DIKSI
description
Transcript of DIKSI
PENGERTIAN DIKSI DAN PENGGUNAANNYA DALAM
PENULISAN KARYA ILMIAH
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Aziz Rozaly NPM: 434334032011092 Dadang NPM: 434334032011062 Dendra NPM: 434334032011098 Deni Rizal Mulyana NPM: 434334032011019 Sandy nur ma’ariz NPM: 434334032011100 Dendy Akhmadi NPM: 434334032011093
Jurusan Akuntansi S1 Kelas Karyawan B
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan
JL Turangga No.37-41 Bandung 40263 Telp. (022) 7303249
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Teknologi Informasi dan Komputer ini dengan judul “PENGERTIAN DIKSI
DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH “. Makalah ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia
Program Studi S1 Akuntansi STIE PASUNDAN
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
Bpk. Saeful Hermansyah,SPD,MM
selaku Dosen Bahasa Indonesia STIE PASUNDAN
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
Bandung, Maret 2012
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….... 1
Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 2
Bab I Pendahuluan
A.Latar Belakang ……………………………………………………………………….. 3
B.Identifikasi Permasalahan ………………………………………………………….. 4
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Diksi ............................................................................................ 5-9
B. Jenis-jenis Diksi ......................................................................................... 10-16
C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata atau Diksi ....................... 16-27
Bab III Penutup
A.Simpulan ………………………………………....…………………………..……… 28
B.Saran ……………………………………………………………………………..…… 29
Daftar Pustaka ………………………………………………………………..………... 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
M e n u l i s a d a l a h s u a t u k e t e r a m p i l a n b e r b a h a s a y a n g
d i p e r g u n a k a n u n t u k be rkomun i kas i seca ra t i dak l angsung ,
t i dak seca ra t a tap muka dengan o rang l a i n . D a l a m k e g i a t a n
m e n u l i s i n i , p e n u l i s h a r u s l a h t e r a m p i l memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata
Kata merupakan satu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan
mobilitas posisional. Maksudnya, kata memiliki komposisi tertentu, baik secara
fonologis maupun morfologis, dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas, yaitu
dapat digunakan sesuai dengan kepentingan. Kata-kata itu dapat ditata dalam suatu
konstruksi yang lebih besar sesuai dengan kaidah-kaidah sintaksis suatu bahasa.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai
sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu
terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau
penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).
Peristiwa komunikasi yang berlangsung menjadi tempat untuk mengungkapkan ide,
gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian, bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud
pembicara kepada pendengar (Nababan, 1992:66). Bahasa menjadi salah satu
media yang paling penting dalam komunikasi.
3
Dalam konteks komunikasi, Diksi adalah satu unsur sangat penting
dalam kaitannya dengan analisis wacana dan penggunaan bahasa dalam proses
sosial dalam masyarakat, baik dalam dunia karang mengarang maupun
dalam dunia tutur setiap hari. Disamping itu, pemilihan kata itu harus
sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Kita mengetahui
bahwa di dalam penulisan karya ilmiah, sangat di tuntut untuk
menggunakan diksi yang baik dan benar sesuai konteks kosa katanya.
Dalam dunia pendidikan penggunaan ragam tulis yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku sangat diperlukan untuk
menunjang keterampilan menulis bagi seseorang.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, ada permasalahan yang menarik
untuk dikaji, Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti pengertian diksi dan
penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah.
B.Identifikasi Permasalahan
Dengan latar belakang tersebut, agar penbaca memperoleh pemahaman tentang
tentang diksi dan penggunaannya dalam penulisan karya ilmiah., maka penulis
mengemukakan rumusan masalah antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan diksi, peranannya serta syarat-syarat ketepatan
diksi dalam penulisan karya ilmiah?
2. Apakah jenis-jenis diksi dalam penulisan karya ilmiah?
3. Apakah Jenis-jenis kesalahan pemilihan kata atau diksi yang sering
ditemukan dalam penulisan karya ilmiah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Diksi atau Pilihan Kata
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya
ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum
digambarkan dengan seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan
kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu
tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan
berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan
Definisi sederhananya, diksi (diction) adalah pemilihan kata dan metode
penggunaannya dalam tulisan atau pembicaraan, serta kemampuan menyampai
maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata sejelas-jelasnya. Diksi sangat penting
dalam komunikasi karena pada dasarnya, setiap orang memiliki tingkatan yang
berbeda dalam berbahasa.
. Memilih kata yang tepat yang dapat mewakili pesan yang ingin kita
sampaikan, yang tepat bagi audiens, dan yang dapat membawa tujuan dari
5
komunikasi yang kita lakukan, itu lah diksi. Dan diksi itu, semacam skill.
Kemampuan. Bakat, namun juga dapat dikembangkan melalui latihan.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal
dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan
bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan
karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap
pemilihan kata dan sintaks. Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : Fonem, Silabel,
Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.
Berikut adalah Fungsi Diksi :
Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
Menciptakan suasana yang tepat.
Mencegah perbedaan penafsiran.
Mencegah salah pemahaman.
Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan
guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan
kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
6
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak
suasana.
Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih
indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung
jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan
latar wak Jadi semakin banyak vocabulary kita, serta semakin dalam pemahaman
kita terhadap nuansa makna (efek mental) dari suatu kata, maka semakin bagus
diksi kita.
Pemakaian diksi dimaksudkan untuk memudahkan dan mendapatkan
kesesuaian tujuan yang akan diperoleh. Pengarang ingin mengekspresikan
pengalaman atau imajinasinya secara padat dan intens yang berfungsi sebagai
gambaran penjelas dalam beraneka pilihan kata. Saat kita berbicara, kadang kita
tidak sadar dengan kata – kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang
yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.
Beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –
ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
– nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa
yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
7
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan
yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Peranan diksi dalam Penulisan Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan kounikasi antara penulis dan pembaca. Agar
komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhat-hati dalam
memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang
digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya.
Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili
gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara
penulis dengan pembaca.
Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok denagn konteks, seperti
situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Contoh :
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu
kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak.
Nilai-nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti : Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara
8
Syarat-syarat ketepatan diksi dalam penulisan karya ilmiah
Persyaratan dalam ketepatan diksi sebagai berikut:
Mem bedakan se ca r a ce rma t deno tas i dan kono tas i .
Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir sama
bersinonim.
Mem bedakan ka ta - ka t a yang m i r i p da lam e j aan nya .
Hinda r i l ah ka t a - ka ta c i p ta an sen d i r i .
Was pada lah t e rha dap penggu naan akh i r an as i ng , t e r u ta ma
ka ta - ka ta as i ng yang mengandung akhiran asing tersebut.
Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
Unt uk men jam in ke te pa t an d i ks i , penu l i s a ta u pemb ica ra
ha rus mem bed akan kata umum dan kata khusus.
Mempergunakan kata-kata indria yan menunjukkan persepsi yang
khusus.
M e m p e r h a t i k a n p e r u b a h a n m a k n a y a n g t e r j a d i p a d a
k a t a - k a t a y a n g s u d a h dikenal.10.Memperhatikan kelangsungan
pilihan kata.
Syarat ketepatan diksi yang baik :
o Paling tepat mengungkapkan konsep yang dimaksud.
o Paling singkat di antara pilihan yang ada.
o Bernilai rasa (konotasi) baik.
o Sedap didengar (eufonik).
9
B. Jenis-jenis Diksi
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam
benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam
kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya
akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan
dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai
alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian
dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau
memiliki nilai artistik yang tinggi.
Jenis Diksi
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal: makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan
proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-
buku yang bermakna “banyak buku”.
10
2. Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya
referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di
luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai
referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen.
Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya
yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain
yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa
orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada
contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan
ramping.
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna
yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu
yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
11
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor
dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas
kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang
yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang
berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki
makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah
itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata
tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu
sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata,
frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata
ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut
makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna
pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga
disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama
lazim digunakan dalam peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
12
8. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian
yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut
makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam
mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul.
9. Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
- Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum
suatu kata, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam
pemaknaannya.
- Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin
mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak
hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki
dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti
ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti
gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
13
10. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret,
seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata
tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan
perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata
abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus.
Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
11. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang
sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu
bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata
masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu
kata.
12. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-
diskusi khusus. Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah
bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas
dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan
ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
14
13. Kata Baku
kata baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan kata tidak baku adalah ejaan
yang tidak benar atau ejaan salah. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tanpa
disadari kita menggunakan kata-kata yang salah alias tidak sesuai dengan ejaan
dalam Bahasa Indonesia. Salah satu atau dua ejaan kata dalam tulisan kita mungkin
sah-sah saja bagi umum, namun tidak halnya bagi dosen atau guru bahasa
indonesia. Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika
membuat suatu karya tulis ilmiah.
Contoh pengunaan diksi dalam Fakta yg ada di sekitar lingkungan kita adalah:
-Aku suka kamu !
-Aku Cinta banget sama kamu !
-Mau nggak kamu jadi pacar aku ? Soal aku jatuh hati banget sama kamu!”
Contoh kata baku dan kata tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan
yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do’a : doa
- duren : durian
15
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
- imajinasi : imaginasi
- insyaf : insaf
- jaman : zaman
- kalo : kalau
- karir : karier
- kongkrit : konkret
- nomer : nomor
- obyek : objek
- ramadhan : ramadan
- rame : ramai
- rapor : rapot
- sentausa : sentosa
- trotoar : trotoir
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
16
C. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata atau Diksi
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata yang
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah
diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar yang
merupakan perbaikannya.
Jenis-jenis kesalahan diksi
Penggalan awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan.
Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar:
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
Penggalan awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan
ber- harus dieksplisitkan secara jelas.
Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
-Sampai jumpa lagi. (salah)
-Sampai berjumpa lagi. (benar)
-Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
-Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (benar)
17
Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan
meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan
meng-.
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
-Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
-Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
-Eka lebih menyintai boby daripada menyintai Roy. (salah)
-Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (benar)
Penyengauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awalan kata dasar. Penyengauan kata dasar ini
sebenarnya adalah ragam lisan yang di pakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk
kata yang salah dalam pemakaian.
Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak,
nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa
Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail,
mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut,
menyuap, dan mancari.
18
Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat
awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus
lebur menjadi bunyi sengau.
Di bawah ini bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
-Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan.
(salah)
-Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan.
(benar)
-Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
-Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)
Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi awalan meng-, kata ini akan
menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila di beri awalan
meng- akan menjadi memproklamasikan.
Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataanya sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering
diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih
awalan yang tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah
(Jawa/Sunda).
19
Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian.
-Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
-Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
-Mengapa kamu ketawa terus? (salah)
-Mengapa kamu tertawa terus? (benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan,
awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih,
kehendak, dan ketua. Oleh sebab itu , kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa,
ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang benar ialah
kedua, ketiga, keempat, keseribu, dan seterusnya.
Pemakaian Akhiran ir-
Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-
hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk padanan akhiran ir- adalah –asi
atau –isasi.
Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
-Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
-Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
-Soekarno-Hatta memproklamirkan Negara republik Indonesia. (salah)
-Soekarno-Hatta memproklamasikan Negara republik Indonesia. (benar)
Kata lainya seperti:
-Akomodir – akomodasi
-Legalisir – legalisasi
20
Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau asasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi,
neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang
salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu
harus diungkapkan menjadi usaha peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha
pemansangan neon, gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan
pompa, dan gerakan memasyarakatkan Koran.
Padanan yang Tidak serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang
muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau
tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang atau bergabung
dalam sebuah kalimat.
Di bawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai
ungkapan penghubung intrakalimat.
-Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (salah)
-Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit.
(benar)
-Karena modal di bank terbatas sehingga semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang mengabungkan kata karena dan
sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan
dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak di perlukan.
21
Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah
disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena. . . . maka, untuk . . . maka,
meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-
lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka,atau
maka saja tanpa didahulai karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa di susul
tetapi atau tetapi saja tanpa di susul meskipun.
Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan.
Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah pemakaian kata depan.
-Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
-Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
-Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
-Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
Pemakaian Akronim (Singkatan)
Singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan
huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan
bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan
cepat, seperti lab (laboratorium).
22
Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang- kadang tidak
teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu international boxing federation
dan international badminton federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan
singkatan sedapat mungkin dihindari karena sudah umum maknanya telah mantap.
Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
-Kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan.
-Kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan.
-Kata permukiman bersaing dengan kata pemukiman.
Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat
kesimpulan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya yang tepat keputusan yang
salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah penalaran;
kata permukiman atau pemukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi
dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu
memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat
korelasi diantara bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya Verab yang berawalan
meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna ‘proses’ yang berimbuhan
peng-an dan dapat pula di bentuk menjadi nomina yang berbentuk ‘proses’ yang
berimbuhan peng-an dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna
‘hasil’ yang beribuhan –an.
Contoh:
-Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (salah)
-Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (benar)
23
Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang
hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai
pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Berikut ini daftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
Boros / Hemat
1. sejak dari / sejak atau dari
2. agar supaya agar / supaya
3. demi untuk / demi atau untuk
Marilah kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
-Karburator adalah bagian mesin motor tempat dimana gas bahan bakar minyak
bercampur dengan udara. (boros, salah)
-Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur
dengan udara. (Hemat, Benar)
-Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali. (Boros, Salah)
-Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar)
Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah, merupakan, demi untuk,
agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus di hindari.
24
Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan
kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang
(biasa) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti
pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah
semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju?
Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
-Petinju ‘orang bertinju’
-Pesenam ‘orang yang bersenam’
-Pesilat ‘orang yang bersilat’
-Peski ‘orang yang berski’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf,
berterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu muncul kata
-Peski
-Peselancar
-Pegolf
-Petenis
-Peboling
Pada dasarnya tidak dibentuk dari
-Berski (yang baku bermain ski)
-Berselancar (yang baku bermain selancar)
25
-Bergolf (yang baku bermain golf)
-Bertenis (yang baku bermain tenis)
Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari, kadang-kadang orang salah mengunakan bentuk
jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau.
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti
-Kuda-kuda
-Meja-meja
-Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti
-Beberapa meja
-Sekalian tamu
-Semua buku
-Dua tempat
-Sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
-Mereka
-kita
-Kami
-kalian
26
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing
dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini beberapa bentuk
jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
BentukTunggal Bentuk Jamak
-datum -data
-alumnus -alumni
-alim -ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data
yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap
baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan
ulama kedua-duanya dianggap baku yang di pakai masing-masing sebagai bentuk
tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk.
-Beberapa data,
-Tiga alumni, dan seterusnya.
Penggunaan di mana, yang mana, hal mana
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut
harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
27
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang
tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengarnya.
Secara ringkas, Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan cerita mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata. Istilah
ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa
tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Agar usaha mendayagunakan teknik penceritaan yang menarik lewat pilihan kata
maka diksi yang baik harus tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau
hal yang diamanatkan untuk memilih tepat seorang pengarang harus mempunyai
kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. Pilihan kata yang tepat dan
sesuai hanya mungkin kalau ia menguasai sejumlah besar kosa kata
(perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu pula
menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat
yang jelas dan efektif.Contoh-contoh pengunaan diksi dalam cerita fiktif misalnya
penggunaan metafora, anafora, litotes, simile, personafikasi dan sebagainya.
28
B.Saran
Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang
menjadi syarat dari Diksi, yaitu :
a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan
benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi
pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan
komunikasi dengan baik.
Beberapa syarat Kalimat yang Efektif adalah :
1. Kesatuan Gagasan
2. Koherensi
3. Penekanan Bahagian Kalimat
4. Variasi Kalimat
5. Paralelisme
29
DAFTAR PUSTAKA
http://www. google .com/
http://www. w ikipedia.com/
http://www. blogspot.com/
30