DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014...

84
DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK DALAM PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR DAN DPRD Studi Kasus Pemberhentian Fahri Hamzah Berdasarkan Surat Keputusan No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : ARIF MOHAMAD AZHAR ANNAS NIM: 1113048000051 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438/2017M

Transcript of DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014...

Page 1: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG MPR,

DPR, DPD, DAN DPRD DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG PARTAI POLITIK DALAM PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR

DAN DPRD

Studi Kasus Pemberhentian Fahri Hamzah Berdasarkan Surat Keputusan No.

463/SKEP/DPP-PKS/1437

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

ARIF MOHAMAD AZHAR ANNAS

NIM: 1113048000051

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438/2017M

Page 2: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan
Page 3: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan
Page 4: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan
Page 5: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

iv

ABSTRAK

ARIF MOHAMAD AZHAR ANNAS, NIM: 1113048000051. DISPARITAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG MPR, DPR,

DPD, DPRD DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG PARTAI POLITIK DALAM PEMBERHENTIAN ANGGOTA

DPR DAN DPRD. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M. xi + 70 halaman + 2 halaman

lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami perbedaan arah

dua undang-undang yang berkedudukan sama dalam hierarki peraturan

perundang-undangan di Negara Repubik Indonesia yang didasarkan pada kasus

pemberhentian Fahri Hamzah oleh Partai Keadilan Sejahtera berdasarkan Surat

Keputusan No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437 yang berimplikasi pada lepasnya status

anggpta Dewan Perwakilan Rakyat. Pemahaman arah kedua peraturan perundang-

undangan tersebut didasarkan pada penerapan sistem demokrasi perwakilan dan

teori kedaulatan rakyat di Indonesia yang sejatinya direalisasikan melalui adanya

pemilihan umum legislatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library research) dengan pendekatan peraturan perundang-undangan

(statue approach), pendekatan kasus (case approach), dan pendekatan konseptual

(conceptual aprrocah). Selanjutnya, terdapat tiga kategori sumber data yaitu

bahan hukum primer, bahan sekunder dan bahan tersier. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan arah antara undang-undang No. 42

tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD yang demokratis deliberatif dan undang-

undang No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik yang oligarian dan tidak

bersesuaian dengan teori kedaulatan rakyat.

Kata kunci: Disparitas, Pemberhentian, Dewan Perwakilan Rakyat.

Pembimbing: Nur Rohim Yunus, LLM. dan Dwi Putri Cahyawati, SH. MH.

Sumber Rujukan dari tahun 1960 sampai 2016

Page 6: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum, Warohmatullah Wabarokatuh

Segala puji bagi allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Tiada daya dan usaha lepas dari kodrat dan iradat-Nya. Salawat serta salam

selamanya dianugerahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, kerabat serta

ummatnya yang senantiasa selalu taat kepadanya.

Berkat rahmat dan kuasa-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi yang berjudul: “DISPARITAS UNDANG-UNDANG NO. 42

TAHUN 2014 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD DAN UNDANG-

UNDANG NO. 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK DALAM

PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR; Studi Kasus Pemberhentian Fahri

Hamzah Berdasarkan Surat Keputusan (SK) No. 436/SKEP/DPP.PKS/1437 di

Jakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini tentunya tidak dengan cara

yang mudah, melainkan segalanya membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan

luangan waktu yang tidak sebentar sehingga menjadi sebuah penulisan yang

terstruktur dan sistematis. Hal ini tidak lepas dari peran serta dukungan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA.

Page 7: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

vi

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum, Bapak Dr.

Asep Syarifudin, SH. MH., dan Bapak Drs. Abu Thamrin, SH. MH.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Nur Rohim Yunus, LLM., dan Ibu

Dwi Putri Cahyawati, SH. MH. yang telah meluangkan banyak

waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

4. Orang tua dan keluarga besar penulis, Bapak H. Maskon Farid, Hj. Iis,

H. Apep Mohamad Durun Napis, Azka Nuri Alawiah, dan Fikri Anpas

Dinur yang senantiasa mensupport dan memahami fokus penulis

selama mengerjakan penulisan skripsi ini.

5. Kawan penulis, Mochamad Hanafi, Mohamad Nauval Algifari, yang

sedari awal perkuliahan hingga masa akhir pekuliahan menjadi kawan

sejawat saling memberikan motivasi hingga pembelajaran selama masa

kuliah.

6. Kerabat penulis di Lembaga Survey Indonesia, Kanda Asep

Jubaidillah, Kanda Umam Biladi Kusuma, Kanda Aziz Aray dan

segala lainnya yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis

tentang mekanisme dan prosedur penelitian.

7. Kerabat penulis di Himpunan Mahasiswa Syariah Indonesia yang

selalu memotivasi penulis agar selalu semangat dan konsisten dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Demikian ungkapan rasa terimakasih penulis sebagai tindak lanjut atas

kebahagiaan ini yang tiada hingga. Besar harapan penulis agar penulisan skripsi

Page 8: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

vii

ini dapat memberikan banyak manfaat bagi khalayak banyak serta pahala untuk

kita bersama.

Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh.

“Menulis Berarti Membuat Kita Melebihi Usia”

Jakarta, 13 Juli 2017

Arif Mohamad Azhar annas

Page 9: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………... ii

LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………....... iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR…………………...……………………………………... v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………………… 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………… 10

E. Review Kajian Terdahulu …………………………………………........ 11

F. Kerangka Teori dan Konseptual .…………….………………………… 14

G. Metode Penelitian ...………………………………………………..…... 15

H. Sistematika Penulisan ...………………………………………..………. 20

BAB II KEDAULATAN RAKYAT, SISTEM KEPARTAIAN DAN SISTEM

PEMILIHAN UMUM

A. Kedaulatan Rakyat ……………………………………………………... 22

1. Sejarah Teori Kedaulatan Rakyat ..………………………………… 22

2. Prinsip Teori Kedaulatan Rakyat ………………………………....... 25

Page 10: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

ix

3. Kedaulatan Rakyat di Indonesia …………………………………… 28

B. Partai Politik dan Sistem Kepartaian ………………………………....... 30

1. Pengertian Partai Politik ..………………………………………….. 30

2. Fungsi Partai Politik ……..………………………………………… 31

3. Sistem Kepartaian …..……………………………………………… 32

4. Sistem Kepartaian di Indonesia …...…………………………..….... 34

C. Sistem Pemilihan Umum Legislatif …….……………………………… 35

1. Sistem Pemilihan Umum ….…………………………………..…… 35

2. Sistem Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia ………..………… 40

BAB III PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR DAN ANGGOTA PARTAI

POLITIK

A. Pemberhentian Anggota DPR ………………………………………..… 42

1. Pemberhentian Antarwaktu…………………………………...……. 43

2. Pemberhentian Sementara ……………………………………..…... 49

3. Pemberhentian Tetap……………………………………….……..... 50

B. Pemberhentian Anggota Partai Politik …………………..…………….. 50

1. Faktor Pemberhentian ..…………………………..………………... 51

2. Mekanisme Pemberhentian ..………………..……………………... 52

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBERHENTIAN FAHRI HAMZAH

DARI ANGGOTA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Deskripsi Eksploratif Pemberhentian Fahri Hamzah .…….………........ 53

1. Kronologis Pemberhentian Fahri Hamzah ..………….……………. 53

Page 11: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

x

2. Pertimbangan Hukum Pemberhentian Fahri Hamzah ..……………. 59

B. Analisis Terhadap Kasus Pemberhentian Fahri Hamzah Dengan

Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD,

Dan Undang-Undang Partai Politik …………………………………… 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………..……. 65

B. Saran ……………………………………………………………..…….. 66

Daftar Pustaka……………………………………………………..………….. 67

Lampiran-Lampiran

A. Surat Keputusan (SK) DPP PKS No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437…...… 72

Page 12: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang meletakkan otoritas tertinggi pada

sebuah peraturan atau hukum yang berlaku (Rechtstaat) sebagai pedoman

jalannya penyelenggaraan negara.1 Peraturan ini dijadikan sebagai satu-

satunya pijakan hukum dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan

bernegara baik yang berkaitan dengan interaksi ketatanegaraan maupun

berkaitan dengan aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan

aspek kehidupan lainnya. Selain itu, Indonesia pun menggunakan sistem

kedaulatan rakyat, yang pada prinsipnya adalah pengelolaan negara oleh

rakyat.2 Meski demikian, pengelolaan negara ini tidak secara langsung oleh

rakyat seperti demokrasi klasik melainkan dengan memisahkan kelompok

penguasa atau pelembagaan pemerintah yang berawal dari rakyat, dipilih oleh

rakyat, dan menjalankan pemerintahan demi kepentingan rakyat. Pelembagaan

ini merupakan terapan dari teori Trias Politica yang digagas oleh

Montesquieu.

Berkaitan dengan pelembagaan pemerintahan sebagaimana di atas,

kekuasaan penyelenggara negara Indonesia dipisahkan pada 3 (tiga)

1 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Jakarta: Ichtiar, 1962)

h. 9. 2 Jimly Assiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2011) h. 56

Page 13: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

2

kelompok, yaitu; kekuasaan legislatif sebagai pembuat peraturan, kekuasaan

eksekutif yang berwenang melaksanakan pengelolaan negara berdasarkan

peraturan yang berlaku, dan kekuasaan yudikatif yang berwenang

mengevaluasi penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3

Dalam asas kedaulatan rakyat yang salah satu bukti konkretnya adalah

adanya pengambilan kebijakan berkaitan dengan pelaksanaan dan pengelolaan

negara, terdapat satu lembaga negara yang merupakan lembaga perwakilan

rakyat yakni Dewan Perwakilan Rakyat. Lembaga tersebut merupakan bagian

dari kelompok legislatif yang komposisinya berawal dari rakyat dan dipilih

secara langsung oleh rakyat.4 Artinya, masyarakat memberikan mandatnya

dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan pengelolaan negara dan

pelaksanaan pemerintahan terhadap seseorang yang kemudian disebut sebagai

anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Keterwakilan rakyat tersebut jelas

menjadi sebuah tanggung jawab yang besar anggota DPR untuk senantiasa

membuat kebijakan-kebijakan yang bermanfaat untuk rakyat. Oleh karena itu,

seorang anggota lembaga perwakilan rakyat harus bertanggung jawab

terhadap rakyat sebagai konstituennya.5

Sementara itu, keterwakilan tersebut juga tidak sepenuhnya kembali untuk

rakyat, melainkan juga kembali pada partai politik pengusungnya. Hal ini

3 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsoloidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Sekretariat Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006) h. 32 4 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru,

cet.III (Jakarta: Kencana Prenada Media Group ) h. 118 5 Salman A. Maggalatung, Desain Kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD 1945,

(Bekasi: Gramata Publishing, 2016) h. 49

Page 14: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

3

didasarkan pada Pasal 51 Ayat (1) Huruf (n) Undang-Undang No. 8 tahun

2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang

mensyaratkan seorang calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat harus menjadi

anggota partai politik. Dengan demikian, arah pertanggung jawaban seorang

anggota DPR menjadi ganda yaitu bertanggung jawab terhadap konstituen dan

bertanggung jawab terhadap partai politik pengusungnya.

Keterwakilan mandat rakyat sebagaimana dijelaskan di atas dapat berakhir

atau dengan kata lain diberhentikan apabila seorang anggota lembaga

perwakilan rakyat melakukan pelanggaran-pelanggaran sebagaimana diatur

oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk pelanggaran ini

dapat berupa pelanggaran terhadap etika seorang anggota Dewan Perwakilan

Rakyat maupun melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Tidak hanya

itu, mandat rakyat seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat berakhir

atau dengan kata lain diberhentikan jika anggota DPR tersebut diberhentikan

dari anggota partai politik.

Dalam hal pemberhentian terhadap anggota partai politik, pasal 16

Undang-Undang No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik menjelaskan bahwa

pemberhentian terhadap anggota partai disebabkan oleh beberapa faktor

seperti; meninggal dunia, mengundurkan diri secara tertulis, menjadi anggota

partai politik lain dan melanggar kode etik partai politik.

Adapun pemberhentian terhadap anggota lembaga perwakilan rakyat telah

diatur dalam Undang-Undang No. 42 tahun 2014 tentang Majelis

Page 15: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

4

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah (MPR, DPR, DPD, DAN

DPRD). Dalam Undang-Undang tersebut, pemberhentian terhadap anggota

dewan dibedakan menjadi tiga kategori; pemberhentian antarwaktu,

pemberhentian sementara, dan pemberhentian tetap anggota dewan. Ketiga

kategori pemberhentian tersebut memiliki faktor yang berbeda, baik

berdasarkan kategori pelanggaran, maupun bentuk usulan pemberhentian.

Tidak hanya itu, dijelaskan pula tentang mekanisme pemberhentian yang

berbeda antara penggantian antarwaktu, pemberhentian sementara, dan

pemberhentian tetap anggota dewan.

1. Pemberhentian antarwaktu terhadap anggota dewan disebabkan oleh

beberapa hal, seperti; meninggal dunia, mengundurkan diri,

diberhentikan, dan menjadi anggota partai politik lain. Mekanisme

pemberhentian antarwaktu terhadap anggota dewan –kecuali dengan

sebab meninggal dunia, dan menjadi anggota partai politik lain-

meliputi adanya usulan dari partai politik terhadap pimpinan DPR,

kemudian dengan durasi waktu maksimal tujuh (7) hari kerja sejak

diterima usulan pemberhentian pimpinan DPR menyampaikan usulan

tersebut kepada presiden untuk mendapatkan persetujuan.

2. Pemberhentian sementara terhadap anggota dewan disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti; menjadi terdakwa dalam kasus tindak pidana

umum dengan hukuman paling singkat lima (5) tahun penjara, dan

menjadi terdakwa dalam tindak pidana khusus. Mekanisme

Page 16: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

5

pemberhentiannya adalah melalui Surat Keputusan (SK)

pemberhentian.

3. Pemberhentian tetap disebabkan oleh adanya pengaduan mengenai

pelanggaran yang telah dilakukan oleh seorang anggota dewan seperti;

tidak melaksanakan kewajiban anggota lembaga perwakilan rakyat,

tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan

tetap sebagai anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa

keterangan yang sah, tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota

dewan sebagaimana ketentuan mengenai syarat calon anggota DPR

yang diatur dalam Undang-Undang mengenai pemilihan umum

anggota DPR, DPD, dan DPRD, dan melanggar ketentuan larangan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 42 tahun 2014

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Mekanisme dalam

pemberhentian tetap anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah

melalui sidang Mahkamah Kehormatan Dewan, kemudian diusulkan

dalam rapat paripurna anggota dewan untuk mendapatkan persetujuan.

Selanjutnya, Undang-Undang No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik

menjelaskan bahwa apabila anggota Partai Politik yang dipecat adalah anggota

Dewan Perawakilan Rakyat, maka seketika harus dicopot keanggotaan dari

anggota DPR-nya. Dengan demikian, pemecatan status keanggotaan partai

politik memiliki implikasi hukum terhadap diberhentikannya seseorang dari

anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan kata lain, Undang-Undang partai

Page 17: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

6

politik menerobos masuk pada muatan materi peraturan perundang-undangan

tersebut.

Sebagai salah satu contoh kasus adalah pemberhentian Fahri Hamzah dari

keanggotaannya sebagai anggota kader Partai Keadilan Sejahtera melalui

penerbitan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera

No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437 dikarenakan telah dinyatakan melanggar kode

etik Partai Keadilan Sejahtera. Implikasi dari pencabutan status anggota partai

politik tersebut tidak hanya berlaku pada keanggotaannya sebagai anggota

partai politik melainkan juga dari kedudukannya sebagai salah satu anggota

dewan perwakilan rakyat yang pada akhirnya ia pun harus meletakkan

kedudukannya sebagai anggota DPR sekaligus dari posisi wakil ketua DPR

RI.

Hal terakhir ini seketika harus diterapkan mengingat salah satu syarat dari

seorang anggota dewan perwakilan rakyat adalah harus merupakan anggota

salah satu partai politik yang dilegitimasi dan sudah diverifikasi oleh komisi

pemilihan umum. Maka dari itu, kedudukan Fahri Hamzah sebagai anggota

DPR sekaligus wakil ketua DPR RI harus dilepaskan mengingat dia sudah

tidak lagi memenuhi syarat yakni harus merupakan anggota partai politik.

Terpilihnya dia sebagai anggota DPR secara implisit mengatakan bahwa ia

mengemban kepentingan rakyat –pemilih di daerah pilihan (dapil) tempat ia

berkontestasi politik- sekaligus ia diberi mandat rakyat untuk menjadi

wakilnya di tingkat pusat. Selanjutnya, adanya pencabutan status anggota

Page 18: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

7

partai politik berakibat pada mandat rakyat yang seketika hilang dan

kepentingan rakyat yang diembannya pun lepas begitu saja. Padahal, perlu

diketahui bahwa etika di partai politik berbeda dengan etika di Dewan

Perwakilan Rakyat, begitupun dengan pelanggaran kode etik partai politik

tidak mesti pelanggaran kode etik Dewan Perwakilan Rakyat. Akan tetapi,

perbedaan tersebut berujung pada sanksi pemberhentian yang sama, sehingga

menimbulkan ketidakpastian hukum yang perlu segera diselesaikan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan seperti

di atas, penulis bermaksud untuk mengkaji/meneliti dalam bentuk skripsi yang

berjudul: “DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014

TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PARTAI POLITIK DALAM

PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR DAN DPRD” (Studi Kasus

Pemberhentian Fahri Hamzah Berdasarkan Surat Keputusan No.

463/SKEP/DPP-PKS/1437).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

terdapat beberapa persoalan berkaitan dengan mekanisme pemberhentian

anggota DPR, dan DPRD berdasarkan Undang-Undang No. 2 tahun 2011

tentang Partai Politik dan Undang-Undang No. 42 tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD. Selanjutnya, dalam upaya memperjelas tahapan serta

fokus pembahasan dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian masalah.

Page 19: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

8

Identifikasi masalah merupakan kegiatan menemukan sebanyak-banyaknya

masalah yang sekiranya dapat ditemukan jawabannya.6

Selanjutnya, dalam upaya menggali dan menemukan masalah-masalah

yang muncul penulis melakukan pengkajian terhadap keberlakuan hukum dari

sudut pandang efektifitasnya di masyarakat atau yurisdiksi tersebut, juga

penulis melakukan aktfitas pemantauan terhadap berita-berita yang up to date

guna menemukan permasalahan-permasalahan hukum yang muncul. Tidak

hanya itu, penulis juga melakukan kajian-kajian materi tentang penerapan

hukum baik dalam bentuk dialog, diskusi maupun menanyakan langsung

kepada orang maupun lembaga yang bersangkutan berkaitan dengan

permasalahan yang menjadi tema penelitian. Berkenaan dengan tema

penelitian ini, penulis terlebih dahulu menginventarisir aturan hukum yang

berlaku berkenaan dengan tema penelitian seperti, Undang-Undang No. 42

Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD, Undang-Undang No. 2

Tahun 2011 tentang Partai Politik, dan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012

tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam hal pemberhentian

anggota Dewan Perwakilan Rakyat serta pertanggungjawaban seorang

anggota lembaga perwakilan rakyat terhadap konstituennya. Kemudian

melakukan pengkajian membandingkan dengan realita hukum yang terjadi

sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan adanya permasalahan hukum.

6 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, cet.XV, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2015) h. 104

Page 20: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

9

Dalam memperketat penggalian masalah berkaitan dengan tema penelitian

ini, penulis membuat identifikasi masalah ke dalam beberapa pertanyaan,

sebagai berikut:

1. Bagaimana realisasi pertanggungjawaban anggota Dewan Perwakilan

Rakyat terhadap konstituennya?

2. Sejauhmana peran serta pengawasan partai politik terhadap

anggotanya yang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat?

3. Bagaimana mekanisme penegakkan etik di Dewan Perwakilan

Rakyat?

4. Bagaimana mekanisme penegakkan etik di partai politik?

5. Bagaimana persinggungan antara partai politik dengan rakyat dalam

mengawasi serta meminta pertanggungjawaban atas mandatnya pada

seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan adanya kompleksitas permasalahan yang sangat luas

untuk dibahas, penulis -dalam memudahkan penelitiannya- memfokuskan

pembahasan terhadap perkara pencabutan status keanggotaan partai politik

Fahri Hamzah sebagai gerakan menghambat upaya demokratisasi terutama

pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat, dan membatasi permasalahan pada

sudut pandang dua undang, yaitu Undang-Undang No. 42 Tahun 2014

tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Undang-Undang No. 2 Tahun

2011 tentang Partai Politik.

Page 21: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

10

2. Rumusan Masalah

Demi menghasilkan suatu kesimpulan penelitian yang baik sesuai

dengan kebutuhan atas permasalahan yang dijabarkan dalam latar

belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apa landasan hukum DPP PKS melakukan pemberhentian Fahri

Hamzah sebagai anggota partai politik?

b. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap disparitas Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011

dalam kasus pemberhentian Fahri Hamzah?

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui landasan hukum DPP PKS melakukan pemberhentian

Fahri Hamzah sebagai anggota partai politik.

b. Mengetahui tinjauan yudiris terhadap disparitas Undang-Undang

Nomor 42 tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011

dalam penyelesaian kasus pemberhentian Fahri Hamzah.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan mendapat manfaat bagi perkembangan

pengetahuan ilmiah di bidang hukum, terutama berkaitan dengan

perkembangan dan perjalanan sistem ketatanegaraan di Indonesia. Selain

itu, dari hasil penelitian ini diharapkan pula terbentuknya kesimpulan

Page 22: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

11

sementara yang menjadi informasi tentang adanya perbedaan

arah/disparitas antara penerapan sistem kedaulatan rakyat dengan

kedigdayaan ketua umum partai politik. Pun sebagai bentuk masukan bagi

pihak yang terkait dalam melaksanakan upaya demokratisasi di Indonesia

dewasa ini.

E. Review Studi Terdahulu

Penelitian tentang mekanisme penyelesaian kasus pemberhentian anggota

Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Politik dan Mahkamah Kehormatan

Dewan, sebelumnya pernah dibahas diantaranya:

1. Judul: “Problematika Pemberian Izin Penyidikan Oleh Mahkamah

Kehormatan Dewan Terhadap Anggota DPR Yang Diduga Melakukan

Tindak Pidana”. Skripsi ini ditulis oleh Muhammad Iqbal Hidayatullah,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, 2015, membahas

tentang ketentuan dan kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan untuk

menerbitkan surat izin penyidikan terhadap anggota dewan yang diduga

telah melakukan tindak pidana, membahas tentang problem yang dihadapi

Mahkamah Kehormatan Dewan dalam memberikan izin penyidikan

dengan dibenturkan dengan kehormatan DPR, dan asas persamaan di

depan hukum. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah bahwa

penelitian ini tidak hanya melihat Mahkamah Kehormatan Dewan dari

sudut pemberian izin penyidikan, melainkan pemberhentian terhadap

Page 23: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

12

anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan menggunakan pendekatan

normatif, kasus dan doktriner.

2. Judul: “Dilema Badan Kehormatan Dewan Antara Penegak Etika Anggota

Dewan Dengan Kepentingan Fraksi”, skripsi ini ditulis oleh Rizqi

Ramadhani, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif

Hidayatullah, 2013, membahas tentang kewenangan badan kehormatan

dewan dalam menegakkan kode etik Dewan Perwakilan Rakyat, yang

dibenturkan dengan kepentingan fraksi partai politik, membahas tentang

dilema dan tarik-menarik kepentingan politik di fraksi. Skripsi tersebut

berbeda dengan penelitian ini, dimana dalam skripsi tersebut digunakan

sudut pandang politik serta memfokuskan pembahasan pada benturan

kepentingan antara penegakkan etika dengan kepentingan politik di fraksi.

Sementara itu, penelitian ini fokus pada pembahasan terhadap adanya dua

peraturan perundang-undangan sederajat yang mengatur tentang

pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Judul: “Dalam Moncong Oligarki, Skandal Demokrasi di Indonesia”, buku

ini ditulis oleh F. Budi Hardiman, diterbitkan oleh Kanisius, Yogyakarta,

2013, membahas tentang problem-problem demokrasi Indonesia yang

banyak mengandung unsur-unsur bermuatan oligarki, baik dalam sistem

kepartaian, interaksi ketatanegaraan dalam sistem check and balances tiga

kelompok pemisahan kekuasaan, maupun dalam proses pemilihan umum

legislatif, bahkan mengungkapkan beberapa realitas politik demokrasi

Indonesia yang menjadi skandal perjalanan demokrasi di Indonesia. Buku

Page 24: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

13

ini berbeda dengan penelitian ini terutama berkaitan dengan penggalian

materi hukum mengenai penyelesaian skandal interaksi ketatanegaraan di

Indonesia, terlebih dalam permasalahan mekanisme pemberhentian

seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Tidak hanya itu, pembahasan

dalam buku tersebut tidak secara spesifik mendalami tentang mekanisme

pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Mahkamah

Kehormatan Dewan, maupun yang diberhentikan oleh Partai Politik serta

keberlangsungan pertanggungjawaban anggota Dewan Perwakilan Rakyat

terhadap konstituennya.

4. Judul: “Mekanisme Penggantian Antarwaktu (PAW) Anggota DPR dan

Implikasinya Dalam Konsep Perwakilan Rakyat”. Artikel ini ditulis oleh

Rida Farida, Karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI), dimuat dalam

Jurnal Cita Hukum, 2015, membahas tentang prosedur-prosedur hukum

berkaitan dengan pelaksanaan pemberhentian antarwaktu anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, serta membahas implikasi pemberhentiannya terhadap

konsep perwakilan rakyat sesuai dengan penerapan teori kedaulatan

rakyat, dan membahas mengenai adanya persinggungan antara konsepsi

perwakilan rakyat dengan melalui keterlibatan dan partisipasi publik

dengan partai politik yang memiliki kewenangan hak recall atau

pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Jurnal ini memang

hampir memiliki pembahasan yang sama dengan penelitian ini, akan tetapi

memiliki sudut pandang yang berbeda dan bersifat lebih general tanpa

memfokuskan pada dasar-dasar permasalahan yang menyebabkan

Page 25: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

14

seseorang dapat diberhentikan dari keanggotannya di Dewan Perwakilan

Rakyat. Tidak hanya itu, jurnal di atas pun berbeda fokus pembahasan

yang hanya memfokuskan bahasan pada penggantian antarwaktu.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Kerangka teori merupakan suatu susunan dan penjelasan kegiatan

penelitian yang dikonsepsikan dalam menemukan permasalahan hukum yang

timbul serta menjawab segala ketidakjelasan akibat adanya permasalahan

hukum tersebut.7

Kerangka konseptual dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu

hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, dimana dalam penelitian

sosial konsep diambil dari suatu teori tertentu.8 Berdasarkan uraian tersebut,

kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Disparitas, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan

sebagai perbedaan arah; jarak.

2. Partai Politik, Partai Politik merupakan suatu organisasi politik yang

dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara

sukarela dan atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara

melalui pemilihan umum.

7 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004) h. 49 8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia-

Press, 2008) h. 127

Page 26: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

15

3. Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu

lembaga legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dengan fungsi

legislasi, penganggaran dan kontrol pemerintahan.

4. Pemberhentian, pemberhentian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) diartikan sebagai sebagai aktifitas melepaskan dari jabatan,

memberhentikan dari keanggotaan suatu perkumpulan dan membebaskan

dari pekerjaan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan aktifitas ilmiah yang menggunakan teknik

analisis dan kontruksi terhadap suatu masalah yang dilakukan secara

metodologis, sistematis dan konsisten.9 Artinya, aktifitas pemecahan suatu

masalah dan penjawaban atas suatu pertanyaan yang dilakukan dengan

cara dan metode yang jelas dan terstruktur, dilakukan dengan berpijak

pada suatu sistem yang jelas dan berkelanjutan, serta dilakukan dengan

tahapan berjangka atau saling berkesinambungan antara satu tahapan

penelitian dengan tahapan penelitian lainnya sebagaimana digambarkan

dalam kerangka penelitian.10

Sedangkan penelitian hukum adalah aktifitas ilmiah yang didasarkan

pada sistematika atau metode tertentu dalam menjawab permasalahan-

permasalahan hukum baik dari sudut pandang efektifitas hukum, politik

9 Fahmi M. Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010) h. 33 10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 42

Page 27: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

16

hukum maupun hukum ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan

filosofis.11

Kegiatan tersebut merupakan suatu rangkaian tahapan yang

dilakukan untuk melihat gejala-gejala hukum, norma hukum dan norma

non hukum yang berlaku di masyarakat. Tidak hanya itu, kegiatan tersebut

dapat dilakukan dalam melihat massa depan hukum atau hukum yang

bakal berlaku sebagai dampak dari realita kehidupan masyarakat.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu penelitian

yang data diungkap dalam bentuk kata-kata, norma atau aturan, dengan

kata lain penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan data normatif.12

Data normatif seperti dimaksud di atas dalam penelitian ini difokuskan

pada Undang-Undang No. 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD dan Undang-Undang No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik.

Penelitian ini juga merupakan penelitian normatif doktriner, yaitu

penelitian yang mengkaji dan menjelaskan tentang asas-asas dan norma

hukum serta mengiventarisir pendapat-pendapat para ahli hukum

mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

11

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, h. 40 12

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)

h. 27

Page 28: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

17

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

atau memiliki otoritas. Bahan hukum primer mencakup peraturan

perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik. Juga mencakup penjelasan

peraturan perundang-undangan serta catatan-catatan resmi lainnya.

Dalam penelitian ini bahan primer hukum seperti; Undang-Undang

Nomor 42 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Undang-

Undang Nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik, Undang-Undang

Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum (pemilu) anggota DPR,

DPD, dan DPRD, dan Surat Keputusan DPP PKS No.

463/SKEP/DPP-PKS/1437, SK KPU No 416/Kpts/KPU/2014.

b. Bahan hukum sekunder meliputi publikasi dokumen-dokumen hukum

yang tidak termasuk dokumen resmi, dokumen publikasi berbentuk

teks yang berkaitan dengan pemberhentian anggota lembaga

perwakilan rakyat, kamus hukum, jurnal hukum dan tanggapan-

tanggapan pengamat politik serta akademisi hukum atas putusan

pengadilan yang berkaitan dengan pemberhentian anggota Dewan

Perwakilan Rakyat.

c. Bahan non-hukum merupakan sumber referensi di luar dokumen resmi

dan publikasi tentang hukum seperti buku politik, demokrasi,

hermeneutik, filsafat dan referensi lainnya yang berkaitan dengan tema

penelitian.

Page 29: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

18

3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan tipe dan jenis penelitian normatif, teknik pengumpulan

data yang dilakukan adalah studi documenter melalui tiga tahapan yaitu

pendekatan norma perundang-undangan yang berlaku (Statute Approach),

pendekatan kasus (Cases Approach), dan pendekatan teori atau konseptual

(Conceptual Approach).13

Pendekatan norma peraturan perundang-

undangan yang berlaku dilakukan dengan tujuan untuk melihat prosedur

dan kehendak hukum atas realita kehidupan yang seharusnya. Artinya,

melihat kebijakan-kebijakan dari materi muatan peraturan perundang-

undangan tentang suatu realitas, dalam hal ini adalah prosedur

pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Pendekatan kasus

dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana rangkaian terjadinya

kasus, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada ketidakberlakuan

hukum sebagaimana dimuat dalam peraturan perundang-undangan dalam

realitas, dalam hal ini adalah interaksi ketatanegaraan di Indonesia yaitu

kasus pemberhentian anggota dewan perwakilan rakyat.

Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang dilakukan dengan

tujuan melihat konsepsi atau kebijakan suatu teori tertentu yang berkaitan

dengan tema penelitian dalam hal ini adalah teori kedaulatan rakyat dan

kedudukan DPR sebagai wakil rakyat.14

Tidak hanya itu, studi dokumenter

13

Peter Mahmud Muzaki, Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: Kencana Pranada Media

Group, 2007) h. 94

14

Peter Mahmud Muzaki, Penelitian Hukum, h. 95

Page 30: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

19

seperti dijelaskan di atas dilakukan dengan cara memanfaatkan dokumen

hukum, buku-buku dan arsip lain yang menjadi objek penelitian serta data

lain yang memberikan informasi tentang pokok permasalahan pada tema

penelitian skripsi ini.15

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah bahan penelitian baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan non-hukum terkumpul, kemudian dilakukan

pengelompokkan atau pengklasifikasian data sesuai dengan hierarki, untuk

selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan persesuaian atau

korelasi antara bahan satu dengan bahan yang lainnya. Pengolahan

terhadap bahan atau data yang sudah diklasifikasikan dilakukan dengan

menggunakan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari

permasalahan umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.

Dalam menganalisis data, digunakan teknik analisis perbandingan

(Comparative Analityc) antara mekanisme pemberhentian anggota dewan

di Mahkamah Kehormatan Dewan, mekanisme pemberhentian anggota

dewan di Partai Politik. Dengan teknik analitis data ini penulis berusaha

untuk mengdeskripsikan secara detail bahan-bahan yang diperoleh dan

disusun, kemudian melakukan interpretasi dan formulasi yang mana

penulis menggambarkan objek pembahasan dengan apa adanya untuk

kemudian dicermati secara mendalam.

15

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, h. 36

Page 31: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

20

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, peneliti mengacu pada buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan Pusat Peningkatan Jaminan

Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memudahkan penyusunan skripsi ini dan agar lebih terarah,

maka peneliti membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review

Penelitian Terdahulu, Kerangka Teori dan Konseptual, Metode Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, Metode Penafsiran Data dan Sistematika

Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI yang meliputi pengertian sistem kedaulatan

rakyat, realisasi dan demokratisasi Indonesia dengan sistem kedaulatan rakyat,

pengertian sistem kepartaian di Indonesia, bentuk dan bagian sistem

kepartaian, peran partai politik dalam negara demokrasi dan sistem pemilihan

umum di Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM yang meliputi uraian faktor pemberhentian,

mekanisme serta akibat hukum pemberhetian anggota Dewan Perwakilan

Page 32: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

21

Rakyat, faktor pemberhentian, mekanisme serta akibat hukum pemberhentian

anggota partai politik.

BAB IV PEMBAHASAN yang meliputi analisis kasus pemberhentian status

keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah melalui Surat

Keputusan (SK) No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437.

BAB V PENUTUP yang meliputi kesimpulan penelitian, saran dan

rekomendasi untuk penelitian berikutnya.

Page 33: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

22

BAB II

KEDAULATAN RAKYAT, SISTEM KEPARTAIAN DAN SISTEM

PEMILIHAN UMUM

A. Teori Kedaulatan Rakyat

1. Sejarah Teori Kedaulatan Rakyat

Gagasan teori kedaulatan rakyat sejatinya telah muncul sejak zaman

Yunani kuno, pada saat itu dikenal dengan istilah demokrasi.1 Istilah

demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat, dan “kretos”

yang berarti pemerintahan.2 Artinya, demokrasi merupakan pemerintahan

yang dikelola oleh rakyat. Meski belum dipraktekkan secara langsung,

demokrasi zaman Yunani kuno dianggap sebagai matahari terbit yang

memberikan harapan terhadap rakyat sebagai jalan keluar dari kekejian

otoritarianisme dan absolutisme raja masa itu.3

Pada mulanya, kedaulatan rakyat dipraktekkan dengan pola

pengelolaan secara langsung oleh rakyat (direct democracy), dikenal

dengan istilah demokrasi klassik. Artinya, pemerintahan dimana hak

pengambilan keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh

1 Jimly Assiddiqie, Demokrasi dan Ekokrasi, Artikel didownload pada 11 November

2016 dari http://jimly.com/

2 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde

Baru, h. 37 3 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet.V (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010) h. 242

Page 34: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

23

seluruh warga dengan menggunakan prosedur mayoritas.4 Pola demokrasi

ini berhasil diterapkan dengan efektif di kota-kota kecil (police) yang

berdaulat dengan wilayah yang terbatas serta jumlah penduduk yang

sedikit.5 Selanjutnya, demokrasi mengalami pembaharuan sejalan dengan

banyaknya negara yang juga menerapkan sistem tersebut yang kemudian

demokrasi langsung berubah menjadi demokrasi perwakilan

(representative democracy). Pemisahan lembaga negara digagas pertama

kali oleh Jhon Locke yang dirumuskan dalam teori Trias Politica. Jhone

Locke merumuskan kedaulatan rakyat atau demokrasi pada tiga

kekuasaan, kekuasaan eksekutif, yudikatif dan federatif.6

Dengan pemisahan kekuasaan penyelenggara negara, Jhone Locke

melihat kepentingan sebuah negara ke dalam dan keluar, terlebih melihat

defency sebuah negara terhadap kepentingan dari negara lain. Juga ia

mendambakan pembagian tugas dan wewenang yang berbeda dan terpisah

untuk dikelola oleh satu kelompok kekuasaan. Dalam penjelesannya,

Locke menggambarkan fungsi eksekutif sebagai penyelenggara negara dan

melaksanakan aturan di dalam negara. Berkenaan dengan konsep

pemisahan kekuasaannya, Jhone Locke tidak menggambarkan eksekutif

sebagai lembaga yang berwenang untuk mengurusi kepentingan luar

4 Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif: Menimbang Negara Hukum dan Ruang

Publik dalam Teori Diskursus Jurgen Habernas, (Yogyakarta: Kanisius, 2009) h. 101 5 Robert A. Dahl, Democracy and Its Critics, Penerjemah: Rahman A. Zainudin,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992) h. 4 6 Moh. Mahfud, MD. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, cet.II (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2001) h. 73

Page 35: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

24

negeri seperti diplomasi dan kerjasama antar negara, melainkan hanya

pelaksanaan penyelenggaran Negara di dalam. Fungsi legislatif dalam

konsep teori trias politica Jhone Locke memiliki kewenangan untuk

membuat kebijakan serta peraturan penyelenggaran negara. Tidak hanya

itu, legislatif juga memiliki kewenangan menegakkan peraturan yang telah

dibuatnya. Sementara itu, lembaga kekuasaan federatif berwenang

mengurusi kepentingan negara terhadap negara lain baik dalam bentuk

kepentingan diplomasi, kerjasama antar negara, maupun pertahanan negara

yang berkaitan dengan negara lain.7

Ajaran Trias Politica ini kemudian dimodifikasi oleh Baron De

Montesquiue dengan merubah tiga kekuasaan tersebut menjadi kekuasaan

eksekutif, legislatif dan yudikatif.8 Montesquiue memodifikasi ajaran

Jhone Locke dengan melihat konsepsi penegakkan hukum serta evaluasi

atas penegakkan hukum yang dilakukan oleh satu lembaga kekuasaan,

yaitu lembaga legislatif, serta melihat bahwa kebijakan negara yang

kepentingannya bergerak ke luar negeri tidak diberikan kepada suatu

lembaga kekuasaan yaitu kekuasaan federatif, melainkan kewenangannya

diberikan kepada kekuasaan eksekutif selaku pelaksana peraturan

penyelenggaran negara. Dengan demikian, kekuasaan eksekutif berwenang

untuk melaksanakan peraturan penyelenggaran negara. Kekuasaan

legislatif memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan peraturan

7 Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, cet.II, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2010) h. 283 8 Jimly Assiddiqie, Perkembangan Konsolidasi Lembaga Negara, h. 32-34

Page 36: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

25

penyelenggaraan negara baik yang berkaitan dengan keutuhan negara di

dalam, maupun kepentingan negara yang berkaitan dengan dunia

internasional atau dengan negara lain. Kekuasaan yudikatif memiliki

kewenangan untuk menegakkan serta mengevaluasi penegakkan hukum

yang berlaku.9

Dari kedua tipologi teori trias politica yang merepresentasikan teori

kedaulatan rakyat di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni

bertujuan untuk membatasi dan mengantisipasi bertumpuknya

kewenangan pada satu orang penguasa, dan juga mengantisipasi adanya

pemerintahan yang langsung dikelola oleh rakyat yang berorientasi pada

sistem mobokrasi dan oklokrasi yang rentan terhadap konflik langsung

rakyat.10

2. Prinsip Toeri Kedaulatan Rakyat

Teori kedaulatan rakyat pada dasarnya memberikan kebebasan dan

peluang keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan-keputusan baik

politik maupun keputusan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaran

negara. Penyelenggaraan negara senantiasa berjalan secara demokratis

dengan melibatkan rakyat dalam seluruh tahapan pengambilan

kebijakannya.

9 Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Penerjemah: Raisul Muttaqien,

cet.IX (Bandung: Nusa Media, 2014) h. 360-364

10

Salman A. Magalatung dan Nur Rohim Yunus, Pokok-pokok Teori Ilmu Negara;

Aktualisasi Dalam Teori Negara Indonesia, (Jakarta: Fajar Media, 2013) h. 56

Page 37: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

26

Jean Bodin, seorang ahli hukum yang juga aktifis pembela hak rakyat

dari Paris, Prancis dalam bukunya Six Lives De La Republique

mendefinisikan kedaulatan rakyat sebagai suatu kekuasaan yang penuh

dan langgeng dimiliki oleh satu republik sehingga tidak terpecah belah

mengingat di dalam negara hanya terdapat satu kekuasaan tertinggi yang

dimiliki oleh rakyat.11

Sementara itu, Henry B. Maryo mengemukakan

gambaran sistem kedaulatan rakyat dalam mengelola sebuah negara agar

berjalan secara demokratis:

“A democratic political system is one in wich public policies are made

on majority basis, by representatives subject to effective popular

control atperiodic elections wich are conducted on the principle of

political equality and under condition of political freedom”.12

Berbeda dengan kedua pendapat ahli di atas, Jhone Locke justru

menganggap bahwa kedaulatan rakyat merupakan imajinasi semata,

dikarenakan sulitnya menciptakan prosedural teknis manakala demokrasi

langsung dipraktekkan dalam realita pelaksanaan negara. Oleh karena itu,

ia menggambarkan kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan penuh yang

dimiliki oleh rakyat, kemudian diberikan kepada seseorang yang dipilih

secara umum berdasarkan prosedur pengisian jabatan ketiga kelompok

kekuasaan sebagaimana diajarkan pada teori trias politica yang

digagasnya. Meski demikian, Jhone Locke tidak menafikan kendali penuh

11

Moh. Mahfud MD. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, h. 104 12

Henry B. Maryo. An Introduction to Democratic Theori (New York: Oxford

University Press, 1960) h. 70 dimuat dalam buku Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu

Politik, cet.V (Jakarta: Prima Grafika, 2015) h. 117

Page 38: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

27

rakyat terhadap perjalanan dan keberlangsungan sebuah negara, melainkan

hanya dengan pola dan prosedur yang lebih detail dan rasional.

Dari beberapa uraian pendekatan ahli di atas, dapat dibentangkan

benang merah teori kedaulatan rakyat pada hakikatnya memiliki beberapa

unsur seperti berikut:

a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa harus ada hukum

yang menjamin hak-hak individu rakyat baik yang tegolong hak

sipil dan politik, maupun hak ekonomi, social dan budaya.

b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, sebagai lembaga

untuk mengawal penjaminan atas hak-hak individu rakyat.

c. Pemilihan umum yang bebas, sebagai tahapan dimana rakyat

memberikan mandatnya terhadap seseorang untuk menjadi

pemerintah yang kemudian menjadi sebuah kekuasaan pengelolaan

dan penyelenggaran negara.

d. Kebebasan untuk menyampaikan pendapat, bertujuan untuk

mengontrol serta mengevaluasi kebijakan-kebijakan pemerintah

dan wakilnya (wakil rakyat) dalam menciptakan susasana kondusif

yang berakeadilan secara universal dan penjaminannya terhadap

hak-hak rakyat.

e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi, yang

bertujuan untuk memberikan kebebesan terhadap rakyat dalam

hidup bersama atau berserikat serta kebebasan terhadap sikap

rakyat atas kebijakan-kebijakan penguasa yang telah dipilihnya.

Page 39: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

28

f. Pendidikan kewarganegaraan, yang merupakan salah satu bagian

dari hak-hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak

demi terciptanya kehidupan yang sejahtera dan keadilan yang

merata.13

3. Kedaulatan Rakyat di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang meletakkan kekuasaan tertingginya

pada rakyat, sehingga rakyat memiliki kuasa penuh dalam pengelolaan

negara.14

Penerapan teori kedaulatan rakyat secara tegas diungkapkan

dalam Konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar NRI 1945 pasal 1 ayat

(2); “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar”, serta dalam sila keempat; “Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

Bentuk kedaulatan rakyat Indonesia dilaksanakan dengan

menggunakan demokrasi perwakilan (representative democracy). Hal ini

sejalan dengan diterapkannya teori pemisahan kekuasaan pada tiga

kelompok kekuasaan; eksekutif, legislatif, dan yudikatif.15

Rakyat

sejatinya tetap berstatus sebagai pemegang kekuasaan penuh terhadap

penyelenggaraan negara tetapi tidak secara langsung melainkan dengan

memberikan mandatnya terhadap seseorang yang dipilihnya untuk menjadi

13

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, cet.V (Jakarta: Prima Grafika, 2015)

h. 116 14

Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 414 15

Nur Rohim Yunus, Aktualisasi Demokrasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara, Social Science Education Journal, vol.II, no.2 (Februari, 2015) h. 162

Page 40: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

29

penguasa yang menjalankan roda pemerintahannya. Wujud kedaulatan

rakyat di Indonesia dengan menggunakan metode pelembagaan kekuasaan

dapat dilihat dari beberapa hal seperti berikut:

a. Prosedur rekruitmen politik, yang ditentukan bahwa pengisian

jabatan eksekutif baik tingkat daerah maupun pusat dipilih secara

demokratis melalui pemilihan umum. Tidak hanya pada bagian

eksekutif, melainkan juga pada kelompok legislatif baik di tingkat

daerah maupun pusat dipilih melalui pemilihan umum.

b. Mekanisme penyusunan kebijakan dari fungsi legislasi, merupakan

tahapan dimana harus ada partisipasi publik dalam proses

penyusunan peraturan perundang-undangan baik secara langsung

maupun tidak.

c. Prosedur pengawasan legislatif terhadap pelaksana kekuasaan,

didasarkan pada efektifitas kerja yang dilihat dari realitas yang

terjadi pada kehidupan rakyat.

d. Lembaga peradilan yang independen, yang berwenang untuk

menegakkan peraturan perundang-undangan demi menegakkan

keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.16

Hal di atas menjadi wujud konkret dari penerapan teori kedaulatan

rakyat di Indonesia.

16

Jimly Assiddiqie, Green Constitution, Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) h. 106

Page 41: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

30

B. Partai Politik dan Sistem Kepartaian

1. Pengertian Partai Politik

Secara konseptual, partai politik merupakan suatu organisasi yang

didirikan secara sukarela oleh sekelompok rakyat dengan tujuan untuk

memfasilitasi penyampaian segala aspirasi rakyat demi menciptakan

kesejahteraan rakyat dan keadilan yang menyeluruh.17

Mengenai definisi

partai politik, terdapat beberapa pakar yang memberikan definisi seperti

berikut:

a. Marc Iver, mendefinisikan partai politik sebagai suatu

perkumpulan yang diorganisasikan untuk mendukung suatu asas

atau perumusan kebijakan yang menurut saluran konstitusional

dicoba dijadikan sebagai dasar penentu pengelolaan pemerintahan.

b. Sigmund Newman, mendefinisikan partai politik sebagai

organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku politik yang aktif

dalam masyarakat yaitu yang memusatkan perhatiannya pada

pengendalian pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh

dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang mempunya

pandangan yang berbeda.

c. R. H. Soltau, mendefinisikan partai politik sebagai suatu golongan

rakyat yang tersusun yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik

dan dengan penggunaan kekuasaan memberikan suara bertujuan

17

Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, cet.II, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010) h. 402

Page 42: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

31

untuk mengawasi pemerintahan dan melaksanakan politik untuk

mereka.18

Berdasarkan uraian definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

partai politik memiliki ciri seperti berikut:

1. Merupakan suatu organisasi atau perkumpulan rakyat

2. Dilaksanakan sesuai dengan konstitusi atau peraturan yang berlaku

3. Bertujuan untuk mengawasi cara kerja pemerintahan

2. Fungsi Partai Politik

Adapun eksistensi partai politik dalam negara demokratis berfungsi

sebagai berikut;

a. Partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Artinya,

partai politik menjadi ruang publik untuk dapat berkomunikasi dengan

pemerintah berkaitan dengan aspirasi rakyat dan kebijakan-kebijakan

politis yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b. Partai politik berfungsi sebagai sosialisasi politik. Perannya adalah

sebagai lembaga yang membantu pemerintah dalam memberikan

pendidikan politik terhadap rakyat. Pendidikan politik tidak hanya

berupa prosedur teknis politik praktis melainkan juga pendidikan

mengenai konsep kenegaraan, interaksi ketatanegaraan serta pilar-pilar

negara tersebut.

18

Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, cet.IV, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2000) h. 266-267

Page 43: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

32

c. Partai politik berfungsi sebagai rekruitmen politik. Fungsi ini

menempatkan partai politik sebagai sebuah lembaga yang berwenang

melakukan perekrutan terhadap rakyat untuk menjadi kadernya yang

memfokuskan diri pada pengelolaan maupun pengawasan terhadap

jalannya pemerintahan.

d. Partai politik berfungsi sebagai pengatur dan pengendali konflik.

Dengan kata lain, bahwa partai politik memiliki peran vital dalam

mengkatalisasi kepentingan-kepentingan politik rakyat serta

mengelola konflik tersebut menjadi kompetisi rakyat sesuai dengan

prinsip negara demokratis.19

3. Sistem Kepartaian

Dalam perjalanan negara demokrasi, adanya partai politik atau sistem

kepartaian merupakan suatu keniscayaan tersendiri. Sistem kepartaian

yang baik sangat menentukan berkerjanya pemerintahan dengan baik dan

efektif. Sebaliknya, kualitas pemerintahan juga sangat menentukan baik

buruknya sistem kepartaian. Oleh karena itu, antara pemerintahan di

negara demokrasi dengan sistem kepartaian merupakan dua unsur yang

saling berkaiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain.20

Terdapat beberapa sistem kepartaian yang dianut oleh negara-negara

yang menganut sistem demokrasi, sebagai berikut:

19

Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, h. 269 20

Firmanzah, Mengelola Partai Politik; Komunikasi dan Positioning Ideologi politik

di Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008) h. 73

Page 44: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

33

a. Sistem Satu Partai

Dalam sistem tersebut, negara hanya melegitimasi satu partai

saja sebagai sautu wadah aspirasi rakyat yang berhubungan

langsung dengan aspek perpolitikan sebuah negara.Sistem

kepartaian tunggal memiliki kecenderungan pada konsentrasi

kekuasaan yang terpusat, sehingga gerakan dari organisasi-

organisasi lainnya dinilai hanya sebuah perjuangan belaka yang

tidak membuahkan hasil sama sekali. Sistem kepartaian ini

diterapkan oleh beberapa negara seperti Rusia, Vietnam, Cina dan

sebagainya.

b. Sistem Dwi Partai

Sistem ini berarti hanya terdapat dua partai politik yang

dominan mengendalikan pemerintahan. Meski begitu, sejatinya

partai politik tidak saja partai dominan tersebut melainkan masih

terdapat beberapa partai kecil dengan massa yang tidak banyak dan

tidak memiliki dominasi yang besar dalam pemerintahan. Salah

satu kelebihan dari system dwi partai adalah kestabilan

pemerinta/eksekutif dikarenakan eksekutif mendapatkan dukungan

dari mayoritas anggota parlemen. Sistem kepartaian tersebut

diterapkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, dan Inggris.

c. Sistem Multi Partai

Dalam sistem ini terdapat banyak partai politik yang diakui

oleh pemerintah sebagai partai-partai politik yang bergerak dalam

Page 45: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

34

urusan politik dan pemerintahan. Penerapan sistem kepartaian

multi partai di negara demokratis dapat mengakomodir segala

aspirasi rakyat untuk disampaikan kepada pemerintah, terutama

berkaitan dengan keanggotaan parlemen sebagai wakil rakyat.

Tidak hanya itu, berkaitan dengan posisi eksekutif juga senantiasa

dalam keadaan yang stabil, dikarenakan sulitnya mencapai

kesepakatan mayoritas di parlemen dalam menganulir kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sistem ini diterapkan

di beberapa negara seperti Italia, Belanda, Belgia dan Indonesia.21

4. Sistem Kepartaian di Indonesia

Sejalan dengan sistem demokrasi perwakilan (representative

democracy) yang diterapkan di Indonesia, terdapat partai politik yang

memegang peran vital sebagai suatu wadah ide dan aspirasi rakyat

Indonesia. Partai politik dibentuk sebagai wujud dari salah satu hak rakyat

negara, yaitu kebebasan pers, kebebasan untuk berkumpul serta kebebasan

untuk berserikat.22

Sebagaimana telah dijabarkan di atas mengenai beberapa sistem

kepartaian, Indonesia –pasca amandemen UUD NRI 1945- merupakan

salah satu negara yang menerapkan sistem multi partai. Sistem tersebut

diterapkan di Indonesia sesuai dengan pluralitas budaya dan politik

21

Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, h. 269 22

Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 402

Page 46: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

35

Indoneisa, meski sejatinya gejala-gejala sistem kepartaian tunggal dan

system dwi partai tidak asing bagi sejarah Indonesia.

Dewasa ini, terdapat lebih dari 3 (tiga) partai politik di Indonesia yang

diakui secara sah oleh pemerintah seperti berikut; Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat (PD), Partai Keadilan

Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Gerakan

Indonesia Raya (Gerindra), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat

Nasional (PAN), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Keadilan

Bangsa (PKB), dan Partai (PKPI).Partai politik tersebut tercatat sebagai

partai politik yang mengikuti pemilihan umum pada tahun 2014 lalu.

C. Sistem Pemilihan Umum Legislatif

1. Sistem Pemilihan Umum

Sebagai salah satu dari beberapa negara demokratis, Indonesia tentu

tidak asing dengan adanya pemilihan umum. Pemilu menjadi salah satu

tolak ukur terhadap kegiatan partisipasi rakyat terhadap jalannya

pemerintahan di Indonesia. Meski begitu, sejatinya pemilu bukan satu-

satunya parameter untuk mengukur partisipasi rakyat dalam mengawal

serta mendukung kebijakan pemerintahan menjadi keniscayaan sebuah

negara yang demokratis, terlebih untuk negara yang menerapkan sistem

kedaulatan rakyat.

Mengenai prinsip pemilu, terdapat beberapa pandangan pemilihan

umum berkaitan dengan kedudukan individu rakyat, yaitu;

Page 47: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

36

a. Pandangan bahwa individu-individu rakyat sebagai individu yang

sama. Artinya, rakyat merupakan suatu kesatuan yang otonom, serta

rakyat merupakan hubungan antar individu yang bersifat kontraktual.

Pandangan ini dikenal sebagai sistem pemilu mekanis.

b. Pandangan yang mengarah pada individu yang hidup bersama

berdasarkan kesamaan geneologis, lapisan social dan lembaga social.

Artinya, rakyat tidak dilihat dari satuan individu yang otonom

melainkan dilihat sebagai sekelompok individu yang dinamakan

masyarakat. Pandangan ini dikenal sebagai sistem pemilu organis.

Keduanya memiliki perbedaan yang jauh berkaitan dengan letak dan

kedudukan rakyat dalam pelaksanaan pemilihan umum.23

Adapun sistem pemilihan umum dilihat dari sudut pandang yang lain,

bahkan yang lebih dikenal di beberapa negara demokratis seperti berikut:

a. Single Member Constituency (Sistem Distrik)

Sistem ini merupakan sistem pemilu yang didasarkan pada

kesaturan geografis suatu wilayah. Hal ini dilaksanakan setelah

dilakukan pembagian wilayah dari satu kesatuan negara yang

ditentukan menjadi daerah pemilihan. Dalam sistem ini satu daerah

pemilihan (distrik) hanya berhak untuk memiliki satu kursi di

parlemen.

Pada praktiknya, pemilihan umum dengan sistem distrik ini tidak

berarti hanya membuka pencalonan kepada satu orang saja melainkan

23

Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 421-422

Page 48: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

37

tetap dibuka untuk umum, akan tetapi seseorang yang memiliki

dukungan suara terbanyak sajalah yang berhak melaju dan

mendapatkan kursi di parlemen.24

Hal ini disebut dengan The First

Past The Post (pemenang tunggal meraih satu kursi). Artinya, dalam

sistem ini tidak memandang selisih yang kecil dengan partai lain, dan

suara yang mendukung kontestan lain dianggap hilang serta tidak

dapat dialihkan untuk membantu suara kontestan di distrik lain.

Keuntungan sistem distrik yaitu;

1) Sistem ini lebih menhendaki adanya integrasi partai politik,

dikarenakan kursi yang diperebutkan hanya satu kursi. Dengan kata

lain, partai politik yang berkompetisi akan mengesampingkan

perbedaan-perbedaan yang ada dan menggantinya dengan

kerjasama, terlebih menjelang pemilihan umum.

2) Fragmentasi partai politik dan kecenderungan untuk membentuk

partai politik baru setidaknya terbendung, lagi-lagi dikarenakan

jumlah kursi yang diperebutkan hanya satu kursi.

3) Wakil rakyat lebih cepat dikenal dan melakukan pendekatan

terhadap konstituennya dikarenakan kecilnya komunitas atau

daerah pemilihan umum.

4) Sistem ini sedikit menguntungkan bagi partai besar karena

mendapatkan kedudukan mayoritas melalui distortion effect,

sehingga lebih leluasa menguasai parlemen.

24

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 462

Page 49: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

38

5) Dalam sistem ini peluang mendapatkan kedudukan mayoritas

sangat gampang berubah, sehingga tidak langgengnya dominasi

satu partai saja.

Meski demikian, sistem pemilihan umum distrik bukan tanpa

kekurangan dan kelemahan. Sistem ini memiliki kelemahan seperti

berikut;

1) Sistem ini dianggap kurang memperhatikan kalangan minoritas,

terlebih kaum minoritas yang terpencar di beberapa distrik.

2) Sistem ini dinilai kurang representatif, terlihat dalam hilangnya

dukungan atau suara yang diberikan kepada kontestan yang tidak

menjadi pemenang.

3) Di beberapa negara yang majemuk atau plural dengan memiliki

keragaman etnis, ras, dan aliran kepercayaan sistem ini sulit

diterapkan mengingat perlunya keterpaduan ideologi yang menjadi

prasyarat suksesnya sistem ini diterapkan.

4) Sistem ini mengarah pada kecenderungan wakil rakyat untuk lebih

mementingkan kepentingan distriknya, mengesampingkan

kepentingan nasional.25

b. Multi Member Constituency (Proporsional)

Sistem perwakilan berimbang (proporsional) merupakan sistem

pemilihan umum dimana satu daerah pemilihan dianggap sebagai satu

kesatuan administratif, sehingga memiliki banyak kursi sesuai dengan

25

Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, h. 76-77

Page 50: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

39

perhitungan yang didasarkan pada demografi penduduk dan komposisi

wilayah kecil (distrik) yang berada di dalamnya. Dalam sistem ini

terdapat beberapa kelebihan sebagai berikut;

1) Sistem ini dianggap lebih representatif karena jumlah suara yang

diperoleh melalui pemilihan umum menentukan jumlah kursi di

parlemen.

2) Sistem ini dianggap lebih demokratis karena tidak adanya

kesenjangan antara suara nasional dengan jumlah kursi di parlemen

(distortion), dan tidak ada suara yang sia-sia atau hilang.

Adapun kelemahan dari sistem pemilu proporsional ini adalah

seperti;

1) Sistem ini tidak mendorong integrasi di antara partai politik dengan

kesamaan yang ada, melainkan malah lebih mempertajam

perbedaan-perbedaan yang dimilikinya.

2) Sistem ini membuka celah besar fragmentasi partai politik sehingga

masyarakat lebih mudah membentuk partai politik baru manakala

terjadi konflik politik di internal.

3) Wakil rakyat terpilih lebih sulit dekat dan dikenal oleh para

konstituennya dikarenakan besarnya daerah pemilihan dan karena

besarnya peran partai politik dibanding peran individunya.26

26

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 463-469

Page 51: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

40

2. Sistem Pemilu Legislatif di Indonesia

Berkaitan dengan pemberlakuan sistem parlemen dua kamar, Indonesia

menerapkan kedua sistem pemilihan yaitu, sistem distrik dan sistem

proporsional. Meski demikian, kedua sistem pemilu tersebut diterapkan

pada dua lembaga yang berbeda yaitu, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Pemilihan umum Dewan Perwakilan Daerah dilaksanakan dengan

menggunakan sistem distrik berdasarkan pertimbangan porsi kursi yang

hanya memiliki satu kursi di setiap daerah pemilihannya. Meski begitu,

sejatinya pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Daerah tidak

melalui atau tanpa keterlibatan partai politik.

Sementara itu, dalam pelaksanaan pemilu anggota Dewan Perwakilan

Rakyat diterapkan sistem proporsional. Sistem ini diterapkan di Indonesia

sejak pemilu tahun 1955 silam. Akan tetapi, terdapat perubahan mengenai

sistem proporsional pemilihan umum di Indonesia yang pada awalnya

menggunakan sistem proporsional daftar tertutup menjadi proporsional

daftar terbuka.27

Hal tersebut merupakan bentuk hasil kompromi antara

tuntutan rakyat pasca reformasi dengan pihak partai politik.

Secar teoritis, perbedaan antara kedua bentuk modifikasi sistem

proporsional tersebut adalah bahwa dalam sistem proporsional daftar

27

Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia; Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde

Baru, h. 91

Page 52: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

41

tertutup masyarakat hanya memilih partai politik yang kemudian

menyeleksi calon yang layak untuk duduk diparlemen sebagai anggota

dewan perwakilan rakyat. Sementara itu, dalam sistem proporsional daftar

terbuka rakyat langsung memilih calon anggota dewan perwakilan rakyat,

sehingga tidak melibatkan terlebih dahulu partai politik untuk menseleksi

calon mana yang layak menjadi anggota dewan perwakilan rakyat.28

Dalam sistem ini pun terdapat ketentuan bahwa ketika memilih partai

politik -tidak memilih calon anggota- suaranya diberikan kepada calon

anggota dengan suara terbanyak pertama, kedua hingga selanjutnya.

28

Abu Thamrin dan Nurhabibi Ihya, Hukum Tata Negara, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010) h. 97

Page 53: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

42

BAB III

PEMBERHENTIAN ANGGOTA DPR DAN ANGGOTA PARTAI

POLITIK

A. Pemberhentian Anggota DPR

Pemberhentian terhadap anggota legislatif merupakan aktifitas yang

dilakukan baik oleh partai politik maupun oleh Mahkamah Kehormatan

Dewan yang bersifat evaluatif berkenaan dengan pelanggaran yang dilakukan

oleh seorang anggota legislatif.1 Pemberhentian didasarkan pada fakta bahwa

seorang anggota dewan telah melakukan tindakan yang tidak pantas baik

terkait dengan pelanggaran kode etik, tindak pidana, maupun penyalahgunaan

kewenangan jabatan seorang anggota dewan.

Bentuk dari upaya evaluatif terhadap anggota legislatif sejatinya lahir

sebagai wujud dari pemecahan masalah keterwakilan di Indonesia. Problem

keterwakilan rakyat dalam sistem demokrasi di Indonesia berada dalam aspek

profesionalitas seorang anggota dewan perwakilan dan berkaitan dengan

proporsionalitas perjuangan seorang anggota dewan yang dipilih oleh

konstituen.2 Dewan Perwakilan Rakyat dituntut untuk mengedepankan upaya

memperjuangkan kepentingan rakyat di parlemen sebagai feedback untuk para

konstituennya, sehingga tidak terjadi monopoli kedaulatan rakyat yang hanya

sesekali diminta dari rakyat pada saat pemilihan umum. Dengan demikian,

1 M. Hadi Subhan, “Recall”: Antara Hak Partai Politik dan Hak Berpolitik Anggota

Parpol, Jurnal Konstitusi Vol.III No.4 (September 2006) h. 46 2 Garuda Wiko, Hukum dan Politik di Era Reformasi, (Surabaya: Srikandi, 2006) h. 151

Page 54: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

43

Dewan Perwakilan Rakyat tidak hanya memperjuangkan kepentingan politik

melainkan juga kepentingan rakyat bersama sesuai dengan amanat pancasila

dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3) pemberhentian seorang

anggota dewan dibagi ke dalam dua kategori:

1. Pemberhentian Antarwaktu (PAW)

Pemberhentian antarwaktu atau lebih dikenal dengan istilah recall

secara etimologi terdiri dari dua suku kata “re” yang berarti melakukan

kembali, dan “call” yang berarti panggilan atau memanggil. Dengan

demikian, recall adalah pemanggilan kembali seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) yang dilakukan oleh organsisasi induknya,

yakni partai politik pengusungnya.3 Juga pemberhentian antarwaktu

(recall) diartikan sebagai penarikan kembali seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat yang dilakukan oleh partai politik pengusung untuk

digantikan dengan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang lainnya

sebelum habis masa jabatan.4

Pemberhentian antarwaktu sejatinya merupakan hak partai politik yang

berkedudukan sebagai pilar demokrasi indonesia dan berfungsi sebagai

3 BN. Marbun, Kamus Hukum Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006) h. 417

4 Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 318

Page 55: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

44

pengawal aspirasi rakyat dalam mengontrol anggotanya yang menjadi

anggota DPR.5 Dalam demokrasi, partai politik merupakan lembaga yang

dibentuk untuk menampung segala aspirasi rakyat untuk kemudian

disalurkan menjadi kepentingan bersama yang bersifat nasional demi

kepentingan rakyat banyak.6

Dalam pasal 239 undang-undang No. 42 tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD dijelaskan bahwa pemberhentian antarwaktu

terhadap seorang anggota DPR disebabkan oleh beberapa hal, seperti;

a. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat telah meninggal dunia. Posisi

seorang anggota yang meninggal dunia digantikan oleh calon anggota

dewan perwakilan rakyat lain yang berasal dari partai politik yang

sama.

b. Pemberhentian antarwaktu dilakukan manakala seorang anggota

dewan mengundurkan diri dari keanggotaannya di Dewan Perwakilan

Rakyat.

c. Pemberhentian antarwaktu dilakukan apabila seorang anggota dewan

diberhentikan dengan beberapa alasan seperti:

1) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau

berhalangan tetap sebagai anggota DPR selama 3 bulan berturut-

turut tanpa keterangan apa pun.

5 Ni’matul Huda, Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi, (Yogyakarta: FH-UII Press, 2011) h. 166 6 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di

Era Reformasi, h. 65

Page 56: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

45

2) Melanggar sumpah dan kode etik DPR

3) Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara lima (5) tahun penjara atau lebih.

4) Diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

5) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai

dengan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum

anggota DPR, DPD, dan DPRD.

6) Melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimuat dalam undang-

undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Adapun rincian ketentuan

larangan adalah sebagai berikut :

a) Anggota DPR merangkap jabatan dengan jabatan publik lain,

menjadi Hakim di lembaga peradilan, pegawai negeri sipil,

tentara Nasional Indonesia, Polri, BUMN, BUMD, dan badan

lain yang sumber anggarannya berasal dari APBN/APBD.

b) Anggota DPR dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat

struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik,

konsultan, advokat atau pengacara, notaris, dan pekerjaan lain

yang ada hubungannya dengan wewenang dan tugas DPR serta

hak sebagai anggota DPR.

Page 57: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

46

c) Anggota DPR dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan

nepotisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

d) Diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e) Menjadi anggota partai politik lain.

Dari beberapa faktor pemberhentian antarwaktu di atas dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kategori;

a. Pelanggaran yang berkaitan dengan profesionalitas seorang wakil

rakyat berkaitan dengan kemampuam menjalankan tugas dan

fungsinya sebagai wakil rakyat. Mekanisme pemberhentian

berdasarkan faktor tersebut ditempuh melalui sidang di mahkamah

kehormatan dewan yang kemudian putusannya diajukan kepada

pimpinan DPR untuk diparipurnakan.

b. Perbuatan tindak pidana yang ancaman pidananya lima (5) tahun

penjara atau lebih.

c. Pelanggaran atau permasalahan terkait partai politik dimana dewan

tersebut berasal.

Untuk mekanisme pemberhentian kategori kedua dan ketiga

didahului oleh usulan dari partai politik kepada pimpinan DPR,

kemudian dalam jangka waktu maksimal 7 hari pimpinan DPR

menyampaikan tembusan pemberhentian kepada presiden, yang

Page 58: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

47

selanjutnya presiden yang menentukan pengesahan pemberhentian

antarwaktu anggota dewan tersebut.

Adapun mekanisme penggantian antarwaktu –sesuai dengan pasal 242

Undang-Undang No. 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan

DPRD- terhadap seorang anggota dewan yang diberhentikan secara

antarwaktu melalui penyampaian laporan nama anggota dewan yang

diberhentikan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk digantikan

dengan calon anggota dewan yang memiliki suara terbanyak kedua dari

partai politik yang sama dan berasal dari daerah pemilihan yang sama.

Kemudian pimpinan KPU menyerahkan nama calon anggota dewan

pengganti kepada DPR, yang selanjutnya disampaikan kepada presiden

untuk ditetapkan melalui keputusan presiden.

Mengenai adanya pemberhentian antarwaktu (recall), terdapat

beberapa tanggapan dari beberapa pakar hukum, seperti:

a. Moh. Isnaeni

Moh. Isnaneni berpendapat bahwa hak penarikan kembali

seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat merupakan sebuah

“pedang democles” bagi seorang anggota dewan.7 Hal ini berarti

adanya penuntutan terhadap seorang anggota Dewan Perwakilan

Rakyat untuk senantiasa menunggu kebijakan dan intruksi dari

7 Rida Farida, Mekanisme Penggantian Antarwaktu (PAW) Anggota DPR dan Implikasi

Dalam Konsep Perwakilan Rakyat, Jurnal Cita Hukum Vol.III No.2 (Desember 2015) h. 370

Page 59: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

48

pimpinan fraksi partai politiknya, serta meminimalisir sikap oto-

aktivitasnya yang dapat mengakibatkan adanya proses recalling

partai politik.8 Dengan demikian, seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat cenderung untuk tidak melakukan langkah

sekaligus mengambil sikap sebelum mendapatkan instruksi dari

pimpina fraksinya demi kemananan dan keanggotannya di Dewan

Perwakilan Rakyat.

b. Moh. Hatta

Moh. Hatta berpendapat bahwa upaya pemberhentian

antarwaktu hanya berlaku di beberapa negara komunis dan otoriter,

sehingga tidak dapat diberlakukan di indonesia mengingat bahwa

itu sangat berlawanan dengan prinsip Pancasila.9 Adanya

pemberhentian anggota Dewan Perwakilan Rakyat merupakan

indikasi sistem pemerintahan yang otoriter atau setidak-tidaknya

memiliki indikasi sistem oligarki, mengingat kekuatan elite partai

politik yang sangat berkuasa dan tanpa monitoring langsung dari

rakyat. Dalam penjelasan lain, ia mengatakan bahwa elite partai

politik berwenang untuk mengesampingkan pilihan rakyat dalam

pemilihan umum anggota DPR.

8 M. Isnaeni, MPR-DPR Sebagai Wahana Mewujudkan Demokrasi Pancasila, (Jakarta:

Yayasan Indayu, 1982) h. 58 9 Deliar Noer, Moh. Hatta Suatu Biografi Politik, (Jakarta: LP3ES, 1989) h. 305

Page 60: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

49

c. Mahfud MD

Hak penggantian antarwaktu terhadap seorang anggota dewan

merupakan hak yang utuh bagi partai politik untuk mengganti

anggota dewan perwakilan rakyat sebelum massa jabatannya

habis.10

Penggantian antarwaktu dinilainya sebagai sebagai

tindakan yang konstitusional dan merupakan tindakan pengawasan

partai politik terhadap anggotanya yang duduk di DPR sebagai

wakil untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

2. Pemberhentian Sementara

Pemberhentian sementara adalah upaya memberhentikan sementara

waktu yang dilakukan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap

anggotanya yang tengah menjalani proses hukum di persidangan –dengan

status terdakwa- sampai memiliki putusan yang berkekuatan hukum tetap.

Kelanjutan status seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat didasarkan

pada keputusan atau hasil akhir proses hukum yang berjalan di lembaga

peradilan. Artinya, terdapat kemungkinan seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat tersebut diberhentikan tetap manakala putusan

pengadilan menetapkan bahwa ia bersalah, atau bahkan dipulihkan nama

baiknya dan kembali aktif menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat

10

Mahfud. MD, Perkembangan Politik: Studi Tentang Pengaruh Konfigurasi Politik

Terhadap Produk Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: FH- Universitas Gadjah Mada Press,

1993) h. 324

Page 61: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

50

apabila putusan pengadilan menyatakan bahwa ia tidak bersalah atas

perkara yang sebelumnya diproses hukum.

3. Pemberhentian Tetap

Pemberhentian tetap merupakan sanksi bagi anggota dewan yang

merangkap jabatan di lembaga negara lain, menjadi hakim di badan

peradilan, menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjadi anggota Tentara

Nasional Indonesia (TNI), menjadi anggota kepolisian Republik Indonesia

(Polri), melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga

pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat, notaris, dan

pekerjaan lain yang berkaitan dengan hak dan kewenangan anggota DPR.

Tidak hanya itu, pemberhentian tetap juga dilakukan pada anggota DPR

yang terbukti -sudah memperoleh kekuatan hukum tetap (incracht)-

melakukan tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme.

B. Pemberhentian Anggota Partai Politik

Seperti status keanggotaan di lembaga lain, seorang anggota partai politik

dituntut untuk melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan tujuan dan dasar

sebuah lembaga yang menaunginya. Partai politik sejatinya merupakan sebuah

organisasi yang dibentuk secara sukarela untuk memperjuangkan nilai, cita

dan kepentingan bersama.11

Oleh karena itu, sebagai organisasi bersama dan

untuk kepentingan bersama anggota partai politik dituntut untuk mentaati tata

tertib dan aturan lainnya yang diatur dalam partai politik.

11

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 404

Page 62: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

51

Dalam memelihara dan menegakkan kode etik serta tata tertib

organisasinya partai politik berwenang untuk melakukan tindakan yang

bersifat evaluatif terhadap prilaku anggotanya. Hal itu didasarkan pada

pengaturan organisasi partai politik yang disusun dan dituangkan dalam

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai politik.

Meski demikian, peraturan mengenai tata tertib prilaku anggota partai politik

diberikan kewenangan langsung oleh negara terhadap partai politik untuk

merumuskan serta menegakkannya. Selanjutnya, berkenaan dengan

pemberhentian Fahri Hamzah dari keanggotaanya di Partai Keadilan Sejahtera

terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut :

1. Faktor Pemberhentian

Dalam upaya mengontrol serta mengevaluasi anggotanya Partai

Keadilan Sejahtera mencatat beberapa larangan terhadap anggota dengan

ancaman sanksi pemberhentian dari keanggotaannya di partai politik.

Beberapa faktor melandasi pemberhentian dalam Pasal 16 Undang-

Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik adalah sebagai berikut:

a. Meninggal dunia

b. Mengundurkan diri

c. Menjadi anggota partai politik lain

d. Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan

aturan lainnya.

Page 63: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

52

e. Akan menduduki suatu jabatan yang oleh peraturan perundang-

undangan dilarang dijabat oleh partai politik.

2. Mekanisme Pemberhentian

a. Anggota yang meninggal dunia status keanggotaan berhenti

dengan sendirinya.

b. Anggota yang mengundurkan diri atau tidak aktif diberhentikan

melalui surat keputusan partai.

c. Anggota yang menjadi anggota partai politik status keanggotannya

dicabut oleh partai berdasarkan keputusan majlis tahkim.

d. Anggota yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga status keanggotaannya diberhentikan oleh partai dengan

keputusan majelis tahkim.

Page 64: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

53

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PEMBERHENTIAN FAHRI HAMZAH DARI

ANGGOTA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Deskripsi Eksploratif Pemberhentian Fahri Hamzah

1. Kronologis Pemberhentian Fahri Hamzah

Dimulai dari kegiatan Konsolidasi Penyamaan Arah dan Visi Partai

Keadilan Sejahtera pada tanggal 10 Agustus 2015 di kantor DPP Partai

Keadilan Sejahtera.1 Kegiatan tersebut bermaksud untuk menyeragamkan

orientasi segenap jajaran keluarga Partai Keadilan Sejahtera -sebagai

etalase politik nasional- untuk memperjuangkan cita-cita partai, terlebih

dengan pertimbangan bahwa Partai Keadilan Sejahtera yang berada di luar

pemerintahan Joko Widodo - Jussuf Kala.

Adapun kronologi pemberhentian Fahri Hamzah oleh DPP-PKS adalah

sebagai berikut:2

a. Pada tanggal 1 September 2015, diselenggarakan Briefing terhadap

Fahri Hamzah di Kantor Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP)

Partai Keadilan Sejahtera yang dihadiri oleh Ketua Majelis Syuro,

Wakil Ketua Majelis Syuro, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera

1

https://www.google.com/amp/s/m.tempo.co/amphtml/read/news/2016/04/04/078759550/fahr

i-hamzah-dipecat-pks-ini-kronologinya/ 2 Partai Keadilan Sejahtera, “Penjelasan Partai Keadilan Sejahtera Tentang Fahri

Hamzah” diakses pada 21Maret 2017 dari http://pks.id/file/penjelasan-pks-tentang-

pelanggaran-disiplin-partai-yang-dilakukan-saudara-fahri-hamzah/

Page 65: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

54

(PKS). Pertemuan ini membahas tentang arahan terhadap Fahri

Hamzah untuk mengindahkan arahan partai serta menghilangkan

sikap kontroversial demi menghindari citra negatif partai politik.

b. Pada tanggal 23 Oktober 2015, Pemanggilan terhadap Fahri

Hamzah oleh ketua Majelis Syuro yang diselenggarakan di ruang

kerja Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP). Dalam surat

panggilannya, disampaikan kepada Fahri Hamzah tentang penilaian

KMS dan pimpinan partai yang mengatakan bahwa sikap FH tidak

sesuai sesuai dengan arahan partai serta banyak membuat

kontroversi bagi publik sehingga penugasan FH dari partai politik

perlu ditinjau. Pimpinan partai menawarkan rotasi kursi pimipinan

DPR kepada Fahri Hamzah. Kemudian, Fahri Hamzah merespon

dengan meminta waktu untuk mempertimbangan permintaan

pimpinan partai tersebut serta menyelesaikan tugasnya terlebih

dahulu sebagai bagian dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

c. Pada tanggal 1 Desember 2015, Dewan Pengurus Tingkat Pusat

kembali memanggil Fahri Hamzah untuk membahas rotasi

Pimpinan DPR. Dalam pertemuan itu, Fahri Hamzah menyatakan

bahwa tidak bersedia untuk dirotasi dari pimpinan DPR.

d. Pada tanggal 11 Desember 2015, diselenggarakan pertemuan

antara Fahri Hamzah, Tubagus Soenmandjaja dan Ketua Majelsi

Syuro. Dalam pertemuan tersebut Fahri Hamzah kembali

Page 66: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

55

menegaskan sikap untuk melaksanakan tugas dan arahan partai

meskipun diposisikan dimanapun.

e. Pada tanggal 12 Desember 2015, Ketua Majelis Syuro menugaskan

Tubagus Soenmandjaja untuk membuatkan surat pengunduran diri

Fahri Hamzah dari kursi Pimpinan DPR dan menyampaikannya

kepada Fahri Hamzah. Kemudian Tubagus Soemandjaja menemui

Fahri Hamzah di gedung Nusantara V Lt. 2 No. 209 untuk

memberikan surat pengunduran dirinya dari kursi pimpinan DPR

pada tanggal 13 Desember 2015.

f. Pada tanggal 14 Desember 2015, Fahri Hamzah menjawab surat

dari Ketua Majelis Syuro dengan beberapa catatan:

1) Belum membaca isi dokumen tersebut;

2) Belum matang untuk melakukan pengunduran diri dari kursi

Pimpinan DPR;

3) Berencana mendiskusikan terlebih dahulu kepada Lawyer dan

Pakar Hukum Tata Negara;

4) Alasan lainnya terkait DPR.

Jawaban tersebut kembali direspon oleh Ketua Majelis Syuro

dengan memberinya waktu sampai tanggal 15 Desember 2015.

g. Pada tanggal 16 Desember 2015, Fahri Hamzah mendatangi kantor

Dewan Pengurus Tingkat Pusat untuk menyampaikan

ketidaksediaannya mengundurkan diri dari kursi Pimpinan DPR.

Atas jawaban tersebut Ketua Majelis Syuro menyatakan

Page 67: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

56

mengembalikan perkara kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai dan

menyerahkan kepada Badan Penegak Disiplin Organisasi terkait

ketidakdisiplinannya terhadap Aanggaran Dasar/Anggaran Rumah

Tangga partai.

h. Pada tanggal 26 Desember 2015, Dewan Pimpinan Pusat partai

menugaskan Bagian Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera untuk

melaporkannya kepada BPDO terkait pelanggaran atas AD/ART

partai. Kemudian, pada tanggal 28 Desember 2015 BPDO

memanggil Fahri Hamzah sebagai teradu dengan agenda

permintaan keterangan yang dijadwalkan pada 4 Januari 2016.

i. Pada Tanggal 2 Januari 2016, Fahri Hamzah mengirimkan surat

kepada BPDO tentang ketidaksiapannya hadir karena sedang

berada di luar negeri. Atas jawaban itu, BPDO memutuskan untuk

menunda pemanggilan menjadi tanggal 11 Januari 2016.

j. Pada tanggal 13 Januari 2016, BPDO menetapkan:

1) Menyerahkan perkara Fahri Hamzah ke Majelis Qhada;

2) Membentuk Majelis Qhada berjumlah 3 (tiga) orang;

3) Menetapkan jadwal persidangan pada tanggal 19 Januari 2016.

k. Pada Tanggal 14 Januari 2016, Fahri Hamzah menyampaikan surat

berisi ketidaksiapannya hadir karena sedang menghadiri PUIC OIC

di Bagdhad Iraq dan mengajukan penjadwalan ulang pada tanggal

27 Januari 2016.

Page 68: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

57

l. Pada tanggal 19 Januari 2016, Majelis Qhada menyelenggarakan

persidangan tanpa dihadiri teradu dengan menetapkan penjadwalan

ulang pada tanggal 28 Januari 2016.

m. Pada tanggal 28 Januari 2016, Majelis Qhada menyelenggaran

persidangan dihadiri teradu.

n. Pada tanggal 29 Januari 2016, Majelis Qhada menetapkan:

1) Fahri Hamzah terbukti melanggar disiplin organisasi partai

kategori berat;

2) Mengabulkan tuntutan BPDO yaitu pemberhentian Fahri

Hamzah.

Majelis Qhada kemudian menyampaikan putusannya kepada

BPDO, kemudian BPDO merekomendasikannya kepada Majelis

Tahkim dengan berkas No. 01/D/PDO/PKS/1437.

o. Pada tanggal 11 Februari 2016, Majelis Tahkim memeriksa berkas

rekomendasi BPDO.

p. Pada tanggal 18 Februari 2016, Majelis Tahkim memeriksa Ketua

Majelis Syuro sebagai saksi dan menetapkan penjadwalan

pemanggilan Fahri Hamzah pada tanggal 22 Februari 2016.

q. Pada tanggal 20 Februari 2016, Fahri Hamzah meminta penundaan

jadwal sidang tetapi pada pekan yang sama karena sedang berada

di Azerbaijan.

r. Pada tanggal 21 Februari 2016, Mahfudz Abdurrahman

menyampaikan informasi kepada Hidayat Nur Wahid tentang

Page 69: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

58

agenda Muhibah Fahri Hamzah dipercepat kepulangannya.

Sehingga pada tanggal tersebut Fahri Hamzah sudah berada di

Jakarta.

s. Pada tanggal 22 Februari 2016, Majelis Tahkim menggelar

persidangan tanpa dihadiri teradu, dan memanggil kembali pada

tanggal 25 Februari 2016. Pada tanggal tersebut Teradu

mengirimkan surat yang berisi ketidaksiapannya untuk menghadiri

persidangan dengan alasan bahwa majelis tidak mempertimbangan

keberatan dan keterangannya pada saat persidangan Majelis Qhada.

Selanjutnya, Majelis Tahkim tetap menyelenggarakan persidangan

tanpa dihadiri oleh teradu.

t. Pada tanggal 7 Maret 2016, Majelis Tahkim memanggil kembali

teradu untuk menghadiri persidangan yang akan dilaksanakan pada

tanggal 11 Maret 2016.

u. Pada tanggal 10 Maret 2016, Teradu mengirimkan surat kepada

Majelis Tahkim yang berisi penolakan untuk hadir di persidangan.

v. Pada tanggal 11 Maret 2016, Majelis Tahkim menggelar

persidangan dan memutuskan memberhentikan Fahri Hamzah dari

semua jenjang keanggotaan partai politik dengan berkas putusan

No. 02/PUT/MT-PK/2016.

w. Pada tanggal 20 Maret 2016, Majelis Tahkim menyampaikan

putusannya ke Dewan Pengurus Tingkat Pusat.

Page 70: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

59

x. Pada tanggal 23 Maret 2016, Dewan Pengurus Tingkat Pusat

melimpahkan berkas putusan kepada DPP Partai Keadilan

Sejahtera.

Mekanisme pemberhentian Fahri Hamzah dilakukan secara internal

dalam lingkup Partai Keadilan Sejahtera melalui tiga tahapan, yaitu;

penanganan laporan oleh BPDO, peradilan etik oleh majelis syuro, dan

peradilan etik oleh majelis tahkim.

2. Pertimbangan Hukum Pemberhentian Fahri Hamzah

Adapun pertimbangan hukum dari Ketua Majelis Syuro, BPDO dan

Dewan Pengurus Pusat yang melandasi pemberhentian Fahri Hamzah dari

semua jenjang keanggotaan di partai politik adalah sebagai berikut:3

a. Pasal 26 ayat 3 Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera. Berbunyi:

“Partai menjatuhkan sanksi berupa sanksi administrative,

pembebanan, pemberhentian sementara, penurunan jenjang

keanggotaan dan pemberhentian dari kepengurusan dan/atau

keanggotaan atas perbuatan lain yang bertentangan dengan

AD/ART dan/atau peraturan partai lainnya”

Bentuk sanksi yang dijatuhkan oleh Partai Keadilan Sejahtera

terhadap Fahri Hamzah adalah berupa sanksi administratif yaitu

pemberian surat berisi evaluasi terhadap kinerja anggota partai dengan

tujuan untuk mengupayakan peningkatan loyalitas anggotanya, dan

3 PKS, “Penjelasan Partai Keadilan Sejahtera Tentang Fahri Hamzah”, Edisi Revisi

Final h. 10-11

Page 71: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

60

sanksi pemberhentian tetap sebagai anggota partai politik serta

mencabut Fahri Hamzah dari segala jenjang politik selama ini.4

b. Pasal 11 ayat 2 huruf a, b, e, g dan m Pedoman Partai Keadilan

Sejahtera No. 1 Tahun 2015. Berbunyi :

“Pelanggaran kategori 3 (tiga) merupakan perbuatan yang melanggar

keputusan syuro, tsawabit, anggaran dasar dan/atau anggaran rumah

tangga partai termasuk tetapi tidak terbatas seperti: (a) melanggar

sumpah atau janji setia anggota partai politik; (b) melanggar

peraturan dan keputusan partai; (e) tanpa alasan yang sah tidak

melaksanakan hasil musyawarah partai, tidak mematuhi keputusan

pimpinan yang harus ditaati, tidak mematuhi kebijakan-kebijakan

dan/atu sikap-sikap partai; (g) mengutamakan kepentingan diri

sendiri, kelompok, atau pihak lain di atas kepentingan partai; (m)

menyebarkan berita yang menyebabkan ukhuwah dan persauan

jamaah.”

Dewan Pengurus Tingkat Pusat berpendapat bahwa Fahri Hamzah

telah melakukan tindakan yang tidak mencerminkan kader Partai

Keadilan Sejahtera, melanggar sumpah dan janji untuk senantiasa

selalu bersikap loyal dan taat kepada keputusan pimpinan partai serta

mengkhianati kesiapannya untuk memperbaiki kinerja sesuai hasil

briefing antara Fahri Hamzah dengan DPP Partai Keadilan Sejahtera.5

c. Disiplin anggota partai

Sesuai dengan penjelasan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai

Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah sering melakukan tindakan yang

kontroversial baik dari tutur kata, pernyataan politik yang berlawanan

4 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/04/04/o539wa334-presiden-

pks-beberkan-kronologi-dan-daftar-pelanggaran-fahri-hamzah, diakses pada Sabtu, 13 Mei

2017.

5

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/04/14362761/Ini.Dosa.Fahri.Hamzah.Menurut.PK

S, diakses pada Senin, 20 Maret 2017.

Page 72: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

61

dengan sikap Partai Keadilan Sejahtera, serta melakukan tindakan-

tindakan yang tidak mengindahkan disiplin serta etika kader Partai

Keadilan Sejahtera.6

d. Pasal 11 ayat 1 huruf d Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera,

yang berbunyi: “Anggota diberhentikan keanggotaanya apabila

melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan

lainnya.” Sesuai dengan keputusan Majelis Qhada Partai Keadilan

Sejahtera, Fahri Hamzah dinyatakan telah melanggar janji dan sumpah

keanggotaannya di Partai Keadilan Sejahtera sebagimana diatur dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

e. Pasal 6 ayat 1, 3, dan 6 Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan

Sejahtera, yang berbunyi:

“(1) setiap anggota wajib mengikrarkan janji sebagai berikut: Saya

berjanji untuk senantiasa berpegang teguh pada AD/ART dan

peraturan lain partai serta setia kepada pimpinan partai; (3) setiap

anggota wajib taat dan berpegang teguh kepada anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga dan peraturan parta; (6) setiap anggota

wajib menjalankan tugas yang diamanahkan oleh partai.”

f. Pasal 11 ayat 2 huruf d Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera,

yang berbunyi: “Anggota yang melanggar Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Partai lainnya diberhentikan

berdasarkan keputusan dari Majelis Tahkim”

6 https://m.tempo.co/read/news/2016/04/05/078759775/fahri-hamzah-dan-6-dosa-

besarnya-versi-pimpinan-pks, diakses pada Minggu 14 Mei 2017.

Page 73: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

62

g. Pasal 44 ayat 4 Pedoman Partai No. 2 Tahun 2015, yang berbunyi:

“Putusan Majelis Tahkim Bersifat Final dan Mengikat”

B. Analisis Terhadap Kasus Pemberhentian Fahri Hamzah Dengan UU

MD3 dan UU Partai Politik

Sebagai seorang perwakilan rakyat sekaligus anggota partai politik,

anggota dewan memiliki tanggung jawab yang sama besar terhadap konstituen

maupun terhadap partainya.7 Dalam satu sudut pandang, anggota dewan

merupakan perseorangan menjadi anggota partai politik peserta pemilu

sehingga bertanggung jawab terhadap partainya. Dalam pandangan lain,

anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih secara langsung umum bebas dan

rahasia oleh masyarakat sehingga memiliki pertanggungjawaban terhadap

konstituennya.8

Dalam konsepsi teori kedaulatan rakyat, seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat menjadi tumpuan konstituennya untuk menyampaikan

segala aspirasi masyarakat terkait kebijakan publik yang bersinggungan

dengan kehidupan masyarakat luas, sehingga memerlukan komitmen yang

jelas serta loyalitas yang tinggi terhadap rakyat. Wujud komitmen yang

diemban oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat kemudian dikelompokkan

pada tiga fungsi, yakni; sebagai pembuat peraturan (Legislation), sebagai

lembaga pembuat anggaran belanja negara (Budgetting), dan sebagai lembaga

7 Malicia Evendia, Implikasi Hak Recall Partai Politik Terhadap Sistem Kedaulatan

Rakyat” Jurnal Ilmu Hukum Vol. 6 No. 2 (Desember 2012) h. 5 8 Michael G. Roskin, dkk, Political Science: An Introduction, Penerjemah: Liana

Nurul, (Jakarta: Kencana, 2016) h. 292

Page 74: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

63

yang berfungsi mengontrol serta mengaevaluasi kinerja pemerintahan

(Controlling).9

Selanjutnya, dalam kasus pemberhentian Fahri Famzah berawal dari

beberapa faktor seperti; ucapan kontroversial, prilaku kepribadian,

pernyataannya terkait revisi undang-undang KPK, pernyataannya dalam kasus

pencatutan nama Presiden RI Joko Widodo dalam kasus Freeport yang

melibatkan Setya Novanto.10

Atas dasar itulah Partai Keadilan Sejahtera

melakukan peninjauan ulang penugasannya sebagai anggota DPR terlebih

sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Berlandaskan terhadap undang-undang no. 42 tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, DPRD sikap dan perlakuan tersebut di atas tergolong pada

kategori larangan etik seorang anggota dewan, sehingga manakala fahri

hamzah bersikap atau melakukan hal tersebut dapat diproses secara hukum di

peradilan etik Dewan Perwakilan Rakyat.11

Hal ini sesuai dengan

pengamanatan mandat rakyat dalam menunjuk seseorang menjadi wakilnya di

DPR yang kemudian dalam rangka penegakkan etika dibentuklah peradilan

etik anggota DPR yang disebut Mahkamah Kehormatan Dewan.

Selanjutnya, disebutkan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang

Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD bahwa syarat untuk

9 Kusnardi dan Bintan, R. Saragih, Ilmu Negara, h.261-262

10

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/04/14362761/ini.dosa.fahri.hamzah.menurut.PKS/

diakses pada Senin, 20 Maret 2017. 11

Nurhabibi, Praktik “Pengawasan Etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia” Jurnal Cita Hukum Vol.I No.1 (Juni 2014) h. 45

Page 75: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

64

mencalonkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat harus

menjadi anggota Partai Politik peserta pemilu. Hal ini mengartikan bahwa

sikap maupun prilaku yang dilakukan oleh Fahri Hamzah tersebut dapat

masuk pada ranah evaluasi partai politiknya yakni Partai Keadilan Sejahtera.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 dijelaskan mengenai peraturan

internal baik terkait etika maupun penegakkannya diatur kemudian oleh

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partainya.

Idealnya, penegakkan kode etik terhadap sikap dan prilaku Fahri Hamzah

berkenaan dengan etikanya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

anggota Partai Keadilan Sejahtera ditangani oleh dua dua lembaga peradilan

etik kedua lembaga tersebut, yakni; Mahkamah Kehormatan Dewan dan

Majelis Tahkim sehingga memiliki keseragaman antara kedua proses evaluasi

tersebut.

Page 76: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menjawab semua rumusan masalah dan pembahasan sebagaimana

dipaparkan pada bab terdahulu, penulis mengemukakan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Landasan hukum pemberhentian Fahri Hamzah oleh DPP Partai Keadilan

Sejahtera adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai

Keadilan Sejahtera, Pedoman No. 1 Tahun 2015 PKS tentang Pemberian

Penghargaan dan Penjatuhan Sanksi, Pedoman No. 2 Tahun 2014 PKS,

Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik berkenaan

dengan pelanggaran etik sebagai anggota DPR, dan pelanggaran kode etik

partai.

2. Tinjauan yuridis terhadap pemberhentian Fahri Hamzah sebagai anggota

Partai Keadilan Sejahtera bahwa terdapat perbedaan arah antara Undang-

Undang No. 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD yang

mengarah pada evaluasi kinerja dan kehormatan anggota dewan sebagai

wakil rakyat sesuai dengan sistem kedaulatan rakyat, dengan Undang-

Undang No. 2 Tahun 2011 yang menyerahkannya langsung terhadap

aturan internal partai, sehingga menjauh dari sistem kedaulatan rakyat dan

lebih menonjolkan karakter sistem monarki.

Page 77: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

66

B. Saran

Berdasarkan semua penjelasan tersebut, penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Diperlukan peninjauan ulang terhadap mekanisme pemberhentian anggota

partai terlebih yang dengan kapasitasnya menjadi anggota Dewan

Perwakilan Rakyat mengingat dalam genggaman anggotanya tersebut

terdapat kepercayaan masyarakat (Konstituen) yang harus

dipertanggungjawabkan.

2. Masyarakat sebagai konstituen dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

diberikan ruang untuk mengevaluasi kinerja seorang anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan etos

kerja wakil rakyat serta dalam rangka merevitalisasi sistem kedaulatan

rakyat.

3. Pemerintah (Menkumham) membentuk department baru yang berfungsi

untuk mensinergikan antara peraturan-peraturan yang sederajat agar tidak

saling tumpang tindih sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.

Page 78: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

A Magalatung, Salman. dan Nur Rohim Yunus. Pokok-Pokok Teori Ilmu Negara,

Aktualisasi Dalam Teori Negara Indonesia, Bandung: Fajar Media, Cet-1,

2013.

____________, Desain Kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD 1945,

Bekasi: Gramata Publishing, 2016.

Amirudin dan Asikin. Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, cet-1, 2004.

Assiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi, Jakarta: Sekretariat Jenderal Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi, 2006.

______________, Green Constituton: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2009.

______________, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, Cet-2, 2010.

_______________, Konstitusi dan Konstitusionalisem di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika, 2011.

B. Maryo, Henry. An Introduction to Democratic Theory, New York: Oxford

University Press, 1960.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Prima Grafika, Cet-5

2015.

Dahl, A Robet. Democracy And Its Critics, Penerjemah Rahman A. Zainudin,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992.

Page 79: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

68

Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi

Politik di Era Demokrasi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Hardiman, Budi. Demokrasi Deliberatif: Menimbang Negara Hukum dan Ruang

Publik Dalam Teori Diskursus Jurgen Habernes, Yogyakarta: Kanisius,

2009.

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafino

Persada, cet-5, 2010.

_____________, Dinamika Ketatanegaraan Indonesia dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi, Yogyakarta: FH-UII Press, 2011.

Iman, Sohibul “Pelanggaran Disiplin yang Dilakukan oleh Fahri Hamzah” dalam

Penjelaan Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: PKS,

2016.

Isnaeni, M. MPR-DPR sebagai Wahana Mewujudkan Demokrasi Pancasila,

Jakarta: Yayasan Indayu, 1982.

Kelsen, Hans. General Theory of Law and State, Penerjemah Raisul Muttaqien,

Bandung: Nusa Media, Cet-9, 2014.

Kusnardi dan Saragih, R, Bintan. Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media Pratama,

Cet-4, 2000.

Mahmud Muzaki. Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Pranada Media

Group, cet-3, 2007.

Marbun, BN. Kamus Hukum Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006.

Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde

Baru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet-3, 2012.

MD, Mahfud. Perkembangan Politik: Studi Tentang Pengaruh Konfigurasi Politik

Terhadap Produk Hukum di Indonesia, Yogyakarta: FH-UGM Press,

1993.

Page 80: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

69

____________, Dasar dan Struktur Ketatangeraan Indonesia, Jakarta: PT Rinela

Cipta, Cet-2, 2001.

_____________, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Mohamad A, Fahmi dan Aripin. Zainal, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, cet-1, 2010.

Noer, Deliar. Moh. Hatta Suatu Biografi Politik, Jakarta: LP3ES, 1989.

Roskin, G, Michael, dkk. Political Science: An Indtroduction, Penerjemah Liana,

Jakarta: Kencana, 2016.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Cet-15, 2015.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2008.

Thamrin. Abu, dan Ihya. Nurhabibi, Hukum Tata Negara, Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, cet-1 2010.

Utrech, E. Pengantar Hukum Adminstrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar,

1962.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Wiko, Garuda. Hukum dan Politik di Era Reformasi, Surabaya: Srikandi, 2006.

Putusan :

Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat No. 463/SKEP/DPP-PKS/1437 tentang

Pemberhentian Fahri Hamzah

Page 81: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

70

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar (UUD) NRI 1945

Undang-Undang No. 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD, dan DPRD.

Peraturan DPR No. 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Pedoman PKS No. 1 Tahun 2015 tentang Pemberian Penghargaan dan Penjatuhan

Sanksi

Pedoman PKS No. 2 Tahun 2015 tentang Majelis Tahkim

Jurnal Ilmiah :

Evendia, Malicia. “Implikasi Hak Recall Partai Politik Terhadap Sistem

Kedaulatan Rakyat” Jurnal Ilmu Hukum, 2012.

Farida, Rida, “Mekanisme Penggantian Antarwaktu (PAW) Anggota DPR dan

Implikasi Dalam Konsep Perwakilan Rakyat”, Jurnal Cita Hukum, 2015.

Assiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Ekokrasi, Artikel diakses pada 11 November

2016 dari http://jimly.com/

Yunus, Nur Rohim. “Aktualisasi Demokrasi Pancasila Dalam Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara”, Social Science Education Journal, 2015.

Nurhabibi, “Praktik Pengawasan Etika Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia”, Jurnal Cita Hukum, 2014.

Page 82: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

71

Subhan, Hadi, M. “Recall: Antara Hak Partai Politik dan Hak Berpolitik Anggota

Parpol” Jurnal Konstitusi. 2016.

Website

https://www.google.com/amp/s/m.tempo.co/amphtml/read/news/2016/04/04/0787

59550/fahri-hamzah-dipecat-pks-ini-kronologinya/

http://pks.id/file/penjelasan-pks-tentang-pelanggaran-disiplin-partai-yang-

dilakukan-saudara-fahri-hamzah/

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/04/14362761/ini.dosa.fahri.hamzah.men

urut.PKS/

Page 83: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

SALINAN SURAT KEPUTUSAN (SK) DEWAN PIMPINAN PUSAT

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NO. 463/SKEP/DPP-PKS/1437

Page 84: DISPARITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2014 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41597/1/ARIF... · KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA . ... Skripsi ini bertujuan

73