Dna
description
Transcript of Dna
DNA
DNA, asam deoksiribonukleat, atau deoxyribonucleic acid dalam bahasa Inggris, adalah
sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap
organisme. Atau pengertian sederhananya: DNA adalah ‘perpustakaan’ yang menyimpan
segala informasi makhluk hidup. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetic, artinya
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ia mengandung perintah-perintah
yang memberitahu sel bagaimana harus bertindak. Ia juga menentukan bagaimana sifat
organisme diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Pengertian DNA
Apa itu DNA? Kami telah merangkum beberapa pengertian DNA dari berbagai sumber:
DNA adalah resep, skema, sistematika, manual, peta, cetak biru, rancangan, dan
informasi biologis yang unik dari makhluk hidup. Persis seperti setiap bangunan
gedung yang ada cetak birunya masing-masing (sumber:
imperiumindonesia.blogspot.com).
DNA singkatan dari deoxyribonucleic acid, yaitu suatu molekul yang terdapat
dalam sel semua makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mulai dari bakteri sampai
manusia memiliki DNA (sumber: untukku.com).
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama
penyusun berat kering setiap organisme (sumber: id.wikipedia.org).
DNA, kepanjangan dari Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan asam nukleat yang
menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis
rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia (sumber:
kesehatan707.blogspot.com).
Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung instruksi
genetik yang digunakan dalam pengembangan dan fungsi dari semua organisme
hidup dan beberapa virus (sumber: news-medical.net).
Jadi, kesimpulannya: DNA adalah suatu asam nukleat yang menyimpan segala
informasi biologis yang unik dari setiap makhluk hidup dan beberapa virus.
DNA dapat mereplikasi yaitu membentuk salinan dirinya sendiri. Setiap untaian DNA
berisi sekuens basis tertentu. Setiap basis juga dihubungkan oleh molekul gula dan fosfat.
Bila basis membentuk anak tangga (horizontal), maka molekul gula dan fosfat
membentuk bagian vertikal dari tangga tersebut.
Molekul-molekul DNA di tubuh kita tersusun dalam paket-paket yang disebut kromosom.
Setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom. Satu dari 23 pasang kromosom itu, yang
disebut kromosom seks, berbeda pada pria dan wanita. Wanita memiliki dua kromosom
X, laki-laki memiliki kromosom X dan Y. Setiap organisme memiliki jumlah kromosom
yang berbeda. Misalnya, simpanze memiliki 24 pasang, pisang 11 pasang, dan lalat hanya
4 pasang.
Selanjutnya, kromosom tersusun dalam segmen-segmen pendek DNA yang disebut gen.
Bila DNA adalah buku resep, maka setiap gen adalah resepnya. Resep ini memberitahu
sel-sel bagaimana menjalankan fungsi dan mengekspresikan sifat tertentu. Manusia
memiliki sekitar 25.000 gen. Gen inilah yang menentukan warna rambut, jenis rambut,
warna kulit, warna mata, dll. Misalnya, seseorang memiliki rambut hitam keriting karena
gen-gen yang diwarisi dari orangtuanya menginstruksikan sel-sel folikel rambut untuk
membentuk rambut hitam dan keriting.
Struktur DNA
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
gugus fosfat
gula deoksiribosa
basa nitrogen, yang terdiri dari:
Adenina (A)
Guanina (G)
Sitosina (C)
Timina (T)
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan
nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å.
Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang
terangkai seperti rantai.
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula
pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula
terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada
cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya.
DNA terdiri atas dua untai benang polinukleotida yang saling berpilin membentuk
struktur heliks ganda. Seutas polinukleotida pada molekul DNA tersusun atas rangkaian
nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas:
1 Gugusan gula deoksiribosa (gula pentosa yang kehilangan satu atom oksigen)
2 Gugusan asam fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 dari gula)
3 Gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula
Ketiga gugus tersebut saling terkait dan membentuk “tulang punggung” yang sangat
panjang bagi heliks ganda. Strukturnya dapat diibaratkan sebagai tangga, dimana ibu
tangganya adalah gula deoksiribosa dan anak tangganya adalah susunan basa nitrogen.
Sedangkan fosfat menghubungkan gula pada satu nukleotida ke gula pada nukleotida
berikutnya untuk membentuk polinukleotida.
Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin, yaitu adenin (A) dan guanin (G),
serta basa pirimidin yaitu sitosin atau cytosine (C) dan timin (T). Ikatan antara gula
pentosa dan basa nitrogen disebut nukleosida. Ada 4 macam basa nukleosida yaitu :
4 Ikatan A-gula disebut adenina atau adenosin deoksiribonukleosida
(deoksiadenosin)
5 Ikatan G-gula disebut guanina atau guanosin deoksiribonukleosida
(deoksiguanosin)
6 Ikatan C-gula disebut sitosina atau sitidin deoksiribonukleosida (deoksisitidin)
7 Ikatan T-gula disebut timina atau timidin deoksiribonukleosida
(deoksiribotimidin)
Ikatan asam-gula-fosfat disebut sebagai deoksiribonukleotida atau sering disebut
nukleotida. Ada 4 macam deoksiribonukleotida, yaitu adenosin deoksiribonukleotida,
timidin deoksiribonukleotida, sitidin deoksiribonukleotida, timidin deoksiribonukleotida.
Nukleotida-nukleotida itu membentuk rangkaian yang disebut polinukleotida. DNA
terbentuk dari dua utas poinukleotida yang saling berpilin.
Basa-basa nitrogen pada utas yang satu memiliki pasangan yang tetap dengan basa-basa
nitrogen pada utas yang lain. Adenin berpasangan dengan timin dan guanin berpasangan
dengan sitosin. Pasangan basa nitrogen A dan T dihubungkan oleh dua atom hidrogen
(A=T). Adapun pasangan basa nitrogen C dan G dihubungkan oleh tiga atom hidrogen
(C≡G). Dengan demikian, kedua polinukleotida pada satu DNA saling komplemen.
Penggunaan DNA Dalam Teknologi
Banyak sekali manfaat DNA. Terutama dalam hal masalah pengidentifikasi makhluk
hidup. Seiring perkembangan teknologi, maka penggunaan DNA juga semakin
berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan.
DNA Dalam Forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, liur
atau rambut (intinya seluruh bagian tubuh) yang tersisa di tempat kejadian kejahatan
untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut
fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA
panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan
minisatelit.
Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan
sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah
membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan
hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan
antar orang tak dikenal).
Jadi, walaupun tubuh korban sudah hancur dan tidak bisa diidentifikasi lagi seperti
korban peledakan bom Bali dan kecelakaan pesawat. Kita masih bisa mengenalinya
dengan mengambil sampel DNA dari salah satu bagian tubuh korban. Kita juga bisa
mengetahui siapa keluarga korban, siapa yang membunuh atau siapa yang pertama kali
menganiaya korban bila tersangka lebih dari 1 orang.
Metode ini adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi seorang
pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat
diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang. Maka
dari itu, TKP harus steril dan dipasangi garis polisi.
DNA Dalam Komputasi
DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan
sebagai sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di
dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana
algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah
urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana
untuk masalah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-
algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah
kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus
untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset
DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang
unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan,
mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.
Tes DNA
Tes DNA adalah analisis terhadap pola DNA (profil genetik) seseorang. Untuk keperluan
tes DNA, sampel sel diambil dari jaringan tubuh (biasanya kulit). DNA kemudian
dimurnikan dari sel-sel tersebut dan pola variasinya dibaca dengan mesin sekuensing
DNA seperti pembacaan barcode. Hasil pembacaan barcode DNA ini kemudian
dianalisis.
DNA dari tubuh seseorang akan 100% sama, dari mana pun Anda mengambil sampelnya.
Setiap orang memiliki pola DNA yang unik, seperti halnya sidik jari. Karena setengah
dari pola DNA diwariskan dari ibu dan setengah diwariskan dari ayah, setengah dari
garis-garis dalam barcode DNA anak akan berderet seperti pada DNA ayah, setengah
lainnya seperti pada DNA ibu. Bila tidak ada hubungan orangtua-anak, tidak akan
terdapat 50% kesamaan tersebut. DNA di antara saudara sekandung juga memiliki
beberapa kesamaan, namun tidak seperti pada orangtua-anak.
Dalam tes DNA post-mortem seperti pada korban kecelakaan pesawat terbang, hasil tes
digunakan untuk mengidentifikasi pemilik tubuh korban dan menyatukan bagian-bagian
tubuhnya yang terpisah.
Sejarah DNA
Pada tahun 1865, Gregor Mendel menduga bahwa suatu bagian dari sel
bertanggungjawab atas sifat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
DNA pertama kali berhasil dimurnikan/diisolasi pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss
Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan
lokasinya di dalam inti sel.
Pada tahun 1879, Albrecht Kossel menemukan asam nukleat. Dengan penelitian lebih
lanjut, diketahui bahwa asam nukleat tersusun atas nukleotida-nukleotida sehingga
merupakan polinukleotida.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik.
Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal
men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh.
Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif.
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA sehingga
ia mampu bertugas sebagai materi genetik". Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan
koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh Maurice
Wilkins dan Rosalind Franklin.
Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer
yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan
guanina; dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat
nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.
Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk
heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah
0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa pada setiap
putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui
bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.
Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas
penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi
hadiah ini.
Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl
yang dilakukan tahun 1958.
Sumber:
Asam deoksiribonukleat(id.wikipedia.org)
Apa itu DNA?(kesehatan707.blogspot.com)
Apa itu DNA? (news-medical.net)
APA ITU DNA?(imperiumindonesia.blogspot.com)
Apa itu DNA..?(untukku.com)
Struktur DNA(desybio.wordpress.com)
Apakah Tes DNA?(majalahkesehatan.com)
Semoga Bermanfaat, Tetap Semangat! | Materi Pelajaran
Asam deoksiribonukleat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Struktur molekul DNA. Atom karbon berwarna hitam, oksigen merah, nitrogen biru,
fosfor hijau, dan hidrogen putih.
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic
acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat
kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel.
Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya,
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap
organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus
tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Daftar isi
1 Karakteristik kimia
2 Fungsi biologis
o 2.1 Replikasi
3 Penggunaan DNA dalam teknologi
o 3.1 DNA dalam forensik
o 3.2 DNA dalam
komputasi
4 Sejarah
5 Referensi
Karakteristik kimia
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenina dengan timina
dan guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai ganda.
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama,
gugus fosfat
gula deoksiribosa
basa nitrogen, yang terdiri dari:[1]
o Adenina (A)
o Guanina (G)
o Sitosina (C)
o Timina (T)
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan
nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å[2].
Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang
terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta
nukleotida[3].
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula
pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula
terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada
cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama
DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur
heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi
nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri
dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan
untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh
ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa
yang ditemukan pada DNA adalah adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine),
guanina (G), dan timina (T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan
guanina berikatan dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya
merupakan molekul RNA.[4]
Fungsi biologis
Replikasi
Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA
yang digandakan.
Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika
sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai
dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama.
Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai
dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain,
dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan
mudah dibentuk.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini
terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing
DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan
rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan
rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut
bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting
dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan
rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan
pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses
pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali titik-titik
tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA.
Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase
masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal
tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran
DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA
ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser.
Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai
DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan
monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya
kesalahan sintesis amatlah kecil.
Penggunaan DNA dalam teknologi
DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, liur
atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi
kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika atau
pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian
DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan.
Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari
Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada
1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris.
Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan
sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah
membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan
hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan
antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk
mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila
tidak ada DNA yang dapat diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA
dari banyak orang.
DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan
sebagai sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di
dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana
algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah
urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana
untuk masalah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-
algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah
kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus
untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset
DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang
unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan,
mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.
Sejarah
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich
Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di
dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru
dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel.
DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa
sifat genetis berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik.
Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal
men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh.
Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan
menggunakan pencari jejak radioaktif (bahasa Inggris: radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA
sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik". Persoalan ini dijawab oleh Francis
Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh
Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.
Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer
yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan
guanina; dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat
nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.[5]
Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk
heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah
0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa pada setiap
putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui
bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.
Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas
penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi
hadiah ini.
Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl
yang dilakukan tahun 1958.
Referensi
asam nukleat
ASAM NUKLEAT
Asam nukleat adalah suatu polimer nukleotida yang berperanan dalam
penyimpanan serta pemindahan informasi genetik (polinukleotida)
Asam nukleat terdapat dalam 2 bentuk, yaitu asam deoksiribosa (DNA) dan asam
ribosa (RNA).
Keduanya merupakan polimer linier, tidak bercabang dan tersusun dari subunit-
subunit yg disebut nukleotida
Pd sel eukariot, DNA terdapat di dlm nukleus, sedangkan pada sel prokariot,
terdpt dlm sitoplasma atau nukleoid dan berfungsi sbg molekul hereditas atau
pewarisan sifat.
Molekul RNA disintesis dari DNA dan berperan dlm sintesis protein di dlm
sitoplasma (ribosom)
Satu nukleotida terdiri atas 3 bagian yi gula berkarbon 5 (pentosa), basa organik
heterosiklik (mengandung karbon, nitrogen dan berbentuk datar) dan gugus fosfat
bermuatan negatif, yg membuat polimer bersifat asam.
Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa, sedangkan pada DNA gula pentosanya
mengalami kehilangan satu atom O pada posisi C nomor 2’ sehingga dinamakan gula
2’-deoksiribosa
Basa N, baik pada DNA maupun pada RNA, dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu purin dan pirimidin.
Basa purin mempunyai dua buah cincin (bisiklik), sedangkan basa pirimidin
hanya mempunyai satu cincin (monosiklik).
Pada DNA, dan juga RNA, purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G).
Akan tetapi, untuk pirimidin ada perbedaan antara DNA dan RNA.
Kalau pada DNA basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T), pada RNA
tidak ada timin dan sebagai gantinya terdapat urasil (U).
Timin berbeda dengan urasil hanya karena adanya gugus metil pada posisi nomor
5 sehingga timin dapat juga dikatakan sebagai 5-metilurasil.
Di antara ketiga komponen monomer asam nukleat tersebut di atas, hanya basa N-
lah yang memungkinkan terjadinya variasi.
Pada kenyataannya memang urutan (sekuens) basa N pada suatu molekul asam
nukleat merupakan penentu bagi spesifisitasnya.
Dengan perkataan lain, penggambaran suatu molekul asam nukleat hanya dengan
menuliskan urutan basanya saja.
Pada asam nukleat terbentuk ikatan glikosidik (glikosilik) dan fosfodiester
Ikatan glikosidik terjadi karena adanya ikatan antara posisi 1’ pada gula dengan
posisi 9 (N-9) pada basa purin atau posisi 1 (N-1)
Suatu basa yang terikat pada satu gugus gula disebut nukleosida. Sedangkan,
nukleotida sendiri adalah nukleosida dengan sebuah atau lebih gugus fosfat
Jadi, apabila gulanya adalah ribosa, maka nukleosidanya dapat berupa adenosin
(rA), guanosin (rG), sitidin (rC), dan uridin (rU). Nukleotidanya akan ada empat
macam, yaitu adenosin monofosfat (AMP=asam adenilat), guanosin monofosfat
(GMP= as guarilat), sitidin monofosfat (CMP=as sitidilat), dan uridin monofosfat
(UMP= as uridilat)
Jika gula pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, nukleosidanya
terdiri atas deoksiadenosin (dA), deoksiguanosin (dG), deoksisitidin (dC), dan
deoksitimidin (dT).
Sedangkan, nukleotidanya masing-masing adalah deoksiadenosin monofosfat
(dAMP=as deoksiadenilat); deoksiguanosin monofosfat (dGMP=as deoksiguanilat);
deoksisitidin monofosfat (dCMP=as deoksisitidilat) dan timidin monofosfat (TMP=as
timidilat)
Pada asam nukleat terdapat pula ikatan kovalen melalui gugus fosfat yang
menghubungkan antara gugus hidroksil (OH) pada posisi 5’ gula pentosa dan gugus
hidroksil pada posisi 3’ gula pentosa nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan
ikatan fosfodiesterkarena secara kimia gugus fosfat berada dalam bentuk diester
Basa purin dan pirimidin tidak berikatan secara kovalen satu sama lain
Oleh karena itu, suatu polinukleotida tersusun atas kerangka gula-fosfat yang
berselang-seling dan mempunyai ujung 5’-P dan 3’-OH.
Adanya ujung-ujung tersebut menjadikan rantai polinukleotida linier mempunyai
arah tertentu.
Telah dijelaskan bahwa penggambaran asam nukleat cukup dengan menuliskan
urutan basa (sekuens)-nya saja
Penulisan sekuens asam nukleat ada kebiasaan untuk menempatkan ujung 5’ di
sebelah kiri atau ujung 3’ di sebelah kanan.
Sebagai contoh, suatu sekuens DNA dapat dituliskan 5’-ATGACCTGAAAC-3’
atau suatu sekuens RNA dituliskan 5’-GGUCUGAAUG-3’.
Sekuens tersebut juga menggambarkan arah pembacaannya
Dua asam nukleat yang memiliki sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika
pembacaan sekuens tersebut dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’,
sedangkan yang lain 3’→ 5’).
Selain ikatan glikosidik dan fosfodiester, basa di dalam nukleotida membentuk
ikatan hidrogen.
Adenin akan membentuk 2 ikatan hidrogen dengan timin pada untai komplementer
DNA double helix.
Guanin membentuk 3 ikatan hidrogen dengan sitosin
Adanya ikatan hidrogen tersebut menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat
satu sama lain dan saling komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah
satu rantai diketahui, maka sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan.
DNA terdapat dlm bentuk heliks ganda (double helix) yg seragam dengan rantai-
rantai komplementer yg berpilin satu sama lain membentuk tangga spiral ke arah
kanan, sedangkan molekul-molekul RNA disintesis dari cetakan DNA sebagai untai
tunggal.
Namun, untai tunggal RNA juga dpt melipat ke rantainya sendiri dan membentuk
pasangan basa komplementer yg menghasilkan struktur sekunder yg unik
Ke dua untai komplementer dari heliks ganda DNA bekerja dengan arah yg
berlawanan atau antiparalel.
Jika salah satu rantai dibaca dari ujung fosfat 5’-nya, maka rantai lainnya akan
dibaca dari ujung hidroksilnya 3’-nya.
3‛ membawa gugus –OH bebas pada posisi 3‛ dari cincin gula, dan ujung
5‛membawa gugus fosfat bebas pada posisi 5‛ dari cincin gula
Heliks ganda DNA akan membawa satu putaran setiap 10 pasangan basa (sekitar
3,4 nm)
Basa yg berpasangan terletak di tengah molekul, membentuk rongga hidrofobik
sehingga lebar heliks menjadi sekitar 2 nm
Bentuk DNA tersebut dikatakan berada dalam bentuk B atau bentuk yang sesuai
dengan model asli Watson-Crick.
Bentuk yang lain, misalnya bentuk A, akan dijumpai jika DNA berada dalam
medium dengan kadar garam tinggi. Pada bentuk A terdapat 11 pasangan basa dalam
setiap putaran spiral.
Selain itu, ada pula bentuk Z, yaitu bentuk molekul DNA yang mempunyai arah
pilinan spiral ke kiri.
Bermacam-macam bentuk DNA ini sifatnya fleksibel, artinya dapat berubah dari
yang satu ke yang lain bergantung kepada kondisi lingkungannya.
DNA dobel heliks dapat dikopi secara persis karena masing-masing untai
mengandung sekuen nukleotida yang persis berkomplemen dengan sekuen untai
pasangannya. Masing-masing untai dapat berperan sebagai cetakan untuk sintesis dari
untai komplemen baru yang identik dengan pasangan awalnya.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa untai tunggal RNA juga dpt melipat ke
rantainya sendiri dan membentuk pasangan basa komplementer yg menghasilkan
struktur sekunder yg unik (ikatan hidrogen dlm molekulnya sendiri =intramolekuler).
Adanya modifikasi struktur RNA menyebabkan adanya perbedaan fungsi
Berdasarkan fungsinya, dikenal 3 jenis RNA yi RNA transfer (tRNA); RNA duta
atau messenger (mRNA) dan RNA ribosom (rRNA)
Struktur mRNA dikatakan sebagai struktur primer, sedangkan struktur tRNA dan
rRNA dikatakan sebagai struktur sekunder
t RNA mempunyai ukuran paling kecil (panjang 75-80 nukleotida) dan berperan
membawa asam amino ke ribosom untuk di-polimerisasi membentuk rantai
polipeptida
RNA ribosom merupakan komponen struktural dari ribosom
RNA duta membawa sekuens ribonukleotida hasil transkripsi kode genetik pada
salah satu untai DNA sehingga panjang dan komposisi mRNA sangat bervariasi
Sifat-sifat fisika-kimia asam nukleat meliputi stabilitas asam nukleat, pengaruh
asam, pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung.
Stabilitas asam nukleat ditentukan oleh interaksi penempatan (stacking
interactions) antara pasangan-pasangan basa. Artinya, permukaan basa yang bersifat
hidrofobik menyebabkan molekul-molekul air dikeluarkan dari sela-sela perpasangan
basa sehingga perpasangan tersebut menjadi kuat.
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih dari
100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi komponen-
komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan
glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga asam nukleat
dikatakan bersifat apurinik
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya perubahan status
tautomerik basa.
Sebagai contoh, peningkatan pH akan menyebabkan perubahan struktur guanin dari
bentuk keto menjadi bentuk enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton.
Selanjutnya, perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan
hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi.
Hal yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh
lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya gugus
OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat pada
pH netral.
Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH2)2) dan formamid (COHNH2).
Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut dapat merusak ikatan
hidrogen. Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan
rantai ganda mengalami denaturasi.
Molekul DNA sangat rentan terhadap fragmentasi fisik karena relatif kaku
sehingga larutan DNA mempunyai viskositas yang tinggi
Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan apung
(bouyant density)-nya.
Di dalam larutan yang mengandung garam pekat dengan berat molekul tinggi,
misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA mempunyai kerapatan yang sama dengan
larutan tersebut, yakni sekitar 1,7 g/cm3.
Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka garam
CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan membentuk gradien
kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi menuju posisi gradien yang
sesuai dengan kerapatannya.
Teknik ini dikenal sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan
(equilibrium density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.
Dengan teknik sentrifugasi tersebut DNA, RNA, dan protein akan terpisah.
Pelet RNA akan berada di dasar tabung dan protein akan mengapung sehingga
DNA dapat dimurnikan, baik dari RNA maupun protein.
Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk keperluan analisis DNA karena
kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi linier bagi kandungan GC-nya.
Dalam hal ini, ρ = 1,66 + 0,098% (G + C).
Selain sifat fisik-kimia di atas, sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi
kemampuan absorpsi sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam
nukleat, penentuan kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam
nukleat.
Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen yang
bersifat aromatik
Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA maupun RNA
adalah 260 nm atau dikatakan λmaks = 260 nm.
Meskipun λmaks untuk DNA dan RNA konstan, namun ada perbedaan nilai
absorbansi (hipokromisitas).
Molekul dsDNA dikatakan relatif hipokromik (kurang berwarna) bila
dibandingkan dengan ssDNA. Sebaliknya, ssDNA dikatakan hiperkromik terhadap
dsDNA.
Konsentrasi DNA dihitung atas dasar nilai A260-nya
Molekul dsDNA dengan konsentrasi 1 mg/ml mempunyai A260sebesar 20,
sedangkan konsentrasi yang sama untuk molekul ssDNA atau RNA mempunyai A260
lebih kurang sebesar 25.
Nilai A260 untuk ssDNA dan RNA hanya merupakan perkiraan karena kandungan
basa purin dan pirimidin pada kedua molekul tersebut tidak selalu sama, dan nilai A260
purin tidak sama dengan nilai A260 pirimidin. Pada dsDNA, yang selalu mempunyai
kandungan purin dan pirimidin sama, nilai A260-nya sudah pasti.
Tingkat kemurnian asam nukleat dapat diestimasi melalui penentuan nisbah
A260terhadap A280
Molekul dsDNA murni mempunyai nisbah A260 /A280 sebesar 1,8.
Sementara itu, RNA murni mempunyai nisbah A260 /A280 sekitar 2,0.
Nisbah protein (λmaks = 280 nm) , kurang dari 1,0.
Oleh karena itu, suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280 lebih dari
1,8 dikatakan terkontaminasi oleh RNA.
Sebaliknya, suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280 kurang dari
1,8 dikatakan terkontaminasi oleh protein
Selain bahan-bahan kimia, panas juga dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda
Pada RNA denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai
ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda yang
panjang.
Pada DNA, denaturasi terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi
pada kedua ujung molekul dan pada daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-
daerah di sekitarnya.
Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami denaturasi dinamakan titik
leleh atau melting temperature (Tm).
Nilai Tm merupakan fungsi kandungan GC sampel DNA, dan berkisar dari 80 ºC
hingga 100ºC untuk molekul-molekul DNA yang panjang
DNA yang mengalami denaturasi termal dapat dipulihkan (direnaturasi) dengan
cara didinginkan
Renaturasi yang terjadi antara daerah komplementer dari dua rantai asam nukleat
yang berbeda dinamakan hibridisasi.
Banyak molekul dsDNA berada dalam bentuk sirkuler tertutup atau closed-
circular (CC), misalnya DNA plasmid dan kromosom bakteri serta DNA berbagai
virus.
Artinya, kedua rantai membentuk lingkaran dan satu sama lain dihubungkan
sesuai dengan banyaknya putaran heliks (Lk) di dalam molekul DNA tersebut.
Banyaknya putaran heliks yang terbentuk akan mengunci sistim pilinan tersebut.
Deformasi inilah yang disebut sebagai superkoiling.
Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah akibat
beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan internalnya
Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan, atau
sebaliknya, peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan
Contoh : keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr) yang menyisip di
antara pasangan-pasangan basa