Dinamika Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig dalam...

79
Dinamika Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig dalam Kerangka Sister City SKRIPSI Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Oleh: Mufidah Fahri E131 13 508 DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

Transcript of Dinamika Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig dalam...

  • Dinamika Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig

    dalam Kerangka Sister City

    SKRIPSI

    Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

    Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Hasanuddin

    Oleh:

    Mufidah Fahri

    E131 13 508

    DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2018

  • i

    ABSTRAK

    Mufidah Fahri, E13113508. “Dinamika Kerjasama Kota Bandung-

    Braunschweig dalam Kerangka Sister City” dibawah bimbingan H. Darwis,

    selaku pembimbing I dan Aswin Baharuddin, selaku pembimbing II, pada

    departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik, Universitas Hasanuddin.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Transformasi Kerjasama Sister City

    Kota Bandung dan Kota Braunschweig, Kontribusi Kerjasama Sister City yang

    dijalankan oleh kedua kota terhadap kota Bandung serta Hambatan dan Peluang

    Kerjasama Sister City Kota Bandung dan Kota Braunschweig.

    Metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan tipe penelitian

    deskriptif-analitik yang menggambarkan fakta-fakta mengenai kerjasama kota

    Bandung-Braunschweig dalam kerangka Sister City. Teknik pengumpulan data

    yang digunakan penulis adalah telaah pustaka yang bersumber dari buku, jurnal,

    dokumen, artikel, serta dari berbagai media elektronik maupun non elektronik,

    dan juga metode wawancara yang dilakukan kepada Bagian Kerjasama Daerah

    Sekretariat Daerah Kota Bandung dan Komunitas Deutschclub Kota Bandung.

    Dalam penelitian ini, seluruh data dianalisa secara kualitatif dan untuk

    pembahasan masalah, penulis menggunakan teknik penulisan deduktif.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembaharuan Piagam Persahabatan

    menjadi Memorandum of Understanding sebagai bentuk penegasan bidang

    kerjasama yang disetujui untuk dijalankan dengan melihat potensi yang dimiliki

    oleh kedua kota dalam kerangka Sister City. Setelah adanya Memorandum of

    Understanding kerjasama Sister City kedua kota dapat dikatakan meredup atau

    vakum sehingga dibuatlah Minutes of Meeting sebagai penegasan kembali

    persahabatan erat antara kota Bandung dan kota Braunschweig. Kerjasama yang

    menjadi Sister City pertama di Bandung dan tertua di Indonesia ini tentunya

    diharapkan dapat memberikan kontribusi dan mengembangkan potensi kedua

    kota. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan dalam berlangsungnya kerjasama

    Sister City ini. Namun di sisi lain, memiliki peluang untuk tetap menjalankan

    kerjasama.

    Kata Kunci : Sister City, Pemerintah Daerah, Kota Bandung, Kota Braunschweig, Piagam Persahabatan, Memorandum of Understanding

  • ii

    ABSTRACT

    Mufidah Fahri, E13113508. “Dynamics of Bandung-Braunschweig City in

    Sister City Framework”. Under the supervision of H. Darwis as Supervisor I,

    and Aswin Baharuddin as Supervisor II, in Department of International

    Relations, Faculty of Social and Political Science, Hasanuddin University.

    This research aims to analyse the transformation of Sister City cooperation of

    Bandung-Braunschweig city, the contributions to the city of Bandung,

    Opportunities and barrier of Bandung-Braunschweig city in Sister City

    Framework.

    The research method that used is a descriptive analytical, this method aimed to

    describe the facts about the cooperation bandung-braunschweig City within the

    framework of sister city. Data collection techniques used by the author is the

    study of literature research based on various sourced from electronic or non-

    electronic books, journals, documents, articles, as well as interview methods

    conducted to the Partnership of Regional Secretariat of Bandung City and

    Deutschclub Community of Bandung City. In this research, all data were

    analyzed qualitatively and for the discussion of topic, the author uses deductive

    writing techniques.

    This research includes that the renewal of the Friendship Charter became a

    Memorandum of Understanding as a form of affirmation of agreed areas toward

    cooperation by looking at the potential possessed by both cities within the

    framework of Sister City. After the Memorandum of Understanding of Sister

    City's cooperation, the two cities can be said to be dimmed or vacuum so that the

    Minutes of Meeting was made as a reaffirmation of the close friendship between

    the city of Bandung and the city of Braunschweig. As the cooperation that became

    the first Sister City in Bandung and the oldest in Indonesia, this sister city

    coperation is certainly expected to contribute and develop the potential of both

    cities. However, there are some obstacles in the ongoing cooperation of Sister

    City. But on the other hand, have the opportunity to keep running cooperation.

    Keywords: Sister City, Local Government, Bandung City, Braunschweig City,

    Friendship Charter, Memorandum of Understanding

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada

    Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya dan shalawat untuk Rasulullah SAW.

    sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Dinamika Kerjasama Kota

    Bandung-Braunschweig dalam Kerangka Sister City” ini dapat terselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena segala

    keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.

    Dalam penyusunan skripsi ini tentunya diikuti oleh dukungan dan doa dari

    berbagai pihak disekitar penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

    ucapkan kepada :

    1. Keluarga yang selalu mendampingi penulis yakni Papa tersayang Fahri

    Sabir yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis juga

    menjadi salah satu tempat berkeluh kesah dan berbagi cerita tentang apa

    saja dan Mama tercinta Nismah Jalil yang selalu menjadi pengingat untuk

    penulis menyelesaikan kuliah, kesuksesan yang telah dilewati oleh penulis

    tentunya merupakan doa dari mama yang dikabulkan oleh Allah SWT.

    Tidak lupa pula teruntuk saudaraku, Kakak Lia yang menjadi kakak satu-

    satunya didunia dan selalu menjadi panutan untuk tangguh menjalani

    hidup; Ica semoga segera dapat gelar dokternya; Saskia yang selalu setia

    berada didekat penulis saat senang apalagi saat badan terasa pegal-pegal;

    Eril, adik yang sesekali bertanya tentang perkuliahan penulis; Iyan, adik

    paling kecil; Kakek Alm. Abd. Jalil Said, kakek yang sangat penulis

    sayangi dan yakin bahwa doa kakek selalui menyertai penulis; Kakek

  • iv

    Alm. Sabir Laidjo yang telah menyempatkan dirinya mendoakan penulis

    meskipun saat itu sedang berada di rumah sakit; Nenek Suaebah, Nenek

    Aspiah, Tante Ani, Tante Ira, Om Emal, dan Tante Ida yang

    memberikan semangat dan doanya untuk penulis dalam menyelesaikan

    skripsi.

    2. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu,

    M.A., beserta jajarannya.

    3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,

    Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si., beserta jajarannya.

    4. Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNHAS yang juga

    merupakan Pembimbing I, Bapak H. Darwis, MA, Ph.D., atas dukungan

    dan kebaikan hatinya selama ini.

    5. Bapak Aswin Baharuddin, S.IP, MA., selaku Pembimbing II yang

    dengan sabar telah membimbing dan memberikan masukan yang berguna

    bagi penulis selama proses penyusunan skripsi.

    6. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP

    UNHAS yakni, Pak Patrice, Pak Nasir, Pak Agus, Pak Bur, Pak Ishaq,

    Pak Gego, Pak Adi, Pak Munjin, Pak Aspi, Pak Imran, Ibu Puspa,

    Ibu Seni, Ibu Isdah, dan Kak Jannah terima kasih penulis ucapkan atas

    segala ilmu dan motivasi yang telah diberikan.

    7. Ibu Tia dan Kak Rahmah atas segala bantuan dan kebaikan hatinya

    dalam hal pengurusan administrasi perkuliahan, seminar proposal hingga

    ujian skripsi; Kak Ija staf kemahasiswaan FISIP UNHAS yang selalu

    memberikan motivasi dan bantuannya kepada penulis dalam mengurus

  • v

    keperluan administrasi dan juga seluruh staf bagian akademik FISIP

    UNHAS yang telah memberikan bantuannya dalam mengurus berkas

    ujian.

    8. Ibu Leonny Petrogeny, Staf Sub. Bagian Kerjasama Luar Negeri Kota

    Bandung yang telah dengan ramahnya memberikan bantuan untuk

    mendapat data terkait penelitian penulis; Kang Teguh Sarwono, salah

    satu anggota komunitas Deutchsclub Bandung yang telah meluangkan

    waktunya untuk memberikan data melalui wawancara; Kak Leila Pratiwi

    yang telah berbagi ilmu nya tentang topik skripsi Sister City Bandung-

    Braunschweig.

    9. Sahabat penulis yang bersama melewati hari-hari di masa perkuliahan.

    Ivonne Kurnia T, sahabat yang sangat penulis sayangi, selalu punya

    waktu menelfon ataupun mengangkat telfon untuk membahas hal yang

    sangat penting hingga hal yang super duper penting, wanita karir yang

    memiliki segudang rencana dan selalu mengajak untuk produktif yang

    sekarang sudah dapat kerjaan , jangan lupa nanti kalo sudah sukses, beli

    Apartement. Terima kasih untuk selalu memberikan nasihat dan tanggapan

    positif atas segala hal yang penulis lakukan. I’m lucky to met such a kind

    hearted person like you. Hildayani Rusdy, sahabat yang juga sangat

    penulis sayangi, teman yang selalu membukakan pintu rumahnya ketika

    larut malam dan tak tahu arah pulang, teman posko KKN yang menjadi

    salah satu alasan untuk selalu bahagia menjalani hari-hari. Terima kasih

    untuk kepeduliaannya, kasih sayangnya, dan semangat yang selalu

    diberikan. Riska Budiati, ini juga sahabat yang sangat penulis sayangi

  • vi

    yang mau ala-ala introvert padahal sebenarnya extrovert. Terima kasih

    ikka untuk selalu setia menemani. Semangat ikka!

    10. SEATTLE 2013. Teman angkatan penulis yang selalu bersama menjalani

    kehidupan mahasiswa dan senantiasa memberikan keceriaan dikehidupan

    penulis. Thorgib, Ketua Angkatan yang bijaksana dalam menyatukan

    teman-temannya; Fajar, teman alias pembimbing bayangan yang sangat

    tidak saya sangka menemani hari-hariku menyelesaikan skripsi di tempat

    andalan “new buana”, setia menjawab setiap pertanyaan yang berulang

    kali saya tanyakan, terima kasih untuk kesabarannya dan selalu ada

    menjadi teman penulis juga untuk semangat yang diberikan ketika penulis

    merasa tak sanggup lagi. Semoga selalu bahagia dan motornya sehat wal

    afiat selalu; Tenri, sahabat sejak maba yang selalu memberikan motivasi,

    menanyakan kapan saya ujian dan telah memberi lembaran kehidupan

    yang menyenangkan untuk penulis; Puput, ini juga sahabat sejak maba

    yang sibuk menjadi tentor dan berbagai urusan luar kampusnya, dulu saya

    prediksi akan jadi ibu rumah tangga seutuhnya tapi sekarang sepertinya

    akan jadi wanita karir, terima kasih untuk kebahagiaan yang selalu

    diberikan; Budi, teman yang selalu siap sedia untuk ditanya kapan saja

    dimana saja. Makasih budi; Zia, teman yang selalu berusaha bikin tenang

    kalau lagi panik. Makasih zia selalu punya waktu balas chat ku yang

    berputar-putar; Kak Kiki, yang menemani ke bandung dan selama di

    bandung penelitian. Makasih teh!; Husnul, ini dia teman kerja skripsi dari

    kosan ke new buana terus ke tempat lainnya demi S.IP, dari pagi sampai

    malam, makasih sudah jadi teman kerja skripsi yang seru, pemberani, kuat,

  • vii

    dan hebat (angkat galon); Chandra, Arfan, Dhyla, Ziza, Rani, Pupe,

    Eda, Lena, teman teatrikal golden moment yang super seru; Echa, mana

    oleh-oleh ku dari padang!; Aufar, sukses untuk segala bentuk usahanya;

    Aldy, jadi angelica atau audrey atau andrew atau albert ini?; Affan, jangan

    suka tarik ulur apalagi urusan hati dan segera proposal, ujian meja, terus

    wisuda; Wiwin, ketua departemen danus yang sangat sabar membantu

    dalam organisasi dan membagi ilmunya tentang segala hal. Thanks a lot,

    win!; Enggra, teman se-departemen di danus yang sangat peduli dan

    tempat berbagi kepusingan; Tari, madam yang kalo diam jahat tapi

    penyanyang; Avy, ibu persit manis jelita; Ina, smart, beautiful and gaul;

    Fira, segera ujian jo, semangat!; Dipo, teman proposal dan akhirnya

    wisuda bareng; Sandi, teman proposal dan juga ujian skripsi; Tira, ini

    juga teman proposal, semangat tira segera ujian skripsi!; Rian, semoga

    ilmu nya selalu berkah, tetaplah berbagi!; Iccang, Bob, Eka, Ayyub

    senang sekali ke danau tanralili bersama kalian dan empat teman lainnya.

    That’s unforgettable moments; Anni, teman TK ketemu lagi di kampus;

    Ilham, sangat banyak membantu penulis dan menjadi teman baikku.

    Sukses karirnya, mau jadi penyanyi solo atau ikut boyband juga boleh;

    Ardi, teman yang selalu siap sedia ditanya untuk urusan tugas di kelas;

    Asrin, tetaplah menjadi orang sabar; Akbar, wikipedia berjalan; Jeni dan

    Yanti, dua sahabat yang baik hati; Mardi, Goodluck untuk kita. Aamiin!,

    yang penting usaha dan doa; Patrick, membaca saja suaranya bagus

    apalagi menyanyi; Beatrix, dimanakah dirimu?; dan seluruh anggota

    Seattle 2013 yang tak disebutkan namanya akan tetapi terima kasih untuk

  • viii

    kalian semua atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan sejak

    maba hingga saat ini.

    11. HIMAHI FISIP UNHAS yang menjadi ruang belajar dan berkembang

    bagi penulis. Rumah yang menjadi tempat bertemu dengan banyak teman,

    berdiskusi, bersosialisasi, berkegiatan, dan berbahagia.

    12. Kakak-kakak di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang telah menjadi

    teman bagi penulis, Kak Michael, Kak Ridho, Kak Sam, Kak Haydar,

    Kak Viko, Kak Noufal Renwarin, Kak Aji, Kak Toso, Kak Dina, Kak

    Agor, Kak Aumi, Kak Amel, Kak Dian, Kak Mufidathul, Kak Sani,

    Kak Ama, Kak Sirton, Kak Gufron, Kak Akmal, Kak Rial teman ujian

    skripsi, Kak Ino, Kak Amma, Kak Tika, Kak Yuli, Kak Nita, Kak Ai,

    Kak Dewe, Kak Bayu, Kak Irene, Kak Tami, Kak Fifi, dan Kak Nizar

    yang telah menjadi kakak yang baik, selalu berbagi ilmu, dan kebahagiaan;

    Adik- adik di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Aulia, Devina,

    Rahmi, Wira, Zulmi, Tirza dan Suci teman se-departemen danus, Fiqri,

    Wais, Iyam, Chaca, Azrul, Firdha, Rizka, Amel, Hari, Zul, Khiyar,

    dan semua adik-adik yang tak tersebutkan namanya, terima kasih kepada

    kalian. Semangat untuk setiap kegiatan himpunan dan perkuliahan nya!.

    13. Teman- teman KKN Gel. 93 Desa Bonto Loe, Kec. Bissappu, Kab.

    Bantaeng yang mana Kak Habibie sebagai kordes teladan, Kak Andy

    menjadi kakak yang selalu bawa ke kota jalan-jalan, Kak Urya penyabar,

    Mey model cantik teman bercerita, Inta ibu dokter, Randa wanita kuat

    dan tahan banting, Diny gadis bontoloe andalan krucil-krucil. Makasih

    untuk moment nya selama masa kkn!.

  • ix

    14. Sahabat sejak SMP, Lisa, Alfy, Qiah, dan Kiki yang selalu menjadi

    supporter dalam menyelesaikan skripsi. Makasih untuk dukungan, doa dan

    pengertiannya.

    15. Untuk semua pihak yang tak tersebutkan satu persatu ataupun tak

    dijelaskan oleh penulis. Kalian semua telah memberikan kesan untuk

    penulis yang tidak dapat dituangkan dalam kata-kata. Sekali lagi, terima

    kasih untuk segala bentuk dukungan, doa, dan kebahagian yang telah

    diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan kalian

    semua. Aamin yaa rabbal ‘alamin.

    Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapa

    saja yang membacanya.

    Makassar, 11 Maret 2018

    Mufidah Fahri

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PENGESAHAN

    HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    ABSTRACT .................................................................................................. ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. x

    DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

    BAB I.PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 4

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 5

    D. Kerangka Konseptual .......................................................................... 6

    E. Metode Penelitian ................................................................................ 11

    1. Tipe Penelitian .............................................................................. 11

    2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 12

    3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 12

    4. Teknik Analisis Data .................................................................... 12

    5. Metode Penulisan ......................................................................... 13

    BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 14

    A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 14

    B. Kerjasama Internasional ..................................................................... 15

    C. Paradiplomasi ...................................................................................... 17

    BAB III.GAMBARAN UMUM KERJASAMA SISTER CITY KOTA

    BANDUNG-BRAUNSCHWEIG .................................................................. 32

    A. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ........... 32

    1. Potensi Kota Bandung dan Kota Braunschweig............................. 32

    2. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ........ 52

    B. Bentuk-Bentuk Kerjasama Kota Bandung-Braunschweig ................ 62

    BAB IV.DINAMIKA KERJASAMA KOTA BANDUNG-BRAUNSCHWEIG

    DALAM KERANGKA SISTER CITY ......................................................... 66

    A. Transformasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig .. 66

    B. Kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig

    terhadap kota Bandung ....................................................................... 72

    a) Pendidikan dan Budaya................................................................. 73

    b) Ekonomi ....................................................................................... 75

  • xi

    C. Hambatan dan Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig ....................................................................................... 77

    1. Hambatan Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig ...... 77

    2. Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig .......... 83

    a) Pendidikan dan Budaya ....................................................... 84

    b) Ekonomi .............................................................................. 85

    BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 88

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 88

    B. Saran .................................................................................................. 90

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 92

  • xii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 2.1 .........................................................................................................37

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 ...........................................................................................................45

    Tabel 2.2 ...........................................................................................................51

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1.......................................................................................................48

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 .......................................................................................................98

    Lampiran 2 .......................................................................................................99

    Lampiran 3 ........................................................................................................101

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hubungan Internasional mulai mengalami transformasi terkait dengan

    aktor yang terlibat yang disebabkan oleh fenomena globalisasi. Jika kita melihat

    ke dalam unit analisis negara, bukan lagi hanya pemerintah pusat yang memiliki

    wewenang dalam menjalin hubungan kerjasama internasional. Hal ini bertujuan

    untuk mencapai kepentingan nasional secara khusus sesuai dengan pemenuhan

    kebutuhan masyarakat per-wilayah di suatu negara yang tidak dapat dipenuhi

    secara mandiri. Maka dari itu, terdapat penyerahan sebagian wewenang

    pemerintah pusat dalam menjalin kerjasama internasional kepada pemerintah

    daerah.

    Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah harus tetap melaporkan

    inisiasi bentuk kerjasama internasional yang akan dilakukan kepada pemerintah

    pusat agar koordinasi antar lembaga dalam pemeritahan di suatu negara tetap

    sejalan dengan kepentingan nasional yang diperjuangkan. Kerjasama yang ingin

    dilakukan oleh pemerintah daerah diberitahukan kepada Departemen Luar Negeri,

    Departemen Dalam Negeri dan Instansi terkait untuk mendapatkan pertimbangan

    (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2012, hal. 21-22).

    Pola interaksi hubungan internasional dalam era globalisasi yang berupaya

    menjadikan dunia lebih terintergrasi antara satu dengan yang lainnya menjadi

    awal mula munculnya pemerintahan daerah sebagai pelaksana interaksi

    internasional. Kehadiran pemerintah daerah merupakan salah satu aktor baru

  • 2

    dalam arena internasional di tengah globalisasi saat ini. Ditandai dengan

    banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dilakukan antar pemerintah-

    pemerintah daerah/lokal diberbagai negara didunia dimana satu sama lain saling

    berhubungan (Sembada, 2016, hal. 2).

    Berawal dari hal tersebut, maka muncul istilah Sister City sebagai bentuk

    interaksi internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah diberbagai belahan

    dunia yang terus meningkat diberbagai kota ataupun provinsi diberbagai negara.

    Definisi Sister City menurut Villiers dalam jurnal Sister-City Relationships As A

    Form Of Inter-Organizational Cooperation: Exploratory Case Studies In The

    Portuguese Context :

    Twinning is stimulated by the force of globalization and

    decentralization, and aims to increase learning, competitiveness,

    sharing of objectives and activating partners to fulfill a long-term

    strategic goal. These sister-city relationships imply a commitment of

    resources and joint decision-making, aim to create advantages for

    the parties involved, and can connect more than two partners,

    leading to the formation of network organizations (Franco &

    Marmelo, 2014, hal. 79)

    Kebijakan otonomi daerah di Indonesia memberikan keleluasaan kepada

    pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik

    sesama pemerintah maupun swasta, didalam dan luar negeri yang diharapkan

    dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan sinergi dalam membangun daerah.

    Kebijakan tersebutlah yang menjadikan pemerintah daerah diharapkan dapat

    melaksanakan pembangunan di daerahnya melalui upaya kerjasama Sister City.

    Sister City merupakan konsep dimana dua daerah atau kota yang secara

    geografis, administratif, dan politik berbeda, berpasangan untuk menjalin

    hubungan sosial antar masyarakat dan budaya. Hal tersebut menjadi peluang emas

  • 3

    di era otonomi daerah guna memajukan pembangunan di daerah. Kegiatan Sister

    City juga bertujuan untuk menjalin kontak sosial antar masyarakat dan hubungan

    budaya (Prameswara, 2014).

    Salah satu bentuk kerjasama Sister City yang terdapat di Indonesia

    bermula pada hubungan baik antara Pemerintah Kota Braunschweig di Jerman

    dengan Pemerintah Kota Bandung di Indonesia yang telah terjalin sejak lama.

    Secara resmi, hubungan baik tersebut ditandai dengan penandatanganan Piagam

    Ikatan Persaudaraan Bandung dan Braunschweig pada 18 Mei 1960 dihadapan

    Dewan Perwakilan Rakyat Kota Braunschweig antara Ny. Martha Fuchs selaku

    Oberbürger Meister dan Hans Günther Weber selaku Oberstadt Direktor bersama

    pihak Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Duta Besar Republik

    Indonesia untuk Jerman Dr. Zairin Zain. Walikota Bandung sendiri, R. Prinata

    kusumah baru kemudian menandatangani piagam tersebut pada 2 juni 1960 di

    Kota Bandung (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung,

    2016, hal. 18-19). Hubungan baik inilah kemudian yang dilanjutkan dalam

    kerjasama Sister City kedua kota antar negara.

    Peranan pemerintah daerah dalam kerjasama Sister City sendiri, baru

    diatur kemudian melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri pada tahun 1993

    no.193/1652/PUOD (Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 1993).

    Berdasarkan aturan tersebut, Hubungan baik antara Pemerintah Kota Bandung dan

    Pemerintah Kota Braunschweig sebelum tahun 1993 merupakan dasar bagi

    aktivitas ekstra-yurisdiksi yang dilakukan langsung oleh unit pemerintahan

    Indonesia kemudian hari. Latar sejarah itulah yang menjadikan kerjasama Sister

  • 4

    City pemerintah kota Bandung dan pemerintah kota Braunschweig memiliki

    keunikan dan kekuatannya sendiri.

    Pelaksanaan kerjasama Sister City kota Bandung dan kota Braunschweig

    merupakan salah satu bentuk kerjasama Sister City tertua di Indonesia. Dengan

    pertimbangan, kerjasama ini harus memiliki landasan hukum yang kuat sehingga

    diakui oleh dunia internasional. Maka hubungan kerjasama yang telah

    berlangsung cukup lama ini terus dikembangkan dan pada tanggal 19 juni tahun

    2000 piagam persahabatan diperbaharui dengan Memorandum Of Understanding

    (MoU) yang ditandatangani oleh Walikota Bandung saat itu, A. A .Tarmana dan

    Walikota Braunschweig Mr. Werner Steffens di Kota Braunschweig (Sub Bagian

    Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2015).

    Kerjasama yang dilakukan oleh kedua kota berlandaskan pada potensi

    yang dimiliki dalam bidang Pendidikan dan Budaya. Kemudian dalam

    meningkatkan potensi yang dimiliki oleh kedua kota, pemerintah kota berinisiatif

    untuk menjalin kerjasama yang pada awalnya tercantum dalam bentuk piagam

    persahabatan yang berorientasi pada upaya menumbuh kembangkan hubungan

    persahabatan kemudian digeser ke arah bentuk kerjasama yang konkret dan saling

    menguntungkan melalui model kerangka Sister City.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    Hubungan yang dilakukan oleh kota Bandung dan kota Braunschweig

    telah berlangsung sejak penandatangan piagam persahabatan yang kemudian

    diperbaharui menjadi Memorandum of Understanding (MoU). Dalam penelitian

    ini penulis akan membatasi penelitian pada kerjasama yang dilakukan oleh kedua

  • 5

    kota setelah terdapat pembaharuan Memorandum of Understanding (MoU) pada

    tahun 2000 sebagai landasan dalam melakukan kerjasama melalui kerangka Sister

    City.

    Bidang kerjasama tersebut kemudian diselenggarakan melalui berbagai

    bentuk program dan kegiatan yang tentunya mengarah kepada keuntungan bagi

    kedua belah pihak. Maka dari itu berdasarkan paparan latar belakang masalah

    tersebut di atas, rumusan masalah penelitian ditujukan pada :

    1. Bagaimana Transformasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig?

    2. Bagaimana Kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig terhadap Kota Bandung ?

    3. Bagaimana Hambatan dan Peluang Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

    1. Untuk mengetahui transfomasi Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig.

    2. Untuk mengetahui kontribusi Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig terhadap Kota Bandung.

    3. Untuk mengetahui hambatan Kerjasama Sister City Kota Bandung-

    Braunschweig

  • 6

    Adapun kegunaan yang diharapkan oleh penulis dari hasil penelitian ini

    terdiri atas :

    1. Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan disiplin

    ilmu hubungan internasional di masa datang, khusunya dalam lingkup

    kajian kerjasama Sister City Bandung – Braunschweig.

    2. Diharapkan mampu memberikan informasi dan menjadi bahan kajian, baik

    bagi para akademisi maupun peneliti bidang ilmu hubungan internasional.

    3. Diharapkan mampu menjadi masukan bagi segala pihak dan para

    pengambil kebijakan.

    D. Kerangka Konseptual

    Dalam menjalankan hubungan internasional dilakukan interaksi oleh aktor

    internasional berupa kerjasama, persaingan, pertentangan, ataupun pertikaian yang

    dapat menghasilkan perjanjian internasional ataupun hubungan diplomatik.

    Kerjasama yang dilakukan oleh aktor internasional dapat melibatkan aktor negara

    ataupun non-negara. Hal yang dilakukan terkait kerjasama internasional mengacu

    pada politik luar negeri untuk pencapaian kepentingan.

    Kerjasama Internasional merupakan alat internasional yang berfungsi

    untuk memberikan fasilitas-fasilitas dan untuk melayani kegiatan-kegiatan yang

    hampir tidak ada batasnya. Hal tersebut terdapat dalam suatu kerjasama

    internasional, misalnya dalam kerjasama internasional tentang ilmu pengetahuan,

    kekuasaan perusahaan internasional, kerjasama dalam pengumpulan dan

    penyebaran berita dunia, dalam komunikasi internasional antar gereja, profesi,

    serikat-serikat kerja dan badan-badan pemerintah dalam mengejar lain-lain

  • 7

    kegiatan yang terorganisir. Apabila suatu negara memutuskan untuk melakukan

    kerjasama dengan negara lain disebabkan oleh adanya motivasi-motivasi tertentu

    (Winamo, 2011, hal. 78), diantaranya :

    1. Motivasi untuk memperkuat kepentingan nasional, dimana kerjasama

    di pandang oleh suatu negara merupakan suatu alat untuk memperkuat

    kepentingan nasionalnya.

    2. Motivasi untuk memelihara perdamaian, suatu kerjasama diharapkan

    dapat memberikan jalan untuk menghindari konflik dan menghalangi

    terjadinya perang diantara negara-negara yang bertikai.

    3. Motivasi untuk mendorong kemakmuran ekonomi, dimana sebuah

    kerjasama diharapkan mampu mendorong tingkat kemakmuran

    ekonomi yang menjadi keinginan setiap negara.

    4. Motivasi untuk menangani eksternalitas, kerjasama yang diharapkan

    mampu menghilangkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh

    aktivitas manusia, seperti menipisnya sumber daya alam serta

    terorisme.

    Perkembangan globalisasi membawa dampak pada perkembangan

    konstelasi Hubungan Internasional yang menjadikannya tidak hanya terbatas pada

    permasalahan ataupun pencapaian perdamaian negara tetapi lebih dari pada itu

    yakni dapat menyangkut isu-isu kemanusiaan, kesetaraan gender, perkembangan

    ekonomi politik internasional, kejahatan transnasional, dan hal lainnya. Begitu

    pula dengan aktor hubungan internasional yang mengalami transformasi saat ini

    terbukti dengan tidak hanya negara yang menjadi aktor dalam menjalankan

  • 8

    hubungan internasional. Aktor sub-nasional negara seperti Individu ataupun

    pemerintah turut serta dalam melaksanakan interaksi antar negara.

    Aktor yang menjalankan hubungan internasional dapat mempengaruhi

    kebijakan dalam dan luar negeri melalui diplomasi. Menurut Sir Ernest dalam

    buku yang berjudul Guide to Diplomatic Practice, definisi Diplomasi sebagai

    berikut:

    Diplomasi adalah penggunaan dari kecerdasan dan kebijaksanaan

    untuk melakukan hubungan resmi antar pemerintah negara – negara

    merdeka, kadang – kadang juga dilakukan dalam hubungannya

    dengan negara – negara pengikutnya, atau lebih singkatnya lagi,

    pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antara negara dengan cara

    damai (Ernest, 2011, hal. 1).

    Adapun Aspek dalam pelaksanaan diplomasi kini tidak hanya mengenai

    perdamaian dan resolusi konflik tetapi juga mencakup aspek lain seperti

    kesehatan, pendidikan, kebudayaan, olahraga, dan hal lainnya. Selain perubahan

    terhadap aspek, perubahan selanjutnya juga terjadi pada aktor yang melaksanakan

    diplomasi. Sejak tahun 1960an, konsep diplomasi menjadi lebih luas dengan tidak

    lagi merujuk pada aktivitas hubungan internasional yang dilakukan oleh negara

    melalui perwakilan diplomat resminya saja (Poros Ilmu, 2015). Misalnya, dalam

    kebijakan pemerintah Indonesia yang tercantum pada UU Pasal 37 tahun 1999

    disebutkan bahwa pelaku hubungan internasional meliputi pemerintah di tingkat

    pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha,

    organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau

    warga negara. Oleh karena itu, tujuan diplomasi berkembang sesuai dengan

    kepentingannya. Pemerintah kota misalnya, memanfaatkan paradiplomasi sebagai

    sarana untuk melakukan hubungan kerjasama dengan pemerintah kota di negara

  • 9

    lain untuk mencapai tujuan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah kedua kota tersebut.

    Adanya rasa cinta pada daerah didukung perkembangan globalisasi yang

    menyediakan kesempatan dalam menunjukkan identitas daerah serta

    mempromosikan kepentingan daerah menjadi salah satu faktor terciptanya

    paradiplomasi. Dalam sebuah jurnal yang membahas mengenai paradiplomasi,

    Neves mengungkapkan bahwa globalisasi mendorong pergeseran dari makro-

    regionalisme menjadi bentuk mikro-regionalisme atau yang disebut sebagai

    paradiplomasi (Neves, 2010, hal. 11). Istilah Paradiplomasi pertama kali

    diluncurkan dalam perdebatan akademik oleh ilmuwan asal Basque, Panayotis

    Soldatos tahun 1980-an sebagai penggabungan istilah ‘paralel diplomasi’ menjadi

    ‘paradiplomasi’, yang mengacu pada makna ‘the foreign policy of non-central

    governments’, menurut Aldecoa, Keating dan Boyer. Istilah lain yang pernah

    dilontarkan oleh Ivo Duchacek pada tahun 1990 untuk konsep ini adalah ‘micro-

    diplomacy’ (Mukti, 2013, hal. 2).

    Sedangkan menurut Barros, definisi dari Paradiplomasi adalah:

    Alat penting untuk menegaskan kembali gagasan sebuah proyek

    nasional yang mencari pembangunan yang lebih besar dan otonomi

    lebih besar bagi sub-unit nya. Dalam konteks ini, pentingnya

    kerangka kelembagaan dan hukum yang ada pada Pemerintah yang

    menjadi aktor sub-nasional untuk membangun daerahnya tanpa

    berpangku tangan terhadap kewenangan Pemerintah Pusat, akan

    tetapi sesuai dengan aturan dan hukum nasional yang berlaku,

    sehingga menciptakan sinergi antara Pemerintahan Pusat dengan

    Pemerintah Daerah (Barros, 2010, hal. 47).

    Penyelenggaraan Pemerintah yang dilakukan oleh aktor Sub-Nasional

    seperti Pemerintah Daerah/Kota mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    menjalankan hubungan luar negeri, terutama dalam bentuk-bentuk kerjasama

  • 10

    internasional, pembangunan daerah merupakan hal yang terpenting dari adanya

    penyelenggaraan Pemerintah Daerah, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,

    meningkatkan pola pelayanan birokrasi, dan meningkatkan kualitas kehidupan

    dan kerukunan antar masyarakat.

    Dalam buku yang berjudul Paradiplomacy ‘Kerjasama Luar Negeri oleh

    Pemda di Indonesia, kajian mengenai Paradiplomasi dapat ditinjau melalui 4

    aspek yaitu aspek teoritis Ilmu Hubungan Internasional yang menjelaskan bahwa

    paradiplomasi mengacu pada perilaku dan kapasitas melakukan hubungan luar

    negeri dengan pihak asing yang dilakukan oleh aktor sub-negara dalam mencapai

    kepentingan yang spesifik, aspek yuridis (hukum nasional dan hukum perjanjian

    internasional) yang menjadi sumber kewenangan yang diperoleh pemerintah

    daerah selaku daerah otonom dalam bertindak selaku aktor dalam hubungan

    kerjasama luar negeri dan pengaturan lanjutan yang bersifat lebih teknis oleh

    Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri, aspek diplomasi yang

    menunjukkan bahwa paradiplomasi dimulai dari segi multitrack diplomasi yang

    melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan maksud untuk memastikan

    kebutuhan dalam sebuah mediasi atau negosiasi dan memfasilitasi agar terjalinnya

    komunikasi di semua lapisan masyarakat yang terlibat dan meliputi 9 track yaitu

    pemerintah, non-government, bisnis, warga negara, pendidikan, kalangan aktifis

    (advokasi), agama, pemberian sumber daya, dan media massa yang

    menjadikannya disebut sebagai diplomasi total , dan yang terakhir yaitu aspek

    praktis pembuatan kerjasama internasional yang memuat teknis pelaksanaan,

    tahap-tahap persiapan, pedoman pelaksanaan dari Kementerian Luar Negeri dan

    Kementerian Dalam Negeri, dinamika negosiasi serta penanganan kerjasama

  • 11

    pemerintah daerah dengan pihak asing beserta kendala yang biasanya timbul

    dalam hubungan antar bangsa (Mukti, 2013). Hal inilah yang menjadikan poin

    eksklusif bagi paradiplomasi sebagai bagian dari diplomasi.

    Berdasarkan pada bentuk kerjasama yang dilakukan oleh aktor terlibat

    dalam buku Paradiplomacy in Action : The Foreign Relations of Subnational

    Governments, Duchacek menyebutkan paradiplomasi dalam tiga tipe yaitu

    transborder paradiplomacy, transregional paradiplomacy, global paradiplomacy

    (Aguirre, 1999, hal. 189-190). Dalam hal ini, kerjasama yang dilakukan oleh

    Bandung-Braunschweig termasuk dalam tipe global paradiplomacy yang berarti

    pemerintah sub nasional melakukan hubungan diplomasi dengan negara yang

    berbeda, dari kawasan yang berbeda, dari berbagai belahan dunia.

    Sementara itu, Soldatos (1990), secara fungsional atau berdasarkan

    cakupan isu dalam paradiplomasi, membagi dua tipe paradiplomasi yaitu global

    paradiplomacy dan regional paradiplomacy (Aguirre, 1999, hal. 192). Dari kedua

    tipe tersebut, kerjasama Bandung-Braunschweig dalam penelitian ini termasuk ke

    dalam tipe regional paradiplomacy atau lebih tepatnya micro-regional

    paradiplomacy karena menyangkut isu politik tingkat rendah dan wilayahnya

    tidak berbatasan secara langsung.

    Beberapa bentuk kegiatan paradiplomasi yang dilakukan oleh pemerintah

    kota yaitu pembentukan Sister City, Foreign Direct Investment, pembentukan

    proyek bersama serta pengiriman delegasi. Dalam penelitian ini, penulis

    menjadikan bentuk kerjasama Sister City sebagai fokus penelitian.

  • 12

    E. Metode Penelitian

    1. Tipe Penelitian

    Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptif-analitik

    yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris

    disertai argumen yang relevan. Kemudian dari hasil uraian tersebut dilanjutkan

    dengan analisis yang akan berujung pada kesimpulan yang sifatnya analitik. Tipe

    penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kasus atau

    fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut relevan dengan masalah penelitian.

    Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta mengenai

    kerjasama kota Bandung-Braunschweig dalam kerangka Sister City.

    2. Jenis dan Sumber Data

    Penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang

    diperoleh melalui wawancara langsung dan studi literatur, seperti buku, jurnal,

    artikel, majalah, dan situs-situs pendukung.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan

    dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, artikel, dokumen dari berbagai

    media baik elektronik maupun non elektronik. Adapun bahan-bahan tersebut

    diperoleh melalui :

    a. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin;

    b. Perpustakaan HIMAHI FISIP UNHAS;

    c. CSIS ( Centre Strategic and International Studies );

    d. Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung;

  • 13

    e. Komunitas Deutschclub Bandung.

    4. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu

    menganalisis permasalahan yang diteliti melalui penggambaran yang berdasar

    kepada fakta-fakta yang ada kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan

    fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argument yang tepat.

    5. Metode Penulisan

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pola deduktif yakni dengan

    menggambarkan permasalahan yang diteliti secara umum, kemudian menarik

    kesimpulan secara khusus dalam menganilisis data.

  • 32

    BAB III

    GAMBARAN UMUM KERJASAMA SISTER CITY KOTA BANDUNG-

    BRAUNSCHWEIG

    A. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig

    1. Potensi Kota Bandung dan Kota Braunschweig

    Berdirinya kota Bandung diprakarsai oleh Bupati Bandung yakni R. A.

    Wiranatakusumah II yang dianggap sebagai pendiri kota Bandung. Diresmikan

    sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25

    September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana. Kota itu dibangun

    dengan tenggang waktu yang sangat jauh setelah kabupaten Bandung berdiri pada

    pertengahan abad ke-17 Masehi (Diskominfo Kota Bandung, 2016). Semenjak

    berdirinya sebagai kota, Bandung terus melakukan pembangunan dan

    pembenahan sehingga saat ini dikatakan sebagai salah satu kota metropolitan.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bandung pada tahun 2016

    bahwa Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.490.622 menjadikannya

    kota terbesar ketiga negara Indonesia sekaligus menjadi Ibu Kota dari Jawa Barat

    (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2017). Bandung sering disebut sebagai

    “Paris Van Java” yang berdasar pada kota yang lebih ke arah eropa dengan pesona

    masa kolonial. Bandung juga disebut sebagai “Kota Kembang” karena banyaknya

    taman berbunga menghiasi kota. Bandung yang terletak dalam cekungan

    pegunungan Parahyangan di ketinggian 2.300 kaki diatas permukaan laut

    memiliki populasi sebanyak 2.861.779 pada tahun 2016. Dengan lebih dari 25

    sekolah tinggi dan pertumbuhan industri tekstil, Bandung sangat cocok dengan

  • 33

    kondisi perkuliahan dan daerah bisnis yang kuat (Bagian Kerjasama Daerah

    Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 59).

    Penduduk kota Bandung didominasi oleh etnis Sunda dan etnis Jawa.

    Banyaknya kultur yang dimiliki oleh Bandung dipengaruhi oleh Hindu dan Budha

    melalui tarian, kostum, seni, dan kerajinan. Kota Bandung merupakan pusat

    Budaya Sunda sejak tahun 1920. Budaya Sunda merupakan budaya yang

    berpengaruh bagi perkembangan budaya Indonesia. Kata ‘sunda’ berasal dari kata

    ‘su’ yang berarti baik, arti keseluruhan Sunda adalah segala sesuatu yang

    mengandung unsur kebaikan. Etos atau watak budaya yang dimiliki Sunda

    mengenai jalan menuju keutamaan hidup yaitu waras, baik, sehat, dan cerdas.

    Sunda juga memiliki khas seni yang sudah mendunia seperti Wayang Golek, Tari

    Jaipong, dan alat musik Angklung (Ekadjati, 1995, hal. 23).

    Budaya Seni khas Sunda sering dipertontonkan dalam kegiatan formal

    maupun non-formal seperti wayang golek yang merupakan pementasan sandiwara

    boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan diiringi musik degung

    lengkap dengan sindennya oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang

    disebut sebagai Dalang. Cerita dari wayang golek ini banyak diilhami oleh budaya

    Hindu dari India seperti Ramayana atau perang Baratayudha. Sama halnya dengan

    Wayang Golek, Pementasan Tari Jaipong juga diiringi dengan musik dan sinden.

    Selanjutnya, alat musik Angklung yang menjadi alat musik tradisional Jawa Barat

    yang kini telah mendunia. Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu

    dan dimainkan dengan cara di getarkan. Efek suara yang dihasilkan berasal dari

    benturan tabung-tabung bambu sehingga menghasilkan instrumen yang indah.

    Instrumen suara yang dihasilkan oleh Angklung ini kemudian digolongkan ke

  • 34

    dalam jenis “idiofon” atau alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan

    dasarnya. Sejak November 2010, UNESCO (The United Nations Educational,

    Scientific and Cultural Organization) menetapkan alat musik Angklung sebagai

    salah satu warisan kebudayaan dunia dengan kategori “Masterpiece of Oral and

    Intangible Heritage of Humanity” (Batara, 2012). Tidak hanya angklung yang

    menjadi alat musik khas sunda, melainkan terdapat pula rampak kendang, suling,

    kecapi, goong, dan calung yang tidak kalah menariknya ketika dimainkan dalam

    berbagai kegiatan formal ataupun non-formal.

    Kultur yang ada di kota Bandung masih dapat tetap terjaga meskipun

    banyak pendatang yang berasal dari berbagai suku dan budaya yang berbeda.

    Bahkan dengan adanya kemajuan teknologi dan globalisasi tidak menjadikan gaya

    hidup di kota tersebut terbawa oleh arus globalisasi dengan tetap menjaga kultur

    yang ada di Bandung seperti menggunakan pakaian adat ketika beraktifitas yang

    terlihat pada anak sekolah ataupun para pekerja kantoran yang menggunakan

    pakaian adat di hari tertentu. Kehidupan modern di kota Bandung tidak

    melunturkan karakteristik yang terbentuk karena keindahan, budaya, dan

    kekayaan sejarah kota tersebut.

    Selain keindahan kota nya yang menarik perhatian masyarakat lokal

    ataupun mancanegara, Bandung menjadi kota pilihan untuk melanjutkan sekolah

    perguruan tinggi karena di kota ini terdapat lima perguruan tinggi negeri yakni

    Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Universitas Pendidikan

    Indonesia Bandung, IAIN Sunan Gunung Djati, dan STIA-LAN. Terdapat pula

    sekitar 40 perguruan tinggi swasta dari berbagai strata, mulai dari program

    diploma 3 sampai program S3. Hal tersebut menjadikan Kota Bandung merasa sah

  • 35

    untuk menganggap dirinya sebagai pusat kegiatan pendidikan tinggi (Kompas,

    2003, hal. 239).

    Institut Teknologi Bandung menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia

    yang didirikan di Kota Bandung pada tahun 1920. Pendiri perguruan tinggi yang

    disebut Technische Hoogeschool te Bandoeng ini adalah pemerintah kolonial

    Belanda. Perguruan tinggi teknik pada mulanya diusulkan untuk didirikan di

    Batavia. Namun, karena suatu dan lain hal akhirnya didirikan di Bandung.

    Pendirian perguruan tinggi ini karena didesak oleh kebutuhan tersedianya tenaga

    ahli yang berpendidikan tinggi (Nasution, 2011, hal. 142).

    Pengembangan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan terus

    dilakukan oleh pemerintah kota bandung demi mencapai visi “Terwujudnya

    Pelayanan Pendidikan yang Bermutu, Berkeadilan dan Berwawasan Lingkungan.”

    dan misi pendidikan di Kota Bandung (Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2017),

    yaitu:

    1. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang merata dan berkeadilan;

    2. Mewujudkan pendidikan yang unggul dan bermutu;

    3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang berwawasan

    lingkungan;

    4. Meningkatkan profesionalisme dan mutu tenaga pendidik dan tenaga

    kependidikan;

    5. Mengembangkan pendidikan karakter menuju good governance melalui

    manajemen pendidikan yang akuntabel dan transparan;

    6. Penyelenggaraan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan

    kerja.

  • 36

    Salah satu bentuk pencapaian visi dan misi yang dilakukan oleh

    pemerintah yaitu dengan mewujudkan Kartu Bandung Juara yang ditujukan untuk

    peserta didik warga kota Bandung yang masuk ke dalam kategori Peserta Didik

    Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) pada setiap satuan pendidikan baik negeri

    maupun swasta, pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Kartu

    Bandung Juara sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan berhak

    mendapatkan bantuan biaya personal pendidikan untuk pembelian kebutuhan

    sekolah (Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2017).

    Kota Bandung juga dapat dikatakan sebagai pusat aktivitas perekonomian

    Jawa Barat berdasarkan sudut pandang bahwa perkembangan dan pembangunan

    suatu kota saling berkaitan dengan jumlah, struktur dan dinamika penduduknya,

    tingkat sosial ekonomi serta luas wilayahnya. Kebutuhan akan fasilitas sarana dan

    prasarana di suatu kota harus mampu memadai jumlah penduduknya. Watak dan

    kualitas kehidupan penduduk dapat dibentuk oleh tingkat sosial ekonomi sehingga

    wilayah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah akan cenderung

    menimbulkan kekumuhan, sebaliknya tingkat sosial ekonomi yang baik akan

    cenderung lebih teratur. Tingkat mobilitas dan interaksi antar penduduk berkaitan

    dengan aspek luas wilayahnya.

    Laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung menjadi yang lebih tinggi di

    Provinsi Jawa Barat dan bahkan juga tergolong diatas rata-rata pertumbuhan

    ekonomi nasional. Masyarakat kota bandung dikenal memiliki kreativitas yang

    tinggi dalam hal menciptakan sesuatu yang unik seperti dalam merancang busana

    hingga mengembangkan ide penjualan makanan. Maka dari itu, Bandung dikenal

    dengan Industri kreatif yang terus berkembang pesat hingga saat ini. Industri

  • 37

    kreatif memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan juga melibatkan seluruh

    kalangan dari usia tua hingga anak muda yang memiliki peran aktif dalam

    mengembangkan industri kreatif.

    Grafik 2.1

    Sumber : City profile, Bandung city, Indonesia

    Sektor kegiatan komersial1 yang paling sering terlihat adalah pada sektor

    bisnis pakaian yang tidak hanya menarik masyarakat lokal tetapi juga masyarakat

    yang berasal dari daerah lain. Masyarakat kota Bandung merancang produk

    mode/fashion sendiri dengan terus mengembangkan ide kreatif mereka dalam

    mengikuti gaya busana terbaru dan juga menggunakan tekstil dari pabrik lokal di

    Bandung Selatan (Tarigan, Sagala, Samsura, Fiisabiilillah, Simarmata, &

    Nababan, 2016, hal. 103).

    Mudahnya akses mobilisasi menuju kota Bandung berkontribusi dalam

    meningkatkan perekonomian kota Bandung karena semakin memudahkan

    berlangsungnya kegiatan perekonomian menjadikannya sebagai pusat

    1 sektor yang berhubungan dengan niaga atau perdagangan.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    2008 2009 2010 2011 2012

    Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, Nasional, dan Jawa Barat dalam persen

    Kota Bandung

    Nasional

    Jawa Barat

  • 38

    perekonomian Jawa Barat. Perkembangan perekonomian di kota Bandung turut

    menjadi magnet penarik bagi kota-kota disekitarnya. Bandung menjadi tujuan

    wisata ataupun tujuan untuk berbelanja bagi masyarakat daerah disekitarnya

    karena terbuka nya akses yang mudah untuk mencapai kota Bandung. Hal ini

    tentu memberi dampak pada besarnya permintaan barang konsumsi dan jasa yang

    dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan ekonomi kota Bandung

    (Simamora, 2016).

    Beberapa uraian diatas menjadi potensi bagi kota Bandung untuk terus

    berkembang. Keunggulan yang dimiliki secara komparatif maupun kompetitif

    serta posisi kota yang strategis sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat menjadikan

    kota Bandung sebagai pusat perekonomian. Tersedianya transportasi darat dan

    udara memberikan kemudahan akses untuk berkunjung ke kota Bandung baik

    secara domestik maupun internasional. Selain itu, kota Bandung sangat terkenal

    sebagai kota pariwisata, kota mode, serta penghasilan berbagai kerajinan tangan

    yang sudah mendunia. Faktor-faktor tersebut memberikan nilai tambah dan daya

    tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan nusantara untuk mengunjungi

    kota Bandung (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung,

    2016, hal. 13).

    Dengan potensi yang dimiliki oleh kota Bandung, pemerintah

    meningkatkannya melalui pengembangan jaringan kerjasama dalam negeri

    maupun luar negeri dengan tata cara kerjasama yang sesuai arahan kebijakan dan

    ketentuan peraturan perundangan. Bentuk kerjasama dalam negeri yang dilakukan

    oleh kota Bandung (Bagian Kerjasama Kota Bandung, 2017) adalah sebagai

    berikut :

  • 39

    a. Kerjasama Antar Daerah dilakukan sebagai upaya dua atau lebih daerah

    dalam konteks pengembangan wilayah atau program kewilayahan.

    Kerjasama ini bertujuan untuk mencapai sinergi antar wilayah melalui

    perencanaan pembangunan daerah dan implementasi pengembangan

    wilayah yang sinergis dan selaras. Kerjasama ini terbagi atas dua bentuk,

    yaitu :

    a) Kerjasama Wajib merupakan kerjasama antar-daerah yang

    berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang

    memiliki eksternalitas lintas daerah dan penyediaan layanan

    publik yang lebih efisien jika dikelola bersama;

    b) Kerjasama Sukarela dilaksanakan oleh daerah yang berbatasan

    atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan

    yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih efektif

    dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama. Contoh bentuk

    kegiatan ini adalah Little Bandung dan Hibah Aplikasi Smart

    City).

    b. Kerjasama Kementerian/LPNK (Lembaga Pemerintah Non-Kementerian)

    yang memiliki tugas untuk membantu presiden dalam melaksanakan tugas

    pemerintahan tertentu. Dulu namanya adalah Lembaga Pemerintah Non-

    Departemen saat ini menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian

    berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada

    presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri terkait. LPNK

    diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan

    Presiden RepublikIndonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan,

  • 40

    tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi,dan tata kerja Lembaga

    Pemerintah Non-Kementrian.

    c. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi merupakan koordinasi yang sangat

    penting dan merupakan suatu kemutlakan. Kekurangan dan keunggulan

    yang dimiliki masing-masing lembaga mengharuskan adanya koordinasi

    tersebut. Dalam setiap konteks pemerintah daerah selalu berada digaris

    terdepan, hal ini disebabkan karena perguruan tinggi adalah lembaga yang

    secara administrastif dan akademik berada dibawah tanggungjawab

    pemerintah daerah. Perguruan tinggi dan sektor swasta membantu

    pemerintah daerah sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya serta

    melaksanakan kontribusi berdasarkan rancangan pengembangan yang

    telah dibuat pada awal setiap tahun.

    d. Kerjasama dengan pihak ketiga yang terdiri dari tiga bentuk kerjasama,

    yaitu :

    a) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah;

    b) Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU)

    dalam penyediaan infrastruktur seperti penjajakan light rail

    transport, penjajakan penerangan jalan umum, penjajakan duccting

    cable;

    c) Kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    e. Smart City merupakan sebuah konsep kota cerdas yang dapat membantu

    masyarakat mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan

    memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam

  • 41

    melakukan kegiatannya ataupun mengantisipasi kejadian yang tak terduga

    sebelumnya. Menurut data bahwa 70% permasalahan di Kota Bandung

    telah terselesaikan dengan konsep smart city melalui ragam pemanfaatan

    teknologi informatika atau aplikasi yang berorientasi pada pelayanan

    masyarakat. Aplikasi layanan aduan masyarakat (Lapor!) dan aplikasi

    pelayanan masyarakat berbasis online serta e-budgeting lainnya menjadi

    satu dari sekitar 300 perangkat lunak yang telah dibuat Pemerintah Daerah

    Kota Bandung untuk mendukung menyelesaikan permasalahan baik di

    lingkungan masyarakat maupun di internal birokrasi. Pada dasarnya, tiap

    perubahan bisa dilakukan selama ada kemauan (political will) dari tiap

    pemimpin daerahnya. Bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir,

    Pemkot Bandung telah mengeluarkan dana sekitar Rp. 40 miliar untuk

    membuat 300 lebih aplikasi.

    Kota Bandung juga menjalin kerjasama dengan pihak luar negeri dalam

    melakukan kolaborasi yang bertujuan untuk kemajuan bersama dan menciptakan

    pemerataan pembangunan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bentuk

    kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh kota Bandung (Bagian Kerjasama Kota

    Bandung, 2017) adalah sebagai berikut :

    a. Kerjasama Teknik Antar Negara/Pemerintah Daerah adalah istilah umum

    yang mencakup seluruh kegiatan yang memberi kontribusi terhadap

    pembangunan, terutama melalui penugasan tenaga ahli, bantuan peralatan,

    sarana pendidikan dan pelatihan, yang tujuan utamanya adalah untuk

    meningkatkan tingkat pengetahuan, keterampilan dan tingkat kemampuan

    produksi masyarakat kota di negara berkembang.

  • 42

    b. Kerjasama Swasta Asing adalah Kerjasama yang dilakukan Pemerintah

    Daerah dengan Badan Swasta Asing (BSA) yang merupakan perikatan

    formal untuk bersama-sama mengelola suatu kegiatan tertentu

    dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada

    masyarakat berdasarkan prinsip saling menguntungkan.

    c. Kerjasama Sister City merupakan persetujuan kerjasama antara dua kota,

    daerah setingkat provinsi, negara bagian atau prefektur yang memiliki satu

    atau lebih kemiripan karakteristik dimana dua daerah tersebut terdapat

    pada dua negara yang berbeda. Kemiripan tersebut misalnya ada pada

    kemiripan budaya, latar belakang sejarah atau jika dilihat dari segi

    geografis kedua daerah sama-sama daerah pantai atau daerah kepulauan.

    Hubungan kerjasama yang terjalin antara Kota Bandung dengan kota –

    kota tersebut tentunya dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan

    ekonomi maupun pembangunan di bidang-bidang lainnya. Oleh

    karenanya, hubungan kerjasama harus dilengkapi dengan program

    kegiatan yang tetap dan terencana, baik mengenai bidang – bidang yang

    akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-

    masing pihak, maupun mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi

    program kegiatan yang dikerjasamakan. Bidang yang dikerjasamakan

    yakni meliputi :

    a) Ekonomi, Perdagangan, Investasi, Industri, dan Pariwisata;

    b) Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Administrasi;

    c) Pendidikan, Kebudayaan, Kesejahteraan Sosial, Pemuda dan

    Olahraga;

  • 43

    d) Bidang-bidang lain yang kemudian akan disetujui oleh kedua belah

    pihak.

    Beberapa kota menjadi mitra kota Bandung dalam menjalankan Sister City

    untuk menggerakkan potensi domestik yang diharapkan dapat

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya kota dengan negara

    yang berbeda akan tetapi juga menjalin kerjasama dengan kota yang

    terdapat di dalam negeri. Berikut tabel daftar mitra kerjasama Sister City

    Kota Bandung, yaitu :

    Kota/Negara Tahun Keunggulan

    Braunschweig/Jerman 1960

    Kota terbesar ke-dua di Niedersachsen dan

    merupakan pusat penelitian dan

    pengembangan ilmiah.

    Fort Worth/Amerika

    Serikat

    1990

    Rumah bagi kompetisi piano internasional

    Van Cliburn dan beberapa museum kelas

    dunia yang dirancang oleh arsitek

    kontemporer yang dikenal secara

    internasional.

    Suwon/Korea Selatan 1997

    Suwon tumbuh dari pemukiman kecil

    hingga menjadi pusat industru. Kantor

    pusat Samsung Electronics R&D berlokasi

    di Suwon.

    Liuzhou/RRC 2006

    Kota terbesar ke-dua di Guangxi dan

    merupakan pusat industri di kawasan ini.

    Yingkou/RRC 2006 Kota pelabuhan yang merupakan muara

  • 44

    Sungai Liao di provinsi Liaoning tingkat

    prefektur Republik Rakyat Cina.

    Surabaya/Indonesia 2007

    Sebagai kota metropolitan, surabaya

    menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan,

    dan bisnis di daerah Jawa Timur dan

    sekitarnya. Surabaya adalah pusat

    perdagangan yang mengalami

    perkembangan pesat. Industri-industri

    utamanya antara lain galangan kapal, alat-

    alat berat, pengolahan makanan dan

    agrikultur, elektronik, perabotan rumah

    tangga, serta kerajinan tangan.

    Batam/Indonesia 2007

    Kota ini memiliki letak yang stategis dan

    selain berada di jalur pelayaran

    internasional, kota ini memiliki jarak yang

    berbatasan langsung dengan Singapura dan

    Malaysia.

    Shenzen/RRC 2012

    Pusat keuangan utama di Cina Selatan, dan

    juga rumah bagi Bursa Efek Shenzhen serta

    pusat dari berbagai perusahaan

    multinasional.

    Hamamatsu/Jepang 2014(LoI)

    Terkenal sebagai Kota Industri. Terutama

    untuk alat musik dan sepeda motor.

    Petaling 2015 Biasa disebut “PJ” oleh penduduk setempat

  • 45

    Jaya/Malaysia

    yang menjadi kota besar di Malaysia.

    Awalnya dikembangkan sebagai kota satelit

    untuk kuala lumpur.

    Seoul/Korea Selatan 2016

    Ibu kota serta kota metropolitan terbesar

    dari Republik Korea atau lebih dikenal

    sebagai Korea Selatan.

    Kawasaki/Jepang 2016

    Kota terpadat ke-sembilan di Jepang dan

    merupakan kota satelit bagi Tokyo.

    Namur/Belgia 2017

    Pusat komersial dan industri yang penting

    seperti menghasilkan mesin, barang kulit,

    logam dan porselen.

    Cotabato/Filipina 2017

    Cotabato dianggap sebagai kantung

    makanan pulau Mindanao. Kota ini adalah

    produsen utama sereal, buah-buahan tropis,

    sayuran, tebu, kelapa, kopi, ikan air tawar,

    dan ternak.

    Cuenca/Equador 2017(LoI)

    Kota ini memiliki pegaruh Eropa paling

    besar di negara Equador karena arsitektur

    kolonial Spanyol dari abad ke-16 dan ke-17

    yang menyerupai kota dan arsitektur di

    seluruh Spanyol.

    Tabel 2.1

    Sumber : Website resmi Bagian Kerjasama Kota Bandung, Sister City

  • 46

    Kota Braunschweig yang menjadi mitra kota kerjasama Sister City

    Bandung terletak dibagian Barat Laut Jerman pertama kali disebutkan dalam

    dokumen pada tahun 1031 sebagai “Bruno’s Wiek”. Menurut legenda yang

    menyebutkan terdapat saudara laki-laki bernama Bruno dan Dankward, keduanya

    adalah keturunan bangsawan di salah satu negara bagian Jerman yaitu Saxony.

    Mereka membangun “Villa Brunsweik” di sebuah lokasi bekas desa Saxon. Bruno

    mendirikan “Weik” yang merupakan tempat peristirahatan bagi pedagang keliling

    di tepi Sungai Oker (Urio, 2005).

    Pada abad ke-12, Kota Braunschweig mengalami perkembangan di bawah

    kepemimpinan Henry yang merupakan bangsawan Dinasti Guelph dan di tempat

    inilah Dinasti Guelph memulai kebangkitannya untuk berkuasa. Henry

    menjadikan Braunschweig sebagai pusat politik, ekonomi dan budaya yang sangat

    berpengaruh. Dia juga menjadikan kota tersebut sebagai tempat tinggal untuk

    bangsawan. Bangsawan Guelph melanjutkan hidup mereka di kota Braunschweig

    hingga abad ke-20. Braunschweig kemudian dikenal dengan sebutan “Henry the

    Lion” karena pada kota ini terdapat patung singa yang dibentuk pada masa

    pemerintahan Henry. Hingga saat ini, Jerman menyebut kota Braunschweig

    sebagai “The City of Lion” atau “Henry the Lion” karena kepemimpinan Henry

    memberi pengaruh kuat terhadap perkembangan kota Braunschweig mencapai

    kesejahteraan dan menjadi kota yang menyimpan sejarah tersendiri bagi Jerman

    (Stadt Braunschweig, 2017).

    Terletak di bagian Barat Laut Jerman lebih tepatnya di Negara

    Niedersachsen atau biasa juga disebut Niedersachsen yang merupakan Negara

    bagian Jerman merupakan salah satu dari tiga kota besar di Jerman bersama

  • 47

    Hannover dan Berlin serta memiliki jumlah penduduk 251.364 Jiwa (City

    Population, 2015). Dengan luas area sebesar 192 km2, Kota ini terletak di ujung

    utara pegunungan Harz di penghujung sungai Oker yang airnya membentang ke

    kota Bremen dan juga terhubung ke Laut Utara melalui sungai Aller dan Weser

    menjadikannya beruntung karena terletak di persimpangan rute perdagangan.

    Terdapat jembatan yang melintasi sungai Oker untuk menuju ke beberapa tempat

    seperti pasar tradisional, gereja, dan bangunan-bangunan kota tua (Omaha Sister

    Cities Association, 2017). Lokasi kota Braunschweig dikelilingi oleh perbukitan

    dan iklim cuaca yang dingin layaknya kota Bandung.

    Pesona yang unik disajikan oleh Braunschweig dengan pemandangan

    indah terdapat banyak bangunan bersejarah yang megah menjadi daya tarik kota

    dengan akulturasi budaya tradisional dan modern seperti Kastil Dankwarderode

    dan Katedral St. Blasii yang terletak di jantung kota Braunschweig, terdapat juga

    rekonstruksi Residential Palace Guelph Emperors, Rizzi’s House yang merupakan

    sebuah bangunan dengan pahatan yang indah. Di kota tersebut juga masih terdapat

    bangunan Istana Burgplats yang dikelilingi oleh the Dom (katedral), istana the

    Burg Dankwarderode, dan museum negara yang disebut the Landesmuseum.

    Bangunan tersebut menghiasi kota dan menjadi saksi sejarah Braunschweig.

    Sejarah dan kebudayaan yang terdapat di Braunschweig memiliki kaitan yang

    erat. Kota ini memiliki tradisi seperti pertunjukan dan penampilan teater yang luar

    biasa, pameran seni modern, dan acara olahraga berskala besar (Stadt

    Braunschweig, 2017).

  • 48

    Gambar 2.1

    Peta Negara Bagian Niedersachsen

    Sumber : Google Maps

    Kota Braunschweig terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan

    penelitian di Eropa. Kota tersebut adalah wilayah penelitian dan pengembangan

    paling aktif di Eropa dengan lebih dari 27.000 orang dipekerjakan dalam

    penelitian dan pengembangan, dan menginvestasikan 7,1% Produk Domestik

    Bruto nya dalam penelitian dan pengembangan. Pada tahun 2007, The German

    Science Foundation menobatkan kota Braunschweig sebagai “Kota Pendidikan

    Jerman” (Eurostat European Commission, 2009, hal. 33). Selain itu dalam

    Eurostat Yearbook 2013, kota Braunschweig juga menjadi salah satu dari dua

    wilayah sebagai kota penelitian terbesar di Eropa dengan intensitas Research and

    Development (R&D) tertinggi diantara seluruh anggota EU-27. Hal itu

    dilandaskan pada potensinya menjadi pusat penelitian dan pengembangan

    (Eurostat European Commission, 2013, hal. 188).

  • 49

    Dinobatkan sebagai kota pendidikan, Braunschweig merupakan lokasi

    universitas teknologi tertua di Jerman yang didirikan pada tahun 1745 bernama

    The Technical University. Selain itu, Institut pendidikan terbaik juga berlokasi di

    Braunschweig yang bernama Martino-Katharineum merupakan sekolah yang

    dibentuk pada tahun 1415 melahirkan ilmuwan terkenal seperti Carl Friedrich

    Gauss, Hoffman von Fallersleben, Richard Dedekind, dan Louis Spohr. Satu-

    satunya Universitas seni di Niedersachsen juga berlokasi di Braunschweig yang

    dibentuk pada tahun 1963 bernama Hochschule für Bildende Künste

    Braunschweig. Kota Braunschweig menjadi rumah bagi tiga universitas ternama

    dan sejumah institusi besar negara serta tempat penelitian sehingga dapat

    dikatakan sebagai kota yang unggul dalam bidang pendidikan (Braunschweig

    Stadtmarketing GmbH, 2009, hal. 11).

    Keunggulan dalam aspek pendidikan tidak menjadikan Braunschweig

    untuk tidak turut mengedepankan bidang Industri kota nya. Letak Braunschweig

    tepat dipersimpangan sejumlah rute utama antara Denmark-Italia, Eropa Selatan

    dan Polandia, Eropa Timur- Negara Benelux serta memiliki jalur transportasi

    nasional dan internasional yang memudahkan mobilisasi untuk menjangkau

    tempat ini menjadi penunjang dan alasan perusahaan ternama seperti Volkswagen

    yang merupakan perusahaan besar mobil Eropa menjadikan kota tersebut sebagai

    kantor Volkswagen Financial Service. Meski begitu, Volkswagen menempatkan

    kantor pusat di kota dekat Braunschweig yaitu Kota Wolfsburg yang merupakan

    produk dari kota kecil itu (Volkswagen, 2017).

    Beberapa pusat pabrik dan industri otomotif terdapat di kota

    Braunschweig. Sebelumnya, Kota Braunschweig di dominasi oleh Industri Kereta

  • 50

    Api dan Industri Gula pada abad ke 19 dan abad ke 20. Braunschweig juga

    menjadi rumah bagi dua perusahaan piano tingkat dunia yang dibentuk pada abad

    ke-19 yaitu Schimmel dan Grotian Steinweg. Pada tahun 2015, The German

    Weekly Business News Magazine Wirtschaftswoche menobatkan kota

    Braunschweig sebagai kota dengan perekonomian yang dinamis di Jerman

    (Wirtschaftswoche, 2015).

    Untuk kerjasama antar negara, memperkenalkan budaya, serta sebagai

    jalan utama bagi pemahaman budaya, Braunschweig menjadikan kerjasama kota

    sebagai salah satu jalan mencapai hal tersebut. Dalam menjalin kerjasama kota

    kembar yang lebih dikenal dengan istilah Sister City di Indonesia, Braunschweig

    menggunakan istilah “Twin City”. Penggunaan istilah Twin City memang lebih

    sering digunakan di Benua Eropa. Sementara untuk penggunaan istilah Sister City

    lebih sering digunakan oleh Amerika Serikat. Selama lebih dari 40 tahun, Kota

    Braunschweig menjalin kerjasama Sister City dengan beberapa kota yang

    memiliki karakteristik yang sama dengannya bertujuan untuk memperkuat

    kerjasama internasional dan mempromosikan berbagai pengalaman budaya.

    Berikut adalah tabel daftar mitra kerjasmaa Sister City Braunschweig (Stadt

    Braunschweig, 2017) :

    Kota/Negara Tahun Kegiatan

    Bandung/Indonesia 1960 Pertukaran pelajar dan seni.,

    pemuda, olahraga, dan budaya.

    Nimes/Perancis 1962

    Pertukaran antara pelajar

    sekolah, olahraga, dan

    pemuda. Intensif dalam

    melakukan kontak budaya

  • 51

    seperti teater, seni atau musik.

    Bath/Britania Raya 1971 Teater dan musik dari Inggris.

    Sousse/Tunisia 1980 Olahraga, Pemuda, dan

    Budaya.

    Kiryat Tivon/Israel 1985 Pertukaran pemuda dan

    kunjungan oleh Braunschweig.

    Magdeburg/Jerman 1987

    Delegasi pemerintah hanya

    melakukan kunjugan sebelum

    perbatasan dibuka pada tahun

    1989. Saat ini, dilakukan

    pertukaran pemuda, budaya,

    dan olahraga.

    Kasan/Rusia 1988

    Pertukaran pelajar dan

    melakukan program budaya

    melalui pameran, teater, menari

    dan musik.

    Omaha/Amerika Serikat 1992

    Sejak 1985 telah melakukan

    pertukaran pemuda. Kemudian

    terus melanjutkan kerjasama

    universitas teknik.

    Zhuhai/China 2011

    Kerjasama di bidang bisnis,

    ilmu pengetahuan dan

    teknologi, pendidikan, budaya

    dan olahraga.

    Tabel 2.2

    Sumber : Website resmi Braunschweig Die Lowenstadt, Twin Cities

  • 52

    2. Sejarah Kerjasama Sister City Kota Bandung-Braunschweig

    Sistem tatanan dunia internasional kini dihadapkan pada perkembangan

    globalisasi khususnya bagi negara dengan sistem perekonomian berkembang. Hal

    ini cenderung menciptakan hubungan kerjasama untuk mengembangkan potensi

    yang dimilikinya. Suatu daerah atau kota telah dapat secara mandiri memperluas

    perannya dan partisipasi dalam menjalin hubungan internasional untuk

    mengembangkan potensi yang dimilikinya. Meskipun idealnya hubungan

    diplomatik dengan luar negeri merupakan wewenang pemerintah pusat, namun

    seiring berjalannya waktu terjadi penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya

    (Thontowi, 2009, hal. 150).

    Di Indonesia, ruang dan kewenangan kepada aktor sub-nasional terwujud

    melalui produk hukum seperti Undang-Undang No.37 Tahun 1999 tentang

    Hubungan Luar Negeri yang terdapat dalam Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :

    Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut

    aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di

    tingkat pusat dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga

    negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat,

    lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.

    Selain itu, hubungan yang dijalin bersama pihak luar negeri juga

    berlandaskan pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

    Internasional yang didalamnya juga membahas peluang pemerintah daerah yang

    telah diberikan kesempatan yang besar dalam menjalankan hubungan kerjasama

    luar negeri. Sehubung dengan hal tersebut, Kota Bandung melakukan kerjasama

    Sister City yang tercantumkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri

    (PERMENDAGRI) Nomor 1 tahun 1992 bahwa kerjasama Sister City adalah

  • 53

    hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara Pemerintah Kota,

    Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota Administratif dengan Pemerintah

    Kota setingkat di luar negeri.

    Hubungan kerjasama yang dijalankan meliputi program kegiatan yang

    tetap dan terencana, baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan,

    tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-masing pihak, maupun

    mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi program kegiatan yang

    dikerjasamakan. Kemudian dalam perkembangannya terdapat persyaratan yang

    harus dipenuhi seperti yang tercantum pada PERMENDAGRI No. 3 Tahun 2008,

    yaitu persamaan kedudukan, memberikan manfaat dan saling menguntungkan,

    tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan perekonomian, menghormati

    kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mempertahankan

    keberlanjutan lingkungan, mendukung keutamaan gender dan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan. Program Sister City yang dijalankan oleh

    pemerintah kota Bandung dijadikan sebagai jembatan bagi potensi masyarakat

    kota Bandung dan kegiatan pemerintah kota untuk berkembang dalam masyarakat

    dunia (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 8).

    Dalam menjalankan kerjasama Sister City dengan pemerintah kota di luar

    negeri, Kota Bandung berlandaskan pada dasar hukum yang berlaku di Indonesia

    (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota Bandung, 2016, hal. 10),

    yaitu :

    1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

    perubahan-perubahannya;

  • 54

    2. Permendagri No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama

    Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri;

    3. Undang-undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

    4. Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

    5. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

    6. Permendagri No.74 Tahun 2012 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah

    Daerah dengan Badan Swasta Asing;

    7. Permenlu No. 9 Tahun 2006 tentang Tata Cara Hubungan Kerjasama

    dengan Pihak Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;

    8. Permendagri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pembangunan

    Perkotaan;

    9. Permendagri No. 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas ke

    Luar Negeri bagi Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kementerian Dalam

    Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah;

    10. Peraturan Daerah Kota Bandung No. 12 Tahun 2010 Tentang Kerjasama.

    Selain hal tersebut, kerjasama yang terjalin mengacu kepada Visi kota

    Bandung sebagai kota jasa yang “BERMARTABAT” (Bersih, Makmur, Taat, dan

    Bersahabat) yang memberikan peluang kepada aparat pemerintah terbawah untuk

    melakukan kreasi dan inovasi menurut ketentuan yang berlaku. Membangun opini

    masyarakat bahwa pembangunan di daerah bukan hanya tanggung jawab

    pemerintah daerah tetapi seluruh komponen masyarakat. Untuk meningkatkan

    kerjasama antar daerah, lembaga-lembaga pemerintah dengan pihak swasta

  • 55

    sebagai salah satu stakeholder pembangunan di daerah membentuk kerjasama

    yang ideal dan berkelanjutan sesuai dengan potensi yang ada di kota Bandung.

    Hubungan Sister City yang dijalin oleh kota Bandung sudah berlangsung

    sejak tahun 1960 bersama dengan kota Braunschweig, Jerman. Kerjasama ini

    sekaligus menjadi Sister City tertua di Indonesia. Hubungan ini bermula pada saat

    Prof. Dr. George Eckert yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Internasionales

    Schulbuchinstitute (Institut Buku Sekolah Internasional) dan juga menjadi staff

    dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

    (UNESCO) di Braunschweig mengadakan hubungan antara Universitas

    Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang pada saat itu bernama Perguruan

    Tinggi Pendidikan Guru dengan Perguruan Tinggi Keguruan (Padagogishe

    Hoschule) Brauschweig sekitar tahun 1950.

    Kerjasama tersebut memperoleh bantuan 1000 buah buku pelajaran bahasa

    Jerman dan buku tersebut menjadi modal pertama perpustakaan Jurusan Bahasa

    Jerman di UPI. Hubungan baik tersebut kemudian dikembangkan oleh para

    akademisi dari kedua negara. Pada bulan Mei 1957, para ahli sejarah Indonesia

    dan Jerman mengadakan konferensi di Braunschweig dengan bantuan dari

    UNESCO komisi Jerman.

    Selanjutnya, Pada tanggal 24 Juni 1959 Pemerintah Indonesia yang

    diwakili oleh Majoenani dari Atase Kebudayaan Republik Indonesia di Bonn

    mengemukakan hasrat untuk mengadakan Hubungan Persahabatan kota Bandung

    dan kota Braunschweig. Guna merealisasikan hubungan persahabatan tersebut,

    pada bulan September 1959 diadakan pertemuan secara khusus antara Duta Besar

    RI, Dr. Zairin Zain dengan Prof. Dr. George Eckert dalam seminar tentang sejarah

  • 56

    kebudayaan Indonesia untuk merealisasikan hubungan persahabatan kedua kota

    tersebut. Kemudian secara resmi hal ini disampaikan oleh Atase Kebudayaan RI,

    Rochmat Hardjono kepada Oberstadtdirektor (Direktur Kota), Hans Günther

    Weber di Balaikota Braunschweig. Selanjutnya, pada tanggal 18 Mei 1960 Dewan

    Perwakilan Rakyat kota Braunschweig menyetujui usul tersebut secara bulat.

    Hubungan baik tersebut ditandai dengan penandatanganan Piagam Ikatan

    Persaudaraan Bandung dan Braunschweig pada 24 Mei 1960 dihadapan Dewan

    Perwakilan Rakyat Kota Braunschweig antara Ny. Martha Fuchs selaku

    Oberbürger Meister (Walikota) dan Hans Günther Weber selaku

    Oberstadtdirektor (Direktur Kota) bersama pihak Pemerintah Republik Indonesia

    yang diwakili oleh Duta Besar RI untuk Jerman Dr. Zairin Zain di Museum Kota

    Braunschweig. Namun, secara resmi kota Bandung dan kota Braunschweig telah

    menjadi mitra kerjasama selama kurun waktu 57 tahun sejak disempurnakannya

    piagam persahabatan kedua kota pada 2 Juni 1960 yang ditandatangani oleh R.

    Priatnakusumah yang merupakan Walikota Bandung pada masa itu dan Prof. Dr.

    Eckert utusan kota Braunschweig. Hal ini juga menjadi kesepakatan pertama

    antara kota di Jerman dan sebuah kota di Asia Tenggara (Sinaga, 2010, hal. 37).

    Dengan pertimbangan bahwa kerjasama ini harus memiliki landasan

    hukum yang kuat sehingga diakui oleh dunia internasional, maka hubungan

    kerjasama yang telah berjalan selama 40 tahun dengan Piagam Persahabatan

    diperbaharui dengan Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani

    oleh Walikota Bandung pada saat itu yang bernama AA Tarmana dan Walikota

    Braunschweig bernama Warner Steffens pada tanggal 19 Juni 2000 di kota

  • 57

    Braunschweig, Jerman (Bagian Kerjasama Daerah Sekretariat Daerah Kota

    Bandung, 2016, hal. 18-19).

    Berlangsungnya kerjasama antara kedua kota tersebut sebelumnya melalui

    tahapan pelaksanaan kerjasama Sister City (Bagian Kerjasama Kota Bandung,

    2017), yaitu:

    1) Penjajakan

    Dilakukan dengan saling tukar menukar potensi yang dimiliki daerah

    antara kedua pihak. Pertukaran ini dapat memanfaatkan kantor perwakilan

    negara asing di Indonesia atau kantor perwakilan Republik Indonesia di

    Luar Negeri.

    2) Penandatanganan LoI (Letter of Intent)

    Apabila keinginan untuk bekerjasama mendapat sambutan positif dari

    masing – masing pihak, maka antara kedua belah dapat menandatangani

    LoI.

    3) Penyusunan Rencana Kerjasama

    Setelah ditandatanganinya LoI, pemerintah kota segera menyusun Rencana

    Kerjasama atau Term of Reference dan Plan of Action yang

    menggambarkan maksud dan tujuan kerjasama serta manfaat yang

    diperoleh.

    4) Persetujuan DPRD

    Rencana Kerjasama, Plan of Action dan LoI yang sudah ditandatangani

    kedua pihak kemudian diajukan kepada DPRD Kota untuk mendapatkan

    persetujuan.

  • 58

    5) Permintaan Fasilitasi Pemerintah

    Setelah adanya persetujuan DPRD Kota, Pemerintah Kota mengajukan

    surat kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia untuk memohon

    fasilitasi kerjasama. Surat Permohonan ini dijadikan syarat untuk

    menentukan pembahasan Draft MoU dengan melibatkan Kementerian

    Luar Negeri Republik Indonesia, Sekretariat Negara Republik Indonesia,

    Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan

    Kementerian/Lembaga terkait lainnya.

    6) Penyusunan Draft MoU (Memorandum of Understanding)

    MoU yang digunakan untuk kerjasama Sister City ini tergolong sebagai

    dokumen perjanjian internasional, sehingga penyusunannya dilakukan oleh

    Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar

    Negeri (Kemenlu) sebagai ahli hukum internasional. Draft yang sudah

    disusun oleh kemenlu akhirnya dibahas dalam forum inter-kem (antar

    kementerian). Kemudian hasil rapat draft MoU yang telah dibahas

    disampaikan oleh Kementrian Dalam Negeri kepada Kementrian Luar

    Negri untuk agar diteruskan ke kantor perwakilan RI di luar negri untuk

    dibicarakan lebih lanjut dengan calon Sister City untuk seterusnya

    mendapat tanggapan.

    7) Penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding)

    Draft MoU yang telah mendapatkan persetujuan mitra kerjasama luar

    negeri oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia kemudian

    disampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dan

    Pemerintah Kota yang bersangkutan untuk proses usulan Surat Kuasa

  • 59

    (Full Power). Pemerintah kota selanjutnya mengajukan permohonan

    penerbitan Surat Kuasa kepada Menteri Luar Negeri melalui Menteri

    Dalam Negeri dengan melampirkan draft MoU yang telah diparaf.

    Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam

    Negeri mengirim surat rekomendasi kepada Menteri Luar Negeri untuk

    penerbitan Surat Kuasa penandatanganan MoU kepada pejabat yang

    namanya tertera dalam Surat Kuasa sesuai tanggal yang telah ditetapkan.

    Setelah Surat Kuasa terbit pejabat Pemerintah Kota/Walikota yang atas

    namanya diterbitkan Surat Kuasa dapat melakukan penandatanganan

    MoU dengan pejabat Pemerintah Kota mitra kerjasama di luar negeri.

    Penandatangan dapat dilakukan di dalam atau di luar negeri. Naskah

    MoU yang sudah ditandatangani dikirim kepada Kementerian Luar

    Negeri untuk disimpan sebagai Dokumen Negara. Kementerian Luar

    Negeri menerbitkan salinan resmi yang sah sebagai pegangan Pemerintah

    Kota dan Kementerian Dalam Negeri

    8) Pelaksanaan Kerjasama

    Setelah MoU ditandatangani, maka dokumen kerjasama tersebut mengikat

    kedua belah pihak dan program – program yang disepakati dapat mulai

    dilaksanakan. Pemerintah Kota membentuk tim kerja sebagai pelaksana

    harian dari hasil kegiatan yang disepakati. Pemerintah kota dapat

    mengalokasikan dana yang mungkin timbul dalam kerjasama tersebut

    melalui APBD dan sumber – sumber lain yang sah.

  • 60

    9) Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama

    Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/lembaga lain terkait akan

    melakukan Monitoring dan Evaluasi secara berkala untuk mengetahui

    capaian dan hasil kerjasama sesuai Instrumen Monitoring dan Evaluasi

    yang disusun oleh Kementerian Dalam Negeri.

    10) Pelaporan Pelaksanaan Kerjasama

    Pemerintah kota menyampaikan laporan kepada Kementerian Dalam

    Negeri tentang pelaksanaan program kerjasama tersebut sesuai format

    yang terdapat pada Instrumen Monitoring dan Evaluasi. Hasil eval