DO leon

4
DEFINISI OPERASIONAL DAN KERANKA KONSEP: LEON L. GAYA Definisi Operasional Pada tabel 1 dapat dilihat variabel-variabel yang akan digunakan pada penelitian ini, berikut dengan definisi operasional, alat ukur yang digunakan, cara pengukuran, hasil ukur, dan skala variabel yang digunakan untuk penetuan uji analasisi yang akan digunakan. Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasiona l Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Kitosan Cair Plumbum Asetat Gambaran histopatolgi testis mencit Sebagai adsorben plumbum dalam plumbum asetat dengan dosis bertingkat secara intra peritoneal Bahan kimia beracun yang diberikan pada mencit jantan secara intraperiton eal Keadaan testis mencit setelah diinduksi plumbum Spuit 1 cc/ml Spuit 1 cc/ml Sediaan mikroskopis diamati dibawah mikroskop cahaya Neraca Analitik Neraca Analitik Mengamati satu tubulus seminiferous tiap lapang pandang hingga 1. Dosis 0,5% 2. Dosis 0,75% 3. Dosis 1% Dosis 80 mg/kgBB atau 0,08 mg/gBB Gambaran histopatolo gi testis mencit yang diamati adalah Rasio Rasio Ordina l

description

DO leon

Transcript of DO leon

Page 1: DO leon

DEFINISI OPERASIONAL DAN KERANKA KONSEP: LEON L. GAYA

Definisi Operasional

Pada tabel 1 dapat dilihat variabel-variabel yang akan digunakan pada penelitian ini, berikut dengan definisi operasional, alat ukur yang digunakan, cara pengukuran, hasil ukur, dan skala variabel yang digunakan untuk penetuan uji analasisi yang akan digunakan.

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Kitosan Cair

Plumbum Asetat

Gambaran histopatolgi testis mencit

Sebagai adsorben plumbum dalam plumbum asetat dengan dosis bertingkat secara intra peritoneal

Bahan kimia beracun yang diberikan pada mencit jantan secara intraperitoneal

Keadaan testis mencit setelah diinduksi plumbum asetat dan diberi kitosan cair. Terdapat kerusakan pada sel-sel yang ada pada tubulus seminiferus.

Spuit 1 cc/ml

Spuit 1 cc/ml

Sediaan mikroskopis diamati dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x dalam 5 lapangan pandang

Neraca Analitik

Neraca Analitik

Mengamati satu tubulus seminiferous tiap lapang pandang hingga mencapai lima lapang pandang setiap sampel perlakuan pada potongan melintang preparat histopatologi testis. Jumlah sel spermatogenik dan jumlah sel spermatozoa dalam 5 lapang pandang masing-masing kemudian dirata-ratakan untuk tiap sampel (Susianti, 2012)..

1. Dosis 0,5%2. Dosis 0,75%3. Dosis 1%

Dosis 80 mg/kgBB atau 0,08 mg/gBB

Gambaran histopatologi testis mencit yang diamati adalah jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa. (Susianti, 2012).

Rasio

Rasio

Ordinal

Page 2: DO leon

Kerangka Konsep

Pada gambar 5 dapat kita lihat kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian

ini menggunakan lima kelompok percobaan, dibagi menjadi kelompok normal,

Keterangan :

K (-) = Mencit yang tidak diberikan perlakuan

K (+) = Mencit yang hanya diinduksi plumbum tanpa diberikan kitosan

P1 = Mencit yang diinduksi kitosan 0,5% dan plumbum

P2 = Mencit yang diinduksi kitosan 0,75% dan plumbum

P3 = Mencit yang diinduksi kitosan 1% dan plumbum

K (-) : tidak diInduksi Plumbum dan kitosan

K (+) : Induksi Plumbum

P1 : Plumbum + Kitosan 0,5%

P2 : Plumbum + Kitosan 0,75%

P3 : Plumbum + Kitosan 1%

Jumlah sel spermatozoa

dan sel spermatogenik

mencit