Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

38
DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA KURUN WAKTU 27 DESEMBER 1949 – 17 AGUSTUS 1950 DAN SAMPAI 5 JULI 1959 Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII Semester Gasal Tahun Ajaran 2010-2011 Kompetensi Dasar : Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Kelas XII IPA 1 / Kelompok II 1. Heratania Aprilia Setyowati ( 11 ) 2. Oktaviana Diasdika Putri ( 14 ) 3. Septi Dwi Astuti ( 15 ) 4. Tutut Ulfa Rosyida ( 17 )

Transcript of Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Page 1: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

KURUN WAKTU 27 DESEMBER 1949 – 17 AGUSTUS 1950

DAN SAMPAI 5 JULI 1959

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII

Semester Gasal

Tahun Ajaran 2010-2011

Kompetensi Dasar : Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

Kelas XII IPA 1 / Kelompok II

1. Heratania Aprilia Setyowati ( 11 )

2. Oktaviana Diasdika Putri ( 14 )

3. Septi Dwi Astuti ( 15 )

4. Tutut Ulfa Rosyida ( 17 )

5. Ardhanariswara Wikantyasa ( 21 )

6. Royan Romadhon ( 31 )

SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA

OKTOBER 2010

KATA PENGANTAR

Page 2: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Dinamika Sistem

Pemerintahan Indonesia Kurun Waktu 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan

Sampai 5 Juli 1959 ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan ini adalah untuk melengkapi

persyaratan mendapatkan nilai tugas semester gasal sekolah. Adapun penyusunan

Laporan ini berdasarkan data-data yang Penulis peroleh selama melakukan pencarian

di segala bentuk media informasi serta data-data dan keterangan dari pembimbing.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini tidak lepas dari

dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Zaenal Mursalin S.Pd selaku pembimbing dari sekolah, yang telah

memonitor Penulis dari jauh dan memberikan dukungan – dukungan moral.

2. Kedua orang tua Penulis.

3. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan, atas bantuan doa restu yang

berhubungan dengan kegiatan Laporan tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih

banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu

kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi

kesempurnaan Laporan ini.

Demikian kata pengantar ini Penulis buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya

bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 23 Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

Page 3: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Menurut UUD 1945 ......................

B. Sistem Kabinet yang Dianut.............................................................................

BAB II : DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA KURUN

WAKTU

27 DESEMBER 1949 – 17 AGUSTUS 1950 DAN SAMPAI 5 JULI 1959

A. Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia

1. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Legislatif.......................................................

2. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Eksekutif.......................................................

3. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Yudikatif.......................................................

B. Pasang Surut Sistem Pemerintahan Indonesia Kurun Waktu

27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan Sampai 5 Juli 1959

1.Kelebihan Pelaksanaan dari Segi Pemerintahan................................................

2. Kelemahan dan Kegagalan..............................................................................

3. Catatan / Peristiwa – Peristiwa Penting Kurun Waktu 27 Desember 1949

-

17 Agustus 1950 dan sampai 5 Juli 1959........................................................

BAB III : ANALISIS

A. Komentar dan Penilaian terhadap Sistem Pemerintahan Indonesia ............

B. Pelaksanaan yang Ideal Menurut UUD 1945...............................................

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................

B. Kritik, Saran, dan Harapan............................................................................

C. Kata Penutup.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

Page 4: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

A. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Menurut UUD 1945

I. Sistim Pemerintahan Republik Indonesia Kurun Waktu 27 Desember 1949 -

17 Agustus 1950

Konstitusi RIS 1949

Dalam perjalannya, Belanda berusaha memecah-belah bangsa indonesia dgn

cara membentuk negara Sumatra Timur, Negara Indonesia Timur, Negara

Pasundan, & Negara Jawa Timur. Bahkan Belanda melakukan Agresi Militer I

pada thn 1947 (pendudukan terhadap ibukota jakarta) & Agresi Militer II atas

kota Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dgn

RI, PBB turun tangan dengan menyelenggarakann Konferensi Meja Bundar

(KMB) di Den Haag (Belanda) tgl 23 Agustus -2 November 1949.

KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :

a. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat

b. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat

c. Dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda

Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat

mengharuskan adanya penggantian UUD, sehingga disusunlah naskah UUD RIS

dan dibuat oleh delegasi RI serta delegasi BFO pada KMB. UUD yang diberi

nama Konstitusi RIS tersebut mulai berlaku tgl 27 Desember 1949, yang terdiri

atas Mukadimah berisi 4 alinea, Batang Tubuh yg berisi 6 bab & 197 pasal, serta

sebuah lampiran.

Mengenai bentuk negara dinyatakan dlm pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yang

berbunyi 'Republik Indonesia Serikat yg merdeka dan berdaulat adalah negara

hukum yg demokratis dan berbentuk federasi'. Dengan berubah menjadi negara

serikat, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian dan masing-masing

memiliki kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara negara

bagian itu adalah : Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa

Timur, Madura, Sumatera Timur, Sumatera Selatan. Selain itu terdapat pula satuan

kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu : Jawa Tengah , Bangka, Belitung, Riau,

Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimntan Tenggara dan

Kalimantan Timur. Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap

Page 5: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

berlaku hanya untuk negara bagian RI yang meliputi Jawa & Sumatera dengan ibu

kota Yogyakarta.

Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS

adalah sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 dan 2

Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat diganggu

gugat'. Artinya presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tugas-tugas

pemerintahan, karena presiden adalah kepala negra, bukan kepala pemerintahan.

Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa 'Menteri-menteri bertanggung

jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya

maupun masing-masing untuk dirinya sendiri'. Dengan demikian, yang

melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas pemerintahan adalah

menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana

Menteri, dengan sistem pemerintahan parlementer, dimana pemerintah

bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR)

Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :

a.Presiden

b.Menteri-menteri

c.Senat

d.DPR

e.MA

f. Dewan Pengawas Keuangan

Penyimpangan yang terjadi, antara lain :

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi

Republik Indonesia Serikat [ RIS ].Perubahan tersebut berdasarkan pada Konstitusi

RIS.

b. Kekuasaan legislative yang seharusnya dilaksanakan presiden dan DPR

dilaksanakan DPR dan Senat.

II. Sistim Kabinet Pemerintahan Republik Indonesia Kurun Waktu 27

Desember 1949 - 17 Agustus 1950

Dalam sidang bersama Parlemen dan Senat RIS tanggal 16 Desember 1945 Ir.

soekarno terpilih sebagai Presiden RIS. Untk membentuk kabinet, Presiden

menunjuk empat orang formatur, dua orang dari RI yakni Mohammad Hatta dan

Page 6: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Sultan Hamengkubuwono IX dan dua orang dari negara federal yakni Anak Agung

Gde Agung dan Sultan Hamid II. Pada tanggal 20 Desember , kabinet RIS terbentuk

dengan Mohamma Hatta sebagai perdana menteri. Kabinet ini terdiri atas 13 menteri

dan 3 menteri negara, 11 orang diantaranya adalah Republiken. Tokoh- tokoh

terkemuka yang duduk dalam kabinet ini antara lain pihak Republik Sri Sultan

Hamengkubuwono IX, Ir. Djuanda, Mr. Wilopo, Prof. Dr. Supomo, dr. Leimena,

Arnold Mononutu, Ir. Herling Laoh, sedangkan dari BFO adalah Sultan Hamid II

dan Ide Anak Agung Gde Agung.

Kabinet ini merupakan zaken kabinet (yang mengutamakan keahlian anggota-

anggotanya) dan bukan kabinet koalisi yang besandar pada partai politik. Memang

ada menteri yang yang merupakan anggota partai politik (PNI, Masyumi, Parkindo),

tetapi mereka duduk dalam kabinet bukan sebagai wakil partai, melainkan sebagai

perseorangan. Anggota- anggota kabinet ini sebagian besar pendukung unitarime

dan hanya dua orang pendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II dan Anak

Agung Gde Agung. Arnold Mononutu memang berasal dari negara federal NIT,

tetapi ia lebih Republiken daripada federalis. Dalam parlemen NIT ia meimpin

fraksi Progresif yang lebih berorientasi pada RI daripada kepada NIT.

Kabinet RIS dibawah pimpinan Hatta memerintah sampai tanggal 17 Agustus

1950. Pada hari itu RIS menjelma menjadi RI.

III. Sistim Pemerintahan Republik Indonesia Kurun Waktu 17 Agustus 1950 - 5

Juli 1959

Era 1950-1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah

menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia

1950, dimana periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.

Masa ini merupakan masa berakhirnya Negara Indonesia yang federalis.

Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem

Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal

yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya adalah :

a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.

b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.

c. Presiden berhak membubarkan DPR.

Page 7: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara

Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No.

56/1950) disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR

dan Senat RIS mengadakan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan

terbentuknya NKRI yang bertujuan:

1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;

2. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS

yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

UUDS ini merupakan adopsi dari UUD RIS yang mengalami sedikit

perubahan, terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari

negara serikat ke negara kesatuan.

Antara 1950 – 1959 Indonesia menggunakan sistem pemerintahan

parlementer yang dalam waktu 4 tahun telah terjadi 33 kali pergantian kabinet

(Feith, 1962 dan Feith, 1999). Setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat

(RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai

menganut sistem Demokrasi Liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan

berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab

kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai. Anggota

DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi),

PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi),

dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau

perorangan, yang tak satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Ini

merupakan suatu struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-

pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian

tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.

Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk

menyusun Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga

Konstituante. Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk

membentuk UUD baru. Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang

dasar yang baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan

Page 8: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno

menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu

yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.

Sistem ekonomi liberal

Pertumbuhan ekonomi dari struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional

berjalan lamban sebagai akibat pergolakan di daerah. Faktor yang menyebabkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia tersendat-sendat:

1) Situasi keamanan dalam negeri yang tidak stabil.

Pergolakan di daerah (separatis) menyebabkan perhatian ke sektor pembangunan

ekonomi berkurang.

2) Instabilitas Politik.

Sering Resufle Kabinet yang menyebabkan program-program pembangunan

tidak berjalan.

3) Mengandalkan satu jenis ekspor (hasil pertanian & perkebunan)

4) Belum adanya tenaga ahli dan dana dalam penataan ekonomi.

Upaya penataan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959:

1) Peraturan Gunting Syafrudin (Menteri Keuangan) 20 Maret 1950.

Pengharusan pemotongan semua uang kertas yang bernilai Rp2,50 ke atas menjadi

dua, sehingga nilainya tinggal setengah. Dari hal terkumpul pinjaman wajib dari

rakyat Rp1,6 M dan mengurangi jumlah uang yang beredar.

2) Dalam bidang ekspor, pengubahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS.

Untuk kepentingan ekspor Rp3,80 menjadi Rp7,60. Untuk impor, Rp11,40 untuk

setiap dollarnya.

3) Untuk menggalakkan perdagangan, Tahun 1950-1953 pemberian kredit kepada

pengusaha Indonesia. Usaha itu gagal disebabkan persaingan dengan pengusaha non

Page 9: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

pribumi. Sehingga pada Kabinet Ali I kebijakan diganti yang dikenal dengan Sistem

Ali Baba, yakni kerjasama antara pengusaha pribumi (Ali) dengan pengusaha

nonpribumi (Baba). Hal ini pun gagal karena pengusaha non pribumi lebih

berpengalaman sehingga pengusaha pribumi hanya diperalat untuk mempermudah

dalam mendapatkan kredit.

4) Dalam mengatasi ekonomi yang memburuk, Kabinet Ali II membentuk Badan

Perencanaan Pembangunan. Karena situasi politik tidak menentu program ini juga

belum berhasil.

IV. Sistim Kabinet Pemerintahan Republik Indonesia Kurun Waktu 17 Agustus

1950 – 5 Juli 1959

Dalam kurun waktu tahun 1950-1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai

politik pada pemerintahan RI. Pada masa ini sering terjadi pergantian kabinet, partai-

partai politik terkuat (PNI dan masyumi) pada masa itu silih berganti memimpin

kabinet. Pendeknya usia kabinet menyebabkan programnya tidak bisa berjalan dan

ini akan menimbulkan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan

keamanan. Kabinet-kabinet yang pernah berkuasa antara lain :

1) Kabinet Natsir

2) Kabinet Sukiman

3) Kabinet Wilopo

4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I

5) Kabinet Burhanudin Harahap

6) Kabinet Alisastroamidjojo II

7) Kabinet Karya

Berikut tabel kabinet yang dianut pada masa RIS dan Demokrasi Liberal

Page 10: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

No Nama Kabinet

Awal

masa

kerja

Akhir

masa

kerja

Pimpinan

KabinetJabatan

Jumlah

personil

* RIS

20

Desember

1949

6

September

1950

Mohammad

Hatta

Perdana

Menteri17 orang

1 Susanto

20

Desember

1949

21 Januari

1950

Susanto

Tirtoprodjo

Pjs

Perdana

Menteri

10 orang

2 Halim21 Januari

1950

6

September

1950

Abdul HalimPerdana

Menteri15 orang

3 Natsir

6

September

1950

27 April

1951

Mohammad

Natsir

Perdana

Menteri18 orang

4Sukiman-

Suwirjo

27 April

1951

3 April

1952

Sukiman

Wirjosandjojo

Perdana

Menteri20 orang

5 Wilopo3 April

1952

30 Juli

1953Wilopo

Perdana

Menteri18 orang

6

Ali

Sastroamidjojo

I

30 Juli

1953

12 Agustus

1955

Ali

Sastroamidjojo

Perdana

Menteri20 orang

Page 11: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

7Burhanuddin

Harahap

12 Agustus

1955

24 Maret

1956

Burhanuddin

Harahap

Perdana

Menteri23 orang

8

Ali

Sastroamidjojo

II

24 Maret

1956

9 April

1957

Ali

Sastroamidjojo

Perdana

Menteri25 orang

9 Djuanda9 April

1957

10 Juli

1959Djuanda

Perdana

Menteri24 orang

Page 12: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

BAB II

DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAKURUN WAKTU

27 DESEMBER 1949 – 17 AGUSTUS 1950 dan sampai 5 JULI 1959

A. Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia

1. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Legislatif

Sebelum kita membahas kondisi pelaksanaan dan realisasi fungsi legislatif, ada

baiknya jika kita mengerti terlebih dahulu apakah arti dari legislatif itu sendiri.

Legislatif ialah sebuah kekuasaan, kewenangan atau kedaulatan dalam suatu negara

untuk membuat dan menetapkan undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilah Rakyat (DPR) di

mana sesuai Pasal 3 UUD 1945 hasil amandemen dan Pasal 11 UU No.22 Tahun

2003 mengenai tugas dan wewenang MPR untuk mengubah dan menetapkan UUD

dan Pasal 12 UU No. 22 Tahun 2003 tentang pengajuan usul perubahan terhadap

Pasal-Pasal dalam UUD begitu pula pada Pasal 20 A ayat 1 UUD 1945 tentang

fungsi DPR.

Saat Indonesia menganut sistem Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 –

17 Agustus 1950), telah jelas disebutkan pada Pasal 1 ayat 2 Konstitusi RIS yakni

”Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah

bersama-sama dengan DPR dan senat” dan sistem pemerintahan yang dianut yakni

Sistem Perlementer yang berarti menteri harus bertanggung jawab kepada Parlemen

atau DPR dan apabila pertanggungjawaban itu tidak diterima oleh DPR , maka DPR

dapat membubarkan kabinet (menteri-menteri) dengan mosi tidak percaya. Jadi dari

sini bisa kita tarik hipotesis bahwa peran legislatif sangat penting karena mengemban

kekuasaan kedaulatan negara dan parlemen (dalam hal ini DPR juga termasuk)

memegang sistem yang menjadi dasar dikala itu. Namun sayangnya proses

realisasainya tak sejalan dengan konsep awal, Sistem Parlementer belum dijalankan

murni buktinya pada Pasal 122 Konstitusi RIS 1949 tertulis ”DPR yang ditunjuk

menurut pasal 109 dan 110 tidak dapat memaksa kabinet atau masing-masing

nenteri meletakkan jabatannya” akibatnya timbul Sistem Pemerintahan yang

berakhir pada Parlementer Kabinet Semu yakni tindakan- tindakan yang dijalankan

tidak semestinya seperti :

1. pengangkatan perdana menteri bukan dilakukan Parlemen, melainkan presiden,

2. pembentukan kabinet bukan dilakukan oleh Parlemen, melainkan presiden,

3. pertanggungjawaban menteri adalah kepada DPR, namun harus melalui keputusan

Page 13: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

pemerintah dahulu,

4. parlemen tidak berhubungan dengan pemerintah sehingga DPR tidak punya

pengaruh terhadap pemerintah.

Karena Konstitusi RIS 1949 menyalahi landasan UUD 1945 terutama Pasal 1

ayat 1 yang bertulis ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik” dan bersifat sementara serta banyak pihak yang ingin menyatukan RIS

dan RI menjadi satu kesatuan maka pada tanggal 19 Mei 1950 terjadi kesepakatan

antara RIS dan RI untuk bergabung kembali menjadi satu kesatuan yang kemudian

dituangkan dalam Piagam Persetujuan.

Saat Indonesia menganut sistem UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli

1959). Untuk mangubah negara serikat menjadi kesatuan dibutuhkan suatu UUD

negara kesatuan. Di masa ini kembali tugas legislatif diaktifkan. Dengan

memasukkan jiwa UUD 1945 ditambah point positif dari Konstitusi RIS 1949 maka

dibentuklah UUDS 1950. di dalam UUDS 1950 ini, kembali dituliskan peran

legislatif dalam suatu sistem pemerintahan, diantaranya:

1. DPR Sementara terdiri atas gabungan DPR RIS dan BPKNIP. Tambahan anggota

atas penunjukan presiden dipertimbangkan jauh oleh kedua pemerintah.

2. DPR Sementara bersama KNIP yang dinamakan Majelis Perubahan UUD,

mempunyai hak mengadakan perubahan dalam UUD baru.

Bisa kita simpulkan awal bahwa legislatif harus selalu direalisasikan di tiap

sistem pemerintahan tanpa terkecuali. Pada masa ini kekuasaan negara dipegang oleh

beberapa alat perlengkapan negara sehingga kekuasaan negara tidak berpusat pada

satu lembaga atau satu badan saja. Berdasarkan pada Pasal 44 UUDS 1950, alat-alat

perlengkapan negara terdiri atas presiden dan wakil presiden, menteri-menteri, DPR,

MA dan Dewan Pengawas Keuangan. Nah pada periode ini kekuasaan parlemen

masih berperan karena legislatif masih dipegang oleh DPR yang nantinya bersama-

sama dengan pemerintah membentuk undang-undang. Pernyataan ini didukung dan

ditegaskan lagi oleh Pasal 89 UUDS 1950 yang tertulis ”Kecuali apa yang

ditentukan dalam pasal 140 maka kekuasaan perundang-undangan, sesuai dengan

ketentuan-ketentuan bagian ini, dilakuakn oleh pemerintah bersama-sama dengan

DPR”. Namun karena pada saat itu belum dibentuk DPR yang baru, maka untuk

sementara dibentuk DPRS.

Pasa masa ini Sistem Pemerintahan Parlementer tetap dipertahankan dari Sistem

yang sebelumnya. Hal ini terbukti dalam Pasal 83 ayat 2 UUDS 1950 yang tertulis

”Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik

Page 14: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-

sendiri”. Dari sini bisa kita tarik pernyataan bahwa menteri-menteri tersebut harus

bertanggung jawab atas segala kebijaksanaannya kepada Parlementer DPR namun

DPR juga tidak semerta-merta bebas berkehendak kareana dalam bagian Sistem

Parlementer UUDS 1950 tertuang pasal 84 yang bertulis ”Presiden berhak

membubarkan DPR”. Atas keputusan Presiden yang menyatakan pembubaran

tersebut, maka presiden memerintahkan untuk mengadakan pemilihan DPR baru

dalam waktu 30 hari. Sayangnya, proses realisasi ini diwarnai oleh jatuh bangun

kabinet yang mengakibatkan kondisi pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.

Terlebih lagi setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah pada 3 November

1945 silam, sistem kepartaian di Indonesia menjadi multipartai. Hal ini

mengakibatkan ketegangan antar partai politik yang saling curiga dan hanya

memperjuangkan kepentingan golongan saja ditambah demokrasi yang tidak sehat.

Dalam kasus ini, Konstituante (pembuat undang-undang) dituntut untuk membuat

undang-undang baru untuk mengatasi masalah yang pelik tersebut.

Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilu untuk memilih anggota

konstituante dan tanggal 10 november 1956 sidang pertama konstituante dibuka di

Bandung. Rakyat dan pemerintah sangat berharap agar Konstituante dapat

membentuk UUD baru. Sayangnya, setelah lebih dari dua tahun bersidang,

konstituante belum berhasil merumuskan RUUD yang baru. Timbullah ketegangan

politik. Perdebatan di kalangan anggota konstituante sulit diselesaikan. Harus ada

usaha untuk mengembalikan ke UUD 1945 secara konstitusional berdasarkan pasal

134 UUDS 1950. Akhirnya pada 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan

amanat kepada konstituante untuk kembali ke UUD 1945. Kenyatannya setelah tiga

kali mengadakan pemungutan suara ( 30 Me1 1959, 1 Juni 1959, dan 2 Juni 1959)

untuk memilih kembali ke UUD 1945, hasil yang didapat tidak memuaskan.

Perolehan suara tidak mencapai 2/3. Namun hasil tersebut belum final karena pada

kenyatannya konsituante memang tidak mampu lagi menyelesaikan tugas tersebut

dan mengaku sudah tak mau lagi untuk megadakan sidang.

Atas dasar tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno akhirnya

mengeluarkan sebuh keputusan negara yang disebut Dekrit Presiden dengan

Kepres No.150 tahun 1959, dan kemudian dimuat dalam Lembaran Negara RI No.75

tahun 1959 yang berisi:

1. menetapkan pembubaran konstituante,

Page 15: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

2. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali basi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950,

3. pembenrukan MPRS dan DPAS yang akan diselenggarakan dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya.

Maka dengan begitu, berakhirlah masa UUDS 1950 untuk selanjutnya kita

kembalil pada UUD 1945, dasar hidup asli kita.

Diluar dari pergantian sistem pemerintahan dan bentuk kabinet, peran legislatif

sangatlah penting dan harus selalu ada dalam setiap negara di manapun itu.

.

2. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Eksekutif

Setelah kita membahas bentuk realisasi dari legislatif, kini kita akan membahas

masalah realisasai eksekutifnya, namun sama seperti bahasan sebelumnya ada

baiknya kita harus tahu dulu apakah arti dari eksekutif . Eksekutif ialah sebuah

kekuasaan, kewenangan atau kedaulatan dalam suatu negara untuk melaksanakan

undang-undang. Kekuasaan ini dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden. Seperti

yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 10 yang tertulis ”Presiden memegang

kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara”,

dan juga pada pasal 4 UUD 1945 yang menyatakan ”Presiden Republik Indonesia

memegang kekuasaan pemerintah menurut undang-undang dasar”. Belum sampai di

situ saja, presiden memiliki kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan

menteri-menteri negara ( pasal 17 UUD 1945) dan tentunya masih banyak lagi

kekuasaan presidan yang lainnya.

Saat Indonesia menganut sistem Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 –

17 Agustus 1950) bentuk negara kita masih tetap Republik, berdasarkan pasal 1

ayat 1 Konstitusi RIS 1949. Hal ini menendakan bahwa jabatan Kepala Negara masih

tetap dipegang oleh presiden. Ada beberapa pernyataan yang mendukung bahwa

kekuasaan eksekutif prasiden sangatlah besar, seperti beberapa isi dari Konstitusi RIS

1949 yang tertulis:

1. kedudukan presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat,

2. presiden dipilih oleh orang-orang yang dikuasakan oleh pemerintah negara bagian,

3. berlakunya asas pedoman bahwa kehendak didaerah-daerah bagian dinyatakan

merdeka menurut jalan demokrasi dll.

Selain itu, presiden bersama menteri berkedudukan sebagai pemerintah, namun

presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas tugas pemerintahan.

Mengapa? Karena dalam Konstitusi RIS 1949 yang harus

Page 16: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

mempertanggungjawabkan seluruh kebijaksanaan pemerintahan ialah menteri bukan

presiden. Hal ini seraya didukung oleh Konstitusi RIS 1949 pasal 118 ayat 1 yang

tertulis ”Presiden tidak dapat diganggu gugat” , konsep atau asas ini juga dikenal

dengan istilah The King can do no wrong di Inggris. Kemudian dipertegas oleh pasal

118 ayat 2 Konstitusi RIS 1949 yang tertulis ”Menteri-menteri bertanggung jawab

atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya,

maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Artinya, sama seperti

yang telah disebutkan di atas yakni yang melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan tugas-tugas pemerintahan adalah menteri-menteri. Walau

begitu, presiden tidak boleh berlaku sewenang-wenang terhadap para menteri karena

bebas dari tanggung jawab khusus yang itu. Kembali, sayangnya, dalam realisasinya

tugas eksekutif yang dipegang presiden tersebut disalahgunakan atau menyimpang

seperti:

1. kekuasaan perdana menteri masih dicampur dan ditangani oleh presiden,

2. pengangkatan perdana menteri oleh presiden yang seharusnya tugas parlemen,

3. pembentukan kabinet oleh presiden yang seharusnya dilakukan oleh parlemen,

4. presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap sebagai kepala negara dan kepala

pemerintahan (padahal presiden tidak bertanggung jawab atas tindakan di peme-

rintahan).

Sama seperti bahasan sebelumnya peride Konstitusi RIS 1949 berakhir dengan

Piagam Persetujuan 19 Mei 1950 mengenai kesepakatan antara RIS dan RI untuk

bergabung kembali menjadi satu kesatuan atas dukungan banyak pihak yang ingin

menyatukan RIS dan RI.

Saat Indonesia menganut sistem UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli

1959) bentuk pemerintahan yang digunakan tetap Republik, sekalipun UUD yang

digunakan berganti-ganti. Hal ini tertuang dalam UUDS 1950 pasal 1 ayat 1 yang

isinya ”Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum

yang demokratis dan berbentuk kesatuan”. Hal ini berarti presiden sebagai pemilik

kekuasaan eksekutif kembali berperan. Namun seperti yang kita sebutkan

sebelumnya, pada masa UUDS 1950 tidak ada pemusatan kekuasaan, melainkan

semua kekuasaan negara dikendalikan oleh beberapa aspek alat perlengkapan negara,

bukan hanya presiden atau wapres saja. Dalam UUDS 1950 ternyata kekuasaan

eksekutif tidak dipegang seutuhnya oleh presiden. Kekuasaan eksekutif dijalankan

oleh kabinet atau para menteri. Presiden RI berkedudukan sebagai Kepala Negara

dan Wakil presiden bertugas sebagai pembantu presiden. Sesuai pasal 45 UUDS

Page 17: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

1950 bahwa ”Presiden ialah Kepala Negara” maka kekuasaan eksekutifnya terbatas

dalam lingkup Kepala Negara saja. Contohnya saja seperti yang ada dalam pasal 84

UUDS 1950 yang berbunyi ”Presiden berhak membubarkan DPR”, ini merupakan

kekuasaan eksekutif presiden dalam lingkup kepala negara sesuai UUD.

Kembali pada masa ini, penyimpangan proses realisasi ke-eksekutif-an

presiden mewarnai jalannya pemerintahan, seperti:

1. Presiden Soekarno mengeluarkan Konsepsi Presiden pada bulan Februari 1957,

2. Presiden Soakarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyebabkan

Kabinet Djuanda menjadi deminisioner.

Kedua tindakan presiden tersebut dianggap inkonstitusional atau menyimpang

dari konstitusi yang membatasi kekuasaan eksekutifnya. Presiden sebagai kepala

negara tidak mempunyai kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan dengan masalah pemerintahan ( lihat lagi dasarnya pada pasal 45

UUDS 1950). Seharusnya presidan hanya mengurusi bagian hubungan diplomatik,

perang, perdamaian dan lainnya karena cakupan eksekutifnya sampai hal itu saja.

3. Kondisi Pelaksanaan / Realisasi Yudikatif

Kini kita akan membahas tentang pelaksanan yudikatif dalam sistem

pemerintahan kurun waktu 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan sampai 5 Juli

1959. Sebelumnya mari kita telaah dulu mengenai arti yudikatif itu sendiri.

Yudikatif ialah sebuah kekuasaan, kewenangan atau kedaulatan dalam suatu negara

untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang.Dalam hal ini yang termasuk yaitu

Mahkamah Agung (MA) dan Dewan Pengawas Keuangan (DPK). Disebutkan dalam

UUD 1945 pasal 24 ayat 1 bahwa ”Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut Undang-Undang”. Pada

masa Konstitusi RIS 1949 berjalan, Mahkamah Agung dan Dewan Pengawas

Keuangan merupakan lembaga negara yang harus ada di sistemnya. Sesuai Konstitusi

RIS 1949 yang tertulis ”Lembaga negara terdiri atas Presiden; Menteri-Menteri;

Senat; DPR; MA Indonesia; dan Dewan Pengawas Keuangan”.

Tak jauh beda, pada saat Indonesia menganut sistem UUDS 1950, MA dan

DPK juga berperan sebagai alat perlengkapan negara. Sesuai pasal 44 UUDS 1950

tertulis ”Alat-alat perlengkapan negara terdiri atas Presiden dan Wakil Presiden;

Menteri-Menteri; DPR; MA; dan Dewan Pengawas Keuangan”. Sama seperti

Konstitusi RIS 1949 hanya tidak ada Senat dan Wakil Presiden serta kata Indonesia.

Sesuai pasal 105 Ayat 1 UUDS 1950 tertulis bahwa “Mahkamah Agung adalah

Page 18: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Pengadilan Negara Tertinggi”, dengan begitu kekuasaan yudikatif dalam Negara RI

dipegang oleh MA.

Sebagai lembaga yudikatif atau juga pengawas dari pelaksanaan UUDS 1950,

pengangkatan Mahkamah Agung adalah untuk seumur hidup. Mahkamah Agung

dapat dipecat atau diberhentikan menurut cara dan ditentukan oleh undang-undang

( Pasal 79 Ayat 3 UUDS 1950 ), selain itu diatur pada pasal yang sama dengan ayat 4

disebutkan bahwa ”Mahkamah Agung dapat diberhentikan oleh Presiden atas

permintaan sendiri”. Selain sebagai pengawas atas perbuatan pengadilan-pengadilan

yang lain, Mahkamah Agung juga memberi nasehat kepada Presiden dalam

pemutusan pemberian hak grasi oleh presiden, dalam hal ini sesuai dengan pasal 14

ayat 1 UUD 1945 yang tertulis “Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan

memperhatikan pertimbanagn Mahkamah Agung”.

Selain MA dalam lembaga yudikatif juga ada DPK ( Dewan Pengawas

Keuangan). Pengangkatan anggota DPK seumur hidup, undang-undang menetapakan

ketua, wakil ketua dan anggotanya dapat diberhentikan apabila mencapai usia

tertentu. DPK dapat diberhentikan oleh presiden atas permintaan sendiri. Pada

dasarnya MA sering terlibat, bahkan harus terlibat dalam setiap penyaksian sumpah /

janji yang dilakukan anggota DPR/MPR/DPD yang akan dilantik dalam Sidang

Paripurna.

Sejauh yang kami tahu, proses realisasi pada fungsi yudikatif pada kurun waktu

27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan sampai 5 Juli 1959 berjalan apa adanya.

Mungkin karena dipilih sekali seumur hidup itu jadinya tidak terlalu ribet dalam

pelaksanaannya. Selain itu belum kami kumpai tindak penyimpanagn seperi pada

bagian legislatif ataupun eksekutif. Jadi kami pikir untuk realisasi ini berjalan lancar

dan terkontrol baik.

B. Pasang Surut Sistem Pemerintahan Indonesia Kurun Waktu

27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 dan Sampai 5 Juli 1959

Pasang Surut Sistem Pemerintahan Kurun Waktu Masa Republik Indonesia

Serikat dan Demokrasi Liberal

I. Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Semu

Parlementer pada Masa RIS (27 Desember 1949 -17 Agustus 1950)

Page 19: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Kelebihan:

1.

Kekurangan:

1. Dasar pembentukan Negara Federal di Indonesia tidak jelas dan tanpa

dukungan rakyat.

2. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda.

3.

II. Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Parlementer

pada Masa Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)

Sistem pemerintahan parlementer memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena terjadi menyesuaian

pendapat antara eksekutif dan legislative. Hal ini disebabkan kekuasaan

eksekutif dan legislative berada pada satu partai atau koalisi partai.

2. Tumbuh demokrasi dengan system multipartai, sehingga aprisiasi rakyat

memungkinkan tersalurkan.

3. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public

jelas.

4. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga

kabinet menjadi berhati – hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kelemahan sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan badan eksekutif/ kabinet sangat tergantung pada mayoritas

dukungan parlemen sehingga sewaktu- waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh

parlemen.

2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan

berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu- waktu kabinet

dapat bubar.

Page 20: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

3. Tidak terdapat partai yang menang mayoritas, sehingga mempengaruhi

stabilitas politik dan pemerintahan dengan sering jatuhnya kabinet.

4. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota

kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena

pengaruh mereka yang besar di parlemen dan partai, anggota kabinet dapat

menguasai parlemen.

5. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan- jabatan eksekutif.

Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan menjadi

bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

C. Catatan / Peristiwa – Peristiwa Penting Kurun Waktu

27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 dan sampai 5 Juli 1959

a.Hasil KMB

Bagian penting dari keputusan KMB adalah terbentuknya Negara Republik Indonesia

Serikat. Memang hasil KMB diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia, namun

hanya “ setengah hati.” Hal ini terbukti dengan munculnya perbedaan dan

pertentangan antar kelompok bangsa. Dua kekuatan besar yang saling berseberangan

yaitu:

1. kelompok unitaris, artinya kelompok pendukung Negara Kesatuan Republik

Indonesia

2. kelompok pendukung Negara Federal-RIS.

Dampak dari terbentuknya Negara RIS adalah konstitusi yang digunakan bukan lagi

UUD 1945, melainkan Konstitusi RIS tahun 1949.

b.Pemberontakan APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )

Pemberontakan APRA terjadi di Bandung pada tanggal 23 Januari 1950 yang

dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Tujuan APRA adalah mempertahankan

berdirinya negara boneka (Negara Pasundan) dan diakuinya sebagai Tentara

Pasundan.

c.Pemberontakan Andi Aziz

Pemberontakan Andi Aziz terjadi di Ujung Pandang pada tanggal 5 April 1950

Latar belakang pemberontakan Andi Aziz adalah :

- Menolak masuknya pasukan APRIS dari TNI di Makasar

Page 21: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

- Menuntut pasukan AAPRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas

keamanan di Negara Indonesia Timur

- Tetap mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

d.Pemberontakan RMS ( Republik Maluku Selatan )

Pada tanggal 25 April 1950 Mr. Dr. Ch. RS. Soumokil mantan Jaksa Agung

Negara Indonesia Timur memproklamirkan berdirinya RMS (Republik Maluku

Selatan) di Ambon yang ingin memisahkan diri dari RIS.

e.Pemilihan Umum Tahun 1955

Pemilu diselenggarakan pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin

Harahap. Pemilu dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanggal 29 September 1955

untuk memilih anggota DPR, dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota

Badan Konstituante (Badan Pembentuk UUD). Hasil pemilu tahun 1955

menunjukkan ada empat partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu PNI (57

wakil), Masyumi (57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI (39 wakil).

f.Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia )

Latar belakang pemberontakan PRRI adalah adanya pertentangan antara

pemerintah pusat dengan daerah mengenai masalah otonomi dan perimbangan

keuangan yang makin meruncing. tanggal 15 Februari 1958 Achmad Husein

memproklamirkan berdirinya PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia )

dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya.

g.Pemberontakan PERMESTA ( Piagam Perjuangan Semesta )

Pemberontakan Permesta dimulai dengan dibentuknya Dewan Manguni di Manado

oleh Letkol Ventje Sumual dan diproklamirkan berdirinya PERMESTA pada tanggal

17 Februari 1958 oleh Letkol DJ. Somba.

1. Mampu menggalang dukungan internasional guna memperjuangkan

dukungan internasional bangsa Asia- Afrika yang terjajah melalui KAA (18

April-24 April 1955) di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia

2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit sebagai langkah untuk menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa. Keluarnya Dekrit Presiden menandai

berakhirnya Demokrasi Liberal dan dimulainya Demokrasi Terpimpin.

Page 22: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

BAB III

Analisis

Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950

Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950

Bentuk Negara : Serikat (Federasi)

Bentuk Pemerintahan : Republik

Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)

Konstitusi : Konstitusi RIS

Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus

1950)

Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI

(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan

Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh

menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945

karena :

1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi

dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal

1 dan 2, Konstitusi RIS).

2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau

pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya

bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal

118, ayat 2 Konstitusi RIS)

3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat

pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan

negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence

bangsa Indonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam

pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila

pancasila. Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila

secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam

sejarah ketatanegaraan Indonesia.

Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

Page 23: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

Bentuk Negara : Kesatuan

Bentuk Pemerintahan : Republik

Sistem Pemerintahan : Parlementer

Konstitusi : UUDS 1950

Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17

Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. UUDS 1950

ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan

Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar

Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR

RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.

Menurut UUDS, presiden berfungsi sebagai kepala negara. Meski presiden

merupakan bagian dari pemerintahan, tanggung jawab pemerintahan berada di tangan

perdana menteri bersama para menterinya. Karena yang dianut adalah sistem

parlementer, presiden dan wakil presiden tidak boleh diganggu-gugat. Penanggung

jawab tindakan pemerintah adalah menteri-menteri, secara bersama-sama untuk

seluruhnya atau masing-masing untuk bagiannya sendiri.sebagai imbangannya,

pemerintah dapat meminta presiden untuk membubarkan DPR.

Pada masa ini, kondisi perpolitikan kurang begitu stabil. Kabinet kerap kali jatuh,

karena sering mendapat mosi tidak percaya dari DPR. Sehingga terjadi masa

“transisi” abadi, walaupun secara umum mempunyai goal yang kurang lebih sama.

Yang jadi masalah besar pada periode ini adalah kegagalan konstituante dalam

menetapkan hukum dasar negara, sehingga untuk menyelamatkan negara dan bangsa

akibat gagalnya konstituante tersebut, presiden mengeluarkan dekrit presiden pada

tanggal 5 Juli 1959.

Page 24: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1)Sistem pemerintahan RIS tidak sesuai diterapkan di Indonesia.

2)Sistem demokrasi liberal tidak sesuai diterapkan di Indonesia karena sistem

pemerintahan kabinetnya labil.

B. Kritik, Saran, dan Harapan

C. Kata Penutup

Page 25: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

DAFTAR PUSTAKA

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Cerah, LKS. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMP Semester I. Solo:

CV. Teguh Karya.

Cerah, LKS. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMP Semester II. Solo:

CV. Teguh Karya.

Drs. Rahmat A., Drs.M. Halimi, dan Mochammad Amin, S.Pd. 2000. Memahami

Tata Negara. Bandung: Ganeca Exact.

Sunardi H.S. dan Mas’udi Asy. 2006. Pengetahuan Sosial Kewarganegaraan.

Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Tim Penyusun MGMP Pendidikan Kewarganegaraan Yogyakarta. 2005.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) Kelas VII. Yogyakarta: Bumi

Aksara.

Tim Penyusun MGMP Pendidikan Kewarganegaraan Yogyakarta. 2005.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) Kelas VIII. Yogyakarta: Bumi

Aksara.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya. Surakarta: Pustaka

Mandiri.

www.google.co.id

www.wikipedia.co.id

www.khanifsalsabila.blogspot.com

http://superzayedium.wordpress.com/page/2/

Page 26: Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia Fixfix

LAMPIRAN-LAMPIRAN