Hoga Dan Penyu

11
KEINDAHAN PULAU HOGA Pulau Hoga sebagai salah satu dari wilayah Wakatobi yang merupakan salah sat pariwisata yang memiliki sarana-prasarana yang lengkap yang menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkeling dan penelitian. secara administrasi Pulau Hoga termasukkedalam Kelurahan Ambeua yang terletak di timur laut pulau Kaledupa, Taman asion pro!insi "ulawesi Tenggara. Pulau Hoga memiliki luas # $,%& km & selain itu pulau ini terdapat ekosistem lamun dan terumbu karang sehingga sering dijadikan penelitian 'A()uni &** erdasarkan hasil obser!asi di Pulau Hoga ditemukan % ekosistem yang dapat m objek wisata baik di darat maupun di laut. Pada ekosistem yang terdapat di darat mi ekosistem hutan hujan tropis dan ekositem mangro!e. Tabel & enis /lora yang ditemukan di Pulau Hoga ama 0okal ama 1lmiah Pakis Haji Cycas rumphii 2emara 3uri uniperus rigida Akasia Acacia greggii Kelapa Cocos nucifera ambu mete Anacardium occidentale Tabel $ enis /auna yang ditemukan di Pulau Hoga ama 0okal ama 1lmiah urung 4adu "riganti Nectarinia jugularis urung Kepodang Oriolus chinensis urung 2ekakak "ungai Todiramphus chloris urung Kehicap Pulau Monarcha cinerascens urung Trinil Pantai Actitis hypoleucos urung Walet "api Collocalia esculenta urung 5osongKaki 4erah Megapodius reintwardtii urung 3elimukan 6amrud Chalcophaps indica urung Kacamata "ulawesi Zosterops consobrinorum urung 5ajahan Timur Numenius madagascarriensis urung "ikatan 0eher 4erah Ficedula rufigula iawak Varanus albigularis 4enurut petugas dari "eksi Pengolahan Taman asional Wakatobi Wilayah 11 kal Pulau Hoga memiliki spesies burung endemik yaitu urung 4adu "riganti. Wilayah ini

description

Hoga

Transcript of Hoga Dan Penyu

KEINDAHAN PULAU HOGA

Pulau Hoga sebagai salah satu dari wilayah Wakatobi yang merupakan salah satu objek pariwisata yang memiliki sarana-prasarana yang lengkap yang menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkeling dan penelitian. secara administrasi Pulau Hoga termasuk kedalam Kelurahan Ambeua yang terletak di timur laut pulau Kaledupa, Taman Nasional Wakatobi provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau Hoga memiliki luas + 3,42 km2 selain itu pulau ini terdapat ekosistem lamun dan terumbu karang sehingga sering dijadikan penelitian (AYuni 2006).Berdasarkan hasil observasi di Pulau Hoga ditemukan 4 ekosistem yang dapat menjadi objek wisata baik di darat maupun di laut. Pada ekosistem yang terdapat di darat misalya ekosistem hutan hujan tropis dan ekositem mangrove.Tabel 2 Jenis flora yang ditemukan di Pulau HogaNama LokalNama Ilmiah

Pakis HajiCycas rumphii

Cemara Duriuniperus rigida

AkasiaAcacia greggii

KelapaCocos nucifera

Jambu meteAnacardium occidentale

Tabel 3 Jenis fauna yang ditemukan di Pulau HogaNama LokalNama Ilmiah

Burung Madu SrigantiNectarinia jugularis

Burung KepodangOriolus chinensis

Burung Cekakak SungaiTodiramphus chloris

Burung Kehicap PulauMonarcha cinerascens

Burung Trinil PantaiActitis hypoleucos

Burung Walet SapiCollocalia esculenta

Burung GosongKaki MerahMegapodius reintwardtii

Burung Delimukan ZamrudChalcophaps indica

Burung Kacamata SulawesiZosterops consobrinorum

Burung Gajahan TimurNumenius madagascarriensis

Burung Sikatan Leher MerahFicedula rufigula

BiawakVaranus albigularis

Menurut petugas dari Seksi Pengolahan Taman Nasional Wakatobi Wilayah II kaledupa Pulau Hoga memiliki spesies burung endemik yaitu Burung Madu Sriganti. Wilayah ini cocok untuk melakukan pengamatan burung dikarenakan beragamnya spesies burung yang dapat ditemukan.Pada ekosistem mangrove jenis yang dapat dilihat yaitu Avicennia alba, Rhizophora mucronata yang ditemukan di bagian utara Pulau Hoga dekat dengan desa Forake. Biota yang ditemukan di ekosistem mangrove ini umumnya adalah ikan Gelodok (periopthamus sp.) yang merupakan ikan penetap sejati, kepiting kecil, udang kecil, Molusca, dan burung. Pada ekosistem lamun dimana hampir menutupi daerah pesisir pulau Hoga. Lamun yang bisa dilihat berjenis Cymodocea serullata, Cymodocea rotundata, Enhalus Acroides, Halodule uninervis, Thalasia hemprichii. Pada saat kondisi surut ekosistem lamun ini menyerupai hamparan rumput dikarenakan surut yang jauh. Pada ekosistem lamun dapat ditemukan sekumpulan juvenil ikan, teripang, dan muluscaEkosisitem terumbu karang merupakan wisata unggulan yang dimiliki oleh Pulau Hoga. Pada ekosistem terumbu karang ini terdapat 16 titik penyelaman yang dapat memanjakan mata penyelam. Pada umumnya tipe pertumbuhan karang yang ditemukan yaitu Foliose, Acropora, Soft Coral yang tersebar di 16 titik penyelaman. Selain itu dapat juga dilihat jenis ikan karang yang menempati karang tersebut seperti Acanthuridae, Pomanchuridae, Caesionidae, Lutjanidae. Tabel 4 Luas terumbu karang di Pulau HogaNoLokasiLuas Terumbu Karang (km2)

1Seluruh perairan Pulau Hoga6,485 km2

2Blok untuk wisata bahari2,940 km2

Gambar 27 Ekosistem yang terdapat di Pulau Hoga.Setelah dilakukan penelusuran darat dan pesisir kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah menyelam di beberapa titik penyelaman yang terdapat di Pulau Hoga seperti penanda 2, penanda 3, penanda 4, penanda 5, Pak Kasims.

Gambar 28 Coral Massive, Sea Fans yang ditemkan di bawah penanda 2

Pada penyelaman di penanda 2 dapat ditemukan tipe pertumbuhan karang yang ditemukan seperti Folliose, Coral Massive, Soft Coral, Sea Fans, Sponge, Acropora, dan lain-lain. Adapun ikan yang dapat dijumpai adalah, Chaethodonthidae, Carangidae, Scaridae, Angel fish.

Gambar 29 Coral Massive, Sea Fans yang ditemkan di bawah penanda 3

Pada penyelaman yang dilakukan pada penanda 3 terdapat biota-biota kecil dan hewan laut seperti Nudibranch, Gobies, Blennies, dan Mandarin. Pada umumnya penyelaman di penanda 3 di dominasi oleh goa bawah laut dengan dinding yang curam dan overhangs. Pada dinding-dinding goa yang curam di dominasi oleh hard coral, selain itu terdapat juga Foliose, Coral Massive, dan Acropora Tubular. Pada bagian Overhangs dapat di jumpai Sea Fans. Selain karang terdapat juga ikan karang yang mendiami daerah tersebut, seperti Angle fish, Sergeant fish, Blue face

Gambar 30 Dinding-dinding Laut dan Coral Encrusting di bawah penanda 4

Pada saat melakukan penyelaman di penanda 4 sebagian besar dasarnya yaitu dinding-dinding laut dengan berbagai jenis Overhangs. Adapun jenis terumbu karang yang bisa ditemukan yaitu Coral Encrusting, Coral Massive, Folliose. Selain itu dapat juga ditemukan Sponges yang bercabang dan Soft Coral yang memiliki bentuk berlekuk-lekuk. Adapun hewan laut yang dapat dijumpai adalah Blue face dan Angel Fish yang dapat melintas dari goa bawah laut, selain itu dapat dilihat Sergeant Fish.

Gambar 31 Coral Massive, Acropora Branching pada bagian bawah penanda 5

Pada saat penyelaman di penanda 5 yang dekat dengan penanda 4 dapat ditemukan Coral Massive, Acropora Branching, kemudian pada kemiringan cekung dapat ditemukan Acropora Tubular. Hewan laut yang dijumpai yaitu Butterfly Fish, Angle Fish yang ditemukan di balik terumbu karang dan di dasar pasir dijumpai kepiting-kepiting

Gambar 32 Tampilan di bawah penanda Pak Kasims Pulau Hoga

Penyelaman selanjutnya dilakukan di penanda Pak Kasims. Titik penyelaman ini dinamakan penanda Pak Kasim dikarenakan penanda ini dekat penginapan milik Pak Kasim, Kemudian operator penyelam menyebutnya dengan penanda Pak Kasim. Pada saat menyelam di daerah ini dapat ditemukan terumbu karang yang terdapat di anchor point seperti Folliose selain itu dapat juga ditemukan coral mashroom. Ketika melakukan penyelaman yang lebih dalam dapat ditemukan celah-celah, tonjolan goa, dan dapat juga ditemukan Hard coral, Soft Coral. Adapun hewan laut yang dapat ditemukan adalah Triger fish dan Butterfly fish.

KEGIATAN OBSAEVASI PENYU DI SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL III TOMIA WAKTOBI

Penyu merupakan salah satu biota yang memiliki keunikan siklus hidup dan terus berkurang jumlahnya akibat faktor alam dan faktor manusia. Perairan Indonesia dikaruniai eman dari tujuh jenis penyu yang masih tersisa di Bumi. Dua jenis yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan Penyu sisik (Eretmochelys imbricate) ada dalam jumlah terbanyak di perairan Wakatobi (RPTNW 2008).Pada Wilayah Wakatobi Telah ditemukan 5 pulau yang diindikasi sebagai lokasi peneluran penyu yaitu Pulau Anano, Pulau Runduma, Pulau Kentiole, Pulau Tuwu-tuwu dan Pulau Moromaho. Empat pulau merupakan pulau kosong yang tidak berpenghuni dan hanya satu pulau yang berpenduduk yaitu Pulau Runduma. Di kawasan Taman Nasional Wakatobi, penyu hijau paling sering ditemui oleh staff Balai Taman Nasional ketika melakukan kegiatan monitoring. Penyu sisik di kawasan tanam Nasional Wakatobi hanya sering terlihat ketika sedang berenang didalam laut.Kegiatan monitoring peneluran penyu di dapatkan dari hasil observasi di Seksi Pengelolahan Taman Nasional Wilayah III kepulauan Tomia yang telah di lakukan pada tanggal 13- 16 Juli 2013.Kegiatan observasi ini dilakukan di kepulauan Tomia. Langsung di temani oleh staff Balai Taman Nasional Sektor III yaitu Bapak Amaludin. Beliau adalah pengurus Demplot yang berada di Pulau Tomia. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui jumlah tukik yang mampu bertahan hidup dan berapa yang mati dan apa penyebabnya. Selain itu ada juga bak-bak pembesaran tukik yang tersedia untuk tukik-tukik ini. Dalam pengolahan Demplot ini tidak terlalu sulit karena beliau sudah sangat berpengalaman untuk memelihara tukik-tukik ini.Taman Nasional Wakatobi mempunyai dua tempat Penetasan Telur Semi Alami diantaranya yaitu Pulau Anano sebagai lokasi Pendaratan penyu yang dikelola oleh penjaga pantai , dan di Desa Waha kecamatan Tomia yang dikelola langsung oleh pihak Taman Nasional. Tujuan dari kegiatan Pembuatan Demplot Penangkaran Penyu di Taman Nasional Wakatobi adalah diantaranya adalah menyelamatkan telur yang terindikasi terendam pasang air laut, menyelamatkan telur dari pencurian dan ancaman predator, sebagai tempat penampung penyu yang baru menetas (tukik) sebelum dilepas ke laut guna membantu menjaga kelestarian penyu, dan menyediakan sarana pendidikan bagi masyarakat lokal maupun pendatang, serta wisatawan asing yang datang.

Gambar 33 Demplot penetasan penyu semi alami yang ada di SPTN III Tomia.

Kegiatan Demplot dimulai dari kedatangan telur-telur penyu yang di bawa dari habitat aslinya. Telur penyu sangat mudah robek jika telur di rotasi atau mengalami goncangan. Oleh karena itu mesti dipastikan bagian atas telur di tandai sebelum di pindahkan, kecuali pemindahan tersebut dilakukan sebelum 2 jam dari saat deposisi oleh induk penyu.. Petugas mula-mula akan menyamakan kedalaman sarangnya dan suhunya. Setelah di desain sama dengan aslinya, telur-telur tersebut ditimbun dengan masa penetasan sekitar 50-60 hari. Saat ditanam, telur ditutup dengan pasir lembab. lewat dari 60 hari calon tukik akan dinyatakan gagal menetas. Kelamin tukik tergantung dengan temperatur sarang, terutama temperatur pada paru ketiga dari masa inkubasi. Temperatur pivotal (yang memberikan rasio kelamin seimbang 1:1 pada penyu) penyu hijau 27.6 0C.Gambar 34 Proses pemindahan telur di sarang asli hingga ke Demplot semi alami

Untuk menjaga kualitas pasir sebagai media penetasan telur sementara (demplot), TNW melakukan pergantian media satu tahun sekali, pergantian pasir ini dilakukan untuk menghindari tercemarnya telur yang dibenamkan dari telur yang busuk serta menghindari tercemarnya telur dari bakteri yang berada di dalam pasir. Tempat penetasan telur sementara (demplot) juga diberi pengaman khusus berupa Rang (jaring-jaring besi) disekelilingnya. Hal ini bertujuan agar predator seperti elang, dan tikus tidak merusak sarang, memakan telur, dan memakan tukik yang keluar dari sarang nantinya. Penanaman tukik sekitar 0.5 m dibawah dasar pagar Selain itu pembuatan demplot dibuat dengan ketinggian tertentu dengan agar tidak terkena gelombang pasang. Setelah kelahiran tukik tersebut, maka dapat dipindahkan ke ember-ember penampungannya. Dimana dalam ember ini tukik akan dibesarkan. Tukik-tukik akan dipisahkan berdasarkan ukuran karapasnya. Pakan yang digunakan untuk tukik berasal dari daging ikan yang telah dicincang atau dipotong kecil, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Pemberian pakan berupa daging ini dikarenakan pada saat menjadi tukik, mereka cenderung bersifat karnivora (Ernts 1994).

Gambar 35 Bak-bak pembesaran tukik yang ada di SPTN Wilayah III Tomia

Melihat siklus hidup tukik yang lebih lama dilaut sebagai habitat aslinya, sistem pengairan di tempat penangkaran sementara bagi tukik perlu untuk diperhatikan. Air yang digunakan untuk tempat sementara tukik untuk dibesarkan berasal dari laut, setiap dua kali sehari (pagi dan sore) dilakukan pergantian air yang berada di tempat penangkaran untuk menjaga kebersihannya. Tukik yang baru menetas sangat lemah dan rentan sekali terkena penyakit oleh karena itu media yang digunakan berupa air laut harus selalu diperhatikan kebersihannya.Pelepasan tukik dilakukan secara alamiah, mereka dilepaskan secara berkelompok pada posisi dan waktu random di pantai peneluran. Ini untuk menghindari terjadinya fenomena yang disebut dengan istilah Fish Feeding Station. Pelepasan tutik dilakukan setelah tukik mengalami masa-masa kesiapan. Tukik yang sudah berumur 3-4 bulan atau ukurannya 15 cm adalah tukik yang siap dilepas ke alam. Pelepasan tukik-tukik ini dilakukan pada lokasi-lokasi yang aman dari predator. Predator bisa berupa burung laut, srigala, anjing hutan, dan lain-lain. Tukik di lepas dari bibir pantai ini dimaksudkan supaya tukik secara mandiri dapat merekam memori atau Imprinting alami sebelum ia kembali ke laut. Jika terjadi kendala dalam melepaskan tukik-tukik ini yang menyebabkan penundaan maka tukik mesti disimpan pada container yang terisi air tidak diperbolehkan, ini dapat menimbulkan inisiasi Swimming Frenzy. Swimming Frenzy adalah gerakan berenang tiada henti hingga tujuh hari pertamanya, mereka akan berhenti ketika kehabisan tenaga, di saat inilah mereka akan cukup jauh dari pesisir saat dilepaskan sehingga relatif bebas dari pemangsa. Cara yang baik adalah dengan menyimpan tukik ini dalam container yang lembut dan lembab dalam suasana sejuk, gelap dan terang.

Gambar 36 Pantai Handue sebagai tempat pelepasan tukik di SPTN III Tomia. Ada dua pantai yang dijadikan tempat pelepasan tukik di Pulau Tomia, yaitu Pantai Waha dan Pantai Tondoe. Pantai Waha adalah pantai yang dekat dengan pelabuhan Waha. Sedangkan pantai Tondoe tidak jauh dari kantor Taman Nasional Wakatobi Sektor III. Di Tanggal 14 Mei 2013 dilepaskan tukik penyu hijau sebanyak 100 ekor di pantai Waha.