-rata skor seluruh siswa
digunakan sebagai bahan perbandingan dalam menganalisis ITP.
b) Untuk melakukan interpretasi lihat kembali tabel skor dan tahapan
perkembangan untuk setiap tingkat pendidikan (SD, SLTP, SLTA, PT),
contoh rata-rata skor rata-rata siswa = 4 berarti ia pada tahap
10
perkembangan sadar diri, atau skor rata-rata siswa = 5, berarti beada pada
tahap perkembangan seksama.
c) Bila ada pada tahap seksama atau sadar diri, lalu anda deskripsikan apa
maknanya, dengan melihat deskripsi setiap tahap perkembangan. Masing-
masing jumlah skor dijumlah empat, diperoleh rata-rata skor setiap aspek.
Skor tiap aspek itulah yang menunjukkan tingkat perkembangan siswa
dalam aspek bersangkutan dalam (tulis pada kolom ST).
d) Dari grafik anda dapat melakukan analisis, aspek mana saja dari
perkembangan yang sudah berkembang sesuai dengan kategori tingkat
pendidikan saat ini, atau yang masih belum optimal berkembang.
e) Berdasarkan hasil grafik, anda dapat merancang program layanan
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2.4.2 Perangkat Untuk Proses Pengolahan Hasil ITP
a. Tabel konsistensi
Pada tabel ini beberapa nomor dijalur kiri memiliki kesamaan dengan nomor-
nomor soal dijalur kanan. Ini digunakan untuk melihat tingkat konsistensi
jawaban peserta didik saat menjawab/memilih pernyataan pada inventori tugas
perkembangan. Konsistensi dalam menjawab ITP yang baik adalah bila berada
minimal besar >5 sampai maksimal=11.
b. Tabel kunci jawaban ITP
memberi skor pada setiap hasil jawaban atau pilihan pernyataan peserta didik
pada lembar jawaban ITP diperlukan kunci jawaban, karena setiap kemungkinan
pilihan jawaban/pernyataan pada setiap butir soal memiliki bobot skor yang
berbeda-beda.
c. Tabel skor dan tingkat perkembangan ITP
Untuk melakukan analisis terhadap perolehan skor pada penggunaan ITP, perlu
merujuk pada klasifikasi yang telah ditetapkan oleh pengembang alat asesmen ini
setiap tingkat pendidikan memiliki skor dan tingkat perkembangan yang berbeda,
walaupun demikian setiap tingkat pendidikan memiliki titik singgung skor
11
maupun pencapaian tingkat perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
perkembangan individu merupakan suatu rangkaian proses berkesinambungan.
2.5 Jenis Data ITP
2.5.2 Beberapa instrumen inventori
Jenis data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventori adalah data tentang :
Temperamen, Karakter, Penyesuaian, Sikap, minat, jenis masalah, kebiasaan
belajar, gambaran diri dan sebagainya. Telah banyak instrumen inventori talah di
kembangkan dan di gunakan secara luas untuk mengumpulkan data tentang aspek-
aspek tsb. Beberapa di antaranya akan di bicarakan secara singkat dalam uraian di
bawah ini.
a. Bell Adjustment Inventory
Bell Adjustment Inventori di rancang untuk mengukur penyesuaian diri dan sosial
(sicial and personal adjustment). Inventori ini merupakan inventori kelompok
yang di berikan secara terrulis.
Diciptakan oleh H.M Bell pada tahun 1934. Innventori ini di pekerjakan tanpa
limit waktu. Inventori ini terdiri atas dua bentuk yaitu untuk bentuk untuk orang
dewasa dan bentuk untuk siswa. Dalam buku ini hanya akan di bicarakan bentuk
untuk siswa. Bentuk ini terdiri dari 40 item.individu yang akan di ukur diminta
untuk memeberikan tanda chek pada setiap item yang cocok dengan dirinya.
Aspek yang di ukur dalam terdiri dari empat aspek yaitu : penyesuaian terhadap
lingkungan keluarga, penyesuaian terhadap kesehatan, penyesuaian terhadap
lingkungan sekola, dan penyesuaian terhadap emosi.
Contoh-contoh item dari Bell Adjusment Infentoriy anrtara lain adalah sebagai
berikut :
1. Orang tua saya sering mengecewakan hati saya
2. Orang tua saya sering menghukum saya secara tidak wajar
3. Kesehatan saya sering terganggu
4. Saya harus menjaga kesehatan saya secermat-cermatnya
5. Saya jarang mendapat undangan ulang tahun
12
6. Saya sering mengalami kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan orang
yang baru saya kenal
7. Saya merasa gugp kalau berhadapan dengan orang banyak
8. Saya mudah terharu kalau mendengar berita yang sedih.
Cara pemberian skor terhadap inventori ini cucukp sederhana setiap
pemberian tanda chek diberi skor satu (1) sedangkat yang tidak di beri tanda chek
diberi tanda nol (0) kemudian skor-skor tersebut di jumlahkan menurut aspek-
aspek masing-masing. Dari jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing
aspek dapat diinterpretasikan, apakah seseorang mempunyai tingkat penyesuaian
yang baik atau tidak.
Pada aspek penyesuaian pada lingkungan keluarga, individu individu yang
mendapat skor tinggi cenderung mempunyai penyesuaian yang kurang
memuaskan dalam lingkungan keluarganya. Sebaliknya skor yang rendah
menunjukan penyesuaian yang memuaskan.
Pada aspek penyesuaian terhadap kesehatan, skor yang tinggi menunjukan
penyesuaian yang tidak memuaskan terhadap kesehatan skor yang rendah
menunjukan penyesuaian yang memuaskan.
Pada aspek penyesuaian terhadap lingkungan sisoal individu yang mendapay skor
tinggi cenderung untuk submisive dan menarik diri dari kontak sosial. Sedangkan
individu yang mendapat skor rendah cenderung agresif dalam kontak sosial.
Pada aspek penyesuaian terhadap emosi individu yang mendapat skor tinggi
menunjukan ketidak stabilan emosi. Individu yang mendapat skor rendah
menunjukan kestabilan emosi.
TES (Inventory) MINAT
A. PENGERTIAN MINAT DAN TES
Crow dan Crow (dalam Djaali, 2007) mengatakan bahwa minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri.
13
Jersild dan Tasch menekankan bahwa minat atau interest menyangkut aktivitas-
aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan menurut Doyles
Fryer(dalam Nurkencana, 1993) minat atau interest adalah gejala psikis yang
berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada
individu. Kalau kita perhatikan definisi-definisi tersebut, maka minat senantiasa
erat hubungannya dengan perasaan individu, obyek, aktivitas atau situasi.
Minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Misalnya seorang anak laki-
laki yang sedang berkembang, yang membutuhkan pertumbuhan fisik akan
menaruh minat terhadap aktivitas-aktivitas fisik, seperti sepak bola, basket, dan
aktivitas-aktivitas lainya yang dapat mempercepat pertumbuhan fisiknya. Begitu
pula anak kecil yang sedang membutuhkan hubungan dengan orang lain akan
sangat menaruh minat terhadap alat komunikasi yaitu bahasa.
Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan menjadi faktor pendorong bagi
anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa minat adalah sangat
penting dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak
perlu mendapat dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukan cukup
menarik minatnya.
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas
atau seragkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku dan prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau
dengan nilai standart yang ditetapkan.
B. PENTINGYA PENGETESAN MINAT
Ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran
terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban
untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang
penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan dan
pengajaran pada khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini akan berhasil di
dalam pekerjaanya mengajar
14
b. Memelihara minat yang baru mencul. Apabila anak-anak menunjukkan minat
yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat
tersebut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu
banyak menaruh minat terhadap aktivitas-altiitas tertentu. Dalam hal ini guru
wajib memperkenalkan kepada anak aktivitas-aktivita tersebut. Apabila anak
telah menunjukkanminatnya, maka guru wajib memelihara minat anak yang
baru tumbuh tersebut.
c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena
sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di
dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek adeal
agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan
tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang baik yang
terdapat diluar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam
keadaan yang demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya memberantas
minat anak-anak yang tertuju pada hal-hal yang tidak baik, dan dengan
metode yang positif mengalihkan minat anak-anak tersebut kepada hal-hal
yang baik.
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang
lamjutan study atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan
merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam
pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun minat merupakan
pertimbangan yang cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data yang
lain.
C. RUANGLINGUP TES MINAT
Pada umunya hasil tes minat digunakan dalam 4 bidang terapan, yaitu konseling
karier bagi siswa sekolah lanjutan, konseling pekerjaan, bagi karyawan,
penjurusan siswa sekolah lanjutan atau mahasiswa, dan perencanaan bacaan
dalam pendidikan dan latihan.Perlu dicatat bahwa berdasarkan pengamatan,
jarang ditemui suatu hasil tes minat digunakan secara ekslusif dengan
mengabaikan hasil pengukuran terhadap aspek kognitif dan aspek non-kognitif
15
yang lain, yakni tes intelegensi, tes bakat ataupun tes kepribadian.
Berturut-turut ke-4 bidang penerapan itu dibahas secara ringkas, yaitu:
1. Konseling Pekerjaan
Hasil tes minat digunakan dalam konseling pekerjaan untuk karyawan-karyawan
yang telah bekerja dalam perusahaan atau bidang pekerjaan yang lain. Dalam hal
ini fungsi tes minat adalah untuk mencek konsistensi antara tugas pekerjaan yang
telah terlanjur dijalani dengan pilihan pekerjaan yang disukai. Persoalan yang
kerapkali muncul adalah ketidakcocokan antara keduanya. Seorang karyawan
yang telah bekerja merasa tidak menyukai pekerjaan yang diberikan padanya.
Tentu saja hal ini akan berakibat buruk pada karier pekerjaan selanjutnya. Tes
minat dapat segera dikenakan kepada karyawan yang mulai menunjukkan
perasaan bosan dengan pekerjaannya agar dia dapat dipindahkan ke bidang
pekerjaan yang lebih cocok baginya. Selain itu, tes minat dapat digunakan dalam
rangka peningkatan efisiensi perusahaan dan kepuasan kerja karyawan
2. Konseling Karier
Hasil tes minat digunakan dalam konseling karir untuk siswa sekolah, khususnya
sekolah umum (SMU) pada tahun-tahun pertama mereka menginjakkan kaki di
bangku sekolah. Walaupun demikian, hasil tes minat dapat digunakan untuk siswa
sekolah kejuruan yang merencanakan untuk segera bekerja setelah lulus. Selain
itu, konseling karir dapat digunakan bagi orang-orang putus sekolah lanjutan yang
sedang mencari pekerjaan yang cocok bagi mereka dalam waktu yang dekat.
Kegunaan hasil tes minat bagi siswa SMU adalah untuk menunjukkan bidang-
bidang pekerjaan secara umum dan luas agar mereka segera mempersempit
berbagai alternatif bidang pekerjaan dan memfokuskan diri pada beberapa bidang
yang jelas.
16
3. Perencanaan Bacaan Pendidikan
Buku-buku bacaan di sekolah (SD,SMP,SMU) dan Perguruan Tinggi kadang-
kadang tidak disukai oleh para siswa dan mahasiswa karena dipandang tidak
relevan atau tidak sesuai dengan bidang minatnya. Dalam sistem pendidikan
klasikal, tes minat dapat dimanfaatkan untuk mengetahui materi bacaan yang tepat
bagi siswa agar prestasi mereka juga meningkat. Dengan kata lain, tes minat
berfungsi untuk memilih jenis-jenis bacaan yang disukai oleh mayoritas siswa.
Dalam skala yang lebih besar, hasil tes minat dapat diterapkan untuk perencanaan
pemilihan dan penerbitan buku-buku bacaan yang lebih disukai oleh siswa pada
suatu daerah atau propinsi tertentu. Tentu saja jika hal ini dilakukan dengan cara
pemilihan sampel yang tepat dan representatif.Perencanaan buku-buku bacaan
yang tepat diharapkan mampu mengenalkan bidang-bidang pekerjaan yang
tersedia di suatu daerah secara dini terhadap siswa-siswa sekolah khususnya siswa
sekolah dasar dan siswa lanjutan.
4. Penjurusan Siswa
Pada prinsipnya penjurusan siswa di sekolah lanjutan merupakan penempatan
siswa pada jurusan-jurusan atau program-program studi yang tersedia. Dengan
demikian pertama-tama siswa sudah diterima pada suatu jenjang sekolah tertentu
misalnya melalui sistem seleksi dengan menggunakan tes intelegnsi dan tes bakat.
Barulah kemudian dilakukan pengukuran terhadap minatnya untuk menempatkan
setiap siswa pada suatu jurusan atau program studi yang tepat berdasarkan hasil
pengukuran tadi. Macam tes minat yang digunakan tergantung dari keluasan
jurusan atau program studi yang tersedia. Jika jurusan atau program studi terbatas
misalnya 2-3 saja, maka sebaiknya kita tidak menggunakan tes minat yang
mengukur minat seseorang secara luas. Lebih tepat jika kita hanya menggunakan
tes minat yang sesuai dengan jurusan atau program studi yang benar-benar ada.
Hal ini dipandang efisien karena siswa tidak perlu mengerjakan semua item pada
semua bagian tes, tetapi cukup mengerjakan item dan bagian tes yang relevan.
Contoh strategi seperti ini adalah pada penempatan siswa-siswa STM yang
memiliki 3 jurusan, yaitu mesin, elektro dan bangunan.
17
D. SEJARAH INVENTORI TES MINAT
Asal mula dan perkembangan SII. Inventori minat ini, yang edisi terakhirnya
diterbitkan pada tahun 1994, memiliki sejarah panjang. Strong Vocational Interest
Blank (SVIB) memperkenalkan dua prosedur utama dalam pengukuran minat
pekerjaan. Pertama, butir-butir soal berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka
responden akan berbagai kegiatan, objek atau jenis orang tertentu yang lazimnya
ia temui dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, respon-respon ini secara emoiris
dikunci untukberbagai pekerjaan. Dengan demikian, inventori minat ini ada di
antara tes-tes pertama untuk menggunakan penguncian kriteria butir-butir soal,
yang selanjutnya diikuti dalam pengembangan inventori kepribadian, seperti
MMPI dan CPI. Ditemukan bahwa orang-orang yang terlibat dalam berbagai
pekerjaan berbeda dicirikan oleh minat umum yang membedakannya dari orang-
orang dalam pekerjaan lain. Perbedaan dalam minat ini diperluas tidak hanya pada
masalah yang berhubungan secara langsung dengan aktivitas-aktivitas pekerjaan,
tetapi juga dengan mata pelajaran sekolah, hobi, olahraga, jenis permainan atau
buku yang dinikmati oleh individu, hubungan-hubungan sosial, dan banyak aspek
lain dari kehidupan sehari-hari. Jadi, hal ini terbukti bisa digunakan untuk
mempersiapkan inventori yang menyelidiki minat individu dalam berbagai hal
yang sudah diakrabinya dan dengan demikian, menentukan seberapa minatnya
menyerupai minat orang-orang yang secara sukses terlibat dalam pekerjaan
tertentu.
Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teorretis yang
dikembangkan oleh John Holland (1966, 1985/1992) dan didukung oleh riset
ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya.
Menurut Holland, orang-orang tidak digolongkan secara ketat ke dalamsalah satu
dari tipe-tipe utama; melainkan, mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe
dengan tipe lainnya. Dengan demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata
oleh kadar kemiripan menyediakan banyak pola atau “kode” untuk
mendeskripsikan berbagai perbedaan individu yang luas.
25 Basic Interest Scales (25 Skala Minat Dasar) digolongkan dibawah enam
tema pekerjaan umum. Skala-skala ini terdiri dari berbagai kelompok butir-butir
18
soal yang terkorelasikan satu sama lain secara substansial. Skala Minat Dasar
yang paling homogeny dalam isi daripada Skala Pekerjaan dan karenanya, bisa
membantu memahami mengapa skor individu tinggi pada skala Pekerjaan
tertentu. Skala Pekerjaan, yang merupakan tubuh utama dari SVIB asli, sekarang
dikelompokkan di bawah Tema Pekerjaan Umum yang tepat dalm program
penelitian yang berkesinambungan atas inventori ini, skala-skala lama telah
diperbarui dengan sampel kriteria yang segar. Butir-butir soal SII ditempatkan ke
dalam skala-skala melalui dua metode yang berbeda. Butir-butir soal yang ada
dalam Tema Pekerjaan Umum dan Skala Minat Dasar dikelompokkan ke dalam
kelompok-kelompok homogen berdasarkan keserupaan dalam isi dan cara orang
memberiakan respon pada butir-butir soal itu, sebagaimana diukur oleh analisis
faktor. Di pihak lain, butir-butir soal untuk masing-masing Skala Pekerjaan
diseleksi dan diberi bobot atau dasar perbedaan-perbedaan dalam presentase butir
soal-respon antara sampel criteria pekerjaan dan General Reference Sampels
(GRS) untuk masing-masing jenis kelamin.
Evaluasi Psikometris. Strong telah mengadakan program penelitian
berkesinambungan yang telah menghasilkan data ekstensif tentang reliabilitas
validitasnya (D. P.Campbell, 1971, 1977: Hansen & Campbell, 1985; Harmon et
al., 1994). Data validasi yang berbarengan disediakan oleh kadar diferensiasi
antara berbagai sampel pekerjaan dan antara sampel pekerjaan dengan sampel
rujukan. Untuk 211 sampel yang termuat dalam revisi 1994, angka median
bertumpang-tindih pada 36 persen; hal ini mencerminkan pemisahan rata-rat
sedikit di bawah dua simpangan baku antara skala pekerjaan dengan GRS.
Validitas prediktif telah dicek dalam berbagai sampel selama interval yang
panjang untuk versi Strong sebelumnya. Bukti ini menunjukkan hubungan
substansial antara profil pekerjaan awal dan pekerjaan yang pada akhirnya
diusahakan. Sebuah contoh khusus bisa kita dapat dari tindak lanjut selama 40
tahun dari sebuah sampel para psikolog yang karier professional menyingkapkan
sejumlah hubungan sugestif antara mendatar dan mencuatnya profil asli mereka
dan kejadian, seperti frekuensi perubahan kerja dan pergeseran dari pengajaran
19
atau penelitian ke pekerjaan administratif serta pekerjaan terapan (Vinitsky,
1973).
Di antara banyak inventori minat yang tersedia dewasa ini, empat inventori
telah dipilih untuk dibahas satu demi satu karena masing-masing menggambarkan
segi yang patut diperhatikan dalam orientasi teoritis, metodologi, atau jenis
populasi yang untuknya inventori dirancang.
Jackson Vocational Interest Survey (JVIS). JVIS (Jackson, 1977) diseleksi
untuk mendapat perhatian khusus-pertama, karena JVIS merupakan contoh dari
prosedur penyusunan tes yang canggih, dan kedua, karena dalam berbagai aspek,
pendekatannya berlawanan secara tajam dengan yang diikuti dalam SII. Publikasi
awal inventori Strong dan Jackson terpaut 50 tahun. Inventori Strong memusatkan
diri pada pekerjaan yang spesifik, baik dalam seleksi butir soal maupun
interprestasi normatif. Inventori Jackson menggunakan area minat yang luas
dalam pengembangan butir soal dan sistem penentuan skor. Skala-skala pekerjaan
invemtori Strong menggambarkan contoh ekstrem penguncian criteria empiris dan
validasi terkait-kriteria; inventori Jackson merupakan contoh validasi konstruk
pada tiap tahap dalam pengembangannya. Dalam inventoro Strong, sebagaian
besar butir soal adalah butir soal Suka, Acuh Tak Acuh, atau Tidak Suka yang
ditandai secara terpisah oleh responden; dalam inventori Jackson, semua butir soal
merupakan butir soal bertipe pilihan-terbatas. JVIS bisa diberi skor secara manual
dengan cepat dan mudah untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan
skor berbasis-komputer yang ada menggunakan norma-norma palingbaru dan
menyediakan berbagai analisis skor tambahan entah dalam laporan singkat entah
dalam laporan naratif lebih luas yang baru direvisi.
Kuder Occupational Interest Survey (KOIS), memberikan skor-skor dengan
rujukan pada kelompok-kelompok pekerjaan spesifik, sebagaimana inventori
Strong (Kuder, 1966; Kuder & Diamond, 1979; Kuder & Zytowski, 1991). Akan
tetapi, tidak seperti inventori Strong, KOIS tidak menggunakan kelompok rujukan
umum. Sebaliknya, skor responden pada tiap skala pekerjaan diungkapkan sebagai
korelasi antara pola minat dan pla minat kelompok pekerjaan tertentu. Survei
20
minat ini bisa diskor di tempat atau melalui penerbit dengan sarana pengamatan
optis, dan dapat juga diselenggarakan serta diskor pada mikro-komputer. KOIS
sekarang menyediakan skor pekerjaan dan 10 skor minat dasar yang homogeny
dan luas, diberi label Vocational Interest Estimates (VIE). VIE adalah skor-skor
presentil yang ditarik dari skala-skala pendek yang ekuivalen pada 10 skor bidang
minat Kuder Preference Record.
Career Assessment Inventory-The Vocational Version (CAI-VV). Pertama
kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johansson, 1984) secara dekat mengikuti
pola inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan inventori minat, CAI
dirancang secara khusus untuk para pencari karier yang tidak memerlukan
pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan professional lebih jauh.
CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan teknis, dan
pekerjaan jasa. Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara
lain adalah montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, pemrogram
computer, dan perawat terdaftar. Meskipun prosedur yang diikuti dalam
mengembangkan CAI amat serupa dengan yang digunakan dalm inventori Strong,
semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari
inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan
dalam masing-masing kategori ini, adalah khusus untuk CAI.
Self-Directed Search (SDS). Pendekatan lain terhadap penaksiran minat-minat
pekerjaan digambarkan oleh Self-Directed Search (SDS). Istrumen ini
dikembangkan oleh Holland, yang model segi-enamnya tentang tema-tema
pekerjaan umum (yang dibahas lebih awal dalam bab ini) telah menarik perhatian
luas dan dimasukkan dalam berbagai inventori yang ada sekarang (Holland,
1985/1992; Holland, Fritzsche & Powell, 1994; Holland & Gottredson, 1976;
Holland, Powell & Fritzsche, 1994). Sebagaimana diimplikasikan oleh namanya
SDS dirancang sebagai instrument konseling pekerjaan yang bisa dilaksanakan
sendiri, diskor sendiri, dan diinterprestasikan sendiri. Meskipun disusun di seputar
minat, prosedur ini juga memerlukan peringkat-diri kemampuan dan kompetensi
yang dilaporkan. SDS digunakan secara luas dalam berbagai lingkungan dan telah
menghasilkan banyak penelitian, baik oleh penyusun maupun peneliti independen.
21
Dalam kaitan dengan segi psikometris SDS, indeks reliabilitas umumnya
memuasakan untuk skor-skor rangkuman. Dalam perspektif yang berbeda,
pendekatan umum Holland pada penaksiran atas minat-minat pekerjaan sejalan
dengan perkembangan tertentu dalam psikologi keputusan karier.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
Minat yang muncul dalam psikologis siswa merupakan sebuah gejala, sehingga
munculnya minat dalam psikolog sehinga munculnya minat tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor tersebut diantaraya:
a. Faktor Individu.
Meruakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara
alami, misalnya diakibatkan karena ; kematangan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat kematangan
serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang muncul juga tidak sama
antara individu satu dengan yang lain. Misalnya, seseorang yang
mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi maka akan
cenderung melakukan aktifitas dibidang kerja atau koperasi. Sebaliknya sesorang
yang mempunyai kecerdasan dibidang perikanan maka akan cenderung
melakukan aktivitas di sawah/ tambak. Perbedaan kecerdasan tersebut terjadi
karena setiap individu satu dengan yang lain mempunyai tingkat motivasi diri
yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut diperoleh melalui pengetahuan,
pengalaman, atau pelatihan yang diikuti. Jadi apabila siswa dilatih dan dibiasakan
untuk mengenal perikanan melalui pengajaran muatan lokal budidaya perikanan di
sekolah, maka secara otomatis minat belajar tersebut akan muncul dalam diri
siswa, tergantung individu itu sendiri.
b. Faktor Sosial.
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya
diakibatkan karena ; kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan motivasi
sosial. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika siswa hidup
22
dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritas petani
padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan tersebut karena
merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya bersentuhan
dengan ikan(mayoritas pekerja tambak), maka siswa cenderung ingin tahu dan
mengenal lebih dalam mengenai perikanan. Jadi apabila siswa mempunyai latar
belakang keluarga atau masyarakat yang beroperasi dibanding perikanan, maka
minat belajar muatan lokal budidaya
perikanan tersebut juga akan muncul dengan sendirinya.
F. RAGAM TES
a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu keuntungan karena
dapat mengamati minat anak dalam kondisi yang wajar. Jadi tidak dibuat-buat.
Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun diluar
kelas. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.
Tetapi guru juga harus menyadari bahwa observasi ini mempunyai kelemahan.
Observasi ini tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa anak
dalam waktu yang sama. Apabila kita hendak mengukur minat semua anak yang
kita didik, maka kita akan memerlukan waktu yang sangat panjang. Jadi seorang
guru tidak mungkin akan berhasil mengukur minat anak-anak hanya dengan
mempergunakan observasi. Biasanya observasi dilakukan terhadap beberapa
orang anak berdasarkan data yang telah terkumpul sebelumnya.
Kelemahan lain daripada observasi ialah bahwa penafsiran terhadap hasil-hasil
observasi sering bersifat subjektif. Sikap daripada guru-guru, jarak waktu yang
panjang antara situasi-situasi tingkah laku yang dioservasi, serta objektifitas
daripada pencatatan sangat validitas daripada observasi.
b. Interviu
Interviu baik dipergunakan untuk mengukur minat anak, sebab biasanya anak
gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya.
Pelaksanaan interviu ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak
23
formal, sehingga percakapan akan dapat berlangsung dengan lebih bebas.
Misalnya dalam percakapan sehari-hari diluar jam pelajaran, dengan mengadakan
kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoleh informasi tentang
minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh
anak setelah pulang sekolah, per mainan apa yang disenangi, apa hobinya,
perjalanan-perjalanan/tamasya-tamasya apa yang berkesan di hatinya, pengalaman
apa yang mengesankan, buku-buku apa yang disenangi, program radio yang
disenangi, film jenis apa yang digemari, dan sebagainya.
c. Kuesioner atau Angket
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap
sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian apabila dibandingkan dengan interviu
dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi
pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengen
isi pertanyaan dalam interviu. Jadi dalam kuesioner guru dapat menanyakan
tentang kegiatan yang dilakukan anak diluar sekolah, permainan ang disenangi,
bacaan yang menarik hatnya, dan sebagainya. Perbedaan dengan interviu ialah
bahwa interviu dilakukan secara lisan dan guru hanya menghadapi seorang anak,
sedangkan kuesioner dilakukan secara tertulis dan guru menghadapi beberapa
anak sekaligus.
d. Inventori
Metode inventori adalah suatu metode untuk mengedakan pengukuran atau
penilaian yang berupa suatu daftar statemen. Dari daftar statem tersebut subyek
atau individu yang dinilai diminta untuk mana-mana statemen yang cocok dengan
dirinya. Setiap statemem yang cocok dengan dirinya diisi dengan tanda cek atau
tanda-tanda lain yang ditetakan. Sedangkan statemen yang tidak sesuai dengan
dirinya tidak diisi apa-apa.
Metode inventori mempunyai persamaan dengan metode kuesioner, yaitu
keduanya menggunakan instrumen yang berupa suatu daftar. Perbedaannya ialah
kalau dalam kuesioner instrumennya berupa daftar pertanyaan yang hrus dijawab
24
oleh subyek atau responden, sedangkan pada inventori instrumennya berupa daftar
statemen yang harus dipilih oleh subyek atau responden sesuai dengan keadaan
dirinya.
Dalam pengukuran atau penilaian minat ada beberapa jenis inventori yang
terkenal. Dua diantaranya adalah:
1. The Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)
Inventori ini diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden diminta
untuk memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap aktivitas-
aktivitas atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia ragu-ragu
dan memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau obyek tersebut.
2. Strong Interest Inventory (SII)
SII pertama dirumuskan oleh E.K. Strong.Jr., ketika sementara menghadiri
seminar pascasarjana pada tahun 1919-1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir
soal yang dikelompokkan dalam delapan bagian. Dalam kelima bagian pertama,
responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S, TT, TS, untuk
mengindikasikan ”Suka”, ”Tidak Tahu”, ”Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam
lima bagian ini masuk dalam kategori-kategori berikut; pekerjaan, mata pelajaran
sekolah, aktivitas (Misalnya, membuat pidato, memperbaiki jam atau mencari
dana untuk kegiatan amal), aktivitas waktu luang, dan kontak sehari-hari dengan
berbagai jenis orang (misalnya, orang yang amat tua, perwira atau orang yang
hidupnya dekat bahaya). Dua bagian tambahan meminta responden menyatakan
pilihan diantara aktivitas-aktivitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang
versus berurusan dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari
empat butir soal dari dunia kerja yaitu gagasan, data, barang dan orang. Pada
akhirnya, satu bagian inventori meminta responden untuk memberi tanda pada
satu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri ”Ya”, ”Tidak”, atau
”?”.
Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang
ditunjuk oleh penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari
25
penerbit dalam berbagai pilihan. Ada tiga tingkat skor yang berbeda dalam
keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah enam skor
General Occupational Theme; subdivisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interest
Scales; dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 Skala Pekerjaan yang
tersedia. Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor
pada empat Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan,
Lingkungan Belajar, Gaya Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko/Petualangan.
Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoretis yang
dikembangakan oleh John Holland (1966,1985/1992) dan didukung oleh riset
ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya. General
Occupational Themes yang diidentifikasi ooleh model Holland ditandai dengan
(R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E) Kewirausahaan
(Enterprising), dan (C) Konvensional. Masing-masing tema mencirikan tidak
hanya tipe orang, tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh orang tersebut
dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland, orang-orang tidak
digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama, melainkan
mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya. Dengan
demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan,
menyediakan banyak pola atau ”kode” untuk mendeskripsikan berbagai perbedaan
individu yang luas.
3. Campbell Interest and Skill Survey (CISS)
Tes ini digunakan untuk mrngukur minat serta ketrampilan laporan diri dan
diorganisasi dalam cara yang mirip dengan inventori strong, yang dengannya
(David P.Campbell-penyusun CISS) terlibat selama waktu tertentu. Tambahan
data pada ketrampilan memungkinkan perbandingan antara pola skor yang tinggi
dan rendah pada skala minat dan skala ketrampilan. Hal ini, pada gilirannya,
memperluas basis untuk menjelajahi karier dan mengambil keputusan yang
disediakan oleh survei.
26
4. Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus. Pertama, karena JVIS
merupakan contoh dari prosedur penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam
berbagai aspek ,pendekatannya berlawanan secara tajam dengan diikuti dalam SII.
Inventori ini menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal
dan sistem penentuan skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah
butir soal Suka, Acuh Tak Acuh, atau Tidak Suka yang ditandai secara terpisah
oleh responden. Selain itu, butir soal Inventori Strong meruapakan butir soal
bertipe pilihan-terbatas.
Sebagaimana dalam pengembangan Personality Research Form dan Jackson
Personality Inventory, langkah pertama dalam pengembangan JVIS adalah
merumuskan konstruk-konstruk atau dimensi-dimensi yang harus diukur. Ada dua
jenis dimensi, yaitu dipilih berdasarkan penelitian yang dipublikasikan tentang
psikologi kerja, dan analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal minat
pekerjaan. Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja
(berhubunga dengan pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan)
dan dengan gaya kerja (merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan
kerja atau situasi dimana perilaku tertentu diharapkan).
Bentuk final JVIS memuat 34 skala minat dasar, yang mencakup 26 peran kerja
dan 8 gaya kerja. Inventori ini dirancang agar dapat diterapkan pada kedua jenis
kelamin, meskipun tersedia norma-norma persentil terpisah untuk sub-sub
kelompok wanita dan pria. JVIS bisa diberi skor secara manual dengan cepat dan
mudah untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan skor berbasis
komputer yang ada menggunakan nrma-norma paling baru dan menyediakan
berbagai analisis skor tambahan entah dalam laporan naratif lebih luas yang baru
direvisi. Misalnya, laporan-laporan berbasis komputer mencakup skor-skor yang
diturunkan dari analisis faktor atas 34 skala minat dasar. Skor-skor ini yang dibuat
menurut model enam tema Holland, mencakup 10 Tema Pekerjaan Umum:
Ekspresif, Logis, Bersifat Menyelidik, Praktis, Tegas, Sosial, Bersifat Membantu,
Konvensional, Bersifat Wirausaha, dan Komunikatif.
27
Sejumlah peninjau telah mengemukakan bahwa perumusan JVIS mungkin terlalu
canggih bagi siswa sekolah menengah (D.T.Brown,1989;J.W.Shepard,1989).
5. Kuder Preference Record (KPR)
Inventori ini mula-mula diterbitkan pada tahun 1939. Kemudian mengalami
revisi dan tambahan-tambahan item-item baru. Kuder memulai dengan
mengadakan analisa item tunggal berdasarkan kelompok-kelompok minat (cluster
of intesrest) dalam menyusun item-item tersebut alam skala deskriptif. Skala ini
dapat dipergunakan dalam bimbingan pendidikan (Educational guidance) maupun
dalam bimbingan jabatan (vocatinal guidance).
Berdasarkan alat konsepnya mengenai sepuluh kelompok minat, Kuder lalu
menyusun item-item inventorinya. Setiap item merupakan triad dari kegiatan-
kegiatana yang mencerminkan tiga kelompok minat. Penyusunan triad-triad
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok minat pernah ber-triad
dengan kelompok minat lainnya. Subyek yang hendak dinilai disuruh memilih
dalam setiap triad. Satu kegiatan yang paling disenangi dan satu kegiatan yang
paling tidak disenangi dalam triad tersebut.
6. Career Assesment Inventory (CAI)
Sekarang tersedia dua versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan The
Enhanced Version (EV). Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun EV
sangat serupa dalam struktur, adalah instrument yang sama sekali terpisah
(Johannson,1986) yang dapat diterapkam pada banyak dan rentang pekerjaan
yang len\bih luas, mencakup banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah
menengah.
CAI pertama kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johannson,1984) secara
dekat mengikuti pola inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan
unventori minat, CAI dirancang secara khusus untuk para pencari karir yang tidak
memerlukan pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan profesional
lebih jauh. CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan
teknis, dan pekerjaan jasa.
28
Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain montir
pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer, dan
perawat terdaftar. Ke-305 butir soal inventori dikelompokkan dibawah tiga
kategori isi yaitu aktivitas, mata pelajaran dan pekerjaan. Masing-masing butir
menyediakan lima pilihan respons, dari ”sangat suka” sampai ”sangat tak suka”.
Ditulis untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-
orang dewasa yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti inventori
Strong, CAI menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk 6 skala Tema
Umum Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar homogen, dan 91 skala pekerjaan.
Indeks administratif dan empat akala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya.
Semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari
inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan
dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.
7. Self Directed Search (SDS)
Instrumen ini dikembangkan oleh J.L Holland, sebagai instrumen konseling
pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan diinterpretasikan
sendiri. Individu mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor respon, dan
menghitung enam skor rangkuman yang berhubungan dengan tema model
Holland (Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan
Konvensional). Ketiga skor rangkuman tertinggi rangkuman tertinggi digunakan
untuk menemukan kode berhuruf tiga. Sebuah skor pendamping, Penemu
Pekerjaan, digunakan unutk menemukan pekerjaan diantara 1355 pekerjaan yang
kodenya cocok dengan kode rangkuman responden.
Meskipun SDS dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri, buku
panduannya merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor.
Sebuah studi atas 107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang
mengikuti edisi SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah
menarik kode yang memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell &
Frizche, 1994).
29
Validitas konkuren dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada
susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan tipe-tipe distribusi.
8. Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)
Menurut sejarahnya tes ni disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun
1947. saat itu tes tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis
pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori
oleh Kenneth Miller.sejak saat itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell
Miller.
Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang
disusun dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk
kelompok pekerjaan pria dan wanitanya.masing-masing kelompok pekerjaan
tersebut terdiri atas 12 jenis pekerjaan, yang mewakili 9 kategori pekerjaan yang
akan diukur dalam tes ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat
seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide
stereotipe terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan maupun
klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam balangko sehingga bagi testee
yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali untuk
orang dewasa dengan intelegensi rendah (Dull-normal). Bagi testee dull-normal,
dianggap kemampuannya untuk memahami, indtruksi tes yang tertulis sehingga
perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan tepat.
Bahkan kadang masih harus dilengkapi dengan memeriksa pekerjaannya setiap
saat untuk mencegah kemungkinan berbuat kesalahan.
9. Safran Student’s Interest Inventory
Dalam inventori minat ini mengungkap tiga aspek, yaitu (1) Minat Jabatan,
(2) Minat terhadap Mata Pelajaran dan, (3) Tingkat kemampuan.
Daftar minat terhadap mata pelajaran di sekolah ini bersifat fleksibel. Siswa tidak
perlu memberi nilai terhadap mata pelajaan yang tidak diberikan di sekolah. Jika
30
hanya sepuluh matapelajaran yang dinilai, maka mereka hanya akan mengisi
empat kotak dalam bagian yang agak menarik atau disenangi.
G. ROTHWELL MILLER INTEREST BLANK(RMIB)
a. Administrasi
Secara umum prinsip administrasi tes ini adalah:
1. Menginstruksikan kepada testee untuk mengisi identitas di lembar blanko.
2. Setelah itu, testee diinstruksikan untuk membuat rangking dan daftar
pekerjaan yang tersedia didalam formulir tes. Rangking dimulai dari nomor 1
untuk pekerjaan yang paling disukai dalam satu kelompok, dan berakhir
dengan nomor 12 untuk pekerjaan yang paling tidak disukai, terlepas dari
besar kecilnya gaji ataupun keberhasilan/kegagalan dalam mengerjakan
pekerjaan tersebut.
3. Tanyakan apakah testee sudah jelas/belum tentang tugasnya. Bila sudah jelas
dapat langsung mengerjakan tes tetapi bila testee belum jelas, jelaskan lagi
tentang tugas testee.
4. Tekankan pada testee agar jangan ada yang terlewati.
5. Setelah testee menyelesaikan tugasnya (merangking dari kelopok A sampai
dengan kelompok I) kemudian instruksikan untuk menuliskan jenis pekerjaan
yang tidak disukainya, tidak harus sama dengan pekerjaan yang terdapat
dalam daftar.
6. Pada dasarnya waktu untuk mengerjakan tes tidak dibatasi, namun biasanya
orang dewasa normal dapat menyelesaikan tes ini dalam waktu 20 menit.
7. Sebelum dikumpulkan testee diminta untuk mengecek pekerjaannya, apakah
terdapat kesalahan merangking atau tidak.
b. Aspek yang diungkap
Tes ini mengukur beberapa bentuk kemampuan dalam kategori pekerjaan,
yakni:
· Outdoor: Pekerjaan yang dilakukan diluar, diudara terbuka, tidak
berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya rutin.
31
· Mechanical: Pekerjaan yang berhubungan dengan mesin/alat mekanik.
· Compulational: Pekerjaan yang berhubungan dengan angka-angka.
· Scientific: Pekerjaan yang menyangkut aktifitas analisis, penyelidikan,
penelitian, aksperimen kimia dan ilmu pengetahuan lainnya.
· Personal Contact: Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi,
membujuk, bergaul dengan orang lain, pada dasarnya adalah suatu pekerjaan
yang membutuhkan kontak dengan orang lain.
· Aesthetic: Pekerjaan yang berhubungan dengan hal seni dan menciptakan
sesuatu.
· Literary: Pekerjaan yang berhubungan dengan buku, membaca dan
mengarang.
· Musical: Memainkan musik, apresiasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
musik.
· Social Service: Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan terhadap
kepentingan masyarakat, kesejahteraan umum, membimbing, menasehati dan
memahami.
· Clerical: Pekerjaan yang menuntut ketelitian dan kerapian.
· Practical: Pekejaan yang memerlukan keterampilan, praktek, karya
pertukangan.
· Medical: Pekerjaan yang berhubungan dengan pengobatan, perawatan
penyakit, penyembuhan dan hal yang dengan medis dan biologis.
c. Skoring dan Pengecekan
Skoring:
Hasil rangking yang dibuat oleh testee dipindahkan kedalam suatu kerangka yang
caranya terdapat pada begian dari formulir tersebut. Jumlahkan masing-masing
jenis pekerjaan ke kanan, tuliskan pada ? total. Buatlah rangking dari ? total (point
B) dimulai dari jumlah yang paling kecil sehingga rangking 1 sampai dengan
jumlah terbesar rangking 12, bila terdapat angka yang sama berikan rangking
yang sama pula. Tuliskan persentil sesuai dengan norma kelompok (bila ada).
Pengecekan:
32
Untuk melakukan pengecekan tehadap kesalahan dalam memindahkan angka-
angka rangking, maka sesudah dijumlahkan, hasil penjumlahannya harus sama
dengan 702. Apabila terdapat dua angka yang sama, maka masing-masing angka
kurang atau ditambah 0,5 sesuai dengan keperluannya. Konsistensi jawaban testee
dapat dilihat dari: Penyebaran pilihan pekerjaan, apakah menetap pada kategori
yang sama dari tiap-tiap kelompok. Pilihan bebas, apakah pilihan ini sesuai
dengan hasil rangking yang diberikan atau hasil yang muncul didalam rangking.
Cara pemberian rangking, apakah responden membuat rangking secara berurutan
atau tidak.
d. Inplementasi
Interpretasi dilakukan dengan melihat raw score testee, semakin rendah raw
score, pekerjaan makin disukai dan semakin tinggi raw score, pekerjaan semakin
tidak disukai. Sedangkan dengan melihat urutan skor untuk masing-masing
pekerjaan, dapat dilihat bagaimana pola minat testi.
Akan tetapi untuk dapat melihat bagaimana pola minat seseorang
dibandingkan dengan pola minat dari kelompoknya, perlu menggunakan norma
persentil yang telah dibuat. Persentil diatas 75% tergolong tinggi dan persentil
dibawah 25% tergolong rendah.
Apabila hanya terdapat satu kategori yang mempuyai persentil tinggi, maka
dapat diartikan testee mempunyai minat yang sangat kuat terhadap jenis pekerjaan
tersebut. Sedangkan jenis pekerjaan yang lain hanya dinilai berdasarkan
kesenangan dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan pekerjaan atau status.
Apabila tidak terdapat satu pun kategori yang dapat dimasukkna dalam persentil
tinggi, maka hal ini berarti bahwa:
· Individu kurang memahami atau kurang mendapatkan informasi tentang
pekerjaan-pekerjaan tersebut. Mungkin juga individu tidak mau memahami
instruksi yang diberikan (oposisi). Atau individu merasa lebih sehingga
konsentrasinya terganggu.
· Individu tidak mempunyai pola minat yang dapat dikembangkan dengan baik.
33
· Individu memiliki sejumlah minat terhadap jenis pekerjaan yang tidak
terdapat dalam daftar.
· Sedangkan apabila seseorang memberikan jawaban yang tidak konsisten,
maka hal ini dapat diartikan bahwa:
Pengetahuan tentang pekerjaan-pekerjaan tersebut sangat kurang.
Merupakan indikasi daripada sikap acuh tak acuh terhadap pekerjaan yang ada.
Kelalaian atau kecerobohan testee, bahkan dapat diartikan sebagai sikap oposisi
terhadap tugas.
Kemungkinan bahwa pekerjaan yang bersangkutan tidak mewakili kategori yang
ada.
Kemungkinan bahwa beberapa elemen dari pekerjaan itu sendiri cenderung
menyalahi stereotipe yang ada.
H. SAFRAN STUDENT’S INTEREST INVENTORY
a. Administrasi
Karena inventori ini adalah berupa inventori yang diadministrasikan sendiri,
diskor atau diperiksa sendiri, dan profil sendiri, maka keterlibatan para siswa
dalam pelaksanaan inventori memegang peranan penting. Maka langkah yang
harus dilalui siswa antara lain ialah:
Inventori Minat Jabatan
Siswa harus memberikan tanda cek (v)terhadap salah satu pilihan yang
berlawanan. Setelah semua dikerjakan, maka semua tanda cek yang telah ditandai
sebelumnya dalam kolom total pada setiap halaman(seluruhnya 8 halaman) sesuai
dengan baitnya, kemudian dipindahkan ke halaman buku tes(inventori).
Contoh: seorang siswa bernama adi umurnya 16 tahun siswa kelasn1 SMA telah
mengisi pilihan untuk seluruh inventori (kedelapan halaman) setelah diskor
sendiri memperoleh skor sebagai berikut:
Langkah berikutnya jumlah skor total dan jumlah skor seluruhnya dipindahkan ke
dalam format profil SSII dan dari skor keseluruhan akan dapat dibuat profil
masing-masing individu.
34
Ø Inventori Minat Pelajaran Sekolah
Siswa diminta untuk memberi ilai terhadap sebelas mata pelajaran yang
disediakan dalam inventori. Kesebelas mata pelajaran dimaksud diantaranya
sebagai berikut:
1. Pendidikan kesenian
2. Bahasa inggris
3. Bahasa asing
4. Pendidikan kesejahteraan keluarga
5. Praktek laboratorium
6. Matematika
7. Musik
8. Pendidikan olahraga atau kesehatan
9. Sain
10. Ilmu pengetahuan sosial
11. Ketrampilan
Ketrampilan terhadap minat mata pelajaran sekolah ini, para siswa hanya tinggal
mengisi nomor mata pelajaran pada kotak di sebelah kata: paling disukai, hampir
paling disukai, agak disukai, hampir tidak disukai, dan paling tidak disukai, dan
paling tidak disukai terhadap sebelas mata pelajaran.
Di dalam meningkatkan tingkat kemampuan, siswa harus mampu
membandingkan kemampuannya sendiri dengan kemampuan orang lain yang
sesuai dengannya.
Untuk membandingkan kemampuannya sendiri dengan kemampuan orang lain
yang sesuai dengan dirinya, siswa harus menggunakan kriterianya sebagai berikut:
Kelompok I : 25% dari siswa teratas
Kelompok II : 25%% dari siswa berikutnya
Kelompok III : 25% dari bagian siswa yang ketiga
Kelompok IV : 25% dari siswa yang terakhir
35
Kelompok dimana siswa itu berada, siswa itu sendiri harus menentukan
berdasarkan 100 orang siswa dalam tingkat kelas. Kelompok dimana dari 25
orang siswa itu memperkirakan dirinya berada, itu harus ditentukan oleh siswa itu
sendiri.
b. Aspek yang diungkap
Ø Inventori Minat Jabatan
· Ekonomis menunjukkan suatu keinginan terhadap pekerjaan dalam
beberapa lapangan jabatan yang berkaitan dengan dunia bisnis
· Teknikal (teknik) menunjukkan suatu pilihan untuk bekerja dengan alat-
alat dan mesin-mesin
· Outdoors menunjukkan suatu pilihan terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan orang-orang di lapangan
· Pelayanan (service) menunjukkan suatu minat yang berhubungan dengan
kebutuhan untuk bertemu dan berkumpul dengan orang, yaitu kebutuhan
untuk berhubungan lebih dekat dan dalam waktu yang singkat, mulai dari
memberi perlindungan sampai dengan membantu para pelanggan
· Humane (penyayang) menunjukkan suatu minat yang berhubungan dengan
kebutuhan untuk bertemu dan atau berkumpul dengan orang, yaitu
kebutuhan untuk bertemu dengan klien dalam jangka waktu lama dalam
lapangan seperti pendidikan atau kesehatan
· Artistik menunjukkan suatu minat terhadap pekerjaan yang memerlukan
kreasi dengan menggunakan bahan-bahan, menggunakan cat, alat cetak,
musik dan media lainnya
· Ilmu pengetahuan (scientific) menunjukkan suatu minat dalam pekerjaan
yang melibatkan rumus-rumus, persamaan, atau peralatan ilmu
pengetahuan
Ø Minat terhadap Mata Pelajaran Sekolah
· Pendidikan Seni
· Bahasa Inggris
· Bahasa Asing
· Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
36
· Praktek Laboratorium
· Matematika
· Musik
· Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
· Sain
· Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah dan geografi)
· Ketrampilan (Mengetik dan Stenografi)
Ø Menilai Sendiri Taraf Kemampuan
· Kemampuan akademis: pekerjaan yang ditetapkan bergantung pada
kemampuan akademis seseorang.
· Kemampuan mekanikal: kemampuan yang berhubungan dengan mesin
· Kemampuan sosial: kemampuan behubungan atau bergaul dengan orang lain.
· Kemampuan klerikal: kemampuan untuk membuat catatan yang akurat dan
rapi, memelihara atau menyiman semua informasi yang tersedia dengan cepat
dan menemukan dengan mudah.
I. THE STRONG VOCATIONAL INTEREST BLANK
a. Administrasi
Dibawah ini terdapat daftar sejumlah jabatan. Dibelakang masing-masing
daftar jabatan tersebut dituliskan huruf L,I, dan D. Lingkarilah huruf L jika anda
berminat terhadap jabatan tersebut, lingkarilah huruf I apabila anda ragu dan
lingkarilah huruf D apabila anda tidak berminat. Pilihan anda hendaknya hanya
didasarkan atas berminat atau tidaknya anda terhadap jabatan tersebut tanpa
memandang besarnya gaji yang diterima, situasi sosial dan sebagainya.
Contohnya:
1. Aktor(bukan bintang film) L I D
2. Biro reklame L I D
3. Arsitek L I D
4. Perwira L I D
5. Bintang film L I D
37
6. Dan sebagainya L I D
Kunci daripada jawaban inventori tersebut disusun secara empiris dengan
jalan membandingkan pilihan orang-orang yang sukses dalam suatu jabatan
tertentu dalam pilihan-pilihan orang-orang pada umumnya. Misalnya presentase
pilihan orang-orang yang sukses dalam jabatan A pada item No 1 dibandingkan
dengan presentase pilihan orang-orang pada umumnya pada item No 1 tersebut.
Apabila lebih banyak presentase orang yang sukses dalam jabatan A memilih
jabatan tertentu daripada orang-orang pada umumnya maka option tersebut
mempunyai skor positif. Sebaliknya apabila lebih sedikit presentasi orang yang
sukses alam jabatan A memilih option tertentu, maka option tersebut mempunyai
skor negatif. Bobot daripada tiap item adalah sepersepuluh (dengan pembulatan)
dari selisih presentase jawaban antara orang-orang dalam jabatan tertentu dengan
presentase jawaban orang-orang pada umumnya.
Sebagai ilustrasi dibawah ini dimuat tabel penyusunan skor tersebut untuk
jabatan ahli mesin.
Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa presentase orang-orang pada
umumnya yang berminat (L) terhadap jabatan aktor adalah 21%. Sedangkan para
ahli mesin yang sukses dalam jabatannya, yang berminat terhadap jabatan aktor
adalah 9%. Selisihnya menjadi 9%-21%= -12%. Skor untuk option ini menjadi
1/10x – 12= -1,2 dibulatkan menjadi -1. Jadi orang yang brminat terhadap jabatan
aktor, skornya pada jabatan ahli mesin adalah -1. Dengan jalan yang sama maka
dapat dicari skor untuk ketiga pilihan pada setiap item untuk semua jenis jabatan.
Untuk melengkapi uraian ini, dibawah ini dikutipkan tabel skor jumlah item untuk
beberapa jenis jabatan.
Skor yang diperoleh oleh responden untuk setiap jenis jabatan dijumpai secara
terpisah. Dengan demikian dapat diketahui pada jabatan mana seseorang
mencapai skor tertinggi. Seseorang yang mencapai skor tertinggi dalam jabatan
ahli mesin misalnya, berarti ia mempunyai minat yang terbesar untuk menjadi ahli
mesin.
38
b. Aspek yang diungkap
Diperluas tidak hanya pada masalah yang berhubungan secara langsung
dengan aktivitas-aktivitas pekerjaan, tetapi juga dengan mata pelajaran sekolah,
hobi, olahraga, jenis permainan atau buku yang dinikmati individu, hubungan-
hubungan sosial dan banyak aspek lain dari kehidupan sehari-hari. Jadi, hal ini
terbukti bisa digunakan untuk mempersiapkan inventori yang menyelidik minat
individu dalam berbagai hal yang sudah diakrabinya dan dengan demikian,
menentukan beberapa minatya menyerupai minat orang-orang yang secara sukses
terkibat dalam pekerjaan tertentu.
J. KUDER PREFERENCE RECORD
a. Administrasi
Dibawah ini terdapat sejumlah kegiatan yang dikelompokkan tiga-tiga. Dalam
setiap kelompok aktivitas tersebut pilihlah satu kegiatan yang paling anda sukai
dan satu kegiatan yang paling tidak anda sukai di antara ketiga kegiatan tersebut.
Dalam beberapa kelompok, mungkin anda menyenangi ketiga aktivitas yang
dicantumkan, dan dalam beberapa kelompok yang lain mungkin anda tidak
menyenangi ketiga aktivitas yang dicantumkan. Dalam hal ini hendaknya juga
anda memberikan pilihan satu yang paling disukai dan satu yang paling tidak
disukai.
Cara menulis jawaban ialah dengan jalan mengisi tanda silang pada lingkaran
sebelah kiri, sesuai dengan nomor option yang paling disenangi, dan tanda silang
pada lingkaran sebelah kanan sesuai dengan nomor option yang paling tidak
disenangi.
Jawaban yang ditulis dalam lembar jawaban tersebut diatas, diperiksa dengan
mengguakan kunci berulang. Dalam hal ini tiap kelompok minat mempunyai
kunci sendiri. Jumlah skor yang diperoleh untuk masing-masing kelmpok minat
dikonversikan ke dalam skala persentil dengan menggunakan tabel konversi, yang
terdiri dari tabel konversi untuk pria dan konversi untuk wanita.
39
Untuk mengetahui dengan jelas pada kelompok minat mana anak mencapai
skor tinggi, maka persentil yang diperoleh disusun dalam suatu profile(Lihat
contoh).
KUDER PROFILE OF MARY THOMAS
Dari profil tersebut dapat dilihat bahwa Mary Thomas sangat berminat
terhadap pekerjaan atau jabatan yang berhubungan dengan soal hitung
menghitung dan administratip. Yang paling tidak menarik minatnya adalah
pekerjaan atau jabatan yang berhubungan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan persuasif.
b. Aspek yang diungkap
Kudee mengidentifikasi sepuluh kelompok minat sebagai berikut:
a. Minat terhadap alam sekitar, (outdoor) yaitu minat terhadap pekerjaan-
pekerjaan yang berhubunga dengan alam binatang dan tumbuhan.
b. Minat ekanis, (mechanichal) yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian
dengan mesin atau alat-alat tehnik.
c. Minat hitug menghitung, (computational) yaitu minat terhadap jabatan yang
membutuhkan perhitungan-perhitungan.
d. Minat terhadap ilmu pengetahuan, (scientific) yaitu minat untuk menemukan
fakta-fakta baru dan pemecahan problem.
e. Minat persuasip, (persuasive) yaitu minat terhadap pekerjaan yang
berhubungan mempengaruhi orang lain.
f. Minat seni, (artistic) yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kesenian, kerajinan dan kreasi tangan.
g. Minat literer, (library) yaitu minat yang berhubungan dengan masalah
membaca dan menulis berbagai karangan.
h. Minat musik, (musical) yaitu minat terhadap masalah musik, seperti
menonton konser, memainkan alat musik dan lainnya.
i. Layanan sosial, (social service) yaitu minat terhadap pekerjaan membantu
orang lain.
40
j. Minat klerikal, (clerical) yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjan
administratif.
41
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat di simpulkan bahwa Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
merupakan instrumen yang di gunakan untuk memahami tingkat perkembangan
individu. Instrumen ini di kembangkan oleh tim pengembang dari Universitas
Pendidikan Indonesia, Sunaryo Kartadinata dkk.
ITP memiliki 4 format yaitu ITP – SD, ITP – SLTP, ITP – SLTA, ITP – PT,
masing – masing format memiliki petunjuk teknis penggunaan, buku inventori
tugas perkembangan, buku petunjuk penggunaan program khusus ATP fersi 3.5
dan CD program ATP fersi 3.5
Pengembangan ITP mengacu pada teori perkembangan diri dari Loevinger yang
terdiri dari 7 tingkatan, yaitu tingkat impulsif, perlindungan diri, komformistik,
sadar diri, seksama, individualistik, dan otonomi. Berisi 10 aspek perkembangan
pada siswa SD dan SLTP dan 11 aspek pada siswa SLTA dan Mahasiswa PT
meliputi landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan emosional,
kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria atau
wanita, penerimaan diri dan pengembangannya, kemandirian perilaku ekonomis,
wawasan persiapan karir, kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan
persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada seluruh pambaca baik itu orang tua, anak muda,
kecil-besar, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, para birokrat, teknokrat,
politisi, akademisi terutama dosen dan mahasiswa dan lain-lain yang sempat
membaca makalah ini, dan apabila terdapat berbagai kesalahan baik kesalahan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Karena seperti pepatah mengatakan ”tidak ada gading yang tak
retak”, tidak ada manusia sempurna yang mengarungi dan mencapai tujuan
hidupnya, karena yang baik datang dari Allah dan yang buruk datang dari diri
penulis sendiri sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, melalui penulisan makalah
42
ini penulis mengajak kepada seluruh pembaca untuk selalu mencari dan mencari
serta menggalih ilmu pengetahuan baik itu pengetahuan umum maupun
pengetahuan khusus untuk menuju masa depan yang lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, Gantina. Dkk.2011. Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK
Komprehensif. Jakarta: PT Indeks.
Nurkancana, Wayan. 1993. Pemahaman Individu Surabaya :Usaha Nasional
44