DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO Jl. Pahlawan No. 42...

61
DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto Telp./Fax : (0321) 382966 / 395738 Email : [email protected]

Transcript of DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO Jl. Pahlawan No. 42...

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO

Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto

Telp./Fax : (0321) 382966 / 395738

Email : [email protected]

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

i

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010 merupakan kelanjutan dari Profil

tahun – tahun sebelumnya, yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan

masyarakat di Kota Mojokerto sebagai hasil dari semua upaya dan kegiatan yang

telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dan jajarannya dalam rangka

Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.

Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator

pembangunan kesehatan melalui analisa derajat kesehatan, sumber daya

kesehatan serta upaya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto.

Dengan segala keterbatasannya, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat

dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan serta dapat

menggambarkan kondisi dan situasi kesehatan yang sebenarnya. Disamping itu

diharapkan juga Profil ini dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi

kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2010 serta dapat dipergunakan juga

sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan program dan kegiatan

di tahun mendatang.

Mojokerto, Agustus 2011

Penyusun

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

ii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA MOJOKERTO

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena pada akhirnya

buku “Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010” dapat terselesaikan, meskipun

dengan berbagai tantangan selama proses pengumpulan data serta membutuhkan

jangka waktu yang cukup lama.

Disadari sepenuhnya bahwa keterlambatan ini dikarenakan proses

pengumpulan data yang tidak sepenuhnya memanfaatkan sarana elektronik ataupun

teknologi informasi (SIK). Diharapkan di tahun – tahun yang akan datang, seiring

dengan pembangunan dan perbaikan jaringan Sistem Informasi Kesehatan (SIK),

Profil Kesehatan dapat disusun lebih awal dengan muatan data dan informasi yang

lebih berkualitas serta lebih konsisten, sehingga buku ini dapat dijadikan sebagai

panduan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang evidence

based berkaitan manajemen pembangunan kesehatan, khususnya di Kota

Mojokerto.

Semoga Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010 ini bermanfaat

terutama bagi yang membutuhkan data dan informasi kesehatan di Kota Mojokerto.

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA MOJOKERTO

Ttd

Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi

Pembina Utama Muda

NIP. 19601113 198903 2 002

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

iii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Sambutan Kepala Dinas Kesehatan ............................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... Iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................... 2

1.3 Sistematika Penyajian ........................................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MOJOKERTO .................................... 4

2.1 Kondisi Geografis .................................................................. 4

2.2 Kondisi Demografis ............................................................... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ................................................. 8

3.1 Mortalitas ............................................................................... 8

3.2 Morbiditasi ............................................................................. 13

3.3 Status Gizi ............................................................................. 24

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ..................................................... 28

4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................. 28

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ....................................... 50

5.1 Tenaga Kesehatan ................................................................ 50

5.2 Sarana dan Prasarana .......................................................... 52

5.3 Anggaran ............................................................................... 56

BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 57

Lampiran

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

1

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab i

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan yang dilaksanakan di era

desentralisasi dewasa ini pada hakikatnya merupakan penyelenggaraan upaya

kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dengan

upaya peningkatan kemampuan hidup sehat secara mandiri, peningkatan kualitas

sumber daya manusia dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan.

Pembangunan Kesehatan dilaksanakan dengan tujuan yang akan dicapai adalah

meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional.

Dalam RPJMD Kota Mojokerto Tahun 2009 – 2014 disebutkan bahwa visi

pembangunan Kota Mojokerto sampai dengan Tahun 2014 adalah Terwujudnya

Kota Mojokerto yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Kota Mojokerto yang

sehat ditandai dengan derajat kesehatan masyarakat dan kesadaran untuk

berperilaku hidup sehat yang tinggi. Oleh karena itulah Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto merupakan salah satu ujung tombak dalam melaksanakan pembangunan

di bidang kesehatan dengan visi “Mewujudkan Masyarakat Kota Mojokerto yang

Mandiri untuk Hidup Sehat Tahun 2010”, dimana Visi tersebut digunakan sebagai

modal dasar untuk mencapai Visi Indonesia Sehat Tahun 2010.

Untuk memantau hasil kegiatan dalam rangka mencapai visi tersebut,

disusunlah Profil Kesehatan Kota Mojokerto yang merupakan salah satu produk

Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Profil Kesehatan memuat berbagai data dan

informasi tentang gambaran derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya

kesehatan dan pencapaian indicator pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto

pada tahun 2010 dan dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya, dengan

dasar acuan berupa Indikator Kabupaten/Kota Sehat dan Indikator Pencapaian

Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, sehingga dapat diketahui

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

2

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

tingkat keberhasilan yang telah dilaksanakan sebagai wahana penilaian (Evaluasi)

dari program maupun permasalahan kesehatan yang muncul, serta sarana evaluasi

keberhasilan program kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya

pengendalian, monitoring dan evaluasi dari berbagai program kesehatan masyarakat

yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan bagi stake holder.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan Profil Kesehatan ini adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya data dan informasi kesehatan dari hasil cakupan pelaksanaan

program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date yang telah dicapai

selama melaksanakan pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto.

2. Tersedianya data sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan,

pelaksanaan kegiatan/program untuk acuan kegiatan monitoring, pengendalian

dan evaluasi dari berbagai program kesehatan di Kota Mojokerto dalam rangka

untuk mencapai visi yang telah ditetapkan.

1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan

sistematika dari penyajiannya.

Bab II Gambaran Umum

Pada bab ini menjelaskan tentang keadaan umum Kota Mojokerto, meliputi

keadaan letak geografi, administratif dan informasi umum lainnya, selain itu

juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan

faktor-faktor lainnya misal demografi/kependudukan, ekonomi, pendidikan,

sosial budaya dan lingkungan yang ada di wilayah Kota Mojokerto.

Bab III Situasi Derajat Kesehatan

Pada bab ini menjelaskan uraian tentang indikator mengenai angka kematian,

angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat Tahun 2010 di wilayah

Kota Mojokerto dalam rangka mencapai keberhasilan Visi Dinas Kesehatan

Kota Mojokerto sebagai ujung tombak pembangunan di bidang kesehatan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

3

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

yaitu : “Mewujudkan Masyarakat Kota Mojokerto yang Mandiri untuk Hidup

Sehat Tahun 2010”.

Bab IV Situasi Upaya Kesehatan

Pada bab ini menjelaskan tentang upaya kesehatan masyarakat, akses dan

mutu pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat dan keadaan lingkungan.

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

Pada bab ini menjelaskan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,

pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota

Mojokerto.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari sajian hal-hal penting yang perlu

disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun

2010 sebagai masukan arah kebijakan perencanaan pembangunan

kesehatan pada tahun berikutnya dan berisi juga tentang saran yang

merupakan rekomendasi atau alternatif pemecahan dalam rangka mengatasi

masalah yang telah ditemukan selama melaksanakan pembangunan

kesehatan.

Lampiran

Berisi tabel-tabel yang digunakan sebagai dasar acuan pembuatan Profil

Kesehatan Kota Mojokerto yang memuat pencapaian program dan kegiatan

pembangunan kesehatan di wilayah Kota Mojokerto selama satu tahun, serta

dokumentasi kegiatan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama tahun 2010.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

4

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab ii

Gambaran umum kota mojokerto

2.1 KONDISI GEOGRAFIS

2.1.1 Letak Kota Mojokerto

Kota Mojokerto merupakan kota kecil dengan luas wilayah 16,465 km²

yang terletak ditengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang pada 7°33’

Lintang Selatan dan 112°28' Bujur Timur, wilayahnya merupakan dataran

rendah dengan ketinggian rata-rata 22 m di atas permukaan laut dengan

kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur dan Utara antara 0 - 3%.

2.1.2 Batas Wilayah

Kota Mojokerto di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Brantas

yang membentang memisahkan wilayah Kota dengan Kabupaten. Di sebelah

Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

Sedangkan di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Sooko Kabupaten Mojokerto.

Gambar II.1 Peta Kota Mojokerto

Kota Mojokerto

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

5

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

2.1.3 Luas Wilayah

Kota Mojokerto mempunyai luas wilayah 16,46 km² yang terdiri dari 2

kecamatan yaitu Kecamatan Prajuritkulon dan Kecamatan Magersari.

Kecamatan Prajuritkulon mempunyai luas wilayah 7,76 km² dan Kecamatan

Magersari mempunyai luas wilayah 8,7 km².

Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Mojokerto didominasi oleh

lahan terbangun sekitar 53%, meliputi : pemukiman (7,28 km² atau 44,23%);

industri (0,45 km² atau 2,71%); perkantoran (0,42 km² atau 2,52%); bangunan

umum (0,07 km² atau 0,4%); serta fasilitas umum (0,32 km² atau 1,97%) yang

meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan dan peribadatan. Sedangkan lahan

tidak terbangun sekitar 47%, terdiri dari : sawah irigasi (6,39 km² atau 38,8%);

perkebunan (1,20 km² atau 7,27%); serta ruang terbuka hijau (0,15 km² atau

0,89%) yang meliputi makam, lapangan olahraga dan taman.

Ditinjau dari kondisi permukaan tanahnya, wilayah Kota Mojokerto

relatif tidak mempunyai kendala dalam mendukung perkembangan fisik kota.

Letak geografis pada jalur transportasi regional lintas selatan yang

menghubungkan Surabaya – Yogyakarta – Jakarta serta menjadi bagian dari

wilayah Gerbangkertasusila menyebabkan Kota Mojokerto memiliki posisi

yang sangat strategis dalam mendukung pengembangan kegiatan

pembangunan di Jawa Timur dan berperan utama sebagai pusat aktivitas

ekonomi dan jasa bagi wilayah belakangnya (hinterland), yaitu Kabupaten

Mojokerto dan sekitarnya.

2.1.4 Jumlah Kecamatan, Kelurahan, RW, dan RT

Secara umum wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 (dua)

Kecamatan, 18 Kelurahan, 661 Rukun Tetangga (RT), 177 Rukun Warga

(RW), dan 70 Dusun/Lingkungan, merupakan satu-satunya daerah di Propinsi

Jawa Timur, bahkan di Indonesia yang memiliki satuan wilayah maupun luas

wilayah terkecil dengan perincian sebagai berikut :

a) Kecamatan Prajurit Kulon, terdiri dari : 8 Kelurahan, 71 Rukun Warga, 285

Rukun Tetangga, dan 33 Dusun.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

6

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

b) Kecamatan Magersari, terdiri dari : 10 Kelurahan, 106 Rukun Warga, 376

Rukun Tetangga dan 37 Dusun.

2.1.5 Iklim

Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka

seperti wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya, Kota Mojokerto beriklim

tropis dan mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,

yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang dalam setiap tahunnya

lama musim penghujan dan musim kemarau seimbang. Musim kemarau

berkisar antara Bulan Mei sampai September dan di Bulan Oktober sampai

April adalah musim hujan dengan curah hujan rata-rata di musim hujan

sebesar 177,57 mm.

2.2 KONDISI DEMOGRAFIS

2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Mojokerto tahun 2010 sebesar 120.271 jiwa

terdiri dari 58.964 jiwa penduduk laki-laki dan 61.307 jiwa penduduk

perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar II.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur (Proyeksi)

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

7

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

2.2.2 Kepadatan Penduduk, Rasio Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk

Luas wilayah Kota Mojokerto adalah 16,46 km² dengan jumlah

Kecamatan sebanyak 2 (dua) yaitu Prajurit Kulon dan Magersari, jumlah

Kelurahan sebanyak 18 kelurahan, jumlah rumah tangga sebanyak 35.479

KK dan rata-rata jiwa/rumah tangga di Kota Mojokerto sebanyak 3,4

jiwa/rumah tangga. Kota Mojokerto mempunyai luas wilayah sangat kecil,

namun mempunyai jumlah penduduk yang besar. Hasil dari Registrasi

Penduduk Akhir Tahun 2010 besarnya jumlah penduduk di Kota Mojokerto

sebesar 120.271 jiwa, dengan luas wilayah yang sangat kecil akan

menyebabkan kepadatan Kota Mojokerto menjadi sangat tinggi, yaitu tingkat

kepadatan penduduk sebesar 7.307 jiwa/km² di Tahun 2010.

Sedangkan apabila dilihat per kecamatan, tampak Kecamatan

Magersari tingkat kepadatan penduduknya lebih tinggi yaitu sebesar 7.867

jiwa/km² dibandingkan Kecamatan Prajurit Kulon yang hanya sebesar 6.678

jiwa/km². Hal ini disebabkan karena beberapa kelurahan di wilayah

Kecamatan Magersari merupakan daerah perumahan yang sudah banyak

dihuni oleh penduduk dari luar daerah Kota Mojokerto.

Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan pada Tahun 2010

adalah 96,18%, yang berarti disetiap 100 penduduk wanita terdapat 96

penduduk laki-laki. Pada Tahun 2010 jumlah penduduk perempuan sebesar

61.307 jiwa dan laki-laki sebesar 58.964 jiwa, sedangkan tingkat

pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan sebesar 0,64% dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Kenaikan laju pertumbuhan ini disinyalir terkait

dengan adanya arus perpindahan penduduk dari luar kota Mojokerto yang

meningkat serta meningkatnya angka kelahiran. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa Kota Mojokerto masih merupakan daerah tujuan untuk

dijadikan tempat tinggal bagi mereka yang bermata pencaharian di Surabaya

dan daerah diluar Kota Mojokerto lainnya.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

8

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab iii

Situasi derajat kesehatan

Situasi derajat kesehatan di Kota Mojokerto dapat digambarkan dengan

menggunakan indikator – indikator pembangunan kesehatan antara lain mortalitas,

morbiditas dan status gizi. Mortalitas, atau yang biasa dikenal sebagai angka

kematian, dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka

Kematian Ibu melahirkan (AKI) serta Usia Harapan Hidup (UHH).

Morbiditas, atau bisa juga disebut angka kesakitan, dapat dilihat dari indikator

Prevalensi Penyakit Menular Langsung, seperti TB, Kusta, HIV/AIDS, Diare,

Pneumonia serta Prevalensi Penyakit Menular yang Bersumber dari Binatang,

seperti DBD, Malaria, Filariasis. Selain itu, angka kesakitan juga dapat dilihat dari

indikator Prevalensi Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Status gizi dapat dilihat dari persentase bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), prevalensi gizi buruk dan gizi kurang melalui pemantauan gizi

balita, serta persentase kecamatan bebas rawan gizi.

3.1 MORTALITAS

Kejadian kematian di masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator

dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan

kesehatan lainnya. Data kematian di masyarakat pada umumnya diperoleh melalui

survei karena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data

kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.

4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir

sampai sebelum bayi berusia satu tahun. Dari sisi penyebabnya, kematian

bayi dapat dibedakan menjadi endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen

(kematian neonatal) adalah kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah

bayi dilahirkan, umumnya disebabkan karena faktor bawaan. Sedangkan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

9

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi

antara usia satu bulan sampai dengan satu tahun yang umumnya disebabkan

oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Tiga penyebab utama kematian bayi menurut SKRT 1995 adalah

komplikasi perinatal (pertumbuhan janin lambat, kekurangan gizi pada janin,

kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah), infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA), dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil 75%

terhadap kematian bayi.

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah

banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000

kelahiran hidup. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok yang paling rentan

terkena dampak dari suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.

Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto, kondisi AKB Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan dari 7,7 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 11,6 per 1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2010. Meskipun demikian, AKB Kota Mojokerto tahun 2010

masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka nasional yaitu 25,7 per

1.000 kelahiran hidup dan sudah memenuhi target MDG’s untuk penurunan

AKB sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Selama tahun 2010 dilaporkan terjadi 1.896 kelahiran hidup. Dari

sekian banyak kelahiran, tercatat 13 kasus lahir mati (0,68 %), 22 kasus

kematian bayi, dan 1 kasus kematian balita dengan AKABA terlaporkan 0,5

per 1.000 kelahiran hidup.

Gambaran kecenderungan kasus lahir mati, kematian bayi, dan

kematian balita dapat diamati pada gambar berikut ini:

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

10

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar III.1 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi, dan Kematian Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2004 – 2010

Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa dari tahun 2004 - 2010, kasus

lahir mati, kematian bayi, dan kematian balita cenderung fluktuatif. Adapun

penyebab kematian bayi tersebut sangat beragam, antara lain BBLR, asfiksia,

trauma lahir, ISPA, infeksi, serta kelainan kongenital atau cacat bawaan.

Sedangkan untuk penyebab kematian balita tidak dapat dianalisis karena

belum tersedia datanya.

4.1.2 Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI)

Kematian maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan

atau selama masa nifas dengan acuan pertimbangan adalah jumlah kematian

maternal per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu

adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi

saat kehamilan, infeksi, dan abortus yang tidak aman. Selain itu ada

beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu

tiga terlambat dan empat terlalu. Tiga terlambat adalah keterlambatan

keluarga mengambil keputusan kontak dengan tenaga kesehatan,

keterlambatan memperoleh pelayanan kesehatan, serta terlambat merujuk.

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

11

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

Sedangkan empat terlalu adalah terlalu muda/tua usia ibu untuk memutuskan

untuk hamil, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak antara

kehamilan/persalinan satu dengan berikutnya.

Target MDG’s untuk penurunan AKI sebesar 110 per 100.000 kelahiran

hidup di tahun 2015. Untuk Kota Mojokerto, pada tahun 2010 terdapat 2.005

sasaran ibu hamil. Dari sekian banyak sasaran tersebut, tercatat bahwa

angka kematian ibu di Kota Mojokerto telah berhasil ditekan menjadi 0 kasus.

Kasus kematian maternal yang terjadi dari tahun 2004 sampai 2010 dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar III.2 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota

Mojokerto Tahun 2004 – 2010

Berdasarkan gambar diatas, dapat diamati bahwa dari tahun 2004

sampai dengan 2010 tidak terjadi kasus kematian pada ibu hamil, melainkan

terjadi kematian ibu bersalin sebanyak 1 kasus pada tahun 2004 dan 4 kasus

pada tahun 2005 serta kematian ibu nifas sebanyak 3 kasus pada tahun

2007. Sedangkan untuk kasus kematian ibu maternal pada tiga tahun terakhir

telah berhasil ditekan dengan 0 kasus.

Pada Gambar III.3 berikut nampak perkembangan bahwa AKI dari data

yang dilaporkan di Kota Mojokerto pada periode 2004 sampai 2010 masih

sangat fluktuatif, terkadang tidak terjadi kasus kematian ibu maternal namun

terlihat ditahun 2005 justru terjadi peningkatan yang sangat signifikan.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

12

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar III.3 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto

Tahun 2004 – 2010

Sebagaimana kematian bayi, kematian ibu juga menjadi indikator

penting untuk melihat derajat kesehatan di suatu wilayah. Kegunaan

mengetahui kematian ibu adalah untuk pengembangan program peningkatan

kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat

kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer),

peningkatan jumlah kehamilan yang dibantu oleh tenaga kesehatan,

penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,

penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang

semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan

meningkatkan derajat reproduksi.

Penanganan kasus kematian ibu dan bayi memang tidak sepenuhnya

menjadi tanggung jawab dari jajaran kesehatan saja, karena banyak faktor

yang berperan dalam terjadinya kematian ibu dan bayi seperti tingkat ekonomi

dan pendidikan ibu yang masih rendah, sarana transportasi yang buruk dan

lain sebagainya, yang mau tidak mau penanganannya harus melibatkan lintas

sektor.

Sebagai leading sector dalam upaya penurunan AKI dan AKB, Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto akan terus mengevaluasi upaya pelayanan

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

13

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

kesehatan masyarakat yang telah dilakukannya selama ini, agar dapat

dilakukan perbaikan untuk masa yang akan datang dan lebih mampu

menjamin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota Mojokerto.

4.1.3 Umur Harapan Hidup (UHH)

Keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu

wilayah salah satunya dapat diukur melalui peningkatan Umur Harapan Hidup

(UHH) penduduk di wilayah tersebut. Umur harapan hidup waktu lahir adalah

rata-rata waktu hidup yang masih akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada

tahun tertentu. Umur harapan hidup digunakan untuk menilai derajat

kesehatan dan kualitas kesejahteraan masyarakat. Adanya peningkatan pada

pelayanan kesehatan dapat diindikasikan dengan terjadinya penurunan AKB,

AKI, dan peningkatan UUH.

Data umur harapan hidup diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik. Data yang ada menunjukkan kecenderungan

peningkatan dari tahun ke tahun. Estimasi umur harapan hidup di level

nasional berdasarkan hasil SUPAS tahun 1995 sebesar 63,48 dan

diperkirakan menjadi 66,20 pada tahun 2002. Untuk tingkat Propinsi, umur

harapan hidup waktu lahir Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007 tercatat

sebesar 69,32 tahun, meningkat dari tahun 2006 yang tercatat sebesar 68,25

tahun dan tahun 2005 sebesar 67,90 tahun (berdasarkan Profil Kesehatan

Propinsi Jawa Timur 2007).

Sedangkan penduduk di wilayah Kota Mojokerto, umur harapan hidup

waktu lahir pada tahun 2010 tercatat sebesar 71,56 tahun, meningkat dari

tahun 2009 yang tercatat sebesar 71,18 tahun.

3.2 MORBIDITAS

Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi

epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang serta

penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih

tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

14

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

akibat kecelakaan juga meningkat. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi tingkat

produktivitas dan pendapatan yang berujung pada kemiskinan.

Data kesakitan (morbiditas) diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya

berasal dari laporan rutin (SP2TP, SST, SPRS), profil kesehatan maupun laporan

hasil survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain. Angka

kesakitan atau morbiditas di Kota Mojokerto diperoleh dari hasil pengumpulan data

dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, serta sarana pelayanan kesehatan yang ada

di wilayah Kota Mojokerto.

3.2.1 Penyakit Menular Langsung

a) TB Paru

Penyakit Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak

penderitanya. Laporan WHO tahun 2009 menempatkan Indonesia di

urutan ke 5 sebagai penyumbang TB terbesar di dunia dibawah India,

China, Afrika Selatan, dan Nigeria.

Strategi penanganan TBC dilaksanakan melalui Directly Observed

Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengawasan langsung menelan

obat jangka pendek setiap hari oleh seorang pengawas minum obat

(PMO). Strategi DOTS pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada

tahun 1995 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat.

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi TB secara nasional

mencatat tren yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan

menurunnya angka insiden TB dari 130 per 100.000 penduduk di tahun

2000 menjadi 115 per 100.000 penduduk di tahun 2002 dan 103 per

100.000 penduduk di tahun 2006. Hal ini juga sejalan dengan

peningkatan case detection rate (CDR) yang tercatat sebesar 19,7% pada

tahun 2000 menjadi 41,6% pada tahun 2003 dan 76% pada tahun 2006.

Sejak tahun 2000, Indonesia telah berhasil mencapai dan

mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan target global, yaitu

minimal 85%. Akan tetapi perlu diwaspadai munculnya resistensi

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

15

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR) yang dari segi

biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama serta

berefek samping lebih besar. WHO memperkirakan kasus MDR di

Indonesia sebesar 2% dari keseluruhan kasus TBC.

Pada tahun 2010, di Kota Mojokerto ditemukan 93 penderita TB

Paru BTA(+) baru atau 72,09% dari jumlah perkiraan penderita TB paru

yang ditargetkan. Dari jumlah 93 penderita tersebut, semuanya telah

mendapat penanganan, namun hanya 89 penderita yang dinyatakan

sembuh. Gambaran kasus TBC dalam lima tahun terakhir dapat diamati

pada gambar III.4 berikut.

Gambar III.4 Angka Kesembuhan TB Paru dengan BTA (+) di Kota

Mojokerto Tahun 2005 – 2010

Dari diagram diatas dapat diamati bahwa tingkat kesembuhan

penderita TB Paru selama enam tahun terakhir di Kota Mojokerto masih

fluktuatif. Namun telah memenuhi target global lebih besar dari 85 %.

b) HIV/AIDS

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

16

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

HIV AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori “New

Emerging Disease”. Perkembangan penyakit HIV/ AIDS sampai saat ini

terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sehingga HIV dan AIDS

menjadi masalah darurat global. Hal ini antara lain disebabkan makin

tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra

pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman,

serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik tidak

steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara

penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung.

Perkembangan penyakit HIV/AIDS di wilayah Kota Mojokerto

berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk dan ditunjang

dengan wilayah Kota Mojokerto sebagai kota ”Hinterland” atau penyangga

ibukota Propinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya. Jumlah penderita

HIV(+) di Kota Mojokerto dari tahun 2003 hingga tahun 2010 berturut-turut

sebanyak 6 Orang (2003); 7 orang (2004); 15 orang (2005); 2 orang

(2006); 43 orang (2007); 56 orang (2008); 55 orang (2009) dan sampai

dengan tahun 2010 sebanyak 43 orang. Adapun jumlah kumulatif

penderita sampai dengan tahun 2010 berjumlah 227 orang.

Gambar III.5 Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota

Mojokerto Tahun 2003 – 2010

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

17

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kota Mojokerto haruslah didasari bahwa masalah HIV dan

AIDS sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan dan masalah

nasional, yang penanggulangannya diutamakan pada sub-populasi

berperilaku resiko tinggi, namun tetap memperhatikan masyarakat yang

rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan masyarakat

yang termarginalkan terhadap penularan HIV dan AIDS.

Sejak tahun 2007 di Kota Mojokerto telah dibuka Klinik VCT

(Voluntary Counseling and Testing) dan Klinik CST (Care Support

Treatment) bagi penderita HIV/AIDS dan telah mampu memberikan

penanganan pengobatan secara periodik di Bapelkes. RSU dr. Wahidin

Sudiro Husodo.

c) ISPA

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) khususnya Pneumonia

masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi

dan balita. Hal ini merujuk pada hasil konferensi internasional mengenai

ISPA di Canberra Australia pada Juli 1997, yang mengemukakan empat

juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun

akibat ISPA dan jumlah ini merupakan 30% dari seluruh kematian yang

ada.

Hal ini juga tampak dari hasil SURKESNAS tahun 2001 yang

menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%

artinya dari 100 balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh

penyakit ISPA. Hasil SURKESNAS tersebut juga menunjukkan bahwa

80% kasus kematian ISPA pada balita disebabkan Pneumonia.

Angka ini juga ditegaskan dengan hasil ekstrapolasi data survei

kesehatan rumah tangga pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa

Angka Kematian Balita akibat ISPA adalah 4,9/1.000 balita, yang artinya

sekitar 5 dari 1.000 balita meninggal setiap tahun akibat Pneumonia.

Di Indonesia, Pemberantasan Penyakit ISPA dimulai pada tahun

1984 bersamaan dengan dilancarkannya pada tingkat global oleh WHO.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

18

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Maka tata laksana ISPA diklasifikasikan dalam 3 tingkat yaitu ISPA

ringan, sedang dan berat. Sehingga sejak tahun 1990 pemberantasan

ISPA dititikberatkan dan difokuskan pada penanggulangan Pneumonia

Balita, karena penyebab kematian tertinggi pada anak usia dibawah 5

tahun adalah penyakit pernafasan dan sebagian besar disebabkan oleh

Pneumonia.

Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas

tatalaksana penderita Pneumonia balita, Kementerian Kesehatan telah

menerapkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di

Puskesmas sebagai Unit Pelayanan Kesehatan Dasar.

Di Kota Mojokerto pada tahun 2010 tercatat 96 kasus penderita

pneumonia pada balita yang telah ditangani atau hanya 10,51% saja dari

jumlah perkiraan penderita Pneumonia Balita yang ditargetkan sebanyak

913 kasus, hal ini dapat dilihat pada Gambar III.5 berikut.

Gambar III.6 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2007 – 2010

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

19

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang

a) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue ialah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

dan Aedes albopictus. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi

dari tahun ke tahun. Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun

2007 sebanyak 158.115 kasus dengan jumlah kematian 1.599 orang.

Case Fatality Rate (CFR) sebesar 1,01%, dan Incidence Rate (IR)

sebesar 71,78 per 100.000 penduduk.

Dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, Kota Mojokerto

merupakan daerah endemis penyakit DBD dan perlu diwaspadai terutama

pada 8 kelurahan endemis DBD, yaitu : kelurahan Magersari, Balongsari,

Kedundung, Wates, Meri, Mentikan, Miji dan Kranggan. Dalam kurun

waktu empat tahun terakhir, kasus DBD yang ditemukan cenderung

mengalami penurunan. Incidence Rate (IR) DBD tahun 2010 sebesar

15,8/100.000 penduduk (19 kasus), dibanding tahun 2009 angka tersebut

telah mengalami penurunan (26 kasus) dan berhasil ditekan tidak

melebihi target yang telah ditetapkan sebesar 30/100.000 penduduk,

sedangkan jumlah penderita terbanyak berdomisili di wilayah kecamatan

Magersari (63,16%).

Gambar III.7 Jumlah Kasus DBD di Kota Mojokerto Tahun 2007 –

2010

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

20

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Penurunan angka kejadian DBD ini tidak lepas dari peran serta

masyarakat Kota Mojokerto yang telah memiliki kesadaran dalam

menggalakkan Gerakan Jum’at Berseri dan PSN 60 Menit melalui

Instruksi Walikota Mojokerto No. 1 Tahun 2006 tertanggal 20 Maret 2006.

Kader Motivator Kesehatan bersama dengan masyarakat sekitar

melakukan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur).

Selain itu, kegiatan pencegahan penyebaran penyakit juga dilakukan

melalui fogging focus segera setelah ada indikasi penderita DBD dan

fogging masal sebelum musim penularan dengan dua siklus, terutama

pada daerah endemis DBD.

b) Diare

Menurut data WHO, diare adalah penyebab nomor satu kematian

balita di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia dinyatakan bahwa diare

adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA. Diperkirakan setiap

tahun, 100.000 balita Indonesia meninggal karena diare. Angka kesakitan

diare cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Angka kesakitan diare

secara nasional pada tahun 1996 tercatat sebesar 280 per 1000

penduduk. Pada tahun 2006 angka kesakitan ini meningkat menjadi 423

per 1.000 penduduk. Penyakit diare cukup sering menimbulkan Kejadian

Luar Biasa (KLB).

Pada tahun 2010 di Kota Mojokerto terdapat 6.442 kasus diare. Dari

keseluruhan kasus tersebut, 35,30% kasus terjadi pada balita. Data kasus

diare pada balita selama lima tahun berturut-turut yang terjadi di wilayah

Kota Mojokerto dapat diamati pada gambar berikut.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

21

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar III.8 Jumlah Kasus Diare pada Balita di Kota Mojokerto

Tahun 2005 – 2010

Apabila dilihat dari jumlah pasien diare secara umum, jumlah kasus

diare selama enam tahun cenderung mengalami peningkatan, walau

sempat pada tahun 2007 mengalami penurunan. Demikian halnya dengan

kasus diare pada balita, tren garis mengalami kenaikan walaupun pada

tahun 2007 sempat menurun. Seluruh penderita balita dengan diare telah

tertangani 100% sesuai tatalaksana diare dengan Lima Langkah

Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Kenaikan kasus diare ini perlu

diwaspadai, karena harus dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene

sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum, penyakit diare

sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut.

3.2.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

a) Campak

Campak merupakan penyakit menular yang cukup sering

menyebabkan KLB. Data yang terekam di Kemenkes RI menyebutkan

frekuensi KLB campak menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare

dan chikungunya. Kematian akibat campak pada umumnya disebabkan

karena kasus komplikasi seperti meningitis. Frekuensi KLB campak di

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

22

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus meningkat, adalah

sebesar 72 pada tahun 2005, 86 pada tahun 2006 dan 114 pada tahun

2007 (Profil Kesehatan Indonesia 2007).

Gambar III.9 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun

2007 – 2010

Meskipun secara nasional KLB campak mengalami peningkatan,

namun tidak demikian yang terjadi di Kota Mojokerto. Dari tahun 2007,

jumlah kasus Campak di Kota Mojokerto cenderung mengalami

penurunan, hingga akhir tahun 2010 tidak ditemukan satu pun kejadian

Campak. Hal ini tidak terlepas dari mulai tingginya kesadaran masyarakat

untuk melakukan imunisasi pada bayi serta keberhasilan program Bulan

Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang dilaksanakan di Kota Mojokerto.

b) Difteri

Difteri merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan

seringkali menjadi penyebab kematian pada anak – anak. Penyakit ini

disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang

saluran pernafasan bagian atas. Kasus dipteri di Jawa Timur cenderung

meningkat dari tahun ke tahun, namun tidak demikian di Kota Mojokerto.

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

23

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Dari tahun 2007 hingga tahun 2010, jumlah kasus yang ditemukan setiap

tahunnya hanya 1 kasus.

Meskipun hanya 1 kasus saja yang terjadi, namun penemuan

penyakit Dipteri tersebut mendapat perhatian serius, karena sifat

penyebaran penyakitnya yang sangat mudah menular dan mematikan.

Upaya pencegahan pun tetap terus dilakukan dengan pemberian vaksin

DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi. Di tahun 2010, cakupan DPT3 + HB3

di Kota Mojokerto mencapai 107,57% dari seluruh sasaran bayi.

c) Pertusis (Batuk Rejan)

Bakteri Bardetella pertusis merupakan penyebab utama penyakit

Pertusis. Penyakit ini ditandai dengan gejala batuk beruntun selama 1 -3

bulan dan disertai dengan bunyi tarikan nafas hup yang khas dan muntah.

Dari tahun 2007 hingga 2010, tidak satupun kasus Pertusis (Batuk Rejan)

ditemukan di Kota Mojokerto. Sama halnya dengan penyakit Dipteri,

pencegahan Pertusis dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi

DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi.

d) Tetanus Neonatal dan Tetanus

Penyakit Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, pada bayi

disebut sebagai Tetanus Neonatorum. Selama kurun waktu tahun 2007

hingga tahun 2010, hanya dijumpai 1 kasus Tetanus, terjadi di tahun

2008.

e) Hepatitis B

Penyakit Hepatitis ada beberapa jenis, salah satunya adalah

Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang

dapat menyebabkan peradangan hati akut ataupun menahun, dan bila

tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya sirosis hati

atau kanker hati. Di Kota Mojokerto, kasus Hepatitis B yang dilaporkan

dari tahun 2007 hingga 2010 tidak ditemukan satu pun kasus muncul.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

24

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

3.3 STATUS GIZI

Keadaan gizi yang baik menjadi pra syarat utama dalam mewujudkan sumber

daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus

kehidupan, mulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, sampai usia

lanjut. Status gizi dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, maupun jumlah kecamatan

bebas rawan gizi.

3.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah

satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan

neonatal. BBLR dibedakan dalam dua kategori yaitu BBLR karena prematur

atau usia kandungan yang kurang dari 37 minggu dan BBLR karena

intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi

berat badannya kurang. BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena

status gizi ibu yang buruk atau menderita sakit yang dapat memperberat

kehamilan.

Di Kota Mojokerto pada tahun 2010, dari 1.896 bayi lahir hidup,

terdapat 53 bayi dengan BBLR (2,80%) yang keseluruhan bayi BBLR ini telah

mendapatkan penanganan. Kasus BBLR di Kota Mojokerto selama lima tahun

berturut-turut mulai tahun 2006 sampai 2010 dapat diamati pada gambar

berikut.

Gambar III.10 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun

2006 – 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

25

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

Dari gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah bayi BBLR dari

tahun 2006 hingga tahun 2010. Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut

dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang

memperberat kehamilannya. Untuk menekan angka BBLR diperlukan

penanganan terpadu lintas program dan lintas sektor karena timbulnya

masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat.

3.3.2 Pemantauan Gizi Balita

Salah satu cara mengetahui status gizi balita adalah dengan

menggunakan metode antropometri. Dalam metode antropometri, indeks

yang umum dipakai untuk Balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada tahun

2010 terdapat 9.130 balita. Dari jumlah tersebut, yang ditimbang di posyandu

sebesar 66,86% saja atau sebanyak 6.104 balita, yang naik berat badannya

sebanyak 4.021 balita (65,87%). Gambarannya dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar III.11 Jumlah Balita Ditimbang Di Posyandu Yang

Mengalami Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 – 2010

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Balita Ditimbang

6125 6603 6323 5983 6104

Jumlah Balita BB Naik 4173 4344 4227 4177 4021

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

26

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Dari diagram diatas, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir jumlah

balita yang ditimbangkan di posyandu dan balita yang naik berat badannya

masih relatif stagnan. Adapun untuk balita yang berada dibawah garis merah

dan balita dengan gizi buruk datanya selama lima tahun terakhir dapat diamati

pada gambar berikut.

Gambar III.12 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah

Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

151

195

165188

159

51

102127

47

110

0

50

100

150

200

250

2006 2007 2008 2009 2010

Balita BGM Balita Gizi Buruk

Dari grafik diatas ternyata selama lima tahun terakhir terlihat cenderung

fluktuatif baik pada jumlah balita yang berada di bawah garis merah maupun

pada balita dengan gizi buruk. Bahkan pada tahun 2010 jumlah balita gizi

buruk mengalami kenaikan hampir 2,3 kali lipat dibandingkan dengan tahun

2009.

Kondisi ini seharusnya menjadi catatan tersendiri terutama bagi

pemegang program baik di Puskesmas maupun ditingkat Kota untuk

melakukan upaya penanganan dan pencegahan, agar jumlah balita yang

berada di bawah garis merah tidak bertambah, apalagi sampai jatuh ke

tingkat gizi buruk dan perlu upaya pelaksanaan kegiatan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) yang diberikan baik PMT Penyuluhan atau PMT Pemulihan

secara optimal terutama pada balita maskin dan perlu ditingkatkan, baik oleh

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

27

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

petugas kesehatan puskesmas dan kader kesehatan melalui kegiatan

posyandu secara rutin setiap bulan.

3.3.3 Kecamatan Bebas Rawan Gizi

Untuk wilayah Kota Mojokerto yang terbagi dalam dua kecamatan yaitu

kecamatan Magersari dan Prajuritkulon, seluruhnya merupakan wilayah

bebas rawan gizi. Akan tetapi bukan berarti kewaspadaan pangan dan gizi

lantas tidak dijalankan, mengingat masih banyak masalah gizi yang belum

tertangani dengan baik di masyarakat, termasuk masalah gizi lebih.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

28

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab iV

Situasi UPAYA KESEHATAN

4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar,

antara lain adalah pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak

balita dan pra sekolah, usia sekolah dan remaja, pelayanan keluarga berencana,

pelayanan imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, penyehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan pra-usia lanjut dan usia lanjut, serta

penanggulangan wabah. Selain itu, masih terdapat pelayanan penunjang yaitu

pelayanan kefarmasian serta pelayanan kesehatan rujukan yaitu pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit.

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan ibu

dan bayi diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan profesional baik itu dokter spesialis kandungan dan kebidanan,

dokter umum, maupun bidan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya

sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada. Titik berat

kegiatan ini adalah upaya preventif dan promotif sedangkan hasilnya dapat

dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4 (Wiyono, 1997).

Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil,

menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan

pertama/kontak pertama dengan tenaga kesehatan/fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart.

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan

antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Sedangkan Cakupan K4 adalah besaran ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

29

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

kunjungan selama masa kehamilannya dengan distribusi satu kali pada

triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan

ketiga umur kehamilan, serta mendapat 90 tablet Fe selama periode

kehamilannya. Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil di suatu wilayah dan untuk menggambarkan

kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Gambaran

pencapaian dua indikator ini selama lima tahun terakhir dapat dilihat dalam

gambar IV.1 berikut ini.

Gambar IV.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota

Mojokerto Tahun 2004 – 2010

104.3

94.38

99.15

96.8496.81

98.09

90.3891.37

88.33

91.62

80

85

90

95

100

105

110

2006 2007 2008 2009 2010

K1

K4

Dari gambar di atas tampak dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif

pada pencapaian kedua indikator, terutama tahun 2009 mengalami sedikit

penurunan pada cakupan kunjungan K4. Walaupun pada tahun 2010

cakupan kunjungan K4 mengalami kenaikan namun belum mencapai target

95%. Hal ini menandakan belum cukup optimalnya pelayanan kesehatan

antenatal di Kota Mojokerto. Juga masih terdapat kesenjangan yang cukup

besar antara kedua indikator ini yang masih harus menjadi perhatian

karena keberhasilan program tidak hanya berhenti pada kedua indikator ini

saja, tetapi sampai pada penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

30

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi

kebidanan merupakan salah satu dari enam indikator pemantauan program

KIA. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang

ditangani oleh tenaga kesehatan sekaligus menggambarkan kemampuan

manajemen program KIA dalam menangani persalinan secara profesional.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir, sebagian

besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain

disebabkan persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai kompetensi kebidanan. Adapun pertolongan persalinan sendiri

adalah tindakan yang dilakukan oleh bidan/tenaga kesehatan lain dengan

kompetensi sesuai dalam proses lahirnya janin dari kandungan yang

dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai

keluarnya placenta (Profil Kesehatan JawaTimur, 2003).

Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

menyebutkan, tahun 2010 terdapat 1.841 sasaran ibu bersalin. Dari jumlah

tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 1.826 atau

99,19%. Pencapaian ini telah melampaui target SPM tahun 2010 yang

ditetapkan sebesar 91%.

Gambar IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

103.56102.29

100.64

97.96

99.19

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

2006 2007 2008 2009 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

31

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan cakupan pada tahun 2010

setelah sebelumnya selama 4 tahun berturut-turut mengalami penurunan

persentase. Meskipun mengalami penurunan, cakupan pertolongan

persalinan selama 5 tahun tersebut telah melampaui target pencapaian

yang telah ditetapkan, baik target Kota, Propinsi maupun Nasional.

c) Ibu Hamil dan Neonatus Risti yang Ditangani

Dalam pelayanan antenatal khususnya oleh bidan di Puskesmas,

sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui, tergolong dalam kasus resiko

tinggi yang memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Resiko tinggi atau

komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara

langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Yang

termasuk golongan ibu hamil resiko tinggi antara lain berat badan kurang,

kurus, anemia, tinggi badan <145 cm, usia ibu hamil <20 tahun dan >35

tahun serta pernah melahirkan anak >4. Sedangkan yang termasuk dalam

kasus komplikasi kebidanan antara lain Hb <8 g %, tekanan darah tinggi

(sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedeme nyata, eklampsia,

perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia

kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi

berat/sepsis dan persalinan prematur.

Untuk menemukan ibu hamil yang beresiko tinggi tersebut, dibedakan

antara deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat dan deteksi dini resiko

tinggi oleh tenaga kesehatan. Cakupan deteksi dini risti oleh masyarakat

dapat digunakan untuk memantau kemampuan dan peran serta

masyarakat, sedangkan cakupan deteksi dini risti oleh tenaga kesehatan

dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya masalah yang dihadapi

oleh program KIA.

Adapun keadaan sampai dengan akhir tahun 2010, dari 2.005 sasaran

ibu hamil, terdapat perkiraan sasaran 401 ibu hamil resiko tinggi. Dari

sasaran tersebut, jumlah ibu hamil resiko tinggi yang ditemukan tahun 2010

sebanyak 399 ibu hamil resti atau 99,50% dari target sasaran.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

32

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sementara itu, yang dikategorikan sebagai neonatal resiko

tinggi/komplikasi antara lain asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma

lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal lainnya

yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih baik di

puskesmas, RSB dan rumah sakit. Untuk cakupan neonatal komplikasi

yang ditangani, sampai akhir tahun 2010 keadaan di Kota Mojokerto, dari

1.823 sasaran bayi, terdapat sasaran perkiraan sebanyak 273 bayi resiko

tinggi (berdasarkan perkiraan 15% dari jumlah total sasaran bayi). Dari

sasaran tersebut, tercatat jumlah neonatal resti yang ditemukan dan

mendapat penanganan komplikasi obstetri dan neonatal sebanyak 179

atau sebesar 65,46%.

d) Kunjungan Neonatus

Neonatus adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan (0 – 28 hari).

Pada masa tersebut bayi sangat rawan terkena resiko gangguan

kesehatan, sehingga untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan

kesehatan pada bayi perlu dilakukan kunjungan neonatus (KN). Idealnya

kunjungan neonates dilakukan minimal 3 kali, yaitu 2 kali pada neonatus

usia 0 -7 hari (KN1) dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari (KN2). Pelayanan

kesehatan neonatal dasar dimaksud meliputi ASI segera, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 dan

imunisasi hepatitis B1, serta manajemen terpadu bayi muda. Angka yang

diperoleh dari kunjungan neonatus dapat digunakan untuk mengetahui

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus. Data yang

diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto pada tahun 2010 cakupan KN lengkap mencapai 98,74% dari

jumlah 1.823 bayi. Untuk meningkatkan cakupan KN lengkap dibutuhkan

peran aktif tenaga kesehatan untuk melaksanakan kunjungan neonatus ke

rumah warga masyarakat yang mempunyai bayi.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

33

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

e) Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 0 hari s/d 11 bulan

termasuk neonatus (umur 1-28 hari) di sarana pelayanan kesehatan

maupun di rumah, posyandu dan tempat lain dengan kunjungan petugas

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan paling sedikit 7 kali yaitu satu

kali pada umur 1-3 hari, 3-7 hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada

umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11

bulan oleh dokter, bidan atau perawat yang memiliki kompetensi klinis

kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud meliputi pemberian

imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang dan

penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini bermanfaat untuk

mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi

kesehatan bayi.

Data yang dimiliki di tingkat Kota Mojokerto menyebutkan pada tahun

2010 terdapat 1.823 sasaran bayi. Dari jumlah tersebut, yang melakukan

kunjungan sebanyak 1.778 bayi atau 97,53 %. Cakupan kunjungan bayi

selama lima tahun terakhir di Kota Mojokerto dapat diamati pada grafik IV.3

berikut.

Gambar IV.3 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

Dari diagram itu tampak bahwa pencapaian kunjungan bayi selama

lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan turun secara signifikan.

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

34

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Namun terlihat adanya kenaikan pada tahun 2010. Apabila dibandingkan

dengan target Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 90%,

maka pencapaian kunjungan bayi pada tahun 2010 sudah memenuhi

target.

4.1.2 Pelayanan Nifas

Pelayanan Nifas sesuai standart meliputi pelayanan kepada ibu nifas

sedikitnya 3 kali, pada 2 jam s/d 3 hari pasca persalinan, pada minggu ke II,

dan pada minggu ke VI termasuk pemberian Vitamin A 2 kali serta persiapan

dan/atau pemasangan KB pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu

diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan

kondisi umum, pemeriksaan kondisi payudara dan puting, pemeriksaan

dinding perut, perineum, kandung kemih dan rectum, secret yang keluar serta

organ kandungan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko

kelainan atau bahkan kematian pada ibu nifas.

Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2010 terdapat 1.841 sasaran

ibu nifas. Dari jumlah tersebut, 1.816 ibu nifas atau 98,64% sudah

memperoleh pelayanan nifas sesuai standar. Apabila dibandingkan dengan

target Propinsi maupun Nasional SPM yang ditetapkan maka pencapaian

pelayanan nifas pada tahun 2010 ini telah memenuhi target.

4.1.3 Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Anak Pra Sekolah

a) Pelayanan Anak Balita

Anak Balita adalah setiap anak berumur 12-59 bulan, yang

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standart, meliputi pemantauan

pertumbuhan setiap bulan minimal 8 kali dalam setahun dan

perkembangan 2 kali setahun, serta pemberian suplementasi vitamin A

dosis tinggi 2 kali setahun. Indikator ini bermanfaat untuk mengukur

kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi kesehatan anak

balita sehingga kesehatannya terjamin.

Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2010 terdapat 9.130 sasaran

anak balita. Dari jumlah tersebut, 7.034 balita atau 77,04% sudah

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

35

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

memperoleh pelayanan anak balita sesuai standar. Apabila dibandingkan

dengan target Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 90%,

maka pencapaian pelayanan anak balita pada tahun 2010 ini masih belum

memenuhi target.

b) Pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak Balita dan Pra

Sekolah

Anak balita dan pra sekolah adalah anak umur 1-4 tahun dan 5-6

tahun. Pelayanan kesehatan anak balita dan pra sekolah meliputi kegiatan

deteksi dini masalah kesehatan anak dengan MTBS, monitoring

pertumbuhan dengan buku KIA/KMS, pemantauan perkembangan,

penanganan penyakit, stimulasi pertumbuhan balita dan rujukan ke tingkat

pelayanan lanjutan. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra

sekolah dilakukan minimal dua kali per tahun oleh dokter, bidan atau

perawat.

Jumlah anak balita dan pra sekolah yang ada di Kota Mojokerto pada

tahun 2010 sejumlah 10.960 anak. Dari jumlah tersebut, cakupan deteksi

dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah pada tahun ini mencapai

91,97% (10.080 anak). Hasil pencapaian deteksi dini tumbuh kembang

selama lima tahun berturut-turut dapat diamati pada gambar IV.4 berikut .

Gambar IV.4 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan

Pra Sekolah di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

36

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Grafik diatas menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir cakupan

deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita dan pra sekolah

menunjukan tren yang fluktuatif, namun pada tahun 2010 cakupan ini

berhasil meningkat hingga 91,97%.

4.1.4 Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS). UKS adalah upaya terpadu lintas program dan

lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk

perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Pelayanan

kesehatan pada UKS yang dikenal dengan Trias UKS meliputi pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan

sekolah sehat.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI terutama murid kelas 1

oleh tenaga kesehatan/tenaga terlatih/guru UKS/dokter kecil pada tahun 2010

mencapai 91,50% dari 2.869 siswa SD/MI yang ada di Kota Mojokerto.

Pencapaian ini masih belum memenuhi target Nasional SPM tahun 2015

sebesar 100%. Sedangkan untuk kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS), jumlah siswa SD/MI yang mendapat perawatan gigi pada siswa yang

memerlukan perawatan di Kota Mojokerto pada tahun 2010 baru mencapai

15,40%.

4.1.5 Pelayanan Keluarga Berencana

Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,

disebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian

dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera. Apabila dikaitkan dengan pelayanan keluarga berencana, yang

diamati adalah peserta KB aktif, yaitu akseptor yang sedang memakai alat

kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

37

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Pada tahun 2010, jumlah pasangan usia subur di wilayah Kota

Mojokerto tercatat sebanyak 23.160 orang. Dari jumlah PUS tersebut,

cakupan peserta KB baru sebanyak 7,40% dan peserta KB aktif mencapai

79,27%. Capaian peserta KB aktif ini telah memenuhi target SPM Nasional

tahun 2010 sebesar 70%.

4.1.6 Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila

Selama beberapa tahun ini, pola demografi di wilayah Kota Mojokerto

cenderung mengarah pada penduduk berusia muda. Akan tetapi, keberadaan

para lanjut usia juga tidak dapat diabaikan, karena dengan meningkatnya

kualitas hidup para lanjut usia maka beban ketergantungan dan beban biaya

kesehatan yang ditimbulkannya akan makin berkurang. Jumlah warga lanjut

usia di wilayah Kota Mojokerto pada tahun 2010 tercatat sebesar 32.990

orang dan yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 7.234 orang

atau 21,93%. Cakupan pelayanan kesehatan untuk usila dan pra usila di

wilayah Kota Mojokerto selama lima tahun berturut-turut dapat diamati pada

gambar berikut.

Gambar IV.5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila Tahun 2006 – 2010

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

38

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan untuk warga berusia

lanjut, kemungkinan karena masih belum berfungsinya posyandu lansia

secara optimal. Padahal dengan adanya posyandu lansia, maka pelayanan

kesehatan akan dapat lebih mudah dijangkau oleh para lansia.

4.1.7 Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan

pemutusan mata rantai penularan penyakit-penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai

keberhasilan program imunisasi secara nasional adalah angka UCI (Universal

Child Immunization). Awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT 3, Polio

dan Campak. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya ketiga jenis

antigen itu saja yang diperhitungkan tetapi seluruh jenis antigen. Sejak tahun

2003, indikator penghitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen.

Sasaran Program Imunisasi adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia

Subur (WUS) dan murid SD kelas 1, 2 dan 3.

Gambaran pencapaian UCI di Wilayah Kota Mojokerto selama lima

tahun terakhir adalah sebagai berikut.

Gambar IV.6 Pencapaian Desa/Kelurahan UCI di Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Kelurahan Jumlah Desa/Kel UCI

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

39

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Dari gambar diatas, terlihat bahwa capaian UCI untuk semua jenis

antigen di Kota Mojokerto telah tercapai 100% sejak tahun 2006. Pada tahun

ini pencapaian UCI telah memenuhi target Nasional SPM tahun 2010 yang

ditetapkan sebesar 100%.

4.1.8 Pemberantasan Penyakit

Pemberantasan penyakit ditekankan pada pemberantasan penyakit

menular langsung maupun yang berbasis binatang. Adapun pemberantasan

penyakit menular erat hubungannya dengan kegiatan surveillance

epidemiologi melalui upaya penemuan kasus maka penderita sejak dini yang

ditindak lanjuti dengan penanganan/tindak lanjut yang tepat. Selain

surveilance, kegiatan lain yang juga menunjang upaya pemberantasan

penyakit adalah pemberian imunisasi, peningkatan kualitas lingkungan serta

peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka memutus mata rantai

penularan penyakit (Profil Kesehatan Indonesia, 2003). Upaya

pemberantasan penyakit yang ditampilkan meliputi pemberantasan TBC Paru

dan DBD.

a) Pemberantasan TB Paru

Pemberantasan penyakit tuberculosis paru di Kota Mojokerto

dilaksanakan mengacu pada komitmen nasional yaitu menggunakan

pendekatan Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau

pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh pengawas

menelan obat (PMO). Dari hasil pemeriksaan dahak di sarana pelayanan

kesehatan, selama tahun 2010 ditemukan 93 orang penderita dengan BTA

(+). Dari 93 penderita tersebut, seluruhnya telah mendapatkan paket

pengobatan intensif. Akan tetapi baru 89 orang atau 95,70% saja dari

seluruh penderita yang dinyatakan sembuh. Persentase kesembuhan

penderita TBC selama empat tahun terakhir dapat diamati pada gambar

berikut ini.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

40

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar IV.7 Tingkat Kesembuhan Penderita TBC BTA+ di Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2010

Dari diagram diatas terlihat bahwa selama empat tahun terakhir tingkat

kesembuhan penderita TBC BTA (+) telah memenuhi target SPM yang

ditetapkan sebesar >85%, walaupun masih terlihat capaian cenderung

fluktuatif.

b) Pemberantasan DBD

Pemberantasan demam berdarah di Kota Mojokerto dilaksanakan

antara lain dengan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M

(Menguras, Mengubur dan Menutup) dan abatisasi selektif yang dalam

operasionalnya dibantu oleh juru pemantau jentik (Jumantik) yang

memantau kondisi kontainer-kontainer baik yang ada didalam maupun

diluar rumah untuk mengetahui angka bebas jentik di wilayah tersebut.

Selain itu juga dilakukan fogging atau pengasapan untuk membunuh

nyamuk dewasa.

Pada tahun 2010, jumlah kasus demam berdarah tercatat sebanyak 19

orang. Distribusi kasus terbanyak terjadi di wilayah kecamatan Magersari

sebanyak 12 kasus dan disusul kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 7

kasus.

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

41

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

4.1.9 Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya perbaikan gizi masyarakat di Kota Mojokerto pada tahun 2010

antara lain dilakukan melalui distribusi kapsul vitamin A, distribusi kapsul

yodium pada Wanita Usia Subur (WUS), distribusi tablet Fe pada ibu hamil,

dan pemberian makanan pendamping ASI pada balita Bawah Garis Merah

(BGM).

Untuk distribusi kapsul vitamin A, sasarannya adalah bayi 6-11 bulan,

balita 1-4 tahun dan ibu nifas. Cakupan balita yang memperoleh vitamin A

sebanyak dua kali setahun (Februari dan Agustus) pada tahun 2010

sebanyak 7.034 balita dari 9.130 sasaran balita (77,04%). Gambaran

cakupan balita yang memperoleh vitamin A dalam lima tahun terakhir dapat

diamati pada gambar berikut.

Gambar IV.8 Cakupan Balita Mendapatkan Vitamin A di Kota Mojokerto

Tahun 2006 – 2010

Adapun salah satu masalah gizi yang dihadapi Kota Mojokerto sampai

dengan saat ini adalah masalah gizi mikro seperti anemia gizi besi (AGB) dan

gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Untuk menanggulangi anemia

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

42

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

zat besi terutama pada ibu hamil, dilaksanakan program distribusi tablet Fe.

Hasilnya sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat 1.787 (89,13%) ibu hamil

yang memperoleh 90 tablet Fe dari 2.005 sasaran ibu hamil. Hasil ini masih

belum dapat memenuhi target SPM Tahun 2010 sebesar 90%.

Selain masalah gizi diatas, masalah gizi lain yang masih perlu

mendapat perhatian di wilayah Kota Mojokerto adalah masalah gangguan

akibat kekurangan Yodium karena GAKY dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik

meliputi pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (kerdil), gangguan

motorik, bisu, tuli dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan mental

termasuk berkurangnya tingkat kecerdasan anak (Wiyono, 1997).

Berdasarkan data yang bersumber dari Hasil Riskesdas Propinsi Jawa

Timur tahun 2007 Depkes RI, memperlihatkan persentase rumah tangga yang

mempunyai ”garam cukup iodium ( 30 ppm KIO3)” menurut kabupaten, maka

di Kota Mojokerto hasil riset menunjukkan sebanyak 66,8% RT saja

mengkonsumsi

garam cukup Iodium. Hal ini masih jauh dari target Nasional maupun target

WHO Universal Salt Iodization (USI) atau ”Garam beriodium untuk semua”

yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium.

Upaya penanggulangan GAKY yang telah dilakukan sampai dengan

saat ini diantaranya adalah dengan penggunaan garam beryodium dan

distribusi kapsul yodium bagi wanita usia subur. Berkaitan dengan

penggunaan garam beryodium, Kota Mojokerto pada tahun 2010 telah

dilakukan survei penggunaan garam beryodium, dari 978 keluarga yang

disurvei menunjukkan sejumlah 948 keluarga (96,93%) menggunakan garam

beryodium.

4.1.10 Perilaku Masyarakat

Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam

menentukan derajat kesehatan adalah perilaku. Perilaku dianggap penting

karena ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan

maupun genetika kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Selain

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

43

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

itu, banyak penyakit yang muncul pada saat ini disebabkan karena perilaku

yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan akan

tetapi mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus menerus dilakukan untuk

mendorong masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat.

Dari hasil survey PHBS tahun 2010, dari 210 rumah tangga yang

disurvey, yang termasuk dalam kategori ber-PHBS hanya sebanyak 84 rumah

tangga atau baru mencapai 40%. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

sendiri dapat dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.

PHBS di rumah tangga diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. Pencapaian PHBS di rumah tangga dapat diukur dengan 10

indikator yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Untuk beberapa indikator seperti kebiasaan mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam

rumah dan aktivitas fisik tidak dapat ditampilkan karena tidak tersedianya

data. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang

berpengaruh terhadap derajat kesehatan, berikut akan disajikan beberapa

indikator seperti bayi diberi ASI eksklusif, persentase posyandu aktif serta

kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

44

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

a) ASI Eksklusif

Definisi ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir

sampai dengan usia 6 bulan. Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto, diperoleh cakupan pemberian ASI eksklusif di

Kota Mojokerto pada tahun 2010 baru mencapai 46,19%. Hasil ini telah

meningkat dari capaian tahun lalu yang tercatat sebesar 34,91%.

Pencapaian ASI eksklusif dalam lima tahun terakhir tercatat tidak banyak

mengalami perubahan, yaitu berkisar pada angka 40%.

Kesulitan-kesulitan yang banyak ditemui dalam pemberian ASI

eksklusif diantaranya adalah :

1. Faktor Psikologis

Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul stress

akibat perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat

memberikan ASI yang justru malah menghambat produksi ASI.

2. Faktor Pemberi Pelayanan Persalinan

Beberapa institusi pelayanan kesehatan masih ada yang belum

menjalankan inisiasi menyusu dini dan cenderung mengedepankan

pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir.

3. Faktor Ibu Bekerja

Tuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus bekerja

di luar rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari ibu

kepada pengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering

diberikan asupan susu formula.

4. Faktor Budaya

Walaupun saat ini tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup

tinggi, budaya masyarakat yang terbiasa memberikan makanan

/minuman selain ASI sejak bayi lahir seperti air putih, madu, pisang, nasi

pisang dan lain sebagainya masih sulit dihilangkan.

5. Faktor Promosi

Promosi susu formula lebih gencar ditayangkan di media massa

dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga lambat laun juga dapat

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

45

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemberian ASI

eksklusif.

Karena faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan perilaku, maka

untuk perbaikan di masa yang akan datang diperlukan penyuluhan dan

upaya-upaya promosi kesehatan yang lebih intensif baik kepada

perorangan maupun institusi pemberi pelayanan kesehatan tentang

keunggulan ASI eksklusif.

4.1.11 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin

Sampai dengan saat ini, masyarakat pada umumnya masih belum

menilai kesehatan sebagai sebuah investasi. Oleh karena itu, pembiayaan

untuk kesehatan juga masih belum menjadi prioritas terutama bagi

masyarakat miskin. Sesuai dengan amanat UUD 1945, dan dalam rangka

meneruskan kebijakan dan program pemerintah pusat maupun daerah untuk

mengentaskan kemiskinan, Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang

didalamnya termasuk juga program jaminan pemeliharaan kesehatan untuk

keluarga miskin dan masyarakat rentan.

Tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan Dasar Jamkesmas di

Puskesmas pada tahun 2010 tercatat sebesar 85,43% untuk pelayanan rawat

jalan dan 1,44% pelayanan rawat inap. Adapun pemanfaatan pelayanan

kesehatan Rujukan Jamkesmas di Rumah Sakit tercatat sebesar 5,90% untuk

pelayanan rawat jalan dan 26,92% untuk pelayanan rawat inap.

4.1.12 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan

kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto telah mengkoordinir berbagai upaya untuk

meningkatkan kualitas lingkungan, diantaranya dengan pembinaan kesehatan

lingkungan pada institusi, pengawasan tempat-tempat umum dan

pengendalian vektor. Hasil kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan pada

beberapa institusi selama tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

46

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar IV.9 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota Mojokerto

Tahun 2010

Adapun untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kota Mojokerto,

berikut ini disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat, tempat-

tempat umum sehat, serta sarana sanitasi dasar seperti air bersih,

pembuangan air limbah dan kepemilikan jamban.

a) Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,

kepadatan hunian sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

Data dari seksi penyehatan lingkungan pada tahun 2010 menyebutkan

terdapat 29.021 rumah. Dari sekian banyak rumah, yang diperiksa

mencapai 19.929 rumah atau 68,67% dari total rumah yang ada. Jumlah

rumah yang diperiksa mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun

2009 sebesar 77,39%. Pada tahun 2010, jumlah rumah yang tergolong

sehat sebanyak 19.120 rumah atau 95,94% dari total rumah yang

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

47

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

diperiksa. Jumlah rumah sehat ini mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 97,39%. Gambaran pemeriksaan rumah

sehat dari tahun 2006 - 2009 dapat diamati pada gambar berikut.

Gambar IV.10 Hasil Pemeriksaan Rumah Sehat di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2010

b) Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang sehingga

dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Yang termasuk

TPM antara lain adalah hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Adapun TPM

yang dapat dikategorikan sehat adalah TPM yang memiliki sarana air

bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi

yang baik serta luas yang sesuai dengan banyaknya pengunjung.

Data yang diperoleh dari seksi penyehatan lingkungan Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto, menyebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat

144 TTU di Kota Mojokerto. Dari jumlah tersebut, yang sudah diperiksa

sebanyak 143 tempat (99,31%) dan dari TTU yang telah diperiksa, yang

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

48

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

dapat dikategorikan sehat sejumlah 119 TTU atau 83,22% dari seluruh

TTU yang diperiksa.

Sedangkan untuk Data Tempat Pengelolaan Makanan dan Depot Air

Minum pada tahun 2010 menyebutkan terdapat 289 TPM di Kota

Mojokerto. Dari jumlah tersebut, yang sudah diperiksa sebanyak 272

tempat (94,12%) dan dari TPM yang telah diperiksa tersebut, yang dapat

dikategorikan memenuhi syarat sejumlah 186 TPM atau 68,38% dari TPM

yang diperiksa.

c) Akses Air Minum

Sumber air minum yang digunakan di rumah tangga dibedakan

menurut air kemasan, ledeng, sumur gali, sumur pompa dan penampungan

air hujan. Dari data yang ada, sebagian besar rumah tangga di Kota

Mojokerto memanfaatkan air ledeng baik yang berasal dari pelanggan

PDAM maupun swadaya masyarakat. Pada tahun 2010 dari 19.929

keluarga yang diperiksa, 25,14% memanfaatkan air ledeng. Selanjutnya

sebesar 70,18% menggunakan

sumur pompa tangan, 4,68% menggunakan sumur gali dan sisanya

menggunakan sumber air lainnya (air kemasan).

Apabila ditinjau dari segi kepemilikan sarana, hasil pemeriksaan diatas

masih belum mencerminkan kondisi riil di masyarakat. Hal ini terbukti dari

masih adanya sebagian masyarakat Kota Mojokerto yang kesulitan

memperoleh akses air bersih, terutama dari sumber PDAM. Dari segi

kualitas air, juga masih belum dapat dipastikan apakah masyarakat telah

mengkonsumsi air yang memenuhi standar kesehatan atau tidak, karena

walaupun telah dilakukan uji petik untuk memeriksa kualitas air di beberapa

titik mata air, namun kualitas air yang sampai ke konsumen juga sangat

ditentukan oleh banyak hal seperti kualitas jaringan perpipaan dan

pengolahan air dari PDAM. Sehingga untuk menjamin mutu air yang

dikonsumsi harus dilaksanakan kerja sama dengan lintas sektor terkait.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

49

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

d) Sarana Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar yang dimaksudkan disini meliputi tempat

sampah, sarana pembuangan limbah dan kepemilikan jamban. Dari 35.479

KK, jumlah yang telah diperiksa kurang lebih sejumlah 19.929 KK atau

56,17% dari seluruh KK yang ada.

Untuk sarana pembuangan tempat sampah rumah tangga pada tahun

2010 ini kepemilikan berjumlah 18.866 KK (53,18%) dan yang telah

diperiksa sejumlah 19.929 KK, serta yang memenuhi syarat kesehatan di

lingkungan pemukiman sebanyak 17.286 KK (91,63%) dari tempat sampah

yang diperiksa.

Demikian juga pada kepemilikan sarana SPAL rumah tangga pada

tahun 2010 jumlah KK yang memiliki SPAL berjumlah 19.114 KK (53,87%)

dan diperiksa petugas sanitarian sebanyak 19.929 KK, serta yang

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 17.449 KK (91,29%) dari SPAL

yang diperiksa. Sedangkan kepemilikan jamban pada tahun 2010 seluruh

KK yang diperiksa dan telah memiliki jamban hanya sebanyak 31.732 KK

dari 35.479 KK yang ada..

4.1.13 Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang

ditampilkan dalam profil ini meliputi pengadaan obat esensial dan generik

sampai dengan pemanfaatan obat generik. Pada tahun 2010, jumlah jenis

obat yang dibutuhkan sebanyak 35 jenis obat. Dari pengadaan obat yang

diadakan pada tahun ini, maka jenis obat yang dapat disediakan dari 35 jenis

obat tersebut sesuai kebutuhan sebesar 100%. Jumlah pemakaian obat

terbanyak selama tahun 2010 lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 42.

4.1.14 Penanggulangan Wabah Skala Kota

Selama tahun 2010 Kota Mojokerto terjadi wabah Kejadian Luar Biasa

(KLB) di 5 Kelurahan yang ditangani kurang dari 24 jam, terdiri dari KLB AFP

sebanyak 3 kasus di kelurahan Surodinawan, Balongsari dan Miji serta KLB

Dipteri sebanyak 1 kasus di kelurahan Meri.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

50

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab V

Situasi SUMBER DAYA kesehatan

5.1. TENAGA KESEHATAN

Dalam pembangunan kesehatan, faktor penggerak utama adalah SDM

(Sumber Daya Manusia). SDM kesehatan yang berkualitas menentukan

keberhasilan dari seluruh proses pembangunan tersebut. Pada tahun 2010, jumlah

tenaga kesehatan di Kota Mojokerto baik yang berada di instansi pemerintah

maupun swasta seluruhnya sebanyak 1.142 orang. Berdasarkan PP Nomor 32

Tahun 1996, tenaga dikelompokkan dalam 8 kategori yaitu medis, perawat, bidan,

farmasi, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian fisik dan teknisi medis.

Tabel 5.1 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori

di Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber : Subbag. Kepegawaian dan Umum

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa jenis tenaga yang ada di sektor

kesehatan masih didominasi oleh tenaga perawat (50.53%) dan farmasi (14,89%).

Sedangkan bila dilihat dari persebarannya menurut tempat kerja, yang terbanyak

berada di Rumah Sakit (63,75%) dan di Sarana Kesehatan Lain (17,78%).

No Kategori Jumlah %

1. Medis 113 9.89

2. Perawat 577 50.53

3. Bidan 125 10.95

4. Farmasi 170 14.89

5. Kesmas 47 4.12

6. Gizi 23 2.01

7. Keterapian Fisik 11 0.96

8. Teknisi Medis 76 6.65

Total 1,142 100

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

51

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Gambar V.1 Persebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tempat Kerja di Kota Mojokerto Tahun 2010

Sumber : Subbag. Kepegawaian dan Umum

Untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan,

digunakan indikator rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, dengan

pedoman target yang tertulis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2009 – 2014 , maka kondisi SDM kesehatan yang ada di Kota Mojokerto

tampak dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 5.2 Perbandingan Rasio SDM Kesehatan di Kota Mojokerto per

100.000 penduduk Tahun 2010 dengan Standar Indonesia Sehat

2010 dan Renstra Kemenkes

Sumber : Subbag. Kepegawaian dan Umum

No Kategori Jumlah RasioTarget IS

2010

Target

Renstra

1. Dokter Spesialis 28 23.28 6 9

2. Dokter Umum 59 49.06 40 30

3. Dokter Gigi 26 21.62 11 11

4. Perawat 577 479.75 118 158

5. Bidan 125 103.93 100 75

6. Apoteker 170 141.35 10 9

7. Kesmas 33 27.44 40 8

8. Sanitarian 14 11.64 40 10

9. Gizi 23 19.12 22 18

14.97%

63.75%

17.78%

1.23% 2.28%

Puskesmas RS Sarkes Lain Diknakes Dinkes

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

52

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Dari tabel diatas terlihat, bila dibandingkan dengan standar yang tertulis

dalam Renstra Kemenkes, semua jenis tenaga kesehatan yang ada di Kota

Mojokerto telah memenuhi standar rasio, namun bila dibandingkan dengan standar

dalam Indonesia Sehat 2010 terlihat bahwa untuk tenaga Kesehatan Masyarakat

dan Sanitarian masih belum memenuhi standar yang ada.

Namun kebutuhan tenaga dokter spesialis, terutama spesialis anak (Sp.A)

serta spesialis kandungan dan ginekologi (Sp.OG) dari segi kuantitas masih kurang,

karena dokter spesialis ini memiliki peran ganda, selain memberikan pelayanan

spesialis di instansi bekerjanya, juga mempunyai kewajiban pula untuk memberikan

pelayanan dan pembinaan bagi sarana pelayanan lainnya, termasuk di 2 puskesmas

perawatan/PONED yang ada di Kota Mojokerto, yaitu Puskesmas Kedundung dan

Blooto.

5.2. SARANA DAN PRASARANA

Selain ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualifikasi yang

cukup, diperlukan juga dukungan sarana dan prasarana yang memadai agar

pelaksanaan pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan baik. Situasi sarana

kesehatan di Kota Mojokerto pada tahun 2010 akan diuraikan sebagai berikut.

5.2.1. Puskesmas dan Jaringannya

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan

Kota Mojokerto yang berada di wilayah kecamatan, yang melaksanakan

tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Pada tahun 2010 di Kota

Mojokerto telah terdapat 5 Puskesmas yang tersebar di 2 Kecamatan. 3

Puskesmas berada di wilayah Kecamatan Magersari, yaitu Puskesmas

Kedundung, Puskesmas Gedongan dan Puskesmas Wates. Dua puskesmas

lain masing-masing berlokasi di Kecamatan Prajurit Kulon yaitu Puskesmas

Blooto dan Puskesmas Mentikan.

Selain mempunyai tugas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat, utamanya untuk upaya promotif dan preventif, masing-

masing Puskesmas yang ada di Kota Mojokerto sudah mulai

mengembangkan inovasi layanan yang spesifik.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

53

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Puskesmas Kedundung mempunyai pengembangan pelayanan Rawat

Inap dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (PONED) serta

layanan Unit Gawat Darurat (UGD) karena berada di tepi jalan raya

penghubung antar kota/propinsi (by pass). Puskesmas Gedongan diarahkan

untuk pengembangan layanan kesehatan jiwa dan lanjut usia. Puskesmas

Wates, meskipun masih dalam tahap pembangunan, sudah mulai diarahkan

untuk dikembangkan menjadi Puskesmas layanan indera dan juga layanan

untuk lanjut usia.

Puskesmas Blooto, sebagaimana halnya dengan Puskesmas

Kedundung, mempunyai pengembangan pelayanan Rawat Inap dan

Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (PONED). Sedangkan

Puskesmas Mentikan, karena lokasinya yang berdekatan dengan daerah

Lokalisasi, pelayanannya dikembangkan untuk menangani masalah –

masalah IMS.

Idealnya, 1 puskesmas mampu menjangkau dan memberikan

pelayanan terhadap 30.000 penduduk. Di tahun 2010, dengan jumlah

penduduk sebesar 120.271 jiwa, maka rasio puskesmas yang ada di Kota

Mojokerto terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 24.054. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa Puskesmas yang ada di Kota Mojokerto telah

memenuhi target jangkauan pelayanan.

Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas,dikembangkan

puskesmas pembantu (Pustu) yang seluruhnya berjumlah 14 buah, serta

terdapat sarana puskesmas keliling roda empat sebanyak 6 unit yang dapat

menjangkau seluruh daerah di wilayah Kota Mojokerto.

5.2.2. Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bergerak

dalam upaya kuratif dan rehabilitatif serta merupakan sarana pelayanan

rujukan dari Puskesmas. Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kota Mojokerto

pada tahun 2010 sebanyak 7 rumah sakit, yaitu RSU. Wahidin Sudirohusodo,

RS. DKT. Dr. Hadiono Singgih, RS. Gatoel, RSI. Hasanah, RS. Rekso

Waluyo, RS. Emma dan RS. Kamar Medika, dengan jumlah tempat tidur

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

54

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

pasien seluruhnya sebanyak 534 TT. Jumlah tempat tidur terbanyak ada di

RS. Gatoel (135 TT) dan RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo (125 TT).

Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan di Rumah Sakit

antara lain melalui BOR, TOI, ALOS, GDR dan NDR.

a. Bed Occupacy Rate (BOR)

BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya

pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit, idealnya berkisar 60% – 85%.

Tahun 2010, hanya 2 Rumah Sakit yang belum memenuhi kisaran ideal

tersebut, yaitu RS. DKT Hadiono Singgih (35,76%) dan RS. Kamar Medika

(36,25%).

b. Turn Over Interval (TOI)

TOI digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur, idealnya berkisar 1 – 3 hari. TOI sebagian besar rumah sakit

di Kota Mojokerto berada dalam kisaran 1 – 3 hari, hanya RS. DKT

Hadiono Singgih dan RS. Kamar Medika yang berada dalam kisaran > 5

hari.

c. Average Length Of Stay (ALOS)

ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata – rata lama waktu pasien

mendapat perawatan, idealnya < 9 hari. ALOS untuk seluruh Rumah Sakit

yang ada di Kota Mojokerto tahun 2010 berkisar < 5 hari.

Tabel 5.3 Indikator Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Kota Mojokerto Tahun 2010

No. Nama RS Jumlah

TT BOR ALOS TOI GDR NDR

1 RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo

125 68.21 4.76 2.22 3.36 3.36

2 RS. DKT Dr. Hadiono Singgih

24 35.76 3.10 5.57 2.97 1.98

3 RS. Gatoel 135 72.23 4.78 1.84 3.36 2.28

4 RSI. Hasanah 90 73.56 3.12 1.12 4.26 1.81

5 RS. Reksa Waluya 75 60.12 4.13 2.74 4.52 2.26

6 RS. Emma 51 63.25 3.80 2.21 3.55 1.61

7 RS. Kamar Medika 34 36.25 3.60 6.33 3.20 1.60

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

55

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

5.2.3. Sarana Kesehatan Lain

Selain Puskesmas dan Rumah Sakit, masih terdapat sarana kesehatan

lain yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

terdiri atas 13 unit Balai Pengobatan/Klinik, 3 unit Rumah Bersalin dan 1 unit

Klinik Rawat Inap, yang seluruhnya dikelola oleh pihak swasta.

Pelayanan kesehatan di Mojokerto masih ditambah lagi dengan

adanya praktek dokter bersama sebanyak 2 buah, dokter praktek swasta

perorangan sebanyak 34 orang serta 2 tempat dokter praktek bersama.

5.2.4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Berbagai upaya telah dikembangkan untuk meningkatkan cakupan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk dengan memanfaatkan

potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat antara lain melalui

Posyandu, Poskesdes dan Desa Siaga.

Gambar V.2 Strata Posyandu di Kota Mojokerto Tahun 2008 – 2010

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pratama Madya Purnama Mandiri

14

63

74

9

21

49

76

1420

47

81

12

J

u

m

l

a

h

2008 2009 2010

Sumber : Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

56

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu

dikelompokan dalam 4 strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.

Jumlah seluruh Posyandu yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 160 buah,

dengan rasio terhadap kelurahan sebesar 1 : 8,9 atau dengan kata lain dalam

1 kelurahan terdapat 8-9 posyandu. Sebagian besar posyandu yang ada

sudah berstrata Purnama (50,63%) dan Madya (29,38%)

Dari gambar diatas terlihat adanya penurunan dari tahun ke tahun

pada strata madya dan peningkatan pada strata purnama, hingga pada tahun

2010 mencapai jumlah 81 buah atau 50,63% dari 160 posyandu yang ada,

yang berarti telah mencapai target nasional sebesar 40%.

Selain posyandu, sumberdaya yang ada di masyarakat yang bisa

didayagunakan adalah Poskesdes. Sebuah desa/kelurahan yang telah

memiliki 1 poskesdes bisa dikatakan sebagai Desa/Kelurahan Siaga, yaitu

desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan serta kemauan dan

kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana

dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. 18 Kelurahan yang ada di

Kota Mojokerto telah dinyatakan sebagai Kelurahan Siaga, karena seluruhnya

telah memiliki Poskesdes yang sebagian besar telah berstrata Purnama

(83,33%), dengan strata Kelurahan Siaga Tumbuh (66,67%) dan Kembang

(33,33%).

5.3. ANGGARAN

Anggaran Kesehatan di Kota Mojokerto terbesar berasal dari APBD II

(97,86%) dengan persentase 23,23% dari keseluruhan APBD II yang tersedia,

persentase ini jauh meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya

4,44%. Anggaran kesehatan tersebut dialokasikan terbesar untuk pembiayaan

program dan kegiatan di Rumah Sakit (81,18%) dan sisanya dialokasikan untuk

pembiayaan program dan kegiatan di Dinas Kesehatan (18,82%).

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

57

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010

Bab Vi

PENUTUP

Penyusunan Profil Kesehatan sebagai salah satu instrumen dalam Sistem

Informasi Kesehatan Daerah disadari maupun tidak, memegang peranan penting

bagi semua pihak yang terlibat dalam pembangunan. Hal ini karena data dan

informasi merupakan sumber daya strategis bagi organisasi maupun individu dalam

menjalankan sistem manajemen yaitu dalam proses perencanaan sampai

pengambilan keputusan.

Namun sangat disadari bahwa sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan akan

data dan informasi kesehatan yang valid dan akurat. Akan tetapi dari seluruh

pemaparan dalam profil kesehatan ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran secara

umum akan situasi dan kondisi Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto selama

tahun 2010. Implikasi yang diharapkan setelah mengetahui gambaran umum situasi

kesehatan Kota Mojokerto, dapat dipergunakan sebagai masukan, terutama bagi

pembuat kebijakan untuk melakukan perencanaan yang lebih tepat sasaran

sehingga pencapaian pembangunan kesehatan di tahun-tahun mendatang dapat

lebih baik dari pencapaiannya saat ini.

Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian dari pencapaian pembangunan

kesehatan pada tahun 2010 diantaranya adalah perlunya peningkatan koordinasi

lintas program dan lintas sektor untuk mempercepat pencapaian tujuan

pembangunan kesehatan serta advokasi yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah

Kota Mojokerto untuk masalah pembiayaan kesehatan agar dapat lebih ditingkatkan.

Selain itu, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

juga masih sangat perlu untuk ditingkatkan pelaksanaannya.