DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

13
31 Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar PENDAHULUAN Sebuah karya sastra, baik sastra lisan ataupun tulisan, diciptakan dengan memiliki fungsi bagi masyarakat. Dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam sebuah karya sastra tentunya menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkap pesan. Dalam tujuan artistik, bahasa digunakan sebagai media dalam karya sastra yang diolah dengan ide-ide serta gagasan yang seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetika manusia. DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR Hestiyana Balai Bahasa Kalimantan Selatan Pos-el: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan diksi dalam mantra bahasa Banjar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) metode simak, baik simak libat cakap atau simak bebas libat cakapdan(2) teknik catat. Teknik wawancara juga digunakan dalam mengumpulan data.Analisis data dilakukan dengan pengkajian setiap teks naskah mantra untuk melihat keseluruhan gejala kelainan bahasa. Setelah dilakukan penelitian secara mendalam mengenai diksi dalam mantra bahasa Banjar dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini masyarakat Banjar masih ada yang mempercayai mantra. Mantra ini menjadi alternatif pilihan pengobatan penyakit yang sering dialami sehari-hari. Dari hasil penelitian jugaditemukan adanya penggunaan pilihan kata atau diksi. Pilihan kata atau diksi mencakup diksi dengan makna denotatif, diksi dengan makna konotatif, diksi dengan makna sinonim, diksi dengan makna antonim, diksi dengan makna homonim, diksi dengan simbol-simbol agama, dan diksi yang berhubungan dengan budaya. Kata kunci: diksi, mantra,bahasa Banjar Abstract This study aims to describe diction in spell in Banjar language. This research uses descriptive method with qualitative approach to analyze the data. Data is collected using (1) listening methods, either conversation engage listening or conversation engage free listening and (2) log writing technique. Interview technique is also used in gathering data. Data analysis is performed by studying each manuscripts of spells to find out the overall symptoms of language disorders. After in-depth research on diction in spellin Banjar languageit can be concluded that up to now there are people in Banjar community who believe inspell. Spell has become an alternative treatment that is often used for commondisease. The research finds out that there isapplicationof word choice or diction. Diction includes diction with denotative meaning, connotative meaning, synonym meaning, antonym meaning, homonym meaning, religious symbolic meaning, and cultural meaning. Key words: diction, spell, Banjar language Bahasa mempunyai fungsi utama sebagai sarana untuk menyampaikan informasi melalui jalinan-jalinan komunikasi. Bahkan, bahasa digunakan ketika seseorang bermaksud meng- ekspresikan perasaannya, baik dengan diri sendiri ataupun orang lain.Bahasa juga diguna- kan untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, serta gagasan. Hal ini dapat dilihat dari fungsi bahasa untuk artistik, yakni dengan mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah- indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.

Transcript of DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

Page 1: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

31Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

PENDAHULUANSebuah karya sastra, baik sastra lisan

ataupun tulisan, diciptakan dengan memilikifungsi bagi masyarakat. Dalam menyampaikanide dan gagasan dalam sebuah karya sastratentunya menggunakan media bahasa sebagaialat pengungkap pesan. Dalam tujuan artistik,bahasa digunakan sebagai media dalam karyasastra yang diolah dengan ide-ide serta gagasanyang seindah-indahnya guna pemuasan rasaestetika manusia.

DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR

HestiyanaBalai Bahasa Kalimantan SelatanPos-el: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan diksi dalam mantra bahasa Banjar. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan menggunakan (1) metode simak, baik simak libat cakap atausimak bebas libat cakapdan(2) teknik catat. Teknik wawancara juga digunakan dalam mengumpulandata.Analisis data dilakukan dengan pengkajian setiap teks naskah mantra untuk melihatkeseluruhan gejala kelainan bahasa. Setelah dilakukan penelitian secara mendalam mengenai diksidalam mantra bahasa Banjar dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini masyarakat Banjar masihada yang mempercayai mantra. Mantra ini menjadi alternatif pilihan pengobatan penyakit yangsering dialami sehari-hari. Dari hasil penelitian jugaditemukan adanya penggunaan pilihan kataatau diksi. Pilihan kata atau diksi mencakup diksi dengan makna denotatif, diksi dengan maknakonotatif, diksi dengan makna sinonim, diksi dengan makna antonim, diksi dengan makna homonim,diksi dengan simbol-simbol agama, dan diksi yang berhubungan dengan budaya.

Kata kunci: diksi, mantra,bahasa Banjar

AbstractThis study aims to describe diction in spell in Banjar language. This research uses descriptive method withqualitative approach to analyze the data. Data is collected using (1) listening methods, either conversationengage listening or conversation engage free listening and (2) log writing technique. Interview technique isalso used in gathering data. Data analysis is performed by studying each manuscripts of spells to find out theoverall symptoms of language disorders. After in-depth research on diction in spellin Banjar languageit canbe concluded that up to now there are people in Banjar community who believe inspell. Spell has become analternative treatment that is often used for commondisease. The research finds out that there isapplicationofword choice or diction. Diction includes diction with denotative meaning, connotative meaning, synonymmeaning, antonym meaning, homonym meaning, religious symbolic meaning, and cultural meaning.

Key words: diction, spell, Banjar language

Bahasa mempunyai fungsi utama sebagaisarana untuk menyampaikan informasi melaluijalinan-jalinan komunikasi. Bahkan, bahasadigunakan ketika seseorang bermaksud meng-ekspresikan perasaannya, baik dengan dirisendiri ataupun orang lain.Bahasa juga diguna-kan untuk mengungkapkan perasaan, pikiran,serta gagasan. Hal ini dapat dilihat dari fungsibahasa untuk artistik, yakni dengan mengolahdan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.

Page 2: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

32 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

Fungsi utama bahasa ialah sebagai alatkomunikasi dan alat berpikir. Bahasa sebagaialat komunikasi memungkinkan manusiadapat saling berhubungan dengan sesamanya,baik secara lisan maupun secara tertulis. Ba-hasa sebagai alat berpikir memungkinkan se-seorang dapat mengembangkan berbagai ma-cam gagasan tentang bidang-bidang kehidupanyang dihadapinya (Sutana, 2015:2).

Bahasa memiliki fungsi-fungsi yang di-gunakan didasarkan atas tujuan. Klasifikasifungsi-fungsi bahasa menurut Holmes (1992:286) dibagi dalam enam fungsi, yaitu:(1) fungsiekspresif (untuk mengekspresikan perasaanpembicara);(2) fungsi direktif (untuk memintaseseorang untuk melakukan sesuatu);(3) fungsireferensial (untuk menyediakan informasi);(4)fungsi metalinguistik (untuk mengomentaritentang bahasa itu sendiri);(5) fungsi puitis(untuk memfokuskan karakteristik bahasa yangestetik, misalnya puisi, moto, dan ritme); dan(6) fungsi fatis (untuk mengekspresikan suatusolidaritas dan empati kepada orang lain).

Fungsi bahasa menurut model Leech (da-lam Usman, 2009:48) ada lima fungsi bahasa,yaitu: (1) fungsi informasional, yaitu fungsipembawa informasi: (2) fungsi ekspresif, yaitufungsi untuk mengungkapkan perasaan dansikap penutur; (3) fungsi direktif, yaitu fungsimemengaruhi perilaku atau sikap orang lain,lebih memberikan tekanan pada sisi penerima,bukan pada penutur; (4) fungsi estetik, yaitufungsi penggunaan bahasa demi hasil karya itusendiri dalam menciptakan efek artistik, dan(5) fungsi fatik, yaitu fungsi untuk menjaga agargaris komunikasi tetap terbuka, untuk menjagahubungan sosial secara baik.Oleh karena itu,mantra sebagai karya sastra mempunyai fungsiestetik karena selain untuk mengekspresikannilai-nilai artistiknya juga terdapat fungsi peng-gunaan bahasa dalam mengungkapkan karak-teristik bahasanya.

Bahasa dalam karya sastra memiliki unsurpenting karena melalui bahasa seorang peng-arang sastra dapat mengungkapkan berbagai

ide, gagasan, atau pesan yang berupa nilai-nilaipendidikan, moral, maupun nilai-nilai religiusatau agama melalui karya sastranya (Susila-wati, 2016:43).Kelebihan suatu karya sastra ter-letak pada penggunaan bahasa yang diguna-kan, pilihan-pilihan kata yang disampaikan,dan juga makna yang diungkapkan. Karak-teristik bahasa dalam karya sastra tidak hanyasebagai alat penyampai pesan, lebih dari itumemberi makna yang lebih luas terhadap hu-bungan antara karya sastra dengan manusia.Dalam karya sastra terdapat komunikasi antarapencipta atau pengarang dengan penikmatnya.

Bertolak pada kenyataan di atas, tidak da-pat disangkal akan keberadaan puisi Banjargenre lama, khususnya mantra. Mantra sendirimemiliki pengertian perkataan atau ucapanyang dapat mendatangkan daya gaib (misalnyadapat menyembuhkan, mendatangkan celaka,dan sebagainya), susunan kata berunsur puisi(seperti rima, irama) yang dianggap mengan-dung kekuatan gaib, biasanya diucapkan olehdukun atau pawang untuk menandingi ke-kuatan gaib yang lain; puisi yang diresapi olehkepercayaan akan dunia gaib; irama bahasasangat penting untuk menciptakan nuansamagis, mantra timbul dari kepercayaan ani-misme (Laelasari dan Nurlailah, 2008:153).

Mantra merupakan salah satu produksastra sebagai sebuah kebudayaan yang per-nah mewarnai kehidupan masyarakat dinusantara. Mantra bisa berupa puisi lisan yangberpotensi memiliki kekuatan gaib atau se-macam doa yang memanfaatkan bahasa lokaldengan didasari oleh keyakinan yang telahdiwariskan oleh para leluhur. Mantra agardapat dimanfaatkan tidak cukup untuk sekedardihapalkan, tetapi harus disertai laku mistik(Saputra, 2007:xxv).

Pada zaman modern dengan kemajuanpengobatan yang semakin canggih, ternyatamasih menyisakan ruang bagi sastra lisan,seperti mantra sebagai pilihan alternatif peng-obatan di pelosok-pelosok daerah. Pengobatantradisional lebih cenderung menggunakan jasa

Page 3: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

33Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

orang pintar atau dukun dalam usaha peng-obatan berbagai penyakit yang diderita. Masya-rakat lebih memilih pengobatan tersebut karenadianggap lebih terjangkau daripada pengobat-an ilmu medis. Sulitnya mengakses sarana kese-hatan di pelosok desa juga menjadi pilihan un-tuk memilih pengobatan tradisional.Dengandemikian, mantra menjadi pilihan berobat dandipercaya dapat digunakan sebagai saranauntuk mencapai berbagai keinginan yang ber-obat.

Puisi Banjar genre lama merupakan puisiberbahasa Banjar yang bentuk fisiknya merujukkepada genre puisi lama atau tradisional(Sulistyowati dan Tajuddin, 2012:19). Kemudi-an, dijelaskan lagi oleh Sulistyowati danTajuddin (2012:21) bahwa berdasarkan karak-teristik bentuk fisik dan bentuk mentalnya, puisiBanjar genre lamadapat dipilih-pilih menjadilima kelompok besar, yaitu: (1) puisi Banjargenre lama bercorak madihin; (2) puisi Banjargenre lama bercorak mantra; (3) puisi Banjargenre lama bercorak pantun; (4) puisi Banjargenre lama bercorak peribahasa; dan (5) puisiBanjar genre lama bercorak syair. Mantrapanawar termasuk dalam puisi Banjar genrelama yang bercorak mantra.

Secara etimologis, panawar berasal dari kosakata bahasa Banjar tawar, artinya dibuat men-jadi tawar atau dibuat menjadi netral (hilangrasa asinnya, manisnya, dan pahitnya). Pana-war artinya segala sesuatu yang dapat dijadikansebagai alat penawar, penetral, atau peng-hilang. Panawar adalah mantra Banjar yang di-fungsikan sebagai sarana magis untuk meng-obati penyakit yang diderita orang lain yangdatang berobat kepada penggunanya (Sulistyo-wati dan Tajuddin, 2012:79). Dengan demikian,mantra panawar merupakan mantra yang di-gunakan sebagai sarana pengobatan bagimasyarakat Banjar.

Mantra yang juga merupakan media ko-munikasi menggunakan bahasa sebagai pe-nyampai pesan. Keberadaan mantra, terutamamantra panawardalam masyarakat Banjar

sebagai media komunikasi semakin tampakketika terjadi kegiatan keagamaan. Humaedi(2016:7) menyatakan bahwa praktik peng-obatan kerap mencakup di dalamnya praktikritual kepercayaan. Aspek ritual menjadi bagi-an terpenting proses pengobatan karena mene-gaskan ketundukan terhadap sesuatu yangtransenden, sesuatu Yang Suci.

Pengaruh puisi lisan tidak harus bergan-tung pada sifat permanen teks, tetapi padalingkungan sekitar tempat puisi lisan (Sudikan,2001:115). Secara umum, puisi lisan meliputiritual penyembuhan, penyelesaian perselisih-an, menambah kekhidmatan upacara, danmemberi kenyamaan bagi yang memper-cayainya.

Mantra panawar ini dianggap doa, diang-gap memiliki kekuatan gaib (daya), diyakinidapat berkomunikasi dengan Tuhan, dengandiri sendiri, dengan orang lain, makhluk halus,serta mahluk lainnya. Tujuannya pun berbeda-beda sesuai niat si pemakai mantra panawardansesuai keperluan akan mantra tersebut.Bagimasyarakat Banjar, mantra panawar menjadialternatif pilihan berobat selain pengobatanmedis.

Mantra panawar dalam masyarakat Banjarsebagaihasil sastra Banjar genre lama yangbercorak puisi, juga merupakan media komuni-kasi yang tentunya menggunakan bahasa yangberbeda dengan bahasa dalam percakapansehari-hari. Di dalam mantra panawar ini, ba-hasa digunakan sebagai media yang diyakinimenghubungkan antara pencipta denganmasyarakat penikmat karya sastra tersebut.Menarik untuk dikaji bahwa sebuah karya sas-tra, terutama dalam mantra panawar, tentunyamemiliki karakteristik bahasa yang unik, ter-1utama diksi dalam mantra.

Tentunya di dalam mantrapanawar, bahasayang digunakan lebih banyak menonjolkannilai konotasi yang lebih luas dari pengertiandenotasi. Selain itu, karakteristik bahasa lebihbersifat simbolis karena tidak hanya meng-ungkapkan yang tersurat tetapi juga tersirat.

Page 4: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

34 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

Oleh sebab itu, dari banyak mantra Banjardipilihlah mantra panawar sebagai objek dalampenelitian ini. Mengingat dalam mantra pa-nawar dimunculkan pilihan kata permohonanagar orang yang sakit dapat disembuhkan.

Sejauh ini penelitian mengenai Diksi dalamMantra Bahasa Banjar sangat sedikit sekali. Pene-litian yang mencoba mengkaji tentang mantrapun jumlahnya masih sedikit. Penelitian yangtelah ada antara lain: Fungsi Mantra dalamMasyarakat Banjar oleh Ismail, dkk (1996) danMantra Banjar oleh Yayuk, dkk (2006). Pene-litian yang dilakukan oleh Ismail, dkk (1996)mengungkap fungsi-fungsi mantra. Kemudian,Yayuk, dkk (2006) mengklasifikasikan jenis-je-nis mantra Banjar dalam empat macam man-tra, yakni jenis pitua, pirunduk, tatamba, dantutulak.

Pitua adalah mantra yang digunakan ha-nya untuk kepentingan pemakainya, tetapi ti-dak merugikan orang lain. Pirunduk adalahmantra yang digunakan untuk menundukkanorang lain. Kemudian, tatamba adalah segalajenis mantra yang digunakan dalam pengobat-an, baik pengobatan penyakit jasmaniah mau-pun penyakit rohaniah. Selanjutnya, tutulakadalah mantra untuk menolak bahaya ataupenyakit dan merupakan perisai diri (Yayuk,dkk, 2006:64).

Informasi di atas menunjukkan bahwapenelitian mengenai mantra Banjar masih sedikitdan perlu untuk dilakukan, terutama Diksi dalamMantra Bahasa Banjar yang belum terjamah. Olehsebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang diksidalam mantra bahasa Banjarmengingatpenelitian terdahulu tidak membahas tentang itu.Penelitian yang dilakukan oleh Ismail, dkk (1996)sebatas mengungkap fungsi-fungsi mantra,sedangkan Yayuk, dkk (2006) hanyamengklasifikasikan mantra Banjar. Keduapenelitian terdahulu tersebut tidak sedikit punmenyinggung diksi dalam mantra bahasa Banjar,terutama mantra panawar.

Dengan demikian, masalah penelitian iniadalah bagaimanakah diksi dalam mantra

bahasa Banjar? Tujuan yang ingin dicapai da-lam penelitian ini adalah untuk mendeskripsi-kan diksi dalam mantra bahasa Banjar. Hasilpenelitian ini diharapkan dapat memberikaninformasi yang lebih spesifik dan mendalammengenai diksi dalam mantra bahasa Banjar,terutama mantra panawar.

Kajian bahasa mantra panawar tentunyaakan menambah kekayaan linguistik mengenaibahasa yang digunakan dalam mengekspresi-kan nilai-nilai mantra panawar tersebut. Kajianmengenai mantra panawarjuga sebagai bentukpelestarian warisan leluhur serta mampu mem-buktikan bahwa masyarakat Banjar memilikikekayaan budaya yang layak diteliti. Selanjut-nya, hasil penelitian ini diharapkan dapat di-jadikan bahan serta acuan bagi penelitian-pe-nelitian selanjutnya.

TEORI DAN METODEBahasa dalam karya sastra memiliki ke-

terkaitan yang yang sangat erat. Hal ini sepertiyang diungkapkan Nurgiyantoro (2012:272)bahwa bahasa dalam seni sastra dapat di-samakan dengan cat dalam seni lukis. Kedua-nya merupakan unsur bahan, alat, sarana yangdiolah untuk dijadikan sebuah karya yangmengandung “nilai lebih” daripada sekedarbahannya itu sendiri. Di pihak lain sastra lebihdari sekedar bahasa, deretan kata, namununsur kelebihannya itu pun hanya dapat di-ungkap dan ditafsirkan melalui bahasa. De-ngan demikian, jelaslah bahwa dalam meng-ungkapkan atau menyampaikan sebuah karyasastra hanya dapat dikomunikasikan melaluisarana bahasa.

Dengan melihat estetika bahasa yang ter-dapat dalam mantra maka penelitian ini me-lihat wujud pilihan kata (diksi). Hal ini sepertiyang diungkapkan Keraf (2006:22) bahwapengertian pilihan kata atau diksi jauh lebihluas dari apa yang dipantulkan oleh jalinankata-kata itu. Diksi dapat mencakup diksidengan makna denotatif, diksi denganmaknakonotatif, diksi dengan makna sinonim, diksi

Page 5: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

35Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

dengan makna antonim, diksi dengan maknahomonim, diksi dengan makna simbol-simbolagama, dan diksi yang berhubungan denganmakna budaya.

Diksi atau pilihan kata adalah penentuankata yang tepat, selaras dan berefek dalamkonteks penggunaan untuk penggambarangagasan. Artinya, diksi yang dipilih dalam man-tra itu telah memiliki jiwa (perasaan-perasaan)yang maknanya disesuaikan dengan fungsi dantujuan makna mantra. Diksi yang dimaksudmeliputi kata yang maknanya dapat langsungdimengerti (denotatif) dan kata yang makna-nya perlu penjabaran (konotatif).

Nurgiyantoro (2012:273) menyatakan bah-wa pemahaman pembaca akan mengacu darimakna denotatif atau paling tidak makna ituakan dijadikan dasar pijakan. Sebaliknya, mak-na konotatif pun banyak dijumpai dan diper-gunakan dalam penggunaan bahasa yang lain,yang tidak tergolong karya kreatif, seperti ben-tuk-bentuk tertentu metafor yang justru dapatmemperjelas makna yang dimaksud daripadabahasa yang lugas.

Keraf (2006:28) menyebut makna denotatifdengan beberapa istilah lain seperti maknadenotasional, makna kognitif, makna konseptual,makna ideasional, makna referensial, atau maknaproposisional. Disebut makna denotasional,referensial, konseptual, atau ideasional karenamakna itu menunjuk (denote) kepada suatureferen, konsep, atau idetertentu dari suatureferen. Disebut makna kognitif karena maknaitu bertalian dengan kesadaran atau penge-tahuan; stimulus (dari pembicara) dan respons(dari pihak pendengar) menyangkut hal-halyang dapat diserap pancaindria (kesadaran)dan rasio manusia. Disebut makna proposisionalkarena bertalian dengan informasi-informasiatau pernyataan-pernyataan yang bersifat fak-tual.

Selanjutnya, Keraf (2006:29) menyebutmakna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Konotasi atau makna konotatif

disebut juga makna konotasional, makna emotif,atau makna evaluatif. Pendapat yang sama jugadikemukakan Kridalaksana (2011:132) bahwaaspek makna sebuah atau sekelompok katayang didasarkan atas perasaan atau pikiranyang timbul atau ditimbulkan pada pembicara(penulis) dan pendengar (pembaca).

Putrayasa (2010:10) menyatakan bahwasebuah kata yang hanya mengacu pada maknakonseptual atau makna dasar berfungsi deno-tatif, sedangkan kata lain yang merupakangambaran tambahan yang mengacu pada nilaidan rasa berfungsi konotatif. Makna konotasidibedakan menjadi dua bagian, sebagaiberikut:(1) konotasi positif, yaitu makna tambahan darimakna kata sebenarnya yang bernilai rasatinggi, baik, sopan, santun, sakral, dan sejenis-nya; dan (2) konotasi negatif, yaitu makna tam-bahan dari makna kata sebenarnya yang ber-nilai rasa rendah, kotor, porno, jelek, jorok, dansejenisnya.

Menurut Chaer (2012:292) makna deno-tatif adalah makna asli, makna asal, atau mak-na sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah lek-sem. Makna konotatif adalah makna lain yang“ditambahkan” pada makna denotatif yangberhubungan dengan nilai rasa dari orang ataukelompok orang yang menggunakan katatersebut.

Dengan demikian, makna denotatif meru-pakan makna yang sebenarnya, makna asalatau makna yang paling mendasar dalam se-buah kata, sedangkan makna konotatif me-rupakan makna yang ditambahkan pada mak-na denotatif yang berkaitan dengan nilai rasa.Makna konotatif ini timbul karena adanyahubungan masalah sosial ataupun hubunganinterpersonal dengan orang lain.

Sinonimi adalah suatu istilah yang dapatdibatasi sebagai (1) telaah mengenai berma-cam-macam kata yang memiliki makna yangsama atau (2) keadaan di mana dua kata ataulebih memiliki makna yang sama (Keraf,2006:34). Dengan kata lain, sinonim merupa-kan kata-kata yang memiliki makna yang sama.

Page 6: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

36 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

Pendapat yang sama juga dikemukakan olehChaer(2012:297) bahwa sinonim atau sinonimiadalah hubungan semantik yang menyatakanadanya kesamaan makna antara satu satuanujaran dengan satuan ujaran lainnya.

Arifin, dkk (2015:68) menyatakan bahwasinonim adalah dua kata atau lebih yang mak-nanya sama atau mirip, tetapi bentuknya ber-lainan. Di antara kata yang bersinonim ter-sebut ada kata yang diutamakan. Dengan demi-kian, sinonim atau sinonimi merupakan hu-bungan dua kata atau lebih yang saling memi-liki kesamaan makna atau beberapa kata yangmemiliki makna yang mirip.

Menurut Keraf (2006:39) istilah antonimiadalah relasi antar makna yang wujud logisnyasangat berbeda atau bertentangan. Antonimatau antonimi adalah hubungan semantikantara dua buah satuan ujaran yang makna-nya menyatakan kebalikan, pertentangan, ataukontras antara yang satu dengan yang lain(Chaer, 2012:299). Pendapat yang sama dike-mukakan Arifin, dkk (2015: 69) bahwa anto-nim adalahkata yang berlawanan atau ber-oposisi. Dengan demikian, antonim merupakankata yang menyatakan makna berlawananatau bertentangan.

Kemudian, Keraf (2006:36) memberikanpengertian homonimi adalah dua kata ataulebih tetapi memiliki bentuk yang sama. Halyang sama dikemukakan Arifin, dkk (2015:69)bahwa istilah homonim berupa dua kata ataulebih yang sama ejaan dan lafalnya, tetapimaknanya berbeda karena asalnya berlainan.Istilah homonim dapat dibedakan menjadihomograf dan homofon. Istilah homograf ialahkata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafal-nya. Kemudian, istilah homofon ialah katayang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya.

Pendapat senada dikemukakan Chaer(2012:302) bahwa homonim atau homonimiadalah dua buah kata atau satuan ujaran yangbentuknya “kebetulan” sama, maknanya tentusaja berbeda karena masing-masing merupa-kan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.

Kridalaksana (2011:85) menyatakan homonimmerupakan hubungan antara kata yang ditulisatau dilafalkan dengan cara yang sama de-ngan kata lain, tetapi yang tidak mempunyaihubungan makna.

Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode deskriptif dengan pendekat-an kualitatif karena bertujuan untuk mendes-kripsikan diksi dalam mantra bahasa Banjar.Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:4)menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalahprosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisantentang orang-orang atau perilaku yang di-amati. Mulyana (2001:146) mengemukakanbahwa metodeatau teknik penelitian apapunyang kita gunakan, misalnya apakah kuanti-tatif atau kualitatif, haruslah sesuai dengankerangka teoritis yang kita asumsikan.

Data penelitian ini adalah mantra panawaryang diperoleh dari informan di tiga kabu-paten, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan,Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Utara.Informan tersebut merupakan panambaan yangsering dimintai tolong untuk memberikanpengobatan.

Teknik pengumpulan data dilakukan de-ngan menggunakan cara, yaitu: (1) metodesimak, baik simak libat cakap atau simak bebaslibat cakap dan (2) teknik catat (Mahsun,2013:93). Pendapat yang sama juga dikemuka-kan Sudaryanto (2015:203) bahwa dalam tek-nik simak libat cakap peneliti terlibat langsungdalam dialog, di samping memperhatikanpenggunaan bahasa mitra (mitra wicaranyayang bersosok konkret juga ikut serta dalampembicaraan mitra wicaranya itu).

Kemudian, Sudaryanto (2015:204) menam-bahkan bahwa di dalam teknik simak bebaslibat cakap, si peneliti tidak terlibat dalam dia-log, konversasi, atau imbal-wicara; jadi tidakikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara. Peneliti hanyasebagai pemerhati yang penuh minat tekun

Page 7: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

37Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

mendengarkan apa yang dikatakan (dan bu-kan apa yang dibicarakan) oleh orang-orang.

Selanjutnya, Mahsun (2013:93) menyata-kan bahwa teknik catat adalah teknik lanjutanyang dilakukan ketika menerapkan metodesimak. Menurut Subroto (1992:41),teknik catatadalah teknik yang digunakan untuk mencatatdata-data yang ditemukan ke dalam nota pen-catat yang telah disiapkan. Dengan demikian,teknik catat digunakan sebagai teknik lanjutandari teknik sebelumnya yang digunakan dalampengambilan data di lapangan.

Dalam penelitian ini, teknik simak libatcakap dilakukan dengan cara berpartisipasisambil menyimak pembicaraan dan langsungterlibat dalam dialog dengan informan, sedang-kan dalam teknik simak bebas libat cakap,pengambilan data hanya sekedar mengamatipenggunaan tuturan mantra panawar yangdituturkan oleh informan. Kemudian, teknikcatat merupakan teknik lanjutan yang dilaku-kan dengan mencatat data ataupun informasi-informasi mengenai mantra panawar dari infor-man.

Keabsahan data dicek dengan tekniktriangulasi data, yakni diskusi teman sejawat.Pemeriksaan teman sejawat adalah melakukandiskusi dengan teman yang pernah melakukanpenelitian mantra. Hasil diskusi dengan temansejawat tersebut disesuaikan dengan hasilmantra yang ditemukan di lapangan.

Dalam pengumpulan data juga dilakukanwawancara dengan teknik berputar-putar barumenukik, maksudnya pada awal wawancaradibicarakan hal-hal yang tidak terkait dengantujuan, dan bila sudah terbuka kesempatanakan ditanyakan mantra panawar kepadainforman. Hal ini dilakukan karena untukpengumpulan data mantra panawar itu sendiribukanlah hal yang mudah. Penyerahan man-tra panawar pun harus disertai dengan syarat-syarat tertentu. Salah satu syaratnya adalahpiduduk atau sejenis sesaji.

Biasanya piduduk ini berisi beras 3,5 liter,sebongkah gula merah, bubur merah, bubur

putih, garam, jarum, dan benang. Piduduktersebut diserahkan kepada panambaan yangmenjadi informan penelitian ini sebagai syaratsebelum dilakukannya wawancara. Meskipunsyarat piduduk sudah dipenuhi, informan jugatidak akan sembarang memberikan data daninformasi karena mantra panawar dianggapsebuah simbol warisanturun-temurun yanghanya boleh diberikan kepada anak cucu me-reka. Akan tetapi, ada sebagian mantra pana-war yang boleh dipublikasikan dan mantrayang memang menjadi sesuatu yang dianggapwarisan keluarga.

Analisis data dilakukan dengan pengkajiansetiap teksnaskah mantra panawar untukmelihat keseluruhan gejala kelainan bahasa.Tidak hanya pada tingkat kata,frase, klausa,ungkapan, bahkan pada tingkat kalimat. Selainitu, tujuan penggunaanmantra panawarjugaperlu dipahami serta makna dari tiap larik puisimantrapanawar. Tujuannya adalahuntuk me-nemukan pilihan kata atau diksi dan maknayang ditimbulkannya.

Untuk menyajikan hasil analisis data pene-litian ini, digunakan teknik informal. Hal iniseperti yang dikemukakan Sudaryanto (1993:145) bahwa teknik informal adalah perumusandengankata-kata biasa tanpa lambang-lam-bang atau simbol. Dengan penyajian analisisinformal ini, penyajian hasil analisis diksi dalammantra bahasa Banjar, berupa wujud pilihankata (diksi).

HASIL DAN PEMBAHASANDi dalam mantra panawar, karakteristik ke-

bahasaan terlihat dari rangkaian kata-katayang diungkapkan. Untuk memahami estetikakebahasaan yang terdapat dalam mantrapanawar hanya dapat diwujudkan dengan caramenganalisis mantra tersebut melalui pilihankata atau diksi.Dalam praktik fungsionali-sasinya di lapangan, semua mantra panawarharus dibaca ulang secara utuh dalam hitung-an ganjil dari 3,5,7,9, dan seterusnya. Hampirsemua mantra panawar yang dituturkan pa-

Page 8: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

38 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

nambaan diawali dengan kalimat bismillaahirrahmaanir rahiim. Hal ini sesuai dengan keya-kinan masyarakat Banjar yang mayoritas ber-agama Islam, menganggap bahwa mantrapanawar sebagai sarana doa untuk kesem-buhan.

Dalam mantra panawar ini dikaitkan de-ngan unsur-unsur ketaatan kepada YangMahakuasa. Hal ini menunjukkan bahwa ter-gambar sikap masyarakat Banjar yang taatkepada penguasa semesta.Ciri utama mantrapanawar ini terletak pada pilihan kata yangberisi permohonan agar orang yang diobatisegera sembuh dari penyakitnya. Berikut hasilanalisis diksi dalam mantra bahasa Banjar.

Diksi dengan Makna DenotatifDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna denotatif, yaitu pada mantramengusir pulasit. Pulasit merupakan makhlukhalus atau makhluk gaib yang bisa merasukiseseorang. Jadi pulasit dalam masyarakatBanjar apabila seseorang yang terkena kerasuk-an atau kesurupan. Berikut hasil analisisnya.

Mantra Mengusir PulasitBismillaahir rahmaanir rahiimBulik ikam, bila kada bulikIkam kugundul, bulikBila kada bulikIkam kugundul nang kaya nyiur ini

Terjemahan:Mantra Mengusir PulasitDengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangPulang kau, bila tidak pulangKau kugundul, pulangBila tidak pulangKau kugundul seperti kelapa ini

Mantra mengusir pulasit ini tidak sem-barang panambaan dapat memberikan panawar-nya karena bersifat rahasia dan harus memilikikekuatan supranatural. Dengan menggunakanmantra panawar ini, panambaan berusaha me-ngusir dan menyadarkan orang yang terkena

pulasit tersebut dengan berkali-kali membacamantra. Biasanya, panambaan memegang buahkelapa yang siap digunduli dengan parang se-bagai bentuk ancaman kepada hantu pulasit.

Mantra mengusir pulasit di atas mengguna-kan pilihan kata dengan makna denotatif yangdapat dilihat dari tiap lirik-lirik mantra tersebut.Diksi yang digunakan dalam penyampaianmantra itu menggunakan karakteristik bahasayang langsung merujuk kepada makna se-benarnya. Dalam mantra panawar mengusirpulasit ini, kalimat-kalimat yang dituturkan pa-nambaan tidak bermakna tambahan, maknalain atau konotatif.

Pilihan kata bulik ikam, bila kada bulik ikamkugundul, bulik “pulang kau, bila tidak pulangkau kugundul, pulang” langsung merujukkepada seseorang. Dalam hal ini, penyebabmunculnya pulasit, yaitu dari alam gaib yangsering disebut oleh masyarakat Banjar hantupulasit. Demikian juga kalimat mantra pa-nawarbila kada bulik ikam kugundul nang kayanyiur ini langsung mengacu kepada makna asliatau makna dasar. Tujuan mantra panawarmengusir pulasit tersebut, apabila hantu pulasittidak pergi akan digundul kepalanya sepertikelapa. Jadi, ketika seseorang meminta panam-baan untuk mengobati terkena pulasit ini harusmenggunakan media buah kelapa yang sudahdikupas kulitnya.

Diksi denganMakna KonotatifDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna konotatif, yaitu mantrapanawarmanyamak (mantra penawar sakit pada bagiandada atau tulang belakang yang disebabkanmasuk angin). Berikut hasil analisisnya.

Mantra Panawar ManyamakBismillaahir rahmaanir rahiimCaricit burung caricitHinggapnya di batang tawarDatu nang mana nang manyumpitBismillaahir rahmaanir rahiimAku manawar

Page 9: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

39Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

Terjemahan:Mantra Panawar Manyamak (MantraTerkena Angin Duduk)Dengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangMencicit burung mencicitHinggapnya di batang tawarDatu mana yang menyumpitBismillaahir rahmaanir rahiimAku memantrai

Seorang panambaan dalam proses mengobatisakit manyamak ini menggunakan daun sirihyang ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit.Bisa juga panambaan menggunakan kunyit dankapur yang ditempelkan dan sambil ditiup padabagian tubuh yang sakit. Proses pengobatandengan mantra panawarmanyamak ini bertujuanagar angin duduk yang terdapat di bagiandalam lapisan kulit yang sakit akan hilang.

Mantra panawar manyamak di atas meng-gunakan pilihan kata dengan makna konotatifyang dapat dilihat pada kalimathinggapnya dibatang tawar. Kalimat tersebut menunjukkanmakna lain yang “ditambahkan” pada maknadenotatif yang berhubungan dengan nilai rasa.Kalimat hinggapnya di batang tawar dalammantra panawar manyamak tersebut mengacukepada burung yang sedang mencicit dan hing-gap di batang tawar. Frasebatang tawar tidak me-miliki makna yang sebenarnya karena menjadibagian dari makna tambahan dari kalimatsebelumnya. Hal ini dimaksudkan tawar atauobat bagi yang sakit.

Kalimat mantra Datu nang mana nang ma-nyumpit “Datu mana yang menyumpit” jugamemiliki nilai rasa lain atau makna tambahan.Datu yang dimaksud dalam mantra ini adalahsesuatu yang berasal dari alam gaib, seperti jinatau hantu penunggu suatu tempat. Dengandibacanya mantra ini, diharapkan orang yangterkena sakit manyamak akan segera sembuh.

Diksi dengan Makna SinonimDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna sinonim, yaitu mantra panawar

urang halin baranak (penawar memudahkanmelahirkan karena posisi kandungan terbalikatau sungsang). Berikut hasil analisisnya.

Mantra Panawar Urang Halin BaranakBismillaahir rahmaanir rahiimBungkalang bungkalingTampurung bulu-buluTakalang tapalingKa luar tadahuluBarakat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Terjemahan:Penawar Memudahkan Melahirkankarena Posisi Kandungan Terbalik atauSungsangDengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangTerkalang terkalingTempurung berbuluTerkalang terpalingKeluar lebih duluBerkat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Mantra panawar urang halin baranak di-gunakan oleh panambaan untuk menolong ibuyang mengalami kesulitan melahirkan. Biasa-nya, masyarakat Banjar menyebutnya denganbanyu palungsurbaranak(air yang sudah dibacamantra untuk melancarkan persalinan). Selainpanambaan, banyu palungsur ini juga bisa di-berikan oleh dukun baranak (dukun beranak).

Kata yang bersinonim dalam mantra pa-nawar urang halin baranak di atas, yaitu bung-kalang bungkaling (terkalang terkaling) dan ta-kalang tapaling (terkalang terpaling). Kalimatbungkalang bungkaling (terkalang terkaling) di-maksudkan posisi bayi dalam perut si ibu yangterkalang akan kembali menuju jalan lahir.Begitu juga kalimat takalang tapaling (terkalangterpaling) yang bersinonim dengan bungkalangbungkaling (terkalang terkaling) dimaksudkanposisi bayi yang sedang terkalang dalam perutsi ibu. Dengan diucapkannya mantra tersebut

Page 10: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

40 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

oleh panambaan ataupun dukun beranak diha-rapkan si ibu akan melahirkan dengan lancar.

Diksi dengan Makna AntonimDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna antonim, yaitu mantra panawarpenahan darah. Berikut hasil analisisnya.

Mantra Panahan DarahAllahumma si lantung bumiHangat ari ranggang bumiHujan ari rapat bumiBin kulibin kuppatinBikun siit si pulan

Terjemahan:Mantra Penahan DarahAllahumma si lantung bumiPanas hari renggang bumiHujan hari rapat bumiBin kulibin kuppatinBikun siit si pulan

Mantra penahan darah dibaca untuk me-nahan darah yang keluar dari bagian tubuh.Mantra ini dibaca panambaan ketika ada sese-orang yang terluka dan untuk mengobatinyadibacalah mantra ini dalam segelas air. Kemu-dian, air tersebut bisa langsung diminum dandisiram perlahan pada bagian tubuh yangterluka sambil diberi ramuan penahan darah.

Kata yang berantonim dalam mantra pa-nawar panahan darah (mantra penahan darah)tersebut, yaitu hangat ari (panas hari) denganhujan ari (hujan hari) serta ranggang bumi (reng-gang bumi) dengan rapat bumi (rapat bumi).Frasahangat ari (panas hari) dengan hujan ari(hujan hari) merupakan frasayang memilikimakna berlawanan. Pada mantra tersebut,hangat ari (panas hari) bermakna hari yangpanas atau keadaan hari yang cerah dan panas.Frasahujan ari (hujan hari) merupakan haridalam keadaan hujan atau keadaan hari yangtidak panas. Jadi, frasahangat ari (panas hari)dengan hujan ari (hujan hari) memiliki maknayang berlawanan.

Begitu juga dengan ranggang bumi (reng-gang bumi) dengan rapat bumi (rapat bumi)yang memiliki makna berlawanan. Frasa rang-gang bumi (renggang bumi) dalam mantra ter-sebut memiliki makna keadaan bumi yangrenggang karena keadaan hangat ari (panashari). Kemudian, rapat bumi (rapat bumi) dalammantra tersebut memiliki makna keadaan bumiyang rapat karena keadaan hujan ari (hujanhari). Jadi, frasaranggang bumi (renggang bumi)dengan rapat bumi (rapat bumi) memilikimakna yang saling berlawanan. Dengan demi-kian, dalam mantra penahan darah tersebutditemukan dua buah kata/frasa yang beranto-nim.

Diksi dengan Makna HomonimDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna homonim, yaitu mantra pana-war agar tahan gigitan lebah. Berikut hasil ana-lisisnya.

Mantra Panawar agar Tahan Diigut TawonBismillaahir rahmaanir rahiimAsal dari kajian wanyiAdalah karak nasiJumput dan makan asalnyaBarakat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Terjemahan:Mantra Panawar agar Tahan Digigit LebahDengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangAsal terjadinya tawon dan sejenisnyaAdalah kerak nasiAmbil dan pergunakan sesudahnyaBerkat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Mantra panawar agar tahan digigit lebahdigunakan apabila seseorang ingin melintasisarang tawon dengan berjalan kaki. Kalauhanya ingin melintas, mantra yang dibaca cu-kup sampai kalimat asal dari kajian wanyi adalahkarak nasi barakat Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasullullah “asal terjadinya tawon dan sejenis-

Page 11: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

41Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

nya adalah kerak nasiberkat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah. Akan tetapi, apabilamantra tersebut digunakan untuk mengambilanak tawon dan madunya, ada tambahan kali-mat mantra lagi, yaitu jumput dan makan asalnyabarakat Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasullullah” ambil dan pergunakan sesudahnyaberkat Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasullullah”.

Setelah mantra itu dibaca kemudian ditiup-kan ke arah sarang tawon tersebut. Mantra inibertujuan agar orang yang melintas dekatsarang tawon ataupun ketika ingin mengambilanak tawon dan madunya tidak digigit. Masya-rakat Banjar menyebutnya dengan ungkapanwanyinya kada baliur “tawonnya tidak ber-selera”.

Mantra panawar agar tahan gigitan lebahdi atas menggunakan pilihan kata denganmakna homonim yang dapat dilihat pada kataasalyang bermakna “asal atau mula-mulaterjadinya sesuatu” dan asal yang bermakna“pergunakan sesudahnya”. Kedua kata asaltersebut digunakan dalam satu mantra panawardengan makna yang berbeda.

Diksi dengan Makna Simbol-Simbol AgamaDalam mantra panawar ditemukan diksi

dengan makna yang menunjukkan simbol-simbol agama Islam. Berikut hasil analisisnya.

Mantra Penghilang Sakit ketika HendakMelahirkanBismillaahir rahmaanir rahiimNun kalamun walayar turunInsha Allah inya ilang aritanInya turunBarakat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Terjemahan:Mantra Penghilang Sakit ketika HendakMelahirkanDengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangTuhan yang mengetahui sebenarnya demipena yang mereka tuliskan

Dengan izin Allah dia hilang rasaDia turunBerkat Laa Ilaaha IllallahMuhammadarrasullullah

Mantra penghilang sakit ketika hendakmelahirkan ini dibaca oleh panambaan ataupundukun baranak (dukun beranak) yang mem-bantu proses persalinan. Mantra ini dibaca ber-ulang-ulang kali dengan harapan menghilang-kan rasa sakit si ibu yang akan melahirkan sertabayi yang dilahirkan pun selamat dan sehat.

Mantra yang digunakan untuk penghilangsakit ketika hendak melahirkan menggunakankalimat-kalimat dalam agama Islam. Masya-rakat Banjar terkenal sebagai masyarakat yangreligius. Karakteristik muslim melekat dalamdiri masyarakat Banjar. Sejarah membuktikanbahwa Kerajaan Islam Banjar tidak bisa di-pisahkan dengan bangkitnya budaya spiritualkarena sejak berdirinya, Islam resmi menjadiagama kerajaan yang dianut oleh seluruhlapisan masyarakat sekaligus menjadi identitasmereka sehingga suku Banjar identik denganIslam.

Hal ini dapat dilihat kehidupan masya-rakatnya yang meyakini agama Islam sebagaiajaran dan pondasi kehidupan sehinggaberpengaruh terhadap tata nilai dalam masya-rakat, seperti mantra panawar penghilang sakitketika hendak melahirkan yang sarat dengansimbol-simbol agama Islam. Simbol-simbolagama Islam muncul dari kalimat-kalimatmantra yang dituturkan.

Dengan demikian, mantra penghilang sakitketika hendak melahirkan ini menjadi saranaatau media permohonan kepada Yang Maha-kuasa. Biasanya, mantra yang sarat dengan ka-limat-kalimat bernuansa religi ini dibacakanketika kandungan sudah tujuh bulan ke atas.Bahkan, ketika menjelang kelahiran si ibu jugaikut membaca mantra ini. Hal ini dimaksudkanselain ada usaha dari panambaan atau dukunbaranak (dukun beranak)juga ada doa dari siibu yang akan melahirkan. Dengan adanyakeyakinan terhadap mantra panawar ini diha-

Page 12: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

42 , Volume 3, Nomor 1, Juni 20177

rapkan seseorang wanita yang akan melahirkandan bayinya akan selamat.

Diksi yang Berhubungan dengan MaknaBudaya

Dalam mantra panawar ditemukan diksiyang berhubungan dengan makna budaya,yaitu mantrapanawar takana wisa “mantra pe-nawar terkena wisa.” Berikut hasil analisisnya.

Mantra Panawar Takana WisaBismillaahir rahmaanir rahiimAku tahu asal ikamIkam Datu KacungutIkam Datu Kacingit

Terjemahan:Mantra Penawar Terkena WisaDengan nama Allah Tuhan Yang MahaPengasih lagi Maha PenyayangAku tahu asal KauKau Datu KacungutKau Datu Kacingit

Mantra panawar takana wisa(mantra pe-nawar terkena bisa atau racun, sakit kuning)ini tidak semua panambaan bisa memberikan airtawarnya. Biasanya, panambaan merebus airdengan batu kemudian dibacakan mantra.Kemudian, panambaan menyuruh orang yangsakit wisa untuk mandi dengan air tersebut.Adapulapanambaan yang memberikan airrebusan buah kelapa untuk diminumkan ke-pada yang sakit. Bahkan, kalau sakitnya belumsembuh juga, panambaan akan melakukanterapi batimung.

Pada mantra panawar takana wisa, sebutandatu dalam budaya masyarakat Banjar meng-acu pada sebutan untuk ulama atau orang-orang saleh yang menjadi panutan,tauladan,serta dijadikan contoh konkret dalam men-jalankan kehidupan bermasyarakat. Masya-rakat Banjar percaya bahwa datu menjadi re-fleksi kehidupan dalam meningkatkan keiman-an serta ketakwaan seseorang kepada YangMahakuasa.

Datu dipercayai memiliki ilmu yang mele-bihi manusia biasa serta diyakini memiliki ke-istimewaan yang diberikan oleh Sang Pencipta.Ketika masih hidup seseorang datu ada yangdikeramatkan. Bahkan, sampai saat meninggalhingga sekarang makam datu yang terdapatdi Kalimantan Selatan masih sering diziarahimasyarakat.

Mantra penawar terkena wisa di atas meng-gunakan pilihan kata yang berhubungan de-ngan budaya, yaitu penyebutan datu. Sebutandatu dalam budaya masyarakat Banjar meng-acu pada sebutan untuk orang yang dituakan.Wisaadalah salah satu penyakit yang dianggapdari alam lain sehingga dengan membacamantra panawar takana wisa(mantra penawarterkena bisa atau racun, sakit kuning) yangmenyebutkan nama Datu Kacungut dan DatuKacingit diharapkan penyakitnya segera hilang.

PENUTUP

SimpulanSetelah dilakukan penelitian secara men-

dalam mengenaidiksi dalam mantra bahasaBanjar dapat disimpulkan bahwa sampai saatini masyarakat Banjar masih ada yang mem-percayai mantra panawar. Mantra panawar inimenjadi alternatif pilihan pengobatan penyakityang sering dialami sehari-hari.

Dalam mantra panawar ditemukan adanyapenggunaan pilihan kata atau diksi.Pilihankata atau diksi dalam mantra panawar menun-jukkan kekuatan perangkat lingual. Diksi katayang tidak memiliki makna menunjukkanbahwa mantra bersifat misterius dan tidakdapat dipahami oleh manusia umum.

Pilihan kata atau diksi mencakup diksidengan makna denotatif, diksi dengan maknakonotatif, diksi dengan makna sinonim, diksidengan makna antonim, diksi dengan maknahomonim, diksi dengan simbol-simbol agama,dan diksi yang berhubungan dengan budaya.

Page 13: DIKSI DALAM MANTRA BAHASA BANJAR - Kemdikbud

43Diksi dalam Mantra Bahasa Banjar

SaranBerdasarkan hasil penelitian disarankan

hendaknya penelitian ini dapat dijadikanbahan acuan bagi penelitian berikutnya untukmengkaji tentang diksi dalam mantra bahasaBanjar. Bagi peneliti lanjutan dapat melakukanpenelitian mantra panawar dalam bidang ke-sehatan. Inventarisasi dan kajian mantra Ban-jar yang belum terjamah dapat pula dilakukan,seperti mantra pakasih, pambanci, pikaras, danpirunduk.

DAFTAR PUSTAKAArifin, E. Zaenal, dkk. 2015. Wacana Transak-

sional dan Interaksional dalam Bahasa Indo-nesia. Tangerang: Pustaka Mandiri.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.

Humaedi, M. Alie. 2016. Etnografi PengobatanPraktik Budaya Peramuan dan SugestiKomunitas Adat Tau Taa Vana. Yogyakarta:Lkis.

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Socio-linguistics. New York: Longman Group VKLimited.

Ismail, Abdurrahman, dkk. 1996. FungsiMantra dalam Masyarakat Banjar. Jakarta:Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa, Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguis-tik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Laelasari dan Nurlailah. 2008. Kamus IstilahSastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Mahsun, M.S. 2013. Metode Penelitian Bahasa:Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja Bandung.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi PenelitianKualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori PengkajianFiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kalimat Efektif(Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung:Refika Aditama.

Saputra, Heru S. P. 2007.Memuja Mantra.Yogyakarta: LkiS.

Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda PenelitianLinguistik Struktural. Surakarta: SebelasMaret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa. Yogyakarta: WacanaUniversity Press.

———————. 2015. Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa Pengantar Penelitian WahanaKebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta:Sanata Dharma University Press.

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode PenelitianSastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.

Sulistyowati, Endang dan Tajuddin Noor Ganie.2012. Sastra Banjar Genre Lama BercorakPuisi. Kalimantan Selatan: Tuas Media.

Susilawati, Erni. 2016. “Nilai-Nilai MotivasiPendidikan dalam Novel Galuh Hati; TigaCinta Satu Rahasia Karya Randu Alam”.Dalam Genta Bahtera Jurnal Ilmiah Keba-hasaan dan Kesastraan. Vol. 2, No. 1, hlm.42—51.

Sutana, Dwi. 2015. “Pemakaian BahasaIndonesia pada Kolom Surat Pembaca da-lam Surat Kabar Harian Haluan Kepri”.Dalam Genta Bahtera Jurnal Ilmiah Keba-hasaan dan Kesastraan. Vol.1, No. 1, hlm.1—9.

Usman, Fajri. 2009. “Bentuk Lingual TawaPengobatan Tradisional Minangkabau(Analisis Linguistik Kebudayaan)”. DalamJurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Vol 5Nomor 1.

Yayuk, Rissari, dkk. 2006. Mantra Banjar.Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.