Diterbitkan oleh -...

124

Transcript of Diterbitkan oleh -...

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi dan

penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabDra. Kristinawati Susatio, M.M.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dra. MulyaniProf. Dr. Theresia K. Brahim

Dra. Vitriyani P., M.Pd.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.idE-mail : [email protected]

Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang

berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentukbahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah dipubli-kasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, danbawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10point/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian + 4500 kata, sedangkan untuk opini,info, serta resensi buku + 2000 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.

6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftarpustaka, dan keterangan mengenai penulis.

7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.

9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan padailustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besarhuruf tidak lebih kecil dari 6 point.

10. Naskah dikirim dalam bentuk CD/disket dan hasil print out ke RedaksiJurnal Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren Raya No. 4 Blok ELantai 5. Jakarta Barat - 11470 atau melalui e-mail: [email protected]

11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup yang memuat latar belakangpendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah ditulis.

12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuattidak dikembalikan.

13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isinaskah.

14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat ataukebijakan BPK PENABUR.

iJurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 11/Tahun ke-7/Desember 2008

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii-v

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication at IPEKA’s Schools,Kristina Untari Setiawan, 1-8

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, Gusti Yarmi, 9-22

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis, Hastin S. M, 23-30

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran, Rommel K. Sitanggang, 31-36MTercapainya Tujuan Pendidikan Nasional Sebagai Ukuran bagi Pendidikan yang Bermutu danImplikasinya, Soedijarto, 37-41

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah,David Wijaya, 42-56

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Theresia K. Brahim, 57-63

Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan), Roswati, 64-71

Membangun Citra Diri Guru yang Positif Melalui Pribadi Unggul Efektif, Edwita, 72-78

Pengembangan Sumber Belajar, B.P.Sitepu, 79-92

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress),Handy Susanto, 93-99

Isu Mutakhir: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Tantangan Pengangguran danEntreneurship, Dinah Tanumihardja, 100-104

Resensi Buku: Arah dan Landasan Pendidikan Nasional Kita, Muksin Wijaya, 105-109

Profil BPK PENABUR Indramayu, Sudarno, 110-113

Keterangan Mengenai Penulis, 114-115

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengantar Redaksi

Pendidikan pada hakikatnya dimaksudkan untuk memberi-kan kemampuan kepada peserta didik tidak saja mengatasimasalah-masalah yang dihadapinya tetapi juga dapatmeningkatkan kualitas hidupnya sehingga lebih maju dan

lebih beradab dalam berpikir dan berperilaku. Untuk dapatmencapai kemampuan yang demikian, pada awalnya para ahlipendidikan berpikir peserta didik perlu memiliki dua pengetahuandasar yakni kemampuan baca-tulis (literacy) dan kemampuan berhi-tung (numeracy), yang kemudian diakronimkan dengan calistung.Oleh karena manusia hidup dalam alam dan perlu mengetahuisifat-sifat dan perilaku alam serta dapat hidup dengan mendaya-gunakan alam untuk meningkatkan taraf hidupnya, pengetahuandasar itu kemudian dikembangkan menjadi kemampuan dalambahasa, berhitung/matematika, dan sain. Ketiga pengetahuan dasaritu diajarkan sedini mungkin sejak peserta didik mengikutipendidikan formal.

Penguasaan atas ketiga pengetahuan itu merupakan dasaruntuk mempelajari, menguasai, mengembangkan dan menerapkanpengetahuan lainnya. Hal ini terlihat juga dari kurikulum pendi-dikkan yang mencantumkan ketiga mata pelajaran/bidang studi itudi pendidikan dasar dan menengah. Dalam penyelenggaraan ujiannasional di Indonesia, bahasa, ilmu pengetahuan alam, danmatematika dijadikan mata pelajaran/ bidang studi yangdiprioritaskan diujikan di SD, SMP, dan SMA.

Akan tetapi di berbagai kesempatan dan tulisan, kemampuandasar itu disebut juga dengan keterampilan dasar untuk hidup ataudikenal dengan istilah life skills. Keterampilan dasar itu termasukkemampuan (1) membaca, (2) menulis, (3) mendengar, (4) menutur,(5) menghitung, (6) mengamati, (7) mengkhayal, dan (8) menghayati.Sementara itu dari tuntutan lapangan kerja, kemampuan dasardikelompokkan menjadi (1) keterampilan dasar (basic skills)termasuk membaca, menulis, mendengar, menutur, dan berhitung;(2) keterampilan berpikir (thinking skills) termasuk memecahkanmasalah, berpikir kreatif, berimaginasi, dan menalar; dan (3)keterampilan yang berkaitan dengan kepribadian (personal quality)termasuk berinteraksi dengan orang lain, pengendalian diri,kejujuran, serta kesalehan.

Dari berbagai pengelompokan kemampuan dasar yangdikemukakan, terlihat bahwa ketiga pengetahuan dasar yangdisebutkan dalam awal tulisan ini merupakan inti dari berbagaikemampuan. Di samping itu dalam masing-masing kategori terlihatbahwa pengetahuan bahasa disebutkan pada urutan awal. Hal inimenunjukkan kemampuan berbahasa memegang peranan yangpenting untuk dapat menguasai kemampuan dasar lainnya.

Secara singkat, bahasa dapat diartikan sebagai sarana komuni-kasi yang dipergunakan oleh manusia untuk menyampaikanpikiran/gagasan dan perasaannya kepada orang lain. Manusiaberinteraksi satu sama lain dengan menggunakan bahasa. Olehkarena itu, bahasa merupakan dasar utama dalam menyampaikan

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

dan menerima informasi dari pihak lain. Untuk dapat menggunakanbahasa dengan baik diperlukan kemampuan mendengar, berbicara,membaca, dan menulis. Dengan demikian melek aksara/hurufmerupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Sedangkan melekangka merupakan bagian kemampuan berhitung atau matematika.

Kemampuan mendengar dan berbicara dalam bahasa ibuberkembang secara alamiah sejak anak lahir. Kemampuan berbahasasecara lisan selaras dengan perkembangan kehidupan anak dalamkeluarga dan masyarakat. Ketika masuk ke pendidikan dasar, iadiberikan kemampuan membaca dan menulis. Di sekolah keempatkemampuan dasar berbahasa itu dikembangkan secara bersamaandan terus ditingkatkan sampai ke pendidikan tinggi. Lamanyapeserta didik mempelajari bahasa menunjukkan, penguasaanbahasa dianggap sebagai pengetahuan dasar yang perlu terusmenerus dikembangkan. Sungguhpun demikian, dari berbagaifenomena terlihat kemampuan berbahasa bangsa Indonesia masihbelum seperti diharapkan.

Kemampuan berbahasa yang dimaksud tentu bukan hanyaterbatas pada keterampilan berkomunikasi secara lisan dalamkehidupan sehari-hari (lingua franca), tetapi mencakup kemampuanmendengar, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dalam artidapat menangkap dan memahami secara cepat dan tepat pikiranatau gagasan orang lain yang disampaikan secara lisan. Berbicaradalam arti dapat menyusun dan menyampaikan secara lisangagasan, pikiran, dan perasaan secara teratur/runtut, mudahdimengerti, dan menarik bagi pendengar. Membaca dalam arti dapatmemperoleh secara cepat dan tepat pikiran atau gagasan orang lainyang disampaikan dalam bahasa ragam tulisan. Menulis dalam artimampu menyampaikan gagasan, pikiran, atau emosinya dalambahasa ragam tulisan yang baik dan benar sehingga mudahdipahami serta menarik untuk dibaca.

Salah satu kelemahan yang dihadapi peserta didik di semuajenjang dan jenis pendidikan ialah kemampuan berbahasa, termasukdalam bahasa Indonesia apalagi dalam bahasa asing. Kemampuanberbahasa ini termasuk penguasaan kaidah-kaidah bahasa mulaidari pemilihan kata, penyusunan kalimat, pengucapan kata (untukbahasa ragam lisan), dan pengunaan ejaan (dalam bahasa ragamtulisan). Seperti dikemukakan sebelumnya fungsi bahasa adalah alatuntuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan emosi. Oleh karena itu,kemampuan berbahasa seseorang juga dipengaruhi olehkemampuan intelektual dan emosionalnya.

Kelemahan berbahasa ini mulai terjadi pada kemampuanmenerima dan memberikan informasi secara cepat dan tepat.Kelemahan mendengar (listening comprehension) dengan baik terlihatpada kemampuan menyimak informasi yang disampaikan gurusecara lisan dalam proses pembelajaran. Hal ini lebih terlihat dalammenyimak informasi dalam bahasa yang merupakan bahasa keduabagi peserta didik. Di banyak tempat, bahasa Indonesia merupakanbahasa kedua bagi peserta didik, karena bahasa yang pertama diaketahui adalah bahasa ibunya (bahasa daerah). Apa lagi kalauinformasi itu disampaikan dalam bahasa asing (misalnya dalambahasa Inggris), kemampuan menyimak peserta didik lebih rendahlagi. Dengan demikian kemampuan mendengar itu perlu dilatihmisalnya dengan menuturkan kembali informasi yang didengarnya

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

atau membuat ringkasan.Kemampuan berbicara dapat dilihat bagaimana peserta didik

menuturkan pikiran, gagasan, dan perasaannya secara lisan. Ke-mampuan ini dapat juga dilihat dalam berinteraksi dengan oranglain dalam diskusi. Sering terjadi kurang aktifnya peserta didik didalam kelas untuk bertanya atau memberikan pendapat karena ter-kendala oleh kemampuan berbahasa yang kurang. Keadaan ini jugaterlihat pada diskusi atau seminar yang dihadiri oleh banyak pesertatetapi yang aktif bertanya dan memberikan tanggapan relatif sedikit.

Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca terkait dengankemampuan membaca secara tersirat dan tersurat. Secara tersuratkemampuan ini dipengaruhi oleh kemampuan mengenali danmemahami aksara yang dipergunakan serta kaidah-kaidah bahasaragam tulisan. Sementara itu, pemahaman secara tersirat berkaitandengan pengetahuan pembaca atas makna informasi yangdipengaruhi oleh wawasan pengetahuan pembaca. Semakin luaswawasannya semakin mudah ia dapat memahami makna yangtersirat dalam bacaan itu.

Motivasi dan kebiasaan membaca merupakan masalah lain yangjuga masih berkaitan dengan kemampuan berbahasa. Semakin termo-tivasi dan terbiasa membaca, keterampilan dan kemahiran membacaakan semakin berkembang dengan sendirinya. Kemampuan memba-ca ini merupakan awal munculnya motivasi dan terbentuknyakebiasaan membaca pada diri seseorang. Apabila kegiatan membacaitu menjadi kebiasaan dalam suatu masyarakat, maka terbentuklahmasyarakat gemar membaca yang akan berkembang menjadimasyarakat belajar yang merupakan ciri masyarakat maju.

Keunggulan suatu bangsa dapat dilihat antara lain daribanyaknya produk intelektual yang disebarluaskan melalui mediacetak atau elektronik. Akan tetapi karena terbiasa dengan tradisilisan dan kurang terlatihnya menulis, kemampuan menulis bangsaIndonesia cukup memprihatinkan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain walaupun masih di kawasan Asia Tenggara. Sebagaicontoh terlihat dari karya tulis dalam bentuk buku. Jumlah buku baruyang terbit di Indonesia masih berkisar 6.000 judul, sangat jauhtertinggal dari Malaysia yang sudah mencapai 15.000 judul. Diperguruan tinggi terlihat kesulitan mahasiswa menyelesaikanstudinya antara lain kekurangmampuan menulis karya ilmiah. Didunia kerja terlihat cukup banyak karyawan kurang mampumenuangkan gagasan atau laporan secara tertulis, pada hal merekamampu menyampaikannya secara verbal/lisan. Keadaan yangdemikian dapat memunculkan kesan bahwa kelebihan konsultanasing adalah menulis gagasan atau laporan secara sistematis danlogis. Sedangkan dilihat dari kualitas gagasan sebenarnya tidakmengungguli kemampuan bangsa Indonesia.

Berangkat dari pemikiran betapa pentingnya kemampuan berba-hasa dalam mengembangkan diri individual dan masyarakat, terbi-tan Jurnal Pendidikan Penabur edisi ini mengangkat hal-hal yangberkaitan dengan peningkatan kemampuan peserta didik melaluipembelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasaInggris. Sungguhpun sudah belajar bahasa di pendidikan dasar danmenengah, mengapa kemampuan menyimak dan menulis peserta

vJurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

didik masih memprihatinkan? Apa yang salah dengan prosesbelajar dan membelajarkan di sekolah? Berbagai bertanyaan sejenisdapat muncul.

Berkaitan dengan pembelajaran bahasa ini, berbagai wacanadisajikan seperti pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra diSD, inovasi pembelajaran untuk mengembangkan kemampuanmenulis, serta teknik membaca dalam proses pembelajaran. Disamping itu juga dilaporkan hasil penelitian tentang upayapeningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.Sungguhpun kemampuan berbahasa itu penting, keberhasilanpendidikan juga ditentukan oleh kemampuan lain serta secaramakro ditentukan oleh penyelenggaraan pendidikan secaranasional yang masih tetap menjadi sorotan dan bahan diskusi.Dalam edisi ini, Prof. Soedijarto masih menyoal tentangpelaksanaan sistem pendidikan nasional berdasarkan UU No. 20Tahun 2003, termasuk dana penyelenggaraan pendidikan yangseharusnya mencapai 20 % dari APBN dan APBD. Kondisipendidikan nasional sekarang ini belum menjamin terwujudnyapemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatanserta pemerataan mutu pendidikan secara nasional.

Dalam hingar bingar persoalan pendidikan, guru masih tetapmenjadi tumpuan harapan yang dapat berperan secara profesionalsebagai ujung tombak penyelenggara pendidikan. Guru dapatmengatasi beragam keterbatasan sarana, prasarana, dan danapenyelenggaraan pendidikan. Untuk itu guru perlu dibekali danmemiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kedudukan gurusebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabatdan peran guru sebagai agen pembelajaran serta untukmeningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam hubungannyadengan kedudukan guru sebagai tenaga fungsional, dalam edisi inidiketengahkan pula wacana yang menarik untuk disimak. Dalamtumpuan harapan yang begitu besar terhadap guru, sedangkanjabatan itu sendiri belum menjamin kesejahteraannya, maka dapatsaja menimbulkan kegalauan yang bisa berujung pada stres. Olehkarena itu guru atau siapa saja perlu secara dini mengetahuibagaimana mengelola stres tersebut sehingga bernilai positifsebagaimana dikemukakan dalam salah satu tulisan yang dimuat.

Guru tetap juga diharapkan kreatif dalam mewujudkanpembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkandengan memanfaatkan tidak hanya sumber-sumber belajar yangberteknologi tinggi, tetapi juga dengan mengelola dan mendayagu-nakan sumber-sumber belajar yang sederhana dan berbasislingkungan. Berbagai kiat dapat dilakukan oleh guru dan kepalasekolah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar denganmendayagunakan sumber belajar yang berbasis lingkungan.Walaupun hal ini bukan gagasan yang baru tapi tulisan yangberkaitan dengan belajar berbasis aneka sumber dalam terbitan inidapat menggugah pendidik dan tenaga kependidikanmengembangkannya di sekolah.

Masih terbatasnya karya tulis pendidik dan tenagakependidikan BPK PENABUR yang diterbitkan dalam edisi inimerupakan salah satu gejala juga, perlunya meningkatkan

vi Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

kemampuan menulis mereka. Oleh karena kemampuan menulissangat dekat dengan kemampuan membaca, kemampuan dankebiasaan membaca mereka juga nampaknya perludikembangkan. Semakin banyak membaca akan memberikangagasan/ide untuk ditulis secara kreatif. Mudah-mudahandalam edisi yang akan datang tulisan-tulisan pendidik dantenaga kependidikan BPK PENABUR memenuhi Jurnal inisehingga sekaligus menjadi contoh yang dapat diteladani olehpeserta didik BPK PENABUR.Sampai edisi berikutnya!

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

Kristina Setiawan*)

*) Directur International Training Centre Jakarta

Penelitian

ulisan ini memaparkan tentang usaha-usaha sekolah nasional meningkatkan kemampuan bahasaInggris semua warga sekolahnya. Penelitian dilakukan di Sekolah IPEKA Pluit, Puri dan SunterJakarta. Responden meliputi pimpinan yayasan, kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswasekolah. Metode yang digunakan adalah wawancara yang dilakukan terhadap pimpinan yayasan

(kabid SDM dan Pendidikan), kepala sekolah, guru, karyawan serta siswa dan observasi langsung prosesbelajar mengajar di kelas 8 SMPK IPEKA Pluit pada saat native speaker mengajar. Penelitian menunjukkanbahwa kemajuan yang dicapai oleh warga sekolah dalam usaha berkomunikasi dengan bahasa Inggris didasarioleh: 1) motivasi yang kuat. Motivasi ini terbentuk karena adanya kesadaran diri warga sekolah mengenaipentingnya bahasa Inggris khususnya dalam era global saat ini. Dengan motivasi yang kuat, hambatan-hambatan yang ada dapat disingkirkan. 2) Hadirnya native speaker secara rutin di sekolah dimaksudkanuntuk memberi kesempatan yang lebih besar dan membangun kepercayaan diri untuk berbahasa Inggrissecara benar dan lancar. 3) Pengontrolan kelas yang terdiri atas pendekatan guru kepada siswa dan pengelolaandisiplin siswa. Kiranya tulisan ini dapat menjadi referensi bagi sekolah-sekolah nasional untuk memacuwarga belajarnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, karena kefasihan berbahasa asingbukanlah monopoli sekolah-sekolah bertaraf internasional saja.

Key words: Motivation, teaching approach, classroom control

English as an international languange is very important as a means of communication in this globalage. However, the learning achievement of a big number of the students does not reach the requiredstandard. This research therefore, aimed at revealing the factors influencing The Efforts to Improvethe English Communication at IPEKA’s Schools. The research employed adescriptive methodresearch and was conducted at IPEKA Pluit, Puri and Sunter Jakarta. It describes the factorsinfluencing the national school’s effort to improve the English communication skills. The result ofthis research : 1) motivation plays an important role in the participants’ willingness. 2) The nativespeaker’s presence on a regular basis at school is meant to give greater opportunities to communicatecorrectly and fluently. 3) Classroom controls: including teachers approach and maintainingdicipline. May this article be useful for national schools in the effort to develop the Englishcommunication skills.

Abstrak

T

Introduction

In this globalization era, English plays a verysignificant role, especially because of its statusas the international language. When we masterEnglish, we can be sure to be able to take part

actively in many national as well as internationalevents.

As one of the nations in the world, Indonesiais also affected by the influence of globalization.Therefore mastering the language is obligatory.However, it is sad to find that even in big cities,the use of English in a bigger portion is made

Some Factors Influencing the Efforts to Improve theEnglish Communication at IPEKA’s Schools

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

possible only in the national plus or internationalschools. Regular national schools, both privateand public, face many challenges. English istaught only by the Indonesian English teachers,sometimes using Indonesian due to the students’inadequate ability in English.

On the other side, there are quite manyIndonesian students who continue their studyin nearby countries such as Malaysia andSingapore, because they believe that they canimprove their English skills better there and theywill be equipped to enter and compete in theglobal working environment. The opportunitiesto study abroad are available not only forstudents who have enough financial support.There are many scholarships offered by foreignuniversities for students who have excellentreport and achievements. Some scholarshipsprograms are even given to Senior High Schoolstudents in grade 10 and 11. It means studentsmay be able to study abroad before they finishhigh school.

Besides that, we also see that there are manyforeign universities in big cities as well asuniversities that have cooperation with privateand public universities in Indonesia. In thisglobalization movement, developing countriesare challenged to open themselves to developtheir quality in all areas, among others ineducation. We can see that there are foreignuniversities that have a joint cooperation withIndonesian people. Some examples are: I E U, GSFAME, Swiss German Univerity, and INTICollege.

Some local universities also have a jointcooperation with overseas universities. Theyoperate in Indonesia but the modules, curriculaand some of the instructors come from the othercountries, such as: UKRIDA and CurtinUniversity in Australia.There are many advantages when we masterEnglish well. They are, among others: (1) theopportunity to study abroad, (2) the opportunityto participate in national and internationalevents, and (3) the opportunity to get a better jobin the country as well as in other countries.

Statement of The ProblemWhat factors influence to improve thecomunicative English of IPEKA’s Schools?

Objective of the researchThis research is meant to give a description aboutIPEKA School’s efforts to improve and increasethe English communication skill for their schoolsociety.

Advantages of the researchThe result of this research is expected to : (1)present the basic essence of teaching a languageto non English speakers and the meaning ofcommunications in a classroom where Englishis still a foreign language, (2) give inputs to themanagement on how to continuously improvethe quality of the Intra Program, (3) give inputsto the national schools how to increase the schoolpeople’s English communication ability, and (4)give inputs to the national school managementson the factors that must be forced in order toencourage the school society to be competent inspeaking English actively and how to createconducive learning situations and to providenecessary resources so that the school people arewilling and motivated to speak English.

Theories and Framework

There are three theories that are very importantto consider related to language learning. Theyare : (1) motivation, (2) communication ability,and (3) teaching Approach and Class Controlwhich include: teacher’s approach, discipline,facilitating and encouraging the students tospeak English actively.

MotivationTo most people, the word “motivation” suggestsenergetic behavior directed toward some goal.Underlying this energetic behavior, there is somekind of a need, want or desire. The term“motivation” is also used as a synonym ofproductivity. A person is motivated if he is doingor exceeding what is expected of him (George H.Litwin and Robert Stringer, 1968).

In Fight like a tiger win like a champion,Darmadi Darmawangsa and Imam Munadhidefined that the word “motivation” begins with“mo” and ends with the word “ion”. Thecombination of both becomes the word “motion”.On the other side, the word “motivation” canalso be derived from two different words, that is“motive” (a reason to do something) and “action”.Therefore, it can be concluded that people whohave the motivation will move and make actionsto make their dreams come true (2006:117).

Communication AbilityCommunication is the most vital aspect for everyhuman being to understand himself, others and

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

his environment. Communication is known notonly in the public relation activities. In fact, ithas a very wide horizon, in the trading andeducation field as well as the in development ofa nation. The ups and downs of the values ofeducation and moral depends on thecommunication among the individuals that livein a specific community.

Communication is derived from two Latinwords “communio” or “common”. When we tryto communicate, it means we try to shareinformation, so that the sender and the receiverhave the same understanding about the givenmessage. Therefore, the essence of commu-nication is finding and matching the receiver andsender of a specific message.

Communication is considered effective ifthere is a balance, togetherness, same case andeffort between the communicator and those whoreceive the information. Communication is noteffective if the individuals are not in the samelevel.

Teaching ApproachA good teaching approach which can be takeninto consideration must show a real result, thatis the students learn written English and havethe ability to speak actively. Because of that, theEnglish teaching should focus on theparticipants (student centered) – the teacher hasto cultivate the students’ interests so that theyare willing to give their best effort to master thelanguage they are learning.

The students’ improvement in speaking andlistening can be achieved by increasing thevocabularies and their understanding of aparticular language.

In her book Teaching English as A SecondLanguage, Mary Finocchiaro said: “Motivationand interest are two crucial factors in languagelearning.” However, we find in many cases thatthe participants do not have personal interestsand motivation to learn the language and, eventhough the lessons are delivered in a conducivesituation, it doesn’t last long. When they go home,what they have learned at school has beenforgotten. There fore it is very important for ateacher to ask the following questions : “Whatcan I do to make the English teaching lively andenjoyable? And “Will a particular activity helpmake the students improve their communicativeskills and develop their culture understanding?

The next thing is the importance of planninga balanced program. A teacher has to facilitate

the students to be involved in integratedactivities. He/she has to ensure himself/herselfthat the activities will make the participants feelat ease. This brings a beneficial impact on howto teach effectively as well as for the students tohear directly from the native speaker of English.

A systematic planning will broaden theparticipants’ horizon and involvement inacquiring the English language.

Classroom Control There are three indicators in class control, whichare as follows:1. Teacher’s approach to the students

A good teaching approach which can betaken into consideration must show a realresult, that is that the students have the abilityto speak actively. Because of that, the Englishteaching should focus on the participants(student centered) – the teacher has tocultivate the students’ interests so that theyare willing to give their best effort to masterthe language they are learning. The students’improvement in speaking and listening canbe achieved by increasing the vocabulariesand their understanding of a particularlanguage.In her book Teaching English as A SecondLanguage, Mary Finocchiaro says:“Motivation and interest are two crucialfactors in language learning.” Therefore it isvery important for a teacher to ask thefollowing questions : “What can I do to makethe English teaching lively and enjoyable?And “Will a particular activity help makethe students improve their communicativeskills and develop their culture under-standing?The next thing is the importance of planninga balanced program. A teacher has tofacilitate the students to be involved inintegrated activities. He has to ensure himselfthat the activities he does will make theparticipants feel at ease. This brings abeneficial impact on how to teach effectivelyas well as for the students to hear directlyfrom the native speaker of English. Asystematic planning will broaden theparticipants’ horizon and involvement inacquiring the English language.

2. Maintaining DisciplineIn his book Teaching English As A ForeignLanguage,Bambang Setijadi explains that a

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

language teacher plays many roles incarrying out his/her duty. As a facilitator :he/she becomes a model whom the studentscan imitate. As an advisor, he/she respondsto the problems that the students face withoutmaking them feel judged and help themachieve what they want to learn. As an obser-ver, a language teacher gives correctionstoward the students’ mistakes in using thelanguage and asks them to improve them-selves. As the source of knowledge anddirection, a language teacher establishes aposition of dominance over the learners inselecting the materials to learn an how toacquire them. As an organizer in theclassroom, a language teacher maintainsdiscipline to the extent that an effectiveatmosphere is established. It can be done byinvolving the learners more effectively in theclassroom activities that demand inter-student communication and co-operationefforts. The purpose of maintainingdiscipline is that there is an effective learningenvironment. Discipline can also be formedby giving motivation and rules which areagreed in the beginning of the program andrepeated during the weekly lesson. If astudent comes to an interesting class with aneat, friendly, smart and wise languageteacher, then he/she will have a strongmotivation to learn the language.

3. Facilitating and encouraging students tospeak English actively.

Understanding the dynamism of commu-nication in the classroom is very importantbecause what the students say and do greatlyinfluence what they learn. Therefore, alanguage teacher as a facilitator must have adominant control in the realization of thecommunication process. He has to controlhow his students use the language heteaches. “Ano b v i o u senthusiasm forEnglish andE n g l i s hlearning is theprerequisitesfor a positivec l a s s r o o matmosphere.

Research Methodology

1. Object of The ResearchThe research was conduated done at IPEKA(Iman, Pengharapan dan Kasih) ChristianSchools in Puri, Pluit and Sunter, as fromJuly through September 2008.

2. MethodologyThe methodology is Descriptive Quantitative.This approach is used for the following reasons:1. The researcher wants to know the actual

situation in the schools through the inter-view and observation activities.

2. Library research which can give thefundamental theories to support thisresearch, such as theories related to learningEnglish, communication ability, teachingapproach and classroom management.

3. Documentation research which is given byIPEKA Foundation, that describes IPEKA’svision and mission, the foundation’sstatutes and rules of association as well asits working plan.The writer collected data (relevant facts and

information) regarding the efforts of IPEKAleaders to motivate their school society to developtheir skills in the English communication.

Upon receiving the data and information,the writer analyzed systematically andcomprehensively in order that the data, facts andinformation be useful to give a clear picture ofwhat was happening at IPEKA schools accordingto the time and situation when the research tookplace.

3. Unit of AnalysisThe interview was done toward : Representativeof the Board (2 people), school principals (3people), teachers and staff (22 people), students( 23 people).

ataDfoecruoSdna,elbairaVbuS,elbairaVhcraeseR:1lebaT

oN elbairaVhcraeseR elbairaVbuS ataDfoecruoS rebmuNelpoepfo

.1 noitavitoM fonoitpircseDnoitavitom

draoBAKEPI 2

.2 esuotytilibaehTyltcerrochsilgnE

yltneulfdna

sehsiWstroffE

selcatsbOgnitseretnI

seitivitca

slapicnirPloohcS

ffatsdnasrehcaeT

stnedutS

3

22

32

gnissecorpatad:ecruoS

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

4 Data CollectionThe writer used the qualitative method incollecting the data and information through fieldobservation, interview, and documentation.

Data Analysis

Results of interview of the teachers and staffwho participated in the English class at IPEKAPluit, Sunter and Puri one as follows:A What are the things that make teachers and

staff motivated to improve their skill incommunicating in English?Based on the observation, we can see thatthese people are encouraged to speakEnglish because of several reasons:1. It is useful for their personal lives, in

communication in the work force as wellas in the social life among people.It has become a demand, in which in thisglobalization era, mastering English isone of the keys to be successful.

2. Mastering English enables us to adjustwith the current needs, such as teachingin schools, teaching our children and toget more information.

3. There is a desire to go abroad.

B Obstacles in the effort of developing thepeople’s ability in English :

Interpretation:Out of ten participants eight said that theirproblem is with grammar and vocabularies and

three of them said that they lack of motivation.This result is interesting as well as challenging.The participants are aware of their obstacles buttheir motivation to improve their English isstronger than the obstacles they face. In fact, theybecome enthusiastic in joining the English course.They are also encouraged to use English in theirdaily activities, both with their colleagues andstudents. Those who are not so motivated can beinfluenced by their other fellow teachers to attendthe course and be involved in the activities.

C What activities are effective to increase theircommunication skill?1. Questions and Answers / Open Discus-

sions2. Grammar wrapped in the format of

conversations.3. Educative games4. Memorizing bible verses and praying in

English.5. Watching movies and listening to

English songs.

Conclusion:The principals, teachers and administrationstaff have a strong motivation and selfconfidence. Even though they find obstaclesin grammar and vocabularies, they still showa great effort to improve their Englishcommunication skills. This is also shownby their good attendance. This situationreally helps to achieve the target of creatingEnglish Environment.

Result of the interview of IPEKA Pluit andIPEKA Puri Junior High School students:

A How beneficial is it to have a native speakerat school?22 students answered that the nativespeaker program gives them many advan-tages, because:1. They get an enjoyable learning envi-

ronment.2. They develop their self confidence.3. They are used to communicating with a

native speaker of English.4. They know other cultures.5. They are able to speak with good

pronunciation and gradually to speakit fluently.

6. They are able to listen to the nativespeaker say the words in English.

7. They develop their vocabularies.

:troperehtfotluseR

selcatsbO forebmuNstnapicitraP

dnarammargnikaeWseiralubacov

elpoep8

ecnedifnocfokcaL elpoep5

noitavitomfokcaL elpoep3

ecitcarpotseitinutroppofokcaLegaugnaleht

elpoep4

egaugnalehtesuotdeenfokcaL elpoep3

secruoserfokcaL elpoep5

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

Only one student said that the presence of anative speaker does not really have any bigdifference.

Interpretation:The majority of the students get valuableexperiences in their English lesson becausethey are used to hear and speak with thenative speaker. Their self confidence enablesthem to participate in various competitionsand they are also able to express theirthoughts and ideas in English.

B What obstacles do the students have in theireffort to improve their communication skillin English?1. Students have limited vocabularies and

they do not understand some expres-sions given by the native speaker.

2. The Native speaker speaks too fast.3. Students feel shy or they cannot speak

the language at all.4. They are weak in grammar as well as in

using the tenses in various situations.5. They have no partner to chat in English.6. Some students do not really like English.7. Their daily environment (home, neigh-

borhood) are not active in using English as a means of communication.The students have had native speakers sincethey enter Junior High. Therefore they findsome obstacles in their English learning withthe native speaker. The biggest concern iswhen students themselves do not really likeEnglish, because it can make them notwilling to participate. This situation canspread a negative influence for otherstudents. The other obstacles can behandled because as time goes, students getused to having a native speaker.

C What classroom activities are effective toimprove their English communicationability?1. Speaking in English at least during the

lessons with the native speaker.2. Group works3. Learning English through games, songs,

films.4. Conducting speaking and listening

quizzes so that the students and teachersare aware of their communicationability.

5. Making a mini dictionary to record newwords and their meaning.

In order to avoid boredom, students are givenvarious activities and assignments. Theseactivities are focused mainly to develop thestudents’ speaking and listening skills. In aregular lesson, the time is spent mostly tospeak individually or in groups. This waystudents get used to using English at leastwith the native speaker and in the long run,they don’t have any doubt to speak Englishwith other people.

Conclusion and SuggestionsConclusion

Referring to the result of the research, the theoriesas well as the case and objective of the research,the writer therefore would like to make thefollowing conclusion:1. The strongest motivation comes from the

inner heart – it does not depend on incen-tive/pleasure or pain/fear. Inner motivationwill bring the best reasons why we dosomething.

2. The interviews and observation among theschool principals, teachers and staff showthat they have a strong inner motivation toimprove their ability in speaking English.They actively and willingly follow theEnglish training program provided byIPEKA foundation, in a cooperation withInternational Training Center (INTRACT).

3. A language, especially the foreign one, mustbe used continuously. If we do not use acertain language, we will forget it. We canfind more opportunities of using thelanguage when we know the benefits ofmastering that language.

4. IPEKA Puri dan Pluit policy to facilitate theirstudents with a native speaker program is awise decision in the optimum effort of givingnative speaker exposure to the students. Thepresence of a native speaker provides newknowledge and experience about a foreignlanguage and culture. They will also betrained to produce good and exactpronunciation. Even though the timeallocation is not suitable due to the expensivecost of the program, the native speaker’sattendance every week will still be able to

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

give a positive impact, because this teachinglearning process is like sowing seeds – theyneed time to grow before the sower yields agood harvest.

5. The success of a learning process does notdepend only on the native speakers whocome regularly to school but also on a goodfacility provided by the school, such as: audiovisual equipment in every classroom, alanguage laboratory to sharpen the listeningskill, internet service, more English books inthe library, competitions in English, et cetera.

SuggestionsReferring to the above conclusion, the writerwould like to give the following suggestions:1. The school management should maintain

the level of inner motivation that IPEKAschool people already have by providing funactivities, some can be done randomly, suchas a book review competition in English. Thewinners will get extra incentive. They mustdo these activities now so that in 2012 allschool people are still motivated tocommunicate in English, among teachers,staff and students.The foundation should make different levelsbetween teachers who can speak Englishand those who cannot speak English. Bydoing so, teachers who are still weak arewilling to improve their ability.

2. Because presenting a native speaker to teachat school is not cheap, while the need ofspeaking English has become compulsoryin order to participate in the global world,therefore school managements should thinkof other ways of mastering the language.Even though they cannot afford having anative speaker at school, their school peoplecan still develop their Englishcommunication ability.Some suggested activities are:a. Working together with other schools in

the same region to have activities inEnglish such as discussion,competitions (story telling, speechcontest).

b. Providing an English training for someteachers who have a good foundation ofEnglish. They are expected to train otherteachers. After a certain period, all

teachers can make an English Club thatmeets on a certain day every week.

c. Providing audio visual and English CDsthat teachers and students can use.

d. Buying English books (new or secondhand) to add the number of books in thelibrary.

e. Having a guest native speaker to visitthe school. The principal can contactvarious organizations like the Englishspeaking churches, social clubs likeANZA (Australia New ZealandAssociation), AWS (American WomenSociety), or through internet providerssuch as friendster, face book, et cetera.

3. Maximizing the use of English every day byusing it in our daily activities such as:answering phone calls, simple conver-sations like: greetings, introducing oneselfand others, saying thank you, borrowingand returning things, reminding others,inviting or rejecting invitation, givinginformation, et cetera

4. Reading English articles or English Bibleand devotional books according to eachperson’s ability because through reading ourvocabularies will increase.

Bibliography

Brindley, Susan (1994). Teaching english. London:The Open University

Darmawangsa, Darmadi and Imam Munadhi(2006). Fight like a tiger win like achampion. Jakarta: ElexmediaKomputindo.

Finocchiaro, Mary (2002). Teaching english as asecond language. London: The BritishInstitute

Graddol, David (1997). The future of english.London: The British Council.

Harmer, Jeremy (2002). The practice of englishlanguage teaching. England: Longman

Haykin, Simon (1994). Communication systems.Canada: John Wiley & Sons Pte. Ltd.

Johnson, Karen E. (1995). Understandingcommunication in second languageclassroom. New York: Cambridge Univer-sity Press

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Some Factors Influencing the Efforts to Improve the English Communication

Littlewood, William (1981). Communicativelanguage teaching. Cambridge: Cam-bridge University Press.

Litwin, George H. and Robert A. Stringer Jr.(1968). Motivation and organizationalclimate. Boston: Division of Research

Owen, James L., et all (1976). Communication inorganizations. United States of America :West Publishing Co.

Riddell, David (2001). Teaching english as a foreignlanguage. London: Hodder HeadlineLtd.

Setiyadi, Bambang (2006). Teaching english as aforeign language. Jakarta: Penerbit GrahaIlmu

Siahaan, S.M. (1991). Komunikasi, pemahaman danpenerapannya. Jakarta: BPK GunungMulia

Timpe, A. Dale (1987). Motivation of personnel.New York: Kend Publishing Inc.

Wajnryb, Ruth (1992). Classroom observation tasks.Glasgow: Bell and Brain Ltd.

Yukl, Gary (2002). Leadership in organizations.New Jersey: Prentiss Hall

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa danSastra Indonesia di SD

Gusti Yarmi*)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

Opini

ulisan ini berawal dari berbagai masalah yang dihadapi guru dalam membelajarkansiswanya sehingga memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Secara khusus dibahaspendekatan Whole Languange dan strategi pembelajaran menyimak, berbicara, membaca,menulis serta apresiasi seni. Pendekatan dan strategi ini diharapkan dapat membantu

guru membelajarkan siswanya khususnya di SD.

Kata kunci: Pendekatan Whole Language, kemampuan berbahasa, strategi pembelajaran, keterbacaan.

As many teachers face some problems in teaching languange skills to the students, this article offers WholeLanguage approach and instructional strategies in teaching languange to the students of early grades inprimary school. Havingconducted a through study, the writer believes that the approach and strategiesdiscuccced in this article will help the teachers to solve the problems ini languange teaching.

Abstrak

T

Pendahuluan

Penyelenggaraan pendidikan di tingkat SekolahDasar (SD) secara realitas dapat dikategorikankedalam dua kelompok kelas, yaitu kelas-kelasawal dan kelas-kelas lanjutan/tinggi. Secarahukum berdasarkan ketentuan KurikulumBerbasis Kompetensi 2004, yang dimaksudkandengan kelas awal/rendah adalah kelas 1 dan2, sedangkan kelas tinggi adalah kelas 3 sampaikelas 6. Pengelompokan kelas tersebut, memilikiimplikasi yang luas baik dalam tataranpertimbangan usia, muatan materi, maupunpendekatan pembelajarannya. Dalam kaitannyadengan muatan materi yang ada hubungannyadengan wacana, kecerdasan ada tiga “R” yaituReading, Writing, dan Arithmetics (Baca, Tulis,Hitung) yang merupakan tujuan utama kelas 1dan 2 yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

Sesuai dengan judul, tulisan ini bertujuanuntuk, membahas secara lebih mendalam duamodel pendekatan pembelajaran bahasaIndonesia yang biasanya dipergunakan dikelas-kelas awal SD yaitu, pertama, pendekatanWhole Language dan lima strategi pada kelas-kelas awal di SD.

Pembahasan

Sebelum diuraikan lebih lanjut tentangpendekatan Whole Language itu, ada baiknyadipelajari terlebih dahulu pengertian pendekatanitu sendiri. Pendekatan dalam bahasa Inggrisdisebut approach . Anthony (1965:5) menyatakanbahwa “... an approach is a set of correlativeassumptions dealing with the nature of language andthe nature of the language teaching and learning”.Definisi itu menunjukkan, pendekatan adalah

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasaatau pembelajaran bahasa. Sifat suatu pende-katan adalah aksiomatik, yakni bersifat pasti takperlu diragukan atau diuji lagi kebenarannya.Pendekatan menunjukkan suatu pandangan,suatu filsafat yang dipercayai, tetapi tidak selalubisa dibuktikan. Bisa tidaknya suatu pendekatandisanggah hanya dapat dilakukan berdasarkanmetode yang tumbuh dari pendekatan itu.Berikut ini adalah beberapa pendekatan yangdikenal dalam pembelajaran bahasa.

Pendekatan dalam PembelajaranBahasa Indonesia di SD

Pendekatan Whole LanguageWhole Language adalah cara berpikir mengenaibagaimana siswa belajar bahasa, baik lisanmaupun bahasa tulis. Whole Language adalahdua kata yang telah mejadi simbol munculnyasebuah gebrakan yang mampu mengubahkurikulum seantero dunia. Dua kata yang telahmemunculkan berbagai definisi dan juga reaksiyang hebat. Dua kata yang memiliki segudangmakna (Watson, 1989). Bukan hanya para guruatau pendidik saja yang memperbincangkannya,para administrator dan para peneliti pun tiadahenti mendiskusikannya, melakukan berbagaipenelitian, dan menulis berbagai artikel untukmerumuskan konsep Whole Language. Olehkarena itu, wajarlah jika terdapat berbagaivariasi pendapat tentang konsep Whole Languageyang dicetuskan oleh para ahli selaras denganbidangnya masing-masing. Namun dariberbagai variasi tentang konsep Whole Languagetersebut pada dasarnya adalah ada beberapakarakteristik pokok yang mendasari pengem-bangan konsep Whole Language, sepertidikemukakan oleh Goodman (1986) danNewman (1985) berikut.a. Whole Language adalah sebuah

pandangan positif tentang siswaKonsep Whole Language beranjak daripernyataan Dewey tentang hakikat siswa.Para penganut Whole Language berpendapatbahwa siswa memiliki kekuatan,kesanggupan, dan keinginan untuk belajar.Siswa adalah pribadi yang kreatif, mampumenyusun, menciptakan dan menemukanpemecahan terhadap berbagai persoalansecara aktif jika mereka diberi kesempatanuntuk melakukan aktivitas tersebut selarasdengan kemampuannya. Piaget dan kawan-kawannya telah membuktikan dalam

sebuah penelitannya bahwa anak-anakterlibat secara aktif dalam memahamidunianya dan berusaha mencoba menjawabberbagai pertanyaan dan memecahkanberbagai persoalan yang dihadapinya(Goodman, 1989). Lebih lanjut Piagetmenjelaskan bagaimana anak-anakmemahami suatu konsep, ide, dan moral.Seorang anak tidak menunggu seseoranguntuk menyalurkan pengetahuannyakepada mereka, tetapi mereka belajarmelalui aktivitas dan keterlibatan merekadengan objek-objek di luar dirinya danmenyusun kategori-kategori pemikiranmereka sendiri sementara merekamengorganisasikan dunianya. Anak-anakberusaha untuk mengembangkan konsep-konsep mereka sendiri, yang kadangkalaterlihat aneh menurut jalan pikiran orangdewasa.Para penganut Whole Language jugamengakui adanya perbedaan di antarasiswa, dilihat dari segi budaya, sistem nilai,pengalaman, kebutuhan, minat, danbahasa. Perbedaan-perbedaan tersebutbersifat personal sebagai refleksi darikeberagaman manusia, juga bisa bersifatsosial sebagai refleksi dari suku, budaya,dan sistem budaya dari kelompok sosial dimana siswa berada. Oleh karena itu, gurudi kelas-kelas Whole Language menghargaiperbedaan di antara siswa. Di kelas-kelasWhole Language siswa diberi kewenanganuntuk bertanggung jawab terhadap apayang mereka pelajari dan mendapatdukungan penuh dalam mengembangkandan mencapai tujuan pembelajarannya.

b. Whole Language memberikan penegasantentang peran guru dalam prosespembelajaranPara guru penganut Whole Language meneri-ma pandangan bahwa guru sebagaimediator yang menyediakan fasilitaskepada siswa dalam melaksanakantransaksi dengan dunia luar. Para guruadalah tenaga profesional yang memahamikondisi siswa, teori belajar, dan kegiatanbelajar-mengajar. Mereka mendukungkegiatan pembelajaran tetapi mereka tidakbertindak sebagai pengontrol dalampembelajaran. Mereka dengan tegasmenolak definisi yang menyatakan bahwaguru adalah teknisi yang mengelola berbagai

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

macam teknologi untuk disajikan kepadasiswa (Goodman, et. al, 1988). Meskipunpara guru di kelas-kelas Whole Languageadalah fasilitator yang bertanggung jawabterhadap pertumbuhan para siswa, namunmereka tetap memiliki kewenangan dalammerencanakan mengorganisasikan danmemilih sumber-sumber belajar yangdiperlukan oleh siswa.Di kelas-kelas Whole Language, gurumengajar dengan dan dari siswa. Gurutidak hanya menyampaikan pengetahuankepada siswa tetapi juga bersama-samadengan siswa memecahkan berbagaipersoalan dan mencari jawaban terhadappertanyaan-pertanyaan. Para guru penga-nut Whole Language menolak model-modelpengajaran efektif yang bersifat membatasikarena mereka memandang bahwamengajar jauh lebih kompleks dankomprehensif dari sekedar menerapkanmodel-model tertentu.

b. Whole Language memandang bahasasebagai pusat pembelajaranKeberadaan bahasa disebabkan oleh duaalasan. Pertama, karena manusia sanggupberpikir secara simbolik, mereka mempre-sentasikan sesuai dengan sesuatu yang lain,mereka mampu menciptakan sistem-sistemsemiotik. Kedua, karena manusia adalahmakhluk sosial yang menggunakan bahasasebagai sarana komunkasi dalam kehidup-annya. Komuikasi sosial antar manusiamemiliki peranan yang sangat pentingdalam kehidupan manusia. Dengan duaalasan tersebut, jelaslah bahwa bahasa bagimanusia adalah pusat komunikasi danberpikir. Belajar bahasa sebagai “belajarbagaimana memaknai” karena dalamproses belajar bahasa, manusia mempelajarimakna sosial bahasa yang dihadirkannya(Halliday 1973).Selain itu, Halliday menambahkan bahwabaik di dalam maupun di luar lingkungansekolah, bahasa lisan maupun tulis akanlebih baik dan lebih mudah dipelajari dalamaktivitas berbahasa yang otentik dan dalamperistiwa berbahasa sesuai dengan fungsibahasa yang sesungguhnya. Dengan alanini maka Whole Language program menolakpandangan bahwa perkembangan bahasaberawal dari bagian ke keseluruhan. Hal iniberlaku juga untuk aktivitas membaca dan

menulis permulaan.dalam Whole Languageprogram, pemgajaran membaca, menulis,berbicara, dan menyimak tidak terpisahtetapi terpadu.

c. Whole Language menerapkan kurikulumgandaHalliday (1973) menyimpulkan bahwasesungguhnya belajar melalui bahasasementara kita belajar bahasa. Kesimpulaninilah yang mendasari penyusunankurikulum Whole Language, yaitu kurikulumganda, setiap aktivitas, pengalaman, atauunit memiliki kesempatan dalampengembangan linguistik dan sekaliguskognitif. Bahasa dan pikiran berkembang,namun pada saat bersamaan pengetahuandan konsep dikembangkan dan skemadibangun.Para guru penganut Whole Language meng-gunakan unit tematik untuk menerapkanpenggunaan kurikulum ganda. Merekabertindak sebagai “pengamat anak-anak”,memonitor perkembangan bahasa anak-anak pada saat anak-anak atau siswamemecahkan persoalan atau menjawabberbagai pertanyaan. Sebenarnya ini bukanhal baru dalam dunia pendidikan karenaWhole Language hanya menegaskan kembalikonsep “belajar sambil bekerja” yangdikemukakan oleh Dewey dan MetodeProyek yang dikembangkan oleh WilliamHeard Kilpatrick (dalam Goodman, 1991).Namun, para penganut Whole Languagememperbaruinya dengan keotentikan,pilihan siswa, dan kolaborasi merupakanhal-hal yang sangat mendasar. Dan istilahWhole Language itu sendiri memiliki duamakna, yakni tidak dapat dibagi/ tidakterpisah, dan terpadu.

d. Perbedaan Pembelajaran BahasadenganWhole LanguageDe Carlo dalam (Dimyati, 1995) menun-jukkan perbedaan Whole Language danbukan Whole Language. Perbedaan tersebutdapat ditinjau dari segi dasar filosofi tentanganak dan bahasa, penelitian pendukung,bagaimana anak belajar bahasa, lingkung-an kelas, perilaku guru, perilaku siswa.Dalam Whole Language siswa membutuhkanwaktu lama untuk mempraktekkan memba-ca dan menulis melalui pengalaman yangmenyenangkan. Mereka juga membutuhkan

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

kebebasan berbuat salah dan belajar darikesalahanKarena Whole Language guru mengertibagaimana siswa belajar bahasa.Elemen-elemen dalam penerapan WholeLanguage adalah sebagai berikut.a. Siswa-siswa di kelas Whole Language

1. Maju melalui pengembanganlangkah-langkah yang sesuaidengan perkembangan.

2. Dilibatkan dalam interaksi sosialsehari-hari.

3. Berbagai respon untuk pembel-ajaran mereka

4. Merasa nyaman “mencoba” danmempraktekkan bacaan dan tulisan.

5. Menilai kemajuan mereka sebagaibagian alami dari semua pengala-man belajar.

b. Guru–guru di kelas Whole Languagememandang siswa berkemampuan:Guru menjadi pengamat, pembelajardan bekerja sama selama mereka (guru-guru) berinteraksi dengan siswa; gurumendemontrasikan model membacadan menulis; guru melayani sebagaifasilitator untuk belajarnya siswa lain;dan guru memberikan siswa rincian,dan umpan balik positif.

c. Intruksi di kelas Whole Language: Gurumembaca dan menulis melalui peng-alaman baca dan tulis yang otentik;guru berasumsi bahwa isi dan prosesbelajar sama pentingnya; guru mene-rapkan kegiatan kelas sebagai pusatpembelajaran yang menyenangkan;guru menyediakan bahan bacaanberkualitas untuk mendorong pengem-bangan literature; dan guru memilikikekuasaan terhadap keberhasilan siswamelalui hak milik dan pilihan

d. Kegiatan bahasa yang dilakukan dapatmerupakan kegiatan lisan (menyimakdan berbicara) dan kegiatan tertulis(membaca dan menulis).

e. Pembelajaran Whole Language Keterampilan berbahasa dan komponen

bahasa seperti tata bahasa dan kosa katadisajikan secara utuh dan bermakna.Pendekatan Whole Language didasarioleh paham constructivism yang menya-takan bahwa anak/siswa membentuksendiri pengetahuannya melalui peranaktifnya dalam belajar secara utuh danterpadu. Fungsi guru dalam kelas Whole

Language berubah dari desiminatorinformasi menjadi fasilitator.

f. Komponen Whole Language Menurut Routman (1991) dan Frosse

(1991) ada 8 komponen Whole Languageyaitu:

1. Reading Aloud Reading Aloud adalah kegiatan

membaca yang dilakukan oleh guruuntuk siswanya. Guru dapatmenggunakan bacaan yang terdapatdalam buku teks atau buku ceritalainnya dan membacakannyadengan suara keras dan intonasiyang baik sehingga setiap siswadapat mendengarkan dan menik-mati cerita. Manfaatnya adalahmeningkatkan minat baca padaanak.

2. Journal Writing Bagi guru yang menerapkan

pendekatan Whole Language menulisjurnal adalah komponen yangmudah diterapkan. Jurnal merupakasarana yang aman bagi siswa untukmengungkapkan perasaannya.

3. Sustained Silent Reading Sustained Silent Reading adalah

kegiatan membaca dalam hati yangdilakukan oleh siswa. Dalamkegiatan ini siswa diberi kesempatanuntuk memilih sendiri buku ataumateri yang akan dibacanya. Biar-kan siswa untuk memilih bacaanyang sesuai dengan kemampuannyasehingga mereka dapat menyele-saikan membaca bacaan tersebut.

4. Shared Reading Shared Reading ini adalah kegiatan

bersama antara guru dan siswa,dimana setiap orang mempunyaibuku yang sedang dibacanya. Adabeberapa cara melakukan kegiatanini yaitu :1) Guru membaca dansiswa mengikutinya. (untuk kelasrendah); 2) Guru membaca dansiswa menyimak sambil melihatbacaan yang tertera pada buku; 3)Siswa membaca bergiliran.

5. Guided Reading Guided Reading disebut juga memba-

ca terbimbing, guru menjadi peng-amat dan fasilitator. Dalam membacamembimbing penekanan bukandalam membaca itu sendiri tetapi

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

lebih membaca dalam pemahaman.Dalam pembelajaran melalui GuidedReading semua siswa membaca danmendiskusikan buku yang sama.

6. Guided Writing Guided Writing yaitu menulis

terbimbing, guru berperan sebagaifasilitator, membantu siswa mene-mukan apa yang ingin ditulisnyadan bagaimana menulisnya denganjelas, sistematis dan menarik.

7. Independent Reading Independent Reading atau membaca

bebas adalah kegiatan membaca,dimana siswa bekesempatan untukmenentukan sendiri materi yangakan dibacanya. Siswa bertanggungjawab terhadap bacaan yangdipilihnya sehingga peran guruberubah dari pemrakarsa, modeldan pemberi tuntunan menjadiseorang pengamat, fasilitator danpemberi respon.

8. Independent Writing Yaitu menulis bebas bertujuan un-tuk

meningkatkan kemampuan menulis,meningkatkan kebiasaan menulis,dan meningkatkan kemam-puanberfikir kritis dalam menulis bebas.

9. Ciri-ciri kelas Whole LanguageAda tujuh ciri yang menandakankelas Whole Language yaitu :Kelas penuh dengan cetakan.Barang tersebut tergantung didinding.Siswa belajar melalui model ataucontoh.Siswa bekerja dan belajar sesuaidengan tingkat kemampuannyaSiswa berbagi tanggung jawabdalam pembelajaranSiswa terlibat secara aktif dalampembelajaran bermaknaSiswa berani mengambil resiko danbebas bereksperimenSiswa mendapat umpan balikpositif baik dari guru maupuntemannya.

Strategi PembelajaranMenyimak di SD

Tujuan Pembelajararan Menyimak di SDMenyimak merupakan keterampilan berbahasayang pertama kali dikuasai oleh manusia

sebelum menguasai keterampilan berbicara,membaca, dan menulis. Ahli perkembangananak menyatakan bahwa ketika anak baru lahir,komunikasi pertama yang dikuasainya adalahmendengarkan. Anak mendengar ibunyamendendangkan lagu, mendengar ibunyamenimang-nimangnya, juga mendengar ibunyaberbicara dengan ayahnya atau dengan oranglain. Setelah itu anak mulai menirukan ucapan-ucapan yang biasa diucapkan orang dewasa disekitarnya.

Menyimak merupakan keterampilamberbahasa lisan. Kemampuan berbahasa lisananak akan terus berkembang dan berlanjutsampai dia masuk sekolah, bahkan sampai diadewasa. Perkembangan sangat ditentukan olehlingkungannya. Di Indonesia sebagian besarbahasa lisan yang digunakan anak adalahbahasa daerah. Anak berkembang dalam bahasadaerah, sehingga kekayaan kosa kata danpengetahuan tentang aturan bahasa yangdiperolehnya adalah dalam bahasa daerah.

Ketika anak mulai bersekolah di sekolahdasar, mereka harus menggunakan bahasaIndonesia untuk berkomunikasi. Bahkan belajarmembaca dan menulis dilakukan denganmenggunakan bahasa Indonesia. Sementarakosa kota yang dikuasai mereka adalah bahasadaerah. Oleh karena itu, sejak anak masuksekolah dasar, guru mulai membiasakan siswamendengarkan dan bercakap-cakap dalambahasa Indonesia, sehingga pengayaan kosakata dan pengenalan aturan berbahasaIndonesia cepat dapat dilakukan.

Menyimak sebagai salah satu aspekketerampilan berbahasa memiliki tujuan untukmemperoleh informasi, menangkap isi sertamemahami makna komunikasi yang hendakdisampaikan oleh pembicara melalui ujaran.Tujuan pembelajaran menyimak ialahmemperkaya kosa kata anak sehingga membantusiswa ketika belajar membaca dan menulis.

Pelajaran menyimak oleh kebanyakkanguru dianggap tidak perlu diajarkan karenasudah implisit ke dalam ketiga komponenketerampilan bahasa yang lain. Ada jugaberanggapan bahwa “mendengar” atau“menyimak” adalah suatu yang bersifat refleksifseperti hanya dengan “bernafas”. Jadi menyimakadalah sesuatu yang sudah dengan sendirinyaberjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan.

Namun dipihak lain, mengemuka jugapendapat, menyimak perlu diajarkan karenatanpa kemampuan menyimak tidak akan

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

mungkin di peroleh keterampilan yang lain.Menyimak pada dasarnya adalah keterampilandasar yang mendasari keterampilan yang lain(membaca, menulis, berbicara).

Peranan Guru dalam MeningkatkanKemampuan Bahasa LisanSejalan dengan tuntutan pembelajaran denganpendekatan yang berpusat pada siswa dalampembelajaran menyimak, guru dituntut untukmemberi peluang kepada siswa untukmengungkapkan pendapat dan perasaannya.Fenomena selama ini, pembelajaran cenderungdidominasi oleh guru. Guru lebih banyakberbicara dan anak lebih banyak mendengarkanbaik dalam kegiatan klasikal maupun kelompok.

Pemberian kesempatan kepada siswa untuksaling menyampaikan pendapatnya secara lisandalam bentuk diskusi sangat besar artinya.Kesempatan ini juga dapat merupakan latihanuntuk siswa mengemukakan kritik yangkontsruktif. Kritik yang konstruktif, yangmengandung suatu pemecahan masalah harusdisampaikan secara sopan. Yang menerimakritik perlu bersikap terbuka agar dapatmemanfaatkan kritik yang konstruktif tersebut.Suasana demikian ini diharapkan dapatmenimbulkan sikap tenggang rasa dan salingmenghormati.

Keberhasilan suatu pembelajaran menyimakbergantung pada adanya dua kondisi. Pertama,guru memberikan teladan sebagai penyimakyang kritis dan pembicara yang efektif danmenggunakan strategi yang efektif pula. Kedua,setiap siswa yang berpartisipasi dalam diskusimemiliki informasi tertentu yang akandisampaikan kepada teman-temannya. Salingmemberikan dan menerima informasi, pendapat,atau gagasan merupakan faktor utama untukmencapai keberhasilan dalam diskusi. Siswajuga perlu memberikan dan menerima saran.

Materi Pembelajaran MenyimakAgar anak mudah memperoleh kemampuanberbicara dan mendengarkan dalam bahasaIndonesia, sebaiknya kegiatan pembelajarandiurutkan sesuai dengan kemampuan anak,yaitu dari yang sangat sederhana sampai denganyang agak sulit.

Berikut ini urutan kemampuan berbicaradan mendengarkan beserta dengan contohpembelajaran yang dapat dilatihkan guru dikelas melalui kegiatan informal dan melaluipermainan.

Sebagai salah satu contoh pengajaranmenyimak di sekolah dasar diarahkan padamateri dan bentuk pengajaran sebagai berikut.1. Membiarkan/menyuruh siswa menutup

mata lalu menundukkan kepalanya di atasmeja, kemudian mereka disuruh membe-dakan bunyi (meraut pensil, mendorongkursi, membuka pintu, membalik buku, danlain-lain).

2. Mengajarkan kepada siswa bagaimanamenerima pesan telepon secara singkat.

3. Membacakan paragraf pendek tentang ilmupengetahuan. Kemudian ajukan pertanya-an-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa,dan bagaimana.

4. Pada pelajaran bahasa Indonesia anak usiajenjang sekolah ini perlu mendapat latihanmengucapkan bunyi-bunyi vokal dankonsonan, seperti ucapan :

a + i = ai pan - taise - lai te - ra - tai la - lai

ke - de - lai se - ru - nai a + u = au ka - lau pu - lau me - ran - tau

si - lau ge - mi - lau ha - ri – mau

Vokal-vokal tersebut harus diucapkan jelasdengan membuka mulut dan membentukmulut sebaik-baiknya, sesuai dengan bunyiyang keluar dari artikulator secara wajar.Guru, sebagai model penutur harus mampumembuat tutur yang jelas dan betul.

5. Pelajaran dikte sangat memerlukan ucapan,pelafalan yang jelas, pelan, berulang-ulang(tiga kali ucapkan sudah cukup, untukmelatih terampil dan tertib) kemudian dituliskata, kelompok kata atau kalimat tersebut.

6. Guru bercerita, siswa mendengarkandengan sungguh-sungguh. Kemudian gurumenanyakan hal-hal yang benar-benarmenarik minat siswa dalam isi cerita.

7. Bermain berbisik. Pelajaran ini inginmeningkatkan kemampuan mendengarsiswa. Kegiatan mendengarkan memerlukankonsentrasi dan pemahaman yang tinggi.Siswa dapat diatur dalam sesuatu deretanatau bebas untuk duduk dengan memper-hatikan giliran yang sudah diatur sebe-lumnya. Permainan ini dapat berupa sebuahkompetisi berhadiah nilai atau pujian yangberupa motivasi intrinsik.

8. Bermacam-macam pertanyaan tiruan bunyibinatang dapat diberikan untuk melatihmendengarkan cermat.

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Metode dan Teknik dalam PembelajaranMenyimakSebenarnya masih dapat dibuat variasi perta-nyaan sesuai dengan kebutuhan masing-masingsiswa. Lain daripada itu guru perlu pulamemperhatikan langkah-langkah dalampelajaran menyimak sebagai berikut.1. Menentukan makna

Hal ini penting karena tanpa adanyapenjelasan guru, mungkin siswa tidak akanmenangkap dan memahami apa yangdidengarnya.

2. Memperagakan ekspresiSetelah guru menentukan makna, makadiulang beberapa kali. Pertama guru beradadi depan kelas, dan selanjutnya bergerak kekiri dan ke kanan agar semua siswa dapatmelihatnya.

3. Menyuruh mengulangiSiswa menirukan apa yang disebutkan olehguru sambil melakukan suatu gerak ataumenunjuk suatu gambar.

4. Memberikan latihan ekstensifGuru dapat menggunakan berbagai caramisalnya, dengan drill (mengulangi kata danekspresi yang telah diajarkan dalam situasiyang terbatas, dan dengan kata serta strukturyang terbatas).

Media dan Bahan Pembelajaran MenyimakMedia memegang peran penting dalam prosespembelajaran. Ada dua fungsi utama mediadalam pembelajaran. Pertama, media berfungsiuntuk memudahkan penyampaian konsep ataumateri. Terutama bagi siswa kelas awal yangdari segi perkembangan kognitif manurut Piagetmasih berada pada tahap pra operasionalkonkret sangat memerlukan media dalampembelajaran. Dengan media, siswa dapatmemahami sesuatu yang abstrak menjadi lebihkonkret. Kedua, dengan penggunaan mediaproses pembelajaran lebih menarik bagi siswa.

Apalagi kalau siswa diberi kesempatanmemanipulasi atau mengeksplorasi media.Pembelajaran menjadi lebih bermakna karenakemampuan berpikir dan kreativitas siswaberkembang. Dengan demikian dominasi gurudalam proses pembelajaran dapat dimini-malisasi, sehingga pembelajaran yang berpusatpada anak dapat diujudkan.

Jenis media atau alat peraga yang dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa terma-suk menyimak beraneka ragam. Alat peraga ataumedia untuk mata pelajaran lain dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa. Olehkarena kegiatan menyimak melibatkan alatauditori siswa, alat yang dipilih harusdisesuaikan.

Strategi PembelajaranMembaca di SD

Pada skema di bawah terlihat, di kelas I dan IIpelajaran membaca ditekankan pada meka-nisme, artinya mengubah lambang-lambangtertulis menjadi bunyi-bunyi atau suara-suarayang bermakna, sedangkan di kelas III sampaikelas VI pelajaran membaca lebih ditekankanpada kegiatan membaca lanjut mulai dari teknikmembaca, membaca dalam hati, membaca cepat,membaca bahasa dan membaca indah.

Berikut dijelaskan satu persatu dari jenis-jenis membaca yang diajarkan di Sekolah Dasar.

Membaca TeknikMembaca teknik pada prinsipnya sama denganmembaca nyaring. Dikatakan membaca nyaringkarena kegiatan membaca ini dilakukan denganvokalisasi. Banyak para ahli menyatakan akanpentingnya membaca nyaring. Seperti dikemuka-kan oleh Cox (1999) bahwa membaca nyaringuntuk siswa yang dilakukan setiap harimerupakan sesuatu yang penting untuk meng-ajar mereka menyimak, berbicara atau menulis.

I. Membaca Permulaan (Kelas I,II )

II Membaca Lanjut (Kelas I,II )

Membaca di SD

- Membaca Teknik (Nyaring)

- Membaca Teknik - Membaca Dalam Hati - Membaca Cepat - Membaca Bahasa - Membaca Indah

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Orang tua yang membacakan cerita untuk anak-anaknya ternyata anak-anaknya memperolehperkembangan bahasa yang baik melaluiperkembangan kosa kata, semangat membacayang tinggi, dan akhirnya berhasil membacapermulaan ketika mereka telah memasukisekolah. Membaca teknik ini merupakan kegitanmembaca yang menekankan pada penguasaanberikut.1. Penguasaan lafal, yang baik dan benar.2. Pengusaan jeda, lagu, dan intonasi yang

tepat.3. Pengusaan tanda-tanda baca.4. Pengusaan mengelompokkan kata/ frase ke

dalam satuan-satuan ide.5. Pengusaan menggerakan mata dan

memelihara kontak mata.6. Penguasaan berekspresi.

Ada beberapa perbedaan pokok antaramembaca teknik dan membaca dalam hati.1. Membaca teknik sudah bisa dimulai saat

siswa masih duduk di kelas satu, sedangkanmembaca dalam hati baru bisa diberikanguru pada anak kelas tiga.

2. Membaca teknik lebih banyak diberikankepada siswa yang masih duduk dalamtaraf belajar membaca, sedangkan membacadalam hati disiapkan untuk orang-orangdewasa.

3. Membaca teknik memerlukan mulut sebagaisarana penghasil suara di samping matadan ingatan, sedangkan membaca dalamhati yang aktif bekerja hanya mata daningatan.

4. Frekuensi pemberian membaca teknik:Semakin tinggi frekuensi membaca dalamhati siswa akan semakin banyak menerimadikala dia menduduki kelas semakin tinggi.

5. Membaca teknik dapat dilakukan untukkepentingan orang lain, sedang membacadalam hati hanya untuk kepentingan sipembaca sendiri.

6. Perolehan membaca dalam hati lebihbanyak dibandingkan dengan membacateknik.

Membaca dalam HatiMembaca dalam hati adalah sejenis membacayang dilakukan tanpa menyuarakan apa yangdibaca. Membaca dalam hati termasuk materipelajaran membaca tingkat lanjut. Artinya materimembaca dalam hati mulai diberikan di kelas IIISekolah Dasar, meski prakteknya diberikan dikelas II catur wulan III. Materi membaca dalam

hati di sekolah dasar bertujuan untukmendapatkan informasi dari suatu bacaandengan memahami isi bacaan secara tepat dancermat.

Untuk mencapai sasaran membaca dalamhati, siswa sekolah dasar hendaknya memper-hatikan hal-hal berikut.a. Membaca dilakukan tanpa ada suara,

gerakan-gerakan bibir dan tanpa berisik.b. Membaca dilakukan tanpa ada gerakan-

gerakan kepala baik mengangguk, meng-geleng karena kepuasan terhadap apayang dibacanya atau menggerak-gerakanjari mengikuti bacaan yang dibacanya.

c. Pada saat membaca jangan sampai berhentipada bacaan yang sulit dimengerti olehpembaca, sehinga pembaca hanyatermenung dengan bacaan yang sulittersebut yang semua ini akan menyebab-kan kegagalan kegiatan membaca dalamhati.

d. Pembaca mampu berkonsentrasi baik fisikmaupun mentalnya.

Untuk melatih keterampilan membacadalam hati, guru dapat memberikan latihan ataukegiatan membaca dengan memberikan bahanberupa majalah, koran, atau buku-buku yangbelum pernah dibaca oleh siswa. Hal yang lebihpenting diperhatikan guru adalah hendaknyamateri bacaan tersebut disesuaikan dengantingkat usia siswa.

Membaca cepatMembaca cepat adalah kegiatan membaca yangbertujuan memahami isi bacaan secara tepatcepat dan cermat dalam waktu yang relatifsingkat. Pelajaran membaca cepat di sekolahdasar materinya hendaknya dibebaskan dariadanya kata-kata yang sukar, ungkapan-ungkapan baru, ataupun frase atau kalimat yangcukup kompleks. Jika terpaksa dalam bacaantersebut ada kata-kata sukar, ungkapan-ungkapan baru atau frase atau kalimat yangkompleks, guru hendaknya menerangkanterlebih dahulu kepada siswa sehingga siswaterbebas dari kesulitan bahasa. Untuk mengukur kecepatan membaca siswadapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :1. Membatasi / menentukan waktu (tempo)

membaca.Sebelum kegiatan membaca dimulai gurumempersiapakan pencatat waktu (stopwatch ). Setelah siswa siap denganbacaannya, guru bisa memberikan aba-aba

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

dimulainya kegiatan membaca tersebut, dansetelah waktu selesai guru memberikan aba-aba kepada anak untuk berhenti. Kemudiansetiap siswa menghitung kecepatanmembacanya dengan perhitungan sebagaiberikut.

Untuk menghitung kecepatan membacaefektif siswa, guru perlu mengetahuipemahaman isi bacaan sisiwa melalui tesisi bacaan. Sebagai contoh, anak yangberhasil membaca kurang lebih 800 katadalam tempo dua menit dan berhasilmenjawab enam dari 10 soal yang tersediamaka kecepatan membaca anak teersebutadalah 400 x 60%=240 kpm ( kata/menit )

2. Membatasi / menentukan jumlah bacaan Cara yang kedua ini berbeda dengan cara

yang pertama. Jika pada cara yang pertamayang dibatasi adalah jumlah waktunya,sedang cara yang kedua yang dibatasiadalah jumlah bacaannya. Seluruh siswadiberi bahan bacaan yang jumlahnya sama.Mereka bebas membaca sesuai dengankecepatannya masing-masing. Setelahselesai membaca, maka kecepatan membacadihitung dengan cara perhitungan sepertiyang telah dijelaskan di atas. Kelemahancara ini terletak pada pengajaran klasikalyang mana jumlah anak lebih dari 10 siswakarena menyulitkan dalam pengawasan/pengontrolan waktu tempuh baca anak.

Membaca bahasaMembaca bahasa memiliki tujuan agar parasiswa sekolah dasar semakin bertambahpengetahuannya tentang seluk-beluk bahasaIndonesia. Sasaran utama pelajaran membacabahasa bukan pada pemahaman isi bacaantetapi pada ketepatan penggunaan bahasadalam bahan bacaan.

Tujuan membaca bahasa menurut ImamRejana dalam Farida (2006) adalah agar siswabertambah wawasan-nya tentang :1. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia,

kosa kata adalah perbendaharaan kata ataukata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa.Kata-kata yang diajarkan pada siswamencakup kosa kata yang baru, kosa katayang sering dipakai oleh pemakai bahasa

Indonesia, juga kosa kata yang sudah jarangdipakai.

2. Pengetahuan yang menyangkut bentukankata (morfologi) baik bentuk, fungsi ataupun artinya. Sebagai misal, anak menguasaiimbuhan me-, di-, akhiran -an dalampemakaian kalimat.

3. Pengetahuan yang menyangkut tata kalimatbahasa Indonesia (sintaksis).

4. Pengetahuan yang menyangkut masalahtata tulis bahasa Indonesia.

5. Pengetahuan tentang menganalisis infor-masi yang tersusun dalam beberapa kalimatkemudian membentuk satu wacana.

Untuk menunjang kegiatan membaca baha-sa ini guru dapat mengambil bahan dariberbagai sumber yang bersifat baru.

Membaca IndahMembaca indah sering disebut dengan membacaemosional. Dikatakan demikian karenamenyangkut pada hal-hal yang berhubungandengan keindahan atau estetika yang dapatmenimbulkan emosi atau perasaan pembaca danpendengar. Tujuan yang ingin dicapai dalampelajaran ini adalah siswa dapat memperolehsuatu keindahan yang sumbernya bahasa ataukeindahan yang bersumber bacaan.

Bahan yang bisa digunakan untukmengajarkan membaca indah ini dapat berupa :puisi, prosa, mau pun drama. Ada beberapa halyang perlu diperhatikan guru sehubungandengan pemilihan materi kesusasteraan untukmembaca indah ini antara lainadalah sebagaiberikut.

Bahan itu hendaknya mengandung nilai-nilai pendidikan, misalnya, kepahlawan,kemanuasiaan, dan sebagainya. Kalimat-kalimatatau kata-kata yang dipakai oleh pengarangnyabermakna denotatif dan bukan bermaknakonotatif. Hal seperti ini perlu diperhatikan guru,sebab anak-anak seusia sekolah dasar rata-ratabaru dapat menangkap isi kalimat yangdisimpulkan bahasa denotatif pada karya sastra

Strategi PembelajaranBerbicara di SD

Hakikat Berbicara di Sekolah DasarBerbicara adalah kemampuan mengucapkankata untuk mengekpresikan, menyatakan sertamenyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Pengertian berbicara ini ada yang menyamakandengan bercakap-cakap. Berbicara dapat

Jumlah kata yang dibaca X 60 = … kpm

Jumlah detik waktu membaca

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

dilakukan sendiri sedang bercakap-cakap selaludilakukan oleh lebih dari seorang.

Tujuan berbicara adalah untuk berkomu-nikasi, agar dapat menyampaikan pikiran secaraefektif. Oleh karena itu sebaiknya : (a) pembicaramemahami segala sesuatu yang ingin dikomu-nikasikan; (b) pembicara mampu mengevaluasiefek komunitasnya terhadap pendengar ; (c)pembicara mampu mengetahui prinsip-prinsipyang mendasari segala pembicaraan.

Ada beberapa prinsip umum yangmendasari segala kegiatan berbicara. Berikut iniadalah prinsip prinsip umum tersebut yakni :1. Membutuhkan paling sedikit dua orang.2. Mempergunakan suatu sandi linguistik

yang dipahami bersama-sama.3. Menemui atau mengakui suatu daerah

referensi umum. Daerah ini mungkin tidakselalu mudah dikenal/ ditentukan, namunpembicaraan menerima kecendrunganuntuk menemukan satu di antaranya.

4. Merupakan suatu penukaran antara parti-sipasi. Kedua partisipasi yang memberi danmenerima pembicaraan saling bertukarsebagai pembicara dan penyimak.

5. Menghubungkan setiap pembicara denganyang lainnya, dan kepada lingkungannyadengan segera. Perilaku lisan sangpembicara selalu berhubungan denganresponsi yang nyata atau yang dihadapkandari penyimak, dan sebaliknya. Hubunganini bersifat timbal balik dan dua arah.

6. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.7. Hanya melibatkan perlengkapan yang

berhubungan dengan suara/bunyi bahasadan pendengaran.Untuk mendapatkan hasil pembicaraan

yang baik, ada beberapa hal yang perludiperhatikan oleh pembicara, antara lain sebagaiberikut.1. Pemilihan kata-kata yang tepat dan

mengena.2. Pemikiran yang sehat dan urutan gagasan

yang nalar.3. Struktur kalimat yang baik, jelas dan betul.4. Suara yang baik, mudah didengar dan

dimengerti.

Pelaksanaan Pembelajaran Berbicara diSekolah DasarAda beberapa teknik pembelajaran berbicara disekolah dasar :1. Anak-anak yang masih muda dalam berpi-

kir dan berpengalaman dapat diberiperlajaran berbicara melalui gambar-

gambar yang disiapkan guru. Gambartematik (bertema : ada ceritanya) lebihmudah mendorong anak-anak menceri-takan apa yang ia lihat pada gambar. Temagambar hendaknya disesuaikan denganminat dan kebutuhan psikis siswa maupunkehidupan binatang. Di kelas 3, 4, 5, dan 6siswa sudah dapat mengembangkanfantasinya (daya khayalnya). Oleh karenaitu, gambar tematik dapat dibuat penuhkhayal. Justru unsur khayal inilah dapatmembuat pikiran siswa hidup. Mediagambar inilah yang paling efektif untukmeningkatkan kemampuan berbicara disekolah-sekolah.

2. Memberi salam sebelum dan sesudahpelajaran kepada guru adalah latihanterpadu antara belajar berbahasa danmeningkatkan perilaku yang baik.

3. Bermain sosiodrama, meningkatkan sikapsosial dan berani berkomunikasi lisandengan sesama teman (sebagai contohuntuk kelas 1, 2, 3 bermain jual beli di pasaratau di toko, bermain guru-murid di kelas,dan sebagainya).

4. Bernyanyi bersama atau peroranganmerupakan salah satu teknik pengajaranberbicara berirama.

5. Menghafalkan puisi, berdeklamasi, didepan kelas merupakan latihan keperi-badian dan sekaligus latihan berbicara.

Strategi Pembelajaran Menulis di SD

Hakikat Menulis di Sekolah Dasar.Sebelum melangkah untuk memahami danmengerti tentang batasan menulis ada baiknyaditinjau terlebih dahulu pendapat Yarmi (2006)dalam “Mengarang” tentang menulis danmengarang. Ia mengemukakan bahwa sebaiknyaantara penulis dan mengarang tidak bolehdibedakan, mengingat tujuan pengajaranpengarang yang tersusun secara sintaksi. DalamGBPP pun tidak dipisahkan antara menulis danmengarang, akan tetapi menyatu dalam pokokbahasan menulis. Setelah diketahui bahwasanyamenulis indentik dengan mengarang, makaselanjutnya akan dicari batasan atau pengertianmenulis atau mengarang secara umum.

Menulis atau mengarang adalah mengor-ganisasikan ide menjadi rangkaian yang logis ,Yazir Burhan berpendapat bahwa menulisadalah tindakan melakukan pikiran/ perasaandalam Yarmi (2006). Sedangkan Tarigan yang

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

menyitir pendapat Lado mengemukakan bahwamenulis adalah menuliskan lambang-lambanggrafik yang menggambarkan suatu bahasa yangdipahami oleh seseorang sehingga orang laindapat membaca lambang-lambang grafiktersebut kalau mereka memahami bahasa dangrafik tersebut (1985).

Menyimpulkan pendapat dari empat ahlibahasa tersebut dapat dikemukakan bahwamenulis adalah mengorganasisasikan ide ataupesan secara tertulis sehingga orang lain dapatmemahami isinya.

Pengajaran menulis di sekolah dasarberdasarkan kurikulum bahasa Indonesia 1994meliputi : menulis permulaan, menulis prosa,menulis surat, menulis puisi, menulis fiksi,menulis drama, menulis laporan, menulispengumuman, menulis pidato, menulis drama.

Menulis ProsaAda lima jenis prosa yang akan dibicarakanpada bagian ini : prosa deskripsi, eksposisi,argumentasi, narasi dan persuasi.1. Deskripsi

Deskripsi adalah lukisan yang mem-bangkitkan kesan atau impresi seseorangmelalui uraian atau lukisan tertentu.Umumnya diskripsi menceritakan tentangseketsa perwatakan, pemandangan suasanaruang, dan sebagainya. Berikut ini adalahangkah-langkah yang harus dilakukanuntuk menyusun prosa deskripsi, yaitu:a. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak

dicapai penulis;b. Amatilah dengan seksama objek yang

dijadikan topik dalam penulisantersebut;

c. Buatlah perincian tentang apa yangdidengar, dilihat, dan dirasakan olehpenulis mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengantujuan penulisan;

d. Supaya kekhususan menonjol, berilahpenjelasan tambahan.

2. EksposisiEksposisi adalah tulisan yang berupapaparan yang berisi kupasan, uraianataupun tuturan yagn bersifat penyuluhantanpa mengandung paksaan kepadapembaca.Langkah-langkah penyusun prosa eksposisiini adalah sebagai berikut.a. Menentukan topik yang akan disajikan;b. Menentukan tujuan eksposisi;

c. Membuat kerangka yang lengkap dansistematis

d. Mengembangkan eksposisi sesuaidengan kerangka karangan.

3. ArgumentasiArgumentasi adalah paparan yang terdiridari alasan atau penyintesisan pendapatuntuk membangun suatu kesimpulan.Argumentasi digunakan penulis untukmeyakinkan kebenaran pendapat, gagasanatau konsepsi sesuatu berdasarkan data danfenomena-fenomena keilmuan yangdikemukakan. Sehubungan dengan haltersebut maka dalam menulis argumentasipenggunaan contoh dan bukti kuat dankeyakinan sangat perlu diperhatikan.Langkah-langkah dalam penyusunanargumentasi adalah sebagai berikut.a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai;b. Mengumpulakan bahan, fakta ataupun

konsep kelimuan;c. Menarik kesimpulan baik secara

deduktif maupun secara induktif;d. Penutup yang berisi himbauan kepada

pembaca agar mau mengakui kebena-ran argumentasi penulis

3. NarasiNarasi adalah suatu penceritaan dari suatuperistiwa atau serangkaian peristiwa yangdisusun sedemikian rupa agar menimbul-kan pengertian-pengertian yang mereflek-sikan penulisnya. Langkah-langkahpenyusunan narasi ini adalah sebagaiberikut.a. Menentukan tujuan yang ingin dicapaib. Menetapkan temac. Mengembangkan tema menjadi cerita

4. PersuasiPersuasi adalah paparan yang berdayabujuk atau pun berdaya himbau yang dapatmembangkitkan ketergiuran pembaca untukmeyakini atau menuruti himbauan itu baikyang bersifat implisit maupun eksplisit.Umumnya persuasi untuk menyampaikanpesan dalam iklan sponsor atau reklame.

Kelima bentuk prosa tersebut kadangkalamewarnai sebuah tulisan sehingga sulitmenentukan termasuk jenis prosa yang manatulisan tersebut. Untuk menanggulangi masalahini guru dapat menjelaskan kepada siswa bahwa

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

untuk mengklasifikasikan termasuk jenis prosayang mana tulisan itu bisa dilihat dari jenis prosamana yang mendominasi dalam tulisan tersebut.Dengan demikian kita dapat melihat bahwasebuah karangan mungkin terdapat unsureksposisi, persuasi atau argumentasi tetapi kitabisa menyebut karangan itu jenis argumentasi,misalnya karena memang unsur argumentasidari karangan itu yang paling menonjol.

Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD

Pembahasan tentang pembelajaran apresiasisastra di SD meliputi (1) hakikat sastra siswa,yang mencakup pengertian sastra anak, jenissastra untuk anak, karakteristik sastra untukanak, (2) hakikat apresiasi sastra oleh siswa,yang mencakup manfaat apresiasi sastra bagisiswa, dan tingkat apresiasi sastra oleh siswa.(3) strategi pembelajaran apresiasi sastra siswadi SD, yang mencakup pemilihan bahan ajar,penerapan metode pembelajaran, penilaian hasilkegiatan apresiasi sastra di SD.

Dengan pembahasan topik-topik di atas,diharapkan calon-calon guru SD memiliki bekalyang cukup dalam melaksanakan pembelajaranapresiasi sastra di SD.

Hakikat Sastra SiswaSebutan “sastra anak” merupakan gabungandari kata “sastra” dan “anak”, karena itu istilah“sastra anak” tidak ada keterangan maknanyadalam Kamus Istilah Sastra karya Sujiman.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata“anak” bermakna “manusia yang masih kecil”,dan kata “sastra” didefinisikan sebagai “Karyaseni imajinatif yang bermediakan bahasa”. Darikedua keterangan makna itu dapatlah disimpul-kan bahwa yang dimaksud “sastra anak” ialahkarya seni imajinatif yang bermediakan bahasayang dapat dipahami oleh manusia yang masihkecil. Dalam konteks ini, “manusia yang masihkecil” merujuk pada usia 6-13 tahun.

Sebagai sebuah karya seni yangdikonsumsi oleh anak, sastra anak memilikikarakteristik tersendiri. Huck, Hepler, danHicman dalam Akhadiah menjelaskan bah-wa,”Isi sastra untuk anak dibatasi olehpengalaman dan pemahaman anak.” Ketiganyajuga menjelaskan bahwa sastra untuk anakmengandung dua nilai: personal dan edukatif.

Strategi Pembelajaran Apresiasi Sastra SiswaGuru diharapkan memiliki kompetensi meran-cang dan melaksanakan pembelajaran apresiasisastra di SD secara reseptif dan produktif. Untukmencapai kompetensi tersebut guru ikut sertasecara aktif dalam kajian tentang strategipembelajaran puisi, prosa, dan drama di SD.

Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran ApresiasiProsa IndonesiSetiap guru tentunya mengharapkan agar prosespembelajaran dapat berlangsung menarik, disamping tercapainya efektivitas tujuanpembelajaran. Kedua hal tersebut merupakanpersyaratan untuk dapat terciptanya suasanapembelajaran yang menyenangkan, karenadengan terpenuhinya persyaratan tersebut, parasiswa akan belajar tanpa merasa terpaksa.Mereka belajar karena meeka membutuhkan,menyenangi dan menikmati pelajaran yangdipelajari. Hal ini dapat dicapai seandainyaguru mampu menyajikan materi secara menarik.

Apabila hal tersebut telah dicapai, makadiasumsikan bahwa tujuan pembelajaran punakan tercapai sesuai dengan waktu dan targetsebagaimana yang telah ditentukan di dalamprogram pembelajaran apresiasi bahasa dansastra Indonesia.

Salah satu cara agar guru dapat mencapaipengajaran secara menarik efektif adalah gurudapat menyediakan bahan. Guru perlumengetahui bahan yang baik dan yang tidakbaik. Dalam hal ini terdapat dua macam kriteriayang dapat dijadikan patokan dalam pemilihanbahan pembelajaran apresiasi prosa Indonesia,yaitu, kriteria tingkat keterbacaan, dan kriteriatingkat kesesuaian.

Keterbacaan dapat dijadikan kriteria dalammemilih bahan bacaan. Tingkat keterbacaanialah mudah-tidaknya suatu bahan bacaan(prosa) untuk dicerna, dihayati, dipahami, dandinikmati oleh siswa. Untuk dapat memenuhikriteria tingkat keterbacaan ini, prosa yang akandijadikan materi pengajaran apresiasihendaknya memenuhi persyaratan sebagaiberikut.1) Kejelasan Bahasa

Dalam hal ini prosa (cerita rekan) yang akandijadikan materi pengajaran di SekolahDasar adalah prosa menggunakan bahasayang sederhana. Kalimat-kalimatnya tidakpanjang-panjang dan tidak rumit, sehingga

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

memudahkan siswa menangkap isinya.Kata-kata yang dipergunakan adalah kata-kata yang bermakna lugas. Dengan memper-hatikan bahasa prosa yang akan diajarkan,maka satu tahap dalam tingkat keterbacaansudah tercapai, yaitu kejelasan bahasa.Dengan kejelasan bahasa, maka unsur-unsur prosa akan mudah ditemukan anak-anak.

2) Kejelasan TemaTema prosa untuk materi pengajaranapresiasi di Sekolah Dasar hendaknyaterbuka, artinya tema itu bisa langsungditemukan anak-anak. Di samping itu, tematersebut tidak disajikan secara terselubung.

3) Kesederhanaan PlotCerita rekaan yang akan disajikan dalampengajaran apresiasi di Sekolah Dasarhendaknya merupakan cerita yang berplotmaju. Berplot maju, maksudnya rangkaiancerita berjalan kronologis dari awal hinggaakhir. Hendaknya tidak dipilih plot yagmempunyai sorot balik (flash back) yangrumit, dikarenakan adanya kemungkinansiswa mengalami kesulitan dalam meng-ikuti jalan certita secara utuh.

4) Kejelasan PerwatakanPerwatakan dalam cerita rekaan yang akandijadikan materi pengajaran hendaknyadipilih dari cerita-cerita yang disajikansecara sederhana. Hal ini dimaksudkan agaranak-anak dapat dengan mudah menang-kap sosok tokoh-tokoh cerita tersebut.Demikian pula pesan-pesan yang terdapatdalam cerita tersebut dengan mudah dapatditangkap oleh para siswa.

5) Kesederhanaan LatarCerita rekaan yang akan diajarkanhendaknya dipertimbangkan latarnya.Latar dalam cerita tidak berbeda jauhdengan lingkungan tempat tinggal mereka.Dengan demikian mereka merasa akrabdengan suasana dalam cerita tersebut. Halini membantu mempermudah pemahamanterhadap cerita tersebut. Hal ini membantumempermudah pemahaman terhadap cerita,disebabkan mereka telah merasa kenaldengan latar seperti itu. Suasana latar yangakrab dengan lingkungan mereka sehari-

hari, tidak berarti persis sama. Misalnyasuasananya yang sama sehingga dapatmenjembatani imajinasi anak-anak. Tidakpula diartikan “tidak boleh memperke-nalkan latar yang berbeda” dengan ling-kungan anak. Hal ini diperkenalkan agaranak mengenal lingkungan baru, mempu-nyai pengetahuan baru, namun perlu dijem-batani dengan suasana yang telah merekakenal.

6) Kejelasan Pusat Pengisahan Pilihlah cerita rekaan yang pusat

pengisahannya konsisten. Artinya tidakbanyak berganti fokus. Persoalannya, jikaterlalu banyak berganti fokus, hal ini akanmenyulitkan anak-anak mengikuti jalancerita. Cerita yang ber-aku yang seolah-olahpengarang yang menjadi tokoh utama, adakecenderungan yang lebih besar bagi anak-anak untuk menyenanginya. Hal itudisebabkan mereka merasa sedang meng-ikuti pengalaman teman sebayanya. Dalamhal ini dapat juga dipilih cerita yang“dipaparkan pengarang” (pengarangberada diluar cerita). Dengan gaya ini anak-anak merasa sedang didongengi seseorang

Penutup

Uraian sebelumnya telah menggambarkan duapendekatan dalam pembelajaran bahasa yaitupendekatan Communicative dan Whole Language.Walaupun berbeda, kedua pendekatan tersebutbermaksud untuk meningkatkan kemampuanpeserta didik berbahasa. Pada umumnya gurusudah mengenal dan mempraktekkan pende-katan Communicative, tetapi mungkin belumterbiasa dengan pendekatan Whole Language.yang melihat bahasa sebagai suatu kesatuanyang menyeluruh dan utuh.Diharapkan, melalui tulisan ini, guru SD dapatmemahami, merancang pembelajaran danmelaksanakan pembelajaran bahasa Indonesiadan sastera dengan menerapkan pendekatanCommunicative dan pendekatan Whole Languge,strategi pembelajaran menyimak, membaca,menulis dan apresiasi sastera dalam pembel-ajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas-kelasawal SD secara lebih baik.

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar dan Furqanul Aziz.(1994). Pengajaran bahasa komunikatif, teoridan praktek.Bandung: Remaja RosdaKarya

Akhadiah, Sabarti. Pembelajaran terpadu di SD.Makalah disajikan dalam seminarnasional di Universitas Padang

Bromley, KD. (1992). Language arts: exploringconnection (2nd ed). Boston: Allyn andBavon

Cox Carole. (1999). Teaching language arts.California State University

Chaer, Abdul. (2002). Psikolinguisti, kajian teoretik.Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati. (1998). Pendidikan bahasa Indonesia kelastinggi. Jakarta: Depdikbud

Goodman. (1991). Organizing for whole language.Purtsmouth NH Heinemann

Farida, Rahim. (2006). Strategi pembelajaranmembaca di SD. Jakarta: BumiAksara

Dardjowidjojo, Soenjono. (2000). Echa, kisahpemerolehan bahasa anak Indonesia. Jakarta:Grasindo

Halliday, M.A.K,. (1973). Exploration in thefunctions of language. London: EdwarArnold

Depdiknas. Kurikulum SD 2004. (2004). Jakarta:Puskur

Eisele, Beverly. (1991). Managing the wholelanguage classroom. Creative teachingPress,Inc., Cypress

Morrow, L.M. (1999). Literacy development in earlyyears (Helping children read and write).Rutger: The State University

Nababan, SUS. (1993). Metodologi pengajaranBahasa.Jakarta: Gramedia

Sumardi. (2000). Buku pelajaran bahasa IndonesiaSD. Jakarta: Grasindo

Tarigan. (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdikbud

Yarmi, Gusti. (2006). Modul. Pembelajaran BahasaIndonesia di SD

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

Inovasi Pembelajaran untuk MengembangkanBakat Menulis

Hastin S. M.*)

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Opini

eterampilan berbahasa mencakup kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, danmenulis. Tulisan ini membahas mengenai keterampilan menulis anak didik. Untukmeningkatkan kemampuan menulis, anak didik membutuhkan adanya motivasi dari dalamdirinya dan motivasi dari luar dirinya. Selain memotivasi, guru sebagai fasilitator

mengenalkan dan mengajarkan berbagai kosakata yang tepat dan sesuai. Guru memilih metodepengajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan menarik. Bahkanpenulis perlu memperhatikan pembaca yang menjadi tujuan dan sasaran tulisan. Tulisan ini jugamengungkapkan cara memotivasi anak didik untuk menulis sehingga bakat dan kemampuanmenulis yang dimiliki anak didik muncul dan meningkat dengan baik.

Kata kunci: Proses belajar, memanfaatkan kamus, menganalisis kata, mendayagunakan kata yangtepat.

Languange skills consist of listening, speaking, reading, and writing. These four kinds of skill are to bedeveloped in languange learning process. This article focuses the discussion in developing writing skillsviewed from several aspects. Besides some methods and techniques of developing studdents’ writing skill to beconsidered by teachers are proposed.

Abstrak

K

Pendahuluan

Kita dapat menemukan banyak bakat seoranganak didik dalam dirinya. Banyak potensi yangmereka miliki perlu kita kembangkan, misalnyasaja bakat menulis. Kemampuan menulis tentusaja sudah dimiliki anak didik semenjak usiadini atau di bangku Sekolah Dasar (SD). Namunbakat menulis seperti menulis artikel, ceritapendek (cerpen), novel, puisi maupun menulissurat sudah terbilang langka. Sebagai contoh,menulis surat hanya dilakukan pada saat-saattertentu. Selain itu zaman yang semakin moderndan berteknologi canggih seperti SMS, MMS, E-mail dan lain sebagainya membuat keberadaan

surat menyurat semakin berkurang. Hal yangtidak jauh berbeda dengan keterampilanmenulisyang kurang berkembang karenamenulis pesan dalam SMS, MMS lebih mudahterkirim dan format penulisannya singkat. Selainitu, supaya memotivasi anak didik menulis puisi,artikel, atau cerpen semakin kurang. Karenaanak didik berkeinginan menulis pada saatperlombaan menulis saja.

Sama halnya di sekolah, untuk mengem-bangkan bakat menulis terbilang sedikit, atautidak ada sama sekali. Bahkan kegiatan tulismenulis hanya terdapat pada bidang studitertentu misalnya bahasa Indonesia dan Inggris.Lebih lanjut penyajian dalam kegiatan belajarkurang menarik atau monoton dan keterampilan

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

pendidik dalam menulis masih terbilang sedikit.Sebagian besar pendapat mengatakan,keterampilan menulis ialah bakat alami.Sehingga anak didik merasa bosan dalampelajaran menulis.

Pada umumnya pendidik memberikanbeberapa tema kepada siswa lalu memberikanwaktu dan membiarkan proses belajar sampaiselesai waktunya. Tentu saja peserta didik akanmengalami kesulitan. Hal yang paling mencolokialah kurangnya mengetahui kosakata bahasaInggris. Sehingga mereka mengalami “Stuck”dalam proses menulis. Kemudian anak didikseringkali mengalami kesulitan dalammenyusun kalimat dengan bentuk waktu atautenses yang tepat. Mereka seringkali mencampuradukkan bentuk waktu lampau (Past SimpleTense) dengan bentuk waktu sekarang (SimplePresent Tense). Sehingga mereka merasaterhambat dan takutm e n g g u n a k a nbentuk waktu yangmereka pergunakandalam menulis.

Oleh karenaitu, dalam prosesmenulis ini, penya-jian pengajar dalamkegiatan belajarmengajar sangatlahpenting. Hal ini berarti pendidik seharusnyamelihat gaya belajar anak didik yang berbedalalu menyesuaikannya dengan metode menulisyang kreatif dan aktif.

Pembahasan

Menulis terkadang dilakukan pada saat tertentusaja dan sering kegiatan belajar mengajar inibukanlah mengenai essay atau mengarangmelainkan menelaah dan menganalisis tatabahasa, misalnya writing dalam bidang studibahasa Inggris. Tata bahasa tentulah sangatpenting dalam menulis, karena harus sesuaidengan ejaan dan tata bahasa yang baik danbenar. Misalnya, mengenai Past Simple.

I had a great holiday with my family. Then, myfamily and I ate the cake we made. We celebrated HappyNew Year Eve with special pray.

Dalam penulisan ini, tata bahasa sangatdiperlukan sekali tetapi dalam pengembanganmenulis tata bahasa dapat menghambat prosesmenulis. Anak didik berkonsentrasi memikirkan

cara penulisan yang benar dan bukan padapengembangan ide, pokok cerita yang akandisampaikan melalui tulisannya. Guru sebagaipendidik bahasa, seharusnya dapat menambah-kan dan memperluas kreatifitas anak dalammenulis melalui metode menulis yang kreatif danmenarik.

Instant Writing

Jeremy Harmer (2004) mengemukakan metodekreatifnya, yakni instant writing dan collaborativewriting. Instant writing atau menulis cepatmerupakan proses menulis secara cepat tanpaadanya peringatan atau persiapan. Hal inibukanlah berarti memberikan tugas menulissecara mendadak lalu anak didik diminta untukmenuliskan suatu cerita dengan cepat. Melain-kan anak didik diminta menuliskan suatu

kalimat atau beberapakalimat menurutmetode dan gaya bel-ajar auditorial, visualdan kinestetik.Selain itu metodeinstant writing inim e n g h i l a n g k a nasumsi bahwa me-nulis suatu ceritamembutuhkan waktu

yang lama. Sehingga bagi sebagian anak didikyang ingin cepat menyelesaikan tulisannyamerasa lebih tertarik melalui metode ini. Prosesini diperkirakan hanya membutuhkan waktukurang lebih 15 menit, atau lebih cepat, yaknikurang dari 15 menit.

Metode instant writing meliputi menuliskalimat, menggunakan musik, dan meng-gunakan gambar.

Menulis KalimatDalam metode menulis kalimat, peserta didikdiminta untuk menuliskan kalimat tanpamempedulikan bentuk waktu apapun danmerasa yakin bahwa ia mampu menuangkantulisannya dengan kalimat yang menarik danunik dari pengalaman hidupnya.

Mendikte kalimat untuk melengkapiPendidik mendiktekan kalimat tak lengkap yangmerangsang daya pikir anak untuk menuliskanidenya secara kreatif dan menarik. Kalimat inisebaiknya mudah dicerna terjemahannya.

Selain itu metode instant writingini menghilangkan asumsi bahwa

menulis suatu ceritamembutuhkan waktu yang lama .

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

Melalui kosakata yang populer dan mudahdimengerti, anak didik pun mampu menuliskankata atau melanjutkan dengan baik. Misalnya:The funniest thing I have done is...

Kemudian peserta didik melanjutkankalimatnya dengan menuliskan kata ataukalimat dengan: slipped on the floor, telling a joke,and wearing wrong clothe, etc.

Setelah anak didik merasa tertarik danmampu menuliskan kalimat dengan cepat danbaik, mereka diminta untuk menuliskan unsur5 WH ; what, where, why, when, who, how. Dengandemikian tulisan merekapun akan semakin lebihbaik dengan adanya unsure 5 WH ini. Misalnya:The funniest thing I have done is telling a joke tomyfriends and teachers. I tell them about it in teachers’room. Usually, we can’t do that in there. Howeverbecause I have a good story, they allow me to tell it infront of them and my friends who stand outside of thewindow. I remember that it was the second break, at12.35 o’clock. Lots of my friends were having lunchwhile I was standing there to tell a joke, for them.Actually my joke was not funny at all, but the funniestthing I have done is by using a skirt. Whereas I am afourteen years old boy. Well, I think it’s a punishmentfor naughty boy like me.

Mengembangkan topikMelalui metode ini, pendidik mengajarkan danmemberikan topik yang menarik dan beragam.Kemudian pendidik meminta anak didikmenuliskan dua atau tiga kalimat mengenai topikyang dipilihnya. Dalam hal ini, topik yangmenarik dan terkini menjadi hal yang terpenting.Oleh karena itu pendidik harus memperhatikaninformasi-informasi terkini dan berkaitandengan kehidupan anak didik. Misalnya topikmengenai kehidupan sosial di sekolah yakniShoes for Friends, Blood Donation, dan lain-lain.

Ramalan cuacaDengan metode ini pendidik meminta pesertadidik untuk menuliskan tentang diri merekadengan hari-hari yang mereka alami. Merekaboleh menuliskan tentang perasaan merekaterhadap cuaca yang mereka alami hari ini.Apakah mereka senang dengan cuaca yangcerah di pagi hari lalu hujan di sore hari? Bagai-mana cuaca hari esok? Apakah cuaca seperti inimenimbulkan wabah? Dan sebagainya.Arahkanlah anak menulis melalui metode ini,seperti melaporkan ramalan cuaca hari ini.

Kemungkinan besar anak didik belajarmeramalkan cuaca dengan fakta. Fakta yang adamelalui tulisan mereka sendiri.

Menggunakan MusikMusik dapat dijadikan alat pembelajaran yangmenarik dalam proses menulis. Bagi pesertadidik yang memiliki gaya auditorial, metode inisangat cocok dan menyenangkan untuk men-dengarkan sebuah alunan musik lalu dikaitkandengan bakat menulisnya. Pendidik seharusnyamemilih jenis kaset yang tidak mengalunkansyair. Melainkan musik instrumental berupapiano, gitar akustik dan lainnya.

Berikut ini metode menulis dengan menggu-nakan musik.

Kata-kataDalam metode ini, pendidik memperdengarkansebuah musik instrumental lalu meminta anakdidik menuliskan perasaan dan emosi merekapada saat mendengar alunan musik yangdiperdengarkan. Atau pendidik memper-dengarkan soundtrack film yang pernah merekadengar melalui film yang pernah mereka lihat.Dengan demikian, mereka tidak mengalamikesulitan yang berarti. Hal ini disebabkanbahwa mereka sudah mengetahui cerita yangakan mereka tulis setelah melihat film darisoundtrack tersebut. Setelah anak didikmenuliskan mengenai perasaan dan emosimereka melalui lagu tersebut, mintalah anakdidik membaca tulisannya di depan kelas. Anakdidik lain dapat mengetahui isi tulisannya dandapat memberikan komentar.

Apa yang sedang digambarkan pencipta laguDalam metode ini pendidik memperdengarkansebuah lagu instrumental kepada anak didik.Metode ini hampir serupa dengan metode kata-kata. Namun peserta didik menuliskan apa yangdigambarkan oleh pencipta lagu dalam jenislagu yang berbeda. Misalnya terdapat suarabinatang dalam sebuah lagu, kemudianpendidik dapat menanyakan jenis binatang yangsedang digambarkan oleh pencipta lagu. Setelahanak didik menuliskan suatu cerita yang sedangdigambarkan pencipta lagu, mintalah kepada-nya untuk membagikan cerita terhadap temansekelasnya melalui membaca. Lalu peserta didikmemberikan penjelasan yang benar tentang laguyang telah diperdengarkan.

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

Menggunakan GambarSeperti halnya metode dengan menggunakanmusik, metode dengan memanfatkan gambaruntuk membantu proses menulis cepat tepatdigunakan untuk anak yang memiliki gayabelajar visual. Melalui gambar untukmendeskripsikan seseorang atau hewan, anakdidik diharapkan mampu menuliskan denganmendeskripsikan lingkungan kehidupannya.Berikut ini metode gambar dalam instant writing, yakni:

Mendeskripsikan gambarMelalui metode ini, pendidik memberikangambar manusia yang beragam, baik rambutyang berbeda bentuk seperti: rambut lurus,keriting, ikal, sampai bentuk tubuh yang tinggi,pendek, gemuk, langsing dan lainnya. Pendidikperlu mempersiapkan gambar-gambar manusiayang beragam dan menarik, sehingga anak didikdapat memilih suatu gambar yang ia minati lalumendeskripsikannya dalam tulisan.

Latihan ceritaDalam metode ini, terdapat beberapa latihanmenulis agar peserta didik mudah menuliskansuatu deskripsi mengenai lingkungan terdekat.Bahkan metode ini sesuai dengan standarkompetensi menulis untuk tingkat SMP, yaknimengungkapkan makna dalam teks tulisfungsional dan esai pendek sangat sederhanaberbentuk descriptive dan procedure untukberinteraksi dengan lingkungan terdekat. Berikutini latihan cerita menggunakan gambar.Pertama, gambar acak: dalam metode inipendidik memberikan gambar yang berbeda danberagam seperti : anak kecil, pasir, bola voli,pedagang, kursi panjang, penjaga pantai, danlain-lain. Kemudian mintalah anak didik untukmemilih dan mengambil empat gambar yangtelah tersedia. Lalu mintalah kepadanya untukmengaitkan tempat gambar tesebut dengansuatu cerita. Kedua, gambar bingkai: melaluimetode ini, pendidik menyiapkan gambar yangberangkai yang menjadi empat bagian.Kemudian mintalah peserta didik untukmerangkaikan suatu cerita berdasarkan gambartersebut. Peserta didik dapat membacakanceritanya didepan kelas sehingga akan terdapatperbedaan maupun persamaan cerita dengansiswa yang lain.

Collaborative WritingMelalui metode ini, diharapkan peserta didikdapat bertukar pikiran melalui gagasannya

terhadap suatu cerita dengan rekan kerjanya.Proses menulis ini melatih anak didik berpikirkreatif dan aktif menuangkan kembali isi ceritayang telah diperdengarkan atau melalui gambarberangkai yang dibentuk secara acak. Berikut inimetode yang bisa diterapkan terhadapa anakdidik, yakni:

DictoglossMelalui metode ini anak didik diminta untukmenuliskan kembali isi cerita yang telahdibacakan oleh pendidik. Hal yang pertama kalidilakukan oleh pendidik ialah menyiapkansuatu cerita pendek lalu membacakannyadengan nyaring dan jelas kepada siswa. Namunpada saat siswa mendengarkan cerita tersebut,anak didik tidak diperkenankan untuk menuliskembali cerita tersebut melainkan menuliskancatatan penting saja mengenai cerita tersebut.Perlu diingatkan untuk memanfaatkan unsurlima WH. Setelah pendidik selesai membacakancerita, diminta anak didik menuliskan ulangcerita. Tentu saja mereka akan mengalami sedikitkesulitan. Hal ini terjadi karena sebagian besaranak didik baru mendengar cerita yang telahdibacakan pendidik untuk pertama kalinyakecuali jika anak didik memiliki daya ingat yangcukup tinggi. Kemudian cerita itu dibacakansekali sehingga anak didik dapat menambahkanisi cerita atau mengecek kembali tentangtulisannya. Setelah itu mintalah dua anak didikuntuk membacakan atau menuliskan isiceritanya dipapan tulis. Kemungkinan besarakan terjadi perbedaan cerita dari dua anaktersebut. Namun di akhir proses menulispendidik membacakan kembali cerita ituseutuhnya.

Membangun kembali ceritaMelalui metode ini, pendidik seharusnyamenyiapkan empat potongan gambar berangkailalu membentuk kelompok siswa yang terdiriempat orang. Setelah itu, potongan gambar yangberbeda dibagikan kepada masing-masing anakdidik. Setelah mereka mendapatkan gambaryang berbeda anak didik diminta bekerjasamadengan rekannya dan saling terlibat aktif untukbertukar pikiran dan merangkai cerita bergambardengan baik. Dalam proses menulis, anak didikakan antusias merangkai cerita bergambartersebut dengan perbedaan pendapat bersamarekannya. Namun, diharapkan anak didikmampu bekerjasama dengan baik melalui bedapendapat untuk menghasilkan suatu cerita yang baik.

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

Peranan SekolahKeterlibatan sekolahpun sangat diharapkandalam pengembangan bakat menulis anak didik.Yaitu dengan adanya penambahan buku bacaanpengetahuan yang berkaitan dengan temapenulisan anak. Perpustakaan merupakansarana informasi belajar yang baik denganketersediaan buku-buku terbaru dan berkualitas.Hal ini dikarenakan penulisan erat kaitannyadengan membaca. Tanpa membaca anak takakan bisa mengembangkan wawasan ceritapenulisan, terkecuali anak didik ini mempunyaipengalaman dalam kehidupannya yangberkaitan dengan isi cerita tulisan. Sehingga iapun mampu menceritakan isi tulisannyaberdasarkan pengalaman pribadinya.

Selain itu, pihak sekolah dengan pusta-kawan sebaiknya menyelenggarakan lombapenulisan karya tulis untuk anak didik,sehingga anak termotivasi untuk mengikutilomba ini, dan memacu prestasi anak melaluikarya tulisnya. Bahkan hadiah berupa uang,sertifikasi dan piala menjadi pendorong untukmenghargai hasil karya tulisnya sehingga anakdidik mengetahui besar manfaat dalam menulis.Sebaiknya, perlombaan karya tulis ini dilakukansesering mungkin dalam satu semester atausetahun. Semakin banyak perlombaan menulisyang diadakan semakin besar penulis-penulisdari anak didik yang mengikutinya. Tidak jarangdari pihak luarpun mengirimkan poster ataupunpengumuman mengenai perlombaan karya tulis.Misalnya, Departemen Luar Negeri menga-dakan lomba karya tulis yang bertemakanASEAN. Majalah Lip Ice mengadakan juga lombaini yang bertema kehidupan remaja dan lainnya.

Kegiatan pengembangan lainnya dalammenulis, yakni kegiataan ekstrakurikuler. Padaumumnya pendidik bahasa seperti bahasaInggris menekankan pada kegiatan yang aktifseperti speaking, storry telling, drama, danlainnya. Hal ini tidaklah menutup kemungkinanpendidik menerapkan dan mengembangkankegiatan menulis yang bersifat pasif. Demikianjuga dalam ekstrakurikuler Bahasa Indonesia,kegiatan menulis bisa lebih banyak diterapkanpada anak didik. Program ekstrakurikulermemiliki program khusus untuk pengembanganmenulis dan pendidik sangatlah berperanpenting dalam mengadakan pengembanganmenulis ini. Pendidik ini haruslah memilikiketerampilan menulis yang lebih baik danmenjadi model penulis bagi anak didik dalam

arti, karya tulisnya sudah pernah dipubli-kasikan, di tabloid, jurnal, maupun buku-bukulainnya. Keterampilan pendidik seharusnyalebih baik dengan terus menerus mengembang-kan karya tulisannya dan keterampilan itukemudian bisa diteruskan kepada anakdidiknya. Hal yang perlu diperhatikan ialahbagaimana agar ide penulisan anak didik dalammenulis tidak terhambat . Seringkali ditemukanpada saat proses menulis, anak didik sulitmenuliskan isi cerita. Hal ini dikarenakan anakdidik terus menerus memikirkan kata-kata yangbaik dan indah serta tata bahasa penulisannyaharus tepat dan hal-hal seperti inilah yangseringkali terjadi dalam mengawali prosesmenulis. Oleh karena itu pendidik perlumengembangkan diri mereka untuk mengatasimasalah yang sangat penting dalam prosesmenulis. Sebagai contoh, pendidik memberikanbeberapa tema yang menarik untuk dipilihsesuai dengan minat anak didik. Kemudianpendidik menganjurkan untuk menuliskanapapun yang ada dalam benaknya dan hatinyatanpa proses mengedit, baik tata bahasa,maupun kata-kata yang benar dan indah dibaca.

Memperluas Kosa kataSetelah menuliskan cerita secara utuh, anakdidik diminta untuk mengedit kata yang benardan tepat sesuai ejaan yang disempurnakan.Anak didik boleh menggunakan kamusTesaurus yang dipakai untuk menggantikankata-kata yang tergolong sama artinya. Tujuanmemanfaatkan kamus ini ialah untukmemperindah penulisannya.

Keraf (2006) mengemukakan cara memper-luas kosa kata yakni, (1) proses belajar, (2)konteks, (3) kamus, dan (4) menganalisa kata.

Proses BelajarPendidik memiliki peranan utama dan pentinguntuk memperluas kosa kata anak didik. Tidakhanya dalam bidang studi bahasa tetapi jugabidang studi non bahasa mulai memper-kenalkan istilah-istilah dengan uraiannya.

Dengan penjelasan dan uraian yang baik,anak didik lebih mampu mengingat danmengaplikasikannya. Misalnya saja mendefi-nisikan kosa kata bahasa Inggris melalui bahasaInggris atau menerjemahkan ke dalam bahasaIndonesia.Contoh : -actor: pemain pria film

-director: sutradara

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

KonteksKata dalam sebuah kalimat memiliki makna yangberbeda. Walaupun kata tersebut dalampengucapannya sama. Akan tetapi dalam halarti dan maknanya akan berbeda. Anak didikdapat memperluas kosa kata melalui kontekslisan maupun tertulis. Dalam konteks tertulis,anak didik lebih banyak memiliki waktu untukmemahami secara berulang-ulang. Ia dapatmemahami makna sebuah kata kapan saja iamenginginkan sesuai dengan kebutuhannya.Jika dalam konteks lisan, anak didik sedikitmengalami kesulitan apabila ia mendengarseorang pembicara mengeluarkan kata-kata baruatau kata yang pertama kali didengarnya. Ia bisasaja mencari makna tersebut dengan sebuahkamus, namun ia akan kehilangan kata-katabaru berikutnya yang diucapkan pembicara saatia mencari kata yang ingin dicari dalam kamus.Contoh :- Bisa ular mampu membunuh mangsanya - Pria tampan itu bisa merayu lawan jenisnya.

Melalui kata yang memiliki beda arti danmakna, anak didik semakin mampu menambah-kan pengetahuan kepada pembaca melalui karyatulisnya. Anak didik semakin terbiasamenggunakan kata yang sama tetapi dalamkonteks yang berbeda. Dengan adanya latihan-latihan akan kata untuk membuat kalimat,mereka akan semakin mengetahui arti danmakna yang berbeda pula.

Selain itu anak didik akan mengetahui danmemahami kata-kata apa saja yang memiliki artidan makna berbeda dalam sebuah konteks.Melalui buku bacaan, ceramah dan kegiatanbelajar mengajar di sekolah atau lingkunganmasyarakat.

KamusUntuk memperluas kosa kata, anak didik punmemerlukan kamus. Terdapat tiga jenis kamus,yakni kamus, kamus sinonim, dan tesaurus. Saatanak didik menemukan kata-kata baru melaluibuku bacaan ataupun secara lisan danpenceramah atau pembicara, kamus iniberfungsi untuk mengetahui makna dari sebuahkata. Kamus ini juga berfungsi membenarkandan memperbaiki dugaan kita akan arti kata.

Pada umumnya kamus yang seringdigunakan ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Kamus ini memiliki penjabaran akandefinisi sebuah kata dengan baik. Kamus lainnyayang sebaiknya digunakan seorang penulis,anak didik, ialah kamus sinonim. Kamus ini

berfungsi untuk mencari kata yang berbedanamun memiliki arti yang sama. Ataupun untukmembedakan konotasi-konotasi yang timbul olehkata-kata yang tampaknya mempunyai arti yangsama, tetapi tidak dapat saling melengkapi.

Kamus lainnya ialah tesaurus, kamus inimerupakan khasanah kata untuk keperluansendiri. Pada umumnya penulis, anak didik,menuliskan kata yang seringkali ia gunakandalam penulisan. Sehingga kata ini akan seringditemukan dan terasa hambar oleh pembacanya.Oleh karena itu, kamus ini berguna untukmenggantikan kata yang sama dengan katalainnya. Kamus ini memang hampir serupadengan kamus sinonim. Tetapi, oleh karenaperkembangan bahasa yang semakin meningkat,masyarakat Indonesia lebih memilih kamustesaurus yang memiliki kata sinonim yang lebihluas. Sehingga kamus sinonim yang dirasakankurang memiliki kosa kata yang lebih banyakdan luas ruang lingkupnya, menjadi tergantikanakan adanya kamus tesaurus ini. Selain itukamus ini pun memperindah tulisan si penulis.Misalnya saja kosa kata yang dipakai terlaluumum dan kaku, sehingga si penulis memakaikata lain yang bersifat umum dan lebih popular.Contoh:1) bakat: darah, talenta, pembawaan, kodrat2) inovasi: kebaruan, mutasi3) menulis: mencatat, menyurat, mengarang,

menggubah

Menganalisis KataUntuk memperluas kosa kata anak didik,terdapat cara lainnya yakni menganalisis kata.Menganalisa kata dalam bahasa Indonesiaberbeda dengan bahasa Sansekerta, latin danYunani. Dan artefiks bahasa Indonesia mengenalkonsep akar kata. Akar kata ini merupakan hasildari sebuah analisa hipotesis karena tidakproduktif lagi. Misalnya akar kata kit yangdiperkirakan berarti naik ‘yakni, ungkit, bukit,bangkit dan sebagainya. Sedangkan prefiks,dalam bahasa Yunani dan latin, banyakdipergunakan untuk membentuk kata-kata atauistilah baru.Misalnya :- Auto (sendiri) : autobiografi, automobile,

autodidak, automotif, dan lain-lain.- Trans (seberang, lewat): transisi, transport,

transportasi, transfer, transfuse danlainnya.Dalam menganalisis kata ini, dimaksudkan

agar anak didik memahami unsur kata yang ia

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

pergunakan. Memahami melalui akar kata danprefiks memudahkan siswa menggunakan katayang tepat dengan makna yang disampaikannya.Sehingga anak didik memahami akar kata-katabaru yang ia temukan lalu menerapkannyadalam tulisannya.

Mendayagunakan Kata yang TepatAnak didik sebagai penulis perlu memper-hatikan kata-kata dalam penulisan yang iapergunakan. Seluruh kata dalam suatu Bahasaadalah baik dan benar. Namun bila penulisantanpa penyesuaian tempat si pembaca, akanmerusak suasana atau menyinggung perasaansi pembaca.

Kata yang formal sebaiknya digunakandalam situasi formal atau kata yang informal dipakai untuk situasi informal.Misalnya saja anak didik menuliskan suatucerita untuk pembaca masyarakat umum. Iaseharusnya memakai kata-kata populer. Ataumenggunakan kata-kata ilmiah untuk perte-muan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khususdan lainnya yang bersifat lebih formal.Contohnya:

relupoPataK haimlIataK

iauses sinomrah

hena kirtneske

itkub nemugra

ujam nredom

nagnatnetrep iskidartnok

Dengan memperhatikan dan mengenalpembaca secara baik, tentulah penulis, anakdidik, akan mempergunakan pilihan-pilihankata yang sesuai pada tempatnya. Selain itu,bahasa si penulis lebih mudah dimengertimaksud dan tujuannya dalam isi tulisan cerita.Mendayagunakan kata yang tepat dan sesuaijuga akan menarik perhatian si pembaca.Manfaat lainnya yang akan didapat anak didikialah royalty. Bila kelak anak didik suksesmenuliskan dan menerbitkannya, ia akanmendapatkan konsumen pembaca yang lebihbanyak. Dalam hal ini ia akan mendapatkanroyalty dari hasil penjualan. Bahkan ia pun akanlebih dikenal namanya dengan populer sebagaipenulis muda berbakat di kalangan masyarakat

umum. Ia pun dikenal juga sebagai anak didikberprestasi dan berbakat.Untuk mewujudkan semua ini tidaklah mudah,ia harus terus menerus meningkatkan karyatulisnya dengan baik dan memperhatikan kata-kata penulisan yang tepat.

Upaya-upaya tersebut di atas memacu anakdalam pengembangan karya tulis. Selain itumenumbuhkan minat baca yang tinggi terhadapbuku-buku pendidikan. Bahkan upaya-upayatersebut menjadikan anak didik sebagai bibitpenulis yang baik dari usia dini sehingga kelakia pun bisa mengembangkan dan melanjutkanbakatnya melalui karya tulis yang ia ciptakan.Sehingga penulis-penulis ini kelak membantusarana pendidikan, terutama buku ajar sekolah.

Kegiatan pengembangan bakat menulis inisebaiknya dilakukan secara rutin, seperti halnyadalam kegiatan writing dalam bidang studiBahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Akantetapi ada kalanya anak didik memerlukan suatutempat yang khusus untuk menuliskan buahpikirannya. Misalnya saja ia perlu tempat yangtenang, seperti kamar pribadinya, ruang belajar,perpustakaan atau tempat lainnya. Selain itupendidik seharusnya memberikan temapenulisan yang menarik dan beragam sertamemberikan kebebasan kepada anak didik untukmemilih tema yang sesuai dengan keinginannya.

Memotivasi dengan cara tersebut diatasseperti dengan adanya perlombaan menulis disekolah, program ekstrakurikuler menulis,maupun dalam KBM (Kegiatan BelajarMengajar) perlu diupayakan pendidik denganbaik sebagai pengembangan bakat menulis anakdidik.

Kesimpulan

Pendidik seharusnya melihat gaya belajar anakdidik yang berbeda yakni: auditorial, visual,kinestetik dan menyesuaikannya dengan metodewriting yang baik dan menarik. Sehingga anakdidik merasa tertarik untuk melakukan prosesmenulis dan terlibat aktif bekerjasama bersamarekannya dalam metode collaborative writing.

Alat pembelajaran yang menarik sepertimusik instrumental bermanfaat untukmengembangkan bakat menulis anak didikmelalui perasaan dan emosinya saat men-dengarkan alunan musik instrumental.Sehingga bagi anak didik yang memiliki gaya

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Inovasi Pembelajaran untuk Mengembangkan Bakat Menulis

belajar auditorial merasa tertarik untuk menulismelalui musik.

Metode instant writing dengan mengguna-kan gambar acak, gambar berangkai, gambardeskriptif bermanfaat untuk membantu prosesmenulis cepat atau instant writing bagi anak yangmemiliki gaya belajar visual. Pendidikseharusnya mempersiapkan gambar-gambaryang beragam dan menarik. Sehingga anak didikmampu dan mengembangkan bakat menulisdengan baik melalui ketertarikannya.

Metode collaborative writing melatih anakdidik berpikir kreatif dan aktif untukmenuangkan kembali isi cerita yang telahdiperdengarkan atau melalui gambar berangkaiyang dibentuk secara acak. Sehingga anak didikmampu bekerjasama dalam mengemukakanpendapatnya untuk menuliskan suatu ceritaberdasarkan gambar tersebut.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. (2005). Tata bahasa baku bahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Elbow, Peter. (2007). Writing without teachers. PT.Indonesia Publishing

Harmer, Jeremy. (200). How to teach writing.Longman

Harmer, Jeremy. (2002. How to teach vocabulary.Longman

Harmer, Jeremy. (1999). How to teach grammar.Longman

Keraf, Gorys. (2006). Diksi dan gaya bahasa.Jakarta: Gramedia

Lou, Robby. (2006). English grammar and how touse it. Jakarta: Gramedia

Zaqeus, Edy. (2008). Resep cespleng menulis bukubest seller. Finstar Publishing.

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

Rommel K. Sitanggang*)

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Opini

embaca merupakan langkah awal untuk mengetahui pengetahuan atau pengalaman baru.Namun sering anak didik hanyalah sekedar membaca dan memahami. Mereka kurangmemperhatikan dan memanfaatkan potensi kecerdasan dirinya setelah membaca. Tulisanini menguraikan bagaimana membaca dapat meningkatkan kecerdasan dan pola pikir

untuk menciptakan hal yang baru. Dalam tulisan ini diperkenalkan teknik membaca yang baik,untuk mengarahkan siswa memanfaatkan kecerdasan intelektualnya, dalam kehidupannya sepertidi sekolah dan lingkungannya.

Kata kunci: Membaca cepat, belajar dengan gerakan, membaca auditori, membaca visual, belajarintelektual.

Reading is one of initial steps to obtain knowledge or new experience. Nevertheless, the students do readingmostly just for reading and understanding, not to develop their intelligence. This article explains somereading techniques to maximize students’ reading potential. Futher ,it also discusses good reading techniquesencouraging the students to implement their knowledge the achieve through reading in their real life.

Abstrak

M

Pendahuluan

Di sekolah pada umumnya anak didik meng-gunakan waktu istirahatnya untuk makan danminum untuk menambah energinya. Setelahistirahat kedua, anak didik pun kurangmemanfaatkan waktu luangnya untuk membacadi kelas atau perpustakaan sekolah. Minatmembaca anak didik tergolong masih rendah.Hal ini menunjukkan, siswa kurang menyadarimanfaat membaca. Mereka pun hanyamengetahui bahwa tujuan membaca hanyasekedar mencari informasi yang ditanyakanguru. Selain itu, membaca hanya dilakukan padawaktu dan situasi tertentu serta biasanya hanyadalam bidang studi bahasa Indonesia danbahasa Inggris. Hal ini terjadi karena dalam

kedua bidang studi ini terdapat kegiatanmembaca atau reading.

Selain itu, minat membaca buku pendidikansangat minim. Anak didik lebih menyukaibacaan yang disertai gambar-gambar lucu atauseru yang biasanya ditemukan pada buku komikatau buku fiksi lainnya.

Kebiasaan membaca yang kurang jugadipengaruhi oleh kebiasaan dan kemampuanmembaca anak didik. Saat membaca, anak didikmemiliki kebiasaan lama yakni membacadengan bersuara, membaca dengan mulut berko-mat-kamit, dan kurang melebarkan jangkauanmata terhadap kalimat. Bahkan anak didikkurang memaksimalkan kemampuan daya ingatsetelah membaca. Sehingga mereka seringkalimembaca ulang. Hal ini akan menghabiskanwaktu ketika anak menghadapi ulangan

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

membaca (reading). Ia merasa khawatirpemahamannya berbeda dengan ketika mem-baca pertama. Pada hakikatnya anak didikmemiliki kemampuan membaca pada dirinya,akan tetapi ia kurang memiliki pengetahuanmeningkatkan potensi membacanya dan belummemanfaatkan seutuhnya kecerdasan intelek-tualnya dalam membaca, sehingga anak belummampu mengukir prestasi dalam membaca danmenciptakan kreatifitas potensi membacanya.

Pembahasan

Membaca cepatWainwright (2007) mengemukakan bahwakecepatan membaca dan pemahaman bukanlahdua unsur yang terpisah dalam prosesmembaca. Kecepatan membaca bergantung padakecepatan memahami isi bacaan.Semakinmudah memahami isi bacaan, semakin tinggipula kecepatan membacanya.

Ketebalan bahan bacaan juga mempeng-aruhi motivasi membaca. Buku bacaan yangmemiliki sekitar 200 halaman kurang memo-tivasi anak didik membaca. Mereka lebih senangmemilih bacaan yang menyenangkan dan tipishalamannya, terlebih lagi bacaan yang memilikigambar seperti novel, komik, dan lainnya yangbelum tentu mengandung unsur pendidikan.Oleh karena itu, diharapkan para guru danorang tua memotivasi anak didik mengubahbahan bacaan dan cara membaca yaitumembaca cepat.

Untuk melakukan teknik membaca cepat,terlebih dahulu guru memilih sumber bacaanyang tepat atau sesuai dengan bidang studi yangdiajarkan. Misalnya pelajaran bahasa Indonesia,guru memilihkan karya sastra berupa ceritapendek mengenai cerita pahlawan nasionalIndonesia. Atau, novel Laskar Pelangi yangcukup populer saat ini karena mengandungunsur persahabatan, ketekunan, kreatifitasdalam kehidupan masyarakat menengah kebawah namun berjuang untuk mendapatkanpendidikan yang layak. Dengan memilih bahanbacaan yang tepat dan menyenangkan bagi anakdidik, tentulah akan mengubah pola membacayang kurang efektif selama ini. Membaca cepatsebaiknya dilakukan di kelas masing-masingatau perpustakaan supaya lebih menyenangkandan rileks. Selanjutnya anak didik melanjutkanteknik membaca di rumah.

Terkadang anak didik kurang termotivasimembaca buku karena kemungkinan terdapatberbagai faktor dalam diri anak tersebut. Namundengan strategi pembelajaran yang tepat,keadaan ini dapat di atasi. Misalnya, membe-rikan penghargaan berupa nilai tambahanuntuk nilai ulangan hariannya bila ia mampumembaca cepat dan mengingat informasi bacaanyang telah ia lakukan dan mengutarakannya didepan kelas. Guru dapat juga menghargaikemampuan membaca anak didik dengan kata-kata yang memotivasi.

Teknik membaca cepat tidak hanya berman-faat bagi anak didik tetapi juga masyarakatumum yang memiliki waktu terbatas untukmembaca. Misalnya, para pekerja mampumenyelesaikan pekerjaan kantornya untukmengedit laporan dari sejumlah buku yangterbilang banyak. Atau mahasiswa yang sedangmengumpulkan bahan skripsinya denganbeberapa buku untuk mendapatkan informasiyang saling berkaitan. Manfaat membaca cepatbagi anak didik, sebagai berikut. Pertama,menguasai bahan materi yang diajarkan gurudan lebih siap menerima bahan ajar yang akandiberikan selanjutnya oleh guru tersebut. Kedua,melatih kebiasaan membaca secara cepat danefektif. Pada umumnya, anak sering membacadengan bersuara atau vokalisasi, gerakan matapada saat fiksasi tidak lebar, atau gerakan bibirdan mulut seperti berkomat-kamit pada saatmembaca. Dengan membaca cepat, kebiasaan inidapat dihilangkan. Ketiga, meningkatkan dayaingat akan informasi bacaan. Dengan membacacepat, informasi mengenai bacaan lebih terserapdengan baik. Hal ini dikarenakan saat membacadengan cepat, konsentrasi pemahaman padabacaan lebih tinggi. Sama halnya denganmengendarai motor atau mobil dengankecepatan tinggi, mata akan lebih berkonsentrasiuntuk melihat gerakan benda lain di setiap sisi,baik sisi depan, samping maupun belakang.Demikian juga halnya berkonsentrasi dalammembaca cepat. Keempat, meningkatkan prestasianak. Dengan teknik ini, anak didik semakinberprestasi terutama anak didik yang mengikutiEnglish Competition berupa news reading. Anakdidik yang menguasai teknik membaca cepatlebih mudah menguasai membaca berita denganbaik. Anak didik lebih termotivasi meningkatkanprestasinya melalui metode membaca cepat.Dengan catatan, anak didik menguasaipelafalan dan intonasi dalam bahasa Inggrisdengan baik.

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

Belajar dengan GerakanDave Meier, penulis buku The Accelerated LearningHandbook, menggagas teknik membaca total gayaSAVI (Somatis, Auditorial, Visual, Intelektual).Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berartitubuh. Jadi belajar somatis merupakan belajardengan melibatkan indra tubuh untukmelakukan gerakan yang sesuai pada saatmembaca. Pada umumya, buku bacaaan yangmendorong untuk melakukan teknik somatis ini,ialah buku bacaan bahasa Inggris dan bukuolahraga. Namun tak menutup kemungkinanbuku lainnya bisa menjadi sumber bacaan yangbermanfaat untuk menciptakan gerakan denganmelibatkan tubuh. Biasanya teknik inibermanfaat saat anak didik duduk di bangkusekolah dasar, tetapi siapapun juga bisamelakukan teknik ini. Misalnya, dalam pelajaranbahasa Inggris di SMP, guru mengajarkantentang nama-nama anggota tubuh dalambahasa Inggris. Guru membacakan namaanggota tubuh seperti head (kepala), forehead(dahi), eyebrow (alis mata), dan sebagainya. Tentusaja sebagian besar siswa sudah mengenal namaanggota tubuh seperti yang disebutkan di atas.Pendidik dapat mengembangkan proses pem-belajaran melalui teknik ini dengan gerakan.Misalnya, menyuruh anak didik mengedipkanmata (flick your eye), menggelengkan kepala (shakeyour head), mengganggukan kepala (nod yourhead), dan sebagainya. Teknik yang sama dapatjuga dilakukan pada pelajaran olahraga.

Teknik ini bermanfaat sekali untukmelakukan gerakan pada saat membaca.Sebelumnya anak didik belajar menguasai teknikpermainan basket dalam membaca. Namunsebagian anak didik belum tentu mengerti akanteknik permainan seperti: pivot, dribble, passing,dan teknik lainnya. Mereka hanya mengenalnama teknik permainan ini saja denganmenghafal istilah teknik permainan ini. Olehkarena itu, sebaiknya guru mengajarkan istilahteknik permainan ini, lalu mempraktekkannyadengan gerakan tubuh. Seperti pivot, gurumemberikan contoh melalui gerakan memutardengan satu kaki pada saat menggiring bola.Dengan melibatkan gerakan tubuh pada saatmembaca maupun sesudah membaca, anakdidik akan termotivasi untuk membaca pelajarantersebut.

Selain itu, teknik ini menjadikan suasanabelajar menyenangkan. Melalui gerakan iniberarti sama halnya dengan bermain, sehinggaanak didik lebih menyukai pelajarannya. Bahkan

anak didik berpikir kreatif untuk menciptakangerakan dalam bahasa Inggris. Misalnya melaluigerakan jari tangan, anak menggerakkan jarinyadengan menunjukkan jari (appoint your finger),membengkokkan jari (curly your finger), melam-baikan tangan (wave your hand), dan sebagainya.Anak didik tidak hanya menampilkan gerakankreatifnya, tetapi juga memperkaya kosakatabahasa Inggrisnya. Selain itu, teknik ini berman-faat untuk meniru gerakan tubuh. Dalam storytelling, peserta didik berusaha sebaik mungkinmenampilkan gerakan tubuh menjadi aktorutama misalnya dalam cerita Cinderela. Tidakhanya menceritakan cerita ini dengan pelafalandan intonasi yang baik, tetapi juga gerakanmeniru gadis Cinderela yang penampilannyaseperti pelayan rumah tangga. Atau ketikaCinderela melakukan gerakan tarian bersamapangerannya dan gerakan lain yang bisa ditiruoleh anak didik.

Membaca AuditoriMembaca auditori merupakan membaca dengankeras melalui suara dengan latihan membacadan mendengar. Pada umumnya anak didikmelakukan teknik membaca auditori melaluiberbicara, yakni membaca puisi, story telling,speech, dan lainnya. Ketika bercerita mengenaidongeng ataupun cerita lainnya, anak didikakan membaca dengan keras. Hal ini dilakukanjuga sebagai latihan mendengar. Latihanmendengar bermanfaat untuk mengecekkebenaran pelafalan dan intonasi dalam ceritaanak tersebut. Untuk mengefektifkan teknikmembaca auditori, sebaiknya guru membe-rikanlatihan membaca seperti menceritakan kembali(story telling) atau melalui pidato (speech) kepadaanak didik. Khususnya dalam bidang studibahasa Inggris, guru lebih menekankan padaketerampilan ini. Guru tidak hanya meng-ajarkan tentang grammar (tata bahasa) yangbersifat pasif, tetapi juga memberikan skill yangmengarahkan anak didik berprestasi melaluiEnglish Competition. Setelah berhasil mengefek-tifkan teknik membaca auditori, guru sebaiknyamengajarkan cara membaca yang tepat danintonasi kalimat intonasi yang sesuai. Hal inibisa terbantu melalui kamus bahasa Inggris yangbaku. Banyak manfaat yang bisa diperolehmelalui teknik ini, antara lain sebagi berikut.1. Melafalkan kata dengan tepat dan benar.

Melalui teknik ini, anak didik akanmelafalkan kata secara tepat. Selain itu,ketika membaca suatu bacaan lainnya, anak

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

didik akan memiliki kebiasaan baru untukmembaca dengan lafal yang tepat.

2. Memperkaya kosakataTeknik ini juga mendorong anak didikmemperkaya perbendaharaan kata, misal-nya seperti kata adventure, adventurer,adventurous. Anak didik tidak hanya menge-nal dan mengetahui kata tersebut, tetapi jugaberpikir kreatif mengubah kata adventure(noun) ke kelas kata yang berbeda; adventuros(adj).

3. Mendorong prestasi anakTeknik ini juga bermanfaat untuk siswa yangsudah berprestasi, terutama yang pernahmengikuti English Competition seperti speech,story telling, news reading, dan lainnya. Teknikini meningkatkan prestasi anak untukmenjuarai perlombaan. Di samping itu, jugamemperluas pengalaman di luar sekolah,yakni menambah kekerabatan antar sekolah,tampil berani di depan umum, menerimakegagalan dengan jiwa besar apabila iakalah dalam kompetisi tersebut.

4. Menemukan bakat unik siswaMelalui membaca auditori guru lebih mudahmenemukan bakat yang terpendam dalamdiri seorang anak. Guru yangberpengalaman, tentulah lebih mengenalanak didiknya untuk menemukan danmenggali bakatnya yang terpendam.Teknik membaca ini pada umumnya lebih

cocok diajarkan pada anak didik yang beranitampil di depan kelas atau berbicara dominandi antara anak didik lainnya. Namun dapatterjadi guru menemukan sebagian anak didiktidak terlalu menyenangi teknik membacaauditori, karena berbagai faktor. Namun,setidaknya guru sudah bisa mengajarkanbagaimana melafalkan kata yang tepat danbenar kepada anak didik yang minatnya kurangterhadap teknik ini.

Membaca VisualTeknik membaca visual merupakan teknikmembaca yang menjadikan suatu konsep dapatterlihat dengan indra penglihatan. Teknik inimemerlukan buku bacaan yang memberikangambar, ikon, diagram, peta dan sebagainya.Buku bacaan yang bergambar, dapat merang-sang anak untuk lebih berkonsentrasi danmemudahkan anak didik memahami suatubacaan atau bahan ajar yang sedang dipelajari.Selain itu, buku yang bergambar memotivasianak didik menggunakan waktu luangnya untuk

membaca. Semakin banyak buku yang tersajikandalam bentuk isi pengetahuan yang berbeda,anak didik akan semakin gemar membaca bukupengetahuan yang beragam. Namun, seringguru mengajarkan bahan ajarnya secaraauditorial kepada anak didik, terlebih lagi padaanak didik yang belajar secara visual. Berbagaimata pelajaran/bidang studi sepert sejarah,PLKJ (Pengetahuan Lingkungan Kota Jakarta)dan lainnya, belum memanfaatkan gambarsebagai alat belajar visual. Materi visualisasiyang dicip-takan dan diajarkan menjadi esensikepemim-pinan yang sukses dan melalui materiini banyak anak didik terbantu pemahamannya.Bahkan anak didik akan memperoleh kesuk-sesan dari materi visual yang ia ciptakannya dimasa depannya kelak. Oleh karena itu,sebaiknya guru berusaha untuk memvisualkanbahan ajarnya, misalnya, melalui MicrosoftPower Point (huruf), Microsoft Publisher, MicrosoftExcel (angka) atau dengan mengunduh gambaryang berkaitan dengan bahan ajar serta menarik.Teknik membaca visual tidak hanya mendorongguru kreatif memvisualkan bahan ajarnya tetapijuga mendorong dan meng-arahkan siswa untukberimajinasi. Teknik ini mendorong dan memikatanak didik untuk mencipta hal yang barumengenai gambar. Pada umumnya pelajaranseni lukis atau desain grafis mendorong anakmeningkatkan daya imajinasi, memvisualkanpandangannya menjadi gambar atau tulisanyang kreatif.

Manfaat teknik membaca visual antara lain:1. Memudahkan pemahaman

Melalui sumber bacaan yang memberikangambar sebagai alat visual, teknik ini memu-dahkan pemahaman anak didik belajar danmemampukan anak didik mengingat dalamjangka waktu yang lama. Teknik ini mem-buat suasana belajar menyenangkan karenapendidik tidak mengajarkan secara mono-ton, yang membuat anak bosan dan konsen-trasinya menjadi lemah.

2. Meningkatkan daya imajinasiTeknik membaca visual mendorong anakberimajinasi dan meningkatkan dayaimajinasinya. Misalnya, anak didik mene-rapkan keahlian imajinasinya untukmengaitkan kata yang sulit dimengertidengan gambar yang diimajinasikannya.

3. Mengembangkan potensi seni lukisAnak didik akan mengetahui perkembanganteknologi, misalnya membuat: brosur, poster,buku acara, dan lainnya dengan komputer.

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

Bahkan anak didik mampu mengkomu-nikasikan ide, hasil karya, dan memasarkanproduknya kepada konsumen.

Belajar IntelektualMeier (2002) mendefinisikan bahwa teknikbelajar intelektual ialah “apa yang dilakukandalam pikiran mereka secara internal ketikamenggu-nakan kecerdasan untuk merenungkansuatu pengalaman dan menciptakan hubungan,rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.”Pada umumnya kegiatan membaca hanyamemahami seperti mengenal tumbuhan berakartunggal atau serabut pada pelajaran Biologi.Anak didik hanya mengenal jenis tumbuhan,dan tumbuhan ini bisa bertumbuh atau berbuah,bagaimana cara merawatnya dan lain seba-gainya. Namun, semua kegiatan tersebut, hanyamembuat peserta didik mengenal dan mema-hami tumbuhan. Dengan membaca, anak didikhanya mengerti namun tidak mempraktekkandalam kehidupan sehari-harinya.

Pengetahuan akan lebih bermakna kalaudipraktekkan atau diamalkan. Oleh karena itu,melalui teknik belajar intelektual anak didiklebih mengandalkan kecerdasannya untukmenciptakan pemahamannya menjadi pengala-man hidupnya. Contohnya, seperti di sekolah,lahan untuk menanam terbatas, tetapi dengankecerdasan yang mereka miliki, anak didikmampu menciptakan hidroponik (tanaman air)untuk menanam. Selain itu, anak didik lebihmemahami dan memilih jenis tumbuhan berakarserabut yang cocok untuk ditanam. Bahkan anakdidik memanfaatkan barang bekas untuk pipa-pipa hidiroponik. Pada mulanya cukup sulituntuk menciptakan hidroponik dengan peng-arahan dan pengawasan alat, akhirnya anakdidik berusaha dan mampu menciptakannya.Hal penting dalam teknik membaca teknikintelektual ialah tugas guru mengarahkan anakdidik menciptakan hubungan, makna, dan nilaidari kecerdasannya. Diharapkan guru tersebutmemiliki pengalaman untuk memprak-tekkannya atau sudah pernah melakukankeberhasilan pengalaman belajarnya. Tidakhanya pendidik mata pelajaran Biologi yangboleh dan mampu mengintelektualkan teknikbelajar ini, pendidik lainnya pun sebaiknyaberusaha mengembangkan kreatifitasnya, lalumenerapkannya kepada peserta didik untukmenciptakan nilai kecerdasannya, lalu

menerapkan kepada anak didik. Berdasarkanteknik belajar intelektual, berbagai manfaatnyabisa kita peroleh antara lain, memanfaatkankecerdasan anak, menciptakan nilai dan maknadari pengalaman belajar, mengkreatifkan polapikir anak didik dan bekerjasama dalamkegiataan belajar antara anak didik dan guru

Kesimpulan

Dalam membaca buku, hal yang perlu diper-hatikan oleh guru dan orang tua ialah memilihbahan bacaan anak yang tepat. Selain itu, gurusebaiknya memotivasi anak didik dengan rewardyang tidak berupa uang dan benda berharga.Bahkan sebaiknya mengubah kebiasaan lamaanak didik saat membaca, yakni seperti mem-baca cepat, tidak melakukan regesi, membacatanpa vokalisasi. Di samping itu, perlu pulamemilih dan mengarahkan tempat membacayang tenang, nyaman dan menyenangkan,misalnya perpustakaan, kamar pribadi anak danruang belajar.

Membaca dengan melibatkan anggota tubuhlebih baik daripada sekedar duduk dan diam.Melalui pelajaran kosakata bahasa Inggris,pendidik mengarahkan anak didik melibatkangerakan anggota tubuh seperti mata, jari padasaat membaca kosakata (parts of body). Bahkananak didik pun boleh dan mampu menciptakangerakan tubuh yang kreatif setelah membacabuku. Pada pelajaran olahraga guru tidak hanyamengajarkan istilah olahraga dalam permainanbasket seperti pivot, drible, passing dan lainnya.Tetapi juga mempraktekkan melalui gerakanuntuk melakukan teknik tersebut.

Dalam teknik belajar auditorial, gurumemberikan latihan membaca seperti story tellingdan speech. Latihan akan menjadi suatu keteram-pilan bagi anak didik dalam kehidupannya.Anak didik bisa memanfaatkan skillnya untukEnglish Competition sebagai story teller, speaker,news reader dan lainnya. Selain itu, guru jugamengajarkan cara melafalkan kata dengan tepatdan menggunakan intonasi sesuai situasi dankonteks.

Membaca visual merupakan konsep yangdapat terlihat dengan indra penglihatan. Untukmengefektifkan teknik membaca visual,hendaknya guru memvisualkan bahan ajarnya,seperti tulisan-tulisan yang dianimasikan

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran

melalui power point atau mengunduh gambar-gambar menarik yang berkaitan dengan bahanajar. Selain itu guru memotivasi imajinasi anakdidik melalui pelajaran seni lukis dan desaingrafis. Melalui pemahaman seni lukis yangdiberikan, mereka berusaha menciptakan tulisanatau gambar yang unik dan kreatif dari teknikmembaca visual.Dalam teknik belajar intelektual, anak didiksebaiknya mengandalkan kecerdasannyamenciptakan pemahamannya menjadi peng-alaman hidupnya. Oleh karena itu, gurudiharapkan mengarahkan dan mendorong anakdidik menciptakan kecerdasan intelektualnyadalam pengalaman belajarnya seperti membuattanaman hidroponik. Selain itu, guru sebaiknyamencari kreativitas dirinya menciptakankecerdasan intelktualnya dalam prosespembelajaran untuk diterapkan kepada anakdidik.

Daftar Pustaka

De Porter, Bobby dan Heinackie. (2003). Quantumlearning; Membiasakan belajar nyaman danmenyenangkan. Bandung: Kaifa

Hernowo, (ED). (2003). Quantum reading. MLCMeier, Dave. (2002). The accelerated learning

handbook; panduan kreatif dan efektifmerancang program pendidikan danpelatihan. Bandung: Kaifa

Rose. (1999). K.U.A.S.A.I Lebih cepat; Buku pintaraccelerated learning. Bandung: Kaifa

Soedarso. (2005). Speed reading. Jakarta: PT.Gramedia

Wainwright, Gordon (2007). Speed reading betterrecalling. Jakarta: Gramedia

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional SebagaiUkuran bagi Pendidikan yang Bermutu dan Implikasinya

Soedijarto*)

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

Opini

alam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas melalui pendidikan, telahditerbitkan Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan pendidikan nasional.Undang-undang tersebut yang telah diubah/disempurnakan sebanyak tiga kali itu,memuat tujuan pendidikan nasional yang sekaligus dapat dianggap sebagai ciri bangsa

Indonesia yang diharapkan. Tulisan ini membahas tujuan pendidikan nasional dan maknapendidikan yang bermutu serta modelnya, faktor yang mempengaruhi pendidikan yang bernutuserta indikatornya, dan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Kata kunci: Tujuan pendidikan nasional, mutu pendidikan, strategi penyelenggaraan pendidikan.

To create intelligent Indonesian societies, the Goverment of Indonesia has issued regulations in managingnational education system in which the national education objectivies are stated explicitly. This article discussesthe national education objectives and its indicators, the factors influencing the quality of education and thestrategy of managing quality education.

Abstrak

D

Pendahuluan

Sejak UU No. 4 Tahun 1950, melalui UU No. 2Tahun 1989 dan terakhir UU No. 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, penye-lenggara Negara (Pemerintah dan DPR) nampaktelah berusaha untuk menterjemahkan amanatyang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 danpasal 31 UUD 1945, yaitu mencerdaskankehidupan melalui diusahakan-nya dandiselenggarakannya satu sistem pendidikannasional, sebagai terbukti dari rumusan tujuanpendidikan nasional yang hakekatnyamenggambarkan karakteristik manusiaIndonesai yang terdidik yang selalu meliputidimensi karakter, kepribadian, di sampingkecerdasan yang bila tercapai akan melahirkangenerasi muda yang mampu mendukung

terwujudnya masyarakat bangsa Indonesia yangcerdas kehidupannya. Lima puluh delapantahun telah berlalu sejak Negara Indonesia yangmerdeka, pada tahun 1950 telah memiliki UUNo. 4 Tahun 1950 yang menegas-kan tentangtujuan pendidikan nasional, tetapi nampaknyatujuan pendidikan yang digariskan dalam setiapUU hanya menjadi bahan retorika dan tidakbenar-benar dijadikan tolok ukur untuk menilaimutu pendidikan. Bahkan ironisnya akhir-akhirini sementara pejabat memandang bahwa hasilUjian Nasional dijadikan tolok ukur mutupendidikan nasional. Padahal Ujian Nasionaltidak mengukur karakter, dan kecerdasan dasarmelainkan hanya mengukur penguasaanpengetahuan hasil menghafal. Dalam kondisiperkembangan pendidikan yang demikian, disatu pihak mengabaikan upaya mencapai tujuanpendidikan nasional, dan di pihak lain berbagai

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional

ketentuan dalam UUD 1945, UU No. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, danUU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,yang bila dilaksanakan secara konsisten akandapat menunjang tercapainya tujuanpendidikan nasional. Pada kesempatan inipenulis secara berturut-turut akan menganalisis: (1) tujuan pendidikan nasional dan maknapendidikan yang bermutu serta indikatornya, (2)faktor yang mempengaruhi pendidikan yangbermutu, (3) strategi penyelenggaraanpendidikan yang bermutu, dan (4) catatanpenutup.

Pembahasan

I. Tujuan Pendidikan Nasional dan MaknaPendidikan yang Bermutu sertaIndikatornya

Para pendiri Republik sadar akan ketertinggalanmasyarakat bangsanya pada saat proklamasi 17Agustus 1945, hampir dalam seluruh aspekkehidupan masyarakat, diukur dari perkem-bangan peradaban dunia baik politik, ekonomi,IPTEK, dan sosial budaya, meletakkan upaya“mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaisalah satu misipenyelenggaraanpemerintah NegaraIndonesia. Ini ber-arti harus ada upayauntuk melakukant r a n s f o r m a s ibudaya, dari “buda-ya tradisional danfeodal”, menjadi“budaya demokra-tis dan modern”,suatu upaya yang dalam bahasa Bung Karnosuatu “Summing up of many revolution in onegeneration”. Sejarah perkembangan duniamenunjukkan bahwa keberhasilan pembangun-an suatu bangsa tergantung dari sistempendidikannya (Amerika Serikat dengan ThomasJefferson, Jerman dengan Otto von Bismarcknya,Jepang dengan Kaisar Meijinya, dan akhir-akhirini Malaysia dengan Mahatir, Korea Selatandengan Park Chung Hee, dan China dengan DenXiao Ping). Karena itu para pendiri Republikdalam UUD 1945 pasal 31 menetapkan“Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu sistem pengajaran nasio-nal”(sebelum amandemen).

Ini berarti bahwa pendidikan nasional,terutama sistem persekolahannya harus mampumenghasilkan lulusan yang dapat mendukungterwujudnya “Bangsa yang cerdas kehidup-annya”. Di sinilah pendidikan yang bermutu :yaitu pendidikan yang mampu menghasilkanmanusia Indonesia yang cerdas, yang berka-rakter, yang sehat jasmani dan rohani, berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Karakteristik manusia Indonesia yangdemkian, sejak UU No. 4 Tahun 1950 Jo UU No.12 Tahun 1954 sampai UU No. 20 Tahun 2003dirumuskan sebagai tertulis berikut ini1. Dalam UU No. 4 Tahun 1950 Jo UU No. 12

Tahun 1954“Manusia susila yang cakap dandemokratis serta bertanggung jawab”

2. UU No. 2 Tahun 1989“Manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudipekerti luhur, memiliki pengetahuan danketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiriserta rasa tanggung jawab kemasyarakatandan kebangsaan.

3. UU No. 20 Tahun 200. “Manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa yangberakhlak mulia,sehat, berilmu, ca-kap, kreatif, mandiri,dan menjadi wargaNegara yang demo-kratis serta bertang-gung jawab.Per tanyaaannyaseberapa jauh pe-n y e l e n g g a r a a np e n d i d i k a n

nasional sejak tahun 1950 telah berupaya untukmencapai tujuan pendidikan nasional? Yangjelas kenyataan di lapangan menunjukkanberbagai gejala seperti maraknya tingkah lakukoruptif, belum tegaknya “rule of law”,rendahnya budaya demokrasi, menunjuk-kanbahwa cita-cita diselenggarakannya pendidikannasional sebagai tertulis dalam tujuanpendidikan nasional seperti : “Manusia susila,manusia yang bertanggung jawab”, manusiayang demokratis (UU No 4 Tahun 1950),beriman dan bertakwa, berbudi luhur,berakhlak mulia, bertanggung jawab,demokratis, (UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No,20 Tahun 2003), jauh dari tercapai. Kalau di

Sejarah perkembangan duniamenunjukkan bahwa

keberhasilan pembangunansuatu bangsa tergantung dari

sistem pendidikannya

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional

Negara lain (terutama Amerika Serikat) pastimuncul pertanyaan “What’s wrong with AmericanClassroom?”. Di Indonesia dengan kondisimasyarakat seperti ini tidak mendorong lahirnyapertanyaan dari para elit “Apa yang salah deng-an kelas-kelas sekolah di Indonesia?” Memangpada tahun 1998, sepuluh tahun yang lalupenulis, menghadapi krisis multidimensi,mengajukan pertanyaan “Apa yang salahdengan pendidikan di Indonesia?” Pertanyaanyang penulis ajukan sama sekali tidak bergema.Yang dipersoalkan terutama Undang-undangbukan menyoroti “Apa yang dipelajari anak-anak di sekolah?”

Penulis tidak terkejut mengamati tiadanyaelit politik yang tidak tersentuh denganfenomena masyarakat dalam kaitannya dengankondisi pendidikan terutama sekolah-sekolah,karena seorang pakar pendidikan-punmenyamakan “karakteristik manusia sebagaiyang digariskan dalam UU Pendidikan, baik UUNo. 2 Tahun 1989 maupun UU No. 20 Tahun2003” dengan karakteristik malaikat sehinggasukar dicapai. Pakar ini benar sepanjang prosesbelajar di sekolah kita tidak lebih darimendengar, mencatat, menghafal, danmenjawab soal dalam bentuk pilihan ganda.Tetapi bila sekolah benar-benar dapat dijadikanproses pembudayaan berbagai kemampuan,nilai, dan sikap sebagai yang diamanatkandalam GBHN 1999 dan selanjutnya menjadiprinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaidigariskan dalam pasal 4 ayat (3) UU No. 20Tahun 2003 dan karakteristik manusia sebagaiyang dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003akan tercapai.

Dari ulasan terdahulu dapatlah ditariksuatu kesimpulan bahwa suatu penyeleng-garaan akan dinilai sebagai bermakna bilalulusannya memiliki karakteristik darimanusia yang dalam UU No. 20 Tahun 2003dinyatakan sebagai berikut.1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME;2. Berakhlak mulia;3. Sehat;4. Berilmu;5. Cakap;6. Kreatif;7. Mandiri;8. Demokratis; dan9. Bertanggung jawab.

Manusia Indonesia yang demikianlah yangakan mampu mendukung terwujudnyamasyarakat bangsa Indonesia yang cerdas

kehidupannya, yaitu masyarakat yang maju,modern, demokratis, rasional, makmur, danberkeadilan berdasarkan Pancasila.

Pertanyaan selanjutnya adalah: “Faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhimeningkatnya mutu pendidikan?” Bagianberikut akan mencoba menganalisisnya.

II. Faktor-faktor yang Mempengaruhi MutuPendidikan

Seorang ahli ekonomi pendidikan Henry M Levinyang mempelajari faktor yang mempengaruhimutu pendidikan sampai kepada paradigmabahwa mutu pendidikan dipengaruhi olehproses pendidikan yang dialami peserta didik,sedangkan proses pendidikan dipengaruhi olehkondisi dari ketersediaan sumber dayapendidikan termasuk didalamnya tenagapendidik, sedangkan ketersediaan sumberdaya pendidikan dipengaruhi oleh anggaranpendidikan, sedangkan anggaran pendidikandipengaruhi oleh kebijaksanaan yang meru-pakan hasil proses politik, Secara diagramatikparadigma itu dapat digambarkan sebagaiberikut.

Dari diagram yang menggambarkansekuensial dari faktor-faktor yang mempeng-aruhi mutu pendidikan, jelaslah bahwa tidakmungkin kita mengharapkan meningkatnyamutu pendidikan bila kualitas prosespendidikan tidak ditingkatkan. Kualitas prosespendidikan tidak akan mungkin dapat

Proses Politik Kebijakan

Anggaran Pendidikan

Sumber Daya Pendidikan

Proses Pendidikan

Hasil Belajar

(2)

(1)

(3)

(4)

(5)

(6)

Mutu Lulusan Masyarakat (7)

Proses Politik

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional

meningkat bila sumber daya pendidikan, yangmeliputi sarana dan prasarana, tenagapendidikan, dan manajemen pendidikan tidakdipenuhi dan ditingkatkan kualitasnya. Yangterakhir ini tidak mungkin dapat ditingkatkankualitasnya bila tidak dipenuhi keperluananggarannya.Dari PP No. 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan telah ditetapkan lingkupstandar nasional sebagai yang tertulis dalampasal 2 ayat (1) yang meliputi : (1) standar isi; (2)Standar proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan;(4) standar Pendidik dan tenaga kependidikan;(5) standar sarana dan prasarana; (6) standarpengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8)standar penilaian pendidikan. Dari ketentuantersebut jelaslah faKtor-faktor yang harusdiperhatikan untuk meningkatkan mutupendidikan. Dari delapan lingkup yang perludistandardisasi sesungguhnya standar kompe-tensi kelulusan, sesuai dengan paradigma yangdiulas terdahulu, harusnya merupakan standaryang ketercapaiannya tergantung dariketerpenuhinya tujuh standar lainnya. Karenaitu urutannya hendaknya menjadi:

Karena itu dalam rangka meningkatkanmutu pendidikan jangan dimulai denganUjian Nasional, kecuali kalau tujuannyahanya untuk pemetaan. Di samping itumodel Ujian Nasional yang kita anutmenghambat tercapainya tujuan pendidi-kan nasional. Karena tujuan pendidikannasional yang menggambarkan karakte-ristik manusia Indonesia hanya akantercapai melalui pendidikan sebagai prosespembudayaan. Untuk itu bagian berikutakan mencoba menganalisisnya.

III. Strategi Penyelenggaraan PendidikanNasional yang Bermutu dan Implikasinya

Berangkat dari paradigma bahwa mutupendidikan tergantung dari mutu prosespendidikan dan proses pendidikan tergantungdari kualitas dan ketersediaan sumber dayapendidikan, agar mutu pendidikan meningkattidak ada jalan lain kecuali meningkatkankualitas proses pendidikan. Pertanyaannyaadalah bagaimana menyelenggarakan sistempendidikan yang memungkinkan para pesertadidik dapat menghayati proses belajar sebagaiproses pembudayaan berbagai kemampuan,nilai, dan sikap yang intinya tertulis dalamtujuan pendidikan nasional yang digariskandalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003.

Sesungguhnya UU No. 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional mengan-dung filosofi bagi terjadinya proses belajarsebagai proses pembudayaan, seperti dapatdibaca dalam pasal 1 ayat (1) dan pasal 4 ayat(3) yang masing–masing tertulis:

Pasal 1 ayat (1) :Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan Negara.

Pasal 4 ayat (3) :Pendidikan diselenggarakan sebagai suatuproses pembudayaan dan pemberdayaanpeserta didik yang berlangsung sepanjanghayat.Dua ketentuan tersebut merupakan landa-

san yang kokoh bagi perlu dirancangnya prosespembelajaran yang bermakna proses pembu-dayaan. Karena hanya proses pembelajaran yangdemikianlah yang dapat mendukungterlaksananya fungsi pendidikan nasional sebagaiyang digariskan dalam pasal 3 yang tertulis:

Pendidikan nasional berfungsi mengem-bangkan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa.Fungsi pendidikan nasional sebagai yang

tertulis dalam pasal 3 UU No 20 Tahun 2003hakikatnya sejalan dengan pernyataan Komisi

1) Pendidik dan Tenaga Pendidikan

2) Sarana dan Prasarana

3) Isi

4) Proses

5) Sistem Evaluasi

6) Pembiayaan

7) Pengelolaan

8). Kompetensi lulusan

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional

Internasional UNESCO untuk Pendidikanmenghadapi abad ke-21 yang mendudukkanpendidikan untuk “moulding character and mindof young generation”. Untuk kepentingan inikomisi tersebut menganjurkan diterapkannyaempat pilar belajar : (1) learning to know; (2)learning to do; (3) learning to live together; dan (4)learning to be.

Pandangan penulis bahwa hakekatpendidikan sebagai yang tertulis dalam pasal 1ayat (1) dan prinsip pendidikan yang tertulisdalam pasal 4 ayat (3) akan terwujud melaluipenerapan empat pilar belajar tersebut.

Yang menarik perhatian penulis adalahbahwa lima tahun setelah UU No. 20 Tahun 2003berlaku belum ada tanda-tanda akan diterap-kannya kaidah-kaidah tersebut. Kita masihmenemukan proses belajar yang masihtradisional dalam bentuk mendengar, mencatat,menghafal. Praktek itu diperkuat denganditerapkannya sistem Ujian Nasional yangdalam dirinya bertentangan dengan prinsippendidikan demokrasi yang dianut UU No, 20Tahun 2003. Karena hakekat pendidikandemokrasi disamping tidak diskriminatif jugamengutamakan upaya untuk mengembangkanpotensi peserta didik seoptimal mungkin sesuaidengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana prosespendidikan yang bermutu yang bermakna prosespembudayaaan yang menerapkan empat pilarbelajar dapat terwujud? Ini dapat terwujud bilasemua guru sudah berkualifikasi professional,setiap sekolah dilengkapi dengan sarana danprasarana sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005,dan sistem evaluasi yang dilaksanakan secaraterus menerus, komprehensif, dan obyektif.

Hal ini hanya dapat terlaksana bila tersediadana yang memungkinkan :(1) Setiap guru yang profesional mendapat

jaminan kesejahteraan yang memadai(perumahan, asuransi kesehatan, danpenghasilan yang memadai untuk hidupsebagai profesional) ;

(2) Setiap sekolah dilengkapi dengankelengkapannya sesuai dengan PP No. 19Tahun 2005 yaitu ruang kerja guru,perpustakaan, laboratorium, tempat olahraga, ruang kesenian; dan

(3) Setiap peserta didik memiliki buku pelajaran,buku bacaan, dan buku rujukan.Karena itu agar mutu pendidikan dapat

meningkat sehingga pendidikan nasional dapat

melaksanakan fungsinya diperlukan danasekurang-kurangnya 20% APBN

Kesimpulan

Dari serangkaian ulasan dari bagian I sampaiIV dapat ditarik beberapa catatan berikut.1. Pendidikan nasional dapat dinilai bermutu

bila lulusannya memiliki karakteristiksebagai yang terdapat dalam tujuan pendi-dikan seperti tertulis dalam pasal 3 UU No.20 Tahun 2003. Dan mutu pendidikan yangdemikianlah yang dapat memungkinkansistem pendidikan nasional berfungsimencerdaskan kehidupan bangsa;

2. Fenomena terjadinya banyak korupsi, belummembudaya demokrasi sebagai sistempolitik, belum mantapnya penegakanhukum, adalah wujud belum bermutunyapendidikan nasional;

3. Fenomena tersebut dalam butir 2 terjadikarena ketentuan tentang tujuan pendidik-an nasional baik pada UU No. 4 Tahun 1950Jo No. 12 Tahun 1954, UU No. 2 Tahun 1989,dan UU No. 20 Tahun 2003 belum pernahdiupayakan pencapaiannya melaluipenyelenggaraan pendidikan nasionalyang relevan;

4. Agar tujuan pendidikan nasional tercapaiyang berarti pendidikan yang menjadibermutu, sesuai dengan pasal 1 ayat (1) danpasal 4 ayat (3) UU No. 20 Tahun 2003, perludiselenggarakan pendidikan yang memung-kinkan peserta didik menghayati prosespembelajaran yang bermakna prosespembudayaan. Untuk itu perlu diterapkanempat pilar belajar : (1) learning to know; (2)learning to do; (3) learning to live together; dan(4) learning to be.

5. Agar peserta didik dapat menghayati prosespembelajaran sebagai yang dinyatakandalam butir 4 perlu disediakan danasekurang-kurangnya 20 % APBN.

Daftar Pustaka

------- UU no. 20 Tahun 2003------- UUD 1945------- UU No. 12 Tahun 1954------- PP No. 19 Tahun 2005

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untukMeningkatkan Daya Saing Sekolah

*) Dosen Universitas Krida Wacana Jakarta

Opini

ewasa ini, persaingan antarsekolah semakin atraktif. Pemasaran untuk lembaga pendidikanmutlak diperlukan. Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar danmemiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (siswa) karena pendidikanmerupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Oleh karena

itu, diperlukan strategi pemasaran jasa pendidikan untuk memenangkan kompetisi antar sekolahserta untuk meningkatkan akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen sekolah.

Kata kunci: Pemasaran jasa pendidikan, daya saing sekolah, lembaga pendidikan

Nowadays, an interscholastic competition is more attractive. Marketing for the educational institution isabsolutely needed. School as an educational service institution requires learning and having initiative toincrease customer satisfaction (student) because education represents a circular process which influences eachother and have continuation. Therefore, service marketing strategy of education is needed to win interscholasticcompetition, and also to increase acceleration of quality improvement and management professionalism ofschool.

Abstrak

D

Pendahuluan

Setiap kali kita mendengar kata pemasaran(marketing), maka pemikiran kita selalu tertujukepada dunia bisnis. Hal ini wajar karena kataatau istilah marketing tersebut seringkali munculdan berkembang di kalangan bisnis, baik bisnisjasa maupun bisnis manufaktur. Lalu, timbulpertanyaan apakah perlu memasarkan sekolah.

Pemasaran untuk lembaga pendidikan(terutama sekolah) mutlak diperlukan. Pertama,sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalambidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, kitaperlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan”(peserta didik, orang tua, serta pihak-pihakterkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan

yang kita kelola masih tetap eksis. Kedua, kitaperlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan”bahwa layanan jasa pendidikan yang kitalakukan sungguh relevan dengan kebutuhanmereka. Ketiga, kita perlu melakukan kegiatanpemasaran agar jenis dan macam jasa pendidik-an yang kita lakukan dapat dikenal dandimengerti secara luas oleh masyarakat, apalagi“pelanggan” kita. Keempat, agar eksistensilembaga pendidikan yang kita kelola tidakditinggalkan oleh masyarakat luas serta“pelanggan” potensial. Dengan demikian,kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatanbisnis agar lembaga-lembaga pendidikan yangkita kelola mendapatkan peserta didik ataumurid, melainkan juga merupakan bentuktanggung jawab (accountability) kita kepada

David Wijaya*)

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

masyarakat luas (publik) akan layanan jasapendidikan yang telah, sedang, dan akan kitalakukan.

Akhir-akhir ini, kita seringkali mendengarberbagai komentar tentang mutu pendidikan.Pada umumnya, komentar yang ada hanyalahsebatas wacana karena masyarakat melihat danmerasakan rendahnya mutu pendidikan tetapisulit untuk membuktikan kebenaran darikomentar tersebut. Oleh karena itu, kita perlumencari dari mana penyebab timbulnya wacanatersebut. Untuk membuktikan wacana tersebut,tidak cukup hanya menggunakan data HumanDevelopment Index (HDI) yang menjadi acuanuntuk menunjukkan keadaan pendidikan kitadibandingkan negara lain. Data HDI tersebuttidak dapat menunjukkan keadaan pendidikansecara khusus karena variabel yang digunakansebagai ukuran bukan hanya pendidikan,melainkan juga variabel kesehatan danpendapatan per kapita.

Beragam keluhan yang dilontarkanmasyarakat sebagai pengguna jasa pendidikanterhadap mutu pelayanan pendidikan perluditanggapi. Oleh karena itu, sangatlah tidak adilkalau mutu seluruh lembaga pendidikan besertakeluarannya disamaratakan karena banyaklembaga pendidikan yang baik dengan keluar-annya yang baik pula. Lembaga pendidikantersebut menjadi idaman bagi pengguna jasapendidikan. Hal ini dapat digunakan sebagaiindikator bahwa masih banyak lembagapendidikan yang dapat memberikan pelayananpendidikan yang sesuai dengan keinginankonsumennya (siswa) serta lembaga pendidikantersebut menghasilkan keluaran yangdidambakan oleh masyarakat.

Dewasa ini, persaingan antarsekolahsemakin atraktif. Hal ini dapat dibuktikandengan adanya berbagai upaya kreatif daninovatif dari para penyelenggara pendidikanuntuk terus menggali “keunikan dan keung-gulan” sekolahnya agar semakin dibutuhkandan diminati oleh para pengguna jasa pendidi-kan. Masuknya sekolah-sekolah unggulandengan kurikulum bertaraf internasional sertalahirnya sekolah negeri maupun sekolah swastayang menawarkan beranekaragam keunggulanfasilitas, bahkan dengan biaya yang relatifterjangkau, akan menambah maraknyapersaingan di dalam dunia pendidikan. Kegiatanpemasaran di dalam dunia pendidikan yangdulu dianggap tabu karena berbau bisnis dancenderung profit oriented, sekarang sudah

dilakukan secara terbuka dan terang-terangan.Sekolah sebagai lembaga penyedia jasapendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatifuntuk meningkatkan kepuasan pelanggankarena pendidikan merupakan proses sirkuleryang saling mempengaruhi dan berkelanjutan.Hal ini menjadi sinyal positif dalam halpeningkatan kualitas penyelenggaraan pendi-dikan. Upaya sekolah untuk menggaet inputyang lebih capable dan matang (calon siswapotensial) telah menjadi tuntutan yang wajibdipenuhi dalam rangka mendukung prosespembelajaran serta meningkatkan daya saingantar sekolah. Oleh karena itu, diperlukanstrategi pemasaran jasa pendidikan untukmemenangkan kompetisi antar sekolah sertauntuk meningkatkan akselerasi peningkatankualitas dan profesionalisme manajemensekolah.

Definisi JasaDewasa ini, jasa pendidikan memegang perananvital dalam mengembangkan dan meningkatkankualitas sumber daya manusia. Akan tetapi,minat dan perhatian pada aspek kualitas jasapendidikan dapat dikatakan baru berkembangdalam satu dekade terakhir ini. Keberhasilanjasa pendidikan dapat ditentukan dalam bentukpemberian layanan yang berkualitas kepadapara pengguna jasa pendidikan (siswa). Sebelumlebih jauh membahas mengenai pemasaran jasapendidikan, maka terlebih dahulu akan dibahasmengenai pengertian jasa dari beberapa ahlisehingga pemasaran jasa pendidikan yangdimaksud dalam artikel ini dapat dipahamisecara komprehensif.

Menurut Lovelock (2004), jasa dapatdidefinisikan sebagai berikut.1. Tindakan atau perbuatan yang ditawarkan

oleh suatu kelompok kepada kelompoklainnya.

2. Aktivitas ekonomi yang menciptakan nilaidan menyediakan manfaat bagi pelangganpada waktu dan tempat tertentu.

3. Sesuatu yang dapat dibeli dan dijual.Senada dengan Lovelock, Zeithaml dan

Bitner (2003) mengatakan bahwa jasa meliputisemua aktivitas ekonomi dengan output selainproduk fisik atau konstruksi, yang padadasarnya dikonsumsi dan diproduksi pada saatyang bersamaan, serta menyediakan nilaitambah (dalam bentuk kenyamanan, hiburan,ketepatan waktu, kesenangan, atau kesehatan)

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

yang pada hakekatnya tidak berwujud bagi parapembeli pertamanya.

Sedangkan Kotler dan Keller (2006) menge-mukakan pengertian jasa sebagai setiaptindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkanoleh satu pihak kepada pihak lain, yang padadasarnya tidak berwujud dan tidak meng-akibatkan kepemilikan apapun. Produksinyadapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengansuatu produk fisik.

Pada bagian lain, Stanton (2002) mendefini-sikan jasa sebagai aktivitas-aktivitas yang dapatdiidentifikasi dan tidak berwujud yangmerupakan obyek utama dari suatu transaksiyang dirancang untuk menyediakan kepuasanyang diinginkan oleh pelanggan.

Lamb et al. (2001) memberikan pengertianjasa sebagai hasil dari usaha penggunaanmanusia dan mesin terhadap sejumlah orangatau obyek. Jasa meliputi suatu perbuatan,kinerja, atau suatu upaya yang tidak dapatdiproses secara fisik.

Definisi jasa menurut Alex (2006) adalahsuatu produk tidak berwujud yang melibatkansuatu perbuatan, kinerja, atau usaha yang secarafisik tidak dapat dimiliki. Komponen utama darijasa adalah tidak berwujud, yang meliputi sewabarang, perubahan dan perbaikan barang yangdimiliki oleh pelanggan, dan jasa pribadi.

Dari definisi yang dikemukakan olehLovelock, Zeithaml dan Bitner, Kotler dan Keller,Stanton, Lamb et al. dan Alex, maka dapatdikatakan bahwa jasa merupakan suatu usahaatau kegiatan yang dilakukan untukmenghasilkan sesuatu yang tidak berwujud,namun dapat dinikmati. Jasa merupakantindakan atau perbuatan yang seringkalimelibatkan hal-hal yang berwujud. Akan tetapi,jasa itu sendiri pada dasarnya tidak berwujud.

Menurut Munir (1991), jasa adalah suatubentuk sistem, prosedur atau metode tertentuyang diberikan kepada orang lain (dalam halini pelanggan) agar kebutuhan pelanggantersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapanmereka.

Menurut Siagian (1998), jasa secara umumadalah upaya untuk memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan adanyakemudahan-kemudahan agar pelanggan dapatmemenuhi kebutuhannya.

Dari definisi yang dikemukakan oleh Munirdan Siagian, maka dapat dikatakan bahwa jasamerupakan suatu kegiatan yang dilakukan

untuk memberikan manfaat bagi pelangganyang sesuai dengan harapan pelanggan.

Dari pengertian jasa yang telah dikemu-kakan oleh beberapa penulis di atas, maka dapatdikatakan bahwa jasa merupakan kegiatan yangdilakukan oleh seseorang atau organisasi untukmemberikan manfaat bagi pelanggan. Jasamerupakan tindakan atau perbuatan yangseringkali melibatkan hal-hal yang berwujud.Akan tetapi, jasa itu sendiri pada dasarnya tidakberwujud.

Pada dasarnya, produk yang dihasilkanoleh sekolah adalah jasa pendidikan danlulusan, yang disajikan kepada pelanggannya,yaitu siswa. Jasa pendidikan terbagi atas jasakurikuler, penelitian, pengembangan kehidupanbermasyarakat, ekstrakurikuler, dan adminis-trasi. Bentuk jasa pendidikan tersebut hendak-nya sejalan dengan permintaan pasar ataukeinginan pasar yang diikuti oleh kemampuandan kesediaan dalam membeli jasa pendidikan.Sekolah hendaknya dapat berorientasi kepadakepuasan pelanggannya. Jasa pendidikanmerupakan jasa yang bersifat kompleks karenabersifat padat karya dan padat modal. Padatkarya berarti dibutuhkan banyak tenaga kerjayang memiliki keterampilan khusus dalambidang pendidikan, sedangkan padat modalberarti membutuhkan infrastruktur pendidikanyang lengkap dan mahal.

Klasifikasi Jasa

Pengelompokkan jasa akan membantu kitadalam memahami manajemen jasa. Untukmenunjukkan beberapa masalah umum yangterjadi secara lintas sektoral, Schmenner (1986)mengelompokkan jasa ke dalam matriks prosesjasa. Di dalam matriks ini, jasa diklasifikasikanmenjadi dua dimensi yang secara signifikanmempengaruhi karakter proses penyampaianjasa, yaitu:1. Dimensi vertikal

Dimensi vertikal ini mengukur tingkatintensitas tenaga kerja, yaitu rasio antarabiaya tenaga kerja terhadap biaya modal.Oleh karena itu, jasa ini memerlukan modalyang besar, seperti rumah sakit, yang beradadi posisi baris bawah karena investasi awalyang berupa gedung rumah sakit besertasegala fasilitas dan peralatannya jauhdiatas biaya tenaga kerja. Sementara itu, jasa

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

yang bersifat padat karya seperti sekolah,berada di posisi baris atas karena biayatenaga kerjanya relatif lebih besar daripadakebutuhan modal kerjanya.

2. Dimensi horizontalDimensi horizontal ini mengukur tingkatinteraksi dan kustomisasi pelanggan,dimana variabel pemasaran yang meng-gambarkan kemampuan pelanggan itumempengaruhi sifat-sifat jasa yangdisampaikan kepadanya. Jika dibanding-kan dengan jasa yang dikustomisasi, jasayang distandarisasi memerlukan sedikitinteraksi antara pelanggan denganpenyedia jasa. Misalnya, interaksi antaratamu hotel dengan duty manager tidak sebesarinteraksi antara dokter dengan pasiennya.Itulah sebabnya maka pada matriks dibawah ini, terlihat bahwa hotel berada padakolom kiri bawah, sedangkan dokter beradapada kolom kanan atas.Pada matriks strategi dalam Gambar 1 di

bawah ini, jasa dikelompokkan ke dalam empatkuadran yang masing-masing diberi nama untukmenggambarkan sifat jasa yang diilustrasikan.

Berdasarkan matriks di atas, jasa dapatdiklasifikasikan menjadi empat kategori sebagaiberikut.1. Pabrik jasa (service factory)

Seperti halnya suatu pabrik, pabrik jasamenyediakan jasa yang telah terstan-darisasi dan pada umumnya memerlukaninvestasi yang tinggi, seperti maskapaipenerbangan dan hotel.

2. Toko jasa (service shop)Seperti halnya barang-barang yang dijualdi sebuah toko, toko jasa menyediakan

beberapa jasa yang dapat dikustomisasi,tetapi hal ini masih dilakukan di dalamlingkungan dengan modal yang tinggi,seperti rumah sakit dan bengkel mobil.

3. Jasa massal (mass service)Pelanggan jasa massal akan menerima jasayang seragam, yang dibuat dengan konseppadat karya, seperti sekolah, pedagangeceran, dan pedagang grosir.

4. Jasa profesi (professional service)Pelanggan jasa profesi akan menerimalayanan khusus dari para spesialis danbentuk layanannya berbeda-beda untuksetiap individu pelanggan, seperti arsitek,konsultan bisnis, akuntan, dan dokter.Kotler dan Keller (2006) mengklasifikasikan

industri jasa menjadi 4 sektor, yaitu:1. Sektor pemerintah, yang berada pada bisnis

jasa, meliputi pengadilan, pelayananketenagakerjaan, rumah sakit, lembagapemberi pinjaman, militer, kepolisian,pemadam kebakaran, kantor pos, lembagapembuat peraturan, dan sekolah.

2. Sektor nirlaba swasta, yang berada padabisnis jasa, meliputi museum, badan amal,gereja, perguruan tinggi, yayasan, dan

rumah sakit.3. Sektor bisnis, yang beradapada bisnis jasa, meliputiperusahaan penerbangan,bank, jasa komputer, hotel,perusahaan asuransi, konsul-tan hukum, konsultan manaje-men, praktek dokter, perusa-haan film, dan perusahaan realestat.4. Sektor manufaktur, yangmerupakan penyedia jasa,meliputi operator komputer,akuntan, dan staf hukum.

Karakteristik JasaPada dasarnya, jasa merupakan sesuatu yangdiberikan oleh satu pihak kepada pihak lainyang sifatnya tidak berwujud dan tidak memilikidampak perpindahan hak milik. Hal tersebutsangat erat kaitannya dengan karakteristik jasayang perlu dipertimbangkan dalam merancangprogram pemasaran. Karakteristik jasapendidikan di bawah ini diadaptasi daripernyataan Tjiptono (2000) yang mengatakanbahwa jasa secara umum memiliki karakteristikutama sebagai berikut.

asaJsesorPskirtaM:1rabmaG

isasimotsuknadiskaretnitakgniT

iggniTecivreSssaM

halokeSnarecegnagadeP

ecivreSlanoisseforP

retkoDsinsibnatlusnoK

hadneRyrotcaFecivreS

nagnabrenepiapaksaMletoH

S pohSecivre

tikashamuRlibomlekgneB

hadneR iggniT

Tingkat intensitastenaga kerja

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

1. Intangibility (Tidak Berwujud)Jasa pendidikan tidak berwujud sehinggamenyebabkan para pengguna jasapendidikan tidak dapat melihat, mencium,mendengar, dan merasakan hasil pendidi-kan sebelum mereka mengkonsum-sinya(menjadi subsistem lembaga pendidikan).Akan tetapi, jika para pengguna jasapendidikan telah mengkonsumsi jasapendidikan, atau dengan kata lain, merekatelah menjadi lulusan lembaga pendidikan,mereka dapat merasakan dan melihat hasilkeluaran pendidikan yang telah merekaterima. Oleh karena itu, tugas dari parapemasar jasa pendidikan adalah mentrans-formasi jasa pendidikan yang tidakberwujud menjadi manfaat pendidikan(lulusan) yang konkret. Untuk menghindariketidakpastian, maka para pengguna jasapendidikan akan mencari tanda atauinformasi tentang kualitas jasa pendidikantersebut. Tanda atau informasi tersebutdapat diperoleh berdasarkan letak lokasilembaga pendidikan, lembaga pendidikanpenyelenggara, peralatan dan alatkomunikasi yang digunakan, serta besarnyabiaya yang ditetapkan. Ada beberapa halyang dapat dilakukan lembaga pendidikanuntuk meningkatkan calon pengguna jasapendidikan, yaitu sebagai berikut.a. Meningkatkan visualisasi jasa

pendidikan yang tidak berwujudmenjadi jasa pendidikan yangberwujud.

b. Menekankan pada manfaat yang akandiperoleh (lulusan lembaga pendidi-kan).

c. Menciptakan atau membangun suatunama merek lembaga pendidikan(education brand name).

d. Memakai nama seseorang yang sudahdikenal untuk meningkatkan keperca-yaan konsumen (pengguna jasapendidikan).

2. Inseparability (Tidak Dapat Dipisahkan)Jasa pendidikan tidak dapat dipisahkandari sumbernya, yaitu lembaga pendidikanyang menyediakan jasa tersebut. Artinya,jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsisecara serempak (simultan) pada waktuyang bersamaan. Jika peserta didik membelijasa, maka mereka akan berhadapan lang-sung dengan penyedia jasa pendidikan.

Dengan demikian, jasa pendidikan lebihdiutamakan penjualannya secara langsungdengan skala operasi yang terbatas. Olehkarena itu, lembaga pendidikan dapatmenggunakan strategi bekerja dalamkelompok yang lebih besar, bekerja lebihcepat, atau melatih para penyaji jasa agarmereka mampu membina kepercayaan parapelanggannya (peserta didik).

3. Variability (Bervariasi)Jasa pendidikan bersifat sangat variabelkarena merupakan nonstandardized output,yaitu banyak variasi bentuk, kualitas, danjenisnya tergantung pada siapa, kapan, dandi mana jasa tersebut dihasilkan. Ada tigafaktor yang menyebabkan variabilitaskualitas jasa pendidikan, yaitu:a. Partisipasi pelanggan (peserta didik)

selama penyampaian jasa pendidikan.b. Moral atau motivasi guru dalam

melayani pelanggan (peserta didik).c. Beban kerja sekolah.

4. Perishability (Tidak Tahan Lama)Jasa pendidikan merupakan komoditasyang tidak tahan lama dan tidak dapatdisimpan. Sifat tidak tahan lama berarti jasatidak dapat dimasukkan ke dalam gudangatau dijadikan persediaan. Dalam bidangpendidikan, sifat tidak tahan lama ini dapatdijelaskan dengan kondisi kosongnya kelasatau tidak adanya siswa di kelas sehinggamenyebabkan hilangnya pendapatansekolah. Sedangkan sifat tidak dapatdisimpan berarti jasa tersebut bersifatmudah lenyap. Dalam bidang pendidikan,sifat tidak dapat disimpan dapat dijelaskandengan kondisi sekolah yang banyakmemiliki guru karena adanya permintaanjasa pendidikan sewaktu kegiatan belajaryang padat jika dibandingkan denganpermintaan jasa pendidikan yang cukupmerata setiap hari di sekolah.Apabila diperhatikan batasan dan

karakteristik jasa pendidikan yang telahdiutarakan di atas, maka ternyata duniapendidikan merupakan bagian dari batasantersebut. Dengan demikian, lembaga pendidikantermasuk dalam kategori lembaga pemberi jasapara konsumen, dalam hal ini adalah siswa danorang tua siswa. Mereka inilah yang berhakmemberikan penilaian apakah bermutu atautidaknya suatu output lembaga pendidikan.

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

Tantangan Pengelola Jasa

Pengelola jasa dalam kategori jasa apapunmempunyai tantangan yang serupa. Agar dapatbertahan dalam situasi ekonomi yang turbulen,maka jasa yang memerlukan investasi yang besarseperti rumah sakit perlu mengikuti perkem-bangan teknologi. Selain itu, juga diperlukanmanajer khusus untuk mengatur penggunaansemua peralatan rumah sakit yang dimiliki.Sementara itu, manajer dari industri jasa yangsangat mengandalkan kemampuan individualseperti profesi konsultan atau dokter, harus lebihberkonsentrasi pada hal-hal pribadi. Tingkatkustomisasi pelanggan mempengaruhikemampuan untuk mengendalikan kualitas jasayang disampaikan dari persepsi jasa yangditerima pelanggan. Schmenner (1986)menunjukkan berbagai tantangan yang dihadapipengelola jasa dalam setiap proses jasanya padaGambar 2 di bawah ini.

Kepala sekolah selaku pengelola jasamassal (mass service) dihadapkan kepadaberbagai tantangan sebagai berikut.1. Melakukan Rekrutmen Guru dan Staf

SekolahGorton (1976) mengatakan bahwa tujuandari rekrutmen pegawai adalahmenyediakan calon pegawai yang betul-betul baik (surplus of candidates) dan yangpaling memenuhi kualifikasi (most qualifiedand oustanding individuals) untuk sebuahposisi. Dalam rangka mendapatkan calonguru dan staf sekolah yang profesional,paling memenuhi kualifikasi, danmenjanjikan untuk menduduki posisitertentu tidak mudah. Oleh karena itu,Bafadal (2003) mengemukakan beberapaprinsip yang harus dipegang teguh baikdalam perencanaan maupun pelaksanaanrekrutmen guru dan staf sekolah, yaitusebagai berikut.

Tantangan pengelola jasa (interaksi dan kustomisasi rendah): 1. Pemasaran dan

promosi 2. Menyajikan jasa

yang “hangat” 3. Memperhatikan

lingkungan fisik di sekitarnya

4. Membuat SOP

Tantangan pengelola jasa (interaksi dan kustomisasi tinggi): 1. Mencegah kenaikan

harga 2. Mempertahankan

kualitas 3. Cepat tanggap 4. Mengatur SDM 5. Organisasi flat 6. Loyalitas karyawan

Tantangan pengelola jasa (intensitas tenaga kerja rendah): 1. Menentukan modal

kerja 2. Mengikuti

perkembangan teknologi

3. Mengatur permintaan

4. Jadwal penyampaian jasa

Tantangan pengelola jasa (intensitas tenaga kerja tinggi): 1. Rekrutmen 2. Pelatihan 3. Pengembangan 4. Pengendalian 5. Kesejahteraan

karyawan 6. Pertumbuhan usaha

Professional Service

Mass Service

Service Shop

Service Factory

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

a. Rekrutmen guru dan staf sekolahharus dirancang secara matang agardapat memenuhi kebutuhan.

b. Rekrutmen guru dan staf sekolahharus dilakukan secara obyektif.

c. Agar mendapat calon guru dan stafsekolah yang profesional, makasebaiknya materi seleksi pegawai baruharus komprehensif mencakup semuaaspek persyaratan yang harus dimilikioleh calon guru dan staf sekolah.

2. Mengadakan Program Pelatihan Gurudan Staf SekolahDalam rangka memberdayakan guru danstaf sekolah agar memiliki kemampuan dansifat-sifat jasa pendidikan berkualitas,maka perlu diadakan program pelatihanguru dan staf sekolah yang meliputisebagai berikut:a. Program Pendidikan Prajabatan

Program pendidikan prajabatanmeliputi ketentuan mengenaipendidikan minimum calon guru danstaf sekolah serta prosedur seleksicalon guru dan staf sekolah yangmemperhatikan aspek kebutuhanobyektif (kualitas dan kuantitas) sertaketerbukaan (semua informasi tentangpenerimaan tenaga guru dan stafsekolah harus disampaikan kepadamasyarakat luas dan jelas).

b. Program Pendidikan dan/atauPelatihan dalam JabatanProgram pendidikan dan/ataupelatihan dalam jabatan meliputiorientasi jabatan, pelatihan dalamjabatan, dan pendidikan dalamjabatan yang memperhatikan aspekkebutuhan obyektif, keterbukaan, sertapemanfaatan (memanfaatkan tenagaguru dan staf sekolah yang telahmengikuti program pendidikan dan/atau pelatihan dalam jabatan).

3. Mengadakan Program PengembanganGuru dan Staf SekolahTahapan dalam program pengembangan

guru dan staf sekolah (Bafadal, 2003):a. Mengidentifikasi kekurangan,

kelemahan, kesulitan, atau masalah-masalah yang seringkali dimiliki ataudialami oleh guru dan staf sekolah.

b. Menetapkan program pengembanganyang sekiranya diperlukan untukmengatasi kekurangan, kelemahan,

kesulitan, dan masalah-masalah yangseringkali dimiliki atau dialami olehguru dan staf sekolah.

c. Merumuskan tujuan dari programpengembangan yang diharapkandapat dicapai pada akhir programpengembangan.

d. Menetapkan serta merancang materidan media yang akan digunakandalam program pengembangan.

e. Menetapkan serta merancang metodedan media yang akan digunakandalam program pengembangan.

f. Menetapkan bentuk dan mengembang-kan instrumen penilaian yang akandigunakan dalam mengukur keberha-silan program pengembangan.

g. Menyusun dan mengalokasikananggaran dari program pengembang-an.

h. Melaksanakan program pengembang-an sesuai dengan materi, metode, danmedia yang telah ditetapkan dandirancang sebelumnya.

i. Mengukur keberhasilan dari programpengembangan.

j. Menetapkan program tindak lanjutpengembangan guru dan staf sekolahdi masa mendatang.

4. Mengendalikan Seluruh KegiatanSekolahUntuk mengetahui kondisi yang perluditeliti kepala sekolah selaku supervisor,maka kita perlu menjawab pertanyaansebagai berikut (Suryosubroto, 2004):a. Bagaimana keadaan gedung sekolah?

Apakah sudah baik dan memenuhisyarat atau sudah rusak? Bagaimanausaha perbaikannya?

b. Apakah perlengkapan sekolah danalat-alat pelajaran cukup dan meme-nuhi persyaratan filosofis, psikologis,dan didaktis? Jika belum, apakurangnya? Bagaimana usaha untukmencukupinya?

c. Bagaimana keadaan gurunya?Apakah terlalu banyak wanitanya?Apakah terlalu banyak guru honorerdaripada guru tetap? Apakah adakemungkinan usaha untuk menjagakeadaan dengan sebaik-baiknya?

d. Bagaimana semangat kerja guru danpegawai sekolah? Apakah banyakpegawai dan guru yang malas?

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

Bagaimana absensi/presensi mereka?Apa yang menjadi sebabnya?

e. Bagaimana cara guru mengajar?Apakah sesuai dengan kurikulumyang berlaku? Adakah usaha merekauntuk selalu memperbaiki danmencoba metode-metode mengajaryang baik?

f. Bagaimana hasil pelajaran danpendidikan siswa? Apakah terlihatadanya kemajuan/perbaikan darisetiap triwulan atau semester daritahun ke tahun?

g. Bagaimana usaha yang dilakukanuntuk memperbaiki serta meningkat-kan cara kerja dan mutu guru?Apakah dengan usaha menambahkesejahteraan mereka? Apakahdengan mengadakan kunjungan kelaspada waktu mereka mengajar, rapat,sanggar kerja (workshop), pelatihanstaf, atau up-grading?

h. Bagaimana sikap dan perasaantanggung jawab guru dalam partisipa-sinya terhadap pembinaan dankemajuan sekolah? Adakah sikap dansifat kepemimpinan dari kepalasekolah yang kurang sesuai sehinggamempengaruhi situasi kehidupansekolah pada umumnya?

5. Meningkatkan Kesejahteraan Guru danStaf SekolahAda delapan hal yang diinginkan gurumelalui kerjanya, yaitu rasa aman danhidup layak, kondisi kerja yangmenyenangkan, rasa diikutsertakan,perlakuan yang wajar dan jujur, rasamampu, pengakuan dan penghargaan atassumbangan, ikut ambil bagian dalampembentukan kebijakan sekolah, sertakesempatan untuk mempertahankan “selfrespect” (Wiles, 1955). Delapan kebutuhantersebut dapat dikembangkan menjadi item-item pertanyaan untuk mengukur kepuasankerja guru, yaitu antara lain:a. Bagaimana kepuasan guru terhadap

gaji yang diperoleh?b. Apakah gaji yang diperoleh guru

dapat memenuhi kebutuhan pokok-nya?

c. Bagaimana kepuasan guru terhadapkeadaan kondisi kerja di sekolah?

d. Bagaimana kepuasan guru terhadappartisipasinya dalam kegiatan seko-lah?

e. Bagaimana kepuasan guru terhadapperlakuan kepala sekolah?

f. Dan sebagainya.6. Melakukan Strategi Pertumbuhan Usaha

di SekolahDalam rangka meningkatkan pertum-buhan usaha di sekolah, sekolah perlumenciptakan dirinya sebagai sekolah yangefektif. Lockheed (1990) menyatakan bahwasekolah yang efektif memiliki karakteristiksebagai berikut.a. Komunikasi yang lebih terbuka: komu-

nikasi antara stakeholders meningkat.b. Pengambilan keputusan bersama:

stakeholders mengalami lebih banyaktanggung jawab dalam pengambilankeputusan.

c. Memperhatikan kebutuhan guru:perhatian dan kemampuan sekolahterhadap kebutuhan guru dapatmemberikan motivasi pada guru.

d. Memperhatikan kebutuhan siswa:sekolah yang memperhatikan kebu-tuhan siswanya akan lebih diterimaoleh siswa, orang tua, dan masyarakat.

e. Keterpaduan antara sekolah denganmasyarakat: sekolah mempunyaiperan sosial yang penting dalammasyarakat.

Oleh karena itu, kepala sekolah selakupengelola jasa massal sekolah menghadapiberbagai tantangan seperti melakukanrekrutmen guru dan staf sekolah, mengadakanprogram pelatihan guru dan staf sekolah,mengadakan program pengembangan guru danstaf sekolah, mengendalikan seluruh kegiatansekolah, meningkatkan kesejahteraan guru danstaf sekolah, serta melakukan strategipertumbuhan usaha di sekolahnya dalam rangkameningkatkan daya saing sekolah.

Pemasaran Jasa Pendidikan

Fungsi pemasaran pada organisasi yangberorientasi laba (perusahaan) denganorganisasi nirlaba (sekolah) sangat berbeda.

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

Perbedaan yang nyata terletak pada caraorganisasi dalam memperoleh sumber danayang dibutuhkan untuk melakukan berbagaiaktivitas operasi. Perusahaan memperolehmodal pertamanya dari para investor ataupemegang saham. Jika perusahaan telahberoperasi, dana operasional perusahaanterutama diperoleh dari hasil penjualan produkyang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.Dalam hal ini, perusahaan hanya menghadapisatu unsur pokok, yaitu konsumen. Jika produkyang dihasilkan oleh perusahaan dapatmemuaskan para konsumennya, maka transaksiakan terjadi dan perusahaan mempunyai danauntuk dapat melanjutkan aktivitas opera-sionalnya.

Sebaliknya, organisasi nirlaba (sekolah)memperoleh dana dari sumbangan para donaturatau lembaga induk yang tidak mengharapkanimbalan apapun dari organisasi tersebut.Sebagai akibatnya, dalam sekolah timbultransaksi tertentu yang jarang terjadi dalamperusahaan, yaitu penerimaan sumbangan.Dengan anggaran yang diperolehnya itu,sekolah menghasilkan jasa yang ditawarkankepada konsumennya (siswa). Berbeda denganperusahaan, apabila jasa yang dihasilkansekolah ternyata tidak sesuai dengan kebutuhandan keinginan siswanya, maka para donaturmasih mungkin akan memberi dana lagi jikapara donatur masih menganggap sekolah itubaik. Sebaliknya, meskipun jasa yang dihasilkanoleh sekolah itu sesuai dengan kebutuhan dankeinginan siswanya, itu belum menjamin bahwaanggaran para donatur untuk sekolah itu akanmeningkat.

Konsekuensi dari perbedaan perusahaandengan sekolah tersebut adalah bahwa ukurankeberhasilan perusahaan dan sekolah ituberbeda. Perusahaan yang pada dasarnyaberorientasi terhadap laba akan dianggap suksesjika berhasil meraup untung yang besar.Sebaliknya, pada sekolah, meskipun berhasilmemperoleh dana yang lebih besar dari paradonatur, mungkin saja sekolah tersebut gagaldalam memanfaatkan sumber daya tersebutsecara efektif dan efisien bagi pemenuhankebutuhan dan keinginan siswanya. Olehkarena itu, kemampuan sekolah dalammemperoleh sumber daya tidak dapat dijadikanukuran keberhasilan organisasi sekolah. Dengandemikian, keberhasilan sekolah harus diukurdari sejauh mana jasa yang dihasilkan oleh

sekolah tersebut telah memenuhi kebutuhan dankeinginan siswanya.

Menurut Kotler dan Fox (1995), institusipendidikan memiliki hubungan timbal balikdengan lingkungannya. Hubungan timbal balikini terkait erat dengan teori pertukaran sosial.Institusi pendidikan memerlukan berbagaimacam sumber daya (seperti para siswa, dana,sukarelawan, waktu, dan energi), dan sebagaiimbalannya menawarkan pelayanan dankepuasan. Hal ini sangat bervariasi tergantungpada jenis institusinya. Misalnya, sekolahmenyediakan jasa pemeliharaan dan perawatananak (custodial care), jasa kemasyarakatan, sertapenyiapan murid untuk ujian negara. Ada limabidang pertukaran utama dalam suatulingkungan institusi pendidikan, yaitu:1. Lingkungan internal, yaitu kelompok-

kelompok di dalam organisasi sekolah.2. Lingkungan pasar, yaitu kelompok-

kelompok yang menyediakan sumber dayabagi organisasi sekolah.

3. Lingkungan publik, yaitu masyarakat yangpandangannya dapat mempengaruhiorganisasi sekolah dan cara kerja organisasisekolah.

4. Lingkungan kompetitif, yaitu institusi-institusi pendidikan yang bersaing di dalampasar dan/atau untuk mendapatkandukungan masyarakat.

5. Lingkungan makro, yaitu kerangkakebijakan dan administratif yang lebih luasdi mana organisasi sekolah diseleng-garakan.Joewono (2008) menjelaskan pengertian

pemasaran jasa sebagai suatu konseppemasaran yang mendefinisikan bahwaorganisasi harus lebih peduli terhadap apa yangdirasakan konsumen dibanding apa yangdipikirkan konsumen tentang produk/jasa yangmereka tawarkan. Di dalam pemasaran jasa,lebih penting mengetahui bagaimana caramenawarkan produk/jasa daripada apa yangditawarkan produk/jasa. Jadi, pemasaran jasabertujuan untuk menciptakan memorableexperience bagi konsumen.

Konsep “7n1” Trustworthy Excellent Serviceyang dikemukakan Joewono (2008) dapatdiaplikasikan dalam rangka memberikanlayanan pendidikan berkualitas, yaitu:1. Memahami

Guru harus memahami kebutuhan,keinginan, dan ekspektasi siswa sehingga

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

menjadi dasar awal dalam pemberianlayanan pendidikan berkualitas.

2. MenyambutGuru harus menunjukkan perhatian kepadasiswa dengan cara menyambutnya melaluisapaan, anggukan, jabat tangan, atau caralainnya sehingga membangun simpati awalsiswa serta memberi kesan bahwa dirinyamenghargai siswanya.

3. TanggapGuru harus tanggap kalau ada kebutuhanlayanan siswa yang perlu direspon.

4. Menyelesaikan masalahGuru harus memberikan layananpendidikan berkualitas seperti menyelesai-kan masalah pendidikan, sehingga ketikamuncul masalah pendidikan, masalahpendidikan tersebut dapat mudahdiselesaikan.

5. MerekonstruksiLayanan pendidikan harus dilakukansebagai bagian dari proses rekonstruksimenuju terbentuknya hubungan baik antarasekolah dengan siswanya.

6. MengedukasiGuru yang “memberi” bukan “menggurui”menjadi inspirasi untuk memberikaninformasi, termasuk ketika siswa komplainatas kegagalan layanan pendidikan.

7. MewakiliMakna “mewakili” siswa berarti gurumenjadi ambassador siswa di dalam prosespengambilan keputusan di sekolah,khususnya yang terkait dengan siswa.

8. MenghargaiGuru yang menghargai siswa merupakanfaktor penggerak kehidupan sekolahmenuju keunggulan bersaing sekolah yangberkelanjutan di masa depan.Dalam rangka memberikan layanan

pendidikan yang berkualitas, guru harus dapatmemahami, menyambut, menanggapi,menyelesaikan masalah, merekonstruksi,mengedukasi, mewakili, serta menghargaikonsumennya (siswa).

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan

Dalam memasarkan produk atau jasa yangdihasilkannya, setiap organisasi menjalankanstrategi pemasaran sehingga dapat mencapaitujuan yang diharapkan. Menurut Kotler danAmstrong (1997), ada tiga tahap yang dapat

ditempuh untuk menetapkan strategipemasaran, yaitu sebagai berikut.1. Memilih konsumen yang dituju.2. Mengidentifikasi keinginan konsumen.3. Menentukan bauran pemasaran.

Penentuan strategi pemasaran harusdidasarkan atas analisa lingkungan eksternaldan internal organisasi. Faktor-faktor eksternalyang dapat menimbulkan adanya peluang atauancaman bagi organisasi terdiri dari: keadaanpasar, persaingan, teknologi, ekonomi, sosialbudaya, hukum, dan peraturan. Sedangkanfaktor-faktor internal menunjukkan adanyakeunggulan atau kelemahan organisasi,meliputi: keuangan, produksi, SDM, sertakhususnya bidang pemasaran yang terdiri dariproduk, harga, distribusi, promosi, dan jasa.Analisis tersebut merupakan penilaian apakahstrategi pemasaran yang telah ditetapkan dandijalankan sesuai dengan keadaan pada saat ini.Hasil penilaian tersebut digunakan sebagaidasar untuk menentukan apakah strategi yangsedang dijalankan perlu diubah serta untukmenyusun atau menentukan strategi yang akandijalankan di masa mendatang.

Menurut Mc.Carthy (1998), strategipemasaran adalah pasar sasaran dan bauranpemasaran yang terkait. Dia juga mengatakanbahwa setiap langkah yang dilakukan dalammemformulasikan strategi pemasaran harusdiorientasikan kepada upaya untuk mencapaikepuasan pelanggan. Ini berarti bahwa prosesyang ditempuh oleh setiap pihak dapatbermacam-macam sesuai dengan kesanggupandan karakteristik masing-masing, tetapi tujuanakhirnya akan bermuara pada kepuasanpelanggan.

Di dalam strategi pemasaran, ada beberapadimensi yang perlu diperhitungkan dandiketahui untuk mengurangi dampakketidakpastian dalam merumuskan danmengimplementasikan strategi pemasarantersebut, antara lain:1. Dimensi keterlibatan manajemen puncak

Keterlibatan manajemen puncak (pimpinansekolah) merupakan keharusan, karenahanya pada tingkat manajemen puncakakan tampak segala bentuk implikasi dariberbagai tantangan serta tuntutanlingkungan internal dan eksternal sekolahserta pada tingkat manajemen puncaklahterdapat cara pandang yang holistik dankomprehensif tentang sekolah. Selain itu,hanya manajemen puncak yang memiliki

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

wewenang untuk mengalokasikan dana,prasarana, dan sumber daya lainnya dalammengimplementasikan kebijakan sekolahyang telah diputuskan. Atau dengan katalain, peranan manajemen puncak sangatpenting dalam merencanakan danmenentukan strategi pemasaran yang terdiridari visi, misi, dan tujuan sekolah (Siagian,2001).

2. Dimensi waktu dan orientasi masa depanSekolah seharusnya mempertahankanstrategi pemasaran jasa pendidikan untukmengembangkan eksistensi sekolah yangberpandangan jauh ke depan danberperilaku proaktif serta antisipatifterhadap kondisi masa depan sekolah yangdiprediksi akan dihadapinya. Antisipasiterhadap sekolah di masa depan tersebutdirumuskan dan ditetapkan sebagai visisekolah yang akan diwujudkan di masayang akan datang. Dengan adanya sikapproaktif dan antisipatif, manajemen puncak(pimpinan sekolah) akan lebih siapmenghadapi tantangan perubahan danperkembangan sekolah yang akan terjadisehingga tidak menghadapi situasimendadak (Nawawi, 2000).

3. Dimensi lingkungan internal dan eksternalDimensi lingkungan internal dan eksternalsekolah merupakan suatu kondisi yangsedang dihadapi seperti: kekuatan,kelemahan, peluang, dan ancaman yangharus diketahui secara tepat untuk meru-muskan rencana strategi pemasaran jasapendidikan jangka panjang. Dalam kondisitersebut, manajemen puncak (pimpinansekolah) perlu melakukan analisis yangobyektif agar dapat menentukan kemam-puan sekolah berdasarkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya. Dengan demikian,pimpinan sekolah harus memahami kondisilingkungan internal dan eksternal sekolahserta mampu meletakkan berbagai pende-katan dan teknik untuk merumuskan stra-tegi pemasaran jasa pendidikan di sekolahyang dipimpinnya. (Nawawi, 2000).

4. Dimensi konsekuensi dari isu strategiDalam mengimplementasikan strategipemasaran jasa pendidikan, kita harusmenempatkan organisasi sekolah sebagaisuatu sistem pendidikan. Oleh karena itu,setiap keputusan strategi pemasaran jasapendidikan yang dilaksanakan harus dapatmenjangkau semua komponen atau unsur

organisasi sekolah, baik sumber dayamaupun satuan kerja seperti departemen,divisi, biro, seksi, dan sebagainya. (Siagian,2001).Menurut Siagian (2001), ada beberapa

faktor yang menjadi pendukung dalammerumuskan strategi agar suatu organisasi dapattetap eksis, tangguh dalam menghadapiperubahan, serta mampu meningkatkanefektifitas dan produktifitas. Faktor-faktortersebut antara lain:1. Tipe dan struktur organisasi

Tipe dan struktur organisasi sekolah yangdipilih harus berkaitan dengan kepribadiansekolah tersebut karena setiap sekolahmempunyai kepribadian yang khas. Didalam struktur organisasi sekolah harusterdapat beberapa unsur seperti spesialisasikerja, standarisasi kerja, koordinasi,sentralisasi atau desentralisasi dalampengambilan keputusan. Empat faktorutama yang harus diperhatikan pimpinansekolah dalam menentukan strukturorganisasi sekolah, yaitu: strategi sekolahyang ditetapkan, teknologi pendidikan yangdigunakan, SDM yang terlibat, dan ukuranorganisasi sekolah. Oleh karena itu,pimpinan sekolah harus memilih dengantepat mengenai tipe dan struktur organisasisekolah yang akan digunakan dalammenentukan strategi sekolah.

2. Gaya kepemimpinan Di dalam teori kepemimpinan terdapat

beberapa tipologi kepemimpinan, yaitu tipeotokratik, paternalistik, laissez faire ,demokratik, dan kharismatik. Namundemikian, tidak ada satu tipepun yangsesuai dan dapat digunakan secarakonsisten pada semua jenis sekolah. Olehkarena itu, diperlukan kecermatan membacasituasi sekolah dalam menentukan gayakepemimpinan sekolah sebagai suatu faktoryang harus diperhitungkan dalammenerapkan strategi sekolah.

3. Kompleksitas lingkungan eksternal Lingkungan eksternal sekolah bergerak

dinamis. Gerakan dinamis tersebutberpengaruh pada cara mengelola sekolahserta dalam merumuskan dan menetapkanstrategi sekolah. Oleh karena itu, melaluianalisis lingkungan eksternal sekolah,sekolah dapat melakukan strategipengkaderan organisasi sekolah yang dapatditetapkan untuk mendayagunakan

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

kekuatan serta mengatasi kelemahansekolah dalam memanfaatkan peluang danmenghadapi tantangan yang terjadi.

4. Hakikat masalah yang dihadapiStrategi merupakan keputusan dasar yangdiambil oleh manajemen puncak (pimpinansekolah) melalui berbagai analisis danperhitungan terhadap lingkungan internaldan eksternal sekolah. Oleh karena itu,keputusan yang diambil pimpinan sekolahakan menentukan kesinambungan sekolahpada saat sekarang dan masa yang akandatang.Seperti yang telah dikemukakan oleh Porter

(1980) yang menjelaskan bahwa ada tiga macamstrategi pemasaran sebagai strategi bersaing,yaitu:1. Diferensiasi, yaitu strategi sekolah dalam

memberikan penawaran yang berbedadibandingkan dengan penawaran yangdiberikan oleh pesaing. Strategi diferensiasiini mengisyaratkan sekolah mempunyaijasa yang mempunyai kualitas ataupunfungsi yang bisa membedakan dirinyadengan pesaingnya. Strategi diferensiasidilakukan dengan cara menciptakanpersepsi terhadap nilai tertentu padakonsumennya. Misalnya persepsi terhadapkeunggulan kerja, inovasi produk,pelayanan yang lebih baik, citra merek yanglebih unggul, dan sebagainya.

2. Keunggulan biaya, yaitu strategi sekolahdalam mengefisienkan seluruh biayaoperasionalnya sehingga menghasilkanjasa yang bisa dijual lebih murah diban-dingkan pesaingnya. Strategi keunggulanbiaya ini berfokus pada harga, jadi biasanyasekolah tidak terlalu peduli dengan berbagaifaktor pendukung dari jasa ataupun harga.Misalnya, biaya sekolah yang murahbiasanya mengandalkan strategi harga.Pihak penyelenggara sekolah tersebutbiasanya tidak peduli dengan kenyamanansiswa pada waktu belajar, bahkan jugadengan kebersihan, karena bagi merekayang penting bisa menawarkan jasa denganharga yang sangat bersaing.

3. Fokus, yaitu strategi sekolah dalammenggarap satu target pasar tertentu.Strategi fokus biasanya dilakukan untukjasa yang memang mempunyai karakteristikkhusus. Misalnya, sekolah Kristen yang

hanya ditargetkan bagi siswa Kristianisehingga semua jasanya memberikanmanfaat dan fungsi yang disesuaikandengan ajaran agama Kristen.Kotler dan Fox (1995) memberikan tiga unsur

yang diperlukan untuk membuat strategipemasaran, yaitu:1. Strategi Target Pasar, yang memutuskan

segmen pasar mana yang akan menjaditarget pasarnya. Segmen pasar tersebutmungkin terfokus pada segmen di manapermintaan melebihi penawaran. Dalam halini, sekolah perlu membagi pasar pendi-dikan menurut karakteristik demografi,psikografi, dan perilaku siswa. Dengandemikian, sekolah dapat lebih mudahmenentukan strategi pemasaran jasapendidikan sesuai dengan karakteristik dankebutuhan pasar.

2. Strategi Posisi Kompetitif, yang mendasar-kan penyediaan pada keistimewaan dankekuatan relatif yang dimiliki oleh institusi,yang dapat memastikan tingkat kom1.

3. Strategi Campuran, yang mengidentifikasiunsur-unsur tertentu yang dapat dipromo-sikan oleh organisasi tersebut. Strategicampuran ini terdiri dari empat komponendasar yang disebut 4P, yaitu: produk(Product), lokasi (Place), harga (Price), danpromosi (Promotion). Namun bagi sektorjasa, komponen-komponen tersebutditambah 3P, yaitu: orang (Person), proses(Process), dan bukti (Proof). Strategi campur-an ini akan dijelaskan lebih lanjut olehJames dan Phillips di bawah ini.James dan Phillips (1995) menggunakan

kerangka teoritis tersebut untuk mengevaluasipraktek pemasaran pada 11 sekolah, termasuksekolah dasar, sekolah menengah, sekolahnegeri, dan sekolah swasta, yang beroperasidalam lingkungan yang kompetitif. Hasilpenemuan dari penelitian tersebut dapatdirangkum sebagai berikut.1. Produk, yaitu fasilitas dan pelayanan yang

ditawarkan oleh sekolah. Meskipun sekolahyang disurvei sangat giat dalammenawarkan produk/pelayanan yangberkualitas, namun sejumlah masalahmasih dapat ditemukan, seperti:

a. Kurangnya pertimbangan pada ragampenawaran. Sebagian besar sekolahcenderung memberikan terlalu banyak

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

penawaran. Sekolah seharusnyamelakukan spesialisasi pada suatu haltertentu.

b. Adanya kebutuhan untuk melihatpelajaran, yakni keuntungan apa yangakan didapatkan pelanggan (siswa)daripada hanya memberikan gambaranumum tentang kandungan materi yangada dalam pelajaran tersebut.

c. Adanya kebutuhan untuk memastikanbahwa kualitas dilihat dalam artiterpenuhinya kebutuhan pelanggandaripada kualitas pelajaran itu sendiri.

d. Hanya ada sedikit perhatian akan“potensi hidup” dari pelajaran tersebut.

2. Harga, yaitu pembiayaan (costing) yangmembandingkan pengeluaran dengankeuntungan yang didapat pelanggan, sertapenetapan harga (pricing) atau harga yangdikenakan kepada pelanggan. Hal initerlihat jelas pada sekolah swasta karenapilihan pasar sangat terbuka untuk calonorangtua, yaitu antara “sekolah swastayang mahal” dan “sekolah negeri yangbagus dan gratis”. Akan tetapi, hal iniadalah persoalan penting bagi sekolahnegeri karena:a. Proses perekrutan siswa mengarah

kepada tambahan dana daripemerintah.

b. Dukungan dana sponsor dari anggotakomunitas pebisnis lokal.

c. Biaya yang dikenakan dan sumbanganorang tua untuk fasilitas tambahan danaktivitas ekstrakurikuler.

3. Lokasi, yaitu kemudahan akses danpenampilan serta kondisinya secarakeseluruhan. Ketika sekolah memper-hatikan masalah penampilan (misalnyamelalui dekorasi, tampilan, dan ucapanselamat datang kepada pengunjung), makaakan semakin berkurangnya perhatian yangdiberikan kepada masalah akses (sepertiparkir untuk pengunjung, akses bagipenyandang cacat, konsultasi di luarsekolah, dan mesin penjawab telepon).

4. Promosi, yaitu kemampuan mengkomuni-kasikan manfaat yang didapat dariorganisasi bagi para pelanggan potensial.Meskipun sekolah telah aktif pada sebagianbesar aktivitas promosi ini, namun dari 11sekolah yang disurvei, hanya terdapatkurang dari setengahnya yang telahmengiklankan diri.

5. Orang, yaitu orang yang terlibat dalammenyediakan jasa. Masalahnya adalahtidak semua karyawan sekolah menyam-paikan pesan yang sama kepada orang tuadan kelompok lain di luar sekolah. Hal initerkait dengan budaya sekolah yang tidaksepenuhnya mengambil pendekatan yangberorientasi pada pasar.

6. Proses, yaitu sistem operasional untukmengatur pemasaran, dengan implikasiyang jelas terhadap penempatan karyawansekolah dalam hal pembagian tanggungjawab untuk mengkoordinasikan danmencari sumber daya bagi strategipemasaran sekolah. Dari 11 sekolah yangdisurvei, tidak ada satupun sekolah yangmemberikan kepercayaan kepada seorangkaryawan sekolah atas tanggung jawabtersebut, dimana pengelolaan dan operasi-nya cenderung tidak terencana dan intuitif,bukan terencana secara strategis dansistematis.

7. Bukti, yaitu bukti yang menunjukkan bahwapelanggan akan mendapatkan manfaatsehingga memunculkan pertanyaanmengenai pengawasan dan evaluasi(seperti hasil ujian). Hasil penelitiantersebut menunjukkan bahwa sekolah tidakdapat mengemukakan aspek-aspek apa sajadari tindakan mereka yang menunjukkanbukti dari manfaat pelayanan yangdiberikan kepada pelanggan.Dari 7P di atas, penekanan utamanya

terpusat pada produk sekolah. Sekolah masihbelum menetapkan strategi jangka panjangkarena sebagian besar kebijakan sekolah dalambentuk strategi jangka pendek yang tidakterencana serta reaktif (manajemen krisis sebagairespon terhadap menurunnya peran danmeningkatnya persaingan setempat). Banyaksekolah belum melakukan pengamatan pasardengan menggunakan riset dan analisis pasaryang sistematis. Sekolah lebih menyukai strategipasar tunggal, yang memberikan “semua hal bagisemua siswa yang potensial” daripadamenekankan adanya perbedaan dan penyediaankhusus sebagai salah satu cara untukmenangkap potensi pasar. Pada saat yang sama,sekolah menghindari persaingan yang tidakberguna dan mempromosikan kerjasama denganpenyedia lokal lainnya. Strategi pemasarancampuran termasuk kategori strategi pemasarantradisional, yaitu pemasaran yang berorientasipada transaksi (relationship marketing) sebagai

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

kunci untuk keberhasilan komersial. Jika kitadapat menarik pelanggan, maka kita harus terusmembangun hubungan baik dengan merekaserta menumbuhkan kepercayaan jangkapanjang untuk menciptakan promosi “mulut kemulut” (Gronroos, 1997).

Kesimpulan

Pemasaran untuk lembaga pendidikan(terutama sekolah) mutlak diperlukan seiringdengan adanya persaingan antar sekolah yangsemakin atraktif. Hal tersebut dapat dilihat dariadanya berbagai terobosan baru dari parapenyelenggara pendidikan untuk menggali“keunikan dan keunggulan” dari sekolahnya.Kegiatan pemasaran jasa pendidikan pada saatini sudah dilakukan secara terbuka. Upayasekolah untuk menggaet calon siswa potensialyang lebih capable dan matang telah menjadituntutan yang wajib dipenuhi dalam rangkamendukung proses pembelajaran sertameningkatkan daya saing antar sekolah. Sekolahsebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlubelajar dan memiliki inisiatif untukmeningkatkan kepuasan pelanggan karenapendidikan merupakan proses sirkuler yangsaling mempengaruhi dan berkelanjutan. Hanyalembaga pendidikan yang dapat memenuhikebutuhan atau kepuasan pelanggan (siswa)yang dapat bertahan.

Berdasarkan areanya, sekolah termasukindustri jasa dalam sektor pemerintahan. Di sisilain, menurut matriks proses jasa yangdikemukakan oleh Schmenner, sekolah termasukdalam kategori jasa massal (mass service), yaitujasa yang bersifat padat karya atau memilikitingkat intensitas tenaga kerja yang tinggi,karena biaya tenaga kerjanya lebih besardaripada kebutuhan modal kerjanya. Olehkarena itu, pelanggan sekolah (siswa) menerimajasa yang seragam, yang dibuat dengan konseppadat karya.

Tantangan yang dihadapi oleh pengelolajasa massal sekolah (kepala sekolah) adalahmelakukan rekrutmen guru dan staf sekolah,mengadakan program pelatihan sertapengembangan guru dan staf sekolah,mengendalikan seluruh kegiatan sekolah,meningkatkan kesejahteraan guru dan stafsekolah, serta melakukan strategi pertumbuhan

usaha sekolah dalam rangka meningkatkandaya saing sekolah.

Dalam rangka memberikan layananpendidikan yang berkualitas, guru harus dapatmemahami, menyambut, menanggapi,menyelesaikan masalah, merekonstruksi,mengedukasi, mewakili, serta menghargaikonsumennya (siswa).

Setiap sekolah harus menjalankan strategipemasaran jasa pendidikan sehingga dapatmencapai tujuan sekolah yang diharapkan.Tahapan dalam menetapkan strategi pemasaranjasa pendidikan adalah memilih konsumen yangdituju (siswa), mengidentifikasi keinginankonsumen (siswa), serta menentukan bauranpemasaran jasa pendidikan (7P). Penentuanstrategi pemasaran jasa pendidikan harusdidasarkan atas analisa lingkungan eksternaldan internal sekolah.

Strategi pemasaran jasa pendidikan adalahpasar sasaran jasa pendidikan (siswa) sertabauran pemasaran jasa pendidikan (7P). Setiaptahapan yang dilakukan dalam menetapkanstrategi pemasaran harus tertuju kepadapencapaian kepuasan pelanggan (siswa). Didalam strategi pemasaran jasa pendidikan, adabeberapa dimensi yang perlu diperhatikan, yaitudimensi keterlibatan manajemen puncak(pimpinan sekolah), dimensi waktu danorientasi masa depan sekolah, dimensilingkungan internal dan eksternal sekolah, sertadimensi konsekuensi dari isu strategi sekolah.Strategi pemasaran jasa pendidikan tersebutdisesuaikan dengan tipe dan struktur organisasisekolah, gaya kepemimpinan sekolah,kompleksitas lingkungan eksternal sekolah,serta hakikat masalah pendidikan yangdihadapi.

Strategi pemasaran jasa pendidikanmelibatkan tiga unsur pokok, yaitu:1. Strategi Target Pasar, yaitu segmen pasar

mana yang akan dilayani dalam bidangpendidikan menurut karakteristikdemografi, geografi, psikografi, danperilaku.

2. Strategi Posisi Kompetitif, yaitu keunggulankompetitif (diferensiasi produk) yangdimiliki sekolah jika dibandingkan dengansekolah lainnya.

3. Strategi Campuran, yaitu mengidentifikasiproduk, harga, lokasi, promosi, orang,proses, dan bukti yang dapat dipromosikanoleh sekolah.

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pemasaran Jasa Pendidikan Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Saing Sekolah

Daftar Pustaka

Alex. (2006). “Service marketing and non profitmarketing” http://[email protected]

Bafadal, Ibrahim. (2003). Peningkatanprofesionalisme guru Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi Aksara

Gorton, Richard A. (1976). School administration:challenge and opportunity for leadership.New York: Wm. C. Brown CompanyPublishers

Groonroos, Christian. (1984). A service qualitymodel and its marketing implications.European Journal of Marketing, 18(4), pp.36-44

James, Chris and Peter Phillips. (1995). Thepractice of educational marketing in schools.Educational Management Administrationand Leadership, Vol. 23, No. 2, pp. 75-88.

Joewono, Handito. (2008). The creative marketing.Jakarta: Arrbey

Julita. (2001). Menuju kepuasan pelanggan melaluipenciptaan kualitas pelayanan. Jurnal IlmiahManajemen dan Bisnis, Vol. 01, No. 01,Oktober 2001, hlm. 41-54

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. (2006).Marketing management. New Jersey:Pearson Education, Inc.

Kotler, Philip and Gary Amstrong. (1997).Principles of marketing. Singapore: PrenticeHall International Editions

Lamb, Hair, and McDaniel. (2001). Marketing.Singapore: Thomson Learning Asia

Lockheed, M.E. and Levin, H.M. (1990). Creatingeffective schools. Washington, DC: FalmerPress

Lovelock, Christopher. (2004). Service marketingand management. New Jersey: Prentice Hall.

Mc.Carthy. (1998). Dasar-dasar pemasaran. Jakarta:Erlangga

Modul Certified Learning Program onCompetitiveness. (2006). Service marketing.Jakarta: Arrbey

Munir, A.A.S. (1991). Manajemen pelayanan umumdi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama

Nawawi, Hadari. (2000). Manajemen strategikorganisasi non profit bidang pemerintahandengan ilustrasi di bidang pendidikan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Octavian, Henry Sumurung. (2005). Manajemenpemasaran sekolah sebagai salah satu kuncikeberhasilan persaingan sekolah. JurnalPendidikan Penabur No. 05/Th. IV/Desember 2005

Porter, Michael E. (1980). Competitive strategy:techniques for analyzing industries andcompetitors. New York: Free Press

Purwono. Strategi pemasaran jasa perpustakaan.Media Pustakawan, Vol. III, No. 4,Desember 1996

Schmenner, Roger. (1986). How can servicebusinesses survive and prosper? SloanManagement Review, 28(3), pp. 21-32

Siagian, Sondang P. (1998). Manajemen sumberdaya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Siagian, Sondang P. (2001). Manajemen strategik.Jakarta: Bumi Aksara

Stanton, William J. (2002). Fundamentals ofmarketing. Singapore: McGraw-HillInternational

Suara Merdeka. Persaingan ketat, sekolah perludipasarkan. Senin, 5 Februari 2007

Suryosubroto, B. (2004). Manajemen pendidikan disekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tjiptono, Fandy. (2000). Manajemen jasa.Yogyakarta: Andi

Unika Soegijapranata. (2008). Bahan seminarpemasaran sekolah. Semarang: ProgramPasca Sarjana Magister ManajemenKonsentrasi Manajemen Sekolah

Widiyanti, Kn. (2006). Sistem pengendalianmanajemen pada organisasi nirlaba. JurnalIlmiah Manajerial, Vol.2, No. 1, Maret 2006

Wiles, Kimball. (1955). Supervision for betterschools. New York: Prentice-Hall, Inc.

Zeithaml, Valerie A., and Mary Jo Bitner. (2003).Services marketing: integrating customer focusacross the firm. New York: Irwin McGraw-Hill

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

Profesionalitas Guru Jenjang PendidikanDasar dan Menengah

Theresia K. Brahim*)

*) Guru Besar PGSD Universitas Negeri Jakarta

Opini

alam makalah ini, penulis mencoba mensintesiskan pengertian profesionalisme yangberarti komitmen seseorang atas jabatannya dengan kata profesionalitas; sehingga kataprofesionalitas yang semula berarti pemahaman dan keterampilan yang ditampilkanseseorang sesuai dengan profesinya, menjadi pemahaman dan keterampilan seseorang

dalam keahlian yang dituntut oleh profesinya yang ditampilkan secara baik dan benar dandilaksanakan dengan komitmen yang tinggi. Selain itu, penulis juga mencoba menguraikanpengertian awal dari kata profesional yang berarti sebuah jawaban atas panggilan dari YangMaha Kuasa. Oleh karena itu, panggilan tersebut harus dijawab secara sungguh-sungguh.

Kata kunci: Profesional, profesionalitas, professionalism, a calling from God, guru.

This study tries to syntesize that profesionalism concept which means that the man who takes hold of theconcept, has spesialized tasks to make his or her activities becoming a service for the community with a conceptof profesionalism which means knowledge and skills that are required by the experts to fulfill his or herprofesional’ s degree as well as to perform them quite well with high commitment. To say any further, thewriter also tries to analyse the word professional from the religion’s perspective, which is called a callingfrom God which has to be answered by the man honestly to become a profesional. So, because the calling comesfrom God that is why the profesional man has to work totally, at any risk and all out.

Abstrak

D

Pendahuluan

Organisasi masa depan dibangun di sekitarkeberadaan atau hakikat manusia. Hal ini dapatdiartikan bahwa perhatian secara khususditujukan pada kompetensi yang dimilikimanusia. Dampak pemikiran ini adalah bahwajika manusia dipakai sebagai dasar untukmembangun organisasi maka kompetensi yangdimiliki manusia di tempat kerja menjadi halyang sangat penting. Dalam konteks ini, padanilai keluarannya (output oriented), berartipendidik sebagai bagian dari sistem penddikanharus memiliki kompetensi dasar tentang

pendidikan baik umum maupun khusus secaramumpuni atau profesional.

Sejalan dengan uraian di atas, ada ung-kapan yang mengatakan bahwa guru adalahanggota masyarakat yang belajar. Hal ini perludiartikan bahwa guru seyogyanya merupakanbagian dari masyarakat belajar dalam ling-kungan profesinya untuk meningkatkan mutupendidikan. Selain itu, secara formal dimaknaipula bahwa guru mempunyai peranan penting,di samping aspek lainnya seperti sarana/prasarana, kurikulum, peserta didik, danmanajemen, selanjutnya guru dikatakan jugasebagai salah satu kunci keberhasilan pendi-dikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

adalah belajar mengajar yang memerlukan peranguru di dalamnya. Beberapa studi yangdilakukan di negara-negara berkembangmenunjukkan guru memberikan sumbanganterbesar dalam prestasi belajar peserta didik(36%); sedangkan manajemen (23%), waktubelajar (22%), dan sarana fisik (19%). Jadi, darihasil studi di atas, dapat dikatakan bahwa faktorguru merupakan aspek pendukung yang jugamemiliki pengaruh cukup signifikan padakeberhasilan pendidikan (Sidi, dalam Mustafa,2004).

Ditambahkan oleh Allison (Supriyoko,2005), besarnya sumbangan guru padakeberhasilan pendidikan muncul dari sikapprofesionalitas guru yang menyayangi pesertadidiknya (loves her/his kids), membantumencarikan jalan keluar atas masalah yangdihadapi (helps you out), murah senyum (alwayshas smile), membuat kejutan-kejutan yangmenyenangkan (is full of surprises), sangat pedulidan memerhatikan peserta didik (takes good careof ), memiliki kecerdasan yang tinggi (has smartbrains), selalu mencoba berbuat yang terbaik (triesher best), senang menyegarkan suasana (like tolaugh), serta mau mendengarkan kata hatinya(listens to her heart). Dapat ditambahkan bahwaguru profesional adalah guru yang sekaligusmemiliki kemandirian akademik, yaitu guruyang memiliki penguasaan yang mendalamtentang materi mata pelajaran yang harusdiajarkan dan sekaligus memiliki kemampuanyang tinggi dalam mengajarkan mata pelajaranyang dipelajarinya.

Sehubungan dengan uraian sebelumnya,dalam hubungannya dengan pelayanan kerjamendidik, untuk merespon pendapat danpenemuan para ahli pendidikan tentang maknaprofesionalitas di atas maka Depdiknas telahmenentukan seorang pendidik harus mengikutiuji sertifikasi untuk bisa dipandang sebagaitenaga profesional di bidangnya. Selain itu,sebagai informasi tambahan, profesionalitasguru juga telah dicanangkan oleh PresidenSusilo Bambang Yudhoyono pada peringatanHari Guru tahun 2004. Lebih jauh lagi,Depdiknas juga telah membentuk direktoratkhusus yaitu Direktorat Jenderal PeningkatanMutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan untukmenangani masalah profesionalitas guru ini.

Perlu diketahui, tulisan ini muncul darikeprihatinan penulis setelah membaca mediacetak dan menonton media visual di Indonesiayang disemaraki oleh berita tentang guru sekolah

dasar yang sedang mengikuti proses Pendidikandan Latihan Profesi Guru (PLPG) untukmendapatkan sertifikasi sebagai tenagaprofesional di bidangnya. PLPG ini adalahtindak lanjut dari uji sertifikasi berbentukportofolio/uji kelayakan dokumen yang adahubungannya dengan pendidikan yang dimilikioleh guru bersangkutan. Namun hasil akhir ujikelayakan portofolio tidak memuaskan. Adabanyak guru tidak lolos uji portofolio ini. Adabanyak faktor penyebab, di antaranya tidakadanya data konkret tentang tanda keikutsertaandalam seminar berupa sertifikat, baik tingkatprovinsi, maupun kota. Penyebab lain adalahpara guru kurang aktif dalam kegiatanpenelitian, penulisan makalah ilmiah, danpengabdian pada masyarakat. Oleh karena itu,untuk menolong para guru yang tidak lolos ujiportofolio, maka PPLG pun digelar.

Tujuan dari penulisan ini adalah inginmengkaji tiga butir konsep tentang profesio-nalitas yang perlu dibahas secara lebihmendalam dan lebih rinci yaitu keterpanggilan,keahlian dan kode etik, serta kewenangan.

Sebelum mengkaji ketiga konsep tersebut,ada baiknya bila terlebih dahulu dijelaskanmakna istilah-istilah yang terkait dengan kataprofesi sebab ada banyak istilah yang berakardari kata profesi seperti profesional,profesionalism dan profesionalitas. Halsemacam ini tentunya membingungkan pem-baca. Tilaar (2007) mendefinisikan (1) maknaprofesi sebagai suatu jabatan atau pekerjaanyang menuntut keahlian dari pemangku jabatantersebut; (2) makna profesionalisme yaitukomitmen seseorang terhadap profesinya,; (3)makna profesionalitas yaitu pemahaman danketerampilan dari keahlian yang dituntut olehprofesinya yang ditampilkan secara baaik danbenar; dan (4) makna profesional yaitumenunjukkan pada derajad kualitas seseorangyang membedakan penampilannya dari orangyang tidak profesional. Pembahasan perbedaantentang makna di atas sangat penting bagiguru jenjang pendidikan dasar dan menengahagar mereka dapat lebih memahami tentangperbedaan makna tersebut, sehingga merekaakan dapat melaksanakannya dalam tindakankonkrit dalam praktek pembelajaran di kelasmaupun di luar kelas. Oleh karena itu, untukmemudahkan pembaca memahami maknatulisan ini, bila penulis memakai: 1) kata profesi,artinya penulis sedang berbicara tentang sebuahjabatan; dan 2) kata profesional artinya penulis

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

berbicara tentang derajat kualitas seseorang yangmembedakannya dari orang yang tidakberkualitas. Dalam bahasan ini, penulismencoba mensintesiskan pengertian profesio-nalisme yang berarti komitmen seseorang atasjabatannya dengan kata profesionalitas; sehinggakata profesionalitas yang semula berarti pemahamandan keterampilan yang ditampilkan seseorang sesuaidengan profesinya, menjadi pemahaman danketerampilan seseorang dalam keahlian yangdituntut oleh profesinya yang ditampilkan secarabaik dan benar dan dilaksanakan dengan komitmenyang tinggi. (gabungan antara kata professionalismdan profesionalitas.

Pembahasan

Isu Profesional GuruIsu profesional guru yaitu suatu istilah yangmengandung pengertian jabatan tertentu dengankarakteristik tertentu yang diakui keberada-annya oleh masyarakat mulai dibicarakanorang pada pertengahan tahun 1980-an seiringdengan makin menguatnya peranan sektorpendidikan dalam mengembangkan sektorsumber daya manusia. Di negara-negara majuseperti Amerika misalnya, mereka meresponpentingnya memberikan perhatian kepada isuprofesional guru dengan membuat NationalBoard pada tahun 1987, dan telah mengeluarkanpolicy statement pada tahun 1989 yang berjudul“What Teachers Should Know and Be Able To Do?”.Lembaga ini melakukan upaya untuk mengem-bangkan standar profesional pengajar-an padajenjang pendidikan dasar dan menengah diAmerika Serikat. Menurut lembaga ini, ada limakomponen utama yang dapat digunakan untukmengidentifikasi dan mengenali para guru yangsecara efektif meningkatkan pembelajaranpeserta didik dan menunjukkan pengetahuan,keterampilan, kemampuan, dan komitmen yangtinggi. Kelima hal tersebut merupakan tuntutanyang harus dipenuhi guru agar menjadi guruprofesional, yaitu sebagai berikut.a. Guru mempunyai komitmen kepada peserta

didik dan proses belajar. Hal ini berartibahwa komitmen tertinggi guru adalahterhadap kepentingan peserta didik.

b. Guru mengetahui mata pelajaran yangmereka ajarkan dan cara mengajarkan. Halini berarti bahwa guru harus menguasai

secara mendalam bahan/mata pelajaranyang akan diajarkannya serta cara meng-ajarkannya kepada para peserta didik. Bagiguru, hal ini merupakan dua hal yang tidakdapat dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab terhadappengaturan dan pemantauan pembelajaranpeserta didik. Hal ini berarti bahwa gurubertanggung jawab memantau atas hasilbelajar peserta didik melalui berbagai teknikevaluasi, mulai cara pengamatan dalamperilaku peserta didik sampai tes hasilbelajar.

d. Guru mampu berpikir sistematis tentangapa yang akan dilakukannya, dan belajardari pengalamannya. Hal ini berarti bahwaguru harus mempunyai waktu untukmelakukan refleksi dan koreksi terhadapapa yang dilakukannya. Untuk bisa belajardari pengalaman, ia harus tahu mana yangbenar dan salah, serta baik dan burukdampaknya pada proses belajar pesertadidik.Di Indonesia, Soedijarto mengatakan

bahwa pada tahun 1982 dalam SeminarKependidikan oleh Konsorsium Ilmu Pendidi-kan di Malang, diusulkan agar perlunyajabatan guru dijadikan jabatan profesional.Tetapi, karena berbagai faktor, usulan tersebuttidak memunculkan adanya kebijakan tentanghal itu. Baru pada tahun 2005 dengan lahirnyaUU No. 14 tentang Guru dan Dosen, harapanmenjadikan jabatan guru sebagai tenagaprofesional terwujud. Untuk maksud ini, makapasal 8 UU No.14 tahun 2005 menyatakanbahwa karakteristik seorang guru profesionalyang membedakannya dari yang bukanprofesional adalah guru tersebut wajib memilikikualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidikan, sehat jasmani dan rohani, sertamemiliki kemampuan mewujudkan tujuanpendidikan. Selain itu dijelaskan pula bahwayang dimaksudkan dengan kompetensi guruprofesional adalah (a) kompetensi paedagogik,(b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensisosial, dan (d) kompetensi profesional. Ditam-bahkan, bahwa dalam tugasnya sebagai penentukualitas pembelajaran, seorang guru secaraprofesional harus melakukan: (1) perencanaanprogram pembelajaran, (2) mengelola prosespembelajaran, (3) menilai proses dan hasilpembelajaran, (4) mendiag-nosis masalah yang

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

dihadapi peserta didik, dan (5) terusmemperbaiki program pembelajaranselanjutnya. (Soedijarto, 2006).

Mengingat banyaknya tuntutan profesio-nalitas yang harus dikuasai guru, danbanyaknya rumusan-rumusan kemampuanyang harus dimiliki guru, Irmin dan Rochim(2004) menunjuk minimal ada 54 hal yang harusdimiliki guru. Hal itu berkait dengan modaldasar seorang guru, seperti misalnya kecerda-san spiritual, kecerdasan emosional, kecerdasanintelektual, kemampuan berbicara, kesabaranmenghadapi peserta didik, dan memiliki jiwapendidik. Di samping itu, guru juga harusmempunyai etos kerja, sikap dan perilaku yangpositif kepada peserta didik, atasan, temansejawat, diri sendiri dan masyarakat.

Dengan demikian, guru sebagai salah satuujung tombak dalam proses pendidikan dituntutmemiliki kemampuan profesionalitas yangtinggi, sehingga harus dapat mengikutiperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,serta tuntutan masyarakat secara terus menerus.Peningkatan kemampuan dapat dilakukan olehguru itu sendiri melalui kegiatan yangmendukung peningkatan pengetahuan danpemanfaatan sumber-sumber pengetahuanmaupun melakukan kegiatan ilmiah, sepertiseminar, symposium, dan melakukan kegiatanpenelitian. Oleh karena itu, guru yang profesi-onal tidak hanya tahu akan tugas, peranan, dankompetensinya, namun harus dapat melak-sanakan tugas dan perannya dalam rangkameningkatkan kompetensinya untuk optimal-isasi proses belajar mengajar yang efektif.

Selanjutnya, Tilaar (2007) menyatakanbahwa profesi adalah pekerjaan atau jabatanyang menuntut keahlian para anggotanya. Suatupekerjaan profesi tidak dapat dilakukan olehorang yang tidak terlatih atau dipersiapkanuntuk pekerjaan tersebut. Istilah yang berkaitandengan pembahasan masalah profesi, adalahFarruigia (1996) dalam Jurnal Quality Assurance,yang mengemukakan bahwa profesi adalahkepercayaan seseorang tentang pengetahuan,pengalaman dan sikap atau nilai yang dianutdari orang tersebut. Sedangkan Whitty (2002)mengkaji kata profesi secara klasikal yaitumengandung makna dan pengertian: 1)mengungkap suatu kepercayaan, 2) keyakinanatas suatu kebenaran, dan 3) kredibilitasseseorang. Dari kutipan itu dapat disimpulkan

bahwa profesi mengandung makna pekerjaantertentu yang menuntut persyaratan khusus danistimewa sehingga menyakinkan danmemperoleh kepercayaan dari pihak yangmemerlukannya. Sementara itu, Sulipan (2007)menyatakan bahwa seseorang dianggapprofesional apabila mampu mengerjakaantugasnya dengan selalu berpegang teguh padaetika kerja, bebas dari tekanan pihak luar, cepat/produktif, tepat/efektif, efisien dan inovatif,memiliki prinsip pelayanan prima, kewenanganprofesional, pengakuan masyarakat, kode etikyang regulatif, dan menyajikan tulisan dalamjurnal ilmiah, dan forum pertemuan profesi.

Pembahasan

Dari pendapat para ahli di muka, ada tiga butirkonsep tentang profesionalitas yang penulismerasa perlu untuk membahas secara lebihmendalam tentang keterpanggilan, keahlian dankode etik, serta kewenangan

1. KeterpanggilanDalam hubungannya dengan konsep profesiyang diuraikan di muka Setiabudi (2007)menyatakan bahwa sepertinya orang telahmelupakan akar religius spiritualnya dalamsejarah kelahiran dan perkembangannya,sehingga menimbulkan persoalan mendasarterutama dalam bentuk “sekularisasi profesi”dan “gejala jiwa terbelah”, dengan segalaakibatnya. Dulu “profesi” berarti jawabanmanusia terhadap “panggilan” Tuhan; dalamiman kepada Tuhan, kerja adalah panggilan yangdatang dari Tuhan dan di-”professed” olehpenerima. Dalam sejarah perkembangannyakonsep panggilan/ profesi ini mengalamiperubahan yang secara garis besar dapatdirumuskan sebagai berikut.a). Pada abad pertengahan dipahami sebagai

panggilan pribadi kepada hidup suci dalambiara (dikotomi dunia dan biara; dipanggilkeluar dari dunia masuk ke biara);

b). Reformasi membalikkan arah: “sense of godlywork” dibawa ke dalam dunia; sekularisasisebagai upaya menyatukan kedua dunia;menjadikan dunia suatu biara; setiappekerjaan adalah panggilan yang harusdiemban dengan pengakuan untukmengerjakannya secara etis dan

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

mempergunakan segenap talenta untukmemenuhi tugas-tugas panggilan tersebutdemi semua;

c) Di zaman modern unsur panggilanmenghilang dan kerja menjadi sekuler: danprofesionalisme dikembangkan diuniversitas-universitas dengan specializedtraining bagi tiap bidang khusus.Bagaimana menghubungkan secara integral

bermakna antara iman dan profesi, itulah intidari uraian berikut ini. Hasil menghubungkaniman dan profesi, di satu pihak pemahamanmanusia akan diperkaya pemahamannyamengenai konteksdunia melalui pelba-gai profesi yang adadi masyarakat sehing-ga keputusan-kepu-tusannya menjadirelevan. Di pihak lain,manusia bisa menjadimanusia utuh karenas a n g g u pm e n g h u b u n g k a niman dan pekerjaan-nya secara bermakna,dan karenanya akandimungkinkan untukm e n y a l u r k a nsemangat dan niali-nilai agamis ke dalampekerjaannya, yang sudah tentu amat kompleksdalam strukturnya, proses-prosesnya, tugas-tugasnya, dunia ling-kungannya, dan sete-rusnya.

Iman dan Profesi: Kerja sebagai Panggilan Pandangan-pandangan yang amat purba danamat mendalam tentang mengapa seseorangmengerjakan yang ia kerjakan tercermin dalamuraian berikut. Dalam bagian terbesar sejarahmanusia, orang bekerja sebagai pemburu,pengumpul, atau petani, hidup memper-tahankan diri. Peran-peran ditetapkan berda-sarkan jenis kelamin, usia, dan status (seperti,misalnya, kerabat kepala suku). Dalammasyarakat yang lebih kompleks, pekerjaantangan (crafts) dihormati - mason, pembuat pot,atau bidan, dll. Akan tetapi dalam beberapakebudayaan, berkembanglah gagasan bahwaorang dengan kemampuan istimewa menerimatalenta itu karena mereka dipanggil oleh Allahuntuk tanggung jawab (khusus yang diperlukan

bagi kesejahteraan seluruh masyarakat)terutama untuk kepemimpinan religius ataupolitik. Di kalangan orang Ibrani purba, dengankesejajaran dengan Yunani, India, Cina, Mesir,dan tempat-tempat lain, peran-peran yangmembutuhkan kemampuan istimewa danlatihan yang khusus dan yang mutlak yangdiperlukan bagi kepentingan keberlangsunganperadaban, diperlakukan sebagai “panggilan”(“callings” or “vocations”). Orang dengan suatu“panggilan” mengembangkan suatu gaya hidupyang terdisiplin yang ditentukan oleh suatupandangan dunia dan suatu sistem nilai yang

m e l i p u t ikeseluruhan danmemberi petunjukbagi suatu keahlianpraktis, sehinggamereka dapat deng-an sebaik-baiknyamelayani Allah danumatNya dalamkonteks yang manu-siawi.Ide tentang “pang-gilan” memerlukanbeberapa hal agarmenjadi operatifdalam seluruh ma-

syarakat. Salah satu dari padanya adalah visitentang suatu peradaban yang kompleks,terbuka, kosmopolitan. Hanya dalam masya-rakat seperti itu sejumlah besar orang dapatmenemukan kesempatan menemukan danmenjalankan panggilan mereka. Pencarianpribadi untuk menemukan apa yang harusdilakukan sebagai panggilan hidupnya, denganperkataan lain, terkait secara erat dengan jenismasyarakat dalam mana ia hidup. Ide“panggilan” mengandaikan bukan saja “yangdipanggil” dalam suatu masyarakat terbuka dankompleks; ia juga mengandaikan “Pemanggil”yang menghendaki hidup menjadi adil danpenuh kasih. Dalam Alkitab orangKristiani,”Pemanggil” itu adalah Allah. Allahmempunyai suatu tujuan bagi suatu umat.Mereka harus menjadi lebih dari apa adanyamereka secara alamiah. Mereka dipanggil, dalamkerendahan tapi juga dalam keyakinan, menjadi“terang bagi bangsa-bangsa” berdasarkan suatupenyataan kebenaran yang kekal tentangkeadilan ilahi. (Setiabudi, 2007).

... manusia bisa menjadimanusia utuh karena sanggup

menghubungkan iman danpekerjaannya secara bermakna,

dan karenanya akandimungkinkan untuk

menyalurkan semangat danniali-nilai agamis ke dalam

pekerjaannya...

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

2. Keahlian dan Kode EtikIstilah professional merupakan suatu istilah yangmengandung pengakuan masyarakat, danmenunjukkan karakteristik pekerjaan dengansifat-sifat tertentu. Di antara hal penting darikarakteristik tersebut adalah bahwaprofesionalisme merupakan keahlian danberkenaan dengan pengetahuan yang dilandasioleh suatu kode etik dengan menekankan padapelayanan terhadap publik. Pengetahuanberdasarkan cirinya melengkapi substansi,walaupun tidak lengkap, merupakan bimbinganuntuk melakukan suatu tindakan professional.Para sosiolog awal tahun 50-an dan 60-an,bahkan telah meletakkan dasar-dasar pentingprofesionalitas seorang guru. Berdasarkankonsep-konsep awal yang dirumuskan,profesionalitas seorang guru banyak ditentukanoleh keahlian di samping etos kerja, keahliandan komitmennya pada bidang pekerjaan yangmenjadi aktivitas utamanya (Whitty, 2002).

Profesional berarti mempunyai keahlianyang mendalam tentang suatu pengetahuan.Profesional juga berarti harus bisa memperbaikikemampuan/kecakapannya guna mengatasisesuatu yang tanpa diperkirakan, dan berbuatdengan bijaksana. Dengan demikian, pengertiankonsep professionalitas juga mengandungmakna perilaku yang memungkinkan seseorangmampu mengembangkan diri denganmemanfaatkan seluruh potensi yang ada untukmengembangkan diri dalam profesinya (Chance,1999).

Dalam konteks akademik, profesionalitasmenekankan kepada penguasaan ilmupengetahuan atau kemampuan manajemenbeserta strategi penerapannya (Hasan: 2003).Maister, dalam Hasan (2003), mengemukakanbahwa profesionalitaas bukan sekedar pengeta-huan teknologi dan manajemen tetapi lebihmerupakan sikap. Pengembangan profesi-onalitas lebih dari seorang teknisi, yakni bukanhanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapijuga memiliki suatu tingkah laku yangdipersyaratkan. Dalam kaitan ini, ditambahkanoleh Hasan, bahwa profesionalitas dalam suatujabatan/pekerjaan ditentukan oleh tiga faktorpenting, yakni:a. Memiliki keahlian khusus yang dipersiap-

kan dengan program pendidikan keahlianatau spesialisasi

b. Kemampuan untuk memperbaiki kemam-puan (keterampilan dan keahlian khusus)yang dikuasai

c. Penghasilan yang memadai sebagai imbal-an terhadap keahlian khusus yang dimili-kinyaSejalan dengan Hasan, Howard M. Vollmer

dan Donald L. Mills (1996) mengatakan bahwaprofesi adalah suatu pekerjaan/jabatan yangmemerlukan kemampuan intelektual khusus,yang diperoleh melalui kegiatan belajar danpelatihan yang bertujuan untuk menguasaiketerampilan atau keahlian dalam melayani ataumemberikan advis pada orang lain, denganmemperoleh upah atau gaji dalam jumlahtertentu. Selanjutnya dikatakan pula bahwaprofesi berarti juga suatu kompetensi khususyang memerlukan kemampuan intelektual tinggi,yang mencakup penguasaan atau didasaripengetahuan tertentu.

Lebih jauh, Sidi (2004) menjelaskankarakteristik profesi termasuk profesi guru ialahkemampuan intelektual yang diperoleh melaluipendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi,memiliki pengetahuan praktis yang dapatdigunakan langsung oleh orang lain atau klien,memiliki teknik kerja yang dapat dikomu-nikasikan (communicable), memiliki kapasitasmengorganisasikan kerja secara mandiri (self-organization), mementingkan kepentingan oranglain (altruism), memiliki kode etik, memilikisanksi dan tanggung jawab komunita, sertamempunyai sistem upah dan budayaprofesional.

3. KewenangaanDalam konteks kewenangan, menurut Lansbury(1978) dalam Naskah Akademik Undang-UndangGuru (2004), istilah profesi dapat dijelaskandengan tiga pendekatan, yaitu pendekatankarakteristik, pendekatan institusional, danpendekatan legalistik. Pendekatan karakteristikmemandang bahwa profesi mempunyaiseperangkat elemen inti yang membedakannyadengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyan-dang profesi dapat disebut profesional manakalaelemen-elemen inti itu sudah menjadi bagianintegral dari kehidupannya. Pendekataninstitusional memandang profesi dari segiproses institusional atau perkembanganasosiasional. Maksudnya, kemajuan suatupekerjaan kearah pencapaian status ideal suatuprofesi dilihat atas dasar tahap-tahap yangharus dilalui untuk melahirkan prosespelembagaan suatu pekerjaan menuju profesiyang sesungguhnya. Pendekatan legalistik yaitupendekatan yang menekankan adanya

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Profesionalitas Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

pengakuan atas suatu profesi oleh Negara ataupemerintah. Suatu pekerjaan dapat disebutprofesi jika dilindungi oleh undang-undangatau produk hukum yang ditetapkan olehpemerintah suatu Negara.

Dengan demikian, makna profesionalitasdalam konteks tersebut di aatas dapat dijelaskansebagai sebuah sikap, perilaku yangmengandung pengertian komitmen yang kuatdan terukur, yang didukung oleh sikap, perilaku,etos kerja dan kesetiaan pada bidang pekerjaanyang memungkinkan seseorang berkembangsecara terbuka dalam menjalankan profesi danbidang keahlian yang dimilikinya karena diamemiliki kewenangan untuk melakukan semuahal tersebut di muka secara sah.

Penutup

Uraian di atas menggambarkan bahwa istilahyang berakar kata dari kata profesi memilikisejumlah pengertian yang saling berbeda. Dariberbagai pengertian tersebut, studi inimensintesiskan bahwa semua persyaratan yangdituntut oleh konsep profesi terkandung dalamkonsep profesionalitas yaitu spesialisasikeahlian yang dimiliki seseorang dalammenjalankan aktivitas pekerjaan/jabatan ataupelayanan masyarakat. Keahlian tersebutdiperoleh melalui pendidikan terprogram yangbiasanya membutuhkan kurun waktu yangrelatif lama pada suatu lembaga pendidikankhusus bagi calon pekerja profesional./bersertifikasi S1 atau D4. Dengan kata lain,keahlian pekerja profesional bukan sekedar hasilpelatihan teknis atau pengalaman kerja, tetapididasari oleh wawasan keilmuan yang diperolehmelalui pendidikan profesional terprogram, danyang paling penting adalah adanya unsurkomitmen total/keterpanggilan yang datangnya

dari Tuhan, dan jawaban atas keterpanggilantersebut dalam pembelajaran di kelas maupundi luar kelas.

Daftar Pustaka

Chance, Paul. (1999). Learning and behaviour.London: Cole Publishhing Company

Farruigia, Charley. (1996) dalam Jurnal QualityAssurance.

Hasan, Ani, M. (2003). Pengembanganprofesionalisme guru di abad pertengahan ,www, Artikel Pendidikan, Network/html,28/4/2005.

Lansbury, R. D. (1978). Dalam Naskah akademikUndang-Undang Guru (2004)

---------- Pasal 8 UU No.14 Tahun 2005Setiabudi, Natan. Konsep pembinaan secara

menyeluruh dan sinambung. Jakarta: SuaraGKYE Peduli Bangsa, 2007

Sidi, Indra Jati. Masalah guru lebih rumit di eraotonomi; Seminar terbuka tentangpendidikan dasar dan menengah tahun2003 di Jakarta

Soedijarto. Sebuah pemikiran tentang sertifikasipendidik untuk guru sebagai jabatanprofesional dan implikainya terhadaplembaga yang berwenang melakukannya.Disajikan dalam Seminar “SertifikasiPendidikan” di UNJ tanggal 20 Mei 2006

Supriyoko, Ki. Media Indonesia, 23 Agustus 2005Sulipan. (2007). Kegiatan pengembangan profesi

guru. Makalah Wajib PLPGTilaar, HAR. (2007). Sistem pembinaan profesi

guru. Makalah untuk Penataran Guru SDSeluruh Indonesia

Vollmer, Howard M. & Mills, Donald L.Artikelpendidikannetwork/html,28/4/2005

Whitty, Geoff. M. (2002). Making sense of educationpolicy. New Delhi: Sage Publication

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

Evaluasi Program/Proyek(Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan)

Roswati*)

*) Dosen Universitas Negeri Jakarta

Opini

ntuk mengetahui tingkat keberhasilan program/proyek perlu dievaluasi secara objektif.Disamping itu hasil evaluasi itu juga diperlukan sebagai pertimbangan untuk langkah-langkah lebih lanjut. Tulisan ini membahas tentang hakikat evaluasi dan menawarkanformat usulan untuk mengevaluasi program.

Kata kunci: Evaluasi, evaluasi program, teknik evaluasi, evaluator, proposal evaluasi.

Formal evaluation of a program or project is needed to know the degree of objective attaintmen. Besides, theevaluation result can be used as reliable information for make further decisions related to the program continiuty.This article discusses the definitions functions and kinds evaluation. This article also offers a formed ofevaluation proposal.

Abstrak

U

Pendahuluan

Tugas, kewajiban dan pengabdian guru, dosen,karyawan, pendeta, manajer, dokter dan kaumprofesi lainnya seringkali membuat mereka lupauntuk meningkatkan kualitas kinerja dan jati dirimereka. Oleh karena itu, kiranya wajar bagikaum profesi ini untuk sekali-kali melakukanevaluasi program/proyek/kegiatan yang telahmereka lakukan maupun materi yang selama inimereka pergunakan. Evaluasi diperlukan untukmengetahui, apakah program/proyek kegiatanitu mempunyai nilai tambah bagi diri merekasendiri, orang lain maupun organisasi/lemba-ga/institusi yang mereka abdi, dan sekaligusberguna juga untuk meneropong jauh ke depanapa yang masih dan dapat dilakukan ataudikembangkan oleh mereka.

Di Indonesia, terasa benar adanyakebutuhan informasi tentang evaluasi program/proyek yang ditulis secara sistematis dan tajamsehingga dapat memaparkan secara jelas pokok-

pokok pemikiran tentang evaluasi program/proyek itu sendiri. Tulisan ini berupaya meng-uraikan pengertian, fungsi, jenis dan format dariEvaluasi Program/Proyek bagi pendidikmaupun para profesional lainnya serta bagipembaca umum yang menggeluti bidangevaluasi.

Tujuan utama tulisan ini adalah membantupembaca untuk membuat evaluasi program/proyek yang lebih baik. Tujuan itu didasarkanatas kepercayaan bahwa konstruksi evaluasiprogram/proyek yang baik dan benar adalahpenting untuk memampukan evaluator meme-cahkan masalah yang bersifat solutif bagi setiapsituasi berbeda-beda yang dihadapi. Sifat solutifevaluasi program/proyek ini merupakan suatunilai tambah bagi evaluator untuk melakukanevaluasi program/proyek secara lebih teraraholeh karena itu untuk sampai pada pemecahanmasalah terbaik bagi setiap persoalan, adalahtidak cukup bila orang hanya mempunyaisekumpulan teknik tentang cara membuatevaluasi program/proyek. Namun, dibutuhkan

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

juga pengertian, fungsi dan jenis evaluasiprogram/proyek serta format evaluasi program/proyek yang tepat. Selain itu, dibutuhkan jugapemahaman mendalam tentang prinsip-prinsipyang ada hubungannya dengan evaluasiprogram dan proyek dan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dipergunakan di lapangan.

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaatbagi semua pihak yang ingin tahu lebih banyaklagi tentang konsep evaluasi program/proyek.Pengetahuan yang diperoleh dapat membantumereka memberikan umpan balik bagi pekerjaanyang telah mereka laksanakan selama ini.

Pembahasan

Istilah evaluasi yang dipergunakan selama inisebenarnya merupakan istilah tekniskependidikan yang akhirnya meluas ke segalabidang. Istilah lain yang sering pula dipergu-nakan dalam konteks evaluasi adalah assessment.Berdasarkan pengamatan penulis, kedua istilahtersebut pada umumnya tidak dibedakanpengertiannya, kecuali di negeri Inggris. Dinegeri Inggris istilah evaluasi dihubungkankepada kurikulum, proyek/program, sedangkanistilah assessment dihubungkan kepada orang-nya (siswa, guru, karyawan dll). Dalam tulisanini kedua pengertian tersebut tidak dibedakan,namun penulis lebih memilih mempergunakanistilah evaluasi karena lebih umum sifatnya.

Perlu dijelaskan di sini bahwa pembahasantentang evaluasi program/proyek dalam tulisanini lebih menitikberatkan pada strukturorganisasi dari penulisan evaluasi program/proyek yang baik dan benar sehingga bentuknyamenjadi broad in scope, karena yang diutamakanadalah suatu overview, bagaimana suatu eva-luasi program/proyek itu dibuat dan dilaksa-nakan di lapangan.

Perbedaan Pengertian Istilah Evaluasi,Pengukuran dan TesDalam praktek nyata, pengertian evaluasikadangkala ditafsirkan sama dengan pengertianpengukuran dan kadang-kadang disamakanjuga dengan pengertian tes. Dalam duniapendidikan bila seorang guru mengeteskeberhasilan siswa di dalam mata pelajarantertentu maka dikatakan olehnya bahwa iamengukur keberhasilan siswa tersebut atau dia

mengevaluasi keberhasilan siswa tersebut.Sebenarnya ketiga pengertian tersebut berbeda.

Pengertian evaluasiSecara umum istilah evaluasi dapat diartikansuatu proses pemberian pertimbangan mengenainilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan.Sesuatu tersebut dapat berupa orang, benda,kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan/kelompok tertentu seperti materi pelajaran,kurikulum, proyek dan program. Pemberian nilaiberhubungan dengan karakteristik yang adapada objek, kegiatan, proyek, program itu sendiri.Bila evaluasi dilakukan terhadap kurikulummatematika modern maka evaluator menilaibahwa kurikulum tersebut telah dikembangkansesuai dengan prosedur pengembangankurikulum matematika modern yangseharusnya, sedangkan arti berhubungandengan posisi dan peranan kurikulummatematika modern tersebut apakah dapatmengubah cara belajar siswa, cara mengajarguru, suasana belajar-mengajar atau prestasibelajar yang lebih kondusif. Secara singkat, dapatdikatakan bahwa proses evaluasi selalumengandung judgement (penilaian/penentuan)yang didasarkan oleh kriteria tertentu. Kriteriadapat ditentukan oleh evaluator sendiri atau daripemberi tugas. Selain itu, dalam melakukankegiatannya evaluasi dapat mempergunakankegiatan pengukuran (tes) maupun kegiatan nonpengukuran (non tes).

Pengertian PengukuranPengukuran adalah suatu perangkat aturanyang berhubungan dengan proses pemberianangka terhadap objek atau kegiatan tertentu.Kegiatan pengukuran biasanya dilakukanmelalui tes dan didasarkan atas teoripengukuran. Untuk cabang psikologi dinamakanpsikometrik. Untuk cabang ilmu sosialdinamakan sosiometrik.

Pengertian tesTes adalah suatu alat pengumpulan data/informasi yang dirancang secara khusus. Hasildari suatu tes biasanya berbentuk angka/dilambangkan dalam bentuk angka. Angka inidiolah lebih lanjut untuk keperluan pengukurandan evaluasi. Pembuatan tes harus selaludikembangkan atas teori pengukuran.

Proses evaluasi yang melibatkan kegiatanpengukuran (tes) dan kegiatan non pengukuran

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

(non tes) yang selalu disertai oleh valuejudgements dapat diperlihatkan pada gambarberikut.

Objek EvaluasiObjek evaluasi dapat berbentuk apa sajatergantung dari apa yang ingin dinilai dandiartikan oleh evaluator, pembuat keputusanatau pemberi tugas. Biasanya, objek dari evaluasiberbentuk materi, proyek, program, prosesbahkan evaluasi itu sendiri (meta evaluation).Oleh karena objek evaluasi banyak jenisnya,maka pembuat evaluasi penting untuk menen-tukan dan mendeskripsikan objek apa yangakan dievaluasi secara spesifik, sehinggaevaluator dapat mengumpulkan data/informa-si yang tepat. Berikut ini akan diuraikan dimensiobjek dari evaluasi itu sendiri. Ditinjau dari dimensi objek, evaluasi dapatdibagi sebagai berikut.a Evaluasi Materi : Menilai soal-soal fisik yang

berhubungan dengan isi. Isi buku, isi kuri-kulum dan lain lain.

b Evaluasi Proyek : Menilai kegiatan yangmenyangkut suatu tugas khusus yangberlangsung dalam jangka waktu terbatas/singkat. Contoh Evaluasi Proyek: lokakaryatiga hari tentang kepemimpinan danpercobaan dua tahun tentang pengem-bangan materi pembinaan pranikah.

c Evaluasi Program : Menilai suatu kegiatanyang dilakukan untuk mendatangkan hasilatau pengaruh yang berlangsung untukjangka waktu yang tidak terbatas. ContohEvaluasi Program: Evaluasi programpendidikan sitem ganda dan evaluasiprogram pemberantasan buta huruf di suatudaerah.

d) Evaluasi Proses : Menilai proses terjadinyasuatu kegiatan seperti proyek, program dll.Contoh: menilai proses proyek pembuatanjalan layang.

e) Meta Evaluasi : Mengevaluasi suatu kegi-atan evaluasi lain. Kegiatan ini dapat dila-kukan ketika proses evaluasi sedangberlangsung atau sesudah proses evaluasiselesai.Dalam khazanah keilmuan ada dua macambentuk Meta evaluasi yaitu, meta eksternaldan meta internal. Meta eksternal : untukmelihat kebenaran dan menilai disain,proses dan laporan evaluasi. Evaluasisemacam ini dilakukan oleh orang luar danmeta internal : untuk merevisi dan mengikutikegiatan evaluasi agar evaluasi berjalansebagaimana mestinya. Evaluasi semacamini dilakukan oleh orang dalam.

Pengertian Evaluasi Program/Proyeka. Evaluasi Program/Proyek adalah suatu

kegiatan pengumpulan dan pemberian dataatau informasi baik yang bersifat kualitatifmaupun kuantitatif yang dipergunakanoleh para pengambil keputusan untukmempertimbangkan apakah suatu prog-ram/proyek perlu diperbaiki, dihentikanatau diteruskan. (Gronlund, l983)

b. Evaluasi Program/Proyek adalah suatukegiatan yang menentukan sampai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan dapatdicapai. (Tyler, l950)

c. Evaluasi Program/Proyek adalah suatukegiatan yang menyediakan informasiuntuk pembuat keputusan. (Cronbach, l963)

d. Evaluasi Program/Proyek adalah suatukegiatan yang merinci apakah ada selisih/kesenjangan antara apa yang direncana-kan dengan suatu standar yang ada. (Alkin,l969 & Provus, l971)

e. Evaluasi Program/Proyek adalah suatuproses yang memperlihatkan manfaat ataukegunaan suatu proyek/program. (scriven,l967 dan Glass, l969, Stufflebeam, l974)

Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program/Proyek

Tujuana) Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang

tindak lanjut suatu program/proyek dimasa depan.

b) Penundaan pengambilan keputusan.

Kualitatif Non Pengukuran

Kuantitatif Pengukuran

Tes: Lisan Tulisan Tindakan

Non Tes: Observasi Wawancara Skala Ceklis

Value Judgements

Evaluasi

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

c) Penggeseran tanggung jawab.d) Pembenaran/justifikasi program.e) Memenuhi kebutuhan akreditasi.f) Laporan akutansi untuk pendanaan.g) Menjawab atas permintaan pemberi tugas,

informasi yang diperlukan.h) Membantu staf mengembangkan program.i) Mempelajari dampak/akibat yang tidak

sesuai dengan rencana.j) Mengadakan usaha perbaikan bagi program

yang sedang berjalan.k) Menilai manfaat dari program yang sedang

berjalan.l) Memberikan masukan bagi program baru.

Manfaata) Memberikan masukan apakah suatu

program/proyek dihentikan atau diterus-kan.

b) Memberitahukan prosedur mana yang per-lu diperbaiki.

c) Memberitahukan stategi, atau teknik yangmana yang perlu dihilangkan/diganti.

d) Memberikan masukan apakah program/proyek yang sama dapat diterapkan ditempat lain.

e) Memberikan masukan ke arah mana danaharus dialokasikan.

f) Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program/proyek dapatditerima/ditolak.

Kapan Evaluasi Program/Proyek tidakdibutuhkan lagia) Sudah ada keputusan yang diambil.b) Tidak jelas arah dan tujuannya.c) Tidak cukup dana yang mendukung.d) Tidak ada orang yang memiliki kualifikasi

untuk melakukan evaluasi.e) Jika telah kedaluwarsa.

Fungsi Evaluasi Program/ProyekEvaluasi formatif berfungsi untuk memperbaikiatau mengembangkan program/proyek yangsedang berlangsung. Dengan evaluasi formatifdiharapkan program/proyek tetap berjalanseperti yang direncanakan sehingga terjaminmencapi tujuan.

Evaluasi Sumatif yang dilakukan padaakhir program/proyek berfungsi sejauhmanaprogram proyek itu mencapai tujuannya.Dengan demikian hasil evaluasi sumatif inidapat dipergunakan untuk sertifikasi, seleksi,tindak lanjut, dan pengambilan keputusan untuk

langkah-langkah berikutnya. Secara psikologis/sosial-praktis evaluasi sumatif berfungsi untukmeningkatkan kesadaran tentang kekhususansuatu kegiatan, memotivasi evaluator danmeningkatkan hubungan inter relasi.

Teknik-Teknik yang Dipergunakan dalamEvaluasi Program/Proyeka) Evaluasi reflektif : Menilai ide/konsep yang

dipergunakan evaluator dalam pengem-bangan program. Evaluasi semacam inidapat dilakukan pada saat ide/konseptersebut pertama kali dilontarkan, pada saatdikembangkan, dilaksanakan atau setelahevaluasi selesai dilakukan.

b) Evaluasi rencana : Menilai rencana programitu sendiri untuk melihat apakah formatyang dipergunakan sesuai atau tidakdengan kondisi/situasi lapangan, menilaiapakah pelaksana evaluasi program dapatmengerti/memahami makna tentangrencana program itu sendiri (keterbacaanrencana), dan melihat adakah hubunganantar komponen yang digunakan baiksecara vertikal maupun horizontal.

c) Evaluasi proses : Memonitor pelaksanaanprogram di lapangan untuk melihat apakahkegiatan, strategi, dan pelakuan yangdirencanakan dijalankan sesuai rencanaatau tidak. Dengan kata lain, prosesevaluasi menekankan pada efek perlakuanitu sendiri apakah berjalan dengan baikatau tidak. Kegunaan lain dari evaluasiproses adalah untuk memberikan masukanatau informasi kepada pengambil keputu-san tentang tindakan macam apakah yangharus dilakukannya segera.Contoh:Apakah interaksi antar Pendeta denganJemaat berjalan baik? Bila tidak, pengambilkeputusan dapat melakukan langkah-langkah perbaikan segera.

d) Evaluasi hasil : Menilai dampak evaluasiterhadap objek evaluasi sendiri maupunterhadap masyarakat luas, menilai programmana yang mampu memberikan hasilterbaik, dan dalam evaluasi hasil, informasiyang ingin didapat adalah tentang targetpopulasi itu sendiri yaitu keadaan populasisebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.

e) Evaluasi pelaksanaan/kemajuanKedua komponen ini merupakan suatukegiatan evaluasi formatif. Dalam Implemen-

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

tation Evaluation, evaluator mencarikesenjangan yang mungkin terjadi antararencana yang telah ditetapkan dengankenyataan yang ada di lapangan, sekaligusevaluator juga harus menjaga agar programberjalan sesuai disain yang ditetapkan ataumerubah, memodifikasi disain tersebutsesuai situasi dan kondisi yang ada.Dalam Progress Evaluation, evaluatormemonitor indikator-indikator kemajuanyang terjadi pada saat program berlangsung,mengadakan koreksi minor sesuai dengansituasi dan kondisi lapangan.

f) Evaluasi hasil (outcome evaluation)Komponen ini merupakan suatu kegiatanevaluasi sumatif. Kegiatan ini menentukanapakah tujuan telah tercapai atau tidak.

Dalam kegiatan ini, kelemahan, kekuatandari program yang sedang berjalandijelaskan secara rinci agar dapatdipergunakan sebagai masukan bagiperbaikan program berjalan maupunmasukan bagi program berikutnya.

Pendekatan yang Biasa dipergunakan dalamPelaksanaan Programa. Pendekatan Pre-ordinate : Kriteria ditetapkan

sebelum evaluator pergi ke lapangan.Kriteria dikembangkan dari teori atauukuran baku tertentu. Contoh : Cost Benefitand Cost Effectiveness.

b. Pendekatan Fidelity : Kriteria ditetapkansebelum ke lapangan, dikembangkan dandianalisis dari objek yang akan dinilai. Jadi,

kepsA fitamroFisaulavE fitamuSisaulavE

naujuT margorpnatakgnineP margorpnaanugeknauatnameP

ecneiduA rotartsinimdAfatS

margorPiakamePanadirebmeP

retkaraKapaiS lanretnirotaulavE lanretxErotaulavE

amatU utkawadapgnutnagrettagnaS libmagnepnaknikayemkutnUnasutupek

narukugneP lanretnI elbaileR,dilaV

isneukerFataDnalupmugneP

gnireS utnetreT

elpmaS liceK raseB

nagnacnaRaladneK ?napak,nakulrepidgnayapaisamrofnI nakujaidnigniapanakutneneM

tapaR gnireS gnireS

naaynatreP ?idajretgnayapA ?naklisahidgnayapA

ajrekebtapadgnayanamnaigaB?kiabnagned

?naklisahgnemgnayapaiS

lisahanamiagabgnayisautismalaD?ikiabrepidulreptubesret

?helorepidgnayanamnaigaB

anamiagaBikiabrepmem/naktakgninem

?nalipmanep

?nakulrepidgnayapanahital/ahasU

?margorplisahanamiagaB iapacnemkutnunakulrepidgyapA)ahasu,ayaiB(?tubesretlisah

Perbedaan evaluasi formatif dengan evaluasi sumatif

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

sebelum ke lapangan evaluator harusmempelajari seluk beluk objek tersebutsecara menyeluruh atau mewawancaraipengembang program sendiri.

c. Pendekatan Gabungan : Kriteria dikembang-kan dengan menggunakan gabungan carabutir 1 dan 2 di atas.

d. Pendekatan Proses : Kriteria dikembangkanselama evaluator berada di lapangan(pendekatan naturalistik).

Pertanyaan-pertanyaan Pertama yangMembantu Evaluator dalam MembuatEvaluasi Program yang Layak Pakai1. Apa yang dievaluasi?2. Mengapa?3. Siapa yang melakukan evaluasi?4. Bagaimana pertanyaan - pertanyaan

evaluasi dijawab?5. Siapa yang bertanggung jawab?6. Siapa yang memberi tugas?7. Berapa biaya yang tersedia?8. Ruang lingkupnya apa?9. Waktu : Kapan evaluasi dilak-

sanakan dan bila berakhir?10. Ukuran Populasinya bagai-

mana?a. Mikro: Kecamatanb. Makro: Propinsi Nasional

11. Masukan/Input harus jelasterinci :a. Kriterianya harus jelas.b. Siapa yang masuk?c. Berapa indeks prestasinya?d. Memenuhi syarat tidak?

12. Tujuan :a. Kompleksb. Sederhana

13. Kadar Inovasi:a. Homeostatic: tidak memberikan peruba-

han yang berarti.b. Incremental : hanya menambahkan

sesuatu perubahan mikro.c. Neobolistic : memberikan pembaruan.

14. Data/Informasi apa yang dibutuhkan?Kualitatif/kuantitatif

15. Teknik analisis datanya apa?16. Instrumen pengukurannya apa?17. Apakah perlu mengadakan pra survei?18. Apakah perlu mengadakan cross validation?19. Siapa pendukung dana?20. Siapa client dari evaluasi?21. Kapan harus selesai?

22. Kepada siapa laporan ditujukan? Executive:Puncak atau menengah? Kepada sponsor?

23. Siapa sumber informasi? Dimana?24. Siapa yang mendapat pengaruh langsung

dari hasil evaluasi?a. Programmer;b. Staff;c. Siswa, danc. Masyarakat?

25. Siapa yang mencetuskan gagasan pertama?26. Apakah ada kelompok-kelompok di dalam

program yang tidak menginginkan adanyaevaluasi?

27. Apakah motif mereka berbuat begitu?28. Apakah ada komitmen antara pelaksana

evaluasi dan pemberi dana?29. Apakah tujuan evaluasi untuk mengambil

keputusan atau apa?30. Tindak lanjut macam apa yang akan

diambil?31. Literatur apa saja yang dibutuhkan?

Komponen Ukuran Baku Evaluasi ProgramUkuran Baku untuk Evaluasi Program inidikembangkan oleh Panitia Gabungan UkuranBaku yang diketuai oleh Stufflebeam.Komponen-komponen yang harus diperhatikandalam menyusun rencana evaluasi program agarevaluasi ini layak dipakai adalah :a Kegunaan (Utility) : Mengarahkan evaluasi

menjadi jelas, tepat waktu, sertaberpengaruh. Butir-butir yang perlu ada didalam wacana ini adalah: (1) dentifikasipemakai, (2) kredibilitas evaluator, (3) ruanglingkup informasi dan pemilihannya, (4)interpretasi tentang nilai, (5) kejelasanlaporan, (6) penyebaran laporan, (7) ketepatanwaktu laporan, dan (8) dampak evaluasi.

Perbedaan Evaluator Internal dengan Eksternal

oN lanretnI lanretskE

.1 kulesiuhategnemtagnaS.margorpkuleb

kulesiuhategnemrakuSmargorpkuleb

.2 naktapadnemhaduMatad

atadnaktapadnemrakuSlaisnese

.3 fitkejbokaditilakgnireS anerakfitkejbotapaDnagnitnepekreb

4 isamrofniirebmemtapaDlautsketnokgygnitnep

tapaDkadiT

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

b Kelayakan (Feasibility) : Kelayakan memper-tanyakan apakah evaluasi dilaksanakandalam setting yang alami atau dilaboratorium? Sedang tujuan dari dilaku-kannya kelayakan adalah apakah evaluasibersifat realistis, bijaksana, diplomatis,hemat, prosedurnya praktis, bisa mandirisecara politis, dan biaya yang dikeluarkanefisen.

c Kepatutan (Apropriety: Illegacy & Ethically):Apakah evaluasi berpengaruh pada orangdalam pelbagai cara?; Meyakinkan bahwahak-hak manusia yang dievaluasidilindungi; Kebebasan pribadi, kebebasaninformasi terjamin; Tidak melanggarhukum: legal dan etis.

d Ketepatan (Accuracy) : Mempertanyakanapakah Evaluasi Program/Proyekmenghasilkan informasi yang rasional,komprehensif, dan logis dalam butir-butiritem di bawah ini:1. Identifikasi Objek.2. Analisis Konteks.3. Tujuan dan Prosedural yang Terurai.4. Sumber Informasi yang dapat

Dipertanggung jawabkan.5. Pengukuran yang Sahih.6. Pengukuran yang Terpecaya.7. Kontrol Data yang Sistematis.8. Analisis Informasi Kuantitatif.9. Analisis Informasi Kualitatif.10. Kesimpulan yang Teruji.11. Pelaporan yang Objektif.

Contoh Bentuk Usulan/Proposal EvaluasiProgram/Proyek

FormatA JudulB AbstrakC Tabel IsiD Kata Pengantar : Berisikan siapa yang

berkepentingan terhadap hasil evaluasisehingga kelanjutan program dapatditentukan.

E Bab I : Pendahuluan berisikan1. Rasional Evaluasi yang mendeskrip-

sikan alasan untuk melakukan evaluasidan tujuan serta manfaat evaluasi.

2. Perumusan Masalah.

F BAB II : Metodologi berisikan1. Lingkup Studi : Deskripsi Program

Evaluasi yang menjelaskan secara rincisemua aspek dari program danevaluasinya yaitu bentuk program,tujuan program, sasaran program,pelaksanaannya serta masalah-masalahyang mungkin timbul di lapangansekalian dengan cara penanggu-langgannya.

2. Strategi dan Metode: Tahap-tahapevaluasi dan komponen-komponenevaluasi yang dipergunakan;sampel, populasi; instrumen; teknikpengumpulan data; teknik analisis yangdipergunakan untuk menganalisis data

G BAB III : Temuan-TemuanH BAB IV : Analisis dan DiskusiI BAB V : RekomendasiJ Daftar Pustaka

Penutup

Dari beberapa buku yang dijadikan sumberacuan untuk tulisan ini diketahui bahwa minatorang untuk melakukan evaluasi program/proyek atas kinerja sendiri sangat kecil. Kecilnyaminat untuk melakukan evaluasi program/proyek bisa disebabkan karena tulisan-tulisanatau buku-buku tentang evaluasi program/proyek sangat susah ditemukan. Bila ada, tahunpenerbitannya juga sudah kadaluwarsa, masihdi bawah tahun penerbitan abad 20. Sementarabuku-buku referensi terbitan tahun 2000 ke atassusah ditemukan. Adanya kendala sepertidiuraikan di muka menyebabkan tulisan tentangevaluasi program/proyek dalam tulisan ini lebihbanyak menggunakan buku-buku referensi dibawah tahun 2000. Akhir kata, tulisan singkattentang evaluasi program/proyek ini penulisakhiri dengan mengutip beberapa pendapat daripara ahli evaluasi program/proyek yangberguna untuk mengeliminir persepsi negatiftentang maksud dan tujuan pelaksanaanevaluasi.

Brinkkerhoff dkk (l983) menyatakan:Evaluation is for making something works.If it works ....Notice and Nurture;If it doesn’t work ....Notice and Change.”

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Evaluasi Program/Proyek

Sementara itu, Stufflebeam (l985) menya-takan bahwa tujuan utama dari pelaksanaanevaluasi adalah: “To Improve not To Prove!”

Daftar Pustaka

Alkin, M.D., Daillak, R., and White, P. (1979).Using evaluations: does evaluation make adifference? Beverly Hills, Cliff: Sage

Campbell, J., Dunnette, M.D., Lawler, E.E, andWeick, K.E. (1970). Manegerial behaviour,performance, and effectiveness. New York:McGraw-Hill

Gronlund. (l983). Measurement and evaluation inteaching. MacMillan PublishingCompany, New York

Cronbach, L., J., and others. (1980). Toward reformof program evaluation: aims, methods, andinstitutional arrangements. SanFransisco: Jossey-Bass

Daniel L., Stufflebeam. (l974). Evaluation models.Boston: Kluwer-nijhoff Publishing.

Glass, G.V. et al. (l969). Data analysis of the 1968-69 survey of compensatory education

Provus, M. ( l971). Discrepancy evaluation.Berkeley, California: McCutcheonPublishing Co.

Robert G. St. Pierre, Editor. (1983). Managementand organization of program evaluationSan Fransisco: Jossey Bass Inc.Publisher

Scriven, Michael. “The methodology of evaluation”In: R.W. Stake et al., Perspectives oncurriculum evaluation. AERA monographseries on curriculum evaluation, no.1.Chicago: Rand McNally, 1967, 39-83

Tyler, R.W. (l967). Changing concepts of educationalevaluation” In: R.E. Stake (ed),Perspectives of Curriculum Evaluation,Vol.1. New York: Rand McNally

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

Membangun Citra Diri Guru yang PositifMelalui Pribadi Unggul yang Efektif

Edwita*)

*) Dosen Jurusan PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta

Opini

ulisan ini berupaya untuk memberikan pemahaman tentang manfaat menemu kenali dirisendiri sehingga guru mampu mengembangkan citra diri guru yang positif melalui pribadiunggul yang efektif sebagai teladan dan secara berkelanjutan. Tulisan ini berusahamemampukan guru untuk bisa bergaul di lingkungan sekolah dan masyarakat dalam

rangka mengemban misi pendidikan dengan menawarkan sejumlah saran membangun citra diriyang positif.

Kata kunci: Citra diri, kepribadian, karakter, pribadi unggul.

Positive self image is necessary in developing teacher’s profession and career. This article discusses throughlyself -image particulary for teachers. To end the article, the writer offers a number of suggestions too developpositive self-image for teachers.

Abstrak

T

Pendahuluan

Diskusi tentang pendidikan di Indonesia seringmemunculkan perbandingan tentang kualitasguru jaman dulu dengan kualitas guru jamansekarang. Dulu, perilaku guru dipandangorang bagaikan mega bintang yang menjadiidola siswanya dan masyarakat di sekitarnyadalam berbagai hal. Saat itu, guru bagaikanmanusia yang berjiwa agung. Seperti yangdilukiskan oleh Earl V Pullias dan James DYoung yang dikutip oleh Widiyastono tentangpandangan masyarakat terhadap guru, yaitumanusia yang serba tahu, serba bisa, danmemiliki wibawa tinggi. Jadi, Guru di masa laludinilai lebih memiliki kualitas, berkarakter,mempunyai semangat berkorban untukmasyarakat, dan umumnya dikenal mampumembimbing masyarakat dibandingkan denganguru masa kini.

Dalam diskusi “Sewindu ReformasiMencari Visi Indonesia 2030” para pembicaramenyampaikan kehadiran guru yang berkualitassaat ini masih sebatas harapan. Ditambahkanoleh para panelis, bahwa pendidikan nasionalbukan saja belum berhasil meningkatkankecerdasan dan keterampilan anak didik, tetapijuga gagal dalam membentuk karakter dankepribadian mereka. Kepercayaan pada sifatprofesional guru sekolah juga kelihatan mulaikurang terindikasi dari banyaknya anakdiikutkan bimbingan belajar, kecenderunganuntuk sekolah di rumah, atau banyaknya anakdikirim untuk sekolah di luar negeri. Salah satualasan, orangtua meragukan kemampuan gurudan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.

Ada banyak alasan meragukan kemampuanguru, salah satunya adalah yang memilih profesimenjadi guru, kebanyakan bukan warga kelassatu, melainkan warga yang memiliki banyakketerbatasan. Jadi kehadiran guru bukan by

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

design, tetapi by condition. Menjadi guru bukankarena cita-cita murni, tetapi karena berbagaialasan keadaan, sehingga rendahnya kemam-puan sejumlah guru tidak mengherankan.

Diakui bahwa sinyalemen yang dikemu-kakan tidak berlaku untuk semua guru. Masihada banyak guru yang mengabdikan dirinyasecara baik dan benar. Akan tetapi, keadaanyang kurang baik itu hendaknya mendorongguru mengubah citra negatif tersebut menjadipositif terhadap profesi keguruan itu sendiri.Oleh karena itu, perlu ditinjau kembali kebera-daan profesi guru saat ini untuk mengembalikancitra kepribadian yang unggul dan efektif.

Dalam tulisan ini dibahas berbagai hal yangberkaitan dengan profesi guru. Apakahsertifikasi terhadap profesi guru, akanmemunculkan tokoh pejuang pendidikan sepertijaman dulu yang memenuhi harapan masya-rakat ? Apakah citra pendidikan saat ini bisamenjadi lebih baik? Apakah syarat guru yangberkualitas dapat dijembatani dengan upayapemantapan pribadi guru yang akan dikemasdalam bentuk citra diri dan pribadi unggul yangefektif?

Pembahasan

Citra diri guruPengertian citra guruIstilah citra diartikan dalam Kamus BesarBahasa Indonesia (2005) sebagai suatu gambar-an yang dimiliki orang banyak mengenaipribadi, produk maupun suatu lembaga. Atasdasar pengertian itu maka Citra Diri Gurudidefinisikan sebagai gambaran tentang diripribadi guru yang diberikan appresiasi olehmasyarakat dapat ditambahkan bahwapenilaian yang diberikan oleh masyarakatterhadap guru bisa berbentuk positif atau negatiftergantung kepada kepribadian maupunkarakter yang muncul sebagai wujud profesiguru secara utuh.

Pengertian KepribadianDalam pembicaraan sehari-hari sering dijumpaibeberapa ucapan yang membuat orangmenafsirkan bermacam-macam arti kepribadian.Contoh:a. Sebagai kepala sekolah, dia mempunyai

kepribadianb. Menurut Anda, bagaimana kepribadian guru

matematika tersebut?

Pada contoh “a” kata kepribadian dapatdiartikan sebagai kewibawaan sedangkan padacontoh “b” dapat diartikan sebagai sifat-sifatseseorang.

Menurut seorang tokoh kepribadian yaituG.W. Allport dalam bukunya Sarah Cook (1994),sebagaimana yang dikutip Soedarsono,pengertian kepribadian sebagai berikut.“Kepribadian adalah suatu organisasi yangdinamis dari sistem psikofisik yang menentukanpenyesuaian diri yang unik terhadap ling-kungannya”. Pendapat lain, yang lebih khususdiungkapkan oleh Soedarsono bahwa kepriba-dian adalah totalitas kejiwaan seseorang yangmenampilkan sisi yang didapat dari keturunan(orang tua dan leluhur) dan sisi yang didapatdari pendidikan, pengalaman hidup, danlingkungannya. Dari sisi keturunan didapatbakat, kecerdasan dan temperamen. Tempera-men ini sangat sukar untuk diubah. Sisi yangdidapat dari pendidikan serta dibentuk dandidapat dari pengalaman hidup berwujuddalam pengetahuan, keterampilan dan watak.Dengan demikian, bisa digambarkan bahwakepribadian itu adalah keadaan dalam diriseseorang yang menentukan bagaimanapenampilan dirinya dikemas dalam upayadirinya menyesuaikan diri dengan lingkung-annya.

Pengertian KarakterKamus Besar Bahasa Indonesia (2005)mendefinisikan Karakter atau Watak adalahkualitas manusia yang muncul dari hasilpembelajaran sosial. Manusia mendapatkannyadari interaksi dengan manusia lainnya, faktorbawaan tidak begitu besar pengaruhnyaterhadap lingkungan belajar. Hal senadadinyatakan oleh Given (2007), bagaimana gurumemilih untuk berperilaku merupakan interaksikompleks di antara banyak pengaruh. Seperti,gen-gen, cara guru dibesarkan dalam keluarga,budaya, keadaan biokimiawi otak guru padasatu waktu tertentu, cara masyarakat memper-lakukan guru dan stimulan yang masuk daripelbagai kondisi. Dinyatakan oleh Soedarsono(2002) bahwa watak seseorang akan mendorongsikap dan perilaku seseorang. Ditambahkanoleh Soedarsono bahwa manusia mampumelakukan tindakan buruk terhadap orang lain,tetapi manusia juga mampu mencintai, menjalinpersahabatan dan kerja sama, memiliki rasakeadilan dan memiliki kemampuan untukmemprediksi konsekuwensi dari tindakannya

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

sensiri. Dengan demikian, sebagai manusiakalau temperamen sebagai faktor bawaan sulituntuk berubah, sebaliknya kepribadian dankarakter dapat berubah karena hal itu diperolehmanusia melalui lingkungannya. Sebagaiseorang manusia, guru dapat merubah watakguru yang kurang tepat, dan guru dapat pulamembantu membentuk watak dan kepribadiananak didik dan lingkungan guru sendiri.

Dari uraian sebelumnya dapat disintesiskanbahwa seseorang yang memiliki citra diri yangpositif akan mendapatkan berbagai manfaat,baik yang berdampak positif bagi dirinya sendirimaupun untuk orang-orang di seki-tarnya. Guruyang memiliki citra diri positif senantiasamempunyai inisiatif untuk menggulirkanperubahan positif bagi lingkungan tempat iaberkarya. Mereka tidak akan menunggu agarkehidupan menjadilebih baik, sebalik-nya, mereka akanmelakukan peru-bahan untuk mem-buat kehidupanmenjadi lebih baik.Perubahan positiftidak hanya dira-sakan oleh dirinya,namun juga olehlingkungannya.

Mengenal Siapa Saya :Identitas >< Jati Diri

Pengertian mengenai bagaimana pribadi ituterbentuk dan berkembang serta mengenaipribadi diri sendiri merupakan dasar untukmengetahui apa yang kita kehendaki dalamkehidupan ini maupun dalam pekerjaan kitadan untuk mengenal pribadi orang lain.Sering kali bila ditanya siapa dirinya, manusiacenderung menyebutkan fakta-fakta nyatamengenai dirinya sendiri misalnya: nama,alamat, pekerjaan, dsb. Ke semua hal ini dikenaldengan identitas. Identitas adalah tanda dirimanusia, yang menunjukkan siapa diasebenarnya, namun identitas hanya menam-pilkan hal-hal yang tampak secara lahiriah saja,belum menunjukkan pribadi yang sesung-guhnya.

Dikatakan bahwa penampilan kepribadianbisa dibentuk sesuai dengan profesi yangdisandang manusia. Profesi guru punya aturan

berperilaku (kode etik) guru. Penampilankepribadian seorang pramugari tentu akanberbeda dengan ibu guru, walaupun sama-samadi bidang pelayanan. Penampilan yang didapatdengan melatih keterampilan pribadi disebutetika kepribadian (personality ethics) yangdiwujudkan dengan tampilan lahiriah.

Guru yang berpenampilan ramah, pandaimenghibur, dan memikat lebih mudah diterimaoleh anak didik mereka. Apakah dalam situasipanik guru tersebut akan tetap bersikap sama?Biasanya dalam kondisi mengajar yang normal,ketika anak-anak berperilaku baik, guruumumnya dapat mengatur prilaku diri. Akantetapi, menurut Soedarsono, keberhasilan ituhanya akan berlangsung dalam jangka pendekjika tidak dibarengi dengan Character Ethics.

Character Ethics adalah penampilanberdasarkan watakatau karakter terpu-ji yang dilandasioleh lima sikapdasar, yaitu jujur,terbuka, beranimengambil resiko,komitmen, dan ber-bagi. Mari kita per-hatikan perbedaanetika karakter danetika kepribadianpada gambar 1.

Pada gambar terlihat bahwa kedaan di atas airmerupakan nilai sekunder sebagai etikakepribadian yang terdiri dari penampilan danketerampilan yang hanya meliputi 15% daritotalitas kepribadian (yang sering muncul).Bagian bawah air dari gunung es ini merupakanmerupakan watak, integritas, rendah hati,kesetiaan, kepedulian, keteladanan, yang berarti85% dari keseluruhan (nilai primer). Dengandemikian, “penampilan” sebagian besarmanusia barulah merupakan penampilanlahiriah, sehingga guru perlu menampilkanpribadi guru yang sesungguhnya untukmewujudkan kredibilitas, integritas atau harkatdan martabat guru. Nilai primer ini yang perludiasah dan dimunculkan dalam membanguncitra diri guru sehingga guru memiliki kopetensipribadi dan sosial yang mantap.

Silahkan tanya diri sendiri, bagaimana gurumenampilkan diri guru selama ini. Seringkahterlupakan bahwa fakta-fakta yang menyangkutsiapa saya menurut pikiran saya, seperti

Guru yang memiliki citradiri positif senantiasa

mempunyai inisiatif untukmenggulirkan perubahan positif

bagi lingkungan tempat iaberkarya.

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

misalnya: saya ramah, saya pemalu, sayapenakut, saya gemuk, saya kurang menarik dansaya tidak percaya diri. Hal ini sering terlupakankarena pada umumnya guru sering tidakmemikirkan mengenal keadaan diri guru atausifat-sifat guru, kalau guru tidak berpikir ke sana,karena guru kurang mengenal diri guru sendiri.Hal semacam ini disampaikan oleh Hamer &Copland ( 1998): “Dari semua yang telah gurupelajari dan ingat dalam kehidupan, yangterpenting adalah siapa diri guru itu”.Ditambahkan oleh Hamer dan Copland (1998)bahwa konsep tentang diri guru, bagaimanaguru berpikir tentang diri guru adalah meru-pakan paduan dari berbagai kecenderungangenetik dan cara guru membentuk semuakecenderungan itu menjadi pola perilaku danpola pikir guru yang permanen.

Pengaruh Bagaimana SayaMenurut Pikiran Saya

Memunculkan kembali kesadaran diriSiapakah kita “ Guru, itu lho ? “Guru adalah profesi yang dikenal sebagaipemberi keterangan, penjelas, pendidik,pembimbing, contoh, yang dapat memberiperubahan bagi anak didik ke arah yang lebih

baik dari segala dimensi, yang mampumengembangkan beragam sisi kecerdasan danakhlak sebagai pembentuk karakter dankepribadian anak. Di sini guru yang cerdas danmemiliki karakter serta kepribadian denganberbagai kecakapan menjadi tuntutan utama.

Buku Kurikulum 2004 Standar Kompetensiterbitan Depdiknas mengatakan bahwa salahsatu kecakapan hidup (life skill) yang harusdimiliki guru adalah kemampuan untuk selalumengembangkan dan merawat citra diri sebagaipendidik. Citra diri sebagai seorang pendidikakan menyangkut kemudahan diterima atautidaknya kehadiran guru dengan baik olehlingkungannya. Selanjutnya, sangat berpenga-ruh kepada kepercayaan yang akan diberikanpada guru untuk tugasnya dalam mendidik.

Sebagai seorang pendidik dalam keseha-riannya, guru dituntut untuk selalu memilikikesadaran diri akan profesi yang diamanahkan.Sosok pribadi guru harus dapat menjadi teladanbagi anak didik dan lingkungan. Perilakumereka akan selalu menjadi sorotan masyarakat.Sedikit saja cacat dalam berperilaku akanmenjadikan berita besar yang dapat mencorengcitra kependidikan secara luas. Citra diri guruberkaitan dengan karakter dan kepribadianguru serta kemampuan dalam menjalankantugasnya.

Gambar 1: Etika, Karakter dan Kepribadian (dikutip dari Soedarsono”Character Building”, 2002).

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

Analisis siapa saya dan siapa saya menurutpikiran saya penting karena beberapa faktorPertama, melalui analisis ini seseorang dapatmengetahui mengenai dirinya sendiri, sebagaiapa dia, posisinya sekarang dimana, apa yangsudah diperbuatnya. Kedua, melalui analisis iniseseorang dapat mengetahui apa yang diakehendaki dan jalan mana yang harus ditempuhdan dituju. Ketiga, melalui analisis ini seseorangdapat mengetahui kelebihan dan kelemahannyadan bagaimana mengembangkan aspek-aspekdiri itu. Keempat, menampilkan gaya hidup yangsesuai dengan konsep dirinya. Kelima, menye-suaikan diri dengan lingkungannya yang berartipenyesuaian yang khas.

Guru akan memulai dari mencintai diri sendiriMencintai diri sendiri bukan berarti gurumenjadi orang yang sombong lagi takabur.Mencintai diri sendiri malah lebih cenderungkepada mensyukuri apa yang Allah berikankepada diri guru. Dalam ilmu psikologi populer,mencintai diri sendiri berarti adalah kitamemiliki citra diri yang positif.

Apa pentingnya mencintai diri sendiri ini?Manfaat apa saja yang bisa diraih dari memilikicitra diri positif? Kedua pertanyaan itu akandijawab berikut ini, sehingga dapat jugadiketahui kiat-kiat apa saja yang diperlukanuntuk membentuk citra diri yang positif.

Guru haruslah pribadi yang mencintaipekerjaannyaSeorang guru yang baik, adalah mereka yangmencintai pekerjaannya. Walaupun tadinyatidak berbakat atau ingin jadi guru, tetapidemikian menjalankan pekerjaan itu merekamenemukan cinta pada pekerjaannya maka halitu suatu modal yang luar biasa. Kecintaan padapekerjaan akan dapat mengimbangi ketidakpuasan atas pendapatan yang tidak mencukupi,atau kekurangan sarana atau muncul berbagaipersoalan, hambatan, atau buruknya hubungandengan guru lain.

Kalau mencintai pekerjaannya, guru akanmemberikan perhatian kepada anak didiknyadan anak itu bisa mengatakan bahwa guru itumencintai pekerjaanya. Namun walaupun guruitu mencintai pekerjaannya, belum tentu guruitu pintar untuk mengajarkan semua hal barudengan cara yang tepat guna. Untuk itu diperlu-kan suatu teknik-teknik pembelajaran. Disinilahguru harus selalu belajar mandiri memperluas

pengetahuan dan keterampilan mengajarnyasecara berkelanjutan. Guru juga perlu proaktifuntuk mencari dan menemukan kesempatan ikutpelatihan maupun lokakarya. Sumber ilmu ituada dimana-mana sehingga guru diharapkantidak hanya menunggu.

Pentingnya citra diri yang positif“Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkantentang diri Anda sendiri atau “You are what youthink” (Burt Nanus, 1992). Ungkapan ini ber-makna, jika memiliki citra diri positif, kita akanmengalami berbagai macam hal positif sesuaidengan apa yang kita pikirkan.

Banyak ahli percaya bahwa orang yangmemiliki citra positif adalah orang yangberuntung. Citra diri yang positif membuat mere-ka menikmati banyak hal yang menguntungkan,antara lain hal-hal berikut.

Membangun percaya diriCitra diri yang positif secara alamiah akanmembangun rasa percaya diri, yang merupakansalah satu kunci sukses. Guru yang mempunyaicitra diri positif tidak akan berlama-lamamenangisi nasibnya yang sepertinya terlihatburuk. Citra dirinya yang positif mendorongnyauntuk melakukan sesuatu yang masih dapat ialakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masihbisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yangsudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah,terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

Meningkatkan daya juangDampak langsung dari citra diri positif adalahsemangat juang yang tinggi. Guru yang memilikicitra diri positif, percaya bahwa dirinya jauhlebih berharga daripada masalah, ataupunpenyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisamelihat bahwa hidupnya jauh lebih indah darisegala krisis dan kegagalan jangka pendek yangharus dilewatinya. Segala upaya dijalaninyadengan tekun untuk mengalahkan masalah yangsedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan.Inilah daya juang yang lebih tinggi yang munculdari guru dengan citra diri positif.

Manfaat citra diri yang positifSeseorang yang memiliki citra diri yang positifakan mendapatkan berbagai manfaat, baik yangberdampak positif bagi dirinya sendiri maupununtuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citradiri positif dan lingkungannya tersebut adalah:

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

Guru akan membawa perubahan positifGuru yang memiliki citra diri positif senantiasamempunyai inisiatif untuk menggulirkanperubahan positif bagi lingkungan tempat iaberkarya. Mereka tidak akan menunggu agarkehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya,mereka akan melakukan perubahan untukmembuat kehidupan menjadi lebih baik.Perubahan positif tidak hanya terasakan olehdirinya, namun juga oleh lingkungannya.

Mengubah krisis menjadi keberuntunganSelain membawa perubahan positif, guru yangmemiliki citra positif juga mampu mengubahkrisis menjadi kesempatan untuk meraihkeberuntungan. Citra diri yang positifmendorong guru untuk menjadi pemenangdalam segala hal. Menurut orang-orang yangbercitra diri positif, kekalahan, kegagalan,kesulitan dan hambatan sifatnya hanyasementara. Fokus perhatian mereka tidak melulutertuju kepada kondisi yang tidak mengun-tungkan tersebut, melainkan fokus merekadiarahkan pada jalan keluar. Dalam hal yangsatu ini seringkali guru memandang pada pintuyang tertutup terlalu lama, sehingga guru tidakmelihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lainyang terbuka untuk guru. Guru seringkalimemandang dan menyesali kegagalan, krisisdan masalah yang menimpa terlalu lama,sehingga guru kehilangan harapan dansemangat untuk melihat kesempatan lain yangsudah terbuka bagi guru. John Forbes Nash,pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuanekonomi dan matematika, justru merasatertantang ketika mengalami soal matematikaatau permasalahan ekonomi yang sulit.Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes,merupakan kesempatan untuk membuktikankemampuannya memecahkan masalah tersebut.Kesulitan dan masalah dalam matematika danekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagaisolusi bagi permasalahan tersebut.

Cara membangun citra diri positif.Setelah menyadari pentingnya memiliki citradiri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif,tentunya guru juga ingin tahu bagaimanamembangun citra diri yang positif. Hal-hal yangharus dilakukan untuk membentuk citra diriyang positif diberikan oleh Covey R, Stephen,dalam bukunya Principle Centered Leadership.

(1992) yang mengatakan bahwa selain melaluipersiapan yang tepat serta berpikir unggul, citradiri positif juga bisa dibangun melalui komitmenpada pembelajaran berkelanjutan.

PersiapanSalah satu cara membangun citra diri positifadalah melalui persiapan. Dengan persiapanyang cukup, guru menjadi lebih yakin akankemampuan guru meraih sukses. Keyakinan inimerupakan modal dasar meraih keberuntungan.Dengan melakukan persiapan, guru sudahberhasil memenangkan separuh dari perta-rungan. Persiapan menuntun guru untukmengantisipasi masalah, mencari alternatifsolusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapandapat diwujudkan dengan mencari ilmupengetahuan yang mendukung guru dalammenyelesaikan suatu masalah.

Berpikir unggulUntuk membangun citra diri yang positif, guruharus berpikir unggul. Cara berpikir unggulseperti ini akan mendorong guru untuksenantiasa berusaha menghasilkan karyaterbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelummereka dapat mempersembahkan sebuahmahakarya. Semua ini dapat diraih guru jikaselalu berpikir unggul. Setiap kali akanberciptakarya yang dipikirkan guru adalahkemenangan atas keberhasilan belajar anakdidiknya.

Belajar berkelanjutanDikatakan oleh Covey bahwa hasil belajar akanmembawa perubahan positif dengan menambahnilai bagi orang yang berhasil mendapatkanpengetahuan ataupun keterampilan baru, yangbisa dijadikannya modal untuk maju meraihsukses. Tanpa semangat untuk senantiasamengembangkan diri, guru yang sudah memilikicitra positif bisa saja lalu kehilangan citranyatersebut karena tidak dianggap “unggul” lagiatau dianggap tidak mampu menambah nilaibagi masyarakat sekitar melalui karya-karyayang dihasilkannya. Selain itu, seringkali guruyang sudah lama mengajar maupun yang beradadi tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar.Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir,“Toh, aku sudah sukses”. Orang seperti ini lebihenggan lagi untuk belajar pada orang yang lebihrendah dari dirinya. Hasilnya, ketika iadirundung masalah, keberhasilannya pun

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Membangun Citra Diri Guru yang Positif

melorot. Guru yang lebih muda yang terusbelajar akan menggantikannya dan menanganimasalah dengan lebih baik.

Penutup

Pengembangan diri guru dimulai daripemahaman mengenai “aku/diriku” danmelalui analisis diri untuk mengetahui siapasaya menurut pikiran saya, setelah itudilanjutkan dengan pengembangan diri untukmemasuki tahap-tahap mengenai pribadiindividu-individu lain yang sering kita temuidalam kehidupan sehari-hari, baik dalamkehidupan pribadi maupun kehidupanprofesional kita.

Disimpulkan bahwa untuk membentukpribadi unggul yang efektif, perlu mempelajaridan memahami nilai-nilai dasar sikapkemanusiaan dan teknik-teknik pengembangandiri lainnya seperti: rasa tanggung jawab, carabergaul yang baik, berinteraksi secara efektif,serta berkomunikasi secara produktif.Disamping itu perlu pula melakukan tindakanuntuk perubahan diri menjadi lebih baik, tidakcukup hanya sekedar tahu, tapi perlu mau danmampu untuk berbuat ke arah yang lebih baikdalam meningkatkan kualitas diri.

Akhirnya, tentunya sesuai profesi, gurudituntut agar selalu mengembangkanpengetahuan-pengetahuan tersebut danmenerapkan dalam kegiatan sehari-harisehingga bisa menjadikan guru lebih profesionaldan mapan dalam membina karir. Dalam hal ini,“Citra diri guru” akan mewarnai kehidupanguru, kapan pun dan dimana pun, dan ujungnyaakan menaikan citra pendidikan Indonesia kearah yang diharapkan bangsa ini.

Daftar Pustaka

Benhis, Warren, Jagdish Parikh dan RonnieCessen. (1994). Beyond leaderhip :Balancing ethics and ecology. Cambridge :Basil Blackwell Ltd

Blankard, Kenneth H. Ronald K. Hambleton,Drea Zigarmi, dan Douglas Forsyth.Analisis tingkah laku pemimpin.

_______ Buku Kurikulum 2004. Standarkompetensi. Jakarta: Depdiknas 2004

Chris Verdiansyah (editor) (2007). Membongkarbudaya: visi Indonesia 2030 dan tantanganmenuju raksasa dunia. Jakarta: PTKompas Media Nusantara

Cook, Sarah. (1994). Training for Empowerment.Vermont: Gower Publishing Limited

Edwita. (1998). Program pelatihan “ Professionalimage” dalam kegiatan organisasi Dharmawanita

Given, Barbara K. (2007). Brain-based teaching.Terjemahan. Bandung: Mizan

Hesselbein, Frances et all. (1996). The leader ofthe future. New York : Jossey Bass Inc.

Hughes, R.L. (1993). Leadership : Enhancing thelessons of experience. Boston : Richard D.Irwin, Inc.

_______ Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005).Jakarta: Dewan Bahasa

Koesten Baw, Peter. (1991). Leadership: The innerside of greatness

Makalah Mahasiswa Pasca Sarjana IKIP JakartaJurusan Administrasi Pendidikan (S2dan S3 ) Yang Mengambil Mata Kuliah.(1997). “Komunikasi dan kepemimpinanpendidikan”

Manajemen Diri — by wirawax @ 5:07 am_______ Management. (1998). Canada : Three

Hills, AlbertqaNanus, Burt. (1992). Visionary ledership.

California : Jossey – Bassi IncRiberu, J. (l992). Dasar-dasar kepemimpinan.

Jakarta: PT Pedoman Ilmu JayaShriberg, Arthur , et all. (1997). Praticing

leadership : Principles and applications.Canada : John Willwey Sons, Inc.

Soedarsono, Soemarsono. (2002). Characterbuilding: Membangun watak. Jakarta: PTElex Media Komputindo

Stephen, Covey R. (1992). Principle centerredleadership. London : A Fire Book of Sihon& Schuster Inc.

Winardi. (1990). Kepemimpinan dalam manajemen.Jakarta: PT Rineka Cipta

Wiwicharuck, Peter. (1998). Building effectiveleadership: A guide to christian andprofessional management. Canada : ThreeHills, Albertqa

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

Pengembangan Sumber Belajar

BP. Sitepu*)

*) Guru Besar Universitas Negeri Jakarta

Opini

elajar berbasis aneka sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitandalam proses belajar dan membelajarkan, akan tetapi juga dapat mendidik peserta didikcara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat. Untuk itu,belajar berbasis aneka sumber perlu dilakukan seawal mungkin dalam proses

pembelajaran. Tulisan ini menelaah peranan aneka sumber belajar yang perlu dikelola secaraterpadu dan terintegrasi di lembaga-lembaga pendidikan sehingga proses pembelajaran benar-benar membuat peserta didik sebagai subjek dan selalu menyenangi kegiatan belajar. Atas dasartelaahan yang demikian, tulisan ini menyarankan perlunya mengembangkan, mengelola, danmemanfaatkan Pusat Sumber Belajar di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, sebagai salahsatu alternatif dalam mengatasi masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dansekaligus meningkatkan mutu pendidikan.

Kata kunci: Proses belajar membelajarkan, pengambilan keputusan, sumber belajar

Resources-based Learning is believed not only beneficial in teaching-learning process, but also in students’life-long learning. In this case resources-based learning should be carried out as early as possible in learningprocess. This article discusses how to manage and integrate learning resources to facilitate students to learnjoyfully. The article also proposes to develop learning resources unit or centre in education institutions as oneof the alternativies to improve educational quality. Based on this study result, it is recommended to develop,manage, and use learning resources center in education institution in Indonesia as an alternative for educationfor all and education quality improvement.

Abstrak

B

Pendahuluan

Perkembangan peradaban manusia ditandaidalam tiga tahap mulai dari era pertanian, keera industri, sampai era informasi. Masing–masing era memiliki ciri-ciri dalam sistemkemasyarakatan termasuk dalam keluarga,ekonomi atau perdagangan dan pendidikan(Reigeluth, 1994: 4). Dalam era pertanian sistempendidikan diarahkan pada pemberianketerampilan agar peserta didik dapat hidupdengan mengolah dan memanfaatkan sumber-sumber alam agar dapat bertahan hidup. Padaera revolusi industri peserta didik dipersiapkan

menyediakan tenaga kerja untuk memenuhikebutuhan industri. Dengan demikian, sistempersekolahan diarahkan untuk menghasilkantenaga kerja sebagai buruh pabrik. Sekolahmengajar peserta didik menghafal dan bukanmembelajarkan mereka memecahkan masalahsecara kreatif. Peserta didik dipersiapkanmenghadapi dan melayani mesin serta bekerjasecara mekanistis.

Akan tetapi sekarang ini revolusi industrisudah berlalu dan kebutuhan telah berubah.Dewasa ini peserta didik perlu mempelajarikemampuan dan keterampilan yang dibutuhkanoleh pasar tenaga kerja dan masyarakat. Merekaperlu belajar bagaimana cara untuk mengambil

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

keputusan sendiri serta bekerja sama denganorang lain dan bagaimana memilah sertamemilih informasi yang tersedia begitu banyakuntuk keperluan meningkatkan kemampuanmereka. Dalam keadaan yang demikian lembaga-lembaga pendidikan diharapkan muncul danmelaksanakan tugasnya untuk memenuhikebutuhan ini.

Pergeseran Paradigma

Perubahan masyarakat sebagai akibat perkem-bangan peradabannya juga ikut mengubahparadigma masyarakat terhadap pendidikan.Reigeluth (1994: 8) misalnya berpendapatbahwa perubahan itu terutama diakibatkan olehtuntutan lapangan kerja. Pada era industripenyelenggaraan pendidikan didasarkan antaralain pada tingkat kelas, penguasaan materi, tesberdasarkan norma dan penilaian non-autentik,penyajian berdasarkan pengelompokan bahanajar, berpusat pada guru, menghafal fakta-faktayang tidak bermakna, kemampuan membaca danmenulis yang terpisah, dan buku merupakansarana belajar utama. Sementara itu dalam erainformasi, pendidikan dianggap merupakanproses untuk maju secara berkesinambungan,belajar berdasarkan hasil, tes secara individudengan penilaian yang berbasis kemampuan,perencanaan belajar yang personal, belajarkooperatif, belajar beraneka sumber, guruberfungsi sebagai pemandu atau fasilitator,pembelajaran yang bermakna berdasarkanpenalaran dan pemecahan masalah, diarahkanpada kemampuan berkomunikasi, dan menggu-nakan teknologi maju sebagai sarana utama da-lam belajar dan membelajarkan.

Lebih rinci dari apa yang dikemukakanReigeluth, sebagai akibat kemajuan teknologi danperubahan di tempat bekerja, Belt (1997)mengenali perbedaan visi pendidikan dalam eraindustri dan era informasi dari aspek pesertadidik, sarana dan prasarana belajar, prosesbelajar dan membelajarkan, serta pola pembe-lajaran. Berkaitan dengan sarana dan prasarana,dalam era industri buku merupakan satu-satunya alat utama, dan ruang kelas merupakandunia belajar dan membelajarkan. Sedangkanberkaitan dengan proses, belajar dan membela-jarkan diselenggarakan berdasarkan tingkatkelas dan usia tertentu serta selesai dalam bataswaktu tertentu dengan tujuan untuk mewujud-kan manusia yang berpendidikan (educated

person). Bahan ajar ditentukan dan dikembang-kan oleh guru sebagai pembicara utama di kelasdan pembelajaran diarahkan pada penguasaanisi bahan ajar yang diuji dengan menggunakantes berdasarkan norma yang ditetapkan olehkelas atau sekolah. Proses belajar mengutamakanhafalan dan fakta-fakta disajikan secaraterpisah, kemampuan membaca yang terpisah,persaingan antar peserta didik. Sementara ituguru berfungsi sebagai penyalur pengetahuan(dispenser of knowledge), membelajarkan sesuaikasus dan sistem membelajarkan yang tertutup.

Visi pendidikan di era informasi, menurutBelt, mengalami perubahan yang sangat berarti.Dari aspek sarana dan prasarana pendidikan,buku bukan lagi sumber belajar dan membel-ajarkan yang utama dan satu-satunya tetapi tek-nologi dan perpustakaan elektronik. Belajar danmembelajarkan tidak hanya dibatasi dalamruang kelas yang tertutup oleh dinding, lantaidan langit-langit, tetapi dunia yang terbuka luasmenjadi ruang kelas. Bahan ajar tidak lagidibatasi pada rancangan yang dibuat guru tetapimengacu pada pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan peserta didik. Hasil belajar diuji bukanlagi semata-mata berdasarkan penguasaanmenghafal tetapi mengacu pada kemampuan(outcomes-based) yang ditunjukkan peserta didikdan diukur menggunakan tes berbasiskemampuan (performance based assessment)dengan tujuan membentuk peserta didik menjadipemelajar mandiri (self directed learner). Olehkarena itu, belajar dan membelajarkan tidak lagidibatasi dengan tingkat kelas dan umur tertentu,tetapi merupakan kemajuan yang berkesinam-bungan dengan prinsip belajar sepanjang hayatdan terbuka. Suasana belajar tidak lagimenunjukkan persaingan antar peserta didiktetapi lebih bernuansa kerja sama dan kolaborasidalam kelompok belajar. Guru tidak lagiberfungsi sebagai penyalur pengetahuan tetapilebih berperan sebagai pemandu, mentor, ataufasilitator yang memberikan pendampinganbelajar. Perubahan paradigma tentang pendidi-kan seperti yang dikemukakan baik olehReigeluth maupun Belt seperti yang diuraikanitu menuntut perubahan dalam penyeleng-garaan pendidikan khususnya dalam prosesbelajar dan membelajarkan.

Dalam membangun pendidikan mengha-dapi era informasi, Warren (2002), SekretarisDewan Pendidikan Negara Bagian Michiganserta Ketua Kelompok Kerja Dewan untukMenyongsong Era Informasi, berpendapat

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

bahwa perlu diperhatikan perubahan-peruba-han yang telah, sedang dan akan terjadi. Tidakdapat dipungkiri bahwa dalam era informasi iniperubahan yang sangat berarti dan drastisdalam bidang budaya, ekonomi, politik,organisasi, dan teknologi di seluruh dunia,memunculkan tuntutan dan harapan baruterhadap pendidikan. Sungguhpun terdapatkemajuan, perubahan dalam pendidikan diang-gap lamban menanggapi tuntutan zaman.Standar pendidikan dan cara-cara bersekolah(schooling) tradisional yang masih berlakudewasa ini dianggap sudah usang dan ketingga-lan. Lingkungan belajar dan membel-ajarkanyang lebih berbasis papan tulis dan kapur sertaberpusat pada pembelajar perlu segera diubahmenjadi berbasis teknologi dan berpusat padapemelajar.

Dalam era informasi yang sudah mulaimenggejala dalam dekade terakhir abad ke 20serta meledak dalam abad ke 21 ini, reformasi dibidang pendidikan perlu dilakukan terutamadalam memahami dan melaksanakan prosesbelajar dan membelajarkan. Pendapat bahwapendidikan adalah bersekolah dan bukan belajarperlu segera ditinggalkan. Bersekolah meng-arahkan pikiran pada bangunan, pendidik yangmengajar dengan menggunakan buku, sertapapan tulis dan kapur di hadapan deretanpeserta didik yang duduk rapi. Bersekolah dalamkeadaan yang demikian adalah berfokus padapendidik dan sistem. Sedangkan belajar adalahberpusat pada peserta didik, proses, dan hasilbelajar. Era informasi menawarkan kebebasankepada peserta didik untuk belajar dan kepadapendidik untuk membelajarkan tanpa batasanwaktu, tempat, ras, suku, agama, golongan,gender, keadaan sosial dan ekonomi, maupunasal usul. Pendidikan yang berorientasi pada erainformasi memungkinkan pendidik melakukanprogram belajar individual kepada masing-masing peserta didik serta menggunakanteknologi untuk meningkatkan kemampuanpeserta didik.

Perubahan Proses Pembelajaran

Sesuai dengan perubahan-perubahan yangterjadi di masyarakat, industri, dan dunia kerjalainnya, proses belajar dan membelajarkan di erainformasi diharapkan tidak bertujuan semata-mata untuk menguasai isi bahan ajar, tetapidapat mendorong peserta didik menjadi pemikir

dan pemelajar yang soleh, takwa, kritis, dinamis,inovatif, mandiri, toleran, serta kolaboratif.Dengan demikian, proses belajar dan membela-jarkan diharapkan menggugah peserta didikberpikir kritis dan bersekala tinggi (high-orderthinking), mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang pelik, melakukan kajian-kajian dan peneli-tian yang menantang, dan merumuskan pemeca-han-pemecahan masalah yang rumit. Sistempendidikan diharapkan dapat mendukungpembentukan sumber daya manusia yang tidakhanya memiliki kemampuan yang tangguhdalam menemukan, menganalisis, serta mensin-tesiskan informasi untuk memperoleh pengeta-huan baru, tetapi juga membentuk manusia yangbermartabat serta memiliki budi pekerti luhuryang secara rendah hati mengakui keterbatasandan kelemahan penalaran serta kemampuanmanusia dan mengagungkan kebesaran Allah,Pencipta alam semesta. Untuk itu perananteknologi informasi dan komunikasi akansemakin penting dalam belajar, membelajarkan,penilaian, dan manajemen pendidikan.Teknologi informasi dan komunikasi seharus-nya menjadi alat sehari-hari dalam kegiatanbelajar dan membelajarkan. Dengan menggu-nakan teknologi informasi dan komunikasipendidik dan peserta didik hendaknya bekerjasama dalam belajar, berdiskusi, berbagi informa-si, dan menemukan pengetahuan. Pendidik tidakhanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi sebagaifasilitator, dan peserta didik tidak hanya sebagaipemelajar tetapi sebagai penemu pengetahuan.

Dengan perbagai perubahan dan tuntutanyang dikemukakan di atas, Warren (2002)berpendapat perlu melakukan perubahan yangcukup mendasar dalam mempersiapkan calonpendidik dan tenaga kependidikan, standar danpenilaian peserta didik, serta proses belajar danmembelajarkan. Calon pendidik dan tenagakependidikan perlu dilatih agar memilikikemampuan menggunakan aneka sumberbelajar yang berbasis teknologi informasi dankomunikasi, menerapkan pendekatan, strategi,metode, serta teknik belajar dan membelajarkanyang bervariasi. Dengan demikian dalampenilaian dan sertifikasi calon pendidik dantenaga kependidikan kemampuan merancang,mengembangkan dan memanfaatkan anekasumber belajar dalam pengembangan desainpembelajaran secara tepat, menjadi salah satuunsur dalam komponen penilaian kemampuanprofesionalnya. Penguasaan kemampuan calonpendidik dalam mengenali dan menggunakan

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

aneka sumber belajar serta mengintegrasikannyake dalam desain pembelajaran, akan mening-katkan kualitas proses dan hasil belajar danmembelajarkan peserta didik ketika mereka kelakmelaksanakan tugasnya.

Para calon pendidik dan pendidik perludibiasakan belajar tanpa batas ruang kelas danmenggunakan dunia atau alam terbuka sebagaitempat belajar dan membelajarkan. Dengandemikian, berbagai ragam sumber belajar yangtersedia perlu diintegrasikan dan setiap anggotakomunitas belajar dapat memperoleh akses danmenggunakannya sesuai dengan keperluan. Disamping mengembangkan dan menerapkanpendekatan, strategi, metode dan teknik belajardan membelajarkan, berbagai pemikiran danupaya dilakukan untuk memanfaatkan teknologimaju untuk keper-luan belajar danmembelajarkan.Berbagai produkteknologi berkem-bang cepat sertad i m a n f a a t k a nuntuk memecah-kan berbagai masa-lah dalam kehi-dupan manusiatermasuk di bidangpendidikan sertasecara khusus untuk keperluan belajar danmembelajarkan.

Diakui bahwa masih terdapat perbedaanpendapat dalam pemanfaatan tekologi secaraumum. Surry (1997) misalnya, menyebutkansetidak tidaknya dua pandangan filsafati yangdominan tentang pemanfaatan teknologi untukkeperluan manusia, yakni determinisme daninstrumentalisme. Penganut determinismeberanggapan bahwa teknologi adalah otonomdan merupakan kekuatan yang revolusioner.Sedangkan penganut instrumentalismeberanggapan bahwa teknologi bukan otonomdan mempunyai ketergantungan pada manusiaserta perkembangannya merupakan evolusi.Secara teoretis, pandangan terhadap teknologipada hakikatnya adalah pada rentang kutupdeterminisme dan instrumentalisme.

Lebih lanjut Surry menjelaskan bahwaaliran determinisme terdiri atas determinismeutopia dan determinisme dystopian. Determi-nisme utopian beranggapan, teknologimerupakan kekuatan yang tidak dapat

dihindarkan, serta memberikan kemudahanserta kesejahteraan kepada penggunanya. Aliranini mengagung-agungkan teknologi denganmenganggap bahwa teknologi adalah jawabanuntuk semua masalah dan dengan sendirinyaakan diterima dan dipergunakan oleh manusiauntuk meningkatkan kualitas hidupnya,termasuk dalam dunia pendidikan. Pengikutaliran ini antara lain Karl Max, MarschalMcLuchan, dan Alvin Toffler. Sedangkanpenerapannya dalam teknologi pendidikanadalah seperti RDD Paradigm, ID Models, danSystemic Change. Determinisme dystopianmengemukakan hal yang sebaliknya, teknologisecara moral dianggap dapat merusak danmenghancurkan nilai-nilai kemanusiaan ataudeng-an perkataan lain, teknologi dianggap

tidak manusiawidan seharusnyadihindari penggu-naannya. Oleh ka-rena itu perlu ekstrahati-hati dalammenggunakan tek-nologi dalam kehi-dupan manusia,terlebih-lebih untukkeperluan pendi-dikan karena ber-sangkutan lang-

sung dengan manusia. Aliran ini dapat menim-bulkan ketakutan akan teknologi atau teknologiphobia. Penganut aliran ini antara lain ialahJaques Hull, George Orwell, dan Unabomber.Sedangkan dalam dunia pendidikan aliran inidiikuti oleh mereka yang menolak perubahandalam proses belajar dan membelajarkan.

Aliran instrumentalisme beranggapanbahwa teknologi adalah merupakan temuanatau hasil olah pikir serta olah kerja manusiadan di bawah pengawasan serta pengendalianmanusia. Nilai pemanfaatan teknologi dalamkehidupan manusia bergantung pada bagaima-na dan untuk apa teknologi itu dipergunakan.Dengan demikian, aliran yang terakhir iniberpendapat bahwa teknologi bukanlah segala-galanya karena juga memiliki keterbatasan dankelemahan sehingga perlu berhati-hati dalammemilih dan menggunakannya terlebih untukkeperluan pendidikan yang langsungmenyangkut kehidupan manusia itu sendiri.Penganut aliran ini antara lain adalah DanielChander, Paul Levinson, dan Donald Mac

Para calon pendidik dan pendidikperlu dibiasakan belajar tanpa

batas ruang kelas danmenggunakan dunia atau alamterbuka sebagai tempat belajar

dan membelajarkan.

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

Kenzie, sedangkan dalam dunia pendidikanantara lain Ernest Burkman dan Martin Tessmer(Surry, 1997).

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologitidak selalu merupakan jawaban absolutterhadap masalah-masalah pendidikan.Keberhasilan penggunaan teknologi dalampembelajaran misalnya, tergantung padakesesuaian penggunaan teknologi itu dengantujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik,lingkungan, serta bahan ajar yang dipelajari.Oleh karena itu, dalam memutuskan pemilihandan pemanfaatan teknologi tidak terlepas daripertimbangan nilai-nilai psikologis danpaedagogis. Dengan demikian pendidik sertapeserta didik perlu memahami dengan baikbagaimana memilih dan memanfaatkan tekno-logi yang tepat guna itu dalam proses-prosesbelajar dan membelajarkan.

Perlu dicatat bahwa dalam pendidikan,khususnya dalam belajar dan membelajarkanteknologi dimaknai tidaklah terbatas padabahan, alat atau media sebagai produk, tetapimengandung makna yang lebih luas, termasukorang, lingkungan, pendekatan, strategi, metode,dan kiat-kiat belajar dan membelajarkan ( Eraut,1996: 8-9). Atas prakarsa pendidik dan tenagakependidikan, teknologi pendidikan memung-kinkan terwujudnya berbagai pola pendidikandan pembelajaran dengan memanfaatkanberbagai sumber belajar, proses, dan sistembelajar dan membelajarkan, sesuai dengankebutuhan dan potensi setiap pemelajar menujuterwujudnya masyarakat gemar belajar danberpengetahuan sepanjang hayat. Dengandemikian penggunaan teknologi dalam pendidi-kan sangat memperhatikan nilai-nilai kemanu-siaan tanpa ketakutan terhadap teknologi itusendiri (Miarso, 2007).

Masih dalam kaitannya dengan prosesbelajar dan membelajarkan ini, pendidik dantenaga kependidikan melakukan peran pentingdalam merencanakan dan mengelola sumber-sumber belajar sehingga terjadi interaksi aktifantar peserta didik, pendidik, dan sumber belajar.Interaksi yang demikian diperlukan untukmemberikan pengalaman belajar kepada pesertadidik sesuai dengan gaya belajarnya, sehinggaia dapat mengingat, mengerti, menerapkan,menganalisis, dan mengevaluasi, dan mencip-takan pengetahuan faktual, konseptual, prose-dural, dan metakognitif sesuai dengan jenjang

dan tujuan pembelajaran (Anderson andKrathwohl, 2001: 28-29). Hal ini berarti bahwaparadigma tentang pembelajaran harus berubahdari standardisasi (standardization) menjadipenyesuaian (customization) yang mengakuikemajemukan, dari berfokus pada penyajianbahan ajar menjadi meyakini bahwa kebutuhanpemelajar dipenuhi, dari berpusat padamemasukan bahan ke kepala pemelajar menjadimembantu pemelajar memahami bahan ajar.Dengan demikian, perlu perubahan dari belajarpasif menjadi belajar aktif, dari berpusat kepadapendidik menjadi berpusat kepada peserta didik;dari inisiatif, pengawasan dan tanggung jawabpendidik menjadi inisiatif, pengawasan, dantanggung jawab bersama; serta dari belajardekontekstual menjadi belajar yang kontekstual,autentik dan bermakna (Reigeluth: 1999: 19).

Tantangan dalamPenyelenggaraan Pendidikan

Memperoleh pendidikan merupakan salah satuhak azasi manusia seperti tertera dalam Hak-Hak Azasi Manusia (Human Rights: Article 13) .Pendidikan dianggap merupakan kebutuhanpokok agar manusia dapat bertahan hidup,mengembangkan kehidupannya serta berparti-sipasi dalam kegiatan masyarakat. Pentingnyaperanan pendidikan dalam mencerdaskankehidupan bangsa juga ditegaskan dalamPembukaan Undang-Undang Dasar 1945 danbahwa memperoleh pendidikan merupakan haksetiap warga negara Indonesia dinyatakandalam Pasal 31. Selanjutnya, penyelenggaraanpendidikan secara nasional diatur lebih lanjutmelalui Undang-Undang No 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sedemikian pentingnya peranan pendidik-an dalam mencerdaskan bangsa agar mampumengembangkan potensi diri dan lingkungan-nya serta dapat bersaing dan berkolaborasidengan bangsa-bangsa lain, sehingga Pemerin-tah Indonesia menerapkan program wajib belajarpendidikan dasar (wajar dikdas) secarabertahap, mulai dari wajar dikdas enam tahun(1984) dan wajar dikdas sembilan tahun (1994).Program ini sudah barang tentu dilaksanakanuntuk meningkatkan mutu sumber dayamanusia melalui proses belajar dan membelajar-

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

kan di jalur pendidikan formal, non formal, daninformal.

Dalam proses belajar setiap orang diharap-kan memperoleh informasi yang akan dipergu-nakannya untuk membangun skema berpikiryang lebih kaya dan tajam sehingga dapatdipergunakannya untuk menanggapi sertamemecahkan berbagai masalah dalam upayanyameningkatkan kualitas hidupnya denganberbagai cara yang positif. Peningkatan kualitashidup itu terlihat dari perubahan prilaku yangdari hari ke hari semakin kreatif, inovatif, dandinamis dalam berpikir dan bertindak sehinggahidup ini terasa lebih nyaman dan menye-nangkan secara lahir dan bathin. Informasi yangdibutuhkan untuk keperluan belajar itu tersediadi berbagai sumber belajar.

Akan tetapi di samping berbagai kemajuanyang telah diperoleh, pendidikan nasional diIndonesia masih menghadapi tiga masalahpokok yaitu, (1) pemerataan dan perluasan aksesmemperoleh pendidikan, (2) peningkatan mutu,relevansi, dan daya saing pendidikan, (3)penguatan tata kelola, akuntabilitas, danpencitraan publik (Departemen PendidikanNasional, 2006). Berbagai upaya telah dilakukanPemerintah, masyarakat, dan orangtua untukmengatasi masalah tersebut, seperti pendiriandan rehabilitasi gedung dan ruang kelas,pengangkatan pendidik dan tenaga kependi-dikan baru dan penatarannya, pengadaan alatdan bahan pendidikan seperti alat-alatlaboratorium, buku pelajaran serta bukuperpustakaan, penyempurnaan kurikulum, sertamenerapkan sistem pengelolaan dan peng-awasan sekolah yang berbasis sekolah. Akantetapi di samping kemajuan-kemajuan yangtelah dicapai, nampaknya masih perlupeningkatan upaya yang berkaitan denganpemanfaatan sumber belajar dalam perosesbelajar dan membelajarkan baik oleh pesertadidik maupun pendidik itu sendiri.

Peranan Sumber Belajar

Berbagai masalah yang dihadapi dalampemerataan dan perluasan akses memperolehpendidikan serta peningkatan mutu, relevansi,dan daya saing pendidikan dapat diatasidengan menerapkan teknolgi pendidikankhususnya dengan mengembangkan danmemberdayakan aneka sumber belajar baik yang

by design maupun yang by utilization. Sekali lagiperlu segera dicatat, sumber belajar dalamteknologi pendidikan termasuk pendidik dantenaga pendidikan, kurikulum, dan lingkunganbelajar.

Pertanyaan yang timbul ialah bagaimanamengembangkan dan memberdayakan sumberbelajar dalam pendidikan khususnya dalamproses belajar membelajarkan? Berdasarkandefinisi teknologi pendidikan tahun 1977 danyang dikembangkan lagi tahun 1994 dan 2004pusat perhatian teknologi pendidikan padahakekatnya mencari solusi dalam memecahkanmasalah-masalah yang berkenaan denganbelajar dan membelajarkan dengan menerapkanproses dan komponen-komponen teknologi yangsecara lebih luas disebut sumber belajar (Seels &Richey, 1994:4). Setelah mengkaji perkembanganperumusan definisi teknologi pendidikan tahun1972, 1977, dan 1994, Januszewski, (2001:53-57) menemukan bahwa konsep sumber belajarmerupakan bagian yang penting dalam tekno-logi pendidikan, dengan mengatakan “… theconcept of learning resources had become an importantpart of the definition of educational technology in1972 and has remained so to the present day.” (p. 57)

Sumber belajar dalam kawasan teknologipendidikan memiliki makna yang luas dan tidakterbatas hanya pada media audiovisual saja.Sumber belajar adalah segala sesuatu yangmengandung informasi yang dapat memfasili-tasi pemelajar memperoleh informasi yangdiperlukannya dalam belajar. Atas dasarpengertian yang demikian sumber belajardikategorikan ke dalam enam kelompok yaitupesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar/lingkungan (AECT, 1986: 2, Januszewski,2001:53-54). Yang dimaksud dengan pesanadalah bahan ajar yang dipelajari dapat dalambentuk konsep, teori, gagasan, fakta, makna, ataudata dan termasuk kurikulum. Orang berfungsisebagai sumber belajar karena memiliki ataumenyalurkan pesan, termasuk pendidik dantenaga kependidikan. Bahan adalah barang-barang yang mengandung pesan, termasukbuku pelajaran dan perangkat lunak. Alat adalahadalah perangkat yang dapat menyalurkanpesan dan disebut juga dengan perangkat kerastermasuk alat peraga/praktek dan komputer.Teknik merupakan prosedur atau carabagaimana bahan, orang, peralatan, latar/lingkungan menyampaikan pesan, termasukpendekatan, strategi, dan metode belajar dan

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

membelajarkan. Sedangkan latar merupakanlingkungan tempat pesan disampaikan danditerima (AECT, 1986: 9-10).

Dilihat dari pembuatan dan peruntukan-nya, sumber belajar dikategorikan ke dalamsumber belajar yang dirancang dan dikembang-kan secara khusus (by design) untuk mencapaitujuan pembelajaran tertentu dan sumber belajarkarena dimanfaatkan (by utilization). Dalammerancang dan mengembangkan sumber belajarby design diterapkan proses rekayasa yangsistematis dan berurutan dengan menggunakanberbagai disiplin ilmu serta hasil-hasil penelitian( Ely 1996: 20-21, Januszewski, 2002: 84).Sedangkan sumber belajar by utilization bukandirancang dan dibuat khusus untuk keperluanbelajar dan membelajarkan, tetapi dapatdimanfaatkan untuk mencapai tujuan belajardan membelajarkan tertentu.

Sungguhpun tidak membuat rincian yanglebih luas seperti yang dilakukan oleh AECT,keberagaman sumber belajar juga terlihat daripengertian yang dikemukan oleh Dorrell (1993:vii) bahwa “Learning resources are learning materialswhich includes videos, books, audio cassettes, CBTand IV programs, together with learning packageswhich combine any of these media.” Jugasebagaimana yang disebutkan oleh Merrill danDrob (1977: 3) bahwa komponen sumber belajaritu termasuk “ ...audio, television, and graphicmaterials for group and individual presentation; theinstructional materials thus created and recorded; andthe persons employed to participate with the teacherin the creation, presentation, and evaluation.”

Uraian di atas menunjukkan bahwa jenissumber belajar, baik yang by design maupun yangby utilization, sangat beraneka ragam danmemegang peranan yang penting dalammemfasilitasi pengalaman belajar dan membel-ajarkan. Dalam merancang dan mengembang-kan sumber belajar by design serta dalammengidentifikasi dan memilih sumber belajar bydesign diperlukan keahlian yang dilatar-belakangi oleh berbagai disiplin ilmu terutamateknologi pendidikan, psikologi, dan sosiologi.Dalam memanfaatan sumber belajar perlumemperhatikan sistem pelayanan yang diberi-kan dan dirancang sehingga terjadi peristiwabelajar pada diri peserta didik, bahan belajaryang digunakan peserta didik untuk mencapaitujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelum-nya, dan memberdayakan lingkungan sebagaisumber daya yang potensial dalam pembel-ajaran serta menciptakan lingkungan yang

kondusif untuk mendukung terjadinyapengalaman belajar yang menyenangkan.Dilihat dari pembuatan dan wujudnya, sumberbelajar dapat berupa produk yang canggih atauberteknologi tinggi sampai produk atau bendayang paling sederhana atau alamiah/natural.Sumber belajar juga dapat ditemukan di berbagaitempat dan dalam berbagai tampilan.

Sebagaimana tertera dalam definisinya,sumber belajar berfungsi mendukung danmempermudah terjadinya proses belajar danmembelajarkan. Mendukung di sini dapatdiartikan bahwa sumber belajar itu dapatmemberikan atau menyajikan informasi untukmemperkaya pengalaman belajar, memotivasipemelajar untuk belajar lebih lanjut, mengubahsikap dan gaya belajar, serta memberikanpemecahan kesulitan belajar. Dengan demikian,sumber belajar dapat dipergunakan secarakelompok dan individual walaupun padaperkembangannya kemudian sumber belajardirancang lebih untuk keperluan belajar secaraindividual.

Dalam proses belajar dan membelajarkansumber belajar dapat berfungsi untuk (1)mempercepat laju belajar dan membantupendidik menggunakan waktu secara lebihefisien sehingga dapat meningkatkan kualitasproses dan hasil belajar, (2) mengurangi bebanguru dalam menyajikan informasi sehinggadapat lebih banyak membina dan mengembang-kan gairah peserta didik (3) memberikankemungkinan belajar bersifat lebih individualdengan jalan mengurangi kontrol guru yangkaku dan tradisional serta memberikankesempatan kepada peserta didik untuk belajarsesuai dengan kemampuannya, (4) memberikandasar yang lebih ilmiah dengan jalan merenca-nakan program pembelajaran yang lebih siste-matis, (5) mengembangkan bahan pembelajaranyang dilandasi penelitian, (6) lebih meman-tapkan pembelajaran dengan jalan mening-katkan kemampuan manusia dalam mengguna-kan berbagai media komunikasi penyajian datadan informasi secara lebih kongkrit, (7)memungkinkan belajar secara seketika, karenamengurangi jurang pemisah antara pelajaranyang bersifat verbal dan memberikan pengeta-huan yang bersifat langsung, dan (8) memung-kinkan penyajian pendidikan yang lebih luas,terutama dengan adanya media massa, denganjalan pemanfaatan secara bersama lebih luastenaga atau kejadian yang langka, serta penya-jian informasi yang mampu menembus geografis.

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

Fungsi-fungsi seperti yang disebutkan itumenunjukkan bagaimana sumber belajar dapatmengatasi berbagai kesulitan dalam prosesbelajar dan membelajarkan. Fungsi sumberbelajar menjadi sangat penting dan sangatmendukung keberhasilan belajar jarak jauh,belajar terbuka, dan belajar fleksibel. Sumberbelajar diperlukan dalam berbagai model belajardan membelajarkan seperti dalam pembelajaranberbasis masalah, pemetaan konsep, belajarmandiri, belajar tuntas, pembelajaran berbasiskomputer, belajar kooperatif, kontekstual, sertapembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif danmenyenangkan.

Belajar Berbasis Aneka Sumber

Dewasa ini semakin disadari semakin banyaksumber informasi yang dapat dijadikan sebagaisumber belajar untuk meningkatkan kualitasproses dan hasil belajar. Di samping sumberbelajar berbasis lingkungan atau media seder-hana, kemajuan teknologi informasi dan komuni-kasi telah memudahkan memperoleh berbagairagam informasisehingga munculungkapan bahwainformasi itu kinitersedia padaujung jari. Dengahanya meng’klik’dengan ujung jari,telah dapat diper-oleh banyak infor-masi tentang halyang kita perlu-kan. Dengan demi-kian, yang diper-lukan ialah kemampuan meng’klik’ danmemilah serta memilih informasi yang sesuaidengan keperluan, dari segi isi, jumlah, danmutunya.

Belajar berbasis aneka sumber (Bebas)merupakan suatu strategi pembelajaran yangmemungkinkan peserta didik memperolehpengetahuan dengan melakukan interaksidengan beraneka ragam sumber termasuk orang,bahan yang tercetak atau non cetakan, sertalingkungan. Apabila dilaksanakan dengantepat, Bebas memberikan kesempatan kepadapeserta didik untuk (a) menyadari kebutuhanakan informasi, (b) mengetahui di manainformasi itu dan bagaimana cara

menemukannya, (c) mengetahui bagaimana caramengumpulkan dan menatanya sehinggamemberikan makna atau pengetahuan, (d)bagaimana cara memanfaatkannya, dan (e)bagaimana cara menyajikan serta mengkomu-nikasikannya. Di samping itu Bebas memberikankesempatan kepada peserta didik untuk (a)memperoleh kemampuan menganalisis,menginterpretasikan, mensintesiskan, danmengorganisasikan informasi; dan (b)memperoleh kemampuan berbahasa danberkomunikasi dengan membaca, menulis,melihat, berbicara, serta mendengar.

Strategi Bebas memotivasi peserta didikuntuk aktif mencari informasi dari beranekasumber. Misalnya guru menugaskan pesertadidik mencari informasi tentang apa, untuk apa,dan bagaimana Pemilu di Indonesia. Pesertadidik disuruh mencatat informasi yangdiperolehnya dan menuliskannya secara runtutuntuk dibaca dan dinilai oleh guru. Secara aktifmereka akan menemukan bahwa informasitentang hal atau masalah yang dicarinya dapatdiperoleh di ber-bagai sumber, misalnya dalambuku, majalah, surat kabar, radio, televisi,

internet, atau dariorang tertentu diling-kungannya.Ketika mengum-pulkan informasiitu, mereka mem-peroleh berbagaimacam informasidilihat dari isinya.Mungkin juga in-formasi yang di-peroleh itu tidakselaras satu samalain atau ada juga

yang saling melengkapi. Peserta didik mencatatsemua informasi itu dan kemudian memilah-milah serta menyusunnya kembali secara runtutsehingga bermakna utuh dan menarik untukdibaca. Apabila kegiatan seperti ini dilakukansecara berulang-ulang, peserta didik akanterlatih menjadi pemikir yang kritis danpemecah masalah yang kreatif.

Guru memang telah terbiasa menggunakanbeberapa media sebagai sumber belajar, sepertitransparansi, video, flip chart, dan mendatang-kan tamu pembicara. Kadang-kadang guru jugamenyuruh peserta didik bermain peran atausimulasi. Akan tetapi dalam menggunakanberbagai media itu, guru merancang dan

Belajar berbasis aneka sumber(Bebas) merupakan suatu strategi

pembelajaran yang memungkinkanpeserta didik memperoleh

pengetahuan dengan melakukaninteraksi dengan beraneka ragam

sumber

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

menentukan sendiri pesan atau isi yang dimuatdalam media itu sendiri. Dengan demikian,pembelajaran itu pada hakikatnya masihberorientasi pada guru dan peserta didikmemperoleh informasi yang dipilih oleh gurudan disampaikan melalui media yang jugaditetapkan oleh guru. Cara yang demikianadalah guru mengajar berbasis aneka sumber.Akan tetapi dalam Bebas, guru mengajukanmasalah atau pertanyaan dan peserta didikdisuruh memecahkan masalah atau menjawabpertanyaan itu dengan mengumpulkaninformasi dari beraneka sumber. Guru dapatsaja memberitahukan di mana dan dalam bentukapa informasi itu diperoleh, akan tetapi pesertadidik dapat mengembangkan sumber-sumber ituserta mencari dengan caranya sendiri.

Bebas merupakan salah satu strategi belajaryang sangat membantu dalam melaksanakanmodel belajar inkuiri, belajar berbasis masalah,belajar kooperatif, dan belajar berbasis projek.Strategi ini menggeser pusat belajar dari gurukepada peserta didik khususnya dalammenemukan dan memilih informasi serta cara-cara memperoleh, memilah, dan memilihinformasi untuk memecahkan masalah ataupertanyaan yang diajukan oleh guru. Strategi inijuga memotivasi peserta didik berinteraksidengan teman-temannya, guru, anggotakeluarga dan orang-orang sekitarnya dalamupaya memperoleh informasi selengkap mugkintentang topik yang dicarinya. Melalui penelu-suran dan pengumpulan informasi itu, pesertadidik mengembangkan kemampuan bertanya,berargumentasi, membaca, mengamati, sertamenulis.

Penelusuran dan pengumpulan informasioleh peserta didik dapat dilakukan di luar jampelajaran di kelas dan waktu belajar di kelasdapat dipergunakan untuk mendengar laporanpeserta didik, diskusi, atau memperkayainformasi yang diperoleh oleh peserta didik.Penggunaan waktu belajar di kelas menjadi lebihefisien dan mengurangi keluhan guru ataskurangnya waktu untuk menyelesaikan bahanyang dituntut dalam kurikulum. Banyak bahan-bahan pelajaran yang dapat dipelajari sertakesulitan belajar peserta didik diatasi di luarkelas dengan menggunakan Bebas.

Dalam menerapkan Bebas, guru perlumelakukan hal-hal berikut. Pertama, guru perlumenetapkan tujuan belajar dengan rumusanindikator kompetensi yang jelas dan terukur.Tujuan belajar dalam Bebas hendaknya

menunjukkan kemampuan berpikir kritis dankemampuan memecahkan masalah. Dalamcontoh Pemilu yang disebutkan sebelumnya,tujuan belajar diarahkan pada pemahamanpeserta didik tentang Pemilu yang disajikandalam tulisan esai. Kedua, guru menetapkankriteria hasil pekerjaan peserta didik dalamwujud yang nyata dan menantang untuk mereka.Dalam contoh Pemilu itu, peserta didik dimintamenuliskan pemahaman mereka tentang Pemiludalam bentuk esai yang runtut denganmenjelaskan apa, bagaimana, dan untuk apaPemilu itu. Ketiga, guru merencanakan secaralengkap proses pembelajaran. Guru perlu bekerjasama dengan petugas perpustakaan danaudiovisual di sekolah untuk mengetahuiinformasi dan bentuk media yang tersedia untukkeperluan peserta didik menyelesaikan tugas itu.Untuk pokok bahasan lain, guru mungkin perlubekerja sama dengan petugas laboratorium (IPA,Kimia, Fisika, atau Bahasa). Keempat, gurumenentukan jadwal waktu untuk mengerjakantugas. Guru memberikan batas waktupenyelesaian tugas serta memberikan penjelasanbagaimana menyusun kegiatan waktu sehinggapeserta didik dapat menyelesaikan tugas tepatwaktu. Kelima, guru menetapkan kriteriapenilaian secara jelas. Dalam menulis esaimisalnya, perlu dijelaskan unsur-unsurpenilaian seperti kelengkapan dan kejelasaninformasi, keteraturan susunan informasi,penarikan kesimpulan, dan bahasa (keterba-caan). Keenam, guru menilai hasil pekerjaanpeserta didik dan memberikan umpan balik.Ketujuh, guru menilai proses pembelajaran danpencapaian tujuan pembelajaran untuk pokokbahasan yang bersangkutan secara keseluruhan.

Internet dapat dipergunakan sebagai salahsatu sumber informasi untuk belajar. Sejumlahsekolah telah memiliki akses ke internet melaluikomputer yang tersedia di sekolah dan pesertadidik dapat menggunakannya. Bahkan ada jugasekolah yang menyediakan laboratoriumkomputer untuk peserta didik dan guru untukkeperluan pembelajaran. Dalam hal yangdemikian, guru perlu bekerja sama dengan petu-gas laboratorium komputer dalam membimbingpeserta didik menggunakan internet, khususnyatentang cara mencari informasi yang merekaperlukan di internet.

Dalam penerapan Bebas fungsi guru lebihbanyak sebagai pembimbing, fasilitator, danpemandu peserta didik. Mengajarkan fakta-faktaatau pengetahuan lain digantikan dengan

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

mengajarkan peserta didik cara belajar. Tujuanpembelajaran ialah memberikan kemampuanbagaimana menemukan, mengevaluasi, danmenggunakan informasi untuk keperluanbelajar.

Apabila dipahami dan diterapkan secaratepat oleh guru, Bebas dapat memberikanmanfaat kepada siswa sebagai berikut. Pertama,Bebas dapat mewadahi gaya belajar, kemam-puan, kebutuhan, dan minat peserta didik yangberbeda-beda karena masing-masing dapatmemilih sumber belajar yang sesuai dengandirinya. Kedua, Bebas dapat mengembangkankemampuan memecahkan masalah, mengambilkeputusan, dan menilai secara kritis. Ketiga, olehkarena berusaha dan menemukan sendiri,pesera didik memperoleh pengalaman belajaryang bermakna sehingga mereka lebih bertang-gung jawab dan percaya diri terhadap perolehanbelajarnya. Keempat, Bebas melatih peserta didikterbiasa dengan teknologi informasi sertamampu menggunakannya secara efektif. Kelima,peserta didik menjadi terampil dalam bagaimanabelajar secara mandiri mereka menjadi melekinformasi, serta memiliki keterampilan belajarsepanjang hayat.

Pelaksanaan Bebas di sekolah mungkinmengalami hambatan yang antara lainpemahaman guru tentang strategi ini masihkurang. Menggunakan aneka ragam media atausumber belajar yang dirancang dan ditentukansendiri oleh guru dan peserta didik belajar darimedia itu bukan lah termasuk Bebas, karenamasih berpusat kepada guru. Dalam bebaspeserta didik secara leluasa mengidentifikasisumber-sumber, menemukan, mengumpulkan,memilah dan memilah, menganalisis, danmensintesiskan sendiri. Untuk dapat melakukanitu dengan baik, guru memberikan pedomanpada awal kegiatan. Oleh karena berbagaiketerbatasan, masih banyak sekolah yang belummemiliki sumber belajar yang memadai disekolah dilihat dari jenis dan kualitasnya.Keadaan yang demikian dapat menyurutkanmotivasi peserta didik dalam menelusuriinformasi yang mereka perlukan. Sementara ituguru masih kurang mampu mengenali danmendayagunakan sumber-sumber belajar yangtersedia di lingkungan dalam melaksanakanBebas.

Menilai hasil belajar peserta didik melaluiBebas dapat juga menjadi beban bagi guru karenadia sendiri harus menguasai banyak informasidari berbagai sumber untuk dapat menilai

pekerjaan peserta didik yang berbeda satu samalain karena menggunakan sumber-sumberbelajar yang berbeda. Dalam proses Bebas gurudiharapkan pula memantau kegiatan pesertadidik secara individual dan dalam hal-haltertentu guru perlu mendampingi dan memo-tivasi peserta didik dalam melengkapi informasiyang diperlukan. Tugas-tugas yang demikianmemerlukan waktu dan tenaga guru di luar jampelajaran dan mungkin juga di luar sekolah.

Keberhasilan pelaksanaan Bebas tidakterlepas dari kepemimpinan dan kebijakankepala sekolah. Kepala sekolah diharapkan jugamemahami Bebas ini dan mendirikan dukungankepada guru dan peserta didik untuk melak-sanakannya. Tenaga kependidikan lainnya disekolah, orang tua, serta Komite Sekolah jugaikut berperan dalam memperlancar kegiatanbelajar dalam Bebas ini.

Pusat Sumber Belajar

Seperti telah diuraikan, dalam proses belajar danmembelajarkan dipergunakan berbagai jenis danbentuk sumber belajar untuk keperluan berbagaitujuan pembelajaran. Lembaga-lembagapendidikan pada umumnya telah memilikiperpustakaan dan lembaga pendidikan tertentumemiliki beberapa jenis laboratorium sepertilaboratorium IPA, Kimia, Fisika dan Bahasa,serta berbagai jenis alat praktek dan alat peraga.Agar pemeliharaan dan pemanfaatan sumberbelajar dilakukan secara efisien dan efektif, perludikelola secara terpadu dalam satu unit kerjayang kemudian disebut Unit Sumber Belajar(USB), atau Pusat Sumber Belajar (PSB).

Pada awalnya PSB mulai berkembang dariperguruan tinggi Merrill dan Drob (1974:15)mendefifinisikan PSB atau Center for LearningResources sebagai “... an organized activityconsisting of a director, staff, and equipment housedin one or more specialized facilities for the production,procurement, and presentation of instructionalmaterials and the provision of development andplanning services related to the curriculum andteaching on a general university campus”Pengertian ini menunjukkan lembaga PSB diperguruan tinggi dikelola secara khusus olehseorang pemimpin dibantu oleh sejumlahpegawai. PSB menempati bangunan tersendiridengan peralatan dan fasilitas untuk produksiserta pengadaan dan penyediaan berbagai

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

bahan pembelajaran. Di samping itu PSB jugamemberikan pelayanan kepada pendidik/dosendalam mengembangkan kurikulum.

Dalam perkembangannya, PSB memberikanjuga pelayanan kepada peserta didik untukbelajar secara individual atau kelompok denganmenggunakan tempat serta sumber belajar yangdiperlukan seperti buku, modul, mediaaudiovisual, dan media berbasis komputer.Sedangkan pelayanan kepada pendidikdikembangkan dengan menyediakan tempatdan peralatan untuk merencanakan danmembuat media untuk keperluan belajar danmembelajarkan. Di samping itu petugas PSBtidak hanya membantu pendidik dalammerancang, mengembangkan dan membuatbahan ajar tetapi juga membantu dalampenyajian dan evaluasinya (Merril dan Drob,1974: 3). Dengan demikian maka tempat ataubangunan PSB perlu dirancang secara khusussehingga dapat menyimpan, merawat,mengembangkan, membuat dan memanfaatkanberbagai sumber belajar, baik untuk kebutuhanbelajar secara individual maupun kelompokserta dapat dipergunakan sebagai tempatpelatihan pengembangan dan pemanfaatananeka sumber belajar .

Perkembangan PSB melalui empat fase. Fasepertama ialah dijadikannya perpustakaansebagai PSB dengan koleksinya terbatas padabahan cetakan. Fase kedua selaras denganperkembangan teknologi informasi dankomunikasi, koleksi perpustakaan dilengkapidengan bahan-bahan audio visual dan perlatanproduksi. Fase ketiga, perpustakaan yangmemiliki koleksi bahan cetak, audiovisual, danperalatan produksi dilengkapi dengan ruanganbelajar non tradisional yang memungkinkanpeserta didik atau pendidik belajar secaraindividual atau kelompok. Fase keempat pusatbelajar yang telah mempunyai fasilitas sepertidalam fase ketiga dilengkapi dengan saranauntuk pengembangan sistem instruksionaluntuk guru dengan bantuan petugas PSB.

Pengembangan PSB dalam tahap kelimamemberikan ciri khasnya. Di sini terlihatkombinasi yang terpadu dari berbagai sumberbelajar yang meliputi pesan, orang, alat, bahan,teknik, dan latar dengan tujuan belajar danmembelajarkan. Pengembangan sisteminstruksional merupakan proses yang sistematisdan berkesinambungan untuk membantupeserta didik memperkaya pengalaman belajarsecara efektif dan efisien. Melalui pengembangan

sistem pembelajaran yang memberdayakanberbagai sumber belajar akan meningkatkanmutu proses dan hasil belajar. Ada terdapatbanyak dan bertambah terus model pengem-bangan pembelajaran yang dirancang untuktujuan pembelajaran tertentu serta tidak dapatlangsung diterapkan untuk keperluan berbeda.Pendidik perlu mengkaji model-modelpembelajaran yang ada, memodifikasi sesuaidengan tujuan pembelajaran, bahkan bila perlumembuat model pembelajaran sendiri. (Gustafon& Branch, 1997). Untuk dapat memperolehmodel pembelajaran yang tepat sesuai dengantujuan dan lingkungan belajar dan membel-ajarkan, pendidik perlu memiliki dasar-dasaratau pertimbangan psikologi, pendekatan sistem,dan teori komunikasi yang sesuai untukpengambilan keputusan (Seels & Glasgow, 1998).Dalam konteks ini pulalah PSB membantupendidik merancang dan mengembangkansistem instruksional dengan menyediakanberbagai media, peralatan produksi, danbantuan tenaga teknis.

Secara umum fungsi PSB dapat berkembangsesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikankarena yang penting dalam penerapannyaadalah keefektifan fungsi dalam menunjangpencapaian tujuan atau kompetensi pembel-ajaran. Tetapi dalam setiap PSB ada fungsidominan yang menjadi ciri utamanya : (1) fungsipengembangan sistem instruksional, (2) fungsipelayanan media pembelajaran, (3) fungsiproduksi media pembelajaran, (4) fungsipelatihan, dan (5) fungsi administrasi.

Fungsi pengembangan sistem instruksionalmerupakan fungsi utama PSB karenakegiatannya bermuara dari fungsi ini, kemudianmenyebar ke fungsi-fungsi lainnya. Fungsi inimembantu pendidik serta fasilitator membuatrancangan pembelajaran untuk meningkatkanefektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.Dengan adanya fungsi pengembangan ini makakebutuhan yang tidak tersedia di pasaran dapatdipenuhi.

Fungsi pelayanan media memberikanpelayanan kepada pendidik, atau fasilitatoruntuk memenuhi kebutuhan media pembel-ajaran, mulai dari memilih media yang tepat,teknik penyajiannya, sampai kepada peman-faatan berbagai jenis media lainnya. Sedangkanlayanan kepada peserta didik berupa layananbelajar individual atau kelompok yang berbasismedia, khususnya media pembelajaran audio-visual atau media elektronik lainnya.

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

Fungsi produksi media pembelajaranberhubungan dengan pengadaan media pembel-ajaran yang tidak ada di pasaran sehingga harusdiproduksi sesuai dengan kebutuhan kurikulumyang ada. Sedangkan fungsi pelatihan bertang-gung jawab atas pengembangan kemampuansumber daya manusia , baik pendidik maupuntenaga kependidkan lainnya. Bagi tenagapendidik adalah untuk meningkatkan kompe-tensi membelajarkan, khususnya dalammengguna-kan media dan sumber-sumberbelajar lainnya, sedangkan bagi tenaga kependi-dikan adalah untuk meningkatkan kemampuandalam pengelolaan sumber belajar danpelayanan yang baik bagi pengguna PSB.

Fungsi administrasi bertanggung jawabterhadap pengelolaan layanan, sumber-sumberbelajar dan pengadminstrasian fungsi-fungsilainnya sehingga setiap pelayanan kepadapengguna PSB dapat berlangsung secara tertibdan lancar. Walaupun fungsi ini seakan-akansebagai pendukung, peranannya ikut menentu-kan kelancaran dan mutu pelayanan PSB.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhanbelajar dan membelajarkan di perguruan tinggi,tugas dan fungsi PSB mengalami perkembangandari waktu ke waktu. Sebagai contoh, fungsi dankegiatan PSB (Learning Resource Center) dibeberapa lembaga pendidikan di luar negeriseperti Pine Manor College di Massachusets, SanDiego College di California, AsnuntuckUniversity College, Xavier University ofLouisiana, University of Louisiana, danUniversity of Texas menunjukkan bahwawalupun masih berfungsi memproduksi bahanajar dalam berbagai bentuk media, PSB lebihmenekankan pada pelayanan programpembelajaran individual kepada peserta didikdengan menyediakan berbagai jenis dantampilan modul dan pelayanan peningkatankemampuan mengembangkan desain pembel-ajaran dan meningkatkan kemampuan pendidikuntuk membelajarkan antara lain denganmenyelenggarakan seminar, lokakarya, simpo-sium, dan kolokium. PSB juga memberikanpelayanan kepada pendidik di luar lembaganyadalam meningkatkan kemampuan pendidik dantenaga kependidikan dalam menggunakananeka sumber belajar serta kemampuanmengelola PSB. Sejalan dengan perkembanganteknologi informasi dan komunikasi, berbagaijenis pelayanan itu dilakukan melalui e-learningdan on-line learning atau virtual learning. Dengandemikian, salah satu indikator mutu suatu

lembaga pendidikan adalah keadaan danpelayanan PSB yang dimilikinya.

.Mengembangkan PSB

Pendekatan pembelajaran berpusat pada pesertadidik juga dinyatakan dalam PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang menya-takan bahwa proses pembelajaran dalam satuanpendidikan diselenggarakan secara interaktif,aspiratif, menyenangkan, menantang memoti-vasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, sertamemberikan ruang yang cukup untuk berpra-karsa, kreatif, dan mandiri sesuai dengan bakat,minat, dan perkembangan fisik serta psikologispeserta didik (Pasal 19, ayat 1). Proses pembel-ajaran yang demikian sulit dapat dilakukantanpa menggunakan berbagai sumber belajar.Pergeseran paradigma pendidikan menghen-daki belajar dan membelajarkan menggunakanberbagai sumber termasuk lingkungan danteknologi informasi dan komunikasi.

Pendidik diharapkan dapat menggunakansumber belajar secara tepat untuk mencapaitujuan pembelajaran dengan memperhatikankarakteristik pesan/bahan ajar, karakteristikpeserta didik, serta karakteristik sumber belajaritu sendiri. Oleh karena itu keberhasilan pember-dayaan sumber belajar dalam proses belajar danmembelajarkan bergantung pada kemauan dankemampuan pendidik untuk menemukenali danmemanfaatkan berbagai sumber belajar yangtersedia di lingkungan tempat terjadinya prosesbelajar dan membelajarkan.

Di sejumlah sekolah dasar yang termasukdalam Program CLLC Unesco-Unicef, MBEUSAID, serta program-program sejenis yangdibina oleh NGO terlihat peningkatan pemanfa-atan aneka sumber belajar dalam proses belajardan membelajarkan. Hasil positif yang diper-oleh telah memberikan imbas ke sekolah-sekolahlainnya sehingga banyak sekolah tersebar diseluruh Indonesia mulai mengembangkan anekasumber belajar yang berada di lingkungannya.Dengan menggunakan aneka sumber belajarberbagai kesulitan dalam rangka meningkatkanmutu proses dan hasil belajar dan membel-ajarkan dapat diatasi (USAID, 2006)

Sementara itu dalam pengamatan keberbagai sekolah di tingkat pendidikan dasardan menengah, pemanfaatan aneka sumberbelajar di kebanyakan sekolah masih belumseperti diharapkan. Sungguhpun para pendidik

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

mengatakan bahwa mereka mengetahui konsepbelajar aktif, belajar kontekstual dengan berbagaimodel pembelajaran yang menuntut penggu-naan berbagai sumber belajar, tetapi hasilpengamatan menunjukkan lebih dari sebagiandari kelas yang diamati, proses belajar danmembelajarkan masih berpusat kepada guru(Yuhetty, 2006: 81-82). Sementara itu kebijakanmanajemen berbasis sekolah serta sistempendanaan melalui Biaya Operasional Sekolah(BOS) dapat mematikan kreativitas sekolahdalam mengembangkan dan mendayagunakananeka sumber belajar. Dalam keadaan demikianpembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efisien, danmenyenangkan sukar dapat diwujudkan untukmeningkatkan mutu proses dan hasil belajar danmembelajarkan di sekolah (Sitepu, 2006).

Hasil pengamatan sejumlah mahasiswaPascasarjana UNILA (Prodi TP S2) ke beberapaSD, SMP dan SMA di Lampung dalam bulanApril dan Mei 2008 menunjukkan bahwa (1)pada umumnya guru belum memanfaatkananeka sumber belajar yang terdapat dilingkungan sekolah; (2) peralatan seperti OHP,komputer dan LCD masih sangat terbatasjumlahnya dan belum banyak dipergunakandalam proses pembelajaran di kelas; (3) alatperaga, peralatan laboratorium dan perpus-takaan kurang terawat; (4) belum ada tenagakhusus pengelola sumber-sumber belajar yangtersedia di sekolah; dan (5) dianggap perlumelakukan pelatihan terhadap pendidikbagaimana cara mengembangkan aneka sumberbelajar terintegrasi dengan pengembangansistem pembelajaran.

Sungguhpun kesadaran akan pentingnyasumber belajar, telah tumbuh keadaan danperkembangan lembaga PSB dalam arti yangsesungguhnya kurang berkembang di pendidi-kan dasar, menengah, dan tinggi. Pada umum-nya sekolah belum memiliki lembaga atau unitkerja yang disebut PSB, sungguhpun di sekolahitu memiliki perpustakaan, laboratorium, danmedia audiovisual. Perpustakaan sekolah,laboratorium dan media audiovisual masihdikelola secara tersendiri. Di beberapa perguruantinggi terdapat unit pelaksana teknis yangdisebut PSB, namun belum berkembang danberfungsi sebagaimana seharusnya.

Mengingat pentingnya peranan anekasumber belajar, dalam proses belajar-membelajarkan khususnya dalam Bebas,sekolah perlu mengembangkan sumber-sumberbelajar di masing-masing sekolah secara

terintegerasi. Pengembangan sumber-sumberbelajar itu dapat dimulai dari yang sederhanaatau dari apa yang ada, namun pemanfaatannyadiintegrasikan ke dalam proses belajar-membelajarkan. Secara bertahap sekolah dapatmembentuk Unit Sumber Belajar yang didalamnya ada perpustakaan, media audiovi-sual, alat-alat peraga/praktek, dan komputer.USB lebih sederhana dari pada PSB di lihat dariorganisasi, koleksi, dan pengelolaannya.Pengembangan USB ini diikuti denganpengayaan koleksinya yang tidak hanya produkyang dibeli tetapi juga termasuk karya pesertadidik dan guru.

Penutup

Pergeseran paradigma atas pendidikan dantuntutan akan perubahan proses pembelajaran,sebagai akibat dari kemajuan berpikir dankebutuhan masyarakat, membuat penyeleng-garaan pendidikan pada umumnya danpengelolaan pembelajaran pada khususnyaperlu melakukan inovasi. Salah satu hal yangdapat dilakukan ialah mendayagunakan anekasumber belajar dan peserta didik diberikankemampuan bagaimana cara belajar sehinggamereka dapat belajar secara mandiri dansepanjang hayat. Pendidik dibantu oleh tenagakependidikan diharapkan dapat menerapkanpendekatan pembelajaran berbasis peserta didikdengan mendayagunakan berbagai sumberbelajar yang berbasis lingkungan secara kreatifdan inovatif sehingga terwujud prosespembelajaran yang menyenangkan, efisien, danefektif.

Dalam mengembangkan dan memanfaatkananeka sumber belajar secara optimal, keberadaanUSB/PSB sangat diperlukan untuk membantupendidik dan peserta didik meningkatkan mutuproses dan hasil pembelajaran tidak hanyaselama tetapi juga di luar jam belajar. USB/PSBdapat mengatasi berbagai kesulitan pendidikdan peserta didik apabila direncanakan denganbaik serta dikelola secara profesional. USB/PSBpada hakikatnya dapat dikembangkan tidakhanya di satuan pendidi-kan dasar danmenengah atau di perguruan tinggi, tetapi jugasanngat bermanfaat di pusat-pusat pendidikandan pelatihan (Pusdiklat).

USB/PSB kelihatannya belum berkembangpesat di lembaga-lembaga pendidikan diIndonesia. Masih diperlukan perhatian dan

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Pengembangan Sumber Belajar

kebijakan dari pimpinan lembaga-lembagapendidikan untuk memfungsikan dan mengem-bangkan USB/PSB di tempatnya masing-masing. Payung kebijakan berupa PeraturanMenteri Pendidikan Nasional akan dapatmemotivasi pertumbuhan, perkembangan, danpemanfaatan USB/PSB secara nasional.

Daftar Pustaka

AECT. (1986). Definisi teknologi pendidikan.Penerjemah: Yusufhadi Miarso dkk.Jakarta: Rajawali bekerja sama denganPusat Antar Universitas di UniversitasTerbuka

Anderson, O.W. dan Krathwohl, D.R. (2001). Ataxonomy for learning, teaching, andassessing: A revision of Bloom’s taxanomy ofeducational objectives. New York: AddisonWesley Longman

Asnuntuck Community College, http://www.commnet. edu

Dorrell, J. (1993). Resource-based learning: Usingopen and flexible learning resources forcontinous development. Berkshire: McGraw-Hill Book Company Europe

Gustafson, K.L. & Branch, R.M. (1977). Survey ofinstructional development models. Syracuse,N.Y.: Clearinghouse on Information &Technology.

Januszewski, A. (2002). Educational technology:The development of a concept. Englewood,Colorado: Libraries Unlimited

Januszewski, A. & Molenda, M. (2008).Educational technology: A definition withcommentary. New York: LawrenceErlbaum Associates

Mann, D. (1974). Policy decision-making: AnIntroduction to calculation and control. NewYork: Teachers College Press

Merril, I.R. & Drob, H. A. (1974). Criteria forplanning the college and university learningresources center. Washington D.C. : AECT

Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologipendidikan. Jakarta Prenada Media bekerjasama dengan Pusat Teknologi danInformasi Pendidikan

Miarso, Y. (2008). Teknologi yang berwajahhumanis. Jurnal Pendidikan Penabur, 09(06), 50 - 58

Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005.w w w . d e p d i k n a s . g o . i d /inlink.php?to=snp

Pine Manor College, http://www.pmc.eduRahadi, A. (2005). Menuju kelembagaan pusat

sumber belajar (learning resources center).Dalam Purwanto (ed). Jejak langkahperkembangan teknologi pendidikan diIndonesia. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional, Pusat TeknologiInformasi dan Komunikasi Pendidikan

Reigeluth, C.M. & Garfinkle, J.G. (Eds). (1994).Systemic change in education. EnglewoodCliffs, N.J.: Educational TechnologyPublications.

Reigeluth, C.M. (1999). What is instructional-design theory and how is it changing?.Dalam Instructional-design theories danmodels. Volume II: A new paradigm ofinstructional theory. Mahwah, NJ:Lawrence Erlbaum Associates.

Reiser, R.A. dan Dempsey, J.V. eds. (2002). Trendsand issues in instructional design andtechnology. London: Pearson Education

Seels, B.B. and Richey, R.C.. (1994). Instructionaltechnology: The definition and domains of thefield. Whasington, DC: AECT

Simon, H.A. (1997). Administrative behavior: Astudy of decision-making process inadministrative organizations. New York:The Free Press

Surry, R.W. (1997). Diffusion theory and instructionaltechnology. Makalah yang dipaparkan diKonferensi Tahunan AECT, Albuquerque,New Maxico February 12 – 15, [email protected]

University of Louisiana, http://www.lsu.eduUniversity of Texas At Austin, http//www.

utexas. eduUSAID. (2006). Managing basic education:

Developing local government capacity.Annual report, September 2005-september2006. Tidak diterbitkan.

Warren, M.D. (20020. Embracing the informationage in public education: An interviewwith Michael Warren.Vision. November/December 2002. http://ts.mivu.org/default.asp?show=article&id=1049

Wikipedia, International covenant on economic,social and cultural rights, http. Wikipediaorg/wiki/human_right

Xavier University of Louiciana, http://www.xula. edu

Yuhetty, H. (2006). Laporan kajian: Prakarsa sekolahdalam meningkatkan mutu proses pendidikan(studi kasus pada sekolah terpilih). Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

Berprestasi di Sekolah dengan MeminimalkanDerajat Stres Negatif (Distress)

Handy Susanto*)

*) Mantan Guru SMPK BPK PENABUR Tasikmalaya

Opini

da berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang untuk berprestrasi baikdari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal seperti potensi kecerdasan,motivasi, sikap, sedangkan faktor eksternal seperti orang tua, metode pembelajaran,tekanan atau ancaman dari lingkungan yang menimbulkan stres bagi anak. Stres dengan

derajat yang berlebihan akan menyebabkan seseorang mengalami kecemasan, sedangkan stresyang derajatnya terlalu rendah mengakibatkan seseorang mengalami kebosanan. Stres bukanlahsuatu hal yang selalu negatif. Stres dengan derajat yang tepat akan menyebabkan seseorang dapatmenampilkan performance yang optimal.

Kata kunci: Stres, prestasi, faktor internal, faktor eksternal.

The performance of individual are influeneed by internal and eksternal factors. Stress resulted from theeksternal factors could effect the performance positively and negatively. This article discusses some techniquesof managing stress that can give positive effects to the school children’s achievement. The role of the teachersand parents are very important in assisting the children to cope their stress.

Abstrak

A

Pendahuluan

Dengan semakin pesatnya perkembangan duniapendidikan, berkembangnya kurikulumpendidikan dan juga semakin berkembangnyapersaingan antar sekolah untuk menjadi sekolahyang terbaik membuat para penyelenggarapendidikan semakin berlomba-lomba untukmemberikan program pendidikan yang terbaikbagi anak didiknya. Berbagai macam programpendidikan ditawarkan kepada masyarakatdengan dalih bahwa program tersebut adalahuntuk membekali peserta didik agar menjadiorang yang lebih baik atau dengan kata lain lebihkompeten dibandingkan dengan peserta didikdi sekolah lainnya. Namun dengan kondisitersebut mungkin para penyelenggarapendidikan tidak menyadari bahwa program

yang ditawarkan tersebut justru akan semakinmembebani peserta didik. Orang tua mungkintidak pernah memperhatikan anak-anaknya saatmereka berangkat ke sekolah. Orang tua tidaktahu apa yang mereka bawa di dalam tas sekolahmereka. Mereka tidak pernah berpikir begituberatnya beban yang harus dipikul oleh anak-anaknya. Orang tua juga tidak pernah menim-bang bobot tas sekolah anak-anaknya yangsebenarnya baru duduk di bangku SekolahDasar.

Sekolah seharusnya menjadi suatu duniayang menyenangkan bagi anak didik. Namundengan kondisi saat ini sepertinya bagi merekasekolah bukanlah lagi menjadi tempat yangmenyenangkan. Persaingan antara lembagapendidikan, kurikulum yang kian padat, sikaptenaga pendidik yang dinilai kurang manusiawi,persaingan antara orang tua peserta didik,

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

ambisi orang tua terhadap anaknya secara tidaksadar sebenarnya telah membebani pesertadidik. Berbagai macam tekanan dari luar (faktoreksternal) tersebut kemungkinan besar akanmeningkatkan derajat stres di dalam diri anakdidik. Tidak mengherankan, yang seringkali kitalihat saat ini, adalah semakin banyaknya anakdidik yang membangkang, kurang berprestasipadahal potensi kecerdasannya berada di atasrata-rata, malas untuk berangkat ke sekolahbahkan mungkin ada yang sampai phobiasekolah.

Memang kita tidak dapat memungkiribahwa figur anak yang berprestasi menjadikebanggaan baik bagi anak itu sendiri, orang tua,bahkan lembaga pendidikan tempat ia belajar.Cukup banyak lembaga pendidikan yangmenginginkan anak didiknya berprestasidengan harapan agar nama baik sekolahsemakin terangkat dan tingkat favoritas sekolahsemakin baik karena dengan banyaknya anakdidik yang berprestasi di sekolah tersebut akanmendorong orang tua untuk menyekolahkananaknya di tempat itu. Namun sayangnya,dengan adanya ambisi tersebut justrumengorbankan kesenangan anak didik itusendiri. Anak didik dijejali terus oleh pelajaran-pelajaran yang justru membuat anak itu sendirimenjadi tidak menikmati kegiatan bersekolah.Anak didik tidak diberikan kebebasan untukberkreasi dalam mempelajari sesuatu karenaperasaan khawatir para pendidik terhadaptarget kurikulum yang diberikan oleh dinaspendidikan ataupun pihak sekolah tidaktercapai.

Anak didik digembleng dengan diberikantugas yang sangat banyak sehingga menyitawaktu mereka bahkan untuk bermain yangsebenarnya itu adalah hakekat dunia anak. Halini sejalan dengan apa yang diungkapkan olehHandrawan Nadesul (dalam http://keluargasehat.wordpress.com/Stress, 24 Oktober2008) bahwa kompetisi di sekolah semakin ketat,kurikulum kian padat, dan metode pengajarandan sikap pendidik dinilai kurang manusiawi.Semua itu menyiksa hari-hari bermain anak.Belum lagi ditambah dengan waktu yangdirampas dari hari-hari anak untuk (terpaksa)les ini-itu. Maka beban hidup anak melebihikodratnya yang perlu lebih banyak bermain.Bukan satu kali terdengar kasus anak menolakberangkat ke sekolah atau ada juga anak yangsetiap kali tiba di depan gerbang sekolahlangsung muntah, atau sakit perut, dan mencret.

Penyebabnya satu yakni pasti anak itu sedangjatuh stres. Anak yang stres bisa jadi karenamembenci gurunya atau karena mata pelajar-annya. Tidak jarang juga disebabkan olehkeduanya. Anak merasa tidak nyaman selamabersekolah. Konsep belajar-mengajar kitamenjadi cenderung indoktrinasi, menjadi hanyasearah dan bukan dialog.

Selain itu, saat ini semakin menjamursekolah–sekolah plus yang menawarkan prog-ram pembelajaran dengan menjanjikan kepadapihak orang tua bahwa dengan bersekolah disekolah plus maka anak akan semakin berkem-bang atau lebih kompeten dibandingkan dengananak yang hanya sekolah di sekolah reguler.Namun pada praktiknya, justru sekolah plus itusemakin berpotensi menimbulkan stres padaanak. Sebagaimana yang diungkapkan olehpakar pendidikan dari Universitas NegeriYogyakarta (UNY), Djohar (2003) (dalam http://www.gatra.com). Beliau menilai, sekolah plusyang banyak menjamur saat ini menggunakanmodel pembelajaran yang justru semakinpotensial menumbuhkan stres pada anak yangakan terbawa hingga usia lanjut. Hal itu terjadikarena sekolah plus menggunakan modelpembelajaran yang bertentangan dengan kaidahpendidikan. Ia menjelaskan, model pembelajaranyang digunakan oleh sekolah plus justrumembelenggu anak, menyita hak anak, dankurang membangkitkan kreativitas anak.

Dengan semakin banyaknya faktor yangmenyebabkan timbulnya stres pada anaksehing-ga dapat menjadi hambatan dalambelajar, perlu dicarikan cara mengurangi derajatstres pada anak agar mereka dapat berprestasiseoptimal mungkin sesuai dengan potensi yangdimi-likinya.

Landasan Teori

StresStres adalah kondisi biologis yang timbulsebagai akibat kegagalan tubuh untuk meresponsecara tepat baik secara emotional maupun fisikancaman yang dihadapinya baik ancamansecara nyata ataupun yang dibayangkan. Kata“Stres” itu sendiri pertama kali digunakan olehHans Selye (1930) (dalam John W. Santrock, 2002)untuk mengidentifikasi respon fisiologis padabinatang di laboratorium. Dia lalu mengem-bangkan dan mempopulerkan istilah “stres”

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

termasuk ke dalam persepsi dan respon manusiadalam usaha untuk beradaptasi denganberbagai macam tantangan dalam kehidupansehari-hari. Di dalam terminologi yang diguna-kan oleh Hans Selye, stress merujuk kepadarespon organisme, sedangkan ancaman /tantangan itu sendiri dikenal dengan nama“stressor”.

Menurut Hans Selye (1975) (dalam John W.Santrock, 1998) stres dibagi menjadi 2 yaituEustress dan Distress. Pada saat stres tersebutdapat meningkatkan fungsi seseorang baikmental maupun fisik itu dinamakan Eustress,sedangkan Distress adalah stres yang terusmenerus ada dan tidak terpecahkan yangmungkin akan mengarahkan yang bersangkutanmengalami kecemasan (anxiety) atau depresi.

Pada dasarnya stres memang diperlukanoleh manusia sebagai suatu bentuk alarm baikbagi tubuh maupun mental. Setiap orang memi-liki kemampuan atau daya tahan yang berbeda-beda terhadap stres yang dialaminya. Namunpada umumnya semakin lama seseorang berada

dalam kondisi stres, maka yang bersangkutanakan mengalami kelelahan baik secara fisikmaupun psikologis. Hal ini bisa dilihat padagambar 2.

Sebenarnya adalah suatu pendapat yangkeliru apabila ada pendapat bahwa seseorangharus terbebas dari stres atau orang berupayauntuk menghilangkan stres pada dirinya. Jika

seseorang tidak merasa-kan stres dalam kehidu-pannya, maka dia tidakakan mengalami suatutantangan dalam kehi-dupannya dan cende-rung kondisinya menja-di monoton. Jika seseo-rang berada dalamkondisi seperti itu makaperformancenya puntidak akan dapat dica-pai secara optimal kare-na dia mengalami kebo-

sanan, begitu juga seba-liknya jika terlalu tinggiderajat stres seseorang maka akan berpengaruhpula pada performancenya karena terlalubanyaknya tekanan dalam dirinya sehinggayang dia rasakan adalah kecemasan terusmenerus. Yang paling tepat adalah bagaimanakita bisa berada dalam kondisi stres denganderajat yang optimum atau tepat karena padasaat itulah kita akan dapat menghasilkanperformance yang terbaik.

CopingCoping adalah suatu proses untuk mengolahlingkungan, mengerahkan suatu usaha untukmenyelesaikan permasalahan personal daninterpersonal, dan mencoba mencari cara untukmenguasai atau mereduksi stres. MenurutLazarus (1993) (dalam John W. Santrock, 2002),terdapat dua pendekatan yang berbeda yangditerapkan oleh seseorang dalam mengatasistres yang dialaminya. Kedua pendekatantersebut adalah problem focused coping dan emotionfocused coping. Pada pendekatan problem focusedcoping, pendekatan yang digunakan adalahpendekatan dengan menggunakan strategikognitif yang bersangkutan secara individu akanmenghadapi situasi yang menyebabkan stresdan mencoba untuk menyelesaikanpermasalahan tersebut. Emotion focused copingadalah pendekatan yang dilakukan dengan caramerespon secara emosional yang biasanya

Gambar 1: Hubungan antara daya tahan terhadap stres dengan waktuSumber : John W. Santrock, Adolescence, 7th edition, 1998, McGraw-Hill

Gambar 2: Hubungan antara tekanan dan kerjaSumber : http://en.wikipedia.org/wiki/

General_adaptation_syndrome

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

melibatkan suatu mekanisme yang dikenaldengan defense mechanism seperti rasionalisasi.Selain itu, terdapat strategi yang digunakandalam menghadapi stres yaitu approach andavoidance coping strategies. Approach strategiesmelibatkan usaha kognitif untuk memahamistressor dengan menghadapi langsung sumberstres tersebut dan konsekuensinya. Sedangkanavoidance strategies melibatkan usaha kognitifyang mencoba untuk menyangkal ataumeminimalkan stressor dan mencoba untukmenghindari atau menjauh dari sumber stres.

Self Efficacy adalah suatu keyakinanseseorang bahwa dia dapat menguasai suatusituasi dan menghasilkan suatu hasil yangpositif. Menurut Albert Bandura (1997), selfefficacy seseorang dapat mempengaruhi perilakuseseorang di dalam berbagai lingkungan. Selfefficacy mempengaruhi usaha seseorang untukmemiliki kebiasaan yang sehat, besaran usahayang dilakukan seseorang untuk menanganistres, seberapa lama orang tersebut bertahandalam menghadapi rintangan, dan seberapabesar stres yang mereka alami (Allison, Dwyer,& Makin, 1999; Clark & Dodge, 1999; DeVellis &DeVellis, (dalam John W. Santrock, 2002).

Gejala anak stresMengetahui apakah anak mengalami stresmemang tidak mudah. Secara umum adabeberapa penampilan anak yang perludiwaspadai, antara lain sebagai berikut.1. Anak terus menerus mengedipkan mata atau

menggerakkan anggota tubuh lain (Tics).2. Gagap secara tiba-tiba.3. Tiba-tiba murung dan sering melamun.4. Mengeluh jantung berdebar, pusing yang

tidak jelas penyebabnya, atau sakit perutwalau makan dengan benar.

5. Mukanya merah dan lutut tampak bergetar.6. Mengalami gangguan tidur.7. Menjadi pelupa dan sulit konsentrasi.8. Mual dan menolak makan atau sebaliknya

makan berlebihan.9. Terus menerus meludah.10. Tingkah lakunya mengalami kemunduran

Mempersiapkan anak untuk Coping stresMasa anak seharusnya dapat menjadi masayang berkelanjutan dalam mempersiapkan anakmenghadapi berbagai macam permasalahan,terutama stres. Pada masa tersebut sebaiknyaanak diberikan suatu penjelasan, kepastian, danperingatan awal terhadap berbagai macam

permasalahan yang mungkin saja akan merekahadapi. Sementara itu, bermain digunakan olehanak untuk mempelajari cara mengatasi antaraperasaan yang dialaminya dan berbagai macamkejadian. Itu merupakan cara yang alami untukbelajar mengatasi rasa takut yang dapatmengakibatkan stres pada anak. Permainan“berpura-pura”, membantu anak dari berbagaimacam golongan usia bertindak dengan carayang memuaskan dan konstruktif dalammenangani perasaan dan menghadapi stres.

Teknik meredakan stresTerdapat beberapa cara yang dapat dilakukanuntuk membantu meredakan stres pada anakseperti, relaksasi, visualisasi, dan affirmasi.Pertama, relaksasi : yaitu pengenduran ototsangatlah berguna untuk mengurangi kete-gangan fisik pada anak. Dengan belajar relaksasiakan memberikan anak suatu titik fokus yangpositif. Pada saat bingung, marah, atauketakutan, nafas kita menjadi lebih cepat dandangkal. Cara yang paling efektif untukmengatasinya adalah dengan bernafas dalamdan lambat. Dengan cara bernapas tersebut akanmengubah tanda stres pada otak dan membuattubuh menjadi lebih tenang yang memung-kinkan anak untuk kemampuannya dalammenghadapi dan mencari solusi untukmengatasi situasi yang menimbulkan strestersebut. Kedua, visualisasi (Positive imagery).Visualisasi dapat meredakan stres denganmengubah pengalaman negatif atau kesulitanmenjadi suatu gambaran yang positif.Visualisasi hanya dapat dilakukan dalamkeadaan santai. Oleh karena itu kita harusmengingatkan anak untuk mengatur napas(relaksasi). Setelah tenang, anak dapat diajakuntuk membayangkan hal-hal yang menye-nangkan seperti berwisata ke tempat yangmereka idam-idamkan dan mencoba memba-yangkan hal-hal menyenangkan yang akandilakukannya selama berada di tempat tersebut.Ketiga, affirmasi (self talk). Affirmasi citra diriyang buruk merupakan hasil dari rekaman dariapa yang anda pernah katakan pada diri sendiri.Namun hal tersebut dapat diprogram ulangdenga hal-hal yang positif. Dengan mengajarkankepada anak untuk terus mengucapkan sesuatuyang positif mengenai diri sendiri di saatmenghadapi situasi yang menimbulkan stresakan menciptakan suatu citra yang positif padadiri anak tersebut sehingga akan meningkatkankepercayaan dirinya dalam mengatasi permasa-

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

lahan. Sebagai contoh : pada saat menghadapipelajaran matematika yang cenderung ‘mena-kutkan’, ajarkan kepada anak untuk menga-takan pada diri sendiri, “saya sanggup menyerapmateri pelajaran matematika hari ini”. Bantulahanak untuk meresapi kata-katanya tersebut dantekankan kepada anak untuk mengucapkannyadengan penuh keyakinan terhadap diri sendiri.

Saran Aplikasi

Stres merupakan suatu alarm bagi tubuh yangakan meningkatkan produksi adrenalin, copingmechanism, dan akhirnya jika terus berlanjutakan menyebabkan kelelahan. Tanda-tandayang biasanya muncul pada saat seseorangsedang mengalami stres yang negatif (distress)seperti meningkatnya sensitivitas seseorang,ketegangan otot, ketidakmampuan untukberkonsentrasi, dan berbagai macam gejala fisikseperti sakit kepala, peningkatan detak jantung,muntah, sakit perut yang sebenarnya tidak jelaspenyebabnya. Tidak sedikit anak didik yangmengatakan kepada orang tuanya bahwamereka sakit, yang sebenarnya hanya untukmenghindari datang ke sekolah. Bahkan adayang sampai mengalami muntah-muntah padasaat sudah berada di depan sekolah. Itulahgejalanya yang menunjukkan bahwa anak didiksekarang semakin tertekan dengan kondisisekolah yang saat ini berlangsung. Gejala-gejalafisik yang muncul sebenarnya lebih diakibatkanadanya tekanan psikologis dalam diri merekaberupa stres. Munculnya gejala-gejala fisikseperti sakit kepala, jantung berdebar, bahkansampai muntah-muntah itu menunjukkanbahwa derajat stres yang mereka alami sudahmelebihi ambang batas normal yang dibutuhkanseseorang untuk menampilkan performancesecara optimal. Mereka mengalami stres yangberlebihan kemungkinan besar disebabkan olehtekanan (ancaman) lingkungan saat ini yangsemakin kuat, kurikulum yang semakin padat,sikap tenaga pendidik yang kurang mendukung,situasi belajar yang penuh dengan tekanan, danada banyak hal lainnya yang semakin menekananak didik.

Ernest R. Hilgard, dkk (dalam Nella , 2004)berpendapat bahwa tingkat keparahan situasistres ditentukan oleh: bisa diduga atau tidak;adanya kendali (apakah bisa dihindari ataudihentikan); evaluasi kognitif (apakah situasiberarti atau tidak); perasaan mampu (untuk

mengatasi); dan dukungan sosial (orang tua,guru, teman). Karena itu, hal yang terpentingdalam mempersiapkan anak dalam menghadapistres adalah keterbukaan, rasa percaya, dantidak terlalu melindungi. Hal yang tidak kalahpentingnya adalah menjelaskan bahwa merasastres adalah normal. Tunjukkan pula bahwabukan hal yang tidak pantas jika terkadang iamerasa marah, takut, kesepian, atau pun cemas.

Ada beberapa saran yang dapat dilakukanuntuk mempersiapkan anak menghadapi stresnegatif (distress).

Pertama, ajarkan anak untuk berserahkepada Tuhan. Adalah sangat baik untuk selalumengajarkan kepada anak untuk memintapertolongan dari Tuhan setiap kali akanmemulai suatu aktivitas. Biasakanlah untukselalu mengajak anak-anak berdoa terlebihdahulu sebelum memulai aktifitas belajar.Namun jangan sampai aktivitas berdoa inimenjadi suatu kegiatan rutin yang menjadi tidakada maknanya. Kita perlu mengingatkan kepadaanak didik kita mengenai makna kegiatan berdoaini.

Kedua, kembangkan rasa humor. Bisamelihat sisi lucu dari suatu kejadian, tidak sajamembuat relaks tapi juga menyehatkan fisik danmental. Menurut penelitian Lee Berk, M.D &Stanley Tan, M.D, tertawa dapat menghambataliran kortisol; hormon stres yang menyebabkanmeningkatnya tekanan darah, penggumpalandarah, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh.Tertawa juga membuat jantung berdetak lebihcepat, sistem kekebalan diaktifkan, dan oksigenmengalir ke otak sehingga membantu berpikirtajam dan melihat dengan lebih jelas. Otot-ototmengendur dan sistem pencernaan dapatberfungsi dengan baik. Oleh karena itu, dalamsituasi pembelajaran, tidak ada salahnya jikasetiap guru mencoba menciptakan suatu situasiyang dibumbui oleh humor. Memang tidak perlusetiap saat guru harus ‘melawak’, tapi mungkinada satu momen tertentu yang dapat diman-faatkan oleh guru, daripada kelas harus sepiterus menerus dan anak-anak menjadi lebihtegang. Humor dapat diciptakan dengan caramenyampaikan materi pelajaran melaluipermainan, misalnya saja bermain peran.Sebagai contoh, pada saat kita mengajarkantentang tata surya, kita mencoba untukmenerapkan permainan “bermain peran”kesempatan dengan memberikan kepada anakdidik memerankan planet-planet dan bendaangkasa lainnya dan membebaskan mereka

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

berkreasi. Permainan ini mungkin akanmemunculkan suatu situasi lucu atas perilakumereka dalam memerankan benda angkasatersebut.

Ketiga, ajarkan teknik memecahkanmasalah. Memahami orang lain atau kejadianmerupakan bekal bagi anak dalam menghadapidunianya, sehingga anak tidak mudah stres dandapat mengatasi masalahnya dengan baik.Mengajarkan kepada anak untuk selalubertanya dan memikirkan berbagai macamalternatif penyelesaian masalah, juga meru-pakan dasar untuk meningkatkan kemampuananak dalam pemecahan masalah. Bermain peranjuga dapat membantu seorang anak menghadapipermasalahannya. Permainan ini akanmengembangkan kemampuan anak mencaricara-cara yang konstruktif pada saat diperha-dapkan dalam suatu situasi tertentu.

Keempat, tingkatkan kepercayaan diri. Anakharus merasa aman dan mampu menyesuaikandiri dalam keadaan apapun. Dengan kata lainanak harus memiliki kepercayaan diri. Ketikaanak memiliki rasa percaya diri, ia akan lebihberani dalam mengambil resiko dan tidak takutlagi. Anak yang memiliki kepercayaan dirimampu bersikap toleran terhadap penolakantanpa merasa terhina ataupun depresi. Janganlangsung menghakimi anak apabila merekatidak dapat mengerjakan tugas ataupun padasaat prestasinya menurun. Kita harusmemberikan dukungan kepada mereka dengancara bersikap terbuka atas kondisi yang merekahadapi sehingga anak pun merasakan adanyadukungan dari orang tua ataupun guru dankemungkinan besar anak akan lebih termotivasikembali untuk mengerjakan tugas dengan lebihbaik atau untuk lebih meningkatkan prestasinya.

Kelima, ajarkan mengelola emosi. Adaempat emosi dasar: marah, takut, sedih, dangembira. Di antara keempat emosi, hanyagembira yang dikatakan emosi positif sedangkanyang lainnya adalah emosi negatif. Agar emosinegatif tidak sampai ‘menghancurkan’ anak,ada beberapa cara untuk mengelolanya.Misalnya, mendorong anak untuk dapatmengekspresikan kemarahan secara verbal.Kemampuan mengekspresikan kemarahansecara verbal akan mencegah merekamenggunakan kekerasan fisik; Membantu anakuntuk menghubungkan perasaannya denganalasan yang membuat mereka mengalami emositersebut; dan menunjukkan bahwa perasaanmereka dapat kita (orang tua, guru) pahami.

Keenam, mengajarkan mereka untukmeminta bantuan. Mengajarkan anak-anakbahwa menjadi orang yang matang bukan berartidapat mengatasi segala sesuatunya sendiri,melainkan dapat mengerti batas kemampuan-nya. Berikan pengertian kepada anak-anakbahwa bukan hal yang memalukan apabila kitameminta bantuan kepada orang lain terutamapada saat kita mengalami suatu persoalan yangmemang menurut kita sendiri hal tersebut sulituntuk diselesaikan sendiri.

Dengan adanya beberapa saran di atasdiharapkan pemikiran yang mungkin saat inimasih melekat dalam diri orang tua atau punguru ketika anak dibiarkan untuk mencari jalanpenyelesaian masalahnya sendiri atau bahkansebaliknya yaitu terlalu melindunginya sehinggaanak tidak belajar untuk menyelesaikan masalahyang dihadapinya sedikit demi sedikit mulaidapat beralih. Anak tetaplah seorang anak yangmasih memerlukan petunjuk atau nasihat dariorang yang lebih dewasa untuk menyelesaikanpersoalan yang dihadapinya. Mereka harustetap didampingi namun bukan berarti untukmemutuskan apa yang harus mereka lakukan,melainkan untuk membantunya melihat berba-gai macam alternatif penyelesaian atas masalahyang mereka hadapi. Selain itu, perlu puladitegaskan kepada mereka bahwa ada saatnyamereka akan membutuhkan bantuan dari oranglain dalam menyelesaikan permasalahannya.Dengan adanya pendampingan dari orang tuaatau pun guru, kemungkinan besar akansemakin meningkatkan rasa percaya diri merekaterutama dalam menyelesaikan permasalahanlainnya yang akan mereka hadapi nantinya.Diharapkan juga orang tua atau pun guru yangmendampinginya tetap mengajarkan berdoadalam melandaskan upaya mereka mencaripenyelesaian permasalahannya agar merekapun dapat menghayati makna berdoa itu sendiribukan hanya suatu aktivitas rutinitas yang tidakada maknanya.

Kesimpulan

Keberhasilan di dalam suatu proses pendidikanbukan hanya ditentukan oleh metode pengajaranyang sangat canggih atau, sarana prasaranayang sangat lengkap. Keberhasilan prosespendidikan ditentukan oleh faktor internal daneksternal. Yang termasuk faktor internal adalah

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Berprestasi di Sekolah dengan Meminimalkan Derajat Stres Negatif (Distress)

potensi kecerdasan, motivasi, sikap anak didik,sedangkan yang termasuk faktor eksternaladalah metoda pembelajaran, sarana prasarana,tekanan atau ancaman dari lingkungan yangberpotensi menimbulkan stres yang berlebihan.Jika dalam proses pembelajaran tersebut kitahanya menekankan pada salah satu aspek,sudah dapat dipastikan bahwa prosespembelajaran tidak akan dapat mencapaisasaran utamanya. Stres tidaklah selalu menjadihal negatif. Stres menjadi merugikan apabilaberlebihan atau bahkan terlalu sedikit. Stresdengan derajat yang tepat akan membuatseseorang mampu menampilkan performancenyasecara optimal.

Perubahan sikap dari tenaga pendidik ataupun orang tua sangat diperlukan dalam upayameminimalkan derajat stres pada anak.Pendidikan pada masa anak-anak harusdiupayakan menjadi suatu pengalaman yangmenyenangkan, karena pada hakekatnya duniaanak adalah dunia bermain. Tenaga pendidikdiharapkan dapat menciptakan suatu situasipembelajaran yang cukup menyenangkan yangdapat diupayakan dengan berbagai cara sepertipermainan dan memasukkan unsur humor didalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya,cukup banyak acara-acara kuis di televisi yangsebenarnya dapat diaplikasikan oleh guru untukmengajar materi seperti kuis yang dahulupernah disiarkan di salah satu stasiun televisiswasta yaitu “Kata Berkait”. Guru hanyamemberikan satu tema besar yang akan dibahasdan kata-kata kunci materi tersebut bisadijadikan soal yang harus dijawab oleh anakdidik. Di samping itu dukungan dari orang tuadan tenaga pendidik juga sangat diperlukandengan cara membekali anak untuk dapatmenghasilkan coping stress yang efektif,menumbuhkan rasa percaya diri dan membekalianak dengan kemampuan untuk mengelolaemosi-emosi yang negatif.

Cara yang dapat dilakukan untukmengelola emosi yang negatif ialahmengajarkan anak bercerita hal apa yang sedangdialaminya atau pengalamannya. Guru bisa

memancing anak dengan menceritakan tentangpengalaman sederhana yang dengan mudahdipahami oleh anak. Kemudian guru, memintamereka menceritakan pengalamannya yangmembuat mereka marah, atau sedih, atau yangmenakutkan. Dengan bercerita anak akanterlatih mengekspresikan dirinya.

Tentunya ada banyak hal dapat dilakukanselain yang telah disebutkan. Yang terpentingbagaimana hal ini dapat dipahami anak-anakdengan berbagai macam karakter unik mereka.Mereka harus tahu bahwa ada orang tuaataupun guru siap mendukung sehingga merekamendapatkan kepercayaan diri untuk dapatmenyelesaikan permasalahannya sehinggadapat meminimalkan derajat stres yangdirasakan dan dapat menghasilkan performanceyang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Daftar Pustaka

Atkinson, Rita. L., Atkinson, Richard C., &Hilgard, Ernest R,. (1983). Introduction topsychology. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Nella, Safitri Cholid. (2004). Mengenali stres anakdan reaksinya. Jakarta: Buku PopulerNirmala

Santrock, John W. (1998). Adolescence, 7th edition.McGraw-Hill Companies, Inc

Santrock, John W. (2002). A topical approach tolife span development, McGraw-HillCompanies, Inc

Schaefer, Charles E., Howard L. Millman, PhD,(1981). How to help children with commonproblem

Van Nostrand Reinhol Company, Inc.http://gatra.com/artikel.php/Sekolah Plus,

Potensial tumbuhkan stres, 2003, 24 Okt’08h t t p : / / e n . w i k i p e d i a . o r g / w i k i /

General_adaptation_syndrome, 24 Okt’08http://www.studygs.net/indon/stress, 24

Oktober 2008http://keluarga sehat.wordpress.com/Stress, 24

Oktober 2008

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Isu Mutakhir

*) Kepala Bagian Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

ak dapat dipungkiribila saat ini banyaklulusan Sekolah

Menengah Atas (SMA) yangtidak melanjutkanpendidikannya ke jenjangperguruan tinggi. Data dariDepdiknas selama 3 tahun(dari tahun 2003/2004 hingga2005/2006), menunjukkanpersen rata-rata siswa SMAuntuk melanjutkan keperguruan tinggi sekitar67,7%. Bagaimana denganyang 22,3%? Selamamengikuti pembelajaran diSMA, mereka tidak dibekalidengan keterampilan ataukeahlian untuk bekerja.Akhirnya mereka menjadipengangguran, karena merekabelum siap atau tidakdisiapkan untuk terjun kedunia usaha/industri.Sebagai contoh, di salah satukota besar di Indonesia,Surabaya. Berdasarkan dataDinas Tenaga Kerja (Disnaker)wilayah Surabaya, ada 92.367orang pengangguran padatahun 2007 yang lalu. Jumlahang-katan kerja di Surabayatercatat 1.279.821 orang. Dariangka itu, yang sudah bekerja1.187.454 orang.Pengangguran ini lamakelamaan menjadi beban bagimasyarakat dan lingkungan

Dinah Tanuatmadja*)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Tantangan Pengangguran dan Entrepreneurship

T

Isu Mutakhir

sekitarnya. BadanPerencanaan PembangunanKota (Bappeko) menggagaspenambahan SekolahMenengah Kejuruan Negeri(SMKN) untuk mengatasimasalah pengangguran ini.Dinas Pendidikan (Dindik)Surabaya, memprioritaskanpengembangan pendidikanSMK.

Iklan layanan masyarakatmengenai SMK muncul dilayar kaca dan jugadiperdengarkan di radio.Pemerintah sekarang sedangmenggalakkan pendidikantingkat satuan pendidikanmenengah atas berbasis kerja,yaitu SMK. Pemerintahberencana akan mengubahpola pendidikan Indonesiadengan perbandingan 70%untuk SMK dan 30% untuksekolah menengah atas (SMA)secara bertahap. Dalampandangan Pemerintah, SMAhanya menghasilkan lulusantidak siap kerja kalau tidakmau disebut pengangguran.Maka, untuk mengurangiangka pengangguran,sekaligus menjawabtantangan kebutuhan tenagakerja level operator atauteknisi, Pemerintahmelakukan „terobosan”dengan mendirikan lagi SMK

dengan inovasi yangdiperoleh dari pengalamannegara-negara lain yangmenyelenggarakanpendidikan kejuruan. LulusanSMK, dalam pandanganPemerintah, lebih siap untukbekerja dan mengurangipengangguran.

Sekolah Kejuruan diMancanegara

Seperti di Indonesia, sekolahkejuruan di beberapa negaralain juga menyiapkansiswanya untuk suatupekerjaan atau jabatantertentu melalui kegiatan-kegiatan praktis sehinggamenjadi terampil/ahlidibidangnya. Jenjang sekolahini bisa Sekolah MenengahPertama (SMP) atau SekolahMenengah Atas (SMA).Pengetahuan yang diajarkandi sekolah kejuruan ialah carabekerja atau prosedurmenjalankan. Hal ini berbedadari sekolah umum yangmengajarkan pengetahuanyang bersifat teoritis dankonsep abstrak. Itulahsebabnya sekolah kejuruanmasih dianggap tidaktermasuk pada jalurakademisi.

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Isu Mutakhir

Sampai akhir abad ke 20,sekolah kejuruan di beberapanegara masih dianggapsebagai sekolah kelas dua,menjadi pilihan anak-anakdari keluarga kurang mampusecara finansial. Lulusannyamisalnya menjadi teknisi,mekanik, tukang las danpekerjaan-pekerjaan yangsetara dengan kelas rendah.Akan tetapi, selanjutnyadengan meningkatnyatuntutan pasar kerja yangmembutuhkan keahlian danketrampilan khusus,pemerintah dan dunia usaha/industri mulai banyakmenanamkan modal ataumemberi subsidi untukmenyelenggarakanpendidikan kejuruan,misalnya bidang bisnis,turisme, teknologi informasi,jasa pemakaman, kecantikan,kerajinan, perhotelan danlain-lain.

Di Australia, sekolahkejuruan (Vocational Educationand Training) setara dengansekolah menengah.Pemerintah bersama dengandunia usaha/industriberperan aktif dalammengontrol penyelenggaraansekolah kejuruan. Sekolahkejuruan dikelola oleh swastamaupun pemerintah yangbergabung dalam wadahlembaga-lembaga pelatihanresmi (registered) secara nasio-nal yang mengontrol kualitasdan kualifikasi sertapenilaian (ujian). Duniausaha/industri berperan aktifdan bertanggung jawab dalammengembangkan danmeninjau ulang semuakualifikasi. Peran pemerintahdan lembaga-lembaga sangatbesar dalam mengontrolkualitas dan kualifikasi,sehingga dengan demikiansetiap lulusannya diakui

disemua negara bagian diAustralia. Bahkan pengelolasekolah kejuruan diperboleh-kan menawarkan programpelatihan bergelar bacheloryang di perguruan tinggitidak tersedia. Lewat jalurpendidi-kan kejuruan,seseorang dapat melanjutkanpendidikan dan memperolehgelar bachelor. Hal iniberdampak bahwa bedaantara sekolah kejuruan dansekolah umum amat tipis.Dalam hal ini lulusan sekolahkejuruan diuntungkandengan kebijakan tersebut.

Di Jerman dan negara-negara sekitarnya (Austria,Switzerland, Liechtenstein),sekolah kejuruan menjadisalah satu bagian pentingdari sistem pendidikannya.Pada tahun 1969, sebuahundang-undang disahkanuntuk mengatur danmenyatukan sistem pelatihankejuruan serta mengaturtanggung jawab bersamaantara negara bagian, serikatpekerja, asosiasi dan kamardagang. Sistem tersebut popu-ler di tahun 2001menyebutkan bahwa T!pemuda berusia di bawah 22mulai menjalankan magang.Ternyata 78% dari pemuda itumenyelesaikan dengan baik.Ini berarti bahwa kira-kira51% pemuda usia dibawah 22tahun telah menja-lani masamagangnya, Di tahun 2003,dunia usaha/industrimenyiapkan diri untukmenerima siswa magang.Selanjutnya di tahun 2004,pemerintah Jerman menandatangani kerja sama dengandunia usaha/industri yangmenyatakan bahwa merekaharus siap menerima siswamagang

Berbeda dengan diAustralia dan Jerman,

pendidikan kejuruan diAmerika Serikat berbeda darisatu negara bagian dengannegara bagian lainnya. 70%dari pendidikan kejuruansetara sekolah menengahdikelola oleh sekolah kejuruanswasta. Sisanya 30% dikelolaswasta menjadi communitycollege dengan waktu belajar 2tahun. Lulusannya bisatransfer ke perguruan tinggidengan waktu belajar 4 tahun.Setiap negara bagianmengambil inisiatif untukmengatur keterkaitan dankesinambung-an antarapengetahuan yang dipelajaridi sekolah dengan pekerjaan.

.Sekolah Kejuruan di Era

Tahun 1970 dan 1990

Seiring dengan masuknyamodal asing dan hibah dariPemerintah Jepang atasIndonesia, dunia usaha/industri berkembang pesat ditahun 1970 an. Ternyataperkembangan industri/usaha ini tidak diimbangidengan kesiapan Pemerintahdalam menyediakan tenagakerja yang siap mengisi posisikerja di dunia usaha/industritersebut. Tenaga yang adabelum memiliki ketrampilanyang sesuai dengan bidangyang ada di dunia usaha/industri. Di era itu,Pemerintah membuatterobosan dengan membukabanyak sekolah kejuruanseperti STM (Sekolah TeknikMenengah). SMF (SekolahMenengah Farmasi), SMEA(Sekolah Menengah EkonomiAtas), SKK (SekolahKesejahteraan Keluarga) danlain-lainnya yang sudahdibekali dengan ketrampilanatau keahlian yangdibutuhkan oleh dunia

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Isu Mutakhir

usaha/industri. Kurikulumdidesain sesuai dengankebutuhan dunia usaha/industri. Konsep link andmatch, mulai dirintis sehinggalulusannya banyak terserapmengisi posisi pekerjaansebagai teknisi, sekretaris,asisten apoteker, pembukuan,dan koki masak dan pekerjaanlainnya. Pengalaman di era 70an ini, mengukuhkan bahwaSMK bisa menjawabtantangan akan kebutuhan(tenaga) kerja.

Di tahun 1990 memasukiera globalisasi, konsep linkand match (keterkaitan dankesepadanan), digagaskembali oleh MenteriPendidikan dan KebudayaanWardiman Djojonegoro.Konsep ini menjembatanikesenjangan antara duniapendidikan dan duniausaha/industri. Lulusan yangdihasilkan harus sesuaidengan kebutuhan, baik darisegi tingkat ketrampilanmaupun dari segi jenisketrampilan yang dibutuhkan.Direktorat PendidikanMenengah Kejuruanmendapat tugas langsungdari Menteri Pendidikan danKebudayaan untukmengembangkan danmelaksanakan pendidikandengan pendekatan sistemganda. Pendidikan SistemGanda (PSG) adalah suatubentuk penyelenggaraanpendidikan keahlianprofesional yang memadukansecara sistematis dan sinkronantara program pendidikan disekolah dan program di duniausaha/industri yangdiperoleh melalui kegiatanbekerja langsung di duniakerja untuk mencapai suatutingkat keahlian profesional.Kurikulum dirancangbersama sesuai dengan

kebutuhan dunia usaha/industri.SMK - Sunset Industry danReengineeringTanpa regulasi yang jelasuntuk pendirian SMK daripemerintah, jumlah SMKsemakin banyak. Kualitaspendidikan kurang terkontrol,kualitas lulusan SMKmerosot. Berikut data hasilNilai Ebtanas Murni (NEM)rata-rata dari tahun pelajaran2003/04 sampai dengan2005/06 untuk semua sekolahnegeri dan swasta diIndonesia (untuk dapatmengatakan merosot, perludilengkapi dengan datapembanding).

Dalam era globalisasidan semakin terbukanyapasar dunia, Indonesiadihadapkan pada persainganyang semakin luas dan berat.Ketidakmampuan dalammeningkatkan daya saingsumber daya manusia (SDM)nasional, menyebabkansemakin terpuruknya posisiIndonesia dalam kancahpersaingan global. Tahun2007/2008 HumanDevelopment Index Indonesiahanya menduduki peringkat107 dari 177 negara.

Seiring dengan itukeadaan perekonomian duniadan Indonesia memburuk,beberapa usaha maupunindustri mengalamidampaknya, sehingga merekatidak lagi memerlukan

tambahan tenaga kerja.Kembali terjadi penganggurandari lulusan beberapa jurusandi SMK. Pada saat itu,pengamat pendidikanmengibaratkan SMK sebagaisebuah sunset industry.Pengertian sunset industryadalah usaha pengelolaansekolah yang sudah tidak lagidapat memenuhi kebutuhanexternal customer. Lulusansekolah kejuruan sudah tidaklagi terserap sebagai tenagakerja, dikarenakan merekatidak siap pakai atau bisa jugadikarenakan sudah terlalubanyak lulusannya (oversupply). Lulusan yang tidaksiap pakai bisa dikarenakansekolah tidak mampumenyediakan sarana praktekyang sesuai dengan yang adadi dunia usaha/industri bagisiswanya. Sekolahmembutuhkan dana yangbesar untuk investasiperalatan sama denganperalatan di dunia usaha/industri yang cepat berubahdan berganti. Hal ini tidakmungkin bisa disediakan olehsekolah mengingatpengadaannya yang sangatmahal. Over supplymenyebabkan tingkatkejenuhan, dan perludipertimbangkan untukditutup. Tingkat kejenuhanterjadi misalnya pada jurusansekretaris, pembukuan, teknikbangunan, teknik mesin danbeberapa jurusan lainnyayang sudah terlalu banyakdiluluskan SMK. Pemerintahmembatasi ijin pendirianSMK untuk beberapa jurusanyang lulusannya tidakterserap di dunia usaha/industri, karena jumlahlulusan melebihi jumlahdunia usaha/industri yangada.

nuhaTnarajaleP

halmuJhalokeS

atar-ataRmeN

4002/3002 511.5 36,6

5002/4002 566.5 79,5

6002/5002 520.6 41,6

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Isu Mutakhir

Upaya pemerintah untukmengatasi sunset industry SMKini, pemerintah melakukanterobosan dan kebijakan dibidang pendidikan secarakonsisten dan berkelanjutan.Misalnya, pemerintahmembatasi izin pendirianSMK untuk beberapa jurusanyang lulusannya tidakterserap di dunia usaha/industri, karena jumlahlulusan melebihi jumlahdunia usaha/industri yangada.di dunia industri.

Sejalan denganberkembangnya teknologiinformasi dan komunikasi,pemerintah mengambilkebijakan melakukanreengineering SMK. Banyakjurusan baru denganketerampilan atau keahliandibuka, berdasarkankebutuhan masyarakat, duniausaha/industri. Di sampingitu juga berdasarkan padaketersediaan resource alammaupun manusia, dandisesuaikan dengan budayadaerah. Maksud pemerintahdengan upaya ini bisamengangkat perekonomian didaerah tersebut,pembangunan daerah dapatdirasakan manfaatnya bagiseluruh warga masyarakatdan tak ada lagipengangguran. Dunia usaha/industri memerlukan SDMyang mampumengaplikasikan ilmu yangselama ini didapat di bangkusekolah. Untuk itu diperlukanupaya menyusun kurikulumyang sesuai dengan apa yangdibutuhkan dalam duniausaha/industri. Berikut inipengelompokan bidangkeahlian di SMK yangdikeluarkan oleh pemerintahdan telah disesuaikan dengankebutuhan dunia industri/usaha.

1. Teknologi & Industri2. Bisnis & Manajemen3. Pariwisata4. Pekerjaan Sosial5. Pertanian & Kehutanan6. Peternakan7. Perikanan8. Seni & Kerajinan9. Farmasi10. Kesehatan

Dari setiap kelompokbidang keahlian, bisaterbentuk jurusan-jurusanyang mengarah kepadakompetensi ketrampilan.Misalnya, dari kelompokbidang keahlian Bisnis &Manajemen, terbentukkompetensi: Akuntansi,Administrasi Perkantoran,Penjualan, Perdagangan,Perbankan, Asuransi danKoperasi.

Konsep link and matchsemakin ditingkatkanmaknanya bagi sekolah danbagi dunia industri/usaha.Pesatnya perubahan teknologiyang diterapkan di duniaindustri/usaha, sulit untukdiikuti oleh SMK, dipandangdari sisi dana. Biaya investasidan operasional SMK lebihbesar dibandingkan denganSMA. Misalnya, perangkatyang dipakai dunia industri/usaha akan selalu mengikutiperkembangan, sedangkan disekolah untuk investasiperalatan pembelajaran yangidentik dengan perangkatyang dipakai di duniaindustri/usaha tidakmungkin akan selalu digantiatau ditambah dengan yangbaru. Dengan demikian,masih terasa adanyakesenjangan antara sekolahdan industri. Pemerintahberperan mengatasikesenjangan itu denganmengajak dunia usaha/industri ikut terlibat dalammemberikan kesempatan

siswa SMK melakukanpraktek kerja atau magang didunia industri/usaha yangmemiliki fasilitasnya. Hal iniperlu agar siswa SMKsetidaknya mendapatkangambaran dan pengalaman didunia nyata mengenai duniapekerjaan yang akan merekageluti kelak. Selain job training,diperlukan juga kurikulumyang mendukung serta tenagapengajar yang benar-benardatang dari akademisi danprofesional di bidangnya.Keterlibatan pegawai yangada di dunia industri/usahasebagai instruktur/pengajar,sehingga dengan demikianantara apa yang diajarkandengan apa yang dibutuhkanoleh dunia usaha/industrisesuai. Dunia usaha/industrimemerlukan SDM yangmampu mengaplikasikanilmu yang selama ini didapatdi bangku sekolah. Untuk itudiperlukan upaya menyusunkurikulum yang sesuaidengan apa yang dibutuhkandalam dunia usaha/industri.Sinergi antara pemerintah,dunia usaha/industri dansekolah menghasilkankurikulum sekolah kejuruanyang membantu menciptakanlulusan siap kerja.

Kelebihan danPeran SMK

SMA tidak dapatdibandingkan dengan SMK.Masing-masing mempunyaikeungggulan yang berbeda.Masih ada pandanganmasyarakat jika SMK sebagaijenjang pendidikan kelas dua,kurang bergengsi. Pandangantersebut harus segeradiluruskan, mengingatsekarang ini SMK selainsebagai institusi yang

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Isu Mutakhir

menyiapkan tenaga siap kerjadi dunia industri/usaha, jugamembentuk jiwakewirausahaan pada setiaplulusannya. Pembentukanjiwa entrepreneur dibinamelalui mata pelajaranKewirausahaan. Nara sumberdiambil dari para pelakubisnis nyata. Tidak harusbekerja setelah lulus SMK ,malahan justru lulusan SMKbisa menciptakan pekerjaanbagi dirinya sendiri (wirausaha). Pandangan ini perludiluruskan, mengingatbanyaknya kelebihan yangbisa dimiliki siswa SMK. Jalurpendidikan di luar negeri,misalnya di Jerman, jelasmenggambarkan bahwa jalurke jenjang perguruan tinggi(akademisi) berbeda denganjalur vocational. Jalurpendidikan di Indonesiaterbuka, sehingga hal inimenjadikan banyaknyakelebihan SMK dibandingkanSMA. Beberapa kelebihanSMK, sebagai berikut.

1. Bisa langsung kerja tanpaharus masuk ke jenjangyang lebih tinggi

2. Dipersiapkan untuk siapkerja setelah lulus

3. Banyak praktek, sehinggalebih tahu pekerjaanlapangan

4. Pembelajaran 3 aspek:normatif, adaptif danproduktif

5. Sekolah warga dunia:kompetensi, komunikasidan komputer

6. Profesi yang dijalanisesuai dengan minat/hobi dan bakatDaya saing sebuah

bangsa tidak bisa dipisahkandari mutu dan kualitassumber daya manusia (SDM)bangsa tersebut. Jati diribangsa sangat ditentukanoleh kualitas SDM yang ada.Untuk itu diperlukanhadirnya SDM terbaik bangsayang memiliki kecerdasantinggi, sikap dan mentalprima, daya juang dan dayasaing tinggi, kemampuanhandal, serta nasionalisme

sejati. Kualitas SDM yangdiinginkan tentu saja adalahSDM yang mampumelaksanakan pembangunannasional secara inovatif,kreatif, dan produktif dengansemangat kerja dan disiplintinggi. Karena itulah,peningkatan SDM padadasarnya merupakan prosespeningkatan kualitas manusiadan mentransformasikanmanusia menjadi angkatankerja produktif. Prosesdemikian diwadahi dalampendidikan. Pendidikan diSMK telah melibatkan duniausaha/industri untukmelaksanakan praktek kerjasesuai dengan kurikulumyang dirancang bersamadengan tujuan untukmemenuhi kebutuhan SDMyang profesional bagi duniausaha/industri. Dengandemikian SMK siap menjawabtantangan akan kebutuhantenaga kerja siap pakai,karena SMK mempersiapkansejak awal lulusan yang siapkerja dan berjiwa wirausaha.

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Resensi buku : Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

Judul Buku:Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

Penulis :Prof. Dr. Soedijarto, M.A.

Penerbit :PT. Kompas Media Nusantara - Jakarta

Tanggal terbit :Juli - 2008

Jumlah Halaman :xlvi+488

Oleh: Muksin Wijaya

*) Kepala Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung

Resensi buku

oedijarto, penulis buku ini, adalahseorang mantan birokrat yang antaralain mantan Dirjen Pendidikan LuarSekolah, Pemuda dan Olahraga, Kepala

Pusat Kurikulum, dan masih banyak sederetkedudukan dan jabatan yang pernahdisandangnya. Terakhir, penulis kembalimenjadi guru besar diUniversitas Negeri Jakarta.Dalam buku itu, penulismengemukakan antara lain,amanat pembukaan UUD1945 dan visi pendidikannasional menunjuk padasuatu landasan filsafat yangmendalam untuk mencerdas-kan kehidupan bangsamelalui penyelenggaraansistem pendidikan nasional,dan dalam Pasal 31 Ayat 1UUD 1945 dinyatakan seja-lan dengan belajar adalahhak asasi manusia.

Persoalan pendidikannasional sampai saat seka-rang masih menjadi suatu percakapan yanghangat. Berbagai kritik, polemik, dan bulan-bulanan pendidikan nasional kerap kita dengar.

Kondisi pendidikan nasional yang tidakberhasil terwujud sebagaimana yang diama-natkan dan dicita-citakan oleh pendiri bangsaini, membuat penulis memper-timbangkan apagerangan yang salah dengan penyelenggaraan

sistem pendidikan nasional kita sehingga belumbermakna bagi upaya mencerdasakankehidupan bangsa.

Bagi penulis, ketertinggalan ini sangat eratkaitannya dengan kepedulian pada bidangpendidikan. Terpuruknya kondisi negara-bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

kondisi pendidikan nasio-nal. Kegelisahan melihatperkembangan pendidikannasional membuat penulisberkontemplasi tentang kon-disi pendidikan nasionalbaik dari segi landasanfilosofis, pelaksanaan daninfrastruktur, maupun pem-biayaannya. Perenungannyaitu dituangkan dalamserangkaian artikel yangdidiskusikan pada banyakkesempatan seminar yangkemudian pada Kamis 24 Juli2008 bertepatan denganacara ucapan syukur ulangtahunnya yang ke-70 diter-

bitkan dalam buku ini.Banyak hal yang dapat kita baca untuk

mengetahui dengan tepat berbagai persoalandan posisi pendidikan di Indonesia, dan bukuini memberikan pencerahan beserta jawabanakan persoalan-persoalan tersebut. Apa yangyang ditulis beliau juga merupakan unek-unekuntuk menyampaikan ide dan gagasannya agar

s

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Resensi buku : Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

arah penyelenggaraan pendidikan nasionalberjalan sebagaimana yang diamanatkan olehPancasila dan UUD 1945.

Sebetulnya persoalan-persoalan pendidikansudah sejak dulu teridentifikasi dalam skalaberbeda, namun sampai saat ini perubahanbelum banyak. Nampaknya di tengah benangkusut persoalan pendidikan di Indonesiatersebut, pemetaan kembali persoalan pendi-dikan pada saat sekarang dirasa perlu. Pemetaantersebut dapat menjadi bekal bagi pemimpinmendatang untuk pengembangan pendidikannasional. Berbagai persepsi negatif masyarakatterhadap pendidikan Indonesia perlu dievaluasidan diubah sehingga menjadi persepsi positifdan konstruktif, sehingga berbagai kebijakanpendidikan Indonesia dapat dilakukan sebagaitanggung jawab bersama oleh segenap bangsaIndonesia dengan tidak meninggalkan falsafahpendidikan dan kesadaran bahwa pendidikanjuga mengemban makna di dalam memanu-siakan manusia dan belajar untuk hidup.

Buku ini terbagi ke dalam lima bab utama,yang masing-masing mengangkat paparan intidari setiap permasalahan di bidang pendidikan.Bab I mengulas berbagai paparan berkenaandengan landasan pendidikan nasional padaaras filosofi, ideologi, maupun perundangan-undangan dan peraturan Pemerintah lainnya.Pada Bab I ini penulis mengulas secaragamblang sejauh mana amanat UUD 1945sudah digunakan sebagai landasan penyeleng-garaan pemerintahan yang selanjutnyadiimplementasikan pada pelaksanaan pendi-dikan di Indonesia.

Menyoal hal tersebut penulis mengatakanbahwa pada saat ini kurang berfungsinyapendidikan nasional sebagaimana yangdiamanatkan oleh UUD 1945 yang merupakanfaktor yang mempengaruhi keterpurukankondisi negara bangsa Indonesia, bahkan adayang memandang bahwa seyogianya pendidi-kan nasional dilepaskan dari pengaruhPemerintah. (hal.13)

Pemahaman yang benar akan amanat UUD1945 merupakan suatu hal yang sangat pentingkarena pemahaman ini akan menjadi titikberangkat dari setiap pergerakan roda kehi-dupan bangsa, termasuk pergerakan roda sistempendidikan di Indonesia ini. Tujuan positif tentutidak pernah dapat kita capai apabila kita tidakmemahami dengan benar apa makna yang adadi dalam amanat bangsa tersebut.

Pada bab II, penulis mengangkat paparanberkenaan dengan relevansi kurikulum yangberawal dari sebuah pertanyaan “materipendidikan manakah yang harus dijadikanobjek belajar?” yang dapat mencerdaskanbangsa sesuai amanat UUD 1945 besertapengembangannya, sistem evaluasi dansumberdaya pendidik (guru) yang profesional.Pada saat ini Indonesia memasuki milleniumketiga (era globalisasi) dan pada masa ini berlakuberbagai ukuran dan aturan yang sifatnyainternasional, sehingga dibutuhkan sumberdaya yang berkualitas dan memiliki kompetensiuntuk dapat bertahan dan maju secara berke-sinambungan.

Menjawab pertanyaan tersebut di atas,penulis berangkat menjawab dari pemahamantentang karakteristik masyarakat modern dalamera globalisasi yang memberlakukan berbagaiukuran dan aturan internasional di segalabidang kehidupan, sehingga diperlukan sumber-daya yang berkualitas yang memiliki kemam-puan, nilai, dan sikap yang perlu dikuasai dandimiliki oleh manusia terdidik Indonesia, yaitu :(1) memiliki kemampuan, nilai, dan sikap yang

memungkinkannya berpartisipasi secaraaktif dan cerdas dalam proses politik;

(2) memiliki kemampuan, etos kerja, dandisiplin kerja yang memungkinkannya aktifdan produktif berpartisipasi dalamberbagai kegiatan ekonomi;

(3) memiliki kemampuan dan sikap ilmiahuntuk dapat mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi melaluikemampuan penelitian dan pengem-bangan; dan

(4) memiliki kepribadian yang mantap,berkarakter dan bermoral, serta berakhlakmulia. (hal.120)Setelah teridentifikasi empat gugus

kemampuan, nilai, dan sikap tersebut di atas,lalu materi pendidikan apakah yang harusdijadikan objek belajar? Menurut penulis bahwaUU No.20 Tahun 2003 telah memberikanjawaban untuk pendidikan dasar maupunsampai sekolah menengah. (hal.121).

Memang perlu kita sadari bahwapergerakan roda sebuah lembaga pendidikantidak lepas dari arahan kurikulum yangtermasuk di dalamnya tujuan pembelajaran,evaluasi, materi dan metode pengajaran danpembelajarannya. Dengan implementasikurikulum yang tepat dan sinergi maka gugus

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Resensi buku : Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

kemampuan, nilai, dan sikap bangsasebagaimana disebutkan di atas diharapkandapat dibentuk dan ditumbuhkan, yangkemudian bangsa akan dapat memetik hasilpositifnya.

Bab III mengangkat paparan berkenaandengan peran perguruan tinggi baik negerimaupun swasta dan persoalan akreditasi.Dalam bab dipertanyakan sejauh manaperguruan tinggi dapat memberikan pengaruhyang berdampak atas perkembangan masya-rakat serta peradabannya, terlebih lagi bahwatuntutan pada setiap masanya berbeda dansemakin bertumbuh. Disamping itu, juga diper-soalkan kemungkinan masalah kredi-tasidipecahkan sebagai quality assurance atasi suatup e r k e m b a n g a nmasyarakat secarakomprehensif danmengenai sasaranatas perubahan yangterjadi di dalam suatukomunitas atau ma-syarakat pada umum-nya.

Menjawab haltersebut penulis me-nekankan pada eksis-tensi standard ofexcellence dan merito-cracy, dimana penge-lolaan perguruantinggi harus benar-benar :(1) memungkinkan terciptanya suasana

akademik yang menjadikan tenagapengajar dapat secara bergairah, penuhtanggung jawab dan ketekunan sebagaiilmuwan dan pendidik, melaksanakankemerdekaan akademiknya yaitu mengajardan melakukan penelitian; dan

(2) memungkinkan para mahasiswa denganpenuh kebahagiaan mendapatkan rang-sangan dan tantangan untuk mereali-sasikan kemerdekaan akademiknya, yaitubelajar dengan fasilitas yang memenuhisyarat agar mereka dapat menjadiilmuwan/teknolog/profesional yangberkarakter dan bermoral serta bergairahuntuk mengabdi pada kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi.(hal.231).Keberadaan perguruan tinggi mempunyai

kedudukan dan fungsi penting dalamperkembangan suatu masyarakat. Proses peruba-

han sosial (social change) di masyarakat yangbegitu cepat, menuntut agar kedudukan danfungsi perguruan tinggi itu benar-benarterwujud dalam peran yang nyata. Padaumumnya peran perguruan tinggi itudiharapkan tertuang dalam pelaksanaan TriDharma Perguruan Tinggi, yaitu : dharmapendidikan, penelitian, dan pengabdianmasyarakat. Dengan dharma pendidikan,perguruan tinggi diharapkan melakukan peranpencerdasan masyarakat dan transmisi budaya.Dengan dharma penelitian, perguruan tinggidiharapkan mela-kukan temuan-temuan baruilmu pengetahuan dan inovasi kebudayaan.Dengan dharma pengabdian masyarakat,perguruan tinggi di-harapkan melakukan

pelayanan masyrakatuntuk ikut memper-cepat proses pening-katan kesejahteraandan kemajuan masya-rakat. Melalui dharmapengabdian padamasyarakat ini, pergu-ruan tinggi juga akanmemperoleh feedbackdari masyarakat ten-tang tingkat kemaju-an dan relevansi ilmuyang dikembangkanperguruan tinggi itu.Bab IV mengangkat

paparan berkenaan dengan otonomi daerah,peran swasta dan pendidikan demokrasi.Berangkat dari ketentuan UU Sisdiknas dijelas-kan bahwa pemerintah daerah sebagai bagiandari sistem pendidikan bertanggung jawab un-tuk mengelola pendidikan yang bermutu sesuaistandar nasional yang digariskan oleh Pemerin-tah Pusat. Persoalan selanjutnya adalah bagai-manakah pemerintah daerah dapat mengelolapendidikan yang bermutu yang menekankanpada kualitas dan kualifikasi tenaga guru dankependidikan lainnya, sarana prasarana, kuri-kulum dan proses pembelajaran, media pembe-lajaran dan sistem evaluasi yang komprehensif,berlanjut dan objektif sesuai persyaratannya.

Menjawab persoalan di atas, penulis selainmerekomendasikan pemerataan pendidikan,khususnya pendidikan dasar, juga menekankanpada dukungan seluruh kekuatan masya-rakatnya agar program yang dirancang dapatsustainable. (hal.304)

Berbagai persepsi negatifmasyarakat terhadap

pendidikan Indonesia perludievaluasi dan di ubah sehingga

menjadi persepsi positif dankonstruktif, sehingga berbagai

kebijakan pendidikan Indonesiadapat dilakukan sebagai

tanggung jawab bersama...

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Resensi buku : Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

Perlu kita sadari bahwa sustainibility dapatmembantu mendorong terpeliharanya suatukegiatan dengan baik, yang mana hal ini pulaakan menyebabkan kita dapat melakukanberbagai perencanaan program dengan lebihterarah dan terpadu, namun hal ini tidak adaartinya apabila tidak didukung oleh suatukomunitas atas masyarakatnya.

Bab V mengangkat paparan berkenaandengan anggaran pendidikan, seberapasignifikankah jumlah alokasi dana di dalamAPBN atau APBD yang mencukupi untukdipakai dalam upaya merealisasikan tujuanpendidikan nasional yang sudah diamanatkanUUD 1945. Mengapa pembiayaan pendidikanmembutuhkan 20% dari APBN dan APBDdiuraikan dengan jelas pada bab ini.

Penulis memandang pembiayaan pendi-dikan 20% dari APBN dan APBD adalah suatupemenuhan kewajiban negara yang diama-natkan UUD 1945 dalam hal kesejahteraanpembiayaan pendidikan (hal. 354) danPemerintah sebagai pemegang amanatseharusnya dapat merealisasikan hal tersebut.Karena itu dipandang dari makna amanat UUD1945, tiadanya kemauan politik untuk meng-alokasikan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD dapatdipandang sebagai pelanggaran terhadap UUD1945. (hal.356).

Kalau kita telusuri, akar permasalahananggaran pendidikan ini terjadi dikarenakanlemahnya kemauan politik (political will)Pemerintah untuk memposisikan sektorpendidikan sebagai prioritas yang utama. Selaindalam hal lemahnya manajemen pengelolaan,rendahnya anggaran pendidikan seringkalimenjadi batu ganjalan yang amat dirasakan olehbanyak pihak. Kewajiban Pemerintah mengalo-kasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dariAPBN dan APBD belumlah dipenuhi hinggasaat ini. Pemerintah juga masih lemah untukberkomitmen dan kurang responsifnya di dalammenanggapi koreksi-koreksi yang sudahdisampaikan oleh berbagai kalangan.

Lebih dalam, persoalan pendidikan yangkita lihat saat ini hanyalah puncak dari gununges persoalan pendidikan Indonesia seutuhnya.Lebih jauh lagi, kelima bab yang ditulis secarakomprehensif tidak hanya menunjukkanberbagai persoalan yang terlihat saja tapi jugaberbagai persoalan fundamental pendidikanIndonesia yang seharusnya segera direspon

oleh semua pihak dan seluruh bangsa agarterjadinya perubahan yang sinergi di dalampendidikan Indonesia.

Dengan membaca buku ini, pembaca diajakuntuk menyelami permasalahan di bidangpendidikan di Indonesia dari akar hingga kepermasalahan yang mencuat hangat pada saatsekarang, antara lain masalah anggaranpendidikan.

Banyak pesan dan harapan penulis jugadituangkan di dalam buku ini untuk kemajuanbangsa, di antaranya mengenai perananpendidikan yang seharusnya diupayakan dapatberfungsi sebagai wahana transformasi budaya,nilai, dan sikap; mewujudkan cita-cita pendi-dikan yang perlu diupayakan oleh seluruhkekuatan bangsa dan menjadikan UUD 1945sebagai landasan dalam mengukur dan menilaiberbagai kebijakan penyelenggaraan pemerin-tahan dan pendidikan; sekolah sebagai pusatpembudayaan atas segala kemampuan, nilai,dan sikap yang diperlukan untuk dapat menjadiwarga negara yang bermoral, beretos kerja,berdisiplin, produktif, demokratis, danbertanggung jawab.

Sebagai penutup, apa yang dituliskan didalam buku ini sebetulnya dapat dijadikansebagai landasan implementatif dari pengem-bangan pendidikan Indonesia ke arah yangdiamanatkan UUD 1945, di antaranya adalahsebagai berikut.1. Pengembangan pendidikan dasar dengan

biaya relatif ringat tetapi bermutu baik bagiseluruh bangsa Indonesia.

2. Membangun pusat-pusat keunggulan ditingkat sekolah dari TK sampai perguruantinggi, dengan pembiayaan yang dinalisisberdasarkan kebutuhannya agar pendi-dikan perubahan pendidikan nasional bisaberjalan dengan betul.

3. Pengalokasian anggaran pendidikan untukpenyelenggarakan pendidikan dasar secaragratis, termasuk penyediaan buku pelajarandan buku tulis bagi murid, buku-bukuperpustakaan, dan buku pegangan untukguru.

4. Otonomi akademik bagi sekolah-sekolahyang mampu dan mandiri, dengan memberimereka kebebasan untuk menyusunkurikulum dan program belajarnya sendiri.

5. Penerapan prinsip demokrasi dalampendidikan bahwa setiap warga negara

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Resensi buku : Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita

mempunyai hak yang sama untukmemperoleh pendidikan. Artinya bahwasetiap orang memiliki kebebasan untukmemperoleh pendidikan dalam rangkamengembangkan diri dan meningkatkanpengetahuan, serta kemampuan mereka.

6. Dan lain-lainHampir serupa dengan buku ini, pada

tahun 2002 sudah pernah diterbitkan sebuahbuku yang ditulis oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar,M.Sc.Ed. dengan judul Pendidikan UntukMasyarakat Indonesia Baru, yang isinya berupabunga rampai dari beberapa orang kontributoryang terarah pada paradigma nasional dibidang pendidikan. Beberapa hal yang diusungdi dalam buku karya Prof. Dr. Soedijarto, M.A.,juga dibahas di dalam buku bunga rampai ini,diantaranya masalah otonomi pendidikan,status dan peran guru yang dikaitkan dengankualitas pendidikan, demokrasitisasi dandesentralisasi pendidikan, pengembangantenaga kependidikan dan lain-lain. Kedua bukuini tentu saja masing-masing memiliki kelebihanataupun kekurangannya, buku karya Prof. Dr.H.A.R. Tilaar memiliki kekuatan di dalammengusung permasalahan pendidikan dariberbagai sudut pandang beberapa pakar,sedangkan pada buku karya Prof. Dr. Soedijarto,lebih kepada pandangan intelektual dan

pengalaman diri Prof. Dr. Soedijarto di dalammelihat dan memberikan alternatif solusi ataspermasalahan pendidikan.

Dengan membaca kedua buku ini maka kitaakan mendapatkan suatu gambar yang semakinjelas dan utuh berkaitan dengan berbagaipersoalan pendidikan dari persoalan pendi-dikan fundamental sampai kepada persoalanpendidikan praktis.

Baik buku dengan judul Landasan danArah Pendidikan Nasional yang ditulis oleh Prof.Dr. Soedijarto, M.A dan buku dengan judulPendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baruyang ditulis oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.keduanya mencerminkan kegelisahan dansemangat dalam bentuk buah pemikiran, saranserta kritik yang membangun dalam memajukanpendidikan Indonesia dan mentransformasipendidikan di Indonesia menjadi semakin baikyang semakin dapat menghadapi globalisasidengan mutu pendidikan yang menghasilkansumber daya manusia Indonesia yang andal danberkarakter nasional.

Betapa banyaknya tantangan dan tugasyang harus kita tanggapi dan responi bersamapada saat ini, terutama tantangan di bidangpendidikan yang semakin mutakhir dansemakin menuntut kualitas.

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

PROFIL BPK PENABUR INDRAMAYU

Profil BPK PENABUR INDRAMAYU

Sudarno*)

*) Guru SDK BPK PENABUR Indramayu

Profil

PK PENABUR Indramayu berdiri padabulan Juni 1960. Jenjang sekolah yangdibuka waktu itu adalah TK, SD danSMP. Persiapan yang dilakukan secara

sederhana. Setelah tersedia fasilitas seadanya,dimulailah pendaftaran murid baru TahunPelajaran 1960 untuk jenjang TK, SD, dan SMP.Pembukaan secara resmi dilaksanakan padahari Senin 1 Agustus 1960 dengan upacarasederhana. Pertama kali dimulainya kegiatanbelajar mengajar dengan perolehan murid baruberdasarkan jenjang pendidikan adalah:

Sejarah Singkat

BKarena keterbatasan ruang belajar

mengajar, terpaksa murid TK digabung menjadisatu ruangan dengan murid kelas 1 SD, kelas 2SD digabung dengan kelas 3 SD, kelas 4 SDdigabung dengan kelas 5 SD, dan siswa kelas 6SD di ruang konsistori GKI Indramayu padawaktu itu. Sedangkan kelas 1 SMP menempatisebuah gudang. Kepala Sekolah ketiga jenjangpendidikan tersebut adalah guru BPKPENABUR Cirebon. Mulai tahun 1961, TK, SD,dan SMP menempati gedung kelas HCZS.Sebelum dipergunakan untuk kegiatan sekolah,gedung HCZS dipakai untuk asrama tentara.Berkat usaha Pengurus BPK PENABUR, gedungtersebut dapat digunakan untuk kegiatanpendidikan. Kesadaran akan kebersamaan diantara guru, orang tua murid, jemaat GKIIndramayu dan semua elemen di lingkunganBPK PENABUR muncul bersama-sama danbahu membahu bekerja kelas untuk kemajuansekolah BPK PENABUR Indramayu. Sejalandengan berjalannya waktu perubahan pun mulainampak, gedung dan fasilitas sekolah semakinlengkap, prestasi mulai diraih oleh siswa-siswiBPK PENABUR Indramayu.

Pada tanggal 2 Mei 1992, mulai dibangunsebuah gedung berlantai dua untuk kepentinganTK dan SMP. Lantai pertama untuk TK dan lantaikedua untuk SMP. Pada tahun 1996 dibangunsebuah gedung lagi untuk SMA, tetapidikarenakan pertimbangan biaya operasionalyang terlalu besar maka pendiriannyadibatalkan. Saat ini gedung yang direncanakanuntuk SMA tersebut digunakan untuk kegiatanbelajar mengajar SMP.

,KTawsiShalmuJ:1lebaT0691nuhaTPMS,DS

gnajneJ saleK halmuJawsiS

KKT - 02

DS

1 9

2 6

3 5

4 5

5 8

6 5

PMS 1 52

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

PROFIL BPK PENABUR INDRAMAYU

Data perkembangan jumlah siswa di atasmemperlihatkan kecenderungan naik turun, danterlihat juga bahwa jumlah siswa secarakeseluruhan memang minim. Penyebab sulitberkembang jumlah siswa di BPK PENABURIndramayu adalah faktor-faktor berikut.a. Agama, mayoritas penduduk di Kabupaten

Indramayu beragama Islam.b. Biaya, ada anggapan bahwa sekolah BPK

PENABUR sekolah mahal.c. Sekolah negeri melalui program bantuan

baik dari Pemerintah Daerah maupunPemerintah Pusat seperti misalnya BOS(Bantuan Operasional Sekolah) dan BOP(Bantuan Operasional Pendidikan), saat inibanyak yang membebaskan segala biayasekolah untuk siswanya.

d. Sekolah unggulan, banyak bermunculanbaik SD maupun SMP yang didirikan olehpemerintah daerah setempat.Namun demikian, baik pengurus, guru dan

karyawan tidak menjadi patah semangat, danterus berusaha keras mencari jalan keluar agartetap dapat bertahan menghadapi setiappermasalahan. Adapun langkah-langkah nyatayang telah diupayakan antara lain ialah sebagaiberikut.1. Di tingkat Pengurus BPK PENABUR

Indramayu.a. Memperbaiki citra sekolah.b. Menyelenggarakan pembinaan bagi

guru dan karyawan untuk meningkat-kan etos kerja dan kompetisi kerja.

c. Memperbaiki dan melengkapi saranaprasarana.

2. Di tingkat sekolah.a. Mengikuti perlombaan baik di bidang

akademik maupun non akademik.b. Berprestasi baik di bidang akademik

maupun non akademik.c. Usaha penjaringan siswa melalui try

out untuk masuk SMP.d. Mengadakan lomba tingkat TK se

Kecamatan Indramayu untuk menjaringsiswa SD.

e. Mengadakan lomba membaca danberhitung (calistung) tingkat SD seKecamatan Indramayu.

f. Mengadakan lomba pentas seni seKecamatan Indramayu.

g. Pencarian siswa baru dari rumah ke ru-mah di wilayah Kabupaten Indramayudan di luar Kabupaten Indramayu.

h. Tiap tahun mengadakan study tour.i. Menambah jam pelajaran.

3. Sarana Penunjang Kegiatan BelajarMengajar.Melengkapi sarana pendidikan:a. Laboratorium Komputer.b. Laboratorium IPAc. Ruang Multimediad. Ruang UKSe. Ruang Perpustakaanf. Lapangan Olah Raga.g. Kelengkapan Alat Elektronik (Televisi,

LCD Projector, Laptop, Handycam, DVD,dll).

45

127

67

30

117

63

31

116

66

0

20

40

60

80

100

120

140

TK SD SMP

2005/2006

2006/2007

2008/2009

Gambar: Perkembangan Siswa Tahun 2005-2009

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

PROFIL BPK PENABUR INDRAMAYU

Dengan usaha keras sekolah dan didukungoleh sarana dan prasarana pendidikan yangtersedia, baik TK, SD, maupun SMP BPKPENABUR Indramayu dapat meraih berbagaiprestasi di tingkat kecamatan, kabupaten danpropinsi sebagimana terlibat dalam tabel berikut.

KTgnajneJisatserP:2lebeT8002-6002nuhaT

abmoLsineJ takgniT arauJ

iynayneM natamaceK I

riaySacabmeM natamaceK I

ianraweM natamaceK II

ianraweM natamaceK II

arauSnaudaP natamaceK II

arauSnaudaP natamaceK II

iynayneM natamaceK III

ianraweM netapubaK II

sikuleM netapubaK II

ianraweM natamaceK I

ianraweM natamaceK I

8002-6002nuhaTDSgnajneJisatserP:3lebaT

abmoLsineJ takgniT arauJ

kisuMlavitseF isniporP II

nadsiluneM,acabmeM.gnutihreB

netapubaK I

isatserpreBawsiS netapubaK II

artuPsabeBayaGgnaneR netapubaK I

irtuPsabeBayaGgnaneR netapubaK I

upuk-upuKayaGgnaneRm001

netapubaK I

sabeBayaGtefatsEgnaneR netapubaK I

ianraweM netapubaK I

arauSnaudaP natamaceK

sikuLineS natamaceK II

anahredeSigolonkeT natamaceK III

tapeCacabmeM natamaceK I

gnutsilaCabmoL natamaceK II

isatserpreBawsiS netapubaK II

APIM netapubaK I

retupmoK netapubaK I

kisuMlavitseF netapubaK I

tamreCsadreCabmoL netapubaK I

etaraK netapubaK I

oloSiynayneM natamaceK I

gnutsilaC natamaceK I

retupmoK natamaceK II

akinaiPkisuM natamaceK I

APIM natamaceK I

tamreCsadreCabmoL natamaceK II

naakatsuprePabmoL netapubaK I

halokeSnataheseKahasU)SKU(

netapubaK III

VIdaisaPakitametaM isniporP VI

PMSgnajneJisatserP:4lebaT8002-6002nuhaT

abmoLsineJ takgniT arauJ

puorGlacoV netapubaK II

.kisuMineS netapubaK II

kisuMineS natamaceK II

ajeMsineT netapubaK II

gnaragneM netapubaK II

irtuPisiuPacabmeM netapubaK III

irtuPteksaB netapubaK II

artuPteksaB netapubaK II

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

PROFIL BPK PENABUR INDRAMAYU

gnarakes-0691nuhaTnasayaYauteK:6lebaT

amaN natabaJasaM

niKkeTpaY 3691-0691

atimsajTgnadO 6691-3691

idunaT 0791-6691

atimsajTgnadO 7791-0791

SnamhaR 2891-7791

SanaileH 6891-2891

gnudnuMnemraH 6991-6891

otnayuSnilrahuS 6002-6991

ontijarP gnarakeS-6002

gnarakes-0691nuhaThalokeSalapeK:5lebaT

gnajneJ amaN natabaJasaM

KKTSadiraF 8891-0691

ayajiW.IitawaniT gnarakeS-8891

KDS

tisekiraPansituS 1691-0691

D.ToyhawuS 8691-2691

inaitsirKaniL 5991-9691

SHinabuS 5002-6991

ojrapuS.E gnarakeS-5002

KPMS

ortimeosograH 7991-0691

otnayirakaTokE 5002-7991

ahargunaHnamiraH gnarakeS-5002

Penutup

Sungguhpun BPK PENABUR Indramayumengalami perkembangan yang cukupmenggembirakan, berbagai upaya masih perludilakukan dimasa yang akan datang. Langkahke depan yang perlu dilakukan antara lain seba-gai berikut.a. Meningkatkan penerimaan melalui

kenaikan SPP.b. Meningkatkan kuantitas siswa baru.c. Penyegaran bagi guru dan karyawan

melalui pembinaan dan evaluasi kerja.d. Mengagendakan pertemuan antara guru

dan pengurus secara rutin.e. Membenahi citra sekolah.f. Menjalin kerjasama dengan orang tua murid

untuk peningkatan sekolah.Dalam era kompetisi mutu pendidikan dan

pelayanan dewasa ini, BPK PENABUR Indra-mayu dituntut berjuang tiada henti dengan tetapmemberdayakan nilai-nilai Kristiani yangdianutnya. Kerja keras dan berbagai inovasiserta terobosan perlu ditempuh agar tetap bisaberkembang, bersaing, berkolaborasi denganpihak-pihak lain tanpa kehilangan indentitasdiri sebagai lembaga pendidikan Kristen yangunggul.

Dinamika kepemimpinan di sekolah terlihat daripergantian kepala sekolah dan ketua yayasanyang tentunya diharapkan memberikanpengaruh positif terhadap kemujuan pendidikandi masing-masing sekolah. Kepala-KepalaSekolah yang memimpin TK, SD, dan SMP sertaKetua Yayasan mulai tahun 1960 sampaisekarang terlihat pada tabel berikut.

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

lahir di Berastepu, Sumatra Utara, Juni 1948. Menyelesaikanpendidikan di IKIP Negeri Jakarta (1975), Jurusan Pengajaran BahasaInggris, S2 bidang perencanaan pendidikan di Macquarie University,Sydney, Australia, (1979) dan S3 di bidang Teknologi Pendidikan diIKIP Negeri Jakarta (1994). Sebelum menjadi tenaga pengajar tetap diUniversitas Negeri Jakarta dengan jabatan Lektor Kepala (2001),bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Pendidikan danKebudayaan, yang telah berubah menjadi Departemen PendidikanNasional, (1976-2001). Pada tahun 2007 diangkat sebagai Guru BesarTetap Universitas Negeri Jakarta di bidang pengembangan sumberbelajar.

lahir di Jakarta, Oktober 1984. Menyelesaikan pendidikan S1Manajemen di FE UKRIDA Jakarta dengan konsentrasi ManajemenKeuangan tahun 2006 sebagai lulusan terbaik. Sambil menyelesaikanS1, menjadi asisten laboratorium di FE UKRIDA Jakarta (2006–2007).Sejak tahun 2007 sampai sekarang menjadi dosen di FE UKRIDAJakarta. Selain itu, pernah menjadi Koordinator LaboratoriumManajemen Keuangan Lanjutan di FE UKRIDA Jakarta (2007). Disamping memiliki pengalaman sebagai staf pengajar di FE UKRIDAJakarta, sampai saat ini masih aktif menulis karya ilmiah serta ModulLaboratorium Manajemen di FE UKRIDA Jakarta.

lahir di Tuban, April 1954. Menyelesaikan pendidikan S1 BahasaInggris dari IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) dan S2Teknologi Pendidikan dari Univeritas Pelita Harapan Jakarta.Pengalaman kerja, tahun 1976 – 1985, Kepala Lab. Bahasa InggrisBPK PENABUR Jakarta, tahun 1988 – 1992, Guru di SMEA BPKPENABUR Jakarta, tahun 1993 – 2004, Kepala SMEA BPK PENABURJakarta dan sejak tahun 2004 - sekarang sebagai Kepala Bagian PusatPengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta

lahir di Bukittinggi, Juni 1957. Saat ini menjabat sebagai sekretarisKoordinator MKDK Universitas Negeri Jakarta.

lahir di Padang, Agustus 1967. Saat ini sebagai dosen UniversitasNegeri Jakarta.

lahir di Tasikmalaya, Februari 1981. Lulusan S1 Fakultas PsikologiUniversitas Kristen Maranatha Bandung, tahun 2003. Tahun 2002–2003 menjadi Asisten Dosen Fakultas Psikologi, dan tahun 2003–2004 menjadi dosen Luar Biasa Fakultas Psikologi, UniversitasKristen Maranatha. Tahun 2003–2004, Guru Bimbingan KonselingSMA 1 BPK PENABUR Bandung. Tahun 2004–2006 di SMP BPKPENABUR Tasikmalaya, sebagai Guru Bimbingan Konseling.

lahir di Demak, Pebruari 1971, menyelesaikan program S1Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia (2000).Mengajar di SMPK Vianney, Cengkareng 1995-2000. Guru BahasaInggris di SMP 1 BPK PENABUR Jakarta 2000-sekarang. Pembina

Keterangan Mengenai Penulis

BP. Sitepu, Prof. Dr.,M.A.,

David Wijaya,

Dinah Tanumihardja,

Edwita, Dra., M.Pd.,

Gusti Yarmi, Dra., M.Pd.,

Handy Susanto, S.Psi.,

Hastin S. M., S. Pd.,

115Jurnal Pendidikan Penabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008

Keterangan Mengenai Penulis

Ekskur English Club dan English Competition tingkat DKI. MelatihElizabeth Mailoa memenangkan Speech Contest juara 2 tingkatKecamatan dan Kodya pada 2007. Merupakan nominator lombapenulisan artikel guru tingkat SMPK dalam rangka “Tahun IlmiahBPK PENABUR Jakarta 2002-2003.

lahir di Semarang, Desember 1964. Menyelesaikan pendidikan diUniversitas Kristen Indonesia jurusan Sastra Inggris (1988). Tahun1989-1990 mengikuti International Visitor Exchange Program (IVEP),sebagai asisten guru di Kraybill Mennonite School selama 1 tahun diPennsylvania-USA, bekerja di School for International Training (SIT)selama 3 tahun. Dan sejak 1993 - sekarang, bergabung denganInternational Training Center (INTRACT)

lahir di Bandung, Juli 1971. Menyelesaikan Program MagisterManajemen di Universitas Katolik Parahyangan Bandung dengankonsentrasi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan ProgramMagister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia denganProgram Studi Pengembangan Kurikulum Konsentrasi TeknologiPendidikan. Sejak tahun 1994 menekuni dunia pendidikan sebagaiguru di beberapa SMP dan SMA swasta Kristen dan Katolik. Menulisbuku komputer yang diterbitkan oleh Gramedia–Elexmedia danPenerbit ANDI Yogyakarta. Saat ini selain dosen luar biasa diSekolah Tinggi Informatika dan Manajemen di Bandung, jugasebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPKPENABUR Bandung. Alamat e-mail: [email protected]

lahir di Medan, Sumatra Utara, Nopember 1980. Menyelesaikanprogram S1 Sastra Inggris jurusan bahasa Inggris di UniversitasKristen Indonesia (2004). Menjadi tenaga pengajar bahasa InggrisSMPK 1 BPK PENABUR Jakarta pada tahun 2007 sampai sekarangdan dosen bahasa Inggris Bina Sarana Informatika (BSI) pada tahun2007-sekarang.

lahir di Bukittinggi, Juni 1956. Sejak tahun 1990-sekarang sebagaidosen PGSD Universitas Negeri Jakarta.

lahir di Desa Pagergunung, Pemalang, Juli 1938. Ketua Umum ISPI,Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Anggota DRN, KetuaCINAPS, Ketua Basnas, dan Penasehat PB PGRI PendidikanNasional.

lahir di Sragen, Mei 1963. Mengajar di SDK BPK PENABURIndramayu sejak 1 Agustus 1982- sekarang. Tamat SPGK SurakartaJurusan SD spesialisasi IPA/Matematika (1982). Menyelesaikan D2PGSD UT (2002) dan saat ini sebagai mahasiswa semester XUniversitas Terbuka.

lahir di Jakarta, September 1952. Memperoleh gelar DoktorPendidikan dari IKIP Jakarta tahun 1992. Pernah menjabat sebagaiKepala Bagian Litbang BPK PENABUR Jakarta, Sekretaris UmumMPPK (Majelis Pusat Pendidikan Kristen), Kepala Litbang SinodeGKI Wilayah Jabar. Saat ini bertugas sebagai guru besar di PGSD danPasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta serta beberapa universitasswasta di Jakarta.

Kristina Untari Setiawan,

Muksin Wijaya, M.Pd.,M.M.,

Rommel K. Sitanggang, S. S.

Roswati, Dra., M.Pd.,

Soedijarto, Prof., Dr. MA.,

Sudarno,

Theresia K. Brahim, Prof.Dr.,