DISTOSIA
-
Upload
handre-putra -
Category
Documents
-
view
410 -
download
2
Transcript of DISTOSIA
Bed Site Teaching
Inersia Uteri
OLEH:
Handre Putra 05120007
Dian Rukma 05120118
Adrifen Beri Akbar 05120079
PRESEPTOR:
Dr. Hj. Ermawati Sp.OG(K)
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung spontan dalam 24 jam, tanpa menimbulkan kerusakan yang
berlebih pada ibu dan anak.
Distosia secara harfiah didefinisikan sebagai persalinan sulit yang ditandai
dengan kemajuan persalinan yang lambat.
Sebab-sebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar :
1. Kelainan tenaga (atau kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya dapat menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
2. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetannya.
Ad 1. Distosia karena kelainan tenaga (his)
Distosia karena kelainan tenaga (his) adalah his yang tidak normal, baik
kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya pada
primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia
uteri. Satu sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila
bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus misalnya
pada kelainan letak janin atau disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim yang
berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat merupakan penyebab
dari inersia uteri yang murni.
Jenis-jenis kelainan his :
Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainanya
terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang daripada biasa.
Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan :
1). Inersia uteri primer. Kelemahan his timbu;l sejak permulaan persalinan.
2). Inersia uteri skunder. Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat,
teratur dan dalam waktu yang lama.
Diagnosis inersia uteri memerlukan pengalaman dan pengawasan yang teliti
terhadap persalinan. Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit, tetapi bila sebelumnya
telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama, maka diagnosis inersia uteri sekunder
lebih mudah.
Inersia uteri menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat-
akibatnya terhadap ibu dan janin
Penanganan :
Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunya bagian terbawah janin dan
keadaan panggul. Kemudian buat rencana untuk menentukan sika dan tindakan yang
akan dikerjakan, misalnya pada letak kepala.
1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5 % dimulai dengan
12 tetes per menit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes per menit.
Maksud pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
2) Pemberian oksistosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat his
setelah pemberian lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan istirahat.
3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan
seksio sesarea.
4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri skunder, ibu lemah
dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 181 jam pada
multi, tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips; sebaiknya partus segera
diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obtetrik lainnya
(ekstraksi vakum atau forcep, atau seksio sesarea)
Tetania uteri.
Adalah his yang terlampau kuat dan terlampau sering sehingga tidak ada relaksasi
rahim. His yang terlampau kuat dan terlampau efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dnamakan partus
presipitatus: sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainannya terletak pada
kekuatan his. Akibatnya dapat terjadi perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina, dan perineum, pada bayi dapat terjadi perdarahan intrakranial.
Penanganan :
1). Berikan obat seperti morfin, luminal, dsb, asal janin tidak akan lahir dalam waktu
dekat (4-6 jam) kemudian.
2). Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio
sesarea.
3). Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-
tibadan cepat.
Incoordinate uterine action
Di sini sifat hius berubah-ubah, tonus otot uterus meningkat juga diluar his, tidak ada
koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan apalagi pengeluaran janin.
Penanganan :
1).Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot,m berikan obat-obat penghilang
sakit dan penenang (sedatif dan analgetik) seperti morfifn, petidin dan valium
2). Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-laru, seleaikan partus
menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep, atau
seksio sesarea.
Ad.2. Kelainan janin
Abnormalitas pad presentasi, posisi atau perkembangan janin
Presentasi bokong
Presentasi muka
Presentasi dahi
Presentasi puncak
Letak lintang
Presentasi majemuk
Makrosomia feetalis
Hidrosefalus
Perut bayi yang besar penyebab distosia (distensi hebat vesika urinaria, pembesaran
ginjal dan hati)
Kembar siam
Ad.3. Kelainan jalan lahir
Distosia akibat kesempitan panggul
1. Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika ukuran
konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm.
2. Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah diameter
sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm )
3. Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum 8 cm.
4. Kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur tulang panggul,
poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan dismorfik, pelvik kifosis.
Abnormalitas pada jalan lahir yang bukan tulang panggul :
1. abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2. abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur
anuler)
3. abnormalitas serviks (atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4. Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5. Tumor ovarium (jinak atau ganas)
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien umur 28 tahun masuk KB IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
tanggal 3-05-2010 pukul 4.45 WIB kiriman bidan dengan diagnosa G2 P1 A0 H0
parturien aterm + Kala 1 Fase Aktif, Anak hidup tunggal intra uterin letak kepala UUK
kiri melintang H II-III
Keluhan Utama : Keluar air-air dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar air-air dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu, warna jernih, bau amis,
membasahi 1 helai kain panjang
Nyeri pinggang menjalar keari-ari sejak 4 jam yang lalu, makin lama makin kuat
dan semakin sering
Keluar lendir campur darah dari kemaluan sejak 4 jam yang lalu.
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-).
Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.
HPHT : Lupa TP : tidak dapat ditentukan.
Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
RHM : mual (+), muntah(-), perdarahan(-).
ANC : tidak teratur, kebidan
RHT : mual (-), muntah(-), perdarahan(-).
Riwayat Menstruasi:
Menarche 13 th, siklus teratur 1x28 hr, 5-7 hr, 2-3x ganti duk sehari, nyeri (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, keturunan, dan
kejiwaan.
R. Perkawinan :
1x th 2003
R. Kehamilan / abortus / persalinan : 2 / 0 / 1
I. Th 2003, perempuan, BB 2800 gr, cukup bulan, spontan, bidan,
meninggal, usia 1 tahun 3 bulan
II. Sekarang
R. KB : tidak ada
R. Imunisasi : TT 2x di posyandu
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sedang Sianosis : (-)
Kesadaran : cmc Gizi : sedang
Tekanan darah : 110/70 mmHg Edema : -/-
Frekuensi jantung : 88 x/menit Anemis: -/-
Frekuensi nafas : 22 x/menit TB : 148 cm
Suhu : 37 º C BB : 48 kg
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cm H20, kelenjar tiroid tidak membesar
Thorak :Paru : I : simetris kiri dan kanan
P : Fremitus kiri = kanan
P : sonor
A : vesikuler N, rh (-)
Jantung : I : Iktus tidak terlihat
P : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
P : Batas jantung dalam batas N
A : Irama murni, bising (-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Rf +/+, Rp -/-, Edema -/-
Status obstetrikus
Abdomen :
I : membuncit sesuai kehamilan aterm, L/M hiperpigmentasi, striae (+).
P : L1 : Fundus uteri teraba 3 jari bpx
Teraba masa besar, noduler, lunak
L2 : Tahanan terbesar di kiri, bagian-bgian kecil janin di kanan
L3 : Teraba masa keras, terfiksir
L4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
TFU : 31cm TBA : 2790g HIS : 4-5/30”/S
A : BJA 148x/menit
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : 3-4 cm
Ketuban : (-) sisa hijau keruh
Bagian terbawah : teraba kepala UUK kiri melintang H II-III
UPD : Promontorium : sukar dinilai
Linea innnominata : sukar dinilai
Sakrum : cekung
DSP : lurus
Spina Ischiadika : tidak menonjol
Os. Koksigis : mudah digerakkan
Arcus pubis : > 90
UPL : DIT = dapat dilalui tinju dewasa
Kesan : ukuran panggul luas
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah : Hb : 11,9 g %
Leukosit : 11.900/mm³
Trombosit : 143.000/mm³
Hematokrit : 36 %
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala I fase aktif
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala UUK kiri-melintang H II-III
Sikap :
Nilai 2 jam lagi
Kontrol KU, VS, BJA, HIS,KDL, lingkaran Bandle
Antibiotika (Ampisilin 4 x 2 gr)
Tidur miring ke kiri
Rencana : Partus per vaginam
Pukul 06.45
A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari +
Gerak anak +
PF/
KU Kes TD Nd Nf T BJA HISs
Sdg cmc 110/70 88 24 37 148 4-5’/35”/S
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : 5-6 cm
Ketuban - : sisa hijau keruh
Teraba kepala UUK kiri melintang H II-III
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala I fase aktif, Anak hidup tunggal intrauterin, letak
kepala UUK kiri melintang H II-III
Sikap :
Nilai 2 jam lagi
Kontrol KU, VS, BJA, HIS,KDL, lingkaran Bandle
Tidur miring ke kiri
Rencana : Partus per vaginam
Pukul 08.45
A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)
Gerak anak +
PF/
KU Kes TD Nd Nf T BJA HISs
Sdg cmc 110/70 81 22 37 150 4-5’/35”/S
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : 5-6 cm
Ketuban - : sisa hijau keruh
Teraba kepala UUK ki melintang H II-III
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala I fase aktif + Inersia uteri
Anak hidup tunggal intrauterin let kep UUK ki- melintang H II-III
Sikap :
Drip acselerasi dg syntocinon 5 IU dlm 500cc D5 tetesan awal 10 tetes/mnt,
dinaikkan 5 tetes/mnt sampai diperoleh his adekuat, max 60 tetes/mnt.
Kontrol KU, VS, BJA, HIS,KDL, lingkaran Bandle
Tidur miring ke kiri
Rencana : Partus per vaginam
Pukul 10.45 wib
A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari +
Gerak anak +
PF/
KU Kes TD Nd Nf T BJA HISs
Sdg cmc 110/70 83 21 37 148 3-4/40”/K
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : 7-8 cm
Ketuban - : sisa hijau keruh
Teraba kepala UUK kiri depan H III +
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala I fase aktif
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala UUK kiri-depan H III +
Sikap :
Nilai 2 jam lagi
Kontrol KU, VS, BJA, HIS, KDL, lingkaran Bandle
Rencana : Partus per vaginam
Pukul 12.15
A/ Pasien merasakan kesakitan dan ingin mengedan
PF/
KU Kes TD Nd Nf T BJA HISs
Sdg cmc 110/70 78 23 37 148 3-4/45”/K
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : Lengkap
Ketuban - : sisa hijau keruh
Teraba kepala UUK kiri depan H III (+)
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala II
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala UUK kiri-depan H III(+)
Sikap :
Pimpin mengedan
Kontrol KU, VS, BJA, HIS
Tidur telentang
Rencana : Partus per vaginam
Pukul 13.15
Selesai dipimpin mengedan 1 jam
PF/
KU Kes TD Nd Nf T BJA HISs
Sdg cmc 110/70 85 20 37 156 4-5/45”/K
Genitalia :
I : Vulva / uretra : tenang
VT : Pembukaan : Lengkap
Ketuban - : sisa hijau keruh
Teraba kepala UUK ki dep H III (+)
Diagnosis Kerja :
G2 P1 A0 H0 Parturient Aterm + Kala II
Anak hidup tunggal intrauterin, letak kepala UUK kiri-depan H III(+)
Sikap :
Kontrol KU, VS, BJA, HIS
Siapkan Vacum ekstraksi
Rencana : Partus pervaginam (batu kala II dengan VE)
Pukul 13.30 wib dilakukan VE
LAPORAN PARTUS
Tanggal : 03-05-2010 pukul : 13.45 WIB
Lahir seorang bayi laki-laki secara vakum ekstraksi
BB : 2800 g
PB : 49 cm
A/S : 6/7
Plasenta lahir lengkap 1 buah bimanual
Berat : 500g Ukuran : 17x18x2,5 cm
PJTP : 50 cm I : P/C
Dilakukan eksplorasi terhadap cavum uteri dan portio utuh.
Perdarahan selama persalinan : 100 cc
D/ : P2 A0 H1 Post partus matures dengan Vakum ekstraksi
Anak dan ibu baik
S/ : Awasi Kala IV
BAB III
DISKUSI
Telah dibahas satu kasus pasien usia 28 tahun masuk kamar bersalin RSUP DR.
M. Djamil Padang tanggal 3-05-2010 jam 04.45 WIB kiriman bidan dengan diagnosa
G2 P1 A0 H0 parturien aterm + Kala 1 Fase Aktif, Anak hidup tunggal intra uterin letak
kepala UUK kiri melintang H II-III.
Pada kasus ini, dapat dilihat perjalanan dan kemajuan persalinan kala I seperti
tabel berikut ini :
Jam Pembukaan Penurunan kepala HIS BJA
04.45 3-4 cm H II-III 4-5/30’’/S 148x/mnt
06.45 5-6 cm H II-III 4-5/35’’/S 152x/mnt
08.45 5-6 cm H II-III 4-5/35’’/S 150x/mnt
Dilanjutkan dengan pemberian drip akselerasi
10.45 7-8 cm H III+ 3-4/40”/S 148x/mnt
12.15 Lengkap H III+ 3-4/45”/K 148x/mnt
Tanda his normal :
- Fundus dominan
- Simetris dan ritmis
- Makin lama makin kuat, makin sering
- Relaksasi baik
Bila salah satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai,
keadaan tersebut disebut inersia uteri.
Pada pasien ini ditemukan inersia uteri sekunder, karena terjadi pada fase aktif
kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat
gangguan atau kelainan.
Pada inersia uteri sekunder dalam fase aktif, harus segera dilakukan:
-. Penilaian cermat apakah ada CPD atau tidak.
- Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi drip akselerasi oksitosin. Pada
pasien ini ketuban sudah pecah dan diberi infus Drip acselerasi dg syntocinon 5 IU
dlm 500cc D5 tetesan awal 10 tetes/mnt, dinaikkan 5 tetes/mnt sampai diperoleh his
adekuat, max 60 tetes/mnt.
- Nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik.
- Pada akhir kala I atau pada awal kala II, bila syarat ekstraksi vakum atau cunam
terpenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut
Setelah 1 jam dipimpin untuk mengedan, tidak terjadi kemajuan persalinan
kala II (kala II memanjang, normalnya pada multipara adalah ± 0,5 jam), maka pada
pasien ini dilakukan bantu kala II dengan VE (vakum ekstraksi). Pada pasien ini
memiliki indikasi, yaitu Kala II memanjang dengan presentasi kepala belakang/verteks.
Dan tidak memiliki kontraindikasi, seperti Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka,
bokong) dan panggul sempit (disproporsi kepala-panggul). Dan sudah memenuhi syarat
khusus, antara lain pembukaan lengkap, presentasi kepala, cukup bulan (tidak
prematur), tidak ada kesempitan panggul, anak hidup dan tidak gawat janin, penurunan
H III/III+, kontraksi baik, dan ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan.