Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda...

20
107 Bab Tujuh Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon Pengantar Negeri Tulehu [Islam] dan negeri Waai [Kristen] di pulau Ambon adalah dua negeri adat di antara sejumlah negeri adat yang berada di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Dalam struktur kekerabatan, warga kedua komunitas terikat dalam hubungan kerabat baik yang bersifat afinitas, maupun hubungan kerabat yang bersifat teritorial geneologis. Warga kedua komunitas memiliki hubungan pela dan hubungan gandong yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Komunitas Islam di negeri Tulehu memiliki hubungan pela dengan komunitas Kristen dari negeri Paperu di pulau Saparua, dan memiliki hubungan gandong dengan komunitas Kristen dari negeri Hulaliu di pulau Haruku. Sedangkan komunitas Kristen di negeri Waai memiliki hubungan pela dengan komunitas Krsiten di negeri Suli di Kacamatan Salahutu, dan dengan komunitas Krsiten di negeri Kaibobu di Kabupaten Seram Bagian Barat, serta memiliki hubungan gandong dengan komunitas Islam di negeri Morela, di Kecamatan Leihitu. Ketika konflik Maluku terjadi di kota Ambon kemudian menye- bar ke pulau Ambon, warga kedua komunitas terlibat dalam realitas konflik tersebut secara berhadap-hadapan dengan pola, bentuk dan intensitas konflik yang relatif tinggi.

Transcript of Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda...

Page 1: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

107

Bab Tujuh

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong di Pulau Ambon

Pengantar

Negeri Tulehu [Islam] dan negeri Waai [Kristen] di pulau Ambon adalah dua negeri adat di antara sejumlah negeri adat yang berada di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Dalam struktur kekerabatan, warga kedua komunitas terikat dalam hubungan kerabat baik yang bersifat afinitas, maupun hubungan kerabat yang bersifat teritorial geneologis. Warga kedua komunitas memiliki hubungan pela dan hubungan gandong yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Komunitas Islam di negeri Tulehu memiliki hubungan pela dengan komunitas Kristen dari negeri Paperu di pulau Saparua, dan memiliki hubungan gandong dengan komunitas Kristen dari negeri Hulaliu di pulau Haruku. Sedangkan komunitas Kristen di negeri Waai memiliki hubungan pela dengan komunitas Krsiten di negeri Suli di Kacamatan Salahutu, dan dengan komunitas Krsiten di negeri Kaibobu di Kabupaten Seram Bagian Barat, serta memiliki hubungan gandong dengan komunitas Islam di negeri Morela, di Kecamatan Leihitu.

Ketika konflik Maluku terjadi di kota Ambon kemudian menye-bar ke pulau Ambon, warga kedua komunitas terlibat dalam realitas konflik tersebut secara berhadap-hadapan dengan pola, bentuk dan intensitas konflik yang relatif tinggi.

Page 2: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

108

Intensitas Konflik

Satu hari setelah terjadi konflik di kota Ambon, keluarga-keluarga Kristen dari negeri Tihulale, Kamariang [dari pulau Seram] dan dari Titawai [dari pulau Nusalaut] yang sebelumnya tinggal secara bersama-sama dengan komunitas Islam, harus meninggalkan negeri Tulehu dan kembali ke negeri mereka. Hijrahnya keluarga-keluarga tersebut bukan disebabkan karena adanya tekanan dari komunitas Islam, tetapi semata-mata hanya berusaha menghindar untuk menyela-matkan diri mereka. Keputusan tersebut tentu cukup beralasan karena pada saat itu berkembang rumor dalam masyarakat [di negeri Tulehu] bahwa, di kota Ambon saat itu sedang terjadi perkelahian antar umat beragama.

Rumor tersebut ternyata berkembang juga dalam komunitas Kristen di negeri Waai. Serentak dengan itu pula, situasi kebersamaan yang pernah tercipta antar warga kedua komunitas berangsur-angsur mulai berubah secara signifikan. Para pengemudi mobil angkot dari negeri Waai yang biasanya parkir dan mengangkut penumpang di dermaga dengan tujuan ke kota Ambon, suda tidak tampak lagi. Hal ini disebabkan karena, mereka menghindar dari berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi saat itu.

Dermaga pelabuhan yang sebelumnya sangat ramai, tampak mulai sepi dan hanya disinggahi oleh speed boad yang mengangkut para penumpang khususnya komunitas Islam dari pulau Haruku saja, seperti dari negeri Pelau, Kailolo, dan beberapa negeri lainnya. Sedangkan kapal-motor dan speed boad yang mengangkut penumpang komunitas Kristen dari pulau Seram, Haruku, Saparua, dan dari pulau Nusalaut dengan tujuan ke kota Ambon, mereka cenderung memilih untuk menurunkan penumpangnya di pesisir pantai negeri Passo1

1 Di negeri Passo, tidak tersedia dermaga yang dapat disinggahi oleh Kapal-Motor maupun speed boad.

, sekalipun harus menempuh perjalanan dan membutuhkan waktu lebih lama.

Page 3: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

109

Realitas ini ternyata berdampak sangat buruk terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sudah tidak ada lagi aktivitas bongkar-muat di pelabuhan, warung-warung makan sudah tampak sepih karena tidak ada pengunjung, putusnya jalur transportasi yang menghubung-kan negeri Tulehu dengan kota Ambon. Semua ini berpengaruh terha-dap menurunnya pendapatan masyarakat secara signifikan. Pada hal, dermaga pelabuhan tersebut sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat potensial bagi komunitas Islam di negeri Tulehu.

Satu minggu kemudian aparat keamanan BKO dari TNI-AD2 datang ke negeri Tulehu kemudian mereka mendirikan pos-pos penja-gaan baik di negeri Tulehu, maupun di negeri Waai, dimana setiap pos penjagaan ditempati kurang lebih 30 orang. Pada saat hendak mendi-rikan pos penjagaan di dalam negeri Tulehu, komunitas Islam menyampaikan protes penolakan terhadap kehadiran mereka. Alasan penolakan tersebut semata-mata karena, tidak ada gangguan keamanan di dalam negeri3

Kehadiran aparat keamanan sebagaimana tersebut di atas, awal-nya ditanggapi secara positif oleh komunitas Kristen di negeri Waai. Karena itu, setiap pagi hari, warga biasanya menyediakan sarapan pagi [kopi, teh dan kue] kemudian mengantarkannya, pada siang dan malam hari juga disediakan makan kemudian diantarkan ke pos-pos penjaga-an. Kerelaan seperti ini semata-mata dilakukan karena pertimbangan kemanusiaan saja. Aparat sudah menjaga keamanan warga, baik pada siang maupun malam hari di pos-pos penjagaan, karena itu tidak ada

, akibatnya mereka mendirikan satu pos penjagaan di perbatasan antara negeri Tulehu dengan negeri Suli, satu pos di perbatasan antara negeri Tulehu dengan negeri Waai, dan satu pos lagi di antara negeri Waai dengan negeri Liang.

2 Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2010, dengan salah satu informan kunci IT, 61 tahun, Islam. Informan sudah tidak ingat secara jelas TNI-AD dari batalion mana yang datang kemudian mendirikan pos keamanan di perbatasan negeri Tulehu. 3 Pengakuan salah satu informan kunci IT, 61 tahun [Islam].

Page 4: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

110

salahnya jika warga menyediakan makanan dan minuman [jaminan] kepada aparat4

Pada tanggal 23 dan 24 Pebruari tahun 1999, mereka melakukan penyerangan untuk pertama kali selama dua hari berturut-turut. Akibatnya, empat orang meninggal, dan dua orang mengalami luka-

.

Warga komunitas Kristen di negeri Waai saat itu seolah-olah tidak terlalu menghiraukan realitas konflik yang sementara terjadi di kota Ambon. Karena itu, aktivitas keseharian baik sebagai petani di kebun maupun sebagai nelayan di laut tetap mereka laksanakan seperti biasa, sekalipun frekwensinya tidak seperti beberapa bulan sebelum-nya.

Pada saat itu, komunitas Kristen di negeri Waai tidak pernah berpikir bahwa mereka akan diserang oleh komunitas Islam yang berada di negeri-negeri tetangga. Keyakinan tersebut muncul karena selama ini tidak pernah ada permusuhan antara mereka satu dengan yang lainnya. Yang terjadi justeru sebaliknya, warga kedua komunitas yang berada di ketiga negeri (Tulehu, Waai dan Liang) senantiasa berusaha untuk membangun kehidupan berdampingan secara harmo-nis dalam berbagai konteks hubungan sosial, tanpa mempersoalkan perbedaan agama yang ada di antara mereka. Namun, perkiraan mereka ternyata meleset jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya.

Ketika intensitas konflik semakin tinggi di kota Ambon yang ditandai dengan terjadinya pembakaran terhadap rumah-rumah pen-duduk dan sarana-sarana peribadatan, beberapa orang warga komunitas Islam dari pulau Haruku, Saparua dan dari pulau Seram datang ke negeri Tulehu. Menurut IT, 61 tahun, Islam, mengatakan bahwa pada saat berkumpul, kemudian mereka mengatur rencana penyerangan ke komunitas Kristen di negeri Waai. Lebih lanjut dikatakan bahwa, pada saat itu ada beberapa orang tua di negeri Tulehu yang berusaha mencegah untuk tidak menyerang basudara[Saudara] Kristen di negeri Waai, namun usaha tersebut tidak dihiraukan sama sekali oleh mereka.

4 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010 dengan informan kunci, BW, 57 tahun [Kristen]

Page 5: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

111

luka karena terkena tembak5

Penyerangan tersebut terjadi diluar dugaan warga komunitas Kristen di negeri Waai

. Korban luka tembak tersebut, dicurigai oleh warga dilakukan oleh aparat keamanan. Menurut kesaksian salah sorang informan kunci [BW,57 tahun, Kristen] bahwa, saat itu mereka [komunitas Kristen] tidak melihat para perusuh dari komunitas Islam yang melakukan penyerangan dengan menggunakan senjata api.

Sejak saat itu, mereka mulai meragukan sikap netralitas aparat TNI-AD untuk memberikan jaminan keamanan kepada mereka. Keraguan tersebut cukup beralasan karena, aparat TNI-AD yang men-jaga keamanan di perbatasan kedua negeri [Tulehu-Waai] tidak meng-halau dan atau mencegah mereka [para perusuh]. Yang terjadi justru sebaliknya, para perusuh dibiarkan masuk dan menyerang warga komunitas Kristen.

Sebagaimana dituturkan oleh salah satu informan kunci tokoh masyarakat dari negeri Waai [UM, 69 tahun, Kristen] bahwa:

Masyarakat negeri Waai sangat kecewa dengan sikap aparat keamanan yang membiarkan para perusuh secara leluasa masuk kemudian melakukan penyerangan dan menembak mati ang-gota masyarakat di depan mata aparat keamanan, tanpa melaku-kan pencegahan.

6

Sejak saat itu, komunitas Kristen mulai merasa tertekan dan terancam. Mereka menjalani hari-hari kehidupan dengan penuh

, karena itu mereka hanya bertahan saja dan tidak melakukan perlawanan secara berarti. Sikap seperti itu diambil karena mereka [komunitas Kristen di negeri Waai] begitu percaya bahwa aparat keamanan yang semula diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan, tetapi malah sebaliknya dalam pelaksanaan justeru memberi peluang bagi para perusuh melakukan penyerangan. Melihat sikap aparat keamanan yang tidak netral tersebut, mendorong warga komunitas Kristen untuk berpikir kembali tentang peran TNI-AD.

5 Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2010 dengan informan kunci UM, 69 tahun, Kristen. 6 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010 dengan informan kunci, DB, 47 tahun [Kristen].

Page 6: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

112

keresahan, karena munculnya berbagai isyu bahwa akan ada penye-rangan kembali. Aktivitas warga sebagai petani maupun sebagai nelayan, sudah tidak dilakukan sebagaimana biasanya. Mereka merasa sangat khawatir untuk pergi melakukannya, apa lagi pada malam hari di laut sebagai nelayan.

Rupanya para perusuh tidak merasa puas dengan penyerangan pertama yang dilakukan pada bulan Pebruari, karena itu pada tanggal 18 Agustus 1999 komunitas Kristen di negeri Waai kembali diserang untuk kedua kalinya. Penyerangan tersebut datang dari komunitas Islam di negeri Liang, mengakibatkan dua orang meninggal7

Pada awal bulan Mei tahun 2000 yang ditandai dengan masuknya Lasykar Jihad [LJ] ke kota Ambon kemudian menyebar ke pemukiman-pemukiman Islam di pulau Ambon, menyebabkan stagnannya proses rekonsiliasi yang sedang diupayakan oleh Pemerintah Daerah. Keha-diran LJ ke komunitas Islam di negeri Tulehu

. Aparat TNI-AD yang bertugas menjaga keamanan di perbatasan kedua negeri [Liang-Waai], tidak berusaha menghalau atau mencegah mereka [para perusuh], namun dibiarkan masuk dan menyerang warga komunitas Kristen.

Akibat dari adanya sikap pembiaran aparat keamanan tersebut, komunitas Kristen tidak percaya lagi kepada mereka [TNI-AD]. Sikap resistensi tersebut ditunjukkan dengan cara warga komunitas Kristen tidak lagi menyediakan makanan dan minuman bagi aparat yang bertu-gas di negeri Waai. Sejak saat itu, komunitas Kristen di negeri Waai mulai mempersiapkan senjata primitif buatan sendiri [panah, tombak, parang] termasuk bom rakitan, yang dapat dipergunakan untuk men-jaga dan mempertahankan diri apabila ada penyerangan dari para perusuh.

8

7 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010 dengan informan kunci, DB, 47 tahun [Kristen]. 8 Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2010, dengan informan kunci IT, 61 tahun, Islam. Informan tidak mengetahui secara pasti jumlah LJ yang datang ke negeri Tulehu kemudian bergabung dengan warga komunitas Islam lokal dan menyerang komunitas Kristen di negeri Waai.

menimbulkan peru-bahan peta kekuatan pada kedua komunitas yang bertikai. Pola konflik

Page 7: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

113

pada saat itu sudah mengalami perubahan, antara lain dengan sudah menggunakan senjata dan amunisi standar, senjata berat, bom dan teknik berperang yang sangat tinggi.

Selain membawa perlengkapan perang, LJ juga menggunakan ajaran-ajaran Jihad untuk melegitimasi isyu-isyu provokatif yang mere-ka sosialisasikan kepada komunitas Islam lokal9. Akibatnya, mereka terprovokasi dan beberapa orang ikut dalam penyerangan tersebut10

Pada tanggal 15 Mei tahun 2000, ada upaya provokasi dari sekelompok pemuda Islam di negeri Liang yang menyampaikan kepada komunitas Kristen di negeri Waai bahwa, untuk menyambut obor perdamaian dari pulau Seram, maka setiap negeri harus diwakili oleh 15 orang pemuda. Saat itu, telah dilakukan koordinasi kemudian sudah

.

Salah seorang informan kunci [IT, 61 tahun, Islam] mengatakan bahwa:

Sebenarnya orang luar yang memanfaatkan negeri Tulehu sebagai jalur masuk untuk menyerang komunitas Kristen di negeri Waai. Kami [komunitas Islam di negeri Tulehu] tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena yang datang ke negeri kami adalah masyarakat sipil bersenjata. Kebanyakan dari mereka bukan orang Maluku, ada yang berasal dari Jawa, Sumatera, dan lain-lain yang kami tidak tahu berasal dari mana. Hanya beberapa orang lokal saja yang berasal dari negeri-negeri salam [Islam] di pulau Seram, Haruku dan dari pulau Saparua. Kami juga tidak mengetahui tentang target penyerangan, tetapi orang luar yang mengetahuinya. Beberapa orang anggota masyarakat kami juga terlibat dalam penyerangan ke negeri Waai, karena mereka terprovokasi dengan isyu-isyu yang disampaikan khususnya tentang ukuah islamiah, dimana antara sesama muslim harus saling membantu”.

Kehadiran LJ di komunitas Islam, khususnya di negeri Tulehu

ternyata meningkatkan semangat militansi dikalangan pemuda Islam lokal.

9 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010, dengan informan kunci MO, 63 tahun, Islam. 10 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010, dengan informan kunci DT, 59 tahun, Islam.

Page 8: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

114

selesai melakukan upacara adat dengan 15 orang pemuda dari komu-nitas Kristen untuk ikut serta. Namun, bersamaan dengan itu salah seorang warga komunitas Kristen [Bapak, Zeth Bakarbessy] ditemukan meninggal karena dibunuh di kebunnya yang letaknya diperbatasan dengan negeri Liang. Kejadian ini menimbulkan amarah dari komuni-tas Kristen, kemudian mereka membatalkan keikutsertaan para pemu-da untuk menyambut obor perdamaian tersebut.

Dalam situasi emosional warga seperti itu, tiba-tiba satu buah mobil angkot dari arah Tulehu dengan delapan orang penumpang yang melewati Waai hendak menuju negeri Liang. Pada saat mobil angkot tersebut sampai di Waai, kemudian diberhentikan oleh warga, dan serentak dengan itu pula warga mengeksekusi para penumpang dan sopirnya, kemudian mobil tersebut dibakar11

11 Hasil wawancara tanggal 26 Oktober 2010, dengan BW, 57 tahun [Kristen].

.

Pada tanggal 6 Juli tahun 2000, komunitas Kristen di negeri Waai kembali diserang untuk ketiga kalinya. Diawali dengan pembakaran terhadap gedung Gereja Katolik yang berada di perbatasan antara negeri Waai dengan Dusun Mamoking-negeri Tulehu, sehingga pengiriman pasukan keamanan ke Waai dinilai sangat terlambat [Suara Maluku, Jumat 7 Juli 2000]. Penyerangan tersebut dilakukan pada pukul 07.00 WIT secara besar-besaran dari tiga arah, yakni dari Tulehu, dari Liang dan dari Laut. Akibatnya, 31 orang meninggal, 7 orang mengalami luka terkena tembakan serta sebagian besar rumah penduduk, empat buah gedung Gereja dan lainnya sudah hangus terbakar.

Salah seorang informan kunci [DB, 47 tahun, Kristen] menga-takan bahwa, para perusuh menggunakan senjata berat pada saat penyerangan tersebut. Bangunan gedung Gereja dan rumah-rumah penduduk ditembak dengan mortir berkali-kali, akibatnya terbakar. Hanya 61 buah bangunan rumah penduduk saja yang masih utuh, sedangkan sembilan puluh persen lainnya sudah terbakar rata dengan tanah.

Page 9: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

115

Pada saat itu seluruh warga harus mengungsi ke hutan tepatnya di kaki gunung Salahutu, untuk menyelamatkan diri [Suara Maluku, 7 Juli 2000]. Sekalipun berada di tempat pengungsian di hutan, namun pada hari minggu biasanya mereka kembali untuk menunaikan ibadah minggu di bangunan gedung Gereja yang sudah terbakar.

Pada hari Sabtu tanggal 8 Juli, komunitas Kristen di kota Ambon dan dari pulau Haruku mengantarkan bantuan kepada mereka di hutan. Bantuan tersebut berupa terpal, lampu petromax dan bahan-bahan makanan. Tiga hari kemudian dua buah kapal perang [milik TNI-AL] dan satu buah motor Landen datang mengangkut warga yang sakit dan orang-orang tua untuk dibawa ke Ambon12

Sekalipun sudah mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri, namun aparat keamanan selalu berusaha untuk mengetahui keberada-an warga komunitas Kristen di lokasi pengungsian. Pada saat salah seorang warga

.

13

Kecurigaan tersebut ternyata benar. Pada hari minggu pagi tanggal 30 Juli, jam 10.00 WIT, para perusuh menyerang komunitas Kristen untuk keempat kalinya di lokasi pengungsian di hutan. Hujan mortir, granat, bom dan rentetan tembakan senjata organik terus

hendak menuju ke negeri Waai untuk mencari jenazah saudaranya [kakak] yang hilang pada saat penyerangan tersebut, ia bertemu dengan aparat keamanan [TNI-AD] dan menanyakan tentang jumlah warga komunitas yang berada di lokasi pengungsian. Menurut aparat “jika banyak maka ada 65 orang aparat keamanan [TNI-AD] yang akan naik ke tempat pengungsian untuk membantu sekaligus menjaga komunitas Kristen di hutan”.

Setelah kembali dari negeri ke lokasi pengungsian di hutan, kemudian ia menyampaikan keinginan aparat keamanan tersebut kepada beberapa orang warga komunitas Kristen. Terhadap kenyataan tersebut, seorang informan kunci [UM, 49 tahun, Kristen] mengatakan bahwa, keinginan aparat seperti itu sangat dicurigai sebagai upaya untuk mencari-tahu jalan masuk menuju ke lokasi pengungsian.

12 Hasil wawancara tanggal 26 Oktober 2010, dengan BW, 57 tahun [Kristen]. 13 Hasil wawancara tanggal 23 Oktober 2010, dengan WP, 51 tahun [Kristen].

Page 10: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

116

menggempur. Pada saat itu, orang-orang tua dibunuh, dan warga lari bersembunyi untuk menyelamatkan diri14

Akibat penyerangan tersebut, 23 orang dinyatakan meninggal dan 28 orang lain mengalami luka berat terkena tembakan. Korban-korban tersebut belum dapat dievakuasi, disebabkan karena para perusuh masih menduduki kawasan tersebut. Menurut Yambormias

.

Penyerangan tersebut berawal dari datangnya sejumlah warga komunitas Islam dari negeri Liang dan Tulehu ke negeri Waai hendak mencuri ‘senk’ bekas di atas rumah penduduk yang sudah porak-poranda akibat serangan tanggal 6 Juli lalu [Suara Maluku, Senin 31 Juli 2000]. Namun kedatangan mereka ternyata diketahui oleh sejumlah pemuda di negeri Waai yang tidak rela barang miliknya diambil begitu saja. Hal ini mengakibatkan terjadinya kejar-mengejar cukup seru sebelum warga komunitas Islam memilih pulang ke negeri Liang dan Tulehu. Namun kepulangan warga tersebut hanya bersifat sementara. Terhitung beberapa saat kemudian mereka kembali melakukan penye-rangan ke komunitas Kristen di negeri Waai.

15

Setelah Yambormias dan sejumlah tokoh masyarakat negeri Waai membeberkan kejadian riil yang terjadi di hadapan para petinggi Darurat Sipil, Kapolda Maluku [Brigjen Pol Drs. Firman Gani, saat itu] mengambil jalan tengah untuk mengirimkan satu kompi pasukan Brimob ke negeri Waai. Menurut salah seorang informan [JH, 63 tahun Kristen] bahwa, setelah aparat Brimob tiba kemudian dibantu oleh warga yang masih kuat fisiknya untuk melakukan penyisiran berhasil menemui 14 orang lansia [berusia antara 74-82 tahun] yang sudah

bahwa akibat lain dari penyerangan tersebut adalah, warga komunitas Kristen telah mengungsi lagi semakin jauh ke puncak bukit. Sebab, pegunungan yang selama ini dijadikan sebagai lokasi pengungsian, sudah tidak aman lagi. Namun demikian, masih ada oknom aparat yang mengejar sampai ke pegunungan kemudian melepaskan tembakan kepada kami [Suara Maluku, Rabu 2 Agustus 2000].

14 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010, dengan DB, 47 tahun [Kristen]. 15 Pendeta Jemaat Waai, saat itu.

Page 11: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

117

tidak mampu berjalan lagi. Ketika berpapasan dengan aparat, mereka berpikir pasti akan ditembak, mereka pasrah. Namun ternyata tidak, mereka ditahan baik-baik kemudian diturunkan oleh aparat dan di-tempatkan untuk sementara di kantor Gereja yang sudah hangus terba-kar, menunggu dievakuasi. Kemudian aparat kembali dan menemui 1985 orang dari hutan-hutan belantara dan perbukitan, kemudian dievakuasi ke posko penampungan sementara di negeri Suli. Sedangkan sekitar 2000 orang warga masih berkeliaran di hutan-hutan yang sedang terus dicari aparat untuk dievakuasi [Suara Maluku, Sabtu 5 Agustus 2000].

Sumber: http://www.oocities.org/ambon67/noframe/waairefg.htm. dikunjungi 10 Juli

2011.

Gambar proses evakuasi warga desa Waai yang harus berjalan

menembusi hutan, gunung dan sungai selama 2-5 hari. Tercatat ada 12 warga yang meninggal di perjalanan, 10 di antaranya adalah kelompok usia lanjut sedangkan dua di antaranya adalah anak-anak yang tidak

Page 12: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

118

mampu lagi bertahan dalam cuaca dingin-hujan, lapar dan kelelahan fisik. Hingga kini sebagian besar Pengungsi Waai yang berjumlah 6000-an jiwa ditampung di rumah-rumah warga maupun gudang pelabuhan Desa Passo.

Warga yang masih kuat fisiknya, terus berjalan untuk menye-lamatkan diri kemudian bertemu dengan sejumlah warga komunitas Kristen dari negeri Passo dan negeri Suli yang datang untuk membantu mengevakuasi mereka. Sekalipun harus ditempuh dengan berjalan kaki menuruni jalan-jalan perbukitan dan hutan belantara selama kurang lebih 4-5 jam menuju Passo, namun mereka merasa selamat dari kejaran para perusuh16

Satu hari kemudian, beberapa orang tokoh masyarakat Kristen dari negeri Waai melapor kepada Gubernur Maluku, Kepala Kepolisian Daerah Maluku

. Diakui oleh informan tersebut bahwa, tragedi kemanusiaan ini hendaknya menjadi renungan direlung hati masya-rakat Maluku yang sebelumnya terprovokasi dengan konspirasi pihak ketiga. Apalagi kehidupan “basudara Salam-Sarani” termasuk jalinan masyarakat negeri Waai dan Tulehu yang hanya berbada agama.

Peran Aktor dan Lembaga

Pada saat aparat BKO [TNI-AD] didatangkan dari luar Maluku, kemudian mendirikan pos-pos penjagaan untuk memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat, warga kedua komunitas mulai merasa aman. Namun, ketika komunitas Kristen diserang pertama kali oleh komunitas Islam dari negeri Tulehu [pada tanggal 23 dan 24 Pebruari tahun 1999], aparat keamanan tidak melaksanakan fungsi mereka sebagai penjaga keamanan. Aparat keamanan membiarkan para peru-suh dengan bebas menyerang komunitas Kristen di negeri Waai.

17 dan Pangdan VIII Trikora18

16 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010, dengan DB, 47 tahun [Kristen]. 17 KapolDa Maluku saat itu adalah Kol. Karyono Soemadinoto. 18 Pangdam VIII Trikora saat itu adalah Mayjen Amir Sembiring. Wilayah kerja Kodam VIII Trikora saat itu meliputi Maluku dan Irian Jaya.

tentang ‘adanya pem-biaran’ dari aparat keamanan, dan dugaan keterlibatan oknum aparat

Page 13: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

119

dalam penyerangan tersebut. Namun, laporan tersebut tidak mendapat sambutan positif dari mereka, hanya dikatakan akan dikirim pasukan tambahan19. Kuatnya dugaan warga terhadap keterlibatan aparat dapat dilihat dari jenis luka yang dialami warga karena terkena tembakan. Pada hal, komunitas Islam ketika melakukan penyerangan saat itu hanya menggunakan senjata-senjata tajam tradisional, seperti tombak, parang, dan panah dan bom rakitan20

Senada dengan itu, informan lain [DB, 47 tahun, Kristen] sangat mencurigai adanya kerja sama antara aparat keamanan dengan Lasykar Jihad [LJ]. Menurutnya, ketika LJ hadir di negeri Tulehu [bulan Mei tahun 2000] dengan membawa perlengkapan perang [senjata dan

.

Setelah penyerangan tersebut, tidak ada pasokan aparat keaman-an dari kota Ambon. Tanggung jawab keamanan hanya dipercayakan kepada beberapa orang anggota aparat keamanan TNI-AD yang ditu-gaskan di wilayah tersebut. Tindakan pembiaran dari aparat kembali terjadi ketika komunitas Islam melakukan penyerangan untuk kedua kalinya pada tanggal 18 Agustus tahun 1999. Aparat keamanan dari TNI-AD yang bertugas membiarkan komunitas Islam berjalan dari negeri Liang meliwati pos penjagaan mereka di daerah perbatasan. Tidak ada reaksi apa pun dari mereka untuk mencegah para perusuh. Akibatnya, para perusuh dengan leluasa masuk kemudian menyerang komunitas Kristen di negeri Waai.

Informasi yang diperoleh dari salah seorang informan kunci [FT, 59 tahun, Kristen] mengatakan bahwa, sejak saat itu warga komunitas Kristen sudah sangat resistensi kepada aparat keamanan, dan tidak lagi menaruh kepercayaan kepada mereka. Sebaiknya, warga harus menga-mankan diri sendiri. Pemerintah juga tidak terlalu memberikan per-hatian terhadap berbagai kejadian yang muncul dalam masyarakat. Jika sudah ada korban jiwa, baru Pemerintah mulai memberikan sedikit perhatian.

19 Hasil wawancara tanggal 25 Oktober 2010 dengan DB, 47 tahun [Kristen]. Informan kunci adalah salah seorang tokoh masyarakat yang ikut menyampaikan laporan penyerangan kepada Pemerintah Daerah, KapolDa, dan Pangdam VIII Trikora, saat itu. 20 Hasil wawancara tanggal 25 Oktober dengan JW, 53 tahun [Kristen].

Page 14: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

120

amunisi standar, bom dan lain-lain], tidak sedikit-pun ada upaya dari aparat keamanan untuk mencegah mereka [LJ]. Malah, mereka dibiarkan untuk memprovokasi warga [komunitas Islam lokal] dengan ajaran-ajaran jihad, kemudian menyusun rencana penyerangan. Melihat realitas tersebut, salah seorang informan kunci [IT, 61 tahun, Islam] mengatakan bahwa:

Pada saat itu kami [warga] tidak bisa melarang dan tidak berdaya untuk mengusir mereka [LJ]. Sebetulnya, yang bisa melarang mereka adalah tentara [TNI]. LJ melakukan provokasi dan intimidasi warga komunitas Islam lokal. Prakarsa penye-rangan datang dari anggota LJ, bukan dari komunitas Islam lokal.

Kecurigaan warga sebagaimana tersebut di atas, terbukti pada

saat penyerangan ketiga kali yang dilakukan pada pagi hari jam 07.00 WIT tanggal 6 Juli tahun 2000. Warga komunitas Kristen cukup me-ngenal dan mengetahui serta dapat membedakan kemampuan meng-gunakan senjata standar antara warga sipil dengan aparat keamanan.

Beberapa anggota aparat keamanan yang bertugas dijumpai oleh warga sudah mengenakan baju putih panjang dan menyamar sebagai anggota LJ. Mereka ikut menembak warga komunitas Kristen, kemu-dian menembak rumah-rumah penduduk, empat buah gedung Gereja, dan lima buah gedung Sekolah dengan menggunakan mortir hingga terbakar [Suara Maluku, Sabtu 8 Juli 2000]. Penyerangan tersebut mengakibatkan warga komunitas Kristen harus mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri.

Ketika informasi penyerangan tersebut disampaikan kepada Gubernur Maluku21

21 Dr. Ir. Saleh Latuconsina, sebagai Gubernur Maluku, saat itu.

selaku Penguasa darurat Sipil di Maluku saat itu, beliau tidak mau memberikan komentar. Dengan nada kesal ia menga-takan bahwa, selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah, ia sudah berikan kewenangan pelaksanaan lapangan kepada Pangdam dan sudah diberi payung hukum untuk bertindak tegas, namun yang terjadi di lapangan lain [Suara Maluku, Jumat, 7 Juli 2000]. Setelah selesai penyerangan,

Page 15: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

121

kemudian baru Pangdam XVI Pattimura22

Kondisi keamanan di negeri Waai kembali mencekam, karena diserang kembali oleh komunitas Islam, LJ dan oknum aparat ke-amanan pada tanggal 30 Juli 2000. Usai diterima oleh Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat Sipil Maluku, Kapolda Maluku [Brigjen Pol. Firman Gani] dan Komandan Sektor [Kolonel A Siswanto] saat itu, A.J. Yambormias

mengatakan pihaknya sedang mengirim dua kompi pasukan ke Waai, yaitu dari Armed 13 dan dari Yonif 403 [Suara Maluku, Jumat, 7 Juli 2000].

23

Menurut Yambormias, bantuan aparat keamanan yang dikatakan Pangdam dikirim ke Waai, hanya sebatas negeri Suli dan Tulehu, dan mereka melakukan swiping senjata tajam di sana. Senada dengan itu, salah seorang petugas Bantuan Komunikasi Maranatha [BANKOM] mengatakan bahwa, bantuan itu tidak sampai ke Waai. Mereka hanya sampai ke perbatasan antara negeri Suli dan Tulehu saja [Suara Maluku, Rabu 2 Agustus 2000]. Keterlibatan oknom aparat TNI-AD [Suara Maluku, Jumat 4 Agustus 2000] yang bergabung dengan LJ dan warga komunitas Islam lokal kemudian melakukan penyerangan saat itu ke

mengatakan bahwa akibat serangan yang dilakukan perusuh yang disertai oknom aparat keamanan, warga komunitas Kristen kembali menjadi korban [Suara Maluku, Rabu 2 Agustus 2000]. Sekalipun warga sudah semakin jauh ke puncak bukit, namun ada oknom aparat yang mengejar mereka dan melepaskan tembakan. Bahkan satu dari empat buah terpal bantuan Satkorlak Maluku yang diberikan guna membuat tenda-tenda darurat bagi warga, hancur terkena bom [Suara Maluku, Rabu 2 Agustus 2000].

Yambormias membantah pernyataan Pangdam XVI Pattimura [Suara Maluku, 1 Agustus 2000] kala itu yang mengatakan bahwa, dua kompi bantuan telah sampai ke negeri Waai. Menurutnya, “tidak benar”. Salah seorang informan kunci [DB, 47 tahun, Kristen], menga-takan bahwa, saat itu tidak ada sama sekali aparat keamanan yang sampai ke daerah kami.

22 Brigjen TNI I Made Yasa, sebagai Pangdam XVI Pattimura, saat itu. 23 Pendeta Jemaat Waai, saat itu.

Page 16: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

122

pemukiman komunitas Kristen, ternyata menimbulkan dendam yang luar biasa dari warga komunitas Kristen.

Salah seorang informan kunci [AB, 59 tahun, Kristen] yang adalah purnawirawan TNI-AD dari Rindam Suli mengatakan bahwa sejak penyerangan pertama pada Pebruari 1999 hingga yang keempat kali tanggal 30 Juli 2000, ia melihat Pratu Irsan dan Serda Ali Jodi [dari Rindam Suli] bersama seorang anggota Brimob PolDa Maluku bernama Samardin Ohorela, ikut serta dalam penyerangan berkali-kali ke komunitas Kristen di negeri Waai.

Pada penyerangan tanggal 30 Juli, Pratu Irsan yang saat itu bersama perusuh, tertembak pada bagian dada dan saat ini sedang dirawat di RST Ambon, sementara Serda Ali Jodi tertembak di lutut, dan dirawat di rumah keluarganya di Tulehu [Suara Maluku, Jumat 4 Agustus 2000] . Budaya Lokal

Kedatangan LJ ke komunitas Islam di negeri Tulehu pada bulan Mei tahun 2000, menimbulkan kebingungan dari komunitas Islam lokal di negeri Tulehu. Ini disebabkan karena LJ hadir dengan mem-bawa serta perlengkapan perang, seperti senjata otomatis dan amunisi standar dalam jumlah yang relatif cukup banyak, kemudian mempro-vokasi warga, dan juga mengatur rencana untuk menyerang komunitas Kristen di negeri Waai. Melihat kondisi tersebut, salah seorang infor-man kunci [IT, 61 tahun, Islam] mengatakan bahwa:

Mereka sempat memberitahukan komunitas Kristen di negeri Waai untuk segera pergi meninggalkan negeri mereka, karena yang akan datang dan melakukan penyerangan adalah masya-rakat dari luar, dengan menggunakan senjata lengkap.

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah, apa yang menjadi per-

timbangan sehingga mereka [komunias Islam] terdorong untuk mem-beritahu komunitas Kristen di negeri Waai tentang rencana penye-rangan tersebut? Pertanyaan seperti ini tentu cukup sulit untuk di jawab, namun dari data lapang yang diperoleh dapat diberikan jawaban sebagai berikut.

Page 17: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

123

Ketika negeri Tulehu banyak didatangi oleh LJ dan komunitas Islam lokal [dari pulau Haruku, Saparua dan dari pulau Seram], ada kegelisahan dari sebagian warga komunitas Islam di negeri Tulehu tentang saudara mereka [komunitas Kristen] di negeri Waai. Mereka tidak menginginkan kondisi seperti ini terus-menerus, hari ke hari, dijalani tanpa ada kepastian tentang nasib saudara mereka di negeri Waai. Kami [komunias Islam lokal] di negeri Tulehu tidak meng-inginkan konflik terjadi, karena yang merasakan kesusahan dan kesengsaraan adalah orang Maluku, bukan orang luar24. Kami di negeri Tulehu mempunyai hubungan kekerabatan dengan masyarakat di negeri Waai. Karena itu, apa yang basudara rasa, kami juga merasa-kan25. Atas dasar hubungan itu maka, pada saat penyerangan, biasanya ada sejumlah anak-anak muda dari negeri Tulehu yang ikut, bukan untuk menyerang basudara di negeri Waai, tetapi pada saat itu jika ada basudara [saudara] yang bisa dibantu, mereka harus membantu untuk mengevakuasi basudara ke luar dari negeri Waai26

Realitas ini dibenarkan oleh salah seorang informan kunci [Ibu Anto, 49 tahun, Kristen] ketika komunitas Kristen diserang tanggal 30 Juli di hutan. Menurutnya, ketika ia bersama Suami dan Mertuanya berjalan menyusuri hutan naik-turun perbukitan untuk mencari jalan menuju ke Passo guna menyelamatkan diri, tiba-tiba mereka bertiga bertemu dengan LJ dan tiga orang pemuda Islam dari negeri Tulehu. Pada saat itu, langsung Suami dan Mertuanya dibunuh oleh LJ, sedangkan Ibu Anto sempat diselamatkan oleh para pemuda tersebut. Kata Ibu Anto kepada para pemuda tersebut bahwa, kalau mau bunuh saya, bunuh sekarang agar saya bisa mati di antara Suami dan Mertuanya. Kemudian tiga orang pemuda tersebut menghampiri Ibu Anto dan bertanya, Ibu fam [marga] apa, sahut Ibu Anto, saya marga ‘Matakupan’. Serentak dengan itu, para pemuda tersebut mengatakan bahwa mereka akan membantu, asalkan Ibu tidak boleh berbicara apa-apa. Setelah itu, Ibu Anto dipakaikan ‘Jilbab’ oleh mereka agar tidak mencurigakan LJ, kemudian diturunkan ke negeri Liang dan dari Liang

.

24 Hasil wawancara tanggal 26 Oktober 2010, dengan UT, 58 tahun [Islam]. 25 Hasil wawancara tanggal 22 Oktober 2010, dengan IT, 61 tahun [Islam]. 26 Hasil wawancara tanggal 24 Oktober 2010, dengan DT, 59 tahun [Islam].

Page 18: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Reintegrasi Sosial Pasca Konflik Maluku

124

Ibu Anto dibawa ke Hitu, seterusnya dari Hitu menuju Poka, dan dari Poka menyeberang ke Batu Merah dan seterusnya dibawa ke Galunggung [Markas Jihad]. Pada saat tiba di Galunggung, sebelum kembali ke negeri Tulehu, ketiga pemuda tersebut kembali meng-ingatkan Ibu Anto, agar tidak boleh berbicara apa-apa yang dapat menimbulkan kecurigaan dari anggota LJ. Ibu Anto memberikan jaminan kepada ketiga orang pemuda tersebut dengan mengatakan bahwa, ia tidak akan lakukan itu agar tidak dicurigai oleh LJ.

Ketika tiba di Galunggung, Ibu Anto bertemu dengan salah satu warga komunitas Kristen dari negeri Waai juga, yakni Ibu Maria. Ibu Maria mengalami nasib yang sama seperti yang dialami oleh Ibu Anto. Pada saat bertemu, mereka bersikap seolah-olah tidak saling mengenal antara satu dengan yang lain. Menurut Ibu Antobahwa, hanya dengan cara seperti ini saja yang dapat dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari anggota LJ yang ada saat itu. Jika tidak, mungkin mereka berdua sudah dibunuh.

Dua hari kemudian, Ibu Anto bertemu dengan salah seorang anak [kurang lebih berumur antara 11-12 tahun] di markas LJ. Anak tersebut menghampirinya kemudian ia memperkenalkan identitas dirinya secara lengkap kepada Ibu Anto, bahwa ia beragama Kristen. Setelah itu, Ibu Anto secara jujur dan polos menuturkan kisah per-jalanannya hingga sampai di markas LJ di Galunggung. Setelah men-dengar informasi yang dituturkan oleh Ibu Anto, kemudian ia langsung ke pusat kota dan menyampaikannya kepada aparat keamanan. Serentak dengan itu pula, aparat keamanan dengan pengawalan ketat pergi menuju markas LJ dan menyelamatkan sekaligus mengeluarkan Ibu Anto dari Galunggung dan dibawa ke pemukiman komunitas Kristen di kota.

Kesimpulan

Konflik sosial antar dua komunitas yang diawali pada tanggal 23 Pebruari 1999, dan berlangsung lebih dari satu tahun, dan terjadi dalam intensitas yang tinggi.

Page 19: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109

Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong…

125

Jika dicermati secara saksama, tingginya intensitas konflik karena Lasykar Jihad dan aparat keamanan [pihak ketiga] ikut di dalamnya. Oknom aparat TNI-AD dan Polisi berperan sebagai pendorong konflik antar kedua komunitas, bukan sebagai peredam konflik. Demikian juga halnya dengan manajemen konflik oleh aparat, jika terlambat, memi-hak dan sangat represif cenderung justru meningkatkan intensitas konflik antar kedua komunitas.

Seharusnya, intensitas konflik antar kedua komunitas secara umum dapat diprediksi kemungkinannya, dan sebenarnya PolDa Maluku dan Kodam XVI cukup memahami kemungkinan ini. Hanya sering kali manajemen internal secara strategis tidak tanggap meres-pons kemungkinan peningkatan intensitas konflik.

Page 20: Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/734/8/D... · Dinamika Konflik antar Dua Komunitas yang Berbeda Hubungan Gandong… 109