Agen Kopi Green Pelangsing, Grosir Kopi Ijo Waris, Grosir Kopi Ijo Kediri
DINAMIKA SOSIAL-BUDAYA PETANI KOPI DESA BADEAN...
Transcript of DINAMIKA SOSIAL-BUDAYA PETANI KOPI DESA BADEAN...
i
DINAMIKA SOSIAL-BUDAYA PETANI KOPI DESA BADEAN
KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2000-2017
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Muhardin
NIM 140210302038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Penegasan Judul .................................................................................................. 4
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9
BAB 3.METODE PENELITIAN ............................................................................. 14
3.1 Prosedur Penelitian ............................................................................................ 14
3.2 Sumber Penelitian .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
LAMPIRAN ............................................................................................................... 20
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh
dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan
daya tarik kopi terhadap dunia, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta
didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ditjen
Perkebunan. 2016:1). Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kopi di
dunia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai
U$$ 588.329.553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai U$$ 9.740.453.00
(Prastowo. 2010:1). Ditinjau dari segi produksinya, Indonesia menempati urutan
ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Keadaan ini terjadi karena produktivitas kopi
Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam. Rendahnya produktivitas
kopi Indonesia karena sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat dengan
keterbatasan modal dan akses terhadap tekonologi (Wibowo: 2013:1).
Tanaman kopi di Indonesia sebagian besar (96 %) di usahakan petani kecil
(perkebunan rakyat), sisanya diusahakan oleh pemerintah (perkebunan negara) dan
swasta besar. Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang
sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Berdasarkan data dari dinas
perkebunan Jawa Timur diketahui bahwa kabupaten Jember merupakan sentra
budidaya kopi robusta rakyat terbesar kedua setelah Kabupaten Malang. Dari 31
kecamatan yang berada di kabupaten Jember, 9 kecamatan merupakan daerah
penghasil kopi, yaitu, Kecamatan Silo, Jelbuk, Sumberjambe, Ledokombo, Panti,
Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, dan Sukorambi (Prastowo dkk. 2010:116).
Perkebunan kopi merupakan tempat tinggal dan sumber mata pencaharian
bagi sebagian masyarakat. Masyarakat di perkebunan kopi memiliki interaksi yang
erat antara sesamanya di lingkungan tempat tinggalnya, sehingga terdapat sosial
budaya khas yang berkembang. Fokus budaya masyarakat diperkebunan kopi dapat
berupa nilai-nilai keagamaan, ekonomi, ideologi, seni dan sebagainya yang terkait
2
dengan kehidupan di perkebunan. Sosial budaya yang ada diperkebunan kopi selalu
berkembang dan berubah dinamis seiring berbagai perubahan yang terjadi pada
masyarakat maupun diperkebunan kopi (Arifandi. 2013:2)
Salah satu perkebunan kopi rakyat di kabupaten Jember terdapat di desa
Badean kecamatan Bangsalasari yang terletak di wilayah lereng pegunungan
Argopuro. Dari hasil wawancara peneliti diketahui bahwa lahan perkebunan di desa
Badean sebagian besar merupakan milik Perhutani, sedangkan sebagian kecil
merupakan lahan kepemilikan sendiri. Dalam mengelola lahan perhutani, masyarakat
desa Badean boleh mengelola lahan atau menanaminya dengan tanam kopi dengan
syarat harus membayar target kepada pihak Perhutani atau semacam sewa atau bagi
hasil dalam bentuk kopi yang sudah diolah (Wawancara dengan bapak Tarmusin
tanggal 24 Januari 2018), selain itu dalam hal tenaga kerja dalam mengelola
perkebunan, berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti, masyarakat desa
Badean masih menggunakan pola hubungan kekeluargaan serta juga menggunakan
tenaga kerja dari desa Badean dalam mengelola perkebunan kopi.
Sebagian petani kopi desa Badean sebelum membuka perkebunan kopi
menggunakan lahan Perhutani merupakan buruh di perkebunan Widodaren. Tetapi
setelah lama bekerja di perkebunan Widodaren dan telah mendapat pengetahuan
tentang budidaya kopi, petani kopi desa Badean mulai membuka lahan kebun kopi
sendiri dilahan milik pribadi. Selain itu, pembukaan lahan perkebunan kopi di desa
Badean bermula dari adanya pelatihan tentang budidaya tanaman kopi dari Puslit
Kakao dan Kopi Jember. Pada saat pelatihan dari Puslit Kakao dan Kopi Jember,
banyak buruh perkebunan Widodaren yang mengikuti kegiatan pelatihan budidaya
tanaman kopi tersebut. Dari pelatihan Puslit itu masyarakat mendapat pengetahuan
membudidayakan kopi, seperti cara membuat jarak antar tanaman kopi, cara
menyambung, pemangkasan halus maupun pemangkasan kasar, dan lain-lain. Setelah
mendapat pelatihan dari Puslit Jember banyak buruh perkebunan Widodaren yang
3
memilih berhenti bekerja dari perkebunan Widodaren dan mengembangkan usaha
tani kopi di desa Badean (Wawancara bapak Hariyanto pada Juli 2017).
Puncak dari penanaman tanaman kopi di lahan Perhutani di desa Badean sejak
adanya fatwa dari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menyatakan “hutan
milik rakyat”. Dengan adanya fatwa tersebut telah membuka jalan bagi masyarakat
desa Badean untuk menanam tanaman kopi di lahan milik Perhutani dengan cara
sistem sewa atau bagi hasil setiap musim panen kepada pihak Perhutani. Pada tahun
1980 sampai akhir tahun 1999 sebelum adanya pembukaan lahan Perhutani,
masyarakat desa Badean membudidayakan tanaman kopi di sekitar pekarangan
rumah dan hidup dalam taraf perekonomian yangn terbilang rendah dan masih
menggunakan peralatan produksi perkebunan tradisonal serta masih tertinggal dari
teknologi perkebunan dari daerah lain (wawancara dengan bapak Sakur pada Mei
2018).
Munculnya perkebunan kopi rakyat di desa Badean telah menciptakan sosial-
budaya tersendiri dilingkungan perkebunan kopi. Sosial-budaya dilingkungan
perkebuan kopi tercipta melalui interaksi sosial masyarakat setempat. Dalam
kehidupan petani kopi desa Badean interaksi sosial-budaya masyarakat desa Badean
masih tertanam kuta antar sesama petani maupun dengan tenaga kerja perkebunan.
Hal itu tidak lepas dari latar belakang masyarakat desa Badean yang kebanyakan
berasal dari etnis Madura dan sebagian kecil dari etnis Jawa. Dalam hal kepercayaan
atau agama masyarakat desa Badean mayoritas menganut agama Islam. Sistem
kepercayaan dalam kehidupan masyarakat desa Badean berpengaruh terhadap nilai
budaya masyarakat setempat, hal itu diketahui dengan masih adanya sebagian
masyarakat desa Badean yang menyertakan ritual atau semacam selamatan sebelum
panen kopi, walaupun ada juga masyarakat desa Badean yang tidak menyertakan
ritual atau selamatan terutama menjelang masa panen kopi.
Dalam hal budidaya kopi masyarakat desa Badean masih ada yang
menggunakan cara tradisional dan sudah banyak yang mengembangkan cara-cara
4
modern. Jenis kopi yang dibudidayakan masyarakat desa Badean adalah jenis kopi
Robusta. Untuk penggunaan bibit tanaman kopi, sebagian masyarakat desa Badean
masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan cara mengambil bibit yang
tumbuh dibawah pohon kopi, terutama bibit tanaman kopi yang berasal di
Perkebunan Widodaren. Untuk pembiakan tanaman kopi masyarakat desa Badean
telah menerapkan cara meodern, yaitu menggunakan teknik sambung atau stek.
Sedangkan untuk pengolahan kopi pasca panen, masyarakat desa Badean
menggunakan cara pengolahan kering, yaitu dengan cara menjemur kopi di halaman
rumah menggunakan lantai semen, terpal maupun menggunakan gedek ataupun
plastik, sebelumnya kopi yang masih berbentuk gelondongan dikupas terlebih dahulu
menggunakan mesin Huller sebelum dijemur. Proses pengolahan kopi setelah panen
mulai dari penjemuran hingga pemisahan kulit ari kopi menjadi biji kopi atau beras
kopi biasanya memakan waktu lebih kurang 2 minggu, hal itu juga tergantung pada
cuaca apabila mendukung selama penjemuran atau pengeringan kopi (Wawancara
dengan Bapak Sakur pada Mei 2018).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Dinamika Sosial-Budaya Petani Kopi Desa Badean Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember (2000-2017)”.
1.2 Penegasan Judul
Penegasan judul dalam subbab ini bertujuan untuk memperjelas dan untuk
menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan penelitian ini. Judul penelitian ini
adalah “Dinamika Sosial-Budaya Petani Kopi Desa Badean Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember Tahun 2001-2017”.
Dinamika adalah gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan tata hidup masyarakat yang
bersangkutan atau juga diartikan bahwa dinamika sosial adalah gerak masyarakat
secara terus menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat.
5
Idrus (1996:144) mengartikan dinamika adalah sifat atau tabiat yang bertenaga atau
berkemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Sedangkan Santoso (1999:9)
mengartikan dinamika sebagai tingkah laku warga yang secara langsung
mempengaruhi warga lain secara timbal balik atau adanya interkasi dan
interdepedensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota lain secara timbal
balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Sehingga
mengakibatkan terjadi perubahan secara terus-menerus dalam masyarakat atau
kelompok tersebut.
Sosial budaya mencakup arti yang luas dalam aspek kehidupan masyarakat.
Sosial budaya diartikan sebagai totalitas tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia
yang merupakan manifestasi dari karya, rasa dan cipta di dalam kehidupan
bermasyarakat. Sehingga dalam hal ini, pengertian sosial budaya mencakup dari dua
segi utama kehidupan manusia, yaitu:
(1) segi kemasyarakatan
Manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerjasama
dengan sesama manusia. Pengertian kemasyarakatan pada hakikatnya
adalah merupakan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang
mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan dan
solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.
(2) segi kebudayaan
kebudayaan merupakan totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak
dalam tingkah laku yang terlembagakan. Hakikat budaya adalah adalah
sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa
dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan
kekuataan pendukung dan penggerak kehidupan. Fokus budaya dapat
berupa nilai dan norma religius, ekonomi, atau nilai sosial budaya lainnya,
seperti ilmu pengetahuan dan teknologi (Sudibyo, dkk. 2013:7-8).
6
Petani dapat di definisikan orang yang bekerja memanfaatkan sumber daya
alam yang ada untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber
energi dan juga mengelola lingkungan hidup guna memenuhi kebutuhan hidup
dengan menggunakan peralatan yang bersifat tradisional maupun modern. Petani kopi
desa Badean kecamatan Bangsalsari dapat diartikan sekelompok manusia yang
tinggal dilingkungan di desa Badean kecamatan Bangsalsari yang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengelola alam dalam bentuk berkebun
kopi.
Berdasarkan beberapa kata kunci yang telah dijelaskan di atas, Dinamika
sosial budaya petani kopi desa Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember
(2000-2017) diartikan gerak atau kekuatan yang secara terus menerus sehingga
menghasilkan perubahan dan perkembangan sosial-budaya seperti religius sistem
pengetahuan, dan teknologi dalam kehidupan petani kopi desa Badean tahun 2000-
2017. Indikator sosial-budaya petani kopi desa Badean dalam penelitan ini, yaitu
nilai-nilai gotong royong, sistem kekerabatan, serta juga pola hubungan antara
sesama petani kopi, petani dengan buruh, petani dengan pengepul, dan juga nilai
religius atau sistem kepercayaan yang terkait dengan kehidupan diperkebunan kopi
desa Badean.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penetapan ruang lingkup penelitian bertujuan memberikan batasan agar suatu
penelitian tidak menyimpang dari fokus permasalahan, baik menyangkut waktu
(temporal), tempat (spasial), maupun fokus atau inti kajian yang diteliti.
Ruang lingkup waktu (temporal) penelitian ini adalah antara tahun 2000-2017.
Tahun 2000 digunakan sebagai tahun awal penelitian karena masyarakat desa Badean
melakukan pembukaan lahan Perhutani menjadi perkebunan kopi dimulai sejak tahun
2000 tersebut, tepatnya setelah ada fatwa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
yang menyatakan “hutan untuk rakyat”, sebab sebelum tahun 2000 masyarakat desa
7
Badean masih membudidayakan kopi di lahan milik sendiri, terutama di sekitar
pekarangan rumah dan luas lahannya sangatlah terbatas serta tidak semua masyarakat
yang membudidayakan tanaman kopi. Sedangkan tahun 2017 dijadikan tahun akhir
penelitian dikarenakan peneliti mengumpulkan data informasi melalui observasi dan
wawancara dimulai sejak tahun 2017.
Ruang lingkup tempat (spasial) dalam penelitian ini adalah desa Badean
Kecamtan Bangsalsari kabupaten Jember, sedangkan untuk data pendukung ada
beberapa tempat yang akan didatangi peneliti, diantaranya Dinas Perkebunan
Kabupaten Jember, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, kantor kepala desa Badean, dan
kantor kecamatan Bangsalsari
Ruang lingkup kajian dalam penelitian ini fokus mengkaji Dinamika sosial
budaya petani kopi desa Badean. Sosial budaya dalam penelitian ini membahas
kebiasaan atau nilai yang berlaku dalam kehidupan petani kopi desa Badean berupa
nilai-nilai seperti gotong royong, sistem kekerabatan, serta juga pola
hubungananatara petani kopi dengan petani kopi, petani dengan buruh, petani dengan
pengepul, dan juga nilai religius atau sistem kepercayaan yang terkait dengan
kehidupan diperkebunan kopi desa Badean.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1) Bagaimana latar belakang munculnya perkebunan kopi rakyat di desa Badean
Kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Tahun 2000?
2) Bagaimana aspek sosial-budaya pola hubungan kerja petani dalam budidaya kopi
di desa Badean Bangsalsari kabupaten Jember tahun 2000-2017?
8
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui latar belakang munculnya perkebunan kopi rakyat di desa
Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember.
2) Untuk mengetahui aspek sosial-budaya pola hubungan kerja petani dalam
budidaya kopi desa Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember Tahun
2000-2017.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan sesuai dengan sasaran yang
telah direncanakan penulis. Adapun manfaat diharapkan dari penulisan skripsi ini
sebagai berikut:
1) Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang koleksi tentang perkebunan
kopi rakyat yang ada kabupaten Jember.
2) Bagi pihak pemerintah kabupaten Jember, penelitian ini diharapkan bisa
menjadi bahan referensi dalam mengambil kebijakan mengenai perkebunan
kopi rakyat.
3) Bagi penulis penelitian ini sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama
dibangku perkuliahan.
4) Bagi pembaca dan masyarakat luas, dapat dijadikan bahan referensi untuk
mengetahui kehidupan petani kopi di kabupaten Jember.
9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini akan mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang
terkait dan mendukung dengan pembahasan kajian yang akan peneliti tulis, yaitu
“Dinamika Sosial-Budaya Petani Kopi Desa Badean Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember (1990-2017). Dalam bab tinjauan pustaka ini peneliti akan
mengungkapkan penelitian yang memiliki hubungan keterkaitan dengan pembahasan
peneliti dan mengungkapkan perbedaan dengan penelitian terdahulu, serta juga dalam
bab ini, peneliti akan mengungkapkan pendekatan dan teori yang akan digunakan
penulis dalam penelitian ini.
Penelitian tentang Dinamika sosial-budaya petani kopi desa Badean maupun
di kecamatan Bangsalsari berdasarkan penelusuran peneliti belum ada yang mengkaji
atau meneliti. Tetapi ada beberapa penelitian berkaitan dengan fokus kajian peneliti,
terutama mengenai perkebunan kopi rakyat di daerah Jember. Penelitian tersebut
adalah Executive Summary Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas
Jember yang berjudul “Kajian Sosial-Budaya dan Perekonomian di Perkebunan
Kopi”. Penelitian ini mengkaji sejarah perkembangan perkebunan kopi dari masa ke
masa dan perannya dalam perkembangan bangsa Indonesia, lebih khususnya di ujung
timur Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini menyatakan, bahwa sejarah
perkembangan perkebunan kopi di Jawa Timur terkait dengan perkebunan komersial
dan kapitalistik yang diterapkan oleh pemerintah kolonial (Belanda dan Jepang)
terhadap Negara jajahan, sosial budaya di perkebunan kopi BUMN/PDP umumnya
masih mempertahankan budaya masyarakat lokal dengan menyertakan ritual-ritual
budaya lokal untuk setiap kegiatan mulai dari petik sampai panen. Kegiataan budaya
tersebut terkait dengan kepentingan perusahaan guna mempertahankan
kesinambungan aktivitas produksi dalam hubungannya dengan ketenaga kerjaan dan
keamanan. Sosial budaya masyarakat perkebunan kopi antara lain ditunjukkan
dengan mempertahankan kesenian. Kesenian itu menjadi sakral yang penuh dengan
mitos-mitos. Mitos yang berkembang di masyarakat adalah keinginan seseorang pasti
10
tercapai apabila memiliki nazar untuk mengadakan hiburan tersebut di kemudian hari
ketika keinginannya sudah tercapai. Teknologi budidaya kopi pada perkebunan
BUMN, swasta dan PDP selama ini belum semuanya mengikuti panduan teknologi
GAP (Good Agricultural Practices) yang dikeluarkan oleh Pusat penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia di Jember. Secara umumnya rakyat belum melaksanakan GAP,
sehingga produksi dan kualitas kopi yang dihasilkan masih rendah, dan pada
umumnya para pekebun masih lemah dalam permodalan dan penguasaan ilmu dan
teknologi serta belum adanya kelembagaan yang memadai untuk meningkatkan posisi
tawar pada perdagangan kopi baik lokal maupun regional ( Josi Ali Arifandi, dkk.
2013). Penelitian ini memberikan gambaran kepada peneliti tentang salah satu aspek
sosial budaya dalam kehidupan masyarakat diperkebunan kopi yaitu aspek
kepercayaan atau religius yang masih mempertahankan budaya lokal berupa ritual-
ritual dari mulai petik sampai panen kopi dan juga tentang teknologi budidaya kopi
diperkebunan kopi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan
diteliti peneliti, terutama tempat atau lokasi penelitian.
Selanjutnya skripsi yang berjudul “Perkembangan Perkebunan Kopi Rakyat
Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember Pada Tahun 2004-2013” yang
ditulis oleh Zainur Rahman mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Jember. Skripsi membahas tentang latar belakang adanya perkebunan
kopi rakyat di Desa Sidomulyo dan perkembangan perkebunan kopi rakyat di Desa
Sidomulyo pada tahun 2004-2013, serta pengaruh perkebunan kopi rakyat terhadap
kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat di desa Sidomulyo. Diketahui
dari hasil dari penelitian ini bahwa pertama kali pembukaan perkebunan kopi rakyat
di desa Sidomulyo dilatarbelakangi oleh pemikiran masyarakat setempat untuk
membuka kebun kopi. Pemikiran tersebut muncul karena desa Sidomulyo sejak tahun
1965 penduduk disana sudah mengenal tanaman kopi, sehingga tanaman kopi masih
menjadi tanaman turunan. Kemudian pada tahun 1999 penduduk Desa Sidomulyo
membuka lahan perhutani. Pengaruh bidang ekonomi terhadap masyarakat desa
11
Sidomulyo yaitu menciptakan lapangan pekerjaan dan berdampak positif untuk
perekonomian masyarakat desa Sidomulyo untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dibidang sosial, adanya peningkatan jumlah fasilitas pendidikan baik formal maupun
formal, dan dibidang lingkungan adanya perkebunan kopi rakyat dapat mengurangi
erosi, menambah kesuburan tanah, tidak ada lagi kebakaran hutan ataupun
penebangan liar. Selain membuka lapangan pekerjaan yang mengurangi
pengangguran bagi masyarakat, hadirnya perkebunan kopi telah membentuk sosial
budaya bagi masyarakat Sidomulyo, seperti adanya tolong menolong antara pemilik
kebun dengan buruh kebun. Hubungan tolong menolong itu di dasarkan pada sifat
saling membutuhkan antara kedua belah pihak (Zainur Rahman. 2016). Penelitian ini
memberikan gambaran kepada peneliti tentang perubahan dan perkembangan
kehidupan petani kopi setelah dibukanya lahan Perhutani bagi masyarakat.
Perubahann dalam kehidupan masyarakat perkebunan setelah adanya pembukaan
lahan Perhutani telah membuka lahan pekerjaan yang dapat mengurangi
pengangguran dan meningkatan kehidupan sosial, serta penelitian ini juga
memberikan gambaran tentang aspek sosial budaya yang tercipta dalam kehidupan
petani kopi, seperti pola hubungan tolong menolong dan kekerabatan dalam tenaga
kerja. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti peneliti,
yaitu berupa tempat atau lokasi penelitian.
Penelitian selanjutnya, berjudul “Kehidupan Sosial Budaya Dalam Kaitannya
Dengan Perilaku Ekonomi Masyarakat Nelayan” (Studi Kemiskinan Di Kelurahan
Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal) yang ditulis oleh Riski Apriani
mahasiswa jurusan Sosiologi dan Antropologi Universitas Negeri Semarang. Dalam
penelitian ini kehidupan sosial budaya nelayan Muarareja meliputi sistem gotong
royong, sistem hubungan kekeluargaan dan kekerabatan, dan sistem kepercayaan.
Aspek gotong royong atau tolong menolong berupa kerjasama antara nelayan pemilik
dengan nelayan buruh. Dalam hal ini nilai tolong menolong terlihat dengan adanya
hubungan timbal balik antara buruh dengan nelayan pemilik dalam peminjaman
12
modal untuk kegiatan penangkapan ikan. Sebagai ganti telah diberi pinjaman modal
dari nelayan pemilik, nelayan buruh memberikan jasanya dengan menangkap ikan di
laut. Adanya hal tersebut secara tidak langsung telah menanam nilai gotong royong
serta tolong menolong dalam kehidupan masyarakat Muarareja. Kedua, sosial budaya
dalam penelitian ini tentang sistem hubungan kekeluargaan dan kekerabatan
masyarakat Muarareja masih memiliki hubungan atau tali persaudaraan yaitu adanya
hubungan sedarah melalui ikatan perkawinan. Hubungan kekeluargaan ini semakin
erat, hal itu terlihat dalam hal perekrutan nelayan buruh masyarakat Muarareja lebih
mengutamakan keluarga dan kerabat terdekat. Ketiga sosial budaya penelitian ini
berupa sistem kepercayaan. Dalam kehidupan masyarakat Muarareja terdapat
pedoman dalam menjalani kehidupan, seperti masyarakat Muarareja dilarang melaut
pada sabtu legi, sebelum melaut nelayan dilarang bertengkar dengan keluarga atau
kerabat sebelum melaut. Selain itu nelayan Muarareja juga melakukan upacara
sedakah laut. Upacar sedekah laut bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar kegiatan melaut dapat mendatangkan rezeki yang melimpah.
Upacara sedekah laut diadakan setiap setahun sekali, yaitu pada bulan “sapar”
(menurut kalender Jawa), menurut kalender nasional waktunya senantiasa berubah
(Riski Apriani. 2009). Penelitian ini memberikan gambaran aspek sosial budaya yang
akan di kaji peneliti, terutama aspek sosial budaya gotong royong, sistem
kekeluargaan, dan sistem kepercayaan, walaupun memiliki perbedaan dalam hal
objek kajiannya, yaitu antara nelayan dengan petani kopi, tetapi memiliki kesamaan
dalam konsep sosial budaya.
Penelitian-penelitian terdahulu diatas merupakan penelitian yang
memberikan gambaran tentang sosial budaya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah diuraikan diatas, maka peneliti menempatkan penelitian ini sebagai penelitian
eksploratif dengan judul Dinamika Sosial-Budaya Petani Kopi Desa Badean
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun 2000-2017.
13
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi budaya
berdasasarkan pokok kajian yang akan diteliti. Antropologi budaya merupakan
cabang dari antropologi yang menyelidiki kebudayaan pada umumnya dan berbagai
kebudayaan pada bangsa di muka bumi, menyelidiki bagaimana manusia mampu
berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaan sepanjang zaman (I Gede A.B
Wiranata. 2012.5). Sedangkan menurut Koentjoroningrat (2002) antropologi budaya
ada keseluruhan sistem gagasan tindakan, dan hasil karya manusia yang didapatkan
dengan cara belajar.
Untuk teori dalam penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial. Selo
Soemardjan mengartikan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soerjono Soekanto. 2009:263). Secara
umum, perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan pola hubungan sosial dan
struktur sosial. Misalnya, berkurangnya sifat gotong royong dalam masyarakat dan
perubahan penilaian terhadap tenaga kerja. Teori ini akan digunakan sebagai landasan
melakukan penelitian dinamika sosial budaya petani kopi desa Badean kecamatan
Bangsalsari kabupaten Jember pada tahun 2000-2017 terutama untuk mengetahui
perubahan sosial budaya dalam kehidupan petani kopi, seperti nilai gotong royong
serta pola hubungan kerja para petani kopi dengan buruh.
14
BAB 3.METODE PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji Dinamika sosial-budaya petani kopi desa Badean
kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember dari tahun 2000-2017. Prosedur penelitian
sejarah ini terdapat empat langkah yang akan dilakukan penulis, yaitu: (1) heuristik,
(2) kritik, (3) interpretasi, (4) historiografi (Gottschalk. 1985:32).
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah heuristik. Pada tahap ini peneliti
mengumpulkan sumber yang relevan dengan penelitian penulis, baik tertulis maupun
tidak tertulis mengenai perkebunan kopi rakyat di desa Badean kecamatan
Bangsalsari kabupaten Jember. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah
mengumpulkan sumber data yang diperoleh dari wawancara dengan bapak Hariyanto,
Tarmusin, dan Sakur dan mencari data dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
kabupaten Jember, serta mengumpulkan sumber tertulis berupa buku, jurnal, dan
artikel yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan. Sumber tertulis tersebut peneliti
peroleh dari berbagai tempat, untuk memperoleh sumber tertulis tersebut penulis
mengunjungi beberapa tempat, yaitu sebagai berikut: Perpustakaan Universitas
Jember, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, kantor desa Badean.
Tahap kedua adalah kritik sumber. Kritik digunakan untuk menguji keaslian
sumber (otensitas). Kritik dibagi menjadi dua macam, autensitas/keaslian sumber
atau kritik ekstern, dan kredibilitas/kebiasaan dipercayai atau kritik intern
(Kuntowijoyo. 2013:77). Peneliti melakukan kritik ekstern terhadap sumber dengan
cara melakukan wawancara langsung kepada masyarakat setempat dan melakukan
pengamatan langsung dilapangan. Selanjutnya peneliti melakukan kritik intern untuk
membuktikan bahwa informasi atau kesaksian yang diberikan masyarakat setempat
dapat dipercaya atau tidak dengan cara membandingkan informasi satu dengan yang
lainnya.
15
Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah interpretasi atau penafsiran. Dalam
penafsiran ini penulis akan memberikan pemaknaan terhadap data dan fakta yang
didapatkan peneliti untuk kemudian ditafsirkan, dibuat hubungan satu sama yang lain,
dan disusun. Data dan fakta sejarah yang telah ditemukan dan dikumpulkan oleh
peneliti tersebut kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai dinamika sosial-budaya petani kopi. Di
dalam tahap interpretasi, masalah mulai dipecahkan dengan mengadakan tafsiran
terhadap makna dan fakta-fakta sejarah yang diseleksi atau disaring, dan setelah itu
menyusun konsepsi dalam kerangka pemikiran untuk penulisan sejarah.
Tahap keempat dalam penelitian ini adalah historiografi. Historiografi
merupakan langkah terakhir penulis menyajikan hasil penelitiannya setelah
melakukan tiga langkah sebelumnya. Historiografi menyempurnakan interpretasi
yang telah disusun secara kronologis menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sesuai
dengan kaidah penulisan karya ilmiah. Pada tahap ini peneliti akan merangkai dan
merekonstruksi fakta-fakta sejarah yang didapat menjadi sebuah tulisan sejarah
dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan indah tanpa mengurangi sifat
keilmiahan tulisan sejarah yang kronologis, logis, dan sistematis.
3.2 Sumber Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sejarah, maka dalam penelitian ini akan
digunakan sumber sejarah. Sumber sajarah dalam penelitian ini berupa sumber lisan,
tertulis, dan visual. Sumber lisan dan tulisan menjadi dua, yaitu sumber primer dan
sumber sekunder (Gottscahlk. 1985:35). Uraian tentang sumber-sumber yang
digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan dibawah ini.
Untuk menjawab rumusan masalah pertama tentang sejarah perkembangan
perkebunan kopi di desa Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember digunakan
sumber tulisan, dokumen dan lisan. Sumber tulisan dalam penelitian ini berupa buku,
diantaranya buku yang berjudul Sejarah Perkebunan Indonesia Kajian Sosial
16
Ekonomi karangan Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Kopi Kajian Sosial-
Ekonomi karangan N.D Retnandari dan Moeljarto Tjokrowinoto, Outlook Kopi
Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan, Budidaya dan Pasca Panen Kopi
karangan Bambang Prastowo dkk. Sumber dokumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen dari pihak kantor desa Badean dan dari kantor
kecamatan Bangsalsari. Sedangkan untuk sumber lisan adalah keterangan dari petani
kopi desa Badean, diantaranya bapak Tarmusin, Harianto, Sakur, dan Santo serta
warga desa Badean yang lainnya.
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua tentang sosial budaya petani
kopi desa Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember peneliti menggunakan
sumber tertulis, lisan, dan pengamatan. Sumber tertulis diantaranya Budidaya dan
Pasca Panen Kopi karangan Bambang Prastowo, Bunga Rampai Ekonomi Kopi editor
Rudi Wibowo, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan karangan
Syamsulbahri, Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal diterbitkan oleh Balai Besar
Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian 2008. Sumber lisan yang digunakan adalah wawancara
dengan petani kopi desa Badean dan sumber pengamatan dengan cara peneliti tinggal
di lingkungan desa Badean sambil mengamati pola budidaya perkebunan kopi di desa
Badean.
Rancangan sistematika dalam penelitian yang berjudul “Dinamika Sosial-
Budaya Petani Kopi Desa Badean Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun
2000-2017” terdiri dari 6 bab, yaitu sebagai berikut:
(1) Bab 1 berisi pendahuluan, dalam bab ini diuraikan mengenani latar
belakang penelitian, yang disertai dengan penegasan judul, ruang lingkup
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
(2) Bab 2 berisi tinjauan pustaka, yaitu review dari penelitian-penelitian
terdahulu yang memiliki kaitan atau hubungan dengan penelitian yang
akan ditulis peneliti dan menunjukkan posisi penulis dalam penelitian,
17
serta juga menjelaskan pendekatan dan teori yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
(3) Bab 3 metodologi penelitian, dalam bab ini diuraikan mengenai langkah-
langkah penulis dalam usaha mendapatkan sumber data untuk penelitian
serta cara peneliti merangkainya menjadi sebuah tulisan sejarah.
(4) Bab 4 latar belakang munculnya perkebunan kopi rakyat desa Badean,
dalam bab ini akan diuraikan faktor geografis, ekomomi, dan pengaruh
perkebunan Widodaren.
(5) Bab 5 Hasil dan Pembahasan, dalam bab ini akan dijelaskan budidaya
perkebunan kopi desa Badean yang meliputi jenis kopi yang ditanam,
penanaman, pemeliharaan, pemupukan, panen, dan pasca panen, serta
pemasaran. Dalam bab ini juga akan diuraikan nilai-nilai hubungan sosial-
budaya yang ada dalam masyarakat desa Badean, baik itu hubungan antara
petani kopi dengan pihak Perhutan maupun hubunga antara pemilik kebun
dengan tenaga kerja.
(6) Bab 6 Penutup, dalam bab ini akan dijelaskan kesimpulan dari hasil
penelitian.
18
DAFTAR PUSTAKA
A.B Wiranata, I Gede. 2012. Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Apriani, Riski. 2009. Kehidupan Sosial Budaya Dalam Kaitannya Dengan Perilaku
Ekonomi Masyarakat Nelayan (Studi Terhadap Kemiskinan di Kelurahan
Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal). Tidak diterbitkan. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Arifandi, J.S. dkk. 2013. Kajian Sosial Budaya dan Perekonomian Masyarakat Di
Perkebunan Kopi. Jember: Lemlit Unej.
Gottschalk, L. 1985. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto.
Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Idrus, H.A. 1996. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha : Surabaya
Koentrjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah Edisi Baru Cetakan I. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Prastowo, B. dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Bogor: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. Outlook Kopi. Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian.
Santoso, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi: Suatu Pengantar Edisi Baru. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sudibyo, L. dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Rahman, Zainur. 2016. Perkembangan Perkebunan Kopi Rakyat Desa Sidomulyo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember Pada Tahun 2004-2013. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Universitas Jember.
19
Wibowo, Rudi. 2013. Bunga Rampai Ekonomi Kopi. Jember: Jember University
Press.
Sumber Lisan:
Wawancara dengan Bapak Hariyanto pada Juli 2017
Wawancara dengan Bapak Tarmusin pada Januari 2018
Wawancara dengan Bapak Sakur pada Mei 2018
20
LAMPIRAN
A. Lampiran Matrik Penelitian
MATRIK PENELITIAN
Topik Judul
Penelitian
Jenis dan
Sifat
Penelitian
Permasalahan Sumber Data Metode Penelitian
1 2 3 4 5 6
Sejarah Sosial-
Budaya
Dinamika
Sosial-Budaya
Petani Kopi
Desa Badean
Kecamatan
Bangsalsari
Kabupaten
Jember Tahun
2000-2017
a. Jenis
Penelitian:
Sejarah
b. Sifat
Penelitian:
Penelitian
Lapangan
1. Apa yang melatar
belakangi munculnya
perkebunan kopi rakyat
di desa Badean
kecamatan Bangsalsari
kabupaten Jember?
2. Bagaimana Kehidupan
Sosial-Budaya Petani
Kopi desa Badean
kecamatan Bangsalsari
kabupaten Jember
tahun 2000-2017?
a. Sumber tertulis:
Buku
b. Sumber Lisan:
- Observasi
- Wawancara
a. Metode
Penelitian,
dengan langkah:
- Pemilihan
Topik
- Heuristik
- Kritik
- Interpretasi
- Historiografi
b. Pendekatan:
Antropologi
Budaya
c. Teori: Perubahan
Sosial