disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara...

34
x UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya disertasi yang berjudul: “Industrialisasi Seni Kriya pada Era Globalisasi di Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali” dapat diselesaikan. Disertasi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., selaku Promotor yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, semangat kepada penulis, agar segera dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmadja, M.A., selaku Ko-Promotor I yang telah banyak membimbing penulis dalam memahami paradigma kajian budaya dan menerapkan teori-teori kritis yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Hal ini sangat membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi ini. Dr. I Nyoman Dhana, M.A., selaku Ko-Promotor II yang telah banyak membimbing dan memberikan dorongan, semangat, dan koreksi secara mendetail dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. dr. I Ketut Swastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana. Prof. Dr. Made Budiasa, M.A. selaku Asisten Direktur I dan Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra, Ph.D., selaku Asisten Direktur II atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menerima beasiswa. Terima kasih pula disampaikan kepada Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawana, S.U. selaku Ketua dan Dr. Putu Sukarja, M.Si. selaku Sekretaris Program Doktor Kajian Budaya yang telah memberikan fasilitas pendidikan, motivasi, semangat, dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan disertasi ini. Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada dosen-dosen S3 Kajian Budaya yang telah memberikan materi dan bimbingan selama perkuliahan, dengan berbagai warna dasar keilmuan, yang dapat memberikan pengayaan vii

Transcript of disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara...

Page 1: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya

disertasi yang berjudul: “Industrialisasi Seni Kriya pada Era Globalisasi di

Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali” dapat diselesaikan.

Disertasi ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A., selaku

Promotor yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, semangat kepada

penulis, agar segera dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada Prof. Dr. I Nengah

Bawa Atmadja, M.A., selaku Ko-Promotor I yang telah banyak membimbing penulis

dalam memahami paradigma kajian budaya dan menerapkan teori-teori kritis yang

berkaitan dengan masalah penelitian ini. Hal ini sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan disertasi ini. Dr. I Nyoman Dhana, M.A., selaku Ko-Promotor II yang

telah banyak membimbing dan memberikan dorongan, semangat, dan koreksi secara

mendetail dalam penyelesaian disertasi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. dr. I

Ketut Swastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana. Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp.S.(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Prof. Dr. Made Budiasa, M.A. selaku Asisten Direktur I dan Prof. Dr. Made Sudiana

Mahendra, Ph.D., selaku Asisten Direktur II atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menerima beasiswa. Terima kasih pula disampaikan kepada Prof. Dr.

A.A. Bagus Wirawana, S.U. selaku Ketua dan Dr. Putu Sukarja, M.Si. selaku

Sekretaris Program Doktor Kajian Budaya yang telah memberikan fasilitas

pendidikan, motivasi, semangat, dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan

disertasi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada dosen-dosen S3

Kajian Budaya yang telah memberikan materi dan bimbingan selama perkuliahan,

dengan berbagai warna dasar keilmuan, yang dapat memberikan pengayaan vii

Page 2: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xi

tersendiri pada penulis. Beliau tersebut adalah: Prof. Dr. I Gde Widja, M.A.;

Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmadja, M.A.; Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.; Dr. I Gede

Mudana, M.Si.; Dr. I Putu Sukarja, M.Si.; Dr. Ida Bagus Gde Pujaastawa, M.A.; Dr.

Industri Ginting Suka, M.S.; Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.; Dr. I Nyoman Dhana,

M.A.; Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.; Prof. Dr. A.A. Ngr. Anom Kumbara,

M.A.; Prof. Dr. Aron Meko Mbete,; Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A.; Prof. Dr. I Gde

Semadi Astra,; Prof. Dr. I Ketut Nehen, S.E., M.Ec.; Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A.;

Prof. Dr. Ing. I Made Merta, ; Prof. Dr. I Ketut Mertha, S.H., M.H.; Prof. Dr. Irwan

Abdullah; Prof. Dr. Koento Wibisono; Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.; Prof.

Dr. Shri E. Ahimsa Putra, M.A.

Terima kasih pula disampaikan kepada dewan penguji disertasi ini, yaitu:

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A.; Dr. I

Nyoman Dhana, M.A.; Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.; Prof. Dr. I Gde

Parimartha, M.A.; Prof. Dr. Ir. Sulistyawati, M.S.; Dr. I Putu Sukarja, M.Si.; Dr. Ni

Made Wiasti, M.Hum., yang telah memberikan masukan, perbaikan, kritik,

sanggahan, koreksi, maupun saran sehingga disertasi ini dapat diwujudkan seperti

sekarang ini.

Terima kasih disampaaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

yang telah memberikan bantuan beasiswa (BPPS), serta seluruh staf administrasi

Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada para staf/pegawai Program Doktor Kajian Budaya, yaitu: I Putu Sukaryawan,

S.T.; Dra. Ni Luh Witari; Ni Wayan Ariyati, S.E.; Cok Istri Murniati S.E.; A.A. Ayu

Indrawati; I Nyoman Candra; Putu Hendrawan; Ketut Budi Astra yang telah banyak

memberikan bantuan fasilitas dan informasi administrasi selama penulis menempuh

studi di Program Doktor Kajian Budaya.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. I Nyoman

Jampel, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang telah

memberikan izin studi lanjut kepada penulis, sehingga penulis berkesempatan

menambah pengetahuan serta wawasan keilmuan di bidang Kajian Budaya. Dekan

Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A., yang selalu

mendorong dan memberi semangat untuk menyelesaikan studi ini. viii

Page 3: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xii

Terima kasih disampaikan pula kepada teman-teman seperjuangan dalam

suka maupun duka di Program Doktor Kajian Budaya angkatan 2012/2013, yaitu:

A.A. Gde Bagus Udayana, I Wayan Sujana, I Nyoman Sukerna, I Made Pageh,

Bambang Dharwiyanto Putro, I Wayan Mudra, I Gde Wirata, I Ketut Sariada, A.A.

Nyoman Sri Wahyuni, I Gusti Ketut Purnaya, I Gede Susila, Ida Ayu Trisna Wati, I

Made Ary Widiastini, Ni Wayan Ardini, I Dewa Ayu Sri Suastini, Ida Ayu Kade Sri

Sukma Dewi, I Nyoman Mardika, Sri Ratnawati, Suroyo, dan Komang Sri Marheni.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan di Jurusan

Pendidikan Seni Rupa, Drs. Hardiman, M.Si., Drs. Mursal Buyung, Drs. Agus

Sudarmawan, M.Si., Drs. Jajang Suryana, M.Sn., Drs. I Ketut Supir, M.Hum., Dr. I

Ketut Sudita, M.Si., Dra. Luh Suartini, M.Pd., Drs. I Gusti Nyoman Widnyana,

M.Erg., Drs. I Gusti Ngh. Sura Ardana, M.Sn., Drs. I Gede Eka Harsana K., M.Erg., I

Wayan Sudiarta, S.Pd., M.Si., I Gusti Made Budiarta, S.Pd., M.Pd., Ni Nyoman Sri

Witari, S.Sn., M.Sn., I Ketut Nala Hariwardana, S.Sn., M.Pd., I Nyoman Rediasa,

S.Sn., M.Si., Elly Herlyani, S.Sn., M.Pd., dan Langen Bronto Sutrisno, S.Sn., M.A.,

yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Perisdustrian dan

Perdagangan Kabupaten Gianyar, I Wayan Suamba, S.T., Camat Tegallalang, I

Nyoman Darmawan, S.Sos., Kepala Desa Tergallalang, Dewa Gde Rai Sutrisna, S.P.,

Kelian Desa Pakraman Tegallalang, Pande Wayan Karsa, dan juga kepada

pematung/perajin: I Made Ada, I Wayan Naspi, I Wayan Rajeg, I Putu Darma, I

Made Linggih Dharmawan, I Made Parwata, I Wayan Risa, S.Pd., Drs. I Made Weda,

Nyoman Gede Amer Jaya (Gede Cokot), Made Piter Oka Yasa, I Made Dodot, dan

Wayan Astawa, yang dengan sabar dan tulus memberikan informasi kepada penulis.

Terima kasih pula disampaikan kepada ayahanda, I Ketut Tangun (Alm.),

Ibunda Ni Made Sawi (Alm.), dan juga kepada bapak mertua Dewa Gede Munadha

(Alm.) ibu mertua I Gusti Ketut Mayun yang telah memberi motivasi dan semangat

untuk meraih cita-cita. Kepada istri tercinta I Dewa Ayu Made Budhyani, yang

senantiasa berdoa dan memberikan dorongan dan pengorbanan ix

Page 4: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xiii

untuk penyelesaian disertasi ini. Juga kepada kakak I Nyoman Retig dan I

Ketut Sandiarsa, S.Pd., M.M. kakak ipar I Made Dini dan Ni Wayan Musim, I Dewa

Gede Budhyasa, S.E., Sak Tut, adik ipar Ir. I Dewa Nyoman Budyastana, dan dr

Kadek Kristiyani, S. (Anes), ananda Putu Yudia Pratiwi, S.Pd., Kadek Adi Surya

Negara, Komang Budi Gunawan, ponakan-ponakan dr. I Wayan Sudira, S.Ked.,

Kadek Widya Putra, S.Ked., Indah, Dian, Ni Putu Sandy Parianti, S.T., Kadek

Suryadi Sandy, Josep, yang telah banyak memberikan inspirasi, kekuatan dan

dorongan dalam penyelesaian disertasi ini.

Penulis tiada hentinya memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

agar menganugrahkan asung kerta wara nugraha-Nya kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan dan pengorbanan dalam penyelesaian disertasi ini. Om Shantih,

Shantih, Shantih, Om.

Denpasar, 4 Oktober 2016Penulis,

Page 5: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xiv

ABSTRAK

INDUSTRIALISASI SENI KRIYA PADA ERA GLOBALISASIDI KECAMATAN TEGALLALANG GIANYAR BALI

Seni kriya sebagai budaya rakyat dibuat oleh perajin dengan menggunakanketerampilan tangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupansehari-hari maupun untuk keperluan upacara keagamaan yang memiliki nilai-nilaiestetis. Industrialisasi pada seni kriya proses pengerjaannya tidak lagi sepenuhnyamenggunakan keterampilan tangan, namun dibantu dengan mesin dan diproduksisecara massal. Rumusan masalah penelitian adalah mengapa terjadi industrialisasiseni kriya di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali; bagaimana para pemangkukepentingan berperan untuk memainkan kekuasaan dalam industrialisasi senikriya di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali; dan bagaimana implikasiindustrialisasi seni kriya tersebut pada perajin setempat dan benda-benda senikriya yang ditampilkannya.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif culturalstudies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, danstudi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapandekonstruksi, dan penyusunan etnografi. Teori yang digunakan adalah teoriGlobalisasi, teori Praktik Sosial, teori Kuasa dan teori Estetika Posmodern.

Hasil penelitian menunjukkan, (1) alasan terjadinya industrialisasi senikriya, karena adanya berbagai kebutuhan bahwa seni kriya sebagai budaya rakyattidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namunberkembang menjadi industri budaya yang diproduksi dengan mesin secaramassal untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, (2) Peran pemangku kepentinganmemainkan kekuasaan melalui modal yang dimiliki, seperti keluarga perajinsebagai produksi, desa pakraman, pemerintah daerah dan provinsi, lembagaformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri,dan (3) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi pada seni kriya danmunculnya lima idiom estetik seni kriya postmodern, yaitu pastiche, parodi,kitsch, camp, dan skizoprenia.

Temuan baru penelitian ini adalah (1) Industrialisasi seni kriya terjadi diTegallalang karena adanya pergerakan manusia dari satu negara ke negara lainsebagai wisatawan dan lainnya, sehingga banyak membutuhkan produk-produkseni kriya sebagai cinderamata atau diperdagangkan. Temuan ini dapat dimengertiberdasarkan teori Appadurai tentang Globalisasi, adanya aliran global, yakni:ethnoscape, technoscape, mediascape, finanscape, dan ideoscape. (2) Peran parapemangku kepentingan dalam memainkan kekuasaan dapat dimengerti berdasar-kan teori praktik sosial Bourdieu melalui permainan modal-modal, yaitu: modalbudaya, modal sosial, dan modal ekonomi. (3) Implikasinya adalah terjadinyadiversifikasi seni kriya yang memunculkan estetika posmodern. Berdasarkan teoriBaudrillard dunia posmodern sebagai dunia yang dicirikan oleh simulasi.

Kata kunci: industrialisasi, seni kriya, globalisasi, pemangku kepentingan,permainan modal

Page 6: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xv

ABSTRACT

HANDICRAFTS INDUSTRIALIZATION IN GLOBALIZATION ERA INTEGALLALANG DISTRICT OF GIANYAR IN BALI

Handicrafts as folk culture are made by craftsmen manually to meet thecommunity daily needs as well as the requirement of religious rituals that haveesthetical values. Industrialization in handicrafts has shifted the production ofworks from manual production into the combination of manual and machineproduction that result in mass production. The problems of this study were whydid industrialization occur in handicrafts in Tegallalang district, Gianyar, Bali?;how did the stakeholders play their roles in the industrialization of the handicraftsin Tegallalang district, Gianyar, Bali?; and how did the implication of theindustrialization of the handicrafts for the local craftsmen and for the works of artwork presented?

This study used qualitative method with cultural studies perspective. Thedata were collected through observation, in-depth interview, and document study.The data were analyzed descriptive-qualitatively through deconstruction, andethnography composition stages. The study used Globalization theory, SocialPractice theory, power theory, and Postmodern Esthetic theory.

The result showed that (1) the industrialization of the handicrafts is due totheir versatility. They are not only used as cultural products to meet the need ofthe community, but they have developed into cultural industry art productsproduced by machines in mass quantity to meet the demand in tourism. (2) thestakeholders play the role through their capitals. They consist of craftsmen’sfamilies as producers, desapakraman, local and provincial government, formalinstitutions, and foreign consumers. They make the handicrafts industryproducts. (3) the implication for the craftsmen causes diversification in the worksof art and the emergence of five postmodern works of art esthetic idioms:pastiche, parody, camp and schizophrenia.

The new findings of this study are as follows: (1) Industrialization ofhandicrafts occurred in Tegallalang because of the movement of people from onecountry to another as tourists and for other reasons, thus many of them needhandicrafts as souvenirs or commodities. This finding can be understood basedon Appadurai’s theory on globalization in which there are global movements,ethnoscape, technoscape, mediascape, finanscape, and ideoscape. (2) The role ofthe stakeholders in using their powers can be understood based on Bourdieu’ssocial practice theory through capital game, i.e., through cultural capital, socialcapital, and economic capital. (3) The implication is the occurrence of handicraftsdiversification brings about postmodern esthetics. Based on Baudrillard’s theory,modern world is a world characterized by simulation.

Keywords: industrialization, handicrafts, globalization, stakeholders. the gamecapital

Page 7: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xvi

RINGKASAN

Seni kriya atau seni kerajinan adalah karya seni rupa sebagai hasil kerja

dari seseorang atau sekelompok perajin, yang dalam proses pengerjaannya lebih

banyak menggunakan keterampilan tangan (secara manual). Seni kriya merupakan

karya tradisional yang dikerjakan secara turun-temurun dalam setiap generasi.

Benda-benda seni kriya ada yang berwujud dua dimensi dan tiga dimensi, sebagai

benda fungsional maupun nonfungsional untuk memenuhi kebutuhan manusia

secara praktis, religius, maupun sekuler yang memiliki nilai estetis.

Pada era globalisasi terjadi peningkatan koneksi global dan hubungan

sosial antarmanusia yang melahirkan bentuk-bentuk komunikasi dan informasi

baru melintasi ruang dan waktu. Globalisasi melibatkan gerakan dinamis

kelompok-kelompok etnis, teknologi, transaksi finansial, citra media, dan konflik-

konflik ideologi. Kondisi tersebut mendorong terjadinya perubahan dalam teknik

pembuatan seni kriya oleh perajin di Tegallalang. Perajin tidak lagi sepenuhnya

menggunakan keterampilan tangan, namun diadaptasi menggunakan mesin dan

menghasilkan produk massal untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pembuatan

produk massal mengakibatkan seni kriya tradisional menjadi termarjinalkan.

Dalam industrialisasi berbagai pemangku kepentingan/stakeholder memainkan

kekuasaan melalui modal-modal yang dimiliki untuk Memeroleh keuntungan,

akibatnya muncul beragam produk seni kriya.

Berdasarkan fenomena tersebut, masalah yang dikaji adalah alasan

terjadinya industrialisasi seni kriya di kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali.

Peran para pemangku kepentingan memainkan kekuasaan dalam industrialisasi

seni kriya di kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali. Implikasi industrialisasi seni

kriya pada perajin setempat dan benda-benda seni kriya yang ditampilkannya.

Rumusan masalah penelitian dibedah menggunakan teori Globalisasi, teori

Praktik Sosial, dan teori Estetika Postmodern.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan perspektif

cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan

Page 8: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xvii

studi dokumen. Data-data yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis

melalui tahapan semiotik, dekonstruksi, dan penyusunan etnografi kritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya industrialisasi seni kriya

pada era globalisasi di kecamatan Tegallalang, karena datangnya wisatawan ke

Bali pada umumnya dan Tegallalang khususnya ingin menikmati keindahan alam

dan keunikan budaya masyarakatnya, serta membutuhkan seni kriya sebagai

cinderamata. Seni kriya sebagai budaya rakyat diproduksi secara tradisional untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Permintaan terhadap seni kriya semakin

banyak, seni kriya diproduksi secara massal. Wisatawan membutuhkan diversifi-

kasi objek wisata karena mereka datang untuk menikmati objek wisata sebanyak-

banyaknya. Tegallalang yang semula hanya sebagai daerah lintasan wisatawan,

sekarang sudah ada beberapa objek wisata seperti objek wisata Ceking, Gunung

Kawi, objek wisata agro sebagai tempat kunjungan wisatawan. Untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan terhadap barang-barang seni kriya sangat banyak art shop

yang menjual produk-produk seni kriya.

Adanya tempat-tempat wisata dan barang-barang seni kriya yang dijual di

Tegallalang sebagai upaya untuk menarik dolar dari pusat ke pinggir. Tujuannya

agar Tegallalang banyak dikunjungi wisatawan untuk menikmati objek wisata

yang dibangun oleh masyarakatnya. Terciptanya berbagai jenis produk seni kriya

karena dukungan infrastruktur material baik yang tersedia di wilayah Tegallalang

maupun yang didatangkan dari luar sehingga produk-produk seni kriya semakin

bervariasi. Dukungan struktur sosial dan tidak bertentangan dengan superstruktur

teknologi, serta kuatnya dorongan semangat wirausaha dari perajin untuk

mengembangkan industri kreatif membuat Tegallalang menjadi salah satu pusat

pembuatan dan penjualan produk-produk seni kriya di Kabupaten Gianyar. Usaha

berbasis sektor informal dilakukan oleh keluarga, sehingga usahanya tidak ada

yang berbentuk PT atau CV, dan perajin tidak ada yang memiliki Hak atas

Kekayaan Intelektual (HaKI). Kuatnya dorongan idologi pasar, perajin membuat

produk-produk sesuai dengan selera pasar agar cepat laku. Pasar menjadi

kebutuhan konsumerisme, barang-barang konsumsi ada di pasar,

Page 9: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xviii

supermarkert,atau mall yang banyak menyediakan barang-barang untuk konsumsi

guna memenuhi keinginan atau hasrat.

Peran para pemangku kepentingan memainkan kekuasaan dalam industria-

lisasi seni kriya di Tegallalang mencakup: peran keluarga sebagai basis produksi,

distribusi dan pemasaran. Ayah sebagai kepala keluarga memainkan modal buda-

ya, modal sosial, dan modal ekonomi dalam memroduksi seni kriya dan memba-

ngun usaha penjualan dengan mendirikan art shop. Ayah menjalankan kuasa

kepada anak untuk mewariskan usahanya, mencari tenaga kerja di luar keluarga,

mendistribusikan pekerjaan dan pemasaran produk-produk seni kriya. Pola

pemasaran benda-benda seni kriya oleh perajin, menjual sendiri melalui art shop

dan melalui guide/pemandu wisata. Desa PakramanTegallalang membuka objek

wisata dan fasilitas pendukungnya untuk menarik kunjungan wisatawan. Desa

dinas berperan melaksanakan program pemerintah, adanya pertukaran pemuda

ASEAN yang pernah diselenggarakan di Tegallalang dibawah koordinasi

Kementrian Sosial RI. Desa Dinas memiliki kuasa menentukan jumlah perajin

yang terlibat dalam kegiatan tersebut

Peran pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi terhadap perajin di

Tegallalang adalah melibatkan perajin dalam kegiatan Expo, pameran Dekranas,

pameran Inacraf, dan pameran dalam Pesta Kesenian Bali. Pemkab dan Pemprov

menjalankan kuasa dengan memanfaatkan modal sosial menentukan perajin yang

ikut dalam kegiatan tersebut. Peran pemasok bahan baku memainkan modal

ekonomi dalam menentukan harga kayu yang dibutuhkan oleh perajin. Dalam

memproduksi dan menyediakan berbagai jenis produk seni kriya, perajin dibantu

Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah Bali, memberi

pinjaman uang, dan perajin harus mematuhi aturan yang dilakukan oleh Bank.

Peran perajin dengan konsumen mancanegara, perajin pembuat produk

seni kriya dan menjual produknya di art shop, wisatawan dapat memilih secara

langsung produk-produk seni kriya yang disukai dan dibeli. Ada juga sistem order

atau pesanan dari konsumen biasanya dalam jumlah yang cukup besar. Konsumen

memainkan modal ekonomi mengatur perajin untuk membuat produk sesuai

keinginannya. Perajin memainkan modal budaya untuk membuat produk sesuai

Page 10: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xix

keterampilannya. Komunikasi perajin dan konsumen mancanegara dilakukan

lewat e-mail dan telepon, pengiriman produk biasanya dilakukan melalui kargo.

Implikasi industrialisasi seni kriya pada perajin dan produk-produk seni

kriya yang dihasilkan, terjadi diversifikasi produk seni kriya yang dibuat oleh

perajin. Perajin memainkan modal kultural untuk menghasilkan produk beragam

yang ditukarkan menjadi modal ekonomi. Masuknya budaya asing ke Tegallalang,

unsur-unsur lokal bercampur dengan unsur-unsur global menghasilkan budaya

glokalisasi.

Diversifikasi seni kriya, alih budaya dari budaya rakyat menjadi budaya

populer. Perubahan ini memunculkan estetika pramodern, estetika modern dan

estetika postmodern. Estetika pramodern mengacu pada seni tradisional. Estetika

modern mengacu pada pembaharuan/kreativitas. Estetika postmodern menghi-

langkan batas antara seni tradisional dan seni modern. Dalam diskursus

postmodern ideom-ideom estetik yang dapat diambil, dikembangkan, diperluas,

diperdalam dan diterapkan dalam praktik-praktik kebudayaan yang lebih luas

khususnya seni. Lima ideom estetik postmodern adalah: pasthice, parodi, kitsch,

camp, dan skizofrenia. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan produk seni

kriya pada era globalisasi di Tegallalang melahirkan estetika postmodern.

Implikasi industrialisasi seni kriya pada era globalisasi pada perajin di

Tegallalang sebagai komunitas lokal berorientasi pada kosmopolitan, selain itu

sebagai masyarakat berorientasi multikultur. Hal tersebut terjadi karena banyak

orang luar yang datang ke Tegallalang baik sebagai tenaga kerja (perajin), dan

pengelola usaha seni kriya sehingga terdapat beragam budaya yang bersaing untuk

merebut pasar. Di sini juga terjadi penguatan budaya konsumen dan budaya citra.

Masyarakat perajin mengonsumsi produk bukan mementingkan nilai gunanya

tetapi lebih kepada nilai tandanya. Citra menjadi sangat penting karena dapat me-

nunjukkan identitas diri dan membedakan dengan yang lain. Pada era globalisasi

pasar menentukan taksu, karena perajin membuat produk bukan berdasarkan kei-

nginan dari dalam diri melalui kekuatan modal budaya, namun untuk melayani

atau mengikuti kebutuhan pasar.

Page 11: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xx

Temuan baru dalam penelitian ini adalah pertama, terjadinya industriali-

sasi seni kriya di Tegallalang diakibatkan adanya globalisasi. Semua aliran global

menghasilkan berbagai realitas budaya melalui berbagai perpaduan budaya.

Berdasarkan teori Appadurai lima aliran global yakni: ethnoscape, technoscape,

mediascape, finanscape, dan ideoscape. Kedatangan orang asing membawa

perubahan terhadap masyarakat Bali, khususnya para seniman atau perajin yang

ada di Tegallalang yang memproduksi karya-karya seni rupa atau seni kriya.

Sistem tradisional secara manual dalam proses produksi seni kriya yang sudah

dilakukan secara turun temurun diadaptasi dengan menggunakan teknologi mesin

secara mekanik, sehingga produk-produk yang dihasilkan bersifat massal.

Memproduksi seni kriya secara massal dengan menggunakan tenaga mesin yang

dilakukan oleh perajin menjadi lebih cepat dan harganya lebih murah jika

dibandingkan dengan tenaga manual secara tradisional. Kondisi seperti ini

berimplikasi pada pengurangan atau peminggiran produksi budaya tradisional

yang memiliki keterampilan tinggi dan proses produksi lebih lama dan harganya

lebih mahal.

Selanjutnya temuan kedua, dalam industrialisasi terjadi permainan kuasa

dari berbagai pemangku kepentingan. Temuan ini dapat dipahami berdasarkan

teori Boudieu yang memperkenalkan konsep tentang habitus dan ranah. Melalui

habitus` Bourdieu dapat ditunjukkan bahwa praktik sosial bukan hanya dipahami

sebagai pola pengambilan keputusan yang bersifat individu atau praktik sosial

sebagai hasil struktur supra-individual, melainkan hasil internalisasi struktur dunia

sosial atau struktur sosial yang dibatinkan dan diwujudkan. Di samping itu temuan

penelitian yang menunjukkan bahwa kuasa dalam industrialisasi seni kriya,

ditemukan pula bahwa berbagai bentuk kuasa tersebut merupakan arena

pertarungan melalui permainan modal, yaitu modal budaya, modal sosial, dan

modal ekonomi. Berbagai praktik sosial tersebut berlangsung terhadap perajin

dengan komponen baik sebagai pemegang regulasi melalui kebijakan yang harus

diikuti oleh perajin, maupun hal-hal terkait dengan masalah produksi, distribusi

dan pemasaran dalam industrialisasi seni kriya.

Page 12: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxi

Temuan ketiga penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi industrialisasi

seni kriya pada perajin dan benda-benda seni kriya yang dihasilkan mengacu pada

teori estetika postmodern. Berdasarkan teori Baudrillard dunia postmodern

sebagai dunia yang dicirikan oleh simulasi, kita hidup di “zaman simulasi”.

Proses simulasi mengarah pada penciptaan simulakcra atau “reproduksi objek

atau peristiwa”. Meleburnya perbedaan antara tanda dengan kenyataan, semakin

sulit untuk mengatakan mana yang nyata dan mana hal-hal yang menyimulasikan

yang nyata. Temuan penelitian menunjukkan bahwa implikasi industrialisasi seni

kriya di Tegallalang pada era posmodern terjadi diversifikasi produk seni kriya.

Di sini terjadi berbagai permainan bentuk maupun makna dan tidak ada batas

antara yang tradisional dan modern dan melebur menjadi postmodern. Seni

posmodern sebagai perlawanan terhadap seni modern yang bersifat universal,

rasional, dan berorientasi pada kebaruan. Seni posmodern bisa mengambil dari

seni tradisi dan seni modern, dan mengeksplor sesuai keinginan senimannya.

Dalam diskursus posmodern ada kategori-kategori kebudayaan, ideom-

ideom estetik yang dapat diambil, dikembangkan diperluas, diperdalam dalam

praktik-praktik kebudayaan khususnya seni. Tujuannya untuk membuka wawasan

bagi penjelajahan idiom-idiom yang lebih kaya. Karya-karya seni kriya yang

ditampilkan oleh perajin di Tegallalang pada era postmodern menunjukkan

keragaman budaya. Munculnya karya-karya tersebut sebagai olah cipta dari

perajin dengan mengambil objek-objek yang sudah ada pada masa sebelumnya

menjadi karya-karya yang lucu atau menjadi aneh dengan menghilangkan makna

yang ada pada karya-karya sebelumnya yang menjadi acuan. Karya-karya seni

posmodern sebagai fesien karena terjadi proses daur ulang karya-karya seni yang

sudah ada pada era sebelumnya. Era posmodern ditandaidengan meleburnya TV

dalam kehidupan dan meleburnya kehidupan ke dalam TV. Menguatnya budaya

konsumen dan budaya citra dalam kehidupan masyarakat perajin di Tegallalang

saat ini, karena adanya berbagai produk yang ditawarkan oleh pasar.

Page 13: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxii

DAFTAR ISI

Sampul Dalam…………………………………………………………………... iPrasyarat Gelar………………………………………………………………...... iiLembar Persetujuan……………………………………………………………... iiiPanitia Penguji………………………………………………………………….. ivSurat Pernyataan Bebas Pagiat…………………………………………………. vUcapan Terima Kasih…………………………………………………………… viAbstrak……………………………………………………………………...…... xAbstract…………………………………………………………………...…….. xiRingkasan……………………………………………………………………….. xiiDaftar Isi…………………………………………………………………...…… xviiiDaftar Tabel…………………………………………………………………….. xxiDaftar Gambar………………………………………………………………….. xxiiGlosarium……………………………………………………………………….. xxiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 11.1 Latar Belakang……………………………………………………………… 11.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………... 121.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………… 131.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………….. 131.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………………. 131.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………….. 131.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………………................... 131.4.2 Manfaat Praktis…………………………………………………………… 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA KONSEP LANDASAN TEORI DAN MODELPENELITIAN………………………………………………………… 15

2.1 Kajian Pustaka………………………………………………………............ 152.2 Konsep……………………………………………………............................ 282.2.1 Industrialisasi……………………………………………………………... 282.2.2 Seni Kriya………………………………………………………………… 302.2.3 Globalisasi……………………………………………………................... 312.3 Landasan Teori………………………………………………………........... 332.3.1 Teori Globalisasi………………………………………………………….. 332.3.2 Teori Praktik……………………………………………………………… 372.3.3 Teori Relasi Kuasa……………………………………………………….. 442.3.4 Teori Estetika Posmodernisme.…………………………………………… 462.4 Model Penelitian……………………………………………………………. 56

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….. 583.1 Rancangan Penelitian……………………………………………………….. 583.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………………. 593.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………………………… 593.4 Teknik Penentuan Informan………………………………………………… 60

Page 14: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxiii

3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………………... 613.6 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………. 613.6.1 Observasi…………………………………………………………………. 623.6.2 Wawancara……………………………………………………………….. 623.6.3 Studi Dokumen…………………………………………………………… 633.7 Teknik Analisis Data……………………………………………………….. 643.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data……………………………………… 64

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN…………………… 664.1 Etnografi Desa Tegallalang………………………………………………… 664.1.1 Asal Usul Desa Tegallalang……………………………………………… 664.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis Kecamatan Tegallalang………………… 714.1.2.1 Lokasi Kecamatan Tegallalang………………………………………… 714.1.2.2 Letak Geografis Kecamatan Tegallalang………………......................... 754.2 Kondisi Demografi………………………………………………………… 814.2.1 Kondisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………………………….. 814.2.2 Kondisi Penduduk Berdasarkan Agama………………………................. 814.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan………………................. 824.2.4 Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian…………………………… 834.3 Kelembagaan Desa Kecamatan Tegallalang…………………………........... 844.4 Profil Perajin di Tegallalang………………………………………………... 87

BAB V ALASAN TERJADINYA INDUSTRIALISASI SENI KRIYA DIKECAMATAN TEGALLALANGGIANYAR BALI……………… 100

5.1 Budaya Rakyat Basis Bagi Industrialisasi………………………………….. 1005.1.1 Industri Rakyat Berkaitan dengan Budaya Agraris………………………. 1025.1.2 Industrialisasi Kelanjutan dari Budaya Rakyat……………….................... 1055.2 Ethnoscape………………………………………………………………….. 1085.2.1 Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata…………………………..................... 1085.2.2 Diverisifikasi Daya Tarik Wisata…………………………………………. 1115.3 Mediascape………………………………………………………….............. 1145.3.1 Peran Media Mempromosikan Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata……... 1145.3.2 Cinderamata sebagai Simbol Kehadiran………………………………….. 1165.4 Finanscape…………………………………………………………………... 1265.4.1 Pariwisata dalam Perspektif Ekonomi………………………..................... 1265.4.2 Menarik Dolar dari Pusat ke Pinggir……………………………………… 1275.5 Technoscape………………………………………………………………… 1325.5.1 Dukungan Infrastruktur Material dan Teknologi……………..................... 1325.5.1.1 Dukungan Material…………………………………............................... 1325.5.1.2 Dukungan Teknologi…………………………………………………… 1415.5.2 Kegiatan Berbasis Sektor Informal………………………………………. 1465.6 Ideoscape…………………………………………………………………… 1525.6.1 Semangat Pengembangan Industri Kreatif……………………………….. 1525.6.2 Penguatan Ideologi Pasar……………………………………..................... 1635.6.3 Penguatan Ideologi Konsumerisme…………………………..................... 173

Page 15: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxiv

BAB VI PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAMINDUSTRIALISASI SENI KRIYA DI KECAMATANTEGALLALANG GIANYAR BALI………………………………. 177

6.1 Peran Keluarga dalamProduksi, Distribusi dan Pemasaran.………………... 1776.1.1 Peran Aneka Modal dalam Produksi………..……………………………. 1776.1.2 Peran Ideologi dan Kekuasaan dalam Produksi………………………….. 1816.1.3 Peran Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Produksi………………… 1856.1.4 Peran dalam Pemasaran Produk Seni Kriya………..................................... 1926.1.4.1 Pemasaran Secara Mandiri……………………………………………… 1926.1.4.2 Pemasaran Melalui Pemandu Wisata/Guide……………………………. 1946.2 Peran Desa Pakraman………………………………………………………. 2006.3 Peran Desa Dinas…………………………………………………………… 2046.4 Peran Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi…………………….. 2076.4.1 Pembinaan dan Keikutsertaan Perajindalam Pameranatau Ekspo............... 2076.4.2 Undang Undang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). ……………….. 2206.4.3 Penerbitan Sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)................ 2236.5 Peran Perajin dan Pemasok Bahan Baku…………….………………........... 2286.6 Peran Lembaga Keuangan Formal dan Informal…………………………… 2396.7 Peran Konsumen Mancanegara………………………………………........... 241

BAB VII IMPLIKASI INDUSTRIALISASI SENI KRIYA PADA PERAJINSETEMPAT DAN BENDA-BENDA SENI KRIYA YANGDIHASILKAN……………………………………………………… 245

7.1 Diversifikasi Produk Seni Kriya……………………………………………. 2457.2 Alih Budaya dari Budaya Rakyat menjadi Budaya Populer……………….. 2497.2.1 Estetika Pramodern……………………………………………………….. 2537.2.2 Estetika Modern…………………………………………………………... 2577.2.3 Estetika Posmodern.……………………………………………................. 2637.3 Komunitas Lokal Berorientasi Kosmopolitan………………………………. 2917.4 Beorientasi Multikultural…………………………………………………… 2977.5 Penguatan Budaya Konsumen……………………………………………… 3047.6 Penguatan Budaya Citra……………………………………………………. 3087.7 Pasar Menentukan “Taksu”…………………………………………………. 3127.8 Pasar Membutuhkan Produk………………………………………………... 322

BAB VIII PENUTUP………………………………………………………….. 3268.1 Simpulan……………………………………………………………………. 3268.2 Temuan……………………………………………………………………… 3308.3 Saran………………………………………………………………………… 332

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI……………………………

335347

DAFTAR INFORMAN………………………………………………………… 349

Page 16: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxv

DAFTAR TABEL

Table 2.1Perbedaan antara Kondisi Masyarakat Modern dengan Masyarakat Posmodern… 48Tabel 2.2Ciri yang Mendasari Masa Posmodernitas.………………………………………. 49Table 2.3Wacana Utama Estetika di Era Pramodern, Modern dan Posmodern.…………… 52Tabel 4.1Jumlah Penduduk Kecamatan Tegallalang Tahun 2013………………………….. 81Tabel 4.2Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2013……………………………... 81Tabel 4.3Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan………………………………….. 82Tabel 4.4Jumlah Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian…………………………... 83Tabel 4.5Desa Dinas dan Banjar Dinas Kecamatan Tegallalang…………………………… 84Tabel 4.6Desa Dinas dan Desa Pakraman Kecamatan Tegallalang……………………....... 86

Page 17: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Model Penelitian………………………………………………………………….. 56Gambar 4.1Batas Wilayah Desa Wisata Tegallalang…………………………………………. 71Gambar 4.2Art Shop Bangunan Permanen……………………………………………………. 72Gambar 4.3Art Shop Semi Permanen Menjual Seni Kriya…………………………………… 73Gambar 4.4Peta Pulau Bali dan Lokasi Penelitian……………………………………………. 74Gambar 4.5Denah Kecamatan Tegallalang…………………………………………………… 74Gambar 4.6Kantor Camat Tegallalang………………………………………………………... 75Gambar 4.7Proses Kerja Pembuatan Seni Kerajinan………………………………………….. 76Gambar 4.8Gerbang Kawasan Wisata Ceking………………………………………………… 79Gambar 4.9Objek Wisata Alam Ceking………………………………………………………. 79Gambar 4.10Objek Wisata Gunung Kawi……………………………………………………… 80Gambar 4.11Patung Karya I Nyoman Cokot…………………………………………………… 88Gambar 5.1Topeng-Topeng Primitif………………………………………………………….. 124Gambar 5.2Patung Karya I Nyoman Cokot…………………………………………………… 156Gambar 5.3Patung Garuda Karya I Made Ada……………………………………………….. 158Gambar 5.4Tiruan Makanan 4 Sehat 5 Sempurna…………………………………………….. 160Gambar 5.5Berbagai Jenis Seni Kriya Perlengkapan Upacara………………………………... 163Gambar 5.6Seni Kriya Logam Motif Binatang………………………………………………... 170Gambar 5.7Seni Kriya Wajah Santa Claus...………………………………………………….. 171Gambar 6.1Seni Kriya Karya I Wayan Naspi…………………………………………………. 215Gambar 6.2

Page 18: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxvii

Patung Singa Karya I Made Ada………………………………………………….. 216

Gambar 6.3Patung Budha Karya I Nyoman Centeng…………………………………………. 217Gambar 6.4Karya Seni Kriya I Wayan Judin…………………………………………………. 218Gambar 6.5Jenis-Jenis Produk Seni Kriya yang Terdapat di Art Shop “Pande Inih”………… 227Gambar 6.6Seni Patung Karya I Gede Amer Jaya………..…………………………………… 236Gambar 6.7Karya I Made Parwata “Barong” ………………………………………………… 237Gambar 7.1Patung Garuda Karya I Made Murthawan………………………………………... 255Gambar 7.2Patung-patung Tradisional Karya I Wayan Naspi………………………………... 255Gambar 7.3Seni Patung Karya I Nyoman Cokot……………………………………………… 260Gambar 7.4Seni Patung Karya I Ketut Nongos……………………………………………….. 261Gambar 7.5Patung Garuda Karya Putu Darma…….…………………………………………. 261Gambar 7.6Binatang Cicak……………………………………………………………………. 269Gambar 7.7Seni Kriya dalam bentuk Macan…………………………………………………. 270Gambar 7.8Patung Garuda Mulut Besar dan Sayap Kecil…………………………………….. 274Gambar 7.9Garuda Sayap Terbuka……………………………………………………………. 275Gambar 7.10Patung Budha sebagai Simbol Agama Budha…………………………………….. 279Gambar 7.11Kerajinan Kayu yang Dilapisi Kaca………………………………………………. 280Gambar 7.12Karya Seni Kriya Binatang Gajah Belalainya Diperpanjang……………………... 283Gambar 7.13Seni Kriya Bentuk Manusia………………………………………………………. 283Gambar 7.14Seni Kriya Daur Ulang Masa Lalu, Patung pada Zaman Hindu dan Budha……… 286Gambar 7.15Patung Singa sebagai Produk Berkelas…………………………………………… 315Gambar 7.16Patung Singa sebagai Produk Pasaran……………………………………………. 315

Page 19: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxviii

GLOSARIUM

art shop: merupakan sebuah tempat untuk jual beli benda-benda seni

bokor: karya seni kriya berbentuk lingkaran dengan diameter bervariasi yangdibuat dari kayu yang diukir serta dicat prada digunakan sebagai wadahsesajen untuk upacara ritual agama Hindu.

dulang: karya seni kriya yang berbentuk lingkaran tinggi kurang lebih 30 cmdengan diameter bervariasi yang dibuat dari kayu yang diukir dan dicatprada digunakan sebagai tempat gebogan untuk upacara ritual agamaHindu.

gebogan: 1) rangkaian buah dan jajan yang disusun setinggi kurang lebih satumeter sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa padasaat upacara ritual; 2) kain yang dilipat disusun setinggi kurang lebih satumeter digunakan sebagai perlengkapan pada upacara manusa yadnya.

galeri: 1) sebuah bangunan yang salah satu sisinya terbuka tanpa pintu; 2) sebuahruangan panjang di tingkat atas (loteng) seperti biasa terdapat pada rumahyang bercorak Elisabethan, ruangan ini dipergunakan untuk pertunjukantonil atau opera. Galeri juga sebagai tempat para seniman berpameran danberjualan karya-karya seni rupa, dalam hal ini berkonotasi dua maksud:pameran dan jualan, artinya galeri bisa untuk tujuan ideal (apresiasi dankomersial) maupun tujuan realitas (sama sekali komersial).

jempana: karya seni kriya yang berbentuk rumah kecil dibuat dari kayu yangdiukir dan dicat prada digunakan sebagai tempat untuk mengusungpratima pada saat melakukan upacara melasti ke laut.

kekarangan: ragam hias Bali dalam perwujudannya merupakan gubahan ataustiliran dari bentuk-bentuk binatang yang diterapkan sebagai hiasan padabangunan suci maupun perumahan.

kuasa: 1) kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu); 2) wewenangatas sesuatu atau untuk menentukan; 3) pengaruh.

ngayah: kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Bali tanpamendapat upah atau imbalan berkaitan dengan kegiatan adat dan agama.

pemangku kepentingan/stakeholder: sebagai kelompok atau individu yang dapatMemengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu

Page 20: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

xxix

pengotok: palu kayu yang memiliki berbagai ukuran yang digunakan untukmemukul pahat dalam proses membuat karya seni kriya.

pengutik: alat yang dibuat dari logam berbentuk lancip yang memiliki dua matapisau digunakan dalam proses pembuatan seni kriya.

pepatran: ragam hias Bali dalam perwujudannya merupakan gubahan atau stilirandari bentuk tumbuh-tumbuhan diterapkan sebagai hiasan pada bangunansuci maupun perumahan.

pewayangan: ragam hias Bali dalam perwujudannya merupakan gubahan ataustiliran dari bentuk manusia digunakan sebagai hiasan pada bangunan sucidan perumahan.

pretima: karya seni kriya yang dibuat dari kayu dan atau uang kepeng yangberwujud manusia dan atau binatang yang memiliki nilai simbolis.

salang: karya seni kriya berupa rangkaian uang kepeng yang berwujud manusialaki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan memiliki nilaiestetis, biasanya ditempatkan atau digantung pada bagian depan bangunansuci (pura dan sanggah) pada saat upacara ritual agama Hindu.

sanggah: 1) sebuah wujud bangunan suci; 2) areal bangunan suci dalam suatukeluarga.

sanggawang: karya seni kriya berupa ukiran patra punggel yang dbuat dari kayudigunakan sebagai penyangga antara tiang dan lambang pada bangunantradisional Bali.

taksu: merupakan kekuatan suci yang berasal dari Tuhan yang dapat diperolehmelalui upacara ritual dan olah spiritual. Kekuatan suci atau spiritual inimuncul dalam dunia seni dan di bidang profesi lainnya dan sangatdibutuh-kan oleh semua orang dari berbagai bidang profesi.

tamiang: karya seni kriya berupa rangkaian uang kepeng yang berbentuklingkaran yang memiliki nilai simbolis.

tiang tugeh: tiang yang dibuat dari kayu pada bagian alas menggunakan patungsinga atau garuda berfungsi sebagai penyangga atau penahan langit-langitbangunan tradisional Bali.

yadnya: korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus iklas dan tanpapamerih.

Page 21: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni kriya atau seni kerajinan adalah karya seni rupa yang dibuat oleh

seseorang atau kelompok masyarakat, dalam proses pergerjannnya lebih banyak

menggunakan keterampilan tangan (Kusnadi, 1983: 44). Sejalan dengan itu

Walker menyatakan kriya sebagai karya keterampilan tangan secara manual yang

ditekuni oleh masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang berjalan secara turun-

temurun (Walker, 2010: 41). Benda-benda seni kriya memiliki wujud dua dimensi

dan tiga dimensi, yang digunakan sebagai benda fungsional dan nonfungsional

untuk memenuhi kebutuhan manusia secara praktis, estetis, dan spiritual religius.

Produk seni (kriya) merupakan milik kelompok masyarakat tradisional

dalam satu komunitas (Piliang, 2003: 251). Seni kriya sebagai karya tradisional di

dalamnya terdapat norma-norma atau aturan-aturan secara budaya yang telah

memiliki pakemnya. Di dalam seni kriya terkandung nilai kepercayaan atau

keyakinan mengenai bentuk, fungsi, dan proses perwujudannya yang bersifat

kolektif, dan berulang-ulang. Produk seni kriya yang berbeda-beda sebagai ciri

khas produksi masyarakat tradisional dilandasi nilai filosofi dari masing-masing

daerah pendukungnya (Subiyantoro, 2010: 41-42).

Page 22: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

2

Perwujudan seni kriya terdiri atas berbagai jenis sesuai dengan bahan yang

digunakan. Menurut Kusnadi jenis-jenis seni kriya dapat dikelompokkan menurut

bahan baku dan teknik dalam pengerjaan (Kusnadi, 1983: 44). Adapun jenis-jenis

seni kriya tersebut, antara lain seni kriya batu, seni kriya logam, seni kriya kayu,

seni kriya kulit, seni kriya anyam, seni kriya tekstil, dan seni kriya keramik.

Adapun teknik pembuatannya adalah teknik pahat atau ukir (kriya batu dan kayu),

teknik cor, las/patri dan kenteng (kriya logam), teknik tatah dan sungging (kriya

kulit), teknik anyam, simpul (kriya anyam), teknik tenun, sulam, batik (canting

dan cap), dan rajut (kriya tekstil), teknik pijit, slab, pilin, dan cetak (kriya

keramik) (Walker, 2010: 41; Bahari, 2008: 87) .

Benda-benda seni kriya tradisional diciptakan berdasarkan latar belakang

kehidupan masyarakat pedesaan yang memiliki rasa kebersamaan dan kesetiaan

yang tinggi. Sejalan dengan itu Wibowo (2007) menyatakan bahwa:

Di Indonesia kebudayaan masyarakatnya sebagian besar masih bercorakpertanian, kebudayaan dalam konteks norma dan sistem sosialkemasyarakatan pedesaan masih tercermin secara sadar pada setiap aspekkehidupan. Paternalistik, kesenangan berkumpul dalam rangka suatusolidaritas, keterlibatan keluarga, semua ini mencerminkan kebudayaanagraris yang masih berakar, meskipun di kota besar corak kehidupansemacam itu sudah terkontaminasi dan termodifikasi oleh berbagai macamgaya hidup. Solidaritas sosial di desa menjadi sangat positif ketika arahperhatian tertuju pada kebersamaan, gotong royong, saling memper-hatikan, dan mendorong. Makna kebersamaan yang utama, bukankepentingan individu, melainkan kepentingan masyarakat (Wibowo, 2007:23).

Kebersamaan dalam proses pengerjaan seni kriya dilakukan secara tradisi-

onal dengan alat-alat sederhana (manual) melalui sistem berkelompok. Hal itu

sejalan dengan pendapat Purnata (1977: 12), bahwa seni kriya tradisional proses

pengerjaannya dilakukan oleh perajin bersama-sama secara kolektif tanpa

Page 23: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

3

menonjolkan kemampuan dan nama pribadi, sehingga hasil karyanya hampir sama

jika dilihat dari wujud dan fungsinya. Selanjutnya didukung oleh pendapat

Gustami (1992: 71), sebagai karya seni tradisional, seni kriya ini tumbuh atas

ciptaan perajin dengan perasaan yang halus dan tekun, dari bahan yang tersedia di

lingkungan perajin untuk industri rumah tangga atau produksi domestik, dan

secara fungsional memiliki kegunaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang

bersifat sekuler maupun untuk kebutuhan bersifat spiritual religius.

Tegallalang merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Gianyar, Bali

perajinnya membuat seni kriya. Di Tegallalang pertumbuhan seni kriya sangat

baik, karena didukung oleh nilai-nilai tradisionalisme masyarakat yang selalu

menggunakan produk seni kriya sebagai barang untuk keperluan rumah tangga,

keperluan ritual agama Hindu yang memiliki nilai estetis, maupun sebagai barang

spiritual religius. Sejalan dengan itu Suryawan (2009) menyatakan, bahwa karya

seni tradisional di Bali adalah sebagai sarana yadnya, persembahan untuk para

Dewa yang diwujudkan dalam bentuk alat-alat pelaksanaan upacara ritual. Saat ini

seni kriya masih melekat menjadi salah satu sarana upacara, di antaranya seni ukir

atau seni kriya yang dibuat dari kayu, logam, kulit, dan bahan lainnya. Seni ukir

(relief), dan wayang kulit berkembang dengan tema-tema dari cerita pewayangan

dalam Mahabharata dan Ramayana (Suryawan, 2009: 247-248).

Membuat seni kriya tradisional dilakukan oleh masyarakat perajin di

Tegallalang, Gianyar Bali, dan menghasilkan karya-karya seni kriya tradisional

yang sangat kental dengan nilai seni budaya Bali. Karya-karya seni yang dibuat,

seperti seni pahat garuda, singa, perwujudan para dewa, tokoh-tokoh pewayangan,

Page 24: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

4

pratima ( perwujudan yang sakral untuk di pura), dulang (wanci), bokor, salang,

saab, benda-benda perlengkapan upacara ritual dengan motif-motif pepatran,

kekarangan, pewayangan, dan bentuk-bentuk lainnya untuk keperluan masyarakat

Bali. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Covarrubias (1974), bahwa di desa

Sebatu, Tegallalang anak-anak sudah bisa membuat patung kecil-kecil dengan

bentuk lucu yang berbahan kayu digunakan sebagai tutup botol (alat perlengkapan

upacara ritual) yang berbentuk manusia, burung, kodok, ular, dan lain-lain

(Covarrubias, 1974: 160). Membuat seni kerajinan sudah menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat Tegallalang, mulai dari anak-anak sampai orang tua dapat

membuat produk-produk untuk kebutuhan masyarakat tradisional.

Bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat seni kriya tradisional

perajin di Tegallalang mengambil kayu yang tumbuh di lingkungan sekitarnya.

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah peralatan tradisional,

antara lain pahat, penguktik, palu (pengotok), gergaji tangan untuk memotong

kayu, dan peralatan tradisional lainnya. Para perajin kebanyakan berasal dari

lingkup keluarga, sedangkan sistem pengelolaannya dilakukan melalui sistem

manajemen informal, dan keluarga bukan sebagai unit produksi. Penjualan

produk seni kriya masih terbatas pada kebutuhan keluarga atau masyarakat yang

bersifat lokal. Holt (2000) menyatakan dalam pembuatan seni kriya sebagai

produk tradisional, seni kriya dibuat melalui teknik kekriyaan yang tinggi dan

bahan yang berkualitas, sehingga menghasilkan produk seni kriya yang

berkualitas (Holt 2000: 256).

Page 25: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

5

Keberadaan seni kriya sebagai karya tradisional masyarakat Tegallalang

dalam tataran ideal selalu dipertahankan, dalam arti tidak akan mudah berubah

karena banyak karya-karya seni kriya dalam perwujudannya dilandasi oleh

kebudayaan Bali. Menurut Mantra, kebudayaan Bali tumbuh berdasarkan norma-

norma budaya agama Hindu (1996: 2). Masyarakat masih meyakini bahwa

terciptanya suatu karya seni tradisional oleh seniman memiliki taksu (nilai-nilai

agama Hindu) yang menjiwainya, sehingga karya seni tersebut memiliki daya

tarik/daya pikat yang sangat kuat. Sejalan dengan hal tersebut Dibia (2012)

menyatakan, bahwa dalam penciptaan karya seni terjadi keterlibatan bathin yang

mendalam atau memiliki kemampuan khusus atau kekuatan yang memungkinkan

baginya menghasilkan karya dengan kualitas yang luar biasa (Dibia, 2012: 18).

Penciptaan karya seni kriya berkualitas merupakan tanggung jawab dari

masyarakat perajin di Tegallalang. Karya yang diciptakan diperuntukkan bagi

kepentingan masyarakat yang kemudian dipersembahkan ke hadapan Maha

Pencipta. Di samping itu pula terdapat sikap penghormatan terhadap para leluhur

yang telah mewariskan nilai budaya yang dapat jadikan sebagai objek

berkreativitas untuk bekerja dan pelestarian nilai budaya. Sebagai masyarakat

yang menganut konsep ritual penciptaan karya seni oleh masyarakat Bali dapat

pula diartikan sebagai bentuk yadnya seperti yang dikatakan oleh O’Dea dalam

Sumandiyo Hadi (2002: 31).

Globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan seni kriya

yang dibuat perajin di Tegallalang mengalami perubahan atau pergeseran.

Perubahan tersebut bukan saja dalam pemanfaatan bahan, alat-alat yang

Page 26: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

6

dipergunakan, namun berbagai sektor mengalami perubahan. Seiring dengan

perubahan tersebut, Atmadja menyatakan, globalisasi membawa perubahan dalam

kehidupan sosial masyarakat (Atmadja, 2010: 1). Perubahan sosial pada

masyarakat tidak saja berlangsung sangat cepat, tetapi juga berdimensi amat luas,

yakni menyangkut berbagai bidang kehidupan yang berkaitan satu bidang dengan

bidang yang lainnya (Pitana, 1994: 3). Globalisasi diiringi oleh perkembangan

teknologi membawa nilai-nilai baru dan bahkan sering menimbulkan konflik di

berbagai sektor budaya. Kecenderungan untuk terpandang baru atau modern

merupakan gejala umum di masyarakat tradisional yang sibuk mencari bentuk-

bentuk dirinya. Peralatan yang serba mesin mengubah fungsi tangan, dan bagian-

bagian badan lainnya, sehingga sebagian besar berubah fungsi karena

perlengkapan yang serba elektronik. Bentuk mencerminkan fungsi, perubahan

fungsi tentunya menimbulkan perubahan bentuk (Gelebet, 1982: 2). Demikian

halnya adanya perubahan dalam kebudayaan sering menimbulkan dilema antara

tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang cenderung merombak

dengan membawa nilai-nilai baru.

Globalisasi menimbulkan perubahan sosial dan kebudayaan yang dialami

oleh perajin di Tegallalang, dan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai-nilai

kekriyaan dalam proses pembuatan seni kriya. Hal ini disebabkan oleh berbagai

motivasi dan faktor pendorong secara kebetulan atau pun direncanakan. Menurut

Pujilaksono, sebagaimana dikutip oleh Arimbawa (2011), terjadinya perubahan

dan perkembangan karena termotivasi oleh pengaruh eksternal dan internal,

sebagai akibat terjadinya interaksi dengan unsur kebudayaan lain dan latar

Page 27: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

7

belakang ideologi atau inovasi/baru. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan

hilangnya unsur-unsur kebudayaan material yang pernah ada atau pemertahanan

unsur-unsur budaya masa lalu dan terjadi dalam proses adaptasi dengan unsur-

unsur budaya yang baru (Arimbawa, 2011: 3)

Menurut Abercrombie dkk. (2010), unsur budaya baru yang terjadi dalam

perubahan nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai modern dalam industrialisasi

berorientasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan mengikuti perkem-

bangan dan penerapan sumber-sumber tenaga mesin untuk memekanisasi

produksi. Industrialisasi yang terjadi pada saat ini merupakan proses produksi dari

proses tradisional yang manual (menggunakan tangan), kemudian berkembang

menjadi industri mesin. Proses ini telah mengalami perubahan dengan melibatkan

berbagai komponen dalam pembagian kerja, sehingga terjadi spesialisasi kerja,

rasionalisasi, dan hubungan produksi sosial yang baru (Abercrombie, dkk., 2010:

277).

Berkaitan hal itu, industrialisasi pada seni kriya di Tegallalang terjadi

perubahan dalam proses pembuatan dan jenis produk yang dihasilkan. Seni kriya

pada mulanya dalam proses pengerjaannya secara manual, namun sekarang terjadi

perubahan proses, selain menggunakan tangan juga menggunakan mesin, bahkan

ada dengan teknik cetak sehingga menghasilkan produk massal. Begitu pula

produk yang dibuat bukan saja seni kriya tradisional seperti wujud singa, garuda,

maupun tokoh- tokoh pewayangan, namun didominasi oleh jenis produk seni

kriya pop, seperti kucing, kuda, jerapah, serta berbagai jenis seni kriya

kontemporer lainnya. Perajin yang semula hanya dalam lingkup keluarga saja,

Page 28: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

8

sekarang ditambah dari keluarga lain, bahkan banyak mendatangkan perajin

(tenaga upahan) dari daerah lain. Sistem pengelolaan tidak lagi melalui sistem

ekonomi informal yang berbasis keluarga, melainkan berubah menjadi sistem

ekonomi formal melalui manajemen pembagian kerja melalui sistem secara

profesional, serta pengaturan waktu yang sangat ketat bahkan telah terprogram.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat produk seni kriya sebelumnya

hanya mengandalkan bahan yang berada di daerah sendiri, tetapi sekarang

merambah ke daerah lain untuk mencukupi ketersediaan bahan baku produk seni

kriya, seperti dari daerah Kintamani, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan daerah

lainnya di Bali, dan bahkan mendatangkan dari luar Bali.

Berdasarkan penelitian Suryana (2008), fenomena industrialisasi terhadap

seni kriya di Tegallalang mulai terjadi tahun 1980-an. Ketika itu perajin masih

memproduksi seni kriya dalam bentuk binatang, tiruan tumbuh-tumbuhan, dan

juga buah-buahan. Tahun 1990-an perkembangannya semakin pesat seiring

dengan perkembangan pariwisata di Bali, sehingga berbagai produk seni kriya pop

dan kontemporer diciptakan oleh perajin untuk memenuhi kebutuhan pasar

(Suryana, 2008: 16-17). Bersamaan dengan itu, Tegallalang banyak didatangi oleh

perajin dari luar daerah untuk membuat seni kriya secara massal guna memenuhi

permintaan pasar. Di samping itu toko-toko seni (art shops) banyak bermunculan

di daerah Tegallalang untuk menjual berbagai produk seni kriya.

Pergeseran pembuatan produk seni kriya tradisional menjadi produk

industri budaya yang terdapat di Tegallalang lebih banyak berorientasi pada nilai-

nilai komersial. Barang-barang yang diproduksi sudah menuju barang konsumsi

Page 29: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

9

massa. Untuk memenuhi kebutuhan produk massal, bahan yang semula diambil

dari daerah setempat tidak mencukupi, sehingga mengambil bahan dari daerah

lain. Bahan baku yang digunakan banyak didatangkan dari luar Tegallalang,

sehingga para perajin sampai saat ini masih dibayangi kesulitan untuk

memproduksi seni kriya dalam jumlah besar. Bahkan untuk mencapai target

penjualan yang tinggi, perajin sangat gencar mengembangkan produk dan mencari

celah dalam memasarkan produknya. Produk seni kriya diproduksi secara massal

dengan membuat berbagai model, warna, dan ukuran dijual dalam sistem paket.

Pemasarannya dijual di toko seni, pasar seni (lingkup lokal), ada yang dikirim ke

luar daerah (secara nasional), dan banyak pula yang bekerjasama dengan kargo

untuk pemasaran ke luar negeri (internasional/global), atau melalui sistem online

(internet) (Bisnis Bali, Senin, 1 Juli 2013).

Pembuatan produk massal secara mekanis membuat perajin di Tegallalang

sebagai masyarakat penghasil seni kriya tradisional menjadi semakin terdesak

karena munculnya kekuatan ekonomi dalam kekuasaan kapitalis. Produk seni

kriya tradisional menjadi termarjinalisasi dengan adanya produk mekanis yang

lebih menitikberatkan pada ideologi pasar dengan memproduksi barang secara

massal dalam waktu yang singkat untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-

banyaknya. Industrialisasi seni kriya dalam kehidupan pariwisata membuat

perkembangannya menjadi semakin tidak terkendali. Menurut Gustami (2008:

18), industri pariwisata yang berkembang sangat pesat membuat para pelaku seni

kriya berburu untuk menghasilkan produk sebagai material perdagangan, yang

secara terselubung didorong atas keinginan pemilik modal (kapitalis).

Page 30: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

10

Kemajuan industri pariwisata di Bali pada umumnya, dan Tegallalang

khususnya membuat seni kriya menjadi produk andalan bagi kapitalis sebagai

produk perdagangan (Adian 2011: 23), seni kriya awalnya dibuat untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat kini lebih banyak sebagai material perdagangan. Dalam

kondisi seperti ini, kaum kapitalis dapat memainkan kekuasaannya terhadap

perajin. Oleh karena itu dalam memproduksi seni kriya perajin sangat tergantung

pada kapitalis yang menjadi agen dalam menentukan jenis produksi sesuai dengan

permintaannya. Sementara itu menurut pendapat Marcuse sebagaimana seperti

yang ditulis oleh Sachari (2002: 30), industri seni pada zaman modern semakin

gencar dilakukan, karena banyaknya barang seni yang diproduksi secara massal,

sehingga karya estetik jatuh menjadi komoditas.

Dalam industrialisasi seni kriya di Tegallalang ada permainan modal yang

dilakukan oleh pemangku kepentingan/stakeholder untuk merebut kekuasaan.

Para pemangku kepentingan melakukan praktik sosial melalui modal. Pemilik

modal yang lebih besar dan mobilitas yang lebih tinggi lebih dominan, sedangkan

yang paling kecil modalnya akan termarjinalisasi atau terpinggirkan. Permainan

tersebut dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan, seperti keluarga

pembuat seni kriya dan pemilik art shop, desa pakraman, desa dinas, pemerintah,

perajin, pemasok bahan baku, lembaga keuangan, dan konsumen mancanegara.

Pertarungan berbagai modal dilakukan oleh para pemangku kepentingan.

Menurut pandangan Bauman (1998) sebagaimana ditulis oleh Ritzer (2012),

modal dan mobilitas telah menjadi faktor terpenting dan yang paling membedakan

dalam stratifikasi sosial. Pemenang dalam perang ruang ini adalah mereka yang

Page 31: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

11

memiliki modal besar dan mobilitas yang mampu bergerak bebas dalam segala

bidang. Mereka yang tidak memiliki modal dan mobilitas selalu menjadi

pecundang dan akan terpinggirkan (Ritzer, 2012: 983). Kekuasaan para pemodal

berada pada wilayah yang aman dari para pecundang atau pemilik modal kecil dan

yang selalu termarjinalkan.

Praktik sosial melalui permainan modal yang dilakukan oleh pemangku

kepentingan dalam industrialisasi seni kriya berimplikasi pada perilaku perajin

dalam memproduksi seni kriya. Perajin dalam bekerja kemungkinan berada di

bawah kekuasaan kapitalis karena mereka yang memiliki modal sehingga mereka

akan membuat produk seni kriya sesuai dengan permintaan atau pesanan dari

kapitalis. Perajin bekerja hanya memenuhi pesanan dari konsumen (make to

order), sehingga mereka menjadi kehilangan identitas Bali. Perajin boleh jadi

membuat produk seni kriya apa saja sesuai dengan keinginan perajin itu sendiri

tanpa mau mengikuti perintah atau diatur oleh para konsumen, sehingga mereka

menghasilkan berbagai jenis (beragam) produk seni kriya.

Industrialisasi pada era globalisasi saat ini membuat produk-produk seni

kriya atau desain-desain kriya dari luar masuk ke Bali dan Tegallalang khususnya

yang dipasok oleh pemilik modal ekonomi. Produk seni kriya sangat beragam dan

menjadi tantangan bagi perajin dalam mempertahankan produk-produk seni kriya

tradisional Bali. Di samping itu juga terjadi persaingan yang semakin ketat dalam

memproduksi seni kriya untuk memenuhi permintaan pasar. Seni kriya tumbuh

oleh sistem kapitalis pasar sebagai produk massal dan bersifat pasaran, yang

dikonstruksi untuk memenuhi kepentingan pasar.

Page 32: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

12

Sehubungan dengan hal itu, industrialisasi seni kriya pada era globalisasi

yang terjadi di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali sangat penting untuk diteliti

dalam konteks kajian budaya, sehingga dapat mengungkap ideologi apa yang ada

dalam praktik industrialisasi seni kriya. Kajian yang lebih kritis diperlukan

sehingga permasalahan yang muncul dapat diungkap secara akademik dengan

menggunakan teori-teori kritis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, terjadinya industrialisasi seni kriya pada era

globalisasi di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali pada saat ini akan berpenga-

ruh terhadap produk seni kriya yang diproduksi oleh perajin. Dalam indus-

trialisasi seni kriya ada ideologi dan permainan modal yang melatarbelakanginya,

sehingga terjadi penciptaan produk secara mekanis yang bersifat massal. Adapun

pertanyaannya dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Mengapa terjadi industrialisasi seni kriya di Kecamatan Tegallalang,

Gianyar, Bali?

2. Bagaimana para pemangku kepentingan berperan untuk memainkan

kekuasaan dalam industrialisasi seni kriya di Kecamatan Tegallalang,

Gianyar, Bali?

3. Bagaimana implikasi industrialisasi seni kriya pada perajin setempat

dan benda-benda seni kriya yang ditampilkannya?

Page 33: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

13

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, memahami, dan

mendeskripsikan sistem operasional, reproduksi dan kuasa para pemangku

kepentingan dan implikasinya dalam industrialisasi seni kriya di kecamatan

Tegallalang, Gianyar, Bali.

1.3.2 Tujuan Khusus

Sesuai uraian permasalahan di atas, tujuan khusus penelitian adalah untuk

mendeskripsikan secara ilmiah variabel-variabel penting dalam penelitian, sebagai

berikut.

1. Untuk mengkaji alasan maknawi terjadinya industrialisasi seni kriya di

Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali.

2. Untuk mengkaji peran para pemangku kepentingan dalam memainkan

kekuasaan dalam industrialisasi seni kriya di Kecamatan Tegallalang,

Gianyar, Bali.

3. Untuk mengakaji implikasi industrialisasi seni kriya pada perajin

setempat dan benda-benda seni kriya yang ditampilkannya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis temuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada

khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam kaitannya dengan masalah-masalah

seni, lebih khususnya seni kriya yang selama ini lebih banyak dikaji melalui

Page 34: disertasi yang berjudul: “ ” dapat . · PDF fileformal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3 ) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi

14

estetika teks rupa secara visual. Padahal dalam perkembangan (industrialisasi)

seni kriya perlu juga diungkap secara konteksnya. Dalam pengungkapannya hal

ini memerlukan adanya kajian yang lebih komprehensif sehingga pemahaman

kasus ini dapat dikaji dari perspektif lintas budaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis temuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

memberikan penyadaran dalam memahami nilai-nilai yang terkandung dalam seni

kriya sebagai warisan budaya Bali. Dalam hal ini: (1) pihak pemerintah, khu-

susnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai pengambil kebijakan dalam

menentukan peraturan tentang industri seni kriya yang ada di Bali. (2) Dunia

industri pariwisata untuk memajukan industri seni kriya dalam memenuhi

kebutuhan pariwisata tanpa mengabaikan karakteristik seni kriya Bali. (3) Para

perajin sebagai sumber informasi dan acuan dalam rangka pengembangan seni

kriya tradisional Bali dalam bentuk kreativitas seni. (4) Peneliti lain sebagai

informasi, menambah pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran arti penting

mengenali dan memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam seni kriya tradisional

sebagai warisan budaya.