Diktat Praktikum Biologi Molekuler 2013_2
-
Upload
achmad-zulfiqri -
Category
Documents
-
view
177 -
download
16
Transcript of Diktat Praktikum Biologi Molekuler 2013_2
PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOLOGI MOLEKULER
Oleh
Tim Asisten Praktikum Biologi Molekuler
LABORATORIUM GENETIKA FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Diktat petunjuk praktikum ini disusun guna membantu para mahasiswa
Program Studi S1 Biologi Fakultas Biologi Unsoed dalam mempersiapkan,
melaksanakan, dan menulis laporan hasil praktikum Biologi Molekuler. Materi acara
yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan fasilitas yang tersedia di Faklutas
Biologi Unsoed.
Segala saran dan kritik akan diterima dengan senang hati demi
penyempurnaan mata acara dan petunjuk praktikum ini di masa mendatang. Semoga
praktikum biologi molekuler yang dilaksanakan dapat memberikan pembekalan
ketrampilan dasar bagi para mahasiswa yang pada suatu ketika akan melakukan
penelitian di bidang biologi molekuler.
Purwokerto, April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
I. ISOLASI DNA STRAWBERRY
II. ISOLASI DNA KROMOSOM BAKTERI
III. ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA
IV. PENENTUAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM
NUKLEAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
V. BIOINFORMATIKA
ACARA I.
ISOLASI DNA STRAWBERRY
LANDASAN TEORI
Isolasi DNA secara garis besar meliputi tahap-tahap perusakan dan
pembuanagn dinding sel, lisis sel, pembuangan remukan sel, serta pemisahan DNA
dari protein dan RNA. Perusakan dinding sel antara lain dapat dilakukan dengan
pemberian lisozim, sedangkan untuk lisis sel biasanya digunakan triton X-100 atau
sodium dodesil sulfat (SDS). Pembuangan remukan sel dilakukan dengan cara
sentrifugasi, sedangkan protein dan RNA masing-masing dihilangkan menggunakan
kloroform dan RNAse.
Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan, misalnya
dengan penambahan amonium asetat dan alkohol. DNA hasil isolasi dikatakan baik
apabila mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi dan tidak mengalami fragmentasi.
TUJUAN
mengisolasi DNA kromosom buah
mengetahui prinsip dan proses isolasi DNA kromosom
BAHAN DAN ALAT
1. Buah
2. Deterjen cair
3. NaCl (garam dapur)
4. Etanol
5. Etanol 70%
6. Akuades
7. Tabung falcon
8. Tenderizer
9. Corong plastik/gelas
10. Pipet plastik
11. Sarung tangan
12. Saringan (kain)
13. Kamera Digital
CARA KERJA ISOLASI
1. Masukkan satu buah ke dalam kantung plastik.
2. Tambahkan 50 ml larutan ekstraksi (900 ml akuades, 100 mL deterjen, 2 sendok
teh garam dapur) ke dalam kantung yang berisi buah.
3. Hancurkan buah dalam kantung plastik dengan cara meremas-remas.
4. Kemudian saring, tambahkan tenderizer dan masukan ke dalam tabung falcon.
5. Tambahkan etanol absolut dan amati kabut putih yang terbentuk.
HASIL
Amatilah hasil isolasi DNA kromosom bakteri dengan melihat visualisasi sampel
larutan DNA kromosom yang diperoleh menggunakan elektroforesis gel agarosa
(Acara III.)
ACARA II
ISOLASI DNA KROMOSOM BAKTERI
LANDASAN TEORI
Isolasi DNA kromosom secara garis besar meliputi tahap-tahap perusakan
dan pembuanagn dindind sel, lisis sel, pembuangan remukan sel, serta pemisahan
DNA dari protein dan RNA. Perusakan dinding sel antara lain dapat dilakukan
dengan pemberian lisozim, sedangkan untuk lisis sel biasanya digunakan triton X-
100 atau sodium dodesil sulfat (SDS). Pembuangan remukan sel dilakukan dengan
cara sentrifugasi, sedangkan protein dan RNA masing-masing dihilangkan
menggunakan kloroform dan RNAse.
Molekul DNA yang telah diisolosi tersebut kemudian dimurnikan, misalnya
dengan penambahan amonium asetat dan alkohol. DNA hasil isolasi dikatakan baik
apabila mempunyai tingakt kemurnian yang tinggi dan tidak mengalami fragmentasi.
TUJUAN
mengetahui prinsip dan proses isolasi DNA kromosom
melakukan isolasi DNA kromosom bakteri E. coli
BAHAN DAN ALAT
1. Isolat cair E. coli
2. Mikrosentrifuga
3. Tabung mikrosentrifuga
4. Buffer TE 1x
5. Tenderizer 30%
6. Inkubator
7. Kloroform
8. Isopropanol
9. Alkohol 70%
10. Akuades
11. Sarung tangan
12. Seperangkat mikropipet beserta tipnya
13. Lemari pendingin (freezer)
14. Kertas tisu
15. Kamera Digital
CARA KERJA ISOLASI DNA BAKTERI
1. Sebanyak 1,5 ml kultur hasil inkubasi semalam diambil dan dimasukkan ke
dalam tabung mikrosentrifuga kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan
5000 rpm selama 3 menit.
2. Setelah disentrifugasi, tambahkan 1 ml buffer TE 1x ke dalam tabung tadi lalu
dihomogenkan.
3. Lakukan sentrifugasi kembali dengan kecepatan 5000 rpm selama 3 menit.
4. Supernatan yang dihasilkan dibuang dan diperoleh pellet sel bakteri, kemudian
pellet diresuspensi dengan 50 µl tenderizer 30% dan diinkubasi pada suhu 37oC
selama 1 jam.
5. Setelah proses inkubasi, tambahkan 10 µl SDS 10% lalu dihomogenkan dan
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit.
6. Supernatan yang dihasilkan dipindah ke tabung mikrosentrifuga yang baru
kemudian isopropanol dengan volume 1:1 dari volume supernatan kemudian
diendapkan selama 7x24 jam dalam lemari pendingin (freezer).
7. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit pada suhu
4°C
8. Supernatan dibuang dan pellet diresuspensi dengan 1 ml alkohol 70% kemudian
disentrifugasi lagi dengan kecepatan 10000 selama 10 menit.
9. Supernatan dibuang kembali, tabung dikeringkan, ditambah 50 µl TE 1x dan
diresuspensi dengan cara dibolak-balik. Suspensi yang diperoleh adalah suspensi
DNA kromosom bakteri.
HASIL
Amatilah hasil isolasi DNA kromosom bakteri dengan melihat visualisasi sampel
larutan DNA kromosom yang diperoleh menggunakan elektroforesis gel agarosa
(Acara III.)
ACARA III.
ELEKTROFORESIS GEL AGAROSA
LANDASAN TEORI
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA
berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang
biasa digunakan antara lain agarosa. Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan untuk
memisahkan sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang
basa (bp).
Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan
bermigrasi melalui matriks gel menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran
molekulnya, makin rendah laju migrasinya. Berat molekul suatu fragmen DNA dapat
diperkirakan dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-
fragmen molekul DNA standar (DNA marker) yang telah diketahui ukurannya.
Visulisasi DNA selanjutnya dilakukan di bawah paparan sinar ultraviolet setelah
terlebih dahulu gel dalam pembuatannya ditambahkan larutan etidium bromid. Cara
lain untuk melihat visualisasi DNA adalah gel direndam di dalam larutan etidium
bromid sebelum dipaparkan di atas sinar ultraviolet.
TUJUAN
Melakukan cara kerja elektroforesis gel agarosa
BAHAN DAN ALAT
1. DNA marker, misalnya DNA λ yang dipotong dengan HindIII
2. Sampel DNA, misalnya :
a. DNA kromosom bakteri,
b. DNA kromosom buah
3. Agarosa
4. Larutan buffer TAE 50x (242 g tris-base; 57,1 g asam asetat glacial; 100 ml
EDTA 0,5 M pH 8; dilarutkan dalam akuades hingga 1000 ml)
5. Akuades
6. Gelas Ukur 1000 ml
7. Labu Erlenmeyer 50 ml
8. Tabung mikrosentrifuga
9. Sarung tangan
10. Seperangkat mikropipet beserta tipnya (Bio-Rad dan Axygen Scientific)
11. Kertas parafilm
12. seperangkat alat elektroforesis
13. Loading dye 6x (0,25% bromophenol blue; 0,25% xylene cyalol; 15% ficoll tipe
4000; EDTA 120 mM)
14. larutan Etidium Bromid (EtBr)
15. UV transluminator
16. Kaca mata UV
17. kamera digital
CARA KERJA
1. Buat 500 ml larutan buffer TAE 1x dengan cara mencamnpurkan 10 ml TAE 50x
ke dalam 490 ml akuades.
2. Buat gel agarosa 1% dengan cara menimbang agarosa 0,6 g untuk dilarutkan ke
dalam bufer TAE 1x hingga volume 60 ml. Larutan agarosa dididihkan hingga
larut sempurna.
3. Siapkan baki gel agarosa, lekatkan selotip di tiap ujung baki gel agarosa (pastikan
bahwa selotip melekat kuat dan tidak ada lubang pada masing-masing ujung
baki)
4. Pasang sisir elektroforesis di salah satu ujung baki gel agarosa dengan posisi
hampir menyentuh dasar baki
5. Periksalah suhu larutan agarosa dengan cara menempelkan erlenmeyer ke tangan,
jika suhunya sudah turun hingga sekitar 50-600C, tambahkan 1 µl etidium bromid
(PERINGATAN KERAS!!, gunakan sarung tangan karena bersifat
karsinogenik).
6. Larutan agarosa dihomogenkan sebentar, kemudian tuangkan larutan ke dalam
baki gel agarosa, biarkan hingga larutan berubah menjadi gel yang padat.
7. ambil sisir dengan hati-hati, lepaskan selotip dari ujung-ujung baki.
8. masukkan baki yang telah berisi gel agarosa ke dalam tangki elektroforesis yang
telah diisi dengan larutan bufer TAE 1x (pastikan bahwa gel terendam seluruhnya
dalam TAE).
9. siapkan sekitar 5 cm kertas parafilm di dekat tangki elektroforesis.
10. masukkan 10 µl sampel DNA dan 2 µl loading dye 6x ke dalam sumuran gel
agarosa dengan cara mencampurkan kedua bahan tersebut terlebih dahulu secara
merata pada kertas parafilm menggunakan mikropipet.
11. buatlah catatan mengenai nomor sumuran dan jenis sampel DNA yang
dimasukkan.
12. hubungkan kabel dari sumber arus ke tangki elektroforesis (pastikan bahwa kabel
yang tersambung ke kutub negatif berada di dekat sumuran; jika tidak demikian,
ubahlah posisi baki/gel ke arah sebaliknya).
13. nyalakan sumber arus, aturlah volatase dan waktu running hingga diperoleh
angka 100 V dan 40 menit dengan cara menekan tombol yang sesuai pada
sumber arus.
14. jalankan elektroforesis (lakukan running) dengan cara menekan tombol run pada
sumber arus.
15. elektroforesis akan berhenti apabila waktu yang ditetapkan sudah habis, yang
ditandai oleh adanya bunyi alarm. Matikan sumber arus dan angkatlah baki dari
tangki elektroforesis.
16. keluarkan gel dan letakkan di atas UV transluminator (letakkan selubung kaca
hitam di atas UV transluminator).
17. nyalakan UV transluminator, amati pita-pita DNA yang tervisualisasi.
HASIL
Dokumentasikan pita-pita DNA hasil elektroforesis dengan nomor sumuran dan jenis
sampelnya. Perkirakan ukuran masing-masing fragmen/pita dengan
membandingkannya dengan posisi migrasi pada DNA marker.
ACARA IV
PENENTUAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM NUKLEAT
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
LANDASAN TEORI
Molekul hayati dan bahan kimia seperti asam nukleat, protein, fenol, dan
karbohidrat mampu menyerap sinar ultra violet (UV). Namun, zat-zat tersebut
memiliki nilai serapan (absorbansi) cahaya tertinggi pada panjang gelombang yang
berbeda-beda. Asam nukleat, baik DNA maupun RNA, menyerap sinar UV dengan
nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 260 nm, sedangkan protein
memiliki nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 280 nm. Kemikalia yang
digunakan dalam isolasi asam nukleat seperti alkohol, kloroform, dan guanidin, atau
pun karbohidrat dan materi organik lain yang umumnya terdapat pada sel tanaman
menyerap sinar UV dengan nilai absorbansi teringgi pada panjang gelombang 230
nm. Sementara itu, panjang gelombang 320 nm sering digunakan untuk mengukur
kekeruhan larutan asam nukleat dan berfungsi sebagai faktor koreksi, khususnya
dalam penentuan kuantitas asam nukleat menggunakan spektrofotometer.
Kuantitas asam nukleat ditentukan berdasarkan atas konsentrasinya, yang
merupakan hasil kali nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dengan faktor
pengenceran dan nilai konsensi. Nilai konsensi untuk DNA untai ganda (dsDNA)
adalah 50 ng/µL (50 µg/mL) untuk tiap unit absorbansi pada 260 nm, sedangkan
nilai konsensi untuk RNA atau DNA untai tunggal (ssDNA) adalah 40 ng/µL (40
µg/mL) untuk tiap unit absorbansi pada 260 nm. Secara umum pengukuran
konsentrasi asam nukleat dirumuskan sebagai berikut.
[DNA]ng/µL = (A260-A320) × 50 ng/µL x F(faktor pengenceran)
[RNA]ng/µL = (A260-A320) × 40 ng/µL x F(faktor pengenceran)
Sementara itu, kualitas asam nukleat ditentukan berdasarkan atas tingkat
kemurniannya. Untuk DNA, kemurnian dikatakan tertinggi apabila nilai
perbandingan absorbansi 260 nm/280 nm mendekati 1,8. Bila nilai perbandingan
tersebut lebih rendah dari 1,8, dikatakan bahwa DNA terkontaminasi oleh protein.
Sebaliknya, bila nilai perbandingan tersebut lebih tinggi dari 1,8, dikatakan bahwa
DNA terkontaminasi oleh RNA. Kemurnian RNA sendiri dikatakan tertinggi jika
nilai perbandingan absorbansi 260 nm/280 nm mendekati 2.
Kemurnian asam nukleat dari pengotor karbohidrat atau pun materi organik
lain dan kemikalia ditentukan berdasarkan perbandingan nilai absorbansi pada
panjang gelombang 260 nm terhadap absorbansi pada panjang gelombang 230 nm.
Bila nilai perbandingan absorbansi tersebut berkisar dari 2 hingga 2,2, dikatakan
bahwa sampel asam nukleat yang diukur murni. Namun, bila nilai tersebut lebih
rendah dari 2, dikatakan bahwa asam nukleat terkontaminasi oleh karbohidrat, materi
organik lain atau pun kemikalia yang terbawa saat dilakukan proses isolasi.
Sebaliknya, jika perbandingan nilai absorbansi tersebut lebih tinggi dari 2,2, hal ini
menandakan penggunaan blanko yang tidak sesuai dengan pelarut DNA atau RNA
yang digunakan.
TUJUAN
1. Melakukan pengukuran kualitas dan kuantitas DNA hasil isolasi
2. Mengetahui pengaruh perbedaan perlakuan isolasi DNA terhadap kualitas dan
kuantitas DNA yang diperoleh
ALAT DAN BAHAN
1. Spektrofotometer UV (dalam praktikum ini digunakan UV-VIS
Spectrophotometer Shimadzu model UV Mini 1240)
2. Akuades steril
3. DNA hasil isolasi dari buah dan bakteri
4. Tissue
5. Pipet tetes
CARA KERJA
1. Nyalakan mesin spektrofotometer dan tunggulah 15 menit supaya stabil.
2. Sebanyak 10 μL DNA hasil isolasi dilarutkan dalam 3.000 μL akuades,
kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 230 nm, 260 nm, 280 nm, dan 320 nm.
3. Nilai absorbansi 260 nm yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam rumus
untuk menghitung konsentrasi DNA.
4. Untuk mengetahui kemurnian DNA dari protein, lakukan pembagian nilai
absorbansi 260 nm dengan nilai absorbansi 280 nm.
5. Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi karbohidrat dan kemikalia, lakukan
pembagian nilai absorbansi 260 nm dengan nilai absorbansi 230 nm.
6. Catatlah semua data dan bandingkan antara DNA hasil isolasi dari tanaman dan
dari bakteri. Apakah terdapat perbedaan nilai, baik tingkat kemurnian maupun
konsentrasi? Jelaskan alasannya.
ACARA V
BIOINFORMATIKA
LANDASAN TEORI
Bioinformatika merupakan pemanfaatan teknologi informasi dalam
menyimpan, mengolah, dan menginterpretasikan data biologi molekuler. Oleh
karenanya, bioinformatika merupakan gabungan antara ilmu biologi, komputer, dan
statistika. Melalui perhitungan secara statistik dan pemodelan yang telah dikaji
secara komprehensif dapat dilakukan penggambaran dan simulasi data tingkat
kemiripan urutan (sekuens) nukleotida, asam amino, sampai dengan pola ikatan dan
reaksi kimia (metabolomik).
Suatu urutan DNA hasil sekuensing dapat diketahui kemiripannya dengan
urutan DNA yang tersimpan dalam pangkalan data melalui teknik bioinformatika.
Bahkan, dari urutan DNA yang ada dapat diketahui petra restriksi sehingga diperoleh
informasi enzim restriksi apa saja yang mampu memotong urutan DNA tersebut
untuk kepentingan diagnosis atau pun rekayasa genetika. Selain itu, dengan
bioinformatika perancangan primer untuk mendeteksi keberadaan suatu gen pada
spesies tertentu juga dapat dilakukan menggunakan berbagai jenis piranti lunak yang
tersedia.
TUJUAN
1. Melakukan penjajaran (alignment) data hasil sekuensing DNA
2. Membuat peta restriksi
3. Melakukan perancangan primer
ALAT DAN BAHAN
1. Urutan-urutan DNA hasil sekuensing
2. Program of line BIOEDIT.
3. Program-progam on line BLAST (www. ncbi.nlm.nih.gov), program PRIMER3
(http://www.idtdna.com/SciTools/), NEBcutter (http://tools.neb.com/NEBcutter), dan
IDT Oligo Analyzer (http://www.idtdna.com/analyzer/Applications/Oligo
Analyzer/)
CARA KERJA
A. Penjajaran DNA dengan Data DNA di GenBank (harus terhubung dengan
internet)
1. Kunjungi website GenBank http://www.ncbi.nlm.nih.gov/BLAST/.
2. Pilih BLASTn.
3. File hasil sekuens dicopy-paste (data berupa satu sekuens DNA disediakan
oleh asisten dan sudah diberi nama sesuai dengan nama praktikan).
4. Klik “run BLAST”.
5. Hasil BLAST akan muncul berupa nama-nama gen berikut kode aksesnya
yang memiliki kemiripan dengan sekuens yang dianalisis.
6. Sekuens dikatakan tepat sama dengan salah satu data di GenBank apabila
nilai Max idintity 100% dan nilai E value adalah 0. Jika nilai Max identity
tertinggi kurang dari 95%, hal ini menandakan bahwa sekuens yang dianalisis
merupakan sekuens baru (bisa didaftarkan di GenBank).
7. Ambillah tiga sekuens yang memiliki nilai Max identity tertinggi dan
simpanlah dalam notepad dengan format fasta (Format fasta dicirikan oleh
adanya tanda > disertai nama sekuens dan urutan basa pada baris berikutnya)
seperti contoh berikut.
B. Mendeteksi Situs-situs Restriksi
1. Kunjungi website NEBcutter (http://tools.neb.com/NEBcutter).
2. Pindahkan data hasil sekuens di notepad dengan format fasta.
3. Pilih ”Linier” dan pilih juga ”All commercially available specifities”.
4. Klik SUBMIT.
5. Data analisis bisa ditunggu atau bisa dikirim lewat e-mail.
6. Hasilnya akan nampak sebagai mistar yang melambangkan urutan DNA dengan
garis-garis yang memotong mistar dengan kode-kode enzim restriksi.
7. Untuk mengetahui daftar enzim apa saja dan memotong pada urutan berapa, klik
”List 1 cutter ”, dan setelah tampil daftarnya, ubahlah menu ”sort order” ke ”cut
position”.
8. Hasilnya akan tampil sebagai urutan enzim berdasarkan posisi pemotongannya.
Simpanlah data peta restriksi, baik dalam bentuk skema garis maupun tabel
daftar enzim.
C. Merancang Primer (Harus tersambung dengan internet)
1. Bukalah program BIOEDIT.
2. Bukalah data sekuens dalam format fasta pada BIOEDIT.
3. Blok semua data yang tampil di layar BIOEDIT, lalu aktifkan program
penjajaran (alignment) dengan mengeklik CLUSTAL W.
4. Hasil Clustal W dicari urutan basa yang sama dengan bantuan penanda.
5. Daerah yang urutannya sama lalu diblok dan satu sekuens yang mewakili daerah
tersebut dicopy paste di note pad dan disimpan dengan nama yang lain (misal:
”daerah konserv gen X”).
6. Kunjungi website PRIMER3 (http://tools.neb.com/NEBcutter).
7. Masukkan sekuens gen dengan format fasta.
8. Tentukan parameternya berupa
panjang primer 20 basa
panjang fragmen yang teramplifikasi 400-500 basa
kandungan GC 60%
suhu annealing 55°C
9. Kemudian klik SUBMIT.
10. Hasilnya berupa rancangan primer.
11. Primer hasil rancangan diuji kualitasnya dengan mengunjungi IDT Oligo
Analyzer (http://www.idtdna.com/analyzer/Applications/OligoAnalyzer/).
12. Rancangan primer juga diuji spesifitasnya dengan BLASTn.
Catatan:
Rancangan primer yang baik akan menunjukkan spesifitas yang tinggi saat di
BLASTn. Artinya, rancangan primer tersebut memiliki E Value 0 dan Max Identity
100. Rancangan primer yang baik selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
membuat primer dengan cara mengirimkan rancangan tersebut ke perusahaan
pembuatan primer.
Pertanyaan:
1. Setelah Anda melakukan praktikum ini, apakah Anda tahu nama asli sekuens
yang Anda analisis dan apa alasannya?
2. Agar sekuens DNA dapata disisipkan ke vektor tanpa terpotong sedikit pun,
maka enzim komersial apa saja yang tidak boleh Anda pakai?
3. Untuk mendeteksi keberadaan gen tersebut pada suatu organisme dengan metode
PCR, primer apa yang sebaiknya digunakan, dan kondisi PCR seperti apa yang
sebaiknya dipakai, lalu berapa ukuran pita yang dikehendaki? Apa alasannya?