Diktat Perkawinan

128
PENGERTIAN PENGERTIAN A. A. Batasan Perkawinan Batasan Perkawinan Perkawinan adalah perilaku Perkawinan adalah perilaku makhluk hidup agar kehidupannya makhluk hidup agar kehidupannya di dunia berkembang biak terus. di dunia berkembang biak terus.

Transcript of Diktat Perkawinan

Page 1: Diktat Perkawinan

PENGERTIANPENGERTIAN

A.A.Batasan PerkawinanBatasan Perkawinan

Perkawinan adalah perilaku makhluk Perkawinan adalah perilaku makhluk hidup agar kehidupannya di dunia hidup agar kehidupannya di dunia berkembang biak terus.berkembang biak terus.

Page 2: Diktat Perkawinan

B. Batasan hukum perkawinanB. Batasan hukum perkawinan

Hukum perkawinan adalah peraturan – Hukum perkawinan adalah peraturan – peraturan hukum yang mengatur peraturan hukum yang mengatur perbuatan hukum serta akibat-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya antar seorang laki-laki dan akibatnya antar seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan maksud seorang perempuan dengan maksud hidup bersama untuk waktu yang hidup bersama untuk waktu yang lama.lama.

Page 3: Diktat Perkawinan

c. Aturan Tata Tertib Perkawinanc. Aturan Tata Tertib Perkawinan

1.1. Tata tertib perkawinan pada masa laluTata tertib perkawinan pada masa lalu

Bagi manusia sejak dulu sudah Bagi manusia sejak dulu sudah ada tata tertib perkawinanada tata tertib perkawinan. .

Page 4: Diktat Perkawinan

Tata tertib perkawinan tersebut Tata tertib perkawinan tersebut dipengaruhi oleh :dipengaruhi oleh :

1.1.KebudayaanKebudayaan2.2.PengetahuanPengetahuan3.3.PengalamanPengalaman4.4.KepercayaanKepercayaan5.5.AgamaAgama6.6.AdatAdatYang dianut oleh masyarakat/ bangsa Yang dianut oleh masyarakat/ bangsa yang bersangkutan. yang bersangkutan.

Page 5: Diktat Perkawinan

2. Tata tertib perkawinan pada 2. Tata tertib perkawinan pada masa sekarangmasa sekarang

Hukum agama/ kepercayaanHukum agama/ kepercayaan Hukum adatHukum adat

Tata tertib perkawinan pada masa Tata tertib perkawinan pada masa sekarang masih tetap di pengaruhi sekarang masih tetap di pengaruhi oleh tata cara perkawinan menurut : oleh tata cara perkawinan menurut :

Page 6: Diktat Perkawinan

D. Konsepsi PerkawinanD. Konsepsi Perkawinan

Negara Belanda dan Hinda Belanda, menganut Negara Belanda dan Hinda Belanda, menganut konsep perdatakonsep perdata

Negara Yunani, konsepsi perkawinannya Negara Yunani, konsepsi perkawinannya berdasarkan keagamaanberdasarkan keagamaan

Negara Republik Indonesia konsepsi Negara Republik Indonesia konsepsi perkawinanya berdasarkan baik konsepsi perdata perkawinanya berdasarkan baik konsepsi perdata maupun agama.maupun agama.

Konsepsi = cita-cita, rancangan yang telah Konsepsi = cita-cita, rancangan yang telah diperkirakan/ pendapat.diperkirakan/ pendapat.Masing-masing negara mempunyai konsepsi Masing-masing negara mempunyai konsepsi perkawinan sendiri. Misalnya :perkawinan sendiri. Misalnya :

Page 7: Diktat Perkawinan

II. SEJARAH PEMBENTUKANII. SEJARAH PEMBENTUKANUU No. 1 tahun 1974 UU No. 1 tahun 1974 Di Indonesia pernah berlaku dua macam Di Indonesia pernah berlaku dua macam hukum perkawinan yaitu :hukum perkawinan yaitu : Hukum perkawinan yang berlaku Hukum perkawinan yang berlaku

sebelum tanggal 2 Januari 1974 dansebelum tanggal 2 Januari 1974 dan Hukum perkawinan yang berlaku Hukum perkawinan yang berlaku

sesudah tanggal 2 Januari 1974.sesudah tanggal 2 Januari 1974.

Page 8: Diktat Perkawinan

Ad.1. hukum perkawinan yang Ad.1. hukum perkawinan yang berlaku sebelum tanggal 2 Januari berlaku sebelum tanggal 2 Januari 1974.1974.1.1. Perkawinan bagi orang Indonesia asli yang Perkawinan bagi orang Indonesia asli yang

beragama Islamberagama Islam2.2. Hukum perkawinan bagi orang Indonesia asli Hukum perkawinan bagi orang Indonesia asli

yang tidak beragama Islam dan Kristenyang tidak beragama Islam dan Kristen3.3. Hukum perkawinan bagi orang-orang Indonesia Hukum perkawinan bagi orang-orang Indonesia

asli yang beragam Kristenasli yang beragam Kristen4.4. Hukum perkawinan bagi orang timur asing Cina Hukum perkawinan bagi orang timur asing Cina

dan warga negara Indonesia Keturunan Cinadan warga negara Indonesia Keturunan Cina5.5. Hukum perkawinan bagi orang timur asing bukan Hukum perkawinan bagi orang timur asing bukan

CinaCina6.6. Hukum perkawinan bagi orang-orang EropaHukum perkawinan bagi orang-orang Eropa

Page 9: Diktat Perkawinan

Ad.2. hukum perkawinan yang Ad.2. hukum perkawinan yang berlaku setelah tanggal 2 Januari berlaku setelah tanggal 2 Januari 19741974 Umumnya negara yang merdeka Umumnya negara yang merdeka

mempunyai hukum nasional sendirimempunyai hukum nasional sendiri Indonesia sebagai negara merdeka Indonesia sebagai negara merdeka

sampai sekarang belum mempunyai sampai sekarang belum mempunyai sepenuhnya hukum nasionalsepenuhnya hukum nasional

Hukum yang kini berlaku di Indonesia Hukum yang kini berlaku di Indonesia masih bersifat pluralistik/ dualistikmasih bersifat pluralistik/ dualistik

Sejak kemerdekaanya Indonesia Sejak kemerdekaanya Indonesia berangsur-angsur membuat hukum berangsur-angsur membuat hukum nasionalnya sendiri.nasionalnya sendiri.

Bidang hukum nasional yang telah dibuat Bidang hukum nasional yang telah dibuat oleh Indonesia adalah hukum perkawinan.oleh Indonesia adalah hukum perkawinan.

Page 10: Diktat Perkawinan

Usaha untuk membentuk hukum Usaha untuk membentuk hukum perkawinan nasional dimulai antara perkawinan nasional dimulai antara lain dari:lain dari: Tahun 1950 dibentuk panitia penyelidik peraturan Tahun 1950 dibentuk panitia penyelidik peraturan

hukum perkawinan, talak dan rujukhukum perkawinan, talak dan rujuk Tahun 1962 diadakan konperensi badan penasehat Tahun 1962 diadakan konperensi badan penasehat

perkawinanperkawinan Tahun 1963 LPHN (Lembaga Pembinaan Hukum Tahun 1963 LPHN (Lembaga Pembinaan Hukum

Nasional) mulai meninjau masalah-masalah UU Nasional) mulai meninjau masalah-masalah UU Perkawinan.Perkawinan.

Tahun 1966 Departemen Kehakiman menugaskan Tahun 1966 Departemen Kehakiman menugaskan kembali LPHN untuk menyusun RUU perkawinan kembali LPHN untuk menyusun RUU perkawinan yang bersifat nasional dengan berlandaskan yang bersifat nasional dengan berlandaskan PancasilaPancasila

Tahun 1974 pemerintah (Presiden) telah Tahun 1974 pemerintah (Presiden) telah mengesahkan UU No. 1 tahun 1974 tentang pokok mengesahkan UU No. 1 tahun 1974 tentang pokok perkawinan.perkawinan.

Page 11: Diktat Perkawinan

Masa peralihan berlaku nya UU Masa peralihan berlaku nya UU No.1 tahun 1974No.1 tahun 1974

Setiap ada penggantian/ perubahan, Setiap ada penggantian/ perubahan, selalu/ dapat/ sering menimbulkan selalu/ dapat/ sering menimbulkan permasalahanpermasalahan

Bagaimana halnya dengan kekuatan Bagaimana halnya dengan kekuatan berlakunya perundangan perkawinan berlakunya perundangan perkawinan peninggalan zaman Hindia Belanda peninggalan zaman Hindia Belanda Sejak/ setelah berlakunya secara Sejak/ setelah berlakunya secara efektif UU No. 1 tahun 1974.efektif UU No. 1 tahun 1974.

Page 12: Diktat Perkawinan

UU No. 1 tahun 1974 tidak mencabut UU No. 1 tahun 1974 tidak mencabut secara menyeluruh undang-undang secara menyeluruh undang-undang perkawinan peninggalan perkawinan peninggalan pemerintahan Hinda Belanda.pemerintahan Hinda Belanda.

Penjelasan resmi terhadap Pasal 66 Penjelasan resmi terhadap Pasal 66 UU No. 1 tahun 1974 : “Ketentuan-UU No. 1 tahun 1974 : “Ketentuan-ketentuan perundang-undangan ketentuan perundang-undangan yang terdahulu tetap berlaku yang terdahulu tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam UU tidak ditentukan lain dalam UU Perkawinan"Perkawinan"

Page 13: Diktat Perkawinan

III. MACAM – MACAM III. MACAM – MACAM PENGERTIAN TENTANG PENGERTIAN TENTANG

PERKAWINAN.PERKAWINAN.

A.A. Pengertian perkawinan menurut Pengertian perkawinan menurut perundanganperundangan1.1. Pengertian perkawinan menurut KUHPerdataPengertian perkawinan menurut KUHPerdata

2.2. Pengertian perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974Pengertian perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974

Page 14: Diktat Perkawinan

Ad.1. Pengertian perkawinan Ad.1. Pengertian perkawinan menurut KUHPerdata.menurut KUHPerdata.

Tidak ada perumusan tentang pengertian perkawinanTidak ada perumusan tentang pengertian perkawinan Perkawinan hanya dipandang sebagai perikatan Perkawinan hanya dipandang sebagai perikatan

perdata saja (Pasal 26 KUHPerdata)perdata saja (Pasal 26 KUHPerdata)

Pengertian perkawinan menurut ketentuan-ketentuan Pengertian perkawinan menurut ketentuan-ketentuan

di luar perundang-undangan menurut :di luar perundang-undangan menurut : 1)1) hukum adathukum adat

2)2) hukum agamahukum agama

Perkawinan tidak merupakan perikatan (Pasal 81 Perkawinan tidak merupakan perikatan (Pasal 81 KUHPerdata)KUHPerdata)

Perkawinan hanya mempunyai unsur lahir saja.Perkawinan hanya mempunyai unsur lahir saja.

Page 15: Diktat Perkawinan

Ad.2. Pengertian perkawinan Ad.2. Pengertian perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974menurut UU No. 1 tahun 1974

Ada rumusannya yaitu yang tercantum Ada rumusannya yaitu yang tercantum dalam Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974 : dalam Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974 : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

Perkawinan merupakan baik ikatan perdata Perkawinan merupakan baik ikatan perdata maupun ikatan keagamaanmaupun ikatan keagamaan

Perkawinan merupakan ikatan lahir dan Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang batin antara seorang pria dengan seorang wanita.wanita.

Page 16: Diktat Perkawinan

Unsur-unsur yang terdapat dalam Unsur-unsur yang terdapat dalam perkawinan :perkawinan :

1. Unsur ikatan lahir1. Unsur ikatan lahir Ikatan lahir = Ikatan fisik = ikatan dengan keluarga dan Ikatan lahir = Ikatan fisik = ikatan dengan keluarga dan masyarakat.masyarakat.2. Unsur ikatan batin2. Unsur ikatan batin Ikatan batin = niat yang sungguh-sungguh untuk hidup Ikatan batin = niat yang sungguh-sungguh untuk hidup bersamabersama3. Unsur seorang pria dengan seorang wanita 3. Unsur seorang pria dengan seorang wanita Asas perkawinan adalah asas monogamiAsas perkawinan adalah asas monogami4. Unsur tujuan membentuk keluarga kekal dan bahagia4. Unsur tujuan membentuk keluarga kekal dan bahagia Asas perkawinan harus berlangsung seumur hidupAsas perkawinan harus berlangsung seumur hidup5. Unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa5. Unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa a) Agama dan Kepercayaan diberi peran menentukan a) Agama dan Kepercayaan diberi peran menentukan sah/ tidak sahnya perkawinan.sah/ tidak sahnya perkawinan. b) Unsur ini dijadikan landasan perkawinanb) Unsur ini dijadikan landasan perkawinan

Page 17: Diktat Perkawinan

Persamaan pengertian kedua Persamaan pengertian kedua undang – undang tersebut :undang – undang tersebut : keduanya memandang perkawinan keduanya memandang perkawinan

sebagai perikatan. sebagai perikatan.

Perbedaaan pengertian kedua UU Perbedaaan pengertian kedua UU tersebut :tersebut : Perkawinan menurut KUHPer hanya merupakan perikatan Perkawinan menurut KUHPer hanya merupakan perikatan

perdataperdata Perkawinan menurut UU No. th 1974 selain merupakan Perkawinan menurut UU No. th 1974 selain merupakan

perikatan perdata juga merupakan “perikatan keagamaan”perikatan perdata juga merupakan “perikatan keagamaan”

Page 18: Diktat Perkawinan

Ad.3. perkawinan menurut hukum adat.Ad.3. perkawinan menurut hukum adat.Merupakan :Merupakan : Perikatan perdataPerikatan perdata Perikatan adatPerikatan adat Perikatan kekerabatan dan ketetanggaanPerikatan kekerabatan dan ketetanggaan

Perikatan perdata menyangkut :Perikatan perdata menyangkut : Hak dan kewajiban suami istriHak dan kewajiban suami istri Harta bersamaHarta bersama Kedudukan anakKedudukan anak Hak dan kewajiban orang tuaHak dan kewajiban orang tua

Page 19: Diktat Perkawinan

Perikatan adat menyangkut :Perikatan adat menyangkut : adanya pelamaranadanya pelamaran kedudukan suami istrikedudukan suami istri kedudukan anakkedudukan anak pengangkatan anakpengangkatan anak

Perikatan kekerabatan dan Perikatan kekerabatan dan ketetanggan menyangkut ketetanggan menyangkut Pembinaan dan pemeliharaan Pembinaan dan pemeliharaan

kerukunankerukunan Pembinaan keutuhan dan Pembinaan keutuhan dan

kelanggengan kehidupan anakkelanggengan kehidupan anak

Page 20: Diktat Perkawinan

Menurut hukum adat ada 3 macam Menurut hukum adat ada 3 macam bentuk dan sistem perkawinan bentuk dan sistem perkawinan

Perkawinan jujurPerkawinan jujur Perkawinan semandaPerkawinan semanda Perkawinan bebasPerkawinan bebas

UU No. 1 tahun 1974 tidak mengatur UU No. 1 tahun 1974 tidak mengatur bagaimana tata tertib adat yang harus bagaimana tata tertib adat yang harus dilakukan dalam melaksanakan dilakukan dalam melaksanakan perkawinan menurut bentuk dan sistem perkawinan menurut bentuk dan sistem perkawinan.perkawinan.

Page 21: Diktat Perkawinan

Ad.4. Perkawinan menurut hukum Ad.4. Perkawinan menurut hukum agama.agama.

Merupakan perbuatan suciMerupakan perbuatan suci Merupakan perikatan dalam Merupakan perikatan dalam

memenuhi perintah dan anugerah memenuhi perintah dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi perkawinan menurut hukum agama Jadi perkawinan menurut hukum agama merupakan perikatan jasmani dan rokhani. merupakan perikatan jasmani dan rokhani. Pada dasarnya setiap agama tidak dapat Pada dasarnya setiap agama tidak dapat membenarkan perkawinan yang membenarkan perkawinan yang berlangsung tidak seagama.berlangsung tidak seagama.

Page 22: Diktat Perkawinan

Perkawinan menurut agama IslamPerkawinan menurut agama Islam Perkawinan = akad (perikatan) antara Perkawinan = akad (perikatan) antara

wali calon isteri dengan pria calon suamiwali calon isteri dengan pria calon suami Perikatan (akad – nikah) terdiri dari ijab Perikatan (akad – nikah) terdiri dari ijab

dan kabul.dan kabul.

Perikatan perkawinan dalam/ menurut Perikatan perkawinan dalam/ menurut agama Islam selain merupakan agama Islam selain merupakan perikatan lahir batin juga merupakan perikatan lahir batin juga merupakan perikatan kekerabatan, bukan perikatan perikatan kekerabatan, bukan perikatan perseorangan.perseorangan.

Page 23: Diktat Perkawinan

Perkawinan menurut agama Perkawinan menurut agama KatholikKatholik

Persekutuan hidup antara pria dan Persekutuan hidup antara pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih wanita atas dasar ikatan cinta kasih dengan persetujuan bebas dari keduanya dengan persetujuan bebas dari keduanya dan tidak dapat ditarik kembali.dan tidak dapat ditarik kembali.

Kedua mempelai harus sudah di batis.Kedua mempelai harus sudah di batis.

Page 24: Diktat Perkawinan

Perkawinan menurut agama HinduPerkawinan menurut agama Hindu

Perikatan antara Pria dan wanita Perikatan antara Pria dan wanita untuk mengatur hubungan seks untuk mengatur hubungan seks yang layak guna mendapatkan yang layak guna mendapatkan keturunan anak pria yang akan keturunan anak pria yang akan menyelamatkan arwah orang tuanya menyelamatkan arwah orang tuanya dari neraka , yang dilangsungkan dari neraka , yang dilangsungkan dengan upacara menurut agama dengan upacara menurut agama Hindu Werda Smrti.Hindu Werda Smrti.

Page 25: Diktat Perkawinan

Perkawinan menurut agama BudhaPerkawinan menurut agama Budha

Metta (Cinta Kasih)Metta (Cinta Kasih) Karuna (kasih sayang)Karuna (kasih sayang) Mudita (rasa sepenanggungan)Mudita (rasa sepenanggungan)

Ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita Ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami – istri yang berdasarkan sebagai suami – istri yang berdasarkan pada :pada :

Dengan tujuan untuk membentuk satu Dengan tujuan untuk membentuk satu rumah tangga yang diberkahi oleh Sang rumah tangga yang diberkahi oleh Sang Hyang Adi Budha, para Budha dan para Hyang Adi Budha, para Budha dan para Budi SatwaBudi Satwa

Page 26: Diktat Perkawinan

5. Perkawinan Campuran5. Perkawinan Campuran

A.A. Menurut regeling op de gemeng de Menurut regeling op de gemeng de huwelziken “R.G.H” = peraturan tentang huwelziken “R.G.H” = peraturan tentang perkawinan campuran (KB No.23 tahun 1890 perkawinan campuran (KB No.23 tahun 1890 S. 1890 No. 158) perkawinan antara orang-S. 1890 No. 158) perkawinan antara orang-orang yang ada di Hindia Belanda orang yang ada di Hindia Belanda (Indonesia) yang tunduk pada hukum yang (Indonesia) yang tunduk pada hukum yang berlainan.berlainan.

Tiga pengertian tentang perkawinan Tiga pengertian tentang perkawinan campuran yaitu :campuran yaitu :

Page 27: Diktat Perkawinan

b. Menurut pandangan / pengertian b. Menurut pandangan / pengertian masyarakat sehari-hari :masyarakat sehari-hari : Perkawinan karena perbedaan adat/ sukuPerkawinan karena perbedaan adat/ suku Perkawinan karena perbedaan agama.Perkawinan karena perbedaan agama.

c. Menurut UU No. 1 tahun 1974 :c. Menurut UU No. 1 tahun 1974 :Perkawinan campuran antara warga negara yang Perkawinan campuran antara warga negara yang berbeda.berbeda.Jadi ada 3 perkawinan campuran :Jadi ada 3 perkawinan campuran :

1.1. Perkawinan antar kewarganegaraanPerkawinan antar kewarganegaraan

2.2. Perkawinan antar adat/ sukuPerkawinan antar adat/ suku

3.3. Perkawinan antar agamaPerkawinan antar agama

Page 28: Diktat Perkawinan

Ad.1 Perkawinan campuran antar Ad.1 Perkawinan campuran antar kewarganegaraan :kewarganegaraan :

UU No. 1 tahun 1974 Pasal 57UU No. 1 tahun 1974 Pasal 57 Perkawinan antara 2 orang yang di Indonesia Perkawinan antara 2 orang yang di Indonesia

Tunduk pada hukum yang berlainan karena Tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.pihak berkewarganegaraan Indonesia.

Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut UU No. 1 tahun Indonesia dilakukan menurut UU No. 1 tahun 1974 Pasal 59 (2)1974 Pasal 59 (2)

Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia tidak dapat dilangsungkan sebelum Indonesia tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing telah dipenuhi (Pasal 60 ayat 1 masing-masing telah dipenuhi (Pasal 60 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)UU No. 1 tahun 1974)

Perkawinan campuran harus dicatat oleh pegawai Perkawinan campuran harus dicatat oleh pegawai pencatat yang berwenang.pencatat yang berwenang.

Page 29: Diktat Perkawinan

Ad.2. perkawinan (campuran) antar Ad.2. perkawinan (campuran) antar adatadat

Perkawinan yang terjadi antara Perkawinan yang terjadi antara suami dan istri yang adat istiadatnya suami dan istri yang adat istiadatnya berlainan. Pelaksanaan perkawinan berlainan. Pelaksanaan perkawinan antar adat sering menimbulkan antar adat sering menimbulkan perselisihan yang dapat perselisihan yang dapat mengganggu kerukunan hidup antar mengganggu kerukunan hidup antar keluarga/ kerabat besan.keluarga/ kerabat besan.

Page 30: Diktat Perkawinan

Ad.3. perkawinan (campuran) antar Ad.3. perkawinan (campuran) antar agamaagama

Perkawinan antara seorang pria dan wanita Perkawinan antara seorang pria dan wanita yang berbeda agama yang dianutnya dan yang berbeda agama yang dianutnya dan masing-masing tetap mempertahankannya.masing-masing tetap mempertahankannya.

Perkawinan macam ini bertentangan Perkawinan macam ini bertentangan dengan Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 dengan Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 dengan Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 dengan Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 yang berbunyi : “Perkawinan yang sah = yang berbunyi : “Perkawinan yang sah = perkawinan yang dilakukan menurut perkawinan yang dilakukan menurut masing-masing agamanya dan masing-masing agamanya dan kepercayaannya”kepercayaannya”

Perkawinan campuran antar agama adalah Perkawinan campuran antar agama adalah tidak sahtidak sah

Page 31: Diktat Perkawinan

6. Perkawinan diluar negeri6. Perkawinan diluar negeri Perkawinan yang dilangsungkan diluar Perkawinan yang dilangsungkan diluar

Indonesia antara dua orang warga negara Indonesia antara dua orang warga negara Indonesia atas seorang warga negara Indonesia atas seorang warga negara Indonesia dengan seorang warga negara Indonesia dengan seorang warga negara asing adalah sah bila dilakukan menurut asing adalah sah bila dilakukan menurut hukum yang berlaku di Negara dimana hukum yang berlaku di Negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warga negara Indonesia tidak melanggar warga negara Indonesia tidak melanggar UU No. 1 tahun 1974UU No. 1 tahun 1974

Setelah suami istri kembali di Indonesia, Setelah suami istri kembali di Indonesia, dalam satu tahun surat bukti perkawinan dalam satu tahun surat bukti perkawinan harus didaftarkan di kantor pencatatan harus didaftarkan di kantor pencatatan perkawinan tempat tinggal mereka.perkawinan tempat tinggal mereka.

Page 32: Diktat Perkawinan

Perkawinan di luar Indonesia menjadi tidak Perkawinan di luar Indonesia menjadi tidak sah, bila perkawinan tersebut hanya sah, bila perkawinan tersebut hanya dilakukan di kantor/ dihadapan hakim/ dilakukan di kantor/ dihadapan hakim/ pejabat pencatatan sipil saja Tanpa pejabat pencatatan sipil saja Tanpa melakukan upacara keagamaan)melakukan upacara keagamaan)

Perkawinan semacam ini sama dengan Perkawinan semacam ini sama dengan hidup bersama/ kumpul kebo/ zamen leven.hidup bersama/ kumpul kebo/ zamen leven.

Pegawai kantor pencatatan perkawinan RI. Pegawai kantor pencatatan perkawinan RI. harus menolak pendaftaran perkawinan harus menolak pendaftaran perkawinan tersebuttersebut

Page 33: Diktat Perkawinan

PRINSIP/ DASAR PERKAWINANPRINSIP/ DASAR PERKAWINANAda 3 macam :Ada 3 macam :

1.1. Tujuan perkawinanTujuan perkawinan

a.a. Tujuan menurut perundang-undangan Tujuan menurut perundang-undangan

Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974 perkawinan ialah ikatan lahir – batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974 perkawinan ialah ikatan lahir – batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke Tuhanan Yang suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha EsaMaha Esa

Jadi tujuan perkawinan menurut perundangan adalah ; untuk kebahagian suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan Jadi tujuan perkawinan menurut perundangan adalah ; untuk kebahagian suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan agama dalam kesatuan keluarga yang bersifat parental.menegakkan agama dalam kesatuan keluarga yang bersifat parental.

Page 34: Diktat Perkawinan

b. Tujuan menurut hukum adatb. Tujuan menurut hukum adat

1.1. Pada masyarakat kekerabatan adat yang Pada masyarakat kekerabatan adat yang patrilinial, perkawinan bertujuan untuk patrilinial, perkawinan bertujuan untuk mempertahankan garis keturunan Bapak.mempertahankan garis keturunan Bapak.

2.2. Pada masyarakat kekerabatan adat yang Pada masyarakat kekerabatan adat yang matrilinial, perkawinan bertujuan untuk matrilinial, perkawinan bertujuan untuk mempertahankan baris keturunan Ibumempertahankan baris keturunan Ibu

3.3. Pada masyarakat kekerabatan adat yang Pada masyarakat kekerabatan adat yang parental, perkawinan bertujuan untuk parental, perkawinan bertujuan untuk mempertahankan garis keturunan Bapak - mempertahankan garis keturunan Bapak - IbuIbu

Bagi masyarakat hukum adat yang Bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan tujuan perkawinan bersifat kekerabatan tujuan perkawinan berbeda-beda :berbeda-beda :

Page 35: Diktat Perkawinan

c. Tujuan perkawinan menurut c. Tujuan perkawinan menurut Hukum agamaHukum agama

Menurut agama Islam, tujuan perkawinan Menurut agama Islam, tujuan perkawinan adalah menuruti perintah Allah untuk adalah menuruti perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.yang damai dan teratur.

Menurut agama kristen tujuan perkawinan Menurut agama kristen tujuan perkawinan adalah membentuk suatu persekutuan hidup adalah membentuk suatu persekutuan hidup yang kekal antara pria danw anita berdasarkan yang kekal antara pria danw anita berdasarkan cinta kasihcinta kasih

Menurut agama Hindu, tujuan perkawinan Menurut agama Hindu, tujuan perkawinan adalah untuk menebus dosa orang tuaadalah untuk menebus dosa orang tua

Menurut agama Budha, tujuan perkawinan Menurut agama Budha, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk suatu keluarga adalah untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) bahagia yang diberhaki oelh (rumah tangga) bahagia yang diberhaki oelh SangHyang Adi Budha (Tuhan Yang Maha Esa). SangHyang Adi Budha (Tuhan Yang Maha Esa).

Page 36: Diktat Perkawinan

2. Sahnya perkawinan2. Sahnya perkawinan Sah menurut hukum yang berlaku : Sah menurut hukum yang berlaku :

a.a. Menurut perundang-undangan :Menurut perundang-undangan : Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 : “perkawinan adalah sah, bila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu”Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 : “perkawinan adalah sah, bila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu” Hukum masing-masing agama = hukum agama yang dianut oleh kedua mempelai, bukan yang dianut oleh masing-masing mempelai.Hukum masing-masing agama = hukum agama yang dianut oleh kedua mempelai, bukan yang dianut oleh masing-masing mempelai. Perkawinan yang sah = perkawinan intern agama = perkawinan yang dilaksanakan menurut tata tertib salah satu agamPerkawinan yang sah = perkawinan intern agama = perkawinan yang dilaksanakan menurut tata tertib salah satu agam Perkawinan yang hanya dilakukan dihadapan pegawai pencatat sipil adalah tidak sah.Perkawinan yang hanya dilakukan dihadapan pegawai pencatat sipil adalah tidak sah.

Page 37: Diktat Perkawinan

b. Sah menurut hukum adat.b. Sah menurut hukum adat.

Menurut hukum adat perkawinan Menurut hukum adat perkawinan adalah sah, bila telah dilaksanakan adalah sah, bila telah dilaksanakan menurut tata tertib agama yang dianut menurut tata tertib agama yang dianut masyarakat adat yang bersangkutan.masyarakat adat yang bersangkutan.

Page 38: Diktat Perkawinan

c. Sah menurut hukum agamac. Sah menurut hukum agama menurut agama Islam, perkawinan adalah sah dengan menurut agama Islam, perkawinan adalah sah dengan

telah diucapkannya ijab kabul dari calon suami dalam telah diucapkannya ijab kabul dari calon suami dalam suatu majelis akad nikah yang disaksikan oleh dua suatu majelis akad nikah yang disaksikan oleh dua orang saksi yang sahorang saksi yang sah

menurut hukum agama kristen, perkawinan adalah menurut hukum agama kristen, perkawinan adalah sah, bila syarat-syarat yang telah ditentukan dipenuhi sah, bila syarat-syarat yang telah ditentukan dipenuhi dan perkawinanya dilakukan dihadapan pastur/ dan perkawinanya dilakukan dihadapan pastur/ pendeta dan yang dihadiri oleh dua orang saksi.pendeta dan yang dihadiri oleh dua orang saksi.

Menurut hukum agama Hindu, perkawinan adalah sah, Menurut hukum agama Hindu, perkawinan adalah sah, bila dilakukan dihadapan Brahmana atau Pendeta atau bila dilakukan dihadapan Brahmana atau Pendeta atau pejabat agama yang memenuhi syarat untuk pejabat agama yang memenuhi syarat untuk melakukan perbuatan itu.melakukan perbuatan itu.

Menurut hukum agama Budha, Indonesia, perkawinan Menurut hukum agama Budha, Indonesia, perkawinan adalah sah bila telah dilaksanakan menurut upacara adalah sah bila telah dilaksanakan menurut upacara yang dilakukan oleh pendeta agama Budha Indonesia yang dilakukan oleh pendeta agama Budha Indonesia di Vihara/ Cetya/ didepan altar Suci sang Budha.di Vihara/ Cetya/ didepan altar Suci sang Budha.

Page 39: Diktat Perkawinan

3. Asas Monogami dan Poligami3. Asas Monogami dan Poligamia.a. Menurut perundang-undangan Menurut perundang-undangan

UU No. 1 Tahun 1974 menganut asas perkawinan monogami (Pasal 3 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)UU No. 1 Tahun 1974 menganut asas perkawinan monogami (Pasal 3 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974) Pasal 3 ayat 2 UU No. 1 tahun 1974 : “pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang bila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”.Pasal 3 ayat 2 UU No. 1 tahun 1974 : “pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang bila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Pasal 3 ayat 2 UU No. 1 tahun 1974 ini menganut asas monogami terbuka ( tidak tertutup kemungkinan dalam keadaan terpaksa suami melakukan poligami yang bersifat tertutup = Pasal 3 ayat 2 UU No. 1 tahun 1974 ini menganut asas monogami terbuka ( tidak tertutup kemungkinan dalam keadaan terpaksa suami melakukan poligami yang bersifat tertutup =

poligami yang tidak begitu saja dapat di buka tanpa pengawasan hakim)poligami yang tidak begitu saja dapat di buka tanpa pengawasan hakim) Suami yang akan beristri lebih dari seorang isteri wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya dengan alasan-alasan :Suami yang akan beristri lebih dari seorang isteri wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya dengan alasan-alasan :

Istri tidak menjalankan kewajibannya sebagai istriIstri tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri Istri mendapat cacat badan/ penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Istri mendapat cacat badan/ penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Istri tidak dapat melahirkan keturunanIstri tidak dapat melahirkan keturunan

Page 40: Diktat Perkawinan

b. Poligami dalam hukum adatb. Poligami dalam hukum adat

Masyarakat hukum adat di Indonesia pada Masyarakat hukum adat di Indonesia pada zamannya mengenal perkawinan seorang zamannya mengenal perkawinan seorang suami dengan banyak istri (poligami) suami dengan banyak istri (poligami) terutama di kalangan raja-raja dan terutama di kalangan raja-raja dan bangsawan adat.bangsawan adat.

Sekarang sejak berlakunya UU No. 1 tahun Sekarang sejak berlakunya UU No. 1 tahun 1974 poligami sudah jarang sekali terjadi1974 poligami sudah jarang sekali terjadi

Kalau masih ada, sudah disesuaikan Kalau masih ada, sudah disesuaikan dengan UU No. 1 tahun 1974, yaitu karena dengan UU No. 1 tahun 1974, yaitu karena keadaan memaksa.keadaan memaksa.

Page 41: Diktat Perkawinan

c. Poligami dalam hukum agamac. Poligami dalam hukum agama

Hukum agama Islam dan hukum agama Hukum agama Islam dan hukum agama Hindu memperkenankan poligamiHindu memperkenankan poligami

Hukum agama kristen dan hukum Hukum agama kristen dan hukum agama budha tidak memperkenankan agama budha tidak memperkenankan poligami.poligami.

Page 42: Diktat Perkawinan

d. Poligami pegawai negerid. Poligami pegawai negeri

Menurut UU No. 8 tahun 1974 tentang Menurut UU No. 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, yang pokok-pokok kepegawaian, yang dimaksud dengan pegawai negeri dimaksud dengan pegawai negeri adalah pegawai negeri sipil dan adalah pegawai negeri sipil dan pegawai negeri daerah, termasuk :pegawai negeri daerah, termasuk : Pegawai Bank milik negaraPegawai Bank milik negara Pegawai BUMNPegawai BUMN Pegawai bank milik daerahPegawai bank milik daerah Pegawai BUMN.Pegawai BUMN.

Page 43: Diktat Perkawinan

Perkawinan bagi pegawai negeri Perkawinan bagi pegawai negeri sipil di atas dalam PP. No. 10 tahun sipil di atas dalam PP. No. 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian pegawai negeri pada perceraian pegawai negeri pada prinsipnya harus monogami.prinsipnya harus monogami.

Page 44: Diktat Perkawinan

Bila seorang pegawai negeri sipil pria akan Bila seorang pegawai negeri sipil pria akan beristri lebih dari seorang, Ia wajib beristri lebih dari seorang, Ia wajib mendapat izin lebih dulu dari pejabat mendapat izin lebih dulu dari pejabat (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga (Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Non Departemen, Gubernur, Pimpinan Non Departemen, Gubernur, Pimpinan BUMN Dll)BUMN Dll)

Izin untuk beristri lebih dari seorang, Izin untuk beristri lebih dari seorang, hanya dapat diberikan kalau memenuhi hanya dapat diberikan kalau memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat sekurang-kurangnya salah satu syarat alaternatif dan tiga syarat kumulatif.alaternatif dan tiga syarat kumulatif.

Page 45: Diktat Perkawinan

Syarat-syarat alternatif :Syarat-syarat alternatif :

Istri tidak dapat menjalankan Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istrikewajiban sebagai istri

Istri mendapat cacat badan/ Istri mendapat cacat badan/ penyakit yang tidak dapat penyakit yang tidak dapat disembuhkandisembuhkan

Istri tidak dapat melahirkan Istri tidak dapat melahirkan keturunan.keturunan.

Page 46: Diktat Perkawinan

Syarat-syarat kumulatif :Syarat-syarat kumulatif :

Persetujuan tertulis dari istriPersetujuan tertulis dari istri Penghasilan pegawai negeri sipil Penghasilan pegawai negeri sipil

yang bersangkutan cukup untuk yang bersangkutan cukup untuk membiayai lebih dari seorang istri membiayai lebih dari seorang istri dan anak-anaknya.dan anak-anaknya.

Jaminan tertulis dari pegawai Jaminan tertulis dari pegawai negeri sipil yang bersangkutan negeri sipil yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil bahwa ia akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya.terhadap istri dan anak-anaknya.

Page 47: Diktat Perkawinan

Bila seorang pegawai negeri sipil Bila seorang pegawai negeri sipil wanita akan : wanita akan :

Menjadi istri ke 2 / ke 3/ ke 4 dari pegawai Menjadi istri ke 2 / ke 3/ ke 4 dari pegawai negeri sipil pria harus dilarang/ tidak negeri sipil pria harus dilarang/ tidak diizinkan.diizinkan.

Menjadi istri ke 2/ ke 3 / ke 4 dari bukan Menjadi istri ke 2/ ke 3 / ke 4 dari bukan pegawai negeri sipil pria wajib pegawai negeri sipil pria wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat (seperti yang disebut diatas)pejabat (seperti yang disebut diatas)

Pejabat yang bersangkutan, tidak Pejabat yang bersangkutan, tidak memberikan izin untuk pegawai negeri memberikan izin untuk pegawai negeri sipil wanita untuk menjadi istri ke 2/ ke 3/ sipil wanita untuk menjadi istri ke 2/ ke 3/ ke 4. Bila perkawinannya bertentangan ke 4. Bila perkawinannya bertentangan dengan aturan / ajaran yang dianut si dengan aturan / ajaran yang dianut si wanita itu dan bakal suaminya.wanita itu dan bakal suaminya.

Page 48: Diktat Perkawinan

Pasal 15 PP No. 10 tahun 1983 pegawai Pasal 15 PP No. 10 tahun 1983 pegawai negeri sipil dilarang hidup bersama negeri sipil dilarang hidup bersama dengan wanita atau pria sebagai dengan wanita atau pria sebagai suami / istri tanpa ikatan perkawinan suami / istri tanpa ikatan perkawinan yang sah.yang sah.

Pegawai negeri sipil pria/ wanita yang Pegawai negeri sipil pria/ wanita yang melanggar ketentuan diatas dijatuhi melanggar ketentuan diatas dijatuhi hukuman disiplin. Berupa hukuman disiplin. Berupa pemberhentian dengan hormat tidak pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai atas permintaan sendiri sebagai pegawai negeri sipil.pegawai negeri sipil.

Page 49: Diktat Perkawinan

IV. Persyaratan perkawinan.IV. Persyaratan perkawinan.

Menurut UU No. 1 tahun 1974 ada 2 Menurut UU No. 1 tahun 1974 ada 2 macam syarat perkawinan :macam syarat perkawinan :

1.1. Syarat material, yaitu syarat – syarat yang menyangkut pribadi Syarat material, yaitu syarat – syarat yang menyangkut pribadi calon suami dan calon istri.calon suami dan calon istri.

2.2. Syarat-syarat formil, yaitu syarat-syarat yang menyangkut Syarat-syarat formil, yaitu syarat-syarat yang menyangkut formalitas yang harus dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan.formalitas yang harus dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan.

Page 50: Diktat Perkawinan

Ad.1. Syarat – syarat materil di bagi Ad.1. Syarat – syarat materil di bagi menjadi :menjadi :

a.a. syarat material yang bersifat umum.syarat material yang bersifat umum.

b.b. Syarat material yang bersifat khusus.Syarat material yang bersifat khusus.

Page 51: Diktat Perkawinan

Ad.a. Syarat materiil yang bersifat Ad.a. Syarat materiil yang bersifat umum :umum :

1.1. Persetujuan calon suami dan istri (Pasal 6 ayat Persetujuan calon suami dan istri (Pasal 6 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974). Tidak ada / boleh 1 UU No. 1 tahun 1974). Tidak ada / boleh ada paksaan, ancaman atau salah sangka ada paksaan, ancaman atau salah sangka mengenai diri suami istri.mengenai diri suami istri.

2.2. Pemenuhan syarat-syarat umur minimal (Pasal Pemenuhan syarat-syarat umur minimal (Pasal 7 ayat 1). Batas umur minimal untuk 7 ayat 1). Batas umur minimal untuk melangsungkan perkawinan :melangsungkan perkawinan :

a.a. 19 Tahun untuk pria19 Tahun untuk priab.b. 16 tahun untuk wanita16 tahun untuk wanita

Kalau perkawinan akan dilangsungkan sebelum mencapai batas Kalau perkawinan akan dilangsungkan sebelum mencapai batas umur minmal, harus dimintakan dispensasi dari pengadilan/ umur minmal, harus dimintakan dispensasi dari pengadilan/ pejabat yang ditunjuk oleh orang tua kedua calon suami istri.pejabat yang ditunjuk oleh orang tua kedua calon suami istri.

Page 52: Diktat Perkawinan

3.3. Calon suami dan calon istri harus Calon suami dan calon istri harus tidak terikat dalam tali perkawinan tidak terikat dalam tali perkawinan dengan orang lain (Pasal 9 UU No. 1 dengan orang lain (Pasal 9 UU No. 1 tahun 1974)tahun 1974)

4.4. Bagi wanita ada kewajiban memenuhi Bagi wanita ada kewajiban memenuhi suatu jangka waktu tunggu tertentu suatu jangka waktu tunggu tertentu untuk melangsungkan perkawinan untuk melangsungkan perkawinan (Pasal 11 UU No. 1 tahun 1974 dan (Pasal 11 UU No. 1 tahun 1974 dan Pasal 39 PP No. 9 tahun 1975)Pasal 39 PP No. 9 tahun 1975)

Page 53: Diktat Perkawinan

Ad.b) syarat-syarat materiil yang Ad.b) syarat-syarat materiil yang bersifat khusus :bersifat khusus :

1.1. Larangan perkawainanLarangan perkawainan

2.2. Kewajiban bagi calon suami dan istri Kewajiban bagi calon suami dan istri yang belum berumur 21 tahun untuk yang belum berumur 21 tahun untuk mendapatkan izin dari orang tua.mendapatkan izin dari orang tua.

Page 54: Diktat Perkawinan

Ad.1) larangan perkawinan (Pasal Ad.1) larangan perkawinan (Pasal 8 UU No. 1 tahun 1974)8 UU No. 1 tahun 1974)Berdasarkan hubungan darah yang Berdasarkan hubungan darah yang terlalu dekat seperti :terlalu dekat seperti : Perkawinan antara anggota keluarga Perkawinan antara anggota keluarga

darah dalam garis lurus keatas atau darah dalam garis lurus keatas atau kebawah (Pasal 8a. UU No. 1tahun kebawah (Pasal 8a. UU No. 1tahun 1974)1974)

Perkawinan antara anggota keluarga Perkawinan antara anggota keluarga dalam garis keturunan menyamping dalam garis keturunan menyamping (Pasal 8b UUNo. 1 tahun 1974)(Pasal 8b UUNo. 1 tahun 1974)

Page 55: Diktat Perkawinan

Berdasarkan hubungan sementara Berdasarkan hubungan sementara seperti :seperti :

perkawinan antara seseorang perkawinan antara seseorang dengan mertua, anak tiri, menantu, dengan mertua, anak tiri, menantu, Ibu/ bapak tiri (Pasal 8 c)Ibu/ bapak tiri (Pasal 8 c)

Page 56: Diktat Perkawinan

berdasarkan hubungan susuan berdasarkan hubungan susuan sepertiseperti

Perkawinan antara anak susuan, Perkawinan antara anak susuan, saudara susuan, orang tua susuan saudara susuan, orang tua susuan (Pasal 8 d)(Pasal 8 d)

Page 57: Diktat Perkawinan

Berdasarkan hubungan yang Berdasarkan hubungan yang dilarang oleh agama seperti :dilarang oleh agama seperti :

Perkawinan antara orang-orang yang Perkawinan antara orang-orang yang oleh agama dilarang (Pasal 8 f) oleh agama dilarang (Pasal 8 f)

Page 58: Diktat Perkawinan

Berdasarkan hubungan keluargaBerdasarkan hubungan keluarga

Dalam perkawinan poligami, seperti Dalam perkawinan poligami, seperti perkawinan antara seorang suamoi perkawinan antara seorang suamoi dengan saudara, bibi, kemenakan dengan saudara, bibi, kemenakan dari istri (Pasal 8 c)dari istri (Pasal 8 c)

Page 59: Diktat Perkawinan

Berdasarkan keadaan tertentu Berdasarkan keadaan tertentu pada diri calon suami/ istri, seperti :pada diri calon suami/ istri, seperti : Perkawinan antara seorang pria/ Perkawinan antara seorang pria/

wanita yang masih terikat pada wanita yang masih terikat pada perkawinan dengan orang lain perkawinan dengan orang lain

Perkawinan antara bekas suami dan Perkawinan antara bekas suami dan bekas istri yang telah 2 x bercerai bekas istri yang telah 2 x bercerai dengan pasangan yang sama.dengan pasangan yang sama.

Page 60: Diktat Perkawinan

Ad.2) kewajiban calon suami/ istri yang Ad.2) kewajiban calon suami/ istri yang belum mencapai usia 21 tahunbelum mencapai usia 21 tahun

Harus mempunyai izin dari kedua orang tua Harus mempunyai izin dari kedua orang tua (Pasal 6 ayat 2) atau(Pasal 6 ayat 2) atau

Harus mendapat izin dari orang tua yang masih Harus mendapat izin dari orang tua yang masih hidup / yang mampu menyatakan kehendaknya. hidup / yang mampu menyatakan kehendaknya. Jika salah satu orang tuanya telah meninggal / Jika salah satu orang tuanya telah meninggal / tidak mampu menyatakan kehendak atautidak mampu menyatakan kehendak atau

Harus mendapat izin dari walinya orang yang Harus mendapat izin dari walinya orang yang memeliharnya atau keluarga yang mempunyai memeliharnya atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis lurus keatas, bila ke hubungan darah dalam garis lurus keatas, bila ke 2 oarng tuanya telah meninggal atau2 oarng tuanya telah meninggal atau

Harus mendapat izin dari pengadilan di tempat Harus mendapat izin dari pengadilan di tempat tinggalnya, bila ada perbedaan pendapat antara tinggalnya, bila ada perbedaan pendapat antara orang-orang tersebut diatas.orang-orang tersebut diatas.

Page 61: Diktat Perkawinan

Ad. II. Syarat-syarat formilAd. II. Syarat-syarat formil

a.a. Formalitas perkawinanFormalitas perkawinan

b.b. Pencatatan perkawinanPencatatan perkawinan

Page 62: Diktat Perkawinan

Ad.a Formalitas yang mendahului Ad.a Formalitas yang mendahului perkawinanperkawinan

a.a. Pemberitahuan (Pasal 3s/d 5 PP No. Pemberitahuan (Pasal 3s/d 5 PP No. 9 tahun 1975) 9 tahun 1975)

1.1. Setiap orang yang akan kawin wajib memberi tahukan niatnya kepada pegawai pencatat perkawinan (Pasal Setiap orang yang akan kawin wajib memberi tahukan niatnya kepada pegawai pencatat perkawinan (Pasal 3 ayat 1 PP No. 9 tahun 1975)3 ayat 1 PP No. 9 tahun 1975)

2.2. Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan secara lisan/ tertulis/ oleh calon mempelai / orang tua/w akilnyaPemberitahuan tersebut dapat dilakukan secara lisan/ tertulis/ oleh calon mempelai / orang tua/w akilnya

3.3. Pemberitahuan harus berisi identitas dari para pihak.Pemberitahuan harus berisi identitas dari para pihak.

4.4. Pemberitahuan harus berisi identitas dari para pihak.Pemberitahuan harus berisi identitas dari para pihak.

Page 63: Diktat Perkawinan

b. Penelitian (Pasal 6 s/d 7 PP No. 9 tahun b. Penelitian (Pasal 6 s/d 7 PP No. 9 tahun 1975) setelah menerima pemberitahuan 1975) setelah menerima pemberitahuan pegawai pencatat perkawinan harus :pegawai pencatat perkawinan harus :

1)1) Meneliti apakah syarat-syarat Meneliti apakah syarat-syarat perkawinan sudah dipenuhiperkawinan sudah dipenuhi

2)2) Menulis hasil penelitiannya dalam Menulis hasil penelitiannya dalam sebuah daftar yang diperuntukkan sebuah daftar yang diperuntukkan untuk ituuntuk itu

3)3) Segera memberitahukan kepada Segera memberitahukan kepada calon mempelai bila penelitiannya calon mempelai bila penelitiannya menunjukkan adanya halangan/ menunjukkan adanya halangan/ hambatan perkawinan.hambatan perkawinan.

Page 64: Diktat Perkawinan

Pengumuman (Pasal 8 dan 9 PP Pengumuman (Pasal 8 dan 9 PP No. 9 tahun 1975)No. 9 tahun 1975)

Kalau penelitian tidak menunjukkan Kalau penelitian tidak menunjukkan adanya halangan maka :adanya halangan maka :Pegawai pencatat perkawinan harus membuat pengumuman tentang pemberitahuan Pegawai pencatat perkawinan harus membuat pengumuman tentang pemberitahuan niat perkawinan yang ditempelkan ditempat yang mudah di baca oleh umumniat perkawinan yang ditempelkan ditempat yang mudah di baca oleh umumPengumuman tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada umum untuk Pengumuman tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada umum untuk mengetahui dan mengajukan keberatanmengetahui dan mengajukan keberatan

Page 65: Diktat Perkawinan

d. Pencegahan perkawinand. Pencegahan perkawinan

Pencegahan perkawinan = pengajuan Pencegahan perkawinan = pengajuan keberatan terhadap perkawinan yang keberatan terhadap perkawinan yang akan dilangsungkan akan dilangsungkan

Kalau perkawinan yang akan Kalau perkawinan yang akan dilangsungkan tidak memenuhi dilangsungkan tidak memenuhi persyaratan, pihak – pihak tertentu persyaratan, pihak – pihak tertentu dapat mencegah perkawinan tersebutdapat mencegah perkawinan tersebut

Kalau ada pencegahan perkawinan Kalau ada pencegahan perkawinan tidak dapat dilangsungkan.tidak dapat dilangsungkan.

Page 66: Diktat Perkawinan

Pihak-pihak yang berhak Pihak-pihak yang berhak mencegah perkawinan :mencegah perkawinan :

1.1. Keluarga dekat garis keturunan lurus keatas / Keluarga dekat garis keturunan lurus keatas / kebawah. (Pasal 14 ayat 1 No. 1 Tahun 1974)kebawah. (Pasal 14 ayat 1 No. 1 Tahun 1974)

2.2. Saudara (Pasal 14 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)Saudara (Pasal 14 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)3.3. Wali nikah (Pasal 14 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)Wali nikah (Pasal 14 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974)4.4. Pengampu dari salah seorang calon pengantinPengampu dari salah seorang calon pengantin5.5. Pihak-pihak yang berkepentingan (Pasal 15 UU No. Pihak-pihak yang berkepentingan (Pasal 15 UU No.

1 tahun 1974) barang siapa karena perkawinan 1 tahun 1974) barang siapa karena perkawinan dirinya masih terikat dengan salah satu dari kedua dirinya masih terikat dengan salah satu dari kedua belah pihak.belah pihak.

6.6. Pejabat yang ditunjuk (Pasal 16 UU No. 1 tahun Pejabat yang ditunjuk (Pasal 16 UU No. 1 tahun 1974)1974)

7.7. Pegawai pencatat pernikahan (Pasal 20 dan 21 UU Pegawai pencatat pernikahan (Pasal 20 dan 21 UU No. 1 tahun 1974)No. 1 tahun 1974)

Page 67: Diktat Perkawinan

Alasan untuk mencegah Alasan untuk mencegah perkawinan perkawinan dapat perkawinan perkawinan dapat dicegah, bila ada pihak yang tidak dicegah, bila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan (Pasal melangsungkan perkawinan (Pasal 13 UU No. 1 tahun 1974).13 UU No. 1 tahun 1974).

Page 68: Diktat Perkawinan

Procedur pencegahan perkawinanProcedur pencegahan perkawinan1.1. Permohonan pencegahan perkawinan harus Permohonan pencegahan perkawinan harus

diajukan kepada pengadilan daerah hukum diajukan kepada pengadilan daerah hukum dimana perkawinan akan dilangsungkan.dimana perkawinan akan dilangsungkan.

2.2. Permohonan tersebut harus diberitahukan Permohonan tersebut harus diberitahukan kepada pegawai pencatat perkawinankepada pegawai pencatat perkawinan

3.3. Pegawai pencatat perkawinan harus memberi Pegawai pencatat perkawinan harus memberi tahu kepada calin-calon mempelaitahu kepada calin-calon mempelai

4.4. Pengerahan perkawinan dapat dicabut Pengerahan perkawinan dapat dicabut dengan :dengan :

a.a. Putusan pengadilan atauPutusan pengadilan atau

b.b. Ditarik kembali permohonannya.Ditarik kembali permohonannya.

Page 69: Diktat Perkawinan

TATA CARA PERKAWINANTATA CARA PERKAWINAN

1.1. Perkawinan harus dilangsungkan menurut tata Perkawinan harus dilangsungkan menurut tata cara yang ditentukan dalam hukum masing-cara yang ditentukan dalam hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.masing agama dan kepercayaannya.

2.2. Perkawinan baru dapat dilangsungkan setelah Perkawinan baru dapat dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman.hari kesepuluh sejak pengumuman.

3.3. Perkawinan harus dilangsungkan dihadapan Perkawinan harus dilangsungkan dihadapan pegawai pencatat perkawinan dan dihadiri oleh pegawai pencatat perkawinan dan dihadiri oleh dua orang saksi.dua orang saksi.

4.4. Setelah perkawinan selesai, kedua mempelai Setelah perkawinan selesai, kedua mempelai menandatangani akta perkawinanmenandatangani akta perkawinan

5.5. Kedua orang saksinya, pegawai pencatat Kedua orang saksinya, pegawai pencatat perkawinan dan wali nikah juga harus perkawinan dan wali nikah juga harus menandatangani akta tersebutmenandatangani akta tersebut

6.6. Setelah penandatanganan akta perkawinan telah Setelah penandatanganan akta perkawinan telah tercatat secara resmitercatat secara resmi

Page 70: Diktat Perkawinan

Hak dan kewajiban suami istri Hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga dalam rumah tangga

1.1. Kewajiban suami istri untuk menegakkan rumah tangga Kewajiban suami istri untuk menegakkan rumah tangga (Pasal 30 Undang-undang No. 1 tahun 1974)(Pasal 30 Undang-undang No. 1 tahun 1974)

2.2. Kewajiban suami istri untuk saling cinta mencintai (Pasal Kewajiban suami istri untuk saling cinta mencintai (Pasal 33 Undang-undang No. 1 tahun 1974)33 Undang-undang No. 1 tahun 1974)

3.3. Hak dan kewajiban istri seimbang dengan hak dan Hak dan kewajiban istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami (Pasal 31 Undang-undang No. 1 tahun kedudukan suami (Pasal 31 Undang-undang No. 1 tahun 1974)1974)

4.4. Kewajiban suami istri untuk mempunyai tempat Kewajiban suami istri untuk mempunyai tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh suami istri kediaman yang tetap yang ditentukan oleh suami istri bersama (Pasal 32 Undang-undang No. 1 tahun 1974)bersama (Pasal 32 Undang-undang No. 1 tahun 1974)

5.5. Kewajiban suami untuk melindungi istri dan Kewajiban suami untuk melindungi istri dan memberikan segala sesuai keperluan hidup rumah memberikan segala sesuai keperluan hidup rumah tangga (Pasal 34 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun tangga (Pasal 34 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974)1974)

6.6. Kewajiban istri untuk mengatur urusan-urusan rumah Kewajiban istri untuk mengatur urusan-urusan rumah tangga sebaik-baiknya (Pasal 34 ayat 2 Undang-undang tangga sebaik-baiknya (Pasal 34 ayat 2 Undang-undang No. 1 tahun 1974)No. 1 tahun 1974)

Page 71: Diktat Perkawinan

Hak dan kewajiban antara orang Hak dan kewajiban antara orang tua dan anaktua dan anak

Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak diatur dalam Pasal 45 s/d 49 Undang-undang No. diatur dalam Pasal 45 s/d 49 Undang-undang No. 1 tahun 1974. 1 tahun 1974.

Pasal-Pasal tersebut mengandung prinsip-prinsip Pasal-Pasal tersebut mengandung prinsip-prinsip ::

1.1. Kekuasaan orang tua berada di tangan dan dilaksankan oleh kedua orang Kekuasaan orang tua berada di tangan dan dilaksankan oleh kedua orang tuatua

2.2. Kekuasaan orang tua berlangsung sampai batas-batas waktu yang Kekuasaan orang tua berlangsung sampai batas-batas waktu yang ditentukan oleh Undang-undang ditentukan oleh Undang-undang

3.3. Kekuasaan orang tua berlaku selama orang tua tersebut menjalankan Kekuasaan orang tua berlaku selama orang tua tersebut menjalankan tugasnya dengan baik disertai dengan kemungkinan pencabutannya tugasnya dengan baik disertai dengan kemungkinan pencabutannya berdasarkan alasan-alasan yang menyangkut pelaksanaan tugas (Pasal berdasarkan alasan-alasan yang menyangkut pelaksanaan tugas (Pasal 49 Undang-undang No. 1 tahun 1974)49 Undang-undang No. 1 tahun 1974)

Page 72: Diktat Perkawinan

Sifat kekuasaan orang tuaSifat kekuasaan orang tua

Sifat kekuasaan orang tua harus Sifat kekuasaan orang tua harus dilaksanakan untuk kepentingan anak dilaksanakan untuk kepentingan anak semata-mata pelaksanaannya dibatasi semata-mata pelaksanaannya dibatasi oleh norma-norma kepantasan. Hal-hal oleh norma-norma kepantasan. Hal-hal yang termasuk dalam kekuasaan yang termasuk dalam kekuasaan orang tua.orang tua.

Page 73: Diktat Perkawinan

Kekuasaan orang tua meliputi 2 hal :Kekuasaan orang tua meliputi 2 hal :1.1. Hal mengenai pribadi si anakHal mengenai pribadi si anak2.2. Hal mengenai harta si anakHal mengenai harta si anakAd.1 hal mengenai pribadi si anakAd.1 hal mengenai pribadi si anak

1.1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya (Pasal 45 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974)sebaik-baiknya (Pasal 45 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974)

2.2. Kewajiban ini berlangsung sampai anak-anak sudah dapat berdiri sendiri Kewajiban ini berlangsung sampai anak-anak sudah dapat berdiri sendiri atau kawinatau kawin

Ad.2. hal yang mengenai harta si anakAd.2. hal yang mengenai harta si anak1.1. Kedua orang tua wajib mengurus harta milik si anak dan tidak boleh memindahkan hak atau Kedua orang tua wajib mengurus harta milik si anak dan tidak boleh memindahkan hak atau

menggadaikan barang tetap milik si anakmenggadaikan barang tetap milik si anak

2.2. Baru kalau ada kebutuhan yang mendesak bagi si anak orang tua boleh melakukan tindakan diatas.Baru kalau ada kebutuhan yang mendesak bagi si anak orang tua boleh melakukan tindakan diatas.

3.3. Orang tua memang mewakili si anak mengenai segala perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar Orang tua memang mewakili si anak mengenai segala perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan.pengadilan.

Page 74: Diktat Perkawinan

Berakhirnya kekuasaan orang tua Berakhirnya kekuasaan orang tua Kekuasaan orang tua berakhir bila :Kekuasaan orang tua berakhir bila :

1.1. Si anak telah mencapai usia 18 Si anak telah mencapai usia 18 tahun (Pasal 47 ayat 1)tahun (Pasal 47 ayat 1)

2.2. Si anak telah melangsungkan Si anak telah melangsungkan perkawinan (Pasal 47 ayat 1)perkawinan (Pasal 47 ayat 1)

3.3. Si anak telah dapat berdiri sendiri Si anak telah dapat berdiri sendiri (Pasal 45 ayat 2)(Pasal 45 ayat 2)

4.4. Kekuasaan orang tua di cabut Kekuasaan orang tua di cabut (Pasal 49)(Pasal 49)

Page 75: Diktat Perkawinan

Alasan-alasan untuk mencabut Alasan-alasan untuk mencabut kekuasaan orang tuakekuasaan orang tuaTuntutan pencabutan kekuasaan orang Tuntutan pencabutan kekuasaan orang tua harus diajukan kepada pengadilan.tua harus diajukan kepada pengadilan.Alasan yang digunakan untuk menuntut :Alasan yang digunakan untuk menuntut :a.a. Orang tua sangat melalaikan Orang tua sangat melalaikan

kewajibannya terhadap anaknyakewajibannya terhadap anaknya

b.b. Orang tua berkelakuan buruk sekaliOrang tua berkelakuan buruk sekali

Page 76: Diktat Perkawinan

Pencabutan kekuasaan orang tua Pencabutan kekuasaan orang tua itu tidak menghapuskan kewajiban itu tidak menghapuskan kewajiban

orang tua untuk memberi biaya orang tua untuk memberi biaya pemeliharaan si anak.pemeliharaan si anak.

Page 77: Diktat Perkawinan

Putusnya perkawinanPutusnya perkawinanPasal 38 Undang-undang No. 1 Pasal 38 Undang-undang No. 1

tahun 1974 menyebut adanya tiga tahun 1974 menyebut adanya tiga sebab putusnya perkawinan yaitu :sebab putusnya perkawinan yaitu :

1.1. KematianKematian

2.2. PerceraianPerceraian

3.3. Keputusan pengadilanKeputusan pengadilan

Page 78: Diktat Perkawinan

Ad.1. Kematian sebagai sebab Ad.1. Kematian sebagai sebab putusnya perkawinanputusnya perkawinan

Suatu kematian diantara suami istri dengan Suatu kematian diantara suami istri dengan sendirinya menjadikan perkawinan terputus.sendirinya menjadikan perkawinan terputus.

Page 79: Diktat Perkawinan

Ad.2. Perceraian sebagai sebab Ad.2. Perceraian sebagai sebab putusnya perkawinanputusnya perkawinan

Pasal 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 perkawinan harus Pasal 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 perkawinan harus berlangsung kekalberlangsung kekal

Apakah perkawinan yang pada asasnya harus kekal, dapat Apakah perkawinan yang pada asasnya harus kekal, dapat diputuskan (sepanjang diperbolehkan) karena alasan-alasan lain, diputuskan (sepanjang diperbolehkan) karena alasan-alasan lain, (misalnya perceraian). Kalau diperbolehkan, sampai beberapa (misalnya perceraian). Kalau diperbolehkan, sampai beberapa jauh ?jauh ?

JawabanJawaban1.1. Negara-negara yang Undang-undang perkawinannya menganut Negara-negara yang Undang-undang perkawinannya menganut

doktrit agama katollik tidak diperbolehkan.doktrit agama katollik tidak diperbolehkan.

2.2. Sebagian besar negara-negara membolehkanSebagian besar negara-negara membolehkan

3.3. Negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 1 Negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1974 membolehkan, tapi berusaha mempersempitnya. tahun 1974 membolehkan, tapi berusaha mempersempitnya. Caranya : perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Caranya : perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan yang berwenang.pengadilan yang berwenang. Sesungguhnya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak Sesungguhnya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak

menghendaki adanya perceraianmenghendaki adanya perceraian

Page 80: Diktat Perkawinan

Ada 2 macam (buah) ketentuan Ada 2 macam (buah) ketentuan tentang alasan perceraian, yaitu :tentang alasan perceraian, yaitu :

1.1. Undang-undang No. 1 tahun 1974 Pasal 39Undang-undang No. 1 tahun 1974 Pasal 39

2.2. PP No. 9 Tahun 1975PP No. 9 Tahun 1975

Ad.1. Pasal 39 Undang-undang No. 1 tahun Ad.1. Pasal 39 Undang-undang No. 1 tahun 1974 merumuskan alasan-alasan perceraian 1974 merumuskan alasan-alasan perceraian

hanya secara umum sajahanya secara umum saja

Page 81: Diktat Perkawinan

Ad.2. PP No. 9 tahun 1975 Pasal 19 Ad.2. PP No. 9 tahun 1975 Pasal 19 merumuskan alasan perceraian secara rincimerumuskan alasan perceraian secara rinci

a.a. Salah satu pihak berbuat zinah atau menjadi pemabok, penjudi, Salah satu pihak berbuat zinah atau menjadi pemabok, penjudi, pemadat dan lain sebagainya yang sukar disembuhkanpemadat dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan

b.b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain di luar kemampuannyasah atau hal lain di luar kemampuannya

c.c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 tahun. Atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.Atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d.d. Salah satu melakukan kekejaman atau penganiayaan baerat Salah satu melakukan kekejaman atau penganiayaan baerat yang emmbahayakan pihak lain.yang emmbahayakan pihak lain.

e.e. Salah satu pihak mendapat cacat badan/ penyakit dengan akibat Salah satu pihak mendapat cacat badan/ penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami istritidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami istri

f.f. Antar suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan Antar suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagipertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

Alasan-alasan tersebut dalam PP No. 9 tahun Alasan-alasan tersebut dalam PP No. 9 tahun 1975 harus dianggap sebagai bersifat limitatif1975 harus dianggap sebagai bersifat limitatif

Page 82: Diktat Perkawinan

Ad.3. keputusan pengadilanAd.3. keputusan pengadilan

Keputusan pengadilan mengenai gugatan Keputusan pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam sidang terbukaperceraian diucapkan dalam sidang terbuka

Perceraian sudah dianggap terjadi terhitung Perceraian sudah dianggap terjadi terhitung sejak pendaftarannya pada daftar sejak pendaftarannya pada daftar pencatatan kantor pencatatpencatatan kantor pencatat

Bagi mereka yang beragama islam putusnya Bagi mereka yang beragama islam putusnya putusnya perkawinan terhitung sejak putusnya perkawinan terhitung sejak putusan pengadilan agama yang telah putusan pengadilan agama yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Page 83: Diktat Perkawinan

Tata cara perceraianTata cara perceraianMenurut PP No. 9 tahun1975 Pasal Menurut PP No. 9 tahun1975 Pasal 14 s/d 36 ada 2 macam perceraian 14 s/d 36 ada 2 macam perceraian

yaitu :yaitu :

1.1. Perceraian dengan cara talakPerceraian dengan cara talak

2.2. Perceraian dengan cara gugatanPerceraian dengan cara gugatan

Page 84: Diktat Perkawinan

Ad.1. Procedure perceraian dengan Ad.1. Procedure perceraian dengan cara talak.cara talak.

Procedure perceraian dengan cara Procedure perceraian dengan cara talak ini hanya berlaku bagi mereka talak ini hanya berlaku bagi mereka yang beragama islam. yang beragama islam.

Page 85: Diktat Perkawinan

Pasal 14 PP No. 9 tahun 1975 :Pasal 14 PP No. 9 tahun 1975 :

““Seseorang suami yang telah melangsungkan Seseorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam yang akan perkawinan menurut agama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan surat kepada menceraikan isterinya mengajukan surat kepada pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisikan pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisikan pemberitahuan bahwa ia bermaksud pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan isterinya disertai dengan alasan-menceraikan isterinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta kepada pengadilan alasannya serta meminta kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.

Prosedur ini hanya dapat ditempuh oleh suami.Prosedur ini hanya dapat ditempuh oleh suami.

Page 86: Diktat Perkawinan

Prosedurnya :Prosedurnya :1.1. Suami menyampaikan surat pemberitahuan untuk Suami menyampaikan surat pemberitahuan untuk

menceraikan istrinya kepada pengadilan baik secara menceraikan istrinya kepada pengadilan baik secara tertulis maupun lisantertulis maupun lisan

2.2. Pengadilan setelah menerima surat pemberitahuan lalu Pengadilan setelah menerima surat pemberitahuan lalu mempelajarinyamempelajarinya

3.3. Pengadilan setelah menerima surat pemberitahuan, Pengadilan setelah menerima surat pemberitahuan, dalam waktu 30 hari (maksimal). Harus memanggil dalam waktu 30 hari (maksimal). Harus memanggil suami istri untuk meminta penjelasansuami istri untuk meminta penjelasan

4.4. Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa perceraian Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa perceraian tidak dapat dielakkan mengadakan sidang pengadilan tidak dapat dielakkan mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraianuntuk menyaksikan perceraian

5.5. Pengadilan setelah menyaksikan perrceraian lalu Pengadilan setelah menyaksikan perrceraian lalu membuat surat keterangan tentang terjadinya membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian (bukan surat keputusan)perceraian (bukan surat keputusan)

6.6. Pengadilan mengirimkan surat keterangan tersebut Pengadilan mengirimkan surat keterangan tersebut kepada pegawai pencatat di tempat perceraian itu kepada pegawai pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian

7.7. Perceraian sudah terjadi terhitung pada saat perceraian Perceraian sudah terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan sidang pengadilan.itu dinyatakan di depan sidang pengadilan.

Page 87: Diktat Perkawinan

Ad.1 prosedur perceraian Ad.1 prosedur perceraian Prosedur ini diperuntukkan bagi :Prosedur ini diperuntukkan bagi :

a.a. Istri yang melangsungkan Istri yang melangsungkan perkawinan menurut agama islamperkawinan menurut agama islam

b.b. Istri atau suami yang melangsungkan Istri atau suami yang melangsungkan perkawinan menurut agamanya atau perkawinan menurut agamanya atau kepercayaannya masing-masing kepercayaannya masing-masing (bukan agama islam)(bukan agama islam)

Page 88: Diktat Perkawinan

Tempat mengajukan gugatan cerai : Tempat mengajukan gugatan cerai : Alasan-alasan perceraian yang tersebut dalam PP Alasan-alasan perceraian yang tersebut dalam PP No. 1 tahun 1975. Membedakan tempat pengajuan No. 1 tahun 1975. Membedakan tempat pengajuan gugatan.gugatan.Umum :Umum :Gugatan perceraian yang diajukan oleh suami/ istri Gugatan perceraian yang diajukan oleh suami/ istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukum meliputi tempat kediaman tergugat.hukum meliputi tempat kediaman tergugat.Khusus :Khusus :

1.1. Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas/ tidak diketahui atau tidak mempunyai jelas/ tidak diketahui atau tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, gugatan tempat kediaman yang tetap, gugatan perceraian kepada pengadilan di tempat perceraian kepada pengadilan di tempat kediaman penggugat.kediaman penggugat.

Page 89: Diktat Perkawinan

2.2. Dalam hal tempat kediaman tergugat di luar negeri, Dalam hal tempat kediaman tergugat di luar negeri, gugatan diajukan kepada pengadilan tempat gugatan diajukan kepada pengadilan tempat kediaman penggugat. Ketua pengaduan tersebut. kediaman penggugat. Ketua pengaduan tersebut. Kemudian menyampaikan permohonan gugatan Kemudian menyampaikan permohonan gugatan cerai tersebut kepada tergugat melalui perwakilan cerai tersebut kepada tergugat melalui perwakilan Republik Indonesia setempat.Republik Indonesia setempat.

3.3. Dalam hal gugatan perceraian karena salah satu Dalam hal gugatan perceraian karena salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama 2 tahun pihak meninggalkan pihak yang lain selama 2 tahun tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya sah atau karena hal lain di luar kemampuannya gugatan diajukan kepada pengadilan di tempat gugatan diajukan kepada pengadilan di tempat kediaman penggugat.kediaman penggugat.

4.4. Dalam hal gugatan perceraian karena alasan bahwa Dalam hal gugatan perceraian karena alasan bahwa antara suami dan isteri terus menerus terjadi antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga, gugatan diajukan kepada pengadilan di tangga, gugatan diajukan kepada pengadilan di tempat kediaman tergugat.tempat kediaman tergugat.

Page 90: Diktat Perkawinan

Empat langkah hakim sebelum Empat langkah hakim sebelum jatuhnya perceraianjatuhnya perceraian

1.1. Hakim memanggil baik penggugat Hakim memanggil baik penggugat maupun tergugatmaupun tergugat

2.2. Hakim memeriksa gugatan perceraian Hakim memeriksa gugatan perceraian 3.3. Hakim mengusahakan perdamaianHakim mengusahakan perdamaian4.4. Hakim memutuskan perceraianHakim memutuskan perceraian

Page 91: Diktat Perkawinan

Ad.1. Hakim memanggil baik Ad.1. Hakim memanggil baik penggugat maupun tergugatpenggugat maupun tergugat

a.a. Setiap akan ada sidang, penggugat dan tergugat dipanggilSetiap akan ada sidang, penggugat dan tergugat dipanggilb.b. Bagi pengadilan negeri, panggilannya oleh juru sita Bagi pengadilan negeri, panggilannya oleh juru sita

pengadilanpengadilanc.c. Bagi pengadilan agama, panggilannya dilakukan oleh Bagi pengadilan agama, panggilannya dilakukan oleh

petugas pengadilan agama.petugas pengadilan agama.d.d. Panggilan disampaikan kepada pribadi yang bersangkutan. Panggilan disampaikan kepada pribadi yang bersangkutan.

Kalau yang bersangkutan tidak dapat dijumpai panggilan Kalau yang bersangkutan tidak dapat dijumpai panggilan disampaikan melalui lurah.disampaikan melalui lurah.

e.e. Panggilan harus disampaikan secara patut dan harus sudah Panggilan harus disampaikan secara patut dan harus sudah sampai tiga hari sebelum sidang.sampai tiga hari sebelum sidang.

f.f. Kalau tergugat ada di luar negeri panggilan harus Kalau tergugat ada di luar negeri panggilan harus disampaikan melalui perwakilan Republik Indonesia disampaikan melalui perwakilan Republik Indonesia setempatsetempat

g.g. Kalau tergugat tidak jelas/ tidak mempunyai tempat tinggal Kalau tergugat tidak jelas/ tidak mempunyai tempat tinggal tetap panggilan ditempelkan pada papan pengumuman di tetap panggilan ditempelkan pada papan pengumuman di pengadilan atau diumumkan melalui surat kabar.pengadilan atau diumumkan melalui surat kabar.

Page 92: Diktat Perkawinan

Ad.2. Hakim memeriksa gugatan Ad.2. Hakim memeriksa gugatan perceraian (persidangan)perceraian (persidangan)

a.a. Pemeriksaan perkara gugatan di lakukan dalam sidang tertutupPemeriksaan perkara gugatan di lakukan dalam sidang tertutupb.b. Pemeriksaan (sidang) harus sudah di lakukan selambat-Pemeriksaan (sidang) harus sudah di lakukan selambat-

lambatnya tiga puluh hari setelah surat gugatan diterima oleh lambatnya tiga puluh hari setelah surat gugatan diterima oleh panitera.panitera.

c.c. Bagi tergugat yang berdiam diluar negeri, persidangan Bagi tergugat yang berdiam diluar negeri, persidangan ditetapkan enam bulan setelah surat gugatan diterima oleh ditetapkan enam bulan setelah surat gugatan diterima oleh paniterapanitera

d.d. Para pihak yang berperkara, dapat hadir sendiri/ didampingi oleh Para pihak yang berperkara, dapat hadir sendiri/ didampingi oleh kuasanya atau menyerahkan sama sekali kepada kuasanya.kuasanya atau menyerahkan sama sekali kepada kuasanya.

e.e. Selama berlangsungnya sidang :Selama berlangsungnya sidang :

Suami istri dapat diizinkan untuk berpisah berlainan rumahSuami istri dapat diizinkan untuk berpisah berlainan rumah Dapat ditentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami bagi Dapat ditentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami bagi

istri dan anak-anaknya.istri dan anak-anaknya. Dapat ditentukan tentang harta dalam perkawinan (harta bersama) Dapat ditentukan tentang harta dalam perkawinan (harta bersama)

dan harta bawaan.dan harta bawaan.

Page 93: Diktat Perkawinan

Ad.3. Hakim mengusahakan Ad.3. Hakim mengusahakan perdamaianperdamaian

a.a. Hakim yang memeriksa gugatan Hakim yang memeriksa gugatan perceraian harus berusaha untuk perceraian harus berusaha untuk mendamaikanmendamaikan

b.b. Usaha mendamaikan dapat Usaha mendamaikan dapat berlangsung pada setiap sidang, berlangsung pada setiap sidang, sebelum ada putusansebelum ada putusan

c.c. Dalam usaha mendamaikan hakim Dalam usaha mendamaikan hakim dapat minta bantuan kepada orang dapat minta bantuan kepada orang atau badan lain yang dianggap atau badan lain yang dianggap perlu.perlu.

Page 94: Diktat Perkawinan

Ad.4. hakim memutus perkaraAd.4. hakim memutus perkara

a.a. Putusan hakim harus dilakukan dalam Putusan hakim harus dilakukan dalam sidang terbukasidang terbuka

b.b. Bila pihak tergugat atau kuasanya yang Bila pihak tergugat atau kuasanya yang telah dipanggil secara sah, tetap tidak telah dipanggil secara sah, tetap tidak hadir, putusan dapat diambil di luar hadir, putusan dapat diambil di luar hadirnya tergugat (By verstek) untuk hadirnya tergugat (By verstek) untuk kemenangan tergugatkemenangan tergugat

c.c. Bagi yang menganut agama islam Bagi yang menganut agama islam perceraian dianggap sudah terjadi sejak perceraian dianggap sudah terjadi sejak jatuhnya putusan pengadilanjatuhnya putusan pengadilan

d.d. Bagi yang non islam, perceraian dianggap Bagi yang non islam, perceraian dianggap sudah terjadi sejak saat pendaftarannya.sudah terjadi sejak saat pendaftarannya.

Page 95: Diktat Perkawinan

Akibat perceraianAkibat perceraianPutusnya perceraian sebagai Putusnya perceraian sebagai

akibat perceraian membawa akibat akibat perceraian membawa akibat yang menyangkut :yang menyangkut :

a.a. Keadaan perkawinannya sendiriKeadaan perkawinannya sendiri

b.b. Hubungan antara bekas suami istriHubungan antara bekas suami istri

c.c. Hubungan orang tua dengan anakHubungan orang tua dengan anak

d.d. Harta benda bersamaHarta benda bersama

e.e. Harta bawaanHarta bawaan

Page 96: Diktat Perkawinan

Ad.1. keadaan perkawinannya Ad.1. keadaan perkawinannya sendirisendiri

Menurut Pasal 38 Undang-undang No. Menurut Pasal 38 Undang-undang No. 1 tahun 1974 sebagai akibat 1 tahun 1974 sebagai akibat perceraian, maka perkawinannya perceraian, maka perkawinannya putusputus

Page 97: Diktat Perkawinan

Ad.2. hubungan antara bekas Ad.2. hubungan antara bekas suami istrisuami istri

Menurut Pasal 41 ayat c “Pengadilan dapat Menurut Pasal 41 ayat c “Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/ atau menentukan sesuatu biaya penghidupan dan/ atau menentukan sesuatu kewajiban bagi mantan isteri.kewajiban bagi mantan isteri.

Perkataan “dapat” artinya bukan merupakan Perkataan “dapat” artinya bukan merupakan keharusankeharusan

Kewajiban mantan suami untuk memberi nafkah Kewajiban mantan suami untuk memberi nafkah tergantung dari :tergantung dari :

1.1. Ada/ tidak adanya kebutuhan nafkah kehidupan Ada/ tidak adanya kebutuhan nafkah kehidupan yang akan diterima oleh mantan istriyang akan diterima oleh mantan istri

2.2. Mampu/ tidak mampunya mantan suami untuk Mampu/ tidak mampunya mantan suami untuk memberi nafkah.memberi nafkah.

Page 98: Diktat Perkawinan

Ad.3. Hubungan orang tua dengan Ad.3. Hubungan orang tua dengan anak menurut :anak menurut :

a.a. Pasal 41 ayat :Pasal 41 ayat : Bapak ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya untuk kepentingan anakBapak ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya untuk kepentingan anak Bila ada perselisihan tentang penguasaan anak, pengadilan yang memberi keputusan.Bila ada perselisihan tentang penguasaan anak, pengadilan yang memberi keputusan.

b.b. Pasal 41 ayat b :Pasal 41 ayat b :

Urusan pembiayaan pemeliharaan dan pendidikan anak menjadi Urusan pembiayaan pemeliharaan dan pendidikan anak menjadi tanggung jawab Bapaktanggung jawab Bapak

Page 99: Diktat Perkawinan

Pasal 11 UU No. 1 tahun 1974 Pasal 11 UU No. 1 tahun 1974 menyatakan :menyatakan :

a)a) Dalam hal perkawinan putus karena kematian, waktu Dalam hal perkawinan putus karena kematian, waktu tunggunya adalah 130 hari, sejak hari kematiantunggunya adalah 130 hari, sejak hari kematian

b)b) Dalam hal perkawinan putus karena perceraian, Dalam hal perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggunya adalah :waktu tunggunya adalah :

1)1) Tiga kali suci dan sekurang-kurangnya 90 Tiga kali suci dan sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang masih datang bulanhari bagi yang masih datang bulan

2)2) 90 hari bagi yang tidak berdatang bulan90 hari bagi yang tidak berdatang bulan

Page 100: Diktat Perkawinan

note : note : 1) dan 2) dihitung sejak jatuhnya keputusan 1) dan 2) dihitung sejak jatuhnya keputusan pengadilan negeripengadilan negeri3) dalam hal perkawinan putus karena 3) dalam hal perkawinan putus karena kematian maupun perceraian sedang seorang kematian maupun perceraian sedang seorang istri masih hamil, maka waktu tunggu istri masih hamil, maka waktu tunggu berlangsung sampai ia melahirkan.berlangsung sampai ia melahirkan.4) dalam hal perkawinan putus karena 4) dalam hal perkawinan putus karena perceraian, sedangkan dalam masa perceraian, sedangkan dalam masa perkawinannya tidak/ belum pernah terjadi perkawinannya tidak/ belum pernah terjadi hubungan kelamin, wanita tidak terikat pada hubungan kelamin, wanita tidak terikat pada suatu waktu tunggu.suatu waktu tunggu.

Page 101: Diktat Perkawinan

Alasan / ratio dari ketentuan dalam Alasan / ratio dari ketentuan dalam Pasal 39 PP NO. 9 TAHUN 1974 Pasal 39 PP NO. 9 TAHUN 1974

adalah :adalah :

Untuk mencegah confasio sangul Untuk mencegah confasio sangul keturunan (meragukan/ membinggungkan) keturunan (meragukan/ membinggungkan) keturunan) yaitu percampuran benihketurunan) yaitu percampuran benih

Page 102: Diktat Perkawinan

HARTA BENDA DALAM HARTA BENDA DALAM PERKAWINANPERKAWINAN

I. Istilah lain = harta perkawinanI. Istilah lain = harta perkawinanII. Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974II. Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974

A.A. PengaturannyaPengaturannya Diatur dalam BAB VII tentang harta benda dalam perkawinan Diatur dalam BAB VII tentang harta benda dalam perkawinan

dari Pasal 35 s/d 37dari Pasal 35 s/d 37 BAB VII tersebut hanya mengatur hal-hal yang pokok sajaBAB VII tersebut hanya mengatur hal-hal yang pokok saja

Page 103: Diktat Perkawinan

B. Kelompok – kelompok harta B. Kelompok – kelompok harta dalam perkawinandalam perkawinan

Pasal 35 menentukan adanya dua Pasal 35 menentukan adanya dua kelompok harta dalam perkawinan yaitu : kelompok harta dalam perkawinan yaitu :

1.1. Harta bersama Harta yang diperoleh dalam/ selama perkawinan berlangsungHarta bersama Harta yang diperoleh dalam/ selama perkawinan berlangsung

2.2. Harta bawaan/ harta pribadi Harta masing-masing suami istri yang di bawa ke dalam Harta bawaan/ harta pribadi Harta masing-masing suami istri yang di bawa ke dalam perkawinan dan harta yang diperoleh masing-masing suami istri sebagai hadiah/ warisan selama/ dalam perkawinan.perkawinan dan harta yang diperoleh masing-masing suami istri sebagai hadiah/ warisan selama/ dalam perkawinan.

Singkatnya harta bawaan terdiri dari :Singkatnya harta bawaan terdiri dari :

a.a. Harta bawaan suamiHarta bawaan suami

b.b. Harta bawaan istriHarta bawaan istri

c.c. Harta hibahan/ warisan suamiHarta hibahan/ warisan suami

d.d. Harta hibahan/ warisan istriHarta hibahan/ warisan istri

Page 104: Diktat Perkawinan

Berdasarkan sistem/ asas tersebut, Berdasarkan sistem/ asas tersebut, dalam suatu keluarga (suami istri) dalam suatu keluarga (suami istri)

mungkin terdapat lebihd ari sati mungkin terdapat lebihd ari sati kelompok harta perkawinan, kelompok harta perkawinan, berbeda dengan sistem yang berbeda dengan sistem yang

dianut oleh BW yaitu bahwa dalam dianut oleh BW yaitu bahwa dalam satu keluarha hanya ada satu satu keluarha hanya ada satu

kelompok harta yaitu harta kelompok harta yaitu harta persatuan.persatuan.

Page 105: Diktat Perkawinan

Ad.1 harta bersamaAd.1 harta bersama Meliputi harta-harta yang diperoleh suami Meliputi harta-harta yang diperoleh suami

istri selama/ dalam masa perkawinanistri selama/ dalam masa perkawinan Ketentuan tersebut tidak menyebutkan Ketentuan tersebut tidak menyebutkan

dari mana atau dari siapa harta tersebut dari mana atau dari siapa harta tersebut berasal, sehingga yang termasuk dalam berasal, sehingga yang termasuk dalam harta bersama adalah :harta bersama adalah : Hasil dan pendapatan suamiHasil dan pendapatan suami Hasil dan pendapatan istriHasil dan pendapatan istri Hasil dan pendapatan dari harta bawaan/ harta pribadi Hasil dan pendapatan dari harta bawaan/ harta pribadi

suami maupun istrisuami maupun istri

Yang kesemuanya diperoleh dalam/ sepanjang perkawinanYang kesemuanya diperoleh dalam/ sepanjang perkawinan

Page 106: Diktat Perkawinan

Kalau ada suami-istri bercerai, harta Kalau ada suami-istri bercerai, harta bersama di bagi dua sama besarbersama di bagi dua sama besar

Kalau suami istri yang bercerai Kalau suami istri yang bercerai tersebut menikah kembali (rukun tersebut menikah kembali (rukun kembali), harta yang telah di bagi itu kembali), harta yang telah di bagi itu tetap merupakan harta bersamatetap merupakan harta bersama

Menurut Undang-undang No. 1 tahun Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 ini, pada saat perkawinan 1974 ini, pada saat perkawinan dilangsungkan, harta bersama dilangsungkan, harta bersama adalah No. 1, tidak mungkin dengan adalah No. 1, tidak mungkin dengan saldo/ harta bersama yang negatifsaldo/ harta bersama yang negatif

Page 107: Diktat Perkawinan

Ad.2 harta bawaan/ harta pribadiAd.2 harta bawaan/ harta pribadi

Harta bawaan/ harta pribadi adalah harta Harta bawaan/ harta pribadi adalah harta yang di bawa oleh suami/ istri ke dalam yang di bawa oleh suami/ istri ke dalam perkawinanperkawinan

Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974, Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974, harta bawaan dipisahkan secara otomatis/ harta bawaan dipisahkan secara otomatis/ demi hukum dari harta bersamademi hukum dari harta bersama

Pemisahan secara otomatis/ demi hukum itu Pemisahan secara otomatis/ demi hukum itu tidak disertai kewajiban untuk pencatatan tidak disertai kewajiban untuk pencatatan pada saat perkawinan dilangsungkan.pada saat perkawinan dilangsungkan.

Page 108: Diktat Perkawinan

Pemisahan secara otomatis tanpa adanya Pemisahan secara otomatis tanpa adanya pencatatan tersebut, dikemudian hari pencatatan tersebut, dikemudian hari dapat menimbulkan permasalahan dalam dapat menimbulkan permasalahan dalam pembuktian asal usul benda-benda pembuktian asal usul benda-benda tersebut, bila terjadi pembagian/ tersebut, bila terjadi pembagian/ pemecahan karena perceraian/ kematianpemecahan karena perceraian/ kematian

Penyimpangan-penyimpangan dari Penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan-ketentuan tentang harta ketentuan-ketentuan tentang harta pribadi hanya dapat terjadi bila :pribadi hanya dapat terjadi bila :1.1. Penyimpangan tersebut ditentukan dalam Penyimpangan tersebut ditentukan dalam

perjanjian perkawinanperjanjian perkawinan

2.2. Ada kata sepakat/ persetujuan bersama, bahwa Ada kata sepakat/ persetujuan bersama, bahwa hibah/ hadiah warisan tersebut akan masuk hibah/ hadiah warisan tersebut akan masuk dalam harta bersamadalam harta bersama

Page 109: Diktat Perkawinan

III. Wewenang suami istri terhadap III. Wewenang suami istri terhadap harta perkawinanharta perkawinan

A.A. Wewenang suami istri terhadap/ Wewenang suami istri terhadap/ atas harta bawaan/ pribadiatas harta bawaan/ pribadi

Suami / istri masing-masing/ sendiri-sendiri mempunyai hak milik atas harta pribadinyaSuami / istri masing-masing/ sendiri-sendiri mempunyai hak milik atas harta pribadinya Sepanjang perkawinan suami/ istri masing-masing berwenang mengambil tindakan / perbuatan hukum atas Sepanjang perkawinan suami/ istri masing-masing berwenang mengambil tindakan / perbuatan hukum atas

harta pribadinya.harta pribadinya. Atas harta pribadi/ bawaan perkawinan tidak mempunyai akibat hukum apapunAtas harta pribadi/ bawaan perkawinan tidak mempunyai akibat hukum apapun Suami/ istri masing-masing/ sendiri-sendiri mempunyai hak pengurusan (Beheer) dan hak pemilikan Suami/ istri masing-masing/ sendiri-sendiri mempunyai hak pengurusan (Beheer) dan hak pemilikan

(beschikking) atas harta bawaannya.(beschikking) atas harta bawaannya.

Page 110: Diktat Perkawinan

B. Wewenang suami istri terhadap / B. Wewenang suami istri terhadap / atas harta bersamaatas harta bersama

Harta bersama adalah hak bersama Harta bersama adalah hak bersama suami istrisuami istri

Mengenai harta bersama, suami atau Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal persetujuan kedua belah pihak (Pasal 36 ayat 1) artinya : suami/ istri dapat 36 ayat 1) artinya : suami/ istri dapat bertindak sendiri-sendiri atas harta bertindak sendiri-sendiri atas harta bersama asal ada persetujuan’ dari bersama asal ada persetujuan’ dari suami atau istri.suami atau istri.

Page 111: Diktat Perkawinan

Bila terjadi perceraian, beberapa Bila terjadi perceraian, beberapa besar hak/ bagian suami/ istri atas besar hak/ bagian suami/ istri atas harta bersama ?harta bersama ?

Hak atas suami / istri masing-masing Hak atas suami / istri masing-masing mempunyai hak/ bagian yang sama mempunyai hak/ bagian yang sama besar yaitu masing-masing besar yaitu masing-masing mendapat separohnya.mendapat separohnya.

Page 112: Diktat Perkawinan

IV. Prinsip / asas tanggung jawab IV. Prinsip / asas tanggung jawab suami istri atas harta perkawinan.suami istri atas harta perkawinan.Ada 2 macam tanggung jawab :Ada 2 macam tanggung jawab :

1.1. Tanggung jawab intern (tanggung Tanggung jawab intern (tanggung jawab antara suami – istri)jawab antara suami – istri)

2.2. Tanggung jawab extren (tanggung Tanggung jawab extren (tanggung jawab terhadap pihak ketiga)jawab terhadap pihak ketiga)

Page 113: Diktat Perkawinan

Ad.1. tanggung jawab internAd.1. tanggung jawab intern Tanggung jawab Intern = pembagian beban Tanggung jawab Intern = pembagian beban

tanggungan dalam hubungan antara suami tanggungan dalam hubungan antara suami dan isteri dan isteri

Terhadap utang-utang pribadi masing-Terhadap utang-utang pribadi masing-masing suami/ istri bertanggung jawab masing suami/ istri bertanggung jawab sendiri-sendirisendiri-sendiri

Terhadap utang/ pengeluaran bersama, Terhadap utang/ pengeluaran bersama, suami dan istri masing-masing memikul suami dan istri masing-masing memikul setengah-setengah dari hutang bersama/ setengah-setengah dari hutang bersama/ pengeluaran bersama.pengeluaran bersama.

Note pengeluaran bersama = pengeluaran – Note pengeluaran bersama = pengeluaran – pengeluaran yang diperlukan untuk hidup pengeluaran yang diperlukan untuk hidup bersama.bersama.

Page 114: Diktat Perkawinan

Ad.2. Tanggung jawab ExtrenAd.2. Tanggung jawab ExtrenTanggung jawab extren :Tanggung jawab extren :

a.a. tanggung jawab terhadap hutang pribaditanggung jawab terhadap hutang pribadi

b.b. tanggung jawab terhadap hutang tanggung jawab terhadap hutang bersamabersama

Page 115: Diktat Perkawinan

ad.a. tanggung jawab terhadap ad.a. tanggung jawab terhadap hutang pribadihutang pribadi

Masing-masing suami/ istri bertanggung Masing-masing suami/ istri bertanggung jawab atas hutang pribadinya baik itu jawab atas hutang pribadinya baik itu hutang pribadi sebelum maupun hutang pribadi sebelum maupun sepanjang perkawinansepanjang perkawinan

Page 116: Diktat Perkawinan

ad.b. tanggung jawab terhadap ad.b. tanggung jawab terhadap hutang bersamahutang bersama

Baik suami maupun istri Baik suami maupun istri bertanggung jawab atas hutang bertanggung jawab atas hutang bersama yang dibuat oleh mereka bersama yang dibuat oleh mereka bersama dengan harta bersama.bersama dengan harta bersama.

Page 117: Diktat Perkawinan

Apakah untuk hutang pribadi Apakah untuk hutang pribadi suami/ istri pelunasannya dapat suami/ istri pelunasannya dapat diambilkan dari harta bersama ?diambilkan dari harta bersama ?

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak memberikan pegangan/ penyelesaian memberikan pegangan/ penyelesaian mengenai hal itu. (belum mengaturnya)mengenai hal itu. (belum mengaturnya)

Pasal 66 Undang-undang No. 1 tahun Pasal 66 Undang-undang No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa ketentuan yang 1974 menyatakan bahwa ketentuan yang lama “Mengenai hal tersebut masih lama “Mengenai hal tersebut masih berlaku sepanjang tidak bertentangan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perkawinan.dengan Undang-undang Perkawinan.

Page 118: Diktat Perkawinan

Pemecahan harta bersamaPemecahan harta bersamaMengingat bahwa :Mengingat bahwa :

Harta bersama adalah semua harta yang Harta bersama adalah semua harta yang diperoleh selama perkawinandiperoleh selama perkawinan

Kedudukan suami istri dalam perkawinan Kedudukan suami istri dalam perkawinan adalah seimbangadalah seimbang

Hak dan tanggung jawab suami istri terhadap Hak dan tanggung jawab suami istri terhadap harta bersama adalah seimbang/ samaharta bersama adalah seimbang/ sama

Maka adalah adil kalau atas harta bersama suami Maka adalah adil kalau atas harta bersama suami

istri masing-masing mempunyai bagian/ andil istri masing-masing mempunyai bagian/ andil yang yang

sama.sama.

Page 119: Diktat Perkawinan

PERJANJIAN PERKAWINANPERJANJIAN PERKAWINAN

1.1. Obyek perjanjian perkawinan adalah Obyek perjanjian perkawinan adalah harta benda perkawinanharta benda perkawinan

2.2. Tujuan dari perjanjian perkawinan adalah Tujuan dari perjanjian perkawinan adalah upaya penyimpangan terhadap upaya penyimpangan terhadap ketentuan – ketentuan harta perkawinanketentuan – ketentuan harta perkawinan

3.3. Keberadaan perjanjian perkawinan di Keberadaan perjanjian perkawinan di Indonesia ; sampai sekarang ini belum Indonesia ; sampai sekarang ini belum merupakan lembaga hukum yang populermerupakan lembaga hukum yang populer

4.4. Pengaturannya di Undang-undang No. 1 Pengaturannya di Undang-undang No. 1 tahun 1974 bab V tentang perjanjian tahun 1974 bab V tentang perjanjian perkawinanperkawinan

Page 120: Diktat Perkawinan

5.5. Yang menang membuat perjanjian Yang menang membuat perjanjian perkawinanperkawinanYang menang membuat perjanjian adalah Yang menang membuat perjanjian adalah calon suami-istri/ kedua belah pihak dengan calon suami-istri/ kedua belah pihak dengan ketentuan sebagai berikut :ketentuan sebagai berikut :

a.a. dalam hal calon mempelai laki-laki perempuan telah mencapai umur 18 tahun / sebelumnya telah dalam hal calon mempelai laki-laki perempuan telah mencapai umur 18 tahun / sebelumnya telah menikah, boleh membuat perjanjian kawin sendirimenikah, boleh membuat perjanjian kawin sendiri

b.b. dalam hal calon mempelai perempuan telah mencapai umur untuk menikah tapi belum genap berumur 18 dalam hal calon mempelai perempuan telah mencapai umur untuk menikah tapi belum genap berumur 18 tahun dan sebelumnya belum pernah menikah, harus diwakili paling tidak didampingi oleh orang tua / tahun dan sebelumnya belum pernah menikah, harus diwakili paling tidak didampingi oleh orang tua / walinya.walinya.

c.c. Dalam hal colan mempelai laki-laki atau perempuan menikahnya dengan dipesasi zimzir, harus diwakili / Dalam hal colan mempelai laki-laki atau perempuan menikahnya dengan dipesasi zimzir, harus diwakili / didampingi oleh orang tua/ walinya.didampingi oleh orang tua/ walinya.

Page 121: Diktat Perkawinan

6.6. Bentuk perjanjian perkawinanBentuk perjanjian perkawinan Pasal 29 Ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 mensyaratkan bahwa perjanjian perkawinan harus tertulis (akta di bawah tangan Pasal 29 Ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 mensyaratkan bahwa perjanjian perkawinan harus tertulis (akta di bawah tangan

maupun akta otentik)maupun akta otentik) Kalau dengan akta bawah tangan, perjanjian perkawinan tersebut harus di sahkan oleh pegawai pencatatan perkawinan.Kalau dengan akta bawah tangan, perjanjian perkawinan tersebut harus di sahkan oleh pegawai pencatatan perkawinan.

Note :Note :

a.a. Bolehkan pegawai pencatatan perkawinan menolak untuk mengesahkan perjanjian perkawinan ?Bolehkan pegawai pencatatan perkawinan menolak untuk mengesahkan perjanjian perkawinan ?

- Boleh.- Boleh.

b.b. Bolehkah pegawi pencatatan perkawinan membuatkan perjanjian perkawinan ?Bolehkah pegawi pencatatan perkawinan membuatkan perjanjian perkawinan ?

- dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak ada larangan.- dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak ada larangan.

Page 122: Diktat Perkawinan

Mengapa Undang-undang No. 1 Mengapa Undang-undang No. 1 tahun 1974 tidak mengharuskan tahun 1974 tidak mengharuskan

pembuatan perjanjian perkawinan pembuatan perjanjian perkawinan dengan akta notaris ?dengan akta notaris ?

pembuktian akta notaris mahal pembuktian akta notaris mahal notaris adanya hanya dikota-kota notaris adanya hanya dikota-kota

saja saja

Page 123: Diktat Perkawinan

7. Saat pembuatan dan perubahan 7. Saat pembuatan dan perubahan perjanjian perkawinan perjanjian perkawinan Saat pembuatan perjanjian perkawinanSaat pembuatan perjanjian perkawinan

Pasal 29 ayat 1 : sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkanPasal 29 ayat 1 : sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan saat perubahan perjanjian perkawinan saat perubahan perjanjian perkawinan

Pasal 29 ayat 4 : selama perkawinan berlangsung perjanjian perkawinan tidak dapat di rumah kecuali bila Pasal 29 ayat 4 : selama perkawinan berlangsung perjanjian perkawinan tidak dapat di rumah kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan tidak merubah dan perubahannya tidak merugikan pihak ketiga.dari kedua belah pihak ada persetujuan tidak merubah dan perubahannya tidak merugikan pihak ketiga.

Page 124: Diktat Perkawinan

KesimpulanKesimpulan

1.1. Perjanjian perkawinan pada asanya Perjanjian perkawinan pada asanya bersifat tetapbersifat tetap

2.2. Dimungkinkan adanya perubahan Dimungkinkan adanya perubahan (penyimpangan) asal :(penyimpangan) asal :

Atas persetujuan kedua belah pihakAtas persetujuan kedua belah pihak Tidak merugikan pihak ketigaTidak merugikan pihak ketiga

Page 125: Diktat Perkawinan

Atas persetujuan kedua belah pihak artinya Atas persetujuan kedua belah pihak artinya tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihaktidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak

Tidak merugikan pihak ketiga artinya jangan Tidak merugikan pihak ketiga artinya jangan menyalahgunakan kesempatan (membuat menyalahgunakan kesempatan (membuat perubahan) untuk merugikan pihak ketiga.perubahan) untuk merugikan pihak ketiga.

Tujuan pencatuman istilah tidak merugikan Tujuan pencatuman istilah tidak merugikan pihak ketiga adalah untuk mencegah agar pihak ketiga adalah untuk mencegah agar suami istri tidak dapat menghindari diri dari suami istri tidak dapat menghindari diri dari tanggung jawab atas hutang-hutang mereka tanggung jawab atas hutang-hutang mereka terhadap pihak ketiga.terhadap pihak ketiga.

Page 126: Diktat Perkawinan

Kalau suami istri mengadakan Kalau suami istri mengadakan perubahan perjanjian perkawinan yang perubahan perjanjian perkawinan yang merugikan pihak ketiga apakah merugikan pihak ketiga apakah perjanjiannya batal demi hukum atau perjanjiannya batal demi hukum atau relatif batal ?relatif batal ? Perjanjiannya tidak batal demi hukumPerjanjiannya tidak batal demi hukum Perjanjiannya relatif batalPerjanjiannya relatif batal Perjanjiannya tidak batal seluruhnya, Perjanjiannya tidak batal seluruhnya,

hanya batal sebagian sebesar yang hanya batal sebagian sebesar yang merugikan pihak ketiga.merugikan pihak ketiga.

Page 127: Diktat Perkawinan

Kalau suami istri semasa/ selama Kalau suami istri semasa/ selama perkawinan berlangsung perkawinan berlangsung

mengadakan perjanjian perkawinan mengadakan perjanjian perkawinan boleh atau tidak ?boleh atau tidak ?

Perhatikan Pasal 29 ayat 1 dan dan Perhatikan Pasal 29 ayat 1 dan dan Pasal 29 ayat 4Pasal 29 ayat 4

Logikanya : kalau boleh merubah nya, Logikanya : kalau boleh merubah nya, tentu membuatnyapun juga dibolehkan.tentu membuatnyapun juga dibolehkan.

Page 128: Diktat Perkawinan

8. Saat berlakunya perjanjian perkawinan8. Saat berlakunya perjanjian perkawinan

Pasal 29 ayat 3 perjanjian perkawinan mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkanPasal 29 ayat 3 perjanjian perkawinan mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan Perjanjian perkawinan berlaku bagi :Perjanjian perkawinan berlaku bagi :

- Suami – istri- Suami – istri

- Pihak - ketiga- Pihak - ketiga Tidak ada syarat harus diumumkan bagi adanya / dibuatnya perjanjian perkawinanTidak ada syarat harus diumumkan bagi adanya / dibuatnya perjanjian perkawinan Dari mana pihak ketiga mengetahui adanya perjanjian ? : pihak ketiga baru mengetahui nya pada waktu ia menagihnya.Dari mana pihak ketiga mengetahui adanya perjanjian ? : pihak ketiga baru mengetahui nya pada waktu ia menagihnya.