penyu hijau (Chelonia mydas)

37
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyu hijau adalah hewan reptil yang mempunyai kekhasan pada tubuhnya, yaitu memiliiki tempurung punggung (karapaks) dan berukuran tubuh paling besar dibandingkan jenis-jenis penyu lainnya. Beberapa bagian dari penyu hijau memiliki nilai ekonomis penting. Dagingnya biasa dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan persembahan pada upacara-upacara adat, telurnya memiliki khasiat tersendiri sebagai campuran minuman kesehatan dan tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkan tempurungnya sebagai aksesoris rumah. Nilai komersial yang sangat tinggi ini merangsang minat masyarakat untuk mengeksploitasi telur dan populasi penyu hijau secara besar-besaran. Hal ini telah mendorong menurunnya populasi penyu di Indonesia. Melihat populasinya yang terns menurun dari waktu ke waktu akibat eksploitasi yang berlebihan, muncul gagasan mengenai upaya-upaya yang berkaitan dengan pelestarian penyu hijau. Namun untuk menentukan tipe pelestarian yang paling cocok sebelumnya perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik biofisik peneluran, penetasan maupun kondisi habitatnya. Salah satu tempat yang 1 | Penyu Hijau ( Chelonia mydas L.)

description

makalah ini membahas tentang struktur morfologi dan berbagai macam tingh laku penyu hijau dan hubungannya dengan alam lingkungan sekitarnya..

Transcript of penyu hijau (Chelonia mydas)

Page 1: penyu hijau (Chelonia mydas)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyu hijau adalah hewan reptil yang mempunyai kekhasan pada

tubuhnya, yaitu memiliiki tempurung punggung (karapaks) dan berukuran tubuh

paling besar dibandingkan jenis-jenis penyu lainnya. Beberapa bagian dari penyu

hijau memiliki nilai ekonomis penting. Dagingnya biasa dimanfaatkan sebagai

bahan makanan dan persembahan pada upacara-upacara adat, telurnya memiliki

khasiat tersendiri sebagai campuran minuman kesehatan dan tidak sedikit

masyarakat yang memanfaatkan tempurungnya sebagai aksesoris rumah. Nilai

komersial yang sangat tinggi ini merangsang minat masyarakat untuk

mengeksploitasi telur dan populasi penyu hijau secara besar-besaran. Hal ini telah

mendorong menurunnya populasi penyu di Indonesia. Melihat populasinya yang

terns menurun dari waktu ke waktu akibat eksploitasi yang berlebihan, muncul

gagasan mengenai upaya-upaya yang berkaitan dengan pelestarian penyu hijau.

Namun untuk menentukan tipe pelestarian yang paling cocok sebelumnya

perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik biofisik peneluran, penetasan

maupun kondisi habitatnya. Salah satu tempat yang menjadi lokasi peneluran

penyu hijau adalah pantai Pangumbahan di Kabupaten Sukabumi. Dari informasi

yang didapat, daerah ini diienal sangat produktif menghasilkan telur penyu hijau

karena cukup banyak penyu hijau betina yang telah mencapai dewasa kelamin

yaig mendarat dan bertelur. Telah banyak penelitian mengenai studi karakteristik

fisik habitat pantai peneluran penyu hijau di Pangumbahan, namun dirasakan

perlu sebuah penelitian yang membahas mengenai perubahan biofisik yang terjadi

di Pangumbahan.

Sumber: Segara, Rian Adhi. 2008. Studi Karakteristik Biofisik Habitat Peneluran

Penyu Hijau. IPB: Jawa Barat

1 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 2: penyu hijau (Chelonia mydas)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang dirumuskan dalam penyusunan makalah ini

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi dari Penyu Hijau tersebut?

2. Dimana saja habitat dari Penyu Hijau?

3. Bagaimana Perilaku Penyu Hijau?

4. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan hidup Penyu

Hijau?

5. Apa sajakah peranan dari Penyu Hijau tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui deskripsi dari Penyu Hijau.

2. Mengetahui habitat dari Penyu Hijau.

3. Mengetahui perilaku Penyu Hijau.

4. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan hidup Penyu

Hijau.

5. Mengetahui peranan Penyu Hijau.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah

metode kepustakaan karena isi atau pembahasan dalam makalah ini didapatkan

dari beberapa sumber situs internet yang menjadi bahan dalam membuat isi atau

pembahasannya.

2 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 3: penyu hijau (Chelonia mydas)

BAB II

PENYU HIJAU (Chelonia mydas L.)

A. DESKRIPSI PENYU HIJAU

Badan Penyu Hijau ditutupi oleh rangka dari tulang yang tebal di bagian

punggung. Ketebalannya tergantung dari umurnya. Kepala seperti kepala burung

kakatua dengan mata menonjol di bagian kiri dan kanan. Mulut seperti paruh

kakatua dan terbuat dari tulang. Kaki depan melengkung, lebar dan pipih. Kaki

belakang pendek dan melebar serta ujungnya beralur. Kepala dan kaki ditutupi

oleh selapis tulang yang tipis dan tulang tersebut merupakan kotak-kotak yang

disatukan. Ekornya kecil. Perbedaan khas dengan kura-kura ialah kepalanya tidak

dapat ditarik masuk ke dalam cangkang. Perisai punggung, terdiri dari kotak-

kotak yang bagus bentuknya dan saling merekat dengan kuat. Pada bagian tengah

agak kecil, ke samping besar dan yang tepi kecil sekali. Warna perisai coklat

kekuning-kuningan sedang kepala, kaki dan badan hijau kecoklatan. Bagian

bawah (perut dan dada) berwarna putih dan agak keras. Ukuran : Panjang dari

kepala sampai ekor dapat mencapai 2 m, tetapi biasanya yang telah bertelur

panjangnya 75-100 cm. Lebar antara 50-60 cm.

Sumber: http://www.pipp.kkp.go.id/species.html?idkat=12&idsp=244

Klasifikasi Penyu hijau menurut Linnaeus adalah:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Testudinata

Famili : Cheloniidae

Genus : Chelonia

Spesies : Chelonia mydas L.

(Linnaeus,1758)

Nama Umum : Penyu Hijau

Nama Daerah : Green Sea Turtle

3 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 4: penyu hijau (Chelonia mydas)

Morfologi Penyu hijau  (Chelonia mydas L.)

Sesuai dengan namanya, warna tubuh, lemak dan dagingnya agak kehijau-

hijauan. Ukuran penyu dewasa ini bisa mencapai kurang lebih sekitar 250 cm,

meskipun rata-rata sekarang adalah 100 cm. Penyu hijau  dewasa hidup di

hamparan padang lamun dan ganggang.   Berat Penyu hijau  dapat  mencapai  400

kg,  namun di  Asia Tenggara yang  tumbuh paling besar sekitar separuh ukuran

ini.  Penyu hijau  di Barat Daya kepulauan Hawai kadang kala ditemukan

mendarat pada waktu siang untuk berjemur panas.  Anak-anak Penyu hijau

(tukik), setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari

makanan. Tukik Penyu hijau  yang berada  di   sekitar  Teluk California  hanya 

memakan  alga merah.  Penyu hijau  akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan

untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali (Nuitja, 1992).

Perisai atau karapasnya berbentuk hati dengan tepi rata,

jumlah keping kostal 4 pasang, berwarna hijau cokelat dengan bercak tua sampai

hitam. Keping kostal ukuran lebarnya hampir dua kali di banding dengan lebar

keping vertebral. Keping marginalnya relatif sempit. Kepalanya memiliki

sepasang sisik prefrontal yang lebar dan mempunyai tepi yang berwarna putih.

Kaki depannya dipenuhi dengan sisik yang relatif berukuran sama, sehingga jari-

jarinya tidak terlihat jelas (Ali, 2004).

Perbedaan Morfologi Betina dan Jantan:

Sumber: loggerhead-sea-turtle-24M2255-56

4 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 5: penyu hijau (Chelonia mydas)

Ciri morfologi Penyu hijau  menurut Hirt (1971) dan Bustard (1972)

dalam (Tanjung dkk, 2001) adalah terdapatnya sepasang prefrontal atau sisik pada

kepala. Memiliki sisik perisai punggung (dorsal shield) yang tidak saling

berhimpit, mempunyai empat pasang sisik samping yang tesusun bujur pada

permukaan kepala dari arah kepala ke ekor (costal scute), dimana pasangan sisik

samping pertama tidak menyentuh Nuchal. Pada bagian pinggir karapas terdapat

12 pasang Marginal Scute , kaki depan berbentuk pipih seperti dayung, terdapat

sebuah kuku pada kaki depan yang besar.

Sumber: http://amiruddin88duniasatwa.blogspot.com/2011/01/keadaan-satwa-

penyu-hijau-green-turtle.html

Penyu hijau jantan sedikit lebih besar dari penyu hijau betina. Penyu hijau

jantan juga memiliki ekor yang lebih panjang dari penyu hijau betina.

Sumber: http://olvista.com/fauna/penyu-hijau-reptil-laut-yang-gemulai/

Bagian dorsal Penyu Hijau (Chelonia mydas L.)

5 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 6: penyu hijau (Chelonia mydas)

Bagian ventral Penyu Hijau (Chelonia mydas L.)

Morfologi kepala Penyu Hijau (Chelonia mydas L.)

Sumber: zonaikan.wordpress.com

6 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 7: penyu hijau (Chelonia mydas)

Karakteristik Penyu Hijau:

1. Memiliki warna kuning kehijauan atau coklat hitam gelap.

2. Cangkangnya bulat telur bila dilihat dari atas dan kepalanya relatif kecil dan

tumpul.

3. Ukuran panjang adalah antara 80 hingga 150 cm dan beratnya dapat mencapai

132 kg.

Penyu hijau diberi nama karena warna kulitnya yang kehijauan.

Sedangkan cangkangnya biasanya berwarna cokelat atau olive. Penyu hijau

merupakan salah jenis satu penyu laut terbesar di dunia, bobotnya mencapai lebih

dari 300 kg. Penyu hijau memiliki kepala yang kecil, dan tidak dapat ditarik

masuk ke cangkang. Cangkangnya memiliki bentuk mirip organ jantung yang

panjangnya  mencapai 1,5 m. Cangkangnya lebar dan memiliki permukaan halus.

Penyu hijau jantan sedikit lebih besar dari penyu hijau betina. Penyu hijau jantan

juga memiliki ekor yang lebih panjang dari penyu hijau betina. Penyu hijau

memiliki sirip mirip dayung, yang membantunya berenang dengan kuat dan

gemulai. Hewan ini biasanya berenang dengan kecepatan 2 – 3 km/jam.

Sumber: http://blog.faniez.net/2010/07/08/penyu-hijau-dari-derawan-dilindungi/

B. HABITAT PENYU HIJAU

Habitat Penyu hijau  tersebar di daerah Indo-Pasifik, Samudera Atlantik,

Teluk Meksiko, sepanjang pesisir Argentina, di Laut Mediterania. Habitat Penyu

hijau  ini hidup di perairan tropis dan sub-tropis di sekitar pesisir benua dan

kepulauan. Penyu hijau  juga diketahui sering terdapat di antara terumbu karang

pada daerah laut lepas.  Kemampuan migrasi Penyu hijau  pada beberapa populasi

dapat mencapai jarak 2.094 kilometer dari habitat peneluran menuju habitat

mencari makan. Meskipun daya jelajahnya sampai ribuan kilometer, uniknya

Penyu hijau hanya bereproduksi di tempat yang sama berdasarkan navigasi medan

magnet bumi. Di Indonesia, jenis penyu ini tersebar di sekitar perairan tropika,

laut seluruh Indonesia dan Papua Nugini. Hewan ini baru bisa mencapai usia

dewasa sekitar 30-50 tahun. Jadi, Penyu hijau  memiliki siklus kehidupan yang

panjang, namun tingkat kehidupannya rendah (Ali, 2004).

7 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 8: penyu hijau (Chelonia mydas)

Sumber: http://amiruddin88duniasatwa.blogspot.com/2011/01/keadaan-satwa-

penyu-hijau-green-turtle.html

C. PERILAKU PENYU HIJAU

1. Perilaku atau Cara Hidup Penyu Hijau

Penyu memiliki perilaku atau migrasi yang dapat mencapai ratusan

bahkan ribuan kilometer dari habitat peneluran.

Sumber:

http://www.costarica-scuba.com/wp-content/uploads/2012/11/Green-Sea-

Turtles.jpg

Kebanyakan jenis penyu laut menghangatkan diri dengan berenang

dekat permukaan air. Penyu hijau Pasifik Timur biasa naik ke darat untuk

berjemur. Tidak banyak jenis penyu yang biasa naik ke daratan kecuali

pada saat bertelur. Penyu hijau menghabiskan sebagian besar waktunya di

dalam air, tetapi harus menghirup udara untuk melakukan aktivitasnya.

Satwa ini dapat menghirup dan mengeluarkan udara dengan sangat cepat

untuk mengganti oksigen dalam paru-parunya. Saat melakukan aktivitas,

misalnya mencari makanan, penyu hijau menyelam selama empat sampai

lima menit, dan naik ke permukaan air untuk menghirup udara satu sampai

tiga detik. Saat istirahat atau tidur, penyu dapat tahan dalam air selama

beberapa jam.

Sumber: http://olvista.com/fauna/penyu-hijau-reptil-laut-yang-gemulai/

8 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 9: penyu hijau (Chelonia mydas)

Penyu Hijau dapat berenang dipermukaan air untuk mengambil

Oksigen untuk bernafas.

Sumber: http://news.sciencemag.org/sciencenow/2011/04/humans-not-

solely-to-blame-for.html

2. Cara Makan Penyu Hijau

Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk

mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan. Penyu

hijau dewasa tergolong penyu laut herbivora. Makanan utama mereka dalah

lamun laut atau alga, yang hidup di perairan tropis da subtropik. Tetapi anak-

anaknya diasumsikan omnivore untuk mempercepat pertumbuhan tubuh

mereka. Kemungkinan besar terjadi transisi bertahap, saat penyu mencapai

besar yang cukup untuk dapat menghindari predatornya.

Sumber: http://olvista.com/fauna/penyu-hijau-reptil-laut-yang-gemulai/

Penyu laut khususnya penyu hijau adalah hewan pemakan tumbuhan

(herbivore) namun sesekali dapat menelan beberapa hewan kecil.  Hewan ini

sering di laporkan beruaya di sekitar padang lamun (seagrass) untuk mencari

makan, dan kadang di temukan memakan macroalga di sekitar padang alga. 

Pada padang lamun hewan ini lebih menyukai beberapa jenis lamun kecil dan

lunak seperti (Thalassia testudinum, Halodule uninervis, Halophila ovalis,

and H. ovata). Pada padang alga, hewan ini menyukai (Sargassum illiafolium

and Chaclomorpha aerea).  Pernah di laporkan pula bahwa penyu hijau

9 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 10: penyu hijau (Chelonia mydas)

memakan beberapa invertebrate yang umumnya melekat pada daun lamun dan

alga.

Sumber:

http://ichef.bbci.co.uk/naturelibrary/images/ic/credit/640x395/g/gr/

green_sea_turtle/green_sea_turtle_1.jpg

3. Cara Reproduksi Penyu Hijau

Penyu laut adalah adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh

hidupnya di bawah permukaan laut.  Induk betina dari hewan ini hanya

sesekali ke daratan untuk meletakkan telut-telurnya di darat pada substrate

berpasir yang jauh dari pemukiman penduduk.  Untuk penyu hijau, seekor

Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 – 150 butir, dan

secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia, hanya sekitar 11 ekor anak

yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenag bebas untuk tumbuh

dewasa.

Penyu membutuhkan kurang lebih 15-50 tahun untuk dapat melakukan

perkawinan. Selama masa kawin, penyu laut jantan menarik perhatian

betinanya dengan menggosok-gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang

betina. Sang jantan kemudian mengaitkan tubuhnya ke bagian belakang

cangkang si betina. Kemudian ia melipat ekornya yang panjang ke bawah

cangkang betina. Beberapa jantan dapat saling berkompetisi untuk merebut

perhatian si betina.

10 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 11: penyu hijau (Chelonia mydas)

Hanya penyu laut betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan

menetaskan telurnya. Penyu laut jantan jarang sekali kembali ke pantai setelah

mereka menetas. Penyu laut pergi untuk menetaskan telurnya ke pantai

dimana mereka dulu dilahirkan.

Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur. Dengan kaki depannya,

mereka menggali lubang untuk meletakkan telur-telurnya. Kemudian mereka

mengisi lubang itu dengan telur-telurnya sebanyak kurang lebih 100 butir

(bahkan mungkin lebih). Kemudian mereka dengan hati-hati menutup kembali

lubang tersebut dengan pasir dan meratakan pasir tersebut untuk

menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang telurnya. Setelah proses

melelahkan ini selama kurang lebih 1-3 jam berakhir, mereka kembali ke laut.

Penyu umumnya lambat dan canggung apabila berada di darat, dan

bertelur adalah hal yang sangat melelahkan, Penyu yang sedang bertelur

sering terlihat mengeluarkan air mata, padahal sebenarnya mereka

mengeluarkan garam-garam yang berlebihan di dalam tubuhnya. Beberapa

penyu dapat menghentikan proses bertelur apabila mereka terganggu atau

merasa dalam bahaya. Oleh karena itu, sangat penting diketahui bahwa jangan

mengganggu penyu yang sedang bertelur.

Masa Bertelur

 

Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 – 8 tahun

sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina

sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina

menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan

cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang

digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk

11 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 12: penyu hijau (Chelonia mydas)

bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu

mengurungkan niatnya dan kembali ke laut. Penyu yang menetas di perairan

pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii. Penyu

diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.

Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur

hewan ini secara alami hanya sekitar 50 % dan belum di tambah dengan

adanya beberapa predator-predator lain saat mulai menetas dan  saat kembali

kelaut untuk berenang. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor

penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina,

paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut

kembali dan tumbuh dewasa.  Predator alami di daratan misalnya kepiting

pantai (Ocypode saratan, Coenobita sp), Burung dan tikus.  Dilaut, predator

utama hewan ini antara lain ikan-ikan besar yang berada di lingkungan

perairan pantai faktor perburuan oleh manusia.

Sejak menetas tukik-tukik akan mencari makan tidak jauh dari pantai

tempatnya menetas. Sampai saat ini para ahli penyu belum mengetahui persis

siklus hidup panjang penyu-penyu itu. Tidak ada yang tahu kemana penyu-

penyu kecil itu pergi antara 5-20 tahun. Buktinya, saat diadakan peneliti

dengan  melakukan penyelaman tidak pernah menemukan punyu-penyu muda.

Penyu-penyu tampak lagi ketika sudah dewasa, ketika sampai saatnya akan

berbiak lagi. Jadi penyu-penyu yang bertelur sekarang ini adalah penyu-penyu

yang menetas 30 tahun lalu.

Sumber: http://biouland.wordpress.com/2012/03/20/penyu-hijau-green-sea-

turtle-chelonia-mydas/

12 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 13: penyu hijau (Chelonia mydas)

Menurut Miller (1997) aktivitas ketika penyu bertelur meliputi;

1) Saat Muncul dari Laut (Emergence)

Suatu keadaan ketika penyu baru saja muncul dari laut dan melihat kondisi

pantai apakah tempat tersebut aman sebagai tempat bertelur.

2) Merangkak Menuju Pantai (Crawling)

Setelah kondisi lingkungan dirasa aman untuk bertelur, penyu bergerak

menuju pantai untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur.

3) Menggali Lubang Badan (Digging Body Pit)

Ketika penyu telah menemukan tempat yang sesuai untuk bertelur maka

penyu akan membersihkan tempat tersebut dan membuat lubang badan.

4) Menggali Lubang Telur (Digging eggs chamber)

Setelah selesai membuat lubang badan, induk penyu akan menggali lubang

telur untuk meletakkan telurnya.

5) Bertelur (Laying egg).

Induk penyu akan meletakkan telurnya pada lubang telur tersebut. Dalam

satu kali oviposisi induk telur akan mengeluarkan dua hingga tiga butir

telur.

6) Menutup Lubang Telur (Covering eggs chamber)

Selesai meletakkan telurnya, induk penyu akan langsung menutup lubang

telur tersebut.

7) Menutup Lubang Badan (Covering body pit)

Setelah selesai menutup lubang telur induk penyu akan melanjutkannya

dengan menutup lubang badan agar nampak seperti semula.

8) Penyamaran Sarang (Camuflase)

Untuk menghindari sarang penyu dari gangguan predator, induk penyu

akan menyamarkan sarangnya.

9) Kembali ke Pantai (Back to the sea)

Setelah selesai bertelur, induk penyu akan meninggalkan sarangnya dan

kembali ke laut.

Pada kondisi emergence, crawling, digging body pit dan digging

eggs chamber, induk penyu sangat sensitif terhadap kondisi sekeliling

13 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 14: penyu hijau (Chelonia mydas)

sehingga pada kondisi ini harus dihindari aktifitas yang dapat

menyebabkan induk penyu mengurungkan niatnya untuk bertelur. Setelah

induk penyu meletakkan telurnya yang pertama (laying eggs), induk penyu

tidak akan menghiraukan gangguan yang ada, pada kondisi ini pengukuran

panjang dan lebar karapas dapat dilakukan.

Sumber: http://forestcreator.wordpress.com/2010/11/21/penyuhijau/

4. Perilaku Sosial Penyu Hijau

Penyu Hijau dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam hal

reproduksi antara jantan dan betina, bermigrasi secara berkelompok yang

dapat mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari tempat penelurannya

untuk mencari sumber pakan mereka.

Sumber: http://biouland.wordpress.com/2012/03/20/penyu-hijau-green-

sea-turtle-chelonia-mydas/

Interaksi penyu hijau jantan dengan betina (melakukan

perkawinan):

Sumber: loggerhead-sea-turtle-24M2255-56

Penyu Hijau diketahui dapat berinteraksi dengan ikan-ikan kecil .

Perilaku ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat menguntugkan

bagi Penyu Hijau dan begitu juga bagi ikan-ikan kecil. Hal ini dikarenakan

ikan-ikan kecil tersebut memakan bakteri-bakteri serta alga yang melekat

di tubuh Penyu.

14 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 15: penyu hijau (Chelonia mydas)

Selain itu, Penyu Hijau juga berinteraksi dengan ikan Remora,

dimana perilaku tersebut merupakan simbiosis komensalisme. Simbiosis

ini menguntungkan bagi ikan Remora, karena mendapat perlindungan dari

Penyu Hijau saat berenang dalam air. Sedangkan bagi Penyu Hijau sendiri

hal tersebut tidak merugikan dan tidak pula menguntungkan.

Sumber: httpwww.bigstockphoto.comsearchfishes

Sumber: httpworddomination.comremoras.html

15 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 16: penyu hijau (Chelonia mydas)

Sumber: httpwww.bigstockphoto.comsearchremora

5. Perilaku Penjagaan Wilayah Penyu Hijau

Cara Penyu Hijau menjaga wilayahnya terutama sarang yaitu

dengan cara penyamaran sarang ”Camuflase” dengan menutup kembali

sarang yang telah digali dengan menggunakan pasir sampai terlihat samar,

hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga telur-telur dari serangan

predator dan menjaga telur dari ancaman keadaan lingkungan yang buruk

seperti hujan, gelombang pasang air laut dan sebagainya.

D. PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

PENYU HIJAU

1. Pengaruh Cahaya Pada Penyu Hijau

Polusi cahaya membuat bintang dan bulan tak tampak. Burung yang

bermigrasi menggunakan bintang dan bulan sebagai alat navigasi. Akibat

adanya polusi cahaya, mereka tidak dapat bermigrasi ke tempat yang tepat.

Penyu laut juga tidak datang ke pantai dan bertelur seperti biasa karena takut

dengan adanya cahaya matahari.

2. Pengaruh Suhu Pada Penyu Hijau

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin bayi-bayi/ tukik

penyu hijau (Chelonia mydas) ditentukan oleh suhu telur ketika dierami. Suhu

pasir menentukan rasio jenis kelamin penyu, suhu yang lebih hangat akan

meningkatkan jumlah penyu berkelamin betina yang lahir hingga 95 persen

(%). Dan faktor ini dapat membantu populasi mereka dalam melawan efek

perubahan iklim lewat perilaku kawin. Suhu yang lebih hangat juga

mengurangi keberhasilan penetasan & menghasilkan tukik yang cacat,

sedangkan suhu diatas 33 derajat celcius mengakibatkan telur mati.

3. Pengaruh Oksigen Terlarut (DO) Pada Penyu Hijau

Pengaruh oksigen terlarut pada penyu Oksigen merupakan gas yang

tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Semua organisme

air membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Sehingga, tempat yang

16 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 17: penyu hijau (Chelonia mydas)

mengandung oksigen selau terdapat organisme di dalamnya dan makin banyak

oksigen terlarut di daerah tersebut, maka makin banyak organisme yang ada di

dalmnya. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk

menentukan kualitas air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk

kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di

dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan

konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Oksigen

terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya

tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang

masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Oksigen terlarut dalam laut

dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat

organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dlaam keadaan

jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Oksigen

merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di

dalam air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada:

a) Suhu.

b) Kehadiran tanaman fotosintesis.

c) Tingkat penetrasi cahaya bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan

air.

d) Tingkat kederasan aliran air.

Jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah,

ganggang mati atau limbah industri Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO)

dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme

atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi

bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama

oksigen adalah suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas

dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seeprti

kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,

gelombang dan pasang surut. Bahwa kadar oksigen dalam air laut akan

17 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 18: penyu hijau (Chelonia mydas)

bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin

tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,

karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses

fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar

oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar

oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-

bahan organik dan anorganik.

Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung

pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam

keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat

bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan

oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan

yang kekurangan oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum

adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun

(toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung

kehidupan organisme.

Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm

selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70

persen (%) KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm

untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Oksigen memegang peranan

penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan

dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu,

oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme

aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk

mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah

nutiren yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam

kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Disamping itu,

oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.

Organisme tertentu, seeprti mikroorganisme, sangat berperan dalam

menguraikan senyawan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih

sederhana dan tidak beracun.

18 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 19: penyu hijau (Chelonia mydas)

4. Pengaruh Arus Pada Penyu Hijau

Arus mempunyai pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan

biota perairan. Arus dapat mengakibatkan putusnya jaringan-jaringan jasad

hidup yang tumbuh di daerah itu dan partikel-partikel dalam suspensi dapat

menghasilkan pengikisan. Di perairan dengan dasar lumpur, arus dapat

mengaduk endapan lumpur-lumpuran sehingga mengakibatkan bisa

mengurangi penetrasi sinar matahari, dan karenanya mengurangi aktivitas

fotosintesa. Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut

penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-

kotorannya dan untuk algae kekurangan zat-zat kimia dan CO2 dapat di

penuhi. Sedangkan bagi penyu CO2 dan produk-produk sisa dapat

disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga memainkan peranan penting

bagi penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton.

Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-

burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan

5. Pengaruh Pasang Surut Pada Penyu Hijau

Pada Penyu Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi

dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat

rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding

terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya

tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam

membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada

jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan

matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di

laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara

sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Menurut tife pasang

surut, pasang surut yang terjadi di wilayah kawasan cikepuh pantai ujung

genteng adalah pasang surut semi diurnal yaitu bila dalam sehari terjadi dua

19 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 20: penyu hijau (Chelonia mydas)

kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. Hal ini

berpengaruh pada saat induk penyu sedang bertelur di malam hari apabila

terjadi pasang/ naiknya air laut ke permukaan daratan maka jarak tempuh

penyu kedaratan semakin dekat dan juga telur yang sedang dierami bisa

tergerus dan terendam, bahkan telur tersebut bisa terbawa ke pantai.

Sumber: http://chanouediskandar.blogspot.com/2012/02/penyu-hijau-celonia-

mydas.html

E. PERANAN PENYU HIJAU

Hanya dengan membiarkannya saja hidup bebas di habitatnya, tanpa

melakukan sesuatu yang dapat menganggu kehidupannya, maka penyu akan

memberikan banyak manfaat.

1. Pertama, jasa ekosistem (keseimbangan lingkungan). Penyu berperan

penting dalam menjaga keseimbangan di laut, misalnya saja apa yang

dilakukan oleh Penyu Hijau (Chelonia mydas). Penyu yang memiliki jarak

tempuh yang mencapai hingga ribuan mil laut ini berperan penting dalam

menyebar nutrisi kelaut melalui kotorannya. Kotoran ini menjadi pupuk

atau pakan bagi tumbuhan dan hewan laut lainnya.

2. Kedua, peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan. Penyu

sesungguhnya memainkan peranan yang amat vital bagi ketersediaan ikan

laut, misalnya saja Penyu Belimbing (Dermochelyscoriacea) yang

memakan Ubur-ubur. Ubur-ubur adalah binatang laut yang memakan anak

ikan. Ini merupakan mata rantai makanan. Bila tidak ada Penyu Belimbing

kemungkinan besar populasi Ubur-ubur akan semakin meningkat.

Kelebihan populasi Ubur-ubur akan membahayakan populasi anak ikan.

Akan semakin banyak anak ikan yang dimakan Ubur-ubur. Dikarenakan

banyak anak ikan yang dimakan Ubur-ubur, maka ketersediaan ikan di laut

akan semakin berkurang. Akhirnya ini akan memperkecil hasil tangkapan

ikan nelayan. Terutama nelayan kecil yang tidak memiliki kapal untuk

menangkap ikan di laut lepas. Berbeda lagi dengan Penyu Sisik

(Eretmochely simbricata) adalah pemakan terumbu karang yang tidak

20 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 21: penyu hijau (Chelonia mydas)

sehat sehingga terumbu karang menjadi sehat kembali. Sehatnya terumbu

karang menjadi sumber makanan yang baik dan menjadi tempat hidup

(habitat) ikan berkembangbiak. Pada akhirnya, ini akan menjadikan daerah

tersebut menjadi sumber perikanan. 

3. Ketiga, potensi pengembangan ekowisata atau ekonomi alternative

lainnya. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa penyu berperan penting

menjaga kesehatan terumbu karang. Terumbu karang yang terjaga dengan

baik, terlebih bila daerah tersebut memiliki keindahan alam dan budaya

yang mendukung, akan memberikan pemandangan bawah laut yang cukup

indah. Ini berpotensi bagi pengembangan ekowisata. Snorkeling,

menyelam(diving), bermain kayak (kayaking) dapat menjadi atraksi yang

ditawarkan kepada wisatawan.

4. Keempat, ilmu pengetahuan. Penyu dan habitatnya juga menjadi sarana

bagi peningkatan ilmu pengetahuan manusia, misalnya melalui penelitian

dan pengembangan. Sebagaimana telah diketahui, penyu adalah salah satu

hewan yang tersisa dari zaman purbakala. Oleh karena itu, penyu mungkin

dapat menjadi “pintu masuk” bagi umat manusia untuk mengetahui apa

yang terjadi di masa lampau dan informasi lainnya. Ini sangat penting bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, terutama biologi dan lingkungan.

21 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 22: penyu hijau (Chelonia mydas)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penyu Hijau (Chelonia mydas L.) adalah salah satu reptil yang tubuhnya

ditutupi oleh rangka dari tulang yang tebal di bagian punggung.

2. Ciri-ciri Penyu Hijau yaitu:

a. Kepala dan mulut seperti paruh kakatua dan terbuat dari tulang.

b. Kaki depan melengkung, lebar dan pipih. Kaki belakang pendek dan

melebar serta ujungnya beralur.

c. Ekornya kecil. Kepala, ekor dan kaki tidak dapat ditarik masuk ke

dalam cangkang.

3. Karakteristik Penyu Hijau yaitu:

a. Memiliki warna kuning kehijauan atau coklat hitam gelap.

b. Cangkangnya bulat telur bila dilihat dari atas dan kepalanya relatif

kecil dan tumpul.

c. Ukuran panjang adalah antara 80 hingga 150 cm dan beratnya dapat

mencapai 132 kg.

4. Habitat Penyu Hijau diketahui sering terdapat di antara terumbu karang

pada daerah laut lepas di daerah Indo-Pasifik, Samudera Atlantik, Teluk

Meksiko, sepanjang pesisir Argentina, di Laut Mediterania.

5. Cara hidup Penyu Hijau berkoloni yaitu dengan bermigrasi secara besar-

besaran

6. Cara makan Penyu Hijau adalah dengan menarik dengan mulut lalu

mengunyah lamun laut atau alga yang hidup di perairan tropis da

subtropis.

7. Tahap perkembangbiakkan Penyu Hijau yaitu:

a. Saat Muncul Dari Laut (Emergence)

b. Merangkak Menuju Pantai (Crawling)

22 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 23: penyu hijau (Chelonia mydas)

c. Menggali Lubang Badan (Digging Body Pit)

d. Menggali Lubang Telur (Digging eggs chamber)

e. Bertelur (Laying egg).

f. Menutup Lubang Telur (Covering eggs chamber)

g. Menutup Lubang Badan (Covering body pit)

h. Penyamaran Sarang (Camuflase)

i. Kembali Ke Pantai (Back to the sea)

8. Cara berinteraksi yang dilakukan Penyu Hijau yaitu:

a. Interaksi dengan sesama: Bereproduksi (jantan-betina), Bermigrasi

(jantan-jantan, betina-betina, jantan-betina, jantan-anak, betina-anak).

b. Interaksi dengan hewan lain: simbiosis mutualisme dengan ikan-ikan

kecil, dan simbiosis komensalisme dengan ikan Remora

9. Cara menjaga wilayah yaitu dengan cara Camuflase terhadap sarang

tempat meletakkan telur-telurnya.

10. Pengaruh lingkungan terhadap keberlangsungan hidup Penyu Hijau dapat

diukur dari kualitas air, makanan, cahaya, suhu dan kelembaban.

11. Manfaat dari Penyu Hijau yaitu: jasa ekosistem (keseimbangan

lingkungan); peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan; potensi

pengembangan ekowisata atau ekonomi alternatif lainnya; dan ilmu

pengetahuan.

B. SARAN

Hanya dengan membiarkan Penyu Hijau untuk hidup bebas di

habitatnya, tanpa melakukan sesuatu yang dapat menganggu kehidupannya,

maka penyu akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

23 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )

Page 24: penyu hijau (Chelonia mydas)

DAFTAR PUSTAKA

http://amiruddin88duniasatwa.blogspot.com/2011/01/keadaan-satwa-penyu-hijau-green-turtle.html, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://biouland.wordpress.com/2012/03/20/penyu-hijau-green-sea-turtle-chelonia-mydas/, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://blog.faniez.net/2010/07/08/penyu-hijau-dari-derawan-dilindungi/, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://chanouediskandar.blogspot.com/2012/02/penyu-hijau-celonia-mydas.html, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://forestcreator.wordpress.com/2010/11/21/penyuhijau/, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://news.sciencemag.org/sciencenow/2011/04/humans-not-solely-to-blame-for.html, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://olvista.com/fauna/penyu-hijau-reptil-laut-yang-gemulai/, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://www.pipp.kkp.go.id/species.html?idkat=12&idsp=244, diakses tanggal 18 Mei 2013

http://zonaikan.wordpress.com/2010/10/20/sifat-dan-habitat-penyu-hijau/, diakses tanggal 18 Mei 2013

httpworddomination.comremoras.html, diakses tanggal 18 Mei 2013

httpwww.bigstockphoto.comsearchremora, diakses tanggal 18 Mei 2013

loggerhead-sea-turtle-24M2255-56, diakses tanggal 18 Mei 2013

Segara, Rian Adhi. 2008. Studi Karakteristik Biofisik Habitat Peneluran Penyu Hijau. IPB: Jawa Barat

zonaikan.wordpress.com, diakses tanggal 18 Mei 2013

24 | P e n y u H i j a u ( C h e l o n i a m y d a s L . )