DIVERSITAS FLORA DI KAWASAN KORIDOR TAMAN … · 1990 – 2001 terlihat adanya fragmentasi dan...

16
41 DIVERSITAS FLORA DI KAWASAN KORIDOR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK Purwaningsih Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI Email: [email protected] Abstrak Koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang terletak di antara G. Halimun dan G. Salak merupakan daerah perlintasan satwa liar seperti macan (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) dsb. Keadaan koridor Halimun–Salak pada saat ini telah terfragmentasi karena adanya infrastruktur bangunan dan sarana prasarana jalan, lahan pertanian/ladang, maraknya penebangan pohon dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat merubah lahan hutan menjadi penggunaan lain. Tipe-tipe hutan koridor TNGHS terdiri dari semak belukar dan hutan sekunder dataran rendah dan sebagian tipe hutan pegunungan bawah. Penelitian ini menggunakan metoda transek yaitu meletakkan 10 transek dengan jarak tiap transek sepanjang ±100 m. Dari hasil penelitian tercatat 250 jenis dan sebagian besar adalah jenis pionir dan sekunder. Dari tingkat kerusakannya di koridor ada dua zona kritis yang sangat perlu direhabilitasi dan sekitar 57 jenis yang disarankan untuk merahabilitasi zona kritis yang ditumbuhi oleh paku andam (Dicranopteris linearis) dan Caliandra calothyrsus Kata kunci: Koridor, TNGHS, jenis sekunder, rehabilitasi, zona kritis Abstract Corridor of Halimun-Salak Mountain National Park, which lies between the Salak and Halimun mountain is an area of wildlife crossings such as the tiger (Panthera pardus), the Javan hawk-eagle (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), Javan gibbons (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) and so on. The corridor of TNGHS at this point has been fragmented due to the building of infrastructure and road infrastructure, agricultural land/farm, logging and other activities that are changing the forest land to other uses. Forest types TNGHS corridor consists of scrub and secondary lowland forests and submountain forests. This study used a transect method is to put 10 of each transect with a distance of ± 100 m transect. From the results of the study recorded 250 species and most of the pioneer and secondary species. Of the level of damage in the corridor there are two critical zones need to be rehabilitated and about 57 species are recommended for rehabilitating critical zone is overgrown by Dicranopteris linearis and Caliandra calothyrsus Key words: Corridor, TNGHS, secondary species, rehabilitation, critical zone J. Tek. Ling Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup” Hal. 41 - 56 Jakarta, Juni 2012 ISSN 1441-318X Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

Transcript of DIVERSITAS FLORA DI KAWASAN KORIDOR TAMAN … · 1990 – 2001 terlihat adanya fragmentasi dan...

41

DIVERSITAS FLORA DI KAWASAN KORIDOR TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

Purwaningsih

Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPIEmail: [email protected]

Abstrak

Koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang terletak di antara G. Halimun dan G. Salak merupakan daerah perlintasan satwa liar seperti macan (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) dsb. Keadaan koridor Halimun–Salak pada saat ini telah terfragmentasi karena adanya infrastruktur bangunan dan sarana prasarana jalan, lahan pertanian/ladang, maraknya penebangan pohon dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat merubah lahan hutan menjadi penggunaan lain. Tipe-tipe hutan koridor TNGHS terdiri dari semak belukar dan hutan sekunder dataran rendah dan sebagian tipe hutan pegunungan bawah. Penelitian ini menggunakan metoda transek yaitu meletakkan 10 transek dengan jarak tiap transek sepanjang ±100 m. Dari hasil penelitian tercatat 250 jenis dan sebagian besar adalah jenis pionir dan sekunder. Dari tingkat kerusakannya di koridor ada dua zona kritis yang sangat perlu direhabilitasi dan sekitar 57 jenis yang disarankan untuk merahabilitasi zona kritis yang ditumbuhi oleh paku andam (Dicranopteris linearis) dan Caliandra calothyrsus

Kata kunci: Koridor, TNGHS, jenis sekunder, rehabilitasi, zona kritis

Abstract

Corridor of Halimun-Salak Mountain National Park, which lies between the Salak and Halimun mountain is an area of wildlife crossings such as the tiger (Panthera pardus), the Javan hawk-eagle (Spizaetus bartelsi), surili (Presbytis comata), Javan gibbons (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus) and so on. The corridor of TNGHS at this point has been fragmented due to the building of infrastructure and road infrastructure, agricultural land/farm, logging and other activities that are changing the forest land to other uses. Forest types TNGHS corridor consists of scrub and secondary lowland forests and submountain forests. This study used a transect method is to put 10 of each transect with a distance of ± 100 m transect. From the results of the study recorded 250 species and most of the pioneer and secondary species. Of the level of damage in the corridor there are two critical zones need to be rehabilitated and about 57 species are recommended for rehabilitating critical zone is overgrown by Dicranopteris linearis and Caliandra calothyrsus

Key words: Corridor, TNGHS, secondary species, rehabilitation, critical zone

J. Tek. Ling Edisi Khusus“Hari Lingkungan Hidup” Hal. 41 - 56 Jakarta, Juni 2012 ISSN 1441-318X

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

42

1. PENDAHULUAN

Koridor Taman Nasional Gn. Halimun-Salak secara geografi terletak pada 6º42,929’-6º44,959’ LS dan 106º37,087’ BT berdekatan dengan perkebunan teh Cianten. Kawasan ini berada pada ketinggian ± 900 m dpl dengan keadaan medan berbukit-bukit agak terjal dan kemiringan mencapai 30º. Berdasarkan klasifikasi satelite image ahun 1990 – 2001 terlihat adanya fragmentasi dan degradasi hutan dalam koridor, sehingga dalam waktu 11 tahun telah terjadi degradasi sekitar 347.523 ha, dari 666.508 ha di tahun 1991 menjadi 318.985 ha tahun 2001. Lebar koridor 1,4 Km pada tahun 1990 dan pada tahun 2001 menyusut menjadi 0,7 Km. Hasil interpretasi Ikonos image, tutupan lahan kawasan koridor yang berhutan seluas 1.040 Ha (1,3). Berdasarkan gambaran tersebut maka studi koridor difokuskan pada areal yang masih memiliki fungsi ekologis atau daerah yang masih memiliki vegetasi. Target area untuk pengelolaan koridor mencakup kawasan yang berhutan beserta wilayah penyangganya dengan luasan 4.195,76 ha.

Secara admin is t ra t i f , kawasan konservasi TN Gunung Halimun – Salak terdapat dalam wilayah tiga(3) Kabupaten, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di Propinsi Banten. Topografi wilayah umumnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung, terletak pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m dpl. Topografi koridor bagian utara lebih curam dan pendek sedangkan bagian selatan lebih landai. Bagian Utara koridor seluas 1.662,76 ha masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor, sedangkan di bagian selatan seluas 2.533 ha berada dalam Kabupaten Sukabumi. Perbatasan kedua kabupaten ini terletak di bagian tertinggi kawasan koridor memanjang dari barat ke timur. Tipe penutupan lahan di kawasan koridor Halimun-Salak sebagian besar terdiri atas semak belukar yaitu sekitar 1484,53 ha. (35,29 %), berikutnya hutan sekunder dengan luas sekitar 759,06 ha.

(18,05%). Daerah Lokasi penelitian termasuk

dalam wilayah Gunung Salak dan Gunung Halimun. Di daerah ini tipe hutan yang umum dijumpai adalah hutan sekunder muda dan semak belukar yang berdekatan dengan pemukiman dan perkebunan teh. Vegetasi yang mendominasi daerah semak belukar dan hutan sekunder adalah jenis pionir, jenis sekunder, rotan dan liana. Pohon-pohon utama yang masih tersisa antara lain puspa (Schima wallichii) dan manii (Maesopsis eminii).

1.1. Latar Belakang

Koridor Taman Nasional Gunung Halimun dan Gunung Salak (TNGHS) sebagai sa lah satu kawasan yang menghubungkan dua buah fungsi ekologi merupakan areal yang sangat penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati baik ditingkat ekosistem, jenis maupun genetik (1,2). Kawasan koridor tersebut membentang dari barat sampai ke arah timur dengan letak posisi Gunung Halimun terletak di bagian Barat dan Gunung Salak di bagian Timur (3). Sesuai dengan SK 175 (4) areal yang menghubungkan kedua kawasan ini seluas ± 3.853 Ha. Kawasan ini merupakan habitat tersisa yang dapat mendukung kelangsungan hidup, tempat berbiak dan juga sebagai lintasan pergerakan satwa seperti Elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular (Spilornis cheela), Puyuh gonggong (Arborophylla javanica), Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Kucing hutan (Felis bengalensis), Macan (Panthera pardus), Musang luwak (Paradoxurus hermaproditus), Jelarang (Ratufa bicolor), babi hutan (Sus barbatus), dan Muncak (Muntiacus muntjak) (5,6,7,8). Keadaan koridor Halimun–Salak pada saat ini telah terfragmentasi oleh adanya infrastruktur bangunan dan sarana prasarana jalan, lahan pertanian/ladang, maraknya penebangan pohon dan kegiatan-kegiatan lainnya yang merubah lahan hutan

Purwaningsih, 2012

43

menjadi penggunaan lain. Di beberapa tempat terutama yang berbatasan dengan kampung dan yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS) terlihat terjadi penyusutan luas areal hutan akibat adanya penebangan liar (9). Saat ini diperkirakan semak belukar telah mendominasi kawasan koridor, hampir sebagian dari luas koridor.

K e a n e k a r a g a m a n j e n i s f l o r a suatu kawasan berkaitan erat dengan pengetahuan tentang biota daerah tersebut dan hal ini merupakan hal mendasar dalam program konservasi. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan dinamika perkembangannya maka pengelolaan suatu kawasan lebih terarah dan efektif. Ada 3 (tiga) tipe ekosistem hutan di kawasan gunung Halimun-Salak yaitu hutan dataran rendah (ketinggian <1000 m dpl), hutan pegunungan bawah (1000-1500 m dpl) dan hutan pegunungan (>1500 m dpl). Ke 3 (tiga) tipe ekosistem ini telah diungkapkan data ekologi dan vegetasinya (9,10,11,12). Jenis tumbuhan yang banyak ditemui adalah jenis-jenis pionir dan jenis tumbuhan sekunder seperti Macaranga spp., Omalanthus populneus, Nauclea lanceolata, Ficus spp, Schima wallichii .

Hutan kawasan koridor TNGHS yang mempunyai fungsi penghubung baik sebagai lintasan flora dan satwa antara Gn. Salak dan Gn Halimun. Pentingnya kawasan koridor bagi hidupan liar pada saat ini belum banyak terungkap floranya sebagai habitat dan sumber pakan satwa. Dalam tulisan ini akan diungkapkan keanekaragaman jenis flora di kawasan koridor yang telah banyak mengalami perubahan dari hutan primer dan saat ini sebagian besar telah berubah menjadi hutan sekunder. Diungkapkan juga jenis-jenis hutan yang direkomendasikan sebagai tumbuhan untuk merehabilitasi hutan yang dikategorikan sebagai zona kritis.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang kondisi fisik hutan dan

lahan yang terdapat di kawasan koridor saat ini. Selain itu dalam rangka pemulihan kondisi lahan yang kritis perlu dilakukan usaha untuk mengembalikan kondisi fisik hutan dan lahan dalam bentuk kegiatan penghijauan melalui rehabilitasi dengan jenis-jenis yang di sarankan. Jenis-jenis tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitar hutan dan menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan lainnya.

2. METODA PENELITIAN

Penelitian keanekaragaman jenis di daerah koridor Gunung Halimun-Salak dilakukan dengan metoda transek di sepanjang koridor dari arah barat-timur di buat 10 transek dengan menentukan titik awal di sebelah utara ke arah selatan. Tiap transek dibuat 6 titik dengan jarak tiap titik 50-100 m tergantung keadaan medannya. Pada tiap titik dilakukan pengamatan semua jenis tumbuhan yang ada di radius 20m di sekitar titik dan contoh daunnya diambil untuk diidentifikasi. Pengamatan dilakukan di 10 titik di daerah koridor antara Gunung Salak dan Gunung Halimun, pada setiap titik dibuat lagi beberapa sub-titik berjarak 100-200m dan pengamatan dilakukan dengan mencatat jenis tumbuhan dari herba-pohon yang ada pada radius 20m serta mencatat populasinya. Sampel daun yang diamati diambil untuk keperluan identifikasi jenis di Herbarium Bogoriense. Titik pertama dari arah Halimun di daerah Awi Rekep dan terakhir di Dekat jalan Cipetey, sedangkan dari arah Gn. Salak dari kaki Gn. Gagak kearah tengah menuju Cipeteuy.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Di Kawasan koridor TNGHS sedikitnya tercatat 250 jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai bentuk hidup diantaranya pohon, liana, terna, herba pada 10 transek. Berdasarkan pembagian zona kritis sesuai dengan tingkat kerusakan terdapat dua zona yang terlihat tingkat kerusakannya

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

44

relatif tinggi yaitu zona 2a dan 2b (lihat gambar 2.). Pada zona kritis 2a terlihat hampir semua tertutup oleh Dicranopteris linearis jenis paku dari suku Gleicheniaceae dengan habitus merambat dan disini tidak ditemukan pohon atau semak lain yang tumbuh. Tetapi pada zona kritis 2b di dekat kawasan gunung Salak terlihat populasi Caliandra calothyrsus cukup padat bahkan dijumpai beberapa pohon caliandra yang berdiameter >20cm. Pada zona kritis dekat dengan Gunung Halimun tercatat 49 jenis tumbuhan dan umumnya masih didominasi oleh jenis tumbuhan sekunder (Tabel1).

arborea (13) sedangkan beberapa jenis hutan primer antara lain adalah puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), kihujan (Engelhardtia serrata), kelompok huru (Lauraceae), kelompok jambu (Syzygium) dan kelompok suku Fagaceae.

Daerah koridor yang terdapat didalam kawasan hutan dataran rendah G.Halimun sebagian besar merupakan hutan sekunder (9), sedangkan sisa-sisa hutan primer umumnya hanya dapat dijumpai pada daerah-daerah lereng dengan tebing yang curam. Pengaruh kehidupan bertani yang telah diterapkan sejak lama oleh masyarakat setempat tampaknya cukup berperan dalam pengalihan atau berubahnya fungsi kawasan hutan tersebut. Dilaporkan kondisi yang sama juga terdapat di kawasan hutan dataran rendah G.Salak yang berada dibawah ketinggian 900 m. dpl.yang sebagian besar sudah merupakan hutan sekunder yang banyak terganggu oleh aktivitas manusia (14). Jenis-jenis yang tampak mendominasi pada tingkat pohon adalah Maesopsis eminii (manii/kayu Afrika) dan Schima wallichii (puspa).

Pemahaman dalam pelestarian hutan tampaknya sudah tidak menjadi bahan pemikiran lagi bagi banyak kalangan, sehingga penebangan jenis-jenis bermanfaat semakin meningkat, seperti jenis pakis tiang, palahlar (Dipterocarpus hasselthii), jenis-jenis Lauraceae dan Fagaceae. Hal ini terlihat dari sisa tunggul bekas penebangan pohon pakis tiang (Cyathea contaminans) dalam jumlah banyak. Jenis pohon paku tiang ini akarnya digunakan untuk media tumbuh anggrek yang banyak diperjual belikan, sehingga diperkirakan populasi Cyathea contaminans dalam beberapa tahun mendatang akan menurun drastis. Pakis benyer yang merupakan pohon kecil dan tinggi batang berkisar antara 2-3 m sering dijumpai dalam populasi yang melimpah. Selain itu di sekitar dan didalam lokasi pengamatan masih banyak dijumpai tunggul-tunggul pohon dari sisa penebangan sebelumnya. Demikian juga populasi jenis

Pada tipe vegetasi semacam ini sebagian besar areal tampak terbuka sehingga sinar matahari langsung menembus permukaan tanah. Pada lahan terbuka dengan bukaan kanopi yang sangat luas tampak banyak ditumbuhi jenis-jenis belukar seperti alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Eupatorium odoratum) dan paku andam (Dicranopteris linearis) sehingga daerah ini digolongkan ke dalam kelompok semak belukar. Pada lahan dengan tingkat kerusakan hutan cukup tinggi jenis-jenis hutan primer umumnya terlihat belum mampu untuk tumbuh dengan baik. Pada tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest dengan ketinggian >1000 - 1700 m) terlihat banyak ditumbuhi beberapa jenis hutan sekunder bahkan dijumpai pula beberapa jenis hutan primer. Jenis sekunder yang tampak banyak di ketinggian ini antara lain Ficus spp., Macaranga spp., Glochidion spp., Saurauia sp dan Vernonia

Purwaningsih, 2012

45

palahlar (Dipterocarpus hasseltii) sangat jarang dan hampir tidak dijumpai lagi, dalam petak penelitian Mirmanto di daerah Cikaniki hanya diketemukan anakannya yang masih berdiameter kecil hal ini membuktikan bahwa populasi Dipterocarpus hasseltii sudah hampir hilang dari daerah penelitian. Di daerah pulau Jawa populasi jenis Dipterocarpus hasseltii sampai sejauh ini hanya dapat dijumpai di kawasan Gunung

Honje Taman Nasional Ujung Kulon. Hutan yang tersisa banyak ditanami rotan manau yang telah berumur ± 5 tahun, dengan terbukanya kanopi hutan menyebabkan rotan manau tersebut dapat tumbuh subur. Potensi lain di kawasan hutan koridor ini juga diperuntukkan sebagai sumber pakan hewan seperti owa, surili, kelelawar, dan mamalia kecil lainnya serta beberapa jenis tumbuhan berpotensi sebagai tanaman hias.

No Nama jenis Suku Nama daerah Populasi1 Gastonia serratifolia Araliaceae Gompong +++2 Schefflera longifolia Araliaceae Ramogiling +++3 Plectocomya elongata Arecaceae Bungbuai +++4 Vernonia arborea Asteraceae Hamirung ++5 Weinmannia blumei Cunnoniaceae Kimerak +6 Cyathea contaminans Cyatheaceae Paku tiang +++7 Cyathea junghuhniana Cyatheaceae Paku sieur +++8 Cyathea sp. Cyatheaceae Paku beunyeur +++9 Elaeocarpus grandiflorus Elaeocarpaceae Genitri ++10 Aporosa frutescens Euphorbiaceae Kihideung ++11 Bridelia insularis Euphorbiaceae Kanyere +++12 Glochidion hypoleucum Euphorbiaceae Kipare +++13 Homalanthus populneus Euphorbiaceae Kareumi ++14 Macaranga tanarius Euphorbiaceae Mara putih +++15 Macaranga triloba Euphorbiaceae Mara beureum +++16 Mallotus paniculatus Euphorbiaceae Calikangin +++17 Caliandra calothyrsus Fabaceae Kaliandra +++18 Castanopsis acuminatissima Fagaceae Kironyok ++19 Castanopsis argentea Fagaceae Saninten ++20 Castsnopsis javanica Fagaceae Kihiur +++21 Lithocarpus pseudomoluccanus Fagaceae Kalimorot ++22 Quercus argentata Fagaceae Pasang +++23 Quercus gemelliflora Fagaceae Batarua +++24 Engelhardtia serrata Juglandaceae Kihujan ++25 Cryptocarya ferrea Lauraceae Huru leuer ++26 Cryptocarya ferrea Lauraceae Huru leueur ++27 Litsea angulata Lauraceae Huru merang +28 Litsea brachystachia Lauraceae Huru hiris +29 Litsea cubeba Lauraceae Kilimo +

Tabel 1. Jenis-jenis pepohonan yang tercatat di zona kritis daerah koridor TNGHS.

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

46

Untuk tujuan rehabilitasi lahan kritis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kemiringan, tipe tanah, sumber air, tingkat kerusakan, luasan lahan dan jenis-jenis pepohonannya. Kemiringan lahan >15% pada tipe tanah regosol dan litosol merupakan lahan yang harus dijadikan kawasan lindung. Rusaknya lingkungan akibat hilangnya tegakan pohon alami dapat menyebabkan fungsi pelindung dari ekosistem akan hilang. Dampak negatif dari kerusakan lingkungan ini dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim seperti kekeringan di musim kemarau serta banjir dan longsor dimusim penghujan. Berdasarkan inventarisasi di dalam kawasan di wilayah TNGHS terdapat 117 sungai dan anak sungai secara hidrologis dapat menyediakan air bersih untuk konsumsi bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya (15,16). Pemulihan fungsi ekologis daerah TNGHS harus terus dilakukan melalui

beberapa cara terutama membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestastarikan lingkungan khususnya mereka yang tinggal dan melakukan berbagai kegiatan di sekitar TNGHS. Pengembalian fungsi ekologis kawasan TNGHS antara lain bisa melalui penghijauan dengan jenis-jenis yang tepat dan bukan jenis eksotik. Dikatakan secara umum pengembalian tutupan vegetasi adalah salah satu usaha paling baik untuk mengatasi erosi dan bahaya longsor(17).

Faktor lain yang mempengaruhi kerusakkan TNGHS adalah s ta tus kepemilikan lahan di sekitar kawasan. Karena status kepemilikannya yang tidak jelas sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai ladang, kebun sayur dan tanaman palawija. Padahal tanaman non kayu ini tidak mampu menahan air yang mengalir di permukaan tanah, akibatnya air hujan tidak dapat ditangkap

30 Litsea robusta Lauraceae Huru gemblung ++31 Melastoma sylvatica Mekastomataceae Harendong ++32 Memexylon sp. Melastomataceae Kisireum ++33 Pternandra aculeata Melastomataceae Piskulit ++34 Ficus fistulosa Moraceae Beunying +++35 Ardisia zollingeri Myrsinaceae Kiajag ++36 Pandanus sp. Pandanus Cangkuang ++37 Agathis dammara Podocarpaceae Kidamar +++38 Helicia robusta Proteaceae Kenung ++39 Maesopsis emenii Rhamnaceae Manii +++40 Euodia latifolia Rutaceae Kisampang +++41 Polyosma illicifolia Saxifragaceae Kiendog ++42 Symplocos fasciculata Symplocaceae Jirak +++43 Symplocos odoratissima Symplocaceae Kihuut +++44 Eurya nitida Theaceae Kiwates +++45 Gordonia excelsa Theaceae Puspa lembang ++46 Schima wallichii Theaceae puspa +++47 Dicranopteris linearis Gleicheniaceae Paku andam +++48 Antidesma montanum Euphorbiaceae Kiseueur ++49 Artocarpus elasticus Moraceae Kiteureup ++

Keterangan : +++ = banyak; ++ = cukup; + = sedikit

Purwaningsih, 2012

47

maupun meresap ke dalam tanah maka hal ini akan mengganggu keseimbangan ekologis dan sistem hidroorologi.

A d a b e b e r a p a c a r a u n t u k mengembalikan fungsi ekologis kawasan TNGHS yaitu dengan merestorasi lahan-lahan kritis terutama di lereng-lereng yang cukup terjal untuk mencegah terjadinya longsor. Untuk tujuan rehabilitasi ini harus diperhatikan keadaan lokasi dan jenis-jenis pohon yang akan ditanam dengan mengutamakan jenis alami yang pernah tumbuh di daerah tersebut atau yang banyak tumbuh di hutan pegunungan Jawa. Jenis eksotik seperti mahoni, damar, manii, acasia dsb. tidak disarankan untuk usaha rehabilitasi. Jenis pohon yang akan direkomendasikan tentunya berkaitan erat dengan ketersediaan bibit di habitat alami setempat. Pembungaan jenis-jenis pohon alami umumnya tidak terjadi setiap tahun bahkan ada yang pembungaannya setiap 5 tahun sekali sehingga bibit yang yang tersedia mungkin amat terbatas. Oleh karena itu dalam penyediaan bibit dapat dilakukan dengan sistem cabutan dan segera ditanam dalam polibag setelah bibit-bibit tersebut cukup kuat barulah ditanam di daerah kritis tsb

Pada sisi luar yang berbatasan dengan pemukiman sebaiknya ditanam jenis buah-buahan berkayu keras dan sifatnya tidak invasif sehingga masyarakat setempat akan menikmati hasil dari buahnya tetapi sebaran dari pohon tsb diupayakan tidak menyebar ke dalam zona inti Taman Nasional. Pada lokasi yang berlereng terjal sebaiknya ditanam jenis yang mempunyai sistem perakaran lateral seperti jenis-jenis bambu yang memiliki diameter batang relatif besar. Pada lokasi yang sangat terbuka dan terdapat di dalam kawasan taman nasional sebaiknya ditanam kembali dengan jenis-jenis alam yang berkayu lunak dan cepat tumbuh dan di daerah semak belukar bisa ditanam kembali dengan jenis-jenis sekunder maupun primer yang toleran terhadap cahaya matahari (Tabel 2).

4. KESIMPULAN

Penel i t ian d ivers i tas f lora dan rehabilitasi hutan di kawasan koridor Taman Nasional gunung Halimun-Salak diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi usaha untuk mengembalikan kondisi fisik hutan dan lahan dalam bentuk kegiatan penghijauan melalui rehabilitasi. Pelestarian hutan mutlak harus diperhatikan karena memiliki nilai koservasi bagi kehidupan berbagai jenis tumbuhan dan kelangsungan hidup hewan seperti Elang jawa (Spizaetus bartelsi), elang ular (Spilornis cheela), Puyuh gonggong (Arborophylla javanica), Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Kucing hutan (Felis bengalensis), Macan (Panthera pardus melas), dan Musang luwak (Paradoxurus hermaproditus). Musang luwak seperti diketahui adalah hewan pemencar biji Aren paling utama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rinaldi, D; S.A. Harahap, D.M. Prawiradilaga; E.N. Sambas, H. Wiriadinata, Purwaningsih; I. Febriana; I.K. Widyaningrum, N. Faizin, 2008. Ekologi Koridor Halimun-Salak TNGHS. JICA-TNGHS-Dep.Kehutanan.

2. Haryanto, P.R., 1997. Keanekaragaman hayat i Gn. Salak dan kendala p e n g e l o l a a n n y a . M a n a j e m e n Bioregional TNGP dan TNGHS. Prosiding Diskusi Panel, 109-127.

3. Cahyadi, I., 2003. Analisis spasial struktur dan fungsi koridor hutan antara TN Gunung Halimun-Salak. Thesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor.

4. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 2009. Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003.

5. Harahap, S.A.; W. Ikbal; R. Rachmady;

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

48

E. Sutrisno, 2004. Corridor Assesment on Leopard to transverse from Gn. Halimun to Gn. Salak. Bogor. Biodiversity Conservation Indonesia.

6. Dewi, H. 2005. Tingkat Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Taman Nasional Gunung Hal imun-Salak. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

7. P r a w i r a d i l a g a , D . M . d a n A . Marakarmah,. 2003. Komunitas burung di koridor Halimun-Salak. Laporan Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor.

8. Iskandar, E. 2005. Populasi and habitat analysis of the javan gibbon (Hylobates moloch) at Gunung Halimun National Park, West Java. The Rufford Small Grants for Nature Conservation 1-3.

Yusuf, R. 2004. Keanekaragaman jenis pohon pada hutan terganggu di daerah koridor TNGHS. Berita Biologi Vol.7 (2): 41-50

9. Simbolon, H and E. Mirmanto,. 1997. Altitudinal zonation of the forest vegetation in Gn Halimun National park, West Java. In: M. Yoneda, J. Sugarjito and H. Simbolon (Eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol.II. The inventory of natural Resources in Gunung Halimun Park. LIPI-JICA-PHPA, 14-35

10. Mirmanto, E & H. Simbolon, 1998. Vegetat ion analys is of Ci torek Forest, Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol. IV. The last submontane Tropical Forest in West Java. 41-54.

11. Suzuki, E.; M. Yoneda; H. Simbolon; Z. Fanani; T. Nishimura and M. Kimura,

1997. Monitoring of vegetational changes on permanent plots in Gunung Halimun National Park. . In: M. Yoneda, J. Sugarjito and H. Simbolon (Eds.). Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol.II. The inventory of natural Resources in Gunung Halimun Park. LIPI-JICA-PHPA, 60-81

12. Simbolon, H. 1998. Vegetation and land-use mapping in gunung Halimun National Park and its surrounding areas. Research and coservation of Biodiversity in Indonesia. Gunung halimun: The last Submontane Tropical Forest in West Java. Vol.IV: 12-20.

13. UNDP/FAO, 1978. Proposed Halimun Nature Reserve Management Plan 1979-1982. Field Report of UNDP/FAO Nature Conservation and Wildlife Management Project INS/73/013.

14. IPB, 2009. BAB III. Kondisi umum lokasi penelitian. Kondisi umum 2009asw.pdf-IPB Respiratory Home. repository.ipb.ac.id/.../Bab%20III.Kondisi%20Umum%202009asw.p..

15. Sudarsono, R.P. dan S. Oktora, 2003. Halimun-Salak juga untuk kepentingan Jakarta. Sungaibersih2020. Kompas http://www.dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=334&idBerita=284

16. Bruijnzeel, L.A. and J. Proctor. 1993. Hydrology and biogeochemistry of tropical mantane cloud forest: What do we do really know? In: L.S.Hamilton; J.O.JuviK and F.N.Acatena (Eds.). Tropical Montane Cloud Forest. Proceeding of an Internat ional Symposyum. East-West Center. Honolulu. Pages 25-46.

Purwaningsih, 2012

49

No Jenis Suku Nama daerah Tipe lahan1 Dendrocalamus asper Poaceae Awi bitung Lereng terjal2 Gigantochloa atroviolacea Poaceae Awi hideung, awi wulung Lereng terjal3 Gigantochloa atter Poaceae Awi atter Lereng terjal4 Gigantochloa pseudoarundinacea Poaceae Awi gombong Lereng terjal5 Schizostachyum iraten Poaceae Awi tamiang Lereng terjal6 Schizostachyum sp. Poaceae Awi sengkol Lereng terjal7 Castanopsis argentea Fagaceae Saninten Semak belukar/ Bekas ladang 8 Cinnamomum burmanii Lauraceae Kimanis Bekas ladang dan kebun9 Manglietia glauca Magnoliaceae Kimanglid Bekas ladang dan kebun10 Sandoricum koetjapi Meliaceae Kecapi Bekas ladang dan kebun11 Pithecellobium jiringa Fabaceae Jengkol Bekas ladang dan kebun12 Parkia speciosa Fabaceae Peteui Bekas ladang dan kebun13 Parkia roxburghii Fabaceae Pendeuy/kedawung Bekas ladang dan kebun14 Nephelium lappaceum Sapindaceae Rambutan Bekas ladang dan kebun15 Durio zibethinus Bombacaceae Durian Bekas ladang dan kebun16 Myristica fragrans Myristicaceae Pala Bekas ladang dan kebun17 Dipterocarpus hasselthii Dipterocarpaceae Palahlar Semak belukar/hutan sekunder18. Gonystylus macrophyllus Thymelaceae Garu kapas Semak belukar/hutan sekunder19. Litsea cubeba Lauraceae Kilimo Semak belukar/hutan sekunder20. Lithocarpus spp. Fagaceae Pasang Semak belukar/hutan sekunder21. Schima wallichii Theaceae Puspa Semak belukar/hutan sekunder22. Altingia excelsa Hammamelidaceae Rasamala Semak belukar/hutan sekunder23 Alstonia scholaris Apocynaceae Lame Semak belukar/hutan sekunder24 Lansium domesticum Meliaceae Duku Semak belukar/ Bekas ladang 25 Artocarpus integer Moraceae Nangka Bekas ladang dan kebun26 Syzygium jambos Myrtaceae Jambu bol Bekas ladang dan kebun27 Syzygium commune Myrtaceae Jamblang Bekas ladang dan kebun28 Syzygium aquea Myrtaceae Jambu Bekas ladang dan kebun29 Syzygium aromatica Myrtaceae Salam Semak belukar/ Bekas ladang30 Citrus maxima Rutaceae Jeruk bali Bekas ladang dan kebun31 Citrus spp. Rutaceae Jeruk Bekas ladang dan kebun32 Baccaurea racemosa Euphorbiaceae Menteng Bekas ladang dan kebun33 Antidesma montanum Euphorbiaceae kiseuer Bekas ladang dan kebun34 Garcinia mangostana Clusiaceae Manggis Bekas ladang dan kebun45 Achras sapota Sapotaceae Sawo Bekas ladang dan kebun46 Manilkara kauki Sapotaceae Sawo kecik Bekas ladang dan kebun47 Ficus spp. Moraceae Benying, hamerang,

seuhang, darangdan dsbBalukar muda/alang-alang

48 Macaranga spp. Euphorbiaceae Mara Balukar muda/alang-alang49 Vernonia arborea Asteraceae hamirung Balukar muda/alang-alang50 Ardisia laevigata Myrsinaceae kiajag Balukar muda/alang-alang

Tabel 2. Beberapa jenis pohon yang disarankan untuk rehabilitasi lahan.pada daerah kritis:

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

50

Suku Jenis Jal.1 Jal.2 Jal.3 Jal.4 Jal.5 Jal.6 Jal.7 Jal.8 Jal.9 Jal.10

Acanthaceae Staurogyne elongata (Bl.) O.K. ++ ++

Acanthaceae Strobilanthes bibracteata ++ ++

Acanthaceae Strobilanthes sp. +++ +++ +++ ++ ++ +++ +++ ++ ++ +++

Aceraceae Acer niveum Bl. ++ ++

Actinidaceae Saurauia nudiflora DC. ++

Actinidaceae Saurauia pendula Bl. ++ ++ ++

Alangiaceae Alangium kurzii Craib ++ ++ ++ ++ ++

Anacardiaceae Semecarpus heterophylla Bl. - ++ ++ ++ ++ ++

Annonaceae Goniothalamus macrophyllus Miq. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Annonaceae Orophea hexandra Bl. ++

Annonaceae Oxymitra sp. +++

Annonaceae Polyalthia rumphii Merr. ++ ++ ++ ++ ++ ++

Araceae Homalomena cordata Schott. +++

Araliaceae Arralidium sp. +++ +++ +++

Araliaceae Gastonia serratifolia (Miq.) Phil. +++ +++ +++

Araliaceae Phyllodendron sp. +

Araliaceae Polyscias javanica Koord.& Valet.. +++ +++ +++

Araliaceae Trevesia sundaica Miq. ++

Arecaceae Areca sp. - ++ ++ ++ ++ ++ ++

Arecaceae Calamus heteroideus Bl. - ++

Arecaceae Calamus horrens Bl. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Arecaceae Calamus sp.

Arecaceae Caryota mitis Lour. ++ ++ ++

Arecaceae Daemonorops melanochaetes Bl.

Arecaceae Pinanga coronate Bl. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Arecaceae Plectocomia elongate Mart.& Bl. ++ +++ ++

Asteraceae Clibadium surinamensis L. - +++ +++ +++ +++

Asteraceae Eupatorium inulifolium H.B.K. +++ +++ +++ +++ +++

Asteraceae Eupatorium odoratum L. ++

Asteraceae Vernonia arborea Buch.-Ham. +++ +++ +++ +++

Begoniaceae Begonia sp1. +++ +++ +++ +++

Begoniaceae Begonia sp2. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Bignoniaceae Oroxyllum indicum (L.) Kurz. +++

51 Artocarpus elasticus Moraceae Kiteureup Balukar muda/alang-alang52 Aporusa frutescens Euphorbiaceae Kihideung Balukar muda/alang-alang53 Bridelia glauca Euphorbiaceae Kanyere Balukar muda/alang-alang54 Glochidoin hypoleucum Euphorbiaceae Kipare Balukar muda/alang-alang55 Saurauia pendula Actinidaceae Kileho Balukar muda/alang-alang56 Schefflera javanica Araliaceae Gompong Balukar muda/alang-alang57 Evodia latifolia Rutaceae Kisampang Balukar muda/alang-alang

Tabel 3. Keanekaragaman Jenis tumbuhan yang terdapat di daerah koridor TNGHS

Purwaningsih, 2012

51

Bombacaceae Neesia altissima Bl. +++ +++ +++

Celastraceae Salacia sylvestris Steud. - ++ ++ ++

Clusiaceae Garcinia cambogia Desr. - ++

Clusiaceae Garcinia rostrata (Hassk.) Miq. - +++

Commelinaceae Foresttia molissima Koord. ++

Cornaceae Mastixia rostrata Bl. ++

Cunnoniaceae Weinmannia blumei A. Gray. +++ ++ ++ ++ ++

Cyatheaceae Cyathea contaminans (wall.ex Hook.f)) copel.

++ ++ ++ +++ +++

Cyatheaceae Cyathea junghuniana (Kuntze.) Copel. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Cyatheaceae Cyathea raciborskii Copel. ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Dipterocarpaceae Dipterocarpus hasselthii Bl. +

Elaeocarpaceae Elaeocarpus ganitrus Roxb.& G.Don ++ +++ ++ ++

Elaeocarpaceae Elaeocarpus petiolatus A. Gray. +++ ++ ++

Elaeocarpaceae Elaeocarpus sphaericus (Gaertn.) Schum.

- ++ ++ ++ ++ ++

Euphorbiaceae Antidesma neurocarpum Miq. ++ ++

Euphorbiaceae Ostodes paniculata Bl. ++ ++ ++

Euphorbiaceae Antidesma tetandrum Bl. ++ +++ +++

Euphorbiaceae Aporusa arborea M.A. - +++ ++ ++ ++ ++ ++

Euphorbiaceae Breynia microphylla M.A. - +++

Euphorbiaceae Baccaurea lanceolata M.A. ++

Euphorbiaceae Aporusa frutescens Bl.

Euphorbiaceae Blumeodendron elatriospermum J.J. Smith

+++ +++

Euphorbiaceae Breynia cernua M.A. ++ ++

Euphorbiaceae Bridelia insulana Hance ++

Euphorbiaceae Bridelia glauca Bl. - ++

Euphorbiaceae Glochidion hypoleucum Miq. +++ +++ +++

Euphorbiaceae Glochidion arborescens Bl. ++ ++ ++ ++ ++ ++

Euphorbiaceae Homalanthus populneus Pax. +++

Euphorbiaceae Macaranga tanarius M.A. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Euphorbiaceae Macaranga triloba M.A. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Euphorbiaceae Mallotus paniculatus M.A. +++ +++ +++ +++ +++

Euphorbiaceae Breynia virgata (Bl.) Muell. Arg. ++

Euphorbiaceae Omalanthus populneus Kuntze. ++

Euphorbiaceae Sapium baccatum Roxb. - ++ ++

Fabaceae Archidendron clypearia (Jack) Nielsen - ++ ++

Fabaceae Calliandra calothyrsus Meissn. ++ ++ ++ ++ ++

Fabaceae Spatholobus sp. ++ ++

Fagaceae Castanopsis acuminatissima A.DC. ex Hance

- +++ ++

Fagaceae Castanopsis argentea (Bl.) A. DC. +++ +++ +++

Fagaceae Castanopsis javanica A.DC. ++ ++

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

52

Fagaceae Quercus argentata Korth. ++

Fagaceae Quercus oidocarpa Korth. ++

Fagaceae Castanopsis tungurut A.DC. ++ +++ ++

Fagaceae Lithocarpus spicatus Rehd. Et Wils. ++ ++ ++

Fagaceae Lithocarpus indicus Rehd. - ++ ++

Fagaceae Lithocarpus pseudomoluccanus (Bl.) Rehd.

- ++ ++ ++

Fagaceae Lithocarpus sp. ++ ++ ++ ++

Fagaceae Quercus gemelliflora Bl. +++ +++ ++ ++ ++ ++

Fagaceae Quercus lineata Bl. +++ ++ ++

Fagaceae Quercus teysmanii Bl. ++ ++

Flacourtiaceae Flacourtia rukam Zol. & Mor. ++

Flacourtiaceae Ryparosa caesia Kurz ex King ++

Gesneriaceae Cyrtandra picta Bl. ++ ++ ++ ++

Gleicheniaceae Dicranopteris linearis (Burm.f.) Und. + ++++

Hammamelidaceae Altingia excelsa Norona ++ +++ ++ +++ +++ +++ +++

Icacinaceae Platea excelsa Bl. ++ +++ +++ +++ +++ +++

Icacinaceae Platea latifolia Bl. +++ +++ +++

Icacinaceae Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleum. ++

Juglandaceae Engelhardtia serrata Bl. +++ +++ ++

Lauraceae Beilschmiedia madang Bl. ++ ++ ++ ++

Lauraceae Cinnamomum javanicum Bl. ++

Lauraceae Cryptocarya ferrea Bl. ++

Lauraceae Cryptocarya reticulata Bl. ++

Lauraceae Cryptocarya densiflora Bl. +++ +++ +++ +++ +++

Lauraceae Cryptocarya mentek Bl. ++

Lauraceae Beilschmiedia maingayi Hook.f. - ++ ++

Lauraceae Cinnamomum porrectum (Roxb.) Kosterm.

+++ +++

Lauraceae Lindera polyantha Boerl. - +++

Lauraceae Endiandra rubescens Bl.ex Miq. +++ +++ ++ ++ ++ ++

Lauraceae Litsea angulata Bl.

Lauraceae Litsea brachystachia Boerl. - ++

Lauraceae Litsea cubeba (Lour.) Pers +++ ++ ++ ++

Lauraceae Litsea noronhae Bl. ++ ++ ++

Lauraceae Litsea oppositifolia L.S. Gibbs ++ ++

Lauraceae Litsea robusta Bl. +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++

Lauraceae Litsea javanica Bl. ++

Lauraceae Litsea accedentoides K. & V. - +++ ++ ++ ++

Lauraceae Litsea impressa Boerl. ++ +++ ++ ++ ++

Lauraceae Litsea tomentosa Bl. +++ +++

Lauraceae Lindera bibracteata (Bl.) Boerl. ++ ++ ++

Lauraceae Persea rimosa Zoll.ex Meissn. ++

Lauraceae Phoebe elliptica Bl. ++ ++ ++ ++

Purwaningsih, 2012

53

Liliaceae Cordyline terminalis Kunth. ++

Magnoliaceae Magnolia candollii Link. ++ ++

Magnoliaceae Michelia Montana Bl. ++ ++ ++ ++ ++

Magnoliaceae Talauma candollii Bl. ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++

Malvaceae Ceiba pentanfra Gaertn. ++

Marattiaceae Angiopteris evecta (Forst.) Hoffm. ++ ++

Melastomataceae Bellucia axinanthera Triana ++ ++

Melastomataceae Clidemia hirta D. Don +++

Melastomataceae Dissochaeta gracilis Bl. ++ ++ +++ ++ ++ ++

Melastomataceae Medinilla eximia Bl. +++ +++ +++

Melastomataceae Melastoma sylvatica Bl. +++ +++ +++ +++

Melastomataceae Memexylon edule Roxb. ++ ++ ++

Melastomataceae Memexylon excelsum Bl.

Melastomataceae Memexylon myrsinoides Bl.

Melastomataceae Pternandra caerulescens Jack. +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++

Melastomataceae Pternandra azurea (Bl.) Burkill ++ ++ +++

Meliaceae Aglaia aspera Teijs. & Binn. ++

Meliaceae Aglaia argentea Bl. ++ ++ ++ ++

Meliaceae Aglaia odoratissima Bl. +++ +++ ++ ++ ++

Meliaceae Dysoxylum gaudichaudianum (Juss.) Miq.

++ ++ ++ ++

Meliaceae Toona sureni Merr. ++

Meliaceae Dysoxyllum aliaceum Bl. ++

Menispermaceae Stephania hernandifolia Walp. ++

Monimiaceae Kibara coriacea Hook f. & Thoms. - ++

Moraceae Artocarpus elasticus Reinw. ++ ++

Moraceae Artocarpus integra Merr. ++

Moraceae Ficus deltoidea Jack. +++

Moraceae Ficus fistulosa Reinw.ex Bl. +++ +++ +++

Moraceae Ficus lepicarpa Bl. +++ +++

Moraceae Ficus padana Burm.f. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Moraceae Ficus punctatus Thunb. +++ ++

Moraceae Ficus ribes Reinw.ex Bl. +++ +++ +++

Moraceae Ficus septica Burm.f. - +++ ++

Moraceae Ficus sinuaata Thunb. +++ ++ ++

Moraceae Ficus callosa Willd. +++ +++ +++ +++

Moraceae Ficus subulata Bl. +++ ++ ++ ++

Moraceae Ficus variegate Bl. - ++ ++

Moraceae Poikilospermum suaveolens (Bl.) Merr. ++

Moraceae Sloanea sigun (Bl.) Schum. ++ ++ ++

Musaceae Musa acuminate Colla. +++ +++ +++ +++

Myristicaceae Horsfieldia glabra (Bl.) Warb. ++ ++ ++

Myristicaceae Knema cinerea (Poir.)Warb. ++

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

54

Myrsinaceae Ardisia crispa DC. ++

Myrsinaceae Ardisia javanica DC. ++ ++ ++

Myrsinaceae Ardisia zollingeri DC. ++

Myrsinaceae Embelia sp. ++

Myrsinaceae Maesa perlarius (Lour.) Merr. ++

Myrtaceae Rhodamnia cinerea Jack +++ +++ ++ ++

Myrtaceae Syzygium chloranthum Merr.& Perry +++ +++ ++ ++ +++ +++ +++

Myrtaceae Syzygium formosa (Wall.) Masamune ++

Myrtaceae Syzygium lineatum Merr.& Perry +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++

Myrtaceae Syzygium cf. zollingerianum (Miq.) Amsh.

- ++

Myrtaceae Syzygium clavimyrtus K. et V. +++ +++ ++ +++ ++ ++ ++

Myrtaceae Syzygium cupprea K. et V. - +++ ++ ++

Myrtaceae Syzygium opaca Berg. ++ ++ ++ ++ ++

Myrtaceae Syzygium subglauca K et V. +++ ++ ++

Nyssaceae Nyssa sp. ++ ++ ++ ++

Oleaceae Jasminum officinale L. ++ ++

Pandanaceae Freycinesia javanica Bl. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Pandanaceae Pandanus furcatus Roxb. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Piperaceae Piper aduncum L. ++ +++ +++ ++ ++ ++

Poaceae Dinochloa scandens Kuntze +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Poaceae Gigantochloa hasskarliana (Kurz) Backer ex Heyne

++ ++

Poaceae Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja

++ ++

Poaceae Imperata cylindrical Beauv. +++ +++ +++ +++

Poaceae Paspalum conjugatum Berg. +++ +++

Poaceae Saccharum spontaneum L. +++ +++

Poaceae Schizostachyum brachycladum (Kurz) Lurz.

++

Poaceae Schizostachyum sp. ++

Poaceae Themeda villosa Hack. +++

Podocarpaceae Agathis dammara Richard - ++ ++ +++

Polygalaceae Polygala venenosa Juss. ex Poir. ++ ++

Proteaceae Helicia attenuata Bl. ++ ++ +++ +++ +++

Proteaceae Helicia robusta Villar. ++ +++ +++

Proteaceae Helicia serrata Bl. ++ ++ ++ ++ ++ ++

Rhamnaceae Maesopsis emenii Engl. +++ +++ +++ +++ +++

Rhizophoraceae Gynotroches axillaris Bl. - ++ ++ ++ +++

Rosaceae Prunus arborea (Bl.) Kalkm. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rosaceae Prunus griceus Kalkm. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rosaceae Rubus acuminatissimus Hassk. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rosaceae Rubus molluccanus L. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rubiaceae Ixora javanica DC. ++ ++

Purwaningsih, 2012

55

Rubiaceae Lasianthus oculus-rati Miq. ++ +++ ++ +++ ++

Rubiaceae Lasianthus sp. ++ ++

Rubiaceae Mussaenda frondosa Blanco ++ ++

Rubiaceae Pavetta montana Reinw.ex Bl. ++ +++ ++ ++

Rubiaceae Prismatomeris javanica (Val.) Ridl. ++

Rubiaceae Psychotria robusta Bl. +++ ++

Rubiaceae Psychotria viridiflora Reinw.ex Bl. ++ +++ ++

Rubiaceae Saprosma arborea Bl. - ++ ++

Rubiaceae Tricalysia singularis K. Schum. ++ ++ ++

Rubiaceae Psychotria secundiflora Val. - ++ +++

Rubiaceae Randia spinosa Karst. +++

Rubiaceae Neonauclea lanceolata (Bl.)Merr. - ++ ++ ++

Rubiaceae Urophyllum arboreum Korth. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rubiaceae Urophyllum corymbosum Korth. +++ +++ +++ +++ +++ +++

Rubiaceae Urophyllum glabrum Jack ex Wall. +++ +++ +++ +++ +++

Rubiaceae Ixora fluminalis Ridley +++ +++ ++ ++

Rutaceae Evodia cf. macrophylla Bl. ++ ++ +++

Rutaceae Evodia glabra Bl. ++ +++ +++ ++

Rutaceae Evodia latifolia DC. +++ +++ ++ ++

Rutaceae Acronychia laurifolia Bl. ++

Rutaceae Luvunga sarmentosa Kurz. ++

Sapindaceae Lepisanthes tetraphylla (Vahl.)Radlk. ++

Saxifragaceae Polyosma ilicifolia Bl. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Saxifragaceae Polyosma integrifolia Bl. ++

Selaginelaceae Sellaginella plana Hieron +++

Smilaxaceae Smilax leucophylla Bl. ++ +++ +++ +++ +++ +++

Smilaxaceae Smilax zeylanica Bl. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Solanaceae Solanum torvum Buch.-Ham. ex Wall. ++

Staphyleaceae Turpinia sphaerocarpa Hassk. ++ ++ ++ +++ ++ ++

Sterculiaceae Firmiana malayana Kosterm. ++ +++

Sterculiaceae Sterculia coccinea Jack ++ ++ ++ ++ ++

Sterculiaceae Sterculia oblongifolia A. Cheval - ++ ++

Sterculiaceae Sterculia cordata Bl. - ++ ++ ++

Symplocaceae Symplocos cochinchinensis S. Moore ++ ++

Symplocaceae Symplocos fasciculate Roxb.ex DC. ++ ++ ++ ++ ++

Symplocaceae Symplocos odoratissima Choisy. ex Zoll. ++ +++

Theaceae Eurya acuminate DC. +++ +++ +++ +++ ++

Theaceae Eurya nitida Hieron +++ +++ +++

Theaceae Gordonia excelsa Bl. +++ ++ +++

Theaceae Pyrenaria serrata Bl. ++ ++

Theaceae Schima wallichii Choisy. +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++

Theaceae Ternstroemia sp. ++

Theaceae Thea lanceolata Pierre ++ ++ ++

Diversitas Flora di kawasan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 41 - 56

56

Urticaceae Elatostema sp. ++

Urticaceae Laportea stimulans Miq. ++ ++ +++

Urticaceae Trema cannabina Lour. ++

Urticaceae Villebrunea rubescens Bl. +++ ++ ++

Verbenaceae Callicarpa longifolia Lam. +++ +++

Verbenaceae Lantana camara L. ++ ++ ++

Vitaceae Cissus sp. ++

Vitaceae Tetrastigma lanceolaria Planch. ++

Zingiberaceae Alpinia sp. - +++ +++ ++ ++

Zingiberaceae Etlingera punicea (Roxb.) R.M. Smith +++ +++ +++ +++ +++ +++

Purwaningsih, 2012