perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas...

216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user REKAYASA (Studi Etnografi Komu Rekayasa Pesan dala Bl Untuk Memen Pr PR UNIV A PESAN DAN PROSES AKULTURASI unikasi dengan Analisis Semiologi Komunika am Proses Akulturasi Budaya oleh Masyara limbingsari, Jembrana, Bali) TESIS nuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister rogram Studi Ilmu Komunikasi Oleh: SIH NATALIA SUKMI NIM S220809012 ROGRAM PASCA SARJANA VERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 asi atas akat

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

SIH NATALIA SUKMI

NIM S220809012

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

i

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

SIH NATALIA SUKMI

NIM S220809012

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

TESIS

Oleh:

SIH NATALIA SUKMI

NIM S220809012

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Andrik Purwasito, DEA ....................... ...................

NIP: 195708131985031006

Pembimbing II Drs. Mursito BM, S.U ......................... ...................

NIP: 195307271980031001

Mengetahui,

Ketua Pascasarjana Program Studi Ilmu Komunikasi

Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D

NIP: 194904281979031001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

REKAYASA PESAN DAN PROSES AKULTURASI

(Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas

Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat

Blimbingsari, Jembrana, Bali)

TESIS

Oleh :

SIH NATALIA SUKMI

NIM S220809012

Telah disetujui oleh Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D …………... ………

NIP. 194904281979031001 Sekretaris Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D …………... ………

NIP. 197102171998021001

Anggota Prof. Andrik Purwasito, DEA .................. .............

NIP: 195708131985031006 Anggota Drs. Mursito BM, S.U .................. .............

NIP: 195307271980031001

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS NIP. 196107171986011001

………………..

Program Studi Ilmu Komunikasi

Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D NIP. 194904281979031001

………………..

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Sih Natalia Sukmi

NIM : S220809012 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Rekayasa Pesan

dan Proses Akulturasi (Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi

Komunikasi atas Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh

Masyarakat Blimbingsari, Jembrana, Bali) adalah betul-betul karya saya sendiri

dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemuidan terbukti saya tidak benar, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Maret 2012

yang membuat pernyataan

Sih Natalia Sukmi

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Tuhan

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4 : 6)

”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4 : 13)

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat yang tidak dapat terlogika

2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa.

3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink untuk segala cinta dan dukungan.

4. Timotius Marsudi, untuk limpahan cinta dan spirit yang tak terungkapkan.

5. Bapak, Mamak, Kak, Nini, Blimbingsari, untuk ketulusan hati

6. Seluruh warga Blimbingsari untuk kesempatan dan cinta kasih.

7. Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta

8. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas segala kemurahan dan limpahan berkat dari Tuhan Yang

Maha Kuasa, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tesis pada Program Pasca

Sarjana Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan

judul Rekayasa Pesan dan Proses Akulturasi (Studi Etnografi Komunikasi dengan

Analisis Semiologi Komunikasi atas Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi

Budaya oleh Masyarakat Blimbingsari, Jembrana, Bali).

Penulis menyadari karya sederhana ini tidak dapat tercipta tanpa campur

tangan dari berbagai pihak yang membantu. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Andrik Purwasito, DEA selaku pembimbing I atas bimbingan dan

arahannya dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Drs. Mursito BM, S.U selaku pembimbing II atas bimbingan dan masukan

yang membangun dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Segenap dosen pengampu mata kuliah, seluruh staf pengajar dan semua staf

kantor Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana UNS.

5. Perbekel Blimbingsari, Bapak John Ronny yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Pdt. I Ketut Suyaga Ayub atas segala informasi penunjang tesis ini

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

7. Bendesa Adat Blimbingsari untuk kesempatan penulis mengumpulkan data

yang dibutuhkan.

8. Bapak, Mamak, Kak, Nini, Kak de, Chia untuk ketulusan hati memberi

tumpangan dan menganggap penulis sebagai bagian dari keluarga.

9. Seluruh warga Blimbingsari, Melaya, Jembrana, Bali atas segala ketulusan

hati memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk penulis mengumpulkan

data

10. Pdt. Fritz Yohanes DP, SSi untuk diskusi data pendukung tesis

11. Keluarga besar penulis, Papi, Mami, Mbak Ima, Mas Tanu, Ayink, dan

Timoty atas segala dukungan, cinta, kasih dan hati yang luar biasa hingga

penulis dapat menyelesaikan studi.

12. Keluarga besar Pascasarjana Ilmu Komunikasi 2009 khususnya kelas Riset

dan Pengembangan Teori untuk persahabatan dan sharing selama ini.

Kiranya Tuhan melimpahkan kasih karunia kepada semua pihak yang membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapakan permohonan maaf

apabila dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini terdapat kesalahan dan

ketidakperkenanan dari berbagai pihak. Demikian pengantar untuk karya

sederhana ini, semoga bermanfaat bagi pembaca. Tuhan Memberkati.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS .......................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ........................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

ABSTRAK ................................................................................................... xiii

ABSTRACT ................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 16

C. Pembatasan Masalah ............................................................ 16

D. Tujuan Penelitian ................................................................. 17

E. Manfaat Penelitian ............................................................... 17

BAB II ORIENTASI TEORITIK ....................................................... 18

A. Deskripsi Teoritik ................................................................. 18

1. Komunikasi .................................................................... 18

1.1.Komunikasi Kelompok ............................................ 18

1.2.Groupthink dalam Komunikasi Kelompok .............. 19

2. Komunikasi dan Budaya ................................................ 21

2.1. Komunikasi dalam Konteks Budaya ....................... 21

2.2. Persoalan Budaya dalam Kaitannya dengan

Komunikasi ............................................................. 24

2.3. Akulturasi sebagai Wujud Interaksi Makna ............ 28

2.4. Komunikasi sebagai Proses Share Meaning ........... 37

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

2.5. Komunikasi sebagai Proses Sosial ............................ 38

3. Studi Pesan ....................................................................... 43

3.1. Simbol Verbal dan Non Verbal dalam Komunikasi .. 43

3.2. Proses Produksi Pesan................................................ 44

3.3. Semiologi dan Mitologi ............................................. 49

B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 53

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 53

B. Jenis Penelitian ........................................................................ 53

C. Data dan Sumber Data............................................................. 55

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 56

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................... 57

F. Teknik Analisis Data ............................................................... 57

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PENYAJIAN

DATA .......................................................................................... 62

A. Sejarah Blimbingsari ............................................................. 62

B. Kondisi Masyarakat Blimbingsari Kini ................................. 67

1. Organisasi Sosial .............................................................. 67

2. Enjungan .......................................................................... 70

3. Suka Duka ........................................................................ 71

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup ...................................... 71

5. Sistem Komunikasi Masyarakat Blimbingsari................. 74

6. Adat Istiadat Blimbingsari ............................................... 76

C. Sosial Kemasyarakatan Penduduk Pulau Bali ..................... 82

D. Korpus .................................................................................. 88

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB V ANALISIS DATA ...................................................................... 130

A. Upaya Masyarakat Blimbingsari untuk Membangun Akulturasi

Kristen dengan Hindu (Bali) .............................................. 131

B. Identitas Budaya sebagai Upaya Pertahanan

Masyarakat Blimbingsari ................................................... 188

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 194

A. Kesimpulan .......................................................................... 194

B. Saran .................................................................................... 200

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1. Tabel Kelompok Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 1930

2. Tabel 1.2. Tabel Kelompok Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2009

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara dengan I Made Suka Bagya. Bendesa Adat Desa Kristen

Bali (2009-2014). Mantan Perbekel (2003-2008).

2. Hasil Wawancara Dengan I Gedhe Sudikda. (Bagian Pariwisata Blimbingsari).

3. Wawancara dengan Pdt. Ketut Suyaga Ayub.

4. Hasil Wawancara Dengan Pdt. I Ketut Suyaga Ayub.

5. Rabu, 17 Agustus 2011. Kematian Di Tempat Pak Hozia.

6. Hasil wawancara dengan Pak I Wayan Majus (Penatua) Dari Enjungan Kaja.

7. Hasil wawancara Dengan Ni Wayan Sitingsih.

8. Hasil wawancara dengan Pdt. Fritz Yohanes DP, S.Si.

9. Awig-Awig Desa Adat Kristen Blimbingsari

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

Sih Natalia Sukmi, S220809012. 2009. Rekayasa Pesan dan Proses Akulturasi (Studi Etnografi Komunikasi dengan Analisis Semiologi Komunikasi atas Rekayasa Pesan dalam Proses Akulturasi Budaya oleh Masyarakat Blimbingsari, Jembrana, Bali). Tesis, Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan (1) bagaimana proses akulturasi terjadi pada masyarakat Blimbingsari (Kristen) Bali dengan (Hindu) Bali dapat terjadi masing-masing karakter budaya yang saling menyerap satu sama lain dalam “share meaning” dari generasi ke generasi. (2) Identitas budaya seperti apa yang diinginkan masyarakat Blimbingsari melalui proses akulturasi yang mereka lakukan.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi komunikasi menggunakan pendekatan semiologi komunikasi. Penelitian mengambil lokasi di desa Blimbingsari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali. Sumber data yang diambil adalah seluruh data yang berkaitan dengan Blimbingsari yang terbagi menjadi beberapa unsur budaya seperti; bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Pengumpulan data dilakukan dari Oktober 2010 hingga Agustus 2011.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa proses akulturasi yang terjadi di Blimbingsari antara agama Hindu dan agama Kristen dilakukan melalui beberapa medium atau saluran dalam komunikasi yaitu: Arsitektur gereja Pniel Blimbingsari, Tata Ibadah gereja Pniel Blimbingsari, dan Sistem Sosial kemasyarakatan Blimbingsari

Blimbingsari menggunakan budaya sebagai media untuk melakukan perlawanan terhadap budaya dominan. Akulturasi budaya Hindu dengan Kristen di desa Blimbingsari adalah upaya yang mereka gunakan untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan dan sebuah bentuk konformitas yang coba dilakukan untuk mengurangi konflik yang terjadi dalam masyarakat Bali. Akulturasi budaya tersebut juga membentuk identitas budaya Blimbingsari, masyarakat Bali yang beragama Kristen dalam desa adat Kristen Blimbingsari.

Kata kunci: akulturasi budaya, rekayasa pesan, semiologi komunikasi

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRACT

Sih Natalia Sukmi, S220809012. 2009. Message Engineering in Acculturation Process (A Study About Communication Using Analysis in Semiology of Communication upon Message Engineering within The Process of Cultural Acculturation by Blimbingsari Community). Thesis: Program Studi Ilmu Komunikasi, Magister Program. University of Sebelas Maret, Surakarta.

The purposes of this research are to answer questions about (1) how acculturation process occurs within Christian and Hinduis society of Blimbingsari, in which every cultural character absorbs each other in “share meaning” from generation to generation.(2) Kind of Cultural Identity desired by Blimbingsari society with acculturation process conducted by them.

This research is a qualitative research with methods of communication ethnography using communication semiotic approach. It took place in Blimbingsari Village, in Melaya district, Jembrana regency, Bali. The source of data taken are entirely data concerning with Blimbingsari which divided into some cultural elements, such as: language, knowledge system, social organizations, technology and ways of life systems, religious system and arts. The collection of data was from October 2010 until August 2011.

The result of this research indicates that acculturation process within Cristianity and Hinduis in Blimbingsari conducted through some communication media or lines, i.e. the architectures of Pniel Church in Blimbingsari, the rituals of Pniel Church, and the social organization in villages with Christianity tradition.

Blimbingsari uses culture as one of the media to fight for the dominant culture. The acculturation within Hinduis and Christian culture in Blimbingsari village is an effort to fight for without violence, and a conformity which they try to use in reducing conflicts happened inside Bali society. The acculturation of culture creates self identity of Blimbingsari culture, in Bali society which embraces Christian in a village with Christianity tradition.

Keywords : Cultural Acculturation, Message engineering, Semiotic Communication.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bali merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang mempunyai keunikan

adat dan perilaku. Berdasarkan keunikan tersebut, maka menurut I Gede

Ardika, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Bali merupakan lokasi

ideal dalam mewujudkan interaksi budaya, sekaligus mewujudkan pusat

budaya dunia. (www.kompas.com, 4 Agustus 2011).

Bali dikatakan unik, karena dia memiliki simbol-simbol spesifik yang

menjadi cerminan identitas mereka. Ting-Toomey (1999:30) dalam Turnomo

Rahardjo (2005:1), mengungkapkan bahwa identitas kultural merupakan

perasaan (emotional significance) dari seseorang untuk ikut memiliki (sense of

belonging) atau berafiliasi dengan kultur tertentu. Masyarakat yang terbagi ke

dalam kelompok-kelompok itu kemudian melakukan identifikasi kultural

(cultural identification), yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri

mereka sebagai representasi dari sebuah budaya partikular. Seseorang yang

tergabung dalam suatu kelompok masyarakat akan mengidentifikasikan

dirinya serupa dengan identitas kultural dalam lingkungan mereka.

There is a general agreement that recognizes identity as one of the few

fundamental human needs and part of condition of being human. (Ling Chen,

2011:213). Ada kesepakatan umum bahwa kesadaran identitas merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia dan menjadi bagian kondisi

kemanusiawian. Oleh karena itu, identitas menjadi bagian penting dalam

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kehidupan seseorang ataupun kelompok masyarakat. Identitas dalam

masyarakat mengandung sentimen primordial seperti etnis, agama dan lain

sebagainya. Bagi masyarakat, identitas adalah "harga diri" dan "senjata" untuk

menghadapi kekuatan luar lewat simbol-simbol bahasa dan budaya.

(http://ejournal.unud.ac.id, 12 Januari 2011). Identitas etnis dibangun dari

dalam, karena identitas diri suatu etnis adalah integrasi dari etnisitas dan

perasaan kesamaan ras dalam satu konsep diri (Carmen Guanipa-Ho dalam

Alo Liliweri, 2005: 35).

Identitas menjadi lebih rumit apabila berada dalam masyarakat yang

plural. Bali mempunyai masyarakat yang plural. Secara historis, Bali dan

dinamikanya memiliki pluralitas dalam identitas Bali Mula atau Bali Aga1

(Bali Asli) dan Bali Majapahit (wong Majapahit)2. (Damayana, 2011: 91).

Pembedaan identitas terkait dengan akses terhadap pemenuhan kebutuhan

termasuk aspek budaya, agama, dan politik masyarakat. Dwipayana (2005:4)

dan Wiana (1993:97) dalam Damayana (2011:91-92) mengungkapkan,

“Secara geokultural, orang-orang Bali keturunan Majapahit bertempat tinggal di daerah Bali dataran yang melipah air, sehingga mereka mengenal perairan (subak). Secara politis, wong Bali dataran lebih memilih menerapkan sistem kepemimpinan tunggal dan monopolitik. Mereka lebih mengenal puri dan grya sebagai pemegang otoritas ekonomi politik dan kultural. Sedangkan Bali Aga wilayah pedalaman yang berbukit-bukit. Secara ekologis tergantung pada alam dan sumber daya hutan. Secara politis, mempunyai sistem sosial yang komunal dan kepemipinan kolektif.” Perkembangan kekuasaan dinasti Majapahit di Bali dan migrasi Jawa-Bali

melahirkan pembeda yang kedua yang didasarkan pada identitas kewangsaan

1 Bali Mula atau Bali Aga merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut identitas bagi penduduk lokal Bali. 2 Bali Majapahit adalah identitas yang dikukuhkan oleh Sri Kresna Kepakisan dari Kediri yang memegang kekuasaan Majapahit atas Bali sejak tahun 1350 SM.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

(tri wangsa dan jaba wangsa) sebagai sistem kasta khas Bali. (Wiana 1993:

98; Dwipayana, 2005: 5, Putra 1998: 32 dalam Damayana, 2011:92).

Pluralitas Bali semakin terwujud ketika penganut agama Islam sebagai

pengiring raja berdatangan sejalan dengan kudeta Patih Agung Maruti yang

menyebabkan konflik dan perpecahan internal Bali menjadi beberapa

kerajaan. Identitas Islam semakin terwujud dalam terbentuknya beberapa

kampung Islam di Bali, seperti Kepaon, Serangan, Karangasem, Pegayaman di

Buleleng dan pendirian tempat pemujaan (persimpangan betara di Mekah)

pada beberapa pura di Bali (Mengwi, Badung, dan Bangli). (Ibid: 93).

Selain identitas Islam, identitas Kristen juga eksis di Bali sejak zaman

Kolonial Belanda, walaupun secara tidak langsung melalui beberapa

misionaris. Perjalanan berikutnya misionaris Katolik, Pastor Johanes Kersten

SVD menyusul membangun komunitas Katolik yang kini sebagian besar

bermukim di Palasari.

Kini, Bali semakin kompleks tatkala pariwisata menjadi roda

perekonomian masyarakatnya. Gelombang migrasi berdatangan dari dari

berbagai wilayah di Indonesia untuk mencari pendapatan di Bali. Pendatang

kebanyakan tergiur untuk memperoleh penghasilan melalui sektor pariwisata

dan perdagangan. Selain dari dalam negeri, wisatawan-wisatawan asing

berdatangan untuk menikmati keelokan pulau ini.

Pluralitas Bali memicu diskursus identitas yang semakin beragam. Dalam

konteks masyarakat Bali, apa yang dimaksud dengan identitas Bali? Prof. Dr. I

Made Suastra, PhD, berpendapat bahwa, sosok yang menunjukkan seseorang

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

beridentitas manusia Bali dapat berwujud dalam dua kenyataan, yakni bahasa

yang menampakkan diri sebagai identitas bunyi dan tradisi (pakaian dan

sarana lainnya) sebagai wujud fisik. (Suastra: http://ejournal.unud.ac.id, 12

Januari 2011).

Tradisi yang dipahami oleh masyarakat umum di luar konteks pluralitas

Bali adalah tradisi yang bersifat ke-Hindu-an. Identifikasi ke-Hindu-an tidak

dapat dipungkiri ketika mengamati data tentang jumlah penduduk Bali

menurut agama-agama yang mereka anut yang diungkapkan oleh

Swellengrebel pada tahun 1930. Data tersebut dapat digambarkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 1.1. Tabel Kelompok Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 1930

Kelompok-kelompok penduduk (berdasarkan agama)

1930 Jumlah Prosentase (%)

Hindu 1.062.885 97,33 Islam 16.992 1,56 Peduduk dari kelompok lain 12.160 1,11 Jumlah total 1.092.037 100

Sumber: Swellengrebel, 1930

Berdasarkan data di atas dapat diamati bahwa 97,33% penduduk Bali

beragama Hindu. Jumlah yang sangat menonjol dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang menganut agama lain. Dalam data tersebut, Swellengrebel

memaparkan terdapat 403 orang penduduk Eropa, penduduk tersebut

disinyalir berkebangsaan Belanda yang menganut agama Kristen. (Hasil

wawancara dengan Pdt. I Ketut Suyaga Ayub, 11 Agustus 2011, pukul 11.05

WITA)

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali tahun 2009, Pulau

Bali memiliki luas sekitar 5.632,86 km2 atau berukuran hanya 0,3% dari

seluruh daratan di Indonesia. Jumlah penduduk sebanyak 3.471.195 jiwa

(1.739.526 jiwa atau 50, 10% laki-laki dan 1.732.426 jiwa atau 49,90%

perempuan), dengan komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat

pada tabel berikut ini,

Tabel 1.2. Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2009

Komposisi penduduk (berdasarkan agama)

2009 Jumlah (jiwa) Prosentase (%)

Hindu 2.751.828 87,44 Islam 323.853 10,29 Buddha 16.569 0,53 Kristen Protestan 30.439 0,97 Katolik 23.834 0,76 Lain-lain 476 0,002 Jumlah total 3.471.195 100

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2010: 83-120

Berdasarkan data tersebut, maka dapat diamati bahwa agama yang

mendominasi Bali menurut survey di atas tetap Hindu, namun demikian

agama di luar Hindu juga mengalami perkembangan sehingga yang pada

mulanya 2,67 persen menjadi 12,56 persen.

Identifikasi Bali dengan Hindu juga dibenarkan oleh Bendesa Adat ( ketua

adat) desa pakraman (desa adat) Ekasari, I Wayan Winara, “Budaya Bali

memang sulit dilepaskan dengan Hindu. Bali terkenal dengan seni dan

budayanya. Sementara mayoritas masyarakat Bali adalah Hindu dan seni

budaya tersebut selalu berhubungan dengan keagamaan. Maka, secara

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

otomatis budaya yang dikenal sebagai budaya Bali adalah budaya Hindu.

(hasil wawancara Rabu, pukul 09.13 WITA).

Keunikan Bali identik dengan Hindu. Budaya Hindu itu pula yang

kemudian menjadi penyokong bisnis pariwisata di Bali. Sejak tahun 1970

pariwisata telah menjadi sebuah bagian dari budaya Bali. (Suryawan, 2005:

xxvii). Dengan kata lain, masyarakat Bali menggantungkan hidupnya melalui

pariwisata. Perlu diakui bahwa keelokan Bali mampu menjadi komoditas yang

luar biasa. Kekhasan budaya Bali yang juga identik dengan Hindu dilihat jelas

oleh Belanda pada waktu masa penjajahan. Belanda melihat potensi Bali dapat

dikembangkan sedemikian rupa terutama pariwisata, melalui keunikan sistem

sosial masyarakat yang dimilikinya. Belanda membuat sistem koloni, sebuah

sistem yang memisah-misahkan kelompok masyarakat Bali berdasarkan

keyakinan mereka. Beberapa agama yang berkembang di luar agama Hindu

dikelompokkan dalam wilayah tertentu. Pemerintah Bali pun berpikir

demikian, segala upaya dikerahkan untuk menjaga ke-‘originalitasan’ Bali

(walaupun untuk menjadi komoditas diperlukan penyesuaian-penyesuaian

standar pariwisata yang terkadang berlawanan dengan keaslian budaya lokal).

Namun, Agustus 2002 adalah bulan bersejarah bagi masyarakat Bali.

Bulan yang membawa perubahan besar bagi masyarakat dengan wilayah yang

terkenal dengan keeksotisan alam dan budayanya. Bom Bali merupakan

peristiwa tak terlupakan, peristiwa yang mengguncang dan menelan banyak

korban serta kerugian bukan saja bagi korban yang terkena bom secara

langsung tetapi juga bagi masyarakat Bali secara keseluruhan.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Peristiwa bom Bali tentu menjadi tragedi yang berseberangan dengan

upaya peningkatan devisa Bali. Pariwisata menjadi terpuruk, banyak

masyarakat terkena PHK karena hotel-hotel ditinggal begitu saja tanpa ada

wisatawan yang datang. Pendapatan warga menjadi menurun drastis dan

berimbas pada banyaknya pengangguran. Kacau, demikian gambaran Bali

pasca bom.

Sejalan dengan peristiwa itu, media massa mulai mengambil peranan yang

cukup eksklusif. Media massa menjadi saluran yang cukup efektif dalam

membangun opini publik. Hal tersebut sepakat dengan pendapat Gillespie

(1995: 21) dalam tulisannya yang berjudul Television, Ethnicity, and Cultural

Change, “Media mediate cultures as media viewers “create or conform to

personal and social identities through acts of consumption”. Media

memediasi budaya pemirsa mereka, menciptakan atau menyesuaikan identitas

personal dan identitas sosial melalui perilaku konsumsi. Media massa mampu

membuat agenda untuk menguatkan masyarakat Bali yang mulai terpuruk

pasca bom. Mereka, melalui kekuatan sebagai media, menghimpun opini

publik dengan membangun jargon-jargon yang telah dirancang.

Media yang gencar mempelopori gerakan ini tergabung dalam Kelompok

Media Bali Post (KMB). Selama akhir tahun 1990-an Bali Post merupakan

media provinsi yang kuat dan termasuk di dalamnya sebuah stasiun televisi

lokal, empat stasiun radio, koran Bali Post yang prestisius, harian Denpost dan

beberapa majalah lain. (Suryawan, 2005: xxx). KMB berupaya

membangkitkan masyarakat melalui berbagai jargon yang mereka ciptakan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dengan sebutan ajeg Bali. Peluncuran jargon ajeg Bali tersebut bersamaan

dengan pembukaan Bali TV pada bulan Mei 2003 oleh Gubernur Bali, I Dewa

Made Beratha.

Pemahaman kata “ajeg” berpadanan dengan kata “jejeg” artinya tegak atau

tidak berubah, sehingga ajeg Bali dapat diartikan sebagai Bali yang kuat, tidak

berubah. (Damayana, 2011: 4). Henk Schulte Nordholt dalam Bali: an Open

Fortress mengemukakan bahwa “ajeg means that we should go back to the

origin. Back to the peaceful Bali, when things were in order and true.” “Ajeg

means that Bali is safe and can resist terrorists.” (Ajeg berarti kita seharusnya

kembali ke asal, kembali ke Bali murni dan damai, dimana semuanya teratur

dan asli, ajeg berarti Bali aman dan mampu melawan teroris). (Suryawan,

2005: xxxi).

Menurut seorang pemimpin Bali dalam sebuah rapat banjar (serupa desa),

“Meng-ajeg-kan Bali adalah mempertahanan tradisi adat dan nilai-nilai ke-

Bali-an yang kini mulai luntur di Bali.” (Suryawan, 2005: 66). Dua istilah

tersebut sering kali dipakai dalam dan dikumandangkan dalam setiap kegiatan

yang dicanangkan pemerintah Bali, dalam perlombaan adu layang-layang,

dialog interaktif, perbincangan karma (masyarakat) dalam bale banjar sampai

pada ikrar calon gubernur dan tanda tangan prasasti ajeg Bali oleh bupati dan

walikota di Bali. (Suryawan, 2005:67). Ajeg Bali dikuatkan dengan berbagai

jargon untuk menjaga utuhnya budaya Bali. “Mari Bersama Jaga dan

Amankan Bali, De Koh Ngomong (Jangan Malu Bicara)”. Dalam diskursus

yang melibatkan dan mempermainkan asli dan non-asli Bali, pernah ada

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

jargon, “Di sini Pemulung Dilarang Masuk” atau “Masuk Wilayah ini, Anda

Harus Dilengkapi Identitas Diri dan Melapor Dalam 1x24 Jam.” (ibid).

Jargon Ajeg Bali tidak hanya membius identitas “ke-Balian” masyarakat

Bali, tetapi secara tanpa sadar di samping ia—Ajeg Bali—telah membekukan

kebudayaan, menjadikannya hak milik, juga menyulut benih-benih gerakan

esensialisme kebudayaan, dan juga benih-benih fundamentalisme Hindu.

(Suryawan, 2009:130). Ajeg Bali menimbulkan pengerasan identitas kebalian,

antara apa yang disebut Bali dan “bukan Bali”. (Suryawan dalam Damayana,

2011: 4). Ini karena ajeg Bali-bagi pengikut gerakan esensialisme budaya-

seharusnya berdasar pada ajaran-ajaran Hindu yang mendasari kebudayan

Bali. Maka disebutlah kemudian Ajeg Bali seharusnya juga Ajeg Hindu.

(Suryawan, 2009:131). Lebih menukik adalah pendalaman dari Ajeg Bali yang

disampaikan haruslah Ajeg Hindu. Dalam pentas pertarungan itu, terdapat

pengokohan serta pelembagaan agama, dan di dalamnya termasuk sentiment

kedaerahan, dan dalam hal ini ke-BALI-an berdasarkan Agama Hindu. Dasar

sentimen itulah yang menjadi benih dari gerakan-gerakan fundamentalis,

seperti juga yang terjadi dalam agama Islam, Kristen, dan lainnya. Terorisme

yang identik dengan Islam kini menemukan konteks dan makna baru di Bali,

yaitu “teorisme budaya” dalam bentuk Ajeg Bali dan Ajeg Hindu. (Media

Hindu, Ajeg Bali Proteksi Agama, Budaya, dan Tanah Bali, Edisi 21

November 2005.) (Suryawan, 2009: 143).

Media massa begitu gencar mengkampanyekan jargon tersebut. Talkshow

dengan kostum baju adat Bali lengkap, topik-topik tentang Bali, serial drama

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ber-setting Bali, terutama dalam talkshow Ajeg Bali, budaya Bali

dipresentasikan sebagai sesuatu yang seragam dan statis, yang religius secara

esensial dan berakar pada desa adat. Budaya Bali semakin ditampilkan dalam

bentuk Hindu secara ekslusif. (Suryawan, 2005: xxxii). Alhasil, agenda media

tersebut mampu menjadi agenda politik dan mainset masyarakat Bali kini.

Terbukti dengan berbagai upaya peng-ajeg-an Bali telah dilakukan.

Upaya peng-ajeg-an Bali menjadi lebih nyata dalam tataran kehidupan

keseharian masyarakat Bali dengan meningkatnya peran lembaga-lembaga

tradisi seperti desa adat/pakraman beserta seluruh perangkatnya, dan

pencalang atau satuan pengamanan tradisional Bali. Mereka menjaga Bali

dengan semangat puputan, semangat membela sampai titik darah penghabisan.

Pendataan atau sweeping penduduk pendatang dilakukan secara ketat.

Pada waktu peneliti hendak masuk Bali melakukan pengamatan, September

2011, pemeriksaan identitas di pelabuhan Gili Manuk sangat detail, bahkan

penumpang bus-pun diminta turun dulu untuk pendataan kartu tanda

penduduk. Hal sama juga dirasakan para pendatang yang tinggal di Bali,

pengurus desa adat/pakraman senantiasa lakukan cek identitas untuk

memastikan tidak ada hal yang mencurigakan. Di Denpasar, iuran bagi

pendatang dinaikkan supaya memberi efek jera pada pendatang supaya tidak

mudah untuk masuk Bali. Dan upaya tersebut menuai protes dari kaum

pendatang. Politik KTP tampak jelas. Lembaga adat, seperti desa pakraman,

pencalang dan sekaa teruna (organisasi pemuda) terkesan sangat berkuasa

untuk menentukan siapa saja yang berhak berada di pulau tersebut. Ini pula

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang membuat opini bahwa, mereka hendak bermaksud menunjukkan

eksistensi yang terlihat deskriminatif dalam identitas (asli atau tidak asli) Bali,

dan termasuk juga dalam hal perebutan aset ekonomi masyarakat.

Kekhawatiran atas tindakan deskriminasi yang cukup keras tidak hanya

dirasakan oleh masyarakat pendatang. Kondisi ini juga merisaukan masyarakat

Blimbingsari, sebuah desa di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.

Kekhawatiran masyarakat Blimbingsari bukan karena mereka adalah

pendatang, namun fakta yang mengungkapkan bahwa ajeg Bali memang

diperuntukan untuk menjaga keaslian budaya Bali yang tak lain juga konsep

Hindu, agama yang diyakini hampir seluruh masyarakat Bali. Sementara itu

Blimbingsari, walaupun mereka asli warga Bali (kelahiran Bali) namun

seluruh warganya beragama Kristen.

Blimbingsari mempunyai sejarah cukup menarik. Bermula dari sebuah

pekabaran Injil (iman percaya kepada Tuhan Yesus) yang dilakukan di Bali

pada tahun 1800-an. Pekabaran Injil tersebut membuahkan hasil berpindahnya

beberapa masyarakat Bali yang semula menganut agama Hindu menjadi

Kristen.

Pada tahun 1888, Pemerintah Belanda mengeluarkan undang-undang

bahwa pemberitaan Injil dilarang untuk Pulau Bali. Larangan tersebut

diputuskan setelah Pendeta Jacob de Froom mati terbunuh di Singaraja tahun

1881. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh orang Bali yang bernama I Klana

yang telah menjadi Kristen. Larangan ini berlangsung selama 48 tahun. Baru

tahun 1929 pemerintah Belanda mengijinkan CMA dari Amerika bekerja di

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Bali dengan mengutus Pdt. Tsang To Hang dari Chinesse Mission. Pada

tanggal 11 November 1935 membaptiskan dua belas orang Kristen Bali di

Tukad Yeh Poh. (Hasil wawancara dengan Pdt. I Ketut Suyaga Ayub, 24

Agustus 2011, 08.34 WITA).

Pendeta Tsang To Hang menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-

sungguh, bahkan pada waktu itu terkesan ekstrim. Orang Bali Kristen menolak

semua budaya yang dianggap kafir, penyembahan berhala, dan pembakaran

mayat. Bahkan mereka menghancurkan sanggah (family temple) mereka.

Kondisi tersebut mengakibatkan ketegangan dan kekacauan di wilayah dimana

masyarakat Bali Kristen berada. Mereka menjadi sangat berbeda dengan

warga Bali pada umumnya. Budaya untuk menggunakan kamben (baju adat

perempuan Bali) pun diganti dengan memakai celana panjang atau celana

pendek. Mereka juga tidak mau terlibat dalam suka duka3.

Kekacauan semakin bertambah (di Untal-untal, Buduk, Abianbase,

Plambingan, Sading, Carang Sari, Bongan, Buleleng), manakala orang-orang

Bali Kristen diasingkan. Warga dilarang untuk berkomunikasi dengan orang

Kristen, bahkan tidak boleh berbelanja di warung orang Kristen. Demikian

pula dalam hal pertanian. Sistem perairan untuk persawahan orang-orang

Kristen dihentikan karena masyarakat Hindu menganggap bahwa air sawah

dipercaya berasal dari Dewi Sri. Akibatnya pertanian menjadi tidak

menghasilkan, lahan menjadi kering. Kondisi semakin diperparah dengan

3 Suka duka adalah istilah yang digunakan masyarakat Bali untuk menggambarkan aktivitas yang ada di masyarakat. Suka atau kesukaan adalah kondisi yang menggembirakan seperti kelahiran, perkawinan dan lain sebagainya. Sedangkan duka atau kedukaan adalah kondisi seseorang atau masyarakat yang sedang mengalami musibah, seperti kematian.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pelemparan rumah, pembakaran gedung gereja, penjarahan lumbung, dan

pelarangan pemakaman mayat orang Kristen dikuburan desa, karena dianggap

akan menajiskan (leteh).

Kondisi tertekan yang dirasakan oleh penduduk Kristen Bali ternyata tidak

menyurutkan langkah mereka untuk meyakini agama baru mereka. Ajaran

yang mereka terima menguatkan mereka untuk tetap berada pada keyakinan

baru mereka. Sehingga, dalam kondisi tertindas penduduk Kristen Bali tetap

bertumbuh. Mereka merasa merdeka, karena ketika memeluk agama Kristen

mereka terbebas dari aturan adat, seperti metajen (sabung ayam). Metajen

adalah aktivitas sabung ayam yang telah menjadi tradisi masyarakat Bali

Hindu dan wajib dilaksanakan karena berkenaan dengan upacara tabuh rah

(dalam agama Hindu berarti menumpahkan darah ayam yang disabung).

Metajen identik dengan perjudian, karena dalam aktivitas ini akan dilakukan

taruhan uang oleh warga. Bagi yang menang maka berhak mendapatkan uang

tersebut.

Tradisi kedua yang dianggap meringankan penduduk Bali Kristen adalah

terbebasnya mereka atas adat banten. Banten adalah sesaji yang dibuat dari

daun kelapa yang masih muda berisikan bunga (sari) yang memang

pembiayaan banten sangat tinggi apalagi ada upacara-upacara besar seperti

manusa yadnya, melis, galungan dan kuningan dan banyak lagi lainnya.

Tradisi berikutnya yang dianggap memberatkan adalah ngaben. Ngaben

adalah pembakaran mayat yang dilakukan oleh Bali-Hindu sesuai kasta

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

keluarganya dengan membuat suatu lembu atau sejenisnya setelah itu dibakar

dan abunya dibuang kelaut.

Namun kebebasan tersebut tidak menempatkan masyarakat Bali Kristen

terbebas dari semua permasalahan. Persoalan muncul ketika masyarakat Bali

Hindu tidak menganggap menjadi bagian mereka lagi maka masyarakat

melarang pemakaman orang Bali Kristen di desa adat. Padahal, setiap desa

hanya mempunyai satu pemakaman.

Melihat kondisi tersebut Pemerintah Belanda berupaya untuk mencari

penyelesaian masalah. Namun upaya tersebut tidak dapat menyelesaikan

konflik yang semakin menjadi parah. Dan pada akhirnya masyarakat Bali

Kristen memutuskan untuk melakukan migrasi ke Alas Angker (sekarang

dikenal sebagai sebagai desa Blimbingsari).

Migrasi ke Alas Angker dimaksudkan untuk mendapatkan lahan baru dan

dapat juga sebagai tempat baru bagi pemeluk agama Kristen. Migrasi

disetujui, karena bila tidak berpindah dikhawatirkan orang-orang Bali Kristen

akan mempengaruhi masyarakat yang lain. Terlebih lagi, alas angker adalah

wilayah yang sulit untuk ditaklukkan karena kondisi alamnya yang rumit,

rawa, dan masih banyak hewan buas. Maka terdapat pemikiran bahwa dengan

pengasingan tersebut Kekristenan tidak akan berkembang atau apabila

berkembang hanya akan terisolasi di wilayah tertentu saja.

Keyakinan dan kegigihan warga Bali Kristen membuahkan hasil. Alas

angker dapat ditaklukkan. Bus Sapakira yang terkenal tahun 1930, membawa

Kendaraan ini juga yang mengangkut para perintis (orang-orang Bali Kristen)

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pada tahun 1939 sebanyak 30 orang, tepatnya tanggal 1 Juni 1939 yang

berangkat dari bangsal untal-untal, Dalung Gaji menuju Melaya, wilayah Bali

Barat. Hal menarik dalam proses babat alas yang mereka lakukan, mereka

membangun sesuai dengan budaya Bali yang disebut nyegara gunung (gunung

di utara, laut di selatan) dan berbentuk salib. Tanda salib besar tersebut

ternyata mengagetkan orang yang melintasi desa yang berada di tengah hutan.

Kini desa Blimbingsari menjadi desa maju bahkan telah berhasil

meluaskan wilayahnya ke beberapa desa termasuk Ambyarsari dan Parigi.

Namun muncul persoalan ketika pemerintah semakin giat menjalankan

program ajeg Bali dengan berbagai cara. Blimbingsari terkesan mulai resah,

karena Blimbingsari adalah desa Kristen, sementara program membangkitkan

ke-bali-an identik dengan ke-hindu-an.

Hanya saja perilaku frontal dan ekstrim yang telah dilakukan generasi

pertama masyarakat Blimbingsari pada masa lampau tidak tampak lagi.

Blimbingsari justru terkesan berupaya menggabungkan (pengakulturasian) dua

budaya baik budaya Bali dengan budaya Kristen melalui perwujudan budaya

baik secara material maupun budaya nonmaterial. Warga Blimbingsari

membangun simbol-simbol yang seolah ingin mereka komunikasikan sebagai

identitas mereka. Bahkan mereka membuat sebuah Awig-awig atau aturan adat

yang mengesahkan beberapa bentuk perpaduan tersebut.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

B. Rumusan Masalah

Masyarakat Blimbingsari adalah masyarakat Bali yang berkeyakinan

Kristen. Program “Ajeg Bali” yang dibuat oleh pemerintah provini Bali

mengarahkan wacana bahwa Bali adalah Hindu, sehingga dapat dikatakan

bahwa “Ajeg Bali” identik dengan “Ajeg Hindu”. Masyarakat Blimbingsari

yang berkeyakinan Kristen, merasa terancam dengan kebijakan tersebut,

sehingga mereka perlu melakukan beberapa penyesuaian dalam bentuk

akulturasi budaya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

masyarakat Blimbingsari yang berkeyakinan Kristen melakukan akulturasi

dengan Hindu (Bali) agar identitas budaya mereka itu tetap Bali, sehingga

eksistensi mereka tetap terjamin

C. Pembatasan Masalah

Perkembangan komunitas Bali-Kristen semakin pesat hingga ke beberapa

wilayah, seperti Ambyarsari dan Parigi, namun kajian ini akan lebih spesifik

terhadap desa Blimbingsari, kecamatan Melaya, Bali karena desa ini

merupakan pusat dari desa-desa yang menjadi perluasan dari Blimbingsari.

Sentral disini dimaksudkan semua aktivitas komunitas Kristen di Bali kini

berada di desa ini.

D. Tujuan Penelitian

Menurut Koentjoroningrat akulturasi budaya bisa dilakukan melalui 7 unsur

budaya yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi social, sistem peralatan

hidup dan teknologi, sistem ata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Mengingat bahwa masyarakat Blimbingsari yang berkeyakinan Kristen

sebenarnya juga masyarakat asli Bali, maka tujuan penelitian lebih difokuskan

untuk menjelaskan upaya masyarakat Blimbingsari yang berkeyakinan Kristen

dalam melakukan akulturasi budaya melalui:

1. Arsitektur gereja Pniel Blimbingsari

2. Tata Ibadah gereja Pniel Blimbingsari

3. Sistem Sosial kemasyarakatan Blimbingsari

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan paparan di atas penelitian ini diharapkan untuk dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini diharapkan

mampu memberkan sumbangan peikiran bagi pengembangan ilmu itu

sendiri, khususnya komunikasi budaya.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini untuk memberikan pemahaman bahwa

budaya dapat menjadi sebuah medium bagi masyarakat dalam hal ini

Blimbingsari Jembrana Bali untuk mengkomunikasikan identitas serta

menunjukkan perlawanan mereka. Penelitian ini juga bermanfaat untuk

memberikan deskripsi dan informasi tentang keanekaragaman “ways of

speaking” sebagai legitimasi pengetahuan itu sendiri.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB II

ORIENTASI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Komunikasi

1. 1. Komunikasi Kelompok

Penelitian ini merupakan kajian komunikasi karena ingin menjelaskan

bagaimana budaya tampaknya menjadi sebuah medium untuk

mengkomunikasikan maksud atau pesan dari si komunikator. Komunikator

dalam penelitian ini adalah masyarakat Blimbingsari, sehingga komunikasi

yang diamati berada pada level komunikasi kelompok.

Kelompok adalah kumpulan individu-individu yang terhubung satu dengan

yang lain melalui beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat

organisasi di antara mereka. Sebuah kumpulan dapat dikatakan sebagai

kelompok apabila mempunyai beberapa karakteristik seperti berikut;

kelompok merupakan kumpulan sejumlah orang, anggota kelompok terhubung

satu dengan yang lain dengan tujuan yang sama, dan mereka terhubung oleh

beberapa aturan atau struktur kelompok. (Devito, 2003: 249).

Komunikasi kelompok merupakan komunikasi antar persona yang didasari

sebuah kebutuhan tertentu yang mengarah ke sebuah conformitas. Sebuah

proses komunikasi dimana tiga atau lebih anggota kelompoknya

mempertukarkan pesan verbal maupun nonverbal dalam usaha untuk

mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam wilayah kelompok atau group

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ini, partisipan terdiri atas beberapa orang yang didasarkan atas dasar beberapa

kesamaan mendasar seperti adanya persepsi, motivasi dan tujuan mereka

bergabung dalam kelompok tersebut. (Purwasito, 2003: 56).

Untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama, kelompok biasanya

membentuk norma kelompok sebagai guideline mereka. Norma kelompok

adalah aturan atau standar-standar identifikasi tingkah laku di dalam mana

tindakan anggota kelompok dimengerti sebagai tindakan yang boleh atau tidak

boleh dilakukan. “Norm that regulated a particular group member’s behavior,

called role expectations, identify what each person in an organization is

expected to do.” Norma yang dibuat oleh kelompok pada dasarnya

disesuaikan dengan harapan yang akan dicapai oleh kelompok tersebut. (op

cit).

1.2. Groupthink dalam Komunikasi Kelompok

Harapan atas keharmonisan dalam sebuah kelompok membutuhkan

kesepakatan bersama antar anggota masyarakat. Dalam interaksi keseharian

kelompok akan menemui berbagai kendala dalam pencapaian konformitas,

maka ia akan membutuhkan sebuah pemecahan masalah yang akan

berorientasi bagi keakuran kelompok. Groupthink merupakan teori yang

diasosiasikan dalam tataran komunikasi kelompok. Janis memfokuskan

pandangannya terkait dengan teori ini pada problem-solving group dan task-

oriented groups.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Namun selain fokus yang diutarakan Janis tersebut, terdapat aktivitas lain

yang dapat dikaji dalam komunikasi kelompok. Other activities of small

groups include information sharing, socializing, relating to people and groups

external to the group, educating new members, defining roles, and telling

stories. (Aktivitas lain dalam kelompok meliputi pertukaran informasi,

sosialisasi, berhubungan dengan orang-orang dan kelompok eksternal,

mendidik anggota kelompok baru, mendefinisikan aturan atau norma, dan

berbagi cerita.) ( Frey and Sunwolf, 2005; Poole & Hirokawa, 1996 dalam

Richard West, 2007: 262)

Dalam kelompok, interaksi melibatkan pertukaran pesan antar anggota.

Pesan tersebut merupakan bentuk konsensus yang disepakati antar anggota

dan kemudian, pesan yang menjadi milik kelompok tersebut dikomunikasikan

keluar kelompok atau anggota kelompok yang akan masuk ke dalam

kelompok tersebut.

Tiga asumsi kritis dalam pendekatan ini adalah bahwa (1) kondisi dalam

kelompok berpengaruh terhadap tingginya kohesifitas, (2) penyelesaian

permasalahan kelompok adalah hal utama dalam proses penyatuan, (3)

kelompok dan pembuatan kebijakan kelompok merupakan proses yang

kompleks.

Kohesifitas merupakan kondisi yang diharapkan oleh kelompok.

Cohesiveness means that you and the other members are closely connected,

are attracted to one another, and depend on one another to meet your needs.

(West&Lynn, 2007: 249). Kohesifitas terjadi apabila antar anggota

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mempunyai kedekatan yang intens. Anggota kelompok dengan kerelaannya

bekerja sama demi kepentingan bersama. Ernest Borman mengungkapkan

bahwa anggota kelompok pada dasarnya akan mempunyai kesamaan

emosional satu dengan yang lain, dan hasilnya mereka akan senantiasa

berupaya untuk membangun sebuah identitas kelompok. Upaya membangun

identitas tersebut karena menurut Giddens (1984) dalam Bakker (2008: 172)

mengungkapkan:

“Identitas sosial diasosiasikan sebagai hak-hak normatiif, kewajiban, sanksi, yang pada kolektivitas tertentu membentuk peran. Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi, khususnya yang terkait dengan atribut badaniah umur, dan gender, merupakan hal yang fundamental di semua masyarakat, sekalipun ada begitu banyak variasi lintas budaya yang dapat dicatat.” Pemahaman kohesifitas tersebut yang diupayakan pula oleh desa Kristen

Blimbingsari. Desa ini berusaha membangun sebuah identitas budaya sebagai

bentuk kebijakan untuk melepaskan mereka dari sebuah permasalahan

kelompok.

2. Komunikasi dan Budaya

2.1. Komunikasi dalam Konteks Budaya.

Pemahaman komunikasi kelompok dalam penelitian ini berada dalam

konteks budaya. Budaya memiliki definisi yang cukup beragam dari satu

ilmuwan dengan ilmuwan yang lain. Pada dasarnya budaya merupakan cara

manusia atau suatu kelompok untuk bertahan hidup, seperti yang diungkapkan

oleh Edward T. Hall. Culture is the medium evolved by humans to survive.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Sehingga dapat dikatakan manusia akan berupaya untuk membangun

kebudayaannya untuk mempertahankan kehidupan yang dia miliki dan cara

tersebut kemudian diturunkan.

Budaya merupakan sesuatu yang ditransmisi dari satu orang ke orang lain

dan juga dari satu generasi ke generasi yang lain. Lantas, kemudian muncul

pertanyaan apa yang disebut dengan “sesuatu” tersebut. Kata sesuatu

mengungkapkan adanya roh yang sama yang mendasari untuk mendefinisikan

sesuatu yaitu seperangkat keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan, simbol-

simbol atau karakteristik yang dibagikan oleh sekelompok orang.

Walaupun didefinisikan dengan berbagai sudut pandang, many cultural

scholars explicitly define culture as something shared among people who

communicate with each other through some common language, and which is

further communicated to immigrant, children, and other new members of a

society (e.g., Triandis, 1994) (Fiedler, 2007. Fiedler, Klaus. Social

Communication, New York: Psychology Press. p.108). Beberapa ilmuwan

secara eksplisit mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang ditukarkan

seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain melalui kesamaan bahasa,

dan kemudian dikomunikasikan pula kepada imigrant, anak-anak, dan anggota

baru dalam suatu masyarakat. Artinya bahwa budaya akan ditransmisikan

kepada siapa saja yang berada dalam lingkungan yang sama ketika proses

komunikasi terjadi.

Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari konteks dimana dia

dilangsungkan. Ketika kita ingin memahami komunikasi yang terjadi di

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Blimbingsari, kita harus mempelajari karakteristik desa tersebut. Atau berarti

ketika kita ingin melihat komunikasi mereka, kita harus melihat budaya

mereka. Geertz mengungkapkan, “culture denotes an historically transmitted

pattern of meaning embodied in symbols, a system of inherited conceptions

expressed in symbolic forms by means of which men communicate, perpetuate

and develop their knowledge about and attitudes towards life.” Budaya

merupakan pola transmisi perwujudan makna secara historis dalam simbol-

simbol, sebuah sistem pewarisan konsep-konsep yang diekspresikan dengan

bentuk-bentuk simbolik di dalam seseorang berkomunikasi, mengabadikan,

dan mengembangkan pengetahuan dan perilaku-perilaku kehidupan mereka.

(Martin&Nakayama, 1990:79).

Budaya terdiri dari hubungan yang spesifik atas gaya hidup kelompok baik

nilai, kepercayaan, artefak, tingkah laku dan cara berkomunikasi. Dalam

kelompok social, culture adalah segala sesuatu yang anggota kelompok

hasilkan dan kembangkan. “Culture is everything that members of that group

have produced dan developed-their language; ways thinking; artefact,

religion; and of course, communication theories styles, and attitudes.”

(Budaya adalah segala hal dimana anggota-anggota dalam kelompok

menghasilkan dan mengembangkan –bahasa, pola berpikir, artefak,

keyakinan; dan tentu saja gaya berkomunikasi dan perilaku mereka). (Devito,

2003:36).

Budaya dalam komunikasi melalui berbagai wujudnya merupakan pesan

yang dipertukarkan. Pesan tidak akan berguna tanpa makna. Mengutip Parsons

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dan Shils (1951: 25), Geertz menegaskan bahwa perbedaan antara kultur dan

sistem sosial berarti memperlakukan kultur sebagai sistem makna dan simbol

yang terorganisasi yang menjadi dasar interaksi sosial dan memandang sistem

sosial sebagai pola-pola interaksi sosial itu sendiri.

Geertz juga mengungkapkan bahwa “Culture is a fabric of meaning in

terms of which human being interpret their experience and guide their

action.” (Budaya adalah pabrik makna yang mana seseorang mengintepretasi

pengalaman mereka dan mengarahkan perilaku mereka). (Geertz, 1986: xiii).

2.2. Persoalan Budaya dalam Kaitannya dengan Komunikasi

Budaya dan komunikasi merupakan dua konsep yang berbeda namun

terhubung satu sama lain. Budaya dapat didefinisikan sebagai sistem

pertukaran keyakinan, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan artefak-artefak

yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk memahami satu sama lain dan

sekeliling mereka. Cultural can defined as a system of shared beliefs, values,

customs, behaviours, and artifacs that members of a society use to cope with

another and with their world. (Budaya dapat didefinisikan sebagai sistem

pertukaran keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, perilaku-

perilaku, dan artefak-artefak dimana anggota masyarakat menggunakannya

untuk mengatasi permasalahan satu dengan yang lain dan juga dunia mereka).

(Pearson&Nelson, 2000: 189). Budaya ditransmisikan dari satu generasi ke

generasi yang lain melalui social learning. Budaya melibatkan banyak aspek

termasuk juga ras, kelompok etnik dan kebangsaan.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dalam suatu kelompok budaya biasanya terdapat dominant culture dan co-

culture atau sub culture. Pilihan kata dominan dalam dominant culture

mengimplikasikan bahwa ada kekuasaan (power) yang dimiliki kelompok ini

terhadap kelompok yang lain. Kekuatan yang dimiliki biasanya mengarah

pada kontrol terhadap beberapa akses yang dibutuhkan anggota kelompok.

Folb dalam Samovar (2007:10), mengungkapkan bahwa “Power is often

defined as the ability to get others to do what you want.” (Kekuasaan sering

didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa

yang kita inginkan). Ini dapat dimengerti bahwa kelompok dominan

memberikan pengaruh besar terhadap persepsi-persepsi, pola komunikasi,

keyakinan dan nilai yang dimiliki kelompok budaya tersebut. Kelompok

dominan biasanya menggunakan uang, rasa takut, militer dan lain sebagainya

untuk mewujudkan apa yang mereka kehendaki, namun hal ini tentu berbeda

antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Sementara disisi lain terdapat co-culture atau subculture, yaitu kelompok

yang mempunyai perbedaan keyakinan-keyakinan atau perilaku dengan

kebudayaan yang lebih besar dimana dia menjadi bagiannya. DeVito (1986)

mengungkapkan bahwa co-culture is “a group whose beliefs or behaviours

distinguish it from the larger culture of which it is a part and which it shares

numerous similarity.” (co-culture adalah kelompok yang keyakinan-

keyakinan atau perilaku-perilakunya berbeda dari budaya yang lebih besar

dimana dia menjadi bagian dan di dalam mana ia menukarkan sejumlah

persamaan). Pada kenyataannya akan terjadi superior dan inferioritas budaya

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dalam masyarakat. Kelompok co-culture biasanya akan menjadi dominasi

kelompok yang dominan.

Kondisi masyarakat tersebut akan membentuk perasaan in-group dan

outgroup pada masing-masing kelompok. Problem terburuk yang dapat terjadi

adalah munculnya etnosentrisme budaya. Pemahaman bahwa budaya mereka

jauh lebih baik dibanding dengan budaya orang lain. Etnosentrisme juga

memberi kecenderungan kepada kelompok untuk menggunakan cara

kelompok kita dalam melakukan sesuatu sebagai ukuran untuk menilai orang

lain. (Henslin, 2006:39). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan William

Summer bahwa, “Kelompok sendiri merupakan pusat segalanya, dan semua

kelompok lain ditimbang dan dinilai dengan menggunakannya sebagai

rujukan.” Dalam pandangan ini yang dianggap benar adalah pandangan dari

budaya yang mereka punyai. Orang atau kelompok yang berpikir etnosentris

akan memandang budaya lain melalui kaca mata budaya mereka sendiri.

Perbedaan budaya juga akan menimbulkan penerimaan dan penolakan

budaya. Di beberapa wilayah atau negara seperti Amerika, Inggris, Denmark,

Swedia, Singapura, Hongkong, Irlandia, dan India (Hofstede dalam

Pearson&Nelson, 2000:194) mereka cenderung mudah menerima budaya

asing. Namun tidaklah demikian dengan beberapa wilayah atau negara yang

lain. Perbedaan budaya-termasuk juga budaya dominan dan subculture-

menimbulkan penolakan antara satu dengan yang lain. Ada rasa kecurigaan

dan tidak nyaman apabila mereka terlibat interaksi.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Problem dari komunikasi budaya adalah munculnya stereotype dan

prasangka. Stereotipe merupakan kompleksitas kategorisasi yang dapat

menuntun kita untuk menilai suatu kelompok. Lippman dalam Samovar

(1998:246) mengindikasikan, “stereotype were a means of organizing our

images into fixed and simple categories that we use to stand for the entire

collection of people.” Sikap ini secara langsung atau tidak langsung akan

menjadi panduan kita dalam memandang kelompok lain dalam berbagai

klasifikasi. Sebenarnya sebuah kewajaran psikologis dalam kehidupan

masyarakat bahwa seseorang akan meletakkan orang lain atau kelompok lain

bahkan dirinya sendiri dalam sebuah klasifikasi tertentu, karena orang

senantiasa akan membandingkan antara satu dengan yang lain. Namun dalam

konteks komunikasi budaya, stereotype cukup mengganggu. Pandangan ini

akan membawa seseorang untuk membatasi dan terkadang meletakkan atau

mendeskripsikan seseorang hanya berdasarkan persepsi yang dia miliki-yang

biasanya negatif.

Selain stereotype, prasangka juga membawa efek yang kurang bermanfaat

dalam komunikasi budaya. Prejudice refers to an unfair, biased, or intolerant

attitude towards another group of people. Prasangka merujik pada perilaku

yang tidak adil, bias, atau tidak toleransi terhadap kelompok yang lain. Levin

dalam Samovar (1998:247) menambahkan bahwa “prejudice deals with

negative feelings, beliefs, and actiontendencies, or discriminatory acts, that

arise against human being by virtue of the status they occupy or are perceived

to occupy as members of a minority groups.” Prasangka senantiasa merujuk

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pada keyakinan yang negatif dan memicu tindakan yang diskriminatif bagi

suatu kelompok tertentu-biasanya kelompok minoritas.

2.3. Akulturasi sebagai Wujud Interaksi Makna

Budaya adalah sebuah sistem yang dinamis. Budaya dapat berubah.

Perubahan budaya berkaitan erat dengan perkembangan masyarakatnya. Ada

beberapa mekanisme budaya dalam masyarakat, mekanisme itu terdiri dari

inovasi, difusi dan akulturasi. “Although cultures change throught several

mechanism, the three most common are innovation, diffusion, and

acculturation. (Samovar, 1998:45). Dalam kajian ini penulis akan

menitikberatkan penelitian pada mekanisme budaya yaitu akulturasi.

Acculturation occurs when a society undergoes drastic culture change

under the influence of a dominant culture and society with which it has come

in contact. Akulturasi terjadi ketika masyarakat mengalami perubahan budaya

yang begitu drastis tatkala mengalami kontak dengan masyarakat atau budaya

yang berbeda. (Samovar, 1998:45).

Acculturation is generally viewed as a process of change over time within

individuals as they adapt to a new cultural environtment. (Akulturasi pada

umumnya dipandang sebagai proses perubahan individu-individu dari waktu

ke waktu dalam mereka beradaptasi atas lingkungan budaya yang baru). Berry

(2003) dalam Chia-Fang (Sandy) Hsu. (2010). Acculturation and

Communication Traits: A Study of Cross-Cultural Adaptation among Chinese

in America. Communication Monographs (Vol. 77), No.3, hal. 414-425.

Akulturasi adalah proses perubahan individu-individu dalam beradaptasi

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

terhadap lingkungan mereka yang baru. Pendatang akan berkonfrontasi

dengan situasi yang tidak lazim, dimana situasi tersebut sering kali tidak

sesuai dengan harapan yang mereka inginkan. Tekanan bagi pendatang

berkaitan dengan nilai, perilaku, dan kemampuan berkomunikasi yang serba

baru.

Bates and Plog dalam Samovar mengungkapkan bahwa masyarakat

membutuhkan proses bertahap untuk beradaptasi atas budaya baru, tidak serta

merta mengadopsi semua perilaku dan keyakinan budaya baru tersebut.

Although many aspects of culture are subject to change, the deep structure

of a culture resist major alterations. (Samovar, 1998:46). Most of we call

culture is below the surface, or like the moon: we observe the front, which

appears flat and one-dimensional, but there are other dimensions that we

cannot see. (Ibid)

Akulturasi merupakan proses sosial yang muncul apabila suatu kelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur

dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.

Akulturasi dalam antropologi mempunyai beberapa makna (acculturation,

atau culture contact), ini semua menyangkut konsep mengenai proses sosial

yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-

unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri,

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.4 Hasil akulturasi

berupa budaya lokal atau sebuah budaya yang mempunyai kekhasan tersendiri

dengan ciri-ciri fisik dan non fisik yang dapat dibedakan dengan yang lain.

Dalam konteks budaya lokal desa adat Blimbingsari, akulturasi terjadi

ketika budaya Hindu Bali bertemu dengan budaya Kristen Bali. Dalam

interaksi tersebut, warga Blimbingsari membentuk simbol-simbol budaya baik

yang bersifat fisik maupun non-fisik. Bentukan tersebut dapat berupa

bangunan atau artefak, ritual-ritual adat, simbol-simbol keagamaan, gaya

hidup (pakaian, asesoris), bahkan cara berpikir. Budaya lokal Blimbingsari

merupakan identitas budaya tersendiri yang terbentuk dari perpaduan dua

kebudayaan atau tidak dapat dikatakan bahwa kebudayaan mereka murni dari

salah satu budaya saja (Bali Kristen atau Bali Hindu). Penelitian ini ingin

mencoba menguraikan bagaimana proses rekayasa simbol terjadi, pemaknaan

simbol dan cara mereka mengkomunikasikan identitas mereka tersebut.

Akulturasi dalam masyarakat dapat dipandang dari berbagai unsur budaya

yang mereka miliki. Menurut Koentjoroningrat (1979:203) unsur-unsur

kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat yaitu:

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan

3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

4 Koentjaraningrat. 2005.Pengantar Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta. Hal.159

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

6. Sistem religi

7. Kesenian

Kajian bahasa dalam sebuah studi etnografi terhubung dengan posisi

penggunaan susunan sistem fonetik, fonologi, sintaks, dan semantik dalam

bahasa-bahasa yang ada pada rumpun-rumpun bahasa di dunia. Bahasa juga

dapat dipandang secara spesifik sebagai suatu variasi yang ditentukan oleh

perbedaan-perbedaan daerah secara geografi maupun oleh lapisan serta

lingkungan sosial dalam masyarakat suatu suku bangsa. (Koentjoroningrat,

1979:341).

Pemahaman unsur teknologi berkaitan dengan cara-cara memproduksi,

memakai, dan memelihara segala peralatan hidup dari suatu kelompok

masyarakat. Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam

sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia,

meliputi: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api,

makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu-jamuan, pakaian dan

perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, dan alat-alat transpor.

(Koentjoroningrat, 1979:342).

Sistem mata pencaharian berkaitan dengan sistem ekonomi dimana suatu

masyarakat menggantungkan hidupnya. Biasanya dalam kajian berkaitan

dengan mata pencaharian hal-hal yang mendapat perhatian adalah beberapa

aspek ketenagakerjaan dan pengaruh berbagai industri terhadap perekonomian

masyarakat tersebut.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berkaitan dengan organisasi sosial, dalam tiap masyarakat kehidupannya

diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai

macam kesatuan di dalam lingkungan mana ia hidup dan bergaul dari hari ke

hari. (Koentjoroningrat, 1979:366). Kekerabatan keluarga inti adalah kesatuan

terdekat dalam masyarakat, kemudian ada ikatan diluar kekerabatan tersebut

namun masih berada dalam satu komunitas. Sistem pengetahuan berkaitan

dengan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh kelompok masyarakat. Semisal

pengetahuan bangsa Negrito di daerah sungai Konggo di Afrika Tengah untuk

mengolah dan memasak, pengetahuan tentang obat-obatan di suatu wilayah

tertentu, dan lain sebagainya. Sistem pengetahuan dimiliki oleh setiap suku

bangsa di dunia, biasanya terdiri dari alam sekitarnya, alam flora di daerah

tempat tinggalnya, alam fauna di daerah tempat tinggalnya, zat-zat, dan bahan

mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan

tingkah laku sesama manusia, dan ruang dan waktu. (Koentjoroningrat,

1979:373). Perwujudan sistem pengetahuan biasanya juga berkaitan dengan

unsur-unsur yang lain.

Sementara unsur yang lain adalah sistem religi. Sistem religi berkenaan

dengan keyakinan seseorang atau kelompok masyarakat kepada sesuatu

kekuatan gaib yang dianggap lebih tinggi daripadanya, dan mengapa manusia

melakukan berbagai hal dengan cara yang beraneka warna, untuk

berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi.

(Koentjoroningrat, 1979:376).

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dan unsur yang terakhir adalah kesenian. Para antropolog memandang

kesenian berkaitan dengan segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan

dalam kebudayaan suku-suku bangsa. Deskripsi tentang kesenian biasanya

dihubungkan dengan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan, dan gaya

dari benda-benda kesenian tadi. Koentjoroningrat mengungkapkan lapangan

kesenian dapat berupa seni rupa, seni musik, seni tari dan drama.

Dalam studi komunikasi antar budaya unsur-unsur kebudayaan manusia

terdiri dalam berbagai hal yaitu: sejarah kebudayaan, identitas sosial, budaya

material, peranan relasi, kesenian, bahasa dan interaksi, stabilitas kebudayaan,

kepercayaan atas kebudayaan&nilai, etnosentrisme, perilaku non verbal,

hubungan antar ruang, konsep tentang waktu, pengakuan dan ganjaran, pola

pikir dan aturan-aturan budaya. (Liliweri, 2002: 117).

Sejarah kebudayaan suatu masyarakat merupakan batu sendi bagi

kepentingan menganalisis dan memahami kebudayaan. (Liliweri, 2002: 118).

Sejarah memampukan kita untuk menelusuri dan menjelaskan beragam sikap

yang dipertukarkan antar anggota budaya. Identifikasi sosial berkaitan dengan

kecenderungan orientasi dalam sebuah masyarakat. Biasanya kecenderungan

tersebut akan menjadi penanda atau identitas bagi suatu kelompok masyarakat.

Penelitian Cattel (1951) menerangkan bahwa orientasi individu cenderung

tampil sebagai identitas kelompok.

Budaya material adalah hasil produksi suatu kebudayaan berupa benda

yang dapat ditangkap indera, misalnya makanan, pakaian, metode perjalanan,

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

alat-alat teknologi dll. (Liliweri, 2002: 120). Budaya material sering kali

dianggap sebagai simbol dari suatu kelompok masyakat.

Hal yang berkaitan erat dengan peran adalah status sosial. Status akan

mempengaruhi peran seseorang dalam kelompok masyarakat. Apabila status

adalah gambaran tentang kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat maka

peran menunjukkan aspek dinamis dari kedudukan orang itu.

Seni adalah segala sesuatu yang menampilkan estetika untuk dinikmati.

Taylor mengungkapkan bahwa seni dipandang sebagai sebuah proses yang

melatih ketrampilan, aktivitas manusia untuk menyatakan atau

mengkomunikasikan perasaan atau nilai yang dia miliki. Kesenian dapat

mempunyai wujud beragam seperti foklor, seni musik, tarian, drama, seni

permainan, dan teknologi seni.

Unsur berikutnya adalah bahasa dan interaksi. Banyak definisi bahasa

berkaitan dengan latar belakang keilmuan. Menurut Liliweri (2002:129)

penggunaan bahasa dapat dipandang memberikan penjelasan yang bermanfaat

tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan

kenyataan untuk tujuan praktis. Berhubungan dengan kebudayaan bahasa

diletakkan sebagai salah satu unsur kebudayaan. Sapir-Whorf mengungkapkan

bahwa bahasa atau peristiwa mempengaruhi cara seseorang dalam berpikir dan

memandang dunia.

Stabilitas kebudayaan berkaitan erat dengan dinamika kebudayaan, sebuah

studi tentang proses dan kondisi yang berkaitan dengan stabilitas kebudayaan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dan perubahan kebudayaan. Menurut Taylor (1998) para antropolog

mengungkapkan bahwa semua kebudayaan selalu mengalami perubahan, juga

mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman perubahan

baik dari dalam maupun dari luar. Perubahan struktur sosial baru akan

mempengaruhi sistem relasi antar masyarakat dan memungkinkan masyarakat

untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat yang lain.

Setiap kebudayaan memiliki pandangan hidup dan sistem kepercayaan

yang menjadi dasar berperilaku bagi anggotanya. Nilai dasar tersebut

digunakan anggota masyarakat untuk melihat ke dalam dan juga memandang

keluar.

Etnosentrisme adalah paham dimana para penganut suatu kebudayaan atau

suatu kelompok suku bangsa selali merasa lebih superior daripada kelompok

lain di luar mereka. (Liliweri, 2002:138). Dalam masyarakat biasanya terdapat

kelompok etnis. Thomas Sowell mengungkapkan bahwa kelompok agama,

asal bangsa, kelompok ras, semua berada di bawah bendera yang namanya

kelompok etnik. Gordon mengemukakan bahwa kelompok etnik adalah

kelompok sosial yang dapat dibedakan oleh kebudayaan, agama, dan asal

kebangsaan.

Unsur kebudayaan berikutnya adalah perilaku non verbal. Komunikasi non

verbal merupakan tindakan dan atribusi yang dilakukan seorang kepada orang

lain bagi pertukaran makna, yang selalu dikirimkan dan diterima secara sadar

oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu. (Burgoon and

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Saine 1978). Komunikasi non verbal dapat pula merujuk pada variasi bentuk-

bentuk komunikasi yang meliputi bahasa. Bagaimana seorang itu berpakaian,

bagaimana seseorang melindungi dirinya, menampilkan ekspresi wajah,

gerakan tubuh, suara, nada, dan kontak mata, dll (Eugene Matusov dalam

Liliweri, 2002: 139).

Aspek lain dari penggunaan komunikasi non verbal adalah penggunaan

ruang atau prosemik. Penggunaan ruang berkaitan dengan bagaimana kita

memanfaatkan ruang ketika kita berhadapan atau berkomunikasi dengan orang

lain. Seberapa jarak yang kita punyai untuk saling bercakap dipengaruhi juga

oleh budaya dimana aktivitas itu dilakukan. Selain prosemik budaya

berpengaruh pula terhadap kronemik atau konsep waktu. Persepsi waktu antar

budaya berbeda satu dengan yang lain. Sebagai contoh, orang Jepang dan

Amerika sangat tepat waktu sedang orang Arab akan mendahulukan basa basi

emosional terlebih dahulu.

Unsur kebudayaan yang lain adalah pengakuan dan ganjaran. Pengakuan

adalah sebuah konformitas terhadap suatu perilaku. Norma biasanya alat yang

digunakan masyarakat untuk memberikan pengakuan atau ganjaran. Dan

unsure budaya yang terakhir adalah pola pikir. Pola berpikir merupakan cara

yang menunjukkan bagaimana suatu kelompok memandang keputusan yang

diambil. Setiap kebudayaan mengajarkan pola berpikir berbeda sesuai dengan

kesepakatan anggotanya.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2.4. Komunikasi sebagai Proses Share Meaning

Komunikasi antar anggota kelompok merupakan proses berbagi satu

dengan yang lain. Berdasarkan asal kata, komunikasi berasal dari Latin,

communicare. Kata ini mengandung pengertian “to make common”, “to

share”, atau berbagi. Maka dalam pemahaman ini, “communication is defined

as the process of understanding and sharing meaning.” Komunikasi dapat

didefinisikan sebagai proses memahami dan menukarkan makna. Komunikasi

lebih dari sekedar melemparkan pesan dari satu orang ke orang yang lain atau

kelompok ke kelompok yang lain, namun komunikasi lebih pada proses.

Sebuah aktivitas bahkan serangkaian perilaku yang diorganisir sedemikian

rupa untuk dapat dipahami.

Perilaku komunikasi diungkapkan oleh David Berlo (1960), “…When we

label something as a process, we also mean that it does not beginning, an end,

a fixed sequence of events. It is not static, as rest. It is moving. The ingredients

within a process interact; each affects all the others.” (Ketika kita menandai

sesuatu (perilaku komunikasi) sebagai proses, kita juga memaknainya tidak

hanya awal, akhir, bagian dari kejadian-kejadian. Ia tidak statis, seperti

berhenti sejenak. Ia bergerak. Komponen-komponen yang terlibat dalam

proses interaksi; masing-masing berpengaruh terhadap yang lain). Proses

berarti ada sebuah aktivitas yang dibangun terus menerus, sehingga ketika kita

melakukan (proses) komunikasi -misalnya, bercakap- kita tidak selesai hanya

dalam sekali pembicaraan. Namun kalimat dalam percakapan tersebut

mungkin akan menjadi dasar untuk percakapan nanti, keesokan harinya atau

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

bahkan minggu depan dan seterusnya. Oleh karena itu, proses tentu

membutuhkan pemahaman. Communication is a process that requires

understanding-perceiving, interpreting, and comprehending the meaning of

the verbal and nonverbal behavior of others. Komunikasi merupakan proses

yang menghendaki pemahaman, penafsiran, dan pengertian makna baik

perilaku verbal dan non verbal. (Pearson&Nelson, 2000:7).

Komunikasi juga melibatkan pemahaman tentang “sharing” yang dapat

dimengerti sebagai interaksi antara orang-orang untuk mempertukarkan

makna. Setiap orang atau kelompok pada dasarnya telah memiliki makna yang

dibangun bersama. Makna dalam sebuah kelompok didapat karena muncul

persamaan pemahaman terhadap pesan antar anggota mereka. Oleh karena itu

komunikasi dapat dilihat pula sebagai proses sosial.

2.5. Komunikasi sebagai Proses Sosial

Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran pesan dari komunikator

kepada komunikannya. Communication is a social process in which

individuals employ symbols to establish and interpret meaning in the

environment. (West&Turner, 2007:3). Atau dapat dikatakan bahwa

komunikasi merupakan sebuah proses sosial dimana individu-individu

menggunakan simbol-simbol untuk membangun dan mengintepretasi makna

yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut,

Gambar 2.1.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Unsur-Unsur dalam Definisi Komunikasi

Sumber: Richard West&Lynn H. Turner, 2007: 5

Konteks komunikasi di atas melibatkan beberapa unsur yang terdiri dari

lingkungan, sosial, proses, simbol-simbol, dan makna. Mengintepretasi

komunikasi sebagai proses sosial, berarti kita akan melibatkan orang-orang

dan interaksi. Dalam proses tersebut, seseorang cenderung mempunyai

intensitas, motivasi dan kemampuan berkomunikasi. Sebagai sebuah proses,

komunikasi akan bersifat dinamis, kompleks dan berkelanjutan. Dinamis yang

dimaksudkan dalam pandangan ini termasuk pula penciptaan pesan. Pada

kenyataannya, ketika seseorang melakukan proses komunikasi, maka pesan

tersebut akan tersimpan di dalam memori. Dan mungkin akan dapat muncul

lagi ketika bercakap dengan orang lain.

Communicationnn

Meaning Social

Environment

Symbols Process

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Unsur berikut dalam gambaran tersebut adalah simbol. Simbol merupakan

sebuah konsep yang dibangun melalui interaksi yang terus menerus antar

individu. Intensitas akan membentuk kesepakatan bersama atas sebuah

pemahaman makna. Itulah mengapa konsep yang sama terkadang dimaknai

berbeda oleh kelompok atau individu yang lain. Ketika manusia belajar maka

dia mempertukarkan simbol. Namun bukan hanya itu saja, manusia dapat

mengolah simbol-simbol sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Walaupun antara tanda dan obyek yang ditandai sering kali tidak ada

kaitannya, namun makna dapat dipahami melalui kesepakatan bersama.

Pembentukan makna terjadi melalui proses secara turun temurun atau

proses pewarisan budaya. Manusia memiliki pembawaan sosiokultural yang

membedakannya dengan hewan. Pembawaan sosiokultural terjadi ketika

seseorang berinteraksi dengan orang lain. Orang tua meneruskan nilai dalam

keluarga kepada anaknya. Adat dalam sebuah masyarakat menganggap tabu

suatu perilaku atau pandangan mengenai benar atau salah atas suatu masalah.

Dan berbagai contoh lainnya. Pemahaman budaya akan dilestarikan melalui

proses turun temurun tersebut. Hingga karena perilaku itu menjadi suatu

kewajaran maka orang akan menganggap itu sebagai identitas.

Simbol sangat berkaitan dengan proses intepretasi. Interpretasi terjadi

dalam pemikiran seseorang melalui proses encoding dan decoding seseorang

terhadap sesuatu. Atau dengan kata lain logika berpikir seseorang terbentuk

dari field of experience seseorang terhadap sebuah peristiwa atau sesuatu hal.

Intepretasi juga dapat diturunkan dan dipelajari seseorang dari lingkungannya.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Dan intepretasi tersebut kemudian disebarkan melalui keseharian interaksi

antar individu. Hasil dari sebuah intepretasi tersebut adalah pemaknaan.

A symbol is an arbritary label or representation of fhenomena. (Ibid,

hal.7). Simbol bersifat semena-mena atau merupakan representasi dari sesuatu

hal. Semisal, meja adalah simbol dari benda yang berkaki empat dan

digunakan untuk meletakkan sesuatu. Simbol tersebut bersifat arbriter, karena

mungkin di tempat lain, meja hanya menggunakan 3 kaki dan mempunyai

fungsi yang berbeda.

Sebuah label terkadang menimbulkan sebuah ambiguitas. Ia dapat

terbentuk melalui proses verbal maupun non verbal, dan dapat pula terjadi

dalam melalui komunikasi baik face-to-face maupun menggunakan media

tertentu. Simbol biasanya merupakan konsep yang dipahami oleh sebuah

kelompok tertentu. Namun menjadi ambigu bagi out-group sebuah kelompok.

Atau dengan kata lain, simbol cenderung bersifat in-group karena dibangun

melalui interaksi yang bersifat sehari-hari.

Simbol dapat berupa concrete symbol maupun abstract symbol. Concrete

symbol dapat dimaknai sebagai simbol yang merepresentasi sebuah obyek

dengan nyata. Sedangkan abstract symbol dipahami sebagai simbol yang

membangun ide atau pengetahuan. Dalam sebuah komunikasi, concrete

symbol lebih mudah dipahami daripada abstract symbol. Contohnya, orang

akan lebih mudah memahami bahwa kura-kura adalah salah satu jenis

binatang, daripada ketika seseorang mengatakan, “jalanmu seperti kura-kura.”

Seseorang mungkin akan mempunyai intepretasi berbeda dengan orang lain

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dalam memaknai kalimat tersebut. Proses intepretasi seseorang terhadap

obyek, juga dapat dipengaruhi oleh pemahaman dan pengalaman dia terhadap

obyek.

Komunikasi bersifat simbolik. Kenyataannya bahwa ketika seseorang

berkomunikasi pada dasarnya dia sedang mempertukarkan simbol. Gudykunst

and Kim mengungkapkan bahwa “The important thing to remember is that

symbols are symbols only because a group of people agree to consider them

as such.” (Samovar, 2007: 13). Simbol hanyalah simbol tanpa makna apabila

tidak ada kesepakatan antara anggota masyarakat. Tidak ada hubungan antara

simbol dengan referen mereka, hubungan tersebut bersifat arbitrair dan

beragam antara budaya satu dengan budaya yang lain.

Terkait dengan proses dan simbol, makna merupakan sesuatu yang sentral

terhadap definisi komunikasi. Meaning atau makna merupakan “extract” dari

pesan. Dalam komunikasi, pesan dapat mempunyai lebih dari satu makna.

Without sharing some meaning, we would all have a difficult time speaking the

same language or interpreting the same event. (Ibid, hal.7). Judith Martin dan

Tom Nakayama dalam Intercultural Communication in Context menekankan

bahwa makna mempunyai konsekuensi budaya. Budaya menjadi latar

belakang seseorang dalam memaknai sesuatu.

Unsur komunikasi yang terakhir adalah lingkungan. Lingkungan

merupakan situasi atau konteks dalam mana komunikasi terjadi. Lingkungan

melingkupi berbagai elemen, termasuk waktu, tempat, sejarah, hubungan, dan

latar belakang komunikator dan komunikannya.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

3. Studi Pesan

3.1. Simbol Verbal dan Non Verbal dalam Komunikasi

Komunikasi melibatkan pertukaran kode-kode. A code is a systematic

arrangement of symbols used to create meanings in the mind of another

person or persons. (Pearson&Nelson,2000:12). Kode merupakan rangkaian

sistematik simbol-simbol yang digunakan untuk menciptakan pemahaman

seseorang atau sekelompok orang. Bahasa mengatur syntax dan grammar

supaya dapat dipahami. Ketika kita sedang menyeberang dan ada seseorang

yang berteriak “stop!” maka secara otomatis kita akan berhenti karena

mengartikan teriakan itu sebagai tanda bahaya.

Apabila komunikasi dikaitkan dengan kode maka komunikasi dapat

dipandang sebagai proses encoding decoding. Encoding is defined as the act

of putting an idea or a thought into a code. Decoding is assigning meaning to

that idea or thought. (Encoding merupakan aktivitas meletakkan ide-ide ke

bentuk kode yang ada dalam pikiran kita, sementara decoding merupakan

proses memahami ide-ide tersebut). (Pearson&Nelson, 2000:12).

Komunikasi verbal dan Komunikasi non verbal. Komunikasi dapat

diwujudkan dalam bentuk verbal dan non verbal. Komunikasi verbal identik

dengan bahasa. Hal tersebut karena bahasa merupakan alat yang digunakan

oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memahamkan apa yang mereka

kehendaki. Language is a code, a collection of symbols, letters, or words with

arbitrary meanings that are arranged according to the rules of syntax and are

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

used to communicate. (Person&Nelon, 2000:52). Makna bahasa hanya dapat

dimengerti oleh kesamaan pemahaman antara komunikan dengan

komunikator, karena bahasa merupakan serangkaian simbol yang bersifat

arbitrer.

Bentuk komunikasi yang kedua adalah komunikasi nonverbal. Seperti

halnya komunikasi verbal, banyak gangguan yang terjadi atas pemaknaan

dalam komunikasi nonverbal. Kesulitan pemaknaan dalam komunikasi

nonverbal terjadi karena seringkali seseorang menggunakan kode yang sama

untuk mengkomunikasikan berbagai makna, mereka menggunakan bermacam

kode-kode untuk makna yang sama, atau orang-orang memiliki intepretasi

yang beragam atas sebuah kode nonverbal.

Nonverbal codes are codes of communication of symbols that are not

words, including nonword vocalizations. (Pearson&Nelson, 2000:75).

Pergerakan tubuh, logat bibir, kedipan mata, sentuhan, cara berpakaian,

artefak hingga dan semua kode nonverbal.

3.2. Proses Produksi Pesan

We intentionally send messages to change or modify the behavior of other

people. (Samovar, 2007:45) Pada dasar manusia atau kelompok akan berupaya

membuat menciptakan pesan untuk membangun pemahaman orang lain sesuai

dengan pemahaman yang diinginkan. Dipaparkan di atas bahwa akulturasi

adalah proses penyatuan dua budaya yang berbeda sehingga menghasilkan

budaya yang baru. Devito mengungkapkan, “In acculturation your original or

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

native culture is modified through direct contact with exposure to a new and

different culture.” Kalimat tersebut menerangkan bahwa akulturasi merupakan

proses modifikasi simbol-simbol atau pesan-pesan budaya.

Andrik Purwasito membahasakan proses tersebut dengan istilah Rekayasa

pesan atau Message engineering-bagaimana partisipan komunikasi yang

memiliki kebebasan seluas - luasnya tersebut merekayasa pesan sesuai dengan

kebebasan yang diberikan oleh ruang dan waktu dimana partisipan itu hidup,

(hal ini tidak menolak pengertian umum bahwa bahasa itu bersifat konvensi,

yakni digunakan dan dipertukarkan dalam kesepakatan bersama), sehingga

mendapatkan hasil yang optimal dalam berkomunikasi (power). Untuk

memahami pengertian tersebut, Prof Andrik Purwasito, DEA mengungkapkan,

“Seven Basic Theory on Messages Studies”

(http://ndalempoerwahadiningratan.wordpress.com), sebagai berikut:

1. Komunikasi itu adalah kekuasaan (Communication is a power)

Komunikasi adalah sarana untuk memperoleh power (kekuasaan), dari

tingkat yang paling elementer (kekuasaan sosial, haute couture

intellectuelle (mode intelektual, biasanya menyebut mode intelektual

strukturalis Prancis) sampai pada kekuasaan dalam kenegaraan dalam

pengertian politik. Dalil pertama ini setidaknya memberikan satu fondasi

bahwa studi pesan digunakan secara luas di semua bidang.

2. Bahasa itu simbol (language is symbole). Dalam rumusan ini seluruh

kegiatan komunikasi menggunakan bahasa yang berbentuk simbol verbal

dan simbol non-verbal. Keduanya mendasari pemikiran studi pesan, dan

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mempunyai kedudukan sentral dalam studi pesan. Boleh dikatakan studi

pesan itu basis analisis (analysis unit) adalah seluruh perangkat (verbal

dan non-verbal) yang digunakan dalam proses komunikasi

(communication process) dalam sebuah tindak komunikasi

(communication actions). Meminjam F. De Saussure (1857-1913) bahwa

kegiatan komunikasi itu melibatkan langage (susunan atau bentuk bahasa),

langue (sistem bahasa) dan parole (pemakaian bahasa). Dengan demikian,

metoda analisa yang digunakan adalah metode tafsir tanda, yang disebut

semiologi (ilmu tentang tanda) atau kata yang mungkin mudah dimengerti

simbologi. Dalam buku studi pesan, saya lebih menyukai metode tafsir

pesan.

3. Pesan itu Kemasan (Message is Packaging). Dalam rumusan yang kedua

ini, saya memperkuat Mac Luhan bahwa message is medium. Berangkat

dari pemikiran tersebut, terdengar bahwa message itu sesungguhnya tidak

independen. Ia mempunyai kedudukan yang arbitrair (semena-mena,

menyangkut relasi signifiant dan signifie) mengambil istilah Ferdinand de

Saussure. Artinya para partisipan komunikasi memberi makna dan

membangun pesan sesuka hati saja. Dalam buku Message Studies, disebut

sebagai message engineering (rekayasa pesan).

4. Pesan itu Semena-mena (Message is arbitrair). Pada dasarnya pesan itu

arbitrair, karena partisipan komunikasi mempunyai kebebasan untuk

membangun simbol pesan. Dalam pengertian, partisipan mempunyai

kebebasan seluas-luasnya untuk merekayasa pesan sesuai dengan

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kebebasan yang diberikan oleh ruang dan waktu dimana partisipan itu

hidup. Hal ini tidak menolak pengertian umum bahwa bahasa itu bersifat

konvensi, yakni digunakan dan dipertukarkan dalam kesepakatan bersama.

5. Pesan itu logis (Message is logic). Dalam rumusan ini, meskipun pesan itu

semena-mena, meminjam istilah Saussure pesan itu mengandung unsur

signifiant (yang diucapkan, didengar atau yang dituliskan atau yang

dibacakan) kita sebut “penandanya.” Sedangkan pesan juga mengandung

unsur signifie (apa yang ada didalam pikiran dan mental kita berupa

konsep-konsep) sebagai “petandanya”. Keduanya seperti dua sisi dari

mata uang yang sama. Dasar inilah yang kita gunakan untuk membangun

simbol atau menafsirkan makna, haruslah menggunakan akal sehat sebagai

basis keputusan. Akal sehat itu bukanlah sesuatu keputusan yang semena-

mena, tetapi didasarkan atas dasar logika yang lurus (dalam buku Message

Studies saya sebut common-sense). Oleh sebab itu, untuk menghindari

penafsiran yang sesat, anda membutuhkan bantuan beberapa perangkat

metodologis yang dikembangkan oleh para pemikir atau filsuf. Dalam 9

formula yang saya tulis dalam buku Message Studies, antara lain 1).

intertekstualitas, meminjam apa yang digunakan oleh Julia Kristiva dalam

analisis teks atau menggunakan perangkat 2). inter-subyektivitas,

meminjam istilah filsafat, yang kurang lebih untuk menghindari kesesatan

tersebut dan mencapai tingkat obyektivitas yang diharapkan. Artinya,

melakukan tafsir terhadap pesan membutuhkan bantuan para penafsir lain

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang hasil tafsirnya telah diuji (biasanya dibukukan) dari orang yang

mempunyai kredibilitas keilmuan yang memadai.

6. Pesan itu kontekstual (Message is contextual). Pesan itu tergantung pada

konteks komunikasinya. Partisipan biasanya menggunakan dua bentuk

praktek komunikasi (terutama dalam interpersonal communication) yaitu

high-contex dan low-contex of communication. Kedua istilah tersebut

sebenarnya tetap mengacu pada pembahasan F.de Saussure tentang

linguistik yaitu langage, parole dan langue, signifiant dan signifie.

7. Pesan itu Ruang dan Waktu (Message is Time and Space). Dalil terakhir

dari studi pesan adalah ketergantungan pesan terhadap ruang dan waktu.

Hal ini wajib menjadi perhatian seluruh kegiatan interpretasi dan rekayasa

pesan, karena setiap tempat dan setiap waktu, meminjam metode sejarah

dan peradaban dari Ecole Annale Prancis, bahwa ruang dan waktu di

dalamnya latar budaya, mitologi, sejarah, ideologi, pragmatisme, nilai dan

norma serta adat kebiasaan yang berbeda-beda. Dalam ilmu bahasa yang

dikemukakan oleh F. de Saussure bahwa bahasa bersifat sinkroni

(bertepatan menurut waktu) dan diakronis (berdasar pada perjalanan

historis). Selanjutnya, ahli linguistik suksesor Saussure, yaitu Roland

Barthes, memberikan perhatian pada proses pemaknaan (dalam Message

Studies saya sebut proses semiosis) yang bersifat signifikansi dan kedua

bersifat komunikasi (pragmatik). Dalam proses semiosis komunikasi dan

signifikansi, pesan itu bersifat denotatif, yaitu pengertian yang diperoleh

dari terjemahan atau tafsir dari apa yang dipakai oleh masyarakat pada

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

umumnya. Sedangkan makna yang bersifat konotatif adalah pengertian

yang diperoleh melaui proses semiosis (dari penerjemahan atau tafsir di

luar pesan yang disampaikan tersebut). Dalam bahasa kita, pemaknaan itu

disebut mengungkapkan pesan yang tersirat (konotatif), itu bahasa kiasan

dan bukan pesan yang tersurat (denotatif), bahasa apa adanya.

3.3. Semiologi dan Mitologi

Semiologi atau semiotika adalah ilmu tentang tanda. Teori ini membantu

pemahaman kita terhadap pesan yang diorganisir secara struktural dan

bagaimana pesan hadir untuk diberi makna.

“Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar, melampaui di antaranya, kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan, upacara-pendeknya semua yang digunakan, diciptakan, atau diadopsi oleh manusia untuk memproduksi makna.” (Danesi, 2004: 6).

Secara prinsip, penyebutan semiologi sebenarnya tidak mempunyai

perbedaan mendasar dengan istilah semiotika. Kalaupun ada, perbedaan itu

lebih mengacu pada orientasinya. Van Zoest (1991: 2) dalam Kurniawan

(2001: 51). Penambahan “logi” dalam semiologi juga tidak sepadan dengan

penggunaan untuk penyebutan ilmu-ilmu yang lain. Monaco mengungkapkan

sebutan ilmu dalam istilah semiologi bersifat lebih longgar. Akibatnya timbul

masalah tersendiri pada semiologi, apakah semiologi merupakan ilmu

tersendiri yang belum jelas bentuknya (sebagaimana diramalkan dan diyakini

Saussure) ataukah menjadi bagian dari ilmu lain (sebagaimana Roland Barthes

menganggapnya sebagai bagian dari linguistik). (Kurniawan, 2001:51-52).

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Penggunaan semiologi menunjukkan pengaruh kubu Saussure5, sedangkan

penggunaan semiotika mengacu pada Peirce6.

Dalam perkembangan teori ini, Roland Barthes, seorang ilmuwan asal

Perancis, mengemukakan pandangan tentang semiologi yang kemudian biasa

disebut semiologi Barthes7. Hawkes dalam Kurniawan mengungkapkan bahwa

pandangan Barthes melihat hubungan penanda dan petanda bukan equality

tetapi ekuivalen. Bukannya yang satu kemudian membawa pada yang lain,

tetapi korelasilah yang menyatukan keduanya.

Kurniawan menambahkan bahwa Barthes tidak sebatas itu saja dalam

memahami proses penandaan, tetapi melihat pula aspek lain dari penandaan

yaitu “mitos”. Kata “mitos” berasal dari bahasa Yunani mythos “kata”,

“ujaran”, “kisah tentang dewa-dewa”. Danesi (2010: 167-168) menambahkan

bahwa pada tahap awal kebudayaan manusia, mitos berfungsi sebagai teori

asli mengenai dunia, sehingga apabila mengkaji mitos, kita dapat mempelajari

bagaimana orang-orang mengembangkan suatu sistem sosial khusus dengan

banyak adat istiadat dan cara hidup, dan juga memahami secara lebih baik

nilai-nilai yang mengikat para anggota masyarakat untuk menjadi suatu

kelompok.

5 Ferdinand de Saussure (1857-1913) adalah seorang ilmuwan linguistik yang lahir di Genewa. Dalam materi kuliah berjudul Cours de Linguistique Generale (1916) yang dikumpulkan oleh dua muridnya di universitas, Saussure menggunakan istilah semiologi untuk merujuk pada kajian tanda. 6 Charles Sanders Peirce (1939-1914) adalah seorang filsuf dari Amerika. Peirce mempopulerkan istilah semiotika yang sebenarnya dilakirkan filsuf Inggris, John Locke, dalam tulisannya Essay Concerning Human Understanding (1690). 7 Semiologi Barthes merujuk pada Saussure dengan menyelidiki hubungan penanda dan petanda pada sebuah tanda.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Dalam semiologi Barthes, mitos diistilahkan dengan mitologi. Mitologi

adalah refleksi versi modern dari tema, plot, dan karakter mitos. (Danesi,

2010: 173). Kata mitologi merupakan gabungan dari mythos dan logos. Dalam

konteks ini, Barthes tetap menaruhnya mitos dalam diskursus semiologi. Ia

meletakkannya pada tingkat kedua penandaan; tanda tersebut akan menjadi

penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk

petanda baru. (Kurniawan, 2001: 23). Teori tentang mitologi ini membantu

peneliti dalam proses analisis.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah disertasi I Wayan

Damayana yang kemudian dibukukan dengan judul Menyama Braya, Studi

Perubahan Masyarakat Bali (2011) dari Fakultas Teologi Universitas Kristen

Satya Wacana. Konteks penelitian ini lebih pada perubahan masyarakat Bali

khususnya desa Pemogan Bali dari sudut pandang teologi. Karya berikutnya

yang relevan adalah tulisan I Ngurah Suryawan yang berjudul Bali, Narasi

dalam Kuasa (Politik dan Kekerasan di Bali) (2005). Tema dalam buku ini

adalah konstruksi wacana tentang Bali, politik dan kekerasan.

Relevansi penelitian tersebut adalah lokasi penelitian yang sama yaitu di

Bali. Namun demikian, dua penelitian di atas lebih menyoroti Bali dalam

konteks luas. Sedangkan penelitian ini lebih spesifik di desa Kristen di Bali,

Blimbingsari. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pendeta dan

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Bendesa Adat di Blimbingsari, selama ini belum ada penelitian berkaitan

dengan desa tersebut yang ditinjau dari pendekatan komunikasi.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Bali, tepatnya di desa Blimbingsari,

kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Pra survey penelitian sudah dimulai

sejak bulan Oktober 2010 dan pengumpulan data hingga Februari 2012.

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang terbangun dalam latar belakang maka

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Induktif merupakan proses penelitian

dalam pendekatan kualitatif dengan mengangkat fakta empirik secara

kualitatif, mengembangkan asumsi, mengembangkan konsep, dan

mengkonstruksi teori (constructionism).

Jenis penelitian kualitatif yang diterapkan adalah etnografi komunikasi.

Etnography komunikasi merupakan sebuah bidang dikenal sejak publikasi

American Anthropologist muncul dengan judul tersebut (The ethnography of

communication). (Gumpez and Hymes 1964), dimana didalamnya terkandung

pendekatan sosiologi yang terpusat dengan analisis interaksional dan identitas

peran, studi secara antropologi terorientasi pada cerita-cerita rakyat dan kerja

filsuf bahasa sehari-hari. (Saviell, 2003). Dalam sebuah studi etnografi. Para

etnografer mengamati dan mengajukan pertanyaan ihwal cara orang-orang

berinteraksi, bekerjasama, dan berkomunikasi termasuk dengan peneliti secara

alamiah dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Etnografi komunikasi mempunyai dua fokus: bersifat umum dan khusus.

Di satu sisi, ia mengarahkan deskripsi dan pemahaman "communication

bahavior" pada setting budaya yang spesifik, tetapi juga mengarahkan

kedalam formulasi konsep dan teori yang mana membangun metateori human

communication. Dasar pendekatan ini tidaklah melibatkan daftar fakta-fakta

untuk dipelajari sebagai pertanyaan namun juga menemukan jawaban diluar

hal tersebut. Untuk meraih tujuan pemahaman baik secara spesifik maupun

general, sederet data yang berasal dari bermacam-macam komunitas

dibutuhkan (1964:2).

Fokus dalam etnografi komunikasi adalah "the speech community",

sebuah cara komunikasi dimana didalamnya dia dipolakan dan

diorganisasikan sebagai sistem atas kejadian-kejadian komunikasi, dan cara-

cara didalam mana interaksi dengan semua sistem budaya yang lain.

Tujuan utama dalam pendekatan ini untuk memandu pengumpulan dan

analisis diskriptif data tentang cara-cara didalam mana makna sosial dibawa:

"If we ask of any form of communication the simple question what is being

communicated? The answer is: information from the social system" (Douglas

1971: 389).

Mengerjakan etnografi dalam budaya lain melibatkan berbagai lapangan

kerja, termasuk juga observasi, tanya-jawab, berpastisipasi dalam aktivitas

kelompok dan melakukan tes validitas. Hal yang esensial dalam etnografi

adalah kedalaman pemahaman relativisme budaya. Secara komplit keluar dari

subyektifitas merupakan hal yang mustahil karena pada dasarnya kita telah

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

memiliki kebudayaan yang menurut kita sebagai sesuatu yang wajar. Namun

demikian, berbagai batasan-batasan dan panduan-panduan metodologi

dibangun untuk meminimalisir bias persepsi dan analisis. Tradisi partisipant-

observation masih merupakan dasar untuk semua etnografi, namun ia dapat

didukung dengan berbagai macam koleksi data yang lain dan prosedur validasi

tergantung pada fokus investigasi dan hubungan investigator terhadap

komunitas amatan yang dipelajari.

Langkah yang dilakukan bermula dari data empirik dari lapangan. Faktor-

faktor yang terbentuk secara silmultan bersifat timbal balik, kemudian

mencoba untuk diuraikan. Berdasarkan data dan pengamatan di lapangan,

rancangan berkembang dengan kategori-kategori yang diidentifikasi selama

proses penelitian. Analisa menjadi konsep yang terus menerus dilakukan dan

diletakkan pada konteks alamiahnya. Pola-pola dan teori dikembangkan untuk

pemahaman. Teori dalam jenis penelitian ini menerangkan dan mendasarkan

diri pada data yang diperoleh di lapangan.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer (korpus) dalam penelitian ini adalah data yang berkenaan

secara langsung dengan subyek yang diteliti yaitu kebudayaan Desa

Adat Kristen Blimbingsari, Melaya, Jembrana, Bali. Data tersebut

terbagi menjadi beberapa unsur kebudayaan menurut Koentjoroningrat

yang terdiri dari bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem

religi, dan kesenian.

2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah pemberitaan media massa,

literature, internet, dan buku.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan

wawancara. Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode

pengamatan atau observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistemais

dan langsung gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial,

politis, dan kultural masyarakat. (Pawito, 2007: 111). Kata “langsung” berarti

bahwa peneliti langsung mengamati obyek kajian. Sekalipun dasar utama

daripada metode observasi adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga

melibatkan indera-indera lain seperti pendengaran, rabaan dan penciuman.

(Slamet, 2006: 86). Observasi yang diterapkan adalah observasi berpartisipasi,

dimana peneliti mempunyai peran ganda, yaitu sebagai peneliti dan pelaku

kegiatan.

Teknik yang kedua adalah teknik wawancara. Teknik wawancara dalam

penelitian ini lebih untuk memahami bagaimana konteks kebudayaan

dibangun, selain sebagai bahan pertimbangan dan pembanding observasi.

Teknik pengumpulan data artefak atau dokumen juga dilakukan berdasarkan

studi literatur yang mendukung analisis data.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ada sejumlah cara untuk memeriksa keabsahan data. Teknik ini diterapkan

sebagai wujud pertanggungjawaban peneliti terhadap data-data dan analisa

yang digunakan. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data

menggunakan beberapa teknik credibility. Pertama adalah prolonged

engagement. Teknik ini dilaksanakan dengan cara peneliti tinggal di lokasi

dalam jangka waktu cukup lama. Yang kedua adalah persistent observation.

Dengan teknik ini, peneliti diharapkan melakukan pengamatan secara terus

menerus. Yang ketiga adalah Trianggulation. Menurut Patton (1984) ada tiga

macam trianggulasi: (1) data triangulation (membandingkan sejumlah data

untuk melihat mana yang benar), (2) Investigator (menggunakan sejumlah

peneliti kemudian membandingkan satu sama lain, (3) Methodological

triangulation (menggunakan sejumlah metode untuk memperoleh kebenaran).

Dalam teknik triangulasi, peneliti lebih menggunakan teknik triangulasi data.

Dan teknik berikutnya adalah peer debriefing. Dalam teknik ini peneliti

melakukan diskusi dengan teman sejawat sesama ilmuwan.

F. Teknik Analisis Data

Semiologi merupakan sebuah pendekatan yang bermanfaat untuk

menjelaskan bagaimana unit-unit yang berbeda mengkomunikasikan atau

mempertukarkan makna. The procsess of production meaning is called

semiosis. (Proses produksi makna disebut semiosis). (Samovar, 2007: 207).

Pemahaman semiosis datang dari studi kritis yang dilakukan oleh Roland

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Barthes (1980). Semiologi berkembang menjadi ilmu untuk menafsirkan

berbagai hal berhubungan dengan tanda-tanda, termasuk berguna bagi analisis

kritik ideologi (semiologie comme la methode fundamentale de la critique

ideologique). Ia mengambil pembagian Roland Barthes, dalam L’Aventure

Semiologie. (Purwasito, 2003). Semiologi banyak pula digunakan dalam studi

linguistik dan dalam komunikasi, kita mengenal semiologi komunikasi.

Sebuah kaidah tafsir akan tanda-tanda. (digilib.uns.ac.id/upload/dokumen).

Semiologi komunikasi memberi makna pada tanda dalam perspektif,

bukan saja rujukan, tetapi fungsi itu digunakan oleh partisipan komunikasi.

Seperti dalam istilah semiotika sendiri yang berasal dari bahasa Yunani Kuno

“semion” yang berarti tanda, yang pada dasarnya mempelajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Jadi ada perbedaan antara

memaknai (to signify) dengan mengkomunikasikan (to communicate).

Memaknai berarti dalam hal mana obyek itu dijelaskan, tetapi juga sistem atau

struktur dari tanda. Sedangkan mengkomunikasikan berarti obyek-obyek

memuat informasi (pesan) kepada komunikan, demikian sebaliknya.

Semiologi dapat dibagi menjadi dua pengertian mendasar. Pertama,

semiologi signifikansi dan yang kedua adalah semiologi komunikasi atau

semiologi pragmatik. Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan

masyarakat untuk memberi makna tanda-tanda sebagai pesan komunikasi, jadi

tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan kepada komunikan, khalayak

atau publik. Jika komunikasi adalah produksi simbol-simbol oleh manusia,

maka semiologi komunikasi adalah tafsiran pesan dari seluruh produk

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

komunikator yang ditujukan secara jelas kepada komunikan dengan subyek

berupa simbol-simbol komunikasi. (http:/andrikpurwasito.blog.com/ diunduh 3

Maret 2011, pk. 15.00)

Andrik Purwasito mengungkapkan bahwa semiologi bertujuan untuk

menginterpretasikan pesan dalam suatu komunikasi. Ketika proses interaksi,

maka di sana terjadi pertukaran tanda-tanda (pesan) antar partisipan

komunikasi. Proses ini dapat pula diistilahkan dengan penyandian. Penyandian

digunakan dalam membangun pesan komunikasi dalam bentuk simbol-simbol.

Simbol dipertukarkan oleh partisipan komunikasi secara terus menerus dalam

kegiatan interaksi dan transaksi sehari-hari. Komunikasi dapat berjalan secara

lancar karena simbol-simbol komunikasi yang diigunakan oleh partisipan

komunikasi telah tersedia di masyarakat dan para partisipan tinggal

menggunakannya. Proses interaksional dan transaksional tersebut merupakan

upaya sharing of idea dan sharing of experience untuk mencapai tingkat

tindak komunikasi yang berhasil. (Purwasito, 2002: 169).

Namun dalam pelaksanaannya proses decoding dan encoding dalam

komunikasi tidak senantiasa berjalan lancar. Atau dapat dikatakan bahwa

komunikasi merupakan pertukaran simbol (sharing of symbol), dan semiologi

komunikasi ini digunakan untuk menginterpretasikan simbol-simbol tersebut.

“semiologi komunikasi” hanya digunakan untuk menganalisis subyek kajian

yang berbasis pragmatik (praktek komunikasi). Prieto, Buyssens, Mounin,

yang banyak dipengaruhi oleh Louis Hjelmslev (1961), juga menyetujui dan

menganggap penting menganalisa tanda-tanda yang disertai maksud (signal)

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

yang secara sadar digunakan oleh (komunikator) kepada mereka yang

menerimanya (komunikan).

Setelah melakukan studi lapangan, data yang terkumpul kemudian

dianalisis dengan 9 formula untuk tafsir pesan yang diungkapkan oleh Andrik

Purwasito, sebagai berikut:

1. Menguji pesan secara denotatif yaitu menguji berdasarkan konvensi

masyarakat (common sense). Caranya, ujilah dengan konteks sosial dan

budaya dimana pesan itu dibangun.

2. Menguji pesan secara konotatif yaitu pengujian lewat motif dan latar

belakang ideologi komunikator.

3. Menguji pesan secara kontekstual yaitu pengujian konteks fisik setempat

dan konteks waktu dimana tanda itu digunakan.

4. Menguji pesan secara struktural, yaitu menguji pesan dengan

menghubungkannya keterkaitan dengan pesan yang di dekatnya.

5. Menguji pesan secara fungsional, caranya melihat fungsi pesan-pesan yang

digunakan oleh partisipan komunikasi.

6. Menguji pesan secara intertekstual yaitu dengan cara membandingkan

pesan pada fakta yang sama pada peristiwa yang berbeda.

7. Menguji pesan secara intersubyektif, caranya adalah mengambil

penafsiran atas pesan tersebut dari penafsir lain yang digunakan untuk

peristiwa yang berbeda.

8. Menguji pesan dengan cara meminta pendapat dari penafsir lain yang

dianggap berkompenten dalam bidang yang berkaitan dengan pesan itu.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

9. Menguji pesan secara subyektif yaitu melakukan tafsir intuitif oleh peneliti

sendiri dengan mendasarkan pada pengalaman intelektual, keyakinan dan

pengembaraan ilmiahnya.

Dalam proses analisisnya, Andrik Purwasito menyederhanakan 9 formula

tersebut kedalam 7 kaidah pengujian. Adapun 7 kaidah (formula) pengujian

yang dimaksud adalah: (1) Partisipan komunikasi, (2) Konteks komunikasi

(motif komunikator), (3) Bentuk fisik non fisik tanda (konteks fisik dan

sosial), (4) Fungsi tanda (struktur tanda dan tanda lain), (5) Intertekstualitas

tanda, (6) Intersubyektifitas makna, dan (7) Intelektualitas penafsir.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN PENYAJIAN DATA

A. Sejarah Blimbingsari

Sejarah Blimbingsari memiliki berbagai macam versi. Berdasarkan

pengamatan peneliti terdapat tiga macam pendekatan. Namun pada dasarnya

tidak terdapat perbedaan yang terlalu signifikan. Dalam penelitian ini, penulis

akan memaparkan sejarah perkembangan desa Blimbingsari berdasarkan hasil

wawancara dari Pendeta Ketut Suyaga Ayub, pemuka agama yang menjabat pada

waktu peneliti menjalankan studi lapangan. Alasan yang lain adalah pemahaman

sejarah yang akan penulis paparkan merupakan sejarah yang selama ini digunakan

oleh tim pariwisata Blimbingsari.

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Pemerintah Belanda

mengeluarkan Undang-Undang larangan bagi pemberitaan Injil di pulau Bali.

Larangan tersebut diputuskan setelah Pdt. Jacob de Froom mati terbunuh di

Singaraja tahun 1881. Pada waktu itu Bali mempunyai ibukota di Singaraja dan

Pendeta tersebut tinggal di sana. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh orang Bali

yang bernama I Klana yang telah menjadi Kristen. Dia mempunyai satu-satunya

pengikut yang bernama I Gusti Karangasem. (nama I Gusti menggambarkan

bahwa dia berasal dari kasta yang tinggi). Pada tahun tersebut, Pendeta dibunuh

oleh I Gusti Karangasem karena dia mengharap sesuatu yang berlebih secara

jasmani, tetapi merasa tidak mendapatkan. Maka dari kejadian itu, Belanda

kemudian menutup pekabaran Injil di Bali selama 48 tahun. Pemikiran lain yang

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dimiliki oleh Belanda pada waktu itu, mereka ingin menjadikan Bali sebagai

museum Hindu.

Namun pada tahun 1929, Pemerintah Belanda kembali membuka

pekabaran Injil di Bali khususnya CMA dari Amerika. Rombongan tersebut

dipimpin oleh Pdt. Tsang To Hang yang mempunyai ajaran yang sangat radikal.

Pemahaman yang diberikan adalah bahwa seseorang yang masuk agama Kristen

harus menghancurkan budaya. Hal ini membuat keresahan. Dan kerja pekabaran

Injil tidak dapat di stop. Injil mulai masuk dari pembantu-pembantu. Hingga pada

akhirnya pada 30 November 1931 dibabtislah 12 orang Bali Di Denpasar,

tepatnya di sungai Yeh Poh. (Yeh artinya air).

Tsang To Hang bekerja atas pimpinan Roh Kudus dan bersemangat masuk

ke desa-desa di sekitar Badung. Dia bekerja dengan radikal dan menolak semua

budaya yang dianggap kair, penyembahan berhala dan pembakaran mayat orang

Kristen yang baru percaya itu menghancurkan sanggah mereka (family temple).

Akibatnya terjadi ketegangan dan kekacauan dimana saja orang Kristen mulai

tumbuh. Orang Kristen baru ini menjadi asing di desanya, tidak mau ikut dalam

suka duka, memakai celana pendek atau celana panjang padahal orang Bali

memakai kamben. Ketegangan bertambah dan orang Kristen diasingkan, tidak

boleh berbicara dengan orang Kristen, tidak boleh berbelanja di warung orang

Kristen, sawah mereka tidak boleh mendapat air karena air sawah oleh orang

Hindu dipercayai dari Dewi Sri. Sawah menjadi kering, rumah mereka dilempari,

gedung gereja dibakar, isi lumbung mereka dijarah, orang Kristen tidak

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

diperbolehkan menguburkan mayat di kuburan desa, karena dianggap menajiskan.

Orang Kristen yang baru ini mengalami banyak kesulitan dan kesengsaraan.

Sebaliknya orang Kristen baru ini menghadapi hambatan tersebut dengan

sukacita dan iman yang kuat. Mereka saling mengunjungi, dan saling menolong.

Berjalan kaki ke desa dimana orang Kristen mulai tumbuh. Dalam kesulitan

tersebut, mereka percaya Tuhan pasti memberi pertolongan. Kekacauan terjadi

dimana-mana, Untal-untal, Buduk, Abianbase, Plambingan, Sading, Carang Sari,

Bongan, Buleleng, dsb. Kekristenan tumbuh dari masyarakat bawah yang miskin

dan klepekan, yang bekerja sebagai penggarap. Tidak ubahnya seperti budak

Israel di Mesir. Karena itulah ada kerinduan dari umat Kristen mendapatkan tanah

untuk hidup mereka.

Dari sudut pandang Pemerintah Belanda, kekacauan yang muncul akibat

Kekristenan dapat membawa malapetaka yang lebih besar. Karena itulah,

Pemerintah Belanda mempunyai keinginan untuk memindahkan orang Kristen.

Keputusan ini jauh dari masyarakat umum dengan maksud memberhentikan

perkembangan agama Kristen, di pihak lain, kalaupun mereka hidup, biarlah

mereka hidup di tempat terasing.

Di Denpasar pada waktu itu bertugas asisten Yansen sebagai perwakilan

pemerintah Belanda. Beliau merestui rencana perpindahan tersebut karena beliau

juga orang Kristen. Orang Kristen tetap berdoa dan berusaha agar Tuhan

membuka jalan untuk memperoleh tanah yang baru.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Sebuah tim yang terdiri dari Made Sela, Made Rungu, dan Nyoman Regig

berangkat untuk memeriksa tanah. Mereka sempat memeriksa tanah di sebelah

Timur Gumrih dan hutan sebelah utara Melaya. Setelah berunding tim

memutuskan memilih hutan Melaya yang sekarang bernama Blimbingsari.

Sebelumnya beberapa kelompok telah berusaha membuka hutan yang penuh

dengan nyamuk Malaria, binatang buas tetapi selalu gagal.

Dengan persetujuan Regent Jembrana dan Sedan Agung, orang Kristen

berhasil membuka desa dan pertanian yang sangat subur. Untuk persiapan

kedatangan orang Kristen dari berbagai desa ke hutan ini, pemerintah telah

menugaskan bogolan untuk membangun sebuah barak di dekat tibuan buaya yang

sekarang disebut Dam Eka Santosa. Orang Kristen lalu datang pada tanggal 30

September 1939 dan menempati barak yang telah dipersiapkan. Perpindahan

berlangsung pada tahun 1939. Menurut cerita orang tua yang masih hidup, mereka

mengatakan bahwa mereka sudah dapat merayakan paskah bersama keluarga

mereka pada tahun 1940.

Angkatan pertama yang membuka hutan tidur barak. Mereka mulai

pekerjaan dengan berdoa di pagi dan mengakhiri pekerjaan mereka sore hari

dengan ibadah suryane sampun surup. Mereka bersukacita menggarap lahan yang

telah diberi oleh Tuhan, seperti orang Israel keluar dari Mesir menerima tanah

perjanjian Kanaan, yang penuh dengan susu dan madu. Mereka membangun desa

sesuai dengan budaya Bali yaitu nyegara gunung berbentuk salib. Gunung di

utara, laut di selatan. Desa di tengah hutan ini membuat kaget orang yang terbang

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

melintasi daerah ini, karena mereka melihat salib besar di tengah hutan. Hal ini

banyak dilaporkan dalam sejarah.

Pembagian tanah dilakukan dengan cara lotere, masing-masing mendapat

2 hektar tanah termasuk 20 are pekarangan, sedangkan untuk kelian dan

pemimpin rohani diberikan tempat yang sentral. Desa ini disebut Blimbingsari

karena sebelum dirabas wilayah ini dipenuhi dengan pohon belimbing yang

berbunga tetapi tidak berbuah. Saudara-saudara yang ikut dalam rombongan

pertama adalah mereka yang membayar pajak tanah di Blimbingsari sedangkan

yang belakangan membeli lahan di sebelah selatan desa Blimbingsari, dan

membayar pajak ke Melaya. Rombongan dipimpin oleh Made Sela (pekak War)

yang bertindak selaku Klian. Dan pemimpin rohani mereka adalah penginjil Made

Cadug (Gurun Luh Sudarmi).

Kemudian setelah mengikuti pendidikan teologia di Pesraman Denpasar, I

Made Rungu bersama keluarganya datang untuk melayani menggantikan penginjil

Made Cadug menempati rumah jemaat di selatan tenggara SD sekarang. Pada

tahun 1943 Made Rungu pelayan kedua setelah Made Cadug dan sebagai Pendeta

pertama melayani jemaat Blimbingsari.

Blimbingsari berkembang begitu pesat. Pendatang-pendatang baru seperti

dari Madangan dan keluarga lainnya menyusul. Blimbingsari dikembangkan ke

Ambyarsari, Melaya, Negara, dan Gilimanuk. Penyebaran yang besar terjadi

menuju Parigi (pantai timur Sulawesi Tengah).

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Masyarakat membangun Blimbingsari dengan luar biasa, jalan-jalan diatur

dengan baik dan luas sampai ke kebun-kebun. Awalnya mereka menanam

palawija sehingga mereka dapat membantu keluarga-keluarga di asal mereka.

Pada tahun 1947, mereka merasakan pendidikan sangat mendesak, lalu

membangun SDK Maranatha. Ini merupakan sekolah swasta pertama di Bali.

Orang Kristen mempunyai pemahaman yang sangat baik dan mengirim anak-anak

mereka bersekolah sampai Perguruan Tinggi. Di bidang pendidikan Blimbingsari

mendapat rekor paling tinggi di kecamatan Melaya. Beberapa kali dipakai sebagai

teladan di Bali, di dalam bidang pembangunan, ekonomi, KB, dan lain-lain.

B. Kondisi Masyarakat Blimbingsari Kini

B.1. Organisasi Sosial

Blimbingsari adalah sebuah kelurahan atau desa yang mempunyai luas 430

Ha yang terletak di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembarana. Bali Barat. Batas-

batas wilayah Blimbingsari sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Hutan Negara

2. Sebelah timur : Desa Ekasari, Kecamatan Melaya

3. Sebelah selatan : Desa Melaya, Kecamatan Melaya

4. Sebelah barat : Hutan Negara

Blimbingsari merupakan kelurahan yang terdiri dari dua banjar atau dusun

Blimbingsari dan Ambyarsari. Namun dalam penelitian ini akan dikhususkan pada

banjar Blimbingsari, karena Ambyarsari pada dasarnya merupakan perluasan dari

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Blimbingsari. Berdasarkan data Desa Blimbingsari, pada tahun 2010, Dusun

Blimbingsari mempunyai total penduduk 200 orang dengan komposisi 177 laki-

laki dan 23 perempuan. Dan menurut agama yang dianut, dari keseluruhan jumlah

penduduk hanya 1 orang saja yang menganut agama Katolik.

Organisasi Sosial di Bali pada dasarnya terdiri dari 2 struktur yaitu

Pemerintahan Dinas dan Pemerintahan Adat. Pemerintahan Dinas dipimpin oleh

Perbekel (Kepala Kelurahan) berkaitan dengan masalah kependudukan

masyarakat, permasalahan ekonomi, pembangunan dan perkembangan desa.

Sementara untuk Pemerintahan adat dipimpin oleh Bendesa Adat, dimana

mengurusi masalah-masalah adat. Pada masyarakat Bali, adat terkait dengan

kepercayaan yang dianut yaitu Hindu, oleh sebab itu adat di Bali sangat identik

dengan upacara-upacara keagamaan Hindu. Di Blimbingsari, sebelum menjadi

desa adat Kristen, permasalahan adat diatur oleh Gereja. Berikut ini pembagian

dua pemerintahan di Blimbingsari:

1. Pemerintahan Dinas

Berdasarkan wawancara dengan Perbekel (kepala desa) Blimbingsari, di

Kelurahan Blimbingsari terdapat 2 sistem pemerintahan, yang terdiri dari

pemerintahan dinas dan desa adat Bali. Pemerintahan Dinas dipimpin oleh

perbekel. Sejak tahun 1939 hingga sekarang Desa Blimbingsari mempunyai 11

Perbekel. Dan saat peneliti mengadakan penelitian, I Made John Ronny adalah

Perbekel yang sedang menjabat. Berikut ini adalah struktur pemerintahan desa

Blimbingsari. Tugas dari Pemerintahan Dinas adalah mengatur masalah

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

kependudukan seperti pembuatan KTP dan hal-hal yang bersifat

kewarganegaraan.

2. Desa Adat Kristen Blimbingsari

Sejak tahun 2010 Blimbingsari mencoba mengupayakan desa ini menjadi

desa adat atau di Bali dikenal sebagai desa pakraman. Pada awalnya ide ini

ditentang karena syarat dari pembentukan desa pekraman Bali adalah adanya

Kayangan Tiga terdiri dari Pura Desa, Pura Pasek dan Pura Dalam. Pura Desa

adalah Pura yang digunakan untuk tempat pemujaan terhadap Dewa dalam

wilayah tersebut. Pura Pasek adalah Pura yang digunakan sebagai pusat wilayah

untuk kegiatan-kegiatan sosial. Dalam hal ini yang berkaitan dengan

permasalahan ekonomi wilayah tersebut. Dan Pura Dalam adalah tempat

pemujaan untuk orang-orang meninggal.

Pertentangan pembentukan desa adat Blimbingsari juga ditentang keras

oleh beberapa pendahulu, hal tersebut karena pada umumnya adat Bali selalu

diidentikkan dengan Hindu. Sementara Kristen mempunyai adat sendiri yang

secara keyakinan bertentangan dengan Hindu. Pola masyarakat di Bali senantiasa

terkait dengan Hindu, bukan hanya masalah fisik yang terlihat, namun juga

masalah rohani. Namun dalam perkembanganya beberapa tokoh masyarakat

sepakat untuk membentuk desa adat.

Rencana untuk membuat sebuah desa pekraman dimulai dengan adanya

pertemuan warga desa untuk mencapai kesepakatan. Warga dikumpulkan di

gereja untuk bermusyawarah tentang hal tersebut. Setidaknya terdapat tiga kali

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

sosialisasi tentang rencana pembentukan desa pekraman tersebut. Langkah

berikutnya adalah pembentukan tim yang khusus untuk membentuk awig-awig

desa pekraman. Tim formatur tersebut terdiri dari 9 orang yang dipilih yaitu: Pdt. I

Ketut Suyaga Ayub, I Made John Ronny, 2 Klian Banjar, Ketua BPD (Yohanes

Oka Mona), dan beberapa tokoh seperti Suparno, I Nyoman Muspo, I Ketut

Sukarya. Terdapat sedikit perdebatan dalam pembuatan awig-awig desa adat

Kristen Bali, sehingga menyebabkan anggota tim yang keluar dari presidium.

B.2. Enjungan

Sistem kemasyarakatan di Dusun Blimbingsari terdiri dari 6 enjungan

yang berada di bawah kepengurusan Kelian Dinas.

Enjungan adalah sistem pengelompokan untuk

memudahkan koordinasi di masyarakat. Enam

enjungan tersebut yaitu, enjungan kangin (timur),

enjungan tengah, enjungan kelod (utara), enjungan kaja (barat), enjungan kauh

(selatan), dan enjungan kelod kauh. Mereka mempunyai bale enjungan yang

digunakan sebagai tempat masyarakat berkumpul dan melakukan koordinasi.

Masing-masing enjungan memiliki kepengurusan yang berbeda, termasuk

pembedaan kepengurusan kelompok bapak-bapak

dan ibu-ibu. Mereka mempunyai aturan yang

disepakati bersama yang disebut awig-awig

enjungan. Aturan tersebut digunakan untuk

mengatur sistem kekerabatan yang ada di masing-masing wilayah. Kegiatan yang

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dilakukan dalam enjungan terdiri atas dua macam kegiatan yaitu kegiatan rutin

dan tidak rutin. Kegiatan rutin adalah urusan simpan pinjam yang telah ditentukan

waktunya setiap bulan. Sementara kegiatan non rutin dilakukan jika ada beberapa

kegiatan berkaitan dengan himbauan dari pemerintah dinas atau gereja.

Contohnya kegiatan kerja bakti, atau ada anggota masyarakat yang meninggal

atau mempunyai hajatan perkawinan.

B.3. Suka Duka

Suka duka adalah sistem kekerabatan yang diterapkan oleh masyarakat

Blimbingsari. Mereka meyakini bahwa sebagai anggota masyarakat mereka harus

terlibat suka dan duka atas apa yang terjadi dengan anggota yang lain. Sistem

kekerabatan suka duka berkaitan dengan kerja adat dan pembagian enjungan.

Hasil kesepakatan bersama sejak nenek moyang Blimbingsari mereka bagi sistem

suka duka dengan berpasang-pasangan. Enjungan kauh berpasangan dengan

enjungan kaja, Enjungan Kangin berpasangan dengan enjungan tengah, sementara

enjungan kelod berpasangan dengan kelod kauh. Namun karena sempat terjadi

perselisihan antara enjungan kelod dan enjungan kelod kauh, kini mereka berjalan

sendiri sendiri. (Hasil wawancara dengan I Wayan Majus (Penatua), 17 Agustus

2011, Pk. 09.36 WITA)

B.4. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Berdasarkan data kependudukan Desa Blimbingsari tahun 2010, mata

pencaharian yang terbanyak penduduk adalah Petani, dengan jumlah 60 orang.

Dan yang lain mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta 57 orang, PNS 19

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

orang, Wiraswasta 28 orang, dan Buruh 36 orang. Jumlah KK Miskin atau Gakin

tercatat hanya 1 KK dari 200 KK yang masuk dalam daftar keluarga miskin.

Berikut ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat Blimbingsari.

Pada permulaan perpindahan warga menuju dusun Blimbingsari, sesuai

dengan pembagian jatah, setiap warga mendapat 2hektar tanah dan 20 are untuk

rumah. Lahan itulah yang menyebabkan hampir seluruh warga desa, walaupun

mempunyai pekerjaan yang lain tetap juga mempunyai lahan untuk bertani.

Hasil pertanian yang pernah

dihasilkan oleh wargapun

beragam. Pada mulanya warga

berupaya bersawah dengan

menanam padi. Namun

kurangnya air maka banyak

warga yang beralih mengolah

tanah dengan berkebun. Berkebun dipilih warga karena tanah tidak terlalu banyak

membutuhkan air, dan tidak harus setiap hari untuk mengurus tanah. Hasil kebun

pun berubah-ubah sesuai tren yang ada. Warga pernah mencoba beberapa kali

jenis tanaman, seperti vanili, coklat, dan macam-macam. Namun hasil kebun yang

hingga kini masih bertahan dan mampu menjadi penghasilan bagi masyarakat

adalah kelapa.

Kelapa merupakan jenis tanaman yang paling banyak diminati warga.

Beberapa warga mempunyai usaha untuk mengirim kelapa yang telah dikupas ke

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Jawa, biasanya Jawa Timur. Selain itu, usaha kelapa juga member peluang bagi

warga yang lain yang tidak mempunyai kebun (biasanya warga pendatang atau

anak-anak dari generasi pertama).

Jenis pekerjaan yang pertama adalah panjat pohon

untuk memanen kelapa yang sudah masak. Untuk

memanen kelapa dibutuhkan sekelompok orang

yang memanjat. Satu pohon kelapa biasa dihargai

Rp. 1200,00. Sekali memanjat pohon dan memanen

kelapa hanya dibutuhkan tidak lebih dari 10 menit.

Jenis pekerjaan yang

kedua adalah mengusung kelapa dari tempat dia jatuh

dibawa menuju tempat pengepul. Biasanya dilakukan

ibu-ibu. Sekali angkat di atas kepala mereka biasanya

mampu mampu mengusung 20 kelapa.

Pekerjaan lain yang dilakukan warga

berkenaan dengan kelapa adalah

menyumbat. Menyumbat adalah pekerjaan

mengupas kelapa, memisahkan kelapa dari

kulitnya sehingga terlihat batoknya. Jenis

pekerjaan ini dilakukan pria dan wanita. Satu kelapa dihargai Rp. 60,00. Biasanya

dalam 1 hari penyumbat menghasilkan 1000 kelapa.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Warga yang memilih usaha kelapa merasa bahwa berbisnis kelapa

menguntungkan karena hampir semua bagiannya dapat diolah. Selain buah kelapa

itu sendiri, sabut kelapa dapat dijual

sebagai bahan bakar pembuatan

bata. Kelapa yang rusak pada waktu

disumbat atau mempunyai kualitas

yang tidak baik dapat diolah

menjadi kopra.

Selain bertani, beberapa warga bermata

pencaharian ternak. Hewan yang paling

banyak diternak adalah babi. Di Bali, babi

merupakan daging yang banyak

dikonsumi, dapat diamati hampir sebagian

warung makan Bali menjual olahan daging babi sebagai menunya. Pada upacara

adat, baik Hindu ataupun Kristen, babi adalah bagian dari menu yang hampir

selalu tersedia.

B.5. Sistem Komunikasi Masyarakat Blimbingsari

Kentongan atau Kulkul

Di kalangan umat Hindu Bali pada umumnya,

kentongan tidaklah begitu asing, karena setiap organisasi

kemasyarakatan yang bersifat sosial memiliki kentongan

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

atau di Bali dikenal dengan kulkul, baik itu kentongan besar maupun kecil. (H.

ahmad Yunus, dkk, 1994:24). Pada masyarakat Blimbingsari, komunikasi antar

enjungan atau kelompok-kelompok di desa juga menggunakan kulkul. Setiap

enjungan pada dasarnya memiliki kentongan untuk memanggil warga atau

mengingatkan mereka mengikuti kegiatan yang telah disepakati bersama. Sesuai

kesepakatan bersama kentongan akan berbunyi satu jam sebelum kegiatan

dimulai.

Dalam ajaran agama Hindu dalam proses pembuatan kentongan dari mencari

bahan sampai proses pembuatan kentongan dari mencari bahan sampai proses

pembuatannya selalu mencari hari baik (dewasa) yang baik dengan tujuan agar

masyarakat pendukungnya betul-betul dapat menjaga keunikan fungsi kentongan

itu, sebagaimana yang dapat dilihat bersama bahwa setiap banjar/enjungan dan

organisasi yang lain di Bali memiliki kentongan. (H. Ahmad Yunus, dkk,

1994:24). Namun tidak demikian dengan warga Blimbingsari, mereka hanya

menganggap kulkul sebagai alat komunikasi biasa sehingga tidak terkait dengan

kepercayaan mereka.

Pada dasarnya suara kentongan adalah sangat

menentukan gerak dan langkah bagi masyarakat

pendukungnya. Karena kentongan merupakan alat

komunikasi tradisional antara sesame masyarakat

terutama umat Hidup di Bali dalam keadaan aman

dan lebih-lebih lagi dalam menghadapi bahaya.

(H. Ahmad Yunus, dkk, 1994: 31). Demikian pula dalam masyarakat

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Blimbingsari. Bunyi 3 kali secara lambat maka menandakan ada warga yang

meninggal. Jika bunyi 3 kali dan diikuti pukulan secara cepat maka dapat

diartikan sebagai peringatan bahwa satu jam lagi warga wajib berkumpul di

enjungan.

Selain kulkul, alat komunikasi masyarakat Blimbingsari adalah juru arah. Juru

arah adalah orang yang ditunjuk untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.

Biasanya juru arah akan memberitakan informasi-informasi yang mendadak,

bukan informasi yang rutin. Mereka akan datang ke setiap rumah warga dan

memberitakan suatu informasi.

B.6. Adat Istiadat Blimbingsari

B.6.1. Prosesi perkawinan di Blimbingsari

Prosesi perkawinan masyarakat Blimbingsari secara adat sealur dengan

perkawinan orang Bali pada umumnya. Ada beberapa prosesi dari perkenalan,

peminangan, hingga perkawinan yang dijalankan. Berikut ini ritual yang biasa

dilakukan oleh masyarakat Bali pada umumnya.

a. Perkenalan

Masyarakat Bali yang sudah serius berpacaran dan akan melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi yaitu pernikahan, diawali dengan perkenalan

antar keluarga. Biasanya pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak

perempuan untuk memperkenalkan diri dan mengenal keluarga

perempuan. Dalam acara perkenalan tersebut biasanya membicarakan

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

kapan akan dilakukan peminangan. Acara tersebut dihadiri oleh keluarga

besar dari pihak laki-laki.

b. Peminangan

Peminangan biasanya dilakukan 3 bulan sebelum perkawinan dilakukan.

Dalam peminangan terdapat beberapa sarana yang wajib dibawa oleh

pihak laki-laki dan diserahkan pihak perempuan. Sarana itu disebut

“sesajen”. Sesajen berisi beberapa perlengkapan sebagai berikut:

Makanan.

Makanan terdiri dari nasi, Ikan sate lilit (biasanya terbuat dari babi),

jumlahnya biasanya menyesuaikan dengan

jumlah keluarga perempuan.

1. Jajan yang terdiri dari: (a) Satu

mangkok putih dan satu mangkok

merah. Kedua jajan ini terbuat ketan.

Namun perbedaannya, jajan yang

mangkok merah diberi gula merah.

Arti dari dua makanan tersebut adalah lengket menjadi satu. (2) Batu

bedildau. Batu bedildau terbuat dari ketan dimana di dalamnya diberi

gula merah dan berbentuk bulat. Makanan ini bermakna bahwa pihak

laki-laki bermaksud meminang seorang perawan.

2. Tipat Bantal

Tipat bantal kalau di Jawa dikenal dengan nama ketupat. Jumlah yang

dibawa biasanya 36 biji. Hitungan tersebut diambil dari 3 kelan,

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dimana 1 kelan berisi 12 biji ketupat. Makanan ini digunakan sebagai

penanda bahwa pihak laki-laki mengenal keluarga perempuan.

3. Runtutan. Isi dari runtutan adalah tebu dan dua kelapa.

Tebu mempunyai makna manis. Diharapkan dalam perkawinan

mereka akan hidup bahagia. Tebu juga merupakan tanaman yang

terus bertunas, maka artinya pasangan tersebut akan mempunyai

keturunan/dapat beranak. Selain tebu, dua kelapa dimaksudkan bahwa

kelapa adalah tanaman jangka panjang. Simbol ini menandakan

pasangan akan dapat menjamin kehidupan dalam jangka panjang.

Sesajen Pakaian sebagai Hantaran

Selain makanan, sesajen yang dibawa ke rumah perempuan dalam

peminangan adalah pakaian. Pakaian tersebut adalah pakaian lengkap.

Dari pakaian atas yang sudah jadi, kamben, sabuk, stagen, hingga alat-

alat make up yang diperlukan perempuan. Pakaian lengkap tersebut

disebut “besaluk”. Besaluk adalah pakaian “pebegat” atau pakaian

pemutus. Pakaian ini merupakan tanda bahwa anak perempuan keluarga

tersebut akan diambil oleh keluarga anak laki-laki. Maka dalam adat Bali,

jika dalam tempo dekat ada yang cerai, besaluk biasanya diminta

kembali.

Runtutan kegiatan.

Dalam meminang, hal yang dikerjakan adalah pembicaraan bahwa pihak laki-laki

akan meminang perempuan. Bahasa yang digunakan selama prosesi berlangsung

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

adalah bahasa Bali alus. Pakaian yang dikenakan juga pakaian adat Bali. Biasanya

pihak laki-laki akan duduk berhadap-hadapan dengan pihak perempuan. Proses

pembicaraan dipimpin oleh seseorang (biasanya wakil keluarga laki-laki)

berhadapan dengan seseorang wakil keluarga perempuan. Upacara peminangan

diikuti segenap keluarga, klian adat/bendesa adat, klian dinas dan juga saksi

(masing-masing 1 orang). Apabila diterima dan sepakat maka keluarga akan

memutuskan mengadakan perkawinan.

Selama menunggu sampai hari H perkawinan, kedua mempelai dilarang

untuk bertemu. Apabila ada hal-hal yang terpaksa harus menuntut mereka

bertemu, masing-masing mempelai harus meminta izin kepada saksi.

Dalam proses peminangan tersebut enjungan

yang warganya mempunyai hajatan dan

enjungan rekanan ikut membantu untuk

mengurus upacara yang ada.

Perkawinan adat Bali berbeda dengan perkawinan di Jawa. Sistem patrilineal

mereka membuat aturan bahwa yang mempunyai kerja dalam perkawinan adalah

pihak laki-laki. Di Jawa pihak perempuan yang punya kerja. Persiapan upacara

perkawinan biasanya dilakukan satu minggu sebelum hari H. Dalam pertemuan

tersebut biasanya ditentukan tingkatan upacara yang akan dijalankan. Di Bali pada

umumnya upacara perkawinan dibagi dalam 3 tingkatan, nista, madya, dan utama.

Hal yang mencolok dari 3 pernikahan adalah jumlah sate yang diberikan kepada

masyarakat, apabila nista 3 tusuk sate, madya 5 tusuk sate, dan utama 11 tusuk

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sate. Dalam rapat tersebut biasanya di data berapa jumlah warga enjungan yang

dimana mempelai berada dan jumlah warga enjungan rekanan mereka. Jumlah

keluarga, dan juga jumlah tamu undangan yang diperkirakan hadir. Jumlah

tersebut akan menentukan berapa banyak nasi dan sate yang akan dibuat.

Menanak nasi biasanya dibuat oleh beberapa ibu-ibu enjungan yang ditunjuk.

Penyembelihan babi biasanya dilakukan satu hari sebelum hari H. Setelah

disembelih, ibu-ibu dari enjungan akan bergotong-royong untuk membuat sate.

Setelah matang mereka pulang. Pada jam yang ditentukan ibu-ibu yang bertugas

menanak nasi biasanya akan menyetorkan nasi yang sudah matang. Dan setelah

menyerahkan mereka akan dibalas dengan sejumlah upah berupa sate.

Warga yang sudah pulang kemudian akan datang kembali sambil

membawa nasi satu bakul. Nasi tersebut kemudian diserahkan kepada warga

enjungan yang bertugas, separuh diambil dan separuh dibawa pulang lagi dengan

diberi tambahan sate. Jumlah pemberian sesuai dengan tingkatan dan juga jumlah

nasi yang diberikan. Selain itu, di Blimbingsari, majelis gereja juga mendapat sate

lengkap, khusus dikirimkan ke masing-masing rumah mereka. Pemberian

hantaran tersebut disebut “jotan”.

B.6.2. Prosesi Kematian di Blimbingsari

Pada saat tinggal di Blimbingsari, peneliti mendapati salah satu warga

Blimbingsari (Hozia) yang meninggal dunia. Hari duka tersebut jatuh pada Rabu,

17 Agustus 2011. Rumah keluarga yang berduka terletak di wilayah Kauh (barat),

maka sesuai dengan kesepakatan desa, enjungan yang menjadi partner adalah

enjungan kaja (utara). Kesepakatan Banjar Blimbingsari wilayah kaja berpartner

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dalam suka duka dengan wilayah kauh. Kangin dengan Tengah. Sementara kelod

dan kelod kauh masing-masing. Berdasarkan cerita dari penduduk setempat kelod

dan kelod kauh berjalan sendiri-sendiri dalam suka duka karena pada zaman dulu

jika dalam pembuatan lubang kubur biasanya salah satu dari mereka membuat

terlalu kecil sehingga itu menjadi masalah pada waktu pemakaman.

Prosesi pada Upacara Kematian

Pada waktu ada berita meninggal yang dilakukan pertama adalah warga akan

melapor pada klian dinas. Klian dinas kemudian memukul kukul di Niti Graha

sebanyak 3 kali sebagai tanda bahwa ada warga yang meninggal. Kemudian juru

arah enjungan kauh memukul kentongan mereka sebanyak tiga kali sebagai tanda

bahwa yang meninggal berasal dari enjungan kauh. Warga dari desa kaja dan kauh

langsung menuju rumah duka untuk membantu mempersiapkan prosesi kematian.

1. Ibadah/Kebaktian Penghiburan

Kebaktian dimulai pukul 19.00 ini dihadiri oleh semua warga banjar

Blimbingsari. Warga yang datang biasanya akan membawa beras, gula, dan

sekarang ditambah mie atau makanan lainnya untuk dibawa dan diserahkan

kepada keluarga. Untuk mengikuti kebaktian penghiburan, warga

menggunakan baju adat terutama keluarga yang berduka.

Persiapan dan gotong rotong dilakukan oleh warga enjungan kaja dan kauh.

Untuk ibu-ibu sibuk untuk memasak hidangan kebaktian penghiburan.

Sementara bapak-bapak membuat peti dan mempersiapkan untuk upacara

pemakaman. Pada malam hari bapak-bapak dari enjungan setempat akan

melakukan magebagan atau tidak tidur hingga pagi, biasanya sampai pukul

05.00. Ibu-ibu selain memasa untuk kebaktian penghiburan juga menyediakan

untuk hidangan bagi yang magebagan.

2. Keesokan harinya tanggal 18 Agustus 2011, pukul 06.00 kukul berbunyai

menandakan persiapan satu jam kedepan akan ada gotong royong membuat

lubang kubur. Bapak-bapak dari enjungan partner (kaja) pukul 07.00

berkumpul di tempat pemakaman dan mulai membuat lubang. Sementara itu,

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

ibu-ibu kembali berkumpul dari pukul 09.00 untuk mempersiapkan makanan

dan segala sesuai yang dibutuhkan seperti bunga, dan lain-lain.

Pukul 16.00 semua warga Blimbingsari datang untuk upacara pemakaman

atau dalam bahasa Bali disebut majengukan. Upacara tersebut berupa

kebaktian yang dipimpin pendeta. Kebaktian diadakan di rumah keluarga duka

kurang lebih satu jam. Pada waktu menghadiri upacara ini warga Blimbingsari

menggunakan baju adat dengan warna putih. Warna ini disepakati warga

sebagai penanda bahwa kematian itu bukan sesuatu yang mengerikan namun

sebuah suka cita karena kembali kepada Tuhan.

Setelah kebaktian selesai diadakan maka warga bersama-sama berjalan ke

kuburan dipimpinoleh pendeta. Arak-arakan ini terdiri dari seseorang yang

membawa kayu salib, pengusungan peti jenazah dan juga anak-anak yang

membawa rangkaian bunga yang diberikan.

3. Ketika sampai di kuburan maka jenazah akan dikuburkan di makam yang telah

digali dan dilanjutkan dengan kebaktian penutup.

4. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00 diadakan kebaktian ucapan syukur

yang dihadiri oleh beberapa warga Blimbingsari. Dan dilanjutkan dengan

magebagan sampai pukul 24.00.

C. Sosial Kemasyarakatan Penduduk Pulau Bali

Bali menerapkan pembagian struktur masyarakat yang bersifat otonom dalam desa

pekraman. Desa pekraman dapat diartikan sebagai desa adat Hindu. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Bendesa Adat Ekasari, 26 Aguatus 2011, pk. 09.13

WITA, Hirarki struktur desa pekraman di Bali sebagai berikut:

PHDI (Tingkat Pusat)

Majelis Agung (Tingkat Propinsi)

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Desa Pekraman dipimpin oleh seorang Bendesa Adat. Sementara gabungan dari

bendesa adat dari Majelis Alit sampai PHDI akan mengurus permasalahan-

permasalahan adat dari tingkat kecamatan hingga pusat.

Panduan dalam menjalankan sistem tersebut adalah aturan atau awig-awig

desa pekraman. Dalam pelaksanaannya PHDI mempunyai awig-awig yang dapat

digunakan sebagai landasan dalam membuat awig-awig desa pekraman. Atau

dapat dikatakan bahwa ada beberapa aturan umum yang dilaksanakan oleh desa

pekraman di seluruh Bali, namun hak otonom diberikan kepada desa pekraman

untuk membuat awig-awig di masing-masing wilayah mereka.

Ekasari adalah sebuah desa pekraman di timur Blimbingsari yang

mempunyai penduduk dengan keyakinan yang beragam, yaitu Hindu, Kristen, dan

Islam. Bendesa adat Ekasari secara pribadi setuju dengan adanya otonomi

tersebut, karena masyarakat lebih tahu kondisi atau kebutuhan masing-masing

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

desa. Namun di sisi lain, diakui bahwa sistem otonomi itu rawan dengan konflik.

Hal itu terjadi karena adanya perbedaan pandangan dan perbedaan aturan di

masing-masing wilayah.

Syarat sebuah desa dapat disebut sebagai desa pekraman apabila dia

mempunyai Kahyangan Tiga dan jumlah warga minimal 500KK. Kayangan Tiga

terdiri dari Pura Desa, Pura Pasek dan Pura Dalam. Pura Desa adalah Pura yang

digunakan untuk tempat pemujaan terhadap Dewa dalam wilayah tersebut. Pura

Pasek adalah Pura yang digunakan sebagai pusat wilayah untuk kegiatan-kegiatan

sosial. Dalam hal ini yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi wilayah

tersebut. Dan Pura Dalam adalah tempat pemujaan untuk orang-orang meninggal.

Syarat utama untuk membangun desa pekraman adalah keharusan 3 item tersebut.

I Wayan Winara mengungkapkan, “Desa pekraman sangat identik dengan

agama Hindu. Hal tersebut karena segala permasalahan yang diurus oleh desa adat

senantiasa berkaitan dengan Hindu. Terlebih lagi, untuk menjadi desa pekraman

harus mempunyai Kahyangan Tiga.”

“Di Bali terdapat wacana bahwa apabila seseorang yang tidak masuk

sebagai anggota desa pekramana maka dia dianggap hanya menumpang saja.

Awig-awig desa Ekasari mengatur jika dalam 1x24 jam ada warga dari luar yang

berada di desa pekraman dia wajib melapor, dan jika lebih dari 1 tahun maka dia

harus memenuhi kewajiban dia khususnya dalam hal urunan sebagai warga desa

pekraman Ekasari.”

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dalam aktivitasnya desa pekraman dipimpin oleh seorang bendesa adat dengan

struktur organisasi sebagai berikut:

Bendesa adat adalah pemimpin dalam desa pekraman. Bendesa adat

mempunyai masa kerja 5 tahun setiap periodenya dan disahkan oleh Majelis

Madya dengan memberikan patro pengeling-eling atau Surat keputusan (SK).

Pemerintah Bali pun memberikan sarana transportasi, nafkah dan operasional bagi

Bendesa Adat yang telah disahkan.

Dalam desa pekraman posisi Bendesa Adat sejajar dengan Perbekel,

sehingga dapat dikatakan bahwa dalam desa pekraman terdapat dua struktur

organisasi yang mengatur interaksi sosial dalam masyarakat. Dua organisasi

tersebut mempunyai peranan yang berbeda, Perbekel bertanggung jawab atas

permasalahan pemerintahan seperti kependudukan, administrasi kepemerintahan,

KTP, dll. Sementara Bendesa Adat bertanggung jawab terhadap permasalahan

Bendesa Adat

Sekretaris

Bendahara

Sonteng Pemangku Klian Adat Klian

Palemahan Pawongan Prahyangan

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

yang terkait dengan seni, budaya dan agama. Seni adalah segala sesuatu

menyangkut kreatifitas baik bersifat keagamaan atau bukan keagamaan. Contoh,

dalam prosesi Dewayadna maka terdapat beberapa tarian yang bersifat sakral dan

wajib ditarikan oleh karma Bali. Di Bali antar wilayah mempunyai seni yang

berbeda. Budaya dan agama adalah tuntunan kebiasaan masyarakat. Bendesa adat

juga melayani upacara dan upakara Hindu di desa pekraman.

Dalam menjalankan peranannya Bendesa adat dibantu oleh sekretaris,

bendahara, dan membawahi seksi-seksi seperti Prahyangan, Pawongan, dan

Palemahan. Prahyangan adalah bagian yang mengatur tempat suci, dalam hal ini

adalah Pura. Setiap Pura akan dipimpin oleh Pemangku Pura. Pemangku akan

membimbing permasalahan yang berhubungan dengan Tuhan atau diistilahkan

dengan Dewayadna.

Sementara dalam urusan-urusan agama yang terkait dengan hubungan

dengan manusia yang lain atau disebut “manusayadna” akan dibawahi oleh

“sonteng”. Upacara yang termasuk “manusayadna” adalah upacara “masangi”

yaitu upacara potong gigi yang biasanya dilaksanakan pada waktu pernikahan.

Upacara potong gigi adalah upacara wajib bagi umat Hindu yang bermakna

penghapusan “sadirpu”atau sifat keangkaramurkaan. Selain “masangi” upacara

yang lain adalah upacara “nyamutin”, yaitu upacara yang dilakukan pada anak

yang berumur 3 bulan, upacara ini bertujuan supaya kelak anak yang dilahirkan

dapat menjadi anak yang berguna.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Perkawinan dalam desa pekraman masuk dalam masalah dewayadna dan

manusayadna. Dimulai dengan darmasuaka atau peminangan, kegiatan ini

diwujudkan dengan kedatangan pihak keluarga laki-laki untuk melamar ke

keluarga perempuan. Kemudian dilanjutkan dengan minta pelepasan kepada

Dewa. Hal tersebut berkaitan dengan sanggah keluarga. Perempuan yang dipinang

akan mengikuti sanggah keluarga laki-laki, sehingga dia harus mepamit kepada

Dewa yang ada di Pura keluarga. Dalam konteks manusayadna, pamitan

dilaksanakan karena berarti perempuan akan pindah dari pelemahan keluarganya

menuju ke pelemahan keluarga laki-laki. Peranan sonteng dalam upacara ini

sebagai triupasaksi atau sebagai saksi perkawinan. Bendesa adat dalam upacara

juga bertindak sebagai saksi. Setelah adat dijalankan maka akan diadakan upacara

keagamaan yang disebut dengan natap pabio kawenan.

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Selain menangani manusayadna, Sonteng juga menangani masalah

Pitrayadna. Pitryadna adalah masalah-masalah yang terkait dengan orang

meninggal. Upacara yang biasa dilakukan adalah upacara Pangabenan dan

Panyekahan. Upacara Pangabenan diartikan sebagai upacara kembalinya manusia

ke asal mereka. Dan Upacara Panyekahan adalah upacara ketika atman menjadi

dewa. Dari pangabenan menuju ke

upacara panyekahan dapat berselang,

diseseuaikan dengan kemampuan.

Contohnya seperti pada upacara yang

dilakukan di desa Ekasari ini. Gambar ini

menunjukkan persiapan upacara panyekahan yang telah disepakati warganya

diadakan setiap 5 tahun sekali, Mereka yang ingin

melakukan upacara panyekehan akan dijadikan

satu grup dan akan diadakan secara bersama. Lama

upacara pada waktu peneliti melakukan

pengamatan adalah 38 hari sampai pada selesainya.

Prosesi yang dijalankan meliputi: (1) pencaruan, yaitu mengatur sesajen

untuk meminta restu kepada Tuhan atas upacara yang akan dilakukan, (2)

Pamenakan leluhur, adalah penjemputan leluhur dari laut untuk dibuat upacara,

(3) Penempatan leluhur adalah upacara kedatangan

leluhur yang dibawa dari laut, dan (4) Panyekahan

adalah upacara terakhir menuju ke Dewayadna.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Seksi berikutnya dalam struktur desa adat adalah Pawongan, pawongan

bertugas untuk mengatur permasalahan kegiatan sosial masyarakat. Dan

Palemahan berfungsi untuk mengatur tata widang atau tata ruang di desa

pekraman

D. Korpus

Korpus adalah sebutan bagi data yang diperoleh melalui penelitian dalam

kajian ini. Dalam linguistik, korpus ialah himpunan data-data mentah yang bakal

digunakan untuk kajian. Contohnya adalah seperti himpunan manuskrip dan teks

bertulis yang lain. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Korpus, 12 Maret 2012).

Menurut Prof. Andrik Purwasito kata “korpus” dipergunakan untuk menandai

data primer dengan data sekunder. Korpus adalah data utama yang digunakan

sebagai sumber analisis. Selanjutnya akan dilakukan korpusisasi atau pendataan.

Tujuan korpusisasi adalah memudahkan usaha analisa yang dilakukan terhadap

korpus itu sendiri.

Korpusisasi dalam penelitian dilakukan dengan menyajikan beberapa data

yang telah penulis bagi dalam beberapa kategori yaitu arsitektur gereja, prosesi

gereja, adat istiadat yang terdiri dari perkawinan dan kematian, pakaian, dan

sistem kesenian. Berikut pemaparan dari korpus tersebut:

Korpus 1.

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Deskripsi:

Lanscape bangunan gedung gereja yang menyerupai bangunan bangunan Pura

umat Hindu. Namun dapat diamati bahwa di tengah gedung gereja tersebut

tampak tanda salib yang diletakkan sebagai pucuk tertinggi.

Korpus 2.

Deskripsi:

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Gereja Pniel dibagi ke dalam 2 bagian. Bagian pertama adalah pelataran dan

bagian kedua adalah tempat beribadah. Apabila masuk gereja maka selayaknya

arsitektur Bali akan terlihat candi bentar. Candi bentar pada gereja Pniel adalah

ciptaan arsitektur yang dikombinasikan antara budaya Bali dan Kekristenan.

Korpus 3.

Deskripsi:

Pekarangan pertama ketika masuk gereja melalui candi gelung terdapat pintu

penghalang yang selalu ada dalam arsitektur Bali. Maka untuk masuk ke

pekarangan, jemaat harus mengarah melalui sisi kanan atau sisi kiri.

Korpus 4.

Deskripsi:

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Pada tengah pintu penghalang terdapat tulisan “Kami membangun dan

mempersembahkan gedung gereja ini, sebagai jawaban atas berkat dan anugerah

Tuhan demi kemuliaan namaNya.” Gedung gereja ini diresmikan pada 11

November 1981 oleh Gubernur Bali yang menjabat pada waktu itu, Prof. Dr. Ida

Bagus Mantra.

Korpus 5

Deskripsi:

Sisi kiri pintu masuk tersebut terdapat gambar yang menceritakan tentang

perjumpaan Tuhan dengan nabi Musa, Pniel, yang kemudian digunakan warga

Blimbingsari sebagai nama gereja.

Korpus 6.

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Deskripsi:

Di sisi kanan pintu terdapat ukiran yang menggambarkan tentang Kanaan, sebuah

daerah yang dalam cerita di perjanjian lama merupakan daerah yang dituju bangsa

Israel keluar dari perbudakan Mesir. Kanaan merupakan gambaran daerah yang

penuh kemakmuran, penuh dengan susu dan madu, dan makanan yang melimpah.

Korpus 7.

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Deskripsi:

Ukiran tersebut terdapat pada sisi kiri dinding luar pelataran pertama yang

bercerita tentang asal penduduk pertama Blimbingsari dari Buleleng, Plambingan,

dan Abianbase yang berjalan menuju ke Alas Angker.

Korpus 8.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang perjumpaan Allah dengan nabi Musa di gunung.

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Korpus 9.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang penindasan bangsa Mesir terhadap bangsa Israel.

Cerita tersebut menggambarkan kekejaman pemerintahan Raja Firaun.

Korpus 10.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Meriam adik Musa yang sedang menemui Putri

Raja Firaun.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Korpus 11.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Daniel yang mampu mengalahkan singa untuk

menguji keimanan yang dia miliki. Sebuah cerita yang diambil dari kitab Daniel.

Korpus 12.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang perkelahian Yakub dengan Tuhan di atas gunung

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Korpus 13.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Musa yang menulis Hukum Taurat di atas dua

loh batu.

Korpus 14.

Deskripsi:

Pelataran pertama juga memuat dua bale, yaitu Bale Bengong dan Bale Kulkul.

Bale Bengong dapat digunakan bagi siapa saja yang ingin menemui tamu atau

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

sekadar bercakap-cakap. Sementara bale kulkul adalah tempat bagi koster

(penjaga gereja) untuk memukul kentongan sebagai pertanda bagi warga

Blimbingsari untuk bersiap-siap mengikuti acara gereja. Biasanya dipukul satu

jam sebelum kebaktian atau acara yang diadakan di gereja dimulai.

Korpus 15.

Deskripsi:

Selain dua bangunan tersebut, pada pelataran pertama juga terdapat bangunan

menyerupai kayu yang terpotong. Benda itu menggambarkan besarnya kayu

ketika generasi pertama mencoba untuk menerobos Alas Angker.

Korpus 16.

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Deskripsi:

Pada potongan salah satu kayu tersebut ada sebuah simbol cukup menarik yaitu

cap tangan warga yang merupakan generasi pertama yang ikut menerabas hutan,

yaitu I Made Rentan. Sampai pada penelitian ini dilakukan, peneliti masih

bertemu secara langsung dengan beliau. Di atas cap tangan terdapat kalimat yang

menunjukkan bahwa Blimbingsari adalah tanah perjanjian dari Tuhan.

Korpus 17.

Deskripsi:

Masuk pelataran kedua ditandai dengan pintu yang berarsitektur Bali. Bangunan

tersebut berundak, terbuat dari batu bata yang tersusun rapi, menyerupai Pura.

Warna merah dan ukiran emas yang menghiasi pintu identik pula dengan

asesoris-asesoris bangunan Bali. Namun perbedaan cukup mencolok pada ujung

atas pintu tersebut terpasang Salib besar.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Korpus 18.

Deskripsi:

Pada pintu masuk tempat ibadah terdapat ukiran salib dan dua merpati. Salib pada

masyarakat beragama Kristen pada umumnya tegak lurus. Namun dapat diamati

bahwa semua salib yang ada di GKPB berbentuk salib bengkok. Bagi warga

Kristen Bali, mereka memahami cross/salib bukan dari kayu dimana Tuhan Yesus

disalib, namun gambaran dari tubuh Yesus ketika disalib, sehingga mereka

menyebutnya sebagai dancing cross. Sementara merpati melambangkan Roh

Kudus yang datang menghampiri jemaat Pniel. Di bawah sabib dan Merpati

terdapat tulisan PNIEL, nama gereja jemaat Blimbingsari.

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Korpus 19.

Deskripsi:

Terdapat dua pintu besar yang diukir menggunakan warna emas. Pada pintu yang

kiri terdapat ukiran yang bercerita tentang sejarah bangsa Israel keluar dari tanah

perbudakan Mesir menuju ke tanah perjanjian yaitu Kanaan. Dan di bagian sisi

kanan pintu yang kiri terdapat ukiran tentang perjalanan Blimbingsari yang

merasa seperti bangsa Israel, mereka keluar dari perbudakan menuju tanah

perjanjian yaitu Blimbingsari. Mereka meyakini apa yang terjadi tersebut berkat

dari Tuhan melalui kematian Tuhan Yesus d kayu salib. Hal tersebut tampak dari

gambaran Tuhan Yesus disalib.

Sementara pintu sebelah kanan memuat ukiran burung Merpati dan salib GKPB.

Mereka beranggapan bahwa Roh Kudus yang digambarkan melalui merpati

senantiasa akan melindungi jemaat Kristen dan pekabaran Injil di Bali.

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Pada pelataran kedua terdapat ruangan tempat ibadah, namun bangunan ini

berbeda dengan gedung-gedung gereja pada umumnya. Gedung gereja Pniel

dibuat terbuka tanpa dinding.

Korpus 20.

Deskripsi:

Gedung Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Pniel Blimbingsari

memahami bahwa Tuhan menghendaki umat memuliakanNya bersama segenap

alam ciptaanNya. Oleh karena itu, gedung gereja dibuat terbuka sehingga sinar

dan panas matahari, suara angin, gemercik air, hembusan angin sepoi-sepoi,

kicauan burung, indahnya bunga-bunga, suara gong yang gemerincing, dan pujian

umat merupakan pujian kepada Sang Pencipta oleh segenap ciptaanNya. Sinar

matahari yang menembus ke dalam gedung gereja, desiran angin, dan gemercik

air merupakan unsur yang sangat penting bagi kemuliaan nama Tuhan.

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Korpus 21.

Deskripsi:

Seperti halnya pelataran pertama, pelataran kedua juga dikelilingi oleh dinding

yang penuh dengan ukiran tentang cerita di Alkitab. Ukiran di atas bercerita

tentang Maria dan Yusuf yang sedang mencari tempat untuk bersalin.

Korpus 22.

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang kelahiran Yesus di kandang domba. Tampak

gambar Maria dan Yusuf, orang majus, gembala dan malaikat yang bersuka.

Orang-orang majus yang datang untuk memberi persembahan mas, mur, dan

kemenyan bagi kelahiran bayi Yesus

Korpus 23.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Maria Magdalena yang membasuh kaki Yesus

sebagai bentuk penghormatannya.

Korpus 24.

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang mukzizat yang dilakukan Tuhan Yesus, yaitu

membangkitkan orang mati, Lazarus.

Korpus 25.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Tuhan Yesus membasuh kaki murid-muridnya.

Korpus 26.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Tuhan Yesus berjalan di atas air. Tampak

gambar Petrus, muridnya, tidak mempercayai hal tersebut dan tenggelam.

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Korpus 27.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Tuhan Yesus yang sedang mengajar 5000 orang

di atas gunung. Dan member makan mereka dengan 5 roti dan 2 ikan.

Korpus 28.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang kenaikan Tuhan Yesus ke surge dan disaksikan

oleh murid-muridNya.

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Korpus 29

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang murid-murid Tuhan Yesus yang datang ke kubur

Yesus setelah kematianNya.

Korpus 30.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang mujizat Yesus mencelikkan orang buta.

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Korpus 31.

Deskripsi:

Ukiran tersebut menggambarkan cerita tentang Yohanes yang sedang membabtis

dengan air di sungai.

Korpus 32.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang perumpamaan domba yang hilang.

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Korpus 33.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Yohanes Pembabtis yang tengah membabtis

Tuhan Yesus di sungai Yordan menggunakan air.

Korpus 34.

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Tuhan Yesus yang tengah berdoa sebelum

disalib.

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Korpus 35

Deskripsi:

Ukiran tersebut bercerita tentang Tuhan Yesus yang bercerita perumpamaan

tentang anak kecil. Tampak ketika sedang mengajar, Dia memangku anak kecil.

Korpus 36.

Deskripsi:

Dalam pelataran kedua selain dinding yang berukir cerita-cerita dalam Alkitab

juga terdapat beberapa simbol-simbol lain. Simbol dibawah terdapat pada dinding

bagian atas pintu masuk. Gambar pertama sebelah kiri adalah gambar mahkota

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

yang berarti Kerajaan Allah. Sementara ukiran yang kedua berbentuk Merpati

yang merupakan simbol Roh Kudus.

Korpus 37.

Deskripsi:

Ukiran serupa mahkota yang berada di dalam ruangan tempat ibadah juga berarti

simbol Kerajaan Allah. Ukiran tersebut terdapat di Altar. Di atas altar terdapat

simbol mahkota (crown) yang bertuliskan Yunani, Alfa dan Omega yang berarti

Kerajaan Allah tidah berubah, dulu sekarang sampai selamanya. Kristus adalah

Sang Raja itu, yang diperoleh Yesus melalui salib (di bawah mahkota).

Korpus 38.

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Deskripsi:

Pada Altar juga terdapat meja Altar. Meja ini dihiasi sedemikian rupa sebagai

tempat Maha Kudus dalam Bait Allah yang patut disucikan dan dihias dengan

indah. Di altar diletakkan alat-alat Perjamuan Kudus dan korban persembahan.

Altar ini diapit dengan dua tedung (payung). Payung tersebut selalu berganti

warna setiap tahunnya.

Korpus 39.

Deskripsi:

Mimbar adalah tempat pemberitaan Kabar Balik yang berintikan tiga panggilan

gereja, yaitu: bersekutu (koinonia), pelayanan (diakonia), pemberitaan Injil

(marturia). Koinonia bagian depan mimbar bersimbol Alkitab terbuka, simbol

perempuan dan laki-laki, dan persatuan umat seluruh dunia. Diakonia

digambarkan dengan “jabatan tangan” sebagai tanda kasih kepada sesama.

Membangun kesejahteraan dilambangkan dengan padi dan kapas. Dan Marturia

digambarkan dengan pelita, terang dunia. Firman Tuhan harus diberitakan sampai

ke ujung dunia.

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Korpus 40.

Deskripsi:

Di dalam tempat ibadah juga terdapat tongkat yang diletakkan di dinding luar

gereja dekat altar. Tongkat tersebut diletakkan di atas kolam.

Korpus 41.

Deskripsi:

Pada waktu kebaktian, maka di bagian altar akan diberi tanaman-tanaman atau

bunga-bunga segar.

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Korpus 42.

Deskripsi:

Bentuk patung dengan gaya Bali dan diletakkan di setiap sudut bale kulkul.

Korpus 43.

Deskripsi:

Kayu yang dibentuk seperti salib dan diletakkan di setiap depan rumah warga,

terdapat warna merah di bagian bawah tanda cross tersebut.

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Korpus 44.

Deskripsi:

Gong adalah seperangkat alat musik tradisional Bali yang biasanya digunakan

untuk mengiringi upacara-upacara adat. Foto diatas menggambarkan para pemain

gong pada saat ibadah kontekstual.

Korpus 45.

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Deskripsi:

Jegog adalah alat musik khas Kabupaten Jembarana. Alat musik ini terbuat dari

bambu. Cara memainkan alat musik ini dengan cara dipukul. Biasanya permainan

jegog dilakukan untuk menyambut tamu.

Korpus 46.

Deskripsi:

Jegog biasanya dipadu padankan dengan tarian pergaulan. Seperti Tayub, tari

pergaulan biasanya mengajak tamu untuk menari dengan menyentuhkan kipas

mereka kepada tamu yang hadir. Gambar di atas adalah gambar salah satu tarian

pergaulan yang diiringi dengan jegog untuk menyambut tamu gereja yang datang

dari Jerman.

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Korpus 47.

Deskripsi:

Ibadah kontekstual diadakan pada minggu pertama setiap bulan. Ibadah ini

mempunyai prosesi sebagai berikut: dimulai dari konsistori, Pendeta dan Majelis

berjalan keluar. Ada lilin yang menyala sebuah pertanda kehadiran Allah di

tempat itu, selain itu ada juga payung yang menandakan kemuliaan yang

dihadirkan, dan ada juga Alkitab yang dimaknai sebagai Firman Tuhan.

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Korpus 48.

Deskripsi:

Selama proses jalannya Pendeta dan Majelis

menuju gereja maka tabuh gong berkumandang.

Korpus 49.

Deskripsi:

Pendeta akan menerima Alkitab dari Majelis dan berdoa bahwa kebaktian akan

dimulai. Tabuh masih dimainkan hingga pendeta sampai di mimbar. Dalam

prosesi ini, jemaat berdiri sebagai simbol kesiapan kehadiran Allah.

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Korpus 50.

Deskripsi:

Kebaktian dilakukan dengan menggunakan bahasa Bali, dan ditutup dengan

berkat. Pada akhir kebaktian, pendeta selaku imam berdoa menghadap altar dan

menyerahkan Alkibab sebagai pertanda bahwa pelayanan ibadah telah selesai dan

ke depan untuk memberi salam kepada jemaat.

Korpus 51.

Deskripsi:

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Masyarakat Bali yang sudah serius berpacaran dan akan melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi yaitu pernikahan, diawali dengan perkenalan antar keluarga.

Biasanya pihak laki-laki akan dating ke rumah pihak perempuan untuk

memperkenalkan diri dan mengenal keluarga perempuan. Dalam acara perkenalan

tersebut biasanya membicarakan kapan akan dilakukan peminangan. Acara

tersebut dihadiri oleh keluarga besar dari pihak laki-laki.

Korpus 52.

Deskripsi:

Peminangan biasanya dilakukan 3 bulan sebelum perkawinan dilakukan. Dalam

peminangan terdapat beberapa sarana yang wajib dibawa oleh pihak laki-laki dan

diserahkan pihak perempuan.

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Korpus 53.

Deskripsi:

Dalam peminangan terdapat beberapa “sesajen”. Sesajen berisi beberapa

perlengkapan sebagai berikut: (1) Makanan terdiri dari nasi, Ikan sate lilit

(biasanya terbuat dari babi), jumlahnya biasanya menyesuaikan dengan jumlah

keluarga perempuan. Jajan yang terdiri dari: Satu mangkok putih dan satu

mangkok merah. Kedua jajan ini terbuat ketan. (2) Batu bedildau. Batu bedildau

terbuat dari ketan dimana di dalamnya diberi gula merah dan berbentuk bulat. (3)

Tipat Bantal. Tipat bantal kalau di Jawa dikenal dengan nama ketupat. Jumlah

yang dibawa biasanya 36 biji. Hitungan tersebut diambil dari 3 kelan, dimana 1

kelan berisi 12 biji ketupat. Runtutan. Isi dari runtutan adalah tebu dan dua

kelapa.

Korpus 54.

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Deskripsi:

Selain makanan, sesajen yang dibawa ke rumah perempuan dalam peminangan

adalah pakaian lengkap. Dari pakaian atas yang sudah jadi, kamben, sabuk,

stagen, hingga alat-alat make up yang diperlukan perempuan. Pakaian lengkap

tersebut disebut “besaluk”. Besaluk adalah pakaian “pebegat” atau pakaian

pemutus.

Korpus 55.

Deskripsi:

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Dalam proses peminangan tersebut enjungan yang warganya mempunyai hajatan

dan enjungan rekanan ikut membantu untuk mengurus upacara yang ada.

Korpus 56.

Perkawinan adat Bali diadakan di rumah. Biasanya masyarakat mempunyai lahan

yang luas. Mereka menggunakan besaluk dan kamben dan didudukkan sebagai

mempelai.

Korpus 57.

Deskripsi:

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Perkawinan adat Bali berbeda dengan perkawinan di Jawa. Sistem patrilineal

mereka membuat aturan bahwa yang mempunyai kerja dalam perkawinan adalah

pihak laki-laki. Di Jawa pihak perempuan yang punya kerja. Persiapan upacara

perkawinan biasanya dilakukan satu minggu sebelum hari H. Dalam pertemuan

tersebut biasanya ditentukan tingkatan upacara yang akan dijalankan. Di Bali pada

umumnya upacara perkawinan dibagi dalam 3 tingkatan, nista, madya, dan utama.

Hal yang mencolok dari 3 pernikahan adalah jumlah sate yang diberikan kepada

masyrakat, apabila nista 3 tusuk sate, madya 5 tusuk sate, dan utama 11 tusuk

sate. Dalam rapat tersebut biasanya di data berapa jumlah warga enjungan yang

dimana mempelai berada dan jumlah warga enjungan rekanan mereka. Jumlah

keluarga, dan juga jumlah tamu undangan yang diperkirakan hadir. Jumlah

tersebut akan menentukan berapa banyak nasi dan sate yang akan dibuat.

Korpus 58.

Deskripsi:

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Berbeda dengan warga Hindu di Bali, di Blimbingsari perkawinan dilanjutkan

pemberkatan setelah upacara adat. Pemberkatan dilakukan di gereja. Biasanya

keesokan harinya. Dan juga akan diadakan resepsi setelahnya.

Korpus 59.

Deskripsi:

Ibadah/Kebaktian Penghiburan adalah ibadah yang dilakukan oleh warga yang

tengah meninggal. Kebaktian yang biasanya dimulai pukul 19.00 ini dihadiri oleh

semua warga banjar Blimbingsari untuk memberikan penghiburan kepada

keluarga yang meninggal.

Korpus 60.

Deskripsi:

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Warga yang datang biasanya akan membawa beras, gula, dan sekarang ditambah

mie atau makanan lainnya untuk dibawa dan diserahkan kepada keluarga. Untuk

mengikuti kebaktian penghiburan, warga menggunakan baju adat terutama

keluarga yang berduka.

Korpus 61.

Deskripsi:

Gambar prosesi Magebagan. Persiapan dan gotong rotong dilakukan oleh warga

enjungan rekanan. Pada waktu foto tersebut diambil yang meninggal adalah warga

desa kaja maka yang bertugas adalah enjungan kaja dan kauh. Untuk ibu-ibu sibuk

untuk memasak hidangan kebaktian penghiburan. Sementara bapak-bapak

membuat peti dan mempersiapkan untuk upacara pemakaman. Pada malam hari

bapak-bapak dari enjungan setempat akan melakukan magebagan atau tidak tidur

hingga pagi, biasanya sampai pukul 05.00. Ibu-ibu selain memasak untuk

kebaktian penghiburan juga menyediakan untuk hidangan bagi yang magebagan.

Korpus 62.

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Deskripsi:

Gambar Bapak-bapak dari enjungan partner (kaja) pukul 07.00 berkumpul di

tempat pemakaman dan mulai membuat lubang.

Korpus 63.

Deskripsi:

Ibu-ibu berkumpul dari pukul 09.00 untuk mempersiapkan makanan dan segala

sesuatu yang dibutuhkan untuk prosesi pemakaman.

Korpus 64.

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Deskripsi:

Upacara pemakaman atau dalam bahasa Bali disebut majengukan. Upacara

tersebut berupa kebaktian yang dipimpin pendeta. Kebaktian diadakan di rumah

keluarga duka kurang lebih satu jam. Pada waktu menghadiri upacara ini warga

Blimbingsari menggunakan baju adat dengan warna putih.

Korpus 65.

Deskripsi:

Setelah majengukan selesai diadakan maka warga bersama-sama berjalan ke

kuburan dipimpin oleh pendeta. Arak-arakan ini terdiri dari seseorang yang

membawa kayu salib, pengusungan peti jenazah dan juga anak-anak yang

membawa rangkaian bunga yang diberikan.

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Korpus 66.

Deskripsi:

Ketika sampai di kuburan maka

jenazah akan dikuburkan di makam yang telah digali dan dilanjutkan dengan

kebaktian penutup.

Korpus 67

Korpus ini berisi tentang awig-awig desa adat Kristen Blimbingsari.

Page 145: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

BAB V

ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis data sebagai upaya untuk

menjawab permasalahan penelitian tentang bagaimana masyarakat Blimbingsari

yang berkeyakinan Kristen melakukan akulturasi dengan Hindu (Bali) agar

identitas budaya mereka itu tetap Bali sehingga eksistensi mereka tetap terjamin.

Analisis akan dilakukan terhadap data-data yang telah dibangun melalui korpus-

korpus pada bab sebelumnya.

Metode semiotika tidak hanya dipusatkan pada transmisi pesan tapi juga

pada penurunan dan pertukaran makna. Dalam kajian semiotik setiap tokoh

mempunyai cara masing-masing dalam menganalis data untuk menjawab

problematik penelitian. Saussure memperkenalkan konsep diadik dalam

menganalisis tanda, sementara Charles Sanders Pierce mengenal konsep triadik

atau trikotomi dalam memaknai tanda. Sedangkan Barthes mempunyai kekhasan

analisis melalui konsep mitologinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

formula yang telah dipaparkan oleh Andrik Purwasito yang dikenal dengan 9

formula analisis yang kemudian disederhanakan menjadi 7 tahapan analisis.

Adapun 7 kaidah (formula) pengujian yang dimaksud adalah:

1. Partisipan komunikasi (Desa Blimbingsari)

2. Konteks komunikasi (motif komunikator)

3. Bentuk fisik non fisik tanda (konteks fisik dan sosial)

4. Fungsi tanda (struktur tanda dan tanda lain)

Page 146: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

5. Intertekstualitas tanda

6. Intersubyektifitas makna

7. Intelektualitas penafsir

Dalam penelitian ini, penulis telah memaparkan seluruh data dan korpus

(data primer) sebagai hasil observasi melalui metode etnografi komunikasi.

Penulis menyajikan paparan data berdasarkan wujud kebudayaan yang dinyatakan

oleh pakar sosiologi Talcott Parsons maupun pakar antropologi A.L. Kroeber

yaitu artifacts atau benda-benda fisik, sistem tingkah laku dan tindakan yang

berpola, sistem gagasan, dan sistem gagasan yang ideologis. (Koentjoroningrat,

2005: 75). Keempat wujud kebudayaan tersebut memuat unsur-unsur masyarakat

yang dipaparkan lebih lanjut oleh Koentjoroningrat. Adapun unsur-unsur itu

adalah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Roh dari

etnografi adalah menjawab permasalahan melalui keseluruhan aspek yang

membangun sebuah masyarakat.

A. Upaya Masyarakat Blimbingsari untuk Membangun Akulturasi Kristen

dengan Hindu (Bali).

Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan proses akulturasi antara

Hindu dan Kristen terjadi pada masyarakat Blimbingsari. Akulturasi tersebut

terlihat dari beberapa unsur budaya yaitu:

1. Arsitektur Gereja Pniel Blimbingsari

2. Tata Ibadah Gereja Pniel Blimbingsari

Page 147: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

3. Sistem sosial kemasyarakatan Blimbingsari

Berdasarkan kategori tersebut berikut ini analisis hasil akulturasi budaya pada

masyarakat Blimbingsari.

1. Akulturasi budaya Hindu dengan Kristen dalam Arsitektur Gereja Pniel

Blimbingsari.

1.1. Arsitektur Gereja Pniel Blimbingsari

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata arsitektur

(architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata

yang membentuknya, yaitu Archi berarti kepala, dan techton berarti tukang,

maka architecture adalah karya kepala tukang. Sebenarnya pemahaman

tentang arsitektur tidak hanya sebatas bentuk bangunan atau karya seni saja.

Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam

suatu media yang mengandung keindahan. Bahkan arsitektur dapat dipandang

sebagai alat komunikasi. Ia tidak hanya berbicara mengenai obyek itu sendiri,

melainkan fungsi dan latar belakang serta berbagai hal lain yang berkaitan dengan

obyek tersebut.

Semiotik adalah salah satu pisau analisis yang dapat mengungkapkan hal

tersebut. Semiotics is not just a science of signs or sign systems, but it deals

with all cultural phenomena as a sign system, identifying culture as

communication, which expression - architecture - is a relevant object of

analysis. (Kristina Juodinytė-Kuznetsova. Architectural Space And Greimassian

Semiotics. Socialinių Mokslų Studijos. 2011: 1269-1280). Semiotik bukan

hanya ilmu tanda-tanda atau sistem-sistem tanda, tetapi juga menganggap

Page 148: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

semua fenomena budaya sebagai sistem tanda, mengidentifikasi budaya

sebagai komunikasi.

Dalam memahami arsitektur, A.J. Greimas mengembangkan greimassian

semiotics untuk menganalisanya. The semiotics of architecture, as developed by

the Paris School, sees an architectural work first of all as a single

autonomous object and is concerned with its specific manifestation. (Ibid).

Semiotik arsitektur, yang dikembangkan oleh Mazhab Paris, memandang

arsitektur sebagai obyek yang otonom dan dikonsentrasikan dengan

manifestasi atau perwujudan tertentu.

Memaknai karya arsitektur perlu memahami berbagai manifestasi yang

ikut membangunnya, sehingga ketika mengkaji ruang dalam arsitektur

pemahaman tidak hanya didasarkan pada apa yang tampak secara fisik, namun

juga semua rasa yang terdapat di dalamnya. The semiotics of architecture may

be conceived as semiotics of space or spatial semiotics. Space is regarded as

utterance (fr. ėnoncė), which is constructed and modified by a human subject,

that perceives the space not only visually, but also using all the senses. (Ibid).

(Semiotik arsitektur dapat dipahami sebagai semiotik ruang. Ruang dipandang

sebagai ungkapan, yang dikonstruksi dan dimodifikasi oleh seseorang tidak

hanya secara visual namun juga menggunakan semua rasa).

Sepakat dengan Kristina Juodinytė-Kuznetsova (2011), Rasmussen

(1964) dalam Experiencing Architecture mengemukakan bahwa arsitektur

bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan dirasa pun

Page 149: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

merupakan bagian dari arsitektur. Atau dapat dikatakan bahwa arsitektur

adalah sebuah perwujudan seni yang kompleks. Seni ini dibangun untuk

menumbuhkan rasa yang lebih mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin

diwujudkan. Tujuan yang dimaksudkan disini tentu bertalian erat dengan

maksud dari pencipta arsitektur tersebut.

Pura dan gereja merupakan salah satu aplikasi dari karya arsitektur. Menurut

keyakinan umat Hindu Bali “Pura” atau “Kahyangan” mempunyai tujuan dan

fungsi sebagai tempat “Suci” untuk menghubungkan diri dengan para leluhur

atau kawitan atau para Dewa atau Bhatara-Bhatari atau dengan Sang Hyang

Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) serta prabhawanya (manifestasinya)

untuk memohon anugrahnya. Di samping itu juga ada Pura atau Kahyangan

merupakan monument peringatan dari leluhur atau kawitan atau para Dewa

atau Bhatara-Bhatari yang telah berjasa terhadap umat atau pretisantana

(keturunannya). (Soebandi, 2007: 64).

Betapa pentingnya arsitektur Pura atau tempat ibadah juga dipahami

serupa oleh umat Kristen. Arsitektur gereja tidak hanya merefleksikan cara

orang-orang Kristen beribadah namun arsitektur juga membentuk ibadah atau

bisa membentuknya secara salah. (Kristianto, 2002:77). Arsitektur

merefleksikan ibadah Kristen dengan memberikan kita ruang dan pernaungan

yang diperlukan oleh suatu komunitas untuk melaksanakan ibadahnya

bersama-sama. (ibid). Sehingga untuk membangun tempat ibadah tidak boleh

sembarangan. Semua arsitektur gereja yang baik adalah suatu kompromi

dalam memenuhi kebutuhan jemaat. Seluruh sejarah bangunan gereja adalah

Page 150: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

sejarah kompromi-kompromi antara pengaturan-pengaturan terbaik untuk

berbicara dalam nama Allah dan semua yang terbaik untuk penjamahan dalam

nama Allah. (White, 2005:80).

Blimbingsari terkenal sebagai desa Kristen. Kekristenan tersebut semakin

tampak dengan keberadaan sebuah gereja unik dengan arsitektur Bali bernama

Pniel. Kata “Pniel” berarti perjumpaan dengan Tuhan. Apabila dilihat sekilas

tidak tampak apabila bangunan tersebut adalah gereja, karena lebih tampak

sebagai pura. Dalam perkembangannya, gereja ini telah mengalami 3 kali

pemugaran.

1.2. Layout atau Tata Letak Gereja Pniel Blimbingsari

Greimassian memandang perlu untuk membaca arsitektur dari sosial

masyarakat dimana dia dibangun. Space is also socio-cultural phenomenon,

involving the theme of place. So architectural object is not just created with

the help of measurement, but it is a result of socio-cultural processes.

Consequently, people arrange their space reflecting differences in social and

cultural life. (Kristina Juodinytė-Kuznetsova. Architectural Space And

Greimassian Semiotics. Socialinių Mokslų Studijos. 2011: 1269-1280). (Ruang

adalah fenomena sosial budaya, termasuk di dalamnya tempat. Jadi obyek

arsitektur tidak hanya diciptakan dengan bantuan alat ukur, tapi dia dihasilkan

dari proses-proses sosial budaya. Konsekuensinya, manusia mengatur refleksi

ruang mereka berbeda-beda dalam kehidupan sosial dan budaya).

Page 151: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Tata letak arsitektur pura berpedoman pada letak Gunung Agung

tempat dimana matahari terbit. Candi atau bentuk arsitektur pura merupakan

simbol dari gunung karena orang Bali percaya roh dan kehidupan yang datang

atau mengalir dari gunung, sedangkan laut (kelod/lod) adalah kematian. Oleh

karena itu untuk membangun pura, maka keyakinan Hindu selalu

meletakkannya di arah utara.

Berseberangan dengan Hindu, tidak ada keyakinan umat Kristen untuk

membangun gereja berdasarkan arah mata angin. Kristen selalu memandang

bahwa semua lokasi dan penjuru mata angin tidak terkait dengan bangunan

gereja, sehingga jika diamati gereja tidak mempunyai pedoman harus

mengarah ke mana.

Berdasarkan letak Gereja Pniel dapat diamati bahwa bangunan tersebut

terletak di bagian kaja atau utara desa dan berada di daerah yang paling tinggi

di desa Blimbingsari. Hal tersebut senada dengan pemahaman masyarakat

Hindu ketika mereka membangun sebuah Pura. Oleh karena itu, walaupun

bangunan yang dibangun adalah gereja, namun masyarakat Blimbingsari

masih memperhitungkan pemahaman tentang letak gereja berdasarkan filosofi

Hindu. Realitas tersebut disepakati Pdt. Ayub melalui pendapatnya yang

mengungkapkan bahwa Gunung juga mempunyai posisi yang sangat penting

bagi umat Kristen dalam Alkitab: “Engkaulah Gunung Batuku…” dan banyak

cerita yang lain.

Page 152: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Tata ruang gereja di Indonesia pada umumnya tidak terbagi dalam

beberapa tingkatan. Tata letak gereja juga tidak terbagi dalam beberapa

susunan yang bermakna khusus. Berikut ini adalah contohnya.

Foto GKPI di Bandung

Sumber: http://www.kabargereja.tk/2012/04

Berbeda dengan gereja, pura Bali mempunyai aturan yang khas. Aturan ini

berupa struktur pura yang bertingkat-tingkat. Bertingkat dalam hal ini bukan

hanya berarti bertingkat dalam hal peletakan dan ketinggian namun juga

dalam hal simbolisasinya. Struktur

pura ini berupa pembagian wilayah

pura Bali ke dalam tiga tingkatan

utama. Tiga tingkatan utama ini

adalah Bencingah atau disebut

dengan Jaba, Jaba Tengah serta

Jeroan. (http://pusathotel.com/bagian-bagian-pura-bali_418.htm).

Page 153: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Akulturasi tampaknya diterapkan

oleh masyarakat Blimbingsari untuk

membangun tempat ibadah mereka.

Gereja Pniel dibagi ke dalam 3

tingkatan. Bagian luar gereja,

Bagian kedua adalah pelataran dan

bagian ketiga adalah tempat beribadah. Pelataran yang ketiga yang digunakan

untuk kebaktian memiliki letak yang lebih tinggi dibanding pelataran pertama

dan kedua. Dan dapat dikatakan bahwa tempat ini merupakan tempat utama

Gereja Pniel.

Bangunan Gereja Pniel mempunyai tata letak atau layout yang sejenis

dengan Pura di Bali. Secara umum, arsitektur pura Bali pasti memiliki area

Utama atau disebut Mandala. Mandala ini biasanya memiliki nilai magis,

suci, hening dan menjadi tempat sembahyang yang utama.

(http://pusathotel.com/arsitektur-pura-di-bali_415.htm).

Pembagian struktur Pura sangat berkaitan dengan simbolisasi kesucian.

Pada bagian Bencingah atau

yang kadang disebut dengan

istilah Jaba saja merupakan

bagian pura yang paling luar.

Bencingah merupakan tempat

penyelenggarakan berbagai

kegiatan kemasyarakatan yang merupakan pertemuan ataupun kegiatan

Page 154: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

lainnya. Bencingah juga menjadi tempat beramah-tamah dan berbatasan

langsung dengan jalan. Upacara Tabuh Rah yang diplesetkan menjadi Tajen

juga diselenggarakan di area ini sehingga Bencingah akan selalu ramai oleh

orang-orang dan juga pedagang. (Ibid).

Pada gereja Pniel, tidak ada becingan yang khusus untuk jemaat. Sebelum

pintu masuk gereja hanya berjarak beberapa meter langsung jalan. Jadi

pelataran besar sebenarnya hanya 2 bagian. Pelataran ke dua dan pelataran ke

tiga. Pada pura, bagian setelah Becingan disebut sebagai posisi Jaba Tengah

atau sama dengan pelataran kedua. Posisi Jaba Tengah lebih suci dari

Bencingah dan digunakan untuk peletakan gong atau gambelan, bale Kulkul,

wantilan, dapur serta beberapa buah pelinggih (pura persembahyangan).

Bale Bengong dan Bale Kulkul di Gereja Pniel. (Korpus 14).

Berbeda dengan Posisi Jaba Tengah di Pura, bale Kulkul dan gong tidak

diletakkan pada pelataran kedua gereja Pniel. Dua bangunan tersebut

Page 155: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

diletakkan pada pelataran ketiga. Di pelataran kedua hanya terdapat halaman

dan bale bengong.

Bangunan yang paling dalam dan suci pada pura disebut sebagai Jeroan.

Istilah Jeroan berasal dari kata Jero yang berarti rumah. Jeroan merupakan

bagian pura paling dalam dan paling suci. Semua pelinggih ada di bagian ini

dan Jeroan ini ditujukan khusus untuk bersembahyang. Ada beberapa bangunan

di Jeroan, diantaranya pura-pura, pelataran untuk peletakan sesajen, balai untuk

pemangku yang memimpin upacara serta tempat untuk peralatan sembahyang.

Beberapa pura mempunyai gedungan untuk peletakan gong ataupun gambelan

di bagian Jeroan seperti misalnya pura Ulun Danu Batur. (Ibid). Pada pelataran

ke tiga di gereja Pniel terdapat ruang khusus untuk bersembahyang yang

terbuka tanpa dinding. Selain ada juga bale seko gong dan Bale Kulkul serta

ruang konsisturi atau ruang majelis.

Ketiga struktur pura bali tersebut melambangkan Tri Loka, atau tiga

bagian dunia menurut filosofi Hindu. Bagian Bencingah melambangkan dunia

Bhur, yaitu dunia manusia. Dunia manusia merupakan dunia paling rendah,

tempat paling kotor karena disana manusia banyak berbuat dosa. Bagian kedua

atau Jaba Tengah melambangkan dunianya para leluhur atau Bvah serta tingkat

ketiga merupakan dunia dewa. (ibid). Pemahaman tingkat kesucian pada Pura

juga berbeda dengan Gereja. Di Gereja Pniel tidak ada pemahaman bahwa

pelataran ketiga lebih suci daripada pelataran kedua. Hal tersebut terbukti dari

peletakkan Bale bengong pada pelataran kedua. Fungsi dari Bale Bengong

adalah menerima tamu atau sekedar bercakap-cakap.

Page 156: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Pada setiap bangunan rumah ibadah selalu ada pintu masuk. Di gereja

pada umumnya, pintu masuk hanyalah gerbang biasa. Tidak ada penanda

khusus untuk menandai pintu masuk gedung gereja. Namun dalam rumah

ibadah Hindu atau pura, selalu ada pintu masuk yang berbentuk candi. Dalam

budaya Bali atau Hindu terdapat dua candi yang selalu ada yaitu candi bentar

dan candi kurung.

Candi merupakan bangunan yang telah dikenal di Indonesia (sebelum

masuknya pengaruh India) sejak tradisi Megalitikum berupa Punden Berundak.

Bentuk bangunan yang berpadu antara budaya India dan di nusantara dikenal

sebagai candi. Dan di Bali candi banyak ditemui di berbagai tempat.

Ketika masuk pura, kita akan menjumpai candi bentar dan candi gelung.

Umat yang akan masuk pura akan menjumpai candi bentar dan kemudian candi

kurung. Awalnya umat masuk candi bentar dengan tujuan agar saat masuk pura

harus dapat memisahkan pikiran negatif sebelum bersembahyang. Lalu umat

akan menjumpai candi kurung supaya mereka memfokuskan diri kepada Sang

pencipta. (http://pusathotel.com/arsitektur-pura-di-bali_415.htm).

Candi Bentar terdiri dari dua buah bangunan yang sama dan sebangun

mengapit di sebelah kiri dan kanan sehingga ditengahnya tampak seperti

sebuah celah layaknya pintu masuk. Bentuknya mirip seperti gapura. Bagian

bawahnya menyatu dalam bentuk tangga sedangkan bagian atasnya terpisah

sempurna. Banyak pura di Bali yang memiliki bentuk candi bentar ini. Bentuk

mirip gapura ini biasanya terletak di bagian luar pura untuk menyambut para

Page 157: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

umat yang akan masuk. Candi Bentar ini memang berfungsi untuk memisahkan

sisi dalam atau Madya dengan sisi luar atau Nista dari pura. Di balik

bentuknya, ada makna yang terkandung yakni melambangkan selalu adanya

dua hal yang berbeda atau berkebalikan di bumi ini. Ada hal yang baik dan

jahat, ada waktu siang dan malam dan sebagainya. (ibid). Berikut ini adalah

contoh candi bentar.

Foto Candi Bentar Pura Eka Wira Anantha

Sumber: http://www.flickr.com

Dalam korpus 3 tampak candi bentar sebagai pintu masuk untuk pelataran

pertama Gereja Pniel. Bagi

masyarakat Blimbingsari makna

dibuatnya candi bentar berbeda

dengan pemahaman umat Hindu.

Bangunan ini adalah bagian dari

Page 158: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

arsitektur saja. Candi bentar pada gereja Pniel adalah ciptaan arsitektur yang

dikombinasikan antara budaya Bali dan Kristen. Candi bentar Gereja Pniel

mempunyai dua pintu masuk. Pembuatan gedung gereja dimaksudkan pula

untuk menghargai pendahulu yang membangun gereja berbentuk salib dengan

menara dua pintu masuk. Pintu masuk direnovasi dengan posisi yang sama

dengan aslinya sehingga ada kelanjutan sejarah.

Foto Candi Gelung Pura Eka Wira Anantha

Sumber: wiraanantha.blogspot.com

Bentuk arsitektur pura yang lainnya adalah seperti candi kurung. Jika

candi bentar di tengahnya adalah jalan atau tidak bertemu di antara dua

bangunan, candi kurung tidak seperti itu. Kedua bangunan di sisi kiri dan kanan

candi kurung saling bertemu membentuk seperti kerucut. Kerucut ini

melambangkan puncak gunung yang dipercaya sebagai tempat suci. Candi

kurung sering disebut Kori Agung, Kori berarti pintu dan Agung berarti utama.

Berbeda dengan candi bentar, candi kurung memisahkan antara halaman tengah

Page 159: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

pura dan halaman utama pura. Tiap pura umumnya memiliki dua bentuk candi

ini. (ibid).

Pada arsitektur gereja Pniel yang tampak pada

korpus 17, terlihat bahwa gereja ini memiliki candi

kurung untuk masuk pelataran kedua. Bangunan

tersebut berundak, terbuat dari batu bata yang

tersusun rapi, menyerupai Pura. Warna merah dan

ukiran emas yang menghiasi pintu identik pula

dengan asesoris-asesoris bangunan Bali. Jika umat

Hindu memahami bahwa kerucut sebagai tempat suci. Di atas candi kurung

pada gereja tersebut diberi salib.

Selain melambangkan salib Tuhan Yesus, bagi umat Kristen, salib juga

dipahami sebagai simbol Trinitas Allah. Apabila salib diletakkan di atas candi

kurung dalam gereja Pniel berarti dapat diartikan bahwa bangunan tersebut

adalah tempat yang kudus karena melambangkan tempat hadirnya Allah. Selain

salib besar pada bagian pintu juga terdapat ukiran salib, seperti yang tertera

pada korpus 18.

Simbol salib Gereja

Kristen Protestan di Bali

(GKPB) berbeda dengan salib

umat Kristen yang lain. Salib

pada masyarakat beragama

Page 160: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Kristen pada umumnya tegak lurus. Namun dapat diamati bahwa semua salib

yang ada di GKPB berbentuk salib bengkok. Bagi warga Kristen Bali, mereka

memahami cross/salib bukan dari kayu dimana Tuhan Yesus disalib, namun

gambaran dari tubuh Yesus ketika disalib, sehingga mereka menyebutnya

sebagai dancing cross.

Bukan hanya di gereja, di setiap pintu rumah warga Blimbingsari mereka

memasang dancing cross sebagai simbol kekristenan mereka. Selain bentuknya

yang lain dengan salib yang lain, khusus untuk Blimbingsari salib mereka

diberi tanda merah. (Korpus 43). Tanda merah berarti darah. Seperti cerita

dalam Alkitab Perjanjian Lama, “Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada

rumah-rumah dimana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku

akan lewat daripada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-

tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.” (White: 2005:320).

Masyarakat Blimbingsari menganalogikan diri mereka seperti bangsa

Israel yang keluar dari penjajahan Mesir. Ketika Tuhan hendak menghukum

orang Mesir, Tuhan melindungi Israel melalui tanda darah yang dioleskan di

pintu. Maka filosofi itulah yang dianut oleh masyarakat Blimbingsari.

Selain simbol salib, di gereja Pniel juga terdapat simbol-simbol agama

yang dipaparkan dalam beberapa relief, seperti dalam korpus 36 dan 37. Relief

mahkota berarti Kerajaan Allah. Relief crown atau mahkota tersebut

diletakkan pada pintu masuk ruang ibadah. Sehingga, warga yang masuk ke

tempat beribadah berarti masuk ke Kerajaan Allah. Sedangkan relief

berbentuk Merpati merupakan simbol Roh Kudus.

Page 161: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Relief serupa mahkota yang berada di dalam ruangan tempat ibadah juga

berarti simbol Kerajaan Allah. Ukiran tersebut terdapat di Altar. Di atas altar

terdapat simbol mahkota (crown) yang bertuliskan Yunani, Alfa dan Omega

yang berarti Kerajaan Allah tidah berubah, dulu sekarang sampai selamanya.

Kristus adalah Sang Raja itu, yang diperoleh Yesus melalui salib (di bawah

mahkota). Warna pada relief dalam korpus 36 dan 37 adalah kuning emas

dengan dasar merah. Warna tersebut mengadopsi warna pada ornamen-

ornamen Bali.

Berdasarkan makna arsitektur gereja Pniel Blimbingsari dapat ditangkap

bahwa gereja tersebut mempunyai kerangka besar layaknya sebuah Pura.

Dikatakan diatas bahwa penciptaan sebuah arsitektur bukan dengan tanpa

sadar, namun dengan kesadaran dan maksud tertentu. Pameo mengatakan,

“Architecture is silent language.” (http://archipeddy.com/ess/term_ars.html).

Arsitektur adalah bahasa yang tak terkatakan atau dipahami bahwa melalui

arsitektur orang yang menciptakannya ingin mengirimkan sebuah pesan atau

tanda untuk dapat dimengerti komunikan mereka.

Sependapat dengan Andrik Purwasito yang merujuk pada pendapat Mc

Luhan bahwa “medium is message”. Melalui arsitektur gereja Pniel

Blimbingsari, masyarakat Blimbingsari ingin mengkomunikasikan bahwa

mereka adalah orang Bali. Mereka menggunakan berbagai kaidah arsitektur

Bali untuk membangun tempat ibadah mereka. Walaupun tidak murni

layaknya membangun pura, namun secara fisik mereka ingin menyampaikan

ke-Bali-an mereka dengan bangunan fisik gereja. Beberapa kaidah yang tidak

Page 162: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

dijalankan biasanya berkaitan dengan keyakinan Kristen mereka. Oleh karena

itu ada berbagai bentuk fisik yang mereka wujudkan dengan memadukan

unsur (Hindu) Bali dengan Kristen, seperti peletakan cross ataupun beberapa

simbol gereja Kristen pada umumnya.

Selain sebagai upaya mengkomunikasikan ke-Bali-an warga Blimbingsari,

seperti diketahui bahwa tulang punggung perekonomian Bali adalah

pariwisata, budaya adalah obyek komoditas yang dijual di Bali dan arsitektur

merupakan bagiannya. Melalui arsitektur gereja yang berbentuk pura

tampaknya Blimbingsari juga menghendaki bangunan ini juga sebagai aset

daerah. Hal tersebut terbukti ketika peneliti tinggal di sana, begitu banyak

wisatawan asing yang berkunjung ke Blimbingsari hanya untuk menyaksikan

keunikan gereja yang berbentuk pura tersebut. Hasil wawancara peneliti

dengan wisatawan Belanda dan Jepang yang berkunjung di sana

mengungkapkan bahwa wisatawan tersebut berkunjung ke Blimbingsari

memang untuk melihat gereja berbentuk pura tersebut. Mereka mendapatkan

informasi tersebut melalui web tentang desa Blimbingsari.

1.3. Ukir-Ukiran Gereja Pniel sebagai Perwujudan Akulturasi Kristen

dengan Hindu (Bali).

Pulau Bali adalah suatu pulau dengan penduduk yang mayoritas beragama

Hindu. Pemujaan terhadap dewa yang dilakukan masyarakat Bali telah

dilakukan sejak ratusan tahun silam. Setiap pura yang dibangun memiliki

suatu ciri khas tersendiri, yang membuatnya nampak istimewa. Salah satu

bentuk ciri khas tersebut adalah ukirannya.

Page 163: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

(http://eksotikabaliutara.wordpress.com). Sementara di sisi lain, apabila kita

mengamati dinding gereja-gereja yang ada di Indonesia kita jarang menemui

ukir-ukiran untuk mempercantiknya. Simbol yang dipergunakan hanyalah

simbol-simbol kekristenan seperti salib, burung merpati, dan lain sebagainya.

Ukiran yang terdapat pada lingkungan pura dimana umat Hindu

mengadakan persembahyangan disebut karang patra. Kata patra sendiri

memiliki makna keadaan (desa, kala, patra), namun juga berarti sastra. Dan

yang dimaksud dengan patra disini adalah pahatan seni ukir Bali, yang

menyimpan makna mendalam tentang ajaran agama Hindu.

(http://vaprakeswara.wordpress.com). Dalam penyampaian ajarannya Hindu

sangat memperhatikan tiga aspek yaitu keseimbangan antara kebenaran

(satyam) yang memudahkan hidup, kesucian (Siwam) yang mengarahkan

hidup, dan keindahan (Sundaram) yang menghaluskan hidup. Ketiganya

merupakan hal yang tak dapat dipisahkan, sehingga antara satu dengan yang

lainnya saling mendukung.

Gereja Pniel tampaknya juga sama dengan Pura-Pura yang ada di Bali

yang memberikan ukiran-ukiran pada setiap dindingnya. Ukiran pada Gereja

Pniel diukir oleh seorang seniman yang berasal dari Ubud. Ide untuk membuat

ukiran tersebut berasal dari Pendeta Ketut Suyaga Ayub. Dia memberikan

Alkitab kepada seniman tersebut untuk dipelajari, dan direalisasikan dalam

bentuk ukiran. Ukiran tersebut tampak menggunakan pendekatan Bali.

Sebagai contohnya, kita akan lihat salah satu ukiran pada korpus 22 berikut

ini.

Page 164: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

Korpus di atas bercerita tentang kelahiran Tuhan Yesus. Tampak Yusuf

dan Maria berada di kandang di Betlehem. Bagian atas seperti gambar Burung

Merpati terbang yang menjadi simbol Malaikat Tuhan yang bersuka cita.

Gembala di sebelah kiri hadir untuk ikut bersuka juga. Cerita tersebut diambil

dari latar belakang Betlehem yang berada di Israel. Namun dengan sentuhan

Bali, maka dapat kita lihat bahwa seorang Yusuf yang berkebangsaan Israel

menggunakan udeng atau ikat kepala pria Bali. Sementara Maria juga

berkebangsaan Israel juga menggunakan kamben atau pakaian adat perempuan

Bali. Selain itu, tampak juga digambarkan bahwa di sekitar kandang begitu

subur tumbuh-tumbuhan seperti pohon kelapa, yang banyak di Bilmbingsari.

Padahal pada cerita sebenarnya Betlehem hanyalah padang gurun dan

tumbuhan disekitarnya hanyalah hamparan rumput. Dan hal tersebut tampak

di seluruh ukiran di Gereja Pniel.

Ukiran atau ornamen Bali mempunyai terispirasi dari dari benda-benda

alam seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam, nilai-nilai agama dan

Page 165: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

kepercayaan. Bentuk-bentuk tersebut biasanya mempunyai maksud dan

makna-makna tertentu. Adapun arti dan maksud dari ornamen flora adalah

sebagai hiasan keindahan dan simbol ritual. Penampilannya dalam hubungan

dengan fungsi-fungsi ritual merupakan simbol-simbol filosofis yang dijadikan

landasan jalan pikiran. Ornamen pada bangunan tradisional Bali selain flora,

fauna dan alam, ada juga agama dan kepercayaan. Agama dengan filosofis,

etika dan ritualnya masing-masing diterapkan sebagai materi, tata cara dan

upacara dalam perwujudan suatu ornamen. Falsafah bangunan atau nilai-nilai

yang terkandung dalam ajaran agama diungkapkan dalam bentuk-bentuk

perwujudan ornamen pada bangunan. Tata cara penempatan, fungsi atau

pemakaiannya dan bentuk-bentuk penampilannya memperhatikan ketentuan-

ketentuan etika yang berlaku. Selain fungsinya untuk hiasan, juga berfungsi

menyampaikan nilai-nilai ajaran keagamaan, bentuk-bentuk pepulasan yang

mengungkapkan cerita-cerita. Arti dan maksud ornamen agama dan

kepercayaan adalah menginformasikan ajaran agama secara ritual dan

menanamkan kepercayaan, di dalamnya terkandung pula arti magis, sakral,

dan angker sesuai dengan bentuk penampilannya. Masing-masing elemen

ragam hias mengandung arti filosofis dengan maksud-maksud pengarahan dan

penertiban atau pembentukan sikap hidup sesuai ajaran agama. (Dimensi

Interior, Vol. 6, No.2, Desember 2008:78)

Pada bangunan gereja Pniel, motif ukiran mengarah ke ornamen Bali,

namun perbedaan terletak pada pemaknaan segala ornamen tersebut. Bagi

masyarakat Blimbingsari, ornamen hanyalah suatu hiasan yang mempercantik

Page 166: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

dinding ataupun bangunan gereja. Beberapa makna yang dimunculkan melalui

setiap ukiran atau ornamen ditujukan untuk membangun suasana ibadah,

namun tidak bersifat magis atau mengandung unsure filosofis layaknya

keyakinan masyarakat Hindu pada umumnya.

Korpus 7 menggambarkan dinding depan gereja sebelah kiri terdapat

beberapa ukiran yang melambang nenek moyang Blimbingsari yang berasal

dari beberapa daerah. Nama daerah tersebut tertera dalam ukiran seperti,

Abianbase, Plambingan, dan Buleleng. Ukiran tersebut bercerita tentang

sejarah masyarakat Blimbingsari mula-mula yang berpindah Kristen dan

berjalan menuju ke Alas Angker.

Pada dinding gereja sebelah kanan terdapat ukiran yang bercerita sejarah

jemaat Kristen di Bali mula-mula. Terukir tulisan “peristiwa 1881” yang

berarti pada tahun tersebut terjadi peristiwa dibunuhnya Pendeta Jacob De

Froom di Singaraja oleh orang Bali bernama I Klana. Pada dinding kanan

depan gereja juga terdapat ukiran yang bercerita tentang prosesi babtisan

jemaat mula-mula Blimbingsari.

Selain ukiran di dalam, pada pelataran ke dua atau halaman gereja, setiap

dindingnya dikelilingi oleh ukiran yang bercerita. Hal tersebut tampak pada

korpus 8 sampai 13. Pada pelataran ke dua ini cerita yang diusung terambil

dari cerita-cerita Perjanjian Lama dalam Alkitab. Perjanjian Lama adalah kitab

yang menceritakan kisah-kisah sebelum Tuhan Yesus lahir. Berbeda dengan

pelataran kedua, dinding pada pelataran ke tiga dipenuhi dengan ukiran-ukiran

Page 167: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

cerita Alkitab Perjanjian Baru (cerita yang dimulai dari kelahiran Tuhan

Yesus). Hal tersebut tampak melalui korpus 23 sampai 35.

Selain dinding, ukiran juga dibuat pada pintu candi, seperti tampak pada

korpus 19. Terdapat dua pintu besar yang diukir menggunakan warna emas.

Pada pintu yang kiri terdapat ukiran yang bercerita tentang sejarah bangsa

Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir menuju ke tanah perjanjian yaitu

Kanaan. Dan di bagian sisi kanan pintu yang kiri terdapat ukiran tentang

perjalanan Blimbingsari yang merasa seperti bangsa Israel, mereka keluar dari

perbudakan menuju tanah perjanjian yaitu Blimbingsari. Mereka meyakini apa

yang terjadi tersebut berkat dari Tuhan melalui kematian Tuhan Yesus d kayu

salib. Hal tersebut tampak dari gambaran Tuhan Yesus disalib. Sementara

pintu sebelah kanan memuat ukiran burung Merpati dan salib GKPB. Mereka

beranggapan bahwa Roh Kudus yang digambarkan melalui merpati senantiasa

akan melindungi jemaat Kristen dan pekabaran Injil di Bali.

Bentuk ukiran-ukiran pada Gereja Pniel memang memuat unsur-unsur

Bali. Cara mengukir atau pendekatannya, namun secara makna, ukiran pada

Gereja Pniel berbeda dengan ukiran atau patra pada masyarakat Hindu. Ukiran

pada gereja hanyalah sebuah asesoris yang bercerita tentang sejarah

Blimbingsari dan cerita yang terambil dari Alkitab. Sehingga tidak ada unsur

sakral layaknya patra bagi umat Hindu.

Berdasarkan ukir-ukiran maupun arsitektur di atas dapat dipahami bahwa

pesan akan dipengaruhi motif dari partisipan komunikasi dalam hal ini adalah

Page 168: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Blimbingsari. Banyak sekali jenis ornamen atau ukir-ukiran. Hampir tiap

daerah mempunyai kekhasan sendiri. Hingga terkadang kita dapat menandai

ukir-ukiran sebagai identifikasi dari suatu kelompok atau masyarakat tertentu.

Seperti contoh berikut,

Ukir-ukiran tersebut adalah ukir-ukiran dari Jepara. Bahan dan

motif dapat ditandai dan menunjukkan dari mana karya seni tersebut

berasal. (sumber: Indonesian.furniture.com)

Selain sebagai penanda dari mana asal ukir-ukiran tersebut. Seni ini juga

mampu mengkomunikasikan identitas si komunikator. Sebagai contoh

Page 169: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

kaligrafi di atas (sumber: kaligrafiislam.wordpress.com). Kaligrafi tersebut

apabila dipasang di rumah akan menjadi penanda bahwa orang tersebut

memeluk agama Islam. Kaligrafi tersebut tentu tidak asal pasang. Ada motif

yang dimaksudkan oleh si pemasang kaligrafi tersebut (komunikator) kepada

siapa saja yang bertamu ke rumahnya.

Pada ukir-ukiran gereja Pniel Blimbingsari, Pendeta I Ketut Suyaga Ayub

memilih seorang seniman Ubud Bali yang sangat lihai untuk mengukir

dinding gereja khas Bali. Dia memilih seniman tersebut untuk menciptakan

ukir-ukiran khas Bali sebagai pananda bahwa warga Blimbingsari adalah

orang Bali. Seni ukir-ukiran adalah pesan yang disampaikan. Makna dari seni

tersebut dimaksudkan untuk menandai ke-Bali-an mereka. Walaupun

pemahaman seni tersebut tidak seluruhnya sama dengan orang Hindu (Bali)

dan obyeknyapun dipadupadankan dengan kekristenan (cerita Alkitab) namun

secara fisik goresan tampilan yang diwujudkan adalah budaya (Hindu) Bali.

2. Tata Ibadah Gereja Pniel Blimbingsari

2.1. Ritual atau Prosesi di Gereja Pniel Blimbingsari

Ritual terdiri atas tindakan simbolis yang mewakili arti religius. Menurut

Malefijt dalam Samovar (2010:130), “Peranan ritual bagi agama dan budaya

adalah mengingatkan masa lalu, memelihara dan menyampaikan dasar suatu

masyarakat. Peserta dalam ritual tersebut diidentikkan dengan masa lalu yang

suci, sehingga mengabadikan tradisi ketika mereka menetapkan kembali

prinsip dimana suatu kelompok hidup dan berperan.” Dengan terlibat dalam

Page 170: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

ritual, setiap anggota tidak hanya mengingat dan menegaskan kepercayaan

penting; mereka juga terhubung secara spiritual dengan agama mereka,

mengembangkan rasa identitas dengan meningkatkan ikatan sosial dengan

siapa mereka berbagi pandangan dan kenyataan bahwa hidup mereka memiliki

arti dan struktur. (Samovar, 2010: 130). Oleh karena itu, ritual berkaitan erat

dengan budaya masyarakat. Ritual dibangun masyarakat melalui simbol-

simbol yang kemudian mampu menyimpan makna berdasarkan kesepakatan

bersama.

Keberadaan ritual sangat penting bagi peribadatan umat Hindu, sehingga

dapat dikatakan bahwa segala kegiatan keagamaan Hindu senantiasa

menggunakan ritual. Keyakinan dan kepercayaan umat Hindu kepada

Penciptanya diwujudkan dengan berbagai ritual yang dijalankan. Mathews

dalam Samovar (2010: 131) mengungkapkan, “Ajaran Hindu kaya akan kode

moral…Dalam kitab Weda, Rita merupakan dasar dari tatanan yang benar

dalam alam semesta; semua hal sesuai dengan kontrolnya. Bagi seorang

individu dasar dari tindakan benar adalah dharma. Dharma adalah kesatuan

Rita dalam kehidupan seseorang.”

Ritual agama Hindu sebagai pondasi dasar adalah persembahan yang suci

tulus ikhlas, yang membutuhkan kesetiaan, kejujuran dan kebenaran dalam

pelaksanaannya. (http://www.parisada.org). Contohnya Tapa. Tapa merupakan

disiplin religius dalam usaha menemukan hakekat din yang sejati, menyadari

din menuju kesadaran universal. Dalam pelaksanaan ritual agama Hindu

pengendalian din sangatlah perlu supaya kita merasa tulus ihklas tanpa beban,

Page 171: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

menyesuaikan dengan kemampuan tanpa adanya unsur paksaan.

(http://www.parisada.org).

Radhakrishnan, don Oxford terdahulu, dan presiden kedua India,

mengamati, “Ajaran Hindu lebih cocok sebagai budaya dibandingkan sebagai

agama.” Kepercayaan ini membentuk dasar sistem sosial dan mengatur pola

interaksi dalam masyarakat kontemporer. (Samovar, 2010:163). Ajaran Hindu

diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya melalui ritual, baik

hubungan mereka dengan Tuhan, alam dan sesama. Masyarakat sarat dengan

berbagai perilaku ritual untuk menunjukkan bakti mereka pada Sang Hyang

Widhi Wasa.

Ritual dalam Hindu mempunyai aturan yang jelas, termasuk cara

berpakaian umat yang sedang melakukannya. Pada masyarakat Hindu, ibadah

dalam bentuk apapun harus mengenakan baju adat, seperti contohnya upacara

pemberian sesaji seperti gambar berikut ini. Ketika ada upacara perempuan

akan menggunakan kamben dan kebaya, begitu pula para pria.

Page 172: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Foto Upacara Panyekahan di Desa Ekasari

Sumber: Dok. Pribadi

Dalam peribadatan Kristen, istilah ritual jarang atau bahkan tidak

digunakan untuk menandai sebuah prosesi. Umat Kristen biasa menyebut

urutan ibadah mereka dengan tata ibadah Kristen. Tata ibadah tersebut

berbeda-beda tergantung dari denominasi gereja masing-masing. Dalam

pelaksanaannya prosesi ibadah diatur menggunakan liturgi. Liturgi akan

memandu jemaat untuk mengikuti tata ibadah secara komunal. Misal,

mengatur kapan saatnya memuji, membaca Firman, memujikan pujian sambil

berdiri atau duduk, dan lain-lain.

Gereja Protestan di Indonesia banyak yang menjiplak Eropa.8 Hampir

sebagian besar menggunakan western culture. Berikut ini adalah gambar

warga gereja Kristen ketika beribadah. Dalam berbusana ketika beribadah,

pada umumnya wanita akan menggunakan baju resmi seperti rok dan atasan,

sementara pria menggunakan hem atau jas serta celana panjang.

8 Misionaris dalam pekabaran Injil mempunyai 2 tipe, terbuka atau tertutup dengan budaya setempat. Misionaris yang berpandangan tertutup akan meniadakan budaya setempat, sehingga biasanya orang yang menjadi pengikutnya akan mengikuti budaya para misionaris tersebut (Eropa).

Page 173: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Foto ibadah jemaat GKJ Manahan

Sumber: Dok. GKJ Manahan

Di Blimbingsari kebaktian dilakukan seperti gereja Kristen pada

umumnya. Namun ada perbedaan tata ibadah yang dilakukan pada awal bulan.

Gereja Pniel membedakannya menjadi ibadah hari biasa dan ibadah khusus.

Setiap awal bulan atau minggu pertama gereja akan mengadakan ibadah

kontekstual (ibadah dengan konteks Bali).

Ibadah ini mempunyai prosesi sebagai berikut: dimulai dari konsistori,

Pendeta dan Majelis berjalan keluar. Seperti dalam korpus 47. Ada lilin yang

menyala sebuah pertanda kehadiran Allah di tempat itu, selain itu ada juga

payung yang menandakan kemuliaan yang dihadirkan, dan ada juga Alkitab

yang dimaknai sebagai Firman Tuhan. Selama proses jalannya Pendeta dan

Majelis menuju gereja maka tabuh gong berkumandang. (Korpus 48). Pendeta

akan menerima Alkitab dari Majelis dan berdoa bahwa kebaktian akan

dimulai. (Korpus 50). Tabuh masih dimainkan hingga pendeta sampai di

mimbar. Dalam prosesi ini, jemaat berdiri sebagai simbol kesiapan kehadiran

Page 174: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Allah. Kemudian kebaktian dilakukan dengan menggunakan bahasa Bali, dan

ditutup dengan berkat. Pada akhir kebaktian, pendeta selaku imam berdoa

menghadap altar dan menyerahkan Alkitab sebagai pertanda bahwa pelayanan

ibadah telah selesai dan ke depan untuk memberi salam kepada jemaat.

Apabila dalam pelayanan ibadah tersebut ada sakramen babtis dan perjamuan

kudus maka selama proses tersebut akan diiringi dengan tabuh gambelan yang

lembut. Hal tersebut mempunyai makna keagungan kehadiran Allah. Dan

demikian pula terjadi apabila Babtisan.

Ibadah Kontekstual Hari Raya Khusus. Ibadah kontekstual tersebut terdiri

dari: Jumat Agung, Paskah, Pentakosta, Natal, dan Ulangtahun Gereja. Semua

prosesi pada hari raya khusus dimulai dari Niti Graha yang terletak di depan

gereja, berjalan hingga ke gereja. Perjalanan ini melambangkan perjalanan

dari dunia ke gunung Allah atau hadirat Allah. Selama perjalanan tabuh dan

kentongan dimainkan. Dalam Hindu kentongan dibunyikan bila para dewa

setelah dimandikan dari pantai akan melawat ke daerah yang dituju. Prosesi

itu disebut “melis”. Maka kentongan juga dipakai pada prosesi Kristen

sebagai tanda atau simbol menggugah ke hadirat Allah.

Pada perayaan Jumat Agung, prosesi kemudian adalah penyalaan lilin,

pemikulan salib yang dilakukan oleh wakil wilayah (6 orang) dan kain yang

panjangnya sekitar 5 meter dan dipegang oleh perwakilan dari wilayah juga.

Warna dominan dari kain dan prosesi ini adalah hitam. Warna itu diambil

karena Jumat Agung adalah hari kematian Tuhan Yesus, dan warna hitam

menyimbolkan kematian. Dalam budaya Hindu, mereka juga ada prosesi

Page 175: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

memegang kain yang panjang. Kain tersebut dipegang oleh keluarga. Makna

yang kemudian diambil dari prosesi agama Kristen yang disimbolkan oleh

perwakilan warga enjungan/wilayah adalah bahwa mereka adalah keluarga

Kristus dan mereka ikut serta mengambil bagian dari kesengsaraan Tuhan

Yesus. Jumlah orang yang mengikuti prosesi tersebut sekitar 35 orang.

Setelah sampai di gereja, salib kemudian dikalungi kain hitam tadi. Kain

tersebut akan menjadi lambah tubuh Kristus. Dan acara berikutnya adalah tari

malaikat. Tari ini bermakna panggilan untuk beribadah dengan Tuhan melalui

malaikat. Prosesi kemudian adalah persembahan. Selama proses pengumpulan

persembahan maka iring-iringan tabuh terus dimainkan. Tabuh gong

menyanyikan lagu yang jika diterjemahkan intinya adalah bahwa mereka

(warga Blimbingsari) dulu disengsarakan dan kini telah mendapatkan tanah

dan memberi berkat. Persembahan pribadi maju ke depan dan berjalan sangat

khidmat. Di akhir kebaktian akan ada berkat dan ditutup dengan penyerahan

Alkitab sebagai tanda selesainya kebaktian.

Pada perayaan Paskah, prosesi sama, jalan dari Niti Graha menuju ke

Gereja, hanya yang membedakan, dalam ibadah Paskah semua warna yang

dikenakan adalah Putih. Putih berarti kemenangan dan sukacita karena Tuhan

Yesus telah bangkit. Salib yang ada dalam prosesi pada Paskah berjumlah 6,

sejumlah dengan enjungan di banjar Blimbingsari.

Perbedaan dengan prosesi Jumat Agung, setelah selesai kebaktian di

gereja. Seluruh jemaat (sekitar 1000-1500 orang) bersama-sama berjalan 1,5

Page 176: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

km dari gereja menuju ke Giri Astana Raga (kuburan desa). Mereka

mengusung 6 salib dan kain putih sepanjang 50 meter. Membawa kain putih

berarti mereka ikut menyalib namun ikut dibangkitkan. Sampai di kuburan

mereka melakukan ziarah. Ziarah di sini diartikan untuk mengingat kembali

kebangkitan Kristus. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh murid-murid

Tuhan Yesus yang pada pagi-pagi benar datang ke kubur Yesus. Selain itu

ziarah juga berarti menengok keluarga yang telah meninggal dan memberi

kesadaran bahwa kini mereka telah menjadi bagian dari kerajaan Allah dan

kelak saatnya kita juga akan masuk ke Kerajaan Allah juga pada kedatangan

Kristus yang kedua. Pada waktu ziarah biasanya dilakukan “mengibung”

(tradisi Bali) adalah makan satu nampan secara bersama-sama dengan

menggunakan tangan. Atau terkadang membawa makanan masing-masing dan

mereka berbagi makanan bersama.

Pada Pentakosta. Prosesi hampir sejenis hanya perlengkapan yang mereka

gunakan berbeda. Ada tambahan burung merpati, Obor dan Api. Burung

Merpati melambangkan kehadiran Tuhan. Sementara Obor dan Api berarti

Roh Kudus. Demikian pada waktu Hari Natal, prosesi sama hanya

ditambahkan simbol-simbol seperti kandang (tempat kelahiran Tuhan Yesus),

dan pohon terang sebagai simbol terang.

Prosesi bagi umat Kristen sebenarnya bukan hal utama, karena pandangan

Kristen memuat pemikiran tentang konsep keimanan secara personal. Namun

di Blimbingsari yang hidup di Bali ritual merupakan salah satu bagian yang

tak terpisahkan di ibadah awal bulan. Ibadah kontekstual di Gereja Pniel

Page 177: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

adalah ibadah yang prosesinya didasarkan pada budaya Bali. Jemaat hadir

dengan berpakaian adat Bali, lagu-lagu diiringi tabuh gong yang diawali

dengan prosesi. Prosesi dalam masyarakat Hindu Bali memiliki posisi yang

sangat penting. Dalam budaya Bali tidak ada ibadah apabila tidak ada prosesi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pdt. I Ketut Suyaga Ayub,

(penggagas ibadah kontekstual di Blimbingsari), Kamis 1 September 2011,

Pkl.11.10 WITA, diungkapkan bahwa sebenarnya ritual penting untuk

dijalankan. Dalam agama Hindu, prosesi selalu berupa ceremony dan tabuh.

Berikut hasil wawancaranya,

“Dalam Alkitabpun disebutkan bahwa ketika Daud9 membawa tabut perjanjian, dia juga menari dan menabuh genderang. Alkitab juga menyebutkan bagaimana prosesi itu dilakukan ketika sebuah acara dilangsungkan. Di Indonesia, gereja protestan cenderung meniadakan ritual karena menganggap aliran protestan tidak mengutamakan ceremonial. Hal tersebut berbeda dengan Katolik yang masih kental dengan ceremony. Padahal Injil harus tumbuh dengan budaya setempat, entah dengan cara asimilasi maupun akulturasi sehingga nilai-nilai religious cultural dapat dirasakan. Prosesi adalah langkah-langkah menuju ke hadirat Allah, menuju ke persekutuan dengan Allah. Sementara, kontekstualisasi adalah action dari umat yang memahami sungguh-sungguh.”

Percampuran antara pandangan keimanan dan ritual masyarakat dalam

teologi biasa disebut kontekstualisasi. Kontekstualisasi menurut Pendeta Fritz

Yohanes DP adalah menjadikan kekristenan sesuai dengan konteks dan

mewarnai konteks dimana kekristenan tersebut berkembang. “Konteks” disini

berkaitan dengan tempat, budaya, dan nilai. (Hasil wawancara dengan Pdt. Fritz

Yohanes DP, SSi. (Pendeta Jemaat GKJ Manahan), 12 Februari 2012. Pk. 11.00

9 Daud adalah seorang umat pilihan Tuhan yang diceritakan sebagai teladan dalam kitab Perjanjian Lama.

Page 178: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

WIB). Upaya nilai-nilai kekristenan tersebut pada umumnya mempunyai

landasan sesuai dengan Alkitab dan tata gereja setempat. “Misal, di Gereja

Kristen menggunakan tari ronggeng, maka pada saat bagian buka kelambu

tentu saja tidak dapat dihadirkan karena tidak sesuai dengan kekristenan,”

tambah Pdt. Fritz.

Di beberapa gereja Kristen kini kontekstualisasi mulai dikembangkan lagi,

walaupun sangat jarang. Pdt. Fritz mengungkapkan bahwa GKJ Manahan

Surakarta pada beberapa peristiwa tertentu menggunakan konteks budaya

Jawa. Contoh ketika ada upacara kematian, maka ada biston (persekutuan)

penghiburan yang disesuaikan dengan penanggalan jawa, seperti nyewu

(seribu harian), ulang tahun gereja, dan lain-lain. Kontekstualisasi gereja

biasanya diadakan apabila gereja sedang mengalami peristiwa yang dirasa

perlu dirayakan, seperti foto berikut ini,

Foto Pentahbisan Pendeta GKJ Manahan Surakarta

Sumber: Dok. GKJ Manahan

Ritual bagi sebuah agama Ibadah pada gereja protestan umumnya tidak

mengenakan baju adat. Kristen merupakan agama barat, sehingga cara

Page 179: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

berpakaian ketika ibadah juga mengenakan pakaian lazimnya orang barat ke

gereja. Mengenakan hem dan celana formal bagi pria dan baju atau bawahan

formal bagi perempuan.

Pada masyarakat Blimbingsari, ibadah tidak selalu mengenakan baju adat.

Hanya ketika pada waktu ibadah kontekstual mereka mengenakan baju adat.

Pendeta Ayub mengakui bahwa Prosesi akan bisa didapatkan feel-nya apabila

seluruh anggota merasakan dan membangunnya. Oleh karena itu dalam

prosesi di ibadah kontekstual di Blimbingsari semua jemaat diwajibkan untuk

menggunakan baju adat Bali.

2.2. Liturgi dan Alat Musik Pengiring Ibadah Gereja Pniel Blimbingsari

Liturgi merupakan penuntun tata ibadah dalam kebaktian Kristen.

Pedoman tertulis ini mengarahkan jemaat bagaimana harus bersikap tatkala

ibadah dilaksanakan. Pada umumnya gereja-gereja di Indonesia menggunakan

bahasa Indonesia dalam penerapannya. Namun untuk beberapa gereja di

bawah Persatuan Gereja Indonesia (PGI) menggunakan bahasa sesuai

daerahnya. Semisal, Gereja Kristen Jawa, maka dalam 4 kali kebaktian maka

terdapat 2 kali ibadah berbahasa Jawa.

Blimbingsari mempunyai liturgi khusus dalam ibadah kontekstual mereka.

Liturgi atau tata urutan dalam kebaktian kontekstual menggunakan bahasa

Bali. Dan menariknya dalam setiap prosesi yang tertulis akan diterjemahkan

dalam bahasa Inggris. Hal tersebut dipahami karena banyaknya wisatawan

asing yang datang ke Blimbingsari untuk mengikuti kebaktian. Semisal, pada

Page 180: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

judul awal liturgi tertulis Tata Pangubakti Redite 4 September 2011, maka

dibawahnya akan tertulis Order Of Worship, September 4, 2011. Kemudian

apabila terdapat prosesi mekidung atau menaikkan pujian, maka di sebelah

kanan tulisan mekidung akan diberi terjemahan Hymn Of Respons. Demikian

pula ketika ada prosesi Pituduh Kauripan Anyar maka akan diberi terjemahan

God’s Commandment, dan hal tersebut berlaku pada semua prosesi ibadah

kontekstual.

Dalam liturgi gereja Kristen pada umumnya, untuk mengawali kebaktian,

jemaat akan melakukan prosesi yang pertama yaitu votum dan salam, namun

di gereja Pniel dalam liturginya, dituliskan untuk mengawali ibadah, maka

mereka akan melakukan votum dan Swastiastu. Swastiastu adalah salam yang

biasa diucapkan oleh orang-orang yang beragama Hindu. Sedangkan bagi

orang Kristen, salam yang digunakan biasanya adalah kata Syallom. Namun

pada kenyataannya, swastiastu adalah kata yang dipilih untuk digunakan

sebagai salah satu prosesi ketika hendak beribadah di gereja Pniel.

Ketika memuji Tuhan, lagu pujian yang dinaikkan oleh jemaat Kristen di

Indonesia biasanya menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah

dimana gereja setempat berada. Semisal Gereja Kristen Jawa (GKJ), maka

dalam beberapa ibadah akan ada satu atau dua kali ibadah menggunakan

bahasa Jawa dengan pujian juga berbahasa Jawa. Hal ini pun dilakukan oleh

gereja Pniel yang tergabung dalam Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB).

Lagu pujian tersebut terambil dari Kidung Pujian yang biasanya terjemahan

dari pujian asli yang berbahasa Inggris. Sehingga dengan iringan piano atau

Page 181: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

organ, pujian itu akan dilantunkan. Namun di Gereja Pniel, ada beberapa hal

yang perlu disesuaikan. Hal tersebut berkaitan dengan bahasa dan alat musik

yang digunakan. Walaupun juga mengambil dari Kidung Pujian berbahasa

Inggris yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Bali, namun nada juga

sedikit disesuaikan, karena iringan gong merupakan nada pentatonis,

sementara lagu asli menggunakan nada diatonis. Berikut ini adalah salah satu

contoh teks Mekidung (Hymn Of Affirmation): KP 70: 1

Titiang Ngriring Sang Hyang Yesus

Titiang ngiring Sang Hyang Yesus

Sane Ngrahayuang titiang

Manah Titiang klintang liang

Tan Ajrih ring gagoan

Ih jiwan tiang da ajrih

Percaya ja Ring Ida

Jiwan titiang satitu ja

Ring Ida Sang Hyang Yesus

Musik dapat menunjukkan dari mana asal budaya dan komunitas

seorang/sekelompok orang. (Liliweri, 2002: 126). Bali mempunyai alat musik

khas yang ditabuh pada upacara-upacara adat, keagamaan atau kegiatan

bermasyakatnya. Segala prosesi yang digelar dalam berbagai upacara agama

menggunakan gong kebyar dengan penabuh yang disebut seka gong. Hanya

berbeda dengan gamelan (alat musik) Jawa, jenis alunan musiknya lebih

rancak.

Page 182: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Dalam upacara adat Hindu, gong kebyar selalu mengiringi setiap

prosesinya. Setiap tabuhnya mempunyai arti dan berbeda antara satu prosesi

dengan prosesi yang lain. Sementara di Kristen, musik yang digunakan dalam

beribadah bukanlah musik tradisional atau musik khas dimana masyarakat

tersebut berasal. Umat Kristen selama beribadah biasanya menggunakan

organ atau piano, bahkan beberapa gereja ada yang menggunakan band untuk

mengiringi ibadah mereka.

Masyarakat Blimbingsari melakukan proses akulturasi terhadap alat musik

yang mereka gunakan untuk beribadah. Pada kebaktian kontekstual,

masyarakat Blimbingsari menggunakan gong kebyar sebagai pengiring

ibadah. (Korpus 44 dan 48). Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu

pujian Kristen yang diubah menjadi bahasa Bali. Sementara ibadah di luar

ibadah kontekstual akan menggunakan organ sebagai pengiringnya.

Peran music of temple begitu penting. Di Muslim punya sholawat, Hindu

punya lagu-lagu yang selalu diputar selama prosesi demikian pula di

Blimbingsari. Maka spiritual sense harus dibangun untuk mendapatkan

religious feeling yang kuat. Oleh karena itu dibuatlah faktor-faktor pendukung

seperti beauty. Semisal keindahan dan kenyamanan rumah ibadah. Sound of

harmony. Gereja Pniel terletak di jantung Blimbingsari, maka sering digiatkan

acara-acara gereja sehingga lantunan musik selalu terdengar. Termasuk hal-hal

seperti penyinaran atau spotlight di gereja. Itu akan membangun nuansa

anggun rumah ibadah yang dimiliki warga. (Hasil wawancara dengan Pdt. I

Ketut Suyaga Ayub, Kamis 1 September 2011, Pkl.11.10 WITA)

Page 183: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Kontekstualisasi dalam ibadah gereja di Blimbingsasi sengaja

diciptakan untuk membangun feel anggota jemaat sesuai konteks dimana

hubungan manusia dan Tuhan dijalankan. Gereja Pniel sebelum Pendeta Ayub

masuk menjadi pendeta jemaat, tidak menggunakan kontekstualisasi. Mereka

beribadah seperti gereja-gereja yang lain di Indonesia. Pakaian menggunakan

hem, celana panjang atau rok, bahasa menggunakan bahasa Indonesia dan

musik menggunakan piano atau organ. Namun ketika Pendeta Ayub menjadi

pendeta jemaat, bahasa yang digunakan dalam kebaktian kontekstual adalah

bahasa Bali, liturgi (tata cara ibadah) berbahasa Bali, baju adat Bali, iringan

Bali, dll. Pendeta Ayub mengupayakan budaya Bali sebagai pendekatan dalam

penyampaian pesan. Dalam tataran ini dapat dikatakan bahwa pesan perlu

dikemas seperti Andrik Purwasito mengungkapkan bahwa message is

packaging. Pesan itu dibangun sedemikian rupa untuk tujuan yang ingin di

raih. Pesan bersifat arbitrair-semena-mena si pembuat pesan. Ada motif

membangun suasana untuk meningkatkan kualitas beribadah, selain juga

upaya bahwa ke-Bali-an juga dimiliki oleh orang-orang Blimbingsari yang

dipahami bukan beragama Hindu. Dari penggambaran tersebut, orang

Blimbingsari seolah ingin mengkomunikasikan bahwa mereka adalah orang

Bali walaupun beragama Kristen, karena mereka pun memiliki feeling yang

sama dengan orang-orang Bali pada umumnya.

Pdt. Ayub (salah seorang penggagas kontekstualisasi ibadah di gereja

Blimbingsari) mengungkapkan, akulturasi yang terjadi dalam prosesi ibadah

Kristen di Bali tidak berarti bahwa, “Kita meng-import. Harus dipahami

Page 184: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

bahwa budaya Bali bukan hanya budaya Hindu. Dan diakui pula bahwa

Blimbingsari hidup di Bali yang soul-nya adalah Hindu karena memang

mayoritas Hindu.” Oleh karena itu budaya yang di pakai pun budaya Hindu.

Upaya untuk membangun kesan ke-Bali-an melalui ibadah gereja Pniel

Blimbingsari membenarkan salah satu formula Seven Basic Theory on

Messages Studies, Andrik Purwasito yang ke enam bahwa pesan itu

kontekstual. Selaras dengan hal tersebut Martin&Nakayama (1999: 99) juga

mengungkapkan bahwa context typically is created by the physical or social

aspects of the situation in which communication occurs. Konteks secara tipikal

diciptakan melalui aspek fisik atau sosial situasi dimana komunikasi terjadi.

Dijelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan atau direkayasa.

Ada maksud yang dikehendaki dari si komunikator atas perilaku komunikasi

yang dilakukan.

Pemikiran yang kemudian tumbuh ketika berhadapan dengan realitas yang

terjadi dalam prosesi ibadah kontekstual di Bali adalah bahwa akulturasi yang

terjadi tampaknta sedikit bergeser ke arah sinkretisme. Sinkretisme menurut

Kamus Filsafat (Lorens, 1996:1012) diambil dari bahasa Inggris Syncretism

dan bahasa Yunani, synkrasis (campuran, paduan, gabungan, bersama,

kesatuan). Berdasarkan pengertian tersebut maka sinkretisme dapat diartikan

sebagai penyatuan atau upaya penyatuan ideologi-ideologi yang bertentangan

ke dalam suatu kesatuan pikiran dan/atau ke dalam suatu hubungan sosial

yang harmonis, kerjasama.

Page 185: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

Menurut Concise Oxford Dictionary, sinkretisme adalah upaya untuk

menenggelamkan berbagai perbedaan dan menghasilkan kesatuan di antara

berbagai sekte atau aliran filsafat. Dalam antropologi dan teologi modern

istilah sinkretisme paling sering dipakai untuk menggambarkan upaya

memadukan berbagai unsur yang terdapat di dalam bermacam pembicaraan

sehubungan dengan keagamaan, tanpa memecahkan perbedaan dasar dari

prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. (Mulder, 1999:3). Dengan kata lain,

sinkretisme merujuk pada perpaduan atau kontak antar budaya yang saling

bertemu.

Jemaat mula-mula Blimbingsari merupakan warga Hindu yang berpindah

ke Kristen. Dulu tidak mau menggunakan segala sesuatu yang mengarah ke

Hindu, termasuk juga pakaian Bali seperti kamben bagi perempuan dan udeng

bagi pria ketika beribadah. Mereka berpakaian layaknya orang barat10,

menggunakan jeans dan hem serta tidak mau melakukan ritual Bali yang

identik dengan keyakinan Hindu. Namun dalam prosesi yang dibangun

Blimbingsari kini tampaknya tengah bergeser.

Penggunaan kata Swastiastu sebagai salam, dan penyebutan Sang Hyang

dalam liturgi ibadah kontekstual merujuk pada salam dan keyakinan Hindu

akan penciptanya. Landasan pencarian religious feeling dalam penggunaan

baju adat Bali dan musik Bali selaras dengan ritual Hindu pada umumnya.

Dan berbagai pemahaman filosofi yang kemudian diterapkan dalam

10 Orang barat di sini adalah CMA, kelompok misionaris asal Amerika. Mereka terkenal sangat ekstrim dalam mengajarkan agama Kristen.

Page 186: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

pembangunan gereja di utara desa seturut dengan filosofi arah yang suci

menurut Hindu mengungkapkan bahwa ada perpaduan prinsip yang

melahirkan Kristen Bali yang utuh dan khas.

Kekristenan yang tumbuh di Blimbingsari Bali adalah kekristenan

yang memiliki pandangan tersendiri berkaitan dengan akar kehidupan sosial

masyarakatnya. Pandangan dunia suatu komunitas adalah …Pandangan dunia

mereka adalah gambaran mereka tentang alam, diri, masyarakat. Kepercayaan

dan ritus religious berhadapan dan saling meneguhkan satu sama lain. (Geertz,

1992: 51). Yang membentuk sebuah sistem religius adalah serangkaian simbol

sakral yang terjalin menjadi sebuah keseluruhan tertentu yang teratur. (Geertz,

1992: 53).

Blimbingsari merupakan pertemuan antara Kristen dan Hindu (Bali).

Perpaduan dua prinsip ini tanpa disadari ditumbuhkan penggagas ibadah

kontekstual di Bali membentuk sebuah tatanan baru yang khas, bukan hanya

akulturasi namun juga mengarah ke sinkretisme karena sedikit banyak filosofi

yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Bali bercampur di dalamnya.

Konsep sinkretisme mungkin dapat sejajar dengan konsep lokalisasi.

Mulder dalam bukunya yang berjudul Agama, Hidup Sehari-Hari dan

Perubahan Budaya dalam konteks Jawa, Muangthai dan Filipina. Ia

memaparkan konsep lokalisasi sebagai konsep yang menyoroti inisiatif dan

sumbangan masyarakat-masyarakat lokal sebagai jawaban dan penanggung

jawab atas hasil-hasil pertemuan budaya. Dengan kata lain, budaya yang

Page 187: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

menerima pengaruh dari luarlah yang menyerap dan menyatakan kembali

unsur-unsur asing, dengan cara menempa unsur-unsur asing itu sesuai dengan

pandangan hidup. Mulder mengungkapkan praktek-praktek semacam itu juga

berkembang di beberapa wilayah. Orang Thai mencampurkan unsur

Budhaisme dengan Brahmanisme dan Animisme, orang Jawa mencampurkan

praktek-praktek keagamaan asli mereka dengan Hinduisme, Budhaisme dan

Islamisme, dan orang Filipina memadukan tradisi mereka dari zaman sebelum

penjajahan Spanyol dengan agama Katolik. (Mulder, 1999: 3). Lebih lagi dia

mengungkapkan dalam Mulder (1999: 9),

“Hal serupa yang terjadi pula di Jawa, Thailand dan Filipina. Orang Jawa, Thai, dan Filipina menyambut berbagai gagasan secara selektif dan sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Mereka tidak mengambil segala unsure asing yang ditawarkan, dan tidak pernah mengorientasikan diri mereka pada “ortodoksi”. Mereka melulu memanfaatkan unsure-unsur yang sesuai dengan berbagai kebutuhan mereka, dan yang tidak jelas-jelas bertentangan dengan keyakinan mereka mengenai kehidupan.”

Dalam proses lokalisasi, unsur-unsur asing perlu menemukan akar-akar

lokal atau cabang asli daerah tersebut, dimana unsur-unsur asing itu dapat

dicangkokkan . Baru kemudian melalui peresapan oleh getah budaya asli itu,

cangkokkan itu akan berkembang dan berbuah. (Wolter, 1982:52 dalam

Mulder, 1999: 5). Blimbingsari dalam upaya mempertahankan identitas

kebalian mereka melakukan perpaduan budaya Kristen dengan Hindu (Bali).

Mereka menciptakan kekristenan Bali yang khas tanpa merusak pemahaman

konsep keyakinan mereka. Konsep Kristen Bali.

Page 188: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

3. Sistem sosial kemasyarakatan Blimbingsari

3.1. Desa Adat Kristen Blimbingsari

Pemerintah Daerah Bali menerapkan sistem desa pakraman. Jadi selain

pemerintahan dinas selayaknya pemerintahan yang berada di seluruh provinsi

di Indonesia, Bali juga menerapkan otonomi desa yang dipimpin oleh seorang

Bendesa Adat. Desa pakraman dapat diartikan sebagai desa adat Hindu.

Hirarki struktur desa pakraman di Bali sebagai berikut11:

Dalam penyajian data diungkapkan bahwa syarat sebuah desa dapat

disebut sebagai desa pakraman apabila dia mempunyai Kahyangan Tiga dan

jumlah warga minimal 500KK. Kayangan Tiga terdiri dari Pura Desa, Pura

11 Hasil wawancara dengan Bendesa Adat desa Ekasari, I Wayan Winara, tanggal 26 Agustus 2011, pukul 09.13 wita

Bendesa Adat

PHDI (Tingkat Pusat)

Majelis Agung (Tingkat Propinsi)

Majelis Alit (Tingkat Kecamatan)

Majelis Madya (Tingkat Kabupaten)

Page 189: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Pasek dan Pura Dalam. Pura Desa adalah Pura yang digunakan untuk tempat

pemujaan terhadap Dewa dalam wilayah tersebut. Pura Pasek adalah Pura

yang digunakan sebagai pusat wilayah untuk kegiatan-kegiatan sosial. Dalam

hal ini yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi wilayah tersebut. Dan

Pura Dalam adalah tempat pemujaan untuk orang-orang meninggal.

Syarat utama untuk membangun desa pekraman adalah keharusan 3 item

tersebut. I Wayan Winara mengungkapkan, “Desa pakraman sangat identik

dengan agama Hindu. Hal tersebut karena segala permasalahan yang diurus

oleh desa adat senantiasa berkaitan dengan Hindu. Terlebih lagi, untuk

menjadi desa pakraman harus mempunyai Kahyangan Tiga. Di Bali terdapat

wacana bahwa apabila seseorang yang tidak masuk sebagai anggota desa

pakraman maka dia dianggap hanya menumpang saja.”

Itulah yang menjadi masalah bagi masyarakat Blimbingsari. Warga

Blimbingsari adalah orang Bali asli karena nenek moyang mereka berasal dari

Bali, dan mereka lahir dan hidup di Bali. Namun dengan keyakinan Kristen

yang dimiliki seluruh warga Blimbingsari, tidak memungkinkan dibangunnya

Kayangan Tiga yang menjadi syarat pembuatan desa pakraman.

Demikian pula dengan fungsi Bendesa Adat, dalam aktivitasnya desa

pakraman dipimpin oleh seorang bendesa adat dengan struktur organisasi

sebagai berikut:

Page 190: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

Bendesa adat adalah pemimpin dalam desa pakraman. Bendesa adat

mempunyai masa kerja 5 tahun setiap periodenya dan disahkan oleh Majelis

Madya dengan memberikan patro pengeling-eling atau Surat keputusan (SK).

Pemerintah Bali pun memberikan sarana transportasi, nafkah dan operasional

bagi Bendesa Adat yang telah disahkan.

Dalam desa pakraman posisi Bendesa Adat sejajar dengan Perbekel,

sehingga dapat dikatakan bahwa dalam desa pakraman terdapat dua struktur

organisasi yang mengatur interaksi sosial dalam masyarakat. Dua organisasi

tersebut mempunyai peranan yang berbeda, Perbekel bertanggung jawab atas

permasalahan pemerintahan seperti kependudukan, administrasi

kepemerintahan, KTP, dll. Sementara Bendesa Adat bertanggung jawab

terhadap permasalahan yang terkait dengan seni, budaya dan agama. Seni

adalah segala sesuatu menyangkut kreatifitas baik bersifat keagamaan atau

Sekretaris

Bendahara

Sonteng Pemangku Klian Adat Klian

Palemahan Pawongan Prahyangan

Bendesa Adat

Page 191: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

bukan keagamaan. Contoh, dalam prosesi Dewayadna maka terdapat beberapa

tarian yang bersifat sakral dan wajib ditarikan oleh karma Bali. Di Bali antar

wilayah mempunyai seni yang berbeda. Budaya dan agama adalah tuntunan

kebiasaan masyarakat. Bendesa adat juga melayani upacara dan upakara

Hindu di desa pekraman.

Dalam menjalankan peranannya Bendesa adat dibantu oleh sekretaris,

bendahara, dan membawahi seksi-seksi seperti Prahyangan, Pawongan, dan

Palemahan. Prahyangan adalah bagian yang mengatur tempat suci, dalam hal

ini adalah Pura. Setiap Pura akan dipimpin oleh Pemangku Pura. Pemangku

akan membimbing permasalahan yang berhubungan dengan Tuhan atau

diistilahkan dengan Dewayadna.

Sementara dalam urusan-urusan agama yang terkait dengan hubungan

dengan manusia yang lain atau disebut “manusayadna” akan dibawahi oleh

“sonteng”. Upacara yang termasuk “manusayadna” adalah upacara “masangi”

yaitu upacara potong gigi yang biasanya dilaksanakan pada waktu pernikahan.

Upacara potong gigi adalah upacara wajib bagi umat Hindu yang bermakna

penghapusan “sadirpu”atau sifat keangkaramurkaan. Selain “masangi”

upacara yang lain adalah upacara “nyamutin”, yaitu upacara yang dilakukan

pada anak yang berumur 3 bulan, upacara ini bertujuan supaya kelak anak

yang dilahirkan dapat menjadi anak yang berguna.

Konsep tentang desa pakraman dan peran Bendesa Adat di Blimbingsari

belum seperti desa pakraman pada umumnya. Berdasarkan pemilihan warga,

Page 192: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

Bendesa Adat Blimbingsari adalah Bapak Suka Bagya. Pembentukan desa

adat Kristen di Blimbingsari mulai dibentuk secara resmi pada November

tahun 2009. Pembentukan desa adat yang pada akhirnya disepakati dengan

nama Desa Adat Kristen Blilmbingsari ini direalisasikan secara sungguh-

sungguh sebagai upaya menyelaraskan dengan kebijakan pemerintah Bali

tentang ajeg Bali. Karena dipahami bahwa pemerintah bersama dengan

masyarakat (Hindu) Bali berupaya sekeras mungkin untuk menyukseskan

progran ajeg Bali ini.

Pada realitanya, sebenarnya masyarakat Blimbingsari telah menjalankan

adat atau budaya Bali dalam keseharian mereka. Ketika peneliti melakukan

penelitian di Blimbingsari, dalam keseharian, masyarakat menggunakan

bahasa Bali untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Demikian pula sistem

hubungan antar warga baik keseharian atau dalam organisasi sosial

masyarakat. Bahasa, sistem hubungan dan lain sebagainya merupakan simbol

budaya. Ferraro dalam Samovar (2010:45) mengungkapkan bahwa simbol

mengikat orang yang mungkin saja bukanlah bagian dari kelompok yang

bersatu. Sehingga, apabila simbol budaya digunakan oleh suatu kelompok

tertentu pada dasarnya secara tidak langung dia akan terikat dengan budaya

dimana simbol tersebut disepakati.

Adat yang dijalankan oleh masyarakat Hindu dalam kesehariannya semisal

upacara perkawinan dan kematian, secara budaya Bali pun dilakukan oleh

warga Blimbingsari, namun perbedaannya apabila proses adat istiadat dalam

desa pakraman dijalankan oleh bendesa adat, di Blimbingsari upacara

Page 193: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

dipimpin oleh Pendeta. Seperti perkawinan atau kematian, akan juga diurus

oleh Pendeta yang dibantu Majelis.

Di desa pekraman, Pemangku adat berada di bawah bendesa adat, namun

di Blimbingsari, karena desa adat masih dalam proses transisi maka semua

kegiatan masih ditangani oleh gereja. Pendeta di Blimbingsari memiliki

peranan sentral. Bukan hanya masalah adat istiadat saja, namun termasuk juga

permasalahan kemasyarakatan. Pada suatu ketika, penulis sedang bertamu di

rumah Pendeta, dan datang pula sekretaris desa bertamu dan melapor kepada

Pendeta terkait dengan permasalahan remaja yang sering kebut-kebutan. Dan

hasilnya dibuatlah kegiatan sosialisasi tentang berkendaraan kerjasama dengan

Kepolisian. Begitu juga berkaitan dengan permasalahan kebersihan desa,

hingga perekonomian masyarakat. Sosialisasi mengenai kegiatan-kegiatan

apapun biasanya dikaitkan dengan ibadah setiap minggunya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, gereja dan pendeta memiliki andil yang

cukup besar bagi kehidupan warga Blimbingsari. Posisi bendesa adat di

Blimbingsari belum sekuat posisi bendesa adat di desa pakraman yang lain.

Fungsi itu sampai pada pengamatan berlangsung masih dipegang oleh pendeta

jemaat. Itulah mengapa masyarakat dapat dikatakan sangat religius, karena

hampir semua aktivitas masyarakat Blimbingsari adalah kegiatan yang

berkaitan dengan gereja.

3.2. Awig-awig Desa Adat Kristen Blimbingsari

Page 194: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

Apabila desa pakraman adalah bentuk organisasi kemasyarakatannya,

awig-awig adalah tata cara untuk mengoperasionalkan komponen dalam desa

pakraman tersebut. Awig-awig desa adat merupakan landasan bertindak bagi

seluruh komponen desa. Bagi masyarakat Hindu, awig-awig desa pekraman

bersifat suci. Berdasarkan pengalaman ketika penulis mencoba untuk sekedar

melihat awig-awig desa pekraman Ekasari, I Wayan Winara (bendesa adat)

dengan halus tidak memperkenankan. Ia mengungkapkan bahwa tidak setiap

orang diperbolehkan melihat, menyentuh, apalagi membaca isi awig-awig,

bahkan warga desa itu sendiri. Awig-awig desa pakraman Ekasari terbuat dari

daun lontar, berbahasa Bali, dan berisi aturan-aturan yang disepakati warga

Ekasari yang bersifat turun temurun. Pembuatan awig-awig desa

membutuhkan upacara tersendiri sehingga untuk dapat membuka awig-awig

tersebut diperlukan ritual khusus dan tidak sembarangan. Hanya bendesa adat

yang berhak untuk menyimpan dan membukanya.

Namun bagi desa adat Kristen Blimbingsari, awig-awig desa tidak

dipandang sebagai sesuatu yang sakral. Walaupun pemahaman tentang

kegunaan awig-awig sama dengan desa pakraman Hindu, namun persepsi

tentang kesakralan awig-awig berbeda. Awig-awig tidak hanya dipegang oleh

bendesa adat Blimbingsari, namun juga oleh perbekel dan pendeta. Ketika

peneliti meminta salinan data awig-awig, mereka memberikan begitu saja data

tersebut untuk dapat di fotocopy.

Berdasarkan isi awig-awig desa Blimbingsari tersurat bahwa Blimbingsari

mengkonstruksi dirinya menjadi desa adat Kristen. Hal tersebut telah disahkan

Page 195: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

sejak November 2009. Melihat isi awig-awig desa Blimbingsari, maka dapat

diamati bahwa desa ini memposisikan dirinya selayaknya desa Hindu. Mereka

menyebut Tuhan Yesus dengan Ida Sang Hyang Yesus Kristus. Sama seperti

umat Hindu yang menyebut junjungannya dengan Ida Sang Hyang. Kemudian

tampak dipaparkan pada dasar dan latar belakang awig-awig desa adat Kristen

Blimbingsari tertera Injil Matius 28:28-20; 1 Petrus 2:9, Injil Matius 28:18-20,

1 Petrus 2:9 sebagai landasannya. Perbedaan yang cukup mencolok dengan

awig-awig desa pekraman yang lain karena dasar yang diambil adalah Kitab

Suci Kristen, Alkitab.

Demikian penyebutan tempat ibadah atau tempat yang dianggap suci.

Umat Kristen biasa menyebut tempat ibadah dengan sebutan gereja.

Sementara umat Hindu menyebut dengan pura. Pura adalah bangunan suci

tempat beribadat bagi umat Hindu Bali. (Soebandi, 1983: v). Dalam pasal 3

ketentuan desa adat Kristen, Blimbingsari mengkonstruksi diri sama dengan

warga Bali pada desa pekraman yang lain. Sebutan Pura dipilih untuk

menyebut tempat ibadah mereka. Hasil wawancara dengan Pdt.I Ketut Suyaga

Ayub, Pura adalah bahasa Bali yang berarti tempat yang suci, maka mereka

memaknai gereja sebagai pura. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sudigda,

bagian pariwisata Blimbingsari, bahwa dulu apabila orang tua atau nenek

moyang Blimbingsari mau beribadah maka mereka mengatakan akan pergi ke

pura. Maka dalam awig-awig dipilih istilah pura untuk menyebut tempat suci.

Dalam pasal 3 tentang ketentuan-ketentuan, Desa Blimbingsari juga

mengungkapkan bahwa semua tempat yang telah disucikan meliputi Pura

Page 196: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Gereja Pniel Blimbingsari, Pura Gereja Immanuel Ambyarsari. Tempat

kuburan (tempat peristirahatan terakhir) Giri Istana Raga untuk kepentingan

masyarakat adat Kristen Blimbingsari dan kuburan Ambyarsari untuk

kepentingan masyarakat adat Kristen, Ambyarsari.

Hal tersebut selayaknya ketentuan untuk membuat sebuah desa pakraman.

Syarat untuk membentuk desa pekraman adalah Kahyangan Tiga yang terdiri

dari: Pura Desa/Bale Agung, Puseh dan Dalem hulun setra (kuburan), yang

terdapat pada tiap-tiap desa pekraman (adat). (Soebandi, 1983: v). I Wayan

Winara mengungkapkan bahwa Pura Puseh adalah Pura yang digunakan

sebagai pusat wilayah untuk kegiatan-kegiatan sosial. Dalam hal ini yang

berkaitan dengan permasalahan ekonomi wilayah tersebut. Dan Pura Dalam

adalah tempat pemujaan untuk orang-orang meninggal.

Selain Pura, dalam menjalankan kehidupan, masyarakat Bali berpatokan

pada filsafat Tri Hita Kirana yang berarti tiga subyek yang mendatangkan

kesejahteraan. Ketiga subyek itu adalah:

1. Unsur Parahyangan, yaitu Ketuhanan, yang mengacu pada kekuatan yang

gaib (supernatural of powers).

2. Unsur Palemahan, yaitu territorial, yang merupakan unsur makro-kosmos.

3. Unsur Pawongan, yaitu manusia (yang menghuni teritorial itu), sebagai

unsur mikrokosmos. (Ayub, dkk, 2011: 5).

Berdasarkan Penjelasan atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3

Tahun 2001, tentang Desa Pekraman (Ttp dan tth, hal.2 butir 11), Tri Hita

Page 197: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

Kirana adalah landasan desa pakraman, yang sebelumnya bernama desa adat.

Dalam penjelasan ini ditekankan, bahwa filsafat Tri Hita Kirana itu

“mengandung karakteristik konstitutif yang menjadi tolok ukur spiritual etis

bagi keseluruhan dasar-dasar yang disucikan dalam perikehidupan desa

pakraman.” (ibid).

Berdasarkan pemahaman itu pula awig-awig desa adat Kristen

Blimbingsari membuat ketentuan pada bab III tentang Tuhan, orang, dan

lingkungan. Bab IV sampai VII membahas tentang ritual secara adat untuk

menjalankan filsafat tersebut. Perbedaan antara desa pakraman yang lain

dengan awig-awig desa adat Kristen Blimbingsari tentu saja berkenaan sumber

yang berpengaruh terhadap tata cara, dimana Blimbingsari mengacu pada

Kitab Suci atau ajaran Kristen sementara desa pakraman pada umumnya

berdasarkan Hindu.

3.3. Adat Istiadat Blimbingsari: Akulturasi Budaya Hindu Bali dan

Kristen

Adat istiadat dalam masyarakat Blimbingsari mengatur tatanan kehidupan

sosial warganya. Walau nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup

warga suatu masyarakat, sebagai konsep sifatnya sangat umum, memiliki

ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional

dan nyata. Namun justru karena itulah ia berada dalam daerah emosional dari

alam jiwa seseorang. (Koentjoroningrat, 2005:76).

Page 198: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

Dalam kehidupan masyarakat Bali yang disebut adat istiadat Bali sulit

dilepaskan dari agama Hindu. Hal tersebut karena kepercayaan Hindu

senantiasa tersurat dalam perilaku sehari-hari penganutnya. Di Blimbingsari

adat istiadat juga berkaitan dengan sistem religi yang mereka punya yaitu

Kristen. Dalam pembahasan mengenai adat istiadat ini, penulis menemukan

akulturasi terjadi pada prosesi perkawinan, kematian, dan warisan.

3.3.1. Perkawinan Masyarakat Blimbingsari

Kostum merupakan salah satu penanda identitas budaya anggotanya.

Pakaian dipandang memiliki suatu fungsi komunikatif. Busana, pakaian,

kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual (artifaktual

communication). Komunikasi artifaktual biasanya didefinisikan sebagai

komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan penataan pelbagai

artefak, misalnya, pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau

furniture di rumah anda dan penataannya, ataupun dekorasi ruang Anda.

Karena fashion, pakaian atau busana menyampaikan pesan-pesan

nonverbal, ia termasuk komunikasi non-verbal. Barnald dalam Idi

Subandy (1996: vii). Foto sebelah kiri adalah foto perkawinan warga

Hindu. Tampak mempelai menggunakan baju adat Bali dari kamben,

kebaya, stagen untuk perempuan dan kain, stagen, udeng untuk pria.

Sementara umat Kristen pada umumnya melakukan pemberkatan di gereja

menggunakan jas dan baju modern.

Page 199: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

Foto Pernikahan Hindu Bali

Sumber: dewasuryamaharga.blogspot.com

Adapun berikut ini adalah foto pernikahan salah satu warga Blimbingsari.

Apabila diamati tampilan kedua foto tersebut tidak banyak

perbedaan. Pakaian mempelai perkawinan umat Hindu sama dengan

mempelai perkawinan umat Kristen Blimbingsari. Pakaian yang mereka

kenakan adalah pakaian adat Bali dengan kamben, kancut, udeng dan

Page 200: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

segala perlengkapannya. Sehingga secara adat Bali baik Hindu maupun

Kristen secara tampilan fisik tidak berbeda.

Akulturasi dalam upacara perkawinan Blimbingsari adalah prosesi

pemberkatan yang dilakukan oleh masyarakat Blimbingsari setelah

melakukan prosesi adat. Pemberkatan dilakukan di gereja dan dipimpin

oleh seorang pendeta. (Seperti pada gambar dibawah) Pada masyarakat

Hindu Bali, setelah upacara perkawinan secara adat mempelai dinyatakan

telah resmi menjadi suami istri dan tidak ada lagi prosesi selanjutnya.

Foto Pemberkatan Pernikahan Warga Blimbingsari

3.3.2. Kematian Masyarakat Blimbingsari

Page 201: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

Prosesi kematian dalam agama Kristen dipimpin oleh seorang pendeta.

Upacara tersebut meliputi acara kebaktian penghiburan atau biston di keluarga

yang tengah berduka. Pada masyarakat Hindu yang tergabung dalam desa

pakraman, upacara kematian termasuk dalam bagian upacara manusayadna.

Upacara ini dipimpin oleh Soteng di bawah Bendesa Adat.

Seperti halnya perkawinan, akulturasi yang terjadi dalam upacara kematian

masyarakat Blimbingsari adalah penggunaan baju adat Bali. Masyarakat

Hindu menganggap upacara kematian adalah upacara yang begitu sakral,

sehingga dalam prosesinya akan menggunakan baju adat. Sementara warga

Kristen pada umumnya hanya menggunakan baju keseharian saja. Namun

masyarakat Blimbingsari mengenakan baju adat dalam prosesi kematian

warga mereka. (Korpus 64).

3.3.3. Pengaturan Warisan pada Masyarakat Blimbingsari

Adat (Hindu) Bali mengatur bahwa warisan diberikan kepada laki-laki.

Perempuan dalam adat Bali tidak diperkenankan untuk menerima warisan.

Contoh: ada sebuah keluarga yang mempunyai anak 8 perempuan semua,

hanya 1 laki-laki. Ketika pembagian warisan sebesar 6 hektar tanah, hanya 1

laki-laki saja yang mendapat jatah tanah sementara 7 perempuan yang lain

tidak mendapat apapun.

Permasalahan terjadi apabila keluarga hanya mempunyai anak perempuan

saja, maka yang kemudian dilakukan adalah proses “pekidih”, yaitu meminta

anak laki-laki dari keluarga lain. Namun biasanya pewarisan ini diberikan

Page 202: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

kepada suami dari anak perempuan keluarga tersebut. Nyentana apabila tidak

ada yang mau ambil maka jatuh ke keponakan laki-laki. Dalam adat Hindu,

“pekidih” tidak berarti hanya menerima warisan harta saja, namun juga

menerima sanggah keluarga dan segala tanggung jawab yang harus dipikul.

Biasanya mereka akan tinggal di rumah peninggalan tersebut tersebut. Namun

kebanyakan banyak laki-laki yang tidak mau menerima, hal tersebut karena

berarti laki-laki tersebut tidak berhak lagi untuk mengurus segala hal di

keluarga atau sama dengan dia dianggap menjadi “perempuan”. Bahkan untuk

memanggul jenazah keluarga aslinya yang meninggal saja tidak

diperkenankan.

Aspek gender dalam sistem religi Kristen merupakan nilai yang

berkembang dari zaman ke zaman. Efesus 5:23 (ayat dalam Alkitab perjanjian

baru) menyatakan bahwa perempuan haruslah di rumah dan menyibukkan diri

di rumah, karena “laki-laki adalah kepala perempuan, sama seperti Kristus

juga adalah kepala gereja…” maka berdasarkan pandangan tersebut dipahami

bahwa perempuan harusnya tunduk kepada kaum lelaki. Namun dalam ajaran

tersebut perkembangan zaman merubah kondisi, bahwa Kristus mengajarkan

dengan memberi teladan bagaimana Ia menempatkan perempuan dalam

masyarakat. “Agama yang baru menawarkan perempuan hanya status yang

lebih tinggi dan pengaruh dalam gereja, namun juga perlindungan lebih

sebagai istri dan ibu.” (Samovar, dkk, 2010:137). Hal itu kemudian dibuktikan

dengan banyaknya perempuan yang menjadi pendeta.

Page 203: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

Pembagian warisan dalam konteks Kristen, tidak membedakan jenis

kelamin. Warisan akan dibagikan kepada anak-anak dari orang tua yang telah

meninggal berdasarkan kesepakatan keluarga. Pada masyarakat Blimbingsari,

pembagian warisan kini mengalami pergeseran. Blimbingsari menerapkan

peraturan yang berbeda dibanding masyarakat Hindu. Perempuan di

Blimbingsari akan mendapatkan bagian selayaknya pria, walaupun porsinya

mungkin tidak sebesar kaum pria. Pemahaman tersebut dijalankan karena

masyarakat Blimbingsari menggunakan hukum kasih yang diajarkan oleh

agama yang mereka anut, sehingga mereka menyamakan hak antara pria dan

wanita.

B. Identitas Budaya sebagai Upaya Pertahanan Masyarakat Blimbingsari

Setelah kita memahami makna yang terjadi dalam setiap unsur kehidupan

masyarakat Blimbingsari melalui akulturasi yang mereka bangun terhadap budaya

(Hindu) Bali, maka penulis akan menjawab pertanyaan penelitian yang kedua,

Identitas budaya seperti apa yang diinginkan masyarakat Blimbingsari melalui

proses akulturasi yang mereka lakukan?

Kebudayaan merupakan cara kelompok untuk mempertahankan hidupnya.

Upaya mempertahankan hidup dari lingkungan alam membuat suatu kelompok

berbeda dengan kelompok yang lain. Itulah mengapa budaya satu berbeda dengan

budaya yang lain. Strategi tersebut terwujud melalui kerjasama dan komunikasi

antar anggota kelompok hingga menumbuhkan rasa senasib dan rasa memiliki di

antara mereka. Our cultural identities are constructed, negotiated, challenged,

Page 204: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

and affirmed through communication behaviours (Collier&Thomas, 1988;

Philipsen, 2002). (Yangrong Chang.(2011). Performing Cultural and Personal

Identities through Talk. China Media Research 7(3), hal.21-32.

Pasca bom 2002, Bali semakin kuat untuk membangun kekuatan internal

mereka dengan ajeg Bali. Program yang sarat dengan budaya Hindu, karena adat

Bali seolah tak bisa lepas dari adat Hindu. Rasa senasib sepenanggungan terus

terbangun untuk menumbuhkan kesatuan dan dikomunikasikan dari generasi ke

generasi. Menurut Geerzt (1973), culture denotes an historically transmitted

pattern of meaning embodied in symbols, a system of inherited conceptions

expressed in symbolic forms by means of which men communicate, perpetuate and

develop their knowledge about and attitude toward life (p.89 in Nakayama, 1999).

Atau dapat diungkapkan bahwa budaya merupakan transmisi pola pemaknaan atas

simbol secara turun temurun, pengabadian dan pengembangan pengetahuan

mereka tentang perilaku cara hidup.

Proses transmisi budaya berjalan dari generasi ke generasi. Manusia

mengalami internalisasi dan enkulturasi dari lingkungan dimana dia berada.

Proses pembudayaan atau penyesuaian tersebut berlangsung seumur hidup dan

turun temurun. Dalam konteks ini, masyarakat merupakan subyek bagi lestarinya

sebuah kebudayaan. Budaya ada karena masyarakat dan demikian sebaliknya.

Transmisi budaya yang terjalin dari generasi ke generasi membentuk sebuah pola.

Pola yang tampak tersebut dapat kita gunakan sebagai penanda kelompok. Dapat

dikatakan bahwa budaya merupakan identitas kelompok masyarakat.

Page 205: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Ethnic identity may be seen as a set of ideas about one’s own ethnic

groups membership. (Identitas etnis dapat dipandang sebagai serangkaian

perangkat ide-ide tentang keanggotaan kelompok etnis mereka). (Nakayama,

1999:160). Budaya membentuk identitas etnik. Identitas ini begitu penting bagi

kelompok, secara internal identitas akan menguatkan kelompok. Having an etnhic

identity means experiencing a sense of belonging to a particular group and

knowing something about the shared experience of group members. (Kepemilikan

identitas etnis berarti berpengalaman atas rasa memiliki untuk menjadi bagian

kelompok dan memahami sesuatu tentang berbagi pengalaman antar anggota

kelompok). (Nakayama, 1999: 160). Hal ini sangat diperlukan untuk melestarikan

budaya yang mereka miliki.

Konteks eksternal, identitas akan menunjukkan eksistensi kelompok. Oleh

karena itu setiap kelompok akan merasa berharga apabila dia mendapat

pengakuan dari sekeliling tentang keberadaannya. Perubahan tatanan dunia yang

cepat dan pergolakan struktur sosial tradisional meningkatkan tingginya

ketidakpastian di antara banyak orang. Sebagai akibatnya, ”jutaan orang percaya,

bahwa tempat perlindungan mereka yang aman adalah kelompok dengan etnis,

iman kepercayaan, ekonomi atau pandangan politik yang sama.” (Samovar,

2010:183). Ditambahkan lagi oleh Fong dalam Samovar, identitas kebudayaan

adalah,

“Identifikasi komunikasi dari sistem perilaku simbolis verbal dan non verbal yang memiliki arti dan dibagikan di antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan norma-norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi sosial.”

Page 206: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

Bali merupakan salah satu wilayah yang memiliki etnisitas yang kuat.

Etnisitas tersebut dijaga secara turun temurun dengan kuat. Bukan hanya dengan

budaya namun agama merupakan aspek yang begitu menonjol dalam pola

kehidupan masyarakat Bali, sehingga seolah tidak dapat dibedakan antara budaya

dan agama Bali. Dari sejarah menunjukkan Belanda melihat etnisitas Bali

merupakan potensi yang cukup berharga untuk dilestarikan. Dan hal tersebut

sejalan dengan kebijakan yang hingga kini dijalankan oleh pemerintah Bali

melalui programnya ajeg Bali.

Program ajeg Bali dimaksudkan untuk melestarikan budaya Bali. Ajeg

Bali merupakan cara untuk mengkultuskan keberadaan Bali yang tidak dapat

dipisahkan dengan Hindu. Hal tersebut tampak dari syarat pembentukan desa

pakraman yang mewajibkan adanya Kahyangan Tiga atau tiga Pura dalam

kelompok masyarakat. Dimana syarat tersebut sulit bagi kelompok masyarakat

yang tidak memeluk agama Hindu, seperti desa Blimbingsari.

Kondisi tersebut menyatakan bahwa budaya sebenarnya bukan hanya

dipahami sebagai sarana untuk mempertahankan eksistensi suatu kelompok.

Namun budaya juga merupakan sebuah cara untuk membangun hegemoni

kekuasaan dengan landasan rasa memiliki.

Move beyond hegemonic definition of culture as “shared and transmmited from generation to generation” that assume that we all experience a “common culture” and…is passed down from one generation to the next in a linear and seemingly static fashion…that is dangerous myth…that works in invisible yet extremely powerful ways to suppress and erase marginalized voice and experiences. (Gust Yep, in Collier et al., 2002, p.231 in Nakayama ,81)

Page 207: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

Budaya seolah merupakan kontes untuk memperjuangkan kelas atau kelompok.

Perjuangan atas eksistensi kelompok dapat direalisasikan dengan berbagai cara,

dan akulturasi budaya merupakan cara yang ditempuh oleh Blimbingsari.

Resistance is the metaphor used in cultural studies to conceptualize the

relationship between culture and communication. (Nakayama, 1999: 99).

Perlawanan adalah kiasan yang digunakan dalam studi budaya untuk

mengkonsepsikan hubungan antara budaya dan komunikasi.

Blimbingsari menggunakan budaya sebagai medium untuk melakukan

perlawanan terhadap budaya dominan. Tidak dengan kekerasan yang dibangun

layaknya pemerintah Bali yang merasa perlu untuk mensukseskan ajeg Bali

melalui pencalang-nya namun dengan jalur budaya dan komunikasi. Trenholm

and Jensen communication is a powerful way of regulating and controlling our

world (Samovar, 2007:13). Moden dalam Samovar (2002:197) mengemukakan

bahwa “melalui komunikasilah kita dapat mengekspresikan kesamaan dan

ketidaksamaan dengan yang lain.” Ditambahkannya lagi, kegunaan komunikasi

dalam membentuk dan menetapkan identitas dapat dalam bentuk, termasuk

“percakapan, peringatan sejarah, musik, tarian, ritual, upacara, dan berbagai

drama sosial.

Blimbingsari sebagai desa Kristen tetap merasa bagian dari Bali. Mereka

berupaya membangun simbol-simbol akulturasi atas keyakinan Kristen yang

mereka imani dengan budaya (Hindu) Bali yang ada. Hasil akultutasi tersebut

merupakan media bagi masyarakat Blimbingsari untuk mengkomunikasikan

identitas mereka sebagai sebuah kelompok. Mereka membutuhkan pengakuan.

Page 208: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

Rekayasa simbol yang dilakukan masyarakat Blimbingsari melalui akulturasi

budaya yang mereka lakukan merupakan upaya mereka untuk mendapatkan

identitas etnis Bali. Etnisitas atau identitas etnis berasal dari warisan, sejarah,

tradisi, nilai, kesamaan perilaku, asal daerah, dan bahasa yang sama. (Samovar,

2002:187). Dalam beberapa unsur budaya yang dimiliki Blimbingsari

menunjukkan bahwa mereka memiliki etnis Bali dalam darah mereka. Terbukti

dengan asal daerah, kesamaan perilaku, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Namun

ada beberapa budaya fisik yang dipahami masyarakat awam sebagai wujud

budaya yang tidak dimiliki Blimbingsari.

Tokoh-tokoh Blimbingsari melakukan akulturasi dengan merekayasa

pesan melalui penyesuaian dengan budaya Bali. Sebenarnya dalam kehidupan

sehari-hari, adat istiadat Bali telah dijalankan secara turun temurun, namun

pelembagaan itu belum ada, sehingga mereka perlu untuk menciptakannya.

Perekayasaan simbol dimulai dari kebudayaan fisik berupa artefak, bangunan

dalam masyarakat seperti yang dijelaskan di atas bagaimana gereja Pniel

dibangun. Simbol juga dibangun melalui tindakan mereka. Melalui akulturasi

kebudayaan fisik, dapat membangun gagasan yang dipahami oleh masyarakat

Blimbingsari sendiri dan masyarakat di luar Blimbingsari sebagai identitas

mereka. Sehingga mereka dapat diakui sebagai masyarakat Bali, walaupun

beragama Kristen.

Page 209: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Menjawab rumusan masalah, bagaimana masyarakat Blimbingsari yang

berkeyakinan Kristen melakukan akulturasi dengan Hindu (Bali) agar identitas

budaya mereka itu tetap Bali sehingga eksistensi mereka tetap terjamin,

sebagaimana telah diuraikan dalam Bab V analisa data, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

Bahwa proses akulturasi yang terjadi di Blimbingsari antara agama Hindu

dan agama Kristen dilakukan melalui beberapa medium atau saluran dalam

komunikasi yaitu:

4. Arsitektur Gereja Pniel Blimbingsari.

4.1. Arsitektur Gereja Pniel Blimbingsari dan Layout atau Tata Letak Gereja

Pniel Blimbingsari

Akulturasi melalui medium arsitektur, unsur Hindu dan arsitektur

Kristen tampak dalam tata letak atau layout gereja yang mirip dengan pura

yakni bagian luar gereja, bagian pelataran dan bagian tempat beribadah.

Tata letak pura yang terdiri dari tiga tingkatan utama, yaitu Bencingah atau

disebut dengan Jaba, Jaba Tengah serta Jeroan.

Filosofi dalam membangun gereja juga serupa dengan bagaimana

umat Hindu membangun pura. Gereja Pniel berpedoman pada letak

Page 210: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

Gunung Agung tempat dimana matahari terbit yang melambangkan

kehidupan. Orang Bali percaya roh dan kehidupan yang datang atau

mengalir dari gunung, sedangkan laut (kelod/lod) adalah kematian.

Akulturasi tampak pula dari bentuk pintu masuk dan bangunan

yang berbentuk candi yakni berupa candi bentar dan candi gelung yang

melambangkan tentang tujuan umat saat masuk pura harus dapat

memisahkan pikiran negatif sebelum bersembahyang. Dan candi kurung

supaya mereka memfokuskan diri kepada Sang pencipta. Pada gereja Pniel

pintu masuk bangunan berbentuk candi bentar dan candi kurung namun

demikian hanya sebatas fisik, pemahaman secara dalam tentang makna

candi tidak dipahami serupa layaknya orang Hindu memahami makna

candi. Unsur-unsur Hindu di dalam arsitektur Kristen tersebut

menunjukkan adanya akulturasi Kristen dengan Hindu, namun dalam

tataran fisik saja.

4.2. Ukir-Ukiran Gereja Pniel sebagai Perwujudan Akulturasi Kristen dengan

Hindu (Bali).

Akulturasi melalui medium ukir-ukiran, unsur Hindu dalam ukir-

ukiran Kristen nampak dalam karya yang ada pada bangunan gereja Pniel.

Ukiran yang terdapat pada lingkungan pura dimana umat Hindu

mengadakan persembahyangan disebut karang patra. Kata patra sendiri

memiliki makna keadaan (desa, kala, patra), namun juga berarti sastra.

Dan yang dimaksud dengan patra disini adalah pahatan seni ukir Bali,

yang menyimpan makna mendalam tentang ajaran agama Hindu.

Page 211: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

Secara bentuk goresan, ukir-ukiran yang ada di gereja Pniel

merupakan ukir-ukiran (Hindu) Bali yang serupa dengan ukiran di pura-

pura Bali, karena yang membuatpun orang Hindu dari Ubud. Namun,

akulturasi dalam ukir-ukiran gereja Pniel hanya bersifat fisik, karena isi

dari ukir-ukirannya adalah cerita yang terambil dari Alkitab baik

Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sehingga makna ukir-ukiran

tentu berbeda dengan ukiran yang ada di pura yang memuat ajaran Hindu.

5. Tata Ibadah Gereja Pniel Blimbingsari

5.1. Ritual atau Prosesi dan Liturgi Ibadah di Gereja Pniel Blimbingsari

Akulturasi melalui medium ritual atau prosesi, unsur Hindu dalam

ritual atau prosesi Kristen tampak pada pemaknaan ritual atau prosesi itu

sendiri. Bentukan Ritual Kristen pada dasarnya cukup berbeda dengan

keyakinan Hindu. Namun, dalam ritual atau tata ibadah kontekstualisasi

gereja Pniel Blimbingsari tampak unsur Hindu mempengaruhi prosesi,

sehingga pemikiran tentang penggabungan unsur Hindu dan Kristen bukan

hanya dalam tataran fisik namun juga bersifat sinkretik, yakni penggunaan

alat-alat pendukung seperti tata urutan ibadah atau liturgy, penggunaan

salam dan bahasa serta musik dalam beribadah. Dalam liturgy ritual

Kristen Blimbingsari terdapat penggunaan kata Swastiastu sebagai kata

votum atau salam, penggunaan Gong kebyar dan pujian berbahasa Bali

dalam ibadah kontekstual setiap awal bulan, serta pakaian adat Bali bagi

jemaatnya. Ritual atau prosesi oleh kedua keyakinan baik Hindu maupun

Page 212: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

Kristen diyakini memiliki manfaat yang sama, yakni membangun sense of

religious.

5.2. Alat Musik Pengiring Ibadah.

Akulturasi melalui medium kesenian (musik) unsur Hindu dalam

sistem kesenian Kristen tampak pada penggunaan gong kebyar bersama

seka gong-nya dalam upacara keagamaan. Kristen sebagai agama barat

pada umumnya menggunakan alat musik organ atau piano dalam

ibadahnya, sementara Hindu (Bali) biasanya menggunakan gong kebyar

beserta seka gong-nya. Pada kebaktian kontekstual di gereja Pniel

Blimbingsari, ibadah diiringi dengan gong kebyar beserta seka gong-nya

seperti layaknya umat Hindu ketika menggelar upacara keagamaan

mereka.

Tujuan dari akulturasi ini adalah membangun suasana dalam

ibadah. Gong Kebyar dipilih karena gereja Pniel ingin menunjukkan

bahwa mereka adalah orang Bali yang juga mempunyai kesenian Bali,

serta menggunakan alat tersebut untuk membangun feeling pada saat

mereka beribadah.

6. Sistem sosial kemasyarakatan Blimbingsari

6.1. Desa Adat Kristen Blimbingsari

Akulturasi unsur Hindu dalam organisasi sosial warga Kristen

Blimbingsari tampak dari pembentukan sebuah desa adat Kristen

Blimbingsari sebagai desa pakraman sejak tahun November, 2009.

Pembentukan tersebut sebagai upaya pengkomunikasian dan perlawanan

Page 213: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

masyarakat Blimbingsari atas kebijakan pemerintah Bali tentang ajeg Bali.

Kebijakan tersebut dinilai kurang menguntungkan bagi warga non Hindu

(walaupun Bali) karena untuk menjadi warga Bali haruslah tergabung

dalam desa pakraman. Jika tidak, muncul asumsi bahwa mereka adalah

pendatang atau orang asing. Hal ini cukup merugikan warga Blimbingsari

karena mereka tidak dapat membentuk desa pakraman yang bersyarat

dibangunnya Kahyangan Tiga (Pura Pasek, Pura Dalam, dan Pura Desa).

Maka desa adat Kristen adalah upaya untuk membentuk organisasi sosial

kemasyarakatan yang sejenis dengan desa pakraman.

Desa adat Kristen Blimbingsari dibentuk dengan tata atau struktur

organisasi sejenis dengan desa pakraman. Urusan adat desa yang selama

ini dipegang oleh Pendeta sedikit demi sedikit akan digeser ke Bendesa

Adat yang dibentuk. Dan demikian pula untuk beberapa keputusan adat

yang lain.

6.2. Awig-awig Desa Adat Kristen Blimbingsari

Akulturasi unsur Hindu dan Kristen terhadap terhadap warga

Blimbingsari juga terjadi dalam awig-awig desa adat Kristen Blimbingsari.

Awig-awig desa adat Kristen pada mulanya tidak ada. Namun seiring

dengan terbentuknya desa adat Kristen maka dibuatlah awig-awig.

Dalam awig-awig desa adat Kristen tercantum beberapa unsur Hindu

seperti penyebutan Tuhan Yesus dengan Ida Sang Hyang Yesus Kristus.

Ida Sang Hyang adalah sebutan yang biasa digunakan umat Hindu untuk

menyembah junjungannya. Penyebutan gereja dengan pura, sehingga

Page 214: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

menjadi Pura Gereja Pniel Blimbingsari. Isi awig-awig desa adat Kristen

juga dibuat menggunakan filosofi masyarakat Bali tentang Tri Hita Kirana,

yakni Parahyangan, Palemahan, Pawongan.

Berdasarkan filosofi dan pembentukan awig-awig tersebut, warga

Blimbingsari ingin mengkomunikasikan bahwa mereka juga bagian dari

Bali. Mereka juga dapat menerapkan unsur Tri Hita Kirana dalam

kehidupan keseharian mereka karena mereka adalah orang Bali.

6.3. Adat Istiadat Blimbingsari: Akulturasi Budaya Hindu Bali dan Kristen

Akulturasi melalui medium adat istiadat, unsur Hindu dalam adat

istiadat Kristen (perkawinan, kematian, dan warisan) tampak bahwa

akulturasi terjadi pada tampilan fisik masyarakat ketika mereka melakukan

upacara. Pakaian adat Bali senantiasa menjadi penanda di setiap upacara

bahwa mereka adalah orang Bali. Selain itu, akulturasi tampak pada sistem

gotong royong yang dijalankan masyarakat, baik Hindu maupun Kristen.

Namun pemaknaan terhadap tampilan fisik ataupun bentuk prosesi adat

antara Kristen dengan Hindu memuat perbedaan. Hal tersebut berkaitan

dengan keyakinan mereka masing-masing.

Tiga medium di atas merupakan medium yang digunakan warga

Blimbingsari untuk mengkomunikasikan identitas mereka. Warga

Blimbingsari merasa perlu untuk mengkomunikasikannya karena kebijakan

Ajeg Bali dianggap merugikan mereka yang tidak berkeyakinan Hindu.

Akulturasi merupakan upaya yang mereka gunakan untuk melakukan

Page 215: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

200

perlawanan tanpa kekerasan. Akulturasi budaya Kristen terhadap Hindu Bali

oleh masyarakat Blimbingsari adalah bentuk konformitas yang coba dilakukan

untuk mengurangi konflik yang terjadi dalam masyarakat Bali.

Akulturasi budaya melalui tiga medium yang dimaksudkan oleh

masyarakat Blimbingsari lebih pada fisik tampilan luar, tidak menyentuh

aspek keyakinan kekristenan Blimbingsari. Namun pada tata ibadah atau ritual

gereja Pniel Blimbingsari yang terjadi tampaknya bukan hanya pada tataran

akulturasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan oleh

masyarakat Blimbingsari, terutama pada ritual atau tata ibadah gereja

merupakan wujud sinkretisme antara Kristen dengan Hindu. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa sinkretisasi gereja Pniel Blimbingsari merupakan

identitas baru Kristen Bali, sebuah identitas bahwa walaupun masyarakat

Blimbingsari adalah masyarakat Kristen namun mereka tetap masyarakat Bali.

B. Saran

Saran yang diberikan penulis dalam penelitian ini berkaitan dengan

akulturasi yang terbangun adalah keberlangsungan budaya Blimbingsari. Selama

ini, Blimbingsari dipimpin oleh seorang pendeta yang mempunyai visi atas

pengakuan identitas Blimbingsari sebagai warga Bali. Hal tersebut diwujudkan

melalui simbol-simbol yang secara sengaja diciptakan melalui akulturasi budaya.

Permasalahan yang kelak dapat timbul adalah bagaimana kedepan jika pendeta

Ayub sudah tidak lagi menjadi pendeta jemaat di Blimbingsari.

Page 216: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id REKAYASA PESAN .../Rekayasa... · 2. Papi dan Mami, atas segala doa, cinta, kasih sayang yang luar biasa. 3. Mbak Ima, Mas Tanu, dan Dik Ayink

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

201

Oleh karena itu saran yang hendak penulis berikan adalah membangun

kesadaran kaum muda di Blimbingsari dan penanaman nilai identitas budaya yang

kuat supaya budaya Blimbingsari dapat dipertahankan. Saran yang kedua adalah

bagi pemerintah Bali. Benar faktanya bahwa Bali lebih dari 90 persen warganya

adalah warga Hindu, namun demikian tidak berarti bahwa warga non-Hindu

adalah warga tamu atau orang asing. Mereka lahir dan beridentitas Bali maka

selayaknya warga Hindu Bali, pemerintah sepatutnya memberikan perlakuan yang

sama dengan memberikan ruang yang juga memadahi bagi warga Bali walaupun

non Hindu.