disosiatif
-
Upload
elisabeth-melisa -
Category
Documents
-
view
51 -
download
7
description
Transcript of disosiatif
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
GANGGUAN DISOSIATIF
I. DEFINISI
Gangguan disosiatif adalah sebuah kelompok gangguan yang ditandai oleh suatu
kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, kesadaran, dan ingatan. Dalam kondisi
normal, individu mengetahui siapa dirinya (misalnya mengetahui siapa namanya, dimana
tempat tinggalnya, apa yang dilakukan untuk menghidupi dirinya, ingat peristiwa yang
terjadi dalam hidupnya, dan mengetahui apa saja yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir, walaupun tidak secara mendetil). Secara normal, ada kesatuan kesadaran yang
dapat membangkitkan sence of self. Gangguan disosiatif mayor mencakup empat jenis
gangguan, yaitu : Gangguan Identitas Disosiatif, Amnesia Disosiatif, Fugue Disosiatif,
Gangguan Depersonalisasi. Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing jenis gangguan
beserta dengan ciri-cirinya.
II. GANGGUAN IDENTITAS DISOSIATIF
Kisah Billy Milligan (23 tahun)
Kasus : Penyerangan, perampokan, pemerkosaan terhadap 4 mahasiswa.
Riwayat : Mengalami kebrutalan/kekerasan di masa kecil ; Diberhentikan secara tidak terhormat dari AL ; Percobaan bunuh diri
Nama Usia Profesi Karakteristik
Arthur Perasa, tipe flegmatik
Danny 14 th Pelukis benda tak bergerak
Christopher 13 th Normal, namun mudah cemas
Christine 3 th
Tommy 16 th Ahli melepaskan diri dari borgol
Alter yang mendaftar ke AL
Antisosial
Allen 18 th Penipu, yang suka merokok
Adalena 19 th Pelaku pemerkosaan Lesbian introvert
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 1
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
David 9 th Pencemas, yang secara terang-terangan menunjukkan penderitaan akibat trauma masa kecil
Billy ditetapkan tidak bersalah, karena didiagnosis mengalami gangguan kepribadian
ganda (sekarang disebut gangguan identitas disosiatif).
Gangguan identitas disosiatif digolongkan sebagai gangguan disosiatif, yaitu sebuah tipe
gangguan psikologis yang melibatkan suatu perubahan atau gangguan dalam fungsi self
yang membentuk sebuah kepribadian utuh (yang dimaksud self disini adalah identitas,
memori, kesadaran).
Pada gangguan identitas disosiatif, dua atau lebih kepribadian menempati tubuh satu
orang. Kepribadian-kepribadian itulah yang disebut dengan kepribadian alter, dimana
kepribadian alter ini dapat sadar atau tidak sadar akan keberadaan kepribadian alter
lainnya. Dalam sebuah penelitian, kepribadian alter dapat menunjukkan hasil rekaman
EEG, reaksi alergi, respon terhadap pengobatan, hasil pemeriksaan mata, ataupun besar
pupil yang berbeda dengan kepribadian inti. Dalam gangguan identitas disosiatif, muncul
dua atau lebih kepribadian alter, dimana kepribadian utama tidak sadar dengan kehadiran
kepribadian alter ; sedangkan kepribadian alter sadar akan keberadaan kepribadian utama.
Kepribadian alter berfungsi sebagai mikrokosmos dari tema dorongan dan budaya yang
saling bertentangan, misalnya ambivalensi seksual dan perubahan orientasi seksual.
Kepribadian alter yang satu, dapat sadar/tidak sadar dengan kepribadian alter lainnya. Di
sisi lain, ada kemungkinan antar dua kepribadian alter bersaing untuk memegang kendali
atas kepribadian utama. Beberapa alter mencakup usia dan jenis kelamin yang berbeda.
Beberapa kepribadian alter menunjukkan simtom psikosis (halusinasi atau delusi).
Ciri-ciri diagnostik dari Gangguan Identitas Disosiatif menurut DSM adalah :
1. Sedikitnya dua kepribadian yang berbeda ada dalam diri seseorang, dimana masing-masing
memiliki pola relatif kekal dan berbeda dalam mempersepsikan, memikirkan, dan berhubungan
dengan lingkungan maupun self.
2. Dua atau lebih dari kepribadian ini secara berulang mengambil kontrol penuh atas perilaku
individu.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 2
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
3. Ada kegagalan untuk mengingat kembali informasi pribadi penting yang terlalu substansial untuk
dianggap sebagai lupa biasa.
4. Gangguan ini tidak dianggap terjadi karena efek zat psikoaktif atau kondisi medis umum.
Gangguan ini sangat kontroversial, dan mengundang banyak pertanyaan, apakah
sesungguhnya gangguan ini benar-benar ada dan nyata. Menurut beberapa penelitian,
gangguan ini hanya terdapat di negara-negara Amerika Utara. Beberapa Negara di Eropa
dan Asia tidak menemukan satu kasus pun mengenai gangguan ini. Beberapa peneliti juga
meyakini bahwa gangguan ini terlau cepat didiagnosis pada orang-orang yang mudah
tersugesti bahwa mereka mengalami gangguan tersebut. Seorang psikolog bernama
Nicholas Spanos meyakini bahwa kepribadian ganda merupakan bentuk bermain peran,
dimana individu menganggap diri mereka memiliki peran ganda, lalu bertindak dengan cara
yang konsisten dengan konsep mengenai gangguan tersebut, dan pada akhirnya permainan
peran tersebut tertanam kuat sehingga menjadi suatu kenyataan. Faktor reinforcement juga
dapat menjelaskan timbulnya kepribadian ganda, yaitu : mendapat perhatian orang lain dan
menghindari tanggung jawab untuk tingkah laku yang tidak dapat diterima.
III.AMNESIA DISOSIATIF
Gangguan ini adalah tipe paling umum dari gangguan disosiatif. Gangguan ini pada
awalnya disebut gangguan amnesia psikogenik. Gangguan amnesia disosiatif adalah suatu
gangguan disosiatif dimana seseorang mengalami kehilangan ingatan tanpa sebab organis
yang dapat teridentifikasi.
Orang dengan gangguan ini menjadi tidak mampu menyebutkan kembali informasi pribadi
yang penting, biasanya melibatkan pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam
bentuk yang tidak dapat dianggap sebagai lupa biasa. Hilang ingatan ini bukan disebabkan
oleh penyebab organis tertentu (kerusakan otak, penyakit) atau efek langsung dari obat-
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 3
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kontroversi ini, silahkan anda mencari sumber-sumber lain, dari buku atau
internet.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kontroversi ini, silahkan anda mencari sumber-sumber lain, dari buku atau
internet.
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
obatan dan alkohol. Ingatan yang hilang dalam gangguan ini dapat kembali, meskipun
gangguan ini sudah terjadi selama beberapa hari, minggu, atau tahun.
Amnesia disosiatif memiliki dua bentuk, yaitu (1) Amnesia Selektif, dimana orang hanya
lupa pada hal-hal khusus yang mengganggu, yang terdapat dalam suatu periode tertentu.
Misal, seseorang dapat mengingat kecelakaan yang menimpanya, tetapi tidak ingat bahwa
kecelakaan itu menyebabkan kematian adiknya ; (b) Amnesia Menyeluruh. Orang
melupakan siapa dirinya, pekerjaan, tempat tinggal, atau seluruh kehidupannya. Walaupun
demikian, orang tersebut tetap dapat mempertahankan kebiasaan, selera,
keterampilannya. Misalnya mengetahui hobi akan melukis, membaca, dan lain sebagainya.
IV.FUGUE DISOSIATIF
Fugue berasal dari bahasa Latin yang fugere, yang artinya melarikan diri. Orang yang
mengalami gangguan fugue disosiatif akan melakukan perjalanan secara tiba-tiba dan
tanpa diduga dari rumah atau tempat kerjanya ; tidak mampu mengingat kembali informasi
yang sebelumnya ; menjadi bingung akan identitasnya ; dan berasumsi memiliki identitas
yang baru. Fugue tidak dianggap sebagai psikotik, karena yang memiliki gangguan ini
dapat berpikir dan berperilaku cukup normal.
V. GANGGUAN DEPERSONALISASI
Depersonalisasi merupakan perasaan ketidaknyataan atau keterpisahan diri dari tubuh
atau lingkungan sekitar. Derealisasi merupakan perasaan tidak nyata mengenai dunia luar
yang mencakup perubahan aneh pada lingkungan atau dalam periode waktu. Misalnya,
melihat orang dan objek dapat berubah ukuran atau bentuknya, serta dapat mengeluarkan
suara yang berbeda. Orang dengan depersonalisasi tetap memiliki kontak dengan realitas,
dapat membedakan kenyataan dan ketidaknyataan, dapat mengenali dirinya, memiliki
ingatan yang baik. Perasaan depersonalisasi biasanya datang tiba-tiba dan menghilang
secara bertahap. Gangguan depersonalisasi dapat disebut gangguan jika pengalaman
depersonalisasi berulang kali terjadi dan menimbulkan distres yang jelas.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 4
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
Ciri-ciri diagnostik dari Gangguan Depersonalisasi :
1. Pengalaman yang berulang atau persisten dari depersonalisasi, yang ditandai oleh
perasaan terpisah dari proses mental atau tubuh seseorang, seolah-olah seseorang
menjadi pengamat luar dari dirinya sendiri. Pengalaman ini dapat memiliki karakteristik
seperti mimpi.
2. Individu tersebut mampu mempertahankan pengujian realitas saat keadaan
depersonalisasi (misal, membedakan kenyataan dan ketidaknyataan)
3. Pengalaman depersonalisasi menyebabkan distres atau hendaya pribadi yang signifikan
pada satu atau lebih area fungsi yang penting, seperti fungsi sosial atau pekerjaan.
4. Pengalaman depersonalisasi tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan lain atau tidak
merupakan efek langsung dari obat-obatan, alkohol, atau kondisi medis.
VI.PANDANGAN TEORITIS
1. Psikodinamika
Menurut teretikus psikodinamika, gangguan disosiatif disebabkan karena tindakan
represi besar-besaran, yang menyebabkan terpisahnya impuls yang tidak dapat diterima
dan ingatan yang menyakitkan dari kesadaran seseorang. Dalam amnesia dan fugue
disosiatif, ego melindungi dirinya dari kecemasan dengan mengeluarkan ingatan yang
mengganggu atau dengan mendisosiasi impuls menakutkan yang bersifat seksual atau
agresif. Misal, pada gangguan kepribadian ganda, orang mengekspresikan impuls
dorongan seksual, melalui pengembangan kepribadian alter. Pada depersonalisasi,
orang berada di luar dirinya supaya aman, dengan cara menjauh dari pertarungan emosi
di dalam dirinya.
2. Kognitif dan Belajar
Menurut teretikus belajar dan kognitif, disosiasi disebabkan karena respon yang
dipelajari, yang meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang
mengganggu dalam rangka menghindari rasa bersalah dan malu yang ditimbulkan oleh
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 5
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
pengalaman-pengalaman itu. Kebiasaan tidak berpikir itu dikuatkan oleh perasaan
bebas akan kecemasan.
3. Disfungsi Otak
Belum ada penelitian yang menyebutkan dengan pasti bahwa disfungsi otak
menyebabkan perilaku disosiatif. Satu penelitian menunjukkan adanya perbedaan
aktivitas metabolisme otak antara orang dengan gangguan depersonalisasi dengan
orang yang normal. Bukti ini menjelaskan adanya kemungkinan disfungsi otak yang
mempengaruhi fungsi persepsi. Fungsi persepsi yang terganggu dapat menjelaskan
mengapa orang-orang dengan depersonalisasi memiliki perasaan terpisah.
4. Model Diatesis Stres
Diatesis
VII. PENANGANAN
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 6
Trait-trai kepribadian tertentu :
kecenderungan berfantasi, tingkat
kemudahan yang tinggi untuk dihipnotis,
terbuka pada kondisi kesadaran alter
Penyiksaan fisik/seksual di masa kecil, trauma perang, kecelakaan hebat, tekanan dalam mengatasi masalah
keuangan yang berat, harapan menghindari
hukuman atas perilaku yang tidak sesuai
Gangguan Disosiatif :
G. Identitas Disosiatif
Amnesia Disosiatif
Fugue Disosiatif
Depersonalisasi
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
Amnesia dan fugue disosiatif merupakan pengalaman yang mengambang dan segera
berakhir. Namun, depersonalisasi sifatnya persisten dan biasanya muncul jika orang
tersebut mengalami kecemasan atau depresi ringan.
Dalam sudut pandang psikoanalisa, psikoanalis akan membantu orang yang mengalami
gangguan identitas disosiatif untuk mengungkapkan dan belajar mengatasi trauma masa
kecil.
PSIKOFISIOLOGIS
Psikofisiologis / psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan karena pengaruh faktor
psikologis. Ada beberapa bentuk gangguan fisik yang dipengaruhi faktor psikologis, yaitu :
1. Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan simtom dari berbagai gangguan medis.
Namun, jika sakit kepala tidak terjadi bersama gejala-gejala yang
lain, maka sakit kepala merupakan psikofisiologis, yaitu gangguan
fisik yang disebabkan karena stres.
Stres menyebabkan kontraksi yang kuat terhadap kulit kepala, muka, leher, dan bahu.
Kondisi ini menyebabkan sakit kepala yang kronis dan periodik. Sakit kepala seperti ini
akan menyebabkan rasa sakit yang terus menerus di kedua sisi kepala.
Sakit kepala (termasuk di dalamnya sakit kepala sebelah/migren), disebabkan karena
adanya perubahan aliran darah di kepala). Migren dapat berlangsung selama beberapa
jam sampai beberapa hari (4 sampai 72 jam). Migren ditandai dengan rasa sakit yang
menusuk di sebelah sisi kepala atau di belakang mata. Orang yang mengalami ini
seringkali merasakan sakit yang tidak tertahankan.
Ada dua tipe utama migren, yaitu : (a) Migren tanpa aura/migren biasa ; (b) Migren
dengan aura/migren klasik. Migren ini memiliki tanda peringatan sebelum terjadinya
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 7
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
serangan, yaitu distorsi persepsi, seperti kilatan cahaya, gangguan pandangan, atau
pandangan gelap gulita.
Perspektif Teoritis. Beberapa orang yang mengalami stres akan menderita penyakit
tertentu, karena adanya prinsip kekhususan respons individual (individual response
specificity). IRS adalah cara individu merespon stres dengan caranya masing-masing
yang khas. Jadi orang yang menderita sakit kepala akan merespon stres dengan cara
menegangkan otot-otot kening, bahu, dan leher.
Ada beberapa penyebab sakit kepala, yaitu : (a) Ketidakstabilan serotonin kimiawi otak.
Turunnya serotonin di otak menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami kontraksi
(menyempit kemudian mengembang). Peregangan ini menyebabkan rasa sakit, yang
diasosiasikan dengan migren ; (b) adanya stimulus berupa sinar terang ; (c) perubahan
dalam tekanan udara ; (d) serbuk ; (e) obat tertentu ; (f) MSG ; (g) anggur merah ; (h)
kondisi lapar ; (i) perubahan hormonal pada wanita yang mengalami menstruasi.
Penanganan Medis. Rasa sakit pada sakit kepala/migren dapat dikurangi dengan obat
penghilang rasa sakit, seperti aspirin, ibuprofen, acetaminophen, atau kafein. Obat-
obatan ini membantu menyempitkan pembuluh darah otak yang mengembang/melebar
dan mengatur aktivitas serotonin.
Penanganan Psikologis. (a) Biofeedback Training/BFT, teknik membantu individu
memperoleh kendali terhadap berbagai fungsi tubuh (seperti tegangan otot dan
gelombang otak) dengan memberi feedback tentang fungsi tubuh dalam bentuk auditori
atau visual ; (b) Electromyographic/EMG biofeedback, teknik memberikan informasi
tentang tegangan otot di dahi ; (c) Thermal BFT, teknik mengurangi migren dengan
meningkatkan temperatur di dahi ; (d) Relaksasi ; (e) Pelatihan keterampilan coping.
2. Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit atau gangguan dalam sistem kardiovaskular,
seperti penyakit jantung koroner (coronary heart disease/CHD) dan hipertensi.
Faktor Biologis
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 8
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
Penyakit jantung koroner terjadi karena atherosclerosis, yaitu suatu penimbunan
lemak sepanjang dinding arteri yang menyebabkan terjadinya sumbatan.
Atherosclerosis menyebabkan arteriosclerosis (pengerasan arteri), yaitu dinding arteri
menjadi tebal, keras, dan berkurang elastisitasnya. Akibatnya darah sulit mengalir
dengan bebas ke jantung dan terjadi serangan jantung/myocardial infarction.
Faktor resiko tidak dapat dikendalikan, seperti usia, riwayat penyakit dalam keluarga.
Faktor resiko yang dapat dikendalikan, seperti kolesterol, hipertensi, rokok, pola
makan, konsumsi alkohol, konsumsi makanan tinggi lemak.
Faktor Psikologis
Emosi negatif, seperti marah dan cemas
Pola tingkah laku tipe A. Pola tingkah laku ini ditandai oleh berkemauan keras, cepat
marah/hostilitas, ambisius, tidak sabaran, kompetitif.
Stres lingkungan sosial, seperti kerja lembur, mengerjakan pekerjaan yang terus
menerus ada, menghadapi tuntutan yang saling bertentangan.
Penanganan
Menjalani pola hidup sehat, seperti tidak merokok, mengurangi konsumsi makanan
berlemak tinggi, tidak mengkonsumsi alkohol, rajin berolahraga.
Mengubah tingkah laku tipe A, karena mengurangi tingkah laku tipe ini dapat
mengurangi resiko serangan jantung.
3. Asma
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 9
Silahkan baca juga…………
http://medicastore.com/artikel/250/Kaitan_Penyakit_Kardiovaskular_Hiperkolesterolemia_dan_Pola_Hidup_Sehat.html
Silahkan baca juga…………
http://medicastore.com/artikel/250/Kaitan_Penyakit_Kardiovaskular_Hiperkolesterolemia_dan_Pola_Hidup_Sehat.html
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
Asma adalah gangguan pernafasan, dimana saluran
nafas/bronchi akan menyempit, meradang, dan
memproduksi lendir secara berlebihan. Penderita biasanya
bernafas dengan berbunyi, batuk, berjuang untuk
mendapat cukup udara untuk bernafas. Serangan asma
dapat terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam.
Serangan yang terus menerus dapat menyebabkan
rusaknya sistem bronchial, lender menumpuk, dan
elastisitas otot berkurang.
Perspektif Teoritis. Ada beberapa penyebab asma, yaitu : (a) Faktor fisik, seperti
reaksi alergi terhadap polusi lingkungan, asap rokok, kabut asap pabrik, serbuk sari,
spora jamur, kutu hewani, faktor genetis, faktor imunologi, udara kering, udara dingin ;
(b) Faktor psikologis, seperti stres emosional, kehilangan orang yang dicintai,
kekecewaan yang bertubi-tubi, atau konflik dalam keluarga.
Penanganan Medis. Asma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan.
Caranya adalah dengan : (a) mengurangi penggunaan zat/bahan yang menyebabkan
alergi ; (b) terapi desensilisasi, yaitu membantu tubuh agar lebih resisten terhadap
zat/bahan yang menyebabkan alergi ; (c) menggunakan alat bantu bernafas/inhaler ; (d)
dengan obat-obatan yang dapat membantu membuka saluran bronchial selama
serangan asma (bronchodilators) ;
Penanganan Psikologis. Bentuk penanganan yang dapat dilakukan adalah
penggunaan keterampilan relaksasi otot untuk meningkatkan pernafasan dan terapi
keluarga untuk mengurangi konflik keluarga.
4. Kanker
Kanker terjadi karena sel yang menyimpang/mengalami mutasi itu tumbuh (disebut
tumor), berkembang, dan menjalar ke jaringan sehat. Sel kanker dapat berakar dimana
saja, seperti darah, tulang, paru-paru, saluran pencernaan, dan organ genital. Sel ini
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 10Silahkan googling…………
http://www.kamusilmiah.com/kedokteran/bagaimana-sel-kanker-berjalan/
Silahkan googling…………
http://www.kamusilmiah.com/kedokteran/bagaimana-sel-kanker-berjalan/
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
harus diambil segera, jika tidak, sel ini akan berkembang, membentuk koloni dalam tubuh,
dan menyebabkan kematian.
Perspektif Teoritis Ada beberapa faktor penyebab kanker, yaitu : (a) Faktor Biologis,
seperti mutasi gen, lemahnya sistem kekebalan tubuh ; (b) Faktor Perilaku, seperti
konsumsi makanan tinggi lemak hewani, konsumsi alkohol, rokok, berjemur di terik
matahari ; (c) Faktor Psikologis, seperti stres, dimana stres ini menyebabkan sistem
kekebalan tubuh yang menurun.
Penanganan Medis. Kanker memerlukan penanganan medis dengan menggunakan
operasi, radiasi, dan kemoterapi. Dalam pengobatan tersebut, pasien dapat merasa tidak
berdaya dan tidak punya harapan. Kondisi ini dapat menyebabkan menurunnya sistem
kekebalan tubuh dan mengganggu proses penyembuhan. Oleh karena itu, penanganan
psikologis juga perlu dilakukan.
Penanganan Psikologis. Penanganan psikologis dilakukan untuk membantu pasien tetap
memiliki semangat dalam melawan penyakit. Penanganan ini berperan dalam membantu
peningkatan dalam sistem kekebalan tubuh. Penanganan dapat dilakukan dalam : (a)
pelatihan coping skills dengan relaksasi, manajemen stres, ; (b) coping stres dengan
pikiran, yaitu membantu pasien mengurangi stres dan sakit karena proses pengobatan.
5. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh tidak berdaya,
tidak mampu mempertahankan diri dari serangan penyakit. Sedangkan, AIDS itu sendiri
merupakan epidemik.
HIV menular melalui kontak seksual, transfusi darah yang terkontaminasi, tertusuk jarum
yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi HIV, penggunaan jarum suntik bersama
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 11
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
oleh para pengguna narkoba, ibu yang sudah terinfeksi HIV kepada janin.
Infeksi HIV dapat menyerang siapa saja, tanpa mengenal ras, etnis, tingkat sosial
ekonomi, gender, atau orientasi seksual. Sifat dasar dari AIDS dan stigma dari
masyarakat, dapat membuat orang yang mengalami penyakit ini dapat mengalami
masalah/gangguan psikologis, seperti kecemasan atau depresi.
Penanganan Psikologis. Ada penanganan bagi orang yang mengalami penyakit ini, yaitu
(a) kelompok pendukung, kelompok self help, kelompok terapi yang terorganisir ; (b)
pelatihan teknik manajemen stres (self relaxation dan strategi kognitif untuk
mengendalikan pikiran negatif). Pelatihan seperti ini memang belum terbukti dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan memperpanjang hidup, namun dapat
mengurangi kecemasan, mampu menangani stres, atau berfungsi dalam masyarakat.
Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan harus difokuskan untuk mengurangi atau mengendalikan epidemik dari AIDS.
Contoh tindakan pencegahan adalah :
1. Menjalani hubungan yang langgeng dan setia dengan seseorang dalam suatu
lembaga pernikahan yang resmi, dimana masing-masing tidak terinfeksi HIV.
2. Tidak menggunakan atau mengkonsumsi narkoba
3. Berhati-hati dalam tindakan medis yang berkaitan dengan penggunaan jarum suntik.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 12
Gangguan Disosiatif & Psikofisiologis Pertemuan 13
DAFTAR PUSTAKA
Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
http://medicastore.com/artikel/250/Kaitan_Penyakit_Kardiovaskular_Hiperkolesterolemia_dan_Pola_Hidup_Sehat.html
http://www.kamusilmiah.com/kedokteran/bagaimana-sel-kanker-berjalan/
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati
ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 13