Divisi Mutu PMPK Telah Mengembangkan Berbagai Pelatihan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan...

17
Divisi Mutu PMPK telah mengembangkan berbagai Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dapat dibedakan menjadi 4 jenis pelatihan (sesuai konsep Donald Berwick), yaitu: 1. Pelatihan Manajemen Pengelolaan Pasien / Customer Value Management 1. Meningkatkan Customer Value (care experience) : Pelatihan Identifikasi persyaratan pasien, Pelatihan Pengkuran kepuasan pasien, Pelatihan Peningkatkan peran serta pasien dalam clinical care. 2. Pelatihan Manajemen Mutu Pelayanan Klinik / Clinical Care Quality Management 1. Penerapan clinical risk management: Pelatihan RCA , dan Pelatihan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2. Penerapan clinical performance management : Pelatihan Clinical performance, Pelatihan Audit Medis/Klinis, Pelatihan Clinical pathways, Pelatihan Case Manager. 3. Profesional development and management : Pelatihan Pengembangan proses kredensial, Pelatihan Pemantauan kinerja individu klinisi, Pelatihan Penyusunan rencana pelatihan. 4. Studi Banding Clinical Care Management. 3. Pelatihan Manajemen Mutu Organisasi Sarana Kesehatan/Organizational Quality Management 1. Membangun Quality Leadership : Pelatihan Membangun Budaya Mutu, Pelatihan Meningkatkan Komitemen Mutu, Pelatihan Memberdayakan Komite Medik/Klinik. 2. Pengelolaan Sumber Daya Mutu : Pelatihan Pengembangan sistem Professional development, Pelatihan Pengembangan sistem data klinik. 3. Penyusunan Rencana Mutu : Pelatihan Pemilihan dan Implementasi Clinical Practice Guidelines. 4. Pengukuran, Evaluasi dan Peningkatan Mutu : Pelatihan Integrated risk management, Pelatihan Penyusunan mekanisme untuk memonitor Outcome of Care, Pelatihan Pengembangan sistem untuk mengatasi Poor Performance, Pelatihan Pengembangan sistem untuk menangani komplain, Pelatihan Pengukuran dan perbaikan Indikator Kinerja (antara lain: Pelatihan Pengukuran SPM RS , Pelatihan Penggunaan Hospital Performance Improvement Tools, Pelatihan Penerapan Clinical Governance. 5. Persiapan sertifikasi : Pelatihan dasar-dasar ISO 9000:2008, Akreditasi (ACHS, JCI) Malcom Baldrige. 6. Studi Banding Healthcare Quality Management System (Rumah-sakit atau Primarycare). 4. Pelatihan Regulator Pelayanan Kesehatan : 1. Penguatan Dinas Kesehatan Sebagai Regulator Utama : Pelatihan Pengembangan lembaga independen sebagai partner kerja Dinkes, Pelatihan Implementasi sistem manajemen

description

Z

Transcript of Divisi Mutu PMPK Telah Mengembangkan Berbagai Pelatihan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Dan...

Divisi Mutu PMPKtelah mengembangkan berbagai Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dapat dibedakan menjadi 4 jenis pelatihan (sesuai konsep Donald Berwick), yaitu:1. Pelatihan Manajemen Pengelolaan Pasien /Customer Value Management1. Meningkatkan Customer Value (care experience): Pelatihan Identifikasi persyaratan pasien, Pelatihan Pengkuran kepuasan pasien, Pelatihan Peningkatkan peran serta pasien dalam clinical care.2. Pelatihan Manajemen Mutu Pelayanan Klinik /Clinical Care Quality Management1. Penerapan clinical risk management:Pelatihan RCA, danPelatihan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)2. Penerapan clinical performance management: Pelatihan Clinical performance,Pelatihan Audit Medis/Klinis,Pelatihan Clinical pathways, Pelatihan Case Manager.3. Profesional development and management: Pelatihan Pengembangan proses kredensial, Pelatihan Pemantauan kinerja individu klinisi, Pelatihan Penyusunan rencana pelatihan.4. Studi Banding Clinical Care Management.3. Pelatihan Manajemen Mutu Organisasi Sarana Kesehatan/Organizational Quality Management1. Membangun Quality Leadership: Pelatihan Membangun Budaya Mutu, Pelatihan Meningkatkan Komitemen Mutu, Pelatihan Memberdayakan Komite Medik/Klinik.2. Pengelolaan Sumber Daya Mutu: Pelatihan Pengembangan sistem Professional development, Pelatihan Pengembangan sistem data klinik.3. Penyusunan Rencana Mutu: Pelatihan Pemilihan dan Implementasi Clinical Practice Guidelines.4. Pengukuran, Evaluasi dan Peningkatan Mutu: Pelatihan Integrated risk management, Pelatihan Penyusunan mekanisme untuk memonitor Outcome of Care, Pelatihan Pengembangan sistem untuk mengatasi Poor Performance, Pelatihan Pengembangan sistem untuk menangani komplain, Pelatihan Pengukuran dan perbaikan Indikator Kinerja (antara lain:Pelatihan Pengukuran SPM RS, Pelatihan Penggunaan Hospital Performance Improvement Tools,Pelatihan Penerapan Clinical Governance.5. Persiapan sertifikasi : Pelatihan dasar-dasar ISO 9000:2008, Akreditasi (ACHS, JCI) Malcom Baldrige.6. Studi Banding Healthcare Quality Management System (Rumah-sakit atau Primarycare).4. Pelatihan Regulator Pelayanan Kesehatan :1. Penguatan Dinas Kesehatan Sebagai Regulator Utama : Pelatihan Pengembangan lembaga independen sebagai partner kerja Dinkes, Pelatihan Implementasi sistem manajemen mutu untuk organsiasi Dinkes, Pelatihan Penyusunan kerangka kerja mutu dan regulasi (Quality and Regulation Framework) yang terintegrasi dengan Sistem Kesehatan Daerah (SKD), Pelatihan Pengembangan Standar Pelayanan Minimal, Pelatihan Pengembangan Standar Perijinan, Pelatihan Pengembangan Standar Mutu Pelayanan Kesehatan2. Penguatan Organisasi Profesi Sebagai Regulator : Pelatihan surveyor standar organisasi profesi3. Penguatan Asuransi/Perusahaan Sebagai Regulator : Pelatihan Implementasi sistem manejemen mutu di organisasi asuransi kesehatan, Pelatihan Utilitation review, Pelatihan Pengukuran mutu dan biaya pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta asuransi.4. Penguatan LSM Sebagai Regulator : Pelatihan Customer Value untuk LSM ataupun Media Masa, Pelatihan Pengembangan Customer Value Frame Work.5. Studi Banding Regulasi Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit dan puskesmas sebagai unit tempat pelayanan kesehatan, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Demikian juga dengan upaya pemberian pelayanan keperawatan dirumah sakit yang merupakan bagian integral dari upaya pelayanan kesehatan, dan secara langsung akan memberi konstribusi dalam peningkatan kualitashospital care.Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality).Kedelapan syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya, namun pada akhir-akhir ini dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kesehatan serta semakin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, tampak syarat mutu makin bertambah penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat memperkecil timbulnya berbagai risiko karena penggunaan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi tetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang semakin hari tampak semakin meningkat.Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilakukan, jika upaya tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana dikenal dengan nama program menjaga mutu (Quality Assurance Program).

MUTUMutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan (ASQC dalam Wijoyo, 1999).Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan, didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO 8402, 1986).Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).Dari beberapa pengertian diatas, segeralah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing dapat saja melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda. Misalnya penilaian dari pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut ternyata sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun dengan penyandang dana pelayanan kesehatan. Menurut Roberts dan Prevost (1987) perbedaan dimensi tersebut adalah:1.Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan.Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.2.Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan.Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi, dan adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.3.Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan.Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan mengurangi kerugian dari penyandang dana.

PROGRAM MENJAGA MUTU.

1.Pengertian.Pengertian program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:a.Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Maltos & Keller, 1989).b.Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut (Ruels & Frank, 1988).c.Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang diselenggarakan, serta mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan (The American Hospital Association, 1988).d.Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commission on Acreditation of Hospitals, 1988).Keempat pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya tidak sama namun pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah berbeda. Pengertian pokok yang dimaksud paling tidak mencakup tiga rumusan utama, yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, karakteristik kegiatan yang akan dilakukan, serta tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut.Jika ketiga rumusan tersebut disarikan dari keempat pengertian program menjaga mutu diatas, dapatlah dirumuskan pengertian program menjaga mutu yang lebih terpadu.Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.2.Tujuan.Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:a.Tujuan antara.Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan.b.Tujuan akhir.Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi.3.Manfaat.Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh.Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:a.Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.b.Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.c.Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.d.Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan .4.Syarat.Syarat program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa dari persyaratan yang dimaksud dan dipandang penting ialah:a.Bersifat khas.Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam arti jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti ini, maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga mutu yang baik perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga mutu.b.Mampu melaporkan setiap penyimpangan.Syarat kedua yang harus dipenuhi ialah kemampuan untuk melaporkan setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai mekanisme umpan balik yang baik.c.Fleksibel dan berorientasi pada masa depan.Syarat ketiga yang harus dipenuhi ialah sifatnya yang fleksibel dan berorientasi pada masa depan. Program menjaga mutu yang terlau kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.d.Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi.Syarat keempat yang harus dipenuhi ialah harus mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program yang baik.e.Mudah dilaksanakan.Syarat kelima adalah tentang kemudahan pelaksanaannya, inilah sebabnya sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self assesment). Ada baiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan .f.Mudah dimengerti.Syarat keenam yang harus dipenuhi ialah tentang kemudahan pengertiannya.Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.

PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan kode etik profesi meskipun diakui tidak mudah namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah ada tolok ukurnya, yakni rumusan-rumusan standar serta kode etik profesi yang pada umunya telah dimiliki dan wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan profesi.Tetapi akan bagaimakah halnya untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan ?. Sekalipun aspek kepuasan tersebut telah dibatasi hanya yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk yang menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan , namun karena ruang lingkup kepuasan memang bersifat sangat luas, menyebabkan upaya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tidaklah semudah yang diperkirakan.Sesungguhnyalah seperti juga mutu pelayanan, dimensi kepuasan pasien sangat bervariasi sekali.Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas dua macam:1.Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi.Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada penerapan standar serta kode etik profesi yang baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:a.Hubungan tenaga kesehatan/perawat-pasien (Nurse-patient relationship).b.Kenyamanan pelayanan (Amenitis).c.Kebebasan melakukan pilihan (Choice).d.Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientifik knowledge and technical skill).e.Efektifitas pelayanan (Effectives).f.Keamanan tindakan (Safety).2.Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan.Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan . Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian kepuasan pasien mengenai:a.Ketersediaan pelayanankesehatan(Available).b.Kewajaran pelayanankesehatan(Appropriate).c.Kesinambungan pelayanankesehatan(Continue).d.Penerimaan pelayanankesehatan(Acceptable).e.Ketercapaian pelayanankesehatan(Accesible).f.Keterjangkauan pelayanankesehatan(Affordable).g.Efesiensi pelayanankesehatan(Efficient).h.Mutu pelayanankesehatan(Quality).

UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN

Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan(performance)dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran(output)yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh proses(process),masukan(input)dan lingkungan(environment).Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.Unsur masukanUnsur masukan(input)adalah tenaga, dana dan sarana fisik, perlengkapan serta peralatan. Secara umum disebutkan bahwa apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standaryangtelah ditetapkan(standardofpersonnel and facilities),serta jika danayangtersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan(Bruce 1990).Unsur lingkunganYangdimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan,organisasi, manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan,organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan.Unsur prosesYangdimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis,keperawatan ataunonmedis. Secara umum disebutkan apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan standaryangtelah ditetapkan(standard of conduct),maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan menjadi baik (Pena, 1984).STANDARProgrammenjaga mutu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan standar, karena kegiatan pokokprogramtersebut adalah menetapkan masalah, menetapkan penyebab masalah,menetapkan masalah, menetapkan cara penyelesaian masalah,menilai hasil dansaranperbaikanyangharus selalu mengacu kepada standaryangtelah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu.Pengertian standar itu sendiri sangat beragam,diantaranya: Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkanyangmampu dicapai, berkaitan denganparameter yangtelah ditetapkan. Standar adalah keadaanidealatau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurnayangdipergunakan sebagai batas penerimaanminimal,atau disebut pula sebagai kisaran variasiyangmasih dapat diterima(Clinical Practice Guideline, 1990).Berdasarkan batasan tersebutdiatas sekalipun rumusannya berbeda, namun terkandung pengertianyangsama, yaitu menunjuk pada tingkatideal yangdiinginkan. Lazimnya tingkatidealtersebut tidak disusun terlalu kaku, namun dalam bentukminimaldan maksimal(range).Penyimpanganyangterjadi tetapi masih dalam batas-batasyangdibenarkan disebut toleransi(tolerance).Sedangkan untuk memandu para pelaksanaprogrammenjaga mutuagartetap berpedoman pada standaryangtelah ditetapkan maka disusunlah protokol.Adapunyangdimaksud dengan protokol (pedoman, petunjuk pelaksanaan) adalah suatu pernyataan tertulisyangdisusun secara sistimatis danyangdipakai sebagai pedoman oleh para pelaksanadalammengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.Makindipatuhi protokol tersebut, makin tercapai standaryangtelah ditetapkan.Jenis standar sesuai dengan unsur-unsur yang terdapat dalam unsur-unsurrogrammenjaga mutu, dan perananyangdimiliki tersebut. Secara umum standarprogrammenjaga mutu dapat dibedakan :1)Standar persyaratanminimalAdalahyangrnenunjuk pada keadaanminimal yangharus dipenuhi untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatanyangbermutu,yangdibedakan dalam :a) Standar masukanDalam standar masukanyangdiperlukan untukminimalterselenggaranya pelayanan kesehatanyangbermutu, yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana,peralatan, dana(modal).b) Standar lingkunganDalam standar lingkungan ditetapkan persyaratanminimalunsur lingkunganyangdiperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatanyangbermutu yakni garis-garis besar kebijakanprogram,pola organisasi serta sistim manajemen,yangharus dipatuhi oleh semua pelaksana.c) StandarprosesDalam standarprosesditetapkan persyaratanminimalunsurproses yangharus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatanyangbermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dannonmedis(standard of conduct),karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standarproses.2)Standar penampilanminimalYangdimaksud dengan standar penampilanminimaladalahyangmenunjuk pada penampilan pelayanan kesehatanyangmasih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan(Standard of Performance).Untuk mengetahui apakah mutu pelayananyangdiselenggarakan masih dalam batas-batas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar keluaran.Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan,perlu segera diperbaiki. Dalam pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuanyangdimiliki,maka perlu disusun prioritas.INDIKATORUntuk mengukur tercapai tidaknya standaryangtelahditetapkan,maka digunakan indikator (tolok ukur), yaituyangmenunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standaryangditetapkan.Makinsesuai sesuatuyangdiukur dengan indikator,makin sesuai pula keadaannya dengan standaryangtelah ditetapkan.Sesuai dengan jenis standar dalamprogrammenjaga mutu, maka indikatorpun dibedakan menjadi :1) Indikator persyaratanminimalYaitu indikator persyaratanminimal yangmenunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan, lingkungan danproses.Apabila hasil pengukuran beradadibawah indikator yang telah ditetapkan pasti akan besar pengaruhnya terhadap mutu pelayanan kesehatanyangdiselenggarakan.2) Indikator penampilanminimalYaitu indikator penampilanminimal yangmenunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar penampilan minimal yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini sering disebut indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap standar penampilan berada di bawah indikator keluaran maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak bermutu.Berdasarkan uraian di atas mudah dipahami, apabila ingin diketahui (diukur) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), maka yang dipergunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi apabila yang ingin diketahui adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan).

KRITERIAIndikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria dari standar yang telah ditetapkan, baik unsur masukan, lingkungan, proses ataupun keluaran. Berdasarkan uraian di atas mutu pelayanan kesehatan suatu fasilitas pemberi jasa dapat diukur dengan memantau dan menilai indikator, kriteria dan standar yang terbukti sahih dan relevan dengan : masukan, lingkungan, proses dan keluaran.

BENTUK PROGRAM MENJAGA MUTU(QUALITY ASSURANCE)

Bentuk Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas tigajenis :1) Program Menjaga Mutu Prospektif(Prospective Quality Assurance)Adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditunjukkan pada standar masukan dan standar lingkungan yaitu pemantauan dan penilaian terhadap tenaga pelaksana, dana, sarana, di samping terhadap kebijakan, organisasi, dan manajemen institusi kesehatan.Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering dimanfaatkan dan tercantum dalam banyak peraturan perundang-undangan, di antaranya : Standardisasi(Standardization),perizinan(Licensure),Sertifikasi(Certification),akreditasi(Accreditation).2) Program menjaga mutu konkuren(Concurent quality assurance)Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehatan.Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan.3) Program Menjaga Mutu Restrospektif(Retrospective Quality Assurance)Yang dimaksud dengan program menjaga mutu restrospektif adalah yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan.Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan .atau berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah :Record review, tissuereview,survei klien dan lain-lain.

METODE YANG DIGUNAKAN PADA PROGRAM MENJAGA MUTU

Untuk mengukur dan menilai mutu asuhan dilaksanakan melalui berbagai metoda sesuai kebutuhan.Metoda yang digunakan adalah :1) Auditadalah pengawasan yang dilakukan terhadap masukan, proses, lingkungan dan keluaran apakah dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan.Auditdapat dilaksanakan konkuren atau retrospektif, dengan menggunakan data yang ada (rutin) atau mengumpulkan data baru. Dapat dilakukan secara rutin atau merupakan suatu studi khusus.2) Reviewmerupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan dari pelayanan yang diberikan.3) Surveydapat dilaksanakan melalui kuesioner atauinterviewsecara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.Misalnya : survei kepuasan pasien.4) Observasiterhadap asuhan pasien, meliputi observasi terhadap status fisik dan perilaku pasien.

KEPUSTAKAAN

1. Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.2. Rowland HS, Rowland BL.The Manual of Nursing Quality Assurance,Aspen Publication Inc, Rockville, 1987.3. Samsi Jacobalis.Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu Satria, Jakarta, 1989.4. Joint Commission on Acreditation on Health Care Organization, Primer on Indicator Development andpplication, measuring Quality in Health Care,JCAHO, Oakbrook Terrace, III, 1990.5. Nan Kemp, Richardson EW. Quality Assurance in Nursing Practice,Biddies LTD, London, 1990.6. Donabedian A. Exploration in Quality and Monitoring Health Administration,Ann Arbor, Michigan, 1980.7. Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993;8. Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993;9. Blum HL. Planning for Development and Application of Social Change Theory, Human Science Press, NewYork, 1984.10. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992.11. Emilie Beck, Joseph ED.Quality Assurance/Risk Management : The Nurses Prespective, Carecommunication Inc, Chicago, 1981.12. Ell MF, Ell JD. Quality Assurance Demystified, M.E. Medical Information System, Victoria Australia1991.13. Texas Hospital Association.Guidelinesto an Effective Quality Assurance Program, Texas Society forQuality Assurance, Texas, 1984.14. Wiorld Health Organization. The Principles of Quality Assurance, Report on WHO Meeting Barcelona,1986.15. Dep. Kes. RI.Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta, 1992