DIREKTORI - pln-litbang.co.id PENELITIAN 2012.… · dilakukan melalui kajian literatur, ... Dari...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
247 -
download
6
Transcript of DIREKTORI - pln-litbang.co.id PENELITIAN 2012.… · dilakukan melalui kajian literatur, ... Dari...
DIREKTORI
PENELITIAN TAHUN 2012
PT PLN (PERSERO)
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETENAGALISTRIKAN JL.Duren Tiga Jakarta-12760 PO BOX 6701 / JKSRB, Jakarta-12760 Tel : (021) 7973774, 7980190, 7982035 (Hunting) Fax : (021) 7991762 Website : www.pln-litbang.co.id
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
1
KATA PENGANTAR
Direktori hasil penelitian tahun 2012 ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh PLN PUSLITBANG selama kurun waktu 2012.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh unit-unit PLN : Sebagai dasar program penelitian lanjutan
Sebagai acuan pemecahan masalah untuk kejadian sejenis yang kemungkinan akan dihadapi oleh unit PLN lain
Pada dasarnya topik penelitian diusahakan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan
unit atau sejalan dengan sasaran perusahaan dalam mencapai peningkatan efisiensi, keandalan dan kualitas.
Direktori hasil penelitian ini berisi abstrak, sedangkan laporan lengkapnya disimpan di perpustakaan PLN PUSLITBANG.
Abstrak penelitian tahun 2012 seluruhnya berjumlah 32 terdiri dari 16 penelitian dari bidang listrik dan 16 penelitian dari bidang non listrik.
Harapan kami di masa mendatang PLN PUSLITBANG dapat melaksanakan program
penelitian yang semakin baik, untuk itu kami menunggu adanya umpan balik (feedback) dari unit.
Jakarta, Januari 2013
Ir. Satri Falanu
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
2
DAFTAR ISI
Bagian A : Kumpulan Abstrak Laporan Penelitian Bidang Listrik
1. Aplikasi Monitoring Jarak Jauh Multi Synchrophasor ..........................................5
2. Korelasi Arus Terpolusi Harmonisa Terhadap Kuat Hantar Arus Konduktor ...........6
3. Studi Kestabilan Daya Pada System Hybrid PLTS-PLTD dan Penggunaan Penyimpan
Energi Untuk Perbaikan.................................................................................... 7
4. Kajian Aspek Teknis Untuk Pengujian PLTS Terhubung Ke Jaringan (On Grid) ..... 8
5. Kajian Permasalahan Teknis kWh Meter Prabayar 1 Fase .................................. 9
6. Study Kondisi Kabel Distribusi 20 kV Berdasarkan Pengukuran Tangen Delta ......10
7. Pengaruh Geomagnetic Induced Current (GIC) Akibat Badai Matahari Terhadap
Arus Netral Transformator ...............................................................................11
8. Kajian Penggunaan Mobile Network Dalam Pengisian Pulsa Pada Meter Pra- Bayar
......................................................................................................................12
9. Kajian Pentanahan Belitan Tersier Delta Pada Trafo 500 kV ........................ ..... 13
10. Studi Kegagalan Kerja Relai A/R (SPAR) di SUTET Tasikmalaya- Depok ..............14
11. Kajian Arus Netral IBT 500/150 kV GITET Tasikmalaya .....................................15
12. Studi Optimasi Desain dan Pengoperasian Sistem Hibrid PLTS-Diesel Generator ..16
13. Studi Optimalisasi Tuning Power System Stabilizer (PSS) Unit Pembangkit .........17
14. Perancangan dan Pembuatan Prototipe Sun Tracker Feed Forward Untuk Optimasi
Produk Energi PLTS .......................................................................................18
15. Review Desain pemasangan kabel tanah 20 kV di Bintuni, Papua Barat .............19
16. Kajian Stabilitas dan Pemutakhiran Defense Scheme Sulselrabar .......................20
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
3
Bagian B : Kumpulan Abstrak Laporan Penelitian Bidang Non Listrik 1. Optimasi Operasi Untuk Keandalan PLTD ..........................................................22
2. Studi Keandalan Bangunan Struktur Pembangkit PLTU Ombilin Sumatera Barat yang
terletak di daerah gempa .................................................................................23
3. Kajian Kualitas Uap PLTP Dieng ........................................................................24
4. Kajian Stabilitas Lereng akibat tanah longsor di sekitar tower no. 316 SUTET 500 kV
jalur Ungaran-Krian ..........................................................................................25
5. Kajian Kondisi Unit Desalinasi PLTU Rembang, Indramayu dan Labuan .................26
6. Kajian Pasca Konstruksi Tower Transmisi Listrik 150 kV Jalur Palaran-Sambutan pada
penyeberangan Sungai Mahakam .......................................................................27
7. Kajian Material Boiler PLTU percepatan pembangkit diversifikasi energi (PPDE) .....28
8. Kajian Single Quality Coal terhadap Performance Boiler PLTU Suralaya 8
(Manajemen Coal Yard) ....................................................................................29
9. Kajian dan Simulasi Aliran Bed material serta dampaknya terhadap Tube Boiler CFB
PLTU Labuhan Angin ........................................................................................30
10. Kajian Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya Tahap I PT PLN (Persero) ...........31
11. Kajian Tiny Oil Burner di PLTU Labuan Banten ....................................................32
12. Kajian dampak dan penyebab Hydrogen Damaged PLTU Suralaya Unit 8 ............33
13. Studi Optimasi Performance pembangkit menggunakan perangkat lunak dengan
studi kasus PLTGU Cilegon (Pola Operasi Open Cycle) .........................................34
14. DGA (Dissolved Gases Analysis) minyak insulasi trafo PLTU percepatan pembangkit
diversifikasi energi (PPDE) ................................................................................35
15. Studi keamanan bendungan PLTA Cirata ditinjau dari sisi monitoring
rembesan/seepage ...........................................................................................36
16. Pengujian lapangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut sistem bandulan
(PLTGL-SB) di pelabuhan telaga biru tanjung bumi Madura .................................37
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
4
BAGIAN A :
Kumpulan Abstrak Laporan Penelitian Bidang Listrik
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
5
Judul : Aplikasi Monitoring Jarak Jauh Multi Synchrophasor
Penulis : R. Dimas Dityagaraha, ST, Handy Wihartady, Msc, Eko Aptono, ST,
Afrianto Budi, Alamsyah Anwar, MT, Antonius Budiono
No. Laporan : 40.LIT.2012 Tanggal : 12 Desember 2012 Jml. Halaman : 35
Abstrak :
Percobaan pada penelitian sebelumnya di tingkat laboratorium menunjukkan
bahwa Synchrophasor mempunyai potensi sebagai monitor kestabilan sistem
tenaga listrik (20.LIT.2011), tetapi data pengukuran pada tiap merk Synchrophasor
dimonitor/diakses dengan menggunakan masing-masing software Synchrophasor
sehingga analisa sistem dilakukan secara manual. IEEE telah menetapkan standar
IEEE C37.118.2 tahun 2011 sebagai protokol komunikasi antar Synchrophasor.
Dengan protokol pada standar ini beberapa Synchrophasor dapat berkomunikasi
untuk memberikan analisa ketidakstabilan sistem secara langsung atau real-time.
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan aplikasi untuk monitoring beberapa
Synchrophasor dengan menggunakan platform software Labview dan referensi
protokol komunikasi IEEE C37.118.2 tahun 2011. Synchrophasor yang digunakan
adalah Arbiter dari pabrikan Sentinel.
Aplikasi yang dibuat mampu beroperasi dengan baik sehingga dapat digunakan
untuk implementasi Wide Area Monitoring, Protection dan Control (WAMPAC)
menggunakan Synchrophasor.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
6
Judul : Korelasi Arus Terpolusi Harmonisa Terhadap Kuat Hantar Arus
Konduktor
Penulis : Suharto, ST, Nurul Fauziah, ST, A.S. Habibie, ST, Ir. PC Didit HS, Ir.
Pranyoto, Sukerdi
No. Laporan : 15. LIT. 2012 Tanggal: 3 September 2012 Jml. Halaman : 34
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan hasil penelitian mengenai pengaruh dari arus yang terpolusi harmonisa terhadap kemampuan kuat hantar arus (KHA) dari konduktor. Penelitian dilakukan melalui kajian literatur, perhitungan simulasi dan juga percobaan laboratorium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai arus terpolusi harmonisa secara perhitungan dan pengukuran serta untuk mengetahui korelasi atau pengaruhnya
terhadap kemampuan hantar arus konduktor. Perhitungan simulasi dilakukan dengan metoda cacah. Dalam penelitian ini diajukan pula
suatu persamaan untuk menghitung rugi daya pada konduktor akibat arus yang terpolusi harmonisa. Persamaan ini memperhitungkan efek kulit akibat adanya arus harmonisa yang melahirkan adanya berbagai nilai resistans untuk satu konduktor sesuai dengan
komponen harmonisa yang terjadi. Percobaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan empat jenis konduktor, yaitu
konduktor pilin aluminium campuran (AAAC) 35 7/2,5; AAAC 50 7/3; AAAC 70 19/2,25 dan AAAC 150 37/2,25. Beban yang digunakan adalah Lampu pijar dan lampu CFL (Compact Flourecent lamp) dan untuk mendapatkan variasi arus harmonisa dengan
mengatur kombinasi kedua beban tersebut. Sebagai alat ukur dipergunakan alat ukur PQ meter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kenaikan arus yang mengalir pada konduktor akan semakin tinggi dengan meningkatnya nilai THDi dan kenaikan ini tidak linear. Kenaikan arus yang terjadi hanya tergantung besar THDi tidak tergantung kepada bentuk
spektrum harmonisa.
Resistans konduktor akibat efek kulit karena adanya arus harmonisa memiliki nilai berbeda untuk komponen (orde) harmonisa yang berbeda. Persentase kenaikan resistans konduktor akibat efek kulit karena adanya arus terpolusi harmonisa akan
semakin tinggi seiring dengan naiknya orde harmonisa. Semakin besar luas penampang konduktor, maka efek kulit akibat arus harmonisa akan semakin terasa dan kecuraman kurva kenaikan resistans semakin tinggi. Sebaliknya, efek kulit akibat arus harmonisa
kurang signifikan untuk konduktor dengan penampang kecil. Dapat dikatakan bahwa untuk konduktor dengan penampang ≤ 50 mm2, nilai resistans konduktor tidak terpengaruh harmonisa (kenaikannya akibat efek kulit tidak signifikan).
Pengaruh efek kulit akibat adanya arus harmonisa terhadap nilai resistans untuk konduktor dengan penampang diatas 50 mm2 cukup signifikan. Oleh karena itu
perhitungan KHA untuk konduktor tersebut perlu memperhatikan pengaruh arus harmonisa. Cara perhitungan lama yang menggunakan spesifikasi KHA tanpa memperhatikan efek harmonisa, tidak relevan digunakan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
7
Judul : Studi Kestabilan Daya Pada System Hybrid PLTS-PLTD dan Penggunaan
Penyimpan Energi Untuk Perbaikan
Penulis : Muhammad Firmansyah, Agus Yogianto, Tri Hardimasyar, Arrester CS.
Rahayu, Devi Hendriono
No. Laporan : 42. LIT. 2012 Tanggal : 18 Desember 2012 Jml. Halaman : 36
Abstrak :
Program PLTS 1000 Pulau Tahap I memiliki tiga konfigurasi yaitu PLTS on grid,
PLTS hibrida, dan PLTS stand alone.
Pada konfigurasi PLTS on grid terdapat permasalahan kestabilan daya untuk level penetrasi PLTS yang mendekati 20% beban. Sifat intermittent dari PLTS akibat
kondisi cuaca lokal menjadi penyebabnya, kecepatan perubahan insolasi matahari yang rata-rata mencapai 1000 Watt/m2/6 detik pada kondisi mendung menyebabkan daya keluaran PLTS berubah dari maksimum menjadi nol hanya
dalam waktu 6 detik.
Perubahan daya hasil pembangkitan PLTS ke sistem on grid yang tiba-tiba ini
menyebabkan perubahan keseimbangan daya sehingga terjadi perubahan frekuensi. PLTD yang berfungsi menyeimbangkan daya memiliki keterbatasan waktu respon. Kondisi ini menyebabkan penurunan frekuensi sistem secara
mendadak dan dapat menyebabkan sistem menjadi tidak stabil.
Penelitian ini mencari titik maksimum penetrasi dari PLTS pada sistem PLTS on grid
dan memperhitungkan berapa besar penyimpan energi yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi transien akibat perubahan daya yang dibangkitkan PLTS.
Hasil simulasi memperlihatkan titik maksimum penetrasi PV adalah 15% dari beban
dengan perubahan frekuensi sebesar 0,5 Hz . Penambahan baterai pada PLTS ongrid dapat meningkatkan level penetrasi PV pada sistem hibrida.
Untuk sistem dengan beban 1 MW, level penetrasi PV dapat mencapai 30% dengan
penambahan baterai berkapasitas 193 kW, 16 kWh dan waktu respon pengaturan PLTD oleh operator pada saat perubahan beban selama 5 menit.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
8
Judul : Kajian Aspek Teknis Untuk Pengujian PLTS Terhubung Ke Jaringan
Penulis : Ir. Agus Yogianto, MT, Didik F. Dakhlan, ST, M.sc, Hendra Budiono, ST,
Indra Ardanayuda, ST, Eko Aptono, ST
No. Laporan: 11. LIT. 2012 Tanggal : 20 September 2012 Jml. Halaman : 25
Abstrak :
PLN telah mengoperasikan pembangkit listrik dengan energi terbarukan khususnya energi surya
melalui pembangkit jenis PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya). Pada tahap awal dimulai dengan
memasang PLTS pada 6 pulau wisata baik yang bersifat on grid maupun yang off grid.
Selanjutnya pengoperasian PLTS akan dilanjutkan lagi diberbagai wilayah Indonesia dengan
berbagai kapasitas. Sementara itu aspek teknis yang terkait dengan kebutuhan pembangkit
terhubung ke jaringan belum diakomodir sepenuhnya di dalam pengujian instalasi PLTS. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian yang mengkaji aspek teknis terkait kebutuhan instalasi PLTS yang
terhubung ke jaringan tenaga listrik.
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur, mempelajari PLTS yang sudah ada di
lapangan, mempelajari pengoperasian sistem, melakukan analisa, menyusun prosedur uji,
diskusi dan pembuatan laporan.
Dari penelitian diperoleh hasil kajian sebagai berikut :
1. Pemenuhan persyaratan teknis PLTS terhubung ke jaringan yang sesuai dengan kebutuhan
aturan jaringan, perlu dilakukan dengan pengujian.
2. Aspek teknis PLTS terhadap kebutuhan jaringan, sebagian besar sudah dipenuhi oleh
Inverter yang dipakai oleh PLTS.
3. Pedoman untuk pengujian PLTS yang terhubung ke jaringan yang dilaksanakan di lapangan
telah disusun dengan menekankan pada PLTS yang mempunyai konfigurasi modular.
4. Pengujian PLTS dengan kapasitas medium atau besar yang menggunakan inverter terpusat,
relatif lebih sulit diuji di lapangan terkait dengan kapasitas alat uji yang diperlukan.
Untuk penelitian lebih lanjut, perlu dikaji dinamika sistem dengan adanya PLTS dengan bantuan
model dan simulasi, karena masih terdapat potensi item uji yang dapat dibuat sesuai kondisi
yang ada di PLTS.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
9
Judul : Kajian Permasalahan Teknis kWh Meter Prabayar 1 Fase
Penulis : Nurul Fauziah, ST, Muhammad Firmansyah, R.M. Hilman A, Tri
Hardimasyar, Suhadi, Rudi Setyobudi
No. Laporan : 29. LIT. 2012 Tanggal : 19 November 2012 Jml. Halaman : 106
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan kajian permasalahan tentang penerapan kWh meter 1 fase di
pelanggan listrik prabayar. kWh meter yang diterapkan adalah yang dilengkapi dengan
fitur respon terhadap penyalahgunaan sesuai SPLN D3.009-1: 2010. Dari penerapan
listrik prabayar dilaporkan beberapa masalah, antara lain: muncul tulisan PERIKSA, kWh
meter rusak terkena petir, informasi pada layar tampilan hilang, dan tutup terminal yang
tidak dapat berfungsi dengan baik.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji permasalahan teknis dan menemukan cara
penyelesaiannya. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan
uji coba di lapangan dan laboratorium.
Berdasarkan hasil kajian, permasalahan tersebut di atas terkait dengan firmware,
tahanan pembumian, dan material kWh meter. Dari permasalahan petir yang dilaporkan
tidak dapat dianalisa lebih lanjut karena data yang ada tidak lengkap.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
10
Judul : Study Kondisi Kabel Distribusi 20 kV Berdasarkan Pengukuran Tangen
Delta
Penulis : Buyung S. Munir, Nurul Fauziah, ST, Dedit Gunarso Putro, Ifan Randi
Pratama, Suharto, PC Didit HS
No. Laporan : 43. LIT. 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Jml. Halaman: 59
Abstrak :
Seluruh peralatan listrik tidak terkecuali kabel tegangan menengah 20 kV
memerlukan pemeliharaan agar dapat dijaga kehandalannya untuk dapat
beroperasi dengan baik secara terus menerus. Pemeliharaan berdasarkan kondisi
peralatan dipilih agar pemeliharaan peralatan dapat dilakukan secara terencana
dan menghasilkan peralatan yang handal serta dengan biaya yang secara
ekonomikal rendah dalam kurun waktu umur kabel tersebut.
Kondisi kabel tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemeliharaan prediktif
dengan menggunakan teknologi yang ada dan dapat diterapkan di lapangan.
Parameter yang dapat diukur di lapangan untuk memprediksi kondisi kabel adalah
Tan Delta (TD) dan Partial Discharge (PD). Selain dari pemeliharaan prediksi maka
pengujian penerimaan kabel di lapangan untuk kabel yang baru dipasang juga
sangat mempengaruhi kondisi serta umur kabel tersebut. Untuk itu perlu selalu
dilakukan pengujian tersebut untuk memastikan kabel yang baru dipasang dalam
kondisi yang bebas dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh proses
penggelaran kabel serta pemasangan asesoris kabel.
Pada laporan penelitian ini dijelaskan tentang penerapan metode asesmen kabel
sesuai dengan laporan penelitian No. 15/LIT/2010 dengan melakukan
pengukuran TD yang menggunakan sumber tegangan VLF sebelum dilakukan
pengukuran PD untuk mengetahui efektifitas metode yang telah diusulkan dan
memperbaiki metode tersebut agar dapat lebih mudah diterapkan di lapangan.
Selain itu juga dijelaskan tentang metode pengujian penerimaan kabel yang baru
terpasang sehingga pemeliharaan kabel akan dapat lebih terencana dengan
didasarkan pada kondisi kabel baik itu kabel baru maupun kabel yang telah lama
beroperasi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
11
Judul : Pengaruh Geomagnetic Induced Current (GIC) Akibat Badai Matahari
Terhadap Arus Netral Transformator
Penulis : Anang Mawardi, Buyung S. Munir, Didik F. Dakhlan, Dedy Sunarto,
Anwar Santoso (LAPAN)
No. Laporan : 41. LIT. 2012 Tanggal : 17 Desember 2012 Jml. Halaman : 50
Abstrak :
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian tahun 2011 dengan maksud untuk
mengantisipasi kejadian badai matahari yang diperkirakan terjadi pada tahun 2013. PLN
Puslitbang bekerja sama dengan LAPAN melakukan kajian Pengaruh Geomagnetik
Induced Current (GIC) terhadap Arus Netral Transformator. Hasil kajian ini diharapkan
dapat memprediksi tingkat GIC yang mungkin terjadi sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah antisipasi.
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran Arus Netral Transformator IBT 500/150 kV
GITET Tasikmalaya. Pengukuran dilakukan secara terus menerus mulai bulan Juni
sampai dengan November 2012 dengan menggunakan Alat Ukur Proqube. Hasil
pengukuran Arus Netral DC dan data medan geomagnet dari stasiun bumi Lapan di
Tanjung Sari Sumedang kemudian dianalisa dengan metoda Regresi Linier untuk
mendapatkan korelasi antara kedua variable tersebut.
Dari analisa dengan metoda Regresi Linier tersebut diperoleh korelasi antara Arus Netral
DC di GITET Tasikmalaya dengan medan geomagnet dari LPD Sumedang sebagai
berikut :
GIC(H) = - 0.0062 dH/dt – 0.6559
Medan magnet bumi tertinggi yang tercatat di LPD Sumedang LAPAN sampai saat ini
sekitar - 400 nT dan menghasilkan GIC tertinggi sekitar 2.48 Ampere. Dengan
demikian transformator PLN di lokasi GITET Tasikmalaya masih aman jika terjadi badai
matahari dengan medan magnet bumi mencapai nilai maksimum yang pernah tercatat.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
12
Judul : Kajian Penggunaan Mobile Network Dalam Pengisian Pulsa Pada Meter
Pra-Bayar
Penulis : Tri Hardimasyar, Joko Hartono, Suhadi, Joko Susilo
No. Laporan : 36. LIT. 2012 Tanggal : 27 November 2012 Jml. Halaman : 44
Abstrak :
Perkembangan teknologi informasi dan elektronika sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kebutuhan dan keinginan masyarakat modern akan suatu layanan
yang mampu memberikan kemudahan, kecepatan, keakurasian dan kepraktisan
dalam bertransaksi. Menyikapi tuntutan tersebut PT PLN (Persero) Puslitbang
bekerja sama dengan Telkom Research & Development (Telkom R&D) mengkaji
dan meneliti pengembangan meter prabayar dengan menambah suatu fitur
telekomunikasi sehingga pelanggan diberi kemudahan dalam melakukan isi
ulang kredit energi listrik/stroom dimana mereka dapat melakukan pengisian
dimana saja, kapan saja tanpa perlu bersusah payah memasukkan 20 digit token
kredit ke meter secara manual. Dalam penelitian ini dilakukan pengkajian
teknologi telekomunikasi yang memungkinkan dalam melakukan pengiriman
data tersebut, meliputi teknologi GSM/USSD, RF Mesh, Zigbee, Wisreed, dan
Distribution Line Carrier (DLC). Setelah itu dilakukan pengujian di laboratorium
dan uji coba di lapangan dengan memasang unit meter prabayar di rumah-
rumah pelanggan. Pelanggan yang dipilih adalah pelanggan dari Pelayanan
Listrik Nasional (PLN) Batam yang berlokasi di Bengkong dan Tiban berjumlah
18 rumah dengan 28 unit meter yang dipasang. Mitra yang berkesempatan
untuk melakukan uji coba di lapangan yaitu PINS/Robulink dengan teknologi RF
Mesh dan Jaladri dengan teknologi GSM/USSD dengan hasil pengujian baik,
dimana pengisian token kredit bisa dilakukan dalam waktu 20-30 detik setelah
token dimasukkan ke aplikasi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
13
Judul : Kajian Pentanahan Belitan Tersier Delta Pada Trafo 500 kV
Penulis : A.S Habibie, Suharto, Haryo Lukito, Didik F Dakhlan, Buyung S. Munir,
PC. Didit HS
No. Laporan : 25. LIT. 2012 Tanggal : 31 Oktober 2012 Jml. Halaman : 59
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan hasil kajian mengenai pentanahan belitan tersier delta pada
trafo IBT 500 kV. Studi ini dilaksanakan melalui kajian literatur dan simulasi software dengan model transformator daya dengan dua cara pentanahan belitan tersier delta (diketanahkan dan tidak diketanahkan). Kajian literatur mengupas mengenai hal-hal
terkait belitan tersier delta, seperti fungsi dari belitan tersier tersebut dan proteksi. Selain hal tersebut pada kajian literatur juga diulas tentang trafo IBT. Simulasi software menitik beratkan kepada respon karakteristik tegangan dan arus pada terminal belitan
tersier delta dengan kondisi beban seimbang, beban tidak seimbang (tegangan dan arus), serta kondisi gangguan satu fase ketanah maupun tiga fase ketanah.
Kesimpulan yang didapat ada studi ini adalah sebagai berikut:
Pada belitan tersier delta trafo IBT yang menggunakan kabel sebagai media penghubungnya, harus memperhatikan rating tegangan U0 kabel (tegangan
antara screen dengan konduktor) dan disesuaikan dengan rating tegangan belitan tersier trafo serta cara pentanahannya.
Pada pentanahan belitan tersier delta yang tidak diketanahkan, rating tegangan U0 kabel penghubung yang digunakan minimal sama dengan rating tegangan belitan tersier trafo dibagi √3.
Pada pentanahan belitan tersier delta yang diketanahkan langsung, ratio tegangan U0 kabel penghubung minimal sama dengan rating tegangan belitan
tersier trafo. Pada kondisi gangguan satu fase ketanah di sisi tersier akan terjadi kenaikan
arus yang tinggi pada belitan tersier trafo IBT yang diketanahkan. Namun hal
tersebut tidak terjadi pada belitan tersier yang tidak diketanahkan. Pada kondisi gangguan satu fase ketanah di sisi primer atau sisi sekunder, jika
rele proteksi tidak bekerja akan terjadi kenaikan arus yang tinggi pada belitan
tersier, baik yang diketanahkan maupun tidak diketanahkan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
14
Judul : Studi Kegagalan Kerja Relai A/R (SPAR) di SUTET Tasikmalaya-Depok
Penulis : Didik F Dakhlan, Anang Mawardi, Ika Sudarmaja
No. Laporan : 28. LIT. 2012 Tanggal : 27 November 2012 Jml. Halaman : 39
Abstrak :
Pada sistem transmisi tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi,
gangguan yang dialami didominasi oleh gangguan fase ke tanah. Salah satu
ruas SUTET yang mempunyai riwayat gangguan fase ke tanah yang cukup
banyak adalah SUTET Tasikmalaya-Depok. Gangguan satu fase ke tanah ini
secara statistik merupakan gangguan temporer yang dapat dihilangkan dengan
menggunakan skema single phase autoreclose (SPAR). Penggunaan single
phase tripping yang diikuti dengan autoreclose akan dapat mempertahankan
kesinambungan penyaluran daya dan mempertahankan stabilitas sistem.
Pengoperasian autorecloser diharapkan juga dapat meningkatkan availability
(ketersediaan) SUTET, hal ini berarti peluang (lama dan frekuensi) konsumen
terjadi padam dapat dikurangi. Namun sebaliknya, pengoperasian autoreclose
secara tidak tepat dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan, sehingga
dapat menimbulkan dampak pemadaman meluas serta waktu pemulihan yang
lebih lama. Namun keberhasilan skema ini sangat dipengaruhi dengan kondisi di
kedua ujung saluran maupun logika relai proteksi yang digunakan.
Penilitian ini membahas mengenai kejadian autoreclose yang ada khusus di
SUTET Tasikmalaya-Depok. Dua hal yang menjadi perhatian utama adalah
fenomena arc pada pembukaan PMT dan juga studi kestabilan saat terjadi
gangguan, pemutusan gangguan, dan juga setelah reclose. Pada akhirnya,
penelitian ini juga memberikan beberapa saran perbaikan untuk meningkatkan
keberhasilan autoreclose di SUTET ini.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
15
Judul : Kajian Arus Netral IBT 500/150 kV GITET Tasikmalaya
Penulis : PC Didit HS, Anang Mawardi, Buyung S. Munir, Didik F. Dakhlan, Dedi
Sunarto
No. Laporan : 14. LIT. 2012 Tanggal : 3 Agustus 2012 Jml. Halaman : 107
Abstrak :
Suatu kejadian terbakarnya tranformator fasa-R (166 MVA 500kV/150kV) dari Inter-Bus Transformer (IBT) Tasikmalaya pada tanggal 28 Januari 2009 telah
mengganggu sistem inter-koneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Salah satu investigasi penyebab dari kejadian ini mengarah pada arus pentanahan netral IBT. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis profil arus pentanahan netral
yang terjadi pada IBT Tasikmalaya, dan membandingkannya dengan profil arus pentanahan netral IBT lainnya seperti IBT Ungaran, Ngimbang, Paiton, dan Suralaya, serta melakukan verifikasi di Laboratorium pada model IBT.
Hasil penelitian yang mengacu pada kajian lapangan, verifikasi laboratorium dan analisis menunjukkan bahwa arus netral pentanahan dipengaruhi antara lain oleh
konstruksi trafo dan kebocoran jaringan transmisi. Dengan menggunakan persepsi aliran daya, menunjukkan bahwa arus pada sisi 500 kV merupakan efek induksi dari arus yang mengalir pada belitan sekunder 150kV. Masih adanya
komponen arus urutan nol pada sisi 500 kV menunjukkan ketidak-efektifan filter delta (belitan tersier) dalam mereduksi arus urutan nol. Munculnya arus netral
disebabkan karena pada arus fasanya mempunyai komponen arus urutan nol dan akibat arus bocor tidak simetris pada jaringan tegangan ekstra tinggi serta adanya arus magnetisasi trafo yang mengandung harmonik. Arus pentanahan
netral IBT Tasikmalaya masih berada dalam batas yang normal bila dibandingkan dengan arus pentanahan netral pada trafo IBT pembanding.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
16
Judul : Studi Optimasi Desain dan Pengoperasian Sistem Hibrid PLTS-Diesel
Generator
Penulis : Agus Yogianto, Hendi Wahyono, Satyagraha A. Kadir, Anang Mawardi,
M. Firmansyah
No. Laporan : 16.LIT.2012 Tanggal : 12 September 2012 Jml. Halaman : 82
Abstrak :
PLN telah mulai mengoperasikan pembangkit listrik dengan energi terbarukan khususnya energi
surya melalui PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya) yang dioperasikan berkoordinasi dengan PLTD
existing. PLTS dan PLTD yang beroperasi tersebut, ada yang dilengkapi dengan penyimpan
energi (batere) dan ada pula yang tidak menggunakan batere. Dalam hal PLTS yang dilengkapi
batere serta beroperasi dengan PLTD secara berkoordinasi maka disebut sebagai sistem hibrid.
Sementara itu evaluasi kinerja, disain dan pengoperasian belum dilakukan. Oleh sebab itu
diperlukan penelitian yang mengkaji hal-hal yang terkait dengan disain dan pengoperasian yang
optimal pada PLTS dan PLTD.
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur, mempelajari PLTS system hibrid yang
sudah beroperasi, mempelajari pengoperasian sistem, melakukan evaluasi terhadap PLTS hibrid
yang telah beroperasi, melakukan analisa, melakukan simulasi, menyusun tahapan disain
kapasitas, diskusi dan pembuatan laporan.
Dari penelitian diperoleh beberapa hasil kajian sebagai berikut :
1. PLTS hibrid yang telah beroperasi serta ditinjau di lapangan dan dianalisa kinerjanya, hasil
evaluasi menunjukkan bahwa kinerja PLTS cukup baik yang ditunjukkan dengan efisiensi
konversi energi 13 %.
2. Pada saat ini PLTS yang ada dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang dibatasi. Untuk
operasi dengan pembatasan bahan bakar, dari segi disain masih terdapat kekurangan yaitu
bahwa terdapat kekurangan dari kapasitas peralatan utama PLTS.
3. Kondisi pengoperasian optimal melalui simulasi pada waktu iradiasi tinggi dan beban tinggi
dapat sepenuhnya dilayani oleh panel surya, tetapi bila iradiasi sedang atau rendah, maka
generator diesel perlu dioperasikan.
4. Tahapan untuk penentuan kapasitas sistem hibrid diawali dengan menentukan profil beban
harian. Selanjutnya dapat ditentukan kapasitas panel surya, penyimpan energi dan inverter.
5. Perkiraan beban, iradiasi matahari dan perkiraan daya yang diproduksi panel surya
merupakan masukan yang digunakan dalam penentuan kapasitas PLTS dan diesel
generator.
6. Untuk pengoperasian optimal pembangkit listrik PLTS dan PLTD, maka pembagian beban
dapat dibantu dengan program optimasi dengan masukan kondisi cuaca yang secara kontinu
di update.
Sebagai saran agar dikembangkan skema perhitungan yang praktis dalam penentuan PLTS dan
peralatannya guna memenuhi pertumbuhan beban listrik pelanggan. Selain itu juga diperlukan
cara praktis dalam kaitan dengan inspeksi dan pemeliharaan untuk menjaga kinerja pembangkit
sistem hibrid beroperasi optimal
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
17
Judul : Studi Optimalisasi Tuning Power System Stabilizer (PSS) Unit
Pembangkit
Penulis : Agus Yogianto, Anang Mawardi, Didik F. Dakhlan, R. Dimas Dityagraha
No. Laporan : 27.LIT.2012 Tanggal : 14 November 2012 Jml. Halaman : 40
Abstrak :
Pada sistem tenaga listrik , salah satu perangkat pada pembangkit yang disebut Power System
Stabilizer (PSS) masih banyak yang belum difungsikan. Perangkat ini menjadi bagian dari
pengatur tegangan automatik (Automatic Voltage Regulator/AVR) generator. Fungsi AVR
memang sudah berjalan dan merupakan kebutuhan mutlak, tetapi fungsi dari PSS sendiri belum
diterapkan. Walaupun sudah dipasang dan diuji, tetapi penerapan PSS membutuhkan
penyetelan nilai parameter PSS yang spesifik di mana membutuhkan pengetahuan maupun
keahlian yang khusus. Sampai saat ini banyak PSS yang belum tune dan tidak difungsikan.
Oleh sebab itu diperlukan penelitian yang mempelajari pengetahuan mengenai PSS, metoda
pengujian serta tuning untuk dapat diterapkan pada unit pembangkit
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi literatur mengenai teori kontrol dan PSS, survai
ke unit pembangkit, menyusun prosedur pengujian dan tuning, melakukan analisa dan diskusi
dan pembuatan laporan.
Dari penelitian diperoleh beberapa hasil studi sebagai berikut :
1. Tuning PSS dilakukan dengan mengoptimalkan persyaratan kinerja dinamik sesuai dengan
persyaratan sistem kontrol pada umumnya, dengan waktu pelaksanaan sejalan dengan
pengujian dinamik unit pembangkit.
2. Optimalisasi tuning PSS dilakukan dengan menggabungkan kompensasi fasa sistem eksitasi dan generator dengan penentuan gain, sekaligus menerapkan dua jenis pengujian pada sistem kontrol yaitu uji respon waktu dan uji respon frekuensi.
3. Tuning PSS dilakukan secara bertahap dengan melalui serangkaian uji dinamik baik
generator terlepas dengan sistem maupun terhubung dengan sistem.
4. Tuning PSS tidak selalu dengan suatu tahapan langkah dapat memberikan hasil yang
optimal, dalam hal ini terkait sifat dinamik sistem, terdapat kemungkinan masih diperlukan
pengujian dan tuning berulang kali.
5. Tuning PSS yang digunakan umumnya masih menggunakan metoda penempatan kutub
pada bidang kompleks untuk mendapatkan kinerja sistem yang optimal.
Sebagai saran dari penelitian ini adalah agar pada pembangkit baru yang masuk ke sistem
diterapkan pengujian dan tuning PSS serta dilengkapi data dari generator, exciter, AVR dan PSS
yang mencakup diagram blok, fungsi alih, parameter serta konstanta masing-masing menurut
disain.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
18
Judul : Perancangan dan Pembuatan Prototipe Sun Tracker Feed Forward
Untuk Optimasi Produk Energi PLTS
Penulis : Tri Hardimasyar, ST, M.Sc, Muhammad Firmansyah, ST, M.Sc, Arrester
CS Rahayu, ST, MM, Fajar Nurrohman, ST, Joko Susilo, SE
No. Laporan : 37.LIT.2012 Tanggal : 27 November 2012 Jml. Halaman : 60
Abstrak :
Akibat karakteristik I (arus) V (tegangan)-nya yang nonlinier, panel photovoltaic
membutuhkan modul pengendali agar efektif menghasilkan daya maksimum. Sel
photovolatic secara fisik akan dipasang dual-axis sun-tracker dengan metode
perhitungan astronomis posisi matahari. Energi total yang dikumpulkan oleh
perangkat kemudian dibandingkan antara Fixed-Axis dengan pengendali PWM
(Pulse Width Modulation), Suntracker dengan pengendali PWM, dan Suntracker
dengan pengendali MPPT (Maximum Power Point Tracking). Dari data pengukuran
dan perhitungan yang diperoleh, kesimpulan penelitian adalah:
1. Penggunaan panel surya monocrystalline seluas 1 m2 memberikan perolehan
energi sebesar 1,16 kali dari panel surya polycrystalline seluas 0,82 m2.
2. Penggunaan MPPT charge controller pada panel solar polycrystalline
meningkatkan produksi listrik 13,21% jika dibandingkan dengan menggunakan
PWM charge controller. Untuk panel surya monocrystalline, peningkatannya
sebesar 4,73%.
3. Sistem Mono – Sun Tracker – MPPT merupakan sistem dengan perolehan energi
paling besar. Energi yang dihasilkan lebih besar hingga 11% dari konfigurasi Mono
– Fix – PWM.
4. Penggunaan Sun Tracker meningkatkan produksi listrik rata-rata 5%-6%. Kondisi
ini dicapai pada situasi langit berawan dan musim hujan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
19
Judul : Review Desain pemasangan kabel tanah 20 kV di Bintuni, Papua Barat
Penulis : Sriyono, Buyung S Munir, Suharto, Devi Hendriyono, R. Dimas Dityagraha
No. Laporan : 38.LIT.2012 Tanggal : 3 Desember 2012 Jml. Halaman : 31
Abstrak :
Saat ini sedang dilaksanakan pekerjaan pemasangan kabel tanah single core dan kabel
laut multicore di Teluk Bintuni, Papua Barat. Kabel tanah single core umumnya dipasang untuk jarak pendek, sedangkan pemasangan di Bintuni mencakup lebih dari 100 km dengan segmen terpanjang lebih dari 25 km.
Review desain ini mencakup desain pemasangan kabel di daerah rawa atau pasang surut, tipe bonding dan pengaturan tegangan sistem. Studi dalam penelitian ini merupakan studi
khusus dan bukan dijadikan sebagai standar umum dalam pemasangan kabel.
Kabel yang dipasang di daerah rawa atau pasang surut harus diletakkan di atas batas pasang maksimum (minimal 30cm di atas batas pasang maksimum) dengan cara membuat galangan tanah ataupun dengan metode lain. Pemasangan kabel single core
yang cukup panjang harus memperhatikan aspek tegangan induksi sheath atau rugi-rugi arus induksi sheath. Berdasarkan perhitungan dan analisis, kabel single core yang
terpasang harus dilakukan crossbonding dan transposisi jika tegangan sheath melebihi tegangan batas tertentu. Dengan batasan tegangan induksi sheath sebesar 200 V dan dengan asumsi arus yang mengalir sebesar 200 A, maka batasan panjang kabel tanpa
transposisi dan crossbonding adalah 8km. Berdasarkan analisis aliran daya, penggunaan kapasitor bank tidak efektif menaikkan tegangan pada SKTM. Jika kondisi beban sudah
mencapai maksimal, penggunaan kapasitor bank, penyalaan PLTD dan peningkatan tegangan kirim merupakan cara yang bisa dilakukan untuk menjaga tegangan sistem berada pada batas operasi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
20
Judul : Kajian Stabilitas dan Pemutakhiran Defense Scheme Sistem Sulselrabar
Penulis : Devi Hendriono, Didik F Dakhlan, Anang Mawardi,
No. Laporan : 39.LIT.2012 Tanggal : 3 Desember 2012 Jml. Halaman : 54
Abstrak :
Sistem Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat merupakan sistem yang terus mengalami
perkembangan sampai saat ini, baik dengan adanya pertumbuhan beban, penambahan
pembangkit maupun instalasi baru. Hal tersebut ditambah dengan gangguan besar
pada tahun 2011 dan 2012 yang mengakibatkan sistem Sulselbar lumpuh (black out),
mengindikasikan bahwa defense scheme eksisting sudah tidak mampu mengatasi situasi
gangguan yang terjadi. Penelitian ini menggunakan asumsi pembangkitan, beban dan
jaringan sampai akhir tahun 2013 dengan kapasitas pembangkitan maksimum sebesar
734 MW.
Pada simulasi sistem Sulselbar dapat disimpulkan bahwa:
1. Arus hubung singkat yang terjadi masih di bawah short circuit breaking capacity
masing-masing PMT.
2. Batasan transient, batasan tegangan dan kemampuan transmisi masih
memenuhi kriteria kestabilan sistem
3. Agar sistem tetap stabil jika terjadi gangguan besar diperlukan adanya
perubahan pola load shedding dan islanding. Pada operasi islanding, pembangkit
thermal masih dapat bertahan dengan terpenuhinya capacity balance antara
pembangkit dengan beban.
4. Secara umum, dengan masuknya pembangkit-pembangkit baru ke dalam sistem
Sulselbar dapat meningkatkan stabilitas dan keandalan sistem.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
21
BAGIAN B :
KUMPULAN ABSTRAK LAPORAN PENELITIAN BIDANG NON LISTRIK
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
22
Judul : Optimasi Operasi Untuk Keandalan PLTD
Penulis : S. Budi Mulyana, ST, Almas Aprilana, ST, Harianto, ST, Kunto Baskoro,
ST, Mujammil A. Rahmanta, ST
No. Laporan : 30. LIT. 2012 Tanggal : 20 November 2012 Jml. Halaman : 40
Abstrak :
Derating daya mampu banyak terjadi pada Satuan Pembangkit Diesel (SPD). Hal ini membuat pasokan listrik berkurang. Di sisi lain untuk meningkatkan performance mesin
sesuai spesifikasi awal memerlukan biaya yang sangat besar, sehingga peningkatan performance hanya mungkin dilakukan dengan menjaga keandalan agar kondisi mesin SPD tetap optimal. Kondisi optimal tersebut dapat diperoleh dengan menganalisa
kinerja mesin dengan engine analyzer dan pemantauan oil analysis. Sebagai studi kasus diambil SPD di Wilayah Nusa Tenggara Barat, yaitu PLTD Ampenan Unit 8.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui review data operasi dan pemeliharaan, kemudian dilakukan analisa mesin dengan engine analyzer serta oil
analysis, dan selanjutnya memberikan rekomendasi perbaikan mesin. Engine analyzer dilakukan setiap satu bulan sekali untuk melihat perubahan kondisi mesin.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini : 1) Upaya optimalisasi operasi mesin 8 PLTD Ampenan belum bisa dilakukan secara maksimal, karena perlakuan terhadap mesin
yang sesuai dengan rekomendasi hasil analisa engine alanyzer tidak dapat dilaksanakan. Alasan utama adalah beban operasi yang harus ditanggung mesin tidak memungkinkan untuk stop. 2) Kehandalan mesin terjaga, artinya selama proses
penelitian ini berlangsung telah berhasil mengembalikan kondisi mesin seperti saat komisioning setelah Major Overhaul (MO), SFC mesin 0,2518 L/kWh pada beban 5,5 MW (75%) mendekati SFC saat komisioning setelah MO yaitu 0,2449 L/kWh pada
beban 5,5 MW (75%). 3) Perubahan kualitas minyak pelumas masih dalam batasan.
Untuk meng-up grade/improve kondisi kinerja mesin yang derating daya mampu, disarankan untuk melakukan beberapa langkah berikut : 1) Penggantian instrumen ukur yang tidak berfungsi. 2) Adanya SDM yang bertugas khusus untuk melakukan diagnosa
kondisi kesehatan mesin 3) Pergantian Cylinder Liner untuk segera dilakukan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
23
Judul : Studi Keandalan Bangunan Struktur Pembangkit PLTU Ombilin
Sumatera Barat Yang Terletak Di Daerah Gempa
Penulis : Lailatul Fitriyah, Rasgianti, Prasetyo Adi Wibowo, Dryasmara
Kusumastuty, Wida Betasani, Dyah Iswari, Bennaron Sulancana, Eko
Auli Yanuar
No. Laporan : 21. LIT. 2012 Tanggal : 16 Oktober 2012 Jml Halaman : 30
Abstrak :
PLTU Ombilin merupakan salah satu objek vital nasional yang terletak di Sumatera Barat. Daerah ini merupakan area rawan gempa. Terkait dengan terjadinya gempa dengan frekuensi yang tinggi untuk
beberapa tahun belakangan ini (khususnya daerah pesisir barat Sumatera) dikhawatirkan hal ini memberikan dampak yang signifikan pada struktur bangunan Pembangkit. Bahkan saat terjadi gempa pada 30 September 2009 (dengan kekuatan 7,9 SR, berpusat di selat Mentawai) pernah menimbulkan indikasi kerusakan bangunan. Untuk itu, perlu dilakukan studi lebih mendalam mengenai pengaruh
bangunan struktur Pembangkit terhadap terjadinya gempa. Tujuan penelitian untuk menilai keandalan bangunan struktur Pembangkit dari segi material bahan serta
analisis kemampuan atau kerentanan bangunan terhadap gempa berdasarkan metode probalistik untuk mengetahui besarnya percepatan/gaya gempa yang pernah terjadi dan yang akan terjadi di masa layan yang tersisa.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari pengamatan visual di lapangan serta melakukan pengujian ultrasonik dan hammer test. Sedangkan untuk analisa gempa dilakukan menggunakan data
sekunder berdasarkan data gempa yang pernah terjadi (data USGS) dan selanjutnya menggunakan metode probabilistik untuk mengetahui besarnya percepatan/gaya gempa yang akan terjadi untuk masa layan yang tersisa.
Berdasarkan peta gempa Indonesia, PLTU Ombilin berada pada zona 4, dengan percepatan gempa 0,2 g. Jika asumsi perencanaan struktur tahan gempa pada PLTU Ombilin berdasarkan percepatan gempa
tersebut, maka hasil evaluasi percepatan gempa yang pernah terjadi di lokasi PLTU Ombilin kurva respon spektrum untuk wilayah gempa 4 dari SNI-1726-2002 sangat aman untuk digunakan, karena nilai PGA SNI-1726-2002 lebih besar dari data aktual yang dihitung dengan metoda Gumbel sebesar 0,155 g.
Dengan percepatan maksimum gempa yang pernah terjadi pada PLTU Ombilin sebesar 0,117 g, hasil pengamatan visual struktur beton ditemukan retakan kecil pada tumpuan mesin turbin-generator dan tumpuan mesin mill batubara, tetapi tidak terdapat kerusakan yang signifikan seperti penurunan dan
perpindahan. Berdasarkan pengujian Ultrasonic Pulse Velocity – UPV retak visual tersebut hanya merupakan retak dangkal dengan kedalaman (h) lebih kecil dari tebal selimut beton. Dan secara struktural dari hasil pengujian tersebut, beton tidak mengalami degradasi kekuatan permukaan material.
Sedangkan dari hasil hammer test diperoleh kuat tekan beton 57,50 N/mm2. Pada umur sisa layan bangunan sebesar 33 tahun, prediksi percepatan puncak batuan dasar sebesar
0,115 g < g33 < 0,125 g, tepatnya sebesar 0,122 g (kecil dari 0,2 g, percepatan puncak batuan dasar berdasarkan SNI-1726-2002) bangunan struktur PLTU Ombilin masih andal untuk digunakan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
24
Judul : Kajian Kualitas Uap PLTP Dieng
Penulis : Putu Wirasangka, ST,MT, S. Budi Mulyana, ST, Muhammad Iqbal Felani,
ST,MT, Agus Endang
No. Laporan : 31.LIT.2012 Tanggal : 20 November 2012 Jml. Halaman : 31
Abstrak :
Latar belakang dilakukan penelitian Kajian Kualitas Uap PLTP Dieng 60 MW adalah
terjadinya penurunan produksi listrik PLTP Dieng dari 60 MW saat pertama kali produksi
menjadi hanya 24 MW pada tahun 2012. Dugaan awal penyebab penurunan produksi ini
adalah kualitas uap yang mengandung silika tinggi sehingga membentuk scaling di
sumur produksi. Penelitian ini menggunakan metode deliverable curve untuk mencari
penyebab penurunan produksi masing – masing sumur.
Data produksi daya PLTP Dieng menunjukkan telah terjadi penurunan seiring dengan
penurunan flowrate uap masuk turbin. Penurunan daya ini terjadi akibat penurunan
produksi uap sumur. Dari analisa deliverable curve menunjukkan bahwa sumur HCE-
28A, HCE-7A, dan HCE-7C terindikasi mengalami masalah scaling. Sedangkan sumur
HCE-31 dan HCE-7B terindikasi mengalami masalah berupa penurunan flashing point.
Berdasar kondisi pada sumur HCE-28A, HCE-7A dan HCE-7C yang mempunyai
temperatur tinggi, scaling yang terjadi kemungkinan adalah sulfide scaling. Hal ini
terjadi, karena silika terbentuk pada temperatur dan tekanan rendah, sedangkan sulfida
terjadi pada temperatur tinggi seperti sumur produksi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
25
Judul : Kajian Stabilitas Lereng Akibat Tanah Longsor Di Sekitar Tower No. 316 SUTET 500 kV Jalur Ungaran – Krian
Penulis : Wida Betasani, Bennaron Sulancana, Eko Auli Yanuar, Rasgianti,
Dryasmara Kusumastuty, Lailatul Fitriyah, Prasetyo Adi Wibowo No. Laporan : 23. LIT. 2012 Tanggal : 16 Oktober 2012 Jml. Halaman : 60
Abstrak :
Tanah permukaan Kabupaten Bojonegoro berdasarkan klasifikasi ilmu tanah (soil science) mayoritas adalah tanah grumusol (Pemerintah Kabupaten Bojonegoro 2009). Tanah grumusol bersifat antara lain ekspansi
dan kontraksi tinggi jika mengalami perubahan kadar air, sangat plastis, dan berwarna kelam. Tower No. 316 SUTET 500 kV Jalur Ungaran – Krian terletak diatas lereng permukaan tanah grumusol dan lereng di sekitar tower tersebut mengalami kelongsoran sehingga dikhawatirkan stabilitas pondasi tapak Tower No.
316 terganggu. Salah satu penyebab kelongsoran adalah meningkatnya muka air tanah yang disebabkan oleh meningkatnya intensitas curah hujan. Peningkatan muka air tanah memiliki pengaruh besar pada penurunan stabilitas lereng.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pola keruntuhan lereng serta menganalisa kemiringan Tower No. 316 SUTET 500 kV Jalur Ungaran – Krian akibat adanya longsoran lereng di sekitar tower tersebut.
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan sebagai dasar pertimbangan untuk menangani kasus –
kasus tower aset PLN yang berada di lokasi lereng yang mengalami kelongsoran.
Dari hasil pengukuran kemiringan tower bahwa kondisi rangka tower No. 316 masih dalam katagori aman dan belum terjadi deformasi pada rangka tower tersebut. Untuk mengetahui pola keruntuhan atau stabilitas
lereng di sekitar tower tersebut menggunakan program Plaxis, dari hasil analisis dapat di simpulkan bahwa perilaku jangka panjang lapisan tanah bagian bawah tidak diketahui secara pasti sehingga, untuk mereduksi risiko terhadap Tower No. 316, lapisan tanah bagian bawah ini tidak direkomendasikan untuk
digunakan sebagai lapisan dasar Tower No. 316. Dari pemodelan ini dilakukan tiga analisis untuk merepresentasikan tiga urutan kejadian lereng yang berbeda, yaitu pemodelan lereng pada saat kondisi pra-kelongsoran (keadaan existing), dengan output Faktor Keamanan (SF ) = 1.49 yang mengindikasikan lereng stabil jika tidak terjadi alterasi pada tanah bagian atas. Pemodelan ke-dua yaitu pemodelan lereng
pada saat kelongsoran, Faktor Keamanan (SF) = 1.03 yang mengindikasikan lereng dapat mengalami kelongsoran. (Dalam referensi, Jika SF = ± 1.0 ; Mengindikasikan kondisi longsor). Pemodelan ke-tiga yaitu pemodelan lereng pada saat kondisi pasca-kelongsoran, Faktor Keamanan (SF) semakin menurun, pada SF
= 1.19 (pergerakan tanah diperkirakan akan mencapai jarak sekitar 6 meter dari bibir lereng mendekati kaki tower) sedangkan kondisi hasil pemodelan SF = 1.10 (pergerakan tanah diperkirakan akan mencapai jarak sekitar 8 meter dari bibir lereng mendekati kaki tower). Faktor keamanan tersebut adalah bersifat
marginal dan rawan terhadap kelongsoran. Jangka waktu perubahan tingkat alterasi tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan proses alterasi akan terjadi secara perlahan dalam beberapa tahun. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa Tower 316 pada jangka panjang untuk dipindahkan ke lokasi
yang lebih stabil. Mengingat bahwa proses pemindahan lokasi tower dapat memakan waktu 3 hingga 4 tahun, maka direkomendasikan untuk melakukan langkah pengamanan sementara (jangka pendek) stabilitas pondasi tower berupa pemasangan elemen penahan tanah pada sisi selatan dan timur pondasi.
Rekomendasi penanggulangan jangka pendek ini adalah dengan perkuatan dinding sumuran.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
26
Judul : Kajian Kondisi Unit Desalinasi PLTU Rembang, Indramayu Dan Labuan
Penulis : Satrio Hadi M, Ferry Nugraha, Hamdan HA, Katharina TP, Nur Cahyo,
Indra Ardhana Yudha
No. Laporan : 32. LIT. 2012 Tanggal : 26 November 2012 Jml. Halaman : 32
Abstrak :
Desalinasi yang merupakan bagian dari Sistem Kimia Siklus Uap - Air Pembangkit memiliki fungsi
penting untuk memenuhi kebutuhan air make-up pembangkit. Kegagalan pengolahan desalinasi
dalam mensuplai kebutuhan air make up bagi pembangkit akan memberikan pengaruh terhadap
operasional unit serta kehandalan unit. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian untuk melihat
kondisi unit desalinasi di PLTU. Dalam penelitian ini unit desalinasi yang diteliti meliputi unit
desalinasi yang ada di PLTU Rembang, PLTU Indramayu dan PLTU Labuan. Pengambilan data
yang dilakukan meliputi pengamatan kondisi fisik unit desalinasi, pemakaian bahan kimia untuk
desalinasi dan data produksi serta kualitas produksi air distilat yang dihasilkan selama satu
tahun. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi desalinasi PLTU Rembang yang
memakai desalinasi jenis MED jauh lebih baik dibandingkan desalinasi milik PLTU Indramayu
yang sama jenisnya. Disamping itu nilai konduktiviti rata-rata tertinggi dari air distilat yang
dihasilkan oleh unit desalinasi PLTU Indramayu mencapai 35,2 µS/cm, dan yang terendah
dihasilkan oleh desalinasi PLTU Rembang mencapai 0,95 µS/cm. Hal ini menunjukkan kualitas
air distilat yang dihasilkan PLTU Indramayu sangat buruk. Sedangkan faktor kapasitas produksi
desalinasi tertinggi dicapai oleh desalinasi PLTU Labuan dengan nilai 85 %, kemudian desalinasi
PLTU Indramayu 81 % serta PLTU Rembang 47 %. Pemakaian terendah bahan kimia anti scale
untuk desalinasi dicapai oleh PLTU Labuan sebesar 0,283 gr/m3 yang memakai desalinasi jenis
Reverse Osmosis, sementara pemakaian tertinggi dicapai oleh PLTU Indramayu sebesar 1,996
gr/m3. Pemeliharaan dan monitoring terhadap kondisi desalinasi perlu ditingkatkan sehingga
setiap gangguan sekecil apapun dapat ditangani secara benar dan efektif.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
27
Judul : Kajian Pasca Konstruksi Tower Transmisi Listrik 150 kV Jalur PALARAN-
SAMBUTAN Pada Penyeberangan Sungai Mahakam
Penulis : Rasgianti, Dyah Iswari, Wida Betasani, Eko Auli Yanuar, Prasetyo Adi
Wibowo, Lailatul Fitriyah, Dryasmara Kusumastuty, Bennaron
Sulancana
No. Laporan : 19. LIT. 2012 Tanggal : 28 September 2012 Jml. Halaman : 25
Abstrak : Tower transmisi 150 kV jalur Palaran-Sambutan merupakan jalur transmisi yang melintasi sungai Mahakam dengan bentang penyeberangan 1162 m maksimum serta persyaratan jarak bebas vertikal sebesar 55 mm. Hal ini menyebabkan disain struktur tower menjadi lebih besar dan
khusus dengan ketinggian mencapai 135,5m. Karena itu, salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah perilaku tegangan regangan dari tower akibat adanya beban angin, terutama ditinjau dari kemungkinan kegagalan fatigue. Sebagai faktor beban, angin adalah fluida yang
dapat menyebabkan beban hidrodinamik pada batang dan sistem sambungan tower. Angin merupakan penyumbang gaya horizontal yang dominan dalam pembebanan dan berdasarkan
vektor gaya dapat memberikan beban cyclic terhadap struktur. Secara natural beban hidrodinamik merupakan beban berulang yang dapat menjadi penyebab kegagalan fatigue.
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan tegangan akibat beban mati
( DL) yang bersifat konstan dan menghitung tegangan akibat beban angin ( wind) dengan
melakukan variasi terhadap arah dan besar nilai tekanan tiup angin (P). Pemodelan struktur menggunakan software MS Tower V.6. Perhitungan tegangan angin dengan menggunakan
pemodelan hanya untuk P = 25 kg/m2, nilai ini menjadi dasar untuk menghitung perhitungan secara empiris terhadap variasi tekanan angin berikutnya.
dari hasil perhitungan, pada saat P = 25 kg/m2 kondisi tower belum mencapai batas fatigue.
Untuk P =120 kg/m2, tegangan yang ditimbulkan struktur mencapai batas fatigue dengan lifetime 1370 tahun. Sedangkan untuk batang bagian sambungan batas tegangan ijin mulai terlampaui pada saat tekanan angin P = 60 kg/m2 (dengan asumsi mengabaikan friksi dari baut).
Untuk menjaga keandalan struktur sesuai dengan disain, maka perlu dilakukan pemeliharaan yang tepat agar struktur tower terjaga dari korosi. Serta untuk batang sambungan perlu dilakukan pengecekan secara periodik untuk mengetahui kondisi friksi baut.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
28
Judul : Kajian Material Boiler PLTU Percepatan Pembangkit Diversifikasi Energi
(PPDE)
Penulis : Ariyana Dwiputra, ST, Hariyanto, ST, Almas Aprilana, ST, Yusuf Rasyid,
MT, Cahyo Singgih, Budiyanto
No. Laporan : 24. LIT. 2012 Tanggal : 24 Oktober 2012 Jml. Halaman : 41
Abstrak :
Boiler PLTU PPDE yang belum lama beroperasi mengalami permasalahan antara lain kebocoran
tube pada waterwall, superheater dan atau reheater yang mengganggu proses operasi sehingga unit pembangkit harus distop untuk pemeliharaan dan penggantian tube. Kebocoran tersebut diperkirakan karena adanya kegagalan material dan juga kegagalan hasil lasan. Oleh karena itu
dianggap perlu untuk dilakukan kajian material Boiler PLTU PPDE. Melalui penelitian ini akan dapat ditentukan Welding Procedure Specification (WPS) yang sesuai.
Metodologi yang dilakukan pada penelitian ini diawali dengan kajian literatur, penentuan lokasi
sesuai PLTU PPDE yakni PLTU Indramayu, PLTU Lontar, dan PLTU Labuhan; Kemudian dilakukan persiapan material uji yakni material water wall, material superheater, material reheater; dilanjutkan dengan pengujian material yakni uji komposisi kimia dan uji kekerasan
yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan WPS.
Hasil pemeriksaan komposisi kimia, dan uji kekerasan menunjukkan bahwa tube masuk dalam
klasifikasi baja paduan rendah dengan hasil sebagai berikut tube boiler unit 1 Indramayu masuk dalam klasifikasi 12 Cr MoV, dan tube unit 2 masuk dalam SA335P12. Tube reheater boiler Labuan masuk dalam klasifikasi 12 Cr MoV, dan tube water wall boiler Labuan masuk dalam 20
Mn G. Tube medium superheater boiler Lontar masuk dalam klasifikasi 12 Cr MoV, tube platen superheater masuk 10Cr9MoVNb, tube roof superheater sesuai SA 335 P12 dan tube waterwall sesuai dengan SA 106 Gr B.
WPS sangatlah ditentukan oleh komposisi kimia, dimensi, serta sifat mekanik material. Komposisi kimia material waterwall PLTU Labuan memiliki kandungan karbon 0.11991 %Wt sehingga dalam penentuan filler yang seharusnya digunakan adalah AWS E7010 and AWS A5.5-69.
Dimensi material dalam hal ini ketebalan (thickness) menentukan jumlah pola, urutan atau rangkaian dalam pengelasan, semakin tebal maka jumlah pola, urutan atau rangkaian maka akan semakin kompleks. Material medium reheater PLTU Lontar dengan ketebalan tube 2.5 mm
maka welding sequence yang disarankan sebanyak 3 kali, sedangkan waterwall PLTU Labuan dengan ketebalan 8.2 mm maka welding sequence yang disarankan sebanyak 6 kali.
Sifat mekanik material dapat menunjukkan kemampuan material tersebut untuk menerima
tegangan akibat adanya proses pengelasan, sehingga disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yakni pengujian WPS yang telah ditetapkan, termasuk sifat mekanik hasil lasan.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
29
Judul : Kajian Single Quality Coal Terhadap Performance Boiler PLTU
SURALAYA 8 (Manajemen Coal yard)
Penulis : Muhammad Iqbal Felani, ST, MT, S. Budi Mulyana, ST, Harry Indrawan,
ST, M.Sc, Almas Aprilana, ST, Mujammil Ashdiyoga Rahmanta, ST
No. Laporan: 07. LIT. 2012 Tanggal : 18 Juni 2012 Jml. Halaman : 44
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan kajian Manajemen Coal Yard terhadap penerapan konsep
Single Quality Coal PLTU Suralaya unit 1-7 (eksisting) dan unit 8. Untuk mengkaji
penerapan konsep tersebut dirumuskan tiga skenario, yaitu: Full Single Quality Coal
(FSQC), Semi Single Quality Coal (SSQC), dan Non Single Quality Coal (NSQC). Metode
pada kajian ini diawali dengan mengidentifikasi permasalahan pada ketiga skenario
yang akan dilakukan, setelah itu dilakukan pengambilan data terkait permasalahan yang
telah diidentifikasi, kemudian mensimulasikan skenario dengan menggunakan software
yang diikuti dengan pengujian model. Model akan divalidasi oleh pihak yang
berpengalaman. Setelah model valid maka dapat dilakukan skenario perbaikan dan
analisa hasil simulasi. Pada kajian ini digunakan software Flexsim 5 untuk memodelkan
dan menganalisis efektifitas masing – masing skenario. Sebagai parameter efektifitas,
digunakan lama waktu tinggal (staytime) yang diterapkan pada dua metode penyaluran
batubara yang berbeda, yaitu Last In First Out (LIFO) dan First In First Out (FIFO).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa Full Single Quality Coal dengan metode FIFO
merupakan alternatif terbaik dengan staytime sebesar 8,38 hari atau 201 jam. Selain
itu, penambahan fasilitas yang dibangun pada coal yard PLTU unit 8 terbukti efektif
dalam mengurangi staytime batu bara di coal yard. Kajian ini juga merekomendasikan
manajemen inventory yang optimal untuk pemesanan batu bara PLTU Suralaya.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
30
Judul : Kajian Dan Simulasi Aliran Bed Material Serta Dampaknya Terhadap Tube Boiler CFB PLTU Labuhan Angin
Penulis : Ir. Putut Supriyadi, Ariyana Dwi Putra, ST, Kunto Baskoro, ST, Nur Cahyo, ST
No. Laporan: 26. LIT. 2012 Tanggal : 14 November 2012 Jml. Halaman : 31
Abstrak :
PLTU Labuhan Angin merupakan PLTU tipe Circulated Fluidized Bed (CFB) yang menggunakan bahan bakar batu bara dan pasir silika sebagai bed-nya. Data hasil uji ketebalan tube oleh internal PLN Labuhan Angin menunjukkan telah terjadi penipisan ketebalan yang melebihi batas desain. Adanya kegagalan tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian dengan simulasi aliran material bed dan mengkaji kemungkinan penyebab terjadinya erosi oleh material bed pada water wall tube.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah kunjungan lapangan, pengambilan data, pemodelan dan simulasi dengan bantuan perangkat lunak CFD (Computational Fluid Dynamics).
Hasil simulasi CFB Boiler Labuan Angin kondisi eksisting menggunakan material bed awal dan material bed debu
batubara menunjukkan bahwa perbedaan ukuran material bed dapat menyebabkan pola aliran, posisi erosi dan
kecepatan material bed menabrak dinding yang berbeda. Pola aliran udara di dalam ruang bakar relatif berada di
area tengah, akan tetapi di area yang berbatasan dengan area castable, aliran udara relatif mengarah ke sisi
depan ruang bakar. Pergerakan material bed mengarah ke sisi depan bagian bawah dan berbelok ke arah
belakang bagian atas ruang bakar diikuti dengan pergerakan material bed ke arah bawah di sudut-sudut ruang
bakar akibat gravitasi dengan kecepatan maksimum mencapai 15 m/s. Konsentrasi material bed di dinding depan
bawah relatif lebih besar dibandingkan sisi belakang. Pada ruang bakar sisi belakang yang berbatasan dengan
castable dan sisi kanan bawah juga terdapat fraksi volume material bed yang relatif besar. Kondisi ini berpotensi
menyebabkan erosi dinding ruang bakar apabila diikuti dengan kecepatan bed material yang besar.
Hasil simulasi CFB Boiler Labuan Angin dengan adanya penambahan anti abrasion beam sesuai dengan design
yang digunakan oleh Labuan Angin bahkan akan menyebabkan pola aliran udara di dalam ruang bakar mengarah
ke sisi depan dinding. Pola aliran material bed pada dinding sisi kanan cenderung mengarah ke atas dan aliran
pada dinding sisi kiri mengarah ke bawah sehingga menyebabkan konsentrasi material bed membesar di dinding
sisi kanan bawah dan kiri atas dengan kecepatan maksimum mencapai 20 m/s. Konsentrasi material bed di ruang
bakar sisi kanan lebih besar dibandingkan sisi kiri. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kecepatan material bed
dinding sisi kanan relatif lebih besar sehingga dinding kanan ruang bakar relatif lebih mudah mengalami erosi
dibandingkan di sisi lain. Penambahan anti abrasion beam dengan demikianmenggeser posisi erosi pada dinding
ruang bakar dan menghasilkan kecepatan material bed yang lebih besar dibandingkan kondisi eksisting.
Dengan adanya penambahan anti abrasion beam juga akan menyebabkan pengurangan luas permukaan
perpindahan panas di ruang bakar sebesar 4.7 % yang ekivalen dengan pengurangan perpindahan panas sebesar
2.4 %. Hal ini berdampak terhadap penambahan bahan bakar sebesar 2.4 % untuk mempertahankan output daya
yang dihasilkan PLTU.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
31
Judul : Kajian Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya Tahap 1 PT PLN (Persero)
Penulis : Harry Indrawan, A. Agus Yogianto, S. Budi Mulyana, Almas Apriliana, M. Iqbal Felani
No. Laporan : 18. LIT. 2012 Tanggal : 28 September 2012 Jml. Halaman : 52
Abstrak :
Sejak tahun 2010, PT PLN (Persero) mencanangkan program pembangunan pembangkit listrik
energi terbarukan dengan menggunakan energi matahari sebagai sumber bahan bakarnya.
Enam (6) pulau wisata ditetapkan sebagai pilot project program tersebut, yang kemudian dikenal
sebagai Program Pembangkit Listrik Tenga Surya (PLTS) Tahap I. Pulau – pulau tersebut adalah
Pulau Bunaken (Sulawesi Utara), Derawan (Kalimantan Timur), Tomea (Sulawesi Tenggara),
Banda Naira (Maluku), Gili Trawangan (Nusa Tenggara Barat) dan Raja Ampat (Papua). Setelah
PLTS tahap 1 telah +1 tahun beroperasi maka perlu dilakukan kajian terhadap pembangkit –
pembangkit tersebut. Kajian tersebut menyangkut kinerja pembangkit sejak menerima sinar
matahari hingga daya yang dihasilkannya. Metode yang digunakan pada penelitian ini mencakup
dua tahap utama, yaitu : evaluasi Performance Ratio (PR) PLTS yang telah terpasang (eksisting),
dan studi model optimal sistem PLTS.
Hasil analisa terhadap data yang diperoleh memperlihatkan bahwa rata – rata Performance Ratio
6 lokasi PLTS tahap 1 adalah sebagai berikut : Bunaken (0.56), Derawan (0.56), Raja Ampat (0.73), Gili Terawangan (0.85), Banda Naira (0.47), Tomia (0.12). Untuk hasil yang dibawah rata – rata umumnya disebabkan karena pencatatan data yang tidak lengkap, masih manual (tanpa datalogger) serta cuaca yang tidak mendukung. Untuk hasil optimasi menggunakan perangkat software HOMER, menunjukkan ada beberapa lokasi yang memerlukan optimasi atau tidak memerlukan sama sekali yaitu :Untuk Bunaken yang diperlukan adalah penambahan jumlah
baterai. Untuk Derawan dan Tomia memerlukan penambahan kapasitas PV. Untuk kapasitas inverter dan jumlah baterai maka derawan memerlukan penambahan. Selain Derawan yang memerlukan optimasi terhadap jumlah baterai adalah Raja Ampat
Untuk kajian lebih lanjut ada hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak tersedianya datalogger pada sistim PLTS, pentingnya pelatihan dalam melakukan pengoperasian dan dokumentasi data PLTS serta tersedianya. Perlu dingat bahwa PLTS is Free Energy But Not Free Maintenance.
Untuk kajian lebih lanjut disarankan menyediakan peralatan ukur tersendiri yang dihubungkan
dengan kontrol PLTS sehingga data yang diperoleh dapat lebih lengkap dan perlunya koordinasi
dengan operator lapangan mengenai kesesuaian dalam pelaporan data.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
32
Judul : Kajian Tiny Oil Burner Di PLTU Labuan Banten
Penulis : Kunto Baskoro, ST, Ariyana Dwiputra Nugraha, ST, Almas Aprilana, ST, Hendra Budiono, ST
No. Laporan : 33. LIT. 2012 Tanggal : 26 November 2012 Jml. Halaman : 21
Abstrak :
Sistem burner yang digunakan untuk start up pada PLTU Batubara banyak yang
menggunakan bahan bakar minyak (HSD) sebagai pemanasan awal boiler sehingga
membutuhkan biaya tinggi untuk start up apabila mengalami trip. Jika selama proses
start up tersebut terjadi kegagalan, maka biaya bahan bakar yang dikeluarkan akan
semakin besar. Penggunaan bahan bakar minyak untuk proses tersebut bisa dikurangi
dengan menggunakan tipe tiny burner untuk proses start up.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik tiny burner dan
kemudian dilakukan kajian ekonomi pemakaian bahan bakar pembangkit dengan
menggunakan tiny burner pada saat start up. Ruang lingkup penelitian ini adalah
sebagai berikut: sistem yang diteliti dibatasi pada sistem start up dan burner PLTU,
membahas kajian secara teknis karakteristik burner tipe tiny oil, membahas
penggunaan bahan bakar dibandingkan penggunaan burner tipe yang konvensional
pada saat start up.
Dari hasil penggunaan tiny burner dalam operasi di PLTU Labuan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1) Secara operasi perawatan sistem burner mudah, perawatan rutin hanya
membersihkan ujung tip burner dari tumbukan sisa batubara yang tidak terbakar,
2) Diperlukan penambahan sistem air heater untuk operasional awal pulverizer A,
3) Penggunaan Tiny oil Burner dapat menghemat pemakaian bahan bakar untuk unit
pembangkit yang sering mengalami start up dan shutdown dalam satu tahun
operasi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
33
Judul : Kajian Dampak Dan Penyebab Hydrogen Damage PLTU Suralaya UNIT 8
Penulis : Harianto, ST, Ariyana DP, ST, Nurcahyo, ST, Yusuf Rasyid, ST, MT, Andi Setiawan, ST, Budiyanto
No. Laporan : 08. LIT. 2012 Tanggal : 27 Juni 2012 Jml. Halaman : 31
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan kajian dampak dan penyebab kegagalan terhadap boiler PLTU Suralaya unit 8 akibat hydrogen damage yang sering terjadi. Analisa yang
dilakukan yaitu pemeriksaan material tube, membuat pemetaan kondisi boiler tubes dengan scanning tube, evaluasi kualitas air boiler dan mencari penyebab terjadinya
hydrogen damage.
Metode yang dilakukan mencakup kajian literatur, pengujian lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian lapangan mencakup uji pengamatan visual, scanning dan
ketebalan pada material tube, sedangkan pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan macrofractrography dan metalografi, uji kekerasan, uji tekan, pemeriksaan komposisi kimia pada material tube serta analisa kualitas kimia air.
Dari pengujian lapangan dan laboratorium dapat diketahui bahwa penyebab kerusakan hydrogen damage pada boiler tubes PLTU Suralaya unit 8 disebabkan oleh rendahnya
kualitas air. Rendahnya kualitas air ini diawali oleh terjadinya korosi pada inner tube yang menimbulkan gas hydrogen. Dengan berjalannya waktu, gas hydrogen bereaksi dengan cementite (Fe3C) membentuk gas methana (CH4) yang menimbulkan grain boundary cracking dan dekarburisasi pada material tube.
yang terserang hydrogen damage pada permukaan dalam tube mengakibatkan
kerusakan yang bersifat permanen. Dampak akibat serangan hydrogen damage yaitu menurunkan kualitas kekuatan water wall tubes karena telah mengalami degradasi sehingga pada operasi dan tekanan tertentu akan mengakibatkan kebocoran/kegagalan.
Material boiler tubes yang telah dilakukan scanning secara ultrasonik belum dapat untuk memetakan kondisi tube secara keseluruhan, karena material yang disampling terbatas.
Oleh karena itu kerusakan hydrogen damage yang menyebar ke seluruh system sirkulasi boiler harus dipetakan melalui metoda NDT dan bagian yang telah mengalami cracking harus diganti.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
34
Judul : Studi Optimasi Performance Pembangkit Menggunakan Perangkat Lunak Dengan Studi Kasus PLTGU Cilegon (Pola Operasi Open Cycle)
Penulis : Tiva Winahyu Dwi Hapsari, ST, Tovi Hardanto, ST, M.Sc, Hendra Budiono,
ST, Indra Ardanayuda , ST, Almas Aprilana, ST
No. Laporan: 34. LIT. 2012.P Tanggal : 26 November 2012 Jml. Halaman : 24
Abstrak :
Pembangkit Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Cilegon menjadi salah satu
pemasok energi listrik yang penting bagi sistem Jawa-Bali dengan kontribusi sekitar 740 MW dari 20.977 MW total kebutuhan energi listrik Sistem Jawa-Bali (beban
puncak Bulan September 2012-RAE 21 Oktober 2012). Sebagai salah satu pembangkit berkapasitas besar dan memiliki teknologi relatif baru di Sistem Jawa-Bali, pembangkit PLTGU Cilegon saat ini dijadikan sebagai center of efficiency
dimana diharapkan PLTGU Cilegon menjadi percontohan dalam meningkatkan efisiensi proses produksi energi listrik. Dalam rangka mendukung PLTGU Cilegon sebagai center of efficiency dilakukan pengamatan performance pembangkit secara
menyeluruh dari sisi termodinamika untuk melakukan optimasi pembangkit. Berdasarkan hasil studi optimasi menggunakan perangkat lunak maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut : - Udara masuk kompresor sangat dipengaruhi oleh besarnya inlet pressure loss
(presure drop) disisi filter air intake. - Penurunan inlet pressure loss sebesar 81,03 % memberikan kontribusi yang
besar terhadap kenaikan gross power output sebesar 2,86 % dan meningkatkan udara masuk kompresor sebesar 0,17 %.
- Kenaikan nilai kalor LHV bahan bakar sebesar 0,62 % mengurangi konsumsi
bahan bakar sebesar 0,97%.
Turbin gas dapat beroperasi optimum jika inlet pressure lossnya rendah dan
menggunakan bahan bakar dengan nilai kalor LHV yang tinggi.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
35
Judul : DGA (Dissolved Gases Analysis) Minyak Insulasi Trafo PLTU Percepatan Pembangkit Diversifikasi Energi (PPDE)
Penulis : Agus Endang, S. Budi Mulyana, Ferry Nugraha, Mujammil AR, Putu Wirasangka
No. Laporan : 22. LIT. 2012 Tanggal : 16 Oktober 2012 Jml. Halaman : 29
Abstrak :
Laporan ini menyampaikan kajian DGA (Dissolved Gases Analysis) pada minyak
insulasi trafo PLTU Percepatan Pembangkit Diversifikasi Energi (PPDE) yaitu ; trafo PLTU
Labuan, PLTU Rembang, PLTU Indramayu, PLTU Suralaya 8, PLTU Amurang, PLTU Lontar
dan PLTU Paiton dengan tujuan mengetahui kondisi trafo. Analisa yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pengujian analisis gas terlarut (DGA) dan karakteristik minyak insulasi.
Metodologi penelitian ini diawali dengan kajian literatur, investigasi lapangan,
pengumpulan data, sampling dan pengujian laboratorium, analisa dan interpretasi data
dengan menggunakan software Transformer Oil Analysis (TOA).
Kualitas minyak insulasi dengan parameter warna, tegangan tembus, kadar air, keasaman
dan Dielectric Dissipation Factor (DDF) menunjukan bahwa minyak insulasi semua trafo
dalam kondisi baik untuk operasi pada tegangan masing-masing trafo.
Kondisi DGA ke 35 trafo obyek penelitian adalah 17 trafo dalam kondisi 1 terindikasi trafo
normal operasi, 14 trafo dalam kondisi 2 terindikasi degradasi tingkat rendah sistem
insulasi cellulosa, 3 trafo dalam kondisi 3 yaitu Main Trafo 20 PLTU Rembang, Unit
Auxiliary Trafo 1 PLTU Labuan dan Unit Auxiliary Trafo 2 PLTU Teluk Naga dengan indikasi
degradasi tingkat tinggi sistem insulasi cellulosa dan 1 trafo dalam kondisi 4 yaitu Main
Trafo 10 PLTU Rembang, dengan indikasi thermal fault temperatur tingggi (> 700o C), hal
ini kemungkinan terjadinya loss contact (bad connection). Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi beberapa trafo PLTU PPDE dalam keadaan beresiko. Trafo yang berada pada level
3 dan 4 berpotensi menimbulkan trip pada unit. Oleh karena itu perlu dilakukan monitor
kondisi trafo yaitu DGA secara periodik sesuai tabel 8.
itu dikarenakan oleh kesenjangan, komunikasi atau hal lain sehingga menyebabkan terjadinya konflik.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
36
Judul : Studi Keamanan Bendungan PLTA Cirata Ditinjau Dari Sisi Monitoring Rembesan/Seepage
Penulis : Dryasmara Kusumastuty, Dyah Iswari, Bennaron Sulancana, Wida
Betasani, Eko Auli Yanuar, Rasgianti, Lailatul Fitriyah, Prasetyo Adi Wibowo
No. Laporan : 20.LIT.2012 Tanggal : 28 September 2012 Jml. Halaman : 74
Abstrak :
PLTA Cirata merupakan salah satu pembangkit yang menjadi andalan pasokan listrik Jawa-Bali yang telah beroperasi sejak tahun 1988 dengan total daya terpasang 1.008 MW. Bendungan PLTA Cirata ini merupakan tipe Concrete Faced Rockfill Dam (CFRD) dengan tinggi 125 meter. Mengingat umur bendungan
sudah cukup tua maka perlu dilakukan studi mengenai sejauh mana tingkat rembesan pada bendungan Cirata yang berkaitan dengan keamanan bendungan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat rembesan pada bendungan Cirata saat ini yang berkaitan
dengan tingkat keamanan bendungan.
Rumusan masalah yaitu usia bangunan bendungan yang telah lebih dari 20 tahun dengan kondisi beberapa alat monitoring sudah tidak dapat berfungsi lagi. Batasan masalah meliputi investigasi geofisik di
bendungan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh seepage pada bendungan PLTA Cirata, pengumpulan data sekunder monitoring seepage dan data – data lain yang terkait, analisa rembesan dilakukan hanya di badan bendungan.
Manfaat penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat keamanan bendungan sehingga keandalan bendungan Cirata dapat diketahui. Hipotesa penelitian yaitu rembesan /seepage yang terjadi di bendungan PLTA Cirata masih dalam batas toleransi ijin berdasarkan hasil monitoring v – notch.
Dari hasil survey geolistrik dijumpai area dengan nilai resistivity relatif rendah pada lintasan tengah bendungan,dimana diindikasikan lembab pada daerah tersebut, namun dari hasil survey georadar atau GPR dengan menggunakan antena frekwensi 25 MHz, tidak menunjukkan adanya penguatan sinyal yang berbeda pada lapisan material pengisi di sepanjang lintasan jalan sampai kedalaman ± 25 m. Hal ini
menyimpulkan bahwa mulai dari permukaan jalan pada puncak dam/bendungan sampai kedalaman ± 25 m, diinterpretasikan bahwa konstruksi tubuh dam/bendungan tidak mengalami kebocoran air. Berdasarkan hasil pemodelan analisis rembesan dengan metode elemen hingga dengan software MIDAS-GTS, tidak
terdapat aliran air pada tubuh bendungan. Kondisi ini dinyatakan dari hasil warna – warna yang seragam pada tubuh bendung yang menyatakan tidak ada perubahan elevasi tekanan air. Dari hasil pemodelan didapatkan nilai rembesan rata – rata sebesar 2.21 x 10-5 m3/detik, nilai ini masih lebih kecil dari nilai
rembesan desain yaitu 0.02 m3/detik.
Untuk mengetahui kondisi bendungan Cirata secara berkelanjutan maka disarankan untuk melakukan monitoring lebih lanjut dengan menggunakan geolistrik terutama pada saat elevasi muka air bendungan
mencapai puncaknya dapat diketahui, memonitor potensi seepage dielevasi yang lebih dalam dari puncak dam dengan GPR berfrekuensi lebih tinggi , alat monitoring yang sudah tidak dapat berfungsi lagi pada bendungan Cirata sebaiknya diganti dengan alat monitoring yang baru, dan perlu dilakukan pengukuran
dan studi lebih lanjut khususnya pada posisi yang diindikasikan terdapat air.
PT PLN (Persero) PUSLITBANG Direktori Penelitian 2012
37
Judul : Pengujian Lapangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan (PLTGL-SB) Di Pelabuhan Telaga Biru Tanjung Bumi Madura
Penulis : Zamrisyaf SY, A. Agus Yogianto, Harry Indrawan, Muhammad Firmansyah
No. Laporan : 35.LIT.2012 Tanggal : 26 November 2012 Jml. Halaman : 27
Abstrak :
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut – Sistem Bandulan telah didukung oleh
beberapa penelitian sebelumnya yaitu dari permodelan simulasi ponton dan gerakan bandul baik dilakukan oleh PT. PLN PUSLITBANG dan ITS bekerjasama dengan
PERTAMINA serta DIKTI, yang bertujuan untuk mempercepat menuju ke jenjang skala produksi. Pada tahap penelitian ini diharapkan pada kegiatan pengujian lapangan memberikan masukan beberapa parameter, selanjutnya menjadi bahan untuk membuat
kerangka atau prosedur pembuatan PLTGL-SB untuk kapasitas skala produksi.
Hasil yang didapat dari uji laboratorium menunjukkan bahwa tegangan, arus dan putaran listrik berubah-rubah tidak konstan akibat dari perbedaan panjang lengan dan
berat beban. Untuk Generator Permanen Magnet (GMP) 1000 watt tegangan listrik AC yang dihasikan antara 109 – 200 volt, arus listrik antara 0,01 – 0,07 Ampere, dan
putaran yang terjadi rata-rata 20 rpm. Sedangkan untuk GMP 3000 watt tegangan listrik AC yang terjadi antara 117 – 200 volt, arus listrik antara 0,01 – 0,07 Ampere dan putaran rata 20 rpm. Dari hasil pengujian lapangan dan pengujian laboratorium untuk
PLTGL ini membutuhkan perubahan desain sistem transmisi mekanik generator agar memiliki efisiensi yang lebih baik.
Hasil dari pengujian lapangan di pantai pelabuhan telaga biru kecamatan tanjung bumi memberikan masukan tentang pengaruh parameter ponton sangat menentukan. Pengaruh sarat air akan menentukan berat bandul maksimal yang bisa dipasang,
semakin tinggi sarat air ponton semakin besar berat bandul yang bisa terpasang dan bila melebihi kapasitas maka ponton akan mengalami gangguan seperti posisi yang
tidak kembali pada kondisi normal. Untuk sarat 0,8 meter berat bandul maksimal yang bisa terpasang hingga 20 kg, sedangkan sarat air 1,2 meter berat maksimal bisa 150 kg. Berarti semakin besar bandul yang dipasang maka dibutuhkan energi gelombang
yang semakin besar. Selain itu pengaruh posisi mooring sangat menentukan gerakan bandul di dalam ponton.
Kegiatan pengujian lapangan prototipe PLTGL yang telah dilakukan saat ini yaitu
pengujian bandul dan pontoon merupakan bagian dari roadmap penelitian PLTGL. Untuk mencapai prototipe akhir yang memenuhi persyaratan skala produksi terutama
pengujian lapangan generator output perlu dilakukan tahapan penelitian berikutnya untuk penyempurnaan desain PLTG agar memenuhi persyaratan teknis operasional pembangkit listrik.