Kliping

Senin, 7 October 2013

Nama Media : Indonesia Finance Today Tanggal : 7 Oktober 2013 Halaman : 15

Diversifikasi Komoditas Jaga Kinerja Positif Aneka Tambang

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, optimistis langkah diversifikasi komoditas bisa menjaga kinerja keuangannya tetap positif dan melindungi perseroan dari dampak negatif fluktuasi harga logam. Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang, mengatakan antisipasi yang dilakukan Aneka Tambang terhadap penurunan harga komoditas saat ini belum sampai kepada penawaran pengunduran diri dan pensiun sukarela kepada karyawannya. Aneka Tambang bersyukur karena telah melakukan deversifikasi komoditas yang

memberikan perlindungan terhadap fluktuasi harga komoditas logam," kata dia, akhir pekan lalu. Fluktuasi harga logam yang cenderung melemah telah membuat PT Newmont Nusa Tenggara, operator tambang tembaga dan emas Batu Hijau, di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, melakukan berbagai upaya efisiensi. Newmont menawarkan kepada karyawannya untuk mengundurkan diri dan pensiun dini secara sukarela sebagai salah satu upaya efisiensi. Martiono Hadianto, Presiden Direktur Newmont Nusa Tenggara, sebelumnya mengatakan tawaran manajemen Newmont merupakan bagian dari program efisiensi operasi. Menurut Tri, perseroan sangat menyadari bahwa tahun ini adalah tahun yang penuh tantangan. Untuk itu, Aneka Tambang melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan dan memastikan kondisi keuangan tetap solid. Langkah antisipasi itu antara lain, meningkatkan tingkat produksi dan penjualan semua komoditas milik perseroan. Pendapatan Aneka Tambang pada semester I 2013 naik 37% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 6,125 trilun. Kenaikan pendapatan ditopang oleh kenaikan volume penjualan emas dan bijih nikel. Penjualan emas merupakan kontributor utama pendapatan yaitu Rp 2,8 triliun atau 46%

dari total penjualan. Penjualan bijih nikel merupakan kontributor kedua terbesar (32%), sisanya berasal dari penjualan feronikel (18%), bijih bauksit, dan batubara. "Aneka Tambang juga melakukan pengendalian biaya di semua lini baik untuk aktivitas operasi maupun proyek," kata dia. Djaja Tambunan, Direktur Keuangan Aneka Tambang, sebelumnya mengatakan harga emas saat ini masih sangat bergantung pada persepsi pasar terhadap ekonomi Amerika Serikat. Harga emas juga bergantung pada instrumen investasi lainnya. Jika ada instrumen lain di luar emas yang dianggap paling baik menggantikan emas, harga emas akan turun. Menurut dia, harga emas akan sulit turun ke US$ 1.000 per ounce karena banyak produsen emas dunia tidak bisa jalan. Pasalnya, banyak produsen emas dunia yang cash cost-nya dekati US$ 1.000 per ounce. Cash cost Aneka Tambang semester I sekitar US$ 840 per ounce. Saya perkirakan harga

akan stay US$ 1.200- US$ 1.300 per ounce, kata dia. Tahun ini Aneka Tambang menargetkan penjualan emas sebanyak 7.600 kg dengan produksi sebanyak 2.900 ton. Penjualan berasal dari produksi tambang Cibaliung, Banten yang tahun ini ditargetkan sebanyak 1.300 kg dan tambang Pongkor, Jawa Barat sebanyak 1,653 kg. Hingga Juni, penjualan emas tercatat naik 51% menjadi 5.493 kilogram (kg) dari 3.632 kg pada periode yang sama 2012. Sementara penjualan bijih nikel naik 41% menjadi 4.498.000 wet metric ton (wmt) dari 3.191.000 wmt pada semester I 2012 Aneka Tambang juga mencatatkan kenaikan penjualan feronikel sebanyak 4% dari realisasi penjualan yang sama tahun lalu 6.700 ton. Penjualan bijih bauksit naik 27% sementara produksi naik 34%. Namun penjualan batubara hanya 55% dari realisasi penjualan periode yang sama tahun lalu. Djaja mengungkapkan, harga rata-rata nikel Aneka Tambang sepanjang semester I tercatat US$ 7,68 per ton, turun dari realisasi periode yang sama tahun lalu US$ 7,8 per ton. Langkah Efisiensi Tri mengatakan Aneka Tambang melakukan upaya-upaya efisiensi dan inovasi melalui perbaikan (improvement) yang direncanakan sehingga menghasilkan output yang lebih besar dari input menurut standar yang ada dan efektivitas penggunaan sumberdaya tanpa mengurangi standar kualitas yang ditetapkan. Sesuai anggaran tahun ini, Aneka Tambang menargetkan untuk melakukan efisiensi sekitar Rp 59 miliar dari improvement di seluruh unit bisnis perseroan. Efisiensi terutama berasal dari pabrik feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, melalui proses produksi maupun modifikasi beberapa peralatan pabrik.

Aneka Tambang telah melakukan efisiensi kebutuhan listrik feronikel di Pomala, dengan mengoperasikan genset listrik baru berkapasitas 2x17 mega watt (MW). Dengan adanya PLTD baru, penggunaan listrik akan lebih efisien dan distribusi kebutuhan listrik pabrik akan lebih optimal. "Aneka Tambang juga melakukan upaya-upaya renegosiasi untuk kontrak pengadaan barang dan jasa," kata dia.