7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

47
7 Teknologi Canggih di dalam Olahraga Sepakbola [lihat.co.id] - Teknologi dan Sepakbola bola nampaknya kini sudah tidak bisa terpisahkan baik dalam pertandingan maupun saat latihan. Untuk itu Berikut:7 Teknologi Canggih di dalam Olahraga Sepakbola 1. Jam Referee Third Eye Andy Kurovet seorang desainer, membuat jam khusus untuk wasit sepak bola yang diberi nama Referree Third Eye yang dilengkapi dengan bluetooth sehingga asisten wasit hingga wasit cadangan bisa langsung mengirim sinyal jika terjadi Gol, offside atau pelanggaran. Hal ini dikarenakan wasit kontroversi keputusan yang kurang tepat. 2. Bola CTRUS

description

asam borat

Transcript of 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Page 1: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

7 Teknologi Canggih di dalam Olahraga Sepakbola

[lihat.co.id] - Teknologi dan Sepakbola bola nampaknya kini sudah tidak bisa terpisahkan baik dalam pertandingan maupun saat latihan. Untuk itu Berikut:7 Teknologi Canggih di dalam Olahraga Sepakbola

1. Jam Referee Third Eye

Andy Kurovet seorang desainer, membuat jam khusus untuk wasit sepak bola yang diberi nama Referree Third Eye yang dilengkapi dengan bluetooth sehingga asisten wasit hingga wasit cadangan bisa langsung mengirim sinyal jika terjadi Gol, offside atau pelanggaran. Hal ini dikarenakan wasit kontroversi keputusan yang kurang tepat.

2. Bola CTRUS

Page 2: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Bola CTRUS adalah bola yang dilengkapi dengan kamera didalamnya sehingga dapat mengirim sinyal sehingga bisa mengirimkan sinyal pada perangkat khusus yang dikenakan wasit jikakalau telah terjadi gol. Tetapi Federasi Sepakbola menolak menggunakannya dengan alasan akan merusak keindahan sepak bola.

3. Goal line_technology (GLT)

Teknologi Garis Gawang atau Goal line technology adalah perangkat elektronik yang bertujuan membantu wasit dalam menentukan keputusan gol.

Page 3: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

4. M-Stasion

M-Stasion merupakan produk dari Denmark yang terbuat dari stainless steel dan aluminium ringan, Permukaan string menghasilkan rebound maksimum bola. M-Stasion dirancang sebagai latihan Sepakbola secara individu maupun perkelompok yang penggunaannya sebagai mengontrol bola, menyundul bola dan membantu kipper dalam latihan.

5.M-FRAME Oakley

Page 4: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

M-Frame adalah salah satu kacamata untuk berbagai jenis kegunaan dan kebanyakan dipakai oleh para olahragawan. Kacamata tersebut dipakai pada saat latihan oleh pesepakbola yang berguna untuk menfokuskan indra penglihatan Pemain dengan mengaktifkan sensor blingkig.

6. The Footbonaut

Page 5: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Borussia Dortmund yang pertama menggunakan Tempat berteknologi masa depan pelatihan dengan nama The Footbonaut, yang merupakan ruang 14 meter persegi dengan 64 kotak target atau sasaran bola yang di masukkan setiap dindingnya bagi Pemain.

7. Micoach

MiCoach adalah teknologi pertama sepatu pintar yang digunakan untuk mengetahui dan merekam statistik performa kecepatan, kecepatan maksimum, jumlah sprint, jarak, jarak berdasarkan waktu dan level intesitas secara akurat.

Teknologi olahraga yang berasal dari Jerman ini banyak dipakai oleh pesepakbola, Pemain tenis, atletik dan banyak lainnya.

 Memori miCoach dapat mencatat seluruh data pertandingan hingga 7 jam dan bisa ditransfer secara nirkabel ke tablet, PC, dan MAC.Sumber

Page 6: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

MAKALAHTEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIDANG OLAHRAGA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugasMata kuliah teknologi informasi

Disusun Oleh :Nama  : Imin Krisdian    

Nim   : 2124120077Karyawan  IB

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

UNIVERSITAS GALUHCIAMIS  2013

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangTanpa kita sadari, komputer telah berperan di masyarakat. Hal ini berlaku di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Komputer sebenarnya tidak berbeda dengan produk teknologi lainnya seperti kereta api, pesawat terbang, mobil, televisi dan lain sebagainya. Hal yang membedakan komputer dengan produk lainnya adalah kemampuannya untuk dapat diprogram guna melaksanakan berbagai macam tugas dengan kecepatan dan ketelitian yang tinggi.Olahraga adalah bidang yang tidak luput dari pemanfaatan ilmu komputer. Peralatan olahraga, pengobatan, biomechanic, dan simulasi olahraga adalah salah satu contoh diantaranya. Bahkan perlu diketahui bahwa hubungan antara ilmu komputer dan olahraga ini sudah ada sejak tahun 1960.Perkembangan media internet saat ini juga telah menjadi bagian dari pemanfaatan komputer di bidang olahraga terutama dalam hal penyebaran informasi. Derasnya informasi yang dapat diperoleh dengan mudah dari media internet, membuat teknologi informasi yang satu ini sangat digemari oleh lapisan masyarakat, baik masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, maupun praktisi. Semua informasi dunia luar maupun dalam negeri khususnya informasi olahraga dapat kita saksikan melalui layar monitor hanya pada tempat dimana kita tinggal.

Page 7: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

B.Batasan MasalahArtikel ini lebih fokus pada penyebaran informasi atau berita mengenai olahraga melalui media internet dan media cetak (koran maupun majalah).

C.TujuanPenulisan artikel ini bertujuan untuk membandingkan penyebaran informasi mengenai olahraga antara media internet dan media cetak.

BAB IIISI

A.Latar Belakang SejarahKomputer dalam olahraga digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1960, dimana ketika itu hanya bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang olahraga. Database kemudian diciptakan dan diperluas dalam rangka untuk memulai penyebaran dokumentasi dan publikasi seperti artikel atau buku yang berisi mengenai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan olahraga. Lalu hingga pertengahan 1970-an organisasi pertama di bidang ini disebut IASI (Asosiasi Internasional untuk Informasi Olahraga) resmi didirikan. Kemudian pada tahun 1997 pertemuan pertama antara ilmu komputer dalam olahraga diadakan di Cologni. Tujuan utama adalah untuk menyebarkan aplikasi, ide, dan konsep penggunaan komputer dalam olahraga.

B.Pemanfaatan Komputer di Bidang OlahragaKomputer sampai saat ini telah berperan besar dalam perkembangan di bidang olahraga. Pemanfaatan komputer di bidang olahraga diantaranya adalah :-Pelatihan dan pembinaan-Biomekanik-Peralatan olahraga dan teknologi-Computer-aided aplikasi (softwere, hardwere) dalam olahraga-Ubiquitous komputasi dalam olahraga-Multimedia dan internet-Dokumentasi-Pendidikan

C.Pemanfaatan Internet di Bidang OlahragaPada zaman dimana informasi sudah menjadi unsur dominan dalam kehidupan saat ini, media massa memegang peran penting dalam menyebarkan dan menyampaikan informasi kepada masyarakat, informasi yang disampaikan kepada masyarakat dikemas melaui berita. Setiap hari masyarakat disuguhkan dengan berbagai macam berita seperti olahraga, baik dari luar maupun dari dalam negeri.Media internet merupakan media audio visual, artinya media menampilkan gambar hidup dan mempunyai suara sehingga menarik minat masyarakat. Tetapi berbagai media internat lebih ke media visualnya saja. Berbeda dengan media elektronik, media cetak hanya berupa tulisan dan gambar yang dicetak pada kertas tertentu.Kabar didunia olahraga sangatlah beragam, khususnya pada bidang sepak boal yang saat ini sedang mendunia. Kabar tersebut sangatlah dibutuhkan oleh para pecinta bola, siapapun para pecinta bola pasti ingin mendapatkan kabar informasi tentang tim atau kabar lainnya yang disukai. Tentunya media internet ini menjadi jembatan dimana pecinta bola ingin mendapatkan

Page 8: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

informasi sepak bola, kali ini didalam artikel akan dijelaskan dimana pemanfaatan komputer di bidang olahraga, yang dibantu oleh media internet sebagai penerimaaan informasi olahraga.Goal.com adalah salah satu media informasi olahraga yang saat ini digunakan para usia dini sampai usia tua untuk mendapatkan kabar terbaru dari bidang olahraga khususnya sepak bola luar negeri maupun dalam negeri. Dalam pemanfaatan komputerisai ini para pecinta sepak bola di manjakan oleh kabar-kabar terbaru, dimulai dari pemain-pemain baru sampai ke hasil pertandingan sepak bola.Dari tampilan GUI goal.com diatas dapat dilihat bahwa fitur-fitur yang didalamnya sangat membantu para pecinta sepak bola untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Dengan demikian pemanfaatan komputer di bidang olahraga menjadi populer pada saat ini, dikarenakan banyak sekali kelebihan untuk mengakses informasi olahraga.

Berikut perbandingan antara penerimaan informasi dengan pemanfaatan komputer dan media cetak :Pembanding     Media Internet    Media CetakAkses     Mudah     Lebih MudahReferensi     Banyak     Terbatas Efesien     Efesien     Kurang EfesienEfektif     Efektif     Kurang Efektiffleksibel    Sangat Fleksiel    Terbatas

Diasumsikan bahwa populasi presentasi pengguna internet di Indonesia adalah sebagian besar memanfaatkan komputer di bidang olahraga dengan cara mencari informasi olahraga di media internet. Sebagaimana dilansir oleh ANTARA News, bahwa internet menjadi platfrom berita paling populer ketiga di Amerika Serikat, dibawah siaran televisi daerah dan nasional di negara itu, demikian survei internet dan american life project dan project for excellence in journalism, pew research center, senin, menurut survei itu 78 persen dari 2259 orang dewasa AS yang di jaring oleh jajak pendapat itu, mengatakan bahwa pada hari biasa mereka mendapatkan berita dari stasiun TV daerah. Lalu, 73 persen mengaku mendapat berita dari jaringan televisi nasional seperti CBS atau stsiun tv kabel semisal CNN atau Fox. 61 persen mengaku, di hari biasa, mereka mendapat berita dari laman berita internet.

BAB IIIPENDAPAT KELOMPOK

Kami berpendapat bahwa pemanfaatan komputer dalam bidang olahraga sampai saat ini terpopuler dalam arti lain sering digunakan oleh para pengguna komputer. Dalam perkembangan pemanfaatan komputer dalam pencairan informasi masih digunakan secara rutin oleh para masyarakat. Sehingga peranan komputer di dunia informasi sangatlah penting. Banyak kelebihan yang didapat bila dibandingkan dengan media cetak, diantaranya lebih banyak referensi berita.Pendapat  kelompok gimana kalau gini ???Kami berpendapat bahwa pemanfaatan komputer dalam bidang olahraga saat ini yang paling populer adalah penybaran informasi melalui media internet. Informasi dan berita mengenai olahraga sangat ditunggu oleh para penikmat olahraga maupun para atlet. Informasi yang cepat,

Page 9: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

akurat, fleksibel, dan mudah diakses menjadi keunggulan jika dibandingkan informasi yang disebarkan melalui media cetak.

BAB IVPENUTUP

A.KesimpulanPenggunaan komputer untuk mencari informasi di bidang olahraga sering dimanfaatkan oleh para pencinta bola di tanah air. Sehingga tidak heran apabila para masyarakat luas sangat antusias di bidang olahraga, seperti contoh para pendukung timnas sepak bola. Ketika kabar persepakbolaan ditanah air sedang memanas, banyak masyarakat luas mengikuti perkembangannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan komputer sangat penting di bidang informasi olahraga.

B.Saran Hubungan antara komputer dan olahraga telah ada sejak 1960 dan berlanjut hingga sekarang. Telah banyak ilmu-ilmu komputer yang diterapkan dalam bidang olahraga dan organisasi-organisasi national yang berkaitan dengan kedua bidang ini pun telah dibentuk. Peralatan olahraga, simulasi, dan biomechanictelah menjadi bantuan untuk para atlet maupun pelatih dalam meningkatkan prestasinya di bidang olahraga.Selain itu bagi penikmat olahraga perkembangan media internet juga telah menjadi keuntungan dalam mendapatkan informasi dan berita-berita mengenai olahraga. Efektif, mudah diakses, audio visual, cepat dan terperinci menjadi faktor utama keuntungan penyebaran informasi melalui media internet. Dengan tidak mengesampingkan media cetak, penyebaran informasi olahraga melalui media internet telah menjadi alternatif baru bagi penikmat olahraga maupun atlet dalam hal mendapatkan informasi mengenai olahraga. 

Page 10: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

OLAHRAGA DAN ETIKA FAIR PLAY

1. PENDAHULUANOlahraga adalah kegiatan manusia yang wajar sesuai dengan kodrat Illahi untuk mengembangkan dan membina potensi-potensi fisik, mental dan rohaniah manusia demi kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat. Yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebungaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.Olahraga dengan segala aspek dan dimensi kegiatannya, lebih-lebih yang mengandung unsur pertandingan atau kompetisi, harus disertai dengan sikap dan prilaku yang didasarkan pada kesadaran moral. Sikap itu menyatakan kesiapan untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan peraturan. Bahkan, kesiapan itu tidak hanya loyal terhadap ketentuan yang tersirat, tetapi juga kesanggupan untuk membaca dan memutuskan pertimbangan berdasarkan kata hati. Kepatutan tindakan itu diterangi oleh sinar yang bersumber dari batiniah.Olahraga merupakan sebuah cerminan dan sekaligus menjadi wahana bagi pelumatan nilai-nilai sosial; ia mencerminkan potensi dan keterbatasan masyarakat sekaligus. Namun, kepedulian kita adalah semata-mata menelaah secara kritis tentang potensi olahraga untuk membeberkan konsep dan fakta bahwa olahraga dan aktivitas jasmani yang berisikan permainan itu merupakan arena bagi penerapan tindakan moral. Karena itu, penghampiran yang digunakan dalam naskah ini terutama pendekatan psikologis dan psikologi sosial.Kita menyadari bahwa olahraga penuh dengan masalah, silang pendapat, dan lebih-lebih di lingkungan olahraga kompetitif, sering ditandai dengan persaingan yang tidak sehat. Seperti halnya dalam konteks pendidikan jasmani yang mengemban misi kependidikan, olahraga pada umumnya menyediakan kesempatan yang melimpah bagi setiap individu untuk berinteraksi, belajar,mengalihkan dan menegakkan nilai moral. Ketegangan moral yang dialami para pelaku ketika menghadapi situasi yang serba dilematis, misalnya konflik antara kepentingan untuk memenangkan pertandingan dan norma fair play, secara bersamaan melahirkan konflik moral.Kita memiliki keyakinan bahwa dalam kesempatan berolahraga, seseorang dihadapkan dengan replika kehidupan yang sesungguhnya dan karena itu, kita percaya bahwa kegiatan itu sangat potensial untuk melaksanakan pendidikan moral, bila dikelola dan dilaksanakan sebaik-baiknya.Diantara persoalan yang paling menonjol dewas ini adalah penerapan fair play atau sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang olahraga. Dalam kesempatan berolahraga, seseorang dihadapkan

Page 11: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

dengan struktur sosial yang dapat diterima dan dinilai adil. Dalam kesempatan tersebut peraturan yang diterapkan dipandang lebih fair dari kehidupan yang sesungguhnya. Dalam kaitan inilah maka para ahli, seperti yang diungkapkan oleh Brikman (1977), yakni” Olahraga merupakan tata latar yang ideal untuk memperkenalkan kepada anak-anak pemikiran moral konvensional”. Beberapa ahli juga menyarankan, sebaiknya masyarakat memperoleh manfaat dari olahraga yang berlandaskan pada sistem keadilan yang berlandaskan pada persamaan.Dalam rangka menjawab keraguan khalayak masyarakat terhadap potensi pendidikan jasmani dan olahraga untuk membina dan membentuk watak, konsep utama yang dipakai sebagai rujukan dalam naskah ini adalah teori perkembangan moral yang dikembangkan Kohlberg yang bertumpu pada penalaran moral. Meskipun teori ini mendapat banyak kritik, tetapi pada tahap awal upaya kita untuk memahami penalaran moral dalam konteks “fair play”.Dalam kenyataannya, pelaku olahraga dihadapkan dengan keterbatasan waktu untuk membuat keputusan, karena itu faktor pengalaman dan konteks kegaiatan ( misalnya, taraf kompetisi yang sedang dijalani ) ikut mempengaruhi. Bahkan “suara dari dalam” sering dominant peranannya, sehingga keputusan-keputusan yang selanjutnya digolongkan sebagai prilaku fair play yang luar biasa, seperti berlangsung diluar kesadaran sang pelaku. Karena itu harus disoroti dari sistem nilai yang kita sebut sportivitas atau fair play. Untuk dapat memperangakan prilaku sportif seseorang bukan hanya memetuhi peraturan yang tertulis tetapi juga harus dapat berbuat sesuai dengan keputusan hati nurani.

2. PEMBAHASANIlmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lain. Ciri-ciri keilmuan itu didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap ketiga pertayaan pokok itu mencakup masalah tentang apa yang ingin kita ketahui, bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut dan apa nilai kegunaannya bagi kita. Dalam buku Olahraga dan Etika Fair Play akan dibahas tentang apa yang ingin kita ketahui ( Ontologi ). Kemudian bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan mengenai objek tersebut ( Epistemologi ), dan tentang nilai kegunaan ilmu itu ( Aksiologi ).

A. Ontologi ( Apa )1. OlahragaOntologi menjawab kajian apa yang dipermasalahkan ilmu Olahraga. Ini dapat dilihat dari objek materi dan objek forma, yakni gerak manusia dalam rangka keseluruhan kepribadian dan dalam rangka parsial atau sebagaian dari kepribadian tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai sedikitnya lima besar aktivitas gerak manusia berupa olahraga kesehatan, pendidikan jasmani, rekreasi atau waktu senggang, sport ata olahraga yang dalam bahasa melayu disebut Sukan, serta tari khususnya dilihat sebagai gerak subyektif-aktif. Kata olahraga berasal dari kata olah dan raga. Olah berarti upaya untuk merubah, mematangkan atau menyempurnakan. Raga mengacu pada bangian kasat mata dari manusia yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari manusia seutuhnya yang memiliki potensi untuk bergerak. Olahrag adalah bentuk prilaku gerak manusia yang spesifik. Arah dan tujuan orang berolahraga, termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian beragam sehingga sebagai bukti bahwa olahraga itu merupakan sebuah fenomena yang relavan dengan kehidupan sosial olahraga juga ekspresi berkarya pada manusia.Istilah olahraga lebih bersifat umum, tidak digunakan dalam olahraga kompetitif, karena

Page 12: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan aktivitas fisik yang resmi terorganisasi ( formal ) dan tidak resmi ( informal ) yang tampak pada kebanyakan dalam cabang-cabang olahraga, tetapi juga dalam bentuk aktivitas dasar seperti senam, pelatihan kebugaran jasmani, atau latihan aerobik.Olahraga mengandung konotasi yang identik dengan bentuk kegiatan olahraga kompetitif yang menekankan pencapaian kejuaraaan rekor, seperti yang dilakukan di lingkungan organisasi induk olahraga kelompok atlit elit. Defenisi olahraga yang dikemukakan Matveyev (1981; dalam rusli rutan 2001), bahwa “ Olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan gerakannya (Perporma) dan kemauannya semaksimal mungkin,”. Sedangkan UNESCO mendefinisikan Olahraga yaitu, “ Setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain ataupun diri sendiri”. Namun, terselip dalam defenisi itu, penegasan pentingnya fair play dalam pelaksanaan kompetisi dan atas dasar itu, barulah olahraga mengandung nilai pendidikan.2. EtikaSecara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas berhubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku bangsa.Istilah etika dipakai dalam dua macam arti yang satu etika dimaksud kan sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Makna kedua dalam hal-hal bersifat etik merupakan predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia tertentu dengan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.Istilah etika tidak terlepas dari kata moral karena berkaitan erat, Etika” yang berasal dari kata ethike yang berarti ilmu tentang moral adalah sebuah studi analitik, studi ilmiah tentang landasan teoritis tindakan moral. Moral” berasal dari kata Latin, Mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama. Termasuk kedalam komponen “ perasaan “ moral adalah kesadaran hati nurani, self esteem (hormat diri), empati, kecintaan terhadap yang baik, pengendalian diri, dan di bawah tindakan moral adalah kompetensi, kemauan, dan kebiasaan.

3. Fair PlayFair play adalah kebesaran hati terhadap lawan yang menimbulkan perhubungan kemanusian yang akrab dan hangat dan mesra. Fair play merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa lawan bertanding adalah kawan bertanding yang diikat oleh pesaudaraan olahraga. Jadi fair play merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria pada olahraga. Nilai fair play melandasi pembentukan sikap, dan selanjutnya sikap menjadi landasan perilaku.

B. Epistemologi (Bagaimana)1. OlahragaEpistemologi menjawab bagaimana keberadaan Olahraga. Dengan objek material, gerak manusia, dan objek forma dalam rangka keseluruhan kepribadian dan parsial yang terbagi atas ilmu gerak, teori latihan, teori belajar gerak, teori bermain dan teori intruksi.Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, tetapi masyarakatlah yang kemudian membentuk kegiatannya dan memberi arti bagi kegiatan itu dan memanfaatkannya untuk tujuan tertentu. Seperti di Indonesia, sesuai dengan fungsi dan tujuannya, kita mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga, sesuai dengan motif dan tujuan utama, yakni: (1) Olahraga pendidikan,

Page 13: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

yaitu olahraga untuk mencapai tujuan yang bersifat mendidik dan sering diartikan sama maknanya dengan istilah pendidikan jasmani; (2) Olahraga rekreasi, yaitu olahraga untuk mencapai tujuan yang rekreatif; (3) Olahraga kesehatan yaitu olahraga untuk tujuan pembinaan kesehatan; (4) Olahraga cacat, yaitu olahraga untuk orang cacat, termasuk kegiatan olahraga dalam konteks pendidikan untuk anak-anak cacat yang lazim disebut dalam istilah Adapted physical education ; (5) Olahraga penyembuhan atau rehabilitasi, yaitu olahraga atau aktivitas jasmani untuk tujuan terapi, dan (6) Olahraga Kompetitif (prestasi), yaitu olahraga untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.Olahraga tidak dapat dipisahkan dengan dunia nyata, lingkungan alam dan ligkungan sosial serta lingkungan geografis. Makna olahraga itu mencapai taraf yang lebih tinggi dalam lingkungan social budaya yang didorong oleh strata budaya.Jadi, olahraga dilakukan karena berbagai alasan penting dari sisi pelakunya. Nilai-nilai dan manfaat (kemaslahatan) yang di peroleh para pelaku itu didapat dari partisipasi atau keterlibatan aktif sebagai pelaku dalam beberapa kegiatan yang bersifat hiburan, pendidikan, rekreasi, kesehatan, hubungan sosial, perkembangan biologis, kebebasan menyatakan diri, pengujian kemampuan sendiri atau kemampuan diri dibandingkan dengan orang lain.

2. Etika Berkaitan Dengan MoralTindakan moral adalah prilaku yang tampak yang dinyatakan dan sejalan dengan sistem nilai yang dianut. Pertimbangan moral yang memberlakukan nilai yang dianut, berkaitan langsung dengan empati ( kemampuan membaca perasaan orang lain ), pengendalian diri, dan kesadaran bahwa kita berbuat sesuatu terhadap orang lain.Perkembangan moral berlandaskan dengan (1) apa yang dipandang baik dan fair (2) apa alasan untuk berbuat baik dan (3) apa perspektif budaya yang melandasi perbuatan baik itu, pada tahap heteromi, seseorang melandaskan pertimbangan moral mereka kepada kepatuhan searah yaitu kepada penguasa (otoritas) seperti orang tua, orang dewasa, dan peraturan yang sudah mapan. Karena peraturan itu suci dan tak dapat diubah, seseorang merasa berkewajiban untuk mematuhinya; benar dan salah biasanya dipandang sebagai hitam dan putih; kebaikan dan keburukan dipandang dari aspek konsekuensi dan hukuman. Tahap otonomi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk mengembangkan rasa kemandirian dan susuasana saling mendukung dengan pihak lain. Benar dan salah ditentukan oleh keadaan situasional, sementara peraturan bisa diubah, relatif sesuai dengan tuntutan situasi dan kebutuhan manusia.Thomas Lickona dalam karyanya Educating For Character menjelaskan bahwa seseorang harus memiliki kualitas pengetahuan moral, Feeling moral dan tindakan moral. Ketiga komponen ini penting untuk mengembangkan watak yang baik. Pada komponen pengetahuan moral terdapat unsur lainnya yakni kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai moral, perhitungan kedepan, pertimbangan moral, pembuat keputusan.Setiap komponen itu pada hakikatnya menyatu dan melumat satu sama lain, dan saling mempengaruhi. Namun tidak berarti, setelah tahu yang baik dan buruk lalu berbuat baik. Dengan mengetahui yang baik, tidaklah berarti lalu seseorang mampu berempati atau mengendalikan dirinya untuk mengikuti dan melakukan tindakan moral.3. Fair PlaySebagai konsep moral, suatu cetusan jiwa, fair play berisi penghargaan terhadap lawan serta harga diri. Dalam kaitan inilah, antara kedua belah pihak memandang lawannya sebagai mitranya. Lawan adalah kawan bermain. Keseluruhan dan upaya dan perjuangan itu dilaksanakan dengan bertumpu pada standar moral yang di hayati oleh masing-masing belah

Page 14: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

pihak. Fair play adalah suatu bentuk harga diri yang tercermin dari : (1)Kejujuran dan rasa keadilan.(2)Rasa hormat kepada lawan, baik dalam kekalahan maupun dalam kemenangan.(3)Sikap dan perbuatan ksatria, tanpa pamrih.(4)Sikap tegas dan berwibawa, kalau terjadi bahwa lawan atau penonton tidak berbuat fair paly.(5)Kerendahan hati dalam kemenangan, dan ketenangan / pengendalian diri dalam kekalahan.Dijumpai makna dalam pernyataan yakni setiap pelaksanaan olahraga harus ditandai oleh” semangat kebenaran dan kejujuran, dengan tunduk kepada peraturan-peraturan, baik yang tersurat maupun yang tersirat” (Essai de Doctrine du Sport. Haut Comite des Sports france,1964). Dalam dokumen yang lebih mutakhir, dalam europen Sport Charter and Code of Ethic yang diterbitkan oleh Dewan olahraga Eropah (1993) disebutkan defenisi Fair play sebagai: “ Lebih dari sekedar bermain dalam aturan. Fair play itu menyatu dengan konsep persahabatan dan menghormati yang lain dan slalu bermain dalam semangat sejati. Fair play dimaknakan sebagai bukan hanya unjuk perilaku. Ia menyatu dengan persoalan yang berkenaan dengan dihindarinya ulah penipuan, main berpura-pura atau “main sabun”, doping, kekerasan (baik fisik maupun ungkapan kata-kata), eksploitasi, memanfaatkan peluang, komersialisasi yang berlebih-lebihan atau melampui batas korupsi.Secara tidak sengaja perasaan umum, dengan meluaskan gagasan ini, mendefenisikan kelakuan demikian itu dengan istilah” semangat olahragawan sejati”, yang mengungkapkan bagaimana seseorang bermain serta bagaimana cara ia bersikap dan bertindak terhadap orang lain baik pada saat bermain maupun pada saat lainnya yang masih berkaitan dengan situasi pertandingan.Fair play akan terwujud bila terpenuhi prilaku tersebut diatas, sungguh sangat dibutuhkan keberanian moral dan keberanian untuk menanggung resiko. Dalam kaitan ini pulalah dibutuhkan sikap ksatria yang menolak kemenangan dengan segala cara.

C. Aksiologi (Untuk apa)1. Olahraga Dan Etika Fair PlayKajian nilai (aksilogi) yang dipersoalkan adalah aspek penerapan sesuatu ke dalam praktik yang berkaitan dengan masalah nilai. Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap “ luhur” dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang keolahragaan, persoalan ini kian relevan untuk dibahas. Kecenderungan sikap dan partisipasi dalam tindakan dari sekelompok warga masyarakat, termasuk organisasi induk olahraga, yang berusaha untuk meningkatkan prestasi, membangkitkan masalah yang semakin kompleks dan mendalam. Hal itu karena nilai-nilai ideal olahraga makin luhur, di geser oleh nilai “ baru” sebagai konsekuensi dari perubahan sosial.Kegiatan dalam keolahragaan merupakan cerminan adalam lingkup mikrokosmos dari tatanan masyarakat yang lebih luas. Nilai dalam masyarakat telah berubah, dan hal itu juga berdampak nyata ke dalam olahraga.Di antara persoalan yang paling menonjol dewasa ini adalah penerapan fair play atau sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang olahraga. Tantangannya muncul dalam aneka prilaku atlet, pelatih,ofisial, dan bahkan juga dari kalangan insane pers. Yang lebih menonjol adalah upaya memperoleh kemenangan yang disertai dengan upaya bukan mengandalkan keunggulan teknik dan taktik. Yang diperagakan adalah gejala kekerasan dalam olahraga dan kecendrungan untuk memaksakan kehendak, seperti mencampuri keputusan wasit. Sebaliknya, wasit itu sendiri dalam beberapa kasus masih belum mampu untuk berdiri sendiri dalam beberapa kasus masih belum mampu untuk berdiri di tengah-tengah, tanpa memihak, sesuai dengan fungsinya.

Page 15: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Kiranya tidak berlebihan bila kita mengatakan, sudah mulai terjadi dan kian berkembang, gejala demokralisasi dan degrasi karakter dalam olahraga. Di samping peningkatan kekerasan, seperti sering diperagakan oleh penonton, unsur ketidakjujuran juga kian mencuat ke permukaan. Ketidaksanggupan dalam permainan, seperti sering disebut dalam istilah “main sabun” merupakan pertanda dari ketidakjujuran untuk memperlakukan olahraga.Bahaya terhadap fair play timbul terutama dari kesalahan arah yang ditempuh olahraga pada zaman ini. Olahraga dieksploitsi oleh politik, ideologi, dan dagang karena olahraga sangat tenar dan digemari. Bahkan sekarang ini, sejak logika politik berubah menjadi logika ekonomi,pengelolaan olahraga dengan tujuan yang bersifat komerssialisasi sangat menonjol, dan bila kita tidak waspada, ancaman terhadap fair play semakin besar. Dengan demikian olahraga mengalami bahaya untuk kehilangan sifat-sifatnya yang murni. Yang semestinya olahraga berisi pertandingan yang bersifat ksatria dan membentuk kepribadian, dapat berubah menjadi perjuangan yang tidak kenal ampun, yang dikuasai oleh pikiran prestise, popularitas dan uang.Dengan kata lain, sikap batin semacam itu, yang dapat kita sebutkan dalam istilah itikad, berisi pertimbangan moral, yang kemudian secara otomatis terjabarkan dalam perilaku. Dikaitkan dengan perkembangan akhir-akhir ini, semangat olahragawan sejati semacam itu perlu dikembangkan serta disebarluaskan. Keadaan demikian perlu disosialisasikan sejak dini, sejak seseorang mulai belajar olahraga dengan maksud untuk melindungi olahraga dari bahaya-bahaya yang mengancamnya.Berkenaan dengan hal ini kiranya perlu disebarluaskan di Indonesia, gagasan dan praktik berolahraga yang dijiwai oleh semangat sportivitas. Untuk itu, alangkah baiknya jika selalu dapat diterapkan praktik-praktik yang memperkokoh pengalaman prilaku yang adil dan jujur. Sangat tepat bila dilembagakan pemberian penghargaan kepada berbagai pihak yang menjadi pelaku olahraga yang menunjukkan perilaku yang terpuji yang meliputi dalam konsep fair play ( satu-satunya hukum moral olahraga ).

3. KESIMPULAN1. Olahraga dan etika fair play secara ontologi adalah olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan gerakannya (Perporma) dan kemauannya semaksimal mungkin yang dilakukan dengan sikap mental dan moral serta nilai fair play melandasi pembentukan sikap dan selanjutnya sikap menjadi landasan perilaku. 2. Olahraga dan etika fair play secara epistemologis adalah bentuk kegiatan olahraga sesuai dengan motif dan tujuan utamanya yang dilandasi tindakan moral adalah prilaku yang tampak yang dinyatakan dan sejalan dengan sistem nilai yang dianut sebagai konsep moral, suatu cetusan jiwa, fair play berisi penghargaan terhadap lawan serta harga diri.3. Olahraga dan etika fair play kajian nilai (aksilogi) yang dipersoalkan adalah aspek penerapan sesuatu ke dalam praktik yang berkaitan dengan masalah nilai. Nilai merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap “ luhur” dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, tetapi masyarakatlah yang kemudian membentuk kegiatannya dan memberi arti bagi kegiatan itu dan memanfaatkannya untuk tujuan tertentu. Penerapan etika fair play atau sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang olahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Lutan, Rusli. Olahraga dan Etika Fair Play, Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga, Depertemen Pendidikan Nasional, 2001.

Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan, Ilmu Keolahragaan Dan Rencana Pengembangannya,Jakarta : Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2000

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005. Diposkan oleh AMANSYAH di 20.53

Page 17: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

ETIKA DAN MORAL DALAM PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MENUJU OLAHRAGA PRESTASI

(Perspektif Filsafat Nilai-Nilai Penjas dan Olahraga)

Oleh : Andi Akbar

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

A.           PENDAHULUAN

Pendidkan Jasmani dan olahraga dewasa ini kian meluas dan memiliki makna yang bersifat universal dan unik.

Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang, dan media eksistensi diri,

akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena-

fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Sebagai sebuah fenomena global sekaligus miniatur

kehidupan, olahraga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek-aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi, politik,

sosial, pendidikan, kesehatan, moral, dan Iain-lain. Disebut sebagai miniatur kehidupan karena aktivitas olahraga

sangat sarat dengan gambaran-gambaran kehidupan yang sebenarnya. Tidak heran jika kian hari kedudukannya kian

penting dan menempati tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan Jasmani dan olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga

pendidikan jasmani dan olahraga memiliki arti yang cukup representatif dalam mengembangkan manusia dalam

persiapannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

Pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia memiliki tujuan kepada keselarasan antara tubuhnya badan

dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa indonesia yang sehat lahir dan batin,

diberikan kepada segala jenis sekolah. (UU no 4 th 1950, tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah

bab IV pasal 9) Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan sebagai (1) perkembangan organ-organ tubuh

untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, 2) perkembangan neuro muskuler, 3) perkembangan mental

emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) perkembangan intelektual. Tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani

terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan

Page 18: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia; hanya orang-orang yang memiliki

kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna (Baron Piere de Coubertin)

Uraian di atas memperjelas bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan ‘alat’ pendidikan, sekaligus

pembudayaan. Proses ini merupakan sebuah syarat yang memungkinkan manusia mampu terus mempertahankan

kelangsungan hidupnya sebagai manusia. Pendidikan adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan

pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu

melibatkan dimensi sosial, disamping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan ketrampilan, ketangkasan dan

unjuk ‘kebolehan’.

Dimensi sosial ini melibatkan hubungan antar orang, antar peserta didik sebagai sebagai fasilitator atau

pengarah. Kondisi saat ini ketika masyarakat Indonesia menghadapi permasalahan perekonomian yang

berkepanjangan, tidak terlepas dari etika dan moral bangsa yang sudah ‘bobrok’, praktek KKN yang sudah

membudaya di seluruh kalangan pemerintah, budaya bangsa yang luhur mulai terkikis sedikit demi sedikit. Anak

banyak yang tidak menghargai gurunya bahkan orang tuanya. Fenomena dalam pendidikan jasmani saat ini, banyak

anak yang enggan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena terkesan membosankan dan menjemukan begitu

pula dibidang olahraga prestasi yang sering terlihat di media televisi atlet memukul wasit, tawuran antar penonton,

atlet dan official. Hal ini merupakan cerminan lunturnya nilai-nilai yang ada di olahraga yaitu Sportifitas (nilai

kejujuran dan ksatria) yang merupakan rohnya para pelaku olahraga yang diharapkan dapat diaplikasikan nilai-nilai

olahraga tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah moral di Amerika menjadi salah satu isu pendidikan yang diangkat dalam membentuk manusia

Amerika, mengingat orang Amerika pernah terkejut pada awal 1985 ketika mereka mengetahui bahwa pemenang

medali cabang balap sepeda pada Olimpiade yang berasal dari USA mengakui telah mendoping darah sebelum

kompetisi. Ditambah lagi 86 atlet Amerika dari berbagai cabang gagal melewati tes obat-obatan yang diadakan oleh

Komite Olahraga Amerika Serikat, sembilan bulan sebelum pertandingan pada tahun 1984. Belum lagi kasus

kematian pelari Belanda di Universitas Amerika membawa pada penemuan secara tidak sengaja tentang

penggunaan secara luas resep obat yang didapatkan secara ilegal oleh atlet mahasiswa, yang disuplai oleh pelatih

kampus.

Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan

jasmani dan olahraga menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran etika

dalam pendidikan jasmani dan olahraga biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar atau pelatih tidak baik

berkata kepada muridnya atau atletnya untuk memperlakukan orang lain secara adil kalau dia tidak memperlakukan

murid/atletnya secara adil. Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman

emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya.

Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan

memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik. Pantas rasanya jika kita setuju untuk

Page 19: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk

manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam

membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral.

Dalam tulisan ini akan lebih dibahas tentang etika dan permasalahan dalam pendidikan jasmani dan

olahraga. Dengan mencoba mengkomperkan dan menanalisis serta memyusun rekomendasi yang memungkinkan

dalam pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga.

B.           PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, agar tulisan ini lebih mengarah maka pembahasan akan lebih di

fokuskan pada:

1.       Bagaimana hakikat etika dan moral?

2.       Bagaimana hakikat penidikan jasmani dan olahraga?

3.       Bagaimana proses pengajaran etika dan moral dalam pendidikan jasmani dan olahraga?

4.       Bagaimana pendidikan etika dan moral membentuk manusia secara utuh?

5.       Bagaimana aplikasi moral dalam olahraga?

Masalah tersebut akan dicoba dibahas dalam tulisan ini dari segi teori dan analisis pendidikan jasmani dan

olahraganya.

C.           PEMBAHASAN

1.               Hakikat Etika

Etik atau sering kita lafalkan dalam istilah etika adalah sebuah studi analitik, studi ilmiah tentang landasan

teoretis tindakan moral. Studi tentang etika sering dikategorikan sesuai dengan profesi seperti etika hukum, etika

bisnis, etika kedokteran, etika coaching (pelatihan), dan Iain-lain. Etika juga dapat dibagi menjadi mateetik, etik

analitik, dan etik kritis.

Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani, ethike yang berarti ilmu

tentang moral atau karakter. Menurut Rusli Lutan (2001) mengatakan tentang etika secara khas berhubungan

dengan prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan

seseorang atau suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata

krama[1]. Sedangkan menurut (Franz Magnis Suseno,1989) mengatakan bahwa etika tidak mempunyai pretensi

untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang

moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih

Page 20: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

mendasar dan kritis. Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan

ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami etika, maka kita harus memahami moral.

Selanjutnya Suseno mengatakan bahwa etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika

tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan-

pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau menyingkapkan kerancuan. Etika tidak

membiarkan pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat moral yang dikemukakan

dipertanggung jawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.[2]

Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas

jasmani dan olahraga tidak asing baginya, yaitu sportifitas (ksatria dan kejujuran), semangat berkompetisi secara

sehat, fair play nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan religius. Suatu

usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max

Scheler dalam (Rusli Lutan,2001) dikemukan sebagai berikut: Mengembangkan diri, melepaskan diri, menerima diri.

[3] Sedangkan menurut (Freeman,2001) menyebutkan bahwa etika terkait dengan moral dan tingkah laku,

menjelaskan aturan yang tepat tentang sikap. Etika merupakan pelajaran dari tingkah laku ideal dan pengetahuan

antara yang baik dan buruk. Etika juga menggambarkan tindakan yang benar atau salah dan apa yang harus orang

lakukan atau tidak. Etika penting karena merupakan kesepakatan pada kebiasan manusia, bagaimana modelnya,

bagaimana ia menunjukkan dirinya sendiri, dengan segala sisi baik dan buruk.[4]

Scott Kretchmar mengemukakan etika mendasari tentang cara melihat dan mempromosikan kehidupan

yang baik, tentang mendapatkannya, merayakannya dan menjaganya. Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan

seperti kebenaran, pengetahuan, kesempurnaan, persahabatan dan banyak nilai-nilai lainnya. Etika juga mengenai

rasa belas kasih dan simpati, tentang memastikan kehidupan baik berbagi dengan lainnya, etika terkait dengan

kepedulian terhadap yang lain, terutama yang tidak punya kedudukan atau kekuatan yang diperlukan untuk

melindungi diri mereka sendiri atau jalan mereka.[5]

2.               Hakikat Moral

Moral berasal dari bahasa Latin mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama. Dalam

pengertian teknis, moral menunjukan apakah perbuatan seseorang baik atau buruk, bijak atau jahat. Atau karakter

bertanggung jawab. Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan niat

sedangkan etika adalah studi tentang moral. Menurut Freeman (2001) etika terkait dengan moral dan tingkah laku.

Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati tentang

memastikan kehidupan yang baik berbagi dengan lainnya.[6]

Menurut Franz Magnis Suseno (1987) mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya

manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai

manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia

Page 21: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Etika dan

Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Selanjutnya dikatakan bahwa ada norma-norma khusus

yang hanya berlaku dalam bidang atau situasi khusus. Seperti bola tidak boleh disentuh oleh pemain sepakbola, bila

permainan berhenti maka aturan itu sudah tidak berlaku. Norma diatas merupakan norma khusus, sedangkan norma

umum ada tiga macam seperti: norma-norma sopan santun, norma-norma hukum dan norma-norma moral. Norma

sopan santun menyangkut sikap lahiriah manusia.[7]

Namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat moral. Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas

oleh masyarakat karena perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah norma yang tidak

dibiarkan dilanggar, orang yang melanggar hukum, pasti akan dikenai hukuman sebagai sanksi. Tetapi norma hukum

tidak sama dengan norma moral. Bisa terjadi bahwa demi tuntutan suara hati, demi kesadaran moral, orang harus

melanggar hukum. Kalaupun dihukum, hal itu tidak berarti bahwa orang itu buruk. Hukum tidak dipakai untuk

mengukur baik-buruknya seseorang sebagai manusia, melainkan untuk menjamin tertib umum. Norma moral adalah

tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang, maka dengan norma-norma moral kita

betul-betul dinilai. Itulah sebab penilaian moral selalu berbobot.

Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai dan perilaku yang

diterima oleh masyarakat. Pada dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai

seseorang yang bermoral.[8] Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg,

1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau tauladan yang ia nilai

memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku berlandaskan nilai yang diharapkan.

Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986) menyatakan bahwa pemahaman moral

berpengaruh langsung terhadap motivasi dan perilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan

erat pada empati, emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial, pengalaman.[9] Suseno melihat terdapat tiga prinsip

dasar dalam moral, yaitu prinsip sikap baik, prinsip keadilan dan prinsip hormat terhadap diri sendiri. Prinsip sikap

baik dimana prinsip ini mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain, dimana sikap yang dituntut dari kita

adalah jangan merugikan siapa saja. Prinsip bahwa kita harus mengusahakan akibat-akibat baik sebanyak mungkin

dan mengusahakan untuk sedapat mungkin mencegah akibat buruk dari tindakan.[10]

Prinsip keadilan dimana keadilan tidak sama dengan sikap baik, demi menyelamatan gol dari serangan

lawan, pemain belakang menahan dengan tangan, hal itu tetap tidak boleh dengan alasan apapun, berbuat baik

dengan melanggar hak pihak lain tidak dibenarkan. Prinsip hormat terhadap diri sendiri mengatakan bahwa manusia

wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai suatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan

faham bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara

hati, mahluk berakal budi. Bagaimana kita mengajarkan etika dan nilai moral? Dalam mengajarkan etika dan nilai

moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Menurut

Rusli Lutan mengatakan nilai moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran,

Page 22: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi

inti dan bersifat universal[11] yaitu :

1)       Keadilan

Keadilan ada dalam beberapa bentuk; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi. Keadilan distributif berarti

keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi

terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang

fair sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi

mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya. Seorang

wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam sepakbola, ia minta

pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika

misalnya wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahan menyentuh

bola dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti.

2)       Kejujuran

Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak

berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan. Semua pihak percaya bahwa

wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena

keputusannya mencerminkan kejujuran.

3)       Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah

pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada

permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.

4)       Kedamaian

Kedamaian mengandung pengertian: a) tidak akan menganiaya, b) mencegah penganiayaan, c) menghilangkan

penganiaan, dan d) berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih yang mengintrusikan untuk mencederai lawan agar

tidak mampu bermain? Freeman dalam buku Physical Education and Sport in A cahanging Society menyarankan 5

area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu: 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek terhadap diri sendiri. 3)

Respek dan pertimbangan terhadap yang lain, 4) Menghormati peraturan dan kewenangan, 5) Rasa terhadap

perspektif atau nilai relatif. (Freeman,2001)[12]

a)        Keadilan dan Persamaan; Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil dan sama. Anak didik

ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Sering kali anak didik yang di bawah rata-rata dalam olahraga

diabaikan.

Page 23: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

b)      Respek terhadap diri sendiri; Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif tentang

dirinya untuk menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih semua anak didiknya dengan sama mengambil

langkah tepat dalam setiap arahnya agar anak didiknya merasa dirinya penting dan layak dimata pengajarnya.

c)       Rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain; Pelajar dan atlet membutuhkan rasa hormat kepada orang lain,

apakah teman sekelasnya, lawan bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana

pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat.

d)       Menghormati peraturan dan kewenangan; Pelajar dan atlet perlu menghormati kewenangan dan peraturan,

karena tanpa kedua hal ini suatu perhimpunan tidak akan berfungsi

e)        Rasa terhadap perspektif atau nilai relative; Beberapa pertanyaan tentang gunanya berolahraga perlu

dipertimbangkan diantaranya ; a) seberapa penting olahraga, b) apakah hubungan yang tepat antara olahraga dalam

filosofi pendidikan kita?, c) Seberapa penting suatu kemenangan dan d) apa yang menjadi integritas akademik kita?

Pendidik jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan karakter, karakter menurut David Shield dan

Brenda Bredemeir adalah empat kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus menampilkan;

compassion (rasa belas kasih), fair ness (keadilan), sportsmanship (ketangkasan) dan integritas.[13]

Dengan adanya rasa belas kasih, murid dapat diberi semangat untuk melihat lawan sebagai kawan dalam

permainan, sama-sama bernilai, samasama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan tidak keberpihakan,

sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga melibatkan berusaha secara intens menuju sukses.

3.               Hakikat Olahraga dan Penjas

Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep yang perlu dikaji dan

dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak yaitu ‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini

abstrak, tetapi didalam konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu berbeda-beda

tentang ini. Menurut Abdul Kadir Ateng (1986) menyatakan bahwa konsep dasar tentang keolahragaan beragam,

seperti bermain (play), pendidikan jasmani (physical education), olahraga (sport), rekreasi (recreation), tari (dance).

Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan

yang tidak berpretensi apa-apa, kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan peran.[14]

Dengan kata lain, aktivitas bermain dalam nuansa riang dan gembira. Dalam bermain terdapat unsur

ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian

dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum tercemar.

Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika seperti semangat fair play yang

sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak

terlihat menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum tercemar. Dalam bermain

pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius

teman dan bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk permainan. Pendidikan etika

Page 24: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis, sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat

mengembangkan daya pikir kritis dengan mengamati realitas kehidupan. Seperti melihat harimau, maka anak akan

meniru gaya harimau yang menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainannya. Bermain

dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab terhadap permainan tersebut.

Memurut Rusli Lutan (2002) menyatakan bahwa olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang

energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal

mungkin, akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan faktor mesin menjadi techno-sport, seperti balap

mobil, balap motor, yang banyak tergantung dengan faktor mesin. Olahraga bersifat netral dan umum, tidak

digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan aktivitas

fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal).[15]

Olahraga berasal dari dua suku kata, yaitu olah dan raga, yang berarti memasak atau memanipulasi raga

dengan tujuan membuat raga menjadi matang (Ateng, 1993), Olahraga digunakan untuk segala jenis kegiatan fisik,

yang dapat dilakukan di darat, air, maupun di udara.[16] Kemal dan Supandi mengungkapkan beberapa definisi

olahraga ditinjau dari kata asalnya (1990), yaitu (1) disport/disportare, yaitu bergerak dari suatu tempat ke tempat

lain (menghindarkan diri). Olahraga adalah suatu permulaan dari dan menimbulkan keinginan orang untuk

menghindarkan diri atau melibatkan diri dalam kesenangan (rekreasi), (2) field sport, mula-mula dikenal di inggris

abad ke-18. Kegiatanya dilakukan oleh para bangsawan/aristocrat, terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menembak

dan berburu pada waktu senggang. (3) despoter, berarti membuanglelah (bahasa perancis). (4) sport, sebagai

pemuasan atau hobi (ensiklopedia Jerman). (5) olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti

berenang, main bola, dsb. Olahraga adalah usaha mengolah, melatih raga/tubuh manusia untuk menjadi sehat dan

kuat.[17]

Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal, berakar pada pandangan klasik tentang kesatuan erat

antara “body and mind”, Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang

bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Konsep

pendidikan jasmani terfokus pada proses sosialisasi atau pembudayaan via aktifitas jasmani, permainan dan

olahraga. Proses sosialisasi berarti pengalihan nilai-nilai budaya, perantaraan belajar merupakan pengalaman gerak

yang bermakna dan memberi jaminan bagi partisipasi dan perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik.

Perubahan terjadi karena keterlibatan peserta didik sebagai aktor atau pelaku melalui pengalaman dan penghayatan

secara langsung dalam pengalaman gerak sementara guru sebagai pendidik berperan sebagai “pengarah” agar

kegiatan yang lebih bersifat pendeawsaan itu tidak meleset dari pencapaian tujuan.

Harsono (1988) mengemukakan bahwa olahraga pada hakikatnya Adalah "the big muscles activities".[18]

Hampir sama dengan pendapat Kemal dan Supandi (1990) yang menjelaskan bahwa olahraga pada hakikatnya

adalah "aktivitas otot besar yang menggunakan energi tertentu untuk meningkatkan kualitas hidup". Hal ini agak

berbeda dengan Abdul Kadir Ateng (1993) mengungkapkan bahwa "ciri-ciri hakiki olahraga adalah: (1) aktivitas fisik,

Page 25: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

(2) permainan, (3) pertandingan, Ketiganya dipayungi semangat fair play/sportif.[19] Satu-satunya ciri hakiki

olahraga yang tertinggal utuh adalah pertandingan, karena itu dikatakan tak ada olahraga tanpa pertandingan.

Definisi lain dari olahraga antara lain menurut Rusli Lutan, dkk. (1997) yang mengungkapkan bahwa olahraga

"adalah perluasan dari bermain".[20] Menpora RI mengungkapkan bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan

jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal (Menpora RI).

4.               Pengajaran Etika dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman

manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar

mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud

tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap

orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat

yaitu :

1)       Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di

keluarga dan masyarakat luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mau

diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin

menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan

menyaksikan berbagai bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana yang mendukung

keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli soal, mark up nilai, pemaksaan pembelian buku dsb).

2)       Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-

nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instintif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik.

Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia

mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.

3)       Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat peluang-peluang yang ada,

baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam

hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum

pelajaran dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan

dikurangi.

4)        Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata

pelajaran tersendiri, misalnya dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan untuk di

lakukan.

5)       Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata,

lomba, kelompok studi, teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan

kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik.

5.               Aplikasi Penalaran Moral dalam Olahraga

Page 26: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Isu sentral yang sering terjadi dalam kegiatan olahraga adalah banyaknya pelanggaran yang dilakukan baik

oleh atlet, pelatih, maupun masyarakat luas. Perilaku tersebut ada yang sudah direncanakan sebelumnya, ada yang

spontan karena tidak dapat mengendalikan emosinya, ada pula yang dilakukan tanpa didasari dan tiba-tiba masuk

ke dalam perkelahian massal dan sebagainya. Contoh proses tersebut tidak akan terjadi apabila seluruh pelaku

olahraga dapat memahami dan mengaplikasikan penalaran moral dalam olahraga. Untuk lebih rincinya tentang

aplikasi penalaran moral dalam olahraga, berikut ini disajikan tiga sub bagian dari penalaran moral, yaitu (a) kesadaran

untuk bermain sportif, (b) mengetahui, menilai dan berbuat (c) implikasi dalam praktik. Ketiga sub bagian ini akan

dijelaskan sebagai berikut:

a)       Kesadaran Untuk Bermain Sportif

Dalam sebuah pertandingan sepak bola, sejak awal pertandingan pemain A berniat untuk mencederai pemain lawan

yang konflik. Apa yang diketahui sebagai sesuatu yang baik, boleh jadi bertentangan dengan kepercayaan yang telah

melekat pada diri pribadi seseorang.

b)      Mengetahui, Menilai dan BerbuatPada komponen pengetahuan moral terdapat unsur lainnya yakni kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai moral,

perhitungan ke depan, pertimbangan moral, pembuatan keputusan. Pengetahuan moral merupakan satu fase

kognitif dalam belajar tentang isu moral dan bagaimana memecahkannya. Tahap ini berkenaan dengan pengetahuan

tentang isu moral dan dilema, mengetahui apa yang menjadi keyakinan dan memberlakukan nilai berkaitan dengan

dilema, dan akhirnya mengetahui bagaimana membuat pertimbangan sehubungan dengan dilemah sampai akhirnya

ditemukan hal yang baik untuk dilakukan.

Selanjutnya, penalaran dan pertimbangan moral selalu berlandaskan pada apa yang kita yakini atau percayai

mengenai diri kita, masyarakat, dan orang lain di sekitar kita. Inilah yang disebut penilaian moral. Tahap penalaran dan

pertimbangan nilai moral ini mengetengahkan pertanyaan: apa yang terbaik bagi saya? Apakah kemenangan di atas

segala-galanya? Apakah proses lebih baik daripada hasil? Apakah ada hal lain yang lebih penting daripada

kemenangan? Pertimbangan moral yang memberlakukan nilai tertentu, berkaitan langsung dengan empati,

pengendalian diri, dan kesadaran bahwa kita berbuat terhadap orang lain. Adapun berbuat atau tindakan moral

perilaku yang nampak yang dinyatakan dan sejalan dengan sistem nilai yang dianut. Tindakan moral ini bergantung

pada kompetensi tentang isu moral dan nilai kita sendiri. Apa yang kita yakini baik akan mempengaruhi keputusan

kita untuk berbuat yang baik. Persoalanyaya adalah apakah kita memiliki keberanian untuk berbuat sesuai dengan

keyakinan kita? Pada akhirnya tindakan moral itu bergantung juga pada kebiasaan hidup sehari-hari. Apakah

berbuat sesuatu yang "baik" telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari?

c)       Implikasi dalam PraktikSampai disini, muncul pertanyaan pokok terkait dengan ketiga faktor di atas (mengetahui, menilai, dan berbuat),

bagaimana penerapan ketiga faktor tersebut dalam siatuasi olahraga? Ketiga fase itu mempengaruhi keputusan

moral. Berkaitan dengan persoalan ini sangat penting untuk dihayati bahwa olahraga dan pendidikan jasmani adalah

Page 27: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

kegiatan yang tidak bebas nilai, dan justru merupakan gelanggang untuk membina moral. Coba bayangkan,

meskipun anda tidak pernah bermain golf, namun perlu dipahami kegiatan olahraga itu merupakan sebuah cabang

olahraga yang benar-benar menuntut sportifitas. Setiap sentuhan atau pukulan terhadap bola semuanya memiliki

arti, karena permainan ini menekankan pada performa dalam bentuk jumlah pukulan sesedikit mungkin hingga bola

masuk ke dalam lubang yang dihitung sejak pukulan pertama. Tidak ada wasit secara langsung mengawasi pemain,

dalam situasi demikian sungguh mungkin pemain berbuat curang. Meskipun dalam praktik antara pemain saling

mengawasi. Olahraga ini benar-benar membutuhkan sportifitas.

D.           PENUTUP

1.               Kesimpulan

Penulis mencoba merekomendasikan beberapa hal tentang pendidikan nilai dalam pendidikan jasmani

berdasarkan latar belakang dan teori, diantaranya:

a)    Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan alat pendidikan, sekaligus pembudayaan.

b)   Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan jasmani

dan olahraga menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pengembangan karakter.

c)    Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani dan olahraga tidak asing baginya, yaitu

sportifitas (ksatria dan kejujuran), semangat berkompetisi secara sehat, fair play, nilai-nilai kebenaran dan

pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan religius

d)    Pendidikan etika konsepnya bersifat abstrak, sehingga pemberiannya harus lebih banyak pada perilaku dan contoh-

contoh yang konstruktif.

e)    Pendidikan jasmani sebagai alat pendidikan mempercepat anak dalam mengembangkan konsep tentang moral.

f)     Mengamati realitas moral secara kritis, akan lebih dekat pada bentuk permainan, dimana mengamati realitas moral

merupakan pendidikan etika.

g)    Ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu keadilan, kejujuran, tanggung jawab dan kedamaian

mengandung pengertian: a) tidak akan menganiaya, b) mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan,

dan d) berbuat baik.

h)    Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat harus dijaga untuk menjaga iklim lingkungan sosial yang baik, agar

mendukung pendidikan etika dan nilai.

i)       Aplikasi penalaran moral dalam olahraga yaitu (a) kesadaran untuk bermain sportif, (b) mengetahui, menilai dan

berbuat (c) implikasi dalam praktik

2.               Saran-Saran

Page 28: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

a)  Disarankan kepada guru pendidikan jasmani dan pelatih dapat mengajarkan nilai dan etika diluar jam pelajaran,

terutama saat ektra kurikuler, kegiatan pramuka, organisasi klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang

tepat dalam pendekatan individu.

b)  Disarankan agar pengajaran etika dalam pendidikan jasmani dan olahraga biasanya dengan contoh atau perilaku.

Pengajar atau pelatih tidak baik berkata kepada muridnya atau atletnya untuk memperlakukan orang lain secara adil

kalau dia tidak memperlakukan murid/atletnya secara adil.

c)    Disarankan untuk membuat mata pelajaran tentang budi pekerti, tetapi hal ini perlu pembicaraan sesama seksama.

d)    Dalam rangka menciptakan manusia seutuhnya maka disarankan agar semua nilai atas pendidikan jasmani dan

olahraga yaitu sportifitas (ksatria dan kejujuran), semangat berkompetisi secara sehat, fair play, nilai-nilai kebenaran

dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan religious dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Franz Magnis Suseno, (1987) Etika Dasar, Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius, 1987.

_________________, (2000), Kuasa & Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak kusuma.

Page 29: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

Ikhwanuddin Syarif (ed). (2001) Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia baru, 70 tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed . Jakarta: Grasindo, 2001.

Richard Tinning, et., al, (2001) Becoming a physical education teacher, Australia: Printice hall.

Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua Satu tujuan.

Rusli lutan, Sumardiyanto, 2002, filasafat olahraga. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.

William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing society. Boston: Allyn & Bacon.

Wendy Kohli (ed).,(1995) Critical Conversations in Pholosophy of Education. New York: Routledge.

Wuest, D.A. and Butcher, C.A. (1995). Foundation of Physical Education and Sport. St. Louis: Mosby. Zeigler Erie F, (1988)

DAFTAR ISI

Page 30: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A.             PENDAHULUAN   

B.             PERUMUSAN MASALAH   

C.             PEMBAHASAN   

1.      Hakikat Etika   

2.      Hakikat Moral   

3.      Hakikat Olahraga dan Penjas   

4.      Pengajaran Etika dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga   

5.      Aplikasi Penalaran Moral dalam Olahraga   

D.             PENUTUP   

1.      Kesimpulan   

2.      Saran-Saran   

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua Satu tujuan.

[2] Franz Magnis Suseno, (1987) Etika Dasar, Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius, 1987.

[3] Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua Satu tujuan.

[4] William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing society. Boston: Allyn & Bacon.

[5] Richard Tinning, et., al, (2001) Becoming a physical education teacher, Australia: Printice hall.

[6] William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing society. Boston: Allyn & Bacon.

[7] Franz Magnis Suseno, (1987) Etika Dasar, Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius, 1987.

[8] Ikhwanuddin Syarif (ed). (2001) Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia baru, 70 tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Jakarta: Grasindo, 2001.

Page 31: 7 Teknologi Canggih Di Dalam Olahraga Sepakbola

[9] Wendy Kohli (ed).,(1995) Critical Conversations in Pholosophy of Education. New York: Routledge.

[10] Franz Magnis Suseno, (1987) Etika Dasar, Masalah-masalah pokok filsafat moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius, 1987.

[11] Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. Berdua Satu tujuan.

[12] William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing society. Boston: Allyn & Bacon.

[13] Wuest, D.A. and Butcher, C.A. (1995). Foundation of Physical Education and Sport. St. Louis: Mosby. Zeigler Erie F, (1988).

[14]   Abdul Kadir Ateng, 1986, Asas dan landasan penjas, DIKTI, Jakarta.

[15] Rusli lutan, Sumardiyanto, 2002, filasafat olahraga. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.

[16] Abdul Kadir Ateng, 1986, Asas dan landasan penjas, DIKTI, Jakarta.

[17] Kemal dan Supandi . 1990. Modifikasi Olahraga dan Model Pembelajaran Sebagai Strategi Pembinaan Olahraga Usia Dini Bernuansa Pendidikan. Depdikbud. IKIP Bandung.

[18] Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak kusuma.

[19] Abdul Kadir Ateng, 1986, Asas dan landasan penjas, DIKTI, Jakarta.