DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

58
DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA WINNI J S SIMBOLON 130302076 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 Universitas Sumatera Utara

Transcript of DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Page 1: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

WINNI J S SIMBOLON 130302076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

WINNI J S SIMBOLON 130302076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

WINNI J S SIMBOLON 130302076

Skripsi Sebagai Satu diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana

Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 4: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Distribusi Peneluran Penyu di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara

Nama : Winni J S Simbolon

NIM : 130302076

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Universitas Sumatera Utara

Page 5: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Winni J S Simbolon

NIM : 130302076

menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Distribusi Peneluran Penyu di

Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera

Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Desember 2017 Winni J S Simbolon NIM. 130302076

Universitas Sumatera Utara

Page 6: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

ABSTRAK

WINNI J S SIMBOLON. Distribusi Peneluran Penyu di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan HSETI WAHYUNINGSIH dan ANI SURYANTI.

Penyu laut termasuk ke dalam kelompok reptilia yang mempunyai daerah jelajah yang sangat luas, yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Secara internasional, penyu termasuk hewan yang terdaftar dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Salah satu tempat peneluran penyu di Sumatera Utara adalah kawasan pantai Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Untuk mengetahui lokasi dan ciri-ciri umum lokasi peneluran penyu di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan April sampai dengan awal September 2017 di Kecamatan Sorkam Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan observasi atau pengamatan secara langsung. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik peneluran penyu di Kecamatan Sorkam Barat dalam cakupan wilayah empat desa yaitu desa Pasar Sorkam, desa Madani, desa Tolok Roban, desa Binasi dan waktu terlihat terakhir pada tahun 2017. Jenis penyu yang ditemukan yaitu Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) pada bulan Mei dan Juli 2017 sedangkan pada bulan Juni tidak diketahui jenisnya karena telur tersebut dijual oleh nelayan.

Kata kunci : penyu, peneluran, Sorkam Barat, distribusi.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

ABSTRACT

WINNI J S SIMBOLON. Sea Turtle Distribution in West Sorkam District, Central Tapanuli Regency, North Sumatera Province. Under the guidance of HSETI WAHYUNINGSIH and ANI SURYANTI. Sea turtle is a group of reptiles that have a wide range of roaming, which inhabit tropical and subtropical seas around the world. Internationally, sea turtle is animal listed in CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). One of the turtle nesting places in North Sumatra is the coastal area of West Sorkam, Central Tapanuli Regency, North Sumatra Province. To know the location and general characteristics of turtle nesting location in West Sorkam District, Central Tapanuli Regency, North Sumatera Province is done by purposive sampling. The research has been conducted from the end of April until the beginning of September in West Sorkam District. The method used in this research is survey method, that is by observation or direct observation. The data collected in the form of primary data and secondary data. The results showed that turtle nesting spots in West Sorkam District cover the four villages of Pasar Sorkam village, Madani village, Tolok Roban village, Binasi village and last seen time in 2017. Type of sea turtle found is Olive Ridley (Lepidochelys olivacea) on May and July 2017 meanwhile in June it is unknown because the eggs are sold by fisherman. Keywords: seaturtle, nesting, West Sorkam, distribution.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Winni J S Simbolon lahir

di Sei Siasam pada tanggal 18 Juni 1995, merupakan anak

pertama dari ayah I.W.D Simbolon dan ibu Saminar Purba.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Bhakti

Pertiwi, SD Negeri 033 Rokan IV Koto, SMP Negeri 1

Sidamanik dan SMA Negeri 1 Sidamanik. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana

di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2013 melalui jalur ujian

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis

melaksanankan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT Konservasi Penyu Kota

Pariaman, Sumatera Barat pada tahun 2016.

Selama menempuh pendidikan penulis aktif dalam kegiatan organisasi

diantaranya sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan

Universitas Sumatera Utara (IMASPERA USU) (tahun 2015 dan 2016) dan

sebagai bendahara GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) Komisariat

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Cabang Medan (tahun 2014 dan

2015) serta sebagai volunteer di Lembaga Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

(WALHI) sampai sekarang.

Untuk menyelesaikan studi di program studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan

penelitian dengan judul skripsi “Distribusi Peneluran Penyu di Kecamatan

Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara” yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

dibimbing oleh Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih S.Si, M.Si dan Ibu Ani Suryanti,

S.Pi, M.Si.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Distribusi Peneluran Penyu di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten

Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini merupakan satu

diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program

Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Universitas Sumatera Utara dan Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan

sarjana.

2. Kedua orangtua yang penulis sayangi, Ayahanda I.W.D Simbolon dan Ibunda

Saminar Purba atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan.

3. Ibu Dr. Hesti Wahyuningsih, S.Si, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan Ibu Ani Suryanti, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah membimbiing selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu staff pengajar serta pegawai Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan.

6. Saudari penulis, Dwi A S Simbolon dan saudara penulis, Forman Y Simbolon

dan Ruben B Simbolon atas doa dan dukungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

7. Ketua Konservasi, Pak Budi dan seluruh anggota yang telah mengijinkan dan

membimbing penulis dalam melakukan penelitian.

8. Sobat Kartini: Arief P Bangun, Arif Nuhalin, Indah Lutfa MT, Ira M

Lumbangaol, Kusuma Widya Sari, Sara S Br Ginting dan Yuli Wulandari

atas semangat dan dukungan yang telah diberikan dengan cara yang berbeda.

9. Keluarga Besar Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.

Medan, Desember 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 12: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix

PENDAHULUAN .................................................................................... 1 Latar Belakang .............................................................................. 1 Perumusan Masalah ....................................................................... 3 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6 Penyu ............................................................................................. 6 Penyu Hijau (Chelonia mydas) ..................................................... 11 Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) .......................................... 17 Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) ......................................... 20 Vegetasi Pantai .............................................................................. 22 Navigasi Penyu .............................................................................. 23

METODE PENELITIAN ....................................................................... 24 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 25 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 25 Penetuan Lokasi Penelitian ........................................................... 25 Pengamatan Karakteristik Pantai .................................................. 25 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 26 Analisis Data ................................................................................. 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 27 Hasil .............................................................................................. 27 Pembahasan ................................................................................... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... 37 Saran ................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 13: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Nama Ilmiah dan Nama Internasional Penyu ........................................ 10

2. Jenis-jenis Penyu ................................................................................... 10 3. Lokasi Bertelur Penyu ........................................................................... 27

4. Kondisi Lingkungan Tempat Bertelur Penyu ........................................ 27

5. Telur Penyu yang Ditemukan ................................................................ 28

Universitas Sumatera Utara

Page 14: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 4

2. Siklus Hidup Penyu Secara Umum ....................................................... 8

3. Bagian-bagian Tubuh Penyu ................................................................. 9

4. Penyu Hijau (Chelonia mydas) .............................................................. 12

5. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) ................................................... 18

6. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) ................................................. 20

7. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 24

8. Peta Distribusi Penyu ............................................................................ 29

Universitas Sumatera Utara

Page 15: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Lokasi Penelitian ................................................................................... 41

2. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 43

Universitas Sumatera Utara

Page 16: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyu laut termasuk ke dalam kelompok reptilia yang mempunyai daerah

jelajah yang sangat luas, yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Penyu laut diperkirakan telah menghuni bumi ini lebih dari 100 juta tahun. Oleh

karena itu penyu laut dikenal sebagai fosil hidup. Penyu telah mengalami

beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya yaitu dengan adanya

tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping

untuk memudahkan mereka berenang di air. Penyu laut juga memiliki kemampuan

untuk mengeluarkan garam-garam air laut yang ikut tertelan bersama makanan

yang mereka makan dan juga kemampuan untuk tinggal di dalam air dalam waktu

yang lama selama kurang lebih 20-30 menit. Telinga penyu laut tidak dapat

dilihat, tetapi mereka memiliki gendang telinga yang dilindungi oleh kulit. Penyu

laut dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi rendah dengan sangat baik

dan daya penciuman mereka juga mengagumkan. Mereka juga dapat melihat

dengan sangat baik di dalam air. Penyu laut memiliki cangkang yang melindungi

tubuh mereka dari pemangsa (Rianto, 2012).

Secara internasional, penyu termasuk hewan yang terdaftar dalam CITES

(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies

terancam adalah perjanjian internasional antar negara yang disusun berdasarkan

resolusi sidang anggota World Conservation Union tahun 1963. Konvensi

bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa liar terhadap perdagangan

internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar yang mengakibatkan kelestarian

Universitas Sumatera Utara

Page 17: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

spesies tersebut terancam dalam Appendiks I yaitu satwa-satwa yang terlarang

untuk segala pemanfaatan dan perdagangannya. Secara nasional, organisme ini

dilindungi seperti digariskan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan

satwa yang dilindungi oleh negara (PP No. 7, 1999).

Perairan Indonesia merupakan wilayah yang unik di dunia, dimana

wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki letak geografis yang strategis. Di

dunia terdapat tujuh jenis penyu, enam jenis diantaranya diketahui terdapat

perairan Indonesia yakni penyu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik

(Eretmochelys imbricate), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Pipih

(Natator depressus), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Belimbing

(Dermochelys coriacea) sedangkan Penyu Kempi (Lepidochelys kempi) hanya

ditemukan di perairan Florida dan laut Mexsiko (Zarkasi et al., 2013).

Habitat peneluran penyu dipengaruhi oleh lingkungan. Umumnya

pemilihan daerah peneluran adalah tempat yang luas dan landai yang terletak di

atas pantai yang memiliki butiran pasir tertentu dan mudah digali secara naluriah

dianggap aman untuk bertelur, tempatnya didominasi oleh vegetasi. Keadaan

pantai peneluran harus tenang, tidak ada badai yang kencang dan dalam keadaan

yang gelap (Susilowati, 2002).

Salah satu tempat peneluran penyu di Sumatera Utara adalah kawasan

pantai Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

Pantai Sorkam Barat merupakan daerah pantai yang masih alami, belum banyak

dilakukan kegiatan perikanan dan merupakan tempat persinggahan bagi penyu

untuk bertelur. Musim bertelur penyu terjadi di sepanjang tahun tetapi puncak

Universitas Sumatera Utara

Page 18: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

peneluran terdapat pada bulan Desember dan Januari. Hal ini diketahui karena

pada bulan-bulan tersebut banyak nelayan yang menemukan adanya telur penyu di

sepanjang pantai Sorkam Barat. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan

penelitian mengenai persebaran lokasi peneluran penyu di sepanjang garis pantai

Sorkam, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi

Sumatera Utara.

Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana lokasi peneluran penyu di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten

Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara ?

2. Bagaimana ciri-ciri umum lokasi peneluran penyu di Kecamatan Sorkam

Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara ?

Kerangka Pemikiran

Pantai Sorkam terletak di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli

Tengah, Provinsi Sumatera Utara merupakan zona inti kawasan konservasi penyu.

Daerah pantai Sorkam merupakan pantai peneluran beberapa penyu diantaranya

Penyu Hijau (C. mydas), Penyu Sisik (E. imbricata) dan Penyu Lekang (L.

olivacea). Pada pantai Sorkam terdapat beberapa gangguan maupun ancaman baik

terhadap penyu dewasa, maupun tukik dan telur-telur penyu. Berdasarkan

informasi diatas, perlu dilakukan kajian langsung untuk mengetahui distribusi

sarang penyu berdasarkan karakteristik pantai di Kecamatan Sorkam, Kabupaten

Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Bagan kerangka penulisan penelitian

disajikan pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lokasi peneluran penyu di Kecamatan Sorkam Barat,

Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri umum lokasi peneluran penyu di Kecamatan

Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.

Penyu

Karakteristik Pantai

Distribusi Penyu

Pulau Sorkam

Rekomendasi Pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang lokasi

peneluran penyu. Informasi tersebut dapat dijadikan rujukan pada anggota

konservasi di Sorkam untuk menyelamatkan telur penyu dari predator pada bulan

biasanya penyu bertelur. Hal tersebut dapat memberikan manfaat lanjutan dalam

upaya pengelolaan ataupun pelestarian sumberdaya perikanan khususnya penyu.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

TINJAUAN PUSTAKA

Penyu

Penyu merupakan hewan perairan laut, yang hidupnya mulai dari perairan

laut dalam hingga perairan laut dangkal. Kadang-kadang penyu juga berada di

daerah pantai dan biasanya digunakan untuk bertelur. Penyu bertelur ketika terjadi

air pasang penuh, induk penyu akan berenang menuju ke pantai yang berpasir dan

melakukan beberapa tahapan proses peneluran, yaitu merayap, membuat lubang

badan, membuat lubang sarang, bertelur, menutup lubang sarang, menutup lubang

badan, memadatkan pasir di sekitar lubang badan, istirahat, membuat penyamaran

sarang dan kembali ke laut (Syaiful et al., 2013).

Musim bertelur penyu terjadi sepanjang tahun, tiap penyu akan bertelur

sekitar 4 sampai 6 kali setiap tahunnya dengan interval masa peneluran selama 12

sampai 14 hari. Meskipun demikian, pada musim-musim tertentu, biasanya

selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun terjadi aktivitas penyu bertelur melimpah.

lebih kurang 143 lokasi peneluran penyu yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tetapi banyak di antara lokasi lokasi peneluran penyu yang luas telah ditinggalkan

oleh penyu, karena kondisi lingkungan yang rusak. Ancaman utama terhadap

populasi penyu adalah kegiatan manusia, seperti pencemaran pantai dan laut,

perusakan habitat peneluran, perusakan daerah mencari makan, gangguan pada

jalur migrasi serta penangkapan induk penyu secara ilegal dan pengumpulan telur.

Dalam kaitan dengan pengawasan secara internasional, semua jenis penyu telah

dikategorikan sebagai satwa langka dan dilindungi dalam Red Data Book IUCN

dan seluruh jenis penyu sudah termasuk dalam Appendix 1 CITIES (Kasenda,

2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Siklus hidup penyu yang unik dan rutin dalam bertelur di kawasan yang

sama dan penyu dewasa yang selalu kembali ke tempat asal usulnya pada saat

bertelur, selain dipengaruhi oleh instink perilaku juga oleh sifat fisik morfologi

pantai serta struktur vegetasi alam yang menyusun kawasan. Pada pantai dengan

kemiringan lebih besar 30% naungan vegetasi terhadap sarang cenderung

mempengaruhi kelembaban sarang. Sayangnya data serta informasi tentang

struktur dan komposisi vegetasi pantai dimana penyu bertelur masih umum dan

belum diungkapkan secara rinci (Roemantio et al., 2012).

Daerah peneluran sebagai ruang tempat bertelur bagi penyu laut,

mempunyai segi karakteristik setiap jenis penyu. Persyaratan umum untuk pantai

peneluran, yaitu pantai harus mudah dijangkau dari laut, posisi pantai harus cukup

tinggi untuk mencegah terendamnya telur-telur oleh air laut pasang, substrat pasir

memiliki aliran difusi gas, serta substrat berukuran sedang untuk mencegah

lubang sarang runtuh selama pembuatan sarang. Penyu laut umumnya memilih

daerah untuk bertelur pada dataran yang luas dan landai yang terletak di atas

bagian pantai dengan rata-rata kemiringan 30° serta di atas pasang surut antara 30

sampai 80 meter. Telur-telur diletakkan pada sarang yang dibuat antara 8 sampai

41 meter dari titik pasang tertinggi untuk menghindarkan terendamnya sarang

telur penyu (Agustina, 2009).

Pantai peneluran penyu memiliki persyaratan umum antara lain pantai

mudah dijangkau dari laut, posisinya harus cukup tinggi untuk mencegah telur

terendam oleh air pasang, pasir pantai relatif lepas (loose) serta berukuran sedang

untuk mencegah runtuhnya lubang sarang pada saat pembentukannya. Pemilihan

lokasi ini agar telur berada dalam lingkungan bersalinitas rendah, lembab dan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

substrat memiliki ventilasi yang baik sehingga telur-telur tidak tergenang air

selama masa inkubasi (Satriadi et al., 2003). Skema siklus hidup penyu laut

secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus hidup penyu secara umum (Richayasa, 2015)

Menurut Amilah (2012), pengenalan terhadap bagian-bagian tubuh penyu

beserta fungsinya sangat diperlukan agar dapat melakukan identifikasi dengan

baik. Tubuh penyu terdiri dari bagian-bagian:

a. Karapas, yaitu bagian tubuh yang dilapisi zat tanduk, terdapat di bagian

punggung dan berfungsi sebagai pelindung.

b. Plastron, yaitu penutup pada bagian dada dan perut.

c. Infra Marginal, yaitu keping penghubung antara bagian pinggir karapas dengan

lastron. Bagian ini dapat digunakan sebagai alat identifikasi.

d. Tungkai depan, yaitu kaki berenang di dalam air berfungsi sebagai alat dayung.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

e. Tungkai belakang, yaitu kaki bagian belakang (pore fliffer) berfungsi sebagai

alat penggali. Bagian-bagian tubuh penyu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Morfologi penyu (Laras, 2013)

Family : Cheloniidae, meliputi :

Species :

a) Chelonia mydas (penyu hijau)

b) Natator depressus (penyu pipih)

c) Lepidochelys olivacea (penyu abu)

d) Lepidochelys kempi (penyu kempi)

e) Eretmochelys imbricata (penyu sisik)

f) Caretta caretta (penyu karet atau penyu tempayan)

Family : Dermochelyidae, meliputi :

Species :

g) Dermochelys coriacea (penyu belimbing)

Dari 7 spesies penyu di atas, penyu jenis Lepidochelys kempi (penyu kempi) tidak

berada di Indonesia, tapi berada di Ameraka Latin.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Tabel 1. Nama Ilmiah dan Nama Internasional Penyu No Nama Ilmiah dan Nama

Internasional Nama Daerah

1 Chelonia mydas (Green turtle)

Penyu Hijau (Jawa Barat dan Kalimantan Timur), Penyu Daging (Bali), Penyu Sala (Sumbawa), Katuwang (Sumatera Barat), Penyu Pendok (Karimun Jawa)

2 Natator depressus (Flatback turtle)

Penyu Pipih

3 Lepidochelys olivacea (Olive ridley turtle)

Penyu Abu-Abu

4 Dermochelys coriacea (Leatherback turtle)

Penyu Belimbing

5 Eretmochelys imbricata (Hawksbill turtle)

Penyu Sisik (Jawa Barat, Sumatera Barat, Bali, Belitung, Simelue, Pulau Seribu, Sulawesi, Kalimantan Timur), Penyu Genting (Jawa Timur), dan Penyu Sisir (Madura)

6 Caretta caretta (Loggerhead turtle)

Penyu Karet dan Penyu Tempayan

Identifikasi jenis penyu dapat dilakukan berdasarkan pada hal-hal berikut:

a. Bentuk luar (morfologi)

b. Tanda-tanda khusus pada karapas

c. Jejak dan ukuran sarang (diameter dan kedalaman sarang) serta kebiasaan

bertelur

d. Pilihan habitat peneluran

Tata cara atau kunci identifikasi jenis penyu berdasarkan ciri-ciri

morfologi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Jenis-jenis Penyu

No Jenis – Jenis Penyu Morfologi Penyu 1 Chelonia mydas

(Penyu Hijau) Karapas berbentuk oval, berwarna kuning keabu-abuan, tidak meruncing dipunggung, dan kepala bundar.

2 Natator depressus Karapas meluas berbentuk oval, berwarna kuning keabu-abuan, tidak meruncing di

Universitas Sumatera Utara

Page 26: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

(Penyu Pipih) belakang, kepala yang kecil dan bundar.

3 Lepidochelys olivacea (Penyu Abu-Abu)

Karapas berbentuk seperti kubah tinggi, terdiri dari 5 pasang “coastal scutes” dimana di setiap sisi terdiri dari 6-9 bagian. Bagian pinggir karapas lembut. Karapas berwana hijau gelap (dark olive green) dan bagian bawah berwarna kuning. Kepala penyu abu-abu tergolong besar.

4 Dermochelys coriacea (Penyu Belimbing)

Punggung memanjang berbentuk buah belimbing, kepalanya sedang serta membundar, kaki depan panjang serta punggung berwarna hitam, hampir seluruhnya disertai bintik-bintik putih.

5 Eretmochelys imbricata (Penyu Sisik)

Bentuk karapas seperti jantung (elongate) , meruncing dipunggung, kepalanya sempit serta karapasnya berwarna coklat dengan beberapa variasi terang mengkilat.

6 Caretta caretta (Penyu Tempayan)

Bentuk memanjang, meruncing dibagian belakang, kepala berbentuk “triangular” hampir seluruhnya berwarna cokelat kemerah-merahan.

Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Klasifikasi dan Morfologi Penyu Hijau

Penyu Hijau mempunyai ciri-ciri karapaks sebagai penutup tubuh

merupakan kulit keras yang terdiri dari 4 pasang sisik coastal, 5 sisik vertebral

dan 12 pasang sisik marginal, sepasang sisik prefiontal yang letaknya di atas

hidung, memilih sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang, kuku pada kaki

depan hanya satu, warna karapaksnya coklat atau kehitam-hitaman dan letak

bagian karapaks tidak saling menutupi satu sama lainnya. Bagian dorsal anak-

anak penyu yang baru lahir (tukik) adalah berwarna hitam dan bagian ventralnya

putih mulai dari kaki atau “flipper” (Segara, 2008). Gambar Penyu Hijau

(Chelonia mydas) dapat dilihat pada Gambar 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Gambar 4. Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Klasifikasi Penyu Hijau menurut Susilowati (2002), adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Famili : Cheloniidae

Genus : Chelonia

Spesies : Chelonia mydas

Biologi Penyu Hijau

Penyu Hijau merupakan reptil laut yang bersifat herbivor, meskipun pada

saat tukik bersifat karnivor. Sebagaimana layaknya reptil, indra pendengaran pada

Penyu Hijau tidak berkembang dengan baik. Hal ini karena penyu tidak memiliki

telinga luar untuk mengumpulkan rangsangan dari luar, namun demikian penyu

sangat sensitif dengan getaran. Indera perabanya sangat sensitif, terutama pada

bagian-bagian yang lembek pada bagian flipper dan lehernya sedangkan indera

Universitas Sumatera Utara

Page 28: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

penciuman pada penyu berkembang dengan sangat baik, indera ini merupakan

pengembangan dari susunan syaraf penciuman pada otaknya (Mukminin, 2002).

Dalam kehidupannya Penyu Hijau banyak berada di lingkungan laut

dibanding dengan lingkungan darat. Kehidupan di laut dimulai sejak tukik penyu

menuju lepas pantai, dewasa, bereproduksi dan ke darat untuk bertelur. Penyu

Hijau betina yang ditemukan di penangkaran penyu saat ini sangat tergantung

suhu dan kualitas serta kuantitas makanan yang didapat. Panjang karapaks Penyu

Hijau pada saat mencapai dewasa kelamin sekitar 88,9 cm (Susilowati, 2002).

Kemampuan penyu melihat dengan sangat baik, Penyu Hijau dapat

melihat obyek atau benda yang ada didepannya sampai dengan sudut 30° dan 180°

ke samping, serta dapat berakomodasi dengan baik pada sudut 150° ke arah

bawah pada saat berenang di permukaan laut. Penyu Hijau sangat sensitif terhadap

cahaya dengan panjang gelombang maksimal antara 500-550 nm. Susunan syaraf

penyu adalah yang terbaik diantara ordo Testudinata kelas reptil (Mukminin,

2002).

Pendengaran dari jenis penyu tidak berkembang dengan baik seperti pada

jenis reptil lainnya, penyu tidak punya external ear untuk mengumpulkan

ransangan dari luar. Pada penyu laut terdapat gendang telinga yang ditutupi oleh

kulit biasa yang bisa mengurangi sensitifitas pendengaran. Penyu sensitif terhadap

getaran yang berada di bawah atau di permukaan tanah, yang agaknya sama

dengan rangsangan yang berada di bawah air (Susilowati, 2002).

Pembuahan pada semua jenis penyu terjadi secara internal dan semua jenis

penyu adalah ovipar. Penyu biasanya kawin di tepi pantai, saat terjadi perkawinan

penyu jantan yang lain mendekat untuk menunggu giliran atau merebut betina

Universitas Sumatera Utara

Page 29: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

yang sedang kawin tersebut. Penyu betina kawin dengan beberapa jantan dalam

satu musim (polyandri). Pada saat musim peneluran, penyu betina dewasa yang

akan bertelur melakukan puasa atau sama sekali tidak makan dan hanya penyu

jantan saja yang melakukan aktivitas tersebut (Mukminin, 2002).

Migrasi Penyu Hijau

Bagaimana cara penyu dapat menemukan pulau tersebut adalah sesuatu

yang mengagumkan. Penyu-penyu diduga menggunakan benda-benda langit yaitu

letak dan ketinggian bintang-bintang dan matahari sebagai acuan untuk

menentukan arah dan letak lintang dari pulau tersebut, selain itu mungkin sekali

mereka menggunakan kemampuan penciumannya. Penyu-penyu ini bergerak

sepanjang pesisir timur Brazillia hingga ke daerah yang menonjol itu, lalu

bergerak tepat ke timur hingga pulau tersebut dapat terlihat di cakrawala

(Mukminin, 2002).

Penyu Hijau adalah jenis penyu yang paling umum ditemukan di perairan

Indonesia dan memiliki distribusi paling luas diantara jenis-jenis penyu lainnya.

Penyu Hijau menyebar mulai dari 26°LU-26°LS, dan daerah perkembangannya

terdapat di daerah yang memiliki suhu rata-rata diatas 20°C. Konsentrasi utama

dari Penyu Hijau terdapat kepulauan Karibia, Nikaragua, Costa Rica, Suriname,

Indonesia dan Filiphina (Sani, 2000).

Penyu Hijau termasuk hewan beruaya dengan daerah ruaya yang luas

hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Ruaya Penyu Hijau yang berhubungan

dengan perkembangbiakan disebut breeding migration, sedangkan yang

berhubungan dengan perkembangan individu disebut dengan development

migration. Salah satu kemampuan khas Penyu Hijau adalah kemampuannya untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 30: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

kembali ke pantai tempat asal dilahirkan, kemampuan ini dinamakan Homing

Orienatation. Penyu Hijau melakukan migrasi ribuan kilometer dari tempat

mencari makan (feeding habit) menuju ke satu pantai untuk kawin dan bertelur

dengan cara berenang menyusuri garis pantai, hingga menemukan pantai tempat

mereka dilahirkan (Mukminin, 2002).

Di Indonesia Penyu Hijau menyebar mulai dari Aceh hingga Papua. Penyu

Hijau menyenangi pantai yang landai dan sempit terutama yang berhadapan

dengan laut dalam misalnya pulau Penyu di Sumatera Barat, pantai Ujung Kulon,

Pantai Pangumbahan, Sindangkerta (Jawa Barat), Pantai Sukadame dan Pulau

Burung (Jawa Timur), Pulau Bilang-bilangan (Kalimantan Timur), Pantai di

sebelah timur Manokwari (Irian Jaya), Pulau Penyu di Laut Banda, Pantai Lunyuk

(Sumbawa Selatan) dan lain-lain (Sani, 2000).

Habitat Penyu Hijau

Habitat adalah suatu tempat dengan kondisi lingkungan yang khusus yang

dipilih organisme untuk tinggal. Penyu Hijau memerlukan habitat yang sesuai

guna menunjang berkembangnya populasi mereka dengan tercukupinya

kebutuhan hidupnya yang mencakup ketersediaan ruang, makanan dan kondisi

lingkungan lain yang sesuai dengan morfologi dan fisiologi penyu. Dalam siklus

hidupnya penyu memerlukan dua habitat untuk hidup, yaitu laut sebagai tempat

pendewasaan, perkawinan dan tempat mencari makanan dan pantai (darat) sebagai

tempat untuk meletakkan telur-telurnya (Mukminin, 2002).

Penyu Hijau adalah penyu yang tahan terhadap kisaran suhu yang lebar

meski demikian Penyu Hijau ditemukan aktif bergerak di laut subtropis dengan

kisaran suhu 18°-22°C, sedangkan di laut tropis dengan kisaran suhu 26°-30°C.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Laut yang dipilih Penyu Hijau adalah laut yang tidak terlalu dalam dimana masih

ditemukan rumput laut dan ganggang laut di dasar perairan, yaitu pada landas

benua. Yang dimaksud areal landas benua ini adalah kedalaman areal laut dengan

kedalaman tidak kurang dari 4 fathom atau setara dengan 120 cm. Laut yang

dipilih penyu sebagai habitat juga terdapat batu-batuan didasar yang digunakan

untuk tempat peristirahatan (Susilowati, 2002).

Sebagian besar siklus hidup penyu dihabiskan di laut sehingga masih

banyak rahasia kehidupan penyu yeng belum terungkap. Penyu jantan selamanya

hidup di laut sedangkan penyu betina berenang menuju daratan untuk meletakkan

telurnya. Kegiatan pengamatan penyu biasanya dilakukan pada penyu yang akan

atau sedang bertelur, telurnya ataupun tukiknya (Mukminin, 2002).

Penyu Hijau sangat selektif dalam memilih pantai peneluran. Pantai

peneluran penyu mempunyai ciri khusus, pantai landai berpasir tebal dengan latar

belakang hutan lebat dan jenis Pandanus tectorius memberikan naluri kepada

penyu hijau untuk bertelur. Tingkah laku bertelur penyu sangat berkaitan dengan

faktor cuaca. Penyu Hijau akan muncul tidak dari hempasan ombak jika angin

bertiup kencang, terutama pada bulan purnama dan bulan mati. Pada musim barat

angin bertiup kencang dan kadang kala diserta dengan badai yang dahsyat. Angin

yang kencang menyebabkan ombak menjadi besar dan menerbangkan butiran-

butiran pasir dan benda-benda ringan lainnya di sepanjang pantai. Dalam periode

itu daerah peneluran akan lebih keras dan lebih sulit untuk digali akibat curah

hujan yang tinggi. Kesulitan penggalian dan hujan yang jatuh terus-menerus

memberikan pengalaman bagi penyu untuk menunda proses bertelumya (Rianto,

2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Musim bertelur penyu antar berbagai tempat sangat dipengaruhi oleh

kondisi alam lingkungan setempat. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah

curah hujan yang akan memadatkan pasir, sehingga memudahkan penyu untuk

menggali lubang. Penyu Hijau bertelur sepanjang tahun, tetapi puncaknya

penelurannya terjadi pada bulan-bulan tertentu yang diduga berkaitan dengan

curah hujan. Umumnya Penyu Hijau bertelur lebih dari sekali dalam satu kali

musim peneluran dengan interval 9-16 hari antara satu peneluran dengan

peneluran berikutnya. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti letak

lintang, umur dan kualitas makanannya (Sani, 2000).

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Klasifikasi dan Morfologi Penyu Sisik

Penyu Sisik dikenal di beberapa tempat dengan nama penyu genteng,

penyu kembang, penyu katungkara, wau atau kadang-kadang disebut sisik saja.

Dalam istilah Inggris dikenal dengan sebutan "hawksbill turtle" yang artinya

penyu berparuh elang. Penyu Sisik memiliki nama ilmiah Eretmochelys imbricata

Linnaeus, (1766). Untuk membedakan Eretmochelys dengan Chelonia dapat

dilihat dengan memperhatikan sisik kepala prefrontal. Pada Eretmochelys sisik

tersebut terdiri dua pasang sedangkan pada Chelonia satu. Sisik karapas tersusun

secara tumpang tindih (imbricate) seperti susunan genteng. Susunan tumpang

tindih ini makin tua umur penyu menjadi kurang nyata sehingga hampir mirip

karapas Penyu Hijau. Tidak seperti susunan sisik marginal mulai dari ujung

bagian belakang (posterior) merupakan gerigi yang jelas meskipun pada bagian

depan (anterior) tidak begitu kelihatan. Lengannya berbentuk dayung dan masing-

Universitas Sumatera Utara

Page 33: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

masing dilengkapi dengan dua pasang kuku (cakar), terkadang ada yang hanya

satu kuku (Rhicayasa, 2015). Gambar Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Klasifikasi Penyu Sisk menurut (Rhicayasa, 2015) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Famili : Cheloniidae

Genus : Eretmochelys

Spesies : Eretmochelys imbricata

Biologi Penyu Sisik

Penyu adalah reptil laut yang selama hidupnya berada di laut. Hanya

penyu betina yang naik ke darat untuk meletakkan telur-telur kemudian ditinggal

begitu saja, sehingga keberhasilan menetasnya sangat tergantung dari kondisi

biologi tertentu. Penyu Sisik lebih sering dijumpai di pantai yang memiliki

dominasi diameter pasir lebih besar dibandingkan Penyu Hijau, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

komposisi pasir yang disukai didominasi oleh kalsit pecahan karang dan cangkang

kerang (Rudiana, 2005).

Di tempat penangkapan, Penyu Sisik mulai matang kelamin dan bertelur

pada umur 3-7 tahun. Di alam para pakar menduga, lebih dari 15 tahun. Pada

umumnya daerah tempat bertelurnya Penyu Sisik adalah pantai pasir di pulau-

pulau di perairan laut yang tidak dalam. Penyu Sisik umumnya bertelur di pulau-

pulau kecil pada pantai yang tidak luas dengan tekstur pasir yang kasar bercampur

pecahan batu karang dan cangkang moluska, sarangnya dangkal berada di dekat

batas vegetasi pantai (Rhicayasa, 2015).

Induk penyu bertelur pada malam hari, kebanyakan terjadi antara pukul

20.00 WIB sampai menjelang fajar menyingsing. Lama penyu bertelur biasanya

berkisar antara 1 - 2 jam. Jumlah setiap kali bertelur lebih dari 150 butir. Telurnya

kecil dengan diameter 38 cm. Kebiasaan penyu yang bertelur akan kembali ke

lokasi yang sama untuk bertelur setelah jangka waktu tertentu. Penyu Sisik

bertelur secara individual atau kelompok kecil tidak seperti penyu-penyu lain

yang berkelompok besar waktu inkubasi telur antara 50 dan 60 hari (Rhicayasa,

2015).

Habitat Penyu Sisik

Kondisi biotik, terutama keberadaan vegetasi pantai merupakan salah satu

faktor yang berperan dalam habitat peneluran Penyu Sisik. Kerapatan dan

dominansi vegetasi dari jenis pohon perdu nampaknya mempengaruhi kesukaan

Penyu Sisik untuk membuat sarang. Disamping itu, kondisi abiotik seperti

kelandaian pantai dan komposisi butiran pasir juga berpengaruh terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 35: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

pembuatan sarang Penyu Sisik. Demikian pula keberadaan terumbu karang faktor

pendukung habitat penelurannya (Hermawan, 1993).

Penyu Sisik pada umumnya daerah penelurannya tidak luas habitatnya

berkisar 2-12 mil di atas batas pasang tertinggi. Kelandaian pantai yang relatif

datar sesuai dengan habitat penyu sisik. Pasir pantai permukaan dari dasar sarang

meliputi tekstur yang didominasi oleh lokasi pasir halus sarang yang meliputi,

fraksi pasir halus bagian permukaan sarang memiliki nilai rata-rata ± 68,753 %

dan bagian dasar sarang rnempunyai nilai rata-rata ± 74,93 %. Sedangkan untuk

fraksi pasir bagian permukaan sarang memiliki nilai rata - rata ± 23.47 % dan

bagian dasar sarang memiliki nilai rata-rata ± 18.52 %. Tinggi rendahnya

kandungan air sangat erat kaitannya dengan panas yang diterima oleh sarang baik

permukaan maupun dasar sarang. Oleh karena itu kandungan air pasir sarang

berpengaruh terhadap suhu sarang (Arianto, 1999).

Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Klasifikasi dan Morfologi Penyu Lekang

Gambar 6. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Menurut Laras (2013), klasifikasi Penyu Lekang adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 36: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Famili : Cheloniidae

Genus : Lepidochelys

Spesies : Lepidochelys olivacea

Ukuran penyu lekang paling kecil, beratnya jarang mencapai 45 kg, rata-

rata beratnya hanya 35 kg. Ukuran terkecil penyu laut dewasa adalah Penyu Sisik,

sedangkan ukuran terberat dari Penyu Lekang mencapai 75 kg. Penyu Lekang

mencari makan di area dekat muara dan teluk. Penyu ini termasuk karnivora,

penyu dewasa biasanya memakan lobster, ikan, moluska, alga, crustacea, ubur-

ubur, dan telur ikan. Karapas Penyu Lekang berbeda dengan penyu lain, lateral

scutes-nya berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas

relatif melebar serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang

memanjang neural. Bentuk tubuh seperti piring (dish-shaped), batoknya meluas

sesuai dengan panjangnya dan ukuran kepala sedang (Agustina, 2009).

Karapas pada Penyu Lekang hampir membulat, panjang karapas Penyu

Lekang dewasa 63-75 cm. Scute pada penyu lekang tipis dan tidak tumpang

tindih, pada penomoran scute relatif berbentuk asimetri. Plastron pada tukik (anak

penyu) berwarna lekang gelap, menjelang juvenil warna plastron putih, dan

plastron pada penyu lekang dewasa berwarna kuning kehijauan. Jembatan scute

(penghubung karapas dan plastron) terdiri dari empat inframarginal. Bentuk

Universitas Sumatera Utara

Page 37: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

kepala Penyu Lekang triangular dengan paruh seperti burung beo, serta pada

bagian dorsal kepala terdapat empat sisik prefrontal (Agustina, 2009).

Habitat Penyu Lekang

Habitat penyu tidak semuanya digunakan untuk bertelur, tetapi dipilih

oleh penyu dan sesuai dengan karakter yang diinginkan. Penyu Lekang

(Lepidochelys olivacea) bertelur di pantai Kaironi di Kabupaten Manokwari.

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) bertelur di Pulau Semangat Besar

Kabupaten Lampung Tengah. Di Sumatera Barat juga ditemukan penyu bertelur

di pulau penyu. Daerah pesisir pantai Kota Pariaman juga merupakan salah satu

daerah peneluran penyu (Syaiful et al., 2013).

Vegetasi Pantai

Vegetasi mempunyai peran penting bagi Penyu Hijau untuk melindungi di

dari pengaruh matahari, mencegah perubahan suhu yang tajam di sekitarnya,

menghindarkan diri dari musuh dan melindungi sarang. Salah satu vegetasi yang

memiliki peranan paling penting bagi Penyu Hijau adalah Pandanus tectorius

yang mampu memberikan pengaruh terhadap naluri penyu hijau dalam pembuatan

sarang peneluran, karena perakaran pandan laut meningkatkan kelembaban,

memberikan kestabilan pada pasir dan memberikan rasa aman saat penggalian

lubang sarang (Segara, 2008).

Kehadiran hutan-hutan yang lebat memberikan pengaruh yang baik

terhadap kestabilan populasi penyu yang bertelur. Jika pohon-pohon tumbuh

dengan lebat, maka daun-daun yang jatuh lama-kelamaan mengalami proses

dekomposisi menjadi partikel-partikel mineral dan langsung hanyut terbawa air ke

Universitas Sumatera Utara

Page 38: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

laut. Proses tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga kesuburan

perairan dapat tetap terjamin. Kesuburan perairan menjadi kebutuhan biota yang

hidup di daerah tersebut, seperti tumbuhnya rumput laut dan tersediaanya

invertebrata laut berupa zooplankton, dimana invertebrata laut merupakan

makanan yang dibutuhkan oleh populasi penyu hijau yang masih juvenil (tukik)

(Laras, 2013).

Navigasi Penyu

Penyu memilii pola migrasi yang serupa dengan ikan salmon. Betina

dewasa secara rutin mengunjungi tempat bertelur yang sama tiap tahun, kemudian

kembali ke laut dengan orientasi renang mengikuti arus kemudian melakukan

migrasi ratusan bahkan ribuan kilometer jauhnya menuju daerah yang terdapat

banyak makanan (weeding ground). Namun demikian tidak banyak informasi

mengenai bagaimana penyu kembali ke area peneluran yang sama tiap tahunnya.

Banyak peneliti meyakini penyu menggunakan pengaruh geomagnetik bumi untuk

memberitahukan arah menuju lokasi peneluran (tanpa adanya tanda di laut).

Dalam ha1 ini penyu memiliki level sistem persepsi magnetik yang lebih baik

dibandingkan salmon dan kelompok burung. Penyu diduga menggunakan

geomagnetik sebagai orientasi menuju lautan, dan juga diduga memiliki bagian

tubuh yang berfungsi sebagai alat navigasi seperti kompas (Celestial cues) yang

belum diketahui sampai saat ini. Selain itu daerah lokasi peneluran yang mereka

kunjungi tiap tahunnya juga diduga menunjukkan informasi geomagnetik

(Segara, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 39: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari akhir April 2017

sampai dengan awal September 2017. Pengambilan data primer dan data sekunder

dilakukan di sepanjang garis pantai Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah,

Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada titik koordinat 01°51´07´´ LU dan

98°32´47´´ BT. Jumlah wilayah yang diteliti mencakup lima titik dengan jumlah

empat desa dapat dilihat pada Tabel 3. Peta Lokasi disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 40: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Global Positioning System,

Digital Soil Moisture Meter, kamera, meteran, buku tulis, dan alat tulis komputer.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta Kecamatan Sorkam Barat.

Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian didasarkan secara purposive sampling. Kriteria

yang digunakan antara lain (panjang pantai, tanda kehadiran penyu mendarat

dipantai seperti jejak penyu, cangkang telur dan sarang penyu).

Prosedur Penelitian

1. Pada siang hari dilakukan pengamatan karaketristik pantai, meliputi jarak

sarang telur penyu terhadap garis pantai dengan menggunakan meteran.

2. Pengukuran suhu pasir sarang diukur dengan menggunakan Digital Soil

Moisture Meter dan diulang sebanyak tiga kali, pengukuran suhu sarang

dilakukan pada dasar pasir sarang.

3. Pengambilan titik koordinat sarang penyu yang ditemukan menggunakan

Global Positioning System.

4. Status lahan sekitar, warna pasir, vegetasi darat dominan serta jejak penyu

dilakukan secara visual.

5. Jumlah telur yang terdapat pada sarang dihitung secara manual.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

dengan observasi atau pengamatan secara langsung. Data yang dikumpulkan

berupa data primer dan data sekunder.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

membandingkan 1 titik stasiun dengan stasiun lainnya. Kemudian dibahas dengan

menggunakan Studi Pustaka.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 3. Lokasi Bertelur Penyu

No Lokasi Posisi Geografis Kecamatan/Desa Waktu Terlihat Terakhir

1 Pantai Madani 01°55´02,69´´ LU dan 098°31´52,08´´ BT

Sorkam Barat/Madani Mei 2017

2 Pantai Tolok Roban

01°51´57,42´´ LU dan 098°34´04,76´´ BT

Sorkam Barat /Tolok Roban

Mei 2017

3 Pantai Pasar Sorkam

01°52´48,59´´ LU dan 098°33´39,74´´ BT

Sorkam Barat /Pasar Sorkam

Juni 2017

4 Pantai Pasar Sorkam

01°52´01,96´´ LU dan 098°33´47,07´´ BT

Sorkam Barat /Pasar Sorkam

Juni 2017

5 Pantai Binasi 01°53´11,69´´ LU dan 098°33´27,68´´ BT

Sorkam Barat /Binasi Juli 2017

Tabel 3 menunjukkan titik peneluran penyu dengan posisi geografis yang

ditemukan pada Kecamatan Sorkam Barat dalam cakupan wilayah empat desa dan

waktu terlihat terakhir pada tahun 2017. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa

pada bulan Mei dan Juni ditemukan dua penyu yang mendarat ke pantai dab

bertelur sedangkan pada bulan Juli hanya terdapat satu penyu saja yang mendarat

dan bertelur ke pantai.

Tabel 4. Kondisi Lingkungan Tempat Bertelur Penyu

No Lokasi Status Lahan Sekitar

Warna Pasir

Vegetasi Darat

Dominan

Jarak dari Pantai

1 Pantai Madani

Pemukiman Penduduk dan Jalan Raya

Coklat Pohon Cemara Laut

40 m

2 Pantai Tolok

Pemukiman Penduduk dan

Putih Kacang Laut

40 m

Universitas Sumatera Utara

Page 43: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Roban Sawah 3 Pantai

Pasar Sorkam

Pemukiman Penduduk

Putih Pohon Kelapa, Pandan

30 m

4 Pantai Pasar Sorkam

Pemukiman Penduduk

Putih Pandan 55 m

5 Pantai Binasi

Pemukiman Penduduk

Putih Pohon Cemara Laut dan Pohon Kelapa

30 m

Tabel 4 menunjukkan kondisi lingkungan kelima lokasi peneluran penyu

yang terdapat pada empat desa dengan ciri-ciri umum, yaitu status lahan sekitar,

warna pasir, vegetasi darat dominan, dan jarak sarang dari pantai. Pada status

lahan sekitar, hal yang paling mendominasi adalah pemukiman penduduk karena

jarak pantai ke pemukiman tidak terlalu jauh. Warna pasir yang paling

mendominasi di Kecamatan Sorkam Barat adalah warna putih karena pantainya

tergolong pantai yang bersih dan sangat berpotensi untuk tempat bertelurnya

penyu. Vegetasi yang ditemukan paling dominan pada lokasi antara lain pohon

kelapa, pandan, pohon cemara laut dan hanya terdapat pada satu lokasi saja untuk

vegetasi kacang laut yaitu di Desa Tolok Roban.

Tabel 5. Telur Penyu yang Ditemukan

No Lokasi Jenis Penyu Keterangan 1 Pantai Madani - Jejak penyu 2 Pantai Tolok

Roban Penyu Lekang Jumlah telur 75 butir (16 butir

menetas, 59 butir gagal) 3 Pantai Pasar

Sorkam - Jumlah telur 125 butir dijual.

4 Pantai Pasar Sorkam

- Jumlah telur 145 butir dijual.

5 Pantai Binasi Penyu Lekang Jumlah telur 97 butir (85 butir

Universitas Sumatera Utara

Page 44: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

menetas, 12 gagal)

Tabel 5 meunjukkan jenis penyu yang ditemukan yaitu penyu Lekang di

Desa Tolok Roban dan Desa Madani. Jumlah telur yang ditemukan sangatlah

bervariasi, jumlah telur terbanyak yaitu 145 butir di Desa Pasar Sorkam dan

jumlah telur tersedikit yaitu 75 butir di Desa Tolok Roban. Tabel 5 juga

menunjukkan bahwa telur yang didapatkan di Desa Pasar Sorkam tidak diketahui

jenisnya karena tekur tersebut dijual kepada tengkulak oleh nelayan.

Jarak sarang dari pantai yang terjauh ditemukan di Desa Pantai Sorkam

yaitu 55 meter pada bulan Juni dan jarak sarang terdekat ditemukan di dua desa

yaitu Desa Binasi dan Pasar Sorkam yaitu 30 meter. Jumlah telur penyu yang

ditemukan cukup beragam. Pada bulan Juni ditemukan jumlah telur terbanyak

yaitu 145 butir di Desa Pantai Sorkam sedangkan pada bulan Mei di Pantai

Madani hanya ditemukan jejak penyu saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Gambar 7. Peta Distribusi Penyu di Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 7 menunjukkan distribusi penyu di Kecamatan Sorkam Barat,

Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara selama lima bulan yang

ditemukan pada Pantai Madani, Pantai Tolok Roban, Pantai Pasar Sorkam dan

Pantai Binasi. Pada pantai Pasar Sorkam ditemukan ada dua titik peneluran penyu

yang terjadi pada bulan Juni 2017 sedangkan di pantai yang lain hanya ada satu

titik saja.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di pantai Sorkam hampir semua stasiun

berpotensi dikunjungi penyu untuk bertelur karena karakteristik pantainya yang

baik dan bersih serta masih banyak ditemukan vegetasi yang membuat pantai

tersebut tampak alami. Pernyataan ini didukung dengan ditemukannya jejak dan

sarang penyu mendarat di pantai tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Segara (2008) yang menyatakan bahwa penyu menyukai keadaan pantai yang

landai terutama yang berhadapan dengan laut dalam. Karakteristik umum daerah

peneluran penyu adalah daratan luas dan landai yang terletak di atas bagian

pasang surut dengan rata-rata kemiringan 30° serta di atas batas pasang dan surut

antara 20 sampai 80 meter. Di Indonesia penyu hijau menyebar dari mulai Aceh

hingga Papua.

Ciri-ciri umum kelima lokasi adalah garis pantai panjang dengan daerah

intertidal yang cukup luas serta umumnya ditumbuhi vegetasi darat. Lokasi yang

seperti ini merupakan habitat atau tempat yang baik untuk penyu bertelur. Penyu

Universitas Sumatera Utara

Page 46: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

menyukai pantai yang panjang, luas dan sepi untuk menggali lubang tempat

mereka bertelur (Rumambi, 1994). Hal ini berbeda dengan salah satu lokasi yang

ditemukan pada Desa Madani, letak pantai tersebut dekat dengan jalan raya

sehingga membuat penyu enggan untuk bertelur, maka dari itu hanya ditemukan

jejak penyu saja pada pantai Madani tanpa melakukan peneluran.

Waktu pengamatan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September

yaitu bulan yang sesuai dengan musim peneluran penyu. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Segara (2008) yang menyatakan bahwa musim peneluran penyu di

Indonesia berada dalam pengaruh angin muson. Angin muson timur bertiup mulai

bulan Mei sampai September sepanjang tahun dan angin muson barat bertiup

mulai bulan Desember sampai Maret.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pasir putih mendominasi pada

pinggiran pantai di empat lokasi penelitian, sedangkan pada satu lokasi yaitu

Pantai Madani ditemukan warna pasir pantainya coklat. Habitat peneluran pada

setiap penyu berbeda-beda. Kebanyakan penyu menyukai pantai yang landai dan

bersih seperti pantai di Desa Tolok Roban, Desa Pantai Sorkam dan Desa Binasi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis et al (2015) semua jenis penyu, termasuk

yang hidup di perairan Indonesia, akan memilih daerah peneluran yang khas. Pasir

merupakan tempat yang mutlak diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat

peneluran bagi setiap penyu memliki kekhasan. Umumnya tempat pilihan bertelur

merupakan pantai yang luas dan landai serta terletak diatas bagian pantai. Rata-

rata kemiringan 30° di pantai bagian atas.

Berdasarkan pengamatan selama penelitian jenis penyu yang ditemukan di

Desa Tolok Roban dan Desa Pantai Pasar Sorkam yaitu Penyu Lekang. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 47: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

diketahui ketika telur yang ditemukan pada bulan Mei dan pada bulan Juli

menetas dengan ciri-ciri tukik tersebut yaitu memiliki jumlah karapas sebanyak 6

pasang lempengan dan berbentuk oval mirip dengan Penyu Hijau tetapi sedikit

lebih memanjang. Sesuai dengan pernyataan Pancaka (2000), karapas penyu

Lekang berbeda dengan penyu lain, lateral scutes-nya berjumlah 6 sampai 10 buah

pada kedua sisi karapas dan karapas relatif melebar serta berwarna kuning keabu-

abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural. Scute pada penyu abu-abu tipis

dan tidak tumpang tindih, pada penomoran scute relatif berbentuk asimetri.

Plastron pada tukik (anak penyu) berwarna abu-abu gelap, menjelang juvenil

warna plastron putih, dan plastron pada penyu Lekang dewasa berwarna kuning

kehijauan. Jembatan scute (penghubung karapas dan plastron) terdiri dari empat

inframarginal.

Penyu Lekang bertelur pada bulan Mei dengan jumlah telur 75 butir dan

pada bulan Juni dengan jumlah telur 97 butir. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Agustina (2009) yang menyatakan bahwa semua jenis penyu laut bertelur lebih

dari satu kali, dalam periode satu musim. Penyu laut yang bertelur di daerah

bermusim empat terutama di bagian utara equator, terjadi pada bulan April sampai

akhir Juli (Nuitja, 1992). Moll (1979) dalam Nuitja (1992) melaporkan bahwa

musim bertelur pada daerah tropis lebih awal datangnya yaitu antara bulan

Desember sampai April dan mungkin dilakukan oleh penyu sampai beberapa kali.

Jumlah telur dari jenis penyu abu-abu setiap sarang antara 50-147 telur. Periode

inkubasi alami telur penyu abu-abu selama 45 sampai 58 hari, namun pada

umumnya telur telah menetas antara 48-52 hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Jarak sarang Penyu Lekang terhadap pantai pada bulan Mei yaitu 40 m dan

pada bulan Juni 30 m di desa yang sama dikarenakan lokasinya yang tidak terlalu

landai sehingga Penyu Lekang dapat meletakkan telurnya tanpa harus bersusah

payah mencari lokasi yang jauh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agustina

(2009) yang menyatakan persyaratan umum untuk pantai peneluran, yaitu pantai

harus mudah dijangkau dari laut, posisi pantai harus cukup tinggi untuk mencegah

terendamnya telur-telur oleh air laut pasang, substrat pasir memiliki aliran difusi

gas, serta substrat berukuran sedang untuk mencegah lubang sarang runtuh selama

pembuatan sarang.

Jarak sarang yang ditemukan pada setiap titik lokasi terhadap pantai yaitu

30 m sampai dengan 55 m. Jarak tersebut tidak terlalu jauh dari pantai dan

merupakan lokasi yang aman bagi penyu untuk meletakkan telur-telurnya dan

terhindar dari adanya intrusi air laut yang dapat mengagalkan peneluran. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Agustina (2009), penyu laut umumnya memilih daerah

untuk bertelur pada dataran yang luas dan landai yang terletak di atas bagian

pantai dengan rata-rata kemiringan 30 derajat serta di atas pasang surut antara 30

sampai 80 meter. Telur-telur diletakkan pada sarang yang dibuat antara 8 sampai

41 meter dari titik pasang tertinggi untuk menghindarkan terendamnya sarang

telur penyu.

Vegetasi darat yang ditemukan pada lokasi peneluran penyu di Pantai

Sorkam didominasi oleh tumbuhan pandan laut. Pada lokasi ini ditemukan adanya

dua sarang penyu pada bulan Juni. Jumlah telur pada sarang tersebut yaitu, 125

butir pada sarang pertama dan 145 butir pada sarang kedua. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sani (2000) yang menyatakan bahwa penyu menyukai pembuatan

Universitas Sumatera Utara

Page 49: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

sarang di bawah naungan pohon pandan laut, karena perakaran pandan laut

meningkatkan kelembapan, memberikan kestabilan pasir dan memberikan rasa

aman saat penggalian lubang sarang penyu.

Pantai Pasar Sorkam dan pantai Binasi merupakan pantai yang

bersebelahan dengan ditemukan banyaknya vegetasi disekitar pantai yaitu pohon

kelapa, pohon cemara laut dan pandan. Di pantai ini juga ditemukan adanya

sarang telur bahkan pada bulan Juni ditemukan ada penyu yang mendarat

sebanyak dua kali untuk bertelur. Hal ini menunjukkan bahwa penyu menyukai

adanya vegetasi yang tumbuh lebat sesuai dengan pernyataan Nuitja (1993),

kehadiran hutan-hutan yang lebat memberikan pengaruh yang positif terhadap

kestabilan populasi penyu yang bertelur. Jika pohon-pohon tumbuh dengan lebat

maka daun-daunan yang jatuh lama-kelamaan mengalami proses dekomposisi

menjadi partikel-partikel mineral dan langsung hanyut terbawa air ke laut. Proses

tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga kesburuan perairan dapat

terjamin.

Periode inkubasi Penyu Lekang pada bulan Mei yaitu 48 hari dimana 59

butir telur gagal, 16 telur berhasil dan pada bulan Juli yaitu 50 hari dimana 12

butir telur gagal, 85 butir telur berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Agustina (2009) periode inkubasi alami telur penyu abu-abu selama 45 sampai 58

hari, namun pada umumnya telur telah menetas antara 48-52 hari. Periode

inkubasi telur penyu dipengaruhi oleh besar suhu dalam sarang dan suhu

permukaan pasir. Fluktuasi suhu sarang terjadi pada kedalaman 15 cm. Semakin

ke dalam, fluktuasi suhu berkurang, sehingga mencapai kestabilan. Ada tidaknya

naungan tumbuh-tumbuhan juga mempengaruhi masa inkubasi. Masa inkubasi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

telur penyu lebih pendek jika sarang bebas naungan, karena intensitas sinar

matahari akan mengenai sarang secara baik, sehingga panas dirambatkan ke dalam

sarang melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi.

Rekomendasi Pengelolaan

Penyu merupakan hewan langka yang perlu dilindungi. Di Kabupaten

Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Sorkam Barat masih banyak ditemukan

adanya penyu dan sarang telur penyu di pantai tersebut dikarenakan pantainya

yang bersih dan alami. Tetapi kendala yang terjadi saat ini di Kecamatan Sorkam

Barat adalah masih adanya nelayan yang menjual penyu ketika terjaring di jala

mereka dan telur penyu yang ditemukan di pantai ketika hendak melaut untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masyarakat yang suka membuang sampah

sembarangan di belakang rumah juga menjadi masalah karena dapat berdampak

pada penyu yang tidak mau lagi menetas di pantai Sorkam. Maka dari itu di

daerah ini perlu dilakukan sosialisasi tentang adanya penyu yang sangat

dilindungi agar para masyarakat disana khususnya nelayan tidak sembarangan

menjual telur penyu, sebaliknya memberikannya kepada swadaya yang ada di

Kecamatan Sorkam Barat untuk dilindungi melalui penangkaran yang ada.

Pembinaan habitat peneluran juga perlu dilakukan agar para swadaya dan

masyarakat tidak sembarangan melakukan relokasi sehingga tingkat penetasan

telur dapat meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Kegiatan yang dapat dilakukan selain sosialisasi yaitu dengan membuat

lubang sampah agar masyrakat tidak lagi membuang smpah sembarangan ke

pantai. Dengan begitu maka pantai di belakang permukiman bersih dan vegetasi

yang ada dapat tumbuh serta menarik perhatian penyu untuk mendarat di pantai

Sorkam Barat. Pantai yang putih, bersih dan alami sangat disukai penyu khusunya

penyu hijau (Chelonia mydas) yang menyukai tumbuhan pandan.

Pembagian zonasi penangkapan bagi para nelayan juga perlu dipertegas

kembali agar tidak menangkap ikan di zona inti tempat penyu berada. Salah satu

zona inti yang ada di Sorkam Barat adalah Pulau Sorkam. Pengenalan tentang

penyu perlu dilakukan sejak dini khususnya kepada anak-anak agar mereka sudah

mengenal penyu dan mengetahui bahwa menjaga lingkungan itu penting sehingga

terjadi terciptanya keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Lokasi bertelur penyu di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat di

Kecamatan Sorkam Barat dengan posisi garis 01°51´07´´ LU dan 98°32´47´´

BT, dengan lokasi berada di Pantai Madani, Pantai Tolok Roban, Pantai Pasar

Sorkam dan Pantai Binasi.

2. Ciri-ciri umum kelima lokasi adalah garis pantai yang panjang dengan daerah

intertidal yang cukup luas serta umumnya ditumbuhi vegetasi darat dengan

kondisi daerah sekitar umumnya wilayah pemukiman, ada satu lokasi dekat

dengan jalan raya bahkan sawah.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian secara berkelanjutan (mewakili setiap

musim dalam setahun) pada pulau yang sama dengan menggunakan beberapa

parameter seperti kecepatan arus dan kecepatan angin, aktifitas musim puncak

peneluran penyu dan jenis penyu yang ada di pantai Sorkam Barat serta

penandaan (tagging) karena mengingat terdapatnya kegiatan penetasan telur

penyu di Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. E. 2009. Habitat Bertelur dan Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Abu-Abu (Lepidochelys olivacea Eschsholtz 1829 ) di Pantai Samas dan Pantai Trisik Yogyakarta. [Skripsi]. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Arianto, A. 1999. Studi Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Sisik

(Eretmochelys imbricata) dan Pengelolaannya di Pantai Tampang-Belimbing Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hermawan, D., S. Silalahi., dan H. M. Eidman. 1993. Studi Habitat Peneluran

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata L) di Pulau Peteloran Timur dan Barat Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. I(1): 33-37.

Kasenda, P., F. B. Boneka., dan B. T. Wagey. 2013. Lokasi Bertelur Penyu di

Pantai Timur Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2(1).

Lubis, F. M., Arief, P., dan Chandra, J. K. 2015. Karakteristik Kondisi Bio-Fisik

Pantai Tempat Peneluran Penyu di Pulau Mangkai Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau.

Mukminin, A. 2002. Studi Habitat Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas, L) di

Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nuitja, I. N. S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press.

Bogor. Nuitja, I. N. S. 1993. Studi Ekologi Peneluran Penyu Daging, Chelonia mydas di

Pantai Sukomade, Kabupaten Banyuwangi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pancaka, R. H. 2000. Studi Perilaku Bertelur Penyu Lekang (Lepidochelys

olivacea Eschescholtz) di Taman Nasional Alas Puwo, Banyuwangi, Jawa Timur. [Skripsi]. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Rianto, A. A. A. 2012. Studi Kasus Penangkaran Penyu Hijau (Chelonia mydas),

di Pantai Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Richayasa, A. 2015. Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) di Pulau Geleang, Karimunjawa. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang.

Roemantyo., A. S. Nastiti., dan N. N. Wiadnyana. 2012. Sturktur dan Komposisi

Vehetasi Sekitar Sarang Penyu Hijau (Chelonia mydas Linnaeus) Pantai Pangumbahan, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Jurnal Berita Biologi. 11(3).

Rudiana, E., L. Maluskah., dan D. Pringgenies. 2005. Tingkat Keberhasilan

Penetasan Penyu Sisik Eretmochelys imbricata di Sarang Semi Alami. [Skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sani, A. A. 2000. Karakteristik Biofisik Habitat Peneluran dan Hubungannya

dengan Sarang Peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pantai Sindang Kerta, Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Satriadi, A., E. Rudiana., dan N. Af-diati. 2003. Identifikasi Penyu dan Studi

Krakteristik Fisik Habitat Penelurannya di Pantai SamaS, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kelautan. ISSN: 0853-7291. 8(2).

Segara, R. A. 2008. Studi Karakteristik Biofisik Habitat Peneluran Penyu Hijau

(Chelonia mydas) di Pangumbahan Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susilowati, T. 2002. Studi Parameter Biofisik Pantai Peneluran Penyu Hijau

(Chelonia mydas, L) di Pantai Pangumbahan-Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syaiful, N. B., J. Nurdi., dan I. J. Zakaria. 2013. Penetasan Telur Penyu Lekang

(Lepidochelys olivacea, Eschscholtz, 1829) pada Lokasi Berbeda di Kawasan Konservasi Penyu Kota Pariaman. Jurnal Biologi Universitas Andalas. ISSN: 2303-2162. 2(3).

Zarkasi, M., Efrizal, T., dan LW, Zen. 2013. Analisis Distribusi Sarang Penyu

Berdasarkan Karakteristik Fisik Pantai Pulau Wie Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kepulauan Riau.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 56: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

a) Pantai Madani

b) Pantai Pasar Sorkam

c) Pantai Binasi

Universitas Sumatera Utara

Page 57: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

d) Pantai Tolok Roban

Universitas Sumatera Utara

Page 58: DISTRIBUSI PENELURAN PENYU DI KECAMATAN SORKAM …

Lampiran 2. Alat dan Bahan Penelitian

a) Toolbox b) Digital Soil Moisture Meter

c) Global Positioning System d) Meteran

Universitas Sumatera Utara