digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
-
Upload
juliyanty-akuba -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
1/147
1
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK TUJUANPROFESI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NEGERI 6 JAKARTA
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister HumanioraProgram Studi Linguistik Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
OLEH
Endang SundariNPM 6705030134
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYAUNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK2008
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
2/147
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah diujikan pada hari Kamis, tanggal 24 Juli 2008, pukul 09.00 WIB,
dengan susunan tim penguji sebagai berikut.
1. Umar Muslim, Ph. D (Ketua Penguji) …………….....................................................
2. Prof. Dr. Rahayu S. Hidayat (Pembimbing 1 /Anggota Penguji) …………………..
3. Diding Fachrudin, MA (Pembimbing 2/Anggota Penguji) ………………………….
4. Dr. Sisilia S. Halimi (Anggota penguji) ……………………………………………….
Depok, Juli 2008
Disahkan oleh:
Ketua Program Studi Linguistik Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Pascasarjana FIB UI Universitas Indonesia
M. Umar Muslim, Ph. D Dr. Bambang Wibawarta
NIP. 131965937 NIP. 131882265
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
3/147
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya naikkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih.
Akhirnya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat untuk menyelesaikan
program S2 Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana Universitas
Indonesia.
Tesis ini merupakan usaha untuk menghasilkan suatu silabus yang dapat
mempersiapkan siswa SMK menggunakan bahasa Inggris untuk tujuan profesi. Saya
tertarik untuk memilih topik ini karena melihat peluang kerja yang tidak dapat diisi oleh
lulusan SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen karena bahasa Inggris mereka
dinilai kurang.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat tulus
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada ibu Prof. Dr. Rahayu Hidayat, selaku
pembimbing pertama dan bapak Diding Fachrudin, MA, selaku pembimbing kedua
saya. Meskipun beliau dalam keadaan yang sangat sibuk, namun masih memberikan
waktunya untuk bimbingan tesis. Terutama, di saat keputusasaan melanda, beliau
memompa semangat agar saya tetap bertahan sehingga mampu menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga ingin saya sampaikan kepada:
(1) Bapak Umar Muslim, Ph. D dan Dr. Sisilia S. Halimi yang telah memberikan
masukan serta saran untuk perbaikan tesis ini.
(2) Bapak Drs. H. Margani M. Mustar, M.Sc, kepala dinas Pendidikan Menengah
dan Tinggi (Dikmenti) DKI Jakarta yang telah memberikan beasiswa selama
empat semester untuk pendidikan di tingkat magister ini.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
4/147
iii
(3) Bapak Drs. Ratiyono, M.Si, kepala Subdistendik dinas Dikmenti DKI Jakarta
dan stafnya yang telah mengurus keperluan saya dalam mengikuti studi di
tingkat magister ini.
(4) Bapak Drs. Waluyo Hadi, kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N)
6 Jakarta yang telah memberikan ijin belajar selama dua tahun dan berbagai
kemudahan lainnya.
(5) Semua rekan guru bahasa Inggris SMK N 6 Jakarta yang dengan ikhlas telah
menanggung beban yang seharusnya saya pikul selama saya studi. Tak lupa
pula rekan-rekan guru komputer dan staf Tata Usaha (TU) yang telah banyaksaya ganggu untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam pengetikan
tesis ini serta rekan guru lainnya yang dengan penuh perhatian membesarkan
hati saya disaat keputusasaan datang.
Akhirnya, pernyataan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan penuh kasih
sayang saya tujukan kepada keluarga tercinta, papi Harun, suami saya, yang selama
saya studi menjadi terabaikan, terutama ketiga buah hati saya: Gesit, Bintang, dan si
bungsu Vesia yang lahir di awal studi saya, yang merasa kehilangan. Terima kasih
untuk doa, pengertian, dan semangat yang diberikan. Kepada orang tua dan sanak
saudara saya juga saya sampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas doa yang
senantiasa mengalir untuk kelancaran studi saya.
Harapan saya kiranya semua pihak yang telah mendorong saya menyelesaikan tesis
ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Murah.
Cibinong, 24 Juli 2008
Endang Sundari
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
5/147
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
ABSTRAK ...............................................................................................................viii
ABSTRACT ..............................................................................................................ix
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ................................................................... 8
1.3 Cakupan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
1.5 Kemaknawian Penelitian ........................................................................11
BAB 2 KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN
2.1 English for Specific Purposes (ESP) ....................................................... 12
2.1.1 Konsep Dasar English for Specific Purposes (ESP) ...................... 13
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
6/147
v
2.1.2 Klasifikasi English for Specific Purposes (ESP) ............................ 20
2.2 Prinsip dalam Perancangan Silabus English for Occupational Purposes
(EOP)
2.2.1 Pengertian Silabus .......................................................................... 25
2.2.2 Silabus Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ........ 31
2.2.3 Materi Pembelajaran English for Occupational Purposes
(EOP) .............................................................................................. 34
2.2.4 Analisis Kebutuhan ........................................................................ 37
2.3 Metodologi Penelitian ............................................................................... 482.3.1 Metode Penelitian Survei ................................................................. 48
2.3.1.1 Teknik Pengumpulan Data....................................................48
2.3.1.2 Teknik Analisis Data............................................................. 52
2.3.2 Metode Penelitian Kasus ................................................................... 52
2.3.2.1 Teknik Pengumpulan Data....................................................52
2.3.2.2 Teknik Analisis Data ............................................................58
2.4 Rangkuman................................................................................................. 59
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
7/147
vi
BAB 3 SITUASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 6 JAKARTA
3.1 Visi Sekolah ............................................................................................ 60
3.2 Misi Sekolah ............................................................................................ 62
3.3 Kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) 6
Jakarta ......................................................................................................63
3.4 Silabus Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMK N) 6 Jakarta ................................................................................... 703.5 Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) 6 Jakarta ............. 81
3.6 Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMK N) 6 Jakarta ................................................................................... 83
3.7 Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMK N) 6 Jakarta ....................................................................... 86
BAB 4 ANALISIS KEBUTUHAN DAN SILABUS ENGLISH FOR
OCCUPATIONAL (EOP)
4.1 Analisis Kebutuhan ................................................................................. 90
4.1.1 Kebutuhan Pemerintah Akan Bahasa Inggris .......................................90
4.1.2 Kebutuhan Institusi/Sekolah Akan Bahasa Inggris...............................91
4.1.3 Kebutuhan Siswa Akan Bahasa Inggris ............................................... 91
4.1.3.1 Keadaan Pemelajar ..................................................................92
4.1.3.2 Tingkat Kemampuan Bahasa Inggris Pemelajar ..................... 94
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
8/147
vii
4.1.3.3 Minat Pemelajar Terhadap Bahasa Inggris ............................. 95
4.1.3.4 Gaya Belajar Pemelajar ......................................................... 100
4.1.3.5 Sikap Pemelajar Terhadap Bahasa Inggris ............................ 106
4.1.3.6 Tujuan dan Harapan Pemelajar Terhadap Bahasa
Inggris .................................................................................... 109
4.1.4 Kebutuhan Dunia Kerja Akan Bahasa Inggris ...................................111
4.2 Silabus EOP untuk siswa kelas X SMK N 6 Jakarta ....................................114
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan................................................................................................. 1235.2 Saran....................................................................................................... 125
DAFTAR ACUAN ..................................................................................................126
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
9/147
x
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 2.1 Klasifikasi ESP (Dudley-Evans dan St. John, 1998) ………………21
Diagram 2.2 Klasifikasi ESP (Hutchinson dan Waters, 1987) …………………..23
Diagram 2.3 Klasifikasi ESP (Robinson, 1991) …………………………………24
Diagram 2.4 Kerangka Konseptual ………………………………………………47
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
10/147
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Alumni SMK N 6 Jakarta Tahun 2000-2006.
2. Daftar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) 6 Jakarta
Tahun Pelajaran 2007/2008.
3. Kuesioner untuk Responden Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK N) 6 Jakarta.
4. Panduan Wawancara untuk Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMK N) 6 Jakarta.
5. Panduan Wawancara untuk Praktisi Dunia Kerja.6. Soal TOEIC Regional 2007.
7. Daftar Konversi ( Conversion Table ).
8. Skor TOEIC dan interpretasinya.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Ujian Nasional Bahasa Inggris Tahun Pelajaran 2006/2007.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
11/147
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Materi Pembelajaran EOP …………………………………………. 36
Tabel 2.2 Responden Kelas X ………………………………………………… 51
Tabel 2.3 Panduan Analisis Dokumen ………………………………………... 53
Tabel 2.4 Pelaksanaan Wawancara dengan Informan Guru ………………….. 54
Tabel 2.5 Pelaksanaan Wawancara dengan Informan Praktisi Dunia Kerja ….. 57Tabel 3.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris SMK … 66
Tabel 3.2 Siswa SMK N 6 Jakarta …………………………………………….. 82
Tabel 4.1 Usia Pemelajar Kelas X …………………………………………….. 92
Tabel 4.2 Lamanya Pemelajar Kelas X Belajar Bahasa Inggris ……………..... 93
Tabel 4.3 Bahasa Sehari-hari yang Digunakan Pemelajar Kelas X di Rumah … 94
Tabel 4.4 Perolehan Skor TOEIC Pemelajar Kelas X ………………………..... 95
Tabel 4.5 Mengerjakan Tugas atau Pekerjaan Rumah Bahasa Inggris Tepat
Waktu ……………………………………………………………....... 96
Tabel 4.6 Mengikuti Kursus, Kegiatan, dan Lomba Bahasa Inggris …………... 97
Tabel 4.7 Mendengarkan Lagu, Cerita, dan Film Berbahasa Inggris ………….. 98
Tabel 4.8 Membaca Buku, Koran, Majalah, dan Artikel Berbahasa Inggris …... 99
Tabel 4.9 Berbahasa Inggris dengan Teman, Guru, dan Orang Lain yang
Senang Berbahasa Inggris ………………………………………….. 100
Tabel 4.10 Materi Pembelajaran Bahasa Inggris Teoretis …………………….. 101
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
12/147
xiii
Tabel 4.11 Materi Pembelajaran Bahasa Inggris Praktis ………………………… 102
Tabel 4.12 Guru Lebih Banyak Ceramah ………………………………………... 103
Tabel 4.13 Pemelajar Lebih Banyak Beraktivitas ……………………………….. 104
Tabel 4.14 Tugas Dikerjakan Secara Perorangan ………………………………... 105
Tabel 4.15 Tugas dikerjakan Secara Kelompok ………………………………..... 106
Tabel 4.16 Bahasa Inggris Sangat Penting untuk Dipelajari …………………….. 106
Tabel 4.17 Kemampuan Berbahasa Inggris Merupakan Syarat Utama Bekerja
di Perusahaan ……………………………………………………….... 107
Tabel 4.18 Bahasa Inggris Perlu Diajarkan Sejak Taman Kanak-kanak ………..... 108Tabel 4.19 Alasan Pemelajar Memilih Belajar di SMK ………………………...... 109
Tabel 4.20 Yang Ingin Dipelajari di SMK ……………………………………...... 110
Tabel 4.21 Yang Dilakukan Setelah Lulus ……………………………………...... 110
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
13/147
viii
ABSTRAK
Pembelajaran bahasa Inggris di SMK bidang keahlian bisnis dan manajemendimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang siap mengisi kesempatan bekerja. Olehkarena itu pembelajaran bahasa Inggris berorientasi ke dunia kerja.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) 6Jakarta, Jl. Prof Joko Sutono, SH nomor 2 A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan lima
perusahaan di sekitar lokasi sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakanlsilabus bahasa Inggris untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) bidang keahlian bisnisdan manajemen yang dapat mempersiapkan lulusannya siap bekerja, yang dinamakansilabus English for Occupational Purposes (EOP).
Untuk menciptakan silabus EOP ini dilakukan penelitian survei dengan
menyebarkan kuesioner dan pengetesan, serta penelitian kasus dengan mengadakananalisis dokumen yang terkait dan wawancara. Kuesioner dan pengetesan dilakukanterhadap responden siswa SMK N 6 Jakarta kelas X. Analisis dokumen dilakukanterhadap Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun2003 tentang sistem pendidikan nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), dan silabus bahasa Inggris SMK N 6 Jakarta. Wawancara dilakukan denganguru, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, dan praktisi dunia kerja.
Data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dan pengetesan dianalisis secarakuantitatif, sedangkan data yang diperoleh dari analisis dokumen dan wawancaradianalisis secara kualitatif. Ada dua hasil utama dari tesis ini: (1) daftar kompetensi
bahasa Inggris yang berguna di dunia kerja dan (2) silabus EOP. Daftar kompetensi ini
dimaksudkan untuk kelas X. Namun, daftar itu juga dapat diberlakukan untuk kelas XIdan XII dengan kedalaman yang berbeda.Di samping dua hasil utama yang diperoleh, penelitian ini menghasilkan dua
temuan, yakni (1) kelemahan dalam pembelajaran bahasa Inggris dan (2) kesamaankebutuhan dari pihak yang terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris. Kelemahan
pembelajaran itu terdapat dalam KTSP, silabus, guru, dan siswa. Untuk kebutuhan yangdipandang sama yaitu dalam hal orientasi pembelajaran bahasa Inggris yang mengarah
pada tujuan kerja.Temuan ini mengindikasikan bahwa silabus EOP sesuai untuk SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen. Pembelajaran bahasa Inggris dengan silabusEOP dengan enam kompetensi dasar yang telah dirumuskan diharapkan dapatmempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
14/147
ix
ABSTRACT
The aim of English learning at Senior Vocational High School/SMK business andmanagement program is to produce the SMK graduates to be ready to fill the jobvacancies. So, orientation of the English learning program is occupational purposes.
The research was conducted at Government Senior Vocational High School/SMK N 6 Jakarta, Jl. Prof. Joko Sutono, SH, No.2A, Kebayoran Baru, South Jakarta and fivecompanies around SMK N 6 Jakarta. The aims of the research are to identify usefulcompetencies in working places and to create English for occupational Purposes (EOP)syllabus for SMK of business and management program, especially SMK N 6 Jakarta.The EOP syllabus was designed for preparing the SMK N 6 Jakarta graduates to fill jobvacancies.
The writer held survey and case research by using research instruments such asquestionnaires, English proficiency test, documents analysis, and interview. Thequestionnaires and English proficiency test were given to SMK N 6 Jakarta students ofgrade X. Documents analysis were for analyzing Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) number 20, 2003, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)SMK N 6 Jakarta, and English syllabus of SMK N 6 Jakarta. The interview wasconducted for teachers, vice headmaster, headmaster, and practitioners of working
places.Data gained from questionnaires and English proficiency test were analyzed
quantitatively, while data of documents analysis and interview were analyzedqualitatively. There were two main results of the research, they are (1) list of usefulcompetencies in working places and (2) EOP syllabus.
Besides the main results, the research had findings (1) weaknesses in learningEnglish and (2) the same needs in learning English among stakeholders. Their sameneeds is English learning to prepare students in filling job vacancies. It means that EOPsyllabus is suitable for SMK business and management program.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
15/147
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan formal
kejuruan yang mempersiapkan lulusannya untuk bekerja (Undang-undang
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3 penjelasan pasal 15). Oleh
karena itu, setelah menyelesaikan pendidikan mereka segera bekerja walaupun
ada sebagian yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni ke
akademi ataupun perguruan tinggi. Kenyataan yang ditemui peneliti ini di
lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya lulusan SMK bekerja di berbagai
perusahaan lokal dan asing.
Di Jakarta, terdapat delapan jenis SMK: (1) sekolah menengah kejuruan
bidang keahlian bisnis dan manajemen, (2) sekolah menengah kejuruan bidang
keahlian teknologi dan informasi, (3) sekolah menengah kejuruan bidang keahlian
pariwisata, (4) sekolah menengah kejuruan bidang keahlian kerajinan dan seni, (5)
sekolah menengah kejuruan bidang keahlian pekerjaan sosial, (6) sekolah
menengah kejuruan bidang keahlian farmasi, (7) sekolah menengah kejuruan
bidang keahlian kelautan, dan (8) sekolah menengah kejuruan bidang keahlian
grafika. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ini adalah SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen.
Untuk mempersiapkan lulusannya bekerja SMK bidang keahlian bisnis dan
manajemen memberikan pembekalan berupa berbagai mata pelajaran dan praktik
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
16/147
2
kerja lapangan (PKL) di industri selama kurang lebih tiga bulan. Mata pelajaran
yang diajarkan di SMK kelompok bisnis dan manajemen dikelompokkan ke
dalam tiga jenis, yakni kelompok normatif, adaptif, dan produktif. Mata pelajaran
kelompok normatif mengajarkan mata pelajaran yang mengandung norma dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi mata pelajaran Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani, Olah Raga
dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Mata pelajaran kelompok adaptif mengajarkan
mata pelajaran yang dapat membantu siswa menyesuaikan diri terlibat dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi Bahasa Inggris,
Matematika, Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi, Kewirausahaan,
Ilmu Pengetahuan Alam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran kelompok
produktif atau kejuruan mengajarkan berbagai keterampilan yang disesuaikan
dengan masing-masing program keahlian (administrasi perkantoran, akuntansi,
dan penjualan), misalnya surat-menyurat, perpajakan, dan pemasaran. Mata
pelajaran kelompok produktif merupakan yang paling erat kaitannya dengan dunia
kerja karena mata pelajaran ini mengajarkan berbagai macam keterampilan yang
terdapat di dunia kerja. Seperti pada kelompok mata pelajaran produktif, peneliti
ini berpendapat bahwa mata pelajaran bahasa Inggris untuk SMK walaupun
termasuk kelompok adaptif, kompetensi yang terkandung di dalamnya harus
bersifat produktif karena bahasa Inggris ini menjadi sarana penting dalammelakukan berbagai aktivitas produktif di dunia kerja, seperti menangani tamu,
dan memberikan informasi.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
17/147
3
Seperti diuraikan di atas, sebagian besar lulusan SMK bekerja setelah
menyelesaikan pendidikannya. Peneliti ini tertarik meneliti pemakaian bahasa
Inggris yang ada di lingkungan kerja karyawan lulusan SMK bidang keahlian
bisnis dan manajemen. Berdasarkan pengamatan peneliti ini menarik kesimpulan
bahwa bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawab karyawan lulusan SMK
bidang keahlian bisnis dan manajemen tidak banyak melibatkan pemakaian
bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis. Dari penelusuran alumni SMK N
6 Jakarta yang berhasil didokumentasikan tahun 2001 hingga 2008 terungkap
sebagian besar alumni bekerja pada bagian yang tidak melibatkan pemakaian
bahasa Inggris, seperti pekerjaan di bagian administrasi, keuangan, dan
pemasaran. Selain itu, survei di beberapa perusahaan tempat alumni bekerja dan
tempat siswa melaksanakan PKL juga menunjukkan keadaan yang sama.
Kemungkinan, yang menjadi penyebabnya adalah (1) ruang lingkup pekerjaan
tidak membutuhkan pemakaian bahasa Inggris dan (2) kemampuan berbahasa
Inggris karyawan lulusan SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen tidak
memadai untuk menangani pekerjaan tersebut.
Berikut ini diuraikan penyebab pertama, yakni jenis pekerjaan yang tidak
membutuhkan pemakaian bahasa Inggris. Kondisi ini terjadi di perusahaan lokal
dan perusahaan asing. Di perusahaan lokal yang tidak memiliki hubungan dengan
luar negeri ataupun orang asing dapat dikatakan sangat sedikit bahkan tidak ada pemakaian bahasa Inggris dalam pekerjaan sehari-hari. Untuk perusahaan asing
yang memiliki hubungan dengan luar negeri ataupun orang asing, bahasa Inggris
dipakai dengan efektif untuk menangani berbagai macam pekerjaan. Namun, jenis
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
18/147
4
pekerjaan ini biasanya diisi oleh karyawan minimal lulusan D3, bukan lulusan
SMK. Di perusahaan asing, karyawan lulusan SMK itu belum mendapatkan
jabatan tinggi, sehingga pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tersebut tidak
melibatkan pemakaian bahasa Inggris.
Penyebab kedua, kemampuan berbahasa Inggris karyawan lulusan SMK
kelompok bisnis dan manajemen tidak memadai untuk menangani pekerjaan yang
ada. Di perusahaan yang memiliki hubungan dengan luar negeri atau orang asing,
bahasa Inggris menjadi sarana mutlak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari.
Karena ketidakmampuan berbahasa Inggris, karyawan lulusan SMK kelompok
bisnis dan manajemen tidak dapat menduduki jabatan yang ditawarkan. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk dapat merebut kesempatan bekerja, siswa SMK
kelompok bisnis dan manajemen harus mampu berbahasa Inggris. Keterbatasan
kemampuan tersebut akan menjadi hambatan dalam bersaing.
Selanjutnya, peneliti ini menduga ada kelemahan dalam pembelajaran bahasa
Inggris di SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen tersebut. Oleh karena itu,
perlu diadakan penelitian mengenai pembelajaran bahasa Inggris yang dapat
membekali siswa SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen agar dapat mengisi
kesempatan bekerja.
Dalam penulisan tesis, peneliti ini menggunakan istilah pembelajaran dan
pengajaran sesuai dengan maknanya. Makna keduanya diambil dari Kamus BesarBahasa Indonesia (KBBI), 2005. Dalam kamus tersebut, pembelajaran diartikan
“proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Ini
mengandung pengertian bahwa ada dua pihak yang terlibat secara aktif, yakni
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
19/147
5
guru dan siswa. Aktivitas guru meliputi persiapan membuat program pengajaran
hingga upaya memperbaiki kelemahan siswa dalam belajar. Jadi aktivitas
berlangsung dua arah, yakni dari guru ke siswa dan sebaliknya dari siswa ke guru.
Untuk pengajaran diartikan “proses, cara, perbuatan mengajarkan”. Definisi ini
mengandung pengertian bahwa kegiatan berlangsung satu arah. Pihak yang aktif
adalah guru terkait dengan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada
siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan
padanan arti dari bahasa Inggris learning , sedangkan pengajaran padanan dari
teaching.
Penelitian ini dilakukan terhadap SMK Negeri (SMK N) 6 Jakarta yang
merupakan satu dari SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen. Di SMKN 6
Jakarta ada tiga kelas/tingkat, yakni kelas X (sepuluh), XI (sebelas), dan XII (dua
belas). Secara khusus, penelitian ini dilakukan terhadap kelas X (sepuluh). Peneliti
ini berpendapat bahwa mata pelajaran bahasa Inggris sejak kelas X harus sudah
berorientasi ke dunia kerja karena dua alasan: (1) waktu belajar di SMK
berlangsung hanya tiga tahun dan (2) siswa yang masuk ke SMK sudah memiliki
kemampuan bahasa Inggris dasar, sehingga pembelajaran bahasa Inggris di SMK
tidak lagi dimulai dari pengetahuan dasar, tetapi dilanjutkan ke keterampilan yang
lebih maju.
Peneliti ini menilai silabus bahasa Inggris SMK bidang keahlian bisnis danmanajemen yang dikembangkan dari kurikulum SMK yang dikenal dengan
sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum berorientasi ke
dunia kerja. Oleh karena itu, peneliti ini ingin menghasilkan silabus yang
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
20/147
6
memiliki kaitan erat dengan persiapan memasuki dunia kerja yang didasarkan
pada hasil penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Sesuai dengan uraian
di atas, model silabus yang akan dihasilkan ini ditujukan untuk kelas X.
Istilah KTSP dalam penelitian ini diacu dari Bahan Bimbingan Teknis
Penyusunan KTSP dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan, 2006. Dalam
Bimbingan Teknis tersebut dinyatakan KTSP adalah “kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Dengan
demikian, setiap sekolah membuat kurikulumnya sendiri sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
Silabus yang dihasilkan dalam penelitian ini berorientasi ke dunia kerja. Oleh
karena itu, peneliti ini menyebutnya silabus bahasa Inggris untuk tujuan kerja
atau profesi. Untuk memahami istilah silabus peneliti ini mengacu pada definisi
yang dinyatakan dalam Bimbingan Teknis di atas yang berbunyi: “ silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”. Untuk
memudahkan pemahaman, peneliti ini menyebut pembelajaran dan silabus yang
terkait dengan tujuan kerja dengan istilah pembelajaran EOP dan silabus EOP.
Istilah EOP ( English for Occupational Purposes ) ini diacu dari gagasanDudley-Evans dan St. John (1998). Menurut Dudley-Evans dan St John (1998),
EOP adalah bahasa Inggris yang diajarkan untuk tujuan pekerjaan. EOP
merupakan salah satu cabang dari ESP ( English for Specific Purposes ). Cabang
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
21/147
7
lainnya dari ESP adalah EAP ( English for Academic Purposes ), yakni bahasa
Inggris yang diajarkan untuk tujuan akademis.
Penelitian terdahulu mengenai silabus EOP telah dilakukan oleh Djuwari
(1997), dan Sudarto (1999). Untuk menyusun silabus EOP bagi mahasiswa
jurusan ekonomi, Djuwari (1997) mengadakan penelitian dengan melakukan
analisis kebutuhan. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner,
mengadakan wawancara, dan survei. Sumber data dalam penelitiannya itu ialah
mahasiswa, dosen, pembantu rektor, dan rektor di STIE Perbanas Surabaya. Hasil
penelitiannya adalah silabus EOP untuk semester dua dengan penekanan pada
fungsi bahasa ( language function ) yang terbagi atas keterampilan lisan dan
tertulis.
Berbeda dengan Djuwari (1997), Sudarto (1999) melakukan penelitian dalam
merancang silabus EOP untuk akademi sekretaris di Jakarta yang sudah memiliki
silabus tertentu. Menurut Sudarto (1999), walaupun sudah ada silabus bahasa
Inggris baku tetap perlu diadakan perbaikan karena bahasa Inggris mengalami
perkembangan. Hasil penelitian Sudarto (1999) adalah rancangan silabus EOP
untuk akademi sekretaris semester satu hingga semester enam.
Selain Djuwari (1997) dan Sudarto (1999), peneliti lain yang
mengembangkan analisis kebutuhan yaitu Kusni (2004). Ia melakukan analisis
kebutuhan untuk mengadakan reformulasi perancangan program ESP di perguruan tinggi. Penelitian Kusni (2004) menghasilkan sebuah model
perancangan yang disebut sebagai Model Kolaborasi Kolektif (MKK), yakni
suatu proses perancangan program ESP yang dilakukan secara bersama oleh
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
22/147
8
semua pihak yang berkepentingan dalam suatu forum diskusi, seminar, lokakarya,
dan sebagainya di bawah koordinasi pimpinan Program Studi (PS) dan fakultas.
Pada intinya ketiga peneliti di atas melakukan analisis kebutuhan sebagai
dasar dalam merancang suatu program bahasa Inggris untuk tujuan khusus (ESP)
baik EAP maupun EOP. Peneliti ini akan melakukan hal yang sama dengan ketiga
peneliti di atas, tetapi untuk tingkat SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen.
Melalui model silabus EOP siswa diharapkan mendapatkan pembelajaran bahasa
Inggris yang benar-benar mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, masalah utama penelitian ini adalah bahasa
Inggris seperti apa yang dibutuhkan di dunia kerja.
Masalah utama di atas dapat dijabarkan menjadi dua pertanyaan penelitian
berikut ini.
(1) Kompetensi bahasa Inggris seperti apa yang dibutuhkan siswa kelas X
SMK N 6 Jakarta?
(2) Silabus EOP seperti apa yang sesuai untuk siswa kelas X SMK N 6
Jakarta?
1.3 Cakupan Penelitian
Penelitian ini berbentuk studi kasus yang akan dilaksanakan di SMK N 6 Jakarta,
Sekolah ini dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang sedang merintis
sebagai sekolah bertaraf international (SBI). Sebagai SBI, seharusnya SMK N 6
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
23/147
9
Jakarta memiliki silabus bahasa Inggris yang mempersiapkan siswanya memasuki
dunia kerja, sehingga akan meningkatkan persentase keterserapan lulusan oleh
dunia kerja. Peningkatan persentasi ini berpengaruh terhadap meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap SMK N 6 Jakarta.
Secara khusus, penelitian ini dilakukan terhadap kelas X. Peneliti ini
berpendapat bahwa silabus EOP diterapkan mulai kelas X. Pertimbangannya
adalah secara teori siswa SMK belajar selama tiga tahun. Pratiknya, mereka
belajar di SMK selama dua setengah tahun. Berkurangnya waktu belajar ini
disebabkan siswa harus melaksanakan PKL paling sedikit tiga bulan ketika
mereka kelas XI dan proses pembelajaran efektif berakhir pada bulan Februari,
untuk memberi kesempatan kepada siswa menyelesaikan karya tulisnya di saat
kelas XII dan aktifitas lainnya untuk menyongsong ujian nasional (UN).
Secara teoretis, seperti yang diungkapkan oleh Dudley-Evans dan St John
(1998), English for Specific Purposes (ESP) dibagi menjadi dua, yaitu English for
Academic Purposes (EAP) dan English for Occupational Purposes (EOP). EAP
adalah bahasa Inggris yang diajarkan untuk tujuan akademis, sedangkan EOP
adalah bahasa Inggris yang diajarkan untuk tujuan bekerja. Dalam penelitian ini,
materi penelitian dibatasi pada EOP yang disesuaikan dengan konteks SMK N 6
Jakarta. Pemilihan ini didasari oleh kenyataan bahwa lulusan SMK akan segera
bekerja setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.Menurut Dudley-Evans dan St John (1998), ada lima tahap yang perlu
dilakukan dalam menyusun suatu program ESP (EAP dan EOP) , yaitu (1) analisis
kebutuhan, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) pemilihan dan penyusunan materi
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
24/147
10
pembelajaran, (4) pelaksanaan pembelajaran, dan (5) evaluasi. Kelima tahapan itu
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu jalinan yang saling terkait. Mengingat
keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti ini, maka peneliti ini hanya mengambil
tahapan yang pertama, yakni analisis kebutuhan. Hal ini berarti membuka
kesempatan peneliti lain yang memiliki minat yang sama untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya.
Tahapan di atas oleh Graves (2000) dirangkum dalam satu kegiatan yang
disebut analisis kebutuhan. Graves (2000), membagi kebutuhan menjadi dua,
yakni informasi masa kini dan informasi masa depan. Informasi masa kini terdiri
dari (1) informasi tentang diri pemelajar, (2) tingkat kemampuan bahasa Inggris
pemelajar, (3) minat pemelajar, (4) gaya belajar pemelajar, dan (5) sikap
pemelajar tehadap bahasa Inggris. Informasi masa depan terdiri dari (1) tujuan dan
harapan pemelajar dalam mempelajari bahasa Inggris dan (2) keterampilan
komunikatif yang dibutuhkan. Graves (2000) menyatakan bahwa dalam
melaksanakan analisis kebutuhan bisa saja tidak semua aspek tersebut dianalisis
tetapi beberapa aspek yang memiliki keterkaitan erat dengan konteks yang
dimaksud.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan orientasi pendidikan kejuruan yakni menghasilkan lulusan yangsiap mengadapi dunia kerja diperlukan suatu silabus yang mendukung tujuan itu.
Untuk itu, peneliti ini mengadakan penelitian tentang silabus, khususnya silabus
bahasa Inggris yang dapat mempersiapkan lulusan SMK siap bekerja. Tujuan
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
25/147
11
penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi kompetensi bahasa Inggris yang sesuai
dengan kebutuhan siswa SMK N 6 Jakarta dan (2) merancang silabus EOP untuk
siswa kelas X SMK N 6 Jakarta.
1.5 Kemaknawian Penelitian
Secara teoretis, hasil penelitian ini memberikan sumbangan kepada
pengembangan linguistik terapan pada pengajaran bahasa khususnya perancangan
silabus. Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan berbagai masukan bagi
guru bahasa Inggris SMK N 6 Jakarta dan lainnya dalam upaya mempersiapkan
program pengajaran bahasa Inggris yang berbasis dunia kerja. Selain itu, hasil
penelitian ini juga memberikan masukan kepada para stakeholders atau pemangku
kepentingan di SMK N 6 Jakarta dan para pengembang silabus.
Masalah silabus EOP penting diteliti karena silabus EOP merupakan silabus
yang efektif dalam mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Di dunia kerja
karyawan yang tidak mampu memahami dan menanggapi informasi dalam bahasa
Inggris akan kalah bersaing dengan yang mampu. Dengan demikian, melalui
pembelajaran bahasa Inggris yang menggunakan silabus EOP siswa akan
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sehingga meraih kesempatan
bekerja yang lebih luas dan memperoleh penghidupan yang lebih baik.
Silabus EOP ini dihasilkan melalui sejumlah teori. Penjelasan secaraterperinci mengenai teori itu dapat dilihat pada bab selanjutnya.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
26/147
12
BAB 2
KERANGKA TEORETIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tiga bahasan (1) bahasa Inggris untuk tujuan khusus
( English for Specific Purposes/ ESP): konsep dasar dan klasifikasi (2) penyusunan
silabus EOP: analisis kebutuhan, materi pembelajaran EOP, dan silabus EOP, dan
(3) metodologi penelitian. Pada bagian metodologi penelitian diuraikan metode
yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yang terdiri atas (1) metode
penelitian survei dan pengetesan dan (2) metode penelitian kasus.
2.1 English for Specific Purposes (ESP)
Menurut Dubin dan Olshtain (1986), status pengajaran bahasa Inggris
dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu bahasa Inggris yang diajarkan sebagai
bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing. Bahasa Inggris sebagai bahasa
pertama diajarkan di negara yang penduduknya berbahasa Inggris, seperti Inggris,
Amerika, dan Australia. Bahasa Inggris ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari
masyarakat itu.
Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, yakni bahasa Inggris bukan sebagai
bahasa nasional dan bahasa resmi; bahasa Inggris dipakai karena adanya faktorsejarah: bekas negara jajahan, alasan sosial dan ekonomi, misalnya di Israel,
Kenya, Ethiopia, Malaysia, dan lain-lain. Di negara-negara tersebut bahasa Inggris
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
27/147
13
dipakai sebagai media pembelajaran di sekolah dan untuak berinteraksi dengan
lingkungan.
Bahasa Inggris sebagai bahasa asing, yakni pemakaian bahasa Inggris dalam
lingkup tertentu, misalnya untuk diajarkan di sekolah. Indonesia merupakan satu
dari negara yang menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, arah pembelajaran bahasa
Inggris untuk SMK berbeda dengan bahasa Inggris di sekolah menengah umum
(SMU). Arah pembelajaran bahasa Inggris di SMK disesuaikan dengan penjelasan
atas UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal
15 yang berbunyi, “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Dengan demikian, bahasa Inggris untuk SMK mengandung tujuan khusus.
Selanjutnya, peneliti ini membahas bahasa Inggris untuk tujuan khusus itu yang
disebut English for Specific Purposes (ESP).
2.1.1 Konsep Dasar ESP
Hutchinson dan Waters (1987) sependapat dengan Dudley-Evans dan St. John
(1998) berpendapat bahwa terdapat dua periode yang melahirkan ESP. Pertama,
berakhirnya perang dunia kedua yang berdampak pada kemajuan pesat bidang
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam skala internasional yangdidominasi oleh Amerika sehingga menjadikan bahasa Inggris menjadi bahasa
internasional. Kedua, krisis minyak pada tahun 1970-an yang berdampak pada
pemakaian bahasa Inggris yang semakin meluas ke negara-negara yang kaya
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
28/147
14
minyak. Sehubungan dengan hal ini muncul pemikiran untuk mengajarkan bahasa
Inggris sesuai dengan kebutuhan pemelajar.
Disamping itu, secara umum terjadi pergeseran fokus pengajaran bahasa
asing, dari fokus pendekatan dan metode ke fokus penggunaan bahasa untuk
komunikasi nyata, yang dipelopori oleh pencetus pendekatan komunikatif antara
lain Wilkins (1972, 1976) dan Munby (1978). Para ahli ini menyadari bahwa
pemelajar memiliki suatu kebutuhan khusus dalam mempelajari bahasa asing.
Maka dapat dikatakan bahwa ESP merupakan pengembangan dari pendekatan
komunikatif.
Hutchinson dan Waters (1987:21) menyatakan “ ESP is an approach to
language teaching which is aimed to meet the needs of particular learners ”.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa isi materi pengajaran adalah yang
betul-betul dibutuhkan pemelajar. Jadi, fokus utama pengajaran ESP adalah
keterampilan bahasa yang berkaitan dengan kebutuhan atau disiplin ilmu tertentu.
Hutchinson dan Waters (1987) berpendapat munculnya ESP berawal dari
jawaban atas pertanyaan why does the learner need to learn a foreign language ?
Jawaban atas pertanyaan itu akan berkisar pada siapa yang belajar, dan
keterampilan berbahasa apa yang diperlukan. Jawaban itulah yang berpengaruh
dalam merancang materi pembelajaran bahasa Inggris. Selanjutnya, gagasan
Hutchinson dan Waters (1987) ini dikembangkan oleh para ahli ESP lainnya. Olehkarena itu gagasan Hutchinson dan Waters ini dapat dipandang sebagai tonggak
berdirinya ESP. Gagasan Hutchinson dan Waters (1987) ini dapat diterapkan
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
29/147
15
untuk konteks SMK khususnya pernyataannya tentang materi atau pun
keterampilan bahasa yang diajarkan yang sesuai dengan kebutuhan.
Ahli ESP lain yang sejalan dengan Hutchinson dan Waters (1987) adalah
Strevens (1988). Strevens (1988) mendefinisikan ESP melalui dua
karakteristiknya, yakni karakteristik absolut dan karakteristik variabel. Berikut ini
penjelasannya.
Absolute characteristics :
(1) design to meet specified needs of the learners;
(2) related in content (that is in its themes and topics) to particular disciplines,
occupations and activities;
(3) centred on language appropriate to those activities in syntax, lexis, discourse,
semantics and so on, and analysis of the discourse;
(4) in contrast with ‘General English’
Variable characteristics:
(1) may be restricted as to the learning skills to be learned (for example reading
only);
(2) may not be taught according to any pre-ordained methodology.
Kedua karakteristik di atas dipahami sebagai berikut. Program ESP adalah
pengajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tertentu pemelajar yang berkaitan dengan disiplin ilmu dan pekerjaan tertentu sehingga program
pembelajarannya berbeda dari bahasa Inggris umum. Perbedaan dengan bahasa
Inggris umum ini nampak dalam disiplin ilmu dan pekerjaan tertentu pemelajar
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
30/147
16
yang berdampak pada penggunaan metodologi pengajaran. Selanjutnya, Strevens
(1988) menjelaskan bahwa program ESP dapat dipakai untuk mengembangkan
satu keterampilan bahasa tertentu saja, misalnya keterampilan membaca.
Pemahaman ESP menurut Strevens (1988) ini banyak dijumpai pada lembaga
kursus bahasa Inggris yang menawarkan kemahiran tertentu, misalnya bahasa
Inggris untuk bercakap-cakap.
Untuk SMK kedua karakteristik ini tidak dapat dilaksanakan dengan
sepenuhnya. Pembelajaran bahasa Inggris tidak dilaksanakan untuk disiplin ilmu
atau profesi tertentu. Yang ada pada SMK adalah kebutuhan tertentu. Namun,
kebutuhan tertentu siswa SMK berbeda dengan kebutuhan tertentu yang
dimaksud Strevens (1988). Kebutuhan tertentu siswa SMK adalah kebutuhan akan
kesiapan kerja. Oleh karena itu, teori ESP Strevens untuk konteks SMK adalah
program bahasa Inggris SMK untuk mempersiapkan siswa bekerja.
Berikutnya adalah gagasan Robinson (1991). Gagasannya masih sejalan
dengan Hutchinson dan Waters (1987) dan Strevens (1988). Ia juga menyatakan
bahwa ESP merupakan program yang dikembangkan dari analisis kebutuhan.
Pemahaman tentang ESP didasarkan pada dua kriteria dan tiga buah karakteristik.
Kedua buah kriteria itu ialah bahwa ESP merupakan normally goal directed , dan
bahwa pembelajaran ESP dikembangkan dari analisis kebutuhan.
Robinson (1991) juga melengkapi pemahaman ESP yang diketengahkanHutchinson dan Waters (1987) dan Strevens (1988) dengan menyebutkan ciri-ciri
ESP. Ciri-ciri tersebut ialah (1) limited time period , (2) adult , (3) homogeneous
classes. Maksud jangka waktu penyelenggaraan terbatas ialah waktu belajar yang
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
31/147
17
singkat tidak seperti pada konteks sekolah formal, misalnya waktu belajar untuk
SMK tiga tahun. Pengertian pemelajar dewasa mengacu kepada usia. Normalnya,
pemelajar ESP adalah pemelajar yang sudah bekerja. Bahasa Inggris yang
dipelajari diharapkan menunjang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Robinson (1991) beranggapan bahwa pembelajaran ESP akan lebih efektif
diajarkan dalam kelas yang pemelajarnya memiliki kebutuhan atau tujuan yang
sama. Dalam konteks SMK kebutuhan atau tujuan yang sama ini ialah
pembelajaran bahasa Inggris yang digunakan sebagai sarana melakukan aktifitas
di lingkungan kerja. Dengan kesamaan seperti ini proses pembelajaran bahasa
Inggris dapat berlangsung efektif.
Berikutnya diuraikan gagasan Dudley-Evans dan St John (1998). Mereka
mengembangkan gagasan Strevens (1988) mengenai karakteristik absolut dan
karakteristik variabel. Berbeda dari Srevens (1988), Dudley-Evans dan St John
(1998) mengurangi satu item pada karakteristik absolut, sehingga menjadi tiga
item dan menambahkan dua item untuk karakteristik variabel. Karakteristik
absolut Dudley-Evans dan St John (1998) adalah sebagai berikut.
Absolute characteristics:
(1) ESP is designed to meet specific needs of the learner;
(2) ESP makes use of the underlying methodology and activities of the disciplines
it serves;(3) ESP is centred on the language (grammar, lexis, register), skills, discourse
and genres appropriate to these activities.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
32/147
18
Pengertian ESP yang dikemukakan Dudley-Evans dan St John (1998) di atas
mengandung makna bahwa ESP dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus
pemelajar yang berkaitan dengan disiplin ilmu dan pekerjaan tertentu. Materi yang
dipelajari dalam ESP dipusatkan pada unsur bahasa (tata bahasa, leksis, dan
wacana), keterampilan bahasa sesuai dengan disiplin ilmu atau profesi tertentu.
Jadi, karakteristik absolut yang diketengahkan Strevens (1988) oleh Dudley-Evans
dan St John (1998) dikurangi bagian yang menyatakan bahwa ESP berbeda dari
bahasa Inggris umum. Dudley-Evans dan St John (1998) berpendapat bahwa
terdapat materi ESP yang tidak berbeda dengan materi dalam bahasa Inggris untuk
umum, misalnya tata bahasa. Untuk penambahan dua item dalam karakteristik
variabel dapat dijelaskan sebagai berikut.
Variable characteristics:
(1) ESP may b e to or designed for specific disciplines;
(2) ESP may use, in specific teaching situation, a different methodology from
that of general Englsih;
(3) ESP is likely to be designed for adult learners, either at tertiary level
institution or in a professional work situation. It could, however, be used
for learners at secondary level;
(4) ESP is generally designed for intermediate or advance students. Most ESP
courses assume basic knowledge of the language system, but it can beused with beginners.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
33/147
19
Pemahaman karakteristik variabel yang diuraikan Dudley-Evans dan St. John
(1998) di atas yaitu ESP dirancang untuk pemelajar yang sudah maju.
Pembelajaran ESP dilaksanakan untuk pemelajar yang sudah menguasai tata
bahasa, tetapi dapat juga untuk pemelajar pemula.
Dalam karakteristik Variabel, Dudley-Evans dan St John (1998)
mempersoalkan keadaan pemelajar. Mereka membedakan antara pemelajar yang
belum dewasa dengan pemelajar dewasa dan pemelajar yang sudah maju dengan
pemelajar pemula. Hutchinson dan Waters (1987), Strevens (1988), dan Robinson
(1991) membatasi definisi ESP, yakni ditujukan kepada pemelajar dewasa, tetapi
Dudley-Evans dan St John (1998) menambahkan bahwa ESP dapat juga untuk
pemelajar yang belum dewasa. Selain masalah dewasa dalam pengertian usia,
Dudley-Evans dan St John menambahkan bahwa program ESP bukan untuk
pemelajar yang sudah maju atau sudah memiliki pengetahuan bahasa yang tinggi
saja tetapi juga untuk pemelajar pemula, yakni pemelajar yang belum memiliki
pengetahuan bahasa yang tinggi.
Peneliti ini memiliki pandangan bahwa ESP tidak saja dikhususkan untuk
pemelajar dewasa dan sudah memiliki pengetahuan kebahasaan yang maju tetapi
dapat diterapkan bagi pemelajar yang belum dewasa, misalnya siswa SMK. Sesuai
dengan orientasi pendidikan kejuruan, dapat dikatakan bahwa siswa SMK ini
memiliki kebutuhan khusus dalam mempelajari bahasa Inggris. Kebutuhankhususnya ini adalah menggunakan bahasa Inggris di lingkungan kerja sebagai
tenaga kerja tingkat menengah. Maka bahasa Inggris yang diajarkan harus bersifat
khusus pula, yakni yang berhubungan dengan dunia kerja. Mengingat kebutuhan
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
34/147
20
khusus ini maka pengajaran ESP dapat diberlakukan untuk pemelajar yang belum
dewasa seperti siswa SMK.
Menyimak uraian para ahli ESP di atas, peneliti ini menjadikan karakteristik
absolut butir kesatu dan karakteristik variabel butir ketiga dan keempat yang
dipaparkan Dudley-Evans dan St John (1998) sebagai landasan berpikir karena
dapat diterapkan dalam konteks SMK.
2.1.2 Klasifikasi ESP
Seperti dijelaskan di atas pemahaman ESP untuk landasan berpikir selanjutnya
diambil dari gagasan Dudley-Evans dan St John (1998). Mereka sependapat
dengan Hutchinson dan Waters (1987) menyatakan bahwa ESP diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu English for Academic Purposes (EAP) dan English for Specific
Purposes (EOP). EAP adalah bahasa Inggris yang diajarkan kepada mahasiswa
untuk tujuan akademik atau memahami bidang studi tertentu, seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, kedokteran, dan Ekonomi, sedangkan EOP adalah
bahasa Inggris yang diajarkan kepada mahasiswa untuk tujuan
pekerjaan/mendukung profesi dan kejuruan. Contoh yang lebih kongkrit adalah
bahasa Inggris yang diajarkan untuk memahami teks atau literatur tentang
kedokteran, digolongkan ke dalam EAP, sedangkan bahasa Inggris yang diajarkan
untuk dokter digolongkan EOP. Di dalam EOP itu sendiri dibagi menjadi dua,yakni English for Professional Purposes (EPP ) dan English for Vocational
Purposes (EVP) yang masing-masing memiliki subbagian lagi. Bahasa Inggris
yang diajarkan untuk menjalankan profesi dokter, misalnya untuk berkomunikasi
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
35/147
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
36/147
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
37/147
23
Diagram 2.2:
Klasifikasi ESP (Hutchinson dan Waters, 1987)
Selanjutnya, Robinson (1991) membagi ESP menjadi dua macam, yaitu (1)
English for Occupational Purposes (EOP), yang terdiri dari pre-experience,
simultaneous/in service, dan post experience dan (2) English for Educational
Purposes (EEP)/ English for Academic Purposes (EAP), yang terdiri dari English
for study in a specific discipline , dan English as a school subject . Pembagian ESP
Robinson (1991) ini lebih dapat menampung pembelajaran bahasa Inggris di SMK
ESP
English for AcademicPurposes (EAP)
English forScience andTechnology (EST)
English for BusinessAnd Economics(EBE)
English for SocialSciences (ESS)
English for OccupationalPurposes (EOP)
English for AcademicPurposes (EAP)
English for MedicalStudies
English for Technician
English for Economics
English for OccupationalPurposes (EOP)
English for AcademicPurposes (EAP)
English for OccupationalPurposes (EOP)
English for Secretaries
English forPsychology
English for Teaching
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
38/147
24
daripada pembagian ESP Hutchinson dan Waters (1987). Bahasa Inggris untuk
SMK kelompok bisnis dan manajemen dapat digolongkan ke dalam kedua
klasifikasi yang dikemukakan Robinson ini. Bahasa Inggris untuk siswa SMK
yang belum bekerja ( pre-experience ) diajarkan untuk menghadapi dunia kerja
(EOP) sekaligus diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah (EAP).
Diagram 2.3:
Klasifikasi ESP (Robinson, 1991)
Dilihat dari klasifikasi Robinson (1991) ini bahasa Inggris di SMK N 6
digolongkan sebagai EOP khususnya pre-experience , yakni bahasa Inggris untuk pemelajar yang belum memiliki pengalaman bekerja dan sekaligus EAP
khususnya English as a school subject , yakni bahasa Inggris sebagai salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
ESP
EOP
EEP/EAP
Pre-experience
Simultaneous/In-service
Post-experience
For study in aspecific discipline
As a school subject
Pre-study
In-study
Post-study
Integrated
Independent
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
39/147
25
2.2 Prinsip dalam Perancangan Silabus EOP
Sebelum mendapatkan pemahaman mengenai prinsip dalam perancangan silabus
EOP, lebih dulu peneliti ini membahas pengertian silabus yang diketengahkan
oleh pakar silabus. Berikut ini pembahasannya.
2.2.1 Pengertian Silabus
Hutchinson dan Waters (1997) menyatakan bahwa silabus berkenaan dengan
sederetan daftar materi ajar yang akan diajarkan. Pendapat ini senada dengan
Dubin dan Olshtain (1986:35) menyatakan silabus adalah ” a more detailed and
operational statement of teaching and learning elements which translates the
philosophy of the curriculum into a series of planned steps leading towards more
narrowly defined objectives at each level”. Silabus merupakan bagian dari
kurikulum yang memuat pemilihan dan pengurutan materi ajar berdasarkan pada
tingkat kesulitan dan kebutuhan. Dengan kata lain, silabus lebih sempit daripada
kurikulum. Sebaliknya, kurikulum lebih luas pengertiannya, yakni merupakan
suatu dokumen yang digunakan sebagai pedoman untuk program pendidikan
nasional. Pendapat Dubin Olshtain (1986) ini didukung oleh Nunan (1988) serta
Celce Murcia dan Ohlstain (2000).
Selanjutnya, Hutchinson dan Waters (1987) menambahkan bahwa
penyusunan silabus yang baik diawali dengan analisis kebutuhan untukmenentukan tujuan dan materi ajar. Dalam hal ini, Nunan (1988) sependapat
dengan Hutchinson dan Waters (1987).
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
40/147
26
Nunan (1988) menyatakan bahwa kurikulum berkenaan dengan perencanaan,
implementasi, dan evaluasi, sedangkan silabus berkaitan dengan pemilihan dan
pengurutan isi. Selanjutnya, ia menyebutkan bahwa pada tahap perencanaan perlu
diadakan analisis kebutuhan pemelajar. Jadi, pelajar dilibatkan dalam proses
pembuatan keputusan mengenai isi kurikulum. Peneliti ini menilai bahwa
pendapat Nunan (1988) ini merupakan langkah maju dalam pembelajaran bahasa
Inggris. Dengan dilibatkannya pihak pemelajar ini salah satu manfaat yang akan
timbul adalah tumbuhnya motivasi.
Gagasan Nunan (1988) ini belum dapat dilaksanakan dalam penyusunan
kurikulum di SMK. Namun, adanya KTSP, yakni kurikulum yang dibuat oleh
pihak sekolah, menunjukkan telah adanya perkembangan kurikulum di Indonesia,
dari yang ditentukan pemerintah menjadi ditentukan oleh pihak sekolah sesuai
dengan kebutuhan sekolah itu.
Selanjutnya, Nunan (1988) menambahkan bahwa metodologi pengajaran
bukan merupakan bagian silabus. Metodologi berisi pemilihan tugas dan aktivitas
pembelajaran dapat dijabarkan secara panjang lebar pada bagian tersendiri
terpisah dari silabus yang berisi isi pembelajaran. Dalam praktiknya, yang disebut
Nunan (1988) dengan metodologi ini di SMK di istilahkan dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu, dalam silabus EOP, peneliti ini tidak
mencantumkan kegiatan pembelajaran, karena kegiatan itu dibahas dalam RPP.Celce-Murcia dan Ohlstain (2000) yang sependapat dengan Nunan (1988)
menyatakan bahwa kurikulum mengandung unsur budaya, sosial, dan politis dari
suatu masyarakat, dibuat oleh suatu lembaga pendidikan pusat dan berisi panduan
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
41/147
27
umum pengajaran, sedangkan silabus dibuat oleh guru dan berisi urutan materi
pengajaran dan aktivitas pengajaran. Kondisi yang diuraikan Celce-Murcia ini
tidak sesuai lagi dengan kondisi kurikulum pendidikan Indonesia semenjak tahun
2007. Dengan diberlakukannya KTSP yang disusun oleh sekolah menandakan
bahwa kurikulum tidak dibuat lagi oleh lembaga pendidikan pusat.
Kegiatan analisis kebutuhan yang dinyatakan oleh Hutchinson dan Waters
(1987) dan Nunan (1988) di atas didukung oleh Robinson (1991) dengan
menambahkan keterangan bahwa untuk memperoleh silabus yang sesuai dengan
kebutuhan, perancang silabus dapat memadukan dua atau lebih jenis silabus.
Gagasan Robinson (1991) ini sejalan dengan Harmer (2001). Di bawah ini
pendapat Harmer (2001).
Harmer (2001) menyatakan bahwa kurikulum berhubungan dengan daftar apa
yang akan diajarkan, perencanaan, implementasi, evaluasi, pengelolaan, dan
administrasi program pengajaran, sedangkan silabus berkaitan dengan pemilihan
dan penyusunan materi yang akan dipelajari menurut tujuan yang ingin dicapai.
Ia menyebutkan tujuh jenis silabus. Berikut ini penjelasannya.
(1) Grammatical syllabus atau silabus gramatikal, yaitu silabus yang disusun
berdasarkan butir-butir gramatikal. Silabus ini digunakan sebagai dasar
merencanakan program umum untuk tingkat dasar. Inti dari silabus gramatikal
adalah (1) menyesuaikan antara pola yang tepat dengan waktu belajar yangtersedia, (2) butir-butir gramatikal diajarkan untuk memudahkan pemelajar
belajar, dan (3) butir-butir gramatikal yang dipilih adalah butir-butir gramatikal
yang produktif dengan tujuan mengembangkan keterampilan komunikatif dasar.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
42/147
28
Peneliti ini beranggapan bahwa silabus seperti ini tidak tepat diterapkan untuk
konteks SMK yang berorientasi ke dunia kerja. Silabus gramatikal lebih sesuai
untuk siswa SMP yang masih memerlukan pengetahuan dasar kebahasaan seperti
yang ditawarkan dalam silabus gramatikal.
(2) Lexical syllabus atau silabus leksikal, yaitu silabus yang disusun
berdasarkan kosakata yang penting. Kosakata dipandang sebagai unsur yang
penting dalam pembelajaran bahasa. Kosakata yang dipelajari antara lain
- kosakata yang berhubungan dengan topik tertentu (misalnya seni, pakaian)
- pembentukan kata (misalnya sufiks dan perubahan morfologis)
- kata majemuk (misalnya walking-stick, multi-storey car park )
- kata penghubung (misalnya when, if, he/she )
- ungkapan tertentu yang sudah pasti (misalnya Would you like to ... ?, If I
were you I’d ... )
- kata yang bermakna konotasi dan metafor.
Kelemahan silabus leksikal adalah bahwa kosakata yang diajarkan terlalu luas dan
kompleks. Selain itu, jenis silabus ini membuka peluang terjadinya tumpang
tindih antara penjelasan leksikal dalam pengertian multikata dan tata bahasa.
(3) Functional syllabus atau silabus fungsional, yaitu silabus yang disusun
berdasarkan fungsi-fungsinya dalam komunikasi (misalnya requesting , offering ,
inviting , dan agreeing and disagreeing dan sebagainya). Silabus ini menekankanfungsi bahasa sehingga dapat menghasilkan kemampuan berkomunikasi. Inti dari
silabus ini memberi penekanan pada penggunaan bahasa terutama pada listening
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
43/147
29
dan speaking. Contoh ungkapan untuk fungsi offering antara lain Would you like
me to ... I’ll dan I help you if you want.
Kelemahan dalam silabus fungsional yaitu perancang silabus menemui
kesulitan mengenai pentahapan materi untuk leksikal dan tata bahasa. Tingkat
kesulitan materi pembelajaran dalam silabus jenis ini sulit diidentifikasi.
(4) Situational syllabus atau silabus situasional, yaitu silabus yang disusun
berdasarkan bahasa yang dibutuhkan dalam situasi tertentu misalnya at the bank,
at the supermarket, at a factory dan sebagainya. Jadi perlu diidentifikasi
penggunaan bahasa untuk berkomunikasi pada situasi tersebut. Silabus jenis ini
memiliki kelemahan yang tidak jauh berbeda dengan silabus fungsional.
(5) Topic-based syllabus atau silabus berbasis topik, yaitu silabus yang
disusun berdasarkan topik atau tema yang berbeda, misalnya the weather, sport,
music , dan sebagainya. Silabus jenis ini sering digunakan di tingkat perguruan
tinggi. Pelajaran bahasa Inggris diintegrasikan dengan ilmu lain, misalnya
matematika dan ilmu pengetahuan sosial. Pembelajaran dengan silabus seperti ini
telah dicobakan di SMK N 6 Jakarta untuk kelas tertentu, yakni kelas SBI.
Namun, untuk kelas X belum dapat diterapkan sepenuhnya.
(6) Task-based syllabus atau silabus berbasis tugas, yaitu silabus yang
disusun berdasarkan daftar serangkaian tugas-tugas yang dilaksanakan oleh siswa
dalam bahasa yang dipelajari. Task ini merupakan tujuan yang hendak dicapaimelalui penggunaan bahasa yang sedang dipelajari. Misalnya, reading a map and
giving directions.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
44/147
30
Kelemahan silabus berbasis tugas adalah terjadinya kesulitan dalam
menentukan tahapan atau tingkat kesulitan tugas. Dengan kata lain, perancang
silabus menemui kesulitan dalam menentukan tugas seperti apa yang akan
diajarkan lebih dulu.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam tiap-tiap silabus di atas, Harmer
(2001) menghadirkan gagasannya mengenai multi-syllabus syllabus atau silabus
multisilabus. Silabus jenis ini tidak menonjolkan pada suatu karakteristik tertentu,
misalnya tata bahasa, leksis, fungsi, situasi. Silabus ini merupakan gabungan dari
keenam jenis silabus di atas yang melibatkan unsur-unsur seperti tata bahasa,
leksis, fungsi bahasa, situasi, topik, dan tugas-tugas. Jadi, silabus jenis ini tidak
didominasi oleh karakteristik silabus tertentu, misalnya didominasi oleh unsur tata
bahasa saja atau pun fungsi bahasa, tetapi merupakan gabungan berbagai jenis
silabus. Walaupun demikian, dalam praktiknya pada tahap awal silabus
multisilabus menggunakan karakteristik silabus gramatikal. Selanjutnya, silabus
multisilabus memadukan kosakata dan keterampilan ( skill ) serta tugas dan fungsi.
Pada akhirnya, tata bahasa dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi dan tugas.
Dalam hal ini tidak ada unsur yang kelihatan menonjol, karena semua
karakteristik dalam tiap jenis silabus saling melengkapi. Peneliti ini menganggap
silabus multi silabus merupakan jenis silabus yang dapat mengakomodasi
pembelajaran EOP di SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen.Harmer (2001) menambahkan bahwa untuk memperoleh silabus yang baik,
perancang silabus sebaiknya mempertimbangkan empat kriteria, yaitu
kemampuan belajar ( learnability ), frekuensi ( frequency ), cakupan ( coverage ), dan
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
45/147
31
kebermanfaatan ( usefulness ). Learnability mengacu kepada pertimbangan dalam
mendahulukan butir-butir struktur atau leksikal yang lebih mudah untuk dikuasai.
Misalnya, lebih mudah mengajarkan penggunaan some dan any lebih dulu
daripada mengajarkan seluruh penanda jumlah, seperti much, many, few , dan
sebagainya pada waktu yang bersamaan. Frequency berkaitan dengan kata atau
makna yang lebih sering dipakai, misalnya lebih dulu diajarkan see yang
bermakna understand daripada see yang bermakna melihat. Coverage berkenaan
dengan kata dan struktur yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada
yang lain. Misalnya, lebih dulu diperkenalkan going to menunjukkan future
daripada going to yang menunjukkan present continuous. Usefulness berkaitan
dengan pemakaian kata yang lebih bermanfaat daripada kata yang lain. Misalnya,
dalam ruang kelas kata seperti book dan pen merupakan kata yang bermanfaat
pada situasi pembelajaran di kelas. Keempat kriteria ini menjadi rambu-rambu
dalam menentukan materi pembelajaran.
2.2.2 Silabus Bahasa Inggris Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Selain jenis silabus yang telah diuraikan di atas, ada model silabus yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yakni suatu
lembaga yang mendapat kewenangan dari pemerintah dalam hal ini Departemen
Pendidikan untuk membuat model silabus bagi sekolah kejuruan. Model silabusini memuat tujuh unsur, yaitu kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Model
silabus ini dapat dikembangkan oleh tiap sekolah sesuai dengan kebutuhannya.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
46/147
32
Peneliti ini menggunakan format silabus dari BSNP ini, namun tidak
menghilangkan bagian kegiatan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran ini
akan diuraikan secara terperinci dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam satu dasawarsa lebih, pendidikan di Indonesia memberlakukan empat
macam kurikulum, yakni kurikulum 1994, kurikulum edisi 1999, kurikulum 2004,
dan kurikulum 2006, yang terkenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, setiap kurikulum di atas dijabarkan
ke dalam silabus. Kurikulum 1994 mendapat tanggapan, kritik, dan saran dari para
praktisi, pakar, ahli, serta masyarakat. Tanggapan dan kritik pada umumnya
berkenaan dengan padatnya isi kurikulum seperti banyaknya mata pelajaran dan
substansi dari setiap mata pelajaran, materi yang kurang sesuai, baik dengan tahap
perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah memandang perlu
melakukan penyempurnaan sesuai dengan berbagai perkembangan dan perubahan
yang terjadi. Penyempurnaan tersebut ditandai dengan munculnya kurikulum edisi
1999.
Seperti kurikulum 1994, kurikulum edisi 1999 berorientasi ke sederetan
bahan atau pokok bahasan yang akan diajarkan kepada siswa. Silabus yang
merupakan pengembangan dari kurikulum edisi 1999 secara otomatis berorientasi
kepada deretan materi ajar. Banyak para ahli pendidikan menemukan kenyataan bahwa guru cenderung mengejar selesainya materi pembelajaran yang diwajibkan
bukan pada pencapaian suatu kemampuan tertentu. Dapat saja materi
pembelajaran telah selesai diajarkan, tetapi siswa tidak bisa berbahasa Inggris.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
47/147
33
Untuk mengatasi masalah ini, sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang
otonomi daerah, maka untuk mengganti kurikulum edisi 1999 diberlakukan
kurikulum 2004 yang dikenal dengan nama kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). KBK dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi). Silabus yang
dikembangkan dari KBK disebut dengan Satuan Acara Pemelajaran (SAP).
Penekanan dalam silabus ini adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa. Jadi,
silabus dalam KBK berorientasi pada kompetensi siswa daripada isi pelajaran.
Prinsip pembelajaran dalam KBK yaitu berpusat pada siswa. Perubahan yang
terjadi ini membawa implikasi terhadap perubahan kegiatan pembelajaran di
kelas, yakni sekolah tidak lagi hanya menjadi wahana mengajar ( teaching ) tetapi
lebih diarahkan sebagai wahana belajar ( learning ) (Depdiknas, 2003).
Pemahaman ini digunakan peneliti ini di dalam mengembangkan silabus EOP.
Dalam perkembangannya, kurikulum 2004 ini mendapat masukan-masukan
sehingga lahirlah yang dikenal sekarang dengan nama kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2006. Kurikulum ini mengacu kepada UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan,
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas nomor23 tahun 2006 tentang Standar Kelulusan dan Standar Kompetensi Nasional.
Perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya ialah bahwa kurikulum tidak
lagi dibuat oleh pemerintah, tetapi oleh masing-masing tingkat pendidikan atau
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
48/147
34
sekolah dengan melibatkan dunia industri. Keterlibatan dunia kerja terutama
untuk memberikan pandangan mengenai kompetensi kejuruan yang dibutuhkan
dunia kerja. Bambang Suhendro, dalam Kumpulan Kabar Diknas Tahun 2006
(2006) menjelaskan ”sistem pendidikan harus merespon terhadap perubahan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan yang terjadi, baik di
tingkat lokal, nasional maupun global”. Pembelajaran bahasa Inggris dalam KTSP
tidak berbeda jauh dengan pembelajaran dalam kurikulum 2004, karena pada
dasarnya KTSP mengacu pada kurikulum 2004. Jadi, silabus yang digunakan
sebagai penjabaran KTSP mengacu pada penguasaan kompetensi siswa.
2.2.3 Materi Pembelajaran English for Occupational Purposes (EOP)
Selain konsep dasar dan klasifikasi ESP, gagasan Dudley-Evans dan St. John yang
digunakan sebagai kerangka berpikir adalah materi pembelajaran. Dudley-Evans
dan St. John (1998) menyatakan materi yang digunakan dalam pembelajaran EAP
dan EOP pada dasarnya tidak berbeda. Yang membedakan di antara keduanya
ialah dalam hal sumber atau bahan ajar dan penggunaan kosakata.
(1) Sumber atau bahan belajar adalah materi otentik yang diambil dari
berbagai sumber, baik dalam bentuk buku teks, artikel majalah dan koran,
brosur, materi audio, audio-visual, transparansi, komputer, dan lain-lain.
(2) Unsur yang dikembangkan: keterampilan bahasa (menyimak, berbicara,membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa (tata bahasa, kosakata,
dan pelafalan).
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
49/147
35
Dudley-Evans dan St John (1998) menjelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran EOP, keterampilan bahasa dan pengetahuan kebahasaan yang
disebutkan di atas tidak diajarkan secara terpisah. Dua atau tiga keterampilan
bahasa, misalnya membaca, dan berbicara dapat diajarkan secara serentak.
Maksudnya, ketika guru mengajarkan keterampilan membaca pada saat yang
sama muncul kebutuhan akan mengajarkan keterampilan berbicara yang
menunjang keterampilan membaca tersebut.
Dalam pembelajaran EOP, keterampilan berbicara dalam suatu interaksi
mendapatkan perhatian utama. Kemahiran berbicara sekaligus menunjukkan
kemahiran menyimak. Untuk keterampilan membaca, fokusnya bukan pada teks
sebagai objek kebahasaan, melainkan teks sebagai alat informasi.
Mengenai tata bahasa, Dudley-Evans dan St John (1998) menjelaskan bahwa
tata bahasa tetap diperlukan untuk membantu pemahaman dalam keterampilan
makro. Seberapa dalam materi tata bahasa yang diberikan, disesuaikan dengan
tingkat penguasaan bahasa Inggris pemelajar dan prioritas pembelajaran.
Pembelajaran yang memprioritaskan ketepatan tata bahasa, akan memberikan
materi tata bahasa yang lebih lengkap dan dalam daripada pembelajaran yang
memprioritaskan kelancaran pemakaian bahasa. Terkait masalah tata bahasa
Parera menyatakan ”Tata bahasa diajarkan demi kepentingan pemahaman akan
teks bacaan. Gradasi tata bahasa hanya terjadi pada tahap awal untuk kaidah-kaidah kata bahasa yang mendasar. Tata bahasa yang khusus dan spesifik
diajarkan secara serentak ketika dijumpai dalam teks bacaan karena diperlukan.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
50/147
36
Kaidah-kaidah tata bahasa yang spesifik tidak dilatihkan secara khusus jika
frekuensi penggunaannya dalam teks tidak tinggi”.
Kosakata yang lebih sesuai dengan EOP ialah (1) semi-technical vocabulary ,
(2) kosakata umum yang memiliki frekuensi tinggi pada bidang khusus dan (3)
kosakata tertentu yang terkait dengan topik ( library terkait dengan book, shelf,
borrow ), semantik (sinonim dan antonim), metafor ( wild horse bermakna
inflation ). Berikut ini tabel yang berisi garis besar materi pembelajaran EOP.
Tabel 2.1
Materi Pembelajaran EOP
(Dudley-Evans dan St. John 1998)
Keterampilan
Makro
Subketerampilan/Keterampilan Mikro Bahan/Sumber
Menyimak 1. Mengidentifikasi maksud dan ruang
lingkup suatu pembicaraan/monolog.
2. Menentukan topik
pembicaraan/monolog.
3. Mengidentifikasi kosakata terkait
dengan suatu pembicaraan/monolog.
4. Menerka makna kata dari konteks.
- buku teks
- artikel dari koran dan
majalah
- brosur
- audio
- audio-visual
-
transparansi
- komputer
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
51/147
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
52/147
38
Para pakar ESP seperti Munby (1978), Hutchinson dan Waters (1987), dan
Dudley-Evans dan St. John (1998) menganggap bahwa analisis kebutuhan
merupakan langkah penting dalam penyusunan program ESP karena analisis
kebutuhan merupakan dasar dalam menentukan program ESP selanjutnya. Dengan
demikian, analisis kebutuhan merupakan langkah pertama yang perlu ditempuh
dalam menyusun program ESP. Hasil analisis kebutuhan itu dijadikan dasar dalam
perancangan silabus, pemilihan dan penyusunan materi, proses belajar-mengajar,
dan evaluasi.
Sebelum membicarakan pelaksanaan analisis kebutuhan, terlebih dulu peneliti
ini memaparkan pendapat berbagai pakar ESP mengenai pengertian kebutuhan.
Beberapa pendapat itu antara lain dari Munby (1978), Hutchinson dan Waters
(1987), Robinson (1991), Dudley-Evans dan St John (1998), dan Graves (2000).
Satu dari uraian tersebut dipilih untuk dijadikan kerangka berpikir.
Menurut Munby (1978) kebutuhan itu mengacu kepada kebutuhan belajar
bahasa. Munby (1978) dianggap sebagai ahli ESP yang pertama kali
memperkenalkan analisis kebutuhan secara ilmiah. Sarana untuk menggali
informasi mengenai kebutuhan belajar bahasa ialah Communication Needs
Processor (CNP). Instrumen ini berguna dalam menjaring data dari pemelajar
mengenai alasan belajar, waktu dan tempat penggunaan bahasa, mitra tutur dari
bahasa yang dipelajari, dan keterampilan yang dibutuhkan.Melalui CNP diperoleh profil pemelajar, keterampilan dan fungsi bahasa yang
diperlukan pemelajar. Kelemahan CNP adalah tidak dilibatkannya pemelajar
dalam menentukan kebutuhan mereka sendiri. CNP tidak menjaring data
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
53/147
39
mengenai tingkat penguasaan bahasa Inggris pemelajar dan keinginan atau
harapannya dengan bahasa Inggris itu. Jadi, CNP hanya menjaring data kebutuhan
objektif, dan tidak menjaring data subjektif. Oleh karena itu, peneliti ini tidak
mengambil model analisis kebutuhan yang diketengahkan Munby (1978) ini.
Melengkapi kekurangan dari model analisis kebutuhan yang dipaparkan
Munby (1978), Hutchinson dan Waters (1987) menyatakan bahwa kebutuhan
ialah semua yang berhubungan dengan
(1) keperluan ( necessities ), yakni apa yang harus diketahui pemelajar agar dapat
berperan aktif dalam bahasa yang dipelajari itu;
(2) keinginan ( wants ), yakni hal yang mendorong pemelajar sehingga ingin
mempelajari bahasa;
(3) Kekurangan atau kelemahan ( lacks ), yakni hal yang perlu dikuasai pemelajar.
Peneliti ini berpendapat bahwa analisis kebutuhan yang diuraikan Hutchinson
dan Waters (1998) ini pun mengandung kelemahan, yakni tidak dilibatkannya
informasi tentang data personal atau latar belakang pemelajar. Mestinya,
informasi mengenai pribadi pemelajar mengawali informasi lainnya, yakni
informasi tentang keperluan, keinginan, dan kekurangan pemelajar.
Berikutnya adalah pendapat tentang analisis kebutuhan yang dipaparkan
Dudley-Evans dan St John (1998). Mereka mengetengahkan delapan informasi
sebagai unsur dalam analisis kebutuhan. Kedelapan informasi itu ialah(1) informasi profesional pemelajar (tugas dan kegiatan pemelajar dalam belajar
bahasa Inggris);
(2) informasi personal pemelajar (faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar,
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
54/147
40
informasi budaya, alasan belajar dan harapan, sikap terhadap bahasa Inggris);
(3) informasi penguasaan bahasa Inggris pemelajar (keterampilan berbahasa saat
ini);
(4) kelemahan pemelajar;
(5) informasi tentang belajar bahasa (cara belajar bahasa yang efektif);
(6) informasi tentang komunikasi profesional (bagaimana bahasa dan
keterampilan digunakan dalam situasi tertentu);
(7) apa yang diinginkan dari pembelajaran bahasa Inggris, dan;
(8) informasi tentang lingkungan tempat pelajaran bahasa Inggris akan
diselenggarakan.
Peneliti ini menyimpulkan bahwa analisis kebutuhan yang dipaparkan
Dudley-Evans dan St John (1998) ini sebagai penyempurnaan analisis kebutuhan
paparan Munby (1978) dan Hutchinson dan Waters (1987). Analisis kebutuhan
paparan Dudley-Evans dan St John (1987) terdiri atas tiga hal utama, yakni
informasi tentang pemelajar, informasi tentang bahasa yang dipelajari dan cara
mempelajarinya, dan informasi tentang sarana pendukung belajar. Peneliti ini
berpendapat bahwa analisis kebutuhan belajar bahasa seperti ini belum lengkap
bila diterapkan dalam konteks SMK. Analisis ini lebih menekankan kepada cara
belajar bahasa dan keterampilan bahasa, sedangkan siswa SMK lebih
membutuhkan identifikasi yang jelas tentang keterampilan yang harus dikuasai pemelajar.
Selain menyempurnakan pemahaman tentang analisis kebutuhan yang
diuraikan di atas, Dudley-Evans dan St. John (1998) juga melengkapi pemahaman
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
55/147
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
56/147
42
pemelajar dalam mempelajari bahasa Inggris. Di bawah ini disajikan bagan
analisis kebutuhan Graves (2000).
Tujuan pembelajaran
Keadaan pemelajar Keadaan pemelajar
pada masa kini/sebelum mengikuti pada masa depan/perubahan yang
proses pembelajaran diinginkan
1. Pemelajar. 1. Tujuan dan harapan pemelajar
2. Tingkat kemampuan bahasa belajar bahasa Inggris
Inggris pemelajar. 2. Konteks bahasa, situasi,
3. Tingkat kompetensi antarbudaya peran, topik, dan isi.
pemelajar. 3. Jenis keterampilan
4. Minat pemelajar. komunikatif yang mereka
5. Pilihan gaya belajar pemelajar. butuhkan dan tugas yang
6. Sikap pemelajar. akan mereka jalankan.
4. Modalitas bahasa yang
yang akan mereka gunakan.
Dari bagan analisis kebutuhan Graves (2000), tujuan pembelajaran
diperoleh sebagai hasil dari melaksanakan analisis kebutuhan. Untuk konteks
SMK, tujuan pembelajaran untuk tiap-tiap mata pelajaran telah ditetapkan dalam
KTSP dan berlaku untuk semua SMK. Oleh karena itu, guru tidak perlu menggali
kebutuhan siswa untuk mendapatkan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran bahasa..., Endang Sundari, FIB UI, 2008
-
8/18/2019 digital_20251275-RB00E284p-Pembelajaran bahasa.pdf
57/147
43
Untuk bahasa Inggris tujuan pembelajaran dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yakni (1) berkomunikasi dalam bahasa Inggris