Dinamika sistem pemilu di indonesia

4
1 Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia (1955-2004) Ahsanul Minan SISTEM 1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 Dasar Hukum UU No. 7 tahun 1953 Pemilu UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 (perubahan pertama atas UU nomor 15 tahun 1969), dan PP nomor 1 tahun 1976. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980 (perubahan kedua atas UU nomor 15 tahun 1969), dan PP nomor 41 tahun 1980 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1985 (perubahan ketiga atas UU nomor 15 tahun 1969), PP nomor 43 tahun 1985, PP nomor 37 tahun 1990. PP nomor 10 thun 1995, PP nomor 74 tahun 1996. Kedua PP ini hanya merubah mekanisme pendaftaran pemilih dan kampanye UU nomor 3 tahun 1999, PP nomor 33 tahun 1999 UU nomor 12 tahun 2003 Kepartaian Multi partai Multi partai Multi partai sederhana (fusi 10 partai menjadi 3 organisasi kekuatan social politik partai, yakni PPP, PDI, Golkar) Multi Partai Multi Partai Jenis Pemilu Pemilu anggota Parlemen Pemilu anggota Konstituante 1 Pemilu anggota DPR Pemilu anggota DPRD I (Provinsi) Pemilu anggota DPRD II (Kabupaten) Pemilu anggota DPR dan DPRD Pemilu anggota DPD Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sistem yang digunakan System proporsional sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar Proporsional dengan varian Proporsional Daftar (terbuka) untuk memilih anggota DPR Single Non Transverable Vote (SNTV) untuk memilih anggota DPD Mayoritas/Pluralitas dengan varian Two Round System (Sistem Dua Putaran) utnuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Peserta dan pencalonan Partai politik dan calon perseorangan untuk Pemilu anggota DPR dan anggota Konstituante Peserta Pemilu yang dapat mengajukan calon adalah: Organisasi yang bukan termasuk organisasi terlarang Partai politik Organisasi Golongan Karya Peserta Pemilu yang dapat mengajukan calon adalah: Partai politik Organisasi Golongan Karya Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan DPRD Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan DPRD, dengan penambahan ketentuan tentang keharusan parpol dan Golkar untuk mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan DPRD Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan DPRD Terdapat pengetatan syarat partai politik untuk menjadi peserta pemilu yakni: diakui keberadaannya sesuai dengan Undang-undang tentang Partai Politik; memiliki pengurus di lebih dari 1/2 (setengah) jumlah propinsi di Indonesia; memiliki pengurus di lebih dari 1/2 (setengah) jumlah kabupaten/kotamadya di propinsi Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan DPRD Individu calon anggota DPD Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang dicalonkan oleh Partai Politik Terdapat pengetatan persyaratan parpol untuk dapat menjadi peserta pemilu sebagai berikut: memiliki pengurus lengkap sekurang- kurangnya di 2/3 (dua pertiga) dari seluruh jumlah provinsi; memiliki pengurus lengkap sekurang- kurangnya di 2/3 (dua pertiga) dari jumlah kabupaten/kota di provinsi memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau sekurang-kurangnya 1/1000 (seperseribu) dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai politik; harus mempunyai kantor tetap; Jumlah peserta pemilu 29 Parpol 10 partai politik 3 partai politik 48 partai politik 24 Partai Politik Besaran daerah pemilihan DPR 16 daerah pemilihan berbasis provinsi, namun sebagian merupakan gabungan provinsi, 26 daerah pemilihan berbasis provinsi untuk Pemilu anggota DPR 26 daerah pemilihan berbasis provinsi 27 daerah pemilihan berbasis provinsi (penambahan provinsi Timor Timur) 27 daerah pemilihan berbasis provinsi 27 daerah pemilihan berbasis provinsi 27 daerah pemilihan berbasis provinsi 27 daerah pemilihan berbasis provinsi 69 Daerah Pemilihan yang terdiri atas provinsi atau bagian dari provinsi Kursi yanga diperebutkan 257 kursi DPR 514 kursi konstituante Jumlah anggota DPR adalah 460 dengan perincian: 360 DPR dipilih melalui pemilu; 100 kursi diangkat, 500 kursi DPR 550 kursi DPR 128 kursi DPD Memilih Prsiden dan wakil presiden Jumlah kursi di Daerah Pemilihan Jumlah kursi di daerah pemilihan paling sedikit 6 kursi, dan dapat bertambah berdasarkan perhitungan pembagian sisa kursi yang tersedia dengan memeprhatikan perimbangan dengan jumlah penduduk di daerah pemilihan. Jumlah kursi Anggota DPR untuk setiap Daerah Pemilihan ditetapkan berdasarkan pada jumlah penduduk di Daerah Tingkat I, dengan ketentuan setiap Daerah Tingkat II mendapat sekurang-kurangnya I (satu) kursi ……………. Jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan dapat terdiri atas paling rendah 3 kursi dan paling banyak 12 kursi, yang penentuannya didasarkan pada perimbangan jumlah penduduk 1 Konstituante adalah lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk Undang-Undang Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. Pembentukan UUD baru ini diamanatkan dalam Pasal 134 UUDS 1950.

description

Tabel Perubahan Sistem Pemilu Indonesia 1955-2004

Transcript of Dinamika sistem pemilu di indonesia

Page 1: Dinamika sistem pemilu di indonesia

1

Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia (1955-2004)

Ahsanul Minan

SISTEM 1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 Dasar Hukum UU No. 7 tahun 1953 Pemilu UU No. 15 Tahun 1969 tentang

Pemilu

Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1975 (perubahan pertama atas UU

nomor 15 tahun 1969), dan PP

nomor 1 tahun 1976.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980

(perubahan kedua atas UU nomor 15

tahun 1969), dan PP nomor 41 tahun

1980

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1985 (perubahan ketiga atas UU nomor 15

tahun 1969), PP nomor 43 tahun 1985, PP nomor 37 tahun 1990.

PP nomor 10 thun 1995, PP

nomor 74 tahun 1996. Kedua PP

ini hanya merubah mekanisme

pendaftaran pemilih dan

kampanye

UU nomor 3 tahun 1999, PP nomor 33 tahun

1999

UU nomor 12 tahun 2003

Kepartaian Multi partai Multi partai Multi partai sederhana (fusi 10 partai menjadi 3 organisasi kekuatan social politik partai, yakni PPP, PDI, Golkar) Multi Partai Multi Partai

Jenis Pemilu Pemilu anggota Parlemen

Pemilu anggota

Konstituante 1

Pemilu anggota DPR

Pemilu anggota DPRD I (Provinsi)

Pemilu anggota DPRD II (Kabupaten)

Pemilu anggota DPR dan DPRD

Pemilu anggota DPD

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sistem yang

digunakan

System proporsional sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar Proporsional dengan varian Proporsional

Daftar (terbuka) untuk memilih anggota DPR

Single Non Transverable Vote (SNTV) untuk

memilih anggota DPD

Mayoritas/Pluralitas dengan varian Two

Round System (Sistem Dua Putaran) utnuk

memilih Presiden dan Wakil Presiden

Peserta dan

pencalonan

Partai politik dan calon

perseorangan untuk Pemilu

anggota DPR dan

anggota Konstituante

Peserta Pemilu yang dapat

mengajukan calon adalah:

Organisasi yang bukan termasuk

organisasi terlarang

Partai politik

Organisasi Golongan Karya

Peserta Pemilu yang dapat

mengajukan calon adalah:

Partai politik

Organisasi Golongan Karya

Partai politik untuk Pemilu anggota

DPR dan DPRD

Partai politik untuk Pemilu anggota

DPR dan DPRD, dengan

penambahan ketentuan tentang

keharusan parpol dan Golkar

untuk mencantumkan Pancasila

sebagai satu-satunya asas

Partai politik untuk Pemilu anggota

DPR dan DPRD

Partai politik untuk Pemilu

anggota DPR dan DPRD

Terdapat pengetatan syarat partai politik

untuk menjadi peserta pemilu yakni:

diakui keberadaannya sesuai dengan

Undang-undang tentang Partai Politik;

memiliki pengurus di lebih dari 1/2

(setengah) jumlah propinsi di Indonesia;

memiliki pengurus di lebih dari 1/2

(setengah) jumlah kabupaten/kotamadya di

propinsi

Partai politik untuk Pemilu anggota DPR dan

DPRD

Individu calon anggota DPD

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden

yang dicalonkan oleh Partai Politik

Terdapat pengetatan persyaratan parpol untuk

dapat menjadi peserta pemilu sebagai berikut:

memiliki pengurus lengkap sekurang-

kurangnya di 2/3 (dua pertiga) dari seluruh

jumlah provinsi;

memiliki pengurus lengkap sekurang-

kurangnya di 2/3 (dua pertiga) dari jumlah

kabupaten/kota di provinsi

memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000

(seribu) orang atau sekurang-kurangnya

1/1000 (seperseribu) dari jumlah penduduk

pada setiap kepengurusan partai politik yang

dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai

politik;

harus mempunyai kantor tetap;

Jumlah peserta

pemilu

29 Parpol 10 partai politik 3 partai politik

48 partai politik 24 Partai Politik

Besaran daerah

pemilihan

DPR

16 daerah pemilihan berbasis

provinsi, namun sebagian

merupakan gabungan provinsi,

26 daerah pemilihan berbasis

provinsi untuk Pemilu anggota DPR

26 daerah pemilihan berbasis

provinsi

27 daerah pemilihan berbasis provinsi

(penambahan provinsi Timor Timur)

27 daerah pemilihan berbasis

provinsi

27 daerah pemilihan berbasis

provinsi

27 daerah pemilihan berbasis

provinsi

27 daerah pemilihan berbasis provinsi 69 Daerah Pemilihan yang terdiri atas provinsi

atau bagian dari provinsi

Kursi yanga

diperebutkan

257 kursi DPR

514 kursi konstituante

Jumlah anggota DPR adalah 460 dengan perincian:

360 DPR dipilih melalui pemilu;

100 kursi diangkat,

500 kursi DPR 550 kursi DPR

128 kursi DPD

Memilih Prsiden dan wakil presiden

Jumlah kursi di

Daerah

Pemilihan

Jumlah kursi di daerah

pemilihan paling sedikit 6

kursi, dan dapat bertambah

berdasarkan perhitungan

pembagian sisa kursi yang

tersedia dengan

memeprhatikan perimbangan

dengan jumlah penduduk di

daerah pemilihan.

Jumlah kursi Anggota DPR untuk setiap Daerah Pemilihan ditetapkan berdasarkan pada jumlah penduduk di Daerah Tingkat I, dengan ketentuan setiap Daerah Tingkat II mendapat sekurang-kurangnya I (satu) kursi ……………. Jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan

dapat terdiri atas paling rendah 3 kursi dan

paling banyak 12 kursi, yang penentuannya

didasarkan pada perimbangan jumlah penduduk

1 Konstituante adalah lembaga negara Indonesia yang ditugaskan untuk membentuk Undang-Undang Dasar atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. Pembentukan UUD baru ini diamanatkan dalam Pasal 134 UUDS 1950.

Page 2: Dinamika sistem pemilu di indonesia

2

Syarat Pemilih 18 tahun atau sudah menikah.

tidak sedang dalam keadaan

dipecat dari hak-pilihnya

berdasarkan putusan

pengadilan yang tidak dapat

diubah lagi;

tidak sedang menjalani

hukuman penjara atau

kurungan, termasuk di

dalamnya kurungan pengganti

berdasarkan putusan

pengadilan, yang tidak dapat

diubah lagi,;

nyata-nyata terganggu

ingatannya.

Warganegara Republik Indonesia, yang pada waktu pendaftaran pemilih untuk pemilihan umum sudah genap berumur 17 tahun atau sudah kawin terlebih dulu mempunyai hak memilih.

Warganegara Republik Indonesia bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,termasuk organisasi massanya atau yang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam, Gerakan Kontra Revolusi G.330S/P.K.l." atau organisasi

terlarang lainnya tidak diberi hak untuk memilih dan dipilih

Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;

tidak sedang menjalani pidana penjara atau pidana kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang tidak dapat diubah lagi, karena tindak pidana yang dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya lima tahun.

tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang tidak dapat diubah lagi

Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih.

Warga negara Republik Indonesia yang

selanjutnya disebut warga negara yang pada

waktu pemungutan suara untuk Pemilihan

Umum sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai

hak memilih

nyata-nyata tidak sedang terganggu

jiwa/ingatannya;

tidak sedang menjalani pidana penjara atau

pidana kurungan berdasarkan putusan

Pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hokum tetap, karma tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih;

tidak sedang dicabut hak pilihnya

berdasarkan putusan Pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hokum tetap.

Warga negara Republik Indonesia yang pada

hari pemungutan suara sudah berumur 17

(tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin

mempunyai hak memilih.

nyata-nyata tidak sedang terganggu

jiwa/ingatannya;

tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

System

pendaftaran

pemilih

Pendaftaran pemilih dilakukan

oleh Panitia Pendaftaran

Pemilih

Pendaftar mendatangi rumah-

rumah penduduk untuk mencatat

dari penghuni rumah-rumah itu

nama-nama pemilih

Pemilih

Setiap pemilih berkewajiban

memberitahukan kepada Kepala

Desanya atau Kepala Daerah yang

setingkat dengan Desa atau bagi

mereka yang bertempat tinggal

diluar negeri kepada Kepala

Perwakilan Republik Indonesia

yang bersangkutan, tentang segala

hal yang dapat mengakibatkan

perubahan pada daftar pemilih bagi

dirinya sebagai pemilih.

System stelsel aktif, petugas mendatangi pemilih untuk didaftar. Pengaturan tentang mekansime pendaftaran pemilih lebih lengkap hingga mencakup pendaftaran terhadpa pemilih yang tinggal di

asrama, rumah sakit, penjara, yang tinggal di kediaman perwakialn asing, yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, dan pemilih di luar negeri.

Pada pemilu 1997, ditambahkan pengaturan mekanisme pendafatran pemilih bagi masyarakat yang mengikuti program transmigrasi 2.

Pendaftaran pemilih di tempat yang

ditentukan, dilakukan secara aktif oleh

pemilih dengan menunjukkan Kartu Tanda

Penduduk (KTP) atau bukti diri lainnya

yang sah

Untuk Desa/Kelurahan/UPT yang secara

geografis sulit dijangkau oleh pemilih dan

atau kondisi masyarakatnya masih sulit

berprakarsa untuk mendaftarkan diri. PPS

berkewajiban aktif melakukan pendaftaran

pemilih yang bersangkutan

Pendaftaran pemilih dilakukan oleh petugas

pendaftar pemilih dengan mendatangi

kediaman pemilih dan/atau dapat dilakukan

secara aktif oleh pemilih.

Pendaftaran pemilih bagi warga negara

Republik Indonesia yang berdomisili di luar

negeri dilakukan secara aktif oleh pemilih

dengan mendaftarkan diri ke PPLN setempat

dan/atau dapat dilakukan oleh petugas

pendaftar pemilih.

Penyuaraan Mencoblos satu partai

Menulis nama calon

perseorangan

Pemilih memberikan suaranya kepada suatu organisasi dengan mencoblos salah satu di antara tanda

gambar yang tercantum dalam masing-masing surat suara Memilih satu partai Pemberian suara untuk Pemilu anggota DPR,

DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

dilakukan dengan mencoblos salah satu

tanda gambar Partai Politik Peserta Pemilu

dan mencoblos satu calon dibawah tanda

gambar Partai Politik Peserta Pemilu dalam

surat suara.

Pemberian suara untuk pemilihan anggota

DPD dilakukan dengan mencoblos satu calon

anggota DPD dalam surat suara.

Formula

pembagian

kursi

Pembagian kursi dilakukan

dua tahap:

Tahap 1 Pembagian kursi di

tingkat dapil

Tahap 2, jika masih terdapat

sisa kursi di dapil, maka

ditarik ke tingkat pusat

(nasional)

Kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan

Kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan

Kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan

Penghitungan suara untuk menentukan

perolehan jumlah kursi Partai Politik Peserta

Pemilihan Umum untuk Anggota DPR

didasarkan atas seluruh hasil suara yang

diperoleh Partai Politik tersebut di Daerah

Tingkat I

Sisa suara untuk penetapan Anggota DPR

habis dihitung di tingkat I untuk pembagi

sisa kursi.

Kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan

Tahap

pembagian

kursi

Tahap pertama dilakukan

dengan cara menghitung

jumlah perolehan suara

masing-masing calon dibagi

dengan bilangan pembagi

pemilih yang didapatkan

dari hasil pembagian jumlah

total suara dengan jumlah

calon yang dipilih di daerah

pemilihan tersebut

Tahap kedua dilakukan jika

Tahap Pertama: ditetapkan jumlah wakil yang diperoleh tiap-tiap organisasi dengan cara membagi jumlah suara yang diperoleh suatu organisasi dalam Daerah Tingkat I dengan Bilangan Pembagi Pemilihan yang didapat dengan cara membagi

jumlah suara dengan jumlah anggota DPR yang dipilih dalam Daerah Tingkat I/Daerah Pemilihan yang bersangkutan, dibulatkan ke atas;

Bagi organisasi yang memiliki sisa suara dan menyatakan bergabung dalam pembagian jumlah wakil (stembuss accord), sisa suara dari organisasi yang mengadakan gabungan itu dikumpulkan dan jumlahnya ditetapkan sebagai jumlah sisa

suara bagi gabungan organisasi bersangkutan;

Apabila dengan pembagian tersebut belum semua jumlah wakil untuk suatu Daerah pemilihan terbagi habis, maka sisa jumlah wakil itu dibagikan kepada organisasi yang menyatakan bergabung dalam pembagian jumlah wakil dan

memperoleh wakil sejumlah angka bulat dari hasil pembagian sisa suara bagi gabungan organisasi-organisasi tersebut dengan bilangan pembagi pemilihan (BPP baru), sedangkan bilangan sisa dari hasil pembagian itu merupakan suara sisa

pula bagi gabungan organisasi itu;

Apabila dengan pembagian tingkat kedua ini masih ada jumlah wakil yang belum dibagikan, maka jumlah wakil sisa itu dibagikan satu demi satu berturut-turut, dimulai dengan organisasi yang mempunyai sisa suara yang terbanyak, dengan

pengertian bahwa jumlah sisa suara dari organisasi-organisasi yang menyatakan bergabung merupakan satu bilangan suara sisa.

Dari hasil penghitungan seluruh suara sah yang

diperoleh Partai Politik Peserta Pemilu di suatu

daerah pemilihan, ditetapkan angka BPP

dengan cara membagi jumlah suara sah seluruh

Partai Politik Peserta Pemilu dengan jumlah

kursi anggota DPR

Setelah ditetapkan angka BPP, ditetapkan

perolehan jumlah kursi tiap Partai Politik

Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan,

dengan cara membagi jumlah suara sah

yang diperoleh suatu Partai Politik Peserta

2 PP nomor 10 tahun 1995

Page 3: Dinamika sistem pemilu di indonesia

3

masih terdapat sisa-sisa

suara dari semua daftar yang

belum memperoleh jumlah

kursi penuh di semua daerah

pemilihan, dan menjumlah

kursi-kursi yang belum

terbagi dalam semua daerah

pemilihan. Selanjutnya

ditetapkan bilangan pembagi

dengan cara membagi

jumlah sisa suara dengan

jumlah kursi-kursi sisa

Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan

BPP, dengan ketentuan:

a. apabila jumlah suara sah suatu Partai

Politik Peserta Pemilu sama dengan atau

lebih besar dari BPP, maka dalam

penghitungan tahap pertama diperoleh

sejumlah kursi dengan kemungkinan

terdapat sisa suara yang akan dihitung

dalam penghitungan tahap kedua;

b. apabila jumlah suara sah suatu Partai

Politik Peserta Pemilu lebih kecil dari

BPP, maka dalam penghitungan tahap

pertama tidak diperoleh kursi, dan

jumlah suara sah tersebut dikategorikan

sebagai sisa suara yang akan dihitung

dalam penghitungan tahap kedua dalam

hal masih terdapat sisa kursi didaerah

pemilihan yang bersangkutan;

c. penghitungan perolehan kursi tahap

kedua dilakukan apabila masih terdapat

sisa kursi yang belum terbagi dalam

penghitungan tahap pertama, dengan cara

membagikan jumlah sisa kursi yang

belum terbagi kepada Partai Politik

Peserta Pemilu satu demi satu berturut-

turut sampai habis, dimulai dari Partai

Politik Peserta Pemilu yang mempunyai

sisa suara terbanyak.

Dalam menentukan pembagian jumlah kursi

untuk menetapkan calon terpilih anggota DPR,

DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota,

Partai Politik Peserta Pemilu tidak dibenarkan

mengadakan perjanjian penggabungan sisa

suara.

Penentuan

calon terpilih

Jika jumlah kursi yang

diperoleh sama dengan

jumlah calon, maka seluruh

calon ditetapkan meenjadi

calon terpilih

Jika jumlah kursi yang

diperoleh lebih sedikit dari

jumlah calon, maka calon

terpilih ditentukan dengan

melihat calon yang

perolehan suaranya diatas

pembagi pemilihan daftar,

yakni

bilangan hasil bagi dari

pembagian jumlah suara

yang

diperoleh daftar itu dengan

jumlah kursi yang

diperolehnya

Jika belum semua kursi

ditempati dengan cara

kedua, atau jika tidak

seorang calon pun

memperoleh suara sejumlah

bilangan pembagi pemilihan

daftar berdasarkan nomor

urut

Calon terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut Penentuan talon terpilih Anggota DPR dari

masing-masing Partai Politik Peserta

Pemilihan Umum oleh PPI berdasarkan

pengajuan Pimpinan Partai Politik Tingkat

Pusat dengan mengacu kepada suara

terbanyak/terbesar yang diperoleh Partai

Politik tersebut di Daerah Tingkat II

Calon yang mendapatkan suara sama dengan

atau melebihi bilangan pembagi pemilih, maka

mendapatkan kursi. Apabila tidak ada calon

yang mendapatkan suara sama dengan atau

melebihi BPP, maka kursi yang diperoleh oleh

partai diberikan kepada calon berdasarkan

nomor urut

Penyelenggara

Pemilu

Panitia Pemilihan Indonesia

yang beranggotakan 5-9 orang

yang diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden

Pemilihan umum dilaksanakan oleh

Pemerintah dibawah pimpinan

Presiden.

Presiden membentuk sebuah

Lembaga Pemilihan Umum dengan

Pemilu dilaksanakan oleh

Pemerintah dibawah pimpinan

Presiden.

Presiden membentuk sebuah

Lembaga Pemilihan Umum

Pemilu dilaksanakan oleh Pemerintah

dibawah pimpinan Presiden.

Presiden membentuk sebuah

Lembaga Pemilihan Umum dengan

diketuai Menteri Dalam Negeri.

Perubahan:

Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Pusat, Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah

Tingkat I, Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat II, dan Panitia Pengawas Pelaksanaan

Pemilihan Umum Kecamatan masing-masing berturut-turut sesuai dengan tingkatannya terdiri dari seorang Ketua

merangkap Anggota yang dijabat oleh pejabat Pemerintah dan 5 (lima) orang Wakil Ketua merangkap anggota serta

beberapa orang Anggota yang diambilkan dari unsur Pemerintah, Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia,

Penanggung jawab Pemilihan Umum

adalah Presiden.

Penyelenggaraan Pemilihan Umum

dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum

yang bebas dan mandiri, yang terdiri atas

Pemilu diselenggarakan oleh KPU yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri

KPU bertanggungjawab atas

penyelenggaraan Pemilu.

Dalam melaksanakan tugasnya, KPU

Page 4: Dinamika sistem pemilu di indonesia

4

diketuai Menteri Dalam Negeri.

LPU bertugas membuat

perencanaan dan melakukan

supervisi penyelenggaraan pemilu.

LPU membentuk Panitia Pemilihan

Indonesia yang bertugas membuat

perencanaan penyelenggaraan

Pemilu anggota DPR, DPRD I dan

DPRD II, serta menyelenggarakan

pemilu untuk anggota DPR.

Sedangkan pelaksanaan pemilu

anggota DPRD I diselenggarakan

oleh Pantia Pemilihan Daerah

Tingkat I, dan pelaksanaan pemilu

anggota DPRD II diselenggarakan

oleh Pantia Pemilihan Daerah

Tingkat II.

Ketua masing-masing Panitia

dijabat oleh Mendagri untuk PPI,

Gubernur untuk PPD I, dan Bupati

untuk PPD II.

dengan diketuai Menteri Dalam

Negeri.

Dewan Pimpinan Lembaga

Pemilihan Umum terdiri dari:

a. Menteri Dalam Negeri

sebagai Anggota,

merangkap Ketua;

b. Menteri Kehakiman sebagai

Anggota, merangkap Wakil

Ketua;

c. Menteri Penerangan sebagai

Anggota, merangkap Wakil

Ketua;

d. Menteri Keuangan sebagai

Anggota;

e. Menteri

Pertahanan/Panglima

Angkatan Bersenjata

sebagai Anggota;

f. Menteri Perhubungan

sebagai Anggota;

g. Menteri Luar Negeri sebagai

Anggota.

Dewan/Anggota-anggota

Pertimbangan Lembaga

Pemilihan Umum terdiri dari

seorang Ketua merangkap

Anggota dan beberapa orang

Anggota yang diambil dari

Partai Politik dan Golongan

Karya;

Panitia Pemilihan Indonesia

terdiri dari unsur-unsur

Pemerintah, Partai Politik dan

Golongan Karya, sebanyak-

banyaknya 20 (duapuluh) orang

anggota, termasuk Ketua dan

Wakil-wakil Ketuanya, yang

diangkat dan diberhentikan

oleh Presiden

Dewan Pimpinan Lembaga Pemilihan

Umum diketuai oleh Menteri Dalam

Negeri dengan Anggota-anggotanya

terdiri dari beberapa orang Menteri

Dewan Pertimbangan yang terdiri

dari seorang Ketua merangkap

Anggota yang dijabat oleh seorang

Menteri, empat orang Wakil Ketua

merangkap Anggota dan beberapa

orang Anggota, yang di ambilkan

dari Partai Persatuan Pembangunan,

Partai Demokrasi Indonesia,

Golongan Karya dan Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia

Pada PPI, PPDI I, PPD II dan PPS

dibentuk Panita Pengawas

Pelaksanaan (Panwaslak) Pemilu

sesuai tingkatan

Panitia Pengawas Pelaksanaan

Pemilu terdiri dari seorang Ketua

merangkap Anggota dan seorang

Wakil Ketua merangkap Anggota

yang dijabat oleh pejabat Pemerintah

serta beberapa orang Anggota yang

diambilkan dari unsur Pemerintah,

Partai Persatuan Pembangunan,

Partai Demokrasi Indonesia,

Golongan Karya dan Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia

Panitia Pengawas Pelaksanaan

Pemilihan Umum bertugas

melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan Pemilihan Umum

Anggota-anggota DPR, DPRD I dan

DPRD II dalam wilayah kerjanya

masing-masing sesuai dengan

tingkatannya dan bertanggung jawab

kepada Ketua Panitia

Pemilihan/Panitia Pemungutan Suara

yang bersangkutan

Panitia Pengawas pelaksanaan

Pemilihan Umum Kecamatan juga

melakukan pengawasan terhadap

pendaftaran pemilih dan

penyampaian surat

pemberitahuan/panggilan

Partai Persatuan Pembangunan, dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia." unsur partai-partai politik peserta

Pemilihan Umum dan Pemerintah yang

bertanggung jawab kepada Presiden.

Pembentukan KPU diresmikan dengan

Keputusan Presiden

Keanggotaan KPU terdiri dari 1 (satu)

orang Wakil dari masing-masing Partai

Politik peserta Pemilihan Umum dan 5

(lima) orang wakil Pemerintah.

Panita Pengawas Pemilu ditetapkan oleh

Ketua Mahkamah Agung untuk Tingkat

Pusat, Ketua Pengadilan Tinggi untuk

Tingkat I, Ketua Pengadilan Negeri untuk

Tingkat II dan Tingkat Kecamatan

Keanggotaan Panitia Pengawas Tingkat

Pusat, Tingkat I, dan Tingkat II, terdiri

dari Hakim, Unsur Perguruan Tinggi, dan

Unsur Masyarakat

menyampaikan laporan dalam tahap

penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden

dan DPR.

Keanggotaan KPU berasal dari unsur

independen (tidak menjadi anggota partai

politik)

Untuk mengawasi pelaksanaan Pemilu, KPU

membentuk Pengawas Pemilu, yang

keanggotaannya terdiri atas unsur kepolisian

negara, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh

masyarakat, dan pers