DK2P1 Ginjal

12
Fungsi ginjal dan saluran kemih (Nomor 3) Ginjal memiliki beberapa fungsi, yaitu : a) Fungsi Regulasi Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit CES, termasuk elektrolit yang penting dalam mempertahankan eksitabilitas saraf dan otot. Ginjal membantu mempertahankan pH yang sesuai dengan membuang kelebihan H + (asam) atau HCO 3 - (basa) di urin. Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai, yang penting dalam regulasi jangka panjang tekanan darah arteri, dengan mengontrol keseimbangan garam di tubuh. Volume CES, termasuk volume plasma, mencerminkan jumlah garam total di CES, karena Na + dan anion penyertanya, Cl - , berperan dalam lebih dari 90% aktivitas osmotik (menahan air) CES. Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, yang penting dalam memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES. Peran ini penting dalam mempertahankan stabilitas volume sel dengan menjaga air agar tidak berpindah secara osmosis masuk atau keluar sel sehingga sel tidak membengkak atau menciut. b) Fungsi Ekskresi

description

xhgcj

Transcript of DK2P1 Ginjal

Page 1: DK2P1 Ginjal

Fungsi ginjal dan saluran kemih (Nomor 3)

Ginjal memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a) Fungsi Regulasi

Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit CES, termasuk

elektrolit yang penting dalam mempertahankan eksitabilitas saraf dan otot.

Ginjal membantu mempertahankan pH yang sesuai dengan membuang kelebihan

H+ (asam) atau HCO3- (basa) di urin.

Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai, yang penting

dalam regulasi jangka panjang tekanan darah arteri, dengan mengontrol

keseimbangan garam di tubuh. Volume CES, termasuk volume plasma,

mencerminkan jumlah garam total di CES, karena Na+ dan anion penyertanya,

Cl-, berperan dalam lebih dari 90% aktivitas osmotik (menahan air) CES.

Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, yang penting dalam

memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) CES. Peran ini penting dalam

mempertahankan stabilitas volume sel dengan menjaga air agar tidak berpindah

secara osmosis masuk atau keluar sel sehingga sel tidak membengkak atau

menciut.

b) Fungsi Ekskresi

Ginjal mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme di urin. Jika dibiarkan

menumpuk maka produk-produk sisa ini bersifat toksik bagi sel.

Ginjal juga banyak mengeluarkan senyawa asing yang masuk ke tubuh.

c) Fungsi Hormon

Ginjal menghasilkan eritropoietin, hormon yang merangsang sumsum tulang

untuk menghasilkan sel darah merah. Efek ini berperan dalam homeostasis

dengan membantu mempertahankan kandungan optimal O2 darah. Lebih dari 98%

O2 di darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah.

Page 2: DK2P1 Ginjal

Ginjal juga menghasilkan renin, hormon yang memicu jalur renin-angiotensin-

aldosteron untuk mengontrol reabsorpsi Na+ di tubulus ginjal, yang penting dalam

pemeliharaan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri.

d) Fungsi Metabolik

Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D

esensial untuk menyerap Ca2+ dari saluran cerna. Yang mana, kalsium juga

bermanfaat bagi tubuh karena memiliki beragam fungsi homeostatik.

Lauralee, Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta:

EGC.

Komposisi urin normal (Nomor 9 C)

Urin terdiri atas air (96%), urea (2%), dan 2% sisanya terdiri atas asam urat, kreatinin,

amonium, natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat, dan oksalat. Urin berwarna kuning jernih

karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah di usus, direabsorpsi, kemudian

diekskresikan oleh ginjal. Berat jenis urin antara 1020 – 1030. Sedangkan pH urin sekitar 6

(rentang normal 4,5 – 8). Orang dewasa yang sehat mengeluarkan 1000 – 1500 ml urin per

hari. Jumlah urin yang dihasilkan dan berat jenisnya bergantung pada asupan cairan dan

jumlah larutan yang diekskresi.

Page 3: DK2P1 Ginjal

Nurachmah, elly, dan Rida angriani. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Faktor yang mempengaruhi produksi urin (Nomor 10 B)

1. Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut volume

kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak ditemukan setelah usia 50 tahun.

Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.

2. Sosiokultural

Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat berkemih pada tempat tertutup

dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat berkemih pada lokasi terbuka.

3. Psikologis

Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.

Page 4: DK2P1 Ginjal

4. Kebiasaan seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih

menggunakan pot urin.

5. Tonus otot

Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis untuk

berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.

Mekanisme awal yang menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui dengan pasti.

Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, hal ini mungkin

menimbulkan tarikan yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi.

Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter sehingga

mampu mencegah urin mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang

berkemih.

6. Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi, teh, coklat, dan cola (mengandung kafein)

dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.

7. Kondisi penyakit

Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang

dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menyebabkan retensi urin.

8. Pembedahan

Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan menurun.

9. Pengobatan

Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi

menimbulkan retensi urin.

10. Pemeriksaan diagnostik

Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi

output urin. Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa nyeri dengan frekuensi lima

Page 5: DK2P1 Ginjal

sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu

memproduksi dan mengeluarkan urin sebanyak 1200-1500 dalam 24 jam. Jumlah ini

tergantung asupan cairan, respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare. Proses berkemih

pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat berjalan dengan normal.

Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah ketidakmampuan individu untuk berkemih

karena adanya obstruksi uretra. Pada kondisi ini perlu dilakukan intervensi untuk

mengosongkan kandung kemih yaitu dengan pemasangan kateter.

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

1. Anatomi Ureter (Nomor 1 B)

Ureter merupakan saluran muskuler silindris urine yang mentranspor urin dari ginjal

menuju vesica urinaria.

Merupakan organ retroperitoneal .

Panjang sekitar 20-30 cm diameter 1.7 cm

memiliki 3 penyempitan:

- Perbatasan pelvis renalis - ureter

- Peralihan ureter pars abdominalis ke pars pelvina

- Saat masuk ke dalam vesica urinaria

Penyempitan ini barperan sebagai lokasi stasis atau tersangkutnya batu pada saluran

kemih.

Untuk kepentingan pembedahan ureter dibagi menjadi 2 bagian :

1. Ureter pars abdominalis : yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka

2. ureter pars pelvika : mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke kandung

kemih

Page 6: DK2P1 Ginjal

Untuk kepentingan radiology, dibagi 3 bagian :

1. 1/3 proksimal : dimulai dari pelvis renalis sampai batas atas sacrum

2. 1/3 medial : dimulai dari batas atas sacrum sampai batas bawah sacrum

3. 1/3 distal : dimulai dar batas bawah sacrum sampai masuk ke kandung kemih

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik

yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Dibawah ini tampak

anatomi dari ureter.

Berbeda antara pria & wanita pada perjalanannya, dimana:

Page 7: DK2P1 Ginjal

- Pada wanita berjalan dorsal ovarium dalam lig.cardinale 1-2 cm lateral cervix

uteri & ventral dari batas lateral vagina.

- Pada pria berjalan ventral dari cranial vesicula seminalis & lateral dari ductus

deferens.

Vaskularisasi :

- Arteriae : arteri yang memperdarahi ureter adalah ujung atas oleh arteri renalis,

bagian tengah oleh arteri testicularis atau arteri ovarica, dan didalam pelvis oleh

arteri vesicalis inferior

- Vena : vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri

Innervasi :

Page 8: DK2P1 Ginjal

- plexus renalis, testicularis, dan plexus hypogastricus (didalam pelvis)

- serabut aferen berjalan bersama denga saraf simpatis dan masuk medulla spinalis

setinggi segmen lumbalis I dan II

Aliran limfe : Nodi aortici lateralis dan nodi iliaci

Richard S Snell. Clinical Neuroanatomy. 7th. Ed. Lippicott Williams and Wilkins. 2010.

Fisiologi ADH (Nomor 4 E)

Hormon ADH atau vasopresin memiliki fungsi untuk meningkatkan permeabilitas

tubulus distal dan duktus koligentes. Vasopresin diproduksi oleh beberapa badan sel saraf

spesifik di hipotalamus, yang kemudian disimpan di kelenjar hipofisis posterior, yang

melekat ke hipotalamus melalui sebuah tangkai tipis. Hipotalamus mengontrol pelepasan

vasopresin dari hipofisis posterior ke dalam darah. Dengan mekanisme umpan balik negative,

sekresi vasopresin dirangsang oleh defisit H2O ketika CES terlalu pekat/hipertonik dan dalam

keadaan dimana H2O harus dipertahankan dalam tubuh, sekresi vasopresin terhambat apabila

adanya kelebihan H20 ketika CES terlalu encer/hipotonik dan dalam keadaan dimana H2O

harus dikeluarkan melalui urin.

Vasopresin mencapai membrane basolateral sel tubulus yang melapisi tubulus distal dan

duktus koligentes melalui sistem sirkulasi. Di sini, vasopresin mengikat reseptor yang

spesifik untuknya. Pengikatan ini mengaktifkan sistem pembawa pesan kedua AMP siklik

(cAMP) di dalam sel tubulus, yang akhirnya meningkatkan permeabilitas membran luminal

terhadap H2O dengan mendorong penyisipan akuaporin di membran ini. Tanpa akuaporin ini,

membrane luminal bersifat impermeabel terhadap H2O. Setelah masuk ke dalam sel tubulus

dari filtrate melalui saluran air luminal yang diatur oleh vasopresin, H2O secara pasif

meninggalkan sel menuruni gradien osmotik menembus membran basolateral untuk masuk

ke cairan interstisium. Saluran H2O di membran basolateral selalu ada sehingga membran ini

selalu permeabel terhadap H2O. Dengan memungkinkan lebih banyak H2O merembes dari

lumen ke dalam sel tubulus, saluran-saluran luminal yang diatur oleh vasopresin ini

meningkatkan reabsorpsi H2O dari filtrat ke dalam cairan intersitisium.Respon tubulus

Page 9: DK2P1 Ginjal

terhadap vasopresin bersifat berjenjang: semakin banyak terdapat vasopresin, dan semakin

banyak saluran air luminal yang disisipkan, maka semakin besar permeabilitas tubulus distal

dan duktus koligentes terhadap H2O. Namun, meningkatnya saluran air membran luminal

tidak permanen. Saluran diambil kembali ketika sekresi vasopresin berkurang dan aktivitas

cAMP juga berkurang. Karena itu, permeabilitas H2O berkurang ketika vasopresin

menghilang.

Lauralee, Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC.