Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran...

21
193 Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (Studi Kasus pada Proses Produksi Berita Pembubaran HTI di Media Lokal Jategpos) Ahsani Taqwim Aminuddin Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro Semarang [email protected] Pendahuluan Kebijakan pemerintah pada tahun 2017 untuk membubarkan salah satu organisasi kemasyarakatan Islam yakni Hizbut Tahrir Indonesia dinilai berani dan diskriminatif di lain pihak. Pernyataan mengenai pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disampaikan oleh Wiranto dan beberapa petinggi negara lainnya pada tanggal 8 Mei 2017 di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta. Sikap ini menjadi pilihan terakhir pemerintah dengan alasan untuk merawat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena HTI dianggap bertentangan dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) berpendapat bahwa tidak ada suatu alasan kuat, bukti melekat dan langkah-langkah hukum yang telah ditempuh terlebih dahulu pada mengelola dinamika ekspresi ataupun wujud berorganisasi dari organisasi-organisasi yang baik memiliki model advokasi berbasis kekerasan maupun model organisasi yang menggunakan persuasi ideologi berbeda dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembubaran suatu organisasi adalah upaya terakhir yang memungkinkan dapat ditempuh oleh negara, dengan catatan bahwa negara memiliki model penegakan hukum yang efektif sebelum upaya ini ditempuh. Namun dalam skenario HTI di Indonesia merujuk versi Wiranto sebagai Menkopolhukam, Kontras tidak melihat praktik penegakan hukum yang teruji dan konsisten dalam isu pengelolaan dinamika hak berorganisasi di Indonesia (kontras.org, 2017).

Transcript of Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran...

Page 1: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

193

Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia

(Studi Kasus pada Proses Produksi Berita Pembubaran HTI di Media Lokal Jategpos)

Ahsani Taqwim AminuddinMagister Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro Semarang

[email protected]

PendahuluanKebijakan pemerintah pada tahun 2017 untuk membubarkan salah

satu organisasi kemasyarakatan Islam yakni Hizbut Tahrir Indonesia dinilai berani dan diskriminatif di lain pihak. Pernyataan mengenai pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disampaikan oleh Wiranto dan beberapa petinggi negara lainnya pada tanggal 8 Mei 2017 di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta. Sikap ini menjadi pilihan terakhir pemerintah dengan alasan untuk merawat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena HTI dianggap bertentangan dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas.

Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) berpendapat bahwa tidak ada suatu alasan kuat, bukti melekat dan langkah-langkah hukum yang telah ditempuh terlebih dahulu pada mengelola dinamika ekspresi ataupun wujud berorganisasi dari organisasi-organisasi yang baik memiliki model advokasi berbasis kekerasan maupun model organisasi yang menggunakan persuasi ideologi berbeda dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembubaran suatu organisasi adalah upaya terakhir yang memungkinkan dapat ditempuh oleh negara, dengan catatan bahwa negara memiliki model penegakan hukum yang efektif sebelum upaya ini ditempuh. Namun dalam skenario HTI di Indonesia merujuk versi Wiranto sebagai Menkopolhukam, Kontras tidak melihat praktik penegakan hukum yang teruji dan konsisten dalam isu pengelolaan dinamika hak berorganisasi di Indonesia (kontras.org, 2017).

Page 2: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

194

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Dengan membubarkan sebuah kelompok, maka tidak serta merta akan menghilangkan pemahaman dan ideologi yang telah melekat dalam diri organisasi maupun ideologi yang dipahami oleh anggotanya, sehingga yang akan terjadi adalah hanya sebatas perubahan nama dan identitas organisasi, namun tetap dengan ideologi yang sama. Dalam proses pembubaran organisasi oleh pemerintah, juga akan menghilangkan legalitas organisasi tersebut, sehingga akan muncul HTI baru walau tanpa pengakuan resmi (legalitas) dari pemerintah. Kelompok agama yang tidak diakui secara hukum oleh negara akan rentan terhadap pelanggaran kebebasan dalam menjalankan kegiatannya dalam bentuk kekerasan dan pelanggaran (Kontras, 2012). Didukung pula dengan data yang menunjukkan bahwa jumlah pelanggaran kebebasan beragama meningkat setiap tahunnya:

Tabel 1.Rekap Kekerasan Kebebasan Keberagaman dan Berkeyakinan

No Tahun Peristiwa Tindakan1 2009 200 2912 2010 216 2863 2011 244 2994 2012 264 317

Sumber : Setara Institute

Diskriminasi terhadap kelompok-kelompok agama yang dianggap berbeda dengan kelompok mayoritas cenderung dilakukan oleh beberapa kalangan. Sayangnya kekerasan terhadap kelompok lebih banyak dilakukan atas nama agama, yang seharusnya agama bisa menghentikan kekerasan dan menyebarkan perdamaian dan musyawarah dalam penyelesaian masalah, serta menjauhi tindakan tidak manusiawi. Project Manager  United Nation Development Programme (id.undp.org) melaporkan bahwa, terdapat beberapa indikator yang mencerminkan diskriminasi agama di Indonesia. Salah satunya adalah ancaman penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain terkait ajaran agama. Misalnya, pelarangan Gafatar pada November 2014, di Nusa Tenggara Timur (NTT), atau pelarangan pengajian Ahmadiyah oleh Polisi di pondok pesantren Soko Januari 2009, sehingga acara tersebut dibubarkan polisi. Diskriminasi terhadap minoritas semakin membesar dan susah

Page 3: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

195

untuk dihentikan dan terselesaikan karena adanya keterlibatan aparat TNI/Polri dan korporasi dalam kasus yang terjadi.

Peran media massa pun tak lepas dari sikap diskriminatif. Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Suwardjono menyebutkan bahwa peran media massa dibutuhkan untuk mengungkap ada apa di balik konflik terhadap kelompok minoritas. Media seharusnya ikut serta mengambil bagian dalam memberikan suara bagi kelompok minoritas dalam memperjuangkan haknya. Tantangan media saat ini berbenturan antara kondisi lapangan dan di ruang redaksi yang lebih memperhatikan click atau rating tapi tanpa solusi. Namun sayangnya terkadang media massa terkesan hanya menjadi pengamat, karena hanya memberitakan awal peristiwa namun tidak menjalankan tugasnya lebih besar.

Padahal seharusnya menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001:141) jurnalis menjadi pemantau kekuasaan/lembaga yang kuat dan menjadi penyambung lidah kelompok tertindas (minoritas). Dalam pasal 7 UU Pers Nomor 40 tahun 1999 pula telah disebutkan bahwa setiap wartawan wajib memiliki dan menaati kode etik, dimana dalam Kode Etik Jurnalistik (Aliansi Jurnalis Independen) disebutkan beberapa poin kode etik dalam peliputan dan pemberitaan, dalam hal keberimbangan, kebebasan, memberi tempat bagi pihak yang kurang berdaya, menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasidan seharusnya jurnalistik menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip kode etik.

Minimnya ruang dalam porsi pemberitaan untuk kelompok minoritas juga mengakibatkan timbulnya kekerasan (diskriminasi) terhadap kelompok minoritas di ranah media. Posisi media hanya sebagai pelapor peristiwa, atau bahkan menjadi pemicu munculnya masalah baru yang hadir karena kesalahan yang dibuat dalam pembentukan berita yang biasanya disebabkan karena ketidakadaanya independensi wartawan. Tidak hanya media melalui jurnalis dan pihak di balik meja redaksi, tindakan tersebut didukung oleh negara yang sering kali mengabaikan hak kelompok minoritas.

Data dari UNDP mengenai gambaran kelompok minoritas dalam Indeks Demokrasi Indonesia dengan menggunakan pemberitaan

Page 4: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

196

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

media sebagai kajian disebutkan bahwa selama periode 2009 hingga 2014, ditemukan bahwa hambatan dan diskriminasi atas dasar agama/keyakinan lebih kuat dibandingkan dengan diskriminasi atas gender, etnis, atau kelompok rentan.  Pada era orde baru etnis china di-diskriminasi karena agama yang mereka anut tidak di akui oleh negara sehingga terpaksa memilih agama yang diakui oleh negara saja. Hal lain adalah karena kebudayaan etnis Tionghoa yang sangat berbeda dengan kebudayaan masyarakat pribumi dan adanya ideologi komunis yang kerap dihubungkan dengan etnis Tionghoa, sehingga kebijakan pada era itu tidak pernah berpihak pada etnis tersebut, baik dalam bidang sosial, ekonomi maupun. Hal serupa dialami oleh kelompok agama Islam yakni Hizbut Tahrir Indonesia yang beberapa bulan terakhir dianggap sesat dalam konteks agama dan dianggap sebagai sebuah organisasi yang mengancam keutuhan dan ideologi pancasila konteks kenegaraan.

Kajian ini berusaha untuk mengungkap permasalahan pokok dalam penelitian ini (1) Bagaimana diskriminasi terhadap kelompok HTI muncul dalam teks berita? (2) Bagaimana hubungan antara agen dan struktur dalam proses pembentukan berita di Media Lokal? Dengan tujuan untuk mendeskripsikan bingkai pemberitaan tentang pembubaran kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia di media lokal serta dengan menggunakan teori strukturasi peneliti akan mendeskripsikan hubungan saling keterkaitan antara agen dan struktur dalam proses pembentukan berita di Media lokal.

Kajian Teori: Teori StrukturasiTeori strukturasi merupakan salah satu konsep yang diperkenalkan

oleh Antony Gidden dengan menjelaskan hubungan antara agen dan struktur dalam suatu proses produksi dan reproduksi sistem sosial (Mosco 2009:185). Stuktur merupakan aturan-aturan dan sumberdaya yang secara terus-menerus diimplikasikan dalam produksi dan reproduksi sosial. Sedangkan agen, berhubungan dengan kekuasaan (yang menentukan). Dalam praktik, agen selalu mempertahankan beberapa kapasitas transformasional, sedangkan aturan merupakan sumber pengetahuan bagi agen untuk bisa melakukan tindakan sosial dengan benar berdasarkan pengetahuan, dan sumberdaya menjadi kekuasaan agen untuk melakukan tindakan sosial sesuai kepentingan (Sutrisno dan Putranto, 2005: 187).

Page 5: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

197

Dalam praktik produksi media, proses produksi tidak bisa terlepas dari apa yang dilakukan jurnalis (agen) dan bagaimana organisasi media (struktur) tempatnya bekerja. Teori strukturasi Gidden dalam kaitannya dengan industri media adalah hubungan saling keterkaitan antara agen dan struktur, dalam produksi berita agen adalah jurnalis/wartawan dan struktur adalah organisasi media dan entitas eksternal yang melingkupi ruang redaksi pengambil keputusan dalam produksi berita.

Metode PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dalam paradigma kritis

dengan menggunakan metode studi kasus dan didukung dengan kerangka analisis wacana kritis, metode fenomenologi dan analisis teks naratif. Analisis Wacana Kritis menurut Van Dijk, bermaksud untuk menganalisis bagaimana wacana memproduksi dominasi sosial, mendorong penyalahgunaan kekuasaan suatu kelompok terhadap kelompok lain dan kelompok bagaimana kelompok melawan penyalahgunaan kekuasaan tersebut. Menurut Fairclough, AWK harus memperhatikan tiga aspek dimensi: (1) Level micro, yakni semua yang mengacu teks. (2) Level meso, yaitu bentuk-bentuk produksi teks/praktik diskursif. (3) level makro, biasanya tertanam dalam praksis budaya sosial yang lebih luas (Haryatmoko, 2017:22-23). Dalam tingkat mikro, peneliti mengamati bagaimana unsur diskriminasi di tampilkan dalam pemberitaan media lokal yakni Jatengpos melalui teks berita seputar pembubaran kegiatan HTI.

Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi untuk mengumpulkan data sehubungan dengan proses pembentukan berita dalam organisasi media lokal. Melalui metode fenomenologi ini, peneliti mencoba mendapatkan gambaran dari pihak pertama terkait dengan proses produksi berita dengan teknik wawancara (Kriyantono, 2015: 130). Untuk melengkapi analisis level meso dan mikro, peneliti juga menganalisis level makro yaitu konteks terjadinya pembubaran kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia secara ringkas. Unit analisis dalam penelitian ini adalah media lokal Jatengpos. Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis terlebih dahulu pada teks media, dengan fokus pada pemberitaan tentang pembubaran kegiatan HTI, dan kemudian melakukan penelitian fenomenologi pada pekerja media yang berada

Page 6: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

198

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

di Jatengpos sebagai pihak pertama dalam proses pembentukan berita di media lokal.

Jatengpos sebagai Jaringan media nasional Jawa Pos yang berbasis di Jawa Tengah. Jatengpos, yang pada awalnya bernama Meteor merupakan media lokal di Semarang (tahun 2000). Meteor merupakan sebuah koran kuning yang terkenal di Semarang yang juga ikut dibentuk oleh iklim reformasi yang melahirkan banyak koran baru. Namun seiring berubahnya keinginan pembaca mengakibatkan turunnya oplah secara drastis yang memaksa Meteor Semarang gulung tikar dan bereinkarnasi menjadi Jatengpos dengan ideologi yang juga ikut berubah, yang tadinya koran kuning menjadi koran putih untuk menjaga eksistensi dan pembaca yang semakin cerdas.

Kebebasan Pers dalam hal ini Jawa Pos Group termasuk Jatengpos dalam terkadang menyisakan permasalahan. Sebuah penelitian oleh Akhmad Khakim (2004) menunjukkan adanya tekanan kelompok massa yakni masyarakat NU (Banser) terhadap proses produksi berita di media Group Jawa Pos (kantor Surabaya). Akibat pemberitaan yang memunculkan perbedaan subjektif berujung pada kesenjangan informasi dan melahirkan prasangka. Pemberitaan di Koran Jawa Pos Group (kantor Surabaya) tentang Banser NU yang kemudian dianggap bahwa media telah melakukan kesalahan dan media telah memiliki agenda politik melalui potensi kekuatan hegemoni. Prangsangka tersebut menguat dan kemudian menjadi alasan Banser untuk menghentikan hegemoni tersebut. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama “Pendudukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) atas Kantor Jawa Pos Graha Pena Surabaya” yang memaksa Jawa Pos tidak terbit dalam sehari.

Jatengpos sebagai media jaringan dari grup Jawa Pos, dewasa ini memberikan ruang penuh kepada ormas yang pernah menduduki kantor pusat grup Jawa Pos ini. Sehingga tidak jarang mendapatkan kritik dari khalayak karena hal tersebut. Penulis artikel di kolom Kompasiana (jaringan milik Kompas Grup), Edwi Yanto, menulis bahwa Banser NU “memperkosa” Demokrasi Masuk ke Jatengpos. Kritik tersebut di tulis setelah terbitnya pemberitaan mengenai tindakan represif Barisan Serbaguna Ansor dalam membubarkan kegiatan kelompok minoritas di Desa Kedondong, Demak (2013).

Page 7: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

199

Berita tersebut dianggap memprihatinkan apalagi di era reformasi seperti saat ini, dimana media dan pemimpin desa, dimana secara tidak langsung melegalkan aksi yang tidak melindungi hak-hak kaum minoritas yang juga merupakan warga Negara Indonesia.

Hasil dan PembahasanMenurut Theodorson & Theodorson, (1979: 115-116) diskriminasi

adalah perlakuan yang tidak sama terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan satu atau beberapa hal (bersifat kategorikal, ras, suku, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial, keyakinan). Diskriminasi dalam konteks penelitian ini, terindikasi melalui tindakan pembedaan, pengucilan, dan pembatasan yang dibuat atas dasar ideologi (pola pikir), yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapus pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dll.

Dalam penelitian ini peneliti memilih 4 berita yang terkait dengan pemberitaan media lokal jaringan Jatengpos tentang diskriminasi terhadap kelompok organisasi Hizbut Tahrir Indonesia oleh organisasi kepemudaan NU (Banser NU) diantaranya: “GP Ansor Serukan Semua Elemen Bangsa Menolak Faham Khilafah” (27 April 2017); “Ditolak, HTI Pindahkan Acara di Hotel” (7 april 2017); “Ansor Sragen tolak HTI” (4 April 2017); “Tangkap Penyebar Paham Khilafah!” (18 April 2016). Untuk mengetahui konstruksi kekerasan (diskriminasi) kelompok dalam pemberitaan, perlu dilakukan analisis teks terhadap berita tersebut.

Diferensiasi kelompokDalam pemberitaan, Jatengpos melakukan pembedaan antara

kelompok mayoritas NU dan kelompok minoritas HTI dengan mengutip dari pernyataan pihak Banser NU sehingga akan sangat terlihat jelas pembedaan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya.

“GP Ansor terus bergerak melawan setiap gerakan radikal dan anti-Pancasila yang berpotensi mengganggu kebhinnekaan, seperti bahaya nyata dari faham khilafah. Kami berpandangan bahwa mengawal NKRI adalah jihad fi sabilillah... (Artikel, “GP Ansor Serukan Semua Elemen Bangsa Menolak Faham Khilafah”, Terbit 27 April 2017)

Page 8: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

200

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Dalam paragraf ini framing media menampilkan bahwa GP Ansor adalah sebuah gerakan yang memiliki sikap patriotisme dan tetap berada dalam jalur yang benar untuk bergerak dalam melawan ancaman yang nyata yang dapat membahayakan kebhinnekaan dan Pancasila sebagai dasar negara. Dan untuk menambah citra positif dan untuk melegitimasi setiap tindakan, dipilih kata jihad, dimana jihad berarti membela hak dan melawan kebatilan, yang dimana dalam melaksanakan akan mendapatkan pahala dan dijanjikan surga oleh Tuhan.

“...faham khilafah yang dapat memecah belah kebhinnekaan bangsa Indonesia. ‘Kami menentang keras dan menolak kegiatan tersebut karena mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Khilafah adalah ajaran menyesatkan karena anti Pancasila sebagai ideologi bangsa dan tidak mengakui NKRI.” (Artikel, “Ditolak, HTI Pindahkan Acara di Hotel” terbit, 7 April 2017)

Pada pemberitaan Jatengpos menyajikan fakta bahwa HTI adalah organisasi tidak taat aturan sedangkan faham Khilafah memecah belah kebhinnekaan bangsa Indonesia dan faham yang menyesatkan karena anti Pancasila sebagai ideologi bangsa. Disisi lain pihak Ansor adalah kelompok yang sangat menjunjung tinggi kebhinnekaan, cinta pancasila dan siap berhadapan dengan pihak-pihak yang tidak mengakui NKRI.

“GP Ansor meminta pemerintah melalui aparat bersikap tegas dan waspada, terutama dalam mengadang gerakan radikal yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas  Ketua GP Ansor Sragen Indro Supriyadi. Jika tidak GP Ansor dan Banser Sragen yang akan bergerak membendung organisasi yang mengusung ideologi khilafah yang bertentangan dengan Pancasila tersebut. Dia menyampaikan ideologi HTI ini sudah mengoyak kebhinnekaan dan persatuan bangsa. Indro tidak ragu menyampaikan bahwa ideologi HTI ini bertentangan dengan Pancasila.” (Artikel, “Ansor Sragen Tolak HTI”, terbit 4 April 2017)

Pada bagian awal, sekali lagi terlihat bagaimana Jatengpos menjadi media untuk menyuarakan pendapat bahwa faham khilafah yang dibawa oleh HTI mengancam Pancasila. Setelah pernyataan tersebut, pada bagian bawah terdapat sebuah kalimat dengan nada ancaman, bukan lagi kepada pihak pembawa faham khilafah, namun ditujukan kepada aparat jika tidak bertindak tegas terhadap ideologi tersebut.

Page 9: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

201

Pembatasan Atas Dasar IdeologiSalah satu bentuk diskriminasi adalah pembatasan untuk tujuan

menghapus pengakuan. Tujuan utama dalam penolakan kegiatan HTI oleh Banser adalah untuk menghapus atau mengurangi pengaruh organisasi HTI dengan jalan melalui pembatasan-pembatasan.

“Organisasi radikal semacam ini harus dibubarkan. Jangan dibiarkan merongrong NKRI. Solkhan maupun Suharmato mengaku tidak bertanggung jawab jika sampai terjadi gerakan massa yang akan membubarkan kegiatan tersebut jika tetap dilaksanakan.” (Artikel, “Ditolak, HTI Pindahkan Acara di Hotel”, terbit 7 April 2017)

Di bagian akhir dimunculkan sebuah pendapat bernada ancaman, yang berupa ancaman jika kegiatan tetap dilaksanakan oleh pihak HTI. Intimidasi disajikan ditampilkan seolah-olah jika aksi massa yang tidak dapat dibendung terjadi adalah sebuah kewajaran, sebab pihak dari Ansor telah mengkonfirmasi terlebih dahulu, dan hal itu seakan dinilai cukup untuk bisa menjadi legitimasi jika terjadi gerakan massa yang akan melakukan pembubaran sebagai bentuk penolakan terhadap kegiatan tersebut, dimana kegiatan tersebut dinilai oleh pihak Ansor tidak seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya mendapatkan izin oleh pihak kepolisian.

“…menangkap atau mengamankan pihak-pihak yang menyebarkan paham radikal baik secara langsung maupun melalui poster maupun spanduk. Perintah Yaqut Cholil Qoumas, menindaklanjuti kasus yang terjadi di Pamotan, Kabupaten Rembang di mana kalangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan propaganda untuk menegakkan negara khilafah.” (Artikel, “Ketua Umum Ansor: Tangkap Penyebar Paham Khilafah!”, Terbit 18 April 2016).

Bagian tersebut memulai berita dengan kalimat seruan dari Ketua GP Ansor kepada Banser untuk menangkap dan mengamankan pihak-pihak yang menyebarkan faham radikal, baik melalui poster/spanduk atau secara langsung. Faham radikal dalam hal ini yakni faham khilafah yang dibawa oleh pihak HTI. Dengan menganalisis bentuk seruan diatas, secara langsung pihak Jatengpos menampilkan sisi kepahlawanan atau keberanian Ansor dalam menyikapi hal yang dianggap sebagai ancaman. Dan hal tersebut adalah sebuah pembatasan bagi kelompok sasaran dalam menyebarkan fahamnya.

Page 10: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

202

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Untuk mendukung penelitian teks, peneliti mewawancarai pihak yang menjadi pihak pertama dalam produksi berita yang telah dianalisis. Sama halnya dengan kantor berita pada umumnya, Jatengpos dalam memproduksi berita mendapatkan langsung dari wartawan yang kemudian meneruskannya ke meja redaksi melalui surat elektronik (email), bukan hanya versi cetak, online pun demikian. Dalam produksi berita di lapangan menurut informan 3 sebagai seorang wartawan, wartawan memiliki jaringan salah satunya organisasi kemasyarakatan Islam, salah satunya adalah pihak NU maupun Muhammadiyah, sebagai ormas yang dikenal luas di kota Semarang atau Jawa Tengah.

Tidak ada yang salah dari sebuah relasi antara media dan organisasi kemasyarakatan dalam mendapatkan berita, namun, menurut informan 2 selaku redaktur online, pihak Jatengpos hanya memberikan ruang dan membentuk relasi dengan organisasi kemasyarakatan yang dianggap mendukung dan memiliki landasan NKRI, dan tidak akan meliput atau memberikan ruang kepada pihak-pihak yang dianggap telah bertentangan dengan apa yang telah diwacanakan oleh pemerintah.

Menurut informan 2, sebagai redaktur online Jatengpos, latar belakang serta kedekatan wartawan dengan salah satu organisasi kemasyarakatan Islam yakni NU dan juga Muhammadiyah akan berpengaruh dengan ruang dan ketersediaan berita yang akan disajikan mengenai kegiatan dan opini dari organisasi masyarakat seperti Nahdlatul Ulama, walaupun pihak Jatengpos tidak secara khusus menempatkan satu atau lebih wartawan untuk meliput khusus kegiatan ormas tersebut layaknya pemerintahan.

Menurut informan 3 sebagai wartawan, walaupun beberapa wartawan tidak memiliki latar belakang dan kedekatan emosional dengan ormas tertentu (Nahdlatul Ulama) wartawan memiliki jaringan komunikasi (link) dengan ormas tersebut untuk informasi dan update seputar informasi dan kegiatan yang dilakukan. Jaringan yang didapatkan bermacam-macam, termasuk dari dalam kampus atau instansi pendidikan. Berita-berita yang didapatkan khusus untuk kegiatan organisasi kemasyarakatan seperti NU tidak hanya langsung diliput oleh wartawan, namun adapun yang melalui rilis yang ditulis oleh pihak Ormas itu sendiri yang kemudian dikirim ke meja redaksi untuk kemudian di cetak jika memenuhi keinginan untuk pemberitaan.

Page 11: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

203

Untuk keterlibatan pemerintah menurut informan 1, selaku redaktur media cetak, tidak dalam porsi yang besar, apalagi atas nama pemerintah. Untuk tingkat daerah Jawa Tengah, pemerintah terlibat sebagai salah satu pengiklan. Dengan kata lain bahwa, pemerintah daerah memiliki BUMD yakni Bank Jateng, yang merupakan pengiklan di media situs penelitian. Walau tak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan dari pihak pemerintah sendiri.

Munculnya isu bahwa salah satu ormas yakni HTI kemudian dibubarkan pemerintah dengan alasan tidak mendukung NKRI dan Pancasila, penguatan identitas, khususnya ideologi pancasila menjadi sangat hangat untuk diangkat media. menurut informan 2, salah satu cara pemerintah untuk menyebarkan dan menaturalisasikan ideologi pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang harus dipertahankan di Negara Indonesia, dan siapapun yang diklaim tidak mendukung dan anti-pancasila oleh pemerintah, maka pihak tersebut harus diberikan sanksi, termasuk saksi sosial. Media massa merupakan alat untuk melawan berita-berita hoax atau palsu. Sehingga pancasila dan isu kebhinnekaan adalah isu utama yang kerap diangkat dalam pemberitaan beberapa bulan terakhir.

Informan 3 selaku wartawan, mengaku sejauh ini tidak pernah menerima intervensi atau sekedar saran yang dirasa tidak perlu dilakukan oleh wartawan tersebut dalam proses pencarian berita di lapangan. Setiap pemberitaan di lapangan di lakukan dengan style sendiri-sendiri. Walaupun untuk relasi dengan pemerintahan harus tetap ada.

Hal yang paling penting dalam komunikasi massa menurut McQuail (2011:254-155) adalah keputusan terakhir dalam publikasi. Asumsi teori liberal bahwa kepemilikan media dapat dipisahkan dari kontrol dan keputusan editorial, dibagi dengan pola bahwa keputusan kepemilikan lebih kepada sumber, strategi bisnis, dan sebagainya, sedangkan keputusan mengenai konten adalah profesionalisme dari editorial. Tetapi bagaimanapun untuk kepemilikan media tetap dikategorikan sebagaimana dikatakan Tunstall dan Palmer bahwa, apakah media tersebut perusahaan publik atau swasta, jaringan besar atau konglomerasi media, atau perusahaan kecil yang mandiri. Selain itu, pengaruh lain dari kepemilikan media adalah apakah perusahaan

Page 12: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

204

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

media dimiliki oleh raja media atau mogul, dengan tujuan untuk menaruh kepentingan pribadi dalam kebijakan editorial (McQuail, 2011:254).

Menurut informan 1, untuk keterlibatan pihak Jawa Pos (jaringan pusat yang bertempat di Jakarta) keterlibatannya akan pemberitaan media daerah, dalam hal ini Jawa Tengah dinilai jarang kecuali beberapa hal. Salah satunya adalah isu yang berkaitan dengan big bos (salah satunya Dahlan Iskan selaku pemilik jawa pos grup). Selain itu, pemilihan isu yang layak untuk diangkat juga melibatkan pihak Jawa Pos dipusat, dengan kata lain bahwa pihak di Jakarta mengkomunikasikan isu-isu yang menarik untuk diangkat melalui pihak pimpinan redaksi jaringan di daerah dalam hal ini Jatengpos.

Dalam hal profesioanlisme pembentukan berita, peneliti kemudian memberikan pertanyaan seputar pelatihan yang sering dilakukan organisasi media atau diikuti oleh wartawan sendiri. Informan 1 menyatakan bahwa, Jatengpos hampir tidak pernah melakukan pelatihan jurnalistik kepada wartawan/karyawan, tapi tetap membebaskan karyawannya untuk ikut di luar, dengan cara memberikan informasi jika ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan di luar. Sedangkan untuk informan 3, selaku pihak wartawan, pelatihan kadang didapatkan di luar organisasi media. Walau hal tersebut masih dirasa kurang karena setiap media hanya diwakilkan satu ataupun dua untuk diikutkan dalam kegiatan pelatihan yang biasanya diadakan di PWI (Jakarta).

Untuk melengkapi analisis level meso dan mikro, peneliti juga menganalisis level makro yaitu konteks terjadinya pembubaran kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia secara ringkas. Ada benang merah dari empat berita yang dianalisis. Berita banyak berasal dari narasumber pihak pertama sebagai pihak yang membubarkan, beberapa penyataan digunakan sebagai lead berita. Kedua, Narasumber kebanyakan dipilih berasal dari kelompok yang mendukung terhadap kebijakan pemerintah. Berita yang disajikan Jatengpos secara konsisten menolak kehadiran kegiatan dan bahkan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia, dan menempatkan HTI sebagai sumber masalah.

Sejak masuknya Hizbut Tahrir ke Indonesia, kemudian mendirikan Organisasi yakni Hizbut Tahrir Indonesia, lalu di dukung oleh

Page 13: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

205

runtuhnya rezim menjadi awal kebebasan berbicara muncul hingga saat ini, dimana semua pihak bebas mengeluarkan pendapatnya. Pergerakan paling nampak (nyata) oleh Hizbut Tahrir di Indonesia adalah pasca diadakannya Konferensi Khilafah Internasional pada tanggal 12 Agustus 2007 lalu. Kegiatan yang dihadiri oleh seluruh anggota HTI se-Indonesia untuk lebih mengenalkan konsep khilafah pada seluruh anggota maupun masyarakat luas. HTI juga sering melakukan silaturrahmi ke sejumlah ormas, partai dan media massa melalui delegasi DPP HTI (Sayuti, 2008:48).

Perkembangan sosial-politik di Indonesia pada akhir 2016 kemudian memotivasi Hizbut Tahrir Indonesia melakukan gerakan-gerakan untuk menuntut pemerintah melakukan kebijakan dan beberapa kali pula melakukan penolakan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah pada era kepemimpinan Jokowi, ditambah pula dengan kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Bisa dikatakan pula HTI adalah organisasi penggerak dari beberapa aksi bela islam yang telah digelar di Jakarta.

Konsep khilafah dan demonstrasi dengan massa yang semakin banyak itulah yang kemudian memunculkan pengukuhan identitas pancasila untuk melawan ideologi lain yang masuk ke Indonesia. Namun sayangnya penguatan identitas pun tak lepas dari adanya sisi negatif, yakni manakala sebuah kelompok telah mengabaikan perbedaan dan keragaman, termasuk dari keragaman cara pandang, dan keragaman pola pikir. Penguatan identitas yang bersifat negatif akan muncul dalam bentuk kebencian/ketidaksukaan kepada kelompok lain, terutama dari kelompok mayoritas/dominan ke kelompok yang minoritas/berbeda (Fealy dan White, 2008; Kasong, 2016: 59-61).

Sebelumnya, hingga tahun 2015, pergerakan HTI tidak pernah mendapat penolakan atau perlawanan, apalagi dalam bentuk perlawanan fisik. Setelah banyaknya aksi yang dilakukan, yang pada ujungnya ditakutkan akan mengancam, baik eksistensi dari organisasi Islam lain maupun pemerintah, beberapa kegiatan HTI di berbagai kota dihentikan oleh massa, ada pula yang berujung ricuh. Kegiatan yang disebut sebagai Masirah Panji Rasulullah (MaPaRa) dilakukan oleh HTI sebagai sarana untuk memperkenalkan simbol Islam kepada khalayak kegiatan ini dilakukan di 35 Kota. (Joko Prasetyo, 2017).

Page 14: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

206

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Di Makassar, Kegiatan Tablig Akbar dan Masirah Panji Rasulullah di Lapangan Karebosi pada tanggal 16 April 2017 dibubarkan dengan alasan tidak memiliki izin kepolisian dan tidak sesuai ideologi Pancasila (Didit Haryadi, 2017). Di Banjarmasin,  Kepolisian Resor Kota Banjarmasin pun terpaksa membubarkan kegiatan tabligh akbar yang diadakan pada tanggal 16 April 2017 dengan alasan belum mendapatkan izin. Namun, koordinator Tabligh Akbar HTI Kalsel membantah bahwa polisi telah merilis izin resmi atas tabligh akbar HTI di Taman Bekantan (Diananta P. Sumedi, 2017).

Untuk kota Semarang dan sekitarnya pun terjadi aksi pembubaran. Kegiatan yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Kota Semarang dibubarkan oleh polisi dan ratusan orang dari berbagai ormas kepemudaan. Kegiatan yang digelar di Guntur Hall Hotel Grasia Semarang itu didatangi oleh organisasi kepemudaan yang kemudian meminta acara dibubarkan bahkan sebelum acara tersebut dimulai. (Purbaya, 2017). Ketua DPD I HTI Jateng Abdullah didampingi pengurus HTI Jateng menginginkan acara itu tetap terlaksana. Kapolrestabes tegas memutuskan agar kegiatan harus dibatalkan dengan mempertimbangkan keamanan dan keselamatan semua pihak (Huda, 2017).

Dengan alasan menindaklanjuti keresahan dan protes warga terhadap faham khilafah yang dibawa oleh HTI, pemerintah kemudian mengeluarkan wacana pembubaran HTI pada pada tanggal 12 Mei 2017, meskipun sudah dikatakan bahwa proses pembubaran akan menuai waktu yang panjang, salah satunya proses hukum, namun kata pembubaran oleh pemerintah telah disebutkan dan diartikan oleh sebagian masyarakat bahwa HTI telah bubar dan tidak berhak lagi melakukan aktifitas legal apapun di Indonesia. Dengan terbitnya pernyataan melalui media-media dari pemerintah tersebut, maka keberanian ormas lain yang tidak setuju dengan faham atau pemikiran oleh HTI akan mendapat legitimasi untuk semakin menekan anggota dari kelompok ini dengan alasan menjaga keutuhan bangsa dan kebhinnekaan atau NKRI.

Dalam perjalanan HTI sebagai organisasi transnasional, sejak awal selalu berhadapan dengan organisasi pribumi yaitu Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang tidak sejalan

Page 15: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

207

dengan ideologi atau faham yang dibawa oleh HTI. Rafiuddin sebagai seorang Nahdliyin (sebutan untuk pengikut Organisasi NU), dalam penelitiannya (2015) menyebutkan bahwa pihak yang paling banyak merasa “dirugikan” dengan hadirnya Hizbut Tahrir di Indonesia adalah pihak NU. Karena banyaknya warga NU yang juga termasuk ke dalam pengurus struktural yang ikut menjadi bagian dari gerakan HT. PBNU pun mengeluarkan instruksi larangan kepada seluruh pengurus dan warga NU mengikuti HTI. Sering pula diadakan debat terbuka antara NU dan HTI di sejumlah daerah.

Konsep Khilafah adalah konsep yang dibawa oleh HTI sebagai sesuatu syariat yang harus diterapkan. Sedangkan tulisan Abdurrahman Wahid (2011:81-88) beranggapan bahwa Islam sendiri tidak memiliki konsep yang jelas tentang sebuah negara. Pada masa pemimpinan Rasulullah Saw yang kemudian digantikan Sayyidina Abu Bakar, kemudian digantikan oleh Umar Bin Khattab sebelum Abu Bakar wafat. Menurut Gus Dur, sama dengan penunjukkan seorang Wakil Presiden di masa modern ini. Dari segi ukuran pun tidak jelas, sepeninggal Nabi, Madinah tanpa ada kejelasan mengenai bentuk pemerintahan bagi kaum muslimin. Masa Umar bin Khattab, Islam merupakan imperium terbesar di dunia dimana wilayahnya mulai dari pantai timur Atlantik hingga Asia Tenggara dan tidak ada kejelasan juga apakah sebuah negara Islam berukuran mendunia atau sebuah bangsa saja. Gagasan Negara Islam adalah sesuatu yang tidak konseptual, dan tidak diikuti oleh mayoritas kaum muslimin tapi hanya dipikirkan oleh sejumlah orang dan kelompok saja.

Sejalan dengan tulisan Gus Dur, Effendi (2011:433-447) juga menulis tentang konsep negara Islam yang tawarkan oleh HTI, dimana gagasan tersebut dianggap belum matang,. Organisasi Islam HTI kerap menjadikan sejarah Islam yang gemilang dimasalalu sebagai acuan, dimana sistem Khilafah masih jaya.

DiskusiSebagai media lokal jaringan yang memiliki tugas memantau

kekuasaan dan penyambung lidah kelompok tertindas, Jatengpos seharusnya independen dari campur tangan pihak lain. Dengan tujuan untuk mendinginkan suasana seharusnya media mengkritisi tindakan-

Page 16: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

208

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

tindakan kekerasan oleh kelompok dan pihak kepolisian terhadap kelompok yang melakukan kegiatannya.

Menurut Sara Mills, dasar dari kerjaan wartawan adalah untuk melaporkan peristiwa dan pendapat aktor yang terlibat dalam suatu peristiwa. Dimana semua aktor mendapatkan kesempatan yang sama untuk menggambarkan diri dalam peristiwa yang terjadi. Namun terkadang setiap orang tidak mendapatkan kesempatan yang sama sehingga salah satu yang terjadi adalah ada pihak yang berada dalam posisi subjek dan objek. Dimana subjek memiliki kesempatan untuk menampilkan dirinya sedangkan objek tidak memiliki ruang untuk menjelaskan diri dan posisinya, bahkan kehadiran dan representasinya di hadirkan oleh orang lain (Eriyanto, 2001:201).

Masuknya pernyataan kelompok penentang HTI dan mengabaikan suara kelompok yang dirugikan adalah sebuah kesalahan dalam hal keberimbangan dan akan membuat pihak Jatengpos melanggar prinsip cover both sides. Pelanggaran prinsip cover both sides terlihat jelas dalam keempat berita dan sikap pewarta dan redaksi untuk tidak memberikan ruang dan peliputan terhadap kegiatan organisasi yang tidak sejalan dengan yang diwacanakan pemerintah, salah satunya adalah HTI, padahal Indonesia adalah negara demokrasi, dimana penerapan prinsip yang mendukung HAM merupakan bagian dari demokrasi. Kepekaan jurnalis terhadap HAM membuatnya mampu menakar peranan yang harus dilakukan pemerintah terhadap warganya. Sehingga jika prinsip-prinsip demokratis tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah maka jurnalis seharusnya melakukan kritik melalui berita. Seperti yang dilakukan oleh AJI dalam menyikapi kebijakan pemerintah untuk membubarkan HTI dianggap sebagai suatu kebijakan yang diskriminatif dan tebang pilih. Althusser menjelaskan bahwa ekonomi-politik menjadi alasan wacana tentang ideologi ada pada konteks reproduksi syarat-syarat produksi. Salah satu efek dari ideologi adalah naturalisasi relasi produksi (menjadikan relasi produksi yang ada nampak alamiah). Dalam proses naturalisasi ada dua aparatus yaitu aparatus represif (pemerintah, pengadilan, penjara, angkatan bersenjata), dan jenis aparatus lain yang bekerja secara lebih ‘halus’ atau disebut juga aparatus ideologis negara (agama, pendidikan, keluarga, kebudayaan, pers, radio, televisi) (Althusser, 2005:3-25).

Page 17: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

209

PenutupSalah satu cara untuk melawan krisis identitas adalah penguatan

identitas, namun yang disayangkan munculnya sisi negatif dari penguatan identitas tersebut yang pada akhirnya ditakutkan akan mengakibatkan konflik. Penguatan identitas dalam hal ini ideologi akan berlangsung melalui media massa termasuk pers.

Dalam penelitian ini, pertama, ditemukan bahwa adanya penguatan identitas yang bersifat negatif dalam teks media, dengan cara melakukan kategorisasi pada “pihak yang baik melawan buruk”, “pihak kita dan pihak mereka”. Dengan menempatkan HTI sebagai pihak yan anti-kebhinnekaan dan berbahaya terhadap pancasila, sedangkan pihak Banser sebagai pihak yang membubarkan acara atau kegiatan HTI adalah pihak yang membela kebhinnekaan dan menjaga pancasila.

Kedua, dalam penelitian ini ditemukan bahwa adanya interelasi antara agen dan struktur, baik struktur sosial, institusional dan organisasi. Dalam struktur sosial, agen dan struktur (dalam hal ini ormas Islam terbesar di Indonesia - Nahdlatul Ulama) saling mempengaruhi dengan cara adanya keterikatan emosi yakni lingkungan antara beberapa wartawan dengan organisasi ormas, dalam hal ini NU. Pihak Banser yang dikenal sebagai organisasi kepemudaan dari NU yang juga dikenal oleh masyarakat luas memiliki ideologi nasionalisme, akan sangat diberi ruang oleh pihak media dengan alasan mengikuti wacana dari pemerintah, dan aksesnya terhadap media pun akan mudah dengan mengirimkan rilis kepada redaksi setelah melakukan kegiatannya.

Dalam penelitian ini pula ditemukan adanya hubungan agen dan struktur institutional dalam hal ini pemerintah atau negara walau dikatakan bahwa tidak langsung dengan menggunakan nama pemerintahan atau atas nama pemerintah, namun melalui pengiklan, singkatnya, pemerintah bisa saja mempengaruhi dengan jalan mengiklankan Bank (BUMD) Jateng yang tidak lain adalah milik pemerintah Gubernur jawa Tengah. Walaupun hal itu tudak sepenuhnya bisa dikendalikan atas nama pemerintah melalui pengiklan, sebab media (agen) pun memiliki kekuatan untuk tetap menentukan berita yang akan dicetak, tetapi akan tetap di-soft-kan jika berhubungan dengan pengiklan diatas.

Page 18: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

210

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Selanjutnya adalah ditemukan adanya hubungan keterkaitan antara agen dan struktur organisasi media dalam hal ini Jawa Pos. Sebagai media jaringan pihak Jawa Pos yang berada di pusat (Jakarta) pun memiliki kendali dalam produksi berita, apalagi jika pemberitaan atau isu yang diangkat berkaitan dengan Big Bos (dalam kasus ini contohnya kasus Dahlan Iskan), kendali pusat pun bisa juga berbentuk pemberian/penawaran isu-isu yang menarik/wajib dan bagus untuk di angkat kepada awak media melalui pemimpin redaksi Jatengpos di semarang, namun untuk urusan peliputan di daerah dan pengolahan didaerah, tetap diberikan kepada pihak jaringan lokal yang ada di daerah.

Dalam analisis teks, peneliti menemukan, pernyataan dan narasumber yang diberi ruang adalah didominasi datu pihak, tanpa adanya ruan bagi pihak kedua untuk mengutarakan pendapat dan alasannya. Pelaporan berita yang berimbang diperlukan upaya dan sikap dari wartawan dan pihak media untuk memberikan kesempatan yang sama adilnya kepada pihak yang dirugikan untuk memberikan tanggapannya.

Salah satu poin dari pers bertanggungjawab adalah media harus memproyeksikan gambaran yang mewakili kelompok-kelompok dalam masyarakat, mencakup nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kelompok, dan tidak mengecualikan kelemahan kelompok. (Kusumaningrat, 2014:52-53). Dalam etika jurnalistik, jurnalis dituntut untuk bisa menghasilkan berita yang berimbang dan tidak memihak (cover both sides), sehingga akan sangat diharapkan untuk jurnalis dan media, termasuk media lokal dalam penelitian ini yaitu Jatengpos, untuk menciptakan karya jurnalistik positif yang dapat menciptakan keamanan dan menghindari konflik dengan jalan menampilkan berita yang berimbang dan tidak memihak.

Page 19: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

211

Daftar PustakaAlthusser, Louis. (2015). Ideology and Ideological State Apparatuses:

Catatan-catatan Investigasi. Jakarta: IndoPROGRESS.

Boy ZTF, Pradana. (2017). Diskusi Islam di Indonesia: Moderat, Progresif dan Radikal. Dalam Azra, Azyumadri, dkk. Re-formulasi Ajaran Islam: Jihad, Khilafah, dan Terorisme. Bandung: Mizan.

Cramer, Jamet M. McDevit, Michael. (2004). Ethnographic Journalism dalam Iorio, Sharon H. ed. (2004). Qualitative Research in Journalism: Taking it to the Streets. London:Lawrence Erlbaum. 127-144.

Effendy, Bahtiar. (2011). Islam Dan Negara: Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Democracy Project

Eriyanto. (2011). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS

Kasong, Usman. (2016). Jurnalisme Keberagaman: Untuk Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: Media Indonesia

Krisyantono, Rachmat. (2015). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Kovach, Bill. Rosenstiel, Tom. (2001). Sembilan Elemen Jurnalisme: Apa yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Jakarta: Pantau

Kuswarno, Engkus. (2008). Metode Penelitian Komunikasi: Fenomenologi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran

Kusumaningrat, Hikmat. Kusumaningrat, Purnama. (2014). Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Rosdakarya.

McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa, Edisi 6. Jakarta: Salemba.

Robert M. Entman and Andrew Rojecki. (1993). Freezing out the public: elite and Media Framing of the U.S. Anti-Nuclear Movement.  Politicat Communication, Volume 10, pp. 155-173.

Mosco,Vincent. (2009). The Political Economy of Communication. 2nd ed. London: Sage Publications

Page 20: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

212

Mediamorfosa : Transformasi Media Komunikasi di Indonesia

Sutrisno, Mudji. Putranto, Hendar.  (Eds). (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Jogjakarta: Kanisius

Theodorson, George A, and Achilles G. Theodorson. (1979). A Modern Dictionary of Sociology. New York, Hagerstown, San Francisco, London: Barnes & Noble Books.

Jurnal dan Penelitian

Shobron Sudarno. 2016. Model Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia. Jurnal UMS. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta (Diakses melalui journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/download/1966/1379 pada tanggal 23 Mei 2017 pukul 16:31 WIB)

Sayuti. (2008). Hizbut Tahrir Perjuangan Menegakkan Khilafah, Respon Masyarakat Terhadap HTI Cabang Jambi, Kontekstualita: Vol. 24, No.2. Desemeber 2008.

Internet

Iskandar. Arief B. (2007). Apa Itu Khilafah?. Hizbut-Tahrir.or.id. diakses melalui, https://hizbut-tahrir.or.id/2007/10/01/apa-itu-khlafah/ pada tanggl 30 Mei 2017 tanggal 11:32 WIB

Prasetyo, Joko. (2017). Gempita Mapara sukses di 35 kota. Hizbut Tahrir Indoneisa. (diakses dari https://hizbut-tahrir.or.id/2017/05/02/gempita-mapara-sukses-di-35-kota/ tanggal 30 Mei 2017, pukul 14:01 WIB)

Haryadi, Didit. (2017). Ricuh, Pembuabran Tablig Akbar HTI Makassar, ini kata Polda Sulses. Tempo.co. (di akses dari https://m.tempo.co/read/news/2017/04/16/078866536/ricuh-pembubaran-tablig-akbar-hti-makassar-ini-kata-polda-sulsel pada tanggal 30 Mei 2017 pada pukul 14:14 WIB).

Sumedi, Diananta P. (2017). Polisi bubarkan kegiatan HTI kalimantan selatan di Banjarmasin. Tempo.co. (diakses melalui (https://m.tempo.co/read/news/2017/04/16/ 058866460/polisi-bubarkan-kegiatan-hti-kalimantan-selatan-di-banjarmasin pada tanggal 30 Mei 2017, pukul 14:35 WIB)

Purbaya. (2017). Tak berizin, acara HTI di Semarang dibubarkan. detikNews.com. (diakses dari https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3469640/tak-berizin-acara-hti-di-semarang-dibubarkan pada tanggal 30 Mei 2017, pukul 14:50 WIB)

Page 21: Diskriminasi Media Lokal dalam Pemberitaan Pembubaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/13/BOOK_Mediamorfosa...Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia ... HTI baru walau

Ahsani Taqwim Aminuddin, Diskriminasi Media Lokal...

213

Huda. M Nur. (2017) Polisi dan Banser NU bubarkan acara Hizbut Tahrir di Kota Semarang. Tribunnews.com. (di akses di http://jateng.tribunnews.com/2017/04/09/polisi-dan-banser-nu-bubarkan-acara-hizbut-tahrir-di-kota-semarang?page=2 tanggal 30 Mei 2017 pukul 16:41 WIB)

Malik,  Dusep. Faisal,  Nur.(2017). Kisah Gus Dur dan Dahlan Iskan Mati-matian bangun Bank NU. Vivanews.com. (diakses dari http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/905529-kisah-gus-dur-dan-dahlan-iskan-mati-matian-bangun-bank-nu pada tanggal 30 mei 2017, pukul 16:50 WIB

Tim Kontras. (2017). Merespons Situasi Toleransi dan Kebebasan Berpendapat di Indonesia: Ada Ongkos Besar Mengamputasi HTI dan Ahok untuk Masa Depan Hukum & HAM. Diakses dari http://www.kontras.org/home/index.php?module=pers&id=2379) pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 13:43 WIB